Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN KEGIATAN PENDIDIKAN KESEHATAN

PENCEGAHAN KOMPLIKASI DIABETES MELLITUS DI RUANG


SAKURA RSUD SUMEDANG

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Medikal Bedah

Disusun oleh: Kelompok 7


Lubna Najwa Wardani 220112230503 Rositianti 220112230511
Desy Anjarwati 220112230505 Robi Romadoni Huwae 220112230545
Natalia Nainggolan 220112230506 Sabrina Junieta Prawesti 220112230546

Pembimbing Akademik:
Titis Kurniawan, S.Kep., Ners.,MNS

Pembimbing Klinik:
Ai Rohaeni, S.Kep., Ners.

FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN 47
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2024
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan ramhat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
kegiatan pendidikan kesehatan ini dengan tema “..” yang dilaksanakan dengan
tujuan untuk memenuhi salah satu satu tugas stase ... Penulis menyadari bahwa
dalam penyusunan laporan kegiatan ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
diharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk memperbaiki
kekurangan dalam penyusunan laporan kegiatan ini. Semoga dengan adanya
laporan ini pembaca tidak akan merasa puas, dan akan terus berusaha untuk mencari
lebih banyak literatur lagi untuk meningkatkan pengetahuan. Akhir kata, semoga
laporan ini dapat memberikan manfaat berupa wawasan yang baru bagi para
pembaca. Terima kasih dan selamat membaca.

Sumedang, Maret 2024

Penulis
ABSTRAK

Pencegahan komplikasi diabetes mellitus merupakan aspek penting dalam


manajemen jangka panjang penyakit ini. Komplikasi seperti neuropati, nefropati,
dan retinopati dapat memperburuk kualitas hidup pasien diabetes mellitus. Namun,
dengan pemahaman yang tepat dan perubahan gaya hidup, risiko terjadinya
komplikasi dapat di minimalisir. Ruang Sakura RSUD sumedang merupakan ruang
rawat inap penyakit dalam khusus wanita. Rata-rata pasien yang berada di ruangan
Sakura memiliki masalah penyakit DM. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan pasien dan keluarga mengenai pencegahan komplikasi pada pasien
DM. Peserta pendidikan kesehatan ini terdiri dari keluarga pasien pendidikan
kesehatan ini melibatkan sebanyak 16 peserta yang mayoritas peserta berjenis
kelamin perempuan. Evaluasi kegiatan pendidikan kesehatan “Pencegahan
Komplikasi Diabetes Melitus” secara umum mendapatkan respon positif dan
antusias dari peserta.

Kata kunci: Pencegahan komplikasi, Diabetes Mellitus


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2

ABSTRAK .............................................................................................................. 3

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 4

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 8

BAB III MATERI DAN METODE ..................................................................... 18

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 22

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 27

LAMPIRAN 1: FOTO KEGIATAN ..................................................................... 27

LAMPIRAN 2: DAFTAR HADIR ....................................................................... 29

LAMPIRAN 3: HASIL PRE DAN POST TEST.................................................. 30

LAMPIRAN 4: SAP ............................................................................................. 31

LAMPIRAN 5: LEAFLET ................................................................................... 43


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit kronis akibat dari
pankreas yang tidak menghasilkan cukup insulin yang diproduksi secara efektif,
sehingga menyebabkan konsentrasi glukosa dalam darah meningkat (American
Diabetes Association, 2009). Diabetes mellitus terjadi akibat kegagalan sel-sel beta
pankreas untuk memproduksi insulin yang cukup pada diabetes mellitus tipe 1 atau
tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif pada diabetes mellitus tipe 2
(Smeltzer & Bare, 2016).
International Diabetes Federation (IDF) Atlas 2017 melaporkan bahwa
epidemi diabetes di Indonesia masih menunjukkan kecenderungan meningkat.
Indonesia adalah negara peringkat keenam di dunia setelah Tiongkok, India,
Amerika Serikat, Brazil dan Meksiko dengan jumlah penyandang Diabetes usia 20-
79 tahun sekitar 10,3 juta orang (Kementerian Kesehatan, 2018). Riset Kesehatan
Dasar Tahun 2013 menyebutkan bahwa proporsi diabetes di Indonesia mencapai
6,9% dimana 36,6% mengalami gula darah puasa terganggu, 29,9% mengalami
toleransi glukosa terganggu (Kementerian Kesehatan, 2019). Pada tahun 2021,
Indonesia berada pada posisi kelima dengan jumlah pengidap diabetes sebanyak
19,47 juta. Angka ini meningkat hampir 2 kali lipat dalam waktu dua tahun,
dibandingkan tahun 2019 Indonesia berada pada posisi ketujuh dengan jumlah
pengidap sebesar 10,7 juta, dan pada tahun 2020 Indonesia masih menempati posisi
ketujuh tetapi terjadi kenaikan jumlah pengidap mencapai 18 juta (IDF, 2021).
Jumlah populasi yang meningkat tersebut berkaitan dengan hal faktor
genetika, life ekspektasi bertambah, urbanisasi yang merubah pola hidup tradisional
ke pola hidup modern, prevalensi obesitas meningkat dan kegiatan fisik kurang
(Arisman, 2011). Oleh karena itu, DM perlu diamati karena sifat penyakit yang
kronik progresif, jumlah penderita semakin meningkat dan banyak dampak negatif
yang ditimbulkan. Distribusi penyakit ini juga menyebar pada semua tingkatan
masyarakat dari tingkat sosial ekonomi rendah sampai tinggi, pada setiap ras,
golongan etnis dan daerah geografis.
Gejala DM yang bervariasi yang dapat timbul secara perlahan-lahan
sehingga penderita tidak menyadari akan adanya perubahan seperti minum yang
lebih banyak, buang air kecil lebih sering ataupun berat badan yang menurun, gejala
tersebut berlangsung lama tanpa memperhatikan diet, olah raga, pengobatan sampai
orang tersebut memeriksakan kadar gula darahnya (Lestari dkk, 2021). DM jika
tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan timbulnya komplikasi pada
berbagai organ tubuh seperti mata, jantung, ginjal, pembuluh darah kaki, syaraf dan
lain-lain. Penderita DM dibandingkan dengan penderita non DM mempunyai
kecenderungan 25 kali terjadi buta, 2 kali terjadi penyakit jantung koroner, 7 kali
terjadi gagal ginjal kronik, dan 5 kali menderita ulkus diabetika. Komplikasi
menahun DM di Indonesia terdiri atas neuropati 60%, penyakit jantung koroner
20,5%, ulkus diabetika 15%, retinopati 10%, dan nefropati 7,1% (Wicaksono,
2013).
Adapun penatalaksanaan diabetes melitus untuk mencegah terjadinya
komplikasi terdiri dari empat pilar yaitu edukasi, terapi nutrisi medis, aktivitas fisik,
dan terapi farmakologis (PERKENI, 2021). Edukasi pada penderita DM tidak
hanya berfokus pada peningkatan pengetahuan tentang kondisi kesehatan pasien,
tetapi juga mempromosikan perubahan gaya hidup. Salah satu strategi edukasi yang
diterapkan untuk meningkatkan perilaku perawatan diri adalah Diabetes Self
Management Education (DSME). Pendidikan manajemen diri atau Diabetes Self
Management Education (DSME) merupakan proses berkelanjutan untuk
memfasilitasi pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang diperlukan untuk
perawatan diri pradiabetes dan diabetes. Proses ini menggabungkan kebutuhan,
tujuan, dan pengalaman hidup orang dengan pradiabetes atau diabetes dan dipandu
oleh standar berbasis bukti (Haas et al., 2014). Diabetes Self Management
Education (DSME) bertujuan untuk memberdayakan pasien diabetes untuk secara
aktif mengelola penyakit mereka dalam kehidupan sehari-hari.
Ruang Sakura RSUD Sumedang merupakan ruangan rawat inap untuk
pasien dengan masalah penyakit dalam. Rata-rata pasien yang berada di ruangan
Sakura memiliki masalah penyakit DM. Oleh karena itu, penting dilakukannya
edukasi pada pasien dan keluarga di ruang rawat Sakura mengenai Diabetes Self
Management sehingga mereka dapat meminimalisir resiko komplikasi yang dapat
terjadi.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari dilakukannya pendidikan kesehatan ini yaitu
“Bagaimana tingkat pengetahuan pasien dan keluarga dalam mencegah komplikasi
pada pasien DM?”.
C. Tujuan
Tujuan dari kegiatan edukasi ini yaitu untuk meningkatkan pengetahuan
pasien dan keluarga mengenai pencegahan komplikasi pada pasien DM.
D. Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan edukasi
kesehatan ini yaitu :
1. Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga mengenai komplikasi DM.
2. Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga mengenai pencegahan
komplikasi pada pasien DM.
3. Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga terkait skrining dini
komplikasi DM.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengantar Mengenai Diabetes Mellitus


Diabetes Mellitus (DM) adalah kondisi kronis yang terjadi ketika tubuh
tidak dapat menghasilkan insulin yang cukup atau tidak dapat menggunakan insulin
dengan efektif. Insulin sendiri adalah hormon yang diproduksi oleh pankreas yang
berperan penting dalam pengaturan kadar glukosa dalam darah. Fungsi utama dari
insulin adalah memungkinkan sel-sel tubuh untuk mengikat glukosa dalam darah
untuk digunakan sebagai energi atau disimpan sebagai cadangan energi dalam
bentuk glikogen (Erika F. Brutsaert, 2023). Sehingga ketika kadar glukosa dalam
darah tinggi maka akan menyebabkan masalah kesehatan pada penderitanya yang
dapat terlihat pada gejala umum DM, yaitu: sering BAK, sering merasa haus dan
lapar yang berlebihan, penurunan BB yang signifikan, kelelahan/kelemahan,
penglihatan kabur, luka yang sulit sembuh, dan infeksi pada kulit yang sering
kambuh. Seseorang dinyatakan memiliki DM jika memiliki kadar glukosa darah
yang tinggi secara konsisten. Diagnosis DM biasanya dibuat jika seseorang
memiliki salah satu dari kriteria berikut:
• Kadar glukosa darah setelah puasa selama 8 jam ≥ 126 mg/dL
• Kadar glukosa darah sewaktu ≥200 mg/dL
• Kadar glukosa 2 jam setelah tes toleransi glukosa oral ≥200 mg/dL
• Kadar glukosa darah rata-rata selama 2-3 bulan terakhir (HbA1c) ≥6,5%

Untuk pembagiannya, DM diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu:


• DM Tipe 1
DM yang terjadi karena adanya kerusakan pada pankreas sehingga tubuh
tidak dapat menghasilkan insulin yang cukup atau sama sekali tidak dapat
menghasilkan insulin. Penderita DM tipe 1 umumnya memerlukan insulin harian
untuk mengontrol kadar glukosa darahnya (Nova Iyos & Dhea Astuti, 2017).
• DM Tipe 2
Klik di sini untuk memasukkan teks.DM yang terjadi ketika tubuh masih
bisa menghasilkan insulin, namun terjadi resistensi insulin (akibat gaya hidup
tidak sehat) yang menyebabkan sel-sel dalam tubuh tidak bisa menggunakan
insulin untuk mengikat glukosa dalam darah sehingga glukosa dalam darah
menjadi tinggi karena glukosanya tidak dapat diikat oleh sel-sel tubuh. (Kamali
Adli et al., 2021)
• DM Gestasional
DM yang terjadi pada wanita hamil, DM gestasional dapat terjadi karena
tubuh tidak dapat menghasilkan insulin yang cukup selama masa kehamilan,
karena pada wanita hamil terjadi perubahan hormonal yang meningkatkan
resistensi insulin, sehingga tubuh wanita hamil memerlukan insulin yang lebih
banyak dari biasanya, ketika pankreas tidak dapat menghasilkan insulin yang
cukup, maka kadar glukosa darah akan meningkat dan mennyebabkan DM
gestasional. Namun umumnya, diabetes gestasional akan membaik setelah
kehamilan selesai. Tapi pada wanita yang memiliki riwayat DM gestasional
berisiko terkena DM tipe 2, sehingga perlu melakukan kontrol gula darah dan
manajemen diet yang tepat (Kamali Adli et al., 2021).
B. Komplikasi Diabetes Melitus
Ketika penderita DM yang tidak melakukan kontrol gula darah dalam
jangka waktu panjang maka hal itu akan menyebabkan kerusakan pada beberapa
organ dan sistem tubuhKlik di sini untuk memasukkan teks.. Karena ketika kadar
glukosa dalam darah terus menerus tinggi dalam waktu yang lama, hal itu akan
menyebabkan berbagai perubahan patologis dalam tubuh yang akhirnya mengarah
pada munculnya komplikasi, seperti:
• Angiopati atau kerusakan pembuluh darah yang dapat meningkatkan risiko
terjadinya aterosklerosis, penyakit kardiovaskuler (jantung koroner, stroke).
• Penyakit kulit seperti infeksi jamur/bakteri, luka yang sulit sembuh
• Masalah gigi dan gusi seperti penyakit periodontitis (infeksi pada jaringan
pendukung gigi), gingivitis (peradangan pada gusi), karies gigi, penyembuhan
luka di mulut yang lambat, xerostomia (mulut kering)
• Neuropati atau kerusakan saraf sensorik dan motorik yang menyebabkan gejala
mati rasa (kebas), kesemutan, nyeri, kelemahan ekstremitas.
• Nefropati atau kerusakan pada ginjal yang dapat menyebabkan gagal ginjal.
• Retinopati atau kerusakan pembuluh darah di retina yang dapat menyebabkan
gangguan penglihatan hingga kebutaan (Erika F. Brutsaert, 2023).
a. NEUROPATI
Neuropati adalah kerusakan saraf yang terjadi pada penderita DM akibat
tidak terkontrolnya gula darah dalam jangka waktu yang panjang yang akhirnya
mempengaruhi sistem saraf sensorik, motorik, dan atau otonom pada penderitanya.

Adapun gejala awal neuropati menurut (Perkeni, 2019) diklasifikasikan


berdasarkan jenis sarafnya, yaitu:
1) Neuropati sensorik
Neuropati sensorik adalah gangguan pada saraf yang mengirimkan
sinyal sensasi, seperti sentuhan, suhu, atau nyeri. Adapun gejala yang dapat
timbulnya yaitu berupa:
• Mati rasa, kebas, atau kesemutan pada area kaki, tangan, dan jari-jari
• Muncul nyeri dengan sensasi seperti terbakar, tertusuk-tusuk
• Muncul nyeri dengan sesasi dingin atau panas tanpa sebab yang jelas
• Hilangnya sensasi sentuhan atau tekanan
2) Neuropati motorik
Neuropati motorik adalah gangguan pada saraf yang mengontrol gerak
tubuh. Adapun gejala yang dapat timbulnya yaitu seperti:
• Terdapat kelemahan otot terutama pada kaki dan/ tangan
• Kesulitan untuk berjalan atau berdiri tegak
• Kesulitan mengendalikan/mengoordinasikan gerakan pada kaki dan/ tangan
• Mengalami kram pada otot di sekitar kaki dan/ tangan
3) Neuropati otonom
Neuropati otonom adalah sekelompok gejala yang terjadi ketika ada
kerusakan pada saraf yang mengatur fungsi tubuh secara otomatis. Fungsi-
fungsi ini meliputi pengaturan tekanan darah, detak jantung, produksi keringat,
pengosongan usus dan kandung kemih, serta pencernaan. Adapun gejalanya
yaitu:
• Memiliki masalah tekanan darah yang menyebabkan pusing hingga pingsan
(saat berdiri/berjalan)
• Memiliki gangguan pencernaan seperti diare, sembelit, atau gangguan
lambung
• Memiliki gangguan reproduksi seperti disfungsi ereksi atau disfungsi
seksual
• Keringat berlebihan atau tidak berkeringat sama sekali

Adapun upaya pencegahan perkembangan neuropati adalah berfokus pada


pengendalian gula darah, perawatan kaki yang baik, dan gaya hidup sehat
(Kemenkes, 2024). Berikut upaya yang dapat mencegah perkembangan neuropati
adalah:
1) Pengendalian gula darah yang baik adalah kunci utama untuk mencegah atau
memperlambat perkembangan neuropati diabetik. Pengendalian gula darah
dapat dilakukan dengan mengikuti program pengobatan secara teratur
2) Pemantauan gula darah secara teratur untuk menyesuaikan rencana pengobatan
yang sesuai dengan kebutuhan
3) Pola makan sehat dan seimbang yang dapat tetap mempertahankan kadar gula
darah tetap stabil. Caranya adalah dengan memilih makanan yang rendah gula,
tinggi serat, dan rendah lemak jenuh.
4) Olahraga teratur untuk meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin,
membantu mengendalikan berat badan, dan menjaga kesehatan jantung dan
pembuluh darah. Olahraga yang dilakukan harus sesuai dengan anjuran dokter
dan batas toleransi tubuh terhadap intensitas latihan.
5) Mengubah gaya hidup yang buruk, seperti berhenti merokok, berhenti
konsumsi alkohol, kopi, kurang aktivitas fisik, makanan junk food, dan
managemen stres.
6) Perawatan kaki yang baik untuk mencegah luka infeksi. Adapun beberapa
perawatan kaki yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
• Melakukan pemeriksaan kaki setiap hari, untuk melihat apakah ada kulit
terkelupas, kemerahan, atau luka di daerah kaki
• Selalu menggunakan alas kaki ketika beraktivitas di luar dan pastikan bahwa
alas kaki yang digunakan bebas dari benda yang dapat melukai kaki
• Selalu menjaga kebersihan dan kelembapan kaki (kaki jangan sampai
kering)
• Memotong kuku secara teratur
• Keringkan kaki dan sela-sela jari kaki secara teratur setelah dari kamar
mandi
• Hindari penggunaan kaus kaki yang ketat dan terlalu kecil
• Selalu gunakan alas kaki yang aman, nyaman, berbahan lembut, ukuran pas,
dapat menutupi seluruh bagian kaki, dan tidak menimbulkan lecet pada kaki
• Hindari penggunaan bantal/botol berisi air panas untuk menghangatkan kaki
• Apabila terdapat kalus (kulit yang menebal di kaki) hindari memotong kalus
dengan cara memotong atau digunting. Tapi bisa merendam kaki di air
hangat selam 10-15 menit, menggunakan pelembap untuk kaki, dan tutup
bagian kalus dengan bantalan pelindung untuk mencegah iritasi lebih lanjut.
• Lakukan pemeriksaan kaki rutin di pelayanan kesehatan sesuai
rekomendasi.
1 tahun sekali Pasien DM tanpa gejala neuropati
6 bulan sekali Pasien DM dengan gejala neuropati
3 bulan sekali Pasien DM dengan gejala neuropati + kelainan
bentuk kaki
1 bulan sekali Pasien DM jika memiliki riwayat luka di kaki
Patofisiologi Neuropati

b. NEFROPATI
Nefropati adalah kerusakan pada ginjal akibat tingginya kadar gula darah
dalam jangka waktu yang lama yang berisiko tinggi menyebabkan gagal ginjal
kronis dan mengarah pada kebutuhan dialisis dan transplantasi ginjal. Gula darah
yang tidak terkonrol menyebabkan perubahan pada struktur ginjal (khususnya
glomerulus) yaitu kerusakan pada pembuluh darah kapiler di ginjal yang
menyebabkan penurunan fungsi pada ginjal secara bertahap.
Menurut (Perkeni, 2019) gejala awal nefropati pada pasien DM mungkin tidak
terdeteksi secara langsung karena seringkali tidak menimbulkan gejala yang jelas
pada tahap awal. Namun terdapat beberapa gejala yang menjadi peringatan bahwa
nefropati sudah terjadi, yaitu:
1) Perubahan pada pola kencing, seperti sering BAK terutama pada malam hari
atau sering merasa ingin BAK
2) Perubahan pada kualitas urine, seperti urine berwarna gelap, berbau
busuk/tajam, berwarna pekat, berbusa, kencing berdarah
3) Pembengkakan di bagian tubuh tertentu, terutama di sekitar mata, pergelangan
kaki
4) Mudah lelah, kehilangan nafsu makan (mual), penurunan BB yang signifikan
5) Nyeri atau ketidaknyamanan di bagian perut atau punggung (area ginjal)
6) Perubahan warna kulit atau kulit menjadi kering dan terasa gatal
Adapun langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah atau memperlambat
perkembangan nefropati pada pasien DM yaitu:
1) Kontrol gula darah dengan cara memantau gula darah secara teratur,
menggunakan obat-obatan dan insulin sesuai dengan resep dokter, diet yang
sehat dan seimbang, olahraga teratur.
2) Kontrol tekanan darah dengan cara menggunakan obat-obatan antihipertensi
sesuai dengan resep dokter, dier rendah garam, dan menghindari kebiasaan
merokok/alkohol
3) Konsultasi rutin dengan dokter untuk memeriksa fungsi ginjal dengan
melakukan tes darah dan urin secara rutin untuk mendeteksi sejak dini masalah
ginjal yang terjadi
Diet sehat dan seimbang dengan cara menghindari makanan yang tinggi
garam, lemak, kolestrol, gula, minum cairan yang cukup serta lebih
meningkatkan makanan tinggi serat seperti buah-buahan, sayur mayur, kacang-
kacangan, dan biji-bijian.
Patofisiologi Nefropati

c. RETINOPATI
Retinopati merupakan kerusakan pembuluh darah kapiler di retina akibat
tingginya gula darah dalam jangka waktu yang lama yang menyebabkan gangguan
penglihatan hingga kebutaan pada pasien DM. Retina adalah bagian mata yang
bertanggung jawab untuk menangkap cahaya dan mengirimnya ke otak melalui
saraf optik, sehingga ketika pembuluh darah kapiler di retina rusak, maka akan
menyebabkan gangguan penglihatan.
Menurut (Perkeni, 2019) Gejala awal retinopati pada pasien DM mungkin tidak
dapat terdeteksi secara lansung dan biasanya muncul gejala ketika retinopatinya
sudah berkembang. Adapun gejalanya yaitu:
1) Penglihatan menjadi kabur, buram, dan kurang tajam
2) Munculnya gangguan penglihatan seperti pandangan berkunang-
kunang/berbayang
3) Penglihatan menjadi gelap atau jadi kurang bisa melihat ketika berada di ruang
gelap
4) Perdarahan di dalam mata yang ditandai dengan melihat bintik-bintik hitam/
garis bergerak/ berjalan di sekitar penglihatan
5) Penurunan lapang pandang yang ditandai tidak bisa melihat objek di sekitar
dengan normal, lapang pandang jadi terbatas
Adapun upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah perkembangan
retinopati adalah melalui langkah-langkah berikut ini.
1) Hidup sehat dengan cara diet yang sehat dan seimbang, olahraga teratur,
menjaga berat badan tetap di rentang ideal, dan mengelola tingkat stres.
2) Kontrol gula darah meliputi pemantauan gula darah secara teratur dan tetap
menjaga kadar gula darah dalam rentang normal sesuai dengan yang
disarankan dokter
3) Kontrol tekanan darah dalam rentang yang normal sesuai dengan yang
disarankan dokter dengan cara: teratur konsumsi obat sesuai resep dokter, diet
rendah garam, olahraga teratur, dan menghindari kebiasaan merokok.
4) Kontrol kolestrol dan lemak darah dalam rentang yang normal sesuai dengan
yang disarankan dokter dengan cara diet sehat dan seimbang, olahraga yang
teratur, dan mengonsumsi obat sesuai resep dokter secara rutin.
5) Pemeriksaan mata rutin untuk mendeteski retinopati sejak dini dan agar dapat
membantu mengidentifikasi perubahan pada retina dan mencegah retinopati
berkembang menjadi lebih serius. Pemeriksaan mata dapat disesuaikan dengan
rekomendasi dari dokter dan kondisi pasien DM.
2 tahun sekali Pada pasien DM tanpa temuan & gejala retinopati
1 tahun sekali Pada pasien DM dengan temuan & gejala retinopati
Pemeriksaan Pada pasien DM dengan retinopati stadium lanjut
rutin
Patofisiologi Retinopati
BAB III METODE PELAKSANAAN

3.1 Kerangka Pemecahan Masalah

Mengidentifikasi pendidikan
Masalah yang terjadi kesehatan yang dibutuhkan Studi literatur mengenai
diruangan ruangan untuk pasien dan pendidikan kesehatan yang
keluarga dibutuhkan

Analisis hasil Menentukan tujuan


pendidikan kesehatan
Merencanakan kegiatan :
- Menentukan kebutuhan
kegiatan
Evaluasi dan saran - Menyiapkan materi dan
leaflet
- Menyiapkan sarana dan
prasarana
- Menyiapkan strategi dan
teknis penyampaian materi
yang efektif

3.2 Realisasi Pemecahan Masalah

Realisasi dari pemehan masalah dalam kegiatan ini dimulai dari

mengidentifikasi tema terkait pendidikan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan

ruangan untuk pasien dan keluarga, kemudian dikonsultasikan ke pembimbing

akademik dan pembimbing klinik. Setelah didapatkan tema pendidikan kesehatan

dan telah disetujui, kemudian kami mencari studi literatur terkait tema yang telah

disepakati. Tema pendidikan kesehatan yang diambil adalah “Pencegahan

Komplikasi Diabetes Melitus” dengan materi yang disampaikan meliputi pengantar

mengenai DM, Klasifikasi DM, Komplikasi DM (Nefropati, Neuropati dan

Retinopati).
Kegiatan dilakukan diruang tunggu Ruangan SSakura RSUD Sumedang dengan

dihadiri oleh 16 orang peserta pendidikan kesehatan. Peserta sangat antusias

mendengarkan materi. Hasil yang didapatkan dari pre-test dan post-test mengalami

peningkatan pengetahuan serta pemahamannya mengenai materi yang disampaikan

dalam kegiatan pendidikan kesehatan ini.

3.3 Khalayak Sasaran

Peserta pendidikan kesehatan merupakan keluarga pasien DM ataupun

keluarga pasien yang bersedia mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan hingga

selesai.

3.4 Metode Yang Digunakan

Kegiatan pendidikan kesehatan ini dilakukan secara luring di ruang Sakura

RSUD Sumedang. Sasaran kegiatan ini yaitu keluarga pasien. Pemberian materi

dengan metode ceramah dan berdiskusi atau tanya jawab. Sebelum memulai

ceramah, diadakan pengisian pre-test terlebih dahulu, dan setelah selesai ceramah,

diskusi dan tanya jawab dilanjut dengan pengisian post-test.

a) Waktu Pelaksanaan dan Tim Penyelenggara

Hari/tanggal : Selasa, 19 Maret 2024

Pukul : 09.00-10.30 WIB

Pemateri : Rositianti & Natalia Nainggolan

Logistik : Robi Romadoni Huwae

Dokumentasi : Lubna Najwa Wardani

MC : Sabrina Junieta Prawesti

Operator : Desy Anjarwati


b) Tempat/Lokasi Pelaksanaan

Ruang tunggu Ruangan Sakura RSUD Sumedang

c) Media yang digunakan

PPT dan poster

d) Jadwal Kegiatan

Waktu Kegiatan Keterangan

09.00–10.30 Persiapan • Briefing panitia


panitia • Menyiapkan setting lokasi dan tempat duduk
(90’)
• Menyiapkan instrumen yang diperlukan
09.25–09.30 Pembukaan • Pemateri membuka acara
oleh pemateri • Semua mahasiswa melakukan perkenalan
(5’)
diri
• Logistik menyebarkan kertas absensi +
pulpen (pastikan semua peserta sudah
mengisi absen)
• Dokumentasi stand by
09.30–09.40 Pengisian pre- • Pemateri memberi aba-aba untuk mengisi
test oleh pre-test
(10’)
peserta • Logistik menyebarkan kertas pretest +
pulpen
• Dokumentasi stand by
09.40–10.05 Sesi • Pemateri mulai presentasi dengan media
pematerian PPT
(25’)
oleh pemateri • Logistik menyebarkan leaflet
• Dokumentasi stand by
10.05–10.15 Sesi tanya • Pemateri menjawab pertanyaan dari peserta
jawab/ sharing • Dokumentasi stand by
(10’)
10.15– 10.25 Pengisian post- • Pemateri memberi aba-aba untuk mengisi
(10’) test oleh post-test
peserta • Logistik menyebarkan kertas post-test +
pulpen
• Dokumentasi stand by
10.25–10.30 Dokumentasi • Semua mahasiswa mengucapkan terima
dan Penutupan kasih
(5’)
• Logistik memastikan semua kertas pre-test
dan post-test sudah terkumpul
• Melakukan foto bersama
BAB IV

HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Kegiatan

a. Karakteristik Responden (n=16)


Berikut ini adalah tabel yang menampilkan karakteristik
peserta yang mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan ini.
Tabel 4.1. Karakteristik Peserta
Karakteristik n %
Jenis Kelamin
Laki-laki 4 25
Perempuan 12 75
Usia
18 – 35 tahun (dewasa awal) 8 50
36 – 45 tahun (dewasa tengah) 5 31,25
46 – 55 tahun (dewasa akhir) 2 12,50
56 – 65 tahun (lansia awal) 1 6,25
> 65 tahun (lansia akhir) 0 0
Berdasarkan tabel 4.1. kegiatan pendidikan kesehatan ini
melibatkan sebanyak 16 peserta yang mayoritas peserta berjenis
kelamin perempuan (75%) dan sebagian peserta berada di kelompok
usia dewasa awal (50%).

b. Pengetahuan Sebelum Pendidikan Kesehatan


Berikut merupakan hasil pengukuran pengetahuan peserta
sebelum mengikuti pendidikan kesehatan yang diukur menggunakan
10 pertanyaan yang telah dibuat sendiri oleh kelompok.
Tabel 4.2. Pengetahuan Sebelum Pendidikan Kesehatan
Nilai Tingkat Pengetahuan n %
8 – 10 Baik 2 12,50
5–7 Cukup 6 37,50
<5 Rendah 8 50,00
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian peseta
(50%) memiliki tingkat pengetahuan yang rendah. Kemudian
dilakukan analisis lebih rinci terkait pengetahuan peserta ditinjau
dari spesifikasi materinya yang dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.3. Analisis Hasil Pretest Peserta
Karakteristik Nilai
Pengetahuan seputar Neuropati 0,58
Pengetahuan seputar Nefropati 0,44
Pengetahuan seputar Retinopati 0,40
Rata-rata nilai Pretest 4,81
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai rata-rata
pretest secara keseluruhan sebesar 4,81 yang artinya secara
keseluruhan tingkat pengetahuan peserta sebelum pendidikan
kesehatan berada di kategori rendah, dengan nilai terendah pada
pengetahuan seputar retinopati (0,40) dan nilai tertinggi pada
pengetahuan seputar neuropati (0,58).

c. Pengetahuan Setelah Pendidikan Kesehatan


Berikut merupakan hasil pengukuran pengetahuan peserta
setelah mengikuti pendidikan kesehatan yang diukur menggunakan
10 pertanyaan yang sama persis seperti pertanyaan saat pretest.
Tabel 4.4. Pengetahuan Setelah Pendidikan Kesehatan
Nilai Tingkat Pengetahuan n %
8 – 10 Baik 11 68,75
5–7 Cukup 4 25,00
<5 Rendah 1 6,25
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa mayoritas
peserta (68,75%) memiliki tingkat pengetahuan yang baik.
Kemudian dilakukan analisis lebih rinci terkait pengetahuan peserta
ditinjau dari spesifikasi materinya pada tabel berikut
Tabel 4.5. Analisis Hasil Posttest Peserta
Karakteristik Nilai
Pengetahuan seputar Neuropati 0,81
Pengetahuan seputar Nefropati 0,69
Pengetahuan seputar Retinopati 0,77
Rata-rata nilai Pretest 7,63
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai rata-rata
posttest secara keseluruhan sebesar 7,63 yang artinya secara
keseluruhan tingkat pengetahuan peserta setelah pendidikan
kesehatan berada di kategori cukup, dengan nilai terendah pada
pengetahuan seputar nefropati (0,69) dan nilai tertinggi pada
pengetahuan seputar neuropati (0,81).

d. Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan

Berikut merupakan hasil perbandingan nilai pretest dan nilai


posttest menggunakan rumus paired-samples T-Test.
Tabel 4.6. Pengaruh Pendidikan Keserhatan terhadap Pengetahuan
Pengetahuan Mean SD Correlation Sig (2-tailed)
Pretest 4,81 2,00 0,677 0,000
Posttest 7,62 1,85

Berdasarkan tabel 4.6 hasil uji paired-samples T-Test


sebelum dan sesudah diberikan pendidikan diperoleh nilai p<0,05
dengan nilai korelasi r = 0,677 dan r bernilai positif, artinya terdapat
pengaruh yang signifikan antara pemberian pendidikan kesehatan
terhadap peningkatan pengetahuan peserta, yang dapat dibuktikan
dengan melihat adanya peningkatan nilai rata-rata pretest (4,81) ke
nilai rata-rata posttest (7,62).
4.2. Pembahasan
Hasil analisis telah menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan
peserta dari sebelum mengikuti pendidikan kesehatan dan setelah mengikuti
pendidikan kesehatan yang artinya pendidikan kesehatan memberikan
dampak yang positif terhadap perubahan pengetahuan peserta. Hal ini sesuai
dengan penelitian Lestari (2020) yang menunjukkan bahwa pemberian
pendidikan kesehatan dapat memberikan perubahan pada pengetahuan
seseorang. Pengetahuan adalah hasil dari mengetahui dan dasar seseorang
dalam pengambilan keputusan yang didapatkan melalui penangkapan
informasi melalui indera yang dimiliki. Pada kegiatan pendidikan kesehatan
ini, informasi diberikan kepada peserta melalui informasi audio dan visual
yang dapat menambah pengetahuan seseorang.
Selain adanya peningkatan pengetahuan pada peserta setelah
diberikan pendidikan kesehatan, terdapat beberapa evaluasi yang perlu
diperhatikan selama kegiatan pendidikan kesehatan ini dilakukan. Adapun
evaluasi yang dilakukan terdiri dari evaluasi struktur, evaluasi proses, dan
evaluasi hasil yang secara jelas dapat dilihat pada uraian berikut.
a. Evaluasi Struktur
▪ Media dan alat yang digunakan lengkap dan sesuai.
▪ Peserta kooperatif saat diajak untuk mengikuti kegiatan.
▪ Pembimbing akademik dan pembimbing klinik turut hadir di
tempat saat kegiatan pendidikan kesehatan dilaksanakan.
b. Evaluasi Proses
▪ Kegiatan pendidikan kesehatan dapat dilaksanakan sesuai
dengan rundown dan berjalan lancar dari awal sampai akhir
▪ MC dan pemateri menggunakan bahasa Indonesia dan
bahasa Sunda selama kegiatan pendidikan kesehatan.
▪ Peserta dapat mengikuti kegiatan dengan kooperatif.
▪ Saat sesi diskusi, peserta tampak kurang aktif untuk bertanya
c. Evaluasi Hasil
▪ Kognitif
Setelah diberikan pendidikan kesehatan sebagian peserta
telah mampu mengetahui:
1) Pengertian, gejala, dan upaya pencegahan neuropati
2) Pengertian, gejala, dan upaya pencegahan nefropati
3) Pengertian, gejala, dan upaya pencegahan retinopati
▪ Afektif
1) Peserta dapat menyimak materi dengan baik selama
mahasiswa menjelaskan materi menggunakan PPT dan
poster yang sudah disebarkan kepada peserta selama
pematerian
2) Peserta dapat memahami pentingnya melakukan upaya
pencegahan komplikasi DM dengan cara mengenali
gejala-gejala awal komplikasi DM.
3) Peserta termotivasi untuk menyebakan pengetahuan
yang didapatkan kepada orang-orang terdekatnya yang
sekira memiliki kondisi terkait.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa data di atas di dapatkan kesimpulan bahwa secara
umum peserta pendidikan kesehatan mengenai pencegahan komplikasi diabetes
militus cukup rendah pada saat sebelum diberikannya penkes, di buktikan dengan
nilai rata-rata pretest secara keseluruhan sebesar 4,81 yang artinya secara
keseluruhan tingkat pengetahuan peserta sebelum pendidikan kesehatan berada di
kategori rendah. Namun setelah diberikannya pendidikan kesehatan mengenai
pencegahan komplikasi diabetes militus, tingkat pengetahuan peserta menjadi
cukup, dibuktikan dengan nilai rata-rata posttest secara keseluruhan sebesar 7,63
yang artinya secara keseluruhan tingkat pengetahuan peserta setelah pendidikan
kesehatan berada di kategori cukup. Hasil analisis telah menunjukkan adanya
peningkatan pengetahuan peserta dari sebelum mengikuti pendidikan kesehatan dan
setelah mengikuti pendidikan kesehatan yang artinya pendidikan kesehatan
memberikan dampak yang positif terhadap perubahan pengetahuan peserta
B. Saran
Untuk meningkatkan pengetahuan peserta di bidang kesehatan, diperlukan
sumber informasi yang baik, dan hal ini dapat dicapai dengan melaksanakan
penyuluhan kesehatan. Penyuluhan kesehatan bagi masyarakat merupakan
kewajiban dan tanggung jawab dari kita selaku kita sebagai tenaga kesehatan
Menilik pada hasil Analisa di atas dalam katagori cukup, tentu masih kurang
memuaskannya pengetahuan, sikap dan perilaku peserta mengenai pencegahan
komplikasi diabetes militus, maka kami menyarankan agar dilakukan penyuluhan
mengenai hal-hal tersebut di atas secara berkesinambungan agar tidak terlupakan
Penyuluhan dapat dilakukan setiap 3 bulan sekali, dengan metode
penyuluhan dalam bentuk ceramah dengan gambar dan media lainnya. Diharapkan
dengan penyuluhan dapat dicapai peningkatan pengetahuan peserta, yang
selanjutnya dapat meningkatkan pula sikap dan perilaku peserta sehingga lebih
sesuai dengan prinsip-prinsip hidup sehat, demi mencapai tingkat kesehatan
masyarakat yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Arisman. (2011). Obesitas, Diabetes Melitus & Displidemia. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
International Diabetes Federation (IDF). International Diabetic Federation Diabetic
Atlas 10th edition. IDF; 2021.
Lestari, Zulkarnain, & Sijid, A. (2021). Diabetes Melitus: Review etiologi,
patofisiologi, gejala, penyebab, cara pemeriksaan, cara pengobatan dan cara
pencegahan. Prosiding Seminar Nasional Biologi, 7(1), 237–241.
PERKENI. (2021). Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe
2 Dewasa di Indonesia (1st ed.). PB. PERKENI.
https://pbperkeni.or.id/unduhan.
Smeltzer dan Bare. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Dan
Suddarth Edisi 8 Volume 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Wicaksono. (2013). Diabetes Melitus Tipe 2 Gula Darah Tidak Terkontrol dengan
Komplikasi Neuropati Diabetikum. Jurnal Medula. 1(3): 10-17.
LAMPIRAN 1: FOTO KEGIATAN
LAMPIRAN 2: DAFTAR HADIR
LAMPIRAN 3: HASIL PRE DAN POST TEST

No. Nama Usia Gender Pre-Test Post-Test


1. Responden 1 24 P 8 10
2. Responden 2 64 P 2 5
3. Responden 3 32 P 6 9
4. Responden 4 31 P 7 8
5. Responden 5 43 P 2 7
6. Responden 6 38 P 2 5
7. Responden 7 42 P 3 8
8. Responden 8 47 P 5 9
9. Responden 9 28 P 4 4
10. Responden 10 32 P 9 10
11. Responden 11 27 P 5 9
12. Responden 12 38 L 3 9
13. Responden 13 39 L 4 8
14. Responden 14 51 L 4 6
15. Responden 15 18 L 5 8
16. Responden 16 20 P 5 9
LAMPIRAN 4: SAP

“MARI CEGAH KOMPLIKASI DIABETES MELLITUS!”

Hari/Tanggal : Selasa, 19 Maret 2024


Tempat : Ruang Sakura
Waktu : 09.30 – 10.30 WIB
Penyaji : Mahasiswa
Audiens : Penunggu pasien dan/ Pasien di ruang Sakura

A. TUJUAN UMUM
Setelah diberikan edukasi selama 30 menit, diharapkan peserta dapat mengetahui
informasi seputar pencegahan komplikasi diabetes mellitus.
B. TUJUAN KHUSUS
Setelah diberikan edukasi selama 30 menit, diharapkan:
a. Peserta dapat membedakan jenis-jenis komplikasi DM
b. Peserta dapat mengenali gejala awal dari setiap komplikasi DM
c. Peserta dapat menjelaskan upaya pencegahan dari setiap komplikasi DM.
C. SASARAN
a. Penunggu pasien yang berada di ruang Sakura.
b. Pasien yang berminat dan mampu mengikuti kegiatan sampai selesai.
D. TOPIK BAHASAN
a. Pengantar mengenai DM.
b. Definisi, gejala awal, dan upaya pencegahan Neuropati.
c. Definisi, gejala awal, dan upaya pencegahan Nefropati.
d. Definisi, gejala awal, dan upaya pencegahan Retinopati.
E. STRATEGI KEGIATAN
Metode : ceramah, tanya jawab interaktif
Media : poster, PPT
Durasi : 60 menit
F. RUNDOWN KEGIATAN
No. Waktu Kegiatan
1. 09.00 – 09.20 Mahasiswa melakukan informed consent pada peserta
2. 09.20 – 09.25 Peserta berkumpul di ruang tunggu pasien
3. 09.25 – 09.30 Pembukaan dan perkenalan mahasiswa
2. 09.30 – 09.40 Pengisian kuesioner pre-test
3. 09.40 – 10.05 Penyampaian materi menggunakan media poster & PPT
4. 10.05 – 10.15 Sesi tanya jawab seputar materi
5. 10.15 – 10.25 Pengisian kuesioner post-test
6. 10.25 – 10.30 Penutup dan dokumentasi bersama dengan peserta

G. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur : terkait sarana dan prasarana yang digunakan
2. Evaluasi Proses : terkait proses pelaksanaan pendidikan kesehatan
3. Evaluasi Hasil : terkait hasil pretest dan posttest peserta
H. STRUKTUR KEPANITIAN
Sebelum Kegiatan
Penyusun SAP & PPT : Natalia Nainggolan
Penyusun Materi : Lubna Najwa Wardani, Rositianti, Desy Anjarwati
Penyusun Pertanyaan : Robi Romadoni Huwae
Penyusun Poster : Sabrina Junieta Prawesti

Selama Kegiatan
MC : 1 orang
Operator : 1 orang
Pemateri : 2 orang
Logistik & : 2 orang
Dokumentasi

I. MATERI PEMBELAJARAN

Pengantar Mengenai Diabetes Mellitus


Diabetes Mellitus (DM) adalah kondisi kronis yang terjadi ketika tubuh tidak
dapat menghasilkan insulin yang cukup atau tidak dapat menggunakan insulin
dengan efektif. Insulin sendiri adalah hormon yang diproduksi oleh pankreas yang
berperan penting dalam pengaturan kadar glukosa dalam darah. Fungsi utama dari
insulin adalah memungkinkan sel-sel tubuh untuk mengikat glukosa dalam darah
untuk digunakan sebagai energi atau disimpan sebagai cadangan energi dalam
bentuk glikogen (Erika F. Brutsaert, 2023). Sehingga ketika kadar glukosa dalam
darah tinggi maka akan menyebabkan masalah kesehatan pada penderitanya yang
dapat terlihat pada gejala umum DM, yaitu: sering BAK, sering merasa haus dan
lapar yang berlebihan, penurunan BB yang signifikan, kelelahan/kelemahan,
penglihatan kabur, luka yang sulit sembuh, dan infeksi pada kulit yang sering
kambuh. Seseorang dinyatakan memiliki DM jika memiliki kadar glukosa darah
yang tinggi secara konsisten. Diagnosis DM biasanya dibuat jika seseorang
memiliki salah satu dari kriteria berikut:
• Kadar glukosa darah setelah puasa selama 8 jam ≥ 126 mg/dL
• Kadar glukosa darah sewaktu ≥200 mg/dL
• Kadar glukosa 2 jam setelah tes toleransi glukosa oral ≥200 mg/dL
• Kadar glukosa darah rata-rata selama 2-3 bulan terakhir (HbA1c) ≥6,5%

Untuk pembagiannya, DM diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu:


• DM Tipe 1
DM yang terjadi karena adanya kerusakan pada pankreas sehingga tubuh tidak
dapat menghasilkan insulin yang cukup atau sama sekali tidak dapat
menghasilkan insulin. Penderita DM tipe 1 umumnya memerlukan insulin harian
untuk mengontrol kadar glukosa darahnya (Nova Iyos & Dhea Astuti, 2017).
• DM Tipe 2
Klik di sini untuk memasukkan teks.DM yang terjadi ketika tubuh masih bisa
menghasilkan insulin, namun terjadi resistensi insulin (akibat gaya hidup tidak
sehat) yang menyebabkan sel-sel dalam tubuh tidak bisa menggunakan insulin
untuk mengikat glukosa dalam darah sehingga glukosa dalam darah menjadi
tinggi karena glukosanya tidak dapat diikat oleh sel-sel tubuh. (Kamali Adli et
al., 2021)
• DM Gestasional
DM yang terjadi pada wanita hamil, DM gestasional dapat terjadi karena tubuh
tidak dapat menghasilkan insulin yang cukup selama masa kehamilan, karena
pada wanita hamil terjadi perubahan hormonal yang meningkatkan resistensi
insulin, sehingga tubuh wanita hamil memerlukan insulin yang lebih banyak dari
biasanya, ketika pankreas tidak dapat menghasilkan insulin yang cukup, maka
kadar glukosa darah akan meningkat dan mennyebabkan DM gestasional.
Namun umumnya, diabetes gestasional akan membaik setelah kehamilan selesai.
Tapi pada wanita yang memiliki riwayat DM gestasional berisiko terkena DM
tipe 2, sehingga perlu melakukan kontrol gula darah dan manajemen diet yang
tepat (Kamali Adli et al., 2021).

KOMPLIKASI DM
Ketika penderita DM yang tidak melakukan kontrol gula darah dalam jangka waktu
panjang maka hal itu akan menyebabkan kerusakan pada beberapa organ dan sistem
tubuhKlik di sini untuk memasukkan teks.. Karena ketika kadar glukosa dalam
darah terus menerus tinggi dalam waktu yang lama, hal itu akan menyebabkan
berbagai perubahan patologis dalam tubuh yang akhirnya mengarah pada
munculnya komplikasi, seperti:
• Angiopati atau kerusakan pembuluh darah yang dapat meningkatkan risiko
terjadinya aterosklerosis, penyakit kardiovaskuler (jantung koroner, stroke).
• Penyakit kulit seperti infeksi jamur/bakteri, luka yang sulit sembuh
• Masalah gigi dan gusi seperti penyakit periodontitis (infeksi pada jaringan
pendukung gigi), gingivitis (peradangan pada gusi), karies gigi, penyembuhan
luka di mulut yang lambat, xerostomia (mulut kering)
• Neuropati atau kerusakan saraf sensorik dan motorik yang menyebabkan gejala
mati rasa (kebas), kesemutan, nyeri, kelemahan ekstremitas.
• Nefropati atau kerusakan pada ginjal yang dapat menyebabkan gagal ginjal.
• Retinopati atau kerusakan pembuluh darah di retina yang dapat menyebabkan
gangguan penglihatan hingga kebutaan (Erika F. Brutsaert, 2023).

NEUROPATI
Neuropati adalah kerusakan saraf yang terjadi pada penderita DM akibat tidak
terkontrolnya gula darah dalam jangka waktu yang panjang yang akhirnya
mempengaruhi sistem saraf sensorik, motorik, dan atau otonom pada penderitanya.

Adapun gejala awal neuropati menurut (Perkeni, 2019) diklasifikasikan


berdasarkan jenis sarafnya, yaitu:
1) Neuropati sensorik
Neuropati sensorik adalah gangguan pada saraf yang mengirimkan sinyal
sensasi, seperti sentuhan, suhu, atau nyeri. Adapun gejala yang dapat timbulnya
yaitu berupa:
• Mati rasa, kebas, atau kesemutan pada area kaki, tangan, dan jari-jari
• Muncul nyeri dengan sensasi seperti terbakar, tertusuk-tusuk
• Muncul nyeri dengan sesasi dingin atau panas tanpa sebab yang jelas
• Hilangnya sensasi sentuhan atau tekanan
2) Neuropati motorik
Neuropati motorik adalah gangguan pada saraf yang mengontrol gerak tubuh.
Adapun gejala yang dapat timbulnya yaitu seperti:
• Terdapat kelemahan otot terutama pada kaki dan/ tangan
• Kesulitan untuk berjalan atau berdiri tegak
• Kesulitan mengendalikan/mengoordinasikan gerakan pada kaki dan/ tangan
• Mengalami kram pada otot di sekitar kaki dan/ tangan
3) Neuropati otonom
Neuropati otonom adalah sekelompok gejala yang terjadi ketika ada kerusakan
pada saraf yang mengatur fungsi tubuh secara otomatis. Fungsi-fungsi ini
meliputi pengaturan tekanan darah, detak jantung, produksi keringat,
pengosongan usus dan kandung kemih, serta pencernaan. Adapun gejalanya
yaitu:
• Memiliki masalah tekanan darah yang menyebabkan pusing hingga pingsan
(saat berdiri/berjalan)
• Memiliki gangguan pencernaan seperti diare, sembelit, atau gangguan
lambung
• Memiliki gangguan reproduksi seperti disfungsi ereksi atau disfungsi
seksual
• Keringat berlebihan atau tidak berkeringat sama sekali

Adapun upaya pencegahan perkembangan neuropati adalah berfokus pada


pengendalian gula darah, perawatan kaki yang baik, dan gaya hidup sehat
(Kemenkes, 2024). Berikut upaya yang dapat mencegah perkembangan neuropati
adalah:
1) Pengendalian gula darah yang baik adalah kunci utama untuk mencegah atau
memperlambat perkembangan neuropati diabetik. Pengendalian gula darah
dapat dilakukan dengan mengikuti program pengobatan secara teratur
2) Pemantauan gula darah secara teratur untuk menyesuaikan rencana pengobatan
yang sesuai dengan kebutuhan
3) Pola makan sehat dan seimbang yang dapat tetap mempertahankan kadar gula
darah tetap stabil. Caranya adalah dengan memilih makanan yang rendah gula,
tinggi serat, dan rendah lemak jenuh.
4) Olahraga teratur untuk meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin,
membantu mengendalikan berat badan, dan menjaga kesehatan jantung dan
pembuluh darah. Olahraga yang dilakukan harus sesuai dengan anjuran dokter
dan batas toleransi tubuh terhadap intensitas latihan.
5) Mengubah gaya hidup yang buruk, seperti berhenti merokok, berhenti
konsumsi alkohol, kopi, kurang aktivitas fisik, makanan junk food, dan
managemen stres.
6) Perawatan kaki yang baik untuk mencegah luka infeksi. Adapun beberapa
perawatan kaki yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
• Melakukan pemeriksaan kaki setiap hari, untuk melihat apakah ada kulit
terkelupas, kemerahan, atau luka di daerah kaki
• Selalu menggunakan alas kaki ketika beraktivitas di luar dan pastikan bahwa
alas kaki yang digunakan bebas dari benda yang dapat melukai kaki
• Selalu menjaga kebersihan dan kelembapan kaki (kaki jangan sampai
kering)
• Memotong kuku secara teratur
• Keringkan kaki dan sela-sela jari kaki secara teratur setelah dari kamar
mandi
• Hindari penggunaan kaus kaki yang ketat dan terlalu kecil
• Selalu gunakan alas kaki yang aman, nyaman, berbahan lembut, ukuran pas,
dapat menutupi seluruh bagian kaki, dan tidak menimbulkan lecet pada kaki
• Hindari penggunaan bantal/botol berisi air panas untuk menghangatkan kaki
• Apabila terdapat kalus (kulit yang menebal di kaki) hindari memotong kalus
dengan cara memotong atau digunting. Tapi bisa merendam kaki di air
hangat selam 10-15 menit, menggunakan pelembap untuk kaki, dan tutup
bagian kalus dengan bantalan pelindung untuk mencegah iritasi lebih lanjut.

• Lakukan pemeriksaan kaki rutin di pelayanan kesehatan sesuai


rekomendasi.
1 tahun sekali : Pasien DM tanpa gejala neuropati
6 bulan sekali : Pasien DM dengan gejala neuropati
3 bulan sekali : Pasien DM dengan gejala neuropati + kelainan bentuk
kaki
1 bulan sekali : Pasien DM jika memiliki riwayat luka di kaki
Patofisiologi Neuropati

Diabetes

Hyperglycemia

Triglycerida DAG Impaired FA Polyol Sugar Advance


Metabolism Pathway Autooxidation Glycation

PKC

Oxidative Stress

Endothelial
Dysfunction

Capillary Blood Flow Endoneural Hypoxia

Nerve Dysfunction

NVC, Regeneration, Scructural


NEFROPATI
Nefropati adalah kerusakan pada ginjal akibat tingginya kadar gula darah dalam
jangka waktu yang lama yang berisiko tinggi menyebabkan gagal ginjal kronis dan
mengarah pada kebutuhan dialisis dan transplantasi ginjal. Gula darah yang tidak
terkonrol menyebabkan perubahan pada struktur ginjal (khususnya glomerulus)
yaitu kerusakan pada pembuluh darah kapiler di ginjal yang menyebabkan
penurunan fungsi pada ginjal secara bertahap.
Menurut (Perkeni, 2019) gejala awal nefropati pada pasien DM mungkin tidak
terdeteksi secara langsung karena seringkali tidak menimbulkan gejala yang jelas
pada tahap awal. Namun terdapat beberapa gejala yang menjadi peringatan bahwa
nefropati sudah terjadi, yaitu:
1) Perubahan pada pola kencing, seperti sering BAK terutama pada malam hari
atau sering merasa ingin BAK
2) Perubahan pada kualitas urine, seperti urine berwarna gelap, berbau
busuk/tajam, berwarna pekat, berbusa, kencing berdarah
3) Pembengkakan di bagian tubuh tertentu, terutama di sekitar mata, pergelangan
kaki
4) Mudah lelah, kehilangan nafsu makan (mual), penurunan BB yang signifikan
5) Nyeri atau ketidaknyamanan di bagian perut atau punggung (area ginjal)
6) Perubahan warna kulit atau kulit menjadi kering dan terasa gatal
Adapun langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah atau memperlambat
perkembangan nefropati pada pasien DM yaitu:
1) Kontrol gula darah dengan cara memantau gula darah secara teratur,
menggunakan obat-obatan dan insulin sesuai dengan resep dokter, diet yang
sehat dan seimbang, olahraga teratur.
2) Kontrol tekanan darah dengan cara menggunakan obat-obatan antihipertensi
sesuai dengan resep dokter, dier rendah garam, dan menghindari kebiasaan
merokok/alkohol
3) Konsultasi rutin dengan dokter untuk memeriksa fungsi ginjal dengan
melakukan tes darah dan urin secara rutin untuk mendeteksi sejak dini masalah
ginjal yang terjadi
4) Diet sehat dan seimbang dengan cara menghindari makanan yang tinggi garam,
lemak, kolestrol, gula, minum cairan yang cukup serta lebih meningkatkan
makanan tinggi serat seperti buah-buahan, sayur mayur, kacang-kacangan, dan
biji-bijian.
Patofisiologi Nefropati

Metabolik Genetik Hemodinamik

Glukosa Genetik Protein Hormon-hormon vasoaktif


Aliran/Tekanan
kinase C b2 (mis, Angiotensin II, endotelin)

Advanced Sitokin
Transforming Vascular
glycation Growth Endothelial
Factor B Growth
Factor

Extracelullar matrix
ECM Permeabilitas
(ECM) cross-linking
pembuluh darah

PenimbunanECM

Proteinuria
RETINOPATI
Retinopati merupakan kerusakan pembuluh darah kapiler di retina akibat tingginya
gula darah dalam jangka waktu yang lama yang menyebabkan gangguan
penglihatan hingga kebutaan pada pasien DM. Retina adalah bagian mata yang
bertanggung jawab untuk menangkap cahaya dan mengirimnya ke otak melalui
saraf optik, sehingga ketika pembuluh darah kapiler di retina rusak, maka akan
menyebabkan gangguan penglihatan.
Menurut (Perkeni, 2019) Gejala awal retinopati pada pasien DM mungkin tidak
dapat terdeteksi secara lansung dan biasanya muncul gejala ketika retinopatinya
sudah berkembang. Adapun gejalanya yaitu:
1) Penglihatan menjadi kabur, buram, dan kurang tajam
2) Munculnya gangguan penglihatan seperti pandangan berkunang-
kunang/berbayang
3) Penglihatan menjadi gelap atau jadi kurang bisa melihat ketika berada di ruang
gelap
4) Perdarahan di dalam mata yang ditandai dengan melihat bintik-bintik hitam/
garis bergerak/ berjalan di sekitar penglihatan
5) Penurunan lapang pandang yang ditandai tidak bisa melihat objek di sekitar
dengan normal, lapang pandang jadi terbatas
Adapun upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah perkembangan
retinopati adalah melalui langkah-langkah berikut ini.
1) Hidup sehat dengan cara diet yang sehat dan seimbang, olahraga teratur,
menjaga berat badan tetap di rentang ideal, dan mengelola tingkat stres.
2) Kontrol gula darah meliputi pemantauan gula darah secara teratur dan tetap
menjaga kadar gula darah dalam rentang normal sesuai dengan yang
disarankan dokter
3) Kontrol tekanan darah dalam rentang yang normal sesuai dengan yang
disarankan dokter dengan cara: teratur konsumsi obat sesuai resep dokter, diet
rendah garam, olahraga teratur, dan menghindari kebiasaan merokok.
4) Kontrol kolestrol dan lemak darah dalam rentang yang normal sesuai dengan
yang disarankan dokter dengan cara diet sehat dan seimbang, olahraga yang
teratur, dan mengonsumsi obat sesuai resep dokter secara rutin.
5) Pemeriksaan mata rutin untuk mendeteski retinopati sejak dini dan agar dapat
membantu mengidentifikasi perubahan pada retina dan mencegah retinopati
berkembang menjadi lebih serius. Pemeriksaan mata dapat disesuaikan dengan
rekomendasi dari dokter dan kondisi pasien DM.
2 tahun sekali : Pada pasien DM tanpa temuan & gejala retinopati
1 tahun sekali : Pada pasien DM dengan temuan & gejala retinopati
Pemeriksaan : Pada pasien DM dengan retinopati stadium lanjut
rutin
Patofisiologi Retinopati

Diabetes Melitus

Penyerapan glukosa
oleh tubuh

Glukosa darah
meningkat

Hiperglikemia

Viskositas darah
meningkat

RETINA

NPDR PDR
(Non Proliferatif diabetic retinopati) (Proliferatif diabetic retinopati)

Proliferatsi PD baru (neurovaskuler)


Terbentuk trombus Sklerosis PD kapiler
retina
PD rapuh, rentan pecah

Obstruksi lumen PD
Transudasi cairan Penumpukan cairan di vitrous humor
retina

Oklusi vaskuler Suplai O2 & nutrisi ke


(penyempitan lumen) mata menurun

Iskemik pd retina

Retinopati
LAMPIRAN 5: MEDIA PPT DAN POSTER

Anda mungkin juga menyukai