Oleh:
Widya Melianita 17360158
Perseptor:
dr. Bambang Kurniawan, Sp. OG
Oleh:
Widya Melianita 17360158
Perseptor:
dr. Bambang Kurniawan, Sp. OG
ABSTRAK
Tujuan. Untuk meneliti faktor – faktor yang berkaitan dengan plasenta previa
Metode. Penelitiann ini berupa penelitian kohort retrospektif yang dilakukan pada
perempuan yang menjalani sectio caesarea (SC) untuk plasenta previa mayor di
rumah sakit pendidikan tersier dari bulan Januari 2007 hingga Desember 2013.
Hasil. Dari 243 pasien dengan plasenta previa mayor, sebanyak 56 pasien (23.0%)
Faktor – faktor yang berkaitan dengan plasenta previa pada primigravida adalah
= 0.03) dengan jumlah perdarahan yang lebih banyak (P = 0.04). Sebagian besar
primigravida mengalami plasenta previa posterior tipe II atau tipe III. Untuk
outcome neonatus, skor Apgar pada menit pertama secara signifikan lebih rendah
dan mortalitas lebih tinggi. Identifikasi faktor risiko yang berpotensi pada
1. PENDAHULUAN
Lumpur, Malaysia, 4% dari jumlah total operasi caesar dilakukan untuk plasenta
praevia.
dengan hasil maternal yang buruk serta hasil neonatal2. Studi telah melaporkan
histerektomi peripartum darurat dalam beberapa tahun terakhir telah berubah dari
atonia uterus tradisional ke plasentasi abnormal yang kini menjadi indikasi umum
karena jumlah ibu hamil dengan bekas caesar yang lebih tinggi. Plasenta praevia
tetap merupakan faktor risiko untuk berbagai komplikasi maternal. Ada kejadian
perdarahan postpartum (PPH) yang lebih tinggi dan transfusi darah pada wanita
Apgar skor kurang dari 78. Studi juga menunjukkan bahwa ada penerimaan yang
lebih tinggi ke unit perawatan intensif neonatal, kelahiran mati dan kematian8,9.
Patofisiologi yang tepat dari plasenta praevia tidak diketahui, namun
jaringan parut rahim mungkin bertanggung jawab atas implantasi abnormal ini.
Usia ibu yang terganggu, paritas yang lebih tinggi, persalinan sesarea, kuretase
sebelumnya, riwayat plasenta praevia, dan rahim abnormal telah dikaitkan dengan
melaporkan kejadian plasenta praevia yang lebih tinggi pada pasien endometriosis
2. METODE PENELITIAN
terkait dan hasil kehamilan pada primigravida dengan plasenta praevia mayor.
Kriteria inklusi adalah semua wanita yang menjalani operasi caesar untuk plasenta
praevia mayor di Departemen Obstetri dan Ginekologi, Pusat UKM Medical, dari
Januari 2007 sampai Desember 2013. Kriteria eksklusi adalah wanita dengan
catatan medis yang hilang. Semua prosedur operasi yang dilakukan di pusat kami
caesar untuk plasenta mayor mayor diperoleh dari buku rekam medis. Dengan
menggunakan nomor registrasi rumah sakit, catatan medis dari wanita-wanita ini
diambil dari kantor kasir. Catatan medis ditinjau untuk data demografis, temuan
data.
Studi ini disetujui oleh dewan peninjau etik dari Pusat Kesehatan UKM,
Malaysia.
disajikan sebagai sarana untuk variabel dan persentase kontinyu untuk variabel
kategoris. Variabel kontinyu dianalisis dan dibandingkan dengan uji using Siswa.
3. HASIL
dalam catatan kamar operasi; namun hanya 243 rekam medis yang dapat ditinjau.
Dari 243 perempuan yang didiagnosis dengan plasenta previa mayor, sebanyak 56
merupakan nonprimigravida.
Tabel 1. Data sosiodemografik primigravida dan nonprimigravida dengan
plasenta previa mayor
Primigravida Nonprimigravida 𝑃 value
𝑁 = 56 𝑁 = 187
Umur (tahun) 30.44 ± 3.48 33.82 ± 4.47 0.020a
previa mayor ditunjukkan dalam Tabel 1. Primigravida berusia lebih muda dan
Populasi etnis di Malaysia terdiri dari Melayu (60%), Cina (20%), India (10%)
dan lain – lain (10%). Mayoritas populasi sampel merupakan etnis Melayu (70%),
diikuti oleh etnis Cina (24%), lainnya (4%), dan India (1%). Hal ini serupa dengan
populasi umum di Malaysia. Tidak ada perbedaan dalam etnisitas, pekerjaan dan
konsepsi buatan yang lebih tinggi secara signifikan (8.9% versus 2.1%) dan
33% nonprimigravia memiliki riwayat jaringan parut dan 28% pernah menjalani
kuretase.
antepartum (%)
primigravidas mengalami plasenta previa letak posterior tipe II atau tipe III. Kadar
perempuan, sebanyak 7 orang memiliki tanda plasenta akreta yang sangat sugestif
pada MRI.
Klasik 0 2 (1.1)
B-lynch suture 0 0
Embolization 0 1 1.000b
Hysterectomy 0 6 0.386b
hemoglobin pascaoperatif serupa antara kedua kelompok. Tidak ada kematian ibu
melahirkan bayi perempuan. Skor Apgar dalam menit pertama secara signifikan
(7.89 ± 1.72 versus 8.39 ± 1.28). Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam berat
badan, skor Apgar pada menit kelima, pH tali pusat, rawatan di NICU, dan
4. DISKUSI
mortalitas berat pada ibu dan outcome neonatus yang buruk. Etiologi pasti
plasenta previa masih belum diketahui. Namun, jaringan parut pada uterus diduga
menjadi penyebab dasar plasenta previa. Hingga saat ini, data mengenai
kehamilan.
Menariknya, penelitian ini menemukan insidensi konsepsi buatan dan
endometriosis yang lebih tinggi pada primigravida dengan plasenta previa. Dari
yang lebih tinggi pada perempuang yang hamil setelah menjalani artificial
previa enam kali lebih tinggi pada perempuan yang menjalani terapi ART
diduga menjadi penjelasan untuk tingginya angka kejadian plasenta previa setelah
IVF/ICSI. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Baba et al. melaporkan bahwa
untuk meletakkan embrio pada bagian bawah rongga uterus, dimana beberapa
penelitian melaporkan outcome yang lebih baik pada deposisi embrio dengan
previa yang serupa setelah IVF/ICSI dan gamete intrafallopian transfer (GIFT).
Temuan ini menunjukkan bahwa transfer embrio transervikal lebih jarang menjadi
Hal ini dapat menjelaskan proses terjadinya implantasi pada rongga uterus bagian
tinggi pada pasien dengan endometriosis yang berhasil hamil dengan terapi ART
berbagai faktor dan marker reseptivitas selama masa implantasi. Setelah ovulasi,
posterior dan juga prevalensi plasenta akreta yang lebih rendah. Selain itu,
perdarahan intraoperatif.
riwayat dilatasi dan kuretase. Sectio caesarea serta dilatasi dan kuretase telah
dilaporkan terjadi dalam jumlah yang lebih banyak pada plasenta dengan letak
Risiko plasenta akreta lebih tinggi pada perempuan dengan plasenta previa
yang memiliki riwayat persalinan SC. Hal ini dapat dijelaskan oleh implantasi
plasenta pada jaringan parut, didukung oleh teori yang menyebutkan bahwa
uterus. Dua perempuan lainnya membutuhkan insersi balon Bakri dan ligasi arteri
iliaka internal untuk atonia uterus. Outcome ibu lainnya antara primigravida dan
signifikan kecuali Apgar skor. Apgar skor dalam menit pertama yang lebih tinggi
Persalinan bayi jauh lebih mudah dengan lokalisasi plasenta di posterior, karena
prevalensi hipoksia janin dan anemia pada primigravida. Selain itu, SC dilakukan
pada usia kehamilan yang lebih lanjut pada primigravida, sehingga menurunkan
dokumentasi dan tidak menyertakan bias yang mungkin muncul. Penelitian ini
buatan pada primigravida dengan plasenta previa hanya dapat dipelajari oleh
meneliti hubungan antara kedua hal tersebut. Penelitian tersebut terfokus pada
pemeriksaan status metilasi promoter uPA dan kadar ekspresi uPA ada plasenta
plasenta previa posterior tipe II atau tipe III. Skor Apgar dalam menit pertama
dokter dalam identifikasi pasien yang memiliki risiko morbiditas dan mortalitas
yang lebih tinggi. Identifikasi faktor risiko yang berpotensi pada primigravida
10. Y. Oyelese and J. C. Smulian, “Placenta previa, placenta accreta, and vasa
previa,” Obstetrics and Gynecology, vol. 107, no. 4, pp. 927–941, 2006.
11. D. L. Healy, S. Breheny, J. Halliday et al., “Prevalence and risk factors for
obstetric haemorrhage in 6730 singleton births after assisted reproductive
technology in Victoria Australia,” HumanReproduction, vol. 25, no. 1, pp.
265–274, 2010.