PENYAKIT MALARIA P E D O M A N
PROGRAM
PUSKESMAS SEMPOL
DINAS KESEHATAN KABUPATEN
BONDOWOSO
TAHUN 2022
PROGRAM PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN PENYAKIT MALARIA
P No. Dokumen :
E No. Revisi :
D Tanggal terbit :
O Halaman :
M
A
N
PUSKESMAS SEM
PEDOMAN
PROGRAM PENGENDALIAN
PENYAKIT MALARIA
PEDOMAN
PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT MALARIA
PUSKESMAS SEMPOL
KECAMATAN IJEN
KABUPATEN BONDOWOSO
Ijen, 3 Januari 2022
Mengetahui,
Kepala Puskesmas Sempol
PEDOMAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Sebagai pedoman dalam upaya pengendalian
malaria menuju periode mempertahankan eliminasi
malaria di wilayah Kota Baubau khususnya di
wilayah kerja Puskesmas Wajo
2. Tujuan khusus
a. Menemukan kasus secara dini agar segera di
lakukan pengobatan yang cepat dan tepat sesuai
standar,sehingga dapat menyembuhkan kasus
dari penyakitnya,dan mencegah terjadinya
penularan.
b. Memantau fluktuasi malaria,MOPI (Monthly
Parasite Incidence), kasus pada bayi,kasus
indigenous dan persentase P.falciparum pada
daerah dan waktu tertentu.
c. Alat bantu untuk menentukan musim penularan.
d. Menilai hasil kegiatan pengendalian di suatu
wilayah.
e. Peringatan dini terhadap kemungkinan
terjadinya KLB (SKD-KLB).
C. SASARAN
1. Pengelola program malaria di puskesmas.
2. Pengelola program kesehatan yang lain dan lintas
sektor terkait, dalam hal ini Laboratorium,
Surveilans, Kesling, Promkes dan sebagainya.
3. Pengambil kebijakan di provinsi, kabupaten/kota.
D. RUANG LINGKUP
Pedoman ini mencakup kebijakan manajemen dan
teknis program dalam upaya pengendalian malaria
menuju eliminasi , bagi manajer program di semua
tingkatan ( Puskesmas, Kabupaten, Provinsi ). Pedoman
ini di harapkan menjadi acuan kepada :
1. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan
Kabupaten/kota
2. Kasubdin Provinsi dan kabupaten/kota
3. Kepala Bidang P2 Dinkes Provinsi dan
Kabupaten/kota
4. Pengelola program
5. Kepala Puskesmas
6. Sector Swasta,LSM dan pihak lain yang terkait
E. BATASAN OPERASIONAL
Standar ketenagaan adalah menyangkut kebutuhan
minimal dalam hal jumlah dan jenis tenaga yang
terlatih untuk terselenggaranya kegiatan program
malaria oleh suatu unit pelaksana kegiatan (UPK),
Dinas kesehatan maupun instansi terkait agar dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Penemuan kasus malaria adalah kegiatan rutin
maupun khusus dalam penemuan kasus malaria
dengan gejala klinis antara lain demam, menggigil,
berkeringat, sakit kepala, mual atau muntah dan
gejala khas daerah setempat, melalui pengambilan
sediaan darah (SD) dan pemeriksaan lainnya.
Penemuan kasus secara aktif (ACD) adalah petugas/
kader menemukan kasus dengan mencari
kasus secara aktif dengan mendatangi rumah
penduduk secara rutin dalam siklus waktu
tertentu berdasarkan tingkat insiden
kasusmalaria di daerah tersebut.
Penemuan kasus secara pasif (PCD) adalah upaya
menemukan kasus yang dating berobat di unit
pelayanan kesehatan (UPK) dnegan pengambilan
SD tebal terhadap semua kasus malaria suspek dan
kasus gagal pengobatan.
Malariometric Survey (MS) adalah kegiatan untuk
mengukur endemisitas dan prevalensi malaria di
suatu wilayah.
Mass fever survey (MFS) merupakan kegiatan
pengambilan sediaan darah (mikroskopis atau RDT)
pada semua orang yang menunjukkan gejala demam
disuatu wilayah yang diikuti dengan pemberian obat
malaria terhadap kasus yang positif (Mass Fever
Treatment/MFT), sesuai dengan jenis plasmodium
yang ditemukan.
Malaria merupakan salah satu penyakit menular
yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang
menginfeksi eritrosit (sel darah merah). Parasit ini di
tularkan dari orang ke orang lain melalui gigitan
nyamuk Anopheles betina.
Surveilans migrasi adalah kegiatan pengambilan SD
pada orang-orang yang menunjukkan suspek
malaria yang datang dari daerah endemis malaria
Survey kontak (kontak survey) adalah kegiatan
pengambilan SD pada orang-orang yang tinggal
serummah dengan kasus positif malaria dan atau
orang-orang yang berdiam di dekat tempat tinggal
kasus malaria (berjarak kurang lebih 5 rumah
disekitar rumah kasus malaria).
F. LANDASAN HUKUM
1. Undang-undang kesehatan no. 4 tahun 1984 tentang
wabah.
2. Undang-undang kesehatan no, 36 tahun 2009
tentang kesehatan.
3. PP no. 40 tahun 1991 tentang penanggulangan
wabah penyakit menular.
4. Keputusan menteri kesehatan
no.99a/Menkes/SK/III/1982 tanggal 12 maret 1982
tentang berlakunya system kesehatan nasional
5. Keputusan menteri kesehatan RI no.
1116/MENKES/SK/VIII/2003 tentang pedoman
penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi
Kesehatan.
6. Keputusan menteri kesehatan RI
no.1647/Menkes/SK/XII/2005 tentang pedoman
jejaring pelayanan Laboratorium kesehatan.
7. Permenkes no 1575/MENKES/PER/XI/2005
tentang organisasi dan tata kerja departemen
kesehatan sebagaimana telah di ubah dengan
peraturan menteri kesehatan no.
1295/Menkes/Per/XII/2007.
8. Keputusan menteri kesehatan RI no.
41/Menkes/SK/I/2007 tentang pedoman
penatalaksanaan kasus malaria.
9. Keputusan menteri kesehatan RI no.
042/Menkes/SK/I/2007 tentang pengobatan
malaria.
10. Keputusan menteri kesehatan RI no.
043/Menkes/SK/I/2007 tentang pedoman pelatihan
malaria.
11. Peraturan menteri kesehatan no.
275/MENKES/III/2007 tentang surveilans malaria.
12. Keputusan menteri kesehatan RI no.
293/Menkes/SK/IV/2009 tentang eliminasi malaria
di Indonesia.
13. Permenkes no. 161/MENKES/PER/I/2010 tentang
registrasi tenaga kesehatan
14. Peraturan menteri kesehatan no.
1501/MENKES/PER/X/2010 tentang jenis penyakit
menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah
dan upaya penanggulangan.
15. Surat edaran menteri dalam negeri no 443.41/465/SJ
tahun 2010 tentang pelaksanaan Program Eliminasi
Malaria di Indonesia.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
C. JADWAL KEGIATAN
STANDAR FASIITAS
A. DENA RUANG
B. STANDAR FASILITAS
TATALAKSANA PELAYANAN
BENTUK KEGIATAN
2. Diagnosis Malaria
B. Pemeriksaan fisik
- Suhu tubuh aksiler > 37,5 °C
- Konjungtiva atau telapak tangan pucat
- Sklera ikterik
- Pembesaran Limpa (splenomegali)
- Pembesaran hati (hepatomegali)
C. Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan dengan mikroskop
Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal
dan tipis di Puskesmas/lapangan/ rumah
sakit/laboratorium klinik untuk menentukan:
a). Ada tidaknya parasit malaria (positif
atau negatif).
b). Spesies dan stadium plasmodium.
c). Kepadatan parasit/jumlah parasit.
2. Pemeriksaan dengan uji diagnostik cepat
(Rapid Diagnostic Test)
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan
deteksi antigen parasit malaria, dengan
menggunakan metoda
imunokromatografi. Sebelum
menggunakan RDT perlu dibaca
petunjuk penggunaan dan tanggal
kadaluarsanya. Pemeriksaan dengan
RDT tidak digunakan untuk
mengevaluasi pengobatan.
D. Pengobatan malaria
1. Pemantauan pengobatan
a. Rawat jalan
Pada kasus rawat jalan evaluasi pengobatan
dilakukan pada hari 4, 7, 14, 21 dan 28 dengan
pemeriksaan klinis dan sediaan darah secara
mikroskopis. Apabila terdapat perburukan gejala
klinis selama masa pengobatan dan evaluasi,
kasus segera dianjurkan dating kembali tanpa
menunggu jadwal tersebut diatas.
b. Rawat inap
Pada kasus rawat inap, evaluasi pengobatan
dilakukan setiap hari hingga tidak ditemukan
parasit dalam sediaan darah selama 3 hari
berturut-turut, dan setelahnya dievaluasi seperti
pada kasus rawat jalan.
2. Pengendalian vector
Malaria merupakan salah satu penyakit berbasis
lingkungan yang dipengaruhi oleh lingkungan fisik,
biologi dan social budaya. Jenis intervensi
pengendalian vector malaria yang dapat dilakukan
berdasarkan hasil analisis situasi :
a. Melakukan penyemprotan rumah dengan
insektisida.
Penyemprotan rumah dengan insektisida adalah
suatu cara pengendalian vector dengan
menempelkan racun serangga dengan dosis
tertentu secar merata pada permukaan dinding
yang disemprot.
Tujuan : memutuskan rantai penularan dengan
memperpendek umur populasi, sehingga
nyamuk yang muncul adalah populasi nyamuk
muda atau belum infektif (belum menghasilkan
sporozoid di dalam kelenjar ludahnya)
b. Memakai kelambu.
Memakai kelambu berguna untuk mencegah
terjadinya penularan (kontak langsung manusia
dengan nyamuk) dan membunuh nyamuk yang
hinggap pada kelambu. Saat ini upaya
pengendalian malaria menggunakan kelambu
berinsektisida (long lasting insectisidal
nets/LLINs) yang umur residu infektifnya
relative lama yaitu lebih dari 3 tahun.
c. Malakukan larviciding
Kegiatan ini dilakukan antara lain dengan
menggunakan jasad renik yang bersifat pathogen
terhadap larva nyamuk sebagai biosida seperti :
Bacillus thuringiensis subsp. Israelensis (Bti)
dan larvisida Insect growth regulator (IGR)
d. Melakukan penebaran ikan pemakan larva
Penebaran ikan merupakan upaya pengendalian
larva secara biologi yang menggunakan
predator/pemangsa larva nyamuk. Pengendalian
vector jenis ini merupakan kegiatan yang ramah
lingkungan.
BAB V
LOGISTIK
KESELAMATAN SASARAN
KESELAMATAN KERJA
PENGENDALIAN MUTU
Kinerja pelaksanaan program malaria di Puskesmas
dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan
indikator sebagai berikut :
1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jenis
dan jadwal.
2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan.
3. Tercapainya indikator tiap kegiatan pelayanan di
Puskesmas.
4. Permasalahan dibahas pada tiap pertemuan
lokakarya mini tiap bulannnya
5. Pencatatan dan pelaporan melalui Sstem E-Sismal
yang dilaporkan setiap bulannya.
BAB IX
PENUTUP