Anda di halaman 1dari 45

ANALISIS JURNAL INTERVENSI PADA PASIEN GANGGUAN

SISTEM INTEGUMEN DAN SISTEM SENSORI PERSEPSI


diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah III dosen pengampu : Nina Gartika, S.Kp., M.Kep

Disusun oleh:
Kelompok 4
Hilda Herdiyani 032016030
Nurasyifa Anugrah F 302017053
Puput Putri Kusuma W 302017054
Rizki Julia Wahyuni 302017062
Rizki Maulana R 302017063
Siti Amanah 302017070
Suci Pratiwi 302017072
Wida Ningsih 302017080
Widya Astuti 302017081
Zelfira Latifah Dewi 302017087

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN KELAS 3-B


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG
Jl. K. H. Ahmad Dahlan Dalam (Banteng Dalam) No. 6 Bandung
2019
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah SWT yang melimpahkan kasih dan sayangnya kepada
kita semua khususnya kepada penulis, sehingga penulis dapat membuat makalah
ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan
kepada nabi besar kita nabi Muhammad SAW.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah III dan dalam penyusunannya pun penulis
mendapatkan bantuan dari dosen mata kuliah yang bersangkutan, dari teman-
teman dan dari referensi buku serta artikel media massa.
Penyusunan makalah ini belum mencapai kata sempurna, sehingga penulis
dengan menerima kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun
sehingga di kemudian hari penulis dapat membuat makalah jauh lebih baik dari
makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca
serta menjadi inspirasi bagi pembaca.

Bandung, November 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................1
B. Metode Penelusuran Bukti............................................................................2
C. Rumusan Masalah.........................................................................................3
BAB II HASIL TELAAH JURNAL........................................................................5
A. Hasil Penelusuran Bukti................................................................................5
B. Perbandingan Jurnal....................................................................................23
BAB III PEMBAHASAN......................................................................................31
A. Sistem Integumen........................................................................................31
B. Sistem Sensori Persepsi..............................................................................35
BAB IV PENUTUP...............................................................................................39
A. Kesimpulan.................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................40
BAB I
PENDAHULUA
N
A. Latar Belakang Masalah
Diabetes Mellitus (DM) merupakan kategori penyakit tidak menular (PTM)
yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional,
nasional maupun lokal. Salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu
mengalami peningkatan penderita setiap tahun di negara-negara seluruh dunia.
Diabetes merupakan serangkaian gangguan metabolik menahun akibat pankreas
tidak memproduksi cukup insulin, sehingga menyebabkan kekurangan insulin
baik absolut maupun relatif, akibatnya terjadi peningkatan konsentrasi glukosa
dalam darah. (Perkeni, 2006)
World Health Organization (WHO) memprediksi adanya peningkatan
jumlah diabetisi (penderita diabetes) yang cukup besar dari 8,4 juta jiwa pada
tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2030 dengan pertumbuhan
sebesar 152% (WHO, 2006).
Prevalensi diabetes mellitus di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2007 sebesar 5,7%. Riskesdas juga melaporkan bahwa
penderita diabetes mellitus di provinsi Riau berada di urutan nomor tiga tertinggi
di Indonesia (Balitbangkes, 2008). Prevalensi DM tertinggi di Kalimantan Barat
dan Maluku Utara yaitu 11,1%, kemudian Riau sekitar 10,4% sedangkan
prevalensi terkecil terdapat di Provinsi Papua sekitar 1,7% (PERKENI, 2011).
Soewondo dan Pramono (2011), melanjutkan penelitian dari Riskesdas, dari 5,7%
total penderita diabetes di Indonesia, sekitar 4,1% kategori diabetes mellitus tidak
terdiagnosis dan 1,6% diabetes mellitus.
Menurut Perkeni (2006), terdapat banyak faktor yang berpengaruh terhadap
kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 diantaranya, riwayat keluarga dengan diabetes,
umur, riwayat lahir dengan berat badan rendah (<2,5 kg). Serta terdapat faktor
yang meningkatkan risiko penyakit Diabetes Mellitus yakni berat badan lebih,
kurangnya aktivitas fisik atau gaya hidup, pola makan, hipertensi, dislipidemia,
diet tidak sehat dan stress.

1
2

Katarak adalah kekeruhan lensa mata yang dapat menghambat cahaya


masuk ke mata. Menurut WHO, kebanyakan katarak terkait dengan masalah
penuaan, meskipun kadang-kadang anak-anak dapat lahir dengan kondisi katarak
kongenital, atau katarak dapat berkembang setelah trauma, peradangan atau
karena suatu penyakit. Lensa menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu, dan
ketajaman penglihatan berkurang. Katarak terjadi apabila protein pada lensa yang
secara normal transparan terurai dan mengalami koagulasi. Katarak merupakan
keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan
cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-duanya. Biasa mengenai
kedua mata dan berjalan progresif. (Margarita, 2015)
Menurut data Riskesdas 2013, prevalensi kebutaan penduduk usia 6 tahun
ke atas secara nasional sebesar 0,4 % dari 33 provinsi yang ada di Indonesia.
Sebesar 0,78% katarak dapat menyebabkan kebutaan, kemudian glaukoma sebesar
0,2%, kelainan refraksi sebesar 0,14%, dan penyakit lain yang berhubungan
dengan usia lanjut sebesar 0,38% dapat menyebabkan kebutaan. Pada penelitian
Shah SP et al (2011) tentang ukuran visus penderita katarak yang akan dioperasi
pada negara- negara berkembang didapatkan sekitar 72% pasien menjalani operasi
dalam keadaan buta akibat katarak atau memiliki gangguan penglihatan parah.
Proporsi ini bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan suatu negara (15%
pada penelitian di negara berkembang yang sangat tinggi, 62% pada penelitian di
negara berkembang menengah sampai tinggi, 80% pada penelitian di negara
berkembang menengah ke bawah, dan 90% pada penelitian di negara
berkembang rendah; P
<0,001). (Margarita, 2015)

B. Metode Penelusuran Bukti


Metode penelusuran jurnal ini berasal dari google scholar yang diakses pada

tanggal 4 November 2019 dan 6 November 2019. Penulis menemukan jurnal

tentang terapi luka pada pasien DM, terapi murotal, terapi relaksasi imajinasi dan

nafas dalam terhadap kecemasan pada pasien pre operatif penyakit katarak.

Penulis memilih sembilan jurnal yang akan dianalisa yaitu lima jurnal terapi

madu pada
3

luka DM, dua jurnal terapi murotal terhadap kecemasan pasien pre operatif

katarak, dan dua jurnal terapi relaksasi imajinasi dan nafas dalam terhadap

kecemasan pada pasien pre operatif katarak. Review singkat sembilan jurnal yang

digunakan dapat merujuk pada point berikut.

C. Rumusan Masalah
1. Sistem Integumen
a. P (Patient, Population, Problem)
Pasien dengan diabetes melitus type II yang memiliki luka.
b. I (Intervention)
Perawatan luka pada pasien diabetes melitus type II dengan menggunakan
kompres madu.
c. C (Comparison/Control)
Jumlah sampel berbeda-beda, perawatan luka secara alami juga dapat
dilakukan dengan minyak zaitun atau aloe vera.
d. O (Outcome)
Tujuan yang diharapkan dalam telaah jurnal ini adalah mendapatkan
prosedur penatalaksanaan yang tepat dan efisien terhadap perawatan luka
pada pasien diabetes melitus type II.
2. Sistem Sensori Persepsi
a. P (Patient/ Problem)
Pasien katarak yang akan menjalani operasi dengan gangguan kecemasan.
b. I (Intervertion)
Intervensi yang akan diberikan pada pasien preoperasi katarak dengan
dilakukan terapi murotal, tekhnik relaksasi imajinasi terbimbing dan nafas
dalam.
c. C (Comparisson)
Jumlah sampel berbeda-beda dan jenis intervensi berbeda yaitu terapi
murotal dan tehnik relaksasi imajinasi terbimbing dan nafas dalam
4

d. O (Outcome)
Tujuan yang diharapkan dalam telaah jurnal ini adalah memberikan
intervensi yang tepat dan efisien bagi penurunan tingkat kecemasan pada
pasien preoperasi katarak
BAB II
HASIL TELAAH JURNAL
A. Hasil Penelusuran Bukti
1. Sistem Integumen

No Jurnal Validitas I A
1. Judul : V1. Validitas seleksi Penelitian ini Penelitian ini sangat efektif untuk
Efektifitas Perawatan Populasi yang diambil dalam penelitian ini dilakukan untuk penyembuhan luka ataupun untuk
Luka Diabetik Metode menggunakan 30 responden di RSUD. Prof. mengetahui menurunkan grade luka diabetes
Modern Dressing Dr. Soekandar Mojosari yang menderita efektifitas terapi melitus type 2
Menggunakan Madu penyakit dm type 2 dengan madu pada
Terhadap Proses luka diabetes
Penyembuhan Luka V2. Validitas Informasi melitus type 2
Desain penelitian yang dilakukan adalah
Penulis : penelitian pre-experimental dengan rancangan
Edy Siswantoro one group pretest-posttest.

Publisher : V3. Validitas Perancu


Program Studi Ilmu Dalam penelitian ini tidak terdapat variabel
Keperawatan, STIKES perancu yang dijelaskan oleh peneliti.
Dian Husada Mojokerto
V4. Validitas Analisis

5
Uji hipotesis dengan tingkat nilai kemaknaan
p<α (α= 0,05) didapatkan dari hasil uji
Wilcoxon diketahui nilai p= 0,001< 0,05
dengan uji validitas Wilxocon diperoleh hasil
p=0,001.

V5. Validitas Eksternal


Tidak dijelaskan oleh peneliti mengenai
validitas eksternanya.
2. Judul : V1. Validitas seleksi Penelitian ini di Penelittian ini sangat efektif untuk
Pengaruh terapi madu Populasi yang diambil dalam penelitian ini lakukan untuk penyembuhan luka ataupun untuk
terhadap luka deabetik menggunakan 10 responden di rw 011 mengetahui menurunkan grade luka diabetes
pada pasien deabetes kelurahan pegirian Surabaya yang menderita efektifitas terapi mellitus type 2.
mellitus type 2 di rw 011 penyakit dm type 2. dengan madu pada
kelurahan pegirian luka diabetes
Surabaya V2. Validitas informasi mellitus type 2.
Desain penelitian yang di lakukan adalah
Penulis : penelitian pra eksperimental dengan
Fauziyah Sundari, Hendro pendekatan one-group pre-post test.
Djoko V3. Validitas perancu
Dalam penelitian ini tidak variabel perancu
yang di jelaskan oleh peneliti.

V4. Validitas analisis


distribusi derajat luka responden setelah
dilakukan terapi madu, terlihat bahwa dari 10
responden terdapat 4 orang (40%) mengalami
derajat sedang, sebanyak 3 orang (30%)
mengalami derajat ringan dan berat.

V5. Validitas Eksternal


Menurut Hastuti (2008), madu merupakan
salah satu obat untuk proses penyembuhan
luka yang tertua yang pernah ada, yang
berfokus untuk mengatasi atau mempercepat
penyembuhan luka.

3. Judul : V1. Validitas seleksi Penelitian ini untuk Penelitian ini penting karena dapat
Pengaruh Madu Terhadap Penelitian ini menggunakan rancangan quasy mengetahui menyembuhkan pasien luka
Proses Penyembuhan eksperimen. Dengan populasi seluruh pasien Pengaruh Madu gangrene pada diabetes mellitus
Luka Gangren Pada kunjungan dipoliklinik omah luka sejumlah Terhadap Proses
Pasien Diabetes Mellitus 20, dan diambil 4 responden dengan penderita Penyembuhan
Penulis : luka diabetes melitus. Luka Gangren Pada
Nabhani, Yuli Widyastuti Pasien Diabetes
V2. Validitas informaasi Mellitus
Publisher : Penelitian in menggunakan pre and post with
DIII Keperawatan Stikes control group. Instrument yang digunakan
PKU Muhammadiyah yaitu alat ukur DESIGN, terdiri dari: check
Surakarta list.
V3. Validitas perancu
Dalam penelitian ini tidak disebutkan adanya
variable perancu

V4. Validitas analisis


Analisis univariat berdasar jenis kelamin
responden 4 responden 75 % wanita (3 orang)
dan 25% Laki-laki (1 orang) insiden tersebut
senada dengan Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2013 yang baru dirilis
Kementerian Kesehatan (Kemkes) obesitas
pada perempuan cenderung lebih tinggi
dibanding laki-laki. Perempuan meningkat
dari 14,8% (2007) menjadi 32,9% (2013),
sedangkan laki-laki hanya 13,9% menjadi
19,7%. 8Dari analisis bivariat diperoleh hasil
t hitung 5.000 dan p value 0.015 karena hasil t
hitung 5.000 diatas harga atau > table t: 2.35
dan p < dari 0.05, maka disimpulkan ada
manfaat madu untuk mempercepat proses
penyembuhan luka gangrene sehingga
hipotesis yang berbunyi ada manfaat madu
terhadap penyembuhan luka gangrene di
terima. Dan keeratan pengaruh paired sample
correlation 0,577 (57%) sehingga mempunyai
pengaruh yang sedang.

V5. Validitas eksternal


Pada penelitian ini tidak dijelaskan oleh
peneliti validitas eksternalnya.

4. Judul: V1. Validitas Seleksi Penelitian ini Penggunaan terapi madu pada
Pengaruh Perawatan Luka Penelitian ini menggunakan desain pre penting, karena penelitian ini mudah diterapkan
Menggunakan Madu eksperiment: one group pretest and posttest dapat mengetahui sehingga disarankan untuk
terhadap Kolonisasi dengan melakukan perhitungan kolonisasi pengaruh diterapkan kepada pasien dengan
Bakteri Staphylococcus bakteri Staphylococcus Aureus sebelum dan perawatan luka diabetes melitus yang memiliki
Aureus pada Luka setelah intervensi. Populasi pada penelitian ini menggunakan luka.
Diabetik Pasien Diabetes yaitu 132 pasien Diabetes Mellitus. madu terhadap
Mellitus di Wilayah Kerja kolonisasi bakteri
Puskesmas Rambipuji V2. Validitas Informasi staphylococcus
Kabupaten Jember Teknik pengambilan sampel menggunakan aureus pada luka
consecutive sampling. Pengambilan sampel diabetik pasien
Penulis: dalam penelitian ini didasarkan pada diabetes mellitus
Nuril Hudha Al Anshori responden yang mememenuhi kriteria inklusi. yang dapat
Nur Widayati mempengaruhi
Anisah Ardiana V3. Validitas Perancu proses
Dalam penelitian ini tidak disebutkan adanya penyembuhan luka
Publisher: variable perancu. dengan
Program Studi Ilmu berkurangnya
Keperawatan, Universitas V4. Validitas Analisis jumlah colonisasi
Jember Mayoritas responden adalah perempuan yaitu bakteri
sebanyak 5 orang (71,4%). Sebagian besar staphylococcus
responden berpendidikan sekolah dasar (SD) aureus.
yaitu sebanyak 4 orang (57,1%). Pekerjaan
responden sebagian besar adalah petani yaitu
sebanyak 4 orang (57,1%).

V5. Validitas Eksternal


Pada peneilitian ini tidak dijelaskan oleh
peneliti validitas eksternalnya.
5. Judul: V1. Validitas Seleksi Penelitian ini Penggunaan terapi kompres madu
Hubungan Usia dengan Penelitian ini menggunakan metode penting, karena pada penelitian ini sangat mudah
Respon Madu Terhadap Correlation Design Cros Sectional. Populasi dapat mengetahui diterapkan sehingga disarankan
Proses Penyembuhan dalam penelitian ini adalah seluruh pasien hubungan antara untuk diterapkan kepada pasien.
Luka Gangren pada kunjungan di poliklinik omah sejumlah 20 usia terhadap
Pasien Diabetes Melitus. jumlah sample 4. proses
penyembuhan luka
Penulis: V2. Validitas Informasi menggunakan
Nabhani Penelitian ini menggunakan teknik penelitian terapi kompres
Yuli Widyastuti Accidental sample, variable bebas usia dan madu.
variable terikat penyembuhan luka gangrene.
Publisher:
Program Studi Diploma Instrument menggunakan alat ukur Design
III Keperawatan STIKes menurut Sugawa dkk.
PKU Muhammadiyah
Surakarta V3. Validitas Perancu
Dalam penelitian ini tidak disebutkan adanya
variable perancu.

V4. Validitas Analisis


Analisis univariate berdasarkan jenis kelamin
responden 4 responden 75% wanita (3 orang)
dan 25% pria (1 orang). Berdasarkan umur
dari
4 responden 75% berusia >60 th yang
tergolong lansia. Karakteristrik berdasarkan
luka dari 4 kasus menurut skala design 2
kasus tergolong berat (skor >20) dan 2 kasus
tergolong sedang (skor <20). Setelah
dilakukan perawatan luka masing-masing
kasus tidak memberikan respon yang sama.
Hal ini disebabkan oleh banyak faktor.
Namun, setelah dilakukan perawatan selama
dua minggu secara umum terjadi perbaikan
luka menjadi lebih bersih dan mengecil
seperti skala design rata-rata dari 4 kasus dari
skor 21
menjadi 11.
V5. Validitas Eksternal
Pada peneilitian ini tidak dijelaskan oleh
peneliti validitas eksternalnya.

2. Sistem sensori persepsi


a. Terapi Murottal Al qur’an Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre-Operasi Katarak

No Jurnal Validitas I A
1. Judul : V1 : Validitas Seleksi Penelitian ini untuk Penelitian ini sangat aplikabel
Pengaruh Pemberian Desain yang digunakan pada penelitian ini mengetahui tingkat untuk diterapkan sebagai tindakan
Terapi Audio Murottal yaitu desain Pre-Eksperimen. Populasi dalam kecemasan mandiri keperawatan non farmako
Qur’an Surat Ar-Rahman penelitian ini adalah seluruh penderita katarak sebelum pemberian sesuai sop
terhadap Tingkat di rumah sakit mata Provinsi Sumatera terapi murottal Qs.
Kecemasan pada Pasien Selatan sebanyak 129 orang. Teknik Ar-Rahman,
Pre-Operasi Katarak pengambilan sampel pada penelitian ini kemudian tingkat
Senilis. dengan cara accidental sampling yang kecemasan diukur
berjumlah 56 responden kembali dengan
Penulis : selang waktu
Abdul Syafei, dan Yogik V2 : Validitas Informasi selama 10 menit
Suryadi Penelitian ini menggunakan rancangan One setelah perlakuan.
Group Pre-Post test. Instrumen pengumpulan
Publisher : data yang digunakan adalah audio murottal QS
Jurnal Kesehatan Ar-Rahman dan kuesioner HARS untuk
Volume 9, Nomor 1, mengukur tingkat kecemasan.
April 2018
Program Studi Ners, V3: Validitas Perancu
STIK Siti Khadijah Dalam penelitian ini tidak terdapat variabel
Palembang, Indonesia. perancu yang dijelaskan oleh peneliti.

V4: Validitas Analisis


dapat dilihat dari 56 responden diketahui
responden dengan kecemasan berat sebanyak
28 (50,0%). Sedangkan kecemasan sangat
berat 28 responden (50,0 %) dan Kecemasan
pasien operasi katarak sesudah dilakukan
terapi murottal Q.s Ar-Rahman yang cemas
sedang sebanyak 16 orang (28,6%). Cemas
berat sebanyak 35 orang (62,5%). Sedangkan
untuk kecemasan sangat berat sebanyak 5
orang (8,9%). Terlihat bahwa kecemasan
pasien pre-operasi katarak yang kecemasan
sangat berat sebelum dilakukan terapi
murottal
Q.s Ar-Rahman dan kecemasan sedang
setelah dilakukan terapi murottal Q.s Ar-
Rahman adalah 1, yang kecemasan
sangat berat
sebelumdilakukan terapi murottal Q.s
ArRahman dan kecemasan berat setelah
dilakukan terapi murottal Q.s Ar-Rahman
adalah 22, kecemasan sangat berat sebelum
dilakukan terapi murottal Q.s Ar-Rahman dan
kecemasan sangat berat sesudah dilakukan
terapi murottal Q.s ArRahman adalah 5. Maka
didapatkan nilai ρvalue =0,000<0,05, yang
berarti ada perbedaan kecemasan sebelum dan
sesudah dilakukan terapi audio Q.s Ar-
Rahman pada pasien pre-operasi katarak.

V5: Validitas Eksternal


Pada penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Wahida dan Andraini
(2015), menunjukkan bahwa ada hubungan
yang cukup bermakna antara diberikan terapi
audio murottal Q.s Ar-Rahman dengan yang
tidak diberikan audio Q.s Ar-Rahman
terhadap
peningkatan Kadar β-Endorphin.
2 Judul: V1. Validitas seleksi Penelitian ini untuk Terdapat perbedaan tekanan darah
Pengaruh Terapi Murottal Penelitian ini merupakan penelitian quasi mengetahui pasien pre operasi katarak dengan
Al-Qur'an terhadap eksperimen dengan rancangan penelitian pengaruh terapi hipertensi sebelum dan sesudah
Tekanan Darah Pasien Pre pretest-posttest with control group design. Murottal Al-Qur’an diberikan terapi Murottal Al-
Operasi Katarak dengan Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien terhadap Tekanan Qur'an, sehingga, ada pengaruh
Hipertensi di Ruang Tulip pre-operasi katarak dengan hipertensi pada Darah Pasien Pre terapi murottal Al-Qur'an terhadap
Rumah Sakit Daerah dr. periode bulan Agustus – Desember 2016. Operasi Katarak tekanan darah pasien pre operasi
Soebandi Jember Tahun Sampelpenelitian ini sebanyak 30 pasien yang dengan Hipertensi. katarak dengan hipertensi. Hasil
2017. diambil secara quota sampling . Mekanisme penelitian ini dapat dijadikan
pengambilan data awal (pretest ) dilaksanakan sumber informasi perawat dalam
Penulis: ketika pasien baru masuk Ruang Tulip. memberikan asuhan keperawatan
Siswoyo, Sulis Setyowati khususnya pasien pre operasi
dan Muhamad Zulfatul V2. Validitas informasi katarak dengan hipertensi.
A'la. Penelitian ini menggunakan rancangan Sehingga asuhan keperawatan
penelitian pretest-posttest with control group yang diberikan lebih efektif dan
Publisher: design (Pra-post tes dengan desain kelompok efisien.
Program Studi Ilmu kontrol). Dimana suatu kelompok diberikan
Keperawatan, Universitas perlakuan untuk menguji perubahan yang
Jember terjadi setelah ekperimen, tetapi dilakukan
observasi pertama (pretest), setelah itu
dilakukan posttest

V3. Validitas perancu


Dalam penelitian ini tidak disebutkan
adanya variable perancu.

V4. Validitas analisis


Karakteristik seluruh pasien preoperasi
katarak dengan hipertensi pada periode bulan
Agustus
– Desember 2016. Ada dua hasil yang
berbeda yaitu pada hasil Analisis Wilcoxon
tekanan darah systole kelompok perlakuan
didapatka p
= 0,000 dan kelompok kontrol didapatkan p =
0,01. Sedangkan, hasil uji wilcoxon tekanan
darah diastole kelompok perlakuan
didapatkan p = 0,01 dan kelompok kontrol
didapatkan p = 0,32. p value < α (0,05),
berarti terdapat perbedaan tekanan darah
sistole dan diastole sebelum dan sesudah
diberikan terapi. Sedangkan berdasarkan hasil
uji Mann Whitney tekanan darah sistole
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
didapatkan p
= 0,000. Sedangkan, hasil uji Wilcoxon
tekanan darah diastole kelompok perlakuan
dan kelompok kontrol didapatkan p = 0,000. p
value < α (0,05), berarti terdapat perbedaan
tekanan darah sistole dan diastole sebelum
dan sesudah diberikan terapi pada kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol.

V5. Validitas eksternal


Pada penelitian ini tidak dijelaskan oleh
peneliti validitas eksternalnya
b. Efektifitas Teknik Relaksasi Imajinasi Terbimbing Dan Nafas Dalam Terhadap Penurunan Kecemasan Pada Pasien Pre
Operasi
No JURNAL VALIDITAS I A
1. Jurnal : V 1 : Validitas Seleksi Penting karena Setelah disimpulkn bahwa
Efektifitas Teknik Dilakukan pada pasien pre operasi dengan penelitian ini dapat relaksasi imajinasi terbimbing
Relaksasi Imajinasi jumlah sampel 60 responden yang mengalami mengurangi dapat mengurangi kecemasan dan
Terbimbing Dan Nafas cemas dengan responden laki-laki 38 orang kecemasan pada terapi ini tidak memerlukan biaya
Dalam Terhadap (63,3%) dan perempuan 22 orang, yang terdiri pasien yang akan yang besar dan dapat diterapkan
Penurunan Kecemasan dari cemas ringan sebanyak 3 orang (5,0%), menghadapi pre kapan saja pada pasien yang
Pada Pasien Pre Operasi cemas sedang sebanyak 28 orang (46,7%) dan operasi mengalami kecemasan dalam
cemas berat sebanyak 29 orang (48,3%). menghadapi pre operasi.
Penulis :
Dino Aprianto; Sri Puguh V 2 : Validitas Infomasi
Kristiyawati, S. ; Eko Ch. Pemberian terapi modalitas oleh Peneliti .
Purnomo Instrumen yang digunakan alat ukur lembar
kuesioner kecemasan Hamilton Rating Scale
Publisher : For Anxiety (HRSA) yang telah dimodifikasi
Karya Ilmiah oleh Uskenat (2012). Penelitian ini dilakukan
dengan cara memberikan pre test dan post
test. Data penelitian dianalisis dengan
menggunakan Analisis Bivariat dilakukan
dengan uji Wilcoxon. Karena data
berdistribusi tidak normal, yang sebelumnya
dilakukan dengan menggunakan uji normalitas
No JURNAL VALIDITAS I A
data yaitu Kolmogorov Smirnov dengan
syarat sampel > 50 responden. Pengambilan
data dilakukan pada tanggal 6 April-6 mei
2013.

V 3 : Validitas Perancu
Penelitian ini mempunyai faktor perancu yaitu
cara pemberian terapi, sikap penguji,
keterampilan, perasaan intern.

V 4 : Variabel Analisis
Dalam penelitian menunjukkan bahwa
responden yang dilakukan tindakan nafas
dalam diperoleh selisih rata-rata rentang
kecemasan sebesar 8,3 lebih rendah
dibandingkan dengan setelah dilakukan
imajinasi terbimbing dengan selisih rata-rata
sebesar 9,07.
Dari hasil penelitian relaksasi imajinasi
terbimbing diperoleh rata-rata penurunan
kecemasan sebesar 9,07, lebih tinggi
dibandingkan dengan sesudah dilakukan
terapi nafas dalam dengan rata-rata
sebesar 8,3.
Dengan demikian relaksasi imajinasi
No JURNAL VALIDITAS I A
terbimbing lebih efektif dibandingkan terapi
nafas dalam. Imajinasi terbimbing lebih
efektif dibandingkan dengan nafas dalam
karena dalam melakukan relaksasi imajinasi
terbimbing tidak hanya mengatur pola nafas
yang dapat merangsang saraf parasimpatis
menghambat sistem pusat simpatis untuk
mengendalikan denyut jantung sehingga
menyebabkan tubuh menjadi rilek, teknik
imajinasi terbimbing juga membentuk suatu
bayangan yang indah yang dapat diterima
sebagai rangsang berbagai panca indera,
sehingga ketegangan akan dikeluarkan dan
tubuh akan menjadi rileks dan nyaman.

V 5 : Validitas Eksternal
Pada penelitian ini dijelaskan oleh peneliti
validitas eksternalnya. Penelitian yang telah
dilakukan oleh Ghovur & Purwoko pada
tahun 2007 tentang “pengaruh napas dalam
terhadap perubahan tingkat kecemasan pada
ibu persalinan kala 1 di pondok
bersalin”
menyimpulkan bahwa masih terdapat 8
No JURNAL VALIDITAS I A
(66,67%) responden dengan kecemasan
sedang dan 4 (33,33%) responden dengan
kecemasan ringan. Hasil penelitian yang
dilakukan Hidayati (2007) yang menguji
pengaruh guided imagery terhadap penurunan
tingkat kecemasan pada
pasien dengan gangguan tidur pada 16 orang
responden menyimpulkan bahwa pada hasil
pengukuran post test terjadi penurunan
kecemasan hanya 38%, sedangkan 62%
lainnya pada kelompok perlakuan masih
mengalami kecemasan baik ringan, sedang,
maupun berat.
2. Judul : V1. Validitas seleksi Penelitian ini untuk Adanya pengaruh tehnik relaksasi
Pengaruh tehnik relaksasi Penelitian ini merupakan jenis penelitianmengetahui guide imagery terhadap tingkat
guide imagery terhadap paired sample t-test. Pada semua pasien pengaruh teknik kecemasan pasien preoperasi
tingkat kecemasan pasien relaksasi guide
preoperasi katarak. Sebanyak 42 orang pasien. katarak. Disarankan bagi tenaga
preoperasi katarak di RS. imagery dengan
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian kesehatan untuk dapat
Permana Sari Bandar ini menggunakan accidental sampling. teknik relaksasi menerapkan teknik relaksasi guide
Lampung 2017 nafas dalam imagery dalam asuhan
V2. Validitas informasi terhadap tingkat keperawatan untuk menurunkan
Penulis : Rancangan penelitian ini adalah pretest- kecemasan pasien tingkat kecemasan pasien pre
postest with control group design. Jenis preoperasi katarak. operasi katarak.
penelitian
No JURNAL VALIDITAS I A
Budi Antoro, Gustop yang digunakan adalah penelitian kuantitatif.
Amatiria dalam penelitian ini sampel dibagi menjadi
dua kelompok yaitu untuk kelompok
intervensi sebanyak 21 responden, dan untuk
kelompok kontrol sebanyak 21 orang. Alat
pengumpul data pada penelitian ini adalah
dengan menggunakan lembar observasi
berdasarkan hasil cek list terhadap 20 soal.
Penilaian yang dilakukan untuk menilai
tingkat kecemasan dengan rentang skor 0-20.

V3. Validitas perancu


Dalam penelitian ini tidak disebutkan adanya
variable perancu.

V4. Validitas analisis


Tingkat kecemasan pasien pre-operasi katarak
sebelum dilakukan teknik relaksasi guided
imagery memiliki skor rata-rata 13,48, dengan
nilai minimum 9 dan nilai maksimum 17.
Kemudian pada kelompok kontrol memiliki
skor rata-rata 13,05, dengan nilai minimum 8
dan nilai maksimum 17.
No JURNAL VALIDITAS I A
Sedangkan tingkat kecemasan pada pasien
pre- operasi katarak setelah diberi intervensi
teknik guided imagery mengalami penurunan
menjadi 8,57, dengan nilai minimum 3 dan
nilai maksimum 13. Kemudian pada
kelompok kontrol menjadi 8,62 dengan nilai
minimum 4 dan nilai maksimum 13
V5. Validitas eksternal
Pada penelitian ini dijelaskan oleh peneliti
validitas eksternalnya
- Penelitian ini sejalan dengan teori yang
dikemukakan oleh Smeltzer & Bare,
(2007), bahwa kecemasan (ansietas)
merupakan reaksi normal terhadap stres
dan ancaman bahaya. Kecemasan
merupakan reaksi emosional terhadap
persepsi adanya bahaya, baik yang nyata
ataupun yang dibayangkan. Kecemasan
merupakan reaksi yang umum terhadap
penyakit karena penyakit dirasakan
sebagai suatu ancaman umum terhadap
kehidupan, kesehatan, dan keutuhan tubuh.
Selain itu,
menurut Stuart & Sundeen (2009), ansietas
No JURNAL VALIDITAS I A
merupakan kekhawatiran yang tidak
jelas dan menyebar, yang berkaitan
dengan perasaan tidak pasti dan tidak
berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki
objek yang spesifik.
- Hasil penelitianyang di dapat peneliti di
dukung hasil penelitian yang dilakukan
oleh Aprianto (2015), tentang efektifitas
teknik relaksasi imajinasi terbimbing dan
nafas dalam terhadap penurunan
kecemasan pada pasien pre operasi di
RSUD RA Kartini Jepara

B. Perbandingan Jurnal
1. Sistem Integumen

Kriteria Jurnal (1) Jurnal (2) Jurnal (3) Jurnal (4) Jurnal (5)
Judul Efektifitas Perawatan Pengaruh Terapi Madu Pengaruh Madu Pengaruh Perawatan Hubungan Usia Dengan
jurnal Luka Diabetik Metode Terhadap Luka Terhadap Proses Luka Menggunakan Respon Madu Terhadap
Modern Dressing Diabetik Pada Pasien Penyembuhan Luka Madu terhadap
Proses Penyembuhan
Menggunakan Madu Dengan Diabetes Kolonisasi Bakteri
Mellitus Tipe 2 Di Rw Staphylococcus
Terhadap Proses 011 Kelurahan Gangren Pada Pasien aureus pada Luka Luka Gangren Pada
Penyembuhan Luka Pegirian Surabaya Diabetes Mellitus Diabetik Pasien Pasien Diabetes
Diabetes Mellitus di
Mellitus
Wilayah Kerja
Puskesmas Rambipuji
Kabupaten Jember
Jumlah 30 responden 10 responden 4 responden 7 responden 20 responden
responden

Jenis Diabetes Mellitus Diabetes Mellitus Tipe Diabetes Mellitus Diabetes Mellitus Diabetes Mellitus
penyakit II

Hasil proses penyembuhan derajat luka diabetik Dari hasil penelitian Hasil rata-rata jumlah setelah dilakukan
Ukur luka diabetic sebelum responden sesudah terhadap 4 kasus yang kolonisasi bakteri perawatan selama dua
diberikan perawatan pemberian terapi madu pengukurannya Staphylococcus
minggu secara umum
luka metode modern di RW 011 Kelurahan dilakukan sebelum aureus sebelum
dressing menggunakan Pegirian, Surabaya dilakukan perawatan dilakukan perawatan terjadi perbaikan luka
madu, yaitu sebagian adalah derajat luka sebagai control dari luka menggunakan menjadi lebih bersih
besar 14 responden kategori sedang. Dari kondisi luka yang madu adalah 306
dan mengecil seperti
(46,7%)mengalami hasil tersebut relative tidak sama, cfu/ml dan hasil rata-
luka grade III. didapatkan ada terutama terhadap luka rata jumlah hasil skala design rata-
Kemudian setelah pengaruh pemberian pada kasus 4 dengan kolonisasi bakteri rata dari empat kasus
diberikan perawatan terapi madu terhadap kondisi luka yang Staphylococcus
dari skor 21 menjadi 11
luka metode modern derajat luka di RW cukup luas dan banyak aureus setelah
dressing menggunakan jaringan nekrosis dilakukan perawatan dan tidak ada hungan
madu didapatkan 011, Kelurahan maka hasil akhir hanya luka menggunakan antara usia dengan
sebagian besar 14 Pegirian, Surabaya terjadi perubahan yang madu adalah 178,71 respon madu terhadap
responden (46,7%) sedikit dari skor 25 cfu/ml. Terdapat
proses penyembuhan
mengalami luka grade menjadi 18, sementara pengaruh perawatan
II. Sedangkan uji terhadap kasus 1-3 luka menggunakan luka ganren.
hipotesis dengan kondisi luka relative madu terhadap
tingkat nilai ringan sehingga pada kolonisasi bakteri
kemaknaan p<α (α= akhir perawatan terjadi Staphylococcus
0,05) didapatkan dari perubahan dan aureus pada luka
hasil uji Wilcoxon perbaikan luka yang diabetik pasien
diketahui nilai p= cukup signifikan Diabetes Mellitus di
0,001< 0,05. Artinya dengan rata-rata skor wilayah kerja
bahwa Ho ditolak 19 menjadi 8 Puskesmas Rambipuji
sedangkan Hi diterima Kabupaten Jember
artinya ada perbedaan dengan nilai p = 0,000
pretest dan postest (p<0,05) dan rata-rata
perawatan luka metode penurunan jumlah
modern dressing kolonisasi bakteri
menggunakan madu Staphylococcus
terhadap proses aureus sebesar
penyembuhan luka 127,286 cfu/ml.
diabetik.
Waktu Tidak disebutkan Dilakukan selama 2 Dilakukan selama 2 Dilakukan satu kali Dilakukan selama 2
minggu minggu dalam sehari sebanyak minggu
4 kali dan
membutuhkan waktu
sekitar 30 sampai 60
menit untuk setiap
perawatan.

Alat ukur Tidak disebutkan dilihat dari perbedaan Menggunakan alat Alat pengumpulan Menggunakan alat ukur
hasil penilaian status ukur design terdiri data yang digunakan design terdiri dari:
luka pada seluruh dari: check list dalam penelitian ini
check list
parameter penilaian. adalah colony counter
dan lembar observasi
jumlah kolonisasi
Staphylococcus
aureus.

2. Sistem sensori persepsi


a. Terapi Murottal Al qur’an Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre-Operasi Katarak

Kriteria Jurnal (1) Jurnal (2)


Judul jurnal Pengaruh Pemberian Terapi Audio Murottal Pengaruh Terapi Murottal Al-Qur'an terhadap
Qur’an Surat Ar-Rahman terhadap Tingkat Tekanan Darah Pasien Pre Operasi Katarak dengan
Kecemasan pada Pasien Pre-Operasi Katarak Hipertensi di Ruang Tulip Rumah Sakit Daerah dr.
Senilis Soebandi Jember Tahun 2017

Jumlah responden 56 orang 30 orang

Jenis penyakit Katarak Senilis Pre Operasi Katarak dengan Hipertensi

Hasil Ukur Berdasarkan hasil penelitian, uraian teori dan Berdasarkan dua hasil penelitian, peneliti
penelitian terdahulu, peneliti berpendapat bahwa berpendapat bahwa setiap responden yang menjalani
setiap responden yang menjalani terapi audio terapi audio Murottal Al-Qur’an yang dilakukan pada
murottal Q.s Ar-Rahman yang dilakukan pada pasien Pre Operasi Katarak dengan Hipertensi
pasien pre-operasi katarak yang masih mengalami mengalami perbedaan tekanan darah pada pasien pre
tekanan psikis dengan meningkatnya rasa cemas operasi katarak dengan hipertensi sebelum dan
yang di alami pasien. Setelah dilakukan terapi sesudah diberikan terapi Murottal Al-Qur’an sehingga
audio murottal Q.s Ar-Rahman dengan ada pengaruh terapi murottal Al-Qur'an terhadap
mengintervensi kecemasan pasien, terjadinya tekanan darah pasien pre operasi katarak dengan
perbedaan dikarenakan responden dapat hipertensi.
kooperatif sedikit demi sedikit mengikuti dan
menerima tindakan yang dilakukan peneliti
dengan melakukan terapi audio Q.s Ar-Rahman
yang mempunyai pengaruh secara tidak langsung
terhadap tingkat kecemasan pasien.
Waktu Selama 25 menit Diberikan terapi murrotal Al—Qur’an sebanyak 3
kali dalam sehari yaitu saat pasien opname, jam
19.00 Wib dan 1 jam pre operasi.

Alat ukur Instrumen pengumpulan data yang digunakan Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah
adalah audio murottal QS Ar-Rahman dan audio murottal QS Ar-Rahman, lembar observasi dan
kuesioner HARS untuk mengukur tingkat spygnomanometer air raksa yang telah dikalibrasi.
kecemasan.

b. Efektifitas Teknik Relaksasi Imajinasi Terbimbing Dan Nafas Dalam Terhadap Penurunan Kecemasan Pada Pasien
Pre Operasi

Kriteria Jurnal (1) Jurnal (2)

Efektifitas Teknik Relaksasi Imajinasi Terbimbing Pengaruh tehnik relaksasi guide imagery terhadap
Judul Jurnal Dan Nafas Dalam Terhadap Penurunan tingkat kecemasan pasien preoperasi katarak
Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi

Jumlah responden 60 Responden 42 Responden

Hernia (7 orang), Apendik (8 Orang), Kista Katarak


Jenis penyakit
Ovarium (5 orang), Tumor mamae (3 orang), BPH
( 16 orang), Katarak (4 orang), Abses Femur (1
orang), Vesikolitiasis (5 orang), Hemoroid (11
Orang), Hemoroid (11 Orang);

Dalam penelitian menunjukkan bahwa responden Tingkat kecemasan pasien pre-operasi katarak
yang dilakukan tindakan nafas dalam diperoleh sebelum dilakukan teknik relaksasi guided imagery
selisih rata-rata rentang kecemasan sebesar 8,3 memiliki skor rata-rata 13,48, dengan nilai minimum
lebih rendah dibandingkan dengan setelah 9 dan nilai maksimum 17. Kemudian pada kelompok
dilakukan imajinasi terbimbing dengan selisih kontrol memiliki skor rata-rata 13,05, dengan nilai
rata- rata sebesar 9,07. Dari hasil penelitian minimum 8 dan nilai maksimum 17. Sedangkan
relaksasi imajinasi terbimbing diperoleh rata-rata tingkat kecemasan pada pasien pre-operasi katarak
penurunan kecemasan sebesar 9,07, lebih tinggi setelah diberi intervensi teknik guided imagery
dibandingkan dengan sesudah dilakukan terapi mengalami penurunan menjadi 8,57, dengan nilai
nafas dalam dengan rata-rata sebesar 8,3. Dengan minimum 3 dan nilai maksimum 13. Kemudian pada
Hasil Ukur demikian relaksasi imajinasi terbimbing lebih kelompok kontrol menjadi 8,62 dengan nilai
efektif dibandingkan terapi nafas dalam. Imajinasi minimum 4 dan nilai maksimum 13. Hasil penelitian
terbimbing lebih efektif dibandingkan dengan dan uji paired sample t-test pada skore tingkat
nafas dalam karena dalam melakukan relaksasi kecemasan pada kelompok intervensi dan kontrol
imajinasi terbimbing tidak hanya mengatur pola diperoleh nilai signifikasi pvalue=0,000 (p-value<
nafas yang dapat merangsang saraf parasimpatis α(0,05), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
menghambat sistem pusat simpatis untuk pengaruh teknik guided imagery dalam penurunan
mengendalikan denyut jantung sehingga tingkat kecemasan pada pasien pre-operasi katarak
menyebabkan tubuh menjadi rilek, teknik
imajinasi terbimbing juga membentuk suatu
bayangan yang indah yang dapat diterima
sebagai rangsang
berbagai panca indera, sehingga ketegangan akan
dikeluarkan dan tubuh akan menjadi rileks dan
nyaman.

Waktu 15 menit Tidak di jelaskan

Alat pengumpul data pada penelitian ini adalah


Instrumen yang digunakan alat ukur lembar
dengan menggunakan lembar observasi berdasarkan
kuesioner kecemasan Hamilton Rating Scale For
Alat Ukur hasil cek list terhadap 20 soal. Penilaian yang
Anxiety (HRSA) yang telah dimodifikasi oleh
dilakukan untuk menilai tingkat kecemasan dengan
Uskenat (2012)
rentang skor 0-20.
BAB III
PEMBAHASA
N
A. Sistem Integumen
Hasil penelusuran didapatkan jurnal yang sesuai dengan masalah pada
sistem integumen dan kami mengambil terapi komplementer efektifitas pemberian
madu terhadap pasien yang membutuhkan perawatan luka gangren yang
disebabkan oleh diabetes mellitus tipe 2. Kami meninjau dan membuat bahasan
dari setiap jurnal tersebut mengenai pengaruh, frekuensi dan prosedur terapi pada
pasien fraktur.
Pada penelitian Edy Siswantoro mengenai “Efektifitas Perawatan Luka
Diabetik Metode Modern Dressing Menggunakan Madu Terhadap Proses
Penyembuhan Luka” di RSUD Prof. Dr. Soekandar Mojosari dengan metode
penelitian One group pretest-posttest dengan responden sebanyak 30 responden
penelitian didapatkan proses penyembuhan luka diabetic sebelum diberikan
perawatan luka metode modern dressing menggunakan madu, yaitu sebesar 14
responden (46,7%) mengalami luka grade III. Kemudian setelah diberikan
perawatan luka metode modern dressing menggunakan madu didapatkan sebagian
besar 14 responden (46,7%) mengalami luka grade II. Metode modern dressing
madu ini diberikan dengan cara menutup luka dengan balutan yang sudah diberi
madu. Hasil ini menunjukkan bahwa Metode modern dressing dengan madu ini
efektif untuk penyembuhan luka diabetic. Terapi pada jurnal ini memiliki
kekurangan yaitu tidak menjelaskan prosedur terapi madu untuk penyembuhan
luka gangrene.
Pada penelitian Fauziyah Sundari dan Hendro Djoko mengenai “Pengaruh
Terapi Madu Terhadap Luka Diabetik Pada Pasien dengan Diabetes Melitus Tipe
2 di RW 011 Kelurahan Pegirian Surabaya”. Peneliti menggunakan desain
penelitian pre-eksperimental dengan pendekatan one group pra-post test design.
Teknik sampling yang digunakan adalah Non Probability Sampling dengan
pendekatan Purposive Sampling. Dalam penelitian ini,cara menyelesaikan sampel
dengan cara mengobservasi luka diabetik sebelum dan sesudah terapi madu.
Berdasarkan tabel diatas, terlihat adanya perubahan derajat luka sebelum dan

31
sesudah diberikan terapi

31
32

madu. Derajat luka katagori ringan bertambah jumlahnya dari 1 (10%) menjadi 3
responden (30%), derajat luka sedang juga berubah dari yang semula tidak ada
menjadi 4 responden (40%), dan untuk derajat luka berat terjadi penurunan dari 9
orang (90%) menjadi 3 orang (30%). Dan dari hasil uji statistik menggunakan
Wilcoxon diperoleh ρ=0,023 yang berarti ada pengaruh terapi madu terhadap luka
diabetikum.
Pada penelitian Nabhani dan Yuli Widiyastuti mengenai “Pengaruh Madu
Terhadap Proses Penyembuhan Luka Gangren Pada Pasien Diabetes Melitus”
yang dilakukan di poliklinik omah luka, dengan penelitian menggunakan pre and
post with control group. Instrument yang digunakan yaitu alat ukur DESIGN,
terdiri dari: check list. Analisis univariat berdasar jenis kelamin responden 4
responden 75
% wanita (3 orang) dan 25% Laki-laki (1 orang) insiden tersebut senada dengan
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 yang baru dirilis Kementerian
Kesehatan (Kemkes) obesitas pada perempuan cenderung lebih tinggi dibanding
laki-laki. Perempuan meningkat dari 14,8% (2007) mennjadi 32,9% (2013),
sedangkan laki-laki hanya 13,9% menjadi 19,7%. Dari hasil penelitian terhadap 4
kasus yang pengukurannya dilakukan sebelum dilakukan perawatan sebagai
control dari kondisi luka yang relative tidak sama, terutama terhadap luka pada
kasus 4 dengan kondisi luka yang cukup luas dan banyak jaringan nekrosis maka
hasil akhir hanya terjadi perubahan yang sedikit dari skor 25 menjadi 18,
sementara terhadap kasus 1-3 kondisi luka relative ringan sehingga pada akhir
perawatan terjadi perubahan dan perbaikan luka yang cukup signifikan dengan
rata-rata skor 19 menjadi 8. Dapat disimpulkan bahwa madu memiliki manfaat
untuk membantu proses penyembuhan luka gangrene pasien diabetes mellitus,
hasil uji data menggunakan paired t test mendapatkan hasil t hitung 5.000 dan p
value 0.015 karena hasil t hitung 5.000 diatas harga atau > table t:2.35 dan p <
dari 0.05, maka disimpulkan ada manfaat madu untuk mempercepat proses
penyembuhan luka gangrene sehingga hipotesis yang berbunyi ada manfaat madu
terhadap penyembuhan luka gangrene di terima. Namun demikian penelitian ini
masih terdapat keterbatasan seperti jumlah sample yang terbatas hanya 4 dengan
kondisi luka yang relative tidak sama dan design penelitian tidak menggunakan
variable
33

control, sehingga kurang bisa mengukur secara akurat manfaat madu untuk proses
penyembuhan luka.
Pada peneilitian Nuril Huda,dkk mengenai “Pengaruh Perawatan Luka
Menggunakan Madu Terhadap Kolonisasi Bakteri Staphylococcus Aureus pada
Luka Diabetik Pasien Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Rambipuji
Kabupaten Jember” didapatkan hasil bahwa rata-rata jumlah kolonisasi bakteri
Staphylococcus aureus sebelum dilakukan perawatan luka menggunakan madu
adalah 306 cfu/ml dan hasil rata-rata jumlah kolonisasi bakteri Staphylococcus
aureus setelah dilakukan perawatan luka menggunakan madu adalah 178,71
cfu/ml. Terdapat pengaruh perawatan luka menggunakan madu terhadap
kolonisasi bakteri Staphylococcus aureus pada luka diabetik pasien Diabetes
Mellitus di wilayah kerja Puskesmas Rambipuji Kabupaten Jember dengan nilai p
= 0,000 (p<0,05) dan rata- rata penurunan jumlah kolonisasi bakteri
Staphylococcus aureus sebesar 127,286 cfu/ml.
Pada penelitian Nabhani dan Yuli Widiyastuti mengenai “Hubungan Usia
dengan Respon Madu Terhadap Proses Penyembuhan Luka Gangren pada Pasien
Diabetes Melitus” di Poliklinik Omah dengan metode penelitian Correlation
Design Cros Sectional dengan variable bebas usia dan variable terikat luka
gangren yang dilakukan kepada 4 responden 75% wanita (3 orang) dan 25% pria
(1 orang). Berdasarkan umur dari 4 responden 75% berusia >60 th yang tergolong
lansia. Karakteristrik berdasarkan luka dari 4 kasus menurut skala design 2 kasus
tergolong berat (skor >20) dan 2 kasus tergolong sedang (skor <20). Setelah
dilakukan perawatan luka masing-masing kasus tidak memberikan respon yang
sama.. Perawatan luka dilakukan selama dua minggu dengan cara mengompres
luka dengan madu. Secara umum terjadi perbaikan luka menjadi lebih bersih dan
mengecil seperti skala design rata-rata dari 4 kasus dari skor 21 menjadi 11.
Dengan ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan
respon madu terhadap proses penyembuhan luka gangren namun kompres madu
dapat diberikan untuk perawatan luka gangren. Penelitian ini memiliki
kekurangan yaitu pada jurnal tidak dijelaskan prosedur terapi madu untuk
penyembuhan luka gangren.
34

Dari lima jurnal yang kami temukan, kelima jurnal menyatakan bahwa
terapi madu untuk luka diabetes berpengaruh terhadap penyembuhan luka
gangrene pada penderita diabetes mellitus. Dari kelima jurnal, hanya jurnal
Fauziyah Sundari,dkk dan Nuril Huda,dkk yang mejelaskan prosedur terapi madu
untuk penyembuhan luka gangrene yaitu dilakukan setiap hari selama 2 minggu
sebanyak 2 kali dalam sehari dan dilakukan sebanyak 4 kali dalam sehari selama
30-60 menit.
Terapi pemberian madu merupakan terapi yang bertujuan untuk membantu
proses penyembuhan pada luka gangrene pada pasien yang menderita diabetes
mellitus. Terapi pemberian madu ini diberikan dengan cara mengoleskan madu
pada luka kemudian ditutup atau diberi balutan. Terapi madu ini efektif diberikan
karena madu mengandung zat gula fruktosa dan glukosa yang merupakan jenis
gula monosakarida yang mudah diserap oleh usus. Selain itu, madu mengandung
vitamain, asam amino, mineral, antibiotik dan bahan-bahan aroma terapi. Pada
umumnya madu tersusun atas 17,1 % air, 82,4 % karbohidrat total, 0,5% protein,
asam amino, vitamin dan mineral. Selain asam amino nonesensial ada jug asam
amino esensial diantaranya listin, hystadin, tritofan. Karbohidrat yang terkandung
dalam madu termasuk tipe karbohidrat sederhana. Karbohidrat tersebut umumnya
terdiri dari 38,5% fruktosa dn 31% glukosa. Sisanya 12,9% karbohidrat yang
tersusun dari maltose, sukrosa, dan gula lain (Intanwidya, 2006 dalam Kartini,
2009). Kemudian cara perawatan luka gangrene dengan madu secara rutin akan
lebih baik, dari jaman dulu madu sangat dipercaya oleh masyarakat untuk
berbagai jenis pengobatan termasuk luka madu juga mudah didapat selain itu
efektif dalam proses penyembuhan luka karena kandungan airnya rendah, juga PH
madu yang asam serta kandungan hidrogen peroxidanya mampu membunuh
bakteri dan mikroorganisme yang masuk kedalam tubuh kita. Selain itu madu juga
mengandung antibiotika sebagai antibakteri dan antiseptik menjaga luka
(Hammad, 2013).
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa responden yang telah
diberikan terapi komplementer pemberian madu pada luka gangrene selama 2
minggu dengan pemberian 2-4 kali dalam sehari selama 30-60 menit
menunjukkan adanya perubahan pada kondisi luka gangrene.
35

B. Sistem Sensori Persepsi


Hasil penelusuran didapatkan jurnal yang sesuai dengan sistem sensori
persepsi dan kami mengambil dua terapi komplemeter kepada pasien yang
mengalami kecemasan pada pasien pre-operatif katarak yaitu terapi murottal al
qur’an dan teknik relaksasi.
1. Terapi Murottal Al-Qur’an Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien
Pre-Operasi Katarak
Penelitian 2 artikel jurnal tersebut menggunakan one group pretest-posttest.
Sampel penelitian ini diambil di Rumah Sakit. Kami meninjau dan membuat
bahasan dari setiap artikel tersebut mengenai pengaruh, frekuensi dan prosedur
terapi pada pasien Katarak.
Pada penelitian Syafei dkk. Mengenai pengaruh terapi audio murottal
Qur’an Surat Ar-rahman terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre-operasi
katarak senilis tahun 2018 dengan hasil penelitian didapatkan kecemasan berat
sebanyak 28 (50,0%) lalu kecemasan sangat berat 28 responden (50,0 %).
kecemasan pasien pre- operasi katarak yang kecemasan sangat berat sebelum
dilakukan terapi murottal Q.s Ar-Rahman dan kecemasan sedang setelah
dilakukan terapi murottal Q.s Ar- Rahman adalah 1, yang kecemasan sangat berat
sebelum dilakukan terapi murottal
Q.s ArRahman dan kecemasan berat setelah dilakukan terapi murottal Q.s Ar-
Rahman adalah 22, kecemasan sangat berat sebelum dilakukan terapi murottal Q.s
Ar-Rahman dan kecemasan sangat berat sesudah dilakukan terapi murottal Q.s
ArRahman adalah 5. Hasil uji statistik didapatkan hasil ρvalue =0,000<0,05, maka
terdapat perbedaan antara kecemasan sebelum dan sesudah dilakukan terapi audio
Q.s Ar-Rahman pada pasien pre-operasi katarak. Hasil ini menunjukan ada
pengaruh pemberian terapi murottal Al-Qur’an terhadap kecemasan pada pasien
pre-operasi katarak.
Pada penelitian Murottal Al-Qur'an terhadap Tekanan Darah Pasien Pre Operasi
Katarak dengan Hipertensi di Ruang Tulip Rumah Sakit Daerah dr. Soebandi Jember
Tahun 2017 dengan metode one grup preest dan posttest. Hasil uji wilcoxon tekanan
darah sistole kelompok perlakuan didapatkan p=0,01. Sedangkan, hasil uji wilcoxon
tekanan darah diastole kelompok perlakuan didapatkan p=0,32. . Hasil uji statistik
didapatkan
36

hasil ρvalue <ᾀ (0,05), berarti terdapat perbedaan tekanan darah sistole dan
diastole sebelum dan sesudah berikan terapi pada kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol. Hasil ini menunjukan ada pengaruh pemberian terapi murottal
Al-Qur’an terhadap kecemasan dengan Hipertensi pada pasien pre-operasi katarak.
Dari dua jurnal yang kami temukan di hasil penelitinnya, kedua jurnal ini
mengatakan bahwa pemberian terapi murottal Al-Qur’an berpengaruh Terhadap
kecemasan pada pre-operasi katarak. Dari kedua jurnal yang kelompok
menjelaskan prosedur terapi murrotal Al-Qur’an yaitu selama 25 menit sebanyak
3 kali dalam sehari yaitu saat pasien opname, jam 19.00 Wib dan 1 jam pre
operasi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahida dan Andraini (2015),
menunjukan bahwa ada hubungan yang cukup bermakna antara diberikan terapi
audio murrotal dengan yang tidak diberikan audio terhadap kadar β-Endorphin.
Terapi dengan mendengarkan bacaan Al-Qur’an murrotaldengan tempo yang
lambat serta harmonisasi dapat menurunkan hormon-hormons stress penyebabb
depresi, mengaktifkan hormon endorphin alami, meningkatkan relaksasi, dan
dapat mengalihkan perhatian dari rasa takut, kecemasan dan ketegangan.
Berdasarkan hasil penelitian, uraian teori dan penelitian terdahulu peneliti
berpendapat bahwa setiap responden yang menjalani terapi audio murrotal yang
dilakukan pada pasien pre-operasi katarak yang masih mengalami tekanan psikis
dengan meningkatnya rasa cemas yang di alami pasien. Setelah dilakukan terapi
audio murrotal dengan mengintervensi kecemasan pasien, terjadi perbedaan
dikarenakan responden dapat kooperatif sedikit demi sedikit mengikuti dan
menerima tindakan yang dilakukan peneliti dengan melakukan terapi audio yang
mempunyai pengaruh secara tidak langsung terhadap tingkat kecemasan pasien.

2. Efektifitas Teknik Relaksasi Imajinasi Terbimbing Dan Nafas Dalam


Terhadap Penurunan Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi
Pada peneliti Aprinato, dkk. Mengenai efektifitas teknik relaksasi imanjinasi
terbimbing dan nafas dalam terhadap penurunan kememasan pada pasien pre
operasi dengan hasil penilitian didapatkan pasien pre operasi sebelum perlakuan
nafas da;am, sebagian besar responden mengalami cemas sedang dan berat yaitu
37

sebanyak 14 (46,7%) responden, kemudian setelah perlakuan diperoleh tingkat


paling cemas adalah cemas sedang aytiu 16 (53,3%) responden. Maka hasil rata-
rata skor rentang cemass sebelum dilakukan relaksasi dengan nafas dalam sebesar
41,70, setelah dilakukan relaksasi dengan nafas dalam turun menjadi 33,40
dengan selisuh mean sebesar 8,3. Dalam perlakuan teknik imajinasi terbimbing
diketahui besasr responden mengalami cemas berat yaitu sebanyak 15 (50,0%)
responden, kemudian setelah perlakuan diperoleh tingkatan paling cemas adalah
sedang yaitu 14 (46,7%) responden, maka hasil rata-rata skor cemas sebelum
dilakukan relaksasi dengan imanjinasi terbimbing dalam sebesar 43,97, setelah
dilakukan relaksasi dengan imajinasi terbimbing turun menjadi 34,90 dengan
selisih mean sebesar 9,,07. Dalam penelitian menunjukkan bahwa responden yang
dilakukan tindakan nafas dalam diperoleh selisih rata-rata rentang kecemasan
sebesar 8,3 lebih rendah dibandingkan dengan setelah dilakukan imajinasi
terbimbing dengan selisih rata- rata sebesar 9,07. Terapi pada jurnal tersebut
menjelaskan prosedur dengan dilakukan selama 15 menit.
Pada Antoro mengenai Pengaruh tehnik relaksasi guide imagery terhadap
tingkat kecemasan pasien preoperasi katarak di RS. Permana Sari Bandar
Lampung 2017 didapatkan hasil bahwa Tingkat kecemasan pasien pre-operasi
katarak sebelum dilakukan teknik relaksasi guided imagery memiliki skor rata-
rata 13,48, dengan nilai minimum 9 dan nilai maksimum 17. Kemudian pada
kelompok kontrol memiliki skor rata-rata 13,05, dengan nilai minimum 8 dan nilai
maksimum 17. Sedangkan tingkat kecemasan pada pasien pre-operasi katarak
setelah diberi intervensi teknik guided imagery mengalami penurunan menjadi
8,57, dengan nilai minimum 3 dan nilai maksimum 13. Kemudian pada kelompok
kontrol menjadi 8,62 dengan nilai minimum 4 dan nilai maksimum, Hasil
penelitian dan uji paired sample t-test pada skore tingkat kecemasan pada
kelompok intervensi dan kontrol diperoleh nilai signifikasi pvalue=0,000 (p-
value< α(0,05), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh teknik guided
imagery dalam penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre-operasi katarak.
Menurut National safety council (2004) relaksasi pernafasan adalah
relaksasi dengan menggunakan nafas yang pelan, sadar dan dalam. Relaksasi
meditasi
38

(attention-focussing exerses) yaitu teknik relaksasi untuk menjernihkan pikiran


dan hanyut dalam moment yang sedang berlangsung dan relaksasi perilaku
merupakan psikoterapi yang didasarkan pada pengamatan, asumsi, kepercayan
dan perilaku yang mempengaruhi emosi, guided imagery adalah salah satu teknik
distraksi yang dapat digunakan untuk mengurangi stres dan meningkatkan
perasaan tenang dan damai serta merupaka obat penenang untuk situasi yang sulit
dalam kehidupan.
Guided imagery merupakan suatu teknik yang menuntut seseorang untuk
membentuk sebuah bayangan/imajinasi tentang hal-hal yang disukai. Hal-hal yang
disukai dianggap sebagai sinyal penting oleh hipokampus sehingga diproses
menjadi memori. Dengan membayangkan hal-hal yang disukai maka hormone
‘kebahagiaan’ (beta endorphin) akan berproduksi. Beta-endorfin kemudian akan
berperan dalam menghambat ACTH (Adrenocorticotropic hormone ) yang
diproduksi oleh hipofisis dan akan menghambat dipreoduksinya kortison dan
berbagai hormone stress lainnya seingga akan mengurangi stress dan kecemasan.
Menurut peneliti, pengaruh teknik guided imagery dalam penurunan tingkat
kecemasan pada pasien pre-operasi katarak disebabkan karena teknik relaksasi
dengan guided imagery akan memberikan relaksasi terhadap perasaan cemas dan
takut yang dirasakan responden pada saat pre-operassi. Guided imagery akan
meningkatkan perasaan tenang dan damai serta memberikan kenyamanan bagi
fikiran. Hal tersebut menciptakan kesan-kesan yang dapat membawa ketenangan
fikiran serta membuang fikiran negative atau pikiran menyimpang yang
ditimbulkan akibat rencana operasi. Dengan menerapkan teknik relaksasi dengan
guided imagery secara benar maka perasaan seseorang akan merasa tenang
sehingga dapat menurunkan tingkat kecemasan pada pasien pre-operasi.
BAB IV
PENUTU
P
A. Kesimpulan
Pada kesembilan jurnal yang dianalisis merupakan jurnal yang valid setelah
5 komponen validitas. Kesembilan jurnal tersebut merupakan jurnal yang penting,
karena keilmuan yang didapatkan dari hasil analisis pada jurnal tersebut dapat
direkomendasikan dan dilakukan untuk mengatasi proses penyembuhan luka dan
menangani kecemasan pada pasien pra operasi. Salah satu jurnal ini juga dapat
diterapkan dirumah sakit dan dimasyarakat karena tidak membutuhkan alat dan
bisa dilakukan dan bimbing oleh keluarga maupun dilakukan sendiri.

39
DAFTAR PUSTAKA

Al Anshori, N. H., Widayati, N., & Ardiana, A. (2014). Pengaruh Perawatan Luka
Menggunakan Madu terhadap Kolonisasi Bakteri Staphylococcus Aureus
pada Luka Diabetik Pasien Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas
Rambipuji Kabupaten Jember (The Effect of Wound Care Using Honey on
Staphylococcus Aureus Bac. Pustaka Kesehatan, 2(3), 499-506.

Antoro, B., & Amatiria, G. (2018). Pengaruh Tehnik Relaksasi Guide Imagery
terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Preoperasi Katarak. Jurnal Ilmiah
Keperawatan Sai Betik, 13(2), 239-243.

Aprianto, D., Kristiyawati, S. P., & Purnomo, S. E. C. (2013). Efektifitas Teknik


Relaksasi Imajinasi Terbimbing Dan Nafas Dalam Terhadap Penurunan
Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi. Karya Ilmiah.

Margarita. 2015. Penyakit Katarak. [online]. Tersedia : http://repository.wima.ac.


id/5025/2/BAB%201.pdf [diakses 10 November 2019]

Nabhani, N., & Widyastuti, Y. (2018). Hubungan Usia dengan Respon Madu
terhadap Proses Penyembuhan Luka Gangren pada Pasien Diabetes
Mellitus. Proceeding of The URECOL, 222-226.

Perkeni. 2006. Empat Pilar Pengelolaan Diabetes. [online]. Tersedia : http ://ww
w.smallcrab.com/ . [diakses 8 November 2019]

Siswantoro, E. (2017). EFEKTIFITAS PERAWATAN LUKA DIABETIK


METODE MODERN DRESSING MENGGUNAKAN MADU
TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN LUKA. Jurnal Keperawatan
dan Kebidanan, 8(1).

Siswoyo, S., Setyowati, S., & A'la, M. Z. (2017). Pengaruh Terapi Murottal Al-
Qur'an terhadap Tekanan Darah Pasien Pre Operasi Katarak dengan
Hipertensi di Ruang Tulip Rumah Sakit Daerah dr. Soebandi Jember (The
Effect of The Murottal Al-Qur’an Therapy on Blood Pressure of Pre
Operative Cataract Patients with Hypertension in Tulip Inpatient Ward of
dr. Soebandi Hospital, Jember). Pustaka Kesehatan, 5(1), 77-83.

Sundari, F., & Tjahjono, H. D. (2018). Pengaruh Terapi Madu Terhadap Luka
Diabetik Pada Pasien Dengan Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Rw 011
Kelurahan Pegirian Surabaya. Keperawatan, 6(1).

Syafei, A., & Suryadi, Y. (2018). Pengaruh Pemberian Terapi Audio Murottal
Qur’an Surat Ar-Rahman terhadap Tingkat Kecemasan pada Pasien Pre-
Operasi Katarak Senilis. Jurnal Kesehatan, 9(1), 126-130.
WHO, 2006. Defenition, Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus and Its
Complication.

Anda mungkin juga menyukai