Anda di halaman 1dari 14

PEMERINTAH KABUPATEN BONE

DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS KOPPE
Alamat : Jln. Poros Bone – Makassar Desa Selli Kec.Bengo
E-mail : uptd.puskesmaskoppe@yahoo.com Kode Pos : 92763

KEPUTUSAN KEPALA UPT PUSKESMAS KOPPE


NOMOR TAHUN 2022
TENTANG
PEDOMAN TATALAKSANA KASUS MALARIA
UPT PUSKESMAS KOPPE
TAHUN 2022

KEPALA UPT PUSKESMAS KOPPE,

Menimbang : a. Bahwa untuk mencegah dan menanggulangi penyakit malaria secara dini serta
dalam rangka memutus mata rantai penularan, terutama dalam masyarakat
resiko tinggi, perlu dilakukan upaya pencegahan dan pengobatan melalui
tatalaksana kasus malaria agar tidak menimbulkan wabah ;
b. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai mana dimaksud dalam butir (a)
diatas ,maka dipandang perlu menetapkan Surat Keputusan Kepala UPT
Puskesmas Koppe tentang Pedoman Tatalaksana Kasus Malaria di UPT
Puskesmas Koppe ;
Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang wabah penyakit menular
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3273) ;
2. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang praktik Kedokteran (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4431 );
3. Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan ( Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063 );
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014
Tentang Puskesmas
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2015
Tentang Akreditasi Puskesmas
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :Keputusan Kepala UPT Puskesmas tentang Pedoman
Tatalaksana Kasus Malaria ;
Kesatu :Pedoman Tatalaksana Kasus Malaria ini tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dalam surat keputusan ini.
Kedua : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkanya
dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat
kekeliruan dalam keputusan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Selli
Pada tanggal : 2022
KEPALA UPT PUSKESMAS KOPPE,

MANSYUR
LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA UPT PUSKESMAS KOPPE
NOMOR TAHUN 2022
TENTANG
PEDOMAN TATA LAKSANA KASUS MALARIA DI UPT PUSKESMAS KOPPE

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World Malaria Report tahun 2014 menyebutkan
bahwa jumlah kasus malaria di dunia sebanyak 198 juta kasus. Setiap tahunnya sebanyak 584
ribu orang meninggal dunia karena malaria terutama anak balita (80%). Baik jumlah kasus
maupun kematian akibat malaria, sekitar 90% terjadi di Afrika.

Selama tahun 2005-2014, kejadian malaria di Indonesia cenderung menurun, yaitu 4,10%
(tahun 2005) menjadi 0,99% (tahun 2014). Jumlah pemeriksaan Sediaan Darah (SD) untuk uji
diagnosis malaria meningkat, dari 47% (982,828 pemeriksaan SD dari 2.113.265 kasus klinis)
pada tahun 2005, menjadi 63% (1.164.405 pemeriksaan SD dari 1.849.062 kasus klinis) pada
tahun 2011. Walaupun demikian selama tahun 2011 masih sering terjadi KLB malaria di 9
kabupaten/kota dari 7 Provinsi dengan kasus mencapai 1.193 kasus dengan 14 kasus di
antaranya meninggal (CFR: 1,22%) (Subdit malaria 2011).

Malaria disebabkan oleh parasit plasmodium yang mengnfeksi eritrosit (sel darah merah).
Parasit ini ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui gigitan nyamuk Anopheles betina.
Penyebab malaria adalah parasit dari genus Plasmodium, dan terdiri dari 4 spesies: Plasmodium
falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale. Baru – baru ini
melalui metode Polymerasa Chain Reaction (PCR) ditemukan jenis Plasmodium lain yaitu
Plasmodium knowlesi. Plasmodium ini masih dalam proses penelitian dan ditemukan pertama
kali di Sabah. Reservoar utama Plasmodium ini adalah kera ekor panjang (Macaca sp).

Penitikberatan pembangunan kesehatan, melalui pendekatan preventif dan kuratif.

B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum :
Sebagai Pedoman dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan terkait program
Malaria
2. Tujuan Khusus :
1) Menemukan kasus secara dini agar segera dilakukan pengobatan yang cepat dan
tepat sesuai standar, sehingga dapat menyembuhkan kasus dari penyakitnya dan
mencegah terjadinya penularan
2) Memantau cakupan pelayanan Malaria yang dipilih sebagai indikator, secara
teratur (Bulanan) dan terus menerus untuk wilayahnya.
3) Menilai kesenjangan antara target yang ditetapkan dan pencapaian sebenarnya
untuk tiap wilayahnya.
4) Menentukan urutan wilayah prioritas yang akan ditangani secara intensif
berdasarkan besarnya kesenjangan antara target dan pencapaian.
5) Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang tersedia dan
yang dapat digali.
6) Membangkitkan peran aparat setempat dalam penggerakan sasaran dan
mobilisasi sumber daya.

C. Sasaran Pedoman
1. Pengelola program malaria dipuskesmas
2. Pengelola program Kesehatan yang lain dan lintas sektor terkait, dalam hal ini,
Laboran, Surveylans, Kesling, dan Promkes
3. Pengambil Kebijakan di Puskesmas/ Kabupaten/Kota
D. Ruang Lingkup Pedoman
Ruang lingkup Pedoman Penyelenggaraan program Malaria ” difokuskan pada:
1. Aspek manajemen program Malaria
2. Proses pembinaan terhadap program Malaria di tingkat UPT Puskesmas Koppe dan
jaringannya..
3. Upaya menggerakkan masyarakat melalui peran serta aktif mitra-mitra kesehatan dalam
pelayanan program Malaria disetiap UPT Puskesmas Koppe dan jaringannya
E. Batasan Operasional
 Standar Ketenagaan adalah menyangkut kebutuhan minimal dalam hal jumlah dan
jenis tenaga yang terlatih untuk terselenggaranya kegiatan program malaria oleh
suatu unit pelaksana kegiatan (UPK), Dinas Kesehatan maupun instansi terkait agar
dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien
 Penemuan kasus Malaria adalah kegiatan rutin maupun khusus dalam penemuan
kasus malaria dengan gejala klinis antara lain demam, menggigil, berkeringat, sakit
kepala, mual dan muntah dan gejala khas daerah setempat, melalui pengambilan
sediaan darah (SD) dan pemeriksaan lainya
 Penemuan kasus secara aktif (ACD) adalah petugas kader menemukan kasus
dengan mencari kasus secara aktif dengan mendatangi rumah penduduk secara
rutin dalam siklus waktu tertentu berdasarkan tingkat insiden kasus malaria
didaerah tersebut
 Penemuan kasus secara passif (PCD) adalah upaya menemukan kasus yang datang
berobat diunit pelayanan Kesehatan dengan pengambilan sediaan darah tebal
terhadap semua kasus malaria suspek dan kasus gagal pengobatan
 Surveilans migrasi adalah kegiatan pengambilan sediaan darah pada orang-orang
yang menunjukkan suspek malaria yang datang dari daerah endemis malaria
 Survey kontak adalah kegiatan pengambilan sediaaan darah pada orang-orang yang
tinggal serumah dengan kasus positif malaria dan atau orang-orang yang berdiam
didekat tempat tinggal kasus malaria (berjarak kurang lebih 5 rumah disekitar
rumah kasus malaria
 Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh parasit
plasmodium yang menginfeksi eritrosit (sel darah merah). Parasit ini ditularkan dari
orang keorang lain melalui gigitan nyamuk Anoppheles
F. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Kesehatan no, 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit menular
2. Undang_Undang Kesehatan no, 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. PP no 40 tahun 1991 tentang penanggulangan wabah penyakit menular
4. Keputusan Menteri Kesehatan no.99a/MENKES/SK/III//1982 tanggal 12 maret1982
tentang berlakunya system Kesehatan nasional
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI no 1116.MENKES/SK/VIII/2003 tentang pedoman
penyelenggaraan Sistem surveylans Epidemiologi Kesehatan
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI no. 1647/MENKES/SK/XII/2005 tentang pedoman
jejaring pelayanan Laboratorium
7. Permenkes no 1575/MENKES/PER/XI/2005 tentang Organisasi dan tata kerja
Departemen Kesehatan sebagaimana telah diubah dengan peraturan Menteri
Kesehatan no 1295/MENKES/PER/XII/2007
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI no 41/Menkes/SK/2007 tentang Pedoman
Penatalaksanaan kasus malaria
9. Keputusan Menteri Kesehatan RI no 042/Menkes/SK/I/2007 tentang Pengobatan
Malaria
10. Keputusan Menteri Kesehatan RI no 043/ Menkes/SK/I/2007 tentang Pedoman
Pelatihan Malaria
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Dokter Umum
Kualitas pelayanan kesehatan sangat ditentukan oleh fasilitas pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan yang ada di dalamnya. Dokter umum merupakan salah
satu tenaga yang dalam memberikan pelayanan kesehatan harus selalu menjaga mutu
pelayanannya sesuai standar kompetensi yang ditetapkan oleh organisasi profesi.
Dengan standar kompetensi diharapakan para dokter umum dapat memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan mutu yang hampir sama.

Perawat
Kualitas pelayanan kesehatan sangat ditentukan pada pelayanan yang diberikan oleh
perawat jaga. Diagnosa medik dan instruksi dokter sangat ditentukan pada pelaksanaan
asuhan keperawatan pasien di rawat jalan

Petugas Laboratorium
Adalah seorang analis kesehatan atau tenaga lain yang diSK kan dan sudah dilatih
khusus pengelolaan laboratorium. Sangat penting dan sangat dibutuhkan pada saat
doketer melakukan visite dan menginstruksikan kepada perawat dan petugas
laboratorium tentang pasien yang akan dilakukan pemeriksaan laboratorium.
B. Distribusi Ketenagaan
Distribusi tenaga pelayanan Program Malaria terdiri dari :
1. Dokter pemeriksa 1 orang
2. Penanggung Jawab 1 orang Perawat
3. Bidan Desa 9 terdiri dari 1 orang dari masing-masing bidan desa
C. Jadwal kegiatan
Jadwal pelaksanaan kegiatan yang disepakati bersama dengan lintas program terkait
dalam lokakarya mini bulanan Puskesmas sedangkan untuk pelayanan Kesehatan
malaria didalam Gedung dilakukan setiap hari
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan
Koordinasi pelaksanaan kegiatan program malaria dilakukan oleh Penanggung Jawab
Program dan dibantu oleh tenaga pelaksana lainya (Dokter,Laboran, Perawat atau bidan) yang
menempati ruang pelayanan dari Gedung puskesmas. Pelaksanaan Kegiatan dilakukan di
ruangan Program UKM yang terletak pada Gedung lantai 1

Pintu Keluar Ruang Laboratorium

Ruang Imunisasi

Ruang Gizi
MLR
Toilet Umum
Tangga Naik lt.2
Ruang Program

Ruang Nifas Gudang Obat

Ruang KIA Ruang Rekam Ruang


Ruang Farmasi
Medik Pendaftaran

Pojok ASI Pintu


Masuk

Ruang
Ruang GIGi Ruang KB Pemeriksaan Ruang.Bersalin Ruang.Tindakan
umum

B. Standar Fasilitas
1. Buku Pedoman Teknis Pemeriksaan Parasit Malaria tahun2011
2. Buku Pedoman Tata Laksana Malaria Tahun 2015
3. Buku Pedoman Manajemen Malaria 2015
4. Buku Saku Tata Laksana Malaria tahun2020
5. Buku Survey Vektor Malaria tahun 2018
6. Mikskroskop binokuler (Laboratorium)
7. Uji Diagnostik Cepat (RDT) dalam jumlah sesuai pemakaian
8. Giemsa
9. Objek Gelas
10. Obat Anti Malaria sesuai pemakaian
11. Buku Register Malaria
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
Lingkup Kegiatan Program Malaria yaitu :
1. Penemuan Kasus Malaria adalah kegiatan rutin maupun khusus dalam penemuan
kasus malaria dengan gejala klinis antara lain demam, menggigil, berkeringat, sakit
kepala, mual atau muntah dan gejala khas daerah setempat, melalui pengambilan
sediaan darah (SD) dan pemeriksaan lainya
2. Diagnosis Malaria
Manifestasi klinis malaria dapat berupa malaria tanpa komplikasi dan malaria berat.
Diagnosis malaria ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang laboratorium
3. Pengobatan Malaria
Pengobatan malaria yang dianjurkan oleh program saat ini adalah dengan ACT
(Artemisinin Based Combination Therapy). Pemberian Kombinasi ini untuk
meningkatkan efektifitas dan mencegah resistensi. Malaria tanpa komplikasi diobati
dengan ACT oral. Malaria berat diobati dengan injeksi Artesunat atau Artemeter
kemudian dilanjutkan dengan ACT oral. Disamping iti diberikan primakuin sebagai
gametosidal dan hipnozoidal
4. Pemantauan Pengobatan
Pada kasus rawat jalan evaluasi pengobatan dilakukan pada hari 4,7,14 21 dan 28
dengan pemeriksaan klinis dan sediaan darah secara mikroskopis. Apabila terdapat
perburukan gejala klinis selama pengobatan dan evaluasi, kasus segera dianjurkan
dating Kembali tanpa menunggu jadwal tersebut diatas.
5. Pengendalian Vektor
Malaria merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan yang dipengaruhi
oleh lingkungan fisik, biologi dan social budaya. Pengendalian vector malaria dapat
dilakukan berdasarkan hasil analisis situasi dengan cara :
1) Melakukan penyemprotan rumah dengan insektisida
2) Memakai Kelambu
3) Melakukan Larvaciding
4) Melakukan penebaran ikan pemangsa larva
5) Mengelola lingkungan (pengendalian secara fisik)
6. Pencegahan Penularan Malaria
Upaya pencegahan agar terhindar dari penularan Malaria antara lain :
1) Penggunaan kelambu biasa
2) Penggunaan insektisida rumah tangga
3) Pemasangan kawat kasa
4) Penutup badan
7. Perencanaan dan Pembiayaan
Dilakukan perencanaan secara optimal dengan pendekatan pemecahan masalah
melalui pembahasan secara lintas program dan lintas sektor pada lokakrya mini
Puskesmas
8. Pelaporan dan Evaluasi
Secara berakala dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap seluruh kegiatan
yang berhubungan dengan upaya percepatan elemunasi malaria.
B. Metode
Metode yang dilakukan yaitu pengambilan sediaan darah pada semua kasus suspek
yang ditemukan .
C. Langkah Kegiatan
1. Kelompok kegiatan tatalakasana kasus dan pencegahan
2. Kelompok kegiatan pendukung : manajemen program
3. Kelompok kegiatan ekspansi dan sustainabilitas : pengendalian malaria
komprehensif
BAB V
LOGISTIK
A. Pengelolaan logistik secara umum dapat dibagi menjadi empat kelompok besar kegiatan
yaitu :
1). Seleksi produk. Barang yang akan digunakan dipakai dalam kegiatan program
Pengendalian malaria harus sesuai dengan standar nasional Indonesia dan untuk
Obat dan peralatan Kesehatan harus ada prakualifikasi WHO dan BPOM.
2). Perencanaan dan pengadaan. Dalam tahap ini dilakukan perhitungan untuk
Menetukan jumlah kebutuhan yang ideal, termasuk memperkirakan ketersediaan
Selama masa transisi sebelum pengadaan ditahun berikutnya (buffer stock)
3). Pengelolaan persediaan diharapakan :
 Persediaan barang difasilitas pelayanan Kesehatan mencukupi untuk 3 bulan
kedepan
 Pesediaan barang diKabupaten mencukupi untuk 6 bulan kedepan
 Persediaan barang dipropinsi mencukupi untuk 1 tahun kedepan
4). Pemakaian yang rasional
B. Jenis-jenis Logistik Malaria :
1). Obat Anti Malaria (OAM)
Primaquin 15 mg base, sulfadoxine pyrimethamine, kina tablet, kina injeksi,
Artesunate dan Amidiaquine, dihydroartemisinin (DHA) dan piperaquine (PPQ)
2). Alat dan Bahan Diagnostik
 Peralatan : mikroskopik binokuler, kit pewarnaan , slide box
 Bahan : Giemsa, emersi oil, objek glass, Repid Diagnostik test (RDT)
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN
Mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan program malaria di UPT
Puskesmas koppe perlu diperhatikan keselamatan sasaran dengan melakukan identifikasi resiko
terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya
pencegahan resiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan
dilaksanakan.
Pemberdayaan masyarakat adalah cara untuk menumbuhkan dan mengembangkan
norma yang membuat masyarakat mampu untuk berprilaku hidup bersih dan sehat dalam
kaitan penanggulangan penyakit malaria. Secara keseluruhan pendekatan Gerakan masyarakat
dilakukan melalui promosi, pengembangan institusi masyarakat, pendekatan hukum dan
regulasi. Kesemuanya itu dilakukan demikeselamatan sasaran program. Sedangkan untuk
keselamatan petugas malaria perlu melakukan proteksi terhadap resiko penularan penyakit
malaria melalui upaya-upaya pencegahan terutama dalam pengambilan sediaan darah ada
kemungkinan resiko penularan penyakit lainya melalui darah. Hal-hal tersebut harus
diperhatikan agar tidak ada kekuatiran akan tertular penyakit baik itu penyakit malaria atau
penyakit lainya yang menular melalui cairan tubuh darah.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Mengingat besarnya resiko penularan penyakit malaria, tenaga Kesehatan yang
memberikan pelayanan Kesehatan sering kontak dengan suspek maupun penderita , maka
perlu dilkukan berbagai upaya pencegahan demi keselamatan tenaga Kesehatan. Bekerja
sesuai standar merupakan upaya meminimalkan resiko pekerjaan yang kita lakukan. Untuk
kegiatan program dilapangan atau luar Gedung, resiko menjadi lebih besar, karena untuk
menjangkau sasaran program tenaga Kesehatan harus berkendara dengan jarak cukup jauh dan
Dengan kondisi jalan yang berkelok-kelok
Dalampelaksanaan kegiatan program sangat dibutuhkan tenaga Kesehatan yang
professional dibidangnya dan memiliki keterampilan yang lain yang terkait seperti kemampuan
berkendara sebagai pendukung terlaksananya kegiatan. Meningkatkan Kerjasama lintas
program dan lintas sektor sehingga kecelakaan kerja dapat diminimalisir
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Kinerja pelaksanaan program malaria di Puskesmas dimonitor dan dievaluasi dengan


menggunakan indicator sebagai berikut :
1. Ketepatan pelaksanaa kegiatan sesuai dengan jenis dan jadwal
2. Kesesuain petugas yang melaksanakan kegiatan
3. Tercapaianya indicator tiap kegiatan malaria
4. Permasalahan dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini bulanan Puskesmas.
BAB IX
PENUTUP

Pedoman ini digunakan sebagai acuan bagi tenaga Kesehatan program malaria diPuskesmas
dan lintas sektor terkait dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan di UPT Puskesmas
Koppe. Untuk meningkatkan efektifitas pemanfaatan Pedoman pelayanan program puskesmas
ini, hendaknya tenaga Kesehatan puskesmas dapat menjabarkanya dalam Protap (prosedur
tetap) yang berisi Langkah-langkah dari setiap kegiatan sesuai kondisi puskesmas
Selain itu, dengan pedoman ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar advokasi bagi
pemegang kebijakan untuk peningkatan mutu pelayanan di UPT Puskesmas Koppe.

Ditetapkan di : Selli
Pada tanggal : 2022
KEPALA UPT PUSKESMAS KOPPE,

MANSYUR

Anda mungkin juga menyukai