Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

Dosen Pengampu: Devi Setya Putri, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh:

Kelompok 2

1. Novan Korneawab p 2019012195

2. Puput Setia Widianingsih 2019012199

3. Nur Nafi'ah 2019012197

4. Putri Arum Sari 2019012200

PSIK 3Bp

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CENDEKIA UTAMA KUDUS


Tahun 2020
Jl. Lingkar Raya Kudus-Pati Km. 5 Jepang, Mejobo,Kudus.
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah SWT, pencipta alam semesta, tidak lupa
sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw. karena atas rahmat
dan karunia Allah tugas ini dapat kami selesaikan. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih
kepada dosen pembimbing, Devi SetyaPutri, S.Kep.,Ns.,M.Kep dan teman–teman semua
yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.

Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas akademik terstruktur perspsi sensori Program
Studi S1 Keperawatan dan untuk memudahkan mahasiswa dalam memahami makalah ini.

Demikianlah makalah ini kami susun. Dengan harapan dapat bermanfaat bagi siapa saja
yang membacanya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu, semua krtik dan saran senantiasa kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ini
agar menjadi lebih baik.

Kudus, 13 November 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.....................................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................................................2
C. TUJUAN PENELITIAN.................................................................................................................3
D. D.MANFAAT PENELITIAN..........................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit Ulkus Diabetikum Pada Diabetes Mellitus Tipe2...........................................4


B. Konsep Perfusi Perifer Tidak Efektif Pada Ulkus Diabetikum (DM2).........................................6
C. Asuhan Keperawatan Perfusi Perifer Tidak Efektif Pada Ulkus Diabetikum (DM2).................15
D. Konsep Teori Terapi Komplementer (Terapi Madu untuk Ulkus Diabetikum)........................22

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................................................................24
B. Saran......................................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................24

ii
BAB I
PENDAHULUANA

A. LATAR BELAKANG

Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kumpulan penyakit metabolik dengan


karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena ketidaknormalan sekresi insulin dan
kerja insulin(ADA, 2014). World Health Organization(WHO)sebelumnya pernah
merumuskan DMmenjadi suatu halyangpenting dansecara umum dapat dikatakan
seperti suatu kumpulan masalah anatomik dan kimiawi akibat dari sejumlah faktor
yang didapat defisiensi insulin absolut dan gangguan fungsi insulin.
DMterbagi menjadi 2 jenis, yaitu DMtipe 1(insulin-dependen diabetes
mellitus),suatukondisi defisiensi produksi insulinoleh pankreas dan kondisisepertiini
hanya bisa diobati dengan pemberian insulin.DMtipe 2 (non-insulin-dependent
diabetes mellitus),terjadiakibat ketidakmampuan tubuh untukmerespon insulin yang
diproduksi olehpankreas (resistensi insulin), sehingga tidak tercapaikadar gula dalam
darah yang normal (Maulana,2009).Berdasarkan prevalensiyang adamenyebutkan
bahwa klien DMpada tahun 2015 adalah sebesar 415 milyarorangdi dunia(IDF,2015).
Dalam riwayat penyakitnya, salah satukomplikasijangkapanjangyang
ditimbulkanoleh DMyaitu ulkus diabetik.Ulkus kaki diabetik adalah cedera pada
semua lapisan kulit, nekrosis atau gangren yang biasanya terjadi pada 1
2telapak kaki, sebagai akibat dari neuropati perifer atau penyakit arteri perifer pada
pasien diabetes mellitus (Rosyid,2017).
Diantara penyebab terjadinyaulkusdiabetikadalah akibatpenurunan sirkulasi ke
perifer yang dipengaruhi oleh tingginya kadar gula dalam darah dan penyakit arterial
perifer yaitu aterosklerosis (Clayton,2009).Ulkus kaki diabetik ditandai
denganpeningkatan apoptosis fibroblast, penurunan fibroblastproliferasisel dan
inflamasi berkepanjanganreaksi(Rosyid,2018).
Apabila ulkusdiabetiktidak segera mendapatkan penanganandengan serius maka
dapat meningkatkanpenyebab terjadinyaamputasi kaki pada klien DM.Amputasi
terjadi 15 kali lebih sering pada kliendiabetes dari pada non diabetes. Hal ini
diperkirakan sampaitahun 2032akan mengalami peningkatan jumlah penyandang
diabetes di dunia, dan terjadi peningkatan masalah kaki diabetik
(PERKENI,2011).Prevalensi diabetes melitus tumbuh di seluruh dunia dan
telahmencapai proporsi epidemi di negara berkembang dan maju (Rosyid,2017).
Prevalensi klienulkus kaki diabetik di dunia sekitar 15% dengan risiko amputasi
30 %, angka mortalitas 32%(IDF,2015). Penderita diabetes di Indonesia yang
mengalami komplikasi seperti, neuropati (63,5%), retinopati (42%), nefropati (7,3%),
makrovaskuler (16%), mikrovaskuler (6%), dan luka kaki diabetik (15%). Sedangkan
angka kematian akibat ulkus kaki diabetik dan ganggren mencapai 17-23%,serta angka
amputasi mencapai 15-30%, selain itu angka kematian 1 tahun pasca amputasi sebesar
14,8% (Purwanti,2013).
Ulkus kaki diabetik di Indonesia merupakan penyebab paling besar untuk
dilakukan perawatan di rumah sakit sebesar 80%. Kewaspadaan terhadap persoalan
kesehatan kaki diabetes di Indonesia juga masih sangat kurang. Sarana pelayanan kaki
diabetik yang masih terbatas dan kurangnya tenaga kesehatan terlatih tentang
1
pelayanan kaki diabetik menyebabkan pelayanan kaki pada kliendiabetes di Indonesia
masih kurang diperhatikan.
Pencegahan supaya tidak terjadi amputasi sebenarnya sangat sederhana, tetapi
sering terabaikan. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah kepatuhan
kliendalam perawatan atau mengatur dirinya untuk mengontrol kadar glukosa darah
melalui kedisiplinan diet, melakukan pencegahan luka, serta perawatan kaki seperti
yang telah disarankan oleh tenaga kesehatan. Perawatan kaki yang efektif dapat
mencegah terjadinya resiko ulkus menjadi amputasi, selain itu klienDMperlu
dilakukan screeningkaki diabetisi dengan membuat format pengkajian kaki diabetisi
dan mengkatagorikan resiko ulkus kaki diabetik sampai tindak lanjut penanganan kaki
diabetik sesuai klasifikasi(Maulana,2009).
Selain itu kurangnya pengetahuan atau kesadaran kliensehingga kliendatang ke
pelayanan kesehatan biasanya dalam keadaan gangren yang berat sehingga sering
harus dilakukan amputasi,selain itu kesadaran yang rendah pada masyarakat tersebut
menjadi salah satu faktor yang berkontribusi terhadap tingginya angka kejadian ulkus
kaki diabetik di Indonesia(Maulana,2009).
Hal inijugadidukung dengan penelitian yang dilakukan kepada klienDMyang
beresiko terkena ulkus kaki diabetik bahwa diperlukanpendidikan kesehatan tentang
perawatan kaki secara individual terkait dengan pengetahuan dan pemahaman yang
tepat (Murtaza,et al,2007).Kemudian dapat dibuktikan bahwa tingkat pengetahuan
klienDM tentang ulkuskakidiabetik dengan kategori baik hanya 34%, hal tersebut
dapat disebabkan oleh kurangnya informasi mengenai ulkus kaki diabetik(Sundari,
Aulawi & Harjanto,2009).
Berdasarkan data Nasional,di Provinsi Jawa Tengah kasusDM tertinggidilaporkan
oleh Puskesmas Sukoharjo(Dinkes RI,2016).Dan berdasarkan profil kesehatan di
Kabupaten Sukoharjo menunjukkan data PuskesmasSukoharjopada tahun 2015
melaporkan sebanyak 5.413 kasusDMdan mengalami peningkatandibandingkandengan
tahun 2014sebesar 5.052 kasus DM (Profil Puskesmas Sukoharjo,2015).
Menurut hasil survey wawancara yang dilakukan terhadap 10 klien DM di
wilayah kerja Puskesmas Sukoharjo, terdapat PROLANIS yang diadakan setiap 1
bulansekali.Dalam program tersebutdiantaranyapernah dilakukanpenyuluhan
tentangDMbeserta komplikasinyadan perawatankaki DM. Dari 10 orangklien
diantaranya terdapat 7 klien menderita ulkus diabetik dan 3 orang belum terkena
ulkusdiabetik.
Berdasarkan kondisi tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul “Hubungan Pengetahuan Perawatan Kaki Terhadap Perilaku Pencegahan
Ulkus Diabetik Pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas
Sukoharjo”.

B.RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah“Apakah ada hubungan pengetahuanperawatan kakiterhadap
perilakupencegahan ulkus diabetikpada klienDMtipe 2di wilayah kerjaPuskesmas
Sukoharjo?”

2
C.TUJUAN PENELITIAN

1.Tujuan Umum
Mengetahui tingkat pengetahuan perawatan kaki terhadap perilaku pencegahan ulkus
diabetikpada klien DMdi wilayah kerja Puskesmas Sukoharjo.
2.Tujuan Khusus
a.Mengidentifikasi tingkat pengetahuan perawatan kaki pada klien DMtipe 2.
b.Mengidentifikasi perilaku pencegahan ulkus pada klien DM tipe 2.
c.Menganalisishubungan tingkat pengetahuan perawatan kaki terhadap perilaku
pencegahan ulkus diabetik pada klien DMtipe 2 di wilayah kerja PuskesmasSukoharjo.

D.MANFAAT PENELITIAN

1.Bagi Pelayanan KesehatanPenelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data


penunjangtentang perawatan kaki DM bagi pelayanan kesehatan
2.Bagi MasyarakatMemberikan informasi dan pengetahuan tentangperawatan kaki DM
danperilakupencegahan ulkus diabetik pada klien DM.
3.Bagi PenelitiDapat memberikan pengetahuan dan wawasan serta pengalaman bagi
penulis sekaligus peneliti untuk menerapkan ilmu dan pengetahuan yang diperoleh di
institusi pendidikan sehingga dapat bermanfaat untuk melakukan asuhan
keperawatan pada klien DMbaik di rumah sakit maupun masyarakat, serta dapat
memberikan gambaran bagi peneliti-peneliti selanjutnya

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit Ulkus Diabetikum Pada Diabetes Mellitus Tipe2

1. Pengertian ulkusdiabetes

Ulkus diabetikum merupakan kerusakan yang terjadi sebagian (Partial

Thickness) atau keseluruhan (Full Thickness) pada daerah kulit yang meluas ke

jaringan bawah kulit, tendon, otot, tulang atau persendian yang terjadi pada

seseorang yang menderita penyakit Diabetes Melitus (DM), kondisi ini timbul

akibat dari peningkatan kadar gula darah yang tinggi. Apabila ulkus kaki

berlangsung lama, tidak dilakukan penatalaksanaan dan tidak sembuh, luka akan

menjadi terinfeksi. Ulkus kaki, infeksi, neuroarthropati dan penyakit arteri perifer

merupakan penyebab terjadinya gangren dan amputasi ekstremitas pada bagian

bawah (Tarwoto & Dkk., 2012).

2. Penyebab ulkusdiabetikum

Penyebab dari ulkus kaki diabetik ada beberapa komponen yaitu meliputi

neuropati sensori perifer, trauma, deformitas, iskemia, pembentukan kalus, infeksi

dan edema. faktor penyebab terjadinya ulkus diabetikum terdiri dari 2 faktor yaitu

faktor endogen dan eksogen. Faktor endogen yaitu genetik metabolik, angiopati

diabetik,neuopatidiabetiksedangkanfaktoreksogenyaitutrauma,infeksi,danobat

(Wijaya,AndraSaferidanMariza Putri,2013).Terdapat2penyebabulkusdiabetik

secaraumumyaituneuropatidanangiopatidiabetik.Neuropatidiabetikadalahsuatu

kelainan pada urat saraf akibat dari diabetes melitus akibat kadar gula dalamdarah
4
yang tinggi dapat merusak urat saraf penderita dan menyebabkan hilang atau

menurunnya sensasi nyeri pada kaki, apabila penderita mengalami trauma kadang-

kadang tidak terasa. Kerusakan saraf menyebabkan mati rasa dan menurunnya

kemampuanmerasakansensasisakit,panasataudingin.Titiktekanan,sepertiakibat

pemakaiansepatuyangterlalusempitmenyebabkanterjadinyakerusakansarafyang

dapat mengubah cara jalan klien. Kaki depan lebih banyak menahan berat badan

sangat rentan terhadap luka tekan. Dapat disimpulkan bahwa gejala neuropati

meliputi kesemutan, rasa panas, rasa tebal di telapak kaki, kram, badan sakit semua

terutama malam hari.

Angiopati diabetik merupakan suatu penyempitan pada pembuluh darah

yang terdapat pada penderita diabetes. Pembuluh darah besar atau kecil pada

penderita diabetes mellitus mudah mengalami penyempitan dan penyumbatan oleh

gumpalan darah. Jika terjai sumbatan pada pembuluh darah sedang atau besar pada

tungkai, maka dapat mengakibatkan terjadinya gangrene diabetic, yaitu luka pada

daerah kaki yang berbau busuk dan berwarna merah kehitaman.

Adapun angiopati dapat menyebabkan terganggunya asupan nutrisi, oksigen serta

antibiotik sehingga kulit sulit sembuh. Dengan kata lain, meningkatnya kadar gula

darahdapatmenyebabkanpengerasan,bahkankerusakanpembuluhdaraharteridan

kapiler (makro/mikroangiopati). Hal ini dapat menyebabkan berkurangnya asupan

nutrisi dan oksigen ke jaringan, sehingga timbul risiko terbentuknya nekrotik

(Maryunani,2013).

5
3. Klasifikasi ulkusdiabetikum

Klasifikasi ulkus diabetik menurut (Wijaya, Andra Saferi dan Mariza Putri, 2013)

adalah sebagai berikut:

Derajat 0 : Tidak ada lesi yang terbuka, luka masih dalam keadaan utuh dengan

adanya kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki seperti “claw, callus”

Derajat I : Ulkus superfisial yang terbatas pada kulit.

Derajat II : Ulkus dalam yang menembus tendon dantulang.

Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa adanya osteomielitis.

Derajat IV : Gangren yang terdapat pada jari kaki atau bagian distal kaki dengan

atau tanpa adanya selulitis.

Derajat V : Gangren yang terjadi pada seluruh kaki atau sebagian pada tungkai.

B. Konsep Perfusi Perifer Tidak Efektif Pada Ulkus Diabetikum (DM2)

1. Pengertian perfusi perifer tidakefektif

Perfusi perifer tidak efektif merupakan penurunan sirkulasi darah pada

level yang dapat mengganggu metabolisme tubuh (SDKI, 2016). Sedangkan

menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) perfusi perifer tidak efektif merupakan

Penurunan darah ke perifer yang dapat mengganggu kesehatan.

2. Proses terjadinya perfusi perifer tidak efektif pada ulkusdiabetikum(DM2)

Prosesmasalahkakipadapenderitadiabetesmellitusterjadidiawali dengan adanya

hiperglikemi yang dapat menyebabkanterjadinyakelainan neuropati dan kelainan

pada pembuluh darah. Neuropati, baikneuropatisensorik maupun motoric dan

autonom menyebabkan berbagai perubahaan pada ototdan

6
kulityangselanjutnyamengakibatkanterjadinyaperubahanditribusitekananpada

telapak kaki dan kemudian akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya

kerentanan terhadap infeksi mengakibatkan infeksi mudah merebak menjadi

infeksi yang luas. Faktor aliran darah yang kurang akan lebih lanjut menambah

rumitnya pengelolaan kaki diabetes (Wijaya, Andra Saferi dan Mariza Putri,

2013).

Ulkus diabetikum terdiri dari adanya kavitas sentral dan biasanya lebih

besar disbanding pintu masuknya, dikelilingi oleh kalus keras dan tebal. Awalnya

pembentukan ulkus berhubungan dengan adanya hiperglikemia yangmemberikan

dampak terhadap saraf perifer, keratin, kolagen dan suplai vaskuler. Dengan

adanya tekanan mekanik terbentuk keratin yang keras pada daerah kaki yang

mengalami beban terbesar. Neuropati sensoris perifer dapat menyebabkan

terjadinya trauma berulang yang mengakibatkan terjadinya kerusakan jaringan

area kalus. selanjutnya dapat menyebabkan terbentuknya kavitas yang membesar

dan akhirnya ruptur yang melus sampai ke permukaan kulit dan menimbulkan

terjadinya ulkus. Adanya iskemia dan penyembuha luka abnormal menghalangi

resolusi. Mikroorganisme yang masuk mengadakan kolonisasi didaerah ini.

Drainase yang inadekuat menimbulkan close space infection. Akhirnya sebagai

konsekuensi system imun yang abnormal, bakteri sulit dibersihkan, dan infeksi

menyebar ke jaringan sekitarnya (Wijaya, Andra Saferi dan Mariza Putri,2013).

Penyakit neuropati dan vaskuler adalah factor utama yang mengkontribusi

terjadinya luka. Terjadinya masalah luka pada pasien diabetik terkait erat dengan

pengaruh pada saraf yang terdapat pada kaki dan biasanya dikenal dengan

7
neuropati perifer (Wijaya, Andra Saferi dan Mariza Putri, 2013). Pada neuropati

mekanismeumumyangdapatdijelaskanadalahAdanyaPolyolPathway.Kejadian

neuropati yang diakibatkan karena status hiperglikemia akan memacu aktifitas

enzim Aldostase Reductase dan Sorbitol Dehydrogenase. Hal ini mengakibatkan

terjadinya konversi glukosa intraseluler menjadi sorbitol dan fructose. Akumulasi

kedua produk gula tersebut menghasilkan penurunan pada sinstesis saraf

Myoinositol, yang dibutuhkan untuk konduksi neuron normal. Selanjutnya

konversi kimiawi glukosa menghasilkan penurunan cadangan nikotonamid

adenine dinukliotid pospat (NADP) , yang dibutuhkan untuk detoksifikasi reaksi

oksigendanuntuksintesisvasodilatornitricoksida(NO).terjadinyapeningkatkan

stress oksidatif pada sel saraf dan peningkatan vasokonstriksi menyebabkan

iskemia, yang pada akhirnya meningkatkat injuri pada sel saraf dan kematian.

Hiperglikemia dan stress oksidatif juga berkontribusi terhadap proses glikasi

protein sel saraf dan aktivasi yang tidak tepat dari protein kinase C, yang

mengakibatkan disfungsi system saraf dan iskemia (Tarwoto & Dkk.,2012).

Pasien diabetik sering kali mengalami gangguan pada sirkulasi.Gangguan

sirkulasi ini adalah yang berhubungan dengan Pheripheral Vascular Disease

(PAD) yang merupakan factor perkembangan ulserasi kaki sampai 50% kasus.

Kondisi ini umumnya mempengaruhi arteri peroneal pada otot betis dan arteri

tibialis. Disfungsi sel endotelial dan abnormalitas sel otot polos berkembang pada

pembuluh arteri sebagai konsekuensi status hiperglikemia yang peristen.

Perkembangan selanjutnya mengakibatkan penurunan kemampuan vasodilator

endothelium yang menyebabkan vasokontriksi pembuluh arteri. Lebihjauh

8
hiperglikemia pada diabetes dihubungkan dengan peningkatkan thromboxaneA2,

suatu vasokontriktor dan agonisagregasi platelet, yang memicu peningkatan

hiperkoagulasi plasma. Selain itu juga terjadi penurunan fungsi matriks

ekstraseluler pembuluh darah yang memicu terjadinya stenosis lumen arteri.

Akumulasi kondisi diatas memicu terjadinya penyakit obstruksi arteri yang pada

akhirnya mengakibatkan iskemia pada ekstremitas bawah dan meningkatkan

RisikoulserasipadaDM.Efeksirkulasiinilahyangmenyebabkankerusakanpada

saraf.Haliniterkaitdenganneuropatiyangberdampakpadasistemsarafautonom, yang

mengontrol fungsi otot-otot kalus, kelenjar dan organ visceral (Tarwoto &

Dkk.,2012).

Adanya gangguan pada saraf autonom pengaruhnya adalah terjadinya

perubahan tonus otot yang menyebabkan abnormalitas aliran darah (Wijaya,

Andra Saferi dan Mariza Putri, 2013). Peningkatan viskositas darah yang terjadi

pada pasien diabetes timbul berawal pada kekakuan mernbran sel darah merah

sejalandenganpeningkatanaggregasieritrosit,Karenaseldarahmerahbentuknya

harus lentur ketika melewati kapiler, kekakuan pada membran sel darah merah

dapat menyebabkan hambatan aliran dan kerusakan pada endotelial. Glikosilasi

non enzimatik protein spectrin membran sel darah merah bertanggungjawab pada

kekakuan dan peningkatan aggregasi yang telah terjadi. Akibat yang terjadi dari

dua hal tersebut adalah peningkatan viskositas darah. Mekanisme glikosilasi

hampir sama seperti yang terlihat dengan hemoglobin dan berbanding lurus

dengan kadar glukosa darah.

9
Penurunan aliran darah akibat dari perubahan viskositas memacu

meningkatkanya kompensasi dalam tekanan perfusi sehingga akan meningkatkan

transudasi melalui kapiler dan selanjutnya dapat meningkatkan viskositas darah.

Iskemia perifer yang terjadi lebih lanjut disebabkan oleh adanya peningkatan

afinitas hemoglobin terglikolasi terhadap molekul oksigen (Mathes., 2007). Efek

merugikan yang ditimbulkan oleh hiperglikemia yaitu terhadap aliran darah dan

perfusi jaringan. Dengan demikian kebutuhan nutrisi dan oksigen maupun

pemberian antibiotic tidak mencukupi atau tidak mampu mencapai jaringan

perifer, juga tidak memenuhi kebutuhan metabolisme pada lokasi tersebut

(Wijaya,AndraSaferidanMarizaPutri,2013).Sehinggaterjadinyaperfusiperifer

tidak efektif yang sering ditandai dengan pengisian kapiler >3 detik, nadi perifer

menurun atau tidak teraba, akral teraba dingin, warna kulit pucat, turgor kulit

menurun, warna kulit pucat, edema, penyembuhan luka lambat, indeks ankle

brachial <0,90, bruit femoral, parastesia dan nyeri ekstremitas (kludikasi

intermiten) (SDKI, 2016).Penyakit pembuluh perifer mengakibatkan

penyembuhan luka yang buruk dan meningkatkan risikoamputasi.

3. Manifestasi klinis perfusi perifer tidak efektif pada ulkus diabetikum

(DM 2)

Adapun manifestasi klinis dari perfusi perifer tidak efektif menurut (SDKI, 2016) :

a) Pengisian kapiler < 3detik

b) Nadi perifer menurun atau tidakteraba

c) Akral teraba dingin

d) Warna kulit pucat

10
e) ABI<0,90

f) Parastesia

g) Tugor kulitmenurun

h) Edema

Menurut Stems (2014) edema adalah suatu pembengkakan yang terjadi

pada organ tubuh, tempat yang paling sering pada kaki dan tangan (peripheral

edema), abdomen (asites) dan pada dada (edema pulmonal). Jadi edema

merupakan suatu kondisi dimana terdapat kelebihan cairan di dalam rongga

interstisial akibat adanya penyumbatan saluran limfe dan kegagalan mekanisme

aliran balik vena.

i) Penyembuhan luka lambat

Menurut (Tellechea, Leal, Veves, & Carvalho, 2010) Gangguan

penyembuhan ulkus kaki diabetik terjadi karena empat faktor yaitu adanya

hiperglikemiayangberlangsungsecaraterusmenerus,lingkunganpro-inflamasi,

penyakit arteri perifir, dan neuropati perifir, keempat keadaan di atas secara

bersam-sama menyebabkan gangguan fungsi sel imun, respon inflamasimenjadi

tidak efektif, disfungsi sel endotel, dan gangguanneovaskularisasi.

j) Indek ankle-brankial index kurang dari0,90

Ankle Brachial Index (ABI) merupakan rasio atau perbandingan antara

tekanan darah sistolik yang diukur pada pergelangan kaki dengan arteri

brachialis. Dalam kondisi normal, nilai dari ABI adalah >0,9, ABI 0,71–0,90

terjadi iskemia ringan, ABI 0,41–0,70 telah terjadi obstruksi vaskuler sedang,

ABI 0,00–0,40 telah terjadi obstruksi vaskuler berat. Perjalanan alami PAD

11
mencakup penurunan nilai ABI seiring perjalanan waktu. Dari serangkaian

pemeriksaan pasien yang dilakukan di laboratorium vaskular, nilai ABI

mengalami penurunan rata-rata 0,06 tiap 4,6 tahun. Tingkatan ABI juga dapat

digunakan untuk memprediksi kejadian yang mengenai ekstremitas bawah

dimana tekanan darah sistolik di bawah atau sama dengan 50 mmHg sering

dihubungkan dengan angka amputasi yang tinggi (Norgren L, Hiatt WR, 2007).

k) Nyeri ekstremitas (klaudikasiintermiten)

Nyeri dan kram pada betis yang timbul saat berjalan dan hilang saat berhenti

berjalan,tanpaharusduduk.GejalainimunculjikaAnkle-BrachialIndex<0,75.

4. Penatalaksanaan Ulkus Diabetikum Dengan Perfusi Perifer TidakEfektif

Tujuan utama penatalaksanaan ulkus diabetik adalah mencapai penutupan

lukasecepatnya.Mengatasiulkuskakidiabetikdanmenurunkankejadianberulang

dapat menurunkan kemungkinan amputasi pada ekstremitas bagian bawah pasien

DM (Tarwoto, 2012:230).

Asosiasi penyembuhan luka mendefinisikan luka kronik adalah luka yang

mengalamikegagalandalamprosespenyembuhansesuaidenganyangseharusnya

dalam mencapai integritas anatomi dan fungsinya, terjadi pemanjangan proses

inflamasi dan kegagalan dalam reepitelisasi dan memungkinkan kerusakan lebih

jauh dan infeksi. Menurut Frykberg, R. G., Zgonis, T., Armstrong, D. G.,Driver,

V. R. & M., Kravitz (2006) menyatakan area penting dalam manajemen ulkus

kaki diabetik meliputi manajemen komorbiditi, evaluasi status vaskuler dan

tindakan yang tepat pengkajian gaya hidup/faktor psikologi, pengkajian dan

12
evaluasi ulser, manajemen dasar luka dan menurunkan tekan. Adapun dapat

diuraikan sebagai berikut :

a. Manajemenkomorbiditi.

Diabetes Mellitus merupakan penyakit multi organ, semua komorbiditi

yang mempengaruhi penyembuhan luka harus dikaji dan dimanajemen,

multidisplin untuk mencapai tujuan yang optimal pada ulkus kaki diabetik.

Beberapa komorbiditi yang mempengaruhi penyembuhan luka meliputi

hiperglikemia dan penyakit vaskuler (Tarwoto, 2012: 228).

b. Evaluasi statusvaskuler

Perfusi arteri memegang peranan penting dalam penyembuhan luka dan

harus dikaji pada pasien dengan ulkus, selama sirkulasi terganggu luka akan

mengalami kegagalan penyembuhan dan berisiko amputasi. Adanya insufisiensi

vaskulerdapatberupaedema,karakteristikkulityangterganggu(tidakadarambut,

penyakitkuku,penurunankelembaban),penyembuhanlambat,ekstremitasdingin,

penurunan pulsasi perifer (Tarwoto, 2012: 239). Pemeriksaan khusus pada

vaskular dapat mengidentifikasi komponen-komponen dalam sistem vaskular

proses penyakit, proses patologi spesifik, tingkatan lesi pada pembuluh darah dan

sejauhmanakeparahankerusakanpembuluhdarah.Pemeriksaandiagnostikuntuk

mengetahui fungsi pembuluh darah meliputi pemeriksaan non invasif dan invasif.

Pemeriksaan non invasif meliputi tes sederhana torniquet, plethysmography,

ultrasonography atau imaging duplex, pemeriksaan dopler, analisistekanan

13
segmental, perhitungan TcPO2 dan magnetic resononce angiography (MRA)

(Tarwoto & Dkk., 2012).

c. Pengkajian gaya hidup/faktor psikososial

Gaya hidup dan faktor psikologi dapat mempengaruhi penyembuhan luka.

Contoh, merokok, alkohol, penyalahgunaan obat, kebiasaan makan, obesitas,

malnutrisi dan tingkat mobilisasi dan aktivitas. Selain itu depresi dan penyakit

mental juga dapat mempengaruhi pencapaian tujuan (Tarwoto & Dkk., 2012)

d. Pengkajian dan evaluasiulkus.

Pentingnya evaluasi secara menyeluruh tidak dapat dikesampingkan.

Penemuan hasil pengkajian yang spesifik akan mempengaruhi secara langsung

tindakan yang akan dilakukan. Evaluasi awal dan deskripsi yang detail menjadi

penekanan meliputi lokasi, ukuran, kedalaman, bentuk, 44 inflamasi, edema,

eksudat (kualitas dan kuantitas), tindakan terdahulu, durasi, kalus, maserasi,

eritema dan kualitas dasar luka (Tarwoto & Dkk., 2012)

e. Manajemen jaringan/tindakan dasarulkus.

Tujuan dari debridemen adalah membuang jaringan mati atau jaringan

yang tidak penti. Debridemen jaringan nekrotik merupakan komponen integral

dalam penatalaksanaan ulkus kronik agar ulkus mencapai penyembuhan. Proses

debridemen dapat dengan cara pembedahan, enzimatik, autolitik, mekanik, dan

biological (larva). Kelembaban akan mempercepat proses reepitelisasi pada ulkus.

Keseimbangan kelembaban ulkus meningkatkan proses autolisis dan granulasi.

Untuk itu diperlukan pemilihan balutan yang menjaga kelembaban luka. Dalam

14
pemilihan jenis balutan, sangat penting bahwa tidak ada balutan yang paling tepat

terhadap semua kaki diabetik (Delmas, 2006).

f. PenurunanTekanan/Off-Loading

Menurunkan tekanan pada ulkus kaki diabetic adalah tindakan yang

penting. Off-loading mencegah trauma lebih lanjut dan membantu meningkatkan

penyembuhan. Delmas (2006) menyatakan ulkus kaki diabetic merupakan luka

komplekyangdalampenatalaksanaannyaharussistematik,dandenganpendekatan

timinterdisiplin.Perawatmemilikikesempatansignifikanuntukmeningkatkandan

mempetahankan kesehatan kaki, mengidetifikasi masalah kegawatan yang muncul

menasihati pasien terhadap factor Risiko, dan mendukung praktik perawatan diri

yangtepat.

C. Asuhan Keperawatan Perfusi Perifer Tidak Efektif Pada Ulkus Diabetikum

(DM2)

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pengkajian

dilakukan secara komperhensif terkait dengan adanya aspek biologis, psikologis,

sosial,maupunspiritual.Tujuanpengkajianadalahuntukmengumpulkaninformasi dan

membuat data dasar klien. Metode utama yang dapat digunakan dalam

pengumpulan data adalah wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik serta

diagnostik (Asmadi, 2008). Adapun pengkajian keperawatan pada pasien diabetes

mellitus dengan ulkus diabetic menurut (Wijaya, Andra Saferi dan Mariza Putri,

2013):

15
a. PengumpulanData

1) IdentitasPasien

Identitas pasien dapat meliputi identitas pasien secara umum yang terdiri dari

namapasien,umur,jeniskelamin,pendidikan,agama,alamat,pekerjaan,status

perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan

diagnosa medis.

2) Keluhanutama

Keluhan utama yang dirasakan pasien biasanya yaitu adanya rasa kesemutan

pada kaki atau tungkai bawah, rasa raba menurun, adanya nyeri pada luka dan

luka yang tidak kunjung sembuh dan berbau.

3) Riwayat kesehatan sekarang

Riwayatkesehatansekarangterdiridarikapanlukaterjadi,penyebabterjadinya

luka dan upaya untuk mengatasi lukatersebut.

4) Riwayat kesehatandahulu

Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit-penyakit lain yang ada kaitannya

dengandefisiensiinsulinmisalnyapenyakitpancreas.Adanyaobesitas,riwayat

penyakit jantung, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah didapat

maupun obat-obatan yang biasa digunakanpenderita.

5) Riwayat kesehatankeluarga

16
Riwayat kesehatan keluarga dapat di lihat dari genogram keluarga yang akan

menunjukkan salah satu anggota keluarga yang juga mengalami DM atau

penyakit keturunan yang dapat mengakibatkan terjadinya defisiensi insulin

misalnya jantung, hipertensi dll.

6) Riwayatpsikososial

Meliputi informasi prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita

sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit

penderita.

b. Pemeriksaanfisik

1) Aktivitas danistirahat

Lelah, kelemahan, sulit bergerak/berjalan, kram otot, penurunan kekuatan

otot dan tonus otot,

2) Sirkulasi

AdanyariwayatAMI,klaudikasi,hipertensi,kebas,kesemutan,ulkuskakidan

penyembuhan lama. Selain itu menunjukkan gejala takikardi, perubahan TD

postural, penurunan atau absen nadi, disritmia JVP, kulit yang kering, hangat

dan mataacekung.

3) Integritas ego

Stress danansietas

4) Eliminasi

17
Perubahan pola berkemih, polyuria, nocturia, nyeri dan panas serta kesulitan

mengosongkan kandung kemih, infeksi kandung kemih, diare , perut lunak

kembung,urinberwarnakuningpekat,polyuriamenjadioliguriadananurijika

terjadi hypovolemia, urin berbau keruh (infeksi), perut kerat dan berdistensi,

bising usus bekurang ataumeningkat.

5) Makan/Minum

Pasien DM dapat melaporkan gejala penurunan nafsu makan, mual muntah,

anoreksia , penurunan berat badan, haus dan penggunaan deuretik.

6) Neurosensory

Gejala yang dirasakan dapat berupa pusing, sakit kepala, kesemutan , kebas

kelemahan pada otot, parastesia, dan gangguan penglihatan.

7) Nyeri/kenyamanan

Pasien DM dapat merasakan nyeri pada perut dan kembung. Tanda yang

muncul yaitu ekspresi muka menyeringai saat palpasi abdomen dan sikap

melindungi.

8) Pernafasan

Pernafasan dapat menunjukkan nafas cepat (DKA), batuk dengan atau tanpa

sputum prulen (terganggunya adanya infeksi/tidak).

9) Keamanan

Pada pasien dm sering mengeluh gatal, kulit kering dan ulkus pada kulit.

c. PemeriksaanLaboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan yaitu :

1) PemeriksaanDarah

18
Pemeriksaandarahdapatmeliputipemeriksaanglukosadarahyaitu:GDS>200

mg/dl, dua jam post prandial >200 mg/dl, dan gula darah puasa > 120mg/dl

2) Urine

Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan

dengan cara benedict (reduksi). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna

pada urine : hijau (+), kuning (++), merah (+++), dan merah bata (++++).

3) Kulturpus

Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotic yang sesuai

dengan jenis kuman.

2. Diagnosakeperawatan

Diagnosa Keperawatan merupakan keputusan klinik dari respon individu,

keluarga dan masyarakat terhadap kesehatannya baik secara actual atau potensial,

yang dapat dilihat dari pendidikan dan pengalamannya perawat secara

akuntabilitasdapatmengidentifikasidanmemberikanintervensisecaratepatuntuk

mencegah,menjaga,menurunkan,membatasisertamerubahstatuskesehatanklien

(Herdman,2012).Adapundiagnosakeperawatanyangakanditelitipadapenelitian ini

yaitu Perfusi Perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri

dan/atau vena ditandai dengan pengisian kapiler >3 detik, nadi perifer menurun

atau tidak teraba, akral teraba dingin, warna kulit pucat, turgor kulit menurun,

warnakulitpucat,edema,penyembuhanlukalambat,indeksanklebrachial<0,90, bruit

femoral, parastesia dan nyeri ekstremitas (kludikasi intermiten) (SDKI, 2016).

19
3. Rencanakeperawatan

Perencanan merupakan petunjuk tertulis yang mencermikan secara tepat

mengenai tindakan yang akan diberikan terhadap klien sesuai dengan

kebutuhannyaberdasarkandiagnosakeperawatan.Perencanaandapatmemberikan

kesempatan kepada perawat, klien , keluarga dan orang terdekat untuk merumuskan

rencana tindakan keperawatan yang tepat untuk menangani masalah

kesehatanyangdihadapiklien.Adapunrencanakeperawatanpadaperfusijaringan tidak

efektif, tujuan menurut Nursing Outcome Classification (Moorhead, Johnson,

Meridean, & Swanson, 2013) dan intervensi menurut Nursing Intervention

Classification (Buluchek et al., 2013) dapat dijabarkan dalam tabel sebagai berikut:

Table 1. Intervensi Keperawatan


Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Intervensi
Kriteria Hasil
1 2 3
1. Perfusi perifer tidak Selama 3 x24 jam, NIC :
efektif perfusi jaringan Circulatory Care : Arterial
2. Definisi : Perfusi perifer pasien Insufficiency
perifer tidak efektif menjadi efektif 1. Lakukan penilaian
merupakan penurunan dengan kriteria hasil: komprehensif dari
sirkulasi darah pada NOC : sirkulasi perifer (mis :
level yang dapat Tissue Perfusion memeriksa denyut nadi
mengganggu Peripheral perifer, edema, capillary
metabolisme tubuh 1. Capilary refil refill, warna,dan suhu)
3. Batasan pada jari-jari 2. Evaluasi edema perifer
Karakteristik : tangan dalam2 dtk) dan denyut nadi
a. Pengisian kapiler >3 2. Tekanan darah 3. Beri obat antiplatelet
detik detik sistolik dalam atau antikoagulan, jika di
b. Nadi perifer menurun batas normal perlukan
atau tidak teraba, (<140 mmHg) 4. Rubah posisi pasien
c. akral teraba dingin, 3. Tekanan darah setidaknya setiap 2 jam,
d.warna kulit pucat, diastolik dalam jika di perlukan
e. turgor kulit menurun, batas normal (< 5. Lindungi ektremitas dari
f. warna kulit pucat 90 mmHg) cedera
g. edema, 4. Tekanan nadi 6. Pertahankan hidrasi
h. penyembuhan luka (dalam batas yang adekuat untuk
lambat normal (60-100 menurunkan kekentalan
i. indeks ankle brachial x/mnt) darah

20
<0,90, 5. Tidak terjadi 7. Monitor status cairan,
j. bruit femoral, edema pada termasuk asupan dan
k. parastesia perifer keluaran
l. Nyeri ekstremitas

1 2 3

Circulatory Care : Venous


4. Faktor
Insufficiency
Yang
Berhubungan :
1. Tinggikan
daerah
a. Penurunan aliran arteri ekstremitas sebesar 20
dan /atau vena derajat atau lebih di atas
b. Peningkatan tekanan tingkat jantung, jika
darah diperlukan
c. Hiperglikemi Fluid Management
d. Kurang 1. Monitor berat badan
terpapar harian p
informasi tentang 2. Monitor tanda vital
e. proses penyakit (mis. pasien
Diabetes 3. Kaji lokasi dan
mellitus, luasnya
hyperlipidemia) Edema
f. Kurang aktivitas fisik
g. Kekurangan volume
cairan
h. Kurang
terpapar
informasi
mengenai
factor pemberat (mis.
Merokok, gaya hidup
menoton,trauma,
obesitas,
asupan
garam, imobilitas)
Sumber : Intervensi Keperawatan (Buluchek, Butcher, Dochterman, & Wagner, 2013)

4. Implementasi
Implementasi merupakan komponen keempat dari proses keperawatan
setelah merumuskan rencana asuhan keperawatan. Implementasi merupakan suatu
bentuk dari prilaku keperawatan yang sangat diperlukan untuk mencapai tujuan yang
ingin dicapai dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan diberikan. Dalam
teori, implementasi dari rencana asuhan keperawatan mengikuti komponen

21
perencanaan dari proses keperawatan. (Potter & Perry, 2005).
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan bentuk perbandingan yang terencana dan
sistematis antara hasil akhir yang diamati dengan tujuan atau kriteria hasil yang sudah
dibuat pada perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan yang
melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya (Asmadi, 2008). Perumusan evaluasi
keperawatan meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni
subjektif (data berupa keluhan klien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data
(pembandingan data dengan teori), dan perencanaan (Asmadi, 2008). Hasil yang
diharapkan dari asuhan keperawatan pada pasien ulkus diabetikum dengan perfusi
perifer tidak efektif ini adalah capilary refil pada jari-jari tangan dalam batas normal
(< 2 dtk) ,tekanan darah sistolik dalam batas normal (<140 mmhg), tekanan darah
diastolik dalam batas normal (< 90 mmhg) ,tekanan nadi (dalam batas normal (60-
100 mnt) serta tidak terjadi edema pada perifer.

D. Konsep Teori Terapi Komplementer (Terapi Madu untuk Ulkus Diabetikum)


a. Pengertian
Madu adalahcairan manis yang berasal dari nektar tanaman yang diproses oleh lebah
menjadi madu dan tersimpan dalam sel-sel sarang lebah.7 Komposisi madu dipengaruhi
oleh sejumlah faktor seperti asal geografis, sumber botani nektar, kondisi lingkungan
dan iklim serta teknik pengolahan.8 Kandungan yang terbanyak dari madu adalah
karbohidrat yaitu sekitar 95%, yangsebagian besar terdiri dari fruktosa dan glukosa.
Selain kandungan tersebut, madu juga mengandung sejumlah kecil protein, enzim, asam
amin, mineral, vitamin, senyawa aroma dan folipenol. Madu memiliki variasi indeks
glikemik dari 32 hingga 85, tergantung pada
b. Tujuan/Manfaat
Tujuan terapi madu pada penderita diabetes dengan ulkus diabetikum adalah untuk
mengurangi kolonialisasi bakteri Staphylococcus aureus. Sifat antibakteri dari madu
membantu mengatasi infeksi pada perlukaan dan aksi anti inflamasinya dapat
mengurangi nyeri serta meningkatkan sirkulasi yang berpengaruh pada proses
penyembuhan. Madu juga merangsang tumbuhnya jaringan baru, sehingga selain
mempercepat penyembuhan juga mengurangi timbulnya parut atau bekas luka pada
kulit. Madu menyebabkan peningkatan tekanan osmosis di atas permukaan luka. Hal
tersebut akan menghambat tumbuhnya bakteri kemudian membunuhnya
c. Jenis/Klasifikasi
d. Indikasi

22
Terdapat luka diabetikum.
e. Kontraindikasi
Alergi terhadap madu.
f. Kelebihan dan Kekurangan
g. Prosedur Kerja
Bahan:
Madu murni kandungan air di bawah 18%.
Sterile gauze
Bandage
1. Luka dibersihkan dengan normal saline.
2. Seluruh permukaan luka dilapisi dengan satu lapisan madu yang tebal.
3. Luka kemudian ditutup dengan sterile gauze dan bandage.
4. Tindakan ini dilakukan selama 2 kali sehari.

23
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari makalah yang saya buat, dapat ditarik kesimpulan bahwa penyakit Diabetes
Militus (DM) ini sangat brrbahaya dan menakutkan. Banyak sekali faktor yang
menyebabkan seseorang menderita penyakit Diabetes Militus. Seperti conohnya,
Obesitas(berat badan berlebih),faktor genetis, pola hidup yang tidak sehat (jarang berolah
raga), kurang tidur, dan masih banyak yang lainnya.

B. Saran

Adapun saran bagi pembaca dari makalah ini adalah sebagai berikut.

1.      Selalu berhati – hatilah dalam menjaga pola hidup. Sering berolah raga dan istirahat
yang cukup

2.      Jaga pola makan anda. Jangan terlalu sering mengkonsumsi makanan atau minuman
yang terlalu manis. Karena itu dapat menyebabkan kadar gula melonjak tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

24
Corwin, Elizabeth.2001. Buku Saku Patafisiologi. Jakarta:EGC

Guyton.1996. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta:EGC

Irianto, Kus.2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis. Bandung

ttps://www.google.com/search?client=firefox-b-d&q=makalah+diabetes+melitus

25

Anda mungkin juga menyukai