Anda di halaman 1dari 102

LAPORAN PRAKTIKA SENIOR

Pemberian Asuhan Keperawatan pada Pasien Diabetes Melitus dengan Spa


Kaki di Kelurahan Tanjung Rejo Medan Sunggal

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan

Mata Ajaran Praktika Senior

oleh

Nurindah Lestari Ritonga

181102064

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019

i
ii
iii
Judul : Pemberian Asuhan Keperawatan pada Pasien Diabetes
Mellitus dengan Spa Kaki di Kelurahan Tanjung Rejo
Medan Suggal
Nama : Nurindah Lestari Ritonga
Jurusan : Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi Fakultas
Keperawatan Usu
Tahun Akademik : 2019

ABSTRAK

Diabetes mellitus merupakan kelainan heterogen yang ditandai dengan kenaikan


kadar glukosa darah atau hiperglikemi dan gangguan metabolisme karbohidrat,
lemak, protein, yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin secara relative
maupun absolute. Salah satu komplikasi yang paling sering terjadi pada penderita
diabetes mellitus adalah komplikasi pada kaki atau ulkus diabetik. Berdasarkan
hasil wawancara terhadap tokoh masyarakat setempat dan observasi didapatkan
bahwa pencegahan ulkus diabetik dengan spa kaki belum pernah dilakukan.
Kegiatan ini memiliki visi dan misi terhadap pencegahan ulkus diabetik, kegiatan
tersebut meliputi penarikan minat dan pelakanaan serta evaluasi terhadap manfaat
spa meningkatkan sirkulasi darah dan pencegahan ulkus diabetik. Dalam kegiatan
ini melibatkan 5 orang responden dan dipantau selama 3 minggu dengan keluhan
kebas-kebas dan berkurangnya sensasi pada kaki. Di hari terakhir pelaksanaan spa
kaki diabetik dilakukan pemeriksaan kadar glukosa kelima klien. Hasil yang
didapatkan setelah menjalankan kegiatan spa kaki diabetic selama 3 kali dalam 3
minggu menunjukkan adanya peningkatan sirkulasi darah. Para klien mengatakan
spa kaki yang dilakukan membuat kebas-kebas pada kaki berkurang dan kaki
terasa lebih ringan. Diupayakan dan dihimbau kepada seluruh warga yang usdah
mengetahui spa kaki diabetik agar menyebarkan dan membagi pengetahuannya
kepada orang sekitar untuk mencegar terjadinya komplikasi pada pasien diabetes
mellitus.

Kata Kunci: Diabetes Mellitus, Spa Kaki Diabetik, dan Lansia

iv
Title of the Thesis : Providing Nursing Care for Diabetes Mellitus Patients
with Foot Spa at Kelurahan Tanjung Rejo, Medan
Sunggal
Name of Student : Nurindah Lestari Ritonga
Student ID Number : 181102064
Department : Nurse Profession Education Study Program
Academic Year : 2019

ABSTRACT

Diabetes Mellitus (DM) is heterogeneous disorder indicated by the increasing in


blood sugar content of hyperglycemia and carbohydrate, fat, and protein
metabolism disorder caused by the lack of insulin hormone relatively and
absolutely. The complication which usually occurs is foot complication or
diabetic ulcer. Based on the interviews with local public figures and observation,
it was found that they never did foot spa for preventing diabetic ulcer. This
activity had vision and mission to prevent diabetic foot ulcer; it included
attracting interest, implementation, and evaluation in the benefit of spa in
increasing blood circulation and preventing diabetic ulcer. It involved 5
respondents which were monitored within 3 weeks with complaint about numbs
and lack of sensation on feet. In the last day their glucose content was examined.
In the post intervention with foot spa 3 times in 3 weeks, their blood circulation
increased, numbs in their feet decreased, they felt their feet became lighter. It is
recommended that those who have known diabetic foot spa tell other people about
it in order to avoid complication in diabetes mellitus patients.

Keywords: Diabetes Mellitus, Diabetic Foot Spa, the Elderly

v
vi
vii
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahNya

sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Pengalaman Belajar Lapangan

Komprehensif (PBLK) dengan judul ”Pemberian Asuhan Keperawatan pada

Pasien Diabetes Melitus dengan Spa Kaki di Kelurahan Tanjung Rejo Medan

Sunggal”

Penyusunan Laporan PBLK ini banyak mendapatkan bimbingan dan

bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada

Yth:

1. Setiawan, S.Kp,.MNS, PhD., sebagai Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

2. Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns., sebagai Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

3. Cholina Trisa Siregar, S.Kep, Ns, M,Kep, Sp.KMB sebagai Wakil Dekan II

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Ismayadi, S.Kep, M.Kes sebagai dosen pembimbing, yang telah memberikan

bimbingan dan arahan dalam penyusunan Laporan PBLK ini.

5. Nur Afi Darti SKp, M.Kep sebagai koordinator Pendidikan Ners Tahap

Profesi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Lurah Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal yang

mengijinkan penulis untuk melaksanakan PBLK.

7. Seluruh masyarakat di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal

yang telah menerima penulis dengan baik dan ramah.

viii
8. Orang tua tercinta Alm. Amantosa Ritonga dan ibu Julinar Rambe yang

senantiasa mendoakan, meridhoi setiap langkah dan hidup penulis serta

memberikan motivasi bagi penulis untuk terus maju.

9. Teman-teman mahasiswa Profesi Ners Fakultas Keperawatan USU stambuk

2014 yang telah memberikan bantuan, khususnya teman satu bimbingan.

Alhamdulillah jerih payah, pengorbanan dan semangat kita berbuah manis

dengan nilai yang sangat memuaskan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Laporan PBLK ini masih terdapat

banyak kekurangan. Hal ini bukanlah suatu kesengajaan melainkan karena

keterbatasan ilmu dan kemampuan penulis, oleh karena itu kritikan dan saran

demi kesempurnaan laporanPBLK ini sangat diharapkan.

Akhir kata penulis berharap semoga Laporan PBLK ini dapat bermanfaat

bagi kita semua khususnya dalam pengembangan Ilmu Keperawatan.

Medan, 23 Juli 2019

Penulis,

Nurindah Lestari, S. Kep.

ix
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul.................................................................................................i
Lembar Pengesahan.........................................................................................ii
Abstrak...........................................................................................................iv
Pernyataan Original.......................................................................................vii
Kata Pengantar............................................................................................viii
Daftar Isi.........................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................1
B. Tujuan Penelitian ...........................................................................4
C. Manfaat Penelitian .........................................................................4

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN


A. Landasan Teori...............................................................................6
1. Definisi ......................................................................................6
2. Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas ............................7
3. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas .............................8
4. Pusat Kesehatan Komunitas ....................................................10
5. Model Konseptual Keperawatan Komunitas………………....12
6. Hubungan Konsep Keperawatan Komunitas dengan
Pelayanan Kesehatan Utama……………………………........14
7. Proses Pelaksanaan Keperawatan Komunitas…………….......19
B. Konsep Diabetes Mellitus…………………………………….....29
1 Pengertian Diabetes Mellitus………………………………......30
2. Tipe-tipe Diabetes Mellitus…………………………................31
3 Tanda dan Gejala…………………………................................32
4. Pemeriksaan Penunjang…………..............................................33
5. Diabetes Mellitus Tipe Dua………………................................33
6. Etiologi Diabetes Mellitus Tipe Dua…......................................33
7. Patofisiologi Diabetes Mellitus Tipe Dua…………..................34
8. Komplikasi……………………………………..........................34
9. Penatalaksanaan……………………………..............................37
C. Konsep Sirkulasi Darah Perifer…………………………..............38
1.Pengertian Sirkulasi Darah Perifer………….............................38
2. Fisiologi Sirkulasi Darah Perifer………………........................39
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Sirkulasi Darah Perifer.......41
D. Konsep Spa Kaki………………………………………………....44
1. Definisi……………………………………………....................44
2. Macam-macam Kegiatan Spa Kaki Diabetik………..................45
3. Langkah-langkah Pelaksanaan Spa Kaki Diabetik.....................45

x
4. Pengaruh Spa Kaki Diabetik terhadap Sirkulasi Darah.............47
E. Tinjauan Kasus………………………………………...................47

BAB III PEMBAHASAN


A. Analisa Pengkajian Keperawatan……………………………….80
B. Analisa Diagnosa Keperawatan………………………………….81
C. Analisa Implementasi dan Evaluasi……………………………...82

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ……………………………………………………...85
B. Saran……………………………………………………………..85
DAFTAR PUSTAKA

xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Lanjut usia mengalami kemunduran dalam sistem fisiologisnya seperti kulit

yang keriput, turunnya tinggi badan, berat badan kekuatan otot, daya ingat, daya

dengar, kemampuan berbagai rasa, dan penurunan fungsi berbagai organ termasuk

apa yang terjadi terhadap fungsi homeostatis glukosa, sehingga penyakit

degenerative seperti Diabetes Mellitus akan lebih mudah terjadi Diabetes pada

lansia terjadi karena timbulnya retensi insulin yang disebabkan oleh 4 faktor:

pertama adanya perubahan komposisi tubuh, komposisi tubuh berubah menjadi air

53%, sel solid 12%, lemak 30%, sedangkan tulang dan mineral menurun 1%

sehingga tinggal 5%; Faktor yang kedua adalah turunnya aktivitas fisik yng akan

mengakibatkan jumlah reseptor insulin yang siap berikatan dengan insulin

sehingga kecepatan transkolasi GLUT-4 (Glukosentransporter-4) juga menurun;

Faktor ketiga adalah perubahan pola makan pada lansia yang disebabkan oleh

berkurangnya gigi sehingga presentasi baham makanan karbohidrat akan

meningkat; faktor keempat adalah perubahan neurohormonal (Rochman, 2006).

Kenaikan jumlah penduduk yang terkena penyakit Diabetes Mellitus semakin

mengkhawatirkan. Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2000

jumlah penduduk dunia yang menderita diabetes sudah mencapai 171.230.100

jiwa dan pada yahun 2030 diperkirakan akan mencapai jumlah 366.210.100 jiwa

atau naik sebesar 11,4% dalam kurun waktu 30 tahun. Statistik dari International

Diabetis Federation (IDF) menyebutkan bahwa, di tahun 2012 sudah ada lebih

xii
dari 371 juta penderita diabetes dengan tiap tahun angka kejadian diabetes 3%

atau bertambah 7 juta orang. Pada tahun 1995, Indonesia berada di nomor 7

sebagai negara dengan jumlah diabetes terbanyak di dunia, dan diperkirakan pada

tahun 2020 Indonesia akan naik menjadi nomor 5 terbanyak.

Masyarakat kota besar seperti Jakarta dan Surabaya kini penduduknya

hampir 10% mengidap penyakit Diabetes (Tandra, 2013). Diabetes telah menjadi

penyebab kematian ke-4 di dunia. Di tahun 2012 ada 4,8 juta kematian yang

disebabkan langsung oleh Diabetes. Pada tahun 2030 diprediksi akan ada 52 juta

jiwa kematian pertahun karena penyakit tidak menular seperti Diabetes Mellitus

seiring dengan peningkatan faktor resiko akibat perubahan gaya hidup, gangguan

mental emosional dengan adanya perubahan lingkungan fisik dan perkembangan

dunia yang semakin modern (Depkes RI, 2010).

Diabetes Melitus tipe 2 merupakan diabetes yang paling sering terjadi,

mencakup sekitar 85% pasien Diabetes (greenstain dan Wood, 2010). Komplikasi

Diabetes Mellitus ada dua, antara lain komplikasi akut dan komplikasi kronik.

Komplikasi akut terjadi akibat ketidakseimbangan kadar gula darah, yaitu

hipoglikemia, diabetik ketoasidosis dan hiperglikemia. Komplikasi kronik terdiri

dari makroangiopati (penyempitan pembuluh darah besar) seperti penyakit

jantung koroner, cerebrovaskuler, dan vaskuler periper, mikroangioapi;

(penyempitan pembuluh darah kapiler) jika terjadi di retina mata menyebabkan

retinopati diabetic dan di ginjal menyebabkan nefropati diabetik, neuropati

diabetik mempengaruhi semua jenis syaraf, yaitu saraf perifer, otonom dan spinal

(Black dan Hawks, 2005).

xiii
Komplikasi neuropati menimbulkan permasalahan ekstremitas berupa ulkus

diabetik. Adapun mekanisme terjadinya ulkus diabetik antara lain: akibat

ketidakpatuhan dalam melakukan tindakan pencegahan, pemeriksaan kaki,

kurang melaksanakan pengobatan medis, kelebihan berat badan. Komplikasi yang

paling banyak terjadi adalah penyakit vaskuler perifer dan neuropati sensorik atau

motorik. Hampir 60% penderita mengalami komplikasi tersebut (Black dan

Hawks, 2014). Gejala umum meliputi: parastesia distal, nyeri seperti kesakitan

atau terbakar, seperti tertusuk dan kaki terasa dingin. Manifestasi lain adalah

berkurangnya sensasi proteksi; nyeri, suhu, sentuhan dan getaran (Kohnle, 2008).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Iqbal dan Ghori (2011) menunjukkan bahwa

komplikasi pada kaki tidak berhubungan dengan lama menderita diabetes

mellitus. Oleh sebab itu penderita diabetes baik kurang atau lebih dari 10 tahun

perlu melakukan perawatan kaki diabetik.

Komplikasi penyakit vaskuler perifer dan neuropati disebabkan oleh

sirkulasi darah perifer yang menurun hingga keserabut saraf, menyebabkan

penderita diabetes mengalami luka gangren. Pasien Diabetes Mellitus dengan luka

gangren yang berlanjut dapat beresiko amputasi seperti pendapat Greenstain dan

Wood, (2010) bahwa penderita Diabetes Mellitus berpeluang mengalami amputasi

tungkai 15 kali lipat dari pada yang tidak menderita diabetes. Berdasarkan hasil

penelitian sebelumnya menyatakan bahwa pasien diabetes yang dilakukan

perawatan kaki dengan menjaga sirkulasi darah kaki dihasilkan kelompok yang

tidak melakukan perawatan kaki 13 kali berisiko terjadinya ulkus

xiv
diabetikdibanding kelompok yang melakukan perawatan kaki secara teratur

(Calle, Pascual dan Duran, 2011).

Intervensi untuk mencegah dan memperlambat komplikasi telah

dikembangkan melalui penelitian. Intervensi yang pernah diteliti antara lain

senam kaki, message kaki serta latihan rentang gerak sendi (Ika, 2010). Salah satu

jenis terapi yang baru dikembangkan saat ini adalah Spa kaki diabetes.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa spa kaki dapat meningkatkan serum leptin dan

tingkat adiponektin. Adiponektin mengurangi baik produksi dan aktivitas sitokin

plasma dan peradangan pembuluh darah (Randinone, 2006).

Beberapa Rumah Luka sudah ada yang menerapkan Spa kaki diabetes, salah

satunya adalah Rumah Luka Aska Sidoarjo. Terapi Spa dapat meningkatkan

metabolisme glutation. Uji coba control klinik pada 12 pasien Diabetes Mellitus

tipe II di Hokkaido yang dilakukan terapi Spa selama dua atau tiga kali dalam

empat minggu dengan suhu air antara 39-40 derajat celcius (tidak ada tentang

komposisi mineral) didapatkan bahwa ada perbaikan metabolisme glutation

(Nasermoaddeli dan Kagagimori, 2005).

B. Tujuan Penulis

Penulis mampu memberikan asuhan keperawatan spa kaki yang efektif

terhadap sirkulasi darah pada pasien penderita Diabetes Mellitus dengan Spa Kaki

di Kelurahan Tanjung Rejo Medan Sunggal.

xv
C. Manfaat

1.3.1 Bagi Pasien

Memberikan pengetahuan dan asuhan keperawatan spa kaki yang efektif terhadap

sirkulasi darah bagi penderita Diabetes Mellitus.

1.3.2 Bagi Pendidikan

Memberikan kontribusi laporan bagi pengembangan keperawatan kritis

dan pemecahan masalah khususnya dalam bidang atau profesi keperawatan.

1.3.3 Bagi Peneliti

Melakukan asuhan keperawatan secara langsung dan optimal pada praktek

klinik keperawatan.

xvi
BAB II

PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN

A. Landasan Teori

1. Definisi

Sekelompok masyarakat yang mempunyai persamaan nilai, perhatian yang

merupakan kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan

peraturan dan nilai yang telah melembaga disebut dengan komunitas (Sumijatun

dkk, 2006). Kelompok ibu hamil, kelompok ibu menyusui, kelompok anak balita,

kelompok lansia, kelompok masyarakat dalam suatu wilayah desa binaan dan lain

sebagainya merupakan contoh komunitas dalam bidang kesehatan. Sedangkan

masyarakat petani, masyarakat pedagang, masyarakat pekerja, masyarakat

terasing dan sebagainya merupakan kelompok komunitas dalam masyarakat

(Mubarak, 2006).

Keperawatan komunitas ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok

serta masyarakat sebagai kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan untuk

meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga dapat

mengupayakan kesehatannya secara mandiri sebagai suatu bidang keperawatan

yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan

dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta mengutamakan pelayanan

promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan

kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang (Mubarak, 2006).

Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan

yang bersifat asistematis, alamiah, dinamis, berkesinambungan dan saling

xvii
berhubungan untuk memecahkan masalah kesehatan melalui langkah-langkah

asuhan keperawatan seperti pengkajian, perencanaan, implementasi, evaluasi

keperawatan pada klien, keluarga, keleompok serta masyarakat (Wahyudi, 2010).

2. Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas

a. Tujuan Keperawatan Komunitas

Tujuan keperawatan komunitas adalah memberikan pelayanan secara

langsung kepada individu, keluarga maupun kelompok untuk

mengupayakan kesehatan masyarakat. Pelayanan yang diberikan oleh

perawat komunitas adalah untuk menanggulangi permasalahan yang

terjadi atau isu-isu kesehatan yang dapat mempengaruhi kesehatan

individu, keluarga maupun kelompok.

Untuk selanjutnya diharapkan setelah diberikan pelayanan langsung

individu, keluarga, maupun kelompok mampu untuk peka masalah

kesehatan yang terjadi atau yang dialami, mengetahui masalah kesehatan

dan menetapkan masalah yang harus lebih dulu ditangani, mampu

memecahkan masalah kesehatan, mampu menangani masalah yang

dihadapi, dan mampu memelihara serta meningkatkan masalah kesehatan

yang ada secara mandiri.

b. Fungsi Keperawatan Komunitas

Fungsi keperawatan kemunitas adalah masyarakat mendapatkan

pelayanan yang optimal sesuai dengan kebutuhan, masyarakat bebas

mengemukakan pendapat tentang permasalahannya ataupun penanganan

yang cepat agar mempercepat kesembuhan, memberikan pedoman dan

xviii
bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi kesehatan masyarakat dan

memecahkan masalah klien dengan asuhan keperawatan, agar masyarakat

mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan kebutuhannya

dibidang kesehatan, memberikan asuhan keperawatan yang efektif dan

efisien serta pendekatan yang melibatkan peran serta masyarakat

(Mubarak, 2006).

3. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas

Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:

a. Proses kelompok (group process)

Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya setelah

belajar dari pengalaman sebelumnya, selain faktor

pendidikan/pengetahuan individu, media massa, televisi, penyuluhan yang

dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya. Begitu juga dengan masalah

kesehatan di lingkungan sekitar masyarakat, tentunya gambaran penyakit

yang paling sering mereka temukan sebelumnya sangat mempengaruhi

upaya penangan atau pencegahan penyakit yang mereka lakukan. Jika

masyarakat sadar bahwa penangan yang bersifat individual tidak akan

mampu mencegah, apalagi memberantas penyakit tertentu, maka mereka

telah melakukan pemecahan-pemecahan masalah kesehatan melalui proses

kelompok.

b. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)

Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis,

dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses transfer

xix
materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat

prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran dari

dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri. Sedangkan tujuan

dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23

Tahun 1992 maupun WHO yaitu meningkatkan kemampuan masyarakat

untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan; baik fisik, mental

dan sosialnya; sehingga produktif secara ekonomi maupun secara sosial.

c. Kerjasama (Partnership)

Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat

jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman bagi lingkungan

masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat dibutuhkan dalam

upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan komunitas melalui upaya ini

berbagai persoalan di dalam lingkungan masyarakat akan dapat diatasi

dengan lebih cepat.

4 Pusat Kesehatan Komunitas

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan komunitas dapat dilakukan diantara

berikut:

a. Sekolah atau Kampus

Pelayanan keperawatan yang diselenggarakan meliputi pendidikan

pencegahan penyakit, peningkatan derajat kesehatan dan pendidikan seks.

Selain itu perawatan yang bekerja di sekolah dapat memberikan perawatan

untuk peserta didik pada kasus penyakit akut yang bukan kasus kedaruratan

misalnya penyakit influensa, batu dan lain-lain. Perawat juga dapat

xx
memberikan rujukan pada peserta didik dan keluarganya bila dibutuhkan

perawatan kesehatan yang lebih spesifik.

b. Lingkungan Kesehatan Kerja

Beberapa perusahaan besar memberikan pelayanan kesehatan bagi

pekerjanya yang berlokasi di gedung perusahaan tersebut. Asuhan

keperawatan di tempat ini meliputi lima bidang. Perawat menjalankan

program yang bertujuan untuk:

1) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan mengurangi

jumlah kejadian kecelakaan kerja.

2) Menurunkan resiko penyakit akibat kerja.

3) Mengurangi transmisi penyakit menular antar pekerja.

4) Memberikan program peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, dan

pendidikan kesehatan.

5) Mengintervensi kasus-kasus lanjutan non kedaruratan dan memberikan

pertolongan pertama pada kecelakaan (Mubarak, 2006).

c. Lembaga perawatan kesehatan di rumah

Klien sering kali membutuhkan asuhan keperawatan khusus yang dapat

diberikan secara efisien di rumah. Perawat di bidang komunitas juga dapat

memberikan perawatan kesehatan di rumah misalnya: perawat melakukan

kunjungan rumah, hospice care, home care dll. Perawat yang bekerja di

rumah harus memiliki kemampuan mendidik, fleksibel, berkemampuan,

kreatif dan percaya diri, sekaligus memiliki kemampuan klinik yang

kompeten.

xxi
d. Lingkungan kesehatan kerja lain

Terdapat sejumlah tempat lain dimana perawat juga dapat bekerja dan

memiliki peran serta tanggung jawab yang bervariasi. Seorang perawat

dapat mendirikan praktek sendiri, bekerja sama dengan perawat lain, bekerja

di bidang pendidikan, penelitian, di wilayah binaan, puskesmas dan lain

sebagainya. Selain itu, dimanapun lingkungan tempat kerjanya, perawat

ditantang untuk memberikan perawatan yang berkualitas (Mubarak, 2006).

5. Model Konseptual Keperawatan Komunitas

Model adalah sebuah gambaran deskriptif dari sebuah praktik yang

bermutu yang mewakili sesuatu yang nyata atau gambaran yang mendekati

kenyataan dari konsep. Model praktik keperawatan didasarkan pada isi dari

sebuah teori dan konsep praktik (Riehl & Roy, 1980 dalam Sumijatun, 2006).

Salah satu model keperawatan kesehatan komunitas yaitu Model Health Care

System (Neuman B, 1972). Model konsep ini merupakan model konsep yang

menggambarkan aktivitas keperawatan, yang ditujukan kepada penekanan

penurunan stres dengan cara memperkuat garis pertahanan diri, baik yang bersifat

fleksibel, normal, maupun resisten dengan sasaran pelayanan adalah komunitas

(Mubarak & Chayatin, 2009).

Menurut Sumijatun (2006) teori Neuman berpijak pada metaparadigma

keperawatan yang terdiri dari yang terdiri dari klien, lingkungan, kesehatan dan

keperawatan. Menurut Neuman tentang empat konsep utama yang terkait dengan

keperawatan komunitas adalah:

xxii
a. Manusia, merupakan suatu sistem terbuka yang selalu mencari

keseimbangan dari harmoni dan merupakan suatu kesatuan dari variabel

yang utuh, yaitu: bio, fisiologi, psikologi, sosiokultural, dan spiritual

b. Lingkungan, meliputi semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh-

pengaruh dari sekitar atau sistem klien

c. Sehat, merupakan kondisi terbebas dari gangguan pemenuhan kebutuhan.

Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari

keberhasilan menghindari atau mengatasi stresor.

Model ini menganalisis interaksi antara empat variabel yang menunjang

keperawatan komunitas, yaitu aspek fisik atau fisiologis, psikologis, aspek sosio

dan cultural serta aspek spiritual.

Sehat menurut Newman adalah suatu keseimbangan bio, psiko, cultural

dan spiritual pada tiga garis pertahanan klien, yaitu garis pertahanan fleksibel,

normal dan resisten. Sehat dapat diklasifikasikan dalam delapan tahapan, yaitu:

1. Normally well, yaitu sehat secara psikologis, medis dan sosial.

2. Pessimistic, yaitu bersikap atau berpandangan tidak mengandung harapan

baik (misalnya khawatir sakit, ragu akan kesehatannya, dan lain-lain).

3. Sosially ill, yaitu secara psikologis dan medis baik, tetapi kurang mampu

secara sosial, baik ekonomi maupun interaksi sosial dengan masyarakat.

4. Hypochondriacal, yaitu penyakit bersedih hati dan kesedihan tanpa alasan

5. Medically ill, yaitu sakit secara medis yang dapat diperiksa dan diukur

6. Martyr, yaitu orang yang rela menderita atau meninggal dari pada menyerah

karena mempertahankan agama/kepercayaan. Dalam kesehatan, seseorang

xxiii
yang tidak memperdulikan kesehatannya, dia tetap berjuang untuk

kesehatan/keselamatan orang lain

7. Optimistic, yaitu meskipun secara medis dan sosial sakit, tetapi mempunyai

harapan baik. Keadaan ini sering kali sangat membantu dalam

penyembuhan sakit medisnya

8. Seriously ill, yaitu benar-benar sakit, baik secara psikologis, medis dan

social

6. Hubungan Konsep Keperawatan Komunitas dengan Pelayanan Kesehatan

Utama

Keperawatan komunitas adalah suatu dalam keperawatan yang merupakan

perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran

serta aktif masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara

kesehatan masyarakat dengan menekankan kepada peningkatan peran serta

masyarakat dalam melakukan upaya promotif dan perventif dengan tidak

melupakan tindakan kuratif dan rehabilitatif sehingga diharapkan masyarakat

mampu mengenal, mengambil keputusan dalam memelihara kesehatannya

(Mubarak, 2009).

Selain menjadi subjek, masyarakat juga menjadi objek yaitu sebagai klien

yang menjadi sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari individu

dan masyarakat. Berdasarkan pada model pendekatan totalitas individu dari

Neuman (1972 dalam Anderson, 2006) untuk melihat masalah pasien, model

komunitas sebagai klien dikembangkan untuk menggambarkan batasan

keperawatan kesehatan masyarakat sebagai sintesis kesehatan masyarakat dan

xxiv
keperawatan. Model tersebut telah diganti namanya menjadi model komunitas

sebagai mitra, untuk menekankan filosofi pelayanan kesehatan primer yang

menjadi landasannya.

Secara lebih rinci dijabarkan sebagai berikut :

a. Tingkat individu

Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu

tersebut mempunyai masalah kesehatan maka perawat akan memberikan

asuhan keperawatan pada individu tersebut. Pelayanan pada tingkat

individu dapat dilaksanakan pada rumah atau puskesmas, meliputi

penderita yang memerlukan pelayanan tindak lanjut yang tidak mungkin

dilakukan asuhan keperawatan di rumah dan perlu ke puskesmas,

penderita resiko tinggi seperti penderita penyakit demam darah dan diare.

Kemudian individu yang memerlukan pengawasan dan perawatan

berkelanjutan seperti ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita.

b. Tingkat keluarga

Keperawatan kesehatan komunitas melalui pendekatan keperawatan

keluarga memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga yang

mempunyai masalah kesehatan terutama keluarga dengan resiko tinggi

diantaranya keluarga dengan sosial ekonomi rendah dan keluarga yang

anggota keluarganya menderita penyakit menular dan kronis. Hal ini

dikarenakan keluarga merupakan unit utama masyarakat dan lembaga

yang menyakut kehidupan masyarakat. Dalam pelaksanaannya, keluarga

xxv
tetap juaga berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara

kesehatan anggotanya.

c. Tingkat komunitas

Keperawatan kesehatan komunitas di tingkat masyarakat dilakukan

dalam lingkup kecil sampai dengan lingkup yang luas didalam suatu

wilayah kerja puskesmas. Pelayanan ditingkat masyarakat dibatasi oleh

wilayah atau masyarakat yang mempunyai ciri-ciri tertentu misalnya

kebudayaan, pekerjaan, pendidikan dan sebagainya.

Asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan memandang komunitas

sebagai klien dengan strategi intervensi keperawatan komunitas yang mencakup

tiga aspek yaitu primer, sekunder dan tertier melalui proses individu dan

kelompok dengan kerja sama lintas sektoral dan lintas program.

Pelayanan yang diberikan oleh keperawatan komunitas mencakup

kesehatan komunitas yang luas dan berfokus pada pencegahan yang terdiri dari

tiga tingkat yaitu:

a. Pencegahan primer

Pelayanan pencegahan primer ditunjukkan kepada penghentian penyakit

sebelum terjadi karena itu pencegahan primer mencakup peningkatan derajat

kesehatan secara umum dan perlindungan spesifik. Promosi kesehatan

secara umum mencakup pendidikan kesehatan baik pada individu maupun

kelompok. Pencegahan primer juga mencakup tindakan spesifik yang

melindungi individu melawan agen-agen spesifik misalnya tindakan

xxvi
perlindungan yang paling umum yaitu memberikan imunisasi pada bayi,

anak balita dan ibu hamil, penyuluhan gizi bayi dan balita.

b. Pencegahan sekunder

Pelayanan pencegahan sekunder dibuat untuk menditeksi penyakit lebih

awal dengan mengobati secara tepat. Kegiatan-kegiatan yang mengurangi

faktor resiko dikalifikasikan sebagai pencegahan sekunder misalnya

memotivasi keluarga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara

berkala melalui posyandu dan puskesmas.

c. Pencegahan tersier

Yang mencakup pembatasan kecacatan kelemahan pada seseorang dengan

stadium dini dan rehabilitasi pada orang yang mengalami kecacatan agar

dapat secara optimal berfungsi sesuai dengan kemampuannya, misalnya

mengajarkan latihan fisik pada penderita patah tulang.

Selanjutnya agar dapat memberikan arahan pelaksanaan kegiatan, berikut

ini diuraikan falsafah keperawatan komunitas dan pengorganisasian masyarakat

(Mubarak, 2009):

1) Falsafah keperawatan kesehatan komunitas

Keperawatan kesehatan komunitas merupakan pelayanan yang

memberikan perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-

kultural-spiritual) terhadap kesehatan masyarakat dan memberikan

prioritas pada strategi pada pencegahan penyakit dan peningkatan

kesehatan. Falsafah yang melandasi yang mengacu pada paradigma

xxvii
keperawatan secara umum dengan empat komponen dasar yaitu; manusia,

kesehatan, lingkungan dan keperawatan.

2) Pengorganisasian masyarakat

Tiga model pengorganisasian masyarakat menurut Rothman (1998)

meliputi peran serta masyarakat (localiti development), perencanaan sosial

melalui birokrasi pemerintah (social developmant) dan aksi sosial

berdasarkan kejadian saat itu (social action) (Mubarak, 2009).

Pelaksanaan pengorganisasian masyarakat dilakukan melalui tahapan-

tahapan berikut:

a) Tahap persiapan

Dilakukan dengan memilih area atau daerah yang menjadi

prioritas, menentukan cara untuk berhubungan dengan masyarakat,

mempelajari dan bekerjasama dengan masyarakat.

b) Tahap pengorganisasian

Dengan persiapan pembentukan kelompok dan penyesuaian

dengan pola yang ada dimasyarakat dengan pembentukan kelompok

kerja kesehatan.

c) Tahap pendidikan dan pelatihan

Melalui kegiatan-kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok

masyarakat melalui pengkajian, membuat pelayanan keperawatan

langsung pada individu, keluarga dan masyarakat.

d) Tahap formasi kepemimpinan

xxviii
Memberikan dukungan latihan dan mengembangkan

keterampialan yang mengikuti perencanaan, pengorganisasian,

pergerakan dan pengawasan kegiatan pendidikan kesehatan.

e) Tahap koordinasi

Kerjasama dengan sektor terkait dalam upaya memandirikan

masyarakat

f) Tahap akhir

Supervisi bertahap dan diakhiri dengan evaluasi dan pemberian

umpan balik dan masing-masing evaluasi untuk perbaikan untuk

kegiatan kelompok kesehatan kerja selanjutnya

7. Proses Pelaksanaan Keperawatan Komunitas

Keperawatan komunitas merupakan suatu bidang khusus keperawatan

yang merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan

ilmu sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang

diberikan kepada individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat baik yang

sehat maupun yang sakit (mempunyai masalah kesehatan/keperawatan), secara

komprehensif melalui upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan

resosialitatif dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat secara terorganisir

bersama tim kesehatan lainnya untuk dapat mengenal masalah kesehatan dan

keperawatan yang dihadapi serta memecahkan masalah-masalah yang mereka

miliki dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan sesuai dengan hidup

sehat sehingga dapat meningkatkan fungsi kehidupan dan derajat kesehatan

seoptimal mungkin dan dapat diharapkan dapat mandiri dalam memelihara

xxix
kesehatannya (Chayatin, 2009). Menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan

yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra kerja dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan

profesional yang merupakan perpaduan antara konsep kesehatan masyarakat dan

konsep keperawatan yang ditujukan pada seluruh masyarakat dengan penekanan

pada kelompok resiko tinggi (Efendi, 2009).

Keperawatan komunitas merupakan pelaksanaan keperawatan komunitas

dilakukan melalui beberapa fase yang tercakup dalam proses keperawatan

komunitas dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dinamis.

Fase-fase pada proses keperawatan komunitas secara langsung melibatkan

komunitas sebagai klien yang dimulai dengan pembuatan kontrak/partner ship

dan meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi

(Efendi, 2009).

Asuhan keperawatan yang diberikan kepada komunitas atau kelompok

adalah (Mubarak, 2005):

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap

dan sistematis terhadap mesyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga

masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga

atau kelompok yang menyangkut permasalah pada fisiologis, psikologis,

sosial ekonomi, maupun spiritual dapan ditentukan.

a. Pengumpulan Data

Hal yang perlu dikaji pada komunitas atau kelompok antara lain :

xxx
1) Inti (Core) meliputi : Data demografi kelompok atau komunitas

yang terdiri atas usia yang beresiko, pendidikan, jenis kelamin,

pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan, serta riwayat timbulnya

kelompok atau komunitas.

2) Mengkaji 8 subsistem yang memengaruhi komunitas, antara lain:

a) Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi, bagaimana

kepadatannya karena dapat menjadi stresor bagi penduduk.

b) Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan yang

dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat.

c) Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan dan

keamanan tempat tinggal, apakah masyarakat merasa nyaman

atau tidak, apalagi sering mengalami stres akibat keamanan dan

keselamatan yang tidak terjamin.

d) Kualiti dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan, apakah

cukup menunjang, sehingga memudahkan masyarakat

mendapatkan pelayanan di berbagai bidang termasuk

kesehatan.

e) Pelayanan kesehatan yang tesedia, untuk diteksi dini atau

memantau gangguan yang terjadi.

f) Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan deteksi

dini dan merawat atau memantau gangguan yang terjadi.

xxxi
g) Sistem komunikasi, serta komunikasi apa saja yang dapat

dimanfaatkan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan

yang terkait dengan gangguan penyakit.

h) Sistem ekonomi, tingkat sosial ekonomi masyarakat secara

keseluruhan, apakah pendapatan yang terima sesuai dengan

Upah Minimum Registrasi (UMR) atau sebaliknya.

i) Rekreasi, apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja dibuka,

apakah biayanya dapat dijangkau masyarakat

b. Jenis Data

Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif dan

data objektif (Mubarak, 2005):

1) Data Subjektif

Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang

dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok, dan komunitas, yang

diungkapkan secara langsung melalui lisan.

2) Data Objektif

Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan

dan pengukuran

c. Sumber Data

1) Data primer

Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dari individu,keluarga,

kelompok, masyarakat berdasarkan hasil pemeriksaan atau

pengkajian.

xxxii
2) Data sekunder

Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya,

misalnya: kelurahan, catatan riwayat kesehatan pasien atau medical

record.

3) Cara Pengumpulan Data

a) Wawancara yaitu: kegiatan timbal balik berupa tanya jawab.

b) Pengamatan yaitu: melakukan observasi dengan panca indra.

c) Pemeriksaan fisik: melakukan pemeriksaan pada tubuh

individu

4) Pengelolaan Data

a) Klasifikasi data atau kategorisasi data.

b) Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan telly.

c) Tabulasi data

d) Interpretasi data

5) Analisa Data

Kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan

data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat

diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh

masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah

keperawatan.

6) Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan.

xxxiii
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan

dan masalah keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat sehingga

dapat dirumuskan masalah kesehatan.

7) Prioritas Masalah

Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan hierarki

kebutuhan Abraham H. Maslow:

a) Keadaan yang mengancam kehidupan.

b) Keadaan yang mengancam kesehatan.

c) Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan

2. Diagnosa Keperawatan

Kesehatan Diagnosis keperawatan ialah respon individu pada masalah

kesehatan baik yang aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan

komunitas akan memberikan gambaran tentang masalah dan status

kesehatan masyarakat baik yang nyata dan yang mungkin terjadi.

Diagnosa ditegakkan berdasarkan tingkat rekreasi komunitas terhadap

stresor yang ada. Selanjutnya dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu

problem/masalah (P), etiology atau penyebab (E), dan symptom atau

manifestasi/data penunjang (S) (Mubarak, 2005).

a. Problem : merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan

normal yang seharusnya terjadi.

b. Etiologi : penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang dapat

memberikan arah terhadap intervensi keperawatan.

xxxiv
c. Symptom : tanda atau gejala yang tampak menunjang masalah yang

terjadi.

3. Perencanaan/ Intervensi

Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana

tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

sesuai dengan diagnosis keperawatan yang sudah ditentukan dengan tujuan

terpenuhinya kebutuhan pasien. Perencanaan (intervensi) yang dapat

dilakukan berkaitan dengan diagnosa keperawatan komunitas muncul

diatas adalah (Mubarak, 2005):

a. Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit.

b. Lakukan demonstrasi ketrampilan cara menangani penyakit.

c. Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit.

d. Lakukan kerja sama dengan ahli gizi dalam menentukan diet yang

tepat.

e. Lakukan olahraga secara rutin.

f. Lakukan kerja sama dengan pemerintah atau aparat setempat untuk

memperbaiki lingkungan komunitas.

g. Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan.

4. Pelaksanaan/Implementasi

Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan

keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaannya tindakan asuhan

keperawatan harus bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lain dalam

hal melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat

xxxv
(Mubarak, 2005). Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan

tindakan yang telah direncanakan yang bersifat (Efendi, 2009), yaitu:

a. Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit.

b. Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku hidup

sehat dan melaksanakan upaya peningkatan kesehatan.

c. Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan

penyakit.

d. Advokat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya

kebutuhan komunitas.

5. Penilaian/Evaluasi

Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan

keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan

antara proses dengan dengan pedoman atau rencana proses tersebut.

Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan

tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan

tingkat kemajuan masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah

ditentukan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2005). Adapun

tindakan dalam melakukan evaluasi adalah:

a. Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan

intervensi

b. Menilai kemajuan oleh komunitas setelah dilakukan intervensi

keperawatan

c. mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit.

xxxvi
8. Analisis Wilayah Binaan di Kelurahan Tanjung Rejo

a. Pengkajian

Proses pengkajian wilayah binaan di Kelurahan Tanjung Rejo dilakukan

dengan cara mengobservasi langsung pada masyarakat khususnya lansia yang

telah menderita Diabetes Mellitus lebih dari satu tahun. Jumlah lansi ada 5 orang

sebagai responden pelaksanaan Praktik Belajar Lapangan Komprehensif.

b. Analisa Situasi

Upaya-upaya penanggulangan yang sudah dilakukan dipuskesmas

diantaranya upaya promosi kesehatan tentang pencegahan dini dan perawatan

pada klien Diabetes Millitus yang dilaksanakan di Puskesmas, sedangkan untuk

perawatan khusus seperti pencegahan dengan spa kaki belum pernh dilakukan.

Berdasarkan data tersebut maka perlu diupayakan tindakan pencegahan dan

penanggulangan khusus bagi penderita Diabetes Millitus khususnya terhadap

pencegahan ulkus diabetik dengan mengupayakan kegiatan peningkatan kesehatan

penderita Diabetes Militus dengan mengadakan spa kaki diabetik.

c. Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil pengkajian dan analisa situasi di KelurahanTanjung

Rejo dapat dirumuskan masalah yaitu kurangnya pengetahuan lansia tentang

penyakit diabetes mellitus serta pencegahan ulkus diabetik dan perawatannya.

d. Rencana Penyelesaian Masalah

Optimalisasi pelayanan dapat dilakukan dengan mengembangkan program

preventif dan promosi kesehatan, dalam hal ini dilakukan dengan melakukan

pemeriksaan kadar gula darah, pola kebiasaan hidup lansia dan pemberian

xxxvii
pendidikan kesehatan kepada lansia dan keluarga tentang tentang perawatan diri

dengan melakukan spa kaki diabetik guna mencegah terjadinya ulkus diabetik dan

melancarkan peredaran darah pada penderita diabetes mellitus.

e. Implementasi

Berdasarkan hasil observasi terhadap masalah yang ada pada lansia

penderita diabetes mellitus adalah kurangnya pengetahuan lansia tentang penyakit

diabetes mellitus akibat belum terdapat penyuluhan tentang masalah kesehatan

lansia, dan upaya peningkatan kesehatan lansia serta belum ada kegiatan

pendukung lainnya dalam mengkontrol kadar gula darah lansia. Untuk mengatasi

masalah tersebut, salah satu langkah yang dapat diambil yaitu dengan memberikan

pendidikan kesehatan dan spa kaki diabetik pada penderita diabetes mellitus.

f. Evaluasi

Evaluasi kegiatan dilakukan melalui pengamatan langsung, wawancara

dan mengajukan pertanyaan secara langsung tentang pendidikan kesehatan yang

telah diberikan tentang Diabetes Mellitus serta mendemonstrasikan spa kaki

diabetik secara langsung terhadap lansia. Hasil yang diperoleh berdasarkan

evaluasi pengetahuan lansia dan keluarga tentang pendidikan kesehatan yang

telah diberikan, lansia dan keluarga mampu menjawab pertanyaan yang diajukan.

Sedangkan mendemonstrasikan secara langsung spa kaki diabetes, lansia dan

keluarga mampu mengulang apa yang telah dipraktekkan.

B. Konsep Diabetes Mellitus

1. Pengertian Diabetes Melitus

xxxviii
Diabetes Mellitus berasal dari kata Yunani yaitu diabainein yang artinya

tembus atau pancuran air, dan mellitus yang artinya rasa manis, kedua kata itu

digabung menjadi Diabetes Mellitus (Hartini, 2009). Pengertian penyakit kencing

manis (diabetes mellitus) dalam dunia kesehatan adalah suatu kondisi dimana

terjadi peningkatan kadar gula dalam darah yang disebabkan oleh kelainan

metabolisme tubuh dalam mengurai karbohidrat serta menurunnya kadar insulin

dengan kata lain adalah kondisi tubuh terjadi kenaikan kadar gula darah di atas

normal (Diwanta, 2010).

Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis progresif dengan karakteristik

ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolism karbohidrat, lemak, protein,

yang dapat menyebabkan gula darah meningkat (hiperglikemia) (Black & Hawks,

2014).

2. Tipe-tipe Diabetes Mellitus

Penyakit diabetes terdiri dari 3 tipe utama, yaitu diabetes tipe 1, diabetes

tipe 2, dan diabetes gestasional (Helmawati, 2014).

1. Diabetes Tipe 1

Diabetes tipe 1 dikenal juga sebagai juvenile diabetes, diabetes anakanak.

Penyebutan ini didasarkan karena pada umumnya penderita berasal dari

kelompok anak-anak dan dewasa muda. Tapi meskipun begitu, diabetes tipe

ini juga bisa menyerang semua umur. Nama lain dari diabetes tipe 1 adalah

insulin-dependent diabetes yang bergantung pada insulin. Diabetes tipe 1

adalah penyakit diabetes yang terjadi karena adanya gangguan pada

xxxix
pankreas, menyebabkan pankreas tidak mampu memproduksi insulin

dengan optimal.

2. Diabetes Tipe 2

Diabetes tipe 2 disebut juga sebagai non-insulin dependent diabetes,

diabetes yang tidak bergantung pada insulin. Ini merupakan perbedaan

diabetes tipe 1 dengan diabetes tipe 2. Pada diabetes tipe 1 penderita

memiliki ketergantungan pada injeksi insulin, hal ini dikarenakan organ

pankreas penderita tidak mampu memproduksi insulin dengan jumlah yang

cukup bahkan tidak memproduksi sama sekali. Pada diabetes tipe 2, organ

pankreas penderita mampu memproduksi insulin dengan jumlah yang

cukup, namun sel-sel tubuh tidak merespons insulin yang ada dengan benar.

3. Diabetes Gestasional

Diabetes gestasional adalah diabetes yang disebabkan karena kondisi

kehamilan. Pada diabetes gestasional pankreas penderita tidak dapat

menghasilkan insulin yang cukup untuk mengontrol gula darah pada tingkat

yang aman bagi si ibu dan janin.

3. Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus

Menurut Hasdianah (2012), tanda dan gejala diabetes mellitus dapat

digolongkan menjadi gejala akut dan gejala kronik.

a. Gejala akut

Banyak makan (polyphagia), banyak minum (polydipsia), banyak kencing

(polyuria), nafsu makan mulai berkurang dan berat badan turun dengan

cepat, serta mudah merasa lelah.

xl
b. Gejala kronik

Kesemutan, kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum, rasa tebal

di kulit, kram, kelelahan, mudah mengantuk, mata kabur, gatal di sekitar

kemaluan terutama wanita, gigi mudah goyah dan mudah lepas, kemampuan

seksual menurun, bahkan impotensi, para ibu hamil sering mengalami

keguguran atau kematian janin dalam kandungan, atau dengan bayi berat

lahir lebih dari 4 kg.

4. Pemeriksaan Penunjang

Beberapa pemeriksaan penunjang untuk mengetahui seseorang menderita

diabetes mellitus diantaranya, glukosa darah sewaktu, kadar glukosa darah puasa,

dan tes toleransi glukosa (Padila, 2012).

Tabel 2.1.4 Kadar Gula Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan

Penyaring Diagnosis DM (mg/dl)

Bukan DM Belum pasti DM DM


Kadar glukosa
darah sewaktu
- Plasma vena < 100 100-200 >200
-Darah kapiler < 80 80-200 >200

Kadar glukosa
darah puasa
- Plasma vena < 110 110-220 >126
-Darah kapiler < 90 90-110 >110

Sumber: Padila, 2012

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus sedikitnya 2 kali pemeriksaan:

a. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11, 1 mmol/L)

b. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)

xli
c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah

mengonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (PP) >200 mg/dl.

Pemeriksaan pendukung lainnya ialah uji laboratorium berupa kadar

hemoglobin glikosilase. Glukosa secara normal melekat dengan sendirinya pada

molekul hemoglobin dalam sel darah merah. Sekali melekat, glukosa ini tidak

dapat dipisahkan. Oleh karena itu, lebih tinggi kadar glukosa darah, kadar

hemoglobin glikosilase juga lebih tinggi (HbA1C). Batasan HbA1C dirujuk

sebagai A1C. A1C adalah kadar glukosa darah yang diukur lebih dari 3 bulan

sebelumnya. A1C dinyatakan dalam persentase dan bermanfaat dalam

mengevaluasi pengendalian glikemia jangka panjang. ADA merekomendasikan

kadar A1C dibawah 7% untuk menghindari komplikasi diabetes.

5. Komplikasi

Diabetes mellitus dapat menyebabkan berbagai komplikasi, baik akut

maupun kronis, komplikasi akut diantaranya adalah:

a. Komplikasi akut

1. Ketoasidosis metabolik

Kadar hormon insulin yang sangat rendah di dalam darah menjadi

penyebab utama terjadinya kondisi ketoasidosis. Saat kadar insulin

sangat rendah, maka gula yang ada di dalam darah tidak dapat masuk ke

dalam sel tubuh untuk diproses menjadi sumber energi. Sel-sel tubuh

yang kelaparan karena tidak mendapatkan gula sebagai makanan

selanjutnya beralih memakan lemak sebagai alternatifnya. Kondisi ini

pada akhirnya membentuk asam beracun yang disebut keton.

xlii
Keseluruhan proses inilah yang disebut ketoasidosis (Black & Hawks

2014; Helmawati, 2014).

2. Hipoglikemia

Hipoglikemia adalah kondisi dimana kadar glukosa darah sangat rendah.

Kondisi ini dapat mengakibatkan terjadinya koma (hilangnya kesadaran)

hingga kerusakan otak (Black & Hawks 2014; Helmawati, 2014).

3. Sindrom hiperosmolar diabetik (diabetic hyperosmolar syndrome)

Sindrom hiperosmolar diabetik adalah kondisi yang disebabkan kadar

gula darah puncak terukur sebesar 600 mg/dL. Ketika kadar gula darah

mencapai level ini, darah menjadi kental dan manis. Kelebihan gula

lantas dibuang ke dalam air seni yang memicu pembuangan jumlah besar

cairan dari tubuh. Jika tidak ditangani, sindrom hiperosmolar diabetes

dapat menyebabkan dehidrasi dan menyebabkan koma (Black & Hawks

2014; Helmawati, 2014).

b. Komplikasi Kronik

1. Komplikasi makrovaskular

a. Penyakit arteri koroner

Komplikasi diabetes pada pembuluh darah jantung sangat

membahayakan, mengingat penyakit ini merupakan penyakit serius

yang dapat mengakibatkan kematian. Proses penyakit arteri koroner

ini atipikal, sering seperti gangguan pencernaan atau gangguan

jantung tidak dapat dijelaskan, dyspnea pada saat aktivitas berat, atau

nyeri epigastrik (Black & Hawks, 2009).

xliii
b. Penyakit serebrovaskular

Penyakit serebrovaskular, terutama infark aterotromboembolik

dimanifestasikan dengan serangan iskemik transien dan

cerebrovascular attack (stroke). Pada klien dengan DM, stroke lebih

serius, kekambuhan, dan angka kematian lebih tinggi, khususnya

dengan DM tipe 2 (Black & Hawks, 2009).

c. Penyakit pembuluh perifer

Penyakit pembuluh perifer terjadi akibat penyumbatan secara

progresif oleh plak sehingga terjadi gangguan sirkulasi darah yang

menyebabkan pasien diabetes mengalami penyembuhan luka yang

lambat (Black & Hawks, 2009).

d. Infeksi

Penderita diabetes lebih sering mengalami infeksi, baik oleh bakteri,

jamur, maupun virus dibandingkan dengan orang yang tidak mengidap

diabetes. Kondisi tersebut diduga kuat berkaitan erat dengan kondisi

hiperglikemia maupun gangguan imunitas. Beberapa hal dapat

menerangkan hiperglikemia sebagai penyebab kerentanan infeksi pada

diabetes yaitu bahwa hiperglikemia dapat menyebabkan perubahan

pada sel neutrofil maupun monosit dalam hal menurunnya

kemampuan pergerakan, penempelan, dan fagositosis sel (Black &

Hawks; Helmawati, 2014).

2. Komplikasi mikrovaskular

a. Retinopati diabetik

xliv
Retinopati diabetik merupakan penyebab utama kebutaan pada

penderita diabetes di seluruh dunia. Kerusakan retina yang sudah berat

akan membuat penderita buta permanen. Retinopati terjadi karena

adanya kerusakan pada pembuluh darah retina atau lapisan saraf mata

(Black & Hawks, 2014; Helmawati, 2014).

b. Nefropati

Gangguan ginjal atau nefropati akibat diabetes terjadi ketika

penumpukan gula dalam pembuluh darah merusak elemen penyaring

dalam ginjal yang disebut nefron. Akibat rusaknya sistem penyaringan

ini, maka akan terjadi kebocoran pada ginjal. Kebocoran ini ditandai

dengan keluarnya albumin bersama urin. Apabila gangguan pada

ginjal ini tidak segera diobati, maka dapat menimbulkan gagal ginjal.

Sehingga penderita harus melakukan cuci darah dan cangkok ginjal

agar dapat bertahan hidup (Black & Hawks, 2014; Helmawati, 2014).

c. Neuropati

Gangguan pada saraf karena diabetes disebut dengan istilah neuropati

diabetik. Gangguan saraf terjadi karena tumpukan gula darah merusak

sel-sel saraf. Gangguan ini bila tidak segera diobati maka dapat

menyebabkan kelumpuhan pada beberapa bagian organ tubuh (Black

& hawks 2014; Helmawati, 2014).

d. Kaki diabetik

Kaki diabetik merupakan komplikasi diabetes yang paling sering

terjadi sekaligus memiliki dampak yang fatal, pada kejadian parah

xlv
harus dilakukan amputasi (pemotongan). Komplikasi kaki diabetik

terjadi karena adanya gangguan pada sistem saraf (neuropati),

pembuluh darah, dan terjadinya infeksi. Gangguan pada sistem saraf

menyebabkan rasa kebal di kaki (hilang rasa), sehingga seorang

penderita sering tidak sadar adanya luka. Gangguan pembuluh darah

menyebabkan terganggunya proses penyembuhan luka (Helmawati,

2014).

6. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan diabetes mellitus tipe 2 dibagi menjadi dua bagian,

penatalaksanaan farmakologis dan penatalaksanaan non farmakologi (Mahendra,

2008).

a. Penatalaksanaan farmakologis

Penatalaksanaan farmakologis atau menggunakan obat diperlukan jika

penatalaksanaan non farmakologis tidak cukup berhasil. Obat untuk

penderita DM tipe 2 dikenal sebagai obat hipoglikemik atau obat penurun

kadar glukosa dalam darah. Ada dua macam obat hipoglikemik, yaitu

berupa suntikan dan tablet yang dapat diminum. Obat berupa tablet biasa

disebut sebagai obat hipoglikemik oral (OHO) atau oral antidiabetes. Ada 3

golongan obat hipoglikemik oral, yaitu golongan sulfonilurea, golongan

biguanid, dan golongan acarbose. Golongan sulfonylurea adalah obat jenis

ini dapat menurunkan kadar tingginya gula dalam darah dengan cara

merangsang keluarnya insulin dari dalam sel beta pancreas; Golongan

biguanid adalah obat ini bekerja dengan cara merangsang kepekaan tubuh

xlvi
terhadap insulin sehingga pemakaian tunggal tidak menyebabkan

hipoglikemia; Acarbose adalah obat golongan acarbose bekerja dengan cara

memperlambat proses pencernaan karbohidrat menjadi glukosa.

b. Penatalakasanaan non farmakologis

Penatalaksanaan non farmakologis umumnya digunakan untuk

menekan tingginya biaya pengobatan medis. Oleh karena itu,

penatalaksanaan non farmakologis dapat menjadi alternatif bagi penderita

DM tipe 2 yaitu: Terapi diet, terapi herbal, senam diabetes, yoga dan

meditasi.

C. Konsep Sirkulasi Darah Perifer

1. Pengertian Sirkulasi Darah Perifer

Sirkulasi sistemik atau sistem vaskular perifer, meliputi arteri, arteriol,

vena, venula, dan kapiler, dimana sistem ini membawa darah dari jantung ke

seluruh organ dan jaringan lain, kemudian membawa darah kembali ke jantung

(Jones, 2008 dalam Lyrawati, 2009). Pada umumnya sirkulasi darah manusia

terdiri dari sirkulasi darah pulmonal dan sirkulasi darah sistemik. Darah yang

meninggalkan ventrikel kiri memasuki sirkulasi sistemik, melintasi secara

progresif melalui aorta, arteri, arteriol, vena, dan akhirnya vena cava sebelum

memasuki atrium kanan (Black & Hawks, 2009). Sehingga, sirkulasi darah perifer

merupakan bagian dari sirkulasi sistemik.

2. Fisiologi Sirkulasi Darah Perifer

xlvii
Jantung memompa darah baru yang telah teroksigenasi melalui arteri, arteriol,

dan bantalan kapiler menuju seluruh organ dan jaringan. Arteri tersusun atas otot

polos yang tebal dan serat elastis. Serat yang kontraktil dan elastis membantu

menahan tekanan yang dihasilkan saat jantung mendorong darah menuju sirkulasi

sistemik. Arteri utama atau mayor dari sirkulasi sistemik meliputi aorta, karotis,

subklavia, dan iliaka. Aorta melengkung membentuk seperti busur di belakang

jantung dan turun ke bawah hingga pertengahan tubuh.

Arteri lain merupakan cabang dari aorta dan mengalirkan darah menuju

kepala, leher, dan organ-organ utama di dalam abdomen. Arteri karotis bergerak

naik di dalam leher dan mengalirkan darah ke organ di dalam kepala dan leher,

termasuk otak. Darah menuju lengan, dinding dada, bahu, punggung, dan sistem

saraf pusat. Arteri iliaka mengalirkan darah menuju pelvis dan kaki yang dialirkan

oleh arteri subklavia (Jones, 2008 dalam Lyrawati, 2009). Setelah melewati

daerah pelvis, arteri iliaka selanjutnya menjadi arteri femoralis, yang bergerak

turun di sebelah anterior paha.

Arteri femoralis mengalirkan darah ke kulit dan otot paha dalam. Pada

bagian bawah paha, arteri femoralis menyilang di posterior dan menjadi arteri

popliteal. Di bawah lutut, arteri popliteal terbagi menjadi arteri tibialis anterior

dan tibialis posterior. Arteri tibialis bergerak turun di sebelah depan dari kaki

bagian bawah menuju bagian dorsal atau punggung telapak kaki dan menjadi

arteri dorsalis pedis. Arteri tibialis posterior bergerak turun menyusuri betis dari

kaki bagian bawah dan bercabang menjadi arteri plantaris di dalam telapak kaki

bagian bawah. Setelah dihantarkan melalui sistem vaskular arteri dan menuju

xlviii
jaringan tubuh serta organ, darah “dikosongkan” menuju jaringan vena yang

tersusun menyebar, dan pada akhirnya mengembalikan darah ke atrium kanan

jantung.

Sistem vena berjalan berdampingan dengan sistem arteri dan sistem vena

di leher dan ekstremitas. Arteri di daerah ini terletak dalam di bawah kulit dan

terlindung oleh tulang dan jaringan lunak. Sebaliknya, dua set vena perifer

biasanya ditemukan di leher dan ekstremitas, satu superfisial dan satu lagi terletak

lebih dalam. Vena superfisial terletak dekat dengan permukaan kulit, mudah untuk

dilihat, dan membantu untuk mengatur suhu tubuh. Saat suhu tubuh menjadi

rendah, aliran darah arteri menjadi berkurang, dan vena superfisial dilewati.

Sebaliknya, saat tubuh menjadi kelebihan panas, aliran darah ke kulit meningkat,

dan vena superfisialis berdilatasi.

Vena-vena mayor dari sirkulasi sistemik meliputi vena kava superior, vena

kava inferior, dan vena jugularis. Vena kava superior mengumpulkan darah dari

sebagian besar organ yang terletak di bawah diafragma. Darah vena dari kepala

dan wajah dialirkan menuju vena jugularis, yang terletak di dalam leher. Darah di

ekstremitas bawah yang meninggalkan kapiler-kapiler di setiap jari kaki

bergabung membentuk jaringan vena plantaris. Jaringan plantar mengalirkan

darah menuju vena dalam kaki (yaitu tibialis anterior, tibialis posterior, popliteal,

dan femoralis). Vena safena magna dan safena parva superfisial mengalirkan

darah di telapak kaki dari arkus vena dorsalis menuju vena popliteal dan femoralis

(Jones, 2008).

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sirkulasi Darah Perifer

xlix
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sirkulasi darah perifer dalam

mencegah terjadinya gangguan-gangguan pada pembuluh darah diantaranya:

a. Obat-obatan

Pentofixilin (Trental) telah dilaporkan dapat mengurangi viskositas dan

meningkatkan fleksibilitas sel darah merah, sehingga dapat meningkatkan

aliran pembuluh darah perifer (Black &Hawks, 2009). Obatobat lainnya

yang berguna untuk sirkulasi darah perifer adalah Aspirin, Dipiradamol,

Clopidogrel (Plavix), Ticlopidine, (Ticlid), dan Cilostazol (Pletal) (Jones,

2008 dalam Lyrawati, 2009).

b. Berhenti merokok

Rokok adalah vasokonstriktor kuat sehingga dapat mengganggu aliran

darah ke ekstremitas. sehingga berhenti merokok dapat mengurangi risiko

gangguan aliran darah ke estremitas (Black and Hawks, 2014).

c. Latihan

Tujuan latihan adalah untuk meningkatkan kepekaan insulin, mencegah

kegemukan, memperbaiki aliran darah, merangsang pembentukan glikogen

baru, dan mencegah komplikasi lebih lanjut (Black & Hawks, 2014;

Hasdianah, 2012).

d. Perawatan kaki

Akibat rendahnya aliran darah ke kaki, langkah-langkah penunjang yang

dapat dilakukan meliputi perawatan kaki yang baik. Kaki harus dijaga

kebersihannya dan dilindungi dari kekeringan dengan krim pelembut (Balck

& Hawks, 2014).

l
4. Pemeriksaan Sirkulasi Darah Perifer pada Kaki

Indeks brakial pergelangan kaki (Ankle Brachial Index) adalah parameter

yang umumnya digunakan untuk evaluasi menyeluruh status ekstremitas. Tes ini

mengukur tekanan darah dipergelangan kaki dan lengan saat klien dalam keadaan

santai (Black dan Hawks, 2009). Indeks tekanan pergelangan lengan atau ankle

brachial index merupakan cara pengukuran yang membandingkan tekanan darah

sistolik pergelangan kaki dengan dengan (brachial). Pengukuran tekanan ini

sangat berguna dalam penilaian, tindak lanjut dan perawatan pasiem dengan

penyakit vaskuler perifer (PVD). Ankle brachial index menyediakan dasar objektif

untuk mengikuti perkembangan proses penyakit dan mengevaluasi efektivitas

rencana pengobatan.

Alat ukur yang digunakan untuk menentukan ankle brachial index adalah

dengan sphygmomanometer. Ukur tekanan brachial terlebih dahulu. Setelah itu,

ukur tekanan ankle di arteri dorsalis pedis. Sistolik ankle brachial index pasien.

Alat ukur lain yang lebih sederhana adalah spyhgnomanometer dab stetoskop

dengan prinsip sama, yaitu mengukur tekanan brachial di lengan terlebih dahulu,

kemudia tekanan di kaki di arteri dorsalis pedis (Harefa dan Sari, 2011).

Sistolik ankle
ABI=
Sistolik brac hial

Tabel 2.2. Interpretasi Nilai ABI

Nilai Ankle Brachial Index Interpretasi

≥1,4 Abnormal

li
≥1,0 Normal

≤0,9 Ringan

≤0,6-0,8 Sedang

≤0,5 Berat

Sumber: Wound Ostomy and Continence Nurses Sociecy (2012)

a. Prosedur Pengukuran Ankle Brachial Index dengan sirkulasi darah perifer

dapat menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop. Alat yang

diperlukan adalah sphygmomanometer dan stetoskop, persiapan klien

adalah dalam keadaan duduk di bangku dan jaga privasi klien. Berikut

langkah-langkahnya:

Langkah-langkah Pengkuran Ankle Brachial Index

1) Posisikan klien dalam keadaan duduk atau berbaring

2) Jaga privasi klien

3) Cuci tangan

4) Ukur tekanan darah di tangan dahulu, letakkan manset 2,5 cm diatas

antercubital, dan letakkan stetoskop diatas arteri brachial, pompa cuff,

lalu dengan sistolik klien. Lakukan pengukuran di kedua tangan, cari

sistolik tertinggi untuk digunakan dalam pengukuran ABI.

5) ukur tekanan di kaki dengan meletakkan manset diatas daerah tibial,

letakkan stetoskop diatas arteri dorsalis pedis, pompa cuff dan dengarkan

sistoliknya. Tekanan darah di kaki juga dilakukan di kaki dan sistolik

tertinggi digunakan dalam pengukuran ABI.

lii
6) Gunakan rumus ABI, yaitu dengan membagi sistolik teringgi pada kaki

dengan sistoliktertinggi lengan. Hasilnya merupakan nilai ABI, lalu

diinterpretasikan menjadi abnormal, normal, gangguan sirkulasi darah

perifer ringan, sedang dan berat.

D. Konsep Spa Kaki Diabetik

1. Definisi

Spa merupakan suatu singkatan kata berasal dari kata Solus per Aqua

(Solus= pengobatan atau perawatan, Per= dengan, Aqua=air) (Fitria,2011).

Depertemen kesehatan RI mendefinisikan spa sebagai upaya kesehatan tradisional

yang menggunakan pendekatan holistic, melalui perawatan menyeluruh dengan

menggunakan kombinasi keterampilan hidroterapi, pijat (massage) yang

diselenggarakan secara terpadu untuk menyeimbangkan pikiran, raga, dan

perasaan (Darmaja, 2010).

Berdasarkan arti tersebut dapat didefinisikan bahwa spa kaki adalah cara

penatalaksanaan kesehatan dengan mempergunakan air dalam berbagai bentuk

untuk mengobati suatu penyakit atau untuk mempertahankan kesehatan individu

(Fitria, 2011). Perawatan kaki merupakan salah satu perawatan di dalam spa yang

umumnya sama dengan pedicure di salon kecantikan. Saat ini spa kaki tidak

hanya diberikan di salon-salon kecantikan. Beberapa rumah rawat luka bahkan

mengembangkan spa kaki untuk pasien diabetes, spa kaki diabetes merupakan

salah satu terapi bagi pasien diabetes mellitus untuk mencegah terjadinya

komplikasi (Purwanto, 2014).

liii
2. Macam-macam Kegiatan Spa Kaki Diabetes dan Manfaatnya

a. Skin cleansing (pembersihan)

Pembersihan kulit kaki sebelum melakukan tindakan spa kaki diabetic

sangatlah penting. Kulit merupakan anggota badan yang paling bawah dan

sering kontak dengan kotoran sehingga pada tahap pembersihan tersebut

untuk menghilangkan kotoran.

b. Padycure (memotong dan merapikan kuku)

Perawatan kuku yang dianjurkan pada penderita diabetes mellitus adalah

kuku-kuku harus dipotong secara transversal untuk mengurangi risiko

terjadinya kuku yang tumbuh ke dalam dan menusuk jaringan sekitar.

c. Foot massage (pijat kaki diabetik)

Pijatan atau masase disini adalah masase superfisial, yaitu pijatan yang

lembut dengan mengusap sedikit tekanan dengan tujuan untuk

meningkatkan aliran darah pda kaki (Purwanto, 2014).

3. Langkah- langkah Pelaksanaan Spa Kaki Diabetik

1. Skin cleansing (pembersihan)

a. Menyiapkan air hangat

b. Rendam kaki selama 5 hingga 10 menit dengan tujuan untuk

melunakkan sel kulit mati dan kotoran yang terdapat pada sela-sel

kulit yang sulit dijangkau dengan sikat atau alat pembersih.

c. Kedua kaki disabun hingga bersih, bersihkan sela-sela jari dengan

sabun yang bersifat lembut dan ringan.

liv
d. Sikat kuku kaki menggunakan sikat khusus kaki hingga sela-sela

sampai bersih. Pada tahap ini terapi hendaknya mengamati keadaan

kuku. Kuku kaki klien DM sering kali menjadikan penyebab

munculnya luka pada kaki.

e. gosok telapak kaki dengan sikat dan sabun hingga bersih.

f. bilas kedua kaki dengan handuk

2. Padycure

a. Lakukan perawatan dan pemotongan kuku yang sudahh tumbuh

panjang.

b. kemudian ratakan kuku dengankikir perata kuku.

3. Foot massage

Pemijatan dilakukan didaerah tumit, telapak kaki, jari-jari kaki,

pergelangan kaki dan punggung kaki selama 10 menit. Hal-hal yang

harus diperhatikan pada saat pemijatan adala : Jangan melakukan

pemijatan pada area tubuh yang bengkak atau mengalami peradangan dan

jangan menggunakan perhiasan seperti cincin atau gelang saat memijat.

4. Pengaruh Spa Kaki Diabetik Terhadap Sirkulasi Darah Perifer

Semua kegiatan di dalam spa kaki dapat memberikan pengaruh terhadap

sirkulasi darah perifer secara menyeluruh untuk mencegah terjadinya luka

ganggren akibat komplikasi penyakit perifer dan neuropati diabetic. Peredaran

lv
yang lancer memungkinkan darah mengantar lebih banyak oksigen dan gizi ke

sel-sel tubuh sekaligus membawa lebih banyak racun untuk dikeluarkan.

Sehingga, aliran darah akan meningkat sensasi proteksi pada kulit (Susanti, 2012).

Pijat kaki dalam spa kaki diabetic juga dapat memperngaruhi sirkulasi darah

perifer . menurut Badawi (2009), foot massage atau pijat kakidapat memengaruhi

hormone tubuh, yaitu dapat meningkatkan sekresi endorfin. Endorfin memiliki

efek narkotika alami yaitu mengurangi rasa sakit dan meningkatkan kegembiraan,

endorfin menyebabkan vasodilatasi pembulu darah sehingga dapat meningkatkan

sirkulasi darah perifer.

E. Tinjauan Kasus

Pengkajian dilakukan kepada Klien yang menderita Diabetes Melitus

(DM) dikelurahan Tanjung Rejo Medan Sunggal dengan wawancara terstruktur

pada saat home visit. Jumlah Pasien kelolaan sebanyak 5 orang lansia yang

menderita Diabetes Melitus lebih dari 1 tahun. Kegiatan ini dilakukan sebanyak

3x dengan jarak waktu 4 hari sekali selama kurang lebih 20 menit.

1. Pengkajian

Lansia di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal, yang

menjadi responden dalam kegiatan PBLK yaitu Ny. N, Ny. J, Ny. L , Ny K dan

Ny S. dari kelimanya didapatkan bahwa Dari hasil wawancara kelima klien

digolongkan kedalam penderita Diabetes Mellitus. Keluhan yang dirasakan klien

yaitu sering merasa lapar, sering buang air kecil, mengantuk dan kebas-kebas pada

kaki dingin pada ujung kaki dan mudah kelelahan. Kelima klien sudah biasa

mengonsumsi obat Diabetes Mellitus tetapi ada 2 pasien yang tidak mengonsumsi

lvi
secara rutin. Untuk megetahui lebih lanjut tentang keadaan responden secara

menyeluruh mahasiswa melakukan pengkajian pada setiap responden secara

terstruktur seperti yang disajikan pada halaman selanjutnya.

Klien 1: Tanggal pengkajian : 19 Juni 2019

I. Identitas

a. Nama : Ny. N

b. Tempat/tanggal lahir : Medan/ 8 Oktober 1954

c. Jenis kelamin : Perempuan

d. Status perkawinan : Menikah

e. Agama : Islam

f. Suku : Mandailing

g. Pendidikan : SLTP

h. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

i. Alamat : Jln. Perjuangan Gang Warga

Klien tinggal dengan suami dan anaknya. Jumlah anak lima orang, dua

telah menikah. Keluhan utama lansia adalah kebas-kebas, gatal di kaki yang

timbul secara priodik (kadang-kadang). Hal-hal yang memperberat keluhan adalah

ketika klien sedang berjalan jauh dan terlalu banyak beraktivitas. Ketika klien

merasakan kebas-kebas biasanya klien memijat kakinya dengan balsem dan.

Diabetes mellitus sudah diderita klien sejak 3 tahun lalu dan klien berobat secara

teratur dengan dokter untuk mengatasi penyakitnya. Klien mengatakan bahwa ia

sering merasa lapar, sementara diet karbohidrat dan gula harus ia lakukan.

lvii
Berdasarkan hasil pengukuran tanda-tanda vital klien adalah sebagai berikut: TD :

170/100 mmHg, RR: 24x/ menit, HR: 74x/ menit. Klien rutin memeriksakan

kesehatannya ke dokter. Kadar gula darah klien pada tanggal 28 mei 2012 adalah

230 mg/dl. Obat yang dikonsumsi klien adalah Glibenclanid.

2. Analisa Data

Symptom Etiologi Problem

Ds: Perubahan cara hidup Gangguan


 Klien istirahat tidur
mengatakan Perubahan psikologi
sulit tidur dan
jika sudah Perasaan tak tenang
tertidur dan
bangun Gangguan istirahat tidur
dimalam hari
maka klien
tidak dapat
tidur kembali
 Tidur malam
kurang lebih 3
jam
 Klien
mengatakan
kurang
konsentrasi
dalam
melakukan
aktivitas.
 Klien
mengatakan
sulit tidur
karena badan
terasa panas
Do:
 Wajah klien
terlihat kurang
segar, kusam
 Terlihat
kelelahan

lviii
Ds: Produksi insulin inadekuat Kelelahan
 Klien
mengatakan Peningkatan kadar glukosa dalam
mudah lelah darah
melakukan
aktivitas Starvasi sel
 Kepala terasa
pusing dan Tonus otot menurun
badan lemas
Do:
 Terlihat Sulit bergerak
kelelahan
 Kurang Kelelahan
berkonsentrasi
 Wajah lesu,
lemah dan
lunglai
Ds: Ketidak seimbangan produksi Resiko infeksi
 Klien insulin
mengatakan
gatal pada Anabolesme protein
kaki da terasa
seperti Kerusakan pada antibodi
kesemutan
 Klien Kekebalan tubuh menurun
mengatakan
Resiko infeksi
gula darah
klien naik
pada saat
seminggu
setelah
lebaran
Do:
 Klien terlihat
lemas dan
kurang
bersemangat

3. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan istirahat tidur b/d perasaan tak tenang d/d sulit memulai tidur dan

tidur kembali.

lix
2. Kelelahan b/d tonus otot menurun d/d klien mengatakan badan pusing,

lemas dan lelah beraktivitas.

3. Resiko infeksi b/d kekebalan tubuh menurun d/d gatal pada daerah

ekstremitas

4. Intervensi

1. Gangguan istirahat tidur b/d perasaan tak tenang d/d sulit memulai tidur

dan tidur kembali.

NOC:

Tujuan: Mempertahankan kebutuhan istirahat tidur dan tidur dalam batas

normal.

Kriteria hasil:

1. Klien dapat tidur berkualitas.

2. Klien dapat berkonsentrasi dengan baik.

NIC:

1. Lakukan identifikasi faktor yang menyebabkan masalah tidur.

2. Lakukan pengurangan distraksi lingkungan dan hal yang mengganggu.

3. Tingkatkan aktivitas pada siang hari.

4. Memberikan pendidikan kesehatan.

2. Kelelahan b/d tonus otot menurun d/d klien mengatakan badan pusing,

lemas dan lelah beraktivitas.

NOC:

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kelelahan

klien dapat teratasi.

lx
Kriteria hasil: Mengungkapkan pningkatan energy dan menunjukkan

partisipasi dalam aktivitas.

NIC:

1. Diskusikan dengan pasien kebutuhan aktivitas.

2. Berikan aktivitas alternative dengan priode istirahat yang cukup dan

tanpa gangguan.

3. Tingkatkan partisipasi klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

3. Resiko Infeksi b/d sistem kekebalan tubuh yang menurun d/d gatal

Ekstremitas.

NOC:

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan akan

meminimalkan komplikasi dan mencegah terjadinya infeksi.

Kriteria hasil:

1. Mengetahui tanda-tanda infeksi

2. Mengetahui cara mengurangi terjadi infeksi

NIC:

1. Kaji tanda-tanda infeksi, suhu, perdarahan

2. Memberitahukan tanda dan gejala infeksi

3. Memberitahuan mencegah terjadinya infeksi

4. Mengajarkan minum obat teratur dan memperhatikan kebersihan tubuh

juga keamanan tubuh

5. Implementasi

lxi
Hari/ Dx Implementasi
Tanggal

Rabu/ 1 1. Lakukan identifikasi faktor yang menyebabkan


19/06/20 masalah tidur.
19 2. Lakukan pengurangan distraksi lingkungan dan
11:00 hal yang mengganggu.
3. Tingkatkan aktivitas pada siang hari.
4. Memberikan pendidikan kesehatan.
Rabu/ 2 1. Diskusikan dengan pasien kebutuhan aktivitas.
19/06/20 2. Berikan aktivitas alternative dengan priode
19 istirahat yang cukup dan tanpa gangguan.
11:00 3. Tingkatkan partisipasi klien dalam melakukan
aktivitas sehari-hari.

Rabu/ 3 1. Kaji tanda-tanda infeksi, suhu, perdarahan


19/06/20 2. Memberitahukan tanda dan gejala infeksi
19 3. Memberitahuan mencegah terjadinya infeksi
11:00 4. Mengajarkan minum obat teratur dan
memperhatikan kebersihan tubuh juga keamanan
tubuh

Senin/ 1 1. Lakukan identifikasi faktor yang menyebabkan


24/06/20 masalah tidur.
19 2. Lakukan pengurangan distraksi lingkungan dan
11:00 hal yang mengganggu.
3. Tingkatkan aktivitas pada siang hari.
4. Memberikan pendidikan kesehatan.
Senin/ 2 1. Diskusikan dengan pasien kebutuhan aktivitas.
24/06/20 2. Berikan aktivitas alternative dengan priode
19 istirahat yang cukup dan tanpa gangguan.
11:00 3. Tingkatkan partisipasi klien dalam melakukan
aktivitas sehari-hari.

Senin/ 3 1. Kaji tanda-tanda infeksi, suhu, perdarahan


24/06/20 2. Memberitahukan tanda dan gejala infeksi
19 3. Memberitahuan mencegah terjadinya infeksi
11:00 4. Mengajarkan minum obat teratur dan
memperhatikan kebersihan tubuh juga keamanan
tubuh

lxii
Jumat/ 1 1. Lakukan identifikasi faktor yang menyebabkan
28/06/20 masalah tidur.
19 2. Lakukan pengurangan distraksi lingkungan dan
11:00 hal yang mengganggu.
3. Tingkatkan aktivitas pada siang hari.
4. Memberikan pendidikan kesehatan.
Jumat/ 2 1. Diskusikan dengan pasien kebutuhan aktivitas.
28/06/20 2. Berikan aktivitas alternative dengan priode
19 istirahat yang cukup dan tanpa gangguan.
11:00 3. Tingkatkan partisipasi klien dalam melakukan
aktivitas sehari-hari.

Jumat/ 3 1. Kaji tanda-tanda infeksi, suhu, perdarahan


28/06/20 2. Memberitahukan tanda dan gejala infeksi
19 3. Memberitahuan mencegah terjadinya infeksi
11:00 4. Mengajarkan minum obat teratur dan
memperhatikan kebersihan tubuh juga keamanan
tubuh

6. Evaluasi

Hari/Tanggal Evaluasi
Rabu/19/06/2019 S:Klien mengatakan sulit tidur, badan terasa panas, masih
pusing, gatal pada ektremitas, kesemutan dan mudah lelah
O: terlihat wajah kusam, kurang konsentrasi
TD:170/100mmHg, HR: 74x/i , RR: 24x/i
A: masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
Senin/24/06/2019 S: Klien mengatakan masih sulit tidur dan badan terasa lelah
tetapi lebih semangat beraktivitas, gatal-gatal pada
ekstemitas hilang tetapi masih kesemutan
O: Terlihat berkonsentrasi dalam pertemuan, wajah sedikit
segar
TD: 160/100mmHg, RR: 24x/i, HR:74x/i
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
Jumat/ S: Klien mengatakan dapat tidur nyenyak tetapi hanya 4
28/06/2019 jam, kesemutan berkurang, lebih bersemangat dalam
melakukan aktivitas seperti biasa dan mengerti tentang
resiko infeksi
O: Memahami perkataan
A: Masalah teratasi
P: Intervensi selesai

lxiii
Klien 2: Tanggal pengkajian : 19 Juni 2019

I. Identitas

a. Nama : Ny. L

b. Tempat/tanggal lahir : Medan/ 21 April 1959

c. Jenis kelamin : Perempuan

d. Status perkawinan : Menikah

e. Agama : Islam

f. Suku : Jawa

g. Pendidikan : SLTA

h. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

i. Alamat : Jln. Perjuangan Gang Sosial

Klien tinggal dengan suami dan anaknya. Jumlah anak tiga orang,

ketiganya sudah menikah. Keluhan utama lansia adalah terkadang kebas-kebas di

kaki dan pusing. Klien mengatakan ini terjadi karenya klien kurang beraktivitas.

Faktor yang memperberat adalah saat klien terlambat makan ataupun disaat gula

darah meningkat. Untuk meringankan keluhan ini biasanya klien meminta tolong

cucunya untuk memijat kaki klien. Klien pernah oprasi katarak 4 tahun lalu

kemudian baru menderita diabetes selama 1 tahun ini. Klien selalu mengontrol

tekanan darahnya dengan mendatangi sebuah klinik di Setia Budi dan 2 bulan lalu

kadar gula darah klien adalah 200 mg/dl. Setelah dilakukan pemeriksaan tanda-

tanda vital klien adalah sebagai berikut: 150/100 mmHg, RR: 20x/ menit, HR:

80x/ menit. Klien mengonsumsi obat glimepiride.

lxiv
2. Analisa Data

Symptom Etiologi Problem

Ds: Perubahan cara hidup Gangguan


 Klien istirahat tidur
mengatakan Perubahan psikologi
sulit tidur dan
jika sudah Perasaan tak tenang
tertidur dan
bangun Gangguan istirahat tidur
dimalam hari
maka klien
tidak dapat
tidur kembali
 Tidur malam
kurang lebih 3
jam
 Klien
mengatakan
kurang
konsentrasi
dalam
melakukan
aktivitas.
 Klien
mengatakan
sulit tidur
karena badan
terasa panas
Do:
 Wajah klien
terlihat kurang
segar, kusam
 Terlihat
kelelahan
Ds: Produksi insulin inadekuat Kelelahan
 Klien
mengatakan Peningkatan kadar glukosa dalam
mudah lelah darah
melakukan
aktivitas Starvasi sel
 Kepala terasa
pusing dan Tonus otot menurun
badan lemas

lxv
Do: Sulit bergerak
 Terlihat
kelelahan Kelelahan
 Kurang
berkonsentrasi
 Wajah lesu,
lemah dan
lunglai
Ds: Ketidak seimbangan produksi Resiko infeksi
 Klien insulin
mengatakan
gatal pada kaki Anabolesme protein
da terasa seperti
kesemutan Kerusakan pada antibodi
 Klien
mengatakan Kekebalan tubuh menurun
gula darah klien
Resiko infeksi
naik pada saat
seminggu
setelah lebaran
Do:
 Klien terlihat
lemas dan
kurang
bersemangat

3. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan istirahat tidur b/d perasaan tak tenang d/d sulit memulai tidur dan

tidur kembali.

2. Kelelahan b/d tonus otot menurun d/d klien mengatakan badan pusing, lemas

dan lelah beraktivitas.

3. Resiko infeksi b/d kekebalan tubuh menurun d/d gatal pada daerah

ekstremitas

4. Intervensi

1. Gangguan istirahat tidur b/d perasaan tak tenang d/d sulit memulai tidur

dan tidur kembali

lxvi
NOC:

Tujuan: Mempertahankan kebutuhan istirahat tidur dan tidur dalam batas

normal.

Kriteria hasil:

1. Klien dapat tidur berkualitas.

2. Klien dapat berkonsentrasi dengan baik.

NIC:

1. Lakukan identifikasi faktor yang menyebabkan masalah tidur.

2. Lakukan pengurangan distraksi lingkungan dan hal yang mengganggu.

3. Tingkatkan aktivitas pada siang hari.

4. Memberikan pendidikan kesehatan.

2. Kelelahan b/d tonus otot menurun d/d klien mengatakan badan pusing,

lemas dan lelah beraktivitas.

NOC:

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kelelahan

klien dapat teratasi.

Kriteria hasil: Mengungkapkan pningkatan energy dan menunjukkan

partisipasi dalam aktivitas.

NIC:

1. Diskusikan dengan pasien kebutuhan aktivitas.

2. Berikan aktivitas alternative dengan priode istirahat yang cukup dan

tanpa gangguan.

3. Tingkatkan partisipasi klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

lxvii
3. Resiko Infeksi b/d sistem kekebalan tubuh yang menurun d/d gatal

Ekstremitas.

NOC:

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan akan

meminimalkan komplikasi dan mencegah terjadinya infeksi.

Kriteria hasil:

1. Mengetahui tanda-tanda infeksi

2. Mengetahui cara mengurangi terjadi infeksi

NIC:

1. Kaji tanda-tanda infeksi, suhu, perdarahan.

2. Memberitahukan tanda dan gejala infeksi

3. Memberitahuan mencegah terjadinya infeksi

4. Mengajarkan minum obat teratur dan memperhatikan kebersihan tubuh

juga keamanan tubuh

5. Implementasi

Hari/ Dx Implementasi
Tanggal

Rabu/ 1 1. Lakukan identifikasi faktor yang menyebabkan


19/06/20 masalah tidur.
19 2. Lakukan pengurangan distraksi lingkungan dan hal
11:30 yang mengganggu.
3. Tingkatkan aktivitas pada siang hari.
4. Memberikan pendidikan kesehatan.
Rabu/ 2 1. Diskusikan dengan pasien kebutuhan aktivitas.
19/06/20 2. Berikan aktivitas alternative dengan priode istirahat
19 yang cukup dan tanpa gangguan.
11:30 3. Tingkatkan partisipasi klien dalam melakukan
aktivitas sehari-hari.

lxviii
Rabu/ 3 1. Kaji tanda-tanda infeksi, suhu, perdarahan
19/06/20 2. Memberitahukan tanda dan gejala infeksi
19 3. Memberitahuan mencegah terjadinya infeksi
11:30 4. Mengajarkan minum obat teratur dan
memperhatikan kebersihan tubuh juga keamanan
tubuh

Senin/ 1 1. Lakukan identifikasi faktor yang menyebabkan


24/06/20 masalah tidur.
19 2. Lakukan pengurangan distraksi lingkungan dan hal
11:30 yang mengganggu.
3. Tingkatkan aktivitas pada siang hari.
4. Memberikan pendidikan kesehatan.
Senin/ 2 1. Diskusikan dengan pasien kebutuhan aktivitas.
24/06/20 2. Berikan aktivitas alternative dengan priode istirahat
19 yang cukup dan tanpa gangguan.
11:30 3. Tingkatkan partisipasi klien dalam melakukan
aktivitas sehari-hari.

Senin/ 3 1. Kaji tanda-tanda infeksi, suhu, perdarahan


24/06/20 2. Memberitahukan tanda dan gejala infeksi
19 3. Memberitahuan mencegah terjadinya infeksi
11:30 4. Mengajarkan minum obat teratur dan
memperhatikan kebersihan tubuh juga keamanan
tubuh

Jumat/ 1 1. Lakukan identifikasi faktor yang menyebabkan


28/06/20 masalah tidur.
19 2. Lakukan pengurangan distraksi lingkungan dan hal
11:30 yang mengganggu.
3. Tingkatkan aktivitas pada siang hari.
4. Memberikan pendidikan kesehatan.
Jumat/ 2 1. Diskusikan dengan pasien kebutuhan aktivitas.
28/06/20 2. Berikan aktivitas alternative dengan priode istirahat
19 yang cukup dan tanpa gangguan.
11:30 3. Tingkatkan partisipasi klien dalam melakukan
aktivitas sehari-hari.

Jumat/ 3 1. Kaji tanda-tanda infeksi, suhu, perdarahan


28/06/20 2. Memberitahukan tanda dan gejala infeksi
19 3. Memberitahuan mencegah terjadinya infeksi
11:30 4. Mengajarkan minum obat teratur dan
memperhatikan kebersihan tubuh juga keamanan
tubuh

lxix
6. Evaluasi

Hari/Tanggal Evaluasi
Rabu/19/06/2019 S:Klien mengatakan sulit tidur, badan terasa panas, masih
pusing, gatal pada ektremitas, kesemutan dan mudah lelah
O: terlihat wajah kusam, kurang konsentrasi
TD:150/100mmHg, HR: 80x/i, RR: 20x/i
A: masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
Senin/24/06/2019 S: Klien mengatakan masih sulit tidur dan badan terasa lelah
tetapi lebih semangat beraktivitas, gatal-gatal pada
ekstemitas hilang tetapi masih kesemutan
O: Terlihat berkonsentrasi dalam pertemuan, wajah sedikit
segar
TD:150/100mmHg, HR: 80x/i, RR: 20x/i
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
Jumat/ S: Klien mengatakan dapat tidur nyenyak tetapi hanya 4
28/06/2019 jam, kesemutan berkurang, lebih bersemangat dalam
melakukan aktivitas seperti biasa dan mengerti tentang
resiko infeksi
O: Memahami perkataan
TD:150/100mmHg, HR: 80x/i, RR: 20x/i
A: Masalah teratasi
P: Intervensi selesai

Klien 3: Tanggal pengkajian : 19 Juni 2019

I. Identitas

a. Nama : Ny. J

b. Tempat/tanggal lahir : Koala Gunung/ 31 Desember 1951

c. Jenis kelamin : Perempuan

d. Status perkawinan : Janda

e. Agama : Islam

f. Suku : jawa

g. Pendidikan : SD

lxx
h. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

i. Alamat : Jln. Setia Gang Karya

Klien tinggal dengan anak ke 2. Jumlah anak 6 orang, 3 laki-laki dan 3

perempuan. Semua anak telah menikah. Keluhan utama klien adalah kebas-kebas,

gatal, kaki dan jari-jari kaki terasa kaku. Penyebabnya klien tidak menjaga

makanan dan memiliki banyak pikiran. Faktor yang memperberat klien adalah

klien memiliki masalah. Hal biasa yang dilakukan oleh klien untuk meringankan

keluhan adalah berjalan pelan-pelan dan memijat daerah kaki yang sakit.

Berdasarkan hasil pengkajian klien memiliki luka di kaki kiri dan sekitaran kaki

terdapat kalus. Klien sudah menderita diabetes selama 10 tahun dan jarang

memeriksakan kesehatannya. Obat yang di konsumsi klien Glibenclanid.

2. Analisa Data

Symptom Etiologi Problem


Ds: Hiperglikemi Nyeri akut
 Klien mengatakan
Kerusakan vaskuler
merasa sakit di kaki
seperti kesemutan. Neuropati perifer
 Skala 4
Do:
 Klien tampah Ulkus
menahan sakit Adanya perlukaan pada kaki
 Memegang daerah
yang sakit Pengeluaran histamin dan prostaglandin
Wajah meringis
Nyeri akut
Ds: Hiperglikemi Kerusakan integritas
 Klien mengatakan
Kerusakan vaskuler kulit
ada luka dikaki
tetapi tidak terasa Neuropati perifer
jika berjalan di
permukaan yang

lxxi
halus Ulkus
Do:
 Terdapat luka
dibagian telapak Kerusakan integritas kulit
kaki klien dalam
keadaan merah dan
sekitaran luka
kasar dan tebal
(kalus)
Ds: Hiperglikemi Resiko infeksi
 Klien mengatakan Kerusakan vaskuler
ada luka dikaki
tetapi tidak terasa Neuropati perifer
jika berjalan di Ulkus
permukaan yang
halus Adanya perlukaan pada kaki
Do: Luka insisi tidak dirawat
 Terdapat luka
dibagian telapak Leukosit meningkat
kaki klien dalam Resiko infeksi
keadaan merah dan
sekitaran luka
kasar dan tebal
(kalus), luka dalam
keadaan terbuka

3. Diagnosa Keperawata

1. Nyeri akut b/d kerusakan vaskuler d/d adanya ulkus dikaki klien.

2. Kerusakan integritas kulit b/d ulkus d/d kulit merah dibagian luka dan

menghitam disekitaran kaki terasa tebal.

3. Resiko infeksi b/d menurunnya antibody d/d luka susah kering dan tidak

terasa oleh klien.

4. Intervensi

1. Nyeri akut b/d kerusakan vaskuler d/d klien mengatakan sakit di kaki

dengan skala 4.

lxxii
NOC:

Tujuan : masalah nyeri berkurang atau hilang

Kriteria hasil :

1. Skala nyeri berkurang (0-10) menjadi 4

2. Pasien terlihat rileks atau nyaman

3. Pasien mampu mengontrol nyeri

NIC :

1. Pertahankan tirah baring dan posisi yang nyaman.

2. Kaji nyeri menggunakan metode (PQRST) meliputi skala, frekuensi

nyeri, dll.

3. Ajarkan teknik relaksasi napas dalam.

4. Ajarkan klien terapi spa kali.

5. Ajurkan klien mengonsumsi obat secara teratur.

2. Kerusakan integritas kulit b/d ulkus d/d kulit merah dibagian luka dan

menghitam disekitaran kaki terasa tebal.

NOC:

Tujuan: Integritas kulit dapat dipertahankan

Kriteria hasil: Keadaan kulit tetap utuh pada daerah yang mengalami

gangguan seperti lesi dalam keadaan bersih dan memperlihatkan tanda

sembuh juga dapat memperlihatkan perawatan kulit yang tepat

NIC:

1. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskuler

2. Awasi adanya tanda tanda infeksi

lxxiii
3. Jaga kuling agar tetap kering dan bersih

4. Beritahukan tanda dan gejala infeksi

3. Resiko infeksi b/d menurunnya antibody d/d luka susah kering dan tidak

terasa oleh klien.

NOC:

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan akan

meminimalkan komplikasi dan mencegah terjadinya infeksi.

Kriteria hasil:

1. Mengetahui tanda-tanda infeksi

2. Mengetahui cara mengurangi terjadi infeksi

NIC:

1. Kaji tanda-tanda infeksi, suhu, perdarahan

2. Memberitahukan tanda dan gejala infeksi

3. Memberitahuan mencegah terjadinya infeksi

4. Mengajarkan minum obat teratur dan memperhatikan kebersihan tubuh

juga keamanan tubuh

5. Implementasi

Hari/Tanggal Dx Implementasi
Rabu/19/06/2019 1 1. Pertahankan tirah baring dan posisi yang
13:00 nyaman.
2. Kaji nyeri menggunakan metode (PQRST)
meliputi skala, frekuensi nyeri, dll.
3. Ajarkan teknik relaksasi napas dalam.
4. Ajarkan klien terapi spa kali.
5. Ajurkan klien mengonsumsi obat secara
teratur.

Rabu/19/06/2019 2 1. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna,

lxxiv
13:00 turgor, vaskuler
2. Awasi adanya tanda tanda infeksi
3. Jaga kuling agar tetap kering dan bersih
4. Beritahukan tanda dan gejala infeksi

Rabu/19/06/2019 3 1. Kaji tanda-tanda infeksi, suhu, perdarahan


13:00 2. Memberitahukan tanda dan gejala infeksi
3. Memberitahuan mencegah terjadinya infeksi
4. Mengajarkan minum obat teratur dan
memperhatikan kebersihan tubuh juga
keamanan tubuh

Senin/24/06/2019 1 1. Pertahankan tirah baring dan posisi yang


13:30 nyaman.
2. Kaji nyeri menggunakan metode (PQRST)
meliputi skala, frekuensi nyeri, dll.
3. Ajarkan teknik relaksasi napas dalam.
4. Ajarkan klien terapi spa kali.
5. Ajurkan klien mengonsumsi obat secara
teratur.

Senin/24/06/2019 2 1. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna,


13:30 turgor, vaskuler
2. Awasi adanya tanda tanda infeksi
3. Jaga kuling agar tetap kering dan bersih
4. Beritahukan tanda dan gejala infeksi

Senin/24/06/2019 3 1. Kaji tanda-tanda infeksi, suhu, perdarahan


13:30 2. Memberitahukan tanda dan gejala infeksi
3. Memberitahuan mencegah terjadinya infeksi
4. Mengajarkan minum obat teratur dan
memperhatikan kebersihan tubuh juga
keamanan tubuh

Jumat/ 1 1. Pertahankan tirah baring dan posisi yang


28/06/2019 nyaman.
13:30 2. Kaji nyeri menggunakan metode (PQRST)
meliputi skala, frekuensi nyeri, dll.
3. Ajarkan teknik relaksasi napas dalam.
4. Ajarkan klien terapi spa kali.
5. Ajurkan klien mengonsumsi obat secara
teratur.
Jumat/ 2 1. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna,
28/06/2019 turgor, vaskuler
13:30 2. Awasi adanya tanda tanda infeksi
3. Jaga kuling agar tetap kering dan bersih

lxxv
4. Beritahukan tanda dan gejala infeksi

Jumat/ 3 1. Kaji tanda-tanda infeksi, suhu, perdarahan


28/06/2019 2. Memberitahukan tanda dan gejala infeksi
13:30 3. Memberitahuan mencegah terjadinya infeksi
4. Mengajarkan minum obat teratur dan
memperhatikan kebersihan tubuh juga keamanan
tubuh

6. Evaluasi

Tanggal/Hari Evaluasi
Rabu/19/06/2019 S: Klien mengatakan nyeri skala 4, dibagian tangan,
kaki terasa kaku seperti kesemutan, luka masih
merah
O: Terlihat ada luka di telapak kaki klien, sensasi kaki
ubnormal, tidak ada tanda-tanda infeksi
A: masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
Senin/24/06/2019 S: Klien mengatakan kesemutan masih ada tetapi nyeri
berkurang dan setelah diberikan spa kaki lebih terasa
jika kaki disentuh
O: Luka kering tetapi kaki tebal dan masih kaku
A: masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
Jumat/28/06/2019 S: Klien mengatakan kesemutan sudah berkurang dan
kaki terasa hangat, saat diberikan sensasi sedikit
terasa
O: Luka kering, tidak ada tanda-tanda infeksi, wajah
masih lesu
A: Masalah teratasi
P: Intervensi selesai

lxxvi
Klien 4: Tanggal pengkajian : 19 Juni 2019

I. Identitas

a. Nama : Ny. K

b. Tempat/tanggal lahir : Medan/ 8 Oktober 1954

c. Jenis kelamin : Perempuan

d. Status perkawinan : Janda

e. Agama : Islam

f. Suku : Mandailing

g. Pendidikan : SLTA

h. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

i. Alamat : Jln. Setia

Klien tinggal dengan anak lelakinya yang belum menikah. Jumlah anak

lima orang, empat anak tersebut telah menikah. Keluhan klien adalah kebas-kebas

dan gatal dikaki dan ini dirasakan kadang-kadang. Penyebabnya karena klien

kurang beraktivitas. Faktor yang memperberat keluhan adalah saat mengangkat

barang yang berat dan sudah duduk dalam waktu cukup lama. Untuk mengatasi

masalah ini biasanya klien memijat kaki yang sakit dengan alat pijatan agar

sakitnya berkurang. Klien sudah menderita diabetes selama 3 tahun dan rutin

meminum obat diabetes serta memeriksakan kesehatannya ke klinik H. Setelah

dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital hasil yang didapatkan yaitu: TD :

170/100 mmHg, RR: 24x/ menit, HR: 76x/ menit.

2. Analisa Data

Symptom Etiologi Problem

lxxvii
Ds: Hiperglikemi Gangguan istirahat
 Klien mengatakan perubahan biologis
tidur
sulit untuk tidur, penurunan masukan
badan terasa lelah nutrisi
dan tidak penurunan aktivitas
bersemangat penurunan fungsi sendi,
Do: otot, pendengaran dan
 Terlihat lesu, lelah penglihatan
dan kurang gaangguan istirahat
berkonsentrasi tidur
Ds: Produksi insulin Kelelahan
 Klien mengatakan inadekuat
badan terasa sangat Peningkatan kadar
lelah meskipun glukosa dalam darah
tidak melakukan Starvasi sel
aktifitas apapun Tonus otot menurun
Do: Sulit bergerak
 Terlihat lesu, lelah Kelelahan
 Dan kurang
berkonsentrasi

Ds: Ketidak seimbangan Resiko Infeksi


 Klien mengatakan produksi insulin
ada luka dikaki Anabolisme protein
tetapi tidak terasa Kerusakan pada
jika berjalan di antibodi
permukaan yang Kekebalan tubuh
halus menurun
Do: Resiko infeksi
 Terdapat luka
dibagian telapak
kaki klien dalam
keadaan merah dan
sekitaran luka
kasar dan tebal
(kalus), luka dalam
keadaan

3. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan istirahat tidur b/d perasaan tak tenang d/d sulit memulai tidur

dan tidur kembali.

lxxviii
2. Kelelahan b/d tonus otot menurun d/d klien mengatakan badan pusing,

lemas dan lelah beraktivitas.

3. Resiko infeksi b/d kekebalan tubuh menurun d/d gatal pada daerah

ekstremitas

4. Intervensi

1. Gangguan istirahat tidur b/d perasaan tak tenang d/d sulit memulai tidur

dan tidur kembali

NOC:

Tujuan: Mempertahankan kebutuhan istirahat tidur dan tidur dalam batas

normal.

Kriteria hasil:

1. Klien dapat tidur berkualitas.

2. Klien dapat berkonsentrasi dengan baik.

NIC:

1. Lakukan identifikasi faktor yang menyebabkan masalah tidur.

2. Lakukan pengurangan distraksi lingkungan dan hal yang mengganggu.

3. Tingkatkan aktivitas pada siang hari.

4. Memberikan pendidikan kesehatan.

2. Kelelahan b/d tonus otot menurun d/d klien mengatakan badan pusing,

lemas dan lelah beraktivitas.

NOC:

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kelelahan

klien dapat teratasi.

lxxix
Kriteria hasil: Mengungkapkan pningkatan energy dan menunjukkan

partisipasi dalam aktivitas.

NIC:

1. Diskusikan dengan pasien kebutuhan aktivitas.

2. Berikan aktivitas alternative dengan priode istirahat yang cukup dan

tanpa gangguan.

3. Tingkatkan partisipasi klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

3. Resiko Infeksi b/d sistem kekebalan tubuh yang menurun d/d gatal

Ekstremitas.

NOC:

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan akan

meminimalkan komplikasi dan mencegah terjadinya infeksi.

Kriteria hasil:

3. Mengetahui tanda-tanda infeksi

4. Mengetahui cara mengurangi terjadi infeksi

NIC:

5. Kaji tanda-tanda infeksi, suhu, perdarahan

6. Memberitahukan tanda dan gejala infeksi

7. Memberitahuan mencegah terjadinya infeksi

lxxx
8. Mengajarkan minum obat teratur dan memperhatikan kebersihan tubuh

juga keamanan tubuh

5. Implementasi

Hari/ Dx Implementasi
Tanggal

Rabu/ 1 1. Lakukan identifikasi faktor yang menyebabkan


10/06/20 masalah tidur.
19 2. Lakukan pengurangan distraksi lingkungan dan hal
14:00 yang mengganggu.
3. Tingkatkan aktivitas pada siang hari.
4. Memberikan pendidikan kesehatan.
Rabu/ 2 1. Diskusikan dengan pasien kebutuhan aktivitas.
10/06/20 2. Berikan aktivitas alternative dengan priode istirahat
19 yang cukup dan tanpa gangguan.
14:00 3. Tingkatkan partisipasi klien dalam melakukan
aktivitas sehari-hari.

Rabu/ 3 1. Kaji tanda-tanda infeksi, suhu, perdarahan


10/06/20 2. Memberitahukan tanda dan gejala infeksi
19 3. Memberitahuan mencegah terjadinya infeksi
14:00 4. Mengajarkan minum obat teratur dan
memperhatikan kebersihan tubuh juga keamanan
tubuh

Senin/ 1 1. Lakukan identifikasi faktor yang menyebabkan


24/06/20 masalah tidur.
19 2. Lakukan pengurangan distraksi lingkungan dan hal
14:00 yang mengganggu.
3. Tingkatkan aktivitas pada siang hari.
4. Memberikan pendidikan kesehatan.
Senin/ 2 1. Diskusikan dengan pasien kebutuhan aktivitas.
24/06/20 2. Berikan aktivitas alternative dengan priode istirahat
19 yang cukup dan tanpa gangguan.
14:00 3. Tingkatkan partisipasi klien dalam melakukan
aktivitas sehari-hari.

Senin/ 3 1. Kaji tanda-tanda infeksi, suhu, perdarahan


24/06/20 2. Memberitahukan tanda dan gejala infeksi
19 3. Memberitahuan mencegah terjadinya infeksi
14:00 4. Mengajarkan minum obat teratur dan
memperhatikan kebersihan tubuh juga keamanan

lxxxi
tubuh

Jumat/ 1 1. Lakukan identifikasi faktor yang menyebabkan


28/06/20 masalah tidur.
19 2. Lakukan pengurangan distraksi lingkungan dan hal
14:00 yang mengganggu.
3. Tingkatkan aktivitas pada siang hari.
4. Memberikan pendidikan kesehatan.
Jumat/ 2 1. Diskusikan dengan pasien kebutuhan aktivitas.
28/06/20 2. Berikan aktivitas alternative dengan priode istirahat
19 yang cukup dan tanpa gangguan.
14:00 3. Tingkatkan partisipasi klien dalam melakukan
aktivitas sehari-hari.

Jumat/ 3 1. Kaji tanda-tanda infeksi, suhu, perdarahan


28/06/20 2. Memberitahukan tanda dan gejala infeksi
19 3. Memberitahuan mencegah terjadinya infeksi
14:00 4. Mengajarkan minum obat teratur dan
memperhatikan kebersihan tubuh juga keamanan
tubuh

6. Evaluasi

Hari/Tanggal Evaluasi
Rabu/10/06/2019 S:Klien mengatakan sulit tidur, badan terasa panas, masih
pusing, gatal pada ektremitas, kesemutan dan mudah lelah
O: terlihat wajah kusam, kurang konsentrasi
TD:170/100mmHg, HR: 76x/i , RR: 24x/i
A: masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
Senin/24/06/2019 S: Klien mengatakan masih sulit tidur dan badan terasa lelah
tetapi lebih semangat beraktivitas, gatal-gatal pada
ekstemitas hilang tetapi masih kesemutan
O: Terlihat berkonsentrasi dalam pertemuan, wajah sedikit
segar
TD: 160/100mmHg, RR: 24x/i, HR:74x/i
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
Jumat/ S: Klien mengatakan dapat tidur nyenyak tetapi hanya 4
28/06/2019 jam, kesemutan berkurang, lebih bersemangat dalam
melakukan aktivitas seperti biasa dan mengerti tentang
resiko infeksi
TD: 160/100mmHg, RR: 24x/i, HR:74x/i
O: Memahami perkataan

lxxxii
A: Masalah teratasi
P: Intervensi selesai

Klien 5: Tanggal pengkajian : 19 Juni 2019

I. Identitas

a. Nama : Ny. S

b. Tempat/tanggal lahir : Medan/ 8 Desember 1948

c. Jenis kelamin : Perempuan

d. Status perkawinan : Janda

e. Agama : Islam

f. Suku : Jawa

g. Pendidikan : SD

h. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

i. Alamat : Jln. Setia No. 13

Klien tinggal dengan anak perempuannya paling kecil. Jumlah anak 4

orang, semua anak Ny. S sudah menikah dan Ny S memiliki 7 cucu. Keluhan

utama klien adalah mudah lelah meskipun berjalan hanya sebentar. Kemungkinan

penyebabnya adalah arena gula darah yang naik. Klien belum memeriksakannya

ke klinik saat ini. Keluhan ini datang secara periodik (kadang-kadang). Faktor

yang memperberat keluhan adalah saat klien lupa minum obat atau sedang lapar.

Untuk memperingan keluhan tersebut biasanya klien akan duduk sambil bercerita-

cerita dengan tetangga. Klien sudah menderita diabetes selama 8 tahun. Biasanya

klien rutin memeriksakan kesehatannya ke dokter. Setelah dilakukan pemeriksaan

tanda-tanda vital klien yaitu: TD : 150/70 mmHg, RR: 24x/ menit, HR: 74x/

lxxxiii
menit. Pada tanggal 1 mei 2019 gula darah klien adalah 220 mg/dl. Klien

mengonsumsi glibenclanid.

2. Analisa Data

Symptom Etiologi Problem


Ds: Hiperglikemi Gangguan istirahat
 Klien mengatakan perubahan biologis tidur
sulit untuk penurunan masukan
memulai tidur dan nutrisi
tidur kembali jika penurunan aktivitas
terbangun malam penurunan fungsi sendi,
hari otot, pendengaran dan
 Terlihat lelah penglihatan
 Wajah lesu dan Gangguan istirahat
tidak tidur
berkonsentrasi
Ds: Produksi insulin Kelelahan
 KLien mengatakan inadekuat
badan tersa capek Peningkatan kadar
dan lemas tetapi glukosa dalam darah
tidak melakukan Starvasi sel
aktivitas berat Tonus otot menurun
Do: Sulit bergerak
 Klien terlihat lelah
dan lesu juga tidak Kelelahan
brsemangat
Ds: Ketidak seimbangan Resiko infeksi
 Klien mengatakan produksi insulin
gatal pada telapak Anabolisme protein
kaki dan malam Kerusakan pada
badan terasa antibodi
hangat sering
berkeringat Kekebalan tubuh
Do: menurun
 Klien terlihat lelah Resiko infeksi
dan lesu

3. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan istirahat tidur b/d perasaan tak tenang d/d sulit memulai tidur

dan tidur kembali

lxxxiv
2. Kelelahan b/d tonus otot menurun d/d klien mengatakan badan pusing,

lemas dan lelah beraktivitas.

3. Resiko Infeksi b/d sistem kekebalan tubuh yang menurun d/d gatal

Ekstremitas.

4. Intervensi

1. Gangguan istirahat tidur b/d perasaan tak tenang d/d sulit memulai tidur

dan tidur kembali

NOC:

Tujuan: Mempertahankan kebutuhan istirahat tidur dan tidur dalam batas

normal.

Kriteria hasil:

1. Klien dapat tidur berkualitas.

2. Klien dapat berkonsentrasi dengan baik.

NIC:

1. Lakukan identifikasi faktor yang menyebabkan masalah tidur.

2. Lakukan pengurangan distraksi lingkungan dan hal yang mengganggu.

3. Tingkatkan aktivitas pada siang hari.

4. Memberikan pendidikan kesehatan.

2. Kelelahan b/d tonus otot menurun d/d klien mengatakan badan pusing,

lemas dan lelah beraktivitas.

NOC:

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kelelahan

klien dapat teratasi.

lxxxv
Kriteria hasil: Mengungkapkan pningkatan energy dan menunjukkan

partisipasi dalam aktivitas.

NIC:

1. Diskusikan dengan pasien kebutuhan aktivitas.

2. Berikan aktivitas alternative dengan priode istirahat yang cukup dan

tanpa gangguan.

3. Tingkatkan partisipasi klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

3. Resiko Infeksi b/d sistem kekebalan tubuh yang menurun d/d gatal

Ekstremitas.

NOC:

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan akan

meminimalkan komplikasi dan mencegah terjadinya infeksi.

Kriteria hasil:

1. Mengetahui tanda-tanda infeksi

2. Mengetahui cara mengurangi terjadi infeksi

NIC:

1. Kaji tanda-tanda infeksi, suhu, perdarahan

lxxxvi
2. Memberitahukan tanda dan gejala infeksi

3. Memberitahuan mencegah terjadinya infeksi

4. Mengajarkan minum obat teratur dan memperhatikan kebersihan tubuh

juga keamanan tubuh

5. Implementasi

Hari/ Dx Implementasi
Tanggal

Rabu/ 1 1. Lakukan identifikasi faktor yang menyebabkan


10/06/20 masalah tidur.
19 2. Lakukan pengurangan distraksi lingkungan dan
14:30 hal yang mengganggu.
3. Tingkatkan aktivitas pada siang hari.
4. Memberikan pendidikan kesehatan.
Rabu/ 2 1. Diskusikan dengan pasien kebutuhan aktivitas.
10/06/20 2. Berikan aktivitas alternative dengan priode
19 istirahat yang cukup dan tanpa gangguan.
14:30 3. Tingkatkan partisipasi klien dalam melakukan
aktivitas sehari-hari.

Rabu/ 3 1. Kaji tanda-tanda infeksi, suhu, perdarahan


10/06/20 2. Memberitahukan tanda dan gejala infeksi
19 3. Memberitahuan mencegah terjadinya infeksi
14:30 4. Mengajarkan minum obat teratur dan
memperhatikan kebersihan tubuh juga keamanan
tubuh

Senin/ 1 1. Lakukan identifikasi faktor yang menyebabkan


24/06/20 masalah tidur.
19 2. Lakukan pengurangan distraksi lingkungan dan
14:30 hal yang mengganggu.
3. Tingkatkan aktivitas pada siang hari.
4. Memberikan pendidikan kesehatan.
Senin/ 2 1. Diskusikan dengan pasien kebutuhan aktivitas.
24/06/20 2. Berikan aktivitas alternative dengan priode
19 istirahat yang cukup dan tanpa gangguan.
14:30 3. Tingkatkan partisipasi klien dalam melakukan
aktivitas sehari-hari.

Senin/ 3 1. Kaji tanda-tanda infeksi, suhu, perdarahan

lxxxvii
24/06/20 2. Memberitahukan tanda dan gejala infeksi
19 3. Memberitahuan mencegah terjadinya infeksi
14:30 4. Mengajarkan minum obat teratur dan
memperhatikan kebersihan tubuh juga keamanan
tubuh

Jumat/ 1 1. Lakukan identifikasi faktor yang menyebabkan


28/06/20 masalah tidur.
19 2. Lakukan pengurangan distraksi lingkungan dan
14:30 hal yang mengganggu.
3. Tingkatkan aktivitas pada siang hari.
4. Memberikan pendidikan kesehatan.
Jumat/ 2 1. Diskusikan dengan pasien kebutuhan aktivitas.
28/06/20 2. Berikan aktivitas alternative dengan priode
19 istirahat yang cukup dan tanpa gangguan.
14:30 3. Tingkatkan partisipasi klien dalam melakukan
aktivitas sehari-hari.

Jumat/ 3 1. Kaji tanda-tanda infeksi, suhu, perdarahan


28/06/20 2. Memberitahukan tanda dan gejala infeksi
19 3. Memberitahuan mencegah terjadinya infeksi
14:30 4. Mengajarkan minum obat teratur dan
memperhatikan kebersihan tubuh juga keamanan
tubuh

6. Evaluasi

Hari/Tanggal Evaluasi
Rabu/10/06/2019 S:Klien mengatakan sulit tidur, badan terasa panas, masih
pusing, gatal pada ektremitas, kesemutan dan mudah lelah
O: terlihat wajah kusam, kurang konsentrasi
TD:150/70mmHg, HR: 74x/i , RR: 24x/i
A: masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
Senin/24/06/2019 S: Klien mengatakan masih sulit tidur dan badan terasa lelah
tetapi lebih semangat beraktivitas, gatal-gatal pada
ekstemitas hilang tetapi masih kesemutan
O: Terlihat berkonsentrasi dalam pertemuan, wajah sedikit
segar
TD: 150/70mmHg, RR: 24x/i, HR:74x/i
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
Jumat/ S: Klien mengatakan dapat tidur nyenyak tetapi hanya 4
28/06/2019 jam, kesemutan berkurang, lebih bersemangat dalam
melakukan aktivitas seperti biasa dan mengerti tentang

lxxxviii
resiko infeksi
O: Memahami perkataan
A: Masalah teratasi
P: Intervensi selesai

BAB III

PEMBAHASAN

A. Analisa Pengkajian

Hasil Pengkajian awal yang dilakukan di Kelurahan Tanjung Rejo Medan

Sunggal bahwa terdapat pasien yang menderita penyakit Diabetes Melitus dan

diantaranya dijadikan sebagai pasien kelolaan sebanyak 5 pasien. Dalam

penelitian ini semua pasien berjenis kelamin perempuan. Masalah klien yaitu

adanya keluhan nyeri kebas pada kaki, mudah lelah dan sulit tidur yang dirasakan

hampir pada sepanjang hari terutama setelah beraktifitas.

Anamnesa pada tanggal 19 juni 2019, berdasarkan hasil pengkajian dengan

metode wawancara, pemeriksaan fisik didapatkan diagnosa dengan gangguan

istirahat tidur dan kelelahan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yursa

(2015), 31% penderita diabetes memiliki kualitas tidur yang buruk dan 42%

lxxxix
penderita diabetes mudah lelah. Kelelahan merupakan akibat dari

ketidakseimbangan antara tingkat glukosa darah dengan insulin yang beredar

didalam tubuh. Hal ini dikarenakan kadar gula darah yang tinggi. Kadar gula

darah yang tinggi dapat menyebabkan dehidrasi dan dehidrasi inilah yang

menyebabkan penderita diabetes mudah lelah.

Aliran darah yang buruk merupakan masalah utama yang terjadi pada

penderita diabetes (Fatmet, 2005). Salah satu tanda penderita neuropati perifer

diabetic adalah mati rasa pada telapak kaki yang disebabkan gangguan system

saraf perifer yang sangat erat hubungannya dengan dampak hiperglikemi kronik

dan faktor neurovaskuler yang menyebabkan kerusakan pembulu darah yang

membawa oksigen dan nutrisi ke saraf. Disfungsi saraf perifer pada penderita

neuropati menyebabkan terjadinya penurunan sensasi kaki (Sakowski dan

Feldman, 2012).

Adapun yang akan dilakukan mahasiswa ialah melakukan perawatan

kesehatan dengan melakukan kunjungan ke rumah-rumah pasien diabetes 1

minggu sekali selama 3 minggu untuk mengajarkan aplikasi spa kaki diabetik

kepada pada pasien kelolaan. Spa kaki bertujuan untuk meningkatkan sirkulasi

darah. Berdasarkan hasil penelitian bahwa spa kaki dapat meningkatkan serum

leptin dan tingkat adiponektin. Adiponektin mengurangi baik produksi dan

aktivitas sitokin plasma dan peradangan pembuluh darah (Randinone, 2006).

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa pasien

diabetes yang dilakukan perawatan kaki dengan menjaga sirkulasi darah kaki

dihasilkan kelompok yang tidak melakukan perawatan kaki 13 kali berisiko

xc
terjadinya ulkus diabetikdibanding kelompok yang melakukan perawatan kaki

secara teratur (Calle, Pascual dan Duran, 2011).

B. Analisa Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan hasil pengkajian tersebut terdapat satu diagnosa prioritas pada

pasien diabetes mellitus adalah gangguan istirahat tidur dan kelelahan. Diagnosa

keperawatan tersebut merupakan hasil pengkajian secara head to toe dan

pernyataan subyektif dari pasien. Gangguan istirahat tidur dan kelelalahan yang

dialami oleh kelima pasien tersebut dikarenakan kadar gula pasien yang tinggi.

Hiperglikemia pada penyandang DM yang menyebabkan kelainan neuropati

dan kelainan pada pembuluh darah. Diabetes seringkali menyebabkan penyakit

vaskular perifer yang menghambat sirkulasi darah. Dalam kondisi ini, terjadi

penyempitan di sekitar arteri yang sering menyebabkan penurunan sirkulasi yang

signifikan di bagian bawah tungkai dan kaki. Sirkulasi yang buruk ikut berperan

terhadap timbulnya kaki diabetik dengan menurunkan jumlah oksigen dan nutrisi

yang disuplai ke kulit maupun jaringan lain, akibatnya perfusi jaringan bagian

distal dari tungkai menjadi kurang baik dan timbul ulkus yang kemudian dapat

berkembang menjadi nekrosi/gangren yang sangat sulit diatasi dan tidak jarang

memerlukan tindakan amputasi (Suprajitno, 2004).

Maka dengan adanya asuhan keperawatan dengan intervensi utama aplikasi

perawatan kaki yaitu spa kaki diabetik dilakukan selama 10-15 menit dan 1

minggu sekali selama 3 minggu pelaksanaan.

C. Analisa Implementasi dan Evaluasi

xci
Kegiatan kunjungan rumah atau home visit pasien diabetes untuk

melakukan perawatan kesehatan klien dilakukan selama 3 minggu sesuai dengan

jadwal yang telah disepakati. Aplikasi Spa kaki diabetik pada satu pasien

berlangsung selama 10-15 menit. Rangkaian kegiatan Senam kaki diabetik yang

dilakukan meliputi:Mengkaji Kadar Gula Darah pasien, sensasi kaki, keadaan

kaki, mengkaji nyeri dan melakukan spa kaki diabetik. Pertemuan pertama yaitu

hari rabu, 19 juni 2019 di rumah pasien tersebut.

Spa Kaki diabetik ini dilakukan dalam posisi duduk tegak diatas bangku

dengan kaki menyentuh lantai kaji sensasi kaki, perhatikan keadaan kaki (apakah

ada ulkus atau kalus), rendam kaki pasien dalam baskom besar sekitar 5 menit,

bersikan kaki pasien dan sabuni dengan sabun cair, sikat kuku dan telapak kaki

dengan menggunakan sikat khusus kaki hingga bersih (tidak menyentuh bagian

yang luka), setelah itu bilas kaki dengan air bersih, keringkan, potong dan rapikan

kuku pasien kemudian beri baby oail atau minyak khusus massage pada bagian

kaki, ratakan dan mulai pijatan pada kaki setelah itu bersihkan peralatan.

Berdasarkan dari hasil implementasi aplikasi senam kaki yang dilakukan

ke pasien di dapatkan hasil Kelelahan dan Gangguan tidur dapat teratasi tetapi

belum teratasi sepenuhnya. Mahasiswa mengevaluasi hasil dari implementasi

yang telah dilakukan pada pasien tentang perubahan yang dirasakan setelah

melakukan spa kaki diabetik dipertemuan terakhir. Pasien mengatakan ada

perubahan yang dirasakan setelah melakukan spa kaki yaitu badan terasa ringan

dan kaki tidak kebas-kebas sehingga lebih bersemangat untuk beraktivitas, tidur

mulai puas meskipun hanya sebentar dan merasa lebih baik dari sebelumnya.

xcii
Merendam kaki menggunakan air hangat dapat mengakibatkan

vasodilatasi darah dan melebar lumen arteri sehingga menurunkan resistensi aliran

darah yang akan meningkatkan aliran darah (Chandramolesswaran dan

Govardhan, 2011). Tappan (1998), tahapan pelaksanan spa setelah dilakukan

rendaman air hangat adalah dilakukan massage pada kaki. Prosedur massage dapat

memperbaiki sirkulasi darah dan limfe, dengan cara meningkatkan hantaran

oksigen dan zat makanan kedalam sel tubu, sekaligus meningkatkan pengeluaran

sampah metabolism dari tubuh. Pijatan diarea telapak kaki kiri dapat merangsang

pancreas untuk memproduksi insulin. Pijatan kaki juga disenangi oleh banyak

orang karena selain bermanfaat untuk sirkulasi darah, namun memberikan efek

relaksasi (Gala, 2009).

Pengalaman spa kaki diabetik yang diberikan pada klien membuat klien

mengatakan mau dan mampu untuk melakukannya mandiri bersama keluarga

karena sulit untuk melakukannya sendiri. Klien juga berterima kasih kepada

mahasiswa karena sangat senang diberikan pengalaman tentang spa kaki diabetik.

xciii
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil pengkajian yang dilakukan kepada kelima pasien di Kelurahan

Tanjung Rejo Medan Sunggal yaitu pasien diabetes di Kelurahan Tanjung Rejo

Medan Sunggal dominan perempuan. Diagnosa prioritas yang ada pada kelima

klien adalah gangguan tidur dan kelelahan. Gangguan tidur dan kelelahan terjadi

karena gula darah klien yang meningkat. Dari kelima klien hanya satu klien yang

memiliki ulkus pada kaki. Kelima klien mengatakan perubahan setelah dilakukan

spa kaki sensasi kaki pada kaki meningkat, kebas pada kaki berkurang dan kaki

terasa lebih ringan.

xciv
B. Saran

1. Bagi Pendidikan Keperawatan

Spa kaki diabetes dapat memberikan informasi bagi pendidikan

keperawatan dan dijadikan sebagai bahan pembelajaran serta menjadi

salah satu terapi alternatif atau komplementer untuk penderita diabetes

mellitus.

2. Bagi Pelayanan Kesehatan

Spa kaki diabetes dapat memberikan informasi bagi pelayanan

keperawatan dan dijadikan sebagai bahan pembelajaran serta menjadi

salah satu intervensi yang dapat dilakukan atau diterapkan didalam

pelayanan keperawatan untuk penderita diabetes mellitus.

3. Bagi Masyarakat

Spa kaki diabetes ini diharapkan dapat diterapkan oleh masyarakat

khususnya penderita diabetes melitus setiap hari untuk mengontrol kadar

gula darah dan mencegah terjadinya komplikasi pada penderita diabetes

mellitus.

xcv
DAFTAR PUSTAKA

Affiani, Rahmi. (2017). Efektivitas Spa Kaki Diabetes terhadap Sirkulasi Darah
Perifer pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas
Wonokromo Surabaya. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 10, No. 1, Februari, hal
120-129

Arimuko, (2012). Melawan dan Mencegah Diabetes. Yogyakarta: Araska


Printika.

Black, J.M,. & Hawks, J.H. (2005). Medical Surgical Nursing: Clinical
Management for Positive Outcome. Philadelphia: Elsevier Saunders.

Chandramoleeswaran, P., & Govardhan, K. (2011). Foot care ThoughAyudeva.


International Jurnal of Research in Ayurdeva & Pharmachy, 24.

Chayatin & Mubarak. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas, Pengantar dan


Teori. Jakarta: Salemba Medika.

Darryl & Barnes. (2012). Diabetes Panduan untuk Pengendalian Glukosa.


Yogyakarta: Salemba Medika.

Ferry Efendy dan Makhfudli. (2009). Keperawatan Komunitas: Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

xcvi
Harmaya dkk. (2014). Pengaruh Massage Kaki terhadap Sensasi Proteksi pada
kaki Pasien Diabetes Mellitus Tipe II dengan Diabetic Peripheral
Neuropathy, www.googlescholar.com, diunduh pada tanggal 25 Januari 2015.

Hasdiana, (2012). Mengenal Diabetes Mellitus pada Orang Dewasa dan Anak-
anak dengan Solusi Herbal. Yogyakarta: Nuha Medika.

Mahendra dan Ade Tobing, (2008). Care Your Self Diabetes Mellitus. Jakarta:
Penebar Plus.

Mangoenprasodjo, A. S. & Hidayati, S. M. (2005). Terapi Alternatif dan Gaya


Hidup Sehat. Yogyakarta: Pradipta.

Mubaraq. (2006). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Jakarta:


Salemba Medika.

Resi, Yesi, H. Dan Oswati. (2015). Perbedaan Sensitifitas Tangan dan Kaki
Sebelum dan Sesudah Dilakukan Terapi Pijat Refleksi pada Penderita
Diabetes Mellitus Tipe 2. JOM Vol. 2, No. 2.

Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Purwanto, Budhi. (2014). Spa Kaki Diabetes (Layanan Estetika pada Kaki
Penderita Kencing Manis). Yogyakarta: Gava Medika.

Sakowski, S.A &Feldman, E.L (2012), Insulin Like Growth Factos in The
Peripheral Nervous System Endocrinal Metab Clin Nort, 41 (2), 375-393.

Setyoadi dan Kushariyadi. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan pada Klien


Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Medika.

Soegondo, (2009). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Balai


Penerbit FKUI.

Tandra, H (2008). Segala Sesuatu yang harus anda ketahui tentang Diabetes.
Jakarta: Gramedia.

Tjokroprawiro, A. (2007). Hidup Sehat dan Bahagia bersama Diabetes Mellitus.


Jakarta: Gramedia.

xcvii
SOP SPA KAKI DIABETIK

PENGERTIAN Spa kaki adalah tindakan yang terdiri dari skin cleansing
(pembersihan kaki), pedicure (pemotongan kuku) dan
foot massage (pijat kaki). Kegiatan-kegiatan dalam spa
kaki ini memberikan pengaruh terhadap sirkulasi darah
perifer secara menyeluruh juga membuat pasien merasa
nyaman dan rileks.
TUJUAN 1. Memperbaiki sirkulasi darah perifer bagian kaki
pada pasien yang menderita diabetes
2. Memberikan rasa nyaman
3. Mencegah adanya gangrene
KONTRAINDIKASI 1. Pasien dengan gangren
2. Pasien dengan fraktur
PERSIAPAN ALAT 1. Sabun cair
2. Pemotong kuku
3. Sikat kaki
4. Kapas lidi
5. Air dan baskom
6. Handscoon
PROSEDUR 1. Ucapkan salam
2. Beritahukan pasien tindakan yang akan dilakukan
3. Beritahukan pasien tujuan spa kaki
4. Jaga privasi pasien
5. Berikan pasien posisi nyaman (klien dalam posisi
duduk dan rileks)
6. Menggunakan handscoon
Fase kerja

xcviii
7. Langkah 1:
- Observasi dan palpasi keadaan kaki pasien
(apakah ada luka, kalus, kulit kering, dll)
- Berikan sentuhan dengan kapas dibagian
belakang jari jempol, tengah, kelingking juga
di plantar pedis dan dorsum pedis
(tanyakan apakah paien merasakan sentuhan
kapas)
8. Langkah 2:
- Skin Cleansing
Rendam kaki pasien selama 3 menit kemudian
bersihkan dengan menggunakan sabun dan
sikat kaki hingga bersih.
- Bilas kaki dan keringkan dengan handuk
9. Langkah 3:
- Observasi keadaan kuku pasien
- Potong kuku pasien (jika panjang) dan rapikan
kuku pasien dengan kikir penjepepit kuku
10. Langkah 4 (10 menit):
Usapkan baby oil pada kaki yang akan di
massage
- Lakukan massage pada punggung kaki dengan
cara kedua jempol tangan diletakkan di
punggung kaki dan jari lainnya ditelapak kaki,
lakukan gerakan dari arah jari kaki ke
pergelangan kaki
- Lakukan massage pada telapak kaki dengan
cara kedua jempol tangan berada ditelapak
kaki dan jari lainnya dipunggung kaki,
gerakan jempol tangan dari arah jari kaki
tumit kaki
- Sanggah tumit kaki ditelapak tangan kiri
kemudian kepalkan tangan kanan. Gerakan
kepalan tangan dari arah jari ke tumit kaki
- Masih dengan posisi tumit disanggah, tekan
kepalan tangan dari arah yang sama,
selanjutnya rotasikan pergelangan kaki dan
jari-jari kaki
- Lakukan bergantian
11. Rapikan alat
HAL_HAL YANG Spa kaki dilakukan ± 30 menit
HARUS
DIPERHATIKAN

xcix
TABEL PERENCANAAN KEGIATAN PRAKTIKA SENIOR

N PERENCANAAN KEGIATAN HARI KE-


masalah Mengidentifikasi masalah PROS

KEGIATAN
o
berdasarkan ES

1 1. Penentuan
peminatan
2. Penentuan tempat
pengambilan kasus
dan menyusun
judul laporan
pelayanan

3. Penelusuran
pustaka
4. Penyusunan BAB I
2 5. Melakukan
Pengkajian
6. Melakukan analisa
data dan
penegakan
berdasarkan kajian

diagnosa
keperawatan
Menganalisis

7. Menentukan dan
menyusun rencana
dari masalah yang
ditemukan

c
3 8. Implementasi
dan

rencana tindakan
terhadap masalah
yang telah disusun
Implementasi

9. Evaluasi
kegiatan/tindakan
yang telah
dilakukan sesuai
dengan tujuan
4 10. Finalisasi laporan
11. Penilaian
Finalisasi

performance
12. Penyerahan nilai
ke pendidikan

ci
cii

Anda mungkin juga menyukai