Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULAN

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

OLEH :
NI PUTU WIWIEK HITA FEBRIANTI YUSMINI
P07120218021
SEMESTER IV / S.Tr. KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI S.Tr. KEPERAWATAN
2020
Chronic Kidney Disease (CKD)
A. Definisi
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai
kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan glomerulus filtration
rate (GFR) (Nahas & Levin,2010). CKD atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan
sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif,
irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan
metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia
(Smeltzer, 2009)

B. Klasifikasi
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju Filtration Glomerulus)
dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m 2 dengan rumus Kockroft – Gault sebagai
berikut :
Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1.73m2)
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ ≥ 90
2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau ringan 60-89
3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau sedang 30-59
4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau berat 15-29
5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis
Sumber : Sudoyo,2006 Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jakarta : FKUI

C. Etiologi
Diabetes dan hipertensi baru-baru ini telah menjadi etiologi tersering terhadap proporsi
GGK di US yakni sebesar 34% dan 21% . Sedangkan glomerulonefritis menjadi yang ketiga
dengan 17%. Infeksi nefritis tubulointerstitial (pielonefritis kronik atau nefropati refluks)
dan penyakit ginjal polikistik masing-masing 3,4%. Penyebab yang tidak sering terjadi yakni
uropati obstruktif , lupus eritomatosus dan lainnya sebesar 21 %. (US Renal System, 2000
dalam Price & Wilson, 2006). Penyebab gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di
Indonesia tahun 2000 menunjukkan glomerulonefritis menjadi etiologi dengan prosentase
tertinggi dengan 46,39%, disusul dengan diabetes melitus dengan 18,65%, obstruksi dan
infeksi dengan 12,85%, hipertensi dengan 8,46%, dan sebab lain dengan 13,65% (Sudoyo,
2006).
D. Patofisiologi
 Jantung yang berfungsi sebagai alat pemompa darah ke arteri dan selanjutnya ke
kapiler darah kemudian kembali ke jantung.
 Pembuluh darah, merupakan jalan dari jantung keseluruh tubuh dan kembali kejantug.
 Darah sebagai alat transport yang berfungsi mengangkut zat-zat yang diperlukan
tubuh.

Sistem sirkulasi terdiri atas sirkulasi sistemik /sirkulasi besar dan sirkulasi
paru/sirkulasi kecil.
Proses sirkulasi sistemik yaitu darah yang mengandung oksigen didistribusikan ke
seluruh tubuh yang berasal dari paru. Darah dari ventrikel kiri yang kaya akan oksigen
menuju aorta – arteri besar – cabang arteri – arteriol – kapiler – venula – vena kecil – vena
besar – vena kava (superior & inferior) – atrium kanan. Sejak dari venula inilah warna
darah berubah yang semula merah terang yang kaya akan oksigen (oksi o2) menjadi merah
gelap kurang oksigen tapi kaya akan karbon dioksida.
1. Jantung

Jantung merupakan organ otot berongga, berukuran sebesar kepalan tangan,


terletak dibagian tengah rongga toraks. Jantung terdiri dari atrium kanan dan kiri, serta
ventrikel kanan dan kiri, antara atrium kanan dan kiri dibatasi oleh annulus fibrosus.
Pada Jantung terdapat 4 katup, yaitu :
a. Katup arterioventrikular : katup antara atrium dan ventrikel. Antara atrium dan
ventrikel kiri disebut katup mitral, katup antara atrium dan ventrikel kanan disebut
katup trikuspidalis
b. Katup semilunaris : katup antara ventrikel kiri dan aorta disebut semilunaris aorta
(katup aorta) dan katup antara ventrikel kanan dengan arteri pulmonalis disebut katup
semilunaris pulmonal (katup pulmonal)

Sistem Penghantar Jantung mempunyai kemampuan mencetuskan impuls sendiri,


sistem ini terdiri atas:
a. Simpul SA Node (sinoatrial node): mencetuskan impuls 70-80 /menit dalam keadaan
normal sampai 200/ menit pada olahraga erat , kerusakan pada SA Node harus
dibantu dengan alat pacu jantung.
b. Simpul AV Node (atrioventrikular node): dalam keadaan normal hanya menerima
dan mengikuti irama dari simpul SA, namun apabila SA rusak maka akan mengambil
alih fungsi pencetus impuls, tetapi dengan frekwensi lebih rendah ,antara 40 – 60/
menit.
c. Bundle his : menyebar dari nodus AV, yang memasuki selubung fibrosa yang
memisahkan atrium dari ventrikel. Normalnya, nodus AV berkas his adalah satu-
satunya rute penyebaran impuls dari atrium ke ventrikel dan biasanya hanya dalam
arah anterior – yaitu dari atrium ke ventrikel.
d. Serabut purkinye : hantaran impuls melalui serabut purkinje cepat sekali. Serabut ini
berdiameter relative besar dan memberikan sedikit resistensi terhadap penyebaran
hantaran.
2. Darah
Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah yang
warnanya merah. Warna merah itu keadaannya tidak tetap bergantung pada banyaknya
oksigen dan karbondioksida di dalamnya. Darah yang banyak mengandung
karbondioksida warnanya merah tua. Adanya oksigen dalam darah diambil dengan jalan
bernapas, dan zat ini sangat berguna pada peristiwa pembakaran atau metabolism di
dalam tubuh. Viskositas / kekntalan darah lebih kental daripada air yang mempunyai BJ
1, 041-1,067, temperature 380C, dan pH 7,35-7,45
Darah selamanya beredar di dalam tubuh oleh karena adanya kerja atau pompa
jantung. Selama darah berada dalam pembuluh maka akan tetap encer, tetapi kalau ia
keluar dari pembuluhnya maka ia akan menjadi beku. Pembekuan ini dapat dicegah
dengan jalan mencampurkan dalam darah tersebut sedikit obat anti pembekuan / sitras
natrikus. Dan keadaan ini sangat berguna apabila darah tersebut diperlukan untuk
tranfusi darah.
Pada tubuh yang sehat atau orang dewasa terdapat darah sebanyak 1/13 dari berat
badan atau kira-kira 4-5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap-tiap orang tidak sama,
bergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah.\
Darah terdiri dari dua bagian yaitu sel-sel darah ( eritrosit, leukosit, trombosit )
serta plasma darah.
3. Fungsi darah
a. Sebagai alat pengangkut (oksigen, karbondioksida, nutrisi, zat-zat yang tidak berguna
bagi tubuh untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal).
b. Sebagai pertahanan tubuh terhadap seranga penyakitdan racun dalam tubuh dengan
perantaraan leukosit dan antibody / zat-zat antiracun
c. Menyebarkan panas ke seluruh tubuh.

Kelainan intrinsik pada kontraktilitas miokardium yang khas pada gagal jantung
akibat penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel yang
efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah sekuncup dan
meningkatkan volume residu ventrikel.
Tekanan arteri paru-paru dapat meningkat sebagai respon terhadap peningkatan
kronis tekanan vena paru. Hipertensi pulmonary meningkatkan tahanan terhadap ejeksi
ventrikel kanan. Serentetan kejadian seprti yang terjadi pada jantung kiri, juga akan
terjadi pada jantung kanan, dimana akhirnya akan terjadi kongesti sistemik dan edema.
Perkembangan dari kongesti sistemik atau paru-paru dan edema dapat
dieksaserbasi oleh regurgitasi fungsional dan katub-katub trikuspidalis atau mitralis
bergantian. Regurgitasi fungsional dapat disebabkan oleh dilatasi dari annulus katub
atrioventrikularis atau perubahan-perubahan pada orientasi otot papilaris dan
kordatendinae yang terjadi sekunder akibat dilatasi ruang.
Sebagai respon terhadap gagal jantung ada tiga meknisme primer yang dapat
dilihat; meningkatnya aktifitas adrenergik simpatik, meningkatnya beban awal akibat
aktivasi sistem rennin-angiotensin-aldosteron dan hipertrofi ventrikel. Ketiga respon ini
mencerminkan usaha untuk mempertahankan curah jantung. Meknisme-meknisme ini
mungkin memadai untuk mempertahnkan curah jantung pada tingkat normal atau
hampir normal pada gagal jantung dini, pada keadaan istirahat. Tetapi kelainan pad kerj
ventrikel dan menurunnya curah jantung biasanya tampak pada keadaan berktivitas.
Dengn berlanjutny gagal jantung maka kompensasi akan menjadi semakin luring
efektif.
E. Manifestasi Klinis
Menurut Brunner & Suddart (2002) setiap sistem tubuh pada gagal ginjal kronis dipengaruhi
oleh kondisi uremia, maka pasien akan menunjukkan sejumlah tanda dan gejala. Keparahan
tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, usia pasien dan
kondisi yang mendasari. Tanda dan gejala pasien gagal ginjal kronis adalah sebagai berikut :
a. Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem renin-
angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki,tangan,sakrum), edema periorbital, Friction
rub perikardial, pembesaran vena leher.
b. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis, kuku tipis dan
rapuh, rambut tipis dan kasar.
c. Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul
d. Manifestasi Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia, mual,muntah,
konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal
e. Manifestasi Neurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan tungkai, panas pada
telapak kaki, perubahan perilaku
f. Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop

F. PATHWAY

PATHWAY CKD

CKD
Gagal pompa Ventrikel kiri
Gagal Pompa Ventrikel Kanan

Forward Failure Backward Failure

Tekanan Diastole  tidak dapat mengkmbinasi darah yang


LVED naik
secara normal kembali dari sirkulasi vena

Suplai darah jar.  Suplai O2 otak  Renal flow  Tek. Vena pulmonalis 
Bendungan atrium kanan

Metab. anaerob RAA  Tek kapiler paru 

Sinkop
retensi cairan pada ex. bawah

Asidosis metabolik Penurunan Aldosteron  Edema Paru Beban


ventrikelBendungan vena sistemik Penimbunan As. Laktat
Perfusi jaringan Kanan

& ATP  ADH 


pitting edema

Fatigue Retensi Na + H2O Ronkhi basah Hipertropy


ventrikel Lien Hepar

kanan Gangguan integritas


Kelebihan Volume kulit
Intoleransi aktifitas Cairan Vaskuler Iritasi mukosa paru Penyempitan
lumen Splenomegali Hepatomegali
(Pemenuhan ADL) ventrikel
kanan

Reflek Batuk 

Mendesak diafragma

Gangguan pertukaran Penumpukan secret


Sesak Nafas
gas

Pola
Nafas
Tidak
efektif

G. Komplikasi
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan mengalami beberapa
komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut Smeltzer dan Bare (2001) serta Suwitra (2006)
antara lain adalah :
1. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme, dan masukan diit
berlebih.
2. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk sampah
uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin angiotensin
aldosteron.
4. Anemia akibat penurunan eritropoitin.
5. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum
yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan peningkatan kadar alumunium
akibat peningkatan nitrogen dan ion anorganik.
6. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
7. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
8. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
9. Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.

H. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi ginjal.
1. Ultrasonografi ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya massa
kista, obtruksi pada saluran perkemihan bagianatas.
2. Biopsi Ginjal dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan untuk
diagnosis histologis.
3. Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.
4. EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa.
b. Foto Polos Abdomen
Menilai besar dan bentuk ginjal serta adakah batu atau obstruksi lain.
c. Pielografi Intravena
Menilai sistem pelviokalises dan ureter, beresiko terjadi penurunan faal ginjal pada usia
lanjut, diabetes melitus dan nefropati asam urat.
d. USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkin ginjal , anatomi sistem pelviokalises, dan
ureter proksimal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises dan ureter
proksimal, kandung kemih dan prostat.
e. Renogram
Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri , lokasi gangguan (vaskuler, parenkhim) serta sisa
fungsi ginjal
f. Pemeriksaan Radiologi Jantung
Mencari adanya kardiomegali, efusi perikarditis
g. Pemeriksaan radiologi Tulang
Mencari osteodistrofi (terutama pada falangks /jari) kalsifikasi metatastik
h. Pemeriksaan radiologi Paru
Mencari uremik lung yang disebabkan karena bendungan.
i. Pemeriksaan Pielografi Retrograde
Dilakukan bila dicurigai adanya obstruksi yang reversible
j. EKG
Untuk melihat kemungkinan adanya hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis,
aritmia karena gangguan elektrolit (hiperkalemia)
k. Biopsi Ginjal
dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostik gagal ginjal kronis atau perlu untuk
mengetahui etiologinya.
l. Pemeriksaan laboratorium menunjang untuk diagnosis gagal ginjal
1) Laju endap darah
2) Urin
Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria atau urine tidak ada (anuria).
Warna : Secara normal perubahan urine mungkin disebabkan oleh pus / nanah,
bakteri, lemak, partikel koloid,fosfat, sedimen kotor, warna kecoklatan
menunjukkan adanya darah, miglobin, dan porfirin.
Berat Jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan
ginjal berat).
Osmolalitas : Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular, amrasio
urine / ureum sering 1:1.
3) Ureum dan Kreatinin
Ureum:
Kreatinin: Biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar kreatinin 10 mg/dL diduga
tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5).
4) Hiponatremia
5) Hiperkalemia
6) Hipokalsemia dan hiperfosfatemia
7) Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia
8) Gula darah tinggi
9) Hipertrigliserida
10) Asidosis metabolik

I. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama penatalaksanaan pasien GGK adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal
yang tersisa dan homeostasis tubuh selama mungkin serta mencegah atau mengobati
komplikasi (Smeltzer, 2001; Rubenstain dkk, 2007). Terapi konservatif tidak dapat
mengobati GGK namun dapat memperlambat progres dari penyakit ini karena yang
dibutuhkan adalah terapi penggantian ginjal baik dengan dialisis atau transplantasi ginjal.
Lima sasaran dalam manajemen medis GGK meliputi :
1. Untuk memelihara fungsi renal dan menunda dialisis dengan cara mengontrol proses
penyakit melalui kontrol tekanan darah (diet, kontrol berat badan dan obat-obatan) dan
mengurangi intake protein (pembatasan protein, menjaga intake protein sehari-hari
dengan nilai biologik tinggi < 50 gr), dan katabolisme (menyediakan kalori nonprotein
yang adekuat untuk mencegah atau mengurangi katabolisme)
2. Mengurangi manifestasi ekstra renal seperti pruritus , neurologik, perubahan hematologi,
penyakit kardiovaskuler;
3. Meningkatkan kimiawi tubuh melalui dialisis, obat-obatan dan diet;
4. Mempromosikan kualitas hidup pasien dan anggota keluarga
(Black & Hawks, 2005)
Penatalaksanaan konservatif dihentikan bila pasien sudah memerlukan dialisi tetap atau
transplantasi. Pada tahap ini biasanya GFR sekitar 5-10 ml/mnt. Dialisis juga diiperlukan
bila :
 Asidosis metabolik yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
 Hiperkalemia yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
 Overload cairan (edema paru)
 Ensefalopati uremic, penurunan kesadaran
 Efusi perikardial
 Sindrom uremia ( mual,muntah, anoreksia, neuropati) yang memburuk.

Menurut Sunarya, penatalaksanaan dari CKD berdasarkan derajat LFG nya, yaitu:

J. Pengkajian Fokus Keperawatan

Pengkajian fokus yang disusun berdasarkan pada Gordon dan mengacu pada Doenges
(2001), serta Carpenito (2006) sebagai berikut :
1. Demografi.
Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang
mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti proses
pengobatan, penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD dapat terjadi pada siapapun,
pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai peranan penting sebagai pemicu kejadian CKD.
Karena kebiasaan kerja dengan duduk / berdiri yang terlalu lama dan lingkungan yang
tidak menyediakan cukup air minum / mengandung banyak senyawa/ zat logam dan pola
makan yang tidak sehat.
2. Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM, glomerulo nefritis,
hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan traktus urinarius
bagian bawah juga dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.

3. Pola nutrisi dan metabolik.


Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam kurun waktu 6
bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah, asupan nutrisi dan air naik atau turun.
4. Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input. Tandanya adalah
penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi peningkatan suhu dan tekanan darah atau
tidak singkronnya antara tekanan darah dan suhu.
5. Pengkajian fisik
a. Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran pasien dari
compos mentis sampai coma.
b. Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat dan
reguler.
c. Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi, atau terjadi
peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.
d. Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran telinga, hidung
kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir kering dan pecah-pecah,
mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
e. Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
f. Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot bantu
napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan pada paru (rongkhi
basah), terdapat pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada jantung.
g. Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut buncit.
h. Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat ulkus.

i. Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang, dan
Capillary Refill lebih dari 1 detik.
j. Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat / uremia, dan
terjadi perikarditis.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian Primer
1. Airways
a. Sumbatan atau penumpukan secret
b. Wheezing atau krekles

2. Breathing
a. Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
b. RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
c. Ronchi, krekles
d. Ekspansi dada tidak penuh
e. Penggunaan otot bantu nafas
3. Circulation
a. Nadi lemah , tidak teratur
b. Takikardi
c. TD meningkat / menurun
d. Edema
e. Gelisah
f. Akral dingin
g. Kulit pucat, sianosis
h. Output urine menurun

Pengkajian Sekunder
      Riwayat Keperawatan
1. Keluhan
a. Dada terasa berat (seperti memakai baju ketat).
b. Palpitasi atau berdebar-debar.
c. Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND) atau orthopnea, sesak nafas saat
beraktivitas, batuk (hemoptoe), tidur harus pakai bantal lebih dari dua
d. Tidak nafsu makan, mual, dan muntah.
e. Letargi (kelesuan) atau fatigue (kelelahan)
f. Insomnia
g. Kaki bengkak dan berat badan bertambah
h. Jumlah urine menurun
i. Serangan timbul mendadak/ sering kambuh.
2. Riwayat penyakit: hipertensi renal, angina, infark miokard kronis, diabetes
melitus, bedah jantung, dan disritmia.
3. Riwayat diet: intake gula, garam, lemak, kafein, cairan, alkohol.
4. Riwayat pengobatan: toleransi obat, obat-obat penekan fungsi jantung,
steroid, jumlah cairan per-IV, alergi terhadap obat tertentu.
5. Pola eliminasi orine: oliguria, nokturia.
6. Merokok: perokok, cara/ jumlah batang per hari, jangka waktu
7. Postur, kegelisahan, kecemasan
8. Faktor predisposisi dan presipitasi: obesitas, asma, atau COPD yang
merupakan faktor pencetus peningkatan kerja jantung dan mempercepat
perkembangan CKD.

Pemeriksaan Fisik
1. Evaluasi status jantung: berat badan, tinggi badan, kelemahan, toleransi
aktivitas, nadi perifer, displace lateral PMI/ iktus kordis, tekanan darah,
mean arterial presure, bunyi jantung, denyut jantung, pulsus alternans,
Gallop’s, murmur.
2. Respirasi: dispnea, orthopnea, suara nafas tambahan (ronkhi, rales,
wheezing)
3. Tampak pulsasi vena jugularis, JVP > 3 cmH2O, hepatojugular refluks
4. Evaluasi faktor stress: menilai insomnia, gugup atau rasa cemas/ takut yang
kronis
5. Palpasi abdomen: hepatomegali, splenomegali, asites
6. Konjungtiva pucat, sklera ikterik
7. Capilary Refill Time (CRT) > 2 detik, suhu akral dingin, diaforesis, warna
kulit pucat, dan pitting edema.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan Perubahan frekuensi


Definisi : ketidakadekuatan darah yang dipompa oleh jantung untuk memenuhi
kebutuhan metabolik tubuh
Batasan Karakteristik :
Perubahan Frekuensi/Irama Jantung
1) Bradikardia
2) Palpitasi jantung
3) Perubahan elektrokardiogram (EKG) (mis., atirmia, abnormalitas konduksi,
iskemia)
4) Takikardi
Perubahan Preload
1) Distensi vena jugular
2) Edema
3) Keletihan
4) Murmur jantung
5) Peningkatan berat badan
6) Peningkatan CVP
7) Peningkatan PAWP
8) Penurunan pulmonary artery wedge pressure (PAWP)
9) Penurunan tekanan vena sentral (central venous pressure,CVP)
Perubahan Afterload
1) Dispnea
2) Kulit lembab
3) Oliguria
4) Pengisian kapiler memanjang
5) Peningkatan PVR
6) Peningkatan SVR
7) Penurunan nadi perifer
8) Penurunan resistansi vaskular paru (pulmonary vascular resistance, PVR)
9) Penurunan resistansi vaskular sistemik (systemic vascular resistance, SVR)
10) Perubahan tekanan darah
11) Perubahan warna kulit (mis., pucat, abu-abu, sianosis)
Perubahan kontraktilitas
1) Batuk
2) Bunyi napas tambahan
3) Bunyi S3
4) Bunyi S4
5) Dispnea paroksismal nokturnal
6) Ortopnea
7) Penurunan fraksi ejeksi
8) Penurunan indeks jantung
9) Penurunan left ventricular stroke work index (LVSWI)
10) Penurunan stroke volume index (SVI)
Perilaku/emosi
1) Ansietas
2) Gelisah
Faktor yang Berhubungan :
1) Perubahan afterload
2) Perubahan frekuensi jantung
3) Perubahan irama jantung
4) Perubahan kontraktilitas
5) Perubahan preload
6) Perubahan volume sekuncup
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen
Definisi : ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk mempertahankan
atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin
dilakukan.
Batasan Karakteristik :
1) Dispnea setelah beraktivitas
2) Keletihan
3) Ketidaknyamanan setelah beraktivitas
4) Perubahan elektrokardiogram (EKG) (mis., aritmia, abnormalitas konduksi.
iskemia)
5) Respons frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas
6) Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas
Faktor yang Berhubungan :
1) Gaya hidup kurang gerak
2) Imobilitas
3) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
4) Tirah baring
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan : menurunnya laju filtrasi glomerulus
(menurunnya curah jantung)/meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air.
Definisi : peningkatan retensi cairan isotonik
Batasan Karakteristik :
1) Ada bunyi jantung S3
2) Anasarka
3) Ansietas
4) Asupan melebihi halularan
5) Azotemia
6) Bunyi napas tambahan
7) Dispnea
8) Dispnea nokturnal paroksismal
9) Distensi vena jugularis
10) Edema
11) Efusi pleura
12) Gangguan pola mapas
13) Gangguan tekanan darah
14) Gelisah
15) Hepatomegali
16) Ketidakseimbangan elektrolit
17) Kongesti pulmonal
18) Oliguria
19) Ortopnea
20) Penambahan berat badan dalam waktu sangat singkat
21) Peningkatan tekanan vena sentral
22) Penurunan hematokrit
23) Penurunan hemoglobin
24) Perubahan berat jenis urine
25) Perubahan status mental
26) Perubahan tekanan arteri pulmonal
27) Refleks hepatojugular positif
Faktor yang Berhubungan :
1) Gangguan mekanisme regulasi
2) Kelebihan asupan cairan
3) Kelebihan asupan natrium
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan : perubahan membran kapiler-
alveolus.
Definisi : kelebihan atau defisit oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida pada
membran alveolar-kapiler

Batasan Karakteristik :
1) Diaforesis
2) Dispnea
3) Gangguan penglihatan
4) Gas darah arteri abnormal
5) Gelisah
6) Hiperkapnia
7) Hipoksemia
8) Hipoksia
9) Iritabilitas
10) Konfusi
11) Nafas cuping hidung
12) Penurunan karbondioksida
13) pH arteru abnormal
14) pola pernapasan abnormal (mis., kecepatan, irama, kedalaman)
15) sakit kepala saat bangun
16) sianosis
17) somnolen
18) takikardi
19) warna kulit abnormal (mis., pucat, kehitaman)
Faktor yang Berhubungan :
1) ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
2) perubahan membra alveolah-kapiler
5. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, edema dan
penurunan perfusi jaringan.
Definisi : rentan mengalami kerusakan epidermis dan/atau dermis yang dapat
mengganggu kesehatan
Faktor risiko :
Eksternal
1) Cedera kimiawi kulit (mis., luka bakar, kapsaisin, metilen klorida, agens
mustard)
2) Ekskresi
3) Faktor mekanik (mis., daya gesek, tekanan, iimobilitas fisik)
4) Hipertermia
5) Hipotermia
6) Kelembapan
7) Lembap
8) Sekresi
9) Terapi radiasi
10) Usia ekstrem

Internal
1) Agens farmaseutikal
2) Faktor psikogenik
3) Gangguan metabolisme
4) Gangguan pigmentasi
5) Ganguan sensasi (akibat cedera medula spinalis, diabetes militus, dll)
6) Gangguan sirkulasi
7) Gangguan turgor kulit
8) Imunodefisiensi
9) Nutrisi tidak adekuat
10) Perubahan hormonal
11) Tekanan pada tonjolan tulang
III. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa (Tujuan dan Kriteria Hasil) (Intervensi) Rasional


1. Penurunan Curah Cardiac Pump Effectiveness : Cardiac Care : Cardiac Care :
Jantung  Tekanan darah sistolik (skala 4) 1. Evaluasi nyeri dada (seperti, intensitas, 1. Melihat karakteristik nyeri yang
berhubungan  Tekanan darah diastolic (skala 4) lokasi, radiasi, durasi dan presipitasi dialami klien, sehingga akan
dengan perubahan  Bunyi jantung abnormal (skala dan faktor yang memberatkan. mempengaruhi tindakan keperawatan
frekuensi. 3) 2. Dokumentasikan adanya disritmia dan diagnose yang akan ditegakkan

 Sianosis (skala 3) jantung 2. Dokumentasi ditujukan sebagai bukti


Definisi : 3. Catat tanda dan gejala yang mengarah tertulis dalam tindakan keperawatan
Keadaan pompa darah Circulation Status : pada kardiak output tentang kondisi dan tindakan yang
oleh jantung yang  Tekanan nadi (skala 4) 4. Monitor status respirasi untuk gagal telah diberikan kepada klien
tidak adekuat untuk jantung 3. Penurunan kardiak output akan sangat
 Kekuatan tekanan nadi carotid
mencapai kebutuhan 5. Intruksikan kepada pasien tentang berpengaruh terhadap sistemik tubuh,
kanan (skala 4)
metabolisme tubuh pentingnya menginformasikan jika mencatat berguna dalam memberikan
 Kekuatan tekanan nadi carotid
terdapat ketidaknyamanan pada dada pengarahan dalam melakukan
kiri (skala 4)
6. Kaji toleransi tindakan keperawatan
 Saturasi oksigen (Skala 4)
pasien terhadap aktivitas terhadap 4. Status respirasi yang buruk bisa saja
 Pengeluaran urin (Skala 4)
perubahan : nafas pendek, nyeri, disebabkan oleh edema paru dan ini
palpitasi dan pusing erat kaitannya dengan terjadinya gagal
7. Auskultasi bunyi nafas : bunyi jantung
tambahan dan bunyi jantung : murmur 5. Perawat atau tenaga medis bisa
8. Pertahankan posisi tirah baring pada memberikan penanganan dan
posisi yang nyaman selama episode pengobatan yang tepat
akut 6. Untuk melihat keterbatasan klien
9. Berikan oksigen tambahan dengan yang diakibatkan penyakit yang
kanula nasal/ masker dan obat sesuai diderita klien dan dapat ditegakkan
indikasi (kolaborasi) grade dari suatu gangguan klien
10. Berikan periode istirahat dalam 7. S4 umum terdengar pada pasien
melakukan aktivitas keperawatan hipertensi berat karena adanya
11. Pantau dan catat efek terapeutik/ efek hipertrofi atrium. Adanya krakel,
samping selama pemberian kalsium dapat mengindikasikan kongesti paru
antagonis, beta bloker dan nitrat sekunder terhadap terjadinya atau
12. Kolaborasi : Pemberian kalsium gagal jantung kronik
antagonis 8. Dengan posisi tirah baring diharapkan
ekspansi dada klien lebih optimal
Circulatory Care : Arterial Insufficiency 9. Meningkatkan sediaan oksigen untuk
1. Melakukan penilaian yang kebutuhan miokard untuk melawan
komprehensif dari sirkulasi perifer efek hipoksia/ iskemia. Banyak obat
(missal : memeriksa nadi perifer, dapat digunakan untuk meningkatkan
edema, pembuluh kapiler, warna kulit, volume sekuncup, memperbaiki
dan temperature) kontraktilitas dan menurunkan
2. Menentukan indeks brankhial kongesti
pergelangan kaki secara tepat 10. Klien bisa saja mengalami sesak
3. Evaluasi edema perifer dan nadi mendadak karena aktivitas ketika
4. Monitor status cariran termasuk dilakukan tindakan keperawatan
masukan dan keluaran 11. Karena efek samping yang
ditimbulkan bisa saja membahayakan
klien
Circulatory Care : Venous Insufficiency 12. Memenuhi kebutuhan klien atas
1. Meninggikan anggota badan yang pengobatannya
berpengaruh sebesar 20 ̊ atau lebih di
atas level dari jantung secara tepat Circulatory Care : Arterial
Mendorong latihan gerakan pasif dan aktif Insufficiency
terutama pada ekstremitas bawah selama 1. Mengkaji status sirkulasi perifer
terbaring pasien
2. Untuk memeriksa nadi brackial pasien
3. Untuk memantau perkembangan
kondisi pasien
4. Memantau status cairan pasien

Circulatory Care : Venous


Insufficiency
1. Melancarkan sirkulasi darah ke
jantung untuk mengurangi beban
kerja jantung
Untuk mencegah adanya penumpukan
cairan di ekstremitas bawah
2. Intoleransi  Energy conservation Activity Therapy Activity Therapy
Aktivitas  Activity tolerance 1. Kolaborasikan dengan Tenaga 1. Terapi medik yang tepat dapat
berhubungan  Self care : ADLs Rehabilitasi Medik dalam memungkinkan pemulihan tingkat
dengan merencanakan program terapi yang aktivitas
ketidakseimbangan Kriteria Hasil : tepat 2. Menelaah kemampuan aktivitas klien
suplai oksigen.  Berpartisipasi dalam aktivitas 2. Bantu klien untuk mengidentifikasi 3. Aktivitas yang ringan membantu

fisik tanpa disertai peningkatan aktivitas yang mampu dilakukan klien dalam meningkatkan
Definisi : tekanan darah, nadi dan 3. Bantu untuk memilih aktivitas kemampuan dalam memenuhi
Ketidakcukupan respirasi. konsisten yang sesuai dengan kebutuhannya secara mandiri.
energy atau fisiologis  Mampu melakukan aktivitas kemampuan fisik, psikologi dan sosial 4. Aktivitas yang ringan dapat
untuk melanjutkan sehari-hari (ADLs) secara 4. Bantu untuk mengidentifikasi dan mencegah peningkatan kerja jantung
atau menyelesaikan mandiri mendapatkan sumber yang diperlukan dan mengurangi kelelahan.
aktivitas kehidupan untuk aktivitas yang diinginkan 5. Membantu pemenuhan kebutuhan
 Tanda-tanda vital normal
sehari-hari yang harus 5. Bantu untuk mendapatkan alat bantu klien secara mandiri.
 Energi psikomotor
atau yang ingin untuk menunjang aktivitas seperi kursi 6. Membantu klien dalam
 Level kelemahan
dilakukan. roda, krek, dll meningkatkan kemampuan dalam
 Mampu berpindah : dengan
6. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas memenuhi kebutuhannya secara
atau tanpa bantuan alat
yang disukai mandiri dan mempertahankan peran
 Status kardiopulmonasi
7. Bantu klien untuk membuat jadwal klien.
adekuat
latihan diwaktu luang 7. Aktivitas yang terjadwal dapat
 Status sirkulasi baik
8. Bantu pasien/ keluarga untuk membantu meningkatkan peran dan
Status respirasi : pertukaran gas
mengidentifikasi kekurangan dalam fungsi klien yang sempat hilang.
dan ventilasi baik beraktivitas 8. Mengidentifikasi tingkat
9. Sediakan penguatan positif bagi yang ketergantungan klien dan membantu
aktif beraktivitas keluarga dalam memberikan
10. Bantu pasien untuk mengembangkan informasi tentang cara membantu
motivasi diri dan penguatan memenuhi kebutuhan klien.
Monitor respon fisik, emosi, sosial dan 9. Reinforcemen positif membantu
spiritual. respon psikologis klien yang lebih
efektif.
10. Meningkatkan harga diri klien dari
sebagian peran yang sudah hilang.
Mengidentifikasi adanya stres psikologis
yang dapat mengganggu aktivitas klien
sehari-hari.
3. Kelebihan Volume Setelah dilakukan tindakan 1. Mencatat intake output 1. Untuk mengetahui balance cairan.
Cairan keperawatan selama …. x 24 jam Cairan 2. Agar pasien merasa nyaman.
berhubungan diharapkan kelebihan volume 2. Memberikan posisi semi fowler 3. Untuk mengetahui bunyi nafas
dengan cairan dapat diatasi atau berkurang, 3. Mengauskultasi bunyi pasien.
menurunnya laju dengan kriteria hasil : nafas. 4. Untuk mengetahui apakah pasien
filtrasi glomerulus 1. Balance cairan seimbang 4. Mengukur/memantau ada edema atau tidak.
(menurunya curah (masukan sama dengan perkembangan edema dan asietas 5. Untuk mempertahankan serta
jantung)/meningka pengeluaran) pasien mengurangi masalah kelebihan
tnya produksi 2. Bunyi nafas bersih, tidak 5. Mengajak keluarga untuk cairan pada pasien.
ADH dan retensi memantau pembatasan cairan
natrium/air. ada dyspneu/ortopneu pasien
3. Tanda-tanda vital dalam
Definisi : rentang normal TD 100- Kolaborasi
peningkatan retensi 129/60-80 mmHg, nadi 50- 1. Memberikan obat deuretik sesuai
cairan isotonik 100x/menit, Rr=16- instruksi dokter
24x/menit Mempertahankan pembatasan cairan
4. Tidak ada penambahan
berat badan
5. Tidak ada edema
6. Menyatakan pemahaman
tentang pembatasan cairan
individual

4. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Intervensi 1. Mengetahui tindakan yang akan


Pertukaran Gas keperawatan selama ….x 24 jam 1. Kaji pola pernapasan pasien dilakukan selanjutnya
berhubungan Gangguan pertukaran Monitor TTV.
dengan perubahan pasien teratasi dengan
2. Posisikan pasien untuk 2. Memaksimalkan ventilasi
membaran kapiler- kriteria hasi:
memaksimalkanVentilasi
alveolus.
1. Mendemonstrasikan 3. Keluarkan sekret dengan batuk atau 3. Mengoptimalkan pernapasan
Definisi : peningkatan ventilasi dan
Suction
perubahan membran oksigenasi yang adekuat
4. Auskultasi suara nafas, catat
kapiler-alveolus. 2. Memelihara kebersihan paru adanya suara tambahan 4. Melakukan tindakan selanjutnya
paru dan bebas dari tanda
5. Monitor respirasi dan status O2 5. Mengoptimalkan jalan napas
tanda distress pernafasan
6. Catat pergerakan dada,amati 6. Mengetahui adanya keabnormalan
3. Mendemonstrasikan batuk
kesimetrisan, penggunaan otot pada pernapasan untuk
efektif dan suara nafas yang
tambahan, retraksi otot . mengoptimalkan tindakan
bersih, tidak ada sianosis
dan dyspneu (mampu 7. Monitor suara nafas, seperti 7. Melakukan tindakan selanjutnya
mengeluarkan sputum, dengkur, Monitor pola nafas
mampu bernafas dengan
8. Auskultasi suara nafas, catat area 8. Mendengarkan bunyi pernapasan
mudah, tidak ada
penurunan / tidak adanya ventilasi
pursedlips)
dan suara tambahan
9. Mengoptimalkan pengobatan
4. Tanda tanda vital dalam
9. Kolaborasi pemberian obat yang diberikan
rentang normal

5. AGD dalam batas Normal

6. Status neurologis dalam


batas normal
5. Risiko Kerusakan Setelah diberikan asuhan 1. anjurkan pasien untuk 1. pakaian yang longgar akan
Integritas Kulit keperawatan sebanyak 3x24 jam menggunakan pakaian yang memberikan kesegaran pada kulit
berhubungan diharapkan tidak terjadi kerusakan longgar. dan menjaga integritas kulit.
dengan tirah integritas kulit dengan 2. mobilisasi pasien atau ubah posisi 2. mobilisasi pasien dilakukan untuk
baring lama, Kriteria hasil: pasien setiap dua jam sekali. menghindari terjadinya tekanan
edema, dan 1. integritas kulit yang baik bisa 3. monitor kulit akan adanya yang dapat merusak integritas
penurunan perfusi dipertahankan (sensasi, kemerahan kulit.
jaringan. elastisitas, temperature, 4. memandikan pasien 3. kemerahan pada kulit dapat
Definisi : hidrasi, dan pigmentasi) disebabkan oleh berbagai hal bisa
Rentan mengalami 2. tidak ada luka atau lesi pada jadi karena infeksi ataupun
kerusakan epidermis kulit kurangnya mobilisaai pasien,
dan/atau dermis yang 3. perfusi jaringan baik sehingga harus di monitor secara
dapat mengganggu 4. mampu melindungi kulit dan terus menerus untuk mencegah
kesehatan mempertahankan terjadinya kerusakan integritas
kelembapan kulit dan kulit.
perawatan alami. 4. memandikan pasien bertujuan
untuk menjaga kebersihan pasien.
IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah ditentukan sesuai tabel intervensi di atas.
DAFTAR PUSTAKA

e-Jurnal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 2, Agustus 2017 PKU Muhammadiyah Yogyakarta.Jurnal Universitas Indonesia

Anonim. Dialisis Pada Diabetes Melitus. http://internis.files.wordpress.com/2011/01/dialisis-pada-diabetes-melitus.pdf diakses pada tanggal 23 Februari 2014
Anita dkk. Penggunaan Hemodialisis pada Bidang Kesehatan yang Memakai Prinsip Ilmu Fisika. http://dc128.4shared.com/doc/juzmT0gk/preview.html diakses pada tanggal
23 Februari 2014

Mailani, F. (2015). Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis: systematic Review. Ners Jurnal Keperawatan volume 11 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Amanah Padang.

Anda mungkin juga menyukai