Anda di halaman 1dari 173

PERBEDAAN EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN ANTARA METODE

SNOW BALLING DAN METODE DISKUSI KELOMPOK TERHADAP


PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG ANEMIA PADA
SISWI KELAS XI SMAN 4 MALANG

TUGAS AKHIR

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Kebidanan

Oleh:

Yusnia Maulidianti
NIM. 155070601111031

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


JURUSAN KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
PERBEDAAN EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN ANTARA
METODE SNOW BALLING DAN METODE DISKUSI KELOMPOK
TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG
ANEMIA PADA SISWI KELAS XI SMAN 4 MALANG

TUGAS AKHIR

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kebidanan

Oleh:

Yusnia Maulidianti

NIM. 155070601111031

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN

JURUSAN KEBIDANAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2019
i
Tugas Akhir ini kupersembahkan
untuk ibunda dan ayahnda tercinta
yang senantiasa melimpahkan cinta
dan kasih sayangnya untukku

iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Yusnia Maulidianti

NIM : 155070601111031

Program Studi : Program Studi S1 Kebidanan

Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil-
alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau
pikiran saya. Apabila di kemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas
Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut.

Malang, 6 Maret 2019

Yang membuat
pernyataan,

(Yusnia Maulidianti)

NIM. 155070601111031

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala kekuatan dan kemudahan

yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian serta

penyusunan tugas akhir yang berjudul “Perbedaan Efektivitas Promosi

Kesehatan Antara Metode Snow Balling dan Metode Diskusi Kelompok Terhadap

Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Tentang Anemia Pada Siswi Kelas XI

SMAN 4 Malang.”

Ketertarikan penulis pada topik ini didasari adanya faktor risiko terjadi

anemia paling tinggi dialami oleh remaja putri. Dampak anemia akan

menimbulkan daya tahan tubuh menurun, konsentrasi belajar terganggu,

gangguan menstruasi serta sebagai calon ibu memiliki berbagai risiko kesehatan

reproduksi seperti abortus, bayi dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dsb.

Maka dari itu perlu diberikan promosi kesehatan agar pengetahuan remaja putri

tentang anemia meningkat dan sikap dalam upaya pencegahan anemia menjadi

baik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis ada tidaknya

perbedaan efektivitas promosi kesehatan antara metode snow balling dan diskusi

kelompok terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap tentang anemia pada

siswi kelas XI SMAN 4 Malang.

Dengan selesaimya tugas akhir ini penulis menyampaikan ucapan terima

kasih yang tak terhingga kepada :

1. Linda Ratna Wati, SST, M.Kes selaku dosen pembimbing I sekaligus

Kepala Program Studi S1 Kebidanan yang telah membimbing dengan

sabar, memberi masukan, dan saran sehingga tugas akhir ini dapat

terselasaikan dengan baik.

v
2. dr. Danik Agustin Purwantingingrum, M.Kes dan dr. Nia Kurnianingsih

selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dengan

sabar, masukan, dan saran sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan

dengan baik.

3. Dr. dr. I Wayan Arsana Wiyasa, Sp.OG (K) selaku penguji 1 yang telah

memberikan masukan untuk menyempurnakan naskah tugas akhir ini.

4. Dr. dr. Wisnu Barlianto, M.Si.Med, SpA(K) selaku dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Brawijaya yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk menuntut ilmu di Fakultas Kedokteran Universitas

Brawijaya.

5. Orang tua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan,

kasih sayang, dan doa yang tiada henti agar senantiasa diberikan

kemudahan dan kelancaran dalam menyelasaikan tugas akhir ini.

6. Pihak sekolah dari SMAN 4 Malang yang mengijinkan untuk melakukan

penelitian dan siswi kelas XI IPA yang bersedia menjadi responden

penelitian.

7. Teman-teman sebagai enumorator yaitu Rani, Nadya, Hasna, Palupi,

Fathan, Nova, Zian, Anke, dan Flora yang telah membantu dalam

proses promosi kesehatan sehingga berjalan dengan lancar, serta

teman-teman kebidanan angakatan 2015 yang selalu memberikan

dukungan.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dalam kesempurnaan,

oleh karena itu penulis menerima setiap saran dan kritik yang membangun.

Semoga tulisan ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi pembaca

serta semua pihak yang membutuhkan.

Malang, 6 Maret 2019

Penulis

vi
ABSTRAK

Maulidianti, Yusnia. 2019. Perbedaan Efektivitas Promosi Kesehatan Antara Metode Snow Balling
Dan Metode Diskusi Kelompok Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Tentang
Anemia Pada Siswi Kelas XI SMAN 4 Malang. Tugas Akhir, Program Studi S1
Kebidanan, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya. Pembimbing: (1) Linda Ratna
Wati, SST, M.Kes (2) dr. Danik Agustin Purwantiningrum, M.Kes

Anemia merupakan kondisi yang sering dialami oleh remaja putri, yang disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya asupan gizi, menstruasi, dan penyakit kronis. Pencegahan anemia
dapat diawali dengan pencegahan primer, salah satunya dengan pemberian promosi kesehatan.
Promosi kesehatan perlu diberikan agar pengetahuan dan sikap seseorang meningkat. Metode
yang digunakan dapat menentukan keberhasilan promosi kesehatan, penelitian ini menggunakan
metode snow balling dan diskusi kelompok. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan
efektivitas promosi kesehatan antara metode snow balling dan metode diskusi kelompok terhadap
peningkatan pengetahuan dan sikap tentang anemia pada siswi kelas XI SMAN 4 Malang. Desain
penelitian ini menggunakan quasi experiment dengan pendekatan non equivalent control group
design. Metode pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode purposive
sampling. Sampel sebanyak 57 responden, terbagi dalam 3 kelompok yaitu kelompok metode
snow balling, kelompok metode diskusi, dan kelompok kontrol. Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa terdapat perbedaan peningkatan pengetahuan dan sikap tentang anemia setelah diberi
promosi kesehatan dengan metode snow balling dan diskusi kelompok, namun metode snow
balling tidak lebih efektif dibandingan dengan metode diskusi kelompok dalam peningkatan
pengetahuan dan sikap pada siswi kelas XI SMAN 4 Malang. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa metode snow balling dan diskusi kelompok efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan
sikap siswi kelas XI SMAN 4 Malang tentang anemia, sehingga metode snow balling dan diskusi
kelompok dapat dijadikan pilihan metode promosi kesehatan dalam menyampaikan informasi
kesehatan.

Kata kunci : metode snow balling, metode diskusi kelompok, anemia, pengetahuan dan sikap

vii
ABSTRACT

Maulidianti, Yusnia. 2019. The Difference Of Health Promotion Effectiveness Between Snow
Balling Method And Group Discussion Methods On Increasing Knowledge And Attitudes
About Anemia Of Senior High School 4 Malang Student Class XI .Final Assignment,
Midwifery Program, Faculty Of Medicine, Brawijaya University. Supervisors: (1) Linda
Ratna Wati, SST, M.Kes (2) dr. Danik Agustin Purwantiningrum, M.Kes

Anemia is a condition that is often experienced by young women, which is caused by


several factors including nutritional intake, menstruation, and chronic diseases. Prevention of
anemia can be preceded by primary prevention, one of which is by providing health promotion.
Health promotion needs to be given so that one's knowledge and attitudes increase. The method
used can influence the success of health promotion, this study uses the method of snow balling
and group discussion. The purpose of this study was to determine the differences in the
effectiveness of health promotion between the snow balling method and the group discussion
method on increasing knowledge and attitudes about anemia in female students of class XI of
Senior High School 4 Malang. The design of this study used quasi experiment with a non
equivalent control group design approach. The sampling method in this study used a purposive
sampling method. The sample of 57 respondents was divided into 3 groups: the snow balling
method group, the discussion method group, and the control group. The results of this study
indicate that there are differences in the increase in knowledge and attitudes about anemia after
being given health promotion with snow balling methods and group discussions, but the snow
balling method is not more effective compared to the group discussion method in increasing
knowledge and attitudes students of Senior High School 4 Malang. The results of this study can be
concluded that health promotion using the snow balling method and group discussion is effective in
increasing the knowledge and attitudes about anemia of Senior High School 4 Malang student
class XI, so that snow balling methods and group discussions selectable as a health promotion
method to communicate about health news.

Keywords: snowballing method, group discussion method, anemia, knowledge and attitude

viii
DAFTAR ISI

Judul ................................................................................................................ i

Lembar Pengesahan ....................................................................................... ii

Lembar Peruntukan ......................................................................................... iii

Lembar Pernyataan Keaslian Tulisan .............................................................. iv

Kata Pengantar ................................................................................................ v

Abstrak ............................................................................................................ vii

Abstract ........................................................................................................... viii

Daftar Isi .......................................................................................................... ix

Daftar Gambar ................................................................................................. xiv

Daftar Tabel ..................................................................................................... xv

Daftar Diagram ................................................................................................ xvi

Daftar Singkatan .............................................................................................. xvii

Daftar Lampiran ............................................................................................... xviii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah. .............................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
1.3.1 Tujuan Umum .............................................................................. 5
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................ 5
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 5
1.4.1 Manfaat Akademik ....................................................................... 5
1.4.2 Manfaat Praktisi........................................................................... 6

ix
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anemia ................................................................................................. 7
2.1.1 Definisi Anemia ........................................................................... 7
2.1.2 Manifetasi Klinis Anemia ............................................................. 9
2.1.3 Fakto Risiko Anemia ................................................................... 10
2.1.4 Jenis/Klasifikasi Anemia .............................................................. 11
2.1.5 Dampak Anemia .......................................................................... 14
2.1.6 Pengobatan Anemia .................................................................... 16
2.1.7 Pencegahan Anemia ................................................................... 17
2.2 Remaja ................................................................................................ 18
2.2.1 Definisi Remaja ........................................................................... 18
2.2.2 Tahap Perkembangan Remaja .................................................... 18
2.2.3 Proses Masa Remaja .................................................................. 20
2.3 Pengetahuan ........................................................................................ 21
2.3.1 Definisi Pengetahuan .................................................................. 21
2.3.2 Tingkat Pengetahuan .................................................................. 21
2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ................................... 23
2.3.4 Cara Pengukuran Pengetahuan .................................................. 24
2.4 Sikap .................................................................................................... 25
2.4.1 Definisi Sikap .............................................................................. 25
2.4.2 Tingkatan Sikap........................................................................... 26
2.4.3 Struktur Sikap .............................................................................. 27
2.4.4 Pembentuka Sikap ...................................................................... 27
2.4.5 Penilaian Sikap............................................................................ 28
2.4.6 Pengukuran Sikap ....................................................................... 28
2.5 Promosi Kesehatan .............................................................................. 31
2.5.1 Definisi Promosi Kesehatan......................................................... 31
2.5.2 Tujuan Promosi Kesehatan ......................................................... 32
2.5.3 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan ............................................ 33
2.5.4 Metode Promosi Kesehatan ........................................................ 37
2.6 Konsep Metode Snow Balling............................................................... 42
2.6.1 Identifikasi Metode Snow Balling ................................................ 42

x
2.6.2 Kelebihan dan Kekurangan Metode Snow Balling ....................... 42
2.7 Konsep Metode Diskusi Kelompok ....................................................... 43
2.7.1 Identifikasi Metode Diskusi Kelompok ......................................... 43
2.7.2 Kelebihan dan Kelemahan Metode Diskusi Kelompok ................. 44

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN


3.1 Kerangka Konsep Penelitian ................................................................ 46
3.2 Penjabaran Kerangka Konsep Penelitian ............................................. 47
3.3 Hipotesis Penelitian .............................................................................. 48

BAB 4 METODE PENELITIAN


4.1 Desain Penelitian ................................................................................. 49
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................... 51
4.2.1 Populasi.................................................................................... 51
4.2.2 Sampel ..................................................................................... 51
4.2.2.1 Besar Sampel .............................................................. 51
4.2.2.2 Teknik Pengambilan Sampel ....................................... 52
4.2.2.3 Kriteria Sampel ............................................................ 52
4.3 Variabel Penelitian ............................................................................... 53
4.3.1 Variabel Independen................................................................. 53
4.3.2 Variabel Dependen ................................................................... 53
4.4 Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 53
4.5 Bahan dan Instrumen Penelitian .......................................................... 53
4.6 Definisi Operasional ............................................................................. 56
4.7 Prosedur Penelitian .............................................................................. 58
4.7.1 Prosedur Kerja.......................................................................... 58
4.7.2 Pengolahan Data ...................................................................... 61
4.8 Analisis Data ........................................................................................ 62
4.8.1 Analisis Univariat ...................................................................... 62
4.8.2 Analisis Bivariat ........................................................................ 62
4.9 Etika Penelitian ................................................................................. 63
4.10 Kerangka Kerja .................................................................................. 64

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

xi
5.1 Data Umum Hasil Penelitian................................................................. 67
5.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian ..................................................... 67
5.1.2 Karakteristik Responden ........................................................... 68
5.2 Analisis Univariat .................................................................................. 70
5.2.1 Tingkat Pengetahuan dan Sikap Siswi Tentang Anemia Sebelum
dan Sesudah Promosi Kesehatan Dengan Metode Snow Balling
dan Metode Diskusi Kelompok ................................................. 70
5.3 Analisis Bivariat .................................................................................... 75
5.3.1 Tingkat Pengetahuan Siswi Tentang Anemia Sebelum dan
Sesudah Promosi Kesehatan Dengan Metode Snow Balling dan
Metode Diskusi Kelompok ........................................................ 75
5.3.2 Perbedaan Efektivitas Promosi Kesehatan Antara Metode Snow
Balling dan Metode Diskusi Kelompok Terhadap Peningkatan
Pengetahuan dan Sikap Tentang Anemia ................................. 77
5.3.3 Perbedaan Efektivitas Promosi Kesehatan Antara Metode Snow
Balling dan Metode Diskusi Kelompok Dengan Kelompok Kontrol
Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Tentang Anemia
................................................................................................. 78

BAB 6 PEMBAHASAN
6.1 Karakteristik Responden Penelitian Pada Kelompok Snow Balling dan
Kelompok Diskusi................................................................................. 80
6.2 Analisis Perbedaan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Siswi Tentang
Anemia Sebelum dan Sesudah Promosi Kesehatan Pada Kelompok
Metode Snow Balling ........................................................................... 82
6.3 Analisis Perbedaan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Siswi Tentang
Anemia Sebelum dan Sesudah Promosi Kesehatan Pada Kelompok
Metode Diskusi .................................................................................... 85
6.4 Analisis Perbedaan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Siswi Tentang
Anemia Sebelum dan Sesudah Pada Kelompok Kontrol ...................... 88
6.5 Analisis Perbedaan Efektivitas Promosi Kesehatan Antara Metode Snow
Balling dan Metode Diskusi kelompok Terhadap Peningkatan
Pengetahuan dan Sikap Siswi Tentang Anemia ................................... 89

xii
6.6 Analisis Perbedaan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Siswi Tentang
Anemia Pada Kelompok Snow Balling dan Kelompok Diskusi Terhadap
Kelompok Kontrol ................................................................................. 91
6.7 Keterbatasan Penelitian ....................................................................... 93

BAB 6 PEMBAHASAN
7.1 Kesimpulan .......................................................................................... 94
7.2 Saran ................................................................................................... 94
7.2.1 Bagi Kebidanan ........................................................................ 95
7.2.2 Bagi Peneliti Selanjutnya .......................................................... 95
7.2.3 Bagi Institusi Terkait ................................................................. 95

Daftar Pustaka ............................................................................................... 96

xiii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan........................................................ ..34

xiv
DAFTAR TABEL

Halaman

4.1 Definisi Operasional................................................................................ ..56


4.10 Kerangka Kerja ....................................................................................... ..66
5.1 Perbedaan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Sebelum dan Sesudah
Promosi Kesehatan Dengan Metode Snow
Balling……………………………..………………………………………..…..75
5.2 Perbedaan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Sebelum dan Sesudah
Promosi Kesehatan Dengan Metode Diskusi
Kelompok…………………………..………………………………………..…..76
5.3 Perbedaan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Sebelum dan Sesudah Pada
Kelompok Kontrol……………………………………….……………………....76
5.4 Perbedaan Efektivitas Antara Metode Snow Balling dan Metode Diskusi
Kelompok……………………………………….…………………………..……77
5.5 Perbedaan Efektivitas Antara Kelompok Snow Balling dan Kelompok
Kontrol……………………………………….………….…………………..……78
5.6 Perbedaan Efektivitas Antara Kelompok Diskusi dan Kelompok
Kontrol……………………………………….………….…………………..……79

xv
DAFTAR DIAGRAM

Halaman

5.1 Data Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ................................... ..68


5.2 Data Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Informasi .............. ..69
5.3 Tingkat Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Promosi Kesehatan Dengan
Metode Snow Balling .............................................................................. ..70
5.4 Tingkat Sikap Sebelum dan Sesudah Promosi Kesehatan Dengan Metode
Snow Balling ........................................................................................... ..71
5.5 Tingkat Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Promosi Kesehatan Dengan
Metode Diskusi Kelompok ...................................................................... ..72
5.6 Tingkat Sikap Sebelum dan Sesudah Promosi Kesehatan Dengan Metode
Diskusi Kelompok ................................................................................... ..73
5.7 Tingkat Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Pada Kelompok Kontrol ... ..73
5.8 Tingkat Sikap Sebelum dan Sesudah Pada Kelompok Kontrol ............... ..74

xvi
DAFTAR SINGKATAN

BBLR : Berat Badan Lahir Rendah

BKKBN : Badan Kependudukan Kelurga Berencana Nasional

Dkk : Dan Kawan-Kawan

Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar

SAP : Satuan Acara Penyuluhan

SDKI : Survei Demografi Indonesia

SKRT : Survei Kesehatan Rumah Tangga

SMAN : Sekolah Menengah Atas Negeri

WHO : World Health Organization

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Penjelasan Untuk Mengikuti Penelitian ......................................... 99


Lampiran 2 Lembar Persetujuan Untuk Orang Tua/Wali .................................. 104
Lampiran 3 Pernyataan Persetujuan Untuk Berpartisipasi Dalam Penelitian .... 105
Lampiran 4 Pernyataan Telah Melaksanakan Informed Consent ..................... 106
Lampiran 5 Satuan Acara Penyuluhan............................................................. 107
Lampiran 6 Lembar Kuesioner Penelitian ........................................................ 123
Lampiran 7 Uji Validitas dan Reliabilitas .......................................................... 127
Lampiran 8 Uji Statistik .................................................................................... 130
Lampiran 9 Jadwal Kerja Penelitian ................................................................. 138
Lampiran 10 Surat Keterangan Kelaikan Etik................................................... 139
Lampiran 11 Surat Ijin Penelitian dari SMAN 4 Malang .................................... 140
Lampiran 12 Lembar Konsultasi ...................................................................... 141
Lampiran 13 Curriculum Vitae.......................................................................... 143
Lampiran 14 Biodata dan Tugas Enumerator................................................... 145
Lampiran 15 Dokumentasi ............................................................................... 148

xviii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anemia merupakan defisiensi sel darah merah atau kekurangan

hemoglobin yang mengakibatkan jumlah sel darah merah menurun atau jumlah sel

darah normal namun jumlah hemoglobin sub normal (Sloane, 2003). Menurut World

Health Organization (2014) dalam kebijakan anemia pada Global Nutrition Targets

2025 anemia sebagai indikator kesehatan yang buruk dan gizi buruk, dikatakan

anemia karena suatu kondisi dengan jumlah dan ukuran sel darah merah atau

konsentrasi hemoglobin menurun. Sedangkan fungsi hemoglobin menurut Ganong

(2012) sebagai pemberi pigmen merah pada sel darah merah yang membawa

oksigen dan menurut Pearce (2015) hemoglobin merupakan protein kaya akan zat

besi yang memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen, dengan oksigen itu

membentuk oksihemoglobin di dalam sel darah merah dan melalui fungsi ini maka

oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan. Oleh karena hemoglobin mengandung

besi yang diperlukan untuk bergabung dengan oksigen, maka konsekuensi penderita

anemia dapat memperlihatkan gejala kekurangan oksigen seperti pucat, napas

pendek dan kurang tenaga (Pearce, 2015).

Menurut data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013,

prevalensi anemia di Indonesia yaitu 21.7%, dari jumlah tersebut penderita yang

berumur 15-24 tahun sebesar 18.4 % (Kemenkes RI, 2014). Data Survei Kesehatan

Rumah Tangga (SKRT) tahun 2012 menyatakan bahwa prevalensi anemia pada

1
2

balita sebesar 40.5%, ibu hamil sebesar 57.1 % dan usia 19-45 tahun sebesar

39.5%. Wanita mempunyai risiko terkena anemia paling tinggi terutama pada remaja

putri (Kemenkes RI, 2013). Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)

(2012), prevalensi penyakit anemia sebanyak 75.9% pada remaja putri.

Anemia memiliki dampak yang dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi,

seperti mengalami gangguan urogenital berupa gangguan menstruasi. Jika

mengalami anemia, maka kinerja otak berkurang akibat jumlah oksigen yang

diterima tidak maksimal serta mempengaruhi kerja hipotalamus. Gangguan

hipotalamus akan mengganggu kerja hormon yang dapat merangsang pematangan

kelenjar reproduksi dan pelepasan hormon seksual, sehingga akan mengakibatkan

siklus menstruasi tidak teratur dan mengalami peluang besar terjadinya infertilitas

(Prawirohardjo, 2009). Selain itu, sebagai calon ibu memiliki berbagai risiko

kesehatan reproduksi lainya yaitu pada masa kehamilan yang dapat meningkatkan

frekuensi komplikasi seperti abortus, risiko kematian maternal, angka prematuritas,

BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), dan angka kematian perinatal (Manuaba, 2013).

Anemia dapat menimbulkan daya tahan tubuh menurun dan terjadi infeksi, mudah

lemas dan lapar, konsentrasi belajar terganggu, presetasi belajar menurun sehingga

angka kejadian putus sekolah meningkat serta dapat mengakibatkan produktivitas

kerja yang rendah dan sulit untuk mendapat pekerjaan (Bindra, 2017).

Berdasarkan penelitian oleh Titin Caturiyantiningtiyas (2015) dengan judul

“Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Dengan Kejadian Anemia

Remaja Kelas X Dan XI SMAN 1 Polakarto” menunjukkan hasil bahwa responden

yang memiliki pengetahuan kurang terdapat 48 orang (64.9%) mengalami anemia


3

sedangkan responden yang mempunyai pengetahuan baik terdapat 22 orang

(20.8%) tidak mengalami anemia. Lalu, responden yang mempunyai sikap kurang

terdapat 89 orang (78.8%) mengalami anemia, sedangkan responden yang memiliki

sikap baik terdapat 24 orang (35.8%) tidak mengalami anemia. Namun, berdasarkan

penelitian oleh Poppy Pertiwi (2018) dengan judul “Pengaruh Penyuluhan

Menggunakan Leaflet Dan Video Terhadap Perubahan Pengetahuan Anemia Pada

Remaja Putri Untuk Pencegahan Anemia Di SMKN 3 Kota Padang Tahun 2018”

dari hasil penelitian menunjukkan bahwa skor rata-rata pengetahuan remaja putri

sebelum diberikan penyuluhan anemia pada kelompok leaflet dan video adalah

19.49 dan 19.54, setelah diberikan penyuluhan anemia maka hasil rata-rata

pengetahuan menjadi 27.32 untuk leaflet dan video sebanyak 27.43, sedangkan

studi pendahuluan yang sudah dilakukan kepada siswi kelas XI di SMAN 4 Malang,

dari hasil kuesioner mengenai anemia didapatkan tingkat pengetahuan siswi masih

kurang terutama pada penyebab, faktor risiko, dampak, pengobatan, dan

pencegahan anemia serta dari pernyataan dalam kuesioner belum pernah

mendapatkan promosi kesehatan tentang anemia dengan metode snow balling dan

metode diskusi kelompok.

Sehingga untuk mencegah terjadinya anemia, maka remaja putri perlu

dibekali dengan pengetahuan tentang anemia. salah satunya dengan promosi

kesehatan yang dapat meningkatkan pengetahuan. Metode promosi kesehatan

terdiri dari metode individual (perorangan) seperti bimbingan dan wawancara,

metode kelompok besar terdiri dari ceramah dan seminar, metode kelompok kecil

seperti diskusi kelompok, urah pendapat (Brain Stromin), bola salju (snow balling),
4

kelompok-kelompok kecil (Buzz Group), bermain peran (Role Play), dan Permainan

simulasi (Simulation Game), serta Metode massa. (Notoatmodjo, 2010). Pada

penelitian ini akan menggunakan metode kelompok kecil yaitu metode snow balling,

dikatakan snow balling karena metode ini terinspirasi dari bentuk bola salju dimana

akan terbentuk kelompok-kelompok kecil yang nantinya akan menjadi kelompok

besar, metode ini memiliki kelebihan yaitu meningkatkan rasa percaya diri,

pembelajaran lebih efektif juga efisien, dan aspek kognitif, afektif, serta psikomotorik

dapat tercapai. Metode diskusi kelompok merupakan metode yang dilaksanakan

dalam bentuk diskusi antara pemberi dan penerima informasi, agar semua anggota

kelompok dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi, maka formasi duduk para

peserta diatur dengan saling berhadapan satu sama lain, metode ini membuat

kreatifitas peserta diskusi dalam bentuk ide, gagasan-gagasan dan

mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain.

Oleh karena itu, butuh ditingkatkan pengetahuan anemia sehingga sikap

siswi semakin baik mengenai anemia dan perlu dibandingkan antara metode snow

balling dan diskusi kelompok untuk mengetahui keefektifan antara dua metode

tersebut, maka dari itu judul penelitian yang digunkaan adalah “Perbedaan

Efektivitas Promosi Kesehatan Antara Metode Snow Balling dan Metode Diskusi

Kelompok Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Tentang Anemia Pada

Siswi Kelas XI SMAN 4 Malang.”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, masalah tersebut dapat

dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut “Apakah Terdapat Perbedaan


5

Efektivitas Promosi Kesehatan Antara Metode Snow Balling Dan Metode Diskusi

Kelompok Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Tentang Anemia Pada

Siswi Kelas XI Sman 4 Malang?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui dan menganalisis perbedaan efektivitas promosi kesehatan

antara metode snow balling dan metode diskusi kelompok terhadap peningkatan

pengetahuan dan sikap tentang anemia pada siswi kelas XI SMAN 4 Malang.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui peningkatan pengetahuan dan sikap tentang anemia pada siswi

kelas XI SMAN 4 Malang sebelum dan sesudah diberikan promosi kesehatan

dengan metode snow balling

2. Mengetahui peningkatan pengetahuan dan sikap siswi tentang anemia pada

siswi kelas XI SMAN 4 Malang sebelum dan sesudah diberikan promosi

kesehatan dengan dan metode diskusi kelompok.

3. Menganalisis perbedaan efektivitas promosi kesehatan antara metode snow

balling dan metode diskusi kelompok terhadap peningkatan pengetahuan dan

sikap tentang anemia pada siswi kelas XI SMAN 4 Malang.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademik

Adanya penelitian ini sebagai perkembangan ilmu kesehatan di bidang

promosi kesehatan dengan menggunakan metode snow balling dan metode diskusi
6

kelompok mengenai anemia, serta menambah wawasan keefektivitas metode snow

balling dan metode diskusi kelompok dalam memberikan promosi kesehatan,

sehingga kedepannya akan memudahkan dalam memberikan promosi kesehatan

mengenai hal lain khususnya di bidang kesehatan kepada remaja serta sebagai

rujukan untuk penelitian selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktisi

Diharapkan dapat memberikan informasi dan wawasan serta sebagai

deteksi dini anemia, dalam hal ini siswi dapat mengetahui tentang anemia, jenis

anemia, faktor risiko dan dampak anemia yang mempengaruhi prestasi dan kegiatan

sekolah serta dampak kedepannya sebagai calon ibu, sehingga siswi dapat

menghindari penyebab anemia dan mengetahui upaya pencegahan anemia serta

dapat menurunkan prevalensi anemia pada remaja putri.


7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anemia
2.1.1 Definisi Anemia

Anemia merupakan defisiensi sel darah merah yang dapat disebabkan

karena kehilangan sel darah merah yang terlalu banyak atau pembentukan sel darah

merah yang terlalu lambat (Guyton, 1996). Sedangkan menurut Sloane (2003)

anemia adalah defisiensi sel darah merah atau kekurangan hemoglobin. Hal ini

mengakibatkan penurunan jumlah sel darah merah, atau jumlah sel darah merah

tetap normal tetapi jumlah hemoglobinnya subnormal.

Sel darah merah dibentuk dalam sumsum tulang, terutama tulang pendek,

pipih, dan tak beraturan, dari jaringan kanselus pada ujung tulang pipa, dari sumsum

dalam batang iga-iga, dan dari sternum. Perkembangan sel darah merah dalam

sumsum tulang melalui berbagai tahap, mula-mula besar dan berisi nukleus namum

tidak ada hemoglobin, lalu dimuati hemoglobin dan akhirnya kehilangan nukleus,

kemudian baru diedarkan ke dalam sirkulasi darah. Rata-rata panjang hidup darah

merah 115 hari. Sel menjadi usang dan dihancurkan dalam sistem retikulo-

endotelial, terutama dalam limpa dan hati. Globin dari hemoglobin dipecah menjadi

asam amino untuk digunakan sebagai protein dalam jaringan-jaringan. Zat besi

dalam hem dari hemoglobin dikeluarkan untuk digunakan dalam pembentukan sel

darah merah lagi. Sisa hem dari hemoglobin diubah menjadi bilirubin (pigmen

kuning) dan biliverdin yang berwarna kehijau-hijauan dan dapat dilihat pada

perubahan warna hemoglonin yang rusak pada luka memer. Bila terjadi perdarahan,

7
8

sel merah dengan hemoglobinnya sebagai pembawa oksigen hilang. Pada

perdarahan sedang, sel-sel itu diganti dalam waktu beberapa minggu berikutnya.

Tetapi bila kadar hemoglobin turun sampai 40% atau dibawahnya, diperlukan

transfusi darah (Pearce, 2015).

Menurut Ganong (2012) sel darah merah vertebrata mengandung pigmen

merah yang membawa oksigen yaitu hemoglobin, suatu protein yang mempunyai

berat molekul 64.450. Kandungan hemoglobin normal rata-rata dalam darah adalah

16 g/dL pada laki-laki dan 14 g/dL pada perempuan. Setiap eritrosit atau sel darah

merah mengandung 300 juta molekul hemoglobin, sejenis pigmen pernapasan yang

mengikat oksigen. Volume hemoglobin mencapai sepertiga volume sel. Hemoglobin

adalah molekul yang tersusun dari suatu protein, globin. Globin terdiri dari empat

rantai polipeptida yang melekat pada empat gugus hem yang mengandung zat besi.

Hem berperan dalam pewarnaan darah. Pada hemoglobin orang dewasa (HgA),

rantai polipeptidanya terdiri dari dua rantai alfa dan dua rantai beta yang identik,

masing-masing membawa gugus hemnya. Sedangkan pada hemoglobin janin (HgF)

terdiri dari dua rantai alfa dan dua rantai gamma. HgF memiliki afinitas yang sangat

besar terhadap oksigen dibandingkan dengan HgA. Jika hemoglobin terpajan

oksigen, maka molekul oksigen akan bergabung dengan rantai alfa dan beta untuk

membentuk oksihemoglobin. Oksihemoglobin berwarna merah terang. Jika oksigen

dilepas ke jaringan, maka hemoglobinnya disebut deoksihemoglobin atau

hemoglobin tereduksi. Hemoglobin ini terlihat lebih gelap atau bahkan kebiruan, saat

vena terlihat dari permukaan kulit. Setiap gram HgA membawa 1.3 ml oksigen.

Sekitar 97% oksigen dalam darah yang dibawa dari paru-paru bergabung dengan
9

hemoglobin, sisanya yang 3% larut dalam plasma. Hemoglobin berikatan dengan

karbon dioksida di bagian asam amino pada globin. Karbaminohemoglobin yang

terbentuk hanya memakai 20% karbon dioksida yang terkandung dalam darah, 80%

sisanya dibawa dalam bentuk ion bikarbonat (Sloane, 2003).

2.1.2 Manifestasi Klinis Anemia

Kondisi anemia dengan jumlah hemoglobin dalam darah berkurang. Dalam

beberapa bentuk anemia parah, kadar itu bisa dibawah 30 persen atau 5 g setiap

100 ml. karena hemoglobin mengandung besi yang diperlukan untuk bergabung

dengan oksigen, maka dapat dimengerti pasien dengan anemia memperlihatkan

gejala kekurangan oksigen seperti napas pendek, pucat, dan kurang tenaga

(Pearce, 2015).

Menurut Kurniawan, et al (1998) tanda-tanda anemia meliputi

1. Lesu, Lemah, Letih, Lalai (5L)

2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang

3. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan telapak tangan

menjadi pucat.

Menurut Handayani dan Hariwibowo (2008), gejala anemia dibagi menjadi

tiga golongan yaitu :

1. Gejala Umum Anemia

Sering disebut juga dengan sindrom anemia atau Anemic Syndrome. Gejala ini

timbul pada semua jenis anemia yang memiliki kadar hemoglobin yang sudah

sangat menurun. Gejala ini timbul karena anoksia organ target dan mekanisme
10

kompensansi tubuh terhadap penuruna hemoglobin. Gejala-gejala tersebut

dapat diklasifikasikan menurut organ yang terkena, diantaranya :

1) Sistem Kardiovaskuler : lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak napas

saat beraktivitas, angina pectoris, dan gagal jantung.

2) Sistem Saraf : sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunang-

kunang, kelemahan otot, lesu, serta perasaan dingin pada ekstremitas.

3) Sistem urogenital : gangguan menstruasi dan libido menurun

4) Epitel : warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, serta

rambut menjadi rontok.

2. Gejala Khas Masing-masing Anemia

Gejala khas yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalah sebagai

berikut :

1) Anemia defisiensi besi : disfagia, atrofi papila lidah, stomatitis angularis.

2) Anemia defisiensi asam folat : lidah merah (buffy tongue)

3) Anemia hemolitik : ikterus dan hepatosplenomegali

4) Anemia aplastic : perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda infeksi

3. Gejala penyakit dasar

Gejala ini timbul karena penyakit-penyakit yang mendasari anemia, misalnya

infeksi cacing tambang berat akan menimbulkan gejala seperti pembesaran

parotis dan telapak tangan berwarna kuning seperti jerami.

2.1.3 Faktor Risiko Anemia

Menurut Bindra (2017) ada beberapa kelompok remaja yang memiliki risiko

terjadinya anemia, antara lain :


11

1. Remaja kurang gizi atau malnutrisi

2. Asupan makanan yang rendah dan meningkatnya kebutuhan, karena saat

remaja terjadi percepatan pertumbuhan

3. Remaja dengan penyakit kronis

4. Kehilangan darah saat menstruasi yang berat (>80 mL)

5. Obesitas dan remaja yang kelebihan berat badan (defesiensi zat besi yang

terjadi pada remaja tersebut karena asupan makanan yang rendah dan

peningkatan kebutuhan tubuh meningkat karena penambahan berat badan.

6. Infeksi cacing dan kurangnya personal hygiene

7. Kehamilan remaja

2.1.4 Klasifikasi/Jenis Anemia

Menurut Sherwood (2011) anemia menunjukkan kemampuan darah

mengangkut oksigen dibawah normal dan ditandai oleh hematokrit yang rendah.

Anemia dapat disebabkan oleh penurunan laju eritropoiesis, kehilangan eritrosit

dalam jumlah besar, atau defisiensi kandungan hemoglobin eritrosit. Beberapa

penyebab anemia yang menunjukkan jenis anemia dapat dikelompokkan menjadi

enam kategori :

1. Anemia nutrisional

Disebakan oleh defisiensi dalam makanan suatu faktor yang dibutuhkan untuk

eritropoesis. Pembentukan sel darah merah bergantung pada pasokan adekuat

bahan-bahan dasar esensial, yang sebagian diantaranya tidak disintesis di tubuh

tetapi harus disediakan melalui makanan. Sebagai contoh, anemia defisiensi

besi terjadi jika tidak cukup banyak besi tersedia untuk membentuk hemoglobin.
12

2. Anemia Pernisiosa

Disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh menyerap vitamin B 12 yang masuk

melalui makanan dari saluran cerna. Vitamin B12 penting untuk pembentukan

dan pematangan normal sel darah merah. Vitamin ini banyak terdapat di

berbagai makanan. Masalahnya adalah defisiensi faktor intrinsik, suatu bahan

khusus yang disekresikan oleh lapisan dalam lambung. Vitamin B12 dapat

diserap dari saluran usus hanya jika nutrient ini terikat ke faktor intrinsik. Jika

terjadi defisiensi faktor intrinsik maka vitamin B12 yang dimakan tidak banyak

yang terserap. Gangguan produksi dan pematangan sel darah merah yang

terjadi menyebabkan anemia.

3. Anemia aplastik

Disebabkan oleh kegagalan sumsum tulang menghasikan cukup sel darah

merah, meskipun bahan dibutuhkan untuk eritropoiesis tersedia. Berkurangnya

kemampuan eritropoiesis dapat disebabkan oleh destruksi sumsum tulang

merah oleh bahan kimia toksik (misalnya benzena), pajanan berlebihan terhadap

radiasi (jatuhan dari ledakan bom nuklir, sebagai contoh, atau pajanan

berlebihan ke sinar-X), invasi sumsum tulang oleh sel kanker, atau kemoterapi

untuk kanker. Proses destruktif dapat secara selektif mengurangi produksi

eritrosit sumsum tulang, atau mungkin juga menurunkan kemampuan sumsum

menghasilkan leukosit dan trombosit. Keparahan anemia bergantung pada luas

kerusakan jaringan eritropoietik; kerusakan yang luas dapat mematikan.

4. Anemia ginjal
13

Dapat terjadi akibat penyakit ginjal. Karena eritropoietin dari ginjal adalah

rangsangan utama yang mendorong eritropoiesis, maka kurang adekuatnya

sekresi eritropoietin oleh ginjal yang sakit menyebabkan berkurangnya produksi

sel darah merah.

5. Anemia perdarahan

Disebabkan oleh keluarnya banyak darah. Kehilangan darah dapat bersifat akut,

misalnya karena perdarahn luka, atau kronik, misalnya darah haid yang

berlebihan.

Menurut Kiswari (2014) anemia perdarahan dibagi 2, yaitu :

1) Perdarahan Akut (Anemia Post Hemoraik Akut)

Perdarahan akut adalah anemia yang disebabkan oleh perdarahan masif

(banyak) dan berlangsung cepat. Tanda dan gejala yang dialami dengan

adanya kecepatan perdarahan menentukan berat ringannya gejala yang

timbul, mungkin terjadi pingsan, pandangan gelap, rasa haus, berkeringat,

denyut nadi yang cepat dan lemah, dan pernapasan yang cepat (pada

awalnya dalam, yang kemudian menjadi dangkal). Tekanan darah pada

mulanya sedikit meningkat karena refleks kontriksi arteriola, tetapi kemudian

akan menurun secara bertahap. Jika perdarahan terus berlangsung, tekanan

darah mungkin terus dan dapat terjadi syok yang dapat mengakibatkan

kematian.

2) Perdarahan Kronis (Anemia Post Hemorogik Kronis)

Anemia bersifat kronis yang ditandai oleh eritrosit yang berukuran kecil dan

pucat dan kekurangan cadangan besi. Mekanisme utama karena perdarahan


14

kronis disebabkan oleh defisiensi besi yang merupakan penyebab tersering

dari anemia, sehingga bila terjadi anemia harus selalu diperhatikan

kemungkinan penyebabnya adalah perdarahan kronis, bahkan pada orang

dewasa keadaan ini hampir merupakan satu-satunya kemungkinan

penyebab terjadinya anemia. Pada pria penyebab yang tersering adalah

perdarahan yang hilang biasanya dari saluran pencernaan, sedangkan pada

wanita darah yang hilang akibat menstruasi merupakan penyebab tersering,

tetapi perdarahan dari tempat lain juga harus dipertimbangkan. Walaupun

saat kehamilan tidak terjadi anemia, maka perlu diketahui bahwa suplemen

Fe harus tetap diperlukan selama kehamilan karena adanya kehilangan Fe

ke dalam janin yang sedang tumbuh.

6. Anemia hemolitik

Disebabkan oleh pecahnya eritrosit dalam darah yang berlebihan. Hemolisis

atau ruptur sel darah merah, terjadi karena sel yang sebenarnya normal dipicu

untuk pecah faktor eksternal, seperti pada invasi sel darah merah oleh parasit

malaria, atau karena sel tersebut memang cacat, seperti pada penyakit sel sabit.

Penyakit sel sabit adalah contoh paling dikenal diantara berbagai kelainan

herediter eritrosit yang menyebabkan sel-sel ini sangat rapuh.

2.1.5 Dampak Anemia

Menurut Bindra (2017) ada beberapa efek samping terjadinya anemia,

antara lain :

1. Pertumbuhan terhambat
15

2. Kinerja di sekolah menurun, gangguan konsentrasi, kehilangan memori,

sehingga meningkatkan angka putus sekolah

3. Imunitas berkurang dan kejadian infeksi meningkat

4. Keterlambatan menarche dan menstruasi akan menjadi tidak teratur

5. Jika remaja putri hamil, kemungkinan akan terjadi pembatasan pertumbuhan

intrauterin, berat badan lahir rendah, meningkatnya morbiditas dan mortilitas ibu

juga anaknya.

Menurut Manuaba (2013), jika remaja putri menderita anemia yang

nantinya akan hamil maka terdapat bahaya pada kehamilannya, antara lain :

1. Pengaruh anemia terhadap ibu

1) Bahaya selama kehamilan

a. Terjadi abortus

b. Persalinan prematur

c. Hambatan tumbuh kembang

d. Mudah terjadi infeksi

e. Mola hidatidosa

f. Hiperemesis gravidarum

g. Perdarahan anterpartum

h. Ketuban pecah dini

2) Bahaya saat persalinan

a. Gangguan his- kekuatan mengejan

b. Kala pertama dapat berlangsung lama


16

c. Kala tiga dapat diikuti retensio plasenta dan perdarahan postpartum

akibat atonia uteri

d. Kala empat dapat terjadi perdarahan postpartum akibat atonia uteri

3) Bahaya saat nifas

a. Terjadi subinvolusi uteri yang menimbulkan perdarahan postpartum

b. Memudahkan infeksi puerperium

c. Produksi ASI berkurang

d. Anemia kala nifas

e. Mudah terjadi infeksi mammae

2. Bahaya terhadap janin

Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai nutrisi dari ibunya,

dengan adanya anemia kemampuan metabolisme tubuh akan berkurang

sehingga pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim akan terganggu.

Akibat anemia akan menyebaban janin, sebagai berikut :

1) Abortus

2) Kematian intrauteri

3) Prematur

4) Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

5) Kelainan dengan anemia

6) Dapat terjadi cacat bawaan

2.1.6 Pengobatan Anemia

Menurut Handayani dan Haribowo (2008). Pada setiap kasus anemia perlu

diperhatikan prinsip-prinsip berikut ini :


17

1. Terapi spesifik sebaiknya diberikan setelah diagnosis ditegakkan

2. Terapi diberikan atas indikasi yang jelas, rasional, dan efisien

Jenis-jenis terapi yang diberikan adalah

1. Terapi gawat darurat

Pada kasus anemia dengan payah jantung diberikan langsung dengan transfusi

sel darah merah yang dimampatkan (PRC) untuk mencegah perburukan payah

jantung tersebut.

2. Terapi khas untuk masing-masing anemia

Terapi ini bergantung pada jenis anemia yang dijumpai, misalnya preparat besi

untuk anemia defisiensi besi

3. Terapi kausal

Merupakan terapi untuk mengobati penyakit dasar yang menjadi penyebab

anemia. Misalnya anemia defisiensi besi yang disebabkan oleh infeksi cacing

tambang harus diberikan obat anti cacing tambang

2.1.7 Pencegaham Anemia

Menurut Tarwoto, et al (2010) upaya-upaya untuk mencegah anemia,

antara lain :

1. Makan makanan yang mengandung zat besi dari bahan hewani (daging, ikan,

ayam, hati, dan telur) dan dari bahan nabati (sayuran yang berwarna hijau tua,

kacang-kacangan, dan tempe)

2. Banyak mengkonsumsi sumber vitamin c yang bermanfaat untuk meningkatkan

penyerapan zat besi.


18

3. Minum 1 tablet penambah darah setiap hari, khususnya saat mengalami

menstruasi

4. Bila merasakan ada tanda dan gejala anemia, segera konsultasikan ke dokter

untuk dicari penyebabnya dan diberikan pengobatan

5. Untuk meningkatkan absorbs besi, sebaiknya suplementasi besi tidak diberikan

bersama susu, kopi, dan teh.

6. Memberikan promosi kesehatan tentang pola makan sehat. Adanya makanan

siap saji (fast food) dapat mempengaruhi pola makan remaja. Makanan siap saji

umumnya rendah zat besi, kalsium, riboflavin, vitamin A, dan asam folat.

Makanan siap saji mengandung lemak jenuh, kolesterol dan natrium yang tinggi.

2.2 Remaja

2.2.1 Definisi Remaja

Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun,

menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2014,

remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-

24 tahun dan belum menikah (Kemenkes RI, 2015)

Remaja adalah periode peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa,

yang ditandai dengan matangnya organ-organ seksual yang disebut dengan

pubertas sampai tercapainya pertumbuhan fisik dan mental yang maksimal sejak

usia 12-21 tahun (Prawirohardjo, 2009).

2.2.2 Tahap Perkembangan Remaja


19

Menurut Prawirohardjo ( 2009) ada 3 tahap perkembangan remaja dalam

proses penyesuaian diri menuju dewasa :

1. Remaja Awal (Early Adolescene)

Remaja dengan rentang usia 10-12 tahun yang masih heran dengan perubahan-

perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Remaja awal mengembangkan pikiran-

pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara

erotis.

2. Remaja Tengah (Middle Adolescene)

Tahap ini berusia 13-15 tahun. Ada kecenderungan “narastik”, yaitu mencintai

diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang

sama dengan dirinya. Remaja tengah masih kebingungan terhadap pilihan

seperti peka atau tidak peduli, optimis atau pesimis, idealis atau materialis, dan

sebagainya.

3. Remaja Akhir (Late Adolescene)

Tahap ini usia 16-19 tahun adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan

ditandai dengan pencapaian lima hal dibawah ini :

1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek

2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dalam

pengalaman-pengalaman baru

3) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi

4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti

dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain


20

5) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan

masyarakat umum (the public).

2.2.3 Proses Masa Remaja

Menurut Huda, 2013 (dalam Desmita, 2009) masa remaja merupakan

masa yang memiliki keunikan tersendiri. Keunikan tersebut bersumber dari

kedudukan masa remaja sebagai periode transisi antara masa kanak-kanak dan

masa dewasa. Proses masa remaja dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Perubahan fisik

Ini terjadi pada awal masa remaja atau masa pubertas, yaitu sekitar umur 11-15

tahun pada wanita dan 12-16 tahun pada pria (dalam Hurlock,1993). Dalam hal

kecepatan pertumbuhan, terutama Nampak jelas dalam usia 12-14 tahun,

remaja putri bertumbuh demikian cepat meninggalkan pertumbuhan remaja

putra. Kematangan kelenjar seks pada usia 11/12 tahun-14/15 tahun biasanya

pertumbuhan itu lebih cepat pada remaja putri dibandingan dengan remaja putra.

2. Perubahan emosionalitas

Terjadinya perubahan dalam aspek emosionalitas pada remaja salah satunya

terjadi sebagai akibat perubahan fisik dan hormonal. Pada remaja usia 15-18

tahun, pemberontakan remaja merupakan ekspresi dan perubahan yang

universal dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Sejumlah penelitian tentang

emosi remaja menunjukkan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung

pada faktor kematangan dan faktor belajar. Kematangan dan belajar terjalin erat

satu sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi.

3. Perubahan kognitif
21

Perubahan kognitif yaitu perubahan dalam kemampuan berfikir. Pada masa ini

remaja sudah melihat kedepan, ke hal-hal yang mungkin termasuk mengerti

keterbatasannya dalam memahami realita, remaja mampu berfikir abstrak,

kemampuannya ini berdampak dan dapat diaplikasikan dalam proses penalaran

yang berfikir logis.

4. Implikasi psikososial

Pada masa ini semua perubahan yang terjadi membuat fokus utama dari

perhatian remaja adalah dirinya sendiri. Perubahan secara fisik dan kognitif

tersebut ternyata berpengaruh terhadap perubahan dalam perkembangan

psikososial mereka. Remaja pada masa ini mulai memiliki suatu perasaan

tentang identitasnya sendiri, suatu perasaan bahwa ia adalah manusia unik,

mulai menyadari sifat-sifat yang melekat pada dirinya.

2.3 Pengetahuan

2.3.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan (Knowledge) merupakan hasil penginderaan manusia atau

hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya seperti mata,

hidung, telinga, dan sebagainya (Notoatmodjo, S. 2010).

Sedangkan menurut Sunaryo (2004) pengetahuan adalah hasil dari tahu

yang terjadi melalui proses sensoris, khususnya mata dan telinga terhadap objek

tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

perilaku terbuka (overt behavior).

2.3.2 Tingkat Pengetahuan


22

Menurut Notoadmojo, S. (2010) pengetahuan memiliki beberapa tingkatan,

secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada

sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau mengukur

seseorang tahu sesuatu dapat menggunakan beberapa pertanyaan.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut dan tidak

sekedar dapat menyebutkan tetapi seseorang harus dapat menginterpretasikan

secara benar tentang objek tersebut.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud

dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada

situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau memisahkan,

kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen dalam suatu masalah

atau objek yang diketahui. Analisis ini seseorang dapat membedakan,

memisahkan, mengelompokkan, atau membuat diagram.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau

meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen

pengetahuan yang dimiliki.


23

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian

terhadap suatu objek tertentu, penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.

2.3.3 Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Riyanto dan Budiman (2013), faktor yang mempengaruhi

pengetahuan yaitu:

1. Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan di dalam dan di luar sekolah (baik formal maupun non formal) yang

berlangsung seumur hidup. Pendidikan juga merupakan suatu usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pengetahuan

sangat erat kaitannya dengan pendidikan, diharapkan seseorang dengan

pendidikan tinggi maka akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun, perlu

ditekankan bahwa seseorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak

berpengetahuan rendah pula.

2. Informasi/media massa

Informasi didefinisikan sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan,

menyimpan, menganalisis, dan menyebarkan informasi dengan kebutuhuan

tertentu. Berkembangnya teknologi akan menyediakan berbagai macam media

massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi

baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai macam bentuk media massa seperti
24

televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar

terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang.

3. Sosial, budaya, dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran

apakah yang dilakukan baik atau buruk, dengan demikian seseorang akan

bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi untuk

kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi

pengetahuan seseorang.

4. Ligkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan

fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses

masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan

tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang

akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

5. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang

diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

6. Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah

usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga

pengetahuan yang diperoleh semakin baik.

2.3.4 Cara Pengukuran Pengetahuan


25

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau diukur dapat

disesuaikan dengan tingkatan-tingkatannya.

Adapun rumus yang digunakan adalah :

𝑆𝑝
𝑁= 𝑋100%
𝑆𝑚

Keterangan :
N : Nilai yang didapat
Sp : Skor yang didapat
Sm : Skor maksimal

Menurut Arikunto, 2013 (dalam Riyanto dan Budiman, 2013) mengemukakan

bahwa kualitas pengetahuan pada masing-masing tingkat pengetahuan dapat

dilakukan dengan nilai yaitu :

1. Tingkat pengetahuan kategori baik jika nilainya ≥ 75%

2. Tingkat pengetahuan kategori cukup jika nilainya 56-74%

3. Tingkat pengetahuan kategori kurang jika nilainya ≤ 55%

2.4 Sikap

2.4.1 Definisi Sikap

Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap suatu

stimulasi atau obejk. Sikap juga merupakan evaluasi atau reaksi perasaan

mendukung atau memihak (Favorable) maupun perasaan tidak memihak

(unfovarable) pada objek tertentu. Beberapa faktor yang mempengaruhi sikap dapat
26

meliputi pengalaman pribadi, kebudayaan, media massa, institusi atau lembaga

agama, serta faktor emosional dalam masing-masing individu (Azwar, 2011).

Menurut Notoatmodjo (2007) sikap adalah kesediaan untuk bertindak yang

bukan merupakan pelaksanaan dari motif tertentu. Sikap belum menjadi suatu

tindakan atau aktivitas akan tetapi sikap lebih ditekankan pada predisposisi tindak

suatu perilaku, masih merupakan reaksi tertutup, bukan reaksi terbuka atau tingkah

laku yang terbuka, dan merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek-objek di

lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

2.4.2 Tingkatan Sikap

Menurut Notoatmodjo (2007), sikap dibagi kedalam beberapa tingkatan

yaitu :

1. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan (objek).

2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap karena dengan satu usaha untuk

menjawab suatu pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan itu benar

atau salah, berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah

adalah suatu indikasi bersikap

4. Bertanggung jawab (Responsible)


27

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

2.4.3 Struktur Sikap

Menurut Azwar (2011) menjelaskan bahwa sikap terdiri atas tiga komponen

yang saling menunjang yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen

perilaku.

1. Komponen kognitif

Komponen kognitif adalah aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang

diketahui, presentasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap. Komponen

ini terdiri dari persepsi, kepercayaan, dan serrotipe.

2. Komponen afektif

Komponen ini merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan

menyangkut masalah emosi. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar

paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling

bertahan terhadap pengaruh yang mungkin akan merubah sikap seseorang.

3. Komponen perilaku

Komponen ini menunjukan bagaimana perilaku dan kecenderungan berprilaku

yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.

Komponen perilaku berisi tendensi dan kecenderungan atau bertindak atau

untuk bereaksi sesuai dengan cara tertentu.

2.4.4 Pembentukan Sikap

Menurut Wawan dan Dewi (2011) beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi pembentukan sikap diantaranya adalah :


28

1. Pengalaman pribadi

Apa yang telah dialami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan

terhadap stimulus sosial

2. Kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar

terhadap pembentukan sikap.

3. Media massa

Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokok media massa membawa

pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang

4. Lembaga pendidikan dan agama

Lembaga pendidikan dan agama serta sebagai suatu sistem mempunyai

pengaruh dalam pembentukan sikap karena keduanya meletakkan dasar dan

konsep moral dalam diri individu.

2.4.5 Penilaian Sikap

Menurut Wawan dan Dewi (2011), sikap dapat bersifat positif dan negatif.

Penilaian sikap dapat dibedakan menjadi :

1. Sikap positif

Sikap positif memiliki kecenderungan tindakan seperti mendekati, menyenangi,

mengharapkan objek tertentu.

2. Sikap negatif

Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci

tidak menyukai objek tertentu.

2.4.6 Pengukuran Sikap


29

Menurut Azwar (2011) pengukuran sikap dapat dilakukan dengan lima

cara, yaitu :

1. Observasi langsung

Pengukuran sikap dengan observasi perilaku dilakukan dengan mengamati

perilaku yang dilakukan oleh seseorang dan biasanya dilakukan secara

berulang.

2. Penanyaan langsung

Sikap seseorang dapat diketahui dengan menanyakan langsung pada yang

bersangkutan. Asumsi yang mendasari metode penanyaan langsung guna

mengungkap sikap pertama adalah asumsi bahwa individu merupakan orang

yang paling tahu mengenai dirinya sendiri. Asumsi kedua adalah

keterusterangan, bahwa manusia akan mengemukakan secara terbuka apa yang

dirasakannya. Oleh karena itu, dalam metode ini jawaban yang diberikan oleh

mereka yang ditanyai dijadikan indikator sikap mereka. Cara pengungkapan

sikap dengan penanyaan langsung memiliki keterbatasan dan kelemahan yang

mendasar. Metode ini akan menghasilkan ukuran yang valid apabila situasi dan

kondisinya memungkinkan kebebasan berpendapat tanpa tekanan piskologis

maupun fisik.

3. Pengungkapan langsung

Pengungkapan langsung secara tertulis dapat dilakukan dengan dua macam

cara, yaitu :

1) Pengungkapan langsung dengan item tunggal


30

Pada metode ini responden diminta menjawab langsung suatu pernyataan

sikap tertulis dengan memberi tanda setuju atau tidak setuju. Penyajian dan

pemberian respondennya yang dilakukan secara tertulis memungkinkan

individu untuk menanyakan sikap secara lebih jujur bila ia tidak perlu menulis

nama atau identitas.

2) Pengungkapan langsung dengan item ganda

Pengungkapan langsung dengan item ganda adalah teknik deferensi

semantik yang dirancang untuk mengungkapkan efek atau perasaan yang

berkaitan dengan suatu objek sikap.

4. Skala sikap

Metode pengungkapan sikap dalam bentuk self report yang hingga kini

dianggap sebagai paling cepat diandalkan adalah dengan menggunakan daftar

pertanyaan yang harus dijawab oleh individu yang disebut sebagai skala sikap.

Sifat dari skala sikap adalah isi pertanyaannya yang berupa pertanyaan

langsung yang jelas tujuan ukurannya akan tetapi dapat pula pertanyaan tidak

langsung yang tampak kurang jelas tujuan akhirnya bagi responden. Respon

individu terhadap stimulus (pertanyaan) sikap berupa pertanyaan setuju atau

tidak setuju menjadi indikator sikap seseorang.

Menurut Wawan dan Dewi (2011) dalam memberikan beberapa acuan untuk

pengukuran sikap yaitu :

1. Penilaian afeksi yang positif negatif

Sikap merupakan tingkatan afeksi yang positif atau negatif yang dihubungkan

dengan objek (thrustone), dinyatakan dengan angka 1 sampai 5 atau 1 sampai


31

7. Angka 1 menunjukkan sikap sangat negatif dan angka 5 menunjukkan sikap

sangat positif.

2. Skala Lickert

Sikap merupakan penilaian dan atau pendapat individu terhadap objek (lickert).

Lickert membuat skala yang disebut skala lickert misalnya menggunakan angka

1 sampai 5 dimana angka 5 menggunakan sikap sangat positif, 4 positif, 3 netral,

2 negatif dan angka 1 untuk sikap sangat negatif.

3. Sistematika differensial

Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, tersusun dalam satu garis

kontinum yang jawaban sangat positifnya terletak di bagian kiri garis atau

sebaliknya. Digunakan angka 1 sampai 5, 1 untuk sikap sangat negatif dan 5

untuk sikap yang sangat positif.

4. Pengukuran terselubung

Metode pengukuran terselubung (conver measure) sebenarnya berorientasi

kembali ke metode observasi perilaku yang telah dikemukakan diatas, akan

tetapi sebagai objek pengamatan, bukan lagi perilaku tampak yang disadari atau

sengaja dilakukan oleh seseorang, melainkan reaksi-reaksi fisiologis yang terjadi

lebih diluar kendali yang bersangkutan. Dalam metode ini, sikap seseorang

dapat dicerminkan dari pengamatan terhadap reaksi wajah, nada suara, dan

gerak tubuh serta beberapa aspek perilakunya.

2.5 Promosi Kesehatan

2.5.1 Definisi Promosi Kesehatan


32

Promosi kesehatan merupakan kombinasi upaya-upaya pendidikan,

kebijakan (politik), peraturan, dan organisasi untuk mendukung kegiatan-kegiatan

dan kondisi-kondisi hidup yang menguntungkan kesehatan individu, kelompok, atau

komunitas (Green dan Kreuteur, 2005 dalam Susilowati, 2016).

Menurut Ottawa Charter, 1986 (dalam Maulana, 2009) promosi kesehatan

adalah proses pemberdayaan atau memandirikan masyarakat agar dapat

memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia merumuskan pengertian

promosi kesehatan yaitu upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam

mengendalikan faktor-faktor kesehatan melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan

bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta

mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya

setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.” Hal

tersebut tertuang dalam keputusan menteri kesehatan No.

1114/Menkes/SK/VIII/2005.

2.5.2 Tujuan Promosi Kesehatan

Menurut Susilowati (2016) berdasarkan beberapa pandangan pengertian

tersebut, maka tujuan dari penerapan promosi kesehatan pada dasarnya merupakan

visi promosi kesehatan itu sendiri, yaitu menciptakan atau membuat masyarakat

yang :

1. Mau (willingness) memelihara dan meningkatkan kesehatannya

2. Mampu (ability) memelihara dan meningkatkan kesehatannya


33

3. Memelihara kesehatan, berarti mau dan mampu mencegah penyakit,

4. Melindungi diri dari gangguan-gangguan kesehatan

5. Meningkatkan kesehatan, berarti mau dan mampu meningkatkan kesehatannya.

Kesehatan perlu ditingkatkan karena derajat kesehatan baik individu, kelompok

atau masyarakat itu bersifat dinamis tidak statis.

Adapun tujuan menurut WHO dibagi menjadi tujuan umum dan khusus, yaitu :

1. Tujuan umum

Mengubah perilaku individu/masyarakat di bidang kesehatan

2. Tujuan khusus

1) Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai bagi masyarakat.

2) Menolong individu agar mampu secara mandiri/berkelompok mengadakan

kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat

3) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan

kesehatan yang ada.

2.5.3 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan

Ruang lingkup sasaran promosi kesehatan adalah keempat determinan

kesehatan dan kesejahteraan seperti terlihat dalam model klasik dari Bloom

(Forcefield Paradigm of Health and Wellbeing), yaitu :

1. Lingkungan,

2. Perilaku,

3. Pelayanan kesehatan, dan

4. Faktor genetic (atau diperluas menjadi faktor kependudukan).


34

Gambar 2.1 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan

Pada paradigma ini diungkapkan pula bahwa antara keempat faktor terjadi

saling mempengaruhi. Perilaku mempengaruhi lingkungan dan lingkungan

mempengaruhi perilaku. Faktor pelayanan kesehatan, akan berperan dalam

meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat bila pelayanan yang

tersedia digunakan (perilaku) oleh masyarakat. Faktor genetik yang tidak

menguntungkan akan berkurang risikonya bila seseorang berada dalam lingkungan

yang sehat dan berperilaku sehat. Dengan demikian, perilaku memainkan peran

yang penting bagi kesehatan.

Ruang lingkup dalam promosi kesehatan tidak dibatasi oleh ruang dan

waktu, sehingga dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu :

1. Ruang lingkup berdasarkan area masalah


35

Mencangkup berbagai dari kesehatan dan penyakit seperti kesehatan ibu,

kesehatan anak, penyakit infeksi dan penyakit infeksi menular, penyakit tidak

menular, kecelakaan dan bencana, kesehatan manula. Pada saat ini, model

kesehatan yang baru yaitu social model of health. Pada model sosial, masalah

kesehatan dilihat lebih pada penyebabnya, bukan semata-mata dengan

mengobati penyakit yang merupakan akibat dari masalah kesehatan

2. Ruang lingkup berdasarkan tingkat pencegahan

Di dalam upaya kesehatan, dikenal 5 tingkat pencegahan dari Leavell and Clark

(1967):

1) Pencegahan primer, yang terditi dari :

a. Peningkatan derajat kesehatan (health promotion)

b. Perlindungan khusus (specific protection)

2) Pencegahan sekunder

a. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt

treatment)

b. Pembatasan cacat (disability limitation)

3) Pencegahan tersier : rehabilitasi

3. Ruang lingkup berdasarkan pelayanan kesehatan dasar

WHO menggarisbawahi seperangkat kegiatan minimial yang harus dilaksanakan

dalam pelayanan kesehatan dasar, kegiatan-kegiatan itu ialah :

1) Pendidikan kesehatan masyarakat untuk mengenal masalah-masalah

kesehatan serta cara-cara untuk mencegah dan menanggulangi

2) Peningkatan ketersediaan pangan dan nutrisi


36

3) Penyediaan air bersih dan kebutuhan sanitasi dasar

4) Pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana

5) Imunisasi

6) Pencegahan dan penanggulangan penyakit endemik lokal

7) Pengobatan yang memadai untuk penyakit-penyakit umum dan kecelakaan

8) Penyediaan obat yang essensial

4. Ruang lingkup berdasarkan aktivitas

Diperluasnya peran pendidikan kesehatan mejadi promosi kesehatan oleh WHO

menggambarkan juga luasnya ruang lingkup aktivitas promosi kesehatan.

Ottawa charter mengemukakan 5 pilar utama atau cara untuk mempromosikan

kesehatan yaitu :

1) Build Health Public Policy (Buat kebijakan public yang sehat)

2) Create Supportive Environment (Ciptakan lingkungan yang mendukung)

3) Strengthen Community Action (Perkuat kegiatan masyarakat)

4) Develop Personal Skills (Kembangkan/tumbuhkan keterampilan pribadi)

5) Reorient Health Services (Orientasi Ulang Pelayanan Kesehatan)

5. Ruang Lingkup Berdasarkan Perilaku Kesehatan

1) Pengetahuan Kesehatan

Pengetahuan tentang kesehatan mencangkup apa yang diketahui oleh

seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan seperti pengetahuan

tentang penyakit menular, pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait dan

atau mempengaruhi kesehatan, pengetahuan tentang fasilitas pelayanan

kesehatan, dan pengetahuan untuk menghindari kecelakaan.


37

2) Sikap terhadap kesehatan

Sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian sesorang

terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan.

3) Praktik kesehatan

Praktik kesehatan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau aktivitas

orang dalam rangka memelihara kesehatan..

2.5.4 Metode Promosi Kesehatan

Metode (method), secara harfiah berarti cara. Selain itu metode atau

metodik berasal dari Bahasa Greeka, metha, (melalui atau melewati), dan hodos

(jalan atau cara), jadi metode bisa berarti adalah “jalan atau cara yang harus dilalui

untuk mencapai tujuan tertentu”. Metode adalah cara teratur/sistematis yang

digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai tujuan sesuai dengan

yang dikehendaki.

Menurut Notoatmodjo (2012), promosi kesehatan juga merupakan suatu

kegiatan yang mempunyai masukan, proses, dan keluaran. Kegiatan prmosi ini guna

mencapai tujuan yakni perubahan sikap yang dipengaruhi oleh banyak faktor.

Seperti dari faktor metode, materi, petugas atau promotor yang melakukan, serta

alat bantu atau alat peraga yang dipakai. Agar mencapai sautu hasil yang optimal,

maka faktor-faktor tersebut harus saling melengkapi. Metode promosi kesehatan

antara lain :

1. Metode Individual (Perorangan)

Metode ini digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang

yang telah mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar
38

digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai

masalah atau alasan yang berbeda-beda, sehubungan dengan penerimaan atau

perilaku baru tersebut. Beberapa bentuk pendekatan antara lain :

1) Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and Counseling)

Dengan cara ini kontak antara klien dan petugas lebih intensif. Setiap

masalah yang dihadapi oleh klien dapat diketahui dan dibantu

penyelesaiannya, sehingga klien akan menerima perilaku tersebut dan terjadi

perubahan perilaku.

2) Wawancara (Interview)

Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk mengetahui

apakah klien memiliki kesadaran dan pengertian yang kuat tentang informasi

yang diberikan, juga untuk menggali informasi mengapa klien tidak atau

belum menerima perubahan dan apakah tertarik atau tidak terhadap

perubahan yang disampaikan. Jika belum berubah, maka dibutuhkan kembali

penyuluhan yang lebih mendalam.

2. Metode Kelompok

Dalam memilih metode kelompok, harus mengingat besarnya kelompok sasaran

serta tingkat Pendidikan formal dari sasaran. Metode kelompok antara lain:

1) Kelompok besar (peserta lebih dari 15 orang)

a. Ceramah

Metode ini baik untuk sasaran pendidikan tinggi maupun rendah.

Merupakan metode dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan

secara lisan. Metode ini mudah dilaksanakan tetapi akan menjadi


39

membosankan jika terlalu lama. Ceramah akan berhasil jika penceramah

itu sendiri menguasai materi yang akan diceramahkan, sehingga

penceramah perlu mempersiapkan materi dengan sistematika yang baik

serta mempersiapkan alat bantu seperti makalah singkat, slide,

transparan, sound system, dan sebagainya.

b. Seminar

Metode ini hanya cocok untuk pendidikan formal menengah ke atas.

Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari seorang ahli atau

beberapa orang ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan

dianggap hangat di masyarakat.

2) Kelompok kecil (peserta kurang dari 15 orang)

a. Diskusi kelompok

Metode ini mendorong seseorang berpikir kritis mengekspresikan

pendapatnya secara bebas, menyumbangkan pikirannya untuk

memecahkan masalah bersama, mengambil satu alternatif jawaban atau

beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan

pertimbangan yang seksama. Maka formasi duduk para peserta diatur

dengan saling berhadapan satu sama lain dan pemimpin diskusi duduk

diantara peserta diskusi. Pemimpin diskusi mengawali diskusi dengan

memberikan pancingan-pancingan berupa pertanyaan-pertanyaan atau

kasus sehubungan dengan topik yang dibahas. Pemimpin diskusi harus

mengarahkan dan mengatur agar diskusi dapat berjalan dengan lancar

dan tertib.
40

b. Curah Pendapat (Brain Storming)

Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Bedanya

pada permulaan, pemimpin kelompok memancing dengan satu masalah

dan kemudian tiap peserta memberikan jawaban atau tanggapan (curah

pendapat). Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya, tidak

boleh dikomentari oleh siapa pun. Baru setelah semua anggota

dikeluarkan pendapatnya, tiap anggota mengomentari dan akhirnya terjadi

diskusi.

c. Bola Salju (Snow Balling)

Metode dimana kesepakatan akan didapat dari pemecahan menjadi

kelompok yang lebih keil, kemudian bergabung dengan kelompok yang

lebih besar. Kelompok dibagi dalam pasang-pasangan (1 pasang 2 orang)

dan kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah. Setelah lebih 5

menit maka setiap 2 pasangan bergabung menjadi satu dan

mendiskusikan masalah tersebut dan mencari kesimpulannya. Kemudian

2 pasangan tersebut bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan

demikian seterusnya sehingga akhirnya akan terjadi diskusi seluruh

anggota kelompok.

d. Kelompok-kelompok kecil (Buzz Group)

Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil yang kemudian diberi

suatu permasalahan yang sama atau tidak sama dengan kelompok lain,

masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut, selanjutnya

hasil dan tiap kelompok didiskusikan kembali dan dicari kesimpulannya.


41

e. Bermain peran (Role Play)

Metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peran

tertentu untuk memainkan peran.

f. Permainan Simulasi (Simulation Game)

Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan diskusi

kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk

permainan seperi permainan monopoli.

3. Metode Massa

Metode massa digunakan untuk mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan

yang ditujukan kepada masyarakat. Sasaran promosi ini bersifat umum, tidak

membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi,

tingkat pendidikan, dan sebagainya. Beberapa contoh metode massa :

1) Ceramah Umum (Public Speaking)

Metode ini dilakukan pada acara-acara tertentu, misalnya Hari Kesehatan

Nasional.

a. Pidato-pidato/diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik, baik TV

maupun radio.

b. Simulasi

Dialog antara klien dan tenaga kesehatan tentang suatu penyakit atau

masalah kesehatan.

c. Tulisan tulisan di majalah atau koran

d. Bill Board
42

Metode yang menggunakan media berupa spanduk, poster yang dipasang

di pinggir jalan.

2.6 Konsep Metode Snow Balling

2.6.1 Identifikasi Metode Snow Balling

Dinamakan snow balling dikarenakan dalam pembelajaran siswa

melakukan tugas individu kemudian berpasangan. Dari pasangan tersebut kemudian

mencari pasangan lain sehingga lama anggota kelompok semakin besar bagai bola

salju yang menggelinding. Model pembelajaran yang digunakan untuk mendapat

jawaban yang dihasilkan dari diskusi siswa secara bertingkat, dimulai dari kelompok

kecil kemudian dilanjutkan dengan kelompok yang lebih besar sehingga pada

akhirnya akan memunculkan dua atau tiga jawaban yang telah disepakati oleh siswa

secara berkelompok. Selanjutnya masing-masing kelompok menyampaikan hasil

diskusinya didepan kelas. Lalu penyaji akan membandingkan hasil dari masing-

masing kelompok kemudian memberikan ulasan-ulasan yang dianggap perlu

(Nurhayati, 2012).

2.6.2 Kelebihan dan Kekurangan Metode Snow Balling

Menurut Januardana et al (2008) metode snow balling memiliki kelebihan

dan kelemahan, sebagai berikut :

1. Kelebihan metode snow balling

1) Mampu meningkatkan rasa percaya diri pada peserta didik untuk

menyampaikan pendapat atau pun hasil diskusi di depan teman-temannya


43

2) Peserta bertanggung jawab untuk mendiskusikan pertanyaan atau kasus

yang diberikan

3) Pembelajaran lebih efektif dan efisien

4) Pembelajaran akan lebih menyenangkan dan tidak membosankan

5) Aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dapat tercapai

6) Dapat menjalin hubungan sosial antar individu siswa sehingga menimbulkan

harga diri, toleransi, demokrasi, berpikir kritis, dan sistematis

2. Kekurangan metode snow balling

1) Situasi pembelajaran menjadi lebih gaduh, karena kurang kondusif dalam

pengaturan kelas

2) Peserta yang tidak mampu mengandalkan kemampuan yang dimiliki oleh

dirinya sendiri

3) Waktu yang diberikan untuk menerapkan metode ini cukup lama

2.7 Konsep Metode Diskusi Kelompok

2.7.1 Identifikasi Metode Diskusi Kelompok

Metode yang dilaksanakan dalam bentuk diskusi antara pemberi dan

penerima informasi, biasanya untuk mengatasi masalah. Metode ini mendorong

seseorang berpikir kritis mengekspresikan pendapatnya secara bebas,

menyumbangkan pikirannya untuk memecahkan masalah bersama, mengambil satu

alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah

berdasarkan pertimbangan yang seksama.


44

Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas

berpartisipasi dalam diskusi, maka formasi duduk para peserta diatur dengan saling

berhadapan satu sama lain, misalnya bentuk lingkaran atau segi empat dan

pemimpin diskusi duduk diantara peserta diskusi. Pemimpin diskusi mengawali

diskusi dengan memberikan pancingan-pancingan berupa pertanyaan-pertanyaan

atau kasus sehubungan dengan topik yang dibahas. Pemimpin diskusi harus

mengarahkan dan mengatur agar terjadi diskusi yang hidup dan setiap peserta

diskusi diberi kesempatan untuk berbicara, sehingga tidak menimbulkan dominasi

dari salah seorang peserta.

2.7.2 Kelebihan dan Kelemahan Metode Diskusi Kelompok

Menurut Usman (2005) kelebihan dari metode kelompok, sebagai berikut :

1. Suasana kelas lebih hidup, sebab siswa mengarahkan perhatian atau pikirannya

kepada masalah yang sedang didiskusikan

2. Kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami siswa, karena mereka mengikuti

proses berpikir sebelum sampai kepada suatu kesimpulan.

3. Merangsang kreatifitas anak didik dalam bentuk ide, gagasan-gagasan dan

terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah

4. Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain, memperluas wawasan

Menurut Susilowati (2016), kelemahan metode diskusi kelompok yaitu :

1. Tidak dapat dipakai dalam kelompok besar

2. Perserta diskusi mendapat informasi yang terbatas

3. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka bicara

4. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal


45

Sedangkan menurut Djamarah (2010), kelemahan diskusi kelompok yaitu :

1. Sulit menduga hasil yang dicapai, karena waktu yang dipergunakan diskusi

cukup panjang. Diskusi yang mendalam memerlukan waktu yang banyak. Siswa

tidak boleh merasa dikejar-kejar waktu karena perasaan dibatasi waktu

menimbulkan kedangkalan dalam diskusi sehingga hasilnya tidak bermanfaat.

2. Tidak semua topik dapat dijadikan pokok diskusi, tetapi hanya hal-hal yang

bersifat problematis saja yang dapat didiskusikan.


46

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep Penelitian Metode Promosi Kesehatan

1. Metode Individu (perorangan)


a. Bimbingan
Anemia Remaja
b. Wawancara Hal yang akan disampaikan
2. Metode kelompok besar dalam promosi kesehatan :
a. Kelelahan a. Ceramah a. Pengertian anemia
b. Konsentrasi belajar menurun Pencegahan Primer : b. Seminar b. Tanda dan gejala anemia
c. Mudah mengantuk Peningkatan derajat c. Jenis/Klasifikasi anemia
3. Metode kelompok kecil
d. Produktivitas kerja menurun kesehatan (promosi d. Faktor Risiko anemia
kesehatan) a. Diskusi kelompok e. Dampak anemia
e. Kebugaran jasmani menurun a. Diskusi Kelompok
f. Siklus menstruasi terganggu f. Pengobatan anemia
b. Curah pendapat (Brain Stroming) g. Pencegahan anemia
Jangka Panjang : Pencegahan c. Bola sal
Sekunder : Diagnosis c. Snow Balling
a. ↑ Frekuensi Komplikasi
Kehamilan dini dan pengobatan
d. Kelompok-kelompok kecil (Buzz Group)
b. ↑ Berat Badan Lahir Rendah segera
e. Bermain peran (Role Play)
c. ↑ Prematuritas f. Permainan simulasi (Simulation Game) Peningkatan
d. ↑ Kematian Maternal dan
perinatal Pencegahan Tersier: 4. Metode massa Pengetahuan dan
Rehabilitasi sikap

Keterangan :

: Diteliti

:Tidak diteliti

↑ : Meningkatkan Gambar 3.1 Kerangka Konsep

46
47
47

Penjabaran Kerangka Konsep Penelitian

Anemia merupakan masalah yang sering dialami oleh remaja, khususnya

remaja putri yang setiap bulannya mengalami perdarahan karena menstruasi.

Anemia remaja dapat menyebabkan kelelahan, konsentrasi belajar menurun,

kebugaran jasmani menurun, mudah mengantuk, sehingga mengalami penurunan

produktivitas kerja, dan pada remaja putri dapat terjadi gangguan kesehatan

reproduksi seperti gangguan urogenital berupa gangguan siklus menstruasi, serta

memiliki konsekuensi jangka panjang sebagai calon ibu yang tidak akan mampu

memenuhi zat-zat gizi bagi dirinya dan juga janin dalam kandungannya serta

meningkatkan berbagai risiko kesehatan reproduksi lainya yaitu pada masa

kehamilan yang dapat meningkatkan frekuensi komplikasi kehamilan seperti abortus,

angka prematuritas, BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), dan angka kematian

maternal juga perinatal.

Dampak tersebut dapat dilakukan dengan pencegahan primer yaitu

peningkatan derajat kesehatan dengan promosi kesehatan, pencegahan sekunder

berupa diagnosis dini dan pemberian obat segera dan tersier berupa rehabilitasi.

Pada penelitian ini akan lebih membahas mengenai pencegahan primer yaitu

pemberian promosi kesehatan. Metode promosi kesehatan terdiri dari metode

individual (perorangan) seperti bimbingan dan wawancara, metode kelompok besar

terdiri dari ceramah dan seminar, metode kelompok kecil seperti diskusi kelompok,

urah pendapat (Brain Stromin), bola salju (snow balling), kelompok-kelompok kecil

(Buzz Group), bermain peran (Role Play), dan Permainan simulasi (Simulation

Game), serta Metode massa. Pada penelitian ini akan menggunakan metode
48

kelompok kecil yaitu metode snow balling dan diskusi kelompok. Materi yang

disampaikan dalam promosi kesehatan meliputi pengertian, tanda dan gejala,

klasifikasi, faktor risiko, penyebab, dampak, pengobatan, dan pencegahan anemia.

Setelah pemberian promosi kesehatan diharapkan adanya peningkatan

pengetahuan dan sikap siswi kelas XI SMAN 4 Malang tentang anemia.

3.2 Hipotesis Penelitian

Terdapat perbedaan peningkatan pengetahuan dan sikap tentang anemia

setelah diberi promosi kesehatan dengan metode snow balling dan diskusi

kelompok, namun metode snow balling lebih efektif dibandingan dengan metode

diskusi kelompok dalam peningkatan pengetahuan dan sikap pada siswi kelas XI

SMAN 4 Malang.
49

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Quasi Experiment dengan

pendekatan Non Equivalent Control Group Design. Penelitian ini dilakukan sebanyak

2 kali, yaitu sebelum perlakuan (pre test) dan setelah perlakuan (post test). Masing-

masing kelompok akan diberi perlakuan berupa promosi kesehatan tentang anemia.

Kelompok pertama diberikan promosi kesehatan dengan metode snow balling,

kelompok kedua dengan metode diskusi kelompok, dan kelompok ketiga sebagai

kelompok kontrol (tidak diberikan promosi kesehatan).

Pre Test Eksperimen Post Test

Kelompok Metode Snow Balling O1 X (a) O2

Kelompok Metode Diskusi O1 X (b) O2

Kelompok Kontrol O1 O2

Gambar 4.1 Desain Penelitian

49
50

Keterangan

O1 : Pre test

O2 : Post test

X : Perlakuan

Populasi

seluruh siswi kelas XI SMAN 4 Malang


(125 orang)

Sampel

siswi kelas XI SMAN 4 Malang


(63 orang)

Pre Test

Kelompok Snow Balling Kelompok Diskusi Kelompok Kontrol


(21 orang) (21 orang) (21 orang)

Post Test

Pengetahuan Sikap

Gambar 4.1 Skema Penelitian


51

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian

4.2.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswi SMAN 4 Malang kelas XI

pada tahun ajaran 2018/2019 yang berjumlah 125 siswi. Dipilih siswi kelas XI,

karena akan mempelajari mengenai sistem peredaran darah sehingga dengan

adanya promosi kesehatan tentang anemia, siswi dapat lebih mudah memahami

gangguan sistem peredaran darah terutama anemia.

4.2.2 Sampel

4.2.2.1 Besar Sampel

Sampel dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus slovin, yaitu :

N
𝑛=
1+N(d)2

Keterangan :
n = besarnya sampel
N = besarnya populasi
d = tingkat ketepatan yang diinginkan (d=0.1),
sehingga sampel dalam penelitian ini adalah :

125
𝑛=
1 + 125 (0.1)2

125
𝑛=
1 + 1.25

125
𝑛=
2.25

𝑛 = 55.55
52

Besar sampel minimal adalah 55.55 dibulatkan menjadi 56 siswi. Hasil

sampel tersebut ditambah 10% sehingga jumlah sampel terpenuhi dan tidak terjadi

droup out karena ketidaksesuaian pada pengisian oleh responden, maka jumlah

responden adalah 61 siswi dan ditambah 2 siswi agar kelompok terbagi rata, total

keseluruhan responden menjadi 63 siswi. Responden dengan 63 siswi dibagi

menjadi 3 kelompok yaitu kelompok promosi kesehatan dengan metode snow balling

sebanyak 21 siswi, kelompok diskusi sebanyak 21 siswi, dan 21 siswi pada

kelompok kontrol.

4.2.2.2 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik Purposive

sampling, teknik pengambilan sampel ini dari sumber data dengan pertimbangan

tertentu, pengambilan sampel dengan sengaja sesuai dengan persyaratan sampel

yang diperlukan, yaitu dengan memperhatikan kriteria inklusi dan eksklusi.

4.2.2.3 Kriteria Sampel

Penelitian kriteria sampel sangat membantu peneliti untuk menghilangkan

bias hasil penelitian. Kriteria dalam pemilihan sampel penelitian ini meliputi :

1. Kriteria Inklusi

1) Siswi yang hadir dalam rangkaian acara promosi kesehatan dengan metode

snow balling dan metode diskusi kelompok.

2) Bersedia menjadi responden dan menandatangani informed consent

3) Belum pernah mendapatkan promosi kesehatan tentang anemia dengan

metode snow balling dan metode diskusi kelompok.

2. Kriteria Eksklusi
53

1) Siswi yang tidak mengisi kuesioner secara lengkap sehingga data tidak bisa

di analisis.

4.3 Variabel Penelitian

4.3.1 Variabel Independen

Variabel independen atau bebas dalam penelitian ini adalah promosi

kesehatan dengan metode snow balling dan metode diskusi kelompok.

4.3.2 Variabel dependen

Variabel dependen atau terikat dalam penelitian ini adalah tingkat

pengetahuan dan sikap siswi kelas XI SMAN 4 Malang tentang anemia.

4.4 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan berlangsung di SMAN 4 Malang dan di laksanakan

pada bulan Oktober 2018. Sekolah ini tepat dilakukan penelitian karena berdasarkan

hasil dari kuesioner studi pendahuluan menunjukkan tingkat pengetahuan siswi kelas

XI SMAN 4 Malang tentang anemia masih rendah terutama mengenai dampak,

penyebab, pencegahan dan pengobatan anemia serta belum pernah mendapatkan

promosi kesehatan dengan metode snow balling dan metode diskusi kelompok

tentang anemia.

4.5 Bahan dan Instrumen Penelitian

Bahan dan instrumen yang digunakan pada variabel independen untuk

promosi kesehatan dengan metode snow balling adalah alat tulis berupa pulpen dan
54

kertas untuk menjawab pertanyaan atau kasus yang mencakup pengertian, tanda

dan gejala, jenis, faktor risiko, dampak, pengobatan, dan pencegahan tentang

anemia dan musik sebagai tanda untuk pembentukan kelompok baru, edangkan

metode diskusi kelompok dibutuhkan pulpen dan kertas saja untuk menulis jawaban,

serta diakhir kedua metode tersebut akan dijelaskan atau meluruskan jawaban dari

peserta sesuai dengan teori dari tinjauan pustaka.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel dependen ada 2, yaitu

untuk mengukur pengetahuan dan sikap berupa kuesioner, diantaranya:

1. Kuesioner pengetahuan, digunakan untuk mengukur data tingkat pengetahuan

siswi kelas XI SMAN 4 Malang tentang anemia. Kuesioner ini berupa pertanyaan

benar salah sebanyak 25 pertanyaan.

2. Kueisioner sikap, digunakan untuk mengumpulkan data sikap siswi kelas XI

SMAN 4 Malang tentang anemia. Kuesioner ini menggunakan metode

pertanyaan yang diberi tanda centang dengan jumlah 10 pertanyaan.

Setelah dilakukan penyusunan instrumen, maka dilakukan uji validitas dan

reliabilitas data. Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah alat ukur tersebut

valid atau benar-benar mengukur apa yang diukur, lalu kuesioner yang telah disusun

dan digunakan harus diuji korelasi antara skor tiap pertanyaan dengan skor total

kuesioner tersebut. Uji korelasi menggunakan rumus product moment, yaitu :

(E x XY)(𝐸𝑋 𝑥 𝐸𝑌)
𝑅=
VI (EX 2 )𝑋(𝐸𝑌 2 )𝑌
55

Keterangan :
X : skor pertanyaan nomor 1
Y : skor total
XY : skor pertanyaan nomor 1 dikali skor total
E : jumlah responden
VI : Pertanyaan nomor 1
(Notoatmodjo, 2012)

Sedangkan uji reliabilitas digunakan untuk menunjukkan apakah alat ukur

tersebut dapat dipercaya atau dapat diandalkan dan hasil pengukuran akan tetap

konsisten jika dilakukan pengukuran dua kali atau lebih. Uji reliabilitas menggunakan

rumus Alpha Cronbach. Kuesioner dianggap reliable jika nilai α ≥ 0.6 (Arikunto,

2006).

𝐾 1 − ∑ 𝜎12
𝑅=( )( )
𝐾−1 𝜎12

Keterangan
R : reabilitas item pertanyaan
K : banyaknya item
∑σ 2
: jumlah variabel item
σ 2 :
varian total

Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner pengetahuan yang

terdiri dari 25 pertanyaan dan kuesioner sikap 10 pertanyaan maka hasilnya

dinyatakan bahwa kedua kuesioner tersebut dinyatakan valid dan reliabel dengan

nilai kuesioner pengetahuan yaitu 0.92 > α (0.6) dan kuesioner sikap dengan nilai

0.87 > α (0.6).


4.6 Definisi Operasional

Variabel DefinisiOperasional AlatUkur Cara Ukur Skala Kategori


Ukur

Independen Metode promosi kesehatan dengan SAP - Nominal -


kesepakatan yang akan didapat dari
Metode Snow pemecahan kelompok yang lebih kecil,
Balling diawali dengan kelompok yang terdiri 2 orang,
kemudian bergabung dengan kelompok lain
sampai menjadi satu kelompok besar yang
terdiri dari 24 siswi. Setiap pembentukan
kelompok diberikan pertanyaan atau kasus
yang berbeda dan diakhir diskusi perwakilan
kelompok menjelaskan hasil diskusinya

Independen Metode promosi kesehatan dengan peserta SAP - Nominal -


diskusi sebanyak 24 siswi yang saling
Metode Diskusi berhadapan, yaitu dengan formasi duduk
kelompok berbentuk segiempat dan pempimpin diskusi
memulai diskusi dengan memberikan
pancingan berupa pertanyaan atau kasus.
Setiap peserta berhak mengemukakan
pendapatnya dan diakhir diskusi pemimpin
menyimpulkan hasil diskusinya.

56
Dependen Kemampuan siswa untuk memahami konsep Kuesioner Pengetahuan Ordinal Baik : jika
atau teori tentang anemia yang meliputi anemia : nilai>75%
Pengetahuan pengertian, manifestasi klinis, faktor risiko,
jenis/klasifikasi, dampak, pengobatan, dan a. Jawaban benar : 1
Cukup : jika nilai
pencegahan anemia. b. Jawaban salah : 0
(Sulistyaningsih, 56-74%
2011)
Kurang : jika
nilai<55%

(Arikunto, 2013)

Dependen Sikap dalam menanggapi dan mencegah Kuesioner Skala Lickert : Ordinal Positif : jika skor
terjadinya anemia yang benar. Sikap siswi ≥ median
Sikap dapat diukur melalui kuesioner tentang sikap - 5: Sangat Setuju
dalam mencegah anemia (SS)
Negatif : jika
- 4: Setuju (S)
- 3: Ragu-ragu skor ≤ median
(RG)
- 2: Tidak Setuju
(TS)
- 1: Sangat Tidak
Setuju (STS)
(Wawan dan
Dewi, 2011)

57
58

Prosedur Penelitian

4.7.1 Prosedur Kerja

Cara pengumpulan data yang akan dilakukan, meliputi :

1. Persiapan

1) Peneliti mengurus perizinan kepada pihak sekolah untuk melakukan studi

pendahuluan dalam menentukan subjek dan tempat penelitian

2) Peneliti menjelaskan tujuan kedatangan kepada siswi dan membagikan

kuesioner studi pendahuluan kepada siswi kelas XI MIPA 4 sebanyak 19

siswi untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang anemia.

3) Hasil studi pendahuluan sudah didapat, lalu meminta izin kembali untuk

melakukan penelitian di SMAN 4 Malang khususnya penelitian kepada siswi

kelas XI.

4) Perizinan untuk penelitian sudah terpenuhi, selanjutnya membagikan lembar

penjelasan untuk mengikuti penelitian dan surat persetujuan untuk

berpartisipasi dalam penelitian kepada responden untuk diberikan ke

orangtua/wali siswi dan ditandatangani oleh responden dan orangtua/wali

siswi sebagai saksi.

5) Peneliti mendapat bimbingan dari ahli yang berkompeten tentang anemia

sebelum menyampaikan kepada responden

2. Pelaksanaan

1) Peneliti membagi responden menjadi 3 kelompok di hari yang sama, yaitu

kelompok metode snow balling yang terdiri 21 siswi, kelompok diskusi

sebanyak 21 siswi, dan kelompok kontrol terdiri dari 21 siswi.


59

2) Peneliti memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan dari metode

promosi kesehatan yaitu metode snow balling dan metode diskusi kelompok,

serta cara pengisian kuesioner (lembar pre test).

3) Melakukan pre test kepada seluruh responden dari ketiga kelompok metode

tersebut dengan membagikan lembar pre test.

4) Melakukan promosi kesehatan tentang anemia pada kedua kelompok

tersebut dalam waktu yang sama.

a. A (kelompok snow balling) : metode ini dilakukan pada waktu yang

sama dengan metode diskusi kelompok. Metode ini diawali dengan

pembentukan kelompok kecil, yaitu kelompok dibagi dalam pasang-

pasangan (1 pasang 2 orang) dan kemudian diberikan pertanyaan atau

kasus oleh peneliti dan menuliskan jawaban di lembar kertas yang sudah

disediakan. Saat waktu habis untuk menjawab dan ada musik sebagai

tanda pembentukan kelompok baru dan diberikan pertanyaan atau

masalah yang berbeda dari sebelumnya, maka setiap 2 pasangan akan

menjadi satu dan mendiskusikan masalah tersebut, kemudian 2

pasangan akan bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian

seterusnya sehingga akhirnya akan terjadi diskusi satu kelompok besar.

Kemudian jawaban yang sudah ditulis dikertas dikumpulkan jadi satu dan

ditempel di kertas karton besar. Lalu, perwakilan (2-3 orang) menjelaskan

kembali kepada teman-temannya agar lebih jelas. Metode ini

berlangsung selama 60 menit.


60

b. B (Diskusi Kelompok) : pertama akan diatur terlebih dahulu formasi

duduknya, sehingga antar peserta diskusi dapat saling berhad-hadapan

misalnya dengan bentuk lingkaran atau segi empat. Pemimpin diskusi

juga duduk diantara peserta diskusi agar tidak menimbulkan kesan yang

lebih tinggi. Pimpinan diskusi memulai diskusi dengan memberikan

pancingan berupa pertanyaan atau kasus tentang anemia, agar terjadi

diskusi yang hidup maka pemimpin kelompok harus mengatur dan

mengarahkan kepada peserta sehingga semua peserta mendapat

kesempatan berbicara lalu akan disimpulkan oleh pimpinan diskusi.

Setiap peserta menuliskan pendapatnya di kertas yang sudah

disediakan. Metode ini berlangsung selama 60 menit.

c. Setelah 7 hari dari pemberian pre test dan promosi kesehatan,

dilanjutkan pemberian lembar post test untuk mengetahui perbandingan

hasil promosi kesehatan menggunakan metode snow balling dan metode

diskusi kelompok terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap tentang

anemia pada siswi kelas XI SMAN 4 Malang dan peneliti akan

menjelaskan tentang anemia yaitu definisi, manifestasi klinis, faktor risiko,

klasifikasi/jenis, dampak, pencegahan, dan pengobatan anemia dengan

menggunakan power point.

3. Penyelesaian

1) Peneliti mengumpulkan kembali kuesioner yang telah diisi oleh responden

dan dikoreksi atas jawabannya.

2) Skoring data
61

3) Tabulasi data dan menyimpulkan hasil penelitian.

4.7.2 Pengolahan Data

Menurut Sulistyaningsih (2011), data yang terkumpul kemudian diolah

melalaui beberapa langkah sebagai berikut :

1. Editing

Editing dilakukan untuk memeriksa kembali apakah semua kuesioner telah diisi

dan bila ada ketidakcocokan diminta kembali angket yang masih kosong

2. Koding

Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data, maka data yang telah

terkumpul diberi tanda sesuai dengan kateori yang telah disediakan, yaitu

dengan memberi tanda kode secara huruf atau pun angka.

3. Entry

Pertanyaan diisi dan skor tiap responden diperoleh, apabila jawaban ya

mendapatkan skor 1 dan apabila tidak mendapatkan skor 0, selanjutkan

dilakukan penilaian tertentu yaitu skor dijumlahkan sehingga diperoleh nilai. Hasil

jawaban responden yang telah diberi pembobotan dijumlah dan dibandingkan

dengan skor tertinggi lalu dikalikan 100%.

Rumus yang digunakan adalah :

𝑆𝑝
N= x100%
𝑆𝑚

Keterangan

N : Nilai presentase
62

Sm : Skor maksimal

Sp : Skor yang diperoleh

4. Cleaning

Pengecekan kembali data yang sudah di entry untuk melihat kemungkinan

adanya kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya. Kemudian dilakukan

koreksi

5. Tabulating

Memasukkan data hasil penelitian ke dalam table sesuai kriteria yang ditentukan.

4.8 Analisis Data

4.8.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap

tentang anemia sebelum (pre test) dan sesudah (post test) dilakukan promosi

kesehatan dengan metode snow balling dan metode diskusi kelompok. Dari kedua

metode tersebut akan dilakukan penilaian pada hasil skor sebelum dan sesudah.

Analisis variabel ini menggunakan aplikasi SPSS versi 20. Kemudian, hasilnya akan

disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

4.8.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antar variabel

independen dan variabel dependen, untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar

variabel dan untuk melihat keeratan kedua variabel tersebut, yaitu :

1. Perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap tentang anemia sebelum dan setelah

dilakukan promosi kesehatan dengan metode snow balling


63

2. Perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap tentang anemia sebelum dan setelah

dilakukan promosi kesehatan dengan metode diskusi kelompok

3. Perbedaan efektivitas promosi kesehatan antara metode snow balling dan

metode diskusi kelompok terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap tentang

anemia.

Untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap tentang

anemia sebelum dilakukan promosi kesehatan berupa kuesioner dalam bentuk pre

test dan setelah dilakukan promosi kesehatan dalam bentuk kuesioner post test dan

dianalisis dengan menggunakan uji Wilcoxon karena data yang digunakan berskala

ordinal. H0 ditolak apabila z hitung >z table dan p value <0.05, sedangkan H0

diterima apabila z hitung ≤ z table dan p value >0.05. H0 adalah tidak ada

perbedaan antara sebelum dan sesudah diberi perlakuan.

Namun, untuk melihat dan mengetahui perbedaan efektivitas antara dua

metode promosi kesehatan tersebut dianalisis dengan menggunakan uji Mann

Whitney dengan menggunakan program SPSS versi 20 dengan taraf kepercayaan

95% dan toleransi kesalahan 5% (α=0.05). H0 ditolak bila U≥Uα (U table pada

p=0.05) dan H0 diterima bila U≤Uα (U table pada p=0.05)

4.9 Etika Penelitian

Sebelum melakukan penelitian ini, harus dinyatakan lulus uji Etichal

Clearence yang memenuhi aspek etika penelitian dan mengajukan permohonan ijin

dari pihak institusi (fakultas) untuk memperoleh surat keterangan penelitian.


64

Penelitian kebidanan seringkali berhubungan langsung dengan manusia,

sehingga masalah etika penelitian kebidanan merupakan masalah yang sangat

penting dalam penelitian dan harus diperhatikan.

Menurut Nursalam (2010) masalah etika penelitian yang harus diperhatikan ialah

sebagai berikut :

1. Otonomi (Autonomy)

Setiap responden memperoleh kebebasan dalam memutuskan kesediaannya

menjadi responden penelitian tanpa adanya paksaan dari pihak manapun.

2. Kerahasiaan (Confidentially)

Setiap responden berhak memperoleh jaminan kerahasiaan atas segala sesuatu

yang berhubungan dengan responden. Untuk menjaga kerahasiaan responden

dalam penelitian ini bukan menggunakan nama responden, melainkan

menggunakan huruf sebagai inisial responden secara sistematis. Lembar format

pengumpulan data yang telah terisi akan disimpan hanya sebagai laporan data

hasil penelitian.

3. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan sebagai responden dengan

memberikan lembar persetujuan tersebut sebelum penelitian dilakukan.

Tujuannya adalah agar subjek penelitian mengetahui dan memahami maksud

dan tujuan penelitian serta dampak yang ditimbulkan. Sebelum menyetujui

lembar persetujuan tersebut, harus diberikan penjelasan tentang maksud, tujuan,

manfaat, prosedur, dan waktu penatalaksanaan penelitian serta hak-hak

responden selama proses penelitian berlangsung.


65

4. Berbuat Baik (Benefience)

Peneliti senantiasa berbuat baik kepada setiap responden baik sebelum, selama,

maupun setelah proses penelitian berlangsung.

5. Keadilan (Justice)

Setiap responden berhak diperlakukan secara adil tanpa ada diskriminasi

selama keikutsertaan responden dalam proses penelitian

6. Tidak Merugikan (Non Malefficience)

Penelitian ini dilakukan tanpa adanya unsur menyakiti atau melukai perasaan

responden sehingga dalam penelitian ini untuk lembar informasi dan kuisioner

tidak menyinggung hal-hal yang tidak disukai oleh responden.


66

4.10 Kerangka Kerja


Populasi

Seluruh siswi kelas XI SMAN 4 Malang Tahun Ajaran 2018/2019 yang berjumlah 125
siswi.

Sampel

Siswi kelas XI SMAN 4 Malang sebanyak 63 siswi yang bersedia menjadi responden
dan memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.

Sampling

Teknik sampling yang digunkan adalah Purposive Sampling.

Instrumen Penelitian

Kuesioner

Teknik Pengumpulan Data

Pengisian kuesioner pre dan post test

Kelompok Metode Snow Kelompok Metode Diskusi Kelompok Kontrol


Balling 1. Pre Test
1. Pre Test 2. Melakukan promosi
2. Melakukan promosi kesehatan dengan metode 1. Pre Test
kesehatan dengan snow balling 60 menit 2. 7 hari kemudian post test
metode snow balling 60 3. 7 hari kemudian post test
menit
3. 7 hari kemudian post test

Kesimpulan

Hasil dan Pembahasan

4.10 Kerangka Kerja


67

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

Pada bab ini akan dijelaskan secara rinci hasil penelitian dan analisis data

mengenai “Perbedaan Efektivitas Promosi Kesehatan Antara Metode Snow Balling

dan Metode Diskusi Kelompok Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap

Tentang Anemia Pada Siswi Kelas XI SMAN 4 Malang.” Populasi pada penelitian ini

berjumlah 125 siswi dan sampel yang digunakan seharusnya 63 siswi namun dari 6

siswi tersebut di drop out atau termasuk kriteria eksklusi, maka dari itu sampel yang

digunakan sejumlah 57 siswi yang dibagi menjadi 3 kelompok dengan teknik

purposive sampling. Masing-masing kelompok yaitu kelompok snow balling,

kelompok diskusi, dan kelompok kontrol terdiri dari 19 siswi. Kelompok snow balling

dan kelompok diskusi diberikan pre test sebelum promosi kesehatan, sedangkan

kelompok kontrol hanya diberikan pre test saja (tanpa perlakuan) dan 7 hari

kemudian masing-masing kelompok diberikan post test.

5.1 Data Umum Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 4 Malang yang merupakan

Sekolah Menengah Atas Negeri yang terletak di Jalan Tugu No.1, Klojen, Kota

Malang, Jawa Timur. Sekolah ini memiliki visi yaitu unggul dalam IMTAQ, IPTEK,

berwawasan lingkungan, dan berpijak pada budaya bangsa, serta berdaya saing

tinggi. SMAN 4 memiliki sarana dan prasarana yang baik untuk memenuhi

67
68

kebutuhan siswa di sekolah, serta memiliki tenaga kerja yang handal maka dari itu

SMAN 4 Malang sampai saat ini terkakreditasi A.

5.1.2 Karakteristik Responden

Penelitian ini memiliki 57 responden yang dibagi menjadi 3 kelompok yaitu

kelompok metode snow balling, kelompok diskusi, dan kelompok kontrol yang tiap

kelompok terdiri dari 19 resposnden. Pembagian kelompok tersebut terbentuk

berdasarkan teknik pengambilan sampel dengan cara purposive sampling yaitu

menentukan sampel sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang sebelumnya

sudah ditentukan. Berikut karakteristik responden berdasarkan usia dan sumber

informasi anemia yang didapatkan melalui metode tersebut.

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Diagram 5.1 Data Karakteristik Berdasarkan Usia

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia


20
18
16
14
12
10
8 Kelompok Snow Balling
6 Kelompok Diskusi
4
Kelompok Kontrol
2
0
15 tahun 16 tahun 17 tahun
Kelompok Snow Balling 0 18 1
Kelompok Diskusi 0 19 0
Kelompok Kontrol 0 17 2
69

Berdasarkan diagram 5.1 didapatkan bahwa distribusi usia responden

terbanyak adalah usia 16 tahun yaitu ada 18 siswi (95%) pada kelompok snow

balling, 19 siswi (100%) pada kelompok diskusi, dan 17 siswi (89%) pada

kelompok kontrol.

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Informasi

Diagram 5.2 Data Karakteristik Berdasarkan Sumber Informasi

Karakteristik Responden Berdasarkan


Sumber Informasi
20
18
16
14
12
10 19 19
8
6 Belum Pernah
4 Pernah
2 0 0
0
Kelompok Kelompok
Snow Balling Diskusi
Belum Pernah 19 19
Pernah 0 0

Karakteristik tersebut termasuk dalam kriteria inklusi yaitu siswi yang belum

pernah mendapatkan promosi kesehatan tentang anemia dengan metode snow

balling dan metode diskusi. Berdasarkan diagram 5.2 menunjukkan bahwa seluruh

responden dari kelompok tersebut belum ada yang pernah mendapatkan promosi

kesehatan tentang anemia dengan metode snow balling dan metode diskusi
70

5.2 Analisis Univariat

5.2.1 Tingkat Pengetahuan dan Sikap Siswi tentang Anemia Sebelum dan

Sesudah Promosi Kesehatan dengan Metode Snow Balling dan Metode

Diskusi Kelompok

Analisis univariat menjelaskan hasil karakteristik dari variabel pengetahuan

dan sikap siswi tentang anemia sebelum dan sesudah promosi kesehatan dengan

metode snow balling dan metode diskusi kelompok.

Diagram 5.3 Tingkat Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Promosi Kesehatan

dengan Metode Snow Balling

Pengetahuan Kelompok Snow Balling


18
16
14
12
10
8
6 Pre Test
4
2 Post Test
0
Kurang Cukup Baik
Snow Balling
Pre Test 9 9 1
Post Test 0 3 16

Berdasarkan diagram 5.3 menunjukan bahwa pengetahuan responden

sebelum/pre test mendapatkan promosi kesehatan tentang anemia dengan metode

snow balling yaitu kategori kurang terdapat 9 siswi (47.3 %), kategori cukup 9 siswi

(47.3%), dan siswi yang mendapatkan kategori baik hanya 1 siswi (5.26%).

Sedangkan setelah/post test mendapatkan promosi kesehatan terdapat peningkatan


71

pengetahuan yaitu siswi yang mendapatkan kategori baik 16 siswi (84.2%), kategori

cukup 3 siswi (15.7%), dan tidak ada siswi yang termasuk kategori kurang.

Diagram 5.4 Tingkat Sikap Sebelum dan Sesudah Promosi Kesehatan dengan

Metode Snow Balling

Sikap Kelompok Snow Balling


20
18
16
14
12
10
8
6 Pre Test
4 Post Test
2
0
Kurang Cukup Baik Baik
Snow Balling
Pre Test 0 17 2
Post Test 0 0 19

Berdasarkan diagram 5.4 menunjukan bahwa sikap responden sebelum/pre

test mendapatkan promosi kesehatan tentang anemia dengan metode snow balling

yaitu tidak ada siswi yang termasuk kategori kurang baik, terdapat 17 siswi (89.4%)

termasuk kategori cukup baik, dan 2 siswi (10.5%) dengan kategori baik. Sedangkan

setelah/post test mendapatkan promosi kesehatan terdapat perubahan sikap yaitu

siswi yang mendapatkan kategori baik 19 siswi (100%), dan tidak ada siswi dengan

kategori cukup maupun kurang baik.

Diagram 5.5 Tingkat Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Promosi Kesehatan

dengan Metode Diskusi Kelompok


72

Pengetahuan Kelompok Diskusi


18
16
14
12
10
8
6 Pre Test
4
2 Post Test
0
Kurang Cukup Baik
Diskusi Kelompok
Pre Test 5 13 1
Post Test 0 3 16

Berdasarkan diagram 5.5 menunjukan bahwa pengetahuan responden

sebelum/pre test mendapatkan promosi kesehatan tentang anemia dengan metode

diskusi kelompok yaitu siswi yang mendapatkaan kategori kurang sebanyak 5 siswi

(26.3 %), kategori cukup 13 siswi (68.4%), dan siswi yang mendapatkan kategori

baik hanya 1 siswi (5.26%). Sedangkan setelah/post test mendapatkan promosi

kesehatan terdapat peningkatan pengetahuan yaitu siswi yang mendapatkan

kategori baik 16 siswi (84.2%), kategori cukup 3 siswi (15.7%), dan tidak ada siswi

yang termasuk kategori kurang.

Diagram 5.6 Tingkat Sikap Sebelum dan Sesudah Promosi Kesehatan dengan

Metode Diskusi Kelompok


73

Sikap Kelompok Diskusi


18
16
14
12
10
8
6 Pre Test
4
2 Post Test
0
Kurang Baik Cukup Baik Baik
Diskusi Kelompok
Pre Test 1 15 3
Post Test 0 16 3

Berdasarkan diagram 5.6 menunjukan bahwa sikap responden sebelum/pre

test mendapatkan promosi kesehatan tentang anemia dengan metode diskusi

kelompok yaitu terdapat 1 siswi (5.26%) yang termasuk kategori kurang baik,

terdapat 15 siswi (78.9%) termasuk kategori cukup baik, dan 3 siswi (15.7%) dengan

kategori baik. Sedangkan setelah/post test mendapatkan promosi kesehatan

terdapat perubahan sikap yaitu siswi yang mendapatkan kategori baik sebanyak 3

siswi (15.7%), kategori cukup baik sebanyak 16 siswi (84.2%), dan tidak ada siswi

dengan sikap kurang baik.

Diagram 5.7 Tingkat Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Pada Kelompok

Kontrol

Pengetahuan Kelompok Kontrol


16
14
12
10
8
6 Pre Test
4 Post Test
2
0
Kurang Cukup Baik
Pre Test 1 14 4
Post Test 0 12 7
74

Berdasarkan diagram 5.7 menunjukan bahwa pengetahuan responden

sebelum/pre test pada kelompok kontrol yaitu siswi yang mendapatkaan kategori

kurang sebanyak 1 siswi (5.26%), kategori cukup 14 siswi (73.6%), dan siswi yang

mendapatkan kategori baik hanya 4 siswi (21%). Sedangkan setelah/post test tanpa

mendapatkan promosi kesehatan terdapat peningkatan pengetahuan yaitu siswi

yang mendapatkan kategori baik 7 siswi (36.8%), kategori cukup 12 siswi (63.1%),

dan tidak ada siswi yang termasuk kategori kurang.

Diagram 5.8 Tingkat Sikap Sebelum dan Sesudah Pada Kelompok Kontrol

Sikap Kelompok Kontrol


20
18
16
14
12
10
8
6 Pre Test
4
2 Post Test
0
Kurang Baik Cukup Baik Baik
Kontrol
Pre Test 0 18 1
Post Test 0 19 0

Berdasarkan diagram 5.8 menunjukan bahwa sikap responden sebelum/pre

test pada kelompok kontrol yaitu tidak terdapat siswi yang termasuk kategori kurang

baik, terdapat 18 siswi (95%) termasuk kategori cukup baik, dan 1 siswi (5%)

dengan kategori baik. Sedangkan setelah/post test tidak ada perubahan sikap siswi

yang signifikan yaitu siswi yang mendapatkan kategori baik tidak ada, kategori cukup

baik sebanyak 19 siswi (100%), dan tidak ada siswi dengan sikap kurang baik.
75

5.3 Analisis Bivariat

Uji statistika pada penelitian ini menggunakan uji wilcoxon dan mann whitney

karena data yang digunakan berskala ordinal. Uji Wilcoxon digunakan untuk

mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap siswi tentang anemia

sebelum dan sesudah dilakukan promosi kesehatan dengan metode snow balling

dan metode diskusi kelompok. Namun, untuk melihat dan mengetahui perbedaan

efektivitas antara kedua metode promosi kesehatan tersebut dianalisis dengan

menggunakan uji Mann Whitney.

5.3.1 Tingkat Pengetahuan Siswi Tentang Anemia Sebelum dan Sesudah

Promosi Kesehatan dengan Metode Snow Balling dan Diskusi

Kelompok

Tabel 5.1 Perbedaan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Sebelum dan Sesudah

Promosi Kesehatan Dengan Metode Snow Balling

Interven Baik Cukup Kurang Total Z P-


si Value
Pengetahuan Sebelum 1 9 9 19 -3.836 0.000
Sesudah 16 3 0 19
Sikap Sebelum 2 17 0 19 -1.388 0.165
Sesudah 19 0 0 19

Berdasarkan table 5.1 menunjukkan hasil perhitungan statistika pada

kelompok metode snow balling dengan uji Wilcoxon Signed Rank Test yaitu nilai Z

yang didapat untuk tingkat pengetahuan adalah -3.836 dengan p value 0.000 <α

(0.05) sedangkan untuk sikap terdapat -1.388 dengan p value 0.165 <α (0.05) Hal
76

ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap tingkat

pengetahuan dan sikap siswi sebelum dan sesudah diberi promosi kesehatan

dengan metode snow balling.

Tabel 5.2 Perbedaan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Sebelum dan Sesudah

Promosi Kesehatan Dengan Metode Diskusi Kelompok

Intervensi Baik Cukup Kurang Total Z P-


Value
Pengetahuan Sebelum 1 13 5 19 -3.530 0.000
Sesudah 16 3 0 19
Sikap Sebelum 3 15 1 19 -3.413 0.001
Sesudah 3 16 0 19

Berdasarkan table 5.2 terdapat hasil perhitungan statistika pada kelompok

metode diskusi kelompok dengan uji Wilcoxon Signed Rank Test yaitu nilai Z yang

didapat untuk tingkat pengetahuan adalah -3.530 dengan p value 0.000 <α (0.05)

sedangkan untuk sikap terdapat -3.413 dengan p value 0.001 <α (0.05). Hal ini

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap tingkat

pengetahuan dan sikap siswi sebelum dan sesudah diberi promosi kesehatan

dengan metode diskusi kelompok.

Tabel 5.3 Perbedaan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Sebelum dan Sesudah

Pada Kelompok Kontrol


77

Intervensi Baik Cukup Kurang Total Z P-


Value
Pengetahuan Sebelum 4 14 1 19 -0.431 0.667
Sesudah 7 12 0 19
Sikap Sebelum 1 18 0 19 -1.555 0.120
Sesudah 0 19 0 19

Berdasarkan table 5.3 terdapat hasil perhitungan statistika pada kelompok

kontrol dengan uji Wilcoxon Signed Rank Test yaitu nilai Z yang didapat untuk

tingkat pengetahuan adalah -0.431 dengan p value 0.667 >α (0.05) sedangkan

untuk sikap terdapat -1.555 dengan p value 0.120>α (0.05). Hal ini menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap tingkat pengetahuan dan

sikap siswi sebelum dan sesudah tanpa adanya diberi promosi kesehatan.

5.3.2 Perbedaan Efektivitas Promosi Kesehatan Antara Metode Snow Balling

dan Metode Diskusi Kelompok Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan

Sikap Tentang Anemia

Tabel 5.4 Perbedaan Efektivitas Antara Metode Snow Balling dan Metode

Diskusi Kelompok

Intervensi Baik Cukup Kurang P-Value


Pengetahuan Sebelum 15 6 9 0.058
Sesudah 15 10 5
Sikap Sebelum 17 17 0 0.001
Sesudah 0 1 1
78

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa setelah diberikan promosi

kesehatan sebgaian besar tingkat pengetahuan dan sikap siswi dari kedua metode

tersebut dapat meningkat menjadi baik. Berdasarkan hasil uji mann whitney

didapatkan nilai p value 0.058 > α (0.05) untuk pengetahuan dan sikap 0.001 <α

(0.05) sehingga terdapat hasil perhitungan statistika yang dapat disimpulkan tidak

ada perbedaan yang siginifikan antara metode snow balling dan metod diskusi

kelompok dalam peningkatan pengetahuan, namun terdapat perbedaan yang

signifikan dari kedua metode tersebut dalam peningkatan sikap tentang anemia.

5.3.3 Perbedaan Efektivitas Promosi Kesehatan Antara Kelompok Metode

Snow Balling dan Metode Diskusi Kelompok Dengan Kelompok Kontrol

Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap

Tabel 5.5 Perbedaan Efektivitas Antara kelompok Metode Snow Balling dan

Kelompok Kontrol

Pengetahuan Intervensi Baik Cukup Kurang P-Value


Sebelum 15 6 9 0.000
Sesudah 3 2 1
Sikap Sebelum 17 17 0 0.835
Sesudah 1 1 0

Berdasarkan tabel 5.4 hasil uji mann whitney didapatkan nilai p value 0.000

untuk pengetahuan <α (0.05) dan sikap 0.835 > α (0.05) sehingga terdapat hasil

perhitungan statistika yang dapat disimpulkan ada perbedaan yang siginifikan antara

kelompok dengan metode snow balling dan kelompok kontrol dalam peningkatan
79

pengetahuan, namun tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap sikap tentang

anemia.

Tabel 5.6 Perbedaan Efektivitas Antara kelompok Metode Diskusi Kelompok

dan Kelompok Kontrol

Pengetahuan Intervensi Baik Cukup Kurang P-Value


Sebelum 15 10 5 0.003
Sesudah 5 2 3
Sikap Sebelum 0 1 1 0.075
Sesudah 1 1 0

Berdasarkan tabel 5.5 hasil uji mann whitney didapatkan nilai p value 0.003 <

α (0.05) untuk pengetahuan dan sikap 0.075> α (0.05) sehingga terdapat hasil

perhitungan statistika yang dapat disimpulkan ada perbedaan yang siginifikan antara

kelompok dengan metode diskusi kelompok dan kelompok kontrol dalam

peningkatan pengetahuan, namun untuk sikap tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara kedua kelompok tersebut tentang anemia.


80

BAB 6

PEMBAHASAN

Pada bab pembahasan akan membahas hasil penelitian tentang “Perbedaan

Efektivitas Promosi Kesehatan Antara Metode Snow Balling dan Metode Diskusi

Kelompok Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap Tentang Anemia Pada Siswi

Kelas XI SMAN 4 Malang.” Data yang sudah terkmpul akan dianalisa sesuai variabel

yang diteliti, sehingga akan diuraikan beberapa pembahasan terkait varibel tersebut.

6.1 Karakteristik Responden Penelitian Pada Kelompok Snow Balling dan

Kelompok Diskusi

Penelitian dilakukan di SMAN 4 Malang, karena saat dilakukan studi

pendahuluan pada sekolah ini siswi belum memahami tentang anemia dan belum

pernah diberikan informasi tentang anemia dengan promosi kesehatan berupa

metode snow balling dan diskusi kelompok.Sehingga sekolah ini tepat untuk

dijadiakn tempat penelitian.

Dari data hasil penelitian, berdasarkan karakteristik usia responden

didapatkan distribusi terbanyak berusia 16 tahun yaitu ada 18 siswi (95%) pada

kelompok snow balling, 19 siswi (100%) pada kelompok diskusi, dan 17 siswi (89%)

pada kelompok kontrol. Usia tersebut merupakan masa remaja akhir yang

merupakan masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan minat

yang makin matang terhadap fungsi-fungsi intelek,aspek fisik, aspek psikis seperti

egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dalam pengalaman-

80
81

pengalam baru (Prawirohardjo, 2009). Semakin bertambah usia seseorang, maka

semakin mudah juga dalam memahami suatu hal.

Karakteristik lainnya adalah karakteristik responden berdasarkan sumber

informasi. Sumber informasi bisa didapatkan dari pendidikan formal atau pun non

formal, pendidikan formal seperti di sekolah mendapatkan informasi dari guru,

sedangkan pendidikan non formal seperti dari media sosial, media cetak, media

elektronik. Berdasarkan hasil data penelitian ini didapatkan bahwa seluruh

responden belum pernah mendapatkan materi tentang anemia dengan promosi

kesehatan berupa metode snow balling dan diskusi kelompok. Namun siswi sudah

mengetahui anemia dari sumber informasi lain seperti media sosial, tetapi hanya

terbatas saja berupa pengertian anemia dan tanda gejala anemia dan di sekolah

siswi kelas XI MIPA ini belum mendapatkan materi tentang peredaran darah, hal ini

mengakibatkan pada saat pre test atau sebelum diberikan promosi kesehatan

dengan kedua metode tersebut sebagian besar tingkat pengetahuan responden

dalam kategori kurang dan sikap siswi dalam menanggapi anemia kurang baik atau

sikap negatif ditunjukkan dengan siswi jarang untuk sarapan, makan makanan kaya

kandungan zat besi dan tidak pernah minum tablet tambah darah saat menstruasi.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Riyanto dan Budiman (2013 bahwa

pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh pendidikan, media massa, sosial

budaya, ekonomi, lingkungan, pengalaman, dan usia. Semakin seseorang

berpendidikan tinggi, bertambah usia dengan berkembangnya pola pikir,

berpengalaman, lingkungan sekitar yang mendukung dan sering mendapat informasi

dari media massa/online maka pengetahuan seseorang juga akan semakin tinggi
82

dan diikuti dengan sikap yang positif. Hal ini juga sependapat dengan Wawan dan

Dewi (2011), beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan sikap yaitu

pengalaman pribadi, kebudayaan, media massa, dan lembaga pendidikan. Semakin

orang tersebut mendapatkan informasi, maka sikap negatif seseorang akan

berubakan menjadi sikap yang positif. Oleh karena itu perlu dilakukannya promosi

kesehatan tentang anemia agar siswi lebih memahaminya dan dapat mengupayakan

untuk pencegahan anemia.

6.2 Analisis Perbedaan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Siswi tentang

Anemia Sebelum dan Sesudah Promosi Kesehatan Pada Kelompok

Metode Snow Balling

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebelum melakukan promosi

kesehatan dengan metode snow balling sebagian besar responden memiliki tingkat

pengetahuan tentang anemia kurang (47.3%) dan cukup (47.3%). Namun sesudah

dilakukan promosi kesehatan dengan metode snow balling sebagian besar

responden memiliki tingkat pengetahuan dalam kategori baik (84.2%). Begitu juga

pada sikap responden, sebelum melakukan promosi kesehatan dengan metode

snow balling sebagian besar responden (89.4%) memiliki sikap dalam kategori

cukup baik tentang anemia. Namun sesudah diberi promosi kesehatan dengan

metode snow balling sebagian besar responden (100%) memiliki sikap menjadi baik

atau positif.

Berdasarkan hasil uji statistik menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan antara tingkat pengetahuan dan sikap siswi tentang anemia sebelum dan
83

sesudah diberi promosi kesehatan dengan metode snow balling, sehingga dapat

disimpulkan bahwa metode snow balling efektif untuk meningkatkan pengetahuan

dan sikap siswi tentang anemia.

Promosi kesehatan dengan metode snow balling dapat meningkatkan

pengetahuan dan sikap siswi kelas XI SMAN 4 Malang. Perubahan peningkatan

pengetahuan dan sikap yang terjadi pada siswi disebabkan karena antusias siswi

yang mengikuti kegiatan promosi kesehatan ini sampai selesai yang ditunjukkan

dengan kehadiran siswi dan siswi mau dan mampu mengisi pre post test. Terjadinya

peningkatan pengetahuan pada responden juga karena berpengaruh pada

penerapan metode snow balling, pada metode ini terdiri dari kelompok kecil hingga

menjadi kelompok besar untuk mendiskusikan tiap pertanyaan tentang anemia yang

diberikan seperti pengertian, tanda dan gejala, jenis, dampak, pengobatan, serta

pencegahan anemia, karena pada metode snow balling terjadi proses diskusi

sehingga terjadi tukar informasi tentang anemia, sebagian besar responden berusia

16 tahun sehingga memungkinkan untuk memahami suatu hal lebih baik

dibandingkan usia yang lebih muda, selain itu peningkatan pengetahuan dan sikap

siswi juga dapat dilihat dari nilai pre dan post test. Nilai pre dan post test

menunjukan terjadinya peningkatan, hal ini menandakan bahwa dengan metode

snow balling dapat meningkatkan pengetahuan menjadi baik sehingga sikap siswi

kelas XI SMAN 4 Malang tentang anemia menjadi positif.

Pada proses promosi kesehatan, pemilihan metode promosi kesehatan perlu

diperhatikan dan sangat mempengaruhi keberhasilan promosi kesehatan. Salah satu

metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode snow balling. Pada saat
84

siswi melakukan promosi kesehatan dengan metode snow balling, hal tersebut

sesuai dengan pernyataan dari Januardana (2008) yaitu dapat meningkatkan rasa

percaya diri pada siswi untuk menyampaikan pendapat atau pun hasil diskusi di

depan teman-temannya, terbukti dengan semua siswi pada kelompok tersebut satu

persatu menyampaikan pendapatnya, siswi bertanggung jawab untuk mendiskusikan

pertanyaan atau kasus yang diberikan sehingga pertanyaan bisa terjawab dan

disimpulkan dari beberapa pendapat siswi, promosi kesehatan lebih efektif dan

efisien karena sudah melakukan promosi kesehatan dengan benar sesuai aturan

yang sudah dibuat sehingga siswi menerima banyak informasi, dan terdapat umpan

balik berupa pertanyaan yang diajukan, selain itu dengan metode snow balling ini

lebih menyenangkan dan tidak membosankan karena bukan mendengarkan

pemateri/penceramah yang berjam-jam, namun metode snow balling ini terdapat

pergerakan kelompok yang mengharuskan mereka berpindah posisi dan bertukar

teman kelompok sehingga terjadi proses bertukar pikiran atau pendapat dan dari

proses tersebut siswi mendapatkan informasi anemia dari temannya yang

sebelumnya tidak ia ketahui, lalu menuliskan hasil diskusinya dikertas karton dengan

membebaskan siswi menulis sesuai kreasinya dan siswi membuatnya dalam bentuk

peta konsep dengan spidol berwarna, hasilnya sangat menarik untuk dibaca. Maka

dari itu dengan metode snow balling aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik siswi

tercapai.

Hasil penelitian dengan metode snow balling menunjukkan terdapat

perubahan tingkat pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah promosi kesehatan

dengan metode snow balling. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
85

oleh Laksmi (2014) yang meneliti tantang pengaruh pembelajaran metode snow ball

terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap masyarakat tentang DBD dan hasil

yang didapatkan sebagian besar responden yaitu sebanyak 50 % responden

memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori cukup.Pada kelompok intervensi

setelah penerapan metode Snow ball sebanyak 90 % responden dengan kategori

baik. Sedangkan untuk perubahan sikap repsonden sebelum intervensi sebanyak 40

% responden memiliki sikap negatif. 95 % responden memiliki sikap. Ha ini

membuktikan bahwa promosi kesehatan menggunakan metode snow balling efektif

untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang DBD pada masyarakat.

6.3 Analisis Perbedaan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Siswi tentang

Anemia Sebelum dan Sesudah Promosi Kesehatan Pada Kelompok

Metode Diskusi

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebelum melakukan promosi

kesehatan dengan metode diskusi kelompok, sebagian besar responden (68.4%)

memiliki tingkat pengetahuan tentang anemia dalam kategori cukup. Namun

sesudah dilakukan promosi kesehatan dengan metode diskusi kelompok sebagian

besar responden (84.2%) memiliki tingkat pengetahuan menjadi kategori baik.

Begitu juga pada sikap responden, sebelum melakukan promosi kesehatan dengan

metode diskusi kelompok sebagian besar responden (78.9%) memiliki sikap dalam

kategori cukup baik tentang anemia. Namun sesudah diberi promosi kesehatan

dengan metode diskusi kelompok sebagian besar responden (84.2%) masih memiliki

sikap cukup baik. Hal tersebut tidak ada perubahan menjadi sikap baik karena
86

responden dalam kelompok diskusi masih menganggap anemia bukan masalah

kesehatan yang serius, terbukti bahwa mereka jarang untuk sarapan, jarang makan

makanan bergizi seimbang, dan tidak merasa khawatir untuk bahaya anemia jangka

panjang sebagai calon ibu karena menurut mereka merasakan menjadi calon ibu

masih membutuhkan waktu yang lama.

Berdasarkan hasil uji statistik menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan antara tingkat pengetahuan dan sikap siswi tentang anemia sebelum dan

sesudah diberi promosi kesehatan dengan metode diskusi kelompok, sehingga

dapat disimpulkan bahwa metode diskusi kelompok efektif untuk meningkatkan

pengetahuan dan sikap siswi tentang anemia.

Perubahan peningkatan pengetahuan dan sikap yang terjadi pada siswi

disebabkan karena siswi antusias dalam mengikuti promosi kesehatan dengan

menununjukkan adanya kehadiran siswi, lalu siswi mau dan mampu mengisi

kuesioner pre dan post test, selain itu terjadinya peningkatan pengetahuan dan sikap

pada responden juga karena berpengaruh pada penerapan metode diskusi

kelompok, pada metode ini siswi diharuskan menyumbangkan pikirannya untuk

memecahkan masalah bersama, siswi menyampaikan dan mendengarkan pendapat

saat promosi kesehatan berlangsung sehingga informasi tentang anemia yang

sebelumnya tidak tahu menjadi tahu, dan terdapat umpan balik berupa pertanyaan

yang diajukan oleh siswi. Dari hasil proses bertukar pendapat membuat nilai post

test meningkat yang menunjukan bahwa pengetahuan dan sikap siswi menjadi lebih

baik dari sebelumnya dan hal ini menandakan bahwa dengan metode diskusi
87

kelompok dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap siswi kelas XI SMAN 4

Malang tentang anemia.

Pada penelitian ini bukan hanya dengan metode snow balling, tetapi juga

terdapat kelompok yang diberi promosi kesehatan dengan metode diskusi kelompok.

Metode diskusi kelompok mendorong seseorang berpikir kritis, mengekspresikan

pendapatnya secara bebas, agar semua anggota kelompok dapat bebas

berpartisipasi dalam diskusi, maka formasi duduk berbentuk segiempat sehingga

para peserta diatur dengan saling berhadapan satu sama lain. Metode diskusi

kelompok membuat suasana kelas lebih hidup, terbukti karena siswi mengarahkan

perhatian atau pikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan, kesimpulan

hasil diskusi mudah dipahami siswi, karena mereka mengikuti proses berpikir

sebelum sampai kepada suatu kesimpulan, merangsang kreatifitas siswi dalam

bentuk ide, dan mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain. Meskipun

sudah ditetapkan adanya ketua kelompok untuk mengatur jalannya diskusi dan

mengharuskan tiap siswi berpendapat, namun hanya siswi yang suka berbicara dan

berani yang mengungkapkan pendapat sehingga informasi yang didapatkan antar

siswi terbatas.

Hasil penelitian dengan metode diskusi kelompok menunjukkan terdapat

perubahan tingkat pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah promosi kesehatan

denggan metode diskusi kelompok. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Supriyati (2016) yang meneliti tentang pengaruh penyuluhan dengan

metode ceramah dan metode diskusi terhadap pengetahuan dan sikap ibu tentang

Mp-ASI dan hasilnya menunjukkan bahawa metode diskusi lebih efektif dibandingan
88

dengan metode ceramah dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap yang dilihat

dari nilai rata-rata pengetahuan ibu meningkat sebesar 6,050 setelah diberikan

metode diskusi. Dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengetahuan ibu tentang

pemberian MP-ASI sebelum dan sesudah metode diskusi dengan nilai p<0,001.

Sedangkan hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata sikap ibu meningkat

sebesar 10,200 setelah diberikan metode diskusi. Dapat disimpulkan bahwa ada

perbedaan sikap ibu tentang pemberian MP-ASI sebelum dan sesudah metode

diskusi dengan nilai p<0,001.

6.4 Analisis Perbedaan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Siswi tentang

Anemia Sebelum dan Sesudah Pada Kelompok Kontrol

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pada kelompok kontrol yang tidak

diberi promosi kesehatan, sebagian besar nilai pre test responden memiliki tingkat

pengetahuan tentang anemia dalam kategori cukup (73.6%). Namun setelah rentang

waktu 7 hari dan diberikan post test sebagian besar responden (63.1%) memiliki nilai

post test dalam kategori cukup juga, tidak ada perubahan pengetahuan responden

menjadi baik secara signifikan. Begitu juga pada sikap responden, sebagian besar

nilai pre test responden menunjukkan sikap dalam kategori cukup baik tentang

anemia. Namun setelah rentang waktu 7 hari dan diberikan post test tidak ada

perubahan yang signifikan, sikap responden sebagian besar menunjukan masih

dalam kategori cukup baik juga.

Berdasarkan hasil uji statistik menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara tingkat pengetahuan dan sikap siswi tentang anemia sebelum
89

dan sesudah tanpa adanya diberi promosi kesehatan, sehingga dapat disimpulkan

bahwa kelompok kontrol ini tidak memiliki pengaruh dalam peningkatan

pengetahuan dan sikap siswi, oleh karena itu pengetahaun dan sikap siswi pada

kelompok kontrol tidak memiliki informasi tambahan tentang anemia, berbeda halnya

dengan kelompok intervensi yaitu terjadinya peningkatan pengetahuan dan sikap

siswi yang menandakan bahwa siswi mendapatkan informasi tambahan tentang

anemia. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok kontrol efektif untuk dibandingkan

dengan kelompok intervensi yaitu kelompok metode snow balling dan diskusi

kelompok.

Tidak terdapatnya perubahan peningkatan pengetahuan dan sikap yang

terjadi pada kelompok kontrol disebabkan karena siswi tidak mendapatkan promosi

kesehatan, kemungkinan juga siswi tidak mencari tahu informasi dari media lain

seperti media massa, dan siswi belum pernah ada yang mengalami anemia,

sehingga siswi dalam kelompok kontrol tersebut tidak memiliki pengetahuan tentang

anemia yang baik, sehingga untuk merubah sikap menjadi baik pun akan sulit.

6.5 Analisis Perbedaan Efektivitas Promosi Kesehatan Antara Metode Snow

Balling dan Metode Diskusi Kelompok Terhadap Peningkatan

Pengetahuan dan Sikap Siswi Tentang Anemia

Berdasarkan hasil uji statistik menujukkan bahwa tidak ada perbedaan yang

siginifikan antara metode snow balling dan metode diskusi kelompok dalam

peningkatan pengetahuan, karena kedua metode ini sama-sama efektif dalam

peningkatan pengetahuan yang bisa dilihat dari hasil dari pre post test menunjukkan
90

kenaikan yang sama-sama signifikan, sehingga tidak ada bedanya. Namun terdapat

perbedaan yang signifikan dari kedua metode tersebut dalam peningkatan sikap

tentang anemia. Hal tersebut menunjukkan hasil pre post test pada sikap siswi,

memang terdapat peningkatan sikap yang baik dengan metode snow balling

dibandingkan dengan kelompok metode diskusi. Walaupun kelompok diskusi

terdapat peningkatan pengetahuan tentang anemia namun dalam upaya

pencegahan anemia masih dalam kategori cukup saja,terbukti bahwa mereka jarang

untuk sarapan, jarang makan makanan bergizi seimbang, dan tidak merasa khawatir

untuk bahaya anemia jangka panjang sebagai calon ibu karena menurut mereka

merasakan menjadi calon ibu masih membutuhkan waktu yang lama.

Hasil data tersebut menyatakan kedua metode promosi kesehatan tersebut

memberikan pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap

siswi, hal tersebut menunjukkan tingkat keberhasilan promosi kesehatan dapat

dikatakan baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua metode tersebut dapat

digunakan dalam promosi kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap,

untuk peningkatan pengetahuan lebih disarankan untuk menggunakan metode snow

balling.

Metode snow balling dan diskusi kelompok tidak memiliki perbedaan yang

signifikan dalam peningkatan pengetahuan, karena kedua metode tersebut sama-

sama menjadi metode yang efektif dalam peningkatan pengetahuan. Agar sesuai

tujuan dengan hasil yang optimal, maka perlu diperhatikan faktor-faktor yang dapat

mempengaruhinya. Salah satu faktor adalah metode promosi kesehatan, namun

selain itu harus diperhatikan juga dari pemateri, media yang digunakan, waktu
91

pelaksanaan, faktor-faktor lain seperti usia, sosial budaya,ekonomi, lingkungan,

pendidikan, pengalaman, dan media massa dapat mempengaruhi pengetahuan dan

sikap seseorang (Wawan dan Dewi,2011).

Keberhasilan dalam promosi kesehatan salah satunya dipengaruhi oleh

metode promosi kesehatan. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah

metode snow balling dan metode diskusi kelompok. Dari kedua metode tersebut

dipilih dalam penelitian ini karena dapat membuat siswi menjadi aktif berpendapat,

menghargai pendapat temannya, sehingga siswi akan mendapatkan informasi lain

yang sebelumnya belum diketahui, selain itu untuk metode snow balling

mengaktifkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sehingga penyerapan materi

dalam proses belajar lebih tinggi. Promosi kesehatan dengan kedua metode tersebut

membuat siswi antusias untuk mengikutinya, dapat dilihat dari kehadiran siswi dan

mengikuti kegiatan sampai selesai.

Berdasarkan hasil data yang didapat dan dianalisa, dapat disimpulkan bahwa

secara statistika tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara metode snow

balling dan diskusi kelompok dalam peningkatan pengetahuan sedangkan dalam

peningkatan sikap terdapat perbedaan yang signifikan, namun dalam peningkatan

pengetahuan dan sikap tentang anemia dari kedua metode terebut sama-sama baik.

6.6 Analisis Perbedaan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Siswi tentang

Anemia Pada Kelompok Snow Balling dan Kelompok Diskusi Terhadap

Kelompok Kontrol
92

Hasil data statistika tersebut menyatakan bahwa ada perbedaan yang

signifikan antara kelompok snow balling dan diskusi dengan kelompok kontrol

terhadap peningkatan pengetahuan tentang anemia, namun untuk sikap tidak

terdapat perbedaan yang signifikan, sikap pada kelompok intervensi memiliki

perubahan menjadi baik namun kelompok kontrol tidak memiliki perubahan atau

tetap yaitu memiliki sikap cukup baik, memang pada kelompok kontrol ini saat

diobservasi hampir seluruh siswi membawa bekal makan hal tersebut menunjukkan

bahwa makanan yang mereka konsumsi sudah terpenuhi yaitu terdapat lauk seperti

ayam,daging dan sayuran, orang tua mereka sudah mengerti asupan gizi yang

harus dipenuhi oleh putrinya maka hal tersebut secara tidak langsung dalam salah

satu upaya pencegahan anemia dengan mengkonsumsi makanan gizi seimbang

sudah dilakukan, tetapi upaya-upaya lain seperti mengkonsumsi tablet tambah darah

belum pernah dilakukan.

Namun,peningkatan pengetahuan dan sikap lebih banyak peningkatan dari

kelompok yang diberikan intervensi berupa promosi kesehatan dengan metode snow

balling dan diskusi kelompok. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelompok kontrol

yang tidak diberi promosi kesehatan tidak memiliki peningkatan pengetahuan dan

sikap tentang anemia, dan dari siswi tidak mendapatkan atau tidak mencari

informasi tentang anemia sehingga pengetahuan tentang anemia mereka tidak

bertambah, berbeda dengan kelompok yang sudah mendapatkan promosi

kesehatan, informasi mereka tentang anemia bertambah sehingga upaya siswi untuk

mencegah anemia lebih tinggi dan baik dibandingkan dengan kelompok kontrol.
93

6.7 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini dapat dijadikan sebagai pembeaharuan

untuk peneltian selanjutnya. Keterbatasan tersebut sebagai berikut :

1. Peneliti berkoordinasi dengan bagian kesiswaan dan osis, namun akan

lebih memudahkan lagi ditambahkan koordinasi dengan UKS

2. Waktu promosi kesehatan yang digunakan terbatas, yaitu pada saat di

jam istirahat sehingga ada beberapa siswi yang telat. Oleh karena itu

lebih baik waktu yang digunakan pada saat diluar jam sekolah atau

meminta izin gurunya di waktu belajar, tergantung dari masing-masing

sekolah mengizinkan atau tidak.


94

BAB 7

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian “Perbedaan

Efektivitas Promosi Kesehatan Antara Metode Snow Balling dan Metode Diskusi

Kelompok Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Tentang Anemia Pada

Siswi Kelas XI SMAN 4 Malang” dapat disimpulkan bahwa :

1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dan sikap

sebelum dan sesudah promosi kesehatan dengan metode snow balling dengan

signifikansi p value -3.836 untuk pengetahuan dan sikap -1.388 <α (0.05).

2. Terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dan sikap

sebelum dan sesudah promosi kesehatan dengan metode diskusi kelompok

dengan signifikansi p value pengetahuan sebesar -3.530 dan sikap -3.413

<α(0.05).

3. Tidak terdapat perbedaan efektivitas promosi kesehatan antara metode snow

balling dan metode diskusi kelompok terhadap peningkatan pengetahuan dan

sikap tentang anemia pada siswi kelas XI SMAN 4 Malang

4. Promosi kesehatan dengan metode snow balling tidak lebih efektif dalam

meningkatkan pengetahuan dan sikap siswi tentang anemia dibandingan dengan

metode diskusi kelompok.

7.2 Saran

94
95

7.2.1 Bagi Kebidanan

Pada saat melakukan promosi kesehatan yang perlu diperhatikan salah

satunya yaitu metode dan media yang digunakan, karena dapat mempengaruhi

keberhasilan dalam promosi kesehatan. Cari metode dan media yang sesuai dengan

responden penelitian.

7.2.2 Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan :

1. Peneliti dapat meneliti faktor lain yang mempengaruhi tingkat pengetahuan dan

sikap secara umum

2. Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini dengan cara

memodifikasi metode promosi kesehatan sehingga dapat melakukan promosi

kesehatan dengan metode yang terbaik dan sesuai dalam peningkatan

pengetahuan dan sikap.

7.2.3 Bagi Insitusi Terkait

Pada saat pembelajaran kedua metode promosi kesehatan tersebut bisa

diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar, agar siswi lebih aktif berpendapat dan

tingkat penyerapan materi lebih tinggi, karena aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik tercapai , serta siswi tidak merasa bosan untuk belajar dengan

kegiatan belajar mengajar seperti biasanya.


96

DAFTAR PUSTAKA

Anas. 2014. Mengenal Metode Pembelajaran.

Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelituan: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta.

Azwar, Syaifuddin. 2011. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Badan Penelitian dan Perkembangan Kesehatan Kemenkes RI. 2013. Riset


Kesehatan Dasar;RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI.

Bindra, Vimee. 2017. Anemia In Adolescene. India: Consultant From Departement


Of Gynaecology, Apollo Hospitalls, Hyderabad Telangan, India, World
Journal Anemia.

Desmita. 2009. Psikologi Perkembagan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Devita, Sophie dan Nunung Febriany. Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri
Tentang Anemia Defisiensi Besi di SMAN 15 Medan. Medan: Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Dinas Kesehatan Propinsi Daerah Itimewa Yogyakarta. 2012. Laporan Gizi DIY.
Yogyakarta.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta.

WHO. 2014. Global Nutrution Targets 2025: Anemia Policy Brief. Switzerland:
Departement of Nutrition For Health and Development Wolrd Health
Organization. Department Of Nutrition For Health And Development World
Health Organization.

Green, L & Kreuter, M.wW,. 2005. Health Promotion Planning, An Educational and
Environmental Approach, Second Edition, Mayfield Publishing Company.

Guyton dan Hall. 1996. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Handayani, W dan Hariwibowo, A.S. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada
Klien Dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.

Huda. 2013. Pertumbuhan Fisik dan Perkembangan Intelek Usia Remaja.

96
97

Hurlock EB. 1993. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang


Kehidupan. Edisi Lima. Jakarta: Erlangga.

Izzan, dkk. 2016. Hadis Pendidika: Konsep Pendidikan Berbasis Hadis. Bandung:
Humaniora.

Januardana, Arta dkk. 2008. Pengaruh Metode Snow Balling Throwing. Yogyakarta:
Insan Madani.

Kementerian Kesehatan RI. 2015. INFODATIN Pusat Data dan Informasi Kesehatan
RI Situasi Kesehatan Remaja. Jakarta: Kemenkes RI Pusat Data dan
Informasi.

Kementerian Kesehatan RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta:
Kemenkes RI.

Kiswari, Rukman. 2014. Hematologi dan Transfusi. Jakarta: Erlangga.

Kurniawan, Ani. 1998. Gizi Seimbang Untuk Mencegah Anemia.

Manuaba, IBG., 2013. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB untuk


Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta: EGC.

Maulana, H. D. J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2010. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.

Nurhayati.2012. Penggunaan Model Pembelajaran Jigsaw dan Snow Balling Ditinjau


Dari Motivasi Belajar Dan Kemampuan Memori Siswa. Bioedukasi Volume 3
Nomor 2.

Nursalam. 2010. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.


Jakarta: Salemba Medika.

Oehadin, Amaylia. 2012. Pendekatan Klinis dan Diagnosis Anemia. Jakarta: Ikatan
Dokter Indonesia.

Pearce, C. Evelyn. 2015. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama.

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.
98

Rahmat, Abdul. 2010. Efektifitas Metode Diskusi Dan Ceramah Dalam Meningkatkan
Motivasi Beragama Pada Mata Pelajaran PAI Siswa Kelas IX Di SMP 03 dan
SMP 07 Kota Goronrtalo. Gorontalo: Jurnal Dakwah.

Riyanto & Budiman. 2013. Kapita Selekta Kuisioner. Jakarta: Salemba Medika.

Sakiyah, Mely, et al. 2015. Perbedaan Efektivitas Metode Diskusi Dan Ceramah
Terhadap Pengetahuan Pekerja Tentang Alat Pelindung Diri (APD) Di
Bengkel Las Kelurahan Bukit Lama Palembang. Palembang: Jurnal
Keperawatan Sriwijaya.

Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Edisi 6. Jakarta:
EGC.

Silberman, Melvin L. 2011. IOI Active Learning . Bandung: Nusa Media dan Nuansa.

Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: EGC.

Sophie & Nunung. 2012. Jurnal Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Anemia
Defisiensi Besi di SMAN 15 Medan. Sumatera Utara: Departemen
Keperawatan Dasar dan Medikal Bedah.

Sudjana, Nana. 2005. Dasar-Dasar Proses Pembelajaran. Bandung: Sinar Bayu


Algosindo.

Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Susilowati, Dwi. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan: Promosi Kesehatan.
Jakarta: Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Suyanto & Jihad, A. 2013. Menjadi Guru Profesional. Jakarta: Esensi.

Tarwoto, et al. 2010. Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta: Salemba
Medika.

Tesfaye, Melkam. 2015. Anemia and Iron Deficiency Among School Adolescents:
Burden, Severity, and Determinant Factors in Southwest Ethiopia.
Departement Of Clinical Laboratory, Bonga Hospital, Bonga;Departement
Of Medical Laboratory Science and Pathology, College Of Health Sciences,
Jimma University, Jimma, Ethiopia: Adolescent Health, Medicine, and
Therapeutics.

Usman, Basyiruddin. 2005. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat


Press.

Waryono. 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama.

Wawan & Dewi. 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Manusia. Cetakan II. Yogyakarta: Nuha Medika.
99

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penjelasan Untuk Mengikuti Penelitian

PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN

1. Saya Yusnia Maulidianti adalah mahasiswi progrm studi S1 Kebidanan


Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya dengan ini meminta anak
Bapak/ibu sebagai siswi SMAN XI 4 Malang untuk berpartisipasi dengan
sukarela dalam penelitian yang berjudul ”Perbedaan Efektivitas Promosi
Kesehatan Antara Metode Snow Balling Dan Metode Diskusi Kelompok
Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Tentang Anemia Pada Siswi
Kelas XI SMAN 4 Malang”.
2. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan pengetahuan dan
sikap tentang anemia sebelum dan setelah diberikan promosi kesehatan
dengan metode snow balling dan metode diskusi kelompok serta
menganalisis perbedaan efektivitas dari kedua metode tersebut. Manfaat
adanya penelitian ini sebagai perkembangan ilmu kesehatan di bidang
promosi kesehatan mengenai anemia, serta mengetahui keefektivitas dari
kedua metode tersebut dalam memberikan promosi kesehatan, sehingga
kedepannya akan memudahkan dalam memberikan promosi kesehatan
mengenai hal lain khususnya di bidang kesehatan kepada remaja dan
diharapkan dapat memberikan informasi dan wawasan serta sebagai deteksi
dini anemia, dalam hal ini siswi dapat mengetahui tentang anemia, jenis
anemia, faktor risiko dan dampak anemia yang mempengaruhi prestasi dan
kegiatan sekolah serta dampak kedepannya sebagai calon ibu, sehingga
siswi dapat menghindari penyebab anemia dan mengetahui upaya
pencegahan anemia serta dapat menurunkan prevalensi anemia pada
remaja putri
100

3. Penelitian ini akan berlangsung selama 1 bulan yaitu pada bulan oktober,
untuk di hari pelaksanaanya hari pertama pembagian lembar persetujuan
(informed consent) untuk ditandatangani oleh Bapak/ibu, hari berikutnya
pembagian pre test dan pelaksanaan promosi kesehatan, lalu 7 hari setelah
diberi promosi kesehatan, dilakukan post test dan selebihnya untuk
pengolahan data, dengan bahan penelitian berupa Pre-Post Test yang akan
diambil dengan cara kuesioner.
4. Keuntungan yang anak peroleh dengan keikutsertaan anak adalah akan
menjadi lebih aktif dengan berani mengemukakan pendapatnya dan
mendapat informasi dan wawasan serta sebagai deteksi dini anemia, meliputi
pengertian anemia, jenis anemia, faktor risiko dan dampak anemia yang
mempengaruhi prestasi dan kegiatan sekolah serta dampak kedepannya
sebagai calon ibu, sehingga anak dapat menghindari penyebab anemia dan
mengetahui upaya pencegahan anemia serta dapat menurunkan prevalensi
anemia pada remaja putri.
Manfaat langsung yang anak peroleh yaitu mendapat informasi langsung
mengenai anemia meliputi pengertian, manifestasi klinis, faktor risiko,
klasifikasi, dampak, pengobatan, dan pencegahan.
Manfaat tidak langsung yang dapat diperoleh yaitu dengan pengetahuan
anemia yang sudah diperoleh, maka sikap anak dapat berubah menjadi sikap
yang positif tentang anemia.

5. Ketidaknyamanan/resiko yang mungkin muncul yaitu mengganggu proses


belajar mengajar atau kegiatan di sekolahnya.
6. Pada penelitian ini, prosedur pemilihan subjek yaitu sesuai dengan kriteria,
yaitu kriteria inklusi dan eksklusi.
Kriteria Inklusi (siswi yang dijadikan responden)

1) Siswi yang hadir dalam rangkaian acara promosi kesehatan dengan


metode snow balling dan metode diskusi kelompok.
2) Bersedia menjadi responden dan menandatangani informed consent
101

3) Belum pernah mendapatkan promosi kesehatan tentang anemia dengan


metode snow balling dan metode diskusi kelompok.
Kriteria Eksklusi (siswi yang tidak dijadikan responden)
1) Siswi yang tidak mengisi kuesioner secara lengkap sehingga data tidak
bisa di analisis.
Mengingat anak Bapak/ibu memenuhi kriteria tersebut, maka peneliti
meminta kesediaan anak Bapak/ibu untuk mengikuti penelitian ini setelah
penjelasan peneletian ini diberikan.

7. Prosedur pengambilan sampel dengan teknik pengambilan dari sumber data


dengan pertimbangan tertentu, pengambilan sampel dengan sengaja sesuai
dengan persyaratan sampel yang diperlukan, yaitu dengan memperhatikan
kriteria inklusi dan eksklusi. cara ini mungkin menyebabkan siswi tidak
memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel penelitian. Siswi
yang mendapatkan promosi kesehatan tentang anemia hanya siwi yang
termasuk kriteria, sehingga pelajaran sekolahnya akan terganggu, tetapi
anak Bapak/ibu tidak perlu kuatir karena penelitian ini memiliki keuntungan
yang banyak baik secara langsung maupun tidak langsung.
8. Setelah anak Bapak/ibu menyatakan kesediaan berpartisipasi dalam
penelitian ini, maka peneliti memastikan anak Bapak/ibu dalam keadaan
sehat
9. Sebelum pengisian kuisioner, peneliti akan menerangkan cara mengisi
kuesioner kepada anak Bapak/ibu, selama 3 menit di tiap kelompok
perlakuan, dengan cara menyampaikan langsung di depan anak bahwa
kuesioner diisi dengan memberi tanda () dilembar kuesioner, memilih yang
benar atau salah untuk kuesioner pengetahuan, dan memilih sesuai sikap
siswi terhadap anemia dengan skala 1-5, sesuai dengan pengalaman yang
Bapak/ibu/sdr alami dengan menggunakan tinta hitam.
10. Sebelum pengisian kuesioner, peneliti akan memberikan penjelasan
mengenai cara pengisian kuesioner (lembar pre test) yaitu mengerjakan pre
test dengan sendiri, tidak boleh mencontek dan jika tidak tahu jawabannya
dikosongkan saja.
102

11. Selama pengisian kuesioner, diperkenankan bagi anak untuk menanyakan


apabila ada yang belum dipahami dari isi kuisioner.
12. Setelah mengisi kuesioner, anak dapat melakukan tukar pengalaman dan
tanya jawab dengan peneliti seputar pengetahuan tentang anemia.
13. Anak Bapak/ibu dapat memberikan umpan balik dan saran pada peneliti
terkait dengan proses pengambilan data dengan kuesioner, baik selama
maupun setelah proses pengisian kuesioner secara langsung pada peneliti.
14. Peneliti akan memberikan waktu satu hari pada anak Bapak/ibu untuk
menyatakan dapat berpartisipasi / tidak dalam penelitian ini secara sukarela,
sehari sebelum pengisian kuesioner.
15. Seandainya anak Bapak/ibu tidak menyetujui cara ini maka anak dapat
memilih cara lain atau anak boleh tidak mengikuti penelitian ini sama sekali.
16. Jika anak Bapak/ibu menyatakan bersedia menjadi responden namun disaat
penelitian berlangsung anda ingin berhenti, maka anak Bapak/ibu dapat
menyatakan mengundurkan diri atau tidak melanjutkan ikut dalam penelitian
ini. Tidak akan ada sanksi yang diberikan kepada anak terkait hal ini.
17. Nama dan jati diri anak akan tetap dirahasiakan, sehingga diharapkan anak
tidak merasa khawatir dan dapat mengisi kuisioner sesuai kenyataan dan
pengalaman anak yang sebenarnya.
18. Jika anak Bapak/ibu merasakan ketidaknyamanan atau dampak karena
mengikuti penelitian ini, maka anak Bapak/ibu dapat menghubungi saya
Yusnia Maulidianti ke nomor telepon berikut 081615052408 bisa melalui WA
atau SMS.
19. Perlu anak dan Bapak/ibu ketahui bahwa penelitian ini telah mendapatkan
persetujuan kelaikan etik dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya, sehingga anak tidak perlu khawatir karena
penelitian ini akan dijalankan dengan menerapkan prinsip etik penelitian yang
berlaku.

20. Hasil penelitian ini kelak akan dipublikasikan namun tidak terdapat identitas
anak dalam publikasi tersebut sesuai dengan prinsip etik yang diterapkan.
103

21. Peneliti akan bertanggung jawab secara penuh terhadap kerahasiaan data
yang anak berikan dengan menyimpan data hasil penelitian yang hanya
dapat diakses oleh peneliti
22. Peneliti akan memberi tanda terima kasih berupa note book dan pulpen
seharga Rp. 25.000,- kepada siswi dan kepada sekolah berupa timbangan
BB dan microtoise seharga Rp. 100.000,-

Peneliti Utama

(Yusnia Maulidianti)
104

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Untuk Orang Tua/Wali

LEMBAR PERSETUJUAN UNTUK ORANG TUA/WALI

Dengan hormat,

Saya yang bernama Yusnia Maulidianti, mahasiswi program studi S1


Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya akan melaksanakan
penelitian sebagai kegiatan tugas akhir untuk menyelesaikan program studi S1
Kebidanan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan
sikap tentang anemia pada siswi kelas XI SMAN 4 Malang sebelum dan setelah
diberikan promosi kesehatan dengan metode snow balling dan metode diskusi
kelompok serta menganalisis ada tidaknya perbedaan efektivitas dari kedua metode
tersebut.

Peneliti mengajak siswi kelas XI SMAN 4 Malang untuk menjadi responden


dan ikut serta dalam penelitian ini. Penelitian ini membutuhkan sekitar 72 orang yang
akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2018. Adapun manfaat dari penelitian ini
akan mendapatkan informasi dan pengetahuan serta sebagai deteksi dini anemia,
dalam hal ini siswi dapat mengetahui tentang anemia, jenis anemia, faktor risiko dan
dampak anemia yang mempengaruhi prestasi dan kegiatan di Sekolah serta dampak
kedepannya sebagai calon ibu, sehingga siswi dapat menghindari penyebab anemia
dan mengetahui upaya pencegahan anemia yang baik. Oleh karena itu, saya mohon
kepada orang tua/wali siswi memberikan kesediaannya untuk menyetujui putrinya
mengikuti penelitian ini dan saya akan menjamin kerahasiaan identitas sebagai
responden. Jika orang tua/wali siswi bersedia, mohon untuk menandatangani lembar
persetujuan yang telah disediakan.

Demikian informasi penelitian ini saya buat, atas perhatiannya saya ucapkan terima
kasih.

Malang,............................

Orang tua/Wali Peneliti

(Yusnia Maulidianti)
(………………………………………)
105

Lampiran 3 Pernyataan Persetujuan Untuk Berpartisipasi Dalam Penelitian

Pernyataan Persetujuan untuk

Berpartisipasi dalam Penelitian

Saya yang bertandatangan dibawah ini meyatakan bahwa :

1. Saya telah mengerti tentang apa yang tercantum dalam lembar penjelasan
dan telah dijelaskan oleh peneliti
2. Dengan ini saya menyatakan bahwa secara sukarela bersedia untuk ikut
serta menjadi salah satu subyek penelitian yang berjudul “Perbedaan
Efektivitas Promosi Kesehatan Antara Metode Snow Balling Dan Metode
Diskusi Kelompok Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Tentang
Anemia Pada Siswi Kelas XI Sman 4 Malang”.

Malang, .......................... , ......

Peneliti Yang membuat pernyataan

(Yusnia Maulidianti) (..........................................)

NIM. 155070601111031

Saksi I Saksi II

Dosen Pembimbing I Waka Kurikulum SMAN 4 Malang

(Linda Ratnawati, SST., M.Kes) (Drs. Gunarta, M,Pd)


106

Lampiran 4 Pernyataan Telah Melaksanakan Informed Consent

PERNYATAAN TELAH MELAKSANAKAN INFORMED CONSENT

Yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama : Yusnia Maulidianti

NIM : 155070601111031

Program Studi : S1 Kebidanan Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya

Menyatakan bahwa saya telah melaksanakan proses pengambilan data penelitian


sesuai dengan yang disetujui pembimbing dan telah memperoleh pernyataan
kesediaan dan persutujuan dari responden sebagai sumber data.

Malang, 5 Maret 2019

Mengetahui, Yang membuat pernyataan,

Pembimbing I

(Linda Ratna Wati, SST., M.Kes) (Yusnia Maulidianti)

NIP. 198409132014042001 NIM 155070601111031


107

Lampiran 5 Satuan Acara Penyuluhan

SATUAN ACARA PENYULUHAN METODE SNOW BALLING

I. Pokok Pembahasan : Anemia

II. Sasaran : Siswi kelas XI di SMAN 4 Malang

III. Waktu : 60 menit

IV. Hari/Tanggal : Jumat, 2 November 2018

V. Tempat : Ruang kelas XI SMAN 4 Malang

VI. Tujuan

a. Tujuan Umum

Setelah mendapatkan penyuluhan kesehatan tentang anemia diharapkan

adanya peningkatan pengetahuan dan sikap siswi tentang anemia untuk

mendeteksi terjadinya anemia sedini mungkin.

b. Tujuan Khusus

1. Mampu mengetahui pengertian anemia

2. Mampu mengetahui manifestasi klinis anemia

3. Mampu mengetahui faktor risiko anemia

4. Mampu mengetahui jenis/klasifikasi anemia

5. Mampu mengetahui dampak anemia

6. Mampu mengetahui pencegahan anemia

7. Mampu mengetahui pengobatan anemia

VII. Pembicara : Peneliti

VIII. Metode : Snow balling


108

IX. Media : Alat tulis dan laptop

X. Sub Pokok Pembahasan

1. Definisi anemia

2. Manifestasi klinis anemia

3. Faktor risiko anemia

4. Jenis/Klasifikasi anemia

5. Dampak anemia

6. Pencegahan anemia

7. Pengobatan anemia

XI. Kegiatan Penyuluhan Kesehatan

No Kegiatan Respon Responden Waktu


1 Pendahuluan 1. Membalas salam 3 menit
1. Membuka kegiatan dengan dan berdoa
mengucapkan salam dan doa 2. Memperhatikan
2. Perkenalan diri eneumorator
3. Menjelaskan tujuan
4. Menjelaskan topik promosi
kesehatan
5. Menyampaikan kontrak waktu
2 Pre Test 1. Memperhatikan 10 menit
1. Menjelaskan petunjuk 2. Mengerjakan soal
pengisian kuesioner pre test
2. Mengerjakan soal pre test
3 Pelaksanaan : 1. Memperhatikan 3 menit
1. Pembagian kelompok secara 2. Mengikuti arahan
acak, dari 1 kelompok terdiri 3. Menjawab
dari 2 orang pertanyaan
2. Memberikan pertanyaan
pertama mengenai definisi
anemia
3. Pembentukan kelompok baru
109

4 1. Pembentukan kelompok baru, 1. Memperhatikan 4 menit


1 kelompok terdiri 3 orang 2. Mengikuti arahan
2. Memberikan pertanyaan 3. Menjawab
kedua mengenai manifestasi pertanyaan
klinis anemia
3. Pembentukan kelompok baru
5 1. Pembentukan kelompok baru, 1. Memperhatikan 4 menit
1 kelompok terdiri 4 orang 2. Mengikuti arahan
2. Memberikan pertanyaan 3. Menjawab
ketiga mengenai jenis-jenis pertanyaan
anemia anemia
3. Pembentukan kelompok baru
6 1. Pembentukan kelompok baru, 1. Memperhatikan 6 menit
1 kelompok terdiri 6 orang 2. Mengikuti arahan
2. Memberikan pertanyaan 3. Menjawab
keempat mengenai faktor pertanyaan
risiko anemia
3. Pembentukan kelompok baru
7 1. Pembentukan kelompok baru, 1. Memperhatikan 6 menit
1 kelompok terdiri 12 orang 2. Mengikuti arahan
2. Memberikan pertanyaan 3. Menjawab
kelima mengenai dampak pertanyaan
anemia
3. Pembentukan kelompok baru
8 1. Pembentukan kelompok 1. Memperhatikan 7 menit
baru, 1 kelompok terdiri 24 2. Mengikuti arahan
orang 3. Menjawab
2. Memberikan pertanyaan pertanyaan
keenam mengenai
pencegahan dan
pengobatan anemia
9 Presentasi hasil diskusi Perwakilan kelompok 15 menit
kelompok mempresentasikan
hasil diskusinya
10 Penutupan Mengucapkan terima 2 menit
kasih, memberitahu
minggu depan akan ada
penjelasan anemia dari
peneliti dan
mengucapkan salam
110

11 (7 Hari berikutnya) 1. Bertanya 10 menit


Tanya jawab dan Post Test 2. Mengerjakan soal
1. Tanya Jawab post test
2. Mengerjakan soal post test
12 Tanggapan dari peneliti untuk Peserta memperhatikan 15 menit
menjelaskan anemia dengan
meggunakan media Power
Point
Penutup 1. Memperhatikan 5 menit
13 1. Mengucapkan terima kasih 2. Mengucapkan
kepada respnden yang telah terima kasih telah
berpartisipasi dalam diberi souvenir
penelitian 3. Menjawab salam
2. Pembagian souvenir atas dan berdoa
ucapan terima kasih
3. Mengucapkan salam penutup
dan doa

XII. Evaluasi

Dengan pemberian kuesioner post test kepada responden dapat :

1. Mampu mengetahui pengertian anemia

2. Mampu mengetahui manifestasi klinis anemia

3. Mampu mengetahui faktor risiko anemia

4. Mampu mengetahui jenis/klasifikasi anemia

5. Mampu mengetahui dampak anemia

6. Mampu mengetahui pencegahan anemia

7. Mampu mengetahui pengobatan anemia


111

SATUAN ACARA PENYULUHAN METODE DISKUSI KELOMPOK

I. Pokok Pembahasan : Anemia

II. Sasaran : Siswi kelas XI di SMAN 4 Malang

III. Waktu : 60 menit

IV. Hari/Tanggal : Jumat, 2 November 2018

V. Tempat : Ruang kelas XI SMAN 4 Malang

VI. Tujuan

a. Tujuan Umum

Setelah mendapatkan penyuluhan kesehatan tentang anemia diharapkan

adanya peningkatan pengetahuan dan sikap siswi tentang anemia untuk

mendeteksi terjadinya anemia sedini mungkin.

b. Tujuan Khusus

1. Mampu mengetahui pengertian anemia

2. Mampu mengetahui manifestasi klinis anemia

3. Mampu mengetahui faktor risiko anemia

4. Mampu mengetahui jenis/klasifikasi anemia

5. Mampu mengetahui dampak anemia

6. Mampu mengetahui pencegahan anemia

7. Mampu mengetahui pengobatan anemia

VII. Pembicara : Peneliti

VIII. Metode : Diskusi Kelompk

IX. Media : Alat tulis dan laptop

X. Sub Pokok Pembahasan


112

8. Definisi anemia

9. Manifestasi klinis anemia

10. Faktor risiko anemia

11. Jenis/Klasifikasi anemia

12. Dampak anemia

13. Pencegahan anemia

14. Pengobatan anemia

XI. Kegiatan Penyuluhan Kesehatan

No Kegiatan Respon Responden Waktu


1 Pendahuluan 1. Membalas salam dan 3 menit
1. Membuka kegiatan dengan berdoa
mengucapkan salam dan doa 2. Memperhatikan
2. Perkenalan diri enemorator
3. Menjelaskan tujuan
4. Menjelaskan topik promosi
kesehatan
5. Menyampaikan kontrak waktu
2 Pre Test 1. Memperhatikan 10 menit
1. Menjelaskan petunjuk pengisian 2. Mengerjakan soal pre
kuesioner test
2. Mengerjakan soal pre test
3 Mendiskusikan jawaban dari Memperhatikan pemimpin 34 menit
pertanyaan atau kasus yang diskusi dan
mencakup : menyampaikan pendapat
1. Definisi anemia
2. Manifestasi klinis anemia
3. Faktor risiko anemia
4. Jenis/Klasifikasi anemia
5. Dampak anemia
6. Pencegahan anemia
7. Pengobatan anemia
4 Menyimpulkan hasil diskusi Sekretaris menjelaskan 10 menit
5 Penutupan Mengucapkan salam dan 3 menit
terima kasih, serta
memberitahu minggu
depan akan ada
113

penjelasan anemia

6 ( 7 Hari berikutnya) Tanya jawab 1. Bertanya 10 menit


dan Post Test 2. Mengerjakan soal post
1. Tanya Jawab test
2. Mengerjakan soal post test
7 Tanggapan dari peneliti untuk Peserta memperhatikan 15 menit
menjelaskan anemia dengan
meggunakan media Power Point
8 Penutup 1. Memperhatikan 5 menit
1. Mengucapkan terima kasih 2. Mengucapkan terima
kepada respnden yang telah kasih telah diberi
berpartisipasi dalam penelitian souvenir
2. Pembagian souvenir atas ucapan 3. Menjawab salam dan
terima kasih berdoa
3. Mengucapkan salam penutup dan
doa

XII. Evaluasi

Dengan pemberian kuesioner post test kepada responden dapat :

1. Mampu mengetahui pengertian anemia

2. Mampu mengetahui manifestasi klinis anemia

3. Mampu mengetahui faktor risiko anemia

4. Mampu mengetahui jenis/klasifikasi anemia

5. Mampu mengetahui dampak anemia

6. Mampu mengetahui pencegahan anemia

7. Mampu mengetahui pengobatan anemia


114

Materi Penyuluhan Kesehatan

1. Definisi Anemia

Anemia merupakan defisiensi sel darah merah yang dapat disebabkan

karena kehilangan sel darah merah yang terlalu banyak atau pembentukan sel darah

merah yang terlalu lambat (Guyton, 1996). Sedangkan menurut Sloane (2003)

anemia adalah defisiensi sel darah merah atau kekurangan hemoglobin. Hal ini

mengakibatkan penurunan jumlah sel darah merah, atau jumlah sel darah merah

tetap normal tetapi jumlah hemoglobinnya subnormal.

Hemoglobin adalah molekul yang tersusun dari suatu protein, globin. Globin

terdiri dari empat rantai polipeptida yang melekat pada empat gugus hem yang

mengandung zat besi. Hem berperan dalam pewarnaan darah. Pada hemoglobin

orang dewasa (HgA), rantai polipeptidanya terdiri dari dua rantai alfa dan dua rantai

beta yang identik, masing-masing membawa gugus hemnya. Sedangkan pada

hemoglobin janin (HgF) terdiri dari dua rantai alfa dan dua rantai gamma. HgF

memiliki afinitas yang sangat besar terhadap oksigen dibandingkan dengan HgA.

Jika hemoglobin terpajan oksigen, maka molekul oksigen akan bergabung dengan

rantai alfa dan beta untuk membentuk oksihemoglobin. Oksihemoglobin berwarna

merah terang. Jika oksigen dilepas ke jaringan, maka hemoglobinnya disebut

deoksihemoglobin atau hemoglobin tereduksi. Hemoglobin ini terlihat lebih gelap

atau bahkan kebiruan, saat vena terlihat dari permukaan kulit. Setiap gram HgA

membawa 1.3 ml oksigen. Sekitar 97% oksigen dalam darah yang dibawa dari paru-

paru bergabung dengan hemoglobin, sisanya yang 3% larut dalam plasma (Sloane,

2003).
115

2. Manifestasi Klinis

Menurut Kurniawan, dkk (1998) tanda-tanda anemia meliputi

1. Lesu, Lemah, Letih, Lalai (5L)

2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang

3. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan telapak tangan

menjadi pucat.

Menurut Handayani dan Hariwibowo (2008), gejala anemia dibagi menjadi

tiga golongan yaitu :

1. Gejala Umum Anemia

Sering disebut juga dengan sindrom anemia atau Anemic Syndrome. Gejala ini

timbul pada semua jenis anemia yang memiliki kadar hemoglobin yang sudah

sangat menurun. Gejala-gejala tersebut dapat diklasifikasikan menurut ogan

yang terkena, diantaranya :

1) Sistem Kardiovaskuler : lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak napas

saat beraktivitas, angina pectoris, dan gagal jantung.

2) Sistem Saraf : sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata

berkunang-kunang, kelemahan otot, lesu, serta perasaan dingin pada

ekstremitas.

3) Sistem urogenital : gangguan menstruasi dan libido menurun

4) Epitel : warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun,

serta rambut menjadi rontok.

2. Gejala Khas Masing-masing Anemia


116

Gejala khas yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalah sebagai

berikut :

1) Anemia defisiensi besi : disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis.

2) Anemia defisiensi asam folat : lidah merah (buffy tongue)

3) Anemia hemolitik : Ikterus dan hepatosplenomegali

4) Anemia aplastik : Perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda infeksi

3. Gejala penyakit dasar

Gejala ini timbul karena penyakit-penyakit yang mendasari anemia, misalnya

infeksi cacing tambang berat akan menimbulkan gejala seperti pembesaran

parotis dan telapak tangan berwarna kuning seperti jerami.

3. Faktor Risiko Anemia

Menurut Bindra (2017) ada beberapa kelompok remaja yang memiliki risiko

terjadinya anemia, antara lain :

1. Remaja kurang gizi atau malnutrisi

2. Asupan makanan yang rendah dan meningkatnya kebutuhan, karena saat

remaja terjadi percepatan pertumbuhan

3. Remaja dengan penyakit kronis

4. Kehilangan darah saat menstruasi yang berat (>80 mL)

5. Obesitas dan remaja yang kelebihan berat badan (defesiensi zat besi yang

terjadi pada remaja tersebut karena asupan makanan yang rendah dan

peningkatan kebutuhan tubuh meningkat karena penambahan berat badan.

6. Infeksi cacing dan kurangnya personal hygiene

7. Kehamilan remaja
117

4. Jenis/Klasifikasi Anemia

Menurut Sherwood (2011) anemia menunjukkan kemampuan darah

mengangkut oksigen dibawah normal dan ditandai oleh hematocrit yang rendah.

Beberapa penyebab anemia dapat dikelompokkan menjadi enam kategori :

1. Anemia nutrisional

Disebakan oleh defisiensi dalam makanan suatu faktor yang dibutuhkan untuk

eritropoesis. Pembentukan sel darah merah bergantung pada pasokan adekuat

bahan-bahan dasar esensial, yang sebagian diantaranya tidak disintesis di tubuh

tetapi harus disediakan melalui makanan.

2. Anemia Pernisiosa

Disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh menyerap vitamin B 12 yang masuk

melalui makanan dari saluran cerna. Vitamin B 12 penting untuk pembentukan dan

pematangan normal sel darah merah. Vitamin ini banyak terdapat di berbagai

makanan.

3. Anemia aplastik

Disebabkan oleh kegagalan sumsum tulang menghasikan cukup sel darah

merah, meskipun bahan dibutuhkan untuk eritropoiesis tersedia. Berkurangnya

kemampuan eritropoesis dapat disebabkan oleh destruksi sumsum tulang merah

oleh bahan kimia toksik (misalnya benzene), pajanan berlebihan terhadap radiasi

(jatuhan dari ledakan bom nuklir, sebagai contoh, atau pajanan berlebihan ke

sinar-X), invasi sumsum tulang oleh sel kanker, atau kemoterapi untuk kanker.

4. Anemia ginjal
118

Dapat terjadi akibat penyakit ginjal. Karena eritropoietin dari ginjal adalah

rangsangan utama yang mendorong eritropoiesis, maka kurang adekuatnya

sekresi eritropoietin oleh ginjal yang sakit menyebabkan berkurangnya produksi

sel darah merah.

5. Anemia perdarahan

Disebabkan oleh keluarnya banyak darah. Kehilangan darah dapat bersifat akut,

misalnya karena perdarahn luka, atau kronik, misalnya darah haid yang

berlebihan.

6. Anemia hemolitik

Disebabkan oleh pecahnya eritrosit dalam darah yang berlebihan. Hemolysis

atau rupture sel darah merah, terjadi karena sel yang sebenarnya normal dipicu

untuk pecah faktor eksternal, seperti pada invasi sel darah merah oleh parasite

malaria, atau karena sel tersebut memang cacat, seperti pada penyakit sel sabit.

5. Dampak Anemia

Menurut Bindra (2017) ada beberapa efek samping terjadinya anemia, antara

lain :

1. Pertumbuhan terhambat

2. Kinerja di sekolah menurun, gangguan konsentrasi, kehilangan memori,

sehingga meningkatkan angka putus sekolah

3. Imunitas berkurang dan kejadian infeksi meningkat

4. Keterlambatan menarche dan menstruasi akan menjadi tidak teratur


119

5. Jika remaja putri hamil, kemungkinan akan terjadi pembatasan pertumbuhan

intrauterine, berat badan lahir rendah, meningkatnya morbiditas dan mortilitas

ibu juga anaknya.

Menurut Manuaba (2013), jika remaja putri menderita anemia yang nantinya

akan hamil maka terdapat bahaya pada kehamilannya, antara lain :

1. Pengaruh anemia terhadap ibu

1) Bahaya selama kehamilan

a. Terjadi abortus

b. Persalinan premature

c. Hambatan tumbuh kembang

d. Mudah terjadi infeksi

e. Mola hidatidosa

f. Hyperemesis gravidarum

g. Perdarahan anterpartum

h. Ketuban pecah dini

2) Bahaya saat persalinan

a. Gangguan his- kekuatan mengejan

b. Kala pertama dapat berlangsung lama

c. Kala tiga dapat diikuti retensio plasenta dan perdarahan postpartum

akibat atonia uteri

d. Kala empat dapat terjadi perdarahan postpartum akibat atonia uteri

3) Bahaya saat nifas

a. Terjadi subinvolusi uteri yang menimbulkan perdarahan postpartum


120

b. Memudahkan infeksi puerperium

c. Produksi ASI berkurang

d. Anemia kala nifas

e. Mudah terjadi infeksi mammae

2. Bahaya terhadap janin

Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai nutrisi dari ibunya,

dengan adanya anemia kemampuan metabolisme tubuh akan berkurang

sehingga pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim akan terganggu.

Akibat anemia akan menyebaban janin, sebagai berikut :

1) Abortus

2) Kematian intrauteri

3) Prematur

4) Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

5) Kelainan dengan anemia

6) Dapat terjadi cacat bawaan

6. Pengobatan Anemia

Menurut Handayani dan Haribowo (2008). Pada setiap kasus anemia perlu

diperhatikan prinsip-prinsip berikut ini :

1. Terapi spesifik sebaiknya diberikan setelah diagnosis ditegakkan

2. Terapi diberikan atas indikasi yang jelas, rasional, dan efisien

Jenis-jenis terapi yang diberikan adalah

1. Terapi gawat darurat


121

Pada kasus anemia dengan payah jantung diberikan langsung dengan transfuse

sel darah merah yang dimampatkan (PRC) untuk mencegah perburukan payah

jantung tersebut.

2. Terapi khas untuk masing-masing anemia

Terapi ini bergantung pada jenis anemia yang dijumpai, misalnya preparat besi

untuk anemia defisiensi besi

3. Terapi kausal

Merupakan terapi untuk mengobati penyakit dasar yang menjadi penyebab

anemia. Misalnya anemia defisiensi besi yang disebabkan oleh infeksi cacing

tambang harus diberikan obat anti cacing tambang

7. Pencegahan Anemia

Menurut Tarwoto, dkk (2010) upaya-upaya untuk mencegah anemia, antara

lain :

1. Makan makanan yang mengandung zat besi dari bahan hewani (daging, ikan,

ayam, hati, dan telur) dan dari bahan nabati (sayuran yang berwarna hijau tua,

kacang-kacangan, dan tempe)

2. Banyak mengkonsumsi sumber vitamin c yang bermanfaat untuk meningkatkan

penyerapan zat besi.

3. Minum 1 tablet penambah darah setiap hari, khususnya saat mengalami

menstruasi

4. Bila merasakan ada tanda dan gejala anemia, segera konsultasikan ke dokter

untuk dicari penyebabnya dan diberikan pengobatan


122

5. Untuk meningkatkan absorbs besi, sebaiknya suplementasi besi tidak diberikan

bersama susu, kopi, dan teh.

6. Memberikan promosi kesehatan tentang pola makan sehat. Adanya makanan

siap saji (fast food) dapat mempengaruhi pola makan remaja. Makanan siap saji

umumnya rendah zat besi, kalsium, riboflavin, vitamin A, dan asam folat.

Makanan siap saji mengandung lemak jenuh, kolesterol dan natrium yang tinggi.
123

Lampiran 6 Lembar Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

PERBEDAAN EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN ANTARA METODE


SNOW BALLING DAN METODE DISKUSI KELOMPOK TERHADAP
PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG ANEMIA PADA
SISWI KELAS XI SMAN 4 MALANG

A. Identitas Responden
Nama :
Umur :
Kelas : (contoh : XI IPA 1)
Hari/Tanggal :

B. Kuesioner Pengetahuan Anemia


Petunjuk Pengisian : berilah tanda () pada jawaban yang menurut anda
benar.

No Pertanyaan Benar Salah


1 Anemia merupakan defisiensi sel darah merah yang
ditandai dengan kadar hemoglobin dibawah normal (<12
g/dl)
2 Hemoglobin merupakan protein yang ditemukan dalam
sel darah merah yang bertugas membawa O 2 ke seluruh
tubuh dan memberi warna merah pada darah
3 Batas normal kadar hemoglobin pada perempuan adalah
18 g/dl
4 Tanda-tanda dan gejala anemia yang dapat dilihat adalah
lelah, letih, lesu, lalai, dan lunglai
124

5 Kelopak mata, bibir, lidah, kulit, kuku, dan telapak tangan


nampak pucat bukan tanda-tanda dari anemia
6 Gejala anemia meliputi sakit kepala, pusing, mata
berkunang-kunang, serta sesak napas saat beraktivitas
7 Menstruasi bukan faktor yang menyebabkan remaja
perempuan mengalami anemia
8 Remaja kurang gizi merupakan salah satu faktor risiko
terjadinya anemia
9 Salah satu faktor risiko terjadinya anemia pada remaja
yaitu adanya penyakit kronis
10 Kekurang zat besi bukan satu-satunya penyebab anemia
11 Penyakit cacingan (cacing tambang) dapat menyebabkan
anemia
12 Anemia tidak mengganggu konsentrasi belajar dan tidak
menurunkan daya tahan tubuh
13 Anemia pada remaja perempuan dapat mengganggu
siklus menstruasi
14 Anemia tidak menghambat pertumbuhan remaja
15 Dampak anemia pada calon ibu dapat meningkatkan
frekuensi komplikasi kehamilan seperti keguguran, Berat
Badan Lahir Rendah, prematur, kematian ibu dan janin
serta menghambat produksi ASI
16 Cara mendiagnosa anemia adalah dengan pemeriksaan
kadar hemoglobin
17 Anemia tidak dapat dicegah atau ditanggulangi
18 Zat besi yang terdapat dalam makanan hewani dan
nabati dapat mencegah terjadinya defisiensi (kekurangan)
zat besi
19 Mengkonsumsi makanan sumber vitamin C dapat
meningkatkan penyerapan zat besi
125

20 Minum kopi dan teh tidak menghambat penyerapan zat


besi di dalam tubuh
21 Remaja perempuan yang sedang menstruasi tidak
memerlukan zat besi lebih banyak
22 Anemia tidak dapat diobati dengan hanya mengkonsumsi
makanan dari sumber zat besi
23 Bila merasakan tanda dan gejala anemia, tidak perlu
konsultasi ke dokter
24 Anemia hanya bisa diobati melalui pemberian tablet
tambah darah
25 Jika anemia karena penyakit cacingan maka diobati
dengan obat anti cacing terlebih dahulu

Kunci Jawaban
1 B 14 S
2 B 15 B
3 S 16 B
4 B 17 S
5 S 18 B
6 B 19 B
7 S 20 S
8 B 21 S
9 B 22 B
10 B 23 S
11 B 24 S
12 S 25 B
13 B
126

C. Kueisoner Sikap Tentang Anemia


Petunjuk Pengisian : berilah tanda () pada jawaban yang menurut anda
benar, dengan bobot nilai
- 5 : Sangat Setuju (SS)
- 4 : Setuju (S)
- 3 : Ragu-ragu (RG)
- 2 : Tidak Setuju (TS)
- 1 : Sangat Tidak Setuju (STS)

No Aspek Penilaian SS S RG TS STS


1 Anemia bukan masalah kesehatan yang berbahaya
2 Anemia perlu dicegah dan diobati
3 Anemia tidak mengganggu aktivitas dan konsentrasi belajar
4 Merasa khawatir terkena anemia karena memiliki dampak
negatif saat masa remaja, dan sebagai calon ibu seperti
bahaya selama kehamilan, persalinan, nifas dan bahaya bagi
janin.
5 Perlu mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi
seperti makan sayur-sayuran hijau dan mengkonsumsi daging
untuk mencegah anemia
6 Perlu makan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin
C agar meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh
7 Remaja perempuan cenderung menderita anemia karena
mengalami menstruasi setiap bulan, sehingga membutuhkan
zat besi dua kali lebih banyak dari pada pria
8 Sebaiknya mengkonsumsi tablet tambah darah 1
tablet/minggu dan 1 tablet/hari selama mestruasi untuk
mencegah terjadinya anemia
9 Tidak perlu mengurangi minuman yang dapat menghambat
penyerapan zat besi seperti kopi dan teh
10 Tidak merasa perlu mendapatkan informasi mengenai anemia
127

Lampiran 7 Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas Kuesioner Pengetahuan


Correlations

TOT AL
I1 Pe arson Corre la ti on .639 **
Si g. (2 -tai l ed) .000
N 35
I2 Pe arson Corre la ti on .650 **
Si g. (2 -tai l ed) .000
N 35
I3 Pe arson Corre la ti on .625 **
Si g. (2 -tai l ed) .000
N 35
I4 Pe arson Corre la ti on .574 **
Si g. (2 -tai l ed) .000
N 35
I5 Pe arson Corre la ti on .625 **
Si g. (2 -tai l ed) .000
N 35
I6 Pe arson Corre la ti on .634 **
Si g. (2 -tai l ed) .000
N 35
I7 Pe arson Corre la ti on .585 **
Si g. (2 -tai l ed) .000
N 35
I8 Pe arson Corre la ti on .625 **
Si g. (2 -tai l ed) .000
N 35
I9 Pe arson Corre la ti on .600 **
Si g. (2 -tai l ed) .000
N 35
I10 Pe arson Corre la ti on .636 **
Si g. (2 -tai l ed) .000
N 35
I11 Pe arson Corre la ti on .595 **
Si g. (2 -tai l ed) .000
N 35
I12 Pe arson Corre la ti on .574 **
Si g. (2 -tai l ed) .000
N 35
I13 Pe arson Corre la ti on .574 **
Si g. (2 -tai l ed) .000
N 35
I14 Pe arson Corre la ti on .606 **
Si g. (2 -tai l ed) .000
N 35
I15 Pe arson Corre la ti on .618 **
Si g. (2 -tai l ed) .000
N 35
I16 Pe arson Corre la ti on .574 **
Si g. (2 -tai l ed) .000
N 35
I17 Pe arson Corre la ti on .634 **
Si g. (2 -tai l ed) .000
N 35
I18 Pe arson Corre la ti on .650 **
Si g. (2 -tai l ed) .000
N 35
I19 Pe arson Corre la ti on .603 **
Si g. (2 -tai l ed) .000
N 35
I20 Pe arson Corre la ti on .596 **
Si g. (2 -tai l ed) .000
N 35
I21 Pe arson Corre la ti on .574 **
Si g. (2 -tai l ed) .000
N 35
I22 Pe arson Corre la ti on .585 **
Si g. (2 -tai l ed) .000
N 35
I23 Pe arson Corre la ti on .677 **
Si g. (2 -tai l ed) .000
N 35
I24 Pe arson Corre la ti on .531 **
Si g. (2 -tai l ed) .001
N 35
I25 Pe arson Corre la ti on .604 **
Si g. (2 -tai l ed) .000
N 35
**. Co rrel ati on i s si gn ifi ca nt a t the 0.01 l evel
(2-ta il ed ).
128

Reliability

Scale Scale Corrected


Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted

I1 18.9143 32.0807 .6136 .9199


I2 19.0286 31.0286 .6099 .9187
I3 19.1429 30.6555 .5729 .9194
I4 18.9143 32.2571 .5460 .9206
I5 19.1429 30.6555 .5729 .9194
I6 18.9714 31.4992 .5988 .9192
I7 19.1714 30.7933 .5276 .9203
I8 19.1429 30.6555 .5729 .9194
I9 19.2286 30.5933 .5420 .9202
I10 19.1429 30.5966 .5850 .9192
I11 19.3429 30.5261 .5336 .9205
I12 18.9143 32.2571 .5460 .9206
I13 19.0000 31.5294 .5311 .9201
I14 19.1714 30.6756 .5512 .9199
I15 18.9714 31.5580 .5820 .9194
I16 18.9143 32.2571 .5460 .9206
I17 18.9714 31.4992 .5988 .9192
I18 18.9714 31.4403 .6156 .9190
I19 19.1429 30.7731 .5486 .9199
I20 19.1714 30.7345 .5394 .9201
I21 19.0000 31.5294 .5311 .9201
I22 19.1714 30.7933 .5276 .9203
I23 19.0286 30.9109 .6388 .9183
I24 18.9143 32.3748 .5011 .9210
I25 19.0857 30.9630 .5544 .9197

Reliability Coefficients

N of Cases = 35.0 N of Items = 25

Alpha = .9228
129

Validitas Kuesioner Sikap


Correlations

TOTAL
ITEM_1 Pearson Correlation .625**
Sig. (2-tailed) .000
N 35
ITEM_2 Pearson Correlation .788**
Sig. (2-tailed) .000
N 35
ITEM_3 Pearson Correlation .626**
Sig. (2-tailed) .000
N 35
ITEM_4 Pearson Correlation .671**
Sig. (2-tailed) .000
N 35
ITEM_5 Pearson Correlation .686**
Sig. (2-tailed) .000
N 35
ITEM_6 Pearson Correlation .757**
Sig. (2-tailed) .000
N 35
ITEM_7 Pearson Correlation .662**
Sig. (2-tailed) .000
N 35
ITEM_8 Pearson Correlation .678**
Sig. (2-tailed) .000
N 35
ITEM_9 Pearson Correlation .602**
Sig. (2-tailed) .000
N 35
ITEM_10 Pearson Correlation .771**
Sig. (2-tailed) .000
N 35
**. Correlation is significant at the 0.01 level
(2-tailed).

Reliability
Reliability Coefficients

N of Cases = 35.0 N of Items = 10

Alpha = .8747
Pengetahuan pre * Pengetahuan pos * Kelompok Crosstabulation

Pengetahuan pos
Kelompok Cukup Baik Total
Snow Balling Pengetahuan Kurang Count 2 7 9
130
pre % within
22.2% 77.8% 100.0%
Pengetahuan pre
Cukup Count 1 8 9
% within
11.1% 88.9% 100.0%
Pengetahuan pre
Lampiran 8 Uji Statistik Baik Count 1 1
% within
100.0% 100.0%
Pengetahuan pre
Pengetahuan pre * Pengetahuan pos * Kelompok Crosstabulation
Total Count 3 16 19
% within Pengetahuan pos
15.8% 84.2% 100.0%
Kelompok Pengetahuan pre Cukup Baik Total
Snow
Dis kusiBalling Pengetahuan Kurang Count 2
1 7
4 9
5
pre % within
22.2%
20.0% 77.8%
80.0% 100.0%
Pengetahuan pre
Cukup Count 1
2 8
11 9
13
% within
11.1%
15.4% 88.9%
84.6% 100.0%
Pengetahuan pre
Baik Count 1 1
% within
100.0% 100.0%
Pengetahuan pre
Total Count 3 16 19
% within
15.8% 84.2% 100.0%
Pengetahuan pre
Dis kusi 1
Kontrol Pengetahuan Kurang Count 1
3 4 5
3
pre % within
20.0%
100.0% 80.0% 100.0%
Pengetahuan pre
Cukup Count 2
7 11
5 13
12
% within
15.4%
58.3% 84.6%
41.7% 100.0%
Pengetahuan pre
Baik Count 1
4 1
4
% within
100.0% 100.0%
Pengetahuan pre
Total Count 3
10 16
9 19
% within
15.8%
52.6% 84.2%
47.4% 100.0%
Pengetahuan pre
Kontrol 12 Pengetahuan Kurang Count 3
1 3
1
pre % within
100.0% 100.0%
Pengetahuan pre
Cukup Count 7
10 5
4 12
14
% within
58.3%
71.4% 41.7%
28.6% 100.0%
Pengetahuan pre
Baik Count 1 4
3 4
% within
25.0% 100.0%
75.0% 100.0%
Pengetahuan pre
Total Count 10
12 9
7 19
% within
52.6%
63.2% 47.4%
36.8% 100.0%
Pengetahuan pre
Kontrol 2 Pengetahuan Kurang Count 1 1
pre % within
100.0% 100.0%
Pengetahuan pre
Cukup Count 10 4 14
% within
71.4% 28.6% 100.0%
Pengetahuan pre
Baik Count 1 3 4
% within
25.0% 75.0% 100.0%
Pengetahuan pre
Total Count 12 7 19
% within
63.2% 36.8% 100.0%
Pengetahuan pre
Sikap pre * Sikap pos * Kelompok Crosstabulation

Sikap pos
131
Kelompok Cukup Baik Total
Snow Balling Sikap Cukup Count 17 17
pre % within Sikap pre 100.0% 100.0%
Baik Count 2 2
Sikap pre * Sikap pos * Kelompok Crosstabulation
% within Sikap pre 100.0% 100.0%
Total Count 19 pos
Sikap 19
Kelompok % within Sikap pre 100.0%
Cukup Baik 100.0%
Total
Snow
Dis kusiBalling Sikap Cukup
Kurang Count 17
1 17
1
pre % within Sikap pre 100.0% 100.0%
Baik
Cukup Count 2
15 3 2
18
% within Sikap pre 100.0%
83.3% 16.7% 100.0%
Total Count 19
16 3 19
% within Sikap pre 100.0%
84.2% 15.8% 100.0%
Dis kusi 1
Kontrol Sikap Kurang Count
Cukup 1
16 2 1
18
pre % within Sikap pre 100.0%
88.9% 11.1% 100.0%
Cukup
Baik Count 15
1 3 18
1
% within Sikap pre 83.3%
100.0% 16.7% 100.0%
Total Count 16
17 3
2 19
% within Sikap pre 84.2%
89.5% 15.8%
10.5% 100.0%
1
Kontrol 2 Sikap Cukup Count 16
18 2 18
pre % within Sikap pre 88.9%
100.0% 11.1% 100.0%
Baik Count 1 1
% within Sikap pre 100.0% 100.0%
Total Count 17
19 2 19
% within Sikap pre 89.5%
100.0% 10.5% 100.0%
Kontrol 2 Sikap Cukup Count 18 18
pre % within Sikap pre 100.0% 100.0%
Baik Count 1 1
% within Sikap pre 100.0% 100.0%
Total Count 19 19
% within Sikap pre 100.0% 100.0%
132

NPar Tests Snow Balling

Wilcoxon Signed Ranks Test


Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


Pengetahuan pos - Negative Ranks 0a .00 .00
Pengetahuan pre Positive Ranks 19b 10.00 190.00
Ties 0c
Total 19
Sikap pos - Sikap pre Negative Ranks 4d 9.00 36.00
Positive Ranks 11e 7.64 84.00
Ties 4f
Total 19
a. Pengetahuan pos < Pengetahuan pre
b. Pengetahuan pos > Pengetahuan pre
c. Pengetahuan pre = Pengetahuan pos
d. Sikap pos < Sikap pre
e. Sikap pos > Sikap pre
f. Sikap pre = Sikap pos

Test Statisticsb

Pengetahuan
pos -
Pengetahuan Sikap pos
pre - Sikap pre
Z -3.836 a -1.388 a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .165
a. Based on negative ranks .
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
133

NPar Tests Diskusi

Wilcoxon Signed Ranks Test


Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


Pengetahuan pos - Negative Ranks 0a .00 .00
Pengetahuan pre Positive Ranks 16b 8.50 136.00
Ties 3c
Total 19
Sikap pos - Sikap pre Negative Ranks 2d 5.25 10.50
Positive Ranks 17e 10.56 179.50
Ties 0f
Total 19
a. Pengetahuan pos < Pengetahuan pre
b. Pengetahuan pos > Pengetahuan pre
c. Pengetahuan pre = Pengetahuan pos
d. Sikap pos < Sikap pre
e. Sikap pos > Sikap pre
f. Sikap pre = Sikap pos

Test Statisticsb

Pengetahuan
pos -
Pengetahuan Sikap pos
pre - Sikap pre
Z -3.530 a -3.413 a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .001
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
134

NPar Tests

Mann-Whitney Test
Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks


Pengetahuan pre Snow Balling 19 15.92 302.50
Dis kusi 19 23.08 438.50
Total 38
Pengetahuan pos Snow Balling 19 19.74 375.00
Dis kusi 19 19.26 366.00
Total 38
Sikap pre Snow Balling 19 23.37 444.00
Dis kusi 19 15.63 297.00
Total 38
Sikap pos Snow Balling 19 16.13 306.50
Dis kusi 19 22.87 434.50
Total 38

Test Statisticsb

Pengetahuan Pengetahuan
pre pos Sikap pre Sikap pos
Mann-Whitney U 112.500 176.000 107.000 116.500
Wilcoxon W 302.500 366.000 297.000 306.500
Z -2.005 -.133 -2.175 -1.886
Asymp. Sig. (2-tailed) .045 .894 .030 .059
Exact Sig. [2*(1-tailed a a a a
.046 .908 .032 .061
Sig.)]
a. Not correc ted for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok
135

NPar Tests Peningkatan

Mann-Whitney Test
Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks


Pengetahuan Snow Balling 19 22.89 435.00
Dis kusi 19 16.11 306.00
Total 38
Sikap Snow Balling 19 13.74 261.00
Dis kusi 19 25.26 480.00
Total 38

Test Statisticsb

Pengetahuan Sikap
Mann-Whitney U 116.000 71.000
Wilcoxon W 306.000 261.000
Z -1.894 -3.230
Asymp. Sig. (2-tailed) .058 .001
Exact Sig. [2*(1-tailed a a
.061 .001
Sig.)]
a. Not correc ted for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok

NPar Tests Kontrol 2


Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


Pengetahuan pos - Negative Ranks 5a 7.90 39.50
Pengetahuan pre Positive Ranks 8b 6.44 51.50
Ties 6c
Total 19
Sikap pos - Sikap pre Negative Ranks 4d 7.00 28.00
Positive Ranks 10e 7.70 77.00
Ties 5f
Total 19
a. Pengetahuan pos < Pengetahuan pre
b. Pengetahuan pos > Pengetahuan pre
c. Pengetahuan pre = Pengetahuan pos
d. Sikap pos < Sikap pre
e. Sikap pos > Sikap pre
f. Sikap pre = Sikap pos
136

Test Statisticsb

Pengetahuan
pos -
Pengetahuan Sikap pos
pre - Sikap pre
Z -.431a -1.555 a
Asymp. Sig. (2-tailed) .667 .120
a. Based on negative ranks .
b. Wilcoxon Signed Ranks Test

NPar Tests
Mann-Whitney Test

Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks


Pengetahuan Snow Balling 19 28.34 538.50
Kontrol 2 19 10.66 202.50
Total 38
Sikap Snow Balling 19 19.13 363.50
Kontrol 2 19 19.87 377.50
Total 38

Test Statisticsb

Pengetahuan Sikap
Mann-Whitney U 12.500 173.500
Wilcoxon W 202.500 363.500
Z -4.940 -.208
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .835
Exact Sig. [2*(1-tailed a a
.000 .840
Sig.)]
a. Not correc ted for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok
137

NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks


Pengetahuan pre Dis kusi 19 16.50 313.50
Kontrol 2 19 22.50 427.50
Total 38
Pengetahuan pos Dis kusi 19 24.00 456.00
Kontrol 2 19 15.00 285.00
Total 38
Sikap pre Dis kusi 19 18.53 352.00
Kontrol 2 19 20.47 389.00
Total 38
Sikap pos Dis kusi 19 21.00 399.00
Kontrol 2 19 18.00 342.00
Total 38

Test Statisticsb

Pengetahuan Pengetahuan
pre pos Sikap pre Sikap pos
Mann-Whitney U 123.500 95.000 162.000 152.000
Wilcoxon W 313.500 285.000 352.000 342.000
Z -2.087 -2.947 -1.395 -1.781
Asymp. Sig. (2-tailed) .037 .003 .163 .075
Exact Sig. [2*(1-tailed a a a a
.096 .012 .603 .418
Sig.)]
a. Not correc ted for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok
138

Lampiran 9 Jadwal Kerja Penelitian

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN


BULAN
NO JADWAL KEGIATAN APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPT
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Permohonan
Kesediaan Pembimbing
2 Penyusunan Proposal
TA (BAB 1-4)
3 Seminar Proposal
(wajib dihadiri 2 Dosen)
4 Revisi hasil seminar
proposal
5 Etichal clearance

OKTOBE NOVEM DESEMBE JANUARI FEBRUARI MARET


R BER R
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
6 Proses penelitian
7 Penyusunan Tugas
Akhir (BAB 5-7)
8 Ujian Tugas Akhir (diuji
1 Penguji Utama dan 2
Dosen Pembimbing)
9 Revisi hasil ujian
10 Pengumpulan TA ke
Sekretariat TA Fakultas
dan Prodi
139

Lampiran 10 Surat Keterangan Kelaikan Etik


140

Lampiran 11 Surat Ijin Penelitian dari SMAN 4 Malang


141

Lampiran 12 Lembar Konsultasi


142
143

Lampiran 13 Curriculum Vitae

CURRICULUM VITAE

Nama : Yusnia Maulidianti

Tempat, Tanggal Lahir : Karawang, 7 Juli 1997

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Mahasiswi

Status : Belum Menikah

Golongan Darah :O

Alamat Asal : Dusun Karajan RT 03/08 Desa Dawuan Tengah


Kecamatan Cikampek Kabupaten Karawang- Jawa
Barat

Alamat di Malang : Jalan Veteran Dalam No.10 A RT 02/02 Kecamatan


Lowokwaru-Malang
144

No. Telepon : 081615052408

Email : yusniamaulidianti97@gmail.com

Motto Hidup : Menjadi orang pintar itu baik, namun menjadi orang
yang berguna untuk orang lain jauh lebih baik.

Orang Tua

Nama Ayah : Yuyus

Nama Ibu : Heni Gustiari

Pendidikan

1. TK Islam Al-Hikmah Indonesia


2. SDIT Al-Hikmah Indonesia
3. SMP Negeri 1 Klari
4. SMA Negeri 1 Karawang
5. S1 Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (2015-sekarang)
145

Lampiran 14 Biodata dan Tugas Enumerator

a. Biodata Enumerator Kelompok Metode Snow Balling


1. Nama : Hasna Nur Afifah
NIM : 155070601111017
Pekerjaan : Mahasiswi S1 Kebidanan FKUB
Tugas :
- Melakukan Dokumentasi
- Memberikan souvenir

2. Nama : Fathan hayati


NIM : 155070601111032
Pekerjaan : Mahasiswi S1 Kebidanan FKUB
Tugas :
- Absensi
- Membagikan kuesioner pre test dan post test
- Mengumpulkan kembali kuesioner pre test dan post test

3. Nama : Nadya Mufty Ramadhani


NIM : 155070601111028
Pekerjaan : Mahasiswi S1 Kebidanan FKUB
Tugas :
- Membantu peneliti mengobservasi dan mengawasi dalam proses promosi
kesehatan
- Membagikan kuesioner pre test dan post test
- Mengumpulkan kembali kuesioner pre test dan post test

b. Biodata Enumerator Kelompok Metode Diskusi Kelompok


1. Nama : Sri Ayu Maharani
NIM : 155070601111020
Pekerjaan : Mahasiswi S1 Kebidanan FKUB
Tugas :
146

- Memberi penjelasan pengisian kuesioner pre test dan post test serta alur
promosi kesehatan dengan metode diskusi kelompok
- Membantu peneliti mengobservasi dan mengawasi dalam proses promosi
kesehatan
- Memberikan souvenir

2. Nama : Ziana Zain Nurfadhilah


NIM : 155070601111027
Pekerjaan : Mahasiswi S1 Kebidanan FKUB
Tugas :
- Membantu peneliti dalam mengobservasi dan mengawasi dalam proses
promosi kesehatan
- Membagikan kuesioner pre test dan post test
- Mengumpulkan kembali kuesioner pre test dan post test

3. Nama : Novi Dwi Palupi


NIM : 155070601111030
Pekerjaan : Mahasiswi S1 Kebidanan FKUB
Tugas :
- Absensi
- Membagikan kuesioner pre test dan post test
- Mengumpulkan kembali kuesioner pre test dan post test

4. Nama : Nova Dewi Kusuma Hapsari


NIM : 155070601111038
Pekerjaan : Mahasiswi S1 Kebidanan FKUB
Tugas : Melakukan Dokumentasi

c. Biodata Enumerator Kelompok Kontrol


1. Nama : Anke Putri Sholihah
NIM : 155070607111013
147

Pekerjaan : Mahasiswi S1 Kebidanan FKUB


Tugas :
- Memberi penjelasan pengisian kuesioner pre test dan post test
- Mengawasi responden dalam pengisian kuesioner pre test dan post test
- Membagikan kuesioner pre test dan post test
- Mengumpulkan kembali kuesioner pre test dan post test

2. Nama : Flora Nunjil Naprilia


NIM : 155070601111022
Pekerjaan : Mahasiswi S1 Kebidanan FKUB
Tugas :
- Mengawasi responden dalam pengisian kuesioner pre test dan post test
- Membagikan kuesioner pre test dan post test
- Mengumpulkan kembali kuesioner pre test dan post test
- Memberikan souvenir
148

Lampiran 15 Dokumentasi

a. Gambar Promosi Kesehatan dengan Metode Snow Balling

Gambar Penjelasan Pengisian Kuesioner dan Peraturan Metode Snow Balling

Gambar Pembagian Kuesioner Pre Test

Gambar Pengisian Kuesioner Pre Test


149

Gambar Siswi Melakukan Metode Snow Balling (dari kelompok kecil menjadi kelompok besar)
150

Gambar Siswi Menyimpulkan Hasil Diskusinya dan Foto Bersama


151

b. Gambar Promosi Kesehatan dengan Metode Diskusi Kelompok

Gambar Penjelasan Pengisian Kuesioner dan Peraturan Metode Diskusi Kepada Ketua Kelompok

Gambar Pembagian Kuesioner Pre Test


152

Gambar Siswi Saat Melakukan Diskusi Kelompok dan Menjelaskan Hasil Diskusinya
153

c. Gambar Pengisian Kuesinoer Pada Kelompok Kontrol

d. Gambar Penjelasan Pengisian Kusieoner Post Test

e. Gambar Klarifikasi Materi Oleh Peneliti Setelah Post Test


154

f. Gambar Pemberian Souvenir Kepada Pihak Sekolah

g. Gambar Souvenir Responden

Anda mungkin juga menyukai