Anda di halaman 1dari 17

PENGKAJIAN SEKUNDER

Pengkajian sekunder merupakan pemeriksaan yang dilakukan setelah pasien


stabil (tidak mengalami syok/syok menurun) dilakukan secara head to toe, dari
depan hingga belakang.

1. Riwayat atau Anamnesis


Data subjektif didapatkan dari anamnesis riwayat pasien yang merupakan
bagian penting pada pemeriksaan pasien. Riwayat pasien meliputi
keluhan utama, riwayat masalah kesehatan sekarang, riwayat medis,
riwayat keluarga, sosial, dan sistem. Data subjektif dari pasien harus
optimal, jika berhalangan dalam bahasa, budaya, usia, dan pasien
dengan berkebutuhan khusus atau kondisi pasien yang terganggu,
konsultasikan dengan keluarga pasien, orang terrdekat, atau orang yang
melihat kejadian. Data subjektif yang didapatkan pada anamneses harus
mencakup SAMPLE yaitu :
a. Symptom (S)
Symptom yaitu berupa keluhan pasien dan tanda gejala yang
ditimbulkan. Seseorang yang didiagnosis menderita cedera kepala
umumnya mengalami setidaknya satu dari efek samping berikut:
somatik (mis. sakit kepala), kognitif (mis. perasaan dalam kabut,
vertigo), emosional (mis. labilitas), fisik (mis. LOC, amnesia,
kelelahan), perilaku (mis. lekas marah), kognitif (mis. merasa dalam
kabut), atau tidur gangguan misal insomnia[ CITATION Gin20 \l 1033 ].
b. Alergi (A)
Data yang dikaji berupa alergi pasien terhadap obat-obatan,
makanan, ataupun minuman. Data ini akan berbeda pada setiap
orang yang mengalami cedera kepala.
c. Medikasi/Obat-Obatan
Obat-obatan yang diminum seperti sedang menjalani pengobatan
hipertensi, diabetes mellitus, jantung, atau penyalahgunaan obat
d. Pertinent Medical History
Data yang dikaji berupa riwayat medis seperti penyakit yang pernah
diderita pasien, terapi farmakologi pada penyakit yang pernah
diderita, dosis obat, penggunaan obat – obat herbal.
e. Events
Data yang dikaji bersangkutan dengan sebab cedera pasien (kejadian
yang menyebabkan keluhan utama pasien). Dalam kasus cedera
kepala, sebabnya antara lain kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja,
perkelahian, terjatuh, pembunuhan, bunuh diri, kepala terkena batang
besi, pecahan kaca, dan tembakan peluru.
2. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
Setelah melakukan anamneses, tindakan selanjutnya yaitu pemeriksaan
tanda-tanda vital yang meliputi suhu, tekanan darah, nadi, pernapasan,
saturasi oksigen, berat badan, dan skala nyeri.

Dewasa
TTV Bayi Anak Remaja Dewasa Tua
Muda
Nadi
120-130 80-90 70-80 70-80 60-70
(x/mnt)

RR
30-40 20-30 16-20 16-20 14-16
(x/mnt)

TD 110-125/60-
70-90/50 80-100/60 90-110/66 130-150/80-90
(mmHg) 70

Suhu
36,5-37 36,5-37 36,5-37 36,5-37 36,5-37
(oC)
Saturasi
Oksigen 95 – 100
(%)

Pasien dengan trauma kepala biasanya memiliki keluhan utama nyeri


pada daerah kepala, sehingga dilakukan pengkajian nyeri. Pengkajian
nyeri (OPQRSTUV) yaitu :

Onset (O) : Menentukan kapan rasa tidak nyaman dimulai. Kapan


mulainya? Menetap atau bertahap?

Provokasi (P) : Menanyakan apa yang membuat nyeri atau rasa tidak
nyaman memburuk, apakah posisi? Apakah bernapas
dalam atau palpasi pada perut membuatnya lebih buruk?
Apakah nyeri menetap?

Quality (Q) : Kualitas, menilai jenis nyeri yang menyanyakan


pertanyaan terbuka : seperti apa nyeri yang anda rasakan?
Atau berikat alternatif : terdapat banyak jenis nyeri, apakah
nyeri yang dirasakan lebih seperti rasa berat, tekanan,
terbakar, teriris, nyeri tumpul, tajam atau seperti ditusuk
jarum?

Region (R) : Daerah perjalanan nyeri menjalar, menanyakan apakah


nyeri menjalar dibagian tubuh yang lain.

Severity (S) : Keparahan atau intensitas nyeri, berikan nilai nyeri pada
skala 1 – 10. Setelah beberapa menit pemberian oksigen
atau nitrogliserin nilai kembali

Treatment (T) : Usaha meredakan nyeri, menanyakan tindakan apa yang


dilakukan pasien untuk mengatasi nyerinya?

Understanding (U) : Bagaimana persepsi nyeri klien? Apakah sebelumnya


pernah merasakan nyeri? Jika iya, apa masalahnya?

Values (V) : Tujuan dan harapan untuk nyeri yang diderita pasien

3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanya
kelainan – kelainan dari sustu sistem atau suatu organ tubuh dengan cara
melihat (inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi) dan
mendengarkan (auskultasi). Pemeriksaan fisik digunakan untuk
mendapatkan data objektif dari riwayat kesehatan pasien. Pemeriksaan
fisik sebaiknya dilakukan bersamaan dengan wawancara.
a. Pemeriksaan Kulit, Rambut dan Kuku
1. Kulit
Tujuan :
- Untuk mengetahui turgor kulit dan tekstur kulit
- Untuk mengetahui adanya lesi atau bekas luka
Tindakan :
- Inspeksi : lihat ada/tidak adanya lesi, hiperpigmentasi (warna
kehitaman/kecoklatan), edema, dan distribusi rambut kulit.
- Palpasi : di raba dan tentukan turgor kulit elastic atau tidak, tekstur :
kasar /halus, suhu : akral dingin atau hangat.
2. Rambut
Tujuan :
- Untuk menbetahui warna, tekstur dan percabangan pada rambut
- Untuk mengetahui mudah rontok dan kotor
Tindakan :
-inspeksi : disribusi rambut merata atau tidak, kotor atau tidak,
bercabang
-Palpasi : mudah rontok/tidak, tekstur: kasar/halus
3. Kuku
Tujuan :
-Untuk mengetahui keadaan kuku: warna dan panjang
-Untuk mengetahui kapiler refill
Tindakan :
-Inspeksi : catat mengenai warna (biru: sianosis, merah: peningkatan
visibilitas Hb), bentuk (clubbing karena hypoxia pada kangker paru,
beau’s lines pada penyakit difisisensi fe/anemia fe)
- Palpasi : catat adanya nyeri tekan, dan hitung berapa detik kapiler
refill (pada pasien hypoxia lambat s/d 5-15 detik

b. Kepala
Tujuan dari pemeriksaan kepala yaitu untuk mengetahui bentuk dan
fungsi kepala, untuk mengetahui adanya lesi, dan kelainan pada
kepala.
Inspeksi : kesimetrisan wajah jika, parese/kelumpuhan, lesi, kelopak
mata ada radang atau tidak, reflek kedip, konjungtiva/sklera
merah/konjungtivitis, pupil isokor
Palpasi : Cari adanya luka, tonjolan patologik, dan respon nyeri
dengan menekan kepala sesuai kebutuhan.
1. Mata
- Inspeksi : Kelopak mata ada radang atau tidak, simetris atau
tidak, reflek kedip baik/tidak, konjungtiva dan sclera: merah /
konjungtivitis, ikterik/indikasi hiperbilirubin/gangguan pada hepar,
pupil: isokor (normal), miosis/mengecil, pin point/sangat kecil
(suspek SOL), medriasis/melebar/dilatasi (pada pasien sudah
meninggal)
- Palpasi : Tekan secara ringan untuk mengetahui adanya TIO
(tekanan intra okuler) jika ada peningkatan akan teraba keras
(pasien glaucoma/kerusakan dikus optikus), kaji adanya nyeri
tekan
2. Hidung
- Inspeksi : Apakah hidung simetris, apakah ada inflamasi, apakah
ada secret
- Palpasi : Apakah ada nyeri tekan, massa
3. Telinga
Telinga Luar :
-Inspeksi : Daun telinga simetris atau tidak, warna, ukuran, bentuk,
kebresihan, adanya lesi.
-Palpasi : Tekan daun telinga apakah ada respon nyeri, rasakan
kelenturan kartilago
Telinga Dalam :
-Inspeksi : Telinga dalam menggunakan otoskop perhatikan
memberan timpani (warna, bentuk) adanya serumen, peradangan
dan benda asing, dan darah
4. Mulut dan Faring
- Inspeksi : Amati bibir apa ada klainan kogenital (bibir sumbing),
warna, kesimetrisan, kelembaban, pembengkakkan, lesi.
- Palpasi : Pegang dan tekan daerah pipi kemudian rasakan apa
ada massa/ tumor, pembengkakkan dan nyeri.

c. Leher
- Inspeksi : Amati mengenai bentuk, warna kulit, jaringan parut, Amati
adanya pembengkakkan kelenjar tirod/gondok, dan adanya massa,
Amati kesimeterisan leher dari depan, belakang dan samping
- Palpasi :Letakkan kedua telapak tangan pada leher klien, suruh
pasien menelan dan rasakan adanya kelenjar tiroid (kaji ukuran,
bentuk, permukaanya).

d. Dada/ Thorax
1. Paru
- Inspeksi : Amati kesimetrisan dada ka.ki, amati adanya retraksi
interkosta, amati gerkkan paru, Amati klavikula dan scapula
simetris atau tidak
- Palpasi :
Palpasi ekspansiparu: Berdiri deblakang pasien, taruh telapak
tangan pada garis bawah scapula/setinggi costa ke-10, ibu jari
ka.ki di dekatkan jangan samapai menempel, dan jari-jari di
regangkan lebih kurang 5 cm dari ibu jari. Suruh pasien kembali
menarik nafas dalam dan amati gerkkan ibu jari kaki sama atau
tidak.
Palpasi Taktil vremitus posterior dan anterior : Minta klien untuk
mengulangi mengucapkkan kata tersebut, sambil pemeriksa
mengerakkan ke posisi kemudian kebawah sampai pada basal
paru atau setinggi vertebra thoraxkal ke-12. Bandingkan vremitus
pada kedua sisi paru, Bila fremitus redup minta pasien bicara lebih
rendah
- Perkusi : Untuk perkusi anterior dimulai batas clavikula lalu
kebawah sampai intercosta 5 tentukkan batas paru ka.ki (bunyi
paru normal : sonor seluruh lapang paru, batas paru hepar dan
jantung: redup). Jika ada edema paru dan efusi plura suara
meredup.
- Auskultasi : Gunakan diafragma stetoskop untuk dewasa dan
bell pada anak, Letakkan stetoskop pada interkostalis,
menginstruksikkan pasien untuk nafas pelan kemudian dalam dan
dengarkkan bunyi nafas: vesikuler/wheezing/creckels
2. Jantung
- Inspeksi : Amati denyut apek jantung pada area midsternu lebih
kurang 2 cm disamping bawah xifoideus
- Palpasi : Merasakan adanya pulsasi. Palpasi spasium
interkostalis ke-2 kanan untuk menentukkan area aorta dan
spasium interkosta ke-2 kiri letak pulmonal kiri. Palpasi spasium
interkostalis ke-5 kiri untuk mengetahui area
trikuspidalis/ventikuler amati adanya pulsasi. Dari interkosta ke-5
pindah tangan secara lateral 5-7 cm ke garis midklavicula kiri
dimana akan ditemukkan daerah apical jantung atau PMI ( point
of maximal impuls) temukkan pulsasi kuat pada area ini. Untuk
mengetahui pulsasi aorta palpasi pada area epigastika atau
dibawah sternum
- Perkusi : Perkusi dari arah lateral ke medial untuk menentukkan
batas jantung bagian kiri. Lakukan perkusi dari sebelah kanan ke
kiri untuk mengetahui batas jantung kanan. Lakukan dari atas ke
bawah untuk mengetahui batas atas dan bawah jantung Bunyi
redup menunjukkan organ jantung ada pada daerah perkusi
- Auskultasi : Menganjurkkan pasien bernafas normal dan
menahanya saat ekspirasi selesai. Dengarkkan suara jantung
dengan meletakkan stetoskop pada interkostalis ke-5 sambil
menekan arteri carotis (Bunyi S1:dengarkan suara “LUB” yaitu
bunyi dari menutupnya katub mitral (bikuspidalis) dan tikuspidalis
pada waktu sistolik. Bunyi S2: dengarkan suar a “DUB” yaitu bunyi
meutupnya katub semilunaris (aorta dan pulmonalis) pada saat
diastolic; Adapun bunyi : S3: gagal jantung “LUB-DUB-CEE". S4:
pada pasien hipertensi “DEE-LUB-DUB”

e. Perut
- Inspeksi : Amati bentuk perut secara umum, warna kulit, adanya
retraksi, penonjolan, adanya ketidak simetrisan, adanya asites
- Palpasi :
Palpasi ringan : Untuk mengetahui adanya massa dan respon nyeri
tekan letakkan telapak tangan pada abdomen secara berhimpitan
dan tekan secara merata sesuai kuadran.
Palpasi dalam : Untuk mengetahui posisi organ dalam seperi hepar,
ginjal, limpa dengan metode bimanual/2 tangan
f. Muskuloskeletal :
1. Muskuli / otot
-Inspeksi : mengenai ukuran dan adanya atrofi dan hipertrofi (ukur
dan catat jika ada perbedaan dengan meteran)
- Palpasi : pada saatotot istirahat dan pada saat otot kontraksi untuk
mengetahui adanya kelemahan dan kontraksi tiba-tiba
2. Skeletal / tulang
- Inspeksi : Amati kenormalan dan abnormalan susunan tulang
- Palpasi : untuk mengetahui adanya nyeri tekan dan
pembengkakkan
3. Persendian
- Inspeksi : lihatsemua persendian untuk mengetahui adanya kelainan
sendi
- Palpasi : amatiapakah ada nyeri tekan
- Kaji range of mosion/rentang gerak (abduksi-aduksi, rotasi, fleksi-
ekstensi, dll

g. System neurologi
Tujuan : Untuk mengetahui integritas sistem persyrafan yang meliputi
fungsi nervus cranial, sensori, motor dan reflek
Tindakan :
Pengkajian 12 syaraf cranial (O.O.O.T.T.A.F.A.G.V.A.H)

4. Analisa Data

No DATA MASALAH PENYEBAB

1 DS : Nyeri akut Agen cedera

- Pasien mengeluh nyeri di area


kepala bagian kanan fisik

DO:

- Pasien tampak meringis


- Pasien tampak gelisah

2 Ds : Resiko Edema
ketidakefektif cerebral
Do : an perfusi
- Keadaan umum lemah, kesadaran jaringan
semi koma cerebral
- GCS 5
- CT Scan hasil: Intracerebral dan
intraventrikular hematoma,
- terdapat luka terbuka di os
temporal sinistra sepanjang 10
cm,
- bathel sign di bagian sinistra,
- raccoon eyes dimata sinistra
- pupil anisokor 2/4 RC ++/--,
- terdapat cairan darah di telinga
sinistra
- terpasang infuse RL 20 tpm di
lengan kanan,
- terdapat fraktur di os femur
Resiko ketidakefektifan perfusi
jaringan cerebral Edema cerebral
sinistra, terpasang kateter urine,
- terpasang nasal gastric tube,
- terpasang endo tracheal tube dan
ventilator.
- TD : 100/70 mmHg
- Nadi : 91 x/ menit
- RR : 17x/ menit
- S : 37,5 O C
- SpO2 : 90 %
- Urine output 200 cc-300
- cc /7 jam

3 Ds : - Pola nafas Kegagalan


tidak efektif otot
pernafasan
Do :

- keadaan umum lemah,


- kesadaran semi koma,
- pernafasan cuping hidung positif,
- terdapat suara tambahan stridor,
- terpasang endo tracheal tube,
- terpasang ventilator
- TD : 100/70 mmHg
- HR : 91 x/ menit
- RR : 17x/ menit
- S : 37,5 O C
- SpO2 : 90 %
- Urine output 200 cc-300 cc /7 jam

5. Daftar Diagnosis Keperawatan


a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
b. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan
dengan edema cerebral
c. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kegagalan otot
pernafasan
6. Nursing Care Plan (NCP)

No Diagnosis Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1 Tgl. 01/11/21 Tgl. 01/11/21 Tgl. 01/11/21 Tgl. 01/11/21

Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB

Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan - Kaji nyeri secara - Untuk mengetahui
agen cidera fisik keperawatan selama 1 x 5 komprehensif daerah nyeri,
jam didapatkan tingkat nyeri - Observasi respon kualitas, kapan
DS : Pasien mengeluh nyeri di area
menurun dengan kriteria ketidaknyaman nyeri dirasakan,
kepala bagian kanan
hasil : nonverbal dari nyeri. factor pencetus,
DO : - Ajarka teknik relaksasi berat ringannya
- pasien tidak merasa nyeri
untuk mengurangi nyeri yang
- Pasien tampak meringis - tidak meringis
nyeri. dirasakan.
- Pasien tampak gelisah - Pasien tidak gelisah Mengetahui
- Kolaborasi pemberian -
- skala nyeri berkurang keadaan tidak
analgetik
menyenangkan
klien yang tidak
sempat dan tidak
bisa digambarkan
oleh klien
- Memberikan efek
relaksasi pada
pasien
- Mempercepat
proses
penyembuhan

2 Tgl. 01/11/21 Tgl. 01/11/21 Tgl. 01/11/21 Tgl. 01/11/21

Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB

Resiko ketidakefektifan perfusi Setelah dilakukan tindakan Monitor TIK : - Mengetahui


jaringan cerebral berhubungan keperawatan selama 1 x 5 - Monitor adanya keadaan pasien
dengan edema cerebral jam didapatkan resiko keluhan sakit kepala, - Mengetahui tingkat
ketidakefektifan perfusi mual, muntah, kesadaran pasien
DS :
jaringan cerebral menurun gelisah - Mengetahui cairan
DO : dengan kriteria hasil : - Monitor status yang masuk dan
neurologi keluar pada pasien
- Keadaan umum lemah, - Perfusi jaringan cerebral :
- Monitor intake dan - Mengetahui
kesadaran semi koma  Tekanan intra cranial
output kestabilan
- GCS 5 normal
pernafasan klien
- CT Scan hasil: Intracerebral Manajemen edema
dan intraventrikular hematoma,  Tidak ada nyeri kepala cerebral : - Mengetahui
- terdapat luka terbuka di os  Tidak ada kegelisahan - Monitor adanya keadaan umum
temporal sinistra sepanjang 10  Tidak ada gangguan kebingungan, pasien
cm, refleks saraf keluhan pusing - Mengetahui
- bathel sign di bagian sinistra, - Status neurologi : - Monitor status kestabilan TTV

- raccoon eyes dimata sinistra  Kesadaran normal pernafasan, klien

- pupil anisokor 2/4 RC ++/--,  Tekanan intra cranial frekuensi dan - Mengetahui tingkat
normal kedalaman kesadaran pasien
- terdapat cairan darah di telinga
 Pola bernafas normal pernafasan - Mengetahui
sinistra
 Ukuran dan reaksi - Kurangi stimulus keadaan batuk dan
- terpasang infuse RL 20 tpm di
pupil normal dalam lingkungan menelan pasien
lengan kanan,
 Laju pernafasan pasien
- terdapat fraktur di os femur
normal - Berikan sedasi
Resiko ketidakefektifan perfusi
 Tekanan darah normal sesuai kebutuhan
jaringan cerebral Edema
cerebral sinistra, terpasang Monitor neurologi :
kateter urine,
- Monitor tingkat
- terpasang nasal gastric tube, kesadaran (GCS)
- terpasang endo tracheal tube - Monitor refleks batuk
dan ventilator. dan menelan
- Pantau ukuran
- TD : 100/70 mmHg pupil,bentuk,
- Nadi : 91 x/ menit kesimetrisan

- RR : 17x/ menit
Monitor TTV
- S : 37,5 O C
Posisikan head up (30-
- SpO2 : 90 %
40 derajat)
- Urine output 200 cc-300
- cc /7 jam Beri terapi O2 sesuai
anjuran medis

Kolaborasi pemberian
terapi medis

3 Tgl. 01/11/21 Tgl. 01/11/21 Tgl. 01/11/21 Tgl. 01/11/21

Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB

Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Airway Management : - Mengetahui
berhubungan dengan kegagalan keperawatan selama 1 x 5 - Pertahankan bukaan perkembangan
otot pernafasan jam didapatkan pola napas jalan nafas pernafasan pasien
tidak efektif menurun - Beri posisi head up - Memberikan rasa
DS :
dengan kriteria hasil : 30-40 derajat untuk aman pada pasien
DO : - Memaksimalkan - Untuk
- keadaan umum lemah, - Irama pernafasan normal ventilasi. memaksimalkan
- kesadaran semi koma, - Frekuensi pernafasan - Keluarkan secret potensial ventilasi

- pernafasan cuping hidung normal dengan suction. - Mengetahui

positif, - TTV dalam batas normal - Monitor alat ventilator kepatenan jalan
napas
- terdapat suara tambahan - Tidak ada tanda sesak
Oxygen Therapy :
- Menjaga keadekuat
stridor, - Pasien tidak mengeluh
- Pertahankan jalan ventilasi
- terpasang endo tracheal tube, sesak
nafas yang paten - Menjaga aliran
- terpasang ventilator
- Monitor aliran Oksigen oksigen mencukupi
- TD : 100/70 mmHg
- Monitor adanya tanda- kebutuhan pasien
- HR : 91 x/ menit tanda hypoventilasi - Memonitor
- RR : 17x/ menit keadaan
Vital Sign Monitoring :
- S : 37,5 O C pernafasan klien
- SpO2 : 90 % - Monitor TD, Suhu, RR - Meningkatkan
- Urine output 200 cc-300 cc /7 - Identifikasi penyebab ventilasi dan
jam dari perubahan vital asupan oksigen
sign

Kolaborasi pemberian
therapi medis
DAFTAR PUSTAKA

Ginting, Luci Riani Br. Sitepu, Kuat. Ginting, Renni Ariana. 2020. “Pengaruh
Pemberian Oksigen dan Elevasi Kepala 300 Terhadap Tingkat Kesadaran
pada Pasien Cedera Kepala Sedang”. Jurnal Keperawatan dan
Fisioterapi (JKF). Volume 2. Nomor 2. Halaman 103

Khalilati, Noor. Humaidi, Muhammad. 2019. “Pengaruh Terapi Murottal Al-Quran


Terhadap Penurunan Skala Nyeri pada Pasien Cedera Kepala di ruang
Bedah Umum RSUD Ulin Banjarmasin”. Al Ulum Sains dan Teknologi.
Volume 5. Nomor 1. Halaman 30-31

Siahaya, Noviyanter. Huwae, Laura. Angkejaya, Ony. Dkk. 2020. Prevalensi


Kasus Cedera Kepala Berdasarkan Klasifikasi Derajat Keparahannya
Pada Pasien Rawat Inapdi RSUD Dr.M.Haulussy Ambon pada Tahun
2018. Moluca Medicca. Volume 12. No 2. Hal 15

Kumoro, Titah A C. Saragih, Sonny G R. Natalia, Diana. 2019. “Korelasi Marshall


CT Score sebagai Prediktor Mortalitas pada Penderita Cedera Kepala di
RSUD dr Abdul Aziz Singkawang”. Jurnal Cerebellum. Volume 5. Nomor
4A. Hal 1508

Hardian, Tony. Farihin, Muhammad. 2016. “Laporan Kasus: Delayed Tension


Pneumocephalus pada Pasien Cedera Kepala”. Syifa’MEDIKA. Vol 7. No
1. Hal 37

Kasenda, Mika. 2018. “Asuhan Keperawatan pada Tn. J dengan Trauma kepala
Berat (TKB) di Ruang ICU RSUD Bahteramas”.

Boimau, Jem Romilsa. 2019. “Asuhan Keperawatan Gawat Darurat pada Tn.
Y.B. dengan Diagnosis Medis Cedera kepala Sedang di Ruang Instalasi
Gawat Darurat RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang”

Anda mungkin juga menyukai