Anda di halaman 1dari 20

PEDOMAN INTERNAL

PELAKSANAAN PELAYANAN PROGRAM P2 MALARIA

PUSKESMAS KEBONDALEM
Jalan Bhayangkara Nomor 69 Bangorejo 68487
Telepon (0333) 710251
e-mail: pkmkebondalem@yahoo.co.id
wordpress: //pkmkebondalem.wordpress.com/
PEDOMAN
PELAKSANAAN PELAYANAN PROGRAM P2 MALARIA
DI PUSKESMAS KEBONDALEM KEC. BANGOREJO

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pemerintah memandang malaria masih sebagai ancaman terhadap status
kesehatan masyarakat terutama pada rakyat yang hidup di daerah terpencil.
Hal ini tercermin dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 5 tahun
2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun
2010 – 2014 dimana malaria termasuk prioritas yang perlu ditanggulangi.
Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat
menyebabkan kemtian terutama pada kelompok resiko yaitu bayi, anak
balita, ibu hamil, selain itu malaria secara langsung menyebabkan anemia
dan dapat menurunkan produktifitas kerja.
Penanggulangan malaria dilakukan secara komprehensif dengan upaya
promotif, preventif, dan kuratif. Hal ini bertujuan untuk menurunkan angka
kesakitan, kematian dan mencegah KLB. Kemenkes telah berkomitmen
menuju ELIMINASI MALARIA yang akan dilaksanakan secara bertahap
mulai tahun 2010 – 2030. Untuk mencapai hasil yang optimal dan
berkualitas upaya tersebut harus dilakukan terintegrasi dengan layanan
kesehatan dasar dan program lainnya.
Penitikberatan pada penatalaksanaan kasus malaria yang berkualitas
diharapkan akan memberikan kontribusi langsung upaya menuju bebas
malaria di Indonesia. Buku pedoman ini diharapkan dapat membantu tenaga
medis dan petugas kesehatan lainnya di Puskesmas Kebondalem yang
melakukan tatalaksana malaria, apalagi dalam 2 (dua) tahun ini di
Puskesmas Kebondalem selalu ada kasus malaria walaupun kasus impor.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum
Petugas mampu memahami penatalaksanaan malaria.

2. Tujuan Khusus
Petugas memahami penatalaksanaan malaria yang terdiri dari :
a. Suspek Malaria
b. Konfirmasi Laboratorium

Pedoman Internal Pelaksanaan Pelayanan Program P2 Malaria 2/19


c. Pengobatan
e. Pemantauan Pengobatan
f. Kriteria Keberhasilan pengobatan

C. SASARAN
Petugas Puskesmas Kebondalem

D. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pengendalian program P2 Malaria di Pusksmas
Kebondalem difokuskan pada penduduk wilayah kerja Puskesmas
Kebondalem yang bekerja ke luar jawa dan Afrika.

E. BATASAN OPERASIONAL
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit (Plasmodium
sp) yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah (eritrosit)
manusia ditularkan oleh nyamuk malaria (Anopheles sp) betina, dapat
menyerang semua orang baik laki-laki ataupun perempuan pada semua
golongan umur dari bayi, anak-anak dan orang dewasa. Parasit ini ditularkan
dari satu orang ke orang lainnya melalui gigitan nyamuk Anopheles betina.
Pengobatan malaria merupakan salah satu determinan yang sangat penting
didalam menurunkan morbiditas, mortalitas dan endemisitas malaria.
Penemuan dini dan pengobatan yang tepat dapat menurunkan sumber
penularan yang ada pada manusia di masyarakat. Sejak tahun 2004 obat
pilihan utama untuk malaria adalah obat kombinasi derivat artemisinin yang
dikenal dengan Artemisinin Based Combination Therapy (ACT).

Pedoman Internal Pelaksanaan Pelayanan Program P2 Malaria 3/19


BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUASIA

Tenaga medis dan paramedis dalam kegiatan program P2 Malaria


mulai dari Kepala Puskesmas, Penanggung jawab UKP, Penanggung jawab
UKM, dan seluruh karyawan. Penanggung jawab UKP P2 Malaria merupakan
koordinator dalam penyelenggaraan kegiatan pelaksanaan PROGRAM P2
Malaria di Puskesmas Kebondalem.
Dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit (program P2
Malaria) perlu melibatkan lintas program dan lintas sektor terkait yaitu:
Camat, PKK, Tokoh agama, tokoh masyarakat, pendidikan, dan sektor terkait
lainnya dengan kesepakatan peran masing-masing di bidang kesehatan.

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN

Pengaturan dan penjadwalan Penanggungjawab UKP bidang


pengendalian penyakit (Program P2 Malaria) sesuai dengan kesepakatan.

C. JADWAL KEGIATAN

Jadwal pelaksanaan kegiatan program P2 Malaria disepakati dan


disusun bersama dengan sektor terkait dalam pertemuan lokakarya mini lintas
program yang dilaksanakan tiap bulan dan lintas sektor tiap tiga bulan sekali.

B. STANDAR FASILITAS
1. Buku panduan P2 Malaria :1
2. Analis :1
3. Mikroskop :1
4. Reagen : ada

Pedoman Internal Pelaksanaan Pelayanan Program P2 Malaria 4/19


BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
Koordinasi pelaksanaan kegiatan Pemberdayaan Masyarakat dilakukan oleh
Penanggung jawab UKM Promosi Kesehatan yang menempati ruang
administrasi dari gedung Puskesmas Kebondalem. Pelaksanaan rapat
koordinasi dilakukan di aula Puskesmas Kebondalem.

B. Standar Fasilitas
1. Panduan Pengendalian Penyakit Malaria : 1 buah
2. Sarana Penyuluhan Malaria : 1 buah

Pedoman Internal Pelaksanaan Pelayanan Program P2 Malaria 5/19


BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN PROGRAM P2 MALARIA

Kegiatan Program P2 MALARIA mencakup:

1. Pedoman ini digunakan untuk tenaga kesehatan (dokter, perawat, bidan,


pengelola program P2 MALARIA);
2. Buku saku Penatalaksanaan Kasus Malaria:
Meliputi :
a. Diagnosis Malaria;
b. Malaria berat;
c. Cara pengobatan malaria tanpa komplikasi;
d. Pengobatan malaria;
3. Pemantauan dan evaluasi

B. METODE PROGRAM P2 ISPA

Dalam upaya mencapai tujuan program P2 MALARIA diperlukan peran


serta dari semua tenaga kesehatan yang ada di puskesmas Kebondalem,
dimana peran serta tersebut bertanggungjawab dalam semua kegiatan P2
MALARIA di wilayah puskesmas. Dalam kegiatan tata laksana standar
Malaria dilakukan dalam suatu pertemuan di Puskesmas yang dihadiri oleh
seluruh petugas yang terlibat dalam proses pelayanan terhadap kasus
malaria.

C. LANGKAH KEGIATAN

1. Menentukan Suspek Malaria


Kasus tersangka malaria (malaria suspek) adalah seseorang yang tinggal
di daerah endemis malaria atau adanya riwayat bepergian ke daerah
endemis malaria dalam empat minggu terakhir sebelum menderita sakit
dengan gejala demam atau riwayat demam dalam 48 jam terakhir.
Demam/riwayat demam merupakan gejala utama dari infeksi malaria,
tetapi demam juga terjadi pada hampir semua infeksi dan sulit dibedakan
dengan malaria. Hal tersebut dapat menyebabkan misdiagnosis/
underdiagnosis ataupun overdiagnosis.

ALGORITME DETEKSI DINI MALARIA

Pedoman Internal Pelaksanaan Pelayanan Program P2 Malaria 6/19


* Yang dimaksud dengan Deteksi Dini adalah Pemeriksaan dan
Pengobatan Pada 24 - 48 jam pertama setelah onset penyakit (WHO)

2. Melakukan Konfirmasi Laboratorium


Untuk mendapatkan kepastian diagnosis malaria harus dilakukan
pemeriksaan sediaan darah. Untuk tujuan pengobatan, malaria harus
sudah terdeteksi dan diobati pada 24 - 48 jam pertama setelah onset
penyakit. Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan melalui cara berikut :
a. Pemeriksaan dengan mikroskop
Pemeriksaan dengan mikroskop merupakan gold standard (Standar
Baku) untuk diagnosis pasti Malaria. Namun untuk diagnosis
P.knowlesi, pemeriksaan dengan mikroskop belum dapat memberikan
diagnosis pasti dikarenakan bentuknya yang menyerupai Plasmodium
lain pada fase-fase tertentu. Saat ini penegakkan diagnosis pasti
P.knowlesi baru dapat dilakukan dengan pemeriksaan PCR
(Polymerase Chain Reaction). Pemeriksaan mikroskop dilakukan
dengan membuat sediaan darah tebal dan tipis. Pemeriksaan sediaan
darah (SD) tebal dan tipis di rumah sakit/ Puskesmas/ lapangan untuk
menentukan:
 Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif)
 Spesies dan stadium Plasmodium
 Kepadatan parasit

b. Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test /


RDT) Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit
malaria, dengan menggunakan metoda imunokromatografi. Tes ini
digunakan pada unit gawat darurat, pada saat terjadi KLB, dan di
daerah terpencil yang tidak tersedia fasilitas laboratorium mikroskopis.
Hal yang penting yang perlu diperhatikan adalah sebelum RDT dipakai
agar terlebih dahulu membaca cara penggunaannya pada etiket yang
tersedia dalam kemasan RDT untuk menjamin akurasi hasil
pemeriksaan. Saat ini yang digunakan oleh Program Pengendalian
Malaria adalah yang dapat mengidentifikasi P. falciparum dan non
P.Falciparum. P.knowlesi dapat memberikan hasil positif pada
pemeriksaan RDT malaria dengan tingkat sensitivitas yang berbeda-
beda. RDT tidak dapat digunakan untuk pemantauan pasca
pengobatan/ follow up hasil pengobatan karena dapat memberikan
hasil positif palsu.

c. Pemeriksaan berbasis molekuler (PCR, LAMP, Sequensing,


Genotyping) Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada fasilitas yang
tersedia. Pemeriksaan ini penting untuk membedakan antara re-infeksi
dan rekrudensi pada P. falciparum. Selain itu dapat digunakan untuk
identifikasi spesies Plasmodium yang jumlah parasitnya rendah atau di
bawah batas ambang mikroskopis. Pemeriksaan dengan menggunakan
PCR juga sangat penting dalam eliminasi malaria karena dapat
memberikan perbedaan antara parasit impor atau indigenous. Dalam
tahap eliminasi,pemeriksaan PCR dapat mendeteksi malaria dalam
jumlah sub paten (tidak terdeteksi oleh mikroskop), pemeriksaan ini
dapat digunakan pada saat MBS di fokus-fokus aktif terakhir agar

Pedoman Internal Pelaksanaan Pelayanan Program P2 Malaria 7/19


infeksi sub paten dapat terdeteksi dan dapat diobati segera untuk
menghilangkan seluruh penularan lokal.

ALUR PENEMUAN PENDERITA MALARIA

A. Pokok bahasan 3 Melakukan Pengobatan


Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria dengan
membunuh semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia,
termasuk stadium hipnozoit dan gametosit. Adapun tujuan pengobatan
radikal untuk mendapat kesembuhan klinis dan parasitologik serta
memutuskan rantai penularan.

Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong
karena bersifat iritasi lambung. Oleh sebab itu pasien harus makan terlebih
dahulu setiap akan minum obat anti malaria. Dosis pemberian obat
sebaiknya berdasarkan berat badan.

Pengobatan malaria di Indonesia menggunakan Obat Anti Malaria (OAM)


kombinasi. Yang dimaksud dengan pengobatan kombinasi malaria adalah
penggunaan dua atau lebih obat anti malaria yang farmakodinamik dan
farmakokinetiknya sesuai, bersinergi dan berbeda cara terjadinya resistensi.

Tujuan terapi kombinasi ini adalah untuk pengobatan yang lebih baik dan
mencegah terjadinya resistensi Plasmodium terhadap obat anti malaria.
Pengobatan kombinasi malaria harus:
a. aman dan toleran untuk semua umur;
b. efektif dan cepat kerjanya;
c. resisten dan/atau resistensi silang belum terjadi; dan
d. harga murah dan terjangkau.
Saat ini yang digunakan program nasional adalah derivat artemisinin dengan
golongan aminokuinolin, yaitu kombinasi tetap (Fixed Dose Combination =

Pedoman Internal Pelaksanaan Pelayanan Program P2 Malaria 8/19


FDC) yang terdiri atas Dihidroartemisinin dan Piperakuin (DHP). 1 (satu)
tablet FDC mengandung 40 mg dihydroartemisinin dan 320 mg piperakuin.
Obat ini diberikan per – oral selama tiga hari dengan range dosis tunggal
harian yaitu Dihidroartemisinin dosis 2-4 mg/kgBB; Piperakuin dosis 16-
32mg/kgBB
1. Pengobatan Malaria Tanpa Komplikasi.
a. Pengobatan Malaria falsiparum dan Malaria vivaks
Pengobatan malaria falsiparum dan vivaks saat ini menggunakan ACT
ditambah primakuin. Dosis ACT untuk malaria falsiparum sama dengan
malaria vivaks, sedangkan obat primakuin untuk malaria falsiparum
hanya diberikan pada hari pertama saja dengan dosis 0,75 mg/kgBB
dan untuk malaria vivaks selama 14 hari dengan dosis 0,25 mg/kgBB.
Lini pertama pengobatan malaria falsiparum dan malaria vivaks adalah
seperti yang tertera di bawah ini:
1) Lini Pertama

Tabel 1.Pengobatan Lini Pertama Malaria falsiparum menurut berat


badan dengan DHP dan Primakuin

Pedoman Internal Pelaksanaan Pelayanan Program P2 Malaria 9/19


Tabel 2.Pengobatan Lini Pertama Malaria vivaks menurut
berat badan dengan DHP dan Primakuin

Dosis obat :
- Dihydroartemisinin = 2 – 4 mg/kgBB
- Piperakuin = 16 – 32 mg/kgBB
- Primakuin = 0,75mg/kgBB (P. falciparum untuk hari I)
- Primakuin = 0,25 mg/kgBB (P. vivax selama 14 hari)
Keterangan :
diberikan berdasarkan kelompok umur.
Apabila ada ketidaksesuaian antara umur dan berat badan (padatabel
pengobatan), Sebaiknya dosis pemberian DHA + PPQ berdasarkan
berat badan.
1. Apabila penimbangan berat badan tidak dapat dilakukan maka
pemberian obat dapat maka dosis yang dipakai adalah berdasarkan
berat badan.
2. Dapat diberikan pada ibu hamil trimester 2 dan 3
3. Apabila pasien Malaria falsiparum dengan BB >80 kg datang kembali
dalam waktu 2 bulan setelah pemberian obat dan pemeriksaan
Sediaan Darah masih positif P. falciparum, maka diberikan DHP
dengan dosis ditingkatkan menjadi 5 tablet/hari selama 3 hari.

2) Lini Kedua untuk Malaria Falsiparum

Kina + Doksisiklin atau Tetrasiklin + Primakuin

Pengobatan lini kedua Malaria falsiparum diberikan jika pengobatan


lini pertama tidak efektif, dimana ditemukan gejala klinis tidak
memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang (persisten) atau
timbul kembali (rekrudesensi).

Tabel 5. Pengobatan Lini Kedua untuk Malaria falsiparum


(dengan obat kombinasi Kina dan Doksisiklin)

Pedoman Internal Pelaksanaan Pelayanan Program P2 Malaria 10/19


Tabel dosis Doksisiklin

Catatan:
Dosis Kina diberikan sesuai BB (3x10mg/kgBB/hari)
Dosis Doksisiklin = 3.5 mg/kgBB/hari diberikan 2 x sehari (> 15 tahun)
Dosis Doksisiklin = 2.2 mg/kgBB/hari diberikan 2 x sehari (8-14 tahun)

Tabel 6. Pengobatan Lini Kedua Untuk Malaria Falsiparum


(dengan obat kombinasi Kina dengan Tetrasiklin)

Tabel dosis Tetrasiklin

Pedoman Internal Pelaksanaan Pelayanan Program P2 Malaria 11/19


Catatan : Dosis Tetrasiklin 4 mg/kgBB/kali diberikan 4 x sehari Tidak
diberikan pada anak umur <8 tahun
Oleh karna Doksisiklin dan Tetrasiklin tidak dapat di berikan pada Ibu hamil
maka sebagai penggantinya dapat di pakai Klindamisin yang tersedia di
Puskesmas

Dosis klindamisin pada ibu hamil dapat dilihat pada tabel 11

Tabel 7. Dosis Klindamisin pada anak

* Dosis anak-anak 10 mg/kg bb/kali diberikan 2 x sehari


Perkapsul Klindamisin basa ~150 mg dan 300 mg
3) Lini Kedua untuk Malaria Vivaks

Kina + Primakuin

Kombinasi ini digunakan untuk pengobatan malaria vivaks yang tidak


respon terhadap pengobatan ACT.

Tabel 8. Pengobatan Lini Kedua Malaria Vivaks

4) Pengobatan malaria vivaks yang relaps


Dugaan Relaps pada malaria vivaks adalah apabila pemberian
primakuin dosis 0,25mg/kgBB/hari sudah diminum selama 14 hari
dan pasien sakit kembali dengan parasit positif dalam kurun waktu 3
minggu sampai 3 bulan setelah pengobatan.

Pengobatan Kasus Malaria Vivaks relaps (Kambuh) diberikan lagi régimen


ACT yang sama tetapi dosis primakuin ditingkatkan menjadi 0,5
mg/kgBB/hari.

Khusus untuk penderita defisiensi enzim G6PD yang dicurigai melalui


anamnesis ada coklat kehitaman setelah minum obat (golongan sulfa,
primakuin, kina, klorokuin dan lain-lain), dan riwayat alergi kacang-
kacangan maka pengobatan diberikan secara mingguan selama 8-12
minggu dengan dosismingguan 0,75mg/kgBB. Pengobatan malaria pada
penderita denganDefisiensi G6PD segera dirujuk ke rumah sakit dan
Pedoman Internal Pelaksanaan Pelayanan Program P2 Malaria 12/19
b. Pengobatan Malaria Ovale
a. Lini Pertama untuk Malaria ovale
Pengobatan Malaria ovale saat ini menggunakan Artemisinin
Combination Therapy (ACT), yaitu Dihidroartemisinin Piperakuin
(DHP). Dosis pemberian obatnya sama dengan untuk malaria vivaks.
b. Lini Kedua untuk Malaria ovale
Pengobatan lini kedua untuk malaria ovale sama dengan untuk
malaria ivaks.
c. Pengobatan Malaria Malariae
Pengobatan P. malaria cukup diberikan ACT 1 kali per hari selama 3
hari, dengan dosis sama dengan pengobatan malaria lainnya dan tidak
diberikan primakuin

d. Pengobatan infeksi campur P. falciparum + P. vivaks/P. ovale


Pengobatan infeksi campur P. falciparum + P. vivaks/P. ovale dengan
ACT. Pada pasien dengan infeksi campur diberikan ACT selama 3 hari
serta primakuin dengan dosis 0,25 mg/kgBB/hari selama 14 hari.

Tabel 9. Pengobatan infeksi campur P. falciparum + P. vivax/P.


ovale dengan DHP

e. Pengobatan infeksi campur P. falciparum + P. malariae


Infeksi campur antara P. falciparum dengan P. malariae diberikan
regimen ACT selama 3 hari dan Primakuin pada hari I.

PENATALAKSANAAN KASUS MALARIA TANPA KOMPLIKASI

Pedoman Internal Pelaksanaan Pelayanan Program P2 Malaria 13/19


Keterangan:
Untuk prophylaksis gunakan Doxycyclin 1 kapsul/hari, diminum 2 hari
sebelum sampai dengan 4 minggu setelah keluar dari daerah endemis.

2. Pengobatan Malaria pada Ibu Hamil


Pada prinsipnya pengobatan malaria pada ibu hamil sama dengan
pengobatan pada orang dewasa lainnya. Perbedaannya adalah pada
pemberian obat malaria berdasarkan umur kehamilan. Pada ibu hamil
tidak diberikan Primakuin.
Tabel 11. Pengobatan Malaria falciparum pada Ibu Hamil

Tabel 12. Pengobatan Malaria vivaks pada Ibu Hamil

Dosis klindamisin 10 mg/kgBB diberikan 2 x sehari Sebagai kelompok


yang berisiko tinggi pada ibu hamil dilakukan penapisan/skrining terhadap
malaria yang dilakukan sebaiknya sedini mungkin atau begitu ibu tahu
bahwa dirinya hamil. Pada fasilitas kesehatan, skrining ibu hamil
dilakukan pada kunjungannya pertama sekali ke tenaga
kesehatan/fasilitas kesehatan. Selanjutnya pada ibu hamil juga dianjurkan
menggunakan kelambu berinsektisida setiap tidur.

PENEMUAN DAN PENGOBATAN MALARIA PADA IBU HAMIL

Pedoman Internal Pelaksanaan Pelayanan Program P2 Malaria 14/19


1. Penatalaksanaan Malaria Berat
Malaria berat adalah : ditemukannya Plasmodium falciparum stadium
aseksual dengan minimal satu dari manifestasi klinis atau didapatkan
temuan hasil laboratorium (WHO, 2010) :
1. Perubahan kesadaran
2. Kelemahan otot (tak bisa duduk/berjalan)
3. Tidak bisa makan dan minum
4. Kejang berulang-lebih dari dua episode dalam 24 jam
5. Distres pernafasan
6. Gagal sirkulasi atau syok: tekanan sistolik <70 mm Hg (pada anak:
7. <50mmHg)
8. Ikterus disertai disfungsi organ vital
9. Hemoglobinuria
10. Perdarahan spontan abnormal
11. Edema paru (radiologi)

Malaria berat juga dilaporkan pada pasien malaria yang disebabkan


Plasmodium vivax dan Plasmodium knowlesi. Pasien malaria berat
sebaiknya ditangani di RS Kabupaten. Bila fasilitas maupun tenaga di RS
Kabupaten kurang memadai segera rujuk kepada RS Provinsi. Setiap
merujuk pasien harus disertakan surat rujukan yang berisi tentang
diagnosis, riwayat penyakit, pemeriksaan dan tindakan/pengobatan yang
sudah diberikan dengan menggunakan contoh formulir sebagaimana
terlampir.

Apabila pemeriksaan sediaan darahmalaria telah dilakukan maka harus


dibawa ke tempat rujukan. Prognosis malaria berat tergantung kecepatan
dan ketepatan diagnosis serta pengobatan.

Pedoman Internal Pelaksanaan Pelayanan Program P2 Malaria 15/19


Pemberian Obat Anti Malaria untuk Malaria Berat
Pemberian Obat Anti Malaria untuk Malaria Berat
PENATALAKSANAAN MALARIA BERAT

Pilihan utama : Artesunat intravena

Pedoman Internal Pelaksanaan Pelayanan Program P2 Malaria 16/19


 Lini 2 menggunakan Kina HCl 25 %

2. Melakukan Pemantauan Pengobatan


Pemantauan Pengobatan untuk Plasmodium falsiparum dan Plasmodium
vivax dilakukan pada hari ke-7, hari ke 14 sampai hari ke-28. Saat Pasien
datang ke fasyankes di sebut DO pengobatan dosis pertama di mulai
pada DO.
o Rawat Jalan
Pemantauan dilakukan pada : hari ke-3, hari ke-7, hari ke-14 dan hari
ke-28 setelah pemberian obat hari pertama, dengan memonitor gejala
klinis dan pemeriksaan mikroskopik. Apabila terjadi perburukan gejala
klinis sewaktu-waktu segera kembali ke fasilitas pelayanan kesehatan.
o Rawat Inap
Evaluasi pengobatan dilakukan setiap hari dengan memonitor gejala
klinis dan pemeriksaan mikroskopik. Evaluasi dilakukan sampai bebas
demam dan tidak ditemukan parasit aseksual dalam darah selama 3
hari berturut-turut. Setelah pasien dipulangkan harus kontrol pada hari
ke- 7 ke-14 dan ke-28 sejak hari pertama mendapatkan obat anti
malaria.

3. Menentukan Hasil Pengobatan


a. Sembuh
1) Pasien dikatakan sembuh untuk malaria falsiparum apabila : obat
diminum habis, gejala klinis (demam) hilang dan pada pemeriksaan
laboratorium parasit aseksual tidak ditemukan pada hari ke-4
pengobatan
2) Pasien dikatakan sembuh untuk malaria vivaks apabila : obat
diminum habis, gejala klinis (demam) hilang dan pada pemeriksaan
laboratorium hari ke-4 atau ke-7 atau ke-14 tidak ditemukan parasit
aseksual

b. Gagal pengobatan yaitu:


1) Bila pada hari ke 4 terjadi peningkatan parasit (.25%) dibandingkan
hari pertama atau klinis memberat dibandingkan haru pertama
2) Jika sampai hari ke-28 masih ditemukan parasit, ditindaklanjuti
dengan pengobatan linike-2 dengan menggunakan kartu pasien baru

c. Pengobatan Lengkap
1) Obat diminum habis (informasi melalui Pengawas Minum Obat)
2) Tanpa ada hasil laboratorium
3) Ada bukti bahwa pasien meminum obat sampai selesai (minum di
depan PMO/ ada bukti blister kemasan obat)

d. Follow up tidak lengkap


Jika pada deteksi awal menggunakan RDT kemudian pada hari ke-4
tidak diperiksa lagi sediaan darahnya dan tidak yakin obat diminum
sampai habis.

Pedoman Internal Pelaksanaan Pelayanan Program P2 Malaria 17/19


Catatan : Jika setelah 28 hari ditemukan parasit Plasmodium falciparum
(positif) kasus baru (reinfeksi) diagnosisnya malaria falsiparum non
komplikasi maka pengobatan ulang

BAB V
LOGISTIK

Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan P2 MALARIA


dari kebutuhan obat disesuaikan dengan hasil pemeriksaan mikroskopis:
 Setelah diketahui hasil mikroskopis positif, petugas Puskesmas melapor
ke seksi P2P dinas kesehatan dan cross check hasil pemeriksaan
mikroskopis. Bila hasil cross check sama positif, kemudian baru
mengambil obat di gudang farmasi dinas kesehatan.

BAB VI
KESELAMATAN SASARAN

Dalam pelaksanaan kegiatan P2 MALARIA diperhatikan keselamatan


sasaran dengan memonitor dan mengevaluasi kejadian kunjungan ulang
untuk penderita MALARIA sebagaimana yang ada dalam Protap.

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dalam pelaksanaan kegiatan program P2 MALARIA perlu diperhatikan


keselamatan kerja karyawan puskesmas dan lintas sektor terkait dengan
melakukan identifikasi risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi
pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko harus dilakukan
untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.

BAB VIII

Pedoman Internal Pelaksanaan Pelayanan Program P2 Malaria 18/19


PENGENDALIAN MUTU

Kinerja pelaksanaan program P2 MALARIA dimonitor dan dievaluasi


dengan menggunakan indikator sebagai berikut:
 Petugas memahami tata laksana penderita MALARIA;
 Petugas memahami bagan pengobatan;
 Petugas memahami bagan rujukan;
 Petugas melakukan pencatatan dan pelaporan hasil pelayanan.

Pedoman Internal Pelaksanaan Pelayanan Program P2 Malaria 19/19


BAB IX
PENUTUP

Pedoman ini digunakan sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dan


lintas sektor terkait dalam pelaksanaan pelayanan program P2 MALARIA
dengan tetap memperhatikan proses tatalaksana kasus MALARIA.

Keberhasilan kegiatan program P2 MALARIA ini tergantung pada


komitmen yang kuat dari semua pihak terkait dalam upaya meningkatkan
kemandirian masyarakat dan peran serta aktif masyarakat dalam bidang
kesehatan.

Pedoman Internal Pelaksanaan Pelayanan Program P2 Malaria 20/19

Anda mungkin juga menyukai