Anda di halaman 1dari 258

LAPORAN ILMIAH AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. M PADA Ny. W DENGAN


DIABETES MELITUS SERTA PENERAPAN MANAJEMEN
LAYANAN LANSIA DIKOMUNITAS RW X
KELURAHAN SURAU GADANG
KECAMATAN NANGGALO
TAHUN 2017

PEMINATAN KEPERAWATAN GERONTIK

OLEH
RITTA FARMA, S.Kep
BP. 1541313047

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2017
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan nikmat dan

rahmat-Nya yang selalu dicurahkan kepada seluruh makhluk-Nya. Shalawat serta

salam dikirimkan kepada Nabi Muhammad SAW. Alhamdulillah dengan nikmat

dan hidayah-Nya, peneliti telah dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan

judul “Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. M pada Lansia Ny. Z dengan

Diabetes Melitus serta Penerapan Manajemen Kasus Lansia di Komunitas

RW X Kelurahan Surau Gadang Kecamatan Nanggalo tahun 2017” dengan

baik. Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan karya tulis ilmiah ini

banyak mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari

berbagai pihak dan berkah dari Allah SWT sehingga kendala-kendala yang

dihadapi tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu terima kasih yang sebesar –

besarnya peneliti ucapkan kepada Ibu Gusti Sumarsih, S. Kp, M. Biomed dan

Bapak Ns. Mahathir, S. Kep, M. Kep, Sp. Kom selaku dosen pembimbing yang

telah dengan penuh kesabaran dan dengan telaten membimbing dalam penyusunan

karya tulis ilmiah ini. Terima kasih yang tak terhingga juga penulis sampaikan

kepada Pembimbing Klinik Kasrawati, amd. Kep yang telah memberi motivasi,

nasehat dan bimbingan selama penulis mengikuti praktek profesi peminatan di

Puskesmas Nanggalo.
Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Andalas,

2. Ibu Ketua Bidang Profesi Keperawatan yang telah menyetujui Karya

Tulis Ilmiah ini,

3. Kepala Puskesmas Nanggalo Padang,

4. Dewan penguji yang telah mamberikan kritik dan saran demi kebaikan

perkembangan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen dan Para Staf Dosen Fakultas Keperawatan yang telah

membantu penulis dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini,

6. Kedua orangtua tercinta Abdul Muis dan Delyusni yang telah

memberikan support yang sangat berarti dan tiada henti selalu

mendoakan anakmu ini untuk meraih gelar Ners,

7. Seluruh teman seangkatan di Fakultas Keperawatan Universitas

Andalas yang selalu memberikan inspirasi.

Terakhir, penulis ucapkan terima kasih kepada keluarga atas dorongan dan

do’a yang senantiasa dipanjatkan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya

tulis ilmiah ini, serta pihak yang telah banyak memberikan dukungan dan

perhatiannya kepada penulis. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan

Rahmat dan hidayah-Nya kepada mereka.


Akhirnya penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat

bagi kita semua.

Padang, April 2017

Penulis
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
Mei 2017

Nama : Ritta Farma, S.Kep


No BP : 1541313047

“Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. M pada Ny. W dengan Diabetes Melitus


Serta Penerapan Manajemen Layanan Lansia di Komunitas RW X
Kelurahan Surau Gadang Kecamatan Nanggalo
Tahun 2017”

ABSTRAK

Penuaan merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus
menerus dan berkesinambungan. Sekitar 74% dari 28,8 juta jumlah lansia pada
tahun 2009 menderita penyakit metabolik yang terus diobati selama hidupnya.
Presentasi penyakit metabolik yang tinggi dilaporkan adalah penyakit diabetes
melitus sebanyak 33% dari jumlah lansia yang sakit. Diabetes melitus merupakan
sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa
dalam darah (Hyperglikemia). Pada pasien keloaan didapatkan belum optimalnya
perawatan diabetes melitus dan tidak melakukan pemeriksaan kesehatan secara
rutin kepelayanan kesehatan serta hasil pemeriksaan GDS Ny. W 240 mg/dl,
sehingga diperlukan penanganan dan asuhan keperawatan yang tepat dan
berkesinambungan. Sedangkan masalah manajemen pelayanan lansia di
komunitas yaitu resiko terjadi angka kesakitan pada lansia di RW X Kelurahan
Surau Gadang. Pengumpulan data laporan ilmiah ini menggunakan metode
kuesioner, wawancara dan observasi, sedangkan asuan keperawatan yang
diberikan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Hasil akhir pemberian
asuhan keperawatan adanya perbaikan dan perubahan kesehatan dengan
pembuktian penurunan skore neuropati klien. Hasil akhir manajemen pelayanan
lansia dikomunitas adalah aktifnya kembali peran dan fungsi kader lansia serta
petugas kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan lansia. Disarankan agar
perawat dapat memberikan asuhan tentang penatalaksanaan Diabetes Melitus
sesuai dengan 4 pilar penatalaksanaan daibetes melitus berdasarkan riset
keperawatan.

Kata Kunci : Ketidakefektifan manajemen pengobatan keluarga (diabetes


melitus), manajemen layanan lansia dikomunitas.
Daftar Pustaka: 40 (2004-2015)
NURSING FACULTY
ANDALAS UNIVERSITY
Mei 2017

Name : Ritta Farma, S.Kep


No. Bp : 1541313047

Nursing Care of Mr. M’s Family in Mrs. W With Diabetes Mellitus and
Management Implementation Services For Elderly People in the
Community The Subdistrict Nanggalo at RW X
Surau Gadang Village
2017

ABSTRACT

Aging is an unavoidable natural process, going on and on with a further


continuity. Around 74% from 28,8 million in 2009 of elderly suffering from
metabolic diseases continue to be treatment for life. Presentation of the highest
metabolic disease is diabetes mellitus was reported b 33% of the number of
elderly sick. Diabetes mellitus is a group metabolic disease characterized by an
increase in blood glukose levels (Hyperglikemia). On managed clent obtained not
optimal treatment of diabetes mellitus and did not do a medical check up to health
services as well as, the result of GDS Mrs. W 240 mg/dl, so that necessary
treatment and nursing care that is approriate and suistanable. The problem in the
community elderly service management is the risk of morbidity in the elderly
people at RW X Surau Gadang Village. This scientific report data collection using
questionnaires, interviews and observation, nursing care decreased glucose levels
and blood pressure on the client. The final outcome of elderly as well as a cadre
of health workers to improve the health of the elderly. It is recommended that
nurses to provide care of the management in accordance with the four pillars
diabetes mellitus management based on nursing research.

Key word : Ineffective management of family medicine (diabetes mellitus).


Management of elderly care in the community
Bibliography : 40 (2004-2015)
DAFTAR ISI

Halaman Sampul Dalam................................................................................ i


Halaman Persyaratan Gelar.......................................................................... ii
Lembar Pengesahan....................................................................................... iii
Lembar Penetapan Panitia Penguji.............................................................. iv
Ucapan Terimakasih......................................................................................
Abstrak............................................................................................................ viii
Abstract........................................................................................................... ix
Daftar Isi ......................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Tujuan............................................................................................. 5
1. Tujuan Umum........................................................................... 5
2. Tujuan Khusus.......................................................................... 5
C. Manfaat Penelitian.......................................................................... 6
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep lansia
1. Pengertian.................................................................................. 8
2. Batasan Umur Lanjut Usia........................................................ 8
3. Klasifikasi ................................................................................ 9
4. Perubahan Pada Lansia............................................................. 10
B. Konsep Diabetes Melitus............................................................... 16
1. Pengertian Diabetes Melitus.................................................... 16
2. Etiologi Diabetes Melitus........................................................ 17
3. Tanda dan Gejala Diabetes Melitus......................................... 19
4. Komplikasi Diabetes Melitus................................................... 20
5. Penatalaksanaan Diabetes Melitus........................................... 23
6. Perawatan Kaki Diabetes Melitus............................................ 25
7. Latihan Penderita Diabetes Melitus......................................... 27
C. Asuhan Keperawatan Teoritis........................................................ 31
1. Pengertian................................................................................. 31
2. Tujuan....................................................................................... 31
3. Proses Asuhan Keperawatan..................................................... 32
D. Konsep Dasar Manajemen Layanan Keperawatan......................... 40
1. Asuhan Komunitas Lansia........................................................ 40
2. Konsep Dasar Puskesmas Santun Lanjut Usia......................... 53
3. Konsep Posyandu Lansia.......................................................... 50
BAB III LAPORAN KASUS
A. Manajemen Asuhan Keperawatan.................................................. 54
1. Pengkajian................................................................................. 54
B. Manajemen Pelayanan Keperawatan.............................................. 60
1. Pengkajian................................................................................. 60
BAB IV PEMBAHASAN
A. Manajemen Asuhan Keperawatan................................................. 68
1. Diagnosa Keperawatan............................................................ 70
2. Intervesi Keperawatan............................................................. 71
3. Implementasi Keperawatan..................................................... 73
4. Evaluasi Keperawatan............................................................. 78
B. Manajemen Pelayanan Keperawatan.................................................... 79
1. Tahap Pengkajian / Pengumpulan Data.......................................... 79
2. Tahap Perumusan Diagnosa Keperawatan dan Perencanaan......... 81
3. Tahap Impelementasi...................................................................... 83
4. Tahap Evaluasi dan Rencana Tindak Lanjut.................................. 88
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................... 90
B. saran................................................................................................ 92
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Laporan Kasus


Lampiran 2. Analisa Keperawatan
Lampiran 3. Rencana Keperawatan
Lampiran 4. Implementasi Keperawatan
Lampiran 5. Evaluasi Keprawatan
Lampiran 6. Pemetaan Intervensi
Lampiran 7. Manajemen Layanan Keperawatan
Lampiran 8. LK Keperawatan Komunitas
Lampiran 9. Perencanaan Keperawatan Komunitas
Lampiran 10. Planning Of Action
Lampiran 11. Pelaksanaan
Lampiran 12. Laporan Pendahuluan
Lampiran 13. Dokumentasi Kegiatan
Lampiran 14. Curriculum Vitae
Lampiran 15. Lembar Bimbingan
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Menurut Syurandari (2014), keberhasilan pemerintah dalam hal

pembangunan disegala bidang memberikan hal yang positif, diantaranya

kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup didaerah- daerah, serta

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya dibidang ilmu

kesehatan. Peningkatan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam

bidang kesehatan dapat berpengaruh pada meningkatnya kualitas kesehatan

penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Meningkatnya

harapan hidup ini berdampak pada meningkatnya jumlah lansia populasi lansia.

Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari

proses kehidupan yang tidak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap

individu. Menurut pasal 1 UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia

dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih

dari 60 tahun. Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan baik

secara fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan

kemampuan yang pernah dimilikinya. Selain itu lansia juga berperan dengan

kehilangan peran diri, kedudukan sosial, serta perpisahan dengan orang-orang

1
yang dicintai. Semua hal tersebut menuntut kemampuan beradaptasi untuk

dapat menyikapinya (Soejono, 2008).

Perawatan lanjut usia bertujuan mempertahankan kesehatan dan

kemampuan lanjut usia dengan jalan perawatan peningkatan kesehatan

(promotif), pencegahan penyakit (preventif) serta membantu mempertahankan

dan meningkatkan n semangat hidup mereka, selanjutnya menolong dan

merawat lanjut usia yang menderita penyakit dan gangguan tertentu (Depkes

RI, 2010).

Lansia merupakan kelompok beresiko (population risk) terhadap

terjadinya diabetes melitus. Population risk meliputi kelompok tertentu

dikomunitas atau masyarakat yang mengalami keterbatasan fisik, sosial,

ekonomi, gaya hidup dan kesehatan (Stanhope dan Lancaster, 2004). Menurut

International of Diabetic Federation (IDF, 2015) tingkat prevalensi global

penderita DM pada tahun 2013 sebesar 8,3% dari keseluruhan penduduk

didunia dan mengalami peningkatan pada tahun 2014 menjadi 387 juta kasus.

Indonesia merupakan negara menempati urutan ke-7 dengan penderita DM

sejumlah 8,5 juta penderita setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Data

Diabetes Melitus di Indonesia pada tahun 1995 terdapat 8,4 juta, meningkat

pada tahun 2006 14,7 juta penderita dan diperkirakan akan terus meningkat

pada tahun 2030 menjadi 21,3 juta penderita (perkeni, 2011).

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang ditandai

dengan timbulnya hiperglikemia akibat gangguan sekresi insulin, dan atau

peningkatan resistensi insulin seluler terhadap insulin. Hiperglikemia kronik


dan gungguan metabolik dan organ seperti mata, ginjal, syaraf, dan sistem

vaskuler. Ulkus diabetikum merupakan salah satu komplikasi diabetes melitus

pada sistem integumen, diawali dengan adanya rasa kesemutan. Pemantauan

status metabolik lansia diabetes melitus merupakan hal yang penting. Menurut

Smeltzer dab Bare (2008) diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan

heterogen yang ditandai kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia.

Komplikasi diabetes melitus dapat muncul secara akut yaitu timbul

secara mendadak. Dua komplikasi akut yang paling sering terjadi adalah reaksi

hipoglikemia dan koma diabetikum. Komplikasi lain yang muncul secara

kronik yaitu timbul secara perlahan, kadang tidak diketahui, tetapi akhirnya

berangsur menjadi makin berat dan membahayakan. Komplikasi ini meliputi:

makrovaskuler, mikrovaskuler dan diabetik retinopati, nephropaty, ulkus kaki

diabetes, neurophaty atau kerusakan saraf (Tjokroprawiro, 2007). Menurut

Buchman (2009) komplikasi yang paling sering adalah terjadinya perubahan

patologis pada anggota gerak bawah yang disebut kaki diabetik atau diabetic

foot. Dalam kondisi keadaan kak diabetik, yang terjadi adalah kelainan

persarafan neuropati, perubahan struktural, tonjolan kulit halus, perubahan

kulit dan kuku, luka pada kaki, infeksi dan kelainan pembuluh darah.

Sedangkan menurut Akhtyo (2009) komplikasi yang terjadi pada pengidap

diabetes adalah komplikasi pada kaki sebanyak 15% yang kini disebut kaki

diabetes.

Neuropati dalam diabetes mengacu pada sekelompok penyakit yang

menyerang semua tipe saraf, termasuk saraf perifer (sensorimotor), otonom dan
spinal. Dua tipe neuropati diabetik yang paling sering dijumpai adalah

parestesia (rasa tertusuk-tusuk, rasa kesemutan), rasa terbakar, kaki terasa

kebal (mati rasa) (Smeltzer dan Bare, 2008). Hilangnya sensasi (penurunan

sensibilitas) merupakan salah satu faktor utama resiko terjadinya ulkus, tetapi

terdapat beberapa faktor resiko lain yang juga turut berperan yaitu keadaan

hiperglikemia yang tidak terkontrol, usia pasien, riwayat ulkus kaki, penurunan

denyut nadi perifer, riwayat merokok, deformitas anatomis atau bagian yang

menonjol (Smeltzer dan Bare, 2008).

Penanganan neuropati ini dapat dilakukan melalui tiga hal yaitu (1)

penyuluhan atau pemberian nasehat; (2) pengobatan nyeri; dan (3) perawatan

kaki (Tandra, 2007). Perawatan kaki merupakan upaya pencegahan primer

terjadinya luka pada kaki diabetes maupun gejala awal adanya kesemutan yang

akan menyebabkan penurunan sensitivitas kaki. Salah satu tindakan yang harus

dilakukan dalam perawatan kaki untuk megetahui adanya kelainan kaki secara

dini adalah dengan melakukan senam kaki diabetes, selain memotong kuku

yang benar, pemakaian alas kaki yang baik, dan menjaga kebersihan kaki

(Soegondo, et al 2004).

Menurut the Center for Disease Control and Prevention (2009) bahwa

perawatan kaki secara teratur dapat mengurangi penyakit kaki diabetik sebesar

50-60% yang mempengaruhi kualitas hidup. Kemauan melakukan perawatan

kaki maka diabetisi harus mempunyai niat yang tinggi karena perawatan kaki

harus dilakukan secara teratur jika ingin benar-benar mendapatkan kualitas

hidup yang baik. Perawatan kaki diabetes merupakan semua aktifitas khusus
(senam kaki dan merawat kaki) yang dilakukan individu yang beresiko sebagai

upaya dalam mencegah timbulnya ulkus diabetikum.

Berdasarkan dari hasil survei yang dilakukan mahasiswa profesi

Keperawatan Universitas Andalas di RW X Kelurahan Surau Gadang pada

tanggal 3 – 29 April 2017, melalui kuesioner dan wawancara antara mahasiswa

dan unit pelayanan kesehatan diwilayah kerja puskesmas Nanggalo, didapatkan

jumlah lansia sebanyak 54 orang. Dari 54 orang lansia sebanyak 5,3%

diantaranya menderita Diabetes Melitus. Penderita diabetes melitus

membutuhkan perawatan yang komprehensif, maka diperlukan adanya

pembinaan paa salah satu keluarga yang memiliki lansia dengan masalah

kesehatan diabetes melitus di RW X kelurahan surau gadang Kecamatan

Nanggalo dalam membentuk upaya promotif, preventif dan kuratif dengan

kerjasama pihak terkait.

Berdasarkan uraian diatas maka pembinaan lansia penulis

dokumentasikan dalam sebuah Laporan Ilmiah Akhir yang berjudul “Asuhan

Keperawatan Keluarga Tn. M pada Ny. W dengan Diabetes Melitus Serta

Penerapan Manajemen Layanan Lansia di Komunitas RW X kelurahan Surau

Gadang Kecamatan Nanggalo Tahun 2017”.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Penulis mampu memberikan pembinaan dan asuhan keperawatan yang

komprehensif terhadap lansia binaan dengan penyakit Diabetes Melitus di


RW X kelurahan Surau Gadang Kecamatan Nanggal wilayah kerja

Puskesmas Nanggalo.

2. Tujuan Khusus

a. Menggambarkan hasil pengkajian pada lansia binaan dengan masalah

Diabetes Melitus di RW X Kelurahan Surau Gadang

b. Menjelaskan diagnosa keperawatan keluarga lansia dengan masalah

Diabetes Melitus di RW X Kelurahan Surau Gadang

c. Menjelaskan intervensi keperawatan yang dapat diberikan pada

keluarga lansia dengan masalah Diabetes Melitus di RW X kelurahan

Surau Gadang

d. Menjelaskan inplementasi tindakan keperawatan pada lansia binaan

dengan masalah Diabetes Melitus di RW X kelurahan Surau Gadang

e. Menjelaskan evaluasi terhadap implementasi yang sudah dilakukan

pada lansia binaan dengan masalah Diabetes melitus di RW X

Kelurahan Surau Gadang

f. Menjelaskan analisa kasus lansia binaan dengan masalah Diabetes

Melitus di RW X Kelurahan Surau Gadang

g. Menjelaskan pelaksanaan manajemen pelayanan komunitas lansia di

RW X Kelurahan Surau Gadang

h. Menjelaskan analisa manajemen pelayanan komunitas lansia RW X

kelurahan Surau Gadang

C. MANFAAT
1. Bagi Mahasiswa

Sebagai pengembangan kemapuan mahasiswa dalam hal perawatan

komprehensif dan menambah pengalaman mahasiswa dalam merawat

lansia dengan masalah diabetes melitus.

2. Bagi Institusi Pendidikan

a. Memberikan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan,

khususnya disiplin ilmu keperawatan mengenai perawatan

komprehensif pada lansia dengan masalah Diabetes Melitus

b. Hasil laporan ilmiah akhir ini dapat menjadi bahan referensi bagi

mahasiswa yang ingan meneliti penerapan asuhan keperawatan pada

lansia dengan masalah Diabetes Melitus

3. Bagi Puskesmas

a. Memberikan masukan dan informasi bagi Puskesmas khususnya data

mengenai jumlah lansia dan berbagai penyakit yang diderita lansia

diwilayah kerja RW X Kelurahan Surau Gadang

b. Hasil laporan ilmiah akhir ini dapat menjadi salah satu bahan

pertimbangan dalam pembuatan kebijakan di Puskesmas untuk

meningkatkan pelayanan keperawatan yang bersifat promotif dan

preventif kearah yang lebih baik dan berkualitas melalui

penyelenggaraan kesehatan masyarakat (Perkesmas).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP LANSIA

1. Pengertian

Menurut undang-undang No. 4 tahun 1965 adalah seseorang yang

mencapai usia 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari

nafkah untuk keperluan hidupnya sehari-hari (Darmojo & Martono,

2006). Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.

13 tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah

seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk,

2008).
Manua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan

manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya

dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan

kehidupan, menjadi tua merupakan suatu proses alamiah, yang berarti

seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan

tua. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya

kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut

memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan

semakin memburuk, gerakan lambat dan figur tubuh tidak proporsional

(Nugroho, 2008).

2. Batasan umur lansia


8
Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) batasan-

batasan umur yang mencakup batasan umur lansia adalah sebagai berikut:

a. Menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal !

ayat 2 yang berbunyi “Lanjut sia adalah seseorang yang mencapai usia

60 (enam puluh) tahun ke atas”

b. Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi

menjadi empat kriteria berikut: usia pertengahan (middle age) adalah

45-59 tahun, lanjut usia (elderly) adalah 60-74 tahun, lanjut usia tua

(old) adalah 75-95 tahun, usia sangat tua (very old) adalah diatas 90

tahun.

3. Klasifikasi lansia
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia

berdasarkan Depkes RI (2003) dalam Maryam dkk (2009) yang terdiri

dari:

a. Pralansia (prasenilis) yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun

b. Lansia ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

c. Lansia reiko tinggi ialah seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih

dengan masalah kesehatan

d. Lansia potensial ialah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan

dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa

e. Lansia tidak potensial ialaha lansia yang tidak berdaya mencari

nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain

4. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia

a. Perubahan pada sistem gastrointestinal

Proses penuaaan memberikan pengaruh pada setiap bagian

dalam saluran gastrointestinal dalam beberapa derajat. Namun, karena

luasnya persoalan fisiologis pada sistem gastrointestinal, hanya sedikit

masalah-masala yang berkaitan dengan usia yang dilihat dalam

kesehatan lansia.
Mitos umum dikaitkan fungsi normal salurang gastrointestinal

dan perubahan-perubahan kebutuhan nutrisi lansia (Stanley, 2007)

meliputi:

1) Rongga mulut

Bagian rongga mulut yang lazim terpengaruh adanya gigi, gusi dan

lidah. Kehilangan gigi penyebabutama adanya Periodontal disease

yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi

kesehatan gigi yang buruk. Indera pengecap menurun disebabkan

adanya iritasi kronis dari selaput lendir, atropi indera pengecap (±

80%), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap dilidah terutama

rasa manis dan asin, hilangnya sensitifitas dari syaraf pengecap

tentang rasa asin, asam, dan pahit (Nugroho, 2008).

2) Esofagus

Esofagus mengalami penurunan motilitas, refleks muntah pada

lansia akan melemah, kombinasi dari faktor-faktor ini

meningkatkan resiko terjadinya aspirasi pada lansia (Luecknote,

2008).

3) Lambung

Terjadinya atrofi mukosa. Ukuran lambug pada lansia menjadi

lebih kecil, sehingga daya tampung makanan mrnjadi berkurang.

Proses perubahan protein menjadi peptone terganggu. Karena


sekresi asam lambung berkurang rangsang lapar juga berkurang

(Darmojo & Martono, 2006).

4) Usus halus

Mukosa usus halus juga mengalami atrofi, sehingga luas

permukaan berkurang, sehingga jumlah vili berkurang dan sel

epithelial berkurang. Didaerah duodenum enzim yang dihasilkan

oleh pangkreas dan empudu juga menurun, sehingga metabolisme

karbohidrat, protein, vitamin B12 dan lemak menjadi tidak sebaik

sewaktu muda (Leueckenote, 2008).

5) Usus besar dan rektum

Pada lansia terjadi perubahan dalam usus besar termasuk

penurunan sekresi mukus, elastisitas dinding rektum, perostaltik,

kolon yang melemah gagal mengosongkan rektum yang dapat

menyebabkan konstipasi (Leuecknote, 2008).

6) Pankreas

Pada lansia terjadi pankreastitis yang dihubungkan dengan batu

empedu. Batu empedu yang menyumbat ampula Vateri akan

menyebabkan oto-digesti parenkim pankreas oleh enzim elastase

dan fosfolipase-A yang diaktifkan oleh tripsin atau asam empedu

(Darmojo & Martono, 2006).

7) Hati

Proses penaan telah mengubah proporsi lemak empedu tanpa

perubahan metabolisme asam empedu yang signifikan. Faktor ini


mempengaruhi peningkatan sekresi kolestrol. Banyak perubahan-

perubahan terkait usia terjadi dalam sistem empedu yang juga

terjadi pada pasien-pasien yang obesitas (Stanley, 2007).

b. Perubahan pada sistem muskuloskletal

Menurut Lueckenotte (2008), tulang-tulang pada sistem skelet

(rangka) membentuk fungsi penunjang, pelindung, gerakan tubuh dan

penyimpanan mineral. Jaringan otot rangka melekat pada rangka dan

bertanggung jawab untuk gerakan tubuh volunter. Penurunan

progresif pada massa tulang total terjadi sesuai proses penuaan.

Beberapa kemungkinan penyebab dari penurunan ini meliputi

ketidakaktifan fisik, perubahan hormonal dan resorpsi tulang. Efek

penurunan tulang adalah makin lemahnya tulang: vertebrata lebih

lunak dan dapat terteka dan tulang berbatang panjang kurang tahanan

terhada penekukan dan menjadi lebih cenderung fraktur.

Serat otot berdegenerasi. Fibrosis terjadi saat kolagen

menggantikan otot, mempengaruhi pencapaian suplai oksigen dan

nutrisi. Massa tonus dan kekuatan otot semuanya menurun: otot lebih

menonjol dari ekstremitas yang menjadi kecil dan lemah, dan tangan

kurus dan tampak bertulang. Penyusupan dan sklerosis pada tendon

dan otot mengakibatkan perlambatan respon muskuloskletal antara

lain pada jaringan penghubung, kartilago, tulang, otot, dan sendi.

1) Jaringan penghubung (kolagen dan elastin)


Kolagen sebagai protein pendukung utama pada kulit, tendon,

kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi

tidak teratur dan penurunan hubungan pada jaringan kolagen,

merupakan salah satu alasan penurunan mobilitas pada jaringan

tubuh. Perubahan pada kolagen ini merupakan penyebab turunnya

fleksibilitas pada lansia sehingga menimbulkan dampak berupa

nyeri, penurunan kemampuan untuk meningkatkan kekuatan otot,

kesulitan bergerak dari duduk ke berdiri, jongkok dan berjalan dan

hambatan melakukan aktivitas sehari-hari. Upaya fisioterapi untuk

mengurangi dampak tersebut adalah memberikan latihan untuk

menjaga mobilitas.

2) Kartilago

Jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak dan mengalami

granulasi akhirnya permukaan sendi menjadi rata. Fungsi kartilago

menjadi tidak efektif tidak hanya sebagai peredam kejut, tetapi

sebagai permukaan sendi yang berpelumas. Konsekuensinya

kartilago pada persendian menjadi rentan terhadap gesekan.

Perubahan tersebut sering terjadi pada sendi besar penumpu berat

badan. Akibat perubahan itu sendi mudah mengalami peradangan,

kekakuan, nyeri, keterbatasan gerak dan terganggunya aktivitas

sehari-hari. Untuk mencegah kerusakan lebih kanjut dapat

diberikan teknik perlindungan sendi.


3) Sistem skletal

Ketika manusia mengalami penuaan, jumlah massa otot tubuh

mengalami penurunan. Berikut ini merupakan perubahan yang

terjadi pada sistem skletal akibat proses menua: penurunan tinggi

badan secara progresif karena penyempitan didkus intervertebral

dan penekanan pada kolumna vertebralis. Implikasi dari hal ini

adalah postur tubuh menjadi lebih bungkuk dengan penampilan

barrel-chest (Stanley, 2007).

4) Sistem muskular

Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem

muskular akibat proses menua: waktu untuk kontraksi dan relaksasi

muskular memanjang. Implikasi dari hal ini adalah perlambatan

waktu untuk bereaksi, pergerakan yang kurang aktif. Perubahan

kolumna vertebralis, akilosis atau kekakuan ligamen dan sendi,

penyusutan dan sklerosis tendon dan otot dan perubahan

degeneratif ekstrapiramidal. Implikasi dari hal ini adalah

peningkatan fleksi (stanley, 2007).

5) Sendi

Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sendi akibat

proses menua: pecahnya komponen kapsul sendi dan kolagen.

Implikasi dari hal ini adalah nyeri, imflamasi, penurunan mobilitas

sendi dan deformitas. Kekakuan ligamen dan sendi. Implikasi dari

hal ini adalah peningkatan resiko cedera (Stanley, 2007).


c. Perubahan pada sistem persarafan

Menurut Pujiastuti (2003), lanjut usia mengalami penurunan

koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Penuaan menyababkan penurunan persepsi sensorik dan respon

motorik pada susunan saraf pusat. Hal ini terjadi karena SSP pada

lanjut usia mengalami perubahan. Berat otak pada lansia berkurang

berkaitan dengan berkurangnya kandungan protein dan lemak pada

otak sehingga otak menjadi lebih ringan. Akson, dendrit dan badan sel

saraf banyak mengalami kematian, sedang yang hidup banyak

mengalami perubahan. Dendrit berfungsi untuk komunikasi antar sel

mengalami perubahan menjadi lebih tipis dan kehilangan kontak antar

sel. Daya hantar saraf mengalami penurunan 10% sehingga gerakan

menjadi lamban. Akson dalam medula spinalis menurun 37%.

Perubahan tersebut mengakibatkan penurunan kognitif, koordinasi,

keseimbangan, kekuatan otot, reflek, perubahan postur dan waktu

reaksi. Hal itu dapat dicegah dengan latihan koordinasi dan

keseimbangan.

d. Perubahan pada sistem endokrin

Perubahan pada sistem endokrin akibat penuaan antara lain

produksi dari hampir semua hormon menurun, fungsi paratiroid dan

sekresinya tidak berubah, terjadinya pituitari yaitu pertumbuhan

hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya didalam pembuluh darah:
berkurangnya produksi ACTH, TSH, FSH dan LH. Menurunnya

aktivitas tiroid, menurunnya BMR (Basal Metabolic Rate) dan

menurunnya daya pertukaran zat. Menurunnya produksi aldesteron

dan menurunnya produksi adosteron dan menurunnya sekresi hormon

kelamin, misalnya progesteron,estrogen dan testoteron (Nugroho,

2008).

e. Perubahan psikososial

1. Pensiun: nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan

identitas dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan

2. Merasakan atau sadar akan kematian

3. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan

bergerak lebih sempit

4. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan

5. Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang lebih sulit,

bertambahnya biaya pengobatan

6. Penyakit kronis dan ketidakmampuan

7. Gangguan saraf pancaindera, timbul kebutaan dan ketulian

8. Rangkaian kehilangan yaitu kehilangan hubungan teman-teman

dan famili. (Maryam, 2008)

B. KONSEP DIABETES MELLITUS

1. Pengertian
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2008, diabetes

melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,

kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes

berhubungan dengan kerusakan jangka panjang dan disfungsi beberapa

organ tubuh, terutama mata, ginjal, sara, jantung dan pembuluh darah,

menimbulkan berbagai macam komplikasi, antara lain aterosklerosis,

neuropati, gagal ginjal dan retinopati. Sedikatnya setengah dari populasi

penderita diabetes lanjut usia tidak mengetahui kalau mereka menderita

diabetes karena hal itu dianggap merupakan perubahan fisiologis yang

berhubungan dengan pertambahan usia. (Smeltzer dan Bare, 2008).

2. Etiologi

a. Etiologi

Bebarapi ahli berpendapat bahwa dengan meningkatnya umur,

maka intoleransi terhadap glukosa juga meningkat. Jadi untuk

golongan lanjut usia diperlukan batas glukosa darah yang lebih tinggi

dari pada batas yang dipakai untuk menegakkan diagnosis diabetes

melitus pada orang dewasa yang bukan merupakan golongan lanjut

usia. Intoleransi

glukosa pada lanjut usia berkaitan dengan obesitas, aktivitas fisik

yang kurang, berkurangnya massa otot, penyakit penyerta,

penggunaan obat-obatan, di samping karena pada lanjut usia sedah

tejadi penurunan sekresi insulin dan resistensi insulin. Menurut


Jeffrey, peningkatan kadar gula darah pada lanjut usia disebakan oleh

beberapa hal, yaitu:

 Fungsi sel pankreas dan sekresi insulin yang berkurang

 Perubahan karena lanjut usia sendiri yang berkaitan dengan

resistensi insulin, akibat kurangnya massa otot dan perubahan

vaskular

 Aktivitas fisik yang berkurang, banyak makan, badan kegemukan

 Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress, operasi

 Faktor keturunan dan penggunaan obat-obatan tertentu

Umur yang berkaitan


Keberadaan dengan penurunan dan
penyakit resistensi insulin
Faktor-
lain
faktor
penyebab Stress
pada usia
lanjut
Genetik
Kegemukan

Obat
Aktivitas fisik yang
berkurang

Gambar 2.1 Beberapa faktor penyebab diabetes melitus pada lansia

b. Patofisiologi

Pengolahan bahan makanan dimulai dari mulut kemudian

kelambung dan selanjutnya ke usus. Didalam saluran pencernaan,

makanan yangterdiri dari karbohidrat dipecah menjadi glukosa,


protein dipecah menjadi asam amino dan lemak menjadi asam lemak.

Ketiga zat makanan itu diedarkan keseluruh tubuh untuk

dipergunakan oleh organ-organ didalam tubuh sebagai bahan bakar.

Supaya berfungsi sebagai bahan bakar zat makanan itu harus diolah,

dimana glukosa dibakar melalui proses kimia yang menghasilkan

energi yang disebut metabolisme.

Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan

penting yaitu memasukkan glukosa kedalam sel yang digunakan

sebagai bahan bakar. Insulin adalah suatu zat atau hormon yang

dihasilkan oleh sel beta dipankreas, bila insulin tidak ada maka

glukosa tidak dapat masuk sel dengan akibat glukosa akan tetap

berada dipembuluh darah yang artinya kadar glukosa didalam darah

meningkat.

Pada diabetes melitus tipe 2 jumlah insulin normal, tetapi

jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang

sehingga glukosa yang masuk kedalam sel sedikit dan glukosa dalam

darah menjadi meningkat.

3. Manifestasi klinis

Pada DM anjut usia, terdapat perubahan patofisiologi akibat proses

menjadi tua sehingga gambaran klinisnya yang lebih lanjut. Hal yang

sering menyebabkan pasien datang berobat kedokter ialah adanya keluan

yang mengenai beberapa organ tubuh, antara lain:

a. Gangguan penglihatan: katarak


b. Kelainan kulit: gatal, luka dan bisul yang tidak sembuh-sembuh

c. Kesemutan, rasa baal

d. Kelemahan tubuh

e. Infeksi saluran kemih

Tanda-tanda dan gejala klinik diabetes melitus pada lanjut usia

a. Banyak kencing, banyak minum dan banyak makan

b. Lelah dan mudah mengantuk

c. Berat badan menurun

d. Sering kesemutan, rasa gatal pada tangan dan kaki

e. Mata kabur

f. Sering pusing dan mual

g. Kondisi gerak anggota tubuh terganggu

h. Gigi mudah goyah dan lepas

(Price Sylvia, 2006)

4. Komplikasi akut

a. Komplikasi akut

1) Ketoasidosis diabetikum

Ketika kadar insulin rendah, tubuh tidak bisa menggunakan

glukosa sebagai energi dan karenanya lemak tubuh dimobilisasi

tempat penyimpanannya. Penghancuran lemak untuk melepas

energi menghasilkan formasi asam lemak. Asam lemak ini

melewati hepar dan membentuk satu kelompok senyawa kimia


bernama benda keton, benda keton dikeluarkan lewat urin disebut

ketonurin.

Kadar benda keton yang meningkat dalam tubuh disebut ketosis.

Ketosis bisa meningkat keasaman cairan tubuh dan jaringan

sehingga kadar yang sangat tinggi dan menyebabkan satu kondisi

yang disebut asidosis. Asidosis akibat dari benda keton yang

meningkat disebut ketoasidosis.

Gejala-gejalanya:

 Dehidrasi, kekeringan dimulut dan hilangnya elastisitas kulit

 Napas berbau kecut

 Mual-mual, muntah-muntah dan rasa sakit diperut

 Napas berat

 Tarikan napas meningkat

 Merasa sangat lemah dan mengantuk

2) Hipoglikemia

Hipoglikemia merupakan salah satu komplikasi akut yang tidak

jarang terjadi dan seringkali mmbahayakan hidup penderitanya

serta ditandai dengan kadar gula darah yan melonjak turun

dibawah 50-60 mg/dl. Komplikasi ini dapat disebabkan faktor

ekstrogen maupun endogen.

Faktor eksogen diantaranya akibat pemakaian insulin atau obat

hipoglikemia oral yang tidak terkontrol dan tidak diikuti dengan

asupan kalori yang memadai. Di negara maju, hipoglikemia sering


ditemukan pada penderita diabetes yang menggunakan insulin atau

obat hipoglikemia oral bersamaan dengan alkohol yang berlebihan

tanpa asupan kalori yang baik.

Gejala hipoglikemia mula-mula berupa gejala adrenergik seperti:

pucat, berkeringat, takirkardi, palpitasi, lapar, lemas dan gugup.

Kemudian pada fase selanjutnya disusul gejala neuroglikemia

yang meliputi: cepat lelah, cepat marah, sakit kepala, kehiangan

konsentrasi, gangguan kesadaran, gangguan sensorik dan motorik,

bingng, kejang dan bahkan koma.

3) Infeksi

Pengidap diabetes, cenderung terkena infeksi karena 3 alasan

utama:

 Bakteri tumbuh baik jika kadar glukosa darah tinggi

 Mekanisme pertahanan tubuh rendah pada orang yang terkena

diabetes

 Komplikasi terkait diabetes yang meningkatkan resiko infeksi.

Infeksi yang umumnya menyerang pengidap diabetes termasuk

infeksi kulit, infeksi saluran kencing, penyakit pada gusi,

tuberkulosisi dan beberapa jenis infeksi jamur

b. Komplikasi kronis

1) Penyakit jantung dan pembuluh darah

Aterosklerosis adalah sebuah kondisi dimana arteri menebal dan

menyempit karena penumpukan lemak pada bagian dalam


pembuluh darah. Menebalnya arteri dikaki bisa mempengaruhi

otot-otot kaki karena berkurangnya suplai darah yang

mengakibatkan kram, rasa tidak nyaman atau lemas saat berjalan.

Jika supla darah pada kaki sangat kurang atau terputus dalam

waktu lama bisa terjadi kematian pada jaringan.

2) Kerusakan pada ginjal (Nefropati)

Diabetes mempengaruhi pembuluh darah kecil ginjal akibatnya

efisiensi menunjukkan gambaran gagal ginjal menahun seperti

lemas, mual, pucat sampai keluhan sesak napas akibat

penimbunan cairan. Adanya gagal ginjal dibuktikan dengan

kenaikan kadar kreatinin atau ureum serum yang berkisar antara

2% sampai 7,1% pasien diabetes melitus. Adanya proteinuria yang

persisten tanpa adanya kelainn ginjal yang lain merupakan salah

satu tanda awal nefropati diabetik

3) Kerusakan saraf (Neuropati)

Gula darah tinggi menghancurkan serat saraf dan satu lapisan

lemak disekitar saraf. Saraf yang rusak tidak bisa mengirimkan

sinyal keotak dan dari otak dengan baik, sehingga akibatnya bisa

kehilangan indera perasa, meningkatnya indera perasa atau nyeri

dibagian yang terganggu. Kerusakn saraf tepi tubuh lebih sering

terjadi. Kerusakan dimulai dari jempol kaki serta berlanjut hingga


telapak kaki dan seluruh kaki yang menimbulkan mati rasa,

kesemutan, seperti terbakar, rasa sakit, rasa tertusuk, atau kram

pada otot kaki

4) Kerusakan pada mata (retinopati)

Retina mata terganggu sehingga terjadi kehilangan sebagian atau

seluruh penglihatan. Pasien dengan retinopati diabetik akan

mengalami gejala penglihatan kabur sampai kebutaan

5. Penatalaksanaan

Tujuan penanganan diabetes melitus pada lansia tidak jauh

berbeda dengan orang dewasa umumnya yaitu untuk mencegah terjadinya

dikompensasi metabolik akut dan menrunkan angka kesakitan dan angka

kematian akibat komplikasi. Satu hal yang tidak boleh diabaikan, yaitu

walaupun pencapaian kualitas hidup yang lebih baik merupakan tujuan

utama penanganan diabetes melitus pada lanjut usia, namun pemberian

obat-obatan secara agresif dan non prosedural adalah tidak benar.

Ada beberapa komponen dalam penatalaksanaan diabetes melitus

sesuai konsensus PERKENI 2015 yaitu:

a. Edukasi

Edukasi merupakan tujuan promosi hidup sehat, perlu dilakukan

sebagai upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting

dari pengelolaan diabetes melitus secara holistik

a) Sering mengkuti penyuluhan-penyuluhan tentang diabetes melitus


b) Melakukan upaya pencegahan seperti: pemeriksaan mata setahun

sekali, perawatan kaki an kuku, perawatan sepatu dan kaos kaki

c) Lakukan perawatan gigi dan mulut, dan diperiksakan sekali 6

bulan

b. Terapi nutrisi

Penyandang diabetes melitus perlu diberikan penekanan mengenai

pentingnya keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah makanan

Gambar 2.2 makanan dianjurkan dan dibatasi untuk penderita diabetes


Gambar 2.3 Pengaturan diet pasien diabetes (Kementrian Kesehatan RI

Direktorat Bina Gizi, 2011)

c. Latihan jasmani

Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-5

hari seminggu selama 30-45 menit dengan jeda antar latihan tidak

lebih dari 2 hari berturut-turut). Contoh latihan jasmani atau olahraga

yang dianjurkan salah satunya adalah senam kaki diabetes.

d. Terapi farmakologis

Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan.

(Perkeni, 2015)

6. Perawatan kaki untuk penderita diabetes melitus

Perawatan kaki adalah suatu tindakan yang dilakukan individu

baik dalam keadaan kadar gula normal atau naik yang dilakukan secara
teratur untuk menjaga kebersihan diri, terutama pada bagian kaki.

Manfaat perawatan kaki adalah supaya tidak terjadinya gangguan

peredaran darah dan kerusakan saraf yang dapat menyebabkan

berkurangnya sensitivitas terhadap rasa sakit, sehingga mudah

mengalamicedera tanpa disadari (Hidayat, Anas, 2014).

Langkah-langkah dalam melakukan perawatan perawatan kaki:

a. Pemeriksaan kaki

Lakukan pemeriksaan kaki setiap hari dengan mengamati adanya luka,

lecet, bintik kemerahan dan pembengkakan, gunakan kaca untuk

memeriksakan bagian dasar kaki dan periksa adanya perubahan suhu

b. Cara perawatan kaki bagi penderita diabetes, yaitu:

a) Menyiapkan air hangat: uji air hangat menggunakan siku untuk

mencegah cedera

b) Cuci kaki dengan sabun lembut (sabun bayi atau sabun cair) untuk

menghindari cedera ketika menyabun

c) Keringkan kaki dengan handuk bersih, lembut. Keringkan sela-

sela jari kaki, terutama sela jari ke 3-4, ke 4-5

d) Oleskan lotion/ pelembab pada semua permukaan kulit kaki untuk

menghindari kulit kering dan pecah-pecah

e) Jangan gunakan lotipn di sela-sela jari kaki karena akan

meningkatkan kelembaban mikroorganisme/ jamur

c. Cara perawatan kuku kaki


a) Potong dan rawat kuku secara teratur. Bersihkan kuku setiap hari

pada waktu mandi

b) Gunting kuku kaki harus mengikuti bentuk normal jari kaki, tidak

terlalu pendek atau terlalu dekat dengan kulit, kemudian kikir agar

tidak tajam

c) Hindarkan luka pada jaringan sekitar kuku. Bila kuku keras, sulit

dipotong maka rendam kaki dengan air hangat selama 15 menit

d. Cara lain melakukan perawatan kaki, antara lain

a) Jangan berjalan tanpa alas kaki

b) Usahakan kaki selalu dalam keadaan hangat dan kering. Untuk itu

gunakan kaos kaki dari bahan katun dan sepatu dari bahan kulit.

Jangan lupa untuk mengganti kaos kaki dan sepatu setiap hari

c) Jangan memakai sepatu dan kaos kak kekecilan dan periksa sepatu

setiap akan dipakai

d) Setiap kaki merasa dingin, gunakan kaos kaki, jangan merendam

kaki dengan panas

(Smeltzer, 2010)

7. Latihan untuk penderita diabetes melitus (senam kaki diabetes)

Senam kaki diabetes adalah suatu kegiatan atau latihan yang

dilakukan oleh pasien diabetes melitus untuk mencegah terjadinya luka

dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki.

a. Persiapan alat

 Kursi
 Selembar koran atau kertas

b. Langkah-langkah senam kaki

1. Posisikan pasien duduk

tegak diatas bangku dengan

kaki menyentuh lantai

2. Letakkan tumit dilantai,

jari-jari kedua belah

kaki diluruskan

keatas lalu dibengkokan kembali ke bawah seperti cakar ayam

sebanyak 10 kali
3. Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak

kaki keatas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan dilantai

dengan tumit kaki diangkat keatas. Cara ini dilakukan bersamaan

pada kaki kiri dan kanan secara bergantian dan diulangi sebanyak

10 kali

4. Tumit kaki diletakkan dilantai. Bagian ujung kaki diangkat keatas

dan buat gerakan memutar dengan pergerakan pada pergelangan

kaki sebanyak 10 kali

5. Jari-jari kaki diletakkan diletakak dilantai. Tumit diangkat dan

dibuat gerakan memutar dengan pergerakan pada pergelangan kaki

sebanyak 10 kali
6. Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Gerakan jari-jari

kedepan kemudian turunkan kembali secara bergantian kekiri dan

kekanan. Ulangi sebanyak 10 kali

7. Luruskan salah satu kaki diatas lantai kemudian angkat kaki

tersebut dan gerakkan ujung jari kaki ke arah wajah lalu turunkan

kembali ke lantai. Ulangi sebanyak 10 kali

8. Angkat kedua kaki lalu luruskan, ulangi sama seperti langkah ke 7

namun gunakan kedua kaki kanan dan kiri secara bersamaan.

Ulangi gerakan tersebut sebanyak 10 kali

9. Angkat kedua kaki dan luruskan, pertahankan posisi tersebut.

Kemudian gerakan

pergelangan kaki

kedepan dan kebelakang


10. Selanjutnya luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada

pergelangan kaki, tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0

hingga 10 lakukan secara bergantian

11. Letakkan sehelai koran dilantai

a. Bentuk kertas itu menjadi sebuah bola dengan kedua belah

kaki, kemudian buka bola itu menjadi lembaran seperti semula

menggunakan kedua belah kaki

b. Robek menjadi dua bagian, pisahkan kedua bagian koran

sebagian koran disobek-sobek menjadi kecil-kecil dengan

kedua kaki

c. Pindahkan kumpulan sobekan sobekan tersebut dengan kedua

kaki lalu letakkan sobekn kerta pada bagian kertas yang utuh

d. Bungkus semuanya dengan kedua kaki menjadi bentuk bola

(Hidayat, Anas, 2014)

C. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

1. Pengertian
Asuhan keperawatan pada lansia adalah suatu rangkaian kegiatan dari

proses keperawatan yang ditujkan pada lansia. Kegiatan tersebut meliputi

pengkajian kepada lansia dengan memerhatikan kebutuhan biologis,

psikologis, kultural dan spiritual (Depkes, 2011).

2. Tujuan

Tujuan pemberian asuhan keperawatan pada lansia antara lain:

a) Untuk meningkatkan kesjahteraan lansia dan kemandirian lansia

dalam memenuhi kebutuhan

b) Mempertahankan kesehatan dan kemampuan lansia melalui tindakan

perawatan dan pencegahan

c) Menolong dan merawat klien lansia yang menderita penyakit

d) Membantu lansia menghadapi kematian dengan damai dan dalam

lingkungan yang nyaman (Maryam, dkk, 2008)

3. Proses asuhan keperawatan

Proses keperawatan pada lansia meliputi:

a) Pengkajian

Status kesehatan pada lansia dikaji secara komprehensif, akurat dan

sistematis. Pengkajian pada lansia yang ada dikeluarga dilakukan

dengan melibatkan keluarga sebagai orang terdekat yang mengetahui

tentang masalah kesehatan lansia. Format pengkajian meliputi:

I. Data umum

1. Nama Kepala Keluarga

2. Alamat
3. Komposisi keluarga dan genogram

4. Tipe keluarga

Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga dan kendala atau

masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga dan kendala

atau masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.

Disamping itu mengetahui bahasa sehari-hari yang digunakan

oleh keluarga, suku bangsa dan keadaan lingkungan sekitar

serta kebiasaan diet yang berhubungan dengan nilai yang

dianut keluarga yang mempengaruhi kesehatan keluarga

5. Latar belakang kebudayaan (Etnik)

Menjelaskan pernyataan keluarga atau anggota keluarga

mengenai latar belakang etnik atau suku bangsa

6. Identitas religius

Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga, ada atau tidaknya

perbedaan kepercayaan didalam keluarga serta kepercayaan

yang dapat mempengaruhi kesehatan

7. Status kelas sosial

Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan

baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya.

Selain itu apakah keluarga mendapat bantuan dana dan apakah

keluarga menganggap penghasilannya memadai

II. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

8. Tahap perkembangan keluarga saat ini


Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua

dari keluarga ini

9. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum

terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas

perkembangan tersebut belum terpenuhi

10. Riwayat keluarga inti

Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti,

meliputi riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga,

serta masalah kesehatan yang pernah ada bagi anggota

keluarga

11. Riwayat keluarga sebelumnya

Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari

pihak suami dan istri

III. Lingkungan

12. Karakteristik rumah

Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat tipe rumah,

kondisi rumah, keadaan kebersihan dan sanitasi keluarga, serta

jumlah ruangan dan pemanfaatan ruangan dan sumber air

minum yang digunakan keluarga

13. Karakteristik lingkungan sekitar dan komunitas RW

Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan

komunitas setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan


fisik, aturan atau kesepakatan penduduk setempat, budaya

yang ada dilingkungan komunitas

14. Mobilitas geografis keluarga

Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan

keluarga berpindah tempat dan sudah berapa lama keluarga

tinggal diwilayah tersebut

15. Asosiasi transaksi keluarga dengan masyarakat

Adakah pelayanan kesehatan yang ada dikomunitas dan

seberapa jauh keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan

yang ada dikomunitas. Adakah keluarga berkumpul dengan

masyarakat sekitar

IV. Struktur keluarga

16. Pola komunikasi keluarga

Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antara anggota

keluarga. Adakah keluarga memberikan umpan balik didalam

komunikasi keluarga, dengan adanya komunikasi adakah

pesan-pesan yang baik diberikan keluarga, serta faktor-faktor

yang mempengaruhi komunikasi dalam keluarga

17. Struktur kekuasaan keluarga

Bagaimana proses dalam pengambilan keputusan dalam

keluarga dan siapa yang berperan penting dalam pengambilan

keputusan serta dasar-dasar didalam pengambilan keputusan

dalam keluarga
18. Struktur peran

Menjelaskan peran dari masing-masing angota keluarga baik

secara formal maupun informal. Apakah peran yang diterima

masing-masing anggota keluarga konsisten dengan harapan

keluarga dan adakah peran yang disfungsional didalam

anggota keluarga serta adakah masalah perang yang diterima

dalam keluarga

19. Nilai dan norma budaya

Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh

keluarga, yang berhubungan dengan kesehatan. Sejauh mana

kesesuaian nilai dengan masing-masing kesehatan keluarga.

Adakah konflik nilai yang ada didalam keluarga dan

bagaimana nilai-nilai yang terdapat didalam keluarga

mempengaruhi kesehatan

V. Fungsi keluarga

20. Fungsi afektif

Hal yang perlu dikaji adalah gambaran diri anggota keluarga,

perasaan memiliki dan memiliki dalam keluarga, dukungan

keluarga, terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana


kehagatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana

mengembangkan sikap saling menghargai

21. Fungsi sosialisasi

Hal yang perlu dikaji adalah bagaimana interaksi atau

hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga

belajar disiplin, norma budaya dan perilaku

22. Fungsi perawatan keluarga

Menjelaskan sejauh mana keyakinan, nilai dan perilaku

kesehatan keluarga dan merawat anggota keluarga yang sakit,

sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat-sakit,

keadaan kesehatan keluarga dan ketentuan terhadp sakit yang

dirasakan, disamping itu mengetahui kebiasaan yang

mempengaruhi kesehatan keluarga baik diet maupun pola tidur

dan istirahat. Selain itu kebiasaan untuk mengatasi penyakit

yang ada dalam keluarga adakah menggunakan terapi

komplementer dan memanfaatkan pelayanan kesehatan serta

perasaan dan persepsi mengenai pelayanan kesehatan

VI. Stress dan koping keluarga

23. Sresor jangka pendek

Tresor jangka pendek yaitu stresor yang dialami keluarga yang

memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang lebih 6 bulan

24. Stresor jangka panjang


Stresor jangka panjang yaitu stresor yang dialami keluarga

yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan

25. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stresor

Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon

terhadap situasi/ stresor

26. Strategi koping yang digunakan

Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi

permasalahan

27. Strategi adaptasi disfungsional

Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang

digunakan bila menghadapi permasalahan

28. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.

Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda

dengan pemeriksaan fisik klinik

29. Harapan keluarga

Pada akhirnya pengkajian perawat menanyakan harapan

keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada

b) Diagnosis keperawatan

Perawat menggunakan hasil pengkajian untuk enentkan diagnosis

keperawatan. Diagnosis keperawatan dapat berupa diagnosis

keperawatan individu maupun diagnosis keluarga dengan lansia.


Diagnosis keperawatan keluarga engan lansia ditegakkan yaitu

ketidakefektifan manajemen pengobatan keluarga. Diagnosis tersebut

didefinisikan sebagai pola ketika keluarga mengalami kesulitan

menginteraksikan program pengobatan dalam kegiatan sehari-hari dan

melakukan tndakan yang berakibat buruk untuk penyakit, sehingga

kepuasan untuk menunjukan tujuan kesehatan yang spesifik tidak ada.

Diagnosis tersebut ditegakkan berdasarkan beberapa batasan

karakteristik yaitu adanya percepatan gejala penyakit pada anggota

keluarga, adanya aktivias keluarga yang tidak sesuai dengan tujuan

kesehatan, menyatakan keinginan untuk memanajemen penyakit dan

mengungkapkan kesulitan dengan regimen yang ditentukan

c) Rencana keperawatan

Rencana keperawatan membantu klien memperoleh dan

mempertahankan kesehatan, kesejahteraan dan kualitas hidup dapat

tercapai.

Beberapa rencana keperawatan yang dapat diterapkan untuk diagnosis

keperawatan keluarga ketidakefektifan manajemen pengobatan

keluarga adalah:

 Luangkan waktu bersama keluarga

 Mendukung anggota keluarga untuk menghadiri dan erpartisipasi

didalam tahap pengobatan


 Bantu anggota keluarga untuk menyatakan pearsaan yang

berhubungn dengan penyakit pada saudara mereka agar membawa

konflik keluarga menjadi terbuka

 Mendorong kepercayaan individu/ kepercayaan diri setiap anggota

keluarga tentang penyakit dan review informasi yang relevan

 Ajarkan anggot keluarga mengenal proses penyakit dan jelaskan

hubungan antara proses penyakit dan regimen pengobatan

 Bekerjasama dengan keluarga untuk mengidentifikasi perilaku

berkontribusi menjadi konflik dalam keluarga dan membantu

mereka mengidentifikasi perilaku alternatif

 Bantu anggota keluarga mengklarifikasi nilai yang berhubungan

dengan gaya hidup

 Bekerjasama dengan anggota keluarga untuk mengembangkan

aktivitas sehari-hari yang mengatur regimen pengobatan yag sesuai

dengan gaya hidup

 Arahkan anggota keluarga ke agensi yang sesuai bila dibutuhkan,

membantu keluarga merencanakan untuk mengikuti penyuluhan

mengenai penyakit untuk masa yang akan datang

d) Implementasi

Perawat melakukan tindakan keperawatan sesuai rencana

keperawatan. Tindakan keperawatan yang dilakukan bertujuan untuk

menyelesaikan masalah yang ditemui pada anggota keluarga.

Tindakan keperawatan yang diberikan pada klien dan keluarga


diharapkan dapat diterapkan oleh anggota keluarga agar dapat

mengatasi masalah kesehatan yang dialami.

e) Evaluasi

Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan yang mencakup

perubahan atau respon masyarakat terhadap pogram kesehatan yang

dilaksanakan (Nugroho, 2014). Evaluasi dilakukan untuk tercapainya

tujuan dan memperbaharui data, diagnosis keperawatan, serta rencana

keperawatan jika tindakan keperawatan yang dilakukan belum

mencapai tujuan yang diharapkan (Maryam, dkk, 2008).

D. KONSEP DASAR MANAJEMEN LAYANAN KEPERAWATAN

1. Asuhan Komunitas Lansia

a. Pengkajian

Pengkajian keperawatan komunitas merupakan suatu proses tindakan

untuk mengenal komunitas. Orang-orang yang berada di komunitas

merupakan mitra dan berperan di dalam proses keperawatan kesehatan

komunitas. Tujuan keperawatan dalam mengkaji komunitas adalah

mengidentifikasi faktor positif dan negatif yang berbenturan dengan

masalah kesehatan dari masyarakat hingga sumber daya yang dimiliki

komunitas dengan tujuan merancang strategi untuk promosi kesehatan.

Pengkajian suatu komunitas dimulai dengan mengidentifikasi sistem

yang ada didalamnya (Efendi dan Makhfudli, 2009). Hal yang perlu
dikaji pada komunitas atau kelompok menurut Anderson dan Mc Farlene

(1996) menggunakan teori Betty Neuman dari Komunitas mencakup:

1) Inti komunitas, meliputi :

a. Sejarah; pengamatan sementara di wilayah tersebut, bagaimana

sejarah daerah menurut tokoh masyarakat.

b. data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri atas usia

yang beresiko, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, serta riwayat

timbulnya komunitas atau kelompok.

c. Kelompok etnis

d. Nilai dan keyakinan

2) Delapan subsistem yang mempengaruhi komunitas, antara lain:

a) Lingkungan fisik; keadaan lingkungan atau geografis, batas

wilayah, peta wilayah, iklim dan kondisi perumahan.

b) Pelayanan kesehatan dan sosial; unit pelayanan kesehatan yang

tersedia baik modern dan tradisional, tenaga dan kesehatan, home

care, tempat pelayanan sosial, serta kesehatan jiwa komunitas.

c) Ekonomi; Status ekonomi masyarakat., indutri yang ada, kegiatan

yang penunjang roda perekonomian serta jumlah pengangguran

d) Keamanan dan transportasi; bagaimana masyarakat bepergian?apa

jenis transportsi umum dan pribadi yang digunakan? Apa jenis

pelayanan dan perlindungan yang tersedia (contoh :pemadam

kebakaran, polisi dan sanitasi) apakah kualitas udara termonitor ?


apa jenis kejahatan pada umumnya? Apakah masyarakat merasa

aman?.

e) Pemerintahan dan politik; apakah ada tanda dari aktivitas politik

(contoh : poster, pertemuan), apa partai yang mendominasi, apa hak

komunitas dalam pemerintahan (contoh pemilihan bupati, anggota

DPRD)apakah masyarakat terlibat dalam membuat keputusan

f) Komunikasi ;Identifikasi berbagai yang digunakan oleh masyarakat

termasuk dan komunikasi melalui media cetak dan elektronik

g) Pendidikan; Identifikasi berbagai jenis institusi pendidikan yang

ada serta ketersediaan program UKS

h) Rekreasi; dimana anak-anak bermai? Apa bentuk umum dari

rekresai ? siapa yang berperan serta apa fasilitas yang anda

gunakan stressor.

3) Persepsi

a) Penduduk: bagaimana pendapat masyarakat tentang

komunitasnya? Apa yang mereka identifikasi sebagai kekuatan?

Masalah? Mintalah beberapa orang dari kelompok berbeda (tua,

muda, petani, pekerja pabrik, profesional, tokoh agama, ibu

rumah tangga) dan anlisis jawaban dari masing-masing pemberi

jawaban.

b) Persepsi anda : pernyataan umum mengenai kesehatan

komunitas. Apa kekuatannya? Apa masalah aktual atau

potensial yang bisa diidentifikasi


b. Diagnosa Keperawatan

Dari data tersebut dianalisis seberapa berat stressor mengancam

masyarakat tersebut dan seberapa berat reaksi yang timbul dari

komunitas, selanjutnya dirumuskan. Menurut Muke (1984), rumusan

diagnosa keperawatan komunitas terdiri dari: masalah sehat dan sakit,

karakteristik populasi, dan karakteristik lingkungan

Diagnosa keperawatan ini dapat nyata, ancaman, potensi atau

resiko. Diagnosa keperawatan komunitas dirumuskan berdasarkan data

yang didapatkan pada pengkajian. Tipologi dari diagnosis keperawatan:

1) Aktual (terjadi defisis/gangguan kesehatan)

Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari

gangguan kesehatan.

2) Resiko (ancaman kesehatan)

Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan,

misalnya:Lingkungan rumah yang kurang bersih, pola makan yang

tidak adekuat, stimulasi tumbuh kembang yang tidak adekuat.

3) Potensial (keadaan sejahtera/wellness)

Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga

keluarga dapat ditingkatkan.

Etiologi dari diagnosis keperawatan komunitas berdasarkan

hasil pengkajian tugas perawatan kesehatan keluarga. Khusus untuk

diagnosis keperawatan potensial (sejahtera/wellness)

menggunakan/boleh tidak menggunakan etiologi.


c. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan diawali dengan merumuskan tujuan yang ingin

dicapai serta rencana tindakan untuk mengatasi masalah yang ada.

Tujuan dirumuskan untuk mengatasi atau meminimalkan stressor dan

intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat perncegahan. Pencegahan

primer untuk memperkuat garis pertahanan normal, dan pencegahan

sekunder untuk memperkuat garis pertahanan resisten (Anderson & Mc

Farlane, 2008). Aktivitas dari program kesehatan komunitas yang

direncanakan difokuskan untuk memperkuat tiga garis pertahann pada

komunitas yaitu pertahanan normal, fleksibel, dan resisten melalui tiga

tingkat pencegahan. Aktivitas dalam perencanaan tersebut dapat

dijalankan melalui strategi intervensi program yaitu pendidikan

kesehatan, proses kelompok, empowering, dan partnership. Strategi

intervensi keperawatan komunitas: Kemitraan (partnership),

Pemberdayaan (empowerment), Pendidikan kesehatan, DAN Proses

kelompok (Hitchcock, Schubert & Thomas 1999, Helvie, 1998 dalam

Nuraeni, 2013).

d. Implementasi

Merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah

disusun. Prinsip dalam pelaksanaan keperawatan yaitu:

1) Berdasarkan respon masyarakat

2) Disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia di masyarakat


3) Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara diri

sendiri serta lingkungannya

4) Bekerja sama dengan profesi lain

5) Menekankan pada aspek peningkatan kesehatan masyarakat dan

pencegahan penyakit

6) Memperhatikan perubahan masyarakat

7) Melibatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam

pelaksanaan keperawatan

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan keperawatan yaitu:

1) Keterlibatan petugas non keperawatan, kader, tokoh masyaraklat

dalam rangka ahli peran

2) Terselenggaranya rujukan medis dan rujukan keperawatan

3) Setiap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan dicatat pada

catatan yang telah disajikan

e. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan,

rencana tindakan dan implementasinya sudah berhasil dicapai. Evaluasi

memungkinkan perawat untuk memonior kesalahan yang terjadi selama

tahap pengkajian, analisa, perencanaan, dan implementasi tindakan

(Ignataficius dan Bayne, 1994 dalam Effendi dan Makhfudli, 2009).

Tujuan evaluasi adalah melihat kemampuan klien dalam mencapai

tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan


klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang

diberikan, sehingga perawat dapat mengambil keputusan. Proses evaluasi

terdiri dari dua tahap yaitu mengukur pencapaian tujuan klien baik

kognitif, afektif, pshicomotor, dan perubahan tubuh serta gejalanya dan

membandingkan data yang terkumpul dengan tujuan dan pencapaian

tujuan (Effendi dan Makhfudli, 2009).

2. Konsep Dasar Puskesmas Santun Usia Lanjut

a. Pengertian

Menurut Depkes (2003) bahwa Puskesmas Santun Usia Lanjut

adalah puskesmas yang melakukan pelayanan kepada usia lanjut, yang

mengutamakan aspek promotif dan preventif disamping aspek kuratif

dan rehabilitatif, secara pro-aktif, baik dan sopan serta memberikan

kemudahan dan dukungan bagi usia lanjut.

b. Ciri-ciri Pusksmas Santun Usia Lanjut

Menurut Depkes (2003) Puskesmas Santun Usia Lanjut memiliki ciri-

ciri:

1) Memberikan pelayanan yang baik, berkualitas dan sopan.

Kesiapan petugas dalam pelayanan perlu memperhatikan antara lain:

a) Kesabaran di dalam menghadapi usia lanjut.

b) Kemauan dan kemampuan untuk memberikan penjelasan secara

tuntas.
c) Melayani kebutuhan pelayanan kesehatan usia lanjut sesuai

dengan prosedur yang berlaku.

d) Menghargai usia lanjut dengan memberikan pelayanan dengan

sopan dan santun.

2) Memberikan kemudahan dalam pelayanan kepada usia lanjut.

Kemudahan yang dimaksud antara lain : Puskesmas dapat

memberikan pelayanan melalui loket pendaftaran tersendiri, ruang

pemeriksaan/konseling yang terpisah dengan kelompok umur

lainnya atau mendahulukan pemberian pelayanan yang disesuaikan

dengan kondisi setempat.

3) Memberikan keringanan biaya pelayanan kesehatan bagi usia lanjut

yang tidak mampu.

4) Memberikan dukungan/bimbingan pada usia lanjut dalam

memelihara dan meningkatkan kesehatannya agar tetap sehat dan

mandiri. Dukungan/bimbingan yang diberikan pada usia lanjut

antara lain :

a) Melakukan penyuluhan kesehatan dan gizi kepada usia lanjut

untuk tetap berperilaku sehat, agar dapat lebih meningkatkan

kesehatannya.

b) Menganjurkan untuk tetap melakukan aktivitas sehari-hari sesuai

kemampuannya serta menjaga kebugaran secara rutin,antara lain

dengan melakukan senam usia lanjut.


c) Menganjurkan untuk tetap melakukan dan mengembangkan hobi

atau kemampuannya.

d) Menganjurkan untuk melakukan aktivitas secara bersama dengan

usia lanjutnya melalui Kelompok Usia Lanjut di masyarakat,

antara lain dalam kegiatan keagamaan, kesenian dan

rekreasi.Melakukan pelayanan secara pro-aktif untuk dapat

menjangkau sebanyak mungkin sasaran usia lanjut yang ada di

wilayah kerja Puskesmas.

e) Melakukan kerjasama dengan lintas program dan lintas sektor

terkait di kecamatan dengan asas kemitraan, untuk bersama-sama

melakukan pembinaan dalam meningkatkan kualitas hidup usia

lanjut.

c. Manajemen Puskesmas Santun Usia Lanjut

Menurut Depkes (2003) dalam melaksanakan kegiatan Puskesmas

Santun Usia Lanjut melalui beberapa tahapan yaitu : perencanaan,

pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.

1) Perencanaan

Di dalam menentukan kegiatan pembinaan kesehatan usia lanjut

melalui strategi Puskesmas Usia Lanjut melalui beberapa tahapan

antara lain :

a) Kesepakatan di antara staf Puskesmas tentang pembinaan

kesehatan usia lanjut meliputi penanggung jawab, koordinator dan

pelaksana kesehatan usia lanjut.


b) Pengumpulan data dasar, peta lokasi usia lanjut dan sumber daya

pendukung kegiatan.

c) Melakukan pendekatan dan kerjasama dengan lintas sektor di

tingkat kecamatan/desa/kelurahan.

2) Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan pelayanan melalui strategi Puskesmas Usia

Lanjut, kegiatan yang dilakukan antara lain :

a) Kegiatan Promotif

Kegiatan promotif dilakukan pada usia lanjut, keluarga ataupun

masyarakat disekitarnya, antara lain berupa penyuluhan tentang

perilaku hidup sehat, gizi untuk usia lanjut, proses degeneratif,

upaya meningkatkan kesegaran jasmani, pemeliharaan

kemandirian serta produktivitas usia lanjut.

b) Kegiatan Preventif

Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya

penyakit dan komplikasinya akibat proses degeneratif. Kegiatan

berupa deteksi dini dan pemantauan kesehatan usia lanjut atau

Puskesmas dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS)

Usia Lanjut.

c) Kegiatan Kuratif

Kegiatan pengobatan ringan bagi usia lanjut yang sakit bila

dimungkinkan dapat dilakukan di Kelompok Usia Lanjut.

d) Kegiatan Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif ini dapat berupa upaya medis, psikososial,

edukatif maupun upaya-upaya lain yang dapat semaksimal

mungkin mengembalikan kemampuan fungsional dan

kepercayaan diri usia lanjut.

3) Monitoring dan Evaluasi

Kegiatan monitoring dilakukan melalui pencatatan dan pelaporan

yang berlaku atau melalui pengamatan langsung, untuk melihat

apakah pelaksanaan sesuai rencana yang ditetapkan dan keberhasilan

kegiatan, hambatan yang timbul serta kinerja pelaksana baik petugas

Puskesmas maupun kader.

3. Konsep Posyandu Lansia

Posyandu Lanjut Usia adalah wadah pelayanan lansia di masyarakat,

yang proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat

bersama pemerintah dan swasta, dengan menitik beratkan pelayanan

kesehatan pada upaya promotif dan preventif. Kader posyandu lansia

adalah kader yang bertugas di posyandu lanjut usia (lansia) dengan

kegiatan rutin setiap bulannya membantu petugas kesehatan saat

pemeriksaan kesehatan pasien lansia (Cahyo, 2010). Kader posyandu,

menurut Departemen Kesehatan RI (2006) adalah seseorang atau tim

sebagai pelaksana posyandu yang berasal dari dan dipilih oleh masyarakat

setempat yang memenuhi ketentuan dan diberikan tugas serta tanggung


jawab untuk pelaksanakan, pemantauan, dan memfasilitasi kegiatan

lainnya.

Kader kesehatan sangat diperlukan untuk kelancaran

terselenggaranya pelayanan kesehatan ke masyarakat secara baik, karena

kader adalah perantara antara masyarakat dengan tenaga kesehatan. Untuk

kelancaran tugasnya maka dibutuhkan pendidikan, latihan, dan supervisi

secara berkesinambungan.

a. Kriteria Kader Lansia

1) Bertempat tinggal diwilayah RT/RW yang bersangkutan/ diwilayah

posyandu.

2) Berpenampilan ramah dan simpatik.

3) Memiliki cukup waktu untuk melaksanakan tugas sebagai kader.

4) Mau bekerja secara sukarela.

5) Dapat membaca dan menulis.

6) Diterima oleh masyarakat setempat.

7) Mengetahui adat istiadat serta kebiasaan masyarakat.

8) Mengikuti pelatihan-pelatihan sebelum menjadi kader posyandu.

b. Peran Kader Lansia

1) Melakukan kegiatan bulanan posyandu :

a) Mempersiapkan pelaksanaan posyandu.

Tugas-tugas kader posyandu pada hari atau saat persiapan hari

buka posyandu, meliputi :


(1) Menyiapkan alat dan bahan, yaitu alat penimbangan dan

KMS, alat peraga, alat pengukur, bahan/materi penyuluhan.

(2) Mengundang dan menggerakkan masyarakat, yaitu memberi

tahu para lansia untuk datang ke posyandu.

(3) Menghubungi pokja posyandu, yaitu menyampaikan rencana

kegiatan kepada kantor desa dan meminta mereka untuk

memastikan apakah petugas sektor bisa hadir pada hari buka

posyandu.

(4) Melaksanakan pembagian tugas, yaitu menentukan

pembagian tugas diantara kader posyandu baik untuk

persiapan maupun pelaksanaan kegiatan.

b) Pelaksanaan kegiatan bulanan posyandu :

Tugas kader pada hari buka posyandu disebut juga sebagai tugas

pelayanan 5 meja (disesuaikan dengan sistem yang digunakan).

c) Kegiatan setelah pelayanan bulanan posyandu, meliputi :

(1) Memindahkan catatan dalam Kartu Menuju Sehat (KMS)

kedalam buku register atau buku bantu kader.

(2) Menilai (mengevaluasi ) hasil kegiatan dan merencanakan

kegiatan hari posyandu pada bulan berikutnya.

(3) Kegiatan kunjungan rumah (penyuluhan perorangan)

merupakan tindak lanjut dan mengajak para lansia datang ke

Posyandu pada kegiatan bulan berikutnya.


2) Menggerakkan masyarakat untuk menghadiri dan ikut serta dalam

kegiatan posyandu.

3) Membantu petugas kesehatan dalam pendaftaran, penyuluhan dan

berbagai usaha kesehatan masyarakat lainnya, termasuk pelaksanaan

senam lansia.

4) Kader harus menguasai berbagai tehnik keterampilan dan

pengetahuan, yaitu :

a) Keterampilan komunikasi interpersonal (teknik-teknik

komunikasi yang efektif).

b) Keterampilan yang berhubungan dengan kegiatan di posyandu

(pencatatan, pelaporan, penimbangan, dan lain-lain).

c) Pengetahuan kesehatan dasar dan gizi.

c. Fungsi Kader Lansia :

1) Kader mengenal masalah yang ada di masyarakat secara nyata.

2) Kader dapat mencari alternatif pemecahan masalah kesehatan sesuai

dengan kondisi yang ada di masyarakat.

3) Kader merencakan kegiatan sesuai dengan potensi yang ada.

4) Kader melaksanakan pembinaan dan kegiatan yang telah

direncanakan.

d. Kegiatan Posyandu Lansia

Pada saat pelaksanaan kegiatan Posyandu lansia, sering digunakan

sistem 5 meja, yaitu :

1) Meja 1: Pendaftaran
Mendaftarkan lansia, kader mencatat lansia tersebut, kemudian

peserta yang sudah terdaftar di buku register langsung menuju meja

selanjutnya.

2) Meja 2 : Pengukuran tinggi, berat dan tekanan darah

Kader melakukan pengukuran tinggi badan, berat badan, dan tekanan

darah.

3) Meja 3 : Pencatatan (Pengisian Kartu Menuju Sehat)

Kader melakukan pencatatan di KMS lansia meliputi: Indeks Massa

Tubuh, tekanan darah, berat badan, tinggi badan.

4) Meja 4 : Penyuluhan

Penyuluhan kesehatan perorangan berdasarkan KMS dan pemberian

makanan tambahan.

5) Meja 5: Pelayanan medis

Pelayanan oleh tenaga professional yaitu petugas dari

Puskesmas/kesehatan meliputi kegiatan: pemeriksaan dan

pengobatan ringan.

BAB III

ANALISA LAPORAN KASUS

A. Manajemen Asuhan Keperawatan

I. Pengkajian Klien
Klien berusia 67 tahun beragama Islam, dengan status pernikahan cerai

mati dengan suami, pendidikan terakhir klien Strata-1, dan pekerjaan saat ini ibu

rumah tangga. Suami Klien sudah meninggal. Klien mengatakan suaminya

meninggal tujuh tahun yang lalu. Klien sering menyampaikan kenangan-

kenangan bersama dengan suaminya dan mengatakan terkadang ada perasaan

rindu dengan suaminya. Klien saat ini tinggal di jalan Solok 4 No 248 bersama

anak perempuan, minantu dan 2 orang cucu. Klien memiliki 5 orang anak dimana

3 orang perempuan dan 2 orang lalik-laki, semua anak klien sudah menikah.

Klien mengatakan hubungan antar keluarga sangat baik. Klien sangat dekat

dengan anak-anak dan cucunya.

Klien mengaku mengalami penyakit Diabetes Melitus. Saat ini klien ada

mengkonsumsi obat. Klien mengatakan bahwa ibunya dikenal menderita

Diabetes Melitus. Keluarga diketahui memiliki riwayat Diabetes Mellitus. Klien

tidak memiliki gangguan pola tidur.

Klien sehari-hari makan 3x yaitu pada pagi hari, siang hari, dan malam

hari. Porsi makan Klien tidak banyak. Klien biasa makan pagi roti dan susu.

Sedangkan disiang hari, klien biasa makan nasi dengan lauk. Malam hari klien

makan nasi dengan lauk dan sayur. Klien minum air putih sebanyak 8 gelas/hari.

Klien mengatakan mengalami sakit Diabetes Melitus selama 6 tahun terakhir.

Klien mengatakan gula darahnya 248 mg/dl. Klien mengatakan kakinya sering

terasa kesemutan dan kebas dan


54 klien mengatakan cepat lelah dan mudah
mengantuk.

Klien mengatakan untuk siang hari klien selalu tidur siang setelah shalat

dzuhur. Klien tidur malam jam 22.00 WIB dan bangun jam 04.30 WIB, klien

tidak sering terbangun ketika tidur.


Aktifitas klien sebelum tidur adalah membaca ayat suci Alqur’an. Klien

juga menyalakan lampu saat tidur, merasa kadang-kadang badannya lemas,

mengantuk. Klien merupakan lansia yang cukup taat dalam melaksanakan

kegiatan ibadah. Klien selalu shalat lima waktu dan selalu shalat di Mesjid.

Klien mengalami masalah pada pola eliminasi urin yaitu sampai 10 kali dalam

sehari. Klien defekasi sebanyak satu sampai dengan dua kali sehari. Tidak ada

hambatan saat defekasi, konsistensi lembut dan tidak keras. Klien tidak

mengalami inkontinensia.

Keadaan emosi Klien stabil. Klien tampak defensif dengan kedatangan

mahasiswa. Namun setelah dilakukan pendekatan selama 3 minggu, klien mulai

membuka diri dan menerima kehadiran mahasiswa. Klien sering merasakan

cemas karena yang biasanya ada suami dan sekarang tidak lagi.

Secara umum keadaan umum fisik klien cukup baik. Klien selalu tampak

rapi. Tanda tanda vital Klien berada pada keadaan yang baik. Secara umum,

keadaan kepala klien baik. Klien tidak memiliki ketombe dan kebersihannya

terjaga dengan baik. Namun, Rambut klien sudah mulai beruban, tidak mudah

untuk rontok dan rapuh. Klien menggunakan kacamata dan hanya digunakan saat

membaca Alqur’an. Mukosa mulut tampak lembab, tampak karies gigi dan gigi

tampak bersih .

Klien tidak memiliki masalah pedengaran dan tidak terdapat produksi

serumen pada telinga. Keadaan leher klien baik, tidak ada pembesaran kelenjar

getah bening. Keadaan dada klien juga baik, bentuk simetris, retraksi dinding

dada (-) penggunaaan otot bantu pernapasan (-). Keadaan abdomen klien berada

pada kondisi baik. Tidak ada nyeri tekan, dan tidak ada axites. Klien dapat

berjalan dengan normal dan dapat melakukan aktifitas sehari-hari.


II. Analisis Data dan Diagnosa Keperawatan

Data subjektif yang didapatkan adalah klien mengatakan menderita

penyakit diabetes melitus sudah 16 tahun yang lalu, klien mengatakan sering

buang air kecil yaitu bisa sampai 10 kali dalam sehari, klien juga mengatakan

sering merasa haus dan badan terasa lelah, klien mengatakan saat ini merasa

kesemutan pada bagian kaki dan mata terasa kabur, klien mengatakan sering lupa

untuk meminum obat sebelum makan, gula darah klien saa ini 248 mg/dl.

Selain data subjektif, data objektif yang ditemukan terkait dengan

masalah pertama adalah klien terlihat lemas, klien tampak mengatuk, klien

tampak hanya sering menghabiskan waktu didalam rumahnya. Pada pengkajian

DNI (Diabetic Neuropathy Examination) di dapatkan skor klien 13

mengindikasikan adanya neuropati. Menurut Carpenito (2000) menjelaskan

bahwa diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinik tentang respon

individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan baik aktual atau

potensial, dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat secara

akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti

untuk menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah status

kesehatan klien. Berdasarkan hasil pengkajian maka ditegakkan diagnosa

keluarga yaitu ketidakefektifan manajemen pengobatan keluarga dengan masalah

Diabetes Melitus.

III. Rencana Asuhan Keperawatan

Dari diagnosa yang ditegakkan maka disusunlah beberapa rencana tindakan

yaitu keterlibatan keluarga dengan aktivitas yaitu:

a. Luangkan waktu bersama keluarga.


b. Mendukung anggota keluarga untuk menghadiri dan berpartisipasi di dalam

tahap pengobatan.

c. Bantu anggota keluarga untuk menyatakan perasaan yang berhubungan

dengan penyakit pada saudara mereka agar membawa konflik keluarga

menjadi terbuka.

d. Mendorong kepercayaan individu / kepercayaan diri setiap anggota keluarga

tentang penyakit dan review informasi yang relevan. Bantu anggota

keluarga mengklarifikasi nilai yang berhubungan dengan gaya hidup.

e. Ajarkan anggota keluarga mengenal proses penyakit dan jelaskan hubungan

antara proses penyakit dan regimen pengobatan.

f. Bekerja sama dengan keluarga untuk mengidentifikasi perilaku yang

berkontribusi menjadi konflik dalam keluarga dan membantu mereka

mengidentifikasi perilaku alternatif.

g. Bantu anggota keluarga mengklarifikasi nilai yang berhubungan dengan

gaya hidup.

h. Bekerja sama dengan anggota keluarga untuk mengembangkan aktifitas

sehari-hari yang mengatur regimen pengobatan yang sesuai dengan gaya

hidup.

i. Membantu keluarga merencanakan untuk mengikuti penyuluhan mengenai

penyakit untuk masa yang akan datang.

Dengan dilaksanakan intervensi tersebut, klien mampu meningkatkan

pengetahuan mengenai diabetes melitusi dan penyebab diabetes melitus,

Rencana asuhan keperawatan yang akan dilakukan adalah tanda dan

gejala penyakit diabetes melitus, akibat lanjut,cara perawatan, perawatan kaki

dan kuku pada penderita diabetes melitus. Selain dilakukan diskusi juga
dilakukan penentuan jadwal senam kaki diabetes, membuat jadwal harian.

Memberikan anjuran pada klien untuk memonitor senam kakinya, melakukan

identifikasi aktivitas sehari-hari, memberikan motivasi klien untuk

memperbanyak aktivitas di siang hari, memperbanyak asupan cairan di pagi dan

siang hari serta mengurangi asupan cairan di malam hari.

IV. Implementasi

Implementasi untuk kasus diabetes melitus dilakukan sebanyak tiga kali

dalam satu minggu. Setiap kali melakukan implementasi, Klien dan mahasiswa

melakukan kontrak selama satu jam. Terapi dilaksanakan selama 10- 20 menit.

Pada minggu pertama, penulis melakukan bina hubungan percaya secara intensif .

Implementasi yang telah dilakukan dalam mengatasi diagnosa diabetes melitus

adalah intervensi berupa pemberian edukasi diabetes melitus mulai dari

pengertian, penyebab, cara perawatan mengenai senam kaki diabetes melitus,

intervensi senam kaki diabetes melitus berlangsung sekitar 15-30 menit.

Pemberian edukasi senam kaki diabetes melitus menggunakan bahasa yang

mudah di pahami. Senam kaki diabetes merupakan salah suatu kegatan atau

latihan yang dilakukan pasien diabetes melitus untuk mencegah terjadinya luka

dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki. Adapun langkah-

langkah dalam melakukan senam kaki diabetes adalah penulis menyiapkan

media yaitu berupa lembar balik mengenai bagaimana langkah-langkah dalam

melakukan senam kaki diabetes melitus. Berikut ini hal-hal yang dapat dilakukan

klien untuk meningkatkan senam kaki diabetes yaitu olah raga teratur di pagi

hari, melakukan aktivitas, mengatur waktu bangun pagi, menghindari makanan

yang manis, menciptakan lingkungan yang nyaman.

V. Evaluasi
Evaluasi merupakan hasil respon dari klien terhadap implementasi yang

dilakukan. Evaluasi dilakukan untuk melihat tingkat keberhasilan dari evalusi

yang dilakukan. Pada awal pertemuan, klien kurang terbuka dan masih bingung

dengan kehadiran mahasiswa tetapi klien tetap menerima mahasiswa Setelah

melakukan upaya membina hubungan saling percaya dengan cara melakukan

interaksi dengan konsisten dan memberikan perhatian pada klien akhirnya klien

mampu mengungkapkan masalah yang dialaminya.

Masalah diabetes melitus adalah masalah yang klien keluhkan oleh

klien. Intervensi yang diberikan pada klien adalah dengan penatalaksanaan senam

kaki diabetes melitus. Terapi yang ditujukan pada klien selalu dilakukan klien,

klien tidak mengalami kesulitan dikarenakan klien senam kaki diabetes melitus

mudah dipahami dan mudah dilakukan oeh klien. Ketika ditanya kembali apakah

sudah melakukan sesuai instruksi, klien mengatakan ada melakukannya.

B. Manajemen Kasus Komunitas

Sebelum dilakukan pengkajian mahasiswa melakukan beberapa persiapan

diantaranya melakukan pengamatan secara umum (Winshield Survey) dan

penyebaran kuesioner lansia di lingkungan RW X Kelurahan Surau Gadang.

Gambaran umum situasi dan keadaan wilayah di RW X didapatkan melalui

wawancara dengan tokoh masyarakat, kader, penduduk setempat dan observasi

lingkungan sehingga dapat diketahui factor resiko yang dapat menimbulkan

masalah kesehatan yang ada di wilayah RW X yang dapat menimbulkan masalah

kesehatan serta factor penunjang untuk peningkatan kesehatan masyarakat.

1. Winshield Survey

Berdasarkan hasil Winshield Survey yang dilakukan di RW XIII Kelurahan

Surau Gadang pada tanggal 3 April 2017 didapatkan bahwa RW X terdiri dari
empat RT. Penduduk RW X mayoritas beragama Islam. Di RW X terdapat satu

Mesjid. Hasil Winshield Survey didapatkan sebagai berikut:

a. Lingkungan Fisik

Perumahan yang berada di RW X Kelurahan Surau Gadang seluruhnya

memiliki rumah yang permanen. Dimana jarak antara satu rumahdengan rumah

lainnya berdekatan dan padat. Keadaan kondisi rumah di RW X Kelurahan

Surau Gadang yaitu sebagian besar cahaya matahari dapat masuk kedalam

rumah. Sumber air di lingkungan rumah yaitu hampir sebagian menggunakan

PDAM dengan keadaan air seluruhnya tidak berbau, berasa, dan berwarna.

Kebiasaan lansia di RW X memiliki kegiatan diwaktu luang yaitu jalan pagi,

menjaga warung, mengasuh cucu, menonton TV, dan ada yang menghabiskan

waktu duduk-duduk depan rumah.

b. Kesehatan dan Pelayanan Sosial

Pelayanan kesehatan yang ada di RW X Kelurahan Surau Gadang

berupa 1 buah posyandu lansia dan posyandu balita. Posyandu rutin dilakukan

pada minggu ke 2 setiap bulannya. Sebagian kecil lansia memanfaatkan adanya

posyandu untuk memeriksakan kesehatannya dan pergi memeriksakan

kesehatannya ke puskesmas dan sebagian besar lansia yang tidak memanfaatkan

layanan kesehatan yang telah disediakan. Jarak puskesmas dari RW X yaitu <

500 m.

c. Ekonomi

Kepala keluarga di RW X Kelurahan Surau Gadang pada umumnya

sebagai pensiunan PNS. Pada umumnya status ekonomi masyarakat adalah

menengah ke atas.

d. Transportasi dan Keamanan


Sarana transportasi yang digunakan masyarakat untuk keluar masuk

lokasi RW X Kelurahan Surau Gadang adalah kendaraan roda 2 atau pun roda

4. Masyarakat umumnya memiliki kendaraan pribadi roda 2. Sebagai

transportasi umum, masyarakat menggunakan fasilitas ojek dan angkutan

umum.

e. Tingkat Pendidikan Lansia

Tingkat pendidikan lansia di RW X Kelurahan Surau Gadang pada

sebagian besar memiliki tingkat pendidikan SMA.

f. Rekreasi

Rekreasi yang dilakukan warga lebih banyak berkumpul bersama

keluarga di dalam rumah sambil bercerita dan menonton TV, dan ada juga

warga masyarakat yang rekreasi ke pusat perbelanjaan.

II. Hasil Kuesioner

Kemudian pengkajian dilanjutkan dengan tahap pengumpulan data yang

dilakukan pada tanggal 4 April 2017, dengan sampling diambil dengan cara Total

Sampling dengan kriteria inklusi 70 lansia dan data terkumpul yaitu sebanyak 54

lansia yang ada di RW X Kelurahan Surau Gadang. Pada tahap ini mahasiswa

menyebarkan kuesioner pada lansia di lingkungan RW X (RT 01, 02, 03, dan 04)

Kelurahan Surau Gadang.

a. Data Umum

Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Jenis Kelamin sebagian besar

(68,4%) lansia di RW X berjenis kelamin perempuan. Distribusi Frekuensi

Lansia Berdasarkan Tingkat Pendidikan hampir dari sebagian (52,6%) tingkat

pendidikan lansia di RW X yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA). Distribusi


Frekuensi Lansia Berdasarkan Pekerjaaan sebagian besar lansia (47,9%) yaitu

Pensiunan PNS. Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Agama seluruh

(100%) menganut agama islam.

b. Proses menua

Distribusi Frekuensi Lansia yang mengalami Inkontinensia Urin bahwa

hamper seluruh (88%) lansia tidak mengalami inkontinensia urin. Distribusi

Frekuensi Lansia yang Susah Tidur pada Malam Hari sebagian besar (72%)

lansia tidak sulit tidur di malam hari . Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan

Riwayat Penyakit, 10 penyakit tertinggi di RW X Kelurahan Surau Gadang

adalah hipertensi 12 orang, asam urat 10 orang, rematik 5 orang, gangguan

pendengaran 3 orang, imsomnia 6 orang, maag 4 orang, DM 3 orang, dan

katarak 2 orang. Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Gangguan Pergerakan

Tubuh, hampir setengah (32%) lansia mengalami gangguan dalam pergerakkan

tubuh. Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Kemandirian Beraktivitas

bahwa hampir seluruhnya (97%) dalam beraktivitas mandiri. Distribusi

Frekuensi Lansia Berdasarkan Hidup Bersama Pasangan bahwa lebih dari

sebagian (51%) lansia hidup tidak dengan pasangan.

c. Support Keluarga

Distribusi Frekuensi Penghasilan Keluarga Rata-Rata Tiap Bulan bahwa

setengah (50%) keluarga memiliki penghasilan > 2.000.000. Distribusi

Frekuensi Keluarga Yang Mempunyai Dana Tabungan hampir seluruhnya

(76%) keluarga mempunyai dana tabungan. Distribusi Frekuensi Sarana

Pelayanan Kesehatan Yang Dapat di Kunjungi bahwa sebagian besar (53%)

anggota keluarga berobat ke puskesmas. Distribusi Frekuensi Jarak Rumah

Keluarga Ketempat Pelayanan Kesehatan bahwa seluruh (100% jarak rumah


keluarga ketempat pelayanan kesehatan adalah < 5 km. Distribusi Frekuensi

Keluarga Lansia Yang Mempunyai Kartu BPJS/ Jamkesmas Lainnya, hampir

seluruhnya (97%) lansia mempunyai kartu BPJS/ kartu Jamkesmas lainnya.

Distribusi Frekuensi Keluarga yang Menjelaskan Pentingnya Olahraga Pada

Lansia bahwa hampir seluruhnya (85%) keluarga menjelaskan pentingnya

olahraga pada lansia.

d. Support Sistem

Frekuensi Lansia Yang Mengikuti Senam Lansia bahwa hampir seluruh

lansia (94%) lansia tidak mengikuti senam lansia. Distribusi Frekuensi Lansia

Yang Memeriksakan Kesehatan Secara Rutin bahwa sebagian besar (64%) tidak

memeriksakan kesehatannya secara rutin. Distribusi Frekuensi Lansia Yang

Memiliki Kartu KMS Lansia. menunjukkan bahwa hampir keseluruhan (77%)

lansia tidak memiliki kartu KMS lansia. Distribusi Frekuensi Lansia

Mengetahui Adanya Posyandu Lansiamenunjukkan bahwa hampir seluruh

(97%) lansia mengetahui adanya posyandu lansia di RW X Kelurahan Suaru

Gadang. Distribusi Frekuensi Lansia Mengunjungi Posyandu Lansia Setiap

Bulan menunjukkan bahwa hampir seluruh (79%) lansia yang tidak

mengunjungi posyandu lansia tiap bulan.

e. Kesehatan Lingkungan

Distribusi Frekuensi Lansia Merokok menunjukkan bahwa sebagian kecil

(14%) lansia yang merokok. Distribusi Frekuensi Cahaya Matahari Dapat

Masuk Ke Dalam Rumah sebagian besar (97%) cahaya yang masuk di dalam

rumah. Distribusi Frekuensi Jenis Lantai Rumah Lansia sebagian besar (79%)

jenis lantai rumah lansia adalah keramik. Distribusi Frekuensi Sumber Air Yang
Digunakan Sehari-hari hampir setengah (48%) sumber air yang digunakan

adalah PDAM. Distribusi Frekuensi Keadaan Air Yang Digunakan hampir

seluruhnya (100%) air yang digunakan adalah tidak berbau, berasa dan

berwarna. Distribusi Frekuensi Mempunyai Tempat Penampungan Air,

seluruhnya (100%) mempunyai tempat penampungan air. Distribusi Frekuensi

Membersihkan Tempat Penampungan Air, sebagian besar (65%) membersihkan

tempat penampungan air kapan perlu. Distribusi Frekuensi Pengolahan Sampah

Keluarga. hampir seluruhnya (97%) pengelolahan sampah keluarga adalah di

kumpulkan. Distribusi Frekuensi Tempat Pembuangan Sampah Keluarga,

hampir seluruhnya (92%) pembuangan sampah kelurga tetutup. Distribusi

Frekuensi Pembuangan Air Limbah Keluarga, seluruhnya (100%) pembuangan

air limbah adalah got. Distribusi Frekuensi Jarak Sumber Air Dengan

Pembuangan Limbah,hampir seluruh (77%) jarak sumber air dengan

penampungan limbah adalah < 10 m. Distribusi Frekuensi Keadaan Sarana

Pembuangan Air Limbah sebagian (48%) keadaan sarana pembuangan air

limbah adalah terbuka mengalir. Distribusi Frekuensi Tingkat Dimensia Pada

Lansia Berdasarkan Abbreviated Mental Test , bahwa hampir seluruhnya (81%)

lansia tidak mengalami dimensia (gangguan ingatan). Distribusi Frekuensi

Aktifitas Lansia Sehari-hari Berdasarkan Indeks Barthel, bahwa sebagian besar

(81%) aktifitas kehidupan sehari hari adalah mandiri. Distribusi Frekuensi

Tingkat Depresi Pada Lansia Berdasarkan Geriatric Depression Scale (GDS,

bahwa hampir seluruhnya (78%) lansia berdasarkan geriatric depression scale

(GDS) adalah tidak depresi.

2. Hasil Wawancara Petugas Kesehatan


Berdasarkan hasil wawancara dengan kader RW X diketahui bahwa

pelaksanaan posyandu lansia setiap bulan ada dilakukan, namun lansia disekitar

kurang aktif dalam mengikuti posyandu lansia. Hal ini disebabkan kurangnya

motivasi lansia untuk ke posyandu disebabkan tidak adanya pemberian obat yang

dilakukan di posyandu, di posyandu lansia hanya memeriksa kesehatan seperti

pengukuran berat badan, tekanan darah, pengukuran kadar gula darah dan asam

urat. Disamping itu kegiatan seperti senam lansia tidak ada dilakukan karena tidak

adanya instruktur dan kurangnya partisipasi lansia mengikuti senam lansia tersebut.

3. Hasil observasi

Pelaksanaan posyandu ada dilakukan setiap bulannya, tetapi kegiatan yang

dilakukan di posyandu hanya melakukan pemeriksaan kesehatan seperti

penimbangan berat badan, tekanan darah, pengukuran kadar gula darah dan asam

urat. Terkadang ada dilakukan penyuluhan namun tidak ada pemberian

pengobatan. Sedangkan untuk pelaksanaan senam lansia juga tidak ada dilakukan.
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Manajemen Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Gordon (dalam Potter & Perry, 2005) menjelaskan bahwa

pengakjian merupakan suatu pemikiran dasar dari proses keperawatan

yang bertjuan untuk mengumpulkan informasi tentang klien agar masalah

kesehatan dan kebutuhan keperawatan klien dapat diketahui. Pengkajian

seharusnya bersifat holistik yang mencakup dimensi bio, psiko, sosial dan

lingkungan. Pengakjian menjadi kunci dalam menyelesaikan masalah-

masalah yang ada pada klien. Engan pengkajian yang lengkap, intervensi

kepada klien akan lebih tepat sasaran sesuai dengan masalah yang

sesungguhnya terjadi
Pengkajian pada lansia yang adadikeluarga dilakukan degan

melibatkan keluarga sebagai orang terdekat yang mengetahui tentang

masalah kesehatan lansia. Asuhan keperawatan pada lansia adalah suatu

rangkaian kegiatan dari proses keperawatan yang ditunjukan pada lansia.

Kegiatan tersebut meliputi pengkajian kepada lansia dengan

memperhatikan kebutuhan biologis, psikologis, kultural dan spiritual

(Depkes, 2011)

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 10

April 2017 Ny. W (67 tahun), diperoleh data bahwa Ny. W telah diagnosa

menderita diabetes melitus sejak tahun 2001. Saat pengkajian dilakukan


65
pemeriksaan kadar gula darah (GDS) didapatkan hasil yaitu 240 mg/dl.

Keluhan yang sering dirasakan oleh Ny. W yaitu kepala sering terasa

pusing, sering BAK pada malam hari, mata kabur, kaki dan tangan

kesemutan terkadang kebas dan juga merasa sempoyongan

Menurut American Diabetes Association (ADA) 2008, diabetes

melitus merupakan suatu kelompok yang terjadi karena kelainan sekresi

insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada

diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang dan disfungsi

beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh

darah, yang menimbulkan berbagai macam komplikasi, antara lain

aterosklerosis, neuropai, gagal ginjal dan retinopati (Stockslager, 2008)

Menurut Jefreyy (2008), faktor penyebab diabetes melitus pada

lansia selain faktor keturunan adalah faktor keturunan adalah aktifitas fisik
yang kurang, adanya penurunan sekresi dan juga resistensi terhadap

insulin akibat berkurangnya massa otot dan perubahan vaskular

Dari pengkajian diperoleh data bahwa Ny. W ditemukan riwayat

penyakit diabetes melitus pada keluarga. Dengan demikian diketahui

bhawa penyebab diabetes melitus pada Ny. W adalah faktor keturunan.

Berdasarkan hasil pengakajian, keluhan yang sering dirasakan oleh

Ny. W yaitu sering merasa pusing, sering BAK malam hari, sering

kesemutan pada kaki dan tangannya, mata kabur dan merasa

sempoyongan. Tanda dan gejala yang ditemukan pada Ny. W seperti kaki

dan tangan kesemutan merupakan tanda gejala yang sering pada diabetes.

Hal ini disebabkan karena adanya gangguan dipembuluh darah kapiler atau

kerusakan pada pembuluh darah tepi (neuropati). Sesuai pendapat Tiara

(2008) mengatakan bahwa rasa kesemutan sering dialami penderita

diabetes melitus sekitar 60-70 persen. Penyebab neuropati diperkirakan

oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah yang menyebabkan

gangguan antara listrik pada serabut saraf perifer. Selain itu, pembuluh

darah kapiler terganggu sehingga menyebabkan sel-sel saraf tidak

mendapatkan sirkulasi darah yang baik dan terjadilah kerusakan. Resiko

ini meningkat sejalan dengan bertambahnya usia.

Dari semua data yang didapat dalam pengkajian pada kasus lansia

dengan ini, tampak bahwa secara garis besar penyebab, tanda dan gejala

pada kasus sesuai dengan yang terdapat pada teori. Faktor pendukung

dalam pengkajian ini, adanya kerja sama antara penulis dengan klien dan
keluarga sehingga pengkajian dapat berjalan dengan lancar, selain itu

tersedianya buku-buku referensi sebagai acuan penulis yang memudahkan

dalam pengkajian.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinik tentang respon

individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan baik aktual

atau potensial, dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya.

Perawat secra akuntibilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan

intervensi secara pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah

dan merubah status kesehatan klien (Carpenito, 2000)

Berdasarkan hasil pengkajian maka ditegakkan diagnosa keluarga

yaitu ketidakefektifan manjemen pengobatan dengan masalah diabetes

melitus. Diagnosa ini ditegakkan berdasarkan data-data dan keluhan yang

dirasakan oleh salah satu anggota keluarga Tn. M yaitu Ny. W dimana ±

16 tahun ini telah didiagnosa diabetes melitus, keluhan yang dirasakan

yaitu sering kesemutan pada tangan dan kaki, mata kabur, sering BAK

pada malam hari, badan mudah letih, sering merasa pusing dan

sempoyongan. Pada pengkajian juga didapatkan bahwa selama menderita

penyakit Ny. W tidak rutin mengontrol kadar gula darahnya, tidak

mengatur pola makannya. Ny. W tidak ada melakukan olah raga, sering

lupa minum obat yang tentunya akan berpengaruh pada kondisi kesehatan

Ny. W itu sendiri.


Sesuai dengan teori, diagnosa keluarga “ketidakefektifan

manajemen pengobatan keluarga” didefinisikan yaitu pola ketika keuarga

mengalami kesulitan mengintegrasikan program pengobatan dalam

kegiatan sehari-hari dan melakukan tindakan yang berakibat buruk untuk

penyakit, sehinggakepuasan untuk menunjukkan tujuan kesehatan yang

spesifik tidak ada

Diabetes melitus merupakan penyakit yang membutuhkan

pengobatan seumur hidup, sehingga diperlukan komitmen dan kesadaran

dari klien untuk selalu mengontrol kesehatan dan mengatur pola hidupnya.

Semua itu dilakukan untuk dapat mengurangi berbagai komplikasi

makrovaskular dan mikrovaskular yang berpengaruh kepada angka

morbiditas dan mortalitas

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh

perawat untuk mencapai kriteria hasil yang diinginkan dari sebuah

diagnosa yang ditegakkan perawat terhadap terhadap pasien (Gordon

dalam Potter & Perry, 2005). Intervensi keperawatan yang diberikan pada

pasien disesuaikan dengan diagnosa yang didapat dari hasil pengakajian

dan disesuaikan dengan kondisi pasien pada saat itu

Perawatan lanjut usia bertujuan mempertahankan kesehatan dan

kemampuan lanjut usia dengan jalan perawatan peningkatan kesehatan

(promotif), pencegahan penyakit (preventif) serta membantu

mempertahankan dan membesarkan semangat hidup mereka, selanjutnya


perawatan menolong dan merawat lanjut usia yang menderita penyakit dan

gangguan tertentu (Depkes RI, 2002)

Dari diagnosa yang ditegakkan maka disusunlah beberapa rencana

tindakan yaitu:

a. Luangkan waktu bersama keluarga

b. Mendukung anggota keluarga untuk menghadiri dan berpartisipasi

dalam tahap pengobatan

c. Bantu anggota keluarga untuk menyatakan perasaan yang

berhubungan dengan penyakit pada saudara mereka agar membawa

konflik keluarga menjadi terbuka

d. Mendorong kepercayaan individu/ kepercayaan diri setiap anggota

keluarga tentang penyakit dan review informasi yang relevan

e. Ajarkan aggota keluarga mengenal proses penyakit dan jelaskan

hubungan antara proses penyakit dan regimen pengobatan

f. Bekerjasama dengan keluarga dan mengidentifikasi perilaku yang

berkontribusi menjadi konflik dalam keluarga dan membantu

mereka mengidentifikasi perilaku alternatif

g. Bekerjasama dengan anggota keluarga untuk mengembangkan

aktivitas sehari-hari yang mengatur regimen pengobatan yang

sesuai dengan gaya hidup

h. Arahkan anggota keluarga ke agensi yang sesuai bila dibutuhkan

i. Membantu keluarga merencanakan untuk mengikuti penyuluhan

mengenai penyakit untuk masa yang akan datang


4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien mengatasi masalah

kesehata yang sedang dihadapinya kestatus kesehatan yang lebih baik

didasarkan pada kriteria hasil yang telah dibuat sebelumnya (Gordon

dalam Potter & Perry, 2005). Jadi implementasi keperawatan adalah

pelaksanaan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap

perencanaan. Jenis implementasi keperawatan dapat berupa tindakan

mandiri (independent), kolaborasi (interdependent) dan tindakan rujukan

(dependent) (Nurjanah dalam Nadia, 2013)

Dari beberapa rencana tindakan yang disusun tersebut, maka

dipilihlah rencana tindakan yang bisa dilaksanakan yang disesuaikan

dengan keadaan klien. Beberapa implementasi yang telah dilakukan

adalah:

a. Meluangkan waktu bersama keluarga untuk mengenal seluruh anggota

keluarga dan membina hubungan saling percaya antara perawat dan

keluarga

Implementasi yang telah dilakukan pada keluarga Tn. M, pertama

sekali adalah membina hubungan saling percaya. Hal ini sangat

penting dilakukan karena jika keluarga tidak percaya dengan perawat

maka mustahil tujan yang diinginkan akan dapat tercapai. Rowe &

Calnan (2006) menyebutkan tanpa kepercayaan mungkn saja pasien

atau keluarga tidak ingin berhubungan sama sekali dengan perawat,


apalagi mengungkapkan semua informasi medis yang relevan. Pada

pertemuan pertama dengan keluarga hubungan saling percaya antara

perawat dengan keluarga sudah mulai terjalin, hal ni ditandai dengan

bersedianya keluarga untuk berinteraksi dengan perawat sampai

tanggang waktu yang ditentukan dan kemauan keluarga untuk

menjawab setiap pertanyaan yang diajukan

b. Mendukung anggota keluarga menghadiri dan berpartisipasi didalam

tahap pengobatan

Implementasi dilakukan untuk mengidentifikasi keluarga mengenal

masalah kesehatan, bagaimana keluarga mengambil keputusan untuk

mengatasi masalah kesehatan dan menggali kemampuan keluarga

merawat anggota keluarga yang sakit. Ny. W mengatakan telah

mengetahui keadaan penyakitnya dan selama ini masih tidak rutin

untuk memeriksa kesehatan ke pelayanan kesehatan. Tujuan

implementasi pada tahap ini adalah pemberdayaan anggota keluarga

untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi. Keikutsertaan

anggota keluarga lainnya dalam memandu pengobatan, diet, latihan

jasmani dan pengisian waktu luang yang positif bagi keluarga adalah

merupakan bentuk peran serta aktif bagi keberhasilan penatalaksanaan

DM (Soegondo, 2009)

c. Membantu anggota keluarga untuk menyatakan perasaan yang

berhubungan dengan penyakit pada saudara mereka agar membawa

konflik keluarga menjadi terbuka


Implementasi yang dilakukan untuk menggali perasaan tiap

anggota keluarga yang berhubungan dengan kondisi penyakit yang

dialami oleh anggota keluarga. Dari implementasi ini didapatkanlah

data mengenai apa saja yang dirasakan oleh tiap anggota keluarga serta

harapan kedepannya, sehingga dapat memberikan arahan mengenai

apa yang akan perawat berikan selanjutnya. Ny. W mengatakan yang

menjadi beban pikirannya saat ini adalah kondisi penyakt diabetes

melitusnya. Ny. W mengatakan bahwa keluarga tidak ingin jika

penyakit yang dialaminya bertambah parah. Ny. W juga mengatakan

bahwa keluhan yang sering dirasakan adalah sering pusing, kesemutan

pada kaki, mata kabur, mersa pusing dan sempoyongan

d. Mendorong kepercayaan setiap anggota keluarga tentang kesehatan

yang relevan

Dari implementasi ini didapatkan data keyakinan dan nilai

kesehatan menurut keluarga. Ny. W mengatakan memperoleh

kesehatan bagi setiap anggota keluarga adalah penting. Tujuan

kesehatan bagi Ny. W adalah mencapai kesehatan yang lebih baik.

Menurut Ny. W gejala yang sering dialami saat ini adalah kepala terasa

pusing, sering BAK, sering haus, pandangan mata terasa kabur, kak

dan tangan sering kesemutan

e. Mengajarkan anggota keluarga mengenal proses penyakit dan jelaskan

hubungan antara proses penyakit dengan regimen pengobatan


Jika keluarga mengetahui alasan tentang perilaku yang spesifik,

mereka menjadi lebih yakin untuk mengatur gaya hidup. Kegitan ini

untuk menyamakan persepsi dari penyakit, penyebab, tanda gejala,

akibat lanjut penyakit yang bertujuan untuk memudahkan menjelaskan

perawatan yang sesuai dalam tahapan regimen pengobatan.

Implementasi dilakukan dengan memberikan pendidikan kesehatan

tentang penyakit meliputi: pengertian, penyebab, tanda dan gejala,

akibat lanjut serta cara perawatan dirumah bagi penderita diabetes

melitus

Selain pendidikan kesehatan, cara perawatan diabetes melitus juga

diberikan kepada keluarga. Menurut Valk (2013) diperlukan juga

perawatan kaki pada penderita diabetes melitus untuk mencegah

terjadinya ulkus pada kaki. Pentingnya perawatan kaki pada penderita

diabetes melitus karena sirkulasi darah pada orang dengan diabetes

terganggu sehingga klien harus mempelajari metode yang diperlukan

untuk meningkatkan kesehatan kaki (Stanley Mickey, 2007).

f. Bekerjasama dengan keluarga untuk mengidentifikasi perilaku yang

berkontribusi menjadi konflik dalam keluarga dan membantu menreka

mengidentifikasi perilaku alternatif

Dari implementasi yang dilakukan diperoleh data mengenai apa-

apa saja yang menjadi beban pikiran masing-masing anggota keluarga,

perilaku yang tidak sesuai dengan tujuan kesehatan an kebiasaan apa


saja yang dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan dalam

keluarga. Ny. W mengatakan selama ini tidak rutin kontrol

kepelayanan kesehatan, kurang mengatur pola makannya dan jarang

berolah raga. Untuk mengatasi masalah pada keluarga bersedia untuk

filakukan pembinaan supaya meningkatkan pengetahuan dan

pemanhan keluarga tentang masalahdiabetes melitus

g. Bekerjasama dengan anggota keluarga untuk mengembangkan aktifitas

sehari-hari yang mengatur regimen pengobatan yang sesuai dengan

gaya hidup.

Aktivitas sehari-hari yang dapat dilakukan keluarga untuk

menerapkan cara perawatan lansia dengan diabetes melitus yaitu

mengontrol kesehatan secara rutin, mengontrol pola makan,

melakukan aktivitas fisik ringan seperti senam kaki dan mengkonsumsi

obat dari pelayanan kesehatan.

Menurut Machfoez (2007), bahwa perawat sebagai pendidik

bertanggung jawab dalam membantu klien dalam meningkatkan

pengetahuan tentang kesehatan, gejala penyakit bahkan cara perawatan

sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan

pendidikan kesehatan . hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan

manfaat pemberian pendidikan kesehatan bagi pasien antara lain

meningkatkan kesehatan dan mencegah komplikasi penyakit.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan yang mencakup

perubahan atau respon mesyarakat terhadap program kesehatan yang

dilaksanakan (Nugroho, 2014). Evaluasi dilakukan untuk tercapainya

tujuan dan tindakan memperbaharui data, diagnosis keperawatan, serta

rencana keperwatan jika tindakan keperawatan yang dilakukan belum

mencapai tujuan yang diharapkan. Bloom dalam Wikipedia (2014)

menjelaskan bahwa usaha-usaha yang dilakukan untuk mengubah perilaku

seseorang sesungguhnya dibagi kedalam tiga tingkatan ranah yaitu ranah

kognitif, afektif, dan psikomotor

Dalam asuhan keperawatan keluarga, evaluasi dilakukan dengan

mengacu pada kriteria hasil yang ada. Selama dilakukan asuhan selama ±4

minggu, sudah ada perbaikan dan perubahan kesehatan pada Ny. W.

Secara kognitif keluarga Ny. W telah dapat mengidentifikasi konflik yang

terjadi dalam diri dan keluarganya, yaitu masalah penyakit diabetes yang

belum terkontrol. Dalam tahapan pengobatan keluarga Ny. W telah mau

berkunjung ke puskesmas untuk memeriksakan kondisinya dan

mengatakan akan terus kontrol gula darahnya walaupun nanti sudah tidak

ada mahasiwa yang datang kerumahnya. Keluarga Ny. W juga mengatakan

akan memperhatikan pola makan, kegiatan fisik seperti jaan pagi dan

mengikuti senam lansia. Pada minggu terakhir asuhan Ny. W telah minum

obat secara rutin dari puskesmas, mengatur pola makan serta melakukan

perawatan kaki. Pemeriksaan glukosa darah pada hari terakhir (29 April

2017) asuahn didapatkan gula darah Ny. W 198 mg/dl


Berdasarkan hal diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa

asuhan keperawatan yang diberikan pada keluarga Ny. W cukup berhasil

yang ditandai dengan sudah menurunnya kadar glukosa sejak intervensi

dilakukan.

B. Manajemen Kasus Asuhan Keperawatan

1. Tahap Pengkajian/ Pengumpulan data

Pengkajian keperawatan komunitas merupakan suatu proses tindakan

untuk mengenal komunitas. Pengkajian komunitas adalah untuk mengidentifikasi

faktor (positif dan negatif) yang berhubungan dengan kesehatan dalam rangka

membangun strategi untuk promosi kesehatan.

Tujuan keperawatan dalam mengkaji komunitas adalah mengidentifikasi

faktor positif dan negatif yang berbenturan dengan masalah kesehatan dari

masyarakat hingga sumber daya yang dimiliki komunitas dengan tujuan

merancang strategi untuk promosi kesehatan. Pengkajian suatu komunitas

dimulai dengan mengidentifikasi sistem yang ada didalamnya (Efendi dan

Makhfudli, 2009). Dimana menurut model Betty Neuman (Anderson and Mc

Farlane, 2000) yang dikaji meliputi demografi, populasi, nilai keyakinan dan

riwayat kesehatan individu yang dipengaruhi oleh sub system komunitas yang

terdiri dari lingkungan fisik, perumahan, pendidikan, keselamatan dan

transportasi, politik pemerintahan, kesehatan, pelayanan sosial, komunikasi,

ekonomi dan rekreasi (mencakup (1) Inti, (2) delapan sub sistem komunitas dan

(3) Persepsi). Aspek-aspek tersebut dikaji melalui pengamatan langsung, data

statistik, angket dan wawancara.

Kelompok melakukan pengkajian atau pengumpulan data ke masyarakat

seperti penyebaran kuesioner, dan melakukan kegiatan windshied survey untuk


melihat gambaran umum keadaan komunitas di RW X Kelurahan Surau Gadang.

Kelompok mengambil data dengan teknik wawancara dengan pedoman kuesioner

dan hasilnya disampaikan dalam MMK.

ANALISA SWOT TAHAP PENGKAJIAN

a. Kekuatan

1. Adanya partisipasi aktif masyarakat dalam memberikan informasi

untuk pengumpulan data.

2. Dukungan dari Puskesmas Nanggalo, Bapak Lurah, ketua RW, ketua

RT, Kader Posyandu RW X Kelurahan Surau Gadang.

3. Anggota kelompok bersemanagat untuk menyebarkan kuesioner yaitu

tanggal 5 April 2017 di RW X Kelurahan Surau Gadang.

b. Kelemahan

Kebanyakan rumah warga pintunya tertutup dan berpagar, dan ada

yang lansianya tidak dirumah saat dilakukan pengkajian, sehingga ada

beberapa KK yang tidak terkaji.

c. Peluang

Dukungan dan kerjasama yang baik dari pihak RW, RT, Kader dan

Kelurahan sehingga informasi yang didapat lebih akurat dan jelas.

d. Ancaman

1. Adanya beberapa masyarakat yang beranggapan bahwa pelaksanaan

kegiatan tidak memberikan manfaat sehingga sulit bekerja sama dan

berpendapat bahwa kegiatan sepenuhnya menjadi tanggung jawab

mahasiswa dan kader kesehatan.


2. Ditemukan beberapa masalah kesehatan yaitu besarnya resiko

masyarakat terkena penyakit degeneratif tapi kurang dirasakan oleh

masyarakat.

Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil wawancara dengan

masyarakat untuk menilai keakuratan data maka kelompok

mengklafifikasi kembali data yang telah ada bersama dengan pihak

RW dan RT serta tokoh masyarakat yang ada di RW X Kelurahan

Surau Gadang. Dan dari analisa SWOT pada tahap pengkajian tidak

terdapat ancaman karena masyarakat sangat peduli dengan

kesehatannya.

2. Tahap Perumusan Diagnosa Keperawatan dan Perencanaan

Data dan informasi tentang keadaan kesehatan di wilayah RW X

Kelurahan Surau Gadang, akan dirumuskan melalui perencanaan untuk

mengatasi masalah kesehatan tersebut. Bersama masyarakat, pihak puskesmas

dan kader posyandu mahasiswa merencanakan beberapa kegiatan yang

berorientasi untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut.

Pada perencanaan kegiatan yang kan dilaksanakan dari intervensi

mahasiswa dan masyarakat, perlu adanya penyusunan rencana yang matang

seperti merancang kegiatan yang akan dilakukan kemudian sasaran untuk

dilakukan intervensi serta jenis fasilitas dan prasarana yang dibutuhkan. Untuk

mengembangkan rencana yang strategis, perlu adanya penjelasan tentang

bagaimana bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan, lokasi, adanya alat-alat

serta masyarakat.

Perumusan masalah kesehatan dan diagnosa keperawatan dilakukan serta

disepakati bersama dengan masyarakat melalui kegiatan Musyawarah


Masyarakat Kelurahan (MMK) pada tanggal 6 April 2017, adapun rencana

intervensi dari kegiatan yang akan dilakukan adalah:

a. Pendidikan kesehatan

1. Penyuluhan tentang Penyegaran Posyandu

2. Penyuluhan tentang Demensia

3. Penyuluhan tentang Senam otak

4. Penyuluhan tentang Asam urat

5. Penyuluhan tentang Hipertensi

6. Pemeriksaan Kesehatan Gratis (pengukuran tekanan darah,

pemeriksaan asam urat, gula darah dan kolesterol )

b. Kemitraan (partnership)

1. Posyandu Lansia

2. Mengoptimalkan kembali penyediaan dan penggunaan KMS (kartu

menuju sehat) lansia.

c. Pemberdayaan

Untuk pelaksanaan kegiatan yang telah disepakati saat MMK

(Musyawarah Masyarakat Kelurahan), maka diperlukan kerjasama

dengan kader kesehatan RW X Kelurahan Surau Gadang. Kader

kesehatan diikut sertakan dalam setiap kegiatan yang diadakan oleh

mahasiswa, sehingga kader kesehatan mengetahui gambaran kegiatan

yang akan diangkat dikemudian hari yang dapat dilanjutkan setelah

berakhirnya mahasiswa Praktek Profesi Peminatan Gerontik Keperawatan

Universitas Andalas.
ANALISA SWOT TAHAP PERUMUSAN DIAGNOSA

KEPERAWATAN DAN PERENCANAAN

a. Kekuatan

1. Pengetahuan mahasiswa dalam menyusun rencana keperawatan

dan Planning Of Action (POA)

2. Telah terbinanya kerjasama yang baik antara mahasiswa dengan

kader posyandu, RW X dan RT 1, 2, 3 dan 4 Kelurahan Surau

Gadang Kecamatan Nanggalo

3. Dukungan dari lintas program yaitu pihak Puskesmas Nanggalo

Wilayah Kerja Kecamatan Nanggalo dan pihak Kelurahan Surau

Gadang.

b. Kelemahan

Masih kurangnya pengetahuan masyarakat dan keterlibatan

dalam penyusunan rencana tindakan.

c. Peluang

1. Adanya kegiatan Mahasiswa Praktek Profesi Peminatan

Keperawatan Gerontik.

2. Dukungan lintas sektoral dalam pelaksanaan kegiatan dari pihak

Kelurahan dan Puskesmas.

3. Dukungan dari tokoh masyarakat di RW X Kelurahan Surau

Gadang.

4. Partisipasi masyarakat dan kader kesehatan.

d. Ancaman

Dalam menyusun diagnosa keperawatan dan perencanaan

kegiatan yang akan dilakukan, mahasiswa mengalami kendala karena


sebagian lansia kurang berpatisipasi dalam mengikuti kegiatan yang

direncanakan dan akan dilaksanakan oleh mahasiswa keperawatan

Universitas Andalas.

3. Tahap Implementasi

Implementasi yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan

ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada lansia RW X Kelurahan Surau

Gadang Kecamatan Nanggalo yaitu : Penyegaran Posyandu, Penyuluhan

Hipertensi, Penyuluhan tentang Dimensia dan Senam Otak, Penyuluhan tentang

Asam Urat dan Pemeriksaan Kesehatan Gratis Pada lansia yang berada di RW X

Kelurahan Surau Gadang Kecamatan Nanggalo.

a. Penyuluhan tentang Hipertensi

Kegiatan penyuluhan hipertensi ini dilakukan pada tanggal 11

April 2017. Penyuluhan ini dihadiri oleh lansia yang berdomisili di

Kelurahan Surau Gadang sebanyak 20 orang. Penyuluhan ini dapat

cukup banyak mendapat perhatian dari lansia yang hadir. Kegiatan

ini diawali dengan penyampaian materi mengenai hipertensi dan

bagaimana mengatasinya.

Penyuluhan ini diadakan karena tingginya kejadian hipertensi pada

lansia di RW X Kelurahan Surau Gadang. Berdasarkan survey yang

dilakukan mahasiswa didapatkan bahwa hipertensi merupakan masalah

kesehatan yang paling terbanyak yang dialami lansia yang berada di RW X

Penyuluhan kesehatan diartikan sebagai kegiatan pendidikan

kesehatan dan yang dilakukan dengan cara menyebarluaskan pesan,

dan menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak hanya sadar,


tahu dan mengerti tetapi juga mau dan dapat melakukan anjuran

yang berhubungan dengan kesehatan (Maulana, 2009). Penyuluhan

bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat ke arah perilaku

sehat sehingga terpacai derajat kesehatan yang optimal.

Dengan diadakan penyuluhan tentang hipertensi, diharapkan

dapat menambah pengetahuan masyarakat khususnya lansia dalam

mengatasi hipertensi.

b. Penyuluhan tentang dimensia dan senam otak

Kegiatan penyuluhan mengenai rematik dilaksanakan pada

tanggal 16 April 2017. Penyuluhan ini dihadiri oleh lansia yang

berdomisili di Kelurahan Surau Gadang RW X sebanyak 24 orang.

Lansia merasa sangat senang karena mereka dibekali dengan

pengetahuan tentang dimensia dan senam otak. Senam otak menjadi

hal baru bagi lansia dan lansia mengatakan akan mempraktekkan

senam tersebut di rumah dan akan mengajarkan kembali kepada

keluarga sambil melatih dan mengulang kembali bagaimana cara

melakukan senam otak.

Menurut Maryam (2008) bahwa senam yang dilakukan secara

teratur dan benar dalam jangka waktu yang cukup memiliki beberapa

manfaat diantaranya meningkatkan kesegaran jasmani,

memperlambat proses degenerasi, membentuk sikap dan gerak,

membentuk kondisi fisik (kekuatan otot, kelenturan dan

keseimbangan) serta memberikan rangsangan terhadap saraf-saraf


yang lemah. Selain itu Rusli (2012) juga menjelaskan bahwa senam

sangat bermanfaat bagi kesehatan lansia terutama untuk peregangan,

kelenturan otot dan pernafasan. Penelitian yang dilakukan oleh

Handayani (2012) juga ditemukan adanya perbedaan kebugaran

jasmani saat sebelum dan sesudah melakukan senam pada lansia.

c. Penyuluhan tentang asam urat

Kegiatan penyuluhan asam urat dilakukan pada tanggal 25 April

2017. Penyuluhan ini dihadiri oleh lansia yang tinggal di RW XIII

Kelurahan Surau Gadang. Penyuluhan ini dihadiri oleh 22 orang Lansia.

Penyuluhan ini cukup mendapat perhatian dari lansia yang hadir. Kegiatan

ini diawali dengan penyampaian materi mengenai asam urat .

Penyuluhan ini diadakan karena tingginya kejadian asam urat pada

lansia di RW X Kelurahan Surau Gadang. Berdasarkan survey yang

dilakukan mahasiswa didapatkan bahwa asam urat merupakan masalah

kesehatan yang paling terbanyak yang dialami lansia yang berada di RW X

Penyuluhan kesehatan diartikan sebagai kegiatan pendidikan

kesehatan yang dilakukan dengan cara menyebarluaskan pesan dan

menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak hanya sadar, tahu dan

mengerti, tetapi juga mau dan dapat melakukan anjuran yang berhubungan

dengan kesehatan (Maulana, 2009). Penyuluhan bertujuan untuk mengubah

perilaku masyarakat kearah perilaku sehat sehingga tercapai derajat

kesehatan yang optimal.

Berdasarkan berbagai dampak yang ditimbulkan oleh penyakit asam

urat, perlu adanya penanganan yang tepat dan aman, penanganan asam

uratdapat dilakukan secara farmakologis dan non farmakologis. Salah satu


upaya dari segi non farmakologis adalah olahraga yang merupakan cara

efektif untuk menurunkan kadar asam urat. Dua puluh menit berolahraga

perhari sangat dianjurkan untuk menjaga tubuh tetap bugar dan

menurunkan kadar asam urat (Mujianto, 2013). Olahraga juga sangat

diperlukan untuk mencegah atau menunda penyakit-penyakit degeneratif

dan penyakit kelainan metabolisme. Perlu adanya upaya-upaya baik besifat

perawatan, pengobatan, pola hidup sehat dan juga upaya lain, seperti

senam lansia untuk mempertahan-kan kesehatan lansia tersebut

(Pranatahadi, 2012).

d. Pemeriksaan Kesehatan

Pemeriksaan kesehatan ini dilaksanakan pada tanggal 28 April 2017

dan dihadiri oleh 35 orang warga RW X Kelurahan Surau Gadang.

Pemeriksaan ini diawali dengan pemeriksaan tekanan darah kemudian

dilanjutkan dengan pemeriksaan asam urat, gula darah dan kolesterol

dengan yang dilakukan antara lain pemeriksaan tekanan darah, berat badan.

Setelah pemeriksaan, diberikan konseling terkait penyakit Asam Urat.

Lansia sangat antusias menghadiri kegiatan dan aktif dalam mengajukan

pertanyaan mengenai materi konseling yang diberikan.

Implementasi yang telah dilakukan didapatkan bahwa kegiatan yang

telah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah disusun. Tujuan akhir

dari pelaksanaan kegiatan adalah meningkatkan kesadaran dan derajat

kesehatan masyarakat. Kesehatan masyarakat merupakan hasil interaksi

berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor eksternal

terdiri dari berbagai faktor, antara lain sosial, budaya masyarakat,

lingkungan fisik, politik, ekonomi, pendidikan dan sebagainya. Secara


garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan baik individu,

kelompok, maupun masyarakat, dikelompokkan menjadi 4 (Blum, 1974

dikuti dari Bensley & Fisher, 2012). Berdasarkan urutan besarnya

pengaruh terhadap kesehatan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Lingkungan, yang mencakup lingkungan fisik, sosial,

budaya, politik, lingkungan, dsb.

2) Perilaku

3) Pelayanan kesehatan

4) Hereditas (Keturunan)

Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat hendaknya

dialamatkan kepada faktor tersebut. Dengan kata lain, intervensi atau

upaya kesehatan masyarakat juga dikelompokkan menjadi 4 yakni

intervensi terhadap lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan

hereditas. Sehingga pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan kelompok

tidak berdiri sendiri melainkan melibatkan pihak Puskesmas, kader

kesehatan, tokoh masyarakat, dan pemerintahan (pegawai kelurahan)

sehingga kegiatan tersebut dapat terlaksana dan kelompok mengharapkan

kegiatan akan terus dilanjutkan oleh pihak tersebut.

4. Tahap Evaluasi dan Rencana Tindak Lanjut

Tahap evaluasi merupakan kegiatan menilai pelaksanaan intervensi dan

implementasi yang telah dilaksanakan. Pada tahap ini masih banyak kegiatan

yang harus dievaluasi karena membutuhkan waktu yang lama, sehingga perlu

rencana tindak lanjut bersama masyarakat sesuai dengan rencana keperawatan

yang ada. Sedangkan untuk evaluasi singkat berupa respon verbal dan non verbal
yang dilakukan seperti pada saat pelaksanaan kegiatan penyuluhan, penyebaran

leaflet, diskusi.

ANALISA SWOT TAHAP EVALUASI

a. Kekuatan

Kemampuan mahasiswa dalam melakukan evaluasi dan memotivasi

masyarakat dalam menyusun rencana tindak lanjut.

b. Kelemahan

1) Evaluasi yang dilakukan berupa evaluasi yang diperoleh pada setiap

kegiatan sehingga membutuhkan evaluasi lebih lanjut.

2) Adanya sebagian masyarakat yang belum menyadari dan termotivasi

sesuai dengan yang diharapkan.

3) Kurangnya motivasi dari masyarakat dalam menyusun rencana tindak

lanjut.

c. Peluang

Adanya kader kesehatan RW X Kelurahan Surau Gadang yang dapat

melakukan evaluasi lebih lanjut terhadap masalah yang ditemukan dan

dapat melakukan rencana tindak lanjut yang akan didampingi oleh pihak

Puskesmas Nanggalo, pembina wilayah RW X Kelurahan Surau Gadang.

d. Ancaman

1) Kurangnya kerjasama antara puskesmas dengan kader dalam

melakukan tindak lanjut dari kegiatan.

2) Kurangnya partisipasi lansia dalam melakukan tindak lanjut dari

kegiatan.

3) Adanya keterbatasan waktu yang dimiliki masyarakat


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hasil asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada keluarga Ny. W

dengan masalah ketidakefektifan manajemen pengobatan keluarga

(diabetes melitus) di RW X Kelurahan Surau Gadang dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Hasil pengkajian yang didapatkan pada Ny. W ditemukan riwayat

keturuna untuk penyakit diabetes melitus

2. Diagnosa keperawatan yang ditegakkan sesuai dengan diagnosa

keperawatan teoritis yaitu ketidakefektifan manajemen pengobatan

keluarga (diabetes melitus) yang didefinisikan sebagai suatu pola

ketika keluarga mengalami kesulitan mengintegrasikan program

pengobatan dalam kegiatan sehari-hari dan melakukan tindakan yang

berakibat buruk untuk penyakit, sehingga kepuasan untuk

menunjukkan tujuan kesehatan yang spesifk tidak ada

3. Rumusan intervensi keperawatan yang direncanakna sesuai rumusan

intervensi keperawatan teoritis yaitu:

a. Luangkan waktu bersama keluarga

b. Dukung anggota keluarga untu menghadiri dan berpartisipati

didalam tahap pengobatan

c. Bantu anggota keluarga untuk menanyakan perasaan yang


87
berhubungan dengan penyakit pada saudara mereka agar membawa

konflik keluarga menjadi terbuka

d. Dorong kepercayaan individu/ kepercayaan diri setiap anggota

keluarga tentang penyakit dan review informasi yang relevan dan


bantu anggota keluarga mengklarifikasi nilai yang berhubungan

dengan gaya hidup

e. Ajarkan anggota keluarga mengenal proses penyakit dan jelaskan

hubungna antara proses penyakit dan regimen pengobatan

f. Bekerjasama dengan keluarga untuk mengidentifikasi perilaku

yang berkontribusi menjadi konflik dalam keluarga dan membantu

mereka mengidentifikasi perilaku alternatif

g. Bekerjasama dengan anggota untuk mengembangkan aktifitas

sehari-hari yang mengatur regimen pengobatan yang sesuai dengan

gaya hidup

h. Arahkan anggota keluarga ke agensi yang sesuai bila dibutuhkan

i. Membantu keluarga merencanakan untuk mengikuti penyuluhan

mengenai penyakit untuk masa yang akan datang

4. Implementasi keperawatan yang diberikan seluruhnya sesuai dengan

intervensi yang sudah disusun secara teori tetapi pelaksanaannya

disesuaikan situasi dan keadaan klien dan keluarga

5. Evaluasi asuhan keperawatan pada Ny. W menunjukkan bahwa asuhan

keperawatan yang diberikan telah memberikan dampak positif bagi

kondisi Ny. W yaitu penurunan gula darah an penambahan

pengetahuan bagi keluarga tentang perawatan Ny. W

6. Penerapan manajemen layanan pada sistem pelayanan lansia

dikomunitas sudah berhasil dilakukan yang ditandai dengan

keikutsertaan kader dan keaktifan lansia untuk mengikuti penyuluhan


B. Saran

1. Bagi puskesmas dan posyandu

Disarankan pada perawat puskesmas khususnya pembina wilayah RW

X Surau Gadang melakukan kunjungan rumah kepada lansia yang

mengalami masalah kesehatan dan melakukan pembinaan yang

berkelanjutan terhadap keluarga. Pelaksanaan posyandu setiap

bulannya lebih dioptimalkan dengan sistem lima meja dan pelaksanaan

kegiatan yang menunjang kesehatan lansia lebih dijalankan seperti

pengadaan senam lansia

2. Bagi penelitian

Disarankan kepada para peneliti yang tertarik untuk meneliti masalah

ketidak efektifan manajemen pengobatan keluarga (diabetes melitus)

agar dapat meneliti lebih lanjut faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi lansia dalam mengontrol gula darah dan tekanan darah

3. Bagi penelitian

Disarankan kepada mahasiswa keperawatan agar lebih banyak

membaca dan menelaah referensi dan literatur dari berbagai bidang

ilmu terkait agar wawasan, kemampuan analitis dan berpikir kritis

mahasiswa lebih terasah dan tajam dalam menghadapi kasus

dilapangan maupun dalam menyelesaikan penugasan-penugasan

akademik
DAFTAR PUSTAKA

American College of foot and Ankle Surgeons, (2004). Diabetic Foot Care

Guidelines. www.acfas.org. Diakses pada 24 April 2017


American Diabetes Assosiation. (2008). Executif Summary: Standards of medical

care in Diabetes. Diabetes Care

American Diabetes Assosiation. (2010). Standards of medical care in Diabetes.

Diabetes Care

Carpenito, Lynda Juall (2009). Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih

bahasa Yasmin Asih. Jakarta: EGC

Darmojo, R. Boedhi, dkk. (2006). Buku Ajar Geriatri. Jakarta: Balai Penerbit FK

UI

Departemen Kesehatan RI. (2011). Pedoman Pengelolaan: Kegiatan Kesehatan

di Kelompok Usia Lanjut. Edisi ke-2. Jakarta

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Tekmed Ditjen Bina Upaya

Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, (2011), Pelayanan Keperawatan

Keluarga Dengan Masalah Kesehatan Lansia. Jakarta

Effendy. N (2008). Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi 2.

Jakarta, EGC

FKUI. (2010). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta, Balai Penerbit FKUI

Friedman, M. M. (2010). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi 3, alih

Bahasa: Debora R, L & Asy. Y, Jakarta: EGC

Francis S Greenspan, John D Baxter. (2006). Endokrinologi dasar & klinik edisi

4, Jakarta: EGC

Geratosima, Salma (2004). Buku Ajar Geriatri (ilmu kesehatan anjut usia) edisi 3.

Jakarta: Balai Penerbit FKUI


Ganiswarna S, et al. (2005). Farmakologi & Terapi Edisi 4. Jakarta: Balai

Penerbit FKUI

Henniwati. (2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan

posyandu lanjut usia diwilayah kerja puskesmas kabupaten aceh timur

[tesis]. Medan: program pasca sarjana, universitas sumatera utara.

Diakses pada tanggal 26 April 2017 dari

http://respiratory.usu.ac.id.bitstream/21123/PDF

Hidayat, Anas. (2014). Perawatan kaki pada penderita diabetes melitus dirumah.

Jurnal Permata Indonesia Volume 5, No. 2, November 2014, hal.49-54

Komisi Nasional Lanjut usia. (2011). Profil penduduk lanjut usia 2010. Jakarta:

Komnas Lansia

Kushariyadi (2010). Asuhan keperawatan pada klien lanjut usia. Jakarta: Salemba

Medika

Luecknote, Annete Geisler (2008). Gerontologic Nursing second Edition, St.

Louis Missouri: Mosby, inc

Long. Barbara. C. (2001). Essential of medical surgical nursing, penerjemah.

Karnaen R, Et. All, Edisi ke 3. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni

Pendidikan Keperawatan Padjajaran

Machfoedz, I & Suryani, E. (2007). Pendidikan kesehatan bagian dari promosi

kesehatan. Yogyakarta: Fitramaya

Mansjoer, A. (2009). Kapita selekta kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius

Margareth, M. Clevi Rendi. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan

Penyakit Dalam. Jakarta: Nuha Medika


Martono, H (2004). Penatalaksanaan Hipertensi pada Usia Lanjut, Buku Ajar

Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit

FKUI

Maryam, dkk. (2008). Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta: Salemba

Medika

Misnadiarly. (2006). Diabetes melitus: Ulkus Gangren, Infeksi. Jakarta: Pustaka

populer Obor

Mubarak,, Wahit Iqbal, dkk. (2006). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Komunitas 2.

Jakarta: Sagung Seto

Nugroho. (2008). Keperawatan gerontik & geriatrik Edisi 3. Jakarta: EGC

Perkumpulan Endokrin Indonesia. (2015). Konsensus pengelolaan diabetes

melitus tipe II. Jakarta: PB Perkeni

Price, Sylvia Anderson. (2006). Patofisologi konsep klinis proses penyakit edisi 6.

Jakarta: EGC

Pudjiastuti. (2003). Fisioterapi pada lansia. Jakarta: EGC

Smeltzer, S. C & Bare, B. G. (2008). Buku ajar keperawatan medikal bedah

brunner and sudarth, vol. 1 (edisi 8). Alh bahasa: Monica Ester, Ellen

Panggabean. Jakarta: EGC

Stanhope and lancaster. (2004). Community Health Nursing Promoting Health of

Aggreagates, Families and Individual, St. Louis: Mosby

Stanley, Mickey (2007). Buku ajar keperawatan gerontik edisi 2. Jakarta: EGC

Stocklager, Mickey (2007). Buku ajar keperawatan geriatric ediasi 2. Jakarta:

EGC
Suddarth dan Brunner (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta:

EGC

Tamher, S & Noorkasiani. (2009). Kesehatan usia lanjut dengan pendekatan

asuhan keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Tjokroprawiro, Askandar. (2007). Ilmu penyakit dalam. Surabaya:Airlangga

Univrsity Press

Wahid, Bambang, Khoirul & Siti. (2006). Teori & Aplikasi Dalam Praktik

Dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan Komunitas, Gerontik dan

Keluarga, Edisi I. Jakarta: CV Sagung seto

Lampiran I

LAPORAN KASUS
A. MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN

Bab ini menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada lansia yang telah

dilakukan pada keluarga Ny. W dengan masalah ketidakefektifan manajemen

pengobatan keluarga (Diabetes melitus) yang dilakukan dari tanggal 4 April 2017 s/d

29 April 2017. Laporan kasus dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,

intervensi, implementasi dan evaluasi.

1. Pengkajian

a. Data Umum

1) Nama Kepala Keluarga : Tn. M

2) Usia : 37 tahun

3) Alamat dan Telepon : Jln. Solok 4 no. 248 RT 01 RW 10

4) Pekerjaan KK : Swasta

5) Pendidikan KK : Strata 1

6) Komposisi keluarga

No Nama Jenis Hubungan dengan Umur Pddk


Kelamin KK

1. Nn. Y Perempuan Istri 37 S1

2. An. R Laki-laki Anak 12 SD

3. An. S Perempuan Anak 9 SD

4. An. A Laki-laki Anak 5

5. Ny. W Perempuan Mertua 68 S1

Genogram

Keterangan :

: Perempuan : Menikah

: Laki-laki : Tinggal dalam 1 rumah


: Meninggal

: Klien

b. Tipe Keluarga

Tipe keluarga Ny. W adalah tipe keluarga extended family yaitu keluarga yang

terdiri dari ibu, anak perempuan, menantu dan 3 orang cucu. Pada keluarga

terdiri dari 2 kartu keluarga. Tn. M mengatakan tidak ada kendala yang dialami

dalam keluarga. Komunikasi dan interkasi bersifat terbuka dan berjalan dengan

baikantara sesama anggota keluarga.

1) Latar Belakang Kebudayaan dan etnik

Keluarga Ny. W bersuku minang. Kebiasaan diet keluarga Ny. W mengikuti

kebiasaan masyarakat minang pada umumnya yang menyukai makanan

tinggi lemak, pedas, bersantan dan suka makanan mans-manis. Keluarga Ny.

W tidak memilik pantangan dalam makanan meski dalam keluarga Ny. W

ada yang menderita Diabetes yang menu makanannya harus diatur, sehingga

kebiasaan makan kelaurga sehari-hari seperti ini secara tidak langsung

mempengaruhi kondisi kesehatan ditengah-tengah keluarg. Bahasa yang

digunakan sehari-hari adalah bahasa minang.

2) Agama

Semua anggota keluarga Ny. W beragama Islam. Ny. W selalu melakukan

shalat 5 waktu di masjid .

3) Status Sosial Ekonomi

Tingkat status sosial ekonomi keluarga Ny. W adalah marginal, dimana

keluarga mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Ny. W


mengatakan sumber penghasilan utama berasal dari pensiunan dan anak-

anaknya dengan rata-rata ± 2.000.000/ bulan. Ny. W tidak memiliki

tabungan khusus untuk kesehatan. Untuk berobat Ny. W memiliki jaminan

kesehatan yaitu BPJS.

4) Aktivitas Rekreasi Keluarga

Ny. W mengatakan bahwa jarang melakukan kegiatan rekreasi keluarga. Ny.

W sering menghabiskan waktu luangnya dengan menonton televisi.

c. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

1) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini

Tahap perkembangan keluarga Ny. W saat ini berada pada tahap

perkembangan keluarga dengan tahap akhir siklus kehidupan keluarga

dimulai dengan pensiun salah satu atau kedua pasangan berakhir dengan

kematian pasangan lain. Adapun tugas perkembangan yang belum terpenuhi

sebagai berikut:

a. Mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan

b. Menyesuaikan terhadap penghasilan yang berkurang

c. Mempertahankan hubungan pernikahan

d. Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi

e. Melanjutkan untuk merasionalisasi kehilangan keberadaan

anggota keluarga (peninjauan dan integrasi kehidupan)

(Friedman,et al; 2010)


2) Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi

Tahap perkembangan yang belum terpenuhi pada keluarga ny. W adalah

mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan karena saat ini Ny.

W serng mengalami pusing, sempoyongan dan mengeluh terhadap penyakit

yang dideritanya saat ini.

3) Riwayat Keluarga Inti

Ny. W sudah menikah ± 52 th saat menikah umur Ny. W 23 tahun dan

suaminya berusia 25 tahun. Mereka dikarunia 5 orang anak, 3 orang

perempuan dan 2 orang laki-laki. Suami Ny. W meninggal 16 tahun

yang lalu. Ny. W mengatakan dalam keluarga ada riwayat penyakit

daibetes melitus.

a) Riwayat Kesehatan Keluarga Saat Ini :

(1) Ny. W menderita diabetes sejak ± 16 tahun yang lalu. Saat

diketahui pertama kali kadar gula darah Ny. W 380 mg/dl

(klien lupa). Pada saat pengkajian kadar gula darah (GDS)

Ny. W didapatkan 240mg/dl. Ny. W mengatakan sering

merasa haus, mudah lapar, sering BAK pada malam hari dan

penglihatannya agak kabur

(2) Tn. M mengatakan dirinya saat ini sehat-sehat saja. Tn. M

jarang untuk mengontrol kesehatannya ke pelayanan

kesehatan. Tn. M akan memeriksakan kesehatanya apabila

sudah merasa sakit. Saat dilakukan pemeriksaan tekanan

darah Tn. M 110/80 mmHg.


(3) Ny. Y berumur 37 Tahun yang berjenis kelamin perempuan

yang pada saat ini bekerja sebagai PNS. Ny. Y tidak ada

mengalami status kesehatan dan tidak ada merasa sakit. Saat

dilakukan pemeriksaan tekanan darah Ny. Y 110/80

4) Riwayat Keluarga Sebelumnya

Ny. W mengatakan bahwa kedua orang tuanya sudah meninggal. Ny. W

mengatakan ibunya juga memili sakit Diabetes Melitus.

d. Pengkajian Lingkungan

1) Karakteristik Rumah

Denah Rumah Ny. W

Wc dapur Ruang makan

Kamar Ruang Kamar


Kamar
tamu/ruang
keluarga
Kamar Kamar

Teras

a) Tipe rumah keluarga Ny. W adalah permanen dan milik.

Rumahnya terdiri dari 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang

tengah, 1 dapur dan kamar mandi. Lantai rumah menggunakan

keramik.

b) Sumber air minum berasal PDAM dengan kondisi air bersih, tidak

berwarna dan tidak berbau. Air itu biasanya juga digunakan


untuk mandi, mencuci dan kakus. Di dapur terdapat peralatan

masak, seperti kompor gas, meja makan dan rak piring.

c) Tingkat keamanan dalam penggunaan fasilitas yang ada di rumah

cukup baik, misalnya tidak pernah terjadi kebakaran, dan tidak

pernah juga terjadi konsleting listrik.

d) Sampah dikumpulkan di tempat sampah lalu diangkut oleh

petugas kebersihan. Terdapat Septik tank. Toilet terdapat didalam

rumah. Saat pengkajian, terlihat kondisi rumah bersih, benda-

benda tertata rapi. Tingkat keamanan di rumah baik, peralatan

masak didapur tertata dengan baik.

2) Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW

Ny. W tinggal di RT 01 RW 10 Kel. Surau Gadang. Tipe tempat tinggal Ny.

W adalah hunian. Interaksi dan komunikasi berjalan dengan baik yaitu

bersifat terbuka. Ny. W mengatakan tidak ada masalah terkait hubungan

dengan tetangga sekitar rumahnya. Ny. W menjalin hubungan yang baik

dengan tetangga disamping rumah.

Penduduk di lingkungan rumah Ny. W mayoritas penduduk asli namun

ada juga pendatang, yang seluruhnya bersuku Minang (homogen). Sebagian

besar penduduk bekerja sebagai PNS dan Pensiunan. Rumah penduduk

beranekaragam, ada yang berukuran besar dan ada yang kecil, ada yang

permanen dan tidak permanen. Rumah antara yang satu dengan yang

lainnya sangat berdekatan tanpa ada pembatas. Pengumpulan sampah di

lingkungan tempat tinggal yaitu dikumpulkan di tempat sampah dan

diangkut oleh petugas kebersihan. Dilingkungan tempat tinggal keluarga


terdapat pelayanan kesehatan seperti posyandu lansia. Jarak rumah ke

pelayanan kesehatan puskesmas Nanggalo kurang lebih 500 m.

Transportasi umum yang dapat digunakan adalah angkot dan bentor.

3) Mobilitas Geografis Keluarga

Ny. W mengatakan keluarganya telha lama tinggal dirumah yang ditempati

saat ini yaitu ± 40 tahun. Rumah tempat tinggal Ny. W milik sendiri. Ny. W

mengatakan jarang berpergian keluar kota dan hanya menghabiskan waktu

dirumah. Keluarga ny. W selama ini tidak ada berpindah-pindah dan sudah

sangat bisa beradaptasi dengan lingkungan tempat beliau dan keluarga

tinggal.

4) Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat

Keluarga Ny. W berkumpul bersama setiap sore hari bersama anak dan

cucunya, Ny. W mengatakan hubungan dengan masyarakat sekitar terjalin

dengan baik. Pelayanan kesehatan/dasar yang dimanfaatkan keluarga dapat

berupa puskesmas/ posyandu dan klinik dokter jika sakit.

5) Sistem Pendukung Keluarga

Ny. W mengatakan keluarganya selalu mendukung anggota

keluarganya untuk menjaga kesehatannya. Apabila ada anggota

keluarga yang sakit, Ny. W bermusyawarah untuk mencari

pengobatan. Saat ini yang mengalami masalah kesehatan, keluarga

menggunakan sistem pendukung yang ada dilingkungan seperti

puskesmas dan Klinik Dokter. Ny. W mengatakan apabila timbul

masalah kesehatan dan mengganggu aktivitasnya ia baru berobat ke

pelayanan kesehatan. Sistem pendukung kesehatan lain dalam


keluarga ini adalah keluarga memiliki kartu BPJS yang bisa

digunakan untuk berobat kepelayanan kesehatan. Dukungan

masyarakat sekitar terkait dengan kebiasaan mengunjungi orang

sakit masih ada dilakukan.

e. Struktur Keluarga

1) Pola Komunikasi Keluarga

Komunikasi antara anggota keluarga berjalan dengan baik. Ny. W m


engatakan bahwa komunikasi antar keluarga terbuka. Komunikasipun

dilakukan secara efektif dan berlangsung dua arah. Bahasa komnikasi

sehari-hari adalah bahasa minang. Ny. W mengatakan jika ada masalah yag

dialami beliau akan mendiskusikan bersama anggota keluarga lain untuk

menyelesaikannya. Setiap anggota keluarga dapat mengeluarkan pendapat

dan dpat menerima pendapat orang lain. Semua anggota keluarga berhak

untuk mengeluarkan pendapatnya.

2) Struktur Kekuatan Keluarga

Pemegang kendali dalam keluarga adalah Tn. M sebagai anak yang tinggal

bersama Ny. W, keputusan dalam keluarga diambil secara demokrasi dan

musyawarah bersama anggota keluarga.

3) Struktur Peran

Tn. M mengatakan ia seorang pegawai swasta disalah satu kantor di kota

padang. Tn. M merupakan urang sumando (minantu) yang baik

dilingkungan keluarga besar Ny. W dan juga memberikan perhatian pada

keluarga besar Ny. W

Ny. W mengatakan sebelumnya seorang guru SMP dan sekarang hanya

menghabiskan waktunya dirumah saja. Selain itu Ny. W juga berperan

sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya

Ny. Y berperan sebagai istri dari Tn. M dan merupakan seorang ibu rumah

tangga dari 3 orang anaknya

Tn. M dan Ny. Y tidak pernah menjaga jarak dengan Ny. W, mereka sangat

peduli akan ibunya dan kesehatan ibunya. Selama ini Ny. W mengatakan

bahwa tidak terjadi konflik peran ditengah-tengah keluarga.


4) Nilai dan Norma Keluarga

Keluarga Ny. W memiliki nilai dalam membina keluarga seperti nilai-nilai

yang berlaku dalam masyarakat. Keluarga Ny. W berpegang teguh dengan

nilai adat minang kabau dan agama islam. Ketika ada keluarga yang sakit,

langsung dibawa berobat ke unit

pelayanan kesehatan seperti puskesmas atau Rumah Sakit.

f. Fungsi Keluarga

1) Fungsi Afektif

Ny. W mengatakan hubungannya dengan anak-anaknya, menantu dan

cucunya berjalan dengan baik. Anak-anak Ny. W cukup perhatian

kepadanya. Keluarga saling mendukung, menghormati, menghargai satu

sama lainnya. Rasa saling memiliki tercipta dalam keluarga ini. Tn. M

mengatakan selalu berupaya untuk menjaga kesehatan anggota

keluarganya.

2) Fungsi Sosialisasi

Ny. W mengatakan bahwa untuk memebsarkan anak-anaknya, keluarga

menyesuaikan dengan nilai-nila agama, adat dan budaya yang berasal dari

keluarga. Dibalik itu semua, Ny. W mengatakan bahwa proses pengasuhan

anak disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar dan perkembangan

zaman.

3) Fungsi Perawatan Keluarga

a) Keyakinan, nilai dan perilaku kesehatan


Menurut keluarga Ny. W memperoleh kesehatan bagi setiap

anggota keluarga sangat penting. Menurut keluarga Ny. W salah

satu cara untuk meningkatkan kesehatan adalah dengan cara

makan dengan teratur dan bergizi. Usaha untuk pencegahan

penyakit dilakukan dengan mencaga kebersihan diri anggota

keluarga dan lingkungan. Tujuan kesehatan bagi keluarga Ny. W

adalah mencapai kehidupan masa depan dengan sehat dan

bahagia.

b) Defenisi dan tingkat pengetahuan keluarga tentang sehat dan

sakit.

Menurut Ny. W, sehat adalah apabila keluarga dapat

melaksanakan seluruh aktivitas sehari-hari dengan baik tanpa ada

gangguan seperti demam, sakit kepala, sesak nafas, batuk, sakit

gigi dan lain-lain. Sedangkan sakit adala suatu keadaan dimana

seluruh kegiatan sehari-hari tidak dapat dilakukan dengan baik.

Menurut keluarga, gejala kesehatan atau penyakit diabetes dan

hipertensi bagi Ny. W ditandai dengan sering BAK, mudah

merasa letih, kaki tangan sering kesemutan dan juga kepala sering

pusing.

c) Status kesehatan keluarga dan kerentanan terhadap sakit yang

dirasakan.
Menurut keluarga Ny. W masalah yang dirasakan saat ini perlu

penanganan kesehatan yang tepat supaya penyakit diabetes yang

diderita Ny. W bisa diatasi dengan baik.

d) Praktik diet keluarga

Keluarga Ny. W suka makanan tinggi lemak, pedas, bersantan

dan suka makanan yang manis-manis. Ny. Y bertanggung jawab

untuk perencanaan, belanja, dan persiapan makanan didalam

rumah.

e) Kebiasaan tidur dan beristirahat.

Ny. W tidak memiliki kebiasaan tidur siang. Tidur malam 22.00

Wib kadang tidak teratur dan bangun jam 05.00 Wib. Kebutuhan

tidur anggota keluarga Ny. W sesuai dengan status kesehatan. Ny.

W tidak sering terbangun ketika tidur.

f) Terapi komplementer dan alternative

Ny. W mengatakan kadang menggunakan obat-obatan tradisional

untuk menurunkan gula darah yaitu pare, daun sirih merah

disekitar rumahnya.

g) Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat keluarga sebelumnya yaitu ibu Ny. W menderita

Diabetes Mellitus.

h) Layanan perawatan kesehatan yang diterima


Keluarga mengatakan Ny. W pernah dirawat dirumah sakit dan

saat itu Ny. W menderita diabetes melitus. Ny. W mengatakan

rutin kontrol gula darahnya kepuskesmas.

i) Perasaan dan persepsi mengenai pelayanan kesehatan

Keluarga Ny. W mengganggap pelayanan kesehatan yang ada di

wilayahnya kurang melakukan promosi kesehatan kepada

masyarakat dan pelayanan kesehatan yang didapatkan kurang

memadai. Walaupun setiap bulannya dilakukan posyandu namun

hanya sedikit yang datang. Ny. W kurang puas dengan pelayanan

kesehatan dan berharap pelayanan kesehatan kedepannya lebih

baik.

j) Sumber pembayaran

Jaminan kesehatan yang dimiliki keluarga Tn. M dan Ny. W

adalah menggunakan kartu BPJS.

k) Logistik untuk mendapatkan perawatan

Jarak puskesmas dari rumah Ny. A kurang lebih ±500 km. ny. W

kepuskesmas dengan berjalan kaki saja.

g. Stres dan Koping Keluarga

1) Stresor Jangka Pendek

Ny. W mengatakan yang menjadi keluhan saat ini adalah sering merasa

pusing, kaki sering kesemutan, dan kebas, penglihatan agak kabur yang

mengganggu aktivitas sehari-hari.


2) Stresor Jangka Panjang

Ny. W mengatakan yang menjadi beban pikiran adalah seandainya Ny. W

meninggal siapa yang akan mengasuh cucu-cucunya.

3) Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Situasi/Stresor

Ny. W mengatakan keluarganya selalu berdiskusi dalam menghadapi

masalah kesehatan yang dialami keluargana dan berusahamencari solusi

yang terbaik seperti misalnya memeriksakan kesehatan kerumah sakit dan

dokter praktek.

4) Strategi Koping yang Digunakan

Keluarga menggunakan koping yang adaptif dalam keluarga yaitu dengan

bersikap terbuka terhadap semua masalah yang ada dikeluarga. Dalam hal

penyelesaian masalah keluarga menyelesaikan dengan cara bermusyawarah

dan berdiskusi bersama anggota keluarga yang lainnya dan menggunakan

sistem dukungan sosial yang ada, seperti RW, posyandu dll.

5) Strategi Adaptasi Disfungsional

Tn. M memiliki strategi adaptasi yang fungsional. Strategi komunikasi

dengan anak, istri dan mertuanya tidak sulit karena intensitas komunikasi

dengan keluarga cukup banyak.

h. Harapan keluarga terhadap petugas yang ada

Ny. W mengatakan berharap agar petugas kesehatan sering berkunjung

kerumahnya agar Ia bisa mendapatkan banyak informasi tentang kesehatan.

Ny. W mengatakan berharap pelayanan di Puskesmas lebih ditingkatkan lagi


dengan memberikan informasi tentang jaminan-jaminan kesehatan yang dapat

digunakan.
75

Pemeriksaan fisik

No Pemeriksaan Fisik Ny. W

Kondisi badan cukup bersih dan rapi, bergerak tanpa


1. Keadaan Umum
kesulitan

2. Kesadaran CMC

3. Tanda-tanda vital TD: 130/80 mmHg


N: 86 x/i
P: 20 x/i

4. Simetris, Benjolan (-)


Kepala :
Lesi (-)

 Rambut Lurus, beruban

Konjungtiva sub anemis, sklera tidak ikterik,


 Mata penglihatan kabur

 Telinga Bentuk normal, pendengaran baik, simetris

 Hidung Polip (-), Lendir (-), Penciuman baik, Simetris

Lidah bersih, caries dentis (-), Sariawan (-), membrane


 Mulut mukosa lembab, menggunakan gigi palsu

5. Kulit Bersih,turgor kulit baik

6. Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan KGB

7 Thorak

Bentuk simetris, retraksi dinding dada (-) penggunaan


Inspeksi
otot bantu nafas (-)

Palpasi Tidak teraba benjolan

Perkusi Tidak dilakukan pemeriksaan

Auskultasi Vesikuler

8 Abdomen

Inspeksi Simetris, asites (-),

Palpasi Tidak teraba benjolan

Perkusi Tidak dilakukan pemeriksaan

Auskultasi Bising usus (+)

9. Genitalia/ anus Tidak dilakukan pemeriksaan

10. Ekstrimitas Ekstremitas tidak edema, nyeri (+), varises (-)


76

No Pemeriksaan Fisik Ny. W

Tabel 3.2 Pemeriksaan Fisik


77

No Pemeriksaan Fisik Tn. M Ny. Y

Kondisi badan cukup bersih dan rapi, Kondisi badan cukup bersih dan
1. Keadaan Umum
bergerak tanpa kesulitan rapi, bergerak tanpa kesulitan

2. Kesadaran CMC CMC

3. Tanda-tanda vital TD: 110/90 mmHg TD: 110/80 mmHg


N: 80 x/i N: 86 x/i
P: 20 x/i P: 20 x/i

4. Simetris, Benjolan (-) Simetris, Benjolan (-)


Kepala :
Lesi (-) Lesi (-)

 Rambut Lurus, hitam Lurus, hitam

Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak Konjungtiva tidak anemis, sklera


 Mata ikterik, penglihatan baik tidak ikterik, penglihatan baik

Bentuk normal, pendengaran baik, Bentuk normal, pendengaran baik,


 Telinga simetris simetris

Polip (-), Lendir (-), Penciuman baik, Polip (-), Lendir (-), Penciuman
 Hidung Simetris baik, Simetris

Lidah bersih, caries dentis (-), Sariawan (-), Lidah bersih, caries dentis (-),
 Mulut membrane mukosa lembab, Sariawan (-), membrane mukosa
lembab

5. Kulit Bersih,turgor kulitbaik Bersih,turgor kulitbaik

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
6. Leher
KGB dan KGB

7 Thorak

Bentuk simetris, retraksi dinding dada (-) Bentuk simetris, retraksi dinding
Inspeksi penggunaan otot bantu nafas (-) dada (-) penggunaan otot bantu
nafas (-)

Palpasi Tidak teraba benjolan Tidak teraba benjolan

Perkusi Tidak dilakukan pemeriksaan Tidak dilakukan pemeriksaan

Auskultasi Vesikuler Vesikuler

8 Abdomen

Inspeksi Simetris, asites (-), Simetris, asites (-),

Palpasi Tidak teraba benjolan Tidak teraba benjolan

Perkusi Tidak dilakukan pemeriksaan Tidak dilakukan pemeriksaan

Auskultasi Bising usus (+) Bising usus (+)


78

No Pemeriksaan Fisik Tn. M Ny. Y

9. Genitalia/ anus Tidak dilakukan pemeriksaan Tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas tidak edema, nyeri (-), varises Ekstremitas tidak edema, nyeri (-),
10. Ekstrimitas
(-) varises (-)
79

ANALISA DATA

No Batasan Karakteristik Pengkajian Keterangan Diagnosa

1. Percepatan gejala penyakit pada √  Kadar gula darah Ny. W 1 bulan yang lalu yaitu Ketidakefektifan
anggota keluarga 240 mg/dl manajemen pengobatan
 Ny. W mengatakan gejala-gejala yang keluarga (Diabetes
dirasakannya adalah sering buang air kecil yaitu Melitus)
bisa 10 kali dalam sehari, Ny. W juga mengatakan
sering merasa haus dan badan terasa lelah
 Ny. W mengatakan saat ini merasa kesemutan pada
bagian kaki dan mata terasa kabur
 Pada saat pengkajian gula darah puasa Ny. W yaitu
135mg/dl

2. Aktivitas keluarga yang tidak √  Ny. W mengatakan telah cek gula darah 1 bulan
sesuai dengan tujuan kesehatan yang lalu
 Ny. W sangat menyukai makan makanan yang
mengandung tinggi lemak seperti; gulai kambing,
jeroan dan Ny. W juga suka makan makanan yang
80

manis seperti teh manis dan roti setiap pagi hari.


 Ny. W tidak ada meluangkan waktu untuk
melakukan perawatan kaki

3. Mengatakan kenginan untuk √  Ny. W mengatakan akan memeriksakan gula


manajemen penyakit darahnya secara rutin kepelayanan kesehatan
 Ny. W mengatakan ingin mengubah pola hidupnya
dan ingin mengetahui tentan perawatan untuk
penyakit diabetesnya
 Ny. W menandatangani informconsent yang
diberikan mahasiswa

4. Mengungkapkan kesulitan dengan √  Ny. W mengatakan masih kurang paham dengan


regimen yang ditentukan perawatan penyakit diabetes melitus
 Ny. W juga mengatakan kurang begitu paham
dengan obat-obat tradisional yang dapat
menurunkan kadar gula darah

Intervensi Keperawatan
81

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC

1. Ketidakefektifan Manajemen 1. Fungsi keluarga 1. Keterlibatan keluarga


Pengobatan Keluarga (Diabetes a. Mengatur perilaku anggota a. Identifikasi kemampuan keluarga dalam
Melitus) keluarga merawat klien
b. Mengalokasikan tanggung jawab b. Identifikasi keinginan keluarga dalam
antara anggota keluarga merawat klien
c. Memperoleh sumber daya yang c. Bantu anggota keluarga untuk menyatakan
memadai untuk memenuhi perasaan yang berhubungan dengan Diabetes
kebutuhan anggota keluarga Melitus agar membawa konflik keluarga

d. Melibatkan anggota keluarga menjadi terbuka

dalam pemecahan masalah d. Berikan informasi kepada keluarga tentang

e. Anggota keluarga saling status kesehatan klien (Diabetes Melitus)

mendukung satu sama lain e. Identifikasi pemahaman dan keyakinan


2. Status kesehatan keluarga keluarga tentang Diabetes Melitus yang
a. Kesehatan fisik anggota keluarga dialami klien
b. Aktivitas fisik anggota keluarga f. Tentukan tingkat ketergantungan klien pada
3. Partisipasi keluarga dalam perawatan keluarga
profesional g. Dukung keluarga untuk menghadiri dan
a. Keluarga berpartisipasi dalam berpartisipasi di dalam tahap perawatan klien
82

perencanaan perawatan 2. Mobilisasi keluarga


b. Keluarga berpartisipasi dalam a. luangkan waktu bersama keluarga
memberikan perawatan b. Dengarkan keluhan keluarga dengan sikap
c. Keluarga memberikan informasi asertif
yang relevan c. Bina hubungan saling percaya dengan
d. Keluarga memperoleh informasi keluarga
yang diperlukan d. Diskusikan kekuatan dan sumber daya
e. Keluarga mengidentifikasi faktor keluarga dengan anggota keluarga
yang mempengaruhi perawatan e. Bantu anggota keluarga mengklarifikasi nilai
f. Keluarga bekerja sama dalam yang berhubungan dengan gaya hidup

menentukan pengobatan f. Tentukan kesiapan dan kemampuan anggota


g. Keluarga mendefinisikan keluarga
kebutuhan dan masalah yang g. Monitor situasi terkini dari keluarga
relevan untuk perawatan h. Berikan informasi kepada keluarga tentang
h. Keluarga berpartisipasi dalam kemajuan klien
pengambilan keputusan i. Ajarkan anggota keluarga mengenal proses
penyakit (Diabetes Melitus) dan jelaskan
hubungan antara Diabetes Melitus dan penerapan
Perawatan kakiDiabetes Melitus
83

j. Bekerjasama dengan keluarga untuk


mengidentifikasi perilaku yang berkontribusi
menjadi konflik dalam keluarga dan membantu
mereka mengidentifikasi perilaku alternatif
k. Buat tujuan yang realistis dengan klien dan
keluarga
l. Bekerjasama dengan keluarga tentang rencana
dan implementasi terapi klien untuk mengatasi
Diabetes Melitus dengan cara penerapan Terapi
Relaksasi Benson
m. Bekerjasama dengan keluarga untuk
mengembangkan aktifitas sehari-hari yang sesuai
dengan gaya hidup sehat
n. Identifikasi sumber daya komunitas dan arahkan
anggota keluarga ke agensi yang sesuai bila
dibutuhkan.
3. Penyuluhan kesehatan
a. Kaji tingkat pengetahuan keluarga
b. Kaji tentang faktor yang mempengaruhi
84

hidup sehat
c. Kaji tentang motivasi keluarga untuk hidup
sehat
d. Berikan penyuluhan kesehatan tentang
Diabetes Melitus kepada keluarga
e. Berikan penyuluhan kesehatan dengan bahasa
yang mudah dimengerti
f. Anjurkan keluarga untuk bertanya tentang
Diabetes Melitus yang dialami klien
g. Ciptakan suasana yang nyaman saat
dilakukan penyuluhan
h. Bantu keluarga merencanakan untuk mengikuti
penyuluhan mengenai masalah Diabetes Melitus.

CATATAN PERAWATAN/ PERKEMBANGAN KELUARGA Ny. W

PERTEMUAN KE 1
85

Hari/ Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Paraf

Senin/ 10 April Ketidakefektifan manajemen 1. Meluangkan waktu bersama keluarga


2017 pengobatan keluarga (Diabetes a. Berkenalan dengan anggota keluarga
Melitus) b. Membina hubungan saling percaya dengan keluarga
c. Menjelaskan tujuan kepada keluarga Ny. W
d. Mahasiswa sudah memperkenalkan diri dan menjelaskan
tujuan kunjungan rumah
e. Ny. W mengatakan bersedia dan memerima kehadiran
mahasiswa sebagai perawat keluarga
f. Seluruh anggota keluarga bisa diajak bekerja sama dalam
proses asuhan

2. Mendukung anggota keluarga untuk menghadiri dan


berpartisipasi didalam tahap pengobatan
a. Mengajak Ny. W untuk berobat dan memeriksakan
kesehatan ke pelayanan kesehatan
b. Ny. W mengatakan belum bisa pergi kaena ada
keperluan lainnya
c. Melakukan pemeriksaan gula darah Ny. W yaitu
240mg/dl
86

CATATAN PERAWATAN/ PERKEMBANGAN KELUARGA Ny. W

PERTEMUAN KE 2

Hari/ Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Paraf


87

Selasa/ 11 April Ketidakefektifan manajemen 1. Membantu anggota keluarga untuk menyatakan perasaan
2017 pengobatan keluarga (Diabetes yang berhubungan dangan penyakit pada keluarga mereka
Melitus) agar membawa konflik keluarga menjadi terbuka
a. Menggali perasaan keluarga Ny. W yang berhubungan
dengan kondisi penyakit yang diderita oleh salah seorang
anggota keluarga guna mengidentifikasi konflik yang
tidak tersedia
b. Ny. W mengatakan masalah yang tengah dihadapi
keluarga saat ini adalah masalah penyakit yang diderita
oleh Ny. W yaitu penyakit penyakit diabetes melitus
c. Ny. W mengatakan penyakit diabetes sudah diketahui
sejak 16 tahun lalu
d. Ny. W mengatakan keluhan yang sering dirasakan adalah
sering BAK, pandangan mata tersa kabur, kaki dan
tangan sering kesemutan
e. Ny. W sangat berharap kesembuhan penyakitnya
2. Mendorong kepercayaan setiap anggota keluarga tentang
kesehatan dan review informasi tentang penyakit yang
relevan
a. Mengetahui keyakinan dan nilai kesehatan keluarga
terutama bagi ny. W yang menderita diabetes melitus.
88

Mereka menganggap kesehatan sangat penting bagi


setiap anggota keluarga, dimana tujuan kesehatan bagi
Ny. W adalah mencapai kesehatan yang lebih baik
b. Menurut Ny. W gejala kesehatan yang dialami saat ini
sering BAK, pandangan mata kabur, kaki dan tangan
sering kesemutan

CATATAN PERAWATAN/ PERKEMBANGAN KELUARGA Ny. W

PERTEMUAN KE 3

Hari/ Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Paraf

Rabu/ 12 April Ketidakefektifan manajemen 1. Mengajarkan anggota keluarga mengenal proses penyakit
2017 pengobatan keluarga (Diabetes dan menjelaskan hubungan antara proses penyakit dengan
Melitus) regiment pengobatan
a. Menggali pengetahuan keluarga tentang pengertian
diabetes melitus
b. Memberikan reinforcment positif atas jawaban keluarga
c. Menjelaskan pengertian penyakit diabetes yaitu
89

sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan


adanya peningkatan gula darah yang diakibatkan oleh
kelainan dalam sekresi insulin, aksi insulin atau
keduanya
d. Menggali pengetahuan keluarga tentang penyebab
diabetes melitus
e. Memberikan reinforcement positif atas jawaban keluarga

f. Menjelaskan penyebab penyakt diabetes yaitu:


a) Fungsi sel penghasil insulin berkurang
b) Pengaruh genetik atau keturunan
c) Berat badan berlebihan
d) Aktivitas fisik yang berkurang
e) Faktor makanan
f) Usia lanjut
g. Menggali pengetahuan keluarga tentang tanda dan gejala
dari diabetes melitus
h. Menjelaskan tanda dan gejala diabetes
a) Banyak kencing, banyak minum, banyak makan
90

b) Rasa lemas dan turunnya berat badan


c) Keluhan kulit; gatal-gatal, bisul
d) Keputihan/ impotensi
e) Kesemutan, rasa gatal
f) Luka yang tidak sembuh-sembuh
g) Pandangan kabur
i. Meminta anggota keluarga untuk mengulang apa yang
telah dijelaskan
j. Memberikan reinforcemen positif
k. Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya
l. Menjawab pertanyaan dari keluarga
91

CATATAN PERAWATAN/ PERKEMBANGAN KELUARGA Ny. W

PERTEMUAN KE 4

Hari/ Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Paraf

Kamis/ 13 April Ketidakefektifan manajemen 1. Mengajarkan anggota keluarga mengenal proses penyakit dan
2017 pengobatan keluarga (Diabetes menjelaskan hubungan antara proses penyakit dengan regimen
Melitus) pengobatan
a. Mengevaluasi pertemuan sebulumnya
b. Menggali pengetahuan keluarga tentang akibat lanjut dari
diabetes
c. Memberikan reinforcement positif atas jawaban keluarga
d. Menjelaskan akibat lanjut dari diabetes, yaitu:
a) Hipertensi
b) Penyakit jantung
c) Katarak, glukoma
d) Penyakit ginjal
92

e) Penyakit pembuluh darah otak


f) Penyakit pembuuh darah perifer
g) Retinopati (rusaknya penglihatan)
h) Infeksi jamur dan bakteri
i) Neuropati (saraf tidak berfungsi)
e. Menggali pengetahuan keluarga tentang kapan seseorang
dikatakan terkena diabetes
f. Memberikan reinforcement positif atas jawaban keluarga
g. Menjelaskan tentang kapan seseorang dikatakan terkena diabetes
melitus
a) Bila ditemukan keluhan dari gejala khas diabetes melitus
b) Kadar gula darah 2 jam PP lebih dari 180 mg/dl
c) Kadar gula darah sewaktu > 200mg/dl
d) Kadar gula darah puasa > 125 mg/dl
h. Meminta keluarga untuk mengulang kembali
i. Memberikan reinforcement positif atas jawaban keluarga
j. Memberi kesempatan keluarga bertanya bila ada yang belum
jelas
k. Menjawab pertanyaan dari keluarga
l. Penjelasan menggunakan lembar balik dan leaflet
93

m. Klien dan keluarga mampu menjelaskan akibat lanjut serta kapan


seseorang dikatakan mengalami diabetes melitus

CATATAN PERAWATAN/ PERKEMBANGAN KELUARGA Ny. W


94

PERTEMUAN KE 5

Hari/ Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Paraf

Jumat/ 14 April Ketidakefektifan manajemen 1. Mengajarkan anggota keluarga untuk mengenal proses dan
2017 pengobatan keluarga (Diabetes menjelaskan hubungan antara proses penyakit dengan regimen
Melitus) pengobatan
a. Menjelaskan tentang cara perawatan anggota keluarga dengan
penyakit diabetes melitus
a) Edukasi
b) Terapi nutrisi medis
1) Makanan yang dianjurkan
 Sumber protein hewani: ayam tanpa kulit, ikan putih
telur, daging tidak berlemak
 Sumber protein nabati: tempe, tahu, kacang hijau,
kacang merah, kacang tanah, kacang kedelai
 Sayuran: sayur tinggi serat seperti kangkung, daun
kacang, ketimun, tomat, selada, seledri, terong
 Buah-buahan: jeruk, apel, pepaya, jambu air, salak,
belimbing (sesuai kebutuhan)
95

2) Makanan yang dibatasi


 Sumber karbohidrat seperti:nasi, roti, kentang,
singkong, ubi, gandum, pasta, jagung, talas, sereal,
ketan makaroni
 Sumber proin hewani tinggi lemak jenuh: kornet,
sosis, sarden, otak, jeroan, kuning telur
 Sayuran baym, buncis, daun melinjo, labu siam,
daun singkong dan ketela jagung muda, kapri,
kacang panjang, pare
 Buah-buahan nanas, anggur, mangga, sirsak, pisang,
alpukat, sawo, semangka, nangka masak
 Lain-lain: makanan yang digoreng dan
menggunakan santan kental, kecap dan saus tiram
3) Makanan yang dihindari
 Keju, abon, dendeng dan susu fullcream
 Buah-buahan yang manis yang diawetkan
 Minuman yangalkohol, susu kental manis, soft
drinks, es krim, yoghurt, susu
 Gula pasir, gula merah, gula batu, madu, dan
makanan yang manis
96

c) Latihan jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan secara teratur (3-5
hari seminggu selama 30-45 menit dengan jeda antar latihan
tidak lebih dari 2 hari berturut-berturut). Contoh latihan
jasmani atau olahraga yang dianjurkan salah satunya adalah
senam kaki diabetes
d) Terapi farmakologis
Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk
suntikan
97

CATATAN PERAWATAN/ PERKEMBANGAN KELUARGA Ny. W

PERTEMUAN KE 6

Hari/ Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Paraf

Sabtu/ 15 April Ketidakefektifan manajemen 1. Mengajarkan anggota keluarga mengenal proses penyakit dan
2017 pengobatan keluarga (Diabetes menjelaskan hubungan antara proses penyakit dan regimen
Melitus) pengobatan
a. Menggali pengetahuan keluarga tentang perawatan kaki yang
bisa dilakukan untuk penderita diabetes melitus
b. Menjelaskan cara perawatan kaki bagi penderita diabetes, yaitu:
a) Memeriksa kaki setiap hari: mengamati adanya luka, lecet,
98

bintik kemerahan, pembengkakan atau masalah kuku.


Gunakan kaca untuk memeriksakan bagian dasar kaki.
Laporkan ke dokter jika terdapat masalah
b) Menyiapkan air hangat: uji air hangat menggunakan siku
untuk mencegah cedera
c) Cuci kaki dengan sabun lembut ( sabun bayi atau sabun cair)
untuk menghindari cedera ketika menyabun
d) Keringkan kaki dengan handuk bersih, lembut. Keringkan
sela-sela jari kaki, teruma sela jari ke 3-4, ke 4-5
e) Oleskan lotion/ pelembab pada semua permukaan kulit kaki
untuk menghindari kulit kering dan pecah-pecah
f) Jangan gunakan lotion disela-sela jari kaki karena akan
meningkatkan kelembapan dan akan menjadi media yang
media yang baik untuk berkembangnya mikroorganisme/
jamur.
c. Menjelaskan cara perawatan kuku kaki:
a) Potong dan rawat kuku secara teratur. Bersihkan kuku setiap
hari pada waktu mandi
b) Gunting kuku kaki harus mengikuti bentuk normal jari kaki.
Tidak terlalu pendek atau terlalu dekat dengan kulit,
99

kemudian kikir agar tidak tajam


c) Hindarkan luka pada jaringan sekitar kuku. Bila kuku keras,
sulit di potong maka rendam kaki dengan air hangat selama 5
menit
100

CATATAN PERAWATAN/ PERKEMBANGAN KELUARGA Ny. W

PERTEMUAN KE 6

Hari/ Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Paraf

Sabtu/ 15 April Ketidakefektifan manajemen 2. Mengajarkan anggota keluarga mengenal proses penyakit dan
2017 pengobatan keluarga (Diabetes menjelaskan hubungan antara proses penyakit dan regimen
Melitus) pengobatan
d. Menggali pengetahuan keluarga tentang perawatan kaki yang
bisa dilakukan untuk penderita diabetes melitus
e. Menjelaskan cara perawatan kaki bagi penderita diabetes, yaitu:
g) Memeriksa kaki setiap hari: mengamati adanya luka, lecet,
bintik kemerahan, pembengkakan atau masalah kuku.
Gunakan kaca untuk memeriksakan bagian dasar kaki.
Laporkan ke dokter jika terdapat masalah
h) Menyiapkan air hangat: uji air hangat menggunakan siku
untuk mencegah cedera
i) Cuci kaki dengan sabun lembut ( sabun bayi atau sabun cair)
101

untuk menghindari cedera ketika menyabun


j) Keringkan kaki dengan handuk bersih, lembut. Keringkan
sela-sela jari kaki, teruma sela jari ke 3-4, ke 4-5
k) Oleskan lotion/ pelembab pada semua permukaan kulit kaki
untuk menghindari kulit kering dan pecah-pecah
l) Jangan gunakan lotion disela-sela jari kaki karena akan
meningkatkan kelembapan dan akan menjadi media yang
media yang baik untuk berkembangnya mikroorganisme/
jamur.
f. Menjelaskan cara perawatan kuku kaki:
d) Potong dan rawat kuku secara teratur. Bersihkan kuku setiap
hari pada waktu mandi
e) Gunting kuku kaki harus mengikuti bentuk normal jari kaki.
Tidak terlalu pendek atau terlalu dekat dengan kulit,
kemudian kikir agar tidak tajam
f) Hindarkan luka pada jaringan sekitar kuku. Bila kuku keras,
sulit di potong maka rendam kaki dengan air hangat selama 5
menit
102

CATATAN PERAWATAN/ PERKEMBANGAN KELUARGA Ny. W

PERTEMUAN KE 7

Hari/ Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Paraf


103

Senin/ 17 April Ketidakefektifan manajemen 1. Bekerjasama dengan anggota keluarga untuk mengidentifikasi perilaku
2017 pengobatan keluarga (Diabetes yang berkontribusi menjadi konflik dalam keluarga dan membantu mereka
Melitus) mengidentifikasi perilaku alternatif
a. Ny. W mengatakan tidak rutin melakukan pemeriksaan kesehatan
b. Ny. W mengatakan kakinya sering merasa kesemutan
c. Perawat mengidentifikasi perilaku alternatif untuk Ny. W dengan
mengajarkan senam kaki untuk penderita diabetes
1) Menjelaskan tentang senam kaki untuk penderita diabetes yaitu:
2) Pengertian senam kaki diabetik, adalah peregangan dan relaksasi
kaki yang dianjurkan kepada penderita diabetes dengan prinsip
pergerakan dari sendi-sendi kaki. Cara melakukan senam kaki
diabetes
3) duduk tegak diatas bangku dengan kaki menyentuh lantai
4) Letakkan tumit dilantai, jari-jari kedua belah kaki diluruskan keatas
lalu dibengkokan kembali ke bawah seperti cakar ayam sebanyak
10 kali
5) Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak
kaki keatas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan dilantai
dengan tumit kaki diangkat keatas. Cara ini dilakukan bersamaan
104

pada kaki kiri dan kanan secara bergantian dan diulangi sebanyak
10 kali
6) Tumit kaki diletakkan dilantai. Bagian ujung kaki diangkat keatas
dan buat gerakan memutar dengan pergerakan pada pergelangan
kaki sebanyak 10 kali
7) Jari-jari kaki diletakkan diletakak dilantai. Tumit diangkat dan
dibuat gerakan memutar dengan pergerakan pada pergelangan kaki
sebanyak 10 kali
8) Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Gerakan jari-jari
kedepan kemudian turunkan kembali secara bergantian kekiri dan
kekanan. Ulangi sebanyak 10 kali
9) Luruskan salah satu kaki diatas lantai kemudian angkat kaki
tersebut dan gerakkan ujung jari kaki ke arah wajah lalu turunkan
kembali ke lantai. Ulangi sebanyak 10 kali
10) Angkat kedua kaki lalu luruskan, ulangi sama seperti langkah ke 7
namun gunakan kedua kaki kanan dan kiri secara bersamaan.
Ulangi gerakan tersebut sebanyak 10 kali
11) Angkat kedua kaki dan luruskan, pertahankan posisi tersebut.
Kemudian gerakan pergelangan kaki kedepan dan kebelakang
12) Selanjutnya luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada
pergelangan kaki, tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0
105

hingga 10 lakukan secara bergantian


13) Letakkan sehelai koran dilantai
 Bentuk kertas itu menjadi sebuah bola dengan kedua belah
kaki, kemudian buka bola itu menjadi lembaran seperti semula
menggunakan kedua belah kaki
 Robek menjadi dua bagian, pisahkan kedua bagian koran
sebagian koran disobek-sobek menjadi kecil-kecil dengan
kedua kaki
 Pindahkan kumpulan sobekan sobekan tersebut dengan kedua
kaki lalu letakkan sobekn kerta pada bagian kertas yang utuh
14) Bungkus semuanya dengan kedua kaki menjadi bentuk bola

CATATAN PERAWATAN/ PERKEMBANGAN KELUARGA Ny. W


106

PERTEMUAN KE 8

Hari/ Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Paraf

Selasa/ 18 April Ketidakefektifan manajemen 1. Bekerjasama dengan anggota keluarga untuk mengembangkan
2017 pengobatan keluarga (Diabetes aktivitas sehari-hari yang mengatur regimen pengobatan yang sesuai
Melitus) dengan gaya hidup
1) Mengajak keluarga dan Ny. W untuk membuat jadwal kegiatan
Pagi:
06.30 olah raga/ jalan kaki
07.00 sarapan (tanpa menggunakan bahan dasar glukosa murni)
08.00 menonton TV
09.00 perawatan kaki (minimal 1x seminggu)
10.00 senam kaki (3-5 kali seminggu dalam rentang waktu 10
sampai 30 menit
11.00 istirahat
Siang:
12.00 makan siang
13.00 istirahat
16.00 makan puding (jika klien merasa lapar)
107

Malam:
18.00 makan malam (tanpa menggunakan bahan dasar glukosa
murni)
19.00 menonton TV
21.00 istirahat/ tidur

2. Ny. W menyetujui jadwal harian yang dibuat

CATATAN PERAWATAN/ PERKEMBANGAN KELUARGA Ny. W

PERTEMUAN KE 9

Hari/ Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Paraf


108

Rabu/ 19 April Ketidakefektifan manajemen 1. Mengarahkan anggota keluarga keagensi yang sesuai bila dibutuhkan
2017 pengobatan keluarga (Diabetes 2. Membantu keluarga merencanakan untuk mengikuti penyuluhan mengenai
Melitus) penyakit untuk masa yang akan datang
a. Ny. W dan keluarga mengatakan akan mengikuti posyandu lansia
b. Ny. W dan kaluarga mengatakan akan mengikuti dan berperan aktif
dalam kegiatan penyuluhan baik terkait diabetes melitus atau masalah
kesehatan lainnya
c. Ny. W mengatakan akan ikut serta dalam kegiatan pemeriksaan
kesehatan yang diadakan oleh mahasiswa praktek profesi bekerjasama
dengan puskesmas nanggalo

EVALUASI
Diagnosa Keperawatan Evaluasi

Ketidakefektifan manajemen pengobatan 1. Anggota keluarga mengidentifikasi konflik yang tidak terselesaikan
keluarga (Diabetes Melitus) a. Ny. W mengatakan penyakit yang dideritanya saat ini adalah penyakit
diabetes
b. Ny. W mengatakan sejauh ini tidak ada konflik dalam keluarga yang dapat
109

memperburuk kondisinya
2. Anggota keluarga menghadiri dan berpartisipasi dalam tahapan pengobatan
a. Ny. W sudah memeriksakan kesehatannya kepuskesmas pada tanggal 18
April 2017
b. Ny. W dan keluarga selalu mengikuti saat mahasiswa memberikan informasi
mengenai penyakit Ny. W
c. Ny. W dan keluarga berpartisipasi aktif dalam perawatan keluarga yang
dilakukan oleh mahasiswa
d. Ny. W mengatakan keluarga mau menemani kedokter jika merasa kesehatan
terganggu
3. Anggota keluarga menyatakan keinginan untuk memanajemen penyakit
a. Angota keluarga mengharapkan Ny. W dapat segera sembuh dari
penyakitnya dengan menandatangani inform consent
b. Ny. W mengatakan telah berusahan untuk menghindari faktor penyebab dari
diaetes melitus, yaitu teh manis, biskuit dan roti
c. Ny. W telah menerapkan tentang perawatan yang baik untuk merawat
kesehatannya dengan menghindari faktor resiko penyakit dan ingin
berolahraga teratur
4. Anggota keluarga melaksanakan regimen pengobatan
a. Ny. W memeriksakan kadar gula darahnya pada tanggal 18 April 2017 yaitu
110

240 gr/dl
b. Ny. W mengatakan telah meminum obat yang diberikan dokter secara
teratur
c. Ny. W mengatakan tidak lagi mengkonsumsi makanan yang dapat
meningkatkan kadar gula darah seperti teh manis, biskuit dan roti yang
sering dikonsumsinya sebelumnya
d. Ny. W sudah melakukan perawatan kaki dan senam kaki diabetes 3 kali
seminggu untuk menurunkan skore neuropatinya
e. Kadar gula Ny. W pada tanggal 28 April adalah 198 gr/dl
5. Anggota keluarga mmbuat perencanaan untuk mengikuti penyuluhan mengenai
penyakit untuk masa yang akan datang
a. Ny. W mengatakan senang dengan adanya mahasiswa yang memberikan
informasi tentang kesehatan sehingga dapat menambah pengetahuannya
b. Ny. W mengatakan ikut berpartisipasi aktif dalam penyuluhan yang
dilakukan mahasiswa dan berencana akan ikut serta dalam penyuluhan-
penyuluhan yang diadakan dipuskesmas
111
112

PEMETAAN INTERVENSI

PERTEMUAN
NO INTERVENSI MATERI
KE-

1 Luangkan waktu bersama keluarga - 1

2 Mendukung anggota keluarga untuk


menghadiri dan berpartisipasi didalam - 1
tahap pengobatan

3 Bantu angota keluarga untuk menyatakan


perasaan yang berhubungan dengan
penyakit pada saudara mereka agar - 2
membawa konflik keluarga menjadi
terbuka

4 Mendorong kepercayaan individu/


kepercayaan diri setiap anggota keluarga
- 2
tentang penyakit dan review informasi
yang relevan

5 Ajarkan proses penyakit dan jelaskan Pengertian, penyebab,


hubungan antara proses penyakit dan tanda dan gejala 3
regimen pengobatan

Akibat lanjut diabetes


dan kapan seseorang 4
dikatakan diabetes

Cara penatalaksanaan
diabetes 5

Cara perawatan kaki


penderita diabetes 6
melitus

6 Bekerjasama dengan keluarga untuk 7


mengidentifikasi perilaku yang
berkontribusi menjadi konflik dalam
113

keluarga dan membantu mereka


mengidentifikasi perilaku alternative

7 Bekerjasama dengan anggota keluarga Membuat jadwal


untuk mengembangkan aktifitas sehari- kegiatan harian
8
hari yang mengatur regimen pengobatan
yang sesuai dengan gaya hidup

8 Arahkan anggota keluarga ke agensi yang


9
sesuai bila dibutuhkan

9 Membantu keluarga merencanakan untuk


mengikuti penyuluhan mengenai penyakit 9
untuk masa yang akan datang

MANAJEMEN LAYANAN KEPERAWATAN

I. Pengkajian

Sebelum dilakukan pengkajian mahasiswa melakukan beberapa

persiapan diantaranya melakukan pengamatan secara umum (Winshield

Survey) dan penyebaran kuesioner lansia di lingkungan RW X Kelurahan

Surau Gadang. Gambaran umum situasi dan keadaan wilayah di RW X

didapatkan melalui wawancara dengan tokoh masyarakat, kader, penduduk

setempat dan observasi lingkungan sehingga dapat diketahui faktor resiko

yang dapat menimbulkan masalah kesehatan yang ada di wilayah RW X


114

yang dapat menimbulkan masalah kesehatan serta faktor penunjang untuk

peningkatan kesehatan masyarakat.

4. Winshield Survey

Berdasarkan hasil Winshield Survey yang dilakukan di RW X

Kelurahan Surau Gadang pada tanggal 3 April 2017 didapatkan bahwa RW X

terdiri dari empat RT. Penduduk RW X mayoritas beragama Islam. Di RW X

terdapat satu Mesjid. Hasil Winshield Survey didapatkan sebagai berikut:

g. Lingkungan Fisik

Perumahan yang berada di RW X Kelurahan Surau Gadang

seluruhnya memiliki rumah yang permanen. Dimana jarak antara satu

rumah dengan rumah lainnya berdekatan dan padat. Keadaan kondisi

rumah di RW X Kelurahan Surau Gadang yaitu sebagian besar cahaya

matahari dapat masuk ke dalam rumah. Sumber air di lingkungan rumah

yaitu hampir sebagian menggunakan PDAM dengan keadaan air

seluruhnya tidak berbau, berasa, dan berwarna. Kebiasaan lansia di RW X

memiliki kegiatan diwaktu luang yaitu jalan pagi, menjaga warung,

mengasuh cucu, menonton TV, dan ada yang menghabiskan waktu duduk-

duduk depan rumah.

h. Kesehatan dan Pelayanan Sosial

Pelayanan kesehatan yang ada di RW X Kelurahan Surau Gadang

berupa 1 buah posyandu lansia dan posyandu balita. Posyandu rutin

dilakukan pada minggu ke 2 setiap bulannya. Sebagian kecil lansia

memanfaatkan adanya posyandu untuk memeriksakan kesehatannya dan

pergi memeriksakan kesehatannya ke puskesmas dan sebagian besar lansia


115

yang tidak memanfaatkan layanan kesehatan yang telah disediakan. Jarak

puskesmas dari RW X yaitu < 500 m.

i. Ekonomi

Kepala keluarga di RW X Kelurahan Surau Gadang pada

umumnya sebagai pensiunan PNS. Pada umumnya status ekonomi

masyarakat adalah menengah ke atas.

j. Transportasi dan Keamanan

Sarana transportasi yang digunakan masyarakat untuk keluar

masuk lokasi RW XIII Kelurahan Surau Gadang adalah kendaraan roda 2

ataupun roda 4. Masyarakat umumnya memiliki kendaraan pribadi roda 2.

Sebagai transportasi umum, masyarakat menggunakan fasilitas ojek dan

angkutan umum

k. Tingkat Pendidikan Lansia

Tingkat pendidikan lansia di RW XIII Kelurahan Surau Gadang

pada sebagian besar memiliki tingkat pendidikan SMP.

l. Rekreasi

Rekreasi yang dilakukan warga lebih banyak berkumpul bersama

keluarga di dalam rumah sambil bercerita dan menonton TV, dan ada juga

warga masyarakat yang rekreasi di ke pusat perbelanjaan.

5. Hasil Kuesioner

Kemudian pengkajian dilanjutkan dengan tahap pengumpulan data

yang dilakukan pada tanggal 4 April 2017, dengan sampling diambil dengan

cara Total Sampling dengan kriteria inklusi sebanyak 70 lansia dan data

terkumpul yaitu sebanyak 54 lansia yang ada di RW X Kelurahan Surau


116

Gadang. Pada tahap ini mahasiswa menyebarkan kuesioner pada lansia di

lingkungan RW X (RT 01, 02, 03, 04) Kelurahan Surau Gadang.

f. Data Umum

Diagram 1

Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Jenis Kelamin

di RW X Kelurahan Surau Gadang

jkl

Laki- laki perempuan


lakilaki

31,6%

Perempua
n 68,4%

Berdasarkan diagram 1 di atas, terlihat bahwa sebagian besar (68,4%)


lansia di RW X berjenis kelamin perempuan.

Diagram 2

Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Tingkat Pendidikan

di RW X Kelurahan Surau Gadang


SD

5,3%
117

S1 pendidikan
SMP
13,2 SD
SMP
SMA
28,9% S1

SMA

52,6%

Berdasarkan diagram 2 di atas, terlihat bahwa hampir dari sebagian


(52,6) tingkat pendidikan lansia di RW X yaitu Sekolah Menengah Akhir (SMA).

Diagram 3

Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Pekerjaan

di RW X Kelurahan Surau Gadang

pekerjaan

IRT
PNS
POLISI
PETANI
SWASTA

Pensiunan PNS
47,9%

Berdasarkan diagram 3 di atas, terlihat bahwa sebagian besar lansia


(47,9%) yaitu Pensiunan PNS

Diagram 4

Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Agama


118

di RW X Kelurahan Surau Gadang

Islam
100%

Berdasarkan diagram 4 di atas, terlihat bahwa seluruh lansia di RW X


menganut agama Islam.

g. Proses menua

Diagram 5

Distribusi Frekuensi Lansia Yang Mengalami Inkontinensia Urin

di RW X Kelurahan Surau Gadang

ya
12%

tidak
88%

Berdasarkan diagram 5 di atas, terlihat bahwa hampir seluruh (88%)


lansia tidak mengalami inkontinensia urin.

Diagram 6

Distribusi Frekuensi Lansia yang Susah Tidur pada Malam Hari

di RW X Kelurahan Surau Gadang


119

ya
28%

tidak
72%

Berdasarkan diagram 6 di atas, terlihat bahwa sebagian besar (72%)


lansia tidak sulit tidur di malam hari.

Diagram 7

Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Riwayat Penyakit

di RW X Kelurahan Surau Gadang

5,3% 31,6%
5,3%
penyakit

hipertensi
rematik

10,3% asam urat


gangguan pendengaran
maag
katarak
dm

7,9%

11,9%
27,7%

Berdasarkan diagram 7 di atas, terlihat 10 penyakit tertinggi di RW X


Kelurahan Surau Gadang adalah hipertensi 17 orang, asam urat 15 orang,
rematik 6 orang, maag 6 orang, gangguan pendengaran 4 orang , DM 3 orang,
dan katarak 3 orang.

Diagram 8

Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Gangguan Pergerakan Tubuh

di RW X Kelurahan Surau Gadang


120

ya
32%

tidak
68%

Berdasarkan diagram 8 di atas, terlihat bahwa hampir setengah (32%)


lansia mengalami gangguan dalam pergerakkan tubuh

Diagram 9

Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Kemandirian Beraktivitas

di RW X Kelurahan Surau Gadang

menerima bantuan hanya 1 bagian


tubuh
3%

mandiri
97%

Berdasarkan diagram 9 di atas, terlihat bahwa hampir seluruhnya (97%)


dalam beraktivitas mandiri

Diagram 10

Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Hidup Bersama Pasangan

di RW X Kelurahan Surau Gadang


121

ya
tidak 49%
51%

Berdasarkan diagram 10 di atas, terlihat bahwa lebih dari sebagian (51%)


lansia hidup tidak dengan pasangan.

h. Support Keluarga

Diagram 11

Distribusi Frekuensi Penghasilan Keluarga Rata-Rata

Tiap Bulan di RW X Kelurahan Surau Gadang

<1.000.000
15%

>2.000.000
50%

1.000.000-2.000.000
35%
122

Berdasarkan diagram 11 di atas, terlihat bahwa setengah (50%) keluarga


memiliki penghasilan > 2.000.000.

Diagram 12

Distribusi Frekuensi Keluarga Yang Mempunyai Dana Tabungan

di RW X Kelurahan Surau Gadang

tidak
24%

ya
76%

Berdasarkan diagram 12 di atas, terlihat bahwa hampir seluruhnya


(76%) keluarga mempunyai dana tabungan.

Diagram 13

Distribusi Frekuensi Sarana Pelayanan Kesehatan Yang Dapat di Kunjungi di


RW X Kelurahan Surau Gadang
123

rumah sakit
22%
Praktek dokter/bidan
25%

puskesmas
53%

Berdasarkan diagram 13 di atas, terlihat bahwa sebagian besar (53%)


anggota keluarga berobat ke puskesmas.

Diagram 14

Distribusi Frekuensi Jarak Rumah Keluarga Ketempat

Pelayanan Kesehatan di RW X Kelurahan Surau Gadang

<5km
100%

Berdasarkan diagram 14 di atas, terlihat bahwa seluruh (100% jarak


rumah keluarga ketempat pelayanan kesehatan adalah < 5 km.

Diagram 15

Distribusi Frekuensi Keluarga Lansia Yang Mempunyai Kartu BPJS/

Jamkesmas Lainnyadi RW X Kelurahan Surau Gadang


124

tidak
3%

ya
97%

Berdasarkan diagram 15 di atas, terlihat hampir seluruhnya (97%) lansia


mempunyai kartu BPJS/ kartu Jamkesmas lainnya.

Diagram 16

Distribusi Frekuensi Keluarga yang Menjelaskan Pentingnya Olahraga Pada Lansia


di RW X Kelurahan Surau Gadang
tidak
15%

ya
85%

Berdasarkan diagram 16 di atas, terlihat bahwa hampir seluruhnya


(85%) keluarga menjelaskan pentingnya olahraga pada lansia

i. Support Sistem

Diagram 17

Distribusi Frekuensi Lansia Yang Mengikuti Senam Lansia


125

di RW X Kelurahan Surau Gadang

ya
6%

tidak
94%

Berdasarkan diagram 17 di atas, terlihat bahwa hampir seluruh lansia


(94%) lansia tidak mengikuti senam lansia.

Diagram 18

Distribusi Frekuensi Lansia Yang Memeriksakan Kesehatan Secara Rutin di RW X


Kelurahan Surau Gadang

ya
36%

tidak
64%

Berdasarkan diagram 18 di atas, terlihat bahwa sebagian besar (64%)


tidak memeriksakan kesehatannya secara rutin.

Diagram 19

Distribusi Frekuensi Lansia Yang Memiliki Kartu KMS Lansia


126

Di RW X Kelurahan Surau Gadang


ya
23%

tidak
77%

Berdasarkan diagram 19 diatas menunjukkan bahwa hampir


keseluruhan (77%) lansia tidak memiliki kartu KMS lansia.

Diagram 20

Distribusi Frekuensi Lansia Mengetahui Adanya Posyandu Lansia

Di RW X Kelurahan Surau Gadang

tidak
3%

ya
97%

Berdasarkan diagram 20 diatas menunjukkan bahwa hampir seluruh


(97%) lansia mengetahui adanya posyandu lansia di RW X Kelurahan Suaru
Gadang.

Diagram 21

Distribusi Frekuensi Lansia Mengunjungi Posyandu Lansia Setiap Bulan

Di RW X Kelurahan Surau Gadang


127

ya
21%

tidak
79%

Berdasarkan diagram 21 diatas menunjukkan bahwa hampir seluruh


(79%) lansia yang tidak mengunjungi posyandu lansia tiap bulan

j. Kesehatan Lingkungan

Diagram 22

Distribusi Frekuensi Lansia Merokok

di RW X Kelurahan Surau Gadang


ya
14%

tidak
86%

Berdasarkan diagram 22 diatas menunjukkan bahwa sebagian kecil


(14%) lansia yang merokok.

Diagram 23

Distribusi Frekuensi Cahaya Matahari Dapat Masuk Ke Dalam Rumah

di RW X Kelurahan Surau Gadang


128

tidak
3%

Dapat
97%

Berdasarkan diagrama 23 di atas, terlihat bahwa sebagian besar (97%)


cahaya yang masuk di dalam rumah.

Diagram 24

Distribusi Frekuensi Jenis Lantai Rumah Lansia

Distribusi Frekuensi Jenis Lantai Rumah Lansia

di RW X Kelurahan Surau Gadang


semen
21%

keramik
79%

Berdasarkan diagram 24 diatas terlihat bahwa sebagian besar (79%)


jenis lantai rumah lansia adalah keramik.

Diagram 25

Distribusi Frekuensi Sumber Air Yang Digunakan Sehari-hari

di RW X Kelurahan Surau Gadang


129

sumur gali pakai cincin


41%
PDAM
49%

sumur
gali
tidak
sumur bor pakai
8% cincin
3%

Berdasarkan diagram 25 diatas terlihat bahwa hampir setengah (48%)


sumber air yang digunakan adalah PDAM.

Diagram 26

Distribusi Frekuensi Keadaan Air Yang Digunakan

di RW X Kelurahan Surau Gadang

tidak berbau, berasa, da


berwarna
100%

Berdasarkan diagram 26 diatas bahwa hampir seluruhnya (100%) air


yang di gunakan adalah tidak berbau, berasa dan berwarna

Diagram 27

Distribusi Frekuensi Mempunyai Tempat Penampungan Air

di RW X Kelurahan Surau Gadang


130

ya
100%

Berdasarkan diagram 27 diatas terlihat bahwa seluruhnya (100%)


mempunyai tempat penampungan air.

Diagram 28

Distribusi Frekuensi Membersihkan Tempat Penampungan Air

di RW X Kelurahan Surau Gadang

tidak pernah setiap hari


1% 4%

1kali seminggu
30%

kapan perlu
65%

Berdasarkan diagram 28 diatas terlihat bahwa sebagian besar (65%)


memberssihkan tempat penampungan air kapan perlu.
131

Diagram 29

Distribusi Frekuensi Pengolahan Sampah Keluarga

di RW X Kelurahan Surau Gadang

dibakar dibuang tanah kosong


1% 1%

dikumpulkan
98%

Berdasarkan diagram 29 diatas terlihat bahwa hampir seluruhnya (97%)


pengelolahan sampah keluarga adalah di kumpulkan.

Diagram 30

Distribusi Frekuensi Tempat Pembuangan Sampah Keluarga

di RW X Kelurahan Surau Gadang

terbuka
8%

tertutup
92%

Berdasarkan diagram 30 diatas terlihat bahwa hampir seluruhnya (92%)


pembuangan sampah kelurga tetutup.
132

Diagram 31

Distribusi Frekuensi Pembuangan Air Limbah Keluarga

di RW X Kelurahan Surau Gadang

got
100%

Berdasarkan diagram 31 diatas terlihat bahwa seluruhnya (100%)


pembuangan air limbah adalah got.

Diagram 32

Distribusi Frekuensi Jarak Sumber Air Dengan Pembuangan Limbah

di RW X Kelurahan Surau Gadang


133

> 10 m
23%

< 10 m
77%

Berdasarkan diagram 32 diatas terlihat bahwa hampir seluruh (77%)


jarak sumber air dengan penampungan limbah adalah < 10 m

Diagram 33

Distribusi Frekuensi Keadaan Sarana Pembuangan Air Limbah

di RW X Kelurahan Surau Gadang

terbuka tergenang terbu


9% ka
meng
alir
27%

tertutup mengalir
64%
134

Berdasarkan diagram 33 diatas terlihat bahwa hampir sebagian (48%)


keadaan sarana pembuangan air limbah adalah terbuka mengalir.

Diagram 34

Distribusi Frekuensi Tingkat Dimensia Pada Lansia Berdasarkan Abbreviated Mental


Test di RW X Kelurahan Surau Gadang

gangg
uan
ingata
n
sedan
g
19%

normal
81%

Berdasarkan diagram 34 diatas terlihat bahwa hampir seluruhnya (81%)


lansia tidak mengalami dimensia (gangguan ingatan).

Diagram 35

Distribusi Frekuensi Aktifitas Lansia Sehari-hari Berdasarkan Indeks Barthel di RW X


Kelurahan Surau Gadang
135

ketergantungan ringan 19 %

mandiri
81%

Berdasarkan diagram 35 diatas terlihat bahwa sebagian besar (81%)


aktifitas kehidupan sehari hari adalah mandiri.

Diagram 36

Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi Pada Lansia Berdasarkan Geriatric Depression


Scale (GDS) di RW X Kelurahan Surau Gadang

depresi kemu
1% ngkin
an
besar
depre
si
21%

tidak depresi
78%

Berdasarkan diagram 36 diatas terlihat bahwa hampir seluruhnya (78%)


lansia berdasarkan geriatric depression scale (GDS) adalah tidak depresi.

c. Hasil Wawancara Petugas Kesehatan


136

Berdasarkan hasil wawancara dengan kader RW X diketahui bahwa

pelaksanaan posyandu lansia setiap bulan ada dilakukan, namun lansia

disekitar kurang aktif dalam mengikuti posyandu lansia. Hal ini disebabkan

kurangnya motivasi lansia untuk ke posyandu disebabkan tidak adanya

pemberian obat yang dilakukan di posyandu, di posyandu lansia hanya

memeriksa kesehatan seperti pengukuran berat badan, tekanan darah,

pengukuran kadar gula darah dan asam urat. Disamping itu kegiatan seperti

senam lansia tidak ada dilakukan karena tidak adanya instruktur dan

kurangnya partisipasi lansia mengikuti senam lansia tersebut.

II. Hasil observasi

Pelaksanaan posyandu ada dilakukan setiap bulannya, tetapi kegiatan yang

dilakukan di posyandu hanya melakukan pemeriksaan kesehatan seperti

penimbangan berat badan, tekanan darah. Terkadang ada dilakukan

penyuluhan namun tidak ada pemberian pengobatan. Sedangkan untuk

pemeriksaan gula darah, asam urat, kolesterol serta pelaksanaan senam

lansia juga tidak dilakukan


137

ANALISA DATA KOMUNITAS

DIAGNOSA
KEPERAWATAN SASARAN TUJUAN (NOC) RENCANA KEGIATAN (NIC)
DATA
KOMUNITAS

KESEHATAN LANSIA Ketidakefektifan Lansia RW X Perilaku kepatuhan 1. Penyuluhan Hipertensi


pemeliharaan Kelurahan a. Pengertian hipertensi pada
1. Hasil kuesioner 1. Mencari
kesehatan pada Surau lansia
 Jumlah lansia: 70 orang, terdata 54 informasi yang
lansia di RW X Kel. Gadang b. Penyebab hipertensi
orang berhubungan
Surau Gadang c. Tanda dan gejala hipertensi
 31,6% lansia menderita penyakit dengan
berhubungan dengan d. Akibat lanjut dari hipertensi
hipertensi. kesehatan dari
kurangnya motivasi pada lansia
 27,7% lansia menderita penyakit berbagai sumber
lansia dan 2. Penyuluhan tentang asam urat
asam urat 2. Menjelaskan
munculnya penyakit a. Pengertian asam urat
 79% lansia tidak rutin mengunjungi strategi untuk
degeneratif b. Penyebab asam urat
posyandu setiap bulan mengurangi
c. Tanda dan gejala asam urat
 94% lansia tidak mengikuti senam perilaku tidak
d. Akibat lanjut asam urat
lansia sehat
138

 64% lansia tidak melakukan 3. Melaporkan e. Cara perawatan dan


pemeriksaan kesehatan secara rutin penggunaan lingkungan untuk penderita
 77% lansia tidak memiliki buku strategi untuk asam urat

KMS lansia memaksimalkan 3. Penyuluhan tentang


kesehatan dimensia dan demonstrasi
2. Hasil wawancara 4. Melakukan senam otak
 Banyak lansia mengatakan tidak ada pemeriksaan 4. Pemeriksaan Kesehatan
memeriksakan kesehatan secara diri dan (tekanan darah, gula darah,
rutin pemantauan diri asam urat, dan kolesterol)
 Banyak lansia yang mengatakan 5. Menggunakan 5. Penyuluhan posyandu lansia
tidak mengikuti kegiatan khusus layanan a. Penjelasan proses menua
lansia secara rutin di RW X Kel. kesehatan yang (lansia)
Surau Gadang termasuk posyandu sesuai b. Penjelasan tentang penyakit-
lansia karena tidak sanggup berjalan kebutuhan penyakit lansia
jauh c. Pengertian posyandu lansia
d. Manfaat posyandu lansia
3. Hasil observasi
Banyak lansia di RW X Kel. Surau
Gadang yang tidak memeriksakan
139

kesehatannya ke Posyandu lansia

Perencanaan Keperawatan Komunitas


140

Diagnosa Evaluasi
Rencana Hari /
Keperawatan Tujuan Sasaran Strategi Tempat
No. Kegiatan Tanggal Kriteria Standar
Komunitas

1. Ketidakefektifan Setelah Lansia RW K.I.E 1. Penyuluhan Selasa, 11 Posyandu Verbal a. Penjelasan


pemeliharaan dilakukan X posyandu April Lansia proses menua
kesehatan pada tindakan Kelurahan lansia 2017 (lansia)
lansia di RW X keperawatan Surau b. Penjelasan
(10.00)
Kel. Surau masyarakat Gadang tentang
Gadang mampu penyakit-
memberikan penyakit lansia
perawatan pada c. Pengertian
lansia di RW X posyandu lansia
Kelurahan Surau d. Manfaat
Gadang
posyandu lansia
Kecamatan
Nangggalo
141

2. Penyuluhan a.Pengertian
tentang hipertensi pada
hipertensi lansia
b. Penyebab
hipertensi
Jum’at, Posyandu
c. Tanda dan
14 April Lansia
Verbal gejala hipertensi
2017
d. Akibat lanjut
(16.00)
dari hipertensi
pada lansia

3. Penyuluhan a. Pengertian dan


tentang penyebab
dimensia demensia
b. Tanda dan gejala
demensia
c. Pencegahan dan
perawatan
142

demensia

Minggu, Posyandu
4. demonstrasi
16 April Lansia Cara senam otak
Verbal
senam otak 2017

(09.00)

5. Penyuluhan
a. Pengertian asam
asam urat
urat
b. Tanda dan gejala
asam urat
c. Cara pencegahan
asam urat
Minggu,
Posyandu
16 April
Lansia
2017 Motorik

6.Penyegaran (09.00) a. Penjelasan


kader lansia proses menua
(lansia)
143

Selasa, 18 b. Penjelasan
April tentang
Posyandu
2017 penyakit-
Lansia
(16.00) Verbal
penyakit lansia
c. Pengertian
posyandu lansia
d. Manfaat
posyandu lansia

7.Pemeriksaan
Memeriksa tekanan
Kesehatan
darah, kadar asam
Jum’at, Urat, gula darah
21 April dan kolesterol
2017 Posyandu lansia
Lansia
Verbal
144

Kamis, 27
April
2017
Posyandu
(16.00)
lansia
Motorik
145

Plan Of Action (POA)

MASALAH KEGIATAN TUJUAN SASARAN SUMBER WAKTU TEMPAT PENANGUNG JAWAB


DANA
KESEHATAN

Ketidakefektifan
pemeliharaan 1. Berikan 1. Meningkatkan Lansia di RW X Mahasiswa Selasa, 11 Posyandu Rahmi Khairun Nisa,
kesehatan pada penyuluhan pengetahun Surau Gadang April 2017 Lansia S.Kep
lansia di RW X Surau tentang tentang Kecamatan
Amelia Andriana,
Gadang Kecamatan pentingnya pentingnya Nanggalo
S.Kep
Nanggalo Posyandu Posyandu
Lansia
146

2. Mengadakan
penyuluhan
2. Meningkatkan Lansia di RW X
tentang
pengetahuan Surau Gadang
hipertensi
tentang Kecamatan
hipertensi Nanggalo Mahasiswa Jum’at, 14 Posyandu Hanna Ria Afrida,
April 2017 Lansia S.Kep

Indri Tivani, S.Kep


3. Mengadakan
senam otak
3. Meningkatkan Lansia di RW X
untuk lansia Surau Gadang
daya ingat
lansia Kecamatan
Nanggalo

4. Memberikan Minggu, 16 Posyandu Rin Leonidra, S.Kep


Lansia di RW X Mahasiswa
penyuluhan April 2017 Lansia
4. Meningkatkan Surau Gadang Ritta Farma, S.Kep
tentang
pengetahuan Kecamatan
penyakit asam
tentang Nanggalo
urat
penyakit asam
urat

5. Mengadakan
147

pelatihan
kader
5. Meningkatkan Lansia di RW X Selasa, 18 Posyandu
posyandu
kemandirian Surau Gadang April 2017 Lansia
lansia Mahasiswa Maiva Sri Putri, S.Kep
Lansia dalam Kecamatan
Nanggalo Fahliza Ihwana, S.Kep
menjaga
kesehatannya
6. Mengadakan
pemeriksaan
kesehatan
6. Mengetahui
(cek gula
kesehatan
darah, asam
Lansia
urat, dll) Lansia di RW X Raisa Ardielvy, S.Kep
Surau Gadang Jum’at, 21 Posyandu
Kecamatan April 2017 Lansia
Nanggalo Mahasiswa

Semua anggota
148

Kamis, 27 Posyandu
April 2017 Lansia

Mahasiswa

Perencanaan Keperawatan Komunitas

Diagnosa Evaluasi
Rencana Hari /
Keperawatan Tujuan Sasaran Strategi Tempat
No. Kegiatan Tanggal Kriteria Standar
Komunitas

1. Ketidakefektifan Setelah Lansia RW K.I.E 1. Penyuluhan Selasa, 11 Posyandu Verbal e. Penjelasan


pemeliharaan dilakukan X posyandu April Lansia proses menua
149

kesehatan pada tindakan Kelurahan lansia 2017 (lansia)


lansia di RW X keperawatan Surau f. Penjelasan
(10.00)
Kel. Surau masyarakat Gadang tentang
Gadang mampu penyakit-
memberikan penyakit lansia
perawatan pada g. Pengertian
lansia di RW X posyandu lansia
Kelurahan Surau h. Manfaat
Gadang posyandu lansia
Kecamatan
Nangggalo

2. Penyuluhan a.Pengertian
tentang hipertensi pada
hipertensi lansia
b. Penyebab
hipertensi
Jum’at, Posyandu Verbal
c. Tanda dan
150

14 April Lansia gejala hipertensi


2017 d. Akibat lanjut
(16.00) dari hipertensi
pada lansia

3. Penyuluhan d. Pengertian dan


tentang penyebab
dimensia demensia
e. Tanda dan gejala
demensia
f. Pencegahan dan
perawatan
demensia
Minggu,
Posyandu Verbal
4. demonstrasi 16 April Cara senam otak
2017 Lansia
senam otak
(09.00)
151

5. Penyuluhan
asam urat d. Pengertian asam
urat
e. Tanda dan gejala
asam urat
f. Cara pencegahan
Minggu,
asam urat
16 April
Posyandu Motorik
2017
Lansia
(09.00)
6.Penyegaran
e. Penjelasan
kader lansia
proses menua
Selasa, 18 (lansia)
April f. Penjelasan
2017 Posyandu
Verbal tentang
(16.00) Lansia
penyakit-
penyakit lansia
g. Pengertian
posyandu lansia
152

h. Manfaat
posyandu lansia
7.Pemeriksaan
Kesehatan
Memeriksa tekanan
Jum’at, darah, kadar asam
21 April Urat, gula darah
2017 dan kolesterol
Posyandu Verbal
lansia
Lansia
153

Kamis, 27
April
2017
Posyandu Motorik
(16.00)
lansia
154

Plan Of Action (POA)

MASALAH KEGIATAN TUJUAN SASARAN SUMBER WAKTU TEMPAT PENANGUNG JAWAB


DANA
KESEHATAN

Ketidakefektifan
pemeliharaan 7. Berikan 7. Meningkatkan Lansia di RW X Mahasiswa Selasa, 11 Posyandu Rahmi Khairun Nisa,
kesehatan pada penyuluhan pengetahun Surau Gadang April 2017 Lansia S.Kep
lansia di RW X Surau tentang tentang Kecamatan
Amelia Andriana,
Gadang Kecamatan pentingnya pentingnya Nanggalo
S.Kep
Nanggalo Posyandu Posyandu
Lansia

8. Mengadakan
8. Meningkatkan Lansia di RW X
penyuluhan
pengetahuan Surau Gadang
tentang
tentang Kecamatan Hanna Ria Afrida,
hipertensi Jum’at, 14 Posyandu
hipertensi Nanggalo Mahasiswa S.Kep
April 2017 Lansia
Indri Tivani, S.Kep

9. Mengadakan
9. Meningkatkan Lansia di RW X
155

senam otak daya ingat Surau Gadang


untuk lansia lansia Kecamatan
Nanggalo

Rin Leonidra, S.Kep

Mahasiswa Minggu, 16 Posyandu Ritta Farma, S.Kep


Lansia di RW X
10. Memberikan 10. Meningka April 2017 Lansia
Surau Gadang
penyuluhan tkan Kecamatan
tentang pengetahuan Nanggalo
penyakit asam tentang
urat penyakit asam
urat

11. Mengadakan Maiva Sri Putri, S.Kep


Lansia di RW X
pelatihan 11. Meningka Selasa, 18 Posyandu
Surau Gadang Mahasiswa Fahliza Ihwana, S.Kep
kader tkan April 2017 Lansia
Kecamatan
posyandu kemandirian
Nanggalo
lansia Lansia dalam
menjaga
kesehatannya

12. Mengadakan
pemeriksaan
12. Mengeta Raisa Ardielvy, S.Kep
kesehatan
hui kesehatan
156

(cek gula Lansia Lansia di RW X


darah, asam Surau Gadang
Jum’at, 21 Posyandu
urat, dll) Kecamatan
April 2017 Lansia
Nanggalo Mahasiswa

Semua anggota

Kamis, 27 Posyandu
April 2017 Lansia
Mahasiswa
157

PELAKSANAAN

DIAGNOSA TGL IMPLEMENTASI EVALUASI

Ketidakefektifan Selasa, 11 Penyuluhan tentang Posyandu Evaluasi Struktur


pemeliharaan kesehatan pada April 2017 Lansia
- Kegiatan dikonsultasikan dengan dosen pembimbing
lansia di RW X Kel. Surau (10.00)
dan Pembina wilayah Puskesmas 2 hari sebelum
Gadang
acara
- Materi penyuluhan serta leaflet telah dipersiapkan 1
hari sebelum pelaksanaan
- Tempat dan alat dipersiapkan sebelum acra dimulai
- Masyarakat di informasikan jauh hari sebelum acara
dimulai
Evaluasi Proses

- Acara berjalan dengan tertib dan lancar


- 40% lansia bertanya tentang materi yang diberikan
- Peserta tidak ada yang meninggalkan tempat selama
kegiatan
158

Evaluasi Hasil

- Lansia mengerti dan memehami tentang materi


yang diberikan

Evaluasi Struktur

- Kegiatan dikonsultasikan dengan dosen


pembimbing dan Pembina wilayah Puskesmas 2
hari sebelum acara
- Materi penyuluhan serta leaflet telah
dipersiapkan 1 hari sebelum pelaksanaan
- Tempat dan alat dipersiapkan sebelum acra

Jum’at, 14 Penyuluhan tentang hipertensi pada dimulai

April 2017 lansia di RW X Kelurahan Surau - Masyarakat di informasikan jauh hari sebelum
Gadang acara dimulai
(16.00)
Evaluasi Proses

- Acara berjalan dengan tertib dan lancar


- 40% lansia bertanya tentang materi yang
159

diberikan
- Peserta tidak ada yang meninggalkan tempat
selama kegiatan
Evaluasi Hasil

- Lansia mengerti dan memehami tentang materi


yang diberikan

Evaluasi Struktur

- Kegiatan dikonsultasikan dengan dosen


pembimbing dan Pembina wilayah Puskesmas 2
hari sebelum acara
- Materi penyuluhan serta leaflet telah
dipersiapkan 1 hari sebelum pelaksanaan
- Tempat dan alat dipersiapkan sebelum acra
dimulai
- Masyarakat di informasikan jauh hari sebelum
acara dimulai
160

Evaluasi Proses

Minggu, 16 Penyuluhan tenang dimensia dan - Acara berjalan dengan tertib dan lancar
April 2017 demonstrasi senam otak - 40% lansia bertanya tentang materi yang
diberikan
(09.00)
- Peserta tidak ada yang meninggalkan tempat
selama kegiatan
Evaluasi Hasil

- Lansia mengerti dan memahami tentang materi


yang diberikan

Evaluasi Struktur

- Kegiatan dikonsultasikan dengan dosen pembimbing


dan Pembina wilayah Puskesmas 2 hari sebelum
acara
- Materi penyuluhan serta leaflet telah dipersiapkan 1
hari sebelum pelaksanaan
- Tempat dan alat dipersiapkan sebelum acra dimulai
- Masyarakat di informasikan jauh hari sebelum acara
161

dimulai

Evaluasi Proses

- Acara berjalan dengan tertib dan lancar


- 50% lansia bertanya tentang materi yang diberikan
- Peserta tidak ada yang meninggalkan tempat selama

Selasa, 18 Penyuluhan tentang asam urat pada kegiatan

April 2017 lansia di RW XV Kelurahan Surau Evaluasi Hasil

Gadang dan pemeriksaan kesehatan - Lansia mengerti dan memahami tentang materi
(16.00) dan
Kamis, 27 yang diberikan

April 2017

Evaluasi struktur:

- Konsultasi dengan pembina wilayah 5 hari


sebelum kegiatan
162

Evaluasi proses:

- (Acara tidak terlaksana karena penyegaran kader


akan dilaksanakan pada minggu berikutnya oleh
puskesmas untuk semua kader di Kecamatan
Nanggalo)
163

Penyegaran kader
164

Lampiran 12
Alternatif Pemecahan Masalah (FISH BONE)
DIAGRAM FISHBONE

MAN (PERAWAT dan KADER)


MATERIAL
- Masih kurangnya motivasi
perawat Adanya tempat - Belum lengkapnya alat-alat
untukmelakukanidentifika khusus pelayanan yang dibutuhkan dalam
si masalah kesehatan posyandu lansia pelaksanaan posyandu lansia
- Belum optimalnya pada lansia di RW X Kel.
peran perawat dalam Surau Gadang
- Masih kurang optimalnya
melakukan partisipasi masyarakat yang
pembinaan terhadap
ikut dalam berbagai 1. Resiko terjadi angka
lansia di RW X Kel. kegiatan di RW X Kel. Surau kesakitan padalansia di
Surau Gadang RW X b.d kurangnya
Gadang
pengetahuan masyarakat
dalam memelihara
Belum optimal kesehatan lansia.
pelaksanaan posyandu 2. Resiko terjadi penurunan
Pelaksanaan posyandu lansia derajat kesehatan pada
lansia di RW X Kel. Surau Belum optimalnya
yang dilakukan bersamaan usia lanjut di RW X b.d
Gadang penyebaran Kurangnya informasi
dengan posyandu Balita
informasi tentang kesehatan usia
pelaksanaan lanjut.
MARKET
METHOD posyandu lansia di
RW X Kel. Surau
Gadang
165

LAPORAN PENDAHULUAN

Kunjungan Ke: 1 Hari/Tanggal: Senin/ 10 April 2017

I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah

laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat

mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Ini

merupakan suatu fenomena yang kompleks multidimensional yang

dapat diobservasi didalam satu sel dan berkembang sampai pada

keseluruhan sistem. (Stanley, 2010)

Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik

perkembangan yang maksimal. Setelah itu tubuh mulai menyusut

dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel yang ada didalam tubuh.

Sebagai akibatnya, tubuh juga akan mengalami penurunan fungsi

secara perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan proses penuaan (Maryam

dkk, 2008)

Pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah,

baik secara biologis, mental, maupun ekonomi. Semakin lanjut usia

seseorang, maka kemampuan fisiknya akan semakin menurun,

sehingga dapat mengakibatkan kemunduran pada peran-peran

sosialnya (Tamher, 2009). Oleh karena itu, perlu membantu individu

lansia untuk menjagaharkat dan otonomi maksimal meskipun dalam

keadaan kehilangan fisik, sosial dan psikologis (Smeltzer, 2010)


166

Survey lapangan dan tempat praktek merupakan salah satu cara

untuk menilai permasalahan yang ada dalam keluarga. Pada kunjungan

pertama pada keluarga binaan, dilakukan perkenalan dengan keluarga

dan anggota keluarga, membina hubungan saling percaya dengan

setiap anggota keluarga, setelah itu dilakukan pemberian informed

consent sebagai tanda persetujuan keluarga untuk dilakukan

pembinaan selama 3 minggu. Kemuadian melakukan pengkajian status

kesehatan, meliputi: riwayat kesehatan dahulu, pemeriksaan TTV dan

pemeriksaan fisik terfokus sesuai keluhan klien dalam rangka

mengumpulkan data dasar untuk menegakkan diagnosa keperawatan

dan mengatasi masalah keluarga.

B. Data yang perlu dikaji lebih lanjut

1. Data umum meliputi: tipr keluarga, suku bangsa, agama, status

sosial ekonomi dan aktivitas rekreasi

2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

3. Karakter lingkungan

4. Struktur keluarga

II. Proses Keperawatan

A. Diagnosa Keperawatan

Belum diangkat
167

B. Rencana Tindakan

1. Luangkan waktu bersama keluarga sesuai dengan kontrak waktu

yang sudah disepakati bersama

2. Dukung anggota keluarga menghadiri berpartisipasi dalam tahap

pengobatan

III. Implementasi Tindakan Keperawatan

A. Metode : Wawancara dan observasi

B. Media dan Alat :Format pengkajian, lembar informed

consent

C. Waktu dan Tempat : Senin/ 10 April 2017 di rumah Ny. W

IV. Kriteria Evaluasi

A. Kriteria Struktur

Tempat dan media dirumah KK

B. Kriteria Proses

1. keluarga menerima kedatangan mahasiswa

2. keluarga menyetujui menjadi keluarga binaan

3. keluarga mampu memberikan informasi mengenai data umum,

riwayat dan tahap perkembangan keluarga, karaketristik

lingkungan, struktur keluarga

4. selama wawancara keluarga kooperatif

5. suasana dan lingkungan selama pengkajian kondusif aman


168

C. Kriteria Hasil

1. Keluarga bersedia menjadi keluarga binaan

2. Keluarga bersedia memberikan informasi tentang data umum

3. Keluarga memberikan informasi tentang riwayat dan tahap

perkembangan keluarga

4. Keluarga emberikan informasi tentang karakteristik lingkungan

5. Keluarga memberikan informasi tentang struktur keluarga

6. Keluarga menyepakati kontrak selanjutnya


169

LAPORAN PENDAHULUAN

Kunjungan Ke: 2 Hari/tanggal: Selasa/ 11 April 2017

I. Pendahuluan

a. Latar Belakang

Asuhan keperawatan pada lansia adalah suatu rangkaian

kegiatan dari proses keperawatan yang ditujukan pada lansia.

Kegiatan tersebut meliputi pengkajian kepada lansia dengan

memerhatikan kebutuhan biologis, psikologis, kultural dan spiritual

(Depkes, 2011)

Peran perawat gerontik adalah untuk mengurangi faktor

resiko yang berfokus pada tindakan yang dapat meningkatkan

kesehatan pada semua anggota keluarga pada tingkat

perkembangannya. Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan

yang terdepan dalam meningkatkan derajat kesehatan komunitas,

salah satu fungsi keluarga adalah sebagai pelaksana perawatan

kesehatan.

Berdasarkan kunjungan pertama yang telah dilakukan pada

Ny. W telah didapatkan data bahwa tipe keluarga Ny. W adalah

tipe keluarga inti, dimana Ny. W tinggal bersama anak, menantu,

dan cucunya. Dari pengkajian didapatkan bahwa Ny. W menderita

Diabetes Melitus.
170

Berdasarkan kontrak waktu yang disepakati sebelumnya

dengan Ny. W bahwa akan dilaksanakan pertemuan kedua, yaitu

mengkaji lebih dalam tentang riwayat kesehatan keluarg

sebelumnya, pemeriksaan fisik serta mengkaji sistem pelayanan

yang biasa digunakan oleh keluarga.

b. Data yang perlu dikaj lebih lanjut

Data yang perlu dikaji lebih lanjut adalah riwayat kesehatan

keluarga sebelumnya, fungsi keluarga, stress, dan koping keluarga

serta mengkaji sistem pelayanan yang biasa digunakan oleh

keluarga.

c. Masalah keperawatan

Ketidakefektifan manajemen pengobatan keluarga

(Diabetes Melitus)

II. Proses Keperawatan

a. Diagnosa Keperawatan

Ketidakefektifan manajemen pengobatan keluarga

(Diabetes Melitus)

b. Rencana Tindakan

1. Bantu keluarga untuk menyatakan perasaan yang berhubungan

dengan penyakit pada saudara mereka agar membawa konflik

keluarga menjadi terbuka

- Menggali lebih dalam tentang riwayat kesehatan keluarga

sebelumnya
171

2. Mendorong kepercayaan individu/ kepercayaan diri setiap

anggota keluarga tentang penyakit dan review informasi yang

relevan

III. Implementasi Tindakan Keperawatan

a. Metode : wawancara, Observasi, Pemeriksaan Fisik

b. Media dan Alat : Format pengkajian, Nursing Kit

c. Waktu dan Tempat : Selasa/ 11 April 2017 di rumah Ny. W

IV. Kriteria Evaluasi

a. Kriteria Struktur

Tempat dan media sesuai rencana

b. Kriteria Proses

1. Waktu yang direncanakan sesuai rencana 16.30 -17.00 WIB

2. Keluarga mampu memberikan informasi mengenai riwayat

kesehatan Ny. W dan sistem pelayanan yang biasa digunakan

oleh keluarga Ny. W

3. Suasana dan lingkungan saat pengkajian dilakukan cukup

nyaman

c. Kriteria Hasil

1. Keluarga memberikan informasi tentang riwayat kesehatan

serta sistem pelayanan yang digunakan oleh keluarga Ny. W

2. Keluarga memberikan informasi tentang harapan keluarga

3. Keluarga bersedia dilakukan pemeriksaan fisik

4. Keluarga menyepakati kontrak selanjutnya


172

LAPORAN PENDAHULUAN

Kunjungan Ke: 3 Hari/ Tanggal: Rabu/ 12 April 2017

I. Pendahuluan

a. Latar Belakang

Pada pertemuan sebelumnya telah dilakukan pengkajian

pada Ny. W telah didapatkan data mengenai status kesehatan

keluarga, lingkungan serta struktur keluarga. Dari data pengkajian,

diketahui bahwa Ny. W menderita penyakit Diabetes Melitus yang

sudah diketahui sejak tahun 2009 yaitu 8 tahun yang lalu. Pada saat

pengakajian didapat bahwa kadar gula darah Ny. W 280 mg/dl. Ny.

W mengatakan sering buang air kecil, badan mudah lelah,

pandangan kabur dan kaki kebas.

Berdasarkan kontrak waktu yang disepakati sebelumnya

dengan Ny. W bahwa akan dilaksanakan pertemuan ketiga, yaitu

pendidikan kesehatan dengan topik diabetes melitus.

b. Data yang perlu dikaji lebih lanjut

1. Pengetahuan Ny. W dan keluarga tentang pengertian diabetes

melitus

2. Pengetahan Ny. W dan keluarga tentang penyebab diabetes

mellitus

3. 3. Pengetahuan Ny. W dan keluarga tentang tanda dan gejala

dari diabetes melitus


173

c. Masalah keperawatan

Ketidakefektifan manajemen pengobatan keluarga (diabetes

mellitus)

II. Proses Keperawatan

a. Diagnosa keperawatan

Ketidakefektifan manajemen pengobatan keluarga (diabetes

mellitus)

b. Rencana tindakan

1. Mengajarkan anggota keluarga mengenal proses penyakit dan

jelaskan hubngan antara proses penyakit dan regimen

pengobatan.

- Memberikan pendidikan kesehatan tentang definisi,

penyebab dan tanda gejala dari diabetes melitus

III. Implementasi Tindakan Keperawatan

a. Metode : Ceramah, Tanya jawab, diskusi

b. Media dan alat : Lembar balik dan leaflet

c. Waktu dan tempat : Rabu, 12 April 2017 di rumah Ny. W

IV. Kriteria Evaluasi

a. Kriteria struktur

Tempat dan media serta alat penyuluhan sesuai rencana


174

b. Kriteria proses

1. Waktu yang direncanakan sesuai rencana

2. Ny. W dan keluarga berpartisipasi aktif selama penyuluhan,

tidak meninggalkan tempat penyuluhan

3. Lingkungan saat penyuluhan cukup aman dan nyaman

c. Kriteria hasil

Ny. W dapat menyebutkan definisi, penyebab dan tanda gejala dari

diabetes melitus
175

LAMPIRAN MATERI

1. Pengertian

Diabetes melitus yaitu sekelompok penyakit metabolik yang

ditandai dengan adanya peningkatan kadar gula darah yang diakibatkan

oleh kelainan dalam sekresi insulin, aksi insulin atau keduanya (Smeltzer

dan Bare, 2008)

2. Penyebab

a. Fungsi sel penghasil insulin berkurang

b. Pengaruh genetik atau keturunan

c. Berat badan berlebihan

d. Aktifitas fisik yang kurang

e. Faktor makanan

f. Usia lanjut

(Misnadiarly, 2006)

3. Tanda dan gejala

a. Banyak kencing, banyak minum, banyak makan

b. Rasa lemas dan turnberat badan

c. Keluhan kulit: gatal-gatal, bisul

d. Keputihan/ impotensi

e. Kesemutan, rasa gatal

f. Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh

g. Pandangan kabur

(Widjadja, 2009)
176

LAPORAN PENDAHULUAN

Kunjungan ke: 4 Hari/ tanggal: Kamis/ 13 April 2017

I. Pendahuluan

a. Latar belakang

Peran perawat untuk mengurangi faktor resiko yang

berfokus pada tindakan yang dapat meningkatkan kesehatan pada

semua anggota keluarga. Keluarga merupakan unit pelayanan

kesehatan terdepan dalam meningkatkan derajat kesehatan

komunitas, salah satu fungsi keluarga adalah sebagai pelaksana,

fungsi perawatan keluarga dan peningkatan kesehatan. Untuk

memperoleh semua itu perawat keluarga harus memberikan

pengetahuan kepada keluarga tentang masalah kesehatan yang

terjadi pada keluarga.

Pada pertemuan sebelumnya telah dilakukan penyukuhan

pada keluarga Ny. W dari hasil penyuluhan yang telah dilakukan,

Ny. W telah secara umum telah mengetahui pengertian dan

pnyebab diabetes melitus. Berdasarkan hasil penyuluhan

sebelumnya mahasiswa akan melanjutkan implementasi dengan

memberikan penyuluhan tentang tanda dan ejala serta akibat lanjut

dari diabetes melitus.


177

b. Data yang perlu dikaji lebih lanjut

1. Pengetahuan Ny. W dan keluarga tentang akibat lanjut dari

diabetes melitus

2. Pengetahuan Ny. W dan keluarga tentang kapan seseorang

dikatakan menderita diabetes melitus

c. Masalah keperawatan

Ketidakefektifan manajemen pengobatan keluarga (diabetes

melitus)

II. Proses Keperawatan

1. Diagnosa keperawatan

Ketidakefektifan manajemen pengobatan keluarga (diabetes

melitus)

2. Rencana Tindakan

a. Mengajarkan angota keluarga mengenal proses penyakit dan

jelaskan hubngan antara proses proses penyakit dan regimen

pengobatan

1) Memberikan pendidikan kesehatan tentang akibat lanjut

dari diabetes melitus

2) Memberikan pendidikan kesehatan tentang kapan seseorang

dikatakan menderita diabetes


178

III. Implementasi Tindakan keperawatan

1. Metode : ceramah, tanya jawab, diskusi

2. Media dan alat : Lembar balik dan leaflet

3. Waktu dan tempat : Kamis/ 13 April 2017 dirumah Ny. W

IV. Kriteria Evaluasi

1. Kriteria struktur

Tempat dan media serta alat penyuluhan sesuai rencana

2. Kriteria proses

- Waktu yang direncanakan sesuai pelaksanaan

- Ny. W berpartisipasi aktif selama penyuluhan

3. Kriteria hasil

- Ny. W dapat menyebutkan akibat lanjut dari diabetes

- Ny. W dapat menyebutkan kapan seseorang dikatakan

menderita diabetes melitus


179

LAMPIRAN MATERI

1. Akibat lanjut diabetes melitus

a. Hipertensi

b. Penyakit jantung

c. Katarak, glukoma

d. Penyakit ginjal

e. Penyakit pembuluh darah otak

f. Penyakit pembuluh darah perifer

g. Retenopati (rusaknyanya penglihatan)

h. Infeksi jamur dan bakteri

i. Neuropati (saraf tidak berfungsi)

(Price Sylvia, 2006)

2. Kapan seseorang dikatakan menderita diabetes melitus

Sesorang dikatakan menderita diabetes melitus:

a. Bila ditemukan keluhan dari gejala khas diabetes melitus

b. Kadar gula darah 2 jam pp lebih dari 180mg/dl

c. Kadar gula darah sewaktu >200 mg/dl

d. Kadar gula darah puasa > 125 mg/dl

Mansjoer, 2009)
180

LAPORAN PENDAHULUAN

Kunjungan Ke: 5 Hari/ tanggal: Jumat/ 14 April 2017

I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan terdepan

dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, salah satu

fungsi keluarga adalah sebagai pelaksana, fungsi perawatan

keluarga dan peningkatan kesehatan oleh sebab itu agar terciptanya

peningkatan derajat kesehatan dimasyarakat, perawat keluarga

harus memberikan pengetahuan kepada keluarga tentang masalah

yang terjadi pada keluarga.

Pada pertemuan sebelumnya telah dilakukan intervensi mengenai

penjelasan akibat lanjut dan kapan seseorang dikatakan diabetes

melitus. Dari hasil diskusi yang telah dilakukan sebelumnya

keluarga NY. W telah memahami akibat lanjut dan kapan seseorag

dikatakan diabetes melitus. Berdasarkan hasil penyuluhan

sebelumnya mahasiswa akan melanjutkan implementasi dengan

memberikan penyuluhan tentang cara perawatan bagi penderita

diabetes melitus.

B. Data yang perlu dikaji lebih lanjut

1. Pengetahuan Ny. W dan keluarga tentang cara perawatan bagi

penderita diabetes melitus


181

C. Proses Keperawatan

a. Diagnosa keperawatan

Ketidakefektifan manajemen pengobatan keluarga (diabetes

melitus)

b. Rencana tindakan keperawatan

1) Mengajarkan anggota keluarga mengenal proses penyakit

dan menjelaskan hubungan antara proses penyakit dan

regimen pengobatan

- Memberikan pendidikan kesehatan tentang cara

penatalaksanaan bagi penderita diabetes melitus

D. Implementasi Tindakan Keperawatan

a. Metode : Ceramah, Tanya jawab, Diskusi

b. Media dan alat : Lembar balik dan leaflet

c. Waktu dan tempat : Jumat, 14 April 2017 dirumah Ny. W

E. Kriteria Evaluasi

a. Kriteria Struktur

- Ny. W hadir dan mengikuti penyuluhan

- Mahasiswa dapat melakukan penyuluhan

- Tempat, media dan alat penyuluhan sesuai rencana

b. Kriteria Proses

- Waktu yang direncanakan sesuai rencana

- Keluarga berpartisipasi aktif dan bekerjasama selama

proses penyuluhan dan tidak meninggalkan tempat

penyuluhan
182

- Suasana dan lingkungan saat penyuluhan cukup aman dan

nyaman

c. Kriteria hasil

- Ny. W dapat menyebutkan cara penatalaksanaan penderita

diabetes
183

LAMPIRAN MATERI

A. Cara perawatan penderita diabetes

Ada beberapa komponendalam penatalaksanaan DM sesuai konsensus

PERKENI 2015 yaitu:

1. Edukasi

Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu dilakukan sebagai

upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting dari

pengeloaan DM secara holistik

a. Sering mengikuti penyuluhan-penyuluhan tentang diabetes melitus

b. Melakukan upaya pencegahan seperti: pemeriksaan mata setahun

sekali, perawatan kaki dan kuku, perawatan sepatu dan kaus kaki

c. Lakukan perawatan gigi dan mulut, dan diperiksakan sekali 6

bulan

2. Terapi nutrisi medis

Penyandang diabetes melitus perlu diberikan penekanan mengenai

pentingnya keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah makanan

3. Latihan jasmani

Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-5

hari seminggu selama 30-45 menit dengan jeda antar latihan tidak

lebih dari 2 hari berturut-turut). Contoh latihan jasmani atau olah raga

yang dianjurkan salah satunya adalah senam kaki diabetes

4. Terapi farmakologis

Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan.


184

(Perkeni, 2015)

LAPORAN PENDAHULUAN

Kunjungan Ke: 6 Hari/ tanggal: Sabtu/ 15 April 2017

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pada pertemuan sebelumnya telah dilakukan intervensi mengenai

penjelasan tentang cara penatalaksanaan untuk penderita diabetes melitus.

Dari hasil diskusi yang sudah dilakukan sebelumnya keluarga Ny. W telah

memahami tentang cara penatalaksanaan bagi penderita penyakit iabetes

melitus. Implementasi dilanjutkan dengan memberikan penyuluhan

tentang perawatan kaki bagi penderita diabetes melitus.

2. Data yang perlu dikaji

Pengetahuan keluarga tentang perawatan kaki untuk penderita diabetes

melitus

B. Masalah Keperawatan

Ketidakefektifan manajemen pengobatan keluarga

C. Proses keperawatan

1. Diagnosa keperawatan keluarga

Ketidakefektifan manajemen pengobatan keluarga (diabetes melitus)

2. Rencana tindakan keperawatan

a. Mengajarkan anggota keluarga mengenal proses penyakit dan

menjelaskan hubungan antara proses penyakit dan regimen

pengobatan
185

1) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kaki pada

penderita diabetes melitus

D. Implementasi Tindakan Keperawatan

1. Metode : Ceramah, tanya jawab dan diskusi

2. Media dan alat : lembar bali dan leaflet

3. Waktu dan tempat : Sabtu, 15 April 2017 dirumah Ny. W

E. Kriteria Evaluasi

1. Kriteria Struktur

Tempat dan media serta alat penyuluhan sesuai rencana

2. Kriteria Proses

a. Waktu yang direncanakan sesuai pelaksanaan

b. Ny. W dan keluarga berpartisipasi aktif selama diskusi

c. Ny. W dan keluarga antusias mendengarkan penjelasan mahasiswa

3. Kriteria Hasil

a. Ny. W dan keluarga dapat menyebutkan cara perawatan kaki bagi

penderita diabetes melitus


186

LAMPIRAN MATERI

PERAWATAN KAKI DAN KUKU KAKI

1. Manfaat perawatan kaki

Supaya tidak terjadinya gangguan peredaran darah dan kerusakan

syaraf yang dapat menyebabkan berkurangnya sensitivitas terhadap rasa

sakit, sehingga mudah mengalami cedera tanpa disadari (Hidayat, Anas,

2014).

2. Cara perawatan kaki bagi penderita diabetes, yaitu:

a. Memeriksa kaki setiap hari: mengamati adanya luka, lecet, bintik

kemerahan, pemebngkakan atau masalah kuku. Gunakan kaca untuk

memeriksakan bagian dasar kaki. Laporkan ke dokter jika terdapat

masalah

b. Cuci kaki dengan air hangat. Menyiapkan air hangat: uji air hangat

menggunakan siku untuk mencegah cedera

c. Cuci kaki dengan sabun lembut (sabu bayi atau sabun cair) untuk

menghindari cedera ketika menyabun

d. Keringkan kaki dengan handuk bersih, lembut. Keringkan sela-sela jari

kaki, teruma sela jari ke 3-4, ke 4-5

e. Oleskan lotion/ pelembab pada semua permukaan kulit kaki untuk

menghindari kulit kering dan pecah-pecah


187

f. Jangan gunakan lotion disela-sela jari kaki karena akan meningkatkan

kelembapan dan akan menjadi media yang media yang baik untuk

berkembangnya mikroorganisme/ jamur. (American College of Foot

and Ankle Surgeons, 2004)

3. Cara perawatan kuku kaki

a. Potong dan rawat kuku secara teratur. Bersihkan kuku setiap hari pada

waktu mandi

b. Gunting kuku kaki harus mengikuti bentuk normal jari kaki. Tidak

terlalu pendek atau terlalu dekat dengan kulit, kemudian kikir agar

tidak tajam

c. Hindarkan luka pada jaringan sekitar kuku. Bila kuku keras, sulit di

potong maka rendam kaki dengan air hangat selama 5 menit

4. Cara lain dalam melakukan perawatan kaki, antara lain:

a. Jangan berjalan tanpa alas kaki

b. Usahakan kaki selalu dalam keadaan hangat dan kering. Untuk itu

gunakan kaos kaki dari bahan katun dan sepatu dari bahan kulit.

Jangan lupa untuk mengganti kaos kaki dan sepatu setiap hari

c. Jangan memakai sepatu dan kaos kaki kekecilan dan periksa sepatu

setiap akan dipakai

d. Setiap kaki merasa dingin, gunakan kaos kaki, jangan merendam kaki

dengan panas

(Smeltzer, 2010)
188

LAPORAN PENDAHULUAN

Kunjungan ke: 7 Hari/ tanggal: Senin/ 17 April 2017

A. Pendahuluan

1. Latar belakang

Pada pertemuan sebelumnya telah dilakukan intervensi

mengenai penjelasan tentang perawatan kaki untuk penderita diabetes

melitus. Dari hasil diskusi yang sudah dilakukan sebelumnya keluarga

Ny. W telah memahami perawatan kaki bagi penderita penyakit

diabetes melitus. Implementasi dilanjutkan dengan memberikan

penyuluhan tentang senam kaki bagi penderita diabetes melitus.

2. Data yang perlu dikaji lebih lanjut

a. Perilaku yang berkontribusi menjadi konflik dalam keluarga

B. Masalah Keperawatan

Ketidakefektifan manajemen pengobatan keluarga (diabetes melitus)

C. Proses Keperawatan

1. Diagnosa keperawatan keluarga

Ketidakefektifan manajemen pengobatan keluarga (diabetes melitus)

2. Rencana tindakan
189

1) Bekerjasama dengan keluarga untuk mengidentifikasi perilaku

yang berkontribusi menjadi konflik dalam keluarga dan membantu

mereka mengidentifikasi perilaku alternatif

- Mendemonstrasikan senam kaki DM sebagai salah satu

alternatif olah raga untuk pasien DM

D. Implementasi Tindakan Keperawatan

1. Metode : ceramah, tanya jawab dan diskusi

2. Media dan alat : lembar balik dan leaflet

3. Waktu dan tempat : Senin/ 17 April 2017 di rumah Ny. W

E. Kriteria Evaluasi

1. Kriteria Struktur:

Tempat dan media serta alat penyuluhan sesuai rencana

2. Kriteria Proses

a. Waktu yang direncanakan sesuai pelaksanaan

b. Ny. W dan keluarga berpartisipasi aktif selama diskusi

c. Ny. W dan keluarga antusias mendengarkan penjelasan mahasiswa

3. Kriteria Hasil

a. Ny. W dan keluarga dapat menyebutkan cara senam kaki bagi

penderita DM

b. Ny. W dan keluarga dapat mempraktekkan cara senam kaki DM


190

LAMPIRAN MATERI

SENAM KAKI DIABETES MELITUS

1. Pengertian

Senam kaki diabetes adalah suatu kegiatan atau latihan yang

dilakukan oeh pasien diabetes melitus untuk mencegah terjadinya luka dan

membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki.

2. Persiapan Alat

a. Kursi

b. Selembar koran/ kertas

3. Langkah- Langkah Senam

Kaki

1. Posisikan pasien duduk tegak

diatas bangku dengan kaki

menyentuh lantai
191

2. Letakkan tumit dilantai, jari-jari kedua belah kaki diluruskan keatas

lalu dibengkokan kembali ke bawah seperti cakar ayam sebanyak 10

kali

3. Dengan meletakkan tumit salah

satu kaki dilantai, angkat telapak

kaki keatas. Pada kaki

lainnya, jari-jari kaki diletakkan dilantai dengan tumit kaki diangkat

keatas. Cara ini dilakukan bersamaan pada kaki kiri dan kanan secara

bergantian dan diulangi sebanyak 10 kali

4. Tumit kaki diletakkan dilantai. Bagian ujung kaki diangkat keatas dan

buat gerakan memutar dengan pergerakan pada pergelangan kaki

sebanyak 10 kali
192

5. Jari-jari kaki diletakkan diletakak dilantai. Tumit diangkat dan dibuat

gerakan memutar dengan pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak

10 kali

6. Angkat salah satu lutut kaki,

dan luruskan. Gerakan jari-jari kedepan kemudian turunkan kembali

secara bergantian kekiri dan kekanan. Ulangi sebanyak 10 kali

7. Luruskan salah satu kaki diatas lantai kemudian angkat kaki tersebut

dan gerakkan ujung jari kaki ke arah wajah lalu turunkan kembali ke

lantai. Ulangi sebanyak 10 kali


193

8. Angkat kedua kaki lalu luruskan, ulangi sama seperti langkah ke 7

namun gunakan kedua kaki kanan dan kiri secara bersamaan. Ulangi

gerakan tersebut sebanyak 10 kali

9. Angkat kedua kaki dan luruskan, pertahankan posisi tersebut.

Kemudian gerakan pergelangan kaki kedepan dan kebelakang

10. Selanjutnya luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada

pergelangan kaki, tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga

10 lakukan secara bergantian

11. Letakkan sehelai koran dilantai

e. Bentuk kertas itu menjadi sebuah bola dengan kedua belah kaki,

kemudian buka bola itu menjadi lembaran seperti semula

menggunakan kedua belah kaki

f. Robek menjadi dua bagian, pisahkan kedua bagian koran sebagian

koran disobek-sobek menjadi kecil-kecil dengan kedua kaki

g. Pindahkan kumpulan sobekan sobekan tersebut dengan kedua kaki

lalu letakkan sobekn kerta pada bagian kertas yang utuh

h. Bungkus semuanya dengan kedua kaki menjadi bentuk bola


194

(Hidayat, Anas, 2014)

LAPORAN PENDAHULUAN

Kunjungan ke: 8 Hari/ tanggal: Selasa/ 18 April 2019

A. Pendahuluan

1. Latar belakang

Pada pertemuan sebelumnya telah dilakukan intervensi

mengenai kerjasama dengan keluarga untuk mengidentifikasi perilaku

yang berkontribusi menjadi konflik dalam keluarga dan alternatif

dalam pemecahan konflik tersebut yaitu mengganti olahraga dengan

latihan senam kaki DM. Pada pertemuan ini implementasi akan

dilanjutkan dengan melakukan kerjasama dengan anggota keluarga

untuk mengembangkan aktivitas sehari-hari yang mengatur regimen

pengobatan. Data yang perlu dikaji lebih lanjut

a. Aktifitas sehari-hari yang mengatur regimen pengobatan yang

sesuai dengan gaya hidup

B. Masalah Keperawatan

Ketidakefektifan manajemen pengobatan keluarga (Diabetes Melitus).


195

C. Proses Keperawatan

1. Diagnosa keperawatan keluarga

Ketidakefektifan manajemen pengobatan keluarga (diabetes melitus)

2. Rencana tindakan

a) Bekerjasama dengan anggota keluarga untuk mengembangkan

aktifitas sehari-hari yang mengatur regimen pengobatan yang

sesuai dengan gaya hidup

 Membuat jadwal kegiatan harian

D. Implementasi Tindakan Keperawatan

1. Metode : Ceramah, tanya jawab dan diskusi

2. Media dan alat : booklet

3. Waktu dan tempat : Selasa/ 18 April 2017

E. Kriteria Hasil

1. Kriteria struktur

Tempat dan media serta alat penyuluhan sesuai rencana

2. Kriteria proses

a. Waktu yang direncanakan sesuai pelaksanaan

b. Ny. W dan keluarga berpartisipasi aktif selama diskusi

c. Ny. W dan keluarga antusias mendengarkan penjelasan mahasiswa

3. Kriteria hasil

a. Ny. W dan keluarga menyetujui jadwal kegiatan yang telah dibuat


196

LAPORAN PENDAHULUAN

Kunjungan ke: 9 Hari/ tanggal: Rabu/ 19 April 2017

A. Pendahuluan

a. Latar belakang

Peran perawat untuk mengurangi faktor resiko yang berfokus

pada tindaka yang dapat meningkatkan kesehatan pada semua anggota

keluarga. Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan terdepan

dalam meningkatkan derajat kesehatan komunitas, salah satu fungsi

keluarga adalah sebagai pelaksana, fungsi perawatan keluarga dan

peningkatan kesehatan. Untuk memperoleh semua itu perawat keluarga

harus memberikan pengetahuan kepada keluarga tentang masalah

kesehatan yang terjadi pada keluarga.

Pada pertemuan sebelumnya telah dilakukan intervensi

penjelasan pengertian, tanda gejala, akibat lanjut, cara perawatan untuk

penderita diabetes melitus serta senam kaki diabetes. Dari hasil diskusi

yang sudah dilakukan sebelumnya keluarga Ny. W secara umum telah


197

memahami, sehingga keluarga sudah dapat mengenal masalah

kesehatan yang dialami anggota keluarga. Implementasi dilanjutkan

dengan mengarahkan keluarga untuk mengikuti penyuluhan dimasa

yang akan datang.

b. Masalah Keperawatan

Ketidakefektifan manajemen pengobatan keluarga (diabetes melitus)

B. Proses Keperawatan

a. Diagnosa keperawatan

Ketidakefektifan manajemen pengobatan keluarga (diabetes melitus)

b. Rencana tindakan

a) Arahkan anggota keluarga ke agensi yang sesuai bila dibutuhkan

b) Membantu keluarga merencanakan untuk mengikuti penyuluhan

mengenai penyakit untuk masa yang akan datang

C. Implementasi Tindakan Keperawatan

a. Metode : Ceramah, tanya jawab dan diskusi

b. Media dan alat :-

c. Waktu dan tempat : Rabu/ 19 April 2016 dirumah Ny. W

D. Kriteria Evaluasi

a. Kriteria struktur

Tempat dan media serta alat penyuluhan sesuai rencana

b. Kriteria proses

Waktu yang direncanakan sesuai rencana, Ny. W berpartisipasi aktif

selama penyuluhan, Ny. W tidak meninggalkan tempat selama

penyuluhan
198

c. Kriteria hasil

Ny. W bersedia mengikuti penyuluhan mengenai penyakit untuk masa

yang akan datang.

LEMBAR PEMERIKSAAN SKOR DNE

(DIABETIC NEUROPATHY EXAMINATION)

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tanggal :

Usia : No. Penelitian :

Jenis Kelamin :

Alamat :

No. Pertanyaan DNS (Diabetic Neuropathy Ada Tidak Skor

Examination)

1 Kekuatan otot quadriceps femoris

2 Kekuatan otot tibialis anterior

3 Reflex tendon achiles

4 Sensitivitas jari telunjuk terhadap tusukan


jarum

5 Sensitivitas ibu jari terhadap tusukan jarum

6 Sensitivitas ibu jari ibu jari kaki terhadap


sentuhan raba

7 Sensitivitas ibu jari kaki terhadap persepsi


199

8 Sensitivitas ibu jari terhadap perubahan


posisi sendi

Jumlah skor

Lampiran 16
DOKUMENTASI
200
201
202
203
204
205

CURICULUM VITAE

Nama : Ritta Farma


Tempat / Tanggal Lahir : Solok, 18 Desember 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Kawin
Alamat : Sungai Barameh Nagari Lubuk Gadang Selatan
Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan
Nama Orang Tua
Ayah : Abdul Muis
Ibu : Delyusni
Alamat : Sungai Barameh Nagari Lunuk Gadang Selatan
Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan
206

Riwayat pendidikan

a. SDN 13 Simpang Rumbio Solok 1999-2000


b. SDN 14 Padang Aro 2000-2005
c. SMPN 3 Solok Selatan 2005-2008
d. SMAN 3 Solok Selatan 2008-2011
e. S1 Keperawatan Unand 2011-2015
f. Ners Keperawatan Unand 2015-Sekarang

Anda mungkin juga menyukai