OLEH :
NI PUTU WIWIEK HITA FEBRIANTI YUSMINI
P07120218021
SEMESTER IV / S.Tr. KEPERAWATAN
B. Klasifikasi
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju Filtration Glomerulus)
dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m 2 dengan rumus Kockroft – Gault sebagai
berikut :
Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1.73m2)
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ ≥ 90
2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau ringan 60-89
3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau sedang 30-59
4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau berat 15-29
5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis
Sumber : Sudoyo,2006 Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jakarta : FKUI
C. Etiologi
Diabetes dan hipertensi baru-baru ini telah menjadi etiologi tersering terhadap proporsi
GGK di US yakni sebesar 34% dan 21% . Sedangkan glomerulonefritis menjadi yang ketiga
dengan 17%. Infeksi nefritis tubulointerstitial (pielonefritis kronik atau nefropati refluks)
dan penyakit ginjal polikistik masing-masing 3,4%. Penyebab yang tidak sering terjadi yakni
uropati obstruktif , lupus eritomatosus dan lainnya sebesar 21 %. (US Renal System, 2000
dalam Price & Wilson, 2006). Penyebab gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di
Indonesia tahun 2000 menunjukkan glomerulonefritis menjadi etiologi dengan prosentase
tertinggi dengan 46,39%, disusul dengan diabetes melitus dengan 18,65%, obstruksi dan
infeksi dengan 12,85%, hipertensi dengan 8,46%, dan sebab lain dengan 13,65% (Sudoyo,
2006).
D. Patofisiologi
Jantung yang berfungsi sebagai alat pemompa darah ke arteri dan selanjutnya ke
kapiler darah kemudian kembali ke jantung.
Pembuluh darah, merupakan jalan dari jantung keseluruh tubuh dan kembali kejantug.
Darah sebagai alat transport yang berfungsi mengangkut zat-zat yang diperlukan
tubuh.
Sistem sirkulasi terdiri atas sirkulasi sistemik /sirkulasi besar dan sirkulasi
paru/sirkulasi kecil.
Proses sirkulasi sistemik yaitu darah yang mengandung oksigen didistribusikan ke
seluruh tubuh yang berasal dari paru. Darah dari ventrikel kiri yang kaya akan oksigen
menuju aorta – arteri besar – cabang arteri – arteriol – kapiler – venula – vena kecil – vena
besar – vena kava (superior & inferior) – atrium kanan. Sejak dari venula inilah warna
darah berubah yang semula merah terang yang kaya akan oksigen (oksi o2) menjadi merah
gelap kurang oksigen tapi kaya akan karbon dioksida.
1. Jantung
Kelainan intrinsik pada kontraktilitas miokardium yang khas pada gagal jantung
akibat penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel yang
efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah sekuncup dan
meningkatkan volume residu ventrikel.
Tekanan arteri paru-paru dapat meningkat sebagai respon terhadap peningkatan
kronis tekanan vena paru. Hipertensi pulmonary meningkatkan tahanan terhadap ejeksi
ventrikel kanan. Serentetan kejadian seprti yang terjadi pada jantung kiri, juga akan
terjadi pada jantung kanan, dimana akhirnya akan terjadi kongesti sistemik dan edema.
Perkembangan dari kongesti sistemik atau paru-paru dan edema dapat
dieksaserbasi oleh regurgitasi fungsional dan katub-katub trikuspidalis atau mitralis
bergantian. Regurgitasi fungsional dapat disebabkan oleh dilatasi dari annulus katub
atrioventrikularis atau perubahan-perubahan pada orientasi otot papilaris dan
kordatendinae yang terjadi sekunder akibat dilatasi ruang.
Sebagai respon terhadap gagal jantung ada tiga meknisme primer yang dapat
dilihat; meningkatnya aktifitas adrenergik simpatik, meningkatnya beban awal akibat
aktivasi sistem rennin-angiotensin-aldosteron dan hipertrofi ventrikel. Ketiga respon ini
mencerminkan usaha untuk mempertahankan curah jantung. Meknisme-meknisme ini
mungkin memadai untuk mempertahnkan curah jantung pada tingkat normal atau
hampir normal pada gagal jantung dini, pada keadaan istirahat. Tetapi kelainan pad kerj
ventrikel dan menurunnya curah jantung biasanya tampak pada keadaan berktivitas.
Dengn berlanjutny gagal jantung maka kompensasi akan menjadi semakin luring
efektif.
E. Manifestasi Klinis
Menurut Brunner & Suddart (2002) setiap sistem tubuh pada gagal ginjal kronis dipengaruhi
oleh kondisi uremia, maka pasien akan menunjukkan sejumlah tanda dan gejala. Keparahan
tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, usia pasien dan
kondisi yang mendasari. Tanda dan gejala pasien gagal ginjal kronis adalah sebagai berikut :
a. Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem renin-
angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki,tangan,sakrum), edema periorbital, Friction
rub perikardial, pembesaran vena leher.
b. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis, kuku tipis dan
rapuh, rambut tipis dan kasar.
c. Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul
d. Manifestasi Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia, mual,muntah,
konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal
e. Manifestasi Neurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan tungkai, panas pada
telapak kaki, perubahan perilaku
f. Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop
F. PATHWAY
PATHWAY CKD
CKD
Gagal pompa Ventrikel kiri
Gagal Pompa Ventrikel Kanan
Suplai darah jar. Suplai O2 otak Renal flow Tek. Vena pulmonalis
Bendungan atrium kanan
Sinkop
retensi cairan pada ex. bawah
Reflek Batuk
Mendesak diafragma
Pola
Nafas
Tidak
efektif
G. Komplikasi
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan mengalami beberapa
komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut Smeltzer dan Bare (2001) serta Suwitra (2006)
antara lain adalah :
1. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme, dan masukan diit
berlebih.
2. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk sampah
uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin angiotensin
aldosteron.
4. Anemia akibat penurunan eritropoitin.
5. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum
yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan peningkatan kadar alumunium
akibat peningkatan nitrogen dan ion anorganik.
6. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
7. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
8. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
9. Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.
H. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi ginjal.
1. Ultrasonografi ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya massa
kista, obtruksi pada saluran perkemihan bagianatas.
2. Biopsi Ginjal dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan untuk
diagnosis histologis.
3. Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.
4. EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa.
b. Foto Polos Abdomen
Menilai besar dan bentuk ginjal serta adakah batu atau obstruksi lain.
c. Pielografi Intravena
Menilai sistem pelviokalises dan ureter, beresiko terjadi penurunan faal ginjal pada usia
lanjut, diabetes melitus dan nefropati asam urat.
d. USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkin ginjal , anatomi sistem pelviokalises, dan
ureter proksimal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises dan ureter
proksimal, kandung kemih dan prostat.
e. Renogram
Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri , lokasi gangguan (vaskuler, parenkhim) serta sisa
fungsi ginjal
f. Pemeriksaan Radiologi Jantung
Mencari adanya kardiomegali, efusi perikarditis
g. Pemeriksaan radiologi Tulang
Mencari osteodistrofi (terutama pada falangks /jari) kalsifikasi metatastik
h. Pemeriksaan radiologi Paru
Mencari uremik lung yang disebabkan karena bendungan.
i. Pemeriksaan Pielografi Retrograde
Dilakukan bila dicurigai adanya obstruksi yang reversible
j. EKG
Untuk melihat kemungkinan adanya hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis,
aritmia karena gangguan elektrolit (hiperkalemia)
k. Biopsi Ginjal
dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostik gagal ginjal kronis atau perlu untuk
mengetahui etiologinya.
l. Pemeriksaan laboratorium menunjang untuk diagnosis gagal ginjal
1) Laju endap darah
2) Urin
Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria atau urine tidak ada (anuria).
Warna : Secara normal perubahan urine mungkin disebabkan oleh pus / nanah,
bakteri, lemak, partikel koloid,fosfat, sedimen kotor, warna kecoklatan
menunjukkan adanya darah, miglobin, dan porfirin.
Berat Jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan
ginjal berat).
Osmolalitas : Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular, amrasio
urine / ureum sering 1:1.
3) Ureum dan Kreatinin
Ureum:
Kreatinin: Biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar kreatinin 10 mg/dL diduga
tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5).
4) Hiponatremia
5) Hiperkalemia
6) Hipokalsemia dan hiperfosfatemia
7) Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia
8) Gula darah tinggi
9) Hipertrigliserida
10) Asidosis metabolik
I. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama penatalaksanaan pasien GGK adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal
yang tersisa dan homeostasis tubuh selama mungkin serta mencegah atau mengobati
komplikasi (Smeltzer, 2001; Rubenstain dkk, 2007). Terapi konservatif tidak dapat
mengobati GGK namun dapat memperlambat progres dari penyakit ini karena yang
dibutuhkan adalah terapi penggantian ginjal baik dengan dialisis atau transplantasi ginjal.
Lima sasaran dalam manajemen medis GGK meliputi :
1. Untuk memelihara fungsi renal dan menunda dialisis dengan cara mengontrol proses
penyakit melalui kontrol tekanan darah (diet, kontrol berat badan dan obat-obatan) dan
mengurangi intake protein (pembatasan protein, menjaga intake protein sehari-hari
dengan nilai biologik tinggi < 50 gr), dan katabolisme (menyediakan kalori nonprotein
yang adekuat untuk mencegah atau mengurangi katabolisme)
2. Mengurangi manifestasi ekstra renal seperti pruritus , neurologik, perubahan hematologi,
penyakit kardiovaskuler;
3. Meningkatkan kimiawi tubuh melalui dialisis, obat-obatan dan diet;
4. Mempromosikan kualitas hidup pasien dan anggota keluarga
(Black & Hawks, 2005)
Penatalaksanaan konservatif dihentikan bila pasien sudah memerlukan dialisi tetap atau
transplantasi. Pada tahap ini biasanya GFR sekitar 5-10 ml/mnt. Dialisis juga diiperlukan
bila :
Asidosis metabolik yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
Hiperkalemia yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
Overload cairan (edema paru)
Ensefalopati uremic, penurunan kesadaran
Efusi perikardial
Sindrom uremia ( mual,muntah, anoreksia, neuropati) yang memburuk.
Menurut Sunarya, penatalaksanaan dari CKD berdasarkan derajat LFG nya, yaitu:
Pengkajian fokus yang disusun berdasarkan pada Gordon dan mengacu pada Doenges
(2001), serta Carpenito (2006) sebagai berikut :
1. Demografi.
Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang
mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti proses
pengobatan, penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD dapat terjadi pada siapapun,
pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai peranan penting sebagai pemicu kejadian CKD.
Karena kebiasaan kerja dengan duduk / berdiri yang terlalu lama dan lingkungan yang
tidak menyediakan cukup air minum / mengandung banyak senyawa/ zat logam dan pola
makan yang tidak sehat.
2. Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM, glomerulo nefritis,
hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan traktus urinarius
bagian bawah juga dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.
i. Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang, dan
Capillary Refill lebih dari 1 detik.
j. Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat / uremia, dan
terjadi perikarditis.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian Primer
1. Airways
a. Sumbatan atau penumpukan secret
b. Wheezing atau krekles
2. Breathing
a. Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
b. RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
c. Ronchi, krekles
d. Ekspansi dada tidak penuh
e. Penggunaan otot bantu nafas
3. Circulation
a. Nadi lemah , tidak teratur
b. Takikardi
c. TD meningkat / menurun
d. Edema
e. Gelisah
f. Akral dingin
g. Kulit pucat, sianosis
h. Output urine menurun
Pengkajian Sekunder
Riwayat Keperawatan
1. Keluhan
a. Dada terasa berat (seperti memakai baju ketat).
b. Palpitasi atau berdebar-debar.
c. Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND) atau orthopnea, sesak nafas saat
beraktivitas, batuk (hemoptoe), tidur harus pakai bantal lebih dari dua
d. Tidak nafsu makan, mual, dan muntah.
e. Letargi (kelesuan) atau fatigue (kelelahan)
f. Insomnia
g. Kaki bengkak dan berat badan bertambah
h. Jumlah urine menurun
i. Serangan timbul mendadak/ sering kambuh.
2. Riwayat penyakit: hipertensi renal, angina, infark miokard kronis, diabetes
melitus, bedah jantung, dan disritmia.
3. Riwayat diet: intake gula, garam, lemak, kafein, cairan, alkohol.
4. Riwayat pengobatan: toleransi obat, obat-obat penekan fungsi jantung,
steroid, jumlah cairan per-IV, alergi terhadap obat tertentu.
5. Pola eliminasi orine: oliguria, nokturia.
6. Merokok: perokok, cara/ jumlah batang per hari, jangka waktu
7. Postur, kegelisahan, kecemasan
8. Faktor predisposisi dan presipitasi: obesitas, asma, atau COPD yang
merupakan faktor pencetus peningkatan kerja jantung dan mempercepat
perkembangan CKD.
Pemeriksaan Fisik
1. Evaluasi status jantung: berat badan, tinggi badan, kelemahan, toleransi
aktivitas, nadi perifer, displace lateral PMI/ iktus kordis, tekanan darah,
mean arterial presure, bunyi jantung, denyut jantung, pulsus alternans,
Gallop’s, murmur.
2. Respirasi: dispnea, orthopnea, suara nafas tambahan (ronkhi, rales,
wheezing)
3. Tampak pulsasi vena jugularis, JVP > 3 cmH2O, hepatojugular refluks
4. Evaluasi faktor stress: menilai insomnia, gugup atau rasa cemas/ takut yang
kronis
5. Palpasi abdomen: hepatomegali, splenomegali, asites
6. Konjungtiva pucat, sklera ikterik
7. Capilary Refill Time (CRT) > 2 detik, suhu akral dingin, diaforesis, warna
kulit pucat, dan pitting edema.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Batasan Karakteristik :
1) Diaforesis
2) Dispnea
3) Gangguan penglihatan
4) Gas darah arteri abnormal
5) Gelisah
6) Hiperkapnia
7) Hipoksemia
8) Hipoksia
9) Iritabilitas
10) Konfusi
11) Nafas cuping hidung
12) Penurunan karbondioksida
13) pH arteru abnormal
14) pola pernapasan abnormal (mis., kecepatan, irama, kedalaman)
15) sakit kepala saat bangun
16) sianosis
17) somnolen
18) takikardi
19) warna kulit abnormal (mis., pucat, kehitaman)
Faktor yang Berhubungan :
1) ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
2) perubahan membra alveolah-kapiler
5. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, edema dan
penurunan perfusi jaringan.
Definisi : rentan mengalami kerusakan epidermis dan/atau dermis yang dapat
mengganggu kesehatan
Faktor risiko :
Eksternal
1) Cedera kimiawi kulit (mis., luka bakar, kapsaisin, metilen klorida, agens
mustard)
2) Ekskresi
3) Faktor mekanik (mis., daya gesek, tekanan, iimobilitas fisik)
4) Hipertermia
5) Hipotermia
6) Kelembapan
7) Lembap
8) Sekresi
9) Terapi radiasi
10) Usia ekstrem
Internal
1) Agens farmaseutikal
2) Faktor psikogenik
3) Gangguan metabolisme
4) Gangguan pigmentasi
5) Ganguan sensasi (akibat cedera medula spinalis, diabetes militus, dll)
6) Gangguan sirkulasi
7) Gangguan turgor kulit
8) Imunodefisiensi
9) Nutrisi tidak adekuat
10) Perubahan hormonal
11) Tekanan pada tonjolan tulang
III. INTERVENSI KEPERAWATAN
fisik tanpa disertai peningkatan aktivitas yang mampu dilakukan klien dalam meningkatkan
Definisi : tekanan darah, nadi dan 3. Bantu untuk memilih aktivitas kemampuan dalam memenuhi
Ketidakcukupan respirasi. konsisten yang sesuai dengan kebutuhannya secara mandiri.
energy atau fisiologis Mampu melakukan aktivitas kemampuan fisik, psikologi dan sosial 4. Aktivitas yang ringan dapat
untuk melanjutkan sehari-hari (ADLs) secara 4. Bantu untuk mengidentifikasi dan mencegah peningkatan kerja jantung
atau menyelesaikan mandiri mendapatkan sumber yang diperlukan dan mengurangi kelelahan.
aktivitas kehidupan untuk aktivitas yang diinginkan 5. Membantu pemenuhan kebutuhan
Tanda-tanda vital normal
sehari-hari yang harus 5. Bantu untuk mendapatkan alat bantu klien secara mandiri.
Energi psikomotor
atau yang ingin untuk menunjang aktivitas seperi kursi 6. Membantu klien dalam
Level kelemahan
dilakukan. roda, krek, dll meningkatkan kemampuan dalam
Mampu berpindah : dengan
6. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas memenuhi kebutuhannya secara
atau tanpa bantuan alat
yang disukai mandiri dan mempertahankan peran
Status kardiopulmonasi
7. Bantu klien untuk membuat jadwal klien.
adekuat
latihan diwaktu luang 7. Aktivitas yang terjadwal dapat
Status sirkulasi baik
8. Bantu pasien/ keluarga untuk membantu meningkatkan peran dan
Status respirasi : pertukaran gas
mengidentifikasi kekurangan dalam fungsi klien yang sempat hilang.
dan ventilasi baik beraktivitas 8. Mengidentifikasi tingkat
9. Sediakan penguatan positif bagi yang ketergantungan klien dan membantu
aktif beraktivitas keluarga dalam memberikan
10. Bantu pasien untuk mengembangkan informasi tentang cara membantu
motivasi diri dan penguatan memenuhi kebutuhan klien.
Monitor respon fisik, emosi, sosial dan 9. Reinforcemen positif membantu
spiritual. respon psikologis klien yang lebih
efektif.
10. Meningkatkan harga diri klien dari
sebagian peran yang sudah hilang.
Mengidentifikasi adanya stres psikologis
yang dapat mengganggu aktivitas klien
sehari-hari.
3. Kelebihan Volume Setelah dilakukan tindakan 1. Mencatat intake output 1. Untuk mengetahui balance cairan.
Cairan keperawatan selama …. x 24 jam Cairan 2. Agar pasien merasa nyaman.
berhubungan diharapkan kelebihan volume 2. Memberikan posisi semi fowler 3. Untuk mengetahui bunyi nafas
dengan cairan dapat diatasi atau berkurang, 3. Mengauskultasi bunyi pasien.
menurunnya laju dengan kriteria hasil : nafas. 4. Untuk mengetahui apakah pasien
filtrasi glomerulus 1. Balance cairan seimbang 4. Mengukur/memantau ada edema atau tidak.
(menurunya curah (masukan sama dengan perkembangan edema dan asietas 5. Untuk mempertahankan serta
jantung)/meningka pengeluaran) pasien mengurangi masalah kelebihan
tnya produksi 2. Bunyi nafas bersih, tidak 5. Mengajak keluarga untuk cairan pada pasien.
ADH dan retensi memantau pembatasan cairan
natrium/air. ada dyspneu/ortopneu pasien
3. Tanda-tanda vital dalam
Definisi : rentang normal TD 100- Kolaborasi
peningkatan retensi 129/60-80 mmHg, nadi 50- 1. Memberikan obat deuretik sesuai
cairan isotonik 100x/menit, Rr=16- instruksi dokter
24x/menit Mempertahankan pembatasan cairan
4. Tidak ada penambahan
berat badan
5. Tidak ada edema
6. Menyatakan pemahaman
tentang pembatasan cairan
individual
e-Jurnal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 2, Agustus 2017 PKU Muhammadiyah Yogyakarta.Jurnal Universitas Indonesia
Anonim. Dialisis Pada Diabetes Melitus. http://internis.files.wordpress.com/2011/01/dialisis-pada-diabetes-melitus.pdf diakses pada tanggal 23 Februari 2014
Anita dkk. Penggunaan Hemodialisis pada Bidang Kesehatan yang Memakai Prinsip Ilmu Fisika. http://dc128.4shared.com/doc/juzmT0gk/preview.html diakses pada tanggal
23 Februari 2014
Mailani, F. (2015). Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis: systematic Review. Ners Jurnal Keperawatan volume 11 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Amanah Padang.