Anda di halaman 1dari 19

LITERATURE REVIEW HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN

PERILAKU LANSIA DALAM PENGENDALIAN HIPERTENSI


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Komplementer Terapy
Dosen: Heni S.Kep,. Ners,. M.kep

Disusun oleh kelompok 6 :


1. Aditya Arizal
2. Eef Saefful Hasbi
3. Febria Enggar Sari
4. Hassanudin Arief
5. Imas Khodijah
6. M. Rofi Almahmuddy
7. Neng Linda Miftahul J
8. Yessi Maharani
9. Yuyum Yumita D

PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
YAYASAN PENDIDIKAN IMAM BONJOL MAJALENGKA
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas kuliah ini dengan
judul “LITERATURE REVIEW HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN
PERILAKU LANSIA DALAM PENGENDALIAN HIPERTENSI.” Laporan ini disusun sebagai
salah satu tugas mata kuliah komplementer terapi yang seluruh isi laporan ini disusun
berdasarkan hasil pembelajaran dikelas serta media social.

Kami juga berterima kasih kepada dosen mata kuliah yang telah memberikan tugas ini
kepada kami. Kami sangat berharap tugas literature review ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita, Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam penulisan ini terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran,
dan usulan yang membangun demi perbaikan tugas ini di waktu yang akan datang.
Terimakasih.

Majalengka, 04 Desember 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu hasil dari pembangunan kesehatan memberikan dampak pada
peningkatan usia harapan hidup (UHH). Peningkatan usia harapan hidup
berdampak terhadap peningkatan jumlah lansia yaitu usia 60 tahun ke atas
(Depkes RI, 2003). Pada tahun 2006 terdapat 19 juta jiwa lansia dengan usia
harapan hidup 66.2 tahun, pada tahun 2009 terdapat 19,32 juta jiwa (8.37 % dari
total penduduk). Diperkirakan pada tahun 2020 jumlah lansia mencapai 29 juta
jiwa dengan usia harapan hidup mencapai 71.1 tahun (Depsos RI, 2009).
Biro Pusat Statistik (BPS) (2010), melaporkan lanjut usia di DKI pada
tahun 2009 berjumlah 693.465 jiwa (7.0% dari total penduduk). Di Jakarta utara
pada tahun 2010 jumlah lanjut usia presentasinya 297.749 jiwa (24.7% dari total
penduduk). Sedangkan jumlah lanjut usia di kecamatan koja pada tahun 2010
yaitu 52.909 jiwa (22.7% dari total penduduk). Lanjut usia akan mengalami
penurunan fungsi tubuh akibat perubahan fisik, psikososial, kultural, spiritual.
Perubahan fisik akan mempengaruhi berbagai sistem tubuh salah satunya adalah
sistem kardiovaskuler. Masalah kesehatan akibat dari proses penuaan dan sering
terjadi pada sistem kardiovaskuler yang merupakan proses degenerative,
diantaranya yaitu penyakit hipertensi. Penyakit hipertensi pada lansia
merupakan suatu keadaan yang di tandai dengan hipertensi sistolik diatas 140
mmHg dan diastolnya menetap atau kurang dari 90 mmHg yang memberi gejala
yang berlanjut, seperti stroke, penyakit jantung coroner (Kellicker, 2010).
Kondisi hipertensi sudah dikenal luas dan mudah dideteksi. Namun, menurut
laporan WHO, hanya 50% penderita yang mengetahui bahwa tekanan darahnya sudah
tinggi dan hanya 25% yang kemudian berobat. Hanya setengah dari penderita yang
menjalani pengobatan yang terkontrol tekanan darahnya (Yahya, 2010).Untuk
menghindari terjadi komplikasi pada lansia hipertensi, perlu adanya pengontrolan
tekanan darah dan perubahan gaya hidup. Prevalensi hipertensi di kalangan lansia di
Indonesia cukup tinggi, yaitu sekitar 40% dengan kematiansekitar 50% diatasumur 60
tahun ( Akhyar, 2009 dalamSaslizawati, 2012).
Peningkatan insiden penyakit hipertensi lansia menyebabkan lansia
membutuhkan pelayanan kesehatan yang teratur untuk mengontrol tekanan darah dan
mencegah mordibitas serta mortalitas kardiovaskuler (William & Wilkins, 2007
dalam Wulandari 2014). Lansia yang sudah mengalami penurunan fungsi baik
fisiologis maupun psikologis dan memiliki penyakit kronik sangat membutuhkan
dukungan keluarga dan bantuan dari orang lain dalam perawatan kesehatan terutama
dari keluarga (Yenni, 2011). Upaya yang diberikan oleh keluarga salah satunya
dukungan keluarga pada lansia.
Menurut Friedman (1998, dalam Harmoko 2012) keluarga merupakan unit
terkecil dalam masyarakat yang merupakan klien penerima asuhan keperawatan,
keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan keperawatan yang diperlukan bagi
anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan. Salah satu dari keluarga
mengalami masalah kesehatan, maka sistem didalam keluarga akan terganggu.
Dukungan keluarga sangat mempengaruhi motivasi seseorang terutama pada lansia,
Nursalam 2012.
Motivasi adalah konsep yang menggambarkan baik respon ekstrinsik yang
merangsang perilaku tertentu dan respon intrinsik yang menampakan perilaku
manusia, proses manajemen untuk mempengaruhi tingkah laku manusia berdasarkan
pengetahuan mengenai “apa yang membuat orang tergerak”, ini merupakan faktor
intrinsik yang datangnya dari dalam diri individu. Supriyanto (2000, dalam Sandi
2013) mengatakan bahwa lansia yang mendapat dukungan dari pasangannya, anak,
cucu, ataupun dari keluarga yang dianggap penting akan membangkitkan motivasi
lansia untuk berperilaku, hal ini merupakan faktor ekstrinsik yang datang dari luar
individu.
Keluarga memiliki peranan penting dalam proses pengawasan, pemeliharaan,
dan pencegahan terjadinya komplikasi hipertensi di rumah. Selain itu, keluarga juga
dapat memberikan dukungan dan membentuk keputusan mengenai perawatan yang
dilakukan oleh penderita hipertensi (Tumenggung, 2013).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Imran (2017), dukungan keluarga
sebanyak 60,0%, kepatuhan pengendalian hipertensi sebanyak 77,1%. Dan dari uji
hipotesis dapatkann nilai koefisien korelasi sebesar r = 0,358 yang menunjukan
keeratan hubungan dukungan keluarga dalam kategori rendah. Dan berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Setyawan (2019),
bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan kelurga dengan tekanan darah
penderita hipertensi dan ada korelasi yang signifikan antara peran keluarga dan
dukungan dengan tekanan darah pada pasien hipertensi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Imran (2013) tentang hubungan
dukungan sosial keluarga dengan kepatuhan diet pasien hipertensi di RSUD Toto
Kabila Kabupaten Bone Bolango, didapatkan hasil ada hubungan antara dukungan
sosial keluarga dengan kepatuhan pasien dalam melaksanakan program diet. Hasil ini
menunjukan bahwa keluarga merupakan support utama dalam memenuhi kesehatan
anggota keluarganya. Kurangnya dukungan keluarga akan mempengaruhi pasien
hipertensi untuk dapat mengatasi kekambuhan atau melakukan pencegahan agar tidak
terjadi komplikasi karena sebelum seseorang mengadopsi perilaku (berperilaku baru),
ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau
keluarganya (Fitriani, 2011).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang permasalahan tersebut, maka penulis dapat
merumuskan masalah penelitian yaitu apakah ada Hubungan antara dukungan
keluarga dengan perilaku lansia dalam pengendalian hipertensi ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan perilaku lansia dalam
pengendalian hipertensi
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
a. Mengidentifikasi karakteristik responden
b. Mengidentifikasi dukungan keluarga untuk pengendalian hipertensi
c. Mengidentifkasi perilaku lansia dalam pengendalian hipertensi
d. Menganalisa hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku lansia
dalam pengendalian hipertensi
D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti mempunyai beberapa manfaat antara lain:
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan serta bahan dalam
penerapan ilmu metode penelitian, khususnya mengenai dukungan keluarga
dengan perilaku lansia dalam pengendalian hipertensi.
b. Dapat dijadikan bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya sebagai
acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait dukungan keluarga
dengan perilaku lansia dalam pengendalian hipertensi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Lansia
Menambah informasi dan memberikan motivasi atau dukungan bagi lansia
agar dapat meningkatkan status kesehatannya.
b. Bagi Keluarga Lansia
Dapat memberikan informasi untuk dijadikan masukan dan panduan bagi
keluarga dan indikator dalam memotivasi lansia dalam pengendalian
hipertensi.
c. Bagi Institusi Pendidikan
1) Memberikan sumbangan ilmiah bagi mahasiswa dan
Institusi Pendidikan Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKes
YPIB Majalengka
2) Diharapkan dapat dijadikan data dasar untuk penelitian
berikutnya khususnya yang terkait dengan hubungan antara dukungan
keluarga dengan perilaku lansia dalam pengendalian hipertensi.
d. Bagi peneliti
Peneliti dapat menerapkan ilmu yang di dapat selama pendidikan serta
menambah pengetahuan dan pengalaman dalam membuat penelitian ilmiah
dan menambah pengetahuan tentang hubungan dukungan keluarga dengan
perilaku lansia dalam pengendalian hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka
1. Lansia
a. Pengertian Lansia
Menurut pengertian Gerontologi Lansia adalah suatu tahap dalam hidup
manusia mulai dari bayi, anak-anak, remaja, tua, dan lansia. Lansia bukan
penyakit melainkan suatu proses alami yang tidak bisa dihindarkan, tidak ada
batasan yang pasti mengenai umur lansia (Nugroho, 2008).
b. Batasan Lansia
Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda-beda umumnya berkisar
antara 60-65 tahun. Beberapa pendapat para ahli tentang batasan usia adalah
sebagai berikut:
1) Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), ada empat tahapan yaitu:
 Usia pertengahan (middle age)usia 45 - 59 tahun.
 Lanjut usia (elderly) usia 60 – 74 tahun.
 Lanjut usia tua (old) usia 75 - 90 tahun.
 Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun. (Padila, 2013)
2) Menurut Burnise (1979 dalam Padila 2013)
 Young old (usia 60 – 69 tahun)
 Middle age old (usia 70 – 79 tahun)
 Old-old (usia 80 – 89 tahun)
 Very old-old (usia > 90 tahun)
3) Menurut Dep.Kes RI (dalam Mujahidullah, 2012) pengelompokan lansia
menjadi 3 golongan sebagai berikut :
 Kelompok usia dini (55-64 tahun).
 Kelompok lansia pertengahan (65 tahun ke atas).
 Kelompok lansia dengan resiko tinggi (70 tahun keatas)
4) Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
a. Perubahan Fisik
Menjadi tua atau menua membawa pengaruh serta perubahan
menyeluruh baik fisik. Perubahan-perubahan yang terjadi meliputi dari
sistem integumentary, sistem kardiovaskuler, sistem imunitas, sistem
pernapasan, sistem pencernaan, sistem perkemihan, dan reproduksi
wanita dan pria. (Padila, 2013)
b. Perubahan Psikososial
Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami
penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Dengan adanya penurunan
kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek
psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia.
c. Perkembangan Spritual
 Agama atau keyakinan makin terintegrasi dalam kehidupannya.
 Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya, hal ini terlihat
dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari menurut Murray
dan Zentner (1970, dalam Mujahidullah 2012).
d. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
 Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
 Kesehatan umum.
 Tingkat pendidikan.
 Keturunan (Hereditas).
 Lingkungan.
e. Perubahan Intelegensia Quotient (IQ)
Intelegensia dasar (fluid intelligence) yang berarti penurunan fungsi
otak bagian kanan antara lain berupa kesulitan komunikasi nonverbal,
pemecah masalah, mengingat wajah orang, kesulitan dalam pemusatan
perhatian, dan konsentrasi (Hochanadel and Kaplan, dalam Mujahidullah
2012).
f. Perubahan Ingatan (Memory)
Dalam komunikasi memori memegang peranan yang penting dalam
mempengaruhi baik persepsi maupun berfikir. Memori adalah sistem
yang sangat berstruktur, yang menyebabkan organism sanggup merekam
fakta tentang dunia Dan menggunakan hunannya untuk membimbing
perilakunya.

2. Konsep Keluarga
a. Pengertian Keluarga
Menurut WHO (1969), keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling
berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan. Keluarga adalah
sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran
yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum:
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari tiap
anggota. (Menurut Duvall dalam Harmoko, 2012).
b. Struktur Keluarga (Harmoko, 2012)
1. Patrilineal
Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.
2. Matrilineal
Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ibu.
3. Patrilokal
Patrilokal adalah sepasang suami isteri yang tinggal bersama keluarga
suami.
4. Matrilokal
Matrilokal adalah sepasang suami isteri yang tinggalbersama keluarga
sedarah isteri.
5. Keluarga kawinan
Keluarga kawinan dalah hubungan suami isteri sebagai dasar pembinaan
keluarga, dan beberapa sanak.
c. Fungsi Keluarga
1) Dalam suatu keluarga ada beberapa fungsi dan tugas keluarga yang dapat
dijalankan. Fungsi keluarga adalah sebagai berikut :
a. Fungsi biologis
Fungsi untuk meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan
anak, serta memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
b. Fungsi psikologis
Memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi keluarga, memberikan
perhatian diantara keluarga, memberikan kedewasaan kepribadian
anggota keluarga, serta memberikan identitas pada keluarga.
c. Fungsi sosialisasi
Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan masing-masing dan meneruskan nilai-nilai budaya.
d. Fungsi ekonomi
Mencari sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
dimasa yang akan datang.
e. Fungsi pendidikan
Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan,
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang
dimilikinya (Harmoko, 2012).
3. Dukungan keluarga
a. Pengertian dukungan keluarga
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap
anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat
mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan
(Friedman, 1998). Keluarga secara konstan berhadapan dengan perlunya
mengubah persepsi dan hidup mereka terhadap lansia, stimulusuntuk
perubahan ini datang dari dalam maupun dari luar, yang terpenting strategi,
dan proses dukungan keluarga berfungsi sebagai proses dan mekanisme
fungsi-fungsi keluarga menjadi nyata. Tanpa dukungan keluarga yang afektif,
dan fungsi afekif, sosialisai, ekonomi, dukungan keluarga tidak dapat dicapai
secara adekuat (Andarmayo,2012).
Menurut Marlyn (1998, dalam Andarmaryo 2012) bentuk dukungan keluarga
dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu:
1) Dukungan Emosional
Dukungan ini melibatkan depresi empati dan perhatian terhadap
individu, sehingga individu tersebut merasa nyaman, dicintai dan
diperhatikan dan kasih sayang serta mendengarkan keluh kesah orang
lain.
2) Dukungan Penghargaan
Dukungan ini melibatkan ekspresi yang berupa pernyataan setuju dan
penilaian positif terhadap ide-ide, perasaan dan performan orang.
Dukungan ini berisi tentang hal-hal yang digunakan untuk
mengevaluasi diri dan perbandingan sosial. Dapat diwujudkan dengan
rasa hormat, penghargaan yang di capai dorongan/semangat untuk
berusaha atau maju.
3) Dukungan Insrumental
Bentuk dukungan ini melibatkan dukungan langsung, misalnya
berupa bantuan dalam melakukan tugas-tugas tertentu, contoh
seseorang memberikan/meminjamkan pinjaman uang. Dimensi ini
memperlihatkan dukungan dari keluarga dalam bentuk nyata terhadap
anggota keluarga. Menurut Peterson dan Bredow 2004 (dalam,
Andarmaryo 2012) menyatakan dimensi instrumental ini meliputi
penyediaan sarana (peralatan atau saran pendukung lain) untuk
mempermudah atau menolong orang lain, termasuk didalamnya
adalah memberikan peluang waktu.
4) Dukungan Informasi
Dukungan yang bersifat informasi ini berupa saran, penghargaan dan
umpan balik tentang bagaimana cara memecahkan persoalan.
Menjelaskan tentang cara pemberian saran, sugesti, dan informasi
yang dapat digunakan untuk mengungkapkan suatu masalah.
b. Manfaat dukungan
Dukungan social keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang
masa kehidupan sifat dan dukungan sosial berbeda-beda dalam berbagai
tahap-tahap siklus kehidupan, dukungan sosial keluarga membuat keluarga
mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal.
Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga
(Friedman, 1998).
4. Kepatuhan atau perilaku Pengendalian Hipertensi Pada Lansia
Kepatuhan ini meliputi, kepatuhan pasien hipertensi terhadap pengendalian
manajemen berobat secara teratur, pengendalian asupan natrium dan lemak, dan
kebiasaan berolahraga. Menurut feuerstein (1986) dalam Niven (2013) kepatuhan
tersebut didukung oleh dari beberapa faktor, diantaranya pendidikan, akomodasi,
modifikasi faktor lingkungan, perubahan model terapi, dan meningkatkantkan
interaksi profesional kesehatan dengan pasien.
Perilaku merupakan komposit dari pengetahuan, sikap dan keterampilan
lansia hipertensi didapatkan hasil bahwa lansia hipertensi mempunyai perilaku
baik dan tidak baik hampir sama besarnya. Hasil ini sesuai dengan hasil
penelitian Zulfitri (2006), dimana perilaku sehat ditunjukkan sedikit lebih
banyak. Hal ini disebabkan jumlah lansia yang menjadi responden mayoritas
perempuan yaitu 70 orang dari 99 orang dan semua lansia responden tinggal
bersama dengan keluarga yang dicintai. Lansia perempuan tingkat
kepatuhannya lebih baik.
Menurut Green (1989 dalam Notoatmojo, 2007), menjabarkan bahwa
perilaku seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor pertama yaitu
pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai-nilai, tradisi Faktor kedua adalah yang
memungkinkan meliputi sarana dan prasarana. Faktor ketiga adalah penguat
faktor yang mendorong atau yang memperkuat terjadinya perilaku. Dan factor
keempat yaitu yang memperkuat perilaku terkait dengan kepatuhan.
5. Konsep Hipertensi
a. Definisi Hipertensi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg (Smeltzer,
2001). Tekanan darah tinggi atau hipertensi secara umum didefinisikan sebagai
tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg
(Palmer, 2007).
b. Manifestasi klinis
Sakit kepala, pusing, dan pandangan kabur, yang mengindikasikan peningkatan
tekanan darah yang sangat tinggi, dan kemudian terjadinya hipertensi
terakselerasi (Nettina, 2001). Sedangkan menurut Perry (2005) tanda dan gejala
yang perlu diwaspadai pada tekanan darah tinggi (hipertensi), sakit kepala,
kemerahan pada wajah, perdarahan pada hidung, kelelahan pada klien lansia.
c. Factor penyebab hipertensi
Dalam artikel kesehatan (2007) menjelaskan beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya hipertensi yaitu:
1) Faktor genetic
Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan di
temukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada kembar
monozigot (satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel telur).
Seseorang penderita yang mempunyai sifat genetic hipertensi primer
(esensial) apabila dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi,
bersama lingkungannya akan menyebabkan hipertensinya berkembang
dan dalam waktu sekitar 30 – 50 tahun akan timbul tanda dan gejala
hipertensi dengan kemungkinan komplikasi.
2) Faktor diet
Secara umum masyarakat sering menghubungkan antara konsumsi garam
dengan hipertensi. Garam merupakan hal yang sangat penting pada
mekanisme timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap
hipertensi melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan
darah. Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan ekskresi (pengeluaran)
kelebihan garam sehingga kembali pada keadaan hemodinamik (sistem
pendarahan) yang normal. Pada hipertensi esensial mekanisme ini
terganggu, di samping ada faktor lain yang berpengaruh.
3) Stress
Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui saraf simpatis
yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Apabila stress
menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap
tinggi.
Hal ini secara pasti belum terbukti, akan tetapi pada binatang percobaan
yang diberikan pemaparan terhadap stress ternyata membuat binatang
tersebut menjadi hipertensi.
4) Obesitas
Obesitas atau kegemukan dimana berat badan mencapai indeks massa
tubuh > 27 berat badan dalam kilogram (kg) dibagi kuadrat tinggi badan
dalam meter (m) juga merupakan sakah satu faktor risiko terhadap
timbulnya hipertensi. Obesitas merupakan ciri dari populasi penderita
hipertensi.
5) Aktivitas
Olah raga ternyata juga di hubungkan dengan pengobatan terhadap
hipertensi. Melalui olah raga yang isotonik dan teratur (aktivitas fisik
aerobik selama 30 – 40 menit / hari) dapat menurunkan tahanan perifer
yang akan menurunkan tekanan darah, selain itu dengan kurangnya
olahraga maka risiko timbulnya obesitas akan bertambah, dan apabila
asupan garam bertambah maka risiko timbulnya hipertensi juga akan
bertambah.
BAB III
TELAAH JURNAL

No. Pengarang Judul Konsep/ Desain/Istrumen Sample/Tempat Intervensi/ Hasil


Tujuan Pengambil
an Data

1. Lily Hubungan Untuk Desain penelitian Jumlah sampel penelitian ini Hasil penelitian menunjukkan ada
Herlinah, Dukungan mengetahui yang digunakan yang diambil menggunakan hubungan antara dukungan emosional,
Keluarga hubungan adalah kuesioner sebanyak 99 teknik
Wiwin dukungan penghargaan, informasi, dan
Dengan antara sampel pada multi stage
Wiarsih, Etty Perilaku dukungan populasi lansia random instrumental dengan perilaku lansia
Rekawati Lansia keluarga yang yang berumur 60 sampling. dalam pengendalian hipertensi dengan
Dalam meliputi tahun, di bekasi.
2013 nilai (p<0,05). Analisis lebih lanjut
Pengendalia dukungan
n Hipertensi emosional, menunjukanbahwa dukungan informasi
dukungan merupakan faktor yang dominan
penghargaan
terhadap perilaku lansia dalam
informasi dan
instrumental pengendalian hipertensi. Dukungan
dengan keluarga sangat penting dalam
perilaku lansia meningkatkan derajat kesehatan lansia.
dalam
pegendalian
hipertensi

2. Ali Hubungan Untuk Desain penelitian sampel teknik Hasil uji hipotesis diperoleh nilai
Imran,2017 Dukungan mengetahui deskriptif sejumlah 70 purposive koefisien korelasi sebesar 0,358 yang
Keluarga hubungan analitik
Dengan dukungan correlational responden sampling menunjukkan keeratan hubungan
Kepatuhan keluarga dengan dukungan keluarga dalam kategori
Pengendalia dengan rancangan cross
rendah, dan p-value sbesar 0,004
n Hipertensi kepatuhan sectional.
Pada Lansia pengendalian
Di hipertensi
Puskesmas pada lansia
Pandak 1
Bantul
Yogyakarta

3. Agus Pengaruh Mengetahui Metode Sampel Teknik ada pengaruh tekanan sistol dan diastole
Triono, Dukungan Pengaruh kuantitatif sebanyak 36 purposive sesudah diberikan panduan intervensi
Hikmahwat Keluarga dukungan dengan desain responden sampling
keluarga dukungan keluarga pada
i, 2020. Terhadap keluarga quasy
Perilaku terhadap eksperimental kelompok eksperimen dan kelompok
Pengendalia perilaku with kontrol selama
n Tekanan pengendalian nonequivalent
6 hari.
Darah Pada tekanan darah control group
Penderita penderita design
Hipertensi Hipertensi
Lansia Di lansia di
Puskesmas puskesmas
Sumbang 1 sumbang 1

4. Hikma Kris Hubungan Untuk Desain penelitian jumlah sampel Teknik total Terdapat hubungan yang sangat
Dayanti, Antara mengetahui ni menggunakan sebanyak 37 sampling signifikan antara dukungan keluarga
Dukungan hubungan antara pendekatan cross responden lansia
dengan motivasi lansia dalam
Keluarga dukungan sectional.
2016 Dengan keluarga dengan pengontrolan hipertensi di POSYANDU
Motivasi motivasi lansia Lansia Mawar Merah Wilayah kerja
Lansia dalam
PUSKESMAS Juanda Kelurahan Air
Dalam pengontrolan
Pengontrola hipertensi di Hitam.
n Hipertensi posyandu
Di Posyandu mawar merah
Mawar wilayah kerja
Merah puskesmas
Wilayah juanda
Kerja kelurahan air
Puskesmas hitam
Juanda
Kelurahan
Air Hitam

5. Dwi Arini, Pengaruh Untuk metode survei Jumlah sampel teknik Dukungan sosial keluarga terhadap
Hamiyati, Dukungan mengetahui dengan sabanyak 44 purposive kualitas hidup lansia menghasilkan nilai
Social pengaruh pendekatan orang sampling
Tarma, korelasi (0,611) yang berarti dukungan
Keluarga dukungan sosial korelasi
Terhadap keluarga sosial keluarga berpengaruh sebesar
KualitasHid terhadap 37,34% terhadap terbentuknya kualitas
up Lansia Di kualitas hidup
hidup lansia, sehingga terdapat
Panti lansia di panti
Werdha Ria werdha ria pengaruh yang signifikan antara
Pembanguna pembangunan dukungan sosial keluarga terhadap
n Jakarta Jakarta timur
kualitas hidup lansia.
Timur
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Berdasarkan hasil analisi pada 5 jurnal yang sudah dikaji, diperoleh hasil sebagai
berikut :
Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara tekanan
darah sebelum dan sesudah saat adanya dukungan keluarga dalam pengendalian
hipertensi, yang mana didapatkan adanya penurunan tekanan pada penderita
hipertensi lansia.
Menurut tabel diatas dapat diketahui bahwa 5 jurnal tersebut sebagian besar
menggunakan jenis desain penelitian cross sectional, deskriptif analitik, deskriptif
korelasi, Metode kuantitatif dengan desain quasy eksperimental with nonequivalent
control group design. Dari segi populasinya lansia yang mengalami kejadian
hipertensi baik pria maupun wanita yang berusia 50 tahun keatas. Secara teknik
sampling diantaranya purposive sampling, simple random sampling, dan total
sampling. Instrumen lain yang sering digunakan yaitu dengan kuesioner dukungan
keluarga dan kepatuhan minum obat pasien hipertensi.

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil studi literature review yang didapatkan dari 5 artikel ditemukan
penyebab:
pasien tidak memahami instruksi yang diberikan, penggunaan istilah-istilah medis dan
banyaknya instruksi yang harus diingat oleh pasien. Selain itu dukungan keluarga
dinyatakan baik jika lansia merasa mendapat bantuan, simpati dan empati yang
diberikan oleh keluarga kepadanya baik berupa informasi, nasehat, yang mana
membuat lansia merasa, disayang, dicintai, dihargai dan memiliki semangat atau
motivasi untuk selalu sehat. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ningrum (2018) yang menyatakan bahwa masih berfungsinya keluarga untuk
memperhatikan, menghargai, mencintai, dan membantu berupa materi, informasi,
instrument atau bantuan secara langsung dan berupa pujian atas keberhasilan yang
dicapai oleh responden. Karena dukungan social dari keluarga yang akan
mempengaruhi juga pada kepatuhan minum obat, dan pengendalian hipertensi.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari studi literature review yang dilakukan pada 5 jurnal dengan karakteristik
yang berbeda diperoleh hasil dukungan keluarga sangat penting untuk meningkatkan
kepatuhan minum obat, dan pengendalian hipertensi. Faktor penyebab yang paling
sering mengakibatkan pasien tidak patuh dan tidak dapat mengendalikan penyakit
hipertensi nya berdasarkan literature review ini adalah rendahnya dukungan
keluarga pada lansia penderita hipertensi.

B. Saran
1. Bagi Keluarga
Hasil dari penelitian ini diharapkan agar tetap konsisten melakukan intervensi
atau dukungan terhadap anggota keluarga yang menyandang hipertensi terutama
lansia.
2. Bagi Responden
Diharapkan responden dari penelitian ini dapat memberikan informasi bagi
lansia lainnya tentang perilaku pengendalian hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai