ABSTRAK
Latar Belakang: Skizofrenia merupakan penyakit mental yang serius. Penyakit ini disebabkan oleh gangguan
konsentrasi neurotransmiter otak, perubahan reseptor sel-sel otak, dan kelainan otak struktural. Pasien akan
memiliki pemikiran, perasaan, emosi, ucapan, dan perilaku yang tidak normal, yang memengaruhi kehidupan,
pekerjaan, kegiatan sosial, dan kemampuan untuk mengurus diri mereka sehari-hari sehingga mereka
membutuhkan keluarga dalam membantu proses pemulihan selama berada di rumah. Peran keluarga merupakan
pendukung penting dalam proses pemulihan pasien skizofrenia terutama untuk mencegah terjadinya
kekambuhan. Sikap keluarga yang tidak menerima pasien skizofrenia atau bersikap bermusuhan dengan pasien
akan membuat kekambuhan terjadi. Tujuan: mengidentifikasi gambaran peran keluarga dalam merawat pasien
gangguan jiwa skizofrenia yang mengalami kekambuhan di Rumah Sakit Jiwa Abepura. Metode Penelitian:
menggunakan deskriptif kuantitatif, dengan jumlah sampel 30 responden, serta analisa data menggunakan
prosentase. Hasil: dari 30 responden yang diteliti 15 keluarga (50.0%) berperan dalam merawat kekambuhan
pasien skizofrenia dan 15 keluarga (50.0%) tidak berperan dalam merawat kekambuhan pasien skizofrenia.
Kesimpulan: penelitian menunjukkan hasil seimbang antara keluarga yang berperan dalam merawat
kekambuhan pasien skizofrenia, hal ini mungkin terjadi karena kurangnya informasi atau pengetahuan mengenai
perawatan pasien skizofrenia di rumah, dan stigma yang masih melekat pada masyarakat seperti: dikucilkan,
tidak dapat berproduktifitas, tidak berguna, menakutkan, dan lain sebagainya.
ABSTRACT
Background: Schizophrenia is a serious mental illness. This disease is caused by impaired concentration of
brain neurotransmitters, changes in brain cell receptors, and structural brain abnormalities. Patients will have
thoughts, feelings, emotions, speech, and behavior that are not normal, which affect life, work, social activities,
and the ability to take care of themselves daily so that they need their family to help with the recovery process
while at home. The role of the family is an important supporter in the recovery process for schizophrenia
patients, especially to prevent relapses. The family attitude that does not accept schizophrenic patients or is
hostile towards the patient will make relapses occur. Objective: to identify the description of the role of the
family in caring for schizophrenic mental patients who experience recurrence at Abepura Mental Hospital.
Research methods: using quantitative descriptive, with a sample size of 30 respondents, and data analysis using
percentages. Results: Of the 30 respondents studied, 15 families (50.0%) played a role in treating recurrence of
schizophrenia patients and 15 families (50.0%) had no role in treating recurrence of schizophrenia patients.
Conclusion: the study shows balanced results between families who play a role in treating recurrence of
schizophrenic patients, this may occur due to a lack of information or knowledge about the care of
schizophrenic patients at home, and the stigma that is still attached to society such as: being excluded, unable to
produce, useless, scary, and so on.
Pada tabel 1 pengelompokan usia diurutkan menunjukkan bahwa mayoritas pasien skizofrenia
berdasarkan Departemen Kesehatan tahun 2009. di bawa ke rumah sakit oleh kakak/adiknya.
Dari 30 respoden yang diteliti, 13 orang atau Tabel 2 Karakteristik Pasien Skizofrenia
43.4% diantaranya berusia 17-25 tahun, 7 orang Karakteristik Frekuensi %
atau 23.3% diantaranya berusia 26-35 tahun, 2 Usia
orang atau 6.7% diantaranya berusia 36-45 tahun, 17-25 tahun 6 20.0
3 orang atau 10.0% diantaranya berusia 46-55 26-35 tahun 14 46.7
tahun dan 5 orang atau 16.7% diantaranya berusia 36-45 tahun 4 13.3
56-65 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian 46-55 tahun 3 10.0
besar responden berusia antara 17-25 tahun dan 56-65 tahun 3 10.0
minoritas berusia 36-45 tahun. Total 30 100.0
Karakteristik responden berdasarkan jenis Lama menderita Skizofrenia
kelamin. Dari 30 responden yang diteliti, 18 orang 1-5 tahun 26 86.7
atau 60.0% diantaranya berjenis kelamin laki-laki 6-10 tahun 3 10.0
dan 12 orang atau 40.0% diantaranya berjenis 11-15 tahun 1 3.3
kelamin perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa Total 30 100.0
mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki. Sering kambuh
Karakteristik responden berdasarkan tingkat Ya 17 56.7
pendidikan. Dari 30 responden yang diteliti, 6 Tidak 13 43.3
orang atau 20.0% diantaranya berpendidikan SD, 1 Total 30 100.0
orang atau 3.3% diantaranya berpendidikan SLTP, Jumlah Rawat Inap di RSJ
15 orang atau 50.0% diantaranya berpendidikan Tidak pernah 1 3.3
SLTA dan 8 orang atau 26.7% diantaranya 1-5 kali 25 83.3
berpendidikan Sarjana. Hal ini menunjukkan 6-10 kali 3 10.0
bahwa sebagian besar responden berpendidikan 11-15 kali 1 3.3
SLTA dan minoritas berpendidikan SLTP. Total 30 100.0
Karakteristik responden berdasarkan Terakhir dirawat di RSJ
pekerjaan. Dari 30 responden yang diteliti, 6 orang 1-6 bulan 18 60.0
atau 20.0% diantaranya bekerja sebagai PNS, 1 7-12 bulan 10 33.0
orang atau 3.3% diantaranya bekerja sebagai 19-24 bulan 2 6.7
karyawan, 8 orang atau 26.7% diantaranya bekerja Total 30 100.0
sebagai wiraswasta, 1 orang atau 3.3% diantaranya
bekerja sebagai buruh dan 14 orang atau 46.7% Pada tabel 2 pengelompokan usia pasien
diantaranya bekerja sebagai Petani. Hal ini skizofrenia diurutkan berdasarkan Departemen
menunjukkan bahwa sebagian besar responden Kesehatan tahun 2009. Dari 30 pasien, 6 orang
bekerja sebagai seorang Petani. atau 20.0% diantaranya berusia 17-25 tahun, 14
Karakteristik responden berdasarkan status orang atau 46.7% diantaranya berusia 26-35
pernikahan. Dari 30 responden yang diteliti, 15 tahun, 4 orang atau 13.3% diantaranya berusia 36-
orang atau 50.0% diantaranya belum menikah, 14 45 tahun, 3 orang atau 10.0% diantaranya berusia
orang atau 46.7% diantaranya menikah dan 1 46-55 tahun dan 3 orang atau 10.0% diantaranya
orang atau 3.3% diantaranya duda/janda. Hal ini berusia 56-65 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa
menunjukkan bahwa mayoritas responden sebagian besar pasien skizofrenia berusia antara
berstatus belum menikah. 26-35 tahun.
Karakteristik responden berdasarkan Karakteristik pasien berdasarkan lama
hubungan dengan pasien skizofrenia. Dari 30 menderita penyakit skizofrenia. Dari 30 pasien, 26
responden yang diteliti, 4 orang atau 13.3% orang atau 86.7% diantaranya lama menderita
diantaranya berperan sebagai ayah, 2 orang atau skizofrenia 1-5 tahun, 3 orang atau 10.0%
6.7% diantaranya berperan sebagai ibu, 7 orang diantaranya lama menderita skizofrenia 6-10 tahun
atau 23.3% diantaranya berperan sebagai anak, 2 dan 1 orang atau 3.3% diantaranya lama menderita
orang atau 6.7% diantaranya berperan sebagai skizofrenia 11-15 tahun. Hal ini menunjukkan
suami/istri, 15 orang atau 50.0% diantaranya bahwa sebagian besar pasien menderita
berperan sebagai Kakak/Adik. Hal ini skizofrenia 1-5 tahun.
106
implisit, sering kali tidak tampak pada permukaan, orang terdekat pasien skizofrenia sebagai keluarga
dan diharapkan memenuhi kebutuhan emosional inti, di mana keluarga tersebut terdiri dari ayah,
keluarga (Satir, 2012). ibu, anak, suami/istri, kakak/adik yang mempunyai
Selain itu (Friedman, 2010) untuk hubungan darah yang menimbulkan hubungan
memelihara keseimbangan keluarga peran secara emosional (Karla, Nischal, et all 2012).
informal keluarga meliputi pendorang, penyelaras, Dalam penelitian McDonell (2013) disebutkan
insiator-kontributor, negosiator, penghalang, bahwa anggota keluarga yang merawat pasien
dominator, penyalahan, pengikut, pencari skizofrenia secara otomatis bertanggung jawab
pengakuan, martir, wajah tanpa ekspresi (great kepada pasien skizofrenia. Tanggung jawab itu
stone face), sahabat, kambing hitam keluarga, dapat berupa membiayai perawatan psikiatris,
pendamai, pengasuh keluarga, pionir keluarga, mendampingi, bergelut dengan berbagai stigma
anggota yang tidak relevan atau distraktor, yang melekat, serta stres yang terjadi pada
koordinator keluarga, perantara keluarga dan keluarga.
penonton. Pentingnya peran keluarga dalam upaya
Setiap anggota keluarga memiliki peran dan kesembuhan pasien dikarenakan keluarga
kedudukannya masimg-masing. Keluarga sebagai merupakan sistem pendukung utama yang
sebuah kelompok kecil selalu berkembang memberikan perawatan langsung pada setiap
berdasarkan pola interaksi yang terjalin di antara keadaan sehat dan sakit. Keluarga merupakan unit
anggota keluarga tersebut. Setiap anggota keluarga paling dekat dengan penderita dan merupakan
bebas untuk memerankan dan “perawat utama” bagi penderita. Keluarga
mengkomunikasikan peran yang sedang disandang berperan dalam menentukan cara atau perawatan
olehnya kepada anggota keluarga yang lain. Peran yang diperlukan penderita di rumah. Keberhasilan
yang disandang, dilaksanakan dalam konteks perawat di rumah sakit akan sia-sia jika tidak di
hubungan interaksi dengan anggota keluarga yang teruskan di rumah yang kemudian mengakibatkan
lain dengan sistem aturan yang terorganisasi penderita harus dirawat kembali (kambuh). Peran
(Klein, 2010). serta keluarga sejak awal perawatan di rumah sakit
Dalam penelitian ini keluarga yang berperan akan meningkatkan kemampuan keluarga merawat
dalam mencegah kekambuhan memberikan penderita di rumah sehingga kemungkinan
perhatian dan kasih sayang kepada pasien kambuh dapat dicegah (Nasir, 2012).
skizofrenia dimana sebagian besar adalah kakak/ Aspek-aspek keharmonisan keluarga menurut
adik. Perhatian dan kasih sayang tulus dari Stinnets & De Frain (2014) mengemukakan bahwa
keluarga dan orang-orang terdekat akan sangat sebagai suatu pegangan atau kriteria menuju
membantu proses peyembuhan kondisi jiwanya hubungan perkawinan atau keluarga yang sehat
(Tarjun, 2014). dan bahagia aspeknya adalah menciptakan
Dalam penelitian ini, sebagian responden kehidupan beragam dalam keluarga, mempunyai
sebagai kakak atau adik yang mengantar pasien waktu bersama keluarga yaitu dalam kondisi
skizofrenia berobat ke rumah sakit. Kakak atau apapun waktu untuk bersama keluarga harus ada.
adik merupakan keluarga yang selalu mengantar Suami harus punya waktu untuk istri dan juga
pasien tersebut termasuk tindakan saat sebaliknya, mempunyai komunikasi yang baik
penyakitnya tidak dapat disembuhkan dan diobati, antar anggota keluarga, saling menghargai sikap
layanan medis dan kesehatan yang dimanfaatkan, anggota keluarga, saling menghargai prestasi
serta sumber bantuan keluarga primer, peran keluarga, mengatasi berbagai macam krisis yang
prevasif dan inti dari kakak sebagai yang mungkin terjadi dengan cara positif dan
mengantar membuat seorang kakak yang konstruksi.
mengambil keputusan kesehatan utama, pendidik, Dilihat dari peran keluarga sebagai penolong,
konselor, dan pemberi asuhan dalam matriks menurut Keliat (2010) dengan keluarga yang
keluarga telah menjadi temuan konstan (Finley, bersikap terapeutik dan mendukung pasien, masa
2012). kesembuhan pasien dapat dipertahankan selama
Selain itu, keluarga mendukung penuh dalam mungkin. Sebaliknya, jika keluarga kurang
proses pengobatan dan merawat pasien secara mendukung, angka kekambuhan akan menjadi
langsung, keluarga mengetahui aktivitas yang lebih cepat. Hal ini di dukung oleh berbagai
dilakukan pasien di rumah, keluarga merupakan penelitian mengenai peran keluarga antara lain
108
yang menyatakan bahwa partisipasi keluarga Oleh karena itu sebagai keluarga diharapkan
mendorong peningkatan fokus keluarga. Hal ini lebih berperan dalam menurunkan kejadian
didukung oleh berbagai penelitian mengenai peran kekambuhan/ relaps. Dari penelitian juga
keluarga antara lain Knitzer, Steinbergh & Fleich diketahui keluarga telah mengetahui bahwa
(2013) yang menyatakan bahwa partisipasi pentingnya waktu kontrol, dan minum obat tepat
keluarga mendorong peningkatan fokus keluarga. waktu. Namun, sedikit sulit jika berada di rumah
Berdasarkan hasil penelitian di Rumah Sakit karena membutuhkan pengawasan yang terus-
Jiwa Daerah Abepura diketahui bahwa dari 30 menerus membuat keluarga menjadi bosan, selain
responden yang dilakukan penelitian sebagian itu kurangnya informasi atau pengetahuan
responden merupakan keluarga yang tidak mengenai perawatan pasien skizofrenia di rumah,
berperan dalam mencegah kekambuhan sebanyak dan stigma yang masih melekat pada masyarakat
15 responden (50.0%). Hal ini sesuai dengan hasil seperti: dikucilkan, tidak dapat berproduktifitas,
penelitian yang dilakukan oleh Vough & Snyder tidak berguna, menakutkan, dan lain sebagainya.
dalam Keliat (2010) memperlihatkan bahwa
keluarga yang tidak berperan seperti ekspresi Kesimpulan
emosi yang tinggi (bermusuhan, mengkritik) di Gambaran peran keluarga dalam merawat
perkirakan kambuh dalam waktu sebulan dan pasien gangguan jiwa skizofrenia yang mengalami
kemudian dirawat kembali. Penelitian yang kekambuhan diketahui bahwa dari 30 responden
dilakukan di Amerika membuktikan bahwa yang diteliti 15 keluarga (50.0%) berperan dalam
peranan keluarga yang baik akan mengurangi merawat kekambuhan pasien skizofrenia dan 15
angka perawatan di rumah sakit, kekambuhan dan keluarga (50.0%) tidak berperan dalam merawat
memperpanjang waktu antara kekambuhan kekambuhan pasien skizofrenia.
(Lauriolle, 2015).
Dilihat dari peran keluarga sebagai Daftar Pustaka
penghalang, banyak keluarga yang menghalangi
Amelia. (2013). Dasar–Dasar Keperawatan Jiwa
proses kesembuhan pasien. Keluarga berpendapat
Pengantar dan Teori. Jakarta: Salemba
bahwa pasien boleh berhenti minum obat apabila
Medika.
gejala-gejala sudah menghilang/ berkurang, juga
Arif, I. S. (2011). Skizofrenia Memahami
banyak keluarga yang mendapatkan bahwa pasien
Dinamika Keluarga Pasien. Bandung: PT
hanya perlu medikasi (obat-obatan) untuk dapat
Refika Aditama.
sembuh saat proses pemulihannya di rumah. Hal
Arikunto. (2012). Prosedur Penelitian Suatu
ini jelas keliru, terapi bagi pasien gangguan jiwa
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
bukan hanya pemberian obat dan rehabilitas
Azwar. (2013). Sikap Manusia Teori dan
medik, namun diperlukan peran keluarga guna
pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
resosialisasi dan pencegahan kekambuhan (Vijay,
Freidman, M. M. (2010). Keperawatan Keluarga
2015).
Riset, teori dan Praktis. Jakarta: Buku
Tingginya angka kekambuhan kembali
Kedokteran EGC.
sebanyak 17 orang (56.7%) pasien skizofrenia
Geddes. (2012). Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT
dapat diakibatkan karena keluarga menyudutkan
Raja Grafindo Persada.
atau menyalahkan penderita skizofrenia,
Gunarsa, S.D., & Gunarsa, Y.S., (2001). Psikologi
seharusnya keluarga berada di posisi yang
Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta:
mendukung, salah satu caranya adalah dengan ikut
BPK Gunung Mulia, hlm. 77.
merawat (Karla et al, 2012).
Hayati, L., Elita, V., & Hasanah, O. (2008).
Penelitian lain yang dilakukan oleh Sirait
Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang
(2008) menyatakan bahwa peningkatan angka
Cara Merawat Pasien Halusinasi di Rumah.
relaps (kekambuhan) berhubungan secara
Jurnal Online Mahasiswa Program Studi
bermakna dengan emosi yang berlebihan
Ilmu Keperawatan Universitas Riau, 1(1), 1-
dilingkungan rumah, terutama di dalam rumah
6.
yang tidak harmonis, ketidaktahuan keluarga
Herz. O., & Sundeen, S. (2010). Keperawatan
dalam menghadapi penderita dan juga pengobatan
Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu
yang tidak adekuat yang dilakukan oleh keluarga
Isaac. (2010). Keperawatan Kesehatan Jiwa &
terhadap penderita.
Psikiatrik. Jakarta: EGC
109
Jested., & Mueser. (2011). Teori dan Pengukuran Resti, W. (2011). Peran Keluarga dalam Merawat
Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Pasien Skizofrenia Di Rumah Saat
Yogyakarta: Nuha Medika Mengalami Kekambuhan. Kuisioner
Kaplan., & Sadock. (2010). Buku Ajar Psikiatrik Penelitian
Klinis. Jakarta: EGC Salomon., et al. (2012). A Phenomenological
Kazadi, N. J. B. M. Y. H., Moosa., & Jeenah, F. research design illustrated. International
Y. (2008). Factors Associated with Relapse Journal of Qualitative Methods, 3 (1). Article
in Schizophrenia. Johannesburg: Division of 4. http://www.ualberta.ca/iiqm/backissues/3-
Psychiatry, University of the Witwatersrand. 1/pdf/grenewald.pdf. Diakses pada tanggal
Diperoleh dari 15 Maret 2017.
http://www.ajol.info/index.php/sajpsyc/articl Satir, E. (2012). Peran Dukungan Keluarga dalam
e/viewFile/34432/6360. (diakses pada Penanganan Penderita Skizofrenia. Skripsi
tanggal 29 januari 2017 pukul 12.05). Sarjana Psikologi, Universitas
Keliat. (2012). Keperawatan Jiwa terapi Aktivitas Muhammadiyah Surakarta.
Kelompok. Jakarta: EGC Setiadi. (2011). Konsep dan Proses Keperawatan
Knitzer, J., Steinberg, Z., & Fleisch, B. (2009). At keluarga. Edisi Pertama: Yogyakarta : Graha
the Schoolhouse Door: An Examination of Ilmu
Programs and Policies for Children with Sira, I. (2011). Karakteristik Skizofrenia di Rumah
Behavioral and Emotional Problems. New Sakit Khusus Alianyang Pontianak Periode 1
York: Bank stress College of education. Januari-31 Desember 2009. Jurnal
(Diakses tanggal 16 Februari 2017 pukul Mahasiswa PSPD FK Universitas
15.35). Tanjungpura, 2(1).
Komalasari, P. P. (2008). Stigma terhadap Stuart., & Laria. (2011). Keperawatan Jiwa. Edisi
penderita skizofrenia dalam manga burakku 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
jakku ni yoroshiku karya shuho sato. Stuart., & Sundeen. (2011). Keperawatan Jiwa.
Lauriello. (2015). Konsep Dasar Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC EGC
Mayasari, M. D. (2010). Peran Keluarga dalam Sulingger. (2010). Keperawatan Jiwa Edisi Revisi.
Proses Rehabilitasi Penderita Skizofrenia. Bandung : PT Refika Aditama
Malang: Universitas Negeri Malang. Sumarjo. (2010). Faktor Penyebab Kekambuhan
(Diakses pada tanggal 20 januari 2017 pukul Pada gangguan Hibrefenik Pasca dari RSJ.
16.00) Malang:Universitas Muhammadiyah malang.
Mubarak. (2010). Skizofrenia Diperoleh dari http://eprint.umm.ac.id/3413/
http://www.Indonesia.com/f/10629- (diakses tanggal 30 Januari 2017 pukul
skizofrenia. diakses pada tanggal 12 maret 18.37).
2017. Supartini, Y. (2010). Buku Ajar Konsep dasar
Mueser, K. T., & Jeste, D. V. (2011). Clinical keperawatan Anak. Jakarta : EGC
Hand Book of Schizophrenia, New York: Tomb. (2014) .Buku Saku Diagnosa Keperawatan
Guilford. Pada Keperawatan Psikiatrik. Pedoman
Notoadmojo. (2012). Metodologi Penelitian Untuk Pembuatan Rencana perawatan Edisi
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta 5, jakarta: EGC
Nursalam. (2012). Konsep dan Penerapan Urizo., & Maldonado. (2012). Hubungan Persepsi
Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan Keluarga Tentang Gangguan Jiwa Dengan
Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Sikap Keluarga Pada Anggota keluarga
Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Yang Mengalami Gangguan Jiwa Di Rumah
Medika. sakit Jiwa Daerah Surakarta. Naska
Porkony., et al. (2012). Components and Publikasi. FIK UMS
Correlates of Family Burden in Videbeck. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Schizophrenia. Jurnal Gym. 245-250. Jakarta: EGC
Pratt. (2011). Panduan Belajar : Keperawatan Vijay. (2010). Cara Pencegahan dan Pengobatan
Kesehatan Jiwa & Psikiatrik. Edisi 3. Penyakit Gangguan Jiwa. Dipublikasikan
Jakarta: ECG.
110