Anda di halaman 1dari 48

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN SPIRITUAL DAN DUKUNGAN KELUARGA


TERHADAP KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL
GINJAL KRONIK YANG MENJALANKAN
HEMODIALISA DI RS PEKANBARU

NAMA : RAHMI PEBRIA


NIM : 20211123

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TENGKU MAHARATU PEKANBARU
2021

1
PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN SPIRITUAL DAN DUKUNGAN KELUARGA


TERHADAP KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL
GINJAL KRONIK YANG MENJALANKAN
HEMODIALISA DI RS PEKANBARU

Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh


Gelar Sarjana Keperawatan

Nama : RAHMI PEBRIA


NIM : 20211123

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TENGKU MAHARATU PEKANBARU
2021

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal yang berjudul

“Hubungan Spiritual dan Dukungan Keluarga Terhadap Kualitas Hidup Pasien

Gagal Ginjal Kronik yang Menjalankan Hemodialisa di Rumah Sakit Prima

Pekanbaru”

Dalam penulisan proposal ini, penulis banyak mendapat bantuan dan

bimbingan dari berbagi pihak. Untuk itu pada pada kesempatan ini

perkenankanlah peneliti mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Erika, M.kep, Sp.Mat, PHd Selaku Ketua Yayasan STIKes Maharatu

Pekanbaru yang telah menegijinkan penulis melakukan penelitian ini.

2. Bapak Ns. Carles, M.Si selaku ketua STIKes Tengku Maharatu Pekanbaru

yang telah mengijinkan penulis melakukan penelitian .

3. Bapak Ns. Awaluddin, M.Kep, selaku ketua Program Studi S1 Keperawatan

STIKes Tengku Maharatu Pekanbaru yang sudah memberikan dukungan dan

semangat kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

tepat pada waktunya.

4. Ibu Ns. Riamah, M.Kes , selaku pembimbing 1 dalam penyusunan skripsi ini

yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk, nasehat,

bimbingan serta arahan kepada penulis.

5. Ibu Ns. Anita Syarifah, S.Kep, selaku pembimbing 2 dalam penyusunan

skripsi ini yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk,

nasehat, bimbingan serta arahan kepada penulis.

3
6. Para dosen Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Tengku Maharatu

Pekanbaru yang memberikan ilmu pengetahuan dan memberikan penulis

bimbingan, serta nasehat yang dapat membangun penulis.

7. Teristimewa penulis mempersembahkan untuk kedua orang tua tersayang,

saudara-saudara memberikan dukungan penuh dan banyak bantuan serta

mendo’akan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini

dengan baik.

8. Teman-teman Program StudiIlmu Keperawatan STIKes Tengku Maharatu

Pekanbaru yang telah memberikan bantuan dan motivasi dalam penyusunan

proposal ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah ikut

berpartisipasi dalam penyusunan proposal ini.

10. Teman-Teman Team Poliklinik yang telah memberikan support dan

mendo’akan penuli sehingga dapat menyelesaikn proposal ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan sini masih terdapat kekurangan

dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan

saran yang sifatnya membangun demi perbaikan di masa mendatang dan semoga

proposal ini dapat digunakan sebagai acuan dalam pembuatan proposal

selanjutnya.

Pekanbaru, November 2021

Penulis

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gagal ginjal kronik merupakan suatu masalah kesehatan yang

penting,mengingat prevalensi angka kejadiannya semakin meningkat juga

pengobatan penganti ginjal yang harus dialami oleh pederita gagal ginjal

merupakan pengobatan yang mahal,butuh waktu dan kesabaran yang harus

ditanggung oleh penderita gagal ginjal dan keluarganya (Harisson, 2013).

Gagal ginjal kronik disebabkan oleh penyakit diabetes mellitus,

hipertensi,glumonefritis kronis,nefritis interintersial kronis,infeksi saluran

kemih dan obesitas (Kemenkes RI, 2017). Ginjal merupakan salah satu organ

tubuh,apabila mengalami kekurangan atau kelebihan cairan dan elektrolit

dalam jangka waktu yang sangat lama maka menyebabkan kerusakan fungsi

ginjal yang dapat menyebabkan gagal ginjal. Penyakit tersebut dapat

menyerang setiap golongan baik pria maupun wanita tanpa memandang

umur.

Gagal ginjal kronik stadium akhir memerlukan penggantian ginjal

permanen berupa hemodialisis dan transplantasi ginjal. Gagal ginjal dapat

menyebabkan tanda dan gejala uremia, seperti sakit kepala,kelelahan,lekas

marah dan ketidaknyamanan. Jika berkembang menjadi asidosis, dapat

menyebabkan gejala seperti mual,muntah,haus dan hipoksia. Jika pengobatan

konservatif gagal, dialisis dan transplantasi mungkin diperlukan (Hurst,

2016).

5
Dengan kondisi tersebut dapat merubah gaya hidup. Perubahan gaya

hidup secara luas dan drastis pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

hemodiasa akan berpengaruh pada kondis fisik psikologis, sosial, spiritual

dan ekonomi (Yodchai,Dunning,Hutchinson,Oumtanee & Savage, 2011).

Pemenuhan kebutuhan spiritual pasien gagal ginjal kronik dapat megurangi

nyeri dan membantu pemulihan fisik dan mental. Respon setiap pengobatan

hemodialisis berbeda-beda, seperti kecemasan akibat situsional, ancaman dan

kematian tidak tahu hasil akhir pengobatan., tingkat bunuh diri diantaranya

pasien dialisis sedang meningkat (Fisher, 2010).

Dukungan spritual untuk pasien hemodailisa ini adalah pasien-pasien

yang sebelumnya sudah menderita gagal ginjal kronik (GGK) untuk

mempertahankan hidupnya, dimana gagal kronis (GGK) untuk keadaan klinis

kerusakan ginjal yang progresif dan irreversibel dari berbagai penyebab

(Price dan wilson dalam suharyanto, 2017). Pasien dikatakan mengalami

GGK apabila penurunan Glomerular Filtration Rate (GFR) yakni < 60

ml/menit /73 m2 selama lebih dari 3 bulan (Black & Hawks dalam fajri,

2015).

Gagal ginjal akan mempengaruhi hubungan dengan Yang Maha Kuasa

dalam hal kenyakinan da harapan hidup. Orang dengan penyakit kronis sering

berpikir berbeda dari orang lain dan mulai merasakan rasa kesepian yang

mendalam.Penderita penyakit kronis sering merasa cemas dengan penyakit

yang dialaminya, mulai membatasi hubungan dan aktivitas sosial, sehingga

menimbulkan rasa rendah diri dan emosi negatif terhadap terdiri sendiri.

Dukungan dari anggota keluarga dan orang terdekat termasuk perawat dapat

6
meningkatkan percaya diri pasien (Young & Koopsen, 2011)

Dukungan Keluarga sangat dibutuhkan pada penderita gagal ginjal kronik

yang menjalani hemodialisa pasien yang mengalami perubahan-perubahan

semasa hidupnya, seperti dukungan emosinal yang dialami GGK yang

menjalani hemodalisa dan mengharuskan pasien tersebut bereaksi dalam

menghadapi masalah .Dalam menghadapi masalah. Hal ini pasien merasa

segan bila ada dukungan keluarga secara mensupport akan merasa lega,

memberikan pengharapan dan dukungan diri.Hasil studi Amerika Serikat

terhadap jumlah pasien kronis ,didapat bahwa dukungan keluarga dapat

meningkatkan kesehatan pasien yang menjalankan terapi hemodialisa

dipengaruhi factor dan geografis, status sosial dan ekonomi dan kebudayaan

pada gagal ginjal kronis (Widyastuty,2014).

Pada tahun 2017, jumlah pasien gagal ginjal kronis di Amerika Serikat

melebihi 20 juta. Secara global, diperkirakan ada 1,4 juta pasien dengan

gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa, dan insidennya meningkat

pada tingkat tahunan sebesar 8% (WHO, 2018). Berdasarkan hasil Riskesdas

(2018) populasi umur kurang dari 15 tahun yang terdiagnosis gagal ginjal

kronik pada penduduk indonesia mencapai 3,8 % dari jumlah penduduk yang

mengalami gagal ginjal kronik (Kemenkes RI , 2018).

Kualitas hidup berkaitan dengan adanya dukungan keluarga, karena

dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap

penderita yang sakit, dimana keluarga menjalankan fungsinya sebagai sistem

yang bersifat mendukung, selalu siap memberi pertolongan jika diperlukan

(Friedman, 2014). Karena pada pasien menjalani hemodilaisis juga rentang

7
terhadap emosional seperti stress yang berkaitan dengan terapi hemodialisis

yang dijalankannya. Selain itu ada`masalah lain biasanya mengalami masalah

yang dapat menimbulkan perubahan, ketidakseimbangan yang berupa biologi,

psikologi, sosial dan spiritual pasien yang menjalani hemodialisis

(Charuwarno, 2005 dalam Zulmelli dkk, 2014). Dan faktor yang

mempengaruhi kualitas hidup yang menjalani hemodilisis antara lain factor

demografi, seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan serta faktor

lain yang lama menjalani hemodialisis dan status fungsional kesehatannya

(Satyik et.al 2008, Nurchayati 2011).

Penelitian (Sidiq, 2014) didapatkan hasil keluarga tidak memerikan

dukungan dalam mendampingi saan menjalani tindakan sehingga terlambat

datang, akibat mengurangi waktu dan tindakan. Terungkap bahwa penderita-

penderita tersebut dalam permasalahan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-

hari seperti : makan, minum, kebersihan diri, merasa tidak nyaman, stress

bahkan gangguan vitalitas dan fungsi sosial. Masalah-masalah tersebut sangat

berhubungan dengan kualitas hidup karena hal-hal yang dialami penderita

berhubungan dengan kemampuanya dalam melaksanakan fungsinya dan

peran selaku manusia normal. Untuk permasalahan tersebut maka dukungan

keluarga sangat menentukan kualitas pasien dalam perawatan hemodialisa.

Penelitian Pratiwi (2014) menyatakan bahwa terdapat factor yang dapat

mempengaruhi dukungan diantaranya adalah umur, jenis kelamin, pendidikan

dan status perkawinan. Pratiwi memberi kesimpulan bahwa respon keluarga

yang berubah dan dukungan keluarga yang dinilai negatif memberikan

pengaruh terhadap kesehatan bahkan memperburuk kondisi pasien. Hal ini

8
didukung oleh Reza dkk (2018) dalam penelitian mereka yang menyatakan

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan

ansietas pasien, dimana dukungan keluarga sebagian besar baik sebanyak

98,2 %.

Penelitian dari (Hagita et.al, 2015) juga didapatkan delapan tema utama

yang memaparkan kuliatas hidup pasien Gagal Ginjal Kronik yang menjalani

hemodiliasa meliputi perubahan pemenuhan kebutuhan biologis, fisologis,

perubahan respon interaksi sosial dukungan sosial untuk meningkatkan

kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik .Dukungan sosial bisa didapatkan

dari perhartian atau dukungan dari sekitar seperti : Keluarga, sahabat, teman

kerja, tetangga, dan orang sekitar lainnya. Jika pasien yang menjalani

hemodiliasa, mendapatkan dukungan dari orang sekitar, maka pasien akan

bersemangat dan juga rutin menjalani terapi hemodialisa yang biasanya

dilakukan 1-2 kali seminggu. Artinya jika pasien rutin menjalani terapi

hemodialisa 1-2 kali seminggu maka kualitas hidup pasiennya baik.

Studi pendahuluan yang telah dilaksanakan oleh peneliti tanggal 15

September 2021, data yang didapat dari Rumah Sakit Prima Pekanbaru,

terdapat jumlah pasien dengan gagal ginjal kronik yang menjalankan

hemodialisa untuk kunjungan setiap harinya ada 30 pasien. Dari survey awal

yang dilakukan peneliti pada tanggal 15 september 2021 di RS Prima

Pekanbaru di ruangan Hemodialisa lantai 5 pada perawat hemodialisa pasien

yang menjalani terapi hemodialisa setiap hari ada 30 pasien dengan 5 pasien

yang menjalankan terapi hemodialisa pasien tidak mempunyai kepercayaan

dan keputusaan karena tidak mengetahui hidupya, stres, pasien mengalami

9
dukungan keluarga kurang dan kualitas hidup cukup, karena tidak ada yang

menemani dalam perawatan, pasien merasa bosan, tranfortasi jauh, keluarga

ada yang mengarntarkan, tetapi tidak menemani dalam menjalankan

hemodialisa, karena sibuk bekerja. Dari latar belakang diatas, Peneliti tertarik

untuk meneliti judul “ Hubungan Spiritual dan Dukungan Keluarga

Terhadap Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalakan

Hemodialisa Di RS Prima Pekanbaru Tahun 2021”

B. Rumusan Masalah

Dari hasil urain diatas maka rumusan masalah dalam peneliti ini adalah

“Apakah ada Hubungan Spiritual Dukungan Keluarga Terhadap Kualitas

Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalankan Hemodialisa di RS Prima

Pekanbaru tahun 2021?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya Hubungan Spiritual dan Dukungan Keluarga Terhadap

Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di RS

Prima Pekanbaru tahun 2021.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui Distribusi frekuensi dan Karateristik responden pasien Gagal

Ginjal Kronik.

b. Diketahui distribusi Frekuensi Spiritual pada pasien Gagal kronik yang

menjalankan hemodialisa di RS Prima Pekanbaru 202.

c. Diketahui dukungan keluarga pada pasien Gagal Kronik yang menjalankan

hemodialisa di RS Prima Pekanbaru tahun 2021.

10
d. Diketahui distribusi frekuensi Kualitas Hidup pasien Gagal Ginjal Kronik Di

Rs Prima Pekanbaru tahun 2021.

e. Diketahui hubungan spiritual dan dukungan keluarga terhadap kualitas hdup

pasien Gagal Ginjal Kronik yang menjalankan hemodialisa Di RS Prima

Pekanbaru tahun 2021.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Responden

Penelitian ini dapat menambah informasi bagi masyarakat tentang menjaga

dukungan keluarga pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi

hemodialisa.

2. Bagi Tempat Penelitian

Penelitian diharapkan menjadi memberikan masukan bagi pihak

manajemen rumah sakit sebagai bahan evaluasi atas pelayanan pasien

gagal ginjal kronik yang menjalani hemodiliasis sehingga dapat

memberikan perhatian kepada pasien menjalani hemodialisis.

3. Bagi Peniliti Selanjutnya

Sebagai Bahan untuk melakukan penelitian selanjutnya oleh pihak

terkait dan memberikan acuan dalam mengembngkan ilmu pengetahuan

bagi peserta didik yang memperbaiki proses pembelajaran serta dapat

menambah ilmu pengetahuan yang telah ada.

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Konsep Gagal Ginjal Kronik

a. Definisi

Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk

mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit

akibat dekstrusi sktruktur ginjal yang progresif dengan manifestasi

penumpukkan metabolik (toksis uremik) didalam darah (Sari, 2011).

Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang yang terletak di

rongga retroperitoneal bagian atas. Bentuknya menyerupai kacang

dengan isi cekungnya menghadap ke medial,sisi tersebut tedapat hilus

ginjal yaitu sktruktur pembuluh darah, sistem limfatik, sistem saraf dan

ureter menuju dan meninggalkan ginjal (Purnomo, 2009).

Penyakit Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah kerusakan yang faal

ginjal yang selalu tak dapat pulih dan dapat disebabkan sebagai hal

penyakit Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi renal yang

progresif dan irreversible, dimana kemampuan tubuh gagal

mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit

( Ariani, 2016).

b. Etiologi GGK

Begitu banyak kondisi yang bisa menyebabkan terjadinya gagal

ginjal kronis. Akan tetapi, apapun sebabnya, respon yang terjadi adalah

12
penurunan fungsi ginjal secara progresif. Kondisi klinis yang

memungkinkn dapat mengakibatkan GGK bisa disebabkan dari ginjal

sendiri dan luar ginjal.

1. Penyakit dari Ginjal

a. Penyakit pada saringan (glomerulus), glumerullonefritis.

b. Infeksi kuman, pyelonefritis, uretritis.

c. Batu ginjal,nefrolitiasis.

d. Kista di gijal, policystis kidney.

e. Trauma langsung pada ginjal.

f. Keganasan pada ginjal.

g. Sumbatan batu,tumor, penyempitan/struktur.

c. Penyakit umum di luar ginjal

a. Penyakit Sistemik: diabetes mellitus, hipertensi, kolestrol tinggi

b. Dysplidimia

c. SLE

d. Infeksi di badan TBC paru, sifilis, malaria,h epatitis

e. Preklamsi

f. Obat-obatan

g. Kehilangan banyak cairan yang mendadak (luka bakar)

(Sari, 2011)

Menurut Maharani 2013, faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya

penyakit gagal ginjal kronis antara lain :

13
a. Diabetes

b. Hpertensi

c. Batu ginjal

d. Infeksi dan radang

e. Penyalagunaan obat-obatan

f. Glumerullonefritis (radang ginjal)

g. Alkohol (Maharani 2013)

d. Manesfestasi Klinis

Menurut (suyono, 2001) dalam Buku ajar penyakit dalam

menjelaskan bahwa penderita gagal ginjal kronis mengalami gejala-

gejala berikut:

1) Gangguan Gastroinstestinal

a) Anorekisa, nausea, dan vomitus, yang berhubungan dengan

gangguan metabolisme protein di dalam usus, terbentuknya zat-

zat toksis akibat metabolisme bakteri usus seperti amonia dan

metilguanidin serta sembabnya mukosa usus.

b) Faktor uremik disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada

alur diubah oleh bakteri di ulut menjadi amonia sehingga nafas

berbau amonia. Akibat yang lain adalah timbulnya stomatitis

dan parotitis.

2) Kulit

a) Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekunig-kuningan

akibat penimbunan urekrom

14
b) Gatal-gatal dengan ekskoriasi akibat toksis uremik dan

pengenndapan kalsium di pori-pori kulit.

c) Ekimosis akibat gangguan hematlogis

d) Urea frost akibat kristalisasi urea yang ada pada keringat.

e) Bekas garutan karena ginjal

3) Sistem Hematologi

Anemia, dapat disebabkan faktor antara lain :

a) Berkurang produksi eritropoitin, sehingga rangsangan

eritropoesis pada sumsum tulang menurun.

b) Hemolisis, akibat berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana

uremia toksis.

c) Defisiensi besi, asam folat,dan lain-lain,akibat nafsu makan yang

berkurang.

d) Perdarahan ,paling sering pada saluran cerna dan kulit.

e) Fibrosis sumsum tulang akibat hiperparatiroidisme sekunder.

(1) Gangguan fungsi trombosit dan trombositopenia

Mengkibatkan perdarahan akibat agregrasi dan adhesi trombosit

yang berkurang serta menurunya faktor trombosit III DAN

ADP (Adenosin difosfat ).

(2) Gangguan Fungsi Leokosit

Fagositosis dan kemotaksis berkurang, fungsi limfosit

menurusehingga imunitas juga menurun.

4) Sistem Saraf dan Otot

a) Burning feed syndrome

Rasa kesemutan dan kaki seperti terbakar, terutama ditelapak kaki.

15
b) Enselopati metabolic

Lemah, tidak bisa tidur, gangguan konsentrasi, tremor, asterkis,

miolunus, kejang.

c) Miopati

Kelemahan dan hipotrofi otot-otot ekstremitas proksimal. Sistem

Kardiovskuler

(1) Hipertensi

(2) Nyeri dada dan nafas sesak

(3) Edema akibat penimbunan cairan

(4) Gangguan irama jantung akibat arteroklorosis dan gangguan

elektrolit klasifikasi metastik.

5) Sistem Endoktrin.

a) Gangguan Metabolisme

b) Gangguan metabolisme vitamin D

c) Gangguan metabolisme glukosa, resistensi insulin, dan gangguan

sekresi insulin.

d) Gangguan seksual ; libido, fertilitas dan ereksi menurun pada laki-

laki serta gangguan menstruasi pada wanita.

e. Patofisologi GGK

Patofisologi penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada

penyakit yang mendasarinya, tapi dalam perkembangan selanjutnya

proses yang terjadi kurang lebih sama. Pengurangan massa ginjal

mengakibatkan hipertrofi skruktural dan fungsional nefron yang masih

tersisa (surviving nephron) sebagai upaya kompesansi, yang

16
diperantarai oleh molekul vasakraktif seperti sitokin. Hal ini

mengakibatkan terjadinya hiperfitrasi, yang diikuti oleh peningkatan

tekanan kapiler dan aliran darah golerulus. Proses adaptasi ini

berlansung singkat, akhirnya diikuti oleh proses maladaptasi berupa

sklerosis nefron yang masih tersisa. Proses ini akhirnya diikuti dengan

penurunan fungsi nefron yag progresif, walaupun penyakit dasarnya

sudah tidak aktif lagi. Adanya peningkatan aktivitas aksis renin-

angiotensin-aldestoron intrarenal, ikut memberikan kontribusi terhadap

terjadinya penurunan hiperfitrasi, sklerosis dan progsetifitas tersebut.

Aktifitas jangka panjang aksis renin–angiotensin aldesteron, sebagian

diperantara growth factor. Beberapa hal yang yng juga dianggap

berperan terhadap terjadinya progsesitifitas penyakit gagal ginjal kronik

adalah sklerosis dan fibrosis glomerulus maupun tubulointerstinal

(Suduyo, 2009).

Pada Stadium paling dipada penyakti gagal ginjal kronik, terjadi

kehilangan daya cadang ginjal (renal reserve). Pada keadaan mana basal

LFG masih normal atau malah meningkat. Kemudian secara perlahan

tapi pasti terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif, yang ditandai

dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai LFG

sebesar 60 %, pasien masih belum merasakan keluhan (asimtomatik),

tapi sudah terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai

LFG sebasar 30%, mulai terjadi keluhan pasien seperti nokturia, bada

lemah, nafsu makan kurang dan penurunan badan. Sampai LFG

dibawah 30% pasien memperlihatkan gejala tanda uremia yang nyata,

17
seperti, anemia, peningkatan tekanan darah, gangguan metabolisme,

fosfor dan kalsium, pruiritis, mual , muntah, pasien juga mudah infeksi

saluran kemih, infeksi saluran nafas, maupun infeksi saluran cerna. Juga

terjadi gangguan keseimbangan elektrolit lain natrium dan kalium.

Pada LFG di bawah 15% akan terjadi gejala dan komplikasi yang lebih

serius pasien sudah memerlukan terapi pengganti ginjal antara lain

dialisis atau transpaltansi ginjal. Pada kedaan ini pasien dikatakan

sampai pada stadium gagal ginjal kronik (Sudoyo, 2009).

Secara ringkas patofisiologi gagal ginjal kronis dimulai pada fase

gangguan, keseimbangan cairan,penanganan garam, serta penimbunan

zat-zat sisa bervariasi dan bergantung pada bagian ginjal yang sakit.

Sampai fungsi ginjal turun kurang dari 25 % normal,manisfestasi klinik

gagal ginjal kronik mungkin minimal karena nefron-nefron yang sehat

mengambil alih fungsi nefron yang rusak. Nefron yanga tersisa

meningkatkan kecepatan filtrasi, reabsobrsi, dan sekresinys, serta

mengalami hipertrofi (Sari, 2011).

Sering dengan dengan banyak nefron yang mati, maka nefron yang

tersisa menghadapi tugas yang semakin berat sehinga nefron-nefron

tesebut ikut rusak dan akhirnya mati. Sebagian dan siklus kematian ini

tampaknya erkaitan dengan tntuntan pada nefron-nefron yang ada

untuk meningkatkan reabsorsi protein. Pada saat penyusutan progresif

nefron-nefron, terjadi pembentukan jaringan parut dan aliran darah

ginjal dan berkurang. Pelepasan renin akan meningkat bersama dan

kelebihan beban cairan sehingga dapat menyebabkan

18
hipertensi (Sari 2011).

Hipertensi akan memburuk kondisi gagal ginjal, dengan tujuan agar

terjadi peningkatan filtrasi protein-protein plasma. Kondisi akan

berambah buruk dengan semakin banyak terbentuk jaringan parut

sebagai respon dari kerusakan nefron dari secara progresif fungsi ginjal

secara progresif menurun drastis dengan manisfestasi penumpukan

metabolik yang seharusnya dikeluarkan dari sirkulasi sehingga akibat

akan terjadi sindrom uremia berat yang memberikan banyak

manifestasi pada setiap organ tubuh (Sari, 2011).

Pada waktu terjadinya kegagalan ginjal, sebagian nefron termasuk

glumerulus dan tubulus.diduga utuh sedangkan yang lain rusak. Nefron-

nefron yang utuh hipetrofi dan memproduksi volume filtrasi yang

meningkat disertai raebsorsi walaupun dalam kedaan penurunan

GFR/daya sering. Metodeadaftif ini memungkinkan ginjal untuk

berfungsi sampai nefron-nefron rusak (Hrayono 2013).

f. Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik

Menurut Tandra (2014), Nefropati berlangsung secara perlahan -

lahan bermula dari kerusakan yang tidak ada kelainan dan tanpa

minimal keluhan samapai pada kegagalan fungsi ginjal total, yang

tentunya sangat serius.

1) Stadium 1

Pada stadium 1 pmeriksaan darah akan menampakkan fungsi

ginjal masih baik. Ginjal hanya menunjukkan pembengkakan atau

pembesaran ringan karena banyak gluosa dalam darah darah

19
peredaran darah ginjal yang bertambah. Keadaan ini hiperfitrasi.

Ketika diperiksa, GFR masih normal 90% ml/menit. Tindakan yang

dilakukan dokter. Kendalikan gula darah sampai HbA1c dibawah

6,5%, tekanan darah lebih rendah dari 125/75, berikan obat diuretik

pencahar kencing), jika ada bengkak obat antihipertensi ACE inhitor

atau ARB. Diet harus rendah lemak dan rendah protein (0-8-1 gram

per kg berat badan).

2) Stadium 2

Pada stadium 2 molekul kecil dari protein (Albumin ) dalam

darah keluar urine. Pada pemeriksaan urine terlibat ada mikro

albuminuria. Terlebih bila ditemukan hipertensi,maka kebocoran

glomerulus ginjal akan makin terjadi. Begitu ada mikroalbuminuria,

20-25 pasien penderita akan berlanjut stadium lebih parahdalam 5-10

tahun GFR sudah menurun menjadi 60-89 ml/menit pengobatan

dengan stadium 1.

3) Stadium 3

Pada stadium ini protein yang bermolekul lebih besar sudah

tampak urine, di urine, protenuria atau mikrobulminuria.

Glumerullus mengalami kerusakan tubuh racun. Selanjutnya

menumpuk dalam darah .Pada pemeriksaan darh terlihat kreatini dan

ureum. GFR sudah rendah ,sampai 30-59 % //menit. Dalam darah

ditemukan kalium tinggi/ fosfor tinggi, kalsium rendah, juga timbul

anemia (hb rendah). Besar kemungkinan harus menjalani cuci darah

atau bersiaplah mencari donor untuk cangkok ginjal.

20
4) Stadium 4

Keadaan diman bertambah berat badan pada stadium

ini.Kebocoran yang berlebihan terjadi. Kreatinin dan ureum darah

meningkat leih tinggi, tekanan darah selalu tinggi. GFR rendah,

hanya 15-29 ml/menit. Paien menjadi bengkak, dan sesak nafas.

Anda memerlukan tindakan cuci darah. Pertimbangkan cangkok

ginjal.

5)Stadium 5

Stadium paling berat ini dinamanakan EndStage Disease atau

kidney Falure. Kemampuan ginjal sudah sangat lemah atau hampir

tidak berfungi lagi. Hanya dengan cuci darah atau cangkok ginjal.

g. Faktor Resiko Gagal Ginjal Kronik.

Menurut Maharani (2013) Hal-hal yang dapat memicu terjadinya

gagal ginjal kronis anatara lain adalah Diabetes mellitus, Hipertensi, Batu

ginjal, infeksi dan radang, Glumerullonefritis (radang ginjal)

Penyalagunaan obat-obatan, Alkohol.

1) Riwayat Hipertensi (Tekanan darah )

a) Hubungan Hipertensi dengan gagal ginjal kronik

Tekanan darah yang tinggi sangat berbahaya karena dapat

mempeberat kerja organ jantung. Selain itu, aliran tekanan darah

tinggi membahayakan arteri, organ jantung, ginjal dan mata.

Penyakit Hipertensi serinng disebut “Silent Kiler’ karena tidak

memberikan gejala yang khas, tetapi bisa meningkatkan kejadian

21
stroke, serangan jantung, penyakit gagal ginjal kronik bahkan

kebutaan jika tidak dikontrol dan dikedalikan dengan baik

(Prasetya ningrum, 2014). Hipertensi akan memperburuk kondisi

gagal ginjal, dengan tujuan agar terjadi peningkatan filtrasi

protein-protein plasma. Kondisi akan bertambah buruk dengan

semakin banyak terbentuk jaringan parut sebagai respon dari

keseluruhan nefron dan secara progresif fungsi ginjal menurun

dengan Manefestasi penumpukan metabolik-metabolik yang

dikeluarkan.

2. Dukungan Spiritual

a. Istilah spiritualis

Istilah spiritualis diturunkan dari kata latin “spiritus”yang berarti

nafas. Istilah ini juga berkaitan dengan erat dengan kata Yunani

“pneuma” atau nafas yang mengacu pada nafas hidup atau jiwa Menurut

Dossey (2000), spiritualitas merupakan hakikat dari siapa dan bagaimana

manusia hidup di dunia dan seperti nafas, spiritual amat penting bagi

keberadaan manusia (Young, 2010).

Dalam buku Spiritual Care, Taylor (2002) mencatat bahwa kamus

mendefinisikan spiritualitas dalam banyak istilah termasuk berikut ini :

suci, moral, dan kudus ilahi, berasal dari zat murni,intelektual dan

anugrah budi yang tinggi ,gerejawi ( berhubungan dengan organisasi

keagamaan), tanpa tubuh (tanpa dimensi fisik), roh atau entitas

supranatural, sangat murni dalam pikiran dan perasaan (Young, 2010 ).

Spiritual (spirituality) merupakan sesuatu yang dipercaya oleh seorang

22
dalam hubungan dengan kekuatan yang lebih tinggi (Tuhan), yang

menimbulkan suatu kebutuhan serta kecintaan terhadap tuhan dan

permohonan maaf atas segala kesalahan yang pernah diperbuat

(Hidayat,dkk, 2014).

Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau

mengembalikan kenyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta

kebutuhan untuk mendapat maaf atas pengampunan, mencintai, menjalin

hubungan penuh rasa percaya dengan tuhan (Carson, 2011). Dukungan

spiritual sebagai dukungan yang diterima oleh individu mengenai

hubungan dengan Tuhan. Dukungan spiritual penting dilakukan karena

pasien mempunyai kebutuhan yang unik, cerita hidup, dan cara

mengekspresikan spiritualitas yang berbeda. Dukungan spiritual

mempunyai efek perlindungan terhadap stres yang meningkatkan

kesehatan fisik dan mental (Rahmat, 2011).

b. Karakteristik spiritualitas

Menurut Young (2010), karakteristik spiritualitas yaitu:

1) Hubungan dengan diri sendiri

Kekuatan dalam / dan self – relian

a) Pengetahuandiri (siapa dirimu, apa yang dilakukannya).

b) Sikap (percaya pada diri sendiri, percaya pada kehidupan/masa

depan, ketenangan pikiran, harmoni/keselarasan dengan diri

sendiri).

2) Hubungan dengan alam Harmoni

a) Mengetahui tentang tanaman, pohon, margasatwa, iklim

23
b) Berkomunikasi dengan alam (bertanam, berjalan kaki),

mengabadikan dan melindungi alam

3) Hubungan dengan orang lain Hamonis / suportif

a) Berbagi waktu, pengetahuan dan sumber secara timbal balik

b) Mengasuh anak, orangtua dan orang sakit

c) Meyakini kehidupan dan kematian (mengunjungi, melayat, dll)

Tidak harmonis

4) Hubungan dengan Ketuhanan Agamis atau tidak agamis

a) Sembahyang / berdoa / meditasi

b) Perlengkapan keagamaan

c) Bersatu dengan alam Secara ringkas dapat dinyatakan bahwa

seseorang terpenuhi kebutuhan spiritualnya apabila mampu:

(1) Merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan

keberadaannya didunia / kehidupan.

(2) Mengembangkan arti penderitaan dan meyakini hikmah dari

suatu kejadian atau penderitaan.

(3) Menjalin hubungan positif dan dinamis melalui keyakinan,

rasa percaya dan cinta.

(4) Membina integritas personal dan merasa diri berharga.

(5) Merasakan kehidupanyang terarah terlihat melalui harapan.

(6) Mengembangkan hubungan antar manusia yang positif.

d. Perkembangan spiritual

Menurut Westerhoff’s (dalam Hidayat, 2014) dibagi kedalam empat

tingkatan berdasarkan kategori umur yaitu sebagai berikut:

24
1) Usia anak-anak, merupakan tahap perkembangan kepercayaan

berdasarkan pengalaman. Perilaku yang didapatkan antara lain

adannya pengalaman dari interaksi dengan orang lain dengan

keyakinan atau kepercayaan yang dianut. Kepercayaan atau

keyakinan yang ada pada masa ini mungkin hanya mengikuti ritual

atau meniru orang lain, seperti berdoa sebelum tidur dan makan.

Pada masa anak–anak biasanya sudah dimulai bertanya tentang

pencipta, arti doa, serta mencari jawaban tentang kegiatan

keagamaan.

2) Usia remaja akhir, merupakan tahap perkumpulan kepercayaan yang

ditandai dengan adanya partisipasi aktif pada aktivitas keagamaan.

Perkembangan spiritual pada masa ini sudah mulai pada keinginan

akan

3) Usia awal dewasa, merupakan masa pencarian kepercayaan dini,

diawali dengan proses pertanyaan akan keyakinan atau kepercayaan

yang dikaitkan secara kognitif sebagai bentuk yang tepat untuk

mempercayainya. Pada masa ini, pemikiran sudah bersifat rasional

dan keyainan atau kepercayaan terus dikaitkan dengan rasional. Pada

masa ini, timbul perasaan akan penghargaan terhadap

kepercayaannya.

4) Usia pertengahan dewasa, merupakan tingkatan kepercayaan dan diri

sendiri, perkembangan ini diawali dengan semakin kuatnya

kepercayaan diri yang dipertahankan walaupun menghadapi

perbedaan keyakinan yang lain dan lebih mengerti akan kepercayaan

25
dirinya (Young, 2010).

d. Faktor – faktor yang mempengaruhi kebutuhan spiritual

1). Menurut Hidayat (2014)

Faktor – faktor yang mempengaruhi kebutuhan spiritual yaitu:

a) Perkembangan. Usia perkembangan dapat menentukan proses

pemenuhan kebutuhan spiritual, karena setiap tahap

perkembangan memiliki cara meyakini kepercayaan terhadap

Tuhan.

b) Keluarga. Keluarga memiliki peran yang cukup strategis dalam

memenuhi kebutuhan spiritual, karena keluarga memiliki ikatan

emosional yang kuat dan selalu berinteraksi dalam kehidupan

sehari-hari.

c) Ras / suku. Ras / suku memiliki keyakinan / kepercayaan yang

berbeda, sehingga proses pemenuhan kebutuhan spiritual pun

berbeda sesuai dengan keyakinan yang dimiliki.

d) Agama yang dianut. Keyakinan pada agama tertentu dimiliki oleh

seseorang dapat menentukan arti pentingnya kebutuhan spiritual.

e) Kegiatan kegamaan. Adanya kegiatan keagamaan dapat selalu

mengingatkan keberadaan dirinya dengan Tuhan dan selalu

mendekatkan diri kepada penciptanya.

Menurut Hidayat (2014) beberapa orang yang membutuhkan bantuan

spiritual yaitu:

1) Pasien kesepian. Pasien dalam keadaan sepi dan tidak ada yang

menemani akan membutuhkan bantuan spiritual karena mereka

26
merasakan tidak ada kekuatan selain kekuatan Tuhan, tidak ada

yang menyertainya selain Tuhan.

2) Pasien ketakutan dan cemas. Adanya ketakutan atau kecemasan

dapat menimbulkan perasaan kacau, yang dapat membuat pasien

membutuhkan ketenangan pada dirinya dan ketenangan yang

paling besar adalah bersama Tuhan.

3) Pasien menghadapi pembedahan. Menghadapi pembedahan adalah

sesuatu yang sangat mengkhawatirkan karena akan timbul

perasaanantara hidup dan mati. Pada saat itulah keberadaan

pencipta dalam hal ini adalah Tuhan sangat penting sehingga

pasien selalu membutuhkan bantuan spiritual.

4) Pasien yang harus mengubah gaya hidup. Perubahan gaya hidup

dapat membuat seseorang lebih membutuhkan keberadaan Tuhan

(kebutuhan spiritual). Pola gaya hidup yang dapat membuat

kekacauan keyakinan bila kearah yang lebih buruk lagi, maka

pasien akan lebih membutuhkan dukungan spiritual.

e. Alat penilaian spiritual

Alat penelitian spiritual interaktif dikembangkan oleh Dossey dan

Guzzeta dan alat ini “didasarkan pada tinjauan kritis Burkhardt pada

tinjauan kritis Burkhardt pada tinjauan keputakaan dan menghasilkan

analisis konseptual tentang spiritualitas”. Alat ini mencakup pertanyaan

terbuka, refleksif, sehingga membantu penyelenggara perawatan

kesehatan dalam mengembangkan kesadaran spiritual yang lebih

mendalam untuk diri mereka sendiri dan orang lain. Model – model

27
penilaian spiritual :

1) Penilaian Informal

Penilaian informal dapat dilakukan setiap waktu selama pasien

dapat dijumpai. Para pasien sering menggunakan bahasa simbolis atau

metafora ketika mereka mengespresikan pemikiran mereka tentang

spiritualitas, sehingga penyelenggara perawatan kesehatan harus aktif

menggunakan keterampilan mendengarkan dengan seksama, agar

mampu menafsirkan apa yang sebenarnya diungkapkan oleh pasien

(Young, 2010).

Contoh – contoh unsur yang dapat dicakup, tetapi tidak dituntut,

dalam penilaian spiritual informal mencakup denominas / kelompok

keagamaan, kepercayaan, dan praktik spiritual yang penting sebagai

berikut (JCAHO, 2001; O’Connor dalam Young (2010) :

a) Apakah pasien selalu berdoa dalam perjalanan hidupnya?

b) Bagaimana pasien mengekspresikan spiritualitasnya?

c) Jenis dukungan spiritual macam apa yang diperlukan pasien?

d) Bagaiamana pasien mendeskripsikan filsafat hidupnya?

e) Apa tujuan spiritualitas pasien?

f) Apa makna penderitaan bagi pasien?

g) Apakah iman kepada Tuhan penting bagi pasien?

h) Siapa nama pastor, pendeta, tabib, ustad yang biasa melayani

pasien?

i) Bagaimana penyakit telah mempengaruhi pasien dan keluarganya?

j) Bagaimana iman membantu pasien bertahan selama mengalami

28
perawatan kesehatan?

f. Penilaian Formal

Penilaian formal mencakup menyampaikan pertanyaan selama

proses wawancara untuk menentukan bagaimana peran kepercayaan dan

praktik spiritual selama pasien mengalami sakit atau penyembuhan, apa

kebutuhan dan sumber spiritual yang dapat diperoleh pasien, dan

bagaimana kepercayaan dan praktik spiritual mempengaruhi rencana

perawatan pasien (Anandarajah dalam Young, 2010). Beberapa alat

penilaian formal disajikan sebagai berikut:

1) Skala Penilaian Spiritualitas dari Howden Skala penilaian

spiritualitas dari Howden merupakan instrumen yang terdiri dari 28

butir “yang didesain untuk mengukur spiritulitas yang dipahami

sebagai dimensi yang mengintegrasikan atau menyatukan

keberadaan manusia” (Burkhardt dalam Young, 2010).

2) Model FICA Model FICA untuk penilaian spiritual menyediakan

informasi tentang apa dan siapa yang memberi pasien makna hidup

yang transeden (Young, 2010).

3) FICA kependekan dari Faith (iman), Importance (makna penting),

dan Address in care (kesiapan dalam perawatan). Model ini dapat

dipergunakan sebagai petunjuk dalam melaksanakan penilaian

penting dalam waktu yang sangat pendek.

4) Skala Kesejahteraan Spiritual JAREL Skala kesejahteraan spiritual

JAREL merupakan alat penilaian bagi para perawat yang didasarkan

pada studi kesejahteraan spiritual dikalangan orang dewasa

29
(Burkhardt dan Nagai – Jacobson dalam Young, 2010).

Ada 21 pernyataan dalam skala kesejahteraan spiritual JAREL

dihitung menurut skala yang merentang dari “sangat setuju” hingga

“tidak setuju sama sekali”. Pertanyaan yang terdapat dalam skala

kesejahteraan spiritual JAREL adalah sebagai berikut :

1) Doa menjadi bagian penting dalam hidupku.

2) Aku percaya bahwa aku mengalami kesejahteraan spiritual

3) Ketika aku makin tua, aku menjadi makin toleran terhadap

iman/kepercayaan orang lain.

4) Aku telah menemukan makna dan tujuan hidupku.

5) Aku merasa bahwa terdapat hubungan sangat dekat antara

kepercayaan spiritualku dan apa yang aku lakukan.

6) Aku percaya akan kehidupan setelah kematian.

7) Ketika aku sakit, aku merasa kurang sejahtera secara spiritual.

8) Aku percaya pada Tuhan.

9) Aku mampu menerima dan mengasihi sesama.

10) Aku merasa puas dengan hidupku.

11) Aku menentukan tujuan – tujuan hidupku.

12) Tuhan tidak bermakna dalam hidupku.

13) Aku puas dengan cara yang ku gunakan untuk memanfaatkan

kemampuanku

14) Doa tidak membantuku dalam mengambil keputusan.

15) Aku mampu menghargai perbedaan dalam diri sesama.

16) Aku cukup baik dalam bergaul dengan orang lain.

30
17) Aku lebih senang orang lain yang membuat keputusan atas diriku.

18) Aku merasa sulit mengampuni orang lain. 19) Aku mampu menerima

seluruh situasi hidupku.

19) Kepercayaan kepada Tuhan bukan merupakan bagian hidupku.

20) Aku tidak dapat menerima perubahan dalam hidupku.

3. Konsep Dukungan Keluarga.

a. Pengertian Keluarga

Menurut Yohanes (2013) dikutif dari buku Asuhan keperawatan

keluarga. Keluarga adalah dua atau lebih dari individu yang tergabung

karena hubungan darah, hubugan perkawainan atau pengangkatan dan

mereka perkawinan dalam suatu rumah tangga ,berinteraksi satu sama lain

dan didalam peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan

suatu kebudayaan.

b. Fungsi Keluarga

Menurut Santun Setiadi ( 2008) Dikutip dari buku Asuhan Keperawatan

Keluarga di antaranya adalah :

1) Fungsi Afektif

Fungsi afektif adalah fungsi internal keluarga sebagai dasar kekuatan

keluarga. Di dalamnya terkait dengan saling mengasihi ,saling

mendukung dan saling menghargai antar keluarga.

2) Fungsi Sosialisasi

Fungsi sosialisasi adalah fungsi yang mengembangkan proses interaki

dalam keluarga. Sosialisasi dimulai sejak lahir dari keluarga merupakan

tempat individu untuk belajar bersosialisasi.

31
3) Fungsi Reproduksi

Fungsi Reproduksi adalah fungsi keluarga untuk meneruskan

keangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia.

4) Fungsi Ekonomi

Fungsi Ekonomi adalah fungsi untuk keluarga untuk memenuhi

kebutuhan seluruh anggota keluarga, yaitu sandang, pangan dan papan.

5) Fungsi Perawatan Kesehatan

Fungsi Perawatan kesehatan adalah fungsi keluarga untuk mencegah

terjadinya masalah keshatan dan merawat anggota keluarga yang

mengaami masalah kesehatan

6) Fungsi Cinta Kasih Sayang

a) Menumbuh kembangkan emosi potensi kasih sayang yang telah ada

antar keluarga dalam simbol secara optimal terus menerus.

b) Membina tingkah laku yang saling menyanyangi antar keluarga

secara kuantitatif dan kualitatif.

c) Membina praktek kecintaan terhadap kehidupan duniawi dalam

keluarga secara serasi dan seimbang.

d) Membina rasa sikap, dan praktik hidup keluarga yang mampu

memberikan dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup ideal

menuju keluarga kecil yang bahagia daan sejahtera.

7) Fungsi Keagamaan

a) Membina norma ajaran agama sebagai dasar tujuan hidup seluruh

anggota keluarga.

32
b) Menerjemahkan agama ke dalam tingkah laku kehidupan sehari-hari

kepada seluruh anggota keluarga.

c) Memberikan contoh kongtrit dalam kehidupan sehari-hari kepada

seluruh anggota keluarga.

d) Melengkapi dan proses kegiatan belajar anak tentang keagamaan

yang kurang diperolehnya dari masyarakat.

e) Membina rasa, sikap dan praktek kehidupan keluarga beragama fondasi

menuju keluarga kecil bahagia.

c. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan

Ada 5 pokok tugas keluarga yang dijabarkan oleh fredman yang sampai

saat ini masih dipakai dalam asuhan keperawatan keluarga. Tugas kesehatan

menurut friedman dalam Efendi dan Makhfudli (2009) tersebut adalah :

1) Mengenal masalah kesehatan keluarga

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidah boleh diabaikan

karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena

kesehatanlah kadng seluruh kekuatan sumber daya dan dana akan habis.

Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan

yang dialami keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota

keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian keluarga dan orang tua.

Apabila menyadari adanya perubahan keluarga, perlu dicatat kapan

terjadinya,perubahan apa yang terjadi, dan berapa besar peubahannya.

Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal dari fakta-fakta dari

masalah kesehatan meliputi pengertian,tanda dan gejala, faktor penyeba

dan yang mempegaruhinya serta persepsi keluarga terhadap masalah.

33
2) Membuat keputusan dan tindakan yang tepat

Sebelum keluarga dapat memmbuat keputusan yang tepat mengenai

masalah kesehatan yang dialaminya,perawat harus dapat mengkaji

keadaan keluarga tersebut agar dapat memfasilitasi keluarga dalam

membuat keputusan. Berikut ini adalah hal-hal yang perlu dikaji oleh

perawat, sejauh mana kemampuan keluarga mengetahui sifat dan luasnya

masalah :

a) Apakah kelurga merasakan adanya masalah kesehatan.

b) Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami

c) Apakah keluarga merasa takut akan akibat penyakit.

d) Apakah kelurga mempumyai sikap negatif terhadap masalah

kesehatan.

e) Apakah keluarga kurang percaya terhadap petugas kesehatan.

f) Apakah keluarga mendapat informsi yang salah terhadap tindakan

dalam mengatasi masalah.

3) Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarganya yang

sakit, kelurga harus mengetahui hal-hal berikut :

a) Keadaan penyakitn sifat, penyebaran,komplikasi,prognosis dan

perawatanya).

b) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan .

c) Keberadan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan.

d) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga( anggota keluarga yang

bertanggung jawab,sumber keuangan atau finansial,fasilitas fisik,

psikososial).

34
e) Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang

sehat.

Ketika memodifiksi lingkungan atau menciptakan suasana rumah


yang sehat, keluarga yang harus mengetahui hal-hal berikut:

a) Sumber-sumber yang dimiliki oleh keluarga.

b) Keuntugan atau manfaat pemeliharaan lingkugan.

c) Upaya pencegahan penyakit.

d) Kekompakan antar keluarga.

d. Bentuk dan Dukungan Keluarga

Keluarga memiliki beberapa bentuk dukungan (Friedman 2010) yaitu :

1) Dukungan Penelitian

Dukungan ini meliputi pertolongan pada individu untuk memahami kejadian

depresi dengan baik dan juga sumber depresi dan strategi koping yang dapat

digunakan dalam menghadapi stress. Dukungan ini juga dapat merupakan

dukungan yang terjadi bila ekpresi penilaian positif terhadap individu. Individu

yang mempunyai seseorang yang dapat diajak bicara tentang masalah tentang

mereka, terjadi melalui ekpresi penghrapan yang positif terhadap individu kepada

individu lainnya, penyemangat, persetujuan terhadap ide-ide atau perasaan

seseorang dan perbandingan yang positif seseoran dengan orang lain, misalnya,

orang yang kurang mampu. Dukungan keluarga dapat membantu berdasarkan

pengalaman yang berfokus pada aspek-aspek yang positif.

2) Dukungan Instrumental

Dukungan ini meliputi dukungan jasmaniah seperti pelayanan,bantuan

finansil dan material berupa bantuin nyata (instrumental support materrial

support),suatu kondisi dimana benda atau jasa akan membantu memecahakan

35
masalah praktis,termasuk di dalamnya bantuan langsung ,seperti saat seseorang

yang meminjamkan uang,membantu pekerjaan sehari-hari, menyampaiakan

pesa,menyediakan transfortasi,dan menjaga merawat di RS.

3) Dukungan Informasional

Jenis dukungan meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab bersama,

termasuk didalamnya memberikan solusi dari masalah, memberikan nasehat,

pengarahan, saran dan umpan balik bagi dirinya tentang apa yang dilakukan oleh

seseorang. Keluarga dapat menyediakan informasi dengan menyarankan tentang

dokter, terapi yang baik bagi dirinyadan tindakan yang spesifik bagi individu

untuk melawan stresor. Individu yang mengalami depresi dapat keluar dari

masalahnya dan memecahkan masalahnya dengan dukungan keluarga dengan

menyediakan feed back, pada dukungan informasi ini keluarga sebagai

penghimpun informasi dan pemberi informasi.

4) Dukungan Emosional

Selama depresi berlangsung, individu sering menderita secara emosional,

sedih, cemas, dan kehilangan harga diri. Jika depresi mengurangi perasaan

seseorang akan dimiliki dan dicintai. Dukungan emosionl memberikan individu

perasaan yang nyaman, merasa dicintai saat mengalami depresi ,bantuin dalam

membentuk semangat, empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu yang

menerimanya merasa berharga.

4. Kualitas Hidup

a. Pengertian Kualitas Hidup

Kualitas hidup (Quality of life) merupakan konsep analis kemampuan individu

untuk mendapatkan hidup yang normal terkait dengan persepsi secara individu

mengenai tujuan, harapan, standar,dan perhatian secara spesifik terhadap

kehidupan yang dialami dengan dipengaruhi nilai dan budaya pada lingkungan

36
individu tersebut berada (Adam, 2006).

Kualitas hidup adalah sasaran utama yang igin dicapai di bidang pembangunan

sehingga kualitas hidup ini sejalan dengan tingkat kesejahteraan. Diharapkan

semakin sejarhtera maka kualitas hidup semakin tinggi. Kualitas hidup salah

satunya dipengaruhi oleh derajat kesehatan. Seamakin tinngi derajat kesehatan

seseorang maka kualitas hidup juga semakin tinggi (Nursalam,2013).

b. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup

Avis ( 2005 ) dalam Riyanto (2011) menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kuliatas hidup dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah

sosio demografi yaitu jenis kelamin, usia, suku/etrik, pendidikan , pekerjaan dan

status perkawinan. Kedua adalah medik yang lama menjalani hemodialis, stadium

penyakit, dan penatalaksanaan medis yang dijalani.

c. Pengukuran Kualitas Hidup (Quality Of Life/QQL )

WHO telah menginisiasi sebuah proyek bernama World Health Organzation

Quality of Life (WHOQOL) pada tahun 199, yang bertujuan membentuk suatu

instrumen pengukuran kualitas hidup yang terstndarlisasi secara internsional.

WHOQOL mengukur persepsi seseorang dalam konteks budaya, sistem nilai,

tujuan hidup, standard dan pertimbangan mereka. Intstrumen ini telah

dikembangkan dan di uji lapangan secara mendunia . WHOQL –BREF terdiri dari

26 item pertanyaan yang terdiri 4 dimensi (Rasjidi,2010 ).

d. Domain Kualitas Hidup

Menurut WHO (1996) dalam Nursalam (2013), ada empat domain yang

diadikan parameter untuk mengetahui kuliatas hidup dan setiap domain

dijabarkan menurut Jurnal JUMANTIK Volume 2 nomor 1, Mei 2017 I 49

beberapa aspek, yaitu:

37
1) Domain kesehatan fisik

2) Domain psikologis

3) Domain hubungn social

4) Domain lingkungan.

e. Dampak Hemodialisa terhadap Lingkungan Hidup

Dampak hemodialisa akan berakibat terhadap rpon pasien. Hal ini

dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya karteristik individu, peglman

sebelumnya dan mekanisme koping. Tiap dimensi mempunyai pengruh tersendiri

terhadap kualitas hidup (Mardyaningsih, 2014).

5. Psychological Intervention

a. Psikologikal (Psychological)

Istilah “psikologi’ secara epistimologi berasal dari bahasa yunani; yaitu kat

psche dan logos. Pysche artinya jiwa dan logosa artinya ilmu. Dengan demikian,

secaraharfiah psikologi adalah ilu jiwa atau dengn pengertian lain ilmu yang

memperlajari gejaa-gejala kejiwaan (Saam & Wahyuni).

Psikologikal merupakan hal yangmerupakan keribadian atau ejiwan dan

kemmpuan individu dlam memanfatkan menghadapi stres yang disebabkan

situasi dan lingkungan (Nursalam, 2013).

b. Intervensi (intervention)

Istilah “intervensi” merupakan istilah yang saat ini umum digunaan orang

untuk menunjuk pada berbagai macam tindakan yang dimaksudkan untuk

memberikan kesembuhan atas ganggun kejiwaan atau pelurusan atas penyesuaian

diri yang salah (Wirmihardja, 2007).

c. Psyhological Intervention

Pscyhlogical Intervemtion merupakan salah satu intervensi melalui pendekatan

psikologis/kejiwaan seoerti pemberian relaksasi spiritual dzikir dan meditasi yang

38
berfungsi untuk meningkatkan motivasi dan kualitas hidup seseorang yang

mengalami pnyakit-penyakit terminal seperti gagal ginjal kronik, penyait jantung

terminal, AIDS, akibat kecelakaan fatal, dan stroke multiple sklerosisi.

d. Terapi psikologis

Terapi psikologis meliputi: terapi psikodinamis, terapi humanistik, terapi

perilaku, terapi psikoreligius dan terapi kelompok (Support Groub).

e. Relaksasi Spiritual Dzikir

1) Relaksasi

Relaksasi merupakan kegiatan untuk mengendurkan ketegangan, pertama-

tama ketegangan jasmaniah yang nantinya akan berdampak pada penurunan

ketegangan jiwa (Wiramihardja, 2006). Adapun pendapat Benson (Buchori,

2028), Relaksasi adalah prosedur empat langksh yang melibatkan:

1) Menemukan suasana lingkungan yang tenang

2) Mengendorkan otat-otot tubuh secara sadar

3) Selama sepuluh ampai dengan du puluh menit memusatkan diri pada

prangkat mental

4) Menerima dengan sikap yang pasif terhadap pikiran-pikiran yang sedang

5) Bergejolak (Zuliani,2014)

2) Spiritual

Spiritual adalah keyakinan dalam hubungan dengan Yang Maha Kuasa dan

Maha Pencipta, sebagai contoh seseorang yang percaya kepada Allah sebagai

Pencipta atau sebagai Maha Kuasa. Spiritualitas mengandung pengertian

hubungan manusia dengan Tuhannya dengan menggunakan instrumen (medium)

sholat, puasa, zakat, haji, doa dan sebagainya (Hawari)

c. Dzikir

Dzikir berasal dari bahasa Arab, yakni kata dzakara, yadzkuru dan

dzikran yang berarti mengingat. Secara umum dzikir ialah semua amal atau

39
perbuatan baik maupun yang batin, yang membawa seseorang untuk

mengingat Allah dan mendekat (taqarrub) kepada-Nya (Al-Halaj, 2014).

d. Relaksasi Spiritual Dzikir

Relaksasi spiritual dzikir adalah salah satu ritual yang dilakukan oleh

umat islam yang dapat menimbulkan respon relaksasi dan memberikan efek

terhdap kesehatan jangka panjang dan perasaan bahagia. Tetapi dzikir juga

merupkan bagian dari meditasi transcendental yang dapat menghambat efek

stres dengan menurunkan kadar kortisol (Yanti, 2012).

b. Kerangka Teori

40
Pasien Gagal ginjal kronik
yang menjalankan
Hemodialisa

Faktor yang Mempengaruhi Faktor yang


Alat Penilain Spritual Mempengaruhi
1.Penilain informal Dukungan Keluarga
2.Penilaian formal
1. Dukungan
Infomasional
2. Dukunga
Emosional
3. Dukungan
Faktor yang Instrumental
mempengaruhi Kualitas 4. Dukungan
Hidup Penghargaan
1. Umur Kualitas Hidup
2. Jenis Kelamin
3. Pendidikan
4. Pekerjaan Tinggi
5. Demografi

Cukup

Rendah

41
C. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Depende

Dukungan Spiritual
Kualitas Hidup

Dukungan Keluarga

Skema 2.2

Kerangka Konsep

d.Hipotesis

Hipotesis penelitian dirumuskan untuk menjawab pertanyaan penelitian adalah sebagai

berikut :

Ha : Adanya hubungan dukungan spiritual dan dukungan keluarga terhadap kualitas

hidup pasien

Gagal ginjal kronik yang menjalankan hemodialisa di RS Prima Pekanbaru tahun

2021.

H0 : Tidak adanya hubungan spritual dan dukungan keluarga terhadap kualitas hidup

pasien gagal

42
Ginjal kronik yang menjalankan hemodialisa di RS Prima Pekanbaru tahun

2021.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian merupakan penelitian observasi menggunakan metode cross sectional

yaitu suatu desain penelitian dimana data untuk variabel dependen dan variabel

independen diperoleh pada waktu sesaat dan bersamaan ( Riyanto, 2011).

B. Lokasi dan waktu penelitian

a) Lokasi penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di ruangan hemodialisa lantai 5 RS Prima

Pekanbaru

b) Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan November - Desember 2021.

C. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas objek atau subek yang

mempunyai karateristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti

dan kemudian ditarik untuk kesimpulannya ( Sujawem,2014 ). Populasi dalam penelitian

ini adalah dukungan spiritual dan dukungan keluarga terhadap pasien gagal ginjal kronik

43
yang menjalankan hemodialisa berjumlah 30 orang di RS Prima Pekanbaru.

Menurut Sujawem ( 2014 ) Sample adalah bagian sejumlah karateristik yang

dimiliki oleh populasi yang digunakan untuk penelitian. Adapun Kriteria sample dalam

penelitian adalah : pasien gagal ginjal kronik yang menjalankan hemodialisa yang

didampingi keluarga dengan jumlah 30 0rang di ruangan hemodialisa lantai 5 di RS

Prima Pekanbaru. Teknik Pengambilan sample dengan metode Deskriftif

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi yang layak dalam penelitian ini adalah :

1) Pasien Gagal ginjal kronik yang menjalankan hemodialiasa di RS Prima

Pekanbaru.

2) Pasien yang bersedia untuk menjadi subjek penelitian

b. Kriteria inklusi

1) Pasien yang pada saat dilakukan penelitian pasien yang berobaT Di RS Prima

Pekanbaru

2) Pasien yang tidak bersedia menjadi subjek penelitian .

D. Etika Penelitian

1. Lembar pesetujuan merupakan pesetujuan antara peneliti dengan responden. Penelitian

dengan memberikan lembaran persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum

penelitian dilakukan . Tujuannya adalah agar responden mengerti maksud dan tujuan

penelitian, mengetahui dampaknya. Jika calon responden ,maka mereka harus

menandatangani lembar persetujuan.Jika mereka menolak untuk diteliti, maka peneliti

tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-haknya.

2. Tanpa Nama ( Ananimyty)

Untuk menjaga kerahasian responden, peneliti tidak mencantumkan namanya

pada lembaran pengumpulan data,cukup memberikan nomor kode masing-masing lembar

44
teks.

3. Kerahasiaan

Kerahasiaa informasi yng diberikan oleh responden dijamin peneliti.

E. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan pada peneliti yaitu :

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari pasien yang langsung menjalankan terapi

hemodialisa di RS Prima pekanbaru .

2. Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder yang diambil dari Rs Prima pekanbaru, Refrensi terkait dan

sebagainya.

F. Prosedur Pengumpualan Data.

Pengumpulan data dilakukan ditempat penelitian yaitu ruangan hemodialisa di

lantai 5 Rs prima pekanbaru dengan melaksanakan prosedur sebagai berikut. Peneliti

meminta surat pengantar penelitian dari ketua program studi ilmu keperawatan sekolah

tinggi.ilmu kesehatan (Stikes ) Tengku Maharatu pekanbaru yang kemudian diteruskan

kepada kepala RS Prima Pekanbaru untuk mendapatkan izin penelitian .

Tabel 3.1

Definisi Operasional

No Varaiabel Defenisi Operasional Alat Ukur Skala Skor

1 Variabel Suatu perasaan puas Kuisioner ordinal Sangat tidak puas :20-35

Independent yang sesuai dengan Tidak Puas : 20-35

Spiritual keinginan dan Puas : 51-65

45
harapan pasien gagal Sangat Puas : 66-80

ginjal kronik terhadap

kebututuhan spiritual

2. Variabel Dukungan yang Kuisioner ordinal Rendah : < 20

Independent diberikan anggota Sedang : 21-29


Dukungan keluarga pada saat Tinggi : > 40
Keluarga pasien menjalankan

hemodilaisa

3 Variabel Kualitas hidup adalah kuisioner ordinal Sangat buruk :0-20

Dependent sasaran utama yang Buruk : 21-40

Kualitas igin dicapai di bidang Sedang-61-80

Hidup pembangunan Sangat Baik 81-100

sehingga kualitas

hidup ini sejalan

dengan tingkat

kesejahteraan.

Diharapkan semakin

sejarhtera maka

kualitas hidup

semakin tinggi.

Kualitas hidup salah

satunya dipengaruhi

oleh derajat

kesehatan. Seamakin

tinngi derajat

kesehatan seseorang

46
maka kualitas hidup

juga semakin tinggi

(Nursalam,2013).

H. Analisa Data

1. Pengolahan data

1) Editing

Setelah lembar Kuisiner di isi kemudian di periksa untuk mengurangi kesalahan

2) Coding

Data yang sudah terkumpul diklasifikasikan dan diberi tanda untuk masing-

masing kelas dengan kategori yang sama, biasanya dinyatakan dalam huruf dan

angka.

3) Tabulating

Memasukan data kedalam tabel –tabel untuk kemdian disajikan

4) Processig

Pemprosesan data dengan dilakukan dengan cara meng entry data dari lembar

checklist ke paket computer.

5) Cleaning

Cleaning atau pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data

yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak.

2. Analisa Data.

a. Analisa Univariat

Analisa univariat yang dilakukan terhadap variabel dari hasil penelitian. Pada

umumnya dalam analisis ini hanya menghasikan distribusi dan persentase dari

47
variabel.Analisa univariat berfungsi untuk meringkas data dari hasil pengukuran

sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang

berguna. Dalam penelitian ini analisa univariat dilakukan setiap variabel dependent atau

independent untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan dukungan keluarga

terhadap kualitas hidup pasien gagal ginjal yang menjalankan hemodialisa di RS Prima

pekanbaru dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase dengan menggunakan

program computer.

b. Analisa Bivariat

Analisa Bivariat untuk mencari hubungan variabel bebas dan variabel terikat

dengan uji stastistic yang disesuaikan dengan skala data yang ada. Dalam penelitian ini

analisa bivariat dilakukan untuk mengenai hubungan dukungan keluarga terhadap

kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalankan hemodialisa di RS Prima

Pekanbaru di lantai 5.

Uji Stastic yang digunakan dalah uji chi square dengan menggunakan tingkat

kepercayaan 95 % ( p<0,05). Chi Square ini digunakan untuk menganalisa hubungan

variabel kategorik pada variabel ini, berdasarkan probabilitas :

1. JikaaProbabilitas (P) < (0,05 ) H0 ditolak

2. Jika probabilitas (P) > (0,05 ) H0 diterima gagal p < (0,05 ) maka hipotesis penelitian

( Ha) diterima, artiya hubungan signifikan antara hubungan dukungan kelurga terhadap

kualitas hidup pasien gagalginal yang menjalankan hemodialisa .

Jika nila H0 P (0,05 ) maka penelitian hipotesis ( Ha) ditolak artinya tidak ada hbungan

yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal yang

menjalankan hemodialisa.

48

Anda mungkin juga menyukai