Anda di halaman 1dari 22

DAFTAR ISI

Daftar isi................................................................... ii
Sambutan Ditjen PP dan PL .................................... iii
Kata Pengantar ....................................................... v
Pendahuluan ........................................................... 1
Dasar Hukum .......................................................... 1
Tujuan . .................................................................... 2
Sasaran ................................................................... 2
Strategi .................................................................... 2
Pokok kegiatan pemeliharaan pasca eliminasi
malaria...................................................................... 4
Pengertian dan Singkatan ....................................... 9
Lampiran 1............................................................... 12
Lampiran 2............................................................... 13
Tim Penyusun........................................................... 14

ii
SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL PP DAN PL

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas


rahmat dan karuniaNya buku Panduan Upaya Pemeliharaan
Pasca Eliminasi Malaria ini dapat diselesaikan. Pada
peringatan HMS tahun 2014 ini telah dilakukan penilaian
status Eliminasi di Kabupaten/Kota yang ada di Indonesia
dan hasilnya ada 212 Kabupaten/Kota yang bebas malaria.
Pencapaian ini menunjukkan bukti kesungguhan kita untuk
membebaskan malaria dari tanah air kita. Diharapkan pada
tahun mendatang akan semakin bertambah Kabupaten/
Kota lainnya yang terbebas dari Malaria.
Malaria sebagai salah satu penyakit menular yang
masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, berdampak
kepada penurunan kualitas sumber daya manusia yang
dapat menimbulkan berbagai masalah sosial, ekonomi,
bahkan berpengaruh terhadap ketahanan nasional.
Disadari bahwa penyebaran malaria tidak mengenal batas
wilayah administrasi, oleh karena itu upaya pengendalian
malaria memerlukan komitmen nasional, regional bahkan
global. Malaria merupakan salah satu penyakit yang
menjadi prioritas baik global maupun nasional. Hal ini
tercantum dalam target 6c MDGs (Millenium Development
Goals) dan RPJMN serta Renstra Kemenkes.
Berbagai upaya untuk mengendalikan malaria sudah
dilaksanakan sejak 52 tahun yang lalu dan telah berhasil

iii
menurunkan jumlah penderita di beberapa wilayah di
Indonesia. Program Pengendalian malaria difokuskan
untuk mencapai eliminasi malaria yang dilakukan secara
menyeluruh dan terpadu oleh pemerintah, pemerintah
daerah bersama mitra kerja pembangunan dan masyarakat.
Eliminasi malaria tersebut dilakukan secara bertahap dari
kabupaten/kota, provinsi dari satu pulau ke pulau yang lain
sampai seluruh wilayah Indonesia pada tahun 2030.
Kami mengucapkan terima kasih atas kerjasama dan
peran aktif semua pihak yang terkait dan harapan ke
depan agar dapat lebih meningkatkan komitmen kita untuk
melaksanakan berbagai upaya pasca eliminasi malaria di
daerahnya.
Kepada semua pihak yang telah berkontribusi
diterbitkannya buku panduan ini, kami ucapkan terima
kasih.

Jakarta, April 2014


Direktur Jenderal PP dan PL

Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang


Maha Esa karena atas rahmat dan karuniaNYA kita dapat
menyusun buku Panduan Upaya Pemeliharaan Pasca
Eliminasi Malaria.
Annual Parasite Incidens (API) Indonesia mengalami
penurunan yaitu 3.62 0/ 00 pada tahun 2000 menjadi
1.380/00 pada tahun 2013. Kabupaten/Kota yang API nya
sudah dibawah 1 per 1000 penduduk pada tahun 2013
adalah 71,2%. Dan ditargetkan bahwa pada tahun 2030
Indonesia dapat mencapai eliminasi malaria.
Di awal tahun 2014 ini telah dilaksanakan penilaian
terhadap 337 Kabupaten/Kota yang angka kesakitan
malaria sudah mencapai kurang dari 1 perseribu penduduk
dan ini merupakan suatu pencapaian terhadap Eliminasi
Malaria. Upaya-upaya ini harus dilanjutkan dan ditingkatkan
secara intensif dan berkesinambungan meskipun kasus
malaria sudah jarang ditemukan dan bilamana daerah
sudah mencapai tahapan Eliminasi Malaria.
Memasuki tahap pemeliharaan, peningkatan
penguatan dari kegiatan-kegiatan harus berbeda dari tahap
sebelumnya. Karena itu perlu adanya reorientasi kinerja
bagi pengelola program pengendalian malaria.
Buku panduan ini menjadi penuntun bagi program
manager dan penanggung jawab program malaria maupun

v
tenaga kesehatan serta pengambil keputusan yang terlibat
dalam pelaksanaan pengendalian malaria di daerah yang
sudah mencapai Eliminasi Malaria dalam melakukan
kegiatan di tahap pemeliharaan pasca Eliminasi Malaria.
Harapan kami semoga Buku Panduan ini dapat
bermanfaat dan menjadi penuntun dalam pelaksanaan
upaya pemeliharaan pasca eliminasi malaria.

Jakarta, April 2014


Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang

dr. Andi Muhadir, MPH

vi
I. PENDAHULUAN

Eliminasi Malaria adalah suatu upaya untuk


menghentikan penularan malaria setempat (indigenous)
dalam satu wilayah geografis tertentu, dan bukan berarti
tidak ada kasus malaria impor serta sudah tidak ada vektor
malaria di wilayah tersebut sehingga tetap dibutuhkan
kegiatan kewaspadaan untuk mencegah penularan
kembali

Program pengendalian malaria difokuskan untuk


mencapai eliminasi malaria sebagai upaya mewujudkan
masyarakat yang hidup sehat, yang terbebas dari
penularan malaria secara bertahap sampai tahun 2030.

Eliminasi malaria tersebut dilakukan secara menyeluruh


dan terpadu oleh pemerintah, pemerintah daerah, TNI,
POLRI, bersama mitra kerja pembangunan, termasuk,
LSM, dunia usaha, lembaga donor, organisasi profesi,
organisasi kemasyarakatan dan masyarakat. Tahap
pemeliharaan pasca Eliminasi Malaria adalah situasi
dimana tidak ada kasus indigenous selama 3 tahun
berturut-turut.

II. DASAR HUKUM


1. UU No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah
2. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. PP No. 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan
Wabah Penyakit Menular

1
4. Kepmenkes RI No. 1116/MENKES/SK/VIII/2003
tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem
Surveilans Epidemiologi Kesehatan
5. Kepmenkes RI No. 293/Menkes/SK/IV/2009 tentang
Eliminasi Malaria di Indonesia
6. Permenkes No. 1501/MENKES/PER/X/2010
tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu
yang dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya
Penanggulangannya.
7. Permenkes No. 275/MENKES/III/2007 tentang
Surveilans Malaria
8. Surat Edaran Mendagri No. 443.41/465/SJ Tahun
2010 tentang Pelaksanaan Program Eliminasi
Malaria di Indonesia

III. TUJUAN
Mencegah munculnya kembali kasus malaria dengan
penularan setempat pada kabupaten/kota yang telah
mendapat sertifikasi eliminasi malaria

IV. SASARAN
Kabupaten/Kota yang sudah menerima sertifikat
Eliminasi Malaria

V. STRATEGI
1. Penguatan surveilans :
a. Surveilans malaria berbasis kasus dan
laboratorium

2
Setiap kasus suspek malaria dari semua fasilitas
kesehatan diambil darahnya dan dikonfirmasi
secara laboratorium
b. Surveilans migrasi
Setiap orang dengan riwayat perjalanan dari
daerah endemis malaria dan atau dengan
disertai demam memeriksakan diri ke fasilitas
kesehatan setempat
c. Surveilans faktor risiko (vektor dan habitat
perkembangbiakan vektor)
Secara berkala melakukan pemantauan vektor
dan lingkungannya termasuk uji resistensi
insektisida

2. Penguatan kemandirian masyarakat :


a. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam
penemuan kasus secara dini dan pencegahan
penularan
b. Masyarakat peduli lingkungan

3. Penguatan kemitraan
Menggalang kemitraan dan sumber daya baik
lokal, nasional maupun internasional, secara
terkoordinasi dengan seluruh sektor terkait
termasuk swasta, organisasi profesi, dan organisasi
kemasyarakatan melalui forum gebrak malaria atau
forum kemitraan lainnya.

3
4. Penguatan komitmen
Melakukan komunikasi, advokasi, motivasi dan
sosialisasi kepada Pemerintah dan Pemerintah
Daerah untuk mendukung secara aktif kegiatan
pemeliharaan pasca eliminasi malaria.

5. Penguatan jejaring tatalaksana


a. Menjamin diagnosis dan pengobatan malaria
secara dini dan tepat, termasuk penyediaan
dan kemudahan akses obat, serta pemantauan
pengobatan
b. Adanya Rumah Sakit rujukan malaria dan
jejaring tatalaksana malaria di wilayahnya

VI. POKOK KEGIATAN PEMELIHARAAN PASCA


ELIMINASI MALARIA
1. Surveilans epidemiologi dan penanggulangan
wabah
Untuk mencegah munculnya kembali kasus
dengan penularan setempat, dilakukan kegiatan
kewaspadaan sebagai berikut :
a. Pada tingkat reseptifitas dan vulnerabilitas
rendah dilakukan:
(1) Penemuan penderita pasif/Passive Case
Detection (PCD) melalui unit pelayanan
kesehatan baik pemerintah maupun
swasta.

4
(2) Penyelidikan Epidemiologi (PE) terhadap
semua kasus positif untuk menentukan
asal penularan.
(3) Follow up pengobatan penderita.
(4) Surveilans migrasi untuk mencegah
masuknya kasus impor.
b. Pada tingkat reseptifitas dan vulnerabilitas tinggi
dilakukan kegiatan seperti diatas ditambah
kegiatan Active Case Detection (ACD) oleh Juru
Malaria Desa (JMD), pengendalian vektor yang
sesuai untuk menurunkan reseptivitas.

Disamping kegiatan kewaspadaan seperti diatas,


masih dilakukan kegiatan surveilans yang lain
seperti :
a. Melaporkan dengan segera semua kasus positif
yang ditemukan.
b. Mempertahankan sistem informasi malaria yang
baik sehingga semua kasus dan hasil kegiatan
intervensi dapat dicatat dan dilaporkan.
c. Mencatat semua kasus positif dalam buku
register di kabupaten/kota, provinsi, dan
pusat.
d. Melakukan pemeriksaan genotipe isolate
parasit.
e. Melakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE)
terhadap fokus malaria untuk menentukan asal
dan luasnya penularan serta klasifikasinya.

5
f. Membuat peta Geographical Information
System (GIS) berdasarkan data fokus, kasus,
genotipe isolate parasit, vektor dan kegiatan
intervensi

2. Pencegahan dan penanggulangan faktor risiko


a. Di wilayah dengan tingkat reseptifitas dan
vulnerabilitas yang tinggi, untuk menurunkan
reseptivitas bila perlu dilakukan pengendalian
vektor yang sesuai di lokasi tersebut, seperti
larvasidasi atau manajemen lingkungan.
b. Di lokasi fokus bila ditemukan penderita
dengan penularan setempat dan atau
penderita introduce, dilakukan pengendalian
vektor yang sesuai di lokasi tersebut, seperti
penyemprotan rumah atau pembagian kelambu
berinsektisida.

3. Peningkatan Sumber Daya Manusia


Melakukan refreshing dan motivasi kepada petugas
mikroskopis agar tetap menjaga kualitas dalam
pemeriksaan Sediaan Darah (SD).

4. Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi


(KIE).
a. Meningkatkan promosi kesehatan untuk
mencegah kembalinya penularan dari kasus
impor yang terlambat ditemukan.

6
b. Menggalang kemitraan dengan berbagai
program, sektor, LSM, organisasi keagamaan,
organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi,
organisasi internasional, lembaga donor, dunia
usaha dan seluruh masyarakat.
c. Melakukan integrasi dengan program lain dalam
kegiatan penurunan reseptifitas.
d. Melakukan advokasi dan sosialisasi agar
mendapat dukungan politik dan jaminan dalam
penyediaan dana, minimal untuk pemeliharaan
eliminasi (mencegah penularan kembali).

5. Penemuan dan Tatalaksana Penderita


a. Di wilayah dengan tingkat reseptifitas dan
vulnerabilitas yang rendah, penemuan penderita
secara dini cukup dengan kegiatan PCD melalui
unit pelayanan kesehatan pemerintah maupun
swasta.
b. Pada wilayah dengan tingkat reseptifitas dan
vulnerabilitas yang tinggi, penemuan penderita
secara dini disamping PCD juga dilakukan ACD
oleh JMD.
c. Semua SD (Sediaan Darah) diperiksa silang
(Cross check) di laboratorium rujukan di
kabupaten/kota, bila hasil pemeriksaan berbeda
atau tidak sesuai (discordance), maka slide
tersebut di periksa silang di laboratorium rujukan
provinsi.

7
d. Mengobati semua penderita malaria (kasus
positif) dengan Artemisinin-based Combination
Therapy (ACT).
e. Melakukan follow up pengobatan untuk
penderita malaria P. falciparum pada hari ke-7
dan hari ke-28 setelah pengobatan, sedangkan
untuk penderita malaria P. vivax follow up
dilakukan pada hari ke-7, hari ke-28, sampai 3
bulan setelah pengobatan.

8
PENGERTIAN DAN SINGKATAN
1. Malariogenic Potential
Kemungkinan masuknya penderita malaria di suatu
daerah. Malariogenic Potential ditentukan oleh 2 faktor
yaitu :
a. Receptivity, adalah adanya vektor malaria dalam
jumlah besar dan terdapatnya faktor-faktor ekologis
dan iklim yang memudahkan penularan.
b. Vulnerability, menunjukan dekatnya suatu daerah
dengan daerah malaria atau kemungkinan
masuknya penderita malaria dan atau vektor yang
telah terinfeksi

2. Tingkat reseptifitas dan vulnerabilitas dinyatakan


berdasarkan data vektor dengan indikator kepadatan
vektor yang sangat rendah 0,025 gigitan per orang per
malam, sedangkan kepadatan vektor tinggi lebih dari
1 (satu) gigitan per orang per malam (Epidemiologi
Malaria, 1991, Depkes RI).

3. Daerah fokus : wilayah yang masih terjadi penularan


malaria (wilayah desa/kelurahan) yang mempunyai
riwayat adanya kasus indegenous dalam 3 tahun
terakhir, serta wilayah khusus yang berisiko terjadinya
penularan malaria seperti : pada daerah pertambangan,
daerah transmigrasi, pembukaan lahan baru, daerah
pengembangan ekonomi, daerah pertanian, daerah
perbatasan, daerah bencana (pengungsi).

9
4. Kasus Introduce : kasus indegenous yang tertular
langsung dari kasus impor

5. Passive Case Detection (PCD)


Adalah penemuan penderita malaria oleh petugas
kesehatan di Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) dengan
menunggu kunjungan penderita. Sasaran PCD adalah
semua penderita malaria klinis, baik akut maupun
kronis dan penderita gagal pengobatan yang datang
ke UPK. Metoda pelaksanaan melalui pengambilan
SD tebal terhadap semua penderita malaria klinis dan
penderita gagal pengobatan yang datang ke UPK.
Waktu pelaksanaan setiap hari kerja di UPK.

6. Active Case Detection ( ACD)


Adalah penemuan penderita tersangka malaria secara
aktif (contoh oleh Juru Malaria Desa/JMD) melalui
kunjungan dari rumah ke rumah secara rutin dalam
siklus waktu tertentu berdasarkan tingkat insiden kasus
malaria di daerah tersebut. Tujuan ACD adalah (1)
menemukan penderita secara dini, (2) Memberikan
pengobatan setepat mungkin (3) memantau fluktuasi
malaria, (4) Kewaspadaan dini untuk terjadinya KLB.
Sasaran adalah semua penderita klinis. Metoda
adalah pengambilan Sediaan Darah (SD) tebal pada
semua penderita malaria klinis yang ditemukan pada
kunjungan JMD dari rumah ke rumah penduduk . Siklus
kunjungan rumah :
a) High Case Incidence / HCI :
2 minggu sekali kunjungan rumah

10
b) Moderate Case Incidence / MCI :
1 bulan sekali kunjungan rumah
c) Low Case Incidence / LCI :
1 bulan sekali kunjungan dukuh/kampung

7. Survelians Migrasi
Adalah kegiatan pengambilan sediaan darah pada
orang-orang yang menunjukkan gejala klinis malaria
yang datang dari daerah endemis malaria, kegiatan ini
dilakukan terutama di desa yang reseptif dan diketahui
penduduknya banyak melakukan migrasi ke daerah
endemis malaria.
8. PCD : Passive Case Detection
9. ACD : Active Case Detection
10. API : Annual Paracite Incidence
11. HCI :
12. MCI : Moderate Case Incidence
13. LCI : Low Case Incidence
14. RDT : Rapid Test Diagnostic
15. SD : Sediaan Darah
16. LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat
17. JMD : Juru Malaria Desa

11
LAMPIRAN 1

PENGOBATAN MALARIA P. FALCIPARUM


Jumlah tablet per hari menurut
kelompok berat badan

Jenis 6-10 11-17 18-30 31-40 41-59 ≥ 60


Hari ≤ 5 kg
Obat kg kg kg kg kg kg

12
0-1 2-11 1-4 5-9 10-14 ≥15 ≥15
bulan bulan tahun tahun tahun tahun tahun

1-3 DHP ¼ ½ 1 1½ 2 3 4
1 Primakuin - - ¾ 1½ 2 2 3

• Dihydroartemisinin adalah 2 - 4 mg/KgBB per hari


• Piperaquin adalah 16 - 32 mg/KgBB
• Primakuin adalah 0,75 mg/KgBB pada hari pertama, primakuin tidak boleh diberikan
pada ibu hamil dan bayi < 1 th
LAMPIRAN 2

PENGOBATAN MALARIA P. VIVAX


Jumlah tablet per hari menurut
kelompok berat badan

Jenis 6-10 11-17 18-30 31-40 41-59 ≥ 60


Hari ≤ 5 kg
Obat kg kg kg kg kg kg

13
0-1 2-11 1-4 5-9 10-14 ≥15 ≥15
bulan bulan tahun tahun tahun tahun tahun

1-3 DHP ¼ ½ 1 1,5 2 3 4


1-14 Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1 1

• Dihydroartemisinin adalah 2 - 4 mg/KgBB per hari


• Piperaquin adalah 16 - 32 mg/KgBB
• Primakuin adalah 0,25 mg/KgBB pada hari pertama, primakuin tidak boleh diberikan
pada ibu hamil dan bayi <1 th
TIM PENYUSUN

Pengarah : dr. Andi Muhadir, MPH (Direktur PPBB)


Penanggungjawab : dr. Asik, MPPM (Kasubdit Malaria)
Koordinator : dr. Pranti Sri Mulyani, MSc
(Kasie Bimev Subdit Pengendalian Malaria)
Kontributor : 1. dr. I Made Yosi Purbadi
(Kasie Standarisasi Subdit Pengendalian Malaria)
2. dr. Elvieda Sariwati, M.Epid
3. dr. William Hawley(CDC/CGH/DPDM)
4. dr. Anand Joshi (WHO)
5. dr. Ferdinand J.Laihad,MPH (UNICEF)
6. dr. Sholah Imari, MSc
7. Dr. Muhammad Erfandi,M.Epid
8. Letkol Kes.M.Washiludin AR,SKM,MKKK (Puskes TNI)
9. Kompol Hj.Saminem,SH (Pusdokkes POLRI)
10. Drg. Gagah Daru Setiawan (Sudinkes Jakarta Timur)
11. Refni Dumesty,SKM,MKM (Dinkes Prov.DKI Jakarta)
12. Edy Purwanto, SKM,M.Kes
(Subdit Surveilans dan Respon KLB)
13. Drs. Budi Pramono,M.Kes
(Kasie Bimev Subdit Pengendalian Vektor)
14. Yety Intarti, SKM, M.Kes (Subdit Pengendalian Malaria)
15. DR. Lukman Hakim (PMU GF Malaria)
16. Ali Izhar, SKM
17. Drg. Made Rasmini,M.Kes
18. Drs. Sabar Paulus
19. Dr. Worowijat, MKM (Subdit Pengendalian Malaria)
20. Hanifah Rogayah, SKM (Subdit Pengendalian Malaria)
21. Hermawan Susanto, S.Si (Subdit Pengendalian Malaria)
22. Marlinda, S.Kom (Subdit Pengendalian Malaria)
23. Dewi Nurul Trihastuti, SKM (HOH Ditjen PP dan PL)
Editor : Dr. Minerva Theodora (Subdit Pengendalian Malaria)
Tata Letak : Lukman Hakim, SE (GF Malaria)

SUBDIT PENGENDALIAN MALARIA


Telp.021-42871369
Email: subditmalaria_kemenkes@yahoo.co.id
Eliminasimalaria.blogspot.com
“komunitas gebrak malaria”

14

Anda mungkin juga menyukai