Disusun oleh:
Irlina Dewi
NIM : 2012026
PEMBIMBING
2. Etiologi
Penyebab diare yang terjadi pada anak dapat dibedakan menjadi beberapa faktor
yang saling berkaitan (Lestari, 2016):
a. Faktor Infeksi
Infeksi enteral: infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak meliputi : infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella,
Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus
(Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasite (E.
histolytica, G. lamblia, T. histominis) dan jamur (C. albicans).
Infeksi parenteral: merupakan infeksi diluar sistem pecernaan yang dapat
menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsillitis,
bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya.
b. Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltose, dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa).
Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi
dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.
c. Faktor Makanan
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun, dan alergi
terhadap jenis makanan tertentu.
d. Faktor Psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas), jarang terjadi
tetapi dapat ditemukan pada anak yang lebih besar.
3. Manifestasi klinis
Menurut (Sodikin, 2012) gambaran awal terjadinya diare dimulai dengan bayi
atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Feses makin cair
mengandung darah dan atau lendir, dan warna feses berubah kehijau - hijauan
karena bercampur empedu. Akibat seringnya defekasi, anus dan area sekitarnya
menjadi lecet karena sifat feses makin lama menjadi asam, hal ini terjadi
akibat banyaknya asam laktat yang dihasilkan dari pemecahan laktosa yang
tidak dapat diabsorpsi oleh usus. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau
sesudah diare. Apabila penderita telah banyak mengalami kehilangan air dan
elektrolit, maka terjadilah gejala dehidrasi. Berat badan turun, ubun - ubun besar
cekung pada bayi, tonus otot dan turgor kulit berkurang, dan selaput lendir
pada mulut dan bibir terlihat kering. Gejala klinis menyesuaikan dengan derajat atau
banyaknya kehilangan cairan.
Berdasarkan gejala kehilangan berat badan, dehidrasi terbagi menjadi empat kategori
yaitu tidak dehidrasi (penurunan berat badan 2,5%), dehidrasi ringan (penurunan
berat badan 2,5-5%), dehidrasi sedang (penurunan berat badan 5-10%), dan dehidrasi
berat (penurunan berat badan 10%); sedangkan menurut Skor Maurice King dapat
dijelaskan dalam tabel berikut:
Nilai untuk gejala yang ditemukan
Bagian yang diperiksa
0 1 2
Keadaan umum Sehat Gelisah, cengeng, Menggigau, koma
apatis dan atau syok
mengantuk
Kekenyalan kulit Normal Sedikit kurang Sangat kurang
Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Ubun – ubun besar Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Mulut Normal Kering Kering dan
sianosis
Denyut nadi/menit Kuat Sedang (120–140) Lemah >140
<120x/mnt x/mnt x/mnt
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat menentukan derajat dehidrasi dengan
menggunakan Skor Maurice King, yaitu skor atau nilai derajat dehidrasi adalah
nilai 0-2 (dehidrasi ringan)
3-6 (dehidrasi sedang)
7-12 (dehidrasi berat).
Sedangkan nyeri perut yang dialami oleh penderita diare, disebabkan oleh adanya
proses infeksi, baik yang disebabkan karena virus, bakteri, parasit, ataupun jamur.
Proses inflamasi ini menyebabkan laserasi usus dan membuat reflek spasme otot
dinding perut dan peristaltik usus meningkat sehingga menyebabkan nyeri. Untuk
menilai derajat nyeri pada anak salah satunya dengan menggunakan Face, Legs,
Activity, Cry and Consolability (FLACC) scala.
FLACC adalah intrumen pengkajian nyeri yang baik digunakan pada anak usia 2-7
tahun. Skala ini terdiri dari 5 penilaian yaitu :
Skor total 0 (tidak nyeri) dan 10 (nyeri hebat).
Hsil skor perilakunya adalah 0 (rileks dan nyaman), 1-3 (nyeri
ringan/ketidaknyamanan ringan, 4-6 nyeri sedang, 7-10 nyeri
hebat/ketidaknyamanan berat.
FLACC Pain Assesment Tool
Skor Total
N
o Kategori 0 1 2
Sering
Tidak ade menggertakan
ekspresi Terkadang dagu dan
khusus, meringis/menarik mengatupkan
1 Face (wajah) senyum diri rahang
Menendang, kaki
tertekuk,
Normal, melengkungkan
2 Leg (kaki) rileks Gelisah, tegang punggung
Berbaring
tenang,
posisi
normal, Menggeliat, tidak
Acitivity mudah bisa diam, kaku Kaku atau
3 (aktivitas) bergerak mengerang menghentak
Merintih,
merengek, Terus menangis,
Tidak kadang-kadang berteriak, sering
4 Cry (menangis) menangis mengeluh mengeluh
Dapat
ditenangkan
dengan sentuhan,
Consability pelukan, bujukan,
5 (konstability) Rileks dapat diahlihkan Sulit dibujuk
Skor total
dapat digunakan untuk mengetahui tingkat nyeri dan dapat digunakan untuk
mengetahui tingkat keparahan mual. Numerik rating scale (NRS) adalah rentan skala
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
Numerik rating scale (NRS) terdiri dari skor 0 sampai 10 dimana dikelompokkan
yaitu
Skor 7 sampai 10 yaitu severe yaitu mual muntah dengan skor tertinggi atau
4. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan terjadinya diare ialah yang pertama
gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap
akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare. Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi ronggga usus. Ketiga,
gangguan mortalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare
sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul
berkelebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare juga. Selain itu diare
juga dapat terjadi akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus
setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut
berkembang biak kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi
hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare (Lestari, 2016).
5. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Padila, 2013 dalam Fahmi, 2016) pemeriksaan penunjang yang
perlu dilakukan pada penderita penyakit diare untuk mengetahui tingkat
keparahan dan memudahkan dalam penanganan.
a) Pemeriksaan tinja
Diperiksa dalam hal volume, warna dan konsistensinya serta diteliti
adanya mukus darah dan leukosit. Pada umumnya leukosit tidak dapat
ditemukan jika diare berhubungan dengan penyakit usus halus. Tetapi
ditemukan pada penderita salmonella, E. Coli, Enterovirus dan
Shigelosis. Terdapatnya mukus yang berlebihan dalam tinja
menunjukkan kemungkinan adanya peradangan kolon. pH tinja yang rendah
menunjukkan adanya malabsorbsi HA, jika kadar glukosa tinja rendah/ Ph
kurang dari 5,5 makan penyebab diare bersifat tidak menular.
b) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan analis gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin dan berat
jenis plasma. Penurunan pH darah disebabkan karena terjadi penurunan
bikarbonat sehingga frekuensi nafas agak cepat. Elektrolit terutama
kadar natrium, kalium, kalsium, dan fosfor
6. Penatalaksanaan
Menurut (Lestari, 2016) penatalaksanaan pada anak dengan diare dapat
dilakukan menurut keparahan dehidrasinya:
a. Pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi, tindakannya yaitu:
1) Untuk mencegah dehidrasi, beri anak minum lebih banyak dari biasanya.
2) ASI (Air Susu Ibu) diteruskan.
3) Makanan diberikan seperti biasanya.
4) Bila keadaan anak bertambah berat, segera bawa ke Puskesmas terdekat.
b. Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan/ sedang,
tindakannya yaitu:
1) Berikan oralit.
2) ASI (Air Susu Ibu) diteruskan.
3) Teruskan pemberian makanan.
4) Sebaiknya yang lunak, mudah dicerna dan tidak merangsang.
5) Bila tidak ada perubahan bawa kembali ke Puskesmas.
c. Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi berat, tindakannya yaitu:
1) Segera bawa ke Rumah Sakit/Puskesmas dengan fasilitas perawatan.
2) Oralit dan ASI diteruskan selama masih bisa minum.
Menurut (Supartini,2004 dalam Sartikno,2012) pemberian cairan parenteral
menurut keparahan dehidrasinya:
a. Pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi
Per oral sebanyak anak mau minum / 1 gelas tiap defekasi.
b. Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan/ sedang
1 jam pertama 50-100 ml/kg BB per oral, selanjutnya 125 ml/kg BB/hari.
c. Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi berat
1) Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun (BB: 3-10 kg)
Pada 1 jam pertama : 40 ml/kgBB.
Pada 7 jam berikutnya: 10 ml/kgBB.
Pada 16 jam berikutnya: 125 ml/kgBB.
2) Untuk anak umur 2-5 tahun
Pada 1 jam pertama: 30 ml/kgBB.
Pada 7 jam berikutnya : 10 ml/kgBB.
Pada 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB.
7. Pencegahan
Tujuh intervensi pencegahan diare yang efektif menurut Suraatmaja (2010) yaitu:
a. Pemberian ASI.
b. Memperbaiki makanan sapihan.
c. Menggunakan air bersih yang cukup banyak
d. Mencuci tangan.
e. Menggunakan jamban keluarga.
f. Cara membuang tinja yang baik dan benar.
g. Pemberian imunisasi campak
WOC Etiologi
Peningkatan
pengeluaran cairan
Diare
3. Intervensi
NO SDKI SLKI SIKI
1 Diare Setelah dilakukan Manajemen diare
berhubungan intervensi keperawatan, Observasi
dengan inflamasi maka eliminasi fekal 1. Identifikasi penyebab diare (mis.
gastrointestinal membaik dengan Inflamasi gastrointestinal, iritasi
kriteria hasil: gastrointestinal, proses infeksi,
- Kontrol pengeluaran malabsorbsi, ansietas
feses meningkat. 2. Monitor warna, volume, frekuensi, dan
membaik Terapeutik
Pemantauan respirasi
Observasi
1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman,
dan upaya nafas.
2. Monitor pola nafas (seperti bradipnea,
takipnea, hiperventilasi, kussmaul,
Cheyne stokes, biot, ataksik)
3. Monitor kemampuan batuk efektif.
4. Monitor adanya produksi sputum.
5. Monitor adanya sumbatan jalan nafas.
6. Auskultasi bunyi nafas.
7. Monitor saturasi oksigen.
8. Monitor nilai AGD.
9. Monitor hasil X-ray thoraks.
Terapeutik
10. Atur interval pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien.
11. Dokumentasikan hasil pemantauan.
Edukasi
12. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan.
13. Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu.
8 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
berhubungan intervensi keperawatan, Observasi:
dengan agen maka tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
pencedera menurun dengan kriteria frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
fisiologis. hasil: 2. Identifikasi skala nyeri
- Kemampuan menunt 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
askan aktivitas 4. Identifikasi factor yang memperberat
meningkat dan memperingan nyeri
- Keluhan nyeri menur 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
un tentang nyeri
- Meringis menurun 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
- Sikap protektif menu respon nyeri
run 7. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap
- Gelisah menurun kualitas hidup
- Muntah menurun analgetik
Terapiutik
- Mual menurun 10. Berikan teknik non farmakologi untuk
- Frekuensi nadi mem mengurangi rasa nyeri (TENS,
baik Hipnosis, Akupresur)
- Pola napas membaik 11. Kontrol lingkungan yang memperberat
- Tekanan darah mem rasa nyeri
baik 12. Fasilitasi aktifitas istirahat dan TIdur
13. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
14. Dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
15. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
16. Jelaskan strategi meredakan nyeri
17. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
18. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
19. Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk
meredakan rasa nyeri
Kolaborasi
20. Kolaborasi dalam pemberian analgetik.
9 Risiko cedera Setelah dilakukan Pencegahan cedera
berhubungan intervensi keperawatan Observasi
dengan selama……., maka 1. Identifikasi area lingkungan yang
perubahan tingkat cedera menurun berpotensi menyebabkan cedera.
fungsi kognitif. dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi obat yang berpotensi
- Kejadian cedera menyebabkan cedera
menurun Terapeutik
a. Keluhan utama :
Ibu pasien mengungkapkan pasien BAB cair 5 kali.
4 Riwayat nutrisi
• Nafsu makan : menurun
• Pola makan : 2x sehari
• Minum : Jenis susu dan air putih Jumlah : ± 1000 cc/hr
• Pantangan : tidak ada
• Menu makanan : nasi, sayur dan lauk
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
5 Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
6 Genogram :
Keterangan:
: Laki – laki
: Perempuan
: tinggal serumah
: pasien
2 KARDIOVASKULER
a. Nyeri dada : √ Tidak - Ya - -Menjalar
b. Irama jantung : √ Reguler - Ireguler
c. Pulsasi : √ Kuat - lemah
d. Bunyi jantung : S1, S2 tunggal √ Ya - -Tidak
- Mumur - Gallop - -Thirl
e. CRT : √ < 3 detik - > 3 detik
f. Cyanosis : - Ya √ Tidak
g. Clubingfinger : - Ada √ Tidak ada
- Lain-lain
h. Lain – lain : -
3 PERSYARAFAN
a Kesadaran : √ CM - Apatis - Somnolen
- Sopor - Koma
b GCS : √ Eye : 4 √ Verbal : 5 √ Motorik : 6
Nilai total GCS : 15
c Reflek - reflek
Mengisap : √ Ada - Tidak
Menolah : √ Ada - Tidak
Menggenggam : √ Kuat - Lemah
Babinsky : √ Positif - Negatif
Moro : √ Ada - Tidak
Patella : √ Positif - Negatif
d. Kejang : √ Tidak ada - Ada,
Jenis : - Tonik - Klonik - Tonik klonik
e. Kaku kuduk : - Ada √ Tidak
f. Brudsky 1 : - Ada √ Tidak
g. Nyeri kepala : - Ya √ Tidak
h. Istirahat dulu : Siang 2 jam/hari, Malam 10 jam/hari
Kebiasaan sebelum tidur :
√Minum susu - Mainan - Cerita/dongeng
i. Kelinan N. Cranialis : √ Tidak - Ada, sebutkan :.......
j. Lain-lain : ...............
Masalah keperawatan : tidak ada
4 GENETOURINARIA
a Bentuk : √ Normal - Tidak normal sebutkan
Lainnya, sebutkan :
c. Kebersihan alat kelamin : √ Bersih - Kotor
Frekuensi kemih : px masih memakai pampers sehari hari nya, warna : kuning, bau : khas
- Poliuria - Inkontinensia
d. Lain-lain :
5 PENCERNAKAN
a. Mulut :
Mukosa : √ Lembab - Kering - Somatitis
Bibir : √ Normal - Labioskisis - Patatoskisis
Lidah : - Hiperemik - Kotor - Bergetar
Kebersihan rongga mulut :
√ Bersih - Kotor - Berbau
Kebiasaan gosok gigi : √ 2 x sehari - 3 x sehari
Caries : - Ada √ Tidak ada
b. Tenggorokan : - Kemerahan - Sakit saat menelan
c. Abdomen : - Mual - Muntah ...... kali - Nyeri
- Normal/supel - Tegang √ kembung
Nyeri tekan, tidak ada - lokasi : -
Peristaltik 35-40 x/menit
Buang air besar : 5 x/hr, Konsistensi cair, warna kuning , bau khas
Masalah eliminasi alvi :
-Konstipasi √ Diare - Obstipasi
-Feces berdarah / berlendir
Pemakaian obat pencahar : - Ya √ Tidak
Lavement : - Ya √ Tidak
Masalah keperawatan : diare, resiko hipovolemia
5 5
5 5
c. Fraktur: √ Tidak - Ya, lokasi...........
d. Dislokasi : √ Tidak - Ya, lokasi...........
e. Kulit : - Ikterik - Hyperpigmentasi - Pucat
f. Akral : √ Hangat - Dingin
g. Turgor : √ Baik - Kurang - Jelek
h. Kelembaban : √ Kering - Kurang - Basah
i. Oedema : √ Tidak ada - Ada, lokasi
j. Kebersihan : √ Bersih - Kotor
k. Lain- lain :
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
7 PENGINDERAAN
a. Mata :
Pupil : √ Isoskor - Anisokor - Midriasis
- Miosis
Reflek cahaya √ Positif - Negatif
Konsungtiva : - Pucat √ Merah muda - Merah
Sklera : - Ikterik √ Tidak ikterik
Palpebra : - Edema √ Tidak
Alat bantu : - Kaca mata √ Tidak
b. Hidung : √ Normal - Mimisal -
Beringus
Mukosa : - Pucat - Edema
Sekret : - Purulen - Jernih
Pergerakan bola mata : √ Normal - Tidak
Kelainan lain, sebutkan : tidak ada
c. Telinga, Bentuk : √ Normal - Tidak
- Nyeri / gatal - Sekret mukopurulen - Berbau
- Benda asing - Serumen
Ketajaman pendengaran √ Normal - Tidak
Kelainan lain, sebutkan : ..............................................
d. Perasa : √ Manis √ Pahit √ Asin
c. Peraba : √ Panas √ Dingin
f. Kelainan lain :
8 ENDOKRIN
a. Pembesaran kelenjar tiroid : - Ya √ Tidak
b. Pembesaran kelenjar parotis : - Ya √ Tidak
c. Hiperglikemia : - Ya √ Tidak
d. Hipoglikemua : - Ya √ Tidak
e. Lain-lain
9 ASPEK PSIKOSOSIAL
a. Ekspresi efek dan emosi - Senang - Sedih √Menangis
- Cemas -Marah-diam
- Takut
- Lain : Kadang memalingkan muka saat petugas datang
IV. KARDIOVASKULER
Tidak ada pemeriksaan
V. TERAPI
Goforan 300mg 1-1-1 iv
Ondancentron 2mg 1-1-1 iv
Anitid 15mg 1-0-1 iv
Sanmol Inf 300mg 1-1-1 iv
Nifudiar 3 x 1 cth (PO)
Orezinc ½-0-½ cth (PO)
VI. HASIL LABORATORIUM.
JENIS PEMERIKSAAN NILAI NORMAL HASIL
Darah Lengkap
WBC / Leukosit x 109 /ʟ 4,0±11,0 4,7
RBC /Eritrosit x 1012/ ʟ 4,0 – 5,1 4,22
HGB/ Hb g/ dl 13,5-17,5 11,7
HCT/ PCV % 35-47 34,2
PLT/ Thrombo X 109 /ʟ 150-400 195
LED/ BBS Mm/ jam < 12 - 18 3–6
Serologi
Anti SARS COV-2 IgM Non reaktif Non reaktif
Anti SARS COV-2 IgG Non reaktif Non reaktif
VII. ANALISA MASALAH
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
1 DS: Infeksi virus, bakteri Diare
parasite
- Ibu pasien mengungkapkan
anaknya BAB cair 5 kali Masuk ke usus
DO:
- Bising usus 35 - 40 x/mnt Mengeluarkan
enterotoksin/sitotoksin
- Pasien masih BAB cair 5x
Peningkatan pengeluaran
sekresi air kedalam lumen
gastrointestinal
Diare
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2011. Kumpulan Tips Pediatrik. Jakarta: Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi
dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1, Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1, Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI