Oleh :
NURUL LATIFATUL AZIZ
NIM : 201503082
Oleh :
NURUL LATIFATUL AZIZ
NIM : 201503082
ii
iii
iv
PERSEMBAHAN
Puji Syukur Alhamdulillah atas nikmat dan shalawat pada Nabi Muhammad
SAW. Teriring do’a dan dzikir penuh Khauf dan Roja’ kepada Allah SWT,
sebagai penuntut ilmu atas seruan-Nya dan atas segala Ridho-Nya yang telah
memberiku kekuatan dan senantiasa mengiringi dalam setiap langkahku. skripsi
ini saya persembahkan untuk :
1. Ayahanda tercinta dan Ibunda tersayang yang telah menorehkan segala kasih
sayangnya dengan penuh rasa ketulusan yang tidak kenal lelah dan batas
waktu, yang selalu mendukungku, memberiku motivasi dalam segala hal serta
memberikan kasih sayang yang teramat besar, juga selalu mengerti semua
keluh kesahku.
2. Ibu Avicena Sakufa Marsanti, S.KM.,M.Kes, yang saya sayangi selaku dosen
pembimbing yang selama delapan semester memberikan ilmu di bidang
kesehatan lingkungan.
3. Ibu Riska Ratnawati, S.KM., M.Kes, yang saya sayangi selaku dosen
pembimbing yang senantiasa dengan sabar membimbing saya mengerjakan
skripsi ini sampai selesai.
4. Segenap dosen yang telah mengajarkan saya selama delapan semester di
Kesehatan Masyarakat yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima
kasih atas ilmu yang telah diberikan.
5. Teman-temanku yang sama-sama berjuang, memberi semangat dalam
terselesaikannya skripsi ini.
6. Semua pihak yang sudah membantu terselesaikannya skripsi ini dan tidak
bisa saya sebutkan satu persatu.
7. Almamaterku tercinta STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
vii
KATA PENGANTAR
viii
6. Keluarga tercinta yang telah memberikan do’a, nasehat-nasehat dan semangat
yang tiada hentinya.
7. Sahabat-sahabat dan teman-teman Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat
angkatan 2015 atas kerja sama dan motivasinya yang selalu menyemangati
disaat semangat penulis mulai goyah dan selalu menemani disaat suka dan
duka.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuan
dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan sehingga diharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan penelitian ini. Akhirnya penulis berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan kita semua.
ix
Program Studi Kesehatan Masyarakat
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
2019
ABSTRAK
x
Public Health Study Program
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
2019
ABSTRACT
xi
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................... 6
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................. 6
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................. 6
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................... 6
1.5 Keaslian Penelitian ...................................................................... 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) ..................................... 10
2.1.1 Pengertian ISPA .............................................................. 10
2.1.2 Penyebab terjadinya ISPA ............................................... 10
2.1.3 Klasifikasi ISPA .............................................................. 11
2.1.4 Epidemiologi ISPA .......................................................... 12
2.1.5 Tanda dan gejala ISPA .................................................... 14
2.1.6 Cara Penularan ................................................................ 14
2.1.7 Pencegahan ISPA ............................................................ 15
2.1.8 Pengobatan ISPA ............................................................. 15
2.2 Faktor Resiko ISPA ................................................................... 17
2.2.1 Faktor Host ...................................................................... 17
2.2.2 Faktor Agent ................................................................... 18
2.3 Konsep Rumah Sehat ................................................................. 19
2.3.1 Pegertian Rumah Sehat .................................................... 19
2.3.2 Komponen Fisik Rumah Sehat ....................................... 22
2.4 Kerangka Teori ............................................................................ 27
xii
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual .................................................................. 28
3.2 Hipotesis Penelitian ..................................................................... 29
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ......................................................................... 30
4.2 Populasi dan Sampel.................................................................... 31
4.2.1 Populasi ........................................................................... 31
4.2.2 Sampel ............................................................................. 32
4.2.3 Besar Sampel ................................................................... 34
4.3 Teknik Pengambilan Sampling.................................................... 35
4.4 Kerangka Kerja Penelitian ........................................................... 36
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel............... 37
4.5.1 Identifikasi Variabel ........................................................ 37
4.5.2 Definisi Operasional Variabel ......................................... 37
4.6 Instrumen Penelitian .................................................................... 40
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 41
4.8 Jenis Data..................................................................................... 41
4.9 Analisa Data ................................................................................ 42
4.10 Analisis Univariat ........................................................................ 43
4.11 Analisis Bivariat .......................................................................... 44
4.12 Etika Penelitian ............................................................................ 46
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................... 48
5.2 Keadaan Demografi ..................................................................... 49
5.3 Karakteristik Responden ............................................................ 50
5.4 Hasil Penelitian ........................................................................... 52
5.4.1 Hasil Analisis Univariat ................................................... 52
5.4.2 Hasil Analisis Bivariat ..................................................... 55
5.5 Pembahasan ................................................................................ 60
5.6 Keterbatasan Penelitian ............................................................... 69
BAB 6 PENUTUP
6.1 Kesimpulan .................................................................................. 70
6.2 Saran ............................................................................................ 71
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
DAFTAR SINGKATAN
xvii
BAB 1
PENDAHULUAN
para ahli daya tahan tubuh anak sangat berbeda dengan orang dewasa yang
dalam satu rumah anggota keluarga terkena penyakit menular seperti batuk
pilek, balita akan lebih mudah tertular. Dengan kondisi anak yang lemah,
pada balita , antara lain phbs ibu yang buruk dan lingkungan fisik rumah
1
2
2006).
miliar dan kematian sebanyak 4 juta orang per tahun. Tingkat mortalitas
penyakit ISPA sangat tinggi pada balita, anak-anak, dan orang lanjut usia
pertama sebanyak 25.000 jiwa se-Asia Tenggara pada tahun 2015 (WHO,
2016).
berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit
akut lebih difokuskan pada penemuan dini dan tatalaksana kasus yang
cepat dan tepat terhadap penderita ISPA balita yang ditemukan. Jumlah
balita penderita ISPA di Indonesia yang dilaporkan pada tahun 2016 yaitu
12.087 Balita atau 27,3% dari jumlah perkiraan kasus ISPA pada balita.
Gejala ISPA sukar dikenali oleh orang awam maupun tenaga kesehatan
di dalam hasil Riskesdas 2018 sebesar 6%, dan dari data yang sama
ISPA pada balita tahun 2018 sebanyak 3.694. ISPA di Kabupaten Ngawi
desa, dari 5 desa tersebut kasus ISPA tertinggi ada di Desa Guyung,
widodaren, 2018).
jumlah penderita ISPA yang ditemukan dan di tangani pada tahun 2016
sebesar 12.087 kasus, dan turun di tahun 2017 sebesar 6.560 kasus (Profil
dalam dua tahun terkahir, pada tahun 2017 terdapat 458 kasus dari 837
jumlah balita keseluruhan, di tahun 2018 dengan 670 kasus dari 950
Pada tahun 2018 jumlah penderita ISPA mengalami kenaikan dari tahun
dari 5 desa tersebut kasus ISPA balita tertinggi ada di desa guyung, dengan
2018).
hunian rumah. Faktor individu anak meliputi umur anak, berat badan
ISPA di keluarga baik yang dilakukan oleh ibu ataupun anggota keluarga
nyamuk bakar dalam rumah akan menghasilkan asap atau bau yang
fisik rumah seperti luas ventilasi rumah, jenis lantai, jenis dinding,
Gerih
Kabupaten Ngawi.
Kabupaten Ngawi.
Perbedaan
No
Peneliti Terdahulu Peneliti Sekarang
1 Nama Nur Huda, 2015 Patmawati Gita Nurina Nurul Latifatul
peneliti Dongky Dan Ramadhaniyanti Aziz, 2019
Kadrianti,2015 , 2013
2 Judul Hubungan Faktor risiko Faktor-Faktor Hubungan
Antara Kondisi lingkungn fisik Risiko Lingkungan Fisik
Lingkungan rumah dengan Lingkungan Rumah Dengan
Rumah Dan kejadian ispa Rumah Dan Kejadian ISPA
Perilaku balita di Perilaku Yang Pada Balita di
Merokok kelurahan Berhubungan desa Guyung
Anggota polewali mandar Dengan Kecamatan Gerih
Keluarga Kejadian Kabupaten
8
Perbedaan
No
Peneliti Terdahulu Peneliti Sekarang
Dengan Infeksi Saluran Ngawi.
Kejadian ISPA Pernafasan Akut
Pada Balita Di (ISPA) Pada
Kelurahan Balita Di
Wonolopo Kelurahan
Kuningan
Kecamatan
Semarang Utara
3 Metode Survey analitik Survey analitik Penelitian Menggunakan
dengan dengan Eksplanatori case control
rancangan cross rancangan cross (Explanatory
sectional study sectional study Research)
dengan
rancangan
penelitian Cross
Sectional
4 Variabel Variabel bebas: Variabel bebas: Variabel bebas: Variabel bebas:
kondisi fisik Ventilasi dan kepadatan luas ventilasi
lingkungan dan kepadatan hunian rumah, jenis
perlaku hunian kamar tidur lantai, jenis
merokok balita, luas dinding ,
kelurga ventilasi kepadatan hunian
rumah, kamar,
kelembaban kepemilikan
udara kamar lubang asap
tidur balita, dapur,
kebiasaan penggunaan obat
anggota nyamuk bakar
keluarga dalam rumah.
merokok di
dalam rumah,
kebiasaan
menggunakan
obat
nyamuk bakar,
dan kebiasaan
keberadaan
balita di dapur
saat
sedang
memasak
Variabel Variabel Variabel Variabel terikat:
terikat: terikat: terikat:
penderita ISPA penderita ISPA penderita ISPA Lingkungan Fisik
Rumah
5 Hasil Ada pengaruh Ada hubungan Ada pengaruh
kepadatan antara luas ventilasi
hunian dengan kepadatan rumah dengan
kejadian ISPA hunian (p kejadian
(H0 ditolak =0,017) dengan ISPA p=0,041
dengan nilai p= kejadian ISPA
0,005) pada balita Ada pengaruh
Ada hubungan anggota
9
Perbedaan
No
Peneliti Terdahulu Peneliti Sekarang
pencahayaan keluarga yang
alami kamar merokok
dengan kejadian dengan kejadian
ISPA (H0 ISPA p=0,014
ditolak dengan
nilai p= 0,012)
Ada hubungan
kelembapan
alami kamar
dengan kejadian
ISPA (H0
ditolak dengan
nilai p= 0,366)
dilakukan adalah:
TINJAUAN PUSTAKA
dari penyakit ini antara lain: sakit tenggorokan, beringus (rinorea), batuk,
pilek, sakit kepala, mata merah, suhu tubuh meningkat 4-7 hari lamanya
(Mumpuni, 2016).
cepat sembuh dengan sendirinya dalam waktu suhu sampai dua minggu,
Penyebab ISPA terdiri dari bakteri, virus, jamur, dan aspirasi. Bakteri
10
11
Infeksi yang menyerang mulai ari bagian epiglottis atau laring sampai
pneumonia.
kejang, rasa kantuk, yang tidak wajar atau sulit bangun, stridor
pada anak yang tenang, mengi, demam (38°C atau lebih) atau
kali atau lebih per menit, penarikan dinding dada berat, sianosis
abdomen tegang.
12
dari 60 kali per menit dan tidak terdapat tanda pneumonia seperti
di atas.
dapat minum.
masyarat yang utama, hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan
dan kematian pada bayi dan balita karena ISPA. Di Negara maju, angka
13
kejadian ISPA mencapai 50% dari semua penyakit yang diderita anak-
anak yang berusia dibawah 5 tahun dan 30% dari semua penyakit yang di
beberapa hal:
1. Umur penderita
bermakna terhadap insiden ISPA (musim hujan 56% dan kemarau 44%)
(Kartasasmita, 1993).
14
ditandai dengan adanya batuk dan atau kesukaran bernapas disertai adanya
kesukaran pernafasan disertai nafas sesak atau tarikan dinding dada bagian
bawah kedalam (chest indrawing) pada anak usia 2 bulan sampai kurang 5
berat ditandai dengan adanya nafas cepat (fast breathing) dimana frekuensi
nafas 60 kali permenit atau lebih, dan atau adanya tarikan yang kuat
conditioner), droplet dan melalui tangan yang dapat menjadi jalan masuk
penyakit
4. Menjauhkan bayi, balita dan anak dari asap rokok, tembakau, dan
menderita ISPA
Pengobatan ISPA pada bayi, balita dan anak secara umum bias
obat yang sifatnya aman dan alami pada balita, sedangkan bayi sebaiknya
segera dibawa ke dokter. Jika demam, bayi yang berusia 2 bulan segera
16
makanan yang bergizi, balita perlu diberikan makanan sedikit demi sedikit,
tetapi rutin dan berulang, sedangkan untuk bayi yang masih menyusui
dibutuhkan ASI ekslusif dari ibu. Agar penderita ISPA tidak kekurangan
cairan, berilah air yang lebih banyak dari biasanya baik air putih maupun
1. ISPA yang disebabkan oleh alergi: cara yang paling tepat dengan
alergi tersebut.
3. ISPA disebabkan oleh bakteri dan jamur: ISPA jenis ini memerlukan
anak rentan menjadi sakit atau sakitnya menjadi berat. Factor risiko yang
antara lain:
1. Jenis kelamin
wanita sejak bayi hingga dewasa memeliki daya dahan lebih kuat
dibandingkan laki-laki, baik itu daya tahan akan rasa sakit dan daya tahan
penyakit dan cacat dibandingkan wanita. Selain itu, secara neurologis anak
2. Status Imunisasi
Notoadmojo, 2011).
3. Umur
(Chandra, 2011). Menurut Dian Fitria (2013) kejadian ISPA atas lebih
sering terjadi pada anak berusia 2-5 tahun karena pada usia tersebut anak
ISPA.
4. Status Gizi
merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap orang tua. Asupan
gizi yang kurang merupakan resiko untuk kejadian dan kematian balita
Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi
mengganti dengan makanan atau minuman lain (kecuali obat, vitamin, dan
mengandung protein untuk daya tahan tubuh dan pembunuh kuman dalam
2008).
jasmani dan rohani bagi anggota keluarga dan rumah sebagai tempat
dimulai dari rumah, untuk itu rumah dan pengaturannya harus memenuhi
bahwa mendirikan rumah adalah bukan sekedar berdiri pada saat itu
Daryanto 2015).
1. Bahan bangunan
dan juga tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan
d. Kelembapan 60%
digunbakan lebih dari 2 orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali
lingkungan rumah.
dalam pertumbuhannya.
normal.
a. Vector penyakit
b. Air
c. Limbah
dalam rumah
1. Ventilasi
sejuk.
lebih dari satu sama dengan 10% dari luas lantai rumah,
lantai rumah.
2. Pencahayaan
misalnya baksil TBC. Oleh karena itu, rumah yang sehat harus
3. Jenis Lantai
Saat ini, ada berbagai jenis lantai rumah. Lantai rumah dari semen
atau ubin, keramik, atau cukup tanah biasa dipadatkan. Syarat yang
penting disini adalah tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak
becek pada musim hujan. Lantai yang basah dan berdebu merupakan
sarang penyakit.
4. Jenis Dinding
dan kulit serta selaput lender, selanjutnya apabila zat pencemar dapat
alat pernapasan
1. Jenis kelamin
. 2. Status imunisasi
Host 3. Umur
(manusia) 4. Status gizi
5. Pemberian ASI eksklusif
Faktor agent
Bakteri
Kejadian ISPA pada balita
Streptococcus,
Staphylococcus,
Haemophilus
Luas Ventilasi
Lingkungan
Kepadatan Hunian
(environment)
Penggunaan Obat
Bakar Nyamuk
Kepemilikan Lubang
Asap
Jenis Lantai
Jenis Dinding
Luas ventilasi
Kepadatan hunian
Jenis lantai
Jenis dinding
: : Variabel di teliti
: Mempengaruhi
28
29
tinjauan pustaka, dan kerangka konseptual, maka dalam penelitian ini dapat
ISPA
METODE PENELITIAN
Faktor risiko +
Retrospektif Efek +
(Kasus)
Faktor risiko -
Populasi
(Sampel)
Faktor risiko +
Retrospektif Efek -
(Kontrol)
Faktor risiko -
3. Identifikasi kasus.
30
31
4.2.1 Populasi
(Sugiyono, 2011). Populasi dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu:
1. Populasi Target
2. Populasi Studi
Populasi studi dalam penelitian ini yaitu semua penderita ISPA pada
a. Kasus
2018).
b. Kontrol
4.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang
ini terdiri dari dua kelompok, yaitu: sampel kelompok kasus dan sampel
kelompok kontrol.
1. Sampel Kasus
pengambilan data.
26 balita.
2. Sampel Kontrol
pengambilan data.
balita.
𝑍1−𝛼 2
2 [𝑃 1 − 𝑃 + 𝑍 1−𝛽 𝑃 1 1 − 𝑃 1 + 𝑃 2 1 − 𝑃 2 ²
𝑁=
(𝑃 1 − 𝑃 2 )²
Keterangan :
𝑍1−𝛼 = deviat baku alfa, nilai 1,96 (nilai 𝑍𝛼 pada CI 95%, 𝛼 = 0,05)
2
𝑍1−𝛼 2
2 [𝑃 1 − 𝑃 + 𝑍 1−𝛽 𝑃 1 1 − 𝑃 1 + 𝑃 2 1 − 𝑃 2 ²
𝑁=
(𝑃 1 − 𝑃 2 )²
1.96 2 [0.46 1− 0.46 + 0.84 0.725 1− 0.725 + 0.46 1− 0.46 ²
n= (0.725− 0.46)²
1.7576
n =
0.07
n =25,1dibulatkan menjadi 26
kaleng
36
Populasi
Seluruh ibu rumah tangga yang memiliki balita di Desa Guyung
Sampel
52balita, dengan perbandingan 1:1, 26 sebagai kasus dan 26 orang sebagai kontrol
Teknik sampling
Simple random sampling
Pengumpulan data
observasi
Pengolahan data
Editing, Coding, Tabulating, Scoring
Analisis data
Analisis univariat dan bivariat
Chi-square
Hasil pernelitian
Pembahasan
Kesimpulan
berdasarkan:
1. Luas ventilasi
2. Kepadatan hunian
4. Jenis lantai
5. Jenis dinding
Definisi
Variabel Parameter Alat Ukur Skala Skor Kriteria
Operasional
ubin/mester/ke atau tidak 1 = memenuhi
ramik kedap air syarat, jika
(Kepmenkes 2.memenuhi lantai terbuat
No.829 tahun syarat jika dari
1999) seluruh ubin/mester/ke
lantai rumah ramik
setidaknya
sudah di
plester/ubin,
atau keramik
serta mudah
di
bersihkan(pe
rmenkes,
2011)
Jenis Salah satu 1.tidak Observasi Nominal 0=tidak 0 = tidak
dinding elemen memenuhi permanen memenuhi
vertikal/tegak syaratjika syarat, jika
bangunan dan terbuat dari 1=permanen terbuat dari
berfungsi papan atau kayu
sebagai bambu
penutup atau 2.memenuhi 1=memenuhi
pembatas syarat jika syarat jika
ruangan. terbuat dari terbuat dari
Dinding batu batubata/batak
terbuat dari bata/batako o
batubata/batak (kepmenkes
o No.829
(kepmenkesN tahun 1999)
o. 829 tahun
1999)
Variabel Terikat
ISPA Infeksi yang Semua berdasarkan Nominal 0=sakit 0= kontrol
Balita terjadi pada balitayang di data 1=tidak sakit
pernafasan diagnosis sekunder 1= kasus
40
Definisi
Variabel Parameter Alat Ukur Skala Skor Kriteria
Operasional
bagian atas. ispa yang
Gejala dari berdasarkan diperoleh
penyakit ini anamnesis (buku
antara lain: dan register
sakit pemeriksaan ispa)
tenggorokan,b secara klinis,
atuk,pilek,saki serta tercatat
t kepala,mata dalam rekam
merah,suhu medis.
tubuh
meningkat 4-7
hari lamanya
digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, dan alat ukur.
1. Lembar observasi
lebih dari atau sama dengan 10% luas lantai, dan tidak memenuhi
syarat apabila luas ventilasi kurang dari 10% luas lantai. Alat yang
Kriteria kepadatan hunian yang memenuhi syarat adalah jika per ≥8m²
dihuni oleh 2 orang, dan tidak memenuhi syarat jika ≤8m² dihuni oleh 2
satu rumah.
1. Lokasi Penelitian
2. Waktu Penelitian
TANGGAL
No KEGIATAN
ACC
1. Pengajuan Judul Skripsi 4 Februari 2019
Penyusunan dan bimbingan
2. 26 Februari - 12 April 2019
proposal skripsi
3. Ujian seminar proposal 28 Juni 2019
4. Revisi proposal 30 Juni – 5 Juli 2019
Pengumpulan data dan
5. 22 Juli – 30 Juli 2019
Penelitian
Penyusunan dan bimbingan
6. 23 Agustus -27 Agustus 2019
skripsi
7. Ujian seminar skripsi 31 Agustus 2019
8. Revisi skripsi 1 September-9 September
1. Data Primer
2. DataSekunder
1. Editing
maka data yang tidak lengkap tersebut tidak diolah atau dimasukkan
2. Coding
3. Skoring
4. Entry Data
5. Clening
6. Tabulating
variabeldari hasil penelitian. Pada analisis ini data yang diperoleh dari
44
2013).
dengan uji statistik Chi-square dan besarnya risiko dengan Odd Rasio(OR)
Ratio (OR) yaitu penilaian berapa sering terkena paparan pada kasus
2002:119).
a. Bila dalam tabel 2x2 dijumpai nilai E (harapan)<5, lebih dari (20%),
maka uji yang digunakan adalah fisher exact untuk semua variabel
b. Bila tabel 2x2 tidak dijumpai nilai E (harapan)<5 lebih dari (20%)
perbedaan proporsi antar kelompok atau dengan kata lain hanya dapat
hubungan dan tidak dapat untuk melihat seberapa besar hubungannya atau
tidak dapat mengetahui kelompok mana yang memiliki resiko lebih besar
Square, yaitu:
resiko.
faktor resiko.
sama terjadi di kelompok lain. Rasio odds adalah ukuran besarnya efek
(Sujarweni, 2015).
Kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk
yang mengetahuinya.
BAB 5
permukaan laut dengan total luas wilayah 601,855 Ha. Dengan batas desa
sebagai berikut :
Peta pembagian wilayah Kecamatan Gerih per desa dapat di lihat pada
Gambar 5.1.
48
49
Penduduk Desa Guyung terdiri dari 6981 jiwa, dengan jumlah laki-laki
No Pendidikan Jumlah
1 Tidak Sekolah 1402
2 Tidak Tamat SD 725
3 Tamat SD 1881
4 Tamat SLTP 1251
5 Tamat SLTA 1540
6 PT 178
Total 6977
Sumber: Data Sekunder Desa Guyung 2018
umur balita, jenis kelamin balita, status imunisasi, status gizi, pemberian
ASI eksklusif .
1. Umur Balita
(55,8%).
51
4. ASI Eksklusif
(69,2%).
5. Imunisasi Lengkap
balita (73,1%).
2. Luas Ventilasi
rumah (53,8%).
3. Kepadatan Hunian
4. Jenis Lantai
5. Jenis Dinding
rumah (76,9%).
meliputi luas ventilasi, kepadatan hunian, jenis lantai, jenis dinding, dan
Kabupaten Ngawi.
Tabel 5.14 Analisis Luas Ventilasi dengan Kejadian ISPA pada Balita
di Desa Guyung Kecamatan Gerih Kabupaten Ngawi
Tahun 2019
Kejadian ISPA pada
Balita OR
Luas Ventilasi p-value
Kasus Kontrol (CI 95%)
n % n %
Tidak Memenuhi
17 65,4 7 26,9
Syarat 5,127
Memenuhi Syarat 9 34,6 19 73,1 0,012
(1,568-16,765)
Total 26 100,0 26 100,0
Sumber: Data Primer 2019
yang memiliki luas ventilasi tidak memenuhi syarat berisiko 5,127 kali
(69,2%).
Tabel 5.16 Analisis Jenis Lantai dengan Kejadian ISPA pada Balita di
Desa Guyung Kecamatan Gerih Kabupaten Ngawi Tahun
2019
Kejadian ISPA pada
Balita OR
Jenis Lantai p-value
Kasus Kontrol (CI 95%)
n % n %
Tidak Memenuhi
15 57,7 13 50,0
Syarat 1,364
Memenuhi Syarat 11 42,3 13 50,0 0,781
(0,457-4,071)
Total 26 100,0 26 100,0
Sumber: Data Primer 2019
(>α=0,05), yang berarti tidak ada hubungan antara jenis lantai dengan
dengan CI95% 0,457-4,071, yang berarti jenis lantai bukan sebagai faktor
Tabel 5.17 Analisis Jenis Dinding dengan Kejadian ISPA pada Balita
di Desa Guyung Kecamatan Gerih Kabupaten Ngawi
Tahun 2019
Kejadian ISPA pada
Balita OR
Jenis Dinding p-value
Kasus Kontrol (CI 95%)
n % n %
Tidak permanen 7 26,9 5 19,2
1,547
Permanen 19 73,1 21 80,8 0,742
(0,420-5,704)
Total 26 100,0 26 100,0
Sumber: Data Primer 2019
(>α=0,05), yang berarti tidak ada hubungan antara jenis dinding dengan
yang memiliki lubang asap tidak memenuhi syarat berisiko 4,200 kali
5.5 Pembahasan
1. Luas Ventilasi
Kecamatan Gerih. Hasil uji Chi Square diperoleh nilai p-value sebesar
0,012 < α = 0,05, yang berarti ada hubungan yang bermakna antara luas
ventilasi dengan kejadian ISPA pada balita dan risiko (OR) sebesar
ventilasi tidak memenuhi syarat 5,127 kali lebih berisiko terkena ISPA
memenuhi syarat.
pagi.
(Notoatmodjo, 2011).
dijaga agar udara tidak mandeg atau membalik lagi, harus mengalir.
Artinya dalam ruangan rumah harus ada jalan masuk dan keluarnya
ventilasi alamiah yang permanen yaitu lebih dari satu sama dengan 10%
dari luas lantai rumah, sedangkan tidak memenuhi syarat jika kurang
dan balita tinggal di tempat yang ventilasi yang tidak memenuhi syarat
mempunyai risiko terkena ISPA 3,1 kali lebih besar dibanding dengan
begitu besar dan pembuatan design ventilasinya juga tidak besar dan
62
dengan cara membuka pintu rumah dengan lebar. Rumah dengan luas
ventilasi yang tidak memenuhi syarat besar ventilasi >10% dari luas
2. Kepadatan Hunian
Desa Guyung Kecamatan Gerih. Hasil uji Chi Square diperoleh nilai p-
value sebesar 0,026 < α = 0,05, yang berarti ada hubungan yang
balita dan nilai risiko (OR) sebesar 4,250 menunjukkan bahwa balita
yang tinggal lama dalam rumah dengan kepadatan hunian yang tidak
memenuhi syarat.
kamar tetapi di sebabkan oleh faktor perilaku host, faktor agent, dan
per orang. Luas minimum per orang sangat relative tergantung kualitas
kamar tidur sebaiknya tidak dihuni >2 orang, kecuali suami istri dan
Karo dan balita tinggal di tempat yang kepadatan hunian yang tidak
memenuhi syarat mempunyai risiko terkena ISPA 4,5 kali lebih besar
responden memiliki luas kamar kurang dari 8 m2 dan luas ventilasi yang
kurang dari 10% di huni oleh 2 orang dewasa dan 2 orang anak
3. Jenis Lantai
sebesar 0,781 > α = 0,05, yang berarti tidak ada hubungan antara jenis
Meskipun pada uji statistik tidak terdapat hubungan tetapi lantai harus
Saat ini, ada berbagai jenis lantai rumah. Lantai rumah dari semen
atau ubin, keramik, atau cukup tanah biasa dipadatkan. Syarat yang
penting disini adalah tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak
becek pada musim hujan. Lantai yang basah dan berdebu merupakan
diplester, sehingga kedap terdapat air. Hal ini menunjukkan bahwa jenis
sehingga tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis lantai dengan
kejadian ISPA.
responden jenis lantainya sudah kedap air dan terbuat dari keramik dan
dari tanah tidak kedap air, masih berdebu jika di sapu dapat
menyebabkan ISPA pada balita. Lantai yang baik adalah tidak berdebu
pada musim kemarau dan tidak basah dimusim hujan. Lantai yang tidak
penyebab ISPA.
4. Jenis Dinding
sebesar 0,742 > α = 0,05, yang berarti tidak ada hubungan antara jenis
(73,1%) dan pada kontrol 21 (80,8%). Dalam hasil uji statistic tidak
berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan.
dan tempat cuci harus kedap air dan mudah dibersihkan (Notoatmodjo,
2011).
memiliki jenis dinding yang sudah memenuhi syarat, yaitu dari batu
bata dan batako. Hal ini menunjukkan bahwa jenis dinding rumah
dengan nilai p-value yang diperoleh adalah 0,004, yaitu ada hubungan
dinding nya sudah terbuat dari bata/batako, dan masih beberapa rumah
diperoleh nilai p-value sebesar 0,041 < α = 0,05 yang berarti ada
kejadian ISPA pada balita dan nilai risiko (OR) sebesar 4,200,
kondisi dapur yang tidak memenuhi syarat 4,200 kali lebih berisiko
gunakan untuk proses pertukaran udara pada proses memasak. Hal ini
ke dalam rumah yang dapurnya menyatu dengan rumah dan kondisi ini
kejadian ISPA di rumah yang banyak mendapat polusi asap dapur dan
tidak.
risiko terkena ISPA 1,876 kali lebih besar dibandingkan balita yang
responden memiliki rumah dengan dapur yang memenuhi syarat, hal ini
kayu bakar. Penggunaan lubang asap pada tungku juga sudah jarang
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
4. Tidak ada hubungan antara jenis lantai dengan kejadian penyakit ISPA
70
71
6.2 Saran
rumah agar ada pergantian udara, menyapu lantai setiap hari agar
terhindar dari debu dan memisahkan kamar balita dengan orang tua
penelitian terdahulu.
72
Ardinasari, Eiyta. 2016. Buku Pintar Mencegah dan Mengobati Penyakit Bayi
&Anak.Jakarta:Bestari.
Dewi, Candra Angelina. 2012. Analisis Faktor Risiko Kejadian Infeksi Saluran
Pernafasan Akut Pada Anak Balita Di Wilayah Puskesmas Bangli Utara.
Ditjen PPM & PL. 2004. 17.600 Polisi Jakarta Derita ISPA. http://209.85.173.
132/search?q=cache:85OqpTl6aIAJ:www.penyakitmenular.info/detil.asp
%3Fm%3D6%26s%3D2%26i%3D242+ISPA+pada+polisi+lalu+lintas&c
d=15&hl=id&ct=clnk&gl=id (10 Mei 2019).
Iswarini & Wahyu D. 2006. Hubungan Antara Kondisi Fisik Rumah, Kebersihan
Rumah, Kepadatan Penghuni Dan Pencemaran Udara Dalam Rumah
Dengan Keluhan Penyakit ISPA Pada Balita, Skripsi Universitas Erlangga.
Surabaya.
73
74
Kusmana, Aep. 2004. hubungan kondisi fisik rumah dengan kejadian pneumonia
ISPA balita. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Diponegoro.Semarang.
Maryunani dan Ani. 2013. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), Jakarta:
Trans Info Media.
Sastroasmoro, Prof. Dr. Sudigdo Dan Ismail, Prof. Dr. Sofyan. 2011. Dasar-
Dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi Ke-4. Jakarta : Sagung Seto.
Sinuraya, BR Diana Lady. 2017. Faktor risiko yang mempengaruhi kejadian ISPA
pada balita di desa Singgamanik Kecamatan Munte Kabupaten Karo.
Wahyono. 2008. Pola Pengobatan Infeksi Saluran Pernafasan Akut Anak Usia
Dibawah Lima Tahun (Balita) Rawat Jalan di Puskesmas Purwareja
Klampok Kabupaten Banjarnegara. Majalah Farmasi Indonesia.
76
Lampiran 1
Lampiran 2
Kepada:
Calon Responden Penelitian
Di Tempat
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini Mahasiswa STIKES Bhakti Husada
Mulia Madiun Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Promosi
Kesehatan:
Nama : Nurul Latifatul Aziz
NIM : 201503082
Alamat : Dusun Centong. Desa Gerih. RT: 10. RW: 02.
Kecamatan Gerih. KabupatenNgawi.
Bersamaan dengan ini peneliti mengajukan permohonan untuk melakukan
penelitian tentang “Hubungan Lingkungan Fisik Rumah dengan Kejadian
Penyakit ISPA pada balita di Desa Guyung Kecamatan Gerih Kabupaten Ngawi”.
Saya memohon ketersediaan Ibu untuk bersedia menjadi responden dalam
penelitian yang akan saya lakukan. Kerahasiaan data pribadi akan sangat saya jaga
dan informasi yang saya dapatkan akan saya gunakan untuk kepentingan
penelitian, oleh karena itu saya berharap responden memberikan jawaban sesuai
dengan yang dikehendaki dan sesuai dengan keadaan yang sebenar-benarnya.
Atas kerjasama dan perhatiannya, saya mengucapkan terima kasih yang sebanyak-
banyaknya.
Lampiran 3
Ngawi, ..................................
Mahasiswa Menyetujui,
Lampiran 4
LEMBAR OBSERVASI
2. ASI Eksklusif
Variabel ASI Eksklusif Tidak ASI Eksklusif
pemberian Asi Eksklusif
3. Imunisasi Lengkap
Variabel Imunisasi Baik Imunisasi Kurang
Imunisasi Lengkap
5. Jenis Lantai
Variabel Hasil Pengamatan
Jenis Lantai 1. Ubin/semen
2. Keramik
3. Plester
6. Jenis dinding
Variabel Hasil Pengamatan
Jenis dinding 1. Bata/Batako
2. Kayu
Lampiran 5
KARTU BIMBINGAN
82
Lampiran 6
SURAT IZIN PENELITIAN
83
Lampiran 7
Lampiran 8
OUTPUT DATA
Lampiran 9
JENIS_KELAMIN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid lakilaki 23 44.2 44.2 44.2
perempuan 29 55.8 55.8 100.0
Total 52 100.0 100.0
USIA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurangdari 36 bulan 20 38.5 38.5 38.5
Lebihdarisamadengan 36
32 61.5 61.5 100.0
Bln
Total 52 100.0 100.0
STATUS_GIZI
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid KURANG 16 30.8 30.8 30.8
BAIK 36 69.2 69.2 100.0
Total 52 100.0 100.0
IMUNISASI_LENGKAP
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK 14 26.9 26.9 26.9
YA 38 73.1 73.1 100.0
Total 52 100.0 100.0
IMUNISASI_LENGKAP
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK 14 26.9 26.9 26.9
YA 38 73.1 73.1 100.0
Total 52 100.0 100.0
87
KEJADIAN_ISPA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid KASUS 26 50.0 50.0 50.0
KONTROL 26 50.0 50.0 100.0
Total 52 100.0 100.0
LUAS_VENTILASI
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK MEMENUHI SYARAT 24 46.2 46.2 46.2
MEMENUHI SYARAT 28 53.8 53.8 100.0
Total 52 100.0 100.0
KEPADATAN_HUNIAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK MEMENUHI SYARAT 25 48.1 48.1 48.1
MEMENUHI SYARAT 27 51.9 51.9 100.0
Total 52 100.0 100.0
JENIS_LANTAI
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK MEMENUHI SYARAT 28 53.8 53.8 53.8
MEMENUHI SYARAT 24 46.2 46.2 100.0
Total 52 100.0 100.0
JENIS_DINDING
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK PERMANEN 12 23.1 23.1 23.1
PERMANEN 40 76.9 76.9 100.0
Total 52 100.0 100.0
KEPEMILIKAN_LUBANG_ASAP
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK MEMENUHI SYARAT 18 34.6 34.6 34.6
MEMENUHI SYARAT 34 65.4 65.4 100.0
Total 52 100.0 100.0
88
Lampiran 10
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
LUAS_VENTILASI *
52 100.0% 0 .0% 52 100.0%
KEJADIAN_ISPA
KEPADATAN_HUNIAN *
52 100.0% 0 .0% 52 100.0%
KEJADIAN_ISPA
JENIS_LANTAI *
52 100.0% 0 .0% 52 100.0%
KEJADIAN_ISPA
JENIS_DINDING *
52 100.0% 0 .0% 52 100.0%
KEJADIAN_ISPA
KEPEMILIKAN_LUBANG_A
52 100.0% 0 .0% 52 100.0%
SAP * KEJADIAN_ISPA
LUAS_VENTILASI * KEJADIAN_ISPA
Crosstab
KEJADIAN_ISPA
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Exact
Value df sided) Sig. (2-sided) Sig. (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 7.738 1 .005
b
Continuity Correction 6.268 1 .012
Likelihood Ratio 7.948 1 .005
Fisher's Exact Test .012 .006
Linear-by-Linear Association 7.589 1 .006
b
N of Valid Cases 52
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,00.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Asymp.
a b
Value Std. Error Approx. T Approx. Sig.
c
Interval by Interval Pearson's R .386 .128 2.957 .005
c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .386 .128 2.957 .005
N of Valid Cases 52
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
Risk Estimate
KEPADATAN_HUNIAN * KEJADIAN_ISPA
Chi-Square Tests
Asymp. Exact Exact
Value df Sig. (2-sided) Sig. (2-sided) Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square a
6.240 1 .012
b
Continuity Correction 4.930 1 .026
Likelihood Ratio 6.372 1 .012
Fisher's Exact Test .025 .013
Linear-by-Linear Association 6.120 1 .013
b
N of Valid Cases 52
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,50.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Asymp. Std.
a b
Value Error Approx. T Approx. Sig.
c
Interval by Interval Pearson's R .346 .130 2.611 .012
Ordinal by Ordinal Spearman c
.346 .130 2.611 .012
Correlation
N of Valid Cases 52
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
Risk Estimate
JENIS_LANTAI * KEJADIAN_ISPA
Crosstab
KEJADIAN_ISPA
Chi-Square Tests
Asymp. Exact Exact
Value df Sig. (2-sided) Sig. (2-sided) Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square a
.310 1 .578
b
Continuity Correction .077 1 .781
Likelihood Ratio .310 1 .578
Fisher's Exact Test .781 .391
Linear-by-Linear Association .304 1 .582
b
N of Valid Cases 52
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,00.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Asymp. Std.
a b
Value Error Approx. T Approx. Sig.
c
Interval by Interval Pearson's R .077 .138 .547 .587
Ordinal by Ordinal Spearman c
.077 .138 .547 .587
Correlation
N of Valid Cases 52
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
92
Risk Estimate
JENIS_DINDING * KEJADIAN_ISPA
Crosstab
KEJADIAN_ISPA
Chi-Square Tests
Asymp. Exact Exact
Value df Sig. (2-sided) Sig. (2-sided) Sig. (1-sided)
a
Pearson Chi-Square .433 1 .510
b
Continuity Correction .108 1 .742
Likelihood Ratio .435 1 .510
Fisher's Exact Test .743 .372
Linear-by-Linear Association .425 1 .514
b
N of Valid Cases 52
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,00.
b. Computed only for a 2x2 table
93
Symmetric Measures
Asymp. Std.
a b
Value Error Approx. T Approx. Sig.
c
Interval by Interval Pearson's R .091 .137 .648 .520
c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .091 .137 .648 .520
N of Valid Cases 52
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
Risk Estimate
KEPEMILIKAN_LUBANG_ASAP * KEJADIAN_ISPA
Crosstab
KEJADIAN_ISPA
Crosstab
KEJADIAN_ISPA
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square a
5.438 1 .020
b
Continuity Correction 4.163 1 .041
Likelihood Ratio 5.583 1 .018
Fisher's Exact Test .040 .020
Linear-by-Linear Association 5.333 1 .021
b
N of Valid Cases 52
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,00.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Asymp. Std.
a b
Value Error Approx. T Approx. Sig.
c
Interval by Interval Pearson's R .323 .129 2.416 .019
c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .323 .129 2.416 .019
N of Valid Cases 52
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
95
Risk Estimate
Lampiran 11
DOKUMENTASI PENELITIAN
Lampiran 12