Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KEGIATAN PROLANIS

DI KLINIK DOKTER KELUARGA


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

Oleh
Dwi Puspita Sari, S.Ked
712019017

Pembimbing:
dr. Putri Rizki Amalia Badri, MKM

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN KELUARGA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kEGIATAN
PROLANIS berjudul Di Lingkungan Klinik Dokter Keluarga Universitas
Muhammadiyah Palembang”. sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang/Klinik Dokter Keluarga.
Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta
para keluarga, sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Saya menyadari bahwa dalam proses menyelesaikan laporan ini banyak
kendala yang dialami, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai
pihak dan berkah Allah SWT sehingga kendala tersebut dapat diatasi. Saya
ucapkan banyak terima kasih kepada Pembimbing, yaitu dr. Putri Rizki Amalia
Badri, MKM yang telah membantu penyelesaian laporan ini.
Saya juga menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Maka
dengan segala kerendahan hati, Saya mengharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan Karya Tulis ini.
Akhir kata, Saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Palembang, Oktober
2021

Pe
nulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................................1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................4
1. Definisi..............................................................................................4
2. Tujuan................................................................................................4
3. Aktivitas.............................................................................................5
4. Peran Petugas.....................................................................................8
5. Peran dan Upaya................................................................................9
6. Pelaksanaan Kegiatan........................................................................11
BAB III. PEMBAHASAN........................................................................................12
BAB IV. KESIMPULAN.........................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................16
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

Penyakit kronis atau Non Communicable Diseases (NCD) saat ini

menjadi perhatian karena menjadi penyebab 71% kematian di Indonesia,

diantaranya adalah 37% penyakit kardiovaskuler dan 6% penyakit

Diabetes Mellitus (DM). Tingginya penyakit kronis tersebut disebabkan

oleh salah satu faktor risiko, yaitu peningkatan tekanan darah tinggi atau

hipertensi.19

Indonesia untuk penyakit kronis didominasi oleh penyakit

hipertensi dan DM. Berdasarkan data Riskesdas (2013) prevalensi

hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas di Indonesia adalah

sebesar 25,8% (Kementerian Kesehatan RI, 2014). DM memiliki

prevalensi yang tinggi pula yaitu pada tahun 2013 terdapat 8.5 juta

penderita DM di Indonesia dan diperkirakan akan meningkat menjadi 14.1

juta penderita pada tahun 2035.8 Fenomena tingginya kasus DM dan

hipertensi untuk wilayah Provinsi Sulawesi Selatan didukung dengan data

Badan Pusat Statistic (2015) mengatakan bahwa prevalensi penyakit

terbesar yaitu hipertensi menempati urutan pertama sebanyak 81.462 kasus

dan DM menempati urutan ketiga dengan 17.843 kasus. Tingginya

penyakit kronis, membuat pembiayaan yang dikeluarkan oleh Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan saat ini cukup besar

dalam pembiayaan pengobatan penyakit kronis sehingga mengalami

defisit anggaran.8
Menteri Kesehatan RI dalam Detik Health (2017) mengatakan

bahwa angka pengeluaran BPJS sejak 2014 sebanyak 30% diserap oleh

pengobatan penyakit kronis seperti kardiovaskular, hipertensi, stroke,

diabetes, kanker dan gagal ginjal. Seiring dimulainya sistem Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN) yang merupakan bentuk komitmen pemerintah

terhadap pelaksanaan jaminan kesehatan upaya untuk mensejahterakan

kesehatan masyarakat seluruh Indonesia. Upaya mengurangi peningkatan

penderita penyakit kronis dan meminimalisir pembiayaan kesehatan untuk

penyakit kronis, sehingga salah satu upaya BPJS Kesehatan bekerjasama

dengan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) seperti Puskesmas

merancang suatu program dengan model pengelolaan penyakit kronis bagi

peserta BPJS yang menderita penyakit kronis khususnya penderita

Hipertensi dan DM yang disebut sebagai PROLANIS atau Program

Pengelolaan Penyakit Kronis.3

Berdasarkan buku panduan pelaksanaan Prolanis, terdapat empat

aktivitas Prolanis yaitu konsultasi medis, edukasi kelompok, reminder sms

gateway, dan home visit. Berdasarkan studi pendahuluan bulan

September 2017 yang dilakukan oleh peneliti ke petugas Prolanis di tiga

Puskesmas Kota Makassar, dari empat aktivitas Prolanis hanya dua

aktivitas yang terlaksana sesuai panduan yakni konsultasi medis dan

edukasi kelompok peserta Prolanis, selanjutnya untuk kegiatan home visit

belum optimal dan reminder sms gateway belum terlaksana. Home visit

dikatakan belum terlaksana optimal karena hanya dilakukan pada sasaran


peserta Prolanis yang tidak hadir dalam 3 bulan berturut-turut, hal tersebut

tidak memenuhi pada sasaran-sasaran yang telah ditentukan pada buku

panduan Prolanis, sedangkan untuk aktivitas reminder sms gateway juga

belum terlaksana karena hanya dilakukan pengiriman pesan pengingat

mengikuti kegiatan bila terdapat kegiatan tambahan yang membutuhkan

kehadiran peserta Prolanis. Hal ini tidak sesuai dengan tujuan reminder

sms gateway yang berguna untuk mengingatkan secara rutin setiap jadwal

kegiatan Prolanis agar lebih termotivasi untuk mengikuti Prolanis.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Prolanis
Kegiatan Prolanis merupakan sistem pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan secara terintegratif yang melibatkan peserta, fasilitas
kesehatan, dan BPJS Kesehatan untuk pemeliharaan kesehatan agar
mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan
yang efektif dan efisien. Sasaran dari kegiatan Prolanis adalah seluruh
peserta BPJS Kesehatan penyandang penyakit kronis khusunya DM Tipe
II dan Hipertensi.15
Laporan pertanggungjawaban dalam kegiatan Prolanis adalah
kantor cabang BPJS Kesehatan bagian manajemen pelayanan primer. Pada
pelaksanaan kegiatan Prolanis, Puskesmas yang bekerjasama dengan BPJS
dan melaksanakan kegiatan Prolanis harus memberikan laporan
pertanggungjawaban ke pihak BPJS Kesehatan. Laporan ini digunakan
oleh BPJS untuk memonitoring apakah pelaksanakan kegiatan dapat
berjalan secara lancar sesuai dengan yang diharapakan serta dapat
menyelesaikan permasalahan ataupun kendala-kendala yang dihadapi
oleh FKTP selama pelaksanaan kegiatan Prolanis.

2. Tujuan Prolanis

Kegiatan Prolanis tentu sangat bermanfaat bagi kesehatan para


peserta BPJS. Prolanis juga dapat meminimalkan pembiayaan untuk
pasien dengan penyakit kronis. Sehingga tujuan dilaksanakannya kegiatan
ini untuk memberikan motivasi kepada peserta penderita penyakit kronis
untuk mencapai kualitas hidup yang optimal. Sesuai dengan indikator 75%
peserta terdaftar yang berkunjung ke Faskes Tingkat Pertama memliki
hasil baik pada pemeriksaan sehingga mencegah timbulnya komplikasi
penyakit.2

3. Bentuk Pelaksanaan / Aktivitas Prolanis


Aktivitas Prolanis dilaksanakaan dengan mencakup:
1) Konsultasi Medis
Konsultasi dilakukan dengan cara berkonsultasi antara peserta
Prolanis dengan tim petugas kesehatan, jadwal konsultasi disepakati
bersama antara peserta dengan fasilitas kesehatan. Saat kegiatan
konsultasi, juga dilakukan pemantauan status kesehatan meliputi
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang kepada peserta pada
setiap kali kunjungan atau kontrol bulanan, pemberian resep obat-
obatan untuk terapi 30 hari, dan dua pencatatan laporan perkembangan
status kesehatan yaitu Medical Record yang disimpan oleh FKTP dan
buku monitoring status kesehatan peserta yang dibawa oleh peserta.2
Pencatatan yang dilakukan meliputi perkembangan status
kesehatan peserta, pencatatan Indeks Massa Tubuh, Tekanan Darah,
Gula Darah Puasa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang
diagnostik, pemberian obat-obatan serta catatan lain terkait pelayanan
kesehatan bagi peserta.
2) Edukasi kelompok peserta Prolanis
Edukasi kesehatan adalah suatu kegiatan aktivitas klub yang
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dalam upaya memulihkan
dan mencegah timbulnya kembali penyakit serta meningkatkan status
kesehatan bagi peserta Prolanis. Sasaran dari kegiatan ini yaitu,
terbentuknya kelompok peserta (Klub) Prolanis minimal satu Faskes
Pengelola satu Klub dan frekuansi dilaksanakan edukasi rutin minimal
satu kali dalam sebulan.2
Materi edukasi kesehataan bervariasi untuk pasien DM dan
hipertensi. Materi DM tipe 2 meliputi : review pengenalan DM tipe 2
(tanda, gejala, terapi); DM tipe 2 dan komplikasi; Perawatan mandiri
di rumah; Perawatan luka DM; Pengaturan diet/gizi diabetes; Peran
Keluarga dalam pendampingan pasien Diabetes; Penyuntikan insulin
mandiri; Kegawatdaruratan dalam DM; dan edukasi-edukasi lain
yang berkenaan dengan peningkatan kualitas hidup penyandang DM
tipe 2.
Materi edukasi mengenai hipertensi meliputi pengenalan
tanda/gejala dan penyebab jenis Hipertensi; Pengelolaan dan
pencegahan Hipertensi; Mengenal Hipertensi (definisi, komplikasi,
dan penatalaksanaan); Pemeliharaan kesehatan bagi penderita
hipertensi; Penganganan kegawatdaruratan dalam Hipertensi; dan
edukasi-edukasi lain yang berkenaan dengan peningkatan kualitas
hidup penyandang Hipertensi.
Melakukan edukasi kesehatan sangat bermanfaat bagi pasien DM
dan hipertensi. Manfaat dalam melakukan edukasi kesehatan bagi
penderita diabetes dikemukan dalam penelitian Makkiawouda,
Elmukashfi and Al-tom (2014) bahwa pendidikan kesehatan pasien
diabetes sangat penting untuk pengendalian diabetes dengan cara
memperoleh lebih banyak pengetahuan terutama mengenai tanda dan
gejala penyakit. Manfaat edukasi kesehatan bagi penderita hipertensi
dikemukakan dalam penelitian Babaee et al (2014) mengatakan
bahwa pendidikan kesehatan sangat efektif dalam meningkatkan
pengetahuan, dapat memperbaiki manajemen diri, dan mengendalikan
gaya hidup yang dapat merugikan pasien.1,15
Selain kegiatan edukasi, kegiatan aktivitas klub Prolanis juga
melakukan kegiatan senam. Senam Prolanis dilaksankan rutin
minimal dua kali sebulan dan diupayakan dilakukan empat kali dalam
sebulan. Dengan pertimbangan keefektifan, setelah kegiatan senam
bisa dilanjutkan dengan kegiatan edukasi.
Senam sangat berguna bagi peserta Prolanis yaitu penyandang
penyakit hipertensi dan diabetes. Menurut penelitian Lumempouw,
Wungouw and Polii (2016) mengatakan bahwa pengaruh setelah
dilakukan senam pada peserta Prolanis, ditemukan bahwa terjadi
penurunan bermakna terhadap tekanan darah sistolik dan diastolik
setelah senam.

3) Reminder SMS Gateway


Reminder SMS Gateway adalah kegiatan memotivasi peserta untuk
melakukan kunjungan rutin dan disiplin kontrol bulanan kepada
Faskes Pengelola melalui peringatan jadwal konsultasi ke Faskes
Pengelola tersebut (BPJS, 2015). Menurut penelitian Salameh (2012)
mengatakan bahwa sistem sms gateway sangat berguna pada penderita
diabetes karena pasien merasa dekat dengan dokternya serta
meningkatkan rasa aman bagi mereka. Rasa aman dan saling
terhubung sangat penting dalam merawat pasien kronis. Selain itu,
reminder sms gateway juga berfungsi mengingatkan pasien untuk
mengingatkan agenda kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya
didukung dalam penelitian Taylor et al., (2012) mengatakan bahwa
dengan menggunakan sms pengingat dibandingkan tidak
menggunakan sistem pengingat sms, bisa mengurangi ketidakteraturan
dalam kepatuhan melakukan terapi fisik bagi pasien yang berobat
pada tempat pelayanan fasilitas kesehatan.2,14,18

Langkah-langkah yang dilakukan dalam kegiatan remider ini


adalah (a) melakukan mencatatan nomor handphone peserta Prolanis
atau Keluarga peserta; (b) memasukkan data nomor handphone
peserta kedalam aplikasi SMS Gateway; (c) melakukan pengumpulan
data kunjungan per peserta per fasilitas kesehatan pengelola; (d)
mengumpulkan data jadwal kunjungan per peserta per fasilitas
kesehatan pengelola; (e) lalu melakukan monitoring aktivitas reminder
serta follow up peserta yang menerima reminder; (f) melakukan
analisa data berdasarkan jumlah peserta yang mendapat reminder
dengan jumlah kunjungan; (g) membuat laporan kepada Kantor Divisi
Regional.2
4) Home Visit
Home visit adalah suatu kegiatan pelayanan kesehatan dengan
mengunjungi rumah peserta untuk pemberian informasi/pendidikan
kesehatan diri dan lingkungan bagi peserta Prolanis dan keluarganya.
Menurut penelitian Hosseini, Torkani and Tavakol (2013) mengatakan
bahwa program kunjungan rumah memiliki pengaruh positif pada
peningkatan self efficacy pada lansia setelah dilakukannya kunjungan
rumah jika dibandingakan tanpa dilakukannya kunjungan rumah.
Sasaran peserta Prolanis dengan kriteria : Peserta baru terdaftar,
Peserta tidak hadir kunjungan di Puskesmas selama 3 bulan
berturut – turut, Peserta dengan GDP/GDPP dibawah standar 3
bulan berturut – turut, Peserta dengan tekanan darah tidak terkontrol 3
bulan berturut – turut, Peserta pasca opname.2,12

Kegiatan kunjungan rumah diyakini adalah metode yang efektif


untuk manajemen diabetes karena dengan melakukan kujungan rumah
sehingga mempengaruhi kontrol glikemik, manajemendiabetes, serta
kunjungan rumah memperbaiki kualitas hidup, high-density
lipoprotein, low-density lipoprotein, total triglycerides dan self-
management.9 Selain itu, kunjungan rumah juga berpengaruh pada
pasien hipertensi dengan dikombinasikan kegiatan komunikasi melalui
telpon ditambah dengan monitor tekanan darah di rumah dapat
memberikan hasil yang baik bagi pasien hipertensi.7

4. Peran petugas tim dalam kegiatan Prolanis


Pelaksanaan Prolanis dilakukan oleh tim Prolanis yang terdiri dari
penanggungjawab, dokter, perawat, instruktur senam dan tenaga kesehatan
lainnya.Peran Dokter pada fasilitas kesehatan tingkat pertama sebagai care
coordinator dan konsultan bagi peserta penyandang penyakit kronis untuk
mendorong peserta melakukan penerapan pola hidup sehat. Selain itu,
dalam kegiatan Prolanis dokter juga berperan melakukan pemantauan
kondisi dan status kesehatan peserta penyandang penyakit kronis secara
rutin dan berkelanjutan serta memberikan peresepan obat untuk terapi 30
hari dan bertindak sebagai gate keeper dalam rangka pengendalian rujukan
ke spesialis atau tingkat lanjutan atau Rumah Sakit.6 Selain dokter,
perawat juga terlibat dalam kegiatan Prolanis.
Perawat berperan sebagai care provider (pemberi asuhan ) yaitu
memberikan pelayanan asuhan keperawatan menerapkan keterampilan
berpikir kritis dan pendekatan sistem untuk penyelesaian masalah serta
membuat keputusan dalam konteks pemberian asuhan keperawatan yang
koomprenhensif dan holistik.13 Selan itu, peran perawat juga sebagai
edukator. Perawat berperan memberikan edukasi kesehatan yang
merupakan salah satu kegiatan rutin dari aktivitas Prolanis.
Perawat bertanggung jawab sebagai edukator bagi individu,
keluarga maupun kelompok. Edukator adalah peran yang perlu diterapkan
dalam promosi kesehatan untuk meningkatkan kesehatan, pengetahuan
serta salah satu langkah perawat mempengaruhi klien dalam mengambil
keputusan mengenai dirinya dan gaya hidupnya.11
Dokter, perawat, instruktur senam dan petugas kesehatan lainnya
terlibat di setiap kegiatan Prolanis, sehingga dalam melakukan kegiatan
Prolanis, tidak lepas dari peran sebagai kolabolator yakni orang yang
bekerja dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama.

B. Peran dan Upaya Puskesmas dalam Prolanis

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 tahun 2014


tentang Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) mengatakan bahwa
fasilitas pelayanan kesehatan menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan
secara komprehensif baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif
dengan menyelenggarakan fungsi upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan
upaya kesehatan perorangan (UKP) tingkat pertama.

Memasuki era JKN, peran Puskesmas sebagai penyedia layanan primer


semakin terus ditingkatkan. Karena dalam sistem JKN, untuk melakukan
pelayanan kesehatan harus dilakukan secara berjenjang sesuai kebutuhan
medisnya, sehingga pelayanan kesehatan tidak berpusat lagi pada rumah sakit
atau fasilitas kesehatan tingkat lanjutan. Sehingga FKTP seperti Puskesmas
merupakan tujuan pertama bagi pasien yang mendapatkan masalah kesehatan
(BPJS Kesehatan, 2014c). Sehingga seluruh FKTP termasuk Puskesmas
berperan sebagai Gate Keeper, yaitu FKTP diharapkan mampu
menyelesaikan permasalahan kesehatan sesuai dengan kompetensi yang harus
dimiliki FKTP

Gatekeeper Concept adalah sistem pelayanan kesehatan dimana FKTP


yang berperan sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar berfungsi optimal
sesuai standar kompetensinya dan memberikan pelayanan kesehatan sesuai
standar pelayanan medik. Gatekeeper memiliki empat fungsi pokok yaitu: 1)
Kontak pertama pelayanan (First Contact) yaitu FKTP merupakan tempat
pertama yang dikunjungi peserta setiap kali mendapat masalah kesehatan. 2)
Pelayanan berkelanjutan (Continuity) adalah hubungan FKTP dengan peserta
dapat berlangsung secara berkelanjutan agar penanganan penyakit dapat
berjalan optimal 3). Pelayanan paripurna (Comprehensiveness) adalah FKTP
memberikan pelayanan yang komprehensif terutama untuk pelayanan
promotif, preventif,kuratif dan rehabilitatif. 4). Koordinasi pelayanan
(Coordination) adalah FKTP melakukan koordinasi pelayanan dengan
penyelenggara kesehatan lainnya.4

Semenjak diberlakukan sistem pembiayaan kapitasi untuk FKTP. Dalam


rangka meningkatkan mutu pelayanan FKTP, pada penyelenggaraan
Program JKN salah satunya dilakukan penerapan pembayaran kapitasi
berbasis pemenuhan komitmen pelayanan. Kapitasi berbasis pemenuhan
komitmen layanan ini adalah penyesuaian besaran tarif kapitasi berdasarkan
hasil penilaian pencapaian indikator pelayanan kesehatan perseorangan yang
disepakati berupa komitmen pelayanan FKTP dalam rangka peningkatan
mutu layanan. Indikator komitmen pelayanan yang dilakukan oleh FKTP
adalah angka kontak (AK), rasio rujukan rawat jalan non spesialistik (RRNS),
dan rasio peserta Prolanis rutin berkunjung ke FKTP (RPPB).13

Kapitasi berbasis pemenuhan komitmen layanan ini mewajibkan setiap


FKTP untuk melaksanakan Prolanis, karena Prolanis ini merupakan salah
satu indikator yang dinilai. komitmen pelayanan dan mendapatkan dana.

C. Pelaksanaan Kegiatan Prolanis di Indonesia

Pelaksanaan Prolanis telah diterapkan di FKTP yang bekerjasama


dengan BPJS. Beberapa penelitian telah membahas mengenai Prolanis di
Indonesia terutama mengenai kegiatan Prolanis. Sebagian besar penelitian
mengatakan bahwa pelaksanaan Prolanis masih belum optimal.

Berdasarkan penelitian Rosdiana, Raharjo, & Indarjo (2017)


mengatakan bahwa implementasi Prolanis di Puskesmas Halmahera belum
mencapai indikator 75%, komunikasi belum berjalan dengan baik, sumber
daya yang masih kurang berupa tempat dan dana serta belum terdapat SOP
yang dibukukan. Sama halnya dalam penelitian Lestari (2016) mengatakan
bahwa dari pelaksanaan Prolanis di dua Puskesmas Kabupaten Tabanan
yang memiliki rasio kunjungan tertinggi dan terendah, didapatkan
pelaksanaan Prolanis yang belum optimal dilihat dari ketersediaan input
sehingga dibutuhkan peningkatan komitmen pelayanan di Puskesmas.14

Hasil penelitian yang mengatakan Pelaksanaan Prolanis yang belum


optimal, diharapkan dapat dilakukan peningkatan pelayanan karena
Prolanis sangat bermanfaat terhadap status kesehatan penderita hipertensi
dan DM, dalam penelitian yang dilakukan oleh Hermansyah (2016)
dikatakan bahwa lansia yang mengikuti Prolanis kebanyakan memiliki
nilai kualitas hidup sedang sebanyak 85%, pasien hipertensi dengan
gambaran nilai tekanan darah terkontrol baik sebanyak 68% dan tingkat
pengetahuan baik sebanyak 94%, serta pasien DM dengan gambaran kadar
gula darah terkontrol baik sebanyak 61% dan tingkat pengetahuan baik
sebanyak 94%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan melakukan kegiatan
Prolanis, dapat mempengaruhi kualitas hidup dan hasil mengukuran
tekanan darah maupun gula darah peserta dapat terkontrol.10

BAB III
PEMBAHASAN

Pelaksanaan Prolanis di Klinik Dokter Keluarga Universitas

Muhammadiyah Palembang dengan melihat pelaksanaan kegiatan Prolanis yaitu

konsultasi medis, edukasi kelompok, senam, reminder sms gateway, dan home

visit. Kegiatan dilakukan pada tanggal 29 Oktober 2021 dengan jumlah petugas

Prolanis sebanyak 6 orang yang terdiri dari dokter, perawat dan profesi lainnya.

1. Kegiatan konsultasi medis

Konsultasi medis telah dilakukan oleh petugas kesehatan profesi


dokter di Klinik Dokter Keluarga Universitas Muhammadiyah Palembang
dan petugas mengatakan bahwa konsultasi dilakukan saat bertepatan
dengan dilakukannya pertemuan kegiatan Prolanis, misalnya saat setelah
senam, setelah edukasi maupun saat pengambilan obat bulanan. Selain itu
kegiatan konsultasi medis petugas prolanis juga melakukan pemeriksaan
kesehatan seperti gula darah, tekanan darah, dan melakukan peresepan
obat terapi 30 hari. Kegiatan ini dilakukan dengan baik dan sangat
bermanfaat bagi peserta.

2. Kegiatan edukasi kelompok


Kegiatan edukasi yang dilakukan oleh petugas prolanis di Klinik
Dokter Keluarga dengan jadwal minimal satu kali perbulan. Edukasi
dilakukan oleh petugas Prolanis yaitu dengan memberikan edukasi dengan
materi yang beragam, antara lain mengenai materi penyakit DM,
hipertensi, komplikasinya, pentingnya olahraga, mengenai gizi lansia, dan
gaya hidup. Kegiatan edukasi dilakukan secara rutin dengan tujuan
meningkatkan pengetahuan peserta, karena pendidikan kesehatan sangat
efektif dalam meningkatkan pengetahuan, dapat memperbaiki manajemen
diri, dan mengendalikan gaya hidup yang dapat merugikan pasien.
Selain itu juga dilakukan kegiatan kelompok sebanyak 4 kali dalam
sebulan setiap hari jum’at.
3. Reminder sms gateway
Reminder sms gateway kegiatan ini belum dilakukan sepenuhnya
oleh Klinik Dokter Keluarga. Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan
wajib dari Prolanis dengan harapan setelah melakukan reminder, peserta
akan termotivasi mengikuti kegiatan Prolanis secara rutin yang dilakukan
dengan cara dengan cara mengirimkan suatu pesan kepada peserta
melalui handphone sebagai modifikasi dari aplikasi reminder sms
gateway. Kegiatan reminder tidak terlaksana dapat disebabkan karena
faktor biaya. KDK tidak mendapat dana khusus untuk melakukan kegitan
ini. Selain itu, Petugas Prolanis mengatakan bahwa hambatan dalam
melakukan reminder adalah 10% disebabkan karena biaya dan 50% karena
tidak memiliki layanan teknologi baik untuk telfon maupun pesan.
4. Home visit

Kegiatan home visit adalah kegiatan pelayanan kunjungan ke


rumah peserta Prolanis untuk pemberian informasi atau edukasi
kesehatan diri dan lingkungan bagi peserta dan keluarga.
Kegiatan yang dilakukan saat home visit adalah pemeriksaan tanda
vital, melakukan edukasi bagi pasien maupun keluarganya, dan
menanyakan ke pasien mengenai ketersediaan obat rutin. Kegiatan lalu
dicatat oleh mayoritas petugas di pemantauan status kesehatan peserta.
5. Kendala saat pelaksanaan Prolanis
Pelaksanaan Prolanis memiliki kendala diantaranya peserta kurang
berpartisipasi dalam mengikuti kegiatan dengan alasan jarak rumah yang
jauh serta kurangnya dukungan keluarga. Selain itu dari petugas prolanis
di Klinik Dokter Keluarga mengatakan bahwa kendala pelaksanaan
Prolanis adalah kurangnya tenaga atau petugas. Selain tenaga petugas,
kendala dalam pelaksanaan Prolanis adalah pendanaan. Walaupun telah
diberikan biaya oleh BPJS, tetapi masih dianggap kurang memadai oleh
petugas pelaksana Prolanis untuk membiayai semua kegiatan. Program
bisa saja tidak terlaksana dengan baik disebabkan karena pendanaan yang
tidak memadai.
BAB IV

KESIMPULAN

Pelaksanaan Prolanis di Klinik Dokter Keluarga Universitas


Muhammadiyah Palembang telah melakukan Prolanis. Akan tetapi, jika
dilihat dari detail kegiatan dari empat kegiatan Prolanis, masih terdapat
kegiatan yang tidak terlaksana. Seperti kegiatan reminder sms gateway
dan kegiatan home visit. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, baik dari
faktor petugas, faktor peserta, maupun dukungan dari KDK seperti
dukungan dana yang cukup dan keterbatasan jumlah petugas kesehatan
yang membuat petugas Prolanis juga mengerjakan tugas yang lain selain
sebagai petugas prolanis.
Daftar Pustaka

1. Babaee, M. A. B., Zibaeenezhad, M. J., Aghasadeghi, K., Jokar, A.,


Shekarforoush, S., & Khazraei, H. (2014). The Effect of Educational
Programs on Hypertension Management, 8(5), 94–98.

2. BPJS. (2015). Panduan praktis PROLANIS (Program pengelolaan


penyakit kronis). In BPJS Kesehatan. Jakarta: badan penyelenggara
jaminan sosial kesehatan.

3. BPJS Kesehatan. (2014a). BPJS Kesehatan Dorong Optimalisasi Peran


Faskes Primer dalam Gerakan Promotif-Preventif. Jakarta: BPJS
Kesehatan Kantor Pusat. Retrieved from https://bpjs
kesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/ed621d9554a83981faba6a166f2d1ed9.
pd f.

4. BPJS Kesehatan. (2014b). Panduan Praktis Gate Keeper Concept Faskes


BPJS Kesehatan. Jakarta: Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan. Retrieved from
https://bpjs.id/bpjs/dmdocuments/6ce4a8a2b40534f8922b20381508ab5b.p
df.

5. BPJS Kesehatan. (2014c). Penguatan Faskes Primer Sebagai Ujung


Tombak Pelayanan Kesehatan Peserta Bpjs Kesehatan. Retrieved January
1, 2017, from https://bpjs-
kesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/9315996460e2d1634b1971f5d72af54d.
p df

6. BPJS Kesehatan. (2016). Petunjuk Teknis Pelaksanaan Program


Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) di FKTP. Makassar: BPJS
Kesehatan Cabang Utama Makassar.

7. Gaudioso, S., Foster, S. M., Westphal, J., Perry, W., Rodrı, J., Marinec,
N., … Arbor, A. (2012). Hypertension Management Using Mobile
Technology and Home Blood Pressure Monitoring: Results of a
Randomized Trial in Two Low/Middle-Income Countries, 18(8),
1–3. https://doi.org/10.1089/tmj.2011.0271

8. Guariguata, L., Whiting, D. R., Hambleton, I., Beagley, J., Linnenkamp,


U., & Shaw, J. E. (2014). Global estimates of diabetes prevalence for 2013
and projections for 2035. Diabetes Research and Clinical Practice,
103(2), 137– 149. https://doi.org/10.1016/j.diabres.2013.11.002

9. Han, L., Ma, Y., Wei, S., Tian, J., Yang, X., Shen, X., … Han, L. (2017).
Are home visits an effective method for diabetes management ? A
quantitative systematic review and meta-analysis, 8(5), 701–708.
https://doi.org/10.1111/jdi.12630

10. Hermansyah, A. (2016). Evaluasi Kegiatan Prolanis di Wilayah Kerja


Puskesmas Purwokerto utara I Kabupaten Banyumas tahun 2016.
Purwokerto.

11. Hitchock, J. E., Schubert, P. E., & Thomas, S. A. (2003). Community


Health Nursing : Caring in action, 2nd Edition. USA: Thomson Delmar
Learning.

12. Hosseini, H., Torkani, S., & Tavakol, K. (2013). The effect of community
health nurse home visit on self • care self • efficacy of the elderly living in
selected Falavarjan villages in Iran in, 18(1), 47–53.

13. Kemenkes RI. (2017). situasi tenaga keperawatan Indonesia. Jakarta:


Infodatin. Kementerian Kesehatan RI. (2014). Pusdatin Hipertensi.
Jakarta: Infodatin. https://doi.org/10.1177/109019817400200403

14. Lestari, N. L. inten. (2016). Analisis implementasi Program pengelolaan


penyakit Kronis pada Puskesmas di kabupaten Tabanan tahun 2016.
Denpasar.

15. Makkiawouda, F. O., Elmukashfi, T. A., & Al-tom, S. A. H. (2014).


Effects of Health Education of Diabetic Patient â€TM s Knowledge at
Diabetic Health Centers , Khartoum State , Sudan : 2007-2010, 6(2), 221–
226. https://doi.org/10.5539/gjhs.v6n2p221

16. Rosdiana, A. I., Raharjo, B. B., & Indarjo, S. (2017). Implementasi


Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis). Higeia Journal Of
Public Health Research and Development, 1(3), 140–150. Retrieved from
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia

17. Salameh, O. (2012). A Mobile Phone SMS-Based System For Diabetes


Self Management.pdf. International Arab Journal of E- Technolog, 2,
161–165.

18. Taylor, N. F., Bottrell, J., Lawler, K., Benjamin, D., Nf, A. T., Bottrell, J.,
… Benjamin, D. (2012). Mobile Telephone Short Message Service
Reminders Can Reduce Nonattendance in Physical Therapy Outpatient
Clinics : A Randomized Controlled Trial. YAPMR, 93(1), 21–26.
https://doi.org/10.1016/j.apmr.2011.08.007
19. World Health Organization (WHO). (2014). Non communicable Diseases
Country Profiles. Genève : WHO Press, 2014., 1–210.
https://doi.org/10.1111/jgs.12171

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai