Anda di halaman 1dari 9

102

GAMBARAN PERAN KELUARGA DALAM MERAWAT PASIEN GANGGUAN


JIWA SKIZOFRENIA YANG MENGALAMI KEKAMBUHANDI INSTALASI
RAWAT JALAN RUMAH SAKIT JIWA DAERAH ABEPURA

Haslinda Manda1, Rifki Sakinah Nompo2, Muh. Rhomandoni1


1) Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura - Jayapura
2) Prodi Pendidikan Profesi Ners STIKES Jayapura
Email: rifkisakinahnompo@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Skizofrenia merupakan penyakit mental yang serius. Penyakit ini disebabkan oleh gangguan
konsentrasi neurotransmiter otak, perubahan reseptor sel-sel otak, dan kelainan otak struktural. Pasien akan
memiliki pemikiran, perasaan, emosi, ucapan, dan perilaku yang tidak normal, yang memengaruhi kehidupan,
pekerjaan, kegiatan sosial, dan kemampuan untuk mengurus diri mereka sehari-hari sehingga mereka
membutuhkan keluarga dalam membantu proses pemulihan selama berada di rumah. Peran keluarga merupakan
pendukung penting dalam proses pemulihan pasien skizofrenia terutama untuk mencegah terjadinya
kekambuhan. Sikap keluarga yang tidak menerima pasien skizofrenia atau bersikap bermusuhan dengan pasien
akan membuat kekambuhan terjadi. Tujuan: mengidentifikasi gambaran peran keluarga dalam merawat pasien
gangguan jiwa skizofrenia yang mengalami kekambuhan di Rumah Sakit Jiwa Abepura. Metode Penelitian:
menggunakan deskriptif kuantitatif, dengan jumlah sampel 30 responden, serta analisa data menggunakan
prosentase. Hasil: dari 30 responden yang diteliti 15 keluarga (50.0%) berperan dalam merawat kekambuhan
pasien skizofrenia dan 15 keluarga (50.0%) tidak berperan dalam merawat kekambuhan pasien skizofrenia.
Kesimpulan: penelitian menunjukkan hasil seimbang antara keluarga yang berperan dalam merawat
kekambuhan pasien skizofrenia, hal ini mungkin terjadi karena kurangnya informasi atau pengetahuan mengenai
perawatan pasien skizofrenia di rumah, dan stigma yang masih melekat pada masyarakat seperti: dikucilkan,
tidak dapat berproduktifitas, tidak berguna, menakutkan, dan lain sebagainya.

Kata Kunci: Peran Keluarga, Skizofrenia, Kekambuhan

ABSTRACT

Background: Schizophrenia is a serious mental illness. This disease is caused by impaired concentration of
brain neurotransmitters, changes in brain cell receptors, and structural brain abnormalities. Patients will have
thoughts, feelings, emotions, speech, and behavior that are not normal, which affect life, work, social activities,
and the ability to take care of themselves daily so that they need their family to help with the recovery process
while at home. The role of the family is an important supporter in the recovery process for schizophrenia
patients, especially to prevent relapses. The family attitude that does not accept schizophrenic patients or is
hostile towards the patient will make relapses occur. Objective: to identify the description of the role of the
family in caring for schizophrenic mental patients who experience recurrence at Abepura Mental Hospital.
Research methods: using quantitative descriptive, with a sample size of 30 respondents, and data analysis using
percentages. Results: Of the 30 respondents studied, 15 families (50.0%) played a role in treating recurrence of
schizophrenia patients and 15 families (50.0%) had no role in treating recurrence of schizophrenia patients.
Conclusion: the study shows balanced results between families who play a role in treating recurrence of
schizophrenic patients, this may occur due to a lack of information or knowledge about the care of
schizophrenic patients at home, and the stigma that is still attached to society such as: being excluded, unable to
produce, useless, scary, and so on.

Keywords: Role of Family, Schizophrenia, Recurrence


103

Latar Belakang sakit jiwa tidak meminum obatnya secara teratur,


hal inilah yang sering menyebabkan kekambuhan
Skizofrenia merupakan kelainan psikis yang
atau relaps pada pasien gangguan jiwa, salah satu
menempati peringkat kedua setelah penyakit
penyebab pasien skizofrenia tidak teratur
jantung (Jested & Mueser, 2011). Skizofrenia
memakan obat adalah karena kurangnya peran
memerlukan perawatan dengan jangka waktu yang
serta keluarga dalam perawatan anggota keluarga
lama terutama dalam pengobatan, diperburuk
yang menderita penyakit skizofrenia. Menurut
dengan tingginya angka kekambuhan pada pasien.
Keliat (2012) ada beberapa faktor yang dapat
Angka kekambuhan berhubungan dengan seberapa
mempengaruhi kekambuhan yaitu pasien, dokter,
kali masuk rumah sakit jiwa, lamanya proses
penanggung jawab pasien (perawat) dan keluarga.
pengobatan dan perjalanan penyakit.
Terdapat dua jenis peran dalam keluarga
Menurut World Health Organization (WHO,
yaitu peran formal dan peran informal, peran
2010) penderita gangguan psikis dengan diagnosa
formal sendiri merupakan peran yang sudah jelas
skizofrenia telah menjangkit kurang lebih 24 juta
dan nyata terlihat seperti peran suami/ayah, istri –
jiwa di seluruh dunia. Data dari American
ibu, anak, kakak – adik. Peran informal peran
Psychiatric Assosition (APA) pada tahun 2009,
secara tertutup, bersifat implisit, seringkali tidak
prevalensi skizofrenia di Indonesia sekitar 1% dari
tampak pada permukaannya, dan di harapakan
seluruh penduduk di dunia. Prevalensi penderita
memenuhi emosional keluarga dan atau
skizofrenia di Indonesia sendiri adalah 0,3% - 1%
memelihara keseimbangan keluarga (Satir, 2012).
dan biasanya timbul pada usia sekitar 15-45
Keluarga memainkan suatu peran yang
Tahun, sedangkan dari beberapa sumber lain
bersifat mendukung selama penyembuhan dan
menyebutkan uji skizofrenia timbul pada saat
pemulihan pasien skizofrenia, apabila dukungan
berusia 11–12 Tahun sudah menderita skizofrenia.
semacam ini tidak ada, maka keberhasilan
Sekitar 99% pasien rumah sakit jiwa di Indonesia
penyembuhan atau pemulihan (rehabilitas)
merupakan penderita skizofrenia (Arif, 2011).
berkurang, hal ini dapat berdampak buruk bagi
Hasil penelitian Porkony et al., (2012)
pasien dan anggota keluarga (Friedman, 2010).
menyatakan bahwa 49% pasien skizofrenia
Dari hasil pengambilan awal di Rumah Sakit
mengalami rawat ulang setelah follow up selama
Jiwa Daerah Abepura memiliki kunjungan pasien
satu tahun, sedangkan pasien-pasien non
baru dan pasien lama yang cukup tinggi di
skizofrenia hanya 28% penelitian serupa yang
instalasi rawat jalan maupun rawat inap.
dilakukan oleh Salomon et al., (2012),
Khususnya pada instalasi rawat jalan tahun 2017
menyatakan bahwa dalam waktu 6 bulan pasca-
terdapat 6.007 pasien rawat jalan dengan jumlah
rawat didapat 30%-40% penderita banyak
pasien pasien lama sebanyak 5.737 (96%) dan
mengalami kekambuhan. Tingkat kekambuhan
baru sebanyak 270 (4%), jumlah kunjungan
sering diukur dengan menilai waktu antara lepas
skizofrenia sebanyak 4.363 pada tahun 2017.
rawat dari perawatan terakhir sampai perawatan
Jumlah kunjungan pasien dengan kekambuhan
berikutnya dan jumlah rawat inap pada periode
cenderung meningkat yang seharusnya pasien
tertentu (Pratt, 2011).
tidak perlu dirawat namun harus menjalani
Penelitian dengan metode kuantitatif
perawatan ulang (rawat inap) karena kambuh di
dilakukan pada sebuah keluarga di Amerika
rumah sakit jiwa.
membutikan bahwa peran keluarga yang baik
Dari hasil wawancara pada perawat yang
dapat mengurangi angka perawatan di rumah sakit,
bekerja di unit rawat jalan, mengatakan bahwa
kekambuhan, dan memperpanjang waktu antara
setiap hari jumlah pasien dengan gangguan jiwa
kekambuhan (Geddes, 2008; Lauriello, 2015).
yang datang berobat tidak sedikit, jumlahnya
Menurut Sullinger (2010) pasien dengan diagnosa
beragam dari yang baru rawat inap dan datang
skizofrenia diperkirakan akan mengalami
untuk kontrol. Pasien yang biasanya datang di
kekambuhan 50% pada tahun pertama, 70% pada
temani oleh keluarga ialah pasien yang
tahun ke dua dan 100% pada tahun ke lima setelah
sebelumnya sudah sembuh namun kembali karena
pulang dari Rumah Sakit, hal ini
terjadi kekambuhan, hal ini dapat disebabkan
berhubungandengan perlakuan pasien selama
karena kurangnya peran keluarga di rumah,
berada di rumah atau di masyarakat (Arif, 2010).
mereka beranggapan jika anggota keluarga mereka
Hasil penelitian menurut (Sullinger, 2010)
sudah dapat menjalankan kehidupan sehari–
terdapat 25%-50% pasien yang pulang dari rumah
104

harinya denga normal, pasien tidak perlu minum Hasil


obat kembali atau putus kontrol. Hasil penelitian ini menggunakan analisa
Hasil wawancara yang dilakukan kepada tiga univariat, dimana peneliti akan memaparkan
keluarga yang mengantar anggota keluarga dengan mengenai karakteristik responden keluarga (usia,
gangguan jiwa skizofrenia untuk berobat ke jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status
instalasi rawat jalan, dua keluarga mengatakan pernikahan, hubungan dengan pasien),
bahwa mereka hanya bersikap pasrah dirumah, karakteristik pasien skizofrenia (usia, lama
mereka tahu dan menyadari jika anggota menderita skizofrenia, kekambuhan, jumlah rawat
keluarganya ada yang mengalami gangguan jiwa, di RSJ, terakhir dirawat di RSJ), dan peran
pasien jarang dilibatkan dala kegiatan rumah, keluarga dalam merawat pasien gangguan jiwa
pasien hanya menghabiskan hari-harinya dikamar skizofrenia yang mengalami kekambuhan.
kemudian satu keluarga juga mengatakan bahwa
mereka tahu dan menyadari jika memiliki anggota Tabel 1 Karakteristik Responden Keluarga
keluarga yang sakit dan mereka sudah melibatkan Karakteristik Frekuensi %
pasien dalam kegiatan dirumah tapi tetap saja Usia
terjadi kekambuhan. 17-25 tahun 13 43.3
Dari penuturan para keluarga didapatkan 26-35 tahun 7 23.3
bahwa pasien setidaknya pernah dirawat dua kali 36-45 tahun 2 6.7
dalam satu tahun terakhir, sehingga keluarga 46-55 tahun 3 10.0
merasa kesal dan bosan setiap pasien melakukan 56-65 tahun 5 16.7
tingkah laku yang aneh, padahal dahulu sudah Total 30 100.0
dinyatakan sembuh atau kondisinya sudah Jenis Kelamin
membaik oleh dokter, sekarang malah harus Laki-laki 18 60.0
berobat kembali karena pasien mengalami Perempuan 12 40.0
kekambuhan. Total 30 100.0
Berdasarkan latar belakang yang telah Pendidikan
diuraikan diatas tersebut, peneliti sangat tertarik SD 6 20.0
melakukan penelitian untuk mengetahui gambaran SLTP 1 3.3
peran keluarga dengan pasien skizofrenia yang SLTA 15 50.0
mengalami kekambuhan.Judul penelitian ini Sarjana 8 26.7
adalah Gambaran Peran Keluarga dalam Merawat Total 30 100.0
Pasien Gangguan Jiwa Skizofrenia yang Pekerjaan
Mengalami Kekambuhan di Instalasi Rawat Jalan
PNS 6 20.0
Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura.
Karyawan 1 3.3
Wiraswasta 8 26.7
Metode Penelitian Buruh 1 3.3
Analisa yang digunakan dalam penelitian ini Petani 14 46.7
adalah analisa univariat adalah analisis yang Total 30 100.0
dilakukan untuk menjelaskan karakteristik Status Pernikahan
responden keluarga (usia, jenis kelamin, Belum menikah 15 50.0
pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, Menikah 14 46.7
hubungan dengan pasien), karakteristik pasien Duda/Janda 1 3.3
skizofrenia (usia, lama menderita skizofrenia, Total 30 100.0
kekambuhan, jumlah rawat di RSJ, terakhir Hubungan dengan Pasien
dirawat di RSJ), dan peran keluarga dalam Ayah 4 13.3
merawat pasien gangguan jiwa skizofrenia yang Ibu 2 6.7
mengalami kekambuhan. penelitian dilakukan di Anak 7 23.3
Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Daerah Suami/Istri 2 6.7
Abepura pada bulan Juni hingga Agustus 2018. Kakak/Adik 15 50.0
Total 30 100.0
105

Pada tabel 1 pengelompokan usia diurutkan menunjukkan bahwa mayoritas pasien skizofrenia
berdasarkan Departemen Kesehatan tahun 2009. di bawa ke rumah sakit oleh kakak/adiknya.
Dari 30 respoden yang diteliti, 13 orang atau Tabel 2 Karakteristik Pasien Skizofrenia
43.4% diantaranya berusia 17-25 tahun, 7 orang Karakteristik Frekuensi %
atau 23.3% diantaranya berusia 26-35 tahun, 2 Usia
orang atau 6.7% diantaranya berusia 36-45 tahun, 17-25 tahun 6 20.0
3 orang atau 10.0% diantaranya berusia 46-55 26-35 tahun 14 46.7
tahun dan 5 orang atau 16.7% diantaranya berusia 36-45 tahun 4 13.3
56-65 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian 46-55 tahun 3 10.0
besar responden berusia antara 17-25 tahun dan 56-65 tahun 3 10.0
minoritas berusia 36-45 tahun. Total 30 100.0
Karakteristik responden berdasarkan jenis Lama menderita Skizofrenia
kelamin. Dari 30 responden yang diteliti, 18 orang 1-5 tahun 26 86.7
atau 60.0% diantaranya berjenis kelamin laki-laki 6-10 tahun 3 10.0
dan 12 orang atau 40.0% diantaranya berjenis 11-15 tahun 1 3.3
kelamin perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa Total 30 100.0
mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki. Sering kambuh
Karakteristik responden berdasarkan tingkat Ya 17 56.7
pendidikan. Dari 30 responden yang diteliti, 6 Tidak 13 43.3
orang atau 20.0% diantaranya berpendidikan SD, 1 Total 30 100.0
orang atau 3.3% diantaranya berpendidikan SLTP, Jumlah Rawat Inap di RSJ
15 orang atau 50.0% diantaranya berpendidikan Tidak pernah 1 3.3
SLTA dan 8 orang atau 26.7% diantaranya 1-5 kali 25 83.3
berpendidikan Sarjana. Hal ini menunjukkan 6-10 kali 3 10.0
bahwa sebagian besar responden berpendidikan 11-15 kali 1 3.3
SLTA dan minoritas berpendidikan SLTP. Total 30 100.0
Karakteristik responden berdasarkan Terakhir dirawat di RSJ
pekerjaan. Dari 30 responden yang diteliti, 6 orang 1-6 bulan 18 60.0
atau 20.0% diantaranya bekerja sebagai PNS, 1 7-12 bulan 10 33.0
orang atau 3.3% diantaranya bekerja sebagai 19-24 bulan 2 6.7
karyawan, 8 orang atau 26.7% diantaranya bekerja Total 30 100.0
sebagai wiraswasta, 1 orang atau 3.3% diantaranya
bekerja sebagai buruh dan 14 orang atau 46.7% Pada tabel 2 pengelompokan usia pasien
diantaranya bekerja sebagai Petani. Hal ini skizofrenia diurutkan berdasarkan Departemen
menunjukkan bahwa sebagian besar responden Kesehatan tahun 2009. Dari 30 pasien, 6 orang
bekerja sebagai seorang Petani. atau 20.0% diantaranya berusia 17-25 tahun, 14
Karakteristik responden berdasarkan status orang atau 46.7% diantaranya berusia 26-35
pernikahan. Dari 30 responden yang diteliti, 15 tahun, 4 orang atau 13.3% diantaranya berusia 36-
orang atau 50.0% diantaranya belum menikah, 14 45 tahun, 3 orang atau 10.0% diantaranya berusia
orang atau 46.7% diantaranya menikah dan 1 46-55 tahun dan 3 orang atau 10.0% diantaranya
orang atau 3.3% diantaranya duda/janda. Hal ini berusia 56-65 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa
menunjukkan bahwa mayoritas responden sebagian besar pasien skizofrenia berusia antara
berstatus belum menikah. 26-35 tahun.
Karakteristik responden berdasarkan Karakteristik pasien berdasarkan lama
hubungan dengan pasien skizofrenia. Dari 30 menderita penyakit skizofrenia. Dari 30 pasien, 26
responden yang diteliti, 4 orang atau 13.3% orang atau 86.7% diantaranya lama menderita
diantaranya berperan sebagai ayah, 2 orang atau skizofrenia 1-5 tahun, 3 orang atau 10.0%
6.7% diantaranya berperan sebagai ibu, 7 orang diantaranya lama menderita skizofrenia 6-10 tahun
atau 23.3% diantaranya berperan sebagai anak, 2 dan 1 orang atau 3.3% diantaranya lama menderita
orang atau 6.7% diantaranya berperan sebagai skizofrenia 11-15 tahun. Hal ini menunjukkan
suami/istri, 15 orang atau 50.0% diantaranya bahwa sebagian besar pasien menderita
berperan sebagai Kakak/Adik. Hal ini skizofrenia 1-5 tahun.
106

Karakteristik pasien berdasarkan orang terdekat yang dapat membantu memenuhi


kekambuhan skizofrenia. Dari 30 pasien, 17 orang kebutuhan sehari-hari kepada anggota keluarga
atau 56.7% diantaranya sering mengalami yang sakit.
kekambuhan dan 13 orang atau 43.3% diantaranya Peran diartikan sebagai kemampuan untuk
tidak mengalami kekambuhan. Hal ini mempengaruhi atau mengubah perilaku orang lain
menunjukkan bahwa sebagian besar pasien pernah (Supartini, 2014). Peranan keluarga
mengalami kekambuhan skizofrenia. mengembangkan seperangkat perilaku antar
Karakteristik pasien berdasarkan jumlah pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan
rawat di Rumah Sakit Jiwa. Dari 30 pasien, 1 pribadi dalam posisi dan situasi tertentu (Setiadi,
orang atau 3.3% diantaranya tidak pernah dirawat 2015).
di RSJ, 25 orang atau 83.3% diantaranya 1-5 kali Pentingnya peran keluarga dalam upaya
dirawat di RSJ, 3 orang atau 10.0% diantaranya 6- kesembuhan pasien dikarenakan keluarga
10 kali dirawat di RSJ dan 1 orang atau 3.3% merupakan sistem pendukung utama yang
diantaranya 11-15 kali dirawat di RSJ. Hal ini memberikan perawatan langsung pada setiap
menunjukkan bahwa sebagian besar pasien keadaan sehat dan sakit. Keluarga merupakan unit
dirawat di RSJ sebanyak 1-5 kali. paling dekat dengan penderita dan merupakan
Karakteristik pasien berdasarkan terakhir “perawat utama” bagi penderita. Keluarga
dirawat di RSJ. Dari 30 pasien skizofrenia, 18 berperan dalam menentukan cara atau perawatan
orang atau 60.0% diantaranya dirawat di RSJ 1-6 yang diperlukan penderita di rumah. Keberhasilan
bulan terakhir, 10 orang atau 33.0% diantaranya perawat di rumah sakit akan sia-sia jika tidak di
dirawat di RSJ 7-12 bulan terakhir, 2 orang atau teruskan di rumah yang kemudian mengakibatkan
6.7% diantaranya dirawat di RSJ 19-24 bulan penderita harus dirawat kembali (kambuh). Peran
terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian serta keluarga sejak awal perawatan di rumah sakit
responden dirawat sekitar 1-6 bulan terakhir. akan meningkatkan kemampuan keluarga merawat
penderita di rumah sehingga kemungkinan
Tabel 3 Peran Keluarga Dalam Merawat Pasien kambuh dapat dicegah (Keliat, 2000 dalam Nasir,
Skizofrenia yang Mengalami Kekambuhan 2012).
Kategori Frekuensi % Menurut Keliat (2010) ada beberapa faktor
Peran Keluarga yang dapat mempengaruhi kekambuhan atau
Berperan 15 50.0 relaps pasien skizofrenia yaitu pasien, dokter,
Tidak berperan 15 50.0 penanggung jawab pasien (perawat) dan keluarga.
Total 31 100.0 Keluarga memainkan sebuah peran yang sangat
penting dalam menentukan perilaku anggota
Pada tabel 3 menggambarkan peran keluarga keluarganya yang sakit, bersifat mendukung
dalam merawat pasien gangguan jiwa skizofrenia selama masa penyembuhan dan pemulihan akan
yang mengalami kekambuhan. Dari 30 responden sangat berkurang (Kaplan, 2010). Berdasarkan
yang diteliti 15 keluarga atau 50.0% diantaranya hasil penelitian di Rumah Sakit Jiwa Daerah
berperan dalam merawat kekambuhan pasien dan Abepura diketahui bahwa dari 30 responden yang
15 keluarga atau 50.0% tidak berperan dalam dilakukan penelitian sebagian responden
merawat kekambuhan pasien. Hal ini merupakan keluarga yang berperan dalam
menunjukkan bahwa sebanding antara keluarga mencegah kekambuhan sebanyak 15 responden
yang berperan dalam merawat kekambuhan pasien (50.0%).
skizofrenia dan keluarga yang tidak berperan Peran dalam keluarga memiliki dua jenis
dalam merawat kekambuhan pasien skizofrenia. yaitu peran formal dan peran informal, peran
formal sendiri merupakan peran yang sudah jelas
dan nyata terlihat seperti peran suami-ayah, istri-
Pembahasan
ibu, anak, kakak-adik. Ayah sebagai kepala
Keluarga sebagai pemberi perawatan utama
keluarga mencari nafkah, ibu sebagai pengurus
atau caregiver mengambil keputusan terhadap
rumah tangga dan seterusnya. Berbeda dengan
pengobatan dengan membawa pasien berobat ke
peran formal, peran informal merupakan bentuk
Rumah Sakit upaya penyembuhan sehingga pasien
peran yang tidak terlihat secara pasti. Peran
dapat terhindar dari dampak maupun komplikasi
informal adalah peran secara tertutup, bersifat
yang akan timbul. Selain itu, keluarga juga sebagai
107

implisit, sering kali tidak tampak pada permukaan, orang terdekat pasien skizofrenia sebagai keluarga
dan diharapkan memenuhi kebutuhan emosional inti, di mana keluarga tersebut terdiri dari ayah,
keluarga (Satir, 2012). ibu, anak, suami/istri, kakak/adik yang mempunyai
Selain itu (Friedman, 2010) untuk hubungan darah yang menimbulkan hubungan
memelihara keseimbangan keluarga peran secara emosional (Karla, Nischal, et all 2012).
informal keluarga meliputi pendorang, penyelaras, Dalam penelitian McDonell (2013) disebutkan
insiator-kontributor, negosiator, penghalang, bahwa anggota keluarga yang merawat pasien
dominator, penyalahan, pengikut, pencari skizofrenia secara otomatis bertanggung jawab
pengakuan, martir, wajah tanpa ekspresi (great kepada pasien skizofrenia. Tanggung jawab itu
stone face), sahabat, kambing hitam keluarga, dapat berupa membiayai perawatan psikiatris,
pendamai, pengasuh keluarga, pionir keluarga, mendampingi, bergelut dengan berbagai stigma
anggota yang tidak relevan atau distraktor, yang melekat, serta stres yang terjadi pada
koordinator keluarga, perantara keluarga dan keluarga.
penonton. Pentingnya peran keluarga dalam upaya
Setiap anggota keluarga memiliki peran dan kesembuhan pasien dikarenakan keluarga
kedudukannya masimg-masing. Keluarga sebagai merupakan sistem pendukung utama yang
sebuah kelompok kecil selalu berkembang memberikan perawatan langsung pada setiap
berdasarkan pola interaksi yang terjalin di antara keadaan sehat dan sakit. Keluarga merupakan unit
anggota keluarga tersebut. Setiap anggota keluarga paling dekat dengan penderita dan merupakan
bebas untuk memerankan dan “perawat utama” bagi penderita. Keluarga
mengkomunikasikan peran yang sedang disandang berperan dalam menentukan cara atau perawatan
olehnya kepada anggota keluarga yang lain. Peran yang diperlukan penderita di rumah. Keberhasilan
yang disandang, dilaksanakan dalam konteks perawat di rumah sakit akan sia-sia jika tidak di
hubungan interaksi dengan anggota keluarga yang teruskan di rumah yang kemudian mengakibatkan
lain dengan sistem aturan yang terorganisasi penderita harus dirawat kembali (kambuh). Peran
(Klein, 2010). serta keluarga sejak awal perawatan di rumah sakit
Dalam penelitian ini keluarga yang berperan akan meningkatkan kemampuan keluarga merawat
dalam mencegah kekambuhan memberikan penderita di rumah sehingga kemungkinan
perhatian dan kasih sayang kepada pasien kambuh dapat dicegah (Nasir, 2012).
skizofrenia dimana sebagian besar adalah kakak/ Aspek-aspek keharmonisan keluarga menurut
adik. Perhatian dan kasih sayang tulus dari Stinnets & De Frain (2014) mengemukakan bahwa
keluarga dan orang-orang terdekat akan sangat sebagai suatu pegangan atau kriteria menuju
membantu proses peyembuhan kondisi jiwanya hubungan perkawinan atau keluarga yang sehat
(Tarjun, 2014). dan bahagia aspeknya adalah menciptakan
Dalam penelitian ini, sebagian responden kehidupan beragam dalam keluarga, mempunyai
sebagai kakak atau adik yang mengantar pasien waktu bersama keluarga yaitu dalam kondisi
skizofrenia berobat ke rumah sakit. Kakak atau apapun waktu untuk bersama keluarga harus ada.
adik merupakan keluarga yang selalu mengantar Suami harus punya waktu untuk istri dan juga
pasien tersebut termasuk tindakan saat sebaliknya, mempunyai komunikasi yang baik
penyakitnya tidak dapat disembuhkan dan diobati, antar anggota keluarga, saling menghargai sikap
layanan medis dan kesehatan yang dimanfaatkan, anggota keluarga, saling menghargai prestasi
serta sumber bantuan keluarga primer, peran keluarga, mengatasi berbagai macam krisis yang
prevasif dan inti dari kakak sebagai yang mungkin terjadi dengan cara positif dan
mengantar membuat seorang kakak yang konstruksi.
mengambil keputusan kesehatan utama, pendidik, Dilihat dari peran keluarga sebagai penolong,
konselor, dan pemberi asuhan dalam matriks menurut Keliat (2010) dengan keluarga yang
keluarga telah menjadi temuan konstan (Finley, bersikap terapeutik dan mendukung pasien, masa
2012). kesembuhan pasien dapat dipertahankan selama
Selain itu, keluarga mendukung penuh dalam mungkin. Sebaliknya, jika keluarga kurang
proses pengobatan dan merawat pasien secara mendukung, angka kekambuhan akan menjadi
langsung, keluarga mengetahui aktivitas yang lebih cepat. Hal ini di dukung oleh berbagai
dilakukan pasien di rumah, keluarga merupakan penelitian mengenai peran keluarga antara lain
108

yang menyatakan bahwa partisipasi keluarga Oleh karena itu sebagai keluarga diharapkan
mendorong peningkatan fokus keluarga. Hal ini lebih berperan dalam menurunkan kejadian
didukung oleh berbagai penelitian mengenai peran kekambuhan/ relaps. Dari penelitian juga
keluarga antara lain Knitzer, Steinbergh & Fleich diketahui keluarga telah mengetahui bahwa
(2013) yang menyatakan bahwa partisipasi pentingnya waktu kontrol, dan minum obat tepat
keluarga mendorong peningkatan fokus keluarga. waktu. Namun, sedikit sulit jika berada di rumah
Berdasarkan hasil penelitian di Rumah Sakit karena membutuhkan pengawasan yang terus-
Jiwa Daerah Abepura diketahui bahwa dari 30 menerus membuat keluarga menjadi bosan, selain
responden yang dilakukan penelitian sebagian itu kurangnya informasi atau pengetahuan
responden merupakan keluarga yang tidak mengenai perawatan pasien skizofrenia di rumah,
berperan dalam mencegah kekambuhan sebanyak dan stigma yang masih melekat pada masyarakat
15 responden (50.0%). Hal ini sesuai dengan hasil seperti: dikucilkan, tidak dapat berproduktifitas,
penelitian yang dilakukan oleh Vough & Snyder tidak berguna, menakutkan, dan lain sebagainya.
dalam Keliat (2010) memperlihatkan bahwa
keluarga yang tidak berperan seperti ekspresi Kesimpulan
emosi yang tinggi (bermusuhan, mengkritik) di Gambaran peran keluarga dalam merawat
perkirakan kambuh dalam waktu sebulan dan pasien gangguan jiwa skizofrenia yang mengalami
kemudian dirawat kembali. Penelitian yang kekambuhan diketahui bahwa dari 30 responden
dilakukan di Amerika membuktikan bahwa yang diteliti 15 keluarga (50.0%) berperan dalam
peranan keluarga yang baik akan mengurangi merawat kekambuhan pasien skizofrenia dan 15
angka perawatan di rumah sakit, kekambuhan dan keluarga (50.0%) tidak berperan dalam merawat
memperpanjang waktu antara kekambuhan kekambuhan pasien skizofrenia.
(Lauriolle, 2015).
Dilihat dari peran keluarga sebagai Daftar Pustaka
penghalang, banyak keluarga yang menghalangi
Amelia. (2013). Dasar–Dasar Keperawatan Jiwa
proses kesembuhan pasien. Keluarga berpendapat
Pengantar dan Teori. Jakarta: Salemba
bahwa pasien boleh berhenti minum obat apabila
Medika.
gejala-gejala sudah menghilang/ berkurang, juga
Arif, I. S. (2011). Skizofrenia Memahami
banyak keluarga yang mendapatkan bahwa pasien
Dinamika Keluarga Pasien. Bandung: PT
hanya perlu medikasi (obat-obatan) untuk dapat
Refika Aditama.
sembuh saat proses pemulihannya di rumah. Hal
Arikunto. (2012). Prosedur Penelitian Suatu
ini jelas keliru, terapi bagi pasien gangguan jiwa
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
bukan hanya pemberian obat dan rehabilitas
Azwar. (2013). Sikap Manusia Teori dan
medik, namun diperlukan peran keluarga guna
pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
resosialisasi dan pencegahan kekambuhan (Vijay,
Freidman, M. M. (2010). Keperawatan Keluarga
2015).
Riset, teori dan Praktis. Jakarta: Buku
Tingginya angka kekambuhan kembali
Kedokteran EGC.
sebanyak 17 orang (56.7%) pasien skizofrenia
Geddes. (2012). Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT
dapat diakibatkan karena keluarga menyudutkan
Raja Grafindo Persada.
atau menyalahkan penderita skizofrenia,
Gunarsa, S.D., & Gunarsa, Y.S., (2001). Psikologi
seharusnya keluarga berada di posisi yang
Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta:
mendukung, salah satu caranya adalah dengan ikut
BPK Gunung Mulia, hlm. 77.
merawat (Karla et al, 2012).
Hayati, L., Elita, V., & Hasanah, O. (2008).
Penelitian lain yang dilakukan oleh Sirait
Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang
(2008) menyatakan bahwa peningkatan angka
Cara Merawat Pasien Halusinasi di Rumah.
relaps (kekambuhan) berhubungan secara
Jurnal Online Mahasiswa Program Studi
bermakna dengan emosi yang berlebihan
Ilmu Keperawatan Universitas Riau, 1(1), 1-
dilingkungan rumah, terutama di dalam rumah
6.
yang tidak harmonis, ketidaktahuan keluarga
Herz. O., & Sundeen, S. (2010). Keperawatan
dalam menghadapi penderita dan juga pengobatan
Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu
yang tidak adekuat yang dilakukan oleh keluarga
Isaac. (2010). Keperawatan Kesehatan Jiwa &
terhadap penderita.
Psikiatrik. Jakarta: EGC
109

Jested., & Mueser. (2011). Teori dan Pengukuran Resti, W. (2011). Peran Keluarga dalam Merawat
Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Pasien Skizofrenia Di Rumah Saat
Yogyakarta: Nuha Medika Mengalami Kekambuhan. Kuisioner
Kaplan., & Sadock. (2010). Buku Ajar Psikiatrik Penelitian
Klinis. Jakarta: EGC Salomon., et al. (2012). A Phenomenological
Kazadi, N. J. B. M. Y. H., Moosa., & Jeenah, F. research design illustrated. International
Y. (2008). Factors Associated with Relapse Journal of Qualitative Methods, 3 (1). Article
in Schizophrenia. Johannesburg: Division of 4. http://www.ualberta.ca/iiqm/backissues/3-
Psychiatry, University of the Witwatersrand. 1/pdf/grenewald.pdf. Diakses pada tanggal
Diperoleh dari 15 Maret 2017.
http://www.ajol.info/index.php/sajpsyc/articl Satir, E. (2012). Peran Dukungan Keluarga dalam
e/viewFile/34432/6360. (diakses pada Penanganan Penderita Skizofrenia. Skripsi
tanggal 29 januari 2017 pukul 12.05). Sarjana Psikologi, Universitas
Keliat. (2012). Keperawatan Jiwa terapi Aktivitas Muhammadiyah Surakarta.
Kelompok. Jakarta: EGC Setiadi. (2011). Konsep dan Proses Keperawatan
Knitzer, J., Steinberg, Z., & Fleisch, B. (2009). At keluarga. Edisi Pertama: Yogyakarta : Graha
the Schoolhouse Door: An Examination of Ilmu
Programs and Policies for Children with Sira, I. (2011). Karakteristik Skizofrenia di Rumah
Behavioral and Emotional Problems. New Sakit Khusus Alianyang Pontianak Periode 1
York: Bank stress College of education. Januari-31 Desember 2009. Jurnal
(Diakses tanggal 16 Februari 2017 pukul Mahasiswa PSPD FK Universitas
15.35). Tanjungpura, 2(1).
Komalasari, P. P. (2008). Stigma terhadap Stuart., & Laria. (2011). Keperawatan Jiwa. Edisi
penderita skizofrenia dalam manga burakku 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
jakku ni yoroshiku karya shuho sato. Stuart., & Sundeen. (2011). Keperawatan Jiwa.
Lauriello. (2015). Konsep Dasar Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC EGC
Mayasari, M. D. (2010). Peran Keluarga dalam Sulingger. (2010). Keperawatan Jiwa Edisi Revisi.
Proses Rehabilitasi Penderita Skizofrenia. Bandung : PT Refika Aditama
Malang: Universitas Negeri Malang. Sumarjo. (2010). Faktor Penyebab Kekambuhan
(Diakses pada tanggal 20 januari 2017 pukul Pada gangguan Hibrefenik Pasca dari RSJ.
16.00) Malang:Universitas Muhammadiyah malang.
Mubarak. (2010). Skizofrenia Diperoleh dari http://eprint.umm.ac.id/3413/
http://www.Indonesia.com/f/10629- (diakses tanggal 30 Januari 2017 pukul
skizofrenia. diakses pada tanggal 12 maret 18.37).
2017. Supartini, Y. (2010). Buku Ajar Konsep dasar
Mueser, K. T., & Jeste, D. V. (2011). Clinical keperawatan Anak. Jakarta : EGC
Hand Book of Schizophrenia, New York: Tomb. (2014) .Buku Saku Diagnosa Keperawatan
Guilford. Pada Keperawatan Psikiatrik. Pedoman
Notoadmojo. (2012). Metodologi Penelitian Untuk Pembuatan Rencana perawatan Edisi
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta 5, jakarta: EGC
Nursalam. (2012). Konsep dan Penerapan Urizo., & Maldonado. (2012). Hubungan Persepsi
Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan Keluarga Tentang Gangguan Jiwa Dengan
Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Sikap Keluarga Pada Anggota keluarga
Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Yang Mengalami Gangguan Jiwa Di Rumah
Medika. sakit Jiwa Daerah Surakarta. Naska
Porkony., et al. (2012). Components and Publikasi. FIK UMS
Correlates of Family Burden in Videbeck. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Schizophrenia. Jurnal Gym. 245-250. Jakarta: EGC
Pratt. (2011). Panduan Belajar : Keperawatan Vijay. (2010). Cara Pencegahan dan Pengobatan
Kesehatan Jiwa & Psikiatrik. Edisi 3. Penyakit Gangguan Jiwa. Dipublikasikan
Jakarta: ECG.
110

http://www.balipost.co.id. (diakses pada


tanggal 29 januari 2017 pukul 20.07).
Viora. (2010). Pengantar Psikologi Abnormal.
Bandung: PT Refika Aditama
Vough. (2012). Terapi modalitas keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai