PENDAHULUAN
Diare merupakan penyakit sistem pencernaan yang ditandai dengan buang air
besar encer lebih dari tiga kali dalam sehari (WHO, 2009). Diare penyebab
nomer 1 kematian anak usia balita di dunia, UNICEF melaporkan setiap detik satu
setiap tahunnya dan angka kesakitan pada balita sekitar 200-400 kejadian dari
1000 penduduk setiap tahunnya dan 1-5% berkembang menjadi diare kronik
(Soebagyo, 2008). Dari hasil survey morbiditas yang dilakukan oleh subdit diare,
insiden naik. Pada tahun 2012 angka kesakitan diare pada balita 900 per 1.000
balita, tahun 2013 insiden diare pada balita sebesar 6,7% (kisaran provinsi 3,3%-
10,2%). Tahun 2015 terjadi 18 kali KLB diare dengan jumlah penderita 1.213
orang dan kematian 30 orang dengan Case Fatality Rate (CFR) = 2,47% (DEPKES
RI, 2015).
penyakit. Diare dapat diatasi dengan menjaga kebersihan dan mengolah makanan
yang sehat dan bersih dan anjuran pada ibu untuk mencegah dan menangani diare
secara cepat dan tepat agar angka morbiditas dan mortalitas diare menurun
(Soebagyo & Santoso, 2010). Pengetahuan ibu tentang diare pada anak merupakan
1
salah satu komponen faktor predisposisi yang mempengaruhi perilaku dalam
2
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
Diare akut adalah buang air besar lembek /cair bahkan dapat berupa
air saja yang frekuensinya lebih sering biasanya (biasanya dalam sehari 3
2.2 Epidemiologi
Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas
pada anak di seluruh dunia, yang menyebabkan 1 miliar kejadian sakit dan
anak – anak dengan usia kurang dari 5 tahun di Indonesia adalah : laki-laki
terjadi pada usia 6-11 bulan(19,4%), 12-23 bulan (14,8) dan 24-35 bulan
berkembang telah turun dari 4,6 juta tahun 1982 menjadi 2,5 juta kematian
pada tahun 2003. Di Indonesia angka kematian diare juga telah turun tajam
3
dari 40% tahun 1972 menjadi 24,9 pada tahun 1980, 10% tahun 1985 hingga
7,4 % tahun 1996 dari semua kasus kematian. Walaupun angka kematian
karena diare telah turun, angka kesakitan karena diare tetap tinggi baik di
tidak saja di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penyakit diare
2.3 Etiologi
1) Faktor infeksi
lain
albicans).
dibawah 2 tahun).
4
3) Faktor Malabsorpsi
Malabsorbsi karbohidrat
Malabsorbsi lemak
Malabsorbsi protein
4) Faktor makanan
5) Lain-lain
Imunodefisiensi
Faktor-faktor langsung:
- Sosioekonomi.
2.4 Patofisiologi
yaitu diare osmotik, sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus.
- Diare osmotik terjadi karena terdapatnya bahan yang tidak dapat
cAMP dan cGMP yang akan menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit.
5
- Diare karena gangguan motilitas usus terjadi akibat adanya gangguan
osmotik.
-
Kuman yang melepaskan toxin yang berikatan dengan enterosit
menyebabkan diare.
rusak diganti dengan yang baru yang fungsinya belum matang, villi
shigella, E coli agak berbeda dengan patogenesis diare oleh virus, tetapi
6
sistemik.Toksin shigella juga dapat masuk ke dalam serabut saraf otak
berkurang kemudian timbul diare. Tinja mungkin disertai lendir dan darah.
daerah anus dan sekitarnya timbul luka lecet karena sering defekasi dan tinja
yang asam akibat laktosa yang tidak diabsorbsi usus selama diare. Gejala
muntah dapat timbul sebelum atau selama diare dan dapat disebabkan
berkurang, mata dan ubun-ubun cekung (bayi), selaput lender bibir dan
mulut, serta kulit kering. Bila keadaan ini terus berlanjut, akan terjadi
cepat, nadi lemah dan tidak teraba, tekanan daran turun, pasien tampak
7
2.6 Komplikasi Diare
Dehidrasi terjadi karena output air lebih banyak dari pada input air.
berikut ini:
Mata cekung
sangat lambat
8
Mata cekung
lambat
ringan/sedang
9
e. Pemindahan ion Na dari cairan ekstraselular ke dalam cairan
intraselular.
2. Hipoglikemia
terjadi, lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita
3. Gangguan gizi
akibat terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat. Hal ini
disebabkan karena :
a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan/atau
10
c. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi
4. Gangguan sirkulasi
a. Anamnesis
Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, buang air
b. Pemeriksaan fisik
11
Tanda tambahan: ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa
Berat badan.
Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada,
Akral hangat
tambahan.
12
Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10% berat badan)
tanda tambahan.
c. Laboratorium
penyebab dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare
darah lengkap, kultur urine dan tinja pada sepsis atau infeksi saluran kemih.
akut :
Darah: darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah,
Feses :
13
Bentuk klinis diare berdasarkan penyebabnya :
seperti air tajun, kuah sayur, air sup, air teh. Bila tidak memberikan cairan
rumah tangga yang dianjurkan, berikan air matang. Jangan diberikan cairan
yang osmolaritasnya tinggi, yaitu yang terlalu manis sepeti soft drink.
b. Mengobati dehidrasi
Bila terjadi dehidrasi terutama pada anak balita, penderit harus segera
14
pengobatan yang cepat dan tepat, yaitu dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi
berat, penderita harus segera diberikan cairan intravena dengan Ringer Laktat
memberikan gizi pada penderita terutama bertujuan agar anak tetap kuat dan
d. Pemberian Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Lebih
untuk metabolisme radikal bebas superoksida sehingga kadar radikal bebas ini
dalam tubuh berkurang. Pada proses inflamasi, kadar radikal bebas superoksida
Zinc yang ada dalam tubuh akan hilang dalam jumlah besar pada saat
zinc yang hilang dalam proses kesembuhan seorang anak dan untuk menjaga
untuk terapi diare karena suplementasi zinc telah terbukti menurunkan jumlah
15
Banyak uji klinik yang melaporkan bahwa suplemen Zinc sangat
Untuk bayi usia di bawah 6 bulan berikan setengah tablet zinc (10mg) sekali
Untuk anak usia 6 bulan ke atas berikan satu tablet zinc (20 mg) sekali sehari
Larutkan tablet tersebut dengan sedikit (beberapa tetes)air matang atau ASI
Tablet harus diberikan selama sepuluh hari penuh (walaupun diare telah
Apabila anak muntah sekitar setelah jam setelah pemberian tablet zinc,
berikan lagi tablet zinc dengan cara memberikan potongan lebih kecil dan
berikan tablet zinc segera setelah anak dapat minum atau makan.
e. Pemberian Probiotik
atau jamur yang tumbuh sebagai flora normal dalam saluran pencernaan
16
manusia, yang bila diberikan sesuai indikasi dan dalam jumlah adekuat
sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki oleh bakteri probiotik
tersebut bakteri probiotik dapat dipakai dengan cara untuk pencegahan dan
tatalaksana diare akut pada anak. Hasil meta analisa Van Niel dkk
infeksi pada anak, menurunkan lamanya diare kira-kira 2/3 lamanya diare,
dan menurunkan frekuensi diare pada hari ke dua pemberian sebanyak 1-2
Terdapat berbagai macam jenis probiotik yang hingga saat ini sering
adalah Lactic Acid Bacteria (LAB). Golongan LAB dapat mengubah gula
17
saluran gastrointestinal, sehingga menghambat pertumbuhan bakteri
Bifidobacterium.
Metchnikoff, pada awal abad 20, penelitian tentang probiotik hingga saat
aspek pencegahan dan terapi penyakit, terutama penyakit alergi dan infeksi.
lebih cepat dibandingkan plasebo (95% CI) dengan level of evidence 1a.
f. Pemberian Antibiotik
18
kholera shigella, karena penyebab terbesar dari diare pada anak adalah virus
gajala yang berat serta berulang atau menunjukkan gejala diare dengan
darah dan lendir yang jelas atau segala sepsis. Anti motilitis seperti
kasus berat), Untuk kasus berat : Dehidro emetin hidrokhlorida 1-1,5 mg/kg
Obat-obatan “anti diare” dan anti muntah tidak boleh diberikan pada anak
dengan diare. Anti diare tidak dianjurkan karena belum adanya bukti mengenai
diare yang berdaya guna, sehingga penggunaan anti diare hanya menimbulkan
beban biaya.
19
h. Pemberian nasehat
Pemberian nasehat kepada orang tua anak (pengasuh) untuk segera membawa
anaknya kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau
Muntah berulang-ulang
Demam
Tinja berdarah
Ibu perlu dibimbing tentang cara pemberian makanan yang baik pada anak,
membantu usaha mereka untuk mengikuti anjuran ini. Empat kunci utama
lanjutnya.
Pemberian ASI selama diare tidak boleh di kurangi atau di hentikan tetapi
berikan untuk menambah larutan oralit. Susu sapi atau formula yang biasa di
terima bila timbul dehidrasi maka pemberian susu harus di hentikan selama
20
rehidrasi untuk 4-6 jam dan kemudian dilanjutkan lagi. Makanan lunak bila anak
berumur 4 bulan atau lebih sudah bisa menerima makanan lunak, makanan ini
harus di teruskan. Bayi umur 6 bulan atau lebih harus mulai di berikan makanan
lunak bila belum pernah di beri. Bila timbul dehidrasi makanan ini harus di
hentikan 4 – 6 jan untuk rehidrasi untuk kemudian di lanjutkan lagi. Paling tidak
separuh makanan diet harus berasal dari makanan porsi kecil tetapi sering (6
dalam penanganan diare akut pada bayi. Probiotik dengan pemberian dua kali
mikroba diusus. Angka penguranga dari frekuensi defekasi secara drastis dalam
<3 hari terdapat pada kelompok yang memeperoleh probiotik dengan kelompok
kontrol. Konsistensi faeces yang lebih padat dan durasi yang lebih pendek pada
kelompok probiotik. Rata-rata lama durasi diare juga mengalami hasil yang
2.10Pencegahan Diare
Penatalaksanaan kasus yang benar, yang terdiri dari upaya rehidrasi oral dan
pemberian makanan dapat mengurangi efek buruk diare yang meliputi dehidrasi,
kekurangan gizi dan resiko kematian. Cara-cara lain juga dibutuhkan, untuk
21
mikroorganisme penyebab diare juga meningkatkan resistensi anak terhadap
bersih, pembuangan tinja yang aman dan imunisasi. Ada 7 cara diidentifikasi
1. Pemberian ASI.
4. Cuci tangan.
5. Penggunaan jamban.
7. Imunisasi campak.
enterik, termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan penderita,
penggunaan jas panjang bila ada kemungkinan pencemaran dan sarung tangan
bila menyentuh bahan yang terinfeksi. Penderita dan keluarganya harus dididik
22
BAB III
Studi kasus dilakukan pertama kali saat pasien datang berobat di Posyandu
dengan menggunakan pertanyaan what, why, who, where, when dan how.
23
BAB IV
LAPORAN KASUS
Umur : 11 bulan
Umur : 28 tahun
Umur : 26 tahun
Hubungan dengan
Agama : Islam
Suku : Sasak
4.2.Ananmnesis
1. KeluhanUtama :
2. Keluhan Tambahan :
24
Panas badan
1/2 gelas, berupa cairan berwarna kuning kehijauan, tanpa disertai lendir
dan darah. Keluhan mencret disertai panas badan yang tidak begitu
tinggi, hilang timbul, siang sama dengan malam sejak 1 hari. Keluhan
tidak disertai muntah, batuk, pilek, ruam di kulit dan kejang. Pasien
tidak tampak rewel dan masih mau minum. BAK tidak ada keluhan.
yang berasal dari PAM dan di masak sampai matang. Seluruh alat
memiliki 2 botol susu yang setiap hari di rebus dengan air mendidih.
sebelumnya.
Dalam keluarga ada pernah yang sakit seperti ini baik ibu atau
bapak pasien.
Pasien adalah seorang anak dari Tn. Sigit dan Ny. Rohana dengan
pekerjaan bapak sebagai penjaga toko dan ibu sebagai Ibu rumah tangga.
25
Sosial ekonomi keluarga ini termasuk keluarga dengan sosial ekonomi
menengah ke bawah.
7. Riwayat Kebiasaan :
Diakui oleh Bapak pasien bahwa anaknya yaitu An. Ayu memiliki
pola makan yang cukup yaitu 3 kali sehari, dan memiliki 2 botol susu
makan secara benar, seperti mencuci peralatan makan dengan sabun dan
8. Riwayat Pengobatan :
9. Riwayat Alergi :
Alergi obat atau makanan disangkal. Riwayat alergi pada orang tua
disangkal.
Pasien lahir cukup bulan ( 9 bulan) dirumah ditolong oleh bidan dan
lahir spontan dan langsung menangis. Berat lahir 3000 gram. Bapak
26
12. Riwayat Pemberian Makanan :
- Motorik kasar :
- Motorik halus :
- Sosial : berespon terhadap orang yang baru dikenal, dan sudah bisa
tersenyum.
27
2.3 Pemeriksaan Fisik
Vital Sign :
- Suhu : 36,8oC
Status Generalis :
- Pucat : (-)
- Sianosis : (-)
- Ikterus : (-)
- Perdarahan : (-)
- Kepala
28
- Kulit : Tidak ada kelainan.
- Mata :
- Telinga :
- Bentuk : Normal.
- Hiperemis : (-)
- Serumen : (-)
- Hidung :
- Bentuk : Normal.
- sekret : (-)
- Mulut :
- POC : (-)
- Lidah : Bersih.
- Leher :
- Bentuk : Simetris.
- trachea : Di tengah.
29
- KGB : Tidak membesar.
- Retraksi SS : (-)
- Paru
- Jantung
sinistra.
dextra.
sinistra.
- Abdomen
membesar.
30
- Perkusi : Timpani.
- Genitalia eksterna
- Anus : kemerahan.
- Ekstermitas
A. Aspek personal :
Posyandu adalah agar pasien dapat sembuh. Bapak pasien khawatir jika
anak akan menjadi lemas dan berat badan anak akan menurun.
B. Aspek klinik :
Bakteri.
31
D. Aspek psikososial keluarga :
E. Aspek fungsional :
seperti bermain bersama ibunya dan anak tetangganya, akan tetapi dari
hari ke hari aktifitas fisik yang dilakukan An. Sahira semakin berkurang
sudah tidak sama sekali bermain hanya dirumah saja untuk istirahat dan
tidur.
diharapkan
32
Ayu dengan obat sehari-hari
sesuai anjuran
dokter Posyandu.
Disamping itu
rutin
memeriksakan An.
Ayu ke puskesmas
walaupun
kesehatannya
sudah membaik.
memperhatikan dan
melakukan paracetamol
33
penunjang seperti (jika panas)
puskesmas. diberikan
makan dan
saat
kunjungan
ke rumah
pasien
memperhatikan faktor-faktor
kebersihan yang
makan.
34
Aspek Menganjurkan Seluruh Saat mengurangi Tidak Tidak
dan tentu
memperhatikan
kebersihan anak
dan kebersihan
lingkungan sekitar
tempat anak
bermain.
35
4.6 Prognosis
1. Ad vitam : ad bonam
2. Ad sanasionam : ad bonam
3. Ad fungsionam : ad bonam
36
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
pasien makan
5.2 Saran
37