Anda di halaman 1dari 36

Pola Asuh yang Baik

melalui Pemberian
Makan Anak untuk
mencapai Generasi
Emas Generasi Sehat
Subaida, SE,.M.Akun
Istiyanatul Mahbubah, SE.,M.Ak
Gizi sepanjang siklus hidup manusia
(Sumber : modifikasi dari ACC/SCN, 2002)
IMR, perkembangan Kurang makan,
mental terhambat, sering terkena
risiko penyakit kronis infeksi, pelayanan
pada usia dewasa kesehatan
kurang, pola asuh
USIA LANJUT tidak memadai
KURANG Proses Tumbuh
Pertumbuhan
GIZI BBL lambat, ASI
kembang
terhamba
ekslusif kurang,
R MP-ASI tidak t
Pelayanan benar
Kesehatankurang
memadai BALITA
Konsumsi tidak Gizi janin
seimbang tidak KEP
baik Konsumsi
gizi tidak cuk,up
pola asuh
kurang
WUS REMAJA &
KEK USIA
BUMIL KEK SEKOLAH
(KENAIKAN BB Pelayanan GANGGUAN
RENDAH) kesehatan PERTUMBUHA
tidak memadai N & KOGNITIF
Produktivitas
MMR fisik
Konsumsi
INTERVENSI GIZI SPESIFIK DENGAN
PENDEKATAN SIKLUS HIDUP

INTERVENSI SPESIFIK PADA


1000 HPK

PMT Ibu Hamil KEK


Pemberian TTD untuk Bumil
Promosi dan Konseling PMBA
(IMD, ASI Eksklusif, MP-ASI
dan lanjutkan ASI sd 2 thn)
Pemantauan Pertumbuhan
Tatalaksana Gizi Buruk
Pemberian Vitamin A
Kelas Ibu Hamil PMT Balita Kurus

30
PENCEGAHAN STUNTING

DINKES.PROV.NTB
1. POLA KONSUMSI
Tantangan pola konsumsi untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku konsumsi kurang gizi makro, kurang protein hewani, kurang
sayur dan buah, kurang gizi mikro, praktek IMD, ASI Eksklusif 6 bulan,
dan MPASI

Hidangan sehari-hari penduduk Indonesia terbesar dari konsumsi serealia


(257,7 gram/orang/hari), diikuti kelompok ikan (78,4 gram/orang/hari),
kelompok sayur dan olahan (57,1 gram/orang/hari), kacang dan olahan
PERILAKU (56,7 gram/orang/hari), daging dan olahan (42,8 gram/orang/hari) dan
kelompok umbi (27,1 gram/orang/hari). Kelompok bahan makanan lainnya
KONSUMSI dikonsumsi lebih sedikit, termasuk susu bubuk dan susu cair.

KURANG GIZI Pola makan adalah kebiasaan makan seseorang atau sekelompok orang

MAKRO untuk memilih makanan yang dikonsumsinya yang dipengaruhi oleh


instrinsik - fisiologis, psikologis, dan ekstrinsik – lingkungan alam
(kebiasaan makan pada umumna, pangan lokal), budaya, agama, dan dan
lingkungan sosial.

DINKES.PROV.NTB
Tantangan pola konsumsi untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku konsumsi kurang gizi makro, kurang protein hewani, kurang sayur
dan buah, kurang gizi mikro, praktek IMD, ASI Eksklusif 6 bulan, dan MPASI

Rerata konsumsi jeroan & olahan, ikan dan olahan, telur dan olahan, susu
bubuk dan olahan, susu cair, minyak dan olahan serta gula dan
konfeksionari penduduk Indonesia adalah sebesar 2,1 gram, 78,4 gram, 19,7
gram, 4,9 gram , 3,6 gram, 37,4 gram dan 15,7 gram per orang per hari. Dari
PERILAKU konsumsi kelompok bahan makanan sumber protein hewani, terlihat yang
banyak dikonsumsi
KONSUMSI penduduk adalah ikan dan olahan diikuti telur dan olahan, sedangkan
konsumsi susu bubuk dan olahan, susu cair serta jeroan
KURANG dan olahan termasuk yang rendah (Sumber: SKMI 2014).

PROTEIN
HEWANI

DINKES.PROV.NTB
Tantangan pola konsumsi untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku konsumsi kurang gizi makro, kurang protein hewani, kurang
sayurIMD, ASI Eksklusif 6 bulan, dan MPASI
dan buah, kurang gizi mikro, praktek

Secara nasional rata-rata total konsumsi sayuran dan buah penduduk


PERILAKU KONSUMSI sekitar 108,8 gram. Menurut kelompok umur terlihat rata-rata konsumsi
terkecil pada kelompok umur 0-59 bulan, diikuti dengan anak sekolah
KURANG SAYUR & dan remaja.

BUAH Dibandingkan dengan anjuran WHO maupun PGS 2014, rata-rata total
konsumsi sayuran dan buah baik nasional, per kelompok umur
maupun menurut provinsi masih lebih rendah dari 400
gram/orang/hari. Berdasarkan proporsi penduduk yang mengonsumi
total sayuran dan buah kurang dari 400 gram/orang/hari masih besar
yaitu sekitar 97 persen, proporsinya hampir sama pada semua
kelompok umur.

DINKES.PROV.NTB
Tantangan pola konsumsi untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku konsumsi kurang gizi makro, kurang protein hewani, kurang sayur
dan buah, kurang gizimikro, praktek IMD, ASI Eksklusif 6 bulan, dan MPASI

PRAKTEK IMD, ASI sebagai sumber zat gizi terlengkap dan terbaik bagi bayi, dg kolostrum yang
sangat dbutuhkan bayi untuk melawan infeksi, sementara sistem imun
tubuhnya masih berkembang, ternyata dari data RISKESDAS 2013 Dalam Angka,
ASI EKSKLUSIF belum diupayakan kesuksesan pemberiannya kepada bayi. Persentase proses
6 BULAN DAN mulai menyusu pada anak umur 0-23 bulan menurut provinsi mulai dari
menyusu kurang dari satu jam setelah bayi lahir (Inisiasi Menyusu Dini) adalah
MPASI 34,5 persen, dengan persentase tertinggi di Nusa Tenggara Barat (52,9%) dan
terendah di Papua Barat (21,7%)

Pemberian prelakteal kepada bayi baru lahir: susu formula (79,8%), susu non formula
(1,6%), madu/madu+air (14,3%), air gula (4,15), air tajin (1,6%), air kelapa (0,9%),
kopi (0,9%), teh manis (1,2%), air putih (13,2%), bubur tepung/bubur saring (2,7%),
pisang dihaluskan (4,1%), nasi dihaluskan (2,3%). Persentase bayi baru lahir yang
diberikan susu formula seiring dengan semakin tingginya tingkat pendidikan dan
kuintil indeks kepemilikan teratas (tertinggi 90,6% dan 89,5%).

DINKES.PROV.NTB
2. POLA ASUH
Tantangan pola asuh untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku pengasuhan kesehatan, tumbuh kembang dan
afeksi
Kunjungan ANC yang terjadwal sejak
kehamilan dan selama kehamilan
sangatlah penting untuk kondisi
PERILAKU kesehatan dan tumbuh kembangnya,
sehingga mendukung pertumbuhan janin
PENGASUHAN yang optimal
KESEHATAN (Kuhnt J dan Vollmer S 2017)

-
ANC Sehingga dapat mencegah dimulai
terjadinya stunting dalam kandungan
(Nohora F Ramirez dkk 2012, Schmidt dkk 2002

DINKES.PROV.NTB
Tantangan pola asuh untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku pengasuhan kesehatan, tumbuh kembang dan
afeksi

Pemantuan kondisi dan kesehatan


Bayi baru lahir atau Kunjungan
Neonatal (KN) yang dilakukan
pada saat bayi berumur 6-48 jam
PERILAKU (KN1),
3-7 hari (KN2), dan 8-28 hari
PENGASUHAN (KN3)
sangatlah penting
(Lawn JE dkk 2005)

KESEHATAN
Riskesdas 2013: cakupan kunjungan neonatal
- lengkap masih sangat rendah: 39,3%, tertinggi di
NEONATAL Yogyakarta (58,3%) dan terendah di Papua
Barat (6,8%). Alasan tidak melakukan pemeriksaan
neonatal (kelompok umur 0-5 bulan): bayi tidak sakit
(78,9%), bayi tidak boleh dibawa pergi (8,2%), tempat
pelayanan jauh 11,2%), tidak punya biaya 4,7%).

DINKES.PROV.NTB
Tantangan pola asuh untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku pengasuhan kesehatan, tumbuh kembang dan afeksi

PERILAKU Imunisasi adalah upaya yang dilakukan agar anak


baduta sehat tetap sehat dan terhindar dari berbagai
PENGASUHAN penyakit infeksi (Olofin dkk 2013), agar proses tumbuh
KESEHATAN kembangnya tidak terganggu. Secara nasional cakupan
- imunisasi dasar pada anak baduta Lengkap: 59,2%;
ANAK BALITA Tidak lengkap: 32,1%; Tidak imunisasi:8,7% (Riskesdas
2013).
Keluarga tidak mengijinkan (27,2% / 25,1%)
Takut anak menjadi panas (28,2% / 29,7%)
Anak sering sakit (7,5% / 5,7%)
Tidak tahu tempat imunisasi (5,0% / 8,7%)
Tempat imunisasi jauh (21,5% / 22%)
Sibuk/repot (18,7% / 14,2%)
Tantangan pola asuh untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku pengasuhan kesehatan, tumbuh kembang dan afeksi

PERILAKU PENGASUHAN
TUMBUH KEMBANG
DAN AFEKSI Lebih dari

Tumbuh kembang anak balita TDK dapat


dipenuhi hanya oleh kecukupan gizi & 30% anak balita
sama sekali tidak
pengasuhan kesehatannya saja. Tiap tahap pernah
pertumbuhan anak balita membutuhkan ditimbang
stimulasi dari pengasuhnya khususnya
kasih sayang/afeksi ibunya, serta
lingkungannya. Tanpa afeksi & stimulasi ibu
& lingkungannya semua upaya pemberian
gizi dan pengasuhan kesehatan yang
diberikan tidak akan cukup berdampak bagi
tumbuh kembangnya.
(Gardner JM Powel dkk 2005).

DINKES.PROV.NTB
8

Periode tumbuh
kembang
Prenatal Infancy Early childhood
(konsepsi-lahir) (lahir-2th) (2-6 th)

Early Adulthood Adolescence Middle


childhood
(19-34 th) (12-18 th)
(7-11
th)

Middle
Later adulthood
adulthood
(> 64 th)
(35-64
th)
9

Post natal growth


curves
Sangat cepat sebelum usia
10 thn dan mencapai
puncak tumbuh kembang
organ di usia 10-12 thn
Sangat cepat sebelum
usia 4-6 thn dan
mencapai puncak
tumbuh kembang
organ di usia 12 thn

Sangat cepat
sebelum
usia 2 thn,
melam bat
dan cepat lg
di usia
pubertas

Sangat cepat
pd usia
pubertas
10
11

Pertumbuhan dlm tinggi badan

Attained height Height velocity


12

Pertumbuhan dlm BB

Attained weight Weight velocity


Anak Usia 3 Tahun

Normal Terabaikan
http://www.feralchildren.com/image.php?if=figures/perry20021
Presentasi Prof fasli Jalal, Pengukuhan2009
Growth Chart
anak perempuan:
BB turun sejak
usia 4 tahun,
berlanjut sampai
usia 7 tahun.
Tinggi badan
tetap pada
persentil 90th
sampai usia 7
tahun
kemudian
mulai menurun
Growth Chart
anak Laki-laki:
BB naik antara 4
tahun sampai 6
tahun, tinggi
tetap pada
persentil 50th
Growth Chart
anak
Perempuan:
BB turun
kemudian naik
lagi, tinggi
badan turun
kemudian naik
lagi
Growth Chart anak
Perempuan: BB
turun drastis pd usia
15 bulan, hanya
sebentar kemudian
naik lagi. Tinggi
turun tetapi belum
naik sampai
beberapa bulan
setelah BB naik
(bulan 21)
Kejadian Growth faltering bayi usia 0-60 bulan, 1989–2005
(Sumber: DR. Atmarita, Yogya, Juli 2006)
1.00

Terjadi growth faltering


sejak usia dini
0.50

10 14 18 22 30 34 42 46 50 54 58
Rata2 0.00 26 38 Umur (bulan)
Z-core 0 2 4 6 8 12 16 24 28 32 36 44 48 52 56
20 60
-0.50

-1.00

-1.50

-2.00 Status Gizi


antara
-2.50
1989 1995 2000 2005
1989
dan 2005
Retained Effect - Gizi
• Jarak
• Kehamilan
Infeksi : pendek
• Infeksi Malaria, • Anak
Berulang Kecacingan • banyak
Penyakit
• Asupan , dll Infeksi
tdk • Asupan tdk • Asupan
Adekuat Adekuat tdk
• dini
Kehamila Adekuat
Efek
n Usia ET ET
tambahan/ET

Janin BBLR, Puber,


Dewasa
Tumbuh Balita Remaja
Terhamba Kurang Kurang
Kurang
t Gizi Gizi
Gizi

Retained RE masa balita RE


Effect/RE dengan/tanpa
RE dlm
kumulatif
dlm
kandungan kandungan
Ibu
Hamil
Alur Perjalanan Status Gizi Wanita Usia
Reproduktif sebagai Calon Ibu
Sumber: Endang L. Achadi, 2007, modifikasi
Rata-rata Tinggi Badan Anak Balita
Indonesia dibanding Rujukan WHO 2005
125.0 125.0
120.0 120.0
115.0 115.0
110.0 110.0
Tinggi badan Rata-rata (Cm)

Tinggi badan Rata-rata (Cm)


105.0 105.0
100.0 100.0
95.0 95.0
Beda:6.7cm
90.0 90.0 Beda: 7.3 cm
85.0 85.0
80.0 80.0
75.0 75.0
70.0 Anak laki-laki: 70.0 Anak Perempuan:
65.0 65.0 Rujukan
Rujukan
60.0 60.0
Anak Indonesia
55.0 Anak Indonesia 55.0
50.0 50.0
45.0 45.0
0 4 8 12 16 20 24 28 32 36 40 44 48 52 0 4 8 12 16 20 24 28 32 36 40 44 48 52
56 60 56 60
Umur (Bulan) Umur (Bulan)
Rata-rata Tinggi Badan Anak Balita
Indonesia dibanding Rujukan WHO 2005
125.0 125.0
120.0 120.0
115.0 115.0
110.0 110.0

Tinggi badan Rata-rata (Cm)


Tinggi badan Rata-rata (Cm)

105.0 105.0
100.0 100.0
95.0 95.0
Beda:6.7cm
90.0 90.0 Beda: 7.3 cm
85.0 85.0
80.0 80.0
75.0 75.0
70.0 Anak laki-laki: 70.0 Anak Perempuan:
65.0 65.0 Rujukan
Rujukan
60.0 60.0
Anak Indonesia
55.0 Anak Indonesia 55.0
50.0 50.0
45.0 45.0
0 4 8 12 16 20 24 28 32 36 40 44 48 52 0 4 8 12 16 20 24 28 32 36 40 44 48 52
56 60 56 60
Umur (Bulan) Umur (Bulan)
Short/medium term
Longterm consequences:
consequences: Morbidity,
Stunted, Cognitive Mortality,
capacity, economc Pre-school
[[roductivity, Malnutritio
NCD n

Fetal growth and


development: Child Nutritional
Status
Birth Weight
Inadequate
dietary Disease
Maternal intake
Nutrition Status: Child Care:
Height, BMI, HH’s health Unhealthy
PWG Food seeking, HH’s
etc environme
securit
nt
y
Inadequat
e dietary Disease Income,
intake poverty,
employement
,
Social, economic
Maternal/Newborn and political
context

Chil
d
TINGGI BADAN MENURUT UMUR (TB/U) BALITA
30.
0 27.
PREVALENSI PENDEK 1
PADA ANAK BALITA 25.
0

Jumlah anak balita 20.


17.
0
yang Sangat Pendek 6
dan Pendek banyak 15. 0,5 - 1,9
0 th
terjadi pada anak 2,0- 10. 2 - 4,9 th
4,9 tahun 10. 8. 5
0 6

5.
Sanjaya, et.al.2011 0
telah disampaikan pada National Conference of SEANUTS, Jakarta 14
Nov 2012
0.
0 Sangat Pende
Pendek k 23
Perkembangan PB Anak Berdasarkan
80.0
TB Ibu <150 cm dan >=150
cm
75.0

70.0
Panjang Badan Anak

65.0

PB anak dari Ibu TB <150


60.0 cm
PB anak dari Ibu TB>=150
55.0
cm
(cm)

50.0

45.0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12
11

Umur anak
(bulan) Ernawati,etal.
Keterampilan motorik
Motorik kasar meningkat sangat pesat
Motorik halus & koordinasi mata dan tangan mulai
berkembang
Handedness:
kecenderungan menggunakan tangan kanan atau kiri  mulai
usia 3 tahun
Perkembangan artistik:
2 tahun: scribble
3 tahun: gambar bentuk (dasar ke kompleks)
4-5 tahun: gambar yang sudah terlihat jelas
Keterampilan Makan
Usia 1-3 thn
Mulai belajar makan sendiri
Dapat mengunyah lebih baik, gerkan lidah mulai berputar
Dapat menggunakan alat makan walaupun belum sempurna
Aturan sederhana utk takaran sajian
1 sendok makan sesuai dengan tahunnya
Contoh: anak usia 2 tahun, maka takaran saji per kali makan sekitar 2 sendok
makan.
Lebih baik memberikan porsi kecil dan dapat ditambah sesuai keinginan
anak
Ketertarikan thd makanan menurun akibat laju pertumbuhan yg mulai
menurun
Keterampilan Makan
Usia 3-6 tahun
Dapat menggunakan alat makan & minum dg lebih baik.
Anak sebaiknya didudukkan scr nyaman saat makan
Selera makan meningkat kembali oleh karena tjdnya pacu tumbuh/growth
spurt
Senang membantu org di sekitarnya
Fase yg tepat utk menngenalkan ttg makanan, pemilihan & penyiapan.
Secara alamiah memiliki kemampuan mengontol asupan energi
Menyebabkan variasi selera makan
Saat makan seringkali menjadi “arena perang”
Jangan memaksakan jumlah makanan yg harus dimakan oleh anak.
Jangan mengimingi anak dg “convenience food” (coklat, permen) sebagai
hadiah menghabiskan sayur/buah.
Buat porsi makan semenarik mungkin & tidak berlebihan.

30/01/2023 34
Pola & Selera makan

• Food preference
• Flavor, colorful, soft, moist, warm, porsi kecil
• Food choice
• Kelebihan konsumsi susu  kekurangan pangan lain
• Meal pattern
• Frekuensi > 3x/hr (5-7x)
• Usia 2 – 4 tahun masa tersulit pemberian makan
• Usia 4 – 6 thn : kesukaran makan mulai diatasi
• Snack
• Bagian penting, krn ukuran lambung kecil
• Jika tidak benar memilih snack  risiko
overweight dan obesitas
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai