TUGAS AKHIR
Oleh:
Yusnia Maulidianti
NIM. 155070601111031
TUGAS AKHIR
Oleh:
Yusnia Maulidianti
NIM. 155070601111031
JURUSAN KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
i
Tugas Akhir ini kupersembahkan
untuk ibunda dan ayahnda tercinta
yang senantiasa melimpahkan cinta
dan kasih sayangnya untukku
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
NIM : 155070601111031
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil-
alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau
pikiran saya. Apabila di kemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas
Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut.
Yang membuat
pernyataan,
(Yusnia Maulidianti)
NIM. 155070601111031
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala kekuatan dan kemudahan
Kesehatan Antara Metode Snow Balling dan Metode Diskusi Kelompok Terhadap
SMAN 4 Malang.”
Ketertarikan penulis pada topik ini didasari adanya faktor risiko terjadi
anemia paling tinggi dialami oleh remaja putri. Dampak anemia akan
gangguan menstruasi serta sebagai calon ibu memiliki berbagai risiko kesehatan
reproduksi seperti abortus, bayi dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dsb.
Maka dari itu perlu diberikan promosi kesehatan agar pengetahuan remaja putri
tentang anemia meningkat dan sikap dalam upaya pencegahan anemia menjadi
baik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis ada tidaknya
perbedaan efektivitas promosi kesehatan antara metode snow balling dan diskusi
sabar, memberi masukan, dan saran sehingga tugas akhir ini dapat
v
2. dr. Danik Agustin Purwantingingrum, M.Kes dan dr. Nia Kurnianingsih
sabar, masukan, dan saran sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan
dengan baik.
3. Dr. dr. I Wayan Arsana Wiyasa, Sp.OG (K) selaku penguji 1 yang telah
Brawijaya.
kasih sayang, dan doa yang tiada henti agar senantiasa diberikan
penelitian.
Fathan, Nova, Zian, Anke, dan Flora yang telah membantu dalam
dukungan.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dalam kesempurnaan,
oleh karena itu penulis menerima setiap saran dan kritik yang membangun.
Semoga tulisan ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi pembaca
Penulis
vi
ABSTRAK
Maulidianti, Yusnia. 2019. Perbedaan Efektivitas Promosi Kesehatan Antara Metode Snow Balling
Dan Metode Diskusi Kelompok Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Tentang
Anemia Pada Siswi Kelas XI SMAN 4 Malang. Tugas Akhir, Program Studi S1
Kebidanan, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya. Pembimbing: (1) Linda Ratna
Wati, SST, M.Kes (2) dr. Danik Agustin Purwantiningrum, M.Kes
Anemia merupakan kondisi yang sering dialami oleh remaja putri, yang disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya asupan gizi, menstruasi, dan penyakit kronis. Pencegahan anemia
dapat diawali dengan pencegahan primer, salah satunya dengan pemberian promosi kesehatan.
Promosi kesehatan perlu diberikan agar pengetahuan dan sikap seseorang meningkat. Metode
yang digunakan dapat menentukan keberhasilan promosi kesehatan, penelitian ini menggunakan
metode snow balling dan diskusi kelompok. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan
efektivitas promosi kesehatan antara metode snow balling dan metode diskusi kelompok terhadap
peningkatan pengetahuan dan sikap tentang anemia pada siswi kelas XI SMAN 4 Malang. Desain
penelitian ini menggunakan quasi experiment dengan pendekatan non equivalent control group
design. Metode pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode purposive
sampling. Sampel sebanyak 57 responden, terbagi dalam 3 kelompok yaitu kelompok metode
snow balling, kelompok metode diskusi, dan kelompok kontrol. Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa terdapat perbedaan peningkatan pengetahuan dan sikap tentang anemia setelah diberi
promosi kesehatan dengan metode snow balling dan diskusi kelompok, namun metode snow
balling tidak lebih efektif dibandingan dengan metode diskusi kelompok dalam peningkatan
pengetahuan dan sikap pada siswi kelas XI SMAN 4 Malang. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa metode snow balling dan diskusi kelompok efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan
sikap siswi kelas XI SMAN 4 Malang tentang anemia, sehingga metode snow balling dan diskusi
kelompok dapat dijadikan pilihan metode promosi kesehatan dalam menyampaikan informasi
kesehatan.
Kata kunci : metode snow balling, metode diskusi kelompok, anemia, pengetahuan dan sikap
vii
ABSTRACT
Maulidianti, Yusnia. 2019. The Difference Of Health Promotion Effectiveness Between Snow
Balling Method And Group Discussion Methods On Increasing Knowledge And Attitudes
About Anemia Of Senior High School 4 Malang Student Class XI .Final Assignment,
Midwifery Program, Faculty Of Medicine, Brawijaya University. Supervisors: (1) Linda
Ratna Wati, SST, M.Kes (2) dr. Danik Agustin Purwantiningrum, M.Kes
Keywords: snowballing method, group discussion method, anemia, knowledge and attitude
viii
DAFTAR ISI
Judul ................................................................................................................ i
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah. .............................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
1.3.1 Tujuan Umum .............................................................................. 5
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................ 5
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 5
1.4.1 Manfaat Akademik ....................................................................... 5
1.4.2 Manfaat Praktisi........................................................................... 6
ix
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anemia ................................................................................................. 7
2.1.1 Definisi Anemia ........................................................................... 7
2.1.2 Manifetasi Klinis Anemia ............................................................. 9
2.1.3 Fakto Risiko Anemia ................................................................... 10
2.1.4 Jenis/Klasifikasi Anemia .............................................................. 11
2.1.5 Dampak Anemia .......................................................................... 14
2.1.6 Pengobatan Anemia .................................................................... 16
2.1.7 Pencegahan Anemia ................................................................... 17
2.2 Remaja ................................................................................................ 18
2.2.1 Definisi Remaja ........................................................................... 18
2.2.2 Tahap Perkembangan Remaja .................................................... 18
2.2.3 Proses Masa Remaja .................................................................. 20
2.3 Pengetahuan ........................................................................................ 21
2.3.1 Definisi Pengetahuan .................................................................. 21
2.3.2 Tingkat Pengetahuan .................................................................. 21
2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ................................... 23
2.3.4 Cara Pengukuran Pengetahuan .................................................. 24
2.4 Sikap .................................................................................................... 25
2.4.1 Definisi Sikap .............................................................................. 25
2.4.2 Tingkatan Sikap........................................................................... 26
2.4.3 Struktur Sikap .............................................................................. 27
2.4.4 Pembentuka Sikap ...................................................................... 27
2.4.5 Penilaian Sikap............................................................................ 28
2.4.6 Pengukuran Sikap ....................................................................... 28
2.5 Promosi Kesehatan .............................................................................. 31
2.5.1 Definisi Promosi Kesehatan......................................................... 31
2.5.2 Tujuan Promosi Kesehatan ......................................................... 32
2.5.3 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan ............................................ 33
2.5.4 Metode Promosi Kesehatan ........................................................ 37
2.6 Konsep Metode Snow Balling............................................................... 42
2.6.1 Identifikasi Metode Snow Balling ................................................ 42
x
2.6.2 Kelebihan dan Kekurangan Metode Snow Balling ....................... 42
2.7 Konsep Metode Diskusi Kelompok ....................................................... 43
2.7.1 Identifikasi Metode Diskusi Kelompok ......................................... 43
2.7.2 Kelebihan dan Kelemahan Metode Diskusi Kelompok ................. 44
xi
5.1 Data Umum Hasil Penelitian................................................................. 67
5.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian ..................................................... 67
5.1.2 Karakteristik Responden ........................................................... 68
5.2 Analisis Univariat .................................................................................. 70
5.2.1 Tingkat Pengetahuan dan Sikap Siswi Tentang Anemia Sebelum
dan Sesudah Promosi Kesehatan Dengan Metode Snow Balling
dan Metode Diskusi Kelompok ................................................. 70
5.3 Analisis Bivariat .................................................................................... 75
5.3.1 Tingkat Pengetahuan Siswi Tentang Anemia Sebelum dan
Sesudah Promosi Kesehatan Dengan Metode Snow Balling dan
Metode Diskusi Kelompok ........................................................ 75
5.3.2 Perbedaan Efektivitas Promosi Kesehatan Antara Metode Snow
Balling dan Metode Diskusi Kelompok Terhadap Peningkatan
Pengetahuan dan Sikap Tentang Anemia ................................. 77
5.3.3 Perbedaan Efektivitas Promosi Kesehatan Antara Metode Snow
Balling dan Metode Diskusi Kelompok Dengan Kelompok Kontrol
Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Tentang Anemia
................................................................................................. 78
BAB 6 PEMBAHASAN
6.1 Karakteristik Responden Penelitian Pada Kelompok Snow Balling dan
Kelompok Diskusi................................................................................. 80
6.2 Analisis Perbedaan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Siswi Tentang
Anemia Sebelum dan Sesudah Promosi Kesehatan Pada Kelompok
Metode Snow Balling ........................................................................... 82
6.3 Analisis Perbedaan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Siswi Tentang
Anemia Sebelum dan Sesudah Promosi Kesehatan Pada Kelompok
Metode Diskusi .................................................................................... 85
6.4 Analisis Perbedaan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Siswi Tentang
Anemia Sebelum dan Sesudah Pada Kelompok Kontrol ...................... 88
6.5 Analisis Perbedaan Efektivitas Promosi Kesehatan Antara Metode Snow
Balling dan Metode Diskusi kelompok Terhadap Peningkatan
Pengetahuan dan Sikap Siswi Tentang Anemia ................................... 89
xii
6.6 Analisis Perbedaan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Siswi Tentang
Anemia Pada Kelompok Snow Balling dan Kelompok Diskusi Terhadap
Kelompok Kontrol ................................................................................. 91
6.7 Keterbatasan Penelitian ....................................................................... 93
BAB 6 PEMBAHASAN
7.1 Kesimpulan .......................................................................................... 94
7.2 Saran ................................................................................................... 94
7.2.1 Bagi Kebidanan ........................................................................ 95
7.2.2 Bagi Peneliti Selanjutnya .......................................................... 95
7.2.3 Bagi Institusi Terkait ................................................................. 95
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
xv
DAFTAR DIAGRAM
Halaman
xvi
DAFTAR SINGKATAN
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xviii
BAB 1
PENDAHULUAN
hemoglobin yang mengakibatkan jumlah sel darah merah menurun atau jumlah sel
darah normal namun jumlah hemoglobin sub normal (Sloane, 2003). Menurut World
Health Organization (2014) dalam kebijakan anemia pada Global Nutrition Targets
2025 anemia sebagai indikator kesehatan yang buruk dan gizi buruk, dikatakan
anemia karena suatu kondisi dengan jumlah dan ukuran sel darah merah atau
(2012) sebagai pemberi pigmen merah pada sel darah merah yang membawa
oksigen dan menurut Pearce (2015) hemoglobin merupakan protein kaya akan zat
besi yang memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen, dengan oksigen itu
membentuk oksihemoglobin di dalam sel darah merah dan melalui fungsi ini maka
besi yang diperlukan untuk bergabung dengan oksigen, maka konsekuensi penderita
prevalensi anemia di Indonesia yaitu 21.7%, dari jumlah tersebut penderita yang
berumur 15-24 tahun sebesar 18.4 % (Kemenkes RI, 2014). Data Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 2012 menyatakan bahwa prevalensi anemia pada
1
2
balita sebesar 40.5%, ibu hamil sebesar 57.1 % dan usia 19-45 tahun sebesar
39.5%. Wanita mempunyai risiko terkena anemia paling tinggi terutama pada remaja
putri (Kemenkes RI, 2013). Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
mengalami anemia, maka kinerja otak berkurang akibat jumlah oksigen yang
siklus menstruasi tidak teratur dan mengalami peluang besar terjadinya infertilitas
(Prawirohardjo, 2009). Selain itu, sebagai calon ibu memiliki berbagai risiko
kesehatan reproduksi lainya yaitu pada masa kehamilan yang dapat meningkatkan
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), dan angka kematian perinatal (Manuaba, 2013).
Anemia dapat menimbulkan daya tahan tubuh menurun dan terjadi infeksi, mudah
lemas dan lapar, konsentrasi belajar terganggu, presetasi belajar menurun sehingga
kerja yang rendah dan sulit untuk mendapat pekerjaan (Bindra, 2017).
(20.8%) tidak mengalami anemia. Lalu, responden yang mempunyai sikap kurang
sikap baik terdapat 24 orang (35.8%) tidak mengalami anemia. Namun, berdasarkan
Remaja Putri Untuk Pencegahan Anemia Di SMKN 3 Kota Padang Tahun 2018”
dari hasil penelitian menunjukkan bahwa skor rata-rata pengetahuan remaja putri
sebelum diberikan penyuluhan anemia pada kelompok leaflet dan video adalah
19.49 dan 19.54, setelah diberikan penyuluhan anemia maka hasil rata-rata
pengetahuan menjadi 27.32 untuk leaflet dan video sebanyak 27.43, sedangkan
studi pendahuluan yang sudah dilakukan kepada siswi kelas XI di SMAN 4 Malang,
dari hasil kuesioner mengenai anemia didapatkan tingkat pengetahuan siswi masih
mendapatkan promosi kesehatan tentang anemia dengan metode snow balling dan
metode kelompok besar terdiri dari ceramah dan seminar, metode kelompok kecil
seperti diskusi kelompok, urah pendapat (Brain Stromin), bola salju (snow balling),
4
kelompok-kelompok kecil (Buzz Group), bermain peran (Role Play), dan Permainan
penelitian ini akan menggunakan metode kelompok kecil yaitu metode snow balling,
dikatakan snow balling karena metode ini terinspirasi dari bentuk bola salju dimana
besar, metode ini memiliki kelebihan yaitu meningkatkan rasa percaya diri,
pembelajaran lebih efektif juga efisien, dan aspek kognitif, afektif, serta psikomotorik
dalam bentuk diskusi antara pemberi dan penerima informasi, agar semua anggota
kelompok dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi, maka formasi duduk para
peserta diatur dengan saling berhadapan satu sama lain, metode ini membuat
siswi semakin baik mengenai anemia dan perlu dibandingkan antara metode snow
balling dan diskusi kelompok untuk mengetahui keefektifan antara dua metode
tersebut, maka dari itu judul penelitian yang digunkaan adalah “Perbedaan
Efektivitas Promosi Kesehatan Antara Metode Snow Balling dan Metode Diskusi
Efektivitas Promosi Kesehatan Antara Metode Snow Balling Dan Metode Diskusi
antara metode snow balling dan metode diskusi kelompok terhadap peningkatan
pengetahuan dan sikap tentang anemia pada siswi kelas XI SMAN 4 Malang.
promosi kesehatan dengan menggunakan metode snow balling dan metode diskusi
6
mengenai hal lain khususnya di bidang kesehatan kepada remaja serta sebagai
deteksi dini anemia, dalam hal ini siswi dapat mengetahui tentang anemia, jenis
anemia, faktor risiko dan dampak anemia yang mempengaruhi prestasi dan kegiatan
sekolah serta dampak kedepannya sebagai calon ibu, sehingga siswi dapat
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anemia
2.1.1 Definisi Anemia
karena kehilangan sel darah merah yang terlalu banyak atau pembentukan sel darah
merah yang terlalu lambat (Guyton, 1996). Sedangkan menurut Sloane (2003)
anemia adalah defisiensi sel darah merah atau kekurangan hemoglobin. Hal ini
mengakibatkan penurunan jumlah sel darah merah, atau jumlah sel darah merah
Sel darah merah dibentuk dalam sumsum tulang, terutama tulang pendek,
pipih, dan tak beraturan, dari jaringan kanselus pada ujung tulang pipa, dari sumsum
dalam batang iga-iga, dan dari sternum. Perkembangan sel darah merah dalam
sumsum tulang melalui berbagai tahap, mula-mula besar dan berisi nukleus namum
tidak ada hemoglobin, lalu dimuati hemoglobin dan akhirnya kehilangan nukleus,
kemudian baru diedarkan ke dalam sirkulasi darah. Rata-rata panjang hidup darah
merah 115 hari. Sel menjadi usang dan dihancurkan dalam sistem retikulo-
endotelial, terutama dalam limpa dan hati. Globin dari hemoglobin dipecah menjadi
asam amino untuk digunakan sebagai protein dalam jaringan-jaringan. Zat besi
dalam hem dari hemoglobin dikeluarkan untuk digunakan dalam pembentukan sel
darah merah lagi. Sisa hem dari hemoglobin diubah menjadi bilirubin (pigmen
kuning) dan biliverdin yang berwarna kehijau-hijauan dan dapat dilihat pada
perubahan warna hemoglonin yang rusak pada luka memer. Bila terjadi perdarahan,
7
8
perdarahan sedang, sel-sel itu diganti dalam waktu beberapa minggu berikutnya.
Tetapi bila kadar hemoglobin turun sampai 40% atau dibawahnya, diperlukan
merah yang membawa oksigen yaitu hemoglobin, suatu protein yang mempunyai
berat molekul 64.450. Kandungan hemoglobin normal rata-rata dalam darah adalah
16 g/dL pada laki-laki dan 14 g/dL pada perempuan. Setiap eritrosit atau sel darah
merah mengandung 300 juta molekul hemoglobin, sejenis pigmen pernapasan yang
adalah molekul yang tersusun dari suatu protein, globin. Globin terdiri dari empat
rantai polipeptida yang melekat pada empat gugus hem yang mengandung zat besi.
Hem berperan dalam pewarnaan darah. Pada hemoglobin orang dewasa (HgA),
rantai polipeptidanya terdiri dari dua rantai alfa dan dua rantai beta yang identik,
terdiri dari dua rantai alfa dan dua rantai gamma. HgF memiliki afinitas yang sangat
oksigen, maka molekul oksigen akan bergabung dengan rantai alfa dan beta untuk
hemoglobin tereduksi. Hemoglobin ini terlihat lebih gelap atau bahkan kebiruan, saat
vena terlihat dari permukaan kulit. Setiap gram HgA membawa 1.3 ml oksigen.
Sekitar 97% oksigen dalam darah yang dibawa dari paru-paru bergabung dengan
9
terbentuk hanya memakai 20% karbon dioksida yang terkandung dalam darah, 80%
beberapa bentuk anemia parah, kadar itu bisa dibawah 30 persen atau 5 g setiap
100 ml. karena hemoglobin mengandung besi yang diperlukan untuk bergabung
gejala kekurangan oksigen seperti napas pendek, pucat, dan kurang tenaga
(Pearce, 2015).
3. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan telapak tangan
menjadi pucat.
Sering disebut juga dengan sindrom anemia atau Anemic Syndrome. Gejala ini
timbul pada semua jenis anemia yang memiliki kadar hemoglobin yang sudah
sangat menurun. Gejala ini timbul karena anoksia organ target dan mekanisme
10
4) Epitel : warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, serta
Gejala khas yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalah sebagai
berikut :
Menurut Bindra (2017) ada beberapa kelompok remaja yang memiliki risiko
5. Obesitas dan remaja yang kelebihan berat badan (defesiensi zat besi yang
terjadi pada remaja tersebut karena asupan makanan yang rendah dan
7. Kehamilan remaja
mengangkut oksigen dibawah normal dan ditandai oleh hematokrit yang rendah.
enam kategori :
1. Anemia nutrisional
Disebakan oleh defisiensi dalam makanan suatu faktor yang dibutuhkan untuk
besi terjadi jika tidak cukup banyak besi tersedia untuk membentuk hemoglobin.
12
2. Anemia Pernisiosa
melalui makanan dari saluran cerna. Vitamin B12 penting untuk pembentukan
dan pematangan normal sel darah merah. Vitamin ini banyak terdapat di
khusus yang disekresikan oleh lapisan dalam lambung. Vitamin B12 dapat
diserap dari saluran usus hanya jika nutrient ini terikat ke faktor intrinsik. Jika
terjadi defisiensi faktor intrinsik maka vitamin B12 yang dimakan tidak banyak
yang terserap. Gangguan produksi dan pematangan sel darah merah yang
3. Anemia aplastik
merah oleh bahan kimia toksik (misalnya benzena), pajanan berlebihan terhadap
radiasi (jatuhan dari ledakan bom nuklir, sebagai contoh, atau pajanan
berlebihan ke sinar-X), invasi sumsum tulang oleh sel kanker, atau kemoterapi
4. Anemia ginjal
13
Dapat terjadi akibat penyakit ginjal. Karena eritropoietin dari ginjal adalah
5. Anemia perdarahan
Disebabkan oleh keluarnya banyak darah. Kehilangan darah dapat bersifat akut,
misalnya karena perdarahn luka, atau kronik, misalnya darah haid yang
berlebihan.
(banyak) dan berlangsung cepat. Tanda dan gejala yang dialami dengan
denyut nadi yang cepat dan lemah, dan pernapasan yang cepat (pada
darah mungkin terus dan dapat terjadi syok yang dapat mengakibatkan
kematian.
Anemia bersifat kronis yang ditandai oleh eritrosit yang berukuran kecil dan
saat kehamilan tidak terjadi anemia, maka perlu diketahui bahwa suplemen
6. Anemia hemolitik
atau ruptur sel darah merah, terjadi karena sel yang sebenarnya normal dipicu
untuk pecah faktor eksternal, seperti pada invasi sel darah merah oleh parasit
malaria, atau karena sel tersebut memang cacat, seperti pada penyakit sel sabit.
Penyakit sel sabit adalah contoh paling dikenal diantara berbagai kelainan
antara lain :
1. Pertumbuhan terhambat
15
intrauterin, berat badan lahir rendah, meningkatnya morbiditas dan mortilitas ibu
juga anaknya.
nantinya akan hamil maka terdapat bahaya pada kehamilannya, antara lain :
a. Terjadi abortus
b. Persalinan prematur
e. Mola hidatidosa
f. Hiperemesis gravidarum
g. Perdarahan anterpartum
1) Abortus
2) Kematian intrauteri
3) Prematur
Menurut Handayani dan Haribowo (2008). Pada setiap kasus anemia perlu
Pada kasus anemia dengan payah jantung diberikan langsung dengan transfusi
sel darah merah yang dimampatkan (PRC) untuk mencegah perburukan payah
jantung tersebut.
Terapi ini bergantung pada jenis anemia yang dijumpai, misalnya preparat besi
3. Terapi kausal
anemia. Misalnya anemia defisiensi besi yang disebabkan oleh infeksi cacing
antara lain :
1. Makan makanan yang mengandung zat besi dari bahan hewani (daging, ikan,
ayam, hati, dan telur) dan dari bahan nabati (sayuran yang berwarna hijau tua,
menstruasi
4. Bila merasakan ada tanda dan gejala anemia, segera konsultasikan ke dokter
siap saji (fast food) dapat mempengaruhi pola makan remaja. Makanan siap saji
umumnya rendah zat besi, kalsium, riboflavin, vitamin A, dan asam folat.
Makanan siap saji mengandung lemak jenuh, kolesterol dan natrium yang tinggi.
2.2 Remaja
Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun,
remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-
pubertas sampai tercapainya pertumbuhan fisik dan mental yang maksimal sejak
Remaja dengan rentang usia 10-12 tahun yang masih heran dengan perubahan-
pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara
erotis.
Tahap ini berusia 13-15 tahun. Ada kecenderungan “narastik”, yaitu mencintai
seperti peka atau tidak peduli, optimis atau pesimis, idealis atau materialis, dan
sebagainya.
Tahap ini usia 16-19 tahun adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan
pengalaman-pengalaman baru
kedudukan masa remaja sebagai periode transisi antara masa kanak-kanak dan
1. Perubahan fisik
Ini terjadi pada awal masa remaja atau masa pubertas, yaitu sekitar umur 11-15
tahun pada wanita dan 12-16 tahun pada pria (dalam Hurlock,1993). Dalam hal
putra. Kematangan kelenjar seks pada usia 11/12 tahun-14/15 tahun biasanya
pertumbuhan itu lebih cepat pada remaja putri dibandingan dengan remaja putra.
2. Perubahan emosionalitas
terjadi sebagai akibat perubahan fisik dan hormonal. Pada remaja usia 15-18
pada faktor kematangan dan faktor belajar. Kematangan dan belajar terjalin erat
3. Perubahan kognitif
21
Perubahan kognitif yaitu perubahan dalam kemampuan berfikir. Pada masa ini
4. Implikasi psikososial
Pada masa ini semua perubahan yang terjadi membuat fokus utama dari
perhatian remaja adalah dirinya sendiri. Perubahan secara fisik dan kognitif
psikososial mereka. Remaja pada masa ini mulai memiliki suatu perasaan
2.3 Pengetahuan
hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya seperti mata,
yang terjadi melalui proses sensoris, khususnya mata dan telinga terhadap objek
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
2. Memahami (Comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut dan tidak
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud
4. Analisis (Analysis)
5. Sintesis (Synthesis)
6. Evaluasi (Evaluation)
terhadap suatu objek tertentu, penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang
pengetahuan yaitu:
1. Pendidikan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah (baik formal maupun non formal) yang
pendidikan tinggi maka akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun, perlu
2. Informasi/media massa
baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai macam bentuk media massa seperti
24
televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar
apakah yang dilakukan baik atau buruk, dengan demikian seseorang akan
pengetahuan seseorang.
4. Ligkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan
tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang
5. Pengalaman
6. Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah
usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau diukur dapat
𝑆𝑝
𝑁= 𝑋100%
𝑆𝑚
Keterangan :
N : Nilai yang didapat
Sp : Skor yang didapat
Sm : Skor maksimal
2.4 Sikap
Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap suatu
stimulasi atau obejk. Sikap juga merupakan evaluasi atau reaksi perasaan
(unfovarable) pada objek tertentu. Beberapa faktor yang mempengaruhi sikap dapat
26
bukan merupakan pelaksanaan dari motif tertentu. Sikap belum menjadi suatu
tindakan atau aktivitas akan tetapi sikap lebih ditekankan pada predisposisi tindak
suatu perilaku, masih merupakan reaksi tertutup, bukan reaksi terbuka atau tingkah
laku yang terbuka, dan merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek-objek di
yaitu :
1. Menerima (Receiving)
2. Merespon (Responding)
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap karena dengan satu usaha untuk
menjawab suatu pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan itu benar
3. Menghargai (Valuing)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
Menurut Azwar (2011) menjelaskan bahwa sikap terdiri atas tiga komponen
yang saling menunjang yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen
perilaku.
1. Komponen kognitif
Komponen kognitif adalah aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang
diketahui, presentasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap. Komponen
2. Komponen afektif
paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling
3. Komponen perilaku
yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.
1. Pengalaman pribadi
Apa yang telah dialami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan
2. Kebudayaan
3. Media massa
Menurut Wawan dan Dewi (2011), sikap dapat bersifat positif dan negatif.
1. Sikap positif
2. Sikap negatif
cara, yaitu :
1. Observasi langsung
berulang.
2. Penanyaan langsung
dirasakannya. Oleh karena itu, dalam metode ini jawaban yang diberikan oleh
mendasar. Metode ini akan menghasilkan ukuran yang valid apabila situasi dan
maupun fisik.
3. Pengungkapan langsung
cara, yaitu :
sikap tertulis dengan memberi tanda setuju atau tidak setuju. Penyajian dan
individu untuk menanyakan sikap secara lebih jujur bila ia tidak perlu menulis
4. Skala sikap
Metode pengungkapan sikap dalam bentuk self report yang hingga kini
pertanyaan yang harus dijawab oleh individu yang disebut sebagai skala sikap.
Sifat dari skala sikap adalah isi pertanyaannya yang berupa pertanyaan
langsung yang jelas tujuan ukurannya akan tetapi dapat pula pertanyaan tidak
langsung yang tampak kurang jelas tujuan akhirnya bagi responden. Respon
Menurut Wawan dan Dewi (2011) dalam memberikan beberapa acuan untuk
Sikap merupakan tingkatan afeksi yang positif atau negatif yang dihubungkan
sangat positif.
2. Skala Lickert
Sikap merupakan penilaian dan atau pendapat individu terhadap objek (lickert).
Lickert membuat skala yang disebut skala lickert misalnya menggunakan angka
3. Sistematika differensial
Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, tersusun dalam satu garis
kontinum yang jawaban sangat positifnya terletak di bagian kiri garis atau
4. Pengukuran terselubung
tetapi sebagai objek pengamatan, bukan lagi perilaku tampak yang disadari atau
lebih diluar kendali yang bersangkutan. Dalam metode ini, sikap seseorang
dapat dicerminkan dari pengamatan terhadap reaksi wajah, nada suara, dan
setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.” Hal
1114/Menkes/SK/VIII/2005.
tersebut, maka tujuan dari penerapan promosi kesehatan pada dasarnya merupakan
visi promosi kesehatan itu sendiri, yaitu menciptakan atau membuat masyarakat
yang :
Adapun tujuan menurut WHO dibagi menjadi tujuan umum dan khusus, yaitu :
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
kesehatan dan kesejahteraan seperti terlihat dalam model klasik dari Bloom
1. Lingkungan,
2. Perilaku,
Pada paradigma ini diungkapkan pula bahwa antara keempat faktor terjadi
yang sehat dan berperilaku sehat. Dengan demikian, perilaku memainkan peran
Ruang lingkup dalam promosi kesehatan tidak dibatasi oleh ruang dan
kesehatan anak, penyakit infeksi dan penyakit infeksi menular, penyakit tidak
menular, kecelakaan dan bencana, kesehatan manula. Pada saat ini, model
kesehatan yang baru yaitu social model of health. Pada model sosial, masalah
Di dalam upaya kesehatan, dikenal 5 tingkat pencegahan dari Leavell and Clark
(1967):
2) Pencegahan sekunder
treatment)
5) Imunisasi
kesehatan yaitu :
1) Pengetahuan Kesehatan
3) Praktik kesehatan
Praktik kesehatan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau aktivitas
Metode (method), secara harfiah berarti cara. Selain itu metode atau
metodik berasal dari Bahasa Greeka, metha, (melalui atau melewati), dan hodos
(jalan atau cara), jadi metode bisa berarti adalah “jalan atau cara yang harus dilalui
digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai tujuan sesuai dengan
yang dikehendaki.
kegiatan yang mempunyai masukan, proses, dan keluaran. Kegiatan prmosi ini guna
mencapai tujuan yakni perubahan sikap yang dipengaruhi oleh banyak faktor.
Seperti dari faktor metode, materi, petugas atau promotor yang melakukan, serta
alat bantu atau alat peraga yang dipakai. Agar mencapai sautu hasil yang optimal,
antara lain :
Metode ini digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang
yang telah mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar
38
Dengan cara ini kontak antara klien dan petugas lebih intensif. Setiap
perubahan perilaku.
2) Wawancara (Interview)
apakah klien memiliki kesadaran dan pengertian yang kuat tentang informasi
yang diberikan, juga untuk menggali informasi mengapa klien tidak atau
2. Metode Kelompok
serta tingkat Pendidikan formal dari sasaran. Metode kelompok antara lain:
a. Ceramah
b. Seminar
beberapa orang ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan
a. Diskusi kelompok
dengan saling berhadapan satu sama lain dan pemimpin diskusi duduk
dan tertib.
40
diskusi.
anggota kelompok.
suatu permasalahan yang sama atau tidak sama dengan kelompok lain,
3. Metode Massa
yang ditujukan kepada masyarakat. Sasaran promosi ini bersifat umum, tidak
Nasional.
maupun radio.
b. Simulasi
Dialog antara klien dan tenaga kesehatan tentang suatu penyakit atau
masalah kesehatan.
d. Bill Board
42
di pinggir jalan.
mencari pasangan lain sehingga lama anggota kelompok semakin besar bagai bola
jawaban yang dihasilkan dari diskusi siswa secara bertingkat, dimulai dari kelompok
kecil kemudian dilanjutkan dengan kelompok yang lebih besar sehingga pada
akhirnya akan memunculkan dua atau tiga jawaban yang telah disepakati oleh siswa
diskusinya didepan kelas. Lalu penyaji akan membandingkan hasil dari masing-
(Nurhayati, 2012).
yang diberikan
pengaturan kelas
dirinya sendiri
berpartisipasi dalam diskusi, maka formasi duduk para peserta diatur dengan saling
berhadapan satu sama lain, misalnya bentuk lingkaran atau segi empat dan
atau kasus sehubungan dengan topik yang dibahas. Pemimpin diskusi harus
mengarahkan dan mengatur agar terjadi diskusi yang hidup dan setiap peserta
1. Suasana kelas lebih hidup, sebab siswa mengarahkan perhatian atau pikirannya
1. Sulit menduga hasil yang dicapai, karena waktu yang dipergunakan diskusi
cukup panjang. Diskusi yang mendalam memerlukan waktu yang banyak. Siswa
2. Tidak semua topik dapat dijadikan pokok diskusi, tetapi hanya hal-hal yang
BAB 3
Keterangan :
: Diteliti
:Tidak diteliti
46
47
47
produktivitas kerja, dan pada remaja putri dapat terjadi gangguan kesehatan
memiliki konsekuensi jangka panjang sebagai calon ibu yang tidak akan mampu
memenuhi zat-zat gizi bagi dirinya dan juga janin dalam kandungannya serta
angka prematuritas, BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), dan angka kematian
berupa diagnosis dini dan pemberian obat segera dan tersier berupa rehabilitasi.
Pada penelitian ini akan lebih membahas mengenai pencegahan primer yaitu
terdiri dari ceramah dan seminar, metode kelompok kecil seperti diskusi kelompok,
urah pendapat (Brain Stromin), bola salju (snow balling), kelompok-kelompok kecil
(Buzz Group), bermain peran (Role Play), dan Permainan simulasi (Simulation
Game), serta Metode massa. Pada penelitian ini akan menggunakan metode
48
kelompok kecil yaitu metode snow balling dan diskusi kelompok. Materi yang
setelah diberi promosi kesehatan dengan metode snow balling dan diskusi
kelompok, namun metode snow balling lebih efektif dibandingan dengan metode
diskusi kelompok dalam peningkatan pengetahuan dan sikap pada siswi kelas XI
SMAN 4 Malang.
49
BAB 4
METODE PENELITIAN
pendekatan Non Equivalent Control Group Design. Penelitian ini dilakukan sebanyak
2 kali, yaitu sebelum perlakuan (pre test) dan setelah perlakuan (post test). Masing-
masing kelompok akan diberi perlakuan berupa promosi kesehatan tentang anemia.
kelompok kedua dengan metode diskusi kelompok, dan kelompok ketiga sebagai
Kelompok Kontrol O1 O2
49
50
Keterangan
O1 : Pre test
O2 : Post test
X : Perlakuan
Populasi
Sampel
Pre Test
Post Test
Pengetahuan Sikap
4.2.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswi SMAN 4 Malang kelas XI
pada tahun ajaran 2018/2019 yang berjumlah 125 siswi. Dipilih siswi kelas XI,
adanya promosi kesehatan tentang anemia, siswi dapat lebih mudah memahami
4.2.2 Sampel
N
𝑛=
1+N(d)2
Keterangan :
n = besarnya sampel
N = besarnya populasi
d = tingkat ketepatan yang diinginkan (d=0.1),
sehingga sampel dalam penelitian ini adalah :
125
𝑛=
1 + 125 (0.1)2
125
𝑛=
1 + 1.25
125
𝑛=
2.25
𝑛 = 55.55
52
sampel tersebut ditambah 10% sehingga jumlah sampel terpenuhi dan tidak terjadi
droup out karena ketidaksesuaian pada pengisian oleh responden, maka jumlah
responden adalah 61 siswi dan ditambah 2 siswi agar kelompok terbagi rata, total
menjadi 3 kelompok yaitu kelompok promosi kesehatan dengan metode snow balling
kelompok kontrol.
sampling, teknik pengambilan sampel ini dari sumber data dengan pertimbangan
bias hasil penelitian. Kriteria dalam pemilihan sampel penelitian ini meliputi :
1. Kriteria Inklusi
1) Siswi yang hadir dalam rangkaian acara promosi kesehatan dengan metode
2. Kriteria Eksklusi
53
1) Siswi yang tidak mengisi kuesioner secara lengkap sehingga data tidak bisa
di analisis.
pada bulan Oktober 2018. Sekolah ini tepat dilakukan penelitian karena berdasarkan
hasil dari kuesioner studi pendahuluan menunjukkan tingkat pengetahuan siswi kelas
promosi kesehatan dengan metode snow balling dan metode diskusi kelompok
tentang anemia.
promosi kesehatan dengan metode snow balling adalah alat tulis berupa pulpen dan
54
kertas untuk menjawab pertanyaan atau kasus yang mencakup pengertian, tanda
dan gejala, jenis, faktor risiko, dampak, pengobatan, dan pencegahan tentang
anemia dan musik sebagai tanda untuk pembentukan kelompok baru, edangkan
metode diskusi kelompok dibutuhkan pulpen dan kertas saja untuk menulis jawaban,
serta diakhir kedua metode tersebut akan dijelaskan atau meluruskan jawaban dari
siswi kelas XI SMAN 4 Malang tentang anemia. Kuesioner ini berupa pertanyaan
reliabilitas data. Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah alat ukur tersebut
valid atau benar-benar mengukur apa yang diukur, lalu kuesioner yang telah disusun
dan digunakan harus diuji korelasi antara skor tiap pertanyaan dengan skor total
(E x XY)(𝐸𝑋 𝑥 𝐸𝑌)
𝑅=
VI (EX 2 )𝑋(𝐸𝑌 2 )𝑌
55
Keterangan :
X : skor pertanyaan nomor 1
Y : skor total
XY : skor pertanyaan nomor 1 dikali skor total
E : jumlah responden
VI : Pertanyaan nomor 1
(Notoatmodjo, 2012)
tersebut dapat dipercaya atau dapat diandalkan dan hasil pengukuran akan tetap
konsisten jika dilakukan pengukuran dua kali atau lebih. Uji reliabilitas menggunakan
rumus Alpha Cronbach. Kuesioner dianggap reliable jika nilai α ≥ 0.6 (Arikunto,
2006).
𝐾 1 − ∑ 𝜎12
𝑅=( )( )
𝐾−1 𝜎12
Keterangan
R : reabilitas item pertanyaan
K : banyaknya item
∑σ 2
: jumlah variabel item
σ 2 :
varian total
dinyatakan bahwa kedua kuesioner tersebut dinyatakan valid dan reliabel dengan
nilai kuesioner pengetahuan yaitu 0.92 > α (0.6) dan kuesioner sikap dengan nilai
56
Dependen Kemampuan siswa untuk memahami konsep Kuesioner Pengetahuan Ordinal Baik : jika
atau teori tentang anemia yang meliputi anemia : nilai>75%
Pengetahuan pengertian, manifestasi klinis, faktor risiko,
jenis/klasifikasi, dampak, pengobatan, dan a. Jawaban benar : 1
Cukup : jika nilai
pencegahan anemia. b. Jawaban salah : 0
(Sulistyaningsih, 56-74%
2011)
Kurang : jika
nilai<55%
(Arikunto, 2013)
Dependen Sikap dalam menanggapi dan mencegah Kuesioner Skala Lickert : Ordinal Positif : jika skor
terjadinya anemia yang benar. Sikap siswi ≥ median
Sikap dapat diukur melalui kuesioner tentang sikap - 5: Sangat Setuju
dalam mencegah anemia (SS)
Negatif : jika
- 4: Setuju (S)
- 3: Ragu-ragu skor ≤ median
(RG)
- 2: Tidak Setuju
(TS)
- 1: Sangat Tidak
Setuju (STS)
(Wawan dan
Dewi, 2011)
57
58
Prosedur Penelitian
1. Persiapan
3) Hasil studi pendahuluan sudah didapat, lalu meminta izin kembali untuk
kelas XI.
2. Pelaksanaan
promosi kesehatan yaitu metode snow balling dan metode diskusi kelompok,
3) Melakukan pre test kepada seluruh responden dari ketiga kelompok metode
kasus oleh peneliti dan menuliskan jawaban di lembar kertas yang sudah
disediakan. Saat waktu habis untuk menjawab dan ada musik sebagai
Kemudian jawaban yang sudah ditulis dikertas dikumpulkan jadi satu dan
juga duduk diantara peserta diskusi agar tidak menimbulkan kesan yang
3. Penyelesaian
2) Skoring data
61
1. Editing
Editing dilakukan untuk memeriksa kembali apakah semua kuesioner telah diisi
dan bila ada ketidakcocokan diminta kembali angket yang masih kosong
2. Koding
Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data, maka data yang telah
terkumpul diberi tanda sesuai dengan kateori yang telah disediakan, yaitu
3. Entry
dilakukan penilaian tertentu yaitu skor dijumlahkan sehingga diperoleh nilai. Hasil
𝑆𝑝
N= x100%
𝑆𝑚
Keterangan
N : Nilai presentase
62
Sm : Skor maksimal
4. Cleaning
koreksi
5. Tabulating
Memasukkan data hasil penelitian ke dalam table sesuai kriteria yang ditentukan.
tentang anemia sebelum (pre test) dan sesudah (post test) dilakukan promosi
kesehatan dengan metode snow balling dan metode diskusi kelompok. Dari kedua
metode tersebut akan dilakukan penilaian pada hasil skor sebelum dan sesudah.
Analisis variabel ini menggunakan aplikasi SPSS versi 20. Kemudian, hasilnya akan
independen dan variabel dependen, untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar
1. Perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap tentang anemia sebelum dan setelah
2. Perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap tentang anemia sebelum dan setelah
anemia.
anemia sebelum dilakukan promosi kesehatan berupa kuesioner dalam bentuk pre
test dan setelah dilakukan promosi kesehatan dalam bentuk kuesioner post test dan
dianalisis dengan menggunakan uji Wilcoxon karena data yang digunakan berskala
ordinal. H0 ditolak apabila z hitung >z table dan p value <0.05, sedangkan H0
diterima apabila z hitung ≤ z table dan p value >0.05. H0 adalah tidak ada
95% dan toleransi kesalahan 5% (α=0.05). H0 ditolak bila U≥Uα (U table pada
Clearence yang memenuhi aspek etika penelitian dan mengajukan permohonan ijin
Menurut Nursalam (2010) masalah etika penelitian yang harus diperhatikan ialah
sebagai berikut :
1. Otonomi (Autonomy)
2. Kerahasiaan (Confidentially)
pengumpulan data yang telah terisi akan disimpan hanya sebagai laporan data
hasil penelitian.
Peneliti senantiasa berbuat baik kepada setiap responden baik sebelum, selama,
5. Keadilan (Justice)
Penelitian ini dilakukan tanpa adanya unsur menyakiti atau melukai perasaan
responden sehingga dalam penelitian ini untuk lembar informasi dan kuisioner
Seluruh siswi kelas XI SMAN 4 Malang Tahun Ajaran 2018/2019 yang berjumlah 125
siswi.
Sampel
Siswi kelas XI SMAN 4 Malang sebanyak 63 siswi yang bersedia menjadi responden
dan memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.
Sampling
Instrumen Penelitian
Kuesioner
Kesimpulan
BAB 5
Pada bab ini akan dijelaskan secara rinci hasil penelitian dan analisis data
Tentang Anemia Pada Siswi Kelas XI SMAN 4 Malang.” Populasi pada penelitian ini
berjumlah 125 siswi dan sampel yang digunakan seharusnya 63 siswi namun dari 6
siswi tersebut di drop out atau termasuk kriteria eksklusi, maka dari itu sampel yang
kelompok diskusi, dan kelompok kontrol terdiri dari 19 siswi. Kelompok snow balling
dan kelompok diskusi diberikan pre test sebelum promosi kesehatan, sedangkan
kelompok kontrol hanya diberikan pre test saja (tanpa perlakuan) dan 7 hari
Sekolah Menengah Atas Negeri yang terletak di Jalan Tugu No.1, Klojen, Kota
Malang, Jawa Timur. Sekolah ini memiliki visi yaitu unggul dalam IMTAQ, IPTEK,
berwawasan lingkungan, dan berpijak pada budaya bangsa, serta berdaya saing
tinggi. SMAN 4 memiliki sarana dan prasarana yang baik untuk memenuhi
67
68
kebutuhan siswa di sekolah, serta memiliki tenaga kerja yang handal maka dari itu
kelompok metode snow balling, kelompok diskusi, dan kelompok kontrol yang tiap
menentukan sampel sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang sebelumnya
terbanyak adalah usia 16 tahun yaitu ada 18 siswi (95%) pada kelompok snow
balling, 19 siswi (100%) pada kelompok diskusi, dan 17 siswi (89%) pada
kelompok kontrol.
Karakteristik tersebut termasuk dalam kriteria inklusi yaitu siswi yang belum
balling dan metode diskusi. Berdasarkan diagram 5.2 menunjukkan bahwa seluruh
responden dari kelompok tersebut belum ada yang pernah mendapatkan promosi
kesehatan tentang anemia dengan metode snow balling dan metode diskusi
70
5.2.1 Tingkat Pengetahuan dan Sikap Siswi tentang Anemia Sebelum dan
Diskusi Kelompok
dan sikap siswi tentang anemia sebelum dan sesudah promosi kesehatan dengan
snow balling yaitu kategori kurang terdapat 9 siswi (47.3 %), kategori cukup 9 siswi
(47.3%), dan siswi yang mendapatkan kategori baik hanya 1 siswi (5.26%).
pengetahuan yaitu siswi yang mendapatkan kategori baik 16 siswi (84.2%), kategori
cukup 3 siswi (15.7%), dan tidak ada siswi yang termasuk kategori kurang.
Diagram 5.4 Tingkat Sikap Sebelum dan Sesudah Promosi Kesehatan dengan
test mendapatkan promosi kesehatan tentang anemia dengan metode snow balling
yaitu tidak ada siswi yang termasuk kategori kurang baik, terdapat 17 siswi (89.4%)
termasuk kategori cukup baik, dan 2 siswi (10.5%) dengan kategori baik. Sedangkan
siswi yang mendapatkan kategori baik 19 siswi (100%), dan tidak ada siswi dengan
diskusi kelompok yaitu siswi yang mendapatkaan kategori kurang sebanyak 5 siswi
(26.3 %), kategori cukup 13 siswi (68.4%), dan siswi yang mendapatkan kategori
kategori baik 16 siswi (84.2%), kategori cukup 3 siswi (15.7%), dan tidak ada siswi
Diagram 5.6 Tingkat Sikap Sebelum dan Sesudah Promosi Kesehatan dengan
kelompok yaitu terdapat 1 siswi (5.26%) yang termasuk kategori kurang baik,
terdapat 15 siswi (78.9%) termasuk kategori cukup baik, dan 3 siswi (15.7%) dengan
terdapat perubahan sikap yaitu siswi yang mendapatkan kategori baik sebanyak 3
siswi (15.7%), kategori cukup baik sebanyak 16 siswi (84.2%), dan tidak ada siswi
Kontrol
sebelum/pre test pada kelompok kontrol yaitu siswi yang mendapatkaan kategori
kurang sebanyak 1 siswi (5.26%), kategori cukup 14 siswi (73.6%), dan siswi yang
mendapatkan kategori baik hanya 4 siswi (21%). Sedangkan setelah/post test tanpa
yang mendapatkan kategori baik 7 siswi (36.8%), kategori cukup 12 siswi (63.1%),
Diagram 5.8 Tingkat Sikap Sebelum dan Sesudah Pada Kelompok Kontrol
test pada kelompok kontrol yaitu tidak terdapat siswi yang termasuk kategori kurang
baik, terdapat 18 siswi (95%) termasuk kategori cukup baik, dan 1 siswi (5%)
dengan kategori baik. Sedangkan setelah/post test tidak ada perubahan sikap siswi
yang signifikan yaitu siswi yang mendapatkan kategori baik tidak ada, kategori cukup
baik sebanyak 19 siswi (100%), dan tidak ada siswi dengan sikap kurang baik.
75
Uji statistika pada penelitian ini menggunakan uji wilcoxon dan mann whitney
karena data yang digunakan berskala ordinal. Uji Wilcoxon digunakan untuk
sebelum dan sesudah dilakukan promosi kesehatan dengan metode snow balling
dan metode diskusi kelompok. Namun, untuk melihat dan mengetahui perbedaan
Kelompok
Tabel 5.1 Perbedaan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Sebelum dan Sesudah
kelompok metode snow balling dengan uji Wilcoxon Signed Rank Test yaitu nilai Z
yang didapat untuk tingkat pengetahuan adalah -3.836 dengan p value 0.000 <α
(0.05) sedangkan untuk sikap terdapat -1.388 dengan p value 0.165 <α (0.05) Hal
76
pengetahuan dan sikap siswi sebelum dan sesudah diberi promosi kesehatan
Tabel 5.2 Perbedaan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Sebelum dan Sesudah
metode diskusi kelompok dengan uji Wilcoxon Signed Rank Test yaitu nilai Z yang
didapat untuk tingkat pengetahuan adalah -3.530 dengan p value 0.000 <α (0.05)
sedangkan untuk sikap terdapat -3.413 dengan p value 0.001 <α (0.05). Hal ini
pengetahuan dan sikap siswi sebelum dan sesudah diberi promosi kesehatan
Tabel 5.3 Perbedaan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Sebelum dan Sesudah
kontrol dengan uji Wilcoxon Signed Rank Test yaitu nilai Z yang didapat untuk
tingkat pengetahuan adalah -0.431 dengan p value 0.667 >α (0.05) sedangkan
untuk sikap terdapat -1.555 dengan p value 0.120>α (0.05). Hal ini menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap tingkat pengetahuan dan
sikap siswi sebelum dan sesudah tanpa adanya diberi promosi kesehatan.
Tabel 5.4 Perbedaan Efektivitas Antara Metode Snow Balling dan Metode
Diskusi Kelompok
kesehatan sebgaian besar tingkat pengetahuan dan sikap siswi dari kedua metode
tersebut dapat meningkat menjadi baik. Berdasarkan hasil uji mann whitney
didapatkan nilai p value 0.058 > α (0.05) untuk pengetahuan dan sikap 0.001 <α
(0.05) sehingga terdapat hasil perhitungan statistika yang dapat disimpulkan tidak
ada perbedaan yang siginifikan antara metode snow balling dan metod diskusi
signifikan dari kedua metode tersebut dalam peningkatan sikap tentang anemia.
Tabel 5.5 Perbedaan Efektivitas Antara kelompok Metode Snow Balling dan
Kelompok Kontrol
Berdasarkan tabel 5.4 hasil uji mann whitney didapatkan nilai p value 0.000
untuk pengetahuan <α (0.05) dan sikap 0.835 > α (0.05) sehingga terdapat hasil
perhitungan statistika yang dapat disimpulkan ada perbedaan yang siginifikan antara
kelompok dengan metode snow balling dan kelompok kontrol dalam peningkatan
79
pengetahuan, namun tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap sikap tentang
anemia.
Berdasarkan tabel 5.5 hasil uji mann whitney didapatkan nilai p value 0.003 <
α (0.05) untuk pengetahuan dan sikap 0.075> α (0.05) sehingga terdapat hasil
perhitungan statistika yang dapat disimpulkan ada perbedaan yang siginifikan antara
BAB 6
PEMBAHASAN
Efektivitas Promosi Kesehatan Antara Metode Snow Balling dan Metode Diskusi
Kelompok Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap Tentang Anemia Pada Siswi
Kelas XI SMAN 4 Malang.” Data yang sudah terkmpul akan dianalisa sesuai variabel
yang diteliti, sehingga akan diuraikan beberapa pembahasan terkait varibel tersebut.
Kelompok Diskusi
pendahuluan pada sekolah ini siswi belum memahami tentang anemia dan belum
metode snow balling dan diskusi kelompok.Sehingga sekolah ini tepat untuk
didapatkan distribusi terbanyak berusia 16 tahun yaitu ada 18 siswi (95%) pada
kelompok snow balling, 19 siswi (100%) pada kelompok diskusi, dan 17 siswi (89%)
pada kelompok kontrol. Usia tersebut merupakan masa remaja akhir yang
merupakan masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan minat
yang makin matang terhadap fungsi-fungsi intelek,aspek fisik, aspek psikis seperti
egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dalam pengalaman-
80
81
informasi. Sumber informasi bisa didapatkan dari pendidikan formal atau pun non
sedangkan pendidikan non formal seperti dari media sosial, media cetak, media
kesehatan berupa metode snow balling dan diskusi kelompok. Namun siswi sudah
mengetahui anemia dari sumber informasi lain seperti media sosial, tetapi hanya
terbatas saja berupa pengertian anemia dan tanda gejala anemia dan di sekolah
siswi kelas XI MIPA ini belum mendapatkan materi tentang peredaran darah, hal ini
mengakibatkan pada saat pre test atau sebelum diberikan promosi kesehatan
dalam kategori kurang dan sikap siswi dalam menanggapi anemia kurang baik atau
sikap negatif ditunjukkan dengan siswi jarang untuk sarapan, makan makanan kaya
kandungan zat besi dan tidak pernah minum tablet tambah darah saat menstruasi.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Riyanto dan Budiman (2013 bahwa
dari media massa/online maka pengetahuan seseorang juga akan semakin tinggi
82
dan diikuti dengan sikap yang positif. Hal ini juga sependapat dengan Wawan dan
Dewi (2011), beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan sikap yaitu
berubakan menjadi sikap yang positif. Oleh karena itu perlu dilakukannya promosi
kesehatan tentang anemia agar siswi lebih memahaminya dan dapat mengupayakan
kesehatan dengan metode snow balling sebagian besar responden memiliki tingkat
pengetahuan tentang anemia kurang (47.3%) dan cukup (47.3%). Namun sesudah
responden memiliki tingkat pengetahuan dalam kategori baik (84.2%). Begitu juga
snow balling sebagian besar responden (89.4%) memiliki sikap dalam kategori
cukup baik tentang anemia. Namun sesudah diberi promosi kesehatan dengan
metode snow balling sebagian besar responden (100%) memiliki sikap menjadi baik
atau positif.
signifikan antara tingkat pengetahuan dan sikap siswi tentang anemia sebelum dan
83
sesudah diberi promosi kesehatan dengan metode snow balling, sehingga dapat
pengetahuan dan sikap yang terjadi pada siswi disebabkan karena antusias siswi
yang mengikuti kegiatan promosi kesehatan ini sampai selesai yang ditunjukkan
dengan kehadiran siswi dan siswi mau dan mampu mengisi pre post test. Terjadinya
penerapan metode snow balling, pada metode ini terdiri dari kelompok kecil hingga
menjadi kelompok besar untuk mendiskusikan tiap pertanyaan tentang anemia yang
diberikan seperti pengertian, tanda dan gejala, jenis, dampak, pengobatan, serta
pencegahan anemia, karena pada metode snow balling terjadi proses diskusi
sehingga terjadi tukar informasi tentang anemia, sebagian besar responden berusia
dibandingkan usia yang lebih muda, selain itu peningkatan pengetahuan dan sikap
siswi juga dapat dilihat dari nilai pre dan post test. Nilai pre dan post test
snow balling dapat meningkatkan pengetahuan menjadi baik sehingga sikap siswi
metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode snow balling. Pada saat
84
siswi melakukan promosi kesehatan dengan metode snow balling, hal tersebut
sesuai dengan pernyataan dari Januardana (2008) yaitu dapat meningkatkan rasa
percaya diri pada siswi untuk menyampaikan pendapat atau pun hasil diskusi di
depan teman-temannya, terbukti dengan semua siswi pada kelompok tersebut satu
pertanyaan atau kasus yang diberikan sehingga pertanyaan bisa terjawab dan
disimpulkan dari beberapa pendapat siswi, promosi kesehatan lebih efektif dan
efisien karena sudah melakukan promosi kesehatan dengan benar sesuai aturan
yang sudah dibuat sehingga siswi menerima banyak informasi, dan terdapat umpan
balik berupa pertanyaan yang diajukan, selain itu dengan metode snow balling ini
teman kelompok sehingga terjadi proses bertukar pikiran atau pendapat dan dari
sebelumnya tidak ia ketahui, lalu menuliskan hasil diskusinya dikertas karton dengan
membebaskan siswi menulis sesuai kreasinya dan siswi membuatnya dalam bentuk
peta konsep dengan spidol berwarna, hasilnya sangat menarik untuk dibaca. Maka
dari itu dengan metode snow balling aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik siswi
tercapai.
perubahan tingkat pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah promosi kesehatan
dengan metode snow balling. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
85
oleh Laksmi (2014) yang meneliti tantang pengaruh pembelajaran metode snow ball
terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap masyarakat tentang DBD dan hasil
Metode Diskusi
Begitu juga pada sikap responden, sebelum melakukan promosi kesehatan dengan
metode diskusi kelompok sebagian besar responden (78.9%) memiliki sikap dalam
kategori cukup baik tentang anemia. Namun sesudah diberi promosi kesehatan
dengan metode diskusi kelompok sebagian besar responden (84.2%) masih memiliki
sikap cukup baik. Hal tersebut tidak ada perubahan menjadi sikap baik karena
86
kesehatan yang serius, terbukti bahwa mereka jarang untuk sarapan, jarang makan
makanan bergizi seimbang, dan tidak merasa khawatir untuk bahaya anemia jangka
panjang sebagai calon ibu karena menurut mereka merasakan menjadi calon ibu
signifikan antara tingkat pengetahuan dan sikap siswi tentang anemia sebelum dan
menununjukkan adanya kehadiran siswi, lalu siswi mau dan mampu mengisi
kuesioner pre dan post test, selain itu terjadinya peningkatan pengetahuan dan sikap
sebelumnya tidak tahu menjadi tahu, dan terdapat umpan balik berupa pertanyaan
yang diajukan oleh siswi. Dari hasil proses bertukar pendapat membuat nilai post
test meningkat yang menunjukan bahwa pengetahuan dan sikap siswi menjadi lebih
baik dari sebelumnya dan hal ini menandakan bahwa dengan metode diskusi
87
Pada penelitian ini bukan hanya dengan metode snow balling, tetapi juga
terdapat kelompok yang diberi promosi kesehatan dengan metode diskusi kelompok.
para peserta diatur dengan saling berhadapan satu sama lain. Metode diskusi
kelompok membuat suasana kelas lebih hidup, terbukti karena siswi mengarahkan
hasil diskusi mudah dipahami siswi, karena mereka mengikuti proses berpikir
bentuk ide, dan mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain. Meskipun
sudah ditetapkan adanya ketua kelompok untuk mengatur jalannya diskusi dan
mengharuskan tiap siswi berpendapat, namun hanya siswi yang suka berbicara dan
siswi terbatas.
perubahan tingkat pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah promosi kesehatan
denggan metode diskusi kelompok. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Supriyati (2016) yang meneliti tentang pengaruh penyuluhan dengan
metode ceramah dan metode diskusi terhadap pengetahuan dan sikap ibu tentang
Mp-ASI dan hasilnya menunjukkan bahawa metode diskusi lebih efektif dibandingan
88
dengan metode ceramah dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap yang dilihat
dari nilai rata-rata pengetahuan ibu meningkat sebesar 6,050 setelah diberikan
metode diskusi. Dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengetahuan ibu tentang
pemberian MP-ASI sebelum dan sesudah metode diskusi dengan nilai p<0,001.
Sedangkan hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata sikap ibu meningkat
sebesar 10,200 setelah diberikan metode diskusi. Dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan sikap ibu tentang pemberian MP-ASI sebelum dan sesudah metode
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pada kelompok kontrol yang tidak
diberi promosi kesehatan, sebagian besar nilai pre test responden memiliki tingkat
pengetahuan tentang anemia dalam kategori cukup (73.6%). Namun setelah rentang
waktu 7 hari dan diberikan post test sebagian besar responden (63.1%) memiliki nilai
post test dalam kategori cukup juga, tidak ada perubahan pengetahuan responden
menjadi baik secara signifikan. Begitu juga pada sikap responden, sebagian besar
nilai pre test responden menunjukkan sikap dalam kategori cukup baik tentang
anemia. Namun setelah rentang waktu 7 hari dan diberikan post test tidak ada
yang signifikan antara tingkat pengetahuan dan sikap siswi tentang anemia sebelum
89
dan sesudah tanpa adanya diberi promosi kesehatan, sehingga dapat disimpulkan
pengetahuan dan sikap siswi, oleh karena itu pengetahaun dan sikap siswi pada
kelompok kontrol tidak memiliki informasi tambahan tentang anemia, berbeda halnya
anemia. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok kontrol efektif untuk dibandingkan
dengan kelompok intervensi yaitu kelompok metode snow balling dan diskusi
kelompok.
terjadi pada kelompok kontrol disebabkan karena siswi tidak mendapatkan promosi
kesehatan, kemungkinan juga siswi tidak mencari tahu informasi dari media lain
seperti media massa, dan siswi belum pernah ada yang mengalami anemia,
sehingga siswi dalam kelompok kontrol tersebut tidak memiliki pengetahuan tentang
anemia yang baik, sehingga untuk merubah sikap menjadi baik pun akan sulit.
Berdasarkan hasil uji statistik menujukkan bahwa tidak ada perbedaan yang
siginifikan antara metode snow balling dan metode diskusi kelompok dalam
peningkatan pengetahuan yang bisa dilihat dari hasil dari pre post test menunjukkan
90
kenaikan yang sama-sama signifikan, sehingga tidak ada bedanya. Namun terdapat
perbedaan yang signifikan dari kedua metode tersebut dalam peningkatan sikap
tentang anemia. Hal tersebut menunjukkan hasil pre post test pada sikap siswi,
memang terdapat peningkatan sikap yang baik dengan metode snow balling
pencegahan anemia masih dalam kategori cukup saja,terbukti bahwa mereka jarang
untuk sarapan, jarang makan makanan bergizi seimbang, dan tidak merasa khawatir
untuk bahaya anemia jangka panjang sebagai calon ibu karena menurut mereka
dikatakan baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua metode tersebut dapat
balling.
Metode snow balling dan diskusi kelompok tidak memiliki perbedaan yang
sama menjadi metode yang efektif dalam peningkatan pengetahuan. Agar sesuai
tujuan dengan hasil yang optimal, maka perlu diperhatikan faktor-faktor yang dapat
selain itu harus diperhatikan juga dari pemateri, media yang digunakan, waktu
91
metode promosi kesehatan. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah
metode snow balling dan metode diskusi kelompok. Dari kedua metode tersebut
dipilih dalam penelitian ini karena dapat membuat siswi menjadi aktif berpendapat,
yang sebelumnya belum diketahui, selain itu untuk metode snow balling
dalam proses belajar lebih tinggi. Promosi kesehatan dengan kedua metode tersebut
membuat siswi antusias untuk mengikutinya, dapat dilihat dari kehadiran siswi dan
Berdasarkan hasil data yang didapat dan dianalisa, dapat disimpulkan bahwa
secara statistika tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara metode snow
pengetahuan dan sikap tentang anemia dari kedua metode terebut sama-sama baik.
Kelompok Kontrol
92
signifikan antara kelompok snow balling dan diskusi dengan kelompok kontrol
perubahan menjadi baik namun kelompok kontrol tidak memiliki perubahan atau
tetap yaitu memiliki sikap cukup baik, memang pada kelompok kontrol ini saat
diobservasi hampir seluruh siswi membawa bekal makan hal tersebut menunjukkan
bahwa makanan yang mereka konsumsi sudah terpenuhi yaitu terdapat lauk seperti
ayam,daging dan sayuran, orang tua mereka sudah mengerti asupan gizi yang
harus dipenuhi oleh putrinya maka hal tersebut secara tidak langsung dalam salah
sudah dilakukan, tetapi upaya-upaya lain seperti mengkonsumsi tablet tambah darah
kelompok yang diberikan intervensi berupa promosi kesehatan dengan metode snow
balling dan diskusi kelompok. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelompok kontrol
yang tidak diberi promosi kesehatan tidak memiliki peningkatan pengetahuan dan
sikap tentang anemia, dan dari siswi tidak mendapatkan atau tidak mencari
kesehatan, informasi mereka tentang anemia bertambah sehingga upaya siswi untuk
mencegah anemia lebih tinggi dan baik dibandingkan dengan kelompok kontrol.
93
jam istirahat sehingga ada beberapa siswi yang telat. Oleh karena itu
lebih baik waktu yang digunakan pada saat diluar jam sekolah atau
BAB 7
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Efektivitas Promosi Kesehatan Antara Metode Snow Balling dan Metode Diskusi
sebelum dan sesudah promosi kesehatan dengan metode snow balling dengan
signifikansi p value -3.836 untuk pengetahuan dan sikap -1.388 <α (0.05).
<α(0.05).
4. Promosi kesehatan dengan metode snow balling tidak lebih efektif dalam
7.2 Saran
94
95
satunya yaitu metode dan media yang digunakan, karena dapat mempengaruhi
keberhasilan dalam promosi kesehatan. Cari metode dan media yang sesuai dengan
responden penelitian.
1. Peneliti dapat meneliti faktor lain yang mempengaruhi tingkat pengetahuan dan
diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar, agar siswi lebih aktif berpendapat dan
tingkat penyerapan materi lebih tinggi, karena aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik tercapai , serta siswi tidak merasa bosan untuk belajar dengan
DAFTAR PUSTAKA
Devita, Sophie dan Nunung Febriany. Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri
Tentang Anemia Defisiensi Besi di SMAN 15 Medan. Medan: Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Dinas Kesehatan Propinsi Daerah Itimewa Yogyakarta. 2012. Laporan Gizi DIY.
Yogyakarta.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
WHO. 2014. Global Nutrution Targets 2025: Anemia Policy Brief. Switzerland:
Departement of Nutrition For Health and Development Wolrd Health
Organization. Department Of Nutrition For Health And Development World
Health Organization.
Green, L & Kreuter, M.wW,. 2005. Health Promotion Planning, An Educational and
Environmental Approach, Second Edition, Mayfield Publishing Company.
Guyton dan Hall. 1996. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Handayani, W dan Hariwibowo, A.S. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada
Klien Dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
96
97
Izzan, dkk. 2016. Hadis Pendidika: Konsep Pendidikan Berbasis Hadis. Bandung:
Humaniora.
Januardana, Arta dkk. 2008. Pengaruh Metode Snow Balling Throwing. Yogyakarta:
Insan Madani.
Kementerian Kesehatan RI. 2015. INFODATIN Pusat Data dan Informasi Kesehatan
RI Situasi Kesehatan Remaja. Jakarta: Kemenkes RI Pusat Data dan
Informasi.
Kementerian Kesehatan RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta:
Kemenkes RI.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Oehadin, Amaylia. 2012. Pendekatan Klinis dan Diagnosis Anemia. Jakarta: Ikatan
Dokter Indonesia.
Rahmat, Abdul. 2010. Efektifitas Metode Diskusi Dan Ceramah Dalam Meningkatkan
Motivasi Beragama Pada Mata Pelajaran PAI Siswa Kelas IX Di SMP 03 dan
SMP 07 Kota Goronrtalo. Gorontalo: Jurnal Dakwah.
Riyanto & Budiman. 2013. Kapita Selekta Kuisioner. Jakarta: Salemba Medika.
Sakiyah, Mely, et al. 2015. Perbedaan Efektivitas Metode Diskusi Dan Ceramah
Terhadap Pengetahuan Pekerja Tentang Alat Pelindung Diri (APD) Di
Bengkel Las Kelurahan Bukit Lama Palembang. Palembang: Jurnal
Keperawatan Sriwijaya.
Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Edisi 6. Jakarta:
EGC.
Silberman, Melvin L. 2011. IOI Active Learning . Bandung: Nusa Media dan Nuansa.
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: EGC.
Sophie & Nunung. 2012. Jurnal Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Anemia
Defisiensi Besi di SMAN 15 Medan. Sumatera Utara: Departemen
Keperawatan Dasar dan Medikal Bedah.
Susilowati, Dwi. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan: Promosi Kesehatan.
Jakarta: Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Tarwoto, et al. 2010. Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta: Salemba
Medika.
Tesfaye, Melkam. 2015. Anemia and Iron Deficiency Among School Adolescents:
Burden, Severity, and Determinant Factors in Southwest Ethiopia.
Departement Of Clinical Laboratory, Bonga Hospital, Bonga;Departement
Of Medical Laboratory Science and Pathology, College Of Health Sciences,
Jimma University, Jimma, Ethiopia: Adolescent Health, Medicine, and
Therapeutics.
Wawan & Dewi. 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Manusia. Cetakan II. Yogyakarta: Nuha Medika.
99
DAFTAR LAMPIRAN
3. Penelitian ini akan berlangsung selama 1 bulan yaitu pada bulan oktober,
untuk di hari pelaksanaanya hari pertama pembagian lembar persetujuan
(informed consent) untuk ditandatangani oleh Bapak/ibu, hari berikutnya
pembagian pre test dan pelaksanaan promosi kesehatan, lalu 7 hari setelah
diberi promosi kesehatan, dilakukan post test dan selebihnya untuk
pengolahan data, dengan bahan penelitian berupa Pre-Post Test yang akan
diambil dengan cara kuesioner.
4. Keuntungan yang anak peroleh dengan keikutsertaan anak adalah akan
menjadi lebih aktif dengan berani mengemukakan pendapatnya dan
mendapat informasi dan wawasan serta sebagai deteksi dini anemia, meliputi
pengertian anemia, jenis anemia, faktor risiko dan dampak anemia yang
mempengaruhi prestasi dan kegiatan sekolah serta dampak kedepannya
sebagai calon ibu, sehingga anak dapat menghindari penyebab anemia dan
mengetahui upaya pencegahan anemia serta dapat menurunkan prevalensi
anemia pada remaja putri.
Manfaat langsung yang anak peroleh yaitu mendapat informasi langsung
mengenai anemia meliputi pengertian, manifestasi klinis, faktor risiko,
klasifikasi, dampak, pengobatan, dan pencegahan.
Manfaat tidak langsung yang dapat diperoleh yaitu dengan pengetahuan
anemia yang sudah diperoleh, maka sikap anak dapat berubah menjadi sikap
yang positif tentang anemia.
20. Hasil penelitian ini kelak akan dipublikasikan namun tidak terdapat identitas
anak dalam publikasi tersebut sesuai dengan prinsip etik yang diterapkan.
103
21. Peneliti akan bertanggung jawab secara penuh terhadap kerahasiaan data
yang anak berikan dengan menyimpan data hasil penelitian yang hanya
dapat diakses oleh peneliti
22. Peneliti akan memberi tanda terima kasih berupa note book dan pulpen
seharga Rp. 25.000,- kepada siswi dan kepada sekolah berupa timbangan
BB dan microtoise seharga Rp. 100.000,-
Peneliti Utama
(Yusnia Maulidianti)
104
Dengan hormat,
Demikian informasi penelitian ini saya buat, atas perhatiannya saya ucapkan terima
kasih.
Malang,............................
(Yusnia Maulidianti)
(………………………………………)
105
1. Saya telah mengerti tentang apa yang tercantum dalam lembar penjelasan
dan telah dijelaskan oleh peneliti
2. Dengan ini saya menyatakan bahwa secara sukarela bersedia untuk ikut
serta menjadi salah satu subyek penelitian yang berjudul “Perbedaan
Efektivitas Promosi Kesehatan Antara Metode Snow Balling Dan Metode
Diskusi Kelompok Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Tentang
Anemia Pada Siswi Kelas XI Sman 4 Malang”.
NIM. 155070601111031
Saksi I Saksi II
NIM : 155070601111031
Universitas Brawijaya
Pembimbing I
VI. Tujuan
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
1. Definisi anemia
4. Jenis/Klasifikasi anemia
5. Dampak anemia
6. Pencegahan anemia
7. Pengobatan anemia
XII. Evaluasi
VI. Tujuan
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
8. Definisi anemia
penjelasan anemia
XII. Evaluasi
1. Definisi Anemia
karena kehilangan sel darah merah yang terlalu banyak atau pembentukan sel darah
merah yang terlalu lambat (Guyton, 1996). Sedangkan menurut Sloane (2003)
anemia adalah defisiensi sel darah merah atau kekurangan hemoglobin. Hal ini
mengakibatkan penurunan jumlah sel darah merah, atau jumlah sel darah merah
Hemoglobin adalah molekul yang tersusun dari suatu protein, globin. Globin
terdiri dari empat rantai polipeptida yang melekat pada empat gugus hem yang
mengandung zat besi. Hem berperan dalam pewarnaan darah. Pada hemoglobin
orang dewasa (HgA), rantai polipeptidanya terdiri dari dua rantai alfa dan dua rantai
hemoglobin janin (HgF) terdiri dari dua rantai alfa dan dua rantai gamma. HgF
memiliki afinitas yang sangat besar terhadap oksigen dibandingkan dengan HgA.
Jika hemoglobin terpajan oksigen, maka molekul oksigen akan bergabung dengan
atau bahkan kebiruan, saat vena terlihat dari permukaan kulit. Setiap gram HgA
membawa 1.3 ml oksigen. Sekitar 97% oksigen dalam darah yang dibawa dari paru-
paru bergabung dengan hemoglobin, sisanya yang 3% larut dalam plasma (Sloane,
2003).
115
2. Manifestasi Klinis
3. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan telapak tangan
menjadi pucat.
Sering disebut juga dengan sindrom anemia atau Anemic Syndrome. Gejala ini
timbul pada semua jenis anemia yang memiliki kadar hemoglobin yang sudah
ekstremitas.
4) Epitel : warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun,
Gejala khas yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalah sebagai
berikut :
Menurut Bindra (2017) ada beberapa kelompok remaja yang memiliki risiko
5. Obesitas dan remaja yang kelebihan berat badan (defesiensi zat besi yang
terjadi pada remaja tersebut karena asupan makanan yang rendah dan
7. Kehamilan remaja
117
4. Jenis/Klasifikasi Anemia
mengangkut oksigen dibawah normal dan ditandai oleh hematocrit yang rendah.
1. Anemia nutrisional
Disebakan oleh defisiensi dalam makanan suatu faktor yang dibutuhkan untuk
2. Anemia Pernisiosa
melalui makanan dari saluran cerna. Vitamin B 12 penting untuk pembentukan dan
pematangan normal sel darah merah. Vitamin ini banyak terdapat di berbagai
makanan.
3. Anemia aplastik
oleh bahan kimia toksik (misalnya benzene), pajanan berlebihan terhadap radiasi
(jatuhan dari ledakan bom nuklir, sebagai contoh, atau pajanan berlebihan ke
sinar-X), invasi sumsum tulang oleh sel kanker, atau kemoterapi untuk kanker.
4. Anemia ginjal
118
Dapat terjadi akibat penyakit ginjal. Karena eritropoietin dari ginjal adalah
5. Anemia perdarahan
Disebabkan oleh keluarnya banyak darah. Kehilangan darah dapat bersifat akut,
misalnya karena perdarahn luka, atau kronik, misalnya darah haid yang
berlebihan.
6. Anemia hemolitik
atau rupture sel darah merah, terjadi karena sel yang sebenarnya normal dipicu
untuk pecah faktor eksternal, seperti pada invasi sel darah merah oleh parasite
malaria, atau karena sel tersebut memang cacat, seperti pada penyakit sel sabit.
5. Dampak Anemia
Menurut Bindra (2017) ada beberapa efek samping terjadinya anemia, antara
lain :
1. Pertumbuhan terhambat
Menurut Manuaba (2013), jika remaja putri menderita anemia yang nantinya
a. Terjadi abortus
b. Persalinan premature
e. Mola hidatidosa
f. Hyperemesis gravidarum
g. Perdarahan anterpartum
1) Abortus
2) Kematian intrauteri
3) Prematur
6. Pengobatan Anemia
Menurut Handayani dan Haribowo (2008). Pada setiap kasus anemia perlu
Pada kasus anemia dengan payah jantung diberikan langsung dengan transfuse
sel darah merah yang dimampatkan (PRC) untuk mencegah perburukan payah
jantung tersebut.
Terapi ini bergantung pada jenis anemia yang dijumpai, misalnya preparat besi
3. Terapi kausal
anemia. Misalnya anemia defisiensi besi yang disebabkan oleh infeksi cacing
7. Pencegahan Anemia
lain :
1. Makan makanan yang mengandung zat besi dari bahan hewani (daging, ikan,
ayam, hati, dan telur) dan dari bahan nabati (sayuran yang berwarna hijau tua,
menstruasi
4. Bila merasakan ada tanda dan gejala anemia, segera konsultasikan ke dokter
siap saji (fast food) dapat mempengaruhi pola makan remaja. Makanan siap saji
umumnya rendah zat besi, kalsium, riboflavin, vitamin A, dan asam folat.
Makanan siap saji mengandung lemak jenuh, kolesterol dan natrium yang tinggi.
123
KUESIONER PENELITIAN
A. Identitas Responden
Nama :
Umur :
Kelas : (contoh : XI IPA 1)
Hari/Tanggal :
Kunci Jawaban
1 B 14 S
2 B 15 B
3 S 16 B
4 B 17 S
5 S 18 B
6 B 19 B
7 S 20 S
8 B 21 S
9 B 22 B
10 B 23 S
11 B 24 S
12 S 25 B
13 B
126
TOT AL
I1 Pe arson Corre la ti on .639 **
Si g. (2 -tai l ed) .000
N 35
I2 Pe arson Corre la ti on .650 **
Si g. (2 -tai l ed) .000
N 35
I3 Pe arson Corre la ti on .625 **
Si g. (2 -tai l ed) .000
N 35
I4 Pe arson Corre la ti on .574 **
Si g. (2 -tai l ed) .000
N 35
I5 Pe arson Corre la ti on .625 **
Si g. (2 -tai l ed) .000
N 35
I6 Pe arson Corre la ti on .634 **
Si g. (2 -tai l ed) .000
N 35
I7 Pe arson Corre la ti on .585 **
Si g. (2 -tai l ed) .000
N 35
I8 Pe arson Corre la ti on .625 **
Si g. (2 -tai l ed) .000
N 35
I9 Pe arson Corre la ti on .600 **
Si g. (2 -tai l ed) .000
N 35
I10 Pe arson Corre la ti on .636 **
Si g. (2 -tai l ed) .000
N 35
I11 Pe arson Corre la ti on .595 **
Si g. (2 -tai l ed) .000
N 35
I12 Pe arson Corre la ti on .574 **
Si g. (2 -tai l ed) .000
N 35
I13 Pe arson Corre la ti on .574 **
Si g. (2 -tai l ed) .000
N 35
I14 Pe arson Corre la ti on .606 **
Si g. (2 -tai l ed) .000
N 35
I15 Pe arson Corre la ti on .618 **
Si g. (2 -tai l ed) .000
N 35
I16 Pe arson Corre la ti on .574 **
Si g. (2 -tai l ed) .000
N 35
I17 Pe arson Corre la ti on .634 **
Si g. (2 -tai l ed) .000
N 35
I18 Pe arson Corre la ti on .650 **
Si g. (2 -tai l ed) .000
N 35
I19 Pe arson Corre la ti on .603 **
Si g. (2 -tai l ed) .000
N 35
I20 Pe arson Corre la ti on .596 **
Si g. (2 -tai l ed) .000
N 35
I21 Pe arson Corre la ti on .574 **
Si g. (2 -tai l ed) .000
N 35
I22 Pe arson Corre la ti on .585 **
Si g. (2 -tai l ed) .000
N 35
I23 Pe arson Corre la ti on .677 **
Si g. (2 -tai l ed) .000
N 35
I24 Pe arson Corre la ti on .531 **
Si g. (2 -tai l ed) .001
N 35
I25 Pe arson Corre la ti on .604 **
Si g. (2 -tai l ed) .000
N 35
**. Co rrel ati on i s si gn ifi ca nt a t the 0.01 l evel
(2-ta il ed ).
128
Reliability
Reliability Coefficients
Alpha = .9228
129
TOTAL
ITEM_1 Pearson Correlation .625**
Sig. (2-tailed) .000
N 35
ITEM_2 Pearson Correlation .788**
Sig. (2-tailed) .000
N 35
ITEM_3 Pearson Correlation .626**
Sig. (2-tailed) .000
N 35
ITEM_4 Pearson Correlation .671**
Sig. (2-tailed) .000
N 35
ITEM_5 Pearson Correlation .686**
Sig. (2-tailed) .000
N 35
ITEM_6 Pearson Correlation .757**
Sig. (2-tailed) .000
N 35
ITEM_7 Pearson Correlation .662**
Sig. (2-tailed) .000
N 35
ITEM_8 Pearson Correlation .678**
Sig. (2-tailed) .000
N 35
ITEM_9 Pearson Correlation .602**
Sig. (2-tailed) .000
N 35
ITEM_10 Pearson Correlation .771**
Sig. (2-tailed) .000
N 35
**. Correlation is significant at the 0.01 level
(2-tailed).
Reliability
Reliability Coefficients
Alpha = .8747
Pengetahuan pre * Pengetahuan pos * Kelompok Crosstabulation
Pengetahuan pos
Kelompok Cukup Baik Total
Snow Balling Pengetahuan Kurang Count 2 7 9
130
pre % within
22.2% 77.8% 100.0%
Pengetahuan pre
Cukup Count 1 8 9
% within
11.1% 88.9% 100.0%
Pengetahuan pre
Lampiran 8 Uji Statistik Baik Count 1 1
% within
100.0% 100.0%
Pengetahuan pre
Pengetahuan pre * Pengetahuan pos * Kelompok Crosstabulation
Total Count 3 16 19
% within Pengetahuan pos
15.8% 84.2% 100.0%
Kelompok Pengetahuan pre Cukup Baik Total
Snow
Dis kusiBalling Pengetahuan Kurang Count 2
1 7
4 9
5
pre % within
22.2%
20.0% 77.8%
80.0% 100.0%
Pengetahuan pre
Cukup Count 1
2 8
11 9
13
% within
11.1%
15.4% 88.9%
84.6% 100.0%
Pengetahuan pre
Baik Count 1 1
% within
100.0% 100.0%
Pengetahuan pre
Total Count 3 16 19
% within
15.8% 84.2% 100.0%
Pengetahuan pre
Dis kusi 1
Kontrol Pengetahuan Kurang Count 1
3 4 5
3
pre % within
20.0%
100.0% 80.0% 100.0%
Pengetahuan pre
Cukup Count 2
7 11
5 13
12
% within
15.4%
58.3% 84.6%
41.7% 100.0%
Pengetahuan pre
Baik Count 1
4 1
4
% within
100.0% 100.0%
Pengetahuan pre
Total Count 3
10 16
9 19
% within
15.8%
52.6% 84.2%
47.4% 100.0%
Pengetahuan pre
Kontrol 12 Pengetahuan Kurang Count 3
1 3
1
pre % within
100.0% 100.0%
Pengetahuan pre
Cukup Count 7
10 5
4 12
14
% within
58.3%
71.4% 41.7%
28.6% 100.0%
Pengetahuan pre
Baik Count 1 4
3 4
% within
25.0% 100.0%
75.0% 100.0%
Pengetahuan pre
Total Count 10
12 9
7 19
% within
52.6%
63.2% 47.4%
36.8% 100.0%
Pengetahuan pre
Kontrol 2 Pengetahuan Kurang Count 1 1
pre % within
100.0% 100.0%
Pengetahuan pre
Cukup Count 10 4 14
% within
71.4% 28.6% 100.0%
Pengetahuan pre
Baik Count 1 3 4
% within
25.0% 75.0% 100.0%
Pengetahuan pre
Total Count 12 7 19
% within
63.2% 36.8% 100.0%
Pengetahuan pre
Sikap pre * Sikap pos * Kelompok Crosstabulation
Sikap pos
131
Kelompok Cukup Baik Total
Snow Balling Sikap Cukup Count 17 17
pre % within Sikap pre 100.0% 100.0%
Baik Count 2 2
Sikap pre * Sikap pos * Kelompok Crosstabulation
% within Sikap pre 100.0% 100.0%
Total Count 19 pos
Sikap 19
Kelompok % within Sikap pre 100.0%
Cukup Baik 100.0%
Total
Snow
Dis kusiBalling Sikap Cukup
Kurang Count 17
1 17
1
pre % within Sikap pre 100.0% 100.0%
Baik
Cukup Count 2
15 3 2
18
% within Sikap pre 100.0%
83.3% 16.7% 100.0%
Total Count 19
16 3 19
% within Sikap pre 100.0%
84.2% 15.8% 100.0%
Dis kusi 1
Kontrol Sikap Kurang Count
Cukup 1
16 2 1
18
pre % within Sikap pre 100.0%
88.9% 11.1% 100.0%
Cukup
Baik Count 15
1 3 18
1
% within Sikap pre 83.3%
100.0% 16.7% 100.0%
Total Count 16
17 3
2 19
% within Sikap pre 84.2%
89.5% 15.8%
10.5% 100.0%
1
Kontrol 2 Sikap Cukup Count 16
18 2 18
pre % within Sikap pre 88.9%
100.0% 11.1% 100.0%
Baik Count 1 1
% within Sikap pre 100.0% 100.0%
Total Count 17
19 2 19
% within Sikap pre 89.5%
100.0% 10.5% 100.0%
Kontrol 2 Sikap Cukup Count 18 18
pre % within Sikap pre 100.0% 100.0%
Baik Count 1 1
% within Sikap pre 100.0% 100.0%
Total Count 19 19
% within Sikap pre 100.0% 100.0%
132
Test Statisticsb
Pengetahuan
pos -
Pengetahuan Sikap pos
pre - Sikap pre
Z -3.836 a -1.388 a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .165
a. Based on negative ranks .
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
133
Test Statisticsb
Pengetahuan
pos -
Pengetahuan Sikap pos
pre - Sikap pre
Z -3.530 a -3.413 a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .001
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
134
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
Test Statisticsb
Pengetahuan Pengetahuan
pre pos Sikap pre Sikap pos
Mann-Whitney U 112.500 176.000 107.000 116.500
Wilcoxon W 302.500 366.000 297.000 306.500
Z -2.005 -.133 -2.175 -1.886
Asymp. Sig. (2-tailed) .045 .894 .030 .059
Exact Sig. [2*(1-tailed a a a a
.046 .908 .032 .061
Sig.)]
a. Not correc ted for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok
135
Mann-Whitney Test
Ranks
Test Statisticsb
Pengetahuan Sikap
Mann-Whitney U 116.000 71.000
Wilcoxon W 306.000 261.000
Z -1.894 -3.230
Asymp. Sig. (2-tailed) .058 .001
Exact Sig. [2*(1-tailed a a
.061 .001
Sig.)]
a. Not correc ted for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok
Ranks
Test Statisticsb
Pengetahuan
pos -
Pengetahuan Sikap pos
pre - Sikap pre
Z -.431a -1.555 a
Asymp. Sig. (2-tailed) .667 .120
a. Based on negative ranks .
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
Test Statisticsb
Pengetahuan Sikap
Mann-Whitney U 12.500 173.500
Wilcoxon W 202.500 363.500
Z -4.940 -.208
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .835
Exact Sig. [2*(1-tailed a a
.000 .840
Sig.)]
a. Not correc ted for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok
137
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
Test Statisticsb
Pengetahuan Pengetahuan
pre pos Sikap pre Sikap pos
Mann-Whitney U 123.500 95.000 162.000 152.000
Wilcoxon W 313.500 285.000 352.000 342.000
Z -2.087 -2.947 -1.395 -1.781
Asymp. Sig. (2-tailed) .037 .003 .163 .075
Exact Sig. [2*(1-tailed a a a a
.096 .012 .603 .418
Sig.)]
a. Not correc ted for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok
138
CURRICULUM VITAE
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswi
Golongan Darah :O
Email : yusniamaulidianti97@gmail.com
Motto Hidup : Menjadi orang pintar itu baik, namun menjadi orang
yang berguna untuk orang lain jauh lebih baik.
Orang Tua
Pendidikan
- Memberi penjelasan pengisian kuesioner pre test dan post test serta alur
promosi kesehatan dengan metode diskusi kelompok
- Membantu peneliti mengobservasi dan mengawasi dalam proses promosi
kesehatan
- Memberikan souvenir
Lampiran 15 Dokumentasi
Gambar Siswi Melakukan Metode Snow Balling (dari kelompok kecil menjadi kelompok besar)
150
Gambar Penjelasan Pengisian Kuesioner dan Peraturan Metode Diskusi Kepada Ketua Kelompok
Gambar Siswi Saat Melakukan Diskusi Kelompok dan Menjelaskan Hasil Diskusinya
153