Anda di halaman 1dari 159

SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI SIMULASI ONLINE TENTANG 5


PILAR DIABETES MELITUS TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN
DAN KADAR GLUKOSA DARAH PENDERITA DIABETES
MELITUS DI DESA KEDUNGBONDO BALEN

ARISTIA WULANDARI
NIM. 17.02.01.2396

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2021
PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI SIMULASI ONLINE TENTANG 5
PILAR DIABETES MELITUS TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN
DAN KADAR GLUKOSA DARAH PENDERITA DIABETES
MELITUS DI DESA KEDUNGBONDO BALEN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Prodi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan


Universitas Muhammadiyah Lamongan Sebagai Salah Satu
Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Keperawatan

ARISTIA WULANDARI
NIM. 17.02.01.2396

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2021

i
ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi Oleh : ARISTIA WULANDARI

NIM : 1702012396

Judul : PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI SIMULASI


ONLINE TENTANG 5 PILAR DIABETES
MELITUS TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN
DAN KADAR GLUKOSA DARAH PENDERITA
DIABETES MELITUS DI DESA KEDUNGBONDO
BALEN

Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Skripsi

Oleh :

Mengetahui :

Pembimbing I Pembimbing II

Virgianti Nur F, S.Kep.,Ns., M.Kep Trijati Puspita Lestari, S.Kep,.Ns., M.Kep


NIK. 19830912 200609 018 NIK. 19920528 201807 089

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal : ARISTIA WULANDARI


Oleh NIM : 1702012396
Judul : PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI SIMULASI
ONLINE TENTANG 5 PILAR DIABETES MELITUS
TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN DAN KADAR
GLUKOSA DARAH PENDERITA DIABETES MELITUS
DI DESA KEDUNGBONDO BALEN

Telah Diuji Dan Disetujui Oleh Tim Penguji Pada Ujian Skripsi
Di Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi S1-Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Lamongan
Tanggal : 6 Juli 2021

PANITIA PENGUJI
Tanda Tangan

Ketua : Suratmi, S.Kep.,Ns.,M,Kep


Anggota : 1. Virgianti Nur Faridah, S.Kep.,Ns.,M.Kep

2. Trijati Puspita Lestari, S.Kep.,Ns.M.Kep

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Lamongan

Arifal Aris, S. Kep., Ns., M. Kes


NIK. 19878 08 21 2006 01 015

iv
CURRICULUM VITAE

Nama : ARISTIA WULANDARI

Tempat, Tanggal Lahir : Malang, 27 April 1999

Alamat : Desa Kedungbondo Rt 23 Rw 3 Kecamatan Balen

Kabupaten Bojonegoro

Pekerjaan : Mahasiswa

Riwayat Pendidikan :

1. TK Aisyiyah Bustanul Athfal Sumberrejo : Lulus Tahun 2005

2. SD Negeri 1 Sumberrejo : Lulus Tahun 2011

3. SMP Negeri 1 Sumberrejo : Lulus Tahun 2014

4. SMA Negeri 1 Sumberrejo : Lulus Tahun 2017

5. Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Lamongan mulai tahun

2017 sampai sekarang.

v
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO

“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah


selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan
hanya kepada Allah SWT engkau berharap”
(Q.S Al-Insyirah, 6-8)

“Daripada Mengkhawatirkan Apa Yang Orang Katakan Tentang Kita, Mengapa


Tidak Menghabiskan Waktu Untuk Berusaha Meraih Sesuatu Yang Akan Orang
Lain Kagumi” (Dale Carnige)

“Selalu Optimis , Semangat, Tetap berpikir positif, dan Lakukan yang terbaik”

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, sesungguhnya tiada kata yang pantas diucapkan selain puji syukur
kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan kekuatan,
kemudahan serta petunjuk kepada saya untuk menyelesaikan skripsi ini dengan
segala keterbatasan dan kekurangan.
Skripsi ini saya persembahkan kepada kedua orang tua saya bapakku Muhammad
Muhaimin yang telah berjuang mencari nafkah tak kenal lelah serta selalu
mendo’akan saya dan Ibuku Sri Mulyani yang sudah membesarkan saya
,memberikan kasih sayang, mendo’akan saya setiap hari serta selalu memberi
dukungan kepada saya.
Terimakasih untuk sahabat – sahabatku dan seseorang yang spesial Muhammad
Ainur Rofiq yang selalu memberikan dukungan dan motivasi, memberikan kasih
sayang dan selalu membantuku ketika mengalami kesulitan
Terimaksih kepada dosen Pembimbing atas bimbingan dan nasehatnya dan
terimakasih kepada seluruh dosen Universitas Muhammadiyah Lamongan karena
sudah memberikan ilmunya

vi
ABSTRAK

Wulandari, Aristia . 2021.Pengaruh Pemberian Edukasi Simulasi Online


Tentang 5 Pilar Diabetes Melitus Terhadap Tingkat Kepatuhan dan
Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Melitus Di Desa Kedungbndo
Balen. Skripsi Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Lamongan. Pembimbing (1) Virgianti Nur
Faridah S.Kep.,Ns.,M.Kep (2) Trijati Puspita Lestari, S.Kep., Ns., M.Kep

Banyaknya penderita Diabetes Melitus yang memiliki perilaku yang tidak patuh
terhadap pengobatan yang dianjurkan oleh dokter, sehingga menimbulkan
tingginya kadar glukosa darah penderita Diabetes Melitus, maka diperlukan cara
untuk meningkatkan kepatuhan yang dapat mengontrol kadar glukosa darah salah
satunya dengan memberikan edukasi simulasi online tentang 5 pilar Diabetes
Melitus terhadap tingkat kepatuhan dan kadar glukosa darah. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh edukasi simulasi online tentang 5 pilar
Diabetes Melitus terhadap tingkat kepatuhan dan kadar gula darah penderita
Diabetes Melitus. Desain penelitian ini menggunakan Pra Eksperimental dengan
pendekatan one group pre test post test design, besar populasi sebanyak 38
responden. Data penelitian ini diambil dari hasil observasi tingkat kepatuhan dan
kadar gula darah sebelum diberikan intervensi edukasi simulasi online tentang 5
pilar Diabetes Melitus dan sesudah diberikan intervensi edukasi simulasi online
tentang 5 pilar Diabetes Melitus pada tanggal 17-23 Mei 2020. Data analisis
menggunakan uji Wilcoxon Sign Rank Test dengan nilai signifikan α=0,05. Hasil
uji didapatkan nilai P Sign =0,012 dan P Sign = 0,000 dimana P sign < α maka H0
ditolak dan H1 diterima, artinya terdapat pengaruh pemberian edukasi simulasi
online tentang 5 pilar Diabetes Melitus terhadap tingkat kepatuhan dan kadar gula
darah penderita Diabetes Melitus Di Desa Kedungbondo Balen.

Kata kunci: Diabetes Melitus, Edukasi Simulasi Online 5 Pilar, Kepatuhan

vii
ABSTRACT

Wulandari, Aristia. 2021. The Influence of Providing Online Simulation


Education About 5 Pillars of Diabetes Mellitus on Compliance Levels
and Blood Sugar Levels of Diabetes Mellitus Patients in Kedungbndo
Balen Village. Thesis of the Bachelor of Nursing Study Program,
Faculty of Health Sciences, University of Muhammadiyah Lamongan.
Supervisor (1) Virgianti Nur Faridah S.Kep.,Ns.,M.Kep (2) Trijati
Puspita Lestari, S.Kep., Ns., M.Kep

The number of people with Diabetes Mellitus who have behavior that does not
comply with the treatment recommended by doctors, causing high blood glucose
levels of people with Diabetes Mellitus, it is necessary to improve compliance that
can control blood glucose levels, one of which is by providing online simulation
education about the 5 pillars of Diabetes Mellitus on the level of compliance and
blood glucose levels. The purpose of this study was to determine the effect of
online simulation education about the 5 pillars of Diabetes Mellitus on the level of
adherence and blood sugar levels of people with Diabetes Mellitus. The design of
this study was pre-experimental with a one-group pre-test post-test design
approach, with a population of 38 respondents. The data of this study were taken
from the results of observations of adherence levels and blood sugar levels before
being given an online simulation education intervention about the 5 pillars of
Diabetes Mellitus and after being given an online simulation education
intervention about the 5 pillars of Diabetes Mellitus on 17-23 May 2020. Data
analysis used the Wilcoxon Sign test. Rank Test with a significant value = 0.05.
The test results obtained P Sign = 0.012 and P Sign = 0.000 where P sign < then
H0 is rejected and H1 is accepted, meaning that there is an effect of providing
online simulation education about the 5 pillars of Diabetes Mellitus on adherence
levels and blood sugar levels of Diabetes Mellitus sufferers in Kedungbondo
Village. baleen.

Keywords: Diabetes Mellitus, Obedience, Online Simulation Education 5


Pillars

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat

dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul

”Pengaruh Pemberian Edukasi Simulasi Online Tentang 5 Pilar Diabetes Melitus

Terhadap Tingkat Kepatuhan dan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Melitus

Di Desa Kedungbondo Balen” sesuai waktu yang ditentukan.

Skripsi ini penulis susun sebagai salah satu persyaratan untuk melanjutkan

penelitian untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan di Program Studi S1

Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Lamongan.

Dalam penyusunan, penulis mendapatkan banyak pengarahan dan bantuan

dari berbagai pihak, untuk itu penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih

kepada yang terhormat Bapak/ Ibu :

1. Drs. H. Budi Utomo, M.Kes, Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Lamongan.

2. Arifal Aris, S.Kep., Ns., M.Kes., selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Lamongan.

3. Suratmi, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Lamongan.

4. Virgianti Nur Faridah, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku dosen pembimbing I,

yang telah banyak memberikan petunjuk, saran,dan dorongan moril selama

penyusunan proposal ini.

ix
5. Trijati Puspita Lestari, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing II, yang

telah banyak memberikan petunjuk, saran,dan dorongan moril selama

penyusunan Skripsi ini.

6. Muh Fauzi selaku kepala Desa Kedungbondo Balen yang telah memberikan

izin untuk melakukan survey awal.

7. Dian Suci Harini, Amd.,Keb selaku kepala Polindes Kedungbondo Balen

yang telah memberikan izin untuk melakukan survey awal.

8. Seluruh responden yang telah bersedia dalam memberikan informasi dalam

penyusunan proposal.

9. Semua pihak yang telah memberikan dukungan moril dan materil dalam

terselesaikannya proposal.

Semoga Allah SWT memberi balasan pahala atas semua amal kebaikan

yang diberikan. Penulis menyadari Skripsi ilmiah ini masih banyak kekurangan,

untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis

harapkan, akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis

pada khususnya dan bagi semua pembaca pada umumnya.

Lamongan, 11 Mei 2021

Penulis

x
DAFTAR ISI

PROPOSAL……………………………………………………………………….i
SURAT PERNYATAAN ......................................... Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv
CURRICULUM VITAE ......................................................................................... v
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................ vi
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
ABSTRACT ........................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii
DAFTAR SIMBOL ........................................................................................... xvii
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. xviii
BAB 1 : PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 5
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................. 6
1.3.1 Tujuan Umum ...................................................................... 6
1.3.2 Tujuan Khusus ..................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................... 6
1.4.1 Bagi Akademis..................................................................... 6
1.4.2 Bagi Praktisi......................................................................... 7
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 8
2.1 Konsep Edukasi ................................................................... 8
2.1.1 Pengertian Edukasi .............................................................. 8
2.1.2 Tujuan Edukasi Kesehatan .................................................. 8
2.1.3 Ruang Lingkup Edukasi Kesehatan ..................................... 9
2.1.4 Metode Edukasi ................................................................. 10
2.1.5 Media Edukasi Kesehatan.................................................. 11

xi
2.1.6 Peran Perawat Dalam Edukasi Kesehatan ......................... 13
2.1.7 Pengertian Simulasi ........................................................... 14
2.1.8 Bentuk-Bentuk Metode Simulasi....................................... 14
2.1.9 Prinsip-Prinsip Metode Simulasi ....................................... 15
2.1.10 Tujuan Metode Simulasi .................................................... 16
2.1.11 Kekurangan dan Kelebihan Metode Simulasi ................... 16
2.1.12 Pengertian Media Online ................................................... 17
2.1.13 Kelebihan Media Online .................................................... 18
2.1.14 Kekurangan Media Online ................................................. 18
2.2 Konsep 5 Pilar Diabetes Melitus ....................................... 19
2.2.1 Penatalaksaan 5 Pilar Diabetes Melitus ............................. 19
2.3 Konsep Kepatuhan ............................................................. 31
2.3.1 Pengertian Kepatuhan ........................................................ 31
2.3.2 Macam-Macam Kepatuhan ................................................ 31
2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan ................ 32
2.3.4 Solusi Mengatasi Ketidakpatuhan ..................................... 33
2.4 Konsep Kadar Gula Darah ................................................. 34
2.4.1 Pengertian Kadar Gula Darah ............................................ 34
2.4.2 Pemeriksaan Gula Darah ................................................... 34
2.4.3 Sampel Pemeriksaan Gula Darah ...................................... 36
2.4.4 Cara Mengontrol Kadar Gula Darah.................................. 36
2.5 Konsep Diabetes Melitus ................................................... 37
2.5.1 Pengertian Diabetes Melitus .............................................. 37
2.5.2 Klasifikasi Diabetes Melitus .............................................. 37
2.5.3 Etiologi Diabetes Melitus .................................................. 39
2.5.4 Patofisiologi Diabetes Melitus........................................... 40
2.5.5 Manifestasi Klinis .............................................................. 41
2.5.6 Pemeriksaan Penunjang ..................................................... 42
2.5.7 Komplikasi......................................................................... 43
2.5.8 Penatalaksanaan Diabetes Melitus..................................... 47
2.6 Kerangka Konsep............................................................... 51
2.7 Hipotesis ............................................................................ 52
BAB 3 : METODE PENELITIAN ............................................................ 53
3.1 Desain Penelitian ............................................................... 53

xii
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian............................................ 54
3.3 Kerangka Kerja .................................................................. 54
3.4 Populasi, Sampel dan Sampling ........................................ 56
3.4.1 Populasi ............................................................................. 56
3.4.2 Sampel ............................................................................... 56
3.4.3 Sampling ............................................................................ 58
3.5 Identifikasi Variabel .......................................................... 59
3.6 Definisi Operasional .......................................................... 59
3.7 Pengumpulan Data ............................................................. 61
3.7.1 Instrumen Penelitian .......................................................... 61
3.7.2 Pengumpulan Data ............................................................. 62
3.8 Pengolahan Data dan Analisa Data.................................... 63
3.8.1 Pengolahan Data ................................................................ 63
3.8.2 Analisa Data....................................................................... 66
3.9 Etika Penelitian .................................................................. 67
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 72
4.1 Hasil Penelitian ....................................................................... 72
4.2 Pembahasan ............................................................................. 79
BAB 5 PENUTUP................................................................................................ 89
5.1 Kesimpulan ............................................................................. 89
5.2 Saran ....................................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 91
LAMPIRAN ......................................................................................................... 95

xiii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kriteria Diagnosis Untuk Gangguan Kadar Glukosa Darah


(PERKENI 2011) ......................................................................... 35
Tabel3.1 Rancangan One-Group Pra-Post Test Design ............................... 53
Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian Pengaruh Pemberian
Edukasi Simulasi Online Tentang 5 Pilar Diabetes Melitus
Terhadap Tingkat Kepatuhan dan Kadar Glukosa Darah
Penderita Diabetes Melitus Di Desa Kedungbondo Balen............ 60
Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Jenis
Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Riwayat DM dan Obat DM
Penderita Diabetes Melitus Di Desa Kedungbondo Balen............ 73
Tabel 4.2 Karakteristik Bedasarkan Tingkat Kepatuhan Penderita Diabetes
Melitus Sebelum Diberikan Edukasi Simulasi Online Tentang 5
Pilar Diabetes Melitus ................................................................... 75
Tabel 4.3 Karakteristik Bedasarkan Tingkat Kepatuhan Penderita Diabetes
Melitus Sesudah Diberikan Edukasi Simulasi Online Tentang 5
Pilar Diabetes Melitus ................................................................... 75
Tabel 4.4 Karakteristik Bedasarkan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes
Melitus Sebelum Diberikan Edukasi Simulasi Online Tentang 5
Pilar Diabetes Melitus ................................................................... 76
Tabel 4.5 Karakteristik Bedasarkan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes
Melitus Sesudah Diberikan Edukasi Simulasi Online Tentang 5
Pilar Diabetes Melitus ................................................................... 76
Tabel 4.6 Pengaruh Pemberian Edukasi Simulasi Online Tentang 5 Pilar
Diabetes Melitus Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita
Diabetes Melitus Di Desa Kedungbondo Balen ........................... 77
Tabel 4.7 Pengaruh Pemberian Edukasi Simulasi Online Tentang 5 Pilar
Diabetes Melitus Terhadap Kadar Gula Darah Penderita
Diabetes Melitus Di Desa Kedungbondo Balen ........................... 78

xiv
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Pengaruh Pemberian Edukasi Simulasi


Online Tentang 5 Pilar Diabetes Melitus Terhadap Tingkat
Kepatuhan dan Kadar Glukosa Darah Penderita Diabetes
Melitus Di Desa Kedungbondo Balen ...................................... 51
Gambar 2.2 Kerangka Kerja Penelitian Pengaruh Pemberian Edukasi
Simulasi Online Tentang 5 Pilar Diabetes Melitus Terhadap
Tingkat Kepatuhan dan Kadar Glukosa Darah Penderita
Diabetes Melitus Dii Desa Kedungbondo Balen ...................... 55

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Survey Awal Dari Universitas Muhammadiyah


Lamongan

Lampiran 2 Surat Balasan Survey Awal

Lampiran 3 Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 4 Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 5 SAP

Lampiran 6 Materi Edukasi

Lampiran 7 Kisi – Kisi Kuesioner

Lampiran 8 Lembar Kuesioner

Lampiran 9 Lembar Observasi

Lampiran 10 Lembar Konsultasi

Lampiran 11 Tabulasi Data Tingkat Kepatuhan Pre Edukasi

Lampiran 12 Tabulasi Data Tingkat Kepatuhan Post Edukasi

Lampiran 13 Lembar Observasi

Lampiran 14 Tabulasi Data Kadar Gula Darah Pre Edukasi

Lampiran 15 Tabulasi Data Kadar Gula Darah Post Edukasi

Lampiran 16 Tabel Frekuensi Data Umum

Lampiran 17 Tabel Frekuensi Data Khusus

Lampiran 18 Tabel Hasil Uji Wilcoxon Sign Rank Test

xvi
DAFTAR SIMBOL

- : Sampai
% : Persen
< : Kurang dari
= : Sama dengan
> : Lebih dari
≤ : Kurang lebih sama dengan

xvii
DAFTAR SINGKATAN

ADL : Activity Daily Living


Amd. Keb : Ahli madya Kebidanan
BBI : Berat Badan Ideal
BB : Berat Badan
Dm : Diabetes Melitus
Dr : Doctor
Drs : Doctorandus
Esomonde : Edukasi Simulasi Online“Monitoring
Obat,Nutrisi,Diet,Edukasi”
H : Haji
H1 : Terdapat hubungan yang signifikan
Hj : Hajjah
IMT : Indeks Massa Tubuh
Kal : Kalori
Kg : Kilogram
Kemenkes : Kementrian Kesehatan
LDL : Low Density Lipoprotein
M.Kes : Magister Kesehatan
NIK : Nomor Induk Kerja
NIM : Nomor Induk Mahasiswa
Ns : Ners
PGDM : Pemantauan Glukosa Darah Mandiri
Perkeni : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
Pusdatim : Pusat Data dan Informasi
RISKESDAS : Riset, Kesehatan Dasar
S. Kep : Sarjana Keperawatan
SPSS : Statistical Product and Service Solutions
SST : Sarjana Sains Terapan
WHO : World Health Organization

xviii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) atau di Indonesia lebih dikenal dengan kencing

manis telah menjadi masalah kesehatan yang cukup serius dan merupakan

penyakit endokrin yang paling banyak dijumpai. Diabetes Melitus (DM) atau

disebut diabetes saja merupakan penyakit gangguan metabolik menahun akibat

pangkreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan

insulin yang diproduksi secara efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur

keseimbangan kadar gula darah. Akibatnya terjadi peningkatan kosentrasi glukosa

didalam darah (hiperglekimia) (Kemenkes RI 2014).

Diabetes Melitus (DM) disebut dengan The Silent Killer karena penyakit ini

dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan.

Diabetes Melitus (DM) menjadi penyebab kematian dalam setiap 10 detik dengan

jumlah 3,8 juta jiwa pertahun (Pusdatim 2016). Kasus Diabetes Melitus di

Indonesia menempati urutan keempat setelah India, Cina dan Amerika.

Berdasarkan (Riskesdas 2013) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan

prevalensi DM di Indonesia dari 5,7% pada tahun 2007 menjadi 6,9% atau sekitar

9,1 juta pada tahun 2013. Data (IDF 2017) menyatakan jumlah estimasi

penyandang DM di Indonesia diperkirakan sebesar 10 juta. Pada tahun 2017

diketahui 425 juta orang di dunia terdiagnosa penyakit DM dan diperkirakan

meningkat sebesar 48% menjadi 629 juta orang pada tahun 2045 (IDF 2017). Di

1
2

provinsi Jawa Timur mengalami peningkatan proporsi penderita DM dari 1,3%

pada tahun 2007 menjadi 2,5% pada tahun 2013.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan pada tanggal 20 November 2020

di Polindes Kedungbondo Balen melalui data yang diberikan oleh petugas

kesehatan setempat , didapatkan jumlah penderita Diabetes Melitus sebanyak 38

orang. Banyak penderita Diabetes Melitus melanggar peraturan yang diberikan

oleh dokter misalnya tidak mengikuti edukasi/penyuluhan yang diberikan petugas

kesehatan setempat, mengkonsumsi makanan sembarangan, tidak berolahraga

secara teratur, tidak mengkonsumsi obat-obatan secara teratur dan tidak selalu

memonitor gula darah.

Penatalaksaksanaan pengobatan DM harus dilakukan seumur hidup

sehingga seringkali penderita mengalami kejenuhan dan ketidakpatuhan dalam

penatalaksanaan pengobatan DM sering terjadi. Hasil penelitian pada 600 orang,

menunjukkan hanya 16,6% penderita yang patuh dalam pengobatan anti-diabetik

dan kontrol gula darah 23,3% penderita DM yang patuh terhadap pengaturan diet

dan 31,76% penderita DM yang patuh untuk melakukan latihan fisik (Sharma, T.,

Kalra, J., Dhasmana, D., & Basera 2014).

Dalam penelitian sebelumya yang dilakukan Pardi (2017) di Poliklinik

Metabolik-Endokrin RSUPN. DR. Cipto Mangunkusumo, didapatkan hasil untuk

mematuhi 5 pilar penatalaksanaan Diabetes pasien merasakan sulit untuk

dilakukan. Apalagi dengan kondisi penyakit yang dialami seumur hidup,

Terkadang timbul kebosanan dalam menjalani pengobatan dan berbagai aturan

terkait penatalaksanaan penyakit Diabetes Melitus. Pilar yang dianggap sulit


3

untuk dipatuhi adalah pilar aktivitas olahraga. Disamping data diatas didapatkan 5

orang mengikuti edukasi 2 kali dalam 1 bulan, 10 orang mengkonsumsi makanan

sesuai kebutuhan tubuhnya, 6 orang melakukan olahraga minimal 1 kali dalam 1

minggu.

Ketidakpatuhan merupakan salah satu hambatan untuk tercapainya tujuan

pengobatan karena dapat mengakibatkan kadar gula darah semakin tinggi

sehingga timbul komplikasi dan pasien memerlukan pemeriksaan atau pengobatan

yang sebenarnya tidak diperlukan (Arsana 2011).

Beberapa faktor yang menyebabkan ketidakpatuhan penderita DM antara

lain faktor demografik (status ekonomi rendah, tingkat pendidikan rendah, dan

etnik, faktor psikologis, dukungan sosial tenaga kesehatan dan sistem pelayanan

kesehatan, sifat penyakit serta pengobatannya (Sharma, T., Kalra, J., Dhasmana,

D., & Basera 2014).

Penatalaksanaan penyakit Diabetes dikenal dengan 5 pilar penatalaksanaan

Diabetes Melitus, yang meliputi: mengikuti kegiatan edukasi/penyuluhan

kesehatan tentang perawatan dirinya, melakukan pengaturan pola makan yang

benar, berolahraga secara teratur, kepatuhan konsumsi obat-obatan dan melakukan

monitoring terhadap regulasi gula darah, kadar kolestrol, tekanan darah, kelainan

kaki dan sebagainya (PERKENI 2015).

Pilar edukasi atau pendidikan bertujuan untuk memberikan motivasi kepada

keluarga dan penderita bahwa perawatan secara rutin pada penderita DM penting

dilakukan untuk menghindari komplikasi (Rahayu 2014). Pilar pengaturan makan

yang dijalankan penderita akan berlangsung seumur hidup dan kejenuhan dapat

muncul kapan saja,bila kepatuhan dalam menjalani proses diet pada penderita DM
4

rendah akan mempengaruhi kadar gula darah yang kemudian akan menyebabkan

komplikasi (Pratita 2012).

Pilar berolahraga sehari hari dan latihan jasmani teratu (3-4 kali seminggu

selama kurang lebih 30 menit) merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan

Diabetes. Latihan jasmani dapat menurunkan berat badan (jalan, bersepeda santai,

jogging,berenang). Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan

status kesegaran jasmani (Wahyu 2017) dan latihan akan menurunkan kadar

glukosa darah. Pilar kepatuhan konsumsi obat-obatan merupakan pilar yang

penting dilakukan. Terapi farmakologi diberikan bersama dengan pengaturan

makan dan latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari

obat oral dan bentuk suntikan (Hartanto 2017).

Pilar monitoring terhadap regulasi gula darah, kadar kolestrol, tekanan

darah, kelainan kaki dan sebagainya. Pemantauan kadar gula darah ini penting

karena membantu menentukan penanganan medis, diit dan obat-obatan yang tepat

sehingga mengurangi resiko komplikasi yang berat, dan dapat meningkatkan

kualitas hidup penderita Diabetes Melitus (NPS Medicines 2011).

Berdasarkan data diatas kepatuhan dalam penatalaksanaan Diabetes Melitus

apabila dijalankan dengan patuh dapat meminimalkan terjadinya komplikasi.

Kepatuhan sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya tingkat

pengetahuan, tingkat keparahan penyakit, kompleksitas terapi dan komplikasi,

serta pengaruh kondisi psikososial pasien (Notoatmodjo, 2010).

Banyak penelitian yang menggambarkan tingkat kepatuhan penderita

Diabetes Melitus, tetapi penelitian tentang kepatuhan menjalankan 5 pilar


5

penatalaksanaan Diabetes Melitus dengan memberikan edukasi secara simulasi

online belum pernah dilakukan penelitian.

Model simulasi online dapat digunakan sebagai metode edukasi secara

online melaui video yg berisikan gambar, suara, tulisan serta penampilan

memperagakan proses menjalankan kepatuhan terhadap 5 pilar Diabetes Melitus

yang menarik. (Zakaria, 2017 & Saputra, 2019). Demikian juga untuk

mengembangkan tingkat kepatuhan menjalankan 5 pilar Diabetes Melitus. Metode

seperti ini dinilai sangat efektif untuk memberikan edukasi kepada penderita di

tengah pandemi (PERKENI 2015).

Maka peniliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh

Pemberian Edukasi Simulasi Online Tentang 5 Pilar Diabetes Melitus Terhadap

Tingkat Kepatuhan dan Kadar Glukosa Darah Penderita Diabetes Melitus Di Desa

Kedungbondo, Balen” sehingga peniliti dapat mengetahui pengaruhnya, dan

mengurangi angka penderita Diabetes Melitus.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diambil rumusan masalah

sebagai berikut “ Apakah ada pengaruh pemberian edukasi simulasi online tentang

5 pilar Diabetes Melitus terhadap tingkat kepatuhan dan kadar glukosa darah

penderita Diabetes Melitus di Desa Kedungbondo Balen ?”


6

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pemberian edukasi simulasi online tentang 5

pilar Diabetes Melitus terhadap tingkat kepatuhan dan kadar glukosa darah

penderita Diabetes Melitus Di Desa Kedungbondo Balen.

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Mengidentifikasi tingkat kepatuhan dan kadar gula darah pada penderita

Diabetes Melitus sebelum pemberian edukasi simulasi online tentang 5 pilar

Diabetes Melitus.

2) Mengidentifikasi tingkat kepatuhan dan kadar gula darah pada penderita

Diabetes Melitus sesudah pemberian edukasi simulasi online tentang 5 pilar

Diabetes Melitus.

3) Menganalisis pengaruh pemberian edukasi simulasi online tentang 5 pilar

Diabetes Melitus terhadap tingkat kepatuhan dan kadar gula darah di Desa

Kedungbondo Balen.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi, menambah

pengetahuan dan informasi serta studi literatur mahasiswa perawat khususnya

tentang edukasi dan tingkat kepatuhan 5 pilar Diabetes Melitus.


7

1.4.2 Bagi Praktisi

1) Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan: Bila hasil penelitian ini terbukti

berpengaruh, diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi institusi pelayanan

kesehatan agar memfasilitasi pemberian edukasi bagi penderita Diabetes Melitus.

2) Bagi Profesi Keperawatan: Bila hasil penelitian ini terbukti berpengaruh,

diharapkan dapat dijadikan referensi oleh perawat untuk memaksimalkan

mencegah komplikasi dan bertambahnya penderita Diabetes Melitus melalui

pemberian edukasi 5 pilar Diabetes Melitus.

3) Bagi Peneliti Selanjutnya: Hasil dari penelitian ini dapat menjadi referensi dan

pembanding, bagi peneliti selanjutya, khususnya dalam menangani kadar gula

darah dan tingkat kepatuhan 5 pilar Diabetes Melitus melalui edukasi.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dibahas beberapa konsep dasar yaitu : 1) Konsep Edukasi

Simulasi Online, 2) Konsep 5 Pilar Diabetes Melitus, 3) Konsep Kepatuhan, 4)

Konsep Kadar Gula Darah, 5) Konsep Diabetes Melitus, 6) Kerangka Konsep, 7)

Hipotesis Penelitian

2.1 Konsep Edukasi

2.1.1 Pengertian Edukasi

Edukasi adalah upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain,

baik individu, kelompok dan masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang

diharapkan oleh pelaku pendidikan. Input dari edukasi adalah sasaran pendidikan

(individu, kelompok dan masyarakat), pendidik (pelaku pendidikan), proses

(upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain), Output (melakukan

apa yang diharapkan atau perilaku). Hasil yang diharapkan setelah dilakukan

edukasi kesehatan adalah perilaku kesehatan atau perilaku untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan yang kondusif oleh sasaran dari edukasi (Notoadmodjo

2012).

2.1.2 Tujuan Edukasi Kesehatan

Edukasi kesehatan bertujuan meningkatkan pengetahuan, kesadaran,

kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat dan aktif berperan serta

dalam upaya kesehatan (Notoadmodjo 2012). Adapun tujuan dari edukasi

kesehatan, antara lain; Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di

8
9

masyarakat, Menjadikan individu agar mampu secara mandiri/kelompok

mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat, Mendorong

pengembangan dan penggunaan sarana pelayanan kesehatan yang ada secara

tepat.

1) Klien mampu mempelajari apa yang dapat dilakukan sendiri dan bagaimana

caranya tanpa meminta pertolongan kepada sarana pelayanan kesehatan formal.

2) Agar terciptanya suasana yang kondusif dimana individu, keluarga, kelompok,

dan masyarakat mengubah sikap dan tingkah lakunya terhadap kesehatan.

2.1.3 Ruang Lingkup Edukasi Kesehatan

Ruang lingkup edukasi kesehatan dapat dilihat dari tiga dimensi

(Notoadmodjo 2012)

1) Dimensi sasaran : (1) Edukasi kesehatan individual dengan sasaran individu,

(2) Edukasi kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok masyarakat tertentu,

(3) Edukasi kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas.

2) Dimensi tempat pelaksanaan : (1) Edukasi kesehatan rumah sakit dengan

sasaran pasien dan keluarga, (2) Edukasi kesehatan disekolah dengan saaran

pelajar, (3) Edukasi kesehatan di masyarakat atau tempat kerja dengan sasaran

masyarakat atau pekerja.

3) Dimensi tingkat pelayanan kesehatan : (1) Promosi kesehatan (Health

Promotion) misalnya peningkatan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan, gaya hidup

dan sebagainya, (2) Edukasi kesehatan untuk perlindungan khusus (Spesific

Protection) misalnya imunisasi, (3) Edukasi kesehatan untuk diagnosis dini dan

pengobatan segera (Early Diagnosis and Promp Treatment) misalnya pengenlan


10

gejala dini penyakit melalui edulasi kesehatan, (4) Edukasi kesehatan untuk

pembatasan cacat (Disability Limitation) misalnya dengan pengobatan yang layak

dan sempurna dapat menghindari dari risiko kecacatan.

2.1.4 Metode Edukasi

Metode dalam pelaksanaan edukasi juga berperan penting. Metode edukasi

yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan dan sasaran pembelajaran.

Metode edukasi dapat dibagi menjadi 3 yaitu metode edukasi untuk individual,

metode edukasi untuk kelompok dan metode edukasi untuk massa (Widiastuti,

2012). Edukasi dapat dilakukan secara perorangan dengan menggunakan buku

panduan pendidikan penyakit Diabetes Melitus, ceramah, pemutaran video, dan

pameran makanan. Metode edukasi individu digunakan untuk memotivasi

perilaku baru atau membina individu agar tertarik kepada suatu perubahan

perilaku atau inovasi, bentuk pendekatan ini menggunakan bimbingan dan

penyuluhan. Metode pendekatan ini terjadi kontak antara perawat dengan pasien

lebih intensif, pasien dibantu dalam menyelesaikan masalahnya (Notoadmodjo

2012).

Metode kedua adalah metode edukasi kelompok yaitu perlu memperhatikan

besarnya kelompok sasaran dan tingkat pendidikan sasaran, metode yang biasa

diterapkan adalah ceramah yang lebih cepat digunakan untuk kelompok besar,

diskusi lebih cepat untuk kelompok kecil, kelompok dapat bebas berpartisipasi

dalam diskusi, serta curah pendapat (brain storming) yaitu berupa modifikasi

metode diskusi, pada metode ini peserta diberikan satu masalah dan kemudian

curah pendapat (Notoadmodjo 2012).


11

Metode ketiga adalah metode untuk massa, metode ini cocok untuk

mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat.

Sehingga sasaran dari metode ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan

golongan umur, jenis kelamin. Pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat

pendidikan, dan sebagainya, sehingga pesan-pesan kesehatan yang ingin

disampaikan harus dirancang sedemikian rupa.

2.1.5 Media Edukasi Kesehatan

Tujuan adanya media dalam edukasi kesehatan pada hakekatnya adalah

sebagai alat bantu dalam pemberian edukasi yang digunakan oleh educator dalam

menyampaikan bahan edukasi/pengajaran agar informasi antara sumber ke

penerima mudah diterima.

1) Tujuan penggunaan media: (Sari 2013) menjelaskan, alat bantu (media)

disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia itu

diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak indera yang

digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan jelas pula

pengertian / pengetahuan yang diperoleh.

2) Jenis – jenis media untuk penyampaian edukasi kesehatan

(Notoadmodjo 2012) membagi media sebagai alat bantu edukasi kesehatan

menjadi 3 jenis, yaitu:

(1)Media Cetak: Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan

kesehatan sangat bervariasi antara lain ; booklet ialah suatu media untuk

menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik tulisan maupun

gambar, atau kombinasi, flyer ialah seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk

lipatan, flip chart ialah media penyampaian pesan atau informasi kesehatan dalam
12

bentuk lembar balik biasanya dalam bentuk buku dimana tiap lembar halaman

berisi gambar peragaan dan dibaliknya berisi kalimat sebagai pesan atau informasi

yang berkaitan dengan gambar tersebut, rubric atau tulisan pada surat kabar dan

majalah mengenai bahasan suatu masalah kesehatan atau hal-hal yang berkaitan

dengan kesehatan, poster ialah bentuk media cetak berisi pesan-pesan atau

informasi kesehatan yang ditempelkan di tembok-tembok tempat umum. Media

cetak memiliki beberapa kelebihan yaitu tahan lama, mencakup banyak orang,

hemat biaya, dapat dibawa kemana-mana, dan mudah untuk dipahami, walaupun

demikian media cetak memiliki kelemahan yaitu tidak dapat menstimulir efek

suara dan efek gerak serta terlipat dan kusut.

(2)Media Elektronik: Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan

pesan-pesan atau informasi kesehatan, jenisnya berbeda-beda antara lain televisi,

radio, video, slide, dan film strip. Media elektronik memiliki beberapa kelebihan

yaitu sudah dikenal masyarakat, mengikut sertakan semua panca indera, lebih

mudah dipahami, lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak, penyajian

dapat dikendalikan, jangkauan relative besar. Walaupun demikian media eletronik

juga memiliki kelemahan yaitu biaya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu listrik, perlu

alat canggih untuk produksi dan perlu terampil dalam pengoprasian.

(3)Media Papan: Papan (billboard) yang dipasang di tempat-tempat umum dapat

dipakai dan diisi dengan pesan-pesan atau informasi seputar kesehatan, media

papan disini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang

ditempel pada kendaraan-kendaraan umum seperti bus angkot dan taksi.


13

2.1.6 Peran Perawat Dalam Edukasi Kesehatan

1) Sebagai Pelaksana Pelayanan Keperawatan: (1) Bekerja sama dengan anggota

tim kesehatan lainnya dalam merencanakan program pendidikan kesehatan

masyarakat. (2) Memberi edukasi kesehatan masyarakat kepada klien

(individu, keluarga, kelompok, masyarakat sesuai dengan rencana). (3)

Bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lain untuk menilai hasil

pelaksanaan program edukasi kesehatan.

2) Sebagai Pengelola: (1) Membimbing tenaga keperawatan lain (perawat

vokasional) dan kader kesehatan mengenai perencanaan, pelaksanaan, serta

penilaian upaya edukasi kesehatan terhadap masyarakat. (2) Ikut membantu

dalam administrasi klien. (3) Bertanggung jawab dalam pemeliharaan

peralatan perawatan dan medik. (4) Menciptakan dan memelihara hubungan

pribadi dan hubungan kerjasama dengan petugas yang lain dalam unit

kerjanya.

3) Sebagai Pendidik: (1) Memberikan pendidikan, bimbingan, dan pelatihan

kepada tenaga keperawatan dan tenaga kesehatan lainnya (bagi yang belum

mampu) dalam hal kesehatan. (2) Memberi pendidikan, bimbingan, dan

pelatihan kepada para kader kesehatan, kader posyandu, kader desa wisma

lainnya. (3) Memberi pendidikan, bimbingan, dan pelatihan kepada klien dan

keluarganya.

4) Sebagai Peneliti: (1) Bersama dengan tenaga kesehatan lainnya atau secara

sendiri menyusun rencana penelitian kesehatan tertentu dalam hal edukasi

kesehatan. (2) Bersama dengan tenaga kesehatan lainnya atau secara sendiri
14

melaksanakan kegiatan penelitian sesuai dengan rencana. (3) Bersama dengan

tenaga kesehatan lainnya atau secara sendiri melaksanakan evaluasi hasil

penelitian dan merekomendasikan tindak lanjutnya.

2.1.7 Pengertian Simulasi

Menurut (Rianti 2017), simulasi berasal dari kata “simulate” artinya berpura

pura, dapat diartikan bahwa simulasi merupakan metode pengalaman belajar

dengan menggunakan cara penyajian situasi tiruan untuk memahami konsep,

prinsip atau keterampilan tertentu.

Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat menurut Ali (2010) bahwa

metode simulasi sebagai suatu cara pengajaran dengan melakukan proses tingkah

laku secara tiruan yang bertujuan untuk melatih pemahaman mengenai sesuatu

konsep atau prinsip serta kemampuan memecahkan masalah yang bersumber dari

realita kehidupan.

Berdasarkan teori tersebut maka dapat dipahami bahwa metode simulasi

merupakan metode yang digunakan dalam pembelajaran dengan cara tiruan

supaya konsep dari pembelajaran mudah dipahami oleh peserta didik.

2.1.8 Bentuk-Bentuk Metode Simulasi

Berikut bentuk-bentuk dari metode simulasi menurut Ali, Muhammad

(2010) :

1) Sosiodrama: Sosiodrama berfungsi untuk menanamkan kemampuan

menganalisis situasu sosial tertentu. Contohnya pengaruh pergulan bebas,

kenakalan remaja, dan lain sebagainya. Dalam sosio drama ini guru menyajikan

sebuah cerita yang diangkat dari kehidupan sosial. Kemudian siswa memainkan

peranan tersebut sesuai dengan isi cerita dalam drama tersebut.


15

2) Psikodrama: Psikodrama ini hampir sama dengan sosiodrama namun hanya ada

salah satu perbedaan yaitu psikodrama lebih menekankan pengaruh pada

psikologis sedangkan sosiodrama menekankan kepada permasalahan sosial itu

sendiri, Psikodrama berfungsi untuk menemukan pemahaman yang lebih baik

mengenai dirinya, dapat menyatakan kebutuhan dirinya serta reaksi terhadap

tekanan yang dihadapi.

3) Role-Playing: Role-Playing atau bermain peran merupakan metode

pembelajaran yang menghadirkan peran yang ada didalam dunia nyata ke dalam

suatu pertunjukkan peran di dalam kelas yang kemudian dijadikan sebagai bahan

refleksi bagi semua peserta didik. Metode ini lebih menekankan terhadap masalah

yang diangkat dalam pertunjukkan bukan kemampuan dalam melakukan peran.

4) Sandiwara (Drama): Metode sandiwara merupakan metode pembelajaran

dengan menggunakan cara memindahkan sepenggal cerita yang sama dengan

kisah nyata ke dalam pertunjukkan. Metode ini digunakan untuk mengembangkan

diskusi dan analisis kasus. Selain itu juga bertujuan untuk memperlihatkan

berbagai permasalahan pada suatu tema (topik) sebagai bahan refleksi dan analisis

solusi penyelesaian masalah (Mudlofir 2016).

2.1.9 Prinsip-Prinsip Metode Simulasi

Kegiatan simulasi supaya dapat mencapai tujuan yang diharapkan maka

dalam pelaksanaannya harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut ini : 1)

Simulasi dilakukan oleh kelompok dan setiap kelompok mempunyai kesempatan

untuk melaksanakan simulasi yang sama maupun berbeda. 2) Semua peserta harus

terlibat sesuai perannya. 3) Penentuan topik dapat dibicarakan bersama. 4)

Petunjuk simulasi disiapkan terlebih dahulu secara rinci tergantung pada bentuk
16

dan tujuan simulasi. 5) Dalam simulasi hendaknya mencakup semua ranah

pembelajaran baik kognitif, afektif maupun psikomotorik. 6) Simulasi harus

mengembangkan situasi yang lengkap dan proses yang berurutan yang

diperkirakan terjadi dalam situasi yang sesungguhnya. 7) Hendaknya dapat

diusahakan terintegrasinya beberapa ilmu, terjadinya proses sebab akibat,

pemecahan masalah dan sebagainya (Ramayulis, 2012).

2.1.10 Tujuan Metode Simulasi

Metode simulasi bertujuan untuk : 1) Melatih keterampilan baik bersifat

profesional maupun dalam kehidupan sehari-hari. 2) Memperoleh pemahaman

mengenai suatu konsep ataupun prinsip. 3) Melatih memecahkan masalah. 4)

Meningkatkan keaktifan belajar. 5) Melatih untuk mengadakan kerjasama dalam

situasi kelompok. 6) Menumbuhkan daya kreatif. 7) Melatih untuk memahamai

dan menghargai pendapat serta peranan orang lain (Rianti, 2017)

2.1.11 Kekurangan dan Kelebihan Metode Simulasi

Berikut kekurangan metode simulasi : 1) Diperlukan adanya persiapan yang

matang supaya proses simulasi bisa berjalan sesuai skenario yang telah dibuat

serta pengelolaan yang tidak tepat menyebabkan proses pembelajaran tidak

bermakna. 2) Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan

sesuai dengan kenyataan dilapangan (Mudlofir 2016). 3) Efektifitasnya dalam

memajukan proses pembelajaran belum bisa dilaporkan oleh penelitian. 4) Terlalu

mahal misalnya membuat simulasi dengan hanya untuk memotivasi. 5) Simulasi

menghendaki banyak imajinasi dari peserta didik dan pendidik. 6) Simulasi

menghendaki pengelompokkan peserta didik yang fleksibel (Ramayulis, 2012).


17

Selain terdapat kekurangan metode simulasi juga terdapat kelebihannya

yaitu sebagai berikut : 1) Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri

peserta didik dengan bermain peran, sandiwara. 2) Dapat dijadikan sebagai bekal

untuk peserta didik dalam menghadapi situasi yang sebenarnya nanti, baik dalam

kehidupan keluarga, masyarakat maupun menghadapi dunia kerja. 3) Dapat

meningkatkan gairah peserta didik dalam proses pembelajaran karena peserta

didik dihadapkan pada hal yang sebenarnya meskipun hanya tiruan. 4)

Mempermudah peserta didik membayangkan bentuk, cara kerja dari benda atau

proses dari suatu pekerjaan sehingga nanti jika menghadapinya dalam kehidupan

nyata membuat peserta didik tidak terlalu kaku (Ali 2010).

2.1.12 Pengertian Media Online

Media online adalah media massa yang dapat kita temukan di internet,

sebagai media massa, media online juga menggunakan kaidah-kaidah jurnalistik

dalam sistem kerja mereka. Internet sebagai media online adalah sebagai media

baru, internet memiliki beberapa karakteristik, seperti media yang berbasis

teknologi, berkarakter fleksibel, potensi interaktif, berfungsi secara privat dan

publik, memiliki aturan yang rendah, dan berhubungan. Internet juga menciptakan

pintu gerbang baru organisasi yang dapat diakses secara global dari berbagai

penjuru dunia. Karakteristik interaktif dari internet dapat menjadi sarana yang

efektif untuk membangun dan memelihara hubungan sayang saling

menguntungkan jika web digunakan dengan benar (Maria, 2002).

Dengan media massa manusia memenuhi kebutuhannya akan berbagai hak.

Salah satunya dengan media online yang tergolong media paling baru. Media
18

massa online tidak pernah menghilangkan media massa lama tetapi

mensubstitusinya. Media online merupakan tipe baru jurnalisme karena memiliki

sejumlah fiur dan karakteristik dari jurnalisme tradisional. Fitur-fitur uniknya

mengemukakan dalam teknologinya, menawarkan kemungkinan-kemungkinan

tidak terbatas dalam memproses dan menyebarkan berita (Santana, 2005).

2.1.13 Kelebihan Media Online

Media online memiliki kelebihan tersendiri, informasinya lebih bersifat

personal yang dapat diakses oleh siapa saja, kapan saja, dan dimana saja, tentu

dengan syarat berupa seperangkat komputer atau handphone dan jaringan internet.

Kelebihan lainnya informasi yang disebarkan dapat di update setiap saat bila perlu

setiap detik. Lebih dari itu media online juga melengkapi fasilitas pencarian berita

dan persiapan berita yang dapat diakses dengan mudah. (Santana, 2005).

2.1.14 Kekurangan Media Online

Kelemahan media online terletak pada peralatan dan kemampuan

penggunanya. Media online harus menggunakan perangkat komputer/handphone

dan jaringan internet yang sampai saat ini biayanya cukup mahal khususnya di

Indonesia. Belum semua wilayah memiliki jaringan internet, disamping itu

diperlukan keahlian khusus guna memanfaatkannya dan mungkin juga belum

banyak yang menguasainya (Santana, 2005).


19

2.2 Konsep 5 Pilar Diabetes Melitus

2.2.1 Penatalaksaan 5 Pilar Diabetes Melitus

Tujuan utama terapi Diabetes Melitus adalah untuk menormalkan aktifitas

insulin dan kadar glukosa darah untuk mengurangi komplikasi yang ditimbulkan

akubat DM, dengan cara menjaga kadar glukosa dalam batas normal tanpa terjadi

hiperglikemia serta memelihara kualitas hidup yang baik. Menurut (PERKENI

2015) ada 5 pilar penatalaksanaan Diabetes Melitus :

1) Edukasi

Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan sebagai

bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting dari

pengelolaan DM secara holistik. Materi edukasi terdiri dari materi edukasi tingkat

awal dan materi edukasi tingkat lanjutan.

(1) Materi edukasi pada tingkat awal dilaksanakan di Pelayanan Kesehatan

Primer yang meliputi : a) Materi tentang perjalanan penyakit Diabetes Melitus. b)

Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara berkelanjutan. c)

Penyulit DM dan risikonya. d) Intervensi non-farmakologis dan farmakologis

serta target pengobatan. e) Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan

obat antihiperglikemia oral atau insulin serta obat-obatan lain. f) Cara pemantauan

glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah atau urin mandiri (hanya jika

pemantauan glukosa darah mandiri tidak tersedia). g) Mengenal gejala dan

penanganan awal hipoglikemia. h) Pentingnya latihan jasmani yang teratur. i)

Pentingnya perawatan kaki. j) Cara mempergunakan fasilitas perawatan

kesehatan.
20

(2)Materi edukasi pada tingkat lanjut dilaksanakan di Pelayanan Kesehatan

Sekunder dan / atau Tersier, yang meliputi: a) Mengenal dan mencegah penyulit

akut DM. b) Pengetahuan mengenai penyulit menahun DM. c) Penatalaksanaan

DM selama menderita penyakit lain. d) Rencana untuk kegiatan khusus

(contoh:olahraga prestasi). e) Kondini khusus yang dihadapi (contoh : hamil,

puasa, hari-hari sakit). f) Hasil penelitian dan pengetahuan masa kini dan

teknologi mutakhir tentang DM. g) Pemeliharaan/perawatan kaki.

(3) Perilaku hidup sehat bagi penyandang Diabetes Melitus adalah memenuhi

anjuran: a) Mengikuti pola makan sehat. b) Meningkatkan kegiatan jasmani dan

latihan jasmani yang teratur. c) Menggunakan obat DM dan obat lainnya pada

keadaan khusus secara aman dan teratur. d) Melakukan Pemantauan Glukosa

Darah Mandiri (PGDM) dan memanfaatkan hasil pemantauan untuk menilai

keberhasilan pengobatan. e) Melakukan perawatan kaki secara berkala. f)

Memiliki kemampuan untuk mengenal dan menghadapi keadaan sakit akut

dengan tepat. g) Mempunyai keterampilan mengatasi masalah yang sederhana,

dan mau bergabung dengan kelompok penyandang Diabetes serta mengajak

keluarga untuk mengerti pengelolaan penyandang DM. h) Mampu memanfaatkan

fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.

(4) Prinsip yang perlu diperhatikan pada proses edukasi DM adalah: a)

Memberikan dukungan dan nasehat yang positif serta hindari terjadinya

kecemasan. b) Memberikan informasi secara bertahap, dimulai dengan hal-hal

yang sederhana dan dengan cara yang mudah dimengerti. c) Melakukan

pendekatan untuk mengatasi masalah dengan melakukan simulasi. d)


21

Mendiskusikan program pengobatan secara terbuka, perhatikan keinginian pasien.

Berikan penjelasan secara sederhana dan lengkap tentang program pengobatan

yang diperlukan oleh pasien dan diskusikan hasil pemeriksaan laboratorium. e)

Melakukan kompromi dan negoisasi agar tujuan pengobatan dapat diterima. f)

Memberikan motivasi dengan memberikan penghargaan g) Melibatkan

keluarga/pendamping dalam proses edukasi.Perhatikan kondisi jasmani dan

psikologis serta tingkat pendidikan pasien dan keluarganya. h) Gunakan alat bantu

audio visual.

2) Terapi Nutrisi Medis (TNM)

TNM merupakan bagian penting dari penatalaksanaan DM secara

komprehensif. Kunci keberhasilannya adalah keterlibatan secara menyeluruh dari

anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain serta pasien dan

keluarganya). Guna mencapai sasaran terapi TNM sebaiknya diberikan sesuai

dengan kebutuhan setiap penyandang DM.

Prinsip pengaturan makan pada penyandang DM hampir sama dengan

anjuran makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang dan

sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Penyandang

DM perlu diberikan penekanan mengenai pentingnya keteraturan jadwal makan,

jenis dan jumlah kandungan kalori, terutama pada mereka yang menggunakan

obat yang meningkatkan sekresi insulin atau terapi insulin itu sendiri.

(1) Komposisi Makanan Yang Dianjurkan Terdiri Dari :

a. Karbohidrat: Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi.

Terutama karbohidrat yang berserat tinggi. Pembatasan karbohidrat total <130


22

g/hari tidak dianjurkan. Glukosa dalam bumbu diperbolehkan sehingga

penyandang Diabetes dapat makan sama dengan makanan keluarga yang lain.

Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi. Pemanis alternatif dapat

digunakan sebagai pengganti glukosa, asal tidak melebihi batas aman konsumsi

harian (Accepted Daily Intake/ADI). Dianjurkan makan tiga kali sehari dan bila

perlu dapat diberikan makanan selingan seperti buah atau makanan lain sebagai

bagian dari kebutuhan kalori sehari.

b. Lemak: Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori, dan tidak

diperkenankan melebihi 30% total asupan energi. Komposisi yang dianjurkan

adalah Lemak jenuh < 7% kebutuhan kalori, Lemak tidak jenuh ganda < 10%,

Selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal. Bahan makanan yang perlu dibatasi

adalah yang banyak mengandung lemak jenuh dan lemak trans antara lain: daging

berlemak dan susu fullcream. Konsumsi kolestrol dianjurkan < 200 mg/hari.

c. Protein: Kebutuhan protein sebesar 10-20% total asupan energi. Sumber protein

yang baik adalah ikan, udang, cumi daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk

susu rendah lemak, kacang-kacangan, tahu dan tempe. Pada pasien dengan

nefropati Diabetik perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kg BB perhari

atau 10% dari kebutuhan energi, dengan 65% diantaranya bernilai biologik tinggi.

Kecuali pada penderita DM yang sudah menjalani hemodialisis asupan protein

menjadi 1-1,2 g/kg BB perhari.

d. Natrium: Anjuran asupan natrium untuk penyandang DM sama dengan orang

sehat yaitu < 2300 mg perhari. Penyandang DM yang juga menderita hipertensi

perlu dilakukan pengurangan natrium secara individual. Sumber natrium antara


23

lain adalah garam dapur, vetsin, soda, dan bahan pengawet seperti natrium

benzoat dan natrium nitrit.

e. Serat: Penyandang DM dianjurkan mengonsumsi serat dari kacang-kacangan,

buah dan sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi serat. Anjuran konsumsi

serat adalah 20-35 gram/hari yang berasal dari berbagai sumber bahan makanan.

f. Pemanis Alternatif: Pemanis alternatif aman digunakan sepanjang tidak

melebihi batas aman (Accepted Daily Intake/ADI). Pemanis alternatif

dikelompokkan menjadi pemanis berkalori dan pemanis tak berkalori. Pemanis

berkalori perlu diperhitungkan kandungan kalorinya sebagai bagian dari

kebutuhan kalori, seperti glukosa alkohol dan fruktosa. Glukosa alkohol antara

lain isomalt, lactitol, maltitol, mannitol, sorbitol, dan xylitol. Fruktosa tidak

dianjurkan digunakan pada penyandang DM karena dapat meningkatkan kadar

LDL, namun tidak ada alasan menghindari makanan seperti buah dan sayuran

yang mengandung fruktosa alami. Pemanis tak berkalori termasuk : aspartam,

sakarin, acesulfame potassium, sukralose, neotame.

(2) Kebutuhan Kalori

Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan

penyandang DM, antara lain dengan memperhitungkan kebutuhan kalori basal

yang besarnya 25-30 kal/kg BB ideal. Jumlah kebutuhan tersebut ditambah atau

dikurangi bergantung pada beberapa faktor yaitu : jenis kelamin, umur, aktivitas,

berat badan, dan lain-lain. Beberapa cara perhitungan berat badan ideal adalah

sebagai berikut :

a) Perhitungan berat badan ideal (BBI) menggunakan rumus Broca yang

dimodifikasi: Berat badan ideal = 90% x (TB dalam cm – 100) x 1 kg. Bagi pria
24

dengan tinggi badan di bawah 160 cm dan wanita di bawah 150 cm, rumus

dimodifikasi menjadi : Berat badan ideal (BBI) = (TB dalam cm – 100) x 1 kg,

BB Normal: BB ideal ± 10%, Kurus: kurang dari BBI – 10%, Gemuk : lebih dari

BBI + 10%

b) Perhitungan berat badan ideal menurut Indeks Massa Tubuh (IMT): Indeks

massa tubuh dapat dihitung dengan rumus : IMT = BB (kg)/TB(m2). Klasifikasi

IMT adalah BB Kurang < 18,5, BB Normal 18,5-22,9, BB Lebih ≥ 23,0. Dengan

risiko 23,0-24,9: Obes I 25,0-29,9, Obes II ≥ 30

*) WHO WPR/IASO/IOTF dalam The Asia-Pacific Perspective :Radefining


Obesity and its Treatment.
(3) Faktor yang menentukan kebutuhan kalori antara lain :

a) Jenis Kelamin: Kebutuhan kalori basal perhari untuk perempuan sebesar 25

kal/kgBB sedangkan untuk pria sebesar 30 kal/kgBB.

b) Umur: Pasien usia diatas 40 tahun, kebutuhan kalori dikurangi 5% untuk setiap

dekade antara 40 dan 59 tahun. Pasien usia diantara 60 dan 69 tahun, dikurangi

10%. Pasien usia diatas usia 70 tahun, dikurangi 20%.

c) Aktivitas Fisik atau Pekerjaan: Kebutuhan kalori dapat ditambah sesuai dengan

intensitas aktivitas fisik, Penambahan sejumlah 10% dari kebutuhan basal

diberikan pada keadaan istirahat, Penambahan sejumlah 20% pada pasien dengan

aktivitas ringan: pegawai kantor, guru, ibu rumah tangga, Penambahan sejumlah

30% pada aktivitas sedang: pegawai industri ringan, mahasiswa, militer yang

sedang tidak perang, Penambahan sejumlah 40% pada aktivitas berat: petani,

buruh, atlet, militer dalam keadaan latihan, Penambahan sejumlah 50% pada

aktivitas sangat berat; tukang becak, tukang gali.


25

d) Stress Metabolik: Penambahan 10-30% tergantung dari beratnya stress

metabolik (sepsis, operasi, trauma).

e) Berat Badan: Penyandang DM yang gemuk, kebutuhan kalori dikurangi sekitar

20-30% tergantung kepada tingkat kegemukan. Penyandang DM kurus, kebutuhan

kalori ditambah sekitar 20-30% sesuai dengan kebutuhan untuk meningkatkan

BB. Jumlah kalori yang diberikan paling sedikit 1000-1200 kal perhari untuk

wanita dan 1200-1600 kal perhari untuk pria.

Secara umum, makanan siap saji dengan jumlah kalori yang terhitung dan

komposisi tersebut diatas, dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi (20%),

siang (30%), dan sore (25%), serta 2-3 porsi makanan ringan (10-15%) di

antaranya. Tetapi pada kelompok tertentu perubahan jadwal, jumlah dan jenis

makanan dilakukan sesuai dengan kebiasaan. Untuk penyandang DM yang

mengidap penyakit lain, pola pengaturan makan disesuaikan dengan penyakit

penyerta.

3) Jasmani

Larihan jasmani merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM apabila

tidak disertai adanya nefropati. Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani

dilakukan secara secara teratur sebanyak 3-5 kali perminggu selama sekitar 30-45

menit, dengan total 150 menit perminggu. Jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari

berturut-turut. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah sebelum

latihan jasmani. Apabila kadar glukosa darah <100 mg/dl pasien harus

mengkonsumsi karbohidrat terlebih dahulu dan bila >250 mg/dl dianjurkan untuk

menunda latihan jasmani. Kegiatan sehari-hari atau aktivitas sehari-hari bukan


26

termasuk dalam latihan jasmani meskipun dianjurkan untuk selalu aktif setiap

hari. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan

berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki

kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani

yang bersifat aerobik dengan intensitas sedang (50-70% denyut jantung

maksimal) seperti: jalan cepat, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Denyut

jantung maksimal dihitung dengan cara mengurangi angka 220 dengan usia

pasien.

Pada penderita DM tanpa kontraindikasi (contoh: osteoartritis, hipertensi

yang tidak terkontrol, retinopati, nefropati) dianjurkan juga melakukan resistance

training (latihan beban) 2-3 kali/permingu sesuai dengan petunjuk dokter. Latihan

jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani.

Intensitas latihan jasmani pada penyandang DM yang relatif sehat bisa

ditingkatkan, sedangkan pada penyandang DM yang disertai komplikasi intesitas

latihan perlu dikurangi dan disesuaikan dengan masing-masing individu.

4) Terapi Farmakologi

Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan

latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan

bentuk suntikan.

(1) Obat Antihiperglikemia Oral

Berdasarkan cara kerjanya, obat anti-hiperglikemia oral dibagi menjadi 5

golongan: a) Pemacu Sekresi Insulin (Insulin Secretagogue) meliputi

Sulfonilurea: Obat golongan ini mempunyai efek utama meningakatkan sekresi


27

insulin oleh sel beta pankreas. Glinid: Glinid merupakan obat yang cara kerjanya

sama dengan sulfonilurea, dengan penekanan pada peningkatan sekresi insulin. b)

Peningkat Sensitivitas Terhadap Insulin meliputi Metformin: Metformin

mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati (glukoneogenesis) dan

memperbaiki ambilan glukosa di jaringan perifer, Tiazolidindion: Golongan ini

mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah

protein pengangkut glukosa, sehingga meningkatkan ambilan glukosa di jaringan

perifer. c) Penghambat Absorpsi Glukosa di Saluran Pencernaan meliputi a.

Penghambat Alfa Glukosidase: Obat ini bekerja dengan memperlambat absorbsi

glukosa dalam usus halus, sehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa

darah sesudah makan. Obat golongan ini : Acarbose. b. Penghambat DPP-IV

(Dipeptidyl Peptidase-IV): Obat golongan penghambat DPP-IV menghambat

kerja enzim DPP-IV sehingga GLP-1 (Glucose Like Peptide-1) . Aktivitas GLP-1

untuk meningkatkan sekresi insulin dan menekan sekresi glukagon bergantung

kadar glukosa darah (Glucose Dependent). Obat golongan ini adalah Sitagliptin

dan Linagliptin. c. Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose Co-transporter 2):

Obat golongan penghambat SGLT-2 merupakan obat antidiabetes oral jenis baru

yang menghambat penyerapan kembali glukosa di tubuh distal ginjal. Obat

golongan ini : Canaglifozin, Empaglifozin, Dapaglifozin, Ipraglifozin,

Dapaglifozin baru saja mendapat approvable letter dari Badan POM RI pada

bulan Mei 2015.


28

(2) Obat Antihiperglikemia Suntik

Termasuk anti hiperglikemia suntik, yaitu insulin, agonis GLP-1 dan

kombinasi insulin danagonis GLP-1.

a Insulin: Insulin diperlukan pada keadaan : HbA1c > 9% dengan kondisi

dekompensasi metabolik, Penurunan berat badan yang cepat, Hiperglikemia beras

disertai ketosis, Krisis hipergllikemia, Gagal dengan kombinasi OHO dosis

optimal, Stress berat (infeksi sistemik, operasi besar, infark miokard akut, stroke),

Kehamilan dengan DM/Diabetes Melitus Gestasional yang tidak terkendali

dengan perencanaan makan, Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat,

Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO, Kondisi perioperatif sesuai dengan

indikasi. Jenis dan Lama Kerja Insulin. Berdasarkan lama kerja, insulin terbagi

menjadi 5 jenis, yakni : Insulin kerja cepat (Rapid – acting insulin), Insulin kerja

pendek (Short – acting insulin), Insulin kerja menengah (Intermediate – acting

insulin), Insulin kerja panjang (Long – acting insulin), Insulin kerja ultra panjang

(Ultra long-acting insulin). Insulin campuran tetap, kerja pendek dengan

menengah dan kerja cepat dengan menengah (Premixed Insulin).

Efek samping terapi insulin: Efek samping utama terapi insulin adalah

terjadinya hipoglikemia, Penatalaksanaan hipoglikemia dapat dilihat dalam bagian

komplikasi akut DM, Efek samping yang lain berupa reaksi alergi terhadap insulin

5) Monitoring

Pada praktek sehari-hari, hasil pengobatan DM harus dipantau secara

terencana dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan jasmani, dan pemeriksaan

penunjang. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah :


29

(1) Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah: Tujuan pemeriksaan glukosa darah :

Mengetahui apakah sasaran terapi telah tercapai, Melakukan penyesuaian dosis

obat, bila belum tercapai sasaran terapi. Waktu pelaksanaan pemeriksaan glukosa

darah : Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa, Glukosa 2 jam setelah makan,

atau Glukosa darah pada waktu yang lain secara sesuai dengan kebutuhan

(2) Pemeriksaan HbA1C: Tes hemoglobin terglikosila si, yang disebut juga

sebagai glikohemoglobin, atau hemoglobin glikosilasi (disingkat sebagai

HbA1C), merupakan cara yang digunakan untuk menilai efek perubahan terapi 8-

12 minggu sebelumnya. Untuk melihat hasil terapi dan rencana perubahan terapi,

HbA1C diperiksa setiap 3 bulan, atau tiap bulan pada keadaan HbA1C yang

sangat tinggi >10%. Pada pasien yang telah mencapai sasaran terapi disertai

kendali glikemik yang stabil HbA1C diperiksa paling sedikit 2 kali dalam 1 tahun.

HbA1C tidak dapat dipergunakan sebagai alat untuk evaluasi pada kondisi

tertentu seperti : anemia, hemoglobinopati, riwayat tranfusi darah 2-3 bulan

terakhir, keadaan lain yang mempengaruhi umur eritrosit dan gangguan fungsi

ginjal.

(3) Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM): Pemantauan kadar gula darah

dapat dilakukan dengan menggunakan darah kapiler. Saat ini banyak didapatkan

alat pengukur kadar glukosa darah dengan menggunakan reagen kering yang

sederhana dan mudah dipakai. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah memakai

alat-alat tersebut dapat dipercaya sejauh kalibrasi dilakukan dengan baik dan cara

pemeriksaan dilakukan sesuai dengan cara standar yang dianjurkan. Hasil

pemantauan dengan cara reagen kering perlu dibandingkan dengan cara


30

konvensional secara berskala. PGDM dianjurkan bagi pasien dengan pengobatan

suntik insulin beberapa kali perhari atau pada pengguna obat pemicu sekresi

insulin. Waktu pemeriksaan PGDM bervariasi, tergantung pada tujuan

pemeriksaan yang pada umumnya terkait dengan terapi yang diberikan. Waktu

yang dianjurkan adalah pada saat sebelum makan, 2 jam setelah makan (untuk

menilai ekskursi glukosa), menjelang waktu tidur (untuk menilai risiko

hipoglikemia), dan diantara siklus tidur (untuk menilai adanya hipoglikemia

noktural yang kadang tanpa gejala), atau ketika mengalami gejala seperti

hypoglycemic spells.

PGDM terutama dianjurkan pada : a) Penyandang DM yang direncanakan

mendapat terapi insulin, b) Penyandang DM dengan terapi insulin dengan keadaan

sebagai berikut : Pasien dengan ATC yang tidak mencapai target setelah terapi,

Wanita yang merencanakan hamil, Wanita hamil dengan hiperglikemia, Kejadian

hipoglikemia berulang

Prosedur PGDM sebagai berikut :a) Tergantung dari tujuan pemeriksaan tes

dilakukan pada waktu : Sebelum makan, 2 jam sesudah makan, Sebelum tidur

malam, b) Pasien dengan kendali buruk/tidak stabil dilakukan tes setiap hari c)

Pasien dengan kendali baik/stabil sebaiknya tes tetap dilakukan secara rutin.

Pemantauan dapat lebih jarang (minggu sampai bulan) apabila pasien terkontrol

baik secara konsisten. d) Pemantauan glukosa darah pada pasien yang mendapat

terapi insulin, ditujukan juga untuk penyesuaian dosis insulin dan memantau

timbulnya hipoglikemia, e) Tes lebih sering dilakukan pada pasien yang

melakukan aktivitas tinggi, pada keadaan krisis, atau pada pasien yang sulit
31

mencapai target terapi (selalu tinggi, atau sering mengalami hipoglikemia), juga

pada saat perubahan dosis terapi

ADA menganjurkan pemeriksaan kadar glukosa darah malam hari (bed-

time) dilakukan pada jam 22.00

2.3 Konsep Kepatuhan

2.3.1 Pengertian Kepatuhan

Kepatuhan (compliance) adalah istilah yang digunakan untuk

menggambarkan perilaku pasien dalam menjalani program kesehatan secara benar

sesuai dengan apa yang diterangkan oleh dokter (Ardhiyanti, 2015).

Kepatuhan adalah istilah yang dipakai untuk menjelaskan ketaatan atau

pasrah pada tujuan yang telah ditentukan. Kepatuhan merupakan suatu kondisi

yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang

menunjukan nilai-nilai ketaatan,kepatuhan,kesetiaan,keteraturan dan ketertiban.

Sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi atau sama sekali tidak dirasakan

sebagai beban, bahkan sebaliknya akan membebani dirinya bila mana ia tidak

dapat berbuat sebagaimana yang harus dilakukannya. Kepatuhan pada program

kesehatan dapat diukur dengan cara melakukan observasi (Bastable, 2012).

2.3.2 Macam-Macam Kepatuhan

Kepatuhan penderita dapat dibedakan menjadi; kepatuhan penuh (total

compliance) dan penderita yang sama sekali tidak patuh (non compliance). Pada

kepatuhan penuh ini penderita tidak hanya berobat atau menjalani program terapi

secara teratur sesuai petunjuk. Sedangkan para penderita yang sama sekali tidak
32

patuh (non compliance) adalah penderita yang menolak untuk menjalani program

terapi atau putus berobat atau tidak menggunakan obat sama sekali (Bestable

2012).

2.3.3 Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan

Faktor yang mempengaruhi kepatuhan menurut (Niven 2012), antara lain;

1) Faktor Komunikasi: Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter

mempengaruhi tingkat kepatuhan, misalnya informasi dengan pengawasan yang

kurang. Ketidakpatuhan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter,

ketidakpuasan terhadap obat yang diberikan.

2) Pengetahuan: Ketetapan dalam memberikan informasi secara jelas dan eksplisit

terutama dalam pemberian antibiotik. Karena sering kali pasien menghentikan

obat tersebut setelah gejala yang dirasakan hilang, bukan saat obat telah habis.

3) Fasilitas Kesehatan: Fasilitas kesehatan merupakan sarana penting dimana

dalam memberikan penyuluhan terhadap penderita diharapkan penderita

menerima penjelasan dari tenaga kesehatan yang meliputi jumlah tenaga

kesehatan, gedung serba guna untuk penyuluhan dan lain-lain.

4) Individu atau Penderita: Pada individu yang sakit terdapat dua hal dasar yang

mempengaruhi kepatuhan yaitu sikap atau motivasi dan keyakinan. Sikap atau

motivasi yang paling kuat adalah dari diri individu itu sendiri. Motivasi individu

ingin tetap mempertahankan kesehatannya sangat berpengaruh terhadap perilaku

penderita dalam kondisi penyakitnya. Keyakinan merupakan dimensi spiritual

yang dapat menjalani kehidupan. Penderita yang berpegang teguh terhadap

keyakinannya akan memiliki jiwa yang tabah dan tidak mudah putus asa serta

dapat menerima keadaannya.


33

5) Dukungan Keluarga: Dukungan keluarga akan menimbulkan kepercayaan diri

penderita untuk menghadapi atau mengelola penyakitnya dengan lebih baik serta

penderita mau menuruti saran-saran yang diberikan untuk meningkatkan

kesehatannya.

6) Dukungan Petugas Kesehatan: Dukungan petugas kesehatan berguna saat

pasien menghadapi bahwa perilaku sehat yang baru tersebut merupakan hal yang

penting. Selain itu juga dapat mempengaruhi perilaku pasien dengan cara

menyampaikan antusias mereka terhadap tindakan tertentu dari pasien dan secara

terus- menerus memberikan penghargaan yang positif bagi pasien.

2.3.4 Solusi Mengatasi Ketidakpatuhan

Solusi untuk mengatasi ketidakpatuhan pasien antara lain; mengembangkan

tujuan kepatuhan (dari teori tindakan berdasarkan rasional), perilaku sehat sangat

dipengaruhi oleh kebiasaan, oleh karena itu perlu dikembangkan satu strategi

yang bukan hanya untuk mengubah perilaku tetapi juga untuk mempertahankan

perubahan tersebut. Pengontrolan perilaku sering kali tidak cukup untuk

mengubah perilaku itu sendiri. Faktor kognitif juga berperan penting, dukungan

sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota keluarga lain, teman, waktu

dan uang merupakan faktor-faktor penting dalam kepatuhan terhadap program-

program medis dan dukungan dari profesional kesehatan merupakan faktor lain

yang dapat mempengaruhi perilaku kepatuhan (Bestable 2012).


34

2.4 Konsep Kadar Gula Darah

2.4.1 Pengertian Kadar Gula Darah

Kadar gula darah adalah jumlah kandungan glukosa dalam plasma darah

(Dorland 2010). Glukosa darah puasa merupakan salah satu cara untuk

mengidentifikasi Diabetes Melitus pada seseorang. Pada penyakit ini, gula tidak

siap di transfer ke dalam sel, sehingga terjadi hiperglikemi sebagai hasil bahwa

glukosa tetap berada di dalam pembuluh darah (Sherwood 2011).

Ada beberapa tipe pemeriksaan glukosa darah. Pemeriksaan gula darah

puasa mengukur kadar glukosa darah selepas tidak makan setidaknya 8 jam.

Pemeriksaan gula darah postprandial 2 jam mengukur kadar gula darah tepat

selepas 2 jam makan. Pemeriksaan gula darah ada random mengukur kadar

glukosa darah tanpa mengambil kira waktu makan terakhir (Henrikson J. E.

2009).

Dalam keadaan postabsorbsi konsentrasi glukosa darah manusia berkisar

antara 80-100 mg/dl. Setelah makan karbohidrat kadar dapat meningkat sampai

sekitar 120-130mg/dl. Selama puasa, kadarnya turun sampai sekitar 60-70 mg/dl.

Dalam keadaan normal, kadarnya dikontrol daam batas-batas ini.

2.4.2 Pemeriksaan Gula Darah

Mengidentifikasi Diabetes Melitus pada seseorang adalah dengan

pemeriksaan kadar glukosa darah dan tidak dapat ditegakkan hanya atas dasar

adanya glukosuria saja (Soegondo 2011). Pemeriksaan glukosa dengan cara

enzimatik dengan bahan darah plasma vena, seyogyanya dilakukan di

laboratorium klinik terpecaya. Walaupun demikian sesuai dengan kondisi


35

setempat dapat juga dipakai bahan darah utuh, vena, ataupun kapiler dengan

memperhatikan angka-angka kriteria diagnostic yang berbeda sesuai pembakuan

oleh WHO. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar

glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti dengan tes toleransi glukosa oral

(TTGO) standar (Soegondo, 2011).

Patokan-patokan yang dipakai di Indonesia adalah (PERKENI 2015)


Tabel 2.1. Kriteria Diagnosis Untuk Gangguan Kadar Glukosa Darah
(PERKENI 2011)
Metode Kadar Glukosa Darah
Pengukuran Normal DM IGT IFG
Glukosa darah puasa <6,1mmol/L ≥ 7,0 <7,0 <6,1 mmol/L
fasting gluose (<110 mg/dl) mmol/L mmol/L (<10 mg/dl)
(126mg/dl) (126 mg/dl)
Glukosa darah 2 jam Nilai yang di ≥ 11,1 ≤ 11,1 < 7,8 mmol/L
setelah makan (2-h pakai sering mmol/L mmol/L (<140 mg/dl)
glucose) tidak spesifik ( ≥ 200 ( ≥ 200 Jika diukur
<7,* mmol/L mg/dl) mg/dl)
(<140 mg/dl)

1) Kadar Glukosa Darah Normal (Normoglycaemia): Normoglycaemia adalah

kondisi dimana kadar glukosa darah yang ada mempunyai resiko kecil untuk

dapat berkembang menjadi diabetes atau menyebabkan munculnya penyakit

jantung dan pembuluh darah.

2) IGT (Impairing Glucose Tolerance): IGT oleh WHO didefinisikan sebagai

kondisi dimana seseorang mempunyai resiko tinggi untuk terjangkit diabetes

walaupun ada kasus yang menunjukkan kadar glukosa darah dapat kembali ke

keadaan normal. Seseorang yang kadar glukosa darahnya termasuk dalam kategori

IGT juga mempunyai resiko terkena penyakit jantung dan pembuluh darah yang

sering mengiringi penderita diabetes. Kondisi IGT ini menurut para ahli terjadi
36

karena adanya kerusakan dari produksi hormone insulin dan terjadinya kekebalan

jaringan otot terhadap insulin yang diproduksi.

3) IFG (Impairing Fasting Glucose): Batas bawah untuk IFG tidak berubah untuk

pengukuran glukosa darah yaitu 6.1 mmol/L atau 110 mg/dl. IFG sendiri

mempunyai kedudukan hampir sama dengan IGT. Bukan entitas penyakit akan

tetapi sebuah kondisi dimana tubuh tidak dapat memproduksi insulin secara

optimal dan terdapatnya gangguan mekanisme penekanan pengeluaran glukosa

dari hati ke dalam darah.

2.4.3 Sampel Pemeriksaan Gula Darah

Dahulu pengukuran glukosa darah dilakukan terhadap darah lengkap, tetapi

sekarang sebagian besar laboratorium melakukan pengukuran kadar glukosa

dalam serum. Hal ini disebabkan karena eritrosit memiliki kadar protein (yaitu

hemoglobin) yang lebih tinggi sehingga bila dibandingkan dengan darah lengkap

serum melarutkan lebih banyak glukosa (Ronald A.Sacher,Richard A. McPherson,

2011).

2.4.4 Cara Mengontrol Kadar Gula Darah

Kadar gula darah dapat dikontrol dengan 3 cara yakni; 1) Menjaga berat

badan ideal, 2) Diet makanan seimbang, 3) Melakukan olahraga atau latihan fisik.

Seiring berjalanya waktu ketiga cara tersebut kadar gula darah mungkin

tidak terkontrol dengan baik, pada keadaan seperti inilah diperlukan obat anti

diabetes (OAD), pada dasarnya obat baru diperlukan jika dengan cara diet dan

olahraga gula darah belum terkontrol dengan baik (Ramadhan, 2010)


37

2.5 Konsep Diabetes Melitus

2.5.1 Pengertian Diabetes Melitus

American Diabetes Association 2010 menjelaskan Diabetes Melitus (DM)

merupakan suatu kelompok penyakit metabolik ditandai terjadinya hiperglikemia

akibat kelainan sekresi insulin dan kerja insulin dan kedua-duanya (Ndraha,

2014).

Diabetes adalah penyakit serius kronis yang terjadi baik ketika pankreas

tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah, atau

glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang

dihasilkan (WHO, 2016).

Diabetes Melitus adalah kondisi kronis yang terjadi ketika ada peningkatan

kadar glukosa darah karena tubuh tidak dapat menghasilkan atau cukup hormon

insulin atau menggunakan insulin secara efektif (IDF, 2017).

2.5.2 Klasifikasi Diabetes Melitus

Klasifikasi DM menurut American Diabetes Association 2010 dalam

(Ndraha, 2014) yaitu :

1) Tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Melitus/IDDM: DM tipe 1 terjadi

karena adanya destruksi sel beta pankreas karena sebab autoimun. Pada DM tipe

ini terdapat sedikit atau tidak sama sekali sekresi insulin dapat ditentukan dengan

level protein c-peptida yang jumlahnya sedikit atau tidak terdeteksi sama sekali.

Manifestasi klinis pertama dari penyakit ini adalah ketoasidosis.

2) Diabetes Melitus Tipe 2 atau Insulin Non-Dependen Diabetes

Melitus/NIDDM: Pada penderita DM tipe ini terjadi hiperinsulinemia tetapi


38

insulin tidak bisa membawa glukosa masuk ke dalam jaringan karena terjadi

resistensi insulin yang merupakan turunnya kemampuan insulin untuk

merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat

produksi glukosa oleh hati. Oleh karena terjadinya resistensi insulin (reseptor

insulin sudah tidak aktif karena dianggap kadarnya masih tinggi dalam darah)

akan mengakibatkan defisiensi relatif insulin. Hal tersebut dapat mengakibatkan

berkurangnya sekresi insulin pada adanya glukosa bersama bahan sekresi insulin

lain sehingga sel beta pankreas akan mengalami desensitisasi terhadap adanya

glukosa. Onset DM tipe ini terjadi perlahan-lahan akan mengakibatkan sensitivitas

reseptor akan glukosa berkurang. DM tipe ini sering terdiagnosis setelah terjadi

setelah terjadi komplikasi. Sekitar 90-95% penderita DM adalah tipe 2, DM tipe 2

ini adalah jenis paling sering dijumpai. Biasanya terjadi pada usia diatas 40 tahun,

tetapi bisa pula timbul pada usia diatas 20 tahun (Tandra, 2017).

3) Diabetes Melitus Tipe Lain: DM tipe ini terjadi karena etiologi lain, misalnya

pada defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin

pankreas, penyakit metabolik endokrin lain, iatrogenik, infeksi virus, penyakit

autoimun dan kelainan genetik lain.

4) Diabetes Melitus Gestasional: DM tipe ini terjadi selama masa kehamilan,

dimana intoleransi glukosa didapati pertama kali pada masa kehamilan, biasanya

pada trimester kedua dan ketiga. DM Gestasional berhubungan dengan

meningkatnya komplikasi perinatal. Penderita DM Gestasional memiliki risiko

lebih besar untuk menderita DM yang menetap dalam jangka waktu 5-10 tahun

setelah melahirkan.
39

2.5.3 Etiologi Diabetes Melitus

Etiologi penyakit DM menurut (Hasdianah 2012) :

1) Kelainan Genetik: DM dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen

penyebab DM akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita Diabetes

Melitus.

2) Usia: Usia seseorang setelah >40 tahun akan mengalami penurunan fisiologis,

penurunan ini yang akan berisiko pada penurunan fungsi endokrin pankreas untuk

memproduksi insulin.

3) Pola Hidup dan Pola Makan: Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah

kadar kalori yang dibutuhkan oleh tubuh dapat memacu timbulnya Diabetes. Pola

hidup juga sangat mempengaruhi, jika orang malas berolahraga memiliki risiko

lebih tinggi untuk terkena Diabetes, karena olahraga berfungsi untuk membakar

kalori yang berlebihan dalam tubuh.

4) Obesitas: Seseorang dengan berat badan >90 kg cenderung memiliki peluang

lebih besar untuk terkena penyakit Diabetes Melitus.

5) Gaya Hidup Stress: Stress akan meningkatkan kerja metabolisme dan

meningkatkan kebutuhan akan sumber energi yang berakibat pada kenaikan kerja

pankreas sehingga pankreas mudah rusak dan berdampak pada penurunan insulin.

6) Penyakit Dan Infeksi Pada Pankreas: Mikroorganisme seperti bakteri dan virus

dapat menginfeksi pankreas sehingga menimbulkan radang pankreas. Hal itu

meyebabkan sel β pada pankreas tidak bekerja secara optimal dalam mensekresi

insulin.

7) Obat-Obatan Yang Dapat Merusak Pankreas: Bahan kimiawi tertentu dapat

mengiritasi pankreas yang dapat menyebabkan pankreas tidak berfungsi secara


40

optimal dalam mensekresikan hormon yang diperlukan untuk metabolisme tubuh,

termasuk hormon insulin.

2.5.4 Patofisiologi Diabetes Melitus

1) Patofisiologi Diabetes Tipe 1: Pada DM tipe 1, sistem imunitas menyerang dan

menghancurkan sel yang memproduksi insulin beta pankreas (ADA, 2014).

Kondisi tersebut merupakan penyakit autoimun yang ditandai dengan

ditemukannya anti insulin atau antibodi sel antiislet dalam darah (WHO, 2014).

National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK, 2014)

menyatakan bahwa autoimun menyebabkan infiltrasi limfostik dan kehancuran

islet pankreas. Kehancuran memakan waktu tetapi timbulnya penyakit ini cepat

dan dapat terjadi selama beberapa hari sampai minggu. Akhirnya, insulin yang

dibutuhkan tubuh tidak dapat terpenuhi karena adanya kekurangan sel β pankreas

yang berfungsi memproduksi insulin. Oleh karena itu, Diabetes tipe 1

membutuhkan terapi insulin, dan tidak akan merespon insulin yang menggunakan

obat oral.

2) Patofisiologi Diabetes Tipe 2: Kondisi ini disebabkan oleh kekurangan insulin

namun tidak mutlak. Ini berarti bahwa tubuh tidak mampu memproduksi insulin

yang cukup untuk memenuhi kebutuhan yang ditandai dengan kurangnya sel β

atau defisiensi insulin resistensi insulin perifer (ADA, 2015). Resistensi insulin

perifer berarti terjadi kerusakan pada reseptor-reseptor insulin sehingga

menyebabkan insulin menjadi kurang efektif mengantar pesan-pesan biokimia

menuju sel-sel (CDA, 2013). Dalam kebanyakan kasus Diabetes tipe 2 ini, ketika
41

obat oral gagal untuk merangsang pelepasan insulin yang memadai, maka

pemberian obat melalui suntikan dapat menjadi alternatif.

3) Patofisiologi Diabetes Melitus Gestasional: Gestasional Diabetes terjadi ketika

ada hormon antagonis insulin yang berlebihan saat kehamilan. Hal ini

menyebabkan keadaan resistensi insulin dan glukosa tinggi pada ibu yang terkait

dengan kemungkinan adanya reseptor insulin yang rusak (NIDDK, 2014 dan

ADA, 2015).

2.5.5 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis pada pasien DM menurut (Bararah, T & Jauhar 2013)

yaitu:

1) Polyuria (Peningkatan Pengeluaran urin): Merupakan gejala yang paling utama

yang dirasakan oleh setiap pasien jika. Konsentrasi glukosa dalam darah tinggi,

ginjal tidak mampu menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar,

akibatnya glukosa yang berlebihan muncul dalam urin (glukosuria). Ketika

glukosa yang berlebihan diekresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai

pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan

diuresis osmosis. Sebagai akibat dari kehilangan cairan dan elektrolit yang

berebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (polyuria).

2) Polydipsia (Peningkatan Rasa Haus): Peningkatan rasa haus akibat volume urin

yang besar dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ektrasel. Dehidrasi

intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan terdifusi keluar

mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma hipertonik. Dehidrasi intrasel


42

merangsang pengeluaran ADH (Antideuretik Hormone) dan menimbulkan rasa

haus.

3) Polifagia (Peningkatan Rasa Lapar): Diakibatkan habisnya cadangan gula di

dalam tubuh meskipun kadar gula darah tinggi. Rasa lelah dan kelemahan otot

akibat gangguan darah pada pasien Diabetes lama, katabolisme protein diotot dan

ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi.

4) Kelainan Kulit: Kelainan kulit gatal-gatal diketiak dan bawah payudara,

biasanya akibat jamur.

5) Kesemutan Rasa Baal Akibat Terjadinya Neuropati: Pada penderita DM

regenerasi sel persyarafan mengalami gangguan akibat kurangnya bahan dasar

utama yang berasal dari unsur protein. Akibat banyak persyarafan terutama perifer

mengalami kerusakan.

6) Luka Yang Tidak Sembuh-Sembuh: Proses penyembuhan luka membutuhkan

bahan dasar utama dari protein dan unsur makanan yang lain. Pada penderita DM

bahan protein banyak diformulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga bahan

dipergunakan untuk pergantian jaringan yang rusak mengalami gangguan. Selain

itu luka yang sulit sembuh juga dapat diakibatkan oleh pertumbuhan

mikroorganisme yang cepat pada penderita DM.

7) Mata kabur: Yang disebabkan gangguan refraksi akibat perubahan pada lensa

oleh hiperglikemia. Dapat disebabkan juga kelainan pada korpus itreum.

2.5.6 Pemeriksaan Penunjang

Perkumpulan endokrinologi Indonesia (PERKENI 2011), menjalankan

bahwa pemeriksaan penunjang atau diagnosis klinis DM ditegakkan bila ada

gejala khas DM berupa polyuria (peningkatan pengeluaran urin), polydipsia


43

(peningkatan rasa haus), polifagia (peningkatan rasa lapar) dan penurunan berat

badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya. Jika terdapat gejala khas, maka

pemeriksaan dapat dilakukan, yaitu : 1) Pemeriksaan glukosa darah sewaktu

(GDS) ≥ 200 mg/dl diagnosis DM sudah dapat ditegakkan. 2) Pemeriksaan

glukosa darah puasa (GDP) ≥ 126 mg/dl juga dapat digunakan untuk pedeoman

diagnosis DM. 3) Pemeriksaan hemoglobin A1c (HbA1C) merupakan

pemeriksaan tunggal yang sangat akurat untuk menilai status glikemik jangka

panjang dan berguna pada semua tipe penyandang DM pemeriksaan ini

bermanfaat bagi pasien yang membutuhkan kendali glikemik. Pemeriksaan

HbA1C dianjurkan untuk dilakukan secara rutin pada pasien DM, pemeriksaan

pertama untuk mengetahui keadaan glikemik pada tahap awal penanganan,

pemeriksaan selanjutnya merupakan pemantauan terhadap keberhasilan

pengendalian.

2.5.7 Komplikasi

Pada DM yang tidak terkendali dapat terjadi komplikasi metabolik akut

maupun komplikasi vaskuler kronik, baik mikroangiopati maupun

makroangiopati. Komplikasi kronis yang dapat terjadi akibat Diabetes yang tidak

terkendali adalah:

1) Kerusakan Saraf (Neuropati): Sistem saraf tubuh kita terdiri atas susunan saraf

pusat, yaitu otak dan sumsum tulang belakang, susunan saraf perifer di otot, kulit,

dan organ lain, serta susunan saraf otonom yang mengatur otot polos di jantung

dan saluran cerna. Hal ini biasanya terjadi setelah glukosa darah terus tinggi, tidak

terkontrol dengan baik, dan berlangsung sampai 10 tahun atau lebih. Apabila

glukosa darah berhasil diturunkan menjadi normal, terkadang perbaikan saraf bisa
44

terjadi. Namun bila dalam jangka yang lama glukosa darah tidak berhasil

diturunkan menjadi normal maka akan melemahkan dan merusak dinding

pembuluh darah kapiler yang memberi makan ke saraf sehingga terjadi kerusakan

saraf yang disebut nuropati Diabetik (Diabetic Neuropathy). Neuropati Diabetik

dapat mengakibatkan saraf tidak bisa mengirim atau menghantar pesan-pesan

rangsangan impuls saraf, salah kirim atau terlambat kirim. Tergantung dari berat

ringannya kerusakan saraf dan saraf mana yang terkena (Ndraha 2014).

2) Kerusakan Ginjal (Nefropati): Ginjal manusia terdiri dari dua juta nefron dan

bejuta-juta pembuluh darah kecil yang disebut kapiler. Kapiler ini berfungsi

sebagai saringan darah. Bahan yang tidak berguna bagi tubuh akan dibuang ke

urin atau kencing. Ginjal bekerja selama 24 jam sehari untuk membersihkan darah

dari racun yang masuk ke dan yang dibentuk oleh tubuh. Bila ada nefropati atau

kerusakan ginjal, racun tidak dapat dikeluarkan, sedangkan protein yang

dipertahankan ginjal bocor keluar. Gangguan ginjal pada penderita Diabetes juga

terkait dengan neuropathy atau kerusakan saraf. Menurut (Fowler, 2008), bahwa

Nefropati Diabetik didefinisikan oleh proteinuria > 500 mg dalam 24 jam pada

keadaan Diabetes, tetapi biasanya diawali dengan derajat proteinuria yang lebih

rendah atau “mikroalbuminuria”. Mikroalbuminuria didefinisikan sebagai

ekskresi albumin 30-299 mg/24 jam. Tanpa intervensi, pasien Diabetes dengan

mikroalbuminuria biasanya akan mengarah ke proteinuria dan nefropati Diabetik

(Ndraha 2014).

3) Kerusakan Mata (Retinopati): Penyakit Diabetes bisa merusak mata

penderitanya dan menjadi penyebab utama kebutaan. Ada tiga penyakit utama
45

pada mata yang disebabkan oleh Diabetes, yaitu : (1) Retinopati, retina

mendapatkan makanan dari banyak pembuluh darah kapiler yang sangat kecil.

Glukosa darah yang tinggi bisa merusak pembuluh darah retina. (2) Katarak, lensa

yang biasanya jernih bening dan transparan menjadi keruh sehingga, menghambat

masuknya sinar dan makin diperparah dengan adanya glukosa darah yang tinggi.

(3) Glaukoma, terjadi peningkatan tekanan dalam bola mata sehingga merusak

saraf mata (Ndraha 2014).

4) Penyakit Jantung Koroner (PJK): Diabetes merusak dinding pembuluh darah

yang menyebabkan penumpukan lemak di dinding yang rusak dan menyempitkan

pembuluh darah. Akibatnya suplai darah ke otot jantung berkurang dan tekanan

darah meningkat, sehingga kematian mendadak bisa terjadi.

5) Hipertensi, atau tekanan darah tinggi: Jarang menimbulkan keluhan yang

dramatis seperti kerusakan mata atau kerusakan ginjal. Namun, harus diingat

hipertensi dapat memicu terjadinya serangan jantung retinopati, kerusakan ginjal,

atau stroke. Risiko serangan jantung dan stroke menjadi dua kali lipat apabila

penderita Diabetes juga terkena hipertensi.

6) Penyakit Pembuluh Darah Perifer: Kerusakan pembuluh darah di perifer atau di

tangan dan kaki, yang dinamakan Peripheral Vascular Disease (PVD), dapat

terjadi lebih dini dan prosesnya lebih cepat pada penderita Diabetes daripada

orang yang tidak menderita Diabetes. Denyut pembuluh darah di kaki terasa

lemah atau tidak terasa sama sekali. Bila Diabetes berlangsung selama 10 tahun

lebih, sepertiga pria dan wanita dapat mengalami kelainan ini. Dan apabila

ditemukan PVD disamping diikuti gangguan saraf atau neuropati dan infeksi yang
46

sukar sembuh, pasien biasanya sudah mengalami penyempitan pada pembuluh

darah jantung.

7) Gangguan Pada Hati: Banyak orang beranggapan bahwa bila penderita

Diabetes tidak makan gula bisa-bisa mengalami kerusakan hati. Anggapan ini

keliru, hati bisa terganggu akibat penyakit Diabetes itu sendiri. Dibandingkan

orang yang tidak menderita Diabetes, penderita Diabetes lebih mudah terserang

infeksi virus Hepatitis B atau Hepatitis C.

8) Penyakit Paru: Pasien Diabetes lebih mudah terserang infeksi tuberkulosis paru

dibandingkan orang biasa, sekalipun penderita bergizi baik dan secara sosio

ekonomi cukup. Diabetes memperberat infeksi paru, demikian pula sakit paru

akan menaikan glukosa darah.

9) Gangguan Saluran Cerna: Pada penderita Diabetes disebabkan karena kontrol

glukosa darah yang tidak baik, serta gangguan saraf otonom yang mengenai

saluran pencernaan. Gangguan ini dimulai dari rongga mulut yang mudah terkena

infeksi, gangguan rasa pengecapan sehingga mengurangi nafsu makan, sampai

pada akar gigi yang mudah terserang infeksi, dan gigi menjadi mudah tanggal

serta pertumbuhan menjadi tidak rata. Rasa sebah, mual, bahkan muntah dan diare

juga bisa terjadi. Ini adalah akibat dari gangguan saraf otonom pasa lambung dan

usus. Keluhan gangguan saluran makan bisa juga timbul akibat pemakaian obat-

obatan yang diminum.

10) Infeksi; Glukosa darah yang tinggi mengganggu fungsi kekebalan tubuh

dalam menghadapi masuknya virus atau kuman sehingga penderita Diabetes

mudah terkena infeksi (Ndraha 2014).


47

2.5.8 Penatalaksanaan Diabetes Melitus

Tujuan utama terapi Diabetes adalah untuk menormalkan aktifitas insulin

dan kadar glukosa darah untuk mengurangi komplikasi yang ditimbulkan akibat

DM, caranya yaitu menjaga kadar glukosa dalam batas normal tanpa terjadi

hipoglikemia serta memelihara kualitas hidup yang baik. Ada lima macam

komponen dalam penatalaksanaan DM yaitu :

1) Manajemen Diet: Tujuan dari penatalaksanaan diet antara lain yaitu untuk

mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah dan lipid mendekati normal,

mencapai dan mempertahankan berat badan dalam batas normal kurang lebih dari

10% dari berat badan idaman, mencegah komplikasi akut dan kronik serta

meningkatkan kualitas hidup (Damayanti 2015).

2) Terapi Nutrisi: Terapi nutrisi khusus untuk meningkatkan pasien dengan lebih

intensif lagi menilai makan dan asupan gizi, memberikan konseling yang

menghasilkan peningkatan kesehatan dan dapat mengurangi komplikasi DMT2.

Terapi nutrisi Diabetes dapat menghasilkan penghematan biaya dan peningkatan

hasil seperti pengurangan A1c. Terapi nutrisi dapat dipersonalisasi berdasarkan

kebutuhan pasien, komorbiditas, kondisi kronis yang ada dan faktor kunci lainnya

(Damayanti, 2015).

3) Latihan Fisik (olah raga): Dengan berolahrag dapat mengaktifasi ikatan insulin

dan reseptor insulin di membrane plasma sehingga dapat menurunkan kadar

glukosa dalam darah. Latihan fisik yang rutin dapat memelihara berat badan yang

normal dengan indeks massa tubuh, Manfaat dari latihan fisik adalah dapat

menurunkan kadar gula darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh

otot, mengubah kadar lemak dalam darah (Damayanti 2015).


48

Latihan adalah murah, intervensi non-farmakologis yang telah terukti memiliki

efek menguntungkan pada penurunan faktor risiko metabolik untuk

pengembangan komplikasi dan penyakit kadiovaskular. Menurunkan glukosa

dapat mengurangi kebutuhan obat melalui pengembangan massa otot, HGBA1C

tingkat, meningkatkan sensitivitas insulin, kepadatan tulang dan keseimbangan,

dan ditoleransi dengan baik, layak dan aman (Damayanti 2015).

4) Pemantauan Kadar Gula Darah (Monitoring): Pemantauan kadar glukosa darah

secara mandiri atau Self-Monitoring Blood Glucose (SMBG) memungkinkan

untuk deteksi dan mencegah hiperglikemia atau hipoglikemia, pada akhirnya akan

mengurangi komplikasi Diabetik jangka panjang. Beberapa hal yang harus

dimonitoring adalah glukosa darah, glukosa urin, keton darah, keton urin. Selain

itu juga pengkajian tambahan seperti cek berat badan secara regular, pemeriksaan

fisik secara teratur dan pendidikan kesehatan (Damayanti, 2015).

5) Pendidikan Perawatan Kaki: Pendidikan harus disesuaikan dengan

pengetahuan pasien saat ini, kebutuhan individu dan faktor risiko. Pasien harus

menyadari faktor risiko dan langkah yang tepat untuk menghindari komplikasi.

Pendidikan harus mencakup : (1) Memeriksa kaki setiap hari terkait luka, memar,

perdarahan, kemerahan, dan masalah kuku. (2) Usahakan cuci kaki setiap hari

kemudian keringkan dengan benar, termasuk di antara sela-sela jari kaki. (3)

Jangan merendam kaki kecuali ditentukan oleh dokter, perawatan atau tenaga

kesehatan.

6) Berhenti Mengkonsumsi Tembakau (Merokok): Tembakau atau perilaku

merokok dapat meningkatkan risiko komplikasi makrovaskuler 4-400% pada


49

orang dewasa dengan DMT2. Seiring berjalannya waktu, produk tembakau dan

nikotin telah diperluas (Termasuk merokok, pipa air dan produk larut) tim

perawatan harus disarankan tentang ini. Perkembangan dalamrangka untuk

menyaring dan memberi nasihat tepat. Berhenti mengkonsumsi tembakau atau

merokok sangat mungkin menjadi salah satu faktor kebanyakan intervensi

bermanfaat yang tersedia, dan harus ditekankan oleh dokter (Damayanti, 2015).

7) Terapi Farmakologi: Tujuan terapi insulin adalah menjaga kadar gula darah

tetap dalam kondisi mendekati normal. Pada DM tipe 2, insulin terkadang

diperlukan seagai terapi jangka panjang untuk mengendalikan kadar glukosa

darah jika dengan diet, latihan fisik dan obat hipoglikemia ora (OHO) tidak dapat

menjaga gula darah dalam rentang normal. Pada pasien DM tipe 2 kadang

membutuhkan insulin secara temporer selama sakit, infeksi, kehamilan,

pembedahan atau beberapa kejadian stress lainnya. Berdasarkan consensus

perkeni (2006), (OHO) saat ini terbagi dalam 2 kelompok, 1) obat yang

memperbaiki kerja insulin, 2) obat yang meningkatkan produksi insulin.

Obat-obatan seperti metformin, glitazone, dan akarbose adalah termasuk

dalam kelompok pertama. Mereka bekerja pada hati, otot dan jaringan lemak,

usus. Singkatnya mereka bekerja ditempat dimana terdapat insulin yang mengatur

glukosa darah. Sulfonil, replaginid, nateglinid dan insulin yang disuntikkan adalah

obat-obatan kelompok kedua. Mereka bekerja meningkatkan pelepasan insulin

yang disuntikkan dan menambah kadar insulin disirkulasi darah (Damayanti,

2015).
50

Metformin dapat mengurangi A1C dari 1-1,5%, jarang menyebabkan

hipoglikemia jika digunakan sebagai monoterapi dan tidak menyebabkan

kenaikan berat badan. Ini adalah biaya-rendah, obat oral memiliki efek lipid

menguntungkan. Metformin juga dapat digunakan dalam kombinasi dengan

semua agen penurun glukosa lainnya. Peningkatan mikrovaskuler dan hasil

makrovaskular telah dibuktikan di klinik besar percobaan. Dalam UKPDS, pasien

obesitas diobati dengan metformin telah mengurangi komplikasi dan kematian

secara keseluruhan (Damayanti, 2015).

8) Pendidikan Kesehatan: Pendidikan kesehatan pada pasien DM memerlukan

perilaku penanganan yang khusus seumur hidup. Pasien tidak hanya belajar

keterampilan untuk merawat dirinya sendiri guna menghindari fluktuasi kadar

glukosa darah yang mendadak, tetapi juga harus memiliki perilaku preventif

dalam gaya hidup untuk menghindari komplikasi Diabetic jangka panjang. Pasien

harus mengerti mengenai nutrisi, manfaat dan efek samping terapi, latihan,

perkembangan penyakit, strategi pencegahan, teknik pengontrolan gula darah dan

peyesuaian terhadap terapi (Damayanti, 2015).


51

2.6 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu yang abstrak dari suatu realita agar dapat

dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara

variabel (Nursalam, 2014

Pekerjaan Pendapatan Sosial Ekonomi

Pengalaman
Peran
Perawat
Peran dengan Sikap
Keluarga Pendidikan
Simulasi Ting
Online 5 kat Kadar
Motivasi Gula
. Pilar DM Pengetahuan Ketaatan Kepa
beragama tuhan Darah
/ religius Klien
Keterjang
kauan Sarana
dan
Jarak &
Fasilitas
Transport
Kesehatan
asi

Keterangan : = Tidak Diteliti

= Diteliti

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Pengaruh Pemberian Edukasi Simulasi Online


Tentang 5 Pilar Diabetes Melitus Terhadap Tingkat Kepatuhan dan
Penurunan Kadar Glukosa Darah Penderita Diabetes Melitus di
Desa Kedungbondo Balen
52

Dari kerangka konsep dapat dijelaskan bahwa peran keluarga juga bisa

membantu mempengaruhi penatalaksanaan 5 pilar DM, dipengaruhi oleh faktor

pekerjaan, pendapatan dan sosial ekonomi. Peran perawat sangat penting untuk

penatalaksanaan DM dengan edukasi simulasi online tentang 5 pilar DM

dipengaruhi oleh pengetahuan, pendidikan, pengalaman , keterjangkauan , jarak

dan transportasi, sikap, ketaatan beragama, dan sarana dan fasilitas akan

menimbulkan motivasi sehingga mempengaruhi tingkat kepatuhan klien dan kadar

gula darah jika 5 pilar DM tersebut dilaksanakan sesuai dengan aturan

2.7 Hipotesis

Hipotesis adalah pertanyaan awal penelitian mengenai hubungan antar

variabel yang merupakan jawaban peneliti tentang kemungkinan hasil peneliti

(Dharma, 2015).

H1 : Ada Pengaruh Pemberian Edukasi Simulasi Online Tentang 5 Pilar

Diabetes Melitus Terhadap Tingkat Kepatuhan dan Penurunan Kadar Gula Darah

Di Desa Kedungbondo Balen.


BAB 3

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang metode penelitian yang akan digunakan

dalam penelitian yang meliputi : 1) Desain Penelitian, 2) Waktu dan Tempat

Penelitian, 3) Kerangka kerja, 4) Populasi, Sampel dan Sampling, 5) Identifikasi

Variabel, 6) Definisi Operasional, 7) Pengumpulan Data, 8) Analisa Data, dan 9)

Etika Penelitian

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah hasil akhir dari suatu keputusan yang dibuat oleh

peneliti yang berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa diterapkan.

Desain penelitian sangat erat dengan kerangka konsep sebagai petunjuk

perencanaan pelaksanaan suatu penelitian (Nursalam,2015).

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah penelitian Pre

Experimental dengan pendekatan One Group Pre Test Post Test Design yaitu

jenis penelitian yang mengungkapkan hubungan sebab-akibat dengan cara

melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi dahulu sebelum

diberikan intervensi, kemudian dilakukan observasi lagi setelah diberikan

intervensi (Nursalam, 2014).

Tabel 3.1 Rancangan One-Group Pra-Post Test Design

Subjek Pra Intervensi Pasca-tes


O I OI
K
Waktu 1 Waktu 2 Waktu 3

53
54

Keterangan :

K : Subjek

O : Observasi sebelum perlakuan

I : Intervensi

OI : Observasi setelah intervensi

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu yang digunakan pada penelitian ini antara bulan Februari tahun 2021

sampai bulan April tahun 2021. Dengan pengambilan responden dilakukan pada

bulan Februari dan dilaksanakan di Desa Kedungbondo Balen.

3.3 Kerangka Kerja

Kerangka kerja adalah tahap dalam aktivitas ilmiah, mulai dari penerapan

populasi, sampel dan seterusnya yatu kegiatan sejak awal penelitian akan

dilaksanakan (Nursalam,2015).
55

Kerangka kerja dalam penelitian ini dapat digambarkan secara skematis

sebagai berikut:

Populasi : Seluruh penderita Diabetes Melitus yang ada di Desa


Kedungbondo yang tercatat di polindes Kedungbondo Balen
sebanyak 38 responden

Teknik Sampling : Total Sampling

Sampel: Sebagian dari penderita Diabetes Melitus yang berada di Desa


Kedungbondo Balen yang tercatat di ponkesdes Kedungbondo
Balen yaitu sebanyak 38 responden

Desain Penelitian: Pra eksperimental: one group pre-post


test design

Variabel Independen : Edukasi Variabel Dependen : Tingkat Kepatuhan


Simulasi Online dan Kadar Gula Darah

Pengumpulan data : Kepatuhan dan Kadar Glukosa Darah


( Pre Test)

Memberikan edukasi simulasi online tentang 5 Pilar DM


(ESOMONDE)

Pengumpulan data : Kepatuhan dan Kadar Glukosa Darah


( Post Test)

Pengumpulan data : Lembar Kuesioner & Lembar Observasi

Pengolahan data : editing, coding, scoring, dan tabulating

Analisa data dengan : Uji normalitas menggunakan Uji Wilcoxon

Gamba 3.1 Kerangka Kerja Penelitian Pengaruh Pemberian Edukasi Simulasi


Online Tentang 5 Pilar Diabetes Melitus Terhadap Tingkat
Kepatuhan dan Kadar Glukosa Darah Penderita Diabetes Melitus
Di Desa Kedungbondo Balen
56

3.4 Populasi, Sampel dan Sampling

3.4.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari suatu subyek misalnya manusia, pasien

yang memenuhi kriteria yang diterapkan (Nursalam 2014).

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh penderita

Diabetes Melitus yang ada di Desa Kedungbondo yang tercatat di polindes

Kedungbondo Kecamatan Balen sebanyak 38 penderita.

3.4.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dipilih menggunakan sampling

tertentu dianggap representatif untuk mewakili populasi (Azwar, 2014). Sampel

pada penelitian ini adalah pasien penderita hipertensi yang berada di Desa

Kedungbondo yang tercatat di ponkesdes Kedungbondo Kecamatan Balen yaitu

38 responden.

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini yakni :

1) Kriteria inklusi adalah ciri-ciri atau karakteristik yang harus dipenuhi setiap

anggota yang akan menjadi sampel dan persyaratan umum yang diharapkan

peneliti untuk memenuhi subjek penelitian (Sani K, 2016). Yang merupakan

kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah : (1) Penderita hipertensi yang tercatat

di polindes Kedungbondo Balen. (2) Penderita berusia 45-59 tahun. (3) Penderita

bersedia menjadi responden. (4) Penderita yang tidak ada gangren. (5) Penderita

yang dapat membaca. (6) Penderita atau keluarga penderita yang bisa mengakses

youtube.

2) Kriteria ekslusi adalah ciri-ciri atau karakteristik dari anggota yang tidak dapat

dijadikan sampel penelitian (Sani K, 2016). Adapun kriteria ekslusi dalam


57

penelitian ini adalah : (1) Penderita yang sedang menjalani pengobatan. (2)

Penderita yang terdapat gangren. (3) Penderita yang tidak bisa membaca

3) Kriteria drop out dalam penelitian ini adalah : (1) Penderita yang membatalkan

informed consent. (2) Penderita yang tidak mengikuti edukasi simulasi online dari

awal hingga akhir

Dengan menggunakan perhitungan sampel menurut Nursalam (2014)

adalah:

𝑁. 𝑍 2 . 𝑝. 𝑞
𝑛=
𝑑 2 (𝑁 − 1) + 𝑍 2 . 𝑝. 𝑞

Keterangan:

n : Perkiraan jumlah sampel

N : Perkiraan jumlah besar populasi

Z : Nilai standar normal untuk α=0,05 (1,96)

P : Perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50%=0,5

q : 1-p (100%-p)= 0,5

d : Tingkat kesalahan yang dipilih (d=0,05)

Untuk penelitian ini diketahui : N = 38, Z = 1,96, p = 0,5, q = 0,5, d = 0,05

Maka jumlah sampel ditemukan

38. 1,962 . 0,5.0,5


𝑛=
0,052 (38 − 1) + 1,962 . 0,5.0,5

38.3,8416.0,25
𝑛=
0,0025 (37) + 3,8416 . 0,25

36,4952
𝑛=
0,085 + 0,9604
58

36,4952
𝑛=
1,0454

n = 34,91027 = 35 responden

Jumlah sampel akhir yang dibutuhkan untuk penelitian dengan menghitung

besar sampel penelitian adalah 35 responden, sedangkan untuk mengantisipasi

angka drop out pada responden maka perlu ditambah 10%.

Jumlah subjek yang dihitung :

𝑛
𝑛′ =
1−𝑓

Keterangan :

n’ = jumlah subjek yang dihitung

n = jumlah sampel minimal

f = perkiraan proporsi drop out (10%

35
𝑛′ =
1 − 0,1

n’ = 38

Berdasarkan perhitungan besar sampel ditambah dengan kemungkinan drop

out 10% didapatkan besar sampel 38.

3.4.3 Sampling

Sampling merupakan proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi (Nursalam, 2014). Metode sampling yang digunakan dalam

penelitian ini adalah total sampling yang mana setiap populasi atau anggota

memiliki peluang yang sama untuk terpilih menjadi anggota sampel. Teknik

sampel yang digunakan adalah simple total sampling, yaitu pengambilan anggota
59

populasi secara acak tanpa memperlihatkan strata yang ada dalam populasi

tersebut (Sugiyono, 2011).

3.5 Identifikasi Variabel

Variabel adalah karakteristik yang melekat pada populasi, bervariasi antara

satu orang dengan orang lainnya dan diteliti dalam suatu penelitian. Variabel

penelitian dikembangkan dari konsep teori dan hasil penelitian terdahulu sesuai

dengan fenomena atau masalah penelitian (Dharma 2015).

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas (independent variable)

dan variabel terikat (dependent variable)

1) Variabel bebas (independent variable): Variabel bebas (independent variable)

disebut juga variabel sebab yaitu karakteristik dari subjek yang dengan

keberadaannya menyebabkan perubahan pada variabel lainnya (Dharma, 2015).

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pemberian Edukasi Simulasi Online

2) Variabel terikat (dependent variable): Variabel terikat (dependent variable)

adalah variabel akibat atau variabel yang akan berubah akibat pengaruh suatu

perubahan yang terjadi pada variabel independent (Dharma, 2015), Variabel

terikat dalam penelitian ini adalah Tingkat Kepatuhan dan Kadar Gula Darah

Penderita Diabetes Melitus.

3.6 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mengukur atau menilai variabel penelitian,

kemudian memberikan gambaran tentang variabel tersebut atau

menghubungkannya. Sehingga penting untuk menjelaskan variabel penelitian,


60

meliputi variabel – variabel yang diteliti, jenis variabel, definisi konseptual dan

operasional, serta bagaimana melakukan pengukuran/penilaian terhadap variabel

(Dharma 2015). Berikut ini adalah definisi operasional dari penelitian:

Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian Pengaruh Pemberian Edukasi


Simulasi Online Tentang 5 Pilar Diabetes Melitus Terhadap Tingkat
Kepatuhan dan Kadar Glukosa Darah Penderita Diabetes Melitus Di
Desa Kedungbondo Balen

Definisi
Variabel Indikator Alat Ukur Skala Skor
Operasional
Variabel Memberikan Edukasi Simulasi 5 Video -
Independen pendidikan Online Lembar
Pemberian kesehatan (ESOMONDE) di Kuesioner
Edukasi untuk youtube yang
Simulasi meningkatkan diberikan selama 5
Online status menit selama 5
kesehatan hari, dengan
individu rincian 1 hari
diberikan 1 video
materi.
Hari ke 1 :
Edukasi meliputi :
- Pengertian DM
- Tanda Gejala
DM
- Penyebab DM
- Komplikasi DM
Hari ke 2 :
Terapi Nutrisi
Medis meliputi:
Diet untuk
penderita DM
Hari ke 3 :
Latihan Jasmani
Hari ke 4 “
Terapi
Farmakologis
Hari ke 5 :
Monitoring Gula
Darah
Variabel Pengukuran Patuh dalam Lembar Nominal1. Patuh
Dependen tingkat menjalankan 5 kuesioner dengan skor
Tingkat kepatuhan Pilar DM 90
61

Kepatuhan pada penderita (ESOMONDE) 2. Tidak patuh


Diabetes - Edukasi dengan skor
Melitus - Terapi Nutrisi <90
sebelum Medis
dilakukan - Latihan Jasmani
intervensi dan (olahraga)
sehari setelah - Farmakologi
dilakukan - Monitoring gula
intervensi. darah
Variabel Pengukuran Penurunan Kadar 1.Glukomet Nominal Kriteria :
Dependen kadar glukosa Gula Darah : er 1. Normal
Kadar darah pada - Glukosa darah 2. Lembar < 110 mg/dl
Glukosa penderita acak < 110 mg/dl Observasi 2.Hiperglikemi
Darah Diabetes ≥ 126 mg/dl
Melitus
sebelum
dilakukan
intervensi dan
sehari setelah
dilakukan
intervensi

3.7 Pengumpulan Data

3.7.1 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan oleh peneliti untuk

mengobservasi, mengukur atau menilai suatu fenomena. Data yang diperoleh dari

suatu pengukuran kemudian dianalisis dan dijadikan sebagai bukti (evidence) dari

suatu penelitian. Sehingga instrumen atau alat ukur merupakan bagian yang

penting dalam suatu penelitian (Dharma, 2015).

Penelitian ini menggunakan instrumen yang sesuai dengan variabel

dependen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat kepatuhan dan

kadar glukosa darah penderita DM. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner

tertutup dan lembar observasi, sedangkan perlakuan yang diberikan adalah


62

edukasi simulasi online, kuesioner berisi 18 item pertanyaan dan lembar observasi

yang digunakan untuk mencatat tekanan darah sebelum diberikan intervensi dan

sesudah diberikan intervensi, dan glukometer untuk pemeriksaan kadar gula darah

3.7.2 Pengumpulan Data

1) Tahap Persiapan: Peneliti melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing

tentang topik masalah yang akan dilakukan penelitian kemudian setelah mendapat

persetujuan mengenai topik penelitian, peneliti mengajukan ke pihak Lembaga

Pengabdian dan Penelitian Mahasiswa (LPPM) Universitas Muhammadiyah

Lamongan, setelah mendapat persetujuan dari LPPM maka peneliti mengajukan

permohonan ke instansi tempat penelitian, dalam penelitian ini adalah Polindes

Kedungbondo Balen untuk melakukan survey awal dan mendapatkan surat

balasan dari instansi terkait. Setelah mendapatkan surat balasan dari instansi

terkait peneliti melanjutkan untuk menyusun proposal penelitian dan

mempresentasikan kepada tim penguji. Setelah dinyatakan lulus sidang proposal,

peneliti dapat melanjutkan untuk melakukan penelitian.

2) Tahap Pelaksanaan: Tahap pelaksanaan diawali dengan melakukan

permohonan izin penelitian kepada instansi terkait dengan surat pengantar

penelitian dari Bidang Pengabdian dan Penelitian Mahasiswa (LPPM) Universitas

Muhammadiyah Lamongan.

Kemudian dilanjutkan dengan menentukan penderita sebagai subjek

penelitian sesuai dengan kriteria inklusi dan dilanjutkan dengan bertanya kepada

calon pasien penderita untuk berpartisipasi dalam penelitian. Sesudah

mendapatkan persetujuan dari penderita, peneliti menjelaskan tentang latar


63

belakang penelitian, tujuan penelitian, alasan mengapa terpilih menjadi pasien,

tata cara prosedur penelitian, resiko yang mungkin didapatkan, manfaat yang akan

didapatkan, kerahasiaan identitas, hak penderita, dan informasi lain terkait

prosedur penelitian.

Peneliti melakukan pre test terlenih dahulu kepada penderita dengan

memberikan lembar kuesioner dan mengukur kadar glukosa darah penderita.

Kuesioner dalam penelitian diartikan sebagai daftar pertanyaan yang sudah

disusun dengan baik dan penderita tinggal memberikan jawaban ya atau tidak,

mengukur kadar glukosa darah menggunakan Glukometer. Setelah data pre test

terkumpul, peneliti membuat video animasi dan simulasi tentang 5 Pilar Diabetes

Melitus intervensi diberikan selama 5 menit dengan frekuensi 5 kali yaitu selama

5 hari penelitian, setelah itu membuat whatsaap group untuk mengumpulkan

penderita Diabetes Melitus dan memberikan link video yang di upload melalui

Youtube. Pada hari ke 7 , mengukur kadar glukosa darah puasa setelah pemberian

edukasi menggunakan glukometer dan lembar observasi. Peneliti mendapatkan

data, kemudian akan dilakukan editting, codding, tabulating, scoring dan analisa

data.

3.8 Pengolahan Data dan Analisa Data

3.8.1 Pengolahan Data

Analisa data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai tujuan

pokok penelitian, yang menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mengungkapkan

fenomena (Nursalam, 2015). Setelah data dikumpulkan dengan pemberian

kuesioner maka dilakukan pengolahan data dengan beberapa langkah yaitu :


64

1) Editing: Merupakan upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data

terkumpul (Hidayat, 2010). Pada tahap ini peneliti memeriksa kembali kesesuaian

data yang diisi dengan petunjuk dan kelengkapan pengisian pada semua data yang

ada dalam lembar kuesioner. Data yang ada dalam kuesioner yaitu umur, jenis

kelamin. pendidikan, pekerjaan dan 18 item pertanyaan.

2) Coding: Mengklasifikasikan jawaban dari pasien ke dalam kategori, biasanya

klasifikasi dilakukan dengan cara memberi tanda atau kode berbentuk angka pada

setiap jawaban. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode atau

artinya dalam suatu buku memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode

dari suatu variabel (Hidayat, 2010).

Peneliti merubah data menjadi angka atau bilangan yang telah ditentukan

untuk mempermudah dalam proses analisis data. Semua data yang diperoleh

dirubaha kedalam bentuk angka sesuai dengan kategori yang telah ditentukan

sebelumnya. Data umum karakteristik responden, jika Umur 35-44 tahun diberi

kode 1, 45-54 tahun diberi kode 2 dan 55-64 tahun diberi kode 3. Jenis Kelamin,

jika laki-laki diberi kode 1 dan perempan diberi kode 2. Tingkat pendidikan, jika

SD diberi kode 1, pendidikan SMP diberi kode 2, pendidikan SMA diberi kode 3

dan perguruan tinggi diberi kode 4. Jenis pekerjaan, jika tidak bekerja diberi kode

1, wiraswasta diberi kode 2, swasta diberi kode 3 dan petani diberi kode 4.

Riwayat DM, jika 1 tahun diberi kode 1, 2 tahun diberi kode 2, 3 tahun diberi

kode 3, dan > 3 tahun diberi kode 4. Obat DM, jika metformin diberi kode 1 dan

Glibenclamid diberi kode 2, lain lain diberi kode 3.


65

Pemberian kode pada variabel dependen kepatuhan 5 pilar DM, peneliti

akan memberikan kode 1 pada jawaban yang benar dan kode 0 pada jawaban yang

salah. Pemberian kode 1 pada kategori patuh dan kode 2 pada kategori tidak

patuh. Pada variabel dependen penurunan kadar glukosa darah, peneliti akan

memberikan kode 1 pada kategori normal dan kode 2 pada kategori hiperglikemi

3) Scoring: Kegiatan memberikan skor atau nilai pada setiap jawaban pasien

(Nursalam, 2014). Jika jawaban salah diberi skor 0 dan jika jawaban benar diberi

skor 5, Hasil dari jawaban pasien yang telah diberi skor dijumlahkan dan

dibandingkan dengan jumlah tertinggi lalu dikalikan 100% dengan rumus

(Sugiyono, 2011).

Rumus :

Ʃ𝑺𝒑
𝒏= × 𝟏𝟎𝟎%
Ʃ𝑺𝒎

Keterangan :

n = presentase

ƩSp = jumlah skor yang didapat

ƩSm = jumlah skor tertinggi

Standar kepatuhan 5 pilar DM adalah patuh (100%) dan tidak patuh (<100%)

4) Tabulating: Setelah memberi kode, peneliti akan mengolah data dengan cara

memasukkan data dari hasil yang dikumpulkan ke dalam tabel sesuai dengan

kriteria-kriteria tertentu yang bertujuan untuk memudahkan dalam analisis data.

Hasil analisa data tersebut akan diinterpretasikan dengan skala seluruhnya:

100%. hampir seluruhnya : 76-99%, sebagian besar : 51-75%, setengah : 50%,


66

hampir setengan : 26-49%, sebagian kecil : 1-25%, tidak satupun : 0% (Hidayat,

2010).

Data tersebut kemudian dimasukkan ke dalam program atau perangkat lunak

yang telah dipilih untuk analisis data statistik dengan bantuan perangkat lunak

Statistical Product and Service Solution (SPSS) for windows 16.0.

3.8.2 Analisa Data

Analisa data termasuk bagian yang sangat penting untuk mendapatkan

tujuan penelitian, yang menjawab pertanyaan-pertanyaan yang menyangkup

fenomena (Nursalam, 2014). Dalam penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon

Match Pairs Test apabila uji normalitas tidak normal, dan menggunakan uji t test

apabila uji normalitas normal. Serta variabel terikat adalah rasio yang bertujuan

untuk membuktikan apakah ada pengaruh pemberian edukasi simulasi online

terhadap kepatuhan dan kadar gula darah pada penderita DM. Menggunakan

tingkat kemaknaan 95% dengan (α) = 0,05 dengan menggunakan rumus Wilcoxon

Match Pairs Test yaitu :

1) Rumus uji Wilcoxon:


𝑇= µ1
Rumus 𝑍= 𝛼𝑇

Dimana T = jumlah jenjang atau rangking

𝑛 (𝑛 + 1)
µ=
4
𝑛 (𝑛+1)(2𝑛−1)
𝐽𝑇 = 24

Dengan demikian
67

𝑛𝑡 (𝑛 − 1)
𝑡−( )
𝑍= 4
√𝑛 (𝑛 + 1)(2𝑛 + 1)
24

Keterangan :

Z = Score Z

T = Jumlah jenjang/rankng yang kecil

μ = Rata – rata populasi

σ = Standar deviasi

n = Jumlah sampel

Pembacaan hasil uji stastika dengan menggunakan perangkat lunak

komputer program Stistical Product and Dervice Solution (SPSS) 16.0 for

windows dengan derajat kemaknaan sebagai berikut :

1) Jika p < 0,05 maka H0 ditolak artinya adanya pengaruh pemberian edukasi

simulasi online tentang 5 pilar diabetes melitus terhadap tingkat kepatuhan dan

kadar gula darah penderita diabetes melitus di desa Kedungbondo Balen

2) Jika p > 0,05 maka H0 diterima artinya tidak ada pengaruh pemberian edukasi

simulasi online tentang 5 pilar diabetes melitus terhadap tingkat kepatuhan dan

kadar gula darah penderita diabetes melitus di desa Kedungbondo Balen

3.9 Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan sesudah mendapatkan persetujuan dan ijin dari

BPPM (Bidang Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) Universitas

Muhammadiyah Lamongan. Penelitian ini juga dilaksanakan dengan

mempertimbangkan empat etika penelitian menurut (Dharma, 2015), meliputi :


68

1) Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human diifnity):

Penelitian harus dilaksanakan dengan menjunjung tinggi harkat dan martabat

manusia. Subjek memiliki hak asasi dan kebebasan untuk menentukan pilihan ikut

atau menolak penelitian (autonomy). Tidak boleh ada paksaan atau penekanan

tertentu agar subjek bersedia ikut dalam penelitian. Subjek dalam penelitian juga

berhak mendapat informasi yang terbuka dan lengkap tentang pelaksanaan

penelitian meliputi tujuan dan manfaat penelitian, keuntungan yang mungkin

didapat dan kerahasiaan informasi

Setelah mendapatkan penjelasan yang lengkap dan mempertimbangkannya

dengan baik, subjek kemudian menentukan apakah akan ikut serta atau menolak

sebagai subjek penelitian. Prinsip ini tertuang dalam pelaksanaan informed

consent yaitu persetujuan untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian mendapat

penjelasan yang lengkap dan terbuka dari peneliti tentang keseluruhan

pelaksanaan penelitian.

Berdasarkan prinsip diatas, maka penenliti akan memberikan lembar

kuesioner kepada penderita Diabetes Melitus yang ada di Desa Kedungbondo

Balen, apakah bersedia atau tidak untuk menjadi penderita DM yang diberikan

edukasi simulasi online. Hal ini peneliti sudah melakukan prinsip menghormati

harkat dan martabat serta terbuka dalam memberikan informasi dengan bukti,

seluruh pasien yang menandatangani informed consent.

2) Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek (respect for privasi and

convidentialty): Manusia sebagai subjek penelitian memiliki privasi dan hak asasi

untuk mendapatkan kerahasiaan informasi. Namun tidak bisa diungkiri bahwa


69

penelitian menyebabkan terbukannya informasi tentang subjek. Sehingga peneliti

perlu merahasiakan berbagai informasi yang menyangkut privasi subjek yang

tidak ingin identitas dan segala informasi tentang dirinya diketahui oleh orang

lain, Prinsip ini dapat diterapkan dengan cara meniadakan identitas seperti nama

dan alamat subjek kemudian diganti dengan kode tertentu. Dengan demikian

segala informasi yang menyangkut identitas subjek tidak terekspos secara luas.

Berdasarkan prinsip ini, peneliti melakukan aspek kerahasiaan data

mengenai penderita dengan cara memberi kode yang hanya diketahui peneliti

serta tidak menyebarluaskan informasi mengenai pasien ke orang lain

3) Menghormati keadilan dan inklusivitas (respect for justice inclusiveness):

Prinsip keterbukaan dalam penelitian mengandung makna bahwa penelitian

dilakukan secara jujur, tepat, cermat, hati-hati dan dilakukan secara profesional.

Sedangkan prinsip keadilan mengandung makna bahwa penelitian memberikan

keuntungandan beban secara merata atau memberikan perlakuan yang sama pada

semua pasien sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan subjek. Berdasarkan

prinsip ini peneliti memberikan edukasi simulasi online secara merata pada

seluruh populasi penelitian yaitu penderita Diabetes Melitus di Desa Kedung

Bondo Balen.

Peneliti menjamin privacy penderita dengan menyimpan seluruh dokumen

hasil pengumpulan data berupa : lembar persetujuan mengikuti penelitian, biodata

penderita. Data tersebut didimpan dan hanya dapat diakses oleh peneliti dan

semua bentuk data hanya digunakan untuk keperluan proses analisis sampai

penyusunan laporan penelitian. Peneliti menguraikan data tanpa mengungkap

nama pasien atau anonimity dalam menyusun penenlitian. Data yang telah
70

dikumpulkan tersebut akan dimusnahkan oleh peneliti sesudah 5 tahun penelitian

berakhir

4) Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harm

and benefits): Penelitian ini mengandung makna bahwa setiap penelitian harus

mempertimbangkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi subjek penelitian dan

populasi dimana hasil penelitian akan diterapkan (benficence). Kemudian

meminimalisir resiko/dampak yang merugikan bagi subjek penelitian (non-

maleficience). Prinsip ini yang harus diperhatikan oleh peneliti ketika mengajukan

usulan penelitian untuk mendapatkan persetujuan etik dari komite etik

penelitian.Peneliti harus mempertimbangkan rasio antara manfaat dan kerugian

dari penelitian.

Berdasarkan prinsip ini, peneliti memberikan edukasi simulasi online

tentang 5 pilar Diabetes Melitus yang dapat bermanfaat bagi pasien untuk

meningkatkan kepatuhan sehingga kadar gula darah dalam rentang normal.


71

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan

penelitian “Pengaruh Pemberian Edukasi Simulasi Online Tentang 5 Pilar

Diabetes Melitus Terhadap Tingkat Kepatuhan Dan Kadar Glukosa Darah

Penderita Diabetes Melitus Di Desa Kedungbondo Balen”. Hasil peneliian ini

disajikan dalam 2 bagian yaitu data umum dan data khusus. Data umum meliputi

gambaran umum lokasi penelitian dan karakteristik penderita Diabetes Melitus

yang terdiri dari umur penderita, jenis kelamin penderita, pendidikan penderita,

pekerjaan penderita, riwayat DM penderita, dan Obat DM, sedangkan data khusus

meliputi penilaian tingkat kepatuhan dan kadar gula darah pre dan post pemberian

edukasi simulasi online pada penderita Diabetes Melitus di Desa Kedungbondo

Balen.

Data yang digunakan adalah data primer yang diambil dari penderita

melalui edukasi simulasi online sebanyak 38 penderita

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Data Umum

1) Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah wilayah Desa Kedungbondo Kecamatan

Balen Kabupaten Bojonegoro. Kecamatan Balen merupakan salah satu Kecamatan

yang ada di wilayah Kabupaten Bojonegoro terdiri dari 23 desa, salah satunya

Desa Kedungbondo. Batas-batas wilayah administratif sebagai berikut :


72

a Sebelah Utara : Kabupaten Tuban

b Sebelah Selatan : Kecamatan Sukosewu

c Sebelah Timur : Kecamatan Sumberrejo

d Sebelah Barat : Kecamatan Kapas

Luas wilayah Desa Kedungbondo adalah 280,92 Ha, Wilayah Desa

Kedungbondo seluruhnya merupakan dataran rendah sehingga dapat

dicapai/ditempuh baik dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Fasilitas

pelayanan kesehatan di Desa Kedungbondo adalah Polindes diantaraya Poli

Umum dan Poli KIA

2) Karakteristik Penderita Diabetes Melitus

Pada bagian ini akan disajikan data umum responden berdasarkan usia,

jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, riwayat DM, dan Obat DM

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Jenis


Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Riwayat DM dan Obat DM
Penderita Diabetes Melitus Di Desa Kedungbondo Balen

Karakteristik Frekuensi Presentase %


Umur
35-44 Tahun 28 73,7 %
45-54 Tahun 7 18,4 %
55-64 Tahun 3 7,9%
Jumlah 38 100 %
Jenis Kelamin
Laki-Laki 5 13,2 %
Perempuan 33 86,8 %
Jumlah 38 100%
Pendidikan
SD 5 13,2%
SMP 6 15,8%
SMA 16 42,1%
Perguruan Tinggi 11 28,9%
Jumlah 31 100 %
73

Pekerjaan
Tidak Bekerja 18 47,4%
Wiraswasta 15 39,5%
Swasta 3 7,9%
Petani 2 5,3%
Jumlah 38 100%
Riwayat DM
1 Tahun 21 55,3%
2 Tahun 12 31,6%
3 Tahun 1 3,6%
>3 Tahun 4 10,5%
Jumlah 38 100%
Obat DM
Metformin 19 50,0%
Glibenclamid 8 21,1%
Lain-Lain 11 28,9%
Jumlah 38 100%

Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dijelaskan bahwa hampir sebagian

besar (73,7%) penderita Diabetes Melitus dengan umur 35-44 Tahun. Terdapat

lebih dari sebagian (86,8%) penderita Diabetes Melitus berjenis kelamin

perempuan. Terdapat sebagian (42,1%) penderita Diabetes Melitus berpendidikan

SMA. Hampir sebagian (47,4%) penderita Diabetes Melitus tidak bekerja.

Sebagian besar (55,3%) penderita Diabetes Melitus mempunyai riwayat DM

selama 1 tahun. Terdapat sebagian (50,0%) penderita Diabetes Melitus

mengkonsumsi obat metformin.

4.1.2 Data Khusus

Pada bab ini akan diuraikan tentang kepatuhan dan kadar gula darah

penderita Diabetes Melitus sebelum dan sesudah dilakukan pemberian edukasi

simulasi online 5 pilar Diabetes Melitus


74

1) Mengidentifikasi tingkat kepatuhan dan kadar gula darah pada penderita

Diabetes Melitus sebelum pemberian edukasi simulasi online tentang 5 pilar

Diabetes Melitus

Tabel 4.2 Karakteristik Bedasarkan Tingkat Kepatuhan Penderita Diabetes


Melitus Sebelum Diberikan Edukasi Simulasi Online Tentang 5 Pilar
Diabetes Melitus

Tingkat Kepatuhan Pre Test


Frekuensi Presentase (%)
Patuh 0 0%
Tidak Patuh 38 100 %
Jumlah 38 100 %

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebelum diberikan intervensi

Edukasi Simulasi Online Tentang 5 Pilar Diabetes Melitus penderita Diabetes

Melitus di Desa Kedungbondo Balen sebanyak 38 orang (100%) menunjukkan

perilaku tidak patuh terhadap 5 Pilar Diabetes Melitus.

Tabel 4.3 Karakteristik Bedasarkan Kadar Glukosa Darah Penderita Diabetes


Melitus Sebelum Diberikan Edukasi Simulasi Online Tentang 5 Pilar
Diabetes Melitus

Kadar Glukosa Darah Pre Test


Frekuensi Presentase (%)
Normal 0 0%
Hiperglikemi 38 100 %
Jumlah 38 100 %

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebelum diberikan intervensi

Edukasi Simulasi Online Tentang 5 Pilar Diabetes Melitus penderita Diabetes

Melitus di Desa Kedungbondo Balen sebanyak 38 orang (100%) memiliki kadar

gula darah dalam kategori hiperglikemi


75

2) Mengidentifikasi tingkat kepatuhan dan kadar gula darah pada penderita

Diabetes Melitus sesudah pemberian edukasi simulasi online tentang 5 pilar

Diabetes Melitus.

Tabel 4.4 Karakteristik Bedasarkan Tingkat Kepatuhan Penderita Diabetes


Melitus Sesudah Diberikan Edukasi Simulasi Online Tentang 5 Pilar
Diabetes Melitus

Tingkat Kepatuhan Post Test


Frekuensi Presentase (%)
Patuh 35 92,1 %
Tidak Patuh 3 7,9 %
Jumlah 38 100 %

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa sesudah diberikan intervensi

Edukasi Simulasi Online Tentang 5 Pilar Diabetes Melitus penderita Diabetes

Melitus di Desa Kedungbondo Balen sebanyak 35 orang (92%) menunjukkan

perilaku patuh terhadap 5 Pilar Diabetes Melitus dan sebanyak 3 orang (8%)

menunjukkan perilaku tidak patuh terhadap 5 Pilar Diabetes Melitus.

Tabel 4.5 Karakteristik Bedasarkan Kadar Glukosa Darah Penderita Diabetes


Melitus Sesudah Diberikan Edukasi Simulasi Online Tentang 5 Pilar
Diabetes Melitus

Kadar Glukosa Darah Post Test


Frekuensi Presentase (%)
Normal 31 81,6 %
Hiperglikemi 7 18,4 %
Jumlah 38 100 %

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa sesudah diberikan intervensi

Edukasi Simulasi Online Tentang 5 Pilar Diabetes Melitus penderita Diabetes

Melitus di Desa Kedungbondo Balen sebanyak 31 orang (81,6%) memiliki kadar


76

gula darah dalam kategori normal, sebanyak 7 orang (18,4%) memiliki kadar

glukosa darah dalam kategori hiperglikemi.

4) Menganalisis pengaruh pemberian edukasi simulasi online tentang 5 pilar

Diabetes Melitus terhadap tingkat kepatuhan dan kadar gula darah di Desa

Kedungbondo Balen.

Tabel 4.6 Pengaruh Pemberian Edukasi Simulasi Online Tentang 5 Pilar


Diabetes Melitus Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Diabetes
Melitus Di Desa Kedungbondo Balen

Post Test Kepatuhan


Pre Test Kepatuhan Total
Patuh Tidak Patuh
∑ % ∑ % ∑ %
Patuh 35 100% 0 0 0 35 100%
Tidak Patuh 0 0% 3 100% 3 100%
Total 35 92% 3 8% 38 100%
p = 0,000 Z=-5,916 -0

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa 38 orang penderita Diabetes

Melitus didapatkan sebagian besar sebanyak 35 orang (100%) patuh dalam

menjalankan 5 Pilar Diabetes Melitus dan sebagian kecil sebanyak 3 orang (8%)

tidak patuh dalam menjalankan 5 pilar Diabetes Melitus.

Setelah dilakukan uji normalitas, di dapatkan hasil p = 0,000 dengan taraf

signifikansi p < 0,05 maka dapat dikatakan bahwa distribusi data tidak normal.

Dengan demikian maka untuk menguji hipotesis, digunakan uji non parametrik

Uji Wilcoxon Sign Rank Test.

Berdasarkan Uji Wilcoxon Sign Rank Test dengan menggunakan SPSS versi

16.0 bahwa pengaruh pemberian edukasi simulasi online tentang 5 pilar Diabetes

Melitus terhadap tingkat kepatuhan menunjukkan nilai Z = -5,9160 dengan

probabilitas 0,000. Karena probabilitas < 0,05, sehingga H1 diterima. Hal ini
77

menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian edukasi simulasi online tentang 5

pilar Diabetes Melitus terhadap tingkat kepatuhan penderita Diabetes Melitus di

desa kedungbondo balen.

Tabel 4.7 Pengaruh Pemberian Edukasi Simulasi Online Tentang 5 Pilar


Diabetes Melitus Terhadap Kadar Glukosa Darah Penderita Diabetes
Melitus Di Desa Kedungbondo Balen

Post Kadar Gula Darah


Total
Normal Hiperglikemi
∑ % ∑ % ∑ %
Pre Kadar Normal 31 100% 0 00% 31 100%
Gula Darah Hiperglikemi 0 0% 7 1100% 7 100%
Total 31 82% 7 18% 38 100%
p = 0,000 Z= -5,5680

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa 38 orang penderita Diabetes

Melitus didapatkan sebagian besar sebanyak 31 orang (82%) memiliki kadar gula

darah dalam kategori norrmal setelah diberikan Edukasi Simulasi Online Tentang

5 Pilar Diabetes Melitus, sebagian kecil sebanyak 7 orang (18%) memiliki kadar

gula darah dalam kategori hiperglikemi setelah diberikan Edukasi Simulasi Online

Tentang 5 pilar Diabetes Melitus.

Setelah dilakukan uji normalitas, di dapatkan hasil p = 0,000 dengan taraf

signifikansi p < 0,05 maka dapat dikatakan bahwa distribusi data tidak normal.

Dengan demikian maka untuk menguji hipotesis, digunakan uji non parametrik

Uji Wilcoxon Sign Rank Test

Berdasarkan Uji Wilcoxon Sign Rank Test dengan menggunakan SPSS versi

16.0 bahwa pengaruh pemberian edukasi simulasi online tentang 5 pilar Diabetes

Melitus terhadap kadar gula darah mununjukkan nilai Z = -5,5680 dengan

probabilitas 0,000. Karena probabilitas < 0,05, sehingga H1 diterima. Hal ini
78

menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian edukasi simulasi online tentang 5

pilar Diabetes Melitus terhadap kadar glukosa darah penderita Diabetes Melitus di

desa kedungbondo balen.

4.2 Pembahasan

Setelah dilakukan uji analisa data dan menguji hasil penelitian dengan

menggunakan uji statistik diperoleh hasil yang cukup bervariasi yang memerlukan

pembahasan tentang bagaimana tingkat kepatuhan dan kadar gula darah sebelum

diberikan edukasi simulasi online tentang 5 pilar Diabetes Melitus, tingkat

kepatuhan dan kadar gula darah setelah diberikan pisang ambon dan pengaruh

pemberian edukasi simulasi online tentang 5 pilar Diabetes Melitus terhadap

tingkat kepatuhan dan kadar gula darah penderita Diabetes Melitus.

4.2.1 Mengidentifikasi Tingkat Kepatuhan Dan Kadar Gula Darah Pada

Penderita Diabetes Melitus Sebelum Pemberian Edukasi Simulasi

Online Tentang 5 Pilar Diabetes Melitus Di Desa Kedungbondo Balen

Berdasarkan hasil penelitian tingkat kepatuhan 5 pilar Diabetes Melitus dan

kadar glukosa darah sebelum diberikan Edukasi Simulasi Online Tentang 5 Pilar

Diabetes Melitus (Pre Test) hampir semua penderita Diabetes Melitus sebanyak

38 orang mempunyai perilaku tidak patuh terhadap 5 pilar Diabetes Melitus dan

38 orang mempunyai kadar gula darah dalam kategori hiperglikemi.

Beberapa penelitian menyatakan pasien yang tidak patuh pada pilar edukasi

mempunyai resiko 5 kali mengalami kadar glukosa darah yang tinggi dibanding

pasien yang patuh. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
79

Effendi (2005), tujuan pendidikan kesehatan atau edukasi yang paling pokok

adalah tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga, dan masyarakat dalam

memelihara perilaku sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan derajat

kesehatan yang optimal.

Kepatuhan menjalankan pilar pengaturan makan, pasien yang tidak patuh

pada pilar pengaturan makan mempunyai resiko 3,7 kali mengalami kadar glukosa

darah yang tinggi dibanding pasien yang patuh. Hal tersebut sesuai dengan

pendapat Sukardji (2007), bahwa pengaturan makan sangat berkaitan dengan

kelancaran sirkulasi darah kaki. Jumlah kalori yang dikonsumsi sangat

berpengaruh terhadap regulasi gula darah, jika gula darah tinggi risiko gangguan

pembuluh darah terutama bagian perifer akan semakin tinggi. Begitu juga dengan

jumlah lemak yang dikonsumsi berakibat gangguan lumen pembuluh darah dan

kelancaran sirkulasi darah jika jumlahnya berlebihan.

Menurut Smeltzer et al (2008) perencanaan makan pada pasien diabetes

mellitus meliputi: memenuhi energi pada pasien DM, terpenuhinya nutrisi yang

optimal pada makanan yang disajikan seperti vitamin dan mineral, mencapai dan

memelihara berat badan yang stabil, menghindari makanmkanan yang

mengandung lemak dan mencegah level glukosa darah naik, karena dapat

mengurangi komplikasi yang dapat ditimbulkan dari diabetes mellitus.

Menurut pendapat peneliti, pilar pengaturan makan merupakan pilar yang

harus dikuasai oleh seorang klien diabetes. Karena klien harus mengetahui berapa

kalori yang berasal dari karbohidrat, lemak dan protein yang sesuai dengan

kebutuhan sehari hari. Disamping itu klien harus juga patuh terhadap jadwal,
80

jumlah dan jenis makanan yang baik untuk dikonsumsi. Apabila klien tidak dapat

mengikuti pola dietnya maka akan sangat mempengaruhi regulasi gula darah

sehingga lama-kelamaan mengakibatkan terjadinya komplikasi.

Kepatuhan menjalankan pilar aktifitas fisik, pasien yang tidak patuh pada

pilar aktifitas fisik mempunyai resiko 4,8 kali mengalami kadar glukosa yang

tinggi dibanding pasien yang patuh. Sesuai dengan yang dipublikasikan oleh

PERKENI (2015) Latihan jasmani atau aktivitas fisik selain menjaga kebugaran

juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin,

sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Pilar aktifitas fisik merupakan

salah satu pilar yang sulit untuk dilakukan.

Teori yang dikemukan oleh Ilyas (2007), yang menyampaikan bahwa

sebagai hasil akhir aktivitas fisik yang teratur adalah kontrol kadar gula darah dan

lemak lebih baik dan mencegah komplikasi DM yang tidak diinginkan. Hasil

penelitian lain yang sesuai adalah penelitian yang dilakukan oleh Ainin (2011)

menunjukkan hasil antara kebiasaan olah raga dengan kadar gula darah

Menurut pendapat peneliti, olahraga merupakan suatu aktivitas yang harus

dilakukan secara rutin baik itu klien diabetes. Karena dengan olahraga terjadi

peningkatan pembakaran dari karbohidrat serta peningkatan sensitifitas dari

insulin yang pada akhirnya regulasi gula darah menjadi lebih baik, dan komplikasi

bisa dicegah atau diperlambat.

Kepatuhan menjalankan pilar terapi medis pasien yang tidak patuh pada

pilar terapi medis mempunyai resiko 8,3 kali mengalami kadar glukosa darah

yang tinggi dibanding pasien yang patuh. Apabila terapi tanpa obat (pengaturan
81

diet dan olahraga) belum berhasil mengendalikan kadar glukosa darah pada

penderita, maka perlu dilakukan langkah berikutnya berupa terapi obat, baik

dalam bentuk terapi obat hipoglikemik oral, tetapi insulin atau kombinasi

keduanya. Tujuan utama dari pengobatan diabetes adalah untuk mempertahankan

kadar gula darah dalam kisaran yang normal. Kadar gula darah yang benar-benar

normal sulit untuk dipertahankan, tetapi semakin mendekati kisaran yang normal,

maka kemungkinan terjadinya komplikasi sementara maupun jangka panjang

semakin berkurang (Saraswati, 2009).

Hasil penelitian lain yang sesuai adalah penelitian yang dilakukan oleh

Yoga (2011) menunjukkan bahwa orang yang mempunyai kepatuhan minum obat

mempunyai risiko 4 kali untuk berhasil dalam pengelolaan DM tipe 2

dibandingkan dengan yang tidak patuh Berdasarkan hasil penelitian diatas, teori

dan hasil penelitian, maka peneliti berpendapat bahwa kepatuhan terapi medis

sangat berpengaruh terhadap kontrol gula darah dan dapat mencegah dan atau

memperlambat komplikasi Diabetes Mellitus. Namun terapi obat diabetes melitus

tidak cukup hanya patuh mengkonsumsinya saja. Diabetisi harus paham benar

mengenai cara minum obat, karena ada obat yang dikonsumsi atau digunakan

sebelum makan, setelah makan atau ada yang diminum bersamaan dengan suapan

pertama.

Kepatuhan menjalankan pilar monitoring publikasi dari NPS Medicinewise

(2011), pemantauan secara teratur merupakan bagian yang penting dari

pengendalian diabetes, pemantauan kadar gula darah ini penting karena membantu

menentukan penanganan medis, diit dan obat-obatan yang tepat sehingga


82

mengurangi komplikasi yang berat dan dapat meningkatkan kualitas hidup

penderita diabetes.

Berdasarkan hasil penelitian diatas dibandingkan dengan teori dan hasil

penelitian, maka peneliti berpendapat bahwa kondisi penyakit diabetes mellitus

yang dialami pasien tidak cukup hanya dimonitoring atau dipantau gula darah,

HbA1c, tekanan darah, kolestrol dan lain sebagainya. Tetapi juga harus diiringi

dengan pengelolaan makanan, olaraga, terapi medis serta kegiatan untuk

mendapatkan informasi tentang penanganan diabetes mellitus dengan baik

sehingga gula darah dapat terkontrol dengan baik agar komplikasi dapat dicegah

atau diperlambat.

Berdasarkan data penelitian, ketidakpatuhan terhadap 5 Pilar Diabetes

Melitus menyebabkan seluruh penderita memiliki kadar gula darah dalam kategori

hiperglikemi kemungkinan disebabkan oleh usia dan jenis kelamin. Beberapa

penelitian menunjukkan perilaku tidak patuh berisiko 5x memiliki gula darah

yang tinggi dibandingkan dengan orang yang berperilaku patuh

Gaya hidup menentukan besar kecilnya risiko seseorang untuk terkena

Diabetes Melitus. Selain pola makan, aktivitas yang dilakukan oleh seseorang

juga merupakan gaya hidup, Gaya hidup yang salah akan memberikan dampak

negatif bagi kesehatan termasuk juga aktivitas kurang.(Eko, 2010).

Hal ini sesuai dengan penelitian Rafanani (2013) menyatakan gaya hidup

dan pola makan yang tidak baik akan menyebabkan timbunan lemak yang bisa

membuat sel tubuh menjadi tidak peka terhadap insulin. Sehingga menyebabkan

kadar glukosa darah menjadi tinggi.


83

Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti berpendapat bahwaannya kepatuhan

menjalankan 5 pilar Diabetes Melitus yang baik akan menentukan kadar glukosa

darah. Semakin tinggi kepatuhan individu, maka akan meyebabkan kadar glukosa

darah tetap dapat dikontrol.

4.2.2 Mengidentifikasi Tingkat Kepatuhan Dan Kadar Gula Darah Pada

Penderita Diabetes Melitus Sesudah Pemberian Edukasi Simulasi

Online Tentang 5 Pilar Diabetes Melitus

Berdasarkan hasil penelitian tingkat kepatuhan 5 pilar Diabetes Melitus dan

kadar glukosa darah setelah diberikan intervensi pemberian edukasi simulasi

online tentang 5 pilar Diabetes Melitus didapatkan data bahwa sebagian besar

mengalami peningkatan tingkat kepatuhan yang signifikan yaitu sebanyak 35

orang patuh terhadap 5 pilar Diabetes Melitus dan sebanyak 3 orang tidak patuh

terhadap 5 pilar Diabetes Melitus.

Hal ini sesuai dengan teori (Notoadmodjo, 2012) menyatakan Informasi

dapat diperoleh dari pendidikan formal maupun non formal, salah satu upaya

untuk meningkatkan pengetahuan adalah melalui pendidikan kesehatan edukasi

kesehatan. Edukasi kesehatan merupakan upaya persuasi atau pembelajaran

kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan untuk memelihara

dan meningkatkan taraf kesehatannya. Hal tersebut didukung oleh Wang et al

(2018) bahwa pendidikan kesehatan berkontribusi dalam peningkatan

pengetahuan mengenai penyakit infeksius di provinsi Gansu, Cina.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Sri Ayu Pancawati (2016)

yang menyatakan bahwa pendidikan kesehatan merupakan hal terpenting untuk


84

bertindak dan dapat meningkatkan penegtahuan seseorang yang bisa mengubah

perilaku ataupun hanya menambah wawasan serta salah satu kebutuhan dasar

untuk mengembangkan diri. Pendidikan kesehatan memiliki andil yang kuat

dalam peningkatan pengetahuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang penting

bagi kesehatannya. Sehingga menimbulkan perilaku baik sesuai yang dianjurkan

untuk mengontrol kadar glukosa darah

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, peneliti berpendapat bahwa setelah

diberikan edukasi simulasi online tentang 5 pilar Diabetes Melitus pengetahuan

penderita Diabetes Melitus di Desa Kedungbondo semakin meningkat

menyebabkan perilaku patuh terhadap 5 pilar Diabetes Melitus sehingga kadar

glukosa darah dapat dikatakan dalam kondisi normal.

Hal ini sesuai dengan teori (Pratiwi dan Endang, 2013) menyatakan

pengetahuan yang cukup menyebabkan seseorang mempunyai perilaku patuh

terhadap 5 pilar Diabetes Melitus yang dapat mempengaruhi kadar glukosa darah.

Menjalankan perilaku kepatuhan terhadap 5 pilar Diabetes Melitus adalah

membiasakan diri untuk merubah gaya dan pola hidup agar tidak terjadi kadar

glukosa darah tinggi. Pengetahuan dan dukungan keluarga merupakan faktor

penting dalam menjalankan program kepatuhan 5 pilar Diabetes Melitus.

Keluarga berperan mengurangi ketidakpedulian pasien dalam menghadapi

penyakit dan ketidaktaatan yang disebabkan oleh godaan dari luar.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sutiawati (2013)

yaitu adanya suatu efek positif terhadap tingkat kepatuhan dan kadar glokosa
85

darah dengan membiasakan perilaku sesuai dengan 5 pilar Diabetes Melitus

sehingga dapat mengontrol kadar glukosa darah secara efektif.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, peneliti berpendapat bahwa setelah

diberikan edukasi simulasi online tentang 5 pilar Diabetes Melitus pengetahuan

penderita Diabetes Melitus di Desa Kedungbondo semakin meningkat dan

dukungan keluarga sangat diperlukan untuk meningkatkan status kesehatan

penderita sehingga menyebabkan perilaku patuh terhadap 5 pilar Diabetes Melitus

dan kadar glukosa darah dapat dikontrol

4.2.3 Menganalisis Pengaruh Pemberian Edukasi Simulasi Online Tentang

5 Pilar Diabetes Melitus Terhadap Tingkat Kepatuhan Dan Kadar

Gula Darah Di Desa Kedungbondo

Berdasarkan fakta yang diambil dari hasil penelitian diatas bahwa terdapat

pengaruh pemberian edukasi simulasi online tentang 5 pilar Diabetes Melitus

terhadap tingkat kepatuhan dan kadar glukosa darah secara signifikan. Hal ini

dibuktikan setelah pemberian edukasi simulasi online tentang 5 pilar Diabetes

Melitus hampir seluruh peserta berperilaku patuh terhadap 5 pilar Diabetes

Melitus dan hampir seluruh responden dapat mengontrol kadar glukosa darah

Pada penelitian ini intervensi yang diberikan adalah dengan memberikan

edukasi simulasi online melalui video animasi yang disebarkan melalui link

youtube di whatsaap group. Edukasi atau pendidikan kesehatan merupakan

pemberian pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui pembelajaran. Pada

penelitian ini edukasi kesehatan sangat berkontribusi meningkatkan pengetahuan


86

sehingga timbul perilaku patuh dan menyebabkan kadar gula darah dapat

dikontrol

Pernyataan terebut sejalan dengan Yunitasari,dkk (2020) bahwasanya ada

pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan masyarakat. Upaya

yang bisa dilakukan dalam memberikan pengetahuan terhadap penderita Diabetes

Melitus mengenai 5 pilar Diabetes Melitus salah satunya yaitu melaui edukasi

simulasi online, Edukasi simulasi online dapat menunjang proses pembelajaran

menjadi salah satu hal formal dengan menggunakan teknologi (Bower 2019).

Media edukasi simulasi online dapat memberikan dampak terhadap

peningkatan pemahaman dan perubahan perilaku (Mulyani, 2020). Penggunaan

media Youtube cukup efektif dalam menyampaikan materi. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Marco Aurelius Refo (2018) bahwasanya media

youtube sangat efektif dalam media untuk meyampaikan materi, sehingga minat

penderita Diabetes Melitus meningkat untuk menjalankan 5 Pilar Diabetes

Melitus.

Pada penelitian (Rahayu, 2014) memberikan pendidikan dan pelatihan

kepada penderita DM tentang penyakit DM dan perawatannya, memberikan

motivasi kepada keluarga dan penderita bahwa perawatan secara rutin pada

penderita DM penting dilakukan untuk menghindari komplikasi. Setelah edukasi

selesai diselenggarakan, kemudian dilakukan pengukuran tahap kedua (post test)

untuk menilai kepatuhan penderita DM setelah intervensi menunjukkan adanya

peningkatkan kualitas hidup pada penderita DM.


87

Perencanaan makanan merupakan salah satu pilar pengelolaan diabetes.

Faktor yang berpengaruh pada respon glikemik makanan adalah cara memasak,

proses penyiapan makanan dan bentuk makanan serta komposisi makanan

(karbohidrat, lemak dan protein), yang dimaksud dengan karbohidrat adalah gula,

tepung dan serat. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Prabowo & Hastuti

(2015) menyebutkan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan semakin patuh

dalam diet, sehingga dapat menurunkan kadar gula darah tinggi pada penderita

Diabetes Melitus (Prabowo, A., & Hastuti 2015)

Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan latihan jasmani teratur (3-4 kali)

seminggu selama kurang lebih 30 menit) merupakan salah satu pilar dalam

pengelolaan Diabetes Melitus. Latihan jasmani dapat menurunkan berat badan

(jalan, bersepeda santai, jogging, berenang). Latihan jasmani sebaiknya

disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Perlu dibatasi atau jangan

terlalu lama melakukan kegiatan yang kurang gerak (menonton televisi). Hasil

penelitian menurut (Yitno, & Riawan Wahyu 2017) menunjukkan bahwa

Sebagian besar mempunyai kadar gula darah puasa yang tinggi, sesudah di

lakukan perlakuan jalan kaki ringan 30 menit sebagian besar responden

mempunyai kadar gula darah puasa yang normal. Hasil penelitian menunjukkan

pengaruh latihan jalan kaki ringan 30 menit terhadap penurunan kadar gula darah

pada penderita Diabetes Melitus.

Terapi farmakologi diberikan bersama dengan pengaturan makan dan

latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan

bentuk suntikan. Hasil penelitian (Dedi Hartanto, 2017) menunjukkan bahwa


88

responden yang patuh terhadap terapi dapat menurunkan kadar gula darah yang

tinggi. Terdapat hasil yang positif dan signifikan antara kepatuhan dengan

keberhasilan terapi. Kesimpulannya ada hasil yang positif dan signifikan antara

kepatuhan dengan keberhasilan terapi berbasis kombinasi insulin dan obat

antidiabetik oral pada penderita Diabetes Melitus dapat menurunkan kadar gula

darah yang tinggi.

Memonitor kadar gula darah dapat mencegah komplikasi. Hasil penelitian

yang dilakukan (Amir, S.M..J., Wungouw, H., & Pangemanan, 2015) tentang

kadar glukosa darah puasa pada pasien Diabetes Melitus menunjukkan, penderita

yang sering mengukur kadar gula darah memiliki kadar gula darah pada batas

normal.

Menurut penelitian yang dilakukan (Haida, 2013) Pengaruh 5 Pilar

Pengendalian Diabetes Melitus Dengan Kadar Gula Darah mengatakan bahwa

dengan penyerapan edukasi yang baik, pengaturan makan yang sesuai, olahraga

teratur, kepatuhan dalam pengobatan dan monitoring gula darah secara tertatur

mempunyai dampak menstabilkan glukosa darah.

Dari penjelasan diatas peneliti berpendapat, pemberian edukasi simulasi

online tentang 5 pilar Diabetes Melitus dapat merubah gaya dan pola hidup

penderita Diabetes Melitus dengan cara kita harus mempunyai pengetahuan yang

baik mengenai 5 pilar Diabetes Melitus yaitu dengan cara memahami edukasi

dengan baik, pola makan yang sesuia dengan anjuran, olahraga secara teratur,

patuh pengonbatan dan lebih sering memonitor kadar glukosa darah, jika
89

penderita Diabetes sudah mematuhi ke 5 pilar Diabetes Melitus tersebut maka

dapat mengontrol kadar glukosa darah secara efektif

4.2.4 Keterbatasan Peneliti

Pada penelitian ini terdapat keterbatasan yang dihadapi oleh peneliti yaitu,

penelii tidak dapat memantau secara langsung, penderita Diabetes Melitus

merubah pola hidupnya sesuai dengan yang dianjurkan oleh peneliti yaitu sesuai

dengan 5 pilar Diabetes Melitus dan keterbatasan waktu peneltian sehingga sulit

untuk menyimpulkan bahwa kadar glukosa darah penderita Diabetes Melitus

mengalami penurunan yang signifikan.


90

BAB 5

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada bulan Mei tahun 2021

tentang Pengaruh Pemberian Edukasi Simulasi Online Tentang 5 Pilar Diabetes

Melitus Terhadap Tingkat Kepatuhan dan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes

Melitus Di Desa Kedungbondo Balen, maka penelitian dapat mengambil

kesimpulan dan saran sebagai berikut:

5.1 Kesimpulan

1) Penderita Diabetes Melitus sebelum diberikan intervensi pemberian edukasi

simulasi online tentang 5 pilar Diabetes Melitus. Seluruh penderita memiliki

tingkat kepatuhan yang tidak patuh terhadap 5 pilar Diabetes Melitus dan

seluruh penderita memiliki kadar gula darah dalam kategori hiperglikemi.

2) Penderita Diabetes Melitus sesudah diberikan intervensi pemberian edukasi

simulasi online tentang 5 pilar Diabetes Melitus. Hampir seluruh penderita

memiliki tingkat kepatuhan yang patuh terhadap 5 pilar Diabetes Melitus dan

hampir seluruh penderita mengalami penurunan kadar gula darah.

3) Penderita Diabetes Melitus yang diberikan intervensi edukasi simulasi online

tentang 5 pilar Diabetes Melitus hampir seluruh penderita memiliki tingkat

kepatuhan yang patuh dan kadar gula darah yang mengalami penurunan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian edukasi simulasi

online tentang 5 pilar Diabetes Melitus terhadap tingkat kepatuhan dan kadar

gula darah penderita Diabetes Melitus di Desa Kedungbondo Balen.


91

5.2 Saran

1) Bagi Instansi Pendidikan Kesehatan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai teori atau sumber

pustaka tentang tingkat kepatuhan dan kadar gula darah dengan mematuhi 5 Pilar

Diabetes Melitus untuk menjaga kadar gula darah tetap dalam batas normal

2) Bagi Profesi Kesehatan

Untuk mengatasi kepatuhan 5 pilar Diabetes Melitus untuk menjaga kadar

gula darah tetap dalam batas normal, maka tidak hanya menggunakan penanganan

dari tenaga medis atau tim kesehatan saja tetapi seluruh individu. Dan untuk

memudahkan informasi pada penderita dan keluarga perlu diadakan penyuluhan-

penyuluhan mengenai pengaruh 5 pilar Diabetes Melitus

3) Bagi Peneliti Selanjutnya

Perlu penelitian lebih lanjut dengan menggunakan jumlah penderita Diabetes

Melitus yang lebih besar dan representatif dengan metode yang lebih akurat serta

meneliti dari pengaruh lain diluar pengaruh edukasi simulasi online tentang 5 pilar

Diabetes Melitus

4) Bagi Penderita

Untuk memudahkan memberikan informasi pada penderita dan keluarga

tentang pengaruh pemberian edukasi tentang 5 pilar Diabetes Melitus pada

penderita Diabetes Melitus sebagai obat non farmakologi untuk merubah pola

hidup dan memperbaiki kadar gula darah. Sebaiknya penderita menerapkan

perilaku patuh terhadap 5 pilar Diabetes Melitus serta menjaga pola gaya hidup

yang sehat
92

DAFTAR PUSTAKA

ADA (American Diabetes Association). 2014. Diagnosis and Classification Of


Diabetes Melitus.
Ali, Muhammad. 2010. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta:
Algensindo.
Amir, S.M..J., Wungouw, H., & Pangemanan, D. 2015. “Kadar Glukosa Darah
Puasa Pada Pasien Diabetes Melitus Di Puskesmas Bahu Kota Manado.”
Jurnal E-Biomedik (EBm), 3.
Ardhiyanti, Yuliana, Lusian, N., & Megasari, K. 2015. Bahan Ajar AIDS pada
Asuhan Kebidanan. Yogyakarta: Deepublish.
Arsana, 2011. 2013. “No Title,” 1–6.
Azwar, Azrul & Prihartono Joedo. 2014. Metodologi Penelitian Kedokteran &
Kesehatan Masyarakat. Tangerang Selatan: Binarupa Aksara.
Bararah, T & Jauhar, M. 2013. Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi
Perawat Profesional. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Bestable, S. B. 2012. Perawat Sebagai Pendidik. Jakarta: EGC.
Bower, M. 2019. “Technology-Mediated Learning Theory.” British Journal Of
Educational Technology 50: 1035–48.
Damayanti. 2015. Diabetes Mellitus dan Penatalaksanaan Keperawatan. Nuha
Medika.
Dedi Hartanto, T. M. 2017. “GAMBARAN Biaya Pasien Diabetes Melitus Tipe
Dengan Terapi Antidiabetik Oral di RSUD Ulin Banjarmasin.” Jurnal Ilmiah
Ibnu Sina.
Dharma, K. K. 2015. Metodologi Penelitian Keperawatan (Pedoman
Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian). Jakarta: Trans Info
Media.
Dorland. 2010. Kamus Kedokteran. Jakarta: EGC.
Effendi, Ferry dan Makhfudli. 2005. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori
dan Praktek dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Haida, N., Putri, K., & Isfandiari, M. A. 2013. “Hubungan Lima Pilar
Pengendalian Dm Dengan Rerata Kadar Gula Darah Average Blood Sugar
and Diabetus Mellitus Management Analysis.” Jurnal Berkala Epidemiologi.
Hasdianah. 2012. Mengenal Diabetes Melitus Pada Orang Dewasa dan Anak-
Anak Dengan Solusi Herbal. Yogyakarta: Nuha Medika.
93

Henrikson J. E., & Bech-Nielsen H. 2009. Blood Glucose Levels.


http://www.netdoctor.co.uk/healthadvice/facts/diabetesbloodsugar.htm.
Hidayat, A. A. 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta: Salemba Medika.
IDF. 2017. International Diabetes Federation (IDF) Diabetes Atlas Eighth. Diedit
oleh International Diabetes Federation.
Ilyas, E. 2007. Hidup Sehat dengan Diabeteso Title. Jakarta: FKUI.
Monica, Junita, dan Dini Fitriawati. 2020. “Efektivitas Penggunaan Aplikasi
Zoom Sebagai Media Pembelajaran Online Pada Mahasiswa Saat Pandemi
Covid-19 As An Online Learning Medium For Students During The Covid-
19 Pandemic.” Jurnal Ilmu Komunikasi IX (1): 1630–40.
Mudlofir, A. 2016. Desain Pembelajaran Inovatif dari Teori ke Praktek. Cetakan
1. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Mulyani, E. ., Ummanah, N. ., & Elvandri, M. 2020. “Peningkatan Pengetahuan
Mahasiswa Melalui Edukasi Online,” 70–78.
Ndraha, S. 2014. “Diabetes Melitus Tipe 2 dan Tatalaksana Terkini.”
Niven, N. 2012. Psikologi Kesehatan. Jakarta: EGC.
Notoadmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. “Ilmu Perilaku Kesehatan, Jakarta.”
NPS Medicines. 2011. “No Title.” http://www.nds.org.au.
Nursalam. 2014. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
———. 2015. Konsep dan Penerapan Metotodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis Dan Instrumen Penelitian. Jakarta:
Salemba Medika.
PERKENI. 2011. Petunjuk Praktis Pengeolaan Diabetes Mellitus Tipe 2. Jakarta:
EGC.
———. 2015. Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia. Diedit oleh Perkeni. Jakarta.
Prabowo, A., & Hastuti, W. 2015. “Hubungan pendidikan dan dukungan keluarga
dengan kepatuhan pada penderita diabetes mellitus di wilayah Puskesmas
Plosorejo Giribangun Matesih Kabupaten Karanganyar.” KEPERAWATAN
GSH.
Pratita, Nurina D. 2012. “Hubungan Dukungan Pasangan dan Health Locus Of
control Dengan Kepatuhan Dalam Menjalani Proses Pengobatan Pada
94

Penderita Diabetes MellitusTipe-2.” Diedit oleh Jurnal IlmiahMahasiswa


Universitas Surabaya.
Pusat Data dan Informasi. 2016. “No Titl.”
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. 2014. Infodatin Diabetes
Melitus In. Diedit oleh Kementrian Kesehatan 2014. Jakarta.
Rahayu, E., Kamaluddin, R., & Sumarwati, M. 2014. “Pengaruh Program
Diabetes Self Management Education Berbasis Keluarga Terhadap Kualitas
Hidup Penderita Diabetes Melitus Tipe II Di Wilayah Puskesmas II
Baturraden.” Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of
Nursing).
Ramayulis. 2012. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam
Mulia.
Rianti, R. 2017. Efektivitas Metode Simulasi Terhadap Keterampilan Menyimak
Cerita Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Kelas V MI Jamiatul
Khaerat Malengkeri Kota Makassar. Universitas Islam Negeri Alauddin.
Riskesdas. 2013. Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI 2013. Jakarta.
Sani K, Fathnur. 2016. Metodologi Penelitian Farmasi Komunitas dan
Eksperimental. Yogyakarta: Deepublish.
Sari, N. 2013. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rajawali Pers.
Sharma, T., Kalra, J., Dhasmana, D., & Basera, H. 2014. Poor adherence to
treatment: A major challenge in diabetes. Diedit oleh Jiacm.
Sherwood, L. 2011. Organ Endokrin Perifer dalam Fisiologi Manusia dari Sel ke
SistemOrgan Endokrin Perifer dalam Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.
Jakarta: EGC.
Soegondo. 2011. “No Title.”
Soegondo, dkk. 2009. Penatalaksanaan Diebetes Melitus Terpadu. Jakarta: FKUI.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dab R&D. Bandung:
Alvabeta, cv.
Tandra, H. 2017. Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes.
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=espGDwAAQBAJ&oi=fn
d&pg=PP1&dq=pengertian+diabetes+menurut+idf&ots=VsK8oZmJg4&si
g=BCsKUoUDCNDE6NAx5JmkneRf1Y&redir_esc=y#v=onepage&q=pe
ngertian diabetes menurut idf&f=false.
World Health Organization. 2016. Global Report on Diabetis.World Healt
Organization.
World Health Organization (WHO). 2014. Commission On Ending Childhood
95

Obesity. Geneva, World Health Organization. Diedit oleh Departement Of


Noncommunicable Disease Surveillance.
Yitno, & Riawan Wahyu, A. 2017. “Pengaruh Jalan Kaki Ringan 30 Menit
Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Lansia Penderita Diabates
Mellitus di Desa Dukuh Kecamatan Gondang Kabupaten Tulungagung.”
STRADA Jurnal Ilmiah Kesehatan.
Yunitasari, Esti, Wiwik Hidayatun Nadhifah, dan Retnayu Pradanie. 2020. “The
effects of health education on increasing knowledge , attitudes , and stunting
prevention in pre-marriage couples in bangkalan madura.” Eurasian Journal
of Biosciences 14 (June 2019): 2519–25.
96

Lampiran 1
97

Lampiran 2
98

Lampiran 3

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.
Saudara calon responden
Di Desa Kedungbondo

Sebagai syarat tugas akhir mahasiswa Universitas Muhammadiyah


Lamongan, saya akan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pemberian
Edukasi Simulasi Online Tentang 5 Pilar Diabetes Melitus Terhadap Tingkat
Kepatuhan dan Kadar Glukosa Darah Penderita Diabetes Melitus Di Desa
Kedungbondo Balen ”.
Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh edukasi simulasi online
tentang 5 pilar Diabetes Melitus terhadap tingkat kepatuhan dan penurunan kadar
glukosa darah penderita Diabetes Melitus di Desa Kedungbondo Balen .
Keperluan tersebut saya mohon kesediaan saudara untuk menjadi
responden dalam penelitian ini. Selanjutnya kami mohon saudara untuk untuk
mengisi kuesioner yang saya sediakan dengan kejujuran dan apa adanya. Jawaban
saudara dijamin kerahasiaanya.
Demikian atas bantuan dan partisipasinya disampaikan terima kasih.

Lamongan, Maret 2021


Hormat Saya,

ARISTIA WULANDARI
99

Lampiran 4

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


Pengaruh Pemberian Edukasi Simulasi Online Tentang 5 Pilar Diabetes Melitus
Terhadap Tingkat Kepatuhan dan Kadar Glukosa Darah Penderita Diabetes
Melitus Di Desa Kedungbondo Balen

Oleh :
ARISTIA WULANDARI

Yang bertanda Tangan dibawah ini saya, responden yang berperan serta
dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Pemberian Edukasi Simulasi Online
Tentang 5 Pilar Diabetes Melitus Terhadap Tingkat Kepatuhan dan Kadar
Glukosa Darah Penderita Diabetes Melitus Di Desa Kedungbondo Balen”
Saya telah mendapat penjelasan tentang tujuan penelitian, kerahasiaan
identitas dan informasi yang saya berikan serta hak saya untuk ikut serta dalam
penelitian ini.
Tanda tangan saya dibawah ini merupakan tanda tangan ketersediaan saya
sebagai responden dalam penelitian ini.

Tanda tangan :
Tanggal :
No. Responden
100

Lampiran 5

SATUAN ACARA PENYULUHAN


(SAP)

Bahasan : 5 Pilar Diabetes Melitus


Sasaran : Penderita Diabetes Melitus
Waktu : 15 menit
Tempat : Wa group dan Youtube
Pemateri : Aristia Wulandari
Metode : Membagikan link video, tanya jawab
Media : Video simulasi online

I. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah diberikan edukasi simulasi online, diharapkan pasien mampu
memahami dan melaksanakan 5 pilar Diabetes Melitus sehingga dapat
menurunkan kadar glukosa darah

II. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah diberikan edukasi simulasi online selama 15 menit,
diharapkan pasien dapat :
1) Mengikuti secara rutin edukasi DM yang diberikan petugas kesehatan
2) Memahami dan melaksanakan terapi nutrisi medis yang tepat dan benar
3) Memahami dan melaksanakan latihan jasmani (olahraga) sesuai yang
dianjurkan
4) Memahami dan melaksanakan pengobatan DM
5) Memahami dan melaksanakan monitoring gula darah secara mandiri
101

III. Indikator Materi Edukasi


1) Edukasi DM, meliputi :
- Pengertian Diabetes Melitus
- Tanda dan gejala Diabetes Melitus
- Penyebab Diabetes Melitus
- Komplikasi Diabetes Melitus
2) Terapi Nutrisi Medis (TNM)
- Jenis makanan yang boleh dikonsumsi oleh penderita DM
- Porsi makanan yang boleh dikonsumsi penderita DM
- Waktu yang tepat untuk makan
3) Latihan Jasmani
- Jenis olahraga apa yang boleh dilakukan
- Berapa kali harus berolahraga dalam seminggu
- Berapa lama olahraga dilakukan
4) Farmakologi
- Obatan – obatan medis yang bisa dikonsumsi
- Cara menggunakan insulin
5) Monitoring Gula Darah
- Pentingnya monitoring gula darah mandiri
- Berapa kali dalam sebulan harus memonitoring gula darah

IV. Strategi Pelaksanaan


Hari/tanggal : Maret 2021

Waktu : 25 menit selama 5 hari

Tempat : Online melalui WhatsApp Group dan Youtube


102

Struktur organisasi dan rincian tugas

(1) Struktur Organisasi


Moderator : Aristia Wulandari

Penyaji : Aristia Wulandari

Fasilitator : Aristia Wulandari

(2) Rincian Tugas


a. Moderator

a) Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam

b) Memperkenalkan diri

c) Menjelaskan tujuan dari program Online Palliative Care

Education

d) Menjelaskan waktu penyuluhan (kontrak waktu)

b. Penyaji

a) Membuka acara

b) Menyampaikan materi

c) Menjawab pertanyaan peserta

c. Fasilitator

a) Mempertahankan kehadiran peserta

b) Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta

c) Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik

dari luar maupun dari dalam kelompok

d) Mendampingi peserta selama penyuluhan berlangsung

e) Mengamati dan mengevaluasi jalannya penyuluhan


103

V. Kegiatan Edukasi
1) Metode : membagikan video
2) Langkah-langkah kegiatan
Edukasi Hari pertama :
No. TGL Fase Kegiatan Respon peserta Waktu
1. Pra- 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab 1 menit
interaksi 2. Perkenalan diri salam
3. Menentukan kontrak 2. menyimak
waktu
2. Kerja 1. Pengertian Diabetes 1. Menyimak 5 menit
Melitus dan
2. Tanda dan gejala memperhatik
Diabetes Melitus an penyaji
3. Penyebab Diabetes
Melitus
4. Komplikasi
Diabetes Melitus
3 Evaluasi 1. Menanyakan 1. Bertanya 3 menit
kepada peserta 2. Menjawab
apakah ada hal yang pertanyaan
ingin ditanyakan penyaji
5. Menanyakan
kembali Pengertian
Diabetes Melitus,
Tanda dan gejala
Diabetes Melitus
Penyebab Diabetes
Melitus,
Komplikasi
Diabetes Melitus
4. Terminasi 1. Mengakhiri 1. Mendengarkan 1 menit
pertemuan, 2. Menjawab
mengucapkan salam, salam
dan terimakasih atas
partisipasinya
2. Kontrak waktu untuk
hari kedua
3. Mengucapkan salam
penutup
104

Edukasi Hari Kedua


No. TGL Fase Kegiatan Respon peserta Waktu
1. Pra- 1. Mengucapkan 1. Menjawab 1 menit
interaksi salam salam
2. Perkenalan diri 2. menyimak
3. Menentukan
kontrak waktu
2. Kerja 1. Jenis makanan 1. Menyimak 5 menit
yang boleh dan
dikonsumsi oleh memperhatik
penderita DM an penyaji
2. Porsi makanan
yang boleh
dikonsumsi
penderita DM
3. Waktu yang tepat
untuk makan
3 Evaluasi 1. Menanyakan 1. Bertanya 3 menit
kepada peserta 2. Menjawab
apakah ada hal pertanyaan
yang ingin penyaji
ditanyakan
2. Menanyakan
kembali jenis
makanan, porsi
makanan, dan
waktu
mengkonsumsi
makanan
4. Terminasi 1. Mengakhiri 1. Mendengark 1 menit
pertemuan, an
mengucapkan 2. Menjawab
salam, dan salam
terimakasih atas
partisipasinya
2. Kontrak waktu
untuk hari ketiga
3. Mengucapkan
salam penutup
105

Edukasi Hari Ketiga


No. TGL Fase Kegiatan Respon peserta Waktu
1. Pra- 1. Mengucapkan 1. Menjawab 1 menit
interaksi salam salam
2. Perkenalan diri 2. menyimak
3. Menentukan
kontrak waktu
2. Kerja 1. Jenis olahraga 1. Menyimak 5 menit
apa yang boleh dan
dilakukan memperhatik
2. Berapa kali an penyaji
harus
berolahraga
dalam seminggu
3. Berapa lama
olahraga
dilakukan
3 Evaluasi 1. Menanyakan 1. Bertanya 3 menit
kepada peserta 2. Menjawab
apakah ada hal pertanyaan
yang ingin penyaji
ditanyakan
2. Menanyakan
kembali jenis
olahraga, berapa
kali harus
berolahraga,
berapa lama
harusberolahraga
4. Terminasi 1. Mengakhiri 1. Mendengark 1 menit
pertemuan, an
mengucapkan 2. Menjawab
salam, dan salam
terimakasih atas
partisipasinya
4. Kontrak waktu
untuk hari
keempat
5. Mengucapkan
salam penutup
106

Edukasi Hari Keempat


No. TGL Fase Kegiatan Respon peserta Waktu
1. Pra- 1. Mengucapkan 1. Menjawab 1 menit
interaksi salam salam
2. Perkenalan diri 2. menyimak
3. Menentukan
kontrak waktu
2. Kerja 1. Obatan – obatan 1. Menyimak 5 menit
medis yang bisa dan
dikonsumsi memperhatik
2. Cara an penyaji
menggunakan
insulin
3 Evaluasi 1. Menanyakan 1. Bertanya 3 menit
kepada peserta 2. Menjawab
apakah ada hal pertanyaan
yang ingin penyaji
ditanyakan
2. Menanyakan
kembali obat-
obatan yang
dikonsumsi, dan
penggunaan
insulin
4. Terminasi 1. Mengakhiri 1. Mendengark 1 menit
pertemuan, an
mengucapkan 2. Menjawab
salam, dan salam
terimakasih atas
partisipasinya
2. Kontrak waktu
untuk hari
kelima
6. Mengucapkan
salam penutup
107

Edukasi Hari Kelima


No. TGL Fase Kegiatan Respon peserta Waktu
1. Pra- 1. Mengucapkan 1. Menjawab 1 menit
interaksi salam salam
2. Perkenalan diri 2. menyimak
3. Menentukan
kontrak waktu
2. Kerja 1. Pentingnya 1. Menyimak 5 menit
monitoring gula dan
darah mandiri memperhatik
2. Berapa kali an penyaji
dalam sebulan
harus
memonitoring
gula darah
3 Evaluasi 1. Menanyakan 1. Bertanya 3 menit
kepada peserta 2. Menjawab
apakah ada hal pertanyaan
yang ingin penyaji
ditanyakan
2. Menanyakan
kembali
pentingnya
monitor gula
darah mandiri
dan berapa kali
harus
mengontrol gula
darah
4. Terminasi 1. Mengakhiri 1. Mendengark 1 menit
pertemuan, an
mengucapkan 2. Menjawab
salam, dan salam
terimakasih atas
partisipasinya
2. Mengucapkan
salam penutup
108

VI. Pertanyaan Evaluasi

1. Pengertian Diabetes Melitus (kencig manis) adalah ?

2. Penyakit Diabetes Melitus (kencing manis) dapat disebabkan karena?

3. Tanda dan gejala penyakit Diabetes Melitus (kencing manis) adalah ?

4. Jika penyakit Diabetes Melitus (kencing manis) tidak segera ditangani

akan menyebabkan komplikasi yaitu ?

5. Apa saja 5 pilar penanganan Diabetes Melitus (kencing manis) ?

6. Berapa sendok , gula yang bisa dikonsumsi penderita Diabetes Melitus

dalam sehari ?

7. Makanan apa saja yang tidak boleh dikonsumsi oleh penderita

Diabetes Melitus (kencing manis)?

8. Berapa kali dalam seminggu harus berolahraga ?

9. Berapa lama durasi melakukan olahraga ?

10. Jenis olahraga apa saja yang cocok untuk penderita Diabetes Melitus

(kencing manis) ?

11. Apakah penderita Diabetes harus mengkonsumsi obat secara teratur

atau ketika kadar gulanya tinngi saja ?

12. Kapan sebaiknya waktu penderita Diabetes Melitus mengecek kadar

gula darahnya ?
109

Lampiran 6

MATERI EDUKASI
I. Konsep 5 Pilar Dm
1. Edukasi
1) Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes Melitus adalah kondisi kronis yang terjadi ketika ada
peningkatan kadar glukosa darah karena tubuh tidak dapat menghasilkan
atau cukup hormon insulin atau menggunakan insulin secara efektif (IDF,
2017).
2) Klasifikasi Diabetes Melitus
(1) Tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Melitus/IDDM
(2) Diabetes Melitus Tipe 2 atau Insulin Non-Dependen Diabetes
Melitus/NIDDM
(3) Diabetes Melitus Tipe Lain
(4) Diabetes Melitus Gestasional
3) Etiologi Diabetes Melitus
(1) Kelainan genetik
(2) Usia
(3) Pola hidup dan Pola makan
(4) Obesitas
(5) Gaya hidup stress
(6) Penyakit dan infeksi pada pankreas
(7) Obat-obatan yang dapat merusak pankreas
4) Manifestasi Klinis
(1) Polyuria (Peningkatan Pengeluaran Urin)
(2) Polydipsia (Penngkatan Rasa Haus)
(3) Polifagia (Peningkatan Rasa Lapar)
(4) Kelainan kulit
(5) Kesemutan rasa baal akibat terjadinya neuropati
(6) Luka yang tidak sembuh sembuh
(7) Mata kabur
110

5) Pemeriksaan Penunjang
(1) Pemeriksaan glukosa darah sewaktu (GDS) ≥ 200 mg/dl diagnosis
DM sudah dapat ditegakkan.
(2) Pemeriksaan glukosa darah puasa (GDP) ≥ 126 mg/dl juga dapat
digunakan untuk pedeoman diagnosis DM.
(3) Pemeriksaan hemoglobin A1c (HbA1C) merupakan pemeriksaan
tunggal yang sangat akurat untuk menilai status glikemik jangka
panjang dan berguna pada semua tipe penyandang DM pemeriksaan
ini bermanfaat bagi pasien yang membutuhkan kendali glikemik.
6) Komplikasi
(1) Kerusakan saraf (Neuropati)
(2) Kerusakan ginjal (Nefropati)
(3) Kerusakan mata (Retinopati
(4) Penyakit jantung koroner (PJK)
(5) Hipertensi atau tekanan darah tinggi
(6) Penyakit pembuluh darah perifer
(7) Gangguan pada hati
(8) Penyakit paru
(9) Gangguan saluran cerna
(10) Infeksi
7) Penatalaksaan Diabetes Melitus
5 Pilar Penatalaksanaan Diabetes Melitus
(1) Edukasi
(2) Terapi Nutrisi Medis
(3) Latihan Jasmani
(4) Farmakologi
(5) Monitoring Gula Darah
2. Terapi Nutrisi Medis (TNM)
Prinsip pengaturan makan pada penyandang DM hampir sama dengan
anjuran makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang dan
sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu.
111

Penyandang DM perlu diberikan penekanan mengenai pentingnya keteraturan


jadwal makan, jenis dan jumlah kandungan kalori, terutama pada mereka yang
menggunakan obat yang meningkatkan sekresi insulin atau terapi insulin itu
sendiri.
3. Latihan Jasmani
Larihan jasmani merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM apabila
tidak disertai adanya nefropati. Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani
dilakukan secara secara teratur sebanyak 3-5 kali perminggu selama sekitar 30-
45 menit, dengan total 150 menit perminggu. Jeda antar latihan tidak lebih dari 2
hari berturut-turut. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah
sebelum latihan jasmani. Apabila kadar glukosa darah <100 mg/dl pasien harus
mengkonsumsi karbohidrat terlebih dahulu dan bila >250 mg/dl dianjurkan
untuk menunda latihan jasmani.
Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat
aerobik dengan intensitas sedang seperti: jalan cepat, bersepeda santai, jogging,
dan berenang.
4. Terapi Farmakologi
Tujuan terapi insulin adalah menjaga kadar gula darah tetap dalam kondisi
mendekati normal. Pada DM tipe 2, insulin terkadang diperlukan seagai terapi
jangka panjang untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika dengan diet,
latihan fisik dan obat hipoglikemia ora (OHO) tidak dapat menjaga gula darah
dalam rentang normal.
5. Monitoring Gula Darah
Waktu pemeriksaan PGDM bervariasi, tergantung pada tujuan pemeriksaan
yang pada umumnya terkait dengan terapi yang diberikan. Waktu yang
dianjurkan adalah pada saat sebelum makan, 2 jam setelah makan (untuk menilai
ekskursi glukosa), menjelang waktu tidur (untuk menilai risiko hipoglikemia),
dan diantara siklus tidur (untuk menilai adanya hipoglikemia noktural yang
kadang tanpa gejala), atau ketika mengalami gejala seperti hypoglycemic spells.
112

Lampiran 7

KISI – KISI KUESIONER

Pengaruh Pemberian Edukasi Simulasi Online Tentang 5 Pilar Diabetes Melitus

Terhadap Tingkat Kepatuhan dan Kadar Glukosa Darah Penderita Diabetes

Melitus Di Desa Kedungbondo Balen

Kepatuhan tentang 5 pilar Diabetes Melitus

Jumlah
No Uraian No soal
pertanyaan
1 Kepatuhan Edukasi 2 1, 2
2 Kepatuhan Terapi Nutrisi Medis 5 3, 4, 5, 6, 7
3 Kepatuhan Latihan Jasmani 3 8,9, 10
4 Kepatuhan Farmakologi 2 11,
12,13,14,15,16
5 Kepatuhan Monitoring Gula Darah 3 17, 18
113

Lampiran 8

LEMBAR KUESIONER

PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI SIMULASI ONLINE TENTANG 5


PILAR DIABETES MELITUS TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN
DAN KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELITUS DI
DESA KEDUNGBONDO BALEN

Petunjuk Pengisian
1. Bacalah setiap soal dengan teliti
2. Berikan jawaban ya atau tidak
3. Lembar kuesioner pada google form tidak perlu ditulis identitas anda.
4. Pastikan semua soal terjawab semua
5. Setelah diisi semua , selanjutnya kirim jawaban

I. Data Umum Penderita Sebagai Responden


1. Umur 5. Riwayat DM
35 – 44 tahun 1 tahun
45 – 54 tahun 2 tahun
55 – 64 tahun 3 tahun
> 3 tahun
2. Jenis Kelamin
Laki – Laki
Perempuan 6. Obat DM
Metformin
3. Pendidikan Glibenclamid
SD
SMP Lain lain, sebutkan .........
SMA
Perguruan Tinggi

4. Pekerjaan
Tidak Bekerja
Wiraswasta
Swasta
Petani
114

Keterangan :
1. Umur 5. Riwayat DM
Kode 1 : 35 – 44 tahun Kode 1 : 1 tahun
Kode 2 : 45 – 54 tahun Kode 2 : 2 tahun
Kode 3 : 55 – 64 tahun Kode 3 : 3 tahun
2. Jenis Kelamin Kode 4 : > 3 tahun
Kode 1 : Laki – Laki 6. Obat DM
Kode 2 : Perempuan Kode 1 : Metformin
3. Pendidikan Kode 2 : Glibenclamid
Kode 1 : SD Kode 3 : Lain-Lain
Kode 2 : SMP
Kode 3 : SMA
Kode 4 : Perguruan Tinggi
4. Pekerjaan
Kode 1 : Tidak bekerja
Kode 2 : Wiraswasta
Kode 3 : Swasta
Kode 4 : Petani
115

II. Data Khusus


Instrumen Pre-Test Kepatuhan 5 Pilar Diabetes Melitus
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah keluarga memberikan saran supaya mengikuti
edukasi Diabetes Melitus ?
2 Apakah anda mendapat merasakan kemudahan mendapatkan
informasi dari keluarga tentang Diabetes Melitus ?
3 Apakah anda makan tepat waktu sesuai jadwal yang sudah
dikonsultasikan oleh petugas kesehatan ?
4 Apakah anda merasa berat dengan aturan jadwal makan yang
dianjurkan oleh petugas kesehatan ?
5 Apakah anda makan makanan yang dianjurkan oleh tenaga
kesehatan yang mengandung karbohidrat kompleks, protein
dan lemak tidak jenuh ?
6 Apakah anda sering mengkonsumsi makanan atau minuman
yang banyak mengandung gula ?
7 Apakah anda memakai gula pengganti seperti gula jagung
pada saat ingin makan/minum yang manis ?
8 Apakah selama waktu senggang apakah anda berolahraga ?
9 Apakah selama waktu senggang apakah anda berjalan-jalan ?
10 Apakah selama waktu senggang apakah anda bersepeda ?
11 Apakah terkadang anda lupa minum obat ?
12 Ketika anda bepergian atau meninggalkan rumah, apakah
anda terkadang lupa membawa obat ?
13 Apakah anda merasa kadar gula darah telah terkontrol atau
turun, apakah anda berhenti minum obat ?
14 Apakah anda pernah mengurangi atau berhenti menggunakan
insulin tanpa sepengetahuan dokter karena anda merasa
insulin yang diberikan membuat keadaan anda menjadi lebih
buruk ?
15 Apakah anda merasa terganggu harus menggunakan insulin
setiap hari ?
16 Seberapa sering anda mengalami kesulitan dalam mengingat
penggunaan obat ?
a. Tidak Pernah
b. Sesekali
c. Kadang-kadang
d. Biasanya
c. Selalu/Sering
17 Apakah anda memiliki alat pengukur gula darah ?
18 Apakah anda memeriksakan kadar gula darah secara teratur ?
Sumber : Guntur 2012, MMAS, MIAS-8, HDFSS
116

KUNCI JAWABAN KUESIONER

Tingkat kepatuhan 5 Pilar Diabetes Melitus

No Jawaban
1 Ya
2 Ya
3 Ya
4 Tidak
5 Ya
6 Tidak
7 Ya
8 Ya
9 Ya
10 Ya
11 Tidak
12 Tidak
13 Tidak
14 Tidak
15 Tidak
16 Tidak
17 Ya
18 Ya
117

Lampiran 9
LEMBAR OBSERVASI

PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI SIMULASI ONLINE


TENTANG 5 PILAR DIABETES MELITUS TERHADAP
TINGKAT KEPATUHAN DAN PENURUNAN KADAR GULA
DARAH PENDERITA DIABETES MELITUS DI DESA
KEDUNGBONDO BALEN

Kadar
Kadar Gula
Edukasi Edukasi Edukasi Edukasi Edukasi Gula
Hari/ Darah
No Hari ke Hari ke Hari ke Hari ke Hari ke Darah
Tanggal Sebelum
1 2 3 4 5 Setelah
Intervensi
Intervensi
118

Lampiran 10

DATA UMUM RESPONDEN

JENIS RIWAYAT OBAT


NO UMUR PENDIDIKAN PEKERJAAN
KELAMIN DM DM
1 1 2 4 3 1 2
2 2 2 3 1 2 1
3 3 2 1 1 1 1
4 1 2 4 2 1 3
5 1 2 3 2 2 3
6 1 1 3 4 2 1
7 1 2 2 2 1 1
8 2 2 4 1 2 3
9 2 2 3 1 1 2
10 1 2 3 1 1 3
11 1 2 1 1 1 1
12 1 2 3 1 1 1
13 1 2 2 1 1 1
14 1 2 1 2 1 1
15 1 2 3 1 1 1
16 1 2 3 1 2 1
17 1 2 2 2 1 3
18 1 2 4 1 1 3
19 1 2 2 1 1 2
20 3 2 1 1 1 3
21 3 1 4 2 1 2
22 1 2 4 2 1 1
23 1 2 4 2 4 3
24 2 2 3 4 2 1
25 1 1 3 2 2 2
26 1 2 4 1 1 1
27 1 2 3 2 2 2
28 1 2 4 2 4 3
29 1 1 3 2 1 1
30 1 2 3 2 2 1
31 1 2 3 3 1 1
32 2 2 4 2 2 2
33 1 2 2 1 1 3
34 1 2 4 1 3 3
35 1 1 3 3 2 1
119

36 2 2 2 1 4 2
37 1 2 1 1 2 1
38 2 2 3 2 4 1
120

Lampiran 11

TABULASI DATA KEPATUHAN SEBELUM DIBERIKAN EDUKASI SIMULASI ONLINE 5 PILAR DIABETES MELITUS

PERTANYAAN SKOR KATEGORI


NO
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18
1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 60 2
2 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 20 2
3 1 1 1 2 1 2 2 2 1 2 1 1 1 2 2 1 2 2 45 2
4 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1 1 65 2
5 1 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 65 2
6 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 65 2
7 2 2 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 15 2
8 1 1 2 1 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 30 2
9 1 1 1 2 1 2 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 2 1 60 2
10 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 40 2
11 1 1 1 2 1 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 55 2
12 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 25 2
13 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 35 2
14 1 1 1 2 1 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 60 2
15 1 1 1 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 2 1 2 2 1 50 2
16 1 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 55 2
17 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 25 2
18 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 15 2
121

19 2 2 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 25 2
20 2 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 55 2
21 2 2 1 1 1 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 2 2 1 40 2
22 2 1 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 70 2
23 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 1 40 2
24 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 2 1 30 2
25 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 1 50 2
26 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 1 70 2
27 1 1 1 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 1 55 2
28 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 1 40 2
29 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 30 2
30 1 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 25 2
31 2 2 1 1 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 30 2
32 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 65 2
33 1 2 1 1 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2 2 1 30 2
34 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 1 40 2
35 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 40 2
36 1 1 1 1 2 2 1 2 1 2 2 1 1 2 2 1 2 1 40 2
37 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 40 2
38 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 2 60 2
122

LAMPIRAN 12

TABULASI DATA KEPATUHAN SESUDAH DIBERIKAN EDUKASI SIMULASI ONLINE 5 PILAR DIABETES MELITUS

PERTANYAAN SKOR KATEGORI


NOMOR
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18
1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
3 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
4 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
5 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
6 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
7 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
8 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
9 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
10 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
11 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 85 2
12 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
13 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
14 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
15 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
16 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
17 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
18 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
123

19 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
20 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
21 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
22 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
23 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 85 2
24 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
25 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
26 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
27 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
28 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
29 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
30 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
31 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
32 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
33 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
34 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
35 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
36 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 85 2
37 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
38 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 90 1
124

LAMPIRAN 13

LEMBAR OBSERVASI

PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI SIMULASI ONLINE


TENTANG 5 PILAR DIABETES MELITUS TERHADAP
TINGKAT KEPATUHAN DAN KADAR GULA DARAH
PENDERITA DIABETES MELITUS DI DESA KEDUNGBONDO
BALEN

Kadar Kadar
Gula Edukasi Edukasi Edukasi Edukasi Edukasi Gula
Hari/
No Darah Hari ke Hari ke Hari ke Hari ke Hari ke Darah
Tanggal
Sebelum 1 2 3 4 5 Setelah
Intervensi Intervensi
1 16/05/2021 140 mg/dl      110 mg/dl
2 16/05/2021 138 mg/dl      115 mg/dl
3 16/05/2021 230 mg/dl      124 mg/dl
4 16/05/2021 175 mg/dl      110 mg/dl
5 16/05/2021 200 mg/dl      122 mg/dl
6 16/05/2021 165 mg/dl      108 mg/dl
7 16/05/2021 170 mg/dl      105 mg/dl
8 16/05/2021 185 mg/dl      125 mg/dl
9 16/05/2021 148 mg/dl      148 mg/dl
10 16/05/2021 156 mg/dl      121 mg/dl
11 16/05/2021 132 mg/dl      117 mg/dl
12 16/05/2021 150 mg/dl      124 mg/dl
13 16/05/2021 158 mg/dl      118 mg/dl
14 16/05/2021 142 mg/dl      125 mg/dl
15 16/05/2021 134 mg/dl      120 mg/dl
16 16/05/2021 255 mg/dl      255 mg/dl
17 16/05/2021 136 mg/dl      114 mg/dl
18 16/05/2021 265 mg/dl      284 mg/dl
19 16/05/2021 176 mg/dl      119 mg/dl
20 16/05/2021 189 mg/dl      125 mg/dl
21 16/05/2021 200 mg/dl      200 mg/dl
22 16/05/2021 148 mg/dl      120 mg/dl
23 16/05/2021 260 mg/dl      260 mg/dl
24 16/05/2021 178 mg/dl      124 mg/dl
25 16/05/2021 163 mg/dl      120 mg/dl
26 16/05/2021 198 mg/dl      125 mg/dl
27 16/05/2021 166 mg/dl      116 mg/dl
28 16/05/2021 268 mg/dl      224 mg/dl
29 16/05/2021 140 mg/dl      123 mg/dl
125

30 16/05/2021 185 mg/dl      119 mg/dl


31 16/05/2021 180 mg/dl      124 mg/dl
32 16/05/2021 148 mg/dl      120 mg/dl
33 16/05/2021 158 mg/dl      122 mg/dl
34 16/05/2021 250 mg/dl      200 mg/dl
35 16/05/2021 160 mg/dl      124 mg/dl
36 16/05/2021 196 mg/dl      120 mg/dl
37 16/05/2021 270 mg/dl      125 mg/dl
38 16/05/2021 177 mg/dl      118 mg/dl
126

LAMPIRAN 14

TABULASI DATA KADAR GULA DARAH SEBELUM

DIBERIKAN EDUKASI SIMULASI ONLINE 5 PILAR

DIABETES MELITUS

Nomer GDA Kategori


1 140 mg/dl 2
2 138 mg/dl 2
3 230 mg/dl 2
4 175 mg/dl 2
5 200 mg/dl 2
6 165 mg/dl 2
7 170 mg/dl 2
8 185 mg/dl 2
9 148 mg/dl 2
10 156 mg/dl 2
11 132 mg/dl 2
12 150 mg/dl 2
13 158 mg/dl 2
14 142 mg/dl 2
15 134 mg/dl 2
16 255 mg/dl 2
17 136 mg/dl 2
18 265 mg/dl 2
19 176 mg/dl 2
20 189 mg/dl 2
21 200 mg/dl 2
22 148 mg/dl 2
23 260 mg/dl 2
24 178 mg/dl 2
25 163 mg/dl 2
26 198 mg/dl 2
27 166 mg/dl 2
28 268 mg/dl 2
29 140 mg/dl 2
30 185 mg/dl 2
31 180 mg/dl 2
32 148 mg/dl 2
127

33 158 mg/dl 2
34 250 mg/dl 2
35 160 mg/dl 2
36 196 mg/dl 2
37 270 mg/dl 2
38 177 mg/dl 2

Keterangan :

1 : Normal

2 : Hiperglikemi
128

LAMPIRAN 15

TABULASI DATA KADAR GULA DARAH SESUDAH

DIBERIKAN EDUKASI SIMULASI ONLINE 5 PILAR

DIABETES MELITUS

Nomer GDA Kategori


1 110 mg/dl 1
2 115 mg/dl 1
3 124 mg/dl 1
4 110 mg/dl 1
5 122 mg/dl 1
6 108 mg/dl 1
7 105 mg/dl 1
8 125 mg/dl 1
9 148 mg/dl 2
10 121 mg/dl 1
11 117 mg/dl 1
12 124 mg/dl 1
13 118 mg/dl 1
14 125 mg/dl 1
15 120 mg/dl 1
16 255 mg/dl 2
17 114 mg/dl 1
18 284 mg/dl 2
19 119 mg/dl 1
20 125 mg/dl 1
21 200 mg/dl 2
22 120 mg/dl 1
23 260 mg/dl 2
24 124 mg/dl 1
25 120 mg/dl 1
26 125 mg/dl 1
27 116 mg/dl 1
28 224 mg/dl 2
29 123 mg/dl 1
30 119 mg/dl 1
31 124 mg/dl 1
32 120 mg/dl 1
129

33 122 mg/dl 1
34 200 mg/dl 2
35 124 mg/dl 1
36 120 mg/dl 1
37 125 mg/dl 1
38 118 mg/dl 1

Keterangan :
1 : Normal
2 : Hiperglikemi
130

LAMPIRAN 16

TABEL FREKUENSI DATA UMUM

Statistics
Jenis Riwayat Obat
Usia Kelamin Pendidikan Pekerjaan DM DM
N Valid 38 38 38 38 38 38
Missing 0 0 0 0 0 0

Usia
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 35-44 Tahun 28 73,7 73,7 73,7
45-54 Tahun 7 18,4 18,4 92,1
55-64 Tahun 3 7,9 7,9 100,0
Total 38 100,0 100,0

Jenis Kelamin
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Laki Laki 5 13,2 13,2 13,2
Perempuan 33 86,8 86,8 100,0
Total 38 100,0 100,0

Pendidikan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid SD 5 13,2 13,2 13,2
SMP 6 15,8 15,8 28,9
SMA 16 42,1 42,1 71,1
PT 11 28,9 28,9 100,0
Total 38 100,0 100,0

Pekerjaan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tidak 18 47,4 47,4 47,4
Bekerja
Wiraswasta 15 39,5 39,5 86,8
Swasta 3 7,9 7,9 94,7
Petani 2 5,3 5,3 100,0
Total 38 100,0 100,0
131

Riwayat DM

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 1 Tahun 21 55,3 55,3 55,3
2 Tahun 12 31,6 31,6 86,8
3 Tahun 1 2,6 2,6 89,5
> 3 Tahun 4 10,5 10,5 100,0
Total 38 100,0 100,0

Obat DM
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Metformin 19 50,0 50,0 50,0
Glibenclamid 8 21,1 21,1 71,1
Lain Lain 11 28,9 28,9 100,0
Total 38 100,0 100,0
132

LAMPIRAN 17
TABEL FREKUENSI DATA KHUSUS

Statistics
Pre Test Post Test Pre Post
Kepatuhan Kepatuhan GDA GDA
N Valid 38 38 38 38
Missing 0 0 0 0

Pre Test Kepatuhan


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tidak Patuh 38 100,0 100,0 100,0

Post Test Kepatuhan


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Patuh 35 92,1 92,1 92,1
Tidak Patuh 3 7,9 7,9 100,0
Total 38 100,0 100,0

Pre GDA
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Hiperglikem
38 100,0 100,0 100,0
i

Post GDA
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Normal 31 81,6 81,6 81,6
Hiperglikem
7 18,4 18,4 100,0
i
Total 38 100,0 100,0
133

CROSSTAB

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pre Test Kepatuhan *
38 100,0% 0 0,0% 38 100,0%
Post Test Kepatuhan

Pre Test Kepatuhan * Post Test Kepatuhan Crosstabulation


Post Test Kepatuhan
Tidak
Patuh Patuh Total
Pre Test Tidak Patuh Count 35 3 38
Kepatuhan % within Pre
92,1% 7,9% 100,0%
Test Kepatuhan
Total Count 35 3 38
% within Pre
92,1% 7,9% 100,0%
Test Kepatuhan

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pre GDA * Post
38 100,0% 0 0,0% 38 100,0%
GDA

Pre GDA * Post GDA Crosstabulation


Post GDA
Normal Hiperglikemi Total
Pre Hiperglikemi Count 31 7 38
GDA % within Pre
81,6% 18,4% 100,0%
GDA
Total Count 31 7 38
% within Pre
81,6% 18,4% 100,0%
GDA
134

HASIL UJI NORMALITAS

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pre Test Kepatuhan 38 100,0% 0 0,0% 38 100,0%
Post Test
38 100,0% 0 0,0% 38 100,0%
Kepatuhan

Descriptivesa
Std.
Statistic Error
Post Test Mean 1,08 ,044
Kepatuhan 95% Confidence Lower
,99
Interval for Mean Bound
Upper
1,17
Bound
5% Trimmed Mean 1,03
Median 1,00
Variance ,075
Std. Deviation ,273
Minimum 1
Maximum 2
Range 1
Interquartile Range 0
Skewness 3,253 ,383
Kurtosis 9,055 ,750
a. Pre Test Kepatuhan is constant. It has been omitted.

Tests of Normalitya
Kolmogorov-Smirnovb Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Post Test Kepatuhan ,535 38 ,000 ,302 38 ,000


a. Pre Test Kepatuhan is constant. It has been omitted.
b. Lilliefors Significance Correction
135

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pre GDA 38 100,0% 0 0,0% 38 100,0%
Post
38 100,0% 0 0,0% 38 100,0%
GDA

Descriptivesa
Std.
Statistic Error
Post Mean 1,18 ,064
GDA 95% Confidence Lower
1,06
Interval for Mean Bound
Upper
1,31
Bound
5% Trimmed Mean 1,15
Median 1,00
Variance ,154
Std. Deviation ,393
Minimum 1
Maximum 2
Range 1
Interquartile Range 0
Skewness 1,697 ,383
Kurtosis ,926 ,750
a. Pre GDA is constant. It has been omitted.

Tests of Normalitya
Kolmogorov-Smirnovb Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Post
,496 38 ,000 ,473 38 ,000
GDA
a. Pre GDA is constant. It has been omitted.
b. Lilliefors Significance Correction
136

LAMPIRAN 18

HASIL UJI WILCOXON SIGNED RANKS TEST

Ranks
Mean Sum of
N Rank Ranks
Post Test Negative
35a 18,00 630,00
Kepatuhan - Pre Ranks
Test Kepatuhan Positive Ranks 0b ,00 ,00
Ties 3c
Total 38
a. Post Test Kepatuhan < Pre Test Kepatuhan
b. Post Test Kepatuhan > Pre Test Kepatuhan
c. Post Test Kepatuhan = Pre Test Kepatuhan

Test Statisticsa
Post Test Kepatuhan - Pre Test
Kepatuhan
Z -5,916b
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.

Ranks
Mean Sum of
N Rank Ranks
Post GDA - Pre Negative
31a 16,00 496,00
GDA Ranks
Positive Ranks 0b ,00 ,00
c
Ties 7
Total 38
a. Post GDA < Pre GDA
b. Post GDA > Pre GDA
c. Post GDA = Pre GDA
137

Test Statisticsa
Post GDA - Pre GDA
Z -5,568b
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
138
139
140

Anda mungkin juga menyukai