Anda di halaman 1dari 146

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN TINGKAT

PENGETAHUAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA


PENDERITA DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PONDOK BENDA PAMULANG TAHUN 2019

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar


Sarjana Keperawatan (S.Kep)

DISUSUN OLEH :

NURUL FADILLAH
11151040000095

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/ 2019 M
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Nurul Fadillah
Nim : 11151040000095
Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya
cantumkan sesuai ketentuan yang berlaku di Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya saya ini merupakan jiplakan
dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta

Ciputat, Juli 2019

Nurul Fadillah

11151040000095

ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Hubungan Dukungan Keluarga Dan Tingkat Pengetahuan Terhadap


Kepatuhan Diet Pada Penderita Diabetes melitus Di Wilayah Kerja
Puskesmas Pondok Benda Pamulang Tahun 2019

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Kesehatan Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh :

Nurul Fadillah
NIM 11151040000095

Dibawah Bimbingan :

Ns.Waras Budi Utomo, S.Kep., M.KM


NIP : 197905202009011012

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/ 2019 M

iii
LEMBAR PERNYATAAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul

Hubungan Dukungan Keluarga Dan Tingkat Pengetahuan Terhadap


Kepatuhan Diet Pada Penderita Diabetes melitus Di Wilayah Kerja
Puskesmas Pondok Benda Pamulang Tahun 2019

Telah disusun dan dipertahankan di hadapan penguji oleh :


Oleh :

Nurul Fadillah
NIM 11151040000095
Pembimbing

Ns.Waras Budi Utomo, S.Kep., M.KM


NIP :197905202009011012
Penguji I Penguji I

Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc Ns. Puspita Palupi, S.Kep.,M.Kep,Sp.KepMat


NIP : 197902102005012002 NIP : 198011192011012006

Penguji III

Ns.Waras Budi Utomo, S.Kep., M.KM


NIP : 19790520200901101

iv
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul

Hubungan Dukungan Keluarga Dan Tingkat Pengetahuan Terhadap


Kepatuhan Diet Pada Penderita Diabetes melitus Di Wilayah Kerja
Puskesmas Pondok Benda Pamulang Tahun 2019

Telah disusun dan dipertahankan di hadapan penguji oleh :


Nurul Fadillah
NIM 11151040000095

Jakarta, Juli 2019

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Yenita Agus, M.Kep., Sp.Mat., Ph.D


NIP : 197206082006042001

PLH Dekan

Dr. Yuli Amran, S.KM., M.KM


NIP : 198005062008012015

v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : NURUL FADILLAH

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 20 Desember 1996

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Mantang Gg. II Blok M No. 20 RT/RW


010/007 Kel.Lagoa Kec. Koja Jakarta Utara DKI
Jakarta 14270

Telepon : 081383773599

Email : nurul.fadillah20.nf@gmail.com

Pendidikan

1. 2004 : TK ISLAM DARUSSALAM

2. 2005- 2011 : SDN LAGOA 01 PAGI

3. 2011-2013 : SMPN 143 JAKARTA

4. 2013-2015 : SMAS YAPPENDA JAKARTA

5. 2015-2019 : S-1 Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Organisasi

1. 2010-2011 : Anggota English Club di SMPN 143 Jakarta

2. 2017-2018 : Anggota HMPSIK Departemen Pendidikan dan Penelitian

vi
FACULTY OF HEALTH SCIENCE
SCHOOL OF NURSING
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA
Undergraduated Thesis, April 2019

NURUL FADILLAH, 11151040000095

Relationship between Family Support and Knowledge Level on Diet


Compliance in Diabetes Mellitus Patients in the Pondok Benda Pamulang
Health Center Working Area in 2019

VII + 84 Pages + 19 Tabels + 2 Charts + 8 Appendixes

ABSTRACT

For people with Diabetes melitus, carrying out an adequate diet is a thing that is
not negotiable anymore. Compliance with patients in management can be
influenced by family support and level of knowledge. This purpose of this study is
to determine the relationship between family support and the level of knowledge
on dietary compliance in patients with diabetes mellitus in the work area of
Puskesmas Pondok Benda Pamulang. This study uses a quantitative method with a
cross sectional design. The research subjects were 54 Diabetes Mellitus patients
who lived in the Puskesmas Pamulang Working Area. The sampling technique in
this study used convenience sampling technique. Methods of collecting data using
questionnaires. The results of the spearman correlation analysis showed that there
is a relationship between family support for diet compliance with p value: 0.000
and there is a relationship between the level of knowledge on diet compliance
with p value: 0.000. Researchers suggest that health workers improve their role as
counselors and can participate in health education regarding diets for people with
Diabetes Mellitus.

Keywords : Family Support, Knowledge, Dietary Compliance , Diabetes Mellitus

vii
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Skripsi, April 2019

NURUL FADILLAH, 11151040000095

Hubungan Dukungan Keluarga Dan Tingkat Pengetahuan Terhadap


Kepatuhan Diet Pada Penderita Diabetes melitus Di Wilayah Kerja
Puskesmas Pondok Benda Pamulang Tahun 2019

VII + 84 Halaman + 19 Tabel + 2 Bagan + 8 Lampiran

ABSTRAK

Bagi penderita Diabetes melitus melaksanakan diet yang adekuat merupakan hal
yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Kepatuhan penderita dalam penatalaksanaan
dapat dipengaruhi oleh dukungan keluarga dan tingkat pengetahuan. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dan tingkat
pengetahuan terhadap kepatuhan diet pada penderita Diabetes melitus di Wilayah
Kerja Puskesmas Pondok Benda Pamulang. Penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif dengan desain cross sectional. Subjek penelitian adalah 54 penderita
Diabetes melitus yang tinggal di Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Benda
Pamulang. Teknik Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
convenience sampling. Metode pengumpulan data menggunakan kuisioner. Hasil
uji analisis korelasi spearman menunjukkan bahwa ada hubungan antara
dukungan keluarga terhadap kepatuhan diet dengan p value : 0,000 dan ada
hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap kepatuhan diet dengan p value :
0,000. Peneliti menyarankan agar para tenaga kesehatan meningkatkan perannya
sebagai counselor dan dapat ikut serta dalam pendidikan kesehatan mengenai diet
untuk penderita Diabetes melitus.

Kata Kunci : Dukungan Keluarga, Pengetahuan, Kepatuhan Diet, Diabetes


melitus

viii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil’alamin, tiada kata-kata yang indah untuk diucapkan


selain pujian kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta
inayahnya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan laporan
skripsi ini dengan judul “Hubungan Dukungan Keluarga Dan Tingkat
Pengetahuan Terhadap Kepatuhan Diet Pada Penderita Diabetes melitus Di
Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Benda Pamulang Tahun 2019”. Shalawat serta
salam tak lupa dihaturkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Saya menyadari bahwa masih banyak mengalami kesulitan dan tantangan


yang tak terkira dalam penulisan proposal skripsi ini. Namun berkat pertolongan
Allah SWT serta bimbingan dari berbagai pihak sehingga saya dapat
menyelesaikan proposal ini dengan baik.

Saya mengucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A. selaku rektor
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Dr. Zilhadia, M. Si., Apt., selaku dekan Fakultas Ilmu Kesehatan, Fakultas
Ilmu Kesehataan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Yenita Agus, SKp., Mkep., PhD, selaku Ketua Program Studi dan Ibu
Ratna Pelawati, S.Kp., M.Biomed, selaku Sekertaris Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Ernawati, S.Kp, M.Kep., Sp.KMB, selaku Dosen Pembimbing Akademik,
terimakasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah membimbing, memberi
motivasi dan menjadi tempat bercerita selama hampir 4 tahun di bangku
perkuliahan.

ix
5. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep., M.KM selaku Dosen Pembimbing
terimakasih karena telah meluangkan waktu serta memberi bimbingan serta
arahan dengan sabar kepada saya selama proses pembuatan proposal ini.
6. Ibu Maulina Handayani, Skp., M.Sc. dan Ibu Ns. Puspita Palupi, S.Kep.,
M.Kep. Sp.KepMat, selaku dosen penguji terimakasih telah meluangkan
waktunya untuk menguji saya pada ujian skripsi saya.
7. Segenap dosen pengajar di Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah
memberikan wawasan yang luas kepada saya selama 4 tahun dibangku
perkuliahan.
8. Orang tua yang saya cintai dan hormati, Bapak Kamaraji dan Ibu Nur Jamilah
yang telah mendidik, mencurahkan kasih sayangnya yang tiada tara, selalu
mendo’akan keberhasilan yang tiada henti-hentinya kepada saya.
9. Kepada saudara saya Mutiara Syaharani dan Nur Kholilah yang telah
memberi dukungan dan hiburan di kala menyelesaikan skripsi ini
10. Sahabat seperjuangan saya Siti Mutiarani Dewi, Puji Astuti, Sela Sadewa,
Syifa Chairunisa, Fuja Amanda, Sherly Mulya Pratiwi dan Desi Kurniawati
yang tak pernah bosan mengingatkan dan memberi dukungan serta berbagi
ilmu dalam penyelesaian skripsi ini.
11. Teman Seperbimbingan saya Fuja Amanda, Novi Fitriani, Yuliana, Sherly
Vidianti Effendi, Bella Ayunda T, dan Yunita Salamah yang selalu kompak
dalam mengingatkan dan memberi dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.
12. Teman- teman Program Studi Ilmu Keperawatan 2015, khususnya kelas B
terimakasih untuk seluruh ilmu, dukungan dan pengalaman yang telah kalian
berikan kepada saya.

Atas segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan, semoga Allah
SWT, senantiasa membalas dengan pahala yang berlimpah. Sangat besar harapan
saya proposal ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun para pembacanya.
Semoga kita semua senantiasa diberikan petunjuk, limpahan rahmat, hidayah dan
inayah yang tak terhingga oleh Allah SWT.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

x
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................ iii

LEMBAR PERNYATAAN PENGESAHAN ....................................................... iv

LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................................v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................... vi

ABSTRACT .......................................................................................................... vii

ABSTRAK ........................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix

DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv

DAFTAR BAGAN ................................................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

A. LATAR BELAKANG .......................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH ...................................................................3

C. TUJUAN PENELITIAN ....................................................................3

D. MANFAAT PENELITIAN................................................................4

E. RUANG LINGKUP PENELITIAN...................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6

A. Diabetes Melitus ................................................................................6

B. Kepatuhan ........................................................................................30

C. Keluarga ...........................................................................................33

D. Dukungan Keluarga .........................................................................36

E. Pengetahuan .....................................................................................38

F. Penelitian Terkait .............................................................................42

xi
G. Kerangka Teori ................................................................................45

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESA, DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep .............................................................................46

B. Variabel Penelitian ...........................................................................46

C. Hipotesis...........................................................................................47

D. Definisi Operasional ........................................................................48

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ..............................................................51

A. Desain Penelitian..............................................................................51

B. Waktu dan Lokasi Penelitian ...........................................................51

C. Populasi dan Sampel ........................................................................52

D. Instrumen Penelitian ........................................................................53

E. Uji Validitas dan Realibilitas ...........................................................55

F. Pengumpulan Data ...........................................................................57

G. Pengolahan Data ..............................................................................58

H. Analisa Data .....................................................................................59

I. Etika Penelitian ................................................................................60

BAB V HASIL PENELITIAN ..............................................................................62

A. Deskripsi Umum Tempat Penelitian ................................................62

B. Hasil Analisis Univariat ...................................................................64

C. Hasil Analisa Bivariat ......................................................................73

BAB VI PEMBAHASAN ......................................................................................75

A. Gambaran Karakteristik Penderita Diabetes Melitus di Wilayah Kerja


Puskesmas Pondok Benda Pamulang Tahun 2019 ............................. 75

B. Analisa Univariat .............................................................................78

C. Analisa Bivariat................................................................................83

D. Keterbatasan Penelitian ....................................................................86

xii
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................88

A. Kesimpulan ......................................................................................88

B. Saran.................................................................................................89

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................91

LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Kriteria diabetes dan bukan diabetes ................................................... 16
Tabel 2. 2 Kriteria Diabetes Melitus menurut UKK Endokrinologi dan remaja
Ikatan Dokter Anak Indonesia World Diabetes Foundation (2015) ..................... 17
Tabel 2. 3 Pengaturan jadwal makan .................................................................... 27
Tabel 2. 4 Jenis diet diabetes melitus menurut kandungan energi, protein,
karbohidrat, dan lemak .......................................................................................... 28
Tabel 2. 5 Pembagian makan ................................................................................ 28
Tabel 2. 7 Contoh menu sehari dengan jenis diet diabetes melitus 1900 kkal...... 29
Tabel 2. 8 Metode pengukuran Pengetahuan ........................................................ 42
Tabel 3. 1 Definisi Operasional………………………………………………….50
Tabel 5. 1 Tabel Hasil Distribusi Frekuensi Usia Responden…………………...64
Tabel 5. 2 Tabel Hasil Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden ............... 65
Tabel 5. 3 Tabel Hasil Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden ...... 65
Tabel 5. 4 Tabel Hasil Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden ...................... 66
Tabel 5. 5Tabel Hasil Distribusi Frekuensi Gambaran Dukungan Keluarga
Responden ............................................................................................................. 66
Tabel 5. 6 Tabel Hasil Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Penderita
Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Benda Tahun 2019 pada
setiap item pertanyaan (n-54) ................................................................................ 67
Tabel 5. 7 Tabel Hasil Distribusi Frekuensi Gambaran Tingkat Pengetahuan
Responden ............................................................................................................. 69
Tabel 5. 8 Tabel Hasil Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Penderita
Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Benda Tahun 2019 pada
setiap item pertanyaan (n-54) ................................................................................ 69
Tabel 5. 9 Tabel Hasil Distribusi Frekuensi Gambaran Kepatuhan Diet Responden
............................................................................................................................... 71
Tabel 5. 10 Gambaran skor mean kepatuhan diet penderita Diabetes Melitus di
Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Benda Tahun 2019 pada setiap item pertanyaan
n=54 ...................................................................................................................... 71
Tabel 5. 11 Tabel Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet Pada
Penderita Diabetes Melitus di Wilayah kerja Puskesmas Pondok Benda Tahun
2019 (n=54) ........................................................................................................... 73
Tabel 5. 12 Tabel Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap Kepatuhan Diet Pada
Penderita Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Tahun 2019 (n=54) .... 74

xiv
DAFTAR BAGAN

Bagan 2. 1 Kerangka teori ..................................................................................... 45


Bagan 3. 1 Kerangka konsep………………………………………………..........46

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu ancaman utama bagi
kesehatan manusia pada abad 21. World Heatlh Organization (WHO)
tahun 2010 melaporkan bahwa diabetes menduduki peringkat keenam
sebagai penyebab kematian. Sekitar 1,3 juta orang meninggal akibat
diabetes melitus dan 4% meninggal sebelum usia mencapai 70 tahun dan
memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien diabetes melitus di Indonesia
menempati peringkat keempat di dunia sebagai jumlah penderita diabetes
melitus terbanyak setelah India, China, dan Amerika (Pratiwi 2007 dalam
Aini, dkk, 2011).
International Diabetes Federation (IDF) mengkonfirmasi pada
tahun 2017 sekitar ±425 juta orang di seluruh dunia, atau 8,8% penduduk
dewasa dengan rentang usia 20-79 tahun, diperkirakan menderita diabetes
melitus dengan 79% penderita tinggal di negara berpenghasilan rendah dan
menengah. Indonesia menempati seluruh dunia dengan ±20,3 juta
penduduk terdiagnosa diabetes melitus dan peringkat keempat dunia
dengan ±7,6 juta penduduk hidup dengan diabetes melitus tanpa
mengetahui penyakitnya. Menurut laporan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan prevalensi penderita diabetes
melitus di Indonesia meningkat menjadi 8,5% dibandingkan 6,9% di tahun
2013 untuk usia diatas 15 tahun. Prevalensi diabetes melitus berdasarkan
pemeriksaan darah pada penduduk umur >15 tahun pada tahun 2018
menjadi 10,9%. Untuk provinsi Banten meningkat menjadi 2,2% di tahun
2018 dibandingkan pada tahun 2013 yang hanya 1,6%.
Diabetes melitus adalah salah satu dari non-communicable diseases
(NCDs) yang ditandai dengan hiperglikemia dan pemicu tingginya yaitu

1
2

pola konsumsi makanan tinggi karbohidrat, asam lemak serta minuman


tinggi gula (World Health Organization, 2016; Riddle et al., 2018). Bagi
penderita diabetes melitus melaksanakan diet yang adekuat merupakan hal
yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Tujuan utama dari diet diabetes melitus
adalah untuk menjaga kadar glukosa darah pada batas normal dan menjaga
berat badan normal. Penyakit diabetes melitus tidak dapat disembuhkan
tetapi, dengan melakukan pengendalian melalui pengelolaan diet diabetes
melitus dapat mencegah terjadinya komplikasi (Pardede et al., 2017).
Kepatuhan diet pasien merupakan suatu perubahan perilaku yang
positif dan diharapkan, sehingga meminimalisir waktu terjadinya
komplikasi. Pengaturan diet bagi penderita diabetes melitus yang seumur
hidup dapat menjadi sesuatu yang sangat membosankan. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Yulia (2015) menunjukkan bahwa faktor yang
mempengaruhi kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus antara lain
pendidikan, pengetahuan, persepsi, motivasi, dukungan keluarga,
dukungan tenaga kesehatan dan lama menderita. Begitu juga dalam
penelitian Ario Sugandi (2017) bahwa pengetahuan, sikap, motivasi dan
dukungan keluarga merupakan faktor yang sangat berperan penting dalam
meningkatkan kepatuhan diet. Kendala utama pada pengelolaan diet
diabetes melitus adalah timbulnya ketidakpatuhan yang disebabkan oleh
kejenuhan pasien terhadap pola diet yang serba dibatasi. Ketidakpatuhan
pasien diabetes melitus terhadap diet dapat berdampak negatif terhadap
kesehatannya jika makanan yang dikonsumsi tidak terkontrol (Fauzia et
al., 2013).
Dari data yang diperoleh oleh peneliti melalui studi pendahuluan di
Puskesmas Pondok Benda Pamulang, jumlah penderita diabetes melitus
yang tercatat baik pasien lama dan pasien baru yang melakukan kunjungan
di Puskesmas Pondok benda Pamulang periode tahun 2017 berjumlah 174
pasien. Dan pada tahun 2018 meningkat per bulan yang didapatkan dalam
bentuk persentase penyakit diabetes melitus yaitu dari bulan Januari 8%,
meningkat di bulan Februari 17%, meningkat lagi di bulan Maret 25%,
bulan April menjadi 33%, Mei 41%, Juni 48%, Juli 55%, bulan Agustus
3

meningkat menjadi 61%, bulan September 69%, bulan Oktober 77%,


bulan November 86%, hingga bulan desember sangat meningkat yaitu
93% hamper 100%. Hasil tersebut menunjukkan angka yang signifikansi
meningkat pada kejadian penyakit diabetes melitus hal ini juga dibuktikan
ada banyak banyak penderita lama yang datang ke puskesmas dengan
sudah terjadi komplikasi

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan yang dibahas pada latar belakang bahwa kasus
Diabetes melitus di Indonesia meningkat menurut laporan Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas, 2018) pada tahun 2018. World Health Organization
(WHO) semakin banyaknya kematian sebelum umur 70 tahun dikarenakan
tidak terkontrolnya kadar gula darah bahkan ketidaktahuannya karena
tidak pernah mengontrol kadar gula dalam darah. Sehingga penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui tentang hubungan dukungan keluarga dan
tingkat pengetahuan terhadap kepatuhan diet pada penderita Diabetes
melitus di Indonesia khususnya di wilayah kerja Puskesmas Pondok
Benda-Pamulang harus diadakan agar diketahui apakah ada hubungan
antara dua variabel pada penelitian yang terkait.

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui informasi tentang
hubungan dukungan keluarga dan tingkat pengetahuan terhadap
kepatuhan diet pada penderita Diabetes melitus di wilayah kerja
Puskesmas Pondok Benda-Pamulang Tahun 2019.

2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui adanya dukungan keluarga pada penderita
Diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Pondok
Benda-Pamulang
4

b) Mengetahui tingkat pengetahuan pada penderita Diabetes


melitus di wilayah kerja Puskesmas Pondok Benda-
Pamulang
c) Mengetahui tingkat kepatuhan diet penderita Diabetes
melitus di wilayah kerja Puskesmas Pondok Benda-
Pamulang
d) Mengetahui hubungan dukungan keluarga terhadap
kepatuhan diet pada penderita Diabetes melitus di wilayah
kerja Puskesmas Pondok Benda-Pamulang
e) Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan penderita
Diabetes melitus terhadap kepatuhan diet pada wilayah
kerja Puskesmas Pondok Benda-Pamulang

D. MANFAAT PENELITIAN
1) Masyarakat
Masyarakat dalam hal ini yang dimaksudkan dalam peneliti adalah
penderita Diabetes melitus pada wilayah kerja Puskesmas Pondok
Benda-Pamulang dapat menyadari bahwa kepatuhan diet dengan
dibawah dukungan keluarga dan tingkat pengetahuan yang benar
dapat memperlambat risiko komplikasi pada penderita Diabetes
melitus.
2) Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tambahan bagi
perawat dan tenaga medis lainnya dalam menjalankan peran
pendidik sehingga dapat memberikan edukasi yang tepat pada
penderita Diabetes melitus dan keluarganya untuk selalu memberi
dukungan yang positif di wilayah kerja Puskesmas Pondok Benda-
Pamulang
3) Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk
menyusun kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan nyata di
lapangan dan bagi mahasiswa/I praktik Keperawatan Komunitas
5

dapat menjadi rujukan untuk penelitian lanjutan dengan tema yang


sama.
4) Penulis
Penulis mendapatkan ilmu dan pengalaman baru terkait penulisan
hubungan dukungan keluarga dan tingkat pengetahuan terhadap
kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus di wilayah kerja
Puskesmas Pondok Benda-Pamulang.

E. RUANG LINGKUP PENELITIAN


Penelitian ini adalah penelitian epidemiologi mengenai hubungan
dukungan keluarga dan tingkat pengetahuan terhadap kepatuhan diet pada
penderita diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Pondok Benda-
Pamulang dengan menggunakan data Dinas Kesehatan tahun 2018.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain studi cross
sectional yang akan dilakukan dari bulan maret sampai mei 2019. Tujuan
penelitian ini adalah diketahuinya hubungan dukungan keluarga dan
tingkat pengetahuan (variabel independent) dengan kepatuhan diet
(variabel dependent) pada penderita Diabetes melitus di wilayah kerja
PuskesmasPondokBenda-Pamulang.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diabetes Melitus

1. Definisi
Diabetes melitus adalah penyakit yang ditandai dengan
peningkatan kadar gula darah melebihi normal atau hiperglikemia
(Padila, 2012). Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan
degeneratf yang ditandai dengan kenaikan kadar glukosa darah
atau hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi dalam
jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk dihati dari makanan
yang dikonsumsi. Insulin, yaitu suatu hormon yang diproduksi
pankreas, mengendalikan glukosa dalam darah mengatur produksi
dalam penyimpanannya.
Menurut Pedoman American Diabetes Association (ADA)
pada tahun 2011 mendefinisikan diabetes melitus merupakan suatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya. diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan
kadar glukosa darah atau hiperglikemia. Pada diabetes melitus,
kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun
atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin.
Keadaan ini menimbulkan hiperglikemia yang dapat
mengakibatkan komplikasi metabolik akut seperti diabetes
ketoasidosis dan sindrom hiperglikemik hiperosmolar non ketotik
(HHNK).
American Diabetes Association (ADA) tahun 2016
menyatakan bahwa diabetes melitus adalah penyakit kronik yang
kompleks yang memerlukan pengobatan terus menerus dengan

6
7

menurunkan berbagai faktor risiko untuk mengkontrol gula darah


penderita diabetes melitus.

2. Klasifikasi Diabetes Melitus


Secara garis besar diabetes melitus (DM) dapat diklasifikasikan
menjadi :
a) Diabetes Melitus Tipe 1
Juga disebut (insulin-dependent diabetes mellitus [IDDM]).
American Diabetes Association (2016) diabetes melitus tipe
1 disebabkan oleh kerusakan sel beta pankreas yang
menyebabkan kurangnya hormon insulin. International
Diabetes Federation (2011) menyatakan bahwa dari semua
penderita diabetes melitus 3-5% adalah diabetes tipe 1.
Diabetes melitus tipe 1 ini banyak terjadi pada anak-anak
dan dewasa awal tapi juga dapat terjadi pada semua usia
(Hasdianah, 2012). Menurut Padilla (2012) faktor penyebab
diabetes melitus tipe 1 adalah (1) faktor genetik, penderita
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke
arah terjadinya diabetes melitus tipe 1. Kecenderungan ini
ditemukan pada individu yang memiliki HLA (human
leucocyte antigen) tertentu (2) faktor imunologi,
ditemukan adanya respons autoimun yang dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing dan (3) faktor lingkungan, virus
atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta. International Diabetes
Federation (2015) menyatakan bahwa gejala diabetes
melitus tipe 1 seperti rasa haus yang tidak normal dan
mulut kering, sering buang air kecil, berkurangnya energi
dan mudah lelah, mudah lapar, penurunan berat badan
secara tiba-tiba dan penglihatan menjadi kabur. Diabetes
8

melitus tipe 1 juga ditandai oleh penghancuran sel-sel beta


pankreas.
b) Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes melitus tipe 2 atau Non-insulin dependent diabetes
mellitus (NIDDM) yaitu tipe diabetes yang tidak tergantung
dengan insulin. Diabetes melitus tipe 2 terjadi akibat
penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin)
atau akibat penurunan jumlah produksi insulin.
International Diabetes Federation (2011) menyatakan
bahwa diabetes melitus tipe 2 kombinasi antara resistensi
insulin dan kekurangan hormon insulin yang dipengaruhi
oleh gaya hidup serta terjadi 95% dari semua penyakit
diabetes melitus dan banyak terjadi pada usia pertengahan
dan lansia tapi meningkat pada obesitas di anak-anak,
remaja, dan dewasa muda. Faktor risiko diabetes melitus
tipe 2 adalah umur, riwayat keluarga yang mempunyai
penyakit diabetes melitus, aktifitas fisik, IMT (indeks
massa tubuh), tekanan darah, stress dan kadar kolesterol
(Trisnawati & Setyorogo, 2013). International Diabetes
Federation (2015) menyatakan bahwa gejala diabetes
melitus tipe 2 ini adalah sering buang air kecil, banyak
minum, penurunan berat badan dan penglihatan menjadi
kabur.
c) Diabetes Melitus Gestasional (DMG)
Satu dari dua puluh lima wanita hamil mengalami Diabetes
Gestasional (International Diabetes Federation) tahun
2011. Diabetes gestasional yang tidak terdiagnosa dan tidak
ditangani dengan benar dapat menyebabkan berat badan
yang berlebih pada bayi, meningkatkan angka kematian ibu
melahirkan dan bayi baru lahir serta bayi yang tidak
normal. Diabetes melitus gestasional adalah diabetes yang
timbul selama masa kehamilan, dan biasanya terjadi pada
9

trimester kedua atau ketiga. Keadaan ini disebabkan oleh


hormon yang disekresikan plasenta yang menghambat kerja
insulin. Diabetes ini terjadi pada sekitar 2-5% dari seluruh
kehamilan (Smeltzer & Bare 2012). Diabetes gestasional
bersifat sementara dan dapat meningkat atau menghilang
setelah bayi lahir namun harus dalam pengawasan medis
dan pengobatan yang tepat selama kehamilan (Hasdianah,
2012).
d) Diabetes melitus tipe lain
Diabetes melitus tipe ini disebabkan karena kelainan
genetik dalam sel beta kelainan genetik pada kerja insulin
yang menyebabkan sindrom resistensi insulin berat dan
akantosis negrikans, penyakit pada eksokrin pankreas
menyebabkan pankreatitis kronik, penyakit endokrin seperti
sindrom chusing dan akromegali, obat-obat yang bersifat
toksik terhadap sel-sel beta dan infeksi (Price & Wilson,
2010).
e) Diabetes tipe spesifik
MODY adalah kelainan autosom dominan dimana perjalan
penyakit sering kurang dari 25 tahun yang mempunyai
tanda dan gejala yang menyerupai diabetes melitus tipe 1
atau tipe 2 (Susanto, 2014). American Diabetes Association
(2016) diabetes tipe spesifik adalah diabetes yang
disebabkan oleh sindrom monogenic diabetes seperti
diabetes pada bayi baru lahir dan Maturity-onset diabetes of
the young (MODY), penyakit eksokrin pankreas seperti
fibrosa kistik dan akibat obat kimia seperti penggunan
glukokortikoid dalam pengobatan HIV/AIDS atau setelah
transplantasi organ.
10

3. Tipe-tipe Diabetes Melitus


Ada beberapa tipe diabetes melitus yang berbeda, penyakit
ini dibedakan berdasarkan penyebab, perjalanan klinik dan
terapinya. Klasifikasi diabetes yang utama adalah :
• Tipe I : diabetes melitus tergantung insulin (insulin-
dependent diabetes mellitus [IDDM])
• Tipe II : diabetes melitus tidak tergantung insulin
(non-insulin-dependent diabetes mellitus [NIDDM])
• Diabetes melitus yang berhubungan dengan keadaan
atau sindrom lainnya
• Diabetes melitus gestasional (gestational diabetes
mellitus [GDM])
Kurang lebih 5% hingga 10% penderita mengalami
diabetes tipe I, yaitu diabetes yang tergantung insulin. Pada
diabetes jenis ini, sel-sel beta pankreas yang dalam keadaan normal
menghasilkan hormon insulin dihancurkan oleh suatu proses
otoimun. Sebagai akibatnya, penyuntikkan insulin diperlukan
untuk mengendalikan kadar glukosa darah. Diabetes tipe I ditandai
oleh awitan mendadak yang biasanya terjadi pada usia 30 tahun.
Kurang lebih 90% hingga 95% penderita mengalami
diabetes tipe II, yaitu diabetes yang tidak tergantung insulin.
Diabetes tipe II terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap
insulin (yang disebut resistensi insulin) atau akibat penurunan
jumlah produksi insulin. Diabetes tipe II pada mulanya diatasi
dengan diet dan latihan. Jika kenaikan glukosa darah tetap terjadi,
terapi diet dan latihan tersebut dilengkapi dengan obat
hipoglikemik oral. Pada sebagian penyandang diabetes tipe II, obat
oral tidak mengendalikan keadaan hiperglikemia sehingga
diperlukan penyuntikkan insulin. Di samping itu, sebagian
penyandang diabetes tipe II yang dapat mengendalikan penyakit
diabetesnya dengan diet, latihan dan obat hipoglikemik oral
mungkin memerlukan penyuntikkan insulin dalam periode stres
11

fisiologik akut (seperti sakit atau pembedahan). Diabetes tipe II


paling sering ditemukan pada individu yang berusia lebih dari 30
tahun dan obesitas.
Komplikasi diabetes dapat terjadi pada setiap individu
dengan diabetes tipe I atau tipe II dan bukan hanya pada pasien
yang memerlukan insulin. Sebagian penyandang diabetes tipe II
yang mendapat terapi obat oral mempunyai kesan bahwa mereka
tidak sungguh-sungguh menderita diabetes atau hanya memiliki
diabetes “borderline”. Penyandang diabetes ini mungkin
beranggapan bahwa penyakit diabetes yang mereka derita bukanlah
suatu masalah “serius” jika dibandingkan dengan pasien diabetes
yang memerlukan penyuntikkan insulin. Di sini perawat
mempunyai tugas penting untuk menekankan kepada orang-orang
tersebut bahwa mereka sesungguhnya menderita diabetes dan
bukan sekedar diabetes “borderline” yang berhubungan dengan
masalah toleransi gula (TGT = toleransi glukosa terganggu), dan
merupakan keadaan dimana kadar glukosa darah berada diantara
kadar normal dan kadar yang dianggap sebagai tanda diagnostik
untuk penyakit diabetes.

4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis diabetes melitus dikaitkan dengan
konsekuensi metabolik defisiensi insulin. Beberapa gejala yang
pasti akan ditemukan pada penderita diabetes melitus antara lain
(Price & Wilson, 2012) :
a) Poliuria
Pasien dengan defisiensi insulin tidak dapat
mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal,
atau toleransi glukosa setelah makan karbohidrat. Jika
hiperglikemianya berat dan melebihi ambangan ginjal
untuk zat ini, maka timbul glukosuria. Glikosuria ini akan
menyebabkan diuresis osmotik yang meningkatkan
pengeluaran urin.
12

b) Polidipsia
Diuresis osmotik yang disebabkan oleh glikosuria
mengakibatkan klien merasa haus dan banyak minum
(polidipsi).
c) Polifagia
Rasa lapar yang semakin besar mungkin akan timbul
sebagai akibat kehilangan kalori. Pasien akan mengeluh
lelah dan mengantuk.

5. Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko diabetes melitus adalah sebagai berikut :
a) Umur
Trisnawati & Setyorogo (2013) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa kelompok umur <45 tahun memiliki
risiko lebih rendah mengalami diabetes melitus
dibandingkan dengan kelompok umur >45 tahun. Menurut
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 penderita
diabetes melitus yang berusia 45-54 tahun di Indonesia
sebanyak 9,70% dan meningkat menjadi 11,20% pada usia
>55 tahun. Sunjaya (2009) dalam Garnita (2012)
menyatakan bahwa peningkatan risiko diabetes melitus
pada umur >40 tahun disebabkan karena pada usia 40 tahun
mulai terjadi peningkatan intoleransi glukosa sehingga
menyebabkan menurunnya kemampuan sel beta pankreas
untuk memproduksi hormon insulin. Umumnya manusia
mengalami perubahan fisiologis yang menurun dengan
cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes melitus tipe 2 sering
muncul setelah usia lanjut terutama setelah berusia 45 tahun
pada mereka yang berat badannya berlebih, sehingga
tubuhnya tidak peka terhadap insulin.
b) Riwayat keluarga
Risiko diabetes melitus akan diturunkan 15% pada anak
yang memiliki riwayat salah satu orang tua menderita
13

diabetes melitus dan akan meningkat menjadi 75% pada


anak yang memiliki riwayat kedua orang tua menderita
diabetes melitus (Diabetes UK, 2010 dalam Rahayu, Hudha
& Umah 2015). Apabila saudara kandung menderita
diabetes melitus sedangkan jika saudara kembar identik
menderita diabetes melitus maka akan berisiko 90%
menderita diabetes melitus (Desvita, 2012)
c) Kurangnya aktifitas fisik
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013,
persentase penduduk Indonesia dengan faktor risiko
diabetes melitus berdasarkan aktivitas fisik yang sebanyak
26,1% pada populasi 10 tahun keatas. Hasdianah (2012)
menyatakan orang yang malas untuk melakukan olahraga
akan meningkatkan risiko terjadinya Diabetes melitus
karena meningkatnya kalori yang tertimbun dalam tubuh
akan menyebabkan disfungsi pankreas. Bennett, dkk (2005)
dalam Rajasa, Afriwadi & Zein (2016) menyatakan bahwa
olahraga atau aktifitas fisik akan menurunkan risiko
diabetes melitus. Aktifitas olahraga harus dilakukan dengan
frekuensi kurang lebih 3 kali dalam seminggu dengan
durasi 30-45 menit setiap berolahraga. Menurut Rahayu,
Hudha & Umah (2015) olahraga ringan sampai sedang
selama 30 menit dapat meningkatkan sensitifitas hormon
insulin. Olahraga atau aktifitas fisik membantu untuk
mengontrol berat badan. Glukosa darah akan dibakar
menjadi energi, sel-sel tubuuh menjadi lebih sensitif
terhadap insulin. Dengan olahraga peredaran darah akan
menjadi lebih baik dan risiko terjadinya diabetes melitus
tipe 2 akan turun hingga 50% (Sustrani, Alam & Hadibroto,
2010).
d) Trisnawati & Setyorogo (2013) individu yang mengalami
obesitas memiliki risiko 7,14 kali lebih besar terkena
14

diabetes melitus dari pada individu dengan Indeks Massa


Tubuh normal. Hasdianah (2012) menyatakan bahwa
individu dengan berat badan lebih dari 90 kg memiliki
risiko lebih besar untuk menderita diabetes melitus. Risiko
yang lebih tinggi pada individu obesitas ini berhubungan
dengan resistensi insulin sehingga dapat mengganggu
toleransi glukosa (Khotimah, Pranowowati & Afandi 2013).
e) Kadar kolesterol yang tinggi
Hasil penelitian Trisnawati & Setyorogo (2013) kadar
kolesterol tinggi akan meningkatkan kadar lemak bebas
dalam tubuh yang nantinya akan meningkatkan risiko
terjadinya diabetes melitus. Menurut American Diabetes
Association (2016) faktor risiko terjadinya diabetes melitus
saat kadar HDL kolesterol <35 mg/dl (0,90 mmol/L) dan
kadar trigliserid >250 mg/dl (2,82 mmol/L). peningkatan
kadar lemak akan menurunkan translokasi pengangkutan
glukosa ke membran plasma dan akan menyebabkan
resistensi insulin pada jaringan otot dan adiposa (Garnita,
2012).
f) Pola makan
Betteng, Pangemanan & Mayulu (2014) menyatakan bahwa
individu yang sering mengkonsumsi makanan atau
minuman manis dapat meningkatkan risiko mengalami
diabetes melitus karena dengan mengkonsumsi makanan
manis dapat meningkatkan kadar glukosa dalam darah.
Menurut Rahayu. Hudha & Umah (2015) pola konsumsi
yang tidak sehat seperti mengkonsumsi makanan cepat saji
dan mengkonsumsi makan yang tidak seimbang akan
menyebabkan berbagai penyakit salah satunya diabetes
melitus. Garnita (2012) menyatakan bahwa mengkonsumsi
makanan yang tinggi karbohidrat, konsumsi protein dan
15

lemak yang berlebih serta kurang mengkonsumsi buah dan


sayur juga dapat meningkatkan kejadian diabetes melitus.
g) Hipertensi
American Diabetes Association (2016) menyatakan bahwa
faktor risiko terjadinya diabetes melitus saat tekanan darah
>140/90 mmHg atau pada penderita hipertensi yang sedang
melakukan terapi hipertensi. Menurut Zieve (2012) dalam
Trisnawati & Setyorogo (2013) hipertensi akan
menyebabkan penebalan pembuluh darah arteri sehingga
pembuluh darah akan menyempit dan nantinya akan
mengganggu pengangkutan glukosa dari dalam darah.
h) Merokok
Khotimah, Pranowati & Afandi (2013) menyatakan bahwa
asap rokok dapat meningkatkan kadar gula darah sedangkan
nikotin dapat merangsang kelenjar adrenal untuk
mengeluarkan glukokortikoid yang dapat meningkatkan
kadar gula darah serta merokok juga dapat menurunkan
kerja insulin sehingga menyebabkan resistensi insulin.
Cindy (2013) dalam penelitiannya mengatakan bahwa
merokok dapat mempengaruhi kadar HbA1c pada penderita
diabetes melitus, dimana Hb1Ac pada penderita diabetes
melitus yang merokok lebih tinggi disbanding dengan kadar
Hb1Ac pada penderita diabetes melitus yang tidak
merokok.
i) Stress
Stress menyebabkan peningkatan hormon kortisol sehingga
akan membuat penderita diabetes melitus sulit tidur,
depresi, tekanan darah turun dan nantinya akan membuat
individu tersebut lemas dan memperbanyak makan serta
akan menyebabkan obesitas (Trisnawati & Setyorogo,
2013). Menurut Baradero, dkk dan Syarifudin dalam
Darmaja (2015) stress akan meningkatkan aktifitas saraf
16

simpatis sehingga hipotalamus akan mengeluarkan


katekolamin yang berlebihan yang akan menyebabkan
meningkatnya glikogenesis dan meningkatnya kadar
glukosa dalam darah.

6. Diagnosis
Diagnosis diabetes melitus ditegakkan berdasarkan gejala
yang khas dan pemeriksaan laboratorium. Diagnosa ditegakkan
apabila muncul keluhan-keluhan klasik seperti poliuria, polidipsi,
polifagia dan penurunan berat badan yang tidak diketahui
penyebabnya. Selain itu ada keluhan lainnya, yaitu badan terasa
lemah, kesemutan pada ekstermitas, gatal, mata kabur, disfungsi
ereksi pada pria dan pruritus pada vulva pada wanita.
Menurut Pedoman American Diabetes Association (ADA)
tahun 2011 mendefinisikan diabetes melitus merupakan suatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya. Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan
kadar glukosa atau hiperglikemia. Kriteria diagnosis diabetes
melitus menurut ADA, adalah (a) glukosa plasma puasa >126
mg/dl dengan gejala klasik penyerta, (b) glukosa 2 jam pasca
pembebanan >200 mg/dl, (3) glukosa plasma waktu >200 mg/dl
bila terdapat keluhan klasik diabetes melitus penyerta. Kriteria
diabetes dan bukan diabetes menurut Manaf, 2012.
Tabel 2. 1 Kriteria diabetes dan bukan diabetes

Bukan Puasa Vena <100 2 jam post -


diabetes Kapiler <80 prandial
melitus (PP)

Gangguan Puasa Vena 100- 2 jam PP Vena 100-


toleransi 140 140
glukosa Kapiler 80- Kapiler 80-
120 120
Diabetes Puasa Vena >140 2 jam PP vena >200
melitus Kapiler >120 kapiler >200
17

Kriteria diabetes melitus menurut UKK Endokrinologi dan


remaja Ikatan Dokter Anak Indonesia World Diabetes Foundation
(2015).
Tabel 2. 2 Kriteria Diabetes Melitus menurut UKK Endokrinologi dan
remaja Ikatan Dokter Anak Indonesia World Diabetes Foundation (2015)

Gula darah plasma >126 mg/dl (7,0 mmol/L)


*puasa berarti tanpa asupan kalori selama setidaknya 8 jam

Glukosa plasma post-prandial >200 mg/dl (11,1 mmol/L)


*pembebanan dilakukan sesuai dengan pedoman WHO menggunakan
75 gram glukosa atau 1,75 gram/kg bila kurang dari 75 gram
dilarutkan dalam air
Gejala klinik diabetes melitus disertai kadar glukosa plasma sewaktu
>200 mg/dl (11,1 mmol/L)
*sewaktu berarti tidak memperhatikan jarak wkatu dengan makan
terakhir
*gejala klasik diabetes melitus adalah poliuria, polidipsi, polifagia dan
penurunan berat badan tanpa sebab yang tidak jelas
HbA1c >6,5% (pemeriksaan kadar HbA1c harus dilakukan di fasilitas
laboratorium yang terstandarisasi)

Kriteria Diagnosa diabetes melitus (DM) menurut Konsesus


PERKENI tahun 2015, pemeriksaan glukosa plasma puasa >126
mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak ada asupan kalori dengan beban
glukosa 75 gram. Atau TTGO dengan beban glukosa 75 gram.
Atau pemeriksaan glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl dengan
keluhan klasik (poliuria, polidipsi, polifagia dan penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya). Atau
pemeriksaan HbA1c >65% dengan menggunakan metode yang
terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin Standarization
Program (NGSP).

7. Patofisiologi Diabetes Melitus


Diabetes Tipe I. pada diabetes tipe I terdapat
ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karna sel-sel beta
pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia-
puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati.
Disamping itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat
18

disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan


menimbulkan hiperglikemia postprandinal (sesudah makan).
Jika konsentarsi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal
tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring
keluar; akibatnya, glukosa tersebut muncul dalam urin
(glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan diekskresikan ke
dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan
elektrolit berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik.
Sebagian akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien
akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa
haus (polidipsia). Defisiensi insulin juga mengganggu
metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan
berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan
(polifagia) akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya
mencangkup kelelahan dan kelemahan.
Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenesis
(pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukogenesis
(pembentukan glukosa baru dari asam-asam amino serta substansi
lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan
terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut turut menimbulkan
hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang
mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan
produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam
yang mengganggu keseimbangan asam-basa tubuh apabila
jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis diabetik yang diakibatkannya
dapat menyebabkan tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual,
muntah, hiperventilasi, nafas bau aseton, dan bila ditangani akan
menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian.
Pemberian insulin bersama dengan cairan dan elektrolit sesuai
kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik
tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemia serta ketoasidosis.
19

Diet dan latihan disertai pemantauan kadar glukosa darah yang


sering merupakan komponen terapi yang penting.
Diabetes Tipe II. Pada diabetes ini terdapat dua masalah
utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu: resistensi insulin
dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat
dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat
terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian
reaksi dalam metabolisme glukosa disalam sel. Resistensi insulin
pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini.
Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi retensi insulin dan mencegah
terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan
jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa
terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang
berlebihan, dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat
yang normal atau sedikit dipertahankan pada tingkat yang normal
atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak
mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka
kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II.
Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri
khas diabetes tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah
adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan
keton yang menyertainya. Karena itu, ketoasidosis diabetik tidak
terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II
yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya
yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmolar non ketotik
(HHNK) .
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes
yang berusia 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa
yang berlangsung lambat (selama bertahun-tahun) dan progresif,
maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika
20

gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan


dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka
pada kulit yang lama sembuh-sembuh, infeksi vagina atau
pandangan yang kabur (jika kadar glukosanya sangat tinggi).
Untuk sebagian besar pasien (kurang lebih 75%), penyakit diabetes
tipe II yang dideritanya ditemukan secara tidak sengaja (misalnya,
kelainan mata, neuropati perifer, kelainan vaskular perifer)
mungkin sudah terjadi sebelum diagnosis ditegakkan.
Penanganan primer diabetes tipe II adalah dengan cara
menurunkan berat badan, karena resistensi insulin berkaitan
dengan obesitas. Latihan merupakan unsur yang penting pula untuk
meningkatkan efektifitas insulin. Obat hipoglikemia oral dapat
ditambahkan jika diet dan latihan tidak berhasil mengendalikan
kadar glukosa darah. Jika penggunaan obat oral dengan dosis
maksimal tidak berhasil menurunkan kadar glukosa hingga tingkat
yang maka insulin dapat digunakan. Sebagian pasien memerlukan
insulin untuk sementara waktu selama periode stress fisiologik
yang akut, seperti selama sakit atau pembedahan.

8. Komplikasi
Komplikasi diabetes melitus terbagi dua yaitu komplikasi
metabolik akut dan komplikasi vaskular jangka panjang.
Komplikasi metabolik akut disebabkan perubahan yang relatif akut
dari konsentrasi glukosa plasma. Komplikasi akut yang sering
terjadi pada diabetes melitus tipe 2 adalah hiperglikemia
hiperosmolar koma non-ketotik (HHNK) dan hipoglikemia (Price
& Wilson, 2012).
Komplikasi vaskular jangka panjang diabetes melitus
melibatkan pembuluh darah kecil (mikroangiopati) dan pembuluh
darah sedang dan besar (makroangiopati). Mikroangiopati
merupakan lesi spesifik diabetes melitus yang menyerang kapiler
dan arteriol retina (retinopati diabetik), glomerulus ginjal (nefropati
diabetik) dan saraf perifer (neuropati diabetik) dan otot serta kulit.
21

Makroangiopati diabetik mempunyai gambaran histopatologis


berupa aterosklerosis.
Berikut beberapa penjelasan mengenai komplikasi yang
terjadi pada penderita diabetes melitus :
a) Hipoglikemia
Fatimah (2015) menyatakan bahwa hipoglikemia banyak
terjadi pada diabetes melitus tipe 1 yang dapat
menyebabkan sel-sel otak tidak mendapatkan pasokan
makanan yang cukup sehingga sel-sel tersebut akan rusak.
Hipoglikemia merupakan penyebab kematian 2-4%
penderita diabetes melitus (Lestari & Sunaryo, 2016).
Kadar gula darah <60 mg/dl pada penderita diabetes
melitus maka dapat mengkonsumsi karbohidrat kompleks
atau saat hipoglikemia berat penderita diabetes dapat
diberikan injeksi insulin untuk mengembalikan kadar gula
darahnya.
b) Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah kondisi saat kadar gula darah >250
mg/dl dengan gejala poliuria, polidipsi, pernafasan bau
keton, mual muntah sampai koma (Hasdianah, 2012).
Hiperglikemia kronik diabetes akan mengakibatkan
kerusakan jangka panjang atau tidak berfungsinya beberapa
organ terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh
darah (Lestari & Sunaryo, 2016). Hiperglikemia dapat
diturunkan salah satunya dengan melakukan senam
diabetes, karena aktivitas berolahraga dapat meningkatkan
sensitifitas hormon insulin sehingga dapat memperbaiki
kadar gula darah (Salindeho, Mulyadi & Rottie 2016).
c) Penyakit ginjal (nefropati)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rajasa,
Afriwardi & Zein (2016) sebanyak 67,1% penderita
diabetes melitus mengalami nefropati diabetikum.
22

Rusaknya ginjal disebabkan akibat ginjal harus bekerja


secara ekstra untuk menyaring gula yang berkadar tinggi di
peredaran darah (Padila, 2012). Pasien yang mengalami
nefropati diabetikum akan mempengaruhi pola makan
penderita diabetes melitus karena penurunan filtrasi
glomerulus ginjal mengakibatkan penumpukan toksin
uremikum dan adanya pembatasan konsumsi protein
(Mardewi & Suastika, 2016).
d) Retinopati
Retinopati disebabkan akibat rusaknya pembuluh darah
yang memberi makan retina (Hasdianah, 2012). Rusaknya
pembuluh darah pada retina disebabkan karena kadar gula
darah yang tinggi akan menyebabkan viskositas darah
meningkat yang nantinya akan menghambat aliran darah ke
daerah mata (Padila, 2012).
e) Penyakit jantung
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rajasa,
Afriwardi & Zein (2016) penyakit jantung yang di
akibatkan karena diabetes melitus sebesar 23,3%. Menurut
Departemen Kesehatan (Depkes) tahun 2013 faktor risiko
ketiga terjadinya penyakit jantung adalah diabetes melitus.
Penyakit jantung atau kardiopati diabetik terjadi akibat
aterosklerosis atau penyempitan pembuluh darah karena
kenaikan kadar kolesterol yang disebabkan oleh
hiperglikemia yang terjadi dalam jangka waktu yang lama
(Hasdianah, 2012).
f) Neuropati
Neuropati yang terjadi penderita diabetes melitus dapat
terjadi akibat hiperglikemia yang terjadi berkepanjangan
dan menyebabkan aliran darah menjadi terhambat karena
hemokonsentrasi darah meningkat (Padila, 2012).
Neuropati perifer dapat mempengaruhi ekstermitas bawah
23

dan kaki akibat hiperglikemia yang meracuni saraf akan


menyebabkan keracunan saraf dan apoptosis sehingga
rusaknya pembuluh darah mikro dan terhambatnya sirkulasi
darah ke ekstermitas bawah (Kurniawan & Wuryaningsih,
2016). Neuropati perifer menyebabkan 15% penderita
diabetes Mellitus mengalami ulkus diabetikum (Mulya &
Betty, 2014).

9. Penatalaksanaan
Terdapat 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes melitus
(Smeltzer & Bare, 2013), antara lain :
a) Diet
Diet merupakan pilar utama dari penatalaksanaan diabetes
melitus. Standar diet yang dianjurkan adalah makanan
dengan komposisi yang seimbang antara zat gizi
karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral sesuai
dengan kecukupan gizi yang baik.
b) Latihan
Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes
karena efeknya dapat menurunkan kadar glukosa darah
dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan
memperbaiki pemakaian insulin dan mengurangi faktor
risiko kardiovaskuler.
c) Pemantauan
Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri atau Self-
monitoring of blood glucose (SMBG) dapat membantu
mengendalikan kadar glukosa darah secara optimal. Cara
ini memungkinkan deteksi terhadap terjadinya
hipoglikemia dan hiperglikemia.
d) Terapi (jika diperlukan)
Pada Diabetes melitus tipe 2, insulin mungkin diperlukan
sebagai terapi jangka panjang untuk mengendalikan kadar
24

glukosa darah jika diet dan obat hipoglikemia oral tidak


berhasil mengontrolnya.
e) Pendidikan Kesehatan (edukasi)
Pendidikan pasien tentang penatalaksanaan diabetes melitus
sangat penting. Diabetes melitus merupakan penyakit
kronis yang memerlukan perilaku penanganan mandiri yang
khusus seumur hidup. Pasien bukan hanya harus belajar
untuk mengendalikan kadar glukosa darah, tetapi juga harus
memiliki perilaku preventif dalam gaya hidup untuk
menghindari komplikasi diabetik jangka panjang.

10. Penatalaksanaan Diet


Diet diabetes melitus merupakan pengaturan pola makan bagi
penderita diabetes melitus berdasarkan jumlah, jenis dan jadwal
pemberian makanan (Sulistyowati, 2009). Prinsip diet pada
penderita diabetes melitus adalah mengurangi dan mengatur
konsumsi karbohidrat sehingga tidak menjadi beban bagi
mekanisme pengaturan gula darah. Menjadi diabetisi sering segera
dikaitkan dengan tidak boleh makan gula. Memang benar gula
dapat menaikkan kadar gula darah namun penting diketahui bahwa
semua makanan juga dapat menaikkan kadar gula darah.
Penatalaksanaan diet yang harus dilakukan bagi penderita diabetes
melitus yaitu sebagai berikut :
1) Tujuan, ADA (2011) menjelaskan bahwa tujuan
penatalaksanaan diet ini antara lain :
• Mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah
dalam rentang normal atau seaman mungkin.
• Menjaga dan mempertahankan kadar lipid dan profil
lipid untuk mengurangi risiko penyakit
kardiovaskuler.
• Menjaga tekanan darah agar tetap normal.
25

• Mencegah atau memperlambat perkembangan


komplikasi kronik pada diabetes melitus dengan
memodifikasi asupan makanan dan gaya hidup.
• Untuk memenuhi kebutuhan gizi individu dengan
mempertimbangkan preferensi pribadi dan kemauan
untuk berubah.
• Untuk tetap menjaga kenikmatan makan yaitu
dengan cara membatasi makanan pilihan.
2) Kebutuhan kalori
Cara untuk menentukan kebutuhan kalori pada penderita
diabetes melitus yaitu dengan memperhitungkan kebutuhan
kalori basal yang besarnya 25-30 kalori/kgBB ideal.
Kebutuhan kalori ini dipengaruhi oleh beberapa faktor
(PERKENI, 2011), antara lain :
• Jenis kelamin
Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil daripada
pria. Kebutuhan kalori wanita sebesar 25 kkal/kgBB
dan untuk pria sebesar 30 kkal/kgBB.
• Usia
Penderita diabetes melitus di atas 40 tahun
kebutuhan kalori dikurangi 5% untuk decade 40 dan
59 tahun, 10% untuk dekade antara 60 dan 69 tahun
dan 20% untuk usia di atas 70 tahun.
• Berat badan
Kebutuhan kalori pada penderita yang mengalami
kegemukan dikurangi sekitar 20-30% (tergantung
tingkat kegemukan), sedangkan pada penderita yang
kurus ditambah sekitar 20-30% sesuai dengan
kebutuhan untuk meningkatkan berat badan.
Makanan sejumlah kalori dengan komposisi
tersebut dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan
26

pagi (20%), siang (30%) dan sore (25%) serta 2-3


porsi makanan ringan (10-15%).
3) Pemilihan jenis makanan
Penderita diabetes melitus harus mengetahui dan
memahami jenis makanan apa yang boleh dimakan secara
bebas, makanan yang harus dibatasi dan makanan yang
harus dibatasi secara ketat (Almatsier, 2008). Makanan
yang dianjurkan adalah makanan yang mengandung sumber
karbohidrat kompleks (seperti nasi, roti, mie, kentang,
singkong, ubi dan sagu), mengandung protein rendah lemak
(seperti ikan, ayam tanpa kulit, tempe, tahu dan kacang-
kacangan) dan sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu
bentuk makanan yang diolah dengan cara dipanggang,
dikukus, direbus dan dibakar.
Makanan yang perlu dihindari yaitu makanan yang
mengandung karbohidrat sederhana (seperti gula pasir, gula
jawa, susu kental manis, minuman botol manis, es krim,
kue-kue manis, dan dodol), mengandung banyak kolesterol,
lemak trans dan lemak jenuh (seperti kue, makanan siap
saji, goring-gorengan) serta tinggi natrium (seperti ikan
asin, telur asin dan makanan yang diawetkan) (Almatsier,
2008).
Penderitra diabetes melitus juga harus membatasi makanan
dari jenis gula, minyak dan garam. Makanan untuk diet
diabetes melitus biasanya kurang bervariasi, sehingga
banyak penderita diabetes melitus yang merasa bosan,
sehingga variasi diperlukan agar penderita tidak merasa
bosan. Hal itu diperbolehkan asalkan penggunaan makanan
penukar memiliki kandungan gizi yang sama dengan
makanan yang digantikan (Suryono, 2011).
27

4) Pengaturan jadwal makan


Penderita diabetes melitus makan sesuai jadwal, yaitu 3 kali
makan utama dan 3 kali makan selingan dengan interval
waktu 3 jam. Jadwal makan standar untuk penderita
diabetes melitus (Waspadji, 2007) yaitu :
Tabel 2. 3 Pengaturan jadwal makan

Jenis Makanan Waktu Total Kalori


Makan pagi 07.00 20%
Selingan 10.00 10%
Makan siang 13.00 30%
Selingan 16.00 10%
Makan sore/malam 19.00 20%
Selingan 21.00 10%
5) Standar dan Prinsip Diet
Waspadji (2007) mengatakan bahwa standar diet diabetes
melitus diberikan pada penderita diabetes melitus sesuai
kebutuhannya. Ada 8 jenis standar diet menurut kandungan
energi yaitu diet diabetes melitus 1100, 1300, 1500, 1700,
1900, 2100, 2300, dan 2500 kalori. Secara standar diet
untuk penderita diabetes melitus yang gemuk adalah 1100-
1600 kalor, penderita diabetes melitus dengan berat badan
normal 1700-1900 kalori dan 2100-2500 kalori untuk
penderita diabetes melitus yang kurus.
Prinsip diet bagi penderita diabetes melitus (PERKENI,
2011) yaitu :
• Energi disesuaikan dengan kebutuhan dan faktor
koreksi umur, jenis kelamin, aktivitas fisik dan berat
badan
• Karbohidrat 45-65% dari energi total
• Protein 10-20% dari energi total
• Lemak 20-25% dari energi total, penggunaan lemak
jenuh <7%, lemak tidak jenuh ganda <10%,
selebihnya lemak tidak jenuh tunggal dan kolesterol
<300mg/hari
28

• Makanan yang perlu dihindari adalah makanan yang


banyak mengandung kolesterol, lemak trans, lemak
jenuh serta makanan yang banyak mengandung
natrium
• Makanan yang dianjurkan adalah sumber
karbohidrat kompleks, makanan tinggi serat dan
makanan yang diolah dengan sedikit minyak
• Gula untuk bumbu diperbolehkan dengan ketentuan
<5% dari kebutuhan energi.
Jenis Diet diabetes melitus menurut kandungan energi,

Tabel 2. 4 Jenis Jenis Diet Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g)
diet diabetes I 1100 43 30 172
melitus II 1300 45 35 192
menurut
kandungan III 1500 51,5 36,5 235
energi, protein, IV 1700 55,5 36,5 275
karbohidrat, V 1900 60 48 299
dan lemak
VI 2100 62 53 319
VII 2300 73 59 269
VIII 2500 80 62 396

Tabel 2. 5 Pembagian makan

Energi (kkal) Jenis Diet

I II III IV V VI VII VII

Pagi (06.00-07.00)
Hidrat Arang 0,5 P 1P 1P 1P 1,5 P 1,5 P 1,5 P 2P
Hewani 1P 1P 1P 1P 1P 1P 1P 1P
Nabati - - 0,5 P 0,5 P 0,5 P 0,5 P 0,5 P 0,5 P
Sayuran A S S S S S S S S
Minyak 1P 1P 1P 1P 2P 2P 2P 2P
Pukul 10.00

Buah 1P 1P 1P 1P 1P 1P 1P 1P

Susu - - - - - - 1P 1P

Siang (12.00-13.00)

Hidrat Arang 1P 1P 2P 2P 2P 2,5 P 3P 3P

Hewani 1P 1P 1P 1P 1P 1P 1P 1P
29

Nabati T 1P 1P 1P 1P 1P 1P 1P 2P
a
b
Sayuran
e
A S S S S S S S S
l
Sayuran B 1P 1P 1P 1P 1P 1P 1P 1P
2
Buah. 1P 1P 1P 1P 1P 1P 1P 1P
6
Minyak 1P 2P 2P 2P 2P 3P 3P 3P

Pukul 16.00
Buah T 1P 1P 1P 1P 1P 1P 1P 1P
a
Pukul
b (18.00-19.00)
e
Hidrat
l Arang 1P 1P 1P 2P 2P 2P 2,5 2,5
P P

Tabel 2. 7 Contoh menu sehari dengan jenis diet diabetes melitus 1900 kkal

Waktu Menu Berat (gram) URT


Makanan
Sarapan pagi Nasi 100 1 gls
07.00 Telur dadar 50 1 ptg
½
Tempe goreng 25 ptg
Sayur oyong 100 1 gls
Minyak 10 1 sdm
10.00 Buah 100 1 ptg
Makan siang Nasi 200 1 ½ gls
13.00 Pepes ikan 50 1 ptg
Tempe goreng 50 1 ptg
Sayur asem 100 1 gls
Buah 100 1 ptg
Minyak 10 1 sdm
16.00 Buah 100 1 ptg
Makan malam Nasi 150 1 gls
19.00 Ayam goreng 50 1 ptg
½
Tahu goreng 25 gls
Cah capcay 100 1 gls
Buah 100 1 ptg
Minyak 10 1 sdm
Sumber : Almatsier, 2008
Nilai Gizi :
• Energi : 1912 kkal
• Protein : 60 gram (12,5% energi total)
• Lemak : 48 gram (22,5% energi total)
• Karbohidrat : 299 gram (62,5% energi total)
• Kolesterol : 303 mg
30

• Serat : 37 gram

B. Kepatuhan

1. Definisi
Kepatuhan berasal dari kata patuh. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), patuh berarti suka menurut perintah, taat
kepada perintah atau aturan dan berdisiplin. Kepatuhan berarti
bersifat patuh, ketaatan, tunduk, patuh pada ajaran dan aturan
(KBBI, 2012).
Kepatuhan merupakan suatu perilaku yang dilakukan oleh
pasien untuk menjaga dan mematuhi aturan dosis obat terhadap
obat yang diberikan oleh dokter dari suatu penyakit yang diderita.
Salah satu penyebab yang menimbulkan kegagalan terapi pada
pasien adalah ketidakpatuhan pasien dalam menjalankan terapi
yang diberikan. Faktor-faktor yang menyebabkan ketidakpatuhan
pada pasien biasanya dikarenakan kurangnya pengetahuan dan
pemahaman pasien tentang penggunaan obat dalam menjalankan
terapinya. Pengobatan pada penderita diabetes melitus dapat
menyebabkan kejenuhan pada pasien karena penggunaan obat yang
banyak selain penggunaan obat antidiabetik karena terjadinya
komplikasi (Wijaya, 2015).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepatuhan


Faktor yang mempengaruhi perilaku patuh ditentukan oleh tiga
faktor utama (Notoatmodjo, 2011), antara lain :
a) Faktor predisposisi (faktor pendorong)
Faktor predisposisi adalah faktor-faktor yang
mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku
seseorang, antara lain :
• Kepercayaan
Kepercayaan atau agama merupakan dimensi
spiritual yang dapat menjalani kehidupan. Penderita
yang berpegang teguh terhadap agamanya akan
31

memiliki jiwa yang tabah dan tidak mudah putus asa


serta dapat menerima keadaannya, demikian juga
cara akan lebih baik. Kemauan untuk melakukan
kontrol penyakitnya dapat dipengaruhi oleh
kepercayaan penderita dimana penderita yang
memiliki kepercayaan yang kuat akan lebih patuh
terhadap anjuran dan larangan.
• Sikap
Sikap merupakan hal yang paling kuat dalam diri
individu sendiri. Keinginan untuk tetap
mempertahankan kesehatannya sangat berpengaruh
terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan
perilaku penderita dalam kontrol penyakitnya.
• Pengetahuan
Penderita dengan kepatuhan yang rendah adalah
mereka yang tidak teridentifikasi mempunyai gejala
sakit. Mereka berpikir bahwa dirinya sembuh dan
sehat sehingga tidak perlu melakukan kontrol
terhadap kesehatannya.
b) Faktor reinforcing (faktor pendukung)
Faktor reinforcing merupakan faktor-faktor yang
mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku yang
terwujud dalam sikap dan perilaku seseorang, antara lain :
• Dukungan petugas kesehatan
Dukungan dari petugas kesehatan sangatlah besar
artinya bagi penderita sebab petugas adalah
pengelola penderita yang paling sering berinteraksi
sehingga pemahaman terhadap kondisi fisik maupun
psikis lebih baik, dengan sering berinteraksi,
sangatlah mempengaruhi rasa percaya dan selalu
menerima kehadiran petugas kesehatan termasuk
anjuran yang diberikan.
32

• Dukungan keluarga
Keluarga merupakan bagian dari penderita yang
sangat dekat dan tidak bisa dipisahkan. Penderita
akan merasa senang dan tentram apabila mendapat
perhatian dan dukungan dari keluargnya, karena
dengan dukungan tersebut akan menimbulkan
kepercayaan dirinya untuk menghadapi atau
mengelola penyakitnya dengan baik, serta penderita
mau menuruti saran-saran yang diberikan oleh
keluarga untuk penunjang pengelolaan penyakitnya.
c) Faktor enabling (faktor pemungkin)
Faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi
perilaku dan tindakan. Yang dimaksud dengan faktor
pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk
terjadinya perilaku kesehatan misalnya : puskesmas, rumah
sakit, posyandu, tempat pembuangan sampah, tempat
olahraga, makanan yang bergizi, dan sebagainya.

3. Kepatuhan Diet
Kepatuhan diet merupakan suatu aturan perilaku yang
disarankan oleh perawat, dokter atau tenaga kesehatan lain yang
harus diikuti oleh pasien. Perilaku yang disarankan yaitu berupa
pola makan dan ketepatan makan pasien diabetes melitus. Dalam
diet pasien diabetes melitus harus memperhatikan jumlah makanan,
jenis makanan dan jadwal makan agar kadar glukosa darahnya
tetap terkontrol (Novian, 2013).
Mematuhi serangkaian diit merupakan aspek yang paling
penting dalam penatalaksanaan diet pada penderita diabetes
melitus. Diet yang dijalankan penderita diabetes melitus akan
berlangsung selama seumur hidup dan kejenuhan dapat muncul
kapan saja (Pratita, 2012). Kepatuhan diet jangka panjang
33

merupakan tantangan yang sangat besar bagi pasien supaya tidak


terjadi komplikasi (Smeltzer&Bare, 2013).

4. Pengukuran Kepatuhan Diet


Menggunakan kuesioner berisi 10 item pertanyaan tentang
kepatuhan diet penderita diabetes melitus yang akan terisi oleh
penderita. Kuesioner ini terdiri dari 6 pertanyaan positif
(pertanyaan nomer 1,2,4,6,8,10) dan 4 pertanyaan negatif (3,5,7,9).
Penilaian kuesioner ini menggunakan skala Likert.
Skor untuk setiap pertanyaan positif, yaitu :
Selalu : 4, Sering : 3, Jarang : 2, Tidak pernah : 1
Skor untuk setiap pertanyaan negatif yaitu :
Selalu : 1, Sering : 2, Jarang : 3, Tidak pernah : 4

C. Keluarga

1. Definisi
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung
karena hubungan darah, perkawinan dan adopsi dalam satu rumah
tangga, yang berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Ali, 2010).
Keluarga adalah dua atau lebih atau dua individu yang
tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau
pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing
menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Friedman, 2010).
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat terdiri
dari kepala keluarga dan beberapa anggota keluarga di dalamnya
yang tinggal dalam satu atap dan saling bergantung satu sama lain
(Harnoko, 2012).
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang memiliki ikatan
perkawinan yang sah, memiliki hubungan darah antara satu sama
lain dan tinggal bersama di dalam satu rumah serta memiliki peran
masing-masing dalam setiap anggota keluarga (Harnilawati, 2013).
34

2. Tipe Keluarga
Friedman et al (2010) menjelaskan tipe-tipe keluarga :
a) Keluarga inti terkait dengan pernikahan
Merupakan keluarga yang terbentuk karena pernikahan,
peran sebagai orang tua, atau kelahiran : terdiri atas suami,
istri, dan anak-anak mereka baik secara biologis, adopsi,
atau keduanya.
b) Keluarga orientasi (keluarga asal)
Merupakan unit keluarga tempat seseorang yang dilahirkan.
c) Extended Family
Keluarga yang terdiri dari keluarga inti dan keluarga terkait
lainnya (oleh hubungan darah), yang biasanya merupakan
anggota keluarga asal dari salah satu pasangan keluarga
inti. Keluarga ini terdiri dari nenek, kakek, tante, paman,
keponakan dan sepupu.

3. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman et al (2010) terdapat lima fungsi dasar keluarga:
a) Fungsi afektif (fungsi mempertahankan kepribadian)
Memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa,
memenuhi kebutuhan psikologis anggota keluarga.
b) Fungsi sosialisasi dan status sosial
Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan
menjadikan anak sebagai anggota masyarakat yang
produktif, serta memberikan status pada anggota keluarga.
c) Fungsi reproduktif
Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama
beberapa generasi dan untuk keberlangsungan hidup
masyarakat.
d) Fungsi ekonomi
Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi
efektifnya.
e) Fungsi perawatan kesehatan
35

Menyediakan kebutuhan fisik, seperti makanan, pakaianm


tempat tinggal, perawatan kesehatan.

4. Tugas Keluarga
Tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan
antara lain (Friedman,et al, 2010) :
a) Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya
Kesehatan merupakan suatu hal yang sangat penting
sehingga tidak boleh diabaikan, karena jika kesehatan
terganggu maka segala sesuatu menjadi tidak akan berarti.
Anggota keluarga memiliki kewajiban untuk mengetahui
penyakit yang dialami oleh salah satu anggota keluarganya.
Anggota keluarga yang menderita diabetes melitus,
kemungkinan besar memiliki riwayat dari keluarga yang
sebelumnya atau karena gaya hidup seperti makanan yang
tidak terkontrol. Kurangnya pengetahuan keluarga
mengenai kesehatan dapat menjadi masalah yang serius
karena keluarga tidak dapat menjalankan tugas keluarga
dnegan baik, contoh : keluarga tidak mengetahui bahwa ada
salah seorang keluarganya mengalami gangguan kesehatan
pada anggota keluarga yang mengarah pada diabetes
melitus.
b) Membuat keputusan yang tepat
Tugas ini merupakan upaya keluarga untuk ke pelayanan
kesehatan yang tepat sesuai dengan keadaan anggota
keluarga, dengan mempertimbangkan salah satu dari
anggota keluarga yang berhak memberikan keputusan
untuk melakukan sesuatu atau tindakan. Seperti halnya jika
salah seorang anggota keluarga yang menderita diabetes
melitus lalu mengalami komplikasi keluarga dapat
memberikan keputusan ke mana akan dilakukan perawatan.
Keluarga dapat mengambil keputusan yang tepat untuk
mendukung kesembuhan bagi penderita.
36

c) Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit


atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena
cacat atau usianya yang terlalu muda.
d) Mempertahankan suasana di rumah menjadi nyaman yang
menguntungkan kesehatan dan perkembangan anggota
keluarga.
e) Mempertahankan hubungan yang baik antara keluarga dan
fasilitas kesehatan yang ada.

D. Dukungan Keluarga

1. Definisi
Dukungan keluarga merupakan proses yang menjalin
hubungan antar keluarga melalui sikap, tindakan dan penerimaan
keluarga yang terjadi selama masa hidup. Dukungan keluarga dapat
berupa dukungan dari internal dan juga eksternal dari keluarga inti.
Dukungan yang diberikan keluarga dapat berupa dukungan
emosional, dukungan penghargaan, dukungan informasional dan
dukungan instrumental (Friedman, 2010).

2. Dimensi Keluarga
Dimensi dukungan keluarga menurut Hensarling (2009) antara
lain:
a) Dimensi emosional/empati
Dukungan ini melibatkan perasaan empati dan perhatian
terhadap seseorang sehingga membuatnya merasa lebih
baik, merasa dihargai dan merasa dimiliki. Dukungan ini
menunjukkan adanya pengertian dan perhatian dari anggota
keluarga terhadap anggota keluarga harus terjalin karena
diperlukan untuk memahami situasi anggota keluarga yang
lain.
b) Dimensi penghargaan
Dukungan ini membuat seseorang merasa berharga,
kompeten dan dihargai karena keluarga memberikan
37

penguatan yang positif kepada anggota keluarga yang


menderita penyakit. Dukungan ini muncul dari penerimaan
dan penghargaan seseorang terhadap keberadaan seseorang
yang dapat menerima kelebihan dan kekurangan orang lain
dan diri sendiri.
Dapat dikatalan bahwa adanya dukungan penghargaan
kepada anggota keluarga yang menderita diabetes melitus
bisa memberikan sebuah motivasi, semangat serta
peningkatan harga diri karena dianggap masih berguna dan
berarti untuk keluarga, sehingga penderita diabetes melitus
diharapkan dapat membentuk perilaku yang sehat dalam hal
untuk meningkatkan status kesehatannya.
c) Dimensi instrumental
Dukungan instrumental termasuk dalam fungsi perawatan
kesehatan keluarga dan fungsi ekonomi yang diberikan
kepada keluarga yang sakit. Fungsi perawatan kesehatan
seperti menyediakan sandang, pangan, perawatan
kesehatan, perlindungan terhadap bahaya, dan fungsi
ekonomi.
d) Dukungan informasi
Dukungan berupa percakapan atau umpan balik tentang
bagaiana melakukan sesuatu, misalnya saat seseorang
mengalami kesulitan dalam pengambilan keputusan, akan
menerima saran-saran atau umpan balik tentang ide-ide dari
keluarganya. Dimensi ini dapat membantu pasien dalam
mengambil keputusan dalam manajemen penyakitnya.
Dukungan informasi yang dibutuhkan oleh penderita
diabetes melitus pemberian informasi terkait kondisi yang
dialaminya serta bagaimana cara perawatannya. Dimensi ini
sangat penting bagi individu yang memberikan dukungan
keluarga karena menyangkut persepsi tentang keberadaan
dan ketepatan dukungan keluarga bagi seseorang.
38

Dukungan keluarga bukan sekedar memberikan bantuan,


tetapi persepsi penerima terhadap bantuan yang diberikan.

3. Pengukuran dukungan keluarga


Dukungan keluarga terkait dengan kesehatan dan
kesejahteraan dimana lingkungan keluarga menjadi tempat
individu belajar. Dukungan keluarga terdiri atau dukungan orang
tua ke anak, anak ke orang tua, antar pasangan, saudara ke saudara,
cucu ke kakek/nenek. Hensarling (2009), mengembangkan suatu
skala pengukuran dukungan keluarga dengan nama Hensarling
Diabetes Family Support Scale (HDFSS) dimana skala ini
menunjukkan validitas isi untuk pengukuran persepsi pasien
terhadap dukungan yang diberikan oleh keluarga. Hensarling juga
merekomendasikan penggunaan skala ini untuk mengukur
dukungan keluarga pada pasien diabetes melitus.
HDFSS mengukur dukungan keluarga yang dirasakan oleh
penderita diabetes melitus, secara konsep didefinisikan sebagai
cara penderita melihat dukungan dari keluarganya. HDFSS terdiri
atas 29 pertanyaan dengan alternatif jawaban : 4: selalu, 3: sering,
2: jarang, 1: tidak pernah.

E. Pengetahuan

1. Definisi
Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian
besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga (Fitriani,
2011).
39

2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Bloom 1956 dalam Potter & Perry (2012),
pengetahuan merupakan termasuk ke dalam perilaku kognitif yang
memiliki hirarki sebagai berikut :
a) Tahu (Know)
Tahu berarti mengingat suatu materi yang sebelumnya telah
dipelajari. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah karena tingkat pengetahuan ini mencakup
mengingat kembali (recall) sesuatu spesifik dari seluruh
bahan yang telah diterima.
b) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk
menjelaskan secara benar dan mampu mengintrepretasikan
secara benar tentang materi atau objek yang diketahui.
c) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi berarti sebagai kemampuan menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
d) Analisis (Analysis)
Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di
dalam satu struktur organisasi dan satu sama lain masih
terkait.
e) Sintesis (Synthesis)
Sintesis diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungan bagian-bagian dalam suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada.
f) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi merujuk pada kemampuan melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengetahuan


a) Faktor internal
40

• Usia
Proses perkembangan mental seseorang bertambah
baik seiring bertambahnya usia dan akan menurun
kembali pada lansia tertentu.
• Pengalaman
Pengelaman dapat menjadi sumber pengetahuan
yang dapat digunakan dengan cara mengulang
kembali apa yang diperoleh secara langsung
sebelumnya.
• Intelegensia
Intelegensia merupakan kemampuan untuk belajar,
berpikir,
dan mengolah berbagai informasi secara terarah.
b) Faktor eksternal
• Pendidikan
Tingkat pendidikan turut mempengaruhi
pengetahuan karena semakin tinggi tingkat
pendidikan semakin banyak dan mudah seseorang
menyerap dan memperoleh materi.
• Pekerjaan
Secara tidak langsung pekerjaan mempengaruhi
pengetahuan dikarenakan pekerjaan berhubungan
erat dengan hubungan sosial dan kebudayaan yang
menyebabkan terjadinya proses pertukaran
informasi.
• Sosial Budaya dan Ekonomi
Sosial budaya mempengaruhi pengetahuan melalui
proses belajar dari berhubungan dengan orang lain
sedangkan status ekonomi mempengaruhi
pengetahuan menentukan ketersediaan suatu
fasilitas pembelajaran.
41

• Lingkungan
Sifat kelompok dalam lingkungannya akan
membawa pengaruh pengetahuan kepada seseorang.
• Informasi
Informasi memberikan pengaruh pada pengetahuan
seseorang, banyak informasi yang didapatkan
seseorang berbanding lurus dengan tingkat
pengetahuannya (Notoatmodjo, 2011).

4. Cara memperoleh Pengetahuan


Cara memperoleh pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua,
yakni :
a) Cara tradisional atau non ilmiah
Merupakan cara memperoleh pengetahuan tanpa sebuah
penelitian :
• Cara coba salah (trial error)
• Secara kebetulan
• Cara kekuasaan atau otoritas
• Berdasarkan pengalaman pribadi
• Cara akal sehat (common sense)
• Kebenaran melalui wahyu
• Kebenaran secara intuitif
• Melalui jalan pikiran
• Induksi
• Dedukasi
b) Cara modern atau ilmiah
Cara ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut
juga metode penelitian ilmiah (Notoatmodjo, 2011).
c) Metode pengukuran Pengetahuan
42

Tabel 2. 8 Metode pengukuran Pengetahuan

Test Kelebihan Kekurangan


Terapi observasi Paling akurat Tidak praktis untuk
langsung penggunaan rutin
Pengukuran kadar obat Objektif Variasi metabolism
atau hasil metabolisme dan white coat
dalam darah adherence dapat
memberikan kesan
salah, kurang
ekonomis
Pengukuran tanda Objektif Membutuhkan
biologis dalam darah pengujian kuantitatif
yang mahal
Metode tidak langsung
Kuesioner patient self Sederhana, ekonomis, Rentan terhadap
report metode paling kesalahan, hasilnya
berguna pada area mudah didistorsi oleh
klinik pasien
Catatan harian pasien Membantu mengatasi Mudah dipengaruhi
recall oleh pasien
Bila pasien anak-anak Sederhana, objektif Rentan terhadap
menggunakan distorsi data
kuesioner pada orang
tua atau guru
Pengukuran tanda Mudah untuk Pertanda mungkin
fisiologis dilaksanakan tidak ditemukan
karena sebab lain
misalnya :
meningkatnya
metabolisme, absorbsi
yang buruk dan
kurangnya respon

F. Penelitian Terkait
1. Penelitian yang dilakukan oleh Mei Lina Susanti dan Tri
Sulistyarini (2013) yang menunjukkan pada hasil penelitian
terbukti bahwa adanya dukungan keluarga dapat meningkatkan
kepatuhan diet pada pasien diabetes melitus. Penelitian ini
menggunakan rancangan cross sectional dengan populasinya
adalah pasien diabetes melitus di Ruang Rawat Inap RS. Baptis
Kediri yang memenuhi kriteria inklusi. Sampelnya 25 orang
dengan accidental sampling dan analisa data menggunakan uji
“Wilcoxon Match Pair”.
43

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 25 responden 68%


memiliki dukungan keluarga baik dan tingkat kepatuhan patuh.
Ada 4% dari responden yang mempunyai tingkat kepatuhan patuh
akan tetapi memilki dukungan keluarga yang kurang. Dari 25
responden 80% mempunyai tingkat kepatuhan patuh dan 20% tidak
patuh. Setelah dilakukan uji statistic Wilcoxon dengan SPSS yang
berdasarkan taraf kemaknaan α ≤ 0,05 didapatkan ρ= 0,00 dan ρ ≤
α yang artinya dapat dibuktikan bahwasanya dukungan keluarga
dapat meningkatkan kepatuhan diet pada pasien diabetes melitus di
Ruang Rawat Inap RS. Baptis Kediri.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Shofiyah dan Henni Kusuma
(2014) yang bertujuan untuk mengetahuan adanya hubungan antara
pengetahuan dan dukungan keluarga terhadap kepatuhan penderita
dalam penatalaksanaan diabetes melitus di wilayah kerja
Puskesmas Srondol Kecamatan Banyumanik, Semarang. Penelitian
ini adalah penelitian kuantitatif dengan deskriptif korelatif dengan
menggunakan teknik cross sectional. Pengambilan sampel
menggunakan teknik total sampling dengan jumlah responden
sebanyak 60 responden penderita diabetes melitus.
Hasil penelitian ini menunjukkan jumlah antara responden yang
memperoleh dukungan keluarga (51,7%) dan tidak memperoleh
dukungan keluarga (48,3%) tidak jauh berbeda. Dengan hasil uji
Chi-square didapatkan ρ value = 0,034 yang menunjukkan adanya
pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan penderita
diabetes melitus. Dan hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa
pengetahuan responden tentang penatalaksanaan kurang baik yaitu
sejumlah 34 orang (56,7%). Dengan hasil uji Chi-square
didapatkan hasil ρ value = 0,016 yang menunjukkan adanya
pengaruh pengetahuan terhadap kepatuhan diet penderita diabetes
melitus.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Suci Mei Cahyati (2015) bertujuan
mengetahui adanya hubungan tingkat pengetahuan dengan
44

kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus tipe 2 di dusun


Karang Tengah, Nogotirto, Yogyakarta. Penelitian ini adalah
penelitian deskriptif korelatif menggunakan uji korelasi Kendall-
Tau dengan jumlah responden 37.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan diet diabetes
melitus tipe 2 kategori baik sebanyak 28 responden (75,7%),
tingkat kepatuhan diet Diabetes melitus pada penderita diabetes
melitus tipe 2 dengan kategori cukup sebanyak 36 responden
(97,3%) dan ada hubungan tingkat pengetahuan diet dengan
kepatuhan diet diabetes melitus tipe 2 di dusun Karang Tengah.
Hasil analisis dari uji Kendall-Tau diperoleh nilai hitung sebesar
0,261 dengan signifikan 0,036. Oleh karena nilai hitung sebesar
0,261 dan nilai signifikan 0,036 lebih kecil dari 0,05 (sig<0,05)
sehingga disimpulkan ada hubungan secara statistik antara tingkat
pengetahuan diet dengan kepatuhan diet pada penderita diabetes
melitus di dusun Karang Tengah
5. Penelitian yang dilakukan oleh Ario Sugandi, dkk (2017) dengan
judul penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan diet
diabetes pada pasien Diabetes melitus tipe 2 di Wilayah Kerja
Puskesmas Rejosari. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
korelasi dengan pendekatan cross sectional, dengan teknik
purposive sampling sebanyak populasi 47 penderita diabetes
melitus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara
dukungan keluarga dengan kepatuhan diet, menggunakan uji chi
square yang didapatkan nilai p value 0,031. Juga adanya hubungan
antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan diet, yang
didapatkan nilai p value 0,009.
45

G. Kerangka Teori
Kerangka teori yang digunakan sebagai dasar acuan dalam
penelitian ini berdasarkan teori Lawrence Green (1980) dalam
Notoatmodjo (2011) dalam konsep perilaku kesehatan, teori Padila (2012)
dan teori Smeltzer & Bare (2013) dalam faktor risiko dan penatalaksanaan
terhadap diabetes melitus.

Faktor Risiko: Penatalaksanaan


-Umur diabetes melitus:
-Riwayat Keluarga diabetes -Diet
-Obesitas melitus -Latihan
-Gaya Hidup (pola -Pemantauan
makan, stress, merokok) -Terapi (jika diperlukan)
-Edukasi

Faktor Predisposisi :
-Kepercayaan
-Sikap
-Pengetahuan

Faktor Reinforcing
(pendukung) : Perilaku Kesehatan :
-Dukungan Petugas Kepatuhan
Kesehatan
-Dukungan Keluarga

Faktor enabling (faktor


pemungkin),
sarana&prasarana :
-Puskesmas
-Rumah Sakit
-Tempat olahraga, dll
Bagan 2. 1 Kerangka teori
BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESA, DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah diagram sederhana yang menunjukkan
variabel dan hubungan dari antara variabel-variabel tersebut (Dahlan,
2016). Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel
yaitu:
1. Variabel independen adalah dukungan keluarga dan tingkat
pengetahuan
2. Variabel dependen adalah terkait kepatuhan diet

Dukungan Keluarga

Kepatuhan Diet

Tingkat Pengetahuan

Bagan 3. 1 Kerangka konsep

Keterangan :
1. Variabel independen :
2. Variabel dependen :

B. Variabel Penelitian
Variabel adalah konsep yang mempunyai variasi nilai dari adanya
variabel independen dan dependen. Variabel dependen disebut variabel
terikat yang dipengaruhi atau disebabkan adanya variabel independen.
Sedangkan variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi
variabel dependen. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel X (independen) adalah dukungan keluarga dan tingkat
pengetahuan.

46
47

2. Variabel Y (dependen) adalah kepatuhan diet.

C. Hipotesis
Hipotesis penelitian adalah pernyataan sementara terhadap penelitian
ini. Peneliti menyimpulkan hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Ada hubungan dukungan keluarga terhadap kepatuhan diet pada
penderita Diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Pondok
Benda-Pamulang.
2. Ada hubungan tingkat Pengetahuan terhadap kepatuhan diet pada
penderita Diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Pondok
Benda-Pamulang.
48

D. Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala
Karakteristik Responden
1. Usia Usia responden pada saat Kuesioner Lembar Isian > 40 tahun Interval
dilakukan penelitian
2. Jenis Jenis yang membedakan Kuesioner Lembar Isian 1. Laki-laki Nominal
Kelamin antara laki-laki dengan 2. Perempuan
perempuan
3. Pendidikan Pendidikan formal terakhir Kuesioner Lembar Isian Pendidikan dinyatakan Nominal
yang pernah diikuti oleh dalam berdasarkan jenjang
responden pendidikan yang ditempuh :
1. Tidak
Sekolah
2. SD
3. SMP
4. SMA
5. Perguruan
Tinggi
4. Pekerjaan Status pekerjaan yang Kuesioner Lembar Isian 1. Tidak Nominal
dilakukan responden Bekerja
2. Wiraswasta
3. Pegawai
Swasta
4. PNS/Polri/
TNI
Variabel independen
1 Dukungan Dukungan yang diberikan Menggunakan Kuesioner 1. baik = lebih dari median Ordinal pada
keluarga oleh keluarga untuk anggota skala (≥71) analisis univariat
keluarga yang menderita Hensarling 2. kurang baik = lebih dari
penyakit. Berupa dukungan Diabetes Family median (≤71)
emosional yang melibatkan Support Scale
49

perasaan empati dan (HDFSS) yang


perhatian terhadap seseorang, dikembangkan
dukungan penghargaan yaitu oleh Hensarling
membuat seseorang merasa (2009). HDFSS
dihargai karena memberikan terdiri atas 29
penguatan yang positif, pertanyaan
dukungan instrumental yaitu dengan alternatif
meningkatkan fungsi jawaban
perawatan kesehatan dirumah menggunakan
serta biaya pengobatan, dan skala Likert.
dukungan informasi berupa Untuk
informasi dan saran-saran pertanyaan
yang diberikan ketika positif yaitu :
penderita mengalami 4: selalu
kesulitan dalam mengambil 3: sering
keputusan. 2: jarang
1: tidak pernah
Sedangkan
untuk
pertanyaan
negatif yaitu :
1: selalu
2: sering
3: jarang
4: tidak pernah
50

2 Tingkat Sesuatu pemahaman yang Pertanyaan Kuesioner 1. Kurang (<56%) Ordinal pada
pengetahuan dimiliki oleh seseorang meliputi yaitu : DKQ-24 2. Cukup (56%-75%) analisis univariat
terhadap terhadap penyakit diabetes pertanyaan (Diabetes 3. Baik (76-100%)
penyakit melitus yang didapatkan dari positif, pada Knowledge (Notoatmodjo, 2011)
diabetes proses pembelajaran, yang responden yang Questionnair
melitus meliputi : menjawab benar e)
1. Definisi diberi nilai 1,
2. Etiologi dan jika salah
3. Klasifikasi diberi nilai 0.
4. Faktor risiko Pertanyaan
5. Manifestasi klinis negatif, pada
6. Komplikasi responden
7. Penatalaksanaan menjawab benar
diberi nilai 0,
dan jika salah
diberi nilai 1.

Variabel dependen

3. Kepatuhan Tingkat ketaatan dan Menggunakan Kuesioner 1. patuh = lebih dari mean Ordinal pada
diet kedisplinan penderita skala Likert. pola diet (≥25) analisis univariat
diabetes melitus terhadap Skor untuk pada 2. kurang patuh = kurang
penatalaksanaan diet setiap jawaban : penderita dari mean (≤25)
4: selalu diabetes
3: sering melitus
2: jarang dengan 10
1: tidak pernah pertanyaan
Tabel 3. 1 Definisi Operasional
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan
kuantitatif, dengan desain correlation. Dengan metode cross sectional yaitu
pengukuran atau pengumpulan data variabel bebas dan variabel terikat yang
dilakukan dalam satu waktu dengan satu kali pengukuran menggunakan alat
ukur kuesioner. Tujuannya adalah untuk mendeskripsikan hubungan antara
variabel independent dan variabel dependent dalam satu waktu (Sastroasmoro
& Ismael, 2010).
Peneliti menggunakan desain correlation karena penelitian ini
bermaksud mengidentifikasi ada tidaknya hubungan variabel dependent
terhadap variabel independent yang peneliti teliti agar memperoleh hasil yang
sesuai diharapkan oleh peneliti dan tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui
apakah ada hubungan antara “Dukungan Keluarga dan Tingkat Pengetahuan”
terhadap kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus.
Rancangan penelitian ini akan digunakan untuk mengidentifikasi
hubungan dukungan keluarga dan tingkat pengetahuan terhadap kepatuhan
diet pada penderita diabetes mellitus.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April tahun 2019 sampai awal
bulan Mei tahun 2019 di Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Benda Pamulang.
Alasan peneliti memilih lokasi Puskesmas Pondok Benda sebagai tempat
penelitian karena dari hasil studi pendahuluan prevalensi penyakit diabetes
melitus meningkat setiap bulannya yang dibuktikan lewat penelitian lapangan
ada banyak penderita lama yang datang ke puskesmas dengan komplikasi.

51
52

C. Populasi dan Sampel


Populasi adalah kumpulan dari individu atau objek atau fenomena
yang secara potensial dapat diukur sebagai bagian dari penelitian (Maszhindu
& Scott, 2005 dalam Swarjana, 2015). Yang menjadi populasi terkait
penelitian ini adalah pasien Diabetes melitus yang telah di data datang ke
Puskesmas Pondok Benda-Pamulang.
Sampel merupakan bagian dari populasi yang dipilih dengan cara
tertentu sehingga dianggap dapat mewakili dari populasinya (Sastroasmoro &
Ismael, 2010). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus
Besar Sampel Uji Beda Dua Proporsi dengan merujuk pada penelitian
sebelumnya yang diteliti oleh Suci Mei Cahyati (2015) dengan hasil :

n=
(z 1− / 2 2 P (1 − P ) + z1−  P1 (1 − P1 ) + P2 (1 − P2 ) )
2

( P1 − P2 ) 2

Keterangan :
n : besar sampel
Z21-α√2 : derajat kemaknaan (95%) = 1,96
Z1-β : kekuatan uji 90% Z = 1,28
P : rata-rata proporsi pada populasi
ρ : P1+P2/2 = (75,7+30)/2 = 52,85
P1 : proporsi kepatuhan diet kurang 75,7% = 0,75
P2 : diambil dari P1-30 menjadi 0,45
Berdasarkan rumus diatas, jumlah sampel dalam penelitian tersebut sebesar 54
responden.
Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan Convenience
Sampling adalah sebagai kumpulan informasi dari anggota-anggota populasi
yang mudah diperoleh dan mampu menyediakan informasi tersebut. Dengan
53

demikian siapa saja yang dapat memberikan informasi baik secara tidak
sengaja atau kebetulan bertemu dengan dapat digunakan sebagai sampel, bila
dilihat orang yang memberikan informasi tersebut cocok dengan sumber
(Sekaran, 2006). Convenience sampling ini merupakan jenis non probability
sampling yang paling baik, dan sering merupakan cara termudah. Dengan
menggunakan teknik tersebut, maka populasi memiliki kesempatan yang sama
untuk dilakukan penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dijadikan sebagai
sampel penelitian.
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :
1. Responden yang menderita diabetes melitus umur >40 tahun baik laki-
laki maupun perempuan
2. Dapat berkomunikasi dengan baik
3. Bersedia menjadi responden
4. Responden yang masih tinggal bersama dengan keluarganya
Sedangkan kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :
1. Penderita diabetes melitus yang mengalami keadaan
kegawatandaruratan secara drastis seperti pingsan saat penelitian
berlangsung.
2. Penderita diabetes melitus yang mengalami penurunan daya ingat.

D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian dalam penelitian ini menggunakan kuesioner, yang
dimana responden mengisi kuesioner sendiri atau dengan bantuan. Kuesioner
yang digunakan terdiri dari kuesioner demografi, kuesioner dukungan
keluarga HDFSS, kuesioner tingkat pengetahuan DKQ-24, dan kuesioner
kepatuhan diet.
1. Kuesioner demografi
Kuesioner demografi merupakan kuesioner tentang data
demografi responden yang meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan,
54

pekerjaan, lama menderita diabetes melitus, riwayat diabetes melitus


dalam keluarga, riwayat edukasi terakhir mengenai penyakit diabetes
melitus dan siapa keluarga yang selama ini bertugas merawat
responden.
2. Kuesioner dukungan keluarga
Kuesioner dukungan keluarga diadopsi dari Hensarling
Diabetes Family Support Scale (HDFSS) yang dikembangkan oleh
Hensarling (2009). HDFSS mencakup dimensi emosional terdiri dari
10 item (pertanyaan nomor 4, 5, 7, 17, 24, 27, 28), dimensi
penghargaan 8 item (pertanyaan nomor 8, 10, 12, 14, 18, 19, 20, 25),
dimensi instrumental 8 item (pertanyaan nomor 9, 11, 16, 21, 22, 23,
26, 29) dan dimensi informasi 3 item (pertanyaan nomor 1, 2, 3). Jadi
jumlah keseluruhan dari total pertanyaan adalah sebanyak 29 item
dengan alternatif jawaban.
Untuk pertanyaan positif :
Kuesioner dukungan keluarga nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12,
14, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 27, 28, dan 29
Selalu : 4, sering : 3, jarang : 2, tidak pernah : 1.
Untuk pertanyaan negatif :
Kuesioner dukungan keluarga nomor 12, 13, 17, dan 24
Selalu : 1, sering : 2, jarang : 3, tidak pernah : 4.
3. Kuesioner DKQ-24 (Diabetes Knowledge Questionnaire)
Merupakan kuesioner tentang pengetahuan pasien tentang
penyakit diabetes melitus. Kuesioner DKQ-24 yang meliputi :
Definisi, Etiologi, Klasifikasi, Faktor risiko, Manifestasi klinis,
Komplikasi, Penatalaksanaan. Hasil ukur : Kurang (<56%), Cukup
(56%-75%), Baik (76-100%) (Notoatmodjo, 2011). Pertanyaan
meliputi yaitu : pertanyaan positif, pada responden yang menjawab
benar diberi nilai 1, dan jika salah diberi nilai 0. Pertanyaan negatif,
55

pada responden menjawab benar diberi nilai 0, dan jika salah diberi
nilai 1.
4. Kuesioner pola makan penderita diabetes melitus
Bagian keempat kuesioner berisi 10 item pertanyaan tentang
kepatuhan diet penderita diabetes melitus yang akan terisi oleh
penderita. Kuesioner ini terdiri dari 6 pertanyaan positif (pertanyaan
nomer 1,2,4,6,8,10) dan 4 pertanyaan negatif (3,5,7,9). Penilaian
kuesioner ini menggunakan skala Likert.
Skor untuk setiap pertanyaan positif, yaitu :
Selalu : 4, Sering : 3, Jarang : 2, Tidak pernah : 1
Skor untuk setiap pertanyaan negatif yaitu :
Selalu : 1, Sering : 2, Jarang : 3, Tidak pernah : 4
Responden diminta untuk membubuhkan tanda ceklis (√) pada
kolom kuesioner tersebut yang telah disediakan oleh peneliti.

E. Uji Validitas dan Realibilitas


Validitas instrumen merupakan validitas yang diuji datanya, data atau
informasi yang dapat dikatakan valid, bila tidak ada perbedaan antara yang
dilaporkan peneliti, dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang
diteliti (Lapau, 2012).
Reliabilitas instrumen diuji dengan menggunakan Alpha Cronbach
yaitu bila nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel makan item kuesioner
reliabel, akan tetapi bila nilai r hitung lebih kecil dari nilai r tabel maka item
kuesioner tidak reliabel. Suatu varibel dinyatakan reliabel apabila memberikan
nilai Alpha Cronbach >0,60 (Hidayat, 2014).
1. Hasil uji validitas dan reliabilitas dukungan keluarga yang dilakukan
oleh Peneliti dilokasi Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Benda RW 04
kepada 30 responden dari 84 responden dengan degree of freedom 30-
2=28 (r tabel 0,361), pada kuesioner dukungan terdapat 3 item
56

pertanyaan yang tidak valid yakni nomor 12 (dimensi penghargaan),


nomor 13 dan 17 (dimensi emosional). Ketiga pertanyaan tersebut
tidak dimasukkan ke dalam instrumen, sehingga pertanyaan valid dan
reliable 26 item dengan nilai validitas (r ) dan nilai reliabelnya (Alpha
Cronbach 0,945), total skor responden terendah 52 dan tertinggi 100.
2. Kuesioner DKQ-24 (Diabetes Knowledge Questionnaire) merupakan
kuesioner tentang pengetahuan pasien tentang diabetes. Kuesioner
DKQ-24 dirancang dan divalidasi pada populasi di Meksiko-Amerika
di Starr Country, Texas dan telah diterjemahkan dan diuji validitas
serta realibilitas pada penderita Diabetes melitus tipe 2 di Yogyakarta
oleh Agrimon (2014). Hasil uji validitas dan realibilitas kuesioner
DKQ-24 (Diabetes Knowledge Questionnaire) yang dilakukan oleh
peneliti dilokasi Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Benda RW 04
kepada 30 responden dari 84 responden dengan degree of freedom 30-
2=28 (r tabel 0,361), sehingga pertanyaan valid dan reliabel 24 item
pertanyaan dengan nilai validitas (r) dan nilai reliabelnya (Alpha
Cronbach 0,767), total skor terendah 29% dan tertinggi 91%.
3. Hasil uji validitas dan reliabilitas terkait tentang kuesioner kepatuhan
diet yang dilakukan oleh Anggita Puspita Delianty (2015). Pernyataan
tersebut adalah nomor 10 dengan nilai korelasi 0,277 untuk pernyataan
pada kuesioner kepatuhan diet. Pernyataan yang tidak valid kemudian
di modifikasi lalu dilakukanlah uji validitas isi terhadap kuesioner
dengan mengajukan kuesioner kepada orang yang ahli dalam bidang
ini. Hasil dari validitasi ini kemudian peneliti sebelumnya
menggunakan 10 pertanyaan dalam kuesioner kepatuhan diet untuk
dijadikan instrumen penelitian. Dengan koefisien Alpha Cronbach
pada kepatuhan diet adalah α=0,832. Kemudian peneliti melakukan uji
validitas dan reliabel kembali dilokasi Wilayah Kerja Puskesmas
Pondok Benda RW 04 kepada 30 responden dari 84 responden dengan
degree of freedom 30-2=28 (r tabel 0,361), sehingga pertanyaan valid
57

dan reliabel 10 item pertanyaan dengan nilai validitas (r) dan nilai
reliabelnya (Alpha Cronbach 0,635).

F. Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan data primer yang akan diperoleh langsung serta
dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner terstruktur yang berisi
pertanyaan tentang dukungan keluarga, pengetahuan pada penyakit diabetes
melitus, dan kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus. Proses
pengumpulan data tersebut dilakukan oleh peneliti.
Adapun prosedur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Peneliti membuat surat pengambilan data dan studi pendahuluan
dikampus yang kemudian di serahkan ke Wakil Dekan II untuk di
tanda tangani.
2. Surat yang telah di tanda tangani kemudian di bawa ke Dinas
Kesehatan.
3. Setelah surat yang dari Dinas Kesehatan selesai, kemudian surat
tersebut di bawa ke Puskemas yang ingin dilakukan penelitian oleh
peneliti.
4. Setelah surat dibawa ke Puskesmas, peneliti meminta izin kepada
kepala Puskesmas untuk melakukan pengambilan data dan studi
penelitian di Puskesmas Pondok Benda-Pamulang dan diberi surat izin
untuk melakukan penelitian.
5. Setelah meminta izin kepada kepala Puskesmas dan sudah di izinkan,
peneliti diarahkan ke kader yang lokasi wilayahnya terdapat pasien
diabetes melitus.
6. Peneliti mendatangi calon responden dengan kunjungan rumah (door
to door) ditemani dengan para kader di wilayah kerja Puskesmas
Pondok Benda-Pamulang.
7. Setelah mendapatkan calon responden sesuai dengan kriteria yang
telah ditentukan, peneliti melakukan informed consent terhadap calon
58

responden. Jika calon responden bersedia menjadi responden, mereka


dapat membaca lembar persetujuan kemudian menandatanganinya.
8. Selanjutnya peneliti memberi penjelasan terkait maksud, tujuan
penelitian kepada responden.
9. Setelah mendapat persetujuan dari responden, peneliti membacakan
pertanyaan-pertanyaan dan mengisi kuesioner sesuai dengan jawaban
yang di ungkapkan oleh responden.
10. Lembar kuesioner yang telah terkumpul, kemudian peneliti akan
melakukan analisa data statistik.

G. Pengolahan Data
Menurut Hidayat (2012), dalam proses pengolahan data terdapat beberapa
langkah yang harus ditempuh, diantaranya :
1. Editing
Editing adalah memeriksa kelengkapan data yang telah di isi oleh
responden. Editing ini untuk memastikan bahwa semua pertanyaan
telah dijawab oleh responden tanpa ada satu pun pertanyaan yang
terlewatkan. Jika terdapat pertanyaan yang kosong maka peneliti
meminta kesediaan responden untuk mengisi kembali pertanyaan yang
masih kosong.
2. Coding
Kegiatan ini memberikan kode atau simbol sesuai dengan pertanyaan
kuisioner yang telah dikumpulkan. Coding dilakukan untuk
memudahkan dalam pengolahan data dengan mengubah data
berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka sesuai dengan yang
telah ditentukan. Setelah data diedit atau disunting, selanjutnya adalah
mengkoding data yaitu dengan cara memberi kode pada setiap
jawaban yakni dengan mengubah data berbentuk kalimat atau huruf
menjadi data angka atau bilangan. Misalnya untuk variabel pendidikan
59

diberikan koding 1 = TS, 2 = SD, 3 = SMP, 4 = SMA, 5 = PT. Proses


koding ini berguna untuk mempermudah peneliti pada saat
menganalisis data dan mempercepat pada saat entry data.
3. Entry Data
Entri data merupakan proses memasukkan data ke dalam komputer
untuk dilakukan analisa data. Peneliti melakukan entri data jika
peneliti sudah yakin bahwa data yang ada sudah benar, baik dari
kelengkapan data maupun pengkodean data. Proses entri data
dilakukan dengan cara memindahkan data dari kuesioner ke program
komputer pengolahan data statistik.
4. Cleaning
Cleaning data dilakukan untuk mengecek kembali data untuk
memastikan bahwa tidak ada kesalahan sebelum dilakukan analisa
data. Setelah peneliti yakin semua data telah dibersihkan maka
dilanjutkan dengan analisa data.

H. Analisa Data
Analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisa data
univariat dan bivariat :
1. Analisa Univariat
Analisa statistik univariat pada penelitian ini untuk
mendeskripsikan gambaran distribusi frekuensi usia, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan dan variabel dependen dan variabel independen.
Variabel independen (dukungan keluarga dan tingkat pengetahuan)
dan variabel dependen (kepatuhan diet) hasil analisisnya disajikan
dalam bentuk baik dan kurang baik (dukungan keluarga), dan kurang,
cukup, dan baik (tingkat pengetahuan) dengan proporsi atau distribusi
frekuensi. Untuk variabel independen jenis hasil analisis berupa
distribusi frekuensi.
60

2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat pada penelitian ini dimaksudkan untuk melihat
hubungan antara variabel independen dan variabel dependen dengan
menggunakan analisis bivariat. Penelitian ini di analisis dengan uji
korelasi Spearman yang ditujukan untuk mengetahui hubungan antara
dua atau lebih variabel berskala Ordinal. Derajat kepercayaan dalam
penelitian ini adalah 90% dengan α 5% sehingga jika nilai P <0,05
maka Ho ditolak, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara
variabel independen dengan variabel dependen, namun jika nilai P
>0,05 berarti Ho diterima, artinya tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen.

I. Etika Penelitian
Masalah etika penelitian dalam keperawatan merupakan masalah yang
sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan
berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus
diperhatikan (Hidayat, 2014). Masalah etika yang harus diperhatikan antara
lain adalah sebagai berikut :
1. Surat Permohonan Responden
Peneliti membuat surat pernyataan yang berisi penjelasan tentang
penelitian yang akan dilakukan, melalui topik penelitian, tujuan
penelitian serta ketentuan-ketentuan untuk menjadi responden dalam
penelitian.
2. Informed consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan
dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.
Tujuan dari informed consent adalah agar subjek mengerti maksud,
tujuan penelitian serta mengetahui dampaknya jika responden
61

bersedia, maka mereka haru menandatangani lembar persetujuan. Jika


responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormatinya.
3. Anomality (tanpa nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mencantuman nama responden pada lembar alat
ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau
hal penelitian yang akan disajikan.
4. Confidentiality (kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya. Informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya
oleh peneliti.
5. Beneficence (Keuntungan)
Selama penelitian ini, peneliti berusaha meminimalkan dampak yang
merugikan bagi responden dengan menjalin komunikasi yang baik,
rasa saling percaya antara peneliti dan responden. Penelitian ini tidak
akan merugikan responden dan di harapkan menimbulkan manfaat
dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap keluarga dan responden
dalam menjalani perawatan diabetes melitus.
BAB V

HASIL PENELITIAN

Bab ini merupakan rangkaian secara lengkap hasil penelitian mengenai Hubungan
Dukungan Keluarga dan Tingkat Pengetahuan terhadap Kepatuhan Diet pada
Penderita diabetes melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Benda. Penelitian ini
dilakukan dari bulan April-Mei tahun 2019.

A. Deskripsi Umum Tempat Penelitian


Puskesas Pondok Benda terletak ±2 km sebelah Timur Kota Tangerang
Selatan. Luas wilayah Kelurahan Pondok Benda kira-kira 412 Ha dengan
sebagian besar berupa tanah darat/kering (93,645%) sisanya tanah
rawa/danau. Puskesmas Pondok Benda merupakan salah satu dari 5
puskesmas yang ada di wilayah Kecamatan Pamulang, letaknya berbatasan
dengan :
• Sebelah Utara : Wilayah Kecamatan Ciputat/Kelurahan Serua
• Sebelah Selatan : Wilayah Kota Depok/Kecamatan Pondok Petir
• Sebelah Barat : Wilayah Kecamatan Setu
• Sebelah Timur : Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Baru
Puskesmas Pondok Benda terletak di Jalan Benda Barat No. 14
Perumahan Pamulang Permai 2 RT.06/10 Kelurahan Pondok Benda,
Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan. Dibangun di atas tanah seluas
693 m2 dengan luas bangunan ± 1. 200 m2 yang terdiri dari 2 lantai, kegiatan
layanan dipusatkan di lantai 1seperti ruang pemeriksaan umum, IGD, rawat
inap laki-laki, rawat inap perempuan, MTBS, BP Paru, loket pendaftaran,
laboratorium, apotek, ruang bersalin, kamar mandi pasien, ruang tunggu
pasien, meja tensi, ruang TB MDR, ruang arsip, gudang barang dan ruang
prawatan pasca bersalin. Jumlah penduduk di wilayah Puskesmas Pondok

62
63

Benda terdiri dari 58.009 jiwa dengan kepadatan penduduk 10.875/km2 yang
didalamnya terdapat 24 RW dan 149 RT dengan jumlah KK 14.368.
Pelayanan yang diselenggarakan di Puskesmas Pondok Benda adalah :
1. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
a. Upaya Kesehatan Masyarakat Essensia
• Pelayanan Promosi Kesehatan
• Pelayanan Kesehatan Lingkungan
• Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak dan Keluarga Berencana
• Pelayanan Gizi
• Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
b. Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan
• Pelayanan Kesehatan Sekolah (UKS)
• Pelayanan Kesehatan Remaja
• Pelayanan Kesehatan Jiwa
• Pelayanan Kesehatan Gigi Masyarakat
• Pelayanan Kesehatan Lansia
2. Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) meliputi :
a. Pelayanan rawat jalan (pelayanan pemeriksaan umum, pelayanan
kesehatan gigi dan mulut, pelayanan KIA-KB yang bersifat UKP,
pelayanan gizi yang bersifat UKP, pelayanan kefarmasian, pelayanan
laboratorium).
b. Pelayanan gawat darurat
c. Pelayanan satu hari (one day care)
d. Home care
e. Rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan
Puskemas Pondok Benda memiliki Visi, Misi dan Motto sebagai berikut:
64

1. Visi
Memberikan pelayanan kesehatan yang prima demi terwujudnya Tangerang
Selatan kota cerdas, berkualitas dan berdaya saing berbasis teknologi dan
inovasi.
2. Misi
a. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan kompetensi dan
komitmen tinggi yang berbasis teknologi
b. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam pengelolaan dan
manajemen puskesmas
c. Mengembangkan kualitas sarana pelayanan kesehatan yang modern
d. Menggalang komitmen dengan lintas program, lintas sector,
masyarakat, dan swasta.
3. Motto
“Indahnya Sehat, Tulusnya Melayani”

B. Hasil Analisis Univariat


Hasil analisis univariat menggambarkan distribusi responden
berdasarkan karakteristik demografi responden yaitu usia, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, pekerjaan responden, gambaran dukungan keluarga,
gambaran tingkat pengetahuan, dan gambaran kepatuhan diet penderita
diabetes melitus.

1. Karakteristik Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Benda


a. Usia Responden
Karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel
berikut ini :

Tabel 5. 1 Tabel Hasil Distribusi Frekuensi Usia Responden

Variabel Mean Median SD Min-


Maks
Usia (Tahun) 55,61 55,00 10,020 40-76
65

Data pada tabel diatas memperlihatkan bahwa rata-rata usia


responden yang menderita diabetes melitus di Wilayah Kerja
Puskesmas Pondok Benda Tahun 2019 adalah 55,61 tahun. Usia
termuda adalah 40 tahun dan usia tertua adalah 76 tahun.

b. Jenis Kelamin
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin responden dapat
dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5. 2 Tabel Hasil Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)


Laki-Laki 20 37,0
Perempuan 34 63,0
Total 54 100

Pada tabel diatas memperlihatkan bahwa responden yang


menderita diabetes melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Pondok
Benda sebagian besar adalah perempuan dengan jumlah penderita
sebanyak 34 responden (63.0%), sedangkan responden laki-laki
berjumlah 20 responden (37,0%).

c. Tingkat Pendidikan Responden


Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan responden
dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5. 3 Tabel Hasil Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)


Tidak Sekolah 8 14,8
SD 15 27,8
SMP 9 16,7
SMA 20 37,0
PT (Perguruan Tinggi) 2 3,7
Total 54 100
66

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa mayoritas tingkat


pendidikan penderita diabetes melitus adalah lulusan SMA yang
berjumlah 20 responden (37,0%).

d. Pekerjaan Responden
Karakteristik responden berdasarkan status pekerjaan responden dapat
dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5. 4 Tabel Hasil Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden

Status Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)


PNS/POLRI/TNI 0 0
Pegawai Swasta 4 7,4
Wiraswasta 9 16,7
Tidak Bekerja 41 75,9
Total 54 100

Tabel diatas memperlihatkan bahwa sebagian besar status


pekerjaan penderita diabetes melitus adalah tidak bekerja yang
berjumlah 41 responden (75,9%).

2. Gambaran Dukungan Keluarga


Komponen pertanyaan dukungan keluarga terdiri dari 29 item pertanyaan.
Hasil analisis dukungan keluarga dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5. 5Tabel Hasil Distribusi Frekuensi Gambaran Dukungan Keluarga Responden

Dukungan Keluarga Frekuensi Persentase


Kurang Baik 27 50%
Baik 27 50%
Total 54 100%

Tabel diatas menunjukkan gambaran dukungan keluarga yang diterima


oleh responden di Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Benda tahun 2019,
dengan dikategorikan kurang baik dan baik. Dari 54 responden yang
menerima dukungan keluarga dengan kategori baik dengan responden yang
67

menerima dukungan keluarga dengan kategori kurang baik mendapat skor


yang seimbang yaitu masing-masing adalah 27 responden (50%).
Gambaran skor mean Dukungan keluarga yang didapatkan oleh
penderita diabetes melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Benda tahun
2019 pada setiap item pertanyaan terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5. 6 Tabel Hasil Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Penderita Diabetes Melitus di
Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Benda Tahun 2019 pada setiap item pertanyaan (n-54)

Item Pertanyaan Min Maks Mean Std. Std.


Error Deviation
Keluarga memberi saran supaya 1 4 2,65 0,124 0,914
saya kontrol ke dokter
Keluarga memberi saran untuk 1 4 2,17 0,144 0,1060
mengikuti edukasi diabetes
Keluarga memberikan informasi 1 4 1,96 0,142 0,1045
baru tentang diabetes ke saya
Keluarga mengerti saat saya 1 4 2,65 0,161 0,1184
mengalami masalah yang
berhubungan dengan diabetes
Keluarga mendengarkan jika 1 4 2,70 0,144 0,1057
saya bercerita tentang diabetes
Keluarga mendengarkan jika 1 4 2,67 0,142 0,1046
saya bercerita tentang diabetes
Informasi dari keluarga 1 4 2,43 0,144 0,1057
membuat saya merasa mudah
memahami tentang diabetes
Keluarga mengingatkan saya 1 4 2,87 0,132 0,972
untuk mengontrol gula darah
jika saya lupa
Keluarga membantu usaha saya 1 4 2,24 0,149 0,1098
untuk olahraga
Keluarga mendorong saya untuk 1 4 2,63 0,130 0,958
mengikuti rencana diet/makan
Keluarga membantu saya untuk 1 4 2,80 0,131 0,959
menghindari makanan yang
manis
Keluarga makan makanan yang 1 4 2,74 0,145 0,1067
tidak boleh saya makan didekat
saya
Keluarga merasa kesusahan 1 4 3,11 0,134 0,984
terhadap diabetes yang saya
alami
Keluarga mengingatkan saya 1 4 2,74 0,127 0,935
untuk memesan obat diabetes
68

Item Pertanyaan Min Maks Mean Std. Std.


Error Deviation
Meminta bantuan kepada 1 4 2,65 0,133 0,974
keluarga membuat saya merasa
mudah dalam mengatasi
masalah diabetes
Keluarga mengingatkan saya 1 4 2,54 0,131 0,966
tentang jadwal diet yang teratur
Keluarga merasa terganggu 1 4 3,17 0,142 0,1042
dengan diabetes saya
Keluarga menyarankan untuk 1 4 1,83 0,154 0,1129
memeriksakan mata saya ke
dokter
Keluarga mendorong saya untuk 1 4 1,83 0,158 0,1161
memeriksakan kaki saya ke
dokter
Keluarga mendorong saya untuk 1 4 1,67 0,137 0,1009
periksa gigi ke dokter
Saya merasakan kemudahan 1 4 2,61 0,141 0,1036
meminta bantuan keluarga untuk
mendukung perawatan diabetes
saya
Keluarga menyediakan makanan 1 4 2,72 0,125 0,920
sesuai diet saya
Keluarga mendukung usaha 1 4 2,67 0,132 0,971
saya untuk makan makanan
sesuai diet
Keluarga tidak menerima 1 4 3,30 0,136 0,1002
bahwa saya penderita diabetes
Keluarga mendorong saya untuk 1 4 2,70 0,131 0,964
memeriksakan kesehatan saya
Keluarga membantu ketika saya 1 4 2,41 0,136 0,1000
cemas dengan diabetes
Keluarga mengerti ketika saya 1 4 2,44 0,137 0,1003
sedih dengan diabetes
Keluarga memahami cara 1 4 2,76 0,127 0,930
membantu saya dalam
mengatasi diabetes
Keluarga membantu untuk 1 4 2,43 0,164 0,1207
membayar pengobatan diabetes

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa item pertanyaan yang memiliki
skor mean tertinggi yaitu pertanyaan “Keluarga tidak menerima bahwa saya
penderita diabetes” dengan rata-rata 3,30 sedangkan item pertanyaan yang
69

memiliki nilai mean terendah yaitu pertanyaan “Keluarga mendorong saya


untuk periksa gigi ke dokter” dengan rata-rata 1,67.

3. Gambaran Tingkat Pengetahuan


Komponen tingkat pengetahuan terdiri dari 24 item pertanyaan. Hasil analisis
tingkat pengetahuan penderita diabetes melitus dapat dilihat pada tabel berikut
ini.

Tabel 5. 7 Tabel Hasil Distribusi Frekuensi Gambaran Tingkat Pengetahuan Responden

Tingkat Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase


Kurang 24 44,4%
Cukup 20 37,0%
Baik 10 18,5%
Total 54 100%

Tabel diatas menunjukkan gambaran tingkat pengetahuan responden di


Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Benda tahun 2019, tingkat pengetahuan
pasien dikategorikan dalam 3 kategori yaitu kurang, cukup, dan baik. Dari 54
responden menunjukkan 24 mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang
tentang diabetes melitus, 20 mempunyai tingkat pengetahuan yang cukup
tentang diabetes melitus dan 10 mempunyai tingkat pengetahuan yang baik
tentang diabetes melitus.

Tabel 5. 8 Tabel Hasil Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Penderita Diabetes


Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Benda Tahun 2019 pada setiap item
pertanyaan (n-54)

Item pertanyaan Benar Salah


Makan terlalu banyak gula dan makanan manis lainnya 42 12
merupakan penyebab diabetes
Penyebab umum diabetes adalah kurangnya insulin yang 32 22
efektif dalam tubuh
Diabetes disebabkan karena kegagalan ginjal mencegah gula 22 32
masuk ke dalam kencing
Ginjal memproduksi insulin 26 28
Pada diabetes yang tidak diobati, jumlah gula dalam darah 50 4
biasanya meningkat
Jika saya menderita diabetes, anak-anak saya berpeluang 46 8
lebih besar menderita diabetes juga
70

Item pertanyaan Benar Salah

Diabetes Mellitus dapat disembuhkan 29 24


Kadar gula darah puasa 210 adalah terlalu tinggi 45 9
Cara terbaik untuk memeriksa diabetes adalah dengan tes 15 39
urin
Olahraga teratur akan meningkatkan kebutuhan atas insulin 28 26
atau obat diabetes lainnya
Ada dua jenis utama diabetes : Tipe 1 (tergantung pada 47 7
insulin) dan Tipe 2 (tidak tergantung pada insulin)
Insulin bekerja disebabkan karena makan terlalu banyak 28 26
Obat lebih penting daripada diet dan olahraga untuk 34 20
mengendalikan diabetes
Diabetes sering menyebabkan peredaran darah yang tidak 47 7
baik
Luka dan lecet pada penderita diabetes sembuhnya lama 48 6
Penderita diabetes harus sangat berhati-hati saat memotong 48 6
kuku kaki
Penderita diabetes harus membersihkan luka dengan yodium 33 21
(betadine) dan alcohol
Cara memasak makanan sama pentingnya dengan makanan 39 15
yang dimakan oleh penderita diabetes
Diabetes dapat merusak ginjal 48 6
Diabetes dapat menyebabkan mati rasa pada tangan, jari-jari 48 6
dan kaki
Gemetaran dan berkeringat merupakan tanda tingginya 30 24
kadar gula darah
Sering kencing dan haus merupakan tanda rendahnya kadar 15 39
gula darah
Kaos kaki yang ketat boleh dipakai oleh penderita diabetes 19 35
Diet diabetes sebagian besar terdiri dari makanan-makanan 36 18
khusus

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa ada 24 komponen pertanyaan


dengan dibagi 2 item pertanyaan yaitu terdiri dari pertanyaan positif yang
diberi skor 1 jika menjawab Benar dan 0 jika menjawab Salah dan pertanyaan
negatif yang diberi skor 1 jika menjawab Salah dan 0 jika menjawab Benar.
Dari hasil tabel frekunsi diatas, pertanyaan positif yang tertinggi menjawab
salah adalah item pertanyaan “Penyebab umum diabetes adalah kurangnya
insulin yang efektif dalam tubuh” dengan hasil frekunsi 22 responden
sedangkan yang terendah menjawab benar adalah item pertanyaan “Penyebab
umum diabetes adalah kurangnya insulin yang efektif dalam tubuh” dengan
71

hasil frekunsi 32 respondn. Dan dari hasil tabel frekunsi diatas, pertanyaan
negatif yang tertinggi menjawab benar adalah item pertanyaan “Makan terlalu
banyak gula dan makanan manis lainnya merupakan penyebab diabetes”
dengan hasil frekunsi 42 responden sedangkan yang terendah menjawab salah
adalah item pertanyaan “Makan terlalu banyak gula dan makanan manis
lainnya merupakan penyebab diabetes” dengan hasil frekunsi 12 responden.

4. Gambaran Kepatuhan Diet Penderita Diabetes melitus


Komponen kepatuhan diet terdiri dari 10 item pertanyaan. Hasil analisis
kepatuhan diet penderita diabetes melitus dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5. 9 Tabel Hasil Distribusi Frekuensi Gambaran Kepatuhan Diet Responden

Kepatuhan Diet Frekuensi Persentase


Patuh 29 53,7%
Kurang Patuh 25 46,3%
Total 54 100%

Tabel diatas menunjukkan gambaran kepatuhan pola diet pada penderita


diabetes melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Benda tahun 2019. Dari
54 responden yang dikategorikan patuh sebanyak 29 responden (53,7%)
sedangkan responden yang dikategorikan kurang patuh sebanyak 25
responden (46,3%).

Tabel 5. 10 Gambaran skor mean kepatuhan diet penderita Diabetes Melitus di Wilayah Kerja
Puskesmas Pondok Benda Tahun 2019 pada setiap item pertanyaan n=54

Item Pertanyaan Min Maks Mean Std. Std.


Error Deviation
Saya makan tepat waktu 1 4 2,65 0,130 0,955
sesuai jadwal makan yang
sudah dikonsultasikan
dengan dokter, perawat atau
petugas kesehatan lain.
Saya makan makanan sesuai 1 4 2,72 0,143 0,1054
dengan anjuran dokter,
perawat atau petugas
kesehatan lain.
72

Item Pertanyaan Min Maks Mean Std. Std.


Error Deviation
Saya makan makanan yang 1 4 2,39 0,138 0,1017
mengandung tinggi lemak
seperti santan, makanan
cepat saji (fast food), dan
goreng-gorengan setiap
hari.
Saya menggunakan pemanis 1 4 2,17 0,158 0,1161
khusus untuk penderita
diabetes seperti gula jagung
saat ingin mengkonsumsi
makanan/minuman manis
setiap hari.
Saya makan lebih dari tiga 1 4 2,72 0,151 0,1106
kali setiap hari.
Saya mengkonsumsi sayur 1 4 3,09 0,107 0,784
dan buah sesuai dengan
saran yang dianjurkan oleh
dokter/perawat setiap hari.
Saya lupa diet saat 1 4 2,48 0,149 0,1094
menghadiri pesta dengan
makan makanan sesuka
hati.
Saya secara rutin 1 4 2,39 0,125 0,920
menimbang berat badan
setiap bulan.
Saya ikut makan masakan 1 4 2,41 0,131 0,962
keluarga walaupun
bertentangan dengan diet
saya.
Saya secara rutin 1 4 2,80 0,113 0,833
memeriksa kadar gula darah
sesuai instruksi
dokter/perawat.

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa item pertanyaan yang memiliki
nilai mean tertinggi yaitu pertanyaan “Saya mengkonsumsi sayur dan buah
sesuai dengan saran yang dianjurkan oleh dokter/perawat setiap hari” dengan
nilai rata-rata 3,09 sedangkan item pertanyaan yang memiliki nilai mean
terendah yaitu pertanyaan “Saya menggunakan pemanis khusus untuk
penderita diabetes seperti gula jagung saat ingin mengkonsumsi
makanan/minuman manis setiap hari” dengan nilai rata-rata 2,17.
73

C. Hasil Analisa Bivariat


Analisis bivariat dilakukan untuk menganalisis data dari dua variabel
yang berbeda. Analisis bivariat pada penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara dukungan keluarga terhadap kepatuhan diet dan
hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap kepatuhan diet pada penderita
diabetes melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Benda tahun 2019.
Teknik analisis bivariat ini dilakukan dengan menggunakan Analisis Korelasi
Spearman yang ditujukan untuk mengetahui hubungan antara dua atau lebih
berskala ordinal.

1. Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet Pada


Penderita Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Benda
Tahun 2019 (n=54)

Tabel 5. 11 Tabel Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet Pada Penderita
Diabetes Melitus di Wilayah kerja Puskesmas Pondok Benda Tahun 2019 (n=54)

Variabel Kepatuhan Pola Diet


Dukungan Keluarga R Signifikansi (p)
0,483** 0,000

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat hasil hubungan antara variabel,


yaitu dukungan keluarga dan kepatuhan. Hasil analisis hubungan dukungan
keluarga terhadap kepatuhan diet, dari tabel diatas diperoleh nilai signifikansi
0,000 < lebih kecil dari 0,05 atau 0,01 maka Ho ditolak yang artinya ada
hubungan yang signifikansi (berarti) antara variabel dukungan keluarga
dengan kepatuhan diet di Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Benda tahun
2019.
74

2. Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap Kepatuhan Diet Pada


Penderita Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Tahun 2019
(n=54)

Tabel 5. 12 Tabel Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap Kepatuhan Diet Pada Penderita
Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Tahun 2019 (n=54)

Variabel Kepatuhan Pola Diet


Tingkat Pengetahuan R Signifikansi (p)
-0, 829** 0,000

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat hasil hubungan antara variabel,


yaitu tingkat pengetahuan dan kepatuhan diet. Hasil analisis hubungan tingkat
pengetahuan terhadap kepatuhan diet, dari tabel diatas diperoleh hasil uji
signifikansi menunjukkan bahwa nilai signifikansi 0,000. Karena nilai
signifikansi 0,000 < lebih kecil dari 0,05 atau 0,01 maka Ho ditolak yang
artinya ada hubungan yang signifikansi (berarti) antara variabel tingkat
pengetahuan dengan kepatuhan diet di Wilayah Kerja Puskesmas Pondok
Benda tahun 2019.
BAB VI

PEMBAHASAN

Pada bab ini menjelaskan makna dari hasil penelitian yang telah dilakukan
yaitu Hubungan Dukungan Keluarga dan Tingkat Pengetahuan terhadap Kepatuhan
Diet pada Penderita Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Benda
Tahun 2019. Pembahasan ini menjelaskan diskusi hasil penelitian serta interpretasi
dan juga akan dijelaskan tentang keterbatasan penelitian yang telah dilaksanakan.

A. Gambaran Karakteristik Penderita Diabetes Melitus di Wilayah Kerja


Puskesmas Pondok Benda Pamulang Tahun 2019
1. Usia Responden
Responden dalam penelitian ini adalah penderita diabetes
melitus yang tinggal di Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Benda.
Jumlah responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah 54
orang. Hasil statistik pada penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata
usia penderita diabetes melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Pondok
Benda tahun 2019 adalah 55,61 tahun dengan usia termuda adalah 40
tahun dan usia tertua adalah 76 tahun.
Usia termasuk salah satu faktor risiko pertama terhadap
kejadian diabetes melitus. Peningkatan risiko diabetes melitus pada
umur > 40 tahun disebabkan karena pada usia 40 tahun mulai terjadi
peningkatan intoleransi glukosa sehingga menyebabkan menurunnya
kemampuan sel beta pankreas untuk memproduksi hormon insulin.
Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang menurun
dengan cepat setelah usia 40 tahun (Garnita, 2012).
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013
penderita diabetes melitus yang berusia 45-54 tahun di Indonesia
sebanyak 9,70% dan meningkat menjadi 11,20% usia > 55 tahun.

75
76

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori tersebut bahwa rata-rata usia
responden adalah 55 tahun, dengan usia termuda adalah 40 tahun dan
usia tertua adalah 76 tahun.

2. Jenis Kelamin Responden


Hasil analisis pada penelitian ini menunjukkan sebagian besar
Penderita diabetes melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Benda
adalah berjenis kelamin perempuan. Jumlah penderita diabetes melitus
dengan jenis kelamin perempuan yaitu berjumlah 34 responden
(63,0%) sedangkan laki-laki berjumlah 24 responden (37,0%).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang menunjukkan bahwa
sebagian besar pasien diabetes melitus berjenis kelamin perempuan.
Hasil penelitian Yusra (2011) mengenai hubungan antara dukungan
keluarga dengan kualitas hidup, sebagian besar respondennya berjenis
kelamin perempuan yaitu sebanyak 73 responden (60,8%) dibanding
laki-laki 47 responden (39,2%). Dan juga hasil penelitian Itsna Diah
dan Iffa Khoirunnisa (2013) mengenai hubungan tingkat pendidikan
dengan kepatuhan minum obat, sebagian besar respondennya berjenis
kelamin perempuan yaitu sebanyak 33 responden (76,7%) dibanding
dengan laki-laki yang hanya 10 responden (23,3%). Menurut
Riskesdas (2013), prevalensi diabetes melitus cenderung lebih tinggi
pada perempuan dibandingkan laki-laki.

3. Tingkat Pendidikan Responden


Hasil analisi pada penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian
besar pendidikan penderita diabetes melitus di Wilayah Kerja
Puskesmas Pondok Benda adalah SMA. Penderita diabetes melitus
yang berpendidikan SMA berjumlah 20 responden (37,0%). Penelitian
ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yusra (2011),
77

bahwa 40 responden (33,3%) responden diabetes melitus


berpendidikan SMA.
Dalam tinjauan teroritik tidak dijelaskan keterkaitan antara
pendidikan dengan penyakit diabetes melitus. Namun tingkat
pendidikan mempengaruhi perilaku seseorang dalam mencari
perawatan dan pengobatan penyakit yang dideritanya, serta memilih
dan memutuskan tindakan atau terapi yang akan dijalani untuk
mengatasi masalah kesehatannya (Yusra, 2011). Hal ini juga telah
dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Itsna Diah dan Iffa
Khoirunnisa (2013) mengenai hubungan tingkat pendidikan dengan
kepatuhan minum obat, bahwa mayoritas pasien dengan latar belakang
rendah mempunyai tingkat kepatuhan rendah 41,7% dan mayoritas
pasien dengan latar belakang pendidikan tinggi mempunyai tingkat
kepatuhan rendah 54,8%.

4. Pekerjaan Responden
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar
pekerjaan penderita diabetes melitus di Wilayah Kerja Puskesmas
Pondok Benda adalah tidak bekerja. Jumlah penderita diabetes melitus
yang tidak bekerja yaitu sebanyak 41 responden (75,9%). Penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Astuti, dkk
(2015) mengenai tingkat pengetahuan dan dukungan keluarga dengan
kepatuhan menjalani terapi diet, bahwa 35 responden (51,5%) adalah
tidak bekerja.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013,
persentase penduduk Indonesia dengan faktor risiko diabetes melitus
berdasarkan aktivitas fisik yang sebanyak 26,1% pada populasi 10
tahun keatas. Orang yang tidak bekerja cenderung memiliki gaya
hidup yang kurang aktif. Aktifitas fisik dapat membantu mengontrol
kadar glukosa darah. Glukosa darah akan dibakar menjadi energy dan
78

sel-sel tubuh menjadi lebih sensitive terhadap insulin (Sustrani, Alam


& Hadibroto, 2010).

B. Analisa Univariat
1. Gambaran Dukungan Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas
Pondok Benda Tahun 2019
Dari 54 responden yang menerima dukungan keluarga dengan
kategori baik dengan responden yang menerima dukungan keluarga
dengan kategori kurang baik mendapat skor yang seimbang yaitu
masing-masing adalah 27 responden.
Menurut Friedman (2010) dukungan keluarga merupakan
proses yang menjalin hubungan antar keluarga melalui sikap, tindakan
dan penerimaan keluarga yang terjadi selama masa hidup. Dukungan
keluarga dapat berupa dukungan dari internal dan juga eksternal dari
keluarga inti. Dukungan yang diberikan keluarga dapat berupa
dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan informasional
dan dukungan instrumental. Ali (2010) juga menyatakan bahwa
dukungan keluarga merupakan saran, bantuan , yang nyata atau
tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan
subjek didalam lingkungan sosialnya atau berupa kehadiran dan hal-
hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh
pada tingkah laku penerimanya.
Menurut Yunita, dkk (2012) menyatakan bahwa keluarga siap
memberikan bantuan dan pertolongan jika diperlukan anggota
keluarga, semakin baik dukungan yang diberikan keluarga, keluarga
akan selalu memberikan bantuan dan perhatian. Sebab dukungan
keluarga sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan program
pengobatan pasien diabetes melitus. Perawat yang bertugas
memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien harus lebih banyak
79

melibatkan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan (Yanto,


2017).
Dari hasil penelitian ini serta pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa dukungan keluarga sangat penting dan pilar utama
terhadap penderita diabetes melitus untuk mengontrol gaya hidup dan
mampu memberikan pengaruh yang positif baik dari segi fisik,
psikologi, emosional serta informasi yang sangat penting terkait
dengan masalah kesehatan seperti penyakit diabetes melitus.
Peneliti memberikan gambaran skor mean dari setiap masing-
masing item pertanyaan kuesioner. Skor mean dilakukan untuk
mendeskripsikan masing-masing item pertanyaan dukungan keluarga.
Pada tabel 5.6 menunjukkan item pertanyaan “Keluarga tidak
menerima bahwa saya penderita Diabetes” dengan nilai rata-rata 3,30.
Hal ini menunjukkan bahwa ada beberapa keluarga yang tidak bisa
menerima bahwa responden menderita penyakit diabetes melitus. Item
pernyataan “Keluarga mendorong saya untuk periksa gigi ke dokter”
dengan nilai nilai rata-rata 1,67. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga
tidak mengingatkan responden untuk periksa kesehatan gigi mereka ke
dokter dan membiarkan responden bersikap acuh terhadap kesehatan
giginya. Hasil dari penjabaran skor mean untuk setiap item pertanyaan
kuisioner dukungan keluarga menunjukkan bahwa dukungan keluarga
yang didapatkan oleh penderita diabetes melitus di Wilayah Kerja
Puskesmas Pondok Benda memiliki nilai yang rendah.

2. Gambaran Tingkat Pengetahuan di Wilayah Kerja Puskesmas


Pondok Benda Tahun 2019
Responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik
sebanyak 10 responden (18,5%), responden yang memiliki tingkat
pengetahuan yang cukup sebanyak 20 responden (37,0%) dan
responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang sebesar 24
80

responden (44,4%). Penelitian ini sejalan dengan Lintang Hayu


Pangestu (2018), yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
responden didominasi dengan kategori tingkat pengetahuan yang
cukup yaitu sebanyak 27 responden (49,1%). Hal ini menunjukkan
masih banyak responden yang memilki pengetahuan yang kurang
tentang penyakit diabetes melitus termasuk manajemen
pengobatannya. Pengetahuan yang rendah dalam penelitian ini
mungkin disebabkan oleh karakteristik responden dengan latar
belakang pendidikan yang rendah serta pekerjaan yang tidak
memungkinkan adanya penambahan informasi.
Pengetahuan memainkan peran penting dalam menjalankan
manajemen diabetes melitus, terutama dalam mencegah terjadinya
komplikasi diabetik. Pengetahuan dapat meningkatkan kualitas hidup
seseorang yang dapat dipengaruhi oleh banyak hal, salah satunya
adalah pengetahuan penderita diabetes melitus dalam penatalaksanaan
penyakit diabetes melitus. Pengetahuan merupakan domain dari
perilaku yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan sesorang
(Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan termasuk faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku patuh terhadap kesehatan, penderita dengan
kepatuhan yang rendah adalah mereka yang tidak teridentifikasi
mempunyai gejala sakit. Mereka berpikir bahwa dirinya sembuh dan
sehat sehingga tidak perlu melakukan kontrol terhadap kesehatannya
(Notoatmodjo, 2011). Utomo (2011) juga menunjukkan dalam
penelitiannya mengenai hubungan antara 4 pilar pengelolaan diabetes
melitus dengan keberhasilan pengelolaan diabetes melitus, bahwa
orang yang mempunyai pengetahuan baik mempunyai risiko lebih
besar untuk berhasil dalam pengelolaan diabetes melitus dibandingkan
dengan yang berpengetahuan yang kurang.
Dari hasil penelitian ini serta pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan domain dari perilaku
81

yang sangat penting, sehingga dapat terbentuk tindakan seseorang


dalam melakukan tindakan seperti melakukan kontrol kesehatan dan
perilaku patuh terhadap pengobatannya.
Peneliti memberikan gambaran distribusi frekuensi pada setiap
item-item pertanyaan kuesioner. Gambaran distribusi frekuensi
dilakukan untuk mendeskripsikan masing-masing item pertanyaan
DKQ-24. Pada tabel 5.8 terdapat 24 komponen pertanyaan dengan
dibagi 2 item pertanyaan yaitu pertanyaan positif yang diberi skor 1
jika menjawab benar dan 0 jika menjawab salah dan pertanyaan
negatif yang diberi skor 1 jika menjawab salah dan 0 jika menjawab
benar. Dari tabel 5.8 menunjukkan pada pertanyaan positif yang
banyak menjawab salah pada item pertanyaan “Penyebab umum
diabetes adalah kurangnya insulin yang efektif dalam tubuh” sebanyak
32 responden, sedangkan pada pertanyaan negatif yang banyak
menjawab benar pada item pertanyaan “Makan terlalu banyak gula dan
makanan manis lainnya merupakan penyebab diabetes” sebanyak 42
responden. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak responden yang
salah persepsi terhadap pengetahuan tentang penyakit diabetes melitus
termasuk tentang penyebab dari penyakit diabetes melitus itu sendiri.
Hasil dari penjabaran distribusi frekuensi untuk setiap item-item
pertanyaan DKQ-24 menunjukkan bahwa pengetahuan responden
terhadap penyakit diabetes melitus masih rendah.

3. Gambaran Kepatuhan Diet penderita Diabetes Melitus di Wilayah


Kerja Puskesmas Pondok Benda Tahun 2019
Kepatuhan diet merupakan suatu aturan perilaku yang
disarankan oleh perawat, dokter atau tenaga kesehatan lain yang harus
diikuti oleh pasien. Perilaku yang disarankan yaitu berupa pola makan
dan ketepatan makan pasien diabetes melitus. Dalam diet pasien
diabetes melitus harus memperhatikan jumlah makanan, jenis
82

makanan dan jadwal makan agar kadar glukosa darahnya tetap


terkontrol (Novian, 2013). Hasil penelitian ini menunjukan Dari 54
responden yang dikategorikan patuh sebanyak 29 responden (53,7%)
sedangkan responden yang dikategorikan kurang patuh sebanyak 25
responden (46,3%).
. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada yang kurang patuh
dalam menjalani manajemen pengobatan, dan didominasi oleh yang
patuh dalam menjalani manajemen pengobatan. Hal ini sejalan dengan
penelitian Siti Shofiyah dan Henni Kusuma (2014) yang mendominasi
adalah responden yang patuh yaitu 49 responden (81,7%) sedangkan
yang tidak patuh 11 responden (18,3%).
Peneliti memberikan gambaran skor mean dari setiap masing-
masing item pertanyaan kuesioner. Skor mean dilakukan untuk
mendeskripsikan dari setiap masing-masing item pertanyaan. Pada
tabel 5.10 menunjukkan item pertanyaan “Saya mengkonsumsi sayur
dan buah sesuai dengan saran yang dianjurkan oleh dokter/perawat
setiap hari” dengan nilai rata-rata 3,09. Hal ini menunjukkan bahwa
mayoritas responden sering mengkonsumsi sayur dan buah sesuai
dengan anjuran dokter dan perawat. Sedangkan item pertanyaan “Saya
menggunakan pemanis khusus untuk penderita diabetes seperti gula
jagung saat ingin mengkonsumsi makanan/minuman manis setiap
hari” dengan nilai rata-rata mean terendah 2,17. Hal ini menunjukkan
bahwa mayoritas responden pada penelitian ini jarang mengkonsumsi
pemanis khusus untuk penderita diabetes melitus saat makan/minum
setiap hari.
83

C. Analisa Bivariat
1. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Pada
Penderita Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Pondok
Benda Tahun 2019
Kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus sangat
dipengaruhi oleh dukungan dari keluarga. Dukungan keluarga
dipercaya sebagai pengaruh yang positif dan dapat membantu para
penderita diabetes melitus untuk menghadapi penyakit yang
dideritanya (Yusra, 2011).
Hasil analisis mengenai hubungan antara dukungan keluarga
terhadap kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus di Wilayah
Kerja Puskesmas Pondok Benda menunjukkan bahwa semakin tinggi
nilai dukungan keluarga maka semakin tinggi tingkat kepatuhan diet
responden. Dari hasil uji statistik lebih lanjut disimpulkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga terhadap
kepatuhan diet penderita diabetes melitus dengan (p < 0,05). Penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mei Lina Susanti
dan Tri Sulistyarini (2013) yang menunjukkan bahwa dukungan
keluarga yang baik dapat meningkatkan kepatuhan diet pada pasien
diabetes melitus, dibanding dengan yang kurang/tidak mendapatkan
dukungan keluarga. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan yang
dilakukan oleh Miller (2013), menjelaskan bahwa pentingnya peran
keluarga dalam mendukung pasien diabetes melitus untuk melakukan
kontrol secara rutin di rumah sakit berdampak pada peningkatan
penatalaksanaan terapi diabetes melitus dalam penelitian di Kota
Riverside, California. Dan begitu juga dengan hasil penelitian yang
dilakukan Ario Sugandi, dkk (2017) yang juga menyatakan bahwa ada
hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diet melalui
hasil yang didapatkan p value=0,031 (p<0,05).
84

Dukungan yang diberikan oleh keluarga terhadap penderita


diabetes melitus terdiri dari empat dimensi dukungan yaitu dukungan
emosional/empati, dukungan penghargaan, dukungan instrumental,
dan dukungan informasi (Hensarling, 2009). Menurut House (1994
dalam Setiadi, 2008) bentuk dukungan emosional yaitu berupa
dukungan simpati dan empati, cinta, kepercayaan dan penghargaan.
Pada penelitian ini diketahui bahwa dimensi emosional yang diberikan
keluarga antara lain dengan mengerti masalah yang dialami responden,
mendengarkan jika responden mengeluh terhadap penyakitnya,
memberi beberapa informasi tentang diabetes melitus pada responden
agar mudah dipahami, keluarga tidak merasa terganggu dan menerima
responden menderita diabetes melitus, keluarga ada ketika responden
merasa sedih dan cemas terhadap penyakitnya. Dengan demikian,
penderita diabetes melitus tidak merasa bahwa dirinya sendiri dalam
menanggung beban penyakitnya, karena masih ada orang lain yaitu
keluarga yang memperhatikannya.
Selanjutnya menurut Friedman (2010), dukungan penghargaan
adalah keluarga bertindak sebagai sistem pembimbing umpan balik,
membimbing dan memerantai pemecahan masalah dan merupakan
sumber validator identitas anggota. Dalam penelitian ini dukungan
penghargaan yang berikan oleh keluarga antara lain keluarga
mengingatkan dalam mengontrol gula darah dan memesan obat,
mendorong dalam mengikuti rencana diet/makan, mendorong untuk
memeriksan kesehatan seperti mata, kaki, dan gigi ke dokter secara
rutin, dan menghargai usaha-usaha yang dilakukan oleh penderita
diabetes melitus dengan tidak makan makanan yang tidak boleh
dimakan oleh penderita diabetes melitus.
Dukungan berikutnya yaitu dukungan instrumental, menurut
Scheurer (2012) dukungan instrumental yaitu pertolongan praktis dan
konkrit. Dukungan yang bersifat nyata, dimana dukungan ini berupa
85

bantuan langsung dalam bentuk tenaga, dana dan waktu untuk


melayani dan mendengarkan penderita diabetes melitus. Pada
penelitian ini dukungan instrumental yang diberikan oleh keluarga
yaitu membantu usaha penderita untuk olahraga, membantu penderita
dalam menghindari makanan yang manis, mengingatkan tentang
jadwal diet yang teratur, membantu dan mendukung dalam
perawatannya, mendukung dan menyediakan makanan yang sesuai
dengan pola dietnya, serta membantu dalam membayar pengobatan.
Selanjutnya menurut Sarafino (2011) dukungan informasi yang
diberikan oleh keluarga dalam bentuk nasehat, saran dan diskusi
tentang bagaimana cara mengatasi atau memecahkan masalah yang
ada. Pada penelitian ini dukungan informasi yang diberikan oleh
keluarga yaitu keluarga menyarankan penderita untuk kontrol ke
dokter, menyarankan untuk mengikuti edukasi tentang diabetes
melitus, dan memberikan informasi tentang diabetes melitus kepada
penderita diabetes melitus.
Dukungan keluarga merupakan sikap, tindakan dan penerimaan
keluarga terhadap penderita yang sakit, keluarga juga berfungsi
sebagai sistem pendukung bagi anggotanya dan anggota keluarga
memandang bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap
memberikan pertolongan dengan bantuan jika diperlukan (Friedman,
2010). Maka dengan adanya dukungan dari keluarga yang baik dapat
memberikan pengaruh yang sangat positif dalam kepatuhan menjalani
pola diet. Karena dukungan keluarga dapat membuat penderita dicintai
dan dipedulikan, sehingga menumbuhkan keinginan yang kuat untuk
menjalankan program diet yang telah dianjurkan.
86

2. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kepatuhan Diet Pada


Penderita Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Pondok
Benda Tahun 2019
Kepatuhan diet dipengaruhi oleh perilaku patuh yang
ditentukan oleh 3 faktor yaitu faktor predisposisi (pendorong), faktor
pendukung dan faktor pemungkin. Di dalam faktor predisposisi yang
mempermudah terjadinya perilaku patuh pada seseorang salah satunya
adalah pengetahuan (Notoatmodjo, 2011).
Hasil analisis mengenai hubungan antara tingkat pengetahuan
terhadap kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus di Wilayah
Kerja Puskesmas Pondok Benda menunjukkan bahwa hubungan yang
signifikan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan diet dengan
(p < 0,05). Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Siti
Shofiyah dan Henni Kusuma (2014) menunjukkan bahwa adanya
pengaruh pengetahuan terhadap kepatuhan diet pada penderita diabetes
melitus. Dan penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Ario
Sugandi, dkk (2017) bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan
terhadap kepatuhan diet dengan hasil yang didapat p value=0,009
(p<0,05). Hal ini juga sejalan dengan teori yang dinyatakan oleh
Kozier et al (2010) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
kepatuhan adalah pengetahuan. Menurut Notoatmodjo (2012)
pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam terbentuknya suatu tindakan, perilaku yang didasari
pengetahuan akan lebih berlangsung lama daripada yang tidak didasari
pengetahuan.

D. Keterbatasan Penelitian
1. Kebenaran dalam menjawab kuisioner ini sangat dipengaruhi oleh
kejujuran dan pemahaman responden terhadap dukungan yang
diterima, pengetahuan yang dimilki responden, dan kepatuhan diet
87

yang dijalani responden. Berdasarkan hal tersebut, gangguan dari


konsentrasi karena responden yang terburu-buru mengisi kuisioner dan
penurunan daya ingat pada responden dengan usia lanjut akan
mempengaruhi kebenaran jawaban yang diberikan.
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan pada


bab sebelumnya, maka kesimpulannya yang dapat ditarik dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :

1. Karakteristik penderita diabetes melitus di Wilayah Kerja Puskesmas


Pondok Benda sebagian besar berjenis kelamin perempuan yaitu
sebanyak 34 responden (63,0%), sedangkan laki-laki berjumlah 20
responden (37,0%) dengan usia rata-rata 55 tahun. Sebagian besar
tingkat pendidikan penderita diabetes melitus adalah lulusan SMA
yang berjumlah 20 responden (37,0%) dengan status pekerjaan
mayoritas tidak bekerja yang berjumlah 41 responden (75,9%).
2. Dukungan keluarga yang didapatkan penderita diabetes melitus di
Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Benda pada kategori kurang baik
dan kategori baik seimbang dengan masing-masing mendapatkan 27
responden (50%)
3. Tingkat pengetahuan penderita diabetes melitus di Wilayah Kerja
Puskesmas Pondok Benda pada kategori kurang sebesar 24 responden
(44,4%), kategori cukup 20 responden (37,0%) dan pada kategori baik
yaitu 10 responden (18,5%).
4. Tingkat kepatuhan diet penderita diabetes melitus di Wilayah Kerja
Puskesmas Pondok Benda mayoritas pada kategori patuh 29 responden
(53,7%) sedangkan responden yang dikategorikan kurang patuh
sebanyak 25 responden (46,3%).

88
89

5. Ada hubungan yang cukup kuat dan signifikansi antara dukungan


keluarga terhadap kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus di
Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Benda tahun 2019.
6. Ada hubungan yang sangat lemah dan signifikansi antara tingkat
pengetahuan terhadap kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus
di Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Benda tahun 2019

B. Saran

1. Bagi Puskesmas Pondok Benda


Meningkatkan program pendidikan kesehatan mengenai
pentingnya diet dan pemahaman tentang diet kepada penderita
diabetes melitus dan keluarganya. Program pendidikan kesehatan ini
dilakukan dalam upaya meningkatkan pengetahuan penderita dan
dukungan dari keluarga kepada penderita diabetes melitus mengenai
diet dan hal-hal yang berhubungan dengan pengelolaan penyakit
diabetes melitus sehingga penderita diabetes melitus lebih patuh
terhadap pola diet yang dianjurkan.

2. Bagi Praktik Keperawatan


Perawat perlu meningkatkan perannya sebagai pendidik dan
dapat ikut dalam upaya program pendidikan kesehatan mengenai pola
diet untuk meningkatkan kualitas hidup penderita diabetes melitus.

3. Bagi Peniliti Selanjutnya


Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam
mengenai pemahaman tentang pengetahuan pola diet pada penderita
diabetes melitus dan dukungan yang telah diberikan oleh keluarga
dengan wawancara mendalam terhadap penderita diabetes melitus
menggunakan metode kualitatif guna mengidentifikasi lebih dalam
90

tentang dukungan keluarga dengan tidak dibatasi oleh instrumen ini.


Serta tentang pengetahuan tentang penyakit diabetes melitus karena
dapat meningkatkan kualitas hidup penderita diabetes melitus dan
membantu petugas kesehatan dalam mengidentifikasi informasi yang
salah yang masih beredar dalam masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

ADA. Standart of Medical Care in Diabetes. American Diabetes Association.


2016

ADA. Standart of Medical Care in Diabetes. American Diabetes Association.


2011.

Aini, N., Fatmaningrum, W., Yusuf, A. Upaya meningkatkan Perilaku Pasien


Dalam Tatalaksana Diabetes melitus dengan Pendekatan Teori Model
Behavioral System Dorothy E. Johnson. Jurnal Ners Vol.6 No.1 pada
April 2011 : 1-10. FK Unair Surabaya, 2011.

Ali, Zaidin. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC, 2010.

Almatsier, S. Penuntun Diet edisi baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,


2008.

Alwi, Hasan. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Ed. 4. Jakarta:


Balai Pustaka, 2012.

Anani, et al. Hubungan Antara Perilaku Pengendalian Diabetes dan Kadar


Glukosa darah Pasien Rawat Jalan Diabetes melitus (Studi Kasus di
RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon). Jurnal Kesehatan
Masyarakat, Volume 1,Nomor 2, 2012.

Astuti S, Paratmanitya Y, Wahyuningsih. Hubungan Antara Tingkat


Pengetahuan dan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan dalam
menjalani Terapi Diet pada Penderita DM Tipe 2 di Puskesmas
Kasihan II Bantul Yogyakarta. Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia,
Vol. 3 (2). 2015.

Bare dan Suzzane. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Ed. 10 Vol. 2.
Jakarta: EGC, 2012.

91
92

Cindy. Perbandingan Kadar HbA1c pada Penderita Diabetes melitus tidak


terkontrol yang Merokok dengan yang tidak Merokok. Skripsi.
Fakultas Kesehatan Universitas Sumatera Utara, Medan. Diakses pada
tanggal 1 Januari 2019,
Dari repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41477/7/cover.pdf.
2013.

Dahlan, M. S. Langkah-langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang


Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: CV Sagung Seto, 2016.

Darmaja, K. Faktor-faktor yang mempengaruhi Peningkatan Kadar Gula


Darah pada Lansia dengan Diabetes melitus di Persatuan
Werdattama Republik Indonesia Cabang Kota Denpasar. Jurnal
Dunia Kesehatan, Vol. 4 No. 2. Diakses pada
tanggal 1 Januari 2019, dari indonesia.digitaljournalas.org. 2015.

Dattalo, P. Determining Sample Size: Balancing Power, Precision, and


Practicality:Balancing Power, Precision, and Practicality. Oxford
University Press, 2008.

Desvita, F. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Perilaku Pencegahan


Komplikasi Diabetes melitus di Poli Klinik Khusus Penyakit Dalam
Instalasi Rawat Jalan RSUP. DR. M. Djamil Padang, 2012.

Fatimah, Restyana Noor. Diabetes melitus Tipe 2, J Mayority Vol. 4 No. 5


Hal: 101 93, 2015.

Fauzia, Y., Sari, E., & Artini, B. “Gambaran faktor-faktor yang


Mempengaruhi kepatuhan diet penderita diabetes melitus di wilayah
puskesmas pakis surabaya. Diperoleh tanggal 28 Juli 2019 dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=423463&val.
2015.

Fitriani, Sinta. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011.

Friedman, M.M, Bowden, V.R & E.G. Buku Ajar Keperawatan Keluarga:
Riset, Teori, dan Praktik, Alih Bahasa, Akhir Yani S. Hamid dkk; Ed 5.
Jakarta: EGC, 2010.
93

Garnita, D. Faktor Risiko Diabetes melitus di Indonesia (Analisa Data Sakerti


2007). Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok,
2012.

Harnilawati. Pengantar Ilmu Keperawatan Komunitas. Pustaka AS-Salam,


2013.

Harnoko. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.

Hasdianah. Mengenal Diabetes melitus pada Orang Dewasa dan Anak-anak


Dengan Solusi Herbal. Yogyakarta: Nuha Medika, 2012.

Hidayat, A. A. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknis Analisis Data.


Jakarta: Salemba Medika, 2014.

Hidayat, A. Aziz. Alimul. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik


Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika, 2012.

IDF. (2015) Idf diabetes atlas seventh edition. Diakses pada tanggal 22
Januari 2019
dari https://www.oedg.at/pdf/1606_IDF_Atlas_2015_UK.pdf

IDF. (2011). Idf diabetes atlas fifth edition. Diakses pada tanggal 22 Januari
2019.
Dari https://www.idf.org/e-library/epidemiology-research/diabetes-
atlas/20-atlas 5th-edition.html

International Diabetes Federation (IDF). Diabetes Atlas, 8th edn. Eight Edit.
Edited by S. Karuranga et al. Brussels, Belgium. 2017

Kozier., Erb., Berman., Snyder. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:


Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC, 2011.

Kurniawan, A.A., & Wuryaningsih, Y.N. Rekomendasi Latihan Fisik untuk


Diabetes Melitus Tipe 2. Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana
Vol.1 No.3. Diakses
pada 29 Desember 2018. Dari
bikdw.ukdw.ac.id/index.php/bikdw/article/download/ 22/23, 2016.
94

Kusumaningrum, I. Diah dan Iffa Khoirunissa. Hubungan Tingkat Pendidikan


Dengan Kepatuhan Minum Obat Pasien Diabetes melitus Tipe Pada
Dokter Keluarga, Jurnal Farmasetis Vol. 2 No.1 Mei 2013. STIKES
KENDAL, 2013

Lapau, Buchari. Metode Penelitian Kesehatan Metode Ilmiah Penulisan


Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Jakarta: IKAPI. 2012.

Mardewi, I G A & Suastika, K. Hubungan Status Nutrisi dengan Derajat


Proteinuria pada Pasien Diabetes melitus Tipe 2 dengan Komplikasi
Nefrotik di RSUP Sanglah. E-Jurnal Medika, Vol. 5 No. 2, Juni 2016.
Diakses pada 29 Desember 2018, dari
ojs.unud.ac.id/index.php/um/article/download/ 21112/13889.

Miller, T. Importance of family/social support and impact on adherence to


Diabetic therapy. Diabetes, Metabolic Syndrome and Obesity: Targets
and Therapy. Scientific and medical research. Department of
Psychology, University of California, Riverside. 2013.

Mulya, A, P & Betty. Hubungan Pengetahuan dan Motivasi Penderita


Diabetes Melitus dengan Upaya Pencegahan Ulkus Diabetikum di
Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Ahmad Mochtar Bukit Tinggi.
Jurnal Kesehatan Stikes Prima Nusantara Bukit Tinggi. Vol. 5 No. 1.
2014.

Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta, 2012.

Notoatmodjo, S. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta,


2011.

Notoatmodjo, S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Novian, A. Kepatuhan Diit Pasien Hipertensi. Jurnal Kesehatan Masyarakat


Vol. 1, No. 9, 2013.

Osterberg, L., and Blaschke, T. Adherence to Medication, The New England


Journal of Medicine, 353, 487-97, 2005.
95

Padila. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuka Medika,


2012.

Persatuan Kedokteran Endokrinologi Indonesia (PERKENI). Konsesus


Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes melitus Tipe 2 Di Indonesia.
Pengurus Besar PERKENI, 2015.

Persatuan Kedokteran Endokrinologi Indonesia (PERKENI). Konsesus


Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes melitus Tipe 2 Di Indonesia.
Pengurus Besar PERKENI, 2011.

Potter, P.A, Perry, A.G. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,


Proses dan Praktik. Edisi 4. Volume 2. Alih Bahasa: Renata
Komalasari, dkk. Jakarta: EGC, 2012.

Pratita, Nurina D. Hubungan Dukungan Pasangan dan Health Locus of


Control dengan Kepatuhan dalam Menjalani Proses Pengobatan pada
Penderita Diabetes melitus Tipe 2. Surabaya: Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Universitas Surabaya, 2012.

Price Sylvia A., Wilson Lorraine M. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses


Proses Penyakit. Jakarta: EGC, 2012.

Ramadona, A. Pengaruh Konseling Obat terhadap Kepatuhan Pasien


Diabetes Melitus Tipe 2 di Poliklinik Khusus Rumah Sakit Umum
Pusat DR. M. Djamil Padang. Artikel Universitas Andalas, Padang.
2011.

Riddle, M. C; Bakris, G; Blonde, L; Boulton, A J M; D ‘alessio, D; De Groot,


M;Greene, E L; Hu, F B; Kahn, S E; Kaul, C B; Leroith, D; Moses, R
G; Rich, S; Rosenstock, J; Tamborlane, W V; Wylie-Rosett, J.
“Introduction: Standards of Medical Care in Diabetes”. Diabetes
Care, 41(Supplement1), pp. S1-S2. doi:10.2337/dc18Sint01. 2018

Riskesdas. Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan


RI 2013. Riset Kesehatan Daerah. Jakarta: Riskesdas. 2013

Riskesdas. Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan


RI 2017. Riset Kesehatan Daerah. Jakarta: Riskesdas. 2017
96

Riskesdas. Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan


RI 2018. Riset Kesehatan Daerah. Jakarta: Riskesdas. 2018

Sarafino, Edward P., Timothy W. Smith. Health Psychology Biopsychosocial


Interactions Seventh edition. United States of America, 2011.

Sastroasmoro, S., & Ismael, S. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Ed.


3. Jakarta: Sagung Seto, 2010.

Scheurer, D., Niteesh Choudry, Kellie A. Swanton, Olga Matlin, dan Will
Shrank. The American Journal Of Managed Care Vol. 18, No. 12.
2012.

Setiadi. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu,


2008.

Shofiyah, Siti., dan Henni Kusuma. Hubungan antara Pengetahuan dan


Dukungan keluarga terhadap Kepatuhan Penderita Diabetes melitus
(DM) dalam Penatalaksanaan di Wilayah Kerja Puskesmas Srondol
Kecamatan Banyumanik Semarang. Jurnal Ilmiah Kesehatan.
Program Studi Ilmu Keperawatan, FK Universitas Diponegoro,
Semarang. 2014.

Smeltzer and Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedar Bruner &
Suddarth Ed. 8.Jakarta: EGC, 2013.

Sugandi, Ario., dkk. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Diet


Diabetes pada Pasien Diabetes melitus Tipe 2”. Jurnal Program Studi
Ilmu Keperawatan Universitas Riau. Riau, 2017.

Sujaya, I Nyoman. “Pola Konsumsi Makanan Tradisional Bali sebagai


Faktor Risiko Diabetes melitus Tipe 2 di Tabanan”. Jurnal Skala
Husada Vol. 6 N0. 1 hal: 75-81, 2009.

Suryono, S. Penatalaksanaan Diabetes melitus Terpadu, cetakan ke lima.


Jakarta: FKUI, 2011.

Susanti, M. Lina, Sulistyarini, T. Dukungan Keluarga Meningkatkan


97

Kepatuhan Diet Pasien Diabetes melitus Di Ruang Rawat Inap RS


Baptis Kediri. Jurnal STIKES Vol. 6, No.1, Juli 2013. STIKES RS.
Baptis Kediri, 2013.

Swarjana, I Ketut. Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi), Ed II.


Yogyakarta: ANDI, 2015.

Trisnawati, S.K., & Setyorogo, S. Faktor Risiko Kejadian Diabetes melitus


Tipe II di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat. Jurnal
Ilmiah Kesehatan, 6-11, 2013.

Utomo, A. Y. S. Hubungan antara 4 pilar pengelolaan diabetes melitus


dengan keberhasilan pengelolaan diabetes melitus tipe 2, artikel karya
tulis ilmiah, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang.
2011.

Virgona, Argi Bangun. Tesis: Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap


Kepatuhan pasien DM Tipe 2 dalam konteks asuhan keperawatan
di Poliklinik Endokrin RSHS Bandung. Jakarta: FIKUI, 2009.

Waspadji, S.S. Penatalaksanaan Diabetes melitus Terpadu. Jakarta: IPD


FKUI, 2007.

Yanto, Arief dan Dewi Setyawati. Dukungan Keluarga pada Pasien Diabetes
Melitus Tipe 2 di Kota Semarang. Semarang: Fikes Universitas
Muhammadiyah, 2017.

Yulia, S. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan dalam menjalankan


diet pada penderita diabetes melitus tipe II. Diperoleh tanggal 24 Juli
2019 dari http://lib.unnes.ac.id/25751/1/6411411032.pdf. (2015)

Yunita., dkk. Pengetahuan Pasien Tentang Diabetes Dan Obat Antidiabetes


Oral, Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 6 No. 1 Januari 2012. Surabaya:
Departemen Farmasi Komunitas, Fakultas Farmasi Universitas
Airlangga. 2012

Yusra, Aini. Tesis: Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Kualitas


Hidup Pasien Diabetes melitus Tipe 2 di Poliklinik
Penyakit Dalam RSUP Fatmawati. Jakarta: FIKUI. 2011.
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Alamat :

Menyatakan bersedia menjadi responden penelitian dari Nurul Fadillah dengan judul
“Hubungan Dukungan Keluarga Dan Tingkat Pengetahuan Terhadap
Kepatuhan Diet Pada Penderita Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas
Pondok Benda Pamulang”, setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti mengenai
tujuan dan manfaat penelitian serta penggunaan data yang diperoleh dari saya.
Keikutsertaan saya dalam penelitian ini bersifat sukarela tanpa ada paksaan dari pihak
manapun.

Demikian persyaratan ini saya sampaikan.

Pamulang,

Responden Peneliti

(………………………..) (Nurul Fadillah)


Kuisioner Penelitian

Petunjuk pengisian :

1. Bacalah dengan cermat dan teliti pada setiap item pertanyaan.


2. Pilih salah satu jawaban yang menurut Bapak/Ibu paling sesuai dengan kondisi yang
dialami dengan memberi tanda ceklis (√) pada pilihan yang dipilih.
3. Isilah titik-titik yang tersedia dengan jawaban yang benar.

A. Karakteristik Responden
Nama (inisial) : ………………………………………………..
Umur : ……………..tahun
Jenis kelamin : laki-laki perempuan

Pendidikan : 1. Tidak sekolah


2. SD
3. SMP
4. SMA
5. PT
Pekerjaan : 1. PNS/POLRI/TNI
2. Pegawai swasta
3. Wiraswasta
4. Tidak bekerja
5. Lainnya…….
B. Lama menderita Diabetes Melitus (DM) :………………….Tahun……………….Bulan
Riwayat DM keluarga : 1. Ada
2. Tidak ada
Sebutkan………..
Pendidikan kesehatan tentang DM : 1. Pernah
2. Tidak pernah
Kapan mendapat pendidikan kesehatan tentang DM
………………………………………………………Sumber……………………….
C. Keluarga yang selama ini merawat :
Suami istri anak ayah/ibu cucu
Yang lain sebutkan………………
D. Dukungan Keluarga
Petunjuk pengisian : Pilih salah satu jawaban yang menurut Bapak/Ibu
paling sesuai dengan kondisi yang dialami dengan
memberi tanda ceklis (√) pada pilihan yang dipilih.

Pilihan jawaban :

Selalu : jika pernyataan tersebut selalu dilakukan oleh keluarga (misalnya: jika
rentang nilai 0-10, dinilai 9-10).

Sering : jika pernyataan tersebut selalu dilakukan oleh keluarga (misalnya: jika
rentang nilai 0-10, dinilai 7-8).

Jarang : jika pernyataan tersebut selalu dilakukan oleh keluarga (misalnya: jika
rentang nilai 0-10, dinilai 5-6).

Tidak pernah : jika pernyataan tersebut selalu dilakukan oleh keluarga (misalnya:
jika rentang nilai 0-10, dinilai 0-4).

No. Pertanyaan Tidak Jarang Sering Selalu


pernah
1. Keluarga memberi saran supaya saya kontrol ke
dokter
2. Keluarga memberi saran untuk mengikuti
edukasi diabetes
3. Keluarga memberikan informasi baru tentang
diabetes ke saya
4. Keluarga mengerti saat saya mengalami
masalah yang berhubungan dengan diabetes
5. Keluarga mendengarkan jika saya bercerita
tentang diabetes
6. Keluarga mendengarkan jika saya bercerita
tentang diabetes
7. Informasi dari keluarga membuat saya merasa
mudah memahami tentang diabetes
8. Keluarga mengingatkan saya untuk mengontrol
gula darah jika saya lupa
9. Keluarga membantu usaha saya untuk olahraga
10. Keluarga mendorong saya untuk mengikuti
rencana diet/makan
11. Keluarga membantu saya untuk menghindari
makanan yang manis
12. Keluarga makan makanan yang tidak boleh
saya makan didekat saya
13. Keluarga merasa kesusahan terhadap diabetes
yang saya alami
14. Keluarga mengingatkan saya untuk memesan
obat diabetes
15. Meminta bantuan kepada keluarga membuat
saya merasa mudah dalam mengatasi masalah
diabetes
16. Keluarga mengingatkan saya tentang jadwal
diet yang teratur
17. Keluarga merasa terganggu dengan diabetes
saya
18. Keluarga menyarankan untuk memeriksakan
mata saya ke dokter
19. Keluarga mendorong saya untuk memeriksakan
kaki saya ke dokter
20. Keluarga mendorong saya untuk periksa gigi ke
dokter
21. Saya merasakan kemudahan meminta bantuan
keluarga untuk mendukung perawatan diabetes
saya
22. Keluarga menyediakan makanan sesuai diet
saya
23. Keluarga mendukung usaha saya untuk makan
makanan sesuai diet
24. Keluarga tidak menerima bahwa saya penderita
diabetes
25. Keluarga mendorong saya untuk memeriksakan
kesehatan saya
26. Keluarga membantu ketika saya cemas dengan
diabetes
27. Keluarga mengerti ketika saya sedih dengan
diabetes
28. Keluarga memahami cara membantu saya
dalam mengatasi diabetes
29. Keluarga membantu untuk membayar
pengobatan diabetes
E. Tingkat Pengetahuan tentang DM (DKQ- 24)
Petunjuk pengisian : Pilih salah satu jawaban yang menurut Bapak/Ibu
paling sesuai dan menurut anda benar, dengan
memberi tanda ceklis (√) pada kolom yang telah
disediakan. Beberapa pernyataan dibawah ini benar
dan beberapa pernyataan salah, semua pernyataan
harus dijawab dengan satu pilihan.

No. Pertanyaan Benar Salah


1. Makan terlalu banyak gula dan makanan manis lainnya merupakan
penyebab diabetes
2. Penyebab umum diabetes adalah kurangnya insulin yang efektif
dalam tubuh
3. Diabetes disebabkan karena kegagalan ginjal mencegah gula masuk
ke dalam kencing
4. Ginjal memproduksi insulin
5. Pada diabetes yang tidak diobati, jumlah gula dalam darah biasanya
meningkat
6. Jika saya menderita diabetes, anak-anak saya berpeluang lebih besar
menderita diabetes juga
7. Diabetes Mellitus dapat disembuhkan
8. Kadar gula darah puasa 210 adalah terlalu tinggi
9. Cara terbaik untuk memeriksa diabetes adalah dengan tes urin
10. Olahraga teratur akan meningkatkan kebutuhan atas insulin atau
obat diabetes lainnya
11. Ada dua jenis utama diabetes : Tipe 1 (tergantung pada insulin) dan
Tipe 2 (tidak tergantung pada insulin)
12. Insulin bekerja disebabkan karena makan terlalu banyak
13. Obat lebih penting daripada diet dan olahraga untuk mengendalikan
diabetes
14. Diabetes sering menyebabkan peredaran darah yang tidak baik
15. Luka dan lecet pada penderita diabetes sembuhnya lama
16. Penderita diabetes harus sangat berhati-hati saat memotong kuku
kaki
17. Penderita diabetes harus membersihkan luka dengan yodium
(betadine) dan alcohol
18. Cara memasak makanan sama pentingnya dengan makanan yang
dimakan oleh penderita diabetes
19. Diabetes dapat merusak ginjal
20. Diabetes dapat menyebabkan mati rasa pada tangan, jari-jari dan
kaki
21. Gemetaran dan berkeringat merupakan tanda tingginya kadar gula
darah
22. Sering kencing dan haus merupakan tanda rendahnya kadar gula
darah
23. Kaos kaki yang ketat boleh dipakai oleh penderita diabetes
24. Diet diabetes sebagian besar terdiri dari makanan-makanan khusus

F. Kepatuhan diet pada penderita Diabetes Melitus


Petunjuk pengisian : Pilih salah satu jawaban yang menurut Bapak/Ibu
paling sesuai dengan kondisi yang dialami dengan
memberi tanda ceklis (√) pada pilihan yang dipilih.

No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak


pernah
1. Saya makan tepat waktu sesuai jadwal makan
yang sudah dikonsultasikan dengan dokter,
perawat atau petugas kesehatan lain.
2. Saya makan makanan sesuai dengan anjuran
dokter, perawat atau petugas kesehatan lain.
3. Saya makan makanan yang mengandung tinggi
lemak seperti santan, makanan cepat saji (fast
food), dan goreng-gorengan setiap hari.
4. Saya menggunakan pemanis khusus untuk
penderita diabetes seperti gula jagung saat
ingin mengkonsumsi makanan/minuman manis
setiap hari.
5. Saya makan lebih dari tiga kali setiap hari.
6. Saya mengkonsumsi sayur dan buah sesuai
dengan saran yang dianjurkan oleh
dokter/perawat setiap hari.
7. Saya lupa diet saat menghadiri pesta dengan
makan makanan sesuka hati.
8. Saya secara rutin menimbang berat badan
setiap bulan.
9. Saya ikut makan masakan keluarga walaupun
bertentangan dengan diet saya.
10. Saya secara rutin memeriksa kadar gula darah
sesuai instruksi dokter/perawat.
HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS VARIABEL DUKUNGAN
KELUARGA

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary Reliability Statistics

Cronbach's
N %
Alpha Based on
Cases Valid 30 100.0 Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
Excludeda 0 .0
.945 .947 26
Total 30 100.0

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

DK1 2.97 .999 30

DK2 2.47 1.196 30

DK3 2.37 1.189 30

DK4 3.30 1.119 30

DK5 3.10 1.094 30

DK6 3.07 1.081 30

DK7 2.87 1.137 30

DK8 3.10 1.185 30

DK9 2.50 1.225 30


DK10 2.90 1.094 30

DK11 3.03 1.159 30

DK14 3.00 1.114 30

DK15 3.10 .885 30

DK16 2.77 1.135 30

DK18 2.23 1.251 30

DK19 2.20 1.324 30

DK20 1.93 1.172 30

DK21 3.10 1.062 30

DK22 3.03 .999 30

DK23 2.90 1.094 30

DK24 3.43 1.135 30

DK25 3.10 1.062 30

DK26 2.70 1.179 30

DK27 2.77 1.135 30

DK28 3.13 .973 30

DK29 2.60 1.276 30

Item-Total Statistics

Squared Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Multiple Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Correlation Deleted

DK1 70.70 347.114 .420 . .945


DK2 71.20 338.234 .548 . .944

DK3 71.30 338.355 .548 . .944

DK4 70.37 334.171 .692 . .942

DK5 70.57 333.220 .734 . .942

DK6 70.60 333.283 .742 . .942

DK7 70.80 332.372 .726 . .942

DK8 70.57 329.978 .752 . .941

DK9 71.17 334.351 .623 . .943

DK10 70.77 335.771 .668 . .942

DK11 70.63 337.137 .594 . .943

DK14 70.67 330.851 .781 . .941

DK15 70.57 345.495 .531 . .944

DK16 70.90 330.714 .769 . .941

DK18 71.43 334.737 .600 . .943

DK19 71.47 329.292 .681 . .942

DK20 71.73 335.444 .627 . .943

DK21 70.57 340.461 .565 . .944

DK22 70.63 333.757 .794 . .941

DK23 70.77 332.185 .762 . .941

DK24 70.23 362.944 -.011 . .950

DK25 70.57 336.530 .670 . .942

DK26 70.97 330.585 .741 . .941

DK27 70.90 333.679 .694 . .942


DK28 70.53 335.430 .768 . .942

DK29 71.07 357.030 .106 . .950


HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS VARIABEL TINGKAT
PENGETAHUAN

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N % Reliability Statistics

Cases Valid 30 100.0 Cronbach's


Alpha Based on
Excludeda 0 .0 Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
Total 30 100.0

.767 .799 24

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

tp1 .30 .466 30

tp2 .47 .507 30

tp3 .57 .504 30

tp4 .57 .504 30

tp5 .90 .305 30

tp6 .97 .183 30

tp7 .47 .571 30

tp8 .83 .379 30


tp9 .80 .407 30

tp10 .53 .507 30

tp11 .83 .379 30

tp12 .57 .504 30

tp13 .20 .407 30

tp14 .93 .254 30

tp15 .93 .254 30

tp16 .90 .305 30

tp17 .40 .498 30

tp18 .57 .504 30

tp19 .83 .379 30

tp20 .90 .305 30

tp21 .53 .507 30

tp22 .77 .430 30

tp23 .60 .498 30

tp24 .47 .507 30

Item-Total Statistics

Squared Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Multiple Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Correlation Deleted

tp1 15.53 15.292 .382 . .754

tp2 15.37 18.447 -.413 . .806

tp3 15.27 14.340 .605 . .738


tp4 15.27 13.857 .744 . .727

tp5 14.93 15.789 .421 . .755

tp6 14.87 16.740 .086 . .768

tp7 15.37 16.171 .088 . .777

tp8 15.00 15.586 .392 . .755

tp9 15.03 15.413 .415 . .753

tp10 15.30 16.355 .071 . .776

tp11 15.00 15.724 .344 . .757

tp12 15.27 16.409 .059 . .777

tp13 15.63 16.516 .067 . .773

tp14 14.90 15.955 .436 . .756

tp15 14.90 15.748 .541 . .753

tp16 14.93 15.375 .599 . .748

tp17 15.43 15.082 .406 . .752

tp18 15.27 16.616 .008 . .780

tp19 15.00 15.379 .464 . .751

tp20 14.93 15.582 .510 . .751

tp21 15.30 15.390 .315 . .759

tp22 15.07 15.237 .441 . .751

tp23 15.23 14.737 .501 . .746

tp24 15.37 14.585 .531 . .743


Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

15.83 16.902 4.111 24


HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS VARIABEL KEPATUHAN
DIET

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary


Reliability Statistics

N % Cronbach's
Alpha Based on
Cases Valid 30 100.0
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
Excludeda 0 .0

.635 .655 10
Total 30 100.0

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

pd1 2.93 1.081 30

pd2 3.03 1.189 30

pd3 2.50 1.167 30

pd4 2.10 1.185 30

pd5 2.93 1.230 30

pd6 3.43 .817 30

pd7 2.77 1.251 30

pd8 2.50 1.137 30

pd9 2.60 1.102 30


pd10 3.07 .944 30

Item-Total Statistics

Squared Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Multiple Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Correlation Deleted

pd1 24.93 22.823 .500 .610 .567

pd2 24.83 22.075 .507 .708 .560

pd3 25.37 23.137 .415 .454 .584

pd4 25.77 25.151 .219 .339 .629

pd5 24.93 26.616 .081 .595 .661

pd6 24.43 24.806 .452 .589 .589

pd7 25.10 25.886 .134 .363 .650

pd8 25.37 23.137 .432 .707 .581

pd9 25.27 27.857 .007 .485 .670

pd10 24.80 24.234 .433 .550 .587

Mean Variance Std. Deviation N of Items

27.87 29.154 5.399 10


Frequencies

umur PDM

N Valid 54
HASIL ANALISIS OLAHAN SPSS UNIVARIAT
Missing 0

Mean 55.61

Std. Error of Mean 1.363

Median 55.00

Mode 60

Std. Deviation 10.020

Variance 100.393

Range 36

Minimum 40

Maximum 76

JK PDM

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-Laki 20 37.0 37.0 37.0

Perempuan 34 63.0 63.0 100.0

Total 54 100.0 100.0

Pendidikan PDM
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TS 8 14.8 14.8 14.8

SD 15 27.8 27.8 42.6

SMP 9 16.7 16.7 59.3

SMA 20 37.0 37.0 96.3

PT 2 3.7 3.7 100.0

Total 54 100.0 100.0

Pekerjaan PDM

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TB 41 75.9 75.9 75.9

Wiraswasta 9 16.7 16.7 92.6

Pegawai swasta 4 7.4 7.4 100.0

Total 54 100.0 100.0

Dukungan Keluarga

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 27 50.0 50.0 50.0

Kurang Baik 27 50.0 50.0 100.0


Total 54 100.0 100.0

Tingkat Pengetahuan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kurang 24 44.4 44.4 44.4

Cukup 20 37.0 37.0 81.5

Baik 10 18.5 18.5 100.0

Total 54 100.0 100.0

Pola Diet

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Patuh 29 53.7 53.7 53.7

Kurang Patuh 25 46.3 46.3 100.0

Total 54 100.0 100.0


HASIL UJI NORMALITAS KOLMOGROV-SMIRNOV

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Dukungan
Keluarga

N 54

Normal Parametersa,b Mean 73.54

Std. Deviation 18.469

Most Extreme Differences Absolute .122

Positive .122

Negative -.081

Test Statistic .122

Asymp. Sig. (2-tailed) .045c

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Pola Diet

N 54

Normal Parametersa,b Mean 25.80

Std. Deviation 5.835

Most Extreme Differences Absolute .110

Positive .110

Negative -.058
Test Statistic .110

Asymp. Sig. (2-tailed) .152c

Dukungan Keluarga

N Valid 54

Missing 0

Mean 73.54

Std. Error of Mean 2.513

Median 71.00

Mode 86

Std. Deviation 18.469

Variance 341.121

Range 69

Minimum 41

Maximum 110

Sum 3971
HASIL ANALISIS OLAHAN SPSS BIVARIAT

Nonparametric Correlations

Correlations

dk_1 pd_1

Spearman's rho dk_1 Correlation Coefficient 1.000 .483**

Sig. (2-tailed) . .000

N 54 54

pd_1 Correlation Coefficient .483** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 54 54

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Nonparametric Correlations

Correlations

tp_1 pd_1

Spearman's rho tp_1 Correlation Coefficient 1.000 -.829**

Sig. (2-tailed) . .000


N 54 54

pd_1 Correlation Coefficient -.829** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 54 54

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


Frequency Table

tp1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Benar 42 77.8 77.8 77.8

Salah 12 22.2 22.2 100.0

Total 54 100.0 100.0

tp2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Salah 22 40.7 40.7 40.7

Benar 32 59.3 59.3 100.0

Total 54 100.0 100.0

tp3

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Benar 22 40.7 40.7 40.7

Salah 32 59.3 59.3 100.0

Total 54 100.0 100.0


tp4

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Benar 26 48.1 48.1 48.1

Salah 28 51.9 51.9 100.0

Total 54 100.0 100.0

tp5

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Salah 4 7.4 7.4 7.4

Benar 50 92.6 92.6 100.0

Total 54 100.0 100.0

tp6

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Salah 8 14.8 14.8 14.8

Benar 46 85.2 85.2 100.0

Total 54 100.0 100.0


tp7

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Benar 29 53.7 53.7 53.7

Salah 24 44.4 44.4 98.1

2 1 1.9 1.9 100.0

Total 54 100.0 100.0

tp8

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Salah 9 16.7 16.7 16.7

Benar 45 83.3 83.3 100.0

Total 54 100.0 100.0

tp9

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Benar 15 27.8 27.8 27.8

Salah 39 72.2 72.2 100.0

Total 54 100.0 100.0


tp10

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Benar 28 51.9 51.9 51.9

Salah 26 48.1 48.1 100.0

Total 54 100.0 100.0

tp11

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Salah 7 13.0 13.0 13.0

Benar 47 87.0 87.0 100.0

Total 54 100.0 100.0

tp12

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Benar 28 51.9 51.9 51.9

Salah 26 48.1 48.1 100.0

Total 54 100.0 100.0


tp13

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Benar 34 63.0 63.0 63.0

Salah 20 37.0 37.0 100.0

Total 54 100.0 100.0

tp14

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Salah 7 13.0 13.0 13.0

Benar 47 87.0 87.0 100.0

Total 54 100.0 100.0

tp15

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Salah 6 11.1 11.1 11.1

Benar 48 88.9 88.9 100.0

Total 54 100.0 100.0


tp16

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Salah 6 11.1 11.1 11.1

Benar 48 88.9 88.9 100.0

Total 54 100.0 100.0

tp17

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Benar 33 61.1 61.1 61.1

Salah 21 38.9 38.9 100.0

Total 54 100.0 100.0

tp18

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Salah 15 27.8 27.8 27.8

Benar 39 72.2 72.2 100.0

Total 54 100.0 100.0


tp19

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Salah 8 14.8 14.8 14.8

Benar 46 85.2 85.2 100.0

Total 54 100.0 100.0

tp20

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Salah 6 11.1 11.1 11.1

Benar 48 88.9 88.9 100.0

Total 54 100.0 100.0

tp21

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Benar 30 55.6 55.6 55.6

Salah 24 44.4 44.4 100.0

Total 54 100.0 100.0


tp22

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Benar 15 27.8 27.8 27.8

Salah 39 72.2 72.2 100.0

Total 54 100.0 100.0

tp23

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Benar 19 35.2 35.2 35.2

Salah 35 64.8 64.8 100.0

Total 54 100.0 100.0

tp24

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Benar 36 66.7 66.7 66.7

Salah 18 33.3 33.3 100.0

Total 54 100.0 100.0

Anda mungkin juga menyukai