Anda di halaman 1dari 126

PENGARUH PENYULUHAN GIZI DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL

TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTIK

GIZI SEIMBANG PADA WANITA USIA SUBUR PRA NIKAH DI KUA

WILAYAH KOTA PARIAMAN TAHUN 2019

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan


Pendidikan S1 Gizi STIKes Perintis Padang

OLEH :

HANA PRADITA ADRIANTO

NIM : 1713211110

PROGRAM STUDI S1 GIZI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS

PADANG

2019

i
ii
iii
iv
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Hana Pradita Adrianto


Tempat/Tanggal Lahir : Pariaman/ 10 Oktober 1995
Agama : Islam
Anak ke : 1 dari 3 bersaudara
Alamat : Perumahan Kelapa Gading Blok B1/1 Pariaman
Nama Orang Tua
Ayah : Wien Adrianto
Ibu : Desalina
Riwayat Pendidikan :
1. TK Kartika Jaya : Tamat Tahun 2001
2. SD Negeri 29 Kampung Baru Pariaman : Tamat Tahun 2007
3. SMP Negeri 1 Pariaman : Tamat Tahun 2010
4. SMA Negeri 2 Pariaman : Tamat Tahun 2013
5. Poltekkes Kemenkes Padang Jurusan Gizi : Tamat Tahun 2017
6. Stikes Perintis Padang Prodi S1 Gizi : Tamat Tahun 2019

v
PROGRAM STUDI S1 GIZI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS PADANG
SKRIPSI, Februari 2019

Hana Pradita Adrianto

PENGARUH PENYULUHAN GIZI DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL


TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTIK
GIZI SEIMBANG PADA WANITA USIA SUBUR PRA NIKAH DI KUA
WILAYAH KOTA PARIAMAN TAHUN 2019
vi + 87 Halaman + 11 Tabel + 6 Gambar + 9 Lampiran

ABSTRAK

Masa kehamilan merupakan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK),


dimana sel-sel otak janin mulai berkembang. Gizi merupakan salah satu penentu
dalam perkembangan otak janin dan mempengaruhi kesehatan ibu pada masa
kehamilan. Bila seorang wanita kekurangan gizi akan berdampak pada keadaan
gizi kurang seperti Kekurangan Energi Kronik dan Anemia serta penurunan fungsi
reproduksi. Berdasarkan data dari Global Nutrition Report yang bersumber dari
WHO tahun 2014, angka kejadian anemia pada wanita usia subur tahun 2011 dari
seluruh Negara di dunia adalah 29%. Pemenuhan asupan gizi berkaitan erat
dengan tinggi rendahnya pengetahuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh penyuluhan gizi dengan media audio visual terhadap
perubahan pengetahuan, sikap, dan praktik gizi seimbang pada wanita usia subur
pranikah di KUA wilayah Kota Pariaman pada tahun 2019.
Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen menggunakan
desain one group pretest-postest yang dilakukan di KUA wilayah Kota Pariaman.
Sampel terdiri dari 36 orang calon pengantin wanita. Data pengetahuan, sikap, dan
praktik gizi pranikah diperoleh dari kuesioner. Analisis data dilakukan
menggunakan independent sample t-test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan
sebesar 38%, peningkatan sikap sebesar 1.9%, dan peningkatan praktik gizi
seimbang sebesar 21.9%, sedangkan p-value pengetahuan, sikap dan praktik
sebelum dan sesudah intervensi <0.05.
Penyuluhan dengan media audio visual dapat meningkatkan pengetahuan,
sikap dan praktik tentang gizi pranikah pada wanita usia subur/calon pengantin
wanita. Perlu dilakukan pendidikan gizi pranikah bagi wanita usia subur dalam
mempersiapkan kehamilannya.

Daftar Pustaka : 34 (1994-2016)


Kata Kunci : Gizi Pranikah, Penyuluhan Gizi, Media Audio Visual,
Pengetahuan, Sikap, Praktik Gizi Seimbang

vi
STUDY PROGRAM OF S1 NUTRITION
INSTITUTE OF HEALTH SCIENCE PERINTIS PADANG
SKRIPSI, February 2019

HANA PRADITA ADRIANTO

COUNSELING OF NUTRITION WITH AUDIO VISUAL MEDIA TO


CHANGES KNOWLEDGE, ATTITUDES, AND NUTRITIONAL
PRACTICES IN PRA NIKAH FERTILIZER WOMEN AT KUA AREA OF
PARIAMAN CITY 2019
vi + 87 Page + 11 Tables + 6 Images + 9 Attachments

ABSTRACT

Pregnancy is the First 1000 Days of Life (HPK), where fetal brain cells
begin to develop. Nutrition is one of the determinants in the development of the
fetal brain and affects the health of the mother during pregnancy. If a woman is
malnourished it will have an impact on the condition of malnutrition such as
Chronic Energy Deficiency and Anemia and decreased reproductive function.
Based on data from the Global Nutrition Report sourced from the WHO in 2014,
the incidence of anemia in women of childbearing age in 2011 from all countries
in the world is 29%. Fulfillment of nutritional intake is closely related to high and
low knowledge. The purpose of this study was to determine the effect of
nutritional counseling with audio visual media on changes in knowledge,
attitudes, and practices of balanced nutrition in prenuptial reproductive age
women in KUA Kota Pariaman region in 2019.
This study was astudy quasi-experimental using a design one the pretest-
posttest group conducted in KUA Pariaman City. The sample consists of 36 bride.
Data on the knowledge, attitudes, and practices of premarital nutrition were
obtained from the questionnaire. Data analysis was performed using the
independent sample t-test.
The results showed that there was an increase in knowledge by 38%, an
increase in attitude by 1.9%, and an increase in balanced nutrition practices by
21.9%, while the p-value of knowledge, attitudes and practices before and after
intervention <0.05.
Counseling with audio visual media can increase knowledge, attitudes and
practices about premarital nutrition in women of childbearing age / prospective
brides. Prenatal nutrition education is needed for women of childbearing age in
preparing for their pregnancy.

Bibliography : 34 (1994-2016)
Keywords : Premarital Nutrition, Nutrition Extension, Audio Visual
Media, Knowledge, Attitude, Balanced Nutrition
Practice

vii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi
yang berjudul “Pengaruh Penyuluhan Gizi dengan Media Audio Visual
terhadap Perubahan Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Gizi Seimbang Pada
Wanita Usia Subur Pra Nikah di KUA Wilayah Kota Pariaman Tahun 2019”
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak dibantu oleh berbagai
pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Yendrizal Jafri, S.Kp, M. Biomed selaku Ketua Yayasan STIKes
Perintis Padang.
2. Ibu Widia Dara, SP, MP selaku Ketua Prodi S1 Gizi STIKes Perintis
Padang.
3. Ibu Erina Masri, M. Biomed selaku dosen pembimbing I yang telah
banyak membantu dan membimbing penulis selama menyelesaikan skripsi
ini
4. Ibu Rahmitha Yanti, M. Kes selaku dosen pembimbing II yang telah
banyak membantu dan membimbing penulis selama menyelesaikan skripsi
ini
5. Bapak H. Dezi Ilham, M. Biomed selaku dosen penguji
6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Gizi beserta staf di STIKes Perintis Padang
7. Kedua orang tua dan keluarga tercinta yang telah memberikan semangat
dan mengiringi dengan do’a untuk perjuangan penulis menyelesaikan
skripsi ini.
Dengan kesungguhan dan kerja keras penulis berupaya memberikan hasil
yang semaksimal mungkin demi tercapainya kesempurnaan. Tanggapan, kritikan
dan saran akan sangat berarti bagi penulis dalam mencapai kesempurnaan skripsi
ini.
Padang, Februari 2019
Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERSETUJUAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................ v
DAFTAR TABEL ........................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii
DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN ............................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 7
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 8
1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................... 8
1.3.2 Tujuan Khusus .......................................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................ 9
1.5 Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Wanita Usia Subur ................................................................................ 11
2.1.1 Pengertian WUS ....................................................................... 11
2.1.2 WUS PraNikah ......................................................................... 11
2.1.3 Peran WUS Dalam Daur Kehidupan ........................................ 12
2.1.4 Kematangan Reproduksi .......................................................... 14
2.2 Gizi Pra Nikah ...................................................................................... 15
2.2.1 Pengertian Pedoman Gizi Seimbang ........................................ 15
2.2.2 Pesan Pedoman Gizi Seimbang Pada WUS ............................. 15
2.2.3 Pengelompokkan Makanan Pada Tumpeng Gizi Seimbang ..... 17
2.2.4 Status Gizi WUS PraNikah....................................................... 18
2.2.5 Persiapan Gizi Sebelum Kehamilan ......................................... 20
2.3 Pengetahuan Gizi.................................................................................. 21
2.3.1 Pengertian Pengetahuan............................................................ 21
2.3.2 Tingkat Pengetahuan ................................................................ 21
2.3.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ................................ 22
2.3.4 Pentingnya Pengetahuan Gizi Bagi WUS ................................ 25
2.3.5 Pengukuran Pengetahuan.......................................................... 26
2.4 Pendidikan Gizi .................................................................................... 27

ix
2.4.1 Pengertian Pendidikan Gizi ...................................................... 27
2.4.2 Peran Pendidikan Gizi Dan Kesehatan ..................................... 27
2.4.3 Pendidikan Gizi Pada WUS Pra Nikah .................................... 29
2.5 Metode Pendidikan Kesehatan ............................................................. 30
2.6 Metode Pendidikan Kesehatan Melalui Penyuluhan ............................ 33
2.6.1 Pengertian Penyuluhan ............................................................. 33
2.6.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Penyuluhan 34
2.6.3 Materi atau Pesan Penyuluhan.................................................. 35
2.6.4 Metode Penyuluhan .................................................................. 35
2.7 Media .................................................................................................... 39
2.7.1 Pengertian Media ...................................................................... 39
2.7.2 Media Pendidikan Kesehatan ................................................... 38
2.8 Media Audio Visual .............................................................................. 40
2.8.1 Televisi (TV) ............................................................................ 42
2.8.2 Animasi..................................................................................... 42
2.9 Kerangka Teori ..................................................................................... 44
2.10 Kerangka Konsep ................................................................................ 45
2.11 Hipotesis ............................................................................................. 46
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ..................................................................................... 47
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................... 47
3.3 Populasi dan Sampel ............................................................................ 48
3.3.1 Populasi .................................................................................... 48
3.3.2 Sampel ...................................................................................... 48
3.4 Sumber Data ......................................................................................... 49
3.5 Metode Pengumpulan Data .................................................................. 50
3.5.1 Teknik Pengumpulan Data dan Jalannya Penelitian ................. 50
3.5.2 Instrumen .................................................................................. 52
3.6 Validitas dan Reliabilitas Instrumen ..................................................... 54
3.6.1 Uji Validitas .............................................................................. 54
3.6.2 Uji Reliabilitas .......................................................................... 55
3.7 Definisi Operasional ............................................................................. 57
3.8 Pengolahan Data .................................................................................. 58
3.9 Analisis Data ........................................................................................ 59
3.9.1 Analisis Univariat ..................................................................... 59
3.9.2 Analisis Bivariat ....................................................................... 59
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................... 61
4.2 Karakteristik Responden ...................................................................... 62
4.3 Analisa Univariat .................................................................................. 63
4.3.1 Pengetahuan .............................................................................. 63

x
4.3.2 Sikap ......................................................................................... 65
4.3.3 Praktik Gizi Seimbang.............................................................. 69
4.4 Analisa Bivariat .................................................................................... 72
4.4.1 Uji Normalitas Data .................................................................. 70
4.4.2 Pebedaan rata-rata Skor Pengetahuan Responden Sebelum dan
Sesudah Penyuluhan Gizi dengan Media Audio Visual ........... 70
4.4.3 Pebedaan rata-rata Skor Sikap Responden Sebelum dan Sesudah
Penyuluhan Gizi dengan Media Audio Visual .......................... 71
4.4.4 Pebedaan rata-rata Skor Praktik Gizi Seimbang Responden
Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Gizi dengan Media Audio Visual........ 72
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 74
5.1.1 Perlakuan .................................................................................. 74
5.1.2 Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Pengetahuan, Sikap, dan
Praktik Gizi Simbang ............................................................... 74
5.1.3 Pengendalian Bias .................................................................... 74
5.2 Karakteristik Responden ...................................................................... 75
5.2.1 Usia ........................................................................................... 75
5.2.2 Pendidikan ................................................................................ 75
5.2.3 Pekerjaan .................................................................................. 76
5.2.4 Sumber Informasi Gizi ............................................................. 76
5.3 Analisa Univariat .................................................................................. 76
5.3.1 Gambaran Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Gizi
Menggunakan Media Audio Visual .......................................... 76
5.3.2 Gambaran Sikap Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Gizi
Menggunakan Media Audio Visual .......................................... 78
5.3.3 Gambaran Praktik Gizi Seimbang Sebelum dan Sesudah
Penyuluhan Gizi Menggunakan Media Audio Visual .............. 79
5.4 Analisa Bivariat .................................................................................... 80
5.4.1 Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan .......................... 81
5.4.2 Pengaruh Penyuluhan Terhadap Sikap ..................................... 81
5.4.3 Pengaruh Penyuluhan Terhadap Praktik Gizi Seimbang .......... 82
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan .......................................................................................... 84
6.2 Saran ..................................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR GRAFIK
HALAMAN
Diagram 1 Distibusi Frekuensi Pengetahuan Responden Sebelum dan
Sesudah Penyuluhan Gizi dengan Media Audio Visual .............. 63
Diagram 2 Distibusi Frekuensi Sikap Responden Sebelum dan Sesudah
Penyuluhan Gizi dengan Media Audio Visual ............................ 66
Diagram 3 Distibusi Frekuensi Praktik Gizi Seimbang Responden Sebelum
dan Sesudah Penyuluhan Gizi dengan Media Audio Visual ....... 68

xii
DAFTAR TABEL

HALAMAN
Tabel 2.1 Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia ............................. 19
Tabel 3.1 Isi Kuesioner Pengetahuan Gizi .................................................... 53
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Pendidikan,
Pekerjaan dan Sumber Informasi Gizi yang pernah didapatkan ... 62
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang
Gizi Pranikah ................................................................................. 64
Tabel 4.3 Distribusi Rata-rata Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah
Penyuluhan Gizi dengan Media Audio Visual .............................. 65
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Sikap Responden Tentang Fizi Pra Nikah ... 66
Tabel 4.5 Distribusi Rata-rata Sikap Responden Sebelum dan Sesudah
Penyuluhan Gizi dengan Media Audio Visual .............................. 68
Tabel 4.6 Distribusi Rata-rata Praktik Gizi Seimbang Responden Sebelum dan
Sesudah Penyuluhan Gizi dengan Media Audio Visual Berdasarkan
Jumlah ........................................................................................... 69
Tabel 4.7 Distribusi Rata-rata Praktik Gizi Seimbang Responden Sebelum dan
Sesudah Penyuluhan Gizi dengan Media Audio Visual Berdasarkan
AKG .............................................................................................. 69
Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Data ............................................................. 70
Tabel 4.9 Rata-rata Skor Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah
Penyuluhan Gizi dengan Media Audio Visual .............................. 71
Tabel 4.10 Rata-rata Skor Sikap Responden Sebelum dan Sesudah
Penyuluhan Gizi dengan Media Audio Visual .............................. 72
Tabel 4.11 Rata-rata Skor Praktek Gizi Seimbang Responden
Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Gizi dengan Media Audio
Visual ............................................................................................. 73

xiii
DAFTAR GAMBAR

HALAMAN
Gambar 1 Gizi Dalam Daur Kehidupan ......................................................... 12
Gambar 2 Tumpeng Gizi Seimbang ............................................................... 16
Gambar 3 Kerangka Teori Pengaruh Pendidikan Gizi Terhadap Pengetahuan,
Sikap, dan Praktik Gizi Seimbang................................................. 44
Gambar 4 Kerangka Konsep Pengaruh Pendidikan Gizi Pranikah Terhadap
Pengetahuan Gizi, Sikap, dan Praktik Prinsip Gizi Seimbang Pada
WUS Pranikah ............................................................................... 45
Gambar 5 Rancangan One Group Pretest-Postest ......................................... 47
Gambar 6 Alur Pengumpulan Data dan Jalannya Penelitian ......................... 50

xiv
DAFTAR SINGKATAN/ISTILAH

1. PJT : PertumbuhanJaninTerhambat
2. PGS : Pedoman Gizi Seimbang
3. TGS : Tumpeng Gizi Seimbang
4. WUS : Wanita Usia Subur
5. SDM : Sumber Daya Manusia
6. IMT : Indeks Massa Tubuh
7. Depkes : Departemen Kesehatan
8. Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
9. WHO : World Health Organization
10. IMR : Infant Mortality Rate
11. MMR : Mother Mortality Rate
12. KUA : Kantor Urusan Agama
13. AKG : AngkaKecukupanGizi

xv
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Calon pengantin merupakan pasangan laki-laki dan perempuan yang

akan segera hidup bersama dalam mahligai rumah tangga dan membentuk

keluarga dalam ikatan pernikahan. Masa pra nikah dapat dikaitkan dengan

masa pra konsepsi, karena setelah menikah akan segera menjalani proses

konsepsi. Kualitas seorang generasi penerus akan ditentukan oleh kondisi

sejak sebelum hamil dan selama kehamilan. Kesehatan pra konsepsi menjadi

sangat penting untuk diperhatikan termasuk status gizinya, terutama dalam

upaya mempersiapkan kehamilan karena akan berkaitan dengan outcome

kehamilan (Kemenag RI, 2009).

Kehamilan merupakan impian bagi pasangan suami istri dengan

memiliki seorang anak, salah satu tujuan dari pernikahan telah terpenuhi. Bagi

beberapa wanita, hamil adalah hal yang sangat mudah didapatkan. Namun,

ada beberapa wanita yang harus melakukan banyak usaha untuk dapat hamil.

Pengetahuan gizi sangat diperlukan bagi pasangan suami istri dalam

mempersiapkan kehamilan terutama bagi pasangan yang akan menikah

(Rahayu, B.P, 2010).

Kehamilan yang sehat membutuhkan persiapan fisik dan mental, oleh

karena itu perencanaan kehamilan harus dilakukan sebelum masa kehamilan.

Proses kehamilan yang direncanakan dengan baik akan berdampak positif

pada kondisi janin dan adaptasi fisik, serta psikologis ibu pada kehamilan

menjadi lebih baik. Pengaturan gizi yang baik juga sangat berperan dalam
2

proses pembentukan sperma dan sel telur yang sehat. Status gizi yang baik

dapat mencegah masalah gizi pada saat kehamilan seperti anemia, KEK,

pencegahan infeksi dan komplikasi kehamilan (Harmaidar, 2017)

Masa kehamilan merupakan masa periode awal kehidupan atau biasa

disebut 1000 Hari Pertama Kehidupan. Periode ini juga sering disebut periode

sensitif. Perkembangan sel-sel otak manusia pada masa tersebut sangat

menentukan kualitas sumber daya manusia masa depan, sehingga bila terjadi

gangguan pada periode tersebut akan berdampak permanen, tidak bisa

diperbaiki. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia,

gizi juga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan ibu (Depkes

RI, 2012)

Kesehatan ibu mencakup kesehatan wanita dalam usia subur. Status

gizi wanita, terutama pada usia subur merupakan elemen pokok dalam

kesehatan reproduksi meliputi prakehamilan, kehamilan dan kesehatan ibu

yang menyusui anaknya. Bila seorang wanita kekurangan gizi akan

berdampak pada keadaan gizi kurang seperti Kekurangan Energi Kronik dan

Anemia serta penurunan fungsi reproduksi (Siwi Setiyo, 2011).

Berdasarkan data dari Global Nutrition Report yang bersumber dari

WHO tahun 2014, angka kejadian anemia pada wanita usia subur tahun 2011

dari seluruh Negara di dunia adalah 29%. Hasil RISKESDAS pada tahun 2013

melaporkan bahwa angka kejadian wanita hamil yang mengalami KEK di

Indonesia adalah sebesar 24.2%, sedangkan angka kejadian wanita hamil yang

mengalami KEK di Sumatera Barat adalah sebesar lebih dari 17%. Angka

kejadian wanita hamil KEK berdasarkan kelompok umur, angka yang paling
3

tinggi terjadi pada umur 15-19 tahun (38,5%), yang kedua tertinggi adalah

kelompok umur 20-24 tahun (30,1%).

Pemenuhan kebutuhan gizi pada WUS pranikah ataupun ibu hamil,

berkaitan erat dengan tinggi rendahnya pengetahuan tentang gizi. Berdasarkan

kerangka konsep dari UNICEF tentang masalah gizi terdapat penyebab

langsung yaitu: asupan dan infeksi penyakit, kemudian penyebab tidak

langsung yaitu: ketersediaan pangan RT, perawatan/pola asuh anak dan ibu

hamil dan pelayanan kesehatan, sedangkan yang menjadi masalah utama di

masyarakat dari masalah gizi yaitu: kurangnya pendidikan/pengetahuan,

ketersediaan pangan di masyarakat, sempitnya lapangan kerja, kemiskinan,

dan yang menjadi masalah dasar dari masalah gizi yaitu: krisis ekonomi,

politik dan sosial.

Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang hubungan konsumsi

makanan dengan kesehatan tubuh. Ibu hamil dengan pengetahuan gizi baik

diharapkan dapat memilih asupan makanan yang bernilai gizi baik dan

seimbang bagi dirinya sendiri, janin, dan keluarga. Pengetahuan gizi yang baik

dapat membantu seseorang belajar bagaimana menyimpan, mengolah serta

menggunakan bahan makanan yang berkualitas untuk dikonsumsi (Siwi

Setiyo, 2011)

Menurut Rahmiyati tahun 2013 menunjukkan bahwa status gizi ibu

sebelum hamil mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap kejadian Berat

Badan Lahir Rendah (BBLR). Ibu dengan status gizi kurang (kurus) sebelum

hamil mempunyai resiko 4.27 kali untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan

dengan ibu yang mempunyai status gizi baik (normal), akan tetapi masih
4

banyak ibu hamil yang mengalami masalah gizi yaitu Kekurangan Energi

Kronik (KEK) dan Anemia. Hal tersebut dapat terjadi apabila ibu hamil

kurang mengetahui tentang pengetahuan gizi pada saat hamil, maka akan

menyebabkan resiko kesakitan yang lebih besar pada saat trimester III

kehamilan, yaitu resiko melahirakn bayi dengan BBLR, kematian sesaat,

perdarahan dan gangguan kesehatan.

Gizi ibu yang buruk sebelum kehamilan maupun pada saat kehamilan

akan berdampak kepada 1000 Hari Pertama Kehidupan bayi, dapat

menyebabkan Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), bayi BBLR, gangguan

pertumbuhan dan perkembangan otak bayi serta peningkatan risiko kesakitan

dan kematian. BBLR mempunyai dampak buruk terhadap perkembangan

kognitif dan psikomotorik bayi, disamping dampak buruk pada saat

pertumbuhan (Yongky.dkk, 2009).

Faktor yang terjadi sebelum kehamilan, seharusnya dapat diatasi

sebelum kehamilan terjadi, yaitu melalui pendidikan kesehatan. Pendidikan

kesehatan mendorong seseorang memiliki kemampuan optimal yang berupa

pengetahuan, perubahan sikap dan tindakan (Notoatmodjo, 2003).

Beberapa peneliti telah menyatakan pendidikan kesehatan dapat

meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan diantaranya penelitian

yang dilakukan oleh Anny tahun 2012, tentang “Pengaruh Pendidikan

Kesehatan Tentang Nutrisi Prakonsepsi Terhadap Tingkat Pengetahuan,

Sikap, dan Praktik Konsumsi Makanan Sehat Wanita Pranikah” melalui

penyuluhan dengan menggunakan kelompok perlakuan dan kontrol, pada

kelompok perlakuan, setelah intervensi terjadi peningkatan pengetahuan


5

sebesar yaitu 24.2% dibandingkan kelompok non intervensi yang meningkat

hanya sebesar 6.1% serta jumlah responden yang mengalami

perubahan/peningkatan sikap setelah intervensi secara statistik sebanyak

36.4%.

Metode yang dapat digunakan untuk pendidikan gizi adalah metode

pendidikan perorangan seperti konsultasi, dan metode pendidikan kelompok

seperti ceramah/penyuluhan dan seminar. Alat bantu yang digunakan dalam

pemberian pendidikan gizi bisa menggunakan berbagai media seperti media

visual/bacaan seperti leaflet, buletin, majalah dan sebagainya, media

audio/suara seperti lagu, rekaman suara tentang informasi kesehatan dan lain

sebagainya serta media peraga/pajangan seperti poster tunggal, poster seri,

lembar balik, slide dan lain sebagainya (Notoatmodjo, 2010).

Media penyuluhan kesehatan menurut Setiawati dan Dermawan

(2008) dalam Rahmawati (2007) merupakan salah satu komponen dari proses

pembelajaran yang akan mendukung komponen-komponen yang lain. Media

diartikan sebagai segala bentuk atau saluran yang digunakan untuk

menyampaikan pesan dan informasi. Media penyuluhan sebenarnya tidak

hanya berfungsi sebagai pelengkap yaitu membantu pemberi informasi untuk

pengingat, namun media mempunyai fungsi atensi yaitu memiliki kekuatan

untuk menarik perhatian. Media yang menarik akan memberikan keyakinan,

sehingga perubahan kognitif afeksi dan psikomotor dapat dipercepat.

Alat bantu yang digunakan dalam pemberian pendidikan gizi bisa

menggunakan berbagai media seperti media visual/bacaan seperti leaflet,

buletin, majalah dan sebagainya, media audio/suara seperti lagu, rekaman


6

suara tentang informasi kesehatan dan lain sebagainya serta media

peraga/pajangan seperti poster tunggal, poster seri, lembar balik, slide dan

lain sebagainya (Notoatmodjo, 2010).

Pengelompokan media berdasarkan perkembangan teknologi dibagi

menjadi media cetak, audiovisual, dan komputer. Audiovisual merupakan

salah satu media yang menyampaikan informasi atau pesan secara audio dan

visual. Media audiovisual memiliki dua elemen yang masing-masing

mempunyai kekuatan yang akan bersinergi menjadi kekuatan yang besar.

Media ini memberikan stimulus pada pendengaran dan penglihatan, sehingga

hasil yang diperoleh lebih maksimal. Hasil tersebut dapat tercapai karena

pancaindera yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke otak adalah

mata (kurang lebih 75% sampai 87%) sedangkan 13% sampai 25%

pengetahuan diperoleh atau disalurkan melalui indera yang lain (Rahmawati,

2007)

Penelitian Rahmawati, dkk (2007) menyebutkan bahwa pengetahuan

dan sikap meningkat secara signifikan setelah diberikan intervensi berupa

media audiovisual karena pada media audiovisual responden dapat melihat

gambar-gambar.

Penelitian ini dilakukan di KUA (Kantor Urusan Agama) Kota

Pariaman. Pemilihan lokasi penelitian di KUA karena KUA merupakan

tempat calon pengantin mendaftarkan diri agar mendapatkan kartu nikah serta

pengakuan secara legal dari Kementrian Agama Indonesia. Calon pengantin

akan diberi pembekalan sebelum menikah oleh KUA, karena setelah menikah

calon pengantin akan segera menjalani proses konsepsi. Kesehatan


7

prakonsepsi menjadi sangat penting untuk diperhatikan termasuk status

gizinya, terutama dalam upaya mempersiapkan kehamilan karena akan

berkaitan erat dengan kualitas seorang generasi penerus. Maka dari itu upaya

yang dapat dilakukan yaitu memberikan pengetahuan gizi pra nikah untuk

mempersiapkan diri menjadi seorang ibu dan ayah dimasa yang akan datang,

sehingga calon pengantin laki-laki dan perempuan yang mendaftar di KUA

menjadi sasaran penelitian. Lokasi KUA yang akan dipilih sebagai tempat

penelitian yaitu di KUA Pariaman Tengah, karena berdasarkan data BPS Kota

Pariaman, kecamatan Pariaman Tengah memiliki jumlah penduduk yang cukup

padat diantara seluruh kecamatan di Kota Pariaman, sehingga memiliki angka

calon pengantin yang terdaftar di KUA cukup banyak.

Berdasarkan dari data yang didapat peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Pengaruh Penyuluhan Gizi dengan Media Audio

Visual terhadap Perubahan Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Gizi

Seimbang Pada Wanita Usia Subur Pra-Nikah di KUA Wilayah Kota

Pariaman Tahun 2019”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka

rumusan masalah dalam penelitian adalah bagaimana pengaruh penyuluhan

gizi dengan media audio visual terhadap perubahan pengetahuan, sikap, dan

praktik gizi seimbang pada wanita usia subur pra nikah di KUA wilayah Kota

Pariaman tahun 2019.


8

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

pengaruh penyuluhan gizi dengan media audio visual terhadap perubahan

pengetahuan, sikap, dan praktik gizi seimbang pada wanita usia subur pra

nikah di KUA wilayah Kota Pariaman tahun 2019.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran pengetahuan WUS pra nikah sebelum dan

sesudah diberikan penyuluhan gizi dengan media audio visual.

b. Diketahiunya gambaran sikap WUS pra nikah sebelum dan sesudah

diberikan penyuluhan gizi dengan media audio visual.

c. Diketahuinya gambaran praktik gizi seimbang WUS pra nikah

sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan gizi dengan media audio

visual.

d. Diketahuinya pengaruh penyuluhan gizi terhadap pengetahuan WUS

pra nikah sebelum dan sesudah diberikan intervensi dengan

menggunakan media audio visual.

e. Diketahuinya pengaruh penyuluhan gizi terhadap sikap WUS pra

nikah sebelum dan sesudah diberikan intervensi dengan menggunakan

media audio visual.

f. Diketahuinya pengaruh penyuluhan gizi terhadap praktik gizi

seimbang WUS pra nikah sebelum dan sesudah diberikan intervensi

dengan menggunakan media audio visual.


9

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti dalam

menemukan pengaruh pengaruh penyuluhan gizi dengan media audio

visual terhadap perubahan pengetahuan, sikap, dan praktik gizi seimbang

pada wanita usia subur pra nikah di KUA wilayah Kota Pariaman tahun

2019.

1.4.2 Bagi Institusi

Hasil penelitian ini nantinya dapat menjadi bahan masukan dalam

pengembangan ilmu pengetahuan mengenai gizi pra nikah.

1.4.3 Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai acuan dan data dasar

bagi penelitian selanjutnya khususnya penelitian tentang pengaruh

pengaruh penyuluhan gizi dengan media audio visual terhadap perubahan

pengetahuan, sikap, dan praktik gizi seimbang pada wanita usia subur pra

nikah di KUA wilayah Kota Pariaman tahun 2019.

1.5 Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pengaruh

penyuluhan gizi dengan media audio visual terhadap perubahan

pengetahuan, sikap, dan praktik gizi seimbang pada wanita usia subur pra

nikah di KUA wilayah Kota Pariaman tahun 2019.

Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah Quasi-

Experiment. Data diambil berasal dari sumber data sekunder yaitu data

catin dari KUA Pariaman Tengah, serta sumber data primer yang diperoleh
10

dari kuesioner yang diisi oleh responden.


11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Wanita Usia Subur (WUS)

2.1.1 Pengertian WUS

WUS (Wanita Usia Subur) adalah wanita yang keadaan organ

reproduksinya berfungsi dengan baik atau sering disebut dengan usia

reproduktif. WHO mendefenisikan kelompok usia reproduktif antara 15

sampai 49 tahun. Pada wanita usia subur ini berlangsung lebih cepat dari pada

pria. Puncak kesuburan ada pada rentang usia 20-29 tahun, usia ini wanita

memiliki kesempatan 95% untuk hamil. Pada usia 30 tahun-an presentasenya

menurun hingga 90% (Widyatuti, 2009).

Memasuki usia 40 tahun, kesempatan hamil berkurang hingga menjadi

40%. Setelah usia 40 tahun wanita hanya punya maksimal 10% kesempatan

untuk hamil. Masalah kesuburan alat reproduksi merupakan hal yang sangat

penting untuk diketahui. Dimana dalam masa wanita subur ini harus menjaga

dan merawat personal hygiene yaitu pemeliharaan keadaan alat kelaminya

dengan rajin membersihkannya.Oleh karena itu WUS dianjurkan untuk

merawat diri. Untuk mengetahui tanda-tanda wanita subur antara lain dengan

melihat siklus haidnya (Widyatuti, 2009)

2.1.2 WUS Pra Nikah

Wanita usia subur pranikah merupakan wanita usia subur yang belum

menikah atau yang akan menikah nantinya. Pada usia ini kehamilan sehat

paling mudah terjadi. Di usia subur wanita harus lebih memperhatikan

kondisi tubuhnya agar selalu dalam kondisi prima tentunya sehat, sehingga
12

dengan mempersiapkan diri dan pengetahuan tentang gizi pra dan saat

kehamilan, jika hamil nanti dapat berjalan dengan lancar, anak sehat dan ibu

sehat (Widyatuti, 2009).

2.1.3 Peran WUS Dalam Daur Kehidupan

Gizi mempunyai peran besar dalam daur kehidupan. Setiap tahap daur

kehidupan terkait dengan satu set prioritas nutrien yang berbeda. Semua

orang sepanjang kehidupan membutuhkan nutrien yang sama, namun dengan

jumlah yang berbeda. Nutrien tertentu yang didapat dari makanan, melalui

peranan fisiologis yang spesifik dan tidak tergantung pada nutrien yang lain,

sangat dibutuhkan untuk hidup dan sehat.

Ilmu pengetahuan mutakhir menunjukkan bahwa status gizi antar

generasi dalam daur kehidupan ini ada kaitannya (Gambar 2.1). Gizi kurang

pada umumnya dimulai dari dalam uterus dan kemudian berlanjut, terutama

bila janin perempuan, ke dalam kehidupan remaja dan dewasa.

Sumber: 4th Report on the World Nutrition Situation, Jan 2000

Gambar 2.1 Gizi Dalam Daur Kehidupan


13

Gizi kurang yang terjadi pada anak-anak, remaja, dan saat kehamilan

mempunyai dampak buruk terhadap berat lahir bayi. Berat lahir rendah

(<2500 gram) dengan kehamilan genap bulan (intra uterine growth

retardation) mempunyai risiko kematian yang lebih besar daripada bayi lahir

dengan berat normal (≥2500 gram) pada masa neonatal maupun pada masa

bayi selanjutnya.Gizi kurang terutama kurang energi, vitamin A, Zn dan Fe

menyebabkan masa bayi dan masa dini anak-anak sering kali mendapat

infeksi, dan umumnya infeksi berlangsung berkepanjangan. Demikian juga

umumnya “growth faltering” terjadi pada masa sebelum lahir hingga usia dua

tahun.

Infeksi yang diderita pada masa dini anak-anak dan pertumbuhan yang

kurang memadai berlanjut ke masa anak-anak sekolah.Hal itu berdampak

buruk terhadap angka ketidak hadiran anak-anak di sekolah yang cukup tinggi

karena sakit, kemampuan belajar, dan hasil belajar. Pada masa remaja, ada

kesempatan kedua untuk tumbuh cepat meskipun waktunya terbatas.Pacu

tumbuh yang terjadi pada masa remaja dengan gizi kurang sebagai akibat dari

gizi pada masa anak-anak tidak dapat optimal.Demikian juga efek dari kurang

gizi dini dalam perkembangan kognitif dan perilku tidak dapat pulih

sempurna.

Seorang remaja perempuan yang pendek (= stunting, skor <-2 Z

WHO/NCHS) pada umumnya akan bertumbuh menjadi dewasa yang pendek

pula. Terpisah dari akibat terhadap kesehatan dan produktifitasya, seorang

perempuan dewasa pendek meningkatkan peluang untuk melahirkan bayi

berat lahir rendah. Dengan demikian siklus daur kehidupan gizi kurang akan
14

mulai lagi.

Lansia dengan gizi cukup, sehat, dan mampu untuk mandiri

merupakan komponen dari kualitas hidup yang memadai.Namun, pada

umumnya di negara berkembang kualitas hidup yang sedemikian itu tidak

dapat dicapai. Bayi berat lahir rendah yang menunjukkan gizi kurang,

berlanjut ke masa anak-anak, remaja, dewasa, hingga lansia (Departemen

Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2007)

2.1.4 Kematangan Reproduksi WUS

Organ-organ reproduksi mulai berkembang dan berfungsi saat

memasuki usia remaja, dimana ovarium mulai berfungsi dibawah pengaruh

hormon gonadtropin dan hipofisis, dan hormon ini dikeluarkan atas pengaruh

relasing faktor dan hipotalamus. Dalam ovarium folikel mulai tumbuh,

walaupun folikel-folikel tidak sampai matang, karena sebelumnya mengalami

atresia, namun folikel-folikel tersebut sudah mampu menegluarkan estrogen

serta hormon-hormon lainnya yang juga diproduksi untuk pertumbuhan dan

perkembangan organ dan fungsi sistem reproduksi.

Masa usia subur merupakan masa terpenting bagi wanita dan

berlangsung selama 33 tahun. Masa ini adalah masa yang sangat sesuai untuk

fertilisasi atau kehamilan, karena organ reproduksi berfungsi dengan sangat

baik pada masa ini, sehingga masa ini harus sangat diperhatikan karena masa

kehamilan adalah masa-masa penting dalam siklus hidup seorang wanita,

dimana ia akan memiliki seorang anak yang akan menjadi keturunannya

(Widyatuti, 2009).
15

2.2 Gizi Pra Nikah

2.2.1 Pengertian Pedoman Gizi Seimbang

Pedoman gizi seimbang merupakan pedoman yang berisikan pesan-

pesan yang berkaitan dengan makanan yang diperlukan guna memelihara

kesehatan dan gizi yang baik. PGS dibuat untuk memperbaiki konsep “Empat

Sehat Lima Sempurna”. Agar setiap orang memiliki status gizi yang baik dan

benar.Oleh karena itu, pedoman gizi harus disosialisasikan agar masyarakat

dapat memahami dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari

(Departemen Kesehatan RI, 2003).

Susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis

dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan

prinsip keanekaragaman pangan. Selain itu juga harus memperhatikan

aktivitas fisik perilaku hidup bersih dan mempertahankan berat badan normal

untuk mencegah masalah gizi yaitu kelebihan dan kekurangan gizi

(Departemen Kesehatan RI, 2003).

2.2.2 Pesan Pedoman Gizi Seimbang Pada WUS

Pesan gizi seimbang di Indonesia divisualisasikan dalam bentuk

tumpeng yang dikenal dengan nama Tumpeng Gizi Seimbang (TGS)

(Gambar 2.2). Pesan yang divisualisasikan dlam TGS ditunjukkan dengan

gambar untuk mempermudah dalam membantu setiap orang untuk memilih

makanan yang sesuai dengan jenis dan jumlah yang tepat sesuai dengan

kebutuhannya (Departemen Kesehatan RI, 2003).


16

Gambar 2.2 Tumpeng Gizi Seimbang

Pedoman Gizi Seimbang memiliki empat prinsip utama, yaitu variasi

makanan, pentingnya hidup bersih, pentingnya pola hidup aktif dan

berolahraga, dan pantau berat badan. Berikut ini penjelasan lebih rinci

mengenai empat pesan gizi seimbang adalah sebagai berikut (Yongky.dkk,

2009):

1. Pentingnya membiasakan makan makanan yang beraneka ragam

Prinsip utama dari gizi seimbang adalah membiasakan makan

makanan yang beragam. Makanan gizi seimbang tidak hanya

memperhatikan sumber zat gizi makro (karbohidrat, lemak dan protein)

dan air, akan tetapi juga memperhatikan sumber zat gizi mikro (vitamin

dan mineral). Pola makan gizi seimbang mengatur keragaman golongan

bahan makanan berdasarkan jenis dan jumlah sesuai dengan kebutuhan.

2. Pentingnya hidup bersih

Pola makan yang seimbang akan menjadi tidak berarti jika tidak

diikuti dengan dengan penerapan dan kebiasaan hidup bersih seperti

mencuci tangan sebelum makan dengan menggunakan air bersih dan


17

sabun, menyajikan makanan dalam tempat tertutup, memasak dengan suhu

yang tepat, dan mencuci sayur dan buah dengan air bersih.

3. Pentingnya pola hidup aktif dan berolahraga

Prinsip ketiga yang disampaikan dalam gizi seimbang adalah

pentingnya pola hidup aktif dan aktifitas fisik. Hal tersebut dikarenakan

perlu adanya keseimbangan antara asupan dengan pengeluaran untuk

beraktifitas. Berat badan akan berkurang jika energi yang masuk lebih

kecil jika dibandingkan dengan kebutuhan seharusnya, dan begitu pun

sebaliknya.

4. Pantau berat badan ideal

Bertambah dan berkurangnya berat badan seseorang dapat

digunakan untuk melihat keseimbangan antara asupan makanan dan

aktifitas fisik yang dilakukan seseorang. Pemahaman dan penerapan gizi

seimbang merupakan salah satu upaya yang dilakukan guna mencapai dan

mempertahan berat badan.

2.2.3 Pengelompokkan Makanan Pada Tumpeng Gizi Seimbang

Pengelompokkan bahan makanan dalam TGS didasarkan pada tiga

fungsi zat gizi, yaitu sumber energi, sumber zat pembangun, dan sumber zat

pengatur. Pengelompokkan bahan makanan tersebut adalah sebagai berikut

(Almatsier, 2011):

a. Sumber energi yang terdapat dalam makanan pokok seperti padi-padian,

umbi-umbian dan hasil olahannya seperti tepung - tepungan, roti dan lain

sebagainya.
18

b. Sumber zat pembangun yang terdapat dalam protein hewani (ayam, ikan,

susu, daging, dan lain-lain) dan protein nabati (kacang-kacangan dan hasil

olahannya seperti tahu dan tempe).

c. Sumber zat pengatur terdapat pada sayuran dan buah-buahan. Sayuran

berwarna hijau dan kuning jingga, kaya serat dan memiliki rasa asam

(jeruk, nanas, papaya, mangga dan lain-lain).

2.2.4 Status Gizi WUS Pra Nikah

Kebutuhan energi dan nutrisi wanita usia subur dipengaruhi oleh

usia reproduksi, tingkat aktifitas dan status nutrisi. Bila kebutuhan nutrisi

tidak terpenuhi akan berisiko mengalami defisiensi. Apabila seorang

wanita usia subur mengalami defisiensi nutrisi, misal defisiensi zat besi

akan menyebabkan anemia. Anemia akan mengganggu aktifitas sehari-

hari, juga berpengaruh pada sistem reproduksi.

Apabila status gizi seorang wanita usia subur bagus, maka tidak

akan ada hambatan dalam sistem reproduksinya. Gizi dan makanan tidak

saja diperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan fisik. Mental dan

kesehatan tetapi juga diperlukan untuk fertilitas atau kesuburan seseorang

agar mendapatkan keturunan.

Kekurangan nutrisi pada seseorang akan berdampak pada

penurunan fungsi reproduksi. Hal ini dapat diketahui apabila seseorang

mengalami anorexia nervosa atau bulimia maka berat badannya

akanmenurun yang bisa menyebabkan perubahan hormon-hormon tertentu

dalam tubuh yang berhubungan dengan gangguan fungsi hypotalamus

akibatnya perubahan siklus menstruasi. Wanita dengan status gizi tidak

baik akan menyebabkan BBLR dan produksi ASI sedikit (Sibagariang,


19

2010).

Penilaian terhadap status gizi wanita usia subur Pranikah dapat

diukur dari berat badan, tinggi badan, indeks masa tubuh dan Lingkar

Lengan Atas (LILA). Penghitungan IMT (Indeks Masa Tubuh) dilakukan

untuk mengetahui keseimbangan antara BB (Berat Badan) dan TB (Tinggi

Badan). IMT dapat diketahui melalui rumus berikut:

Hasil dari IMT dapat dilihat pada tabel kategori IMT berikut:

Tabel 2.1 Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia

Kategori IMT

Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0


Kekurangan berat badan tingkat
ringan 17,0 – 18,5

Normal > 18,5 – 25,0


Kelebihan Berat Badan Tingkat
Gemuk ringan > 25,0 – 27,0

Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0


(Sumber: Depkes, 1994. Pedoman Praktis Pemantauan status Gizi orang dewasa, Jakarta. Hlm.4)

Pengukuran LILA (Lingkar Lengan Atas) dilakukan dengan

menggunakan pita LILA (cm) atau meteran pendek. Hasil pengukuran

LILA ada dua kemungkinan yaitu < 23,5 cm dan ≥ 23,5 cm. Apabila hasil

pengukuran < 23,5 cm berarti berisiko KEK (Kekurangan Energi Kronis)

sedangkan ≥ 23,5 cm berarti tidak berisiko KEK (Kekurangan Energi

Kronis) (Supariasa, 2002).


20

2.2.5 Persiapan Gizi Sebelum Kehamilan

Mempersiapkan gizi sebelum kehamilan bukan hanya beberapa

waktu sebelum menikah, namun persiapan dimulai dari usia remaja.

Meskipun gizi saat remaja juga dipengaruhi oleh keadaan gizi saat lahir.

Kekurangan zat gizi yang seringkali dialami para remaja putri adalah

kekurangan akan zat gizi mikro, seperti zat besi, kalsium dan lain-lain

(Sibagariang, 2010).

Sedikit sekali yang diketahui tentang asupan pangan remaja. Meski

asupan kalori dan protein sudah tercukupi, elemen lain seperti besi,

kalsium dan beberapavitamin ternyata masih kurang. Survei terhadap

mahasiswi kedokteran di Perancis, misalnya, membuktikan bahwa 16%

mahasiswi kehabisan cadangan zat besi, sementara 75% menderita

kekurangan (Arisman, 2009).

Di Amerika Serikat, sebagian remaja tidak memperoleh kalsium

sebanyak yang dianjurakan oleh RDA 18%. Remaja tidak setiap hari

makan buah dan sayur, sementara kudapan asin dan manis (70%) dimakan

beberapa kali (sepertiga dari mereka) setiap hari.

Dari kebiasaan pola makan sejak remaja akan berlanjut hingga usia

dewasa. Kebiasaan pola makan yang tidak sehat tentu akan mempengaruhi

status gizi dan kesehatan saat dewasa nanti termasuk saat wanita usia

subur pranikah. Hal ini akan memberikan dampak yang buruk untuk

persiapan nutrisi wanita usia subur sebelum kehamilan.

Kebiasaan makan yang diperoleh semasa remaja akan berdampak

pada kesehatan dalam fase kehidupan selanjutnya, setelah dewasa dan


21

berusia lanjut. Ada tiga alasan mengapa remaja dikategorikan

rentan.Pertama, percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh

memerlukan energi dan zat gizi yang lebih banyak. Kedua, perubahan gaya

hidup dan kebiasaan pangan menuntut penyesuaian masukan energi dan

zat gizi. Ketiga, kehamilan yang akan dialami setelah remaja yaitu fase

dewasa muda, dimana para remaja putri telah mengalami kematangan alat

reproduksi, sehingga meningkatkan kebutuhan energi dan zat gizi,

sehingga status yang baik harus dipersiapkan jauh-jauh hari sebelum

kehamilan (Sibagariang, 2010).

2.3 Pengetahuan Gizi

2.3.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan gizi merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan

dengan masalah gizi dan kesehatan.Gizi tentunya berkaitan dengan

makanan untukmemenuhi kesehatan yang dikonsumsi sehari-hari.

Pengetahuan tentang gizi tidak hanya terbatas pada makanan, namun juga

mencakup status gizi, masalah gizi, dan pentingnya gizi dalam proses

kehidupan (Soekirman, 2011).

2.3.2 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang dimiliki oleh setiap orang mengenai sesuatu

termasuk pengetahuan gizi memiliki tingkatan yang berbeda.Ada enam

tingkat pengetahuan, yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis,

dan evaluasi (Notoatmodjo, 2007).

1. Tahu artinya dapat mengingat kembali materi yang telah dipelajari

atau didapatkan sebelumnya.


22

2. Memahami dapat diartikan sebagai kemampuan untuk

menginterpretasikan sesuatu secara benar dan mampu menjelaskan

objek yang diketahuinya.

3. Aplikasi merupakan kemampuan yang dapat digunakan untuk

mengaplikasikan materi yang telah dipelajari dalam kehidupan

nyata.

4. Analisis adalah kemampuan untuk menjelaskan dan menjabarkan

sesuatu secara terstruktur sehingga terdapat kaitan satu sama lain.

5. Sintesis dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menyusun atau

melakukan inovasi terhadap sesuatu yang telah ada sebelumnya.

6. Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan penilaian

terhadap sesuatu baik dengan kriteria yang dimiliki maupun kriteria

yang telah ada sebelumnya.

2.3.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan muncul pada saat seseorang menggunakan akal

budinya untuk dapat mengenali kejadian atau benda tertentu yang belum

pernah dirasakan atau dilihat sebelumnya. Pengetahuan dipengaruhi oleh

faktor internal dan eksternal, yaitu (Notoatmodjo, 2007):

1. Intelegensi

Intelegensi merupakan kemampuan yang dimiliki anak sejak lahir,

hal ini memungkinkan anak dapat melakukan sesuatu sesuai dengan

caranya sendiri. Kemampuan intelegensi ini akan mempengaruhi

kecepatan seseorang dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.

2. Pendidikan
23

Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan untuk memberikan

pengetahuan kepada sasaran (individu, kelompok, dan masyarakat)

melalui proses belajar sehingga mereka dapat melakukan apa yang

melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidik. Pendidikan

meliputi tiga unsur, yaitu input meliputi sasaran pendidikan (individu,

kelompok, dan masyarakat) dan pendidik (pelaku pendidikan); proses

merupakan upaya yang dilakukan untuk mempengaruhi seseorang; dan

output merupakan hasil yang diharapkan, yaitu peningkatan

pengetahuan. Oleh karena itu, tingkat pengetahuan seseorang sangat

dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya. Menurut Notoadmodjo

konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang didalamnya

terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah

yang lebih baik dan lebih matang pada individu, suatu

kelompok/masyarakat.

3. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh

pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak

langsung.

4. Informasi atau media masa

Pengetahuan atau informasi dapat diperoleh melalui pendidikan

formal maupun non-formal yang dapat memberikan pengaruh atau

peningkatan terhadap pengetahuan seseorang. Media massa dapat

digunakan untuk mempermudah menyampaikan pesan terhadap

sasaran. Media yang biasa digunakan untuk memberikan informasi dan

memberikan pesan-pesan kepada seseorang dapat berupa media cetak


24

meliputi booklet, leaflet, majalah surat kabar, dan lain-lain sedangkan

media elektronik meliputu televisi, radio, video, slide, film dan

billboard.

5. Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasaan atau tradisi yang melekat dalam diri seseorang dapat

mempengaruhi pola pikir seseorang. Selain itu, tingkat ekonomi

seseorang akan berperan dalam menentukan tersedianya fasilitas yang

diperlukan untuk mendukung kegiatan yang akan dilakukan guna

meningkatkan pengetahuan.

6. Lingkungan

Lingkungan merupakan segala sesuatu yang terdapat di sekitar

individu, lingkungan ini meliputi lingkungan fisik, biologis, maupun

lingkungan social, termasuk lingkungan keluarga, tempat tinggal dan

lingkungan tempat kerja/pekerjaan seseorang. Lingkungan memegang

peranan penting dalam mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki

seseorang.

7. Pengalaman

Pengetahuan yang dimiliki seseorang juga dapat diperoleh dari dari

pengalaman yang dialaminya sendiri maupun pengalaman orang lain.

Pengalaman merupakan cara seseorang untuk mengulang kembali

pengetahuan yang telah diperolehnya pada saat memecahkan masalah

yang dihadapinya di masa lalu.

8. Usia
25

Pengetahuan seseorang juga dipengaruhi oleh usia. Daya tangkap

dan pola pikir seseorang akan semakin berkembang seiring dengan

bertambahnya usia.

2.3.4 Pentingnya Pengetahuan Gizi Bagi WUS

Pengetahuan gizi penting untuk dimiliki dan diterapkan oleh setiap

orang dalam kehidupannya. Ada beberapa hal yang menyebabkan

pengetahuan gizi penting untuk dimiliki seseorang, yaitu (Soekirman, 2011):

1. Kesehatan dan kesejahteraan dipengaruhi oleh konsumsi zat

gizi yang cukup

2. Setiap orang hanya akan merasa cukup jika makanan yang

mereka konsumsi mampu menyediakan zat gizi yang

diperlukan untuk pemeliharaan, perkembangan optimal, dan

penyediaan energi

3. Pengetahuan gizi membuat orang untuk belajar menggunakan

dan memilih makanan yang lebih baik untuk kesejahteraannya.

Tingkat pengetahuann gizi seseorang turut mempengaruhi

pemilihan bahan makanan yang dikonsumsinya. Seseorang

yang memiliki pengetahuan gizi yang baik dapat

menjauhkannya dari pemilihan bahan makanan yang tidak

tepat.

Pengetahuan gizi WUS Pranikah lebih mengarah kepada

pengetahuan yang berkaitan dengan persiapan sebelum kehamilan.

Pengetahuan ini mencakup status gizi sebelum hamil, pengetahuan gizi

dasar yaitu “Gizi Seimbang”, angka kebutuhan gizi sehari-hari bagi wanita

usia subur pranikah.Para ahli sepakat bahwa perawatan gizi pra-kehamilan


26

juga amat penting.Artinya, setidaknya tiga bulan sebelum anda berencana

hamil, anda harus mempersiapkan diri melalui makanan bergizi dan

kesehatan badan serta mulai mengubah kebiasaan makan anda yang

kurang sehat demi kesehatan bayi anda nantinya.Sehingga saaat hamil,

badan anda sudah terkondisikan dengan sangat baik untuk pertumbuhan

janin (Mulyadi, 2003).

2.3.5 Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan gizi seseorang dapat diukur berdasarkan

penelitiannya, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.Penelitian

kuantitatif dapat dilakukan dengan wawancara baik secara tertutup

maupun terbuka dengan menggunakan alat pengumpul data berupa

kuesioner. Selain wawancara, metode lain yang dapat digunakan adalah

angket terbuka atau tertutup. Sementara itu, penelitian kualitatif dapat

menggunakan dapat menggunakan metode wawancara mendalam dan

diskusi kelompok terfokus pada 6 - 10 orang.

Pengukuran pengetahuan gizi seseorang dapat dilakukan dengan

menggunakan instrument berupa pertanyaan pilihan berganda (Multiple

Choice Test). Multiple Choice Test merupakan bentuk tes yang sangat

baik untuk mengetahui dampak dari intervensi penyuluhan gizi terkait

perubahan pengetahuan gizi seseorang.Bentuk tes ini dapat digunakan

untuk mengukur berbagai aspek yang terkait dengan ranah kognitif.Dalam

membuat instrument yang digunakan untuk mengukur pengetahuan gizi

sebaiknya memperhatikan aspek reabilitas dan keakuratan alat ukur yang

digunakan.
27

Pengetahuan gizi yang dimiliki oleh seseorang dapat dikategorikan

menjadi tiga, yaitu pengetahuan gizi baik, sedang dan rendah.

Pengkategorian pengetahuan gizi seorang dapat dilakukan dengan

menetapkan cut of point berdasarkan nilai yang telah dijadikan dalam

bentuk persen, yaitu < 60% tergolong pengetahuan rendah, 60-80%

tergolong sedang, dan>80% tergolong tinggi (Suhardjo, 1996).

2.4 Pendidikan Gizi

2.4.1 Pengertian Pendidikan Gizi

Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilan yang

diperlukan oleh dirinya dan masyarakat. Pendidikan gizi merupakan suatu

proses yang dilakukan untuk membantu seseorang dalam mengambil

keputusan mengenai apa yang mereka makan dengan menerapkan

pengetahuan gizi yang dimilikinya terkait dengan diet dan kesehatan

(Anderson, 1994).

2.4.2 Peran Pendidikan Gizi Dan Kesehatan

Pendidikan kesehatan merupakan bentuk intervensi terutama

terhadap faktor perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan dan hereditas.

Berikut peran pendidikan kesehatan menurut Notoatmodjo, 2007

khususnya peran pendidikan kesehatan terhadap gizi masyarakat dalam

faktor perilaku dan hereditas :

1. Peran Pendidikan Kesehatan dalam Perilaku


28

Pendidikan kesehatan ialah suatu upaya atau kegiatan untuk

menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan.

Artinya, pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari

atau mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan mereka,

bagaimana menghindari atu mencegah hal-hal yang merugikan

kesehatan mereka dan kesehatan ornag lain, kemana seharusnya

mencari pengobatan bilamana sakit, dan sebagainya. Kesadaran

masyarakat tentang kesehatan disebut “melek kesehatan” (health

literacy).

Lebih dari itu, pendidikan kesehatan pada akhirnya bukan hanya

mencapai “melek kesehatan” pada masyarakat saja, namun yang lebih

penting ialah mencapai perilaku kesehatan (healthy behaviour).

Kesehatan bukan hanya diketahui atau disadari (knowledge) dan

disikapi (attitude), melainkan harus dikerjakan/ dilaksanakan dalam

kehidupan sehari-hari (practice). Hal ini berarti bahwa tujuan akhir

dari pendidikan kesehatan adalah agar masyarakat dapat

mempraktikkan hidup sehat bagi dirinya sendiri dan bagi masyarakat,

atau masyarakat dapat berperilaku hidup sehat.

2. Peran Pendidikan Kesehatan dalam Faktor Hereditas

Orang tua, khususnya ibu adalah faktor yang sangatpenting dalam

mewariskan status kesehatan kepada anak-anak mereka. Orang tua

yang sehat dan gizinya baik akan mewariskan kesehatan yang baik

pula kepada anaknya. Sebaliknya kesehatan orang tua, khususnya

kesehatan ibu yang rendah dan kurang gizi, akan mewariskan


29

kesehatan yang rendah dan kurang gizi pula kepada anaknya.

Rendahnya kesehatan orang tua, terutama ibu, bukan hanya karena

sosial ekonominya rendah, tetapi sering juga disebabkan karena orang

tua, atau ibu tidak mengetahui bagaimana cara memelihara

kesehatannya atau tidak tahu makanan yang bergizi yang harus

dimakan. Oleh karena itu pendidikan kesehatan diperlukan pada

kelompok ini, agar masyarakat atau orang tuadan calon orang tua

menyadari dan melakukan hal-hal yang dapat mewariskan kesehatan

yang baik kepada keturunan mereka.

Disamping itu, banyak penyakit yang dapat diturunkan kepada

anak oleh orang tuanya, baik ayah ataupun ibu. Bagi kelompok masyarakat

yang berisiko menderita penyakit turunan (misal asma, rematik, jantung

koroner dan sebagainya) harus diberikan pengertian sehubungan dengan

penyakit-penyakit tersebut agar lebih berhati-hati dan mengurangi akibat

serius dari penyakit tersebut.

2.4.3 Pendidikan Gizi Pada WUS Pra Nikah

Pendidikan gizi yang akan disampaikan kepada WUS pranikah

mengenai pengetahuan gizi sebelum hamil yaitu tentang:

a. Pengertian Zat Gizi dan WUS (Wanita Usia Subur)

b. Peranan WUS dalam Daur Kehidupan

c. Masalah Gizi yang Sering Terjadi pada WUS beserta Dampaknya

d. Gizi Seimbang

e. Zat Gizi Penting yang Harus Tercukupi Selama Kehamilan


30

f. Bagaimana Cara Meningkatkan Status Kesehatan dan Gizi

Sebelum Hamil

2.5 Metode Pendidikan Kesehatan

Metode pendidikan kesehatan adalah suatu cara tertentu dalam

menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok, atau

individu yang dengan pesan tersebut diharapkan masyarakat, kelompok,

dan individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih

baik dimana pengetahuan tersebut akhirnya diharapkan dapat berpengaruh

terhadap perilaku sasaran. Metode pendidikan untuk individu, kelompok,

dan massa adalah (Notoatmodjo, 2007):

1. Metode pendidikan individual (perorangan)

Dalam pendidian kesehatan, metode pedidikan yang bersifat

individual ini digunakan unuk membina perilaku baru atau membina

seseorang yang mulai tertarik kepada perubahan perilaku atau inovasi.

Dasar digunakannya metode individual ini karena setiap orang

mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan

dengan penerimaan atau perilaku baru. Agar petugas kesehatan

mengetahui dengan tepat serta dapat membantu orang tersebut maka

perlu menggunakan metode ini. Dimana bentuk pendekatannya adalah:

a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counceling)

Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih

intensif. Setiap masalah yang dihadapi klien dapat diteliti dan

dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien tersebut dengan sukarela,


31

berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian akan menerima

perilaku tersebut untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-harinya.

b. Wawancara (Interview)

Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan

penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien

untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima

perubahan, apakah ia tertarik atau tidak terhadap perubahan, untuk

mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi

itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat.

2. Metode Pendidikan Kelompok

Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus diperhatikan

besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari

sasaran. Efektivitas suatu metode akan bergantung pada besarnya

sasaran pendidikan yang terbagi atas:

a. Kelompok besar (>15 orang)

Metode yang baik untuk kelompok besar adalah :

a) Ceramah

Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi

maupun rendah.

b) Seminar

Metode ini hanya cocok untuk sasaran dengan pendidikan

menengah ke atas.Yaitu berupa peyajian dari satu atau beberapa

ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dalam

masyarakat.
32

b. Kelompok kecil (<15 orang)

Metode yang baik untuk kelompok kecil :

a) Diskusi Kelompok

b) Curah Pendapat

Metode curah pendapat adalah seperti diskusi kelompok

namun diawal diskusi pemimpin kelompok akan memancing

anggota dengan suatu permasalahan yang kemudian tiap

peserta memberikan jawaban atau pendapat atas permasalahan

tersebut.

c) Bola Salju (Snow Ball)

Kelompok dibagi dalam pasangan kemudian dilontarkan

suatu masalah yang untuk selanjutnya tiap kelompok akan

bergabung menjadi satu dimana pada akhirnya terjadi diskusi

seluruh anggota kelompok.

d) Buzz Group

Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok

kecil yang kemudian diberi suatu permasalahan yang sama

atau bisa saja berbeda dengan kelompok lainnya yang pada

akhirnya hasil diskusi tiap kelompok didiskusikan kembali dan

dicari kesimpulannya.

e) Memainkan Peran (Role Play)

Dalam metode ini setiap anggota kelompok ditunjuk sebagai

pemegang peran tertentu.

f) Permainan Simulasi (Simulation Games)


33

Metode ini adalah gabungan role play dengan diskusi

kelompok. Pesan kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk

permainan.

3. Metode Pendidikan Massa

Metode ini cocok untuk mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan

yang ditujukan kepada masyarakat, karena sarana pendidikan ini

bersifat umum, dalam arti tidak membedakan umur, jenis kelamin,

pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan dan sebagainya.

Adapun beberapa pendekatannya adalah :

a) Ceramah umum

b) Pidato atau diskusi kesehatan melalui media elektronik

c) Simulasi

d) Tulisan di majalah atau koran tentang kesehatan

e) Billboard yang dipasang di pinggir jalan

2.6 Metode Pendidikan Kesehatan Melalui Penyuluhan

2.6.1 Pengertian Penyuluhan

Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan

kemampuan seseorang melalui tehnik praktek belajar atau instruksi dengan

tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia secara individu,

kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam

mencapaitujuan hidup sehat (Depkes, 2002).

Tujuan penyuluhan adalah mengubah perilaku masyarakat ke arah

perilaku sehat sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal,

untuk mewujudkannya, perubahan perilaku yang diharapkan setelah menerima


34

pendidikan tidak dapat terjadi sekaligus. Oleh karena itu, pencapaian target

penyuluhan dibagi menjadi tujuan jangka pendek yaitu tercapainya perubahan

pengetahuan, tujuan jangka menengah hasil yang diharapkan adalah adanya

peningkatan pengertian, sikap, dan keterampilan yang akan mengubah

perilaku ke arah perilaku sehat, dan tujuan jangka panjang adalah dapat

menjalankan perilaku sehat dalam kehidupan sehari-harinya (Effendy, 2003).

2.6.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Penyuluhan


Faktor-faktor yang perlu diperhatikan terhadap sasaran dalam

keberhasilan penyuluhan kesehatan :

1) Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang

terhadap informasi baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan

bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin mudah

seseorang menerima informasi didapatnya.

2) Tingkat Sosial Ekonomi

Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin

mudah pula dalam menerima informasi baru.

3) Adat Istiadat

Pengaruh dari adat istiadat dalam menerima informasi baru

merupakan hal yang tidak dapat diabaikan, karena masyarakat kita

masih sangat menghargai dan menganggap sesuatu yang tidak boleh

diabaikan.

4) Kepercayaan Masyarakat

Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan

oleh orang-orang yang sudah mereka kenal, karena sudah timbul


35

kepercayaan masyarakat dengan penyampai informasi.

5) Ketersediaan Waktu di Masyarakat

Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat

aktifitas masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat

dalam penyuluhan.

2.6.3 Materi/Pesan Penyuluhan


Materi atau pesan yang disampaikan kepada sasaran hendaknya

disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan dari individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat, sehingga materi yang disampaikan dapat

dirasakan langsung manfaatnya. Materi yang disampaikan sebaiknya

menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, tidak terlalu sulit untuk

dimengerti oleh sasaran, dalam penyampaian materi sebaiknya

menggunakan metode dan media untuk mempermudah pemahaman dan

untuk menarik perhatian sasaran (Effendy, 2003).

2.6.4 Metode Penyuluhan


Menurut Notoatmodjo (2007), metode penyuluhan merupakan salah

satu faktor yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara

optimal. Metode yang dikemukakan antara lain :

1. Metode penyuluhan perorangan (individual)

Dalam penyuluhan kesehatan metode ini digunakan untuk

membina perilaku baru atau seseorang yang telah mulai tertarik pada suatu

perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakan pendekatan individual

ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda

sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Bentuk dari

pendekatan ini antara lain :


36

a) Bimbingan dan penyuluhan

Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih

intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikoreksi

dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien akan dengan

sukarela, berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian akan

menerima perilaku tersebut.

b) Wawancara

Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan

penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien

untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima

perubahan, ia tertarik atau belum menerima perubahan, untuk

mempengaruhi apakah perilaku yang sudah atau akan diadopsi itu

mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat, apabila

belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.

2. Metode Penyuluhan Kelompok

Dalam memilih metode penyuluhan kelompok harus mengingat

besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran.

Untuk kelompok yang besar, metodenya akan berbeda dengan kelompok

kecil.
37

Efektifitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran

penyuluhan. Metode ini mencakup:

a) Kelompok besar, yaitu apabila peserta penyuluhan lebih dari 15

orang. Metode yang baik untuk kelompok ini adalah ceramah dan

seminar.

1) Ceramah

Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi

maupun rendah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

menggunakan metode ceramah adalah :

a. Persiapan

Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu

sendiri menguasai materi apa yang akan diceramahkan,

untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri.

Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih

baik lagi kalau disusun dalam diagram atau skema dan

mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran.

b. Pelaksanaan

Kunci keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah

apabila penceramah dapat menguasai sasaran. Untuk dapat

menguasai sasaran penceramah dapat menunjukkan sikap

dan penampilan yang meyakinkan. Tidak boleh bersikap

ragu-ragu dan gelisah. Suara hendaknya cukup keras dan

jelas. Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta. Berdiri di


38

depan/dipertengahan, seyogianya tidak duduk dan

menggunakan alat bantu lihat semaksimal mungkin.

2) Seminar

Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar

deng pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu

penyajian dari seseorang ahli atau beberapa orang ahli

tentang suatu topik yang dianggap penting dan dianggap

hangat di masyarakat.

b) Kelompok kecil, yaitu apabila peserta penyuluhan kurang dari 15

orang. Metode yang cocok untuk kelompok ini adalah diskusi

kelompok, curah pendapat, bola salju, memainkan peranan,

permainan simulasi.

3. Metode Penyuluhan Massa

Dalam metode ini penyampaian informasi ditujukan kepada

masyarakat yang sifatnya massa atau public. Oleh karena sasaran bersifat

umum dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin,

pekerjaan, status ekonomi, tingkat pendidikan dan sebagainya, maka pesan

kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang sedemikian rupa

sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut. Pada umumnya bentuk

pendekatan masa ini tidak langsung, biasanya menggunakan media massa.

Beberapa contoh dari metode ini adalah ceramah umum, pidato melalui

media massa, simulasi, dialog antara pasien dan petugas kesehatan,

sinetron, tulisan dimajalah atau koran, bill board yang dipasang di pinggir

jalan, spanduk, poster dan sebagainya.


39

2.7 Media

2.7.1 Pengertian Media

Proses pembelajaran gizi dan kesehatan tidak terlepas dari pengaruh

penggunaan alat peraga atau media yang mampu mendukung berlangsungnya

kegiatan belajar tersebut. Media dapat diartikan sebagai semua sarana atau

upaya untuk menampilkan pesan yang ingin disampaikan oleh komunikator

kepada sasaran sehingga dapat meningkatkan pengetahuan yang pada akhirnya

mampu mengubah perilaku sasaran kearah positif (Depkes RI, 2006).

2.7.2 Media Pendidikan Kesehatan

Media pendidikan kesehatan adalah alat-alat yang digunakan oleh

pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan pengajaran. Media

pendidikan sering disebut alat bantu atau alat peraga karena berfungsi

membantu dan memperagakan sesuatu di dalam proses pendidikan (Depkes

RI, 2006).

Alat peraga disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada

pada setiap manusia diterima oleh panca indera. Semakin banyak indera yang

digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas

pula pengetahuan yang diperoleh.

Menurut Depkes RI, secara garis besar ada tiga macam alat bantu

pendidikan, yaitu :

1. Alat bantu lihat (visual aids)

Yaitu alat yang berguna dalam membantu menstimulasi indera

penglihatan pada waktu terjadinya proses pendidikan.

2. Alat bantu dengar (audio aids)


40

Yaitu alat yang dapat membantu untuk menstimulasi indera pendengar

pada waktu proses peyampaian bahan pendidikan.

3. Alat bantu lihat-dengar (audio visual aids)

Yaitu alat yang dapat membantu untuk menstimulasi indera pendengar

dan penglihatan pada waktu proses penyampaian bahan pendidikan.

Contohnya televisi dan video.

Dalam pendidikan kesehatan alat peraga dibedakan menurut

pembuatan dan penggunaanya, antara lain :

1. Alat peraga yang rumit (complicated) seperti film, filmstrip,

slide dan sebagainya yang menggunakan listrik dan

proyektor.

2. Alat peraga sederhana (simple) seperti leaflet, model buku

bergambar, benda-benda yang nyata seperti buah-buahan,

sayur-sayuran dan lainnya. Selain itu juga poster, spandul,

papan flanel, boneka wayang, dan sebagainya.

2.8 Media Audio Visual

Media yang dihasilkan melalui proses mekanik dan elektronik dengan

menyajikan informasi atau pesan secara audio dan visual. Media ini

memberikan stimulus terhadap pandangan dan pendengaran dengan

bercirikan; menyajikan visual dinamis, dirancang dan disiapkan terlebih

dahulu, refresentasi fisik dan gagasan, memegang prinsip (psikologis,

behavioristik dan kognitif) (Suiraoka, 2012).

Jenis-jenis media audio visual menurut Suiraoka dan Supariasa, 2012

antara lain, yaitu:


41

1. Media Audio visual Tidak Bergerak

Adalah media yang penyampaian pesannya dapat diterima oleh

indera pendengaran dan penglihatan, akan tetapi gambar yang dihasilkan

adalah gambar tidak bergerak atau sedikit memiliki unsur gerak. Jenis

media ini antara lain media sound slide (slide suara) dan film strip

bersuara.

2. Film (Motion Picture)

Yaitu serangkaian gambar diam (still pictures) yang meluncur

secaracepat dan diproyeksikan sehingga menimbulkan kesan hidup dan

bergerak.

Kekuatan Film :

a. Merupakan suatu denomitor belajar yang umum

b. Film sangat bagus untuk menerangkan suatu proses

c. Film dapat menampilkan kembali masa lalu

d. Film dapat menyajikan teori dan praktik dari yang bersifat

umum ke khusus dan sebaliknya

e. Film dapat mendatangkan seorang ahli ataupun tokoh

f. Film dapat menggunakan teknik-teknik seperti suara, animasi,

dan sebagainya

g. Film lebih realistis, dapat diulang-ulang, dihentikan, dan

sebagainya sesuai kebutuhan

h. Film dapat mengatasi ketebatasan indera penglihatan

i. Film dapat merangsang atau memotivasi kegiatan


42

Kelemahan Film :

a. Daya jangkauannya terbatas

b. Biaya produksinya relatif mahal

c. Penggunaanya perlu ruangan gelap

2.8.1 Teleivisi (TV)

Adalah media yang dapat menampilkan pesan secara audiovisual

dan gerak (sama dengan film).

Kekuatan TV :

a. TV dapat menerima, menggunakan dan mengubah atau

membatasi semua bentuk media yang lain

b. TV merupakan medium yang menarik, modern dan selalu

siapditerima

c. TV dapat memikat perhatian sepenuhnya

d. TV mempunyai realitas dan juga immediacy

e. Sifatnya langsung dan nyata.

Kelemahan TV :

a. Sifat komunikasinya satu arah

b. Besarnya gambar di layar relatif lebih kecil daripada film

2.8.2 Animasi

Menurut Qirana (1990) dalam Saputra dan Shofa (2015) Animasi

sendiri berasal dari bahasa latin yaitu “anima” yang berarti jiwa hidup,

semangat. Sedangkan karakter adalah orang , hewan maupun objek nyata

lainnya yang dituangkan dalam bentuk gambar 2D maupun 3D. Sehingga


43

karakter animasi dapat diartikan sebagai gambar yang memuat objek yang

seolah-olah hidup, disebabkan oleh kumpulan gambar yang beraturan dan

bergantian ditampilkan. Objek gambar bisa berupa tulisan, bentuk benda,

warna dan spesial efek. Animasi dapat diklasifikasikan berdasarkan

bentukdan dimensi yang mempengaruhi animasi tersebut. Secara umum

dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Animasi 2D ( 2 Dimensi ), merupakan jenis film yang sudah lama sekali

dikembangkan. Pada film ini latar dan gambar seolah-olah hanya dapat

dilihat dari satu sisi saja. Contoh animasi jenis ini adalah TOM and

Jerry, Scoby-doo, Remi dan lain sebagiannya. Pencetus awal animasi

dua dimensi adalah Walt Disney pada tahun 1930-an.

2. Animasi 3D ( 3 Dimensi ), disebut 3D karena animasi ini seolah-olah

memiliki dimensi yang lebih rumit. Ketika dilihat dilayar maka seolah-

olah kita melihat ke luar cermin. Contoh dari animasi 3D adalah upin-

ipin, Shrek dan lain sebagainya.

3. Stop Motion Animation. dibuat dengan boneka atau tanah liat. Animasi

ini dibuat dengan memotret objek tanah liat dengan digerakan sedikit-

sedikit. Kemudian disusun secara sistematis sehingga membentuk

adegan. Contoh animasi ini adalah Nightmare Before Christmas.

4. Animasi Jepang ( anime ), animasi ini biasanya dibuat berdasarkan

komik yang popular di Jepang. Contoh animasi ini adalah Astro Boy,

Inuyasa dan sebagainya.


44
45

2.10 Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori dari Notoatmodjo (2012), Sukiorko

(2007), Indriana (2011), dan Supardi (2011) mengenai faktor yang

mempengaruhi pengetahuan maka dibuatlah kerangka konsep penelitian

sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Penyuluhan Gizi Pra Nikah  Perubahan


dengan media audio visual pengetahuan WUS
Pra Nikah
 Perubahan sikap
WUS Pra
Nikah
 Perubahan praktik
gizi seimbang

Gambar 4. Kerangka Konsep Pengaruh Pendidikan Gizi Pranikah Terhadap


Pengetahuan dan Sikap Pada WUS Pranikah

Keterangan :

: variabel yang diteliti


46

2.11 Hipotesis :
1. Ada pengaruh penyuluhan gizi terhadap pengetahuan WUS pra nikah

sebelum dan sesudah diberikan intervensi dengan menggunakan media

audio visual.

2. Ada pengaruh penyuluhan gizi terhadap sikap WUS pra nikah sebelum

dan sesudah diberikan intervensi dengan menggunakan media audio

visual.

3. Ada pengaruh penyuluhan gizi terhadap praktik gizi seimbang WUS pra

nikah sebelum dan sesudah diberikan intervensi dengan menggunakan

media audio visual.


47

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Quasi Eksperiment,

yaitu penelitian dengan melakukan intervensi (perlakuan) pada subjek

penelitian untuk mengetahui hasil perubahannya setelah dilakukan intervensi

tersebut. Penelitian ini bisa dilakukan tanpa atau dengan kelompok

pembanding (control group). Pada penelitian ini dilihat perbedaan efek dari

pendidikan gizi pranikah melalui penyuluhan menggunakan media audio

visual terhadap tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik gizi seimbang pada

WUS pranikah.

Pada penelitian desain eksperimen semu (quasi experiment design) ini

menggunakan rancangan one group pretest-postest, dimana penelitian ini

sudah dilakukan observasi pertama (pre-test) sehingga peneliti dapat menguji

perubahan-perubahan yang terjadi dengan memberikan kuesioner

kepadaresponden (post-test) setelah adanya intervensi dengan pemberian

mediaanimasi, tetapi dalam desain ini tidak ada kelompok kontrol

(pembanding). Bentuk rancangan ini adalah sebagai berikut:

Pre-Test Perlakuan Post-Test


01 X 02

Sumber: Notoatmodjo, 2012

Gambar 3.1 Rancangan One Group Pretest-Postest

3.2 Waktu dan Tempat


48

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2019. Lokasi penelitian

dilakukan di KUA Kecamatan Pariaman Tengah.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

diteliti. Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh wanita usia

subur yang belum/akan menikah yang tercatat di KUA Kecamatan

Pariaman Tengah.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili populasi. Sampel dalam penelitian ini

diambil dengan cara purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel

berdasarkan pertimbangan tertentu yang telah dibuat oleh peneliti

berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya

(Arikunto, 2010).

Kriteria inklusi dan eksklusi dalam penentuan sampel penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Kriteria inklusi

Adapun kriteria inklusi sampel sebagai berikut :

a) Wanita usia subur yang belum pernah menikah.

b) Terdaftar di KUA

c) Bersedia menjadi responden penelitian.

d) Dapat membaca, menulis dan berkomunikasi dengan lancar


49

e) Menandatangani surat persetujuan menjadi responden (inform

consent).

2. Kriteria ekslusi

Adapun kriteria eksklusi sampel sebagai berikut :

a) Wanita usia subur yang belum menikah namun sudah hamil

b) Wanita usia subur yang pernah menikah sebelumnya

3.4 Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer

dan data sekunder, diantaranya :

a. Data primer diperoleh dari responden dengan cara wawancara

menggunakan kuesioner sebelum dan sesudah perlakuan oleh variabel

independen (metode penyuluhan).

b. Data sekunder adalah pengumpulan data calon pengantin yang telah

tersedia di KUA Kota Pariaman yaitu di KUA Pariaman Tengah.


50

3.5 Metode Pengumpulan Data

3.5.1 Teknik Pengumpulan Data dan Jalannya Penelitian

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui prosedur

sebagai berikut:
Perizinan
ke KUA untuk meminta data catin

Memenuhi kriteria inklusi ?

Ekslusi Tidak

Ya

Pre-test

Intervensi penyuluhan gizi


pranikah menggunakan media
audio visual (±30 menit)

3 hari

Post-test

Analisis data
menggunakan spss

Gambar 3.2 Alur Pengumpulan Data dan Jalannya Penelitian


51

Berikut penjelasan lebih lanjut tentang teknik pengumpulan data :

1. Persiapan penelitian

a. Melakukan perizinan terlebih dahulu kepada pihak KUA di

Pariaman Tengah untuk meminta data catin wanita yang akan

dijadikan sampel penelitian.

b. Tahap pembuatan media

Isi video disesuaikan dengan materi gizi pranikah yang diberikan

kepada WUS pranikah. Video berisi gambar, suara, dan materi

tentang TGS (Tumpeng Gizi Seimbang), gizi dalam

daurkehidupan, makanan, manusia, dan lain-lain.

c. Tahap pembuatan kuesioner

Tahap ini kuesioner dirancang oleh peneliti, terdiri dari 25

pertanyaan yang berisi materi tentang konsep gizi dasar, WUS,

bagaimana status gizi (LILA) yang baik untuk WUS sebelum

hamil/mempersiapkan kehamilan, bagaimana peranan WUS dalam

gizi daur kehidupan, dampak kekurangan gizi pada ibu terhadap

janin saat kehamilan nanti, gizi seimbang, serta mikronutrien yang

penting bagi calon/ ibu hamil. Tahap berikutnya dilakukan uji

validitas menggunakan software SPSS, kuesioner diujikan kepada

36 sampel yang memiliki kesamaan karakteristik dengan sampel

penelitian.

2. Pelaksanaan penelitian

a. Tahap pertama, peneliti melakukan pre-test untuk mengetahui

pengetahuan awal mengenai gizi pranikah sebelum diberikan


52

intervensi pada kelompok perlakuan penyuluhan menggunakan media

audio visual dengan memberikan kuesioner.

b. Tahap kedua, intervensi penyuluhan gizi dilakukan pada hari yang

sama dengan pre-test, durasi waktu intervensi yang diberikan kurang

lebih selama ±30 menit.

c. Tahap ketiga, dilakukan post-test, 3 hari setelah pemberian intervensi

(perlakuan) dengan mengunjungi responden ke rumah untuk

menjawab pertanyaan pada kuesioner pengetahuan dan sikap serta

recall 1x24 jam.

d. Setelah selesai ketiga tahap diatas maka dilakukan analisis dari

penelitian tersebut.

3.5.2 Instrumen

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini

adalah :

a. Media audio visual

Video berisi gambar, suara, dan materi tentang TGS (Tumpeng

Gizi Seimbang), gizi dalam daurkehidupan, makanan, manusia,

dan lain-lain.

b. Kuesioner identitas responden

Identitas responden terdiri dari nama, tanggal lahir, pekerjaan,

pendidikan terakhir, alamat serta nomor kontak responden.

c. Kuesioner Sumber Informasi Gizi

Kuesioner sumber informasi gizi berisi pertanyaan apa saja sumber

informasi gizi yang pernah didapatkan oleh responden.


53

d. Kuesioner pengetahuan

Kuesioner ini merupakan daftar pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan

pada kuesioner tersebut digunakan untuk mengukur bagaimana

pengetahuan responden mengenai gizi pranikah yang memuat

tentang konsep gizi dasar, bagaimana status gizi (LILA) yang baik

untuk WUS sebelum hamil/mempersiapkan kehamilan, bagaimana

peranan WUS dalam gizi daur kehidupan, dampak kekurangan gizi

pada ibu terhadap janin saat kehamilan nanti, gizi seimbang,

mikronutrien yang penting bagi calon/ ibu hamil. Indikator tersebut

dijabarkan dalam 25 pertanyaan serta jawaban berupa multiple

choice dalam bentuk pilihan a, b dan c. Skor untuk jawaban yang

salah adalah 0 (nol) dan jawaban yang benar adalah 1 (satu).

Tabel 3.1 Isi Kuesioner Pengetahuan Gizi

No. Komponen Jumlah Item


1. Zat Gizi dan WUS (Wanita Usia 4
Subur)
2. Peranan WUS (Wanita Usia Subur) 1
dalam Daur Kehidupan
3. Masalah Gizi yang Sering Terjadi 4
pada WUS (Wanita Usia Subur)
beserta Dampaknya
4. Gizi Seimbang 4
5. Zat Gizi Penting yang Harus 12
Tercukupi Selama Kehamilan
Jumlah 25

e. Kuesioner sikap

Kuesioner sikap WUS tentang gizi pranikah berisi pernyataan

positif dan negatif tentang gizi pranikah terdiri dari 10 pernyataan,


54

jawaban dari pernyataan tersebut berupa: sangat setuju, setuju,

tidak setuju, sangat tidak setuju. Sikap responden diukur untuk

menilai responden apakah menerima atau menolak memenuhi

kebutuhan gizi pranikah.

f. Kuesioner Praktik Prinsip Gizi Seimbang

Kuesioner praktik prinsip gizi seimbang berisi tentang penerapan

responden dalam mempraktikan gizi seimbang, mulai dari food

recall 1x24 jam.

3.6 Validitas dan Reliabilitas Instrumen

3.6.1 Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu

benar-benar mengukur apa yang diukur. Instrumen yang valid mempunyai

validitas tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki

validitas rendah. Teknik pengujian validitas kuesioner pada penelitian ini

menggunakan software SPSS yaitu menggunakan korelasi Bivariate

Pearson (Produk Momen Pearson).

Analisis Bivariate Pearson dilakukan dengan mengkorelasikan

masing-masing skor item dengan skor total. Skor total adalah penjumlahan

dari keseluruhan item. Rumus korelasi produk moment dari pearsons yang

digunakan yaitu :

rXY = ∑𝑿𝒀 − ∑𝑿 ∑𝒀
√(𝑵∑𝑿 − ∑(𝑿𝟐 )(𝑵∑𝒀𝟐 − (∑𝒀))
𝟐

Keterangan:

r xy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y


55

N = jumlan responden

ΣX = jumlah skor butir soal

ΣY = jumlah skor total soal

ΣX2 = jumlah skor kuadrat butir soal

ΣY2 = jumlah skor total kuadrat butir soal

Instrumen dikatakan valid apabila hasil penghitungan rxy (rhitung)

lebih besar dari r tabel dan nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 (5%).

Semua butir soal kuesioner pengetahuan gizi berjumlah 25 pertanyaan

digunakan untuk penelitian.

3.6.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Kuesioner atau angket

dikatakan reliabel jika memiliki nilai alpha minimal 0,7. Reliabilitas

instrumen pengetahuan diukur dengan rumus Cronbach’s Alpha karena

cocok digunakan pada skor dikotomi (0 dan 1).

𝑘
r11= ((𝑘−1)) (1 − ∑𝛼 𝑏2
𝛼2 𝑡
)

Keterangan:

r11 = Reliabilitas instrumen

k = Banyak butir pertanyaan

Σαb2 = Jumlah varian butir

α2t = Varian total

Setelah diperoleh harga r11hitung, selanjutnya untuk dapat

diputuskan instrumen tersebut reliabel atau tidak, harga tersebut

dikonsultasikan dengan r product – moment. Bila r11hitung lebih besar


56

dari r tabel untuk kesalahan 5% maupun 1% maka instrumen tersebut

reliabel untuk digunakan dalam penelitian. Hasil perhitungan dan

perbandingan antara r11hitung dan r tabel, semua butir pertanyaan

memiliki r11hitung yang lebih besar daripada r tabel, maka dapat

dikatakan semua butir pertanyaan reliabel.


57

3.7 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Hasil Ukur Skala


Pengukuran
Perubahan Kemampuan kognitif Kuesioner Pengetahuan Gizi Responden Skor dari 0-100 Rasio
pengetahuan tentang responden sebelum dan mengisi sendiri
gizi pra nikah setelah diberikan perlakuan soal/tes pilihan
dengan memberikan ganda yang
pendidikan gizi pra nikah diberikan saat pre-
test dan post-test.
Sikap tentang gizi Respon atau penilaian Kuesioner sikap sebanyak 10 Responden Skor dari 10-40 Rasio
pranikah responden untuk menerima itemdengan skor terendah 10 dan mengisi sendiri
atau menolak memenuhi tertinggi 40 pada bagian
kebutuhan gizi pra nikah Pernyataan positif : kuesioner sikap
4 : Sangat setuju
3 : Setuju
2 : Tidak setuju
1 : Sangat tidak setuju
Pernyataan negatif :
4 : Sangat tidak setuju
3 : Tidak Setuju
2 : Setuju
1 : Sangat setuju
Praktik Gizi Seimbang Penerapan dari konsumsi Formulir food recall 1x24 jam Responden Persentase AKG Rasio
gizi seimbang yang mengisi sendiri yang dipenuhi
dilakukan responden dari pada bagian responden
zat gizi makro setelah formulir food
pemberian intervensi recall 1x24 jam
58

3.8 Pengolahan Data

Pengolahan data yang dilakukan meliputi beberapa tahap yaitu:

1. Penyuntingan (editing)

Kegiatan untuk perbaikan data yang salah yang dilakukan sebelum

pemasukan data. Data yang sudah dikumpulkan kemudian diperiksa

kembali untuk mengetahui apakah jawaban telah terisi dengan lengkap

(semua pertanyaan sudah ada jawabannya), jelas (jawaban pertanyaan

dapat terbaca).

2. Pengkodean (coding)

Pengkodean dilakukan untuk memberikan kode pada jawaban yang

benar atau salah pada kuesioner yang telah diisi oleh responden, serta

dalam pengelompokkan data responden. Pengkodean dialkukan pada

variabel usia, pendidikan, pekerjaan, sumber informasi gizi,

pengetahuan dan sikap. Hal ini dilakukan untuk mempermudah proses

memasukan dan mengolah data.

3. Memasukan data (entry data)

Merupakan kegiatan memasuka (entry) data ke aplikasi Epi-Data untuk

dianalisis lebih lanjut menggunakan SPSS.

4. Pembersihan data (cleaning)

Setelah semua data dientri ke dalam komputer, dilakukan pengecekan

kembali terhadap semua data yang telah dientri untuk memastikan

bahwa data tersebut telah bersih dari kesalahan.

5. Pemberian nilai (scoring)


59

Tahap ini merupakan tahap pemberian skor atau penentapan nilai yang

didapat setelah memasukan data.

3.9 Analisis Data

3.9.1 Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk melihat tampilan distribusi

frekuensi dan persentase masing-masing variabel. Variabel yang dianalisis

univariat adalah usia, pendidikan, pekerjaan, dan sumber informasi gizi.

Hasil analisis univariat akan ditampilkan dalam bentuk tabel dan narasi.

3.9.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk menguji hipotesis, yakni

membuktikan ada tidaknya pengaruh pemberian pendidikan gizi pranikah

dengan metode penyuluhan menggunakan media audio visual terhadap

perubahan pengetahuan gizi pada WUS pranikah di KUA Pariaman. Untuk

menguji hipotesis tersebut dilakukan uji normalitas terlebih dahulu dengan

menggunakan uji statistik kolmogorov smirnov dan diperoleh hasil yaitu

distribusi normal jika nilai p > 0,05 sehingga dapat dilakukan dengan uji

paired sample test dan untuk data yang berdistribusi tidak normal jika nilai

p < 0,05 dilakukan uji statistik wilcoxon.

Analisis dengan uji paired sample t-test digunakan untuk

mengetahui kemaknaan perubahan pengetahuan, sikap, dan praktik gizi

seimbang sebelum dan sesudah dilakukan perlakukan pada tingkat

kepercayaan 95% dengan menggunakan software statistik. Media audio

visual memiliki pengaruh terhadap tingkat pengetahuan, sikap, dan

praktikgizi seimbang apabila nilai p diperoleh >0,05. Untuk melihat


60

perbedaan selisih nilai perubahan pengetahuan gizi pranikah sebelum dan

sesudah diberikan pendidikan gizi pranikah dalam satu kelompok

dianalisis menggunakan uji Dependen sample T-Test.


61

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di KUA (Kantor Urusan Agama) di Kota

Pariaman yaitu di KUA Pariaman Tengah.Kantor Urusan Agama (KUA)

Kecamatan Pariaman Tengah Kota Pariaman merupakan organisasi tingkat

terendah dalam susunan dan tata kerja Kementerian Agama sebagaimana

yang diatur dalam KMA Nomor 18Tahun 1975 dan KMA Nomor 45 Tahun

1981 yang bertugas melaksanakan sebahagian tugas Kantor Kementerian

Agama Kabupaten/Kota di bidang Urusan Agama Islam di wilayah

Kecamatan. Kantor Urusan Agama Kecamatan Pariaman Tengah merupakan

salah satu lingkup jajaran dalam lingkungan Kementerian Agama Kota

Pariaman yang terletak di Jalan Rasyid Broneng No. 9 Kelurahan Karan Aur

Pariaman. Kecamatan Pariaman Tengah merupakan salah satu kecamatan di

Kota Pariaman. Sedangkan Kantor Urusan Agama Kecamatan Pariaman

Tengah dikepalai oleh Erinal, S.Ag.

Secara astronomis Kecamatan Pariaman Tengah membujur dari arah

utara ke selatan yaitu 00 38’ 00” Lintang Selatan dan 100007’ 00” Bujur

Timur di pesisir barat pantai Kota Pariaman dengan ketinggian tanah lebih

kurang 2 Meter dari permukaan laut dengan batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pariaman Utara.

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pariaman Selatan.

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia.


62

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan VII Koto Sungai Sariak.

(Profil KUA Kec. Pariaman Tengah, 2013).

5. Jumlah calon pengantin yang terdaftar di KUA Kecamatan Pariaman

Tengah pada bulan Januari 2019 sebanyak 36 orang calon pengantin

wanita.

4.2 Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan pada saat

penelitian kepada calon pengantin wanita yang menjadi sampel penelitian di

KUA Pariaman Tengah , distribusi frekuensi karakterisitik responden

berdasarkan usia, pendidikan, pekerjaan dan sumber informasi gizi yang

pernah didapatkan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1
Karakterisitik Responden Berdasarkan Usia, Pendidikan, Pekerjaan
dan Sumber Informasi Gizi yang pernah didapatkan
Variabel F %
Usia
20-35 tahun 36 100
>35 tahun 0 0
Pendidikan
SMA/sederajat 16 44,4
Diploma/S1 19 52,8
S2, S3, dst 1 2,8
Pekerjaan
Kesehatan 9 25,0
Non Kesehatan 27 75,0
Sumber Informasi Gizi Pranikah
Ada 9 75,0
Tidak ada 27 25,0

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa semua responden pada

penelitian ini memiliki rentang usia antara 20-35 tahun yaitu sebanyak 36

orang (100%). Pendidikan responden pada penelitian ini sebagian besar adalah
63

Diploma/S1 yaitu sebanyak 19 orang (52,8%). Sebagian besar responden pada

penelitian ini bekerja atau berprofesi pada bidang non kesehatan yaitu

sebanyak 27 orang (75.0%). Rata-rata responden belum pernah/tidak ada

mendapatkan informasi tentang gizi pranikah sebelumnya yaitu sebanyak 27

orang (75,0%).

4.3 Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi

yang di dapat dari setiap variabel yang diteliti. Adapun variabel pada

penelitian ini antara lain pengetahuan, sikap, dan praktik gizi seimbang.

4.3.1 Pengetahuan
Pengetahuan responden sebelum dan sesudah penyuluhan gizi
dengan media audio visual dapat dilihat pada diagramdi bawah ini :
Diagram 1
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah
Penyuluhan Gizi dengan Media Audio Visual

100

80

60
sebelum
40 sesudah

20

0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35

Berdasarkan diagram 1 diketahui bahwa frekuensi pengetahuan

responden sebelum dan sesudah mendapatkan penyuluhan gizi pranikah

mengalami peningkatan. Data lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut :
64

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Gizi Pranikah
Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi Selisih
No Indikator Pengetahuan Benar Salah Benar Salah Kenaikan
f % f % f % f % f %
1 Pengertian zat gizi 20 55,6 16 44,4 36 100 0 0 16 44,4
2 Pengertian WUS 17 47,2 19 52,8 35 97,2 1 2,8 18 50
Cara memperbaiki status
3 28 77,8 8 22,2 36 100 0 0 8 22,2
gizi prakonsepsi
Kapan WUS sebaiknya
4 11 30,6 25 69,4 36 100 0 0 25 69,4
memperbaiki status gizi
Akibat KEK pada
5 27 75,0 9 25,0 36 100 0 0 9 25
anak/generasi
6 Apa itu anemia 20 55,6 16 44,4 29 80,6 7 19,4 9 25
Akibat anemia pada
7 15 41,7 21 58,3 32 88,9 4 11,1 17 47,2
kehamilan
8 LILA WUS beresiko KEK 8 22,2 28 77,8 27 75,0 9 25,0 19 52,7
Akibat KEK pada bayi yang
9 15 41,7 21 58,3 36 100 0 0 21 58,3
lahir
10 Menu makan seimbang 11 30,6 25 69,4 23 63,9 13 36,1 12 33,3
Rata-rata kebutuhan energi
11 7 19,4 29 80,6 31 86,1 5 13,9 24 66,6
harian WUS
Rata-rata kebutuhan energi
12 4 11,1 32 88,9 11 30,6 25 69,4 7 19,4
ibu hamil
Takaran porsi piring sekali
13 11 30,6 25 69,4 23 63,9 13 36,1 12 33,3
makan
Akibat kekurangan zat besi
14 15 41,7 21 58,3 25 69,4 11 30,6 10 27,2
pada janin
Akibat kekurangan zat besi
15 8 22,2 28 77,8 23 63,9 13 36,1 15 41,6
pada ibu hamil
Bahan makanan sumber zat
16 10 27,8 26 72,2 19 52,8 17 47,2 9 25
besi
17 Fungsi kalsium pada janin 16 44,4 20 55,6 29 80,6 7 19,4 13 36,1
Bahan makanan sumber
18 23 63,9 13 36,1 23 63,9 13 36,1 0 0
kalsium
Akibat kekurangan zinc
19 6 16,7 30 83,3 30 83,3 6 16,7 24 66,6
pada janin
Bahan makanan sumber
20 8 22,2 28 77,8 32 88,9 4 11,1 24 66,6
zinc
21 Fungsi asam folat 4 11,1 32 88,9 16 44,4 20 55,6 12 33,3
Akibat kekurangan asam
22 6 16,7 30 83,3 18 50,0 18 50,0 12 33,3
folat
Bahan makanan sumber
23 14 38,9 22 61,1 30 83,3 6 16,7 16 44,4
asam folat
24 Fungsi yodium pada janin 12 33,3 24 66,7 23 63,9 13 36,1 11 30,5
Akibat kekurangan yodium
25 11 30,6 25 69,4 21 58,3 15 41,7 10 27,7
pada janin

Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa pertanyaan yang paling banyak

dijawab dengan benar sebelum dilakukan intervensi adalah pertanyaan


65

nomor 3 mengenai cara memperbaiki status gizi prakonsepsi dengan

jumlah 28 orang (77.8%). Setelah dilakukan intervensi didapatkan bahwa

pertanyaan nomor 1 mengenai pengertian zat gizi , nomor 3 mengenai cara

memperbaiki status gizi prakonsepsi, nomor 4 mengenai Kapan WUS

sebaiknya memperbaiki status gizi, nomor 5 mengenai Akibat KEK pada

anak/generasi, dan nomor 9 mengenai akibat KEK pada bayi yang

lahiradalah pertanyan yang dijawab dengan benar oleh keseluruhan

responden yaitu 36 orang (100%). Sedangkan pertanyaan yang paling

signifikan peningkatannya adalah pertanyaan nomor 4 mengenai kapan

WUS sebaiknya memperbaiki status gizi dengan persentase peningkatan

69.4%

Distribusi rata-rata skor pengetahuan responden sebelum dan

sesudah penyuluhan gizi dengan media audio visual dapat dilihat pada

tabel di bawah ini :

Tabel 4.3
Distribusi Rata-rata Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah
Penyuluhan Gizi dengan Media Audio Visual

Pengetahuan Mean±SD Nilai min-max Δ(Mean±SD)


Pre-test 36.3 ± 16.4 12-76
38 ± 9.9
Post-test 75.5 ± 6.5 64-92

Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa rata-rata pengetahuan

responden sebelum intervensi dilakukan adalah sebesar 37.3, setelah

intervensi menjadi 75.3, sehingga peningkatan yang terjadi sebesar 38.

4.3.2 Sikap
Sikap responden sebelum dan sesudah penyuluhan gizi dengan
66

media audio visual bisa dilihat pada diagram dibawah ini :

Diagram 2
Distribusi Frekuensi Sikap Responden Sebelum dan Sesudah
Penyuluhan Gizi dengan Media Audio Visual
45
40
35
30
25 sebelum
20 sesudah
15
10
5
0

Berdasarkan diagram 2 diketahui bahwa frekuensi sikap responden

sebelum dan sesudah mendapatkan penyuluhan gizi pranikah mengalami

peningkatan. Data lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Sikap Responden tentang Gizi Pranikah

Sebelum Intervensi Setelah Intervensi


1 2 3 4 1 2 3 4
No Indikator F(%) F(%) F(%) F(%) F(%) F(%) F(%) F(%)
1 Makanan yang sehat
dan bergizi itu 3(8.3) 14(38.9) 18(50) 1(2.8) 0(0) 0(0) 30(100) 0(0)
harganya mahal-mahal
2 Meningkatkan makan
sayur dan buah-
buahan menjadikan
saya merasa lebih 0(0) 0(0) 19(52.8) 17(47.2) 0(0) 0(0) 19(52.8) 17(47.2)
baik, dan juga lebih
menyehatkan bagi
semua orang
3 Sulit bagi saya untuk
mengkonsumsi
makanan yang banyak
mengandung asam
0(0) 8(22.2) 26(72.2) 2(5.6) 0(0) 0(0) 28(77.8) 8(22.2)
folat (seperti brokoli,
kacang hijau, jeruk,
tomat, pisang, dan
anggur hijau
4 Makan makanan tinggi
asam folat dan zat besi
pada saat belum hamil,
0(0) 1(.,8) 32(88.9) 3(8.3) 0(0) 0(0) 31(86.1) 5(13.9)
dapat menghindarkan
dari melahirkan bayi
yang cacat
67

5 Makanan yang
dikonsumsi tiap hari
0(0) 0(0) 25(69.4) 11(30.6) 0(0) 0(0) 23(63.9) 13(36.1)
harus yang
mempunyai nilai gizi
6 Membaca kandungan
label makanan harus
dilakukan, saat 0(0) 7(19.4) 21((58.3) 8(22.2) 0(0) 0(0) 27(75.7) 9(25.0)
membeli makanan di
toko/warung
7 Makanan tiap hari
harus mengandung
0(0) 1(2.8) 19(52.8) 16(44.4) 0(0) 0(0) 17(47.2) 19(52.8)
kalori, protein, buah,
dan sayur
8 Tidak bermasalah buat
kesehatan saya
maupun bayi saya
kelak jika kurang
0(0) 2(5.6) 23(63.9) 11(30.6) 0(0) 0(0) 22(61.1) 14(38.9)
mengkonsumsi
makanan yang
mengandung asam
folat dan zat besi
9 Asap rokok dari orang
lain yang dihirup baik
di rumah atau di luar 0(0) 1(2.8) 18(50) 17(47.2) 0(0) 0(0) 14(38.9) 22(61.1)
rumah tidak akan
mengganggu janin
10 Minum teh, kopi, atau
cola boleh diminum
tiap hari lebih dari 3
0(0) 1(2.8) 16(44.4) 19(52.8) 0(0) 0(0) 13(36.1) 23(63.9)
gelas dan baik sekali
diminum setelah
makan

Pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa sikap responden dengan skor

paling tinggi sebelum intervensi yaitu pada sikap nomor 2 mengenai

pernyataan meningkatkan makan sayur dan buah-buahan menjadikan saya

merasa lebih baik, dan juga lebih menyehatkan bagi semua orang dengan

jumlah 17 orang (52.8%). Setelah dilakukan intervensi didapatkan bahwa

skor paling tinggi pada sikap nomor 10 mengenai minum teh, kopi, atau

cola boleh diminum tiap hari lebih dari 3 gelas dan baik sekali diminum

setelah makan, sikap responden terhadap pernyataan negatif tersebut

adalah sangat tidak setuju dengan skor maksimal yaitu 4 dengan jumlah

23 orang (63.9%).
68

Distribusi rata-rata skor sikap responden sebelum dan sesudah

penyuluhan gizi dengan media audio visual dapat dilihat pada tabel di

bawah ini :

Tabel 4.5
Distribusi Rata-rata Sikap Responden Sebelum dan Sesudah
Penyuluhan Gizi dengan Media Audio Visual
Sikap Mean ± SD Nilai min-max Δ (Mean ± SD)
Pre-test 31.7 ± 2.6 27-39
1.9 ± 0.6
Post-test 33.6 ± 2.0 30-39

Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa rata-rata sikap responden

sebelum intervensi dilakukan adalah sebesar 31.7, setelah intervensi

menjadi 33.6, sehingga peningkatan yang terjadi sebesar 1.9.

4.3.3 Praktik Gizi Seimbang


Diagram 3
Distribusi Frekuensi Praktik Gizi Seimbang Responden Berdasarkan
AKG Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Gizi dengan Media Audio
Visual
100

80
sebelum
60
sesudah
40

20

0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35

Distribusi praktik gizi seimbang responden sebelum dan sesudah

penyuluhan gizi dengan media audio visual dilihat pada tabel berikut :
69

Tabel 4.6
Distribusi Rata-rata Praktik Gizi Seimbang Responden Sebelum
dan Sesudah Penyuluhan Gizi dengan Media Audio Visual
Berdasarkan Jumlah

Variabel Skor Mean Nilai min-max Δ Mean


Praktik tentang Gizi
Seimbang
Pre-test
Kalori (kkal) 1284 929 – 2028
Post-test
Kalori (kkal) 1891 1472-2543
Pre dan Post-test
Kalori (kkal) 607

Pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa rata-rata praktik gizi seimbang

responden sebelum intervensi dilakukan adalah sebesar 1284 kkal untuk

konsumsi kalori.

Distribusi rata-rata skor praktik gizi seimbang responden sebelum

dan sesudah penyuluhan gizi dengan media audio visual berdasarkan AKG

dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.7
Distribusi Rata-rata Praktik Gizi Seimbang Responden Sebelum
dan Sesudah Penyuluhan Gizi dengan Media Audio Visual
Berdasarkan AKG 2013
Variabel Skor Mean ± SD Nilai min-max Δ (Mean ± SD)
Praktik tentang
Gizi Seimbang
Pre-test
Kalori (%AKG) 48.1 ± 7.05 37.8 – 74.4
Post-test
Kalori (%AKG) 70.0 ± 8.84 54.0 – 96.9
Pre dan Post-test
21.9 ± 1.79
Kalori (%AKG)

Pada tabel 4.7 dapat dilihat bahwa rata-rata praktik gizi seimbang

responden sebelum intervensi dilakukan adalah sebesar 48.1% untuk


70

konsumsi kalori. Setelah intervensi dilakukan konsumsi zat gizi kalori

yaitu sebesar 70.0%. Peningkatan konsumsi kalori setelah intervensi yaitu

sebesar 21.9%.

4.4 Analisa Bivariat

4.4.1 Uji Normalitas Data

Adapun variabel yang diuji meliputi variable pre-test dan post-test

pengetahuan responden.Berikut ini adalah tabel rangkuman hasil uji

normalitas data menggunakan uji kolmogrov smirnov.

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Data Pengetahuan

Variabel p-Value
Pre-test Post-test
Pengetahuan 0.20 0.07
Sikap 0.09 0.08
Praktek Gizi Seimbang 0.20 0.20
Kalori (AKG)

Berdasarkan tabel 4.8 terlihat bahwa semua variable penelitian

memiliki nilai p > 0.05.Hal ini berarti semua variabel di atas terdistribusi

secara normal.

4.4.2 Perbedaan Rata-rata Skor Pengetahuan Responden Sebelum


dan Sesudah Penyuluhan Gizi dengan Media Audio Visual

Perubahan pengetahuan responden sebelum dan sesudah

penyuluhan gizi dengan media audio visual dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 4.9
Rata-rata Skor Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah
Penyuluhan Gizi dengan Media Audio Visual
71

Pengetahuan Mean ± SD Δ (Mean ± SD) p-Value


Pre-test 37.3 ± 16.4
38 ± 9.9 0.000
Post-test 75.3 ± 6.5

Pada tabel 4.9 dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan

pengetahuan setelah diberikan penyuluhan gizi pranikah dengan media

audio visual. Sebelum dilakukan intervensi didapatkan rata-rata skor

pengetahuan responden sebesar 37.3, setelah dilakukan intervensi

didapatkan rata-rata skor pengetahuan responden sebesar 75.3, maka dapat

dilihat adanya peningkatan pengetahuan setelah dilakukan intervensi

sebesar 38. Berdasarkan tabel juga diketahui hasil uji statistik diperoleh

nilai p-Value sebesar 0.000 (p<0,05), maka terdapat perbedaan yang

signifikan antara pengetahuan responden sebelum dan sesudah, yang

artinya juga terdapat pengaruh penyuluhan gizi pranikah menggunakan

media audio visual terhadap pengetahuan responden sebelum dan sesudah.

4.4.3 Perbedaan Rata-rata Skor Sikap Responden Sebelum dan


Sesudah Penyuluhan Gizi dengan Media Audio Visual

Berdasarkan hasil pengumpulan data sikap pada responden

sebelum dan sesudah intervensi, maka pada tabel di bawah ini dapat

dilihat distribusi perubahan sikap responden sebelum dan sesudah

intervensi.
72

Tabel 4.10
Rata-rata Skor Sikap Responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan
Gizi dengan Media Audio Visual
Sikap Mean ± SD Δ (Mean ± SD) p-Value
Pre-test 31.7 ± 2.6
1.9 ± 0.6 0.000
Post-test 33.6 ± 2.0

Pada tabel 4.10 dapat dilihat bahwa rata-rata skor sikap responden

sebelum intervensi dilakukan yaitu sebesar 31.7, setelah dilakukan

intervensi terjadi peningkatan sebesar 1.9 sehingga rata-rata skor sikap

sebesar 33.6. Berdasarkan tabel juga diketahui hasil uji statistik diperoleh

nilai p-Value sebesar 0.000 (p<0,05), maka terdapat perbedaan yang

signifikan antara sikap responden sebelum dan sesudah, yang artinya juga

terdapat pengaruh penyuluhan gizi pranikah menggunakan media audio

visual terhadap sikap responden sebelum dan sesudah.

4.4.4 Perbedaan Rata-rata Skor Praktik Gizi Seimbang Responden


Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Gizi dengan Media Audio
Visual

Berdasarkan hasil pengumpulan data praktik gizi seimbang pada

responden sebelum dan sesudah intervensi, maka pada tabel di bawah ini

dapat dilihat distribusi perubahan praktik gizi seimbang pada responden

sebelum dan sesudah intervensi.


73

Tabel 4.11
Rata-rata Skor Praktik Gizi Seimbang Responden Sebelum dan
Sesudah Penyuluhan Gizi dengan Media Audio Visual
Variabel Skor Mean ± SD Δ (Mean ± SD) p-Value
Praktik tentang Gizi
Seimbang
Pre-test
Kalori (%AKG) 48.1 ± 7.05 0.000
Post-test
Kalori (%AKG)
Pre dan Post-test 0.000
Kalori (%AKG) 70.0 ± 8.84 21.9 ± 1.79

Pada tabel 4.11 dapat dilihat rata-rata persentase praktik gizi

seimbang berdasarkan %AKG sebelum dan sesudah penyuluhan gizi

dengan media audio visual. Penghitungan konsumsi responden melalui

food recall 1x24 jam yang diolah menggunakan software NutriSurvey,

terdapat peningkatan konsumsi/praktik gizi seimbang setelah intervensi

dilakukan. Pada asupan kalori rata-rata (%AKG) sebelum intervensi

sebesar 48.1 %AKG, meningkat sebesar 21.9 %AKG menjadi 70.0

%AKG.

Berdasarkan tabel juga diketahui hasil uji statistik diperoleh nilai p-

Value sebesar 0.000 (p<0,05), maka terdapat perbedaan yang signifikan

antara praktik gizi seimbang responden sebelum dan sesudah, yang artinya

juga terdapat pengaruh penyuluhan gizi pranikah menggunakan media

audio visual terhadap praktik gizi seimbang responden sebelum dan

sesudah diberikan penyuluhan.


74

BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Keterbatasan Penelitian


5.1.1 Perlakuan
Pemberian intervensi pada penelitian ini hanya dilakukan sekali

dalam waktu yang singkat, padahal untuk dapat terbangun perilaku

konsumsi gizi sehat dan seimbang menjadi suatu kebiasaan seseorang,

diperlukan pendidikan gizi dengan materi yang lebih lengkap. Hal ini

dapat dilakukan jika penyuluhan gizi disampaikan dalam sebuah

kurikulum dengan beberapa pertemuan. Singkatnya penelitian ini juga

menjadikan hasil penelitian belum dapat mengukur perubahan yang akurat

dalam peningkatan status gizi.

5.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Pengetahuan, Sikap


dan Praktik

Follow-up yang dilakukan 3 hari setelah intervensi terjadi

peningkatan padapengetahuan, sikap dan praktik, namun peningkatan

tersebut kemungkinan tidak hanya karena intervensi yang dilakukan, bisa

juga disebabkan oleh faktor lain seperti sumber informasi gizi pranikah

yang diperoleh responden dari media lainnya. Pada penelitian ini tidak

meneliti lebih lanjut faktor-faktor yang juga dapat mempengaruhi

peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik gizi seimbang responden.

5.1.3 Pengendalian Bias

Bias seleksi dapat dihindari pada penelitian ini, dengan

pengambilan sampel pada populasi yang akan menikah dalam waktu

dekat, setelah mendaftar di KUA sebagai calon pengantin. Bias post-test

praktik melalui food recall 1x24 jam yang berisi jenis dan jumlah asupan
75

responden pada penelitian ini dihindari dengan memberikan form food

recall 1x24 jam sebagai panduan responden. Bias informasi pada food

recall pre-test responden terbatas pada ingatan responden, bukan dari hasil

observasi. Reliabilitas data yang didapat dari food recall tidak dapat dinilai

pada penelitian ini, karena pengumpulan data food recall dilakukan hanya

sekali pada pre-test dan sekali pada post-test.

5.2 Karakteristik Responden


5.2.1 Usia
Hasil penelitian didapatkan wanita usia subur pranikah berusia

antara 20-35 tahun sebanyak 36 orang (100%). Hal ini sejalan dengan

program pemerintah untuk menunda wanita menikah sampai wanita

berusia 20 tahun (BKKBN, 2010).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Anny Fauziyah tahun

2012 yang meneliti tentang pengaruh pendidikan kesehatan tentang

nutrisi prakonsepsi terhadap tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik

konsumsi makanan sehat wanita pranikah, bahwa rata-rata usia wanita

pranikah berkisar antara 20-35 tahun sebanyak 72.7%

5.2.2 Pendidikan

Tingkat pendidikan rata-rata pada penelitian ini sebanyak 44.4%

(16 orang) responden berpendidikan SMA/sederajat, sedangkan 52.8%

(19orang) responden berpendidikan Akademi/Perguruan Tinggi

(DIII/S1), dan 1 orang responden berpendidikan S2/Master. Menurut

Notoadmodjo konsep dasar pendidikan adalahsuatu proses belajar yang

didalamnya terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan

ke arah yang lebih baik dan lebih matang pada individu, suatu
76

kelompok/masyarakat.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Anny Fauziyah tahun 2012

yang meneliti tentang pengaruh pendidikan kesehatan tentang nutrisi

prakonsepsi terhadap tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik konsumsi

makanan sehat wanita pranikah, bahwa rata-rata pendidikan wanita

pranikah adalah tamat Akademi/Perguruan Tinggi (DIII/S1) sebanyak

72.4%.

5.2.3 Pekerjaan

Pekerjaan terbanyak dari responden adalah non kesehatan yaitu

sebanyak 27 orang (75.0%) dan yang bekerja dibidang kesehatan

sebanyak 9 orang (25.0%). Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan

seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara

langsung maupun tidak langsung (Astuti, 2014).

5.2.4 Sumber Informasi Gizi

Responden rata-rata belum pernah mendapatkan informasi

tentang gizi pranikah sebanyak 27 orang (75.0%), sedangkan responden

yang pernah mendapatkan informasi tentang gizi pranikah sebanyak 9

orang (25.0%). Menurut Notoatmodjo pengetahuan atau informasi

dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun non-formal yang

dapat memberikan pengaruh atau peningkatan terhadap pengetahuan

seseorang.

5.3 Analisa Univariat


5.3.1 Gambaran Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Penyuluhan
Gizi Menggunakan MediaAudio Visual
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan memberikan
77

penyuluhan tentang gizi pranikah menggunakan media audio visual pada

penelitian ini mengalami peningkatan yang signifikan setelah dilakukan

intervensi sebesar 38% yakni dari 37.3% meningkat menjadi 75.3%.

Pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar sebelum dilakukan

intervensi adalah pertanyaan mengenai cara memperbaiki status gizi

prakonsepsi dengan jumlah 28 orang (77.8%), setelah dilakukan

intervensi didapatkan bahwa pertanyaan mengenai pengertian zat gizi,

pertanyaan mengenai cara memperbaiki status gizi prakonsepsi,

pertanyaan mengenai kapan WUS sebaiknya memperbaiki status gizi,

pertanyaan mengenai akibat KEK pada anak/generasi, pertanyaan

mengenai akibat KEK pada bayi yang lahir, pertanyaan mengenai bahan

makanan sumber zat besi, dan pertanyaan mengenai bahan makanan

sumber asam folat adalah pertanyan yang dijawab dengan benar oleh

keseluruhan responden yaitu 36 orang (100%).

Pertanyaan yang paling signifikan peningkatannya adalah

pertanyaan mengenai kapan WUS sebaiknya memperbaiki status gizi

dengan persentase peningkatan 69.4% Hal ini menunjukkan intervensi

pendidikan kesehatan memiliki dampak posistif dalam meningkatkan

pengetahuan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian pendidikan

kesehatan pada wanita usia subur pranikah yang telah dilakukan

sebelumnya.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Anny Fauziyah tahun

2012 yang meneliti tentang pengaruh pendidikan kesehatan tentang

nutrisi prakonsepsi terhadap tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik


78

konsumsi makanan sehat wanita pranikah, meningkatkan proporsi

pengetahuan sebesar 24.2% menggunakan metode penyuluhan.

Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan

kemampuan seseorang melalui tehnik praktek belajar atau instruksi

dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia secara

individu, kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam

mencapaitujuan hidup sehat (Depkes, 2002).

5.3.2 Gambaran Sikap Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Gizi


Menggunakan Media Audio Visual
Penelitian ini mampu meningkatkan sikap sebesar 1.9%. Perbedaan

sikapsebelum dan sesudah intervensi dilakukan tidak terlalujauh

berbeda sebelum intervensi dilakukan sikap responden sudah mencapai

skor 31.1 atau sebesar 79.25%, hal ini memiliki arti bahwa rata-rata

responden sudah 79.25% bersikap positif terhadap gizi pranikah, setelah

intervensi dilakukan sikap responden meningkat menjadi 84.0%, sehingga

dapat disimpulkan bahwa setelah intervensidilakukan, peningkatan sikap

responden tidak terlalu tinggi karena sebelum intervensi dilakukan sikap

positif responden sudah cukup tinggi.

Peningkatan pengetahuan yang didapat dari proses belajar tidak

cukup untuk seseorang berperilaku konsumsi gizi sehat dan seimbang.

Diperlukan sikap positif yang menyebabkan seseorang dapat menyukai

pola makan yang sehat. Sikap responden dengan skor paling tinggi

sebelum intervensi yaitu pada sikap mengenai pernyataan meningkatkan

makan sayur dan buah-buahan menjadikan saya merasa lebih baik, dan

juga lebih menyehatkan bagi semua orang dengan jumlah 17 orang


79

(47.2%), setelah dilakukan intervensi didapatkan bahwa skor paling tinggi

pada sikap mengenai asap rokok dari orang lain yang dihirup baik di

rumah atau di luar rumah tidak akan mengganggu janin, sikap responden

terhadap pernyataan negatif tersebut adalah sangat tidak setuju dengan

skor maksimal yaitu 4 dengan jumlah 23 orang (63.9%).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Anny Fauziyah tahun 2012

yang meneliti tentang pengaruh pendidikan kesehatan tentang nutrisi

prakonsepsi terhadap tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik konsumsi

makanan sehat wanita pranikah. Penelitian Anny mampu meningkatkan

proporsi sikap sebesar 36.4%.

Peningkatan sikap kearah positif pada penelitian ini disebabkan

adanya informasi pada saat pemberian pendidikan gizi melalui penyuluhan

dengan media audio visual yang membawa pesan sugestif bahwa

konsumsi sehat prakonsepsi adalah penting dan harus dilakukan oleh

wanita pranikah. Sikap dibentuk melalui kesediaan menerima perkataan

seseorang, merespon pesan dengan partisipasi aktif, memberikan penilaian

sampai kesiapan untuk bertindak.

5.3.3 Gambaran Praktik Gizi Seimbang Sebelum dan Sesudah


Penyuluhan Gizi Menggunakan Media Audio Visual
Praktik atau tindakan kesehatan adalah semua kegiatan aktivitas

seseorang dalam rangka memelihara kesehatan. Pada penelitian ini praktik

kesehatan yang diteliti adalah praktik konsumsi makan responden yang

diukur melalui kuesioner food recall 1x24 jam mengenai konsumsi kalori

responden. Perubahan praktik konsumsi kalori responden meningkat

sebesar 21.9% dari 48.1% menjadi 70.0% setelah intervensi dilakukan.


80

Peningkatan praktik pada penelitian ini sejalan dengan penelitian

Anny Fauziyah tahun 2012 yang meneliti tentang pengaruh pendidikan

kesehatan tentang nutrisi prakonsepsi terhadap tingkat pengetahuan, sikap,

dan praktik konsumsi makanan sehat wanita pranikah membuktikan bahwa

terjadi peningkatan konsumsi gizi sehat dan seimbang setelah pemberian

intervensi. Peningkatan praktik pada penelitian ini secara klinis masih

sangat minimal dalam memenuhi kebutuhan gizi.

Berdasarkan pedoman gizi seimbang, kecukupan zat-zat gizi makro

dan mikro harus berdasarkan AKG (Angka Kecukupan Gizi) rata-rata

orang Indonesia yang disesuaikan dengan usia. Diukur dari persentase

pemenuhan zat gizi makro dan berdasarkan AKG rata-rata responden

masih jauh dari rekomendasi/anjuran AKG orang Indonesia, namun setelah

pemberian intervensi terjadi peningkatan jumlah konsumsi dari zat gizi

makro pada responden.

5.4 Analisa Bivariat

5.4.1 Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan

Peran pendidikan kesehatan menggunakan metode penyuluhan

dalam penelitian ini signifikan meningkatkan pengetahuan. Hasil uji

statistik diperoleh nilai p-Value sebesar 0.000 (p<0,05), yang berarti

terdapat pengaruh penyuluhan gizi pranikah menggunakan media audio

visual terhadap pengetahuan responden sebelum dan sesudah diberikan

penyuluhan gizi.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Anny Fauziyah tahun 2012

yang meneliti tentang pengaruh pendidikan gizi tentang nutrisi


81

prakonspesi terhadap tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik konsumsi

makanan sehat wanita pranikah. Bahwa dalam penelitian Anny hasil

analisis diperoleh nilai siginifikansi 0,039 (p<0,05) yang dapat disimpukan

bahwa adanya perbedaan yang bermakna antara perubahan pengetahuan

kelompok intervensi dan non intervensi sebelum dan sesudah pendidikan

kesehatan.

Dalam melakukan penyuluhan, peneliti menggunakan alat bantu

berupa slide projector yang memaparkan poin-poin penting tentang gizi

pranikah. Selain slide, peneliti juga memberikan tayangan menggunakan

media audio visual yang berisi tentang pesan-pesan pedoman gizi

seimbang dan pentingnya gizi pranikah sehingga penyajian penyuluhan

dapat menarik perhatian responden.

Media pendidikan kesehatan adalah alat-alat yang digunakan oleh

pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan pengajaran. Media

pendidikan sering disebut alat bantu atau alat peraga karena berfungsi

membantu dan memperagakan sesuatu di dalam proses pendidikan. Alat

peraga disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada

setiap manusia diterima oleh panca indera. Semakin banyak indera yang

digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin

jelas pula pengetahuan yang diperoleh (Depkes RI, 2006).

5.4.2 Pengaruh Penyuluhan Terhadap Sikap

Hasil uji statistik terhadap perubahan sikap diperoleh nilai p-Value

sebesar 0.000 (p<0,05), yang berarti terdapat pengaruh penyuluhan gizi

pranikah menggunakan media audio visual terhadap sikap responden


82

sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan gizi.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Anny Fauziyah tahun 2012

yang meneliti tentang pengaruh pendidikan gizi tentang nutrisi

prakonspesi terhadap tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik konsumsi

makanan sehat wanita pranikah. Bahwa dalam penelitian Anny hasil

analisis diperoleh nilai siginifikansi 0,039 (p<0,05) yang dapat disimpukan

bahwa adanya perbedaan yang bermakna antara perubahan sikap

kelompok intervensi dan non intervensi sebelum dan sesudah pendidikan

kesehatan.

Peningkatan sikap kearah positif pada penelitian ini disebabkan

adanya informasi pada saat pemberian pendidikan gizi melalui penyuluhan

dengan media audio visual yang membawa pesan sugestif bahwa

konsumsi sehat prakonsepsi adalah penting dan harus dilakukan oleh

wanita pranikah. Sikap dibentuk melalui kesediaan menerima perkataan

seseorang, merespon pesan dengan partisipasi aktif, memberikan penilaian

sampai kesiapan untuk bertindak.

Sikap dibentuk melalui kesediaan menerima perkataan seseorang,

merespon pesan dengan pasrtispasi aktif, memberikan penilaian sampai

kesiapan untuk bertindak (Potter & Perry, 2009).

5.4.3 Pengaruh Penyuluhan Terhadap Praktik Gizi Seimbang

Pada penelitian diapatkan hasil uji statistik diperoleh nilai p-Value

sebesar 0.000 (p<0,05), yang berarti terdapat pengaruh penyuluhan gizi

pranikah menggunakan media audio visual terhadap sikap responden

sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan gizi.


83

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Anny Fauziyah tahun 2012

yang meneliti tentang pengaruh pendidikan gizi tentang nutrisi

prakonspesi terhadap tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik konsumsi

makanan sehat wanita pranikah. Bahwa dalam penelitian Anny hasil

analisis diperoleh nilai siginifikansi 0,000 (p<0,05) yang dapat disimpukan

bahwa adanya perbedaan yang bermakna antara perubahan praktik gizi

seimbang kelompok intervensi dan non intervensi sebelum dan sesudah

pendidikan kesehatan.

Peningkatan praktik gizi seimbang pada penelitian ini secara klinis

masih sangat minimal dalam memenuhi kebutuhan gizi.

Berdasarkan pedoman gizi seimbang, kecukupan zat-zat gizi makro

dan mikro harus berdasarkan AKG (Angka Kecukupan Gizi) rata-rata

orang Indonesia yang disesuaikan dengan usia. Diukur dari persentase

pemenuhan zat gizi makro dan berdasarkan AKG rata-rata responden

masih jauh dari rekomendasi/anjuran AKG orang Indonesia, namun setelah

pemberian intervensi terjadi peningkatan jumlah konsumsi dari zat gizi

makro pada responden.


84

BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

1. Gambaran skor pengetahuan sebelum diberikan penyuluhan gizi

pranikah menggunakan media audio visual sebesar 37.3, setelah

intervensi menjadi 75.3.

2. Gambaran skor sikap sebelum diberikan penyuluhan gizi pranikah

menggunakan media audio visual sebesar 31.7, setelah intervensi

menjadi 33.6

3. Gambaran praktik gizi seimbang sebelum diberikan penyuluhan

gizi pranikah menggunakan media audio visual adalah sebesar

48.1% untuk konsumsi kalori. Setelah intervensi dilakukan

konsumsi zat gizi kalori menjadi 70.0%.

4. Terdapat pengaruh penyuluhan gizi terhadap pengetahuan WUS

pra nikah sebelum dan sesudah diberikan intervensi dengan

menggunakan media audio visual.

5. Terdapat pengaruh penyuluhan gizi terhadap sikap WUS pra nikah

sebelum dan sesudah diberikan intervensi dengan menggunakan

media audio visual.

6. Terdapat pengaruh penyuluhan gizi terhadap praktik gizi seimbang

WUS pra nikah sebelum dan sesudah diberikan intervensi dengan

menggunakan media audio visual.

6.2 Saran

1. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya kebutuhan spesifik

wanita pranikah terhadap informasi gizi pranikah/prakonsepsi,


85

sehingga memunculkan harapan kepada institusi kesehatan untuk

melakukan kerjasama dengan institusi agama yaitu KUA dengan

melakukan pelatihan mengenai gizi pranikah/prakonsepsi kepada

penasehat calon pengantin di KUA atau dengan didatangkannya

utusan dari institusi kesehatan agar memberikan pendidikan

kesehatan tentang gizi pranikah/prakonsepsi kepada calon

pengantin.

2. Bagi peneliti lainnya agar dapat melakukan penelitian lebih lanjut

terkait materi dengan pengembangan dan memodifikasi media

yang akan digunakan dalam penyampaian materi


86

LAMPIRAN
87
88
89
90
91

OUTPUT SPSS

FREKUENSI

Usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 20-35 36 100.0 100.0 100.0

Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SLTA/SMA 16 44.4 44.4 44.4

Akademi/PT 19 52.8 52.8 97.2

S2, S3, dst 1 2.8 2.8 100.0

Total 36 100.0 100.0

Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid kesehatan 9 25.0 25.0 25.0

non kesehatan 27 75.0 75.0 100.0

Total 36 100.0 100.0

SIG

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak pernah 27 75.0 75.0 75.0

pernah 9 25.0 25.0 100.0

Total 36 100.0 100.0


92

PENGETAHUAN

Pengetahuan sebelum intervensi

Descriptive Statistics

N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic

TOTPENGET 36 64 12 76 36.33 2.839 17.034

Valid N (listwise) 36

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

TOTPENGET 36 36.33 17.034 2.839

One-Sample Test

Test Value = 0

95% Confidence Interval of the


Difference

T df Sig. (2-tailed) Mean Difference Lower Upper

TOTPENGET 12.798 35 .000 36.333 30.57 42.10

Pengetahuan setelah intervensi

Descriptive Statistics

N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic

TOTPENGET 36 28 64 92 75.56 1.018 6.106

Valid N (listwise) 36
93

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

TOTPENGET 36 75.56 6.106 1.018

One-Sample Test

Test Value = 0

95% Confidence Interval of the


Difference

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Lower Upper

TOTPENGET 74.245 35 .000 75.556 73.49 77.62

SIKAP
Sikap sebelum intervensi

Descriptive Statistics

N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic

TOTSIKAP 36 12 27 39 31.78 .431 2.587

Valid N (listwise) 36

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

TOTSIKAP 36 31.78 2.587 .431

One-Sample Test

Test Value = 0

95% Confidence Interval of the


Difference

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Lower Upper

TOTSIKAP 73.705 35 .000 31.778 30.90 32.65

Sikap sesudah intervensi


94

Descriptive Statistics

N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic

TOTSIKAP 36 9 30 39 33.61 .346 2.074

Valid N (listwise) 36

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

TOTSIKAP 36 33.61 2.074 .346

One-Sample Test

Test Value = 0

95% Confidence Interval of the


Difference

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Lower Upper

TOTSIKAP 97.234 35 .000 33.611 32.91 34.31

Praktik Gizi Seimbang


Praktik sebelum intervensi

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

KALORI 36 929 2028 1284.25 202.834

Valid N (listwise) 36

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

KALORI 36 1284.25 202.834 33.806


95

One-Sample Test

Test Value = 0

95% Confidence Interval of the


Difference

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Lower Upper

KALORI 37.989 35 .000 1284.247 1215.62 1352.88

Praktik sesudah intervensi

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

KALORI 36 1472.0 2543.7 1.891E3 225.8443

Valid N (listwise) 36

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

TOTKALORI 36 1.891E3 225.7771 37.6295

One-Sample Test

Test Value = 0

95% Confidence Interval of the


Difference

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Lower Upper

KALORI 50.254 35 .000 1891.0278 1814.636 1967.420


96

PENJELASAN DAN INFORMASI


Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Hana Pradita Adrianto

NIM : 1713211110

Pekerjaan : Mahasiswi S-1 Gizi STIKes Perintis Padang

Alamat : Perumahan Kelapa Gading Blok B1/1 Kel. Jalan Baru

Kec. Pariaman Tengah Kota Pariaman

Akan mengadakan penelitian tentang “Pengaruh Penyuluhan Gizi Dengan

Media Audio Visual Terhadap Perubahan Pengetahuan, Sikap Dan Praktik Gizi

Seimbang Pada Wanita Usia Subur Pra Nikah Di KUA Wilayah Kota Pariaman

Tahun 2019”.

Responden akan diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan, dimana

responden menjawab pertanyaan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.

Petunjuk pengisian akan dijelaskan dan bila ada hal yang masih belum jelas,

responden dapat bertanya.

Demikian atas kesediaan dan kerjasamanya sebagai responden saya

ucapkan terima kasih.

Peneliti

Hana Pradita Adrianto


NIM. 1713211110
97

PERNYATAAN PERSETUJUAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia

berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh Sdri. Hana

Pradita Adrianto mahasiswa S-1 Gizi STIKes Perintis Padang.

Keikutsertaan saya dalam penelitian ini bersifat sukarela dengan pertimbangan :

1. Saya telah mendapat penjelasan yang lengkap mengenai tujuan dan manfaat
penelitian ini

2. Saya telah mendapatkan penjelasan mengenai tata cara dan prosedur dalam
penelitian ini

Adapun bentuk kesediaan saya adalah menjawab semua pertanyaan yang

terdapat dalam lembaran kuesioner dengan jujur dan sebenar-benarnya sesuai

dengan apa yang saya ketahui. Demikian pernyataan ini saya buat dengan penuh

kesadaran dan tanpa paksaan dari dan oleh siapapun.

Pariaman, Januari 2019

Responden

(.................................)
98

Kode Sampel

KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH PENYULUHAN GIZI DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL
TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PRAKTIK
GIZI SEIMBANG PADA WANITA USIA SUBUR PRANIKAH
DI KUA WILAYAH KOTA PARIAMAN TAHUN 2019

Petunjuk pengisian :
1. Bacalah baik-baik kuesioner di bawah ini
2. Saudara dimohon mengisi jawaban dengan jujur, sebab pertanyaan-
pertanyaan ini sangat penting untuk mendapatkan informasi yang akurat
sebagai bahan penelitian
3. Berilah tanda silang (x) pada pilihan jawaban saudara
4. Pilihlah satu jawaban, kecuali bila ada petunjuk boleh memilih lebih dari
satu jawaban
5. Terima kasih atas kejujuran dan partisipasi saudara

I. IDENTITAS RESPONDEN

1.
Nama

2.
Tempat, Tanggal Lahir

3.
Usia

4.
Pekerjaan

5.
Pendidikan Terakhir

6.
Alamat

7.
No. Telp/ Hp

II. SUMBER INFORMASI GIZI


99

Pernah
Apa saudara pernah
memperoleh sumber informasi
mengenai gizi WUS
Tidak

III. PENGETAHUAN GIZI

1 Menurut saudara, manakah pengertian zat


gizi yang tepat di bawah ini?
a. Zat gizi adalah zat yang dibutuhkan
oleh manusia dalam
mempertahankan kehidupannya
b. Zat gizi adalah zat yang
dimanfaatkan dalam bidang
kedokteran untuk proses
penyembuhan/pengobatan pada
pasien
c. Zat gizi adalah zat yang dibutuhkan
untuk menghasilkan energi,
membangun dan memelihara
jaringan serta mengatur proses-
proses tubuh
2 Apa itu WUS (Wanita Usia Subur)?
a. Wanita sehat yang sudah pernah melahirkan
b. Wanita yang baru menikah
c. Wanita yang organ reproduksinya sudah
berfungsi dengan baik
3 Bagaimana mendapatkan status gizi yang baik sebelum
kehamilan?
a. Melalui konsumsi berbagai bentuk produk-
produk herbal
b. Melalui konsumsi konsumsi
kafein, tanin, minuman
berenergi lainnya
c. Melalui konsumsi makanan
bergizi yang sehat dan
seimbang dengan kebutuhan
per hari
4 Menurut saudara sejak kapan sebaiknya memperbaiki
status gizi untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan
perkembangan anak/janin ?
a. Sejak kecil
b. Setelah menikah
c. Sebelum hamil
100

5 Apa akibatnya jika WUS/Ibu hamil mengalami


KEK(Kurang Energi Kronis) atau kurang gizi?
a. Akan menghasilkan manusia yang akan selalu
bergantung kepada orang lain, sehingga tidak menjadi
manusia yang mandiri
b. Akan menghasilkan generasi yang menghabiskan
banyak biaya dalam pertumbuhan dan
perkembangannya hingga ia dewasa
c. Akan menghasilkan generasi yang mengalami
gangguan pertumbuhan dan perkembangan, sehingga
menjadi manusia yang kurang berkualitas
6 Bagaimana anemia bisa terjadi?
a. Jika kekurangan zat kalsium pada tubuh
b. Jika kekurangan zat yodium pada tubuh
c. Jika kekurangan zat besi pada tubuh
7 Apa akibat anemia terhadap kehamilan?
a. Mengakibatkan kehamilan yang lama/lebih dari 42
minggu
b. Menimbulkan pendarahan sebelum/saat persalinan
c. Menyebabkan ketuban pecah dini menjelang
persalinan
8 Kapan WUS(Wanita Usia Subur) dikatakan mengalami
KEK(Kurang Energi Kronis)?
a. Jika LILA (Lingkar Lengan Atas) WUS kurang dari
23,5 cm
b. Jika LILA (Lingkar Lengan Atas) WUS kurang dari
24,5 cm
c. Jika LILA (Lingkar Lengan Atas) WUS kurang dari
25,5 cm
9 Apa akibat KEK(Kurang Energi Kronis) terhadap
kehamilan?
a. Melahirkan bayi yang tidak bisa menangis ketika lahir
b. Menyebabkan bayi lahir berwarna kuning
c. Melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah
10 Apa yang dimaksud dengan menu makan seimbang?
a. Menu yang seimbang antara hewani dan nabati
(tumbuhan)
b. Makan berbagai sumber zat gizi makro dan mikro
c. Makan beraneka ragam makanan yang berkuah dan
kering
11 Berapa kebutuhan rata-rata energi harian pada WUS?
a. ±2.250 Kkal
b. ±3.250 Kkal
c. ±4.250 Kkal
12 Berapa kebutuhan rata-rata energi harian pada wanita
hamil?
a. ±2.550 Kkal
b. ±3.550 Kkal
101

c. ±4.550 Kkal
13 Berapa takaran porsi piring sekali makan yang benar?
a. 1/3 makanan pokok dan 1/3 lauk-pauk, 1/6 sayuran,
dan 1/6 buah- buahan
b. 1/3 makanan pokok, ¼ lauk-pauk, 1/8 sayur, dan 1/8
buah-buahan
c. 1/3 makanan pokok, 1/3 sayuran, 1/6 lauk-pauk, dan
1/6 buah-buahan
14 Apa akibat kekurangan zat besi pada janin?
a. Gangguan perkembangan janin
b. Retardasi mental dan gangguan imunitas
c. Gangguan pertumbuhan tulang janin
15 Apa akibat kekurangan zat besi pada ibu hamil?
a. Sering mual pada ibu hamil
b. Nyeri sendi dan tulang punggung pada ibu hamil
c. Bisa mengakibatkan keguguran
16 Apa saja bahan makanan sumber zat besi?
a. Beras merah, pepaya wortel, mangga
b. Ikan, telur, sayuran hijau, hati
c. Tahu, tempe dan olahan kedelai lainnya
17 Apa fungsi kalsium pada janin?
a. Untuk pertumbuhan janin
b. Untuk kecerdasan janin
c. Untuk pertumbuhan saraf janin
18 Apa saja bahan makanan sumber kalsium?
a. Tahu dan tempe
b. Hati ayam, hati sapi
c. Susu dan olahannya, ikan teri
19 Apa akibat kekurangan zinc/seng pada janin?
a. Retardasi mental dan gangguan imunitas
b. Kelainan pada sum-sum tulang belakang janin
c. Gangguan pertumbuhan tulang janin
20 Apa saja bahan makanan sumber zinc/seng?
a. Wortel, tomat dan paprika, tahu dan tempe
b. Makanan yang mengandung antioksidan dari berbagai
jenis teh
c. Kacang-kacangan, kuning telur dan bawang putih
21 Apa fungsi asam folat pada janin?
a. Berguna dalam perkembangan janin
b. Berguna dalam pengangkutan makanan dari ibu ke
janin
c. Berguna dalam penutupan tabung saraf
22 Apa akibat kekurangan asam folat pada janin?
a. Janin tidak berkembang
b. Kelainan imunitas pada janin dikemudian hari
c. Kelainan pada sum-sum tulang belakang janin
102

23 Apa saja bahan makanan sumber asam folat?


a. Hati sapi dan hati ayam
b. Daging sapi, daging kerbau, daging kambing
c. Brokoli, kacang hijau, jeruk
24 Apa fungsi yodium pada janin?
a. Penting untuk pembentukan tulang janin
b. Penting untuk penutupan tabung saraf janin
c. Penting untuk perkembangan otak janin
25 Apa akibat kekurangan yodium pada janin?
a. Kelainan imunitas pada janin dikemudian hari
b. Kelainan pada sum-sum tulang belakang janin
c. Cacat pada janin bahkan kematian

IV. SIKAP

No Sangat
Pernyataan Sangat Setuju Tidak tidak
setuju setuju setuju

1 Makanan yang sehat dan


bergizi itu harganya mahal-mahal

2 Meningkatkan makan sayur dan


buah- buahan menjadikan saya
merasa lebih baik, dan juga
lebih menyehatkan bagi semua
orang
3 Sulit bagi saya untuk
mengkonsumsi makanan yang
banyak mengandung asam folat
(seperti brokoli, kacang hijau,
jeruk, tomat, pisang dan anggur
hijau)
4 Makan makanan tinggi asam folat
dan zat besi pada saat belum
hamil, dapat menghindarkan dari
melahirkan bayi yang cacat

Makanan yang dikonsumsi tiap hari


5 harus yang mempunyai nilai gizi

6 Membaca kandungan label


makanan harus dilakukan, saat
membeli makanan di
toko/warung
103

Makanan tiap hari harus


7 mengandung kalori, protein, buah
dan sayur

8 Tidak bermasalah buat kesehatan


saya, maupun bayi saya kelak,
jika kurang mengkonsumsi
makanan yang mengandung asam
folat dan zat besi
9 Asap rokok dari orang lain yang
dihirup baik di rumah atau di luar
rumah tidak akan mengganggu
janin
10 Minum teh, kopi, atau cola boleh
diminum tiap hari lebih dari 3 gelas
dan baik sekali diminum setelah
makan
104

FOOD RECALL
Petunjuk pengisian :
 Isilah apa yang anda makan/minum dalam sehari 24 jam terakhir, yaitu
pagi, siang, dan malam.
 Pada kolom jumlah diisi dengan banyaknya makanan yang dimakan.
Gunakan ukuran rumah tangga untuk mencatat jumlah/banyaknya
makanan yang dimakan.
 Ukuran sendok makan (sdm) digunakan untuk mengukur
banyaknya nasi dan sayur
 Gelas (air mineral dalam kemasan) untuk mengukur minuman
seperti teh, susu, kopi
 Potongan untuk mengukur tempe, tahu, ikan, ayam, daging, dan
buah-buahan

Waktu Jumlah
makan (jam) Apa yang anda Ukuran rumah tangga Berat (gr)
makan/minum (diisi oleh (diisi oleh
responden) petugas/peneliti)
Pagi :
-
-
-
-
-
Selingan :

Siang :
-
-
-
-
-
-
Selingan :

Malam :
-
-
-
-
105

DOKUMENTASI PENELITIAN

1. Penjelasan pengisian kuesioner pre-test

2. Pengisian kuesioner pre-test selama 15 menit


106

3. Pemberian intervensi penyuluhan selama ±30 menit

4. Kunjungan ke rumah responden untuk post-test


107

MATERI PENYULUHAN
108
109

MATERI MEDIA AUDIO VISUAL


110
111

Anda mungkin juga menyukai