ARTIKEL
Disusun Oleh:
Muhamad Sabiq Izharulhaq
12100118151
Dosen Pembimbing:
Siska Nia Irasanti, drg., M.M
Yeni Widia Anita, dr
Abstrak
Masa balita merupakan masa keemasan kedua bagi anak.
Pertumbuhan balita pada masa ini tidak bertumbuh sepesat saat masa bayi,
tetapi kebutuhan nutrisi mereka tetap merupakan prioritas utama dalam
perkembangan seorang anak. Status gizi balita memiliki pengaruh yang
sangat besar dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di
masa yang akan datang. Masalah gizi pada balita tergambar dalam laporan
data World Health Organization (WHO) pada tahun 2017 sekitar 150,8 juta
anak balita mengalami stunting (kerdil), 50,5 juta mengalami gizi kurang,
dan 38,3 mengalami gemuk. Asia merupakan benua yang memiliki status
gizi paling buruk dibandingkan benua lainnya. Pada balita usia 0-59 bulan,
hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menyatakan bahwa persentase gizi
buruk di Indonesia adalah 3,9%, sedangkan persentase gizi kurang adalah
13,8%. Penelitian ini menggunakan metode Library Research dan Kajian
Data Posyandu di Puskesmas Baleendah tahun 2019. Berdasarkan data
laporan tahunan puskesmas Baleendah tahun 2019, cakupan balita
ditimbang (D/S) yaitu sebesar 100% dengan masih ada status gizi buruk,
sangat pendek (severely stunting), sangat kurus (severely wasting) dan
gemuk. Untuk itu, masih dibutuhkan intervensi terkait penanganan faktor
risiko serta penanganan kasus status gizi balita buruk baik berdasarkan
BB/U, TB/U dan BB/TB dalam menghadapi permasalah status gizi balita.
2
DESCRIPTION OF NUTRITIONAL STATUS AT
TODDLERS BASED ON POSYANDU DATA AT
PUSKESMAS BALEENDAH IN 2019
Abstract
Toddlerhood is the second golden age for children. Growth of
toddlers at this time did not grow as fast as infancy, but their nutritional
needs remain a top priority in a child's development. The nutritional status
of children under five has a very big role in create quality human resources
in the future. Nutrition problems in infants are illustrated in the World
Health Organization (WHO) data report in 2017 around 150.8 million
children under five are stunted, 50.5 million are undernourished, and 38.3
are overweight. Asia is the continent that has the worst nutritional status
compared to other continents. In infants aged 0-59 months, the results of
the Basic Health Research in 2018 stated that the percentage of
malnutrition in Indonesia was 3.9%, while the percentage of malnutrition
was 13.8%. This research uses the Library Research method and the
Posyandu Data Study at the Baleendah Health Center in 2019. Based on
the 2019 Baleendah Health Center annual report, the coverage of children
under five is weighed (D / S) at 100% with still severe nutritional status,
severely stunting, severely wasting and overweight. For this reason,
interventions are still needed related to the handling of risk factors and the
handling of cases of poor nutritional status based on Weight/Age,
Height/Age and Weight/Height in dealing with nutritional status
problems.
3
Pendahuluan
Gizi kurang pada balita adalah kondisi yang mengancam jiwa yang
terjadi akibat miskinnya asupan nutrisi dan / atau penyakit. Jika gizi kurang
terjadi dan tidak segera ditangani maka dikhawatirkan akan berkembang
menjadi gizi buruk, timbulnya kecacatan, tingginya angka kesakitan dan
percepatan kematian.3,4 Mereka membutuhkan makanan mendesak,
perawatan dan perawatan untuk bertahan hidup. Tahun 2018, lebih dari 49
juta anak di bawah 5 tahun yang menderita wasting dan hampir 17 juta
orang menderita wasting parah.
4
berat badan secara global, meningkat 10 juta sejak tahun 2000. Munculnya
kelebihan berat badan dan obesitas telah terjadi akibat meningkatnya
pemasaran industri makanan dan mudahnya akses ke makanan olahan,
bersamaan dengan tingkat aktivitas fisik yang berkurang.4,5
Pada balita usia 0-59 bulan, hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018
menyatakan bahwa persentase gizi buruk di Indonesia adalah 3,9%,
sedangkan persentase gizi kurang adalah 13,8%. Hal tersebut tidak berbeda
jauh dengan hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) yang diselenggarakan oleh
Kementerian Kesehatan tahun 2017, yaitu persentase gizi buruk pada balita
usia 0-59 bulan sebesar 3,8% dan persentase gizi kurang sebesar 14,0%.
Status gizi balita berdasarkan tinggi badan dan umur (TB/U) sebesar 9,8 %
sangat pendek dan 19,8 % pendek. Status gizi balita berdasarkan tinggi
badan dan berat badan (TB/BB) sebesar 2,8 % sangat kurus dan 6,7 %
kurus. Jawa Barat masih memiliki presentase angka kejadian status gizi
pendek diatas angka nasional yaitu 20,8 %.6,5
5
Metode
Hasil
6
Gambar 1. Gambaran Status Gizi Balita Berdasarkan TB/U
Puskesmas Baleendah tahun 2019
TB/U
97.4 97.3
100
Persentase Status Gizi
80
60
40
20
0.2 2 0.4 0.6 2.1 0
0
Baleendah Andir
7
Gambar 2. Gambaran Status Gizi Balita Berdasarkan BB/U
Puskesmas Baleendah tahun 2019
BB/U
100 93.2 93.1
Persentase Status Gizi
80
60
40
20
3.9 2.4 4.8 1.7
0.4 0.4
0
Baleendah Andir
8
Gambar 3. Gambaran Status Gizi Balita Berdasarkan BB/TB
Puskesmas Baleendah tahun 2019
BB/TB
100 95 95.2
Persentase Status Gizi
80
60
40
20
0.8 4.1 4.1
0.1 0 0.6
0
Baleendah Andir
Pembahasan
Berdasar atas data WHO, Indonesia termasuk kedalam 17 negara dari 117
negara di dunia yang mempunyai ketiga masalah gizi secara bersamaan i
yaitu stunting, wasting, dan overweight. Kebijakan intervensi efektif untuk
menanggulangi masalah gizi di masyarakat telah ada tetapi masih belum
mencapai implementasi maksimal. Hal ini tercermin dari hasil data
posyandu puskesmas Baleendah tahun 2019 yang masih tercatat adanya
9
status gizi yang tidak diharapkan angka kejadiannya menjadi kurang atau
mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya.1
10
disebabkan oleh kemiskinan, perilaku hidup tidak sehat, dan asupan
makanan yang kurang.6
11
diberikan orangtua kepad anak-anaknya.10,1 Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Titik Kuntari dkk pada tahun 2013, penyebab utama
malnutrisi adalah kemiskinan, rendahnya tingkat pendidikan, bencana
alam, dan rendahnya akses ke pelayanan kesehatan. Adapun faktor faktor
risiko lain seperti berat lahir anak, jarak kelahiran, dan riwayat penyakit
infeksi kronis berulang seperti diare, ISPA, dan demam.4,11
12
Simpulan
Saran
13
Ucapan Terimakasih
14
Daftar Pustaka
10. Profil Kesehatan Jawa Barat. Profil Kesehatan Jawa Barat 2017.
2017;1–236.
15