Anda di halaman 1dari 48

HUBUNGAN GAYA HIDUP PADA USIA PRODUKTIF

TERHADAP PASIEN CKD DI RUANG HD RUMAH


SAKIT UMUM DAERAH ASIH
JAKARTA TIMUR

SKRIPSI

NURLAELA
NIM : 215139008

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
JAKARTA
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi Dengan Judul :

HUBUNGAN GAYA HIDUP PADA USIA PRODUKTIF TERHADAP PASIEN


CKD DI RUANG HD RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH
JAKARTA TIMUR

Disusun Oleh :

NURLAELA
NIM : 215139008

Penelitian ini Disetujui, Diperiksa dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji


Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Respati Indonesia

Jakarta, September 2022

Pembimbing I Pembimbing II

( ) ( )

Mengetahui
Ketua program Ilmu Keperawatan

( )
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Proposal skripsi ini diajukan oleh :


Nama : Nurlaela
NPM : 215239008
Program Studi : S1 Ilmu Keperawatan

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam


penulisan proposal skripsi saya yang berjudul “Hubungan Gaya Hidup Pada Usia
Produktif terhadap Pasien CKD di Ruang HD RSUD Budhi Asih Jakarta Timur.
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan Tindakan plagiat, maka saya
bersedia menerima sanksi yang telah ditetapkan di Universitas Respati Indonesia.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Jakarta, September 2022

( NURLAELA)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad dan

hidayah-Nya pada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang

berjudul “Gaya Hidup Pada Usia Produktif terhadap Pasien CKD di Ruang HD

RSUD Budhi Asih Jakarta Timur” ini sesuai waktu yang telah ditentukan. Riset

ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Sarjana Keperawatan

pada Fakultas Kesehatan Universitas Respati Indonesia. Pada kesempatan ini

penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Ibu selaku Rektor Universitas Respati Indonesia yang telah memberikan

kesempatan dan fasilitas kepada kami untuk mengikuti dan menyelesaikan

pendidikan di Fakultas Kesehatan Program Sarjana Keperawatan

Universitas Respati Indonesia.

2. Ibu, selaku Kepala Program studi Sarjana Keperawatan yang selalu

memberikan dorongan penuh dengan wawasan dalam upaya meningkatkan

kualitas sumber daya manusia.

3. Ibu selaku pembimbing I yang dengan tulus dan Ikhlas bersedia

meluangkan waktu, tenaga, pikiran, serta perhatian dalam memberikan

dorongan, bimbingan dan arahan dalam penyusunan Skripsi ini.


4. Bapak dan Ibu Dosen Universitas Respati Indonesia beserta staf yang telah

membantu dalam pembelajaran selama saya menempuh Pendidikan S1

Keperawatan ini.

5. Untuk orang tercinta, Suami, Anak-anak yang selalu memberikan motivasi

dan dukungan yang tak henti-hentinya selama menjalani proses pendidikan

S1 Keperawatan

6. Teman-teman Angkatan yang tak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah

membantu dan mensupport selama menjalani proses pendidikan S1

Keperawatan ini.

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih

atas bantuannya. Penulis hanya bisa berdo’a semoga Allah SWT membalas

amal baik semua pihak yang telah menbantu dalam proses penyelesaian

proposal riset ini.

Selanjutnya, penulis menyadari bahwa riset ini masih banyak kekurangan

dan masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu saran dan kritik yang

konstruktif senantiasa penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap, semoga karya

tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membaca terutama

bagi Civitas Universitas Respati Indonesia.

Jakarta, September 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perubahan gaya hidup merupakan salah satu penyebab munculnya berbagai
penyakit modern. Kebiasaan dan rutinitas yang merugikan memiliki
kekuatan untuk merusak kesehatan sesorang. Usia produktif adalah sumber
daya manusia yang produktif yang telah memasuki usia kerja atau usia
produktif yaitu usia 15 – 64 tahun (Kemenkes RI, 2019). Menurut WHO, usia
produktif adalah usia ketika seseorang masih mampu bekerja dan
menghasilkan sesuatu. Menurut Aprilyanti, (2017) usia produktif adalah usia
yang masih dalam masa produktif, biasanya mempunyai tingkat produktifitas
yang tinggi dibandingkan dengan tenaga kerja yang sudah berusia tua
sehingga fisik yang dimiliki menjadi lemah dan terbatas.

Salah satu penyakit yang semakin banyak menyerang usia produktif yaitu
penyakit gagal ginjal kronik. Hal ini dikarenakan pola hidup yang tidak sehat
seperti banyaknya mengkonsumsi makanan cepat saji, kesibukan yang
membuat stress, sering minum kopi, sering minum minuman berenergi dan
jarang mengkonsumsi air putih. Kebiasaan kurang baik tersebut menjadi
faktor resiko kerusakan pada ginjal. Ketersediaan berbagai macam fasilitas
umum seperti mall dn restoran dapat menjadi faktor penarik bagi kelompok
usia tersebut memiliki pola hidup dan pola makan yang kurang sehat. Pola
hidup yang kurang sehat tersebut seperti kebiasaan merokok dan konsumsi
minuman suplemen, yang juga beresiko menderita hipertensi dan diabetes
melitus sehingga akan berakhir pada penyakit gagal ginjal kronik (Dharma,
2015).

Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit
yang mengalami peningkatan setiap tahun dan menjadi masalah kesehatan
utama pada seluruh dunia, terjadinya penyakit gagal ginjal merupakan risiko
kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah, serta meningkatkan angka
kesakitan dan kematian (Wiliyanarti & Muhith, 2019). Penyakit Ginjal
Kronik (PGK) adalah suatugangguan pada ginjal ditandai dengan
abnormalitasstruktur ataupun fungsi ginjal yang berlangsung lebihdari 3
bulan. PGK ditandai dengan satu atau lebih tanda kerusakan ginjal yaitu
albuminuria, abnormalitas sedimen urin, elektrolit, histologi, struktur
ginjal,ataupun adanya riwayat transplantasi ginjal, juga disertai penurunan
laju filtrasi glomerulus (KDIGO, 2012).

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2107 menunjukkan


bahwa 1,2 juta orang meninggal akibat CKD pada segala usia meningkat
sebesar 41,5% antara tahun 1990 dan 2017, meskipun tidak ada perubahan
signifikan dalam angka kematian berdasarkan usia (Bikbov et al., 2020).
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2017 terdapat 697,5
juta kasus CKD di seluruh dunia. Hampir sepertiga dari pasien CKD di dua
negara berasal dari Cina (132,3 juta kasus) dan India (115,1 juta kasus)
diikuti Bangladesh, Brasil, Jepang, Meksiko, Nigeria, Pakistan, Rusia,
Amerika Serikat, dan Vietnam masing-masing memiliki lebih dari 10 juta
kasus CKD. 79 dari 95 negara yang termasuk dalam GBD (Burden Global of
Disease) memiliki lebih dari 1 juta kasus prevalensi CKD pada tahun 2017
(Bikbov et al, 2020).

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, menunjukkan bahwa


prevalensi penduduk Indonesia yang menderita Gagal Ginjal sebesar 0,2%
atau 2 per 1000 penduduk dan prevalensi Batu Ginjal sebesar 0,6% atau 6 per
1000 penduduk. Berdasarkan Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2016,
sebanyak 98% penderita gagal Ginjal menjalani terapi Hemodialisis dan 2%
menjalani terapi Peritoneal Dialisis (PD). Penyebab penyakit Ginjal kronis
terbesar adalah nefropati diabetik (52%), hipertensi (24%), kelainan bawaan
(6%), asam urat (1%), penyakit lupus (1%) dan lain-lain. Jumlah pasien
hemodialisis baik pasien baru maupun pasien aktif sejak tahun 2007 sampai
2016 mengalami peningkatan, terutama pada tahun 2015 hingga 2016.
Berdasarkan usia, pasien hemodialisis terbanyak adalah kelompok usia 45-64
tahun, baik pasien baru maupun pasien aktif (Biro Komunikasi dan Pelayanan
Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, 2018). Prevalensi penyakit ginjal
kronis di DKI Jakarta berdasarkan usia ≥ 15 tahun dengan diagnosis dokter
sebanyak 0,45%. DKI Jakarta menjadi urutan ke 9 setelah Aceh, Jawa Barat,
NTB, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Maluku Utara, Maluku.
Prevalensi penyakit ginjal kronik sekitar 28.985 kasus

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ariyanto
(2018), beberapa faktor resiko kejadian penyakit ginjal kronik stadium V
pada kelompok usia kurang dari 50 tahun di RSUD dr. H Soewondo Kendal
dan RSUD dr. Adhyatma, MPH Semarang ditemukan data pada usia kurang
dari 50 tahun ditemukan data ada hubungan antara konsumsi minuman
suplemen tinggi yaitu penderita meminum minuman suplemen lebih dari 4
kali dalam seminggu dengan kejadian penyakit ginjal kronis, terdapat
hubungan penderita yang merokok lebih dari 10 batang dalam sehari dengan
kejadian penyakit ginjal kronik, terdapat hubungan antara konsumsi obat
herbal dimana penderita mengkonsumsi obat herbal 4 kali seminggu dengan
kejadian penyakit ginjal kronik.

Menurut Dhama (2014) minuman suplemen berkaitan dengan kebiasaan pola


makan dan minum yang salah. Masyarakat cenderung malas untuk
mengkonsumsi makanan bergizi kemudian beralih ke suplemen sebagai
pengganti asupan vitamin. Suplemen merupakan vitamin sintesis hasil dari
produk kimia yang tidak bebas dari zat karsinogenik. Konsumsi minuman
suplemen secara berlebihan dapat memeperberat kerja ginjal.

Menurut Teja Saputra (2014) mengkonsumsi tuak lebih dari 1 gelas per hari
dan lebih dari 4 gelas per minggu selama 5 tahun berturut-turut akan
meningkatkan resiko penyakit gagal ginjal kronik. National Health Service
(2008) juga merekomendasikan pria tidak seharusnya minum atau
mengkonsumsi alkohol secara reguler lebih dari 3 – 4 unit ( 1 unit = 8 gr
alcohol / hari ) sedangkan untuk wanita tidak seharusnya minum secara
reguler lebi dari 2 – 3 unit. Reguler maksudnya minum setiap hari atau
hamper setiap hari dalam seminggu. Berdasarkan data diatas, konsumsi
alkohol yang nereka dapat konsumsi adalah maksimal ≥ 10 dan < 30 gr / hari.
Berdampak pada ginjal jika dikonsumsi ≥ 30 gr / hari. Disarankan untuk
istirahat minum selama 48 jam untuk memberikan waktu kepada tubuh untuk
recover.

1.2 Rumusan Masalah


Penyakit ginjal kronik (CKD) merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang semakin meningkat. Insiden CKD di banyak negara sebesar 200 kasus
per 1 juta penduduk per tahun. Prevalensi CKD di Amerika mendekati 1800
per 1 juta penduduk, sementara di Jepang dan Taiwan mendekati 1400 per 1
juta penduduk.. Saat ini prevalensi CKD di Indonesia belum diketahui secara
pasti dan studi faktor resiko belum banyak dilakukan. Menurut Riskesdas
(2018) mengatakan bahwa penyakit CKD di Indonesia meningkat 0,2%
menjadi 0,38% atau 713.783 pasien terdiagnosis dokter mengalami penyakit
ginjal kronik.

Hasil penelitian Delima, Lusianawaty Tana, et all (2017) yang berjudul faktor
resiko penyakit ginjal kronik di RSCM Jakarta mengatakan 9 faktor sebagai
faktor risiko CKD yaitu umur yang semakin meningkat/ bertambah, Riwayat
CKD pada keluarga yang sedarah, kurang minum air putih (≤ 2000 ml/hari),
sering mengkonsumsi minuman berenergi bersamaan dengan sering
mengkonsumsi minuman bersoda, pernah didiagnosa mengalami penyakit
glomerulus atau tubule intersitial ginjal, batu ginjal, DM, hipertensi yang
berinteraksi dengan frekuensi konsumsi minuman bersoda. Faktor resiko yang
paling dominan adalah sering mengkonsumsi minuman berenergi bersamaan
dengan sering mengkonsumsi minuman bersoda. Hasil penelitian Trisna
(2020) yang berjudul hubungan gaya hidup dengan kejadian gagal ginjal
kronis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, mengatakan bahwa gaya
hidup yang tidak sehat sebanyak 57,5%, aktifitas fisik yang tidak baik 52,5%,
penggunaan zat 55% dan diet yang tidak baik sebanyak 60%.

Penyakit ginjal kronik / CKD merupakan suatu keadaan penurunan fungsi


ginjal yang berlangsung perlahan-lahan karena penyebab berlangsung lama
dan menetap dengan mengakibatkan penumpukan sisa metabolik ( toksik
uremik ) sehingga ginjal tidak dapat memenuhi kebutuhan biasa lagi dan
menimbulkan gejala sakit. Salah satu faktor penyebabnya adalah faktor gaya
hidup yang memungkinkan untuk mengkonsumsi makanan atau minuman
yang apabila dikonsumsi secara terus menerus akan menyebabkan penurunan
fungsi ginjal karena zat-zat yang terkandung didalamnya. Semakin sering
mengkonsumsi maka akan semakin tinggi beresiko untuk terjadi penyakit
ginjal kronik.

Penyakit ginjal kronik terus memerangi pada usia muda, hal ini dengan
dibuktikan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti,
salah satunya diungkapkan oleh (Suparti & Sholikhah, 2016) dimana responen

1.3 Tujuan Penelitan


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui Hubungan Gaya hidup pada usia Produktif terhadap Pasien
CKD di ruang HD RSUD Budhi Asih.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik penderita CKD yang meliputi umur,
jenis kelamin dan pendidikan di ruang HD RSUD Budhi Asih
b. Mengidentifikasi Riwayat merokok, minum suplemen energi dan
hipertensi pada penyakit CKD di ruang HD RSUD Budhi Asih
c. Mengetahui hubungan gaya hidup pada usia produktif (merokok,
minum suplemen energi dan alkohol) pada penyakit CKD di ruang
HD RSUD Budhi Asih.
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1 Manfaat untuk pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan bagi
tenaga medis khususnya di ruang HD dan ruang rawat inap penyakit
Dalam sehingga bisa memberikan edukasi seputar gaya hidup pada
penderita pernyakit gagal ginjal kronik.
1.4.2 Manfaat bagi institusi pendidikan
Hasil penelitian ini dapat menambah referensi dan informasi untuk
institusi pendidikan khususnya bagi mahasiswa keperawatan.
1.4.3 Manfaat bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat membrikan referensi dan menambah
pengetahuan serta dapat mengembangkan ilmu pengetahuan.
BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Konsep Hemodialisa


2.1.1 Pengertian
Terapi hemodialisa merupakan tehnologi tinggi sebagai terapi
pengganti untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun
tertentu dari peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium,
hydrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui
membrane semi permiabel sebagai pemisah darah dan cairan dialisat
pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultra
filtrasi (Brunner $ Suddarth, 2013). Hemodialisa adalah suatu proses
pembersihan darah dengan menggunakan alat yang berfungsi sebagai
ginjal buatan (dialyzer) dari zat-zat yang konsentrasinya berlebihan di
dalam tubuh. Zat-zat tersebut dapat berupa zat yang terlarut dalam
darah, seperti toksin ureum dan kalium, atau zat pelarutnya, yaitu air
atau serum darah (Ratnawati, 2014)
Haemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi pemgganti
fungsi ginjal untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun
tertentu dari peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium,
hydrogen, ura, kreatinin, asam urat dan zat-zat lain melalui membran
semi permiabel sebagai pemisag darah dan cairan dialisat pada ginjal
buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi.
Hemodialisa merupakan suatu tehnologi tinggi sebagai terapi penganti
gyang dapat mengeluarkan sisa-sisa metabolisme dan zat-zat yang
dapat menimbulkan racun bagi tubuh manusia melalui proses difusi,
osmosis dan ultra filtrasi (Kusuma & Nurarif, 2012).

2.1.2 Indikasi Haemodialisa


Pada umumnya indikasi dari terapi haemodialisa pada penyakit ginjal
kronis adalah laju filtrasi glomerulus (LFG) sudah kurang dari 5
ml/menit, sehingga dialisis dianggap baru perlu dimulai bila
ditemukan satu dari hal tersebut dibawah (Sylvia & Wilson, 2015)
a. Keadaan buruk dan gejala klinis nyata
b. K serum > 6 mEq/L
c. Ureum darah > 200 mg?Dl
d. pH darah < 7,1
e. Anuria berkepanajangan ( > 5 hari)
f. Fluid overload.

2.1.3 Kontraindikasi Haemodialisa


Menurut PERNEFRI (2017), kontraindikasi dari haemodialisa adalah
tidak mungkin didapatkan akses vaskuler pada haemodialisa, akses
vaskuler sulit, instabilitas hemodinamik dan koagulasi. Kontraindikasi
hemodialisa yang lain adalah penyakit Alzheimer, demensia multi
infark, sindrom hepatorenal, sirosis hati lanjut dengan ensefaloapati
dan keganasan lanjut.
2.1.4 Komplikasi Haemodialisa
Haemodialisa merupakan intervensi untuk mengganti Sebagian dari
fungsi ginjal. Intervesi ini rutin dilakukan pada penderita penyakit
ginjal tahap akhir stadium akhir. Walaupun intervensi haemodialisis
saat ini mengalami perkembangan yang cukup pesat, namun masih
banyak penderita yang mengalami masalah medis saat menjalani
haemodialisis. Komplikasi yang sering terjadi pada penderita yang
menjalani terapi hemodialisis adalah gangguan hemodinamik.
Tekanan darah umumnya menurun dengan dilakukannya ultrafiltrasi
atau penarikan cairan saat hemodilaisis. Hipotensi intradilaitik terjadi
pada 5-40% penderita yang menjalani hemodialisa regular, namun
sekitar 5-15% dari responden hemodialisis tekanan darahnya justru
meningkat. Kondisi ini disebut hipertensi intradialitik (Mahmudah,
2017).

2.1.5 Proses Hemodialisa


Pada proses hemodialisa, darah dialirkan ke luar tubuh dan di saring di
dalam ginjal buatan (dializer). Darah yang telah di saring kemudian
dialirkan kembali ke dalam tubuh. Rata-rata manusia mempunuai
sekitar 5,6 s/d 6,8 liter darah, dan selama proses hemodialisa hanya
sekitar 0,5 liter yang berada di luar tubuh. Terdapat 3 jenis akses yaitu
arterionenous (AV) fistula, AV graft dan central venous catheter. AV
fistula adalah akses vascular yang paling direkomendasikan karena
cenderung lebih aman dan juga nyaman untuk pasien. Sebelum
melakukan proses hemodialisa (HD), perawat akan memeriksa tanda-
tanda vital pasien yang memastikan apakah pasien layak untuk
menjalani hemodialisis. Selain itu perawat melakukan timbang
badanuntuk menentukan jumlah cairan didalam tubuh yang harus di
buang pada saat terapi. Langkah berikutnya adalah menghubungkan
pasien ke mesin cuci darah dengan memasang blood line (selang
darah) dan jarum ke akses vascular pasien, yaitu akses untuk jalan
keluar darah ke dializer dan akses untuk jalan masuk darah ke dalam
tubuh. Setelah semua terpasang maka proses terapi hemodialisa dapat
di mulai.

Pada proses hemodialisa, darah sebenernya tidak mengalir melalui


mesin HD, melainkan hanya melalui selang darah dan dializer. Mesin
HD sendiri merupakan perpaduan dari komputer dan pompa, dimana
mesin HD mempunyai fungsi untuk mengatur dan memonitor aliran
darah, tekanan darah, dan memberikan informasi jumlah cairan yang
dikeluarkan serta informasi vital lainnya. Mesin HD juga mengatur
cairan dialisat yang masuk ke dializer, dimana cairan tersebut
membantu mengumpulkan racun-racun dari darah. Pompa yang ada
dalam mesin HD berfungsi untuk mengalirkan darah dari tubuh ke
dializer dan mengembalikan kembali ke dalam tubuh. (Ratnawati,
2014)

2.2 Konsep CKD


2.2.1 Pengertian
CKD adalah kehilangan kemampuan untuk mempertahankan volume
dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal.
Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi dua ketegori yaitu kronik dan
akut. Gagal ginjal kronik merupakan suatu kondisi dimana organ
ginjal sudah tidak mampu mengangkat sampah sisa metabolik tubuh
berupa bahan yang di eliminasi melalui urin dan menumpuk dalam
cairan tubuh akibat gangguan ekskresi renal dan menyebabkan
gangguan fungsi endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit, serta asam
basa (Abdul, 2015).
Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologik yang
berkaitan dengan kelainan fungsi ginjal dan penurunan progresif laju
filtrasi glomerulus (LFG), pada umumnya PGK akan berakhir dengan
gagal ginjal yang ditandai dengan penurunan ireversibel fungsi ginjal
dan akhirnya memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap berupa
dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2014). Jadi gagal ginjal
kronik yaitu suatu kondisi dimana organ ginjal kehilangan
kemampuan mempertahankan fungsi ginjalnya sehingga tidak mampu
mengangkut sampah sisa metabolisme tubuh dan akhirnya
memerlukan terapi pengganti ginjal berupa dialisa atau transplantasi
ginjal.

2.2.2 Penyebab Gagal Ginjal Kronik


Menurut Prabowo, Eko (2014) gagal ginjal kronik sering ditimbulkan
dari komplikasi penyakit lain, sehingga gagal ginjal bisa di sebut
penyakit sekunder. Penyakit yang sering biasanya dari diabetes dan
hipertensi. Selain itu banyak penyebab lain yang bisa menimbulkan
gagal ginjal yaitu:
a. Penyakit dari ginjal yang meliputi
1) Penyakit peradangan (glumerulonefritis)
2) Penyakit infeksi (ureteritis, pyelonephritis)
3) Penyakit sumbatan (batu, tumior, penyempitan/striktur)
4) Batu ginjal (nefrolitiasis)
5) Trauma langsung yang terjadi pada ginjal.
6) Keganasan pada ginjal.
b. Penyakit umum luar ginjal yang meliputi
1) penyakit sistematik (diabetes melitus, hipertensi, kolesterol
tinggi)
2) Infeksi di badan ( TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis)
3) Preeklamsia
4) Obat-obatan
5) Kehilangan banyaknya cairan yang mendadak (luka bakar).

2.2.3 Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala klinis pada penyakit gagal ginjal kronis dikarenakan
karena gangguan yang sistematik. Ginjal yang merupakan organ yang
memiliki banyak fungsi, sehingga kerusakan yang kronis secara
fisiologis akan mengakibatkan gangguan keseimbangan pada
sirkulasi. Adapun manifestasi klinis pada gagal ginjal kronik menurut
Price & Wilson (2013) dan Robinson (2013) adalah sebagai berikut :

a. Sistem hemotopoetik
Manifestasi klinik pada sistem hemopoetik yang dapat muncul
yaitu ekimosis, anemia menyebabkan cepat lelah, trombositopenia,
kecenderungan perdarahan, hemolisis.
b. Sistem kardiovaskuler
Manifestasi klinik pada sistem kardiovaskuler yang dapat muncul
antara lain hipertensi, retinopati dan enselopati hipertensif,
disritmia, pericarditis (friction rub), edema, beban sirkulasi
berlebihan, hypervolemia, takikardia, gagal jantung kongestif, nyeri
dada.
c. Sistem respirasi
Manifestasi klinik yang dapat muncul pada sistem respirasi antara
lain sputum yang lengket, pernafasan kussmaul, dipsnea, pleural
friction rub, takipnea, batuk disertai nyeri, hiliar pneumonitis,
edema paru.
d. Sistem gastrointestinal
Manifestasi klinik yang dapat muncul pada sistem gastrointestinal
antara lain distensi abdomen, mual dan muntah serta anoreksia
menyebabkan penurunan berat badan, nafas berbau amoniak, rasa
kecap logam, mulut kering, stomatitis, parotitis, gastritis, diare,
konstipasi, perdarahan gastrointestinal.
e. Sistem neurologi
Manifestasi klinis yang dapat muncul pada sistem neurologis antara
lain penurunan ketajaman mental, perubahan tingkat kesadaran,
letargi/gelisah, bingung atau konsentrasi buruk, asteriksis, stupor,
tidur terganggu/insomnia, kejang, koma, gatal pada lengan dan
kaki. Selain itu ada kram pada kedua otot.
f. Sistem musculoskeletal
Manifestasi klinik yang dapat muncul pada sistem mucculoskeletal
yaitu nyeri sendi, perubahan motorik/ foot drop yang berlanjut
menjadi paraplegia, osteodistrofi ginjal, pertumbuhan lambat pada
anak, rikets ginjal.
g. Sistem dermatologi
Tanda yang dapat muncul dari terganggunya distribusi metabolic
akibat gagal ginjal kronik antara lain ekimosis, uremic frosts/”
kristal” uremik, lecet, pucat, pigmentasi. Pruritus, perubahan
rambut dan kuku ( kuku mudah patah, tipis, bergerigi), kulit kering,
muncul bekas-bekas garutan pada kulit karena garukan yang gatal.
h. Sistem urologi
Manifestasi klinik yang dapat muncul pada sistem urologi antara
lain berat jenis menurun, output urin berkurang,
hiperuremia,azotemia, proteinuria, hypermagnesemia,
ketidakseimbangan natrium dan kalium, fragmen dan sel dalam
urin.
i. Sistem reproduksi
Manifestasi klinik yang dapat muncul pada sistem reproduksi
adalah libido menurun, disfungsi ereksi, infertilitas, amenorea,
lambat pubertas.

2.2.4 Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik


Klasifikasi gagal ginjal kronik didasarkan pada derajat (stage) dan
etiologinya. Derajat penyakit dibuat berdasarkan LFG, yang dihitung
menggunakan rumus Kockcroft-Gault berikut :
LFG (ml/mnt/1,73m²) = {140 – umur (thn)} x berat (kg) / 72 x
kreatinin plasma (mg/dl) *) Pada perempuan dikalikan 0,85

Pembagian derajat penyakit penting untuk panduan terapi konservatif


dan penentuan dimulainya terapi pengganti ginjal.

Tabel 2.1 Klasifikasi GGK Berdasarkan Stadium

Stadium Keterangan Arti lainnya LFG


(ml/mnt/1,73m²)
1 Rusaknya ginjal Beresiko >90
meskipun LFG
normal
2 Rusaknya ginjal Insufisiensi gagal 60 − 89
dengan LFG ginjal (IGK)
menurun ringan
3 LFG menurun IGK, gagal ginjal 30 − 59
sedang sudah kronik
4 LFG menurun Gagal ginjal kronik 15 − 29
berat
5 Gagal ginjal Gagal ginjal pada <15
kronik tingkat teratas (end
stage renal disease)
Sumber: (Ariani, 2016)

2.2.5 Patofisiologi Gagal Ginjal Kronik


Proses terjadinya penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada
penyakit yang mendasarinya, tapi dalam proses perkembangannya
yang terjadi kurang lebih sama. Dua adaptasi penting dilakaukan oleh
ginjal untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Penurunan masa ginjal mengakibatkan hipertrofi struktural dan
fungsional nefron yang masih bertahan (surviving nephrons) sebagai
upaya kompensasi ginjal untuk melaksanakan seluruh beban kerja
ginjal, yang diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokinin dan
growth factors. Hal ini menyebabkan peningkatan kecepatan filtrasi,
yang disertai oleh peningkatan kapiler dan aliran darah glomerulus.
Mekanisme adaptasi ini cukup berhasil untuk mempertahankan
keseimbangan elektrolit dan cairan tubuh, hingga ginjal dalam tingkat
fungsi yang sangat rendah. Pada akhirnya, jika 75% massa nefron
sudah hancur, maka LFG dan beban zat terlarut bagi setiap nefron
semakin tinggi, sehingga keseimbangan glomerulus – tubulus
(keseimbangan antara peningkatan filtrasi dan reabsorpsi oleh tubulus)
tidak dapat lagi dipertahankan (Price & Wilson, 2013)

2.2.6 Pemeriksaan Diagnostik


Hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium yang mendukung diagnosis
GGK (Bayhakki, 2012) antara lain :
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Peningkatan kadar ureum dan kreatinin serum
2) Hiperkalemia, penurunan bikarbonat serum, hipokalsemia,
hiperfosfatemia, hyponatremia (pada GGK tanpa overload)
3) Hipoalbuminemia yang disebabkan oleh banyak protein yang
keluar bersama urin.
4) Anemia normokrom nomonik yang disebabkan penurunan
produksi hormon eritropoetin.
5) Urinalisa: proteinuria, diduga akibat gangguan pada glomerulus
dan tubulointersitial.
6) Sel darah merah pada sedimen urin, diduga ada glunerulonefriti
prolifrative.
7) Urin tampung 24 jam untuk memeriksa CCT (clean coal
technology) dan protein total.
8) Elektroforesis protein urin dan serum untuk melihat protein
monoklon, kemungkinan adanya myeloma multiple.
9) Antibody antinuklir (antinuclear antibody, ANA), kadar anti
double stranded DNA untuk melihat adanya lupus eritematosus
sistemik / SLE
b. Pemeriksaan Radiologi
1) Flat-flat radiografi keadaan ginjal, ureter dan vesika urinaria
untuk mengidentifikasi bentuk, ukuran, posisi serta klasifikasi
dari ginjal. Pada keadaan ini mungkin dapat ditemukan bahwa
ginjal mengecil dikarenakan adanya proses infeksi.
2) Komputer tomography scan yang dapat digunakan untuk melihat
secara jelas bagaimana anatomi ginjal yang penggunaanya dapat
memakai kontras
3) Intravenous pyelography yang digunakan untuk mengevaluasi
keadaan dan fungsi ginjal dengan memakai kontras. Biasanya
digunakan pada kasus ganguan ginjal yang disebabkan karena
trauma, pembedahan, anomaly kongenital, abses pada ginjal ,
serta obstruksi dari saluran ginjal.

2.2.7 Penatalaksanaan
Fungsi ginjal yang rusak akan sulit untuk diperbaiki seperti keadaan
semula, maka tujuan dari penatalaksanaan pasien gagal ginjal kronik
adalah untuk memaksimalkan fungsi ginjal yang masih berfungsi
dengan baik dan mempertahankan keseimbangan secara optimal untuk
memperpanjang harapan hidup pasien. Gagal ginjal kronik sebagai
penyakit yang kompleks membutuhkan penatalaksanaan terpadu dan
serius, sehingga komplikasi yangdapat terjadi bisa di minimalisir dan
meningkatkan harapan hidup pasien (Hutagaol, 2017).
Penatalaksanaan gagal ginjal kronis di rumah sakit adalah dengan
terapi obat-obatan anti hipertensi, terapi cairan, terapi hemodialisa,
terapi diet rendah protein dan tinggi karbohidrat, pemberian tranfusi
darah, dan transplantasi ginjal. (Safitri et al, 2012).

2.2.8 Pencegahan
Penyakit gagal ginjal kronik (GGK) adalah salah satu penyakit tidak
menular yang memiliki angka cukup tinggi, namun demikian penyakit
ini dapat dihindari melalui upaya pencegahan yang meliputi (Irwan,
2016) :
a. Mengendalikan penyakit diabetes, tekanan darah tinggi, dan juga
penyakit jantung dengan lebih baik. Penyakit ginjal merupakan
salah satu penyakit sekunder akibat dari penyakit primes yang
mendasarinya. Oleh sebab itulah, perlunya mengendalikan dan
mengontrol penyakit primer agar tidak komplikasi menjadi gagal
ginjal.
b. Mengurangi makanan yang mengandung garam. Garam adalah
salah satu jenis makanan dengan kandungan natrium yang tinggi.
Natrium yang tinggi bukan hanya bisa menyebabkan tekanan darah
meningkat, namun juga akan memicu terjadinya proses
pembentukan batu ginjal.
c. Minumlah banyak air putih setiap harinya. Air adalah salah satu
komponen makanan yang diperlukan tubuh agar terhindar dari
dehidrasi. Selain itu, air juga bisa bergunadalam membantu untuk
mengeluarkan racun dari dalam tubuh dan akan membantu
mempertahanaakan volume serta konsentrasi darah. Selain itu air
juga bisa berguna dalam memelihara sistem pencernaan dan
membantu mengendalikan suhu tubuh.
d. Jangan menahan buang air kecil. Penyaringan darah merupakan
salah satu fungsi yang paling utama yang dimiliki ginal. Disaat
proses penyaringan berlangsung, maka jumlah dari kelebihan
cairan akan tersimpandi dalam kandung kemih dan setelah itu harus
segera di buang. Walau kandung kemih mampu menampung lebih
banyak urin, tetapi rasa ingin buang air kecil akan dirasakan di saat
kandung kemih sudah mulai penuh sekitar 120 – 250 ml urin.
Sebaiknya jangan pernah menahan buang air kecil. Hal ini akan
berdampak besar dari terjadinya proses penyaringan ginjal.
e. Makan makanan yang baik. Makanan yang baik adalah makanan
dengan kandungan nutrisi serta gizi yang baik. Sebaiknya hindari
makansn junk food.

2.3 Konsep Usia Produktif


2.3.1 Pengertian
Usia produktif adalah sumber daya manusia yang produktif yang
telah memasuki usia kerja atau usia produktif yaitu usia 15 – 64
tahun ( Kemenkes RI, 2018). Badan Pusat Statistika mendefinisikan
bahwa usia produktif adalah mereka yang berada dalm rentang usia
15−64 tahun. Dikatakan produktif apabila sanggup menghasilkan
produk maupun jasa. Menurut BKKBN kelompok usia produktif
dilihat dari factor usia, kondisi fisik, dan jenis pekerjaannya dapat
menghasilkan produk dan jasa untuk memenuhi kehidupannya
secara optimal (Maulana, 2016)

Menurut WHO, usia produktif adalah usia Ketika seseorang masih


mampu bekerja dan menghasilkan sesuatu.Sedangkan menurut
Aprilyanti (2017) usia produktif adalah usia yang masih dalam masa
produktif, biasanya mempunyai tingkat produktifitas lebih tinggi
dibandingkan dengan tenaga kerja yang sudah berusia tua sehingga
fisik yang dimiliki menjadi lemah dan terbatas.

2.3.2 Ciri-ciri Usia Produktif


Maulana (2016) Badan Pusat Statistika mengkategorikan usia
produktif menjadi dua yaitu usia sangat produktif (15−49 tahun) dan
usia produktif (50−64 tahun) dengan ciri: memiliki karya, aktif,
energik dalam bekerja, kerja keras, kerja cerdas, bersikap mandiri,
tidak mengabaikan spiritualitas dan religiusitas, memiliki pandangan
hidup dan wawasan ke depan.

2.4 Konsep Gaya Hidup


2.4.1 Pengertian gaya hidup
Menurut Purwoastuti (2015), gaya hidup adalah aktivitas dari
manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas
antara lain: berjalan, berbicara, bekerja dan sebagainya. Menurut
Minor dan Mowen (2012) gaya hidup adalah menunjukkan
bagaimana orang hidup, bagaimana orang membelanjakan uangnya
dan bagaimana mengalokasikan waktu. Gaya hidup sehat yang
berfokus pada perilaku yang berkaitan dengan faktor-faktor penentu
kesehatan. Faktor internal yang mempengaruhi gaya hidup adalh
sikap, pengalaman, pengamatan, kepribadian, konsep diri, dan
persepsi. Faktor eksternal yang mempengaruhi adalah kelompok
referensi, keluarga, dan kelas sosial ( Kotler & Amstrong, 2012).

Perubahan gaya hidup ke arah tidak sehat seperti konsumsi makanan


instan, kurang berolahraga, perilaku merokok, pengendalian stress
yang buruk, dan lingkungan yang tidak sehat akan mudah terkena
penyakit seperti penyakit jantung, dibetes melitus, gagal ginjal
bahkan stroke yang mana kondisi ini menjadikan kualitas seseorang
menjadi menurun (Cahyono, 2012).

2.4.2 Indikator Gaya Hidup Sehat


Menurut Magistris & Gracia (2008) dalam Suprapto dan Wijaya
(2012) terdapat beberapa indikator gaya hidup sehat, yaitu :
a. Aktifitas, yaitu kegiatan atau keaktifan dari segala sesuatu yang
dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi vaik fisik maupun
non fisik.
b. Minat dan opini orientasi konsumsi sehat mengacu pada
keseimbangan pola makanan, yaitu keinginan dan pendapat
tentang mengkonsumsi makanan yang sehat berdasarkan
keseimbangan pola makan.
c. Menghindari makanan sintesis, yaitu menghindari makanan yang
mengandung bahan yang tidak alami.
d. Tertarik pada hal kesehatan makanan, yaitu memiliki ketertarikan
atau minat pada hal yang memiliki pengaruhnya terhadap
makanan yang sehat.
e. Hubungan konsumsi dan kesehatan, yaitu kesinambungan antara
makanan ynag dikonsumsi dengan kesehatan yang akan
didapatkan.
f. Mengelola pola konsumsi yang sehat, yaitu mengatur pola
konsumsi yang sehat, sesuai anjuran dan baik bagi kesehatan.

2.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Gaya Hidup


Menurut Amstrong & Kotler (2012), faktor-faktor yang
mempengaruhi gaya hidup seseorang yaitu :
a. Sikap
Sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan piker yang
disiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu objek
yang diorganisasi melalui pengalaman dan mempengaruhi secara
langsung pada perilaku. Keadaan jiwa tersebut sangat dipengaruhi
oleh tradisi, kebiasaan, kebudayaan dan lingkungan sosialnya.
b. Pengalaman dan pengamatan.
Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan sosial dalam
tingkah laku, pengalaman dapat diperoleh dari semua tindakannya
di masa lalu dan dapat dipelajari, melalui belajar orang akan dapat
memperoleh pengalaman. Hasil pengalaman sosial akan dapat
nenbentuk pandangan terhadap suatu objek.

c. Kepribadian
Kepribadian adalah konfigurasi karakteristik individu dan cara
berperilaku yang menentukan perbedaan perilaku dari setiap
individu.
d. Konsep diri
Konsep diri sudah menjadi pendekatan yang dikenal amat luas
untuk menggambarkan konsep diri konsumen dengan image
mereka. Bagaimana individu memandang dirinya akan
mempengaruhi minat terhadap suatu objek. Konsep diri sebagai
inti dari pola kepribadian aakan menentukan perilaku individu
dalam menghadapi permasalahan hidupnya.
e. Motif
Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk
merasa aman dan kebutuhan terhadap prestise merupakan
beberapa contoh tentang motif. Jika motif seseorang terhadap
kebutuhan akan prestise itu besar maka akan membentuk gaya
hidup yang cenderung mengarah kepada gaya hidup hedonis.
f. Persepsi
Persepsi adalah suatu proses dimana seseorang memilih,
mengatur, dan menginterprestasikan informasi untuk membentuk
suatu gambar yang berarti mengenai dunia.

2.4.4 Gaya Hidup Sehat bagi Penderita CKD


Gaya hidup sehat adalah suatu gaya hidup yang memperhatikan
faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi kesehatan antara
lain makanan dan olahrga (Supriati, 2020). Gagal ginjal kronis
semakin banyak menyerang pada usia dewasa muda. Hal ini
dikarenakan pola hidup yang tidak sehat seperti banyaknya
mengkonsumsi makanan cepat saji, kesibukan yang membuat stress,
duduk seharian di kantor, sering minum kopi, minum minuman
berenergi dan jarang mengkonsumsi air putih. Kebiasaan kurang
baik tersebut menjadi faktor resiko kerusakan pada ginjal (Dharma,
2015). Menurut data Indonesia Renal Registry (IRR) faktor resiko
gagal ginjal kronis banyak terjadi du usia muda dewasa muda antara
lain diabetes melitus, hipertensi, kebiasaan merokok,dan konsumsi
minuman suplemen (Annis, 2016).

Gaya hidup yang tidak sehat diantaranya :


a. Merokok
Merokok merupakan salah satu gaya hidup yang tidak sehat,
rokok memiliki pengaruh buruk bagi kesehatan. Kebiasaan
merokok juga dapat memperburuk fungsi ginjal. Merokok juga
memperlambat aliran darah ke ginjal, serta dapat memperburuk
penyakit ginjal yang sudah ada. Asap rokok yang dihisap masuk
ke dalam jaringan halus yang ada di dalam mulut, tenggorokan,
paru-paru, dan akan terbawa ke dalam salauran darah. Sebatang
rokok akan memeprcepat 15 kali lipat pukulan denyut jantung
dalam satu menit. Hal ini menyebabkan tekanan darah menjadi
lebih tinggi (Annis, 2016).

Perokok berat secara bertahap dapat mengalami hipertensi.


Merokok dapat menganggu obat-obat yang digunakan untuk
mengobati hipertensi. Hipertensi yang tidak terkontrol merupakan
salah satu penyebab penyakit ginjal. Apabila hipertensi terjadi
secara terus menerus maka dapat terjadi oksidatif stress yang
berbahaya. Jika hal ini dibiarkan, maka kondisi tersebut akan
beresiko menjadi gagal ginjal terminal (Dharma, 2014).
Berdasarkan data Riskesdas (2018), perokok aktif setiap hari pada
umur 30-34 tahun sebesar 33,4% dan umur 35-39 tahun sebesar
32,2%. Proporsi perokok setiap hari pada laki-laki lebih banyak
dibandingkan perokok perempuan (47,5% dibanding 1,1%). Hal
ini sejalan dengan hasil penelitian bahwa responden lebih banyak
laki-laki (65%) dari pada perempuan.

b. Konsumsi minumam suplemen


Suplemen kesehatan merupakan produk kesehatan yang
mengandung zat yang bersifat nutrisi (vitamin, mineral dan asam
amino) atau obat (Vitahealth,2004) dalam Annis, 2016. Menurut
Dharma (2014), minuman suplemen berkaitan dengan kebiasaan
pola makan dan minum yang salah. Masyarakat cenderung malas
untuk mengkonsumsi makanan bergizi kemudian beralih ke
suplemen sebagai pengganti asupan vitamin. Suplemenm
merupakan vitamin sintesis hasil produk kimia yang tidak bebas
dari zat karsinogenik. Konsumsi minuman suplemen secara
berlebihan dapat memperberat kerja ginjal.

Minuman bersuplemen mengandung zat yang membahayakan


bagi kesehatan, salah satunya adalah taurine. Taurine merupakan
asam amino detoksifikasi yang memberikan efek seperti glisin
dalam menetralkan semua jenis toksin. Banyak konsumsi taurine
pada suplemen dalam jumlah dan melebihi ambang batas yaitu
sebanyak 50-100 mg ini membuat kerja ginjal semakin berat
(Vitahealth, 2004) dalam Annis, 2016. Orang yang
mengkonsumsi minuman suplemen memiliki risiko 81 kali untuk
mengalami gagal ginjal dibandingkan dengan orang yang tidak
mengkonsumsi minuman suplemen. Penelitian ini dibuktikan oleh
Nugroho (2015) yang menyimpulkan bahwa semakin sering
konsumsi minuman suplemen maka semakin tinggi stadium gagal
ginjal kronik. Hal ini disebabkan karena suplemen mengandung
beberapa zat kimia yang berbahaya seperti bahan pengawet,
pewarna makanan, perasa dan pemanis buatan.

c. Alkohol
Alkohol merupakan suatu senyawa kimia yang mengandung
gugus OH. Alkohol dalam masyarakat umum mengacu kepada
etanol atau grain alkohol. Etanol dapat dibuat dari fermentasi
buah atau gandum dengan ragi. Akibat penggunaan alkohol dapat
muncul masalah kesehatan lainnya seperti gangguan hati, gagal
ginjal, hingga ketergantungan terhadap alkohol (Hariyanto &
Totok, 2012). Penyalahgunaan alkohol atau alkoholisme memiliki
efek yang merusak pada organ tubuh. Konsumsi alkohol lebih
dari 4 gelas anggur per hari (atau lebih dari 2 botol bir sehari)
dapat menyebabkan hati dan ginjal bekerja terlalu keras untuk
membersihkan sistem tubuh. Konsumsi dalam waktu jangka
Panjang dapat menyebabkan gagal hati atau gagal ginjal.

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep


Kerangka konsep adalah kerangka kerja penelitian yang dibuat dari
kerangka teori yang menggambarkan variabel-variabel yang akan diteliti
dan diukur dalam melakukan penelitian (Sugiyono, 2019). Kerangka konsep
dalam peneltian ini adalah untuk mengetahui gaya hidup apa saja pada usia
produktif terhadap penyakit ginjal kronik di ruang HD RS Budhi Asih.
Adapun kerangka konsep pada penelitian ini adalah :

3.1 Skema Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel dependen

GAYA HIDUP PADA USIA


PRODUKTIF CKD
ga

Keterangan ;

: Variabel yang diteliti


: memiliki pengaruh

Variabel mempunyai karakteristik yang ada pada populasi antara orang satu
dengan yang lainnya. Variabel penelitian menurut Sugiyono (2017) yaitu
atribut seseorang atau obyek yang memiliki variasi antara satu obyek
dengan yang lainnya. Variabel ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi terkait hal tersebut.

3.2 Hipotesis Penelitian


Hipotesis merupakan jawaban sementara peneliti atas pertanyaan mengenai
hubungan antara variabel yang akan dibuktikan dalam penelitian. Hipotesis
yang baik disusun dengan sederhana dan menjelaskan definisi variabel
secara konkrit (Dahlan, 2016). Rumusan hipotesis penelitian ini sebagai
berikut :

1. Hipotesis Alternatif (Ha)


Ada ubungan gaya hidup pada usia produktif (merokok, minum
suplemen energi dan alkohol) pada penyakit CKD di ruang HD RSUD
Budhi Asih.
2. Hipotesis Nol (Ho)
Tidak ada hubungan gaya hidup pada usia produktif (merokok, minum
suplemen energi dan alkohol) pada penyakit CKD di ruang HD RSUD
Budhi Asih.

3.3 Definisi Operasional


Definisi operasional yaitu pemberian atau penetapan makna bagi suatu
variabel dengan spsifikasi kegiatan atau pelaksanaan atau operasi yang
dibutuhkan untuk mengukur, mengkategorisasi, atau memanipulasi variabel.
Definisi operasioonal mengatakan pada pembaca laporan penelitian apa
yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan atau pengujian hipotesis
(Sutama, 2016). Definisi operasional variabel adalah seperangkat petunjuk
yang lengkap tentang apa yang harus diamati dan mengukur suatu variabel
atau konsep untuk menguji kesempurnaan. Definisi operasional ditemukan
item-item yang dituangkan dalam instrumen penelitian (Sugiyono, 2019).

Tabel 3.1 Definisi operasional

No Variabel Definisi Alat ukur Cara Hasil ukur Skala


operasional Ukur ukur
Variabel Independent
1 Gaya Gaya hidup Kuesioner Ceklist Kategori Ordinal
hidup yang tentang Gaya Hidup
pada mempengaruh gaya hidup Usia
usia i dengan penderita Produktif :
produktif kejadian sebelum di 1. Gaya
penyakit CKD diagnosa hidup baik
penyakit jika nilai
CKD median >
2. Gaya
hidup
kurang
baik jika
nilai
median <
Variabel Dependent
2 CKD Kondisi Hasil Menggun Kategori Ordinal
seseorang perhitungan akan Penyakit
yang memiliki LFG rumus CKD :
nilai LFG Kockcrof 1. Ringan
rendah yaitu t-Gault jika nilai
di bawah 30 60-89
2. Berat jika
nilai <15

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yang bersifat analitik
observasional. Penelitian analitik karena penelitian ini menelusuri dan
menganalisis hubungan gaya hidup pada usia produktif (merokok, minuman
suplemen energi dan alkhol) dengan gagal ginjal kronik di ruang HD RSUD
Budhi Asih Jakarta Timur dan penelitian observasional karena peneliti
mengamati subjek penelitian dan mencari data yang berkaitan dengan
penelitian (bukan memberi perlakuan atau intervensi terhadap subjek
penelitian).
Desain penelitian ini menggunakan penelitian analitik kuantitatif dengan
menggunakan pendekatan cross-sectional yaitu suatu penelitian untuk
mengetahui keterkaitan antara variabel independen yaitu gaya hidup pada
usia produktif dengan variabel dependen yaitu pasien CKD (Sugiyono,
2019).

Desain penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

GAYA HIDUP
PADA USIA PASIEN CKD
PRODUKTIF

Gambar 4.1 Desain Penelitian

4.2 Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan di RSUD Budhi Asih Jakarta Timur. Peneliti
memilih RSUD Budhi Asih karena memiliki unit hemodialisa yang
merupakan unit rujukan untuk melakukan cuci darah sehingga peneliti lebih
mudah dalam menemukan penderita CKD / gagal ginjal kronik.

4.3 Waktu Penelitian


Waktu penelitian dilaksanakan bulan Oktober sampai November 2022

4.4 Populasi dan Sampel


4.4.1 Populasi
Menurut Sugiyono, (2019) populasi adalah objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi
yang digunakan sebagai pembanding dan memperkuat ada tau
tidaknya hubungan sebab-akibat, sehingga hasil penelitian dapat lebih
valid. Populasi dalam penelitian ini adalah 60 responden yang
menderita penyakit CKD.

4.4.2 Sampel
Sampel adalah sebuah gugus atau sejumlah tertentu anggota himpunan
yang dipilih dengan cara tertentu agar dapat mewakili populasi
sebanyak 60 orang.

Kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini adalah :


a. Kriteria inklusi sampel kasus, antara lain :
1) Pasien yang didiagnosis menderita gagal ginjal kronik
2) Pasien menjalani pengobatan rawat jalan di di RSUD Budhi
Asih Jakarta Timur.
3) Kerabat terdekat pasien jika kondisi pasien tidak memungkinkan
4) Bersedia berpartisipasi dalam penelitian dengan mengisi dan
menandatangani lembar pernyataan persetujuan serta
respondennya kooperatif.

b. Kriteria eksklusi subjek penelitian, antara lain :


1) Pasien memiliki penyakit ginjal bawaan atau riwayat
transplantasi ginjal.
2) Tidak melakukan pengobatan rawat jalan di unit hemodialisis di
RSUD Budhi Asih
3) Tidak bersedia menjadi responden
4.5 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Total Sampling
adalah Pengambilan sampel berdasarkan keseluruhan populasi yang di
tetapkan sebagai sampel. Dengan demikian yang menjadi sampel dalam
penelitian ini sebanyak berjumlah 60 orang.

4.6 Etika Penelitian


Menurut KEPK Depkes, (2017) ada tiga prinsip etik umum penelitian yaitu
sebagai berikut :
Ketiga prinsip etik dasar tersebut adalah sebagai berikut :
a. Prinsip menghormati harkat martabat manusia (respect for persons).
Prinsip ini merupakan bentuk penghormatan terhadap harkat martabat
manusia sebagai pribadi (personal) yang memiliki kebebasan
berkehendak atau memilih dan sekaligus bertanggung jawab secara
pribadi terhadap keputusannya sendiri. Maka dari itu responden berhak
menolak jika tidak ingin menjadi responden dalam penelitian ini. Secara
mendasar prinsip ini bertujuan untuk menghormati otonomi, yang
mempersyaratkan bahwa manusia yang mampu memahami pilihan
pribadinya untuk mengambil keputusan mandiri (selfdetermination), dan
melindungi manusia yang otonominya terganggu atau kurang,
mempersyaratkan bahwa manusia yang berketergantungan (dependent)
atau rentan (vulnerable) perlu diberikan perlindungan terhadap kerugian
atau penyalahgunaan (harm and abuse).

b. Prinsip berbuat baik (beneficence) dan tidak merugikan (non-


maleficence). Jawaban dari responden akan dirahasiakan dan hanya untuk
proses penelitian. Subjek manusia diikutsertakan dalam penelitian
kesehatan dimaksudkan membantu tercapainya tujuan penelitian
kesehatan yang sesuai untuk diaplikasikan kepada manusia. Prinsip etik
berbuat baik, mempersyaratkan bahwa:
1. Risiko penelitian harus wajar (reasonable) dibanding manfaat yang
diharapkan;
2. Desain penelitian harus memenuhi persyaratan ilmiah (scientifically
sound);
3. Para peneliti mampu melaksanakan penelitian dan sekaligus mampu
menjaga kesejahteraan subjek penelitian dan
4. Prinsip do no harm (non maleficent - tidak merugikan) yang
menentang segala tindakan dengan sengaja merugikan subjek
penelitian. Prinsip tidak merugikan adalah jika tidak dapat melakukan
hal yang bermanfaat, maka sebaiknya jangan merugikan orang lain.
Prinsip tidak merugikan bertujuan agar subjek penelitian tidak
diperlakukan sebagai sarana dan memberikan perlindungan terhadap
tindakan penyalahgunaan.
c. Prinsip keadilan (justice)
Prinsip etik keadilan mengacu pada kewajiban etik untuk
memperlakukan setiap orang sama dengan moral yang benar dan layak
dalam memperoleh haknya / tidak membeda-bedakan responden satu
dengan yang lainnya. Prinsip etik keadilan terutama menyangkut
keadilan yang merata (distributive justice) yang mempersyaratkan
pembagian seimbang (equitable), dalam hal beban dan manfaat yang
diperoleh subjek dari keikutsertaan dalam penelitian. Ini dilakukan
dengan memperhatikan distribusi usia dan gender, status ekonomi,
budaya dan pertimbangan etnik. Perbedaan dalam distribusi beban dan
manfaat hanya dapat dibenarkan jika didasarkan pada perbedaan yang
relevan secara moral antara orang-orang yang diikutsertakan. Salah satu
perbedaan perlakuan tersebut adalah kerentanan (vulnerability).
Kerentanan adalah ketidakmampuan untuk melindungi kepentingan diri
sendiri dan kesulitan memberi persetujuan, kurangnya kemampuan
menentukan pilihan untuk memperoleh pelayanan atau keperluan lain
yang mahal, atau karena tergolong yang muda atau berkedudukan rendah
pada hirarki kelompoknya. Untuk itu, diperlukan ketentuan khusus untuk
melindungi hak dan kesejahteraan subjek yang rentan.

4.7 Teknik Pengumpulan Data


Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data
primer merupakan data yang didapat dari sumber utama dari individu atau
perseorangan, biasanya melalui kuesioner, wawancara, jajak pendapat dan
lain-lain. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa
wawancara dan dokumentasi.
4.7.1 Wawancara
Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara wawancara.
Wawancara merupakan proses interaksi atau komunikasi secara
langsung antara pewawancara dan responden untuk memperoleh
keterangan dengan tujuan penelitian. Teknik wawancara dengan
responden dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner
adalah sebuah set pertanyaan yang secara logis berhubungan dengan
masalah penelitian, dan tiap pertanyaan merupakan jawaban yang
mempunyai makna dalam menguji hipotesis. Teknik pengumpulan
data melalui wawancara dilakukan untuk mengetahui karakteristik
responden (umur, jenis kelamin, pendidikan), riwayat merokok,
minuman suplemen energi, dan minum alkhol (Sugiyono, 2019).

4.7.2 Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau
variable berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010). Teknik
dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis.

4.8 Uji Validitas dan Realibilitas Instrumen


Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data ada dua syarat yaitu
harus valid dan reliabel sehingga instrumen tidak dapat langsung digunakan
untuk mengumpulkan data, tetapi terlebih dahulu diuji validitas dan
reliabilitasnya sebelum diberikan kepada responden penelitian untuk diisi.
Hal ini berarti menunjukan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten
bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama,
dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2012).
Menurut Sugiyono, (2019) untuk mengetahui kuesioner penelitian ini
berkualitas, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas :
4.8.1 Uji Validitas
Validitas adalah suatu yang menunjukan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2012). Alat ukur dalam
penelitian ini adalah kuesioner. Peneliti tidak melakukan uji validitas
dikarenakan, peneliti memodifikasi kuesioner penelitian dari peneliti
sebelumnya Floresa, (2015) tentang Beberapa factor resiko gagal
ginjal kronik di RSD dr. Sorbandi. Pada kuesioner factor resiko yang
terdiri dari merokok, minum suplemen energi, dan kuesioner penyakit
hipertensi, jantung dan diabetes melitius dimana tabel angka kritik r
dengan taraf signifikan 5% (0.05), maka r table (r hitung > r tabel)
dimana nilai r hitung > nilai r table 0.444.
Hasil dari tiap uji item r hitung lebih besar dari r table, maka item
tersebut dinyatakan valid dan dapat digunakan dalam penelitian. Uji
validitas dalam penelitian ini menggunakan pearson product moment
(r) yaitu untuk melihat skor nilai pada setiap pertanyaan dengan skor
total kuesioner penelitian. Caranya melihatnya yaitu dengan
membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel pada taraf
signifikan sebesar 5%. Suatu instrumen dikatakan valid apabila r
hitung > r tabel dan tidak valid jika r hitung < r tabel.
4.8.2 Uji Reliabilitas
Peneliti tidak melakukan uji reliabilitas dikarenakan, peneliti
memodifikasi kuesioner penelitian dari peneliti sebelumnya Uji
reliabilitas adalah kesamaan hasil setelah dilakukan pengukuran jika
fakta tersebut diukur berulang kali dalam waktu berlainan (Sugiyono,
2019). Hal ini menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran terhadap
suatu gejala yang sama menggunakan alat ukur yang sama tetap
konsisten meskipun dilakukan pengukuran dua kali atau lebih. maka r
table (r hitung > r tabel) dimana nilai r hitung > nilai r table 0.444.
Pada hasil uji realibilitas menunjukan nilai crobach alpa > 0,6 artinya
kuesioner penelitian ini reliabel dengan tingkat kepercayaan 100%
karena nilai crobach alpa > 0,6 (Floresa, 2015).

4.9 Pengolahan Data


Menurut (Sugiyono, 2019), data yang terkumpul diolah dengan cara
komputerisasi dengan langkah-langkah sebagai berikut :
4.9.1 Collecting
Mengumpulkan data yang berasal dari kuesioner. Angket maupun
observasi.
4.9.2 Checking
Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner atau
lembar observasi dengan tujuan agar data diolah secara benar
sehingga pengolahan data memberikan hasil yang valid.
4.9.3 Coding
Pemberian kode pada setiap variabel independen dan dependen
berdasarkan kategori pertanyaan untuk memudahkan entrie data.
4.9.4 Entering
Data entry, yakni jawaban – jawaban dari masing – masing responden
yang masih dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan
kedalam aplikasi SPSS versi 25.
4.9.5 Data Processing
Semua data telah di input ke dalam aplikasi komputer akan diolah
sesuai dengan kebutuhan dari penelitian.

4.10 Analisis Data


Data yang dikumpulkan, diolah dengan komputer. Analisa data yang
dilakukan adalah analisa univariat dan bivariat. Setelah dikumpulkan, data
akan dianalisa dengan mengumpulkan teknik analisa sebagai berikut :
a. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariat
tergantung dari jenis datanya. Untuk data numerik digunakan nilai
mean atau rata-rata, median dan standar deviasi. Pada umumnya dalam
analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari
tiap variabel. Untuk variabel Gaya Hidup Pada Usia Produktif dan Pada
Pasien CKD.

Rumus yang digunakan sebagai berikut :


f
P= x 100 %
N
Keterangan :
p : Jumlah persentase yang dicari
f : Jumlah frekuensi untuk setiap kategori
N : Jumlah sample

b. Analisis Bivariat
Variabel independen dan variable dependen. Uji yang digunakan adalah
uji statistik Chi-Square (X2) dengan derajat kemaknaan 95%. Bila nilai
p>0,05, berarti hasil perhitungan statistic tidak bermakna (signifikan)
dan nilai p<0,05, berarti hasil perhitungan statistic bermakna.
Dilakukan untuk melihat kemaknaan hubungan antara Analisis
dilakukan untuk melihat Hubungan Gaya Hidup Pada Usia Produktif
terhadap Pasien CKD di Ruang HD RSUD Budhi Asih Jakarta Timur.

Dalam penelitian kedua variabel yang diuji adalah merupakan skala


ukur kategori, maka uji yang digunakan chi square, dengan
mengunakan program SPSS versi 25.
Rumus Dasar dari uji Kai Kuadrat :
(0 i−Ei) ²
X2 = Ʃ = Ei
Keterangan :
Oi = Frekuensi hasil observasi
Ei = Frekuensi yang diharapkan.
Nilai Ei = (Jumlah sebaris x Jumlah Sekolom) / Jumlah data

Penelitian ini menggunakan uji Chi-Suare. Adapun syarat uji chi-


square adalah sebagai berikut :
a. Tidak boleh ada sel dengan nilai harapan (Expected) lebih kecil dari
satu
b. Tidak lebih dari 20% sel mempunyai nilai harapan (Expected) lebih
kecil dari lima. Jika tidak memenuhi syarat uji chi-square maka uji
alternatif yang digunakan adalah uji Fisher Expected Test.
LAMPIRAN SKRIPSI
Lampiran 1
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Nurlaela
NIM : 215139008
Pekerjaan : Perawat

Bermaksud akan melakukan penelitian dengan judul, “Hubungan Gaya Hidup


Pada Usia Produktif Terhadap Pasien CKD di Ruang HD Rumah Sakit Umum
Daerah Budhi Asih Jakarta Timur. Oleh sebab itu, Bapak/Ibu tidak perlu
menuliskan nama lengkap dan hanya inisial saja. Penelitian ini tidak akan
menimbulkan kerugian bagi Bapak/Ibu maupun keluarga dan dapat memberikan
manfaat untuk mengetahui tentang Gaya Hidup Pada Usia Produktif Terhadap
Pasien CKD di Ruang HD Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih Jakarta
Timur.
Jika Bapak/Ibu tidak bersedia menjadi responden saya, maka tidak ada ancaman
bagi Bapak/Ibu dan Keluarga. Jika Bapak/Ibu bersedia menjadi responden saya,
maka saya mohon kesediaannya untuk menandatangani lembar persetujuan yang
saya lampirkan atas keinginan Bapak/ibu sendiri tanpa adanya paksaan.
Demikian permohonan dari saya, atas bantuan dan peran Bapak/Ibu pada
penelitian ini, saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

Nurlaela
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini


Nama (inisial) :

Alamat :

Setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti tentang maksud, tujuan,


dan memungkinkan terjadi hal hal yang tidak menyenangkan selama
pelaksanaan penelitian mengenai judul Hubungan Gaya Hidup Pada Usia
Produktif Terhadap Pasien CKD di Ruang HD Rumah Sakit Umum Daerah
Budhi Asih Jakarta Timur. Maka dengan ini saya menyatakan bersedia
menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh Nurlaela Mahasiswa
Universitas Respati Indonesia.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sukarela dan tanpa paksaan
dari pihak manapun,untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, Oktober 2022

(Responden)
Lampiran 3
KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN GAYA HIDUP PADA USIA PRODUKTIF TERHADAP


PASIEN CKD DI RUANG HD RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
BUDHI ASIH JAKARTA TIMUR

I. Petunjuk Pengisian:
a. Bacalah dengan teliti setiap penyataan yang telah disiapkan.
b. Berilah tanda centang (√) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan
jawaban anda.
c. Dalam kuesioner ini tidak terdapat penilaian benar atau salah, sehingga
tidak terdapat jawaban yang dianggap salah. Semua jawaban dianggap
benar jika anda memberikan jawaban sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya.
d. Jika terdapat pernyataan yang tidak dimengerti dapat menanyakan pada
pihak kami.

II. Karakteristik Responden


1. Nama (inisial) :
2. Alamat :
3. Umur :
4. Jenis Kelamin :
5. Pendidikan :
6. Pekerjaan :

A. Kuesioner Gaya Hidup Pada Usia Produktif


1. Apakah saat ini anda merokok ?
a. Ya
b. Tidak
(Jika jawaban pertanyaan no. 1 adalah “tidak” maka jawablah
pertanyaan no.2, jika jawaban pertanyaan no.1 adalah “ya” maka
jawablah pertanyaan no.4 s.d. 6)
2. Apakah anda sebelumnya pernah merokok ?
a. Ya
b. Tidak
(Jika jawaban pertanyaan no. 2 adalah “ya” maka lanjutkan
menjawab pertanyaan no.3, jika jawaban pertanyaan no.2 adalah
“tidak” maka hentikan mengisi kuesioner)
3. Berapa jumlah rokok yang anda konsumsi setiap harinya ?
a. Kurang dari 10 batang c. 21-30 batang
b. 11-20 batang d. Lebih dari 31 batang
4. Setahun sebelum menderita gagal ginjal, berapa lama Anda memiliki
kebiasaan merokok ?
a. < 10 tahun
b. > 10 tahun
5. Apakah Anda pernah mengkonsumsi minuman berenergi ?
a. Ya
b. Tidak
(Jika jawaban pertanyaan no. 5 adalah “ya” maka lanjutkan
menjawab pertanyaan no.3, jika jawaban pertanyaan no.1 adalah
“tidak” maka hentikan mengisi kuesioner sampai no 7)
6. Berapa kali Anda mengonsumsi minuman energi dalam seminggu ?
a. <7 kali
b. 7-14 kali
c. >14 kali
7. Setahun sebelum menderita gagal ginjal, berapa lama Anda memiliki
kebiasaan mengkonsumsi minuman suplemen energi?
a. <1 tahun
b. 1-5 tahun
c. >5 tahun.
8. Apakah saat ini anda minum minuman beralkhol ?
a. Ya
b. Tidak
(Jika jawaban pertanyaan no. 8 adalah “tidak” maka jawablah
pertanyaan no.9, jika jawaban pertanyaan no.8 adalah “ya” maka
jawablah pertanyaan no.9 s.d. 11)
9. Apakah anda sebelumnya pernah merokok ?
a. Ya
b. Tidak
(Jika jawaban pertanyaan no. 9 adalah “ya” maka lanjutkan
menjawab pertanyaan no.11, jika jawaban pertanyaan no.8 adalah
“tidak” maka hentikan mengisi kuesioner)
10. Berapa jumlah rokok yang anda konsumsi setiap harinya ?
a. Kurang dari 10 batang c. 21-30 batang
b. 11-20 batang d. Lebih dari 31 batang
11. Setahun sebelum menderita gagal ginjal, berapa lama Anda memiliki
kebiasaan merokok ?
a. < 10 tahun
b. > 10 tahun

Anda mungkin juga menyukai