Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI Ny.

L DENGAN
HERNIA DIAFRAGMA DI RUANG NICU RSD GUNUNG JATI
KOTA CIREBON

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Gawat Drurat dan Kritis dengan
Dosen pembimbing : Idris Handriana, S. Kep.,Ners., M.Kep

Disusun Oleh :
YUYUM YUMITA DEWI, S.Kep
NIM : 22149011090

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YPIB MAJALENGKA


TAHUN 2022
KONSEP TEORI
A. Pengertian Hernia Diafragma
Hernia Diafragmatika adalah penonjolan organ perut ke dalam rongga dada
melalui suatu lubang pada diafragma. Diafragma adalah sekat yang membatasi rongga
dada dan rongga perut.
Diafragma dibentuk dari 3 unsur yaitu membran pleuroperitonei, septum
transversum dan pertumbuhan dari tepi yang berasal dari otot-otot dinding dada.
Gangguan pembentukan itu dapat berupa kegagalan pembentukan sebagian diafragma,
gangguan fusi ketiga unsur dan gangguan pembentukan otot. Pada gangguan
pembentukan dan fusi akan terjadi lubang hernia, sedangkan pada gangguan
pembentukan otot akan menyebabkan diafragma tipis dan menimbulkan eventerasi.
Insiden pada neonatus tercatat 1 : 2000 – 5000, pada dewasa dilaporkan insidensi
bervariasi antara 0,17% yang dilaporkan oleh mullens dkk sampai setinggi 6% yang
dilaporkan oleh Gale. Hal ini didapatdari penelitian retrospektif dari pemeriksaan CT
Scan yang dilakukan untuk berbagai tujuan. Hernia Bockdalek paling banyak dijumpai
pada bayi dan anak-anak. Pada dewasa sangat jarang (sekitar 10% dari semua kasus) dan
sering terjadi misdiagnosis dengan pleuritis atau tuberkulosis paru. Kadang-kadang pada
anak yang lebih besar juga sering diduga sebagai staphylococcal pneumonia.
B. Klasifikasi
1. Hernia parastenal
Yaitu sebagian kecil otot diafragma gagal berkembang dan biasanya terlihat di
bagian anterior diafragma. Sebuah kantong peritoneum kecil yang mengandung
gelung usus kemudian bisa masuk ke rongga dada diantara bagian sternalis dan
kostalis diafragma.
2. Hernia esophagus
Diduga disebabkan oleh pendeknya esophagus congenital. Kardia dan bagian atas
lambung tertahan di dalam rongga dada, dan lambung kemudian terjepit setinggi
diafragma.
Ada dua macam Hernia difragmatika :
a. Sliding hernia atau sliding type
Terjadinya bisa disebabkan bermacam-macam hal diantaranya esofagus terlalu
pendek atau esofagus tertarik keatas. Dapat juga oleh karena otot-otot dan
ligamen disekitar kardia lemah, sehingga kardia masuk ke dalam mediastinum.
Pada sliding hernia seringkali terjadi refluk asam lambung kedalm esofagus,
biasa atau sering kali timbul regurgitasi. Penting diketahui bahwa letak
esofagogastrik junction diatas diafragma. Jadi letak gaster yang berupa kantong
hernia dikaudal esophagus.
b. Rolling hernia atau rolling type
Nama lain dari rolling hernia adalah para hiatal hernia, para esofageal hernia. Di
sini letak esofagus pada posisi normal, demikian juga panjang esofagus dalam
keadaan normal tapi kantung hernia terletak disebelah esofagus. Jadi sebagian
dari lambung masuk kedalam rongga dada yaitu sebagai kantung hernia. Jadi
jelas bedanya dengan sliding hernia, di sini esophagogastrik junction tetap di
bawah diafragma, dengan kata lain disini terdapt vulvulus parsiel dari lambung 
Perbedaan lain ialah : pada rolling hernia, refluk dari asam lambung jarang
terjadi. Pada rolling hernia karena kantong hernia menekan esofagus dari
belakang, maka tidak akan terjadi regurgitasi. Kemungkinan besar pada rolling
hernia seluruh fundus dari gaster masuk kedalam rongga dada.
C. Etiologi
Penyabab pasiti hernia masih belum diketahui. Hal ini sering dihubungkan dengan
penggunaan thalidomide, quinine, nitrofenide, antiepileptik, atau defisiensi vitamin A
selama kehamilan.
Pada neonatus hernia ini disebabkan oleh gangguan pembentukan diafragma.
Seperti diketahui diafragma dibentuk dari 3 unsur yaitu membran pleuroperitonei, septum
transversum dan pertumbuhan dari tepi yang berasal dari otot-otot dinding dada.
Gangguan pembentukan itu dapat berupa kegagalan pembentukan sebagian diafragma,
gangguan fusi ketiga unsur dan gangguan pembentukan otot. Pada gangguan
pembentukan dan fusi akan terjadi lubang hernia, sedangkan pada gangguan
pembentukan otot akan menyebabkan diafragma tipis dan menimbulkan eventerasi.
D. Manifestasi Klinis
Walaupun hernia morgagni merupakan kelainan kongenital, hernia ini jarang
bergejala sebelum usia dewasa. Sebaliknya hernia Bockdalek menyebabkan gangguan
nafas segera setelah lahir sehingga memerlukan pembedahan darurat. Anak sesak
terutama kalau tidur datar, dada tampak menonjol, tetapi gerakan nafas tidak nyata. Perut
kempis dan menunjukkkan gambaran scapoid. Pulsasi apek jantung bergeser sehingga
kadang-kadang terletak d hemithoraks kanan. Bila anak didudukan dan diberi oksigen,
maka sianosis akan berkurang.
Lambung, usus dan bahkan hati dan limpa menonjol melalui hernia. Jika
hernianya besar, biasanya paru-paru pada sisi hernia tidak berkembang secara
sempurna.Setelah lahir, bayi akan menangis dan bernafas sehingga usus segera terisi oleh
udara. Terbentuk massa yang mendorong jantung sehingga menekan paru-paru dan
terjadilah sindroma gawat pernafasan.
 Gejalanya berupa:
• Gangguan pernafasan yang berat.
• Sianosis (warna kulit kebiruan akibat kekurangan oksigen).
• Takipneu (laju pernafasan yang cepat).
• Bentuk dinding dada kiri dan kanan tidak sama (asimetris).
• Takikardia (denyut jantung yang cepat).
Secara klinis hernia diafragmatika akan menyebabkan gangguan kardiopulmoner
karena terjadi penekanan paru dan terdorongnya mediastinum ke arah kontralateral.
Pemeriksaan fisik didapatikan gerakan pernafasan yang tertinggal, perkusi pekak,
fremitus menghilang, suara pernafasan menghilang dan mungkin terdengar bising usus
pada hemitoraks yang mengalami gangguan. Kesulitan untuk menegakkan diagnosis
hernia diafragma preoperative menyebabkan sering terjadinya kesalahan diagnosis dan
untuk itu diperlukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis hernia
diafragmatika.
E. Patofisiologi
Rongga peritoneum dan pleura kemudian saling berhubungan di sepanjang
dinding tubuh posteriol. Kelainan seperti ini yang dikenal sebagai hernia diafragmatika
congenital, memungkinkan organ-organ dalam perut memasuki rongga pleura. Pada 85 –
90 % kasus, hernianya disisi kiri, dan gelung usus, lambung, limpa, dan bagian hati bisa
masuk ke rongga dada. Karena kehadiran organ-organ perut di dalam dada, jantung
terdorong ke anterior, sedangkan paru-paru tertekan dan sering mengalami hipoplasia. 
F. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik, yaitu:
• Gerakan dada pada saat bernafas tidak simetris.
• Tidak terdengar suara pernafasan pada sisi hernia.
• Bising usus terdengar di dada.
• Perut teraba kosong.
• Rontgen dada menunjukkan adanya organ perut di rongga dada.
Foto Thoraks akan memperlihatkan adanya bayangan usus didaerah thoraks. Kadang-
kadang diperlukan fluoroskopi untuk membedakan antara paralisis diafragmatika dengan
eventerasi. Bila perlu dapat pula dilakukan untuk membuktikan apakah kelainan itu
eventerasi atau hernia biasa.
Gambar Anteroposterior (AP) pada pasien dengan Hernia diafragmatika congenital
menunjukkan herniasi di hemithirax kiri.
G. Komplikasi
1. Gangguan Kardiopulmonal karena terjadi penekanan paru dan terdorongnya
mediastinum ke arah kontralateral.
2. Sesak nafas berat berlanjut dengan asfiksia.
3. Mengalami muntah akibat obstruksi usus.
4. Adanya penurunan jumlah alveoli dalam pembentukan bronkus.
H. Pencegahan
Terpenuhinya nutrisi selama hamil seperti asam folat, vitamin B komplek dan protein.
I. Penatalaksaan
1. Simptomatis : untuk nyeri diberi analgesik, untuk dehidrasi diberi infus RL, dan
untuk profilaksis keradangan pada hernia inkarserata / strangulata diberikan
ampicillin
2. Herniotomi : membuang kantong hernia, ini terutama pada anak anak, karena
dasarnya adalah kongenital tanpa adanya kelemahan dinding perut.
3. Herniorraphy : membuang kantong hernia disertai tindakan plastik untuk
memperkuat dinding perut bagian bawah dibelakang kanalis inguinalis.
Bila penderita menolak operasi atau ada kontraindikasi pembedahan, disarankan
memakai sabuk hernia (Truss), dipakai pagi hari waktu aktif dan dilepas waktu malam.
J. Pengobatan
Hernia diafragmatika diatasi dengan pembedahan darurat. Organ perut harus
dikembalikan ke rongga perut dan lubang pada diafragma diperbaiki.
KONSEP DASAR ASKEP
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang dilakukan secara
sistematik untuk mengumpulkan data dan menganalisanya, sehingga dapat
mengindentifikasi masalah-masalah keperawatan yang dialami pasien. Dengan tahap
pengkajian ini data dikumpulkan selengkapnya mungkin yang diperoleh dari pasien
langsung maupun keluarganya serta catatan keperawatan, medis dan sumber-sumber
lainnya.
- Pemeriksaan fisik
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : 
• Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat berat, duduk, mengemudi dan waktu
lama
• Membutuhkan papan/matras yang keras saat tidur
• Penurunan rentang gerak dan ekstremitas pada salah satu bagian tubuh
• Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
Tanda
• Atrofi otot pada bagian tubuh yang terkena gangguan dalam berjalan
2. Eliminasi
Gejala
• konstipasi dan adanya inkartinensia/retensi urine
3. Integritas Ego
Gejala
• Ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas, masalah pekerjaan finansial
keluarga
Tanda
• Tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga
4. Neurosensori
• Gejala : kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki
• Tanda : penurunan reflek tendon dalam, kelemahan otot, hipotonia.
• Nyeri tekan/spasme otot paravertebralis, penurunan persepsi nyeri
5. Kenyamanan
Gejala
• Nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan semakin memburuk dengan adanya
batuk, bersin, defekasi, nyeri yang tidak ada hentinya, nyeri yang menjalar ke
kaki, bokong, bahu/lengan, kaku pada leher.
- Post Operasi
1. Status Pernapasan
• Frekuensi, irama dan ke dalaman
• Bunyi napas
• Efektifitas upaya batuk
2. Status Nutrisi
• Status bising usus, mual, muntah
3. Status Eliminasi
• Distensi abdomen pola BAK/BAB
4. Kenyamanan
• Tempat pembedahan, jalur invasif, nyeri, flatus
5. Kondisi Luka
• Keadaan/kebersihan balutan
• Tanda-tanda peradangan
• Drainage
6. Aktifitas
• Tingkat kemandirian dan respon terhadap aktivitas
- Pemeriksaan penunjang
1. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi usus.
2. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi
(peningkatan hemotokrit), peningkatan sel darah putih dan ketidak seimbangan
elektrolit.
B. Diagnose Keperawatan
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan insisi bedah
2. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan Hemoragi
3. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
primer
4. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mencerna/makan-makanan
5. Ketakutan/ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
6. Pola pernapasan tak efektif berhubungan dengan ekspansi paru
7. Intelorensi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
C. Intervensi Keperawatan
1. Dx 1 Nyeri (akut) berhubungan dengan insisi bedah
Tujuan :Setelah diberikan askep selama 2x24 jm diharapkan nyeri dapat berkurang.
KH :
• Pasien mengatakan nyeri berkurang
• Pasien tampak rilex
• Skala nyeri 3
• Nadi:80-100 x/mnt
- Intervensi dan Rasional
a. Selidiki keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0 – 10) dan faktor
pemberat/penghilang
R/ Nyeri insisi bermakna pada pasca operasi awal, diperberat oleh pergerakan,
batuk, distensi abdomen, mual.
b. Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri segera saat mulai.
R/ Intervensi diri pada kontrol nyeri memudahkan pemulihan otot/jaringan dengan
menurunkan tegangan otot dan memperbaiki sirkulasi
c. Pantau tanda-tanda vital
R/ Respon autonemik meliputi perubahan pada TD, nadi dan pernapasan yang
berhubungan dengan keluhan/penghilang nyeri. Abnormalitas tanda vital terus
menerus memerlukan evaluasi lanjut.
d. Kaji insisi bedah, perhatikan edema ; perubahan konter luka (pembentukan
hematoma) atau inflamasi mengeringnya tepi luka.
R/ Perdarahan pada jaringan, bengkak, inflamasi lokal atau terjadinya infeksi
dapat menyebabkan peningkatan nyeri insisi
e. Berikan tindakan kenyamanan, misal gosokan punggung, pembebatan insisi
selama perubahan posisi dan latihan batuk/bernapas, lingkungan tenang.
R/ Memberikan dukungan relaksasi, memfokuskan ulang perhatian, meningkatkan
rasa kontrol dan kemampuan koping.
f. Berikan analgesik sesuai terapi
R/ Mengontrol/mengurangi nyeri untuk meningkatkan istirahat dan meningkatkan
kerjasama dengan aturan terapeutik
2. Dx 2 Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
hemoragi
Tujuan :Setelah diberikan askep selama 2x24 jam diharapkan volume cairan bisa
terpenuhi
KH :
• Cairan terpenuhi
• Px membaik
• Ekspresi wajah rileks
• TTV normal
- Intervensi dan Rasional
a. Pantau tanda-tanda vital dengan sering, perhatikan peningkatan nadi, perubahan
TD postural, takipnea, dan ketakutan. Periksa balutan dan luka dengan sering
selama 24 jam terhadap tanda-tanda darah merah terang atau bengkak insisi
berlebihan
R/ Tanda-tanda awal hemorasi usus dan/ atau pembentukan hematoma yang dapat
menyebabkan syok hipovotemik
b. Palpasi nadi perifer. Evaluasi pengisian kapiler, turgor kulit, dan status membran
mukosa.
R/ Memberikan informasi tentang volume sirkulasi umum dan tingkat Dehidrasi
c. Perhatikan adanya edema
R/Edema dapat terjadi karena pemindahan cairan berkenaan dengan penurunan
kadar albumen serum/protein
d. Pantau masukan dan haluaran (mencakup semua sumber : misal emesis, selang,
diare), perhatikan haluaran urine
R/ Indikator langsung dari hidrasi/perjusi organ dan fungsi. Memberikan pedoman
untuk penggantian cairan
e. Pantau suhu
R/ Demam rendah umum terjadi selama 24 – 48 jam pertama dan dapat
menambah kehilangan cairan
f. Tinjau ulang penyebab pembedahan dan kemungkinan efek samping pada
keseimbangan cairan.
R/Mengeksaserbasi cairan dan kehilangan elektrolit
g. Berikan cairan, darah, albumin, elektrolit sesuai indikasi.
R/ Mempertahankan volume sirkulasi dan keseimbangan elektrolit.
3. Dx 3 Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan primer
Tujuan :Setelah diberikan askep selama 2x24 jamdiharapkan tidak adanya infeksi
KH :
• Tidak adanya infeksi
• TTV kembali normal
• Px membaik
• Ekspresi wajah rileks
- Intervensi dan Rasional
a. Pantau tnda-tanda vital, perhatikan peningkatan suhu
R/ Suhu malam hari memuncak yang kembali ke normal pada pagi hari adalah
karakteristik infeksi.
b. Observasi penyatuan luka, karakter drainase, adanya inflamasi
R/ Perkembangan infeksi dapat memperlambat pemulihan
c. Observasi terhadap tanda/gejala peritonitas, misal : demam peningkatan nyeri,
distensi abdomen
R/ Meskipun persiapan usus dilakukan sebelum pembedahan elektif, peritonitas
dapat terjadi bila susu terganggu. Misal : ruptur pra operasi, kebocoran
anastromosis (pasca operasi) atau bila pembedahan adalah darurat/akibat dari luka
kecelakaan
d. Pertahankan perawatan luka aseptik, pertahankan balutan kering
R/Melindungi pasien dari kontaminasi silang selama penggantian balutan. Balutan
basah sebagai sumbu retrogad, menyerap kontaminasi eksternal.
e. Berikan obat-obatan sesuai indikasi : Antibiotik, misal : cefazdine (Ancel)
R/ Diberikan secara profilaktik dan untuk mengatasi infeksi
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah perencanaan program.
Program dibuat untuk menciptakan keinginan berubah dari keluarga, memandirikan
keluarga. Seringkali perencanaan program yang sudah baik tidak diikuti dengan waktu
yang cukup untuk merenacanakan implementasi (Komang Ayu Henny Achjar, 2012).
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi merupakan
sekumpulan informasi yang sistematik berkenaan dengan program kerja dan efektifitas
dari serangkaian program yang digunakan terkait program kegiatan, karakteristik dan
hasil yang telah dicapai (Komang Ayu Henny Achjar, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
http://www.bedahugm.net/hernia-diafragmatika/
http://insanimj.blogspot.com/2010/10/lp-hernia-diafragmatika.html
http://oretankoe.wordpress.com/2009/02/26/hernia-diafragma/
http://www.scribd.com/document_downloads/direct/65720835?
extension=doc&ft=1319713303&lt=1319716913&uahk=iR8Sg7ofxnFiocrLo9KfExK4W
KA
http://medicastore.com/images/hernia_diafragmatika.jpg
http://difkanurse.blogspot.com/2011/01/asuhan-keperawatan-hernia.html

Anda mungkin juga menyukai