Anda di halaman 1dari 114

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PADA NY. R.

DENGAN
HIPERTENSI DI KELURAHAN BAH KAPUL KOTA
PEMATANGSIANTAR TAHUN 2022

LAPORAN TUGAS AKHIR

Mina Uliarta Aritonang, S.Kep


NPM: 21.14.052

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI

FAKULTAS KEPERAWATAN

INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA DELITUA

TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PADA NY. R DENGAN


HIPERTENSI DI KELURAHAN BAH KAPUL KOTA
PEMATANGSIANTAR TAHUN 2022

Laporan Tugas Akhir (LTA) Ini Telah Diperiksa Dan Disetujui Oleh Dosen
Pembimbing Untuk Diseminarkan Dihadapan Peserta Seminar Program
Studi Pendidikan Profesi Ners Program Profesi Fakultas Keperawatan
Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua Tahun 2022

OLEH :

Mina Uliarta Aritonang, S.Kep


NPM: 21.14.052

Mengetahui,
Dosen Pembimbing Laporan Tugas Akhir

Ns. Rostiodertina Girsang, M.Kep


NPP: 19820225.200505.1.002

Ketua Program Studi Pendidikan Ners Program Profesi

Ns. Rostiodertina Girsang, M.Kep


NPP: 19820225.200505.1.002
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, ats segala
kasih dan rahmat Nya yang senantiasa menyertai dalam penyelesaian studi kasus
dengan judul “Asuhan Keperawatan Lansia Pada Ny. R Dengan Hipertensi Di
Kelurahan Bah Kapul Kota Pematangsiantar Tahun 2022”

Selama proses penulisan karya tulis ilmiah, penulis mendapat bimbingan


dan dukungan dari berbagai pihak. Maka perkenankan pada saat ini penulis
menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Terulin Sembiring Meliala Am.Keb, SKM, M.Kes selaku Ketua
Yayasan Rumah Sakit Umum Sembiring Delitua.
2. Drs. Johannes Sembiring, M.Pd, M. Kes, selaku Rektor Institut
Kesehatan Deli Husada Delitua.
3. Ns.Megawati Sinambela, S.Kep,M.Kes, selaku Dekan Fakultas
Keperawatan Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua.
4. Ns.Rostiodertina Girsang, M.Kep selaku Wakil Dekan Fakultas
Keperawatan Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua.
5. Ns.Meta Rosaulina,M.Kep selaku Ketua Program Studi
Keperawatan Fakultas Keperawatan Institut Kesehatan Deli Husada
Deli Tua

6. Ns.Rostiodertina Girsang, M.Kep selaku Koordinator Program


Studi Profesi Ners Institut Kesehatan Deli Husada Delitua.

7. Ns.Rostiodertina Girsang, M.Kep selaku sebagai pembimbing saya


dalam menhyusun laporan tugas akhir ini

8. Jaya Kesuma, SH selaku Lurah Bah Kapul yang telah memberikan


izin bagi peneliti untuk melakukan penelitian di Kelurahan Bah
Kapul
9. Ucapan terimakasih yang teristimewa kepada kedua orang tua saya,

ayah saya Rasman Aritonang, dan ibu saya Rosnita Saragih serta
kepada saudara saya yang selalu memberikan dukungan moril dan

materil dan doa yang tiada hentinya kepada saya penulis selama

melaksanakan pendidikan hingga selesai, yang telah berjuang untuk

membiayai saya dalam kuliah tiada kata yang dapat terucap semoga

ayah dan Ibu Selalu Dalam Lindungan Tuhan

10. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
baik secara langsung maupun tidak tidak langsung yang
memberikan bantuan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan kti ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan, baik dari isi maupun teknik penulisan. Untuk itu dengan segala
kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
kesempurnaan tulisan ini.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga karya ilmiah akhir
Ners ini dapat membawa manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan.

Deli Tua, 09 Mei 2022

Mina Uliarta Aritonang, S.Kep


DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya

140 mmHg atau tekanan diastoliknya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko

tinggi menderita penyakit jatung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti

penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin

besar resikonya. (Sylvia A.price, 2015). Hipertensi pada lansia yaitu hipertensi

sistolik terisolasi (HST),meningkatnya tekanan sistolik menyebabkan besarnya

kemungkinan timbulnya kejadian stroke dan infark miokard walaupun tekanan

diastoliknya dalam batas normal (isolated systolic hypertension) (Siti

Widyaningrum, 2012). Hipertensi yaitu suatu gejala penyakit degenerative

kardiovaskuler yang banyak di alami oleh lansia dan belum di ketahui dengan

pasti apa itu penyebabnya. Fenomena yang terjadi dikalangan masyarakat yaitu

masyarakat menganggap penyakit hipertensi disebabkan karena sering marah dan

banyak mengkonsumsi garam berlebihan. Masyarakat percaya bahwa hanya

dengan memakan mentimun saja penyakit hipertensi akan atau sembuh tanpa

harus kontrol kedokter dan minum obat sesuai dengan anjuran dokter (Tatik

Mulyati, 2014).

Data World Health Organizatio (WHO) pada tahun 2019 hipertensi terjadi

pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-

64 tahun (52,2%). Dari prevelensi darah tinggi sebesar 34,1% diketahui sebesar

8,8% terdiagnosis hipertensi dan 13,3% orang yang terdiagnosi tida minum obat

serta 32,3% tidak rutin minum obat. Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018,
terdapat prevelensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia

>18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan

terendah di Papua sebesar (22,2%). Estimasi jumlah kasus darah tinggi di

Indonesia

sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka kematian di Idonesia akibat darah

tinggi sebesar 427.218 kematian. Jawa Timur persentase pada tahun 2018

penderita hipertensi perempuan lebih banyak sebesar 60,4% sedangkan laki-laki

sebesar 39,6%. Berdasarkan data yang didapatkan pencapaian penderita hipertensi

atau darah tinggi di Lumajang pada tahun 2016 sebesar 20.578 penderita atau

9.55%.

Sebenarnya, hipertensi dibedakan menjadi dua penyebabnya. Pertama,

hipertensi primer yang belum di ketahui penyebabnya. Kedua, hipertensi sekunder

adalah hipertensi yang diakibatkan penyakit lain. Namun, beberapa factor

eksternal, semisal kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas

olahraga), stress, alkohol, atau garam dalam makanan bisa memicu terjadinya

hipertensi pada orang yang memiliki kepekaan menurun (M. Adib, 2012) . Selain

itu, stress cenderung

menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu. Resiko terjadinya

darah tinggi akan meningkat seiring bertambahnya usia yang berkisar 2 dari 3

orang berusia 75 tahun akan di prediksi mengidap darah tinggi. Darah tinggi pada

lansia berkaitan dengan penuaan. Karena, tubuh akan mulai menyusut disebabkan

berkurangnya jumlah sel-sel yang ada dalam tubuh yang berakibat tubuh bisa

mengalami penurunan fungsi secara perlahan. Proses penuaan ini menimbulkan


berbagai penyakit. Penyakit ini disebabkan oleh organ-organ tubuh yang

mengalami proses penuaan dan penurunan fungsi. Karena itulah menjadi rentan

terhadap timbulnya penyakit degenerative salah satunya yaitu hipertensi. Semakin

umur seseorang, tekanan darah semakin bertambah. Lansia dengan darah tinggi

tetap berisiko mendapati komplikasi yaitu stroke, penyakit jantung, kerusakan

ginjal, diabetes dan penyakit yang berbahaya lainnya.

Darah tinggi perlu dideteksi sejak dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan

darah secara berkala, sehingga peran perawat sangat dibutuhkan untuk mencegah

terjadinya komplikasi dan kekambuhan yang lebih lanjut. Adapun peran perawat

dalam memberikan asuhan keperawatan dan mencegah kekambuhan serta

komplikasi penyakit hipertensi melalui upaya promotif yaitu melalui program

promosi kesehatan seperti penyuluhan yang dilakukan di posyandu lansia. Upaya

preventif yang dapat dilakukan oleh perawat yaitu menyarankan agar menjaga

pola makan seperti mengurangi garam berlebihan, berhenti minum alcohol,

merokok, menghindari setres berat. Upaya kuratif seperti menganjurkan keluarga

untuk berobat ke pukesmas dan minum obat antihipertensi secara teratur

(Rusdinah, 2017). Jika penderita hipertensi diberikan obat oral, peran perawat

yaitu diberikan sesuai dosis dan menjadwalkan pasien untuk minum obat secara

teratur.

1.2 Rumusan Masalah

Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan penyakit ini maka penulis akan

melakukan kajian lebih lanjut dengan melakukan asuhan keperawatan Hipertensi

dengan membuat rumusan masalah sebagai berikut “Bagaimanakah Asuhan


Keperawatan Lansia Pada Ny. R Dengan Hipertensi Di Kelurahan Bah Kapul

Kota Pematangsiantar Tahun 2022”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengidentifikasi asuhan keperawatan Lansia Asuhan Keperawatan Lansia

Pada Ny. R Dengan Hipertensi Di Kelurahan Bah Kapul Kota Pematangsiantar.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada


klien dengan hipertensi
2. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa keperawatan pada klien dengan
hipertensi
3. Mahasiswa mampu menentukan intervensi keperawatan pada klien
dengan hipertensi
4. Mahasiswa mampu melakukan implementasi pada klien dengan
hipertensi
5. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan
hipertensi
6. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien
dengan hipertensi
1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi penulis

Menambah wawasan dalam melaksanakan praktik keperawatan medikal


bedah yang dapat dipakai sebagai acuan dalam bekerja.
1.4.2 Bagi pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan

Diharapkan dapat menjadi bahan /referensi bagi perpustakaan dan


pedoman atau acuan bagi peneliti selanjutnya.
1.4.3 Bagi masyarakat

Dapat diterapkan dalam keluarga atau sebagai bahan penyuluhan Kesehatan


kepada masyarakat

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Hipertensi
2.1.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya

140 mmHg atau tekanan diastoliknya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko

tinggi menderita penyakit jatung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti

penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin

besar resikonya. (Sylvia A.price, 2015).

Hipertensi pada lansia yaitu hipertensi sistolik terisolasi (HST),

meningkatnya tekanan sistolik menyebabkan besarnya kemungkinan timbulnya

kejadian stroke dan infark miokard walaupun tekanan diastoliknya dalam batas

normal (isolated systolic hypertension) (Siti Widyaningrum, 2012).

2.1.2 Etiologi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi di bagi menjadi dua golongan:

a. Hipertensi Primer (Esensial)

Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya.

Faktor yang mempengaruhinya yaitu: genetic, lingkungan, hiperaktifitas

saraf simpatis sistem rennin. Angiotensin dan peningkatan Na + Ca

intraseluler. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko: obesitas, merokok,


alcohol dan polisetamia (Nurarif& Kusuma, 2015). Seiring dengan

bertambahnya usia, elastisitas dinding pembuluh darah semakin menurun.

Demikian pula dengan jenis kelamin, laki-laki memiliki resiko hipertensi

di bandingkan pada wanita. Hal ini berkaitan dengan adanya hormone

estrogen pada wanita yang berkontribusi pada kelenturan pembuluh darah.

Penurunan produksi hormone estrogen pada usia menoupose membuat

resiko pada wanita juga meningkat. (Yasmara, Deni dkk, 2016)

b. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder merupakan dampak dari penyakit tertentu. Angka

kejadiannya berkisar antara 10-20% saja. Beberapa kelainan yang dapat

menimbulkan hipertensi sekunder:

1) Glomerulosnefritisakut. Hipertensi terjadi secara tiba-tiba dan

memburuk dengan cepat.

2) Sindromnefrotik. Penyakit ini bersifat lambat dan menimbulkan

gejala klinis sindrom nefrotik seperti proteinuria berat,

hippoproteinemia, dan edema yang berat.

3) Pielonefritis. Peradangan pada ginjal ini sering disertai dengan

kelainan struktur bawaan ginjal atau juga pada batu ginjal.

4) KimmeltStiel-Wilson. Penyakit pada ginjal ini merupakan

komplikasi dari penyakit diabetes militus yang berlangsung lama.

5) Hipertensirenovaskular. Hipertensi ini disebabkan oleh adanya lesi

pada arteri renalis. (Yasmara, Deni dkk, 2016).

Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas:

a) Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar 140


mmHg dan / atau tekanan diastolic sama atau lebih besar dari 90

mmHg.

b) Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar

dari 160 mmHg dan tekanan diastoliknya lebih rendah dari 90

mmHg.

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya

perubahan-perubahan pada:

1. Elastisitas dinding aorta menurun.

2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku

3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah

berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun

menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah hal ini terjadi karena kurangnya

efektifitas pembuluh darah perier untuk oksigenasi.

5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan yaitu:

Tabel 2.1 Derajat hipertensi

No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik(mmHg)


1 Optimal <120 <80
2 Normal 120-129 80-84
3 High Normal 130-139 85-89
4 Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140-159
Grade 2 (sedang) 160-179
Grade 3 (berat) 180-209 100-119
Grade 4 (sangatberat) >210 >120
(Nurarif& Kusuma, 2015)

Faktor resiko dan target organ penderita hipertensi


Tabel 2.2 Faktor Resiko dan target organ penderita hipertensi

Factor resiko Target organ yang dapat mengalami


kerusakan

Perokok Penyakit jantung (angina, gagal


jantung)

Dislepedemia Stroke

Diabetes Nefropati

Usia > 60 tahun Retinopati

Jenis kelamin: pria dan


wanita
pascamenopouse

Riwayat penderita (yang


memiliki Riwayat penyakit
jantung). Wanita <65 tahun, pria
<55 tahun.

(Syamsudin, 2011)

2.1.3 Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi:

 .Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan

peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter

yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah

terdiagnosa jika tekanan arteri tidak berukuran.

 Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi

meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan


gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari

pertolongan medis.

Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu:

a. Mengeluh sakit kepala, pusing

b. Lemas, kelelahan

c. Sesak nafas

d. Gelisah

e. Mual, muntah

f. Epistaksis

g. Kesadaran menurun (Nurarif& Kusuma, 2015)

2.1.4 Klasifikasi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi juga dapat diklasifikasikan menjadi

hipertensi primer dan hipertensi sekunder.

 Hipertensi primer

Hipertensi primer atau hipertensi esensial ini merupakan jenis hipertensi

yang tidak di ketahui penyebabnya. Ini merupakan jenis hipertansi yang paling

banyak yaitu 90-95% dari insidensi hipertensi secara keseluruhan. Hipertensi

primer ini sering tidak disertai dengan gejala dan biasanya gejala baru muncul saat

hipertensi sudah berat atau sudah menimbulkan komplikasi. Hal inilah yang

kemudian menyebabkan hipertensi dijuluki sebagai silent killer.

 Hipertensi sekunder

Jumlah hipertensi sekunder hanya sekitar 5-10% dari kejadian hipertensi

secara keseluruhan. Hipertensi jenis ini merupakan dampak sekunder dari


penyakit tertentu. Berbagai kondisi yang dapat menyebabkan hipertensi antara

lain penyempitan arteri renalis, penyakit parenkim ginjal, hiperardosteron maupun

kehamilan. Selain itu, obat-obatan tertentu juga bisa menjadi pemicu hipertensi

sekunder

Hipertensi primer maupun sekunder memiliki potensial untuk menjadi

hipertensi berat atau dengan pula sebagai krisis hipertensi. Angka kejadian krisi

hipertensi diAmerika berkisar 2-7% pada populasi penderita hipertensi yang tidak

melakukan pengobatan secara teratur. Sedangkan seiring perbaikan penanganan

yang dilakukan, angka kejadiannya menurun hingga tinggal 1% saja. Sayangnya

kejadian krisis hipertensi di Indonesia hingga saat ini masih belum ada laporan

mengenai hal tersebut. (Yasmara, Deni dkk, 2016).

2.1.5 Patofisiologi

Tekanan darah merupakan hasil interaksi antara curah jantung (cardiac out

put) dan derajat dilatasi kontruksi arteriola (resistensi vascular sistemik).Tekanan

darah arteri dikontrol dalam waktu singkat oleh baroreseptor arteri yang

mendeteksi perubahan tekanan pada arteri utama, dan kemudian melalui

mekanisme umpan balik hormonal menimbulkan berbagai variasi respons tubuh

seperti frekuensi denyut jantung, kontraksi otot jatung, kontraksi otot polos pada

pembuluh darah dengan tujuan mempertahankan tekanan darah dalam batas

normal. Baroreseptor dalam komponen kardiovaskuler tekanan rendah, seperti

vena, atrium dan sirkulasi pulmonary, memainkan peranan penting dalam

pengaturan hormonal volume vascular. Penderita hipertensi dipastikan mengalami


peningkatan salah satu atau kedua komponenini, yakni curah jantung dan atau

resistensi vascular sistematik. (Yasmara, Deni dkk, 2016).

Saat hipertensi bertambah berat dan jantung mulai mengalami pembesaran,

curah jantung mengalami penurunan secara progresif meskipun belum terdapat

tanda-tanda gagal jantung. Hal ini disebabkan resistensi perifer semakin tinggi

dan kecepatan ejeksi ventrikel kiri semakin menurun penurunan curah

jantung ini akan menyebabkan gangguan perfusi ke organ tubuh, terutama ginjal.

Kondisi ini berdampak penurunan volume ekstrasel dan perfusi ginjal ini akan

mengaktivasi system rennin angiostensin. Renin yangdikeluarkan oleh ginjal ini

akan merangsang angiotensinogen untuk mengeluarkan angiotensionogen I (AI)

yang bersifat vasokonstriktor lemah. Adanya angiotensin I pada peredaran darah

akan memicu pengeluaran angiotensin converting enzym (ACE) di endothelium

pembuluh paru. ACE ini kemudian akan mengubah angiotensin I menjadi

angiotensin II (AII) yang merupakan vasokonstriktor kuat sehingga berpengaruh

pada sirkulasi tubuh secara keseluruhan. Selain sebagai vasokonstriktor kuat, AII

memiliki efek lain yang pada akhirnya meningkatkan tekanan darah. Dampak

yang timbul oleh AII antara lain hipertrofi jantung dan pembuluh darah, stimulasi

rasa haus, memicu produksi oldesteron dan anti-diuretic hormone (ADH)

(Yasmara, Deni dkk, 2016)

Rennin diekskresikan sebagai respons tubuh terhadap beberapa kondisi

diantaranya stimulasi system saraf simpatik, hipotensi, dan penurunan asupan

natrium. Kemudian rennin akan menginduksikan angiotensinogen untuk berubah

menjadi angiotensi I (AI). Angiotensin converting enzyme (ACE) yang dihasilkan

oleh endothelium pembuluh darah paru mengubah AI menjadi angiotensin II


(AII). Peningkatan tekanan darah sebagai dampak dari adanya AII ini terjadi

melalui dua cara utama yaitu efek fasokontruksi dan perangsangan kelenjar

adrenal. Vasokontruktoryaitu AII menebabkan vasokontruksi baik pada arteriol

maupun vena. Kontruksi arteriol akan meningkat tahanan perifer sehingga

membutuhkan usaha jantung lebih besar dalam melakukan pemompaan.

sedangkan pada vena dampak , tetapi sudah mampu menimbulkan peningkatan

aliran balik darah vena ke jantung. Perangsangan kelenjar endokrin yaitu AII

merangsang kelenjar adrenal untuk mengeluarkan hormone aldosteron, hormone

inibekerja pada tubulus distal

nefron. Dampak dari keberadaan hormone aldesteron ini adalah peningkatan

penyerapan kembali air dan NACl oleh tubulus distal nefron. Hal ini akan

mengurangi pengeluaran garam dan air melalui ginjal. Kondisi ini membuat

volume darah meningkat yang diikuti pula dengan peningkatan tekanan darah.

Berat ringannya gejala hipertensi sendiri sangat di pengaruhi oleh seberapa

banyak dan seberapa vital organ yang terkena dampak dari penurunan perfusi

darah akibat tingginya resisitensi sistemik tersebut.

2.1.6 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan menggunakan obat-

obatan atau pun dengan memodifikasi gaya hidup. Sebagian besar pasien

memerlukan obat anti hipertensi eumur hidup dengan obat tunggal maupun

kombinasi lebih dari satu obat. Pedoman penatalaksanaan hipertensi sangat

diperlukan oleh para dokter untuk mencegah terjadinya komplikasi kardio-

serebrovaskuler (Yenny, 2016). Modifikasi gaya hidup dapat dilakukan dengan


membatasi asupan garam, menurunkan berat badan, menghindari minuman

berkafein, rokok dan minuman beralkohol. Olahraga juga di anjurkan bagi

penderita hipertensi (Soenarta, dkk., 2015)

2.1.6 Terapi non farmakologi

Terapi nonfarmakologi digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan

sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat.

 Terapi Diet

a. Mengurangi makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi

b. Retriksi garam secara moderat dari 10gr/hr menjadi 5gr/hr

c. Penurunan berat badan

d. Diet tinggi kalium

e. Makanan dan minuman dalam kaleng

f. Mengurangi konsumsi alcohol dan merokok (Depkes, 2014)

 Latihan fisik

Latihan fisik atau olahraga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk

penderita hipertensi seperti lari, jongging, bersepeda, berenang dan lain- lain.

Lama latihan berkisar 20-15 menit.

2.1.7 Terapi farmakologi

Obat-obatan anti hipertensi menurut Muttaqin. A (2012)

Dapat digunakan sebagai obat tunggal atau di campur dengan obat lain.

Klasifikasi obat hipertensi yaitu sebagai berikut:


a. Diuretic: diberikan dengan tujuan agar memacu aktivitas keluaran natrium

dan air melewati ginjal. Penggunaanya harus dilakukan secara ahti-hati

karena efek sampingnya bisa menyebabkan terjadinya hyponatremia dan

hipokalemia, seperti chlorthalidone lasix, Aldoctone, Drenium diuretic

b. Penghambat enzim mengubah angiotensin II atau inhibitor ACE

(Angiotensin Converting Enzym) nonfarmakologi meliputi:

c. Antagonis (penyekat) reseptor beta (B-Blocker), terutama penyekat

selektif, bekerja pada reseptor beta di jantung untuk menurunkan

kecepatan denyut dan curah jantung.

d. penyemburan darah oleh ventrikel. O bat ini berfungsi untuk memperbaiki

pengosongan ventrikel serta peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan

pengisian ventrikel kiri dapat di turunkan.Terapi vasodilator: obat-obatan

fasoaktif ini digunakan untuk mengurangi adanya tekanan terhadap

2.1.8 PemeriksaanPenunjang

1. PemeriksaanLaboratorium

 Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan

(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti:

hipokoagulabilitas, anemia.

 BUN / keratin: memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.

 Glucose: hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan

oleh pengeluaran kadar ketokolamin.

 Urinalisa: darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada

DM.

2. CTScan: mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati


3. EKG: dapatmenunjukanpolaregangan, dimana luas, peninggian

gelombang p adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi

4. IUP: mengindentifikasikan penyebab hipertensi seperti: batu ginjal,

perbaikan ginjal

5. Photo dada: menunjukkan destruksi kalsifikasi pada area katup,

pembesaran jantung (Nurarif& Kusuma, 2015).

2.1.9 Komplikasi

1) Stroke

Stroke dapat terjadi karena hemorogi akibat tekanan darah tinggi di otak,

atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak ang terpajan

tekanan tinggi. stroke dapat terjadi pada penyakit hipertensi kronis, apabila

arteri yang memperdarai otak mengalami hipertrofi dan penebalan.

2) Gagal jantung

Tekan darah yang tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat untuk

memompa darah. Kondisi ini berakibat otot jantung akan menebal dan

meregang sehingga daya pompa oto menurun. Pada akhirnya, terjadi

kegagalan kerja otot jantung (Yuli, 2018).

3) Gagal ginjal

Gagal ginjal bisa terjadi sebab kerusakan progresif akibat tekanan tinggi

pada kapiler glomerulus gijal. Denganrusaknya glomerulus, aliran darah

kenefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi kematian dan

hipoksik (Bianti Nuraini, 2015)

4) Enselopati
Terjadi, terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat

cepat dan berbahaya). Tekanan yang sangattinggi padakelainan ini

menyebabkan peningkatan kapiler dan mendorong cairan keruangan

intersistil di seluruh susunan saraf pusat (Aspiani, R.Y, 2014).

5) Kejang

Bisa terjadi pada wanita preeklamasia. Bayi yang lahir mungkin memiliki

berat badan yang kecil akibat perfusi plasenta yang tidak adekuat,

kemudian dapat mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu mengalami

kejang selama bisa juga sebelum persalinan (Aspiani, R.Y, 2014)

2.1.10 Dampak Masalah

Dampak ekonomi pengobatan hipertensi sebagai upaya penanggulangan

kondisi kesehatan yang berhubungan dengan obesitas dapat menyebabkan

peningkatan beban ekonomi pada system perawatan pengusaha keluarga individu

termasuk pada peningkatan biaya yang harus dikeluarkan untuk pengobatan

hipertensi.selain itu dampak juga dapat menyebabkan derajat Kesehatan sumber

daya menurun (Wulan sari, 2016)

2.2 Konsep Lansia

2.2.1 Pengertian Lansia

Menurut WHO, lansia menurut seseorang yang telah memasuki usia 60

tahun keatas. Lansia adalah kelompok umur pada manusia yangtelah memasuki

tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini
akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses

penuaan.Seseorang dikatakan lansia apabila berusia 60 tahun lebih, karena factor

tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani

maupun social (Nugroho, 2012).

2.2.2 Klasifikasi Lansia

Menurut Depkes RI (2013) klasifikasi lansia terdiri dari

 Pra lansia yaitu seseorang yang berusia 45-59 tahun

 Lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

 Lansia resiko tinggi adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

dengan masalah kesehatan

 Lansia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan

dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa

 Lansia tidak potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,

sehingga hidupnya tergantung pada bantuan orang lain

2.2.3 Ciri-Ciri Lansia

Menurut Depkes RI (2016), ciri-ciri lansia sebagai berikut:

 Lansia merupakan periode kemunduran

Kemunduran pada lansia sebagai datang dari factor fisik dan factor

psikologis sehingga memotivasi memiliki peran yang penting dalam

kemunduran pada lansia. Contohnya lansia yang memiliki motivasi yang

rendah dalam melakukan kegiatan, maka akan mempercepat proses

kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia yang mmiliki motivasi yang

tinggi, maka kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
 Lansia memiliki status kelompok minoritas

Kondisi ini sebagai akibat dari sikap social yang tidak menyenangkan

terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya

lansia yang lebih senang mempertahankan pendapatnya maka sikap social

di masyarakat menjadi negative, tetapi ada juga lansia yang mempunyai

tenggang rasa kepada orang lain sehingga sikap social masyarakat menjadi

positif.

 Menua membutuhkan perubahan peran

Perubaha peran pada lansia atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar

tekanan dari lingkungan. Cotohnya lansia menduduki jabatan social

dimasyarakat sebagai ketua RW, sebaiknya masyarakat tidak

meberhentikan lansia sebagai ketua RW karena usianya.

 Penyesuaian yang buruk pada lansia

Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung

mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan

benuk perilaku yang buruk. Akibat dari perlakuan yang buruk membuat

penyesuain diri lansia menjadi buruk pula. Misalnya lansia yang tinggal

bersama keluarga sering tidak dilibatkan untuk pengambilan keputusan

karena dianggap pola pikirnya kuno, kondisi inilah yang menyebabkan

lansia menarik diri dari lingkungan, cepat tersinggung dan bahkan

memiliki harga diri rendah.

 Perubahan Pada Lansia

Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara

degenerative yang akan terdampak pada perubahan-perubahan pada diri


manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, social

dan seksual (Azizah dan Lilik M, 2011).

2.2.3 Perubahan Fisik

1. Sistem Indra

Sistem pendengaran: prebiakusis (gangguan pada pendengaran) karena

hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama

terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas ,

sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.

2. Sistem Integument

Pada lansia kulit mengalami atrofi, kendur, tidak elastis kering dan

berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan

berbecak.kekringan kulit ini disebabkan atropi grandula sebasea dan

glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal

dengan liver spot.

3. Sistem Musculoskeletal

Perubahan system musculoskeletal pada lansia: jaringan penghubung

(kolagendan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi. Kolagen sebagai

pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat

mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur.

 Kartilago: jaringan kaertilago pada persendian menjadi lunak dan

mengalami granulasi, sehingga permukaan sendi menjadi rata.

Kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang

terjadi cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago pada

persendian menjadi rentan terhadap gesekan.


 Tulang: berkurangya kepadatan tulang setelah diamati adalah bagian dari

penuaan fisiologi, sehingga akan mengakibatkan osteoporosis dan lebih

lanjut akan mengakibatkan nyeri, deformatis dan fraktur.

 Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi, penurunan

jumlah dan ukuran serabut otot. Peningkatan jaringan lemak pada otot

mengakibatkan efek negative.

 Sendi: pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament

fasia mengalami penuaan elastisitas.

 Sistem Kardiovaskuler Masa jantung bertambah, vertikel kiri mengalami

hipertropi dan kemampuan peregangan jantung berkurang karena

perubahan pada jaringan ikat dan penumpukan lipofusin dan klasifikasi Sa

Nude dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat sistem

respirasi.

 Sistem Respirasi Pada penuaan terjadi perubahan jarinagn ikan parut,

kapasitas total paru tetap, tetapi volume cadangan paru bertambah untuk

mengompensasi Perubahan pada otot, kartilago dan sendi torak

mengakibatkan gerkan pernapasan terganggu dan kemampuan peregangan

toraks berkurang.

 Pencernaan dan Metabolism Perubahan yang terjadi pada system

pencernaan, seperti penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi yang

nyata karena kehilangan gigi, indra pengecap menurun, rasa lapar menurun

(kepekaan rasa lapar menurun), liver (hati) makin mengecil dan

menurunya tempat penyimpanan, dan berkurangnya aliran darah.


 Sistem Perkemihan Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang

signifikan. Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju

filtrasi, eksresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.

 Sistem Saraf Susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi

yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan

koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

 Sistem Reproduksi Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai denagn

menciutnya ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis

masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan

secara berangsur-angsur.

2.2.4 Perubahan Kognitif

 Daya Ingat, Ingatan (Memory) kenaikan ruang rugi paru, udara yang

mengalir ke paru bekurang.

 IQ (Intellegent Quocient)

 Kemampuan belajar (Learning)

 Kemampuan pemahaman (Comprehension)

 Pemecahan masalah (Problem solving)

 Pengambilan keputusan (Decission Making)

 Kebijaksanaan (Widsom)

 Kinerja (Performance)

 Motivasi (Motivation)

2.2.5 Perubahan Mental

Factor-faktor yang mempengaruhi perubahn mental :


a. Pertama-tama perubahan fisik, khusunya organ perasa

b. Kesehatan umum

c. Tingkat pendidikan

d. Keturunan (Hereditas)

e. Lingkungan

f. Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutuhan dan ketulian

g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan

h. Rangkain dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan

family

i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran

diri, perubahan konsep diri. Perubahan spiritual agama atau kepercayaan

dalam kehidupannya.

2.2.5 Perubahan Psikososial

 Kesepian

Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama

jika lansia megalami penuruan kesehatan, seperti menderita peyakit fisik

berat, gangguan mobilitas atau gangguan sesrik terutama pedengaran

 Duka Cita (Betrevement)

Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan

kesayangan dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh pada

lansia. Hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan fisik dan

kesehatan.

 Depresi
Duka cita yang berlaut akan meimbulkan perasaan kosong, lalu diikuti

dengan keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi suatu episde

depresi, depresi juga dapat disesbabkan karena stress lingkungan dan

menurunya kemapuan adaptasi.

 Gangguan cemas Dibagi dalam beberapa golngan: fobia, panic, gangguan

obsesif kompulsif, gangguan-gangguan tersebut merupakan kelanjutan

dari dewasa muda dan berhubungan degan skunder akibat penyakit medis,

depresi, efek samping obat, atau gejala penghetian mendadk dari suatu

obat.

 Parafreia

Suatu betuk skizofreia pada lansia, ditandai dega waham (curiga), lansia

serimg merasa tetangga mencuri barang-barang atau berniat

membutuhkannya. Biasanya terjadi pada lansia yang terisolasi/dislasi atau

menarik diri dengan sosial.

 Sidroma Diogenes

Suatu kelainan diamana lansia meunjukan penampilan perilaku sangat

megaggu. Rumah atau kama tidur bau karena lansia bermain-main degan

feses da urinnya, sering menumpuk barang dengan tidak teratur. Walaupun

telah dibersihkan, keadan tersebut dapat terulang kembali

2.3. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Lansia Hipertensi

2.3.1 Pengakjian

 Identitas
Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, alamat, tanggal MRS, Pendidikan

yang biasanya rentan terjadinya hipertensi dapat dilihat dari frekuensi responden

menurut paling banyak yaitu dengan urutan pertama SD, SMP, SMA dan paling

sedikit adalah perguruan tinggi. Artinya Sebagian responden berada dalam tingkat

pengetahuan sangat rendah yang hanya lulusan sekolah dasar, dikarenakan

keterbatasan masyarakat sekitar dalam masalah ekonomi yang sangat berpengaruh

terhadap Kesehatan. Pekerjaan yang paling rentan terjadi hipertensi yaitu IRT (Ibu

Rumah Tangga) dan petani. Dapat dikatakan bahwa hampir semua orang

mengalami setres dengan pekerjaan mereka karena dipengaruhi dengan tutuntunan

kerja dan beban kerja yang dapat memicu terjadinya hipertensi. Ibu rumah tangga

setiap harinya hanya mengurusi persoalan rumah banyak yang dipikirkan dan

menyebabkan kecemasan serta setress yang tinggi dibandingkan dengan ibu yang

bekerja (Galih, dkk. 2017).

Pada lansia yang berjenis kelamin perempuan lebih cenderung menderita

hipertensi dari pada laki-laki. Terdapat 43,7% subjek yang berjenis kelamin

perempuan lebih tinggi menderita hipertensi dari pada laki-laki. Karena, rata-rata

perempuan akan mengalami peningkatan resiko tekanan darah tinggi (hipertensi)

setelah menopause yaitu di usia diatas 45 tahun. Perempuan yang belum

menopause dilindungi oleh hormone estrogen yang berperan dalam meningkatkan

kadar High Density Lipoprotein (HDL) (Singgalingging, 2011).

 Keluhan utama

Sering terjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah

sakit kepala disertai rasa berat ditengkuk, sakit kepala berdenyut. Nyeri kadang-
kadang sulit dilokalisasi dan nyeri mungkin dirasakan sampai 30 menit tidak

hilang dengan istirahata dan minum obatan (Gede, 2011).

Menurut AHA (American Heart Association) penderita hipertensi bisa

memiliki tekanan darah tinggi selama bertahun- tahun tanpa merasakan gejala apa

pun. Sepertiga penderitahipertensi tidak menyadari bahwa dirinya memiliki

tekanan darah tinggi. Gejala mulai muncul ketika sudah ada tanda kerusakan

pembuluh darah. Dikatakan mengalami hipertensi saat hasil pembacaan tekanan

darahnya berada di atas ambang batas tensi normal 120/80 mmHg. Tekanan darah

tinggi tidak menyebabkan sakit kepala atau mimisan, kecuali pada kondisi darurat

atau tensi sangat tinggi.

 Riwayat kesehatan sekarang

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala.

Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, pusing, wajah kemerahan, pendarahan

dihidung dan kelelahan yang bisa terjadi pada penderita hipertensi. Jika

hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala sakit

kepala, kelelahan, sesak nafas, muntah, pandangan kabur, yang terjadinya karena

ada kerusakan pada otak, jantung, mata dan ginjal. Kadang penderita hipertensi

berat mengalami penurunan kesadaran bahkan koma (Cahyani, 2020).

 Riwayat kesehatan dahulu

Penderita hipertensi biasanya ditandai dengan menderita penyakit, diabetes

militus, penyakit ginjal, obesitas, ada riwayat merokok, hiperkolesterol,

penggunaan obat kontrasepsi oral dan penggunaan obat lainnya (Cahyani, 2020).

 Riwayat kesehatan keluarga


Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi. Faktor gen

berkaitan dengan metabolism pengaturan garam dan renin membrane sel. Orang

tua yang menderita hipertensi, 45% akan menurun kepada anaknya, sedangkan

hanya salah satu yang menderita hipertensi, 30% hipertensi akan menurun kepada

anaknya (Azizah, 2011)

 Riwayat pekerjaan

Status pekerjaan saat ini menjadi buruh tani (Cahyani, 2020)

 Riwayat lingkungan hidup

Jenis bangunan rumah (permanen, semi permanen, non- permanen) luas bangunan

rumah, jumlah orang yang tinggal dirumah, derajat privasi, tersedianya jamban

duduk, tersedianya handrail pada kamar mandi, tersedianya sandal antislip bagi

lansia, tersedianya kest antislip didepan kamar mandi, lantai kamar mandi terbuat

dari ubin, plesteran, tegel, tanah (Depkes, 2012).

 Riwayat rekreasi

Hobby atau minat, keanggotaan organisasi, liburan

 Sumber / sistem pendukung

Tidak pernah kontrol ke dokter atau fasilitas Kesehatan lainnya karena

terhalang oleh biaya (Yunita, 2014)

 Obat-obatan

Beberapa jenis obat-obatan tekanan darah tinggi ACE inhibitor yang

sering digunakan captopril, enalapril, ramipil, perindopril. Diberikan pada pasien

diatas 65 tahun. Obat diuretik seperti furosemide, torsemide, spironolactone

( Kevin Andrian, 2019).


 Nutrisi

Diet, pembatasan makanan minuman, Riwayat peningkatan / penurunan

berat badan, pola konsumsi makanan, masalah-masalah yang mempengaruhi

masukan makanan. Diet yang dianjurkan pada penderita hipertensi yaitu diet

DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertansion) diet yang dirancang untuk

menurunkan lonjakan tekanan darah. Diet ini menenkankan pada pola makan

rendah garam namun tetap mengandung nutrisi seimbang (Meva Nareza, 2020).

 Perilaku yang mempengaruhi kesehatan

 Gaya hidup yang kurang sehat merupakan factor resiko hipertensi yang

bisa kita ubah dengan kata lain, mengatur pola hidup sehat mengurangi

konsumsi natrium, lemak jenuh, alcohol berlebihan

 Kebiasaan merokok dapat meningkatkan tekanan jantung dan pembuluh

darah yang diakibatkan oleh zat kimia sehingga pembuluh darah

menyempit.

 Stress: stress yang dialami para lansia juga dapat menyebabkan timbulnya

hipertensi karena perubahan hormone pada tubuh saat sedang setress. Bila

tidak segera ditangani bisa mengalami hipertensi jangka Panjang bahkan

penyakit jantung yang berujung kematian. (Aditya, 2017).

 Riwayat psikososial

Rasa takut, gelisah dan cemas merupakan psikologis yang sering muncul

pada klien dan keluarga. Hal ini terjadi karena rasa sakit yang dirasakan sakit oleh

klien perubahan psikologis tersebut juga muncul akibat kurangnya pengetahuan

penyebab dan akibat dari hipertensi seperti stroke, jantung, gagal ginjal, dan

diabetes (Gede, 2011)


 Pemeriksaan fisik

o Umum

Inspeksi adanya kelelahan, perubahan nafsu makan, kesulitan tidur.

o Integumen

Inspeksi pada lansia terdapat perubahan kelembapan pada kulit (kering,

elastisitas kulit menurun) kulit menjadi tipis, ada perubahan warna rambut,

perubahan kuku.

o Hemopoetik

Tidak ada pendarahan, tidak ada pembengkakan kelenjar limfa, tidak ada

Riwayat tranfusi darah.

o Kepala

Inspeksi terdapat sakit kepala, pusing, tidak ada trauma pada masa lalu

o Mata

Inspeksi bentuk mata simetris, biasanya pada penderita hipertensi terdapat

adanya gangguan penglihatan, pupil isokor, konjungtiva anemis, pada

lansia juga bisa mengalami gangguan penglihatan seperti rabun jauh atau

rabun dekat.

o Telinga

Inspeksi bentuk telinga simetris kanan dan kiri, tidak terdapat kelainan,

tidak ada lesi, biasanya pada lansia mengalami gangguan pendengaran.

Palpasi tidak terdapat nyeri tekan.

o Hidung dan Sinus

Inspeksi bentuk hidung simetris, tidak ada lesi, tidak dijumpai kelainan,

apistaksis. Palpasi tidak ada nyeri tekan.


o Mulut dan Tenggorokan

Inspeksi bentuk mulut biasanya tidak simetris jika terjadi CVA, tidak ada

lesi, tidak ada kesulitan menelan.

 Leher

Inspeksi tidak ada benjolan. Palpasi terdapat kekakuan bagian belakang,

terdapat nyeri tekan pada bagian belakang.

 Payudara

Inspeksi tidak ada lesi, tidak keluar cairan dari putting susu. Palpasi tidak

ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.

 Sistem Pernafasan

Inspeksi tidak ada batuk, tidak ada sesak, tidak ada sputum, tidak ada

mengi. Auskultasi Sonor

 Sistem Kardiovaskular

Inspeksi tidak ada nyeri dada, tidak ada sesak, tidak ada edema palpasi

tidak ada nyeri tekan, vocal premitus kanan kiri sama, Auskultasi bunyi

jantung pekak

 Gastrointestinal

Inspeksi anoreksia, tidak toleran terhadap makan, hilangnya nafsu makan,

mual, muntah, perubahan berat badan, perubahan kelembapan kulit.

 Perkemihan

Inspeksi tidak ada edema pada pasien, inkotinensia urine.

 Genito Reproduksi wanita

Inspeksi: tidak ada lesi, riwayat mentruasi, riwayat menopause,

tidak ada penyakit kelamin. Palpasi tidak ada nyeri tekan pelvic.
 Muskuloskeletal

Inspeksi kelemahan, letih, ketidakmampuan mempertahankan

kebiasaan rutin, perubahan warna kulit, gerak tangan empati, otot

muka tegang (khususnya sekitar mata), gerakan fisik cepat.

 Sistem saraf pusat

Inspeksi terdapat sakit kepala, kejang, kaku kuduk, serangan jantung,

stroke, tremor.

 Sistem endokrin

Inspeksi pada pasien penderita hipertensi tidak ditemukan adanya

pembesaran pada kelenjar tiroid dan karotis.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

 Nyeri akut berhubungan dengan peningkatantekananvaskulerserebral dan

iskemia

 Keletihan berhubungan dengan tidak mampu mempertahankan rutinitas

yang biasanya

 Ketidakpatuhan berhubungan dengan ketidakadekuatan informasi

pengobatan

 Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber pengetahuan

(Nurarif& Kusuma, 2015)

2.3.3 Rencana Keperawatan

 Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral

dan iskemia
Table 2.3 Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
dan iskemia
Tujuan / kriteriahasil Intervensi Rasional

Setelah dilakukan Tindakan 1) lakukan 1) Variasi penampilan dan


keperawatan selama 2x perilaku klien karena
kunjungan diharapkan tekanan pengkajian nyeri nyeri yang terjadi
darah dalam batas normal secara sebagai temuan
dengan kriteria hasil sebagai komprehensif pengkajian
berikut: termasuk lokasi,
karakteristik,
1) Mampu mngontrol nyeri durasi, frekuensi,
(tahu penyebab nyeri, kualitas dan factor
mampu menggunakan presipitasi
Teknik nonfarmakologi 2) Observasi reaksi
untuk mengurangi nyeri) nonverbal dari
2) Melaporkan bahwa nyeri ketidaknyamanan
berkurang dengan 2) Nyeri berat dapat
menggunakan menyebabkan syok
manajemen nyeri kardiogenik yang
3) Mampu mengenalinyeri
(skala, intensitas, terdampak pada
frekuensi dan tanda
nyeri) 3) Ajarkan Teknik kematian yang
4) Menyatakan rasa dikstraksi dan mendadak
nyaman setelah nyeri relaksasi 3) Membantu dalam
berkurang penurunan
persepsi/respon nyeri
 Keletihan berhubungan dengan tidak mampu mempertahankan rutinitas

yang biasanya

Tujuan / Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Setelah dilakukan tindakan 1) Jelaskan 1) Untuk menambah


keperawatan selama 2x kunjungan pengetahuan pasien
diharapkan keletihan pada klien pentingnya tentang pentingnya
teratasi. Dengan kriteria hasil: melakukan menjaga aktifitas fisik
K: pasien mengetahui pentingnya aktifitas fisik/olah
aktifitas olah raga secara rutin raga secara teratur
A: pasien melaporka kelelahan 2) Anjurkan tirah 2) Untuk mengurasi resiko
baring terjadinya keletihan
P: pasien mendemonstrasikan 3) Ajarkan 3) Untuk mengatasi
strategi koping untuk mengurangi kelelahan
kelelahan kemampuan untuk
Pf: ttv dalam batas normal berkonsentrasi
4) Ajarkan strategi 4) Untuk memantau ttv
koping untuk pasien dan gambaran
mengurangi emosional
kelelahan
5) Monitor kelelahan
fisik dan
emosianal

Tabel 2.4 Keletihan berhubungan dengan tidak mampu mempertahankan

rutinitas yang biasanya


 Ketidakpatuhan berhubungan dengan ketidakadekuatan informasi

pengobatan

Tujuan / Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Setelah dilakukan tindakan 1) Informasikan 1) Untuk menambah


keperawatan selama 2x kunjungan program pengobatan pengetahuan klien
tingkat kepatuhan klien meningkat diet yang harus
dengan kriteria hasil: dijalani
1) Klien mampu 2) Informasikan
menjelaskan kembali manfaat yang
tentang pentingnya diperoleh jika teratur 2) Agar klien memahami
kepatuhan dalam menjalani tentang manfaat
pengobatan pengobatan diet pengobtan
2) Klien melaporkan 3) Anjurkan klien dan
keluarga melakukan
dapat menjalankan konsultasi,
pengobatan dengan kepelayanan
baik kesehatan 3) Agar klien dan
3) Perilaku melakukan keluarga mengerti
pengobatan membaik tentang penanganan
4) Resiko komplikasi 4) Libatkan keluarga masalah kesehatan
penyakit atau masalah untuk mendukung selanjutnya
kesehatan menurun programnpengobatan
yang dijalani
4) Untuk memotivasi agar
semangat melakukan
pengobatan
Tabel 2.5 Ketidakpatuhan berhubungan dengan ketidakadekuatan

informasi pengobatan

 Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber pengetahuan

Table 2.6 Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber

pengetahuan

Tujuan / kriteriahasil Intervensi Rasional


Setelah dilakukan Tindakan 1) Berikan penilaian 1) Mengidentifikasi secara
keperawatan selama 2x tentang tingkat verbal kesalah pahaman
kunjungan diharapkan pengetahuan pasien dan memberikan
pengetahuan pasien meningkat tentang proses penjelasan
dengan kriteria hasil sebagaai penyakit yang
berikut: spesifik
1) Pasien dan keluarga 2) Gambarkan tanda
menyatakan dan gejala yang
pemahaman biasa muncul pada 2) Memberikan kesempatan
tentangpenyakit, penyakit, dengan pada klien untuk
kondisi, prognosis dan cara yang tepat mencakup informasi dan
program pengobatan mengansumsi
2) Pasien dan keluarga control/partisipasi dalam
mampu menjelaskan 3) Gambarkan proses program rehabilitasi
Kembali apa yang penyakit, dengan 3) Untuk mengetahui
dijelaskan perawat/tim cara yang tepat penyakit sehingga klien
Kesehatan lainnya dapat memahami hal-hal
yang dapat dihindari dan
yang dilakukan
4) Memberikan tekanan
4) Indentifikasi
kemungkinan bahwa ini adalah masalah
yang tepat kesehatan berlanjut
dimana dukungan/bantuan
diperlukan setelah pulang

2.3.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah pengelolaan atau perwujudan

dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahan perencanaan

(setiadi, 2012).
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian kegiatan yang

dilakukan perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan

yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan criteria

hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat

pada kebutuhan klien, factor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan

keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan

komunikasi.Dalam implementasi keperawatan terdiri dari tiga jenis yaitu

independent implementations, interdeppenden/collaburatif dan dependent

implementations (Dinarti & Mulyanti, 2017).

Pada diagnosa nyeri akut berhubungan peningkatan tekanan

vaskuler serebral dan iskemia, selama 2x kunjungan dilakukan tindakan

keperawatan berupa melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif

termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan factor

presipitasi, ajarkan Teknik dikstraksi dan relaksasi

Pada diagnosa Keletihan berhubungan dengan tidak mampu

mempertahankan rutinitas yang biasannya Pada diagnose keletian

berhubungan dengan tidak mampu mempertahankan rutinitas yang

biasanya, selam 2x kunjungan dilakukan tindakan keperawatan

menjelaskan pentingnya melakukan aktifitas fisik/olah raga secara teratur,

menganjurkan tirah baring, mengajarkan kemampuan untuk

berkonsentrasi, mengajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan

Monitor kelelahan fisik dan emosianal.

Pada diagnosa Ketidakpatuhan berhubungan dengan

ketidakadekuatan informasi pengobatan selama 2x kunjungan dilakukan


tndakan keperawatan berupa menginformasikan program pengobatan diet

yang harus dijalani menginformasikan manfaat yang diperoleh jika teratur

menjalani pengobatan diet menganjurkan klien dan keluarga melakukan

konsultasi, kepelayanan kesehatan, melibatkan keluarga untuk mendukung

program pengobatan yang dijalani

Pada diagnosa Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang

sumber pengetahuan. Setelah dilakukan 2x kunjungan keperawatan berupa

memberikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses

penyakit yang spesifik, mengambarkan tanda dan gejala yang biasa

muncul

pada penyakit, dengan cara yang tepat, mengambarkan proses penyakit,

dengan cara yang tepat, mengindentifikasi kemungkinan yang tepat.

2.3.5 Evaluasi

Evaluasi merupakan membandingkan secara sistematik dan

terencanan tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan

dengan kenyataan yang ada pada klien, dilakukan dengan cara

bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.

Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang

berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan

tercapai atau perlu pendekatan lain (Dinarti & Mulyanti, 2017).

Pada diagnose nyeri akut berhubungan dengan peningkatan

tekanan vaskuler serebral dan iskemia. Setelah dilakukan Tindakan

keperawatan selama 2x kunjungan diharapkan tekanan darah dalam batas

normal, mampu mngontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu


menggunakan Teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri),

melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen

nyeri, mampu mengenalinyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda

nyeri),menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.

Pada diagnose keletihan berhubungan dengan tidak mampu

mempertahankan rutinitas yang biasanya setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2x kunjungan diharapkan pasien mengetahui

pentingnya aktifitas olah raga secara rutin pasien melaporka kelelahan,

pasien mendemonstrasikan strategi koping untuk mengurangi kelelahan,

ttv dalam batas normal Pada diagnose ketidakpatuhan berhubungan

dengan ketidakadekuatan informasi pengobatan selama 2x kunjungan

diharapkan tingkat kepatuhan klien meningkat klien mampu menjelaskan

kembali tentang pentingnya kepatuhan dalam pengobatan, klien

melaporkan dapat menjalankan pengobatan dengan baik perilaku

melakukan pengobatan membaik resiko komplikasi penyakit atau masalah

kesehatan menurun

Pada diagnose defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang

sumber pengetahuan. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x

kunjungan diharapkan pengetahuan pasien meningkat, pasien dan keluarga

menyatakan pemahaman tentangpenyakit, kondisi, prognosis dan program

pengobatan, pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang

dijelaskan perawat/tim Kesehatan lainnya.


BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan disajikan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan yang

dimulai dari tahap pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi


pada klien dengan diagnosa HIPERTENSI pada tanggal 02 Mei 2022 – 05 Mei

2022 di Kelurahan Bah Kapul Kota Pematangsiantar.

3.1 Pengkajian

3.1.1 Identitas

Klien adalah seorang perempuan bernama “Ny. R” usia 63 tahun.

Beragama kristen, Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Indonesia. Klien belum

tamat SMEA dan bekerja menjadi ibu rumah tangga. Klien tinggal di Kelurahan

Bah Kapul Kota Pematangsiantar

3.1.2 Riwayat Kesehatan Saat Ini

3.1.2.1 Status Kesehatan umum selama setahun yang lalu

Klien mengatakan menderita hipertensi dan kolesterol

3.1.2.2 Keluhan-keluhan Kesehatan utama

Klien mengatakan pusing, nyeri kepala skala 3, sering merasa

kelelahan dan tidak bisa melakukan aktivitas jika nyeri datang,

nyeri seperti tertekan tidak pernah kontrol ke pukesmas hanya ke

perawat setempat untuk cek tekanan darah dan tidak pernah minum

obat antihipertensi

3.1.2.3 Pengetahuan tentang penatalaksanaan masalah kesehatan

Klien mengetahui tentang penyakitnya, namun klien tidak periksa

ke dokter atau pukesmas karena terhalang biaya dan jarak tempuh

karena tidak ada anggota keluarga yang mengantarkankepukesmas.


Tetapi, klien melakukan pemeriksaan tekanan darah pada perawat

sekitar rumahnya. Klien cek tekanan darah Ketika terjadi keluhan.

3.1.3 Riwayat Kesehatan Dahulu

3.1.3.1 Trauma

Klien mengatakan tidak mempunyai Riwayat trauma

3.1.3.2 Perawatan di rumah sakit

Klien mengatakan pernah di rawat di Rumah Sakit karena

menderita infeksi bakteri pada kaki dan di rawat di Rumah

Sakit selama 3 hari.

3.1.3.3 Operasi

Klien mengatakan tidak pernah menjalani operasi

3.1.4 Riwayat Keluarga

Klien mengatakan jika alm. Ibunya juga menderita hipertensi

Hipertensi

hipertensi

Gambar: 2.2 Genogram Ny. R Dengan Diagnosa Medis Hipertensi di Kelurahan Bah Kapul

Ket : : Peremuan Meninggal

Laki-laki Klien

3.1.5 Riwayat Pekerjaan


3.1.5.1 Status pekerjaan saat ini
Klien mengatakan tidak bekerja dan menjadi ibu rumah
tangga
3.1.5.2 Pekerjaan sebelumnya

Klien mengatakan dulu mencabuti rumpuh di sawah


sebagai buruh tani, dan sekarang beliau sudah tidak bekerja
hanya menjadi ibu rumah tangga

3.1.5.3 Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap


kebutuhan Klien mengatakan sumber pendapatan dari
suami

3.1.6 Riwayat Lingkungan Hidup


3.1.6.1 Jenis bangunan rumah

Klien mengatakan bangunan yang ditempati adalah


permanen

3.1.6.2 Luas bangunan rumah

Klien mengatakan luas bangunan rumah.. M

3.1.6.2 Jumlah orang yang tinggal dirumah

Klien mengatakan yang tinggal dirumahnya adalah beliau

dengan suaminya

3.1.6.3 Derajat Privasi

Klien mengatakan 1 kamar dua orang

3.1.6.4 Tersedianya jamban duduk

Klien mengatakan mempunyai jamban

3.1.6.5 Tersedianya hendrail pada kamar mandi

Klien mengatakan tidak ada hendrail di kamar mandinya

3.1.6.6 Tersedianya sandal antislip bagi lansia

Klien mengatakan tidak memakai sandal antislip

3.1.6.7 Tersedianya keset antislip didepan kamar mandi

Klien mengatakan tidak terdapat keset antislip di kamar


mandinya
3.1.6.8 Lantai kamar mandi

Klien mengatakan lantai kamar mandinya adalah plesteran

3.1.7 Riwayat Rekreasi


3.1.7.1 Hobby / minat

Klien mengatakan suka memasak

3.1.7.2 Keanggotaan organisasi

Klien mengatakan mengikuti pengajian rutin mingguan


setiap hari Selasa

3.1.7.3 Liburan

Klien mengatakan hiburannya yaitu menonton TV

3.1.8 Sumber / Sistem Pendukung


Klien mengatakan jarang kontrol ke dokter atau fasilitas Kesehatan
lainnya. Karena, keterbatasan biaya, klien juga mempunyai KIS
tetapi, jarak tempuh rumah klien dari pukesmas sejauh 11 KM
sehingga tidak ada yang mengatarnya. Namun, klien cek tekanan
darah pada perawat setempat dan perawat tersebut mengedukasi
untuk tidak memakan makanan tinggih garam dan makan gurih.
3.1.9 Obat-obatan
3.1.9.1 Nama

Klien mengatakan jika terjadi keluhan beliau minum jenis


obat Oskadon Original yang mengandung 500 mg
paracetamol dan 35 mg caffein, yang bekerja aktif di pusat
rasa sakit, seperti sakit kepala. Produk ini berbentuk tablet.

3.1.9.2 Alergi

Klien mengatakan tidak ada alergi obat, makanan atau


faktor- faktor lingkungan

3.1.10 Nutrisi
3.1.10.1 Diet, pembatasan makanan minuman

Klien mengatakan tidak membatasi makanan dan


minuman
3.1.10.2 Riwayat peningkatan / penurunan berat badan

Klien mengatakan tidak tau apakah ada penurunan atau


peningkatan berat badan, karena beliau tidak pernah
menimbang badannya

3.1.10.3 Pola konsumsi makanan

Klien mengatakan makan 3 kali sehari, terkadang makan


sendiri jika suaminya bekerja. Suami klien juga memakan
semua masakan yang di masak oleh istrinya. Klien biasa
biasanya memasak sayuran bayam dengan tambahan
garam atau penyedap rasa berlebihan dengan ikan asin.

3.1.10.4 Masalah-masalah yang mempengaruhi masukan makanan

(missal: pendapatan tidak adekut, kurang transpotasi,


masalah menelan / mengunyah, stress emosional)

Klien mengatakan makan sesuai dengan hasil perolehan


kerja suami, tidak ada masalah menelan / mengunyah

3.1.11 Tinjauan Sistem


3.1.11.1 Umum

Klien tampak kelelahan, terjadinya perubahan nafsu


makan, tidak terdapat demam, tidak mengeluarkan
keringat dimalam hari, tidak pilek

3.1.11.2 Integumen

Tidak ada lesi, tidak ada memar, terjadinya perubahan


tekstur, adanya pigmentasi kulit

3.1.11.3 Hemopoitik

Tidak ada perdarahan, tidak ada pembengkakan kelenjar


limfe, tidak ada Riwayat tranfusi darah

3.1.11.4 Kepala
Tidak ada trauma masa lalu, rambut sedikit memutih,
persebaran rambut merata, tidak ada benjolan

3.1.11.5 Mata
Mata kiri sedikit juling karena bawaan sejak lahir, terdapat
gangguan penglihatan rabun jauh dan rabun dekat karena
faktor usia

3.1.11.6 Telinga

Bentuk telinga simetris kanan dan kiri, tidak terdapat


kelainan, tidak ada lesi

3.1.11.7 Hidung dan Sinus

Tidak ada lesi, bentuk hidung simetris, tidak ada nyeri


tekan, tidak ada pendarahan pada hidung, tidak ada cairan
yang keluar berlebihan

3.1.11.8 Mulut dan Tenggorokan

Tidak sakit tenggorokan, tidak ada lesi, tidak kesulitan

menelan, tidakada Riwayat infeksi, pola menggosok gigi 2


kali sehari sehabis mandi, tidak terdapat gigi palsu

3.1.11.9 Leher

Terdapat kekakuan leher bagian belakang akibat tekanan


darah tinggi, terdapat nyeri tekan tengkuk bagian
belakang, tidak ada benjolan

3.1.11.10 Payudara

Bentuk payudara simetris, tidak ada lesi, tidak terdapat

benjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak mengeluarkan


cairan pada putting susu

3.1.11.11 Sistem Pernafasan

Bentuk dada simetris , irama nafas teratur, tidak ada


retaksi otot bantu nafas, vocal premitus kanan kiri sama,
tidak batuk, tidak ada sputum

3.1.11.12 Sistem Kardiovaskuler

Tidak ada nyeri tekan dada / nyeri dada, tidak ada sesak
nafas, tidak ada edema, terdapat kenaikan tekanan darah

3.1.11.13 Gastrointestinal

Perubahan nafsu makan, tidak ada nyeri ulu hati, tidak


terdapat diare atau konstipasi, tidak toleran terhadap
makan

3.1.11.14 Sistem Perkemihan

Tidak ada edema pada pasien, tidak ada nyeri saat


berkemih, tidak terdapat hematuria, tidak ada infeksi
saluran kemih terdapat nocturia pada klien sering buang
air kecil pada malam hari.

3.1.11.15 Genito Reproduksi Wanita

Tidak ada lesi, tidak ada perdarahan, tidak ada nyeri


pelvic, tidak ada penyakit kelamin, tidak ada infeksi.
Riwayat mentruasi tidak terkaji riwayat menopause tidak
terkaji

3.1.11.16 Muskuloskeletal

Nyeri sendi karena faktor usia dan aktivitas berlebihan,


kekakuan pada leher, tidak ada pembengkakan sendi,
tidak ada nyeri panggul, tidak pernah olah raga

3.1.11.17 Sistem Saraf Pusat

Terdapat sakit kepala akibat dari tekanan darah tinggi,


tidak terjadi kejang, tidak tremor, tidak ada cedera, tidak
ada masalah memori

3.1.11.18 Sistem Edokrin

Perubahan warna rambut, tidak terdapat polyuria,


pigmentasi kulit, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

3.1.12 Pengkajian Fungsional Klien

INDEKS KATZ

(Indeks Kemandirian Pada Aktifitas Kehidupan Sehari-hari)


Nama Klien : Ny. R Tanggal: 02 Mei 2022

Jenis Kelamin : Perempuan TB/BB: 150

Agama : Kristen Pendidikan Terakhir : tamat SMEA

Alamat : Kelurahan Bah Kapul

Tabel: 2.7 Indeks Kemandirian Pada Aktifitas Kehidupan Sehari-


hari pada Ny. R dengan Diagnosa Medis Hipertensi di Kelurahan
Bah Kapul.
Skore Kriteria
A Mandiri dalam makan, kontinensia (BAK/BAB), menggunakan
pakaian, pergi ketoilet, berpindah dan mandi
B Mandiri, semuanya kecuali salah satu saja dari fungsi di atas
C Mandiri, kecuali mandi dan satu fungsi yang lain
D Mandiri, kecuali mandi berpakian dan satu fungsi lainnya
E Mandiri, kecuali mandi berpakian, ke toilet dan satu fungsi lainnya
F Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu
fungsi yang lain
G Ketergantungan
H Lain-lain: tergantung pada sedikitnya dua fungsi tetapi tidak
diklarifikasikan
sebagai C, D, A atau F
Keterangan: Pada indekz kats klien mengatakan mandiri tanpa pengawasan

pengarahan tanpa bantuan aktif dari orang lain

3.1.13 Barthel Indeks

Termasuk manakah klien ?


Table: 2.8 Barthel Indeks pada Ny. R dengan Diagnosa Medis
Hipertensi di Kelurahan Bah Kapul.

Keterangan :

Pada Barthel Indekz klien mengatakan semuanya mandiri tanpa bantuan orang

lain dengan skore 130

DENGAN
NO KRITERIA MANDIRI SKORE
BANTUAN
1 Makan 5 10 10
2 Minum 5 10 10
Berpindah dari kursi roda
3 ke tempat tidur, 5 15 15
sebaliknya
Personal toilet (cuci
4 muka, menyisir rambut, 0 5 5
gosok gigi)
Keluar masuk toilet
(mencuci pakaian.
5 5 10 10
Menyeka tubuh,
menyiram)
6 Mandi 5 15 15
Jalan di permukaan
7 0 5 5
datar
8 Naiki turun tangga 5 10 10
9 Mengenakan pakaian 5 10 10
10 Kontrol Bowel (BAB) 5 10 10
Kontrol Bladder
11 5 10 10
(BAK)
12 Olahraga atau Latihan 5 10 10
Rekreasi atau
13 pemantapan waktu 5 10 10
luang
JUMLAH 130

3.1.14 Pengkajian Status Mental Gerontik


Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan Short
Portabel Mental Status Quesioner (SPMSQ)
Instruksi :
Ajukan pertanyaan 1 – 10 pada daftar dan catat semua jawaban :
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan
Table: 2.9 Pengkajian Status Mental Gerontik pada Ny. R dengan Diagnosa Medis
Hipertensi di Kelurahan Bah Kapul.

BENAR SALAH NO PERTANYAAN


 01 Tanggal berapa hari ini ?
 02 Hari apa sekarang ?
 03 Apa nama tempat ini ?
 04 Di mana alamat anda ?
 05 Berapa umur anda ?
 06 Kapan anda lahir ? ( minimal tahun lahir )
 07 Siapa presiden Indonesia sekarang ?
 08 Siapa presiden Indonesia sebelumnya ?
 09 Siapa nama ibu anda ?
 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3
dari setiap angka baru, semua secara
menurun.

JUMLAH 9

Interpretasi Hasil

Pada pengkajian status mental gerontik fungsi intelektual untuh dengan jumlah

benar 9 salah 1.

Deli tua,.......................

Mahasiswa

3.2 ANALISA DATA


Tanggal : 02 Mei 2022

Nama : Ny. R
Umur : 63 tahun

MASALAH
NO DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
1 DS: klien Resistensi pembuluh Nyeri akut

mengatakan nyeri darah otak

bagian tengkuk

belakang jika dibuat Tekanan pembuluh

aktivitas nyeri timbul darah otak

seperti tertekan di

tengkuk bagian Nyeri Akut

belakang skala 6

nyeri timbul

sewaktu-waktu

DO: ttv

TD: 170/110

RR: 21 x/menit

N: 81 x/menit

S: 36.6 C

2. DS: klien Beban pembiayaan Ketidakpatuhan

mengatakan tidak program

pernah kontrol perawatan/pengobatan


Tabel: 2.10 Analisa data pada Ny. R dengan diagnosa medis Hipertensi
kedokter, karena

terhalang biaya,

klien mempunyai

KIS,

Klien mengatakan

tidak pernah minum

obat

Klien mengatakan

jika makan tidak

menggunakan

banyak garam tidak

enak

DO: TD 170/110

mmHg

-minum obat tidak

sesuai dengan

penyakit yang

diderita
3.3 FORMAT SKORING DAN PRIORITAS MASALAH

1 Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut berhubungan dengan agen

cedera biologis

Table 2.11 format skoring dan prioritas masalah


No. Kriteria Bobot Perhitungan Nilai Pembenaran
1 Sifat masalah : Skor xB Klien merasakan
Angka Tertinggi Skor nyeri pada
3 Aktual tengkuk
1 2/3x1 0,67
2 Resiko
tinggi
1 Potensial
2 Kemungkinan Skor x Bo Klien mengatakan
masalah dapat Angka Tertinggi Skor masalah teratasi
di ubah : jika mengonsumsi
2 2/2x2 2 obat oskadon saat
2 Tinggi nyeri datang
1 Sedang
0 Rendah
3 Potensi Skor xB Klien mengatakan
masalah untuk Angka Tertinggi Skor hipertensi dapat di
di cegah : cegah dengan cara
3 Tinggi 1 3/3x1 1 mengurangi
2 Cukup konsumsi garam
1 Rendah berlebih
4 Menonjolnya Skor x Bo Klien mengatakan
masalah : Angka Tertinggi Skor tanpa kontrol ke
2 Masalah dokter nyeri tersebut
berat, harus dapat teratasidengan
segera 0/1x1 0 cara minum obat
oskadon
ditangani
1 Ada
1
masalah,
tetapi tidak
perlu
ditanggapi
0 Masalah
tidak
dirasakan
Total nilai 3,67
2. Diagnosa Keperawatan : Ketidakpatuhan berhubungan dengan beban

No. Kriteria Bobot Perhitungan Nilai Pembenaran


1 Sifat masalah Skor x Bo Klien mengatakn
: Angka Tertinggi Skor tidak pernah control
kedokter dan tidak
3 Aktual 1 3/3x1 1 minum obat
2 Resiko
tinggi
1 Potensial
2 Kemungkinan Skor x Bo Klien mengatakan
masalah dapat Angka Tertinggi Skor tidak pernah kontrol
di ubah : kedokter karen tidak
2 Tinggi 2/2x1 1 ada anggota
1 Sedang 2 keluarga yang
0 Rendah mengantar dan jarak
tempuh rumah klien
dengan fasilitas
kesehata jauh
3 Potensi Skor x Bo Masalah dapat
masalah untuk Angka Tertinggi Skor dicegah jika klien
di cegah : menjalani
3 Tinggi 1 3/3x1 1 pengobatan dengan
2 Cukup baik dan mengubah
1 Rendah pola hidupnya
4 Menonjolnya Skor x Bo Masalah harus
masalah : Angka Tertinggi Skor segera ditangani
2 Masalah untuk menghindari
berat, komplikasi lebih
harus lanjut
2/2x1 1
segera
ditangani
1 Ada 1
masalah,
tetapi tidak
perlu
ditanggapi
0 Masalah
tidak
dirasakan
Total nilai 4
pembiayaan program perawatan / pengobatan

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN :


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis

2. Ketidapatuhan berhubungan dengan beban pembiayaan program perawatan

3.4 RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Nama klien: Ny. S

Tanggal : 02 Maret 2021

No Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. Setelah dilakukan 1) Jelaskan pada 1) Untuk

Tindakan keperawatan klien penyebab menambah

selama 2x kunjungan nyeri pada pengetahuan

diharapakan nyeri pada kepala dan klien

klien berkurang. penatalaksanaan

Dengan kriteria hasil: ya

1) Klien mampu 2) Anjurkan klien


2) Nyeri hebat
menjelaskan melaporkan
dapat
penyebab nyeri nyeri dengan
mengakibatkan
2) Klien segera
shock
melaporkan nyeri
kardiogenik
berkurang
yang berdampak
3) Klien mampu
pada kematian
mendemonstrasikan
mendadak
Teknik dikstraksi
3) Anjurkan untuk 3) Teknik
dan istirahat yang
tirah baring dikstraksi dapat
cukup
mengurangi rasa
4) Klien tampak rileks
nyeri yang

Tabel: 2.12 Rencana Tindakan Keperawatan pada Ny. R dengan


Diagnosa Medis Hipertensi di Kelurahan Bah Kapul.
dirasakan

4) Catat 4) Variasi

karakteristik penampilan dan

nyeri, lokasi, perilaku klien

intensitas, karena nyeri

lamanya yang terjadi

sebagai temuan

pengkajian
2.
Setelah dilakukan 1) Untuk
1) Informasikan
tindaka keperawatan menambah
program
selama 2 kali kunjungan pengetahuan
pengobatan diet
tingkat kepatuhan klien klien
yang harus dijalani
meningkat. Dengan 2) Agar klien
2) Informasikan
kriteria hasil: memahami
manfaat yang
1) Klien mampu manfaat
diperoleh jika
menjelaskan pengobatan
teratur menjalani
Kembali tentang
pengobatan diet
pentingnya 3) Agar klien
3) Anjurkan klien dan
kepatuhan dalam dan keluarga
keluarga untuk
control dan mengerti
melakukan
pengobatan tentang
konsultasi
2) Klien melaporkan penanganan
kepelayanan
dapat menjalankan masalah
Kesehatan
pengobatan dengan kesehtan
baik 4) Libatkan keluarga 4) Untuk

3) Perilaku untuk mendukung memotivasi

melakukan program pengobtan agar

pengobatan dengan yang dijalani semangat

baik melakukan

4) Resiko komplikasi pengobatan

penyakit atau

masalah Kesehatan

menurun
3.5 IMPLEMENTASI KEPERAWAN
Nama klien: Ny. R
Tabel: 2.13 Implementasi Keperawatan pada Ny. R dengan Diagnosa
Medis Hipertensi di Kelurahan Bah Kapul
No Nama/Tanda
Tanggal Jam Implementasi
Dx tangan

1. 03-05- 11.00 1. Menjelaskan pada klien


2022
penyebab nyeri

- klien mengatakan paham akan

penyebab nyeri pada tengkuk dan

penatalaksanaannya

2. Menganjurkan klien
11.05
melaporkan nyeri dengan segera

- klien melaporkan nyeri pada

tengkuk

11.10 3. Menganjurkan klien untuk

beristirahat

- Klien beristirahat atau tirah

baring

4. . Catat karakteristik nyeri,

lokasi, intensitas, lamanya

-klien mengeluh nyeri pada

11.15 tengkuk belakang dengan skala 3


1. Menginformasikan program
pengobatan diet yang harus
penatalaksanaannya
dijalan
2. Menganjurkan klien
-melaporkan
Klien mampu menjelaskan
nyeri dengan segera
2. 03-05- 11.20
11.45
2022 Kembali
- Klien tentang pentingnya
melaporkan nyerinya
kepatuhan
berkurang dalam pengobatan
2.
3. Menginformasikan manfaatuntuk
Menganjurkan klien
11.50
yang diperoleh jika teratur
istirahat
menjalani pengobatan
- Klien istirahat diet baring
atau tirah
11.25
-4.KlienCatat
mampukarakteristik
menjalankan nyeri,

pengobatan denganlamanya
lokasi, intensitas, baik
11.55
3. Menganjurkan
-klien klien dan
tampak rileks
keluarga untuk melakukan

konsultasi kepelayananprogram
1. Menginformasikan
11.30
Kesehatan
pengobatan diet yang harus
-dijalani
Klien mampu melakukan
14.00
pengobatan dengan
- Klien mampu baik
menjelaskan
4. Melibatkan
Kembali keluarga
tentang untuk
pentingnya
mendukung program
kepatuhan dalam pengobtan
pengobatan
2. 04-05- 11.35
2022 yang dijalani
2. Menginformasikan manfaat
-yang
Menurunkan
diperolehresiko komplikasi
jika teratur
penyakit
menjalaniatau masalah diet
pengobatan
14.05
Kesehatan
- Klien melaporkan dapat
1. Menjelaskan
menjalankan padadengan
pengobatan klien
1. 04-05- 11.40
2022 penyebab
baik nyeri

- klien mengatakan paham akan

penyebab nyeri pada tengkuk dan


3. Menganjurkan klien dan

keluarga untuk melakukan


14.10
konsultasi kepelayanan Kesehatan

- perilaku melakukan pengobatan

dengan baik

4. Melibatkan keluarga untuk

mendukung program pengobtan

yang dijalani

- Resiko komplikasi penyakit atau

masalah Kesehatan menurun


3.6 IMPLEMENTASI KEPERAWAN
Nama klien: Ny. R
Tabel: 2.13 Implementasi Keperawatan pada Ny. R dengan Diagnosa
Medis Hipertensi di Kelurahan Bah Kapul
Diagnosa
Tanggal Catatan Perkembangan Paraf
Keperawatan
03-05- Nyeri akut berhubungan S: Klien mengatakan nyeri

2022 dengan agen cedera bagian tengkuk belakang,

biologis jika dibuat aktivitas nyeri

timbul seperti tertekan di

tengkuk bagian belakang

skala 6 nyeri timbul

sewaktu-waktu

O: Ttv

TD: 170/110 mmHg

RR: 21 x/menit

N: 81 x/menit

S: 36.6 C

A: Masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan

Ketidakpatuhan S: Klien mengatakan tidak

03-05- berhubungan dengan pernah kontrol kedokter /

2022 Beban pembiayaan pukesmas, karena terhalang

program biaya namun, klien


perawatan/pengobatan mempunyai KIS dan tidak

ada yang mengantarkan ke

pukesmas

O: TD 170/110 mmHg

-Minum obat tidak sesuai

dengan penyakit yang

diderita

-Suka makanan yang asin

dan gurih

A: Masalah belum

teratasi P: Intervensi

dilanjutkan
3.7 EVALUASI KEPERAWATAN
Nama klien: Ny. R
Tabel: 2.15 Evaluasi Keperawatan pada Ny. R dengan Diagnosa
Medis Hipertensi di Kelurahan Bah Kapul
Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi Paraf

04-05- Nyeri akut berhubungan S: Klien mengatakan


2022
dengan tidak nyeri kepala

O: K/U cukup baik

Ttv

 TD: 140/90

mmHg

 N: 79 x/menit

 RR: 20 x/menit

 S: 36,4 C

A: Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan

Ketidakpatuhan S: Klien mengatakan mau


04-05-
2022 berhubungan dengan mengubah pola hidupnya

beban biaya program control ke pukesmas

perawatan / pengobatan dengan menggunakan

KIS serta meminta

bantuan ke saudaranya

untuk di antar ke
pukesmas

O: TD: 140/90 mmHg

minum obat sesuai

anjuran dokter

membatasi makanan

rendah garam dan

makanan gurih

A: Masalah terarasi

P: intervensi dihentikan
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab IV akan dilakukan pembahasan mengenai asuhan keperawatan

pada klien Ny. R dengan diagnose medis Hipertensi di Kelurahan Bah Kapul yang

dilakukan mulai tanggal 02 Mei 2022 – 05 Mei 2022. Melalui pendekatan studi

kasus untuk mendapatkan kesenjangan antara teori dan praktek dilapangan.

Pembahasan terhadap proses asuhan keperawatan ini dimulai dari pengkajian,

diagnose keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan

evaluasi keperawatan.

4.1 Pengkajian

4.1.1 Pengkajian

Penulis melakukan pengkajian pada Ny. R dengan melakukan anamnesa

pada Klien dan keluarga. Melakukan pemeriksaan fisik. Pembahasan akan dimulai

dari

4.1.1.1 Identitas Klien

Data yang didapatkan Ny. R usia 63 tahun. Beragama kristen, Bahasa yang

digunakan adalah Bahasa Indonesia. Klien tidak bekerja dan klien tamat SMEA.

Pendidikan yang rendah rentan mengalami defisiensi pengetahuan karena

kemampuan dalam menerima informasi menjadi kurang. Akibatnya, klien tidak

mengetahui penyakit hipertensi. Pekerjaan yang paling rentan terjadi hipertensi

yaitu IRT (Ibu Rumah Tangga) dan petani. Dapat dikatakan bahwa hampir semua

orang mengalami setres dengan pekerjaan mereka karena dipengaruhi dengan


tutuntunan kerja dan beban kerja yang dapat memicu terjadinyahipertensi. Ibu

rumah tangga setiap harinya hanya mengurusi persoalan rumah banyak yang

dipikirkan dan menyebabkan kecemasan serta setress yang tinggi dibandingkan

dengan ibu yang bekerja (Galih, dkk. 2017).

Pada lansia yang berjenis kelamin perempuan lebih cenderung menderita

hipertensi dari pada laki-laki. Terdapat subjek yang berjenis kelamin perempuan

lebih tinggi menderita hipertensi dari pada laki- laki. Hal ini karena, rata-rata

perempuan akan mengalami peningkatan resiko tekanan darah tinggi (hipertensi)

setelah menopause yaitu di usia diatas 45 tahun. Perempuan yang belum

menopause dilindungi oleh hormone estrogen yang berperan dalam meningkatkan

kadar High Density Lipoprotein (HDL) (Singgalingging, 2011).

4.1.1.2 Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada riwayat kesehatan sekarang terjadi kesenjangan antara tinjauan

Pustaka dan tinjauan kasus. Gejala yang dimaksut adalah sakit kepala, pusing,

wajah kemerahan, pendarahan hidung dan kelelahan yang bisa terjadi pada

penderita hipertensi. Jika hipertensi berat atau menahun dan tidak diobati, bisa

timbul gejala sakit kepala, sesak nafas, muntah, pandangan kabur (Cahyani,

2020). Pada tinjauan kasus didapat klien mengatakan pusing, nyeri kepala skala 3,

kelelahan dan tidak bisa melakukan aktivitas jika nyeri datang, nyeri seperti

tertekan, tidak pernah minum obat antihipertensi. Pada penderita hipertensi yang

tidak menimbulkan gejala menganggap bahwa pusing, sakit kepala adalah suatu

kondisi yang biasa bukan tanda-tanda penyakit hipertensi.Sementara, tekanan


darah tinggi yang terus-menerus dalam jangka waktu yang panjang dapat

menimbulkan komplikasi (Nuraini, 2015).

4.1.1.3 Riwayat Kesehatan Dahulu

Pada riwayat kesehatan dahulu klien tidak terjadi kesenjangan antara

tinjauan Pustaka dan tinjauan kasus klien mempunyai riwayat penyakit hipertensi

dan hiperkolesterol. Hiperkolesterol dan darah tinggi merupakan dua penyakit

yang saling berinteraksi satu sama lain. Hal ini dikarenkan, adanya penumpukan

kolesterol yang membuat pembuluh darah menyempit sehingga tekanan darah

meningkat.

4.1.1.4 Riawayat Kesehatan Keluarga

Pada riwayat kesehatan keluarga tidak terjadi kesenjangan antara tinjauan

pustakan dan tinjauan kasus. Pada tinjauan Pustaka perlu dikaji adanya keluarga

yang menderita penyakit hipertensi, diabetes militus, penyakit ginjal, obesitas, ada

Riwayat merokok, hiperkoleterol, pengunaan obat kontrasepsi oral dan

penggunaan obat lainnya (Cahyani, 2020). Pada tinjauan kasus didapatkan klien

mengatakan mempunyai riwayat penyakit keturunan yaitu hipertensi. Faktor

genetic berperan dalam munculnya penyakit hipertensi, namun ada beberapa

faktor resiko yang dapat terjadi hipertensi, seperti faktor gaya hidup contohnya

kurang aktivitas fisik, stress, kelebihan berat badan , konsumsi alcohol yang

berlebihan ( Anna, 2015).

4.1.1.5 Sistem / Sumber Pendukung


Sistem pendukung yang dapat dipergunakan sebagai tempat pelayanan

Kesehatan antara lain pukesmas, klinik, rumah sakit. (Parta,2020). Pada tinjauan

kasus klien mengatakan mengatakan jarang kontrol ke dokter atau fasilitas

Kesehatan lainnya. Hal ini dikarenakan, jarak tempuh antara pukesmas dengan

rumah klien adalam 11 KM. sedangkan jarak tempuh antara praktek dokter dan

rumah klien 2 KM. namun, klien tidak pernah control karena keterbatasan biaya.

Klien biasanya mengunjungi perawat terdekat untuk cek tekanan darah tinggi.

4.1.1.6 Obat-obatan

Pada tinjauan Pustaka obat yang dipergunakan untuk obat tekanan darah

tinggi yaitu ACE inhibitor yang sering digunakan captopril, enalapril, ramipil,

perindopril. Diberikan pada pasien diatas 65 tahun. Obat diuretik seperti

furosemide, torsemide, spironolactone ( Kevin Andrian, 2019). Pada tinjauan

kasus klien mengatakan jika terjadi keluhan beliau minum jenis obat Oskadon

Original yang mengandung 500 mg paracetamol dan 35 mg caffein, yang bekerja

aktif di pusat rasa sakit, seperti sakit kepala. Oskadon dapat berfungsi

menurunkan nyeri kepala namun, tidak dapat menurunkan tekanan darah. Sebagai

kebiasaan klien dalam mengonsumsi obat Kesehatan tersebut kurang tepat.

4.1.1.7 Nutrisi

Pada nutrisi tidak terjadi kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan

kasus. Pada tinjauan pustaka Diet pada penderita yang dianjurkan pada penderita

hipertensi yaitu diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertansion) diet yang

dirancang untuk menurunkan lonjakan tekanan darah. Diet ini menenkankan pada

polamakan rendah garam namun tetap mengandung nutrisi seimbang (Meva


Nareza, 2020). Pada tinjauan kasus klien mengatakan tidak membatasi makanan

dan minuman. Klien mengatakan makan 3 kali sehari, terkadang makan sendiri

jika suaminya bekerja. Suami klien juga memakan semua masakan yang di masak

oleh istrinya. Klien biasanya memasak sayuran bayam dengan tambahan garam

atau penyedap rasa berlebihan dengan ikan asin. Kebiasaan makan tinggi garam

pada penderita hipertensi bisa kurang tepat. Hal ini dikarenakan kadungan natrium

dalam garam jika di konsumsi berlebihan dapat memicu darah tinggi.

4.1.2 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik didapatkan beberapa masalah yang bisa dipergunakan

sebagai data dalam menengakkan diagnose keperawatan yang aktual maupun

resiko. Adapun pemeriksaan fisik dilakukan berdasarkan persistem, yaitu:

4.1.1 Umum

Pada tinjauan pustaka ditemukan data adanya Inspeksi pada klien

hipertensi terlihat adanya kelelahan, perubahan nafsu makan, kesulitan tidur

(Barara dan Jauhar, 2011). Pada tinjauan kasus didapatkan inspeksi klien tampak

kelelahan, perubahan nafsu makan, tidak terdapat demam, tidak mengeluarkan

keringat dimalam hari, tidak pilek.

Pada keadaan umum ini tidak ditemukan kesenjangan antara tinjauan

pustaka dan tinjauan kasus. Pada penderita hipertensi dapat mengalami kelelahan

hal ini dikarenanakan terjadinya vasokontruksimenurun sehingga suplai oksigen

seluruh jaringan menurun dan menyebabkan keletihan.

4.1.2 Integumen
Pada tinjauan Pustaka ditemukan data inspeksi pada lansia terdapat perubahan

kelembapan pada kulit, kulit menjadi tipis, ada perubahan warna rambut (Barara

dan Jauhar, 2011). Pada tinjauan kasus pada klien didapatkan tidak ada lesi,

terjadi perubahan warna rambut, tidak memar, terjadinya perubahan warna rambut

yang sedikit memutih, terjadinya perubahan tekstur.

Pada bagian integumen tidak ditemukan kesenjangan antara tinjauan

pustaka dan tinjauan kasus. Karena, pada lansia keadaan integumen mempunyai

ciri-ciri seperti perubahan tekstur, penuaan kulit, warna rambut yang memutih.

4.1.3 Hemopoitik

Pada tinjauan Pustaka ditemukan tidak ada pendarahan, tidak ada

pembengkakan kelenjar limfa (Barara dan Jauhar, 2011). Pada tinjauan kasus

didapatkan klien tidak ada perdarahan tidak ada pembengkakan kelenjar limfe,

tidak ada riwayat transfusi darah.

Pada hemopoetik tidak terjadi kesenjangan pada tinjauan

pustaka dan tinjauan kasus. Pada tinjauan kasus tidak terdapat

pembengkakan kelenjar limfe. Hal ini sibebabkan karena klien tidak

mempunyai Riwayat penyakit kelenjar getah bening atau kelenjar limfa

4.1.4 Kepala

Pada tinjauan Pustaka ditemukan inspeksi terdapat sakit kepala, pusing,

tidak ada trauma pada masa lalu (Barara dan Jauhar, 2011). Pada tinjauan kasus

didapatkan klien merasa sakit kepala, tidak ada trauma masa lalu, terdapat pusing.
Pada pemeriksaan kepala tidak terjadi kesenjangan pada tinjauan pustaka

dan tinjauan kasus. Pada tinjauan kasus tidak ada trauma masa lalu. Klien tidak

mempunyai riwayat trauma pada kepala yaitu suatu kondisi struktrur kepala

mengalami benturan dari luar dan berpotensi menimbulkan gangguan pada fungsi

otak (Tjin, 2018).

4.1.5 Mata

Pada tinjauan pustaka di dapat inspeksi bentuk mata simetris, biasanya

pada penderita hipertensi terdapat adanya gangguan penglihatan, pupil isokor,

konjungtiva anemis, pada lansia juga bisa mengalami gangguan penglihatan

seperti rabun jauh atau rabun dekat (Barara dan Jauhar, 2011). Pada tinjauan kasus

di temukan mata sebelah kiri juling, terdapat gangguan penglihatan.

Pada mata tinjauan Pustaka dan tinjauan kasus terdapat kesenjangan. Pda

kasus ditemukan mata juling. Kondisi ini umumnya merupakan kelainan bawaan

lahir , sehingga tidak mempengaruhi status Kesehatan klien. Pada lansia terdapat

gangguan penglihatan hal ini dikarenakan, factor penuaan yang menyebabkan

penurunan berbagai

fungsi berbagai organ tubuh. yang terdiri dari limpa, timus, amandel.

4.1.6 Telinga

Pada tinjauan pustaka didapat inspeksi bentuk telinga simetris, tidak

terdapat kelianan, tidak ada lesi, biasanya pada lansia terdapat gangguan

pendengaran. Palpasi tidak terdapat nyeri tekan (Barara dan Jauhar, 2011). Pada
tinjauan kasus ditemukan bentuk telinga simetris, tidak terdapat kelainan, tidak

ada lesi.

Pada telingan tinjauan pustaka dan tinjauan kasus terdapat kesenjangan.

Pada tinjauan pustaka terdapat gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran

pada lansia bisa terjadi karena faktor usia, peredaran darah terganggu, efek

samping obat ( Istiqomah, 2019).

4.1.7 Hidung dan Sinus

Pada tinjauan pustaka didapat inspeksi bentuk hidung simetris, tidak

dijumpai kelainan, tidak ada lesi. Palpasi tidak ada nyeri tekan, , epistaksis

(pendarahan pada hidung) (Barara dan Jauhar, 2011).

Pada tinjauan kasus ditemukan tidak dijumpai kelainan, tidak ada lesi,

bentuk hidung simetris, tidak ada nyeri tekan. Pada tinjauan Pustaka dan tinjauan

kasus terdapat kesenjangan. Yaitu Pada tinjauan Pustaka epistaksis menurut

National Health Service, epistaksis yang serius merupakan indikasi masalah

Kesehatan serius salah satunya tekanan darah tinggi dan pembekuan darah. Hal ini

dikarenakan terjadi ketegangan dan kerusakan akibat tekanan darah tinggi.

4.1.8 Mulut dan Tenggorokan

Pada tinjauan Pustaka di dapat Inspeksi bentuk mulut biasanya tidak

simetris jika terjadi CVA, tidak ada lesi, tidak ada kesulitan menelan (Barara dan

Jauhar, 2011). Pada tinjauan kasus ditemukan tidak sakit tenggorokan, tidak ada

lesi, tidak ada kesulitan menenlan, tidak ada Riwayat infeksi, pola menggosok

gigi 2 kali sehari sehabis mandi, tidak terdapat gigi palsu.


Pada mulut dan tenggorokan tinjauan Pustaka dan tinjauan kasus terdapat

kesenjangan. Pada tinjauan Pustaka terdapat bentuk mulut tidak simetris jika

terjadi CVA. Hipertensi bisa menyebabkan pembuluh darah menyempit, bocor,

pecah atau tersumbat. Hal ini dapat mengganggu aliran darah yang membawa

oksigen dan nutrisi ke otak. Sehingga, sel-sel dan jaringan otak pun akan mati dan

menyebabkan terjadinya stroke (Kevin, 2020).

4.1.9 Leher

Pada tinjauan Pustaka didapat inspeksi tidak ada benjolan. Palpasi terdapat

kekakuan bagian belakang, terdapat nyeri tekan pada bagian belakang (Barara dan

Jauhar, 2011). Pada tinjauan kasus ditemukan terdapat kekakuan leher pada

bagian belakang, terdapat nyeri tekan tengkuk bagian belakang, tidak ada

benjolan.

Pada leher tinjauan pustaka dan tinjauan kasus tidak ada kesenjangan.

Pada tinjauan kasus tidak ada benjolan pada klien yang biasa dilihat pada leher

karena klien tidak mempunyai Riwayat pembesaran kelenjar thyroid.

4.1.10 Payudara

Tinjauan pustaka didapat Inspeksi tidak ada lesi, tidak keluar cairan dari

putting susu. Palpasi tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan (Barara dan Jauhar,

2011). Pada tinjauan kasus ditemukan Bentuk payudara simetris, tidak ada lesi,

tidak terdapat benjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak mengeluarkan cairan pada

putting susu.
Pada payudara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus tidak ada kesenjangan.

Pada tinjauan kasus tidak ada benjolan pada payudara. Pada klien tidak

mempunyai Riwayat kanker atau tumor. Benjolan pada payudara adalah jaringan

lain yang tumbuh didalam payudara. Untuk mendeteksi terjadinya kajadian yang

tidak diinginkan kita perlu menerapkan SADARI (Tjin, 2018).

4.1.11 Sistem Pernafasan

Pada tinjauan pustaka didapat Inspeksi tidak ada batuk, tidak ada sesak,

tidak ada sputum, tidak ada mengi (Barara dan Jauhar, 2011). Pada tinjauan kasus

ditemukan Bentuk dada simetris , irama nafas teratur, tidak ada retaksi otot bantu

nafas, vocal premitus kanan kiri sama, tidak batuk, tidak ada sputum.

Pada sistem pernafasan tinjauan Pustaka dan tinjauan kasus tidak ada

kesenjangan. Pada tinjauan kasus tidak ada retraksi otot bantu nafas karena klien

tidak mempunyai Riwayat asma.

4.1.12 Sistem Kardiovaskuler

Pada tinjauan pustaka didapat kenaikan tekanan darah tidak ada nyeri

tekan, atau nyeri dada, tidak ada sesak, tidak ada edema (Barara dan Jauhar,

2011). Pada tinjauan kasus ditemukan tidak ada nyeri tekan dada, tidak ada

edema.

Pada sistem kardiovaskuler tinjauan Pustaka dan tinjauan kasus tidak ada

kesenjangan. Pada tinjauan kasus tidak ada edema hal ini dikarenakan klien tidak

mempunyai Riwayat penyakit jantung.

4.1.13 Gastrointestinal
Pada tinjauan Pustaka didapat Inspeksi anoreksia, tidak toleran terhadap

makan, hilangnya nafsu makan, mual, muntah, perubahan berat badan, perubahan

kelembapan kulit (Barara dan Jauhar, 2011). Pada tinjauan kasus ditemukan

perubahan nafsu makan, tidak ada nyeri ulu hati, tidak terdapat diare atau

konstipasi, tidak toleran terhadap makan.

Pada tinjauan pustaka dan tinjauan kasus terdapat kesenjangan yaitu pada

tinjauan pustakan terdapat mual dan muntah terjadi karena peningkatan tekanan

intracranial sebagai adanya pendarahan pada otak.

4.1.14 Sistem Perkemihan

Pada tinjauan Pustaka didapat Inspeksi tidak ada edema pada pasien,

inkotinensia urine (Barara dan Jauhar, 2011). Pada tinjauan kasus ditemukan

Tidak ada edema pada pasien, tidak ada nyeri saat berkemih, tidak terdapat

hematuria, tidak ada infeksi saluran kemih terdapat nocturia pada klien sering

buang air kecil pada malam hari.

Pada system perkemihan tinjauan Pustaka dan tinjauan kasus terdapat

kesenjangan. Pada tinjauan kasus nocturia, paling umum terjadi pada lansia.

Penyebab nokturia adalah konsumsi cairan yang berlebihan seperti minum

minuman berkafein secara berlebihan menyebabkan bangun tidur dan buang air

pada malam hari.

4.1.15 Genito Reproduksi Wanita

Pada tinjauan Pustaka didapat Inspeksi: tidak ada lesi, riwayat mentruasi,

riwayat menopause, tidak ada penyakit kelamin. Palpasi tidak ada nyeri tekan
pelvic (Barara dan Jauhar, 2011). Pada tinjauan kasus ditemukan Tidak ada lesi,

tidak ada perdarahan, tidak ada nyeri pelvic, tidak ada penyakit kelamin, tidak ada

infeksi. Riwayat mentruasi tidak terkaji, riwayat menopause tidak terkaji.

Pada genito reproduksi wanita tinjauan pustakan dan tinjauan kasus tidak

ditemukan kesenjangan. Pada tinjauan kasus ditemukan riwayat menopause pada

lansia biasanya terjadi saat wanita memasuki usia 45 hingga 55 tahun. Seseorang

dikatakan menopause bila tidak mengalami menstruasi selama 12 bulan.

4.1.16 Muskuloskeletal

Pada tinjauan Pustaka didapat Nyeri sendi karena faktor usia dan aktivitas

berlebihan, kekakuan pada leher, tidak ada pembengkakan sendi, tidak ada nyeri

panggul, tidak pernah olah raga (Barara dan Jauhar, 2011). Pada tinjauan kasus

ditemukan nyeri sendi, kekakuan leher bagian belakang, tidak ada pembengkakan

sendi, tidak ada nyeri panggul, tidak pernah olah raga.

Pada musculoskeletal tinjauan Pustaka dan tinjauan kasus tidak didapatkan

kesenjangan. Kekakuan leher pada hipertensi terjadi akibat peningkatan tekanan

dinding pembuluh darah didaerah leher sehingga terjadi peningkatan tekanan

vaskuler ke otak yang mengakibatkan terjadinya penekanan pada serabut otot

leher.

4.1.17 Sistem Saraf Pusat

Pada tinjauan Pustaka didapat sakit kepala akibat dari tekanan darah

tinggi, tidak terjadi kejang, tidak tremor, tidak ada cedera, tidak ada masalah
memori (Barara dan Jauhar, 2011). Pada tinjauan kasus ditemukan terdapat sakit

kepala, tidak terjadi kejang, tidak tremor, tidak ada cedera, tidak ada masalah

memori.

Pada sistem saraf pusat tinjauan Pustaka dan tinjauan kasus tidak ada

kesenjangan. Pada tinjauan kasus ditemukan tidak ada masalah memori, biasanya

pada lansia terjadi gangguan memori yang berkaitan dengan gangguan pada otak

yang disebabkan karena demensia (Rizal, 2020).

4.1.18 Sistem Endokrin

Pada tinjauan Pustaka didapat Perubahan warna rambut, tidak terdapat

polyuria, pigmentasi kulit, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid (Barara dan

Jauhar, 2011). Pada tinjauan kasus ditemukan perubahan warna rambut, tekstur

kulit, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

Pada system endokrin tinjauan Pustaka dan tinjauan kasus tidak ada

kesenjangan. Pada tinjauan kasus ditemukan tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

pada klien yang biasa dilihat pada leher

4.2 Diagnosa Keperawatan

Pada diagnose keperawatan Hipertensi yang muncul pada tinjauan pustaka

menurut (Nurarif& Kusuma, 2015) nyeri akut berhubungan dengan peningkatan

tekanan vaskulerserebral dan iskemia, keletihan berhubungan dengan tidak

mampu mempertahankan rutinitas yang biasanya, defisiensi pengetahuan

berhubungan dengan kurang sumber pengetahuan. Menurut (SDKI)

ketidakpatuhan berhubungan dengan ketidakadekuatan informasi pengobatan.


Pada tinjauan kasus hanya ditemukan dua diagnose keperawatan yaitu

nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis dan ketidakpatuhan

erhubungan dengan beban pembiayaan program perawatan atau pengobatan.

Pada diagnose keperawatan ada kesenjangan antara tinjauan Pustaka

dengan tinjauan kasus. Pada tinjauan kasus tidak muncul diagnose keletihan

berhubungan dengan tidak mampu mempertahankan rutinitas yang biasanya

dikarenakan klien masih mampu mempertahankan aktivitas seperti biasanya.

Diagnose keperawatan defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang

sumber informasi pengobatan tidak muncul dikarenakan klien mengetahui tentang

penyakitnya, klien mengetahui tanda dan gejala tetapi klien terhalang oleh biaya

dan jarak tempuh untuk menjangkau fasilitas kesehatan.

4.3 Intervensi Keperwatan

Pada perumusan perencanaan antara tinjauan Pustaka dan tinjauan kasus

biasanya terjadi kesenjangan yang cukup berarti karena perencanaan pada tinjauan

kasus disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi klien. Pada diagnose

keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agencedera biologis terjadi

kesenjangan antara tinjauan Pustaka dengan tinjauan kasus yaitu pada tinjauan

kasus di dapat klien tampak rileks, seperti wajah tampak menyeringai dikarenakan

nyeri sudah menghilang. Perawat menambahkan untuk istirahat disela-sela

aktivitas.

Pada diagnose keperawatan ketidakpatuhan berhubungan dengan beban

pembiayaan program perawatan atau pengobatan tidak terjadi kesenjangan antara

tinjauan Pustaka dan tinjauan kasus, yaitu pada tinjauan kasus perawat
menambahkan klien dapat mengubah pola hidupnya agar tekanan darah tinggi

dapat menurun.

4. 4 Implementasi Keperawatan

Pada tinjauan kasus nyata pelaksanaa disusun dan pelaksanaan adalah

perwujudan dari pelaksanaan yang telah disusun. Pelaksanaan pada tinjauan

Pustaka belum dapat diwujudkan karena hanya membahas teori asuhan

keperawatan. Sedangkan pada tinjauan kasus pelaksanaan diwujudkan pada klien

dan ada pendokumentasian serta intervensi keperawatan.

Pelaksanaan rencana Tindakan keperawatan dilakukan secara

terkoordinasi dan terintegrasi. Dalam melaksanakan perencanaan yang telah

dibuat semua dilakukan dengan mandiri tanpa ada kolaborasi dari perawat

maupun dokter atau petugas Kesehatan lainnya karena semua kegiatan mandiri

di rumah klien.

Diagnose keperawata nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis

perencanaa tindakan keperawatan telah dilakukan menjelaskan pada klien

penyebab nyeri, menganjurkan klien melaporkan nyeri dengan segera,

mengajarkan teknik diktraksi dan menganjurkan klien untuk beristirahat,

klienberistirahat atau tirah baring.

Diagnose keperawatan ketidakpatuhan berhubungan dengan

bebanpembiayaan program perawatan atau pengobatan perencanaan tindakan

keperawatan telah dilakukan seperti menginformasikan program pengobatan diet

yang harus dijalan, menginformasikan manfaat yang diperoleh jika teratur


menjalani pengobatan diet, menganjurkan klien dan keluarga untuk melakukan

konsultasi kepelayanan Kesehatan, melibatkan keluarga untuk mendukung

program pengobtan yang dijalani.

4.5 Evaluasi

Pada tinjauan pustaka evaluasi belum dapat dilaksankanan karena

merupakan kasus semu sedangkan pada tinjauan kasus evaluasi dapat dilakukan

karena dapat diketahui keadaan klien.pada akhir evaluasi diagnose keperawatan

nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis disimpulkan bahwa masalah

keperawatan klien teratasi karena sudah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan

oleh perawat yaitu nyeri sudah teratasi.

Diagnosa keperawatan ketidakoatuhan berhubungan dengan

bebanpembiayaan program Kesehatan atau pengobatan disimpulkan bahwa

masalah keperawatan pada klien teratasi akrena sudah sesuai dengan tujuan yang

ditetapkan perawat yaitu ketidakpatuhan klien mau mengubah pola hidupnya dan

rutin kontrol kefasilitas Kesehatan.

Pada akhir evaluasi semua tujuan dan kriteria hasil dapat dicapaikarena

adanya kerja sama yang baik antara perawatan klien. Hasil evaluasi pada Ny.

Rsudah sesuai harapan, masalah teratasi.


BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Setelah penulis melakukan pengamatan dan melaksanakan asuhan

keperawatan secara langsung pada klien dengan dengan diagnosa medis

Hipertensi di Kelurahan Bah Kapul , maka penulis dapat menarik beberapa

kesimpilan sekaligus saran yang dapatbermanfaat dala meningkatkan mutu asuhan

keperawatan pada klien dengan diagnosa medis Hipertensi. Dari hasil yang telah

menguraikan tentang asuhan keperawatn pada Ny. R dengan diagnosa medis

Hipertensi maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:


1. fokus pengkajian pada Ny. R yaitu pada sistem kardiovaskuler dengan

data tidak ada nyeri tekan, tidak ada sesak nafas, , tidak ada edema,

terdapat kenaikan tekanna dara. Pada system persyarafan terdapat sakit

kepala, akibat dari tekanan darah tinggi, tidak ada kejang, tidak ada

tremor, tidak ada masalah memori. Pada sistem musculoskeletal nyeri

sendi karena faktor usia dan aktivitas berlebihan, kekakuan pada leher,

tidak pernah olahraga

2. Diagnosa keperawatan prioritas pada klien meliputi: nyeri akut

berhubungan dengan agen cedera biologis, ketidakpatuhan berhubungan

dengan beban pembiayaan program perawatan atau pengobatan

3. Pada kedua diagnosa prioritas yang muncul pada klien dilakukan melalui

tindakan mandiri keperawatan karena dilakukan dirumah tanpa ada

tindakan kolaborasi dari dokter atau petugas Kesehatan lainnya

4. Implementasi keperawatan dilaksanakan selama dua hari dan semua

Tindakan yang diimplementasikan kepada klien berdasarkan pada rencana

Tindakan keperawatan yang telah ditetapkan oleh perawat

5. dari kedua diagnose prioritas yang terjadi pada Ny. S didapatkan dua

masalah teratasi. Kondisi Ny. R sudah cukup baik dari sebelumnya

5.2 Saran

Penulis memberikan saran sebagai berikut:

a. Untuk pencapaian hasil keperawatan yang diharapkan, diperlukan

hubungan yang baik dan keterlibatkan klien dan keluarga

b. Perawat sebagai petugas pelayanan Kesehatan hendaknya selalu

meningkatkan kemampuan dan keterampilannya.


DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Lilik Ma’rifatul. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha ilmu.


Diakses pada tanggal 24 Februari 2021, 16.15 WIB
Cahyani N. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. C Dengan Diagnosa
medis Hipertensi. Online. eprints.kertacendekia.ac.id diakses pada
tanggal 28 Januari 2021, 08.00 WIB
Dinarti & Mulyani. (2017). Dokumentasi Keperawatan. Online.
Bppsdmk.kemkes.go.id. Diakses pada tanggal 28 Januarib
2021,11.30 WIB
Gede. (2011). Konsep asuhan keperawatan sindrom coroner
akut.samoke2012.wprdpress.com. diakse pada tanggal 27 Januari
2021, 12.30 WIB
health.kompas.com. tanda dan gejala hipertensi. Diakses tanggal
26 Februari 2021, 21.30 WIB
htpps://n2ncollection.com/asuhan-keperawatan-dengan-keletihan-d-0057//.
Diakses tanggal 24 Februari 2021, 22.50 WIB
https://m.liputan6.com/healt/read/2954635/penyebab-
hipertensi#:~:text:tidak%20ada%20bukti%20stres%20dengan,
Muttaqin, Arif. (2012). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler dan hematologic Jakarta: Salemba
Medika.
NANDA-I (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi, ed. 10.
Jakarta: penerbit Buku Kedokteran EGC.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma , Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic- Noc. Jilid
2.jogjakarta: medication
Prawira Eka Aditya. (2017). Penyebab hipertensi. Online. M.liputan6.com
diakses pada tanggal 26 Januari, 13:00 WIB
Price, A sylvia. Nanda NIC NOC (2015) diagnosis definisi dan klasifikasi
penerbit buku kedokteran EGC.
Singgalingging, G. 2011. Karakteristik Penderita Hipertensi Di Rumah Sakit
Umum Herna Medan 2011. Medan: 1-6
Soenarta, A.A., dkk. (2015). Pedoman Tata Laksana Hipertensi Pada Penyakit
Kardivaskular, 1. Hlm. 1-2. Diakses pada tanggal 27 Januari 2021,
10.00 WIB
Syamsudin. (2011). Buku ajar farmakoterapi kardiovaskuler dan renal. Salemba
medika: Jakarta. S Widyaningrum. (2012). Hipertensi pada lansia.
Online. respiratory.unej.ac.id diakses pada tanggal 25 Januari,
10.00 WIB
www.aladokter.com. Diet DASH untuk penderita hipertensi. Diakses tanggal 27
Februari 2021, 21.40 WIB
www.aladokter.com. Obat tekanan darah tinggi. Diakses tanggal 27 Februarai
2021, 21.26 WIB
Yasmara, Deni dkk. (2016). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah
penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta
Yuwono, Ridwan dkk. (2017). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang
Hipertensi Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Penderita
Hipertensi.Jks.fikes.unsoed.ac.id. diakses pada tanggal 26 Februari
2021, 20.56 WIB
Lampiran 1 Satuan Acara Penyuluhan

SATUAN ACARA PENYULUHAN HIPERTENSI

Disusun Oleh :
Mina Uliarta Aritonang, S.Kep
NPM : 21.14.059

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI FAKULTAS


KEPERAWATAN

INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA DELITUA

TAHUN 2022

SATUAN ACARA PENYULUHAN


Pokok Bahasan : Hipertensi
Hari/Tanggal : 05 Mei 2022
Waktu : ± 20 menit
Tempat : Jl. Handayani Kota Pematang
Siantar
Sasaran : Ny. R
A. Analisa Situasi
1. Peserta Penyuluhan
1.1 Anggota Keluarga dan Klien Hipertensi
1.2 Minat, perhatian dan antusias dalam menerima materi penyuluhan cukup baik
1.3 Interaksi antara penyuluh dengan audience cukup baik dan interaktif.
2. Penyuluh
2.1 Mahasiswa Profesi Ners Institut Kesehatan Deli Husada Delitua
2.2 Mampu mengomunikasikan kegiatan penyuluhan tentang Hipertensi dengan
baik dan mudah dipahami oleh audience.
3. Ruangan
3.1 Bertempat di rumah klien
3.2 Penerangan, ventilasi, cukup kondusif untuk kelangsungan kegiatan
penyuluhan

B. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan keluarga dapat memahami dan
mengerti tentang Hipertensi.

C. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan keluarga dapat menjelaskan kembali tentang :
a. PengertianHiperteni
b. Penyebab Hipertensi
c. Tanda dan gejala Hipertensi
d. Pencegahan Hipertensi
e. Diet hipertensi
f. Komplikasi
D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
E. Alat
1. Leaflet
F. KEGIATAN PENYULUHAN
Kegiatan Kegiatan Kegiatan Sasaran Metode Cerama
Penyuluhan h
Pembukaan Pembukaan : a) Menjawab Ceramah 5 menit
1. Memberi salam salam
2. Memerkenalka b) Mendengarkan
n diri dan
3. Menjelaskan memperhatikan
tujuan c) Memperhatikan
penyuluhan
Penyajian Penyampaian materi : Memperhatikan dan Ceramah 25 menit
Materi 1. Pengertian mengajukan pertanyaan
Hipertensi
2. Penyebab
Hipertensi
3. Tanda dan
gejala
Hipertensi
4. Cara
Pencegahan
Hipertensi
5. Diet Hipertensi
6. Komplikasi
Evaluasi 1. Memberikan Menjawab Tanya 10 menit
kesempatan untuk pertanyaan jawab
bertanya
2. Meminta keluarga
menjelaskan tentang
materi hipertensi
Terminasi 1. Mengucapkan 1 Memperhatikan Ceramah 5 menit
terima kasih atas 2.Menjawab salam
perhatian yang
diberikan
2. Mengucapkan salam
G. Materi
(Terlampir)
H. Evaluasi
Memberikan kesempatan pada peserta penyuluhan untuk bertanya dan memberikan pertanyaan
kepada peserta penyuluhan.
Pertanyaan :
1. Apa pengertian Hipertensi ?
2. Apa penyebab Hipertensi ?
3. Bagaimana tanda dan gejala Hipertensi ?
4. Bagaimana cara pencegahan Hipertensi ?
5. Bagaimana diet Hipertensi ?
6. Komplikasi Hipertensi ?
Mina Uliarta Aritonang, S.Kep
21.14.059
LAMPIRAN MATERI HIPERTENSI
A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dengan tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik diatas 90 mmHg (Aspiani, 2014). Hipertensi sering
menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang dapat
mengakibatkan semakin tingginya tekanan darah (Muttaqin,
2012).Pengukuran tekanan darah masing-masing dapat memberi
hasil yang bervariasi secara significakan, sehingga membutuhkan
konfirmasi, namun hipertensi berat diketahui berdasarkan
pengkuran berulang yang dilakukan paling sedikit pada dua dan
waktu yang berbeda (Aaronson & Ward, 2008).
Menurut WHO tekanan darah normal jika <130 mmhg dan
diastol < 85 mmhg. Sedangkan tekanan darah dikatakan optimal
jika sistol <120 mmhg, diastol < 80 mmhg.
B. Penyebab
1. Faktor Usia
Tidak bisa dipungkiri faktor usia merupakan salah satu
penyebab seseorang terkena penyakit darah tinggi, semakin
bertambahnya usia seseorang akan mengurangi elastisitas
pembuluh darah sehingga tekanan darah didalam tubuh orang yang
sudah lanjut usia akan mengalami kenaikan dan bisa melebihi
batas normalnya. Tekanan darah tinggi sangat sering terjadi pada
orang berusia lebih dari 60 tahun karena tekanan darah secara
alami cenderung meningkat seiring bertambahnya usia. Menurut
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan,
kejadian hipertensi paling tinggi pada usia 30-40 tahun.
2. Faktor Keturunan
Orang tua yang mempunyai penyakit darah tinggi atau
hipertensi ada kemungkinan bisa menurunkan kepada anaknya,
jadi jika orang tua anda
3. Faktor Jenis Kelamin
Para peneliti berpendapat bahwa pria yang berusia 45 tahun
lebih berisiko terkena penyakit darah tinggi dibandingkan wanita,
hal tersebut dikarenakan laki- laki mempunyai kebiasaan hidup
yang buruk, yang mana kebiasaan tersebut terus saja berulang kali
mereka lakukan tanpa menyadari akan efek yang akan dapat
terjadi, kebiasaan tersebut seperti halnya merokok, mengkonsumsi
alkohol, mengkonsumsi makanan yang tak sehat, bekerja
berlebihan, kurang istirahat serta jarang olahraga. Kebisaaan
sedemikian tersebut merupakan faktor pemicu atau resiko yang
tinggi dalam terkena hipertensi menjadi lebih cepat, sedangkan
wanita yang berusia diatas 65 tahun lebih berisiko terkena penyakit
darah tinggi.
4. Faktor Olahraga
Orang yang tidak pernah melakukan berbagai olahraga
akan lebih berisiko terkena penyakit darah tinggi, gaya hidup yang
tidak sehat karena tidak pernah melakukan olahraga akan
menyebabkan jantung menjadi tidak sehat jika jantung tidak sehat
secara otomatis jantung tidak bisa memompa darah dan akan
mengakibatkan aliran darah didalam tubuh menjadi tidak lancar.
5. Pola Makan
Pola makan yang buruk merupakan salah satu penyebab
orang terkena penyakit darah tinggi, jika seseorang sering sekali
mengkomsumsi makanan- makanan yang mempunyai kadar lemak
tinggi dia akan berisiko terkena penyakit hipertensi. Penelitian
menunjukkan adanya kaitan antara asupan natrium yang
berlebihan dengan tekanan darah tinggi pada beberapa individu.
Asupan natrium yang meningkat menyebabkan tubuh meretensi
cairan, yang meningkatkan volume darah. Di samping itu, diet
tinggi garam dapat mengecilkan diameter dari arteri. Jantung harus
memompa lebih keras untuk mendorong volume darah yang
meningkat melalui ruang sempit. Akibatnya adalah hipertensi.
6. Minum Alkohol
Minuman beralkohol sangat tidak baik untuk kesehatan
tubuh, jika anda yang sering mengkomsumsi minuman beralkohol
sebaiknya anda mulai mengurangi kebiasaan buruk anda bahkan
anda harus menghentikannya.
7. Stres
Pada keadaan stres, tubuh meningkatkan produksi hormon
stres yakni kortisol dan adrenalin. Kedua ini meningkatkan kerja
jantung, yang jika terus menerus terpapar akan membuat gangguan
pada jantung. Jika dilihat dari sistem saraf, stres dapat
menyebabkan hipertensi dengan menstimulasi sistem saraf dalam
meningkatkan hormon yang menyempitkan pembuluh darah,
misalnya seperti adrenalin yang telah disebutkan di atas.
8. Merokok
Rokok menyebabkan peningkatan denyut jantung, tekanan
darah, dan juga menyebabkan pengapuran sehingga volume
plasma darah berkurang karena tercemar nikotin, akibatnya
viskositas darah meningkat sehingga timbul hipertensi. Merokok
dapat meningkatkan tekanan darah secara temporer yaitu tekanan
darah sistolik yang naik sekitar 10 mmHg dan tekanan darah
diastolik naik sekitar 8 mmHg. Merokok juga dapat menghapuskan
efektivitas beberapa obat antihipertensi. Misalnya, pengobatan
hipertensi yang menggunakan terapi betablocker dapat
menurunkan risiko penyakit jantung dan stroke hanya bila
pemakainya tidak merokok karena merokok merupakan faktor
risiko utama untuk munculnya penyakit kardiovaskular.
C. Tanda dan Gejala
a. Pusing kepala
Sakit kepala atau mengalami pusing kepala (nyeri di
belakang kepala dan tengkuk) karena ini yang merupakan dari
gejala hipertensi yang lebih umum terjadi pada penderita
hipertensi atau tekanan darah tinggi, terlebih lagi jika para
penderitanya memiliki tekanan lebih tinggi.
b. Mimisan
Mimisan yang muncul bersamaan dengan sakit kepala yang
parah, merupakan dari salah satu adanya gejala hipertensi, oleh
sebab itu jangan selalu anda biarkan jika mimisan menimpa anda.
c. Kesemutan
Semakin meningkatnya pada taraf hipertensi pada
penderitanya, maka akan mengakibatkan mati rasa atau
kesemutan. Hal ini dikarenakan gangguan pembuluh darah,
sehingga aliran darah pada daerah yang berada ditepi seperti
kaki dan tangan tidak lancar atau terganggu, hal ini akan memicu
saraf terganggu apabila kebutuhan oksigen dan nutrisi tidak
didapat akibat aliran darah yang terganggu. Akhirnya timbulah
gejala kesemutan.
d. Mual
Mual dan muntah yang menjadi gejala hipertensi dan
penyakit lainnya, namun yang perlu anda pahami lagi bahwa mual
dan muntah yang terjadi pun bisa saja disebabkan karena tekanan
darah tinggi
D. Pencegahan
a. Sebelum hipertensi
1) Mengurangi/menghindari setiap perilaku yang memperbesar
risiko, yaitu menurunkan berat badan bagi yang kelebihan
berat badan dan kegemukan, menghindari meminum
minuman beralkohol, mengurangi/menghindari makanan
yang mengandung makanan yang berlemak dan berkolesterol
tinggi.
2) Peningkatan ketahanan fisik dan perbaikan status gizi, yaitu
melakukan olahraga secara teratur dan terkontrol seperti
senam aerobik, jalan kaki, berlari, naik sepeda, berenang, diet
rendah lemak dan memperbanyak mengonsumsi
buahbuahan dan sayuran, mengendalikan stress dan emosi.
b. Setelah hipertensi
1) Kontrol teratur
2) Minum obat teratur
3) Diit : rendah garam dan rendah lemak
4) Pola hidup sehat yaitu dengan :

a) Berolah raga dan melakukan aktifitas fisik secara teratur,


misalnya jalan cepat atau senam aerobik yang rutin dilakukan
setiap hari selama minimal 30 menit per hari.
b) Mengurangi asupan alkohol tidak lebih dari 3 unit per hari
pada laki-laki dan tidak lebih dari 2 unit per hari pada
perempuan.
c) Memperbanyak konsumsi buah - buahan dan sayur-sayuran
yang kaya serat sedikitnya lima porsi per hari.
E. Diet Hipertensi
1. Jenis makanan untuk Hipertensi
a. Karbohidrat : Beras, kentang, singkong, terigu, makanan
yang diolah tanpa garam.
b. Protein hewani : Daging segar, ikan, telur tanpa kuning telur, dan
susu.
c. Protein nabati : Semua kacang-kacangan yang diolah tanpa garam.
d. Sayuran : Sayuran yang dianjurkan antara lain tomat,
wortel, bunga kol, brokoli, dan sayuran berdaun hijau seperti bayam,
kangkung, dll. Sayuran tersebut kaya akan mineral, vitamin, dan
senyawa lain yang dapat membantu menurunkan tekanan darah dan
menurangi resiko hipertensi.
e. Buah-buahan : Semua buah segar dan diawetkan tanpa garam
dan soda.
f. Minyak : margarine dan mentega tanpa garam.
g. Bumbu : semua bumbu dan kering.

2. Jenis makanan yang tidak boleh untuk Hiperttensi


a. Karbohidrat : roti, biskuit, dan makanan yang diolah dengan
garam
b. Protein hewani : ikan asin, keju, cornet.
c. Protein nabati : semua kacang-kacangan yang diolah dengan
garam.
d. Sayuran : semua sayuran segar dan diawetkan dengan
garam.
e. Buah-buahan : semua buah segar dan diawetkan dengan garam
dan soda.
f. Minyak : margarine dan mentega biasa.
g. Bumbu : semua bumbu dengan garam.
h. Konsumsi alkohol berlebih dan merokok.
F. Komplikasi
Komplikasi hipertensi antara lain :
a. Penyakit jantung (Gagal jantung)
b. Penyakit ginjal (Gagal ginjal)
c. Penyakit otak (Stroke)
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, R.Y., 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan


Klien Gangguan Kardiovaskuler. Jakarta: EGC.

Udjianti, W.J., 2013. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Selemba


Medika.

Sotomo, B. (2006). Kendalikan Hipertensi dengan Strategi DASH-


Natrium.Jakarta: PT Bhuana Ilmu.
DOKUMENTASI

SATUAN ACARA PENYULUHAN HIPERTENSI

Disusun Oleh :
Mina Uliarta Aritonang, S.Kep

NPM : 21.14.059

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI FAKULTAS KEPERAWATAN

INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA DELITUA

TAHUN 2022

SATUAN ACARA PENYULUHAN


Pokok Bahasan : Hipertensi
Hari/Tanggal : 05 Mei 2022
Waktu : ± 20 menit
Tempat : Jl. Handayani Kota Pematang
Siantar
Sasaran : Ny. R
I. Analisa Situasi
1. Peserta Penyuluhan
1.1 Anggota Keluarga dan Klien Hipertensi
1.2 Minat, perhatian dan antusias dalam menerima materi penyuluhan cukup baik
1.3 Interaksi antara penyuluh dengan audience cukup baik dan interaktif.
2. Penyuluh
2.1 Mahasiswa Profesi Ners Institut Kesehatan Deli Husada Delitua
2.2 Mampu mengomunikasikan kegiatan penyuluhan tentang Hipertensi dengan
baik dan mudah dipahami oleh audience.
3. Ruangan
3.1 Bertempat di rumah klien
3.2 Penerangan, ventilasi, cukup kondusif untuk kelangsungan kegiatan
penyuluhan

J. Tujuan Umum

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan keluarga dapat memahami dan


mengerti tentang Hipertensi.

K. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan keluarga dapat menjelaskan kembali tentang :


g. PengertianHiperteni
h. Penyebab Hipertensi
i. Tanda dan gejala Hipertensi
j. Pencegahan Hipertensi
k. Diet hipertensi
l. Komplikasi
L. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
M. Alat
1. Leaflet
N. KEGIATAN PENYULUHAN
Kegiatan Kegiatan Kegiatan Sasaran Metode Cerama
Penyuluhan h
Pembukaan Pembukaan : d) Menjawab Ceramah 5 menit
4. Memberi salam salam
5. Memerkenalka e) Mendengarkan
dan
n diri memperhatikan
6. Menjelaskan f) Memperhatikan
tujuan
penyuluhan
Penyajian Penyampaian materi : Memperhatikan dan Ceramah 25 menit
Materi 7. Pengertian mengajukan pertanyaan
Hipertensi
8. Penyebab
Hipertensi
9. Tanda dan
gejala
Hipertensi
10. Cara
Pencegahan
Hipertensi
11. Diet Hipertensi
12. Komplikasi
Evaluasi 1. Memberikan Menjawab Tanya 10 menit
kesempatan untuk pertanyaan jawab
bertanya
2. Meminta keluarga
menjelaskan tentang
materi hipertensi
Terminasi 1. Mengucapkan 1 Memperhatikan Ceramah 5 menit
terima kasih atas 2.Menjawab salam
perhatian yang
diberikan
2. Mengucapkan salam

O. Materi
(Terlampir)
P. Evaluasi

Memberikan kesempatan pada peserta penyuluhan untuk bertanya dan memberikan pertanyaan
kepada peserta penyuluhan.
Pertanyaan :
1. Apa pengertian Hipertensi ?
2. Apa penyebab Hipertensi ?
3. Bagaimana tanda dan gejala Hipertensi ?
4. Bagaimana cara pencegahan Hipertensi ?
5. Bagaimana diet Hipertensi ?
6. Komplikasi Hipertensi ?
Mina Uliarta Aritonang, S.Kep

21.14.059
LAMPIRAN MATERI HIPERTENSI

A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dengan tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik diatas 90 mmHg (Aspiani, 2014). Hipertensi sering
menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang dapat
mengakibatkan semakin tingginya tekanan darah (Muttaqin,
2012).Pengukuran tekanan darah masing-masing dapat memberi
hasil yang bervariasi secara significakan, sehingga membutuhkan
konfirmasi, namun hipertensi berat diketahui berdasarkan
pengkuran berulang yang dilakukan paling sedikit pada dua dan
waktu yang berbeda (Aaronson & Ward, 2008).
Menurut WHO tekanan darah normal jika <130 mmhg dan
diastol < 85 mmhg. Sedangkan tekanan darah dikatakan optimal
jika sistol <120 mmhg, diastol < 80 mmhg.
B. Penyebab
1. Faktor Usia
Tidak bisa dipungkiri faktor usia merupakan salah satu
penyebab seseorang terkena penyakit darah tinggi, semakin
bertambahnya usia seseorang akan mengurangi elastisitas
pembuluh darah sehingga tekanan darah didalam tubuh orang yang
sudah lanjut usia akan mengalami kenaikan dan bisa melebihi
batas normalnya. Tekanan darah tinggi sangat sering terjadi pada
orang berusia lebih dari 60 tahun karena tekanan darah secara
alami cenderung meningkat seiring bertambahnya usia. Menurut
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan,
kejadian hipertensi paling tinggi pada usia 30-40 tahun.
2. Faktor Keturunan
Orang tua yang mempunyai penyakit darah tinggi atau
hipertensi ada kemungkinan bisa menurunkan kepada anaknya,
jadi jika orang tua anda
3. Faktor Jenis Kelamin
Para peneliti berpendapat bahwa pria yang berusia 45 tahun
lebih berisiko terkena penyakit darah tinggi dibandingkan wanita,
hal tersebut dikarenakan laki- laki mempunyai kebiasaan hidup
yang buruk, yang mana kebiasaan tersebut terus saja berulang kali
mereka lakukan tanpa menyadari akan efek yang akan dapat
terjadi, kebiasaan tersebut seperti halnya merokok, mengkonsumsi
alkohol, mengkonsumsi makanan yang tak sehat, bekerja
berlebihan, kurang istirahat serta jarang olahraga. Kebisaaan
sedemikian tersebut merupakan faktor pemicu atau resiko yang
tinggi dalam terkena hipertensi menjadi lebih cepat, sedangkan
wanita yang berusia diatas 65 tahun lebih berisiko terkena penyakit
darah tinggi.
4. Faktor Olahraga
Orang yang tidak pernah melakukan berbagai olahraga
akan lebih berisiko terkena penyakit darah tinggi, gaya hidup yang
tidak sehat karena tidak pernah melakukan olahraga akan
menyebabkan jantung menjadi tidak sehat jika jantung tidak sehat
secara otomatis jantung tidak bisa memompa darah dan akan
mengakibatkan aliran darah didalam tubuh menjadi tidak lancar.
5. Pola Makan
Pola makan yang buruk merupakan salah satu penyebab
orang terkena penyakit darah tinggi, jika seseorang sering sekali
mengkomsumsi makanan- makanan yang mempunyai kadar lemak
tinggi dia akan berisiko terkena penyakit hipertensi. Penelitian
menunjukkan adanya kaitan antara asupan natrium yang
berlebihan dengan tekanan darah tinggi pada beberapa individu.
Asupan natrium yang meningkat menyebabkan tubuh meretensi
cairan, yang meningkatkan volume darah. Di samping itu, diet
tinggi garam dapat mengecilkan diameter dari arteri. Jantung harus
memompa lebih keras untuk mendorong volume darah yang
meningkat melalui ruang sempit. Akibatnya adalah hipertensi.
6. Minum Alkohol
Minuman beralkohol sangat tidak baik untuk kesehatan
tubuh, jika anda yang sering mengkomsumsi minuman beralkohol
sebaiknya anda mulai mengurangi kebiasaan buruk anda bahkan
anda harus menghentikannya.
7. Stres
Pada keadaan stres, tubuh meningkatkan produksi hormon
stres yakni kortisol dan adrenalin. Kedua ini meningkatkan kerja
jantung, yang jika terus menerus terpapar akan membuat gangguan
pada jantung. Jika dilihat dari sistem saraf, stres dapat
menyebabkan hipertensi dengan menstimulasi sistem saraf dalam
meningkatkan hormon yang menyempitkan pembuluh darah,
misalnya seperti adrenalin yang telah disebutkan di atas.
8. Merokok
Rokok menyebabkan peningkatan denyut jantung, tekanan
darah, dan juga menyebabkan pengapuran sehingga volume
plasma darah berkurang karena tercemar nikotin, akibatnya
viskositas darah meningkat sehingga timbul hipertensi. Merokok
dapat meningkatkan tekanan darah secara temporer yaitu tekanan
darah sistolik yang naik sekitar 10 mmHg dan tekanan darah
diastolik naik sekitar 8 mmHg. Merokok juga dapat menghapuskan
efektivitas beberapa obat antihipertensi. Misalnya, pengobatan
hipertensi yang menggunakan terapi betablocker dapat
menurunkan risiko penyakit jantung dan stroke hanya bila
pemakainya tidak merokok karena merokok merupakan faktor
risiko utama untuk munculnya penyakit kardiovaskular.
C. Tanda dan Gejala
a. Pusing kepala
Sakit kepala atau mengalami pusing kepala (nyeri di
belakang kepala dan tengkuk) karena ini yang merupakan dari
gejala hipertensi yang lebih umum terjadi pada penderita
hipertensi atau tekanan darah tinggi, terlebih lagi jika para
penderitanya memiliki tekanan lebih tinggi.
b. Mimisan
Mimisan yang muncul bersamaan dengan sakit kepala yang
parah, merupakan dari salah satu adanya gejala hipertensi, oleh
sebab itu jangan selalu anda biarkan jika mimisan menimpa anda.
c. Kesemutan
Semakin meningkatnya pada taraf hipertensi pada
penderitanya, maka akan mengakibatkan mati rasa atau
kesemutan. Hal ini dikarenakan gangguan pembuluh darah,
sehingga aliran darah pada daerah yang berada ditepi seperti
kaki dan tangan tidak lancar atau terganggu, hal ini akan memicu
saraf terganggu apabila kebutuhan oksigen dan nutrisi tidak
didapat akibat aliran darah yang terganggu. Akhirnya timbulah
gejala kesemutan.
d. Mual
Mual dan muntah yang menjadi gejala hipertensi dan
penyakit lainnya, namun yang perlu anda pahami lagi bahwa mual
dan muntah yang terjadi pun bisa saja disebabkan karena tekanan
darah tinggi
D. Pencegahan
a. Sebelum hipertensi
1. Mengurangi/menghindari setiap perilaku yang memperbesar
risiko, yaitu menurunkan berat badan bagi yang kelebihan
berat badan dan kegemukan, menghindari meminum
minuman beralkohol, mengurangi/menghindari makanan
yang mengandung makanan yang berlemak dan berkolesterol
tinggi.
2. Peningkatan ketahanan fisik dan perbaikan status gizi, yaitu
melakukan olahraga secara teratur dan terkontrol seperti
senam aerobik, jalan kaki, berlari, naik sepeda, berenang, diet
rendah lemak dan memperbanyak mengonsumsi buahbuahan
dan sayuran, mengendalikan stress dan emosi.
b. Setelah hipertensi
1) Kontrol teratur
2) Minum obat teratur
3) Diet : rendah garam dan rendah lemak
4) Pola hidup sehat yaitu dengan :
 Berolah raga dan melakukan aktifitas fisik secara teratur,
misalnya jalan cepat atau senam aerobik yang rutin dilakukan
setiap hari selama minimal 30 menit per hari.
 Mengurangi asupan alkohol tidak lebih dari 3 unit per hari
pada laki-laki dan tidak lebih dari 2 unit per hari pada
perempuan.
 Memperbanyak konsumsi buah - buahan dan sayur-sayuran
yang kaya serat sedikitnya lima porsi per hari.
 Diet Hipertensi

 Jenis makanan untuk Hipertensi


 Karbohidrat : Beras, kentang, singkong, terigu, makanan
yang diolah tanpa garam.
 Protein hewani : Daging segar, ikan, telur tanpa kuning
telur, dan susu.
 Protein nabati : Semua kacang-kacangan yang diolah
tanpa garam.
 Sayuran : Sayuran yang dianjurkan antara lain tomat,
wortel, bunga kol, brokoli, dan sayuran berdaun hijau seperti
bayam, kangkung, dll. Sayuran tersebut kaya akan mineral,
vitamin, dan senyawa lain yang dapat membantu
menurunkan tekanan darah dan menurangi resiko
hipertensi.
 Buah-buahan : Semua buah segar dan diawetkan tanpa
garam dan soda.
 Minyak : margarine dan mentega tanpa garam.
 Bumbu : semua bumbu dan kering.

 Jenis makanan yang tidak boleh untuk Hiperttensi


o Karbohidrat : roti, biskuit, dan makanan yang diolah dengan
garam
o Protein hewani : ikan asin, keju, cornet.
o Protein nabati : semua kacang-kacangan yang diolah dengan
garam.
o Sayuran : semua sayuran segar dan diawetkan dengan
garam.
o Buah-buahan : semua buah segar dan diawetkan dengan garam
dan soda.
o Minyak : margarine dan mentega biasa.
o Bumbu : semua bumbu dengan garam.
o Konsumsi alkohol berlebih dan merokok.

B. Komplikasi
Komplikasi hipertensi antara lain :
d. Penyakit jantung (Gagal jantung)
e. Penyakit ginjal (Gagal ginjal)
f. Penyakit otak (Stroke)
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, R.Y., 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan


Klien Gangguan Kardiovaskuler. Jakarta: EGC.

Udjianti, W.J., 2013. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Selemba


Medika.

Sotomo, B. (2006). Kendalikan Hipertensi dengan Strategi DASH-


Natrium.Jakarta: PT Bhuana Ilmu.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai