Anda di halaman 1dari 86

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN MANAJEMEN DIRI

DIABETES MELLITUS PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS DI


KECAMATAN JALAKSANA KUNINGAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh

SYIFA NURUL HIDAYAH

11181040000082

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
20202
i
ii
iii
iv
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, Agustus 2022

Syifa Nurul Hidayah, NIM 11181040000082

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN MANAJEMEN DIRI


DIABETES MELLITUS PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS
DI KECAMATAN JALAKSANA KUNINGAN

ABSTRAK
Diabetes melitus tipe 2 adalah jenis penyakit tidak menular yang sering disebut
sebagai penyakit menahun (kronis). IDF memperkirakan terjadinya peningkatan
kasus DM dengan jumlah 578 juta ditahun 2030 dan 700 juta ditahun 2045.
Menurut Rahmawati (2021) Prevalensi diabetes mellitus di Indonesia sekitar 10,7
juta pada tahun 2019. Indonesia menjadi satu-satunya Negara di Asia Tenggara
pada daftar tersebut, sehingga dapat diperkirakan besarnya kontribusi Indonesia
terdapat prevalensi kasus diabetes di Asia Tenggara. Angka kejadian di Jawa
Barat pada tahun 2018 prevelensi diabetes mellitus sekitar 1,7 % dari jumlah
penduduk Indonesia yang berjumlah 264 juta jiwa, sekitar 4,5 juta jiwa yang
menderita diabetes (Infodatin, 2020). Sedangkan di Kabupaten Kuningan
penderita diabetes mellitus menjapai 17.663 jiwa pada 2020 serta Kecamatan
Jalaksana merupakan peringkat ke 4 tertinggi di Kabupaten Kuningan yang
berjumlah 724 (Dinkes Provinsi Jawa Barat, 2021). Tingginya kasus diabetes
mellitus ini bisa dipengaruhi oleh gaya hidup. Pada dasarnya diabetes melitus
dapat terjadi karena kurangnya kontrol kadar gula darah hal ini dipengaruhi juga
oleh perawatan diri dari penderita DM yang kurang baik. Perawatan diri ini bisa
dikontrol dengan adanya program manajemen diri untuk penderita DM. Sampel
pada penelitian ini berjumlah 71 orang dengan menggunakan total sampling. Uji
statistika dalam penelitian ini adalah uji chi square. Hasil yang didapatkan bahwa
pengetahuan memiliki hubungan yang signifikan dengan manajemen diri pada
penderita diabetes melitus dengan nilai p-value yang didaptkan adalah 0,000
<0.05 α.

Kata Kunci : Pegetahuan, Manajemen diri, Diabetes melitus

v
FACULTY OF HEALTH SCIENCES

NURSING SCIENCE PROGRAM

ISLAMIC STATE UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Undergraduate thesis, August 2022

Syifa Nurul Hidayah, NIM 11181040000082

THE RELATIONSHIP OF KNOWLEDGE WITH DIABETES MELLITUS SELF-


MANAGEMENT IN DIABETES MELLITUS PATIENTS IN JALAKSANA
KUNINGAN DISTRICT

Abstack

Type 2 diabetes mellitus is a type of non-communicable disease that is often


referred to as a chronic (chronic) disease. IDF estimates that there will be an
increase in DM cases by 578 million in 2030 and 700 million in 2045. According
to Rahmawati (2021) the prevalence of diabetes mellitus in Indonesia is around
10.7 million in 2019. Indonesia is the only country in Southeast Asia on the list,
So it can be estimated that Indonesia's contribution to the prevalence of diabetes
cases in Southeast Asia can be estimated. The incidence rate in West Java in 2018
the prevalence of diabetes mellitus is around 1.7% of the total population of
Indonesia, which amounts to 264 million people, around 4.5 million people suffer
from diabetes (Infodatin, 2020). While in Kuningan Regency, people with diabetes
mellitus reached 17,663 people in 2020 and Jalaksana District was the 4th
highest ranking in Kuningan Regency, amounting to 724 (West Java Provincial
Health Office, 2021). The high cases of diabetes mellitus can be influenced by
lifestyle. Basically diabetes mellitus can occur due to lack of control of blood
sugar levels, this is also influenced by self-care of people with diabetes who are
not good. This self-care can be controlled with a self-management program for
people with DM. The sample in this study amounted to 71 people using total
sampling. The statistical test in this study is the chi square test. The results
obtained that knowledge has a significant relationship with self-management in
people with diabetes mellitus with the p-value obtained is 0.000 <0.05.

Keywords: Knowledge, self-management, Diabetes mellitus

vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Syifa Nurul Hidayah


Tempat, tanggal lahir : Kuningan, 24 Juli 2000
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Dusun Pahing RT/RW: 07/02, Desa Sukamukti,
Kecamatan jalaksana, Kabupaten Kuningan
No. Telepon 081280869277
Email : syifanurulhd@gmail.com

Riwayat pendidikan :

1. TK Mekar Winaya (2005-2006)


2. SDN 2 Sukamukti (2010-2012)
3. Mts Baitul Hikmah Tasikmalaya (2012-2015)
4. MA Baitul Hikmah Tasikmalaya (2015-2018)
5. Keperawatan UIN syarif hidayatullah Jakarta (2018- sekarang)

Riwayat Organisasi :

1. Anggota PMII Komfakkes (2018- 2020)


2. Staff Departemen BUMMS CSSMoRA UIN Jakarta(2019- 2020)

vii
KATA PENGANTAR

Alhamdullillahhirobil’alamin puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah


SWT atas rahmat, hidayah, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul Hubungan Pengetahuan dengan Manajemen
Diri Diabetes Mellitus Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kecamatan Jalaksana
Kuningan, yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Keperawatan (S.Kep). Shalawat serta salam senantiasa tercurah limpahkan kepada
junjungan Nabi besar Muhammad SAW, kepada keluarganya, serta sahabatnya,
pembawa suri tauladan untuk seluruh umatnya hingga akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa penyajian proposal ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Oleh karena
itu, peneliti menerima dengan senang hati segala kritik dan saran yang dapat
membuat proposal skripsi ini lebih baik lagi.

Tersusunnya proposal skripsi ini tidak lepas dari hambatan dan kesulitan yang
dialami penulis. Namun berkat dukungan dan motivasi dari berbagai pihak,
Alhamdulillah hambatan dan kesulitan tersebut dapat diatasi oleh penulis. Oleh
karena itu, penulis ingin mengucapkan rasa hormat dan terimakasih yang tak
terhingga kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat, keberkahan, dan


kemudahan disetiap Langkah hidup saya.
2. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A. selaku Rektor UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Zilhadia, M.Si, Apt. selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Dr. Uswatun Khasanah, S.Kep., M.S.N, selaku Dosen Pembimbing skripsi
yang senantiasa meluangkan waktu dan tenaganya untuk membimbing dengan
sangat sabar, serta memberikan semangat, ilmu, saran, yang sangat membantu
dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Ns. Mardiyanti S.Kep., M.Kep., M.D.S., selaku dosen Penasihat
Akademik yang senantiasa membimbing, memberikan nasehat, saran, serta
motivasi kepada penulis selama perkuliahan berlangsung.

viii
6. Seluruh dosen dan civitas akademik Fakultas Ilmu Kesehatan, khususnya
dosen-dosen ilmu keperawatan, staf akademik, dan petugas laboratorium yang
telah membimbing dan membantu kelancaran penulis selama proses
pembelajaran.
7. Ade Ratini, Ibu tercinta dan Siti Nurhanifa, Muhammad Haidar Arif, adik
yang sangat hebat, sabar, dan pantang menyerah. Terima kasih untuk do’a
yang senantiasa dipanjatkan serta dicurahkan, berkat beliau, Allah selalu
meridhai dan memudahkan setiap langkah penulis.
8. Kementrian Agama Republik Indonesia, yang telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk berkuliah, serta memberikan arahan dan bimbingan supaya
menjadi pribadi yang lebih baik melalui Program Beasiswa Santri Berprestasi.
9. CSSMoRA 2018, PSIK CSSMoRA 2018, khususnya Ulfa, Yeli, Zun, Melina,
Vurinda, Nilam keluarga di perantauan yang telah membersamai sejak
pertama kali penulis menduduki kehidupan perkuliahan dan membantu dalam
penyusunan skripsi, terima kasih sudah berkenan meluangkan waktunya dan
memberi arahan ketika penulis sedang kebingungan.
10. Teman seperbimbingan, Alfi, Adilah, dan Lulu, yang telah berjuang bersama
dan senantiasa saling menguatkan satu sama lainnya.
11. Keluarga besar PSIK 2018 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
membersamai di bangku perkuliahan, yang sama-sama berjuang, serta saling
membantu selama perkuliahan berlangsung.
12. Kak Syifa, senior yang senantiasa membantu serta memberikan arahan ketika
penulis sedang kebingungan, terima kasih sudah berkenan membagikan ilmu
dan pengelamannya, serta meluangkan waktunya.
13. Diri sendiri Syifa Nurul Hidayah yang telah berjuang sejauh ini, terimakasih
tidak pernah berhenti melangkah.

ix
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN.....................................Error! Bookmark not defined.

LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................ii

PERNYATAAN PENGESAHAN...........................Error! Bookmark not defined.

ABSTRAK..............................................................................................................v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................vii

KATA PENGANTAR........................................................................................viii

DAFTAR ISI...........................................................................................................x

DAFTAR TABEL...............................................................................................xiii

DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xiv

DAFTAR SINGKATAN......................................................................................xv

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xvi

BAB 1......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................6
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................7
1. Tujuan Umum............................................................................................7
2. Tujuan Khusus...........................................................................................7
D. Manfaat Penelitian........................................................................................7
C. Ruang Lingkup Penelitian...............................................................................8
BAB II.....................................................................................................................9

TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................9

A. Konsep Teori.................................................................................................9
1. Diabetes Mellitus.......................................................................................9
2. Manajemen Diri.......................................................................................19
3. Pengetahuan.............................................................................................26

x
B. Penelitian Terkait........................................................................................29
C. Kerangka Teori...........................................................................................31
BAB III..................................................................................................................32

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL............................32

A. Kerangka Konsep........................................................................................32
B. Definisi Operasional......................................................................................33
C. Hipotesis........................................................................................................35
BAB IV..................................................................................................................36

METODOLOGI PENELITIAN.........................................................................36

A. Desain Penelitian.........................................................................................36
B. Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................................36
C. Popolasi dan Sampel...................................................................................36
1. Populasi...................................................................................................36
2. Sampel.....................................................................................................36
D. Instrument Penelitian..................................................................................37
E. Metode Pengumpulan Data.........................................................................39
F. Teknik Analisa............................................................................................40
1. Analisa univariat......................................................................................40
2. Analisa bivariat........................................................................................41
G. Etika Penelitian...........................................................................................41
BAB V....................................................................................................................42

HASIL DAN ANALISIS DATA.........................................................................42

A. Analisis Univariat.......................................................................................42
a. Usia..........................................................................................................42
b. Jenis Kelamin..........................................................................................42
c. Lama Menderita DM...............................................................................43
d. Pendidikan Terakhir................................................................................43
e. Pengetahuan.............................................................................................44
f. Manajemen Diri.......................................................................................44
B. Analisis Bivariat..........................................................................................45
BAB VI..................................................................................................................47

xi
PEMBAHASAN...................................................................................................47

A. Pembahasan Hasil..................................................................................................47
1. Hasil uji univariat...............................................................................................47
2. Hasil uji bivariat.................................................................................................50
B. Keterbatasan Penelitian..........................................................................................51
BAB VII................................................................................................................52

SIMPULAN DAN SARAN..................................................................................52

A. Simpulan................................................................................................................52
B. Saran.......................................................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................54

xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Nilai IMT..............................................................................................21
Tabel 2. 2 Kebutuhan Kalori..................................................................................21
Tabel 3. 1 Definisi Operasional.............................................................................33

xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Kerangka Teori..................................................................................31
Gambar 3. 1 Kerangka Konsep..............................................................................32

xiv
DAFTAR SINGKATAN

DKQ : Diabetes Knowledge Questionnare

DM : Diabetes Mellitus

DSMQ : Diabetes Self-Management Questionnare

IMT : Indeks Masa Tubuh

OHO : Obat Hipoglikemia

Oral

PAD : Peripheral Arterial Diseases

PERKENI : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia

RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar

PTM : Penyakit Tidak Menular

PUSKESMAS : Pusat Kesehatan Masyarakat

WHO : World Health Organization

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat izin penelitian dan pengambilan data........................................58


Lampiran 2 Perizinan permohonan kuesioner.......................................................59
Lampiran 3 Inform consent....................................................................................60
Lampiran 4 Kuesioner DKQ (Diabetes Knowledge Questionnaire).....................61
Lampiran 5 Kuesioner DSMQ (Diabetes Self-Management Questionnaire)........65

xvi
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia saat ini dihadapkan dengan berbagai masalah kesehatan baik
penyakit tidak menular/menular maupun penyakit akut/kronik. Diabetes
mellitus sebagai salah satu bagian utama dari penyakit kronis yang tidak
menular. Tahun 2018, sekitar 60% kematian dan 43% morbiditas
disebabkan oleh penyakit tidak menular yang salah satu penyakit
terbanyak adalah diabetes mellitus (Rahmawati, Irfanita, Zufrizal, Laras,
2021).
Prevalensi penderita diabetes mellitus di seluruh dunia sangat tinggi
dan cenderung semakin melonjak setiap tahunnya. WHO (2018)
menyatakan pada tahun 2000 jumlah penduduk dunia yang menderita
diabetes sudah mencapai 171.230.000 orang, dan pada tahun 2030
diperkirakan akan mencapai jumlah 366.210.100 orang atau naik sebesar
114 % pada kurunwaktu 30 tahun. Secara global, lebih dari 422 juta orang
dewasa hidup dengan diabetes pada tahun 2018, dibandingkan dengan 108
juta di tahun 1980. Prevalensi diabetes di dunia (menggunakan usia yang
distandarisasi) telah meningkat hamper dua kali lipat Dari tahun 1980,
berasal 4,7% menjadi 8,5% pada populasi orang dewasa.
Prevalensi diabetes mellitus di Indonesia sekitar 10,7 juta pada tahun
2019 (Rahmawati, 2021). Indonesia berada di peringkat ke-7 diantara 10
negara dengan jumlah penderita terbanyak yaitu sebesar 10,7 juta.
Indonesia menjadi satu-satunya Negara di Asia Tenggara pada daftar
tersebut, sehingga dapat diperkirakan besarnya kontribusi Indonesia
terdapat prevalensi kasus diabetes di Asia Tenggara. Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) yang dilaksanakan pada tahun 2018 melakukan
pengumpulan data penderita diabetes mellitus penduduk berumur ≥ 15
tahun. Berdasarkan diagnosa dokter pada umur ≥ 15 tahun sebesar 2%.
Angka ini menunjukkan peningkatan dibandingkan prevalensi diabetes
mellitus pada penduduk ≥ 15 tahun pada hasil Riskesdas 2013 sebesar
1,5%. Namun prevalensi diabetes mellitus menurut hasil pemeriksaan gula

1
darah meningkat dari 6,9% pada 2013 menjadi 8,5% pada tahun 2018.
Angka ini menunjukkan bahwa baru sekitar 25% penderita diabetes yang
mengetahui bahwa dirinya menderita diabetes. Angka kejadian di Jawa
Barat pada tahun 2018 prevelensi diabetes mellitus sekitar 1,7 % dari
jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah 264 juta jiwa, sekitar 4,5 juta
jiwa yang menderita diabetes (Infodatin, 2020). Sedangkan di Kabupaten
Kuningan penderita diabetes mellitus menjapai 17.663 jiwa pada 2020
serta Kecamatan Jalaksana merupakan peringkat ke 4 tertinggi di
Kabupaten Kuningan yang berjumlah 724 (Dinkes Provinsi Jawa Barat,
2021).
Diabetes mellitus merupakan penyakit atau gangguan metabolik yang
terjadi ketika pankreas tidak dapat memproduksi cukup insulin atau ketika
tubuh kita tidak dapat menggunakan insulin secara efektif, sehingga
terjadilah peningkatan kadar glukosa dalam darah (Suryati, 2021).
Seseorang yang mengalami peningkatan gula darah di atas 126 mg/dl atau
gula darah sewaktunya di atas 200 mg/dl serta ditandai dengan gejala-
gejala yang khas seperti frekuensi buang air kecil meningkat (poliuri), rasa
haus dan keinginan minum meningkat (polidipsi), dan banyak makan
(polipagi) tetapi berat badannya menyusut, maka seseorang ini sudah dapat
didiagnosa sebagai diabetes mellitus (Black, M. Joyce, 2014 dalam Maria,
2021)
Penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit yang tidak menular dan
dapat menyerang siapa saja tanpa memandang kelompok usia. Gula darah
yang tidak terkontrol dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti
gangguan di pembuluh darah baik makrovaskular juga mikrovaskular, dan
gangguan di system saraf atau neuropati. Gangguan ini bias terjadi pada
pasien DM tipe 2 yang telah menyandang penyakit DM cukup lama atau
penyandang baru sekalipun. Komplikasi makrovaskular biasanya terjadi
pada jantung, otak serta pembuluh darah,sedangkan gangguan
mikrovaskular bias terjadi di mata dan ginjal. Keluhan neuropati pula
umum dialami oleh pasien DM, baik berupa neuropati motorik, sensorik
ataupun neuropati otonom (PERKENI, 2021).

2
Menurut hasil penelitian D ewi (2020), gula darah yang meningkat
konsisten akan menimbulkan kondisi serius yang menyebabkan kerusakan
sistem saraf. Pasien diabetes memiliki resiko lebih tinggi mengalami
masalah kesehatan. Masalah tersebut dapat berdampak pada produktifitas
dan sumber daya manusia yang menurun. Sedangkan menurut hasil
penelitian Grayssa (2021), diabetes mellitus dapat mengakibatkan
terjadinya komplikasi baik akut maupun risiko komplikasi jangka panjang
yang berupa keadaan retinopati diabetikum, neuropati bahkan risiko
kematian. Menurut hasil penelitian Kusnanto (2019), diabetes mellitus
dapat menyebabkan komplikasi atau timbulnya gangguan pada organ lain
yaitu jantung dan pembuluh darah yang mana berupa penyakit jantung,
stroke, serangan jantung, dan penyempitan arteri (arterosklerosis).
Diabetes merupakan salah satu dari empat prioritas penyakit tidak
menular, dan merupakan penyebab utama untuk kebutaan, serangan
jantung, stroke, gagal ginjal, dan amputasi kaki.
Tingginya kasus diabetes mellitus di Indonesia dapat dipengaruhi oleh
beberapa hal, diantaranya gaya hidup. Diabetes Melitus dapat terjadi
karena kurangnya kontrol kadar gula darah, kadar gula darah pada pasien
DM berhubungan dengan stress yang dihadapinya. Stres mengaktifkan
system neuroendokrin dan system saraf simpatis melalui hipotalamus
pituitari-adrenal sehingga menyebabkan pelepasan hormon-hormon seperti
epinefrin, kortisol, glukagon, ACT, kortikosteroid, dan tiroid yang dapat
mempengaruhi kadar glukosa darah penderita diabetes. Selain itu selama
stress emosional, pasien DM juga dikaitkan dengan perawatan diri yang
buruk seperti pola makan, latihan, dan penggunaan obat-obatan (Rika,
2020).
Penatalaksanaan Diabetes Melitus terdapat empat cara untuk
mengontrol kadar gula darah. Cara menjaga kadar gula darah tersebut
yaitu terapi menggunakan obat atau farmakologi, terapi gizi dan nutrisi,
edukasi cara manajemen diabetes mandiri, dan aktivitas fisik (Rahmawati,
2021). Perawatan diri pada pasien DM di Indonesia kebanyakan tidak
dilakukan secara maksimal. Kebanyakan responden melaporkan
pemantauan glukosa darah yang tidak teratur, diet dan latihan fisik tidak

3
dilaksanakan secara baik, serta resep obat yang diberikan tidak dilakukan
secara optimal. Pasien DM yang melakukan perawatan diri hanya sebesar
38,94%, dengan perilaku diet 4,85%, perawatan kaki 3,57%, latihan fisik,
3,19%, kontrol glukosa darah 3,02%, (Dewi, 2020). Penelitian serupa juga
didapatkan hasil tentang perilaku perawatan diri yang dilakukan pada 222
responden menyatakan bahwa 60,8% pasien DM tidak melakukan
perawatan diri, hanya 31,1% yang melakukan olahraga, dan 58,1% tidak
melakukan kontrol glukosa darah (Rika, 2020). Kebutuhan pasien DM
tidak hanya terbatas padakontrol glukosa saja, akan tetapi juga dalam
pencegahan komplikasi, kecacatan dan rehabilitasi. Ada
tujuh hal yang merupakan hal yang sangat penting bagi pasien DM yang
terdiri dari diet makanan, aktivitas fisik, kontrol glukosa, terapi
farmakologis, kemampuan pemecahan masalah, keterampilan dalam
mengelola kesehatan, dan status kesehatan. Hasil positif diperoleh dari
hubungan antara manajemen perawatan diri dengan kadar glukosa yang
baik (Dewi, 2020). Ketidakpatuhan dalam manajemen perawatan diri dapat
menyebabkan kadar glukosa darah tidak terkontrol dengan baik.
Perawatan medis yang berkelanjutan dibutuhkan karena diabetes
melitus mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Oleh karena itu,
penderita harus mampu menjalankan self-management atau manajemen
diri yang baik. Kepatuhan/kedisiplinan dari pasien sangat penting dalam
self-management diabetes guna meningkatkan kualitas hidup pada pasien
diabetes mellitus (Grayssa, 2021).
Pengetahuan terhadap Diabetes Mellitus merupakan hal penting yang
perlu diperhatikan. Notoatmodjo, 2012 (dalam Nurmala, et.al, 2019)
menyebutkan bahwa salah satu dari enam tingkatan pengetahuan adalah
application/penerapan, yaitu kemampuan seseorang dalam mempraktikan
materi yang sudah dipelajari pada keadaan yang sebenarnya. Application
nantinya akan menghasilkan reaksi ataupun tindakan yang disebut dengan
sikap dan perilaku, termasuk dalam menyikapi diabetes mellitus itu
sendiri. Pengetahuan pasien tentang Diabetes Mellitus adalah alat penting
untuk membantu merawat pasien diabetes itu sendiri, jadi semakin banyak

4
pengetahuan tentang diabetes, semakin baik dalam menangani diet
diabetes Mellitus (Gharaibeh & Tawalbeh, 2018).
Manajemen diri adalah aktivitas yang kompleks termasuk kemampuan
dalam mengontrol suatu kondisi dan afek kognitif, perilaku dan respon
emosional dalam mempertahankan kebutuhan kualitas hidup (Rika, 2020).
Tujuan self- management secara umum adalah meningkatkan kulitas hidup
penyandang diabetes melitus dalam jangka pendek dan jangka panjang.
Jangka pendek self-management ditunjukan menghilangkan keluhan dan
tanda diabetes, sedangkan jangka panjang ditunjukan untuk mengurangi
komplikasi. Oleh karena itu penanganan yang tepat pada penyandang
diabetes dilakukan lima pilar self-management diantaranya edukasi, terapi
nutrisi medis, latihan jasmani, terapi farmakologis, monitoring gula darah.
Manajemen diri diabetes telah direkomendasikan untuk memandu
orang dalam membuat pilihan yang tepat. Self management/manajemen
diri adalah tujuan utama intervensi diabetes karena biaya dan komplikasi
yang terkait dengan pengelolaan sebagian besar dapat dicegah ketika
kontrol glikemik dicapai dengan mempertahankan kadar HbA1c di bawah
7% (Dewi, 2020). Orang yang menderita diabetes memberikan setidaknya
99% perawatan mereka sendiri melalui Self Management. Penelitian
membuktikan bahwa Diabetes Self Management Education sebagai salah
satu bentuk pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan yaitu
meningkat dari pengetahuan kategori cukup 55% meningkat menjadi
pengetahuan kategori baik 81% (Kusnanto, 2019). Penelitian Diabetes Self
Management Education yang sudah dilakukan menunjukkanbahwa
Diabetes Self Management Education dapat menurunkan angka insiden
DM sampai 58% (Dewi, 2020). Penelitian Diabetes Self Management
Education lainnya yang dilakukan oleh (Rika, 2020) di pedesaan Gujarat,
703 responden di India yang memiliki factor risiko DM dan terdiagnosis
DM menunjukkan bahwa Diabetes Self management education dapat
menurunkan gula darah puasa sebesar 11% pada orang dewasa prediabetes
dan gula darah puasa sebesar 17% pada remaja pradiabetes, dan orang
dewasa dengan DM tipe 2 mengurangi sebesar 25% gula darah puasa
(Rika, 2020).

5
Dengan bekal pengetahuan dan management yang baik, diharapkan
klien dengan diabetes mellitus dapat meningkatkan kepatuhannya terhadap
pengelolaan diabetes mellitus dan senantiasa mengontrol kadar gula
darahnya serta dapat mencegah komplikasi yang lebih lanjut. Berdasarkan
pemaparan berikut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Hubungan pengetahuan dengan Manajemen Diri Diabetes Melitus
pada penderita Diabetes Melitus”.

B. Rumusan Masalah
Hasil data yang didapatkan berdasarkan prevalensi kasus diabetes
melitus, Indonesia ada diurutan ke tujuh tingkat didunia dengan kasus
terbanyak yaitu pada tahun 2018 sejumlah 1,5% atau 1.017.290 kasus.
berdasarkan data rikesdas 2018 jika dengan diagnosis dokter menunjukkan
bahwa prevalensi diabetes melitus di Indonesia sebesar 2% pada anak
diatas 15 Tahun. Kemudian dilanjutkan dengan perbandingan kasus dari
Riskesdas 2013 didapatkan data sebesar 1,5 % dengan status penduduk
diatas 15 tahun. Berdasarkan data yang didapatkan saat ini adanya kasus
yang cukup tinggi di provinsi dengan jumlah penduduk yang cukup padat
salah satunya yaitu di provinsi Jawa Barat yang tepatnya di wilayah
kabupaten Kuningan dengan jumlah kasus 31.582 jiwa pada 2019.
Penatalaksanaan Diabetes Melitus terdapat empat cara untuk
mengontrol kadar gula darah. Cara menjaga kadar gula darah tersebut
yaitu terapi menggunakan obat atau farmakologi, terapi gizi dan nutrisi,
edukasi cara manajemen diabetes mandiri, dan aktivitas fisik (Rahmawati,
2021). Perawatan diri pada pasien DM di Indonesia kebanyakan tidak
dilakukan secara maksimal. Kebanyakan responden melaporkan
pemantauan glukosa darah yang tidak teratur, diet dan latihan fisik tidak
dilaksanakan secara baik, serta resep obat yang diberikan tidak dilakukan
secara optimal. Pasien DM yang melakukan perawatan diri hanya sebesar
38,94%, dengan perilaku diet 4,85%, perawatan kaki 3,57%, latihan fisik,
3,19%, kontrol glukosa darah 3,02%, (Dewi, 2020). Berdasarkan uraian
tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan

6
Pengetahuan dengan Manajemen Diri pada Penderita Diabetes Mellitus di
Kecamatan Jalaksana Kuningan.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan
dengan manajemen diri diabetes mellitus pada penderita diabetes
mellitus di Kecamatan Jalaksana Kuningan

2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi gambaran data demografi masyarakat berupa
usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan lama menderita
diabetes mellitus.
b. Mengidentifikasi gambaran pengetahuan diabetes mellitus pada
penderita diabetes mellitus di Kecamatan Jalaksana
c. Mengidentifikasi gambaran manajemen diri diabetes mellitus
pada penderita diabetes mellitus di Kecamatan Jalaksana
d. Mengidentifikasi hubungan pengetahuan dengan manajemen
diri diabetes mellitus pada penderita diabetes mellitus di
Kecamatan Jalaksana.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber teoritis dan
menambah wawasan dalam bidang keperawatan tentang pengetahuan
dan manajemen diri diabetes mellitus.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran
tentang tingkat pengetahuan, perawatan diri serta menjadi masukan
untuk promosi pengetahuan dan perawatan mandiri.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar atau bahan
rujukan untuk mengembangkan penelitian selanjutnya terkait
gambaran pengetahuan dan manajemen diri pada penderita diabetes
mellitus di Kecamatan Jalaksana.

7
C. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode cross
sectional. Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner. Populasi
penelitian ini adalah masyarakat Kecamatan Jalaksana dengan kriteria inklusi
pada penelitian ini, masyarakat yang bersedia menjadi responden, memiliki
Riwayat Diabetes Mellitus. Kriteria eksklusi pada penelitian ini, yaitu
responden dengan gangguan jiwa dan yang tidak kooperatif saat pengisian
kuesioner dilakukan.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori

1. Diabetes Mellitus

a. Pengertian Diabetes Mellitus


Diabetes melitus (DM) adalah suatu kumpulan gejala yang timbul
pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar
gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun
relatif (Manurung, 2018).
DM adalah suatu gangguan metabolisme karbohidrat, protein,
dan lemak akibat dari ketidakseimbangan antara ketersediaan insulin
dengan kebutuhan insulin. Gangguan tersebut dapat berupa defisiensi
insulin absolut, gangguan pengeluaran insulin oleh sel beta pankreas,
ketidakadekuatan atau kerusakan pada reseptor insulin, produksi
insulin yang tidak aktif dan kerusakan insulin sebelum bekerja
(Damayanti, 2018). DM merupakan penyakit kronik, progresif yang
dikarakteristikan dengan ketidakmampuan tubuh untuk melakukan
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein awal terjadinya
hyperglikemia (kadar gula yang tinggi dalam darah (Damayanti, 2018).

b. Klasifikasi Diabetes Mellitus


Klasifikasi DM adalah :
1) DM Tipe 1 : Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) DM
Tipe 1 merupakan suatu kondisi dimana tubuh mengalami
defisiensi insulin secara absolut. Kondisi seperti ini disebabkan
oleh penyakit autoimun yang merusak sel beta pancreas (Haryono
& Susanti, 2019). DM tipe 1 ditandai oleh destruksi sel beta
pankreas, terbagi dalam dua sub tipe yaitu tipe 1A yaitu DM yang
diakibatkan proses immunologi (immune-mediated diabetes) dan
tipe immunologi 1B yaitu DM idiopatik yang tidak diketahui
penyebabnya. DM 1A ditandai oleh destruksi autoimun sel beta.

9
Sebelumnya disebut dengan DM junvile, terjadi lebih sering pada
orang muda tetapi dapat terjadi pada semua usia. DM tipe 1
merupakan gangguan katabolisme yang ditandai oleh kekurangan
insulin absolut, peningkatan glukosa darah, dan pemecahan lemak
dan protein tubuh (Damayanti, 2018).
2) DM Tipe 2 : Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)
DM Tipe 2 merupakan suatu kondisi dimana gula darah
mengalami kenaikan yang disebabkan oleh sel beta pankreas
memproduksi insulin dalam jumlah sedikit dan juga adanya
gangguan pada fungsi insulin atau resistensi insulin (Haryono &
Susanti, 2019). Dalam DM tipe 2, jumlah insulin yang diproduksi
oleh pankreas biasanya cukup untuk mencegah ketoasidosis tetapi
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh total (Damayanti,
2018). Jumlahnya mencapai 90-95 % dari seluruh pasien dengan
DM dan banyak dialami oleh orang dewasa tua lebih dari 40 tahun
serta lebih sering terjadi pada individu obesitas (Damayanti, 2018).
Kasus DM tipe 2 umumnya mempunyai latar belakang kelainan
yang diawali dengan terjadinya resistensi insulin. Resistensi
insulin awalnya belum menyebabkan DM secara klinis. Sel beta
pankreas masih dapat melakukan kompensasi bahkan sampai
overkompensasi. Insulin disekresi secara berlebihan sehingga
terjadi kondisi hiperinsunlinemmia dengan tujuan normalisasi
kadar glukosa darah. Mekanisme kompensasi yang terus menerus
menyebabkan kelelahan sel beta pankreas (exhaustion) yang
disebut dekompensasi, mengakibatkan produksi insulin yang
menurun secara absolut. Kondisi resistensi insulin diperberat oleh
produksi insulin yang menurun akibatnya kadar glukosa darah
semakin meningkat sehingga memenuhi kriteria diagnosis DM
(Damayanti, 2018).

c. Etiologi Diabetes Mellitus


1) DM Tipe 1 (IDDM)
a. Faktor Genetik Penderita DM tidak mewarisi DM tipe 1 itu
sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan

1
genetik ke arah terjadinya DM Tipe 1. Kecenderungan genetik
ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe anti gen HLA
(Human Leukocyte Antigen)
b. Faktor-faktor Imunologi Adanya respons otoimun yang
merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolaholah sebagai jaringan asing,
Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan Insulin
Endogen.
c. Faktor Lingkungan Virus atau Toksin tertentu dapat memicu
proses otoimun yang menimbulkan destruksi (Manurung,
2018).
2) DM Tipe 2 (NIDDM)
DM dikenal sebagai the silent killer, karena DM bisa
berdampak pada semua organ tubuh serta menimbulkan berbagai
macam keluhan, sekitar 90-95% pasien DM memiliki DM tipe 2.
Hal ini terjadi karena ada penurunan sensitivitas dari insulin
(resistensi terhadap insulin), atau semacam penurunan produksi
jumlah insulin. Sejatinya penyakit ini berasal dari adanya gangguan
di metabolisme yang secara genentis dan klinis termasuk
heterogen. DM tipe 2 merupakan kebalikan dari DM tipe 1, dalam
artian DM tipe 2 tidak tergantung insulin. Penyakit DM tipe 2
umumnya menyerang pada orang dewasa dengan umur sekitar 30
tahun ke atas, meskipun begitu remaja maupun anakanak juga
masih memiliki peluang untuk mengalaminya.
Umumnya, berdasarkan banyaknya kasus yang ditemukan,
DM sangat mudah menyerang orang-orang yang memiliki berat
badan berlebih atau obesitas, karena gangguan kelebihan berat
badan merupakan sebuah kondisi yang dapat menurunkan jumlah
penyerapan insulin dari target insulin diseluruh tubuh. Penyebab
pasti yang dapat menyebabkan seseorang mengembangkan diabetes
tipe 2 hingga saat ini belum diketahui secara jelas. Meski begitu
ada beberapa faktor tertentu yang dapat meningkatkan resiko

1
seseorang mengidap diabetes tipe 2 ini. Faktor-faktor tersebut
meliputi :
a) Usia
Resiko terkena DM tipe 2 dapat meningkat seiring
bertambahnya usia, terutama pada orang yang menginjak usia
45 tahun keatas. Hal tersebut disebabkan karena orang berumur
45 tahun keatas cenderung tidak atau kurang rutinitas
berolahraga untuk melakukan aktivitas fisik, kehilangan massa
otot, dan adanya peningkatan berat badan seiring bertambahnya
usia. Meski begitu, saat ini jumlah penderita DM tipe 2 juga
meningkat secara drastis dikalangan anak-anak, remaja, dan
orang dewasa muda (Haryono & Susanti, 2019).
b) Obesitas
Obesitas berkaitan dengan resistensi kegagalan toleransi
glukosa yang menyebabkan DM tipe 2. Hal ini jelas
dikarenakan persediaan cadangan glukosa dalam tubuh
mencapai level yang tinggi. Selain itu kadar kolesterol dalam
darah serta kerja jantung yang harus ekstra keras memompa
darah keseluruh tubuh menjadi pemicu obesitas. Pengurangan
berat badan sering kali dikaitkan dengan perbaikan dalam
sensivitas insulin dan pemulihan toleransi glukosa (Manurung,
2018).
c) Riwayat keluarga
Resiko DM tipe 2 menjadi meningkat jika orang tua atau
saudara sedarah mempunyai riwayat penyakit DM tipe 2
(Haryono & Susanti, 2019).
d) Jarang Melakukan Aktivitas Fisik
Seseorang yang tidak aktif secara fisik, memiliki
kecenderungan lebih besar untuk terserang penyakit DM tipe 2
ini, sebab apapun aktivitas yang melibatkan fisik akan
membantu tubuh dalam mengendalikan berat badan, dan
menggunakan glukosa sebagai energi serta membuat sel lebih
sensitif terhadap insulin (Haryono & Susanti, 2019).

1
d. Patofisiologi Diabetes Mellitus
Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel- sel tubuh yang
mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300-1200
mg/dl. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak
yang menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal di
sertai dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah dan
akibat berkurangnya protein dalam jaringan tubuh. Hal ini terjadi pada
saat kekurangan insulin. Pada saat defisiensi insulin tidak dapat
mempertahankan kadar glukosa plasma saat puasa yang normal atau
toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah yang melebihi
ambang ginjal normal (konsentrasi glukosa darah sebesar 160/180 mg/
100 ml) akan timbul glukosuria karena tubulus-tubulus renalis tidak
dapat menyerap kembali glukosa.

Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang


menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida, potasium,
dan pospat. Poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbulnya polidipsi.
Akibat glukosa yang keluar bersama urin maka cenderung akan timbul
polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi
sehingga menjadi cepat lelah dan mengantuk disebabkan oleh
berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan berkurangnya
penggunaan karbohidrat untuk energi (Manurung, 2018).

e. Manifetasi Klinis
Manifestasi klinis Diabetes Melitus adalah :
1. Penurunan berat badan (BB)
Penurunan BB yang berlangsung dalam waktu relative singkat
harus menimbulkan kecurigaan. Hal ini disebabkan glukosa dalam
darah tidak dapat masuk kedalam sel, sehingga sel kekurangan
bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan
hidup, sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel
lemak dan otot. Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak dan
otot sehingga menjadi kurus.
2. Banyak Kencing (Poliuri)
Banyak kecing karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi

1
akan menyebabkan banyak kencing. Kencing yang sering dan
dalam jumlah banyak akan sangat menggangu penderita, terutama
pada waktu malam hari.
3. Banyak Minum (Polidipsi)
Rasa haus sering dialami oleh penderita karena banyak cairan
yang keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalah
tafsirkan, Dikira sebab rasa haus ialah udara yang panas atau beban
kerja yang berat.
4. Banyak Makan (Polifagi)
Kalori dari makanan yang dimakan, setelah dimetabolisasikan
menjadi glukosa dalam darah, tidak seluruhnya dapat
dimanfaatkan, penderita selalu merasa lapar.

f. Faktor Resiko Diabete Mellitus


1. Faktor Keturunan (Genetik)
Riwayat keluarga dengan DM tipe 2, akan mempunyai
peluang menderita DM sebesar 15% dan risiko mengalami
intoleransi glukosa yaitu ketidakmampuan dalam memetabolisme
karbohidrat secara normal sebesar 30%. Faktor genetik dapat
langsung mempengaruhi sel beta dan mengubah kemampuannya
untuk mengenali dan menyebarkan rangsang sekretoris insulin.
Keadaan ini meningkatkan kerentanan individu tersebut terhadap
faktor-faktor lingkungan yang dapat mengubah integritas dan
fungsi sel beta pankreas. Secara genetik risiko DM tipe 2
meningkat pada saudara kembar monozigotik seorang DM tipe 2.
2. Obesitas
Obesitas atau kegemukan yaitu kelebihan berat badan ≥
20% dari ideal atau BMI (Body Mass Index) ≥ 27% kg/m2 .
Kegemukan menyebabkan berkurangnya jumlah reseptor insulin
yang dapat bekerja di dalam sel pada otot skeletal dan jaringan
lemak. Hal ini dinamakan resistensi insulin perifer. Kegemukan
juga merusak kemampuan sel beta untuk melepas ins Obesitas
menyebabkan respons sel beta pankreas terhadap peningkatan
glukosa darah berkurang, selain itu reseptor insulin pada sel

1
diseluruh tubuh termasuk di otot berkurang jumlah dan
kreatifannya atau kurang sensitif (Damayanti, 2018).
3. Usia
Faktor usia yang risiko menderita DM tipe 2 adalah usia
diatas 30 tahun, hal ini karena adanya perubahan anatomis,
fisiologis dan biokimia. Perubahan dimulai dari tingkat sel,
kemudian berlanjut pada tingkat jaringan dan akhirnya pada tingkat
organ yang dapat mempengaruhi homeostasis. Setelah seseorang
mencapai umur 30 tahun, maka kadar glukosa darah naik 1-2mh%
tiap tahun saat puasa dan akan naik 6-13% pada 2 jam setelah
makan, berdasarkan hal tersebut bahwa umur merupakan faktor
utama terjadinya kenaikan relevansi diabetes serta gangguan
toleransi glukosa.
4. Tekanan Darah
Seseorang yang berisiko menderita DM adalah yang
mempunyai tekanan darah tinggi (Hypertensi) yaitu tekanan darah
≥ 140/90 mmHg. Pada umumnya, pada pasien DM menderita juga
hipertensi. Hipertensi yang tidak dikelola dengan baik akan
mempercepat kerusakan pada ginjal dan kelainan kardiovaskuler.
Sebaliknya apabila tekanan darah dikontrol maka akan
memproteksi terhadap komplikasi mikro dan makrovaskuler yang
disertai pengelolaan hiperglikemia yang terkontrol.
5. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik yang kurang menyebabkan resistensi insulin
pada DM tipe 2. Menurut Ketua Indonesia Diabetes Association
(Persadia), bahwa DM tipe 2 selain faktor genetik, juga bisa dipicu
oleh lingkungan yang menyebabkan perubahan gaya hidup tidak
sehat, seperti makan berlebihan (berlemak dan kurang serat),
kurang aktivitas fisik, stress. DM tipe 2 sebenarnya dapat
dikendalikan atau dicegah terjadinya melalui gaya hidup sehat,
seperti makanan sehat dan aktivitas fisik teratur. ulin saat terjadi
peningkatan glukosa darah (Damayanti, 2018).
Mekanisme aktivitas fisik dalam mencegah atau

1
menghambat perkembangan DM tipe 2 yaitu:
1) Penurunan resistensi insulin/peningkatan sensitifitas
insulin;
2) Peningkatan toleransi glukosa;
3) Penurunan lemak adiposa tubuh secara menyeluruh;
4) Pengurangan lemak sentral;
5) Perubahan jaringan otot.
6) Kadar Kolestrol Kadar HDL (high Density Lipoprotein)
Kolestrol ≤ 35 mg/dL (0,09 mmol/L) dan atau kadar
trigliserida ≥ 259 mg/dl (2,8 mmol/L).

6. Stress
Stres adalah segala situasi dimana tuntutan non-spesifik
mengharuskan individu untuk berespon atau melakukan tindakan.
Penderita DM yang mengalami stress dapat merubah pola makan,
latihan, penggunaan obat yang biasanya dipatuhi dan dalam hal ini
menyebabkan terjadinya hiperglikemia (Damayanti, 2018)

g. Komplikasi Diabetes Mellitus


1. Komplikasi Akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat ketidakseimbangan
akut kadar glukosa darah, yaitu: hipoglikemia, diabetik
ketoasidosis dan hiperglikemia hiperosmolar non ketosis.
Hipoglikemia secara harfiah berarti kadar glukosa darah dibawah
normal. Hipoglikemia merupakan komplikasi akut DM yang dapat
terjadi secara berulang dan dapat memperberat penyakit DM
bahkan menyebabkan kematian. Hipoglikemia diabetik (insulin
reaction) terjadi karena peningkatan insulin dalam darah dan
penurunan kadar glukosa darah yang diakibatkan oleh terapi insulin
yang tidak adekuat.
2. Komplikasi Kronis
Komplikasi kronis terdiri dari komplikasi makrovaskuler,
mikrovaskuler dan neuropati
a) Komplikasi makrovaskuler

1
Komplikasi ini diakibatkan karena perubahan ukuran
diameter pembuluh darah. Pembuluh darah akan menebal,
sklerosis dan timbul sumbatan (occlusion) akibat plaque yang
menempel. Komplikasi makrovaskuler yang paling sering
terjadi adalah: penyakit arteri koroner, penyakit
cerebrovaskuler dan penyakit vaskuler perifer.
b) Komplikasi mikrovaskuler
Perubahan mikrovaskuler melibatkan kelainan struktur
dalam membran pembuluh darah kecil dan kapiler. Kelainan
pada pembuluh darah ini menyebabkan dinding pembuluh
darah menebal, dan mengakibatkan penurunan perfusi jaringan.
Komplikasi mikrovaskuler terjadi di retina yang menyebabkan
retinopati diabetik dan di ginjal menyebabkan nefropati
diabetic.
c) Komplikasi neuropati
Neuropati diabetik merupakan sindroma penyakit yang
mempengaruhi semua jenis saraf, yaitu saraf perifer, otonom
dan spinal Komplikasi neuropati perifer dan otonom
menimbulkan permasalahan di kaki, yaitu berupa ulkus kaki
diabetik, pada umumnya tidak terjadi dalam 5-10 tahun pertama
setelah didiagnosis, tetapi tanda-tanda komplikasi mungkin
ditemukan pada saat mulai terdiagnosis DM tipe 2 karena DM
yang dialami pasien tidak terdiagnosis selama beberapa tahun
(Damayanti. 2018).

h. Pencegahan Diabetes Mellitus


1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah upaya yang ditunjukan pada
orang-orang kelompok resiko tinggi yaitu individu yang belum
menderita tetapi berpotensi untuk menderita DM. Penyuluhan
sangat penting dalam upaya pencegahan DM.
2. Pencegahan Sekunder
Upaya mencegah atau menghambat timbulnya penyulit
pada pasien yang telah menderita DM dilakukan dengan pemberian

1
pengobatan yang cukup dan tindakan deteksi dini sejak awal
penyakit DM. Salah satunya sering terjadi adalah penyakit
kardiovaskuler yang merupakan penyebab utama kematian pada
pasien DM. Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan :
a) Skrining
Skrining adalah bentuk deteksi dini untuk penyakit yang
berdampak besar bagi hidup. Skrinning dilakukan dengan
menggunakan tes urin dan kadar gula darah puasa. Skrinning
direkomendasikan untuk:
1. Orang-orang yang mempunyai keluarga DM.
2. Orang-orang dengan kadar glukosa abnormal pada saat
hamil.
3. Orang-orang yang mempunyai gangguan vaskuler.
4. Orang-orang gemuk.
b) Pengobatan
Pengobatan dilakukan dengan perencanaan diet atau terapi
nutrisi medic yang merupakan pengobatan utama dan dilakukan
bersama latihan jasmani dan kegiatan fisik bilamana ternyata
gagal maka diperlukan penambahan obat. Obat hipoglikemik
oral hanya digunakan pelapisan insulin dari sel beta pankreas
atau pengambilan glukosa oleh jaringan perifer.
c) Diet
Diet adalah penatalaksanaan yang penting dari kedua tipe
DM. Makanan yang masuk harus dibagi merata sepanjang hari
dikarenakan sangat penting bagi pasien yang menerima insulin
dikordinasikan antara makanan yang masuk dengan aktivitas
insulin. Modifikasi dari faktor-faktor resiko sebaiknya menjaga
berat badan, menjaga tekanan darah, kadar kolesterol, berhenti
merokok, membiasakan diri untuk hidup sehat, dan
membiasakan diri untuk berolahraga secara teratur.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier ditujukan pada kelompok penyandang
DM yang mengalami kesulitan dalam upaya mencegah terjadinya

1
kecacatan. Pada upaya pencegahan ini tetap dilakukan penyuluhan
bagi pasien dan keluarga dengan materi penyuluhan upaya
rehabilitasi yang dapat dilakukan untuk mencapai kualitas hidup
yang optimal (Manurung, 2018).

1. Manajemen Diri

a. Pengertian Manajemen Diri


Manajemen diri didefinisikan dalam cara yang berbeda-
beda, tetapi secara umum hal ini dideksripsikan sebagai
kemampuan individu untuk mengatur gejala-gejala, pengobatan,
konsekuensi fisik dan psikis, dan perubahan gaya hidup yang
melekat pada kehidupan seseorang dengan penyakit kronis (Lennon
et al, 2013). Manajemen Dirimerupakan prosedur pada seseorang
untuk mengatur prilaku diri sendiri (Gantina, 2011). Manajemen
Dirimerupakan suatu perilaku yang berfokus pada peran serta
tanggung jawab individu dalam pengelolaan penyakitnya
(Kisokanth et al., 2013).
Manajemen Diri didefinisikan sebagai suatu konteks
kesejahteraan keluarga yang menuju kedinamisan dan
berkelanjutan dalam hal kontrol diri, evaluasi, serta merubah
perspektif mengenai kondisi sakit menjadi sehat. Beberapa bukti
saat ini menunjukkan bahwa individu yang terlibat dalam perilaku
Manajemen Diriterbukti dapat meningkatkan kesehatan mereka.
Bentuk dasar dari Manajemen Diri dan perawatan DM
membutuhkan pengetahuan, keterampilan, serta motivasi, karena
program ini berisi modifikasi diet, monitoring dari kadar glukosa
dalam darah, serta peningkatan olahraga yang dilakukan. Jadi,
Manajemen diri adalah suatu program yang dapat meningkatkan
keterampilan yang dimiliki oleh pasien dengan DM dalam hal
mengontrol dan mengatur penyakit mereka.

b. Pengertian Manajemen Diri Diabetes Mellitus


Manajemen diri diabetes Melitus merupakan suatu tindakan
individu dalam mengontrol DM termasuk melakukan pengobatan
dan pencegahan komplikasi. Tujuan self-management, yaitu untuk

1
mencapai kadar glukosa darah optimal (Mulyani, 2016).
Kemampuan untuk belajar, dikombinasikan dengan kemauan untuk
menerima tanggung jawab terhadap Manajemen Diridapat menjadi
faktor utama dalam menentukan prognosis DM untuk jangka
panjang (Kisokanth et al., 2013). Manajemen Diripada DM telah
didefinisikan sebagai proses evolusi perkembangan pengetahuan
atau kesadaran dengan belajar untuk bertahan hidup dengan sifat
kompleks dari DM dalam konteks sosial.
Karena sebagian besar perawatan sehari-hari pada DM
ditangai oleh pasien dan/atau keluarga, ada kebutuhan penting
untuk tindakan andal dan valid untuk manajemen diri diabetes.
(Shrivastav SB, Shiravastawa PK, Ramasamy Jegadeesh, 2013).

c. Pentalakanaan Manajemen Diri Diabetes Mellitus


1. Perencanaan makan
Prinsip perencanaan makan adalah melakukan pengaturan
pola makan yang didasarkan pada status gizi penderita DM.
Manfaat dari perencanaan makan antara lain dapat menurunkan
berat badan penderita DM, menurunkan tekanan darah,
menurunkan kadar gula darah, meningkatkan sensitivitas
reseptor insulin, memperbaiki sistem koagulasi darah dan profil
lipid. Perencanaan makan ini bertujuan mempertahankan kadar
glukosa dalam batas normal (Glukosa puasa 90-130 mg/dL,
Glukosa darah 2 jam setelah makan < 30/80 mmHg,
pengandalian profil lipid (kolesterol LDL 40 mg/dL dan
Trigeliserida< 150mg/dL), dan mencapai berat badan senormal
mungkin (PERKENI, 2015).
Beberapa faktor yang harus diperhatikan sebelum
melakukan perubahan pola makan, antara lain : tinggi badan,
berat badan, status gizi, status kesehatan, aktivitas fisik dan
faktor usia. Perubahan pola makan perlu dilakukan perhitungan
jumlah kalori agar kebutuhan kalori pasien terpenuhi.
Perhitungan BB ideal menurut kriteria WHO Asia-Pasific dapat
dihitung menggunakan IMT = BB (kg)/ TB (m2) :

2
Berat badan (Kg)
IMT = Tinggi Badan (m)XTinggi Badan (m)

Tabel 2. 1 Nilai IMT

Kriteria Nilai

IMT Normal Wanita 18,5-23,5

IMT Normal Pria 22,5-25

BB Kurang <18,5

Dengan Resiko 23,0-24,9

Obesitas I 25,0-28,9

Obesitas II >30

Sedangkan penentuan kebutuhan kalori perhari ditentukan


dari : Kebutuhan basal : laki-laki (BB ideal (Kg) x 30 kalori)
dan waniita (BB ideal (Kg) x 25 kalori) setelah kebutuhan
basal didapatkan selanjutnya dilakukan koreksi atau
penyesuaian berdasarkan :

Tabel 2. 2 Kebutuhan Kalori

Kondisi Kebutuhan Kalori


Umur diatas 40 tahun -5%
Aktivitas ringan (duduk-duduk, +10%
nonton TV dll)
Aktivitas sedang (kerja kantoran, +20%
ibu rumah tangga, perawat, dokter)
Aktivitas berat (olahragawan, +30%
tukang becak dll)
Berat badan gemuk -20%
Berat badan lebih -10%
Berat badan kurus +20%
Stress metabolic +10-30%

2
Kehamilan trimester I dan II +300
Kehamilan trimester III dan +500 kalori
menyusui
Setelah kebutuhan kalori/hari ditentukan maka perlu disesuaikan
dengan jenis bahan makanannya, yaitu :
a) Karbohidrat : Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total
asupan energi. Pembatasan karbohidrat total < 130 g/hari tidak
dianjurkan.
b) Lemak : Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan
kalori, dan tidak diperkenankan melebihi 30% total asupan energi.
c) Protein : Kebutuhan protein yang dibutuhkan sebesar 10-20% total
asupan energi. Sumber protein yang baik dapat ditemukan pada
ikan, udang, cumi, daging tanpa lemak, produksi susu rendah
lemak, kacang-kacangan, tahu dan tempe.
d) Natrium : anjuran asupan natrium untuk penderita DM sama
dengan orang sehat yaitu < 2300mg perhari. Penderita DM dengan
hipertensi perlu dilakukan pengurangan secara individu.
e) Serat : konsumsi serat yang dianjurkan 20-35 gram/hari yang
berasal dari berbagai sumber bahan makanan. Seperti
kacangkacangan serta buah dan sayur.
f) Pemanis alternatif : pemanis alternatif aman digunakan sepanjang
tidak berlebihan. Fruktosa tidak dianjurkan pada penderita DM
karena dapat meningkatkan kadar LDL, namun fruktosa alami
yang terkandung dalam buah dan sayur boleh dikonsumi.
2. Latihan jasmani (olahraga)
Olahraga mengaktifasi ikatan insulin dan reseptor insulin di
membran plasma sehingga dapat menurunkan kadar glukosa darah.
Latihan jasmani yang rutin memelihara berat badan normal dengan
indeks massa tubuh (BMI)≤25. Manfaat latihan jasmani (olahraga)
adalah menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan
pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian
insulin, memperbaiki sirkulasi darah dan tonus otot, mengubah
kadar lemak darah yaitu meningkatkan kadar HDL-Kolesterol dan
menurunkan kadar kolesterol total serta trigliserida (Damayanti,

2
2019).
Prinsip latihan jasmani bagi penderita DM secara umum, yaitu
F,I,D,J : - Frekuensi : jumlah olahraga/minggu sebaiknya dilakukan
dengan teratur 3-5 kali/minggu. - Intensitas : ringan dan sedang
(60-70% maksimum heart rate), untuk menentukan intensitas
latihan, dapat digunakan maksimum heart rate : 220-umur untuk
menentukan target heart rate (THR). - Durasi : 30-60 menit - Jenis :
latihan jasmani endurans (aerobik) untuk meningkatkan
kemampuan kardioresepsi seperti jalan, jogging, berenang dan
bersepeda. Latihan jasmani teratur, penting bagi kesehatan setiap
orang, karena akan memberikan lebih banyak tenaga, membuat
jantung lebih kuat dan meningkatkan sirkulasi serta memperbaiki
tekanan darah, memperkuat otot, dan meningkatkan kelenturan,
meningkatkan kemampuan bernafas, membantu mengatur berat
badan, memperlambat proses penuaan, memperbaiki kolesterol dan
lemak tubuh yang lain, mengurangi stress dan melawan akibat-
akibat kekurangan aktivitas.
Khusus pada penderita DM yang menggunakan insulin, ada
beberapa yang perlu diperhatikan, yaitu memonitor kadar glukosa
darah sebelum dan sesudah berolahraga, hindari gula darah rendah
dengan memakan karbohidrat ekstra sebelum olahraga, hindari
olahraga berat selama reaksi puncak insulin, lakukan suntikan
insulin ditempattempat yang tidak akan digunakan untuk
berolahraga aktif dan sangat penting memeriksa gula darah secara
periodik (Damayanti, 2019).
3. Montoring kadar gula darah
Monitoring kadar gula darah secara mandiri atau yang
dikenal juga self monitoring blood glucose (SMBG) penting untuk
dilakukan karena dapat berfungsi sebagai pendeteksi dini dan
pencegah komplikasi pada DM. Monitoring ini dianjurkan untuk
penderita DM yang tidak stabil dan berpontensi mengalami ketosis
berat hiperglikemia dan hipoglikemia tanpa gejala ringan.
Kaitannya dengan pemberian insulin, dosis insulin yang diperlukan

2
pasien ditentukan oleh kadar glukosa darah yang akurat. SMBG
telah menjadi dasar dalam memberikan terapi insulin (Putri RP
2017).
4. Terapi farmakologi/ minum obat DM
Terapi farmakologi diberikan jika target kadar gula darah yang
diinginkan belum tercapai dengan perencanaan DM sebelumnya.
Berdasarkan cara kerja, OHO (Obat Hipoglikemia Oral) dibagi
menjadi 3 golongan :
a) Memicu produksi insulin
1. Sulfonilurea
Sulfonilurea merupakan obat yang mekanisme kerjanya
cukup rumit, ia bekerja terutama pada sel beta pankreas
untuk meningkatkan produksi insulin sebelum maupun
sesudah makan. Sulfonilurea digunakan pada penderita DM
yang tidak gemuk dimana kerusakan utama diduga adalah
terganggunya produksi insulin.
2. Golongan
Glinid Meglinitide merupakan bagian dari kelompok yang
meningkatkan produksi insulin (selain sulfonilurea). Maka
dari itu ia membutuhkan sel beta yang masih berfungsi
dengan baik. Refaglinid dan Netaglinid termasuk dalam
kelompok ini, mempunyai efek kerja cepat, lama kerja
sebentar, dan digunakan untuk mengontrol kadar glukosa
darah setelah makan. Repaglinid diserap secara cepat segera
setelah dimakan, mencapai kadar puncak di dalam darah 1
jam.
b) Meningkatkan kerja insulin (sensitivitas terhadap insulin)
1. Biguanid Metformin adalah satu-satunya biguanid yang
tersedia saat ini. Metformin digunakan pada penderita DM
gemuk yang mengalami penurunan kerja insulin.
2. Tiazolidinedion Terdapat 2 tiazolidinedion yaitu rosiglitazon
dan pioglitazon. Obat golongan ini memperbaiki kadar
glukosa darah dan menurunkan hiperinsulinaemia (tingginya

2
kadar insulin) dengan meningkatkan kerja insulin
(menurunkan resistensi insulin) pada penderita DM. Obat
golongan ini juga menurunkan kadar trigliserida dan asam
lemak bebas.
3. Rosiglitazone (Avandia) Obat golongan ini dapat digunakan
kombinasi dengan metformin pada penderita DM yang gagal
mencapai target kontrol glukosa darah dengan pengaturan
makan dan olahraga. Pioglitazone (Actos), juga diberikan
untuk meningkatkan kerja (Sensitivitas) Insulin.
c) Penghambat enzim alfa glukosidase Penghambat kerja enzim
alfa-glukosidase seperti akarbose, menghambat penyerapan
karbohidrat dengan menghambat enzim disakarida di usus
(enzim ini bertanggungjawab dalam pencernaan karbohidrat).
Obat ini terutama menurunkan kadar glukosa darah setelah
makan (Damayanti,2019).
5. Perawatan kaki
Perawatan kaki merupakan aktivitas penting yang harus
dilakukan penderita DM untuk merawat kaki yang bertujuan
mengurangi risiko ulkus kaki. Elemen Perawatan Kaki : Edukasi
perawatan kaki diberikan secara rinci pada semua orang dengan
ulkus maupun neuropati perifer atau peripheral arterial disease
(PAD).
a. Tidak boleh berjalan tanpa alas kaki, termasuk di pasir dan di
air.
b. Periksa kaki setiap hari, dan melaporkan pada dokter apabila
kulit terkelupas, kemerahan, atau luka.
c. Periksa alas kaki dari benda asing sebelum memakainya.
d. Selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih, tidak basah, dan
mengoleskan krim pelembab pada kulit kaki yang kering
e. Potong kuku secara teratur.
f. Keringkan kaki dan sela-sela jari kaki secara teratur setelah dari
kamar mandi.
g. Gunakan kaos kaki dari bahan katun yang tidak menyebabkan

2
lipatan pada ujung-ujung jari kaki.
h. Kalau ada kalus atau mata ikan, tipiskan secara teratur.
i. Jika sudah ada kelainan bentuk kaki, gunakan alas kaki yang
dibuat khusus.
j. Sepatu tidak boleh terlalu sempit atau longgar, jangan gunakan
hak tinggi.
k. Hindari penggunaan bantal atau boto berisi air panas/batu untuk
menghangatkan kaki.

3. Pengetahuan

a. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan yang digerakkan oleh orang dalam mendeteksi
benda tertentu melalui deteksi manusia, khususnya perasaan
penglihatan, penciuman, dan pendengaran (Notoatmodjo, 2014).
Informasi adalah sesuatu dalam diri individu yang diperoleh dari
wawasannya sendiri dan orang lain. Informasi adalah
konsekuensi dari perasaan artikel tertentu yang diperlukan
dengan cara yang berbeda dan diperoleh dengan melacak sumber
data dari beberapa hal. Informasi menggabungkan kesadaran
mental yang sangat penting dalam pengembangan perilaku.
(Notoatmodjo, 2012).

b. Sumber Pengetahuan
Sumber informasi adalah cara individu untuk memperoleh
pemahaman dan data tentang suatu item. Data dapat diperoleh
melalui fakultas (Induksi) dan akal (Logika) (Rusuli, 2015).
Menurut Notoadmojo (2003) fakultas manusia, misalnya,
perasaan penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan kontak
adalah sumber informasi individu. Seperti yang ditunjukkan oleh
Notoadmojo (2014), ada berbagai cara yang mungkin dilakukan
untuk memperoleh informasi:
a. Cara tradisional
Sebelum teknik logis, strategi konvensional adalah metode untuk
mendapatkan informasi yang hebat. Cara mendapatkan

2
informasi adat meliputi:
1. Teknik eksperimen dilakukan dengan memanfaatkan
peluang untuk menangani masalah, jika peluang tersebut
cocok, kemungkinan hasil yang berbeda akan dilakukan.
2. Metode pemaksaan, adalah pengakuan terhadap sudut
pandang orang lain tanpa menguji realitasnya terlebih
dahulu.
3. Pengalaman dalam pandangan individu, di mana
pengalaman adalah sumber informasi dengan membantu
realitas data melalui keterlibatan masa lalu dengan mengurus
masalah.
4. Melalui pemikiran, orang yang memanfaatkan jiwanya untuk
mendapatkan realitas informasi terkait, baik dengan
penerimaan dengan membuat atau menyelesaikan sampai
membuat kesimpulan.
b. Cara modern
Strategi lanjutan digunakan untuk hanya
memutuskan dan mengakhiri dengan memperhatikan secara
langsung dan mencatat kenyataan yang berhubungan
dengan objek pemeriksaan.

c. Tingkat Pengetahuan
Terdapat enam tingkat pengetahuan antara lain
(Notoatmodjo,2012):
a. Tahu(Know)
Tahu sebagai tanda data baru-baru ini dididik. Level ini
merupakan (review) sesuatu yang eksplisit dari data yang
didapat dan dipelajari. Mengetahui adalah tingkat informasi
yang paling minimal.
b. Memahami(Comprehension)
Pemahaman adalah kemampuan tunggal untuk
mengungkapkan secara nyata terkait dengan objek yang
diketahui dan dapat diuraikan secara akurat terkait dengan
materi. Orang yang memahami materi akan benar-benar ingin

2
mengklarifikasi, memperhatikan, menutup materi yang telah
direnungkan.
c. Aplikasi(Aplication)
Aplikasi yang dirasakan ketika individu dapat menerapkan
materi yang telah direnungkan dalam keadaan nyata seperti
pemanfaatan teknik, standar, dll.
d. Analisis(Analysis)
Analisis merupakan kemampuan orang untuk
menggambarkan bahan atau artikel ke dalam bagian-bagian
tertentu yang masih dalam desain hierarkis dan memiliki
sambungan. Kapasitas ilmiah harus terlihat melalui kata-kata
tindakan yang dapat, mengenali, mengumpulkan, diskrit, dll.
e. Sintesis(Synthetic)
Sintesis dapat menunjukkan kapasitas untuk menempatkan,
mengatur, dan menghubungkan detail baru dari data yang ada.
f. Evaluasi(Evaluation)
Evaluasimerupakan tahap terakhir menilai suatu interaksi,
materi dan artikel yang dilakukan. Penilaian dapat didasarkan
pada model yang telah ditentukan sebelumnya atau yang sudah
ada.

d. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan


Pengetahuan merupakan pemahaman yang diperoleh dari
berbagai hal, ada enam hal yang dapat mempengaruhi informasi
individu (Fitriani & Andriyani, 2015) diantaranya:
a. Pendidikan
Pendidikan adalah sumber informasi yang diberikan kepada
masyarakat untuk mendapatkan data dan pemahaman tentang
sesuatu baik di luar maupun di dalam sekolah. Sekolah penting
dalam sistem pembelajaran, di mana semakin tinggi sekolah
tunggal, semakin banyak informasi yang diperoleh. Orang
dengan instruksi tinggi dapat merenungkan suatu kondisi medis,
termasuk informasi mengenai hipertensi.
b. Usia

2
Daya ingat individu dan contoh gambar dapat dipengaruhi
oleh usia. Seiring kemajuan individu dalam beberapa tahun,
wawasan dan pandangan singular akan tumbuh, sehingga
banyak informasi yang diperoleh.
c. Lingkungan
Lingkungan merupakan semua yang ada di sekitar orang dalam
iklim. Kehadiran komunikasi sosial antar manusia dan iklim
akan dijawab sebagai informasi.
d. Sosial budaya dan ekonomi
e. Pengalaman
Salah satu metode untuk memperoleh informasi adalah
pengalaman pribadi atau pengalaman orang lain. Dari
pengalaman ini, orang bisa mendapatkan realitas informasi.
f. Media
Media adalah suatu cara untuk surat menyurat yang dapat
dijangkau oleh seluruh wilayah setempat untuk mempermudah
masyarakat dalam memperoleh data. Komunikasi yang luas
seperti radio, TV, koran, majalah, situs dan lain-lain.

B. Penelitian Terkait
Pada penelitian Adiatma, S. N., & Asriyadi, F. (2020).
Hubungan Manajemen Diri (Self Management) dengan Peran Diri pada
Pasien Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Palaran
Samarinda. Hasil uji statistic diperoleh nilai p=0.001 (<0.05) sehingga
Ho ditolak, maka dapat disimpulkan terdapat hubungan manajemen diri
(self management) dengan peran diri pada pasien diabetes mellitus di
Wilayah Kerja Puskesmas Palaran Samarinda.
Kemudian pada penelitian Fajriani, M., & Muflihatin, S. K.
(2021). Hubungan Efikasi Diri Dengan Manajemen Diri Pada Penderita
Diabetes Mellitus Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas Palaran Kota
Samarinda. Berdasarkan hasil penelitian efikasi diri baik sebanyak 90
(59,2%) responden dan kurang baik sebanyak 62 (40,8%) responden.
Penelitian menunjukkan dari 152 responden, manajemen diri baik
sejumlah 83 (54,6%) responden, manajemen diri cukup 68 (44,7%)

2
responden, manajemen diri buruk 1 (0,7%) responden. Dari hasil
bivariate, p-value yang didapatkan adalah 0,005 < α 0,05, yang artinya
terdapat hubungan yang signifikaan antara efikasi diri dengan
manajemen diri.
Selanjutnya pada penelitian Nurasyifa, S. R., RU, V. V. F., &
Pratiwi, H. (2022). Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap
Manajemen Diri Pasien Prolanis Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas
1 Purwokerto Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara pengetahuan terhadap manajemen diri p = 0,000
dengan nilai r = 0,838 pada pasien prolanis diabetes mellitus tipe 2.
Terakhir penelitian dari (Clara, 2018). Hubungan Pendidikan dan
Pengetahuan dengan Perilaku Manajemen Diri Diabetes Melitus Tipe 2.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara
pengetahuan dengan perilaku manajemen diri (p value < 0,001),
sedangkan sebaliknya dengan tingkat pendidikan, sehingga dapat
disimpulkan bahwa Perilaku manajemen diri meningkat jika
penyandang DM memiliki pengetahuan yang baik tentang manajemen
diri DM.

3
C. Kerangka Teori
Gambar 2. 1 Kerangka Teori

Modifikasi

Teori Lawrence Green, PERKENI (2021)

3
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep
Sugiyono (2014) mengatakan bahwa kerangka konseptual yaitu penghubung
antara variable-variable penelitian yaitu variable independent dan variable dependen.
Kerangka konseptual pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3. 1 Kerangka Konsep


Pengetahuan Manajemen
Diri Diabetes
Variable Variable
independe dependen
n

3
B. Definisi Operasional
Definisi operasional secara operasional mendefinisikan variabel berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk
mengamati atau mengukur objek atau fenomena secara cermat.

Tabel 3. 1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Pengukuran

1. Umur Umur atau usia adalah Responden mengisi Lembar kuesioner a. < 45 tahun Ordinal
hitungan waktu data demografi yang b. 45-59 tahun
seseorang dari awal telah tersedia pada c. 60-65 tahun
lahir sampai kini lembar kuesioner d. > 65 tahun
dalam satuan tahun.
2. Jenis kelamin Jenis kelamin adalah Responden mengisi Lembar kuesioner a. Laki-laki Nominal
kondisi manusia yang data demografi yang b. Perempuan
menjadi pembeda telah tersedia pada
antara laki-laki dan lembar kuesioner
perempuan.
3. Tingkat Tingkat pendidikan Responden mengisi Lembar kuesioner a. Tidak sekolah Ordinal
pendidikan adalah suatu kondisi data demografi yang b. Tidak tamat SD
jenjang pendidikan telah tersedia pada c. SD
yang dimiliki oleh lembar kuesioner d. SMP

3
seseorang melalui e. SMA
pendidikan formal f. S1
4. Lama Lama menderita Responden mengisi Lembar kuesioner a. < 2 tahun Ordinal
menderita diabetes adalah data demografi yang b. 2-5 tahun
diabetes hitungan waktu telah tersedia pada c. > 5 tahun
penderita diabetes dari lembar kuesioner
awal didiagnosa
sampai kini dalam
satuan tahun.
5. Pengetahuan Kemampuan Responden mengisi Kuesioner DKQ Kategori pengetahuan Ordinal
tentang DM responden dalam kuesioner DKQ yang rendah <median dan
terdiri dari 19
menjawab pertanyaan pengetahuan tinggi
pertanyaan.
terkait DM: >median

6. Manajemen Perilaku yang Responden mengisi Kuesioner DSMQ, Dikatakan manajemen Ordinal
diri DM dilakukan oleh kuesioner DSMQ diri baik >median dan
penderita DM dalam manajemen kurang baik
perawatan diri selama <median
8 minggu terakhir.

3
C. Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara dari masalah yang diteliti oleh peneliti yang
akan dibuktikan dengan penelitian tersebut (Aniez, 2016). Hipotesis dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut :
H1 : Ada hubungan pengetahuan dengan manajemen diri diabetes mellitus pada
penderita diabetes mellitus di Kecamatan Jalaksan Kuningan.
Ho : Tidak ada hubungan pengetahuan dengan manajemen diri diabetes mellitus pada
penderita diabetes mellitus di Kecamatan Jalaksan Kuningan.

3
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan desain
cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk melihat antara hubungan pengetahuan
dengan manajemen diri diabetes mellitus pada penderita diabetes mellitus. Dalam
mencapai kesimpulan tersebut, perlu dilakukan pengujian hipotesis untuk
menggeneralisasi hasil, serta mengungkapkan dinamika korelasi antara sebab akibat
sehingga perlu menggunakan kuantitatif dengan desain cross sectional (Notoatmodjo
S. , 2018).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi : Penelitian ini akan dilaksanakan di Kecamatan Jalaksana Kuningan.
Waktu : Juli – Agustus 2022

C. Popolasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi adalah sekelompok orang/subjek yang hendak diteliti
karakteristiknya serta akan ditarik kesimpulannya (Hidayat, 2018). Populasi
penelitian ini adalah masyarakat Kecamatan Jalaksana yang menyandang penyakit
diabetes mellitus dan berjumlah 71 orang.

2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah populasi yang akan diteliti (Hidayat, 2018).
Sampel yang diambil dari populasi harus representative atau cukup untuk
mewakili populasi. Pembuatan kriteria inklusi dan eksklusi pada sampel juga
sangat penting untuk mencegah terjadinya bias dalam penelitian
(Syahrum&Salim, 2012).
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu:
1) Orang yang menderita diabetes mellitus
2) Belum pernah mendapatkan promosi Kesehatan terkait diabetes dalan 3
bulan terakhir
3) Bersedia menjadi responden

3
b. Kriteria eksklusi
1) Orang yang tidak memiliki gangguan kejiwaan
2) Tidak kooperatif selama prosedur berlangsung
c. Teknik sampling
Teknik sampling yang digunakan saat melakukan pengambilan sampel
dalam penelitian ini yaitu teknik total sampling. Teknik total sampling adalah
teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi
(Sugiyono, 2019). Alasan mengambil total sampling karena menurut Sugiyono
(2019) jumlah populasi yang kurang dari 100 seluruh populasi dijadikan
sampel penelitian semuanya. Sampel pada penelitian ini berjumlah 71 orang.

D. Instrument Penelitian
Instrument penelitian merupakan suatu alat penelitian yang digunakan untuk
mengukur fenomena yang diamati serta memudahkan dalam pengumpulan data
(Sugiyono, 2017). Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner. Pada tingkat
pengetahuan dapat diukur menggunakan kuesioner DKQ (Diabetes Knowledge
Questionnaire) dan pada kepatuhan manajemen diri dapat diukur menggunakan
kuesioner DSMQ (Diabetes Self-Management Questionnaire).
1. Uji validitas
Uji validitas adalah suatu indeks untuk mengukur koefisien korelasi antara
skor suatu pertanyaan atau indicator yang diuji dengan skor total pada
variabelnya. Uji validitas bertujuan untuk menentukan apakah suatu item layak
digunakan atau tidak yaitu dengan melakukan uji signifikan koefisien korelasi
pada taraf signifikansi 0,05 (5%). Artinya suatu item dianggap valid jika
berkolerasi signifikan terhadap skor total item atau menggunakan nilai r hitung > r
tabel menandakan bahwa item yang digunakan valid dan bisa digunakan (Herlina,
2019). Berdasarkan hasil uji validitas yang dilakukan pada 60 orang penderita
diabetes mellitus di Kecamatan Jalaksana didapatkan hasil sebagai berikut:
a. Kuesioner Pengetahuan Diabebetes Mellitus

Pertanyaan r Hitung r Tabel Kriteria


1. 0,448 0,250 Valid
2. 0,132 0,250 Invalid
3. 0,224 0,250 Invalid
4. 0,140 0,250 Invalid

3
5. 0,452 0,250 Valid
6. 0,346 0,250 Valid
7. 0,148 0,250 Invalid
8. 0,543 0,250 Valid
9. 0,531 0,250 Valid
10. 0,259 0,250 Valid
11. 0,175 0,250 Invalid
12. 0,314 0,250 Valid
13. 0,273 0,250 Valid
14. 0,300 0,250 Valid
15. 0,406 0,250 Valid
16. 0,364 0,250 Valid
17. 0,379 0,250 Valid
18. 0,448 0,250 Valid
19. 0,523 0,250 Valid
20. 0,342 0,250 Valid
21. 0,454 0,250 Valid
22. 0,479 0,250 Valid
23. 0,261 0,250 Valid
24. 0,277 0,250 Valid

b. Kuesioner Manajemen Diri Diabetes Mellitus


Pertanyaan r Hitung r Tabel Kriteria

1. 0,469 0,250 Valid

2. 0,286 0,250 Valid

3. 0,258 0,250 Valid

4. 0,191 0,250 Invalid

5. 0,407 0,250 Valid

6. 0,536 0,250 Valid

3
7. 0,451 0,250 Valid

8. 0,079 0,250 Invalid

9. 0,270 0,250 Valid

10. 0,512 0,250 Valid

11. 0,467 0,250 Valid

12. 0,401 0,250 Valid

13. 0,462 0,250 Valid

14. 0,203 0,250 Invalid

15. 0,346 0,250 Valid

16. 0,451 0,250 Valid

2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah sebuah uji yang digunakan untuk melihat sejauh mana
suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Ini berarti sejauh
mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau
lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama
(Notoatmodjo, 2012). Kriteria suatu data dikatakan reliabel dengan menggunakan
teknik ini bila nilai Cronbach’salpha (α) >0,6.

E. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data merupakan sebuah cara untuk mendapatkan informasi
dari responden, kemudian data tersebut dianalisis dan disimpulkan sehingga menjadi
hasil dari penelitian (Masturoh & Anggita T, 2018). Dalam penelitian ini dilakukan
analisis data primer melalui proses pengumpulan data yang dilakukan dengan
menggunakan kuesioner yang pengembangannya sudah secara intensif dan telah
dilakukan beberapakali uji coba. Adapun tahap proses pengumpulan data dari
penelitian ini sebagai berikut:
1. Tahap persiapan

3
a. Peneliti meminta surat studi permohonan izin studi pendahuluan ke akademik
Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melalui mekanisme
online.
b. Surat permohonan studi pendahuluan diberikan ke Puskesmas Jalaksana
Kuningan yang akan menjadi tempat penelitian.
c. Peneliti melakukan studi pendahuluan dengan wawancara pada 10 orang
penderita diabetes mellitus di wilayah Kecamatan Jalaksana Kuningan.
d. Peneliti menentukan dan menyiapkan instrumen yang akan digunakan dalam
penelitian.
2. Tahap pengambilan data
a. Peneliti meminta surat permohonan pengambilan data ke akademik Fakultas
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melalui mekanisme online.
b. Peneliti menghubungi bidan pengelola PTM di Puskesmas Jalaksana
Kuningan untuk melanjutkan ke tahap pengambilan data.
c. Peneliti meminta kerjasama guna untuk mendapatkan data dari penderita
kejadian diabetes mellitus tipe 2 di wilayah Kecamatan Jalaksana Kuningan.
3. Tahap pembahasan
a. Peneliti menginterpretasikan dan membahas hasil penelitian dengan hipotesa
sementara berdasarkan teori
b. Peneliti melakukan perumusan hasil berdasarkan data yang didapat dari hasil
pembahasannya.

F. Teknik Analisa
Analisa data secara umum dilaksanakan dengan melalui beberapa tahapan, yaitu
pemeriksaan atau pengecekan (editing), pengkodean (coding), pengolahan data dalam
perangkat (entry data), dan pemeriksaan kembali (cleaning data) (Notoatmodjo,
2012).

1. Analisa univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menganalisis distribusi frekuensi setiap
variabel penelitian. Ukuran yang digunakan dalam analisis univariat adalah
ukuran pemusatan data (misalnya rerata, median, dan modus), ukuran penyebaran
data (misalnya range,simpangan baku dan varians), serta melalui tabel distribusi
frekuensi, grafik, atau histogram (Hulu & Sinaga, 2019). Dalam penelitian ini
analisis yang akan digunakan melalui tabel distribusi frekuensi

4
2. Analisa bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk menguji hubungan antar variabel, yaitu
hubungan antara variabel independen dan dependen (Hulu & Sinaga, 2019).
Dalam penelitian ini analisis yang digunakan yaitu uji chi-square non parametrik
karena kedua variable berjenis kategorik.

G. Etika Penelitian
Milton tahun 1999 dalam (Notoatmodjo S. , 2018), menyampaikan bahwasannya
prinsip etika penelitian dibagi menjadi empat klasifikasi, sebagai berikut:
a. Menghormati harkat dan martabat manusia
Peneliti harus menjelaskan secara penuh tentang sifat dari penelitian.
Penjelasan tersebut nantinya menjadi dasar pertimbangan bersedia atau tidaknya
responden untuk bergabung dalam penelitian. Partisipan/individu berhak untuk
bertanya, menolak untuk memberikan informasi, atau mengakhiri partisipasi
mereka dalam penelitian. Bentuk persetujuan tersebut dibuktikan dengan lembar
informed consent. partisipan memiliki hak untukmenentukan sesuai kenginannya
untuk ikut atau tidaknya berpartisipasi dalam penelitian.
b. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian
Setiap partisipan mempunyai privasi dan kebebasan dalam memberikan
informasi. Penelitian yang melibatkan manusia akan selalu mengganggu
kehidupan pribadi partisipan. Peniliti wajib menjaga kerahasiaan informasi, data,
atau identitas yang diberikan oleh partisipan. Kerahasiaan dapat dijaga dengan
tanpa menyebutkan nama (anonim) atau dengan prosedur lainnya.
c. Keadilan dan keterbukaan
Prinsip keadilan ini adalah tidak membeda-bedakan responden serta menjamin
semua partisipan memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa
membedakan jenis kelamin, agama, etnis, dan sebagainya. Peneliti juga perlu
menjelaskan prosedur penelitian sehingga prinsip keterbukaan terpenuhi.
d. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan
Peneliti perlu memperhatikan dan memperoleh manfaat semaksimal mungkin.
Karena dari manfaat tersebut ada alasan yang membuat orang mau berpartisipasi
dalam penelitian. Dalam hal ini juga, peneliti memiliki tanggungjawab besar
untuk mencegah atau setidaknya meminimalisir segala bentuk kerugian baik
masalah fisik, psikologi, sosial, ataupun ekonomi.

4
BAB V

HASIL DAN ANALISIS DATA

A. Analisis Univariat
Analisis univariat yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
dan menilai karakteristik responden berdasarkan data demografi seperti usia, jenis
kelamin, lama menderita diabetes mellitus, Pendidikan, serta mengetahui adanya
gambaran pengetahuan terkait diabetes mellitus serta perilaku manajemen diri diabetes
mellitus pada penderita diabetes mellitus di Kecamatan Jalaksana Kuningan.

a. Usia
Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan usia

Usia Jumlah Persentase (%)

<45 tahun 11 18,0

45-59 tahun 20 32,8

60-65 tahun 15 24,6

>65 tahun 15 24,6

Total 61 100

Berdasarkan hasil penelitian yang dicantumkan dalam tabel di atas dapat


dilihat bahwa, dari total 61 responden terdapat 11 orang (18%) responden berusia
<45 tahun, 20 orang (32,8%) berusia 45-59 tahun, 15 orang (24,6%) berusia 60-65
tahun, dan 15 orang (24,6%) berusia >65 tahun.

b. Jenis Kelamin
Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

Laki-laki 22 36.1

Perempuan 39 63.9

Total 61 100

4
Berdasarkan hasil penelitian yang dicantumkan dalam tabel di atas dapat
dilihat bahwa, dari total 61 responden terdapat 22 orang (36,1%) responden
berjenis kelamin laki-laki dan terdapat 39 orang (63,9%) berjenis kelamin
perempuan.

c. Lama Menderita DM
Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkan lama menderita
diabetes mellitus

Lama menderita DM Jumlah Persentase (%)

<2 tahun 25 41.0

2-5 tahun 24 39.3

>5 tahun 12 19.7

Total 61 100

Tabel di atas menunjukan hasil dari distribusi responden berdasarkan lama


menderita diabetes mellitus. Didapatkan hasil 25 orang (41%) menderita DM
<2 tahun, 24 orang (39,3%) menderita DM 2-5 tahun, dan terdapat 12 orang
(19,7%) menderita DM sudah >5 tahun.

d. Pendidikan Terakhir
Tabel 5.4 Distribusi responden berdasarkan Pendidikan terakhir

Pendidikan Jumlah Persentase (%)

Tidak Sekolah 6 9.8

Tidak Tamat SD 6 9.8

SD/Sederajat 9 14.8

SMP/Sederajat 16 26.2

SMA/Sederajat 11 18.0

S1/Lulus PT 13 21.3

4
Total 61 100

Berdasarkan hasil penelitian yang dicantumkan dalam tabel di atas dapat


dilihat bahwa, dari total 61 responden yang tidak sekolah terdapat 6 orang
(9,8%), responden tidak tamat SD terdapat 6 orang (9,8%), responden
SD/sederajat terdapat 9 orang (14,8%), responden dengan pendidikan
SMP/sederajat terdapat 16 orang (26,2), responden dengan pendidikan
SMA/sederajat terdapat 11 orang (18%), dan responden yang berpendidikan
S1/lulus PT sebanyak 13 orang (21,3%).

e. Pengetahuan
Tabel 5.6 Distribusi berdasarkan pengetahuan tentang diabetes mellitus

Pengetahuan Jumlah Persentase (%)

Rendah 25 41.0

Tinggi 36 59.0

Total 61 100

Tabel di atas menunjukan hasil distribusi responden berdasarkan


pengetahuan tentang diabetes mellitus. Diketahui sejumlah 25 orang (41%)
dengan kaategori rendah dan 36 orang (59%) dengan kategori tinggi.

f. Manajemen Diri
Tabel 5.7 Distribusi berdasarkan manajemen diri diabetes mellitus

Manajemen diri Jumlah Persentase (%)

Kurang Baik 25 41.0

Baik 36 59.0

Total 61 100

Tabel di atas menunjukan hasil distribusi responden berdasarkan manajemen diri


diabetes mellitus. Diketahui sejumlah 25 orang (41%) dengan kaategori kurang baik
dan 36 orang (59%) dengan kategori baik.

4
B. Analisis Bivariat
Analisis bivariat ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui adanya hubungan
variable independent (pengetahun tentang diabetes mellitus) terhadap variable dependen
(manajemen diri diabetes mellitus). Uji bivariat dilakukan dengan uji chi square
menggunakan aplikasi spss, yang kemudian didapatkan hasil sebagai berikut.

4
Tabel 5.8 Hubungan Pengetahuan Dengan Manajemen Diri Diabetes Melitus
Pada Penderita Diabetes Melitus Di Kecamatan JalakSana Kuningan

Pengetahuan Manajemen Diri Total P-value

Baik Kurang Baik

Pengetahuan 36 0 36 0.000
Tinggi
(100%) (0%) (100%)

Pengetahuan 0 25 25
Rendah
(0%) (100%) (100%)

Total 36 25 61

Tabel di atas menunjukan hasil dari total 61 responden menyatakan 36


(100%) responden dengan kategori pengetahuan tinggi dengan manajemen diri
baik dan tidak terdapat responden yang memiliki pengetahuan tinggi dengan
manajemen diri kurang baik. Kemudian responden dengan kategori pengetahuan
rendah dengan manajemen diri kurang baik terdapat 25 (100%) responden dan
tidak terdapat responden yang memiliki pengetahuan rendah dengan manajemen
diri yang baik.

Penelitian ini menggunakan uji chi square yang bertujuan untuk


mengetahui adanya hubungan antara variable pengetahuan dengan manajemen
diri dengan melihat hasil uji signifikasi. Didapatkan hasil p-value = 0,000 yang
berarti kurang dari α = 0,005. Apabila nilai signifikasi kurang dari α=0,005 maka
H0 ditolak dan Ha diterima, yang kemudian dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan antara pengetahuan dengan manajemen diri diabetes mellitus

4
BAB VI

PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara
pengetahuan dengan manajemen diri diabetes mellitus pada penderita diabetes
mellitus di Kecamatan Jalaksana Kuningan. Penelitian ini dilakukan pada bulan
Juli-Agustus 2022 dengan sampel sebanyak 61 orang. Pengumpulan data
menggunakan dua macam kuesioner yang terdiri dari kuesioner pengetahuan
tentang diabetes mellitus dan kuesioner manajemen diri diabetes mellitus. Berikut
penjelasan mengenai pembahasan hasil penelitian yang terdiri dari univariat dan
bivariat, serta keterbatasan penelitian.

A. Pembahasan Hasil

1. Hasil uji univariat


a. Karakteristik responden berdasarkan usia
Usia merupakan umur individu yang terhitung sejak dilahirkan
sampai berulang tahun (Pakpahan, 2021). Departemen Kesehatan RI
(dalam Amin & Juniati, 2017)menyampaikan masa lansia awal ada
pada rentang usia 46-55 tahun dan masa lansia akhir 56-65 tahun.
Berdasarkan hasil analisis data distribusi responden berdasarkan usia,
ditemukan bahwa responden terbanyak berada pada rentan usia lansia
yaitu 45-59 tahun dan responden terendah berada pada rentan usia <45
tahun. Menurut Tjekyan (2014), di sebuah negara berkembang faktor
yang sangat berisiko dengan kejadian diabetes mellitus tipe 2 adalah
umur di atas 45 tahun dan pada wilayah negara maju penduduk yang
berisiko adalah pada rentan usia lebih dari 65 tahun, hal ini dikarenakan
adanya perbedaan manajemen diri pada masing-masing orang tersebut
(Nuraisyah, 2018). Selaras juga dengan penelitian Ezeani et al, (2020)
dimana dalam hal ini dijelaskan bahwa prevalensi kejadian dari suatu
penyakit akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
Suiraoka, 2012 (dalam Suryati, 2021) menjelaskan bahwa usia
merupakan faktor penyebab diabetes mellitus yang tidak dapat diubah.

4
Dalam hal ini dikarenakan ketika adanya pertambahan umur, maka
kemampuan jaringan dalam pengambilan glukosa dalam darah
mengalami penurunan. Penyakit diabetes mellitus juga rentan terjadi
pada usia >40 tahun.
b. Karakteristik berdasarkan jenis kelamin
Jenis kelamin dibawa saat lahir dan tidak dapat diubah. Konsep
jenis kelamin digunakan untuk membedakan antara laki-laki dan
perempuan berdasarkan unsur biologis dan anatomi tubuh (Sovitriana,
2019). Pada peneliitian ini, peneliti mengambil sampel sebanyak 61
responden, dengan mayoritas jenis kelamin perempuan sebanyak 39
(63,9%) responden, dan jenis kelamin laki-laki 22 (36,1%) responden.
Hasil analisis distribusi responden, perempuan lebih banyak dari
pada laki-laki. Hal ini berkaitan dengan adanya perbedaan sel lemak
yang dimiliki oleh laki-laki dan perempuan yang ketika tidak dilakukan
pemantauan maka akan menjerumus kearah kegemukan. Terjadinya
pengurangan jumlah reseptor yang cukup responsif terhadap insulin
diakibatkan karena adanya penumpukan sel lemak dengan jumlah yang
cukup banyak, sehingga dapat menyebabkan kumpulan antara
kompleks reseptor insulin dengan pengaturan glukosa yang tidak
normal. Hal ini mengakibatkan terjadinya resistensi insulin sehingga
pertahanan kadar glukosa dalam darah menjadi tidak normal
(Sherwood, 2014).
c. Karakteristik berdasarkan lama menderita DM
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar 25 responden
(41%) menderita DM selama <2 tahun dan frekuensi terendah adalam
menderita DM selama >5 tahun (19,7%).
d. Karakteristik berdasarkan Pendidikan
Pendidikan responden pada penelitian ini mayoritas SMP sebanyak
16 responden (26,2%), dan pendidikan dengan frekuensi terendah
adalah tidak sekolah dan tidak tamat SD, yakni masing-masing
berjumlah 6 responden (9,8%). Pendidikan yang ditempuh merupakan
indikator kualitas penduduk. Seperti yang tertera pada database

4
(DISDUKCAPIL, 2020) menyampaikan dari data SIAK menunjukan
tingkat pendidikan paling tinggi yang ditamatkan oleh penduduk
Kabupaten Kuningan yang terbesar yaitu Pendidikan tamat
SD/sederajat yaitu sebesar 428.840.
Notoatmojo (2010), yang menunjukkan bahwa pengetahuan
merupakan sebuah sikap seseorang terkait dengan sebuah objek dengan
tingkat yang berbeda-beda, bisa dikatakan bahwa semakin tinggi
tingkat pendidikan sesorang maka akan semakin baik pula pengetahuan
yang dimiliki dari orang tersebut seperti halnya dalam pengolahan pola
hidup yang sehat. Penelitian yang dilakukan oleh (Tipe & Kota, 2017),
didapatkan bahwa tidak adanya hubungan antara pendidikan dengan
diabetes melitus tipe 2, menurut penelitian ini hal tersebut diakibatkan
oleh pola makan dan juga jenis pekerjaan yang dimiliki oleh para
responden.
e. Gambaran pengetahuan diabetes mellitus pada penderita diabetes
mellitus di kecamatan Jalaksana Kuningan.
Pengetahuan merupakan hasil yang didapatkan setelah individu
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan
tersebut bisa dilakukan oleh penglihatan, pendengaran, penciuman,
pengecap, maupun peraba. (Nurmala et.al, 2019). Pemahaman
seseorang terhadap suatu objek yang diamati memiliki tingkatan yang
berbeda. Total terdapat enam tingkatan dalam pengetahuan, yaitu
mengetahui, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis,
dan mengevaluasi (Notoatmodjo, 2014). Pengetahuan responden
tentang diabetes mellitus sebagian besar memiliki pengetahuan yang
tinggi, yaitu sebanyak 36 responden (59%).
f. Gambaran manajemen diri diabetes mellitus pada penderita diabetes
mellitus di kecamatan Jalaksana Kuningan.
Manajemen diri diabetes Melitus merupakan suatu tindakan
individu dalam mengontrol DM termasuk melakukan pengobatan dan
pencegahan komplikasi. Tujuan self-management, yaitu untuk
mencapai kadar glukosa darah optimal (Mulyani, 2016). Manajemen

4
diri tentang diabetes mellitus mayoritas memiliki perilaku yang baik,
yaitu sebanyak 36 responden (59%).
Manajemen diri diabetes meliputi kontrol gula, diet, aktivitas fisik,
dan health care. Aspek kontrol gula dilihat frekuensi pengontrolan
kadar gula darah yang dilakukan serta kepatuhan dalam mengkonsumsi
obat, jika pengontrolan kadar gula darah dan konsumsi obat secara
rutin, maka termasuk ke dalam manajemen diri yang baik. Aspek diet
dikatakan baik ketika menerapkan konsumsi jenis dan jumlah makanan
sesuai rekomendasi diet yang diberikan dokter/spesialis diabetes. Aspek
aktivitas fisik dilihat penerapan prinsip olahraga bagi penderita
diabetes, jika hal tersebut diterapkan sesuai prinsip, maka termasuk
dalam manajemen diri baik. Selanjutnya aspek health care dilihat dari
kepatuhan menemui semua janji temu dokter yang direkomendasikan,
apabila hal tersebut dilakukan, maka termasuk ke dalam manajemen
diri baik.

2. Hasil uji bivariat


Analisis bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji chi-square,
karena penelitian ini ingin mengetahui hubungan antara pengetahuan
dengan manajemen diri diabetes mellitus pada penderitadiabetes mellitus
di kecamatan jalaksana kuningan. Hasil uji chi-square pada penelitian ini
didapatkan nilai p-value sebesar 0,000. Hasil dikatakan bermakna apabilai
nilai p-value <0,05. Hasil ini menunjukan bahwa variable pengetahuan
terdapat hubungan yang signifikan dengan manajemen diri diabetes
mellitus pada penderita diabetes mellitus di Kecamatan Jalaksana
Kuningan.
Selain itu, dari total 61 responden 36 responden memiliki kategori
pengetahuan tinggi dengan manajemen diri baik. Kemudian responden
yang memiliki pengetahuan rendah dengan manajemen diri kurang baik
terdapat 25 responden. Hal in menunjukan bahwa pengetahuan seseorang
mempengaruhi perilaku individu, dengan kata lain semakin tinggi
pengetahuan seseorang tentang kesehatan maka akan semakin tinggi pula
kesadarannya untuk berperan serta dalam kegiatan kesehatan

5
(Notoatmodjo, 2014). Penelitian Saqila & Muflihatin (2021) yang berjudul
“Hubungan Pengetahuan Dengan Manajemen Diri Pada Penderita
Diabetes Mellitus Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas Palaran Kota
Samarinda” dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan terdapat
hubungan bermakna antara pengetahuan dengan manajemen diri pada
penderita diabetes mellitus tipe II di wilayah kerja Puskesmas Palaran
Kota Samarinda dengan nilai koefisien korelasinya 0,326 yang berarti nilai
korelasinya positif dengan kekuatan korelasinya lemah sebagaimana
ditunjukan oleh hasil uji gamma diperoleh P-value 0,013< α (0,05).
Sejalan dengan penelitian Ningrum, dkk (2019) hasil statistik
didapatkan nilai p-value (0,000) dengan nilai koefisien korelasi 0,799
dimana terdapat hubungan yang kuat antara tingkat pengetahuan dengan
manajemen diri pasien diabetes mellitus. Hasil penelitian ini juga sejalan
dengan penelitian Anggraeni, (2019) bahwa terdapat hubungan antara
tingkat pengetahuan dengan manajemen diri pasien diabetes mellitus
dengan nilai (p=0,000).
Kusnanto,dkk (2019) menjelaskan bahwa faktor yang sangat
mempengaruhi manajemen diri diabetes mellitus yaitu tingkat
pengetahuan. Menurut Gharaibeh, (2018) tingkat pengetahuan pada pasien
diabetes mellitus merupakan hal yang sangat penting dalam membantu
menangani manajemen diri pada pasien diabetes mellitus itu sendiri,
dimana semakin baik tingkat pengetahuannya, maka semakin baik pula
manajemen diri diabetes mellitus. Tingkat pengetahuan yang kurang baik
dapat menyebabkan komplikasi dan dapat menurunkan kualitas hidup
pasien diabetes mellitus dikarenakan kurangnya informasi mengenai
penyebab diabetes mellitus, faktor resiko yang dapat memperburuk pasien
itu sendiri, dan pola hidup yang tidak tepat (Trikkalinou, 2017).

B. Keterbatasan Penelitian
1. Dalam pengambilan data, peneliti hanya memberikan kuesioner tanpa
memantau perilaku manajemen diri responden secara langsung yang
memungkinkan mengalami bias dalam penelitian.

5
BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang sudah diuraikan pada
bab sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan dari seluruh hasil penelitian
sebagai berikut:
1. Responden pada penelitian ini merupakan orang yang menyandang
penyakit diabetes mellitus di Kecamatan Jalaksana Kuningan dengan
karakteristik usia terdapat 11 orang (18%) responden berusia <45 tahun,
20 orang (32,8%) berusia 45-59 tahun, 15 orang (24,6%) berusia 60-65
tahun, dan 15 orang (24,6%) berusia >65 tahun. Jenis kelamin responden
terbanyak adalah berjenis kelamin perempuan 39 orang (63,9%) dan 22
orang (36,1%) responden berjenis kelamin laki-laki. Lama menderita
diabetes mellitus didapatkan hasil 25 orang (41%) menderita DM <2
tahun, 24 orang (39,3%) menderita DM 2-5 tahun, dan terdapat 12 orang
(19,7%) menderita DM sudah >5 tahun. Untuk tingkat Pendidikan
responden yang tidak sekolah terdapat 6 orang (9,8%), responden tidak
tamat SD terdapat 6 orang (9,8%), responden SD/sederajat terdapat 9
orang (14,8%), responden dengan pendidikan SMP/sederajat terdapat 16
orang (26,2), responden dengan pendidikan SMA/sederajat terdapat 11
orang (18%), dan responden yang berpendidikan S1/lulus PT sebanyak 13
orang (21,3%).
2. Tingkat pengetahuan diabetes mellitus pada penderita diabetes mellitus di
Kecamatan Jalaksana Kuningan diketahui sejumlah 25 orang (41%)
dengan kaategori pengetahuan rendah dan 36 orang (59%) dengan kategori
pengetahuan tinggi.
3. Manajemen diri diabetes mellitus pada penderita diabetes mellitus di
Kecamatan Jalaksana Kuningan diketahui sejumlah 25 orang (41%)
dengan kaategori kurang baik dan 36 orang (59%) dengan kategori baik.

5
4. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara
pengetahuan dengan manajemen diri pada penderita diabetes mellitus di
kecamatan jalaksana kuningan dengan hasil p-value = 0,000.

B. Saran
1. Pelayanan Kesehatan yang sangat baik dapat meningkatkan tingkat
promosi Kesehatan yang baik juga untuk masyarakat khususnya pada
kelompok yang menderita DM, sehingga perilaku manajemen yang
dimiliki akan semakin baik juga.
2. Bagi tempat penelitian hendaknya bisa lebih meningkatkan keaktifan
terkait dengan kegiatan promosi kesehatan di daerah setempat, sehingga
pengetahuan terkait diabetes bisa terus terpapar untuk masyarakat,
khususnya penderita diabetes.
3. Bagi penelitian selanjutnya, terkait manajemen diri hendaknya ikut serta
memantau perilaku manajemen diri responden secara langsung agar tidak
mengalami bias dalam penelitian.

5
DAFTAR PUSTAKA

Clara, H. (2018). Hubungan Pendidikan dan Pengetahuan dengan Perilaku


Manajemen Diri Diabetes Melitus Tipe 2. Publikasi Ilmiah Bidang
Kesehatan.
Damayanti, S. (2018). Diabetes Mellitus dan Penatalaksanaan Keperawatan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Dewi, A. J. (2020). Pengaruh Diabetes Self-Management Education (DSME)
Terhadap Perawatan Diri Pasien Luka Diabetes Melitus. Jurnal Ilmu
Keperawatan, 1-21.
DISDUKCAPIL. (2020). Profil Perkembangan Kependudukan Kabupaten
Kuningan. Kuningan: Disdukcapil Kuningan.
Ezeani, I., Chukwuonye, I., Onyeonoro, U., Chuku, A., & Ogah, O. (2020).
Prevalence and Risk Factors for Diabetes Mellitus in a State in South East
Nigeria: Results of a Population Based House to House Survey. Current
Diabetes Reviews.
Fitriani, N. L., & Andriyani, S. (2015). Hubungan Antara Pengetahuan Dengan
Sikap Anak Usia Sekolah Akhir (10-12 Tahun) Tentang Makanan Jajanan
Di Sd Negeri Ii Tagog Apu Padalarang Kabupatenbandung Barat Tahun
2015. Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia (JPKI).
Gharaibeh. (2018). Diabetes Self-Care Management Practice Among Insulin-
Taking Patients. Journal Of Research in Nursing.
Grayssa, M. D. (2021). Gambaran Self Management pada Penderita DM Tipe 2 di
Salah Satu Rumah Swasta di Klaten. Jurnal Keperawatan I Care, 28-40.
Haryono, R., & Susanti, B. A. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Endokrin. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Hastono, S. P. (2018). Analisis Data pada Bidang Kesehatan. Depok: Rajawali
Pers.
Hidayat, A. A. (2018). Metodologi Penelitian Keperawatan dan Kesehatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Hulu, V. T., & Sinaga, T. R. (2019). Analisis Data Statistik Parametrik Aplikasi
SPSS dan STATCAL: Sebuah Pengantar Untuk Kesehatan. Medan:
Yayasan Kita Menulis.
Infodatin. (2020). Tetap Produktif, Cegah, dan Atasi Diabetes Melitus. Infodatin
RI, 2-4.

5
Jawa, B. D. (2021). Dataset Dinkes Provinsi Jawa Barat. Dinkes Provinsi Jawa
Barat, 1-2.
Kuningan, D. K. (2022, Agustus 26). Profil Perkembangan Kependudukan
Kabupaten Kuningan 2020. Retrieved from Website DISDUKCAPIL
KUNINGAN: https://disdukcapil.kuningankab.go.id
Kusnanto, P. C. (2019). Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Diabetes Self-
Management dengan Tingkat Stres Pasien Diabetes Melitus yang
Menjalani Diet. Jurnal Keperawatan Indonesia, 31-42.
Kusnanto,dkk. (2019). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Diabetes Self-
Management Dengan Tingkat Stres Pasien Diabetes Melitus Yang
Menjalani Diet. Jurnal Keperawatan Indonesia.
M Tipe, &. D. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan
Dalam Pengelolaan Diet Pada Pasien Rawat Jalan Diabetes Mellitus Tipe
2 Di Kota Semarang. Journal of Health Education.
Manurung, N. (2018). Keperawatan Medikal Bedah Jilid 1. Jakarta: Trans Info
Media.
Maria, I. (2021). Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus dan Asuhan
Keperawatan Stroke. Yogyakarta: Deepublish.
Masturoh, I., & Anggita T, N. (2018). Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi
Kesehatan (RMIK) Metodologi Penelitian Kesehatan. Pusat Pendidikan
Sumber Daya Manusia Kesehatan Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
Mulyani, N. S. (2016). Hubungan Self Management Pasien Diabetes Mellitus
Tipe II Dengan Kadar Gula Darah Di Rumah Sakit Kota Banda Aceh. SEL
Jurnal Penelitian Kesehatan, 61-62.
Notoatmodjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nurmala, e. (2019). Promosi Kesehatan. Surabaya: Airlangga University Press.
Pakpahan, M. (2021). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Medan:
Yayasan Kita Menulis.
PERKENI. (2021). Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe
2 Dewasa di Indonesia. Jakarta: PB PERKENI.
Pudjibudojo, J. K., Hartanti, Aditama, L., & Rahayu, R. P. (2013). Pencegahan
dan Penanganan Diabetes Mellitus Pendekatan Medis, Farmakologis, dan
Psikologis. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Surabaya.

5
Rahmawati, I. J. (2021). Pengaruh Diabetes Self-Management Education
Terhadap Pengetahuan Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal
Ilmu Keperawatan, 9.
Rahmawati, Irfanita, Zufrizal, Laras. (2021). Pengaruh Diabetes Self-Management
Education Terhadap Pengetahuan Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2.
Jurnal Ilmu Keperawatan, 9.
Rika, T. H. (2020). Gambaran Pengetahuan Self Management Diabetes Melitus
Tipe 2 (Literature Review). Jurnal Keperawatan Siliwangi, 65-75.
Sherwood, L. (2014). Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suryati, I. (2021). Buku Keperawatan Latihan Efektif untuk Pasien Diabetes
Mellitus Berbasis Hasil Penelitian. Yogyakarta: Deepublish .
Suryati, I. (2021). Buku Keperawatan Latihan Efektif Untuk Pasien Diabetes
Mellitus Berbasis Hasil Penelitian. Yogyakarta: Deepublish.
Syahrum&Salim. (2012). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung: Cipta
Pustaka Media.
Trikkalinou. (2017). Type 2 Diabetes and Quality Of Life. World Journal of
Diabetes.

5
LAMPIRAN

5
Lampiran 1 Surat izin penelitian dan pengambilan data

5
Lampiran 2 Perizinan permohonan kuesioner

5
Lampiran 3 Inform consent
Lembar Persetujuan Mengikuti Penelitian (INFORM CONSENT)

Assalamualaikum Wr. WB.

Perkenalkan saya Syifa Nurul Hidayah, mahasiswa semester 8 Program Studi


Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Saat ini saya sedang melakukan penelitian mengenai Hubungan Pengetahuan


Dengan Manajemen Diri pada Penderita Diabetes Mellitus di Kecamatan
Jalaksana Kuningan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan pengetahuan dengan manajemen diri pada penderita diabetes mellitus di
Kecamatan Jalaksana. Dengan harapan penelitian ini dapat memberikan manfaat
dan pengetahuan terkait diabetes mellitus dan manajemen dirinya.

Sehubung dengan tujuan di atas, peneliti memohon kerendahan hati para saudara/i
untuk membantu mengisi kuesioner yang telah disediakan peneliti. Partisipasi
dalam penelitian bersifat sukarela. Responden yang bersedia mengisi kuesioner
dianggap menyetujui untuk ikut serta menjadi partisipan dalam penelitian dan
pengisian kuesioner oleh responden dilakukan dengan penuh kesadaran, serta atas
kemauan responden sendiri. Identitas saudara/i akan dijaga kerahasiaannya.
Informasi dari hasil pengisian kuesioner ini akan dipergunakan semata-mata untu
penelitian.

Apabila ada pertanyaan terkait kuesioner, saudara/i dapat menghubungi saya


melalui Whatsapp dengan nomor 081280869277. Demikian yang dapat saya
sampaikan, saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

Syifa Nurul Hidayah

6
Lembar Persetujuan Mengikuti Penelitian

Bersama ini saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :
Umur :
Alamat :
Telepon :

Setelah mendapat keterangan secukupnya dan mengerti manfaat penelitian


tersebut di bawah ini dengan judul :

Hubungan Pengetahuan dengan Manajemen Diri Diabetes Mellitus Pada Penderita


Diabetes Mellitus di Kecamatan Jalaksana Kuningan

Saya mengerti tujuan penelitian ini dan mengapa diminta untuk


berpartisipasi.Semua pertanyaan yang saya ajukan telah dijawab peneliti.

Saya mengerti bahwa keiikutsertaan dalam penelitian ini bersifat sukarela dan
setiap saat dapat mengundurkan diri dari penelitian.

Jakarta, Juli 2022

Yang memberi penjelasan Yang menyetujui

(Syifa Nurul Hidayah) ( )

6
Lampiran 4 Kuesioner Demografi

1. Nama (inisial) Responden :


2. Umur
<45 tahun

45-59 tahun

60-65 tahun

>65 tahun

3. Jenis Kelamin
Laki-laki

Perempuan

4. Lama menderita Diabetes Mellitus


<2 tahun

2-5 tahun

>5 tahun

5. Pendidikan Terakhir
Tidak sekolah
SMP/Sederajar
Tidak tamat
SMA/Sederajat
SD
S1/Lulus PT
SD/Sederajat

6
Lampiran 5 Kuesioner DKQ (Diabetes Knowledge Questionnaire)
Kuesioner A : Kuesioner Pengetahuan Diabetes Mellitus

Diabetes Knowledge Questionnare (DKQ)

Petunjuk pengisian: Pilihlah jawaban sesuai dengan Bapak/Ibu ketahui, dengan


memberi centang (✓) pada kolom yang telah disediakan. Beberapa pernyataan
dibawah ini benar dan beberapa pernyataan salah, semua pertanyaan harus
dijawab dengan satu pilihan.

No Pertanyaan Iya Tidak Tidak


Tahu

1. Makan terlalu banyak gula dan makanan


manis lainnya merupakan penyebab diabetes

2. Pada diabetes yang tidak diobati, jumlah


gula dalam darah biasanya meningkat

3. Jika saya menderita diabetes, anak-anak saya


berpeluang lebih besar menderita diabetes
juga

4. Kadar gula darah puasa 210 adalah terlalu


tinggi

5. Cara terbaik untuk memeriksa diabetes adalah


dengan tes urin

6. Olahraga teratur akan meningkatkan


kebutuhan atas insulin atau obat diabetes
lainnya

7. Insulin bekerja disebabkan karena


makan terlalu banyak

8. Obat lebih penting daripada diet dan olahraga

6
untuk mengendalikan diabetes

9. Diabetes sering menyebabkan peredaran


darah yang tidak baik

10. Luka dan lecet pada penderita


diabetes sembuhnya lama

11. Penderita diabetes harus sangat berhati-hati


saat

memotong kuku kaki

12. Penderita diabetes harus membersihkan luka


dengan yodium (Betadine) dan alcohol

13. Cara memasak makanan sama pentingnya


dengan makanan yang dimakan oleh
penderita diabetes

14. Diabetes dapat merusak ginjal

15. Diabetes dapat menyebabkan mati rasa pada


tangan, jari-jari dan kaki

16. Gemetaran dan berkeringat merupakan


tanda tingginya kadar gula darah

17. Sering kencing dan haus merupakan tanda

rendahnya kadar gula darah

18. Kaos kaki yang ketat boleh dipakai oleh


penderita diabetes

19. Diet diabetes sebagian besar terdiri


dari makanan-makanan khusus

6
Lampiran 5 Kuesioner DSMQ (Diabetes Self-Management Questionnaire)
Kuesioner B: Kuesioner Manajemen Diri Diabetes Mellitus

DIABETES SELF MANAGEMENT QUESTIONNAIRE


Pernyataan berikut ini mendeskripsikan aktivitas perawatan diri yang terkait
dengan diabetes anda. Berdasarkan diri anda selama 8 minggu terakhir, silahkan
tentukan sejauh mana anda menerapkan setiap pernyataan.
Petunjuk Pengisian: Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda
cek list (√) pada kolom yang tersedia.
SR : Sangat Sering
S: Sering
KK: Kadang-kadang
TP: Tidak Pernah
Tabel 4.1 Kuesioner B
No Pertanyaan SR S KK TP

1. Saya memeriksa kadar gula darah saya dengan


hati-hati dan perhatian.

2. Makanan yang saya pilih memudahkan saya


untuk mencapai kadar gula darah yang optimal.

3. Saya memenuhi semua janji temu dokter yang


direkomendasikan untuk perawatan diabetes
saya.

4. Saya makan banyak makanan manis atau


makanan lain yang kaya karbohidrat.

5. Saya mencatat kadar gula darah saya secara


teratur (atau menganalisis grafik nilai dengan
meteran glukosa darah saya).

6. Saya cenderung menghindari janji temu dokter


terkait diabetes.

6
No Pertanyaan SR S KK TP

7. Saya benar-benar mengikuti rekomendasi diet


yang diberikan oleh dokter saya atau spesialis
diabetes.

8. Saya tidak memeriksa kadar gula darah saya


cukup sering seperti yang diperlukan untuk
mencapai kontrol glukosa darah yang baik.

9. Saya menghindari aktivitas fisik, meskipun itu


akan meningkatkan diabetes saya.

10. Saya lupa untuk meminum atau melewatkan obat


diabetes saya (misalnya insulin, tablet).

11. Saya makan dalam porsi yang berlebihan tanpa


berpikir.

12. Saya melewatkan kegiatan fisik yang telah


direncanakan.

13. Perawatan diri diabetes saya buruk.

6
Lampiran 6 Uji SPSS
Median

Statistics
VAR00001
NValid 61
Missing 0
Mean 27.79
Median 27.00
Mode 26
Std. Deviation 4.079
Variance 16.637
Range 19
Minimum 19
Maximum 38

Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <45 Tahun 11 18.0 18.0 18.0
45-59 Tahun 20 32.8 32.8 50.8
60-65 Tahun 15 24.6 24.6 75.4
>65 Tahun 15 24.6 24.6 100.0
Total 61 100.0 100.0

Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-laki 22 36.1 36.1 36.1


Perempuan 39 63.9 63.9 100.0
Total 61 100.0 100.0

Lama Menderita DM
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid <2 Tahun 25 41.0 41.0 41.0


2-5 Tahun 24 39.3 39.3 80.3

6
>5 Tahun 12 19.7 19.7 100.0
Total 61 100.0 100.0

Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Sekolah 6 9.8 9.8 9.8


Tidak Tamat SD 6 9.8 9.8 19.7
SD/Sederajat 9 14.8 14.8 34.4
SMP/Sederajat 16 26.2 26.2 60.7
SMA/Sederajat 11 18.0 18.0 78.7
S1/Lulus PT 13 21.3 21.3 100.0
Total 61 100.0 100.0

Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Buruh 11 18.0 18.0 18.0
Wiraswasta 11 18.0 18.0 36.1
Petani 12 19.7 19.7 55.7
PNS 15 24.6 24.6 80.3
Tidak bekerja/IRT 12 19.7 19.7 100.0
Total 61 100.0 100.0

Pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 25 41.0 41.0 41.0
Tinggi 36 59.0 59.0 100.0
Total 61 100.0 100.0

6
Manajemen_Diri
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kurang Baik 25 41.0 41.0 41.0


Baik 36 59.0 59.0 100.0
Total 61 100.0 100.0

UJI Bivariat

Pengetahuan * Manajemen_Diri Crosstabulation


Manajemen_Diri
Kurang Baik Baik Total
Pengetahuan Rendah Count 25 0 25
Expected Count 10.2 14.8 25.0
% within Pengetahuan 100.0% 0.0% 100.0%
Tinggi Count 0 36 36
Expected Count 14.8 21.2 36.0
% within Pengetahuan 0.0% 100.0% 100.0%
Total Count 25 36 61
Expected Count 25.0 36.0 61.0
% within Pengetahuan 41.0% 59.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 61.000 1 .000
b
Continuity Correction 56.936 1 .000
Likelihood Ratio 82.569 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 60.000 1 .000
N of Valid Cases 61
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.25.
b. Computed only for a 2x2 table

Anda mungkin juga menyukai