PUSKESMAS SAMBIREJO
Jln. Seneporejo 30 Sambimulyo
BANGOREJO
PEDOMAN
PELAKSANAAN PELAYANAN PROGRAM P2 MALARIA
DI PUSKESMAS SAMBIREJO KEC. BANGOREJO
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemerintah memandang malaria masih sebagai ancaman terhadap status
kesehatan masyarakat terutama pada rakyat yang hidup di daerah terpencil.
Hal ini tercermin dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 5 tahun
2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun
2010 – 2014 dimana malaria termasuk prioritas yang perlu ditanggulangi.
Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat
menyebabkan kemtian terutama pada kelompok resiko yaitu bayi, anak
balita, ibu hamil, selain itu malaria secara langsung menyebabkan anemia
dan dapat menurunkan produktifitas kerja.
Penanggulangan malaria dilakukan secara komprehensif dengan upaya
promotif, preventif, dan kuratif. Hal ini bertujuan untuk menurunkan angka
kesakitan, kematian dan mencegah KLB. Kemenkes telah berkomitmen
menuju ELIMINASI MALARIA yang akan dilaksanakan secara bertahap
mulai tahun 2010 – 2030. Untuk mencapai hasil yang optimal dan
berkualitas upaya tersebut harus dilakukan terintegrasi dengan layanan
kesehatan dasar dan program lainnya.
Penitikberatan pada penatalaksanaan kasus malaria yang berkualitas
diharapkan akan memberikan kontribusi langsung upaya menuju bebas
malaria di Indonesia. Buku pedoman ini diharapkan dapat membantu tenaga
medis dan petugas kesehatan lainnya di Puskesmas Kebondalem yang
melakukan tatalaksana malaria, apalagi dalam 2 (dua) tahun ini di
Puskesmas Kebondalem selalu ada kasus malaria walaupun kasus impor.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Petugas mampu memahami penatalaksanaan malaria.
2. Tujuan Khusus
Petugas memahami penatalaksanaan malaria yang terdiri dari :
a. Suspek Malaria
b. Konfirmasi Laboratorium
c. Pengobatan
e. Pemantauan Pengobatan
f. Kriteria Keberhasilan pengobatan
C. SASARAN
Petugas Puskesmas Sambirejo
D. RUANG LINGKUP
E. BATASAN OPERASIONAL
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit (Plasmodium
sp) yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah (eritrosit)
manusia ditularkan oleh nyamuk malaria (Anopheles sp) betina, dapat
menyerang semua orang baik laki-laki ataupun perempuan pada semua
golongan umur dari bayi, anak-anak dan orang dewasa. Parasit ini ditularkan
dari satu orang ke orang lainnya melalui gigitan nyamuk Anopheles betina.
Pengobatan malaria merupakan salah satu determinan yang sangat penting
didalam menurunkan morbiditas, mortalitas dan endemisitas malaria.
Penemuan dini dan pengobatan yang tepat dapat menurunkan sumber
penularan yang ada pada manusia di masyarakat. Sejak tahun 2004 obat
pilihan utama untuk malaria adalah obat kombinasi derivat artemisinin yang
dikenal dengan Artemisinin Based Combination Therapy (ACT).
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
C. JADWAL KEGIATAN
B. STANDAR FASILITAS
1. Buku panduan P2 Malaria :1
2. Analis :1
3. Mikroskop :1
4. Reagen : ada
A. Denah Ruang
Koordinasi pelaksanaan kegiatan Pemberdayaan Masyarakat dilakukan oleh
Penanggung jawab UKM Promosi Kesehatan yang menempati ruang
administrasi dari gedung Puskesmas Sambirejo. Pelaksanaan rapat
koordinasi dilakukan di aula Puskesmas Sambirejo.
B. Standar Fasilitas
1. Panduan Pengendalian Penyakit Malaria : 1 buah
2. Sarana Penyuluhan Malaria : 1 bua
C. LANGKAH KEGIATAN
Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong
karena bersifat iritasi lambung. Oleh sebab itu pasien harus makan terlebih
dahulu setiap akan minum obat anti malaria. Dosis pemberian obat
sebaiknya berdasarkan berat badan.
Tujuan terapi kombinasi ini adalah untuk pengobatan yang lebih baik dan
mencegah terjadinya resistensi Plasmodium terhadap obat anti malaria.
Pengobatan kombinasi malaria harus:
a. aman dan toleran untuk semua umur;
b. efektif dan cepat kerjanya;
c. resisten dan/atau resistensi silang belum terjadi; dan
d. harga murah dan terjangkau.
Saat ini yang digunakan program nasional adalah derivat artemisinin dengan
golongan aminokuinolin, yaitu kombinasi tetap (Fixed Dose Combination =
Pedoman Internal Pelaksanaan Pelayanan Program P2 Malaria 8/19
FDC) yang terdiri atas Dihidroartemisinin dan Piperakuin (DHP). 1 (satu)
tablet FDC mengandung 40 mg dihydroartemisinin dan 320 mg piperakuin.
Obat ini diberikan per – oral selama tiga hari dengan range dosis tunggal
harian yaitu Dihidroartemisinin dosis 2-4 mg/kgBB; Piperakuin dosis 16-
32mg/kgBB
1. Pengobatan Malaria Tanpa Komplikasi.
a. Pengobatan Malaria falsiparum dan Malaria vivaks
Pengobatan malaria falsiparum dan vivaks saat ini menggunakan ACT
ditambah primakuin. Dosis ACT untuk malaria falsiparum sama dengan
malaria vivaks, sedangkan obat primakuin untuk malaria falsiparum
hanya diberikan pada hari pertama saja dengan dosis 0,75 mg/kgBB
dan untuk malaria vivaks selama 14 hari dengan dosis 0,25 mg/kgBB.
Lini pertama pengobatan malaria falsiparum dan malaria vivaks adalah
seperti yang tertera di bawah ini:
1) Lini Pertama
Oleh karna Doksisiklin dan Tetrasiklin tidak dapat di berikan pada Ibu
hamil maka sebagai penggantinya dapat di pakai Klindamisin yang
tersedia di Puskesmas
Kina + Primakuin
Keterangan:
Untuk prophylaksis gunakan Doxycyclin 1 kapsul/hari, diminum 2 hari
sebelum sampai dengan 4 minggu setelah keluar dari daerah endemis.
c. Pengobatan Lengkap
1) Obat diminum habis (informasi melalui Pengawas Minum Obat)
2) Tanpa ada hasil laboratorium
3) Ada bukti bahwa pasien meminum obat sampai selesai (minum di
depan PMO/ ada bukti blister kemasan obat)
BAB V
LOGISTIK
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU