ARISTIA WULANDARI
NIM. 17.02.01.2396
SKRIPSI
ARISTIA WULANDARI
NIM. 17.02.01.2396
i
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
NIM : 1702012396
Oleh :
Mengetahui :
Pembimbing I Pembimbing II
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Telah Diuji Dan Disetujui Oleh Tim Penguji Pada Ujian Skripsi
Di Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi S1-Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Lamongan
Tanggal : 6 Juli 2021
PANITIA PENGUJI
Tanda Tangan
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Lamongan
iv
CURRICULUM VITAE
Kabupaten Bojonegoro
Pekerjaan : Mahasiswa
Riwayat Pendidikan :
v
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Selalu Optimis , Semangat, Tetap berpikir positif, dan Lakukan yang terbaik”
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, sesungguhnya tiada kata yang pantas diucapkan selain puji syukur
kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan kekuatan,
kemudahan serta petunjuk kepada saya untuk menyelesaikan skripsi ini dengan
segala keterbatasan dan kekurangan.
Skripsi ini saya persembahkan kepada kedua orang tua saya bapakku Muhammad
Muhaimin yang telah berjuang mencari nafkah tak kenal lelah serta selalu
mendo’akan saya dan Ibuku Sri Mulyani yang sudah membesarkan saya
,memberikan kasih sayang, mendo’akan saya setiap hari serta selalu memberi
dukungan kepada saya.
Terimakasih untuk sahabat – sahabatku dan seseorang yang spesial Muhammad
Ainur Rofiq yang selalu memberikan dukungan dan motivasi, memberikan kasih
sayang dan selalu membantuku ketika mengalami kesulitan
Terimaksih kepada dosen Pembimbing atas bimbingan dan nasehatnya dan
terimakasih kepada seluruh dosen Universitas Muhammadiyah Lamongan karena
sudah memberikan ilmunya
vi
ABSTRAK
Banyaknya penderita Diabetes Melitus yang memiliki perilaku yang tidak patuh
terhadap pengobatan yang dianjurkan oleh dokter, sehingga menimbulkan
tingginya kadar glukosa darah penderita Diabetes Melitus, maka diperlukan cara
untuk meningkatkan kepatuhan yang dapat mengontrol kadar glukosa darah salah
satunya dengan memberikan edukasi simulasi online tentang 5 pilar Diabetes
Melitus terhadap tingkat kepatuhan dan kadar glukosa darah. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh edukasi simulasi online tentang 5 pilar
Diabetes Melitus terhadap tingkat kepatuhan dan kadar gula darah penderita
Diabetes Melitus. Desain penelitian ini menggunakan Pra Eksperimental dengan
pendekatan one group pre test post test design, besar populasi sebanyak 38
responden. Data penelitian ini diambil dari hasil observasi tingkat kepatuhan dan
kadar gula darah sebelum diberikan intervensi edukasi simulasi online tentang 5
pilar Diabetes Melitus dan sesudah diberikan intervensi edukasi simulasi online
tentang 5 pilar Diabetes Melitus pada tanggal 17-23 Mei 2020. Data analisis
menggunakan uji Wilcoxon Sign Rank Test dengan nilai signifikan α=0,05. Hasil
uji didapatkan nilai P Sign =0,012 dan P Sign = 0,000 dimana P sign < α maka H0
ditolak dan H1 diterima, artinya terdapat pengaruh pemberian edukasi simulasi
online tentang 5 pilar Diabetes Melitus terhadap tingkat kepatuhan dan kadar gula
darah penderita Diabetes Melitus Di Desa Kedungbondo Balen.
vii
ABSTRACT
The number of people with Diabetes Mellitus who have behavior that does not
comply with the treatment recommended by doctors, causing high blood glucose
levels of people with Diabetes Mellitus, it is necessary to improve compliance that
can control blood glucose levels, one of which is by providing online simulation
education about the 5 pillars of Diabetes Mellitus on the level of compliance and
blood glucose levels. The purpose of this study was to determine the effect of
online simulation education about the 5 pillars of Diabetes Mellitus on the level of
adherence and blood sugar levels of people with Diabetes Mellitus. The design of
this study was pre-experimental with a one-group pre-test post-test design
approach, with a population of 38 respondents. The data of this study were taken
from the results of observations of adherence levels and blood sugar levels before
being given an online simulation education intervention about the 5 pillars of
Diabetes Mellitus and after being given an online simulation education
intervention about the 5 pillars of Diabetes Mellitus on 17-23 May 2020. Data
analysis used the Wilcoxon Sign test. Rank Test with a significant value = 0.05.
The test results obtained P Sign = 0.012 and P Sign = 0.000 where P sign < then
H0 is rejected and H1 is accepted, meaning that there is an effect of providing
online simulation education about the 5 pillars of Diabetes Mellitus on adherence
levels and blood sugar levels of Diabetes Mellitus sufferers in Kedungbondo
Village. baleen.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
Terhadap Tingkat Kepatuhan dan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Melitus
Skripsi ini penulis susun sebagai salah satu persyaratan untuk melanjutkan
dari berbagai pihak, untuk itu penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih
Lamongan.
2. Arifal Aris, S.Kep., Ns., M.Kes., selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
3. Suratmi, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
ix
5. Trijati Puspita Lestari, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing II, yang
6. Muh Fauzi selaku kepala Desa Kedungbondo Balen yang telah memberikan
penyusunan proposal.
9. Semua pihak yang telah memberikan dukungan moril dan materil dalam
terselesaikannya proposal.
Semoga Allah SWT memberi balasan pahala atas semua amal kebaikan
yang diberikan. Penulis menyadari Skripsi ilmiah ini masih banyak kekurangan,
untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan, akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis
Penulis
x
DAFTAR ISI
PROPOSAL……………………………………………………………………….i
SURAT PERNYATAAN ......................................... Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv
CURRICULUM VITAE ......................................................................................... v
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................ vi
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
ABSTRACT ........................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii
DAFTAR SIMBOL ........................................................................................... xvii
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. xviii
BAB 1 : PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 5
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................. 6
1.3.1 Tujuan Umum ...................................................................... 6
1.3.2 Tujuan Khusus ..................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................... 6
1.4.1 Bagi Akademis..................................................................... 6
1.4.2 Bagi Praktisi......................................................................... 7
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 8
2.1 Konsep Edukasi ................................................................... 8
2.1.1 Pengertian Edukasi .............................................................. 8
2.1.2 Tujuan Edukasi Kesehatan .................................................. 8
2.1.3 Ruang Lingkup Edukasi Kesehatan ..................................... 9
2.1.4 Metode Edukasi ................................................................. 10
2.1.5 Media Edukasi Kesehatan.................................................. 11
xi
2.1.6 Peran Perawat Dalam Edukasi Kesehatan ......................... 13
2.1.7 Pengertian Simulasi ........................................................... 14
2.1.8 Bentuk-Bentuk Metode Simulasi....................................... 14
2.1.9 Prinsip-Prinsip Metode Simulasi ....................................... 15
2.1.10 Tujuan Metode Simulasi .................................................... 16
2.1.11 Kekurangan dan Kelebihan Metode Simulasi ................... 16
2.1.12 Pengertian Media Online ................................................... 17
2.1.13 Kelebihan Media Online .................................................... 18
2.1.14 Kekurangan Media Online ................................................. 18
2.2 Konsep 5 Pilar Diabetes Melitus ....................................... 19
2.2.1 Penatalaksaan 5 Pilar Diabetes Melitus ............................. 19
2.3 Konsep Kepatuhan ............................................................. 31
2.3.1 Pengertian Kepatuhan ........................................................ 31
2.3.2 Macam-Macam Kepatuhan ................................................ 31
2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan ................ 32
2.3.4 Solusi Mengatasi Ketidakpatuhan ..................................... 33
2.4 Konsep Kadar Gula Darah ................................................. 34
2.4.1 Pengertian Kadar Gula Darah ............................................ 34
2.4.2 Pemeriksaan Gula Darah ................................................... 34
2.4.3 Sampel Pemeriksaan Gula Darah ...................................... 36
2.4.4 Cara Mengontrol Kadar Gula Darah.................................. 36
2.5 Konsep Diabetes Melitus ................................................... 37
2.5.1 Pengertian Diabetes Melitus .............................................. 37
2.5.2 Klasifikasi Diabetes Melitus .............................................. 37
2.5.3 Etiologi Diabetes Melitus .................................................. 39
2.5.4 Patofisiologi Diabetes Melitus........................................... 40
2.5.5 Manifestasi Klinis .............................................................. 41
2.5.6 Pemeriksaan Penunjang ..................................................... 42
2.5.7 Komplikasi......................................................................... 43
2.5.8 Penatalaksanaan Diabetes Melitus..................................... 47
2.6 Kerangka Konsep............................................................... 51
2.7 Hipotesis ............................................................................ 52
BAB 3 : METODE PENELITIAN ............................................................ 53
3.1 Desain Penelitian ............................................................... 53
xii
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian............................................ 54
3.3 Kerangka Kerja .................................................................. 54
3.4 Populasi, Sampel dan Sampling ........................................ 56
3.4.1 Populasi ............................................................................. 56
3.4.2 Sampel ............................................................................... 56
3.4.3 Sampling ............................................................................ 58
3.5 Identifikasi Variabel .......................................................... 59
3.6 Definisi Operasional .......................................................... 59
3.7 Pengumpulan Data ............................................................. 61
3.7.1 Instrumen Penelitian .......................................................... 61
3.7.2 Pengumpulan Data ............................................................. 62
3.8 Pengolahan Data dan Analisa Data.................................... 63
3.8.1 Pengolahan Data ................................................................ 63
3.8.2 Analisa Data....................................................................... 66
3.9 Etika Penelitian .................................................................. 67
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 72
4.1 Hasil Penelitian ....................................................................... 72
4.2 Pembahasan ............................................................................. 79
BAB 5 PENUTUP................................................................................................ 89
5.1 Kesimpulan ............................................................................. 89
5.2 Saran ....................................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 91
LAMPIRAN ......................................................................................................... 95
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 5 SAP
xvi
DAFTAR SIMBOL
- : Sampai
% : Persen
< : Kurang dari
= : Sama dengan
> : Lebih dari
≤ : Kurang lebih sama dengan
xvii
DAFTAR SINGKATAN
xviii
BAB 1
PENDAHULUAN
manis telah menjadi masalah kesehatan yang cukup serius dan merupakan
penyakit endokrin yang paling banyak dijumpai. Diabetes Melitus (DM) atau
pangkreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan
insulin yang diproduksi secara efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur
Diabetes Melitus (DM) disebut dengan The Silent Killer karena penyakit ini
dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan.
Diabetes Melitus (DM) menjadi penyebab kematian dalam setiap 10 detik dengan
jumlah 3,8 juta jiwa pertahun (Pusdatim 2016). Kasus Diabetes Melitus di
prevalensi DM di Indonesia dari 5,7% pada tahun 2007 menjadi 6,9% atau sekitar
9,1 juta pada tahun 2013. Data (IDF 2017) menyatakan jumlah estimasi
meningkat sebesar 48% menjadi 629 juta orang pada tahun 2045 (IDF 2017). Di
1
2
secara teratur, tidak mengkonsumsi obat-obatan secara teratur dan tidak selalu
dan kontrol gula darah 23,3% penderita DM yang patuh terhadap pengaturan diet
dan 31,76% penderita DM yang patuh untuk melakukan latihan fisik (Sharma, T.,
untuk dipatuhi adalah pilar aktivitas olahraga. Disamping data diatas didapatkan 5
minggu.
lain faktor demografik (status ekonomi rendah, tingkat pendidikan rendah, dan
etnik, faktor psikologis, dukungan sosial tenaga kesehatan dan sistem pelayanan
kesehatan, sifat penyakit serta pengobatannya (Sharma, T., Kalra, J., Dhasmana,
monitoring terhadap regulasi gula darah, kadar kolestrol, tekanan darah, kelainan
keluarga dan penderita bahwa perawatan secara rutin pada penderita DM penting
yang dijalankan penderita akan berlangsung seumur hidup dan kejenuhan dapat
muncul kapan saja,bila kepatuhan dalam menjalani proses diet pada penderita DM
4
rendah akan mempengaruhi kadar gula darah yang kemudian akan menyebabkan
Pilar berolahraga sehari hari dan latihan jasmani teratu (3-4 kali seminggu
selama kurang lebih 30 menit) merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan
Diabetes. Latihan jasmani dapat menurunkan berat badan (jalan, bersepeda santai,
status kesegaran jasmani (Wahyu 2017) dan latihan akan menurunkan kadar
makan dan latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari
darah, kelainan kaki dan sebagainya. Pemantauan kadar gula darah ini penting
karena membantu menentukan penanganan medis, diit dan obat-obatan yang tepat
yang menarik. (Zakaria, 2017 & Saputra, 2019). Demikian juga untuk
seperti ini dinilai sangat efektif untuk memberikan edukasi kepada penderita di
Tingkat Kepatuhan dan Kadar Glukosa Darah Penderita Diabetes Melitus Di Desa
sebagai berikut “ Apakah ada pengaruh pemberian edukasi simulasi online tentang
5 pilar Diabetes Melitus terhadap tingkat kepatuhan dan kadar glukosa darah
pilar Diabetes Melitus terhadap tingkat kepatuhan dan kadar glukosa darah
Diabetes Melitus.
Diabetes Melitus.
Diabetes Melitus terhadap tingkat kepatuhan dan kadar gula darah di Desa
Kedungbondo Balen.
3) Bagi Peneliti Selanjutnya: Hasil dari penelitian ini dapat menjadi referensi dan
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dibahas beberapa konsep dasar yaitu : 1) Konsep Edukasi
Hipotesis Penelitian
baik individu, kelompok dan masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang
diharapkan oleh pelaku pendidikan. Input dari edukasi adalah sasaran pendidikan
apa yang diharapkan atau perilaku). Hasil yang diharapkan setelah dilakukan
edukasi kesehatan adalah perilaku kesehatan atau perilaku untuk memelihara dan
2012).
kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat dan aktif berperan serta
8
9
tepat.
1) Klien mampu mempelajari apa yang dapat dilakukan sendiri dan bagaimana
(Notoadmodjo 2012)
sasaran pasien dan keluarga, (2) Edukasi kesehatan disekolah dengan saaran
pelajar, (3) Edukasi kesehatan di masyarakat atau tempat kerja dengan sasaran
Protection) misalnya imunisasi, (3) Edukasi kesehatan untuk diagnosis dini dan
gejala dini penyakit melalui edulasi kesehatan, (4) Edukasi kesehatan untuk
Metode edukasi dapat dibagi menjadi 3 yaitu metode edukasi untuk individual,
metode edukasi untuk kelompok dan metode edukasi untuk massa (Widiastuti,
perilaku baru atau membina individu agar tertarik kepada suatu perubahan
penyuluhan. Metode pendekatan ini terjadi kontak antara perawat dengan pasien
2012).
besarnya kelompok sasaran dan tingkat pendidikan sasaran, metode yang biasa
diterapkan adalah ceramah yang lebih cepat digunakan untuk kelompok besar,
diskusi lebih cepat untuk kelompok kecil, kelompok dapat bebas berpartisipasi
dalam diskusi, serta curah pendapat (brain storming) yaitu berupa modifikasi
metode diskusi, pada metode ini peserta diberikan satu masalah dan kemudian
Metode ketiga adalah metode untuk massa, metode ini cocok untuk
Sehingga sasaran dari metode ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan
sebagai alat bantu dalam pemberian edukasi yang digunakan oleh educator dalam
disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia itu
diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak indera yang
digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan jelas pula
kesehatan sangat bervariasi antara lain ; booklet ialah suatu media untuk
gambar, atau kombinasi, flyer ialah seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk
lipatan, flip chart ialah media penyampaian pesan atau informasi kesehatan dalam
12
bentuk lembar balik biasanya dalam bentuk buku dimana tiap lembar halaman
berisi gambar peragaan dan dibaliknya berisi kalimat sebagai pesan atau informasi
yang berkaitan dengan gambar tersebut, rubric atau tulisan pada surat kabar dan
majalah mengenai bahasan suatu masalah kesehatan atau hal-hal yang berkaitan
dengan kesehatan, poster ialah bentuk media cetak berisi pesan-pesan atau
cetak memiliki beberapa kelebihan yaitu tahan lama, mencakup banyak orang,
hemat biaya, dapat dibawa kemana-mana, dan mudah untuk dipahami, walaupun
demikian media cetak memiliki kelemahan yaitu tidak dapat menstimulir efek
radio, video, slide, dan film strip. Media elektronik memiliki beberapa kelebihan
yaitu sudah dikenal masyarakat, mengikut sertakan semua panca indera, lebih
mudah dipahami, lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak, penyajian
juga memiliki kelemahan yaitu biaya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu listrik, perlu
dipakai dan diisi dengan pesan-pesan atau informasi seputar kesehatan, media
papan disini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang
Bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lain untuk menilai hasil
pribadi dan hubungan kerjasama dengan petugas yang lain dalam unit
kerjanya.
kepada tenaga keperawatan dan tenaga kesehatan lainnya (bagi yang belum
pelatihan kepada para kader kesehatan, kader posyandu, kader desa wisma
lainnya. (3) Memberi pendidikan, bimbingan, dan pelatihan kepada klien dan
keluarganya.
4) Sebagai Peneliti: (1) Bersama dengan tenaga kesehatan lainnya atau secara
kesehatan. (2) Bersama dengan tenaga kesehatan lainnya atau secara sendiri
14
Menurut (Rianti 2017), simulasi berasal dari kata “simulate” artinya berpura
metode simulasi sebagai suatu cara pengajaran dengan melakukan proses tingkah
laku secara tiruan yang bertujuan untuk melatih pemahaman mengenai sesuatu
konsep atau prinsip serta kemampuan memecahkan masalah yang bersumber dari
realita kehidupan.
(2010) :
kenakalan remaja, dan lain sebagainya. Dalam sosio drama ini guru menyajikan
sebuah cerita yang diangkat dari kehidupan sosial. Kemudian siswa memainkan
2) Psikodrama: Psikodrama ini hampir sama dengan sosiodrama namun hanya ada
pembelajaran yang menghadirkan peran yang ada didalam dunia nyata ke dalam
suatu pertunjukkan peran di dalam kelas yang kemudian dijadikan sebagai bahan
refleksi bagi semua peserta didik. Metode ini lebih menekankan terhadap masalah
diskusi dan analisis kasus. Selain itu juga bertujuan untuk memperlihatkan
berbagai permasalahan pada suatu tema (topik) sebagai bahan refleksi dan analisis
untuk melaksanakan simulasi yang sama maupun berbeda. 2) Semua peserta harus
Petunjuk simulasi disiapkan terlebih dahulu secara rinci tergantung pada bentuk
16
matang supaya proses simulasi bisa berjalan sesuai skenario yang telah dibuat
bermakna. 2) Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan
yaitu sebagai berikut : 1) Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri
peserta didik dengan bermain peran, sandiwara. 2) Dapat dijadikan sebagai bekal
untuk peserta didik dalam menghadapi situasi yang sebenarnya nanti, baik dalam
Mempermudah peserta didik membayangkan bentuk, cara kerja dari benda atau
proses dari suatu pekerjaan sehingga nanti jika menghadapinya dalam kehidupan
Media online adalah media massa yang dapat kita temukan di internet,
dalam sistem kerja mereka. Internet sebagai media online adalah sebagai media
publik, memiliki aturan yang rendah, dan berhubungan. Internet juga menciptakan
pintu gerbang baru organisasi yang dapat diakses secara global dari berbagai
penjuru dunia. Karakteristik interaktif dari internet dapat menjadi sarana yang
Salah satunya dengan media online yang tergolong media paling baru. Media
18
personal yang dapat diakses oleh siapa saja, kapan saja, dan dimana saja, tentu
dengan syarat berupa seperangkat komputer atau handphone dan jaringan internet.
Kelebihan lainnya informasi yang disebarkan dapat di update setiap saat bila perlu
setiap detik. Lebih dari itu media online juga melengkapi fasilitas pencarian berita
dan persiapan berita yang dapat diakses dengan mudah. (Santana, 2005).
dan jaringan internet yang sampai saat ini biayanya cukup mahal khususnya di
insulin dan kadar glukosa darah untuk mengurangi komplikasi yang ditimbulkan
akubat DM, dengan cara menjaga kadar glukosa dalam batas normal tanpa terjadi
1) Edukasi
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan sebagai
bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting dari
pengelolaan DM secara holistik. Materi edukasi terdiri dari materi edukasi tingkat
serta target pengobatan. e) Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan
obat antihiperglikemia oral atau insulin serta obat-obatan lain. f) Cara pemantauan
glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah atau urin mandiri (hanya jika
kesehatan.
20
Sekunder dan / atau Tersier, yang meliputi: a) Mengenal dan mencegah penyulit
puasa, hari-hari sakit). f) Hasil penelitian dan pengetahuan masa kini dan
(3) Perilaku hidup sehat bagi penyandang Diabetes Melitus adalah memenuhi
latihan jasmani yang teratur. c) Menggunakan obat DM dan obat lainnya pada
psikologis serta tingkat pendidikan pasien dan keluarganya. h) Gunakan alat bantu
audio visual.
anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain serta pasien dan
anjuran makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang dan
sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Penyandang
jenis dan jumlah kandungan kalori, terutama pada mereka yang menggunakan
obat yang meningkatkan sekresi insulin atau terapi insulin itu sendiri.
penyandang Diabetes dapat makan sama dengan makanan keluarga yang lain.
Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi. Pemanis alternatif dapat
digunakan sebagai pengganti glukosa, asal tidak melebihi batas aman konsumsi
harian (Accepted Daily Intake/ADI). Dianjurkan makan tiga kali sehari dan bila
perlu dapat diberikan makanan selingan seperti buah atau makanan lain sebagai
b. Lemak: Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori, dan tidak
adalah Lemak jenuh < 7% kebutuhan kalori, Lemak tidak jenuh ganda < 10%,
Selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal. Bahan makanan yang perlu dibatasi
adalah yang banyak mengandung lemak jenuh dan lemak trans antara lain: daging
berlemak dan susu fullcream. Konsumsi kolestrol dianjurkan < 200 mg/hari.
c. Protein: Kebutuhan protein sebesar 10-20% total asupan energi. Sumber protein
yang baik adalah ikan, udang, cumi daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk
susu rendah lemak, kacang-kacangan, tahu dan tempe. Pada pasien dengan
nefropati Diabetik perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kg BB perhari
atau 10% dari kebutuhan energi, dengan 65% diantaranya bernilai biologik tinggi.
sehat yaitu < 2300 mg perhari. Penyandang DM yang juga menderita hipertensi
lain adalah garam dapur, vetsin, soda, dan bahan pengawet seperti natrium
buah dan sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi serat. Anjuran konsumsi
serat adalah 20-35 gram/hari yang berasal dari berbagai sumber bahan makanan.
kebutuhan kalori, seperti glukosa alkohol dan fruktosa. Glukosa alkohol antara
lain isomalt, lactitol, maltitol, mannitol, sorbitol, dan xylitol. Fruktosa tidak
LDL, namun tidak ada alasan menghindari makanan seperti buah dan sayuran
yang besarnya 25-30 kal/kg BB ideal. Jumlah kebutuhan tersebut ditambah atau
dikurangi bergantung pada beberapa faktor yaitu : jenis kelamin, umur, aktivitas,
berat badan, dan lain-lain. Beberapa cara perhitungan berat badan ideal adalah
sebagai berikut :
dimodifikasi: Berat badan ideal = 90% x (TB dalam cm – 100) x 1 kg. Bagi pria
24
dengan tinggi badan di bawah 160 cm dan wanita di bawah 150 cm, rumus
dimodifikasi menjadi : Berat badan ideal (BBI) = (TB dalam cm – 100) x 1 kg,
BB Normal: BB ideal ± 10%, Kurus: kurang dari BBI – 10%, Gemuk : lebih dari
BBI + 10%
b) Perhitungan berat badan ideal menurut Indeks Massa Tubuh (IMT): Indeks
IMT adalah BB Kurang < 18,5, BB Normal 18,5-22,9, BB Lebih ≥ 23,0. Dengan
b) Umur: Pasien usia diatas 40 tahun, kebutuhan kalori dikurangi 5% untuk setiap
dekade antara 40 dan 59 tahun. Pasien usia diantara 60 dan 69 tahun, dikurangi
c) Aktivitas Fisik atau Pekerjaan: Kebutuhan kalori dapat ditambah sesuai dengan
diberikan pada keadaan istirahat, Penambahan sejumlah 20% pada pasien dengan
aktivitas ringan: pegawai kantor, guru, ibu rumah tangga, Penambahan sejumlah
30% pada aktivitas sedang: pegawai industri ringan, mahasiswa, militer yang
sedang tidak perang, Penambahan sejumlah 40% pada aktivitas berat: petani,
buruh, atlet, militer dalam keadaan latihan, Penambahan sejumlah 50% pada
BB. Jumlah kalori yang diberikan paling sedikit 1000-1200 kal perhari untuk
Secara umum, makanan siap saji dengan jumlah kalori yang terhitung dan
komposisi tersebut diatas, dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi (20%),
siang (30%), dan sore (25%), serta 2-3 porsi makanan ringan (10-15%) di
antaranya. Tetapi pada kelompok tertentu perubahan jadwal, jumlah dan jenis
penyerta.
3) Jasmani
tidak disertai adanya nefropati. Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani
dilakukan secara secara teratur sebanyak 3-5 kali perminggu selama sekitar 30-45
menit, dengan total 150 menit perminggu. Jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari
latihan jasmani. Apabila kadar glukosa darah <100 mg/dl pasien harus
mengkonsumsi karbohidrat terlebih dahulu dan bila >250 mg/dl dianjurkan untuk
termasuk dalam latihan jasmani meskipun dianjurkan untuk selalu aktif setiap
hari. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan
kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani
maksimal) seperti: jalan cepat, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Denyut
jantung maksimal dihitung dengan cara mengurangi angka 220 dengan usia
pasien.
training (latihan beban) 2-3 kali/permingu sesuai dengan petunjuk dokter. Latihan
4) Terapi Farmakologi
latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan
bentuk suntikan.
insulin oleh sel beta pankreas. Glinid: Glinid merupakan obat yang cara kerjanya
glukosa dalam usus halus, sehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa
kerja enzim DPP-IV sehingga GLP-1 (Glucose Like Peptide-1) . Aktivitas GLP-1
kadar glukosa darah (Glucose Dependent). Obat golongan ini adalah Sitagliptin
Obat golongan penghambat SGLT-2 merupakan obat antidiabetes oral jenis baru
Dapaglifozin baru saja mendapat approvable letter dari Badan POM RI pada
optimal, Stress berat (infeksi sistemik, operasi besar, infark miokard akut, stroke),
dengan perencanaan makan, Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat,
Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO, Kondisi perioperatif sesuai dengan
indikasi. Jenis dan Lama Kerja Insulin. Berdasarkan lama kerja, insulin terbagi
menjadi 5 jenis, yakni : Insulin kerja cepat (Rapid – acting insulin), Insulin kerja
insulin), Insulin kerja panjang (Long – acting insulin), Insulin kerja ultra panjang
Efek samping terapi insulin: Efek samping utama terapi insulin adalah
komplikasi akut DM, Efek samping yang lain berupa reaksi alergi terhadap insulin
5) Monitoring
obat, bila belum tercapai sasaran terapi. Waktu pelaksanaan pemeriksaan glukosa
darah : Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa, Glukosa 2 jam setelah makan,
atau Glukosa darah pada waktu yang lain secara sesuai dengan kebutuhan
(2) Pemeriksaan HbA1C: Tes hemoglobin terglikosila si, yang disebut juga
HbA1C), merupakan cara yang digunakan untuk menilai efek perubahan terapi 8-
12 minggu sebelumnya. Untuk melihat hasil terapi dan rencana perubahan terapi,
HbA1C diperiksa setiap 3 bulan, atau tiap bulan pada keadaan HbA1C yang
sangat tinggi >10%. Pada pasien yang telah mencapai sasaran terapi disertai
kendali glikemik yang stabil HbA1C diperiksa paling sedikit 2 kali dalam 1 tahun.
HbA1C tidak dapat dipergunakan sebagai alat untuk evaluasi pada kondisi
terakhir, keadaan lain yang mempengaruhi umur eritrosit dan gangguan fungsi
ginjal.
(3) Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM): Pemantauan kadar gula darah
dapat dilakukan dengan menggunakan darah kapiler. Saat ini banyak didapatkan
alat pengukur kadar glukosa darah dengan menggunakan reagen kering yang
sederhana dan mudah dipakai. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah memakai
alat-alat tersebut dapat dipercaya sejauh kalibrasi dilakukan dengan baik dan cara
suntik insulin beberapa kali perhari atau pada pengguna obat pemicu sekresi
pemeriksaan yang pada umumnya terkait dengan terapi yang diberikan. Waktu
yang dianjurkan adalah pada saat sebelum makan, 2 jam setelah makan (untuk
noktural yang kadang tanpa gejala), atau ketika mengalami gejala seperti
hypoglycemic spells.
sebagai berikut : Pasien dengan ATC yang tidak mencapai target setelah terapi,
hipoglikemia berulang
Prosedur PGDM sebagai berikut :a) Tergantung dari tujuan pemeriksaan tes
dilakukan pada waktu : Sebelum makan, 2 jam sesudah makan, Sebelum tidur
malam, b) Pasien dengan kendali buruk/tidak stabil dilakukan tes setiap hari c)
Pasien dengan kendali baik/stabil sebaiknya tes tetap dilakukan secara rutin.
Pemantauan dapat lebih jarang (minggu sampai bulan) apabila pasien terkontrol
baik secara konsisten. d) Pemantauan glukosa darah pada pasien yang mendapat
terapi insulin, ditujukan juga untuk penyesuaian dosis insulin dan memantau
melakukan aktivitas tinggi, pada keadaan krisis, atau pada pasien yang sulit
31
mencapai target terapi (selalu tinggi, atau sering mengalami hipoglikemia), juga
pasrah pada tujuan yang telah ditentukan. Kepatuhan merupakan suatu kondisi
yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang
Sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi atau sama sekali tidak dirasakan
sebagai beban, bahkan sebaliknya akan membebani dirinya bila mana ia tidak
compliance) dan penderita yang sama sekali tidak patuh (non compliance). Pada
kepatuhan penuh ini penderita tidak hanya berobat atau menjalani program terapi
secara teratur sesuai petunjuk. Sedangkan para penderita yang sama sekali tidak
32
patuh (non compliance) adalah penderita yang menolak untuk menjalani program
terapi atau putus berobat atau tidak menggunakan obat sama sekali (Bestable
2012).
obat tersebut setelah gejala yang dirasakan hilang, bukan saat obat telah habis.
4) Individu atau Penderita: Pada individu yang sakit terdapat dua hal dasar yang
mempengaruhi kepatuhan yaitu sikap atau motivasi dan keyakinan. Sikap atau
motivasi yang paling kuat adalah dari diri individu itu sendiri. Motivasi individu
keyakinannya akan memiliki jiwa yang tabah dan tidak mudah putus asa serta
penderita untuk menghadapi atau mengelola penyakitnya dengan lebih baik serta
kesehatannya.
pasien menghadapi bahwa perilaku sehat yang baru tersebut merupakan hal yang
penting. Selain itu juga dapat mempengaruhi perilaku pasien dengan cara
menyampaikan antusias mereka terhadap tindakan tertentu dari pasien dan secara
tujuan kepatuhan (dari teori tindakan berdasarkan rasional), perilaku sehat sangat
dipengaruhi oleh kebiasaan, oleh karena itu perlu dikembangkan satu strategi
yang bukan hanya untuk mengubah perilaku tetapi juga untuk mempertahankan
mengubah perilaku itu sendiri. Faktor kognitif juga berperan penting, dukungan
sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota keluarga lain, teman, waktu
program medis dan dukungan dari profesional kesehatan merupakan faktor lain
Kadar gula darah adalah jumlah kandungan glukosa dalam plasma darah
(Dorland 2010). Glukosa darah puasa merupakan salah satu cara untuk
mengidentifikasi Diabetes Melitus pada seseorang. Pada penyakit ini, gula tidak
siap di transfer ke dalam sel, sehingga terjadi hiperglikemi sebagai hasil bahwa
puasa mengukur kadar glukosa darah selepas tidak makan setidaknya 8 jam.
Pemeriksaan gula darah postprandial 2 jam mengukur kadar gula darah tepat
selepas 2 jam makan. Pemeriksaan gula darah ada random mengukur kadar
2009).
antara 80-100 mg/dl. Setelah makan karbohidrat kadar dapat meningkat sampai
sekitar 120-130mg/dl. Selama puasa, kadarnya turun sampai sekitar 60-70 mg/dl.
pemeriksaan kadar glukosa darah dan tidak dapat ditegakkan hanya atas dasar
setempat dapat juga dipakai bahan darah utuh, vena, ataupun kapiler dengan
glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti dengan tes toleransi glukosa oral
kondisi dimana kadar glukosa darah yang ada mempunyai resiko kecil untuk
walaupun ada kasus yang menunjukkan kadar glukosa darah dapat kembali ke
keadaan normal. Seseorang yang kadar glukosa darahnya termasuk dalam kategori
IGT juga mempunyai resiko terkena penyakit jantung dan pembuluh darah yang
sering mengiringi penderita diabetes. Kondisi IGT ini menurut para ahli terjadi
36
karena adanya kerusakan dari produksi hormone insulin dan terjadinya kekebalan
3) IFG (Impairing Fasting Glucose): Batas bawah untuk IFG tidak berubah untuk
pengukuran glukosa darah yaitu 6.1 mmol/L atau 110 mg/dl. IFG sendiri
mempunyai kedudukan hampir sama dengan IGT. Bukan entitas penyakit akan
tetapi sebuah kondisi dimana tubuh tidak dapat memproduksi insulin secara
dalam serum. Hal ini disebabkan karena eritrosit memiliki kadar protein (yaitu
hemoglobin) yang lebih tinggi sehingga bila dibandingkan dengan darah lengkap
2011).
Kadar gula darah dapat dikontrol dengan 3 cara yakni; 1) Menjaga berat
badan ideal, 2) Diet makanan seimbang, 3) Melakukan olahraga atau latihan fisik.
Seiring berjalanya waktu ketiga cara tersebut kadar gula darah mungkin
tidak terkontrol dengan baik, pada keadaan seperti inilah diperlukan obat anti
diabetes (OAD), pada dasarnya obat baru diperlukan jika dengan cara diet dan
akibat kelainan sekresi insulin dan kerja insulin dan kedua-duanya (Ndraha,
2014).
Diabetes adalah penyakit serius kronis yang terjadi baik ketika pankreas
tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah, atau
glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang
Diabetes Melitus adalah kondisi kronis yang terjadi ketika ada peningkatan
kadar glukosa darah karena tubuh tidak dapat menghasilkan atau cukup hormon
karena adanya destruksi sel beta pankreas karena sebab autoimun. Pada DM tipe
ini terdapat sedikit atau tidak sama sekali sekresi insulin dapat ditentukan dengan
level protein c-peptida yang jumlahnya sedikit atau tidak terdeteksi sama sekali.
insulin tidak bisa membawa glukosa masuk ke dalam jaringan karena terjadi
produksi glukosa oleh hati. Oleh karena terjadinya resistensi insulin (reseptor
insulin sudah tidak aktif karena dianggap kadarnya masih tinggi dalam darah)
berkurangnya sekresi insulin pada adanya glukosa bersama bahan sekresi insulin
lain sehingga sel beta pankreas akan mengalami desensitisasi terhadap adanya
reseptor akan glukosa berkurang. DM tipe ini sering terdiagnosis setelah terjadi
ini adalah jenis paling sering dijumpai. Biasanya terjadi pada usia diatas 40 tahun,
tetapi bisa pula timbul pada usia diatas 20 tahun (Tandra, 2017).
3) Diabetes Melitus Tipe Lain: DM tipe ini terjadi karena etiologi lain, misalnya
pada defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin
dimana intoleransi glukosa didapati pertama kali pada masa kehamilan, biasanya
lebih besar untuk menderita DM yang menetap dalam jangka waktu 5-10 tahun
setelah melahirkan.
39
1) Kelainan Genetik: DM dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen
penyebab DM akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita Diabetes
Melitus.
2) Usia: Usia seseorang setelah >40 tahun akan mengalami penurunan fisiologis,
penurunan ini yang akan berisiko pada penurunan fungsi endokrin pankreas untuk
memproduksi insulin.
3) Pola Hidup dan Pola Makan: Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah
kadar kalori yang dibutuhkan oleh tubuh dapat memacu timbulnya Diabetes. Pola
hidup juga sangat mempengaruhi, jika orang malas berolahraga memiliki risiko
lebih tinggi untuk terkena Diabetes, karena olahraga berfungsi untuk membakar
meningkatkan kebutuhan akan sumber energi yang berakibat pada kenaikan kerja
pankreas sehingga pankreas mudah rusak dan berdampak pada penurunan insulin.
6) Penyakit Dan Infeksi Pada Pankreas: Mikroorganisme seperti bakteri dan virus
meyebabkan sel β pada pankreas tidak bekerja secara optimal dalam mensekresi
insulin.
ditemukannya anti insulin atau antibodi sel antiislet dalam darah (WHO, 2014).
National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK, 2014)
islet pankreas. Kehancuran memakan waktu tetapi timbulnya penyakit ini cepat
dan dapat terjadi selama beberapa hari sampai minggu. Akhirnya, insulin yang
dibutuhkan tubuh tidak dapat terpenuhi karena adanya kekurangan sel β pankreas
membutuhkan terapi insulin, dan tidak akan merespon insulin yang menggunakan
obat oral.
namun tidak mutlak. Ini berarti bahwa tubuh tidak mampu memproduksi insulin
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan yang ditandai dengan kurangnya sel β
atau defisiensi insulin resistensi insulin perifer (ADA, 2015). Resistensi insulin
menuju sel-sel (CDA, 2013). Dalam kebanyakan kasus Diabetes tipe 2 ini, ketika
41
obat oral gagal untuk merangsang pelepasan insulin yang memadai, maka
ada hormon antagonis insulin yang berlebihan saat kehamilan. Hal ini
menyebabkan keadaan resistensi insulin dan glukosa tinggi pada ibu yang terkait
dengan kemungkinan adanya reseptor insulin yang rusak (NIDDK, 2014 dan
ADA, 2015).
yaitu:
yang dirasakan oleh setiap pasien jika. Konsentrasi glukosa dalam darah tinggi,
ginjal tidak mampu menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar,
glukosa yang berlebihan diekresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai
diuresis osmosis. Sebagai akibat dari kehilangan cairan dan elektrolit yang
2) Polydipsia (Peningkatan Rasa Haus): Peningkatan rasa haus akibat volume urin
yang besar dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ektrasel. Dehidrasi
intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan terdifusi keluar
haus.
dalam tubuh meskipun kadar gula darah tinggi. Rasa lelah dan kelemahan otot
akibat gangguan darah pada pasien Diabetes lama, katabolisme protein diotot dan
utama yang berasal dari unsur protein. Akibat banyak persyarafan terutama perifer
mengalami kerusakan.
bahan dasar utama dari protein dan unsur makanan yang lain. Pada penderita DM
bahan protein banyak diformulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga bahan
itu luka yang sulit sembuh juga dapat diakibatkan oleh pertumbuhan
7) Mata kabur: Yang disebabkan gangguan refraksi akibat perubahan pada lensa
(peningkatan rasa haus), polifagia (peningkatan rasa lapar) dan penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya. Jika terdapat gejala khas, maka
glukosa darah puasa (GDP) ≥ 126 mg/dl juga dapat digunakan untuk pedeoman
pemeriksaan tunggal yang sangat akurat untuk menilai status glikemik jangka
HbA1C dianjurkan untuk dilakukan secara rutin pada pasien DM, pemeriksaan
pengendalian.
2.5.7 Komplikasi
makroangiopati. Komplikasi kronis yang dapat terjadi akibat Diabetes yang tidak
terkendali adalah:
1) Kerusakan Saraf (Neuropati): Sistem saraf tubuh kita terdiri atas susunan saraf
pusat, yaitu otak dan sumsum tulang belakang, susunan saraf perifer di otot, kulit,
dan organ lain, serta susunan saraf otonom yang mengatur otot polos di jantung
dan saluran cerna. Hal ini biasanya terjadi setelah glukosa darah terus tinggi, tidak
terkontrol dengan baik, dan berlangsung sampai 10 tahun atau lebih. Apabila
glukosa darah berhasil diturunkan menjadi normal, terkadang perbaikan saraf bisa
44
terjadi. Namun bila dalam jangka yang lama glukosa darah tidak berhasil
pembuluh darah kapiler yang memberi makan ke saraf sehingga terjadi kerusakan
rangsangan impuls saraf, salah kirim atau terlambat kirim. Tergantung dari berat
ringannya kerusakan saraf dan saraf mana yang terkena (Ndraha 2014).
2) Kerusakan Ginjal (Nefropati): Ginjal manusia terdiri dari dua juta nefron dan
bejuta-juta pembuluh darah kecil yang disebut kapiler. Kapiler ini berfungsi
sebagai saringan darah. Bahan yang tidak berguna bagi tubuh akan dibuang ke
urin atau kencing. Ginjal bekerja selama 24 jam sehari untuk membersihkan darah
dari racun yang masuk ke dan yang dibentuk oleh tubuh. Bila ada nefropati atau
dipertahankan ginjal bocor keluar. Gangguan ginjal pada penderita Diabetes juga
terkait dengan neuropathy atau kerusakan saraf. Menurut (Fowler, 2008), bahwa
Nefropati Diabetik didefinisikan oleh proteinuria > 500 mg dalam 24 jam pada
keadaan Diabetes, tetapi biasanya diawali dengan derajat proteinuria yang lebih
ekskresi albumin 30-299 mg/24 jam. Tanpa intervensi, pasien Diabetes dengan
(Ndraha 2014).
penderitanya dan menjadi penyebab utama kebutaan. Ada tiga penyakit utama
45
pada mata yang disebabkan oleh Diabetes, yaitu : (1) Retinopati, retina
mendapatkan makanan dari banyak pembuluh darah kapiler yang sangat kecil.
Glukosa darah yang tinggi bisa merusak pembuluh darah retina. (2) Katarak, lensa
yang biasanya jernih bening dan transparan menjadi keruh sehingga, menghambat
masuknya sinar dan makin diperparah dengan adanya glukosa darah yang tinggi.
(3) Glaukoma, terjadi peningkatan tekanan dalam bola mata sehingga merusak
pembuluh darah. Akibatnya suplai darah ke otot jantung berkurang dan tekanan
dramatis seperti kerusakan mata atau kerusakan ginjal. Namun, harus diingat
atau stroke. Risiko serangan jantung dan stroke menjadi dua kali lipat apabila
tangan dan kaki, yang dinamakan Peripheral Vascular Disease (PVD), dapat
terjadi lebih dini dan prosesnya lebih cepat pada penderita Diabetes daripada
orang yang tidak menderita Diabetes. Denyut pembuluh darah di kaki terasa
lemah atau tidak terasa sama sekali. Bila Diabetes berlangsung selama 10 tahun
lebih, sepertiga pria dan wanita dapat mengalami kelainan ini. Dan apabila
ditemukan PVD disamping diikuti gangguan saraf atau neuropati dan infeksi yang
46
darah jantung.
Diabetes tidak makan gula bisa-bisa mengalami kerusakan hati. Anggapan ini
keliru, hati bisa terganggu akibat penyakit Diabetes itu sendiri. Dibandingkan
orang yang tidak menderita Diabetes, penderita Diabetes lebih mudah terserang
8) Penyakit Paru: Pasien Diabetes lebih mudah terserang infeksi tuberkulosis paru
dibandingkan orang biasa, sekalipun penderita bergizi baik dan secara sosio
ekonomi cukup. Diabetes memperberat infeksi paru, demikian pula sakit paru
glukosa darah yang tidak baik, serta gangguan saraf otonom yang mengenai
saluran pencernaan. Gangguan ini dimulai dari rongga mulut yang mudah terkena
pada akar gigi yang mudah terserang infeksi, dan gigi menjadi mudah tanggal
serta pertumbuhan menjadi tidak rata. Rasa sebah, mual, bahkan muntah dan diare
juga bisa terjadi. Ini adalah akibat dari gangguan saraf otonom pasa lambung dan
usus. Keluhan gangguan saluran makan bisa juga timbul akibat pemakaian obat-
10) Infeksi; Glukosa darah yang tinggi mengganggu fungsi kekebalan tubuh
dan kadar glukosa darah untuk mengurangi komplikasi yang ditimbulkan akibat
DM, caranya yaitu menjaga kadar glukosa dalam batas normal tanpa terjadi
hipoglikemia serta memelihara kualitas hidup yang baik. Ada lima macam
1) Manajemen Diet: Tujuan dari penatalaksanaan diet antara lain yaitu untuk
mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah dan lipid mendekati normal,
mencapai dan mempertahankan berat badan dalam batas normal kurang lebih dari
10% dari berat badan idaman, mencegah komplikasi akut dan kronik serta
2) Terapi Nutrisi: Terapi nutrisi khusus untuk meningkatkan pasien dengan lebih
intensif lagi menilai makan dan asupan gizi, memberikan konseling yang
kebutuhan pasien, komorbiditas, kondisi kronis yang ada dan faktor kunci lainnya
(Damayanti, 2015).
3) Latihan Fisik (olah raga): Dengan berolahrag dapat mengaktifasi ikatan insulin
glukosa dalam darah. Latihan fisik yang rutin dapat memelihara berat badan yang
normal dengan indeks massa tubuh, Manfaat dari latihan fisik adalah dapat
untuk deteksi dan mencegah hiperglikemia atau hipoglikemia, pada akhirnya akan
dimonitoring adalah glukosa darah, glukosa urin, keton darah, keton urin. Selain
itu juga pengkajian tambahan seperti cek berat badan secara regular, pemeriksaan
pengetahuan pasien saat ini, kebutuhan individu dan faktor risiko. Pasien harus
menyadari faktor risiko dan langkah yang tepat untuk menghindari komplikasi.
Pendidikan harus mencakup : (1) Memeriksa kaki setiap hari terkait luka, memar,
perdarahan, kemerahan, dan masalah kuku. (2) Usahakan cuci kaki setiap hari
kemudian keringkan dengan benar, termasuk di antara sela-sela jari kaki. (3)
Jangan merendam kaki kecuali ditentukan oleh dokter, perawatan atau tenaga
kesehatan.
orang dewasa dengan DMT2. Seiring berjalannya waktu, produk tembakau dan
nikotin telah diperluas (Termasuk merokok, pipa air dan produk larut) tim
bermanfaat yang tersedia, dan harus ditekankan oleh dokter (Damayanti, 2015).
7) Terapi Farmakologi: Tujuan terapi insulin adalah menjaga kadar gula darah
darah jika dengan diet, latihan fisik dan obat hipoglikemia ora (OHO) tidak dapat
menjaga gula darah dalam rentang normal. Pada pasien DM tipe 2 kadang
perkeni (2006), (OHO) saat ini terbagi dalam 2 kelompok, 1) obat yang
dalam kelompok pertama. Mereka bekerja pada hati, otot dan jaringan lemak,
usus. Singkatnya mereka bekerja ditempat dimana terdapat insulin yang mengatur
glukosa darah. Sulfonil, replaginid, nateglinid dan insulin yang disuntikkan adalah
2015).
50
kenaikan berat badan. Ini adalah biaya-rendah, obat oral memiliki efek lipid
perilaku penanganan yang khusus seumur hidup. Pasien tidak hanya belajar
glukosa darah yang mendadak, tetapi juga harus memiliki perilaku preventif
dalam gaya hidup untuk menghindari komplikasi Diabetic jangka panjang. Pasien
harus mengerti mengenai nutrisi, manfaat dan efek samping terapi, latihan,
Kerangka konsep adalah suatu yang abstrak dari suatu realita agar dapat
Pengalaman
Peran
Perawat
Peran dengan Sikap
Keluarga Pendidikan
Simulasi Ting
Online 5 kat Kadar
Motivasi Gula
. Pilar DM Pengetahuan Ketaatan Kepa
beragama tuhan Darah
/ religius Klien
Keterjang
kauan Sarana
dan
Jarak &
Fasilitas
Transport
Kesehatan
asi
= Diteliti
Dari kerangka konsep dapat dijelaskan bahwa peran keluarga juga bisa
pekerjaan, pendapatan dan sosial ekonomi. Peran perawat sangat penting untuk
dan transportasi, sikap, ketaatan beragama, dan sarana dan fasilitas akan
2.7 Hipotesis
(Dharma, 2015).
Diabetes Melitus Terhadap Tingkat Kepatuhan dan Penurunan Kadar Gula Darah
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan tentang metode penelitian yang akan digunakan
Etika Penelitian
Desain penelitian adalah hasil akhir dari suatu keputusan yang dibuat oleh
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah penelitian Pre
Experimental dengan pendekatan One Group Pre Test Post Test Design yaitu
53
54
Keterangan :
K : Subjek
I : Intervensi
Waktu yang digunakan pada penelitian ini antara bulan Februari tahun 2021
sampai bulan April tahun 2021. Dengan pengambilan responden dilakukan pada
Kerangka kerja adalah tahap dalam aktivitas ilmiah, mulai dari penerapan
populasi, sampel dan seterusnya yatu kegiatan sejak awal penelitian akan
dilaksanakan (Nursalam,2015).
55
sebagai berikut:
3.4.1 Populasi
3.4.2 Sampel
pada penelitian ini adalah pasien penderita hipertensi yang berada di Desa
38 responden.
1) Kriteria inklusi adalah ciri-ciri atau karakteristik yang harus dipenuhi setiap
anggota yang akan menjadi sampel dan persyaratan umum yang diharapkan
kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah : (1) Penderita hipertensi yang tercatat
di polindes Kedungbondo Balen. (2) Penderita berusia 45-59 tahun. (3) Penderita
bersedia menjadi responden. (4) Penderita yang tidak ada gangren. (5) Penderita
yang dapat membaca. (6) Penderita atau keluarga penderita yang bisa mengakses
youtube.
2) Kriteria ekslusi adalah ciri-ciri atau karakteristik dari anggota yang tidak dapat
penelitian ini adalah : (1) Penderita yang sedang menjalani pengobatan. (2)
Penderita yang terdapat gangren. (3) Penderita yang tidak bisa membaca
3) Kriteria drop out dalam penelitian ini adalah : (1) Penderita yang membatalkan
informed consent. (2) Penderita yang tidak mengikuti edukasi simulasi online dari
adalah:
𝑁. 𝑍 2 . 𝑝. 𝑞
𝑛=
𝑑 2 (𝑁 − 1) + 𝑍 2 . 𝑝. 𝑞
Keterangan:
38.3,8416.0,25
𝑛=
0,0025 (37) + 3,8416 . 0,25
36,4952
𝑛=
0,085 + 0,9604
58
36,4952
𝑛=
1,0454
n = 34,91027 = 35 responden
𝑛
𝑛′ =
1−𝑓
Keterangan :
35
𝑛′ =
1 − 0,1
n’ = 38
3.4.3 Sampling
penelitian ini adalah total sampling yang mana setiap populasi atau anggota
memiliki peluang yang sama untuk terpilih menjadi anggota sampel. Teknik
sampel yang digunakan adalah simple total sampling, yaitu pengambilan anggota
59
populasi secara acak tanpa memperlihatkan strata yang ada dalam populasi
satu orang dengan orang lainnya dan diteliti dalam suatu penelitian. Variabel
penelitian dikembangkan dari konsep teori dan hasil penelitian terdahulu sesuai
disebut juga variabel sebab yaitu karakteristik dari subjek yang dengan
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pemberian Edukasi Simulasi Online
adalah variabel akibat atau variabel yang akan berubah akibat pengaruh suatu
terikat dalam penelitian ini adalah Tingkat Kepatuhan dan Kadar Gula Darah
meliputi variabel – variabel yang diteliti, jenis variabel, definisi konseptual dan
Definisi
Variabel Indikator Alat Ukur Skala Skor
Operasional
Variabel Memberikan Edukasi Simulasi 5 Video -
Independen pendidikan Online Lembar
Pemberian kesehatan (ESOMONDE) di Kuesioner
Edukasi untuk youtube yang
Simulasi meningkatkan diberikan selama 5
Online status menit selama 5
kesehatan hari, dengan
individu rincian 1 hari
diberikan 1 video
materi.
Hari ke 1 :
Edukasi meliputi :
- Pengertian DM
- Tanda Gejala
DM
- Penyebab DM
- Komplikasi DM
Hari ke 2 :
Terapi Nutrisi
Medis meliputi:
Diet untuk
penderita DM
Hari ke 3 :
Latihan Jasmani
Hari ke 4 “
Terapi
Farmakologis
Hari ke 5 :
Monitoring Gula
Darah
Variabel Pengukuran Patuh dalam Lembar Nominal1. Patuh
Dependen tingkat menjalankan 5 kuesioner dengan skor
Tingkat kepatuhan Pilar DM 90
61
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan oleh peneliti untuk
mengobservasi, mengukur atau menilai suatu fenomena. Data yang diperoleh dari
suatu pengukuran kemudian dianalisis dan dijadikan sebagai bukti (evidence) dari
suatu penelitian. Sehingga instrumen atau alat ukur merupakan bagian yang
dependen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat kepatuhan dan
kadar glukosa darah penderita DM. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner
edukasi simulasi online, kuesioner berisi 18 item pertanyaan dan lembar observasi
yang digunakan untuk mencatat tekanan darah sebelum diberikan intervensi dan
sesudah diberikan intervensi, dan glukometer untuk pemeriksaan kadar gula darah
tentang topik masalah yang akan dilakukan penelitian kemudian setelah mendapat
balasan dari instansi terkait. Setelah mendapatkan surat balasan dari instansi
Muhammadiyah Lamongan.
penelitian sesuai dengan kriteria inklusi dan dilanjutkan dengan bertanya kepada
tata cara prosedur penelitian, resiko yang mungkin didapatkan, manfaat yang akan
prosedur penelitian.
disusun dengan baik dan penderita tinggal memberikan jawaban ya atau tidak,
mengukur kadar glukosa darah menggunakan Glukometer. Setelah data pre test
terkumpul, peneliti membuat video animasi dan simulasi tentang 5 Pilar Diabetes
Melitus intervensi diberikan selama 5 menit dengan frekuensi 5 kali yaitu selama
penderita Diabetes Melitus dan memberikan link video yang di upload melalui
Youtube. Pada hari ke 7 , mengukur kadar glukosa darah puasa setelah pemberian
data, kemudian akan dilakukan editting, codding, tabulating, scoring dan analisa
data.
Analisa data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai tujuan
diperoleh. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data
terkumpul (Hidayat, 2010). Pada tahap ini peneliti memeriksa kembali kesesuaian
data yang diisi dengan petunjuk dan kelengkapan pengisian pada semua data yang
ada dalam lembar kuesioner. Data yang ada dalam kuesioner yaitu umur, jenis
klasifikasi dilakukan dengan cara memberi tanda atau kode berbentuk angka pada
setiap jawaban. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode atau
artinya dalam suatu buku memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode
Peneliti merubah data menjadi angka atau bilangan yang telah ditentukan
untuk mempermudah dalam proses analisis data. Semua data yang diperoleh
dirubaha kedalam bentuk angka sesuai dengan kategori yang telah ditentukan
sebelumnya. Data umum karakteristik responden, jika Umur 35-44 tahun diberi
kode 1, 45-54 tahun diberi kode 2 dan 55-64 tahun diberi kode 3. Jenis Kelamin,
jika laki-laki diberi kode 1 dan perempan diberi kode 2. Tingkat pendidikan, jika
SD diberi kode 1, pendidikan SMP diberi kode 2, pendidikan SMA diberi kode 3
dan perguruan tinggi diberi kode 4. Jenis pekerjaan, jika tidak bekerja diberi kode
1, wiraswasta diberi kode 2, swasta diberi kode 3 dan petani diberi kode 4.
Riwayat DM, jika 1 tahun diberi kode 1, 2 tahun diberi kode 2, 3 tahun diberi
kode 3, dan > 3 tahun diberi kode 4. Obat DM, jika metformin diberi kode 1 dan
akan memberikan kode 1 pada jawaban yang benar dan kode 0 pada jawaban yang
salah. Pemberian kode 1 pada kategori patuh dan kode 2 pada kategori tidak
patuh. Pada variabel dependen penurunan kadar glukosa darah, peneliti akan
memberikan kode 1 pada kategori normal dan kode 2 pada kategori hiperglikemi
3) Scoring: Kegiatan memberikan skor atau nilai pada setiap jawaban pasien
(Nursalam, 2014). Jika jawaban salah diberi skor 0 dan jika jawaban benar diberi
skor 5, Hasil dari jawaban pasien yang telah diberi skor dijumlahkan dan
(Sugiyono, 2011).
Rumus :
Ʃ𝑺𝒑
𝒏= × 𝟏𝟎𝟎%
Ʃ𝑺𝒎
Keterangan :
n = presentase
Standar kepatuhan 5 pilar DM adalah patuh (100%) dan tidak patuh (<100%)
4) Tabulating: Setelah memberi kode, peneliti akan mengolah data dengan cara
memasukkan data dari hasil yang dikumpulkan ke dalam tabel sesuai dengan
2010).
yang telah dipilih untuk analisis data statistik dengan bantuan perangkat lunak
Match Pairs Test apabila uji normalitas tidak normal, dan menggunakan uji t test
apabila uji normalitas normal. Serta variabel terikat adalah rasio yang bertujuan
terhadap kepatuhan dan kadar gula darah pada penderita DM. Menggunakan
tingkat kemaknaan 95% dengan (α) = 0,05 dengan menggunakan rumus Wilcoxon
𝑛 (𝑛 + 1)
µ=
4
𝑛 (𝑛+1)(2𝑛−1)
𝐽𝑇 = 24
Dengan demikian
67
𝑛𝑡 (𝑛 − 1)
𝑡−( )
𝑍= 4
√𝑛 (𝑛 + 1)(2𝑛 + 1)
24
Keterangan :
Z = Score Z
σ = Standar deviasi
n = Jumlah sampel
komputer program Stistical Product and Dervice Solution (SPSS) 16.0 for
1) Jika p < 0,05 maka H0 ditolak artinya adanya pengaruh pemberian edukasi
simulasi online tentang 5 pilar diabetes melitus terhadap tingkat kepatuhan dan
2) Jika p > 0,05 maka H0 diterima artinya tidak ada pengaruh pemberian edukasi
simulasi online tentang 5 pilar diabetes melitus terhadap tingkat kepatuhan dan
manusia. Subjek memiliki hak asasi dan kebebasan untuk menentukan pilihan ikut
atau menolak penelitian (autonomy). Tidak boleh ada paksaan atau penekanan
tertentu agar subjek bersedia ikut dalam penelitian. Subjek dalam penelitian juga
dengan baik, subjek kemudian menentukan apakah akan ikut serta atau menolak
pelaksanaan penelitian.
Balen, apakah bersedia atau tidak untuk menjadi penderita DM yang diberikan
edukasi simulasi online. Hal ini peneliti sudah melakukan prinsip menghormati
harkat dan martabat serta terbuka dalam memberikan informasi dengan bukti,
convidentialty): Manusia sebagai subjek penelitian memiliki privasi dan hak asasi
tidak ingin identitas dan segala informasi tentang dirinya diketahui oleh orang
lain, Prinsip ini dapat diterapkan dengan cara meniadakan identitas seperti nama
dan alamat subjek kemudian diganti dengan kode tertentu. Dengan demikian
segala informasi yang menyangkut identitas subjek tidak terekspos secara luas.
mengenai penderita dengan cara memberi kode yang hanya diketahui peneliti
dilakukan secara jujur, tepat, cermat, hati-hati dan dilakukan secara profesional.
keuntungandan beban secara merata atau memberikan perlakuan yang sama pada
prinsip ini peneliti memberikan edukasi simulasi online secara merata pada
Bondo Balen.
penderita. Data tersebut didimpan dan hanya dapat diakses oleh peneliti dan
semua bentuk data hanya digunakan untuk keperluan proses analisis sampai
nama pasien atau anonimity dalam menyusun penenlitian. Data yang telah
70
berakhir
and benefits): Penelitian ini mengandung makna bahwa setiap penelitian harus
maleficience). Prinsip ini yang harus diperhatikan oleh peneliti ketika mengajukan
dari penelitian.
tentang 5 pilar Diabetes Melitus yang dapat bermanfaat bagi pasien untuk
BAB 4
Dalam bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan
disajikan dalam 2 bagian yaitu data umum dan data khusus. Data umum meliputi
yang terdiri dari umur penderita, jenis kelamin penderita, pendidikan penderita,
pekerjaan penderita, riwayat DM penderita, dan Obat DM, sedangkan data khusus
meliputi penilaian tingkat kepatuhan dan kadar gula darah pre dan post pemberian
Balen.
Data yang digunakan adalah data primer yang diambil dari penderita
yang ada di wilayah Kabupaten Bojonegoro terdiri dari 23 desa, salah satunya
dicapai/ditempuh baik dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Fasilitas
Pada bagian ini akan disajikan data umum responden berdasarkan usia,
Pekerjaan
Tidak Bekerja 18 47,4%
Wiraswasta 15 39,5%
Swasta 3 7,9%
Petani 2 5,3%
Jumlah 38 100%
Riwayat DM
1 Tahun 21 55,3%
2 Tahun 12 31,6%
3 Tahun 1 3,6%
>3 Tahun 4 10,5%
Jumlah 38 100%
Obat DM
Metformin 19 50,0%
Glibenclamid 8 21,1%
Lain-Lain 11 28,9%
Jumlah 38 100%
besar (73,7%) penderita Diabetes Melitus dengan umur 35-44 Tahun. Terdapat
Pada bab ini akan diuraikan tentang kepatuhan dan kadar gula darah
Diabetes Melitus
Diabetes Melitus.
perilaku patuh terhadap 5 Pilar Diabetes Melitus dan sebanyak 3 orang (8%)
gula darah dalam kategori normal, sebanyak 7 orang (18,4%) memiliki kadar
Diabetes Melitus terhadap tingkat kepatuhan dan kadar gula darah di Desa
Kedungbondo Balen.
menjalankan 5 Pilar Diabetes Melitus dan sebagian kecil sebanyak 3 orang (8%)
signifikansi p < 0,05 maka dapat dikatakan bahwa distribusi data tidak normal.
Dengan demikian maka untuk menguji hipotesis, digunakan uji non parametrik
Berdasarkan Uji Wilcoxon Sign Rank Test dengan menggunakan SPSS versi
16.0 bahwa pengaruh pemberian edukasi simulasi online tentang 5 pilar Diabetes
probabilitas 0,000. Karena probabilitas < 0,05, sehingga H1 diterima. Hal ini
77
Melitus didapatkan sebagian besar sebanyak 31 orang (82%) memiliki kadar gula
darah dalam kategori norrmal setelah diberikan Edukasi Simulasi Online Tentang
5 Pilar Diabetes Melitus, sebagian kecil sebanyak 7 orang (18%) memiliki kadar
gula darah dalam kategori hiperglikemi setelah diberikan Edukasi Simulasi Online
signifikansi p < 0,05 maka dapat dikatakan bahwa distribusi data tidak normal.
Dengan demikian maka untuk menguji hipotesis, digunakan uji non parametrik
Berdasarkan Uji Wilcoxon Sign Rank Test dengan menggunakan SPSS versi
16.0 bahwa pengaruh pemberian edukasi simulasi online tentang 5 pilar Diabetes
probabilitas 0,000. Karena probabilitas < 0,05, sehingga H1 diterima. Hal ini
78
pilar Diabetes Melitus terhadap kadar glukosa darah penderita Diabetes Melitus di
4.2 Pembahasan
Setelah dilakukan uji analisa data dan menguji hasil penelitian dengan
menggunakan uji statistik diperoleh hasil yang cukup bervariasi yang memerlukan
pembahasan tentang bagaimana tingkat kepatuhan dan kadar gula darah sebelum
kepatuhan dan kadar gula darah setelah diberikan pisang ambon dan pengaruh
kadar glukosa darah sebelum diberikan Edukasi Simulasi Online Tentang 5 Pilar
Diabetes Melitus (Pre Test) hampir semua penderita Diabetes Melitus sebanyak
38 orang mempunyai perilaku tidak patuh terhadap 5 pilar Diabetes Melitus dan
Beberapa penelitian menyatakan pasien yang tidak patuh pada pilar edukasi
mempunyai resiko 5 kali mengalami kadar glukosa darah yang tinggi dibanding
pasien yang patuh. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
79
Effendi (2005), tujuan pendidikan kesehatan atau edukasi yang paling pokok
pada pilar pengaturan makan mempunyai resiko 3,7 kali mengalami kadar glukosa
darah yang tinggi dibanding pasien yang patuh. Hal tersebut sesuai dengan
berpengaruh terhadap regulasi gula darah, jika gula darah tinggi risiko gangguan
pembuluh darah terutama bagian perifer akan semakin tinggi. Begitu juga dengan
jumlah lemak yang dikonsumsi berakibat gangguan lumen pembuluh darah dan
mellitus meliputi: memenuhi energi pada pasien DM, terpenuhinya nutrisi yang
optimal pada makanan yang disajikan seperti vitamin dan mineral, mencapai dan
mengandung lemak dan mencegah level glukosa darah naik, karena dapat
harus dikuasai oleh seorang klien diabetes. Karena klien harus mengetahui berapa
kalori yang berasal dari karbohidrat, lemak dan protein yang sesuai dengan
kebutuhan sehari hari. Disamping itu klien harus juga patuh terhadap jadwal,
80
jumlah dan jenis makanan yang baik untuk dikonsumsi. Apabila klien tidak dapat
mengikuti pola dietnya maka akan sangat mempengaruhi regulasi gula darah
Kepatuhan menjalankan pilar aktifitas fisik, pasien yang tidak patuh pada
pilar aktifitas fisik mempunyai resiko 4,8 kali mengalami kadar glukosa yang
tinggi dibanding pasien yang patuh. Sesuai dengan yang dipublikasikan oleh
PERKENI (2015) Latihan jasmani atau aktivitas fisik selain menjaga kebugaran
sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Pilar aktifitas fisik merupakan
sebagai hasil akhir aktivitas fisik yang teratur adalah kontrol kadar gula darah dan
lemak lebih baik dan mencegah komplikasi DM yang tidak diinginkan. Hasil
penelitian lain yang sesuai adalah penelitian yang dilakukan oleh Ainin (2011)
menunjukkan hasil antara kebiasaan olah raga dengan kadar gula darah
dilakukan secara rutin baik itu klien diabetes. Karena dengan olahraga terjadi
insulin yang pada akhirnya regulasi gula darah menjadi lebih baik, dan komplikasi
Kepatuhan menjalankan pilar terapi medis pasien yang tidak patuh pada
pilar terapi medis mempunyai resiko 8,3 kali mengalami kadar glukosa darah
yang tinggi dibanding pasien yang patuh. Apabila terapi tanpa obat (pengaturan
81
diet dan olahraga) belum berhasil mengendalikan kadar glukosa darah pada
penderita, maka perlu dilakukan langkah berikutnya berupa terapi obat, baik
dalam bentuk terapi obat hipoglikemik oral, tetapi insulin atau kombinasi
kadar gula darah dalam kisaran yang normal. Kadar gula darah yang benar-benar
normal sulit untuk dipertahankan, tetapi semakin mendekati kisaran yang normal,
Hasil penelitian lain yang sesuai adalah penelitian yang dilakukan oleh
Yoga (2011) menunjukkan bahwa orang yang mempunyai kepatuhan minum obat
dibandingkan dengan yang tidak patuh Berdasarkan hasil penelitian diatas, teori
dan hasil penelitian, maka peneliti berpendapat bahwa kepatuhan terapi medis
sangat berpengaruh terhadap kontrol gula darah dan dapat mencegah dan atau
tidak cukup hanya patuh mengkonsumsinya saja. Diabetisi harus paham benar
mengenai cara minum obat, karena ada obat yang dikonsumsi atau digunakan
sebelum makan, setelah makan atau ada yang diminum bersamaan dengan suapan
pertama.
pengendalian diabetes, pemantauan kadar gula darah ini penting karena membantu
penderita diabetes.
yang dialami pasien tidak cukup hanya dimonitoring atau dipantau gula darah,
HbA1c, tekanan darah, kolestrol dan lain sebagainya. Tetapi juga harus diiringi
sehingga gula darah dapat terkontrol dengan baik agar komplikasi dapat dicegah
atau diperlambat.
Melitus menyebabkan seluruh penderita memiliki kadar gula darah dalam kategori
Diabetes Melitus. Selain pola makan, aktivitas yang dilakukan oleh seseorang
juga merupakan gaya hidup, Gaya hidup yang salah akan memberikan dampak
Hal ini sesuai dengan penelitian Rafanani (2013) menyatakan gaya hidup
dan pola makan yang tidak baik akan menyebabkan timbunan lemak yang bisa
membuat sel tubuh menjadi tidak peka terhadap insulin. Sehingga menyebabkan
menjalankan 5 pilar Diabetes Melitus yang baik akan menentukan kadar glukosa
darah. Semakin tinggi kepatuhan individu, maka akan meyebabkan kadar glukosa
online tentang 5 pilar Diabetes Melitus didapatkan data bahwa sebagian besar
orang patuh terhadap 5 pilar Diabetes Melitus dan sebanyak 3 orang tidak patuh
dapat diperoleh dari pendidikan formal maupun non formal, salah satu upaya
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Sri Ayu Pancawati (2016)
perilaku ataupun hanya menambah wawasan serta salah satu kebutuhan dasar
Hal ini sesuai dengan teori (Pratiwi dan Endang, 2013) menyatakan
terhadap 5 pilar Diabetes Melitus yang dapat mempengaruhi kadar glukosa darah.
membiasakan diri untuk merubah gaya dan pola hidup agar tidak terjadi kadar
yaitu adanya suatu efek positif terhadap tingkat kepatuhan dan kadar glokosa
85
Berdasarkan fakta yang diambil dari hasil penelitian diatas bahwa terdapat
terhadap tingkat kepatuhan dan kadar glukosa darah secara signifikan. Hal ini
Melitus dan hampir seluruh responden dapat mengontrol kadar glukosa darah
edukasi simulasi online melalui video animasi yang disebarkan melalui link
sehingga timbul perilaku patuh dan menyebabkan kadar gula darah dapat
dikontrol
Melitus mengenai 5 pilar Diabetes Melitus salah satunya yaitu melaui edukasi
menjadi salah satu hal formal dengan menggunakan teknologi (Bower 2019).
media Youtube cukup efektif dalam menyampaikan materi. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Marco Aurelius Refo (2018) bahwasanya media
youtube sangat efektif dalam media untuk meyampaikan materi, sehingga minat
Melitus.
motivasi kepada keluarga dan penderita bahwa perawatan secara rutin pada
Faktor yang berpengaruh pada respon glikemik makanan adalah cara memasak,
(karbohidrat, lemak dan protein), yang dimaksud dengan karbohidrat adalah gula,
tepung dan serat. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Prabowo & Hastuti
dalam diet, sehingga dapat menurunkan kadar gula darah tinggi pada penderita
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan latihan jasmani teratur (3-4 kali)
seminggu selama kurang lebih 30 menit) merupakan salah satu pilar dalam
disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Perlu dibatasi atau jangan
terlalu lama melakukan kegiatan yang kurang gerak (menonton televisi). Hasil
Sebagian besar mempunyai kadar gula darah puasa yang tinggi, sesudah di
mempunyai kadar gula darah puasa yang normal. Hasil penelitian menunjukkan
pengaruh latihan jalan kaki ringan 30 menit terhadap penurunan kadar gula darah
latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan
responden yang patuh terhadap terapi dapat menurunkan kadar gula darah yang
tinggi. Terdapat hasil yang positif dan signifikan antara kepatuhan dengan
keberhasilan terapi. Kesimpulannya ada hasil yang positif dan signifikan antara
antidiabetik oral pada penderita Diabetes Melitus dapat menurunkan kadar gula
yang dilakukan (Amir, S.M..J., Wungouw, H., & Pangemanan, 2015) tentang
kadar glukosa darah puasa pada pasien Diabetes Melitus menunjukkan, penderita
yang sering mengukur kadar gula darah memiliki kadar gula darah pada batas
normal.
dengan penyerapan edukasi yang baik, pengaturan makan yang sesuai, olahraga
teratur, kepatuhan dalam pengobatan dan monitoring gula darah secara tertatur
online tentang 5 pilar Diabetes Melitus dapat merubah gaya dan pola hidup
penderita Diabetes Melitus dengan cara kita harus mempunyai pengetahuan yang
baik mengenai 5 pilar Diabetes Melitus yaitu dengan cara memahami edukasi
dengan baik, pola makan yang sesuia dengan anjuran, olahraga secara teratur,
patuh pengonbatan dan lebih sering memonitor kadar glukosa darah, jika
89
Pada penelitian ini terdapat keterbatasan yang dihadapi oleh peneliti yaitu,
merubah pola hidupnya sesuai dengan yang dianjurkan oleh peneliti yaitu sesuai
dengan 5 pilar Diabetes Melitus dan keterbatasan waktu peneltian sehingga sulit
BAB 5
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada bulan Mei tahun 2021
Melitus Terhadap Tingkat Kepatuhan dan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes
5.1 Kesimpulan
tingkat kepatuhan yang tidak patuh terhadap 5 pilar Diabetes Melitus dan
memiliki tingkat kepatuhan yang patuh terhadap 5 pilar Diabetes Melitus dan
kepatuhan yang patuh dan kadar gula darah yang mengalami penurunan.
online tentang 5 pilar Diabetes Melitus terhadap tingkat kepatuhan dan kadar
5.2 Saran
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai teori atau sumber
pustaka tentang tingkat kepatuhan dan kadar gula darah dengan mematuhi 5 Pilar
Diabetes Melitus untuk menjaga kadar gula darah tetap dalam batas normal
gula darah tetap dalam batas normal, maka tidak hanya menggunakan penanganan
dari tenaga medis atau tim kesehatan saja tetapi seluruh individu. Dan untuk
Melitus yang lebih besar dan representatif dengan metode yang lebih akurat serta
meneliti dari pengaruh lain diluar pengaruh edukasi simulasi online tentang 5 pilar
Diabetes Melitus
4) Bagi Penderita
penderita Diabetes Melitus sebagai obat non farmakologi untuk merubah pola
perilaku patuh terhadap 5 pilar Diabetes Melitus serta menjaga pola gaya hidup
yang sehat
92
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 1
97
Lampiran 2
98
Lampiran 3
Kepada Yth.
Saudara calon responden
Di Desa Kedungbondo
ARISTIA WULANDARI
99
Lampiran 4
Oleh :
ARISTIA WULANDARI
Yang bertanda Tangan dibawah ini saya, responden yang berperan serta
dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Pemberian Edukasi Simulasi Online
Tentang 5 Pilar Diabetes Melitus Terhadap Tingkat Kepatuhan dan Kadar
Glukosa Darah Penderita Diabetes Melitus Di Desa Kedungbondo Balen”
Saya telah mendapat penjelasan tentang tujuan penelitian, kerahasiaan
identitas dan informasi yang saya berikan serta hak saya untuk ikut serta dalam
penelitian ini.
Tanda tangan saya dibawah ini merupakan tanda tangan ketersediaan saya
sebagai responden dalam penelitian ini.
Tanda tangan :
Tanggal :
No. Responden
100
Lampiran 5
b) Memperkenalkan diri
Education
b. Penyaji
a) Membuka acara
b) Menyampaikan materi
c. Fasilitator
V. Kegiatan Edukasi
1) Metode : membagikan video
2) Langkah-langkah kegiatan
Edukasi Hari pertama :
No. TGL Fase Kegiatan Respon peserta Waktu
1. Pra- 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab 1 menit
interaksi 2. Perkenalan diri salam
3. Menentukan kontrak 2. menyimak
waktu
2. Kerja 1. Pengertian Diabetes 1. Menyimak 5 menit
Melitus dan
2. Tanda dan gejala memperhatik
Diabetes Melitus an penyaji
3. Penyebab Diabetes
Melitus
4. Komplikasi
Diabetes Melitus
3 Evaluasi 1. Menanyakan 1. Bertanya 3 menit
kepada peserta 2. Menjawab
apakah ada hal yang pertanyaan
ingin ditanyakan penyaji
5. Menanyakan
kembali Pengertian
Diabetes Melitus,
Tanda dan gejala
Diabetes Melitus
Penyebab Diabetes
Melitus,
Komplikasi
Diabetes Melitus
4. Terminasi 1. Mengakhiri 1. Mendengarkan 1 menit
pertemuan, 2. Menjawab
mengucapkan salam, salam
dan terimakasih atas
partisipasinya
2. Kontrak waktu untuk
hari kedua
3. Mengucapkan salam
penutup
104
dalam sehari ?
10. Jenis olahraga apa saja yang cocok untuk penderita Diabetes Melitus
(kencing manis) ?
gula darahnya ?
109
Lampiran 6
MATERI EDUKASI
I. Konsep 5 Pilar Dm
1. Edukasi
1) Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes Melitus adalah kondisi kronis yang terjadi ketika ada
peningkatan kadar glukosa darah karena tubuh tidak dapat menghasilkan
atau cukup hormon insulin atau menggunakan insulin secara efektif (IDF,
2017).
2) Klasifikasi Diabetes Melitus
(1) Tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Melitus/IDDM
(2) Diabetes Melitus Tipe 2 atau Insulin Non-Dependen Diabetes
Melitus/NIDDM
(3) Diabetes Melitus Tipe Lain
(4) Diabetes Melitus Gestasional
3) Etiologi Diabetes Melitus
(1) Kelainan genetik
(2) Usia
(3) Pola hidup dan Pola makan
(4) Obesitas
(5) Gaya hidup stress
(6) Penyakit dan infeksi pada pankreas
(7) Obat-obatan yang dapat merusak pankreas
4) Manifestasi Klinis
(1) Polyuria (Peningkatan Pengeluaran Urin)
(2) Polydipsia (Penngkatan Rasa Haus)
(3) Polifagia (Peningkatan Rasa Lapar)
(4) Kelainan kulit
(5) Kesemutan rasa baal akibat terjadinya neuropati
(6) Luka yang tidak sembuh sembuh
(7) Mata kabur
110
5) Pemeriksaan Penunjang
(1) Pemeriksaan glukosa darah sewaktu (GDS) ≥ 200 mg/dl diagnosis
DM sudah dapat ditegakkan.
(2) Pemeriksaan glukosa darah puasa (GDP) ≥ 126 mg/dl juga dapat
digunakan untuk pedeoman diagnosis DM.
(3) Pemeriksaan hemoglobin A1c (HbA1C) merupakan pemeriksaan
tunggal yang sangat akurat untuk menilai status glikemik jangka
panjang dan berguna pada semua tipe penyandang DM pemeriksaan
ini bermanfaat bagi pasien yang membutuhkan kendali glikemik.
6) Komplikasi
(1) Kerusakan saraf (Neuropati)
(2) Kerusakan ginjal (Nefropati)
(3) Kerusakan mata (Retinopati
(4) Penyakit jantung koroner (PJK)
(5) Hipertensi atau tekanan darah tinggi
(6) Penyakit pembuluh darah perifer
(7) Gangguan pada hati
(8) Penyakit paru
(9) Gangguan saluran cerna
(10) Infeksi
7) Penatalaksaan Diabetes Melitus
5 Pilar Penatalaksanaan Diabetes Melitus
(1) Edukasi
(2) Terapi Nutrisi Medis
(3) Latihan Jasmani
(4) Farmakologi
(5) Monitoring Gula Darah
2. Terapi Nutrisi Medis (TNM)
Prinsip pengaturan makan pada penyandang DM hampir sama dengan
anjuran makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang dan
sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu.
111
Lampiran 7
Jumlah
No Uraian No soal
pertanyaan
1 Kepatuhan Edukasi 2 1, 2
2 Kepatuhan Terapi Nutrisi Medis 5 3, 4, 5, 6, 7
3 Kepatuhan Latihan Jasmani 3 8,9, 10
4 Kepatuhan Farmakologi 2 11,
12,13,14,15,16
5 Kepatuhan Monitoring Gula Darah 3 17, 18
113
Lampiran 8
LEMBAR KUESIONER
Petunjuk Pengisian
1. Bacalah setiap soal dengan teliti
2. Berikan jawaban ya atau tidak
3. Lembar kuesioner pada google form tidak perlu ditulis identitas anda.
4. Pastikan semua soal terjawab semua
5. Setelah diisi semua , selanjutnya kirim jawaban
4. Pekerjaan
Tidak Bekerja
Wiraswasta
Swasta
Petani
114
Keterangan :
1. Umur 5. Riwayat DM
Kode 1 : 35 – 44 tahun Kode 1 : 1 tahun
Kode 2 : 45 – 54 tahun Kode 2 : 2 tahun
Kode 3 : 55 – 64 tahun Kode 3 : 3 tahun
2. Jenis Kelamin Kode 4 : > 3 tahun
Kode 1 : Laki – Laki 6. Obat DM
Kode 2 : Perempuan Kode 1 : Metformin
3. Pendidikan Kode 2 : Glibenclamid
Kode 1 : SD Kode 3 : Lain-Lain
Kode 2 : SMP
Kode 3 : SMA
Kode 4 : Perguruan Tinggi
4. Pekerjaan
Kode 1 : Tidak bekerja
Kode 2 : Wiraswasta
Kode 3 : Swasta
Kode 4 : Petani
115
No Jawaban
1 Ya
2 Ya
3 Ya
4 Tidak
5 Ya
6 Tidak
7 Ya
8 Ya
9 Ya
10 Ya
11 Tidak
12 Tidak
13 Tidak
14 Tidak
15 Tidak
16 Tidak
17 Ya
18 Ya
117
Lampiran 9
LEMBAR OBSERVASI
Kadar
Kadar Gula
Edukasi Edukasi Edukasi Edukasi Edukasi Gula
Hari/ Darah
No Hari ke Hari ke Hari ke Hari ke Hari ke Darah
Tanggal Sebelum
1 2 3 4 5 Setelah
Intervensi
Intervensi
118
Lampiran 10
36 2 2 2 1 4 2
37 1 2 1 1 2 1
38 2 2 3 2 4 1
120
Lampiran 11
TABULASI DATA KEPATUHAN SEBELUM DIBERIKAN EDUKASI SIMULASI ONLINE 5 PILAR DIABETES MELITUS
19 2 2 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 25 2
20 2 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 55 2
21 2 2 1 1 1 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 2 2 1 40 2
22 2 1 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 70 2
23 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 1 40 2
24 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 2 1 30 2
25 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 1 50 2
26 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 1 70 2
27 1 1 1 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 1 55 2
28 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 1 40 2
29 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 30 2
30 1 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 25 2
31 2 2 1 1 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 30 2
32 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 65 2
33 1 2 1 1 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2 2 1 30 2
34 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 1 40 2
35 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 40 2
36 1 1 1 1 2 2 1 2 1 2 2 1 1 2 2 1 2 1 40 2
37 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 40 2
38 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 2 60 2
122
LAMPIRAN 12
TABULASI DATA KEPATUHAN SESUDAH DIBERIKAN EDUKASI SIMULASI ONLINE 5 PILAR DIABETES MELITUS
19 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
20 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
21 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
22 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
23 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 85 2
24 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
25 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
26 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
27 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
28 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
29 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
30 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
31 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
32 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
33 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
34 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
35 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
36 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 85 2
37 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
38 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
124
LAMPIRAN 13
LEMBAR OBSERVASI
Kadar Kadar
Gula Edukasi Edukasi Edukasi Edukasi Edukasi Gula
Hari/
No Darah Hari ke Hari ke Hari ke Hari ke Hari ke Darah
Tanggal
Sebelum 1 2 3 4 5 Setelah
Intervensi Intervensi
1 16/05/2021 140 mg/dl 110 mg/dl
2 16/05/2021 138 mg/dl 115 mg/dl
3 16/05/2021 230 mg/dl 124 mg/dl
4 16/05/2021 175 mg/dl 110 mg/dl
5 16/05/2021 200 mg/dl 122 mg/dl
6 16/05/2021 165 mg/dl 108 mg/dl
7 16/05/2021 170 mg/dl 105 mg/dl
8 16/05/2021 185 mg/dl 125 mg/dl
9 16/05/2021 148 mg/dl 148 mg/dl
10 16/05/2021 156 mg/dl 121 mg/dl
11 16/05/2021 132 mg/dl 117 mg/dl
12 16/05/2021 150 mg/dl 124 mg/dl
13 16/05/2021 158 mg/dl 118 mg/dl
14 16/05/2021 142 mg/dl 125 mg/dl
15 16/05/2021 134 mg/dl 120 mg/dl
16 16/05/2021 255 mg/dl 255 mg/dl
17 16/05/2021 136 mg/dl 114 mg/dl
18 16/05/2021 265 mg/dl 284 mg/dl
19 16/05/2021 176 mg/dl 119 mg/dl
20 16/05/2021 189 mg/dl 125 mg/dl
21 16/05/2021 200 mg/dl 200 mg/dl
22 16/05/2021 148 mg/dl 120 mg/dl
23 16/05/2021 260 mg/dl 260 mg/dl
24 16/05/2021 178 mg/dl 124 mg/dl
25 16/05/2021 163 mg/dl 120 mg/dl
26 16/05/2021 198 mg/dl 125 mg/dl
27 16/05/2021 166 mg/dl 116 mg/dl
28 16/05/2021 268 mg/dl 224 mg/dl
29 16/05/2021 140 mg/dl 123 mg/dl
125
LAMPIRAN 14
DIABETES MELITUS
33 158 mg/dl 2
34 250 mg/dl 2
35 160 mg/dl 2
36 196 mg/dl 2
37 270 mg/dl 2
38 177 mg/dl 2
Keterangan :
1 : Normal
2 : Hiperglikemi
128
LAMPIRAN 15
DIABETES MELITUS
33 122 mg/dl 1
34 200 mg/dl 2
35 124 mg/dl 1
36 120 mg/dl 1
37 125 mg/dl 1
38 118 mg/dl 1
Keterangan :
1 : Normal
2 : Hiperglikemi
130
LAMPIRAN 16
Statistics
Jenis Riwayat Obat
Usia Kelamin Pendidikan Pekerjaan DM DM
N Valid 38 38 38 38 38 38
Missing 0 0 0 0 0 0
Usia
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 35-44 Tahun 28 73,7 73,7 73,7
45-54 Tahun 7 18,4 18,4 92,1
55-64 Tahun 3 7,9 7,9 100,0
Total 38 100,0 100,0
Jenis Kelamin
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Laki Laki 5 13,2 13,2 13,2
Perempuan 33 86,8 86,8 100,0
Total 38 100,0 100,0
Pendidikan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid SD 5 13,2 13,2 13,2
SMP 6 15,8 15,8 28,9
SMA 16 42,1 42,1 71,1
PT 11 28,9 28,9 100,0
Total 38 100,0 100,0
Pekerjaan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tidak 18 47,4 47,4 47,4
Bekerja
Wiraswasta 15 39,5 39,5 86,8
Swasta 3 7,9 7,9 94,7
Petani 2 5,3 5,3 100,0
Total 38 100,0 100,0
131
Riwayat DM
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 1 Tahun 21 55,3 55,3 55,3
2 Tahun 12 31,6 31,6 86,8
3 Tahun 1 2,6 2,6 89,5
> 3 Tahun 4 10,5 10,5 100,0
Total 38 100,0 100,0
Obat DM
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Metformin 19 50,0 50,0 50,0
Glibenclamid 8 21,1 21,1 71,1
Lain Lain 11 28,9 28,9 100,0
Total 38 100,0 100,0
132
LAMPIRAN 17
TABEL FREKUENSI DATA KHUSUS
Statistics
Pre Test Post Test Pre Post
Kepatuhan Kepatuhan GDA GDA
N Valid 38 38 38 38
Missing 0 0 0 0
Pre GDA
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Hiperglikem
38 100,0 100,0 100,0
i
Post GDA
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Normal 31 81,6 81,6 81,6
Hiperglikem
7 18,4 18,4 100,0
i
Total 38 100,0 100,0
133
CROSSTAB
Descriptivesa
Std.
Statistic Error
Post Test Mean 1,08 ,044
Kepatuhan 95% Confidence Lower
,99
Interval for Mean Bound
Upper
1,17
Bound
5% Trimmed Mean 1,03
Median 1,00
Variance ,075
Std. Deviation ,273
Minimum 1
Maximum 2
Range 1
Interquartile Range 0
Skewness 3,253 ,383
Kurtosis 9,055 ,750
a. Pre Test Kepatuhan is constant. It has been omitted.
Tests of Normalitya
Kolmogorov-Smirnovb Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Descriptivesa
Std.
Statistic Error
Post Mean 1,18 ,064
GDA 95% Confidence Lower
1,06
Interval for Mean Bound
Upper
1,31
Bound
5% Trimmed Mean 1,15
Median 1,00
Variance ,154
Std. Deviation ,393
Minimum 1
Maximum 2
Range 1
Interquartile Range 0
Skewness 1,697 ,383
Kurtosis ,926 ,750
a. Pre GDA is constant. It has been omitted.
Tests of Normalitya
Kolmogorov-Smirnovb Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Post
,496 38 ,000 ,473 38 ,000
GDA
a. Pre GDA is constant. It has been omitted.
b. Lilliefors Significance Correction
136
LAMPIRAN 18
Ranks
Mean Sum of
N Rank Ranks
Post Test Negative
35a 18,00 630,00
Kepatuhan - Pre Ranks
Test Kepatuhan Positive Ranks 0b ,00 ,00
Ties 3c
Total 38
a. Post Test Kepatuhan < Pre Test Kepatuhan
b. Post Test Kepatuhan > Pre Test Kepatuhan
c. Post Test Kepatuhan = Pre Test Kepatuhan
Test Statisticsa
Post Test Kepatuhan - Pre Test
Kepatuhan
Z -5,916b
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
Ranks
Mean Sum of
N Rank Ranks
Post GDA - Pre Negative
31a 16,00 496,00
GDA Ranks
Positive Ranks 0b ,00 ,00
c
Ties 7
Total 38
a. Post GDA < Pre GDA
b. Post GDA > Pre GDA
c. Post GDA = Pre GDA
137
Test Statisticsa
Post GDA - Pre GDA
Z -5,568b
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
138
139
140