Anda di halaman 1dari 14

DIARE PADA ANAK

tulisan berikut merupakan potongan dari case GEA dengan Dr. dr. Rosiana
A. Marbun, Sp.A waktu kepaniteraan jejaring di RSUD Ibnu Sutowo. ini
merupakan case dengan PR dan revisi terbanyak sepanjang saya belajar.
tapi di post aja, syukur-syukur bermanfaat.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DIARE AKUT PADA ANAK

Definisi
Diare akut adalah buang air besar lembek /cair bahkan dapat berupa air saja yang
frekuensinya lebih sering biasanya (biasanya dalam sehari 3 kali atau lebih) dan
berlangsung kurang dari 7 hari.

2.2 Epidemiologi
Di Amerika Serikat, 20-35 juta kejadian diare terjadi setiap tahunnya. Di dunia sebesar 6
juta anak meninggal tiap tahunnya karena diare, di mana sebagian kematian tersebut
terjadi di negara berkembang. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama
morbiditas dan mortalitas pada anak di seluruh dunia, yang menyebabkan 1 miliar
kejadian sakit dan 3-5 juta kematian setiap tahunnya. (Parashar,2003).

Di Indonesia dilaporkan bahwa setiap anak mengalami diare sebanyak 1-2 episode per
tahun (Depkes, 2003). Berdasarkan survei demografi kesehatan Indonesia tahun 2002-
2003, prevalensi diare pada anak anak dengan usia kurang dari 5 tahun di Indonesia
adalah : laki-laki 10,8% dan perempuan 11,2%. Berdasarkan umur, prevalensi tertinggi
terjadi pada usia 6-11 bulan(19,4%), 12-23 bulan (14,8) dan 24-35 bulan (12,0) (Biro
pusat statistik, 2003).
Berdasarkan laporan WHO 2003, kematian akibat diare di negara berkembang telah
turun dari 4,6 juta tahun 1982 menjadi 2,5 juta kematian pada tahun 2003. Di Indonesia
angka kematian diare juga telah turun tajam dari 40% tahun 1972 menjadi 24,9 pada
tahun 1980, 10% tahun 1985 hingga 7,4 % tahun 1996 dari semua kasus kematian.
Walaupun angka kematian karena diare telah turun, angka kesakitan karena diare tetap
tinggi baik di negara maju maupun di negara berkembang.

Diare akut sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja di negara
berkembang tetapi juga di negara maju. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB
(Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang banyak dalam waktu yang singkat.

Etiologi
1. Faktor infeksi
1. Infeksi enteral (infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare)
Infeksi bakteri : vibrio, E. coli, salmondla, shigella, campylo
bacter,yersinia, aeromonas, dan sebagainya
Infeksi virus : enterovirus, adenovirus, rotavirus, astrovirus, daii
lain-lain
Infeksi parasit : cacing (ascaris), protozoa (entamoeba
histolytica,giardia lamblia, tricomonas hominis dan jamur (candida
albicans)
2. Infeksi parenteral (infeksi diluar alat pencernaan) seperti: OMA (Otitis
Media Akut), tonsilitis, tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan
sebagainya (sering terjadi pada bayi dan umur dibawah 2 tahun)
2. Faktor Malabsorpsi
1. Malabsorbsi karbohidrat
Disakarida ; intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa
Monosakarida: intoleransi glukosa, fruktosadan galaktosa
2. Malabsorbsi lemak
3. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan
Makanan besi, beracun, alergi terhadap makanan

4. Lain-lain
1. Imunodefisiensi
2. Gangguan psikologis (cemas dan takut)
3. Faktor-faktor langsung:
KKP (Kurang Kalori Protein)
Kesehatan pribadi dan lingkungan
Sosioekonomi

Patofisiologi
Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu diare osmotik,
sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus.

Diare osmotik terjadi karena terdapatnya bahan yang tidak dapat diabsorpsi
oleh usus akan difermentasi oleh bakteri usus sehingga tekanan osmotik di lumen
usus meningkat yang akan menarik cairan.
Diare sekretorik terjadi karena toxin dari bakteri akan menstimulasi cAMP dan
cGMP yang akan menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit.
Diare karena gangguan motilitas usus terjadi akibat adanya gangguan pada
kontrol otonomik, misal pada diabetik neuropati, postvagotomi, post reseksi usus
serta hipertiroid.
Mekanisme primer yang menyebabkan diare akut adalah:

1. Rusaknya vili-vili di sekitar daerah brush boarder usus halus, yang menyebabkan
malabsorbsi yang menyebabkan diare karena gangguan osmotik.
2. Kuman yang melepaskan toxin yang berikatan dengan enterosit reseptor yg
spesifik yang menyebabkan terlepasnya ion klorida kedalam membran intestinal
sehingga menyebabkan gangguan absorbsi sehingga menyebabkan diare.
Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang masuk melalui
makanan dan minuman sampai ke enterosit, akan menyebabkan infeksi dan kerusakan
villi usus halus. Enterosit yang rusak diganti dengan yang baru yang fungsinya belum
matang, villi mengalami atropi dan tidak dapat mengabsorpsi cairan dan makanan
dengan baik, akan meningkatkan tekanan koloid osmotik usus dan meningkatkan
motilitasnya sehingga timbul diare.

Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang berhubungan dengan
pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus cAMP, cGMP, dan Ca dependen. Patogenesis
terjadinya diare oleh salmonella, shigella, E coli agak berbeda dengan patogenesis diare
oleh virus, tetapi prinsipnya hampir sama. Bedanya bekteri ini dapat menembus (invasi)
sel mukosa usus halus sehingga depat menyebakan reaksi sistemik.Toksin shigella juga
dapat masuk ke dalam serabut saraf otak sehingga menimbulkan kejang. Diare oleh
kedua bakteri ini dapat menyebabkan adanya darah dalam tinja yang disebut disentri.

Manifestasi kinis
Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh naik, nafsu makan berkurang kemudian
timbul diare. Tinja mungkin disertai lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah
kehijauan karena bercampur dengan, daerah anus dan sekitarnya timbul luka lecet
karena sering defekasi dan tinja yang asam akibat laktosa yang tidak diabsorbsi usus
selama diare. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau selama diare dan dapat
disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam
basa dan elektrolit.

Bila kehilangan cairan terus berlangsung tanpa pergantian yang memadai gejala
dehidrasi mulai tampak yaitu : BB turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun
cekung (bayi), selaput lender bibir dan mulut, serta kulit kering. Bila keadaan ini terus
berlanjut, akan terjadi renjatan hypovolemik dengan gejala takikardi, denyut jantung
menjadi cepat, nadi lemah dan tidak teraba, tekanan daran turun, pasien tampak lemah
dan kesadaran menurun, karena kurang cairan, deuresis berkurang (oliguria-anuria).
Bila terjadi asidosis metabolik pasien akan tampak pucat, nafas cepat dan dalam
(pernafasan kusmaul).

2.6. Komplikasi Diare


Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi :

1. Kehilangan cairan (dehidrasi)


Dehidrasi terjadi karena output air lebih banyak dari pada input air. Klasifikasi tingkat
dehidrasi anak dengan diare yaitu :

Penilaian Dehidrasi Menurut MTBS


Terdapat dua atau lebih dari tanda-
tanda berikut ini:
Letargis atau tidak sadar
Mata cekung
DEHIDRASI BERAT
Tidak bisa minum atau malas
minum
Cubitan kulit perut
kembalinya sangat lambat

Terdapat dua atau lebih dari tanda-


tanda berikut ini:
Gelisah, rewel/mudah
DEHIDRASI
masalah
Mata cekung
Cubitan kulit perut RINGAN/SEDANG
kembalinya lambat

Tidak cukup tanda-tanda untuk


diklasifikasikan sebagai dehidrasi TANPA DEHIDRASI
berat atau ringan/sedang

Kriteria Dehidrasi menurut WHO 2000

2. Gangguan keseimbangan asam-basa (metabolik asidosis)


Metabolik asidosis terjadi karena :

1. Kehilangan Na-bikarbonat bersama feses


2. Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak yang tidak sempurna sehingga
benda keton tertimbun dalam tubuh.
3. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan.
4. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat
dikeluarkan oleh ginjal.
5. Pemindahan ion Na dari cairan ekstraselular ke dalam cairan intraselular.
Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernapasan, pernapasan
bersifat cepat, teratur dan dalam yang disebut pernapasan kuszmaull. Pernapasan ini
merupakan homeostasis respiratorik yaitu usaha dari tubuh untuk mempertahankan pH
darah.

3. Hipoglikemia
Pada anak-anak dengan gizi baik/cukup, hipoglikemia ini jarang terjadi, lebih sering
terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita KEP. Hal ini terjadi karena :

1. Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu


2. Adanya gangguan absorbsi glukosa.
Gejala hipoglikemia dapat muncul jika kadar glukosa darah menurun sampai 40 mg%
pada bayi dan 50 mg% pada anak-anak. Gejala hipoglikemia tersebut berupa: lemas,
apatis, peka rangsang, tremor, pucat, berkeringat, syok, kejang sampai koma.

4. Gangguan gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat terjadinya
penurunan berat badan dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan karena :

1. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan/atau
muntahnya akan bertambah berat.
2. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran.
3. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik
karena adanya hiperperistaltik.

5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan sirkulasi
darah berupa rejatan (shock) hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan berkurang dan
terjadi hipoksia dan asidosis bertambah berat. Kemudian dapat mengakibatkan
perdarahan di otak yang menimbulkan turunnya kesadaran (soporokomatusa) dan bila
tidak segera ditangani penderita dapat meninggal.

2.7. Kriteria Diagnosis


1. Anamnesis
Lama diare berlangsung, frekuensi diare dalam sehari, warna dan konsistensi
tinja, lendir dan atau darah dalam tinja
Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, buang air kecil
terakhir, demam, sesak, kejang, kembung
Jumlah cairan yang masuk selama diare
Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare, mengonsumsi
makanan yang tidak biasa
Penderita diare disekitarnya dan sumber air minum

1. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital
Tanda utama: keadaan umum gelisah/cengeng atau lemah/letargi/koma, rasa
haus, turgor kulit abdomen menurun
Tanda tambahan: ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa bibir, mulu,
dan lidah
Berat badan
Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, seperti napas cepat
dan dalam (asidosos metabolik), kembung (hipokalemia), kejang (hipo atau
hipernatremia)
Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai kriteria berikut:
Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan < 5% berat badan)
Tidak ditemukan tanda utama dan tandda tambahan
Keadaan umum baik, sadar
Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada, mukosa mulut
dan bibir basah
Turgor abdomen baik, bising usus normal
Akral hangat
Dehidrasi ringan sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan)
Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda tambahan
Keadaan umum gelisah atau cengeng
Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata kurang, mukosa
mulut dan bibir sedikit kering
Turgor kurang, akral hangat
Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10% berat badan)
Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah dengan 2 atau lebih tanda
tambahan
Keadaan umum lemah, letargi, atau koma
Ubun-ubun sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak ada, mukosa
mulut dan bibir sangat kering
Turgor sangat kurang dan akral dingin

1. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak diperlukan,
hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab dasarnya tidak
diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada penderita dengan
dehidrasi berat. Contoh : pemeriksaan darah lengkap, kultur urine dan tinja pada sepsis
atau infeksi saluran kemih. Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan
pada saat diare akut :

Darah: darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan
kepekaan terhadap antibiotika.

Feses :
PH asam diare osmotic

Leukosit > 5 / LPB disentri

Hal yang dinilai pada pemeriksaan feses:

Makroskopis : konsistensi, warna, lendir, darah, bau


Mikroskopis : leukosit, eritrosit, parasit, bakteri
Bentuk klinis diare berdasarkan penyebabnya :

2.8. Pengobatan Diare


Prinsip penatalaksanaan penderita diare adalah:

1. Mencegah terjadinya dehidrasi


Salah satu komplikasi yang paling sering terjadi adalah dehidrasi. Mencegah terjadinya
dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan memberikan minum lebih banyak
dengan rumah tangga yang dianjurkan, seperti air tajun, kuah sayur, air sup, air teh.
Bila tidak memberikan cairan rumah tangga yang dianjurkan, berikan air matang.
Jangan diberikan cairan yang osmolaritasnya tinggi, yaitu yang terlalu manis sepeti soft
drink.
1. Mengobati dehidrasi
Bila terjadi dehidrasi terutama pada anak balita, penderit harus segera dibawa ke
petugas kesehatan atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat
dan tepat, yaitu dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi berat, penderita harus segera
diberikan cairan intravena dengan Ringer Laktat sebelum dilanjutkan terapi oral.

1. Pemberian ASI / makanan


Pemberian ASI / makanan selama serangan diare bertujuan untuk memberikan gizi pada
penderita terutama bertujuan agar anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan.

1. Pemberian Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Lebih dari 90
macam enzim dalam tubuh memerlukan zinc sebagai kofaktornya, termasuk enzim
superoksida dismutase (Linder,1999). Enzim ini berfungsi untuk metabolisme radikal
bebas superoksida sehingga kadar radikal bebas ini dalam tubuh berkurang. Pada
proses inflamasi, kadar radikal bebas superoksida meningkat, sehingga dapat merusak
berbagai jenis jaringan termasuk jaringan epitel dalam usus (Cousins et al, 2006).

Zinc yang ada dalam tubuh akan hilang dalam jumlah besar pada saat seorang anak
menderita diare. Dengan demikian sangat diperlukan pengganti zinc yang hilang dalam
proses kesembuhan seorang anak dan untuk menjaga kesehatannya di bulan-bulan
mendatang.

Mulai tahun 2004, WHO-UNICEF merekomendasikan suplemen Zinc untuk terapi diare
karena suplementasi zinc telah terbukti menurunkan jumlah hari lamanya seorang anak
menderita sakit, menurunkan tingkat keparahan penyakit tersebut, serta menurunkan
kemungkinan anak kembali mengalami diare 2-3 bulan berikutnya.

Banyak uji klinik yang melaporkan bahwa suplemen Zinc sangat bermanfaat untuk
membantu penyembuhan diare. Zinc sebaiknya diberikan sampai 10-14 hari, walaupun
diarenya sudah sembuh.11 Sayangnya suplemen Zinc ini belum banyak beredar di
apotek di Indonesia. Di beberapa RS besar di Indonesia telah menggunakan suplemen
Zinc dalam bentuk suspensi untuk penatalaksanaan diare akut.
Adapun cara pemberian Tablet Zinc yaitu :

Untuk bayi usia di bawah 6 bulan berikan setengah tablet zinc (10mg) sekali
sehari selama sepuluh hari berturut-turut.
Untuk anak usia 6 bulan ke atas berikan satu tablet zinc (20 mg) sekali sehari
selama sepuluh hari berturut-turut.
Larutkan tablet tersebut dengan sedikit (beberapa tetes)air matang atau ASI
dalam sendok teh.
Jangan mencampur tablet zinc dengan oralit
Tablet harus diberikan selama sepuluh hari penuh (walaupun diare telah berhenti
sebelum 10 hari)
Apabila anak muntah sekitar setelah jam setelah pemberian tablet zinc, berikan
lagi tablet zinc dengan cara memberikan potongan lebih kecil dan berikan beberapa
kali hingga satu dosis penuh.
Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus,tetap berikan
tablet zinc segera setelah anak dapat minum atau makan.

1. Pemberian Probiotik
Probiotik adalah suatu suplemen makanan, yang mengandung bakteri atau jamur yang
tumbuh sebagai flora normal dalam saluran pencernaan manusia, yang bila diberikan
sesuai indikasi dan dalam jumlah adekuat diharapkan dapat memberikan keuntungan
bagi kesehatan dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik didalam lumen
saluran cerna sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki oleh bakteri probiotik
melalui reseptor dalam sel epitel usus. Dengan mencermati penomena tersebut bakteri
probiotik dapat dipakai dengan cara untuk pencegahan dan pengobatan diare baik yang
disebabkan oleh Rotavirus maupun mikroorganisme lain, speudomembran colitis
maupun diare yang disebabkan oleh karena pemakaian antibiotika yang tidak rasional
(antibiotik asociated diarrhea ) dan travellerss diarrhea.

Terdapat banyak laporan tentang penggunaan probiotik dalam tatalaksana diare akut
pada anak. Hasil meta analisa Van Niel dkk menyatakan lactobacillus aman dan efektif
dalam pengobatan diare akut infeksi pada anak, menurunkan lamanya diare kira-kira
2/3 lamanya diare, dan menurunkan frekuensi diare pada hari ke dua pemberian
sebanyak 1-2 kali. Kemungkinan mekanisme efekprobiotik dalam pengobatan diare
adalah : Perubahan lingkungan mikro lumen usus, produksi bahan anti mikroba
terhadap beberapa patogen, kompetisi nutrien, mencegah adhesi patogen pada
anterosit, modifikasi toksin atau reseptor toksin, efektrofik pada mukosa usus dan
imunno modulasi.

Terdapat berbagai macam jenis probiotik yang hingga saat ini sering digunakan sebagai
suplemen. Golongan yang paling banyak digunakan adalah Lactic Acid Bacteria (LAB).
Golongan LAB dapat mengubah gula dan karbohidrat menjadi asam laktat, yang
berfungsi menurunkan kadar pH saluran gastrointestinal, sehingga menghambat
pertumbuhan bakteri patogen. Contoh strain golongan LAB adalah Lactobacillus dan
Bifidobacterium.

Sejak dipublikasikan pertama kali oleh seorang peneliti Rusia, Eli Metchnikoff, pada awal
abad 20, penelitian tentang probiotik hingga saat ini banyak dilakukan untuk menguji
kemanfaatannya pada populasi anak. Produk komersial yang mengandung probiotik
sebagai suplemen banyak tersedia di pasaran. Kemanfaatan probiotik terutama banyak
dilihat dari aspek pencegahan dan terapi penyakit, terutama penyakit alergi dan infeksi.

Penggunaan probiotik untuk diare pada anak merupakan fokus studi yang paling banyak
dilakukan dalam penilaian kemanfaatan probiotik. Secara teoritis, probiotik dapat
mengurangi keparahan diare melalui efek kompetisi dengan patogen, imunomodulator,
meningkatkan sekresi IgA mukosa usus, dan mengurangi kejadian intoleransi laktosa.

Pemberian probiotik terlihat bermanfaat dalam tatalaksana diare akut. Meta-analisis


yang dilakukan oleh Szajewska et al menunjukkan bahwa pemberian suplemen
Lactobacillus mengurangi durasi diare akut sehari lebih cepat dibandingkan plasebo
(95% CI) dengan level of evidence 1a. Efektivitasnya terutama lebih baik pada mereka
dengan etiologi rotavirus, yang merupakan penyebab terbanyak diare akut pada anak.

1. Pemberian Antibiotik
Sebagian besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika oleh
karena pada umumnya sembuh sendiri (self limiting). Antibiotik hanya diperlukan pada
sebagian kecil penderita diare misalnya kholera shigella, karena penyebab terbesar dari
diare pada anak adalah virus (Rotavirus). Kecuali pada bayi berusia di bawah 2 bulan
karena potensi terjadinya sepsis oleh karena bakteri mudah mengadakan translokasi
kedalam sirkulasi, atau pada anak/bayi yang menunjukkan secara klinis gajala yang
berat serta berulang atau menunjukkan gejala diare dengan darah dan lendir yang jelas
atau segala sepsis. Anti motilitis seperti difenosilat dan loperamid dapat menimbulkan
paralisis obstruksi sehingga terjadi bacterial overgrowth, gangguan absorpsi dan
sirkulasi.
Beberapa antimikroba yang sering dipakai antara lain:

Kolera : Tetrasiklin 12,5mg/kgBB/ dibagi 3 dosis (3 hari) atau Erytromycin 12,5


mg/kgBB 4x sehari selama 3 hari
Shigella : Ciprofloxacin 15 mg/kgBB 2x sehari selama 3 hari atau Ceftriaxone 50-
100 mg/kgBB 1x sehari IM selama 2-5 hari.
Amebiasis : Metronidasol 10mg/kg/ 3x sehari selama 5 hari (10 hari pada kasus
berat), Untuk kasus berat : Dehidro emetin hidrokhlorida 1-1,5 mg/kg (maks 90mg)
(im) s/d 5 hari tergantung reaksi (untuk semua umur)
Giardiasis : Metronidazole 5mg/kgBB 3x sehari selama 5 hari.

1. Mengobati masalah lain


Obat-obatan anti diare dan anti muntah tidak boleh diberikan pada anak dengan
diare. Anti diare tidak dianjurkan karena belum adanya bukti mengenai diare yang
berdaya guna, sehingga penggunaan anti diare hanya menimbulkan beban biaya.

1. Pemberian nasehat
Pemberian nasehat kepada orang tua anak (pengasuh) untuk segera membawa
anaknya kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau
menderita sebagai berikut:

Buang air besar cair lebih sering


Muntah berulang-ulang
Rasa haus yang nyata
Makan atau minum sedikit
Demam
Tinja berdarah

2.10. Pencegahan Diare


Penatalaksanaan kasus yang benar, yang terdiri dari upaya rehidrasi oral dan
pemberian makanan dapat mengurangi efek buruk diare yang meliputi dehidrasi,
kekurangan gizi dan resiko kematian. Cara-cara lain juga dibutuhkan, untuk mengurangi
insidensi diare, yaitu intervensi yang selain mengurangi penyebaran mikroorganisme
penyebab diare juga meningkatkan resistensi anak terhadap infeksi kuman ini.

Sejumlah intervensi telah diusulkan untuk mencegah diare pada anak, kebanyakan
meliputi cara yang berhubungan dengan cara pemberian makanan kepada bayi,
kebersihan perseorangan, kebersihan makanan, penyediaan air bersih, pembuangan
tinja yang aman dan imunisasi. Ada 7 cara diidentifikasi sebagai sasaran untuk
promosi, yaitu:

1. Pemberian ASI
2. Perbaikan makanan pendamping ASI
3. Penggunaan air bersih untuk kebersihan dan untuk minum
4. Cuci tangan
5. Penggunaan jamban
6. Pembuangan tinja bayi yang aman
7. Imunisasi campak.

Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan pencegahan enterik,
termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan penderita, penggunaan jas
panjang bila ada kemungkinan pencemaran dan sarung tangan bila menyentuh bahan
yang terinfeksi. Penderita dan keluarganya harus dididik mengenai cara penularan
enteropatogen dan cara-cara mengurangi penularan.

Anda mungkin juga menyukai