Disusun oleh:
Kelompok 4
Hilda Herdiyani 032016030
Nurasyifa Anugrah F 302017053
Puput Putri Kusuma W 302017054
Rizki Julia Wahyuni 302017062
Rizki Maulana R 302017063
Siti Amanah 302017070
Suci Pratiwi 302017072
Wida Ningsih 302017080
Widya Astuti 302017081
Zelfira Latifah Dewi 302017087
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................1
B. Metode Penelusuran Bukti............................................................................2
C. Rumusan Masalah.........................................................................................3
BAB II HASIL TELAAH JURNAL........................................................................5
A. Hasil Penelusuran Bukti................................................................................5
B. Perbandingan Jurnal....................................................................................23
BAB III PEMBAHASAN......................................................................................31
A. Sistem Integumen........................................................................................31
B. Sistem Sensori Persepsi..............................................................................35
BAB IV PENUTUP...............................................................................................39
A. Kesimpulan.................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................40
BAB I
PENDAHULUA
N
A. Latar Belakang Masalah
Diabetes Mellitus (DM) merupakan kategori penyakit tidak menular (PTM)
yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional,
nasional maupun lokal. Salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu
mengalami peningkatan penderita setiap tahun di negara-negara seluruh dunia.
Diabetes merupakan serangkaian gangguan metabolik menahun akibat pankreas
tidak memproduksi cukup insulin, sehingga menyebabkan kekurangan insulin
baik absolut maupun relatif, akibatnya terjadi peningkatan konsentrasi glukosa
dalam darah. (Perkeni, 2006)
World Health Organization (WHO) memprediksi adanya peningkatan
jumlah diabetisi (penderita diabetes) yang cukup besar dari 8,4 juta jiwa pada
tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2030 dengan pertumbuhan
sebesar 152% (WHO, 2006).
Prevalensi diabetes mellitus di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2007 sebesar 5,7%. Riskesdas juga melaporkan bahwa
penderita diabetes mellitus di provinsi Riau berada di urutan nomor tiga tertinggi
di Indonesia (Balitbangkes, 2008). Prevalensi DM tertinggi di Kalimantan Barat
dan Maluku Utara yaitu 11,1%, kemudian Riau sekitar 10,4% sedangkan
prevalensi terkecil terdapat di Provinsi Papua sekitar 1,7% (PERKENI, 2011).
Soewondo dan Pramono (2011), melanjutkan penelitian dari Riskesdas, dari 5,7%
total penderita diabetes di Indonesia, sekitar 4,1% kategori diabetes mellitus tidak
terdiagnosis dan 1,6% diabetes mellitus.
Menurut Perkeni (2006), terdapat banyak faktor yang berpengaruh terhadap
kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 diantaranya, riwayat keluarga dengan diabetes,
umur, riwayat lahir dengan berat badan rendah (<2,5 kg). Serta terdapat faktor
yang meningkatkan risiko penyakit Diabetes Mellitus yakni berat badan lebih,
kurangnya aktivitas fisik atau gaya hidup, pola makan, hipertensi, dislipidemia,
diet tidak sehat dan stress.
1
2
tentang terapi luka pada pasien DM, terapi murotal, terapi relaksasi imajinasi dan
nafas dalam terhadap kecemasan pada pasien pre operatif penyakit katarak.
Penulis memilih sembilan jurnal yang akan dianalisa yaitu lima jurnal terapi
madu pada
3
luka DM, dua jurnal terapi murotal terhadap kecemasan pasien pre operatif
katarak, dan dua jurnal terapi relaksasi imajinasi dan nafas dalam terhadap
kecemasan pada pasien pre operatif katarak. Review singkat sembilan jurnal yang
C. Rumusan Masalah
1. Sistem Integumen
a. P (Patient, Population, Problem)
Pasien dengan diabetes melitus type II yang memiliki luka.
b. I (Intervention)
Perawatan luka pada pasien diabetes melitus type II dengan menggunakan
kompres madu.
c. C (Comparison/Control)
Jumlah sampel berbeda-beda, perawatan luka secara alami juga dapat
dilakukan dengan minyak zaitun atau aloe vera.
d. O (Outcome)
Tujuan yang diharapkan dalam telaah jurnal ini adalah mendapatkan
prosedur penatalaksanaan yang tepat dan efisien terhadap perawatan luka
pada pasien diabetes melitus type II.
2. Sistem Sensori Persepsi
a. P (Patient/ Problem)
Pasien katarak yang akan menjalani operasi dengan gangguan kecemasan.
b. I (Intervertion)
Intervensi yang akan diberikan pada pasien preoperasi katarak dengan
dilakukan terapi murotal, tekhnik relaksasi imajinasi terbimbing dan nafas
dalam.
c. C (Comparisson)
Jumlah sampel berbeda-beda dan jenis intervensi berbeda yaitu terapi
murotal dan tehnik relaksasi imajinasi terbimbing dan nafas dalam
4
d. O (Outcome)
Tujuan yang diharapkan dalam telaah jurnal ini adalah memberikan
intervensi yang tepat dan efisien bagi penurunan tingkat kecemasan pada
pasien preoperasi katarak
BAB II
HASIL TELAAH JURNAL
A. Hasil Penelusuran Bukti
1. Sistem Integumen
No Jurnal Validitas I A
1. Judul : V1. Validitas seleksi Penelitian ini Penelitian ini sangat efektif untuk
Efektifitas Perawatan Populasi yang diambil dalam penelitian ini dilakukan untuk penyembuhan luka ataupun untuk
Luka Diabetik Metode menggunakan 30 responden di RSUD. Prof. mengetahui menurunkan grade luka diabetes
Modern Dressing Dr. Soekandar Mojosari yang menderita efektifitas terapi melitus type 2
Menggunakan Madu penyakit dm type 2 dengan madu pada
Terhadap Proses luka diabetes
Penyembuhan Luka V2. Validitas Informasi melitus type 2
Desain penelitian yang dilakukan adalah
Penulis : penelitian pre-experimental dengan rancangan
Edy Siswantoro one group pretest-posttest.
5
Uji hipotesis dengan tingkat nilai kemaknaan
p<α (α= 0,05) didapatkan dari hasil uji
Wilcoxon diketahui nilai p= 0,001< 0,05
dengan uji validitas Wilxocon diperoleh hasil
p=0,001.
3. Judul : V1. Validitas seleksi Penelitian ini untuk Penelitian ini penting karena dapat
Pengaruh Madu Terhadap Penelitian ini menggunakan rancangan quasy mengetahui menyembuhkan pasien luka
Proses Penyembuhan eksperimen. Dengan populasi seluruh pasien Pengaruh Madu gangrene pada diabetes mellitus
Luka Gangren Pada kunjungan dipoliklinik omah luka sejumlah Terhadap Proses
Pasien Diabetes Mellitus 20, dan diambil 4 responden dengan penderita Penyembuhan
Penulis : luka diabetes melitus. Luka Gangren Pada
Nabhani, Yuli Widyastuti Pasien Diabetes
V2. Validitas informaasi Mellitus
Publisher : Penelitian in menggunakan pre and post with
DIII Keperawatan Stikes control group. Instrument yang digunakan
PKU Muhammadiyah yaitu alat ukur DESIGN, terdiri dari: check
Surakarta list.
V3. Validitas perancu
Dalam penelitian ini tidak disebutkan adanya
variable perancu
4. Judul: V1. Validitas Seleksi Penelitian ini Penggunaan terapi madu pada
Pengaruh Perawatan Luka Penelitian ini menggunakan desain pre penting, karena penelitian ini mudah diterapkan
Menggunakan Madu eksperiment: one group pretest and posttest dapat mengetahui sehingga disarankan untuk
terhadap Kolonisasi dengan melakukan perhitungan kolonisasi pengaruh diterapkan kepada pasien dengan
Bakteri Staphylococcus bakteri Staphylococcus Aureus sebelum dan perawatan luka diabetes melitus yang memiliki
Aureus pada Luka setelah intervensi. Populasi pada penelitian ini menggunakan luka.
Diabetik Pasien Diabetes yaitu 132 pasien Diabetes Mellitus. madu terhadap
Mellitus di Wilayah Kerja kolonisasi bakteri
Puskesmas Rambipuji V2. Validitas Informasi staphylococcus
Kabupaten Jember Teknik pengambilan sampel menggunakan aureus pada luka
consecutive sampling. Pengambilan sampel diabetik pasien
Penulis: dalam penelitian ini didasarkan pada diabetes mellitus
Nuril Hudha Al Anshori responden yang mememenuhi kriteria inklusi. yang dapat
Nur Widayati mempengaruhi
Anisah Ardiana V3. Validitas Perancu proses
Dalam penelitian ini tidak disebutkan adanya penyembuhan luka
Publisher: variable perancu. dengan
Program Studi Ilmu berkurangnya
Keperawatan, Universitas V4. Validitas Analisis jumlah colonisasi
Jember Mayoritas responden adalah perempuan yaitu bakteri
sebanyak 5 orang (71,4%). Sebagian besar staphylococcus
responden berpendidikan sekolah dasar (SD) aureus.
yaitu sebanyak 4 orang (57,1%). Pekerjaan
responden sebagian besar adalah petani yaitu
sebanyak 4 orang (57,1%).
No Jurnal Validitas I A
1. Judul : V1 : Validitas Seleksi Penelitian ini untuk Penelitian ini sangat aplikabel
Pengaruh Pemberian Desain yang digunakan pada penelitian ini mengetahui tingkat untuk diterapkan sebagai tindakan
Terapi Audio Murottal yaitu desain Pre-Eksperimen. Populasi dalam kecemasan mandiri keperawatan non farmako
Qur’an Surat Ar-Rahman penelitian ini adalah seluruh penderita katarak sebelum pemberian sesuai sop
terhadap Tingkat di rumah sakit mata Provinsi Sumatera terapi murottal Qs.
Kecemasan pada Pasien Selatan sebanyak 129 orang. Teknik Ar-Rahman,
Pre-Operasi Katarak pengambilan sampel pada penelitian ini kemudian tingkat
Senilis. dengan cara accidental sampling yang kecemasan diukur
berjumlah 56 responden kembali dengan
Penulis : selang waktu
Abdul Syafei, dan Yogik V2 : Validitas Informasi selama 10 menit
Suryadi Penelitian ini menggunakan rancangan One setelah perlakuan.
Group Pre-Post test. Instrumen pengumpulan
Publisher : data yang digunakan adalah audio murottal QS
Jurnal Kesehatan Ar-Rahman dan kuesioner HARS untuk
Volume 9, Nomor 1, mengukur tingkat kecemasan.
April 2018
Program Studi Ners, V3: Validitas Perancu
STIK Siti Khadijah Dalam penelitian ini tidak terdapat variabel
Palembang, Indonesia. perancu yang dijelaskan oleh peneliti.
V 3 : Validitas Perancu
Penelitian ini mempunyai faktor perancu yaitu
cara pemberian terapi, sikap penguji,
keterampilan, perasaan intern.
V 4 : Variabel Analisis
Dalam penelitian menunjukkan bahwa
responden yang dilakukan tindakan nafas
dalam diperoleh selisih rata-rata rentang
kecemasan sebesar 8,3 lebih rendah
dibandingkan dengan setelah dilakukan
imajinasi terbimbing dengan selisih rata-rata
sebesar 9,07.
Dari hasil penelitian relaksasi imajinasi
terbimbing diperoleh rata-rata penurunan
kecemasan sebesar 9,07, lebih tinggi
dibandingkan dengan sesudah dilakukan
terapi nafas dalam dengan rata-rata
sebesar 8,3.
Dengan demikian relaksasi imajinasi
No JURNAL VALIDITAS I A
terbimbing lebih efektif dibandingkan terapi
nafas dalam. Imajinasi terbimbing lebih
efektif dibandingkan dengan nafas dalam
karena dalam melakukan relaksasi imajinasi
terbimbing tidak hanya mengatur pola nafas
yang dapat merangsang saraf parasimpatis
menghambat sistem pusat simpatis untuk
mengendalikan denyut jantung sehingga
menyebabkan tubuh menjadi rilek, teknik
imajinasi terbimbing juga membentuk suatu
bayangan yang indah yang dapat diterima
sebagai rangsang berbagai panca indera,
sehingga ketegangan akan dikeluarkan dan
tubuh akan menjadi rileks dan nyaman.
V 5 : Validitas Eksternal
Pada penelitian ini dijelaskan oleh peneliti
validitas eksternalnya. Penelitian yang telah
dilakukan oleh Ghovur & Purwoko pada
tahun 2007 tentang “pengaruh napas dalam
terhadap perubahan tingkat kecemasan pada
ibu persalinan kala 1 di pondok
bersalin”
menyimpulkan bahwa masih terdapat 8
No JURNAL VALIDITAS I A
(66,67%) responden dengan kecemasan
sedang dan 4 (33,33%) responden dengan
kecemasan ringan. Hasil penelitian yang
dilakukan Hidayati (2007) yang menguji
pengaruh guided imagery terhadap penurunan
tingkat kecemasan pada
pasien dengan gangguan tidur pada 16 orang
responden menyimpulkan bahwa pada hasil
pengukuran post test terjadi penurunan
kecemasan hanya 38%, sedangkan 62%
lainnya pada kelompok perlakuan masih
mengalami kecemasan baik ringan, sedang,
maupun berat.
2. Judul : V1. Validitas seleksi Penelitian ini untuk Adanya pengaruh tehnik relaksasi
Pengaruh tehnik relaksasi Penelitian ini merupakan jenis penelitianmengetahui guide imagery terhadap tingkat
guide imagery terhadap paired sample t-test. Pada semua pasien pengaruh teknik kecemasan pasien preoperasi
tingkat kecemasan pasien relaksasi guide
preoperasi katarak. Sebanyak 42 orang pasien. katarak. Disarankan bagi tenaga
preoperasi katarak di RS. imagery dengan
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian kesehatan untuk dapat
Permana Sari Bandar ini menggunakan accidental sampling. teknik relaksasi menerapkan teknik relaksasi guide
Lampung 2017 nafas dalam imagery dalam asuhan
V2. Validitas informasi terhadap tingkat keperawatan untuk menurunkan
Penulis : Rancangan penelitian ini adalah pretest- kecemasan pasien tingkat kecemasan pasien pre
postest with control group design. Jenis preoperasi katarak. operasi katarak.
penelitian
No JURNAL VALIDITAS I A
Budi Antoro, Gustop yang digunakan adalah penelitian kuantitatif.
Amatiria dalam penelitian ini sampel dibagi menjadi
dua kelompok yaitu untuk kelompok
intervensi sebanyak 21 responden, dan untuk
kelompok kontrol sebanyak 21 orang. Alat
pengumpul data pada penelitian ini adalah
dengan menggunakan lembar observasi
berdasarkan hasil cek list terhadap 20 soal.
Penilaian yang dilakukan untuk menilai
tingkat kecemasan dengan rentang skor 0-20.
B. Perbandingan Jurnal
1. Sistem Integumen
Kriteria Jurnal (1) Jurnal (2) Jurnal (3) Jurnal (4) Jurnal (5)
Judul Efektifitas Perawatan Pengaruh Terapi Madu Pengaruh Madu Pengaruh Perawatan Hubungan Usia Dengan
jurnal Luka Diabetik Metode Terhadap Luka Terhadap Proses Luka Menggunakan Respon Madu Terhadap
Modern Dressing Diabetik Pada Pasien Penyembuhan Luka Madu terhadap
Proses Penyembuhan
Menggunakan Madu Dengan Diabetes Kolonisasi Bakteri
Mellitus Tipe 2 Di Rw Staphylococcus
Terhadap Proses 011 Kelurahan Gangren Pada Pasien aureus pada Luka Luka Gangren Pada
Penyembuhan Luka Pegirian Surabaya Diabetes Mellitus Diabetik Pasien Pasien Diabetes
Diabetes Mellitus di
Mellitus
Wilayah Kerja
Puskesmas Rambipuji
Kabupaten Jember
Jumlah 30 responden 10 responden 4 responden 7 responden 20 responden
responden
Jenis Diabetes Mellitus Diabetes Mellitus Tipe Diabetes Mellitus Diabetes Mellitus Diabetes Mellitus
penyakit II
Hasil proses penyembuhan derajat luka diabetik Dari hasil penelitian Hasil rata-rata jumlah setelah dilakukan
Ukur luka diabetic sebelum responden sesudah terhadap 4 kasus yang kolonisasi bakteri perawatan selama dua
diberikan perawatan pemberian terapi madu pengukurannya Staphylococcus
minggu secara umum
luka metode modern di RW 011 Kelurahan dilakukan sebelum aureus sebelum
dressing menggunakan Pegirian, Surabaya dilakukan perawatan dilakukan perawatan terjadi perbaikan luka
madu, yaitu sebagian adalah derajat luka sebagai control dari luka menggunakan menjadi lebih bersih
besar 14 responden kategori sedang. Dari kondisi luka yang madu adalah 306
dan mengecil seperti
(46,7%)mengalami hasil tersebut relative tidak sama, cfu/ml dan hasil rata-
luka grade III. didapatkan ada terutama terhadap luka rata jumlah hasil skala design rata-
Kemudian setelah pengaruh pemberian pada kasus 4 dengan kolonisasi bakteri rata dari empat kasus
diberikan perawatan terapi madu terhadap kondisi luka yang Staphylococcus
dari skor 21 menjadi 11
luka metode modern derajat luka di RW cukup luas dan banyak aureus setelah
dressing menggunakan jaringan nekrosis dilakukan perawatan dan tidak ada hungan
madu didapatkan 011, Kelurahan maka hasil akhir hanya luka menggunakan antara usia dengan
sebagian besar 14 Pegirian, Surabaya terjadi perubahan yang madu adalah 178,71 respon madu terhadap
responden (46,7%) sedikit dari skor 25 cfu/ml. Terdapat
proses penyembuhan
mengalami luka grade menjadi 18, sementara pengaruh perawatan
II. Sedangkan uji terhadap kasus 1-3 luka menggunakan luka ganren.
hipotesis dengan kondisi luka relative madu terhadap
tingkat nilai ringan sehingga pada kolonisasi bakteri
kemaknaan p<α (α= akhir perawatan terjadi Staphylococcus
0,05) didapatkan dari perubahan dan aureus pada luka
hasil uji Wilcoxon perbaikan luka yang diabetik pasien
diketahui nilai p= cukup signifikan Diabetes Mellitus di
0,001< 0,05. Artinya dengan rata-rata skor wilayah kerja
bahwa Ho ditolak 19 menjadi 8 Puskesmas Rambipuji
sedangkan Hi diterima Kabupaten Jember
artinya ada perbedaan dengan nilai p = 0,000
pretest dan postest (p<0,05) dan rata-rata
perawatan luka metode penurunan jumlah
modern dressing kolonisasi bakteri
menggunakan madu Staphylococcus
terhadap proses aureus sebesar
penyembuhan luka 127,286 cfu/ml.
diabetik.
Waktu Tidak disebutkan Dilakukan selama 2 Dilakukan selama 2 Dilakukan satu kali Dilakukan selama 2
minggu minggu dalam sehari sebanyak minggu
4 kali dan
membutuhkan waktu
sekitar 30 sampai 60
menit untuk setiap
perawatan.
Alat ukur Tidak disebutkan dilihat dari perbedaan Menggunakan alat Alat pengumpulan Menggunakan alat ukur
hasil penilaian status ukur design terdiri data yang digunakan design terdiri dari:
luka pada seluruh dari: check list dalam penelitian ini
check list
parameter penilaian. adalah colony counter
dan lembar observasi
jumlah kolonisasi
Staphylococcus
aureus.
Hasil Ukur Berdasarkan hasil penelitian, uraian teori dan Berdasarkan dua hasil penelitian, peneliti
penelitian terdahulu, peneliti berpendapat bahwa berpendapat bahwa setiap responden yang menjalani
setiap responden yang menjalani terapi audio terapi audio Murottal Al-Qur’an yang dilakukan pada
murottal Q.s Ar-Rahman yang dilakukan pada pasien Pre Operasi Katarak dengan Hipertensi
pasien pre-operasi katarak yang masih mengalami mengalami perbedaan tekanan darah pada pasien pre
tekanan psikis dengan meningkatnya rasa cemas operasi katarak dengan hipertensi sebelum dan
yang di alami pasien. Setelah dilakukan terapi sesudah diberikan terapi Murottal Al-Qur’an sehingga
audio murottal Q.s Ar-Rahman dengan ada pengaruh terapi murottal Al-Qur'an terhadap
mengintervensi kecemasan pasien, terjadinya tekanan darah pasien pre operasi katarak dengan
perbedaan dikarenakan responden dapat hipertensi.
kooperatif sedikit demi sedikit mengikuti dan
menerima tindakan yang dilakukan peneliti
dengan melakukan terapi audio Q.s Ar-Rahman
yang mempunyai pengaruh secara tidak langsung
terhadap tingkat kecemasan pasien.
Waktu Selama 25 menit Diberikan terapi murrotal Al—Qur’an sebanyak 3
kali dalam sehari yaitu saat pasien opname, jam
19.00 Wib dan 1 jam pre operasi.
Alat ukur Instrumen pengumpulan data yang digunakan Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah
adalah audio murottal QS Ar-Rahman dan audio murottal QS Ar-Rahman, lembar observasi dan
kuesioner HARS untuk mengukur tingkat spygnomanometer air raksa yang telah dikalibrasi.
kecemasan.
b. Efektifitas Teknik Relaksasi Imajinasi Terbimbing Dan Nafas Dalam Terhadap Penurunan Kecemasan Pada Pasien
Pre Operasi
Efektifitas Teknik Relaksasi Imajinasi Terbimbing Pengaruh tehnik relaksasi guide imagery terhadap
Judul Jurnal Dan Nafas Dalam Terhadap Penurunan tingkat kecemasan pasien preoperasi katarak
Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi
Dalam penelitian menunjukkan bahwa responden Tingkat kecemasan pasien pre-operasi katarak
yang dilakukan tindakan nafas dalam diperoleh sebelum dilakukan teknik relaksasi guided imagery
selisih rata-rata rentang kecemasan sebesar 8,3 memiliki skor rata-rata 13,48, dengan nilai minimum
lebih rendah dibandingkan dengan setelah 9 dan nilai maksimum 17. Kemudian pada kelompok
dilakukan imajinasi terbimbing dengan selisih kontrol memiliki skor rata-rata 13,05, dengan nilai
rata- rata sebesar 9,07. Dari hasil penelitian minimum 8 dan nilai maksimum 17. Sedangkan
relaksasi imajinasi terbimbing diperoleh rata-rata tingkat kecemasan pada pasien pre-operasi katarak
penurunan kecemasan sebesar 9,07, lebih tinggi setelah diberi intervensi teknik guided imagery
dibandingkan dengan sesudah dilakukan terapi mengalami penurunan menjadi 8,57, dengan nilai
nafas dalam dengan rata-rata sebesar 8,3. Dengan minimum 3 dan nilai maksimum 13. Kemudian pada
Hasil Ukur demikian relaksasi imajinasi terbimbing lebih kelompok kontrol menjadi 8,62 dengan nilai
efektif dibandingkan terapi nafas dalam. Imajinasi minimum 4 dan nilai maksimum 13. Hasil penelitian
terbimbing lebih efektif dibandingkan dengan dan uji paired sample t-test pada skore tingkat
nafas dalam karena dalam melakukan relaksasi kecemasan pada kelompok intervensi dan kontrol
imajinasi terbimbing tidak hanya mengatur pola diperoleh nilai signifikasi pvalue=0,000 (p-value<
nafas yang dapat merangsang saraf parasimpatis α(0,05), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
menghambat sistem pusat simpatis untuk pengaruh teknik guided imagery dalam penurunan
mengendalikan denyut jantung sehingga tingkat kecemasan pada pasien pre-operasi katarak
menyebabkan tubuh menjadi rilek, teknik
imajinasi terbimbing juga membentuk suatu
bayangan yang indah yang dapat diterima
sebagai rangsang
berbagai panca indera, sehingga ketegangan akan
dikeluarkan dan tubuh akan menjadi rileks dan
nyaman.
31
sesudah diberikan terapi
31
32
madu. Derajat luka katagori ringan bertambah jumlahnya dari 1 (10%) menjadi 3
responden (30%), derajat luka sedang juga berubah dari yang semula tidak ada
menjadi 4 responden (40%), dan untuk derajat luka berat terjadi penurunan dari 9
orang (90%) menjadi 3 orang (30%). Dan dari hasil uji statistik menggunakan
Wilcoxon diperoleh ρ=0,023 yang berarti ada pengaruh terapi madu terhadap luka
diabetikum.
Pada penelitian Nabhani dan Yuli Widiyastuti mengenai “Pengaruh Madu
Terhadap Proses Penyembuhan Luka Gangren Pada Pasien Diabetes Melitus”
yang dilakukan di poliklinik omah luka, dengan penelitian menggunakan pre and
post with control group. Instrument yang digunakan yaitu alat ukur DESIGN,
terdiri dari: check list. Analisis univariat berdasar jenis kelamin responden 4
responden 75
% wanita (3 orang) dan 25% Laki-laki (1 orang) insiden tersebut senada dengan
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 yang baru dirilis Kementerian
Kesehatan (Kemkes) obesitas pada perempuan cenderung lebih tinggi dibanding
laki-laki. Perempuan meningkat dari 14,8% (2007) mennjadi 32,9% (2013),
sedangkan laki-laki hanya 13,9% menjadi 19,7%. Dari hasil penelitian terhadap 4
kasus yang pengukurannya dilakukan sebelum dilakukan perawatan sebagai
control dari kondisi luka yang relative tidak sama, terutama terhadap luka pada
kasus 4 dengan kondisi luka yang cukup luas dan banyak jaringan nekrosis maka
hasil akhir hanya terjadi perubahan yang sedikit dari skor 25 menjadi 18,
sementara terhadap kasus 1-3 kondisi luka relative ringan sehingga pada akhir
perawatan terjadi perubahan dan perbaikan luka yang cukup signifikan dengan
rata-rata skor 19 menjadi 8. Dapat disimpulkan bahwa madu memiliki manfaat
untuk membantu proses penyembuhan luka gangrene pasien diabetes mellitus,
hasil uji data menggunakan paired t test mendapatkan hasil t hitung 5.000 dan p
value 0.015 karena hasil t hitung 5.000 diatas harga atau > table t:2.35 dan p <
dari 0.05, maka disimpulkan ada manfaat madu untuk mempercepat proses
penyembuhan luka gangrene sehingga hipotesis yang berbunyi ada manfaat madu
terhadap penyembuhan luka gangrene di terima. Namun demikian penelitian ini
masih terdapat keterbatasan seperti jumlah sample yang terbatas hanya 4 dengan
kondisi luka yang relative tidak sama dan design penelitian tidak menggunakan
variable
33
control, sehingga kurang bisa mengukur secara akurat manfaat madu untuk proses
penyembuhan luka.
Pada peneilitian Nuril Huda,dkk mengenai “Pengaruh Perawatan Luka
Menggunakan Madu Terhadap Kolonisasi Bakteri Staphylococcus Aureus pada
Luka Diabetik Pasien Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Rambipuji
Kabupaten Jember” didapatkan hasil bahwa rata-rata jumlah kolonisasi bakteri
Staphylococcus aureus sebelum dilakukan perawatan luka menggunakan madu
adalah 306 cfu/ml dan hasil rata-rata jumlah kolonisasi bakteri Staphylococcus
aureus setelah dilakukan perawatan luka menggunakan madu adalah 178,71
cfu/ml. Terdapat pengaruh perawatan luka menggunakan madu terhadap
kolonisasi bakteri Staphylococcus aureus pada luka diabetik pasien Diabetes
Mellitus di wilayah kerja Puskesmas Rambipuji Kabupaten Jember dengan nilai p
= 0,000 (p<0,05) dan rata- rata penurunan jumlah kolonisasi bakteri
Staphylococcus aureus sebesar 127,286 cfu/ml.
Pada penelitian Nabhani dan Yuli Widiyastuti mengenai “Hubungan Usia
dengan Respon Madu Terhadap Proses Penyembuhan Luka Gangren pada Pasien
Diabetes Melitus” di Poliklinik Omah dengan metode penelitian Correlation
Design Cros Sectional dengan variable bebas usia dan variable terikat luka
gangren yang dilakukan kepada 4 responden 75% wanita (3 orang) dan 25% pria
(1 orang). Berdasarkan umur dari 4 responden 75% berusia >60 th yang tergolong
lansia. Karakteristrik berdasarkan luka dari 4 kasus menurut skala design 2 kasus
tergolong berat (skor >20) dan 2 kasus tergolong sedang (skor <20). Setelah
dilakukan perawatan luka masing-masing kasus tidak memberikan respon yang
sama.. Perawatan luka dilakukan selama dua minggu dengan cara mengompres
luka dengan madu. Secara umum terjadi perbaikan luka menjadi lebih bersih dan
mengecil seperti skala design rata-rata dari 4 kasus dari skor 21 menjadi 11.
Dengan ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan
respon madu terhadap proses penyembuhan luka gangren namun kompres madu
dapat diberikan untuk perawatan luka gangren. Penelitian ini memiliki
kekurangan yaitu pada jurnal tidak dijelaskan prosedur terapi madu untuk
penyembuhan luka gangren.
34
Dari lima jurnal yang kami temukan, kelima jurnal menyatakan bahwa
terapi madu untuk luka diabetes berpengaruh terhadap penyembuhan luka
gangrene pada penderita diabetes mellitus. Dari kelima jurnal, hanya jurnal
Fauziyah Sundari,dkk dan Nuril Huda,dkk yang mejelaskan prosedur terapi madu
untuk penyembuhan luka gangrene yaitu dilakukan setiap hari selama 2 minggu
sebanyak 2 kali dalam sehari dan dilakukan sebanyak 4 kali dalam sehari selama
30-60 menit.
Terapi pemberian madu merupakan terapi yang bertujuan untuk membantu
proses penyembuhan pada luka gangrene pada pasien yang menderita diabetes
mellitus. Terapi pemberian madu ini diberikan dengan cara mengoleskan madu
pada luka kemudian ditutup atau diberi balutan. Terapi madu ini efektif diberikan
karena madu mengandung zat gula fruktosa dan glukosa yang merupakan jenis
gula monosakarida yang mudah diserap oleh usus. Selain itu, madu mengandung
vitamain, asam amino, mineral, antibiotik dan bahan-bahan aroma terapi. Pada
umumnya madu tersusun atas 17,1 % air, 82,4 % karbohidrat total, 0,5% protein,
asam amino, vitamin dan mineral. Selain asam amino nonesensial ada jug asam
amino esensial diantaranya listin, hystadin, tritofan. Karbohidrat yang terkandung
dalam madu termasuk tipe karbohidrat sederhana. Karbohidrat tersebut umumnya
terdiri dari 38,5% fruktosa dn 31% glukosa. Sisanya 12,9% karbohidrat yang
tersusun dari maltose, sukrosa, dan gula lain (Intanwidya, 2006 dalam Kartini,
2009). Kemudian cara perawatan luka gangrene dengan madu secara rutin akan
lebih baik, dari jaman dulu madu sangat dipercaya oleh masyarakat untuk
berbagai jenis pengobatan termasuk luka madu juga mudah didapat selain itu
efektif dalam proses penyembuhan luka karena kandungan airnya rendah, juga PH
madu yang asam serta kandungan hidrogen peroxidanya mampu membunuh
bakteri dan mikroorganisme yang masuk kedalam tubuh kita. Selain itu madu juga
mengandung antibiotika sebagai antibakteri dan antiseptik menjaga luka
(Hammad, 2013).
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa responden yang telah
diberikan terapi komplementer pemberian madu pada luka gangrene selama 2
minggu dengan pemberian 2-4 kali dalam sehari selama 30-60 menit
menunjukkan adanya perubahan pada kondisi luka gangrene.
35
hasil ρvalue <ᾀ (0,05), berarti terdapat perbedaan tekanan darah sistole dan
diastole sebelum dan sesudah berikan terapi pada kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol. Hasil ini menunjukan ada pengaruh pemberian terapi murottal
Al-Qur’an terhadap kecemasan dengan Hipertensi pada pasien pre-operasi katarak.
Dari dua jurnal yang kami temukan di hasil penelitinnya, kedua jurnal ini
mengatakan bahwa pemberian terapi murottal Al-Qur’an berpengaruh Terhadap
kecemasan pada pre-operasi katarak. Dari kedua jurnal yang kelompok
menjelaskan prosedur terapi murrotal Al-Qur’an yaitu selama 25 menit sebanyak
3 kali dalam sehari yaitu saat pasien opname, jam 19.00 Wib dan 1 jam pre
operasi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahida dan Andraini (2015),
menunjukan bahwa ada hubungan yang cukup bermakna antara diberikan terapi
audio murrotal dengan yang tidak diberikan audio terhadap kadar β-Endorphin.
Terapi dengan mendengarkan bacaan Al-Qur’an murrotaldengan tempo yang
lambat serta harmonisasi dapat menurunkan hormon-hormons stress penyebabb
depresi, mengaktifkan hormon endorphin alami, meningkatkan relaksasi, dan
dapat mengalihkan perhatian dari rasa takut, kecemasan dan ketegangan.
Berdasarkan hasil penelitian, uraian teori dan penelitian terdahulu peneliti
berpendapat bahwa setiap responden yang menjalani terapi audio murrotal yang
dilakukan pada pasien pre-operasi katarak yang masih mengalami tekanan psikis
dengan meningkatnya rasa cemas yang di alami pasien. Setelah dilakukan terapi
audio murrotal dengan mengintervensi kecemasan pasien, terjadi perbedaan
dikarenakan responden dapat kooperatif sedikit demi sedikit mengikuti dan
menerima tindakan yang dilakukan peneliti dengan melakukan terapi audio yang
mempunyai pengaruh secara tidak langsung terhadap tingkat kecemasan pasien.
39
DAFTAR PUSTAKA
Al Anshori, N. H., Widayati, N., & Ardiana, A. (2014). Pengaruh Perawatan Luka
Menggunakan Madu terhadap Kolonisasi Bakteri Staphylococcus Aureus
pada Luka Diabetik Pasien Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas
Rambipuji Kabupaten Jember (The Effect of Wound Care Using Honey on
Staphylococcus Aureus Bac. Pustaka Kesehatan, 2(3), 499-506.
Antoro, B., & Amatiria, G. (2018). Pengaruh Tehnik Relaksasi Guide Imagery
terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Preoperasi Katarak. Jurnal Ilmiah
Keperawatan Sai Betik, 13(2), 239-243.
Nabhani, N., & Widyastuti, Y. (2018). Hubungan Usia dengan Respon Madu
terhadap Proses Penyembuhan Luka Gangren pada Pasien Diabetes
Mellitus. Proceeding of The URECOL, 222-226.
Perkeni. 2006. Empat Pilar Pengelolaan Diabetes. [online]. Tersedia : http ://ww
w.smallcrab.com/ . [diakses 8 November 2019]
Siswoyo, S., Setyowati, S., & A'la, M. Z. (2017). Pengaruh Terapi Murottal Al-
Qur'an terhadap Tekanan Darah Pasien Pre Operasi Katarak dengan
Hipertensi di Ruang Tulip Rumah Sakit Daerah dr. Soebandi Jember (The
Effect of The Murottal Al-Qur’an Therapy on Blood Pressure of Pre
Operative Cataract Patients with Hypertension in Tulip Inpatient Ward of
dr. Soebandi Hospital, Jember). Pustaka Kesehatan, 5(1), 77-83.
Sundari, F., & Tjahjono, H. D. (2018). Pengaruh Terapi Madu Terhadap Luka
Diabetik Pada Pasien Dengan Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Rw 011
Kelurahan Pegirian Surabaya. Keperawatan, 6(1).
Syafei, A., & Suryadi, Y. (2018). Pengaruh Pemberian Terapi Audio Murottal
Qur’an Surat Ar-Rahman terhadap Tingkat Kecemasan pada Pasien Pre-
Operasi Katarak Senilis. Jurnal Kesehatan, 9(1), 126-130.
WHO, 2006. Defenition, Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus and Its
Complication.