Anda di halaman 1dari 121

PENGARUH METODE E-HEALTH TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP

REMAJA TENTANG HIV/AIDS PADA SISWI SMA NEGERI 1 SINGOSARI DAN

SMA NEGERI 10 MALANG

TUGAS AKHIR

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kebidanan

Oleh :

Puti Noviandini

NIM. 155070600111008

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN

JURUSAN KEBIDANAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2019
PENGARUH METODE E-HEALTH TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP

REMAJA TENTANG HIV/AIDS PADA SISWI SMA NEGERI 1 SINGOSARI DAN

SMA NEGERI 10 MALANG

TUGAS AKHIR

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kebidanan

Oleh :

Puti Noviandini

NIM. 155070600111008

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN

JURUSAN KEBIDANAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT karena dengan segala limpahan rahmat

serta Karunia-Nya penulis mampu menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul

“PENGARUH METODE E-HEALTH TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP

REMAJA TENTANG HIV/ AIDS PADA SISWI SMA NEGERI 1 SINGOSARI

DAN SMA NEGERI 10 MALANG’’.

Keterkaitan Topik ini adalah e-health atau electronic health yang

merupakan Program berbentuk softwere berisi edukasi Kesehatan Reproduksi

tentang HIV AIDS. E-health merupakan software yang mudah ditemui, serta

untuk mendapatkan e-health sangat mudah karena e-health berbentuk aplikasi

yang mudah didownload. E-health menggambarkan kemampuan unik internet

yang memungkinkan pengiriman pelayanan kesehatan yang merupakan

karakteristik dari telehealth. E-health diharapkan mampu menjadikan pelayanan

kesehatan menjadi lebih efisien, membuat pasien dan tenaga kesehatan

profesional dapat melakukan hal yang sebelumnya mustahil menjadi dapat

dilakukan melalui Internet dan untuk membantu layanan profesional memperluas

dan mentransformasi organisasinya. Serta penelitian ini diharapkan mampu

mengurangi angka kejadian penyakit HIV/AIDS.

Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik karena adanya bantuan

dari segala pihak. Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis mengucapkan

banyak terima kasih kepada yang terhormat :

1. Ibu Rismaina Putri, SST, M.Keb, selaku pembimbing I yang membantu

dalam memberi arahan dan senantiasa memberikan bimbingan serta

motivasi selama penulisan.

iii
2. Dr. Dewi Mustika, M. Biomed, selaku pembimbing II yang senantiasa

memberikan masukan, arahan serta dukungan selama penulisan.

3. Ibu Linda Ratnawati, S.ST.,M.Kes, selaku Ketua Program Studi S1

Kebidanan yang telah memberikan kesempatan menuntut ilmu di PS

Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.

4. Dr. dr. Wisnu Berlianto, MSi. Med, Sp.A(K) selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Brawijaya yang telah memberikan kesempatan

menuntut ilmu di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.

5. Anggota Tim Pengelola Tugas Akhir Fakultas Kedokteran Universitas

Brawijaya, yang telah membantu sehingga penulis dapat melaksanakan

Tugas Akhir.

6. Seluruh Tim yang membantu di tempat penelitian SMA Negeri 1 Singosari

dan SMA Negeri 10 Malang yang telah menyediakan tempat dan waktu

sehingga Tugas Akhir ini dapat terwujud dan terselesaikan

7. Orang tua tercinta ibunda Lilis Pujiawati dan Ayahanda M.Asmi , adik

Chindy Wulandari dan M. Zacky Adib Algifari yang telah banyak

memberikan doa dan serta semangat secara matrial serta spritual.

8. Sahabat perjuangan di lapangan Arisa Eka Putri dan Ahmad Rezha

Ibrahim yang telah membantu dan memberikan dukungan untuk

menyelesaikan Tugas Akhir ini.

9. Seluruh mahasiswa program studi S1 Kebidanan angkatan 2015 yang

telah memberikan motivasi dan semangat untuk menyelesaikan Tugas

Akhir.

10. Semua pihak yang bersedia membantu.

iv
Peneliti sangat menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, penulis membuka diri untuk segala kritik dan saran.

Peneliti berharap, semoga Tugas Akhir ini memberikan manfaat bagi pembaca

khususnya profesi di bidang kesehatan dan dapat digunakan sebagaimana

mestinya. Atas saran dan kritik, peneliti sampaikan terima kasih.

Malang, 14 Mei 2019

Penulis

v
ABSTRAK

Noviandini, Puti, 2019. Pengaruh Metode E-Health Terhadap Pengetahuan


dan Sikap tentang HIV/ AIDS pada Siswi SMA Negeri 1 Singosari dan
SMA Negeri 10 Malang. (Studi Dilakukan di SMA Negeri 1 Singosari dan
SMA Negeri 10 Malang., Kota Malang). Tugas Akhir, Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya, Pembimbing : (1) Rismaina Putri, SST, M.Keb (2)
dr. Dewi Mustika, M.Biomed.

Di Indonesia, penderita HIV jumlahnya terus meningkat. Berdasarkan


laporan provinsi, Jawa Timur menduduki posisi kedua, salah satunya kota
Malang. Kasus HIV (Human Immunodeficiency Virus) di Malang masih tinggi,
untuk itu upaya pencegahan primer dengan memberikan metode e-health untuk
pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS. Hasil penelitian dari Sri (2016) bahwa
media berbentuk aplikasi dapat meningkatkan pengetahuan dari cukup kesedang
4,2% dari cukup ke baik 2,8% dan dari sedang ke baik sebesar 18,88% total
peningkatan pengetahuan 25,87%. Peningkatan pengetahuan akan
mempengaruhi perubahan sikap. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh metode e-health sebagai pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan
dan sikap siswi SMA Negeri 1 Singosari dan SMA Negeri 10 Malang. Desain
dalam rancangan penelitian ini adalah quasy eksperimental desain dengan
metode cross sectional untuk melihat pengaruh antara variabel bebas yaitu
metode e-health dengan variable terikat yaitu pengetahuan dan sikap. Sampel
dipilih menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel 123
orang. Pengumpulan data menggunakan kuisioner setelah dan sebelum metode
e-health diberikan.
Berdasarkan Hasil uji Wilcoxon p value 0,000 atau p(0,000) menunjukan
adanya perbedaan yang bermakna antara pengetahuan dan sikap sebelum dan
sesudah diberikan metode e-health. Kesimpulannya dari penelitian ini adalah
terdapat pengaruh yang signifikan metode e-health terhadap pengetahuan dan
sikap. Metode untuk pemberian pendidikan kesehatan merupakan faktor
keberhasilan dalam pembelajaran.

Kata Kunci : HIV/ AIDS, Pengetahuan, Sikap, Metode e-health, Siswi SMA.

vi
ABSTRACT

Noviandini, Puti, 2019. Effect of E-Health Method on Knowledge and


Attitudes about HIV / AIDS in Singosari 1 Public High School
Students and Malang State High School 10. (The study was conducted
at Singosari 1 Public High School and Malang 10 Public High School.
Malang City). Tugas Akhir, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya,
Pembimbing : (1) Rismaina Putri, SST, M.Keb (2) dr. Dewi Mustika,
M.Biomed.

In Indonesia, the number of HIV sufferers continues to increase. Based on


the provincial report, East Java is in second place, one of them is Malang. The
case of HIV (Human Immunodeficiency Virus) in Malang is still high, for that
primary prevention efforts by providing e-health methods for health education
about HIV / AIDS. The results of a study from Sri (2016) that application-shaped
media can increase knowledge from moderately low 4.2% from enough to good
2.8% and from moderate to good by 18.88% total increase in knowledge of
25.87%. Increased knowledge will affect changes in attitude. This study aims to
determine the effect of e-health methods as health education on the knowledge
and attitudes of students of Singosari 1 High School and Malang State High
School 10. The design in this study design was quasy experimental design with
cross sectional method to see the influence of independent variables namely e-
health methods with dependent variables namely knowledge and attitude. The
sample was chosen using a purposive sampling technique with a sample of 123
people. Data collection using questionnaires after and before the e-health
method is given.
Based on the Wilcoxon test results p value 0,000 or p (0,000) showed a
significant difference between knowledge and attitudes before and after the e-
health method was given. The conclusion of this study is that there is a significant
effect of e-health methods on knowledge and attitudes. The method for providing
health education is a factor of success in learning.

Keywords: HIV / AIDS, Knowledge, Attitudes, e-health Methods, High School


Students.

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. ii


KATA PENGANTAR ............................................................................................iii
ABSTRAK ........................................................................................................... vi
ABSTRACT ........................................................................................................vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................xiv
DAFTAR SINGKATAN ....................................................................................... xv

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................................ 4
1.3.2 Tujuan Khusus .............................................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................................... 5
1.4.1 Manfaat Akademik ........................................................................................ 5
1.4.2 Manfaat Praktis ............................................................................................. 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Remaja....................................................................................................................... 6
2.1.1 Definisi ............................................................................................................ 6
2.1.2 Perubahan Remaja....................................................................................... 6
2.1.3 Permasalahan Remaja ................................................................................ 7
2.2 Pendidikan................................................................................................................. 7
2.2.1 Definisi ............................................................................................................ 7
2.2.2 Metode............................................................................................................ 7
2.3 Pengetahuan............................................................................................................. 8
2.3.1 Definisi ............................................................................................................ 8

viii
2.3.2 Klasifikasi ....................................................................................................... 9
2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ............................................. 10
2.3.3.1 Usia ............................................................................................. 10
2.3.3.2 Intelegensi.................................................................................. 10
2.3.3.3 Lingkungan ................................................................................ 10
2.3.3.4 Sosial .......................................................................................... 10
2.3.3.5 Pendidikan ................................................................................. 10
2.3.3.6 Informasi..................................................................................... 11
2.3.3.7 Pengalaman............................................................................... 11
2.3.4. Pengukuran Pengetahuan......................................................................... 11
2.4 Sikap ........................................................................................................................ 11
2.4.1 Definisi .......................................................................................................... 11
2.4.2 Klasifikasi ..................................................................................................... 12
2.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Sikap ........................................................... 13
2.4.3.1 Pengalaman Pribadi ................................................................. 13
2.4.3.2 Pengaruh orang lain ................................................................. 13
2.4.3.3 Kebudayaan............................................................................... 13
2.4.3.4 Media Massa ............................................................................. 14
2.4.3.5 Lembaga Pendidikan ............................................................... 14
2.4.3.6 Faktor Emosi ............................................................................. 14
2.4.4. Pengukuran Sikap ...................................................................................... 14
2.5 Konsep PMS dan HIV/AIDS ................................................................................. 15
2.5.1. Definisi .......................................................................................................... 15
2.5.2. Epidemiologi ................................................................................................ 16
2.5.3. Penyebab ..................................................................................................... 17
2.5.3.1 Faktor Etiologi ........................................................................... 17
2.5.3.2 Faktor Resiko ............................................................................ 19
2.5.4. Patogenesis ................................................................................................. 19
2.5.5. Penyebaran ................................................................................................. 21
2.5.6. Tanda dan Gejala ....................................................................................... 22
2.5.7. Klasifikasi Stadium ..................................................................................... 23
2.5.8. Diagnosis ..................................................................................................... 24
2.5.9. Prognosis ..................................................................................................... 25
2.5.10. Manifestasi Klinis .................................................................................... 25
2.5.11. Pencegahan ............................................................................................ 25

ix
2.5.11.1 Pencegahan Primer .................................................................. 25
2.5.11.2 Pencegahan Sekunder ............................................................ 26
2.5.12. Penatalaksanaan .................................................................................... 27
2.5.12.1 Penatalaksanaan Umum ......................................................... 27
2.5.12.2 Penatalaksanaan Khusus ........................................................ 28

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS


3.1 Kerangka Konsep Penelitian ................................................................................ 29
3.2 Hipotesis .................................................................................................................. 30

BAB 4 METODE PENELITIAN


4.1 Desain Penelitian ................................................................................................... 31
4.2 Populasi dan Sampel............................................................................................. 31
4.2.1. Populasi........................................................................................................ 31
4.2.3. Sampel ......................................................................................................... 31
4.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi .................................................................................. 31
4.3.1. Kriteria Inklusi .............................................................................................. 31
4.3.2. Kriteria Eksklusi........................................................................................... 31
4.4 Jumlah Sampel ....................................................................................................... 32
4.4.1. Sampel Penelitian ....................................................................................... 33
4.4.1.1 Teknik Pengambilan Sampel .................................................. 33
4.5 Variable Peneliti ..................................................................................................... 33
4.5.1. Variabel Bebas ............................................................................................ 33
4.5.2. Variabel Tergantung ................................................................................... 33
4.6 Lokasi dan Waktu penelitian ................................................................................ 34
4.6.1. Lokasi ........................................................................................................... 34
4.6.2. Waktu............................................................................................................ 34
4.7 Bahan dan Alat/ Instrumen Penelitian ................................................................ 34
4.8 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional..................................................... 37
4.9 Prosedur Peneltitian . ............................................................................................ 38
4.10 Pengumpulan data ................................................................................................. 42
4.11 Pengolahan Data ................................................................................................... 43
4.12 Analisa data ............................................................................................................ 44
4.13 Etika Penelitian ....................................................................................................... 44

x
4.13 Kerangka Kerja ....................................................................................................... 47

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA


5.1 Gambaran Umum Lokasi penelitian ..................................................................... 48
5.2 Tahapan Univariat ................................................................................................... 49
5.2.1 Pre-test Tingkat Pengetahuan tentang HIV AIDS ................................... 49
5.2.2 Post-test Tingkat Pengetahuan tentang HIV/AIDS ................................. 50
5.2.3 Pre-test Sikap tentang HIV/AIDS ............................................................... 52
5.2.4 Post-test Sikap tentang HIV/AIDS ............................................................. 53
5.3.1 Tingkat Pengetahuan remaja tetang HIV/AIDS ....................................... 54
5.3.2 Sikap remaja pada HIV/AIDS ..................................................................... 55
5.3.3 Efektifitas Metode E-Health terhadap Pengetahuan dan Sikap dalam
kesehatan reproduksi remaja tentang HIV AIDS .............................................. 56

BAB 6 PEMBAHASAN
6.1 Karakteristik Responden Penelitian ...................................................................... 57
6.2 Pengetahuan siswi tentang HIV/AIDS sebelum diberikan metode e-health .. 60
6.3 Pengetahuan siswi tentang HIV/ AIDS setelah diberikan metode e-health ... 61
6.4 Sikap siswi tentang HIV/ AIDS sebelum diberikan metode e-health ............... 62
6.5 Sikap siswi tentang HIV/ AIDS setelah diberikan metode e-health ................. 63
6.6 Analisis Pengaruh metode e-health terhadap Pengetahuan siswi .................. 64
6.7 Analisis Pengaruh metode e-health terhadap Sikap siswi ................................ 66
6.8 Keterbatasan Peneliti .............................................................................................. 68

BAB 7 PENUTUP
7.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 69
7.2 Saran ......................................................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 71

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.1 Pre-test Pengetahuan tentang HIV AIDS SMAN 1 Singosari .......48

Gambar 5.2 Pre-test Pengetahuan tentang HIV AIDS SMAN 10 Malang ........49

Gambar 5.3 Post-Test Pengetahuan tentang HIV AIDS SMAN 1 Singosari ......50

Gambar 5.4 Post-Test Pengetahuan tentang HIV AIDS SMAN 10 Malang .......50

Gambar 5.5 Pre-Test Sikap tentang HIV/AIDS SMAN 1 Singosari ...................51

Gambar 5.6 Pre-Test Sikap tentang HIV/AIDS SMAN 10 Malang ....................51

Gambar 5.7 Post-Test Sikap tentang HIV/AIDS SMAN 1 Singosari .................52

Gambar 5.8 Post-Test Sikap tentang HIV/AIDS SMAN 10 Malang ...................52

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Jumlah Populasi dan Sampel ..................................................33

Tabel 4.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ....................................37

Tabel 5.1 Pengaruh Tingkat Pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan


metode E-Health tentang HIV/AIDS .........................................................52

Tabel 5.2 Pengaruh Sikap tentang HIV/AIDS sebelum dan sesudah diberikan
metode E-Health ........................................................................................53

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Penelitian ...........................................................73

Lampiran 2 Lembar Penjelasan Mengikuti Penelitian .........................................75

Lampiran 3 Lembar Pernyataan Persetujuan .....................................................78

Lampiran 4 Kuesioner ........................................................................................79

Lampiran 5 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ...........................................81

Lampiran 6 Lembar Kerja ..................................................................................85

Lampiran 7 Hasil Analisis Data ..........................................................................86

Lampiran 8 Surat Keterangan Laik etik ..............................................................88

Lampiran 9 Dokumentasi Kegiatan ....................................................................89

Lampiran 10 E-Health HIV/AIDS ........................................................................96

Lampiran 11 Lembar Pernyataan Keaslian Tulisan……………………………….99

Lampiran 11 Curriculum Vitae…………………………………………………… 100

xiv
DAFTAR SINGKATAN

AIDS : Acquired Immunodeficiency Syndrome

ART : Antiretroviral Therapy

BKKBN : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

BTA : Bakteri Tahan Asam

DKI : Daerah Khusus Ibu Kota

e-Health : elektronic Health

ELISA : Enzyme-Linked Immunosorbent Assay

HIV : Human Immunodeficiency Virus

IDU : Injecting Drug User

Kb : kilobases

LAV : Lymphadebopathy Associated Virus

ODHA : Orang dengan HIV AIDS

PMS : Panyakit Menular Seksual

RI : Republik Indonesia

RNA : Ribonucleic Acid

SMA : Sekolah Menengah Atas

UNAIDS : Joint United Nations Programme on HIV and AIDS

WHO : World Health Organization

xv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan kesehatan adalah hal penting untuk remaja yang punya

banyak dorongan rasa ingin tahu termasuk aktivitas seksual. Jika pendidikan

kesehatan tidak dipahami dengan baik, hal ini akan berdampak buruk bagi

remaja. Menurut Miswanto (2014), remaja kurang mendapatkan perhatian

khususnnya untuk pendidikan kesehatan. Pelayanan kesehatan dan konseling

remaja yang disediakan belum dimanfaatkan remaja dengan baik karena

program konseling belum melibatkan remaja sebagai subjek (situmorang, 2011).

Kota Malang, memiliki potensi yang tinggi dalam masalah sosial termasuk

masalah seksual pranikah (Dzikri, 2016). Menurut hasil riset pada 202 remaja,

lebih dari 90% remaja telah melakukan hubungan seks pranikah (Finda, 2013).

Menurut hasil survei dari Kemenkes RI (2014), alasan berhubungan seksual

pranikah sebagian besar disebabkan oleh rasa penasaran dan ingin tahu, 38%

perempuan mengaku hubungan seksual pranikah terjadi begitu saja dan 12,6%

terjadi karena pemaksaan oleh pasangan.

Perilaku seks pranikah adalah salah satu faktor resiko penyakit menular

seksual (PMS). Angka kejadian PMS cenderung meningkat. Salah satu penyakit

menular seksual adalah HIV/AIDS. Perkiraan jumlah penderita HIV didunia pada

remaja sekitar 20-25%. Di seluruh dunia pada tahun 2013 ada 35 juta orang

hidup dengan HIV, 16 juta penderita tersebut adalah perempuan. Jumlah infeksi

baru HIV pada tahun 2013 sebesar 2,1 juta yang terdiri dari 1.9 juta dewasa.

1
2

Jumlah kematian akibat AIDS sebanyak 1,5 juta yang terdiri dari 1,3 juta

dewasa. Indonesia dilaporkan tahun 2012 menurut umur 15-19 tahun berjumlah

1077 orang. Di jawa timur, penderita HIV sebanyak 10781 orang dan AIDS 4663

orang dan terus meningkat. Jumlah infeksi Berdasarkan laporan Provinsi, Jawa

timur menduduki posisi kedua infeksi HIV yang dilaporkan sejak tahun 1987

sampai september 2014 dengan jumlah 19.249 jiwa (Kemenkes RI, 2014).

Terdapat 508 kasus pengidap HIV/AIDS di kota Malang, tingginya kasus ini

membuat kota Malang menempati posisi kedua di Jawa Timur. Jumlah penderita

HIV/AIDS di Kabupaten Malang mengalami peningkatan selama tiga tahun

terakhir. Terdapat 1.960 jiwa pada tahun 2016, 2.247 jiwa pada tahun 2017 dan

meningkat sebanyak 2.497 jiwa pada tahun 2018 (Dinkes, 2019). Adapun data

lain terkait jumlah AIDS menurut Depkes tahun 2010 sebanyak 1,200 jiwa,

tahun 2011 sebanyak 1,667 jiwa, tahun 2012 sebanyak 1,985 jiwa, tahun

2013 sebanyak 2,838 jiwa, tahun 2014 sebanyak 1,623 jiwa, tahun 2015

sebanyak 1,643 jiwa, tahun 2016 sebanyak 1,110 jiwa, tahun 2017 jumlahnya

terus meningkat (Kemenkes RI, 2017).

Keadaan tersebut juga di dukung oleh perkembangan teknologi. Setiap

hari, remaja menghabiskan waktunya selama rata-rata 140 menit untuk

berinteraksi dengan smartphone. Sedangkan untuk pemakaian laptop antara 4-6

jam perharinya, jika dihitung hampir 30% waktu habis digunakan untuk

berinteraksi dengan internet. Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa

Internet Indonesia (APJII), pengguna internet di Indonesia terus mengalami

peningkatan. Pengunaan internet di Indonesia didominasi oleh remaja, sebanyak

82 juta orang dan 80% pada remaja berusia 15-19 tahun (Survei kementrian

Komunikasi dan Informatika, 2014). Internet yang seharusnya digunakan untuk


3

mencari atau mengakses suatu informasi ternyata disalahgunakan untuk

mengakses situs-situs porno, sedangkan situs porno dapat mempengaruhi

keinginan terjadinya hubungan seksual pada remaja (Richo, 2015).

Dilihat dari perkembangan teknologi, pemakaian gadget, leptop, dan

komputer sudah menjadi bagian dari aktivitas remaja. Sehingga penyampaian

pendidikan kesehatan reproduksi remaja dapat dilakukan melalui pendekatan

teknologi lewat komputer salah satunya, yaitu electronic health atau e-health. E-

health adalah penggunaan teknologi dan komunikasi yang digabungkan dengan

kepakaran medis agar mampu memberikan layanan kesehatan yang dapat

digunakan jarak jauh melalui perangkat telekomunikasi seperti komputer,

handphone, telemetri yang di kirim dengan internet dalam bidang informasi,

yang mencakup audio, visual serta video (Jamil, 2015). Teknologi yang dapat

digunakan berupa saluran elektromagnetik (gelombang magnetik, radio dan

optik) untuk menstransmisikan signal komunikasi suara, data, dan video. Atau

dapat pula di definisikan sebagai komunikasi jarak jauh, menggunakan transmisi

elektrik dan optik antar manusia dengan komputer (Agus, 2008). Sebagian besar

remaja belum mengenal atau mengetahui e-health, sehingga belum maksimal

dalam penggunaannya. Metode e-health diciptakan karena memiliki berbagai

alasan, salah satunya yaitu untuk memperbaiki metode terdahulu berupa metode

ceramah yang cenderung membosankan dan memaksimalkan pendidikan

kesehatan reproduksi pada tiap sekolah lewat komputer (Dhimas, 2009).

Hasil Wawancara dari Dinas pendidikan kota dan kabupaten kota

Malang, beberapa Sekolah Menengah Atas (SMA) telah mendapat informasi

mengenai HIV/ AIDS, namun masih terdapat SMA yang belum mendapatkan
4

informasi secara rutin tentang HIV/ AIDS seperti SMA Negeri 10 Malang dan

SMA Negeri 1 Singosari.

Untuk mengetahui efektivitas dari metode e-health, pengetahuan remaja

terhadap HIV/AIDS, serta sikap dalam kesehatan remaja siswi SMA Negeri 1

Singosari dan SMA Negeri 10 Malang, maka dibutuhkan penelitian lebih lanjut.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat pengaruh metode e-health terhadap pengetahuan dan

sikap remaja tentang HIV/AIDS pada siswi SMA Negeri 1 Singosari dan SMA

Negeri 10 Malang?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh metode e-health terhadap pengetahuan dan sikap

remaja tentang HIV/AIDS pada siswi SMAN 1 Singosari dan SMAN 10 Malang.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh metode e-health terhadap

pengetahuan remaja setelah diberikan metode e-health tentang

HIV/AIDS pada siswi SMA Negeri 1 Singosari dan SMA Negeri 10

Malang.

1.3.2.2 Mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh metode e-health terhadap

sikap remaja setelah diberikan metode e-health tentang HIV/AIDS pada

siswi SMA Negeri 1 Singosari dan SMA Negeri 10 Malang.


5

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademik

Menambah pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS serta perubahan

sikap remaja pada siswi SMA Negeri 1 Singosari dan SMA Negeri 10 Malang

dalam ilmu kesehatan.

1.4.2 Manfaat Praktis

Merekomendasi metode baru sebagai pendekatan pada remaja siswi

SMA untuk meningkatkan pengetahuan dan perubahan sikap remaja tentang

HIV/AIDS melalui e-health.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja

2.1.1 Definisi

Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

dewasa (dadan, 2017). Remaja adalah masa terjadinya pertumbuhan dan

perkembangan secara fisik, intelektual maupun psikologi, yang terjadi secara

pesat. rasa ingin tahu yang tinggi, tantangan, dan petualangan serta lebih

cenderung melakukan perbuatan yang beresiko tanpa mempertimbangkan

secara matang. Remaja merupakan penduduk yang berusia 10 - 19 tahun (WHO,

2014). Remaja merupakan penduduk berusia 10 - 18 tahun Menkes RI, 2014).

Remaja memiliki rentan usia 10 - 24 tahun dan belum menikah (BKKBN, 2015).

2.1.2 Perubahan Remaja

Usia remaja adalah masa peralihan, remaja banyak mengalami

perubahan pada dirinya. Perubahan pada remaja seperti perubahan fisik primer

yang biasanya ditandai dengan menstruasi pada perempuan dan mimpi basah

pada laki laki dan perubahan sekunder yang ditandai dengan tumbuhnya

janggut, kumis serta suara yang berat dan besar pada laki laki, pada perempuan

perubahan sekunder ditandai dengan pembesaran pinggul, tumbuhnya

payudara, suara menjadi bulat, muka menjadi lebih berisi (Perkembangan

fisiologi). Perubahan pada mental yang berubah ubah serta pada emosi yang

kurang stabil (perkembangan emosi). Remaja akan sering merasa takut, cemas

dan kurang percaya diri yang disebabkan karena beban sosial (Azizah, 2013)

6
7

2.1.3 Permasalahan Remaja

Permasalahan Remaja saat ini, adalah kenakalan remaja. Kenakalan

remaja yang terjadi yaitu perkelahian pada pelajar, pemakaian obat obat bius,

penyebaran narkotika, meminum minuman keras, kejadian penjambretan yang

dilakukan oleh anak yang mendekati masa remaja, serta peningkatan kasus

kehamilan pada remaja (Dadan, 2017).

Hubungan seksual pra nikah adalah masalah serius pada remaja

khususnya peningkatan penyakit menular seksual serta kehamilan dini.

Hubungan seksual pranikah , memiliki pasangan lebih dari satu, serta seks yang

tidak aman akan memicu peningkatan penyakit menular seksual khususnya HIV/

AIDS (Komang, 2012).

2.2 Pendidikan Kesehatan

2.2.1 Definisi

Pendidikan Kesehatan merupakan peningkatan pengetahuan tentang

kesehatan pada remaja termasuk kesehatan reproduksi. Pendidikan kesehatan

reproduksi bagi remaja sangat penting diberikan agar terhindar dari masalah

kesehatan reproduksi khususnya mengenai seks bebas pada remaja (Dwi,

2014).

2.2.2 Metode

Metode pembelajaran merupakan alat yang untuk pelaksanaan

pendidikan, atau digunakan untuk menyampaikan materi (Siti, 2013). Ada

beberapa metode dalam pembelajaran, yaitu metode ceramah yang umumnya

digunakan pada proses belajar karena sederhana dan mudah (Beni, 2009).

Metode Diskusi, proses belajar dengan metode ini melakukan diskusi sehingga
8

dapat menculkan rasa percaya diri (Itnawati, 2016) serta adapun media

pembelajaran melalui layanan berbasis teknologi informasi yaitu metode e-

health.

E-health atau elektronik health merupakan teknologi informasi dan

komunikasi yang digunakan unutuk men-transfer (mengirim dan menerima)

informasi yang bertujuan meningkatkan pelayanan dibidang kesehatan serta

bertujuan untuk pendidikan (Anas M, 2014). E-health mengikuti perubahan

pergerakan dari pelayanan dalam kesehatan inovatif dari proyek-proyek

telehealth, telemedis dan telemedicine yang dapat digunakan dalam jarak jauh

mengunakan transmisi elektrik dan optik antara manusia dan atau komputer

(Agus, 2008). E-health memiliki cakupan yang cukup luas sebagai penggunaan

teknologi yang difungsikan untuk mengirimkan informasi, sumber daya, serta

layanan yang berhubungan dengan kesehatan. Penggunaan e-health dapat

digunakan lewat ponsel, tablet, serta komputer (Sri, 2017). Informasi yang dikirim

dengan elektonik health berupa visual, audio, video. E-health, melibatkan tenaga

medis untuk pembuatannya (Jamil, 2015).

2.3 Pengetahuan

2.3.1 Definisi

Pengetahuan merupakan sebuah istilah untuk menuturkan atau

menjabarkan seuatu hal apabila seseorang mengenal sesuatu. Sesuatu yang

menjadi pengetahuan yaitu selalu terdiri berdasarkan unsur yang mengetahui

dan diketahui yang disertakan kesadaran terkait sesuatu yang ingin diketahui.

Pengetahuan merupakan apa yang diketahui seseorang tentang suatu objek dan

termasuk juga ilmu. Kecenderungan saat setelah manusia diberikan informasi

baru, umumnya manusia lebih mengerti dengan informasi yang diterimanya.


9

Pengetahuan seseorang didasarkan pada kejadian pengalaman pengalaman

yang didapat (Listiyanto, 2017).

2.3.2 Klasifikasi

Menurut teori Bloom yang dikutip oleh Notoadmodjo tahun 2012,

Pengetahuan memiliki enam tingkatan:

 Tahu (Know)

Tahu merupakan kegiatan mengingat kembali suatu memori yang sudah terjadi

sebelmnya ketika melihat atau mengamati sesuatu.

 Memahami (Comprehension)

Kemampuan seseorang menjelaskan tentang objek yang diketahui dan

diinterpretasikan dengan baik dan benar.

 Aplikasi (Aplication)

Aplikasi yaitu kemampuan seseorang mempraktekan materi yang telah di

pelajari pada keadaan sebenarnya.

 Analisis (Analysis)

Kemampuan dalam menjabarkan sebuah objek atau materi tetapi masih pada

struktur organisasi tersebut dan masih berkaitan satu sama lain.

 Sintesis (Synthesis)

Kemampuan dalam Menghubungkan bagian bagian pada sebuah bentuk

keseluruhan yang baru.

 Evaluasi (Evaluation)

Suatu pengetahuan agar dapat menilai materi atau suatu objek .


10

2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

2.3.3.1 Usia

Pada manusia, bertambahnya usia akan mempengaruhi bertambahnya

pengetahuan yang diperoleh (Hendra, 2008). Semakin bertambah usia

seseorang maka daya tangkap dan pola pikirnya akan bertambah sehingga

semakin bagus pula tingkat pengetahuannya ( Budiman dan Riyanto, 2013 ).

2.3.3.2 Intelegensi

Intelegensi merupakan modal berfikir serta pengolahan informasi, maka

perbedaan intelegensi akan berpengaruh pada tingkat pengetahuan (Hendra,

2008).

2.3.3.3 Lingkungan

Lingkungan, faktor ini sangat mempunyai pengaruh karena pada

lingkungan, seseorang belajar banyak hal dari hal baik maupun hal buruk,

lingkungan akan memberikan pengalaman sehingga berpengaruh pada pola pikir

seseorang (Hendra, 2008). Lingkungan akan memberikan interaksi timbal balik

yang akan diperoleh seseorang sebagai pengetahuan ( Budiman dan Riyanto,

2013 ).

2.3.3.4 Sosial Budaya

Sosial Budaya, seseorang memperoleh kebudayaan dan mengalami

proses belajar serta suatu pengetahuan. Ketika seseorang memiliki sosial

budaya yang baik maka pengetahuannya akan baik pula ( Budiman dan Riyanto,

2013 ).

2.3.3.5 Pendidikan

Pendidikan, proses pembelajaran melakukan perubahan sikap serta

perilaku dan usaha pendewasaan ( Budiman dan Riyanto, 2013 ).


11

2.3.3.6 Informasi

Informasi, akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang.

informasi yang baik, dapat mengembangkan atau meningkatkan pengetahuan.

2.3.3.7 Pengalaman

Pengalaman, pengalaman adalah sumber dari pengetahuan, pengalaman

pribadi pun merupakan proses memperoleh pengetahuan (Hendra, 2008).

Informasi yang didapat akan memberikan pengaruh jangka pendek maka akan

terdapat perubahan pengetahuan ( Budiman dan Riyanto, 2013).

2.3.4. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat diketahui dengan menggunakan

kuisioner, jika seseorang benar dalam menjawab pertanyaan, maka akan

diberikan nilai 1, jika salah diberi nilai 0. Pengetahuan pada seseorang dapat

dilihat dan diinterprestasikan melalui skala yang bersifat kualitatif. Seseorang

dapat dikatakan bahwa pengetahuannya baik, jika hasil presentase yang didapat

76% - 100%. Pengetahuan seseorang dikatakan cukup jika hasil presentase

didapatkan 56% - 75%. Pengetahuan seseorang dapat dikatakan kurang, jika

hasil presentasi yang didapat >56% (A. Wawan dan dewi M, 2010).

2.4 Sikap

2.4.1 Definisi

Sikap adalah kemampuan seseorang menerima atau menolak obyek

penilaian berdasarkan obyek penilaian tersebut. Sikap berupa kemampuan

menginternalisasi dan dan externalisasi nilai nilai (Rimahyudin, 2015). Sikap

adalah sebuah ekspresi yang mewakilkan suatu perasaan (inner feeling), sikap
12

merupakan sebuah penilaian, apakah seseorang suka atau tidak suka, senang

atau tidak sedang atau setuju atau tidak terhadap objek. Objek berupa layanan,

suatu merek, perilaku tertentu, atau produk (K. Ade, 2014). Sikap merupakan

kecenderungan dalam merespon yang didapat dari suatu pengalaman tetapi

sikap respon harus bersifat konsisten. Suatu Pengalaman akan memberi suatu

kesempatan pada seseorang untuk bisa belajar. Sikap bisa diartikan sebagai

suatu cara penempatan atau dapat diartikan sebagai membawa diri, atau cara

untuk merasakan, atau jalan dari suatu pikiran serta perilaku. Sikap merupakan

sebuah kondisi dari mental yang bersifat kompleks dan melibatkan keyakinan

serta perasaan, serta suatu disposisi agar dapat bertindak terhadap suatu cara

tertentu (Yusnidar, 2017) Informasi yang didapatkan dari media apapun akan

mempengaruhi fungsi Kognitif dan efektif remaja. Sehingga, ketika mendapatkan

informasi tidak hanya pengetahuan saja yang akan berubah, tetapi juga akan

mempengaruhi pembentukan sikap dari seseorang. Pengetahuan erat kaitannya

dengan pemberntukan sikap seseorang (Notoatmodjo, 2005).

2.4.2 Klasifikasi

Sikap memiliki empat tingkatan ;

 Menerima ( Receiving )

Seseorang mampu menerima stimulus yang didapat.

 Menanggapi ( Responding )

Seseorang dapat memberikan suatu jawaban terhadap pertanyaan yang

diberikan.
13

 Menghargai ( Valuing )

Seseorang memberikan nilai yang positif pada objek, dalam artian membahas

dengan orang lain ataupun mengajak bahkan mempengaruhi atau

menganjurkan orang lain.

 Bertanggung Jawab (Responsible)

Seseorang dapat bertanggung jawab dengan pilihan yang dipilih atau yang

diyakini, dan dia harus menanggung resiko jika terdapat resiko (Candra,

2017).

2.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Sikap

Faktor faktor yang mampu mempengaruhi sikap adalah;

2.4.3.1 Pengalaman Pribadi

Pengalaman pribadi, pengalaman yang secara spontan atau mengejutkan

dapat mempengaruhi jiwa seseorang. Peristiwa serta kejadian yang berulang

dan berlangsung terus menerus akan menjadikan individu bertahap membentuk

sikap.

2.4.3.2 Pengaruh orang lain

Pengaruh dari orang lain yang menurut individu penting, individu

cenderung mengikuti orang lain yang dianggap penting, perang orang lain sangat

mempengaruhi pembentukan sikap.

2.4.3.3 Kebudayaan

Kebudayaan, kehidupan masyarakat sangat erat hubungannya dengan

kebudayaan didaerah masing- masing.


14

2.4.3.4 Media Massa

Media Massa, bentuk media apapun sangat berperan untuk

terbentuknya kepercayaan dan pembentukan opini seseorang dan akan

memberikan landasan kognitif baru.

2.4.3.5 Lembaga Pendidikan

Lembaga pendidikan dan Lembaga agama, merupakan konsep moral

dari dalam diri setiap individu, yang akan memberikan pengaruh untuk

pembentukan sikap individu.

2.4.3.6 Faktor Emosi

Faktor emosi, emosi merupakan sikap semntara dari individu untuk

menyelurkan frustasi serta pengalihan bentuk dari mekanisme pertahanan ego

seseorang, perubahan sikap dari seseorang karena faktor emosi bersifat

sementara namun dapat menjadi persisten dan bertahan dalam jangka panjang.

(Azwar, 2013).

2.4.4. Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap dengan menggunakan Skala Likert , didalam skala

Likert akan berisi pernyataan yang memiliki pilihan jawaban; Sangat Setuju (SS),

Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Lalu peneliti membuat

pernyataan favorable/ baik/ positif dan pernyataan unfavorable/ buruk/ negatif :

 Jika Pernyataan favorable

Skor 1. Sangat Tidak Setuju

Skor 2. Tidak Setuju

Skor 4. Setuju

Skor 5. Sangat Setuju


15

 Jika Pernyataan unfavorable

Skor 1. Sangat Setuju

Skor 2. Setuju

Skor 3. Tidak Setuju

Skor 4. Sangat Tidak Setuju

Jika terdapat 10 pernyataan dengan skala Likert. Untuk mengetahui

sikap tergolong baik atau buruk maka setiap bobot jawaban pernyataan

di jumlahkan.

Dikatakan :

 Baik : 21 - 40.

 Buruk :1 – 20 (Budiaji, 2015).

2.5 Konsep PMS dan HIV/AIDS

2.5.1. Definisi

PMS ( Penyakit Menular Seksual ) merupakan penyakit menular melalui

hubungan seks. Penyakit Menular Seksual lebih beresiko jika melakukan

hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan melalui vagina, anal ataupun

oral seks. Penyakit Menular Seksual mampu menyebabkan infeksi pada alat

reproduksi yang perlu dianggap serius. Infeksi mampu menyebar. Jika tidak

dilakukan pengobatan secara tepat mampu menyebabkan penderitaan, sakit

berkepanjangan, kemandulan, dan mampu menyebabkan kamatian. Wanita lebih

beresiko terjangkit penyakit menular seksual daripada laki-laki karena memiliki

alat reproduksi yang lebih rentan (Nugroho, 2012).

HIV (Human Immunodeficiency Virus), merupakan virus sitopatik yang

diklasifikasikan dalam famili Retroviridae, dengan subfamili Lentivirinae, genus


16

Lentivirus. Struktur dari HIV termasuk dalam famili retrovirus,termasuk virus RNA

yang memiliki berat molekul 9.7 kb (kilobases) (Barakbah, 2014). Virus HIV

digolongkan kedalam virus yang berasal dari Ribonucleat acid (RNA) yang

melawan sistem kekebalan tubuh manusia, sehingga berpotensi terjadinya AIDS

(Acquired Immuno Deficiency Syndrome) (Depkes RI, 2008). AIDS (Acquired

Immuno Deficiency Syndrome) adalah kupulan gejala penyakit yang timbul

karena penurunan sistem kekebalan tubuh manusia yang disebabkan virus HIV

(Human Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007)

2.5.2. Epidemiologi

Joint United Nations Programme on HIV and AIDS (UNAIDS) tahun

1993 memperkirakan penderita HIV didunia sejumlah 12 juta orang, diakhir tahun

2000 sejumlah 20 juta orang. AIDS memiliki prevalensi sebesar 900.0000 tahun

1993. Pada tahun 1987 pada bulan april, Indonesia mendapat laporan pertama

kali adanya HIV di Bali. Terdapat kasus HIV sebanyak 635 dan 183 kasus AIDS

pada tahun 1999. Kasus HIV dan AIDS diindonesia terus mengalami

peningkatan, pada tahun 2000-2005. Tahun 2000, kasus AIDS tercatat 255

orang dan pada tahun 2003 meningkat sebanyak 316 orang, meningkat lagi

tahun 2005 senyak 2638. Jumlah terbesar terjadi di DKI Jakarta, diikuti Jawa

Timur, Papua, Jawa Barat, dan Bali. Kasus HIV/AIDS di Indonesia masih

digolongkan rendah dibanding negara Asia Tenggara, diperkirakan jumlah di

indonesia lebih banyak dibandingkan data yang ada, tetapi sistem pencatatan

dan pelaporannya masih lemah, keterbatasan peralatan laboratorium penunjang

serta kemampuan diagnosis yang rendah (Widoyono, 2011). Pada Prevalensi

jumlah kumulatif dari kasus HIV sampai pada tahun 2011 telah dilaporkan

sejumlah 77.779 kasus HIV yang menduduki peringkat teratas yaitu pada
17

provinsi DKI Jakarta yang dilaporkan sebanyak 19.899 kasus, di Jawa Timur

dilaporkan sebanyak 9.950 kasus, di Papua dilaporkan sebanyak 7.085 kasus,

dan Jawa Barat sebanyak 5.741 kasus. Pada AIDS yang dilaporkan sampai

desember 2011, Jumlah kumulatif sebanyak 29.879 kasus dan dilaporkan

tertinggi di Provinsi DKI Jakarta sebanyak 5.117 kasus, di Jawa Timur sebanyak

4.598 kasus, didaerah Papua sebanyak 4.449 kasus dan Jawa Barat 3.939

kasus. Untuk upaya melakukan pengendalian penularan HIV/AIDS telah

diupayakan, salah satu pencegahannya adalah mengoptimalkan pemakaian

kondom saat berhubungan seksual, adapun upaya pengobatan dengan

memberikan Antiretrovirus (Nandasari, 2015).

2.5.3. Penyebab

2.5.3.1 Faktor Etiologi

Montagnier (institute pasteur, Paris) tahun 1983, mengisolasi virus dari

pasien serta gejala limfadenopati dan didapatkan Virus HIV. Oleh karena itu

dinamakan LAV (lymphadebopathy associated virus). Tahun 1984 oleh Gallo

(National Institute of Health, USA) mendapatkan temuan virus human T

lymphotropic virus (HTLV-VIII) yang juga menyebabkan AIDS. Asam nukleat (dari

famili retrovirus) merupakan RNA yang dapat membentuk DNA dari RNA. RNA

virus bertugas sebagai „cetakan‟ untuk pembentukan DNA yang nantinya

bergabung dengan kromosom induk (sel makrofag dan sel dari limfosit T4) yang

berperan untuk pengganda virus HIV. HIV tersusun dari Inti, kapsid dan sampul.

Pada inti terdapat RNA serta enzim transkriptase reversi yaitu polimerase,

integrase dan protease. Pada kapsid terdapat antigen p24, dan pada sampul

(antigen p17) serta tonjolan glikoprotein (gp 41 dan gp 120). Virus HIV memiliki

waktu paruh yang cepat dan replikasi virus ini terus menerus dan sangat cepat,
18

dalam sehari dapat menghasilkan 10 miliar virus. Keadaan ini yang dapat

mengakibatkan sistem kekebalan tubuh menjadi rusak. dalam darah, tingginya

virus dilihat dari viral load, namun untuk tingkat kerusakan dari sistem kekebalan

tubuh melalui angka CD4 (Widoyono, 2011). Jika dilihat berdasarkan struktur

dari HIV, masuk dalam kelompok Virus RNA dengan berat melekul 0,7 kb

(kilobase), virus yang tersusun atas 2 grup, yaitu dari HIV-1 dan HIV-2 yang

memiliki berbagai subtipe masing masing. Tetapi HIV-1 paling banyak

menyebabkan kelainan serta jenis HIV-1 lebih ganas daripada HIV-2. Virus HIV

tersusun dari inti berbentuk silinder dan dikelilingi lipid bilayer envelop. Terdapat

2 jenis dari glikoprotein pada lipid bilayer yaitu gp120 dan gp41 dan fungsi

utamanya adalah memediasi suatu pengenalan pada sel dan menjadi

reseptor kemokin sehingga memungkinkan bagi virus melekat pada sel

yang terinfeksi. Pada bagian dalam, ada dua kopi dari RNA serta macam macam

protein dan enzim sebagai replikasi serta maturasi pada HIV yaitu p24, p7, p9,

p17, integrase, protein dan reverse transkripsi. HIV menggunakan sejumlah

sembilan gen yang berperan mengkode protein penting dan juga enzim, yang

umumnya berbeda dari retrovirus yang lain. Terdapat tiga gen utama, gen Gag

berperan untuk mengkode protein inti, gen pol berperan mengkode enzim

reserve transkriptase, integrase, dan protease, gen env berperan mengkode

glikoprotein. Dissamping itu, pada gen rev, nef, vpu, vpr, vif dan Tat berperan

untuk replikasi virus serta meningkatkan tingkatan dari infeksi HIV. ( Yulianasari,

2016).

AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) disebabkan dari virus

yang memiliki beberapa nama yaitu RAV, HTL II, LAV. Yang umumnya dikenal

dengan istilah HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang berupa agen viral yang
19

biasanya dikenal sebagai retrovirus dan ditularkan melalui darah yang memiliki

afinitas kuat pada limfosit T (Nugroho, 2012).

2.5.3.2 Faktor Resiko

Faktor resiko peningkatan kejadian HIV/AIDS adalah dari lingkungan

sosial yang dilatar belakangi oleh kemiskinan, dari kebudayaan, dari keadaan

demografi. Jika dilihat dari kelompok masyarakat yang memiliki potensi resiko

tinggi HIV adalah dari status donor darah baik penerima tranfusi darah maupun

pendonor darah ketika alat yang digunakan terkontaminasi dan tidak steril, pada

bayi yang memiliki ibu terinfeksi AIDS saat proses kehamilan maupun saat

proses kelahiran dan saat menyusui, pada orang dengan pecandu narkotika

terutama IDU (Injecting Drug User) atau tindik dengan menggunakan alat yang

terkontaminasi HIV dan AIDS, atau dari mereka yang memiliki pasangan lebih

dari satu ataupun pramuria (didiskotik, WPS, bar, homo dan heteroseks), status

awal hubungan seks, pola berhubungan seks, orang terpenjara, keluarga positif

penderita HIV dan AIDS dari suami maupun istri dengan berhubungan tanpa

kondom (Susilowati, 2012)

2.5.4. Patogenesis

Saat terinfeksi HIV, target utama yang diserang adalah sistem imun dan

sistem saraf pusat. Saat sistem imun mengalami gangguan maka terjadi

Imunodeficienci di cell mediated immunity sehingga berakibat set T da

helper T tidak seimbang. Virus HIV juga akan menyerang dan menginfeksi

makrofag dan sel dendrit (Yulianasari, 2016).

Infeksi HIV secara ringkas dalam perjalanannya memiliki tiga fase, yang

pertama adalah fase infeksi Akut (Sindroma Retroviral Akut), dilanjutkan ke fase
20

kedua yaitu fase infeksi laten, selanjutnya adalah infeksi Kronis (Linda, 2009).

Infeksi yang akut dan tidak diatasi seluruhnya oleh respon imun adaptif, sehingga

berlanjut pada infeksi pada jaringan limfoid primer kronik dan progresif. Dengan

melakukan pemeriksaan pada jumlah virus dalam plasma serta sel T , kita

dapat mengikuti perjalanan penyakit HIV. Pada fetus dan neonatus akan terjadi

situasi sistem imun imatur saat infeksi primer,sehingga ilustrasi patogenesis

yang khas, bisa diikuti oleh orang yang dewasa (Pujiana. 2013).

Saat Infeksi Primer, diketahui dengan adanya virus baru atau virion yang

banyak, dan dapat dideteksi tiga minggu setalah infeksi melalui darah. Pada

fase ini, protein virus serta virus yang infeksius bisa diketahui melalui plasma dan

cairan serebrospinal, virionnya dapat berjumlah sampai dalam setiap

mililiter plasma. Karena jumlah virus yang bereplikasi sangat besar, maka akan

memicu sindroma infeksi akut yang memiliki gejala seperti infeksi mononukleosis

akut, yaitu; demam, bercak kulit, mual muntah, malaise, limfadenopati, faringitis

yang timbul tiga sampai enam minggu setalah terjadinya infeksi. Selanjutnya

akan terjadi penurunan pada sel limfosit T-CD4 sekitar dua sampai delapan

minggu pertama infeksi primer, danselanjutnya mengalami peningkatan jumlah

limfosit T karena respons imun ditubuh mulai terjadi. Jumlah limfosit masih

diatas 500 dan akan turun pada enam minggu terinfeksi virus HIV

(Linda, 2009).

Fase kedua atau fase masa laten klinis, tempat replikasi dan destruktur

sel terjadi di kelenjar getah bening dan limpa. Tahap ini sistem imum masih

mampu melawan infeksi mikroba oportunistik dan umumnya belum ada gejala.

Jumlah virus pada fase ini masih rendah, dan banyak sel T perifer yang tidak

memiliki kandungan HIV, namun penghancuran sel T terus berlangsung


21

san sel T akan semakin berkurang. Di awal penyakit tubuh mampu

melakukan penggantian pada sel T menjadi baru. Namun beberapa tahun

kemudian akan mengalami kematian pada sel T sehingga penurunan T

akan terus berlangsung di jaringan limfoid dan sirkulasi karena infeksi baru

akan terus berjalan.

Fase kronik progresif, penderita akan rentan dengan infeksi lain, dan

repon imun pada infeksi lain akan menjadikan stimulasi untuk memproduksi HIV

serta destruktur jaringan limfoid. Sitokin yang diproduksi oleh sistem imun

alamiah sebagai respon pada infeksi dari mikroba. Jadi, saat sistem imun

sedang melakukan usaha penghancuran pada mikroba lain, akan berlangsung

juga kerusakan pada sistem imun yang disebebakan oleh HIV.

Fase tersebut akan terus berjalan sampe fase akhir dan letal dimana

terjadi destruktur di seluruh jaringan pada limfoid perifer. Orang dengan AIDS

akan menderita ifeksi oportunistik, neoplasma, kaheksia, gagal ginjal, serta

degenerasi pada susunan saraf pusat (Pujiana, 2013).

2.5.5. Penyebaran

Kasus HIV maupun kasus AIDS dari tahun ke tahun di Indonesia

jumlahnya semakin meningkat. Jaringan Epidemiologi Nasional mengatakan ada

beberapa kondisi yang mampu membuat penyebaran AIDS di Indonesia menjadi

cepat, yaitu; semakin meningkatnya pelacur, terjadi peningkatan hubungan seks

pra nikah (sebelum menikah) dan ekstra marital (diluar nikah), prevalensi pada

penyakit menular seksual yang tinggi, kesadaran pemakaian pengaman atau

kondom masih rendah, jumlah urbanisasi dan migrasi penduduk yang tinggi,
22

penggunaan jarum suntik yang tidak steril, lalu lintas dari dan keluar negeri yang

bebas ( Hasdianah, 2014)

2.5.6. Tanda dan Gejala

Penderita HIV/AIDS akan memiliki tanda dan gejala infeksi sistemik

yaitu demam, berkeringat terutama malam hari, terjadi pembengakakan pada

kelenjar, kedinginan, merasa lemah, dan mengalami penurunan berat badan

(sudikno, 2011). Pada penderita AIDS umumnya memiliki riwayat gejala dan

tanda penyakit. Penderita HIV primer akut yang rentan lamanya 1-2 minggu akan

merasakan sakit mirip seperti flu.

Di fase supresi imun simptomatik (3 tahun) penderita akan diare,

demam, berat badan yang menurun, neuropati pertambahan kognitif, lesi pada

oral, limpanodenopathy, berkeringat saat malam hari, serta keletihan ruam kulit.

Saat fase infeksi HIV menjadi AIDS (biasanya membutuhkan waktu

yang berbeda, umumnya 1-5 tahun dari penentuan pertama kondisi AIDS)

penderita akan mengalami gejala infeksi opurtunistik, paling umum merupakan

Pneumocystic carinii atau PCC, suatu protozoa menyebabkan Pneumonia

interstisial , infeksi lain yaitu kandidiasis, atipikal, cytomegalovirus, mikrobakterial,

dan meningitis.

 Human Immunodeficiency Virus Acute memiliki gejala yang tidak khas

dan memiliki kemiripan tanda dan gejala penyakit seperti biasanya yaitu

lesu mengantuk, bercak merah di tubuh, sakit pala, sakit leher, nyeri

sendi, diare, kelenjar getah bening, dan demam berkeringat.


23

 Human Immunodeficiency Virus asimtomatik dapat melakukan

pemeriksaan kadar Human Immunodeficiency Virus yang berada dalam

darah akan diperoleh hasil positif (Nugroho, 2012)

2.5.7. Klasifikasi Stadium

Pada stadium klinis satu, host tidak merasakan tanda dan gejala

(asimtomatis), pada stadium ini limfadenopati general resisten.

Pada stadium dua, host akan kehilangan berat badan yang sedang

tanpa disetai alasan (<10% berat badan ). Host juga akan terinfeksi saluran

nafas bagian atas yang dapat berulang seperti faringitis sinusitis,dan oototis

media. selain saluran nafas bagian atas, host akan diserang Herpes Zoser,

dermatitis seboroik, ulkus yang terjadi dioral dengan berulang, infeksi jamur yang

terjadi pada bagian kuku, kheilitis angularis, dan terjadinya Erupsi papular

pruritis.

Pada stadium tiga, host akan mengalami diare kronis kurang lebih 1

bulan disertai mengalami penurunan berat badan yang lebih dari stadium

sebelumnya yang tidak disertai alasan (>10% berat badan), peningkatan suhu

tubuh ( C), serta mengalami beberapa kondisi seperti terdapatnya

kandidiasis di bagian mulu yang berkepanjangan, oral hairy lekoplakia,

tuberkolosis paru, infeksi bakteri yang berat (empiema, infeksi tulang dan sendi,

pneumonia, piomiositis, meningitis atau bakterimia), anemia, stomatitis, gingivitis

atau periodonitis nekrotising berulkus yang akut.

Pada stasium klasifikasi empat, host akan mengalami sindrom wasting

HIV. Beberapa penyakit yang dapat muncul, yaitu pneumonia bakteri yang parah,

pneumonia pneumocystis, tuberkulosis diluar paru, sarkoma kaposi, kandidiasis


24

esofagus, infeksi herpes simplex kronis, infeksi sitomegalovirus, ensefalopati

HIV, infeksi mikrobaktei non-TB diseminata, kriptokokosis diluar paru termasuk

meningitis, progressive multifocal leukoencephalopathy (PML), isosporia kronis,

Kriptokokosis kronis, limfoma, leishamaniasis diseminata atipikal, septisema

yang berulang, karsinoma pada leher rahim invasif, nefropati bergejala terkait

HIV atau kardiomiopati bergejala terkait HIV (WHO, 2007)

2.5.8. Diagnosis

Saat itu, didapatkan temuan antibodi HIV dengan melakukan

pemeriksaan ELISA dan perlu dilakukan konfirmasi dengan western blot. Tes HIV

Elisa positif (+) sebanyak tiga kali serta reagen yang berlianan pada merk

menunjukan bahwa pasien sedang mengidap HIV.

Ada beberapa metode yang digunakan untuk menegakan diagnosis HIV

yaitu Elisa (Enzyme-linked Immunosorbent Assay) sensitivitasnya mencapai

98,1-100% dan umumnya akan memebrikan hasil positif 2-3 bulan setelah

infeksi. adapun tes western blot sensitivitasnya mencapai 99,6-100%, namun

pemeriksaan ini cukup sulit, membutuhkan waktu sekitar 24 jam dan juga mahal.

Tes lain yang dapat dlakukan yaitu PCR (polymerase Chain Reaction) yang

diguanakan untuk bayi, dikarenakan kandungan zat antimineral masih terdapat

pada bayi yang mampu menghambat pemeriksaan secara serologis. ketika ibu

terinfeksi HIV, ibu akan membentuk antigen. ketika ibu hamil, ibu dapat

menurunkan antigen untuk HIV pada anak melalui plasenta. Keadaan tersebut

mengaburkan hasil tes, seolah-olah telah ada infeksi HIV pada bayi tersebut.

Selain itu, PRC (polymerase Chain Reaction) dapat menetapkan status infeksi

sesorang yang seronegatif pada kelompok yang beresiko tinggi. Selain itu, dapat

digunakan untuk tes pada kelompok yang memilki resiko tinggi sebelum
25

terjadinya serokonversi serta dapat juga digunakan untuk tes konfirmasi untuk

HIV-2, sebab Elisa memiliki sensitivitas yang rendah untuk melakukan konfirmasi

HIV-2. (Widoyono, 2011)

2.5.9. Prognosis

Pada sebagian besar kasus HIV dan AIDS memiliki akibat yang fatal,

diperkirakan sekitar 75% pasien didiagnosis terkena AIDS meninggal tiga tahun

kemudian. Pada laporan penelitian, sebanyak 5% pasien yang terinfeksi HIV

yang tetap dalam keadaan sehat secara klinis dan secara imunologis (

Widoyono, 2011).

2.5.10. Manifestasi Klinis

Manifestasi Klinis bervariasi pada bayi, anak-anak, remaja. Saat bayi,

pemeriksaan fisik normal. Gejala awal pada bayi sangat tidak terlihat. Gejala

awal biasanya limfadenopati, hepatosplenomegali, keterlambatan tumbuh,

pneumonia, bahkan diare kronis dan berulang. Pada anak anak dan dewasa

biasanya terdapat infeksi bakteri berulang, terdapat pembengkakan parotis

kronis, pneumonitis interstitial limfositik, dan onset awal penurunan neurologis

progresif (Darmandi, 2012).

2.5.11. Pencegahan

2.5.11.1 Pencegahan Primer

Setiap pelayanan primer, dengan rutin diperlukan untuk menggali

perilaku dan cara kontak seksual, serta memperoleh informasi secara lengkap

terkait resiko tinggi, dan screening untuk penyakit infeksi HIV dengan konseling

pre-test meliputi faktor resiko tinggi infeksi HIV, pengunaan pada jarum suntik,

diskusi mengenai kontak seks yang aman serta makna hasil tes yang positif, dan

post-test meliputi pengunaan jarum suntik pengguna narkoba intravena, serta


26

mengulang penjelasan cara kontak seks yang aman. Bagi hasil tes yang

diperoleh positif, informasikan secara jelas terkait ketersedian obat berikut

fasilitas pengobatan dan pelayanan kesehatan mental serta petunjuk

penggunaan jarum suntik yang aman dan petunjuk kontak seksual. Bagi hasil

tes yang diperoleh negatif, informasikan cara untuk menghindari paparan dari

infeksi HIV, serta konseling terkait pencegahan untuk berganti ganti pasangan,

konseling pengunaan jarum suntik tidak aman dan tindak sembarangan

melakukan kontak seks tidak aman, konseling terkait berbagai perilaku resiko

tinggi paling tidak enam bulan sebelumnya sejak didapatkan hasil tes yang

negative (Barakbah, 2014).

2.5.11.2 Pencegahan Sekunder

Pada prinsipnya, pengunaan rejimen pencegahan pada infeksi HIV, bisa

mencegah infeksi sekunder serta mampu memperbaiki dan meningkatkan

kualitas hidup pasien. Intervensi secara dini dan profilaksis dapat mencegah

beberapa infeksi sekunder termasuk sifilis dan tuberkulosis dan penyakit infeksi

yang mudah menular. Pasien yang memiliki gambaran infiltrasi pada berbagai

lokasi, terutama jika disertai dengan pembesaran kelenjar limfe mediastinal, perlu

dilengkapi dengan pemeriksaan sputum untuk pemeriksaan pada BTA

pengecatan acid fast. Jika PPD positif namun saat evaluasi menunjukan hasil

negatif atau infeksi tidak aktif, makan harus ditindaklanjuti dengan pemberian

INH 300 mg/hari dengan 50 mg piridoksin/hari selama 9 bulan sampai 1 tahun.

Untuk rejimen alternatif yaitu rifamfisin plus pirazinamid dengan lama pemberian

2 bulan dan tidak tidak diajurkan untuk pemberian jangka panjang sehubungan

dengan efek toksisitas pada hati.


27

Pasien yang belum diketahui status dari HbsAg maupun anti-HBs

dengan individu terinfeksi HIV di stadium awal, mampu diberikan vaksinasi

Hepatitis B dan hindarkan pemberian vaksin yang hidup untuk pasien yang

terinfeksi HIV. Pasien dengan infeksi HIV perlu diberikan informasi secara

mendalam, terutama mengenai cara mengkonsumsi makanan untuk

meningkatkan status gizi serta upaya munculnya infeksi sekunder.peringatkan

pasien agar menghindari makanan yang mentah termasuk telur mentah atau

kurang matang, dan daging mentah untuk mencegah transmisi infeksi sekunder

yang dapat diakibatkan oleh kampiobakteri, toksoplasma, dan salmonella. Pasien

yang terinfeksi HIV harus melakukan kebiasaan untuk mencuci tangan sebelum

makan dan menghindari untuk memelihara kucing guna mencegah terjangkit

toksoplasmosis serta mengindari gigitan kucing atau sejenisnya untuk mencegah

terinfeksi bartonella. Pasien yang terinfeksi HIV dengan CD4 yang rendah <200

sebaiknya minum air yang bersih atau minum dari botol yang tertutup agar tidak

terinfeksi kriptosporidia (Barakbah, 2014).

2.5.12. Penatalaksanaan

2.5.12.1 Penatalaksanaan Umum

Istirahat yang cukup, beri dukungan nutrisi yang memadai berbasis

mikronutrien dan makronutrien pada penderita HIV dan AIDS, melakukan

pendekatan psikososial dan psikologis serta pemberian konseling, melakukan

perubahan membiasakan pola hidup sehat (Barakbah, 2014).

Pengobatan HIV/AIDS dapa dilakukan dengan melakukan pengobatan

suportif, penanggulangan pada penyakit oportunistik, pemberian obat antivirus,

serta dilakukan pengobatan penanggulangan dampak psikososial (Widoyono,

2011).
28

2.5.12.2 Penatalaksanaan Khusus

Memberikan antiretroviral therapy (ART) kombinasi, terapi malignansi,

terapi infeksi sekunder yang disesuaikan pada temuan jenis infeksi (Barakbah,

2014)
BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Model pembelajaran dengan


Metode e-health yang berisi
tentang HIV/ AIDS

Remaja Perempuan (siswi kelas XI)

Faktor Faktor:
Faktor Faktor :
1. Usia Pengetahuan Sikap 1. Pengaruh orang
2. Pekerjaan lain
2. Kebudayaan
3. Pendidikan
3. Media Massa
4. Minat 4. Lembaga
5. Pengalaman Pendidikan
6. Budaya 5. Pengalaman
Pribadi
7. Informasi 6. Faktor Emosi
(Budiman (Azwar, 2013).
dan Riyanto, Optimalisasi Pengendalian diri
2013) terhadap perilaku seks bebas
dan menjaga Kesehatan
Reproduksi

Keterangan :

Diteliti :

Tidak diteliti :

29
30

E-Health merupakan Informasi yang dikirim dengan elektonik health

berupa visual, audio, video tentang HIV/AIDS meliputi definisi, penyebab,

patofisiogi, manifestasi Klinis dan penatalaksanaan yang dilakukan untuk

menambah pengetahuan (Jamil, 2015). Setiap Orang memiliki tingkat

pengetahuan yang berbeda tentang HIV/AIDS. Faktor yang dapat mempengaruhi

tingkat pengetahuan seseorang yaitu usia, pendidikan, pekerjaan, minat,

pengalaman, budaya, dan Informasi (Nur, 2014). Menurut teori, usia seseorang

dapat mempengaruhi daya tangkap serta pola pikir seseorang (Oktarisa, 2016).

Sikap dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor pengaruh orang lain, faktor

kebudayaan, faktor media massa, Faktor lembaga pendidikan, faktor

pengalaman pribadi, faktor emosi (Azwar, 2009). Saat mendapatkan informasi

dari media apapun akan mempengaruhi pengetahuan, ketika pengetahuan

meningkat akan memberikan pengaruh pada pembentukan sikap, karena

pengetahuan sangat erat kaitannya pada sikap (Notoatmodjo, 2005).

pengetahuan dan sikap sangat mempengaruhi perilaku (Notoatmodjo, 2003).

Perilaku yang diharapkan adalah siswi mampu mengoptimalkan pengendalian

diri terhadap perilaku seks bebas dan kesehatan reproduksi (Nuryanto, 2014) .

Pada penelitian ini, peneliti akan mengkaji pengaruh metode e-

health terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV/AIDS pada siswi

SMA kota Malang.

3.2 Hipotesis

Terdapat pengaruh terhadap pengetahuan dan sikap remaja pada siswi

SMA kota Malang setelah diberikan metode e-health tentang HIV/AIDS .


BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam rancangan penelitian ini adalah quasy

eksperimental desain dengan metode cross sectional untuk melihat pengaruh

antara variabel bebas yaitu metode e-health dengan variable terikat yaitu

pengetahuan dan sikap dalam kesehatan reproduksi remaja tentang HIV/AIDS

pada siswi SMA 1 Singosari dan SMA Negeri 10 Malang.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswi di SMA Negeri 1 Singosari

sejumlah 99 siswi dan SMA Negeri 10 Malang terdapat 71 siswi.

4.2.3. Sampel

Siswi di SMA Negeri 1 Singosari dan SMA Negeri 10 Malang tahun ajar

2018/ 2019 yang bersedia menjadi responden dan memenuhi kriteria Inklusi.

4.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

4.3.1. Kriteria Inklusi

1. Bersedia menjadi responden dan menandatangani Informed Consent.

2. Siswi Kelas XI dengan rentan usia 14-16 tahun.

3. Siswi yang hadir dalam hari pelaksanaan penelitian.

4.3.2. Kriteria Eksklusi

1. Terpapar informasi yang spesifik secara rutin tentang PMS khususnya

HIV dan AIDS dari Dinas Pengendalian Pendudukdan Keluarga

Berencana, Dinas Kesehatan, Perkumpulan Keluarga Berencana

Indonesia

31
32

2. Siswi yang pernah mengisi kuisioner saat uji validitas dan reabilitas

kuisioner.

3. Siswi yang tidak mengisi kuisioner secara lengkap sehingga data tidak

dapat dianalisis.

4.4 Jumlah Sampel

Sebagian dari jumlah populasi akan menjadi responden dalam

penelitian yang dianggap akan mewakili kriteria pada jumlah populasi disebut

sampel. Untuk mendapatkan jumlah sampel dalam populasi, dapat

menggunakan rumus Slovin. Dalam penelitian ini, nilai dari e adalah 10% karena

populasi yang ada, kurang dari 1000 orang (Sevilla et al, 2007).

Keterangan:

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

e = batas toleransi Kesalahan

siswi

Setelah melewati perhitungan rumus, jumlah sampel yang didapat

adalah 199 siswi SMA Negeri 1 Singosari dan SMA Negeri 10 Malang. Jumlah
33

sampel yang ada akan dipilih sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi yang ada.

Sampel minimal yang didapat sebanyak 119 sisiwi, untuk menghindari DO (Drop

Out) , maka peneliti akan menambahkan 10% dari jumlah sampel minimal dan

didapatkan total sampel 131 siswi.

Tabel 4.1 Data Jumlah Populasi dan Sampel

No Asal Sekolah Kelas Populasi Sampel

1. SMA Negeri 1 Singosari Kelas XI 99 siswi 99/170 x 131 siswi=76

2. SMA Negeri 10 Malang Kelas XI 71 siswi 71/170 x 131 siswi = 55

Jumlah 170 131

4.4.1. Sampel Penelitian

4.4.1.1 Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling untuk

mengambil jumlah siswi yang dihasilkan dari rumus slovin.

4.5 Variable Peneliti

4.5.1. Variabel Bebas

Variabel Independen (bebas) dari peneliti ini adalah metode e-health

pada siswi SMA tentang HIV/AIDS.

4.5.2. Variabel Tergantung

Variabel Dependen (tergantung) pada penelitian ini adalah pengetahuan

dan sikap pada siswi sma tentang HIV/AIDS.


34

4.6 Lokasi dan Waktu penelitian

4.6.1. Lokasi

Penelitian dilakukan di laboratorium komputer sekolah menengah atas

(SMA) Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Singosari dan Sekolah Menengah Atas

Negeri 10.

Lokasi dipilih berdasarkan :

1. Jawa timur merupakan provinsi yang memiliki angka kejadian yang cukup

besar sampai menduduki peringkat kedua.

2. Letak sekolah cukup jauh untuk dicapai, sehingga sulit mendapatkan

perhatian dari pemerintah untuk mendapatkan pendidikan kesehatan

khususnya HIV/ AIDS

3. Belum tersedianya pendidikan kesehatan mengenai HIV/ AIDS.

4. Murid disekolah, jauh lebih banyak jumlahnya dibandingkan sekolah lain,

sehingga akan lebih efektif jika metode e-health diberikan disekolah

tersebut.

4.6.2. Waktu

Peneltian ini akan dilakukan pada bulan April tahun 2019.

4.7 Bahan dan Alat/ Instrumen Penelitian

Intrumen yang digunakan dalam penelitian ini :

1. Lembar Penjelasan

Pada lembar penjelasan akan dijelaskan proses penelitian serta terdapat

uraian singkat yang berisikan indentitas peneliti, tujuan yang dituju peneliti,

prosedur dalam pengambilan data , manfaat dari penelitian ini serta waktu yang

digunakan untuk melaksanakan penelitian.


35

2. Lembar Pernyataan Persetujuan Responden

Lembar untuk menyatakan persetujuan yang akan di berikan oleh peneliti

untuk siswi sebagai kesedian menjadi reponden dalam penelitian. Lembar

pernyataan persetujuan ini akan ditanda tangani oleh orang tua atau wali yang

bertanggung jawab untuk memberikan izin tertulis, kerena siswi masih dalam <18

tahun.

3. Lembar identitas siswi/ identifikasi siswi

Lembar ini hanya berikan nama, kelas , dan usia. Lembar ini akan diisikan

sendiri oleh siswi. Lembar identitas atau lembar identifikasi ini akan membantu

peneliti untuk pengambilan sampel, dan untuk keperluan menghubungi

responden jika nanti responden terpilih menjadi sampel

4. Lembar Kuesioner pengetahuan dan sikap

Lembar ini terdapat beberapa pertanyaan seputar pengertian, penularan

serta informasi yang didapat tentang PMS dan HIV/AIDS. Lembar ini bertujuan

untuk mengetahui apakah siswi pernah mendapat atau terpapar pengetahuan

tentang PMS dan HIV/AIDS, sehingga berhubungan dengan kriteria Inklusi yang

sudah ditetapkan. Lembar kuisoner ini sudah pernah melalui uji validitas

sehingga dapat digunakan dalam penelitian.

Sebelum digunakan, kuesioner sudah diuji validitas, reabilitas :

a. Validitas

Validitas merupakan indeks yang mampu menunjukan alat ukur itu benar benar

mengukur sesuatu yang diukur. Pada penelitian ini, kuesioner yang digunakan

diuji korelasi antara skor peritem pertanyaan dengan skor total kesioner

tersebut. Teknik korelasi yang digunakan merupakan teknik korelasi Product

momen yang rumusnya sebagai berikut:


36

Dengan :

E : Jumlah Responden

X : Skor pertanyaan

Y : Skor Total

V1: Pertanyaan (Notoatmodjo, 2012).

Uji Validitas dilakukan pada siswi SMA di SMA Negri 1 Singosari dan SMA

Negeri 10 Malang sebanyak 40 reponden. Hasil perhitungan dilakukan dengan

SPSS dan hasil yang didapat semua item pertanyaan dalam koesioner valid

sesuai dengan data.

b. Keandalan (Reliabilitas)

Uji keandalan merupakan indeks yang mampu menunjukan pengukuran dapat

dipercaya atau diandalkan, dan pengukuran ini dapat menunjukan apakah

hasilnya tetap konsisten bila diukur dua kali atau lebih terhadap gejala dan alat

ukur yang sama (Notoatmodjo, 2012).

Uji reabilitas instrument menggunakan teknik Alpha Cronbach dengan α = 0,6

sebagai pembanding. SPSS yang digunakan SPSS for windows versi 16.0.

Rumus Alpha Cronbach:

[ ][ ]

Keterangan:

R11 = realibilitas item pertanyaan

K = banyaknya item

= jumlah variable item

= varian total
37

Hasil reabilitas 40 reponden didapatkan hasil Cronbach >0,6 untuk kuesioner

pengetahuan 0, …. dan kuesioner sikap 0,….. sehingga kuesioner reliabel.

Alat yang digunakan :

1. E-health

Metode e-health adalah aplikasi informasi yang berisi tentang kesehatan

reproduksi tentang HIV/AIDS meliputi definisi, penyebab, patofisiogi, manifestasi

Klinis dan penatalaksanaan yang dilakukan.

2. Alat tulis

Alat tulis yang digunakan bertujuan untuk mengisi lembar kuesioner serta

penandatanganan lembar pernyataan persetujuan responden.

4.8 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Tabel 4.8.1 Variabel dan Definisi Oprasioanal

No. Variabel Definisi Alat Ukur Skala Kategori


Oprasional Ukur

1. Metode e- Suatu - Nominal -


health media
(Variabel pembelajar
Bebas) an
berbentuk
aplikasi
informasi
yang berisi
tentang
kesehatan
reproduksi
tentang
HIV/AIDS
meliputi
definisi,
penyebab,
patofisiogi,
manifestasi
Klinis dan
penatalaksa
naan yang
dilakukan.
38

2. Pengetahuan Hasil tahu Kuisioner (pre Ordinal Baik 76%-100%


(Variable seseorang test dan post Cukup 56%-
Terikat) tentang test) 75%
HIV/AIDS (wawan,2010). Kurang <56%.
meliputi
definisi,
penyebab,
patofisiologi
,
manifestasi
klinis dan
penatalaksa
naan.
3. Sikap Merupakan Diukur dengan Ordinal Baik : 21-40
(Variabel reaksi atau menggunakan Buruk1-20
terikat) respon kuesioner yang
seseorang terdiri dari 10
yang masih pernyataan
tertutup dengan skor :
terhadap Favourabel
stimulasi Sangat Setuju :4
atau objek Setuju :3
dalam Kurang setuju :2
kesehatan Tidak setuju :1
reproduksi Unfavourabel
remaja Sangat Setuju :1
perempuan Setuju :2
meliputi Tidak setuju :3
definisi, Snagat Tidak
penyebab, Setuju :4
manifestasi (Baduaji, 2015).
klinis dan
penatalaksa
naan.

4.9 Prosedur Peneltitian .

1. Peneliti melakukan pengajuan surat permohonan izin untuk kegiatan

melakukan studi pendahuluan di SMA Negeri 1 Singosari dan SMA

Negeri 10 Malang.

2. Peneliti melakukan studi pendahuluan pada siswi sejumlah 40 siswi di

SMA Negeri 1 Singosari dan SMA Negeri 10 Malang.

3. Peneliti menyelesaikan studi pendahuluan.


39

4. Peneliti melaksanakan seminar proposal yang dihadiri oleh dosen

pembimbing 1 dan dosen pembimbing 2.

5. Melakukan Pengajuan surat izin melakukan penelitian di SMA Negeri 1

Singosari dan SMA Negeri 10 Malang.

6. Melakukan Pengajuan surat laik etik kepada tim etik di Fakultas

Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang.

7. Setelah dinyatakan laik etik, maka penelitian akan mulai dilakukan di

SMA Negeri 1 Singosari dan SMA Negeri 10 Malang. Peneliti mulai

melakukan pendekatan dengan pihak dan seluruh siswi di SMA Negeri 1

Singosari dan SMA Negeri 10 Malang.

8. Memilih siswi yang masuk dalam kriteria inklusi

a. kuesioner yang telah diberikan siswi, membantu peneliti untuk

melakukan pengambilan sampel yang sesuai dalam kriteria inklusi

dan eksklusi dari hasil jawaban kuesioner.

9. Peneliti akan menjelaskan tujuan untuk penelitian pada pihak dan siswi

tentang “Pengaruh Metode E-health terhadap Pengetahuan dan Sikap

Remaja tentang HIV/ AIDS”. Selanjutnya peneliti akan mulai melakukan

penilaian melalui kuesioner dan diawali dengan pengisian lembar

identitas atau identifikasi siswi kepada seluruh siswi di SMA Negeri 1

Singosari dan SMA Negeri 10 Malang. Setelah itu peneliti mulai

menjelaskan lembar yang akan diisi dan cara melakukan pengisiannya.

a. Lembar identitas atau identifikasi siswi hanya berisikan nama, kelas,

umur. Lembar identitas yang diberikan peneliti, harus diisi langsung

oleh siswi.
40

b. Lembar Kuesioner pengetahuan dan sikap tentang HIV/AIDS yang

terdapat beberapa pertanyaan seputar pengertian, penularan serta

informasi yang didapat tentang HIV/AIDS. Lembar ini bertujuan untuk

mengetahui mengetahui apakah siswi pernah mendapat atau

terpapar pengetahuan tentang HIV/AIDS, sama seperti lembar

identitas siswa yang pengisiannya harus dilakukan langsung oleh

siswi. Selanjutnya peneliti akan memilih responden yang masuk

dalam kriteria inklusi.

Selama kegiatan berlangsung, peneliti memberikan

kesempatan kepada siswi untuk bertanya jika belum jelas. Setelah

pengisian telah selesai dilakukan siswi, seluruh lembar yang diberikan

responden harus dikembalikan dan peneliti akan melakukan

pengecekan jumlah lembar.

10. Setelah itu dilakukan pengambilan jumlah sampel dengan proporsi tiap

kelas, setiap kelas akan diambil sampel secara rata sesuai dengan

banyaknya sampel tiap kelas. Jika disuatu kelas ada banyak populasi

yang memenuhi kriteria inklusi maka sampel akan diambil lebih banyak.

Setelah didapatkan populasi dari tiap sekolah, penentuan sampel

menggunakan rumus .

n= (jumlah populasi/ jumlah populasi keseluruhan ) x jumlah sampel tiap

kelas sampai jumlah sesuai dengan sampel yang dibutuhkan dirumus

slovin

Pada SMA 1 Singosari, n= 99/170 x 131 = 76 siswi

Pada SMA 10 Malang, n= 71/170 x 131 = 56 siswi

Sehingga, total sampel yang dibutuhkan 131 siswi.


41

11. Siswi yang masuk dalam sampel akan diambil dan melakukan perjanjian

untuk bertemu untuk menjelaskan lembar penjelasan serta lembar

persetujuan untuk menyatakan kesediaan menjadi reponden.

a. Lembar penjelasan akan dijelaskan proses penelitian serta terdapat

uraian singkat yang berisikan indentitas peneliti, tujuan yang dituju

peneliti, prosedur dalam pengambilan data, manfaat dari penelitian ini

serta waktu yang digunakan untuk melaksanakan penelitian. Lembar

ini bertujuan agar reponden mengerti tentang penelitian ini dan jika

responden belum jelas dengan lembar perjelasan, peneliti akan

bersedia menjelaskan kepada responden.

b. Lembar persetujuan untuk menyatakan persetujuan yang akan di

berikan oleh peneliti untuk siswi sebagai kesediaan menjadi

responden dalam penelitian. Lembar ini akan ditandatangani oleh

orang tua atau wali murid untuk meminta izin karena usianya <18

tahun.

Lembar penjelasan dan lembar persetujuan nantinya akan

dibawa pulang siswi unutuk meminta izin kepada orang tua dan wali

dari siswi, jika orang tua dan wali memberikan izin, makan dapat

menandatangani lembar persetujuan untuk bukti bahwa siswi

berpartisipasi dalam penelitian. Lembar penjelasan dan persetujuan

akan di kumpulkan ke panitia keesokan harinya.

12. Menentukan hari untuk dilakukannya pengambilan data yang akan

disesuaikan dengan jadwal peneliti, siswi atau responden, serta

kergiatan yang mungkin ada disekolah.

13. Pengambilan data menggunakan kuesioner pre test dan post test.
42

a. Peneliti menjelaskan mengenai data yang harus disi.

b. Peneliti membuka kesempatan kepada responden jika ingin bertanya

sebelum dillakukan pengambilan data.

c. Jika responden sudah mengerti, akan dilakukan pengambilan data

14. Saat hari pelaksanaan, siswi akan diberikan metode e-health melalui

komputer yang sudah dilakukan penginstalan e-health .Siswi akan

diarahkan untuk masuk kedalam ruang laboratorium komputer. satu

siswi mengisi satu komputer, dan peneliti arahkan untuk membuka sub

topik HIV/AIDS. Pada metode e-health ketika satu subtopik dibuka, siswi

akan mengikuti alur dari e-health, materi didalam e-health sistemnya

bertahap, dimulai dari definisi hingga penatalaksanaan. Setelah selesai

diberikan e-health, siswi akan diarahkan masuk kembali kekelas, lalu

diberikan post- test.

15. Setelah post test selesai diisi, peniliti mengucapkan terima kasih kepada

responden dalam terwujudnya penelitian ini.

16. Tiap reponden akan diberikan bingkisan sebagai bentuk ucapan

terimakasih.

17. Melakukan analisis data menggunakan program SPSS for windows versi

16.0.

4.10 Pengumpulan data

A. Jenis Data

Jenis data yang akan dikumpulkan dan dianalisis berupa data

kuantitatif yang mencakup beberapa unsur yaitu pengetahuan siswi remaja

SMA tentang HIV/AIDS dengan pre-post Test

B. Sumber Data
43

Data Primer dari hasil pengisian Kuesioner oleh remaja siswi SMA

pada kuesioner yang telah tersedia.

Data Sekunder dari data jumlah siswi SMA Negeri 1 Singosari dan

SMA Negeri 10 Malang.

4.11 Pengolahan Data

A. Penyuntingan data (Editing)

Pengecekan atau pengoreksian dari data yang sudah dikumpulakan,

karena umumnya data yang masuk (raw data) tidak logis. Hasil dari data yang

didapat dari koesioner perlu di sunting terlebih dahulu. Bila nanti ternyata masih

ada data atau informasi yang masih kurang lengkap dan tidak mungkin dilakukan

wawancara kembali kuesioner tersebut dikeluarkan.

B. Membuat lembaran kode (coding sheet)

Coding adalah pemberian kode jawaban secara angka atau kode tertentu

sehingga lebih mudah dan sederhana . untuk memudahkan dalam pengelolahan

data sehingga setelah terkumpul diberi tanda sesuai dengan kategori yang

sudah disediakan, yaitu memberi tanda kode dengan huruf atau angka. Ini

bertujuan agar mempermudah untuk melakukan tabulasi dan ananlisi data.

C. Pemasukan Data (Data Entry)

Melakukan pembuatan file dan memasukan data satu persatu kedalam

file data komputer berdasarkan paket program statistik yang dipakai.

D. Tabulasi

Dilakukan ketika dua proses diatas telah selesai.Tabulasi data

merupakan proses pengolahan data yang dilakukan dengan cara memasukkan

data ke dalam tabel. Atau dapat dikatakan bahwa tabulasi data adalah penyajian
44

data dalam bentuk tabel atau daftar untuk memudahkan dalam pengamatan dan

evaluasi. Hasil tabulasi data ini dapat menjadi gambaran tentang hasil penelitian,

karena data-data yang diperoleh dari lapangan sudah tersusun dan terangkum

dalam tabel-tabel yang mudah dipahami maknanya. Selanjutnya peneliti

bertugas untuk memberi penjelasan atau keterangan dengan menggunakan

kalimat atas data-data yang telah diperoleh.

4.12 Analisa data

Ketika data telah terkumpul, akan dilakukan analisis data menggunakan

program SPSS for windows versi 16.0. Analisis data meliputi :

A. Analisis Univariat

Analisis Univariat, melakukan analisis di setiap variabel hasil penelitian

dengan tujuan agar mengetahui distribusi Frekuensi pada setiap variabel

penelitian. Data akan berbentuk tabel.

B. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara

variabel bebas dengan variabel terikat dengan uji Wilcoxon.

4.13 Etika Penelitian

1. Menghormati harkat serta martabat manusia (Respect of persons)

Dalam penelitian ini, peneliti akan terus berusaha sebaik mungkin untuk

menghormati harkat dan martabat dari seluruh responden. Reponden akan

diberikan penjelasan bahwa repsonden memiliki hak untuk melakukan

keputusan dalam mengikuti penelitian ini. Peneliti tidak akan memaksa pihak

manapun.
45

2. Berbuat baik (beneficence)

Peneliti akan terus berbuat baik kepada seluruh pihak termasuk

responden. Dari sebelum penelitian maupun sampai penelitian selesai.

3. Keadilan bagi seluruh subjek (Justice)

Tidak ada perbedaan dalam perlukuan pada setiap responden, peniliti

akan bersikap sangat adil dari mulainya penelitian hingga penelitian selesai.

4. Kejujuran (Veracity)

Peneliti akan bersikap jujur dalam segala hal termasuk saat

pengambilan data. Peneliti akan jujur pada seluruh pihak termasuk

responden.

5. Kerahasiaan (Confidentiality)

Pada penelitian ini, setiap reponden memiliki hak untuk memperoleh

jaminan kerahasiaan dalam hal apapun khusunya yang berhubugan dengan

pribadi responden. Walaupun responden mencantumkan identitas dalam

pengisian kuesioner, peneliti akan bertanggung jawab dalam kerahasiaanya.

Data yang didapat akan peneliti simpan dengan baik sebelum atau sesudah

digunakan.

6. Lembar persetujuan (Informed Consent)

Informed consent, adalah bukti persetujuan yang ditandatangi

responden bahwa mereka bersedia untuk ikut dalam penelitian ini. Informed

consent akan diisi oleh responden sebelum penelitian dilakukan. Sebelum

mengisi informed consent, peneliti akan memberikan informasi atau

penjelasan tentang informed consent, sehingga setelah pengisian informed

consent responden akan memahami fungsi informed consent.


46

7. Tidak Merugikan (Non Malefience)

Pada penelitian ini, responden tidak akan mendapatkan hal merugikan.

penelitian ini tidak akan ada unsur menyakiti, melukai, merusak. Tidak hanya

responden, segala pihak yang terkait tidak akan mendapatkan perlakuan

yang dapat merugikan.


47

4.13 Kerangka Kerja

Populasi
Siswi SMA Negeri 1 Singosari dan SMA Negeri 10 Malang.

Sampel

Siswi di SMA Negeri 1 Singosari dan SMA Negeri 10 Malang., dalam


keadaan sehat, serta bersedia menjadi responden dan
menandatangani Informed Consent.

Sampling
Tehnik yang digunakan merupakan purposive sampling.

Instrumen Pengumpulan Data :Kuesioner

Teknik Pengumpulan Data


Penyebaran Kuesioner Pre-test

Perlakuan: Metode e-health

Teknik Pengumpulan Data


Penyebaran kuesioner Post-test dilakukan langsung setelah
diberikan metode e-health pada responden.

Pengolahan Data; Editing, coding,data entry, tabulating

Analisis Data
Univariat : tabel distribusi frekuensi
Bivariat : uji Wilcoxon

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran


BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA

Pada bab 5 akan diuraikan dengan rinci tentang hasil penelitian serta

analisa data. Jumlah sampel sebanyak 123 siswi, dari SMA Negeri 1 Singosari

berjumlah 73 siswi dan SMA Negeri 10 Malang berjumlah 50 siswi. Peniliti akan

memberikan perlakuan pada 123 siswi. Perlakuan yang diberikan berupa

pendidikan kesehatan reproduksi tentang HIV/ AIDS menggunakan metode e-

health pada tanggal 23 dan 26 April 2019. Peneliti akan memberikan pre-test

sebelum dilakukan pendidikan kesehatan, dan peneliti akan memberikan post-

test setelah diberikan pendidikan kesehatan reproduksi tentang HIV/ AIDS

menggunakan metode e- health, pe-test dan post-test akan diberikan pada hari

yang sama pada tanggal 23 april pada SMA 1 singosari dan 26 april pada SMA

10 Malang tahun 2019.

Hasil penelitian ini memuat tentang pengaruh metode e- health terhadap

pengetahuan dan sikap dalam kesehatan reproduksi remaja tentang HIV/ AIDS

pada siswi SMA negeri 1 Singosari dan SMA Negeri 10 Malang.

5.1 Gambaran Umum Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di laboratorium komputer sekolah menengah atas

(SMA) Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Singosari ( Jl. Ki Hajar Dewantara No.1

Desa Banjararum, singosari, Kabupaten Malang) dan Sekolah Menengah Atas

Negeri 10 (Jl. Danau Grati No.1, Sawojajar, Kedung Kandang, Kota Malang).

48
49

5.2 Tahapan Univariat

5.2.1 Pre-test Tingkat Pengetahuan tentang HIV/AIDS

Berdasarkan dari data hasil penelitian tingkat pengetahuan remaja

sebelum diberikan metode e-health tentang HIV/AIDS pada SMA Negeri 1

Singosari adalah kurang sebanyak 36 orang (49,3%) , cukup sebanyak 25 orang

(34,2%), paling sedikit adalah baik sebanyak 12 orang (16,4%). Pada SMA

Negeri 10 Malang adalah kurang sebanyak 27 orang (54%) , cukup sebanyak 22

orang (44%), paling sedikit adalah baik sebanyak 1 orang (2%).

Gambar 5.1 Pre-test Tingkat Pengetahuan tentang HIV/AIDS diSMA Negeri


1 Singosari

Pengetahuan
36 siswi

50,0%
45,0% 25 siswi
40,0%
35,0%
30,0%
25,0% 12 siswi Pengetahuan
20,0%
15,0%
10,0%
5,0%
0,0%
Baik Cukup Kurang
50

Gambar 5.2 Pre-test Tingkat Pengetahuan tentang HIV/AIDS di SMA Negeri


10 Malang

Pengetahuan
27 siswi
60% 22 siswi
50%

40%

30% Pengetahuan

20% 1 siswi
10%

0%
Baik Cukup Kurang

5.2.2 Post-test Tingkat Pengetahuan tentang HIV/AIDS

Setelah diberikan metode e-health tentang HIV/AIDS, didapatkan

data pada pada SMA Negeri 1 Singosari adalah baik sebanyak 16 orang (21,9%)

, cukup sebanyak 46 orang (63%), paling sedikit adalah kurang sebanyak 11

orang (15%). Pada SMA Negeri 10 Malang adalah baik sebanyak 18 orang

(36%), cukup sebanyak 28 orang (56%), paling sedikit adalah kurang sebanyak 4

orang (8%).
51

Gambar 5.3 Post-Test Tingkat Pengetahuan tentang HIV/AIDS di SMA


Negeri 1 Singosari

Pengetahuan
46 siswi
70,0%

60,0%

50,0%

40,0%
16 siswi Pengetahuan
30,0% 11 siswi
20,0%

10,0%

0,0%
Baik Cukup Kurang

Gambar 5.4 Post-Test Tingkat Pengetahuan tentang HIV/AIDS di SMA


Negeri 10 Malang

Pengetahuan
28 siswi
60%

50% 18 siswi
40%

30% Pengetahuan

20% 4 siswi

10%

0%
Baik Cukup Kurang
52

5.2.3 Pre-test Sikap tentang HIV/AIDS

Bersadarkan dari data hasil dalam penelitian pada SMA 1 Singosari dan

SMA Negeri 10 Malang, Sikap yang didapat pada 73 siswi pada SMA Negeri 1

singosari (100%) baik dan 0 orang (0%) adalah buruk. Sikap yang didapat pada

50 siswi pada SMA Negeri 10 Malang (100%) baik dan 0 orang (0%) adalah

buruk.

Gambar 5.5 Pre-Test Sikap tentang HIV/AIDS di SMA Negeri 1 Singosari

Sikap
73 siswi

100%

80%

60% Sikap
40% 0 siswi
20%

0%
Baik Buruk

Gambar 5.6 Pre-Test Sikap tentang HIV/AIDS di SMA Negeri 10 Malang

Sikap
50 siswi

100%

80%

60% Sikap

40% 0 siswi

20%

0%
Baik Buruk
53

5.2.4 Post-test Sikap tentang HIV/AIDS

Setelah diberikan metode e-health, dari data hasil dalam penelitian pada

SMA 1 Singosari dan SMA Negeri 10 Malang. Sikap yang didapat pada 73 siswi

pada SMA Negeri 1 singosari (100%) baik dan 0 orang (0%) adalah buruk. Sikap

yang didapat pada 50 siswi pada SMA Negeri 10 Malang (100%) baik dan 0

orang (0%) adalah buruk.

Gambar 5.7 Post-Test Sikap tentang HIV/AIDS di SMA 1 Singosari

Sikap
73 siswi

100%
80%
60% Sikap
40% 0 siswi
20%
0%
Baik Buruk

Gambar 5.8 Post-Test Sikap tentang HIV/AIDS di SMA 10 Malang

Sikap
50 siswi

100%
80%
60% Sikap
40% 0 siswi
20%
0%
Baik Buruk
54

5.3 Tahapan Bivariat

Uji Statistik yang digunakan oleh peneliti untuk mengetahui pengaruh

metode e-health tentang HIV AIDS(X1), terhadap tingkat pengetahuan remaja

(Y1) dan Sikap (Y2) adalah uji Wilcoxon. H0 ditolak jika jumlah z hitung > z tabel

dan p value <0,05, sedangkan H0 diterima jika z hitung ≤ z tabel dan p value

>0,05.

Pada penelitian ini, untuk mengetahui pengaruh metode e-health

terhadap pengetahuan dan sikap , dapat dilihat berdasarkan hasil uji Wilcoxon.

5.3.1 Tingkat Pengetahuan remaja tetang HIV/AIDS

Pengaruh tingkat pengetahuan remaja sebelum dan setelah diberikan

metode e- health dapat dilihat pada tabel.

Tabel 5.1 Pengaruh Tingkat Pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan


metode E-Health tentang HIV/AIDS

Tingkat Baik Cukup Kurang Total P

Pengetahuan n % n % n % n % value

Pre-test 13 10,5% 47 38,2% 63 51,2% 123 100% 0.000

Post-test 34 27,6% 74 60,1% 15 12,1% 123 100% 0.000

Berdasarkan Pre-test tingkat pengetahuan didapatkan hasil bahwa

tingkat pengetahuan responden paling banyak adalah kurang yaitu sebanyak 63

rang (51,2%), cukup sebanyak 47 orang (38,2%) dan hanya 13 orang (10,5%)

memiliki tingkat pengetahuan baik. Setelah diberikan metode e-health diperoleh

data peningkatan pada jumlah reponden yang paling banyak memiliki tingkat
55

pengetahuan cukup sebanyak 74 orang (60,1%), baik sebanyak 34 orang

(27,6%) dan kurang sebanyak 15 orang (12,1%).

Setelah melakukan perhitungan statistik dengan uji Wilcoxon hasil yang

didapatkan p value 0.000 atau p(0.000)<α (0,05) sehingga dari data tersebut

dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan metode e-health

tentang HIV/AIDS terhadap peningkatan pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS.

5.3.2 Sikap remaja pada HIV/AIDS

Pengaruh sikap pada HIV/AIDS sebelum dan sesudah diberikan metode e-

health pada tabel.

Tabel 5.2 Pengaruh Sikap tentang HIV/AIDS sebelum dan sesudah diberikan

metode E-Health

Sikap Baik Buruk Total P


value
n % n % n %
Pre-test 123 100% 0 0% 123 100% 0.000

Post-test 123 100% 0 0% 123 100% 0.000

Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa sikap responden terhadap

HIV/AIDS sebanyak 123 orang (100%) dalam kategori baik dan 0 orang (0%)

kategori buruk. Terjadi persamaan hasil setelah diberikan metode e-health.

Setelah melakukan perhitungan statistic menggunakan uji Wilcoxon

didapatkan p value 0.000 atau p(0.000)<α(0,05) sehinga berdasarkan hasil uji

Wilcoxon terdapat pengaruh yang signifikan terhadap perubahan sikap pada

remaja dalam kesehatan reproduksi tentang HIV/AIDS.


56

5.3.3 Efektifitas Metode E-Health terhadap Pengetahuan dan Sikap dalam


kesehatan reproduksi remaja tentang HIV AIDS

Pada penelitian ini, dalam mengetahui efektifitas metode e-health,

dilakukan uji Wilcoxon. Hasil pengujian menunjukan bahwa p-value <0.05

sehingga dapat disimpulkan pengetahuan dan sikap berpengaruh signifikan

dapat dilihat dari hasil uji Wilcoxon pada lampiran 7.


BAB 6

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang pembahasan hasil penelitian yaitu

“Pengaruh Metode E- Health terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang

HIV/ AIDS pada Siswi SMA Negeri 1 Singosari dan SMA Negeri 10 Malang”.

6.1 Karakteristik Responden Penelitian

HIV dan AIDS merupakan tantangan hampir di seluruh Negara didunia,

termasuk Indonesia. Dari pertama kali HIV/AIDS ditemukan sampai bulan Juni

tahun 2018, HIV/ AIDS dilaporkan kejadiannya mencapai 433 (84,2%) dari 514

kabupaten/kota di 34 provinsi di Indonesia.Pada bulan Juni 2018 jumlah

kumulatif yang terinfeksi HIV dilaporkan sebanyak 301.959 jiwa (47% dari

estimasi ODHA jumlah orang dengan HIV AIDS tahun 2018 sebanyak 640.443

jiwa) dan umunya paling banyak di kelompok usia 25-49 tahun dan usia 20-24

tahun. Provinsi dengan jumlah infeksi HIV tertinggi pertama adalah Ibu kota DKI

Jakarta (55.099), diposisi kedua Jawa Timur (43.399), serta Jawa Barat (31.293),

Papua (30.699), dan Jawa Tengah (24.757). Kasus HIV terus meningkat tiap

tahunnya serta jumlah AIDS umumnya relatif stabil. Data tersebut menunjukan

bahwa banyak orang dengan HIV/AIDS (ODHA) yang statusnya dalam fase

terinfeksi (HIV positif) dan belum masuk stadium AIDS (Kemenkes RI, 2018).

Faktor resiko yang paling utama adalah melakukan hubungan seks bebas,

HIV/AIDS merupakan virus yang menyerang kekebalan tubuh manusia sehingga

berpotensi menjadi AIDS (Dwi, 2018). Keadaan tersebut sejalan dengan fakta

yang ada, siswi SMA belum mendapatkan pendidikan kesehatan reproduksi yang

optimal khususnya tentang HIV/ AIDS. Pengetahuan siswi tentang HIV/ AIDS

57
58

sangat rendah, sehingga keadaan tersebut merupakan salah satu faktor HIV/

AIDS terus meningkat. Faktor lain HIV/AIDS terus meningkat adalah

perkembangan teknologi yang pesat serta pemakaian gadzet pada siswi sudah

merupakan suatu kebutuhan. Tidak sedikit pemakain gadzet disalah gunakan

untuk membuka situs pornografi, sehingga situs tersebut membuat siswi ingin

mencoba. Keadaan tersebut tidak menutup kemungkinkan tingkat HIV/AIDS akan

terus meningkat.

Yang dapat dilakukan salah satunya adalah pencegahan primer dengan

cara promosi kesehatan agar siswi dapat belajar mengetahui dampak positif

serta negatif yang ditimbulkan (Asmadi, 2008). Teori ini, sejalan dengan fakta

yang ada di siswi remaja putri. Ketika mereka diberikan metode e-health dalam

pembelajaran HIV/AIDS, mereka memahami dampak positif ketika menjaga

kesehatan reproduksi. Hal tersebut membuktikan bahwa pendidikan kesehatan

reproduksi sangat penting serta sangat dibutuhkan oleh siswi SMA. Menurut

Riyanto (2013) pengetahuan seseorang sangat erat dengan pendidikan dimana

diharapkan seseorang yang memiliki pendidikan tinggi maka akan semakin luas

pengetahuan yang didapatkan, namun seseorang dengan pendidikan yang

rendah tidak mutlak memiliki pengetahuan lebih rendah pula.

Peneliti mengambil subjek siswi SMA rentan usia 16-19 tahun dengan

pertimbangan ketepatan untuk pencegahan primer serta sebagai media

pembelajaran karena topik kesehatan reproduksi khususnya HIV/AIDS tidak

terdapat dalam pembelajaran sekolah. Kasus HIV/AIDS paling banyak pada

kelompok usia dengan rentan 25-49 tahun. Promosi kesehatan menggunakan

metode e-health diindikasi pada siswi perempuan (Kemenkes RI, 2018). Saat

penelitian berlangsung, siswi sangat memperhatikan materi yang diberikan dalam


59

metode e-health. Sehingga, Teori yang ada dan fakta yang terjadi menunjukan

bahwa metode e- health baik dan efektif jika diberikan pada siswi remaja SMA

sebagai pencegahan primer untuk upaya penurunan tingkat kejadian HIV/AIDS.

Responden pada penelitian ini adalah siswi remaja SMA. Pemberian

penyuluhan dengan metode e-health sangat penting diberikan pada siswi SMA,

hal tersebut karena tingkat kejadian HIV/AIDS lebih sering terjadi pada

perempuan usia 20-24 tahun dan 25- 29 tahun, sehingga pada saat usia remaja

SMA adalah waktu yang tepat diberikan pendidikan kesehatan reproduksi

(Masfiah, 2016). Faktanya, Responden usia 16-17 tahun di SMA Negeri 1

Singosari dan SMA Negeri 10 Malang belum pernah mendapatkan pendidikan

kesehatan tentang HIV/AIDS, sehingga penting diberikan saat usia 16-17 tahun

untuk tindakan pencegahan primer. Dari teori dan Fakta yang ada, Metode e-

health sangat efektif jika diberikan saat usia 16-17 tahun ketika mereka masih

remaja, mengingat dari masa terinfeksi sampai dapat terdiagnosa HIV positif

membutuhkan waktu 3-10 tahun. dilihat dari sumber yang menyatakan bahwa

kejadian HIV/AIDS lebih sering terjadi pada perempuan usia 20-24 tahun dan

25- 29 tahun, sehingga tidak menutup kemungkinan saat usia 16-17 tahunlah

mereka melakukan hubungan seksual yang berpotensi terkena HIV dan usia 16-

17 tahunlah mereka dalam masa sedang terinfeksi HIV, Masa infeksi HIV

membutuhkan waktu selama 3-6 bulan.


60

6.2 Pengetahuan siswi tentang HIV/AIDS sebelum diberikan metode e-

health

Pada penelitian, dari 123 responden, tingkat pengetahuan dalam kategori

kurang sebanyak 63 orang (51,2%) , cukup sebanyak 47 orang (38,2%), paling

sedikit adalah baik sebanyak 13 orang (10,5%).

Hasil dari pre-test kuesioner pengetahuan terkait dengan HIV/AIDS

menunjukan bahwa setengah dari jumlah keseluruhan responden memiliki tingkat

pengetahuan dalam kategori kurang. Berdasarkan hasil kuesioner, menunjukan

bahwa rendahnya pengetahuan sisiwi tentang kesehatan reproduksi yaitu HIV/

AIDS. Fakta tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sudikno

tahun 2011, dalam penelitiannya menggunakan 14.355 sampel dan

mendapatkan hasil 62,1% remaja dalam kategori kurang tentang penularan

HIV/AIDS dan 46,9% dalam kategori kurang tentang pencegahan HIV/AIDS.

Keadaan pada tersebut dapat dibuktikan dengan tidak adanya

pembelajaran khusus dalam kurikulum sekolah yang memberikan pengetahuan

tentang kesehatan reproduksi serta peran puskesmas yang kurang dalam

memberikan pelayanan kepada remaja khususnya siswi SMA tentang kesehatan

reproduksi. Serta didukung dengan pembuktian bahwa sebagian besar

responden belum pernah mendapatkan informasi mengenai HIV/AIDS dari media

manapun. Sehingga, pada siswi SMA Negeri 1 Singosari dan SMA Negeri 10

Malang memerlukan pendidikan kesehatan tentng HIV/AIDS untuk meningkatkan

pengetahuan. Fakta yang ada didukung oleh data yang didapatkan dari

RISKESDAS tahun 2010 yang menyatakan bahwa secara keseluruhan di

Indonesia sebanyak 75,4% hanya sudah pernah mendengar HIV/AIDS.

Penelitian yang dilakukan oleh Sri tahun 2016 juga menyebutkan bahwa 31
61

orang (21,68%) sudah pernah tahu tentang HIV/AIDS melalui media massa, dan

8 orang (5,59%) belum pernah tahu melalui media massa dan belum mendapat

penyuluhan sebelumnya.

6.3 Pengetahuan siswi tentang HIV/ AIDS setelah diberikan metode e-health

Pada penelitian, dari 123 responden, tingkat pengetahuan dalam kategori

cukup sebanyak 74 orang ( 60,1%), responden dalam kategori baik sebanyak 34

orang (27,6%), reponden dengan kategori kurang sebanyak 15 orang (12,19%).

Hasil yang didapat sesuai dengan yang dijelaskan oleh Notoadmojo, S

(2010) bahwa perubahan tingkat pengetahuan seseorang, dipengaruhi setelah

seseorang mengamati sesuatu. Tingkat pengetahuan responden menjadi lebih

baik dikarenakan adanya proses penambahan Informasi atau pemberian

pengetahuan dari metode e-health yang telah diberikan, sehingga dapat

memberikan informasi mengenai HIV/AIDS dengan baik. Berdasarkan hasil post-

test didapatkan bahwa adanya peningkatan pengetahuan dalam kategori cukup

dan baik serta penurunan dalam kategori kurang. Dari hasil post-test dapat

dibuktikan bahwa pentingnya pendidikan kesetan reproduksi tentang HIV/ AIDS

untuk upaya peningkatan pengetahuan sisiwi SMA. Hasil yang didapat sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Nadeak, dkk (2011) menyatakan bahwa

Promosi kesehatan dengan menggunakan media audiovisual untuk pendidikan

kesehatan tentang HIV/AIDS efektif meningkatkan pengetahuan remaja dimana

dalam penelitian Nadeak tahun 2011 sebelum responden diberikan pendidikan

kesehatan dengan media audiovisual memiliki mean 8,35 dan setelah diberikan

pendidikan kesehatan dengan media audiovisual memiliki mean 10,48 dengan p

value (0,000) < α (0,05). Fakta dan teori yang ada dapat disimpulkan bahwa

pendidikan kesehatan dipengaruhi oleh media yang digunakan. E-Health


62

merupakan media yang baik digunakan oleh remaja untuk pendidikan kesehatan

karena berpengaruh signifikan pada peningkatan pengetahuan tentang HIV/AIDS

selain peningkatan pengetahuan hasil yang signifikan dapat digunakan sebagai

pencegahan primer pada siswi SMA Negeri 1 Singosari dan siswi SMA Negeri

10 Malang.

6.4 Sikap siswi tentang HIV/ AIDS sebelum diberikan metode e-health

Pada penelitian dari 123 responden, sikap siswa dalam kategori baik

adalah 100 siswa ( 100%), responden dalam kategori buruk sebanyak 0 orang

(0%).

Hasil Pre-test sikap siswi, siswi memiliki sikap sebagian besar dalam

kategori baik. Namun, kategori yang didapat siswi tersebut, nilai yang didapat

hanya sebatas mendekati nilai minimal.

Tingginya jumlah hasil dari sikap dengan kategori baik terhadap HIV/ AIDS

pada remaja putri disebabkan karena siswi sudah bisa menentukan sikapnya

yang cukup matang untuk menjaga kesehatan reproduksi (Yulinda, 2018).

Walaupun hasil pre test menunjukan bahwa 100% siswi dalam kategori baik,

namun terdapat jawaban dari beberapa point soal yang jawaban dari responden

sangat memprihatinkan, sehingga sebagian besar sikap dalam kategori baik

memiliki nilai yang minimum. Hal tersebut pelu diperhatikan. Siswi remaja perlu

diberikan pendidikan kesehatan untuk membentuk perubahan sikap agar lebih

baik lagi, sehingga diharapkan setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang

HIV/AIDS dengan metode e-health dapat membentuk perubahan sikap dengan

kategori baik dan nilai yang sempurna. Media massa, baik media cetak maupun
63

media elektronik merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi sikap.

(Azwar, 2012).

6.5 Sikap siswi tentang HIV/ AIDS setelah diberikan metode e-health

Pada penelitian dari 123 responden,sikap siswa dalam kategori baik

adalah 123 orang ( 100%), responden dalam kategori buruk sebanyak 0 orang

(0%).

Dari hasil post-test tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

perubahan sikap dalam kategori baik. Menurut Maulana dan Heri, menyatakan

bahwa adanya pendidikan kesehatan seorang remaja putri akan mampu

mengontrol kesehatan mereka sendiri. Ketika diberikan pendidikan keseatan

seorang remaja akan berpengaruh terhadap sikap remaja (Maulana dan Heri,

2009). Responden yang telah diberikan metode e-health sudah mengetahui

bahwa cara penuluran, klasifikasi, tanda gejala, faktor resiko, serta penanganan

sehingga siswi memiliki perubahan sikap menjadi kategori baik dengan nilai

yang tinggi. Walaupun hasil pre test sama kategori dengan hasil post test,

namun dalam segi nilai, siswi cenderung mendapatkan nilai minimal dan tidak

sedikit jumlah siswi yang tidak paham dengan cara penularan,klasifikasi, tanda

gejala, faktor resiko, serta penanganan. Namun jika dilihat dari hasil post test,

nilai yang didapat oleh siswi mendekati sempurna. Sehingga dapat disimpulkan

metode ini efektik untuk pendidikan kesehatan reproduksi tentang HIV/ AIDS.

Sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Mubarak et al (2007)

menyebutkan bawah tujuan belajar, selain memperoleh keterampilan intelektual

(hasil belajar yang paling penting), belajar juga dapat membentuk sikap.
64

Dari hasil tersebut, walaupun tidak terdapat perubahan pada sikap,

namun masih terdapat jawaban siswi yang memprihatinkan di beberapa nomor.

Sehingga masih harus melakukan koreksi untuk peneliti melakukan kajian lebih

dalam lagi. Fakta tersebut berhubungan dengan pentingnya pendidikan

kesehatan yang harus didapatkan oleh siswi. Ketika siswi memiliki pemahaman

yang baik dan dasar ilmu yang kuat, secara otomatis sikap siswi akan ikut

berubah sesuai dengan pemahaman.

6.6 Analisis Pengaruh metode e-health terhadap Pengetahuan siswi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMA 1 Singosari dan SMA

Negeri 10 Malang, sebelum diberikan metode e-health, responden yang

mempunyai tingkat pengetahuan dalam kategori kurang adalah 63 orang (52,2

%), responden dalam kategori cukup sebanyak 47 orang (38,2%), reponden

dengan kategori baik sebanyak 13 orang (10,5%).

Setelah diberikan metode e-health, reponden dengan tingkat

pengetahuan dalam kategori kurang adalah 15 orang ( 12,1%), responden dalam

kategori cukup sebanyak 74 orang (60,1%), reponden dengan kategori baik

sebanyak 34 orang (27,6%).

Pengetahuan adalah suatu khasanah kekayaan dari mental secara

langsung ataupun secara tidak dari setiap pengetahuan memiliki ciri-ciri spesifik

tentang apa (ontologi), bagaimana (epistologi) serta untuk apa (aksiologi). Setiap

Pengetahuan yang ada pada seseorang akan mempengaruhi seseorang dari

segi perilaku, jika semakin baik pengetahuan individu maka semakin baik juga

perilaku individu tersebut (Ganesh, 2014). Saat siswi diberikan penyuluhan, ada

rangsangan yang menangkap, rangsangan dari tiap orang berbeda, dapat


65

menggunakan satu rangsangan atau lebih dari 5 indra yang dimiliki. Setiap

individu memiliki lima jenis indra untuk menangkap informasi yaitu indra

penglihatan yang didapat dari mata sebesar 75%, indra pendengar dari telinga

sebanyak 13%, dan indra peraba dari kulit 6%, indra pencium dari hidung 3%,

dan indra pengecap dari lidah sebesar 3% (irmawati, 2010). Informasi yang

diserap dari metode e-health sebesar 80%. e-health atau elektronic health

merupakan teknologi informasi dan komunikasi yang digunakan unutuk men-

transfer (mengirim dan menerima) informasi yang bertujuan meningkatkan

pelayanan dibidang kesehatan serta bertujuan untuk pendidikan (Anas M, 2014).

Ketika siswi diberikan metode e-health mereka dapat menggunakan indra

penglihatan dan pendengaran sehingga berdasarkan hasil post test, siswi

setelah diberikan metode e-health terdapat peningkatan yang signifikan terhadap

peningkatan pengetahuan. Hasil yang didapat sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sri dkk, tahun 2016 yang menungkapkan adanya perbaikan

pengetahuan tentang HIV/AIDS setelah dilakukan pendidikan kesehatan melalui

aplikasi mobile android sebesar 17, 48%. Menurut Riyanto dan Budiman (2013)

bahwa Informasi yang diperoleh baik formal maupun non formal dapat

memberikan pengaruh sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan

pengetahuan. Menurut Notoadmojo 2012, alat bantu atau disebut dengan media

penyuluhan kesehatan karena alat tersebut merupakan sebuah saluran atau

disebut dengan channel untuk membantu menyampaikan informasi kesehatan

serta digunakan untuk memudahkan penerimaan pesan pesan kesehatan bagi

masyarakat. Dalam penelitian ini adanya peningkatan pengetahuan melalui alat

bantu yaitu e-health yang didalamnya terdapat materi materi dan disertai dengan

video yang dibuat oleh peneliti. Dari teori yang diungkapkan Sri dkk tahun 2016
66

sejalan dengan fakta yang ada, penelitian ini juga memiliki peningkatan, dilihat

dari nilai rata rata dari nilai mean 6,45 menjadi nilai mean 8,33 . E-Health

dikemas secara menarik dan menggunakan bahasa yang sederhana sehingga

mudah untuk dimengerti sehingga informasi yang dilihat dan didengar mudah

dipahami oleh responden. E-Health diberikan sebanyak satu kali dengan durasi

selama 30-45 menit tanpa ada interaksi antara peneliti dan responden, hal ini

tidak menutup kemungkinan responden menjadi bosan sehingga masih terdapat

responden yang memiliki pengetahuan yang kurang.

Pada penelitian yang dilakukan pengetahuan sangat dipengaruhi oleh diri

sendiri, salah satunya minat dari individu. Minat dari individu akan mempengaruhi

fokus dari tiap individu dalam mengikuti metode e-health. Selain minat, yang

mempengaruhi peningkatan pengetahuan salah satunya kecerdasan dan daya

tangkap yang berbeda dalam setiap individu.

6.7 Analisis Pengaruh metode e-health terhadap Sikap siswi

Berdasarkan data yang diperoleh, sebelum diberikan metode e-health

responden dalam kategori baik adalah 123 siswa ( 100%), responden dalam

kateogri buruk sebanyak 0 orang (0%). Setelah diberikan metode e-health,

responden dalam kategori baik adalah 0 orang ( 0%), responden dalam kataogri

buruk sebanyak 0 orang (0%).

Sikap merupakan kumpulan respon bersifat konsisten pada suatu objek

sosial. Penekanan konsistensi respon akan memberi muatan emosion dalam

definisi yang dikemukakan. Sikap adalah kecenderungan merespon yang didapat

dari suatu pengalaman tetapi sikap respon harus bersifat konsisten. Suatu

Pengalaman akan memberi suatu kesempatan pada seseorang untuk dapat


67

belajar. Sikap dapat diartikan sebagai cara penempatan atau dapat diartikan

membawa diri, atau cara untuk merasakan, atau jalan dari suatu pikiran serta

perilaku. Sikap merupakan sebuah kondisi dari mental yang bersifat kompleks

dan melibatkan keyakinan serta perasaan, serta suatu disposisi agar dapat

bertindak dengan suatu cara tertentu (Yusnidar, 2017) Hasil yang didapat dari

post test, siswi melakukan pengisian kuesioner sikap tentang HIV/AIDS sangat

dipengaruhi oleh pengalaman informasi yang pernah didapat serta penalaran

dalam pengisian sikap sangat mempengaruhi. Menurut Notoadmojo, Informasi

bisa didapatkan dari media apapun yang akan mempengaruhi fungsi kognitif dan

efektif remaja. Sehingga saat mendapatkan informasi dari media apapun tidak

hanya pengetahuan saja yang meningkat tetapi akan memberikan pengaruh

pada pembentukan sikap (Notoatmodjo, 2005).

Sikap dengan kategori baik sebelum diberikan metode e-health

menunjukan bahwa siswi cukup matang untuk bersikap menjaga kesehatan

reproduksi. Sikap dengan kategori baik yang ditunjukan remaja putri setelah

diberikan penyuluhan melalui metode e-health adalah remaja putri

mengganggap pendidikan kesehatan reproduksi penting untuk di realisasikan,

serta remaja putri dapat lebih mengenal tubuhnya (Yulinda, 2018). Teori tersebut

mendukung dengan kenyataan sesungguhnya. Siswi SMA sudah dapat

menjawab kuesioner sikap dengan baik sebelum diberikan metode E-Health

walaupun dengan nilai batas minimum yaitu memiliki nilai dengan jumlah benar

umumnya hanya 26 dari 44 soal setelah diberikan metode e-health mereka

relative umumnya benar diatas 30 dari 44 soal, nilai mean yang didapat siswi dari

33.67 naik menjadi 36.06. hal tersebut, karena siswi sudah mengerti baik

buruknya suatu sikap dalam diri sendiri. Ketika siswi telah diberikan metode E-
68

Health sebagai media pendidikan kesehatan, terdapat perubahan sikap dalam

kategori baik dengan nilai yang mendekati maksimal. Hal tersebut sangat

mendukung teori dari Maulana dan Heri (2009) ketika pengetahuan meningkat

akan erat kaitannya dengan perubahan atau pembentukan sikap seseorang.

Teori yang didapat dari Notoatmodjo (2015) juga mendukung fakta yang ada,

karena pengaruh dari fungsi kognitif serta afektif remaja. Sikap setiap individu

akan dipengaruhi oleh lingkungan salah satunya teman, kebiasaan sehari hari

termasuk orang tua. Sikap yang baik pada setiap siswi akan mempengaruhi

perilaku siswi tersebut.

6.8 Keterbatasan Peneliti

Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian, yaitu:

a.Keterbatasan jumlah Komputer dengan jumlah sampel yang telah

ditentukan.

b.Metode e-health hanya diberikan satu kali sehingga hasil yang didapat yaitu

peningkatan pengetahuan dan sikap hanya bersifat jangka pendek.

c. Siswi dari tiap sekolah, ada beberapa yang mengikuti pertukaran pelajar.
BAB 7

PENUTUP

Pada bab ini akan diuraikan tentang kesimpulan dan hasil penelitian yaitu

“Pengaruh Metode E- Health terhadap Pengetahuan dan Sikap dalam Kesehatan

Reproduksi Remaja tentang HIV/ AIDS pada Siswi SMA Negeri 1 Singosari dan

SMA Negeri 10 Malang”.

7.1 Kesimpulan

Dari hasil yang didapat dalam penelitian dan pembahasan ini, maka dapat

ditarik Pendidikan Kesehatan reproduksi menggunakan metode e-health

berpengaruh signifikan terhadap pengetahuan remaja tentang HIV/ AIDS.

1. Pendidikan Kesehatan reproduksi menggunakan metode e-health

berpengaruh signifikan terhadap pengetahuan remaja tentang HIV/

AIDS.

2. Pendidikan Kesehatan reproduksi menggunakan metode e-health

berpengaruh signifikan terhadap sikap remaja tentang HIV/ AIDS.

7.2 Saran
1. Bagi Akademik

Pada Penelitian ini dapat diketahui bahwa metode e-health

berpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap pada siswi SMA Negeri 1

Singosari dan SMA Negeri 10 Malang, sehingga masyarakat dapat

memanfaatkan metode e-health untuk pendidikan kesehatan reproduksi

bagi remaja, sehingga remaja dalam keluarga dapat berupaya untuk

69
70

menjaga kesehatan reproduksi, serta mengetahui aktivitas apa saja

yang berdampak negatif.

2. Bagi praktisi

Penelitian ini merekomendarikan penggunaan e-health sebagai

metode baru sebagai pendekatan kepada siswi remaja putri untuk

meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang HIV/AIDS.


71

DAFTAR PUSTAKA

Agus, S. 2008. Telehealth dalam pelayanan Keperawatan. Jurnal


disajikan dalam seminar Nasional Informatika 2008, UPN
“Veteran” Yogyakarta, 24 Mei.

Anesia F., Hari B. Faktor yang mempengaruhi perilaku Seksual Pranikah


Remaja yang Bertunangan, Jurnal Biometrika dan
Kependudukan, 2013, Vol.2, no.2, 140-147.

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta; GC.

Azizah., Kebahagian dan Permasalahan di usia remaja, Jurnal


Bimbingan Konseling Islam, 2013, Vol.4, No.2. 295-316.

Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik.


Jakarta; Rineka Cipta.

Azwar. 2009. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya.Yogyakarta :


Pustaka Pelajar.

Azwar, S. 2012. Sikap manusia: teori dan pengukurannya. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Azwar, Saifuddin. 2013. Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Badan Pusat Statisik. 2012. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia


(SDKI) 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Barakbah, Jusuf. 2014. HIV & AIDS. Surabaya; AirlanggaUniversity


Press.

Beni H., Soesanto., Samsudi. Perbedaan Hasil belajar antara metode


ceramah konvensional dengan ceramah berbantuan media
animasi pada pembelajaran kompetensi perakitan dan
pemasangan sistem rem, Jurnal PTM, 2009, Vol.9, No.2, 71-79.

Budiman., Riyanto A. 2013. Kapita Selekta Kuisioner Pengetahuan Dan


Sikap Dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika.
72

Budiaji Weksi. Skala Pengukuran dan Jumlah Respon Skala Likert,


Jurnal Ilmu Pertanian dan Perikanan, 2013, Vol. 2 No.2, ISSN
2302

BKKBN. 2015. Ringkasan Studi : Prioritaskan Kesehatan Reproduksi


Remaja untuk Menikmati Bonus Demografi. Universitas
Indonesia; Jakarta.

Candra, Wayan. 2017. Psikologi Landasan Keilmuan Praktik


Keperawatan Jiwa. Yogyakarta; Penerbit Andi.

Dadan S., Sahadi H, dan Meilanny B. Kenakalan Remaja dan


Penanganannya, Jurnal Penelitian dan PPM, 2014, Vol.4, No.2,
129 – 389.

Darmandi., Riska HS. Diagnosa dan Tatalaksana Infeksi HIV pada


Neonatus. Majalah Kedokteran Andalas, 2012, Vol.36, No.1, 11-
22.

Depkes RI. 2008. Modul Pelatihan Pemcegahan penularan HIV/AIDS


dari Ibu ke Bayi (PMTCT). Jakarta.

Dewi G. Mendesain instrument pengukuran sikap, Jurnal Keperawatn


Indonesia, 2004, Vol.8, No.2, 76 – 80

Dzikri KF. Gaya cinta dan perilaku seksual pranikah Mahasiswa. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Malang. Malang. 2016.

Dhimas T. Pengaruh Pembelajaran dengan Metode Ceramah dan


Metode Pemecahan Masalah terhadap prestasi belajar
matematika ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. 2009.

Dwi, Alinea. 2018. HIV AIDS, Ibu Hamil dan Pencegahan pada Janin.
Yogyakarta; Deepublish.

Dwi. Efektifitas Pendidikan Kesehatan Reproduksi terhadap


Peningkatan Pengetahuan Remaja di SMK Islam Wijaya Kusuma
Jakarta selatan, Jurnal Keperawatan Soedirman, 2014, Vol.9,
No.2, 86-93.
73

Eysenbach, G. 2013. What is e-health. Journal of Medical Internet


Research.

Ganesh, Sri. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan


Tindakan Pencegahan Osteoporosis pada Wanita Usila di
Kelurahan Jati, Jurnal Kesehatan Andalas, 2014, Vol3, No.2,
ISSN 2301-7406.

Hasdianah. 2014. Virologi. Yogyakarta; Nuha Medika

Hendra, AW. 2008. Faktor Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan,


Jakarta : Pustaka Sinar.

Itmawati. Metode Diskusi dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada


pembelajaran matematika disekolah dasar, Jurnal Ilmu
Pendidikan Sosial, 2016, Vol.2, No.3, 227- 282.

Jamil M., Amal K., Achmad F. Implementasi Aplikasi Telemedicine


berbasis jejaring sosial dengan pemanfaatan teknologi Cloud
computing, Jurnal Edukasi dan Penelitian Informatika, 2015,
Vol.1, no.1, 1.

K. Ade S., Sudarsana., Ketut sudipta. Analisis sikap dan perilaku


konsumen terhadap pemilihan rumah tinggal pada kawasan
sunset gardenn di Kota Denpasar, Bali, Jurnal Spektran, 2014,
Vol.2, No.1, 44-51.

Kemenkes RI. 2018. Hari AIDS sedunia, Momen Stop penularan HIV.
Ministry of health republic of Indonesia.

Kementerian Kesehatan RI. INFODATIN Pusat Data dan Informasi


Kemeterian Kesehatan RI Situasi dan Analisis HIV AIDS. 2014.
Kemenkes RI. 2017. Laporan Situasi Pengembangan HIV –AIDS
& PIMS DIINDONESIA. Mentri Kesehatan RI; Jakarta Selatan.

Komang YR., Adi U., Siswanto AW., Mohammad H. Premarital Sexual


Inisiation of Adolescence, Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional, 2012, Vol.7, No.4, 180-185.

Linda A., Sawitri., Yunia ES., dan Desy HP. Viral Load pada infeksi HIV.
Jurnal Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, 2009, Vol.21,
No.1, 31-39.
74

Listiyanto D., Ruliando H., Ramdan P. Pengetahuan Anggota Korps


Sukarela Palang Merah Indonesia (KSR PMI) Unit Universitas
Negri Jakarta Mengenai Penanganan cidera olahraga, Jurnal
SEGAR, 2017, Vol.5, no.1, 29- 40.

M. Anas M. Strategi Pengembangan Implementasi Telemedicine di


sulawesi selatan, Jurnal Telekomunikasi dan Komputer, 2014,
Vol.5, No.3,227-249.

Masfiah, Siti. 2016. Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja (PKRR)


dalam Kurikulum SMA dan Pengetahuan & Sikap Kesehatan
Reproduksi Siswa. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia. 8(1):
69-78.

Maulana, Heri D.J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta; EGC.

Miswanto. Pentingnya Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan


Seksualitas pada Remaja, Jurnal Studi Pemuda, 2014, Vol.3,
no.2, 116.

Nandasari F., LuciaW. Identifikasi Perilaku Seksual dan Kejadian HIV


(Human Immunodeficiency Virus) pada Sopir Angkutan Umum di
Kabupaten Sidoarjo, Jurnal Berkala Epidemiologi, 2015, Vol.3,
no.1, 377-386.

Nadeak, dkk. 2011. Efektifitas Promosi kesehatan melalui media


Autovisual tentang HIV/AIDS Terhadap Peningkatan
Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS. Diakses tanggal 10
Juni 2017 dari
http://jom.unri.ac.id/index.php/JOMPSIK/article/view/2075.

Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta;


PT Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT


Rineka Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi kesehatan dan Perilaku


Kesehatan. Jakarta : Rineka cipta.

Nugraha, Ugi. Hubungan Persepsi, Sikap Dan Motivasi Belajar


Terhadap Hasil Belajar Pada Mahasiswa Pendidikan Olahraga
Dan Kesehatan Universitas Jambi, Jurnal Cerdas Sifa, 2015,
Vol.1, No.1, 1-10.
75

Nugroho, taufan. 2012. Mengungkap tuntas 9 jenis PMS. Yogyakarta;


Nuha Medika.

Nur IW., Dwi SR., dan Siti M. Faktor Faktor yang berhubungan dengan
tingkat pengetahuan Kader Kesehatan tentang Thalassaemia di
kecamatan Sumbang Kabupaten Bayumas, Jurnal Kesmasindo,
2014, Vol.6, No.3, 194 -206.

Nuryanto., Adriyan P., Niken P., dan Siti FM. Pengaruh Pendidikan Gizi
terhadap pengetahuan dan sikap tentang Gizi anak Sekolah
Dasar, Jurnal Gizi Indonesia, 2014, Vol.3, No.1, 32-36.

Oktarisa KA., Puspita KD. Faktor Faktor yang mempengaruhi tingkat


pengetahuan orang tua mengenai kelainan genetik penyebab
disabilitas intelektual di kota semarang, Jurnal Kedokteran
Diponegoro, 2016, Vol.5, No.4, 1422-1433.

Pujiana EL. Infeksi Jamur Candida pada Penderita HIV/AIDS. Jurnal


Kedokteran Gigi Unej, 2013, Vol.10, No.1, 35-38.

Richo AN. Paparan Pornografi dari Media sosial dan Perilaku


Berpacaran pada Siswa SMK X, Kelurahan Cempaka Putih,
Kecamatan Ciputat Timur Kota Tanggerang Selatan tahun 2015.
Skripsi . Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.
2015.

Rimahyudin A, Sikap Siswa dan Minat Belajar Siswa terhadap Hasil


Belajar Ipa siswa kelas V Sekolah Dasar di Kabupaten
Lamandau, Jurnal Pendidikan Dasar, 2015, Vol.6, no.1, 11-23.

Sevilla, Consuelo G. Et al (2007). Research Methods. Rex Printing


Company. Quezon City.

Siti M. Peranan Metode Pembelajaran terhadap minat dan prestasi


belajar pendidikan agama islam, Jurnal Kependidikan, 2013,
Vol.1, No.1, 150 -168.

Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja. 2015. Pusat Data dan Informasi


Kementerian Kesehatan RI
76

Situmorang., agustina. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja di


Puskesmas : Isu dan Tantangan, Jurnal Kependudukan
Indonesia, 2011,Vol.VI, no.2, 25.

Sri A., Kautsarina. Techno – Economic Study on Telehealth in


indonesia, Buletin Pos dan Telekomunikasi, 2017, Vol.15, No.1,
43-54.

Sri P. Peningkatan Pengetahuan HIV/AIDS dengan memanfaatkan


Aplikasi Mobile Android, Jurnal Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat, 2016, Vol.4, no.1, 29-34.

Wawan, A. 2010.Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan


Perilaku Manusia.Yogyakarta : Nuha Medika.

WHO. National AIDS control programme. 2007

WHO. 2006. e-Health tools and services. WHO report. Diakses


padaURL:http://www.who.int/kms/initiatives/tools_and_services_fi
nal.pdf).

WHO, (2007), Technical Working Group for The Development of an


HIV/AIDS Diagnostic Support Toolkit: p. 2

Widoyono. 2011. Penyakit Tropis. Jakarta; Penerbit Erlangga.

Yulianasari N. Global Burden Disease – Human Immunodeficiency


Virus- Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV- AIDS),
Medical Journal Faculty Medicine Muhammadiyah Surabaya,
2017, Vol.1, no.1, 65-77.

Yulinda, Arif. Efektifitas Penyuluhan Metode Ceramah dan Audiovisual


dalam Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Tentang Sadari di
SMKN 5 Surabaya, Jurnal Promkes, 2018, Vol 6, No.2, 116-128.

Yusnidar. Pengetahuan Dan Sikap Siswi Kelas X Dan Xi Tentang


Kegiatan Pusat Informasi Konseling Kesehatan Reproduksi
Remaja (Pik-Krr) Di Man 1 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat
Tahun 2015, Jurnal Kesehatan Almuslim, 2017, Vol 3, No.5,
ISSN : 2460-7134
77

LAMPIRAN 1

SURAT KETERANGAN PENELITIAN


78
79

LAMPIRAN 2

PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN

1. Saya Puti Noviandini adalah Mahasiswi Program Studi Sarjana


Kebidanan Jurusan Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya dengan ini meminta puteri Bapak/Ibu untuk berpartisipasi
dengan sukarela dalam penelitian yang berjudul ”Pengaruh Metode E-
Health terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Siswi SMA Negeri 1
Singosari dan SMA Negeri 10 Malang ”

2. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan pengetahuan


dan sikap tentang HIV/AIDS sebelum dan setelah diberikan metode e-
health Manfaat adanya penelitian ini sebagai bahan studi dalam
perkembangan ilmu kesehatan di bidang pendidikan kesehatan dengan
menggunakan metode e-health mengenai HIV/AIDS dan memberikan
informasi sehingga muncul perubahan sikap kearah positif dalam
menghadapi pengaruh baik internal maupun eksternal yang berkaitan
dengan HIV/AIDS.

3. Penelitian ini akan berlangsung selama 1 bulan yaitu bulan April 2019.
Akan dibagikan lembar persetujuan (informed consent) untuk
ditandatangani oleh Bapak/Ibu, beberapa hari berikutnya puteri Bapak/Ibu
akan diberikan kuisioner sebelum (pre test) dan sesudah (post test)
pemberian metode e-health tentang pengetahuan dan sikap pada
HIV/AIDS.

4. Keuntungan yang puteri Bapak/Ibu peroleh dengan keikutsertaan puteri


Bapak/Ibu adalah menjadikan menambah wawasan puteri Bapak/Ibu
tentang HIV/AIDS sehingga muncul perubahan pengetahuan dan sikap
kearah positif dalam menghadapi pengaruh baik internal maupun
eksternal yang berkaitan dengan HIV/AIDS dan keamanan dirinya baik
secara fisik, psikis, sosial maupun spiritual.

5. Ketidaknyamanan/ resiko yang mungkin muncul yaitu mengganggu


proses belajar atau kegiatan di sekolahnya, namun peneliti akan
berkoordinasi dengan pihak sekolah untuk meminimalkan risiko tersebut
dengan melaksanakan kegiatan pada jam kosong.

6. Pada penelitian ini, prosedur pemilihan subjek yaitu menggunakan


Purposive sampling dimana subjek diberikan metode e-health yang
sesuai dengan kriteria yaitu hadir dalam serangkaian acara metode e-
health dan belum pernah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang
HIV/AIDS dengan metode e-health. Mengingat puteri Bapak/Ibu
memenuhi kriteria tersebut, maka peneliti meminta kesediaan puteri
80

Bapak/Ibu untuk mengikuti penelitian ini setelah penjelasan penelitian ini


diberikan.

7. Prosedur pengambilan sampel adalah dengan sengaja sesuai


persyaratan sampel yang diperlukan, yaitu dengan memperhatikan
kriteria tertentu. Cara ini mungkin menyebabkan waktu belajar dan
kegiatan di sekolah akan terganggu tetapi Bapak/ibu/sdr tidak perlu kuatir
karena penelitian ini memiliki keuntungan yang banyak baik secara
langsung maupun tidak langsung.

8. Setelah puteri Bapak/Ibu menyatakan kesediaan berpartisipasi dalam


penelitian ini, maka peneliti memastikan Bapak/ibu/sdr dalam keadaan
sehat

9. Sebelum pengisian kuisioner, peneliti akan menerangkan cara mengisi


kuesioner kepada puteri Bapak/Ibu, selama 3 menit dengan cara
memberikan tanda (√) pada lembar kuisioner, memilih benar atau salah
pada kuisioner pengetahuan dan memilih sesuai sikap siswi tentang
HIV/AIDS dengan skala 1-4, sesuai dengan pengalaman yang puteri
Bapak/Ibu alami dengan menggunakan tinta hitam.

10. Sebelum pengisian kuesioner, peneliti akan memberikan penjelasan


mengenai cara pengisian kuisioner (lembar pre test dan post test) yaitu
mengerjakan sendiri, tidak boleh mencontek, dan jika tidak tahu
jawabannya dikosongkan saja,

11. Selama pengisian kuesioner, diperkenankan bagi puteri Bapak/Ibu untuk


menanyakan apabila ada yang belum dipahami dari isi kuisioner.

12. Setelah mengisi kuesioner, puteri Bapak/Ibu dapat melakukan tukar


pengalaman dan tanya jawab dengan peneliti seputar HIV/AIDS.

13. Puteri Bapak/Ibu dapat memberikan umpan balik dan saran pada peneliti
terkait dengan proses pengambilan data dengan kuesioner baik selama
maupun setelah proses pengisian kuesioner secara langsung pada
peneliti.

14. Peneliti akan memberikan waktu satu hari pada puteri Bapak/Ibu untuk
menyatakan dapat berpartisipasi / tidak dalam penelitian ini secara
sukarela, sehari sebelum pengisian kuesioner.

15. Seandainya puteri Bapak/Ibu tidak menyetujui cara ini maka puteri
Bapak/Ibu dapat memilih cara lain atau puteri Bapak/Ibu boleh tidak
mengikuti penelitian ini sama sekali.

16. Jika puteri Bapak/Ibu menyatakan bersedia menjadi responden namun


disaat penelitian berlangsung ingin berhenti, maka puteri Bapak/Ibu dapat
menyatakan mengundurkan diri atau tidak melanjutkan ikut dalam
81

penelitian ini. Tidak akan ada sanksi yang diberikan kepada puteri
Bapak/Ibu terkait hal ini.

17. Nama dan jati diri puteri Bapak/Ibu akan tetap dirahasiakan, sehingga
diharapkan puteri Bapak/Ibu tidak merasa khawatir dan dapat mengisi
kuisioner sesuai kenyataan dan pengalaman puteri Bapak/Ibu yang
sebenarnya.

18. Jika puteri Bapak/Ibu merasakan ketidaknyamanan atau dampak karena


mengikuti penelitian ini, maka puteri Bapak/Ibu dapat menghubungi
peneliti yaitu Puti Noviandini (087859506184)

19. Perlu puteri Bapak/Ibu ketahui bahwa penelitian ini telah mendapatkan
persetujuan kelaikan etik dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya, sehingga puteri Bapak/Ibu tidak perlu
khawatir karena penelitian ini akan dijalankan dengan menerapkan prinsip
etik penelitian yang berlaku.

20. Hasil penelitian ini kelak akan dipublikasikan namun tidak terdapat
identitas puteri Bapak/Ibu dalam publikasi tersebut sesuai dengan prinsip
etik yang diterapkan.

21. Peneliti akan bertanggung jawab secara penuh terhadap kerahasiaan


data yang puteri Bapak/Ibu berikan dengan menyimpan data hasil
penelitian yang hanya dapat diakses oleh peneliti

22. Jika puteri Bapak/ibu bersedia menjadi partisipan penelitian ini, maka
puteri Bapak/Ibu/sdr akan mendapatkan tanda terima kasih berupa
dompet seharga Rp 25.000

Peneliti

(Puti Noviandini)
82

LAMPIRAN 3

Pernyataan Persetujuan untuk

Berpartisipasi dalam Penelitian

Saya yang bertandatangan dibawah ini meyatakan bahwa :

1. Saya telah mengerti tentang apa yang tercantum dalam lembar


penjelasan dan telah dijelaskan oleh peneliti

2. Dengan ini saya menyatakan bahwa secara sukarela bersedia untuk ikut
serta menjadi salah satu subyek penelitian yang berjudul ” Pengaruh
Metode E-Health Terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Siswi
SMA Negeri 1 Singosari dan SMA Negeri 10 Malang”

Malang, .......................... , 2019

Peneliti Yang membuat pernyataan

(Puti Noviandini ) (..........................................)

NIM.155070600111008

Saksi I Saksi II

(.....................................) (................................................)
83

LAMPIRAN 4

KUISIONER
PENGARUH METODE E-HEALTH TERHADAP PENGETAHUAN DAN
SIKAP REMAJA TENTANG HIV/AIDS PADA SISWI SMA NEGERI 1
SINGOSARI DAN SMA NEGERI 10 MALANG

A. Identitas Responden
Nama Responden :

Umur : tahun

Kelas : (contoh XI IPA 1)

B. Kuisioner Pengetahuan Tentang HIV/AIDS


Petunjuk pengisian: berilah tanda (√) pada jawaban yang menurut anda benar
No Pertanyaan Benar Salah
1 Human Immuno Virus adalah kepanjangan dari HIV
2 AIDS disebabkan oleh virus
3 HIV/AIDS menyerang sistim saraf dalam tubuh
4 HIV /AIDS tergolong penyakit yang menular
5 Menyentuh air mata penderita menjadi salah satu cara
penularan HIV
6 HIV tidak menular melalui berciuman
7 Elisa adalah tes yang dapat digunakan untuk memeriksa
HIV AIDS
8 Penularan HIV dapat dicegah dengan beberapa cara tidak
tinggal dengan penderita
9 Gigitan nyamuk atau serangga yang tadinya menggigit
penderita HIV tidak akan menyebabkan penularan HIV
10 Orang yang terinfeksi HIV/ AIDS disebut ODIHA (Orang
dengan Infeksi HIV AIDS)
11 Virus HIV membutuhkan sekitar 10 tahun untuk
mengembangkan kepada AIDS
12 Penyakit HIV tidak dapat disembuhkan walau dengan obat
84

C. Kuisioner Sikap Tentang HIV/AIDS


Petunjuk pengisian: berilah tanda (√) pada pilihan yang menurut anda paling
tepat dengan keterangan:
SS : Sangat Setuju S :Setuju TS : Tidak Setuju STS: Sangat
Tidak Setuju
NO PERNYATAAN SS S TS STS
1 Memberikan dukungan pada penderita HIV adalah
hal yang sia sia
2 Menolak diajak makan bersama agar tidak tertular
merupakan sikap yang benar
3 Saya tidak akan berteman dengan penderita HIV
AIDS, meskipun orang tersebut merupakan teman
dekat saya.
4 Menggunakan jarum suntik bersamaan bukanlah
hal yang dipermasalahkan.
5 Penularan HIV AIDS salah satunya dapat
ditularkan dari darah orang yang terinfeksi HIV.
6 Mengkarantina orang yang terinfeksi HIV
merupakan tindakan yang benar.
7 Penggunaan kondom dapat mengindari resiko
terkena HIV
8 Bantal atau piring yang digunakan penderita HIV
AIDS tidak harus digunakan oleh orang sehat
9 Berganti ganti pasangan dapat meningkatkan
resiko penularan HIV AIDS.
10 Hubungan seksual hanya boleh dilakukan oleh
pasangan ketika sudah menikah.
11 Mengurangi frekuensi bermain dengan penderita
HIV/AIDS adalah hal yang baik
P4.31 Pearson Correlation .728*
Sig. (2-tailed) .017
N 10
P4.32 Pearson Correlation .728* 85
Sig. (2-tailed) .017
N 10
P4.33 Pearson Correlation .812**
Sig. (2-tailed) .004
N 10
LAMPIRAN
P4.34 5 Pearson Correlation .762*
Sig. (2-tailed) .010
N 10
Validitas
P4.35 Pearson Correlation .942**
Sig. (2-tailed) .000
N 10
P4.36 Pearson Correlation .657*
Sig. (2-tailed) .039
N 10
P4.37 Pearson Correlation .790**
Sig. (2-tailed) .007
N 10
P4.38 Pearson Correlation .689*
Sig. (2-tailed) .027
N 10
P4.39 Pearson Correlation .637*
Sig. (2-tailed) .048
N 10
P4.40 Pearson Correlation .637*
Sig. (2-tailed) .048
N 10
P4.41 Pearson Correlation .790**
Sig. (2-tailed) .007
N 10
P4.42 Pearson Correlation .657*
Sig. (2-tailed) .039
N 10
P4.43 Pearson Correlation .664*
Sig. (2-tailed) .036
N 10
P4.44 Pearson Correlation .786**
Sig. (2-tailed) .007
N 10
P4.45 Pearson Correlation .700*
Sig. (2-tailed) .024
N 10
P4.46 Pearson Correlation .942**
Sig. (2-tailed) .000
N 10
P4.47 Pearson Correlation .942**
Sig. (2-tailed) .000
N 10
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level
(2-tailed).
86

Reliability
Reliability Coefficients

N of Cases = 10.0 N of Items = 12

Alpha = .9629
S4.29
Pearson Correlation .765**
Sig. (2-tailed) .010
N 10
S4.30 Pearson Correlation .740*
Sig. (2-tailed)
87
.014
N 10
S4.31 Pearson Correlation .871**
Sig. (2-tailed) .001
N 10
S4.32 Pearson Correlation .716*
LAMPIRAN Sig. 5
(2-tailed) .020
N 10
S4.33 Pearson Correlation .871**
ValiditasSig. (2-tailed) .001
N 10
S4.34 Pearson Correlation .671*
Sig. (2-tailed) .034
N 10
S4.35 Pearson Correlation .874**
Sig. (2-tailed) .001
N 10
S4.36 Pearson Correlation .744*
Sig. (2-tailed) .014
N 10
S4.37 Pearson Correlation .829**
Sig. (2-tailed) .003
N 10
S4.38 Pearson Correlation .727*
Sig. (2-tailed) .017
N 10
S4.39 Pearson Correlation .933**
Sig. (2-tailed) .000
N 10
S4.40 Pearson Correlation .964**
Sig. (2-tailed) .000
N 10
S4.41 Pearson Correlation .649*
Sig. (2-tailed) .042
N 10
S4.42 Pearson Correlation .776**
Sig. (2-tailed) .008
N 10
S4.43 Pearson Correlation .759*
Sig. (2-tailed) .011
N 10
S4.44 Pearson Correlation .792**
Sig. (2-tailed) .006
N 10
S4.45 Pearson Correlation .765**
Sig. (2-tailed) .010
N 10
**. Correlation is signif icant at the 0.01 level
(2-tailed).
*. Correlation is signif icant at the 0.05 level (2-tailed).
88

Reliability
Reliability Coefficients

N of Cases = 10.0 N of Items = 11

Alpha = .9649
89

LAMPIRAN 6

LEMBAR KERJA (JADWAL PENELITIAN) 2018-2019

No. KEGIATAN April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

1 Permohonan Kesediaan
Pembimbing
2 Studi Pendahuluan

3 Penyusunan Proposal Proposal


TA (BAB 1 s/d BAB)
4 Seminar Proposal

5 Revisi Hasil Proposal

6 Survei sekolah serta koordinasi


kepada pihak sekolah untuk
kerjasama
7 Mencari materi dan tim TIK
untuk pembuatan aplika
8. Pembuatan aplikasi

No. Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September

1 Mengurus Surat Izin Penelitian

2 Ethical Clearence

3 Penelitian

4 Penyusunan Tugas Akhir


(BAB 5 s/d BAB 7)
5 Ujian Tugas akhir
90

LAMPIRAN 7

NPar Tests

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Pengetahuan pre 123 6.45 1.917 1 12

Sikap pre 123 33.67 3.705 25 44

Pengetahuan pos 123 8.33 1.597 4 12

Sikap pos 123 35.06 3.980 26 44

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

a
Negative Ranks 19 32.13 610.50

b
Positive Ranks 85 57.05 4849.50
Pengetahuan pos -
Pengetahuan pre c
Ties 19

Total 123

d
Negative Ranks 41 49.84 2043.50

e
Positive Ranks 73 61.80 4511.50
Sikap pos - Sikap pre
f
Ties 9

Total 123
91

a. Pengetahuan pos < Pengetahuan pre

b. Pengetahuan pos > Pengetahuan pre

c. Pengetahuan pos = Pengetahuan pre

d. Sikap pos < Sikap pre

e. Sikap pos > Sikap pre

f. Sikap pos = Sikap pre

a
Test Statistics

Pengetahuan Sikap pos -


pos - Sikap pre
Pengetahuan
pre

b b
Z -6.908 -3.497

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .000

a. Wilcoxon Signed Ranks Test

b. Based on negative ranks.


92

LAMPIRAN 8
93

LAMPIRAN 9

DOKUMENTASI KEGIATAN

Kegiatan Dokumentasi
Tempat Penelitian
94
95

Kegiatan penelitian
96
97

Penutupan
98
99

LAMPIRAN 10

E-HELTH HIV/AIDS
100
101
102
103

Lampiran 11

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Puti Noviandini

NIM : 155070600111008

Program Studi: Program Studi S1 Kebidanan

Fakultaas Kedokteran Universitas Brawijaya

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-

benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau

pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan aatu pikiran saya. Apabila

dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah jiplakan, maka

saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Malang,

Yang membuat pernyataan

Puti Noviandini

NIM.155070600111008
104

LAMPIRAN 12

CURICULUM VITAE

Nama : Puti Noviandini

NIM : 155070600111008

Jurusan/Angkatan : Program Studi Kebidanan / 2015

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 08 November 1997

Jenis Kelamin : Perempuan

Status Perkawinan : Belum Menikah

Agama : Islam

Golongan darah :O

Alamat Rumah : Jl. Kp Baru RT 07 RW 10 No.36 Kembangan, Jakarta


Barat

Alamat di Malang : Jl. Sumbersari No. 290 C Malang

Telp : 085692124694

Alamat email : putinoviandini97@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun Pendidikan

2002-2003 TK Al-Wardah

2003-2009 SDN 06 Kembangan Utara Jakarta Barat

2009-2012 SMPN 215 Jakarta Barat

2012-2015 SMAN 85 Jakarta Barat

SEMINAR /WORKSHOP

Tahun Judul Kegiatan Penyelenggara Peran


2015 SEMUSIM “Guide Me to be a Great LKI FKUB Peserta
Woman”
2015 SERVIX “Building Awareness of ARMABI FKUB Peserta
Teenager for the Healthy Mother’s
to be”
105

2015 MEDICAL FIESTA “Pediactric LAKESMA Peserta


Emergency”
2016 Ikatan Bidan Indonesia “Initial Ikatan Bidan Peserta
Assesment and Management on Indonesia cabang
Maternal and Neonatal kota Malang
Emergencyas effort to Reduce
Maternal Mortality Rate and Infant
Mortality Rate Meet the Sustainable
Development Goals 2016-2030”
2017 SERVIX “Improving Family Role, ARMABI FKUB Peserta
Making A Good Quality Generation”
2018 Cangkrungan “Mahasiswa UNIVERSITAS Peserta
wirausaha 2018” BRAWIJAYA

RIWAYAT ORGANISASI

Tahun Organisasi Peran


2015-2016 ARMABI FKUB Staff PSDM
2016-2017 ARMABI FKUB Staff PSDM
2016-2017 LKI FKUB Staff PSDM
2017-2018 LKI FKUB Staff PSDM
2016-2017 BEM FKUB Peserta

RIWAYAT PRESTASI

Tahun Acara Institusi


2018 Best Award pengusaha ARMABI terbaik Universitas Brawijaya
2018
ARMABI’s preneur competition Edisi 1

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan saya
paham bahwa kebenaran yang ada di sini sangatlah penting.
Malang,

Hormat saya

Puti Noviandini

155070600111008

Anda mungkin juga menyukai