Anda di halaman 1dari 15

GAMBARAN STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN

DATA POSYANDU DI PUSKESMAS BALEENDAH


TAHUN 2019.

ARTIKEL

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas SMF Ilmu Kesehatan


Masyarakat Program Pendidikan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Bandung

Disusun Oleh:
Muhamad Sabiq Izharulhaq
12100118151

Dosen Pembimbing:
Siska Nia Irasanti, drg., M.M
Yeni Widia Anita, dr

SMF ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNISBA
PUSKESMAS BALEENDAH KABUPATEN BANDUNG
2020
GAMBARAN STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN
DATA POSYANDU DI PUSKESMAS BALEENDAH
TAHUN 2019.

Muhamad Sabiq Izharulhaq1, Siska Nia Irasanti2, Yeni Widia Anita3,

1Program Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung


2Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam Bandung
3Puskesmas Baleendah, Kecamatan Baleendah

Abstrak
Masa balita merupakan masa keemasan kedua bagi anak.
Pertumbuhan balita pada masa ini tidak bertumbuh sepesat saat masa bayi,
tetapi kebutuhan nutrisi mereka tetap merupakan prioritas utama dalam
perkembangan seorang anak. Status gizi balita memiliki pengaruh yang
sangat besar dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di
masa yang akan datang. Masalah gizi pada balita tergambar dalam laporan
data World Health Organization (WHO) pada tahun 2017 sekitar 150,8 juta
anak balita mengalami stunting (kerdil), 50,5 juta mengalami gizi kurang,
dan 38,3 mengalami gemuk. Asia merupakan benua yang memiliki status
gizi paling buruk dibandingkan benua lainnya. Pada balita usia 0-59 bulan,
hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menyatakan bahwa persentase gizi
buruk di Indonesia adalah 3,9%, sedangkan persentase gizi kurang adalah
13,8%. Penelitian ini menggunakan metode Library Research dan Kajian
Data Posyandu di Puskesmas Baleendah tahun 2019. Berdasarkan data
laporan tahunan puskesmas Baleendah tahun 2019, cakupan balita
ditimbang (D/S) yaitu sebesar 100% dengan masih ada status gizi buruk,
sangat pendek (severely stunting), sangat kurus (severely wasting) dan
gemuk. Untuk itu, masih dibutuhkan intervensi terkait penanganan faktor
risiko serta penanganan kasus status gizi balita buruk baik berdasarkan
BB/U, TB/U dan BB/TB dalam menghadapi permasalah status gizi balita.

Kata kunci : Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), Status Gizi, Posyandu

Korespodensi : Muhamad Sabiq Izharulhaq. Fakultas Kedokteran Universitas


Islam Bandung. Jalan Hariang Banga No.2, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat.
Telepon : 081321633646. Email : Sabiqidzharulhaq@gmail.com

2
DESCRIPTION OF NUTRITIONAL STATUS AT
TODDLERS BASED ON POSYANDU DATA AT
PUSKESMAS BALEENDAH IN 2019

Abstract
Toddlerhood is the second golden age for children. Growth of
toddlers at this time did not grow as fast as infancy, but their nutritional
needs remain a top priority in a child's development. The nutritional status
of children under five has a very big role in create quality human resources
in the future. Nutrition problems in infants are illustrated in the World
Health Organization (WHO) data report in 2017 around 150.8 million
children under five are stunted, 50.5 million are undernourished, and 38.3
are overweight. Asia is the continent that has the worst nutritional status
compared to other continents. In infants aged 0-59 months, the results of
the Basic Health Research in 2018 stated that the percentage of
malnutrition in Indonesia was 3.9%, while the percentage of malnutrition
was 13.8%. This research uses the Library Research method and the
Posyandu Data Study at the Baleendah Health Center in 2019. Based on
the 2019 Baleendah Health Center annual report, the coverage of children
under five is weighed (D / S) at 100% with still severe nutritional status,
severely stunting, severely wasting and overweight. For this reason,
interventions are still needed related to the handling of risk factors and the
handling of cases of poor nutritional status based on Weight/Age,
Height/Age and Weight/Height in dealing with nutritional status
problems.

Keywords: Community Health Centers (Puskesmas), Nutritional Status,


Posyandu

Correspondence: Muhamad Sabiq Izharulhaq. Faculty of Medicine, Bandung


Islamic University. Jalan Hariang Banga No.2, Bandung City, West Java
Province. Phone: 081321633646. Email: Sabiqidzharulhaq@gmail.com

3
Pendahuluan

Nutrisi yang baik memungkinkan anak untuk bertahan hidup, tumbuh,


berkembang, belajar, bermain, berpartisipipasi dan berkembang.
Sedangkan kondisi malnutrisi dapat merapas masa depan mereka.1 Status
gizi balita memiliki pengaruh yang sangat besar dalam mewujudkan sumber
daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.2 Balita
merupakan masa keemasan kedua bagi anak. Pertumbuhan balita pada
masa ini tidak bertumbuh sepesat saat masa bayi, tetapi kebutuhan nutrisi
mereka tetap merupakan prioritas utama dalam perkembangan seorang
anak.3

Status gizi merupakan indikator kesehatan yang penting. Menurut


Soegeng, ditinjau dari sudut masalah kesehatan dan gizi, anak usia di bawah
lima tahun merupakan kelompok yang rentan terhadap kesehatan dan gizi.3
Stunting (kerdil) adalah kondisi yang terjadi akibat kurangnya nutrisi
selama dalam kandungan dan anak usia dini. Anak-anak yang menderita
stunting mungkin tidak pernah mencapai tinggi badan yang maksimal dan
otak mereka mungkin tidak pernah berkembang menjadi potensi kognitif
penuh mereka. Secara global, sekitar 149 juta anak di bawah 5 tahun
menderita stunting.1

Gizi kurang pada balita adalah kondisi yang mengancam jiwa yang
terjadi akibat miskinnya asupan nutrisi dan / atau penyakit. Jika gizi kurang
terjadi dan tidak segera ditangani maka dikhawatirkan akan berkembang
menjadi gizi buruk, timbulnya kecacatan, tingginya angka kesakitan dan
percepatan kematian.3,4 Mereka membutuhkan makanan mendesak,
perawatan dan perawatan untuk bertahan hidup. Tahun 2018, lebih dari 49
juta anak di bawah 5 tahun yang menderita wasting dan hampir 17 juta
orang menderita wasting parah.

Selain malnutrisi terdapat juga masalah gizi lainnya yang sekarang


angka nya sedang meningkat yaitu anak-anak dengan kelebihan berat
badan dan obesitas. Sekarang ada lebih dari 40 juta anak-anak kelebihan

4
berat badan secara global, meningkat 10 juta sejak tahun 2000. Munculnya
kelebihan berat badan dan obesitas telah terjadi akibat meningkatnya
pemasaran industri makanan dan mudahnya akses ke makanan olahan,
bersamaan dengan tingkat aktivitas fisik yang berkurang.4,5

Permasalahan gizi anak balita apabila tidak diberikan intervensi


maka akan menimbulkan kejadian penyakit di kemudian hari. Masalah gizi
pada balita tergambar dalam laporan data World Health Organization
(WHO) pada tahun 2017 sekitar 150,8 juta anak balita mengalami stunting
(kerdil), 50,5 juta mengalami gizi kurang, dan 38,3 mengalami overweight
(gemuk). Asia merupakan benua yang memiliki status gizi paling buruk
dibandingkan benua lainnya.1

Pada balita usia 0-59 bulan, hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018
menyatakan bahwa persentase gizi buruk di Indonesia adalah 3,9%,
sedangkan persentase gizi kurang adalah 13,8%. Hal tersebut tidak berbeda
jauh dengan hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) yang diselenggarakan oleh
Kementerian Kesehatan tahun 2017, yaitu persentase gizi buruk pada balita
usia 0-59 bulan sebesar 3,8% dan persentase gizi kurang sebesar 14,0%.
Status gizi balita berdasarkan tinggi badan dan umur (TB/U) sebesar 9,8 %
sangat pendek dan 19,8 % pendek. Status gizi balita berdasarkan tinggi
badan dan berat badan (TB/BB) sebesar 2,8 % sangat kurus dan 6,7 %
kurus. Jawa Barat masih memiliki presentase angka kejadian status gizi
pendek diatas angka nasional yaitu 20,8 %.6,5

Berdasarkan data laporan tahunan puskesmas Baleendah tahun


2019, cakupan balita ditimbang (D/S) yaitu sebesar 100% dengan masih ada
status gizi buruk, sangat pendek (severely stunting) dan sangat kurus
(severely wasting). Penimbangan balita dilakukan setiap bulan dengan
cakupan yang berbeda di setiap posyandu pada masing-masing kelurahan
dibawah wilayah kerja puskesmas Baleendah yaitu Baleendah dan Andir.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui Gambaran status gizi balita
berdasarkan data posyandu di Puskesmas Baleendah tahun 2019.

5
Metode

Penelitian ini menggunakan metode Library Research dan Kajian Data


Posyandu di Puskesmas Baleendah tahun 2019. Data sekunder yang
dikumpulkan meliputi laporan status gizi tahunan Puskesmas Baleendah
tahun 2019 dan Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP) Baleendah tahun 2019.
Kajian dilakukan dengan mengumpulkan informasi melalui wawancara
dengan kepala UPT Yankes Kecamatan Baleendah dan Pemegang program
UKM Perbaikan gizi masyarakat.

Hasil

Puskesmas Baleendah terletak di Kecamatan Baleendah yang memiliki 2


kelurahan dalam wilayah kerjanya yaitu Baleendah dan Andir. Kelurahan
Baleendah memiliki 27 RW dengan 36 posyandu sedangkan Andir memiliki
13 RW dengan 21 posyandu. Setiap posyandu berfungsi untuk melakukan
kegiatan Bulan Penimbangan Balita (BPB).

Tabel 1 Distribusi Sasaran Balita Ditimbang


Puskesmas Baleendah tahun 2019

No Desa/Kelurahan Jumlah Sasaran


Posyandu
1 Baleendah 36 3685
2 Andir 21 2155
Total 57 5840

Pada Tabel 1 diatas tampak bahwa posyandu di Kelurahan Baleendah lebih


banyak dibandingkan kelurahan Andir. Hal ini disebabkan karena luas
wilayah Kelurahan Baleendah sebesar ±500 Ha dengan sasaran berjumlah
3685 balita sedangkan Kelurahan Andir hanya sebesar ±300 Ha dengan
sasaran berjumlah 2155 balita.

6
Gambar 1. Gambaran Status Gizi Balita Berdasarkan TB/U
Puskesmas Baleendah tahun 2019

TB/U
97.4 97.3
100
Persentase Status Gizi

80

60

40

20
0.2 2 0.4 0.6 2.1 0
0
Baleendah Andir

Sangat pendek Pendek Normal Tinggi

Pada Gambar 1 menunjukan bahwa statu gizi balita berdasarkan TB/U


didominasi oleh status gizi normal yaitu kelurahan Baleendah sebesar 97,4
% dan kelurahan Andir 97,3 %. Persentase Sangat pendek di Kelurahan
Baleendah sebesar 0,2 % dan di Kelurahan Andir sebesar 0,6%. Besaran
presentase pendek di Keluharahan Baleendah sebesar 2 % dan di Kelurahan
Andir sebesar 2,1 %. Presentase tinggi di Kelurahan Baleendah sebesar 0,4
%, sedangkan di Kelurahan Andir tidak ada presentase anak tinggi.

7
Gambar 2. Gambaran Status Gizi Balita Berdasarkan BB/U
Puskesmas Baleendah tahun 2019

BB/U
100 93.2 93.1
Persentase Status Gizi

80

60

40

20
3.9 2.4 4.8 1.7
0.4 0.4
0
Baleendah Andir

Gizi buruk Gizi kurang Gizi baik Gizi lebih

Pada Gambar 2 menunjukan bahwa statu gizi balita berdasarkan BB/U


didominasi oleh status gizi baik yaitu kelurahan Baleendah sebesar 93,2 %
dan kelurahan Andir 93,1 %. Persentase gizi buruk dikedua kelurahan sama
0,4 % dan besaran presentase gizi kurang di Keluharahan Baleendah
sebesar 3,9 % dan di Kelurahan Andir sebesar 4,8 %. Presentase gizi lebih
di Kelurahan Baleendah sebesar 2,4 % dan di Kelurahan Andir sebesar 4,1%.

8
Gambar 3. Gambaran Status Gizi Balita Berdasarkan BB/TB
Puskesmas Baleendah tahun 2019

BB/TB
100 95 95.2
Persentase Status Gizi

80

60

40

20
0.8 4.1 4.1
0.1 0 0.6
0
Baleendah Andir

Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk

Pada Gambar 3 tampak Kelurahan Baleendah memiliki status gizi


berdasarkan BB/TB dalam kategori normal kelurahan Baleendah dan
kelurahan Andir berturut-turut sebanyak 95 % dan 95,2 %. Kelurahan
Baleendah memiliki angka persentase balita kurus 0,8 %, sangat kurus 0,1
%, dan gemuk 4,1 % sedangkan Kelurahan Andir terdapat status gizi kurus
0,6 % dan gemuk 4,1 %. Kelurahan Andir tidak ada yang memiliki status gizi
sangat kurus.

Pembahasan

Berdasar atas data WHO, Indonesia termasuk kedalam 17 negara dari 117
negara di dunia yang mempunyai ketiga masalah gizi secara bersamaan i
yaitu stunting, wasting, dan overweight. Kebijakan intervensi efektif untuk
menanggulangi masalah gizi di masyarakat telah ada tetapi masih belum
mencapai implementasi maksimal. Hal ini tercermin dari hasil data
posyandu puskesmas Baleendah tahun 2019 yang masih tercatat adanya

9
status gizi yang tidak diharapkan angka kejadiannya menjadi kurang atau
mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya.1

Puskesmas Baleendah memiliki 2 kelurahan binaan yang wajib


dipantau keadaan status gizi balitanya yaitu kelurahan Baleendah dan
kelurahan Andir. Setiap kelurahan idealnya memiliki posyandu berjumlah
minimal 1 buah yang aktif melakukan kegiatan penimbangan balita setiap
satu bulan sekali pada tingkat RW. Penggambaran status gizi ini akan
memperlihatkan sejauh mana upaya yang dilakukan oleh puskesmas
terhadap masalah gizi pada wilayah kerjanya.

Setelah dilakukan pendataan melalui bulan penimbangan balita


permasalahan status gizi berdasarkan TB/U memiliki persentase balita
sangat pendek (severely stunting) di kelurahan baleendah sebesar 0.2%
dan di Kelurahan Andir sebesar 0.6%. Presentase balita pendek (stunting)
di kelurahan Baleendah sebanyak 2 % sedangkan kelurahan Andir adalah
2,1 %. Keduanya memiliki angka pencapaian dibawah angka dunia yaitu
22,2 %. Persentase balita stunting di kelurahan Baleendah sudah
memenuhi target yaitu kurang dari 20 %. Hasil penelitian ini menunjukan
adanya pencapaian yang baik oleh puskesmas baleendah di wilayah
kerjanya dengan perolehan angka stunting sudah memenuhi target yaitu
dibawah 20%, namun masih terdapat kasus bayi dengan kondisi sangat
pendek (severely stunting) menggambarkan bahwa stunting masih
menjadi masalah sebagian besar wilayah di Indonesia. Berdasar atas hasil
PSG tahun 2017 persentase balita stunting sebesar 29,6 %, diatas batasan
yang telah ditetapkan WHO (20%). Provinsi Jawa Barat berada pada
capaian yang hampir sama dengan angka nasional yaitu 29,2 %.5

Status gizi berdasarkan TB/U memberikan indikasi masalah gizi yang


bersifat kronis sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama.
Stunting merupakan masalah status gizi yang menjadi perhatian
pemerintah dalam upaya penekanan angka kejadiannya melalui program
pembangunan kesehatan. Menurut RISKESDAS tahun 2013, hal ini dapat

10
disebabkan oleh kemiskinan, perilaku hidup tidak sehat, dan asupan
makanan yang kurang.6

Hasil penelitian status gizi menurut BB/U diklasifikasikan menjadi


4 kategori yaitu gizi baik, gizi kurang, gizi buruk dan gizi lebih. Dari
klasifikasi tersebut ditemukan balita dengan status gizi baik di kelurahan
baleendah dan andir tidak jauh berbeda yaitu 93,2% dan 93.1%. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Senduk dkk pada tahun 2015
yang menunjukkan bahwa presentase terbesar balita yang memiliki status
gizi baik sebesar 93% dan juga penelitian lainnya yang dilakukan oleh
Fitriana tahun 2017 bahwa jumlah balita dengan gizi baik sebesar 89,13%.7,8
Presentase gizi kurang di kelurahan baleendah 3.9% dan Andir 4.8%, hal ini
menunjukan adanya pencapaian baik dilakukan oleh puskesmas untuk
menurunkan presentase angka gizi kurang (wasting) sesuai target Sdgs <
9,5%.9 Namun, masih terdapat kasus gizi buruk yang dengan presentase
yang sama di kedua wilayah kelurahan puskesmas baleendah sebesar 0.4 %
menggambarkan bahwa masih terdapat masalah status gizi buruk di
provinsi jawa barat.5 Presentase gizi lebih di kelurahan baleendah sebesar
2,4% dan di kelurahan andir sebesar 1,7% yang berarti angka tersebut lebih
tinggi dari presentase gizi lebih nasional sebesar 1,8%.5

Menurut UNICEF, salah satu hal yang berkontribusi dalam


terjadinya masalah gizi kurang pada balita adalah pendidikan orangtua.
Semakin tinggi pendidikan orangtua, maka kecenderungan status gizi anak
juga semakin baik. Status gizi baik dipengaruhi juga oleh faktor nutrisi yang
dikonsumsi oleh balita itu sendiri dimana nutrisi yang dikonsumsi memiliki
kualitas dan kuantitas yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan
balita. Faktor lain yang dapat memengaruhi status gizi yang baik pada balita
antara lain pemberian makanan tambahan yang tepat, tingkat pendapatan
keluarga yang tergolong tinggi, perilaku pemeliharaan kesehatan seperti
mengkonsumsi makanan yang bergizi serta perilaku hidup bersih dan sehat
(seperti mencuci tangan anak sesudah bermain, sesudah buang air, dan
sebelum makan), serta pola asuh keluarga berupa pola pendidikan yang

11
diberikan orangtua kepad anak-anaknya.10,1 Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Titik Kuntari dkk pada tahun 2013, penyebab utama
malnutrisi adalah kemiskinan, rendahnya tingkat pendidikan, bencana
alam, dan rendahnya akses ke pelayanan kesehatan. Adapun faktor faktor
risiko lain seperti berat lahir anak, jarak kelahiran, dan riwayat penyakit
infeksi kronis berulang seperti diare, ISPA, dan demam.4,11

Permasalahan status gizi berdasarkan BB/TB di Kelurahan Andir


tidak ada kasus balita sangat kurus, sedangkan di Kelurahan Baleendah
yaitu sebesar 0.1 % balita sangat kurus (severely wasting) dan terdapat
presentase sebesar 0.8% balita kurus (wasting) sedangkan di kelurahan
Andir yaitu 0,6%. Pencapaian masih berada dibawah angka dunia yaitu 7,5
% Menurut standar WHO, suatu wilayah dikatakan kategori baik apabila
persentase balita mengalami wasting kurang dari 5 %. Jika dibandingkan
dengan kejadian di Indonesia pada tahun 2017 yaitu balita wasting
sebanyak 9,5 % dengan provinsi Jawabarat sebesar 6,6 %.5

Status gizi berdasarkan BB/TB memberikan indikasi masalah gizi


yang bersifat akut sebagai akibat dari keadaan yang singkat. Masalah status
gizi dapat berupa balita wasting dan overweight. Keadaan balita wasting
merupakan salah satu masalah yang akan ditekan permasalahnnya hingga
mencapai target di tahun 2019 sebesar 9,5 % di tingkat nasional. Hal ini
sejalan dengan program pembangunan kesehatan pada tahun 2014 – 2019.
Sedangkan balita Overweight merupakan kejadian yang akan
menimbulkan risiko terjadinya berbagai penyakit degeneratif pada saat
dewasa.10

12
Simpulan

Penimbangan balita Puskesmas Baleendah selama tahun 2019 telah


dilaksanakan oleh seluruh posyandu di wilayah kerja puskesmas. Adapun
hasil status gizi balita berdasarkan TB/U di Puskesmas Baleendah
didominasi kategori normal dengan adanya presentase balita stunting
sebesar 2% di kelurahan baleendah dan 2.1% di Kelurahan Andir. Masih
terdapat kasus severely stunting di wilayah kerja puskesmas baleendah
sebesar 0,2% di Kelurahan Baleendah dan 0,6% di Kelurahan Andir. Status
gizi balita berdasarkan BB/TB didominasi pula oleh kategori normal,
dengan adanya kasus bayi kurus, sangat kurus dan gemuk di Kelurahan
Baleendah sebesar 0,8 %, sangat kurus 0,1 %, dan gemuk 4,1 % sedangkan
Kelurahan Andir terdapat status gizi kurus 0,6 % dan gemuk 4,1 %.
Kelurahan Andir tidak ada yang memiliki status gizi sangat kurus. Status
gizi balita berdasarkan TB/U didominasi oleh status gizi normal dengan
masih adanya kasus sangat pendek di Kelurahan Baleendah sebesar 0,2 %
dan di Kelurahan Andir sebesar 0,6%. Besaran presentase pendek di
Keluharahan Baleendah sebesar 2 % dan di Kelurahan Andir sebesar 2,1 %.

Saran

Dalam menghadapi permasalah status gizi balita, puskesmas berperan


dalam pencegahan dini dan penanganan masalah status gizi balita. Peran
ini dapat terwujud dalam bentuk upaya kesehatan seperti promosi
kesehatan gizi masyarakat yang dilakukan di fasilitas kesehatan primer
ataupun kegiatan UKBM. Promosi kegiatan dapat berupa penyuluhan,
konseling gizi, cara penganekaragaman makanan, dan pemeriksaan BB dan
TB setiap bulan. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan
ibu balita mengenai pola pemberian makan yang baik dan sehingga tercapai
gizi yang lengkap dan seimbang.

13
Ucapan Terimakasih

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji hanya bagi Allah karena atas izin-


Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan artikel yang berjudul
Gambaran Status Gizi Balita berdasarkan data Posyandu di Puskesmas
Baleendah tahun 2019.. Penulis menyadari bahwa artikel ini tidak akan
selesai tanpa bantuan berbagai pihak. Maka dari itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada pimpinan dan staf Puskesmas Baleendah serta
pemegang program UKM perbaikan gizi masyarakat yang sudah
memfasilitasi penelitian ini sehingga penulis dapat menyelesaikan jurnal
ini.

14
Daftar Pustaka

1. Unicef/ WHO/The World Bank. Levels and Trends in Child


malnutrition - Unicef WHO. 2019 edition. Unicef. 2019;4.

2. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Perencanaan Program G


(Gerakan 100 HPK). 2013;10–7.

3. Arya H. Gambaran Status Gizi Balita Berdasarkan Antropometri di


Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2016.
2016;

4. Kuntari T, Jamil NA, Kurniati O. Faktor Risiko Malnutrisi pada


Balita. Kesmas Natl Public Heal J. 2013;7(12):572.

5. Kemenkes RI. Buku saku pemantauan status gizi. Buku saku


pemantauan status gizi tahun 2017. 2018;7–11.

6. Riskesdas K. Hasil Utama Riset Kesehata Dasar (RISKESDAS). J Phys


A Math Theor [Internet]. 2018;44(8):1–200.

7. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia 2018 [Indonesia Health


Profile 2018] [Internet]. 2019. 207 p.

8. Kelurahan I-DI, Manado R. Gambaran Status Gizi Anak Balita Di Ppa


(Pusat Pengembangan Anak) Id-127 Di Kelurahan Ranomuut
Manado Tahun 2015. J Kedokt Komunitas Dan Trop. 2015;3(3):148–
53.

9. Anung. Kesehatan dalam Kerangka Sustainable Development Goals


(SDGs). Rakorpop Kementeri Kesehat RI [Internet]. 2015;(97):24.

10. Profil Kesehatan Jawa Barat. Profil Kesehatan Jawa Barat 2017.
2017;1–236.

11. Winterfeld A. Improving child nutrition. Vol. 18, NCSL legisbrief.


2010. 1–2 p.

15

Anda mungkin juga menyukai