Anda di halaman 1dari 66

PENGARUH PEMBERIAN JUS MENTIMUN TERHADAP PERUBAHAN

TEKANAN DARAH SISSTOLIK DAN DIASTOLIK PADA PENDERITA


HPERTENSI DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA DI DAERAH X

DI SUSUN OLEH:

NAMA

: BURHANUDDIN BASRI

NPM

: 2015980067

PEMINATAN

: MANAJEMEN KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN MAGISTER KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIAH JAKARTA
2016
Jl. Cempaka Putih Tengah I/1 Jakarta Pusat, Kode Pos 10510
Telp/Faks: 021-42802202

TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Mentimun
1. Sejarah Mentimun
Sebelum memasuki pada subtansi kandungan mentimun alangkah baiknya kita
mempelajari sejarah mentimun. Tanaman mentimun secara alami berkembang baik
dalam lingkungan beriklim sedang dan tropis, dan umumnya memerlukan suhu
antara 60-90 F/15-33 C. Dalam istilah evolusioner, mentimun pertama mungkin
berasal di Asia Barat (dan mungkin lebih khusus di India) atau bagian dari Timur
Tengah. Mentimun yang disebutkan dalam legenda Gilgames, seorang raja uruk
yang hidup sekitar 2500 SM di yang sekarang adalah Irak dan Kuwait. Ini adalah
sekitar 3.300 tahun kemudian, ketika budidaya mentimun menyebar ke bagian
Eropa, termasuk Prancis. Dan itu tidak sampai saat kolonis Eropa yang akhirnya
muncul mentimun di Amerika Utara pada tahun 1500-an (Anonymous, 2011).
Dan menurut buku karangan Isnaini M, (2009) mengatakan asal tanaman ini
belum diketahui secara pasti, tapi sudah lama dibudayakan di sekitar Burma dan
Thailan. Mentimun mempunyai nama lain yaitu timun, (Jawa), bonteng (Sunda),
2.

ketimun (Kalimantan), hantimun (Lampung), timoh (Aceh).


Kandungan Mentimun
Menurut pendapat Isnaini M, (2009) memaparkan bahwasannya bagian
mentimun yang terasa keras termasuk kulitnya banyak mengandung mineral yang
penting bagi tubuh yang salah satunya adalah silika. Silika mempunyai peranan
yang tidak sedikit dalam pembentukan jaringan konektif yang meliputi otot, tulang,
dan instraseluler. Zat yang terkandung dalam mentimun ini pula yang baik untuk
kesehatan kulit. Mentimun juga mengandung zat yang berfungsi untuk menjaga
suhu untuk berpengaruhi baik terhadap pencernaan. Air mentimun juga baik untuk
menjaga kesehatan ginjal jika diminum rutin setiap hari sebanyak satu sendok teh.
Vitamin A, B komplek, C, dan E berfungsi sebagai antioksidan, selain itu
kandungan mineral yang bermanfaat bagi kesehatan bagi kesehatan. Kandungan
kalori yang rendah dalam mentimun cocok bagi yang menjalani diet.
Buah berbentuk lonjong dan berbiji ini sering dijadikan sebagai lalapan dan
acar. Beberapa orang juga menggunakan sebagai masker untuk merawat kecantikan
wajah. Sementara itu, manfaat yang tidak kalah penting dari mentimun adalah
kemampuan membantu menurunkan tekanan darah. Kandungan kalium (potasium),
magnesium, dan fosfor dalam mentimun efektif mampu mengobati hipertensi.

Selain itu, mentimun juga bersifat diuretik karena kandungan airnya yang tinggi
sehingga membantu menurunkan tekanan darah (Dewi. S & Familia. D, 2010).
Kandungan Vitamin dan Mineral yang Pada Mentimun menurut Aphrodita. M,
(2010) sebagai berikut:
1) Vitamin A
Vitamin A adalah satu zat gizi mikro yang diperlukan oleh tubuh yang berguna
untuk meningkatkan daya tahan tubuh (imunitas) dan kesehatan mata,
kekurangan vitamin ini, terutama pada anak-anak, akan berpengaruh pada
kecerdasan. Vitamin A dapat ditemui pada sayuran hijau serta buah berwarna
merah dan kuning, seperti mangga, papaya, dan wortel.
2) Vitamin B Komplek (B1, B6, dan B12)
Semua jenis vitamin B kecuali B12, terkandung dalam sayuran hijau, bijibijian, padi-padian, dan sereal. Semua vitamin B membantu produksi energi.
Ketiga vitamin tersebut dibutuhkan tubuh untuk metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein menjadi energi. Juga, untuk memelihara jaringan saraf.
Selain berfungsi untuk metabolisme ketiga vitamin ini juga bermanfaat pada
bahan-bahan makanan yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari.
3) Vitamin C
Vitamin C bermanfaat sebagai antioksidan dan peningkat daya tahan tubuh.
Vitamin C sangat dibutuhkan oleh mereka yang tinggal di perkotaan karena
radikal bebas banyak terdapat di daerah perkotaan. Vitamin C juga dapat
membantu mengatasi anemia, mencegah resiko kematian akibat penyakit
kardiovaskuler, dan mencegah osteoporosis, batu ginjal, gangguan fungsi
kognitif, dan penyakit asma. Selain itu, konsumsi vitamin C juga dapat
membantu kulit terlihat kencang dan sehat.
4) Vitamin E
Vitamin E berfungsi sebagai pendukung antioksidan, mengatasi masalah
kardiovaskuler, dan membantu menyehatkan sistem kekebalan tubuh, serta
membantu proses perbaikan DNA. Selain itu, konsumsi vitamin E akan
membantu kulit anda terlihat mulus dan kencang. Vitamin E banyak terdapat
pada bayam, taoge, mentimun, buah kiwi, mangga, dll.
5) Magnesium
Magnesium adalah mineral yang berperan dalam mineralisasi tulang dan
melindungi tulang. Konsumsi magnesium dapat mencegah osteoporosis.
6) Fosfor
Fosfor berfungsi sebagai pemberi energi dan kekuatan pada metabolisme lemak
dan karbohidrat, sebagai penunjang kesehatan gigi dan gusi, untuk sintesis

DNA, serta penyerapan dan pemakain kalsium. Kebutuhan fosfor bagi ibu
hamil tentu lebih banyak dibandingkan saat-saat tidak mengandung, terutama
untuk pembentukan tulang janinnya. Fosfor banyak terdapat dalam buah ceri,
brokoli, buah apel, bunga kol, lettuce (sejenis sawi), bayam, tomat, mentimun,
dll.
7) Potasium (kalium)
Potasium atau Kalium ini meningkatkan keteraturan denyut jantung,
mengaktifkan kontraksi otot, mengatur pengiriman zat-zat gizi lainnya ke selsel tubuh, mengendalikan keseimbangan cairan pada jaringan sel tubuh, serta
menurunkan tekanan darah tinggi (hipertensi). Kekurangan potassium (kalium)
dapat menyebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh, mudah lelah, dan
meningkatnya kebutuhan akan glutamin. Potasium banyak terdapat pada buah
jambu biji, mentimun, tomat, jeruk, buncis, dll.
8) Silika
Silika ialah mineral yang termasuk salah satu elemen dalam pembentukan,
mempertahankan kolagen yang memadai dan mungkin mengalami kulit kering,
pergeseran atau pembuluh darah, masalah pencernaan, gigi dan gusi yang
lemah, membuang atau menurunkan ukuran organ atau jaringan. Makanan yang
mengandung silika diantaranya: timun, beras merah, gandung, stroberi, bawang
dan alpukat (Anonymous, 2011).
B. Konsep Tekanan Darah
1. Pengertian Sistolik Dan Diastolik
Sistolik adalah tekanan ini tertinggi karena jantung bilik kiri memompa darah
ke arteri (dalam keadaan mengempis) dan distolik yaitu bilik kiri jantung sedang
terisi kembali, tekanannya menurun (tekanan diastolik). Kondisi ini merupakan
2.

saat tekanan terendah (dalam keadaan mengembang) (Santoso. D, 2010).


Pengertian Darah Tinggi (Hipertensi)
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah sebuah kondisi medis saat
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah atas normal. Akibatnya, volume
darah meningkat dan saluran darah menyempit. Oleh karena itu, jantung harus
memompa lebih keras untuk menyuplai oksigen dan nutrisi ke setiap sel di dalam
tubuh (Puspitorini. M, 2009) dan hipertensi sering disebut sebagai pembunuh
terselubung. Hipertensi tidak memberikan gejala kepada penderita. Namun bukan
berarti hal ini tidak berbahaya (Santoso. D, 2010). Hipertensi atau tekanan darah
tinggi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah yang sering terdapat

pada usia pertengahan atau lebih, yang ditandai dengan tekanan darah lebih dari
normal. Hipertensi menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang
mengakibatkan makin meningkatnya tekanan darah.
Dari definisi definisi diatas dapat disimpulkan bahwa : Hipertensi adalah
peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik diatas normal
sesuai umur dan merupakan salah satu faktor resiko terjadinya kompilkasi
penyakit kardiovaskuler.
Seseorang baru merasakan dampak yang gawat dari hipertensi ketika telah
terjadi komplikasi. Hipertensi baru disadari ketika telah menyebabkan gangguan
organ, seperti gangguan fungsi jantung, koroner, ginjal, gangguan fungsi kognitif
ataupun stroke. Hipertensi pada dasarnya akan mengurangi harapan hidup para
penderitanya. Selain mengakibatkan angka kematian yang tinggi (hight case
fatality rate), hipertensi juga berdampak pada mahalnya pengobatan dan perawatan
yang harus ditanggung para penderita. Bahkan, hipertensi berdampak pula bagi
penurunan kualitas hidup.
Hipertensi sebenarnya dapat diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Jika
salah satu orang tua orangtua terkena hipertensi, maka kecenderungan anak untuk
menderita hipertensi lebih besar dibandingkan mereka yang tidak memiliki orang
tua penderita hipertensi. Sekitar 40% kematian dibawah usia 65 tahun bermula dari
tekanan darah tinggi. Penyakit ini sudah menjadi endemi di zaman modern,
3.

menggantikan wabah kolera dan TBC dizaman dulu.


Jenis-Jenis Hipertensi
a. Menurut Dewi. S & Familia. D, (2010) yang berdasarkan keadaan disebutkan
1.

krisis hipertensi ini terbagi menjadi dua jenis diantaranya ialah:


Hipertensi Emergensi
Merupakan hipertensi gawat darurat, tekanan darah

melebihi

180/120mmHg disertai salah satu ancaman gangguan fungsi organ, seperti


otak (perdarahan otak/stroke dan enselopatihipertensi), jantung (gagal
jantung kiri akut dan penyakit jantung koroner akut), paru (bendungan
diparu), dan eklamsia, atau tekanan darah dapat lebih rendah dari 180/120
mmHg, tetapi dengan salah satu gejala gangguan organ di atas yang sudah
nyata

timbul.

Jika

tekanan

darah

tidak

segera

diturunkan

dapat

mengakibatkan komplikasi yang menetap. Oleh karena itu, harus diturunkan


dengan obat intravena (suntikan) yang bekerja cepat dalam beberapa menit
maksimal satu jam. Pasien ini harus dibawa ke intensive care unit (ICU)
untuk dipantau tekanan darahnya dan diberikan obat-obatan parenteral.

Target penurunan mean arterial pressure (MAP) tidak melebihi 25% dalam
hitungan menit sampai 1 jam dan jika stabil dapat mencapai tekanan darah
160/100-110 mmHg dalam waktu 2-6 jam, karena penurunan yang lebih
cepat akan menyebabkan iskemia koroner, otak, dan ginjal. Terapi awal yang
tepat untuk keadaan tersebut adalah memberikan nifedipin kerja singkat. Jika
tingkat tekanan darah tersebut dapat diteloransi dan pasien stabil, tekanan
2.

darah normal dapat dicapai dalam 24-48 jam berikutnya.


Hipertensi Urgensi
Tekanan darah sangat tinggi (>180/120 mmHg) tetapi belum ada gejala
seperti di atas. Tekanan darah tidak harus diturunkan dengan cepat (dalam
hitungan menit), tetapi dapat diturunkan dalam hitungan jam sampai dengan
hari dengan obat oral. Gejalanya berupa sakit kepala hebat/berputar (vertigo),
mual, muntah, pusing/melayang, penglihatan kabur, mimisan, sesak nafas,
gangguan cemas berat, tetapi tidak ada kerusakan target organ. Pasien dengan
hipertensi urgensi dapat juga diberikan terapi oral yang bekerja short acting
seperti kaptopril, labetalol, atau klonidin dengan pengawasan yang ketat.
Sementara itu menurut Saraswati. S, (2009) hipertensi dibagi dua jenis yang

b.

berdasarkan penyebabnya antara lain:


1.
Hipertensi Esensial atau Primer
Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum
dapat diketahui. Namun, berbagai faktor diduga turut berperan sebagai
penyebab hipertensi primer, seperti bertambahya umur, stres psikologis, dan
hereditas (keturunan). Kurang lebih 90% penderita tergolong hipertensi
2.

primer, sedangkan 10% tergolong hipertensi sekunder.


Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat
diketahui, antara lain kelainan pembulu darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid
(hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme), dan lain-lain.
Karena golongan terbesar dari penderita hipertensi adalah hipertensi esensial,
maka penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditujukan untuk penderita

4.

hipertensi esensial.
Berdasarkan Faktor Akibat Hipertensi Terjadi Peningkatan Tekanan Darah
di Dalam Arteri Dengan Beberapa Cara diantaranya:
a. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada
setiap detiknya.
b. Terjadi penebalan dan kekakuan pada dinding arteri akibat usia lanjut. Arteri
besar kehilangan kelenturan dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat

mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena
itu, darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang
sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya darah.
c. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan
darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu
membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh.
d. Volume darah dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat.
Oleh sebab itu, jika aktivitas memompa jantung berkurang. Maka, arteri
mengalami pelebaran dan banyak cairan dari sirkulasi. Tekanan darah pula akan
5.

menurun atau menjadi lebih kecil.


Berdasarkan Faktor Pemicu
Berdasarkan faktor pemicu yang menurut Dewi. S & Familia. D, (2010)
mengatakan hipertensi dibedakan atas yang tidak dapat terkontrol seperti umur,
jenis kelamin, dan keturunan. Pada 70-80 % kasus hipertensi primer, didapatkan
riwayat hipertensi didalam keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada
kedua orang tua, maka dugaan hipertensi primer lebih besar. Hipertensi juga
banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu telur), apabila salah
satunya menderita hipertensi. Dugaan ini kian menguatkan bahwa faktor genetik
mempunyai peran bagi terjadinya hipertensi.
Faktor-faktor yang dapat dikontrol antara lain kegemukan atau obesitas, stres,
kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam. Faktor lingkungan
ini berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial. Hubungan antara stres dan
hipertensi diduga terjadi melalui aktivitas saraf simpatis, saraf parasimpatis adalah
saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas. Peningkatan aktvitas saraf simpatis
dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak menentu). Stres
berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal
ini belum terbukti, tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi
dibandingkan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stres yang
dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota.
Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari populasi
hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan
terjadinya hipertensi di kemudian hari. Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan
antara obesitas dan hipertensi esensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa
daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan
hipertensi lebih tinggi dibandingkan penderita yang mempunyai berat badan
normal. Pada tahap lebih jauh, hipertensi bisa memunculkan krisis. Krisis

hipertensi adalah keadaan potensial yang dapat mengancam jiwa sehingga


memerlukan tindakan medis untuk mencegah atau mengurangi kerusakan organ
yang dapat terkena, yakni organ target seperti, otak, jantung, ginjal, dan lain-lain.
Benar bahwa biasanya tekanan darah dalam krisis hipertensi meningkat secara
cepat dan biasanya tekanan diastolik (tekanan yang angkanya ditulis: 120/80
mmHg, 80 mmHg adalah tekanan diastolik) biasanya melebihi 120-130 mmHg.
Faktor Risiko Hipertensi
Faktor risiko hipertensi bukanlah penyebab dari timbulnya penyakit hipertensi.

6.

Faktor resiko hanyalah pemicu munculnya suatu penyakit. Menurut Dewi. S &
Familia. D, (2010) faktor resiko timbulnya hipertensi ada 2 yaitu: faktor genetik
dan lingkungan. Penjelasan dari kedua faktor tersebut menurut Dewi. S & Familia.
a.

D, (2010) adalah sebagai berikut:


Faktor Genetik
Faktor genetik di sini merupakan faktor yang tidak dapat dimodifikasi.
Faktor genetik ini memainkan peran penting dalam hipertensi primer (esensial).
Penelitian yang berkembang tengah memfokuskan pada faktor genetik yang
mempengaruhi sistem renin-angiostensin-aldosteron. Sistem inilah yang
membantu dalam pengaturan tekanan darah dengan mengontrol keseimbangan
garam dan keluwesan dari arteri. Faktor-faktor tersebut meliputi beberapa hal

1)

seperti di bawah ini:


Faktor Usia
Hipertensi umumnya berkembang diusia antara 35-55 tahun. Semakin
tua usia seseorang, maka pengaturan metabolisme zat kapurnya (kalsium)
terganggu. Hal ini menyebabkan banyaknya zat kapur yang beredar
bersama aliran darah. Akibatnya, darah menjadi lebih pekat dan tekanan
darah meningkat.
Endapan kalsium

di

dinding

pembulu

darah

(arterioklerosis)

menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Aliran darah pun menjadi


terganggu dan memacu peningkatan tekanan darah darah. Pertambahan usia
menyebabkan elastisitas arteri berkurang. Arteri tidak lagi lentur malah
cenderung kaku sehingga volume darah yang mengalir sedikit dan kurang
lancar. Agar kebutuhan darah di jaringan tercukupi, maka jantung harus
memompa darah lebih kuat sehingga tekanan meningkat. Pembuluh darah
yang bermasalah pada orang tua adalah pembuluh arteri, maka tekanan
2)

sistolik yang meningkat tinggi.


Faktor Keturunan

Pada 70-80% kasus hipertensi esensial, terdapat riwayat hipertensi


dalam keluarga. Jika kedua orang tua menderita hipertensi, maka dugaan
hipertensi esensial lebih besar. Kasus hipertensi juga banyak ditemukan
pada kembar monozigotik, apabila salah satunya menderita hipertensi. Ini
menunjukkan bahwa faktor genetik berperan dalam kemumculan penyakit
hipertensi.
Perlu diketahui bahwa terdapat dua gen yang diduga berperan dalam
timbulnya hipertensi, yaitu NPPA dan NPPB. Kedua gen tersebut membuat
tubuh kelebihan sodium. Pengidap hipertensi berpeluang besat menderita
penyakit stroke, serangan jantung, gagal jantung, maupun gagal ginjal. Para
peneliti mengemukakan bahwa penyakit-penyakit tersebut dipengaruhi oleh
faktor keturunan. Orang-orang yang memiliki kedua gen tersebut berpotensi
terkena hipertensi 18% lebih tinggi daripada mereka yang hanya memiliki
salah satu gen tersebut atau yang tidak memilikinya sama sekali. Kedua gen
tersebut memproduksi peptide natriuretik, yaitu sejenis protein yang
berpengaruh meregangkan pembuluh darah dan membuang garam (sodium)
3)

melalui urin.
Etnis
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang yang berkulit hitam
daripada orang yang berkulit putih. Penyebabnya secara pasti belum
diketahui. Tetapi pada orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih
rendah dan sensitivitas terhadap vasopressin lebih besar.
Di beberapa Negara pernah dilakukan penelitian yang menunjukkan
bahwa ras dengan kulit berwarna mempunyai faktor lebih tinggi terkena
hipertensi. Faktor suhu mungkin berpengaruh pada hubungan antara umur
dan tekanan darah, seperti yang ditunjukkan oleh kecenderungan tekanan
darah yang meninggi bersamaan dengan bertambahnya umur secara
progresif pada orang Amerika berkulit hitam keturunan Afrika ketimbang
pada orang Amerika berkulit putih. Etnis Amerika keturunan Afrika

4)

menempati posisi tertinggi terkena hipertensi.


Jenis Kelamin
Pada umumnya resiko hipertensi pada pria lebih tingg dari pada wanita.
Namun, pada usia pertengahan dan lebih tua, insiden pada wanita akan
meningkat. Ini berkaitan dengan masa pramenopause yang dialami
perempuan yang mengakibatkan tekanan darah cenderung naik. Sebelum
menopause wanita relatif terlindung oleh penyakit kardiovaskuler karena

adanya hormon ekstrogen. Sementara itu, kadar estrogen menurun pada


wanita yang memasuki masa menopause. Dengan demikian, resiko
b.

hipertensi pada wanita usia di atas umur 65 tahun menjadi lebih tinggi.
Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan dapat meningkat resiko penyakit hipertensi. Faktor
lingkungan di sini meliputi faktor-faktor yang dapat dimodifikasi. Dengan
demikian, suatu perubahan gaya hidup dan lingkungan dimungkinkan dapat
menurunkan potensi terkena hipertensi. Faktor lingkungan tersebut antara lain
stres, obesitas, kurang olah raga, dan lain-lain.
1) Stres dan Beban Mental
Hubungan antara stres dan hipertensi diduga melalui aktivitas simpatis.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis akan meningkatkan tekanan darah
secara tidak menentu. Jika stres terjadi secara terus-menerus, maka akan
mengakibatkan tekanan darah yang menetap tinggi.
Seperti telah kita tahu, cepat atau lambat denyut jantung dipengaruhi
oleh hormon adrenalin. Peningkatan hormon adrenalin akan meningkat
denyut jantung dan menyebabkan penyempitan kapiler darah tepi.
Pengeluaran hormon ini diatur oleh saraf simpatis. Saraf simpatis ini
bekerja keras pada orang yang berada dalam kondisi stres atau mengalami
tekanan mental. Karena itulah orang yang berada dalam kondisi stres atau
mengalami tekanan mental. Jantungnya terjebak kemacetan, menemui
masalah yang sulit, menghadapi ujian, dan sebagainya. Ketegangan yang
berlarut-larut dapat meningkatkan resiko hipertensi.
2) Konsumsi Makanan Berlebih dan Obesitas
Kadar lemak dalam tubuh maksimum adalah 150 mg/dl. Kandungan
lemak baik (HDL) optimum adalah 45 mg/dl. Sementara kandungan LDL
maksimum 130 mg/dl. Konsumsi makanan berlebih dapat meyebabkan
kegemukan atau obesitas. Obesitas adalah ketidak seimbangan antara
konsumsi kalori dengan kebutuhan energi yang disimpan dalam bentuk
lemak (jaringan subkutan tirai usus, organ vital jantung, paru, dan hati). Hal
ini menyebabkan jaringan tidak aktif sehingga beban kerja jantung
meningkat. Selain itu, obesitas juga didefinisikan sebagai kelebihan berat
badan. Biasanya kelebihan tersebut sebesar 20% atau lebih dari berat badan
ideal. Obesitas adalah penumpukan jaringan lemak tubuh yang berlebihan
dengan perhitungan IMT > 27.0. Pada orang yang menderita obesitas organorgan tubuhnya dipaksa untuk bekerja lebih berat. Oleh sebab itu, orang

dengan obesitas akan lebih cepat gerah dan lelah. Akibatnya dari obesitas,
para penderita cenderung menderita penyakit kardiovaskuler, hipertensi,
dan diabetes mellitus.
Obesitas sendiri lebih banyak terjadi pada orang dengan gaya hidup pasif
(kurang olahraga). Jika makanan yang dikonsumsi lebih banyak
mengandung kolesterol dapat menimbulkan penimbunan lemak di
sepanjang pembuluh darah. Akibatnya, aliran darah menjadi kurang lancar.
Kolesterol memang dibutuhkan oleh tubuh, tetapi dalam jumlah tertentu.
Orang yang memiliki kelebihan lemak (hiperlipidemia), berpotensi
mengalami penyumbatan darah sehingga suplai oksigen dan zat makanan ke
organ tubuh terganggu. Penyempitan dan sumbatan oleh lemak ini memacu
jantung untuk memompa darah lebih kuat lagi agar dapat memasok
kebutuhan darah ke jaringan. Akibatnya, tekanan darah meningkat, maka
terjadilah hipertensi.
3) Merokok
Seperti telah diketehui oleh masyarakat pada umumnya, rokok
mengandung ribuan zat kimia bebahaya tersebut anatara lain nikotin, tar,
dan meningkatkan kekentalan darah. Ini mengakibatkan jantung harus
memompa darah lebih kuat lagi.
Sementara nikotin dapat memicu pengeluaran zat catecholamine tubuh
seperti hormon adrenalin. Hormon tersebut dapat memacu jantung untuk
berdetak lebih kencang, yaitu 10 hingga 20 kali lipat per menit. Ini
meningkatkan tekanan darah 10 sampai 20 skala. Akibatnya, volume darah
meningkat dan jantung menjadi lebih cepat lelah.
Karbon monoksida (CO) dapat meningkatkan keasaman sel darah.
Akibatnya, darah menjadi lebih kental dan menempel di dinding pembuluh
darah. Seperti yang terjadi pada pengaruh zat sebelumnya, penempelan
tersebut menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan memaksa jantung
memompa darah lebih kuat lagi. Lambat laun, tekanan darah pun akan
meningkat. Tidak hanya perokok aktif saja yang berpotensi terkena
hipertensi, tetapi juga perokok pasif. Risiko hipertensi pada perokok pasif
dua kali lipat dari perokok aktif.
4) Konsumsi Alkohol
Alkohol dapat mengganggu sistem kerja saraf pusat maupun saraf tepi.
Jika kerja saraf simpatis terganggu, maka akan terjadi gangguan pula pada
pengaturan tekanan darah. Orang yang gemar mengkonsumsi alkohol

dengan kadar yang tinggi akan memiliki tekanan darah yang cepat berubah
dan cenderung meningkat tinggi. Alkohol juga memiliki efek yang hampir
sama dengan karbon monoksida, yaitu dapat meningkatkan keasaman
darah. Darah menjadi lebih kuat lagi agar darah yang sampai ke jaringan
jumlahnya mencukupi. Ini berarti juga terjadi peningkatan tekanan darah.
5) Kelainan Ginjal
Hipertensi dapat disebabkan oleh adanya penurunan massa ginjal yang
dapat berfungsi dengan baik, kelebihan produksi angiotensin, dan
aldosteron serta meningkatnya hambatan aliran darah dalam arteri ginjal.
Penurunan fungsi ginjal dalam menyaring darah, menyebabkan sisa
metabolisme yang seharusnya dibuang ikut beredar kembali ke bagian
tubuh yang lain. Akibatnya, volume darah total meningkat sehingga darah
yang dikeluarkan jantung juga meningkat.
6) Kebiasaan Minum Kopi
Hipertensi dapat dipicu pula oleh kebiasaan minum kopi. Kopi
mengandung kafein. Kafein dalam kopi dapat memacu kerja jantung dalam
memompa darah. Peningkatan tekanan dari jantung diteruskan pada arteri
sehingga tekanan darah meningkat.
7) Kurang Olahraga
Olahraga lebih sering dihubungkan dengan pengobatan hipertensi. Hal
ini dikarenakan olahraga yang teratur dapat melancarkan peredaran darah
sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga juga bermanfaat
7.

menurunkan obesitas dan dapat mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.


Akibat Fatal Apabila Terkena Hipertensi
Hipertensi terjadi seperti sebuah selang kecil tipis berisi terlalu banyak air yang
menekan. Bila tertekan terus, selang akan bocor dan pecah (Lysis) (Saraswati. S,
2009).
a. Bila sumbatan terjdi di pembuluh otak, timbullah stroke.
b. Bila terjadi di pembuluh darah jantung, jadilah serangan jantung.
c. Bila kerusakan terjadi di pembuluh darah diretina mata, bisa menyebabkan
kebutaan.
d. Bila mengenai pembuluh darah di ginjal, bisa menyebabkan gagal ginjal.
Hipertensi primer terjadi akibat dampak dari gaya hidup seseorang, dan faktor
lingkungan, serta beberapa faktor yang belum jelas diketahui penyebabnya.
Mungkin karena faktor-faktor usia, kurang olahraga, stres psikologis, keturunan,
dan lain-lain. Sekitar 90 % pasien hipertensi diperkirakan termasuk kategori ini.
Sedangkan, hipertensi sekunder adalah hipertensi akibat dari adanya penyakit
lain, misalnya ginjal yang tidak berfungsi, pemakaian kontrasepsi oral, atau

terganggunya keseimbangan hormon yang merupakan faktor pengatur tekanan


darah, dan lain-lain. Sekitar 5-10% penderita hipertensi sekunder berhubungan
dengan penyakit ginjal, 1-2% berhubungan dengan kelainan hormonal atau
pemakaian obat tertentu (misalnya, pil KB). Sedangkan sisanya disebabkan oleh
berbagai faktor lain. Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif, stres,
alkohol, ataupun garam dalam makanan dapat memicu terjadinya hipertensi bagi
orang tertentu yang memeiliki kepekaan faktor keturunan. Stres cenderung
menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu. Jika stres berlalu,
tekanan darah biasanya akan normal kembali. Organ-organ penjaga yang membuat
tekanan darah meliputi:
a. Jantung
b. Pembulu Darah
c. Otak dan System Saraf Otonomik (saraf kehidupan)
d. Ginjal
e. Sebagian Hormon (Hormon Kortison, Adrenalin, Aldosteron, Hormon Tiroksin,
Hormon Antinatriuretik Peptid)
Sebagian ini terlibat dalam mempertahankan tekanan darah senantiasa konstan
normal (Santoso. D, 2010). Jadi, beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder
adalah;
a. Penyakit-penyakit ginjal, misalnya stenosis arteri renalis, pielonefretis,
glomerulonefretis, tumor-tomor ginjal, polikista ginjal, dan lain-lain.
b. Kelainan hormonal, misalnya hiperaldosteronisme, sindroma cushing, dan
feokromositoma.
c. Obat-obatan tertentu, misalnya pil KB kortikosteroid, sikllosporin,
eritropoetin, kokain, alkohol, dan kayu manis.
d. Penyebab lain, seperti koartasio aorta, preeklamsi pada kehamilan, perforia
intermitten akut, dan keracunan timbal akut (Saraswati. S, 2009).
8.

Perjalanan Sampai Terkena Hipertensi


Menurut Saraswati. S, (2009) yang mengatakan hipertensi pada awalnya
tergantung dari faktor genetika, namun pada perjalanannya dipengaruhi pula oleh
beberapa faktor, yaitu:
a. Pola makan. Orang yang tanpa disadari telah terbiasa menyantap makanan yang
asin secara berlebihan dan kebetulan orang tersebut sensitif terhadap garam
(menurut statistik sensibilitas orang terhadap garam hanya 33%), maka lama
kelamaan, akan merasakan tubuhnya berubah, seperti cepat merasa pusing,
berkurang keseimbangan tubuhnya dan sering merasakan aneka gejala yang
tidak enak. Setelah diperiksakan diri ke dokter, baru diketahui tubuhnya

mengidap hipertensi. Hipertensi sering kali tidak menimbulkan gejala apa pun
(tidak ada keluhan pusing dan sebagainya). Ini yang sering berbahaya karena
pasien sering menganggap tekanan darahnya sudah normal.
b. Olahraga. Berolahraga bertujuan memperlancar peredaran

darah

dan

mempercepat penyebaran impuls urat saraf kebagian tubuh atau sebaliknya


sehingga tubuh senantiasa bugar.
c. Istirahat. Seseorang dengan aktivitas berat atau dalam kondisi stres bisa
mengalami tekanan darah yang meningkat. Tekanan darah yang meningkatkan
ini akan semakin membuat stres. Jadi, stres dan tekanan darah tinggi memang
9.

seperti Lingkaran Setan.


Klasifikasi
Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri.
Satu- satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur tekanan
darah secara teratur. Tekanan darah diukur dalam satuan millimeter mercury
(mmHg) dan digambarkan sebagai dua angka tekanan darah sistolik terhadap
tekanan diastolik. Tekanan sistolik anda tulis didepan, sedangkan diastolik
dibelakang. Jika hasil pengukuran tensi 120/80 mmHg, artinya sistolik anda 120
dan diastolik adalah 80. Pengukuran didasarkan dalam arteri yang menyebabkan
naiknya kolom air raksa pada alat pengukuran tekanan darah (Puspitorini. M,
2009).
Para ahli memberikan klasifikasi tekanan darah yang berbeda-beda, namun pada
dasarnya seseorang dikatakan menderita tekanan darah tinggi jika tensinya di atas
140/90 mmHg. Menurut WHO, tekanan darah dianggab normal bila kurang dari
135/85 mmHg, dikatakan hipertensi bila lebih dari 140/90 mmHg, dan diantara
nilai tersebut digolongkan normal tinggi.
Seventh Report of the Jointh National Committee VII (JNC VII) on Prevention,
Detection, Evaluation and Treatment of Hight Blood Pressure memberikan
klasifikasi tekanan darah bagi dewasa 18 tahun ke atas yang tidak sedang dalam
pengobatan tekanan darah tinggi dan tidak menderita penyakit serius dalam jangka
waktu tertentu.
Tabel :

Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC VII

KATEGORI
Optimal

SISTOLIK (mmHg)

DIASTOLIK

<120

(mmHg)
<80

Normal
<130
<85
Normal-Tinggi
130-139
85-89
Hipertensi
Stadium I*
140-159
90-99
Stadium II*
160-179
100-109
Stadium III*
180
110
Keterangan:
*) berdasarkan rata-rata pada dua kali atau lebih penguluran tekanan darah
saat kedatangan pasien untuk pemeriksaan
Merujuk dari data pusat kesehatan jantung, paru-paru dan darah di Amerika
Serikat (NHLBI), tekanan darah 140/90 mmHg ke atas tergolong tinggi, sedangkan
antara 120-80 mmHg dikatakan prahipertensi. Lembaga Kesehatan Nasional
Amerika mengklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel :

National Institute of Health

Kategori
Normal
Pra-hipertensi
Hipertensi derajat 1
Hipertensi derajat 2

Sistolik
119
120-139
140-159
160

Diastolik
<79
80-89
90-99
100

10. Patogenesis Hipertensi


Jantung adalah organ yang sangat vital dalam kehidupan manusia. Oleh karena
itu, tidak heran bila seorang manusia mempunyai masalah dengan penyakit
jantungnya, akibat paling seringnya adalah kematian (Maulana. M, 2008). Dan
menurut Gayton & Hall, (2007) bila seseorang dalam keadaan istirahat, setiap
menitnya jantung hanya akan memompa 4 sampai 6 liter darah. Selama bekerja
berat, jantung mungkin perlu memompa darah sebanyak empat sampai tujuh kali
lipat. Dua alat dasar yang mengatur volume darah yang dipompa oleh jantung
adalah pengaturan intrinsik pemompa jantung sebagai respon terhadap perubahan
volume darah yang mengalir ke dalam jantung, dan pengendalian frekuensi
denyut jantung dan kekuatan pemompa jantung oleh sistem saraf otonom.
Menurut Saraswati. S, (2009) terjadinya hipertensi sebagai berikut: Konsumsi
sodium (garam) yang berlebihan akan mengakibatkan meningkatnya volume
cairan dan pre load sehingga meningkatkan cardiac aouput. Mekanisme yang
mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor,

pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetikolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh
darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan

volume

intra

vaskuler.

Semua

faktor

ini

cenderung

mencetuskan keadaan hipertensi. Dan mekanisme lainya terjadinya hipertensi


adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin IConverting Enzyme (ACE). ACE memang peran fisiologis penting dalam
mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di
hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi
angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi
angiotensi II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam
menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan
rasa haus. ADH diproduksi dihipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada
ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH,
sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis) sehingga

menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkan, volume cairan


ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian
intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada akhirnya akan
meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosterol merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal.
Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi
ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsi dari tubulus ginjal. Naiknya
konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume
ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.
Sekitar 9-10 orang yang menderita hipertensi tidak dapat diidentifikasi
penyebab dari penyakit mereka ini. Hipertensi dapat diturunkan oleh orang tua
kepada anaknya. Apabila salah satu dari orangtua anda terkena lebih besar jika
dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki orang tua yang menderita
hipertensi.
Gejala-gelaja hipertensi antara lain pusing, muka merah, sakit kepala, keluar
darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa gatal, kelemahan pada otot,
mual, muntah, sesak nafas, dan pandangan menjadi kabur yang terjadi karena
adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal, dan lain-lain. Dampak
yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi adalah kerusakan ginjal, perdarahan pada
selaput bening (retina mata), pecahnya pembuluh darah di otak, serta
kelumpuhan. Namun, hipertensi sebenarnya sulit disadari karena hipertensi tidak
memiliki gejala khusus. Gejala ringan seperti pusing, gelisah, mimisan, dan sakit
kepala biasanya jarang berhubungan langsung dengan hipertensi. Hipertensi dapat
diketahui dengan mengukur tekanan darah secara teratur.
Penderita hipertensi, apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai
resiko besar untuk meninggal karena komplikasi kardiovaskuler; seperti stroke,
serangan jantung, gagal jantung, menimbulkan gejala meskipun secara tidak
sengaja beberapa tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Kadangkadang, penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran, dan bahkan
koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut enselopati
hipertensi, yang memerlukan penanganan segera. Resiko terkena hipertensi dapat
diperkecil dengan cara;
a. Mengontrol berat badan
b. Menjaga kebugaran
c. Menjaga pola makan

d. Menjaga pola makan yang seimbang dan membatasi konsumsi alkohol


serta menghindar obat-obatan yang dapat meningkatkan tekanan darah.
Faktor lain dengan kemungkinan yang lebih baik kecil sebagai penyebab
hipertensi adalah adanya kelainan ginjal atau kelenjar endokrin. Hal ini dapat
diketahui dengan pemeriksaan oleh tenaga kesehatan.
11. Komplikasi Hipertensi
Komplikasi hipertensi terjadi karena adanya kerusakan salah satu bahkan lebih
pada organ tubuh. Hal ini dikarenakan peningkatan tekanan darah sangat tinggi
dalam waktu lama sehingga organ tidak mampu bertahan dalam keadaan itu.
Organ-organ ini disebut dengan target organ hipertensi. Organ-organ itu meliputi
otak, mata, jantung, pembuluh darah arteri, dan ginjal (Dewi. S & Familia. D,
2010).
Pada otak, hipertensi akan menimbulkan komplikasi yang cukup parah, yaitu
stroke. Namun apabila hipertensi dapat dikendalikan, resiko stroke juga dapat
menurun. Selain stroke, akibat komplikasi pada otak adalah daya ingat menurun
atau mulai pikun (dimensia), dan kehilangan kemampuan mental yang lain.
Pada mata, hipertensi dapat menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah
halus mata. Hipertensi menyebabkan pembuluh darah halus pada retina (bagian
belakang mata) robek. Darah merembes ke jaringan sekitarnya sehingga dapat
menimbulkan kebutaan.
Sementara itu, komplikasi yang terjadi pada jantung dan pembuluh darah dapat
dijabarkan seperti dibawah ini (Dewi. S & Familia. D, 2010).
a. Arteriosklerosis atau penyumbatan dipembuluh darah atau terjadinya
pergeseran pembuluh darah arteri karena tekanan yang terlalu besar.
Dikarenakan hipertensi yang tinggi, dinding arteri lama-kelamaan akan kaku
dan menebal. Akibatnya, aliran darah mejadi tidak lancar. Selain itu, juga
dibutuhkan tekanan yang lebih kuat sebagai kompensasi atau imbalannya.
b. Aterosklerosis atau ateroklerosis suatu keadaan arteri besar dan kecil yang
ditandai oleh endapan lemak, trombosit, magrofag, dan leukosit diseluruh
lapisan tunika intima dan akhirnya ke tunika media. Lebih singkatnya,
ateroklerosis merupakan endapan lemak pada lapisan dinding arteri.
Penumpukan lemak pada jumlah besar disebut plak. Pembentuan plak di
dalam pembuluh darah sangat berbahaya karena dapat menyebabkan
penyempitan pembuluh darah sehingga organ-organ tubuh akan mengalami
kekurangan pasokan darah.
c. Aneurisme, istilah ini mungkin masih asing ditelinga kita. Tidak aneh karena
memang penyakit ini belum sepopuler penyakit mematikan lainnya. Bahkan,

data mengenai penyakit ini pun belum begitu jelas di Indonesia. Padahal, jika
terjadi kematian mendadak hanya ada dua kemungkinannya, yaitu serangan
jantung dan jika menyerang otak hampir dapat dipastikan itu aneurisme.
Aneurisme adalah kelainan pembuluh darah di otak karena lemahnya dinding
pembuluh darah. Dinding pembuluh darah tesebut tidak mampu menahan
tekanan darah yang relatif tinggi. Melalui proses sekian lama, terjadilah
penggelembungan atau pelebaran yang disebut dilatasi. Gelembung yang
awalnya kecil itu dapat membesar seiring bertambahnya usia dan makin
melemahnya dinding pembuluh. Kondisi ini akan menjadi fatal jika kemudian
pecah.
d. Penyakit pada arteri koronaria. Arteri koronaria adalah pembuluh darah utama
yang membersihkan pasokan darah pada otot jantung. Apabila arteri ini
mengalami gangguan, misalnya plak, maka aliran darah ke jantung akan
terganggu sehingga organ-organ tubuh kekurangi darah.
e. Ginjal, hipertensi yang lama/berat dapat menyebabkan kerusakan ginjal
sehingga fungsi ginjal menurun. Fungsi ginjal yang menurun menyebabkan
darah yang disaring menjadi berkurang sehingga jumlah urin yang dihasilkan
menurun dan zat-zat yang seharusnya dibuang seperti urea menumpuk dalam
darah/plasma. Kondisi seperti ini lama-kelamaan dapat meracuni tubuh.
Kerusakan ginjal juga menyebabkan peningkatan albumin dalam urin sehingga
dapat menyebabkan kekurangan albumin (albuminemia) yang dapat
menyebabkan keluarnya cairan dari pembuluh darah ke jaringan dengan segala
manifestasinya seperti asites (busung air), edema harus diperiksa fungsi ginjal
(serum creatinin, creatinin clearance, protein urin, dan albumin).
C. Manfaat Mentimun Terhadap Perubahan Hipertensi
Pada sub pembahasan ini akan dipaparkan secara detail manfaat dari beberapa
kandungan yang ada pada mentimun sehingga dapat menurunkan tekanan darah.
Menurut Solanki. P, (2011) menyatakan beberapa mekanisme bagaimana kalium dapat
menurunkan tekanan darah sebagai berikut: Kalium dapat menurunkan tekanan darah
dengan vasodilatasi sehingga menyebabkan penurunan retensi perifer total dan
meningkatkan output jantung. Karena mentimun memiliki sekitar 95% dari
kandungan air mereka adalah cara terbaik untuk meningkatkan asupan serat dan air.
Ada tingginya kandungan vitamin A, B6 dan C hadir dalam daging mentimun. Selain
itu sayuran ini diketahui memiliki konsentrasi tinggi mineral seperti kalsium , kalium,
magnesium, dan silika. Berikut ini adalah bagan yang mewakili nilai gizi mentimun.

Tabel :

Nilai gizi dalam mentimun (mg/100 gram)

No
Gizi
Konten
1
Karbohidrat
3.63 gm
2
Gula
1,67 gm
3
Diet Serat
0,5 gm
4
Lemak
0,11 gm
5
Protein
0,65 gm
6
Thiamin (vitamin B1)
0,027 mg
7
Riboflavin (Vitamin B2)
0,033 mg
8
Niacin (vitamin B3)
0,098 mg
9
Asam pantotenat (vitamin B5) 0,259 mg
10 Vitamin B6
0,040 mg
11 Folat (Vitamin B9)
7 pg
12 Vitamin C
2,8 mg
13 Kalsium
16 mg
14 Besi
0,28 mg
15 Magnesium
13 mg
16 Fosfor
24 mg
17 Kalium
147 mg
18 Seng
0,20 mg
19 Silika
2%/100 g
Sumber: Parul Solanki, 2011 dan Elson M. Haas, MD
Tabel :

mmol
250 mmol
170 mmol
420 mmol
320 mmol
260 mmol
150 mmol
-

Nilai kalori dalam mentimun (mg/100 gram)

No
Kalori
1
Dari Karbohidrat
2
Dari Lemak
3
Dari Protein
Sumber: Parul Solanki, 2011

% DV (Daily Value)
6.5 (27.2 kJ)
0,5 (2,1 kJ)
0,8 (3,3 kJ)

Karena kandungan air pada mentimun yang tinggi maka mentimun menurunkan
tekanan darah dengan berkhasiat sebagai diuretik. Air mentimun juga menjaga
kesehatan ginjal dan aktivitasnya sehingga dapat mengubah aktivitas sistem reninangiotensin. Kandungan kalium (potasium) membantu mengatur saraf perifer dan
sentral yang mempengaruhi tekanan darah. Cara kerja kalium berbeda dengan
natrium, kalium (potasium) merupakan ion utama di dalam cairan intraseluler. Cara
kerja kalium adalah kebalikan dari natrium. Konsumsi kalium yang banyak akan
meningkatkan konsentrasinya di dalam cairan intraseluler sehingga cenderung
menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah (Amran Y
dkk, 2010).

Daging mentimun ini kebanyakan air, tetapi juga mengandung asam askorbat
(vitamin C) dan asam caffeic, baik yang membantu menenangkan iritasi kulit dan
mengurangi pembekakan. Kandungan yang terdapat pada mentimun antara lain 0.65%
protein, 0.1% lemak dan karbohidrat sebanyak 2.2%, kalsium, zat besi, magnesium,
fosfor, vitamin A, B1, B2, dan C. Kontrol tekanan darah tinggi karena sumber yang
kaya mentimun kalium, magnesium dan kaya akan serat yang bisa mengurangi
tekanan darah tinggi ke tingkat yang sehat. Fakta yang terjadi pada mentimun
diantaranya:
1. 100 gram mentimun mengandung hanya 15 kalori. Mereka tidak memiliki lemak
atau kolesterol, dan kandungan serat yang tinggi membantu mengurangi sembelit
dan dapat melindungi terhadap kanker usus besar.
2. Mentimun adalah sumber kalium, yang merupakan elektolit yang diperlukan,
adalah hati yang ramah, dan dapat membantu mengurangi denyut jantung.
Kalium seperti halnya natrium, merupakan ion bermuatan positif, akan tetapi
berbeda dengan natrium, kalium terutama terdapat di dalam sel. Perbandingan natrium
dan kalium didalam cairan intraseluler adalah 1:10, sedangkan di dalam cairan
ekstraseluler 28:1. Sebanyak 95% kalium tubuh berada didalam cairan intraseluler.
Absorpsi dan ekskresi kalium diabsorbsi dengan sangat mudah dalam usus halus.
Sebanyak 80-90% kalium yang dimakan diekskresikan melalui urin, selebihnya
dikeluarkan melalui feses dan sedikit melalui keringat dan cairan lambung. Taraf
kalium darah dipelihara oleh ginjal melalui kemampuannya menyaring, mengabsorpsi
kembali dan mengeluarkan kalium di bawah pengaruh aldosteron. Kalium dikeluarkan
dalam bentuk ion dengan menggantikan ion natrium melalui mekanisme pertukaran
didalam tubulus ginjal. Fungsi dari kalium adalah bersama natrium, kalium
memegang peranan dalam pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit serta
keseimbangan asam basa. Bersama kalsium, kalium berperan dalam transmisi saraf
dan relaksasi otot. Di dalam sel, kalium berfungsi sebagai katalisator dalam banyak
reaksi biologik, terutama dalam metabolisme energi dan sintesis glikogen dan protein.
Kalium berperan dalam pertumbuhan sel. Taraf kalium dalam otot berhubungan
dengan masa otot dan simpangan glikogen, oleh karena itu bila otot berada dalam
pembentukan dibutuhkan kalium dalam jumlah cukup. Tekanan darah normal
memerlukan perbandingan antara natrium dan kalium yang sesuai di dalam tubuh.
Perkiraan kebutuhan kalium di dalam tubuh, karena merupakan bagian esensial semua
sel hidup, kalium banyak terdapat dalam bahan makanan, baik tumbuh-tumbuhan
maupun hewan. Kebutuhan minimum akan kalium sebanyak 2000 mg sehari. Dan

apabila pemenuhan kalium kurang dari minimum maka jantung akan berdebar-debar
detaknya dan menurunkan kemampuan untuk memompa darah.
Magnesium (Mg) adalah kation nomor dua paling banyak setelah natrium di
dalam cairan intraseluler. Magnesium di dalam alam merupakan bagian dari klorofil
daun. Peranan magnesium dalam tumbuh-tumbuhan sama dengan peranan zat besi
dalam ikatan hemoglobin di dalam darah manusia yaitu untuk pernafasan. Magnesium
terlibat dalam berbagai proses metabolisme. Kurang lebih dari 60% dari 20-28 mg
magnesium di dalam tubuh terdapat di dalam tulang dan gigi, 26% di dalam otot dan
selebihnya di dalam jaringan lunak lainya serta cairan tubuh. Dalam hal ini peranan
magnesium berlawanan dengan kalsium. Kalsium merangsang konstraksi otot,
sedangkan magnesium mengendorkan otot. Kalsium mendorong penggumpalan darah
sedangkan magnesium memecah. Kalsium menyebabkan ketegangan saraf, sedangkan
magnesium melemaskan saraf. Sumber magnesium, sumber utama adalah sayuran
hijau, serealia tumbuk, biji-bijian dan kacang-kacangan, daging, susu dan hasilnya
serta cokelat juga merupakan sumber magnesium yang baik (Almatsier. S, 2009).
Angka kecukupan magnesium sehari yang dianjurkan berdasarkan Widyakarya
Nasional Pangan dan Gizi dapat dilihat pada table dibawah ini.
Tabel :

Golongan Umur
0-6 bulan
7-11 bulan
1-3 tahun
4-6 tahun
7-9 tahun

Angka kecukupan magnesium yang dianjurkan

AKM * (mg)
25
55
60
90
120

Golongan Umur AKM * (mg)


Wanita
10-12 tahun
180
13-15 tahun
230
16-18 tahun
240
19-29 tahun
250
30-49 tahun
270
50-64 tahun
270
65 tahun
270

Pria
10-12 tahun
170
13-15 tahun
220
16-18 tahun
270
Hamil
+ 40
19-29 tahun
290
30-49 tahun
300
Menyusui
50-64 tahun
300
0-6 bulan
+0
65 tahun
300
7-12 bulan
+0
Sumber: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi,2004
*Angka Kecukupan Magnesium
Kebutuhan Kalium Untuk Menurunkan Hipertensi
Kebutuhan kalium dalam tubuh dalam sehari membutuhkan 2000 mg. Selain itu,
pemberian kalium juga membantu untuk menggantikan kalium yang hilang. Pada

umumnya dapat dipakai ukuran sedang (50 gram) dari apel (159 mg kalium), jeruk
(250 mg kalium), tomat (366 mg kalium), pisang (451 mg kalium), kentang panggang
(503 mg kalium) dan susu skim 1 gelas (406 mg kalium) (Kurniawan. A, 2012).
Suplements potasium 2-4 gram perhari dapat membantu penurunan tekanan darah,
Potasium umumnya bayak didapati pada beberapa buah-buahan dan sayuran. Buah
dan sayuran yang mengandung potasium dan baik untuk di konsumsi penderita
tekanan darah tinggi antara lain semangka, alpukat, melon, buah pare, labu siam,
bligo, labu parang/labu, mentimun, lidah buaya, seledri, bawang dan bawang putih.
Selain itu, makanan yang mengandung unsur omega-3 sagat dikenal efektif dalam
membantu penurunan tekanan darah (hipertensi) (Khomsah, 2012).
Konsumsi kalium dalam jumlah yang tinggi dapat melindungi individu dari
hipertensi. Asupan kalium yang meningkat akan menurunkan tekanan darah sistolik
dan diastolik (Anonymous, 2011). Sementara di dalam Majalah Nirmala, (2008)
penderita hipertensi sangat disarankan untuk mengkonsumsi mentimun, karena
kandungan mineral kalium, magnesium, dan serat di dalam timun bermanfaat untuk
menurunkan tekanan darah. Serta mineral magnesium yang juga berperan
melancarkan aliran darah dan menenangkan saraf.
D. Penelitan Tentang Pengaruh Kalium Terhadap Perubahan Tekanan Darah
Tinggi
Pada sub pembahasan ini akan dipaparkan secara singkat hasil penelitian
terdahulu yang telah melakukan penelitian tentang pengaruh kalium terhadap
penurunan tekanan darah diantaranya pengaruh jus tomat dan pengaruh tambahan
asupan kalium dari diet terhadap penurunan tekanan darah.
1. Menurut penelitian Raharjo. P, (2007) tentang Pengaruh Jus Tomat Terhadap
Perubahan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Pada Penderita Hipertensi Di
Desa Wonorejo Kecematan Lawang Tahun 2007 yang penelitian ini dilakukan
selama 2 hari dan respondennya diukur tekanan darahnya 5 menit sebelum
konsumsi jus tomat, dan 30, 60,90 menit setelah konsumsi jus tomat dan hasilnya
menunjukkan ada pengaruh pemberian jus tomat terhadap penurunan tekanan
darah dan penurunan terbesar pada 30 menit setelah pemberian jus tomat.
2. Menurut penelitian Amran. Y dkk, (2010) Tentang Pengaruh Tambahan Asupan
Kalium dari Diet terhadap Penurunan Hipertensi Sistolik Tingkat Sedang pada
Lansia yang mengamati pengaruh tambahan asupan kalium dalam diet terhadap
penurunan tekanan darah sistolik. Buah-buahan yang lebih banyak ditambahkan
ke dalam diet harian untuk 12 orang lanjut usia dan tekanan darah mereka

dipantau selama 14 hari. Perubahan tekanan darah sistolik setelah diberikan buahbuahan mengandung kalium. Perubahan yang terjadi mengarah pada penurunan
tekanan darah sistolik setelah diberi intervensi. Penurunan tekanan darah sistolik
pada lansia cukup bervariasi.

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang tahap-tahap yang dibuat oleh peneliti
berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa diterapkan, menyangkut
diantaranya : desain penelitian, kerangka kerja, identifikasi dan definisi variabel,
operasional sampling, desain sampling, pengumpulan data dan analisa data, etika
penelitian, keterbatasan penelitian serta jadwal penelitian.
A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam penelitian, yang
memungkinkan pemaksimalan control beberapa faktor yang bisa mempengaruhi
akurasi suatu hasil (Nursalam, 2003). Penelitian ini menggunakan pra-eksperimen,
lebih tepatnya tergolong penelitian jenis rancangan

pre-post test dalam satu

kelompok (one group pre-post test design) yang mana dalam penelitian ini dengan
satu kelompok subjek yang dilakukan perlakuan/intervensi yang dilakukan
pengukuran sebelum dan sesudah perlakuan. Desain one group pre-post test design
ini diukur dengan menggunakan pre test yang dilakukan sebelum diberi perlakuan
dan post test yang dilakukan setelah diberi perlakuan (Nursalam, 2008).
B. Kerangka Kerja
Kerangka kerja adalah pentahapan atau langkah-langkah dalam aktivitas ilmiah
mulai dari penetapan populasi, sampel dan seterusnya yaitu kegiatan sejak awal
penelitian akan dilaksanakan (Nursalam, 2003).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang mengalami hipertensi
di UPT Pelayanan Sosial Lanjut usia di Daerah X sejumlah 21 orang
Sampel: lansia yang mengalami hipertensi dan memenuhi kriteria inklusi
sejumlah 20 orang
Sampling: Menggunakan porposive sampling
Observasi pre tindakan selama 3 hari

Pemberikan jus mentimun selama 7 hari


Observasi tekanan darah selama 7 hari
C.

Variabel Penelitian
Pengolahan data
Gambar ;
Kerangka Kerja pengaruh pemberian jus mentimun terhadap
perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik pada penderita
hipertensi di UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia di Daerah X
Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda
terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain) (Soeparto, dkk. 2000. Dalam
Nursalam, 2008).
1. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang dapat diamati dan diukur untuk
diketahui pengaruhnya dengan variabel lain, yang menjadi variabel independen
2.

dalam penelitian ini adalah pemberian jus mentimun.


Variabel Dependen
Merupakan variabel yang akan muncul sebagai akibat dari manipulasi suatu
variabel-variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik pada penderita hipertensi di UPT

Pelayanan Sosial Lanjut Usia di Daerah X yang telah diberikan perlakuan.


D. Definisi Operasional
Definisi operasional memberikan pengertian suatu variabel dan menggambarkan
aktivitas-aktivitas yang diperlukan untuk mengukurnya.

.Tabel
3.1:

NO
1

Definisi operasional pengaruh pemberian jus metimun terhadap


tekanan darah sistolik dan diastolik pada penderita hipertensi di
UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia J di Daerah X

Variabel
Independen
Pemberian jus
mentimun

Definisi operasional
Mentimun yang telah
dihancurkan dengan
blender tanpa ada
yang dibuang semua
dihancurkan dengan

Parameter
Jus
diberikan
2x/hari
yaitu pada
pagi,siang

Alat ukur
Mentimun,
blender,
timbangan
kue,
lembar

Skala
-

Dependen
Tekanan darah
sistolik
dan
diastolik pada
penderita
hipertensi

blender.

dengan
observasi
dosis 100
gram dan
100 ml air
mineral

Sistolik ialah suara


yang terdengar
pertama oleh
stetoskop dan
diastolik ialah suara
yang terakhir yang
terdengar oleh
stetoskop atau sistolik
yang menunjukkan
angka yang lebih
besar pada alat
tensimeter digital dan
diastolik yang
menunjukkan angka
yang lebih kecil pada
tensimeter digital.

Terjadinya
penurunan
tekanan
darah baik
sistolik
maupun
diastolik.

Tensimeter
digital,
lembar
observasi

Rasio

E. Waktu dan Tempat Penelitian


Lokasi penelitian adalah UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia di Daerah X. Waktu
penelitian dimulai pada tanggal 22 Oktober sampai tanggal 02 Novembar 2016.
F. Populasi, sampel dan sampling
1. Populasi
Adalah keseluruhan subjek penelitian yang memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan (Nursalam, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia
yang mengalami hipertensi di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jombang
sebanyak 21 orang. Adapun alasan peneliti memilih UPT Pelayanan Sosial Lanjut
Usia di Daerah X tersebut adalah mengingat UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia di
Daerah X merupakan salah satu tempat pendidikan bagi mahasiswa yang sedang
praktek komunitas.

2.

Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan "sampling" tertentu
untuk bisa memenuhi/mewakili populasi (Nursalam, 2008). Sampel diambil
dengan memperhatikan kriteria inklusi dan eksklusi dari sampel. Kriteria inklusia
adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi yang akan diteliti.
Kriteria inklusi sampel pada penelitian ini adalah : Lansia bersedia untuk diteliti
dan diberi intervensi.
Kriteria eksklusia adalah karakteristik dari subjek penelitian yang tidak diteliti.
Kriteria eksklusi sampel pada penelitian ini adalah :
-

Lansia mengkonsumsi obat anthihipertensi

Lansia menderita penyakit penyerta hipertensi, seperti diabetes mellitus dan


gagal ginjal.
Dengan melihat data rekam medik di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia di

Daerah X, maka didapatkan besarnya sampel 21 yang mengalami hipertensi dan 1


sampel yang mengalami penyakit penyerta yaitu diabetes miletus, setelah dilihat
maka diambil 20 sampel dengan memperhatikan kriteria inklusi dan eksklusi
3.

sampel sehingga dianggap telah mewakili (representatif) dari seluruh populasi.


Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili
populasi (Nursalam, 2008). Teknik Sampling merupakan cara-cara yang ditempuh
dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai
dengan keseluruhan subjek penelitian. sampling yang digunakan pada penelitian ini
ialah porposive sampling. Menurut buku Notoatmojo. S, (2005) yang dijelaskan
pengambilan sampel secara purposive didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu
yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat yang sudah

diketahui sebelumnya.
G. Teknik pengumpulan data dan alat ukur penelitian
1. Tehnik pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi melalui


metode pengamatan sistematis, yaitu suatu metode dimana pengamatan
dilaksanakan berdasarkan

kerangka atau struktur yang jelas dan terarah

(Notoatmojo. S, 2005). Data diperoleh dengan mencatat perbedaan antara sebelum


diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan.
a. Tahap observasi pre tindakan: meliputi pemeriksaan tekanan darah kepada
responden, pengukuran tekanan darah subjek dilakukan tiga kali sehari (pagi
antara jam 8-9, siang jam 13.00, dan malam jam 20.00) selama 3 hari berturut
turut tanpa adanya perlakuan.
b. Tahap observasi post tindakan; meliputi pemberian jus mentimun pada semua
responden untuk mengetahui pengaruh jus mentimun terhadap tekanan darah
sistolik dan diastolik pada penderita hipertensi di UPT Pelayanan Sosial
Lanjut Usia di Daerah X. Pemberian jus mentimun ini diberikan 1 kali sehari
(pada jam 09.00) pemberian jus mentimun ini dengan berat mentimun 100
gram dengan tambahan air mineral 100 ml tanpa ditambahkan gula, kemudian
dihancurkan dengan menggunakan blender. Mentimun yang digunakan adalah
mentimun yang hijau dan segar. Dan dengan mengunakan timbangan
makanan. Pengukuran tekanan darah setelah diberi intervensi/perlakuan
dilakukan tiga kali sehari (pagi antara jam 11, siang jam 15.00, dan malam
jam 20.00) pengukuran tekanan darah pada lansia dilakukan dengan
2.

menggunakan tensimeter digital merk omron produksi Jepang.


Pelaksanaan Memperoleh Data
Dalam penelitian ini alat yang digunakan adalah tensimeter digital untuk
mengetahui tekanan darah, stetoskop untuk mengetahui bunyi tekanan sistolik dan
bunyi tekanan diastolik, timbangan kue untuk mengetahui berat mentimun yang
akan dijadikan jus, blender untuk menghancurkan mentimun, dan lembar observasi
untuk digunakan pencatatan hasil pemeriksaan tekanan darah. Instrument yang

digunakan dalam penelitian ini adalah observasi terstruktur. Observasi terstruktur


ialah pengukuran observasi secara terstruktur berbeda dari jenis yang tidak
terstruktur yaitu peneliti secara cermat mendefinisikan apa yang akan diobservasi
melalui suatu perencanaan matang. Peneliti tidak hanya mengobservasi fakta-fakta
yang ada pada subjek, tetapi lebih didasarkan pada perencanaan penelitian yang
sudah disusun sesuai pengelompokannya, pencatatan, dan pemberian kode hal-hal
yang sudah ditetapkan (Nursalam, 2008).
H. Pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukan adalah melalui metode statistik. Pengolahan data
ini bertujuan untuk mengetahui apakah hipotesis yang diungkapkan diawal dapat
diterima atau tidak. Berikut adalah langkah-langkah dalam mengolah data hasil
penelitian.
1. Mentabulasi dari hasil pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolik dengan
dalam bentuk tabel. Tabulasi yang menurut Nursalam, (2003) mengatakan adalah
pekerjaan menyusun tabel mulai dari penyusunan table yang berisi seluruh data

I.

dari hasil pengukuran.


2. Menentukan rata-rata untuk setiap hasil pengukuran.
Analisa Data
Dari hasil observasi terstruktur, data akan ditabulasi dan dikumpulkan secara
kuantitatif untuk mengetahui apakah ada pengaruh jus mentimun terhadap tekanan
darah sistolik dan diastolik pada penderita hipertensi. data yang dikumpulkan
kemudian dianalisis, uji yang digunakan adalah uji t secara berpasangan (paired
comparison) dengan analisa data diolah meggunakan program SPSS 20, t-test dengan

J.

= 0.05, bila nilai p < 0,1 dan > 0,05 atau p > 0,1 dan > 0,05. Maka H1 ditolak.
Lembar Persetujuan Penelitian (Informed Consent)
Lembar persetujuan diberikan kepada subyek yang akan diteliti dalam hal ini
adalah lansia. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan riset yang dilakukan. Jika

lansia bersedia diteliti maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan


tersebut. Jika lansia menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan
tetap menghormati hak-haknya.
K. Anonimity
Untuk menjaga kerahasiaan identitas lansia, peneliti tidak akan mencantumkan
namanya pada lembar pengumpulan data, tetapi cukupdengan memberi kode pada
masing-masing lembar tersebut.
L. Jadwal Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan dalam kurun waktu 10 hari, sesuai dengan jadwal
berikut.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan di bahas mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang
dilakukan pada tanggal 24 Oktober 2016-04 November 2016. Data yang akan disajikan
dalam bentuk data umum dan data khusus. Data umum akan mengulas lokasi penelitian,
distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dan usia. Sedangkan data khusus
membahas hasil penelitian.
A. Hasil Penelitian
1. Data Umum
a. Gambaran Umum Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh pemberian jus
mentimun terhadap perubah an tekanan darah sistolik dan diastolik pada lansia
yang mengalami hipertensi di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia di Daerah X
yang terletak dijalan Merdeka No. 19 di Daerah X
Pada rencana penelitian, banyak sampel yang akan digunakan berdasarkan
data pendahuluan tanggal 15 April 2016 yaitu sebanyak 21 responden. Namun
dalam pelaksanaan penelitian yang dilaksanakan

pada tanggal 24 Oktober

2016-04 Novembert 2016 terjadi perbedaan karena pada penelitian ini telah
melihat data insklusi dan eksklusi dengan sebanyak 20 responden, tahapan pre
perlakuan selama 3 hari; meliputi pemeriksaan tekanan darah kepada responden,
pengukuran tekanan dengan rentan tiga kali sehari (pagi antara jam 8-9, siang
jam 13.00, dan malam 18.00). tahap observasi selama perlakuan tindakan
selama 7 hari: meliputi pemberian jus mentimun pada semua responden untuk
mengetahui pengaruh pemberian nus mentimun terhadap perubahan tekanan
darah sistolik dan diastolik pada penderita hipertensi di UPT Pelayanan Sosial
Lanjut Usia di Daerah X. Pemberian jus mentimun ini diberikan 1 kali sehari
(pada jam 09.00) pemberian jus mentimun ini dengan berta 100 gram dengan
tambahan air mineral 100 ml tanpa gula, kemudian dihancurkan dengan

menggunakan blender. Mentimun yang digunakan adalah mentimun yang hijau


dan segar.
Dengan menggunakan timbangan makanan. Pengukuran tekanana darah set
elah diberi intervensi/perlakuan dilakukan tiga kali sehari (pagi antara jam 11.00
(2 jam), siang jam 15.00 (6 jam), dan malam 18.00 (9 jam)) pengukuran tekanan
darah pada lansia dilakukan dengan menggunakan tensimeter digital merk
omron produksi Jepang. Data yang telah diperoleh selanjutnya ditabulasi,
menentukan rata-rata untuk setiap hasil pengukuran dan disajikan dalam bentuk
tabel.
b. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin

20%

Laki-laki
Perempuan

80%

Gambar Diagram pie distribusi responden berdasarkan jenis kelamin lansia yang mengalami
hipertensi di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia di Daerah X tanggal 24 Oktober
2016-04 Novembert 2016.
Berdasarkan Gambar di atas, diperoleh data jumlah responden perempuan
lebih besar dari jumlah responden laki-laki yaitu 4 orang (20%) perempuan.
c. Karakteristik responden berdasarkan usia

Tabel Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia pada lansia yang mengalami
hipertensi
Lanjut Usia di Daerah
X tanggal 24
No
Usiadi UPT Pelayanan Sosial
Frekuensi
Prosentase
Oktober
2016-04
Novembert
2016..
1
60-70 tahun
17
85%

80-90 tahun
Total

3
20

15%
100%

Berdasarkan table di atas, diperoleh data usia responden 60-70 tahun 17


orang (85%) usia 80-90 tahun (15%).
2. Data khusus
Data khusus adalah data yang didapat dari hasil observasi yang terdapat dalam
lembar observasi yang dilakukan dalam penelitian. Data tersebut disajikan sesuai
pengumpulan data.
a. Karakteristik responden berdasarkan perubahan darah sistolik dan diastolik pada
lansia yang mengalami hipertensi pre perlakuan dan selama perlakuan yang
dibatasi oleh jam.
Tabel :Perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik pada lansia penderita
hipertensi yang dibatasi oleh jumlah jam di UPT Pelayanan Sosial Lanjut
tekanan
darah
pada 2016.
Usia di Daerah X tanggalRata-rata
24 Oktober
2016-04
Novembert

Waktu
pengukuran

2 jam
6 jam
9 jam

S
D
S
D
S
D
S
D

Rata-rata
Tekanan darah
pre perlakuan
161
81

.(jam) setelah perlakuan


Tekanan darah setelah
perlakuan

Penurunan

148
77
150
78
159
80

13
4
11
3
2
1

Berdasarkan table di atas, diperoleh data penurunun tekanan darah yang


sangat bervariasi pada setiap pengukuran pada 2 jam setelah perlakuan, 6 jam
dan 9 jam setelah perlakuan. Dan penurunan terbesar terdapat pada 2 jam setelah
perlakuan yang dibanding dari pengukuran setelahnya.

b. Karakteristik responden berdasarkan perubahan darah sistolik dan diastolik pada


lansia yang mengalami hipertensi pre perlakuan dan selama perlakuan yang
dibatasi oleh hari.
Tabel : Perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik pada lansia penderita
hipertensi yang dibatasi oleh jumlah hari di UPT Pelayanan Sosial
Lanjut Usia di Daerah X tanggal 24 Oktober 2016-04 Novembert 2016.

Waktu
pengukuran

1
2
3
4
5
6
7

S
D
S
D
S
D
S
D
S
D
S
D
S
D
S
D

Rata-rata
Tekanan darah
pre perlakuan
161
81

Rata-rata tekanan darah pada


hari ke setelah perlakuan
Tekanan darah setelah
perlakuan

159
78
159
78
158
78
149
80
148
78
151
77
151
75

Penurunan

2
3
2
3
3
3
12
1
13
3
10
4
10
6

Berdasarkan tabel 4.3 di atas, diperoleh data penurunun tekanan darah pada
hari ke 4, hari ke 5, hari ke 6 dan hari ke 7 setelah perlakuan. Pada hari 1-3
terjadi penurunan yang konstan dan terjadi perubahan pada hari ke 4-6 hanya

terjadi penurunan tekanan sistolik, sedangkan pda hari ke 7 terjadi penuruan


tekanan darah sistolik dan diastolik.
c. Karakteristik responden berdasarkan perubahan perbedaan tekanan darah
sistolik dan diastolik pada lansia yang menderita hipertensi selama perlakuan.

Tabel : Perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik pada lansia penderita
hipertensi selama penelitian di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia di
Daerah X tanggal 24 Oktober 2016-04 Novembert 2016.

S
D

Rata-rata
Tekanan darah
pre perlakuan
161
81

Rata-rata penurunan selama penelitian


Tekanan darah setelah
Penurunan
perlakuan
154
79

7
2

Berdasarkan table di atas, diperoleh data ada perbedaan tekanan darah sistolik
dan diastolik pre perlakuan dengan setelah perlakuan.
3. Analisis Data
Hasil analisis uji t secara berpasangan (paired comparison) bertujuan untuk
menunjukkan pengaruh pemberian jus mentimun dengan mencatat perbedaan
antara sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan. Pengaruh pemberian
jus mentimun terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik pada
penderita hipertensi ialah.
a. hasil uji t secara berpasangan (paired comparison) rata-rata tekanan darah pre
perlakuan (sistolik 161 mmHg, diastolik 81 mmHg) dan selama perlakuan jus
mentimun dibatasi oleh jam yaitu pada 2 jam, 6 jam dan 9 jam selama
perlakuan terdapat perbedaan yang sangat signifikan pengaruhnya dan yang
paling besar berpengaruh terhadap tekanan darah sistolik dan diastolik terdapat
pada 2jam setelah perlaakuan. Dengan hasil uji t berpasangan didapatkan sig.
(2-tailed) 0,000 pada tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik

didapatkan sig. (2-tailed) 0,009 dengan nilai = 0,05. Maka terjadi perbedaan
tekanan darah.
b. hasil uji t secara berpasangan (paired comparison) rata-rata tekanan darah pre
perlakuan (sistolik 161 mmHg, diastolik 81 mmHg) dan selama perlakuan jus
mentimun dibatasi oleh hari 1,2,3,4,5,6 dan 7 terdapat variasi data yang
diperoleh, besar pengaruh jus mentimun terhadap tekanan darah terdapat pada
hari ke 4 pada tekanan sistolik, hari ke 5 pada tekanan sistolik dan hari ke 6
pada tekanan sistolik dan diastoliknya. Serta hari ke 7 pada tekanan sistolik dan
diastolik terjadi penurunan. Dengan hasil uji t berpasangan didapatkan pada
hari ke 4 sig. (2-tailed) 0,001 pada tekanan darah sistolik, hari ke 5 sig. (2tailed) 0,000 pada tekanan darah sistolik, hari ke 6 sig. (2-tailed) 0,001 pada
tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik sig. (2-tailed) 0,007, serta
hari ke 7 sig. (2-tailed) 0,042 pada tekanan darah sistolik dan diastolik sig. (2tailed) 0,022 dengan nilai = 0,05. Maka terjadi perbedaan tekanan darah.
c. hasil uji t secara berpasangan (paired comparison) rata-rata tekanan darah pre
perlakuan (sistolik 161 mmHg, diastolik 81 mmHg) dan rata-rata tekanan
darah selama penelitian (sistolik 154 mmHg, diastolik 79 mmHg) terdapat
perbedaan yang signifikan pada tekanan sistolik dan diastolik. Dengan hasil uji
t secara berpasangan didapatkan sig. (2-tailed) 0,003 pada tekanan darah
sistolik dan tekanan darah diastolik sig. (2-tailed) 0,038 dengan nilai = 0,05.
Maka terjadi perbedaan tekanan darah.
B. Pembahasan
1.
Tekanan Darah Lansia Pre Perlakuan dengan Jus mentimun
Dari jumlah 20 lansia yang mengalami hipertensi di UPT PSLU di Daerah X
diperoleh data rata-rata tekanan darah sistolik 161 mmHg dan rata-rata tekanan
darah diastolik 81mmHg.
Menurut Dewi. S & Familia. D, (2010) faktor resiko timbulnya hipertensi ada
2 yaitu: faktor genetik (usia, keturunan, etnis, jenis kelamin), faktor lingkungan

(stres dan beban mental, konsumsi makanan berlebih dan obesitas, merokok,
konsumsi alkohol, kelainan ginjal, kebiasaan minum kopi, kurang olah raga).
Lokasi UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia di Daerah X memang dekat dengan jalan
raya, suara bising kendaraaan dan keramaian begitu mengganggu psikologis dan
pola makan (mengkonsumsi kerupuk yang banyak mengandung NaCl yang cukup
tinggi) lansia begitu kurang terkontrol, sehingga tekanan darah sistolik dan
diastolik tetap tinggi. Sementara itu, lansia yang sering mengkonsumsi makanan
(mengkonsumsi kopi, teh dan merokok) dari luar panti yang menambah beban
2.

pemicu untuk meningkatkan tekanan darah sistolik dan diastolik.


Tekanan Darah Lansia selama perlakuan Jus mentimun
Observai pemberian perlakuan jus mentimun mulai hari ke-1 s/d ke-7
penelitian dengan observasi 1 hari 3 kali pengukuran (pagi antara jam 11.00 (2
jam), siang jam 15.00 (6 jam), dan malam 18.00 (9 jam)). Pemberian jus mentimun
responden cukup antusias yang dikarenakan jus yang diberikan pada pagi jam
09.00 Wib dirasa cukup segar dan memberikan efek penurunan tekanan darah.
Hasil pemberian jus mentimun, memberikan efek penurunan tekanan darah
sistolik dan diastolik pada 2 jam pemberian dengan rata-rata tekanan darah pre
perlakuan (sistolik 161 mmHg, diastolik 81 mmHg) dan selama perlakuan terdapat
penurunan dengan rata-rata penurunan pada sistolik 13 mmHg dan diastolik 4
mmHg.
Penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik pada penderita hipertensi
karena kandungan kalium (potassium) yang terdapat pada mentimun yang 147
mg/100gram atau 260 mmol. Mentimun adalah kemampuan membantu
menurunkan tekanan darah. Kandungan kalium (potasium), magnesium, dan fosfor
dalam mentimun efektif mampu mengobati hipertensi. Selain itu, mentimun juga
bersifat diuretik karena kandungan airnya yang tinggi sehingga membantu
menurunkan tekanan darah (Dewi. S & Familia. D, 2010). Sehingga kalium

(potasium) membantu mengatur saraf perifer dan sentral yang mempengaruhi


tekanan darah. Mengkonsusmsi kalium yang banyak akan meningkatkan
konsentrasinya di dalam cairan intraseluler sehingga cenderung menarik cairan dari
bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah (Amran Y dkk, 2010).
Peneilitian ini diperkuat oleh penelitian-penelitian klinis lain yang
memperhatikan bahwa pemberian suplemen kalium dapat menurunkan tekanan
darah dengan suplementasi diet

kalium 60-120 mmol/hari dapat menurunkan

tekanan darah sistolik dan diastolik 4,4 dan 2,5 mmHg pada penderita hipertensi
3.

dan 1,8 serta 1,0 mmHg pada orang normal (Saraswati. S, 2009).
Analisa Perbedaan Tekanan Darah Sistolik Dan Diastolik Pre Perlakuan Dan
Selama perlakuan Jus Mentimun
Sebelum pemberian jus mentimun didapatkan data rata-rata tekanan darah
sistolik 161 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastolik 81 mmHg. Dalam uji t-test
paired comparison = 0,05, bila nilai p< 0,1 dan > 0,05 atau p > 0,1 dan >
0,05. Berdasarkan hasil uji SPSS 12.0 dalam penelitian ini menghasilkan nilai
sistolik rata-rata perubahan sebelum dan sesudah pada observasi 2 jam, 6 jam dan 9
jam serta dengan rata-rata setiap hari observasi yang akan dikumpulkan pada hasil
rata-rata pada selama 7 hari perlakuan penelitian dalam hitungan perhari, akhirnya
digabung dari semua hasil dari hasil penelitian pre perlakuan dan selama perlakuan
Pada pre perlakuan dan setelah selama penelitian menghasilkan sistolik rata-rata
perubahan sebelum dan sesudah didapat nilai signifikan p (p value) tekanan darah
sistolik: 0,003/2= 0,0015> = 0,05. nilai signifikan p (p value) tekanan darah
diastolik: 0,038/2= 0,019> = 0,05. Interpretasi: H0 ditolak dan memberikan
kesimpulan secara statistik pada penelitian ini ada perbedaan tekanan darah
sisitolik dan diastolik pada penderita hipertensi di UPT Pelayanan Sosial Lanjut
Usia di Daerah X sebelum dan sesudah diberi jus mentimun.

Perbedaan tekanan darah pre perlakuan dan setelah perlakuan pada penelitian
ini yang dikarena adanya asupan kalium sebesar 260 mmol yang diberikan berupa
jus mentimun. Sehingga secara biologis terjadi peningkatan konsentrasi di dalam
cairan intraseluler sehingga cenderung menarik cairan ekstraseluler dan akan
terjadi penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik. Penurunan tekanan darah
sistolik dan diastolik dengan perlakuan jus mentimun hanya bersifat sementara dan
sangat bervariasi perubahan yang didapat. Sebenarnya hipertensi pada penelitian
ini bisa mencapai pada tekanan yang normal. Dengan tidak terjaganya pola hidup
yang terdapat di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia di Daerah X yang banyak
makanan yang beresiko akan meningkatkan kembali tekanan darah tersebut.
Sehingga terdapat hasil yang sangat bervariasi. Jus mentimun memberikan
kecepatan waktu penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik dengan catatan
menjaga pola hidup yang akan menjadi pencetus terjadinya hipertensi.

HASIL PENGOLAHAN DATA SPSS

T-Test tekanan darah sistolik +2 jam


Paired Samples Statistics

Pair 1

sebelum
sesudah

Mean
160.8500
149.1000

N
20
20

Std. Deviation
15.38035
14.51642

Std. Error
Mean
3.43915
3.24597

Paired Samples Correlations

Pair 1

sebelum &
sesudah

Correlation

Sig.

20

.767

.000
Paired Samples Test
Paired Differences

Pair 1

sebelum sesudah

Mean

Std. Deviation

Std. Error
Mean

11.75000

10.22831

2.28712

df

Sig. (2-tailed)

5.137

19

.000

95% Confidence Interval


of the Difference
Lower
Upper
6.96300

16.53700

T-Test tekanan darah diastolik +2 jam


Paired Samples Statistics

Pair 1

sebelum
sesudah

Mean
81.4000
77.6000

N
20
20

Std. Deviation
12.05426
8.85794

Std. Error
Mean
2.69542
1.98070

Paired Samples Correlations

Pair 1

sebelum &
sesudah

Correlation

Sig.

20

.889

.000
Paired Samples Test
Paired Differences

df

Sig. (2-tailed)

2.916

19

.009

95% Confidence Interval


of the Difference

Pair 1

sebelum sesudah

Mean

Std. Deviation

Std. Error
Mean

Lower

Upper

3.80000

5.82734

1.30303

1.07272

6.52728

T-Test tekanan darah sistolik +6 jam


Paired Samples Statistics

Pair 1

sebelum
sesudah

Mean
160.8500
151.1000

N
20
20

Std. Deviation
15.38035
15.47800

Std. Error
Mean
3.43915
3.46099

Paired Samples Correlations

Pair 1

sebelum &
sesudah

Correlation

Sig.

20

.749

.000
Paired Samples Test
Paired Differences

df

Sig. (2-tailed)

3.986

19

.001

95% Confidence Interval


of the Difference

Pair 1

sebelum sesudah

Mean

Std. Deviation

Std. Error
Mean

Lower

Upper

9.75000

10.93943

2.44613

4.63019

14.86981

T-Test tekanan darah diastolik +6 jam


Paired Samples Statistics

Pair 1

sebelum
sesudah

Mean
81.4000
78.7000

N
20
20

Std. Deviation
12.05426
11.40222

Std. Error
Mean
2.69542
2.54961

Paired Samples Correlations

Pair 1

sebelum &
sesudah

Correlation

Sig.

20

.837

.000
Paired Samples Test
Paired Differences

df

Sig. (2-tailed)

1.797

19

.088

95% Confidence Interval


of the Difference

Pair 1

sebelum sesudah

Mean

Std. Deviation

Std. Error
Mean

Lower

Upper

2.70000

6.72075

1.50280

-.44541

5.84541

T-Test tekanan darah sistolik +9 jam


Paired Samples Statistics

Pair 1

sebelum
sesudah

Mean
160.8500
160.1000

N
20
20

Std. Deviation
15.38035
21.10101

Std. Error
Mean
3.43915
4.71833

Paired Samples Correlations

Pair 1

sebelum &
sesudah

Correlation

Sig.

20

.804

.000
Paired Samples Test
Paired Differences

df

Sig. (2-tailed)

.265

19

.794

95% Confidence Interval


of the Difference

Pair 1

sebelum sesudah

Mean

Std. Deviation

Std. Error
Mean

Lower

Upper

.75000

12.65275

2.82924

-5.17167

6.67167

T-Test tekanan darah diastolik +9 jam


Paired Samples Statistics

Pair 1

sebelum
sesudah

Mean
81.4000
80.7500

N
20
20

Std. Deviation
12.05426
14.17884

Std. Error
Mean
2.69542
3.17048

Paired Samples Correlations

Pair 1

sebelum &
sesudah

Correlation

Sig.

20

.909

.000

Paired Samples Test


Paired Differences

df

Sig. (2-tailed)

.487

19

.632

95% Confidence Interval


of the Difference

Pair 1

sebelum sesudah

Mean

Std. Deviation

Std. Error
Mean

Lower

Upper

.65000

5.96724

1.33431

-2.14275

3.44275

T-Test tekanan darah rata-rata sistolik hari ke-1


Paired Samples Statistics

Pair 1

sebelum
sesudah

Mean
160.8500
159.8500

N
20
20

Std. Deviation
15.38035
15.79898

Std. Error
Mean
3.43915
3.53276

Paired Samples Correlations

Pair 1

sebelum &
sesudah

Correlation

Sig.

20

.636

.003

Paired Samples Test


Paired Differences

df

Sig. (2-tailed)

.336

19

.740

95% Confidence Interval


of the Difference

Pair 1

sebelum sesudah

Mean

Std. Deviation

Std. Error
Mean

Lower

Upper

1.00000

13.29820

2.97357

-5.22375

7.22375

T-Test tekanan darah rata-rata diastolik hari ke-1


Paired Samples Statistics

Pair 1

sebelum
sesudah

Mean
81.4000
78.6000

N
20
20

Std. Deviation
12.05426
12.53374

Std. Error
Mean
2.69542
2.80263

Paired Samples Correlations

Pair 1

sebelum &
sesudah

Correlation

Sig.

20

.903

.000

Paired Samples Test


Paired Differences

df

Sig. (2-tailed)

2.304

19

.033

95% Confidence Interval


of the Difference

Pair 1

sebelum sesudah

Mean

Std. Deviation

Std. Error
Mean

Lower

Upper

2.80000

5.43478

1.21525

.25644

5.34356

T-Test tekanan darah rata-rata sistolik hari ke-2


Paired Samples Statistics

Pair 1

sebelum
sesudah

Mean
160.8500
158.9500

N
20
20

Std. Deviation
15.38035
22.81614

Std. Error
Mean
3.43915
5.10184

Paired Samples Correlations

Pair 1

sebelum &
sesudah
Paired Samples Test

Correlation

Sig.

20

.867

.000

Paired Differences

df

Sig. (2-tailed)

.698

19

.494

95% Confidence Interval


of the Difference

Pair 1

sebelum sesudah

Mean

Std. Deviation

Std. Error
Mean

Lower

Upper

1.90000

12.17806

2.72310

-3.79951

7.59951

T-Test tekanan darah rata-rata diastolik hari ke-2


Paired Samples Statistics

Pair 1

sebelum
sesudah

Mean
81.4000
78.6500

N
20
20

Std. Deviation
12.05426
11.71268

Std. Error
Mean
2.69542
2.61903

Paired Samples Correlations

Pair 1

sebelum &
sesudah

Correlation

Sig.

20

.858

.000

Paired Samples Test


Paired Differences

df

Sig. (2-tailed)

1.940

19

.067

95% Confidence Interval


of the Difference

Pair 1

sebelum sesudah

Mean

Std. Deviation

Std. Error
Mean

Lower

Upper

2.75000

6.34014

1.41770

-.21728

5.71728

T-Test tekanan darah rata-rata sistolik hari ke-3


Paired Samples Statistics

Pair 1

sebelum
sesudah

Mean
160.8500
157.4500

N
20
20

Std. Deviation
15.38035
21.98199

Std. Error
Mean
3.43915
4.91532

Paired Samples Correlations

Pair 1

sebelum &
sesudah

Correlation

Sig.

20

.698

.001

Paired Samples Test


Paired Differences

df

Sig. (2-tailed)

.966

19

.346

95% Confidence Interval


of the Difference

Pair 1

sebelum sesudah

Mean

Std. Deviation

Std. Error
Mean

Lower

Upper

3.40000

15.74601

3.52091

-3.96936

10.76936

T-Test tekanan darah rata-rata diastolik hari ke-3


Paired Samples Statistics

Pair 1

sebelum
sesudah

Mean
81.4000
78.7500

N
20
20

Std. Deviation
12.05426
13.43944

Std. Error
Mean
2.69542
3.00515

Paired Samples Correlations

Pair 1

sebelum &
sesudah

Correlation

Sig.

20

.809

.000

Paired Samples Test


Paired Differences

df

Sig. (2-tailed)

1.484

19

.154

95% Confidence Interval


of the Difference

Pair 1

sebelum sesudah

Mean

Std. Deviation

Std. Error
Mean

Lower

Upper

2.65000

7.98864

1.78631

-1.08880

6.38880

T-Test tekanan darah rata-rata sistolik hari ke-4


Paired Samples Statistics

Pair 1

sebelum
sesudah

Mean
160.8500
149.2500

N
20
20

Std. Deviation
15.38035
14.62109

Std. Error
Mean
3.43915
3.26938

Paired Samples Correlations

Pair 1

sebelum &
sesudah

Correlation

Sig.

20

.570

.009

Paired Samples Test


Paired Differences

df

Sig. (2-tailed)

3.725

19

.001

95% Confidence Interval


of the Difference

Pair 1

sebelum sesudah

Mean

Std. Deviation

Std. Error
Mean

Lower

Upper

11.60000

13.92612

3.11398

5.08237

18.11763

T-Test tekanan darah rata-rata diastolik hari ke-4


Paired Samples Statistics

Pair 1

sebelum
sesudah

Mean
81.4000
80.9500

N
20
20

Std. Deviation
12.05426
8.33809

Std. Error
Mean
2.69542
1.86445

Paired Samples Correlations

Pair 1

sebelum &
sesudah

Correlation

Sig.

20

.518

.019

Paired Samples Test


Paired Differences

df

Sig. (2-tailed)

.191

19

.850

95% Confidence Interval


of the Difference

Pair 1

sebelum sesudah

Mean

Std. Deviation

Std. Error
Mean

Lower

Upper

.45000

10.52553

2.35358

-4.47610

5.37610

T-Test tekanan darah rata-rata sistolik hari ke-5


Paired Samples Statistics

Pair 1

sebelum
sesudah

Mean
160.8500
148.0000

N
20
20

Std. Deviation
15.38035
20.13376

Std. Error
Mean
3.43915
4.50205

Paired Samples Correlations

Pair 1

sebelum &
sesudah

Correlation

Sig.

20

.780

.000

Paired Samples Test


Paired Differences

df

Sig. (2-tailed)

4.556

19

.000

95% Confidence Interval


of the Difference

Pair 1

sebelum sesudah

Mean

Std. Deviation

Std. Error
Mean

Lower

Upper

12.85000

12.61275

2.82030

6.94705

18.75295

T-Test tekanan darah rata-rata diastolik hari ke-5


Paired Samples Statistics

Pair 1

sebelum
sesudah

Mean
81.4000
77.9500

N
20
20

Std. Deviation
12.05426
13.25251

Std. Error
Mean
2.69542
2.96335

Paired Samples Correlations

Pair 1

sebelum &
sesudah

Correlation

Sig.

20

.715

.000

Paired Samples Test


Paired Differences

df

Sig. (2-tailed)

1.604

19

.125

95% Confidence Interval


of the Difference

Pair 1

sebelum sesudah

Mean

Std. Deviation

Std. Error
Mean

Lower

Upper

3.45000

9.62166

2.15147

-1.05307

7.95307

T-Test tekanan darah rata-rata sistolik hari ke-6


Paired Samples Statistics

Pair 1

sebelum
sesudah

Mean
160.8500
150.0500

N
20
20

Std. Deviation
15.38035
16.97204

Std. Error
Mean
3.43915
3.79506

Paired Samples Correlations

Pair 1

sebelum &
sesudah

Correlation

Sig.

20

.717

.000

Paired Samples Test


Paired Differences

df

Sig. (2-tailed)

3.939

19

.001

95% Confidence Interval


of the Difference

Pair 1

sebelum sesudah

Mean

Std. Deviation

Std. Error
Mean

Lower

Upper

10.80000

12.26291

2.74207

5.06078

16.53922

T-Test tekanan darah rata-rata diastolik hari ke-6


Paired Samples Statistics

Pair 1

sebelum
sesudah

Mean
81.4000
76.4000

N
20
20

Std. Deviation
12.05426
11.40821

Std. Error
Mean
2.69542
2.55095

Paired Samples Correlations

Pair 1

sebelum &
sesudah

Correlation

Sig.

20

.802

.000

Paired Samples Test


Paired Differences

df

Sig. (2-tailed)

3.019

19

.007

95% Confidence Interval


of the Difference

Pair 1

sebelum sesudah

Mean

Std. Deviation

Std. Error
Mean

Lower

Upper

5.00000

7.40555

1.65593

1.53410

8.46590

T-Test tekanan darah rata-rata sistolik hari ke-7


Paired Samples Statistics

Pair 1

sebelum
sesudah

Mean
160.8500
152.9000

N
20
20

Std. Deviation
15.38035
18.49580

Std. Error
Mean
3.43915
4.13579

Paired Samples Correlations

Pair 1

sebelum &
sesudah

Correlation

Sig.

20

.549

.012

Paired Samples Test


Paired Differences

df

Sig. (2-tailed)

2.179

19

.042

95% Confidence Interval


of the Difference

Pair 1

sebelum sesudah

Mean

Std. Deviation

Std. Error
Mean

Lower

Upper

7.95000

16.31427

3.64798

.31469

15.58531

T-Test tekanan darah rata-rata diastolik hari ke-7


Paired Samples Statistics

Pair 1

sebelum
sesudah

Mean
81.4000
76.7000

N
20
20

Std. Deviation
12.05426
8.90949

Std. Error
Mean
2.69542
1.99222

Paired Samples Correlations

Pair 1

sebelum &
sesudah

Correlation

Sig.

20

.715

.000

Paired Samples Test


Paired Differences

df

Sig. (2-tailed)

2.492

19

.022

95% Confidence Interval


of the Difference

Pair 1

sebelum sesudah

Mean

Std. Deviation

Std. Error
Mean

Lower

Upper

4.70000

8.43614

1.88638

.75177

8.64823

T-Test tekanan darah rata-rata sistolik selama penelitian


Paired Samples Statistics

Pair 1

sebelum
sesudah

Mean
160.8500
153.4500

N
20
20

Std. Deviation
15.38035
16.27874

Std. Error
Mean
3.43915
3.64004

Paired Samples Correlations

Pair 1

sebelum &
sesudah

Correlation

Sig.

20

.807

.000

Paired Samples Test


Paired Differences

df

Sig. (2-tailed)

3.355

19

.003

95% Confidence Interval


of the Difference

Pair 1

sebelum sesudah

Mean

Std. Deviation

Std. Error
Mean

Lower

Upper

7.40000

9.86434

2.20573

2.78335

12.01665

T-Test tekanan darah rata-rata diastolik selama penelitian

Paired Samples Statistics

Pair 1

sebelum
sesudah

Mean
81.4000
78.9500

N
20
20

Std. Deviation
12.05426
11.15666

Std. Error
Mean
2.69542
2.49470

Paired Samples Correlations

Pair 1

sebelum &
sesudah

Correlation

Sig.

20

.913

.000

Paired Samples Test


Paired Differences

df

Sig. (2-tailed)

2.229

19

.038

95% Confidence Interval


of the Difference

Pair 1

sebelum sesudah

Mean

Std. Deviation

Std. Error
Mean

Lower

Upper

2.45000

4.91480

1.09898

.14980

4.75020

DAFTAR PUSTAKA
Almatsier. S, (2009). PRINSIP-PRINSIP ILMU GIZI. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, Januari.
Amran Y dkk, (2010). Pengaruh Tambahan Asupan Kalium Dari Diet Terhadap
Penurunan Hipertensi Sistolik dan Diatolik Tingkat Sedang Pada Lanjut Usia.
Artikel Penelitian: Universitas Islam Negeri Syarif Hasanuddin Jakarta.
Aphrodita. M, (2010). Terapi JUS BUAH & SAYUR. Kata Hati: Jogjakarta, Februari.
Brunner & Suddarth, (2001). KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH, Edisi 8. EGC:
Jakarta.
Darmojo. B, (2001). Mengamati Perjalanan Epidemiologi Hipertensi Di Indonesia.
Medika, Juli.
Dewi. S & Familia. D, (2010). HIDUP BAHAGIA dengan HIPERTENSI. A Plus:
Jogjakarta, Februari.
Elson. (2011)Tetap Sehat Dengan Nutrisi. M. (www.healthy.net/scr/article.aspx?
id=2067. Diakses pada tanggal 02 Desember 2011. Pukul 10.00 Wib).
Guyton & Hall, (2007). Buku ajar fisiologi kedokteran.edisi 11. Jakarta: EGC.
Isnaini. M, (2009). Pengobatan Berbagai Penyakit Memanfaatkan Sayuran di Sekitar
Kita, Cetakan pertama. Kreasi Wacana: Bantul, Oktober.
Khomsah,
2012.
http://www.infopenyakit.com/2008/01/penyakit-darah-tinggihipertensi.html. diakses pada tanggal 06 Februari 2012. Pukul 11.30 Wib.
Kurniawan. A, 2012. Gizi.depkes.go.id/makalah/gizi seimbang.untuk hipertensi.PDF.
diakses pada tanggal 06 Februari 2012. Pukul 11.27 Wib.
Maulana. M, (2008). Penyakit Jantung, Pengertian, Penanganan dan Pengobatan. Kata
Hati: Jogjakarta, April.
Nirmala, 2008. dalam http://www.cybermed.cbn.net.id. Diakses pada tanggal 06
Februari 2012. Pukul 20.25 Wib.
Notoatmodjo. S, (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi. Jakarta:
Rineka Cipta.
Nursalam, (2003). Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam,

(2008).

Konsep

dan

Perencanaan

Metodologi

Penelitian

Ilmu

Keperawatan, pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan,


Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Puspitorini. M, (2009). Hipertensi Cara Mudah Mengatasi Tekanan Darah Tinggi.
IMAGE PRESS: Jogjakarta, Juli.
Santoso. J, (2010). Membonsai Hipertensi. Jaring Pena: Surabaya, Juni.
Saraswati. S, (2009). DIET SEHAT untuk penyakit asam urat, diabetes, hipertensi,
dan stroke. Jogjakarta: A Plus Books, Cetakan I, Mei.
Solanki.P, (2011). Nilai Gizi Mentimun dalam. (http://translate.google.com/translate?
hl=id&langpair=en|id&u=http://www.buzzle.com/articles/nutritional-value-of
cucumbers.html. Diakses pada tanggal 10 Desember 2011. Pukul 19.42 Wib).

Anda mungkin juga menyukai