Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA AGREGAT ANAK DENGAN KASUS DIARE


DI DUSUN PLOSO KUNING LAMONGAN

Disusun Oleh :
Aprilia Krismoni Pancawati 1130016105

Dosen Pembimbing :
Rusdianingseh, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Kom

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini dibuat dan disusun sebagai bukti
bahwa mahasiswa di bawah ini telah mengikuti Praktikum Pra Profesi :
Nama Mahasiswa : Aprilia Krismoni Pancawati
NPM 1130016105
Kompetensi : Keperawatan Komunitas
Waktu Pelaksanaan : 06 – 10 Juli 2020
Tempat : Tempat Tinggal Mahasiswa

Surabaya, 06 Juli 2020

Aprilia Krismoni Pancawati


NPM.1130016105

Mengetahui,

Pembimbing Akademik

Rusdianingseh, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Kom
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Diare adalah salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di
negara-negara berkembang (Richard, 2019). Diare masih menjadi suatu problematika dan
masalah bagi kesehatan masyarakat di negara berkembang terutama di Indonesia. Angka
mortalitas, morbiditas dan insidennya cenderung meningkat.
Berdasarkan karakteristik penduduk, kelompok umur balita adalah kelompok yang paling
tinggi menderita diare. Secara global, ada hampir 1,7 miliar kasus penyakit diare pada anak
setiap tahun. Kasus diare di Indonesia pada tahun 2016 sebanyak 2.544.084. Di Wilayah Jawa
Tengah diperkirakan terdapat 911.901 kasus diare, sedangkan kasus diare yang sudah
ditangani sebanyak 95.635 kasus (Kementerian Kesehatan RI, 2018). Di Daerah Kota
Surakarta sendiri pada tahun 2016 jumlah diare sebanyak 11.183 kasus. Data dari Dinas
Kesehatan Kota Surakarta menunjukkan bahwa angka penyakit diare di Puskesmas
Jayengan mengalami peningkatan, sebanyak 906 kasus di tahun 2015, sedangkan di tahun
2016 terdapat 944 kasus. Diare disebabkan beberapa faktor, antara lain Karena kesehatan
lingkungan yang belum memadai, keadaan gizi yang belum memuaskan, keadaan sosial
ekonomi dan perilaku masyarakat yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi
terjadinya diare. Selain itu, diare juga bisa disebabkan karena makanan yang tidak sehat atau
makanan yang diproses dengan cara yang tidak bersih sehingga terkontaminasi bakteri
penyebab diare seperti
Salmonella, Shigella dan Campylobacter jejuni (Joyce, 2015).
Penyakit diare sering menyerang pada anak-anak dari pada dewasa dikarenakan daya
tahan tubuhnya yang masih lemah. Namun masih banyak ibu yang belum cukup mampu
memberikan penanganan yang baik, hal ini dikarenakan pengetahuan tentang penanganan
diare pada anak masih rendah sehingga akan mempengaruhi sikap ibu dalam penanganan
diare pada anaknya. Peran ibu dalam melakukan penatalaksanaan terhadap diare diperlukan
suatu pengetahuan karena pengetahuan merupakan salah satu komponen faktor predisposisi
yang penting. Peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan terjadinya perubahan
sikap, tetapi mempunyai hubungan yang positif, yaitu dengan peningkatan pengetahuan maka
dapat terjadi perubahan sikap (Joyce, 2015)
Pada negara berkembang diare berkaitan dengan kurangnya pasokan air bersih,
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang sanitasi dan hygiene (khususnya kebiasaan
mencuci tangan dengan sabun) serta kondisi kesehatan dan status gizi yang kurang baik.
Kebersihan anak maupun kebersihan lingkungan memegang peranan penting pada tumbuh
kembang anak baik
fisik maupun psikisnya. Kebersihan anak yang kurang, akan memudahkan terjadinya
penyakit cacingan dan diare pada anak (Heatha, 2019)
Tanda dan gejala diare mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh
biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Diare
yang semakin parah menyebabkan tinja menjadi cair disertai lendir atau darah. Warna tinja
makin lama berubah mejadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu. Anus dan daerah
sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat
semakin banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus
selama diare. Penyakit diare juga dapat menyebabkan kematian jika dehidrasi tidak diatasi
dengan tepat. Dehidrasi dapat terjadi karena usus bekerja tidak optimal sehingga sebagian
besar air dan zat- zat yang terlarut di dalamnya keluar bersama feses sampai akhirnya tubuh
kekurangan cairan atau dehidrasi (Heathe, 2019).
Berdasarkan upaya pemberian intervensi memiliki pengaruh yang signifikan, hal tersebut
dibuktikan dengan manajemen diare ditatanan rumah tangga berpengaruh meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan dalam penanganan diare anak. Peningkatan pengetahuan pada
orang tua dalam mengasuh anak secara spesifik dapat membantu orang tua dalam merubah
kebiasaan untuk mengimplementasikan perubahan dalam lingkungan keluarga. Perubahan
perilaku yang terjadi adalah sebuah proses belajar untuk orang tua agar meningkatkan
pengetahuan dalam menangani diare pada anak dilingkungan keluarga.Ibu yang berperilaku
baik dapat mengurangi kejadian diare pada balitanya, karena ibu yang berperilaku baik
tentunya akan bertindak mencegah atau menghindari dari penyakit dan penyebab penyakit
atau masalah dan penyebab masalah kesehatan, dan perilaku dalam mengupayakan
meningkatkan kesehatan, sehingga dapat mengaplikasikan perilaku hidup bersih dan sehat
dalam mengasuh balitanya. Perilaku ibu yang baik dalam penelitian ini disebabkan karena
pengetahuan ibu yang tinggi (Sandra, 2017).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk menganalisis laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan agregat anak
dengan Diare
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan konsep dasar komunitas
2. Menjelaskan konsep agregat anak
3. Menjelaskan konsep diare
4. Memahami konsep dasar asuhan keperawatan teori diare
5. Memahami konsep dasar asuhan keperawatan kasus diare
BAB 2

TEORI

2.1 Keperawatan Komunitas


A. Definisi Keperawatan Komunitas

Komunitas adalah komponen penting dari pengalaman manusia sebagai bagian dari
pengalaman yang saling berkaitan dengan keluarga, rumah, serta berbagai ragam budaya dan
agama.Keperawatan kesehatan komunitas adalah area keperawatan profesional yang
diberikan secara holistik atau bio-psiko-sosio-spiritual dan difokuskan pada kelompok resiko
tinggi yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan melalui upaya promotif,
preventif, tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif dengan melibatkan komunitas sebagai
mitra dalam menyelesaikan masalah (Malasari, Sukma N.N, 2018).

B. Tujuan Keperawatan Komunitas

Tujuan keperawatan komunitas adalah untuk pencegahan dan peningkatan kesehatan


masyarakat melalui upaya:
1. Pelayanan kesehatan secara langsung terhadap individu, keluarga, dan kelompok
dalam konteks komunitas
2. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat dan mempertimbangkan
bagaimana masalah atau isu kesehatan masyarakat dapat mempengaruhi keluarga,
individu dan kelompok.
Dan selanjutnya secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
mempunyai kemampuan untuk:
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami
2. Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut
3. Merumuskan serta memecahkan
4. Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka alami
5. Mengevaluasi sejauh mana masalah yang mereka hadapi akhirnya dapat
meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri
C. Sasaran Keperawatan Komunitas
Menurut Rosidi, A. R. Dan Adisasmito., Wiku tahun 2019 seluruh masyarakat termasuk
individu, keluarga dan kelompok baik yang sehat maupun yang sakit khususnya mereka yang
beresiko tinggi dalam masyarakat.
1. Individu
Adalah anggota keluarga sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi, psikologi, sosial,
dan spiritual. Apabila individu tersebut mempunyai masalah kesehatan karena
ketidakmampuan merawat dirinya sendiri oleh karna sesuatu hal dan sebab, maka akan
dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya dan keluarga yang ada dilingkungan
sekittempat tinggal mereka. Oleh karena itu peran perawat komunitas adalah membantu
individu agar dapat memenuhi kebutuhan dasarnya karena adanya kelemahan fisik dan
mental yang dialami, keterbatasan pengetahuan dan kurangnya kemauan menuju
kemandirian
2. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga,
anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam satu rumah tangga karena
pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi. Antara keluarga satu dengan yang
lainnya saling tergantung dan berinteraksi, bila salah satu atau beberapa anggota keluarga
mempunyai masalah kesehatan maka akan berpengaruh terhadap anggota yang lainnya
dan keluarga yang ada disekitarnya.
3. Kelompok Khusus
Merupakan sekumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin, umur,
permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan
antara lain :
a. Kelompok khusus dengan kebutuhan kesehatan khusus sebagai akibat
perkembangan dan pertumbuhan seperti: ibu hamil, bayi baru lahir, anak balita,
anak usia sekolah dan usia lansia atau lanjut usia.
b. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan bimbingan
serta asuhan keperawatan, antara lain: kasus penyakit kelamin, tuberculosis, AIDS,
kusta dan lain-lain.
D. Prinsip Keperawatan Komunitas
Menurut (Richard, 2019) yang harus menjadi prinsip dalam melaksanakan keperawatan
komunitas haruslah mempertimbangkan:
1. Kemanfaatan
Intervensi atau pelaksanan yang dilakukan harus memberikan manfaat sebesar-
besarnya bagi komunitas artinya: ada keseimbangan antara manfaat dan kerugian.
2. Autonomi
Dalam keperawatan komunitas diberikan kebebasan untuk melakukan atau memilih
alternatif yang terbaik yang disediakan untuk komunitas.
3. Keadilan
Dalam pengertian melakukan upaya atau tindakan sesuai dengan kemampuan atau
kapasitas komunitas.
E. Falsafah Keperawatan Komunitas
Menurut (Richard, 2019) falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu
kepada falsafah atau peradigma keperawatan secara umum yaitu: manusia yang merupakan
titik sentral dari setiap upaya pembangunan kesehatan yang menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan dan bertolak dari pandangan ini di susunlah paradigma keperawatan komunitas
sebagai berikut.
1. Manusia
Komunitas sebagai klien berarti sekumpulan individu atau klien yang berada pada
lokasi atau batas geografis tertentu yang memiliki nilai-nilai, keyakinan dan minat yang
relatif sama serta adanya interaksi satu sama lain untuk mencapai tujuan.
2. Kesehatan
Sehat adalah suatu kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan kebutuhan dasar
klien atau komunitas. Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari
keberhasilan mengatasi stressor.
3. Lingkungan
Semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh disekitar klien yang bersifat
biologis, psikologis, sosial, kultural dan spiritual.
4. Keperawatan
Intervensi atau tindakan yang bertujuan untuk menekan stressor atau meningkatkan
kemampuan klien atau komunitas menghadapi stressor melalui upaya pencegahan
primer, sekunder dan tersier.
2.2 Konsep Agregat Anak
A. Pengertian Anak
Anak sekolah dasar yaitu anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat yang
mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan orang tua. Anak usia
sekolah ini merupakan masa dimana terjadi perubahan yang bervariasi pada pertumbuhan dan
perkembangan anak yang akan mempengaruhi pemebentukan karakteristik dan kepribadian
anak. Periode usia sekolah ini menjadi pengalaman inti anak yang dianggap mula
bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan dengan teman sebaya, orang tua
dan lannya. Selain itu usia sekolah merupakan masa dimana anak memperoleh dasar-dasar
pengetahuan dalam menentukan keberhasilan untuk menyesuaikan diri pada kehidupan
dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu (Mc Clostey, 2018).
B. Perkembangan Anak
Perkembangan jika dalam bahasa inggris disebut development yang artinya
perkembangan adalah perubahan pola yang dimulai sejak masa konsepsi dan berlanjut
sepanjang kehidupan. Perkembangan berorientasi pada proses mental sedangkan
pertumbuhan lebih berorientasi pada peningkatan ukuran dan struktur. Jika perkembangan
berkatan dengan hal yang bersifat fungsional, sedangkan pertumbuhan bersifat biologis.
Misalnya, jika dalam perkembangan mengalami perubahan pasang surut mulai lahir sampai
mati. Tetapi jika pertumbuhan contohya seperti, pertumbuhan tinggi badan dimula sejak lahir
dan berhenti pada usia 18 tahun. Beberapa komponen yang termasuk dalam perkembangan
yaitu :
1. Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan manusia yang
berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang berkaitan
dengan bagaimana indvidu mempelajari dan memimkirkan lingkungannya.
Perkembangan kognitif juga digunakan dalam psikolog untuk menjelaskan semua
aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan penglohan
informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan
masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua proses psikologis yang berkaitan
dengan individu. Selain berkaitan dengan individu juga mempelajari, memperhatikan,
mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai dan memikirkan lingkungannya
(Sandra,2017).
Mengacu pada tahap perkembangan kognitif dari Piaget, maka anak pada masa kanak-
kanak akhir berada pada tahap operasional konkret yang berlangsung kira-kira usia 7-11
tahun (tahap operasional konkret. Pada tahapan ini, pemikiran logis menggantikan
pemikiran intuitif. Anak sudah mampu berpikir rasional dan melakukan aktivitas logis
tertentu, walaupun masih terbatas pada objek konkret dan dalam situasi konkret. Anak
telah mampu mampu memperlihatkan keterampilan konversi, klasifikasi, penjumlahan,
pengurangan, dan beberapa kemampuan lain yang sangat dibutuhkan anak dalam
mempelajari pengetahuan dasar sekolah. Cara berpikirnya sudah kurang egosentris yang
ditandai dengan desentrasi yang besar, yaitu sudah mampu memperhatikan lebih dari satu
dimensi dan juga menghubungkan satu dengan yang lainnya. Pada tahap operasional
konkret, anak-anak dapat memahami :
(1) Konservasi, yaitu kemampuan anak untuk memahami bahwa suatu zat/objek/benda
tetap memiliki substansi yang sama walaupun mengalami perubahan dalam
penampilan. Ada beberapa macam konservasi seperti konservasi jumlah, panjang,
berat, dan volume.
(2) Klasifikasi, yaitu kemampuan anak untuk mengelompokkan /mengklasifikasikan
benda dan memahmi hubungan antarbenda tersebut.
(3) Seriaton, yaitu kemampuan anak mengurutkan sesuai dimensi kuantitatifnya.
Misalnya sesuai panjang,besar dan beratnya.
(4) Transitivity, yaitu kemampuan anak memikirkan relasi gabungan secara logis. Jika
ada relasi antara objek pertama dan kedua, da nada relasi antara objek kedua dan
ketiga, maka ada relasi antara objek pertama dan ketiga.
2. Perkembangan Moral
Menurut Kohlberg, perkembangan moral terjadi melalui tiga tingkatan dan terdiri dari
enam stadium, dan masing-masing stasium akan dilalui oleh setiap anak walaupun tidak
pada usia yang sama namum perkembangan selalui melalui urutan ini (Joyce,2015), yaitu:
(1) Tingkatan I : Penalaran moral yang pra conventional
Merupakan tingkatan terendah dari penalaran moral. Pada tingkatan ini baik dan
buruk diinterpretasikan melalui reward (imbalan) dan punishment (hukuman)
Stadium 1 : moralitas heteronom, Penalaran moral terkait dengan hukuman
(punishment), anak bepikir bahwa mereka harus patuh karena takut hukuman (tingkah
laku dinilai benar bila tidak dihukum, dan sebaliknya).
Stadium 2 : individualisme, tujuan instrumental, dan pertukaran, Pada tahap ini
penalaran individu yang memikirkan kepentingan diri sendiri adalah hal yang benar dan
hal ini juga berlaku untuk orang lain. Karena itu, menurut anak apa yang benar adalah
sesuatu yang melibatkan pertukaran yang setara. Mereka berpikir jika mereka akan baik
terhadap dirinya.
(2) Tingkatan II : Penalaran moral yang conventional
Individu memberlakukan standart tertentu, tetapi standar ini ditetapkan oleh orang
lain, misalnya orang tua sekolah.
Stadium 3 : Ekspektasi interpersonal mutual, hubungan dengan orang lain, dan
konformitas interpersonal, Pada tahap ini, anak menghargai kepercayaan, perhatian,
dan kesetiaan terhadap orang lain sebagai dasar dari penilain moral. Anak mengadopsi
standar moral orang tua agar dianggap oleh orang tua sebagai anak yang bak. Dengan
kata lain, mereka merupakan tahap orientasi anak atau person yang baik.
Stadium 4 : Moralitas sistem social, Penilaian moral didasari oleh pemahaman
tentang keteraturan di masyarakat, hukum, keadilan, dan kewajiban. Sebagai contoh,
anak berpikir supaya komunitas dapat bekerja dengan efektif perlu dilindungi oleh
hukum yang diberlakukan terhadap anggotanya. Dengan kata lain, merupakan tahap
orientasi pelestarian otoritas dan aturan sosial (aturan sosial yang ada harus dijaga).
(3) Tingkatan III : Penalaran moral yang post-conventional
Individu menyadari adanya jalur moral alternative , mengeksplorasi pilihan ini, laly
memutuskan berdasarkan kode moral personal.
Stadium 5 : kontrak atau utilitas sosial dan hak individu, pada tahap ini individu
menalar bahwa nilai, hak, dan prinsip lebih utama atau lebih luas darpada hukum.
Individu mengevaluasi validitas hukum yang ada, dan melindungi hak asasi dan nilai
dasar manusia. Dengan kata lain, merupakan orientasi control legalitas (untuk kehidupan
bersama yang teratur).
Stadium 6 : Prinsip etis universal, Individu mengembangjan standar moral
berdasarkan hak asasi manusia universal. Ketika dihadapkan dengan pertentangan antara
hukum dan hat nurani, individu menalar bahwa harus diikuti adalah hati nurani,
meskipun keputusan ini dapat memberikan resiko. Dengan kata lain merupakan orientasi
atas dasar prinsip dan konsiensia sendiri (ukuran penilaian adalah konsiensia sendiri).
Pada masa kanak-kanak akhir usia 6-12 tahun, penalaran moral anak ada pada
angkatan II, yaitu pada moral yang conventional (tahapan selengkapnya dapat dilihat
pada uraian sebelumnya tentang masa anak awal). Pada tingkat conventional ini individu
memberlakukan satndar tertentu, tetapi standar ini ditetapkan oleh orang lain, misalnya
orang tua atau pemerintah. Perkembangan moral pada masa kanak-kanak akhir, sebagai
berikut menurut (Borley, 2016):
a. Anak berbuat baik bukan untuk mendapatkan kepuasan fisik, tetapi untuk
mendapatkan kepuasan psikologis yang diperoleh melalui persetujuan sosial.
b. Lingkungan merupkan ruang lingkup yang lebih luas, kaidah moral sebagian besar
lebih ditentukan oleh norma-norma yang terdapat dalam kelompoknya.
c. Usia sekitar 10-12 tahun sudah mengenal konsep moralitas, seperti kejujuran,
keadilan, dan kehormatan.
d. Perbuatan baik buruk dilihat dari apa motif melakukan hal tersebut.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak sekolah
Menurut (Borley, 2016) proses perkembangan pada anak dapat terjadi secara cepat
maupun lambat tergantung dari individu atau lingkungannya. Proses tersebut dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor perkembangan anak, yaitu :
1. Faktor Herediter
Faktor herediter dapat diartikan sebagai pewarisan atau pemindahan karakteritik
biologis individu dari pihak kedua orang tua ke anak atau karakteristik biologis individu
yang dibawa sejak lahir yang tidak diturnkan dari pihak kedua orang tua. Kita juga dapat
menyebutkan bahwa sifat-sifat atau ciri-ciri padi aseorang anak adalah keturunan.
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan merupakan faktor yang memegang perananan penting dalam
mempengaruhi perkembangan anak. Faktor lingkungan secara garis besar dibagi menjadi
faktor prenatal dan post natal. Lingkungan post natal secara umum dapat di golongkan
menjadi lingkungan biologis (ras/suku bangsa, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan
kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi metabolisme, hormon),
lingkungan fisik (cuaca, musim, keadaam geografis suatu daerah, sanitasi, keadaan
rumah, radiasi), lingkungan psikososial (stimulasi, motivasi belajar, ganjaran atau
hukuman, kelompok sebaya, stress, sekolah), dan lingkungan keluarga.
D. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Perilaku Anak
Menurut (Joyce, 2015) Selain adanya faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
pada anak, terdapat juga faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku anak diantaranya, yakni:
1. Sekolah
Sekolah merupakan salah satu lembaga yang berperan dalam pengaruh pembentukan
perilaku siswa. Baik buruknya suasana sekolah sangat tergantung pada kepemimpinan
kepala sekolah, komitmen guru, sarana pendidkan, dan kedisiplinan dalam sekolah. Selan
dari terciptanya kedisiplinan ,yakni juga dari kebiasaan belajar, dan pengendalian diri dari
siswa.
2. Keluarga
Keluarga adalah sebagai lingkungan pertama dan yang utama bagi perkembangan
anak. Anak usia 4-5 tahun dianggap sebagai titik awal proses identifikasi diri menurut
jenis kelamin, sehingga peran ibu dan ayah atau orang tua pengganti (seperti nenek,
kakek, dan orang dewasa, dan lainnya) sangat besar. Apabila proses identifikasi ini tidak
berjalan dengan lancer, maka dapat timbul proses identifikasi yang salah.
3. Media Massa
Abad ini adalah abad informasi, yang ditandai oleh kemajuan yang pesat di bidang
tekonologi informasi. Selain membawa kegembiraan yang menyenangkan serta wawasan
luas. Kemajuan media elektronik yang sedang melanda saat ini membuat anak atau
remaja dipenuhi dengan tayangan dan berita yang kurang mendidik. Dikhawatirkan akan
muncul nilai kehidupan yang tidak sesuai dengan kehidupan yang ada. Selan itu juga nila
yang diserap akan mempengaruhi perilaku dan gaya hidupnya sehari-hari.
2.3 Konsep Diare
A. Definisi Diare
Diare merupakan keadaan ketika individu mengalami atau berisiko mengalami
defekasi berupa feses cair atau feses tidak berbentuk dalam frekuensi yang sering. Diare
adalah pasase feses yang lunak dan tidak berbentuk (Heather, 2019).
Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa diare merupakan situasi dimana
seorang individu mengalami sensasi rasa sakit perut seperti melilit atau mulas kemudian
defekasi berupa feses yang encer atau lunak dan tidak berbentuk serta dikeluarkan secara
terus- menerus dengan frekuensi lebih dari 3 kali.
Diare dibagi menjadi dua yaitu:
1. Diare Akut
Diare akut dikarakteristikkan oleh perubahan tiba-tiba dengan frekuensi dan kualitas
defekasi.
2. Diare Kronis
Diare kronis yaitu diare yang lebih dari dua minggu
B. ETIOLOGI
Terdapat 3 bahan dalam etiologi diare pada anak (Mary E. Muscari, 2015).
1. Diare Akut
Diare akut dapat disebabkan karena adanya bakteri, nonbakteri maupun adanya infeksi.
a. Bakteri penyebab diare akut antara lain organisme Escherichia coli dan
Salmonella serta Shigella. Diare akibat toksin Clostridium difficile dapat
diberikan terapi antibiotik.
b. Rotavirus merupakan penyebab diare nonbakteri (gastroenteritis) yang paling
sering.
c. Penyebab lain diare akut adalah infeksi lain (misal, infeksi traktus urinarius dan
pernapasan atas), pemberian makan yang berlebihan, antibiotik, toksin yang
teringesti, iriitable bowel syndrome, enterokolitis, dan intoleransi terhadap
laktosa.
2. Diare kronis biasanya dikaitkan dengan satu atau lebih penyebab berikut ini:
a. Sindrom malabsorpsi
b. Defek anatomis
c. Reaksi alergik
d. Intoleransi laktosa
e. Respons inflamasi
f. Imunodefisiensi
g. Gangguan motilitas
h. Gangguan endokrin
i. Parasit
j. Diare nonspesifik kronis
3. Faktor predisposisi diare antara lain, usia yang masih kecil, malnutrisi, penyakit
kronis, penggunaan antibiotik, air yang terkontaminasi, sanitasi atau higiene buruk,
pengolahan dan penyimpanan makanan yang tidak tepat.
C. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi bergantung pada penyebab diare (Mary E. Muscari, 2015)
1. Enterotoksin bakteri menginvasi dan menghancurkan sel-sel epitel usus, menstimulasi
sekresi cairan dan elektrolit dari sel kripta mukosa.
2. Penghancuran sel-sel mukosa vili oleh virus menyebabkan penurunan kapasitas untuk
absorpsi cairan dan elektrolit karena area permukaan usus yang lebih kecil.
3. Patofisiologi diare kronis bergantung pada penyebab utamanya. Lihat unit
pembahasan penyakit seliaka sebagai contoh diare yang disebabkan oleh gangguan
malabsorpsi.

Diare dalam jumlah besar juga dapat disebabkan faktor psikologis, misalnya ketakutan
atau jenis stres tertentu, yang diperantarai melalui stimulasi usus oleh saraf parasimpatis.Juga
terdapat jenis diare yang ditandai oleh pengeluaran feses dalam jumlah sedikit tetapi sering.
Penyebab diare jenis ini antara lain adalah kolitis ulserabutiv dan penyakit Crohn. Kedua
penyakit ini memiliki komponen fisik dan psikogenik (Elizabeth J. Corwin, 2017).

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Diare akut
a. Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset.
b. Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas-gas dalam perut, rasa tidak
enak, nyeri perut.
c. Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut.
d. Demam
2. Diare kronik
a. Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang.
b. Penurunan BB dan nafsu makan.
c. Demam indikasi terjadi infeksi.
d. Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardi, denyut lemah
Bentuk klinis diare
Diagnose Didasarkan Pada Keadaan
Diare cair akut a. Diare lebih dari 3 kali sehari berlangsung kurang dari 14
hari
b. Tidak mengandung darah
Kolera a. Diare air cucian beras yang sering ada banyak dan cepat
menimbulkan dehidrasi berat, atau
b. Diare dengan dehidrasi berat selama terjadinya KLB
kolera, atau
c. Diare dengan hasil kultur tinja positif untuk V cholers 01
atau 0139
Disentri a. Diare berdarah (dilihat atau dilaporkan)
Diare persisten a. Diare yang berlangsung selama 14 hari atau lebih
Diare dengan gizi buruk a. Diare apapun yang disertai gizi buruk
Diare terkait antibiotika a. Mendapat pengobatan antibiotic oral spectrum luas
(Antibiotic Associated
Diarrhea)
Invaginasi a. Dominan darah dan lender dalam tinja
b. Massa intra abdominal (abdominal mass)
c. Tangisan keras dan kepucatan pada bayi

Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare


Klasifikasi Tanda-tanda atau gejala Pengobatan
Dehidrasi berat Terdapat 2 atau lebih tanda: Beri cairan untuk diare
a. Letargis/tidak sadar dengan dehidrasi berat
b. Mata cekung
c. Tidak bisa minum atau malas minum
d. Cubitan perut kembali sangat lambat
(≥ 2 detik)
Dehidrasi ringan Terdapat 2 atau lebih tanda: a. Beri anak dengan cairan
atau sedang a. Rewel gelisah dengan makanan untuk
b. Mata cekung dehidrasi ringan
c. Minum dengan lahap atau haus b. Setelah rehidrasi,
d. Cubitan kulit kembali dengan lambat nasehati ibu untuk
penangan dirumah dan
kapan kembali segera
Tanpa dehidrasi Tidak terdapat cukup tanda untuk a. Beri cairan dan makanan
diklasifikasikan sebagai dehidrasi ringan untuk menangani diare
atau berat dirumah
b. Nasehati ibu kapan
kembali segera
c. Kunjungan ulang dalam
waktu 5 hari jika tidak
membaik
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Diare akut
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan:
1. Tes darah: hitung darah lengkap; anemia atau trombositosis mengarahkan dengan
adanya penyakit kronis. Albumin yang rendah bisa menjadi patokan untuk tingkat
keparahan penyakit namun tidak spesifik.
2. Kultur tinja bisa mengidentifikasi organisme penyebab. Bakteri C. Difficile ditemukan
pada 5% orang sehat; oleh karenanya diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya gejala
disertai ditemukannya toksin, bukan berdasarkan ditemukannya organisme saja.
3. Foto polos abdomen: bisa menunjukkan gambaran kolitis akut.
b. Diare kronis
Pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan harus dipilih berdasarkan prioritas
diagnosis klinis yang paling mungkin:
1. Tes darah: secara umum dilakukan hitung darah lengkap, LED, biokimiawi darah, tes
khusus dilakukan untuk mengukur albumin serum, vitamin B12 dan folat. Fungsi
tiroid. Antibodi endomisial untuk penyakit siliaka.
2. Mikroskopik dan kultur tinja (x3): hasil kultur negatif belum menyingkirkan giardiasis.
3. Lemak dan tinja: cara paling sederhana adalah pewarnaan sampel tinja dengan Sudan
black kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Pada kasus yang lebih sulit, kadar
lemak tinja harus diukur, walaupun untuk pengukuran ini dibutuhkan diet yang
terstandardisasi.
4. Foto polos abdomen: pada foto polos abdomen bisa terlihat klasifikasi pankras,
sebainya diperiksa dengan endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP)
dan/atau CT pankreas.
5. Endoskopi, aspirasi duodenum, dan biopsi: untuk menyingkirkan penyakit seliaka dan
giardiasis.Kolonoskopi dan biopsi: endoskopi saluran pencernaan bagian bawah lebih
menguntungkan dari pada pencitraan radiologi dengan kontras karena, bahkan ketika
mukosa terlihat normal pada biopsi bisa ditemukan kolitis mikroskopik (misalnya
kolistik limfositik, kolitis kolagenosa).
6. Hydrogen breath test: untuk hipolaktasia (laktosa) atau pertumbuhan berlebihan
bakteri pada usus halus (laktulosa).
7. Pencitraan usus halus: bisa menunjukkan divertikulum jejuni, penyakit Crohn atau
bahkan struktur usus halus.
8. Berat tinja 24 jam (diulang saat puasa): walaupun sering ditulis di urutan terakhir
daftar pemeriksaan penunjang pemeriksaan ini tetap merupakan cara paling tepat
untuk membedakan diare osmotik dan diare sekretorik.
9. Hormon usus puasa: jika ada dugaan tumor yang mensekresi hormonharus dilakukan
pengukuran kadar hormon puasa.

Menurut (Heather, 2019) jika merupakan episode akut tunggal dan belum mereda setelah
5-7 hari, maka harus dilakukan pemeriksaan berikut:

a. Pemeriksaan darah lengkap untuk mencari anemia dan kultur darah untuk Salminella
typhi, S. Paratyphi, dan S. Enteritidid, khususnya bila ada riwayat perjalanan ke luar
negeri
b. Pemeriksaan laboratorium tinja untuk mencari kista, telur, dan parasit (ameba, Giardia)
dan kultur (tifoid dan paratifoid, Campylobacter, Clostridium difficile)
c. Sigmoidoskopi, khususnya pada dugaan kolistis ulseratif atau kangkaer (atau kolitis
ameba). Biopsi dan histologi bisa memiliki nilai diasnostik
F. PATHWAY
Pathway diare
Infeksi Makanan Psikologi

Berkembang di usus
Toksik tidak dapat diserap Ansietas

Hipersekresi air &


elektrolit
Hiperperistaltik

Isi usus
Penyerapan makanan di usus

Diare

Frekuensi BAB Distensi abdomen

Mual muntah
Hilang cairan & elektrolit berlebihan

Gangguan integritas kulit/jaringan


Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit Nafsu makan

(Nurarif, Amin &


Kusuma, H., 2018)
Dehidrasi
Defisit nutrisi

Kekurangan volume cairan Risiko hipovolemia


G. PENATALAKSANAAN MEDIS

Penatalaksanaan medis primer diarahkan pada pengontrolan dan menyembuhkan penyakit


yang mendasari (Baughman, 2019).

1. Untuk diare ringan, tingkatkan masukan cairan per oral; mungkin diresepkan glukosa
oral dan larutan elektrolit.
2. Untuk diare sedang, obat-obatan non-spesifik, difenoksilat (Lomotif) dan loperamid
(Imodium) untuk menurunkan motilitas dari sumber-sumber non-infeksius.
3. Diresepkan antimicrobial jika telah teridentifikasi preparat infeksius atau diare
memburuk.
4. Terapi intravena untuk hidrasi cepat, terutama untuk pasien yang sangat muda atau
lansia.

Penatalaksanaan diare akut pada anak :


1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.
Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat
dan akurat, yaitu:
a. Jenis cairan yang hendak digunakan.
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia cukup
banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila dibandingkan dengan kadar
kalium tinja. Bila RL tidak tersedia dapat diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya
ditambahkan dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik.
Pada keadaan diare akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah
dehidrasi dengan segala akibatnya.
b. Jumlah cairan yang hendak diberikan.
Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai dengan
jumlah cairan yang keluar dari badan. Jumlah kehilangan cairan dari badan dapat
dihitung dengan cara/rumus:
Mengukur BJ Plasma
Kebutuhan cairan dihitung dengan rumus:
BJ Plasma – 1,025
x BB x 4 ml
0,001
Metode Pierce
Berdasarkan keadaan klinis, yakni:
1. Diare ringan, kebutuhan cairan = 5% x kg BB
2. Diare sedang, kebutuhan cairan = 8% x kg BB
3. Diare ringan, kebutuhan cairan = 10% x kg BB
Metode Perbandingan BB dan Umur
Total
BB (kg) Umur PWL NWL CWL Kehilangan
Cairan
<3 < 1 bln 150 125 25 300
3-10 1 bln-2 thn 125 100 25 250
10-15 2-5 thn 100 80 25 205
15-25 5-10 thn 80 25 25 130
Sumber: Ngastiyah (2017)

Keterangan :

PWL : Previus Water Lose (ml/kgBB) = cairan muntah.

NWL: Normal Water Lose (ml/kgBB) = cairan diuresis, penguapan, pernapasan

CWL : Concomitant Water Lose (ml/KgBB) = cairan diare dan muntah yang terus menerus.
(1) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan yang
bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan
kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang
kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam
dan tajin disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.
(2) Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai berikut :
a. Untuk anak umur 1 bl -2 tahun berat badan 3-10 kg :

1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran 1 ml=15 tts


atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes). 7 jam berikutnya : 12
ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 4
tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes). Jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit.
b. Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg :
1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 10
tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
c. Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg :

1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7


tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes). 7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5
tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes). 16 jam berikut : 105
ml/kgBB oralit per oral.

d. Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg :

Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1
(4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1½ %. Kecepatan : 4 jam pertama : 25
ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
e. Untuk bayi berat badan lahir rendah
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1
bagian NaHCO3 1½ %).
2. Dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari
7 kg, jenis makanan:
a. Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh.
b. Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim).
c. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu
yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak
jenuh.
d. Standar Nutrisi parenteral untuk anak diare adalah didasarkan atas kebutuhan
kalori, kebutuhan asam amino, dan kebutuhan mikronutrien.
e. Kebutuhan kalori
(1) BBLR : 150 Kkal/ Kg BB
(2) BBL C: 120 Kkal/ Kg BB/bulan
(3) BB 0- 10 Kg : 100Kkal/ Kg BB
(4) BB 11- 20 Kg : 1000 Kkal + 50 Kkal x (BB -10)
(5) BB > 20 Kg : 1500 Kkal + 20 Kkal x ( BB – 20)
f. Kebutuhan Asam amino
(1) BBLR 2,5 – 3/ Kg BB
(2) Usia 0 -1 tahun : 2,5 g/ Kg BB
(3) Usia 2 -13 tahun 1,5 -2g/ kg BB
g. Kebutuhan Mikronutrien
(1) Kalium 1,5 – 2,5 meq/ kg BB
(2) Natrium 2,5 – 3,5 meq/ kg BB
Salah satu contoh makanan untuk anak dengan diare adalah bubur tempe yang
bertujuan untuk memberikan diet kepada anak dengan diare. Adapun sasaran dan
kegunaannya adalah untuk meringankan kerja usus bagi penderita diare dan diberikan kepada
anak usia 6 -12 bulan dan anak usia 1 -5 tahun. Adapun bahan yang dibutuhkan adalah
tepung beras 30 gram, tempe 50 gram, margarine 10 gram dan gula pasir 20 gram, serta air
200 ml. Adapun caranya ada 2 yaitu cara pertama: tempe di blender ditambah 20 cc,
campurkan tempe yang sudah diblender dengan tepung beras, gula pasir, margarine dan air
sebanyak 200 cc, aduk hingga rata, lalu mask diatas api sampai mengental dan siap disajikan.
Cara kedua: tempe direbus lalu dihaluskan, campur tempe , tepung beras, margarine, gula
pasir dengan sisa rebusan tempe sebanyak 200 cc. Masak diatas api sampai mengental
kemudian disaring dan siap untuk disajikan.
3. Obat-obatan
Tabel anti diare(Kee, 1996)
Pemakaian dan
Obat Dosis pertimbangan
Opiat
Tingfur opium TR: D: PQ: 0,6 mL atau 10 tts, Untuk diare akut dan
q.i.d. dicampur dengan air nonspesifik. Obat golongan II
Camphorated: 5-10 mL, 1-4
kali/ hari
Paregorik D: PO: 5-10 mL, 1-4 kali/ hari Untuk diare. Obat golongan III
A: PO: 0,25-0,5 mL, 1-4 kali/
hari
Kodein D: PO: 15-30 mg, q.i.d. Untuk diare
Agen-agen opiat
related
Difenoksilat dengan D: PO: 2,5-5 mg, b.i.d,q.i.d. Untuk diare akut, nonspesifik.
atropin (Lomotil) Obat golongan V.
Anak >2 thn: 0,3-0,4 mg/kg, Dosis untuk anak bervariasi
setiap hari dalam dosis terbagi sesuai dengan umur.
4 atau 2 mg, 3-5 kali setiap
hari
Loperamid (Imodium) D: PO: M: 4 mg, kemudian 2 Untuk diare. Obat bebas
mg setelah buang air cair. terbaru. Kategori kehamilan
Tidak melebihi 16 mg/ hari. B. Tidak mempengaruhi SSP.
A (5-8 thn) PO: 2 mgg, dosis Kurang dari 1% yang
dapat diulangi, tidak melebihi mencapai sirkulasi sistemik.
4 mg/ hari
Adsorben
Kaolin-Pektin Sesuai dengan label Untuk diare. Diberikan
(Kaopectate) setelah setiap kali buang air
cair. Obat bebas.
Garam-garam bismut Sesuai dengan label Untuk diare, gangguan
(Pepto-Bismol) lambung. Dalam bentuk cair
atau tablet.
Kombinasi
Difenoksilat dengan Lihat agen-agen opiat related Lihat agen-agen opiat related
atropin (Lomotil)
Parepektolin Sesuai dengan label Mengandung paregorik dan
kaopecatate
Donnagel D: PO: M: 30 mg, kemudian Mengandung atropin dan
15-30 mg setelah setiap kali kaopectate
buang air cair
A: PO: 5-10 mg setelah setiap
kali buang air cair
Donnagel P-G D: PO: 15 mg, setiap 3 jam Mengandung opium, atropin,
dan kaopectate
Kunci: D: Dewasa; A: Anak-anak; PO: Per Oral; M: Mula-mula; TR: tingtur; >: lebih
dari; tts: tetes.
2.4 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Teori
Menurut (Sandra, 2019) asuhan keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk
pelayanan keperawatan profesional yang merupakan bagian integral dari proses keperawatan
yang bedasarkan pada ilmu keperawatan yang ditunjukkan langsung kepada masyarakat
dengan menekankan pada kelompok resiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan
yang optimal melalui upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, serta pengobatan
dan rehabilitasi.
A. Pengkajian.
Menurut (Sandra, 2019) pengkajian komunitas dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-
faktor yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat. Pengkajian komunitas dilakukan
dengan mengaplikasikan beberapa teori dengan konsep model keperawatan yang relevan.
Informasi atau data ini dapat diperoleh secara langsung maupun tidak langsung di komunitas.
1. Jenis data Komunitas
a. Data Inti Komunitas
Data inti komunitas yang dikaji terdiri dari
(1) Sejarah / riwayat
(2) Demografi
(3) Tipe Keluarga
(4) Status Perkawinan
(5) Statistik Vital
(6) Nilai-nilai, Keyakinan dan agama
b. Data Sub Sistem Komunitas
Data sub sistem komunitas yang perlu dikumpulkan dalam komunitas meliputi :
(1) Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik: kualitas air, pembuangan limbah, kualitas udara, flora, ruang
terbuka, perumahan, daerah hijau, musim, bintang, kualitas makanan dan akses.
(2) Pelayanan Kesehatan dan Sosial
Perlu dikaji di komunitas : puskesmas, klinik, rumah sakit, pengobatan tradisional,
agen pelayanan kesehatan dirumah, pusat emergency, rumah perawatan, fasilitas
pelayanan sosial, pelayanan kesehatan mental, apakah ada yang mengalami sakit akut
atau kronik.
(3) Ekonomi
Data yang perlu dikumpulkan terkait dengan ekonomi meliputi karakteristik
keuangan keluarga dan individu, status pekerja, katagori pekerja dan jumlah
pendudukyang tidak bekerja, lokasi industri, pasar dan pusat bisnis.
(4) Transportasi dan keamanan
Data yang perlu dikumpulkan terkait transportasi dan keamanan meliputi alat
transportasi penduduk datang dan keluar wilayah, transportasi umum (bus, taksi, angkot,
dan sebagainya), transportasi pribadi, sumber transportasi (transportasi untuk
penyandang cacat), layanan pelindungan kebakaran, polisi, sanitasi dan kualitas udara.
(5) Politik dan Pemerintahan
Data yang dikumpulkan meliputi : pemerintahan (RT, RW, desa/kelurahan,
kecamatan, dan sebagainya), Kelompok pelayanan masyarakat (posyandu, PKK, karang
taruna, posbindu, poskesdes, panti, dan lain-lain). Politik (Kegiatan politik yang ada
diwilayah tersebut dan peran peserta partai politik dalam pelayanan kesehatan).
(6) Komunikasi
Data yang dikumpulkan terkait komunikasi dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
komunikasi formal meliputi surat kabar, radio dan televisi, telepon, internet dan hotline;
komunikasi informal meliputi : papan pengumuman, poster, brosur, pengeras suara dari
masjid dan lain-lain.
(7) Pendidikan
Data terkait dengan pendidikan yang perlu dikumpulkan meliputi sekolah yang ada
dikomunitas, tipe pendidikan, perpustakan, pendidikan khusus, pelayanan kesehatan
disekolah, program makan siang disekolah, akses pendidikan yang lebih tinggi.
(8) Rekreasi
Data terkait dengan rekreasi yang perlu dikumpulkan meliputi : taman, area bermain,
perpustakaan, rekreasi umum dan rekreasi pribadi, fasilitas khusus.
c. Data Persepsi
Data persepsi yang dikaji meliputi :
(1) Persepsi Perawat
Berupa pernyataan umum tentang kondisi kesehatan dari masyarakat apa yang
menjadi kekuatan, apa masalahnya atau potensi masalah yang dapat diidentifikasi.
(2) Persepsi Masyarakat
Persepsi masyarakat yang dikaji terkait tempat tinggal yaitu bagaimana perasaan
masyaraka tentang kehidupan bermasyarakat yang dirasakan dilingkungan tempat tinggal
mereka, apa yang menjadi kekuatan mereka, permasalahan, tanyakan pada masyarakat
dalam kelompok yang berbeda misalnya (lansia, remaja, pekerja, profesional, ibu rumah
tangga, dll)
Sumber data pada data primer berasal dari masyarakat langsung yang didapat dengan
cara melakukan survei epidemiologi, pengamatan epidemiologi, dan skrining kesehatan.
Sedangkan pada data sekundet, data didapatkan dari data yang sudah ada sebelumnya.
Sumber data sekunder didapat dari
1. Sarana pelayanan kesehatan, misalnya rumah sakit, puskesmas atau balai pengobatan
2. Instansi yang berhubungan dengan kesehatan, kementrian kesehatan, dinas
kesehatan, atau biro pusat statistik
3. Absensi sekolah, industri dan perusahaan
4. Secara internasional data di dapat dari WHO seperti laporan populasi dan statistik
vital, population bulletin dan lain lain
Data yang dkumpulkan dalam pengkajian keperawatan komunitas dapat diperoleh
dengan metode wawancara, angket, observasi, dan pemeriksaan. Setelah data terkumpul,
analisis data komunitas dapat dilakukan dalam beberapa tahap yaitu kategorisasi,
ringkasan, perbandingan, kesimpulan.
1. Kategorisasi. Data dapat dikategorikan dalam berbagai cara. Pengkategorian data
pengkajian tersebut diantaranya :
a. Karakteristik demografi (komposisi keluarga, usia, jenis kelamin, etnis, dan
kelompok ras)
b. Karakteristik geografis (batas wilayah, jumlah dan besarnya kepala keluarga,
ruang publik dan jalan)
c. Karakteristik sosial dan ekonomi (pekerjaan dan jenis pekerjaan, tingkat
pendidikan, dan tingkat kepemilikan rumah)
d. Sumber dan pelayanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, klinik, pusat
kesehatan mental, dll)
2. Ringkasan. Setelah melakukan kategorisasi data maka tugas berikutnya adalah
meringkas data dalam setiap kategori. Pernyataan ringkasan disajikan dalam bentuk
ukuran seperti jumlah, bagan dan grafik.
3. Perbandingan adalah melakukan analisis data meliputi identifikasi kesenjangan data
dan ketidaksesuaian. Data pembanding sangan diperlukan dalam menetapkan pola
atau kecenderungan yang ada atau jika data tidak benar dan perlu revalidasi yang
membutuhkan data asli. Perbedaan data dapat terjadi karena terdapat kesalahan
pencatatan data.
4. Membuat kesimpulan. Setelah data yang dikumpulkan dan dibuat kategori,
ringkasan dan dibandingkan, maka tahap akhir adalah membuat kesimpulan secara
logis dari peristiwa yang kemudian dibuatkan pernyataan penegaan diagnosis
keperawatan komunitas.
B. Analisa Data
Merupakan kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data dengan
kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau
masalah yang dihadapi oleh masyarakat baik secara masalah kesehatan atau masalah
keperawatan. Tujuan analisa data adalah
1. Menetapkan kebutuhan komunitas
2. Menetapkan kekuatan
3. Mengindentifikasi pola respon komunitas
4. Mengidentifikasi pola kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan
Tabel 2.1 Analisa Data
Kategori data Masalah Keperawatan
DS :
DO:
Tahap setelah analisa data adalah tahap perumusan atau penentuan masalah. Tahap ini
merupakan tahap yang dapat diketahui masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi
oleh masyarakat, sekaligus dapat dirumuskan yang selanjutnya dilakukan intervensi. Namun
demikian masalah yang telah dirumuskan tidak mungkin dapat diatasi sekaligus. Oleh karena
itu perlu adanya prioritas masalah.
Tahap prioritas masalah dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan
keperawatan perlu mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria diantaranya adalah :
1. Perhatian masyarakat
2. Prevalensi kejadian
3. Berat ringannya masalah
4. Kemungkinan masalah untuk diatasi
5. Tersedianya sumber daya masyarakat
6. Aspek Politis
Prioritas masalah juga dapat ditentukan bedasarkan hirarki kebutuhan menurut Abraham
H Maslow yaitu :
1. Keadaan yang mengancam kehidupan
2. Keadaan yang mengancam kesehatan
3. Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan
C. Diagnosis Keperawatan Komunitas
Merupakan respon individu pada masalah kesehatan baik yang aktual maupun potensia.
Masalah aktual adalah masalah yang diperoleh pada saat pengkajian. Sedangkan masalah
potensial adalah masalah yang mungkin timbul kemudian. Sesuai hasil Munas IPKKI II di
Yogyakarta ditetapkan formulasi diagnosis keperawatan menggunakan ketentuan diagnosis
keperawatan NANDA dan ICNP. Formulasi diagnosis tersebut digunakan tanpa menuliskan
etiologi. Penulisan tersebut sesuai dengan label diagnosis berdasarkan NANDA yang
mencakup diagnosis aktual, promosi kesehatan atau sejahtera, resiko.
Tabel 2.2 Diagnosis Keperawatan Komunitas
Sasaran Domain Kode Rumusan Diagnosa
Keperawatan

D. Perencanaan Keperawatan Komunitas


Perencanaan yang disusun dalam keperawatan kesehatan komunitas berorientasi pada
promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan kesehatan, dan manajemen krisi.
Penyusunan rencana keperawatan komunitas menggunakan integrasi mengacu pada NIC.
Dalam menyusun perencanaan keperawatan kesehatan komunitas melalui langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Menetapkan prioritas
Penetapan prioritas masalah perlu melibatkan masyarakat atau komunitas dalam suatu
pertemuan musyawarah masyarakat. Perawat dalam menentukan prioritas masalah
memperhatikan 6 kriteria yaitu:
a. Kesadaran masyarakat akan masalah
b. Motivasi masyarakat untuk menyelesaikan masalah
c. Kemampuan perawat dalam memengaruhi penyelesaian masalah
d. Ketersediaan ahli atau pihak terkait terhadap solusi masalah
e. Beratnya konsekuensi jika masalah tidak terselesaikan
f. Mempercepat penyelesaian masalah dengan resolusi yang dapat dicapai.
2. Menetapkan sasaran
Setelah menetapkan prioritas masalah kesehatan, langkah selanjutnya adalah menetapkan
sasaran. Sasaran merupakan hasil yang diharapkan. Dalam pelayanan kesehatan sasaran
adalah pernyataan situasi kedepan, kondisi atau status jangka panjang dan belum bisa diukur.
Berikut ini adalah contoh dari penulisan sasaran
a. Meningkatkan cakupan imunisasi pada bayi
b. Memperbaiki komunitas antara orang tua dan guru
c. Meningkatkan proporsi individu yang memiliki tekanan darah
d. Menurunkan kejadian penyakit kardiovaskuler
3. Menetapkan tujuan
Tujuan adalah pernyataan hasil yang diharapkan dan dapat diukur, dibatasi waktu
berorientasi ada kegiatan. Penulisan tujuan mengacu pada Nursing Outcome Classfication
(NOC) Berikut ini merupakan karakteristik dalam penulisan tujuan :
a. Menggunakan kata kerja
b. Menggambarkan tingkah laku akhir, kualitas penampilan, kuantutas penampilan,
bagaimana penampilan diukur
c. Berhubungan dengan sasaran
d. Adanya batasan waktu
4. Menetapkan rencana intervensi
Dalam menetapkan rencana intervensi keperawatan kesehatan komunitas, maka harus
mencakup
a. Hal apa yang akan dilakukan
b. Waktu atau kapan melakukannya
c. Jumlah
d. Target atau siapa yang menjadi sasaran
e. Tempat atau lokasi
Hal yang perlu diperhatikan saat menetapkan rencana intervensi meliputi
a. Program pemerintah terkait dengan masalah kesehatan yang ada
b. Kondisi atau situasi yang ada
c. Sumber daya yang ada didalam dan diluar komunitas yang dapat dimanfaatkan
d. Program yang lalu yang pernah dijalankan
e. Menekankan pada pemberdayaan pada masyarakat
f. Penggunaan tekonologi tepat guna
Mengedepankan upaya promotif dan perventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan
rehabilitatif.
Tabel 2.3 Rencana Keperawatan Komunitas
Data Diagnose SLKI SIKI
Kode Diagnose Kode Hasil Kode Intervensi

E. Pelaksanaan
Implementasi merupakan tahap perkembangan kegiatan selanjutnya setelah perencanaan
kegiatan keperawatan komunitas dalam proses keperawatan komunitas. Fokus pada tahap
implementasi adalah bagaimana mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.Hal yang sangat penting dalam implementasi keperawatan kesehatan komunitas
adalah melakukan berbagai tindakan yang berupa promosi kesehatan, memelihara kesehatan
atau mengatasi kondisi tidak sehat, mencegah penyakit dan dampak pemulihan.Pada tahap
implementasi ini perawat tetap fokus pada program kesehatan masyarakat yang telah
ditetapkan pada tahap perencanaan. Tahap implementasi keperawatan komunitas memiliki
beberapa strategi implementasi diantaranya proses kelompok, promosi kesehatan, dan
kemitraan atau partnership.
F. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah suatu proses untuk membuat penilaian secara sistematis mengenai suatu
kebijakan, program dan kegiatan bedasarkan informasi dan hasil analisis dibandingkan
terhadap relevansi, keefektifan biaya, dan keberhasilannya untuk keperluan pemangku
kepentingan.
1. Jenis-jenis evaluasi menurut waktu pelaksanaan
a. Evaluasi formatif
Merupakan evaluasi yang dilaksanakan pada waktu pelaksanaan program yang
bertujuan memperbaiki pelaksanaan program dan kemungkinan adanya temua utama
berupa berbagai masalah dalam pelaksanaan program.
b. Evaluasi Sumatif
Merupakan evaluasi yang dilaksanakan pada saat pelaksanaan program telah selesai,
yang bertujuan untuk menilai hasil pelaksanaan program dan temuan utama berupa
pencapaian apasaja dari pelaksanaan program.
2. Prinsip Evaluasi
Terdapat beberapa prinsip-prinsip evaluasi yaitu sebagai berikut.
a. Penguatan program
b. Menggunakan berbagai pendekatan
c. Desain evaluasi untuk kriteria penting di komunitas
d. Menciptakan proses partisipasi
e. Diharapkan lebih fleksibel
f. Membangun kapasitas
3. Proses Evaluasi
Terdapat beberapa proses evaluasi yaitu.
a. Menentukan tujuan evaluasi
b. Menyusun desain evaluasi yang kredibel
c. Mendiskusikan rencana evaluasi
d. Menentukan pelaku evaluasi
e. Melaksanakan evaluasi
f. Mendeskriminasikan hasil evaluasi
g. Menggunakan hasil evaluasi
4. Kriteria penilaian dalam evaluasi terdiri dari:
a. Relevansi (relevance)
Apakah tujuan program mendukung tujuan kebijakan?
b. Keefektifan (effectiveness)
Apakah tujuan program dapat tercapai?
c. Efisiensi (efficiency)
Apakah tujuan program tercapai dengan biaya paling rendah?
d. Hasil (outcomes)
Apakah indikator tujuan program membaik?
e. Dampak (impact)
Apakah indikator tujuan kebijakan membaik?
f. Keberlanjutan (sustainability)
Apakah perbaikan indikator terus berlanjut setelah program selesai?
Tabel 2.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Komunitas
Tgl/No Diagnose Implementasi Evaluasi Ttd perawat
Keperawatan
BAB 3

APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

3.1 Populasi dan Sampel

Populasi terdapat di Dusun Ploso Kuning Lamongan sebanyak 150 KK. Dan untuk
pengambilan sampel didapatkan sebanyak 109 KK

3.1.1 Pengkajian

Dari data Dusun Ploso Kuning Lamongan terdapat 150 KK dengan rentang usia 6-12
tahun. Dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu dengan Wilayah RT 14 untuk perorang usia
6-12 tahun sebanyak 20 anak. Wilayah RT 15 dengan usia 6-12 tahun berkisar 15 anak.
Wilayah RT 16 dengan usia 6-12 tahun berkisar 20 anak. Wilayah RT 17 dengan usia 6-12
tahun berkisaran 10 anak. Selain itu, data anak usia 6-12 tahun sebanyak 40 berjenis kelamin
laki-laki dan 30 orang berjenis perempuan. Data tersebut didapatkan dari hasil laporan kepala
Dusun Ploso Kuning pada tahun 2020

Sedangkan data RT 16 RW 03 dari tahun 2019 sebanyak 15 kasus diare. Penyebab


diare pada anak usia 6-12 tahun sebanyak 10 kasus.

3.1.2 Metode Pengkajian

Pengkajian dalam kondisi pandemi covid-19 ini dengan menggunakan sesi


wawancara dan observasi dengan melihat lingkungan sekitar RT 16 RW 03 Dusun Ploso
Kuning Lamongan

3.1.3 Hasil Pengkajian Sesuai Dengan Agregat


a. Data Inti

Dusun Ploso Kuning adalah sebuah dusun diwilayah Kecamatan Pucuk Kabupaten
Lamongan Provinsi Jawa timur Negara Indonesia yang memiliki 4 RT dan 1 RW
dalam naungan 1 Desa yaitu Desa Padengan Ploso jarak desa dengan dusun berkisaran
300 meter, kemudian jarak ke klinik 5 Km, jarak ke Rumah Sakit berkisaran 17 Km,
kemudian untuk ke Puskesmas Pucuk jaraknya berkisaran 10 Km. Bercerita tentang
Dusun Ploso Kuning, Dusun Ploso Kuning yang terletak di tengah-tengah sawah
konon katanya bisa dinamakan Ploso Kuning karena ada pohon yang berbunga
berwarna kuning kemudian untuk nama Ploso dikarenakan ada sebuah makam
yang bernama
Ploso kemudian di sampingnya ada pohon kuning dan di situlah kemudian diambil
nama menjadi Ploso Kuning dan berdiri sebuah Dusun Ploso Kuning

b. Demografi
1. Usia dan Jenis Kelamin

Data dari RT 16 RW 03 anak usia 6-12 tahun sebanyak 15 anak laki-laki, anak
usia 6-12 tahun sebanyak 10 anak perempuan

2. Suku/Ras

Berdasarkan dari hasil data sekunder laporan ketua RT 16 Rw 03 keseluruhan


anak berasal dari suku jawa

3. Tipe Keluarga

Berdasarkan didapat dari hasil data sekunder laporan ketua RT 16 RW 03 terdapat


46 KK, diketahui 25 KK anak keluarga bertipe Tradisional Nuclear yaitu tipe keluarga
yang berisikan Ayah, Ibu, dan anak yang tinggal dalam satu rumah dan dalam ikatan
perkawinan yang sah. 10 KK dewasa keluarga bertipe Extended Family yaitu keluarga
inti yang tinggal dengan sanak saudara, 5 KK dengan tipe keluarga merupakan
Reconstitued Nuclear yaitu keluarga yang terbentuk dari keluarga inti atau
perkawinan baru. Dan 6 KK bertipe Three Generation yaitu keluarga yang tinggal
dalam satu rumah dengan tiga generasi didalamnya.
4. Status Perkawinan
100% dari anak usia sekolah belum kawin
5. Nilai dan Keyakinan

Berdasarkan hasil wawancara menyatakan bahwa nilai/norma/budaya yang dianut


anak baik, mayortitas beragama islam
c. Data Sub Sistem
1. Lingkungan Fisik
Inspeksi : Sebanyak 25 KK kebersihan lingkungan rumah cukup bersih, 30 KK
dengan ventilasi cukup baik, 21 KK keadaan dan kebersihan kamar
mandi cukup bersih, 21 KK dengan kamar mandi tidak bersih, Hal ini
dinilai dari kebersihan kamar mandi terutama kebersihan bak air, licin
atau tidak, dan apakah kamar mandi berlumut. Mengenai kebersihan
jamban dari hasil observasi didapatkan 20 keluarga dengan kondisi
kebersihan jambannya bersih. Namun masih terdapat 26 keluarga dengan
jamban yang tidak bersih.
Auskultasi : Hasil wawancara dengan orang tua di RT 16 RW 03 terdapat kegiatan
sekolah online, kemudian kalau sore TPQ/mengaji di masjid
Angket : Adanya kebiasaan pada lingkungan anak yang kurang baik bagi
perkembangan anak yaitu orang tua dan lingkungan anak yang
membiasakan tidak menggosok gigi sebelum tidur sehingga kebiasaan
ini diikuti oleh anak.
2. Pelayanan Kesehatan dan Pelayanan Sosial
Berdasarkan hasil dari wawancara orang tua dan anak terhadap pelayanan
kesehatan, sebanyak 10 anak mengatakan puas terhadap kemudahan prosedur
pelayanan, 8 anak merasa puas terhadap kepastian pelayanan petugas, 8 anak merasa
puas mengenai kedisiplinan pelayanan petugas, 5 anak merasa puas terhadap keahlian
petugas, 6 anak merasa puas terhadap keadilan petugas
3 Ekonomi
Berdasarkan hasil wawancara kepada anak kebanyakan orang tua para anak
didapatkan hasil sebanyak 30 orang tua bekerja sebagai buruh petani, 16 orang tua
bekerja sebagai wirausaha.
4 Transportasi Keamanan
Berdasarkan hasil dari wawancara orang tua berperan penting bagi anak apalagi
dimasa sekarang covid 19 sekolah libur jadi orang tua sebagai guru dirumah,
transportasi yang digunakan anak adalah sepeda, jalan kaki, dan diantar orang tua.
5 Jenis jajanan yang dikonsumasi Anak
Berdasarkan hasil mayoritas jenis jajanan anak adalah permen sebanyak 20 anak.
ini merupakan hal yang negative bagi kesehatan gigi anak karena dalam permen
mengandung kandungan gula yang tinggi sehingga berisiko tinggi terjadi kejadian
karies gigi pada anak di RT 16 RW 03 Dusun Ploso Kuning
6 Kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur
Berdasalkan hasil mayoritas anak tidak menggosok gigi sebelum tidur sebanyak
20. Ini merupakan hal yang negative bagi perilaku anak karena kebiasaanini harus
ditanamkan sejak dini, selain itu apabila tidak menggosok gigi dapat menyebabkan
berbagai macam masalah kesehatan gigi dan mulut
7 Politik dan Pemerintahan
Berdasarkan hasil yang berisikan presepsi orang tua dan anak mengenai politik dan
pemerintahan. Keikutsertaan organisasi sekolah yaitu mengikuti TPQ dimasjid
sedangkan untuk sekolahnya masih libur.
8 Komunikasi
Data tentang diskusi yang dilakukan anak dengan orang tua, peran orang tua dalam
menyelesaikan dan mencegah masalah anak, keterlibatan orang tua dan lingkungan
dalam menyelesaikan masalah anak. Didapatkan hasil sebanyak 20 anak menjawab
jarang mengadakan diskusi dengan orang tua dalam mengatasi masalah anak.
Keadaan ini sangat berisiko terhadap terjadinya perilaku anak untuk mencari
informasi melalui orang lain atau media yang belum tentu kebenarannya. Sehingga
diharapkan orang tua berperan sebagai pendengar aktif dan pemberi solusi bagi
permasalahan yang dihadapi oleh anaknya. Sebanyak 25 anak menyatakan perlu
mendapatkan bantuan orang tua untuk mengenai masalah yang terjadi pada dirinya.
9 Pendidikan
Berdasarkan hasil pendidikan anak adalah sekolah dasar
10 Rekreasi
Berdasarkan hasil yang mengenai rekreasi anak bersama orang tua didapatkan
dari hasil wawancara yaitu sebanyak 6 KK cukup sering berekreasi bersama-sama,
dan 40 KK mengatakan cukup sering untuk menghabiskan akhir pekannya dirumah
sendiri. Data Fasilitas Umum sebagai sarana rekreasi berdasarkan hasil yang
berisikan jumlah fasilitas umum di Rt 16 RW 03 sebagai sarana rekreasi melalui
stategi observasi. Berdasarkan hasil observasi didapatkan hasil sebanyak 1
lapangan bermain.
a. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan Komunitas
Analisa data Komunitas
No Kategori Data Masalah Keperawatan
1. DS : Kode : D.0109
1. Adanya kebiasaan pada lingkungan anak yang Masalah : Defisit
Perawatan Diri
kurang baik bagi perkembangan anak yaitu orang
Kategori : Perilaku
tua dan lingkungan anak yang membiasakan tidak Subkategori : Kebersihan
Diri
menggosok gigi sebelum tidur sehingga kebiasaan
Definisi : Tidak mampu
ini diikuti oleh anak. melakukan atau
menyelesaikan aktivitas
DO :
perawatan diri
1. Berdasarkan hasil mayoritas jenis jajanan anak
adalah permen sebanyak 20 anak. ini merupakan
hal yang negative bagi kesehatan gigi anak karena
dalam permen mengandung kandungan gula yang
tinggi sehingga berisiko tinggi terjadi kejadian
karies gigi pada anak di RT 16 RW 03 Dusun Ploso
Kuning
2. Berdasalkan hasil mayoritas anak tidak menggosok
gigi sebelum tidur sebanyak 20. Ini merupakan hal
yang negative bagi perilaku anak karena
kebiasaanini harus ditanamkan sejak dini, selain itu
apabila tidak menggosok gigi dapat menyebabkan
berbagai macam masalah kesehatan gigi dan mulut
2. DS : Kode : D.0122
1. Data tentang diskusi yang dilakukan anak dengan Masalah : Kesiapan
Peningkatan Menjadi
orang tua, peran orang tua dalam menyelesaikan
Orang Tua
dan mencegah masalah anak, keterlibatan orang tua Kategori : Relasional
Subkategori : Interaksi
dan lingkungan dalam menyelesaikan masalah
Sosial
anak.
DO :
1. Didapatkan hasil sebanyak 20 anak menjawab
jarang mengadakan diskusi dengan orang tua
dalam mengatasi masalah anak. Keadaan ini sangat
berisiko terhadap terjadinya perilaku anak untuk
mencari informasi melalui orang lain atau media
yang belum tentu kebenarannya. Sehingga
diharapkan orang tua berperan sebagai pendengar
aktif dan pemberi solusi bagi permasalahan yang
dihadapi oleh anaknya. Sebanyak 25 anak
menyatakan perlu mendapatkan bantuan orang tua
untuk mengenai masalah yang terjadi pada dirinya.

Diagnose Keperawatan
A. Diagnose Keperawatan dan Sekoring
Diagnose Pentingnya Perubahan positif Penyelesaian Total
Keperawatan penyelesian untuk untuk skor
Komunitas masalah : penyelesaian peningkatan
1: rendah dikomunitas : kualitas hidup :
2: sedang 0: tidak ada 0: tidak ada
3: tinggi 1: rendah 1: rendah
2: sedang 2: sedang
3: tinggi 3: tinggi
Defisit Perawatan 3 2 3 8
Diri pada agregat
anak di RT 16 RW
03 dusun Ploso
Kuning Lamongan
Kesiapan 2 1 2 5
Peningkatan
menjadi Orang Tua
pada agregat anak
di RT 16 RW 03
dusun Ploso
Kuning Lamongan
B. Prioritas Diagnosa Keperawatan
No Diagnose Keperawatan Jumlah Skor
1. Defisit Perawatan Diri pada agregat anak di RT 16 RW 03 8
dusun Ploso Kuning Lamongan
2. Kesiapan Peningkatan menjadi Orang Tua pada agregat 5
anak di RT 16 RW 03 dusun Ploso Kuning Lamongan
Perencanaan Berdasarkan SDKI, SLKI, SIKI

Data Kode Diagnose Kode SLKI Kode SIKI


Keperawatan
Data Pendukung Keperawatan Komunitas : Diare
DS : D.0109 Defisit L.11103 Perawatan Diri I.11348 Dukungan Perawatan Diri
1. Adanya kebiasaan pada Perawatan Diri Definisi: Kemampuan Definisi : Memfasilitasi
melakukan atau pemenuhan kebutuhan
lingkungan anak yang kurang
menyelesaikan aktivitas perawatan diri
baik bagi perkembangan anak perawatan diri
Ekspektasi: Meningkat
yaitu orang tua dan
Kriteria Hasil: Tindakan :
lingkungan anak yang 1. Kemampuan mandi Observasi :
membiasakan tidak 2. Kemampuan 1. Identifikasi kebiasaan
mengenakan aktivitas perawatan diri
menggosok gigi sebelum pakaian sesuai usia
tidur sehingga kebiasaan ini 3. Kemampuan makan 2. Monitor tingkat
4. Kemampuan ke kemandirianidentifikasi
diikuti oleh anak. toilet (BAB/BAK) kebutuhan alat bantu
DO : 5. Verbalisasi kebersihan diri,
1. Berdasarkan hasil mayoritas keinginan berpakaian, berhias, dan
melakukan makan
jenis jajanan anak adalah perawatan diri Terapeutik
permen sebanyak 20 anak. ini 6. Minat melakukan 3. Siapkan keperluan
perawatan diri pribadi (mis, parfum,
merupakan hal yang negative sikat gigi, dan sabun
bagi kesehatan gigi anak mandi)
4. Damping dalam
karena dalam permen
melakukan perawatan
mengandung kandungan gula diri sampai mandiri
5. Jadwalkan rutinitas
perawatan diri
yang tinggi sehingga berisiko Edukasi :
6. Anjurkan melakukan
tinggi terjadi kejadian karies
perawatan diri secara
gigi pada anak di RT 16 RW konsisten sesuai
kemampuan
03 Dusun Ploso Kuning
2. Berdasalkan hasil mayoritas
anak tidak menggosok gigi
sebelum tidur sebanyak 20.
Ini merupakan hal yang
negative bagi perilaku anak
karena kebiasaanini harus
ditanamkan sejak dini, selain
itu apabila tidak menggosok
gigi dapat menyebabkan
berbagai macam masalah
kesehatan gigi dan mulut
a. Perencanaan Program (sesuai agregat)
1. Identitas Program
Pendidikan kesehatan untuk kalangan anak sangat penting dengan gaya hidup
sehat dan bersih penyakit Diare di RT 16 Rw 03 Dusun Ploso Kuning Lamongan
2. Tujuan Program
(a) Meningkatkan gaya hidup bersih dan sehat di sekitar lingkungan
(b) Meningkat informasi mengenai penyebab Diare
(c) Memberikan edukasi kesehatan dengan perilaku gaya hidup bersih dan sehat
agar mengurangi risiko penyakit
3. Kegiatan Program
(a) Skrining pada kalangan anak usia 6-12 tahun
(b) Metode yang digunakan wawancara dan observasi berupa edukasi kesehatan
agar masyarakat menambah informasi tentang Diare
4. Rencana Kerja (PoA)
No Kegiatan Tujuan Sasaran Waktu dan Tempat Media Pelaksanaan Dana
1. Surveilans Setelah dilakukan Semua warga RT 16 Senin, 06 Juli 2020 Wawancara Mahasiswa Mahasiswa
surveilans RW 03 dusun Ploso 08.00 WIB di RT 16 RW
diharapkan sebagian Kuning Lamongan 03 dusun Ploso Kuning
masyarakat dapat Lamongan
terdeteksi masalah
kesehatan
2. Pendidikan Setelah dilakukan Kalangan Anak usia 6 – Selasa, 07 Juli 2020 Leaflet Mahasiswa Mahasiswa
Kesehatan pendidikan 12 Tahun 09.00 WIB di RT 16 RW
Diare kesehatan atau 03 dusun Ploso Kuning
penyuluhan Lamongan
diharapkan terjadi
peningkatan
pengetahuan.
5. Rencana Anggaran
No Kegiatan Acara Media Anggaran Dana
1. Surveilans Wawancara - Mahasiswa
2. Pendidikan Kesehatan Leaflet 100 lembar, Rp. 200.000 Mahasiswa
Diare 3 pack bolpen
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane C. 2019. Keperawatan Medikal – Bedah : Buku Saku untuk Brunner
dan Suddarth.Jakarta : EGC.

Behrman, Richard E. 2019. Ilmu Kesehatan dan Anak Nelson, Volume 2.Edisi 15.Alih Bahasa
A. Samik Wahab.Jakarta : EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2017. Buku Saku Patofisiologi, Ed. 3; Alih Bahasa, Nike
Budhi Subekti.Jakarta: EGC.

Doctherman, J. McCloskey. 2018. Nursing Interventions Classification (NIC) & Nursing


Outcomes Clasifications (NOC). USA : Mosby.

Grace, Pierce A & Borley, Neil R. 2016.At a Glance Ilmu Bedah.Jakarta : Erlangga.

Herdman, T. Heather. 2019. NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan : Definisi dan


Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.

Kee, Joyce L.2015. Farmakologi : Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC.

Kementrian Kesehatan RI. 2018. Waspada Diare. Jakarta: Pusat Penanggulangan Krisis
Kesehatan Kemenkes RI

Malasari, Sukma N.N. 2018. Perbedaan Faktor Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk
dan Lingkungan di Desa Endemis dan Non Endemis DBD (Studi di Puskesmas
Ngadiluwih, Kab. Kediri (Skripsi). Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat UNAIR.

Muscari, Mary E. 2015. Panduan Belajar: Keperawatan Pediatrik; Alih Bahasa,


Aifrina Hany. Jakarta: EGC.

Nethina, Sandra, M. 2017. Pedoman Praktek Keperawatan. Alih Bahasa oleh


Setiawan, dkk.Jakarta : EGC.

Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2018. Aplikasi Asuhan Keperwatan
Berdasarkan Diagnose Medis dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction
Publishing.

Rosidi, A. R. Dan Adisasmito., Wiku. 2019. Hubungan Faktor Penggerakan Pemberantasan


Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD) dengan Angka Bebas Jentik di
Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Majalengka. Jawa Barat. MKB Volume XLO No. 2
Pada tahun 2019:80-86
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik (Edisi 1). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan (Edisi 1). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan (Edisi 1 Ce). Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai