Anda di halaman 1dari 48

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A DENGAN DIABETES


MELLITUS DI RUANG PENYAKIT DALAM RSUD PALEMBANG BARI
TAHUN 2022

KELOMPOK 1
Achmad Deliar Nur Nasution 22222001
Aldi Irawan 22222004
Febiola 22222025
Indriana Eka Yulianti 22222033
Joko Prasetyo 22222034
Prati Tri Anggraini 22222051
Reska Hariyani 22222057
Sandra Widi Astuti 22222065
Sri Devy Maharani 22222070
Tiara Wulandari 22222073

Pembimbing Klinik :
Wenny Ventiara, S.Kep., Ners
Pembimbing Akademik :
Marwan Riki Ginanjar, S.Kep., Ns., M.Kep

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI MUHAMMADIYAH


PALEMBANG PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
TAHUN 2022
HALAMAN PERSETUJUAN

JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A DENGAN DIABETES MELITUS


DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
PALEMBANG BARI TAHUN 2022

Palembang, 23 November 2022

Menyetujui :
Pembimbing Klinik (CI) Dosen Pembimbing

Wenny Ventiara, S,Kep., Ners Marwan Riki Ginanjar., M.Kep


NKA.910206201901674 NBM.12062999

Mengetahui,
Kepala Bagian Pendidikan dan Pelatihan
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI

Bembi Ferizal, S.ST.Pi.,MM


NIP.198707012010011001
VISI, MISI DAN MOTTO RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
PALEMBANG BARI

VISI
● Menjadi Rumah Sakit unggul, amanah dan terpercaya di Indonesia
MISI
● Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan berorientasi pada
keselamatan dan ketepatan sesuai standar mutu berdasarkan pada etika dan
profesionalisme yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat
● Meningkatkan mutu manajemen sumber daya kesehatan
● Menjadikan RSUD Palembang BARI sebagai rumah sakit pendidikan dan
pelatihan di Indonesia.
MOTTO
● Kesembuhan dan kepuasan pelanggan adalah kebahagiaan kami
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul “Asuhan
Keperawatan pada Tn. A di Ruang Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Palembang
BARI tahun 2022” tepat pada waktunya.
Penyusunan laporan kasus ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam
menjalankan praktik klinik Profesi Ners di RSUD Palembang BARI tahun 2022. Dalam
penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan dukungan dari
berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini perkenankan kami menyampaikan terima
kasih kepada :
1. Dr. Hj. Makiani, SH.,MM.,MARS sebagai Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI
2. Heri Shatriadi, M.Kes selaku Rektor Institut Ilmu Kesehatan dan Teknologi
Muhammadiyah Palembang
3. Bembi Farizal, S.ST.Pi.,MM sebagai Kepala Bagian Pendidikan Dan Pelatihan
(Diklat) Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI
4. Marwan Riki Ginanjar,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Dosen Pembimbing Akademik
5. Ayu Dekawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Dosen Pembimbing Akademik
6. Bety Maryanti, SKM.,M.Kes sebagai kepala Sub Bagian Kerjasama Dan Pendidikan
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI
7. Hj. Masrianah, S.Kep.,Ns.,M.Kes Kabid Pelayanan Keperawatan RSUD Palembang
BARI
8. Ismardi, S.Kep.,Ns sebagai Koordinator Pembimbing Klinik RSUD Palembang BARI
9. Wenny Ventiara, S.Kep., Ners Pembimbing Klinik RSUD Palembang BARI
10. Apriani, S.ST., M.Kes sebagai Kepala Ruangan PDL
Kami menyadari laporan kasus ini masih banyak kekurangan, dengan demikian saran dan
kritik yang sangat membantu kami harapkan dan kami terima dengan senang hati. Kami
berharap semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan tenaga
kesehatan lain pada khususnya.

Palembang, November 2022


Penulis

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pola penyakit negara berkembang saatinimengalamipergeseran dari penyakit


infeksi ke penyakit akibat gaya hidup, yang ternyata berhubungan dengan adanya
perubahan aspek sosial, ekonomi dan demografi pada masyarakat di masing-masing
Negara (Sri siri et al, 2017). Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang
mengalami pergeseran pola ini meskipun angka kejadian infeksi di Indonesia masih
cukup tinggi. Sementara itu, kejadian penyakit tidak menular seperti hipertensi dan
diabetes mellitus terus mengalami peningkatan (Sudoyo et al., 2014). Menurut
Gowshall dan Robinson (2018), penyakit tidak menular sejauh ini merupakan
penyebab kematian pertama di dunia. Pada tahun 2016, sebanyak 75% dari 57 juta
kematian yang terjadi secara global diakibatkan oleh penyakit tidak menular. Penyakit
tidak menular yang menjadi penyebab kematian utama secara berturut-turut adalah
penyakit kardiovaskular, kanker, penyakit pernapasan kronik dan diabetes mellitus
(Wamai, Kengne dan Levitt, 2018).
Diabetes mellitus adalah penyakit metabolic kronik yang ditandai dengan
hiperglikemia akibat adanya gangguan pada sekresi insulin atau kerja insulin (Wu et
al, 2014). Penyakit ini dapat menimbulkan kerusakan jangka panjang berupa disfungsi
atau kegagalan organ tubuh khususnya mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah.
Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit tidak menular yang angka
kejadiannya akan terus meningkat dimasa yang akan datang (Tjekyan, 2014).
Menurut International Diabetes Federation (2017), sebanyak 425 juta
penduduk diseluruh dunia menderita diabetes mellitus pada tahun 2017 dan
diperkirakan akan meningkat menjadi 629 juta penduduk pada tahun 2045. IDF
memperkirakan terdapat 212,4 juta penduduk dunia dengan diabetes mellitus tidak
terdiagnosis dan berisiko mengalami komplikasi. Hasil studi yang dilakukan oleh
Shaw, Sicree & Zimmet (2010) juga menunjukkan adanya peningkatan prevalensi
diabetes secara global dimana prevalensi diabetes pada usia 20-79 tahun adalah 6,4%
(285 juta penduduk) pada tahun 2010 dan akan meningkat menjadi 7,7% (439 juta
penduduk) pada tahun 2030. Wilayah Pasifik Barat dan Asia Tenggara merupakan
wilayah dengan angka kejadian diabetes melitus terbanyak didunia. Pada tahun 2017,
sekitar 8,5% (138 juta penduduk) dewasa di wilayah Pasifik Barat dan 8,3% (75 juta
penduduk) di wilayah Asia Tenggara mengalami diabetes mellitus (Mirasol,2017).
Indonesia berada pada posisi nomor tujuh dari sepuluh negara dengan jumlah
penderita Diabetes Melitus terbanyak, yaitu sebesar 10,7 juta. Hasil data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan terdapat 2% penduduk dengan
Diabetes Melitus berdasarkan diagnosis dokter pada umur ≥ 15 tahun, angka tersebut
menunjukan adanya peningkatan dari hasil Riskesdas 2013 yaitu sebesar 1,5%.
Prevalensi Diabetes melitus sesuai diagnosis dokter pada penduduk umur ≥ 15 tahun di
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2018 adalah 1,27% dari jumlah 23.688 orang dengan
kelompok usia terbanyak berada pada rentang 55-64 tahun sebanyak 4,50% dan kasus
yang terjadi pada perempuan lebih banyak yaitu 1,15% daripada laki laki sebesar
0,67%. Kota Palembang menduduki wilayah tertinggi di Sumatera Selatan dengan
angka 2,20% dari 4.770 orang dibandingkan dengan Kabupaten/Kota lainnya, seperti
Kota Prabumulih sebesar 2,02% dan Ogan Komering Ulu sebesar 1,76% (Kementerian
Kesehatan RI, 2018). Jumlah penderita DM dikota Palembang sebanyak 10.038 pada
tahun 2018, kemudian sebanyak 11.779 pasien pada tahun 2019, dan sebanyak 10.517
pada tahun 2020. (Dinas Kesehatan Kota Palembang, 2020).

Peningkatan prevalensi diabetes melitus ini telah dihubungkan dengan berbagai


faktor risiko baik yang dapat dimodifikasi maupun yang tidak dapat dimodifikasi.
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah ras dan etnik, usia, jenis kelamin,
dan riwayat diabetes melitus dalam keluarga. Sedangkan faktor risiko yang dapat
dimodifikasi meliputi obesitas abdominal/sentral, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi,
dislipidemia, merokok dan konsumsi alcohol (Fatimah, 2015).
Menurut Tjekyan (2014), usia lebih dari 45 tahun dinegara berkembang dan
usia lebih dari 65 tahun dinegara maju dapat meningkatkan risiko terjadinya diabetes
mellitus tipe 2. Peningkatan angka kejadian diabetes mellitus juga dihubungkan
dengan adanya riwayat DM dalam keluarga dimana risiko untuk
terkena diabetes mellitus meningkat hingga dua sampai enam kali lipat pada pasien
yang memiliki orang tua atau saudara kandung penderita DM (Fatimah,2015).
Kemudian, berdasarkan studi yang dilakukan oleh Nguyen et al (2011), dengan data
dari National Center for Health Statistics (NHANES) di Amerika Serikat
menunjukkan sekitar 80,3% pasien diabetes mengalami kelebihan berat badan (IMT
25) dan 49,1% mengalami obesitas (IMT 30). Selain itu, penelitian oleh Lastra, Syed
& Kurukulasuriya (2014) menunjukkan bahwa sekitar 50% pasien hipertensi
mengalami resistensi insulin dan kontrol tekanan darah yang baik dapat mencegah
serta memperlambat progresivitas terjadinya komplikasi mikrovaskular dan
makrovaskular.
Mengingat besarnya masalah yang ditimbulkan oleh diabetes melitus,
Kementrian Kesehatan RI memprioritaskan pengendalian diabetes melitus
diantara gangguan penyakit metabolik lainnya. Salah satu pendekatan dalam
pengendalian diabetes melitus adalah dengan mengendalikan berbagai faktor
risiko di fasilitas layanan primer seperti dokter keluarga, rumah sakit dan
puskesmas (Kementrian Kesehatan RI,2014). Rumah sakit merupakan institusi
pelayanan kesehatan perorangan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan
gawat darurat, menurut Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit. Dari data yang didapat diperoleh angka kejadian Diabetes Mellitus pada rumah
sakit Kota Palembang dengan Jumlah penderita pada tahun 2018 sebanyak 339 orang,
tahun 2019 ada 338 orang, dan tahun 2020 ada 397 orang (Dinas Kesehatan Kota
Palembang, 2020).

Peran perawat terhadap penyakit Diabetes Melitus adalah memberikan asuhan


keperawatan yang efektif dan mampu ikut serta dalam upaya kuratif yaitu memberikan
pengobatan kepada pasien. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk
melakukan asuhankeperawatan pada klien diabetes mellitus melalui penyusunan
seminar proposal yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. A Dengan Diabetes
Mellitus di Ruang Penyakit Dalam RSUD Palembang Bari Tahun 2022”

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu mengaplikasikan serta mampu melaksanakan ilmu tentang Asuhan
Keperawatan secara komprehensif dengan proses pendekatan yang meliputi aspek
bio, psiko, spiritual, dalam bentuk pendokumentasian pada Tn.A dengan masalah
keperawatan gangguan endokrin Diabetes Mellitus diruang Penyakit Dalam RSUD
Palembang BARI.
2. Tujuan Khusus
a) Mampu melaksanakan pengkajian keperawatan pada Tn.A dengan masalah
keperawatan Diabetes Mellitus di RSUD Palembang BARI.
b) Mampu merumuskan diagnosis keperawatan pada Tn.A dengan masalah
keperawatan Diabetes Mellitus di RSUD Palembang BARI.
c) Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan pada Tn.A dengan masalah
keperawatan Diabetes Mellitus di RSUD Palembang BARI.
d) Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada Tn.A dengan masalah
keperawatan Diabetes Mellitus di RSUD Palembang BARI.
e) Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada Tn.A dengan masalah
keperawatan Diabetes Mellitus di RSUD Palembang BARI.
f) Melakukan discharge planning pada Tn.A dengan masalah keperawatan Diabetes
Mellitus di RSUD Palembang BARI
C. Waktu dan Tempat
Asuhan keperawatan dan pengumpulan data dilakukan pada tanggal 8-10
November 2022 di ruangan Penyakit Dalam RSUD Palembang BARI.
9

BAB II

A. Konsep Diabetes Mellitus Tipe II


1. Definisi
Menurut Badan World Health Organization (WHO) Diabetes Melitus
(DM) adalah penyakit kronik metabolik yang ditandai dengan peningkatan
kadar glukosa darah (atau gula darah) dimana pankreas tidak menghasilkan
cukup insulin (hormon yang mengatur glukosa darah) atau ketika tubuh tidak
dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya dan
berdampak terhadap kerusakan serius pada jantung, pembuluh darah, mata,
ginjal dan saraf (WHO, 2020).
Pada Diabetes Mellitus Tipe II tubuh mampu menghasilkan insulin
tetapi menjadi resisten sehingga insulin tidak bisa bekerja secara efektif
(International Diabetes Federation (IDF), 2017). Insulin merupakan hormon
yang diproduksi di pankreas yang diperlukan untuk mengangkut glukosa
dari aliran darah ke dalam sel tubuh untuk diolah menjadi energi. Kurangnya
atau ketidakefektifan insulin pada seseorang berarti glukosa tetap
bersirkulasi dalam darah dan akan mengakibatkan peningkatan kadar
glukosa dalam darah atau dikenal sebagai hyperglikemia yang seiring waktu
akan menyebabkan kerusakan pada jaringan tubuh dan komplikasi kesehatan
yang dapat mengancam jiwa (IDF, 2017).
2. Patofisiologi
Pada Diabetes Melitus Tipe 2 terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin, yaitu : resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada
permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut,
terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel.
Resistensi insulin pada Diabetes Melitus Tipe 2 disertai dengan penurunan
reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
10

Pada pasien toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat


sekresi insulin yang berlebihan, dan kadar glukosa akan dipertahankan pada
tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel
beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka
kadar glukosa akan meningkat dan terjadi Diabetes Melitus Tipe II.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya
glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang
disekresikan. Melakukan aktivitas dan olahraga secara teratur dapat
mengurangi resistensi insulin sehingga insulin dapat dipergunakan lebih baik
oleh sel-sel tubuh (Brunner & Suddarth, 2015).
Insulin adalah hormon pembangun (anabolik) atau hormon yang
dihasilkan oleh pancreas untuk mencerna gula dalam darah. Tanpa insulin,
tiga masalah metabolik mayor terjadi : penurunan pemanfaatan glukosa,
peningkatan mobilisasi lemak, dan peningkatan pemanfaatan protein
(Infodatin, 2020)
Ketika jumlah glukosa yang masuk ke dalam sel berkurang
(resistensi insulin). Keadaan ini menyebabkan sebagian besar glukosa tetap
berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemia. Ginjal tidak
dapat menahan keadaan hiperglikemi ini, karena ambang batas reabsorpsi
ginjal untuk gula darah adalah 180 mg/dL bila melebihi ambang batas ini,
ginjal tidak bisa menyaring dan mereabsorpsi sejumlah glukosa dalam
darah. Sehingga kelebihan glukosa dalam tubuh dikeluarkan bersama dengan
urin yang disebut dengan glukosuria.
Glukosuria menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang ditandai
dengan pengeluaran urin yang berlebihan (poliuria). Poliuria pada pasien
DM mengakibatkan terjadinya dehidrasi intraseluler. Hal ini merangsang
pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus sehingga
pasien akan banyak minum (Polidipsia). Glukosa yang hilang melalui urin
dan resistensi insulin menyebabkan kurangnya glukosa yang akan diubah
menjadi energi sehingga menimbulkan rasa lapar yang menyebabkan pasien
DM banyak makan (Polifagia) sebagai kompensasi terhadap kebutuhan
energi, pasien akan merasa mudah lelah dan mengantuk jika tidak ada
kompensasi terhadap kebutuhan energi.
11

3. Klasifikasi
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2018, klasifikasi
DM adalah:
1. Diabetes tipe 1 atau Insulin-Dependent Diabetes (IDDM)
Diabetes tipe 1 terjadi karena rusaknya sel β pankreas karena alasan
autoimun. Pada DM tipe ini, sekresi insulin sedikit atau tidak ada, yang
dapat ditentukan oleh kadar protein c-peptida, sedangkan kadar protein c-
peptida sedikit atau tidak terdeteksi. Manifestasi klinis awal penyakit itu
adalah ketoasidosis.
2. Diabetes tipe 2 atau diabetes mellitus Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (NIDDM)
Pada pasien diabetes tipe ini terdapat hiperinsulinemia, namun karena
resistensi insulin, insulin tidak dapat membawa glukosa ke dalam
jaringan, sehingga mengurangi rangsangan insulin pada jaringan
sekitarnya untuk mengambil glukosa Dan menghambat produksi glukosa
di hati. Ketika resistensi insulin terjadi (reseptor insulin tidak lagi aktif
karena dianggap memiliki kadar yang tinggi dalam darah), maka akan
terjadi kekurangan insulin relatif. Hal ini dapat mengakibatkan
penurunan sekresi insulin dengan adanya glukosa dan zat lain yang
mensekresi insulin, sehingga sel β pankreas akan menjadi tidak peka
terhadap glukosa. Timbulnya DM jenis ini lambat karena
asimtomatik.Resistensi obat yang lambat akan menurunkan sensitivitas
reseptor terhadap glukosa. Jenis DM ini biasanya terdiagnosis setelah
terjadi komplikasi. Sekitar 90-95% pasien diabetes menderita diabetes
tipe 2, dan diabetes tipe 2 adalah tipe yang paling umum. Biasanya
terjadi di atas usia 40 tahun, tetapi bisa juga terjadi di atas usia 20 tahun
(Tandra, 2017).
3. Jenis Diabetes Melitus lainnya
DM jenis ini terjadi karena sebab lain, seperti cacat genetik pada
fungsi sel β, cacat genetik pada kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas,
12

penyakit endokrin dan metabolik lainnya, iatrogenik, infeksi virus,


penyakit autoimun dan penyakit genetik lainnya. .
4. Diabetes Gestasional
Jenis diabetes ini terjadi selama kehamilan, biasanya pada trimester
kedua dan ketiga, dan intoleransi glukosa pertama kali ditemukan selama
kehamilan. DM kehamilan dikaitkan dengan peningkatan komplikasi
perinatal. Penderita diabetes gestasional memiliki risiko lebih tinggi
terkena diabetes, yang berlangsung selama 5-10 tahun setelah
melahirkan.
Tabel 2.1 Klasifikasi Etiologi Diabetes Melitus menurut PERKENI , 2019:
Klasifikasi Etiologi
Tipe I Destruksi sel beta, umumnya
berhubungan dengan pada defisiensi
insulin
- Autoimun
- Idiopatik
Tipe II Bervariasi, mulai yang dominan
resistensi insulin disertai defisiensi
insulin relatif sampai yang dominan
sekresi insulin disertai resistensi
insulin
Diabetes Mellitus Diabtes yang didiagnosis pada
Gestasional trimester kedua atau ketiga
kehamilan dimana sebelum
kehamilan tidak didapatkan diabetes
Tipe spesifik terkait - Penyakit pancreatitis
kondisi lain - Disebabkan oleh obat atau zat
kimia seperti penggunaan
glukokortikoid pada terapi
HIV/AIDS atau setelah
transplantasi organ.

4. Manifestasi Klinis
Ada beberapa gejala Diabetes Melitus yang sering terjadi yaitu
seringnya berkemih (poliuria), meningkatnya rasa haus (polidipsia), banyak
makan (polifagia), Berat badan yang menurun secara drastis, sering merasa
lelah (fatigue) dan pandangan terlihat kabur. Selain itu juga sering buang air
kecil pada malam hari (nokturia) dan lesu (lethargy). (Purwanto, 2016).
Menurut Supartondo, tanda dan gejala akibat dari DM yang sering
ditemukan:
13

a. Meningkatnya frekuensi buang air kecil


b. Rasa haus berlebihan
c. Penurunan berat badan
d. Sering merasa lapar
e. Kulit gatal-gatal (prutitus)
f. Gangguan penglihatan (katarak)
g. Kesemutan atau mati rasa
h. Kerusakan pada pembuluh darah dijaringan belakang retin (retinopati)
i. Infeksi bakteri dan jamur dikulit
j. Gangguan pada system saraf tepi (neuropati perifer) dan gangguan pada
saraf ditubuh (visceral)
k. Amiotrapi
l. Ulkus neurotropic
m. Penyakit ginjal
n. Penyakit pembuluh darah perifer
o. Penyakit koroner
p. Penyakit pembuluh darah otak
q. Hipertensi

5. Etiologi
Diabetes Mellitus Tipe II disebabkan oleh kegagalan relatif sel dan
resistensi β insulin. Resisten Insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk
merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat
produksi glukosa oleh hati. Hal ini mengakibatkan terjadinya hiperglikemia
kronik dan dalam jangka panjang dapat terjadi komplikasi yang serius. Secara
keseluruhan gangguan ini bersifat merusak dan memburuk secara progresif
dengan berjalannya waktu. Sel β yang tidak mampu mengimbangi resistensi
insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin.
Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada ransangan
glukosa, keadaan inilah yang menyebabkan adanya keterlambatan sekresi
insulin yang cukup untuk menurunkan kadar glukosa postprandial pada jaringan
perifer seperti jaringan lemak danjaringan otot (Raymond, 2016).
14

6. Komplikasi
Komplikasi Diabetes Melitus menurut Lathifah (2017) dibagi menjadi
Komplikasi akut dan komplikasi kronis.
a. Komplikasi Akut
Komplikasi akut terjadi terjadi karena ketidakseimbangan akut kadar
glukosa darah yaitu hipoglikemia, ketoasidosis diabetik dan hiperglikemia;
hipoglikemia merupakan komplikasi akut yang berulang bahkan berujung
pada kematian
b. Komplikasi Kronis
Komplikasi kronis pada diabetes mellitus terdiri dari komplikasi
makrovaskuler, mikrovaskuler dan neuropati.
c. Komplikasi Makrovaskuler
Komplikasi makrovaskuler disebabkan karena adanya perubahan
diameter pembuluh darah yang menyebabkan pembuluh darah menebal
terjadi sclerosis sehingga muncul sumbatan.Komplikasi makrovaskuler yang
sering terjadi yaitu penyakit arteri coroner dan penyakit vaskuler perifer.
d. Komplikasi Mikrovaskuler
Komplikasi mikrovaskuler terjadi karena adanya kelainan struktur
dalam membrane pembuluh darah kecil dan kapiler. Kelainan ini
menyebabkan dinding pembuluh darah menebal sehingga mengakibatkan
penurunan perfusi jaringan.
e. Komplikasi Neuropati
Neuropati adalah penyakit yang menyerang saraf tepi, saraf otonom, dan
saraf tulang belakang.Komplikasi saraf tepi dan neuropati otonom
menyebabkan penyakit kaki berupa ulkus diabetik.

7. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus


Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan
kualitas hidup pasien diabetes. Tujuan penatalaksanaan DM menurut
KemenKes RI 2018, meliputi:
a. Tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan DM, memperbaiki kualitas
hidup dan mengurangi risiko komplikasi akut.
15

b. Tujuan jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas


(perbaikan) penyuklit mikroanginopati (gangguan pembuluh darah kecil) dan
makrovaskuler (gangguan pembuluh darah besar).
c. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM.
Penatalaksanaan DM ada 5 menurut PERKENI (2015):
1) Edukasi
Edukasi penanganan DM meliputi pemahaman pasien tentang:
▪ Penyakit DM
▪ Perlunya pengendalian dan pemantauan penyakit DM.
▪ Pengobatan secara farmakologis (dengan obat-obatan) dan non-
farmakologis (tanpa obat-obatan).
▪ Tanda-tanda hipoglikemi, antara lain sakit kepala, berdebar-debar,
gemetaran, lapar, mual dan muntah, berkeringat, bahkan dapat juga
penurunan kesadaran.
▪ Perawatan kaki pada pasien DM dan pencegahan timbulnya kaki
diabetes.
2) Diet
Untuk perencanaan makan atau kontrol nutrisi, diet, dan berat
badan diperlukan keterlibatan secara menyeluruh dari dokter, ahli gizi,
dan pasien itu sendiri serta keluarga pasien. Disesuaikan menurut
kebiasaan dan kebutuhan masing-masing individu. Pada prinsipnya,
pasien DM memerlukan makan yang seimbang (karbohidrat, protein,
lemak, serat, vitamin dan mineral) dan sesuai dengan kebutuhan kalori
pasien. Selain itu, pada pasien DM juga diperlukan pengaturan jadwal
makan, jenis dan jumlah makanan, terutama bagi pasien DM yang telah
mengkonsumsi obat penurunan gula darah atau insulin.
3) Aktivitas Fisik
Pada dasarnya, pasien DM disarankan untuk mengurangi aktivitas
sedenteri atau kurang gerak dan bermalas-malasan dan memperbanyak
olahraga. Olahraga sangat bermanfaat untuk memperbaiki kepekaan
insulin serta pengendalian kadar gula darah. hal ini terjadi karena saat
aktivitas fisik atau olahraga secara langsung berhubungan dengan
peningkatan kecepatan pemulihan glukosa otot (seberapa banyak otot
mengambil glukosa dari aliran darah). Saat berolahraga, otot
16

menggunakan glukosa yang tersimpan dalam otot dan jika glukosa


berkurang, maka otot akan mengisi kekosongan dengan mengambil
glukosa dari dara. Hal ini akan mengakibatkan menurunnya glukosa
darah sehingga memperbesar pengendalian kadar glukosa darah
(Barnes, 2012).
Pasien DM disarankan untuk berolahraga minimal 3-4 kali dalam
seminggu selama paling sedikit 30 menit. Olahraga yang disarankan
adalah olahraga aerobic, seperti: jalan kaki, bersepeda, jogging dan
berenang. Hal ini disesuaikan dengan umur dan status kesegaran
jasmani individu. Untuk pasien DM yang masih sehat, intensitas
olahraga dapat ditingkatkan, namun untuk pasien yang telah mengalami
komplikasi, olahraga dapat dikurangi.
4) Obat-obatan
Apabila pengendalian diabetes tidak berhasil dengan pengaturan diet
dan aktivitas fisik, pasien DM akan diberikan obat penurun gula darah.
Obat-obatan tersebut dikonsumsi secara teratur sesuai anjuran dokter.
Selain itu, obat-obatan tersebut harus diminum seimbang dengan jumlah
makanan yang dikonsumsi. Obat-obatan ini berfungsi sebagai
pengontrol kadar gula dalam darah. Obat-obatan DM bersifat individual
artinya jenis dan dosis yang diberikan oleh dokter hanya berlaku untuk
satu pasien DM saja, tidak bisa digunakan pada pasien DM lainnya.
Setiap pasien DM harus meminumnya dengan teratur sesuai anjuran
dokter tidak boleh dihentikan sendiri oleh pasien.
5) Monitor Kadar Gula Darah
Pasien DM harus dipantau secara menyuluruh dan teratur.
Pemeriksaan pada dasarnya untuk memantau apakah dosis pengobatan
sudah cukup dan apakah target pengobatan yang diberika sudah
tercapai. Pemeriksaan tersebut meliputi pemeriksaan kadargula darah,
pemeriksaan HbA1c dan beberapa pemeriksaan lain. Pemeriksaan
HbA1c dimaksudkan untuk menilai kadar gula darah selama 3bulan
terakhir. Pemeriksaan dianjurkan untuk dilakukan minimal 2 kali dalam
setahu. Pasien DM yang menggunakan insulin atau obat untuk
memperbanyak pengeluaran insulin juga disarankan untuk melakukan
Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM). PGDM dilakukan
17

dengan menggunakan alat pengukur yang sederhana dan mudah untuk


digunakan. Waktu pemeriksaan PGDM ini ditentukan oleh dokter dan
18

tergantung kebutuhan pasien. Selain itu, pemeriksaan lain yang


dianjurkan adalah pemeriksaaan untuk mendeteksi adanya komplikasi
DM, yaitu pemeriksaan mata, pemeriksaanurin dan sebagainya. Jika
kelima pilar tersebut diterapkan dengan baik, maka komplikasi penyakit
DM akan dapat dicegah dan kualitas hidup pasien DM akan menjadi
lebih baik.

BAB III
TINJAUAN KASUS

1. Identitas Klien
Inisial : Tn. A No RM : 36.15.51
Usia : 70 thn Tgl Masuk : 04-11-2022
Jenis : laki-laki Tgl Pengkajian : 08-11-2022
Kelamin Sumber Informasi : keluarga/pasien
Alamat : Jl.kh faqih usman Keluarga Terdekat : istri
No Telepon :- status : menikah
Status : Menikah Alamat : Jl. Kh Faqih
Usman
Agama : Islam No Telepon :-
19

Suku : Indonesia Pendidikan : SMA


Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : IRT

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama (saat masuk RS)
Sejak 3 hari sebelum MRS luka pada punggung kaki kanan terasa sangat nyeri
dan makin parah disertai mual (+), nyeri (+) muntah(+).
P : Nyeri pada punggung kaki kanan
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : Nyeri dirasakan pada punggung kaki kanan
S : Skala nyeri 4 (skala 1-10)
T : Nyeri dirasakan saat pasien bergerak dan melakukan aktivitas

b. Keluhan utama (saat pengkajian)


Saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan masih merasa nyeri pada
lukanya, lemas, dan nafsu makan menurun disertai mual.
c. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Pasien mengatakan baru menderita DM sekarang

d. Riwayat Kesehatan Terdahulu


1. Penyakit yang pernah dialami:
a. Kecelakaan : pasien mengatakan pernah mengalami
kecelakaan motor dan hanya luka-luka kecil
b. Operasi (jenis dan waktu) : pasien mengatakan belum pernah operasi
c. Penyakit (kronis dan akut) : pasien mengatakan tidak memiliki riwayat
penyakit kronis maupun akut
d. Terakhir masuk RS :-

2. Alergi (obat, makanan, plester, dsb)


Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap obat, makanan, dan
lain-lain
3. Imunisasi (tambahan; flu, pneumonia, tetanus, dll)
20

-
4. Kebisasaan
Jenis Frekuensi Jumlah Lamanya
a. Merokok Tidak merokok - -
b. Kopi Tidak minum kopi - -
c. Alkohol Tidak konsumsi alkohol - -

5. Obat-obatan yang digunakan


Jenis Lamanya Dosis
Paracetamol 500 mg
Biformin 300 mg
Amoxcilin 500 mg

3. Riwayat Keluarga
Pasien dan keluarga mengakatan bahwa anggota keluarga tidak ada yang memiliki
riwayat penyakit yang sama dengan pasien.

4. Catatan Penanganan Kasus (Dimulai saat pasien di rawat di ruang rawat


sampai pengambilan kasus kelolaan)
Pasien datang ke RSUD Palembang BARI pada tanggal 04 November 2022
dengan keluhan nyeri yang semakin parah pada luka di punggung kaki kanan
disertai dengan mual muntah . Nyeri sudah dirasakan sejak 3 hari sebelum MRS.
Pada saat dilakukan pengkajian, pasien mengatakan masih merasakan nyeri pada
luka di punggung kakinya, merasa lemas, dan nafsu makan berkurang. Pada saat
pemeriksaan TTV, didapatkan hasil : TD : 120/80 mmHg, N : 80 x/m, RR : 20
x/m, T : 36,5oC.

5. Pengkajian Keperawatan (12 Domain NANDA)


1. Peningkatan Kesehatan
Pengetahuan tentang penyakit/perawatan:
Pasien mengatakan belum mengetahui sepenuhnya tentang penyakitnya

2. Nutrisi
21

a. Mulut
Trismus ( - ), Halitosis ( - )
Bibir: lembab( ✓ ), pucat( ✓ ),sianosis( - ),labio/palatoskizis( - ),
stomatitis( - )
Gusi: ( - ), plak putih( - ), lesi( - )
Gigi: Normal( ✓ ), Ompong( - ), Caries( - )
Lidah: bersih ( ✓ ), kotor/ putih ( - ), jamur ( - )

b. Leher
Kaku Kuduk ( - ) Simetris( ✓ ), Benjolan ( - ) Tonsil ( - )
Kelenjar Tiroid : normal ( ✓ ), pembesaran ( - )
Tenggorok : kesulitan menelan ( - )

Kebutuhan Nutrisi dan Cairan


BB sebelum sakit: 87 kg BB sakit : 84
kg
Program Diit RS :
Selera makan : selera makan menurun (tidak nafsu
makan)
Alat makan yang digunakan : piring dan sendok
Pola makan( 3 x/ hari) : pasien mendapatkan makan 3 x/hari di
RS tetapi makanan tidak dihabiskan pasien karena tidak nafsu makan
Porsi makan yang dihabiskan : sedikit
Pola Minum 3-4 gelas/hari) jenis air minum : air mineral
Data Tambahan : Tidak ada
Masalah Keperawatan : Defisit Nutrisi
c. Abdomen
Inspeksi : Bentuk: simetris( ✓ ), tidak simetris( - ), kembung( - ),
asites( - ),
Palpasi : massa ( - ), nyeri ( - )
Kuadran I :-
Kuadran II :-
Kuadran III :-
Kuadran IV :-
22

Auskultasi : bising usus 18 x/mnt


Perkusi : Timpani ( - ), redup ( - )
BAB : warna kuning Frekuensi 1 x/hari
Konsisitensi: lunak . lendir ( - ), darah ( - ), ampas ( - )
Konstipasi ( - )

Data Tambahan :
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

3. Eliminasi dan Pertukaran


a. BAK : 5x/hari
b. Warna: kuning bening
c. Konsistensi: cair
d. Frekuensi : 5 x/ hari
e. Urine Output : - cc (urine tidak ditampung
f. Penggunaan Kateter : pasien tidak menggunakan kateter
g. Vesika Urinaria: Membesar ( - ) Nyeri tekan ( - )
h. Gangguan; Anuaria ( - ), Oliguria ( - ), Retensi Uria ( - ), nokturia (
- ), Inkontinensia Urin ( - ), Poliuria ( - ), Dysuria ( - )

4. Aktivitas/Istirahat
Kebiasaan sebelum tidur (perlu mainan, dibacakan cerita, benda yang dibawa
saat tidur,dll):
Kebiasaan Tidur siang: 2 jam/hari
Skala Aktivitas:
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
23

Makan/minum ✓
Mandi ✓
Toileting ✓
Berpakaian ✓
Mobilitas di tempat tidur ✓
Berpindah ✓
Ambulasi/ROM ✓
0: mandiri, 1: alat Bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total
Mandi : 2 x/hari
Sikat gigi :2 x/hari
Ganti Pakaian :2 x/hari
Memotong kuku :1 x/minggu

Data Tambahan : Tidak ada


Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

Persendian:
Nyeri Sendi ( - ), pergerakan sendi: aktif
ROM ( Range Of Motion):
Pasien selalu menggerakkan tubuhnya seperti miring ke kanan dan ke kiri,
duduk, dan berbaring
Kekuatan Otot :
Otot masih cukup kuat untuk bergerak dan melakukan aktivitas
Kelainan Otot:
Tidak ada kelainan otot

Jantung
Inspeksi: ictus cordis/denyut apeks( ), normal( ✓ ) melebar( )
Palpasi: kardiomegali( - )
Perkusi: redup( ), pekak( )
Auskultasi: HR 80 x/mnt. Aritmia( - ),Disritmia( - ) , Murmur ( - )
24

Dada
Bentuk: Simetris ( ✓ ), Barrel chest/dada tong( - ), pigeon chest/dada
burung ( - ) benjolan ( - )

Paru-paru:
Inspeksi: RR 20x/ min,
Palpasi: Normal ( ✓ ), ekspansi pernafasan( - ), taktil fremitus( - )
Perkusi: Normal/ Sonor( ✓ ), redup/pekak( - ), hiper sonor( - )
Auskultasi: irama( ✓ ), teratur( ✓ )
Suara nafas: vesicular( ✓ ), bronkial( - ), Amforik ( - ), Cog Wheel
Breath Sound( - ) metamorphosing breath sound ( - )
Suara Tambahan: Ronki ( - ), pleural friction( - )
Jalan nafas: Sputum ( - ), warna sputum ( - ) konsisitensi: ( - )Batuk ( - )
frekuensi: -

Data Tambahan: Tidak Ada


Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

5. Persepsi/Kognitif
Kesan Umum
Tampak Sakit: ringan ( - ),sedang( ✓ ),berat ( - ), pucat ( ✓ ), sesak ( -
),
kejang( - )

1. Kepala
a. Rambut: warna hitam dan ada sedikit warna putih, mudah dicabut
( - ), ketombe( - ), kutu( - )
b. Kelainan bentuk kepala : tidak ada kelainan bentuk kepala

2. Mata
Mata: jernih( ✓ ), mengalir, kemerahan( - ), sekret( - )
Visus: 6/6( - ), 6/300( - ), 6/ tak terhingga( - ),
Pupil: Isokor( ✓ ), anisokor( - ), miosis( - ), midriasis( - ),
25

reaksi terhadap cahaya: kanan Positif(✓ ), negatif( - ),kiri negatif( - )


positif
( - ), alat bantu: kacamata( - ), Softlens( - ) Conjungtiva: merah
jambu
( ✓ ), anemis( - ) Sklera: Putih( ✓ ), Ikterik( - )

3. Bibir, Lidah
a. Bibir : normal ( ✓ ) sumbing ( - )
b. Sumbing langit-langit/palatum ( - )
c. Lidah: bersih ( ✓ ), kotor/ putih ( - ), jamur ( - )
4. Telinga, Hidung, Tenggorok
a. Telinga: Normal ( ✓ )Abnormal ( - ) Sekret( - )
b. Hidung: Simetris ( ✓ )Asimetris ( - ) Sekret ( - )
Nafas cuping hidung ( - )
c. Tenggorok: Tonsil( - ), radang( - )

Data Tambahan : tidak ada


Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

6. Persepsi Diri
Perasaaan klien terhadap penyakit yang dideritanya : pasien mengatakan
bahwa penyakitnya sekarang merupakan ujian dari Allah untuknya.
Konsep diri: pasien menerima dengan ikhlas penyakit yang ia derita saat ini
Tingkat kecemasan : pasien mengatakan sedikit cemas dengan penyakitnya
Citra Diri/Bodi image: pasien menerima bagaimanapun dirinya

Data tambahan : tidak ada


Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

7. Peran Hubungan
Budaya: pasien mengikuti budaya sumatera selatan
26

Suku: melayu
Agama yang di anut: islam
Bahasa yang digunakan : bahasa daerah
Masalah sosial yang penting: tidak ada masalah sosial
Hubungan dengan orang tua: baik
Hubungan dengan saudara kandung: baik
Hubungan dengan lingkungan sekitar : baik

Data Tambahan : tidak ada


Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

8. Seksualitas Dan Reproduksi


Genitalia dan Anus :
Laki-laki
Penis: normal/ada ( ✓ )
Scrotum dan testis: normal( ✓ ), hernia( - ), hidrokel( - )
Anus ; normal/ada ( ✓ ), atresia ani( - )

Data Tambahan : tidak ada


Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

9. Toleransi/Koping Stress
GCS : 15
E :4
V :6
M :5

Data Tambahan: tidak ada


Masalah keperawatan: Tidak ada maslah keperawatan

10. Prinsip Hidup


Budaya : pasien mengikuti budaya sumatra selatan
27

Spritual / Religius : pasien berusaha untuk melakukan sholat 5 waktu


Harapan : pasien berharap segera sembuh dan pasien menganggap
bahwa ini merupakan ujian dari Allah untuknya dan dia menerimanya dengan
ikhlas
Psikososial : pasien ingin segera sembuh
a. Reaksi saat interaksi
Kooperatif ( ✓ ) Tidak kooperatif ( - )
b. Status emosional
Tenang ( ✓ ) Cemas ( ✓ ) Marah ( - ) Menarik Diri ( - ) Tidak
sabar
( - )

Data Tambahan : tidak ada


Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

11. Keselamatan/Perlindungan
Tingkat Kesadaran : Composmentis (✓), Apatis ( - ), Somnolen ( - ),
Sopor ( - ) Soporocoma ( - ) Coma ( - )
TTV : Suhu 36,5 O C, Nadi 80 x/min, TD 120/80mmHg, RR 20 x/min
Warna kulit : sawo matang
Sianosis ( - ), Ikterus ( - ), eritematosus rash ( - ), discoid lupus ( - ),
oedema( - ),
Bula ( - ), Ganggren ( ✓ ), nekrotik jaringan ( ✓ ), Hiperpigmentasi ( - )
Echimosis ( - ), Petekie ( - )
Turgor Kulit: elastis (✓ ), tidak elastis ( - )

Data Tambahan : tidak ada


Masalah keperawatan: Gangguan integritas kulit/jaringan
28

12. Kenyamanan
Provaiking : nyeri pada punggung kaki kanan
Quality : nyeri seperti ditusuk-tusuk
Regio : nyeri dirasakan pada punggung kaki kanan
Scala : skala nyeri 4 (skala 1-10)
Time : nyeri dirasakan saat pasien bergerak dan melakukan aktivitas

Data Tambahan: tidak ada


Masalah keperawatan : Nyeri Akut

Terapi
Tanggal Terapi : 04-11-2022
Cara Golongan
No Nama Terapi Dosis Indikasi
Pemberian Obat
1. Paracetamol 500 mg Oral Analgetik Meredakan
Antipiretik nyeri
2. Buformin 300 mg Oral Antidiuretik Mengobati
diabetes
mellitus
3. Insulin Apidra 6-11 Injeksi Insulin Pengobatan
analog kerja diabetes
cepat mellitus
4. Insulin Lantus 12-14 Injeksi Insulin Pengobatan
analog kerja diabetes
panjang mellitus

Pemeriksaan Penunjang :
NO Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Normal
1. Pemeriksaan BSN 175 126
2. BSPP 270 200
3. BSS 102 100
29

4. HBA1C 8,0 5,7-6,4


30

ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM


1. DS : Agen pencedera fisik Nyeri Akut
- Pasien mengatakan nyeri
pada punggung di kaki Pelepasan mediator
sebelah kanan nyeri
- Pasien mengatakan nyeri
dirasakan sudah 3 hari Merangsang resepsor
sebelum MRS nyeri
DO:
- Pasien tampak lemas Nekrotik jaringan
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak gelisah Nyeri Akut
P: nyeri pada punggung kaki
kanan
Q: nyeri seperti ditusuk-
tusuk
R: nyeri dirasakan pada
punggung kaki kanan
S: skala nyeri 4 (skala 1-10)
T: nyeri dirasakan saat
pasien bergerak dan
melakukan aktivitas

2. DS : Hiperglikemia Gangguan integritas


-Pasien mengatakan ada kulit/jaringan
luka di bagian punggung Aliran darah
kaki kanan terhambat
DO :
- Terlihat ada luka di Iskemi jaringan
punggung kaki kanan
31

- Gds terakhir : 230 Nukrosis luka


TD: 120/80mmHg
Nadi : 80x/mnt Ganggren
RR : 20x/mnt
Suhu :36,5C Gangguan integritas
kulit/jaringan

3. DS : Selera makan Defisit Nutrisi


- Pasien mengatakan berkurang
nafsu makan berkurang
- Pasien mengatakan mual
dan muntah Berat badan menurun
DO :
- Pasien tampak lemas
- BB pasien menurun dari Asupan makan kurang
87kg menurun menjadi dari kebutuhan tubuh
84 kg
- Makanan pasien terlihat
tidak habis Defisit Nutrisi

PRIORITAS MASALAH :
1. Nyeri Akut
2. Gangguang Integritas Kulit/Jaringan
3. Defisit Nutrisi

DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut b.d agen pencederaan fisik d.d adanya nyeri di area luka
2. Gangguang Integritas Kulit/Jaringan berhubungan langsung dengan adanya
luka pada punggung kaki kanan
3. Defisit Nutrisi b.d asupan makan kurang dari kebutuhan tubuh d.d lemas dan
BB menurun
32

INTERVENSI KEPERAWATAN

NAMA PASIEN :Tn.A JENIS KELAMIN : Laki-Laki


UMUR : 70 TH NO RM : 36.15.51
NO. DIAGNOSIS RENCANA KEPERAWATAN
KEPERAWAT Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
AN Hasil
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan SIKI : Manajemen 1. Agar skala
agen tindakan keperawatan nyeri nyeri
pencederaan selama 1 x 24 jam Observasi terpantau
fisik diharapkan tingkat nyeri 1. Indikasi lokasi, 2. agar
menurun dengan kriteria kateristik , respon
08-11-2022 hasil : durasi, pasien
Indikato Awa Akhi frekuensi, teridentifi
r l r kualitas ,interita kasi
Keluha 2 5 s nyeri 3. Agar
n nyeri 2. Indikasi skala pasien
Gelisah 3 4 nyeri mengetah
Meringi 3 4 3. Monitor efek ui sumber
s samping nyeri
penggunaan 4. Agar
analgetik pasien
Teraupetik mengetah
1. Kontrol ui
lingkunagan penyebab
yang nyeri
memperberat 5. Supaya
rasa nyeri (misal nyeri
suhu ruangan, berkurang
pencahayaan 6. Agar nyeri
dan kebisingan) berkurang
Edukasi
1.jelaskan
33

penyebab,
periode ,dan
pemicu nyeri
2.anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
3. ajarkan teknik
non farmakologi
untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
analgetik jika
perlu
2. Gangguan Setelah dilakukan SIKI : Perawatan Luka 1.Agar tidak
integritas tindakan keperawatan Observasi terjadi infeksi
kulit/jaringan selama 1 x 24 jam 1. Monitor 2. Untuk
berhubungan diharapkan kulit dapat karakteristik mempercepat
langsung dengan kembali utuh dengan luka kesembuhan
adanya luka di kriteria hasil : 2. Monitor tanda- luka
punggung kaki Indikato Awa Akhi tanda infeksi 3. untuk
kanan r l r Teraupetik meredakan
Perfusi 2 5 1. Bersihkan nyeri
08-11-2022 jaringan dengan cairan
Nekrosi 3 5 NaCl sesuai
s kebutuhan
Nyeri 3 4 2. Bersihkan
jaringan
nekrotik
3. Pasang balutan
sesuai jenis luka
34

Edukasi
1. Jelaskan tanda
dan gejala
infeksi
2. Anjurkan
mengkonsumsi
makanan tinggi
kalori dan
protein
3. Ajarkan
prosedur
perawatan luka
secara mandiri
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
antibiotik jika perlu
3. Defisit nutrisi Setelah dilakukan SIKI : Manajemen 1. Untuk
b.d asupan tindakan keperawatan Nutrisi memenuhi
makan kurang 1x24 jam, nafsu makan Observasi nutrisi dalam
dari kebutuhan pasien diharapkan 1. Identifikasi tubuh
tubuh d.d berat meningkat dengan kebutuhan
badan menurun kriteria hasil : kalori dan jenis
Indika Awal Akhir nutrient
08-11-2022 tor 2. Monitor asupan
Porsi 3 5 makan
makan 3. Monitor berat
yang badan
dihabi Terapeutik
skan 1. Lakukan oral
Berat 3 5 hygiene
badan sebelum makan,
Nafsu 2 5 jika perlu
35

makan 2. Berikan
makanan tinggi
serta untuk
mencegah
konstipasi
3. Berikan
suplemen
makanan, jika
perlu
Edukasi
1. Ajarkan diet
yang
diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah kalori
dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan, jika
perlu
36

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Diagnosis Waktu Implementasi Respon TTD


Dinas Pagi
Nyeri akut b.d 09 Nov Manajemen Nyeri : 1. Pasien
agen pencedera 2022 1. Melakukan Indikasi mengatakan
fisik 08.00 lokasi, kateristik , masih
WIB durasi, frekuensi, merasakan
kualitas ,interitas nyeri
nyeri
2. Indikasi skala nyeri
3. Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik
Dinas Siang
09 Nov Teraupetik 1. Pasien
2022 1. Melakukan kontrol mengataka
14.00 lingkunagan yang n paham
WIB memperberat rasa penyebab
nyeri (misal suhu dan
ruangan, pemicu
pencahayaan dan nyeri yg
kebisingan) timbul
Edukasi 2. Pasien
1.Menjelaskan mengataka
penyebab, n teknik
periode ,dan pemicu non
nyeri farmakolo
2.Menganjurkan gi dan obat
menggunakan analgetik
analgetik secara tepat mampu
3. Mengajarkan meredakan
37

teknik non nyeri yang


farmakologi untuk timbul
mengurangi nyeri

Dinas Malam
09 Nov Kolaborasi
2022 1. Kolaborasi pemberian
19.00 analgetik jika perlu
WIB
Dinas Pagi
Gangguan 09 Nov Perawatan Luka : 1. Pasien
integritas 2022 Observasi mengatakan
kulit/jaringan 08.00 terganggu
berhubungan WIB 1. Monitor ada nya luka
langsung karakteristik luka pada
dengan adanya 2. Monitor tanda- tubuhnya
luka pada tanda infeksi
punggung kaki
kanan

Dinas Siang
09 Nov Teraupetik 1. Pasien
2022 1. Membersihkan mengataka
14.00 dengan cairan NaCl n merasa
WIB sesuai kebutuhan nyaman
2. Membersihkan telah di
jaringan nekrotik bersihkan
3. Memasang balutan area
sesuai jenis luka sekitar
Edukasi luka
4. Menjelaskan tanda 2. Pasien
dan gejala infeksi mengataka
38

5. Menganjurkan n paham
mengkonsumsi tanda dan
makanan tinggi gejala
kalori dan protein infeksi
6. Mengajarkan 3. Pasien
prosedur perawatan mengataka
luka secara mandiri n paham
untuk
melakukan
perawatan
luka secara
mandiri
Dinas Malam
09 Nov Kolaborasi
2022 1. Kolaborasi pemberian
19.00 antibiotik jika perlu
WIB

Dinas Pagi
Manajemen Nutrisi 1. Pasien
Defisit nutrisi 09 Nov Observasi mengataka
b.d asupan 2022 1. Mengidentifikasi n bb turun
makan kurang 08.00 kebutuhan kalori ketika
dari kebutuhan WIB dan jenis nutrient sakit
tubuh d.d berat 2. Monitor asupan 2. Pasien
badan menurun makan mengtakan
3. Monitor berat badan tidak ada
nya nafsu
untuk
makan
Dinas Siang
09 Nov Terapeutik 1. Pasien
2022 1. Melakukan oral mengataka
39

14.00 hygiene sebelum n telah ada


WIB makan, jika perlu nafsu
2. Memberikan makan
makanan tinggi setelah di
serta untuk berikan
mencegah suplemen
konstipasi makanan
3. Memberikan 2. Pasien
suplemen makanan, mengataka
jika perlu n paham
Edukasi terhadap
1. Mengajarkan diet program
yang diprogramkan diet yg di
ajarkan
Dinas Malam
09 Nov Kolaborasi
2022 1. Kolaborasi dengan ahli
19.00 gizi untuk menentukan
WIB jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan,
jika perlu
40

EVALUASI

TGL DIAGNOSIS EVALUASI TTD


10/11/22 Nyeri akut b.d agen S :pasien mengatakan nyeri pada
pencedera fisik kaki sebelah kanan sedikit
DS : berkurang
- Pasien mengatakan
nyeri pada punggung di O :
kaki sebelah kanan - pasien tampak tidak lagi
- Pasien mengatakan gelisah dan telah merasa
nyeri dirasakan sudah 3 nyaman
hari sebelum MRS - skala nyeri berkurang ( 0 )
DO:
- Pasien tampak lemas A: masalah nyeri akut sudah
- Pasien tampak meringis teratasi
- Pasien tampak gelisah
P: nyeri pada punggung P : intervensi dihentikan
kaki kanan
Q: nyeri seperti ditusuk-
tusuk
R: nyeri dirasakan pada
punggung kaki kanan
S: skala nyeri 4 (skala 1-10)
41

T: nyeri dirasakan saat


pasien bergerak dan
melakukan aktivitas

10/11/22 Gangguan integritas S:


kulit/jaringan berhubungan - Pasien mengatakan sudah
langsung dengan adanya merasa nyaman
luka pada punggung kaki - Pasien mengatakan sudah
kanan paham cara perawatan
DS : luka secara mandiri
-Pasien mengatakan ada O:
luka di bagian punggung - Klien tampak tidak
kaki kanan meringis kesakitan
DO : - Area luka mengecil
- Terlihat ada luka di - Glukosa menurun (BSS :
punggung kaki kanan 121)
- Gds terakhir : 230 - Tidak ada tanda-tanda
TD: 120/80mmHg infeksi
Nadi : 80x/mnt TTV :
RR : 20x/mnt TD : 125/80 mmHg
Suhu :36,5C N : 76 x/ menit
RR : 20x/menit
S: 36,4C

A:Masalah gangguan integritas


kulit/jaringan teratasi

P: Intervensi dihentikan

10/11/22 Defisit nutrisi b.d asupan S:


makan kurang dari - Pasien mengatakan nafsu
42

kebutuhan tubuh d.d berat makan meningkat


badan menurun - Pasien mengatakan akan
DS : melakukan program diet
- Pasien mengatakan yg diberikan
nafsu makan berkurang O:
- Pasien mengatakan - Nafsu makan pasien
mual dan muntah tampak meningkat
DO : - Porsi makan pasien habis
- Pasien tampak lemas - BB pasien tetap dan tidak
- BB pasien menurun dari kembali menurun
87kg menurun menjadi
84 kg A: Masalah defisit nutrisi teratasi
- Makanan pasien terlihat
tidak habis P: Intervensi dihentikam
43

BAB IV
PEMBAHASAN

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan.


Hasil pengkajian didapatkan dari wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, catatan
keperawatan, dan pemeriksaan penunjang bertujuan untuk mengumpulkan informasi
atas data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah,
kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien, baik fisik, mental, social dan lingkungan
( Nursalam, 2012). Pada kasus ini pengkajian yang kami lakukan dalam asuha
keperawatan pada klien Tn A berjenis kelamin laki-laki dengan riwayat Diabetes
Meletus dirawat di ruang Penyakit dalam laki-laki Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI meliputi, biodata, keluhan utama (saat masuk RS), keluhan saat
pengkajian, riwayat perjalanan penyakit, kebutuhan dasar hingga pemeriksaan fisik
sampai data penunjang. Pengkajian kami lakukan dengan menggunakan instrumen
sebagai pedoman yaitu menurut 12 domain NANDA.
Data pengkajian yang kami lakukan pada studi kasus pada klien Tn A dengan
Diabetes Meletus yang dirawat di ruang Penyakit dalam laki-laki Rumah Sakit Umum
Daerah Palembang BARI, data-data yang kami temukan diantaranya adalah keluhan
utana yaitu Pasien datang dengan keluhan Sejak 3 hari sebelum MRS luka pada
punggung kaki kanan terasa sangat nyeri dan makin parah disertai mual (+), nyeri (+)
muntah(+). Saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan masih merasa nyeri pada
lukanya, lemas, dan nafsu makan menurun disertai mual. Keadaan umum baik,
kesadaran compos menits Pada saat pemeriksaan TTV, didapatkan hasil : TD : 120/80
mmHg, N : 80 x/m, RR : 20 x/m, T : 36,5oC.
Dari uraian pengkajian diatas, maka kami mengambil 3 diagnosa yaitu : Nyeri
Akut b.d agen pencederaan fisik b.d adanya nyeri di area luka. Gangguang Integritas
Kulit/Jaringan b.d hiperglikemia d.d adanya luka pada punggung kaki kanan. Defisit
Nutrisi b.d asupan makan kurang dari kebutuhan tubuh d.d lemas dan BB menurun
(SIKI, 2018)

A. Nyeri Akut b.d agen pencederaan fisik d.d adanya nyeri di area luka

Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan


cepatmenghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan di tandai adanya
44

peningkatan tegangan otot. Intervensi yang di lakukan adalahidentifikasi lokasi,


karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, insentitas nyeri. Jelaskan
penyebab,periode, dan pemicu nyerijelaskan strategi meredakan nyerikolaborasi
pemberian analgesic (SDKI,2016). Jelaskan penyebab,periode, dan pemicu
nyerijelaskan strategi meredakan nyerikolaborasi pemberian analgesic (SDKI,
2016).
Implementasi yang dilakukan adalah melakukan Indikasi lokasi,
kateristik , durasi, frekuensi, kualitas interitas nyeri Indikasi skala nyeri monitor
efek samping penggunaan analgetik (SIKI, 2018).
Evaluasi Keperawatan S :pasien mengatakan nyeri pada kaki sebelah
kanan sedikit berkurang O : pasien tampak tidak lagi gelisah dan telah merasa
nyaman, ttv : 120/80 mmHg, n : 80x/ menit, RR : 20x/m, S: 36,4C
A: masalah sudah teratasi
P : intervensi di lanjutkan
Discharge planning
Lampiran: Format Discharge Planning
Pasien Pulang
No.RM: 36.15.51
Nama : Tn.A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal MRS: 04 November 2022 Tanggal KRS: 10 November 2022

Dipulangkan dari RS dengan keadaan


Sembuh Pulang paksa
Meneruskan dengan obat jalan Lari
Pindah ke RS lain Meninggal
Diagnosa keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencederaan fisik ditandai dengan adanya
nyeri di area luka
A. Kontrol
Waktu: -
Tempat: -
B. Obat-obatan yang masih diminum dan jumlahnya
Paracetamol 500mg, buformain 300mg, insulin apridra 6-11, insulin lantus
12-14
C. Aktivitas dan istirahat
Istirahat teratur dan menghindari stress
D. Komplikasi penyakit yang diderita
45

Tidak ada
E. Aturan Diet : -
Hal yang dibawa pulang (hasil laboratorium, foto, EKG, obat,
lainnya)
obat
Lain-lain: -

Palembang, 2022
Pasien/keluarga Ners

(……………………..) (……………………..)

B. Gangguang Integritas Kulit/Jaringan b.d hiperglikemia d.d adanya


luka pada punggung kaki kanan
Gangguan integritas kulit adalah kerusakan kulit (dermis dan/epidermis)
atau jaringan (membrane mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago,
kapsul sendi dan /ligament (SDKI, 2019).
Implementasi yang dilakukan adalah monitor karakteristik luka,
monitor tanda-tanda infeksi membersihkan dengan cairan NaCl sesuai
kebutuhan membersihkan jaringan nekrotik memasang balutan sesuai jenis
luka menjelaskan tanda dan gejala infeksi menganjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi kalori dan protein mengajarkan prosedur perawatan luka
secara mandiri Kolaborasi pemberian antibiotik jika perlu (SIKI, 2018)
Evaluasi Keperawatan S: Pasien mengatakan sudah merasa
nyamannPasie mengatakan sudah paham cara perawatan luka secara mandiri
O: Klien tampak tidak meringis kesakitan, Area luka mengecil, Glukosa
menurun ttv : 120/80 mmHg, n : 80x/ menit, RR : 20x/m, S: 36,4C
A:Masalah teratasi
P:Intervensi dilanjutkan

Discharge planning
46

Lampiran: Format Discharge Planning


Pasien Pulang
No.RM: 36.15.51
Nama : Tn.A
Jenis Kelamin : laki-laki
Tanggal MRS: 4 November 2022 Tanggal KRS: 10 November 2022
Dipulangkan dari RS dengan keadaan
Sembuh Pulang paksa
Meneruskan dengan obat jalan Lari
Pindah ke RS lain Meninggal
Diagnosa keperawatan
Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan langsung dengan adanya luka
di punggung kaki
A. Kontrol
Waktu: -
Tempat: -
B. Obat-obatan yang masih diminum dan jumlahnya
Obat Oral : asam mefenamat 500mg
C. Aktivitas dan istirahat
Istirahat teratur dan menghindari stress
D. Komplikasi penyakit yang diderita
Tidak ada
E. Aturan Diet : -
Hal yang dibawa pulang (hasil laboratorium, foto, EKG, obat,
lainnya)
obat
Lain-lain: -

Palembang, 2022
Pasien/keluarga Ners

(……………………..) (……………………..)
47

C. Defisit nutrisi b.d asupan makan kurang dari kebutuhan tubuh d.d
berat badan menurun
Defisit nutrisi adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme (SDKI, 2019).
Implementasi yang dilakukan mengidentifikasi kebutuhan kalori dan
jenis nutrient monitor asupan makan monitor berat badan, melakukan oral
hygiene sebelum makan, jika perlu memberikan makanan tinggi serta untuk
mencegah konstipasi memberikan suplemen makanan, jika perlu
mengajarkan diet yang diprogramkan (SIKI, 2018).
Evaluasi Keperawatan S:Pasien mengatakan asupan makan tercukupi,
Pasien mengatakan akan melakukan program diet yg diberikan
O:Pasien mulai efektif dalam nutrisi
A:Masalah teratasi
P:Intervensi di berhentikam
Discharge planning
Lampiran: Format Discharge Planning
Pasien Pulang
No.RM: 36.15.52
Nama : Tn.A
Jenis Kelamin : laki-laki
Tanggal MRS: 04 November r 2022 Tanggal KRS: 10 November 2022
Dipulangkan dari RS dengan keadaan
Sembuh Pulang paksa
Meneruskan dengan obat jalan Lari
Pindah ke RS lain Meninggal
Diagnosa keperawatan
Definisi nutrisi berhubungan dengan asupan makan kurang dari kebutuhan
tubuh. Ditandai dengan lemas dan BB menurun
A. Kontrol
Waktu: -
Tempat: -
B. Obat-obatan yang masih diminum dan jumlahnya
Obat Oral : asam mefenamat 500mg
C. Aktivitas dan istirahat
Istirahat teratur dan menghindari stress
D. Komplikasi penyakit yang diderita
Tidak ada
E. Aturan Diet : -
48

Hal yang dibawa pulang (hasil laboratorium, foto, EKG, obat,


lainnya)
obat
Lain-lain: -

Palembang, 2022
Pasien/keluarga Ners

(……………………..) (……………………..)

Kesimpulan?

Anda mungkin juga menyukai