DI SUSUN OLEH:
NAMA
: BURHANUDDIN BASRI
NPM
: 2015980067
PEMINATAN
: MANAJEMEN KEPERAWATAN
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Mentimun
1. Sejarah Mentimun
Sebelum memasuki pada subtansi kandungan mentimun alangkah baiknya kita
mempelajari sejarah mentimun. Tanaman mentimun secara alami berkembang baik
dalam lingkungan beriklim sedang dan tropis, dan umumnya memerlukan suhu
antara 60-90 F/15-33 C. Dalam istilah evolusioner, mentimun pertama mungkin
berasal di Asia Barat (dan mungkin lebih khusus di India) atau bagian dari Timur
Tengah. Mentimun yang disebutkan dalam legenda Gilgames, seorang raja uruk
yang hidup sekitar 2500 SM di yang sekarang adalah Irak dan Kuwait. Ini adalah
sekitar 3.300 tahun kemudian, ketika budidaya mentimun menyebar ke bagian
Eropa, termasuk Prancis. Dan itu tidak sampai saat kolonis Eropa yang akhirnya
muncul mentimun di Amerika Utara pada tahun 1500-an (Anonymous, 2011).
Dan menurut buku karangan Isnaini M, (2009) mengatakan asal tanaman ini
belum diketahui secara pasti, tapi sudah lama dibudayakan di sekitar Burma dan
Thailan. Mentimun mempunyai nama lain yaitu timun, (Jawa), bonteng (Sunda),
2.
Selain itu, mentimun juga bersifat diuretik karena kandungan airnya yang tinggi
sehingga membantu menurunkan tekanan darah (Dewi. S & Familia. D, 2010).
Kandungan Vitamin dan Mineral yang Pada Mentimun menurut Aphrodita. M,
(2010) sebagai berikut:
1) Vitamin A
Vitamin A adalah satu zat gizi mikro yang diperlukan oleh tubuh yang berguna
untuk meningkatkan daya tahan tubuh (imunitas) dan kesehatan mata,
kekurangan vitamin ini, terutama pada anak-anak, akan berpengaruh pada
kecerdasan. Vitamin A dapat ditemui pada sayuran hijau serta buah berwarna
merah dan kuning, seperti mangga, papaya, dan wortel.
2) Vitamin B Komplek (B1, B6, dan B12)
Semua jenis vitamin B kecuali B12, terkandung dalam sayuran hijau, bijibijian, padi-padian, dan sereal. Semua vitamin B membantu produksi energi.
Ketiga vitamin tersebut dibutuhkan tubuh untuk metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein menjadi energi. Juga, untuk memelihara jaringan saraf.
Selain berfungsi untuk metabolisme ketiga vitamin ini juga bermanfaat pada
bahan-bahan makanan yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari.
3) Vitamin C
Vitamin C bermanfaat sebagai antioksidan dan peningkat daya tahan tubuh.
Vitamin C sangat dibutuhkan oleh mereka yang tinggal di perkotaan karena
radikal bebas banyak terdapat di daerah perkotaan. Vitamin C juga dapat
membantu mengatasi anemia, mencegah resiko kematian akibat penyakit
kardiovaskuler, dan mencegah osteoporosis, batu ginjal, gangguan fungsi
kognitif, dan penyakit asma. Selain itu, konsumsi vitamin C juga dapat
membantu kulit terlihat kencang dan sehat.
4) Vitamin E
Vitamin E berfungsi sebagai pendukung antioksidan, mengatasi masalah
kardiovaskuler, dan membantu menyehatkan sistem kekebalan tubuh, serta
membantu proses perbaikan DNA. Selain itu, konsumsi vitamin E akan
membantu kulit anda terlihat mulus dan kencang. Vitamin E banyak terdapat
pada bayam, taoge, mentimun, buah kiwi, mangga, dll.
5) Magnesium
Magnesium adalah mineral yang berperan dalam mineralisasi tulang dan
melindungi tulang. Konsumsi magnesium dapat mencegah osteoporosis.
6) Fosfor
Fosfor berfungsi sebagai pemberi energi dan kekuatan pada metabolisme lemak
dan karbohidrat, sebagai penunjang kesehatan gigi dan gusi, untuk sintesis
DNA, serta penyerapan dan pemakain kalsium. Kebutuhan fosfor bagi ibu
hamil tentu lebih banyak dibandingkan saat-saat tidak mengandung, terutama
untuk pembentukan tulang janinnya. Fosfor banyak terdapat dalam buah ceri,
brokoli, buah apel, bunga kol, lettuce (sejenis sawi), bayam, tomat, mentimun,
dll.
7) Potasium (kalium)
Potasium atau Kalium ini meningkatkan keteraturan denyut jantung,
mengaktifkan kontraksi otot, mengatur pengiriman zat-zat gizi lainnya ke selsel tubuh, mengendalikan keseimbangan cairan pada jaringan sel tubuh, serta
menurunkan tekanan darah tinggi (hipertensi). Kekurangan potassium (kalium)
dapat menyebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh, mudah lelah, dan
meningkatnya kebutuhan akan glutamin. Potasium banyak terdapat pada buah
jambu biji, mentimun, tomat, jeruk, buncis, dll.
8) Silika
Silika ialah mineral yang termasuk salah satu elemen dalam pembentukan,
mempertahankan kolagen yang memadai dan mungkin mengalami kulit kering,
pergeseran atau pembuluh darah, masalah pencernaan, gigi dan gusi yang
lemah, membuang atau menurunkan ukuran organ atau jaringan. Makanan yang
mengandung silika diantaranya: timun, beras merah, gandung, stroberi, bawang
dan alpukat (Anonymous, 2011).
B. Konsep Tekanan Darah
1. Pengertian Sistolik Dan Diastolik
Sistolik adalah tekanan ini tertinggi karena jantung bilik kiri memompa darah
ke arteri (dalam keadaan mengempis) dan distolik yaitu bilik kiri jantung sedang
terisi kembali, tekanannya menurun (tekanan diastolik). Kondisi ini merupakan
2.
pada usia pertengahan atau lebih, yang ditandai dengan tekanan darah lebih dari
normal. Hipertensi menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang
mengakibatkan makin meningkatnya tekanan darah.
Dari definisi definisi diatas dapat disimpulkan bahwa : Hipertensi adalah
peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik diatas normal
sesuai umur dan merupakan salah satu faktor resiko terjadinya kompilkasi
penyakit kardiovaskuler.
Seseorang baru merasakan dampak yang gawat dari hipertensi ketika telah
terjadi komplikasi. Hipertensi baru disadari ketika telah menyebabkan gangguan
organ, seperti gangguan fungsi jantung, koroner, ginjal, gangguan fungsi kognitif
ataupun stroke. Hipertensi pada dasarnya akan mengurangi harapan hidup para
penderitanya. Selain mengakibatkan angka kematian yang tinggi (hight case
fatality rate), hipertensi juga berdampak pada mahalnya pengobatan dan perawatan
yang harus ditanggung para penderita. Bahkan, hipertensi berdampak pula bagi
penurunan kualitas hidup.
Hipertensi sebenarnya dapat diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Jika
salah satu orang tua orangtua terkena hipertensi, maka kecenderungan anak untuk
menderita hipertensi lebih besar dibandingkan mereka yang tidak memiliki orang
tua penderita hipertensi. Sekitar 40% kematian dibawah usia 65 tahun bermula dari
tekanan darah tinggi. Penyakit ini sudah menjadi endemi di zaman modern,
3.
melebihi
timbul.
Jika
tekanan
darah
tidak
segera
diturunkan
dapat
Target penurunan mean arterial pressure (MAP) tidak melebihi 25% dalam
hitungan menit sampai 1 jam dan jika stabil dapat mencapai tekanan darah
160/100-110 mmHg dalam waktu 2-6 jam, karena penurunan yang lebih
cepat akan menyebabkan iskemia koroner, otak, dan ginjal. Terapi awal yang
tepat untuk keadaan tersebut adalah memberikan nifedipin kerja singkat. Jika
tingkat tekanan darah tersebut dapat diteloransi dan pasien stabil, tekanan
2.
b.
4.
hipertensi esensial.
Berdasarkan Faktor Akibat Hipertensi Terjadi Peningkatan Tekanan Darah
di Dalam Arteri Dengan Beberapa Cara diantaranya:
a. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada
setiap detiknya.
b. Terjadi penebalan dan kekakuan pada dinding arteri akibat usia lanjut. Arteri
besar kehilangan kelenturan dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat
mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena
itu, darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang
sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya darah.
c. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan
darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu
membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh.
d. Volume darah dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat.
Oleh sebab itu, jika aktivitas memompa jantung berkurang. Maka, arteri
mengalami pelebaran dan banyak cairan dari sirkulasi. Tekanan darah pula akan
5.
6.
Faktor resiko hanyalah pemicu munculnya suatu penyakit. Menurut Dewi. S &
Familia. D, (2010) faktor resiko timbulnya hipertensi ada 2 yaitu: faktor genetik
dan lingkungan. Penjelasan dari kedua faktor tersebut menurut Dewi. S & Familia.
a.
1)
di
dinding
pembulu
darah
(arterioklerosis)
melalui urin.
Etnis
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang yang berkulit hitam
daripada orang yang berkulit putih. Penyebabnya secara pasti belum
diketahui. Tetapi pada orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih
rendah dan sensitivitas terhadap vasopressin lebih besar.
Di beberapa Negara pernah dilakukan penelitian yang menunjukkan
bahwa ras dengan kulit berwarna mempunyai faktor lebih tinggi terkena
hipertensi. Faktor suhu mungkin berpengaruh pada hubungan antara umur
dan tekanan darah, seperti yang ditunjukkan oleh kecenderungan tekanan
darah yang meninggi bersamaan dengan bertambahnya umur secara
progresif pada orang Amerika berkulit hitam keturunan Afrika ketimbang
pada orang Amerika berkulit putih. Etnis Amerika keturunan Afrika
4)
hipertensi pada wanita usia di atas umur 65 tahun menjadi lebih tinggi.
Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan dapat meningkat resiko penyakit hipertensi. Faktor
lingkungan di sini meliputi faktor-faktor yang dapat dimodifikasi. Dengan
demikian, suatu perubahan gaya hidup dan lingkungan dimungkinkan dapat
menurunkan potensi terkena hipertensi. Faktor lingkungan tersebut antara lain
stres, obesitas, kurang olah raga, dan lain-lain.
1) Stres dan Beban Mental
Hubungan antara stres dan hipertensi diduga melalui aktivitas simpatis.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis akan meningkatkan tekanan darah
secara tidak menentu. Jika stres terjadi secara terus-menerus, maka akan
mengakibatkan tekanan darah yang menetap tinggi.
Seperti telah kita tahu, cepat atau lambat denyut jantung dipengaruhi
oleh hormon adrenalin. Peningkatan hormon adrenalin akan meningkat
denyut jantung dan menyebabkan penyempitan kapiler darah tepi.
Pengeluaran hormon ini diatur oleh saraf simpatis. Saraf simpatis ini
bekerja keras pada orang yang berada dalam kondisi stres atau mengalami
tekanan mental. Karena itulah orang yang berada dalam kondisi stres atau
mengalami tekanan mental. Jantungnya terjebak kemacetan, menemui
masalah yang sulit, menghadapi ujian, dan sebagainya. Ketegangan yang
berlarut-larut dapat meningkatkan resiko hipertensi.
2) Konsumsi Makanan Berlebih dan Obesitas
Kadar lemak dalam tubuh maksimum adalah 150 mg/dl. Kandungan
lemak baik (HDL) optimum adalah 45 mg/dl. Sementara kandungan LDL
maksimum 130 mg/dl. Konsumsi makanan berlebih dapat meyebabkan
kegemukan atau obesitas. Obesitas adalah ketidak seimbangan antara
konsumsi kalori dengan kebutuhan energi yang disimpan dalam bentuk
lemak (jaringan subkutan tirai usus, organ vital jantung, paru, dan hati). Hal
ini menyebabkan jaringan tidak aktif sehingga beban kerja jantung
meningkat. Selain itu, obesitas juga didefinisikan sebagai kelebihan berat
badan. Biasanya kelebihan tersebut sebesar 20% atau lebih dari berat badan
ideal. Obesitas adalah penumpukan jaringan lemak tubuh yang berlebihan
dengan perhitungan IMT > 27.0. Pada orang yang menderita obesitas organorgan tubuhnya dipaksa untuk bekerja lebih berat. Oleh sebab itu, orang
dengan obesitas akan lebih cepat gerah dan lelah. Akibatnya dari obesitas,
para penderita cenderung menderita penyakit kardiovaskuler, hipertensi,
dan diabetes mellitus.
Obesitas sendiri lebih banyak terjadi pada orang dengan gaya hidup pasif
(kurang olahraga). Jika makanan yang dikonsumsi lebih banyak
mengandung kolesterol dapat menimbulkan penimbunan lemak di
sepanjang pembuluh darah. Akibatnya, aliran darah menjadi kurang lancar.
Kolesterol memang dibutuhkan oleh tubuh, tetapi dalam jumlah tertentu.
Orang yang memiliki kelebihan lemak (hiperlipidemia), berpotensi
mengalami penyumbatan darah sehingga suplai oksigen dan zat makanan ke
organ tubuh terganggu. Penyempitan dan sumbatan oleh lemak ini memacu
jantung untuk memompa darah lebih kuat lagi agar dapat memasok
kebutuhan darah ke jaringan. Akibatnya, tekanan darah meningkat, maka
terjadilah hipertensi.
3) Merokok
Seperti telah diketehui oleh masyarakat pada umumnya, rokok
mengandung ribuan zat kimia bebahaya tersebut anatara lain nikotin, tar,
dan meningkatkan kekentalan darah. Ini mengakibatkan jantung harus
memompa darah lebih kuat lagi.
Sementara nikotin dapat memicu pengeluaran zat catecholamine tubuh
seperti hormon adrenalin. Hormon tersebut dapat memacu jantung untuk
berdetak lebih kencang, yaitu 10 hingga 20 kali lipat per menit. Ini
meningkatkan tekanan darah 10 sampai 20 skala. Akibatnya, volume darah
meningkat dan jantung menjadi lebih cepat lelah.
Karbon monoksida (CO) dapat meningkatkan keasaman sel darah.
Akibatnya, darah menjadi lebih kental dan menempel di dinding pembuluh
darah. Seperti yang terjadi pada pengaruh zat sebelumnya, penempelan
tersebut menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan memaksa jantung
memompa darah lebih kuat lagi. Lambat laun, tekanan darah pun akan
meningkat. Tidak hanya perokok aktif saja yang berpotensi terkena
hipertensi, tetapi juga perokok pasif. Risiko hipertensi pada perokok pasif
dua kali lipat dari perokok aktif.
4) Konsumsi Alkohol
Alkohol dapat mengganggu sistem kerja saraf pusat maupun saraf tepi.
Jika kerja saraf simpatis terganggu, maka akan terjadi gangguan pula pada
pengaturan tekanan darah. Orang yang gemar mengkonsumsi alkohol
dengan kadar yang tinggi akan memiliki tekanan darah yang cepat berubah
dan cenderung meningkat tinggi. Alkohol juga memiliki efek yang hampir
sama dengan karbon monoksida, yaitu dapat meningkatkan keasaman
darah. Darah menjadi lebih kuat lagi agar darah yang sampai ke jaringan
jumlahnya mencukupi. Ini berarti juga terjadi peningkatan tekanan darah.
5) Kelainan Ginjal
Hipertensi dapat disebabkan oleh adanya penurunan massa ginjal yang
dapat berfungsi dengan baik, kelebihan produksi angiotensin, dan
aldosteron serta meningkatnya hambatan aliran darah dalam arteri ginjal.
Penurunan fungsi ginjal dalam menyaring darah, menyebabkan sisa
metabolisme yang seharusnya dibuang ikut beredar kembali ke bagian
tubuh yang lain. Akibatnya, volume darah total meningkat sehingga darah
yang dikeluarkan jantung juga meningkat.
6) Kebiasaan Minum Kopi
Hipertensi dapat dipicu pula oleh kebiasaan minum kopi. Kopi
mengandung kafein. Kafein dalam kopi dapat memacu kerja jantung dalam
memompa darah. Peningkatan tekanan dari jantung diteruskan pada arteri
sehingga tekanan darah meningkat.
7) Kurang Olahraga
Olahraga lebih sering dihubungkan dengan pengobatan hipertensi. Hal
ini dikarenakan olahraga yang teratur dapat melancarkan peredaran darah
sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga juga bermanfaat
7.
mengidap hipertensi. Hipertensi sering kali tidak menimbulkan gejala apa pun
(tidak ada keluhan pusing dan sebagainya). Ini yang sering berbahaya karena
pasien sering menganggap tekanan darahnya sudah normal.
b. Olahraga. Berolahraga bertujuan memperlancar peredaran
darah
dan
KATEGORI
Optimal
SISTOLIK (mmHg)
DIASTOLIK
<120
(mmHg)
<80
Normal
<130
<85
Normal-Tinggi
130-139
85-89
Hipertensi
Stadium I*
140-159
90-99
Stadium II*
160-179
100-109
Stadium III*
180
110
Keterangan:
*) berdasarkan rata-rata pada dua kali atau lebih penguluran tekanan darah
saat kedatangan pasien untuk pemeriksaan
Merujuk dari data pusat kesehatan jantung, paru-paru dan darah di Amerika
Serikat (NHLBI), tekanan darah 140/90 mmHg ke atas tergolong tinggi, sedangkan
antara 120-80 mmHg dikatakan prahipertensi. Lembaga Kesehatan Nasional
Amerika mengklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel :
Kategori
Normal
Pra-hipertensi
Hipertensi derajat 1
Hipertensi derajat 2
Sistolik
119
120-139
140-159
160
Diastolik
<79
80-89
90-99
100
pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetikolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh
darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan
volume
intra
vaskuler.
Semua
faktor
ini
cenderung
data mengenai penyakit ini pun belum begitu jelas di Indonesia. Padahal, jika
terjadi kematian mendadak hanya ada dua kemungkinannya, yaitu serangan
jantung dan jika menyerang otak hampir dapat dipastikan itu aneurisme.
Aneurisme adalah kelainan pembuluh darah di otak karena lemahnya dinding
pembuluh darah. Dinding pembuluh darah tesebut tidak mampu menahan
tekanan darah yang relatif tinggi. Melalui proses sekian lama, terjadilah
penggelembungan atau pelebaran yang disebut dilatasi. Gelembung yang
awalnya kecil itu dapat membesar seiring bertambahnya usia dan makin
melemahnya dinding pembuluh. Kondisi ini akan menjadi fatal jika kemudian
pecah.
d. Penyakit pada arteri koronaria. Arteri koronaria adalah pembuluh darah utama
yang membersihkan pasokan darah pada otot jantung. Apabila arteri ini
mengalami gangguan, misalnya plak, maka aliran darah ke jantung akan
terganggu sehingga organ-organ tubuh kekurangi darah.
e. Ginjal, hipertensi yang lama/berat dapat menyebabkan kerusakan ginjal
sehingga fungsi ginjal menurun. Fungsi ginjal yang menurun menyebabkan
darah yang disaring menjadi berkurang sehingga jumlah urin yang dihasilkan
menurun dan zat-zat yang seharusnya dibuang seperti urea menumpuk dalam
darah/plasma. Kondisi seperti ini lama-kelamaan dapat meracuni tubuh.
Kerusakan ginjal juga menyebabkan peningkatan albumin dalam urin sehingga
dapat menyebabkan kekurangan albumin (albuminemia) yang dapat
menyebabkan keluarnya cairan dari pembuluh darah ke jaringan dengan segala
manifestasinya seperti asites (busung air), edema harus diperiksa fungsi ginjal
(serum creatinin, creatinin clearance, protein urin, dan albumin).
C. Manfaat Mentimun Terhadap Perubahan Hipertensi
Pada sub pembahasan ini akan dipaparkan secara detail manfaat dari beberapa
kandungan yang ada pada mentimun sehingga dapat menurunkan tekanan darah.
Menurut Solanki. P, (2011) menyatakan beberapa mekanisme bagaimana kalium dapat
menurunkan tekanan darah sebagai berikut: Kalium dapat menurunkan tekanan darah
dengan vasodilatasi sehingga menyebabkan penurunan retensi perifer total dan
meningkatkan output jantung. Karena mentimun memiliki sekitar 95% dari
kandungan air mereka adalah cara terbaik untuk meningkatkan asupan serat dan air.
Ada tingginya kandungan vitamin A, B6 dan C hadir dalam daging mentimun. Selain
itu sayuran ini diketahui memiliki konsentrasi tinggi mineral seperti kalsium , kalium,
magnesium, dan silika. Berikut ini adalah bagan yang mewakili nilai gizi mentimun.
Tabel :
No
Gizi
Konten
1
Karbohidrat
3.63 gm
2
Gula
1,67 gm
3
Diet Serat
0,5 gm
4
Lemak
0,11 gm
5
Protein
0,65 gm
6
Thiamin (vitamin B1)
0,027 mg
7
Riboflavin (Vitamin B2)
0,033 mg
8
Niacin (vitamin B3)
0,098 mg
9
Asam pantotenat (vitamin B5) 0,259 mg
10 Vitamin B6
0,040 mg
11 Folat (Vitamin B9)
7 pg
12 Vitamin C
2,8 mg
13 Kalsium
16 mg
14 Besi
0,28 mg
15 Magnesium
13 mg
16 Fosfor
24 mg
17 Kalium
147 mg
18 Seng
0,20 mg
19 Silika
2%/100 g
Sumber: Parul Solanki, 2011 dan Elson M. Haas, MD
Tabel :
mmol
250 mmol
170 mmol
420 mmol
320 mmol
260 mmol
150 mmol
-
No
Kalori
1
Dari Karbohidrat
2
Dari Lemak
3
Dari Protein
Sumber: Parul Solanki, 2011
% DV (Daily Value)
6.5 (27.2 kJ)
0,5 (2,1 kJ)
0,8 (3,3 kJ)
Karena kandungan air pada mentimun yang tinggi maka mentimun menurunkan
tekanan darah dengan berkhasiat sebagai diuretik. Air mentimun juga menjaga
kesehatan ginjal dan aktivitasnya sehingga dapat mengubah aktivitas sistem reninangiotensin. Kandungan kalium (potasium) membantu mengatur saraf perifer dan
sentral yang mempengaruhi tekanan darah. Cara kerja kalium berbeda dengan
natrium, kalium (potasium) merupakan ion utama di dalam cairan intraseluler. Cara
kerja kalium adalah kebalikan dari natrium. Konsumsi kalium yang banyak akan
meningkatkan konsentrasinya di dalam cairan intraseluler sehingga cenderung
menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah (Amran Y
dkk, 2010).
Daging mentimun ini kebanyakan air, tetapi juga mengandung asam askorbat
(vitamin C) dan asam caffeic, baik yang membantu menenangkan iritasi kulit dan
mengurangi pembekakan. Kandungan yang terdapat pada mentimun antara lain 0.65%
protein, 0.1% lemak dan karbohidrat sebanyak 2.2%, kalsium, zat besi, magnesium,
fosfor, vitamin A, B1, B2, dan C. Kontrol tekanan darah tinggi karena sumber yang
kaya mentimun kalium, magnesium dan kaya akan serat yang bisa mengurangi
tekanan darah tinggi ke tingkat yang sehat. Fakta yang terjadi pada mentimun
diantaranya:
1. 100 gram mentimun mengandung hanya 15 kalori. Mereka tidak memiliki lemak
atau kolesterol, dan kandungan serat yang tinggi membantu mengurangi sembelit
dan dapat melindungi terhadap kanker usus besar.
2. Mentimun adalah sumber kalium, yang merupakan elektolit yang diperlukan,
adalah hati yang ramah, dan dapat membantu mengurangi denyut jantung.
Kalium seperti halnya natrium, merupakan ion bermuatan positif, akan tetapi
berbeda dengan natrium, kalium terutama terdapat di dalam sel. Perbandingan natrium
dan kalium didalam cairan intraseluler adalah 1:10, sedangkan di dalam cairan
ekstraseluler 28:1. Sebanyak 95% kalium tubuh berada didalam cairan intraseluler.
Absorpsi dan ekskresi kalium diabsorbsi dengan sangat mudah dalam usus halus.
Sebanyak 80-90% kalium yang dimakan diekskresikan melalui urin, selebihnya
dikeluarkan melalui feses dan sedikit melalui keringat dan cairan lambung. Taraf
kalium darah dipelihara oleh ginjal melalui kemampuannya menyaring, mengabsorpsi
kembali dan mengeluarkan kalium di bawah pengaruh aldosteron. Kalium dikeluarkan
dalam bentuk ion dengan menggantikan ion natrium melalui mekanisme pertukaran
didalam tubulus ginjal. Fungsi dari kalium adalah bersama natrium, kalium
memegang peranan dalam pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit serta
keseimbangan asam basa. Bersama kalsium, kalium berperan dalam transmisi saraf
dan relaksasi otot. Di dalam sel, kalium berfungsi sebagai katalisator dalam banyak
reaksi biologik, terutama dalam metabolisme energi dan sintesis glikogen dan protein.
Kalium berperan dalam pertumbuhan sel. Taraf kalium dalam otot berhubungan
dengan masa otot dan simpangan glikogen, oleh karena itu bila otot berada dalam
pembentukan dibutuhkan kalium dalam jumlah cukup. Tekanan darah normal
memerlukan perbandingan antara natrium dan kalium yang sesuai di dalam tubuh.
Perkiraan kebutuhan kalium di dalam tubuh, karena merupakan bagian esensial semua
sel hidup, kalium banyak terdapat dalam bahan makanan, baik tumbuh-tumbuhan
maupun hewan. Kebutuhan minimum akan kalium sebanyak 2000 mg sehari. Dan
apabila pemenuhan kalium kurang dari minimum maka jantung akan berdebar-debar
detaknya dan menurunkan kemampuan untuk memompa darah.
Magnesium (Mg) adalah kation nomor dua paling banyak setelah natrium di
dalam cairan intraseluler. Magnesium di dalam alam merupakan bagian dari klorofil
daun. Peranan magnesium dalam tumbuh-tumbuhan sama dengan peranan zat besi
dalam ikatan hemoglobin di dalam darah manusia yaitu untuk pernafasan. Magnesium
terlibat dalam berbagai proses metabolisme. Kurang lebih dari 60% dari 20-28 mg
magnesium di dalam tubuh terdapat di dalam tulang dan gigi, 26% di dalam otot dan
selebihnya di dalam jaringan lunak lainya serta cairan tubuh. Dalam hal ini peranan
magnesium berlawanan dengan kalsium. Kalsium merangsang konstraksi otot,
sedangkan magnesium mengendorkan otot. Kalsium mendorong penggumpalan darah
sedangkan magnesium memecah. Kalsium menyebabkan ketegangan saraf, sedangkan
magnesium melemaskan saraf. Sumber magnesium, sumber utama adalah sayuran
hijau, serealia tumbuk, biji-bijian dan kacang-kacangan, daging, susu dan hasilnya
serta cokelat juga merupakan sumber magnesium yang baik (Almatsier. S, 2009).
Angka kecukupan magnesium sehari yang dianjurkan berdasarkan Widyakarya
Nasional Pangan dan Gizi dapat dilihat pada table dibawah ini.
Tabel :
Golongan Umur
0-6 bulan
7-11 bulan
1-3 tahun
4-6 tahun
7-9 tahun
AKM * (mg)
25
55
60
90
120
Pria
10-12 tahun
170
13-15 tahun
220
16-18 tahun
270
Hamil
+ 40
19-29 tahun
290
30-49 tahun
300
Menyusui
50-64 tahun
300
0-6 bulan
+0
65 tahun
300
7-12 bulan
+0
Sumber: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi,2004
*Angka Kecukupan Magnesium
Kebutuhan Kalium Untuk Menurunkan Hipertensi
Kebutuhan kalium dalam tubuh dalam sehari membutuhkan 2000 mg. Selain itu,
pemberian kalium juga membantu untuk menggantikan kalium yang hilang. Pada
umumnya dapat dipakai ukuran sedang (50 gram) dari apel (159 mg kalium), jeruk
(250 mg kalium), tomat (366 mg kalium), pisang (451 mg kalium), kentang panggang
(503 mg kalium) dan susu skim 1 gelas (406 mg kalium) (Kurniawan. A, 2012).
Suplements potasium 2-4 gram perhari dapat membantu penurunan tekanan darah,
Potasium umumnya bayak didapati pada beberapa buah-buahan dan sayuran. Buah
dan sayuran yang mengandung potasium dan baik untuk di konsumsi penderita
tekanan darah tinggi antara lain semangka, alpukat, melon, buah pare, labu siam,
bligo, labu parang/labu, mentimun, lidah buaya, seledri, bawang dan bawang putih.
Selain itu, makanan yang mengandung unsur omega-3 sagat dikenal efektif dalam
membantu penurunan tekanan darah (hipertensi) (Khomsah, 2012).
Konsumsi kalium dalam jumlah yang tinggi dapat melindungi individu dari
hipertensi. Asupan kalium yang meningkat akan menurunkan tekanan darah sistolik
dan diastolik (Anonymous, 2011). Sementara di dalam Majalah Nirmala, (2008)
penderita hipertensi sangat disarankan untuk mengkonsumsi mentimun, karena
kandungan mineral kalium, magnesium, dan serat di dalam timun bermanfaat untuk
menurunkan tekanan darah. Serta mineral magnesium yang juga berperan
melancarkan aliran darah dan menenangkan saraf.
D. Penelitan Tentang Pengaruh Kalium Terhadap Perubahan Tekanan Darah
Tinggi
Pada sub pembahasan ini akan dipaparkan secara singkat hasil penelitian
terdahulu yang telah melakukan penelitian tentang pengaruh kalium terhadap
penurunan tekanan darah diantaranya pengaruh jus tomat dan pengaruh tambahan
asupan kalium dari diet terhadap penurunan tekanan darah.
1. Menurut penelitian Raharjo. P, (2007) tentang Pengaruh Jus Tomat Terhadap
Perubahan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Pada Penderita Hipertensi Di
Desa Wonorejo Kecematan Lawang Tahun 2007 yang penelitian ini dilakukan
selama 2 hari dan respondennya diukur tekanan darahnya 5 menit sebelum
konsumsi jus tomat, dan 30, 60,90 menit setelah konsumsi jus tomat dan hasilnya
menunjukkan ada pengaruh pemberian jus tomat terhadap penurunan tekanan
darah dan penurunan terbesar pada 30 menit setelah pemberian jus tomat.
2. Menurut penelitian Amran. Y dkk, (2010) Tentang Pengaruh Tambahan Asupan
Kalium dari Diet terhadap Penurunan Hipertensi Sistolik Tingkat Sedang pada
Lansia yang mengamati pengaruh tambahan asupan kalium dalam diet terhadap
penurunan tekanan darah sistolik. Buah-buahan yang lebih banyak ditambahkan
ke dalam diet harian untuk 12 orang lanjut usia dan tekanan darah mereka
dipantau selama 14 hari. Perubahan tekanan darah sistolik setelah diberikan buahbuahan mengandung kalium. Perubahan yang terjadi mengarah pada penurunan
tekanan darah sistolik setelah diberi intervensi. Penurunan tekanan darah sistolik
pada lansia cukup bervariasi.
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan tentang tahap-tahap yang dibuat oleh peneliti
berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa diterapkan, menyangkut
diantaranya : desain penelitian, kerangka kerja, identifikasi dan definisi variabel,
operasional sampling, desain sampling, pengumpulan data dan analisa data, etika
penelitian, keterbatasan penelitian serta jadwal penelitian.
A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam penelitian, yang
memungkinkan pemaksimalan control beberapa faktor yang bisa mempengaruhi
akurasi suatu hasil (Nursalam, 2003). Penelitian ini menggunakan pra-eksperimen,
lebih tepatnya tergolong penelitian jenis rancangan
kelompok (one group pre-post test design) yang mana dalam penelitian ini dengan
satu kelompok subjek yang dilakukan perlakuan/intervensi yang dilakukan
pengukuran sebelum dan sesudah perlakuan. Desain one group pre-post test design
ini diukur dengan menggunakan pre test yang dilakukan sebelum diberi perlakuan
dan post test yang dilakukan setelah diberi perlakuan (Nursalam, 2008).
B. Kerangka Kerja
Kerangka kerja adalah pentahapan atau langkah-langkah dalam aktivitas ilmiah
mulai dari penetapan populasi, sampel dan seterusnya yaitu kegiatan sejak awal
penelitian akan dilaksanakan (Nursalam, 2003).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang mengalami hipertensi
di UPT Pelayanan Sosial Lanjut usia di Daerah X sejumlah 21 orang
Sampel: lansia yang mengalami hipertensi dan memenuhi kriteria inklusi
sejumlah 20 orang
Sampling: Menggunakan porposive sampling
Observasi pre tindakan selama 3 hari
Variabel Penelitian
Pengolahan data
Gambar ;
Kerangka Kerja pengaruh pemberian jus mentimun terhadap
perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik pada penderita
hipertensi di UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia di Daerah X
Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda
terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain) (Soeparto, dkk. 2000. Dalam
Nursalam, 2008).
1. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang dapat diamati dan diukur untuk
diketahui pengaruhnya dengan variabel lain, yang menjadi variabel independen
2.
.Tabel
3.1:
NO
1
Variabel
Independen
Pemberian jus
mentimun
Definisi operasional
Mentimun yang telah
dihancurkan dengan
blender tanpa ada
yang dibuang semua
dihancurkan dengan
Parameter
Jus
diberikan
2x/hari
yaitu pada
pagi,siang
Alat ukur
Mentimun,
blender,
timbangan
kue,
lembar
Skala
-
Dependen
Tekanan darah
sistolik
dan
diastolik pada
penderita
hipertensi
blender.
dengan
observasi
dosis 100
gram dan
100 ml air
mineral
Terjadinya
penurunan
tekanan
darah baik
sistolik
maupun
diastolik.
Tensimeter
digital,
lembar
observasi
Rasio
2.
Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan "sampling" tertentu
untuk bisa memenuhi/mewakili populasi (Nursalam, 2008). Sampel diambil
dengan memperhatikan kriteria inklusi dan eksklusi dari sampel. Kriteria inklusia
adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi yang akan diteliti.
Kriteria inklusi sampel pada penelitian ini adalah : Lansia bersedia untuk diteliti
dan diberi intervensi.
Kriteria eksklusia adalah karakteristik dari subjek penelitian yang tidak diteliti.
Kriteria eksklusi sampel pada penelitian ini adalah :
-
diketahui sebelumnya.
G. Teknik pengumpulan data dan alat ukur penelitian
1. Tehnik pengumpulan data
I.
J.
= 0.05, bila nilai p < 0,1 dan > 0,05 atau p > 0,1 dan > 0,05. Maka H1 ditolak.
Lembar Persetujuan Penelitian (Informed Consent)
Lembar persetujuan diberikan kepada subyek yang akan diteliti dalam hal ini
adalah lansia. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan riset yang dilakukan. Jika
Pada bab ini akan di bahas mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang
dilakukan pada tanggal 24 Oktober 2016-04 November 2016. Data yang akan disajikan
dalam bentuk data umum dan data khusus. Data umum akan mengulas lokasi penelitian,
distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dan usia. Sedangkan data khusus
membahas hasil penelitian.
A. Hasil Penelitian
1. Data Umum
a. Gambaran Umum Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh pemberian jus
mentimun terhadap perubah an tekanan darah sistolik dan diastolik pada lansia
yang mengalami hipertensi di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia di Daerah X
yang terletak dijalan Merdeka No. 19 di Daerah X
Pada rencana penelitian, banyak sampel yang akan digunakan berdasarkan
data pendahuluan tanggal 15 April 2016 yaitu sebanyak 21 responden. Namun
dalam pelaksanaan penelitian yang dilaksanakan
2016-04 Novembert 2016 terjadi perbedaan karena pada penelitian ini telah
melihat data insklusi dan eksklusi dengan sebanyak 20 responden, tahapan pre
perlakuan selama 3 hari; meliputi pemeriksaan tekanan darah kepada responden,
pengukuran tekanan dengan rentan tiga kali sehari (pagi antara jam 8-9, siang
jam 13.00, dan malam 18.00). tahap observasi selama perlakuan tindakan
selama 7 hari: meliputi pemberian jus mentimun pada semua responden untuk
mengetahui pengaruh pemberian nus mentimun terhadap perubahan tekanan
darah sistolik dan diastolik pada penderita hipertensi di UPT Pelayanan Sosial
Lanjut Usia di Daerah X. Pemberian jus mentimun ini diberikan 1 kali sehari
(pada jam 09.00) pemberian jus mentimun ini dengan berta 100 gram dengan
tambahan air mineral 100 ml tanpa gula, kemudian dihancurkan dengan
Jenis Kelamin
20%
Laki-laki
Perempuan
80%
Gambar Diagram pie distribusi responden berdasarkan jenis kelamin lansia yang mengalami
hipertensi di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia di Daerah X tanggal 24 Oktober
2016-04 Novembert 2016.
Berdasarkan Gambar di atas, diperoleh data jumlah responden perempuan
lebih besar dari jumlah responden laki-laki yaitu 4 orang (20%) perempuan.
c. Karakteristik responden berdasarkan usia
Tabel Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia pada lansia yang mengalami
hipertensi
Lanjut Usia di Daerah
X tanggal 24
No
Usiadi UPT Pelayanan Sosial
Frekuensi
Prosentase
Oktober
2016-04
Novembert
2016..
1
60-70 tahun
17
85%
80-90 tahun
Total
3
20
15%
100%
Waktu
pengukuran
2 jam
6 jam
9 jam
S
D
S
D
S
D
S
D
Rata-rata
Tekanan darah
pre perlakuan
161
81
Penurunan
148
77
150
78
159
80
13
4
11
3
2
1
Waktu
pengukuran
1
2
3
4
5
6
7
S
D
S
D
S
D
S
D
S
D
S
D
S
D
S
D
Rata-rata
Tekanan darah
pre perlakuan
161
81
159
78
159
78
158
78
149
80
148
78
151
77
151
75
Penurunan
2
3
2
3
3
3
12
1
13
3
10
4
10
6
Berdasarkan tabel 4.3 di atas, diperoleh data penurunun tekanan darah pada
hari ke 4, hari ke 5, hari ke 6 dan hari ke 7 setelah perlakuan. Pada hari 1-3
terjadi penurunan yang konstan dan terjadi perubahan pada hari ke 4-6 hanya
Tabel : Perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik pada lansia penderita
hipertensi selama penelitian di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia di
Daerah X tanggal 24 Oktober 2016-04 Novembert 2016.
S
D
Rata-rata
Tekanan darah
pre perlakuan
161
81
7
2
Berdasarkan table di atas, diperoleh data ada perbedaan tekanan darah sistolik
dan diastolik pre perlakuan dengan setelah perlakuan.
3. Analisis Data
Hasil analisis uji t secara berpasangan (paired comparison) bertujuan untuk
menunjukkan pengaruh pemberian jus mentimun dengan mencatat perbedaan
antara sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan. Pengaruh pemberian
jus mentimun terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik pada
penderita hipertensi ialah.
a. hasil uji t secara berpasangan (paired comparison) rata-rata tekanan darah pre
perlakuan (sistolik 161 mmHg, diastolik 81 mmHg) dan selama perlakuan jus
mentimun dibatasi oleh jam yaitu pada 2 jam, 6 jam dan 9 jam selama
perlakuan terdapat perbedaan yang sangat signifikan pengaruhnya dan yang
paling besar berpengaruh terhadap tekanan darah sistolik dan diastolik terdapat
pada 2jam setelah perlaakuan. Dengan hasil uji t berpasangan didapatkan sig.
(2-tailed) 0,000 pada tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik
didapatkan sig. (2-tailed) 0,009 dengan nilai = 0,05. Maka terjadi perbedaan
tekanan darah.
b. hasil uji t secara berpasangan (paired comparison) rata-rata tekanan darah pre
perlakuan (sistolik 161 mmHg, diastolik 81 mmHg) dan selama perlakuan jus
mentimun dibatasi oleh hari 1,2,3,4,5,6 dan 7 terdapat variasi data yang
diperoleh, besar pengaruh jus mentimun terhadap tekanan darah terdapat pada
hari ke 4 pada tekanan sistolik, hari ke 5 pada tekanan sistolik dan hari ke 6
pada tekanan sistolik dan diastoliknya. Serta hari ke 7 pada tekanan sistolik dan
diastolik terjadi penurunan. Dengan hasil uji t berpasangan didapatkan pada
hari ke 4 sig. (2-tailed) 0,001 pada tekanan darah sistolik, hari ke 5 sig. (2tailed) 0,000 pada tekanan darah sistolik, hari ke 6 sig. (2-tailed) 0,001 pada
tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik sig. (2-tailed) 0,007, serta
hari ke 7 sig. (2-tailed) 0,042 pada tekanan darah sistolik dan diastolik sig. (2tailed) 0,022 dengan nilai = 0,05. Maka terjadi perbedaan tekanan darah.
c. hasil uji t secara berpasangan (paired comparison) rata-rata tekanan darah pre
perlakuan (sistolik 161 mmHg, diastolik 81 mmHg) dan rata-rata tekanan
darah selama penelitian (sistolik 154 mmHg, diastolik 79 mmHg) terdapat
perbedaan yang signifikan pada tekanan sistolik dan diastolik. Dengan hasil uji
t secara berpasangan didapatkan sig. (2-tailed) 0,003 pada tekanan darah
sistolik dan tekanan darah diastolik sig. (2-tailed) 0,038 dengan nilai = 0,05.
Maka terjadi perbedaan tekanan darah.
B. Pembahasan
1.
Tekanan Darah Lansia Pre Perlakuan dengan Jus mentimun
Dari jumlah 20 lansia yang mengalami hipertensi di UPT PSLU di Daerah X
diperoleh data rata-rata tekanan darah sistolik 161 mmHg dan rata-rata tekanan
darah diastolik 81mmHg.
Menurut Dewi. S & Familia. D, (2010) faktor resiko timbulnya hipertensi ada
2 yaitu: faktor genetik (usia, keturunan, etnis, jenis kelamin), faktor lingkungan
(stres dan beban mental, konsumsi makanan berlebih dan obesitas, merokok,
konsumsi alkohol, kelainan ginjal, kebiasaan minum kopi, kurang olah raga).
Lokasi UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia di Daerah X memang dekat dengan jalan
raya, suara bising kendaraaan dan keramaian begitu mengganggu psikologis dan
pola makan (mengkonsumsi kerupuk yang banyak mengandung NaCl yang cukup
tinggi) lansia begitu kurang terkontrol, sehingga tekanan darah sistolik dan
diastolik tetap tinggi. Sementara itu, lansia yang sering mengkonsumsi makanan
(mengkonsumsi kopi, teh dan merokok) dari luar panti yang menambah beban
2.
tekanan darah sistolik dan diastolik 4,4 dan 2,5 mmHg pada penderita hipertensi
3.
dan 1,8 serta 1,0 mmHg pada orang normal (Saraswati. S, 2009).
Analisa Perbedaan Tekanan Darah Sistolik Dan Diastolik Pre Perlakuan Dan
Selama perlakuan Jus Mentimun
Sebelum pemberian jus mentimun didapatkan data rata-rata tekanan darah
sistolik 161 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastolik 81 mmHg. Dalam uji t-test
paired comparison = 0,05, bila nilai p< 0,1 dan > 0,05 atau p > 0,1 dan >
0,05. Berdasarkan hasil uji SPSS 12.0 dalam penelitian ini menghasilkan nilai
sistolik rata-rata perubahan sebelum dan sesudah pada observasi 2 jam, 6 jam dan 9
jam serta dengan rata-rata setiap hari observasi yang akan dikumpulkan pada hasil
rata-rata pada selama 7 hari perlakuan penelitian dalam hitungan perhari, akhirnya
digabung dari semua hasil dari hasil penelitian pre perlakuan dan selama perlakuan
Pada pre perlakuan dan setelah selama penelitian menghasilkan sistolik rata-rata
perubahan sebelum dan sesudah didapat nilai signifikan p (p value) tekanan darah
sistolik: 0,003/2= 0,0015> = 0,05. nilai signifikan p (p value) tekanan darah
diastolik: 0,038/2= 0,019> = 0,05. Interpretasi: H0 ditolak dan memberikan
kesimpulan secara statistik pada penelitian ini ada perbedaan tekanan darah
sisitolik dan diastolik pada penderita hipertensi di UPT Pelayanan Sosial Lanjut
Usia di Daerah X sebelum dan sesudah diberi jus mentimun.
Perbedaan tekanan darah pre perlakuan dan setelah perlakuan pada penelitian
ini yang dikarena adanya asupan kalium sebesar 260 mmol yang diberikan berupa
jus mentimun. Sehingga secara biologis terjadi peningkatan konsentrasi di dalam
cairan intraseluler sehingga cenderung menarik cairan ekstraseluler dan akan
terjadi penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik. Penurunan tekanan darah
sistolik dan diastolik dengan perlakuan jus mentimun hanya bersifat sementara dan
sangat bervariasi perubahan yang didapat. Sebenarnya hipertensi pada penelitian
ini bisa mencapai pada tekanan yang normal. Dengan tidak terjaganya pola hidup
yang terdapat di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia di Daerah X yang banyak
makanan yang beresiko akan meningkatkan kembali tekanan darah tersebut.
Sehingga terdapat hasil yang sangat bervariasi. Jus mentimun memberikan
kecepatan waktu penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik dengan catatan
menjaga pola hidup yang akan menjadi pencetus terjadinya hipertensi.
Pair 1
sebelum
sesudah
Mean
160.8500
149.1000
N
20
20
Std. Deviation
15.38035
14.51642
Std. Error
Mean
3.43915
3.24597
Pair 1
sebelum &
sesudah
Correlation
Sig.
20
.767
.000
Paired Samples Test
Paired Differences
Pair 1
sebelum sesudah
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Mean
11.75000
10.22831
2.28712
df
Sig. (2-tailed)
5.137
19
.000
16.53700
Pair 1
sebelum
sesudah
Mean
81.4000
77.6000
N
20
20
Std. Deviation
12.05426
8.85794
Std. Error
Mean
2.69542
1.98070
Pair 1
sebelum &
sesudah
Correlation
Sig.
20
.889
.000
Paired Samples Test
Paired Differences
df
Sig. (2-tailed)
2.916
19
.009
Pair 1
sebelum sesudah
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Mean
Lower
Upper
3.80000
5.82734
1.30303
1.07272
6.52728
Pair 1
sebelum
sesudah
Mean
160.8500
151.1000
N
20
20
Std. Deviation
15.38035
15.47800
Std. Error
Mean
3.43915
3.46099
Pair 1
sebelum &
sesudah
Correlation
Sig.
20
.749
.000
Paired Samples Test
Paired Differences
df
Sig. (2-tailed)
3.986
19
.001
Pair 1
sebelum sesudah
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Mean
Lower
Upper
9.75000
10.93943
2.44613
4.63019
14.86981
Pair 1
sebelum
sesudah
Mean
81.4000
78.7000
N
20
20
Std. Deviation
12.05426
11.40222
Std. Error
Mean
2.69542
2.54961
Pair 1
sebelum &
sesudah
Correlation
Sig.
20
.837
.000
Paired Samples Test
Paired Differences
df
Sig. (2-tailed)
1.797
19
.088
Pair 1
sebelum sesudah
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Mean
Lower
Upper
2.70000
6.72075
1.50280
-.44541
5.84541
Pair 1
sebelum
sesudah
Mean
160.8500
160.1000
N
20
20
Std. Deviation
15.38035
21.10101
Std. Error
Mean
3.43915
4.71833
Pair 1
sebelum &
sesudah
Correlation
Sig.
20
.804
.000
Paired Samples Test
Paired Differences
df
Sig. (2-tailed)
.265
19
.794
Pair 1
sebelum sesudah
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Mean
Lower
Upper
.75000
12.65275
2.82924
-5.17167
6.67167
Pair 1
sebelum
sesudah
Mean
81.4000
80.7500
N
20
20
Std. Deviation
12.05426
14.17884
Std. Error
Mean
2.69542
3.17048
Pair 1
sebelum &
sesudah
Correlation
Sig.
20
.909
.000
df
Sig. (2-tailed)
.487
19
.632
Pair 1
sebelum sesudah
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Mean
Lower
Upper
.65000
5.96724
1.33431
-2.14275
3.44275
Pair 1
sebelum
sesudah
Mean
160.8500
159.8500
N
20
20
Std. Deviation
15.38035
15.79898
Std. Error
Mean
3.43915
3.53276
Pair 1
sebelum &
sesudah
Correlation
Sig.
20
.636
.003
df
Sig. (2-tailed)
.336
19
.740
Pair 1
sebelum sesudah
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Mean
Lower
Upper
1.00000
13.29820
2.97357
-5.22375
7.22375
Pair 1
sebelum
sesudah
Mean
81.4000
78.6000
N
20
20
Std. Deviation
12.05426
12.53374
Std. Error
Mean
2.69542
2.80263
Pair 1
sebelum &
sesudah
Correlation
Sig.
20
.903
.000
df
Sig. (2-tailed)
2.304
19
.033
Pair 1
sebelum sesudah
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Mean
Lower
Upper
2.80000
5.43478
1.21525
.25644
5.34356
Pair 1
sebelum
sesudah
Mean
160.8500
158.9500
N
20
20
Std. Deviation
15.38035
22.81614
Std. Error
Mean
3.43915
5.10184
Pair 1
sebelum &
sesudah
Paired Samples Test
Correlation
Sig.
20
.867
.000
Paired Differences
df
Sig. (2-tailed)
.698
19
.494
Pair 1
sebelum sesudah
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Mean
Lower
Upper
1.90000
12.17806
2.72310
-3.79951
7.59951
Pair 1
sebelum
sesudah
Mean
81.4000
78.6500
N
20
20
Std. Deviation
12.05426
11.71268
Std. Error
Mean
2.69542
2.61903
Pair 1
sebelum &
sesudah
Correlation
Sig.
20
.858
.000
df
Sig. (2-tailed)
1.940
19
.067
Pair 1
sebelum sesudah
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Mean
Lower
Upper
2.75000
6.34014
1.41770
-.21728
5.71728
Pair 1
sebelum
sesudah
Mean
160.8500
157.4500
N
20
20
Std. Deviation
15.38035
21.98199
Std. Error
Mean
3.43915
4.91532
Pair 1
sebelum &
sesudah
Correlation
Sig.
20
.698
.001
df
Sig. (2-tailed)
.966
19
.346
Pair 1
sebelum sesudah
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Mean
Lower
Upper
3.40000
15.74601
3.52091
-3.96936
10.76936
Pair 1
sebelum
sesudah
Mean
81.4000
78.7500
N
20
20
Std. Deviation
12.05426
13.43944
Std. Error
Mean
2.69542
3.00515
Pair 1
sebelum &
sesudah
Correlation
Sig.
20
.809
.000
df
Sig. (2-tailed)
1.484
19
.154
Pair 1
sebelum sesudah
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Mean
Lower
Upper
2.65000
7.98864
1.78631
-1.08880
6.38880
Pair 1
sebelum
sesudah
Mean
160.8500
149.2500
N
20
20
Std. Deviation
15.38035
14.62109
Std. Error
Mean
3.43915
3.26938
Pair 1
sebelum &
sesudah
Correlation
Sig.
20
.570
.009
df
Sig. (2-tailed)
3.725
19
.001
Pair 1
sebelum sesudah
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Mean
Lower
Upper
11.60000
13.92612
3.11398
5.08237
18.11763
Pair 1
sebelum
sesudah
Mean
81.4000
80.9500
N
20
20
Std. Deviation
12.05426
8.33809
Std. Error
Mean
2.69542
1.86445
Pair 1
sebelum &
sesudah
Correlation
Sig.
20
.518
.019
df
Sig. (2-tailed)
.191
19
.850
Pair 1
sebelum sesudah
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Mean
Lower
Upper
.45000
10.52553
2.35358
-4.47610
5.37610
Pair 1
sebelum
sesudah
Mean
160.8500
148.0000
N
20
20
Std. Deviation
15.38035
20.13376
Std. Error
Mean
3.43915
4.50205
Pair 1
sebelum &
sesudah
Correlation
Sig.
20
.780
.000
df
Sig. (2-tailed)
4.556
19
.000
Pair 1
sebelum sesudah
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Mean
Lower
Upper
12.85000
12.61275
2.82030
6.94705
18.75295
Pair 1
sebelum
sesudah
Mean
81.4000
77.9500
N
20
20
Std. Deviation
12.05426
13.25251
Std. Error
Mean
2.69542
2.96335
Pair 1
sebelum &
sesudah
Correlation
Sig.
20
.715
.000
df
Sig. (2-tailed)
1.604
19
.125
Pair 1
sebelum sesudah
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Mean
Lower
Upper
3.45000
9.62166
2.15147
-1.05307
7.95307
Pair 1
sebelum
sesudah
Mean
160.8500
150.0500
N
20
20
Std. Deviation
15.38035
16.97204
Std. Error
Mean
3.43915
3.79506
Pair 1
sebelum &
sesudah
Correlation
Sig.
20
.717
.000
df
Sig. (2-tailed)
3.939
19
.001
Pair 1
sebelum sesudah
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Mean
Lower
Upper
10.80000
12.26291
2.74207
5.06078
16.53922
Pair 1
sebelum
sesudah
Mean
81.4000
76.4000
N
20
20
Std. Deviation
12.05426
11.40821
Std. Error
Mean
2.69542
2.55095
Pair 1
sebelum &
sesudah
Correlation
Sig.
20
.802
.000
df
Sig. (2-tailed)
3.019
19
.007
Pair 1
sebelum sesudah
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Mean
Lower
Upper
5.00000
7.40555
1.65593
1.53410
8.46590
Pair 1
sebelum
sesudah
Mean
160.8500
152.9000
N
20
20
Std. Deviation
15.38035
18.49580
Std. Error
Mean
3.43915
4.13579
Pair 1
sebelum &
sesudah
Correlation
Sig.
20
.549
.012
df
Sig. (2-tailed)
2.179
19
.042
Pair 1
sebelum sesudah
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Mean
Lower
Upper
7.95000
16.31427
3.64798
.31469
15.58531
Pair 1
sebelum
sesudah
Mean
81.4000
76.7000
N
20
20
Std. Deviation
12.05426
8.90949
Std. Error
Mean
2.69542
1.99222
Pair 1
sebelum &
sesudah
Correlation
Sig.
20
.715
.000
df
Sig. (2-tailed)
2.492
19
.022
Pair 1
sebelum sesudah
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Mean
Lower
Upper
4.70000
8.43614
1.88638
.75177
8.64823
Pair 1
sebelum
sesudah
Mean
160.8500
153.4500
N
20
20
Std. Deviation
15.38035
16.27874
Std. Error
Mean
3.43915
3.64004
Pair 1
sebelum &
sesudah
Correlation
Sig.
20
.807
.000
df
Sig. (2-tailed)
3.355
19
.003
Pair 1
sebelum sesudah
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Mean
Lower
Upper
7.40000
9.86434
2.20573
2.78335
12.01665
Pair 1
sebelum
sesudah
Mean
81.4000
78.9500
N
20
20
Std. Deviation
12.05426
11.15666
Std. Error
Mean
2.69542
2.49470
Pair 1
sebelum &
sesudah
Correlation
Sig.
20
.913
.000
df
Sig. (2-tailed)
2.229
19
.038
Pair 1
sebelum sesudah
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Mean
Lower
Upper
2.45000
4.91480
1.09898
.14980
4.75020
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier. S, (2009). PRINSIP-PRINSIP ILMU GIZI. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, Januari.
Amran Y dkk, (2010). Pengaruh Tambahan Asupan Kalium Dari Diet Terhadap
Penurunan Hipertensi Sistolik dan Diatolik Tingkat Sedang Pada Lanjut Usia.
Artikel Penelitian: Universitas Islam Negeri Syarif Hasanuddin Jakarta.
Aphrodita. M, (2010). Terapi JUS BUAH & SAYUR. Kata Hati: Jogjakarta, Februari.
Brunner & Suddarth, (2001). KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH, Edisi 8. EGC:
Jakarta.
Darmojo. B, (2001). Mengamati Perjalanan Epidemiologi Hipertensi Di Indonesia.
Medika, Juli.
Dewi. S & Familia. D, (2010). HIDUP BAHAGIA dengan HIPERTENSI. A Plus:
Jogjakarta, Februari.
Elson. (2011)Tetap Sehat Dengan Nutrisi. M. (www.healthy.net/scr/article.aspx?
id=2067. Diakses pada tanggal 02 Desember 2011. Pukul 10.00 Wib).
Guyton & Hall, (2007). Buku ajar fisiologi kedokteran.edisi 11. Jakarta: EGC.
Isnaini. M, (2009). Pengobatan Berbagai Penyakit Memanfaatkan Sayuran di Sekitar
Kita, Cetakan pertama. Kreasi Wacana: Bantul, Oktober.
Khomsah,
2012.
http://www.infopenyakit.com/2008/01/penyakit-darah-tinggihipertensi.html. diakses pada tanggal 06 Februari 2012. Pukul 11.30 Wib.
Kurniawan. A, 2012. Gizi.depkes.go.id/makalah/gizi seimbang.untuk hipertensi.PDF.
diakses pada tanggal 06 Februari 2012. Pukul 11.27 Wib.
Maulana. M, (2008). Penyakit Jantung, Pengertian, Penanganan dan Pengobatan. Kata
Hati: Jogjakarta, April.
Nirmala, 2008. dalam http://www.cybermed.cbn.net.id. Diakses pada tanggal 06
Februari 2012. Pukul 20.25 Wib.
Notoatmodjo. S, (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi. Jakarta:
Rineka Cipta.
Nursalam, (2003). Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam,
(2008).
Konsep
dan
Perencanaan
Metodologi
Penelitian
Ilmu