Disusun Oleh :
Aprilia Krismoni Pancawati 1130016105
Dosen Pembimbing :
Rusdianingseh, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Kom
PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini dibuat dan disusun sebagai bukti
bahwa mahasiswa di bawah ini telah mengikuti Praktikum Pra Profesi :
Nama Mahasiswa : Aprilia Krismoni Pancawati
NPM 1130016105
Kompetensi : Keperawatan Komunitas
Waktu Pelaksanaan : 06 – 10 Juli 2020
Tempat : Tempat Tinggal Mahasiswa
Mengetahui,
Pembimbing Akademik
Rusdianingseh, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Kom
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diare adalah salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di
negara-negara berkembang (Richard, 2019). Diare masih menjadi suatu problematika dan
masalah bagi kesehatan masyarakat di negara berkembang terutama di Indonesia. Angka
mortalitas, morbiditas dan insidennya cenderung meningkat.
Berdasarkan karakteristik penduduk, kelompok umur balita adalah kelompok yang paling
tinggi menderita diare. Secara global, ada hampir 1,7 miliar kasus penyakit diare pada anak
setiap tahun. Kasus diare di Indonesia pada tahun 2016 sebanyak 2.544.084. Di Wilayah Jawa
Tengah diperkirakan terdapat 911.901 kasus diare, sedangkan kasus diare yang sudah
ditangani sebanyak 95.635 kasus (Kementerian Kesehatan RI, 2018). Di Daerah Kota
Surakarta sendiri pada tahun 2016 jumlah diare sebanyak 11.183 kasus. Data dari Dinas
Kesehatan Kota Surakarta menunjukkan bahwa angka penyakit diare di Puskesmas
Jayengan mengalami peningkatan, sebanyak 906 kasus di tahun 2015, sedangkan di tahun
2016 terdapat 944 kasus. Diare disebabkan beberapa faktor, antara lain Karena kesehatan
lingkungan yang belum memadai, keadaan gizi yang belum memuaskan, keadaan sosial
ekonomi dan perilaku masyarakat yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi
terjadinya diare. Selain itu, diare juga bisa disebabkan karena makanan yang tidak sehat atau
makanan yang diproses dengan cara yang tidak bersih sehingga terkontaminasi bakteri
penyebab diare seperti
Salmonella, Shigella dan Campylobacter jejuni (Joyce, 2015).
Penyakit diare sering menyerang pada anak-anak dari pada dewasa dikarenakan daya
tahan tubuhnya yang masih lemah. Namun masih banyak ibu yang belum cukup mampu
memberikan penanganan yang baik, hal ini dikarenakan pengetahuan tentang penanganan
diare pada anak masih rendah sehingga akan mempengaruhi sikap ibu dalam penanganan
diare pada anaknya. Peran ibu dalam melakukan penatalaksanaan terhadap diare diperlukan
suatu pengetahuan karena pengetahuan merupakan salah satu komponen faktor predisposisi
yang penting. Peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan terjadinya perubahan
sikap, tetapi mempunyai hubungan yang positif, yaitu dengan peningkatan pengetahuan maka
dapat terjadi perubahan sikap (Joyce, 2015)
Pada negara berkembang diare berkaitan dengan kurangnya pasokan air bersih,
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang sanitasi dan hygiene (khususnya kebiasaan
mencuci tangan dengan sabun) serta kondisi kesehatan dan status gizi yang kurang baik.
Kebersihan anak maupun kebersihan lingkungan memegang peranan penting pada tumbuh
kembang anak baik
fisik maupun psikisnya. Kebersihan anak yang kurang, akan memudahkan terjadinya
penyakit cacingan dan diare pada anak (Heatha, 2019)
Tanda dan gejala diare mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh
biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Diare
yang semakin parah menyebabkan tinja menjadi cair disertai lendir atau darah. Warna tinja
makin lama berubah mejadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu. Anus dan daerah
sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat
semakin banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus
selama diare. Penyakit diare juga dapat menyebabkan kematian jika dehidrasi tidak diatasi
dengan tepat. Dehidrasi dapat terjadi karena usus bekerja tidak optimal sehingga sebagian
besar air dan zat- zat yang terlarut di dalamnya keluar bersama feses sampai akhirnya tubuh
kekurangan cairan atau dehidrasi (Heathe, 2019).
Berdasarkan upaya pemberian intervensi memiliki pengaruh yang signifikan, hal tersebut
dibuktikan dengan manajemen diare ditatanan rumah tangga berpengaruh meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan dalam penanganan diare anak. Peningkatan pengetahuan pada
orang tua dalam mengasuh anak secara spesifik dapat membantu orang tua dalam merubah
kebiasaan untuk mengimplementasikan perubahan dalam lingkungan keluarga. Perubahan
perilaku yang terjadi adalah sebuah proses belajar untuk orang tua agar meningkatkan
pengetahuan dalam menangani diare pada anak dilingkungan keluarga.Ibu yang berperilaku
baik dapat mengurangi kejadian diare pada balitanya, karena ibu yang berperilaku baik
tentunya akan bertindak mencegah atau menghindari dari penyakit dan penyebab penyakit
atau masalah dan penyebab masalah kesehatan, dan perilaku dalam mengupayakan
meningkatkan kesehatan, sehingga dapat mengaplikasikan perilaku hidup bersih dan sehat
dalam mengasuh balitanya. Perilaku ibu yang baik dalam penelitian ini disebabkan karena
pengetahuan ibu yang tinggi (Sandra, 2017).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk menganalisis laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan agregat anak
dengan Diare
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan konsep dasar komunitas
2. Menjelaskan konsep agregat anak
3. Menjelaskan konsep diare
4. Memahami konsep dasar asuhan keperawatan teori diare
5. Memahami konsep dasar asuhan keperawatan kasus diare
BAB 2
TEORI
Komunitas adalah komponen penting dari pengalaman manusia sebagai bagian dari
pengalaman yang saling berkaitan dengan keluarga, rumah, serta berbagai ragam budaya dan
agama.Keperawatan kesehatan komunitas adalah area keperawatan profesional yang
diberikan secara holistik atau bio-psiko-sosio-spiritual dan difokuskan pada kelompok resiko
tinggi yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan melalui upaya promotif,
preventif, tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif dengan melibatkan komunitas sebagai
mitra dalam menyelesaikan masalah (Malasari, Sukma N.N, 2018).
Diare dalam jumlah besar juga dapat disebabkan faktor psikologis, misalnya ketakutan
atau jenis stres tertentu, yang diperantarai melalui stimulasi usus oleh saraf parasimpatis.Juga
terdapat jenis diare yang ditandai oleh pengeluaran feses dalam jumlah sedikit tetapi sering.
Penyebab diare jenis ini antara lain adalah kolitis ulserabutiv dan penyakit Crohn. Kedua
penyakit ini memiliki komponen fisik dan psikogenik (Elizabeth J. Corwin, 2017).
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Diare akut
a. Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset.
b. Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas-gas dalam perut, rasa tidak
enak, nyeri perut.
c. Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut.
d. Demam
2. Diare kronik
a. Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang.
b. Penurunan BB dan nafsu makan.
c. Demam indikasi terjadi infeksi.
d. Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardi, denyut lemah
Bentuk klinis diare
Diagnose Didasarkan Pada Keadaan
Diare cair akut a. Diare lebih dari 3 kali sehari berlangsung kurang dari 14
hari
b. Tidak mengandung darah
Kolera a. Diare air cucian beras yang sering ada banyak dan cepat
menimbulkan dehidrasi berat, atau
b. Diare dengan dehidrasi berat selama terjadinya KLB
kolera, atau
c. Diare dengan hasil kultur tinja positif untuk V cholers 01
atau 0139
Disentri a. Diare berdarah (dilihat atau dilaporkan)
Diare persisten a. Diare yang berlangsung selama 14 hari atau lebih
Diare dengan gizi buruk a. Diare apapun yang disertai gizi buruk
Diare terkait antibiotika a. Mendapat pengobatan antibiotic oral spectrum luas
(Antibiotic Associated
Diarrhea)
Invaginasi a. Dominan darah dan lender dalam tinja
b. Massa intra abdominal (abdominal mass)
c. Tangisan keras dan kepucatan pada bayi
Menurut (Heather, 2019) jika merupakan episode akut tunggal dan belum mereda setelah
5-7 hari, maka harus dilakukan pemeriksaan berikut:
a. Pemeriksaan darah lengkap untuk mencari anemia dan kultur darah untuk Salminella
typhi, S. Paratyphi, dan S. Enteritidid, khususnya bila ada riwayat perjalanan ke luar
negeri
b. Pemeriksaan laboratorium tinja untuk mencari kista, telur, dan parasit (ameba, Giardia)
dan kultur (tifoid dan paratifoid, Campylobacter, Clostridium difficile)
c. Sigmoidoskopi, khususnya pada dugaan kolistis ulseratif atau kangkaer (atau kolitis
ameba). Biopsi dan histologi bisa memiliki nilai diasnostik
F. PATHWAY
Pathway diare
Infeksi Makanan Psikologi
Berkembang di usus
Toksik tidak dapat diserap Ansietas
Isi usus
Penyerapan makanan di usus
Diare
Mual muntah
Hilang cairan & elektrolit berlebihan
1. Untuk diare ringan, tingkatkan masukan cairan per oral; mungkin diresepkan glukosa
oral dan larutan elektrolit.
2. Untuk diare sedang, obat-obatan non-spesifik, difenoksilat (Lomotif) dan loperamid
(Imodium) untuk menurunkan motilitas dari sumber-sumber non-infeksius.
3. Diresepkan antimicrobial jika telah teridentifikasi preparat infeksius atau diare
memburuk.
4. Terapi intravena untuk hidrasi cepat, terutama untuk pasien yang sangat muda atau
lansia.
Keterangan :
CWL : Concomitant Water Lose (ml/KgBB) = cairan diare dan muntah yang terus menerus.
(1) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan yang
bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan
kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang
kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam
dan tajin disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.
(2) Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai berikut :
a. Untuk anak umur 1 bl -2 tahun berat badan 3-10 kg :
Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1
(4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1½ %. Kecepatan : 4 jam pertama : 25
ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
e. Untuk bayi berat badan lahir rendah
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1
bagian NaHCO3 1½ %).
2. Dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari
7 kg, jenis makanan:
a. Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh.
b. Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim).
c. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu
yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak
jenuh.
d. Standar Nutrisi parenteral untuk anak diare adalah didasarkan atas kebutuhan
kalori, kebutuhan asam amino, dan kebutuhan mikronutrien.
e. Kebutuhan kalori
(1) BBLR : 150 Kkal/ Kg BB
(2) BBL C: 120 Kkal/ Kg BB/bulan
(3) BB 0- 10 Kg : 100Kkal/ Kg BB
(4) BB 11- 20 Kg : 1000 Kkal + 50 Kkal x (BB -10)
(5) BB > 20 Kg : 1500 Kkal + 20 Kkal x ( BB – 20)
f. Kebutuhan Asam amino
(1) BBLR 2,5 – 3/ Kg BB
(2) Usia 0 -1 tahun : 2,5 g/ Kg BB
(3) Usia 2 -13 tahun 1,5 -2g/ kg BB
g. Kebutuhan Mikronutrien
(1) Kalium 1,5 – 2,5 meq/ kg BB
(2) Natrium 2,5 – 3,5 meq/ kg BB
Salah satu contoh makanan untuk anak dengan diare adalah bubur tempe yang
bertujuan untuk memberikan diet kepada anak dengan diare. Adapun sasaran dan
kegunaannya adalah untuk meringankan kerja usus bagi penderita diare dan diberikan kepada
anak usia 6 -12 bulan dan anak usia 1 -5 tahun. Adapun bahan yang dibutuhkan adalah
tepung beras 30 gram, tempe 50 gram, margarine 10 gram dan gula pasir 20 gram, serta air
200 ml. Adapun caranya ada 2 yaitu cara pertama: tempe di blender ditambah 20 cc,
campurkan tempe yang sudah diblender dengan tepung beras, gula pasir, margarine dan air
sebanyak 200 cc, aduk hingga rata, lalu mask diatas api sampai mengental dan siap disajikan.
Cara kedua: tempe direbus lalu dihaluskan, campur tempe , tepung beras, margarine, gula
pasir dengan sisa rebusan tempe sebanyak 200 cc. Masak diatas api sampai mengental
kemudian disaring dan siap untuk disajikan.
3. Obat-obatan
Tabel anti diare(Kee, 1996)
Pemakaian dan
Obat Dosis pertimbangan
Opiat
Tingfur opium TR: D: PQ: 0,6 mL atau 10 tts, Untuk diare akut dan
q.i.d. dicampur dengan air nonspesifik. Obat golongan II
Camphorated: 5-10 mL, 1-4
kali/ hari
Paregorik D: PO: 5-10 mL, 1-4 kali/ hari Untuk diare. Obat golongan III
A: PO: 0,25-0,5 mL, 1-4 kali/
hari
Kodein D: PO: 15-30 mg, q.i.d. Untuk diare
Agen-agen opiat
related
Difenoksilat dengan D: PO: 2,5-5 mg, b.i.d,q.i.d. Untuk diare akut, nonspesifik.
atropin (Lomotil) Obat golongan V.
Anak >2 thn: 0,3-0,4 mg/kg, Dosis untuk anak bervariasi
setiap hari dalam dosis terbagi sesuai dengan umur.
4 atau 2 mg, 3-5 kali setiap
hari
Loperamid (Imodium) D: PO: M: 4 mg, kemudian 2 Untuk diare. Obat bebas
mg setelah buang air cair. terbaru. Kategori kehamilan
Tidak melebihi 16 mg/ hari. B. Tidak mempengaruhi SSP.
A (5-8 thn) PO: 2 mgg, dosis Kurang dari 1% yang
dapat diulangi, tidak melebihi mencapai sirkulasi sistemik.
4 mg/ hari
Adsorben
Kaolin-Pektin Sesuai dengan label Untuk diare. Diberikan
(Kaopectate) setelah setiap kali buang air
cair. Obat bebas.
Garam-garam bismut Sesuai dengan label Untuk diare, gangguan
(Pepto-Bismol) lambung. Dalam bentuk cair
atau tablet.
Kombinasi
Difenoksilat dengan Lihat agen-agen opiat related Lihat agen-agen opiat related
atropin (Lomotil)
Parepektolin Sesuai dengan label Mengandung paregorik dan
kaopecatate
Donnagel D: PO: M: 30 mg, kemudian Mengandung atropin dan
15-30 mg setelah setiap kali kaopectate
buang air cair
A: PO: 5-10 mg setelah setiap
kali buang air cair
Donnagel P-G D: PO: 15 mg, setiap 3 jam Mengandung opium, atropin,
dan kaopectate
Kunci: D: Dewasa; A: Anak-anak; PO: Per Oral; M: Mula-mula; TR: tingtur; >: lebih
dari; tts: tetes.
2.4 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Teori
Menurut (Sandra, 2019) asuhan keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk
pelayanan keperawatan profesional yang merupakan bagian integral dari proses keperawatan
yang bedasarkan pada ilmu keperawatan yang ditunjukkan langsung kepada masyarakat
dengan menekankan pada kelompok resiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan
yang optimal melalui upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, serta pengobatan
dan rehabilitasi.
A. Pengkajian.
Menurut (Sandra, 2019) pengkajian komunitas dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-
faktor yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat. Pengkajian komunitas dilakukan
dengan mengaplikasikan beberapa teori dengan konsep model keperawatan yang relevan.
Informasi atau data ini dapat diperoleh secara langsung maupun tidak langsung di komunitas.
1. Jenis data Komunitas
a. Data Inti Komunitas
Data inti komunitas yang dikaji terdiri dari
(1) Sejarah / riwayat
(2) Demografi
(3) Tipe Keluarga
(4) Status Perkawinan
(5) Statistik Vital
(6) Nilai-nilai, Keyakinan dan agama
b. Data Sub Sistem Komunitas
Data sub sistem komunitas yang perlu dikumpulkan dalam komunitas meliputi :
(1) Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik: kualitas air, pembuangan limbah, kualitas udara, flora, ruang
terbuka, perumahan, daerah hijau, musim, bintang, kualitas makanan dan akses.
(2) Pelayanan Kesehatan dan Sosial
Perlu dikaji di komunitas : puskesmas, klinik, rumah sakit, pengobatan tradisional,
agen pelayanan kesehatan dirumah, pusat emergency, rumah perawatan, fasilitas
pelayanan sosial, pelayanan kesehatan mental, apakah ada yang mengalami sakit akut
atau kronik.
(3) Ekonomi
Data yang perlu dikumpulkan terkait dengan ekonomi meliputi karakteristik
keuangan keluarga dan individu, status pekerja, katagori pekerja dan jumlah
pendudukyang tidak bekerja, lokasi industri, pasar dan pusat bisnis.
(4) Transportasi dan keamanan
Data yang perlu dikumpulkan terkait transportasi dan keamanan meliputi alat
transportasi penduduk datang dan keluar wilayah, transportasi umum (bus, taksi, angkot,
dan sebagainya), transportasi pribadi, sumber transportasi (transportasi untuk
penyandang cacat), layanan pelindungan kebakaran, polisi, sanitasi dan kualitas udara.
(5) Politik dan Pemerintahan
Data yang dikumpulkan meliputi : pemerintahan (RT, RW, desa/kelurahan,
kecamatan, dan sebagainya), Kelompok pelayanan masyarakat (posyandu, PKK, karang
taruna, posbindu, poskesdes, panti, dan lain-lain). Politik (Kegiatan politik yang ada
diwilayah tersebut dan peran peserta partai politik dalam pelayanan kesehatan).
(6) Komunikasi
Data yang dikumpulkan terkait komunikasi dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
komunikasi formal meliputi surat kabar, radio dan televisi, telepon, internet dan hotline;
komunikasi informal meliputi : papan pengumuman, poster, brosur, pengeras suara dari
masjid dan lain-lain.
(7) Pendidikan
Data terkait dengan pendidikan yang perlu dikumpulkan meliputi sekolah yang ada
dikomunitas, tipe pendidikan, perpustakan, pendidikan khusus, pelayanan kesehatan
disekolah, program makan siang disekolah, akses pendidikan yang lebih tinggi.
(8) Rekreasi
Data terkait dengan rekreasi yang perlu dikumpulkan meliputi : taman, area bermain,
perpustakaan, rekreasi umum dan rekreasi pribadi, fasilitas khusus.
c. Data Persepsi
Data persepsi yang dikaji meliputi :
(1) Persepsi Perawat
Berupa pernyataan umum tentang kondisi kesehatan dari masyarakat apa yang
menjadi kekuatan, apa masalahnya atau potensi masalah yang dapat diidentifikasi.
(2) Persepsi Masyarakat
Persepsi masyarakat yang dikaji terkait tempat tinggal yaitu bagaimana perasaan
masyaraka tentang kehidupan bermasyarakat yang dirasakan dilingkungan tempat tinggal
mereka, apa yang menjadi kekuatan mereka, permasalahan, tanyakan pada masyarakat
dalam kelompok yang berbeda misalnya (lansia, remaja, pekerja, profesional, ibu rumah
tangga, dll)
Sumber data pada data primer berasal dari masyarakat langsung yang didapat dengan
cara melakukan survei epidemiologi, pengamatan epidemiologi, dan skrining kesehatan.
Sedangkan pada data sekundet, data didapatkan dari data yang sudah ada sebelumnya.
Sumber data sekunder didapat dari
1. Sarana pelayanan kesehatan, misalnya rumah sakit, puskesmas atau balai pengobatan
2. Instansi yang berhubungan dengan kesehatan, kementrian kesehatan, dinas
kesehatan, atau biro pusat statistik
3. Absensi sekolah, industri dan perusahaan
4. Secara internasional data di dapat dari WHO seperti laporan populasi dan statistik
vital, population bulletin dan lain lain
Data yang dkumpulkan dalam pengkajian keperawatan komunitas dapat diperoleh
dengan metode wawancara, angket, observasi, dan pemeriksaan. Setelah data terkumpul,
analisis data komunitas dapat dilakukan dalam beberapa tahap yaitu kategorisasi,
ringkasan, perbandingan, kesimpulan.
1. Kategorisasi. Data dapat dikategorikan dalam berbagai cara. Pengkategorian data
pengkajian tersebut diantaranya :
a. Karakteristik demografi (komposisi keluarga, usia, jenis kelamin, etnis, dan
kelompok ras)
b. Karakteristik geografis (batas wilayah, jumlah dan besarnya kepala keluarga,
ruang publik dan jalan)
c. Karakteristik sosial dan ekonomi (pekerjaan dan jenis pekerjaan, tingkat
pendidikan, dan tingkat kepemilikan rumah)
d. Sumber dan pelayanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, klinik, pusat
kesehatan mental, dll)
2. Ringkasan. Setelah melakukan kategorisasi data maka tugas berikutnya adalah
meringkas data dalam setiap kategori. Pernyataan ringkasan disajikan dalam bentuk
ukuran seperti jumlah, bagan dan grafik.
3. Perbandingan adalah melakukan analisis data meliputi identifikasi kesenjangan data
dan ketidaksesuaian. Data pembanding sangan diperlukan dalam menetapkan pola
atau kecenderungan yang ada atau jika data tidak benar dan perlu revalidasi yang
membutuhkan data asli. Perbedaan data dapat terjadi karena terdapat kesalahan
pencatatan data.
4. Membuat kesimpulan. Setelah data yang dikumpulkan dan dibuat kategori,
ringkasan dan dibandingkan, maka tahap akhir adalah membuat kesimpulan secara
logis dari peristiwa yang kemudian dibuatkan pernyataan penegaan diagnosis
keperawatan komunitas.
B. Analisa Data
Merupakan kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data dengan
kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau
masalah yang dihadapi oleh masyarakat baik secara masalah kesehatan atau masalah
keperawatan. Tujuan analisa data adalah
1. Menetapkan kebutuhan komunitas
2. Menetapkan kekuatan
3. Mengindentifikasi pola respon komunitas
4. Mengidentifikasi pola kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan
Tabel 2.1 Analisa Data
Kategori data Masalah Keperawatan
DS :
DO:
Tahap setelah analisa data adalah tahap perumusan atau penentuan masalah. Tahap ini
merupakan tahap yang dapat diketahui masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi
oleh masyarakat, sekaligus dapat dirumuskan yang selanjutnya dilakukan intervensi. Namun
demikian masalah yang telah dirumuskan tidak mungkin dapat diatasi sekaligus. Oleh karena
itu perlu adanya prioritas masalah.
Tahap prioritas masalah dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan
keperawatan perlu mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria diantaranya adalah :
1. Perhatian masyarakat
2. Prevalensi kejadian
3. Berat ringannya masalah
4. Kemungkinan masalah untuk diatasi
5. Tersedianya sumber daya masyarakat
6. Aspek Politis
Prioritas masalah juga dapat ditentukan bedasarkan hirarki kebutuhan menurut Abraham
H Maslow yaitu :
1. Keadaan yang mengancam kehidupan
2. Keadaan yang mengancam kesehatan
3. Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan
C. Diagnosis Keperawatan Komunitas
Merupakan respon individu pada masalah kesehatan baik yang aktual maupun potensia.
Masalah aktual adalah masalah yang diperoleh pada saat pengkajian. Sedangkan masalah
potensial adalah masalah yang mungkin timbul kemudian. Sesuai hasil Munas IPKKI II di
Yogyakarta ditetapkan formulasi diagnosis keperawatan menggunakan ketentuan diagnosis
keperawatan NANDA dan ICNP. Formulasi diagnosis tersebut digunakan tanpa menuliskan
etiologi. Penulisan tersebut sesuai dengan label diagnosis berdasarkan NANDA yang
mencakup diagnosis aktual, promosi kesehatan atau sejahtera, resiko.
Tabel 2.2 Diagnosis Keperawatan Komunitas
Sasaran Domain Kode Rumusan Diagnosa
Keperawatan
E. Pelaksanaan
Implementasi merupakan tahap perkembangan kegiatan selanjutnya setelah perencanaan
kegiatan keperawatan komunitas dalam proses keperawatan komunitas. Fokus pada tahap
implementasi adalah bagaimana mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.Hal yang sangat penting dalam implementasi keperawatan kesehatan komunitas
adalah melakukan berbagai tindakan yang berupa promosi kesehatan, memelihara kesehatan
atau mengatasi kondisi tidak sehat, mencegah penyakit dan dampak pemulihan.Pada tahap
implementasi ini perawat tetap fokus pada program kesehatan masyarakat yang telah
ditetapkan pada tahap perencanaan. Tahap implementasi keperawatan komunitas memiliki
beberapa strategi implementasi diantaranya proses kelompok, promosi kesehatan, dan
kemitraan atau partnership.
F. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah suatu proses untuk membuat penilaian secara sistematis mengenai suatu
kebijakan, program dan kegiatan bedasarkan informasi dan hasil analisis dibandingkan
terhadap relevansi, keefektifan biaya, dan keberhasilannya untuk keperluan pemangku
kepentingan.
1. Jenis-jenis evaluasi menurut waktu pelaksanaan
a. Evaluasi formatif
Merupakan evaluasi yang dilaksanakan pada waktu pelaksanaan program yang
bertujuan memperbaiki pelaksanaan program dan kemungkinan adanya temua utama
berupa berbagai masalah dalam pelaksanaan program.
b. Evaluasi Sumatif
Merupakan evaluasi yang dilaksanakan pada saat pelaksanaan program telah selesai,
yang bertujuan untuk menilai hasil pelaksanaan program dan temuan utama berupa
pencapaian apasaja dari pelaksanaan program.
2. Prinsip Evaluasi
Terdapat beberapa prinsip-prinsip evaluasi yaitu sebagai berikut.
a. Penguatan program
b. Menggunakan berbagai pendekatan
c. Desain evaluasi untuk kriteria penting di komunitas
d. Menciptakan proses partisipasi
e. Diharapkan lebih fleksibel
f. Membangun kapasitas
3. Proses Evaluasi
Terdapat beberapa proses evaluasi yaitu.
a. Menentukan tujuan evaluasi
b. Menyusun desain evaluasi yang kredibel
c. Mendiskusikan rencana evaluasi
d. Menentukan pelaku evaluasi
e. Melaksanakan evaluasi
f. Mendeskriminasikan hasil evaluasi
g. Menggunakan hasil evaluasi
4. Kriteria penilaian dalam evaluasi terdiri dari:
a. Relevansi (relevance)
Apakah tujuan program mendukung tujuan kebijakan?
b. Keefektifan (effectiveness)
Apakah tujuan program dapat tercapai?
c. Efisiensi (efficiency)
Apakah tujuan program tercapai dengan biaya paling rendah?
d. Hasil (outcomes)
Apakah indikator tujuan program membaik?
e. Dampak (impact)
Apakah indikator tujuan kebijakan membaik?
f. Keberlanjutan (sustainability)
Apakah perbaikan indikator terus berlanjut setelah program selesai?
Tabel 2.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Komunitas
Tgl/No Diagnose Implementasi Evaluasi Ttd perawat
Keperawatan
BAB 3
Populasi terdapat di Dusun Ploso Kuning Lamongan sebanyak 150 KK. Dan untuk
pengambilan sampel didapatkan sebanyak 109 KK
3.1.1 Pengkajian
Dari data Dusun Ploso Kuning Lamongan terdapat 150 KK dengan rentang usia 6-12
tahun. Dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu dengan Wilayah RT 14 untuk perorang usia
6-12 tahun sebanyak 20 anak. Wilayah RT 15 dengan usia 6-12 tahun berkisar 15 anak.
Wilayah RT 16 dengan usia 6-12 tahun berkisar 20 anak. Wilayah RT 17 dengan usia 6-12
tahun berkisaran 10 anak. Selain itu, data anak usia 6-12 tahun sebanyak 40 berjenis kelamin
laki-laki dan 30 orang berjenis perempuan. Data tersebut didapatkan dari hasil laporan kepala
Dusun Ploso Kuning pada tahun 2020
Dusun Ploso Kuning adalah sebuah dusun diwilayah Kecamatan Pucuk Kabupaten
Lamongan Provinsi Jawa timur Negara Indonesia yang memiliki 4 RT dan 1 RW
dalam naungan 1 Desa yaitu Desa Padengan Ploso jarak desa dengan dusun berkisaran
300 meter, kemudian jarak ke klinik 5 Km, jarak ke Rumah Sakit berkisaran 17 Km,
kemudian untuk ke Puskesmas Pucuk jaraknya berkisaran 10 Km. Bercerita tentang
Dusun Ploso Kuning, Dusun Ploso Kuning yang terletak di tengah-tengah sawah
konon katanya bisa dinamakan Ploso Kuning karena ada pohon yang berbunga
berwarna kuning kemudian untuk nama Ploso dikarenakan ada sebuah makam
yang bernama
Ploso kemudian di sampingnya ada pohon kuning dan di situlah kemudian diambil
nama menjadi Ploso Kuning dan berdiri sebuah Dusun Ploso Kuning
b. Demografi
1. Usia dan Jenis Kelamin
Data dari RT 16 RW 03 anak usia 6-12 tahun sebanyak 15 anak laki-laki, anak
usia 6-12 tahun sebanyak 10 anak perempuan
2. Suku/Ras
3. Tipe Keluarga
Diagnose Keperawatan
A. Diagnose Keperawatan dan Sekoring
Diagnose Pentingnya Perubahan positif Penyelesaian Total
Keperawatan penyelesian untuk untuk skor
Komunitas masalah : penyelesaian peningkatan
1: rendah dikomunitas : kualitas hidup :
2: sedang 0: tidak ada 0: tidak ada
3: tinggi 1: rendah 1: rendah
2: sedang 2: sedang
3: tinggi 3: tinggi
Defisit Perawatan 3 2 3 8
Diri pada agregat
anak di RT 16 RW
03 dusun Ploso
Kuning Lamongan
Kesiapan 2 1 2 5
Peningkatan
menjadi Orang Tua
pada agregat anak
di RT 16 RW 03
dusun Ploso
Kuning Lamongan
B. Prioritas Diagnosa Keperawatan
No Diagnose Keperawatan Jumlah Skor
1. Defisit Perawatan Diri pada agregat anak di RT 16 RW 03 8
dusun Ploso Kuning Lamongan
2. Kesiapan Peningkatan menjadi Orang Tua pada agregat 5
anak di RT 16 RW 03 dusun Ploso Kuning Lamongan
Perencanaan Berdasarkan SDKI, SLKI, SIKI
Baughman, Diane C. 2019. Keperawatan Medikal – Bedah : Buku Saku untuk Brunner
dan Suddarth.Jakarta : EGC.
Behrman, Richard E. 2019. Ilmu Kesehatan dan Anak Nelson, Volume 2.Edisi 15.Alih Bahasa
A. Samik Wahab.Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2017. Buku Saku Patofisiologi, Ed. 3; Alih Bahasa, Nike
Budhi Subekti.Jakarta: EGC.
Grace, Pierce A & Borley, Neil R. 2016.At a Glance Ilmu Bedah.Jakarta : Erlangga.
Kementrian Kesehatan RI. 2018. Waspada Diare. Jakarta: Pusat Penanggulangan Krisis
Kesehatan Kemenkes RI
Malasari, Sukma N.N. 2018. Perbedaan Faktor Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk
dan Lingkungan di Desa Endemis dan Non Endemis DBD (Studi di Puskesmas
Ngadiluwih, Kab. Kediri (Skripsi). Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat UNAIR.
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2018. Aplikasi Asuhan Keperwatan
Berdasarkan Diagnose Medis dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction
Publishing.
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan (Edisi 1). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan (Edisi 1 Ce). Jakarta: DPP PPNI.