Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Medikal Bedah
Pembimbing Akademik:
Titis Kurniawan, S.Kep., Ners.,MNS
Pembimbing Klinik:
Ai Rohaeni, S.Kep., Ners.
FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN 47
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2024
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan ramhat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
kegiatan pendidikan kesehatan ini dengan tema “..” yang dilaksanakan dengan
tujuan untuk memenuhi salah satu satu tugas stase ... Penulis menyadari bahwa
dalam penyusunan laporan kegiatan ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
diharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk memperbaiki
kekurangan dalam penyusunan laporan kegiatan ini. Semoga dengan adanya
laporan ini pembaca tidak akan merasa puas, dan akan terus berusaha untuk mencari
lebih banyak literatur lagi untuk meningkatkan pengetahuan. Akhir kata, semoga
laporan ini dapat memberikan manfaat berupa wawasan yang baru bagi para
pembaca. Terima kasih dan selamat membaca.
Penulis
ABSTRAK
ABSTRAK .............................................................................................................. 3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit kronis akibat dari
pankreas yang tidak menghasilkan cukup insulin yang diproduksi secara efektif,
sehingga menyebabkan konsentrasi glukosa dalam darah meningkat (American
Diabetes Association, 2009). Diabetes mellitus terjadi akibat kegagalan sel-sel beta
pankreas untuk memproduksi insulin yang cukup pada diabetes mellitus tipe 1 atau
tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif pada diabetes mellitus tipe 2
(Smeltzer & Bare, 2016).
International Diabetes Federation (IDF) Atlas 2017 melaporkan bahwa
epidemi diabetes di Indonesia masih menunjukkan kecenderungan meningkat.
Indonesia adalah negara peringkat keenam di dunia setelah Tiongkok, India,
Amerika Serikat, Brazil dan Meksiko dengan jumlah penyandang Diabetes usia 20-
79 tahun sekitar 10,3 juta orang (Kementerian Kesehatan, 2018). Riset Kesehatan
Dasar Tahun 2013 menyebutkan bahwa proporsi diabetes di Indonesia mencapai
6,9% dimana 36,6% mengalami gula darah puasa terganggu, 29,9% mengalami
toleransi glukosa terganggu (Kementerian Kesehatan, 2019). Pada tahun 2021,
Indonesia berada pada posisi kelima dengan jumlah pengidap diabetes sebanyak
19,47 juta. Angka ini meningkat hampir 2 kali lipat dalam waktu dua tahun,
dibandingkan tahun 2019 Indonesia berada pada posisi ketujuh dengan jumlah
pengidap sebesar 10,7 juta, dan pada tahun 2020 Indonesia masih menempati posisi
ketujuh tetapi terjadi kenaikan jumlah pengidap mencapai 18 juta (IDF, 2021).
Jumlah populasi yang meningkat tersebut berkaitan dengan hal faktor
genetika, life ekspektasi bertambah, urbanisasi yang merubah pola hidup tradisional
ke pola hidup modern, prevalensi obesitas meningkat dan kegiatan fisik kurang
(Arisman, 2011). Oleh karena itu, DM perlu diamati karena sifat penyakit yang
kronik progresif, jumlah penderita semakin meningkat dan banyak dampak negatif
yang ditimbulkan. Distribusi penyakit ini juga menyebar pada semua tingkatan
masyarakat dari tingkat sosial ekonomi rendah sampai tinggi, pada setiap ras,
golongan etnis dan daerah geografis.
Gejala DM yang bervariasi yang dapat timbul secara perlahan-lahan
sehingga penderita tidak menyadari akan adanya perubahan seperti minum yang
lebih banyak, buang air kecil lebih sering ataupun berat badan yang menurun, gejala
tersebut berlangsung lama tanpa memperhatikan diet, olah raga, pengobatan sampai
orang tersebut memeriksakan kadar gula darahnya (Lestari dkk, 2021). DM jika
tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan timbulnya komplikasi pada
berbagai organ tubuh seperti mata, jantung, ginjal, pembuluh darah kaki, syaraf dan
lain-lain. Penderita DM dibandingkan dengan penderita non DM mempunyai
kecenderungan 25 kali terjadi buta, 2 kali terjadi penyakit jantung koroner, 7 kali
terjadi gagal ginjal kronik, dan 5 kali menderita ulkus diabetika. Komplikasi
menahun DM di Indonesia terdiri atas neuropati 60%, penyakit jantung koroner
20,5%, ulkus diabetika 15%, retinopati 10%, dan nefropati 7,1% (Wicaksono,
2013).
Adapun penatalaksanaan diabetes melitus untuk mencegah terjadinya
komplikasi terdiri dari empat pilar yaitu edukasi, terapi nutrisi medis, aktivitas fisik,
dan terapi farmakologis (PERKENI, 2021). Edukasi pada penderita DM tidak
hanya berfokus pada peningkatan pengetahuan tentang kondisi kesehatan pasien,
tetapi juga mempromosikan perubahan gaya hidup. Salah satu strategi edukasi yang
diterapkan untuk meningkatkan perilaku perawatan diri adalah Diabetes Self
Management Education (DSME). Pendidikan manajemen diri atau Diabetes Self
Management Education (DSME) merupakan proses berkelanjutan untuk
memfasilitasi pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang diperlukan untuk
perawatan diri pradiabetes dan diabetes. Proses ini menggabungkan kebutuhan,
tujuan, dan pengalaman hidup orang dengan pradiabetes atau diabetes dan dipandu
oleh standar berbasis bukti (Haas et al., 2014). Diabetes Self Management
Education (DSME) bertujuan untuk memberdayakan pasien diabetes untuk secara
aktif mengelola penyakit mereka dalam kehidupan sehari-hari.
Ruang Sakura RSUD Sumedang merupakan ruangan rawat inap untuk
pasien dengan masalah penyakit dalam. Rata-rata pasien yang berada di ruangan
Sakura memiliki masalah penyakit DM. Oleh karena itu, penting dilakukannya
edukasi pada pasien dan keluarga di ruang rawat Sakura mengenai Diabetes Self
Management sehingga mereka dapat meminimalisir resiko komplikasi yang dapat
terjadi.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari dilakukannya pendidikan kesehatan ini yaitu
“Bagaimana tingkat pengetahuan pasien dan keluarga dalam mencegah komplikasi
pada pasien DM?”.
C. Tujuan
Tujuan dari kegiatan edukasi ini yaitu untuk meningkatkan pengetahuan
pasien dan keluarga mengenai pencegahan komplikasi pada pasien DM.
D. Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan edukasi
kesehatan ini yaitu :
1. Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga mengenai komplikasi DM.
2. Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga mengenai pencegahan
komplikasi pada pasien DM.
3. Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga terkait skrining dini
komplikasi DM.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. NEFROPATI
Nefropati adalah kerusakan pada ginjal akibat tingginya kadar gula darah
dalam jangka waktu yang lama yang berisiko tinggi menyebabkan gagal ginjal
kronis dan mengarah pada kebutuhan dialisis dan transplantasi ginjal. Gula darah
yang tidak terkonrol menyebabkan perubahan pada struktur ginjal (khususnya
glomerulus) yaitu kerusakan pada pembuluh darah kapiler di ginjal yang
menyebabkan penurunan fungsi pada ginjal secara bertahap.
Menurut (Perkeni, 2019) gejala awal nefropati pada pasien DM mungkin tidak
terdeteksi secara langsung karena seringkali tidak menimbulkan gejala yang jelas
pada tahap awal. Namun terdapat beberapa gejala yang menjadi peringatan bahwa
nefropati sudah terjadi, yaitu:
1) Perubahan pada pola kencing, seperti sering BAK terutama pada malam hari
atau sering merasa ingin BAK
2) Perubahan pada kualitas urine, seperti urine berwarna gelap, berbau
busuk/tajam, berwarna pekat, berbusa, kencing berdarah
3) Pembengkakan di bagian tubuh tertentu, terutama di sekitar mata, pergelangan
kaki
4) Mudah lelah, kehilangan nafsu makan (mual), penurunan BB yang signifikan
5) Nyeri atau ketidaknyamanan di bagian perut atau punggung (area ginjal)
6) Perubahan warna kulit atau kulit menjadi kering dan terasa gatal
Adapun langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah atau memperlambat
perkembangan nefropati pada pasien DM yaitu:
1) Kontrol gula darah dengan cara memantau gula darah secara teratur,
menggunakan obat-obatan dan insulin sesuai dengan resep dokter, diet yang
sehat dan seimbang, olahraga teratur.
2) Kontrol tekanan darah dengan cara menggunakan obat-obatan antihipertensi
sesuai dengan resep dokter, dier rendah garam, dan menghindari kebiasaan
merokok/alkohol
3) Konsultasi rutin dengan dokter untuk memeriksa fungsi ginjal dengan
melakukan tes darah dan urin secara rutin untuk mendeteksi sejak dini masalah
ginjal yang terjadi
Diet sehat dan seimbang dengan cara menghindari makanan yang tinggi
garam, lemak, kolestrol, gula, minum cairan yang cukup serta lebih
meningkatkan makanan tinggi serat seperti buah-buahan, sayur mayur, kacang-
kacangan, dan biji-bijian.
Patofisiologi Nefropati
c. RETINOPATI
Retinopati merupakan kerusakan pembuluh darah kapiler di retina akibat
tingginya gula darah dalam jangka waktu yang lama yang menyebabkan gangguan
penglihatan hingga kebutaan pada pasien DM. Retina adalah bagian mata yang
bertanggung jawab untuk menangkap cahaya dan mengirimnya ke otak melalui
saraf optik, sehingga ketika pembuluh darah kapiler di retina rusak, maka akan
menyebabkan gangguan penglihatan.
Menurut (Perkeni, 2019) Gejala awal retinopati pada pasien DM mungkin tidak
dapat terdeteksi secara lansung dan biasanya muncul gejala ketika retinopatinya
sudah berkembang. Adapun gejalanya yaitu:
1) Penglihatan menjadi kabur, buram, dan kurang tajam
2) Munculnya gangguan penglihatan seperti pandangan berkunang-
kunang/berbayang
3) Penglihatan menjadi gelap atau jadi kurang bisa melihat ketika berada di ruang
gelap
4) Perdarahan di dalam mata yang ditandai dengan melihat bintik-bintik hitam/
garis bergerak/ berjalan di sekitar penglihatan
5) Penurunan lapang pandang yang ditandai tidak bisa melihat objek di sekitar
dengan normal, lapang pandang jadi terbatas
Adapun upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah perkembangan
retinopati adalah melalui langkah-langkah berikut ini.
1) Hidup sehat dengan cara diet yang sehat dan seimbang, olahraga teratur,
menjaga berat badan tetap di rentang ideal, dan mengelola tingkat stres.
2) Kontrol gula darah meliputi pemantauan gula darah secara teratur dan tetap
menjaga kadar gula darah dalam rentang normal sesuai dengan yang
disarankan dokter
3) Kontrol tekanan darah dalam rentang yang normal sesuai dengan yang
disarankan dokter dengan cara: teratur konsumsi obat sesuai resep dokter, diet
rendah garam, olahraga teratur, dan menghindari kebiasaan merokok.
4) Kontrol kolestrol dan lemak darah dalam rentang yang normal sesuai dengan
yang disarankan dokter dengan cara diet sehat dan seimbang, olahraga yang
teratur, dan mengonsumsi obat sesuai resep dokter secara rutin.
5) Pemeriksaan mata rutin untuk mendeteski retinopati sejak dini dan agar dapat
membantu mengidentifikasi perubahan pada retina dan mencegah retinopati
berkembang menjadi lebih serius. Pemeriksaan mata dapat disesuaikan dengan
rekomendasi dari dokter dan kondisi pasien DM.
2 tahun sekali Pada pasien DM tanpa temuan & gejala retinopati
1 tahun sekali Pada pasien DM dengan temuan & gejala retinopati
Pemeriksaan Pada pasien DM dengan retinopati stadium lanjut
rutin
Patofisiologi Retinopati
BAB III METODE PELAKSANAAN
Mengidentifikasi pendidikan
Masalah yang terjadi kesehatan yang dibutuhkan Studi literatur mengenai
diruangan ruangan untuk pasien dan pendidikan kesehatan yang
keluarga dibutuhkan
dan telah disetujui, kemudian kami mencari studi literatur terkait tema yang telah
Retinopati).
Kegiatan dilakukan diruang tunggu Ruangan SSakura RSUD Sumedang dengan
mendengarkan materi. Hasil yang didapatkan dari pre-test dan post-test mengalami
selesai.
RSUD Sumedang. Sasaran kegiatan ini yaitu keluarga pasien. Pemberian materi
dengan metode ceramah dan berdiskusi atau tanya jawab. Sebelum memulai
ceramah, diadakan pengisian pre-test terlebih dahulu, dan setelah selesai ceramah,
d) Jadwal Kegiatan
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa data di atas di dapatkan kesimpulan bahwa secara
umum peserta pendidikan kesehatan mengenai pencegahan komplikasi diabetes
militus cukup rendah pada saat sebelum diberikannya penkes, di buktikan dengan
nilai rata-rata pretest secara keseluruhan sebesar 4,81 yang artinya secara
keseluruhan tingkat pengetahuan peserta sebelum pendidikan kesehatan berada di
kategori rendah. Namun setelah diberikannya pendidikan kesehatan mengenai
pencegahan komplikasi diabetes militus, tingkat pengetahuan peserta menjadi
cukup, dibuktikan dengan nilai rata-rata posttest secara keseluruhan sebesar 7,63
yang artinya secara keseluruhan tingkat pengetahuan peserta setelah pendidikan
kesehatan berada di kategori cukup. Hasil analisis telah menunjukkan adanya
peningkatan pengetahuan peserta dari sebelum mengikuti pendidikan kesehatan dan
setelah mengikuti pendidikan kesehatan yang artinya pendidikan kesehatan
memberikan dampak yang positif terhadap perubahan pengetahuan peserta
B. Saran
Untuk meningkatkan pengetahuan peserta di bidang kesehatan, diperlukan
sumber informasi yang baik, dan hal ini dapat dicapai dengan melaksanakan
penyuluhan kesehatan. Penyuluhan kesehatan bagi masyarakat merupakan
kewajiban dan tanggung jawab dari kita selaku kita sebagai tenaga kesehatan
Menilik pada hasil Analisa di atas dalam katagori cukup, tentu masih kurang
memuaskannya pengetahuan, sikap dan perilaku peserta mengenai pencegahan
komplikasi diabetes militus, maka kami menyarankan agar dilakukan penyuluhan
mengenai hal-hal tersebut di atas secara berkesinambungan agar tidak terlupakan
Penyuluhan dapat dilakukan setiap 3 bulan sekali, dengan metode
penyuluhan dalam bentuk ceramah dengan gambar dan media lainnya. Diharapkan
dengan penyuluhan dapat dicapai peningkatan pengetahuan peserta, yang
selanjutnya dapat meningkatkan pula sikap dan perilaku peserta sehingga lebih
sesuai dengan prinsip-prinsip hidup sehat, demi mencapai tingkat kesehatan
masyarakat yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arisman. (2011). Obesitas, Diabetes Melitus & Displidemia. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
International Diabetes Federation (IDF). International Diabetic Federation Diabetic
Atlas 10th edition. IDF; 2021.
Lestari, Zulkarnain, & Sijid, A. (2021). Diabetes Melitus: Review etiologi,
patofisiologi, gejala, penyebab, cara pemeriksaan, cara pengobatan dan cara
pencegahan. Prosiding Seminar Nasional Biologi, 7(1), 237–241.
PERKENI. (2021). Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe
2 Dewasa di Indonesia (1st ed.). PB. PERKENI.
https://pbperkeni.or.id/unduhan.
Smeltzer dan Bare. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Dan
Suddarth Edisi 8 Volume 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Wicaksono. (2013). Diabetes Melitus Tipe 2 Gula Darah Tidak Terkontrol dengan
Komplikasi Neuropati Diabetikum. Jurnal Medula. 1(3): 10-17.
LAMPIRAN 1: FOTO KEGIATAN
LAMPIRAN 2: DAFTAR HADIR
LAMPIRAN 3: HASIL PRE DAN POST TEST
A. TUJUAN UMUM
Setelah diberikan edukasi selama 30 menit, diharapkan peserta dapat mengetahui
informasi seputar pencegahan komplikasi diabetes mellitus.
B. TUJUAN KHUSUS
Setelah diberikan edukasi selama 30 menit, diharapkan:
a. Peserta dapat membedakan jenis-jenis komplikasi DM
b. Peserta dapat mengenali gejala awal dari setiap komplikasi DM
c. Peserta dapat menjelaskan upaya pencegahan dari setiap komplikasi DM.
C. SASARAN
a. Penunggu pasien yang berada di ruang Sakura.
b. Pasien yang berminat dan mampu mengikuti kegiatan sampai selesai.
D. TOPIK BAHASAN
a. Pengantar mengenai DM.
b. Definisi, gejala awal, dan upaya pencegahan Neuropati.
c. Definisi, gejala awal, dan upaya pencegahan Nefropati.
d. Definisi, gejala awal, dan upaya pencegahan Retinopati.
E. STRATEGI KEGIATAN
Metode : ceramah, tanya jawab interaktif
Media : poster, PPT
Durasi : 60 menit
F. RUNDOWN KEGIATAN
No. Waktu Kegiatan
1. 09.00 – 09.20 Mahasiswa melakukan informed consent pada peserta
2. 09.20 – 09.25 Peserta berkumpul di ruang tunggu pasien
3. 09.25 – 09.30 Pembukaan dan perkenalan mahasiswa
2. 09.30 – 09.40 Pengisian kuesioner pre-test
3. 09.40 – 10.05 Penyampaian materi menggunakan media poster & PPT
4. 10.05 – 10.15 Sesi tanya jawab seputar materi
5. 10.15 – 10.25 Pengisian kuesioner post-test
6. 10.25 – 10.30 Penutup dan dokumentasi bersama dengan peserta
G. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur : terkait sarana dan prasarana yang digunakan
2. Evaluasi Proses : terkait proses pelaksanaan pendidikan kesehatan
3. Evaluasi Hasil : terkait hasil pretest dan posttest peserta
H. STRUKTUR KEPANITIAN
Sebelum Kegiatan
Penyusun SAP & PPT : Natalia Nainggolan
Penyusun Materi : Lubna Najwa Wardani, Rositianti, Desy Anjarwati
Penyusun Pertanyaan : Robi Romadoni Huwae
Penyusun Poster : Sabrina Junieta Prawesti
Selama Kegiatan
MC : 1 orang
Operator : 1 orang
Pemateri : 2 orang
Logistik & : 2 orang
Dokumentasi
I. MATERI PEMBELAJARAN
KOMPLIKASI DM
Ketika penderita DM yang tidak melakukan kontrol gula darah dalam jangka waktu
panjang maka hal itu akan menyebabkan kerusakan pada beberapa organ dan sistem
tubuhKlik di sini untuk memasukkan teks.. Karena ketika kadar glukosa dalam
darah terus menerus tinggi dalam waktu yang lama, hal itu akan menyebabkan
berbagai perubahan patologis dalam tubuh yang akhirnya mengarah pada
munculnya komplikasi, seperti:
• Angiopati atau kerusakan pembuluh darah yang dapat meningkatkan risiko
terjadinya aterosklerosis, penyakit kardiovaskuler (jantung koroner, stroke).
• Penyakit kulit seperti infeksi jamur/bakteri, luka yang sulit sembuh
• Masalah gigi dan gusi seperti penyakit periodontitis (infeksi pada jaringan
pendukung gigi), gingivitis (peradangan pada gusi), karies gigi, penyembuhan
luka di mulut yang lambat, xerostomia (mulut kering)
• Neuropati atau kerusakan saraf sensorik dan motorik yang menyebabkan gejala
mati rasa (kebas), kesemutan, nyeri, kelemahan ekstremitas.
• Nefropati atau kerusakan pada ginjal yang dapat menyebabkan gagal ginjal.
• Retinopati atau kerusakan pembuluh darah di retina yang dapat menyebabkan
gangguan penglihatan hingga kebutaan (Erika F. Brutsaert, 2023).
NEUROPATI
Neuropati adalah kerusakan saraf yang terjadi pada penderita DM akibat tidak
terkontrolnya gula darah dalam jangka waktu yang panjang yang akhirnya
mempengaruhi sistem saraf sensorik, motorik, dan atau otonom pada penderitanya.
Diabetes
Hyperglycemia
PKC
Oxidative Stress
Endothelial
Dysfunction
Nerve Dysfunction
Advanced Sitokin
Transforming Vascular
glycation Growth Endothelial
Factor B Growth
Factor
Extracelullar matrix
ECM Permeabilitas
(ECM) cross-linking
pembuluh darah
PenimbunanECM
Proteinuria
RETINOPATI
Retinopati merupakan kerusakan pembuluh darah kapiler di retina akibat tingginya
gula darah dalam jangka waktu yang lama yang menyebabkan gangguan
penglihatan hingga kebutaan pada pasien DM. Retina adalah bagian mata yang
bertanggung jawab untuk menangkap cahaya dan mengirimnya ke otak melalui
saraf optik, sehingga ketika pembuluh darah kapiler di retina rusak, maka akan
menyebabkan gangguan penglihatan.
Menurut (Perkeni, 2019) Gejala awal retinopati pada pasien DM mungkin tidak
dapat terdeteksi secara lansung dan biasanya muncul gejala ketika retinopatinya
sudah berkembang. Adapun gejalanya yaitu:
1) Penglihatan menjadi kabur, buram, dan kurang tajam
2) Munculnya gangguan penglihatan seperti pandangan berkunang-
kunang/berbayang
3) Penglihatan menjadi gelap atau jadi kurang bisa melihat ketika berada di ruang
gelap
4) Perdarahan di dalam mata yang ditandai dengan melihat bintik-bintik hitam/
garis bergerak/ berjalan di sekitar penglihatan
5) Penurunan lapang pandang yang ditandai tidak bisa melihat objek di sekitar
dengan normal, lapang pandang jadi terbatas
Adapun upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah perkembangan
retinopati adalah melalui langkah-langkah berikut ini.
1) Hidup sehat dengan cara diet yang sehat dan seimbang, olahraga teratur,
menjaga berat badan tetap di rentang ideal, dan mengelola tingkat stres.
2) Kontrol gula darah meliputi pemantauan gula darah secara teratur dan tetap
menjaga kadar gula darah dalam rentang normal sesuai dengan yang
disarankan dokter
3) Kontrol tekanan darah dalam rentang yang normal sesuai dengan yang
disarankan dokter dengan cara: teratur konsumsi obat sesuai resep dokter, diet
rendah garam, olahraga teratur, dan menghindari kebiasaan merokok.
4) Kontrol kolestrol dan lemak darah dalam rentang yang normal sesuai dengan
yang disarankan dokter dengan cara diet sehat dan seimbang, olahraga yang
teratur, dan mengonsumsi obat sesuai resep dokter secara rutin.
5) Pemeriksaan mata rutin untuk mendeteski retinopati sejak dini dan agar dapat
membantu mengidentifikasi perubahan pada retina dan mencegah retinopati
berkembang menjadi lebih serius. Pemeriksaan mata dapat disesuaikan dengan
rekomendasi dari dokter dan kondisi pasien DM.
2 tahun sekali : Pada pasien DM tanpa temuan & gejala retinopati
1 tahun sekali : Pada pasien DM dengan temuan & gejala retinopati
Pemeriksaan : Pada pasien DM dengan retinopati stadium lanjut
rutin
Patofisiologi Retinopati
Diabetes Melitus
Penyerapan glukosa
oleh tubuh
Glukosa darah
meningkat
Hiperglikemia
Viskositas darah
meningkat
RETINA
NPDR PDR
(Non Proliferatif diabetic retinopati) (Proliferatif diabetic retinopati)
Obstruksi lumen PD
Transudasi cairan Penumpukan cairan di vitrous humor
retina
Iskemik pd retina
Retinopati
LAMPIRAN 5: MEDIA PPT DAN POSTER