Anda di halaman 1dari 152

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PERAN GURU, DUKUNGAN ORANG TUA DAN

PERSEPSI DIRI TERHADAP TINDAKAN PENCEGAHAN

HIV DI SMA SUDIRMAN KUPANG NTT

TAHUN 2020

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Terapan
Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju

DI SUSUN OLEH :

EFI YULINDA FAMANI

07180100110

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN

DEPARTEMEN KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

JAKARTA 2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi Dengan Judul :

Hubungan Antara Peran Guru, Dukungan Orang Tua Dan


Persepsi Diri Terhadap Tindakan Pencegahan HIV
Di Sma Sudirman Kupang NTT Tahun 2020

Disusun Oleh

EFI YULINDA FAMANI


07180100110

Skripsi Ini Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing untuk diujikan
Dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kebidanan Program Sarjana
Terapan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju

Jakarta,05 Maret 2020

Menyetujui

Pembimbing

(Retno Sugesti, SST, M.Kes)

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul :

HUBUNGAN ANTARA PERAN GURU, DUKUNGAN ORANG TUA


DAN PERSEPSI DIRI TERHADAP TINDAKAN PENCEGAHAN
HIV DI SMA SUDIRMAN KUPANG NTT TAHUN 2020

Disusun Oleh :
EFI YULINDA FAMANI

07180100110

Skripsi Ini Telah Disetujui Dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi
Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Indonesia Maju

Jakarta, 12 Maret 2020

Mengesahkan,
Pembimbing Penguji

(Retno Sugesti, SST, M.Kes) (Maryam Syarah, SST, MKM)

Mengetahui,
Kepala Departemen Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju

( Hidayani, AM. Keb, SKM, MKM )

iii
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Efi Yulinda Famani

NPM : 07180100110

Program Studi : Kebidanan Program Sarjana Terapan

Menyatakan bahwa, saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan

Skiripsi yang berjudul “Hubungan Antara Peran Guru, Dukungan Orang

Tua Dan Persepsi Diri Terhadap Tindakan Pencegahan HIV Di SMA

Sudirman Kupang NTT Tahun 2020”

Apabila suatu saat saya terbukti melakukan plagiat, maka saya akan

menerima sanksi yang telah ditetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa

paksaan dari pihak manapun.

Jakarta, Maret 2020

( Efi Yulinda Famani )

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Biodata Diri
Nama : Efi Yulinda Famani

Usia : 24 Tahun

Agama : Kristen (Advent)

Alamat :Jalan Pandawa I, RT. 01/RW.8 No. 27,

Kelurahan Lenteng Agung, Kecamatan

Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Status : Belum Menikah

No. Telp : 0812-4601-3864

Email : efifamani@gmail.com

B. Riwayat Pendidikan
SD Inpres Lubala : 2003 - 2009

SMP Kristen 1 Kalabahi

SMA Sudirman Kupang

Stikes Citra Husada Mandiri Kupang

C. Biodata Orang Tua

Nama Ayah

Nama Ibu

Alamat :Desa Luba, Kecamatan Lembur,

Kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur.

v
PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
Skripsi, Maret 2020
EFI YULINDA FAMANI (07180100110)
HUBUNGAN PERAN GURU, DUKUNGAN ORANGTUA DAN PERSEPSI DIRI
TERHADAP TINDAKAN PENCEGAHAN HIV PADA SISWA SMA SUDIRMAN
KUPANG
xvii + 121 Halaman + 13 Tabel + 13 Lampiran

ABSTRAK

Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang melemahkan kekebalan


seseorang atau tubuh manusia. Hingga saat ini HIV AIDS sudah menyebar di 368
kabupaten atau kota di seluruh provinsi di Indonesia. Tujuan penelitian untuk mengetahui
hubungan antara peran guru, dukungan orang tua, dan persepsi diri terhadap tindakan
pencegahan HIV pada Siswa-Siswi SMA Swasta Sudirman kupang. Jenis penelitian ini,
kuantitatif dan pendekatan deskriptif analitik dengan menggunakan metode cross
sectional. Populasi penelitian adalah siswa laki-laki atau perempuan kelas 10 di SMA
Swasta Sudirman Kupang dan sampel berjumlah 137 orang. Tehnik pengambilan sampel
purposive sampling. Alat ukur menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan chi
square dengan α 0,05. Hasil penelitian menunjukan tindakan pencegahan HIV (5%),
peran guru mendukung dalam pencegahan HIV (6%), orangtua yang mendukung dalam
pencegahan HIV (62%) dan persepsi diri yang mendukung dalam pencegahan HIV
(57%). Ada hubungan yang bermakna antara peran guru (Pvalue 0,000; OR 8,7),
dukungan orangtua (Pvalue 0,000;OR 7,6) dan persepsi diri (Pvalue 0,000 ;OR 10,7)
terhadap tindakan pencegahan HIV pada siswa. Disarankan kepada remaja SMA Swasta
Sudirman Kupang agar meningkatkan pengetahuan tentang HIV dan AIDS sehingga
dapat menghindari sikap dan tindakan postif terhadap pencegahan HIV dan AIDS dan
dapat menghindari perilaku yang berisiko tertular HIV dan AIDS.

Kata Kunci : Guru, Orangtua, Persepsi, HIV


Daftar Pustaka : 32 Sumber (2008-2018)

vi
MIDWIFE STUDY PROGRAM OF APPLICATION DEPARTEMENT OF
MIDWIVERY
INDONESIA MAJU SCHOOL OF THELTH SCIENCE
February 2020
EFI YULINDA FAMANI (07180100110)
RELATIONSHIP OF TEACHER'S ROLE, PARENT SUPPORT AND PERCEPTION
OF SELF ON HIV PREVENTION MEASURES IN SUDIRMAN KUPANG
PRIVATE VOCATIONAL SCHOOL

xvii + 121 pages + 13 tables + 13 appendices

ABSTRACT

Human Immunodeficiency Virus (HIV) is a virus that weakens a person's


immunity or human body. Until now HIV AIDS has spread to 368 districts or
cities in all provinces in Indonesia. The purpose of this study was to determine the
relationship between the role of teachers, parental support, and self-perception of
HIV prevention measures in Sudirman kupang High School Private Students. This
type of research, quantitative and analytic descriptive approach using cross
sectional methods. The study population was 10th grade male or female students
at Sudirman Kupang Private High School and the sample was 137 people.
Purposive sampling technique sampling. Measuring instruments using a
questionnaire. Data analysis using chi square with α 0.05. The results showed
HIV prevention measures (5%), the role of teachers supporting HIV prevention
(6%), parents who support HIV prevention (62%) and self-perceptions that
support HIV prevention (57%). There is a significant relationship between the
role of the teacher (Pvalue 0,000; OR 8.7), parental support (Pvalue 0,000; OR
7.6) and self-perception (Pvalue 0,000; OR 10.7) on HIV prevention measures in
students. It is recommended that Sudirman Kupang private high school youth
increase their knowledge about HIV and AIDS so as to avoid positive attitudes
and actions towards HIV and AIDS prevention and to avoid behaviors that are at
risk of contracting HIV and AIDS.

Keywords : Teacher, Parents, Perception, HIV


References : 32 Sources (2008-2018)

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha


Esa. Berkat rahmatnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini
tepat pada waktunya. Dalam penyusunan Skripsi ini penulis
menyadari bahwa, masih banyak terdapat kekurangan dan
kekeliruan baik isi maupun cara penulisan yang di karenakan
keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang penulis
miliki. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang dapat membangun dari semua pihak demi sempurnanya
skripsi ini di masa yang akan datang. Adapun maksud dari
pembuatan Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Terapan Kebidanan pada Program Studi Kebidanan
Program Sarjana Terapan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Indonesia Maju.

Tentu dalam penelitian ini, penulis banyak sekali


memperoleh bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu,
penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :

1. Drs. H. Jakub Chatib sebagai Ketua Yayasan Indonesia Maju.


2. Dr. Sobar Darmaja., S.Psi, MKM sebagai Plt Ketua Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju.
3. Astrid Novita SKM., MKM sebagai Wakil Ketua II Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju.
4. Hidayani, AM. Keb, SKM, MKM sebagai Kepala Departemen
Kebidanan.
5. Retno Sugesti, SST,M.Kes sebagai Koordinator Program
Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Indonesia Maju, Sekaligus pembimbing

viii
dalam penyusunan Skripsi
6. Maryam Syarah, SST, MKM selaku dosen penguji yang telah
menguji dan memberi masukan yang positif terhadap Skripsi
ini.
7. Seluruh staf dosen Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju yang tidak
dapat saya sebutkan satu persatu.
8. Kepada Bapak Yusuf famani, Ibu Afliana Famani yang terus
mendukung, mendoakan dalam situasi apapuan dan telah
berkorban banyak hal sejau ini.
9. Kepada keluargaKu semua serta adik-adikku Jemi, Efi, Beall,
Talcho yang selalu memberikan semangat untuk sayaa.
10. Kepada semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak
bisa saya sebutkan satu persatu semoga Allah sumber
kehidupan membalas semua kebaikan yang telah diberikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam
penyusunan Skripsi ini masih banyak kekurangan dan
kelemahan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun.

Jakarta, Maret 2020

(Efi Yulinda Famani)

ix
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iii

SURAT PERNYATAAN......................................................................................iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP..............................................................................v

ABSTRAK.............................................................................................................vi

ABSTRACT...........................................................................................................vii

KATA PENGANTAR........................................................................................viii

DAFTAR ISI...........................................................................................................x

DAFTAR TABEL................................................................................................xv

DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xvi

DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xvii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................9

1.3 Pernyataan Penelitian.......................................................................................11

1.4 Tujuan Penelitian..............................................................................................11

1.4.1 Tujuan Umum...........................................................................................11

1.4.2 Tujuan Khusus..........................................................................................11

1.5Manfaat Penelitian............................................................................................11

1.5.1 Manfaat Teoritis.......................................................................................12

1.5.2 Manfaat Metodologi.................................................................................12

1.5.3 Manfaat Praktis.........................................................................................12

1.6 Ruang Lingkup.................................................................................................12

x
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................14

2.1 Tindakan Pencegahan HIV...............................................................................14

2.1.1 Pengertian HIV/AIDS..............................................................................14

2.1.2 Pengertian Pencegahan HIV.....................................................................15

2.1.3 Cara Melakukan Pencegahan HIV............................................................16

2.1.4 Indikator Tindakan Pencegahan HIV........................................................23

2.1.5 Cara mengukur variabel Tindakan Pencegahan HIV................................23

2.2 Peran Guru.......................................................................................................24

2.2.1 pengertian Peran Guru Terhadap Pencegahan HIV.................................24

2.2.2 Pengertian Guru........................................................................................29

2.2.3 Tugas dan Tanggung Jawab Peran Guru..................................................30

2.2.4 Hak dan Kewajiban Peran Guru...............................................................33

2.2.5 Indikator Peran Guru................................................................................35

2.2.6 Kompetensi Peran Guru............................................................................36

2.2.7 Cara Mengukur Variabel Peran Guru.......................................................37

2.2.8 Sintesa Peran Guru...................................................................................37

2.3 Dukungan Orangtua.........................................................................................38

2.3.1 Klasifikasi perilaku Orang Tua.................................................................38

2.3.2 Konsep Dukungan Orang Tua..................................................................40

2.3.3 Indikator Dukungan Orang Tua................................................................43

2.3.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Orang Tua Terhadap


Tindakan Pencegahan HIV/AIDS Pada Remaja.......................................................45

2.3.5 Manfaat Dukungan Orang Tua.................................................................46

2.3.6 Peran Orangtua Terhadap Tindakan Pencegahan HIV Pada Remaja........48

2.3.7 Cara mengukur variabel dukungan orang tua...........................................49

2.4 Persepsi Diri.....................................................................................................49

xi
2.4.1 Pengertian Persepsi...................................................................................49

2.4.2 Presepsi konsep Dasar Perilaku................................................................50

2.4.3 Dimensi Persepsi......................................................................................52

2.4.4 Indikator Persepsi.....................................................................................52

2.4.5 Proses Persepsi.........................................................................................54

2.4.6 Faktor penyebab perbedaan persepsi........................................................55

2.4.7 Bentuk-bentuk Persepsi...........................................................................57

2.4.8 Prinsi-prinsip Persepsi..............................................................................57

2.4.9 Cara mengukur Variabel Persepsi.............................................................58

2.4.10 Sintesa persepsi........................................................................................58

2.5 Remaja.............................................................................................................59

2.5.1. Pengertian Remaja....................................................................................59

2.5.2. Batasan Remaja........................................................................................61

2.6 Sistensis Variabel.............................................................................................62

2.6.1. Tindakan Pencegahan HIV.......................................................................62

2.6.2. Peran Guru................................................................................................62

2.6.3. Dukungan Orang Tua...............................................................................62

2.6.4. Presepsi Diri.............................................................................................63

2.7 Landasan Teori Menuju Konsep.......................................................................63

BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN KERANGKA


ANALISIS.............................................................................................................66

3.1 Kerangka Teori.................................................................................................66

3.2 Kerangka Konsep.............................................................................................67

3.3 Kerangka Analisis............................................................................................68

3.4 Definisi Oprasional Dan Pengukurannya..........................................................69

3.5 Hipotesis...........................................................................................................72

xii
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN..........................................................73

4.1 Desain Penelitian..............................................................................................73

4.2 Pengembangan Instrumen................................................................................74

4.3 Pengumpulan Data...........................................................................................75

4.3.1 Gambaran Daerah Penelitian....................................................................75

4.3.2 Populasi dan Sampel.................................................................................75

4.3.3 Teknik Pengambilan Sampel....................................................................75

4.3.4 Cara pengambilan Sampel........................................................................76

4.3.5 Syarat Sampel...........................................................................................76

4.4 Manajemen Data..............................................................................................77

4.4.1 Uji Coba Instrumen..................................................................................77

4.4.2 Pengelahan Uji Cocba..............................................................................77

4.4.3 Hasil Uji Coba..........................................................................................77

4.4.4 Pengumpulan Data....................................................................................81

4.4.5 Pengolahan Data.......................................................................................82

4.4.6 Penyajian Data..........................................................................................83

4.5 Interprestasi Data..............................................................................................84

BAB V GAMBARAN AREA PENELITIAN....................................................85

5.1. SMA Sudirman Kupang...................................................................................85

5.1.1. Profil SMA Sudirman Kupang.................................................................85

5.1.2. Sumber Daya SMA Sudirman Kupang.....................................................86

5.2. SMA Beringin Kupang....................................................................................88

5.2.1. Profil SMA Beringin Kupang......................................................................88

5.2.2. Sumber Daya SMA Beringin Kupang..........................................................89

BAB VI HASIL PENELITIAN...........................................................................91

xiii
6.1 Analisa Univariat..............................................................................................91

6.2 Analisa Bivariat................................................................................................93

BAB VII PEMBAHASAN...................................................................................98

7.1 Keterbatasan Penelitian....................................................................................98

7.2 Pembahasan Univariat......................................................................................99

7.3 Pembahasan Bivariat......................................................................................102

7.3.1 Hubungan Peran Guru Terhadap Tindakan Pencegahan HIV pada siswa
SMA Swasta Sudirman Kupang.............................................................................102

7.3.2 Hubungan Dukungan Orangtua Terhadap Tindakan pencegahan HIV pada


siswa SMA Sudirman Kupang...............................................................................104

7.3.3 Hubungan Persepsi diri Terhadap Tindakan pencegahan HIV pada siswa
SMA Sudirman Kupang.........................................................................................106

BAB VIII PENUTUP.........................................................................................110

8.1 Kesimpulan....................................................................................................110

8.2 Saran..............................................................................................................110

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................113

LAMPIRAN........................................................................................................117

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Kuesioner Peran Guru, Orang Tua, Persepsi DirI

Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner

Tabel 6.1 Distribusi Frekuensi Tindakan Pencegahan HIV pada Siswa

Tabel 6.2 Distribusi Frekuensi Peran Guru pada Siswa

Tabel 6.3 Distribusi Frekuensi Dukungan Orangtua

Tabel 6.5 Hubungan Peran Guru Terhadap Tindakan Pencegahan HIV

Tabel 6.6 Hubungan Dukungan Orangtua Terhadap Tindakan Pencegahan HIV

Tabel 6.7 Hubungan Persepsi Diri Terhadap Tindakan Pencegahan HIV

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 faktor- factor yang mempengaruhi persepsi

Gambar 3.1 Kerangka Teori

Gambar 3.2 kerangka Konsep

Gambar 3.3 Kerangka Analisis

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Judul Penelitian

Lampiran 2 : Surat Permohonan Izin Studi Pendahuluan Dan Penelitian

Mahasiswi

Lampiran 3 : Surat Balasan Penelitian Dari Sekolah Sma Sudirman Kupang

Lampiran 4 : Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 5 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 6 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 7 : Tabulasi Validitas Dan Rehabilitas (Peran Guru, Dukungan

Oranng Tua, Persepsi Diri)

Lampiran 8 : Distribusi R Tabel

Lampiran 9 : Hasil Uji Validitas Dan Rehabilitas (Output SPSS)

Lampiran 10 : Surat Bebas Plagiat.

Lampiran 11 : Hasil Uji PLagiat

Lampiran 12 : Surat Uji Etika Riset

Lampiran 13 : Tabulasi Penelitian

Lampiran 14 : Hasil Olah Data Penelitian (Output SPSS)

Lampiran 15 : Lembar Konsultasi Bimbingan Skripsi

xvii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupankan virus yang

melemahkan kekebalan seseorang atau tubuh manusia. Sedangkan Acquired

Immune (AIDS) itu sendiri merupakan gejala penyakit yang disebabkan oleh

HIV yang merusak system kekebalan tubuh menusia sehingga bisah

menyebabkan kematian. HIV belum dapat di sembuhkan, tetapi ada

pengobatan yang dapat bisa digunakan memperlambat perkembangan

penyakit. Pengobatan tersebut akan membuat penderitanya hidup lebih lama,

singga dapat menjalani hidup dengan normal atau seperti biasanya. Dengan

diagnosis HIV dini dan penanganan yang efektif, pengidap HIV tidak akan

berubah menjadi AIDS. AIDS itu sendiri adalah stadium akhir dari infeksi

virus HIV. Pada tahap ini kemampuan tubuh dapat melawan infeksi sudah

hilang sepenuhnya.1

HIV atau Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang menyerang

atau menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan

tubuh manusia. AIDS atau Acquired Immune deficiency syndrome adalah

sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebatan tubuh

yang disebabakan infeksi oleh HIV. Akibat menurunnya kekebalan tubuh

maka orang tersebut sangat mudah terkena berbagai penyakit infeksi yang

1
UNAIDS Global Report: Geneva: Joint United Nations programme: UNAIDS report on the
global AIDS epidemic 2013.
2

sering Berakibat fatal. Pengidap hiv memerlukan Antiretroviral (ARV) untuk

menurunkan jumlah virus HIV di dalam tubuh agar tidak masuk ke dalam

stadium AIDS, sedangkan pengidap AIDS memerlukan pengobatan ARV

untuk menecegah terjadinya infeksi oportinistik dengan berbagai

komplikasinya.

Di seluruh dunia pada tahun 2013 ada 35 juta orang hidup dengan HIV

yang meliputi 16 juta perempuan dan 3,2 juta anak berisua <15 tahun. Jumlah

infeksi baru HIV pada tahun 2013 sebesar 2,1 juta yang terdiri dari 1,9 juta

dewasa dan 240.000 akan berusia <15 tahun. Jumlah kematian akibat AIDS

sebanyak 1,5 juta yang terdiri dari 1,3 juta dewasa dan 190.000 anak berusia

<15 tahun.2

Di Indonesia HIV AIDS pertama kali ditemukan di propinsi Bali pada

tahun 1987. Hinnga saat ini HIV AIDS sudah menyebar di 368 kabupaten

atau kota di seluruh provinsi di Indonesia. Berbagai upaya penanggulangan

sudah dilakukan oleh pemerintah bekerjasama dengan berbagai lembaga di

dalam Negara dan di luar negeri.

Salah satu factor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja di antaranya

adalah pengetahuan yang dapat di berikan oleh orangtua. Penelitian

sebelumnya di jawa Tengah di lakukan oleh Wahyuningtyas (2012)

menunjukan bahwa terdapat hubungan antara tidak diberikannya pengetahuan

dasar oleh orangtua kepada remaja tentang HIV/AIDS dengan perilaku seksual

remaja sebesar 40,1%. Hal ini menjukan pengetahuan dasar yang didapat dari

orang tua kepada remaja tentang HIV/AIDS sangat berpengaruh terhadap


2
UNAIDS
3

perilaku seksual remaja sebesar 40,1%, sedangkan 59,9% perilaku seksual

remaja dapat dipengaruhi oleh adanya factor lainnya. 3

Menyimpulkan bahwa siswa-siswi yang setelah diberikan pendidikan

kesehatan tentang HIV/AIDS dengan metode pemutaran film dan media

leaflet di SMA SUDIRMAN KUPANG, terdapat peningkatan skor

pengetahuan dari 74.00 menjadi 83,60 dan media leaflet responden juga

mengalami peningkatan skor pengetahuan HIV/AIDS dari 77,60 menjadi

75,50, dari uji perbedaan skor pengetahuan anatara 3 kelompok, ditemukan

bahwa pemberian penyuluhan HIV/AIDS dengan pemutaran film sangat besar

pengaruhnya dari pada media,leaflet dan kelompok control. 4

Dua penelitian sebelumnya dengan metode pemberian pendidikan yang

dirasakan sangat berpengaruh terhadap peningkatan skor pengetahuan pada

iswa-siswi di sekolah Menengah Atas, dapat di harapkan dengan adanya tinggi

pengetahuan siswa terhadap pencegahan HIV untuk diterapkan. Menjadi

kekurangan penelitian sebelumnya adalah siswa tidak mendapatkan dukungan

orangtua 78% melakukan hubungan seksual secara bebas yang mana dapat

menyebabkan tertularnya HIV (Wahyuningtias, 2012) dan dukungan sekolah

sanat di perlukan sebagai sumber informasi lain karena adanya pengetahuan

paling mudah dan didapat adalah dari Guru-guru disekolah. Serta, apakah

pengetahuan memadai dan banyaknya dukungan akan menimbulkan kesadaran

dalam pencegahan HIV, bisa saja pengetahuan hanyalah sebatas pengetahuan

3
UNAIDS Global Report: Geneva: Joint United Nations programme: UNAIDS report on the
global AIDS epidemic 2013.
4
UNAIDS Global Report: Geneva: Joint United Nations programme: UNAIDS report on the
global AIDS epidemic 2014
4

tapi tidak menimbulkan presepsi pada diri masing-masing untuk melakukan

pencegahan. Oleh sebab itu, peneliti akan mengambil kekurangan itu sendiri

untuk diteliti lebih lanjut.5

Terdapat 34 juta orang yang indikasi HIV di seluruh dunia. Saat tahun

2014, The Joint United Nation Program on HIV/ AIDS (UNAIDS)

memberikan rapor merah kepada Indonesia sehubungan penanggulangan

HIV/AIDS. Pasien baru meningkat 47 % sejak tahun 2005. Kematian akibat

AIDS di Indonesia masih sangat tinggi, karena 8 persen orang yang dengan

HIV/ AIDS (ODHA) yang mendapatkan pengobatan obat antriretroviral

(ARV). Indonesia adalah Negara ketiga di dunia memiliki penderita HIV

terbanyak yaitu sebanyak 640.000 orang, setelah china, India, karena ketiga

Negara memiliki jumlah penduduk yang banyak. Hanya prevalensi di

Indonesia hanya 0,43 persen atau masih di bawah tingkat epidemic sebesar

satu persen6.

Sejak tahun 2005 sampai dengan September 2015, kasus HIV masuk

sebanyak 184.929, laporan layanan konseling dan tes HIV. Jumlah kasus HIV

tertinggi adalah Papua (38.464 kasus),diikuti jawa barat (24.104 kasus),DKI

Jakarta (20.147 kasus), Jawa Timur (17.075 kasus) dan Jawa Tengah (12.267

kasus). Sedangkan,kasus AIDS sampai September 68.917 kasus7.

Komisi penanggulangan AIDS (KPA) mencatat kalau angka penderita

human immunodeficiency virus (HIV), acquired immune deficiency syndrome


5
UNAIDS Global Report: Geneva: Joint United Nations programme: UNAIDS report on the
global AIDS epidemic 2013.
6
UNAIDS Global Report: Geneva: Joint United Nations programme: UNAIDS report on the
global AIDS epidemic 2014
7
Kementrian Kesehatan RI.Renccana Strategis Kementrian Kesehatan: Jakarta Timur. 2010-
2014.jakarta
5

(AIDS) dan Jakarta Timur paling tinggi di DKI. Dari data dapat diterima

INDOPOS (Grup JPNN), daftar penderita HIV/AIDS tahu n 2013 jakarta

timur mencapai 1.416 orang. Rinciannya, penderitanHIV mencapai 462 dan

AIDS sebanyak 954 kasus. Jumlah penyakit HIV/AIDS terbanyak diderita

kaum laki-laki dengan jumlah kasus 1.016 orang dan juga perempuan

sebanyak 360 orang. Adapun rincian penderita HIV/AIDS di daerah kota

madya lainnya yakni Jakarta barat yang menempati arutan kedua dengan

jumlah 1.177 orang, Jakarta pusat diurutan selanjutnya dengan kasus 938

orang. Jakarta utara menduduki peringkat keempat dengan jumlah penderita

penyakit mematikan itu jumlah 863 orang 8.

Komisi penanggulangan AIDS Kota Kupang Nusa Tenggara Timur,

Wilayah Kota Kupang menempati urutan pertama penderita HIV/AIDS

terbanyak di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Dinas Kesehatan

Kota Kupang, mendata jumlah penderita HIV/AIDS di Ibu Kota Provinsi NTT

itu Juli 2019 mencapai 1.509 orang. Kadis Kesehatan Kota Kupang, drg.

Retnowati diwawancarai POS-KUPANG.COM, Senin (9/9/2019)

menjelaskan, dari jumlah 1.509 penderita tersebut 1.069 merupakan penderita

HIV dan sisanya, 440 penderita AIDS. Ia mengatakan, baik penderita HIV

maupun AIDS, sebagian besar berada pada rentang usia 25 sampai 49 tahun

dan dominan tertular melalui hubungan seks. Padahal kata dia, berbagai

macam sosialisasi sudah terus menerus dilakukan oleh Dinkes Kota Kupang

serta LSM untuk menekan penyebaran HIV-AIDS. Menurutnya, ada 3 cara

prinsip dalam pencegahan penularan HIV, yaitu A, B, dan C atau dapat


8
Depertemen Kesehatan Republik Indonesia: statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia ; 2014
6

diartikan prinsip Abstinence, be faithfull, condom, dan no drugs. Retno

menjelaskan, Abstinence berarti tidak berhubungan dengan orang lain selain

pasangan, B dari be faithfull saling setia terhadap pasangannya, dan C

condom, menggunakan kondom jika pasangan kita mengidap HIV/AIDS atau

jika kita tidak yakin terhadap pasangan kita. (Laporan Reporter POS-

KUPANG.COM, Laus Markus Goti) 21 Ribu Orang Teridentifikasi HIV

AIDS.9

Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Kupang, Nusa Tenggara

Timur (NTT) merilis tahun 2018 tercatat jumlah penderita HIV-AIDS

sebanyak 1.376 orang. “Data terakhir hingga hari ini, tercatat penderita HIV-

AIDS di Kota Kupang mencapai 1.376 orang,” Kata Sekretaris KPA Kota

Kupang, Steven Manafe, Kamis, 8 November 2018. Dari jumlah tersebut,

menurut dia, 960 orang diantaranya terinveksi HIV dan 416 orang positif

menderita AIDS, dengan jenis kelamin penderita laki-laki 813 orang dan

perempuan 563 orang. Sedangkan dari data pekerjaan swasta sebanyak 20

persen, ibu rumah tangga 13 persen, PSK 10 persen, PNS 9 persen, mahasiswa

6 persen, TNI/Polri dan buruh 5 persen, pelaut 4 persen. “Trennya masih dari

kalangan swasta dan laki-laki masih dominasi sebagai penderita HIV-AIDS di

Kota Kupang,” tambah Steven. Dalam rangka meminimalisir penderita HIV-

AIDS di Kota Kupang, maka KPA telah merekrut sebanyak 510 Warga Peduli

9
POS-KUPANG.COM/LAUS MARKUS GOTI drg. Retnowati Kadis Kesehatan Kota
Kupang di ruang kerjanya, 2019. 
7

Aids (WPA) yang tersebar di 51 kelurahan sebagai ujung tombak melakukan

upaya sosialisasi, pendataan, Pengambilan sample darah (mobile VCT).10

Menurut Center For Disease Control (CDC), remaja merupakan kalangan

rentan berisiko tinggi untuk terkena HIV saat berkembang menjadi AIDS dari

tahun 2000 sampai dengan 2013, hal ini terjadi pada remaja berusia 15-29

tahun (kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2013). Dan juga wilayah

Jakrta Timur rentan usia 16-29 tahun ittu adalah populasi paling tinggi saat

terpapar HIV di DKI Jakarta11.

Masa remaja diidentifikasikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-

kanak ke arah masa dewasa. Masa remaja juga adalah masa penuh dengan

gejolak, mempunyai sifat ingin rasa tahu sangat besar ini juga menyebabkan

mereka mencoba melakukan segala sesuatu untuk menuntut mereka agar

menarik. (Hoetomo 2013). Dengan adanya Masa ini penuh berbagai

pengenalan, pertualangan akan hal-hal juga baru termasuk pengalaman

berinteraksi pada lawan jenis. Pada saaat masa remaja, rasa ingin tahu

mengenai seksualitas juga sangat penting terutama saat menbentukan

hubungan dengan lawan jenisnya. Dalam rangka mencari pengetahuan tentang

seks, remaja yang dapat melakukannya baik cara terbuka bahkan dengan mulai

mencoba bereksperimen dengan kehidupan seksualitas, contonya saat ini

adalah pacaran12.

10
Kupang.sekertaris KPA kota kupang,steven Manave. NTT TERKINI.COM,2018.
11
KPA, 2011.Strategi Nasional penanggulangan HIV dan AIDS (2011-2014)
12
Ahmadi, A. Social Revisi,Cetakan Kedua, Psikologi Jakarta. Rineka. 2013.
8

Untuk itu, orang tua sangat di harapkan untuk menjadi komunikasi yang

dapat memberikan informasi, pelatuhan moral bagi pemahaman,

pengembangan seksual remaja.13 pendidikan seksualitas informasi dengan

keluarga biasanya terjalin dengan bentuk komunikasi yang hangaat antara

anak, anggota keluarga lainnya. Penjelasan atau Pengertian dan dukungan

orang tua juga sangat bermanfaat bagi perkembangan remaja, dan peran guru-

guru bebagai upaya pencegahan terhadap buruknya lingkungan, presepsi diri

kepada upaya tindakan pencegahan HIV sangat dibutuhkan agar dapat

menjadi keingintahuan remaja yang masih tinggi.

Guru memainkan peranan penting dalam pembentukan sikap, cara

pandang dan perilaku generasi muda. Sementara itu HIV dan AIDS hampir di

setiap Negara bahkan dunia telah ada. Karena salah satunya orang muda

umumnya kurang informasi dan juga cenderung suka bereksperimen pada

perilaku baru yang beriko tinggi, maka mereka juga biasanya lebih cepat

tertular virus dari pada kelompok usia yang cukup lebih tua. Guru-guru juga

membantu mereka dalam membentuk dirinya untuk menghadapi kenyattaan

itu. Teman sebaya disekolah juga dapat dimotivasi dan bersedia mendukung,

bersikap positif terhadap penderita HIV dan AIDS. Guru juga dapat

menyediakan sarana lingkungan sehat di mana orang muda juga belajar

tentang HIV dan AIDS dapat dibandingkan mereka yang putus sekolah dan

tidak focus saat belajar. Bersekolah meningkatkan presepsi diri, kepercayaan

diri, dan status social: bersekolah dapat memberikan peluang kepada pemuda

13
Perwandari, Atik. Konsep Kebidanan sejarah dan profesionalisme: EGC:Jakarta..2014
9

dapat mengendalikan pilihannya sendiri yang berkaitan pada hubungan

pribadi.14

Selain dukungan orangtua dan guru, presepsi diri juga menjadi variabel

penting terhadap pencegahan HIV. Bila hanya mendapat pengetahuan banyak

saja tidaklah cukup, tetapi harus sadar dengan resiko dengan tindakan akan

diambilnya. Harus ada itikad dan niatdari diri ketika berada di lingkungan

yang luas dapat menolak pemakaian narkoba atau seks bebas di dalam hal ini

berpotensi terjangkitnya penyakit HIV. 15

Berdasarkan latar belakang tersebut, akan dilakukannya penelitian tentang

Tindakan pencegahan HIV pada anak <dari 16 tahun, yakni siswa-siswi kelas

1 SMA (Negeri, ataupun Swasta) dan untuk mengetahui Hubungan Antara

Peran Guru, Dukungan Orang Tua, dan Presepsi Diri terhadap tindakan

pencegahan HIV Pada Siswa SMA Sudirman Kupang NTT.

1.2 Rumusan Masalah

Di SMA Sudirman kupang NTT dalam enam bulan terakhir (terhitung

oktober-desember 2019) jumlah kasus HIV masuk sebanyak 184.929 area

Jakarta mencapai 1.416 orang. Nusa tenggara timur mencapai 1.509 orang

penderit tersebut 1.069 merupakan penderita HIV dan sisanya 440 penderita

AIDS. Sebagian besar berada pada rentang usia 25 sampai 49 tahun dan

dominan tertular melalui hubungan seks. Hasil wawancara dengan 20 orang

14
Riset Kesehatan Dasar.Jakarta:Badan penelitian dan pengembangan Kesehatan kementrian
kesehatan RI. Depkes RI.2013
15
AIDS dalam belenggu stigma.diambil dari Jakarta: FKUL Jakarta:intema publishing.
Keperawatan Edisi I. Jakarta: salemba Medika Keperawatan; pedoman skripsi.tesis dan instrument
penelitian. Human BNN.2011
10

responden terkait indicator pengambilan keputusan dalam penyelesaian

masalah HIV dan AIDS didapati 6 responden menyatakan peran guru, sangat

mendukung untuk penyelesaian masalah HIV dan AIDS, sedangkan 8

responden selanjutnya mengatakan bahwa peran orang tua juga sangat

mendukung atau berpengaruh pada Tindakan penyelesaian masalah HIV dan

AIDS. 2 renponden belum mengerti tenteng pencegahan HIV dikarenakan

belum mendapatkan konsultasi terkait Tindakan pencegahan HIV dan AIDS.

Oleh karena itu penulis meneliti ada hubungan antara peran guru, dukungan

orang tua dan persepai diri terhadap Tindakan pencegahan HIV dan AIDS di

SMA Sudirman Kupang NTT

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti tertarik

melakukan penelitian tentang “Hubungan Antara Peran Gurum, Dukungan

Orang Tua, dan persepsi diri terhadap Tindakan pencegahan HIV di SMA

Sudirman Kota Kupang NTT” tahun 2019.

Peran guru, Dukungan orang tua, dan Presepsi diri pada HIV/AIDS sangat

penting untuk upaya tindakan pencegahan HIV, khususnya bagi mereka yang

memiliki usia balita. Pemahaman siswa-siswi di SMA, dan dukungan dari

berbagai pihak, tindakan upaya pencegahan dari infeksi virus tersebut

sangatlah penting, agar siswa-siswi tidak hanya sekedar tau tetapi juga

menerapkan upaya pencegahannya. rumusan masalah dalam penelitian ini

ialah Hubungan antara peran guru, dukungan orang tua, dan persepsi diri pada

Siswa-siswi SMA Sudirman kupang.


11

1.3 Pernyataan Penelitian

Bagaimana hubungan antara peran guru, dukungan orang tua, dan

persepsi diri terhadap tindakan pencegahan HIV pada Siswa-Siswi SMA

Swasta Sudirman kupang?.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara peran guru, dukungan orang tua, dan

presepsi diri terhadap tindakan pencegahan HIV pada Siswa SMA Sudirman

kupang.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui hubungan tindakan pencegahaan HIV dengan peran guru

pada siswa SMA Sudirman kupang.

2. Mengetahui hubungan tindakan pencegahaan HIV dengan dukungan

orang pada siswa SMA Sudirman kupang.

3. Mengetahui hubungan tindakan pencegahaan HIV dengan persepsi diri

pada siswa SMA Sudirman kupang.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat berguna khususnya untuk penulis

dan pembaca pada umumnya baik secara teoritis, metodologis maupun

praktis.

1.5.1 Manfaat Teoritis


12

Penelitian ini secara teoritis bermanfaat untuk menguji teori dan

menunjukan hubungan antara variabel untuk melihat hasilnya.

1.5.2 Manfaat Metodologi

Penelitian ini digunakan sebagai refrensi untuk melakukan penelitian

selanjutnya terkait dan sadar pencegahan HIV dengan dukungan orang tua,

peran guru, dan presepsi diri pada siswa- siswi SMA.

1.5.3 Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap orangtua

maupun guru agar tetap memberikandukungan pada remaja, khususnya

siswa SMA agar dapat melakukan upaya pencegahan HIV. Juga kepada

siswa itu sendiri untuk lebih presepsi diri dengan upaya pencegahan HIV

agar angka penyebaran penyakit HIV di Kupang Nusa Tenggara Timur

dapat menurun.

1.6 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara

tindakan pencegahan HIV dengan dukungan peran guru, dukungan orang tua,

dan persepsi diri pada siswa SMA swasta sudirman kupang. Dalam hal ini

terdapat 61 Sekolah Menengah Tingkat Atas (12 SMA Negeri, 25 SMA

Swasta dan 24 SMK) di wilayah cakupan Kota Kupang Nusa Tenggara Timur

yang masing-masing akan dipilih secara acak dengan pendekatan cluster

sampling dengan populasi yang mewakili yaitu SMA Swasta Sudirman

Kupang dengan total 60 responden keseluruhannya adalah siswa/siswi yang

duduk di kelas 10. Data tersebut di ambil melalui data primer dengan
13

menyebar kuesioner. Pengelolaan penelitian ini dengan menggunakan

program SPSS 1.6


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tindakan Pencegahan HIV

2.1.1 Pengertian HIV/AIDS

AIDS adalah sindrom penyakit yang pertama kali dikenal pada tahun

1981. Sindroma ini menggambarkan tahap klinis akhir dari infeksi HIV.

Beberapa minggu hingga beberapa bulan sesudah terinfeksi, sebagian orang

akan mengalami penyakit “Self-Limites Mononucleosis-Like” akut yang

berlangsung selama 1 atau2 minggu. Orang yang terinfeksi mungkin tidak

menunjukan tanda atau simptom selama beberapa bulan atau tahun sebelum

manifestasi klinis lain muncul. Berat ringannya infeksi “ opportunistic” tau

munculnnya kanker etelah terinfeksi HIV, secara umum terkait langsung

dengan derajat kerusakan system kekebalan yang di akibatkannya. Defenisi

AIDS yang dikembangkan oleh CDC Atlanta tahun 1982 memasukan lebih

dari selusin infeksi “Opportunistics” dan beberapa jenis kanker sebagai

indicator spesifik akibat dari menurunnya kekebalan tubuh.

Di tahun 1987, defenisi ini diperbaharui dan diperluas dengan

memasukkan penyakit-penyakit indicator tersebut sebagai satu diagnose

presumtif dari bila tes laboratorium menunjukan bukti adanya infeksi HIV.16

Virus HIV adalah retrovirus yang termasuk golongan virus RNA virus

yang menggunakan RNA sebagai molekul pembawa informasi genetic. Virus

16
Firdaus j. Kunoli, SKM.M.Kes; Epidemiologi penyakit menular; 2013
15

HIV pertama kali ditemukan pada januari 1983 oleh Luc montaigner di

perancis pada seorang pasien limfadenopati. Oleh karena itu kemudian

dinamakan LAV (Lymph Adenopathy virus). Kemudian pada bulan bulan

maret 1984, ROBERT Gallo di Amerika serikat menemukan virus serupa

pada penderita AIDS yang kemudian disebut HTLV-III. Pada bulan maret

1986 komisi Taksonomi Internasional memberi nama baru HIV yang sampai

saat ini secara resmi digunakan.

Sebagai retrovirus, HIV memiliki sifat khas karena memiliki ensim

reverse transciptase, yaitu ensim yang memungkinkan virus yang

memungkinkan virus mengubah onformasigenetiknya yang beradadalam

RNA ke dalam bentuk DNA yang kemudian diintegrasikan ke dalam

informasi genetic sel limfosit yang diserang. Dengan demikian HIV dapat

memanfatkan mekanisme sel limfosit untuk mengkopi dirinya menjadi virus

baru yang memiliki ciri-ciri HIV. HIV dapat di temukan dan diisolasikan dari

sel limfasitT, limfosit B, sel makrofag (di otak dan paru) dan berbagai cairan

tubuh. Akan tetapi sampai saat ini hanya darah dan air mani yang jelas

te/rbukti sebagai sumber penularan sera ASI yang mampu menularkan HIV

dari dan ke bayinya. 17

2.1.2 Pengertian Pencegahan HIV

Pencegahan berasal dari kata dasar “ Cegah” mempunyai awalan “Pen”

dan akahiran “an” “Cegah” berarti menahan agar sesuatu tidak terjadi;

17
Nana Noviana, S.ST,M.Kes; Konsep HIV/AIDS,Seksualitas dan kesehatan Reproduksi;
jakarta:TIM. 2016
16

merintangi; menangkal; perbuatan menolak; melarang atau mengkhtirksn

upaya secara sengaja dilakukan untuk mencegah terjadinya

gangguan,kerusakan atau kerugian bagi seseorang atau masyarakat.18

Sedangakn pengertian pencegahan HIV menurut Nasry (2012)

menjelaskan bahwa pencegahan adalah mengambiil suatu tindakan yang

diambil terlebih dahulu sebelum kejadian, dengan didasarkan pada data atau

keterangan yang bersumber dari hasil analisis epidemiologi atau hasil

pengamatan / penelitian epidemiologi

HIV adalah singkatan dari Human Inmmunodeficiency Virus. Virus ini

menyerang system kekebalan tubuh dan melemahkan kemampuan tubuh

untuk melewan infeksi, penyakit. HIV belum dapat di sembuhkan, tapi ada

pengobatan dapat digunakan untuk memperlambat perkembangan penyakit.

Pengobatan ini akan membuat penderitanya hidup lebih alama, sehingga

bisa menjalani hidup normal.

Dengan diagnosis HIV dini akan ada penanganan yang efektif,

pengidap HIV tidak akan berubah menjadi AIDS. AIDS adalah stadium

akhir dari infeksi virus HIV.di tahap ini, kemampuan tubuh untuk melawan

infeksi sudah hilang sepenuhnya.

2.1.3 Cara Melakukan Pencegahan HIV

Tidak ada vaksin untuk mencegah HIV dan tidak ada obat untuk

AIDS, tapi kita dapat melindungi diri agar tidak terinfeksi. Satu-satunya

18
Nursalam & Kurniawati, N.D; Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS; 2014
Jakarta Salemba Medika.
17

cara agar memcegah terinfeksi HIV adalah dengan menghindari kegiatan

yang meningkatkan risiko tertular HIV. 19

HIV Juga terdapat di sebagian cairan tubuh, yaitu:

a. Darah

b. Air mandi

c. Cairan Vagina

d. Air susu Ibu (ASI)

Test HIV digunakan untuk mendeteksi kehadiran HIV pada plasma

darah, air liur, dan atau urin. Beberapa uji coba yang menemukan

antibody HIV, antigen atau RNA. Tes antibody HIV didesain dengan uji

coba diagnistik rutin pada orang dewasa. Tes ini juga disebut murah dan

sangat akurat.

Pada prinsipnya, mencegah selalu lebih baik dari pada mengobati.

cara yang paling umum terinfeksi HIV adalalah berhubungan seks tanpa

memakai kondom, berbagai alat suntik lainnya. Jika terinfeksi HIV, bisa

saja menularkan dengan cara-cara seperti yag di jelaskan. Jika kedua

pasangan itu terinfeksi, tetap waspada dengan lakukan hubungan seks

yang aman. Anda bisa tertular HIV jenis lain mungkin tidak bisa

dikendalikan dengan obat-obatan yang sedang dikonsumsi. 20

19
Nursalam & Kurnawati, N.D; Asuhan Keperawatan pada pasien Terinfeksi HIV/AIDS; 2007;
Jakarta Salemba Medikka
20
Ib,id
18

Upaya pencegahan HIV/AIDS hanya dapat efektif bila dilakukan

dengan komitmen politik yang tinggi untuk mencegah dan atau mengurangi

perilaku risiko tinggi terhadap penularan HIV.

A. Upaya pencegahan meliputi

Pencegahan HIV/AIDS hanya dapat efektif bila dilakukan dengan

komitmen masyarakat dan komitmen politik yang tinggi untuk mencegah

dan atau mengurangi perilaku risiko tinggi terhadap penularan HIV.AIDS.

upaya pencegahan meliputi:

1. Pemberian penyuluhan kesehatan di sekolah dan di masyarakat

harus menekankan bahwa mempunyai pasangann seks yang

berganti-ganti serta penggunaan obat suntik bergantian dapat

mengingkatkan risiko terkena infeksi HIV.

2. Tidak melakukan hubungan seks atau hanya berhubungan seks

dengan satu orang yang diketahui tidak mengidap infeksi.

3. Memperbanyak fasilitas pengobatan bagi pecandu terlarang akan

mengurangi penularan HIV. Bagitu pula program “Harm reductian”

yang menganjurkan para pengguna jarum suntik untuk

menggunakan metode dekontaminasi dan menghentikan

penggunaan jarum bersama telah terbukti efektif.

4. Menyediakan fasilitas Konseling HIV dimana identitas penderita

dirahasiakan atau dilakukan secara anonimus serta menyediakan

temapat-tempat untuk melakukan pemeriksaan darah. Konseling,


19

tes HIV secara sukarea dan rujukan medis dianjurkan dilakukan

secara sukarela dan rujukan medis dianjurkan dilakukan secara rutin

pada klinik keluarga berencana dan klinik bersalin, klinik bagi kaum

homo dan terhadap komunitas dimana seroprevalens HIV tinggi.

Orang yang aktivitas seksualnya tinggi disarankan untuk mencari

pengobatan yang tepat bila menderita penyakit Menular Seksual

(PMS).

5. Setiap wanita hamil sebaiknya sejak awal kehamilan di sarankan

untuk dilakukan tes HIV sebagai kegiatan rutin dari standar

perawatan kehamilan. Ibu dengan HIV positif harus dievaluasi

untuk memperkirakan kebutuhan mereka terhadap terapi zidovudine

(ZDV) untuk mencegah penularan HIV melalui uterus dan perinatal.

6. Berbagai peraturan dan kebijakan telah dibuat oleh ESFDA, untuk

mencegah kontaminasi HIV pada plasma dan darah. Semua darah

donor harus diuji antibody HIV nya.

7. Setiap waktu hamil sebaiknya sejak awal kehamilan di sarankan

untuk dilakukan

8. Melalui hubungan seksresiko untuk infeksi HIV ditularkan melalui

hubungan seks tanpa menggunakan kondom melalui vagina. Resiko

tertular melalui seks oral sangat rensah tau minim, tetapi ukan

berarti tidak ada sama sekali atau nol. Seks oral juga bisa

menularkan penyakit Infeksi Menular seksual seperti sifilis. Alat


20

bantu eks juga berisiko dalam menyebarkan HIV jika salah satu

pengguna alata bantu seks positif terifeksi HIV.21

Cara yang paling terbaik untu mencegah HIV dan infeksi

menular seksual (IMS) lainnya adalah dengan memakai kondom

segala jenis penetrasi seks. Dan gunakan dental dam untuk

melakukan seks oral. Dental dam adalah selembar kain berbahan

lateks. Kain ini juga berfungsii sebagai pengahalang antara mulut

dan vagina atau anus. Hal ini betujuan untuk menurunkan

penyebaran IMS selama melakukan seks ora itu sendiri.

1. Melalui Jarun dan Suntikan

Jika memakai jarum untuk menyuntikan obat, pastikan

jarumnya steril dan aman. Jangan sampai jarumnya yang bekas

pakai, suntikan atau kelengkapan menyutik lagi seperti spon dan

kain. Berbagi jarum bisa meningkatkan resiko terinfeksi HIV dan

virus lain yang ada di dalam darah. Seperti hepatitis C.

Jika ingin membuat tato atau tintik, pastikan selalu

memakai jarum yang steril dan bersih. Jangan melakukan aktivitas

ini di tempat sembarangan. Pastikan periksa jarum sebelum di

gunakan.

Melakukan sunat pada pria. Surat pada pria itu sendiri adalah

prosedur pembedaan untuk memotong kulit di bagian ujung penis.

21
Firdaus J. kunoli, SKM, M.Kes. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular; 2013
21

Sunat yang dilakukan pada kelamin pria dapat mengurangi resiko

pria terkenna HIV.

2. Pemakaian kondom

Jika tidak tahu status infeksi HIV pasangan, maka dapat

digunakan kondom sangat melakukan hubungan seks anal ataupun

vaginal. Kondom tersedia dalam benntuk warna, bahan, dan juga

rasa pemakain yang berbeda. Kondom juga tersedia untuk pria

ataupun wanita.

Kondom adalah bentuk perlindungan paling efektif melawam

HIV pada infeksi menular seksual lainnya. Kondom juga bida dapat

digunakan untuk hubungan seks apa pun. Sangat penting pada para

pemakai kondom sebelum kontak seksual dan yang muncul antara

penis, vagina, mulut dan anus. HIV bisa ditularkan sebelum terjadi

ejakulasi. Terjadi karena ketika keluarnya cairan awal dari alat

kelamin dan anus. Gunakan kondom begitu pasangan mengalami

ereksi. Bukan sebelum ejakulasi

3. Mengkonsumsi obat Truvada

Bagi orang-oorang berisiko tinggi terinfeksi virus HIV,

mengkonsumsi obat-obatan emtricitabine-tenofovir (Truvada) dapat

mengurangi resiko pada infeeksi HIV melalui hubungan

seksual.truvada dapat digunakan saatt perawatan HIV bersamaan

dengan obat lainnya.


22

4. Pemakaian pelumnas

Pelumnas digunakan untuk menambah kenyamanan, keamanan

hubungan seks dengan tujuan menambah kelembapan pada vagina

maupun anus selama seks. Pelumnas akan mengurangi resiko

terjadinya kulit luka pada vagina atau anus. Pelunas juga

mmencegah agar kondom tidak rusak atau sobek.22

B. Pengawasan penderita kontak dan lingkungan sekitarnya :

1. Laporan kepada instansi kesehatan setempat; mengirimkan laporan

resmi jasus AIDS adalah wajib di semua jajaran kesehatan di AS

dab hamper di semua Negara di dunia.

2. Isolasii; mengisolasi orang dengan HIV positif secara terpisah

tidak perlu, tidak efektif dan tidak dibenarkan (kawaspadaan

universal) diterapkan untuk semua penderita yang dirawat.

Tindakan kewaspadaan tambahan tertentu perlu di lakukan pada

infeksi spesifik yang terjadi pada penderita AIDS.

3. Disinfeksi serentak; diilakukan terhadap alat-alat yang

tterkombinasi dengan darah atau cairan tubuh dengan

menggunakan larutan pemutih atau germisida tuberkulosidal.

4. Karantina; tidak diperlukan.penderita HIV/AIDS dan pasangan

seks mereka sebaiknya tidak mendonasikan darah, plasma,organ

22
Nursalan & Kurniawati, N. D. Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS;
Jakarta Salemba Medika. 2014
23

utnuj trasplantasi, jaringan, sel, semen untuk iseminasi buatan aau

suhu untuk bank suhu manusia.

5. Imunisasi dari orang-orang yang kontak; tidak ada

6. Investigasi terhadap kontak dan sumber infeksi.

7. Pengobatan spesifik: disarankan untuk melakukan diagnose dini

dan melakukan rujukan untuk evaluasi media.

8. Penanggulangan wabah-HIV saat ini sudah pendemik denngan

jumlah penderita yag sangat besar di laporkan di Amerika, Eropa,

Afrika, dan Asia Tenggara.23

2.1.4 Indikator Tindakan Pencegahan HIV.

1. Hubungan seksual

2. Trasfusi

3. Suntikan atau jarum

2.1.5 Cara mengukur variabel Tindakan Pencegahan HIV

Cara mengukur variabel tindakan pencegahan HIV terhadap

perilaku pemberian pendidikan HIV pada Remaja dengan menggunakan

kuesioner, dan responden diminta untuk memberikan jawaban atas

pertanyaan yang diberikan oleh peneliti, kemudian diukur dengan

menggunakan skala Guttman, dimana dalam skala ini jawaban yang

didapatkan hanya “ya” dan “tidak”, “setuju” dan “tidak setuju”, “benar”

dan “salah’ atau “pernah” dan “tidak pernah’ serta skala ini hanya

digunakan untuk mengukur variabel yang memiliki nilai 1 point.

23
Firdaus J. kunoli, SKM, M.Kes. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular; 2013
24

Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan

jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan.

2.2 Peran Guru

2.2.1 pengertian Peran Guru Terhadap Pencegahan HIV

Peran guru dalam pencegahan HIV/AIDS yang dilenngkapi dengan

penyampaian informasi kecakapan hidup ternyata jauh lebih lebih efektif

untuk mengurangi penyebaran berita HIV/AIDS di kalangan remaja,

mengingat minimnya pengobatan untuk penyakit tersebut. Sebagai tenaga

pendidik, guru memainkan peran kunci untuk memastikan bahwa generasi

muda memperoleh pengembangan, keterampilang dan sikap yang

dibutuhkan untuk mempraktekan pola hidup sehat dan menjalani

kehidupan yang sehat (Wijdajanti, 200924.

Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, perkembangkan batu

terhadap pandangan belajar-mengajar membawa konsekuensi kepada guru

untuk meningkatkan peranan dan kompetensinya kerena proses belajar-

mengajar dan hasil belajar siswa sebagai besar ditentukan oleh peranan

dan kompetensi guru. Guru yang kompeten akan lebih mampu mengelolah

kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal.

Peran guru adalah terciptanya serangkaian tingka laku yang saling

berkaitan dengan di lakukan dalam suatu situasi tertentu serta

24
Portal. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan; Resmi, www. Gov.my diakses. 2016.
25

berhubungan dengan kemajuan perubahan tinngka laku dan perkembangan

siswa yang menjaddi tujuannya, (Wrighman,2009).

Peranan guru dalam pembelajaran tidak dapat digantikan oleh

hasil teknologi moderen seperti computer dan lain sebagainya. Dan

masih terlalu banyak unsur manusiawi, sikap, system nilai, perasaan,

motivasi, kebiasaan dan sebagainya yang harus dimiliki dengan dilakukan

oleh guru. Seorang guru akan sukses melaksanakan tugas apabilah dia

professional di bidang keguruannya. Selain itu, tugas guru adalah mulia

dan mendapat derajat yang tinggi dan diberikan oleh Allah sendiri.

Disebabkan mereka mengajarkan ilmu juga kepada orang lain. 25

1. Peran Guru Dalam Proses Belajar- Mengajar

Peranan dan kompetensi guru dalam proses belajar-mengajar

meliputi banyak hal sebagaimana yang dokemukan oleh Adams & Decey

dalam Balic Principles of student Teaching, antara lain guru sebagai

pengejar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan,

ekspeditor, perencana, supervisor, motibvator, dan konselor. Yang akan

dikemukan di sini adalah peranan yang dianggap paling dominan dan

iklasfikasikan sebagai berikut.

a. Guru sebagai Demonstrator

Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecture, atau pengajar,

guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang

25
Drs. Moh. User. Usman Menjadi Guru Profesional; 2007
26

akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti

meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinyaa kerena

hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.

b. Guru Sebagai Pengelola Kelas

Dalam perannya sebagai pengelola kelas (learning manager), guru

hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta

merupakan aspek dari lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-

kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan. Pengawasan

terhadap belajar lingkungan itu turut mentukan sejau mana lingkungan

tersebut menjadi lingkungan belajar yang baik. Lingkungan yang baik

ialah yang bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar,

memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan.

c. Guru Sebagai Mediator dan Fasilitator

Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan

pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media

pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses

belajar mengajar. Dengan demikian media pendidikan merupakan dasar

yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan sebgai

integral semi berhasilnya proses pendidikan dan pengejaran di sekolah.

d. Guru Sebagai Evaluator

Kalau kita perhatikan dunia pendidikan, akan kita ketehui bahwa

setiap jenis pendidikan atau bentukk pendidikan pada waktu-waktu tertentu


27

selama satu periode pendidikan orang selalu mengazdakan evaluasi, artinya

pada waku-waktu tertentu selama satu periode pendidikan, selalu

mengadakan

2. Peran Guru dalam Pengasministrasian

Dalam hubungannya dengan kegiatan pengasminstrasian, seorang guru

dapat berperannsebagai berikut:

a. Pengambillan insiatif, pengarah, dan penilaian kegiatan-kegiatan

pendidikan. Hal ini berarti guru turut serta memikirkan kegiatan-

kegiatan, pendidikan yang direncanakan serta nilainya.

b. Wakil masyarakat, yang berarti dalam lingkungan sekolah guru

menjadi anggota suatu masnyarakat. Guru harus mencerminkan

suasana dan kemauan masyarakat dalam arti yang baik.

c. Orang yang ahli dalam mata pelajaran. Guru bertanggung jawab

untuk mewariskan kebudayaan kepada generasi muda yang berupa

pengetahuan.

d. Penegak disiplin, guru harus menjaga agar tercapai suatu displin.

e. Pelaksanaan administrasi pendidikan, di samping menjadi pegajar,

guru pun bertanggung jawab akan kelancaran jelannya pendidikan

dan Ia harus mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan admintrasi.

f. Pemimpin generasi muda, masa depan generasi muda tertelak di

tangan guru.
28

g. Penerjemah kepada masyarakat, artinya guru berperan untuk

menyampaikan segala perkembangan kemajuan sunia sekitar kepada

masyarrakat, khususnya masalah-masalah pendidikan.

3. Peran Guru Secara Pribadi

Dilihat dari segi dirinya sendiri (self oriented) , seorang guru harus

berperan sebagaii berikut:

a. Petugas social, yaitu seorang yang harus membantu untuk

kepentingan masyarakat.

b. Pelajar dan ilmuwan, yaitu senantiasa terus menerus menuntut ilmu

pengetahuan.

c. Orang tua, yaitu mewakili orang tau murid di sekolah dalam

pendidikan anaknya.

d. Pencari teladan, yaitu yang senantiasa mencarikan teladan yang baik

untuk siswa bukan untuk seluruh masyartakat.

e. Pencari keamanan, yaitu yang senantiasa mencarikan rasa aman bagi

siswa.

4. Pera Guru Secara Psikologis

Peran guru secara psikologis, guru dipandang sebagai berikut:

a. Ahli psikologi, pendidikan, yaitu petugas psikologi dalam

pendidikan, yang melaksanakan tugasnya atas dasar prinsip-prinsip

psikologi.

b. Seniman dalam hubungan antarmanusia (artist in human relation),

yaitu orang yang mampu membuat hubungan antarmanusia untuk


29

tujuan terttentu, dengan menggunakan teknik tertentu, khususnya

dalam kagiatan pendidikan.

c. Pembentuk kelompok sebagai jalan atau alat dalam pendidikan.

d. Catalytic agent, yaitu orang yang mempunyai pengaruh dalam

menimbulkan pembaharuan. Sering pula peranan ini disebut sebagai

innovator (pembaharu).

e. Petugas kesehatan mental (mental hygiene warker) yang

bertanggung jawab terhadap pembinaan kesehatan mental

khususnnya kesehatan mental siswa (Dr.Moh.Surya,Dr Natawidjaja,

1994:6-7).26

2.2.2 Pengertian Guru

Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian

khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang

tidak meiliki keahlihan untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai

guru. Orang yang pandai berbicara dalam bidang-bidang tertentu, belum

dapat disebut sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat

khusus, apalagi sebagai guru yang professional yang harus menguasai

betul seluk beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu

pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa

pendiidikan tertentu atau pendidikan prajabatan. 27

26
Drs. Moh. User Usman; Menjadi Guru Profesional. Penerbit PT Remaja Rosdakarya-
Bandung; 2007
27
Drs. Moh. User Usman; Menjadi Guru Profesional. Penerbit PT Remaja Rosdakarya-
Bandung; 2007
30

Guru adalah sebutan bagi jabatan, posisi, juga profesi bagi

seseorang yang mengabdikan dirinya di bidang pendidikan melalui

interaksi edukatif secara terpola, formal, juga sistematis. Dalam UU R.I.

Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru juga dosen pada bab I pasal I di

nyatakan bahwa:

Guru adalah pendidikan professional dan tugas utama pendidik,

mengajar, membimbing mengarahkan, melatih, menilai, serta

mengevaluasi perseta didik kepada pendidikan anak usia dini jalur

pendidikan formal, pendidikan dasar, juga pendidikan menengah.

Guru yang profesional akan tercermin dalam penampilan pelaksanaan

pengabdian tugas- tugas serta di tandai pada keahlian, baik dalam materi

maupun metode, samping keahliannya itu, sosok guru professional

ditunjukan dengan tanggung jawab untuk melaksanakan seluruh

pengabdiannya, Guru professional hendannya mampu memikul untuk

melaksanakan tanggung jawabnya sebagai guru kepada peserta didik, orang

tua, masyarakat, bangsa, Negara, juga agamanya. Sebagai pengajar atau

pendidik, guru juga merupakan salah satu factor penentu keberhasilan pada

upaya pendidikan. 28

2.2.3 Tugas dan Tanggung Jawab Peran Guru

Guru memiliki banyak tugas, baik yang terkait oleh dinas maupun di

luar dinas, dalam bentuk pengabdian. Apabila kita kelompokan terdapat tiga

28
Depertemen Pendidikan Repiblik Indonesia; Statistic HIV/AIDS di Indonesia. 2013
31

jenis guru, yakti tugas dalam bidang profesi tugas kemanusiaan, dan tugas

dalam bidang kemasyarakatan.

Guru merupakan profesi atau jabatan atau pekerjaan yang memerlukan

keahlihan khusus sebagai guru. Jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh

sembarang orang di luar bidang kepnedidikan walaupun kanyataannya

masiih dilakukan orang diluar kependidikan. Itulah sebabnya jenis profesi ini

paling mudah terkena pencemaran.

Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih,

mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup

Mengajar berarti meneruskan dan mengembangankan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-

keterampilan pada siswa.

Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat

menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu manarik

simpati sehingga ia menjadi idola para siswanya pelajaran apapun yang

diberikan, hendaknya dapat menjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar.

Bila seorang guru dalam penampilannya sudah tidak menarik maka

kegagalaan pertama adalah ia tidak akan dapat menampakan benih

pengajarannya itu kepada para siswanya. Para siswa akan enggan

menghadapi 29

29
Drs. Moh. User Usman. 2007. Menjadi Guru Profesional
32

Hamalik mengatakan seseorang dapat disebut sebagai manusia

berfungsi bertanggung jawab apabila orang itu mampu membuat pilihan juga

membuat keputusan dengan dasar nilai-nilai juga norma-norma tertntu, baik

dan bersumber dari dalam dirinya mampun dengan bersumber dari

lingkungan sosialnya.

Demikian juga di katakana bahwa manusia bertanggung jawab apabila

oaring tua mampu bertindakk dengan dasar keputusan moral. Dan setiap guru

professional juga harus memenuhi persyarakatan sebagai manusia juga

bertanggung jawab di bidang pendidikan juga dalam waktu dab dia juga

mengembang sejumlah tanggung jawab di bidang pendidikan.

Guru juga sebagai pendidik bertanggung jawab mewariskan nilai-nalai

juga norma-norma pada generasi munda sehingga akan terjadi proses

pelestrarian, penerusan nilai. Bhkan dengan proses pendidikan, diusahakan

terciptanya nilai-nilai baru. Kehadiran guru adalah proses pembelajaran

sebagai sarana mewariskan nilai-nilai juga norma- norma masih memegang

peranandan sangat penting. Salah satu factor paling menentukan dalam

proses pembelajaran dikelas sebagai guru. Tugas guru juga paling utama

dengan mengajar, mendidik. Sebagai pengajar, guru juga berperan aktif

(medium) abtara peserta didik juga ilmu pengetahuan. Secara umum dapat

dikatakan bahwa tugas, tanggung jawab juga harus dilaksanakan oleh guru

dan mengajak orang lain berbuat baik.


33

Apabila dilihat pada rincian tugas juga, tanggung jawab juga harus

dilaksanakan oleh guru

2.2.4 Hak dan Kewajiban Peran Guru

Guru sebagai jabatan professional juga dituntut memiliki keahlihan

khusus, dan diharapkan focus mengarahkan seluru perhatiannya agar

selalu dapat melaksankan tuas professional juga penuh tanggung jawab.

Oleh sebab itu guru juga harus diberikan hak-hak tertentu sehingga

mereka dapat memenuhi tanggung jawabnya sendiri. Di dalam UU R.I.

No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Bab IV Pasar 14 ayat 1

disebutkan bahwa dengan melaksanakan tugas keprofesionalan, guru juga

berhak:

a. Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minum juga jaminan

kesejahteraan social;

b. Mendapat promosi juga pengharapan sesuai pada tugas juga pesrasi

kerja;

c. Memperoleh perlindungan dengan melaksanakan tugas juga hak atas

kekayaan intelektual;

d. Memperoleh kesempatan dengan meningkatkan kompetensi;

e. Memperoleh juga memanfaatkan sarana juga prasarana pembelajaran

dengan menjaga kelancaran tugas keprofesionalan;

f. Memiliki kebebasan dengan memberikan penilaian juga ikut

menentukan kelulusan, penghargaan, atau saksi pada peserta didik


34

sedengan pada keindah pendidikan, kode etik guru, juga peraturan

perundang-undangan.

a. Memiliki kebebasan untuk berserikat dengan organisasi

profesi;

b. Memiliki kebebasan dengan berserikat di organisasi profesi.

c. Memperoleh pelatian juga pengembangan, profesi dalam

bidangnnya.

Guru professional dituntut dengan memiliki kompetensi khusuus.

Selain hal ini guru harus melaksanakan kewajiban-kewajiban yang

dibebankan kepadanya. Dan dalm undang-undang padar 20 UU R.I. No.

14 Tahun 2005 tentang guru juga Dosen disebutkan bahwa guru dalam

melaksanakan tugasnya mempunyai beberapa kewajiban, yaitu:

a. Merencanakan pembelajaran, juga melaksanakan proses pembelajaran

bermutu, juga menilai, mengevaluasi hasil pembelajaran;

b. Meningkatakan, mengembangakan kualifikasi akademik juga

kompetensi secara berkelanjutan dan sejalan pada perkembangan ilmu

pengetahuan, teknologi juga seni;

c. Menjujung tinggi peraturan perundang-undangan hokum, juga kode

etik, serta nilai-nilai agama, etika


35

2.2.5 Indikator Peran Guru

1. Morivator

Guru harus dapat merangsang juga memberikan dorongan serta

reinfoecement untuk mendinamasasikan potensi siswa, menumbuhkan

swadaya (aktifitas) dan daya cipta (kreatifitas), sehingga akan terjadi

dinamika saat dalam proses belajar mengajar. Juga semboyang Pendidikan

di Taman Siswa yang sudah alam dikenal dengan istilah “ingmadya mangu

karsa”. Peranan guru sebagai motivator juga sangat penting di dalam

interaksi belajar mengajar, karena telah menyangkut esensi pekerjaan

mendidik yang membutuhkan kemahiran social, menyangkut performance

dalam arti personalisasi juga sosialisasi diri.

2. Informator / Pengajar

Sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan

juga sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.

3. Pengarah

Jika kepemimpinan bagi guru pada peranan ini lebih menonjol. Guru pada

hal ini harus dapat membimbing dengan mengarahkan kegiatan belajar

siswa-siswi sesuai dengan tujuan yang di cita-citakan. “ handayani “

4. Fasilitator

Berperan sebagai fasilitator, guru dalam hal ini akan memberikan fasilitas

atau kemudian dalam proses belajar mengajar, misalnya saja dengan

menciptakan suasana kegiatan belajar yang sedemikian rupa, serasi

dengan perkembangan siswa sehinga interaksi belajar mengajar akan


36

berlangsung secara efektif. Hal ini juga termasuk dalam semborang “Tut

Wuri Handayani”

2.2.6 Kompetensi Peran Guru

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia juga di sebutkan bahwa

kompetensi berarti kewenangan (kekuasaan) dan menentukan

(memutuskan) sesuatu. Hauston juga dikutip oleh Mujib, Mudzakkir

(2006) mengatakan bahwa dengan kompetensi ialah suatu tugas memadai

atau pemilik pengetahuan, keterampialan, kemampuan yang dituntut pada

jabatann seseorang. Dan pengetian tersebut dipahami dengan pekerjaan

yang besifat professional memerlukan beberapa bidang ilmu yang secara

senagaja pada kemudian diaplikasikan bagi kepentingan umum. 30

Guru sebagai pekerjaan professional dan memerlukan kemampuan

juga keahlihan khusus untuk menjalankan tugasnya dan disebut

kompetensi guru. Dan kompetensi guru berupa seperangkat pengetahuan,

keterampilan, juga perilaku untuk melaksanakan tugas-

tugaskeprofesionalnya.

Di dalam UU R.I No.14 Tahun 2005 Tentang Guru dann Dosen

disebutkan bahwa kompetensi meliputi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi social , kompetensi professional. Dan pada

penjelasan undang-undang terse2007but dapat dijelaskan bahwa

kompetensi pedagogic ialah kemampuan mengelola pembelajaran peserta

didik, kompetensi kepribadian ialah kemampuan kepribadian.


30
Drs. Moh. User Usman; Menjadi Guru Profesional. 2007
37

2.2.7 Cara Mengukur Variabel Peran Guru

Cara mengukur variabel peran guru terhadap perilaku pemberian

pendidikan HIV pada Remaja dengan menggunakan kuesioner, dan

responden diminta untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang

diberikan oleh peneliti, kemudian diukur dengan menggunakan skala

Guttman, dimana dalam skala ini jawaban yang didapatkan hanya “ya” dan

“tidak”, “setuju” dan “tidak setuju”, “benar” dan “salah’ atau “pernah” dan

“tidak pernah’ serta skala ini hanya digunakan untuk mengukur variabel

yang memiliki nilai 1 point. Penelitian menggunakan skala Guttman

dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu

permasalahan yang ditanyakan.

2.2.8 Sintesa Peran Guru

Sebagai pendidik bertanggung jawab mewariskan nilai-nilai juga

norma-norma kepada generasi muda supaya terjadi proses pelestarian,

penerusan nilai. Bahkan melaui jalannya proses pendidikan, diusahakan

terciptanya nilai-nilai baru. Kehadiran guru dengan proses pembelajaran

sebagai sara prasarana mewariskan nilai-nilai juga norma-norma masih

memegang peranan yang sangata amat penting.

Peranan guru dalam pembelajaran tidak bisa digantikan oleh

hasil teknologi moderen seperti computer juga lainnya. Masih terlalu

banyak unsur manusiawi , sikap, system nilai, perasaan, motivasi,

kebiasaan dan lain sebagainya yang dimiliki juga dilakukan darri guru.

Seorang guru akan suskses melaksanakan tugas apabila ia profesional


38

dalam bidang keguruannya, dan dari sisi lain tugas guru mulsi juga

mendapat derajat yang tinggi dan diberikan oleh Allah. Disebabkan

mereka mengajarkan ilmu kepada orang lain. 31

2.3 Dukungan Orangtua

2.3.1 Klasifikasi perilaku Orang Tua

Orang tua pemegang kendali utama tanggung jawab atas proses

pembentukan karakter seseorang termasuk anak. Orang Tua sangat

berperan penting untuk memberikan pemahaman terhadap anak sebagai

bahan utama sebelum berinteraksi dengan lingkungan sekitar,social dan

perkembangan anak.

Terdapat beberapa sikap dan perilaku orang tua yang dapat mempengaruhi

perilaku anak –anak atau remaja32:

1. Orang tua otoriter

Orang tua otoriter biasanya mempunyai pandangan bahwa

yang sudah ditetapkan hal itu yang terbaik untuk anaknya. Hal ini

juga biasanya dapat membuat anak cenderung untuk patuh,

pertingkah baik, sopan santun,ramah,

31
Drs. Moh. User Usman; Menjadi Guru Profesional. 2007
32
Leslie,Butt, Ph.D; Stigma dan HIV/AIDS pada anak remaja. 2014
39

2. Orang Tua sabar

Orangtua menunjukan perhatian berlebihan terhadap

anaknya, segala kebutuhan dan permintaan anak dapat selalu di

penuhi dan dapat membuatnya tidak dapat mengalami

perkembangan dalam reaksi anak. Anak akan menjadi seorang

pemarah, tidak memiliki control diri, anak mempunyai keinginan

yang lebih-lebih atau berlebihan, menjadi tidak penurut bagi

siapapun.

3. Orang tua terlalu melindungi

Orang tua selalu menunjukan rasa cemas berlebihan, anak juga

akan mengalami keterlambatan di dalam kematangan pada aturan-

aturan. Anak juga merasa tidal berdaya, malu,cemas, dan memiliki

perasaan seorang yang selalu berada di paling dasar.

4. Orang tua lalai

Orang tua lalai juga menunjukan perhatian yang minim atau

kurang terhadap pendidikan pencegahan HIV. Ini juga dikarenakan

adanya kesibukan oaring tua mengakibatkan minimnya perhatian

terhadap anak.

5. Orang tua suka mencurigai

Sikap orang tua hal ini juga ditujukan untuk

mempertanyakan tenteng perlunya sex edukasi terhadap anak. Hal


40

ini bukannya rasa keingintauan karena pernyataan untuk masukan

untu rasa ketidakpercayaan terhadap didikannya sendiri.

2.3.2 Konsep Dukungan Orang Tua

Orang tua mencerminkan pengaruh norma berpendapat untuk

lingkungan sosiokultural yang luas. Norma ini menjadi kebiasaan untuk

tiap individu belajar sesuai cara-cara dan juga norma lingkungan seperti

melalui proses meniru dengan system ganjaran dan hukuman. Proses

meniru bula anak melihat dan juga mengerti apa yang dilaksanakan

terhadap orang tuanya. Kebiasaan itu muncul didasarkan dengan norma-

norma yang ada didalam masyarakat. Norma social ini merupakan

kebiasaan yang lazim dipergunakan terhadap setiap anggota kelompok

terhadap berperilaku.33

Orang tua merupakan unit terkecil di masyarakat dan terdiri dari

kepala oaring tua beberapa oaring juga berkumpul dan tinggal pada suatu

tempat dii bawah satu atap yang keadaan saling ketergangguan. Orang tua

juga adalah lembaga social dasar di mana semua lembaga atau pranata

social lainnya dapat berkembang. masyarakat manapun dan dunia, orang

taua merupakan kebutuhan manusia dan universal ini menjadi pusat

terpenting dan kegiatan terhadap kehidupan individu. 34

Dukungan ialah suatu pola interaksi hal positif dan perilaku untuk

menolong diberikan pada invidu untuk menghadapi suatu peristiwa dan

33
Mayo foundation For Medical and Research; HIV/AIDS. 2010.
34
Arifin, Nurul; Hentikan Sigma terhadap AIDS. 2014
41

kejadian untuk menekan dianggap penting untuk proses kehidupan.

Dukungan juga dirasakan oleh invidu untuk kehiidupannya membuat

individu tersebut merasa dicintai, dihargai, diakui untuk membuat dirinya

menjadi lebih berarti untuk mengoptimalkan potensi dalam individu

tersebut. Orang yang mendapat dukungan juga merasa menjadi bagian

dari pemberi dukungan.35

Mendefinisikan bahwa orang tua adalah dua dan lebih individu

untuk hidup di satu rumah tangga karena adanya hubungan darah,

perkawinan, dan adopsi. Mereka juga saling berinteraksi satu dan lainnya,

mempunyai peran masing-masing dan menciptakan dan mempertahankan

suatu budaya.36

Mekanisme dalam membangun untuk dukungan orang tua terbagi

dalam beberapa bagian yaitu:

a. Dukungan Nyata

Dukungan nyata sebenarnya setiap orang memberikan

dukungan dengan bentuk uang, perhatian, dukungan nyata

merupakan salah satu paling efektif jika dihargai dengan penerima

secara baik. Pemberian dukungan nyata juga berakibat terhadap

perasaan ketidakteraturan dan tidak baik juga benarr-benar

menambah tekanan, stress individu terhadap kehidupan orang tua.

35
Ashari, Muhammad Dedi; Hindari AIDS Demi Masa Depan Kita Semua. 2011
36
Laila Erni Yusnita; Pahami Stigma dan Diskriminasi HIV/AIDS. 2012
42

dari bentuk dukungan nyata hal ini antara lain seperti perhatian,

material.

b. Dukungan pengharapan

Kelompok dukungan ini dapat mempengaruhi persepsi

individu dan ancaman. Mengharapkan individu dengan orang yang

sama telah mengalami situasi sama dan mendapatkan nasihat juga

bantuan. Dukungan pengharapan ini membantu meningkatkan

strategi individu untuk menyarankan strategi-strategi alternative

didasarkan dengan pengalaman sebelum-sebelumnya untuk

mengajak orang berfokus terhadap aspek-aspek lebih positif

terhadap situasi tersebut. Dukungan ini diberikan dari mana saja,

dan diantaranya dukungan kerabat, tenaga kesehatan, tetangga atau

lingkungan, keluarga, teman organisasi keagamaan, tokoh agama,

tokoh masyarakat. Namun adanya factor keintiman sesama antara

anggota keluarga, oaring tua maka dukungan orang tua juga

menjadi motivasi sangat besar di upaya perilaku.

Satu satu dukungan orang tua mengacu pada dukngan

social dipandang dari anggota keluarga sebagai sesuatu untuk

diakses, diadakan terhadap orang tua untuk dipandang dari anggota

keluarga bahwa orang bersifat mendukung selalu untuk

memberikan pertolongan juga bnatuan pada saat diperlukan.

Dukungan social dari orang tua juga berasal dari dukungan social
43

internal, seperti dukungan pasangan suami atuuu istri dan

dukungan saudara kandung, dukungan eksternal dari kerabat,

sepupu, dan sebagainya.37

Pada dasarnya orang tua diharapkan mampu berfungsi

mewujudkan prosess pengembangan timbal-balik untuk rasa cinta dan

saying serta antara anggota orang tua, kerabat serta generasi juga

merupakan dasar orang tua hormanis dan juga bahagia. Hubungan kasih

dan saying di antara orang tua yang harmonis juga bahagia. Dallam

kehidupan diwarnaii terhadap rasa saying maka semua pihak dituntut agar

meiliki tanggung jawab.,pengorbanan, saling menolong, kejujuran, saling

mempercayai, saling membina pengetian, damai di dalam rumah tangga38

2.3.3 Indikator Dukungan Orang Tua

Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel pencegahan

HIV dalam penelitian ini adalah yang berkaitan dengan dukungan orang

tua. Indikator Dukungan orang tua ialah sikap, tindakan, serta

penerimaan keluarga terhadap anggotanya. Anggota dari orang tua

memandang bahwa orang bersifat mendukung untuk memberikan

pertolongan juga bantuan jika sewaktu diperlukan. Menjelaskan bahwa

orang tua juga memiliki beberapaa jenis bentuk dukungan, yaitu39:

37
Jurnal Ilmiah Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi II (2): Universitas
Sumatera Utara. 2015
38
Nasut ion, Rizali H, dkk; ed.AIDS. Kita Bisa Kena, kita Bisa Cegah. Medan: Monora;
17 AVERT,2013.
39
ibid
44

a. Dukungan interpersional

Orang tua berfungsi sebagai sebuah kolektor (pengumpul) juga

disminator (penyebar) informasi tentang berbagai hal. Juga

menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi ini dapat di

guankan mengungkapkkan juga menyelesaikan sesuatu masalah.

Manfaat dan dukungan ini juga dapat menekan munculnya pemahaman

karena informasi dapat diberikan dapat menyumbangkan sugesti dari

akksi secara individu. Aspek-aspek pada dukungan ini juga nasehat,

usulan, saran, petunjuk, dan pemberian informasi.

b. Dukungan penilaian

Orang tua bertindak sebagai bimbingan dan bersifat umpan balik,

membimbing, menengani dalam setiap proses pemecahan masalah, dan

sumber validator indentitas anggota orang tua diantaranya memberikan

support (dukungan ), perhatian, juga pengharapan.

c. Dukungan instrumental

Orang tua merupakan bumber pertolongan yang praktis, konkret,

yang mengusahakan untuk menyediakan fasilitas baik perlengkapan

dibutuhkan masing-masing orang tuanya.

d. Dukungan Emosional

Orang tua adala tempat yang aman, damai beristirahat untuk

pemulihan serta membantu penguasaaat terhadap emosi. Aspek-aspek


45

dukungan emosional ini akan meliputi dari dukungan yang diwujudkan

sebagai bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan

juga didengarkan.

2.3.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Orang Tua

Terhadap Tindakan Pencegahan HIV/AIDS Pada Remaja.

Factor-faktor yang mempengaruhi dukungan orang tua terhadap

perilaku anak termasuk perilaku sadar pencegahan HIV pada Remaja,

yaitu40:

a. Pekerjaan

Pekerjaan mempengaruhi waktu saat mereka luangkan waktu

kepada keluarga dengan sumber pendapatan saat di gunakan kepada

kesehatan anak. Akan tetapi, materi atau teori mengenaii hubungan

antara pekerjaan orang tua serta kesehatan anak masih bersifat

ambigu. Pada satu sisi, hal ini juga menambah sumber daya

keuangan sehingga bisah digunakan serta meningkatkan kesejateraan

anak. Tetapi pada sisi lain, pekerjaan bisa mengurangi waktu antara

orang tau dan anak sehingga perhatian kepada kesehatan mereka

menjadii sangat minim.

b. Tingkat pendidikan

Pendidikan adalah factor terbesar keduua dari factor social

ekonomi dan mempengaruhi status kesehatan. pendidikan

40
Promosi Kesehatan dan Illmu Perilaku. Jakarta : PT RINEKA CIPTA, 139-146.2014
46

mempunyai pengaruh dapat pembentukan sikap dikareakan

keduanya meletakan dasar pengertian serta konsep moral pada diri

individu, dan pemahaman baik serta buruknya untuk bertindak.

Semakin tinggi pendidikan seseorang, memiliki pemahaman lebih

sehingga berpengaruh pada sikap. Seseorang memiliki pemahaman

lebih tinggi juga memiliki pengettahuan, sikap bai tentang kesehatan

sehingga akan mempengaruhi perilaku dengan hidup sehat.

Seseoarang juga memiliki tingkat pendidikan rendah kemungkinan

juga akan memiliki pengetahuan kurang mengenai pentingnnya sadar

pencegahan HIV.

c. Jumlah anak di keluarga

Jumlah anak di keluarga juga perpengaruh pada perhatian,

kasih satang yang didapat pada dari orang tua untuk anak.

Khususnya masalah kesehatan. Orang tua pada jumlah anak banyak

memerlukan lebih banyak waktu dan memperhatikan anak-anaknta

dan jika dibandingkan posisi mereka yang mempunyai anak

jumlahnya sedikit. Kesibukan tersebut akan mengakibatkan

berkurangnnya terhadap kkesehatan anak-anaknya.

2.3.5 Manfaat Dukungan Orang Tua

Dukungan orang tua ialah sebuah proses sepanjang masa kehidupan

yang terjadi, sifat juga jenis dukungannya bisa ssaja berbeda-beda dan

berbagai tahap-tahap siklus kehidupan individu sebagai anggota keluarga.


47

Namun demikian hal tahap siklus kehidupan dukungan orang tua mampu

membuat anggota keluarga berfungsi, bertindak untuk potensi secara

masing-masing. Sebagai akibatnya, hal seperti ini akan mampu

meningkatkan adaptasi untuk kesehatan keluarga41.

Menyimpulkan bahwa baik dengan efek-efek penyangga yaitu

dukungan orang tua menahan, meminimalisir efek-efek negatif terhadap

stress terhadap kesehatan juga efek utama dengan dukungan orang tua

yang baik akan menurunkan stress juga tekanan secara langsung dengan

meningkatkan kondisi kesehatan. Keberadaan dukungan orang tua secaara

adekuat terbukti berhubungan pada angka mortalitas, lebih mudah sembu,

meningkatkan kemampuan kognitif, psikomotorik, efektif, dan kestabilan

emosi.

Dan bukti kuat dari hasil penelitian yag menyatakan bahwa orang

tua besar, orang tua kecil secara kualitatif memiliki hubungan akan

intensitas dengan adanya dukungan orang tua terhadap kesehatan anak.

Anak-anak yang berasal dari orang tua kecil dalam artian orang tuanya

tidak banyak memiliki anakn dan menerima lebih banyak perhatian dari

pada anak-anak dari orang tua besar (orang tua yang memiliki banyak

anak). Dan dukungan ini diberikan orang tua (khususnya ibu) juga

dipengaruhi pada usia dan ibu yang masih muda cenderung dengan tidak

bisa merasakan atau mengenali secara keseluruan kebutuhan anak serta

41
Friedman, Marilyn M. Buku ajar keperawatan: riset, Teori dan Praktek; Jakarta : EGC; (2014).
48

oaring tuanya juga lebih egosentris dibandingkan dengan ibu-ibu dengan

usianya lebih tua.

Factor lain juga mempengaruhi dukungan orang tua lainnya ialah

kelas social, ekonomi dan orang tua. Kelas social dan ekonomi yang di

maksud adalah meliputi tingkat pendapatan orang tua, jenis pekerjaaan,

tingkat pendidikan individu sebagai anggota orang tua. Dengan hal ini

orang tua dengan kelas social, ekonomi menegah ke atas, lebih

dimungkinkan adanya hubungan sesame angota keluarga secaraa

agosentris dan juga otoristas. Selain lain ini orang tua juga kelas social,

ekonomi untuk menegah ke bawah mempunyai tingkat dukungan, afeksi,

keterlibatan yang lebih tinggi dari pada orang tua dengan kelas sosila,

ekonomi dengan menegah ke arah atas dengan dapat mempengaruhi

dukungan orang tua terhadap perkembangan tumbuh kembang anak-

anaknya42.

2.3.6 Peran Orangtua Terhadap Tindakan Pencegahan HIV Pada

Remaja

Orang tua memiliki peran viral yang sangat penting dengan

memberikan pengetahuan dasar tentang HIV, terutama pada remaja pada

rasa ingin tahunya yang masih sangat besar peran orang tua tersebut

yaitu43:

a. Memberikan pengertian pengetahuan dasar reproduksi


42
Friedman, Marilyn M. Buku ajar keperawatan kelluargs : Riset Praktek : Jakarta :
EGC. 2014
43
Brooks; G.F. Butel, JS,Morse, S.A; AIDS dan Lentivirus. Dalam : Jawet, Melnick,
Adelbergs, ed. 2015
49

b. Memberikan pengetahuan dasar penyakit HIV

c. Memberikan pengertian kepada anak tentang penularan penyakit

HIV

d. Memberikan sarana diskusi tentang kesehatan

e. Mengawasi lingkungan anak.

2.3.7 Cara mengukur variabel dukungan orang tua

Cara mengukur variabel dukungan orang tua terhadap perilaku

pemberian pendidikan HIV pada Remaja dengan menggunakan kuesioner,

dan responden diminta untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang

diberikan oleh peneliti, kemudian diukur dengan menggunakan skala

Guttman, dimana dalam skala ini jawaban yang didapatkan hanya “ya” dan

“tidak”, “setuju” dan “tidak setuju”, “benar” dan “salah’ atau “pernah” dan

“tidak pernah’ serta skala ini hanya digunakan untuk mengukur variabel

yang memiliki nilai 1 point. Penelitian menggunakan skala Guttman

dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu

permasalahan yang ditanyakan.

2.4 Persepsi Diri

2.4.1 Pengertian Persepsi

Secara Etimologi, perception berasal dari bahasa lain yang adalah

latin perception yaitu menerima atau mengambil. Secara arti singkat


50

persepsi adalah acara seseorang melihat akan sesuatu, dan dalam arti luas

sebagai pandangan setiap orang secara individu untuk mengartikan sesuatu44.

Persepsi adalah suatu proses individu menginterprestasikan kesan

untuk memberikan penejelasan pada lingkungan.

Menurut kreitner dalam Wibowo, persepsi adalah kognitif untuk

memahami hal sekitar.

Persepsi merupakan proses pemahaman atas suatu informasi pada

stimulus yang didapat dari proses penginderaan pada objek, dan periwisata.

Persepsi ialah proses yang dilakukan secaraa individu untuk

memilih masukan-masukan informasi yang menciptakan dunia yang

memiliki arti.

2.4.2 Presepsi konsep Dasar Perilaku

Dilihat dari aspek biologisnya, perilaku merupakan suatu kegiatan

atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Oleh

karena itu, dari segi biologis pada dasarnya semua makhluk hidup dari

hewan sampai kepada manusia, mempunyai aktivitasnya masing-masing.

Secara singkat, aktivitas manusia tersebut dapat dikelompokkan

menjadi 2 macam, yaitu:

a. Aktivitas yang dapat di amati atau dilihat oleh orang lain seperti

berjalan, bernyanyi, tertawa dan lain sebagainya.

44
Alex Sobur. Psikologi Umum:. Bandung, CV Pustaka Setia; 2016
51

b. Aktivitas yang tidak dapat dimati oleh orang lain (dari luar) seperti

berpikir, berfantasi, bersikap, dan lain-lain.

Seorang ahli psikologi yang bernama skinner (1938), mengemukakan

bahwa perilaku merupakan suatu respons atau reaksi seseorang

terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Rumusan yang di

kemukakannya mengenai perilaku tersebut lebih dikenal dengan teori

“S-O-P” (stimulus organisme- respons). Kemudian teori skinner

menjelaskan kembali bahwa terdapat dua jenis respons, yaitu45:

1. respondent respons atau refleksif, yaitu suatu respons yang di

timbulkan oleh adanya rangsangan- rangsangan (stimulus)

tertentu yang disebut sebagai elicting stimuli, karena akan dapat

menimbulkan respons-respons yang relative tetap.

2. operant respons atau instrumental respons, yaitu respons yang

timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh adanya stimuli,

karena memiliki fungsi untuk memperkuat respond.

Dalam kaitannya dengan teori stimulus-organisme dan respons,

maka dalam hal ini pula perilaku individu respons seseorang terhadap

rangsangan tersebut masih respons, maka dalam ini pula perilaku individu

dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu:

1. Covert Behavior (perilaku tertutup )

Covert Behavior (perilaku tertutu) akan terjadi apabila

respons seseorang terhadap rangsangan tersebut masih belum

45
Ibid Sunaryo. 2013
52

dapat diamati oleh orang lain (dari luar) secara jelas. Dari hal ini

respons seseorang masih terbatas jelas. Dari hal ini respons

seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian,

perasaan,persepsi,pengetahuan serta sikap terhadap stimulus yang

bersangkutan.

2. Overt Behavior (Perilaku terbuka)

Perilaku terbukann akan terjadi apabila respons terhadap

stimuli tersebut sudah berupa tindakan, atau praktik serta dapat

diamati oleh orang lain (oversable behavior).

2.4.3 Dimensi Persepsi

Terdapat tiga dimensi di proses penilaian individu yaitu:

a. Dimensi Evaluasi sebagai penilaia dapat memutuskan baik-buruk,

dan disukai mapun tidak disukai, positif dan negative.

b. Dimensi potensi ialah kualitas dan stimulasi di amati

c. Dimensi aktivitas ialah sifat dan pasifnya stimulasi yang di amati.

2.4.4 Indikator Persepsi

Factor yang membentuk dan mengganggu persepsi Hal ini juga

bisa pada penilaian, target, objek di nilai pada situasi itu dibuat. Ketika

seseorang melihat target, interpretasi tentang yang dilihat, dipengaruhi

oleh kepribadian, motif, minat seseorang, peneglaman dan juga ekspektasi.

Konteks ini pun sangat berpengaruh. Waktu melihat perinstiwa ini dapat

juga mempengaruhi perhatian seseorang atau focus situsional46.


46
Stephen .P. Robbins Organizational Behavior. Jakarta. 2015
53

Dalam Pieter (2010), factor-faktor yang mempengaruhi persepsi

seseorang yaitu:

1. Minat, artinya semakin tinggi minat seseorang terhadap suatu objek

atau peristiwa, maka semakin tinggi juga minatnya dalam

mempersepsikan objek atau peristiwa tersebut.

2. Kepentingan, artinya semakin dirasakan penting suatu objek atau

peristiwa tersebut bagi seseorang, maka semakin peka dia terhadap

objek-objek persepsinya.

3. Kebiasaan, artinya objek atau peristiwa semakin sering dirasakan

seseorang, maka semakin terbiasa dirinya didalam membentuk

persepsi.

4. Konstansi, artinya adanya kecenderungan seseorang untuk selalu

melihat objek atau peristiwa secara konstan sekalipun sebenarnya itu

bervariasi dalam bentuk, ukuran, warna dan kecermelangan. 47

47
Notoatmodjo, Soekidjo; Loc. Cit. 2010
54

Factor-faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Robbin

Faktor-faktor pada penilaian :


1. Sikap
2. Motif
3. Minat
4. Pengalaman
5. Ekspektasi

Factor-faktor pada situasi:


1. waktu
Persepsi Factor-faktor pada
2. latar kerja
target:
3. latar social
a. inovasi
b. pergerakan
c. suara
d. ukuran
e. latar belakang
f. proksimitas
g. keasamaan

Gambar 2.1

“Manajemen Sumber Daya Manusia tahun 2015”

2.4.5 Proses Persepsi

a. Perhatian selektif ialah proses terjadi ketika seseorang menyaring

sebagaian besar rangsangan yang ada.

b. Distorsi selektif ialah kenderunagan orang utnuk mengubah informasi

menjasi pribadi yang menginterprestasikan informasi yang mendukung

prakonsepsi mereka.
55

c. Ingatan selektif ialah cenderung akan mengingat bah yang baik telah di

dengar atau dilihat.

2.4.6 Faktor penyebab perbedaan persepsi

a. perhatian, untuk merangkap seluruh rangasangan disekitar kita

yang hanya focus terhadap satu dan atau dua objek saja.

b. Kebutuhan sesaat untuk menetap pada diri seseorang.

c. Ciri dan kepribadian seseorang yang berbeda akaan juga

mempengaruhi persepsi48.

Beberapa factor mempengaruhi persepsi

1. Pengorganisasian

Kecenderungan membuat pengelompakan rangsang sama

yang dekat, kontinutitas rangsang, dan menghubungkan antara

focus, gambar dan latar belakang. Contonya adalah

mata,hidung, mulut dan wajah49.

2. Stereotif

Penggeneralisasikan, penyerhanaan, dan mempersepsi yang

sudut pandang diri sendiri. Contonya juga dari umur,: orang taua

kurang produktif, etnik orang yang cinta pandai berbisnis.

3. Selektif

48
Ibid Sunaryo. 2013
49
Wibowo. Perilaku dalam Organisasi; Jakarta: Raja Grafindo. 2014
56

Memilih rangsang informasi yang menguntungkan atau

mendukung pandangannya dan mengabaikan juga

merugikan.cotohnya ialah seorang mahasiswa rajin tertarik pada

seorang guru atau dosen yang memberinya wawasan,

4. Karakteristik pribadi

Menggunakan diri sebagai pembanding terhadap oaring

lain.. contohnya adalah: seseoarang yang menerima dirinya

dengan positif, dan juga cenderung menerima seseorang dengan

posotof.

5. Situasional

Kondisi lingkungan menekan juga akan berpengaruh

terhadap kesempatan persepsi. Contohnya memmutuskan

sesuatu secara tergesa-gesa karena adanya desakan waktu yang

akan mengabaikan rangsang hal penting.

6. Perasaan atau emosi

Emosi positif atau negative mempengaruhi persepsi.

Contonya emosi tidak senang terhadap bebajikan, akan

memandang negative di setiap kebijakan.

7. Kebutuhan tertentu

Kebutuhan, keinginan, dan mendisstorsi persepsi, dan

melihat yang ingin dilihat. Dan contonya kebijakan pemberian

penghargaan bagi guru berprestasi dan dapat dilihat sebagai

uang, promosi dan karir.


57

2.4.7 Bentuk-bentuk Persepsi

a. Persepsi Visual Ruang

Persepsi Visual Ruang ialah persepsi yang didasarkan kepada hasil

pengematan, dan bentuk berupa kedalaman, perseptif, gelap, terang

dan interposisi dan gerak

b. Persepsi Audinif

Persepsi Audinif ialah proses persepsi di berbagai stimulus dan di

peroleh juga mendengar suara dipengaruhi jarak sumber suara variable

organis dan alat pendengaran.

c. Persepsi social

Ialah proses mempersepsi komplek dan bersumber dari berbagai

indera juga sumbernya dengan berbagai stimulus social.

2.4.8 Prinsi-prinsip Persepsi

Teori Gestalt menjabarkan beberapa hal prinsip dan bagaimana

seseoarang menatas sensasi untuk menjadi hal presepsi.

a. Prinsip persepsi bentuk utama (fugure) and Grouand (Latar)

Persepsi ini juga menggambarkan manusia secara sengaja ataupun

tidak memili serangkai stimulus untuk menjadi bentuk utama dimana

menjadi talar.

b. Prinsip pengorganisasian persepsi

1. Prinsip kedekatan
58

Seseoarang cenderung mempersepsikan stimulus dengan berdekatan

sebagai suatu kelompok.

2. Prinsip kelanjutan

Prinsip sebagai pelengkap informasi yang juga diterima otak walaupun

stimulus tidak lengkap.

2.4.9 Cara mengukur Variabel Persepsi

Cara mengukur variabel persepsi terhadap perilaku pemberian

pendidikan HIV pada Remaja dengan menggunakan kuesioner, dan

responden diminta untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang

diberikan oleh peneliti, kemudian diukur dengan menggunakan skala

Guttman, dimana dalam skala ini jawaban yang didapatkan hanya “ya” dan

“tidak”, “setuju” dan “tidak setuju”, “benar” dan “salah’ atau “pernah” dan

“tidak pernah’ serta skala ini hanya digunakan untuk mengukur variable

yang memiliki nilai 1 point. Penelitian menggunakan skala Guttman

dilakukan bbiila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu

permasalahan yang ditanyakan.

2.4.10 Sintesa persepsi

Persepsi ialah proses dapat diguanakan invidu untuk mengelolah,

menafsirkan kesan indera dan rangka juga memberikan makna keoada

lingkungan disekitar mereka. Meski demikian apapun yang dipersepsikan

seseoarang juga dapat berbeda dari kenyataan yang objektif. Indicator

persepsi ialah nilai, target dan sasaran dan situasi lingkungan.


59

Sebagai proses diterimanya rangsang melalui panca indera yang

didahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengatahui,

mengartikan dan menghayati tentang hal yang diamati, baik yang ada

diluar maupun dalam diri individu. 50

2.5 Remaja

2.5.1. Pengertian Remaja

Remaja ialah anak berusia 13-25 tahun, dimana usia 13 tahun

merupakan batas usia pubertas padaa umumnya, yaitu secara biologis

sudah mengalami kematangan seksual, usia 25 tahun ialah usia ketika

mereka pada umumnya secara social, psikologis mampu mandiri

(Notoatmodjo, 2011). Masa remaja marupakan masa peralihan antara masa

kanak-kanak, masa dewasa, dan dimulai saat terjadinya kematangan

seksual yaitu usia 11 atau 12 tahun sampai pada 20 tahun, yaitu menjelang

masa dewasa muda. Remaja tidak mempunyai tempat yang jelas, yaitu

bahwa mereka tidak termasuk golongan anak-anak tetapi tidak termasuk

golongan dewasa 51.

Masa remaja adalah masa transisi antara masa anak, masa dewasa,

dimana terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder,

dan tercapai fertilitas untuk perubahan-perubahan psikologik serta kognitif


52
.

50
Pieter, Herri Zan. Pengantar Psikologi dalam Keperawatan. Jakarta: Kencana 2011.
51
United States of America; Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Remaja Jakarta Tentang
Seks Aman dan Faktor yang Berhubung; MC Graw Hill; 1076,2372-2390. Hadi, et al.,
2008. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional. 2013.
52
Rineka Cipta ; Pencegahan AIDS. Dalam: AIDS & PMS dan perkosaan. Jakarta. 2014
60

Berdasarkan umur kronologis untuk berbagai kepentingan, dan

terdapat berbagai definisi tentang remaja yaitu53:

1. Pada buku-buku pediatri, umumnya mendefinisikan remaja ialah

bila seorang anak telah mencapai umur 10-18 tahun untuk anak

perempuan dan untuk anak laki-laki 12-20 tahun.

2. Munurut undang-undang No.4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan

anak, remaja ialah individu dan belum mencapai 21 tahun, belum

menikah.

3. Menurut undang-undang perburuhan, anak dianggap remaja apabila

telah mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah, mempunyai

tempat untuk tinggal.

4. Munurut UU perkawinan No.1 tahun 1974, anak dianggap sudah

remaja dan apabila cukup metang untuk menikah, yaitu umur 16

tahun dan anak perempuan 19 tahun kepada anak laki-laki.

5. Menurut pendidikan nasional anak yang dianggap remaja bila anak

sudah berumur 18 tahun, dengan saat lulus Sekolah Menengah.

6. Dan menurut WHO, remaja dan anak telah mencapai umur 10-18

tahun. Menurut WHO remaja ialah suatu masa dalam Hurlock

(2000), yaitu: Individu berkembang dan saat pertama kali iya

menunjukan tanda-tanda seksual sekundernya dan saat ia mencapai

kematangan seksual. Individu mengalama perkembangan

53
Mayo Foudation For Medical Education and Research. HIV/AIDS. 2014
61

psikologik, pola indentifikasi dari kanak-kanak menjadi seorang

yang dewasa.

2.5.2. Batasan Remaja

Menurut para ahli sala satunya adalah Hurlock, reproduksi sehat remaja

terbagi atas beberapa batasan adalah sebagai berikut54:

1. Remaja Awal usia 11-13 tahun Usia 11-13 tahun ini juga merupakan tahap

remaja awal. Dengan masa ini mulai terjadi banyak perubahan, baik secara

fisik atau jasmani maupun rohani dan tidak disadari oleh mereka.remaja

seringkali mengalami perubahan kejiwaan seperti rasa cemas, rendah diri

dan juga masalah pergaulan. Tahap ini remaja juga perlu mengetahui

tentang tumbu kembang pada remaja.

2. Remaja Tengah usia 14-18 tahun merupakan tahap lanjut dari remaja awal,

mulai memasuki tahap yang aktif seksual. Tahap lanjut dari remaja awal

ini seharusnya remaja telah mempunyai informasi, pengetahuan benar

tentang kesehatan reproduksi dan diperoleh dari sumber yang benar,

sehingga mereka dapat menghadirkan hal-hal yang beresiko kepada

kehidupannya.

3. Remaja Akhir usia 19-21 tahun. Dan usia 19-21 tahun merupakan tahap

yang akhir pada remaja.

Pada penelitian kali ini akan dijadikan sumber penelitian adalah

remaja tengah dengan rentan esia 14-18 tahun. Lebih spesifiknya adalah

Melio no, I., dkk. Pengetahuan. Dalam : MPKT Modul I. Jakarta: Lembaga Penerbit
54

FEUI;33-35. 2014
62

peneliti akan memberikan kuesioner kepada siswa kelas 1 sekolah menengah

atas, baik pria, maupun wanita di wilayah Kota Kupang.

2.6 Sistensis Variabel

2.6.1. Tindakan Pencegahan HIV

Tindakan pencegahan HIV meemiliki arti menghalangi, menjauhi,

menangkal juga menghindari dari virus HIV, merupakan suatu tindakan

lanjutan juga dillakukan pada proses aktif dalam usaha menghalangi dan

mengurangi segala dampak resiko ancman yang tidak di inginkan.

2.6.2. Peran Guru

Guru merupakan suatu sarana prasarana di sekolah untuk siswa-

siswi, dan terciptannya serangkaian tangka laku yang saling berkaitan

yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan

kemajuann perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi

tujuan perilaku pencegahan HIV karena Guru merupakan pembentuk

karakter siswa di sekolah.

2.6.3. Dukungan Orang Tua

Orang tua merupakan orangtua yang sangat diperlukan dalam

perilaku pencegahan HIV kerena orangtua merupakan pembentuk karakter

awal para remaja.


63

2.6.4. Presepsi Diri

Presepsi diri merupakan acara seseorang melihat akan sesuatu, dan

dalam arti luas sebagai pandangan setiap orang secara individu untuk

mengartikan sesuatu dan juga pada sisi pencegahan HIV pada remaja.

2.7 Landasan Teori Menuju Konsep

Tindakan pencegahan HIV ialah sebuah perilaku timbul

berdasarkan pada stimulus yang disebut dengan perilaku kesehatan, yang

dipaparkan oleh Notoadmojo, yaitu tentang adanya tiga factor dan

mempengaruhi perilaku sesesorang hingga mencapai derajat sehat, adapun

factor tersebut ialah factor predisposing, factor reinforcing, factor

enabling. Ketika factor ini akan mempreses berdasarkan program

kesehatan , sehingga strategi kesehatan akan menjadi hal penting diberikan

kepada masyarakat dan tercapainya kualitas hidup55.

Teori determinan perilaku yang menyebutkan bahwa perilaku

seseorang ini dipengaruhi berdasarkan dengan dukungan keluarga, kerena

keluarga dalam hal ini seringkali orang yang memiliki pengalaman

terlebih dahulu sehingga memiliki pengetahuan cukup. Dan kata lain,

ketika sesorang anak mendapat dukungan orangtua cukup untuk

pencegahan HIV maka ia berpeluanh untuk terhindar dari penyakit HIV

lebih tinggi dibandinng yang tidak mendapat dukungan56.

55
Notoadmojo, S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2010
56
ibid
64

Kesehatan adalah hasil interaksi dari berbagai factor, baik factor

internal ataupun eksternal. Menurut Blum (1974), kesehatan masyarakat

dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor utama, yakni: factor lingkungan

(environment), perilaku (behavior), pelayanan kesehatan (health care

service), juga factor keturunan (heredity). Dalam hal ini, factor

environment bisa didapatkan area sekolah. Penting dukungan gurudalam

upaya pencegahan HIV dapat dijadikan variabel dalam penelitian ini

karena sekolah adalah dimana anak-anak mendapatkan pendidikan dasar

tentang kesehatan, selain dari keluarga57.

Winslow (1920) seorang ahli teori kesehatan mesyarakat, membuat

defenisi tenteng kesehatan masyarakat yaitu: kesehatan masyarakat adalah

ilmu juga seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup, juga

meningkatkan kesehatan melalui usaha-usaha pengorganisasian

masyarakat untuk 58:

a. Perbaikan sanitasi lingkungan

b. Pemberantasan penyakit-penyakit menular

c. Pendidikan untuk kebersihan perorangan (personal hygiene)

d. Minat diri

e. Pengembangan rekayasa social untuk menjamin setiap orang

terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara

kesehatannya.

57
Gayle, H.D. and G.L. Hill. Glabal impact of human immunodeficiency virus and AIDS.
Climical Epidemiologi. 2014. 14 (12): 327-335.
58
ibid
65

Dibutuhkannya minat diri, terhadap penelitian ini disebut juga persepsi diri

mencegah penyakit yang dapat menghindari diri dari penyakit HIV.


BAB III
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN
KERANGKA ANALISIS

3.1 Kerangka Teori

Kerangka teoritis dari hubungann pencegahan HIV pada remaja siswa

SMA Sudirman Kupang NTT mengacu dari tiga teori perilaku kesehatan dari

teori Lawrance Green (2010), teori Thoughs and Feeeling (WHO, 2010, dan

toeri Snehando B. Kar (2009) 59

1. Teori Snehands B, Kar, Behviour Intention Teory (2009)

Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa

perilaku merupakan fungsi dari60:

a. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atas

perawatan kesehatannya (behavior itention).

b. Dukungan social dari masyarakat sekitarnya (social support).

c. Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil

tindakan atau keputusan pada suatu hal (personal autonomy).

59
Sayler, G.B. Beyond the Biblical impasse: Homosexuality through the lens of theological the
lens of theological anthropologi. Dialog: A Journal Of Theology, 2015. 44 (1),81-89.
60
Lameshow Stanley. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan; UGM, Yogyakarta.
2013
67

1. Behavior Intention :
Melakukan tes HIV rutin
2. Social support:
Dukungan Orang Tua
Dukungan keluarga
TINDAKAN
3. Accessibility of Informaation
PENCEGAHAN HIV
Peran Guru
Dukungan Sekolah
4. Personal autonomy :
Persepsi Diri
Media Informasi

Gambar 3.1

Keterangan : Hanya Variabel yang di bold saja yang akan di teliti.

Sumber: Lawrance Green, Non Behaviour / Behaviour Causes Teory (2010)

3.2 Kerangka Konsep

Independent Dependent

Persepsi Diri

TINDAKAN PENCEGAHAN
Peran Guru
HIV

Dukungan Orang Tua


68

3.3 Kerangka Analisis

X1

Y
X2

X3

Keterangan :

X1: Variabel Dukungan orang tua

X2: Variabel Peran guru

X3: Variabel Persepsi diri

Y: Variabel Tindakan Pencegahan HIV


69

3.4 Definisi Oprasional Dan Pengukurannya

Dalam membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang akan diamati dan atau diteliti, dan perlu sekali

variabel tersebut diberikan batasan yang disebut dengan definisi oprasional hal ini juga bermanfaat dan mengarahkan kepada

pengukuran, pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrument dan atau alat ukur61.

Table 3.1 Defenisi Oprasional

NO Variabel Defenisi Konsep Definisi Oprasional Cara Ukur Alat Skala Ukur Hasil
Ukur Ukur
Dependen
1. Tindakan Pencegahan adalah mengambiil suatu Bagaimana sehingga seorang remaja Responden Kuesioner 1. Melakukan Nominal
Pencegahan tindakan yang diambil terlebih dahulu bisah dikatakan mencegah atau tidak Mengisi tindakan
HIV sebelum kejadian, dengan didasarkan dicegah dengan adanya: Kuesioner pencegahan
pada data atau keterangan yang 1. Hubungan seksual HIV, jika skor ≤
bersumber dari hasil analisis 2. Transfusi mean (7,6)
epidemiologi atau hasil pengamatan
61
Notoadmojo, S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta; Rineka /Cipta. 2013
70

atau penelitian epidemiologi. 1. Ya


melakukan
tindakan
pencegahan
HIV, jika skor ≤
mean (7,6)
Independen
2. Peran Guru Peran guru dalam pencegahan Kegiatan dan tindakan yang diberikan Responden Kuesioner 0. Mendukung Ordinal
HIV/AIDS yang dilenngkapi dengan guru sebagai pengajar dengan Mengisi jika nilai ≥
penyampaian informasi kecakapan Pendidikan formal kepada siswa-siswi Kuesioner mean
hidup ternyata jauh lebih lebih efektif berupa: 1. Tidak
untuk mengurangi penyebaran berita 1. Motivator mendukung
HIV/AIDS di kalangan remaja, 2. Pengajar jika nilai <
mengingat minimnya pengobatan mean
untuk penyakit tersebut
3. Dukungan Orang tua pemegang kendali utama Orang tua mempunyai peran penting Responden Kuesioner 0. Mendukung Ordinal
Orangtua tanggung jawab atas proses untuk remaja dengan tindakan Mengisi jika nilai ≥
pembentukan karakter seseorang pencegahan HIV Kuesioner mean
termasuk anak. Sikap, tindakan dan juga penerimaan 1. Tidak
71

Orang Tua sangat berperan penting keluarga terhadap anggotanya, selalu mendukung
untuk memberikan pemahaman siap memberikan dukungan berupa: jika nilai <
terhadap anak sebagai bahan utama 1. Kasih Sayang mean
sebelum berinteraksi dengan 2. Perhatian
lingkungan sekitar,sosial dan
perkembangan anak pada tindakan
pencegahan HIV itu sendiri.
4 Persepsi Persepsi ialah proses yang dilakukan Factor yang membentuk dan Responden Kuesioner 0. Mendukung Ordinal
Diri secaraa individu untuk memilih mengganggu persepsi. Hal ini juga bisa Mengisi jika nilai ≥
masukan-masukan informasi yang pada penilaian, target, objek di nilai Kuesioner mean
menciptakan dunia yang memiliki pada situasi itu dibuat. Ketika 1. Tidak
arti. seseorang melihat target, interpretasi mendukung
tentang yang dilihat, dipengaruhi oleh: jika nilai <
1. Kebutuhan mean
2. Pengalaman
72

3.5 Hipotesis

Ada hubungan antara peran guru, dukungan orang tua dan persepsi diri

terhadap tindakan pencegahan HIV di SMA Swasta Sudirman Kupang 2019.


BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah suatu strategi penelitian untuk mengidentifikasi

permasalahan sebelum memasuki tahap pengumpulan data dan juga untuk

mendefinisikan struktur dimana penelitian tersebut dilaksanakan.62

Penelitian atau research merupakan kegiatan yang menghasilkan suatu

karya tulis berdasarkan kenyataan ilmia. Karya tulis ini diperoleh sebagai hasil

kajian kepustakaan atau penelitian lapangan (klinik dan laboratorim),

dilakukan dari penemuan masalah untuk dianalisis atau diolah agar

menghasilkan suatu kesimpulan. Penelitian kebidanan merupakan suatu

kegiatan penelitian yang membahas masalah kebidanan yang timbul

berdasarkan teori-teori ilmiah dan kenyataan objektif singga dapat dibuat

suatu analisis untuk menghasilkan suatu kesimpulan yang benar dalam

menjawab mmasalah sedang dibahas. 63

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal

tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatian yaitu, cara ilmiah,

data, tujuan, dan kegunaan. 64

62
Sastroasmoro, metode penelitian bidang Kesehatan. jakarta 2011

63
Wibowo A. Metodelogi Penelitian Praktis Bidang Kesehatan. Jakarta: PT.
Rajagrafindo persada;2014
64
Wibowo A. Loc. Cit
74

Desain penelitian adalah rancangan bagaimana penelitian tersebut

dilaksanakan.

Penelitian ini ialah penelitian atas sebuah hasil survey yang bersifat

deskriptif kuantitatif dan pendekatan yang dilakukan untuk mengetahui

hubungan variabel indenpenden juga variabel dependen65

4.2 Pengembangan Instrumen

Instrument penelitian ini merupakan fasilitas atau alat yang digunakan

oleh peneliti dalam mengumpulkan data supaya penelitian dapat lebih mudah

dan hasilnya lebih baik serta lebih mudah diolah.66

Instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti saat mengumpulkan pokok-pokok data untuk pekerjaan lebih mudah

juga hasilnya lebih baik lagi. Dalam airti yang lebih cermat, lengkap, juga

sistematis sehingga lebih mempermudah untuk diolah.

Instrument dapat digunakan saat penelitian ini ialah kuesioner yang berisi

tenteng tindakan pencegahan HIV, peran guru, dukungan orangtuua, dan

persepsi diri pada siswa-siswi SMA (SMA Sidirman) kelas 10, di kupang nusa

tenggara timur. Alat ukur digunakan pada penelitian ini yaitu kuesioner untuk

mengukur variabel menggunakan skala likert yaitu kuesioner jenis angket

checklist (√) sesuai dengan hasil yang diinginkan responden. Untuk nilai

65
Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka CCipta;2012
66
Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka CCipta;2011
75

positive dari kiri ke kanan 1-5 sedangkan untuk nilai negative dari kiri ke

kanan 5-1.

4.3 Pengumpulan Data

4.3.1 Gambaran Daerah Penelitian

Data yang dikumpulkan iallah dengan memakai primer, data yang

didapatkan dari pengambilan kuesioner kepada Remaja Penelitian ini

dilakukan di SMA Sudirman di Kupang Nusa tenggara timur. Dengan

bertatap muka langsung pada tanggal 12-12 2019.

4.3.2 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah siswa (laki-laki / perempuan) yang

duduk di kelas 10 di SMA Swasta Sudirman Kupang. Sampel adalah

sebagian kecil populasi yang digunakan dalam uji untuk memperoleh

informasi statistic mengenai keseluruhan populasi. Dalam penelitian ini

jumlah sampelnya adalah 137 responden.

4.3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Peneliti akan menjelaskan tata cara pengisian kuesioner kepada

responden terlebih dahulu sebelum kueisioner dibagikan. Kuesioner akan

dikumpulkan saat itu juga setelah responden selesai mengisi.


76

4.3.4 Cara pengambilan Sampel

Pengumpulan dan pada penelitian ini dilakukan dengan cara

pengisian kuesioner secara langsung, pada lembar awalnya akan

menjelaskan cara pengisian kuesioner terhadap siswa kelas 10 SMA

Swasta Sudirman Kupang Nusa Tenggara Timur 2019.

4.3.5 Syarat Sampel

4.3.5.1 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik subjek penelitian terhadap

suatu populasi target, terjangkau dan akan diteliti dapat diambil oleh

penelitian ini. Kriteria inklusi dari penelitian ini ialah:

a. Responden adalah siswa-siswi SMA Swasta Sudirman Kupang Nusa

Tenggara tahun 2019.

b. Reponden dengan keadaan sehat, sadar, juga dapat membaca serta

bersedia menjadi responden.

4.3.5.2 Kriteria Ekslusi

Ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel:

siswa yang telah lulus, berhenti, atau sudah tidak terdaftar lagi utuk

bersekolah di SMA Swasta Sudirman Kupang Nusa Tenggara.


77

4.4 Manajemen Data

4.4.1 Uji Coba Instrumen

Uji coba instrument yaitu menguji intrumen digunakan dalam

penelitian sebagai pengumpulan data. Dalam penelitian ini, instrument

yang digunakan yaitu kuesioner. Setelah kuesioner disusun sebelum dapat

langsung digunakan untuk mengumpulan data, kuesioner perlu melalui

tahap uji validitas juga reabbilitas. Untuk ini dilakukan uji coba

dilapangan. Uji kuesioner dilakukan peneliti pada siswa-siswi kelas 10

SMA di tempat bimbingan belajar Nurul Fikri sebanyak 16 orang.

4.4.2 Pengelahan Uji Cocba

Dalam penelitian ini pengujian validitas dan realibilitas instrument

menggunakan alat bantu pengolahan data SPSS versi 18.

4.4.3 Hasil Uji Coba

4.4.3.1 Validalitas

Validitas ialah suatu indeks yang menggunakan alat ukur itu benar-

benar mengukur apa yang diukur. Suatu kuesioner dilakukan valid jika

pertanyaan atau pernyataan dalam kuesioner mampu untuk

mengungkapkan sesuatu yang diukur. Dengan bantuan 20 respon peserta

bimbingan belajar kelas 10 SMA Sudirman Kupang, uji validitas

kuesioner ini dapat dilaksanakan. Setiap butir pertanyaan dikatakan valid

jika korasional yang diperoleh pertihungan lebih besar atau sama dengan r

tabet, r table=0,444. Untuk menentukan r hitung didapatkan diri


78

perhitungan dengan rumus teknik korelasi karI person menggunakan SPSS

1867..

Tabel 4.1

Hasil Uji Validitas Kuesioner

No R hitung R tabel Keterangan

pernyataa

Variabel Peran Guru

1. 0.814 Valid

2. 0.796 Valid

3. 0.796 Valid

4. 0.696 Valid

5. 0.836 0.444 Valid

6. 0.814 Valid

7. 0.795 Valid

8. 0.796 Valid

9. 0.696 Valid

10. 0.836 Valid

Variabel Dukungan Orang Tua

1. 0.861 Valid

2. 0.836 Valid

3. 0.799 Valid

4. 0.700 Valid

67
Sugiyono. Metodologi Penelitian Statistika Jakarta: Rineka Cipta; 2011
79

5. 0.798 0.444 Valid

6. 0.809 Valid

7. 0.790 Valid

8. 0.779 Valid

9. 0.627 Valid

10. 0.798 Valid

Variabel Persepsi Diri

1. 0.808 Valid

2 0.645 Valid

3. 0.613 Valid

4. 0.652 Valid

5. 0.813 0.444 Valid

6. 0.541 Valid

7. 0.667 Valid

8. 0.699 Valid

9. 0.694 Valid

Variabel Tindakan Pencegahan HIV

1. 0. 813 Valid

2. 0. 813 Valid

3. 0.533 Valid

4. 0.787 Valid

5. 0.609 0. 444 Valid

6. 0.712 Valid

7. 0.813 Valid

8. 0.787 Valid
80

9. 0.813 Valid

10. 0.533 Valid

Sumber : SPSS Versi 18 Tahun 2019

d.4.3.2 Reliabilitas

Reliabilitas ialah indeks untuk menunjukan sejau mana suatu alat

ukur dapat dipercaya juga diandalkan. setelah semua pertanyaan

dinyatakan valid, dan kemudian juga dilakukan uji reabilitas. Reliabilitas

adalah alat ukur untuk menunjukan sejauh mana hasil pengukuran tetap

konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali dan atau lebih terhadap

gejala yang sama dengan alat ukur sama. Kuesioner dikatakan reliable jika

kuesioner tersebut dilakukan pengukuran berulang daan mendapat hasil

yang sama. Nilai reabilitas dari Cronbach’s Alpha, yaitu pada sebuah alat

ukur diharapkan minimalnya ≥0,8. Mengacu terhadap syarat tersebut

maka reabilitas maka reabilitas terhadap kuesioner ini juga baik.

Tabel 4.2

Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner

Variabel Nilai Cronbach’s r tabel Keterangan

Alpa

Peran Guru 0.949 Reliabel

Dukungan Orang Tua 0.947 Reliabel

Persepsi Diri 0.905 0,444 Reliabel


81

Tindakan Pencegahan 0.926 Reliabel

HIV

Sumber : SPSS Versi 18 Tahun 2019

d.4.3.3 Analisis Dengan Perbikan Instrumen

Setelah instrument yang di ujii validitas juga reliabilitasnya, pada

hasil kuesioner yang diujikan seluruhnya valid juga reliabel sehingga juga

digunakan pada penelitian tindakan pencegahan HIV dengan Peran guru,

dukungan orang tua, persepsi diri pada siswa SMA Swasta sudirman

kupang nusa tenggara timur.

4.4.4 Pengumpulan Data

4.4.4.1 Organisasi Pengumpul Data

Pengumpulan data yang dapat dilakukan secara langsung, berada di

ruang kelas masing-masing sekolah pada pelaksanaannya saya dibantu

dengan seorang guru dari masing-masing sekolah.

4.4.4.2 Input Data Ke Dalam Instrumen

Teknik pengumpulan data yakni data primer juga merupakan

kuesioner dapat menggunakan skala likert yang disebarkan secara online

kepada siswa SMA swasta sudirman kupang nusa tenggara timur. Pada hal

ini kuesioner ini peneliti menyusun 31 pertanyaan. Pengukuran

menggunakan skala likert pada 5 poin,


82

4.4.4..3 Data Entri / Input

Sesudah data tersebut terkumpul, dilakukan pengolahan data lebih

lanjut melalui beberapa tahapan sebagai berikut:

a. Editing

Penyuntingan data saat dilakukan dilapangan , agar data yang salah Bisah

dapat ditelusuri kembali saat responden pada bersangkuutan.

b. Coding

Memberikan kode agar memudahkan saat pengolaan data juga dilakukan

sebagai pedoman saat melakukan analisis data itu sendiri.

c. Entry Data

Mengabdet data pada program computer pada program SPSS 1.6.

d. Data Bersih

Bila masih terdapat kesalahan saat memasukan data segera malakukan

perbaikan.

4.4.5 Pengolahan Data

Data yang diolah menggunakan softwere SPSS For Windows versi 1.6

saat menggunkan uji univariat dan juga bivariat.


83

4.4.5.1 Univariat

Peneliti penyadikan hasil dari pengolahan data juga analisis data

tincegahan Pencegahan HIV, peran guru, dukungan orangtua, presepsi diri

dalam bentuk table frekuensi.

4.4.5.2 Bivariat

Analisis bivariate yaitu analisis dapat menggunakan table silang

antara variabel independen juga dependen. Analisa dapat digunakan saat

melihat hubungan anatara variabel dependen juga independen saat diteliti

sehingga peneliti dapat menarik kesimpulan melalui hipotesis juga

menggunkan SPSS 1.6 untuk menguji korelasi antar variabel.

4.4.6 Penyajian Data

4.4.5.3 Tabel

Penyajian dara secara tabular yaitu memberikan keterangan

berbentuk angka pada bentuk table, seperti table distribusi frekuensi,

disusun pada baris di kolom sedemikian rupa sehingga dapat memberikan

gambaran.

4.4.6.1 Naratif

Penyajian hasil pengolahan data ini menggunakan kalimat

penyajian dalam bentuk narasi bertujuan saat memberikan kalimat

keterangan diri keseluruannya prosesdur, hasil-hasil, dan kesimpulan yang

dibuat menggunakan tulisan.


84

4.5 Interprestasi Data

Interprestasi data disajikan pada bentuk narasi, sehingga memudahkan

pemahaman terhadap hasil penelitian itu sendiri. Berdasarkan teori juga akan

diungkapkan saat melihat hubungan antara tindakan pencegahan HIV dengan

peran guru, dukungan oaring tua, persepsi diri pada siswa SMA swasta sudirman

kupang nusa tenggara timur.


BAB V
GAMBARAN AREA PENELITIAN

5.1. SMA Sudirman Kupang

5.1.1. Profil SMA Sudirman Kupang

SMA swasta Sudirman berasal dari kupang Nusa Tenggara Timur. Pada tahun

1999 ditetapkan menjadi SMA di kupang dan terletak di jalan salak Keluran

Oepura, Kecamatan Maulafa. Kepala sekolah yang pernah menjabat di SMA

Swasta Sudirman Adalah Jonas Banunaek SE dari tahun 1999- 2020.

DATA SEKOLAH

Nama : SMA SUDIRMAN KUPANG

NIS : 30064

NSS : 3022460 02 023 - 50305384

Alamat : Jalan Salak RT.17-Rw.07 Kel. Oepura Kec. Mulafa Kota Kupang

Propinsi Nusa Tenggara Timur, Kode Pos 85143

Telepon :-

Status :Swasta

Tanah :6648 m2

Bangunan :5500 m2

Kondisi Banguan : Baik


86

1. Dibangun tahun : 2 September 1999

2. Direhap Terakhir Tahun : 18 maret 2017

3. Jenis Rehap : Sedang

VISI SMA SUDIRMAN KOTA KUPANG

Mewujudkan SMA Sudirman Kupang menjadi sekolah yang berkualitas tinggi

baik akademik maupun non akademik berwawasan imtaq dan

iptek serata menjadi sekolah unggulan.

MISI SMA SUDIRMAN KOTA KUPANG

1. Meningkatkan kualitas belajar mengajar berbasis KTSP.

2. Memberdayakan sarana peribadatan secara optimal.

3. Meningtkan profesionalisme ttenaga kependidikan melalui panataraan,

work shop, seminar dan MGMP.

4. Meningkatkan life skill komputerisasi, aenglish, dan elektronik.

5. Meningkatkan kegiatan ekstra kurikuler secara insetif

6. Meningkatkan pelayanan Pendidikan secara optimal.

5.1.2. Sumber Daya SMA Sudirman Kupang

5.2.1 Sumber Daya SMA SWASTA SUDIRMAN KUPANG

Jumlah Siswa : 402 Siswa

Jumlah Guru : 22 Guru

Jumlah Kelas : 12 Kelas

Jumlah Jurusan ; 2 (IPA, IPS)


87

Berbagai fasilitas dimiliki SMA SUDIRMAN KUPANG. Fasilitas tersebut antara

lain:

1. Kantin

2. Parkiran Kendarahan

3. Kantin

4. Perpustakaan

5. Lapangan

6. Laboratorum Biologi

7. Laboratorum Fisika

8. Laboratorum Kimia

9. Laboratorum Komputer

10. Laboratorum IPS

11. aboratorum Bahasa

12. Pos Satpam

13. Ruang Guru

14. Ruang Kelas

15. Ruang Kepala Sekolah

16. Ruang Kerohanian Kristen

17. Ruang Wakil Kepala Sekolah

18. Taman

19. Toilet

20. Bak Tampungan Air


88

5.2. SMA Beringin Kupang

5.2.1. Profil SMA Beringin Kupang

SMA Beringin berasal dari kupang Nusa Tenggara Timur yang kita kenal di

NTT Pada tahun 1978 didirikan SMA Beringin di bawa naunggan SMA N. 3

Kupang dan pada tahun 1996 ditetapkan menjadi SMA Beringin dididikan secara

mandiri dan tidak memmakai cabang SMA N. 3 Kupang sekolah ini terletak di

jalan Perjuangan Kelurahan sikumana , Kecamatan Maulafa Kota Kupang .

Kepala sekolah yang pernah menjabat di SMA Beringin Kupang adalah

1. Tahun 1978-1987 SMA Beringin masi dibawa naungan SMA N. 3 Kupang

dengan Kepala Sekolah Bapak Bento Otu S.pd.

2. Tahun1985-1999 SMA Beringin masi dibawa naungan SMA N. 3 Kupang

dan pada tahun 1996 SMA Beringin Mempunya status dengan tidak di

bawa naungan SMA N. 3 Kupang dengan pimpinan Kepala Sekolah

Bapak Ruben Lopo S.pd.

3. Tahun 1999-2004 SMA Beringin Kupang dengan Kepala Sekolah Bapak

James Wabang S.pd,

4. Pada Tahun 2004-2020 saat ini SMA Beringin Kupang dibawa pimpinan

Bapak Imannuel Blegur S.E

DATA SEKOLAH

Nama : SMA BERINGIN KUPANG

NIS : 2064

NSS : 302470 02 003 - 5005404


89

Alamat : Jalan Perjungan RT.15-Rw.05 Kel. Sikumana Kec. Mulafa Kota

Kupang Propinsi Nusa Tenggara Timur, Kode Pos 85143

Status :Swasta

Kondisi Banguan : Baik

4. Dibangun tahun : 1978

5. Direhap Terakhir Tahun : Agustus 1999 dan Juli 2016

6. Jenis Rehap : Sedang

5.2.2. Sumber Daya SMA Beringin Kupang

5.2.1 Sumber Daya SMA BERINGIN KUPANG

Jumlah Siswa : 500 Siswa

Jumlah Guru : 26 Guru

Jumlah Kelas : 15 Kelas

Jumlah Jurusan ; 3 (IPA, IPS, BAHASA)

Berbagai fasilitas dimiliki SMA BERINGIN KUPANG. Fasilitas tersebut antara

lain:

1. Kantin

2. Parkiran Kendarahan

3. Kantin

4. Perpustakaan

5. Lapangan
90

6. Laboratorum Biologi

7. Laboratorum Fisika

8. Laboratorum Kimia

9. Laboratorum Komputer

10. Laboratorum IP

11. Laboratorum Bahasa

12. Pos Satpam

13. Ruang Guru

14. Ruang Kelas

15. Ruang Kepala Sekolah

16. Ruang Kerohanian Kristen

17. Ruang Wakil Kepala Sekolah

18. Taman, Toilet


BAB VI
HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian ini dibagi atas dua bagian yaitu, analisa univariat yaitu

frekuensi peran guru, dukungan orangtua, persepsi diri dan tindakan pencegahan

HIV pada siswa. Analisa bivariat yang digunakan adalah uji Chi Square yaitu

apakah ada hubungan peran guru, dukungan orangtua dan persepsi diri terhadap

tindakan pencegahan HIV pada siswa SMA Swasta Sudirman Kupang.

6.1 Analisa Univariat

Analisis univariat yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui distribusi

frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti, yaitu peran guru, dukungan

orangtua, persepsi diri dan tindakan pencegahan HIV pada siswa.

Tabel 6.1

Distribusi Frekuensi Tindakan Pencegahan HIV pada Siswa

SMA Swasta Sudirman Kupang (n=137)

Jumlah
Tindakan Pencegahan HIV Persentase
Responden
Tidak Melakukan 63 46%

Melakukan 74 54%
137 100%

Sumber : Data Primer 2020

Tabel 6.1, diketahui sebanyak 74 orang (54%) responden dapat

melakukan tindakan pencegahan HIV. Sedangkan sebanyak 63 orang (46%)

responden tidak dapat melakukan tindakan pencegahan HIV.


92

Tabel 6.2

Distribusi Frekuensi Peran Guru pada Siswa

SMA Swasta Sudirman Kupang (n=137)

Jumlah
Tindakan Pencegahan HIV Persentase
Responden
Tidak Melakukan 63 46%

Melakukan 74 54%

Sumber : Data Primer 2020

Tabel 6.2, diketahui sebanyak 83 orang (61%) responden

menyatakan peran guru mendukung dalam pencegahan HIV pada siswa.

Sedangkan sebanyak 54orang (39%) responden menyatakan peran guru

tidak mendukung dalam pencegahan HIV pada siswa

Tabel 6.3

Distribusi Frekuensi Dukungan Orangtua

di SMA Swasta Sudirman Kupang (n=137)

Jumlah
Tindakan Pencegahan HIV Persentase
Responden
Tidak Melakukan 63 46%

Melakukan 74 54%

Sumber : Data Primer 2020


93

Tabel 6.3, diketahui sebanyak 85 orang (62%) responden

menyatakan ada dukungan dari orang tua dalam pencegahan HIV.

Sedangkan sebanyak 52 orang (38%) responden menyatakan tidak ada

dukungan dari orang tua dalam pencegahan HIV.

Distribusi Frekuensi Persepsi Diri

di SMA Swasta Sudirman Kupang (n=137)

Jumlah
Peran Guru Persentase
Responden
Tidak Mendukung 54 39%

Mendukung 83 61%
137 100%

Sumber : Data Primer 2020

Tabel 6.4, diketahui sebanyak 78 orang (57%) responden memiliki

persepsi diri yang mendukung dalam pencegahan HIV. Sedangkan

sebanyak 59 orang (43%) responden memiliki persepsi diri yang tidak

mendukung dalam pencegahan HIV

6.2 Analisa Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang ditujukan untuk mengetahui

hubungan antara 2 variabel yaitu variabel bebas dengan variabel terikat dengan

menggunakan uji chi square pada α=5%. Bila nilai p > α (5%) maka

keputusannya Ha ditolak dan sebaliknya nilai p < α (5%) maka keputusanya

Ho diterima yaitu ada hubungan peran guru, dukungan orangtua dan persepsi
94

diri terhadap tindakan pencegahan HIV pada siswa SMA Swasta Sudirman

Kupang tahun 2020.

Tabel 6.5

Hubungan Peran Guru Terhadap Tindakan Pencegahan HIV

pada Siswa SMA Swasta Sudirman Kupang

Tahun 2020

Tindakan Pencegahan HIV


Total OR
Peran Guru Tidak P Value
Mendukung
mendukung
n % n % n %

Tidak Mendukung 41 76% 13 24% 54 100%


8,745
Mendukung 22 27% 61 73% 83 100% 0,000
(3,96 - 19,30)
JUMLAH 63 46% 74 54% 137 100%

Sumber : Data Primer

Hasil hubungan peran guru terhadap tindakan pencegahan HIV pada

siswa SMA Swasta Sudirman Kupang tahun 2020, diketahui dari 83 responden

yang menyatakan peran guru mendukung, sebanyak 61 responden (73%)

diantaranya siswa melakukan tindakan pencegahan HIV dan 22 responden

(27%) lainnya siswa tidak melakukan tindakan pencegahan HIV.

Hasil uji statistik chi square hubungan peran guru (variabel X1) dengan

tindakan pencegahan HIV pada siswa (variable Y) diperoleh nilai p = 0,000

artinya p. value < alpha (0,05) sehingga dapat disimpulkan hipetosis nol (Ho)
95

ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima atau ada hubungan yang

bermakna antara peran guru terhadap tindakan pencegahan HIV pada siswa

SMA Swasta Sudirman Kupang tahun 2020.

Hasil Uji diperoleh nilai OR = 8,74 artinya peran guru yang mendukung

mempunyai peluang 8,7 kali siswa melakukan tindakan pencegahan HIV

dibandingkan dengan peran guru yang tidak mendukung.

Tabel 6.6

Hubungan Dukungan Orangtua Terhadap Tindakan Pencegahan HIV

pada Siswa SMA Swasta Sudirman Kupang

Tahun 2020

Tidak Mendukung 41 76% 13 24% 54 100%


8,745
Mendukung 22 27% 61 73% 83 100% 0,000
(3,96 - 19,30)
JUMLAH 63 46% 74 54% 137 100%

Tindakan Pencegahan HIV


Total
Tidak OR
Dukungan Orang tua Mendukung P Value
mendukung

Sumber : Data Primer

Hasil hubungan dukungan orangtua terhadap tindakan pencegahan HIV

pada siswa SMA Swasta Sudirman Kupang tahun 2020, diketahui dari 85

responden yang menyatakan orangtua mendukung, sebanyak 61 responden


96

(72%) diantaranya siswa melakukan tindakan pencegahan HIV dan 24

responden (28%) lainnya siswa tidak melakukan tindakan pencegahan HIV.

Hasil uji statistik chi square hubungan dukungan orangtua (variabel X2)

dengan tindakan pencegahan HIV pada siswa (variable Y) diperoleh nilai p =

0,000 artinya p. value < alpha (0,05) sehingga dapat disimpulkan hipetosis nol

(Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima atau ada hubungan yang

bermakna antara dukungan orangtua terhadap tindakan pencegahan HIV pada

siswa SMA Swasta Sudirman Kupang tahun 2020.

Hasil Uji diperoleh nilai OR = 7,625 artinya dukungan orangtua

mempunyai peluang 7,6 kali siswa melakukan tindakan pencegahan HIV

dibandingkan dengan orangtua yang tidak mendukung.

Tabel 6.6
Hubungan Persepsi Diri Terhadap Tindakan Pencegahan HIV
OR
Dukungan Orangpada
tua Siswa SMA Swasta Sudirman Kupang
P Value
Tahun 2020
n % n % n %

Tidak Mendukung 39 75% 13 25% 52 100%


7,625
Mendukung 24 28% 61 72% 85 100% 0,000
(3,47- 16,72)
JUMLAH 63 46% 74 54% 137 100%

Tindakan Pencegahan HIV


Total OR
Persepsi diri P Value
Sumber : Data Primer
97

Hasil hubungan persepsi diri terhadap tindakan pencegahan HIV pada

siswa SMA Swasta Sudirman Kupang tahun 2020, diketahui dari 78 responden

yang memiliki persepsi diri yang mendukung, sebanyak 60 responden (77%)

diantaranya siswa melakukan tindakan pencegahan HIV dan 18 responden

(23%) lainnya siswa tidak melakukan tindakan pencegahan HIV.

Hasil uji statistik chi square hubungan persepsi diri (variabel X3) dengan

tindakan pencegahan HIV pada siswa (variable Y) diperoleh nilai p = 0,000

artinya p. value < alpha (0,05) sehingga dapat disimpulkan hipetosis nol (Ho)

ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima atau ada hubungan yang

bermakna antara persepsi diri terhadap tindakan pencegahan HIV pada siswa

SMA Swasta Sudirman Kupang tahun 2020.

Hasil Uji diperoleh nilai OR = 10,71 artinya persepsi diri yang

mendukung mempunyai peluang 10,7 kali siswa melakukan tindakan

pencegahan HIV dibandingkan dengan persepsi diri yang tidak mendukung.


BAB VII
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan membahas tentang interpretasi data, diskusi penelitian dan

keterbatasan penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian tentang hubungan

peran guru, dukungan orangtua dan persepsi diri terhadap tindakan pencegahan

HIV pada siswa SMA Swasta Sudirman Kupang. Sampel dalam penelitian ini

diambil adalah siswa SMA yang berjumlah 137 responden. Sistematika

pembahasan hasil penelitian ini dibagi menjadi interoretasi hasil dan keterbatasan

penelitian

7.1 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2019 dan melalui

kuesioner yang berdasarkan persepsi dari skore jawaban responden, sehingga

sulit melihat perilaku siswa dalam rentang waktu yang panjang serta melihat

kebenaran jawaban yang ditulis oleh responden. Rancangan penelitian ini adalah

menggunakan pendekatan cross sectional yaitu semua variabel dikumpulkan

dalam waktu yang bersamaan sehingga menimbulkan kelemahan yaitu tidak

terpenuhinya urutan waktu dimana penyebab harus mendahului akibat.

Kuesioner yang digunakan peneliti sebagai pengumpulan data diisi

sendiri oleh responden dan tidak dilakukan wawancara sehingga adanya

kecenderungan dari responden memilih alternatif yang terbaik mungkin tidak

sesuai dengan keadaan sehari-hari dan memungkinkan interaksi antara responden

satu dengan yang lainnya sehingga sehingga menimbulkan jawaban yang sama.
99

Kelemahan lain dalam penelitian ini adalah interpretasi dari tiap-tiap responden

terhadap point-point yang terdapat didalam pernyataan sangat berbeda.

Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner bersifat subyektif

(menurut keyakinan sendiri), sehingga kebenaran data sangat tergantung kepada

kejujuran responden pada saat menjawab. Pengambilan data responden awalnya

menggunakan random sampling, namun mengingat keterbatasan waktu maka,

peneliti mengambil data dengan cara accindental sampling, yaitu pengambilan

data tergantung pada saat sampel (siswa) diperoleh secara kebetulan.

7.2 Pembahasan Univariat

Hasil penelitian tentang peran guru, dukungan orangtua dan persepsi diri

terhadap tindakan pencegahan HIV pada siswa. Hasil penelitian diperoleh

gambaran bahwa responden melakukan tindakan pencegahan HIV (5%), peran

guru mendukung dalam pencegahan HIV (6%), orangtua yang mendukung dalam

pencegahan HIV (62%) dan persepsi diri yang mendukung dalam pencegahan

HIV (57%).

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Yani Wulandari (2013),

dengan judul hubungan peran guru dengan perilaku pencegahan berisiko

HIV/AIDS pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran guru yang kurang baik sebanyak 35

orang (71.42%) dan perilaku pencegahan berisiko HIV/AIDS responden yaitu

baik sebanyak 23 orang (46.93%).  


100

Hasil penelitian ini juga ditunjukan bahwa responden memiliki persepsi

yang positif terhadap pencegahan HIV/AIDS sebanyak 60% dan responden

memiliki persepsi yang negatif terhadap pencegahan HIV/AIDS sebanyak 40%.

Sedangkan sebanyak 54% responden memiliki motivasi yang baik dalam

pencegahan HIV/AIDS dan responden memiliki motivasi yang kurang baik dalam

pencegahan HIV/AIDS sebanyak 46%.

Hasil Penelitian Ini Juga Diperkuat Oleh Penelitian Nenny (2013) dengan

judul hubungan antara pengetahuan dan persepsi tentang HIV/AIDS dengan

tindakan pencegahannya pada Siswa SMA Negeri I Tual. Hasil penelitian

terhadap responden yang didapat yaitu sebagian besar responden menunjukkan

persepsi positif 227 (56,8%) dan responden menunjukkan persepsi negatif173

(43,2%) Persepsi responden terhadap penyakit HIV/AIDS merupakan gambaran

yang menunjukkan respon siswa terhadap pernyataan yang berkaitan dengan

pandangan, perasaan dan kecenderungan untuk melakukan tindakan terhadap

penyakit HIV/AIDS (Tosi, dkk, 2010).

Hasil penelitian lainnya juga diperkuat oleh penelitian Yubiasih (2012)

yang berjudul hubungan dukungan orangtua tentang HIV/AIDS dengan

pencegahannya pada siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Baturraden Tahun 2012.

Hasil penelitian tersebut menunjukan terdapat hubungan antara dukungan

orangtua tentang HIV/AIDS dengan motivasi pencegahannya pada siswa kelas XI

di SMA N 1 Baturraden Tahun 2012, yang ditunjukan dengan nilai (p value)

sebesar 0,001 (p<0,05). Dukungan orangtua tentang HIV/AIDS sebagian besar


101

dalam kategori baik yaitu 26 responden (35,1%). Pencegahan HIV/AIDS sebagian

besar mempunyai motivasi tinggi yaitu 28 responden (37,8%)

Menurut Azwar (2009,) keadaaan tersebut dapat terjadi karena adanya

faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, yakni untuk dapat menjadi dasar

pembentukkan persepsi, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan

yang kuat, pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki persepsi yang

konfirmis atau searah dengan persepsi orang yang dianggap penting,

kecenderungan ini dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari konflik

dengan orang yang dianggap penting tersebut.68

Hasil penelitian ini diperkuat oleh pendapat Green dalam Notoadmojo

(2012), bahwa perilaku dan pengetahuan sangat erat hubungan yang positif

dengan perilaku kesehatan.Menurut Green perilaku kesehatan pada dasarnya

adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan

dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan dan lingkungan.Hal

senada juga dijelaskan oleh teori WHO (2008), bahwa pengukuran dan

indikator perilaku pencegahan penyakit di tinjau dari perilaku kesehatan

secara lebih spesifik yaitu bagaimana pengetahuan remaja melakukan

pencegahan HIV/AIDS.69

Perilaku dapat dilihat melalui berbagai aspek, yakni aspek

biologis,psikologis maupun sosio-psikologis.Berdasarkan aspek biologis

perilakumerupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk

Azwar 2009. Pengetahuan dalam perilaku manusia. Jakarta: lembaga penerbit


68

FEUI;33-35
69
102

hidup yang bersangkutan.Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2010)

perilakumerupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus

(rangsangan dariluar).Perilaku kesehatan adalah respons seseorang terhadap

terhadap stimulusatau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan

faktor-faktoryang mempengaruhi sehat-sakit. Perilaku pencegahan

HIV/AIDSmerupakan salah satu bentuk perilaku kesehatan.Penelitian yang

telahdilakukan menunjukan bahwa responden telah dapat melakukan

pencegahanHIV/AIDS dengan cukup baik.70

Asumsi peneliti bahwa manusia dapat hidup sehat bila dapat

menerapkan perilaku hidup sehat. Perilaku sehat merupakan perilaku yang

berkaitan dengan upaya dalam mempertahankan kesehatan. Perilaku sehat

tersebut dapat dibentuk melalui berbagai cara diantaranya dengan tidak

melakukan pergaulan bebas (seks bebas), Napza dan juga melakukan kegiatan

postif keagamaaan. Perilaku pencegahan HIV/AIDS merupakan salah satu

dari sekian banyak perilaku hidup sehat. Namun banyak individu yang kurang

memperhatikan perilaku hidup sehatnya.

7.3 Pembahasan Bivariat

7.3.1 Hubungan Peran Guru Terhadap Tindakan Pencegahan HIV

pada siswa SMA Swasta Sudirman Kupang

Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p = 0,000 artinya p. value <

alpha (0,05) sehingga dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara

peran guru terhadap tindakan pencegahan HIV pada siswa SMA Swasta
70
Notoatmodjo (2010). Pendidikan dan perilaku Kesehatan. Jakarta.
103

Sudirman Kupang tahun 2020. Peran guru yang mendukung mempunyai

peluang 8,7 kali siswa melakukan tindakan pencegahan HIV dibandingkan

dengan peran guru yang tidak mendukung.

Menurut teori (Marno, 2015) dalam proses belajar mengajar, guru

mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas

belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab

untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses

perkembangan siswa. Penyampaian materi pelajaran hanyalah merupakan salah

satu dari berbagai kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses yang dinamis

dalam segala fase dan proses perkembangan siswa.71

Guru termasuk kedalam pencegahan tingkat pertama, misalnya pelatihan

tentang penyakit HIV/AIDS dan bagaimana caranya mencegahnya melalui

penggunaan metode pelatihan, dengan menerapkan intervensi program

pelatihan. Karena tidak ada vaksin yang efektif untuk pengobatan HIV/AIDS,

satunya cara untuk melindungi remaja di masyarakat adalah dengan pelatihan

dan pencegahan, dan guru memainkan peran penting dalam hal ini karena jika

guru tahu banyak tentang HIV/AIDS, mereka dapat mentransfer pengetahuan

dan sikap positif terhadap siswa. Juga, memiliki pengetahuan dan informasi

adalah kunci pertama dan elemen yang diperlukan dalam usaha untuk

perkembangan perilaku Kesehatan.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara Peran Guru

dan Sikap Remaja dalam upaya pencegahan HIV/AIDS di SMA Ma’Arif

Marno, 2015. AIDsS. Masalah dan kebijakan penanggulangannya. Penerbit


71

EGC,Jakarta.
104

Yogyakarta dengan tingkat keratan kuat. Hal ini diperoleh dari hasil uji statistik

dengan nilai signifikasi p value 0,000 (p value < 0,05) dan nilai koefisien

kontingensi 0,439.

Asumsi peneliti, sekolah merupakan tempat hubungan antara guru dan

siswa, sarana pertemuan tersebut menyebabkan sekolah merupakan tempat

yang potensial untuk menjadi tumpuan masyarakat dalam merespon dan

memonitor epidemi HIV/AIDS, karena sekolah dapat menjangkau sasaran

dalam jumlah besar dengan pengetahuan yang dapat menyelamatkan hidup

remaja, maka peranannya dalam pencegahan HIV menjadi sangat penting.72

7.3.2 Hubungan Dukungan Orangtua Terhadap Tindakan pencegahan

HIV pada siswa SMA Sudirman Kupang

Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p = 0,000 artinya p.

value < alpha (0,05) sehingga dapat disimpulkan ada hubungan yang

bermakna antara dukungan orangtua terhadap tindakan pencegahan HIV

pada siswa SMA Swasta Sudirman Kupang tahun 2020. Dukungan

orangtua mempunyai peluang 7,6 kali siswa melakukan tindakan

pencegahan HIV dibandingkan dengan orangtua yang tidak mendukung.

Penelitian ini sesuai dengan pernyataan Nuranti (2015) yang

menyebutkan bahwa peningkatan angka kejadian perilaku pencegahan

HIV dikalangan remaja disebabkan oleh pergeseran sikap remaja

mengenai hubungan seksual yang menjadi begitu permisif yang

mengakibatkan remaja melakukan hubungan seksual lebih dini. Dan


72
Masri Singarimbu dan Sofian effendi,2014, Metode penelitian Surveoi, Jakarta:
105

menurut centi dalam dan bahwa peran orangtua memegang peranan

penting dalam membantu pembentukan citra diri remaja, sedangkan citra

diri sangat erat hubungannya dengan sikap, serta kekuatan sikap selalu

sejalan dengan terjadinya perilaku.73

Penulis menganalisis bahwa perilaku pencegahan HIV yang terjadi

dikalangan remaja lebih banyak terjadi akibat kegagalan pembentukan

penanaman konsep kehidupan oleh lingkungan yang paling pertama dan

utama yaitu keluarga dimana orangtua memegang peranan yang paling

penting dalam mengenalkan dan menanamkan konsep-konsep kehidupan

(memberikan penjeasan mengapa mereka mendukung tingkah laku tertentu

dan tidak mendukung tingkah laku tertentu). Sehingga mereka memiliki

pandangan hidup yang baik dan benar serta mampu membuat keputusan

yang terbaik dalam hidupnya dengan penuh tanggung jawab. Terutama

dimasa-masa peralihan (remaja) yang merupakan masa dengan

kompleksitas masalah yang paling luar biasa. Hal ini menunjukkan bahwa

peran orangtua yang baik akan membentuk citra diri yang baik pada

remaja dan sikap remaja tentang perilaku seksual pranikah yang baik pula

dan secara tidak langsung akan membuat remaja memiliki prilaku yang

bertanggung jawab serta menurunkan angka perilaku seksual pranikah

dikalangan remaja.

7.3.3 Hubungan Persepsi diri Terhadap Tindakan pencegahan HIV

pada siswa SMA Sudirman Kupang

73
Nuranti (2015) asuhan keperawatan dan pesien terinfeksi HIV dan AIDS.
Jakarta: Salemba Medika.
106

Hasil uji statistik chi square hubungan persepsi diri diperoleh nilai p

= 0,000 artinya p. value < alpha (0,05) sehingga dapat disimpulkan ada

hubungan yang bermakna antara persepsi diri terhadap tindakan

pencegahan HIV pada siswa SMA Sudirman Kupang tahun 2020. Persepsi

diri yang mendukung mempunyai peluang 10,7 kali siswa melakukan

tindakan pencegahan HIV dibandingkan dengan persepsi diri yang tidak

mendukung.

Sikap merupakan reaksi seseorang dalam membentuk pandangan,

mewarnai perasaan dan akan ikut menentukan kecenderungan perilaku

individu terhadap manusia lainnya bahkan terhadap diri sendiri Fenomena

sikap yang timbul tidak saja ditentukan oleh keadaan lingkungan yang

sedang dihadapi tetapi juga dengan kaitannya dengan pengalaman-

pengalaman, oleh situasi di saat sekarang, dan oleh harapan-harapan untuk

masa yang akan datang. Sikap sangat menentukan perilaku seseorang

untuk mengarah peruabahan.Sedangkan menurut teori Notoadmojo (2007)

sikap seseorang berhubungan langsung dengan perilaku.Perilaku

merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan.

Perilaku manusia adalah suatu aktivitas daripada manusia itu sendiri,

sehingga sikap seseorang yang baik akan membentuk perilaku yang baik

juga.

Keadaaan tersebut dapat terjadi karena adanya faktor-faktor yang

mempengaruhi sikap selain pengetahuan, yakni untuk dapat menjadi dasar

pembentukkan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan


107

yang kuat, pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang

konfirmis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting,

kecenderungan ini dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari konflik

dengan orang yang dianggap penting tersebut.

Hasil peneliti ini diperkuat oleh penelitian Nenny (2013) yang

berjudul hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang HIV/AIDS

dengan tindakan pencegahannya pada Siswa SMA Negeri I Tual.

Berdasarkan hasil pengolahan data yang menggunakan perhitungan chi

square dengan bantuan program komputerisasi, di peroleh nilai

probabilitas p = 0,005, maka dapat disimpulkan juga bahwa terdapat

hubungan yang bermakna antara sikap terhadap HIV/AIDS dengan

tindakan pencegahan HIV/AIDS pada siswa SMA Negeri I Tual.

Penelitian ini sejalan juga dengan yang diungkapkan oleh Muhlisin (2009),

yang juga menyatakan bahwa terdapat hubungan antara sikap terhadap

HIV/AIDS dengan tindakan pencegahan HIV/AIDS pada anak remaja usia

sekolah.74

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Efri Nurdin

(2011). Pada penelitiannya disebutkan responden yang negatif sikapnya

lebih banyak pada kelompok kasus (63,3%) dibanding kontrol (20%).

Hasil uji Chi-square didapat hubungan bermakna antara sikap dengan

perilaku pencegahan kejadian penyakit di wilayah Kecamatan IV Nagari

Kabupaten Sijunjung tahun 2011 dengan Pvalue 0.000.

Nenny 2013. Penelitian pendidikan dan perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka


74

Cipta.
108

Penelitian ini pula didukung oleh penelitian yang dilakukan Rishadi

dkk (2012) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara sikap

terhadap HIV/AIDSdengan tindakan pencegahannya.Adanya

ketidaksesuaian sikap terhadap upaya pencegahan HIV dan AIDS

disebabkan pengetahuan tentang HIV yang dimiliki seseorang tidak sejalan

dengan sikapnya dan tidak ada upaya dalam mengubah tindakan atau

tingkah laku yang ada pada dirinya.

Menurut asumsi peneliti sikap diperoleh dari pengalaman diri sendiri

atau pengalaman orang lain. Kegiatan, aktivitas seseorang ditentukan oleh

sikap remaja. Sebelum seseorang berperilaku baru atau kegiatan dan

aktivitas ia harus tahu terlebih dahulu atau seseorang harus memiliki sikap

yang positif terlebih dahulu, sehingga akan membentuk perilaku yang

baik. Sikap yang baik terbukti secara statistik berhubungan dengan angka

kejadian kanker servik, artinya remaja yang mempunyai sikap yang baik

tentang pencegahan mempunyai risiko lebih kecil terjadinya

HIV/AIDS.Ketika sikap baik atau positif responden ada, kemungkinan

juga cenderung melakukan upaya pencegahan HIV dan AIDS yang kurang

baik, hal ini bisa dapat terjadi karena pengetahuan yang dimiliki

responden. Kecenderungan sikap positif untuk melakukan upaya

pencegahan yang kurang baik bisa disebabkan karena pemahaman akan

HIV dan AIDS tidak secara menyeluruh. Beberapa faktor seperti tingkat

pendidikan, faktor lingkungan (tempat tinggal), dan akses informasi yang


109

tidak sampai ke wilayah mereka bisa menjadi faktor penyebab kurangnya

kesadaran akan bahaya HIV dan AIDS


BAB VIII
PENUTUP

8.1 Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah :

1. Tindakan pencegahan HIV (5%), peran guru mendukung dalam

pencegahan HIV (6%), orangtua yang mendukung dalam pencegahan HIV

(62%) dan persepsi diri yang mendukung dalam pencegahan HIV (57%).

2. Ada hubungan yang bermakna antara peran guru terhadap tindakan

pencegahan HIV pada siswa SMA Swasta Sudirman Kupang tahun 2020

dengan Pvalue 0,000 dan OR 8,7.

3. Ada hubungan yang bermakna antara dukungan orangtua terhadap

tindakan pencegahan HIV pada siswa SMA Swasta Sudirman Kupang

tahun 2020 dengan Pvalue 0,000 dan OR 7,6

4. Ada hubungan yang bermakna antara persepsi diri terhadap tindakan

pencegahan HIV pada siswa SMA Swasta Sudirman Kupang tahun 2020

dengan Pvalue 0,000 dan OR 10,7.

8.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas dapat diberikan beberapa saran

sebagai berikut :

1. Bagi Responden (Remaja)

a. Disarankan kepada remaja SMA Swasta Sudirman Kupang agar

meningkatkan pengetahuan tentang HIV dan AIDS sehingga

dapat menghindari sikap dan tindakan postif terhadap


111

pencegahan HIV dan AIDS dan dapat menghindari perilaku

yang berisiko tertular HIV dan AIDS. Bagi pihak sekolah dan

pemerintah setempat terutama Dinas Kesehatan agar

bekerjasama untuk mengadakan sosialisasi tentang HIV dan

AIDS untuk seluruh sekolah (guru, staf, dan siswa) agar dapat

meningkatkan pengetahuan tentang HIV dan AIDS.

b. Remaja kiranya mengaktifkan diri dalam kegiatan keagamaan

serta kegiatan ekstrakulikuler sekolah serta pramuka, PMR,

OSIS serta kegiatan positif lainnya agar tidak mudah terlibat

dalam pergaulan bebas yang mengakibatkan fatal bagi anak

remaja.

2. Bagi Sekolah (SMA Swasta Sudirman Kupang)

a. Bagi pihak sekolah agar lebih meningkatkan lagi cara

penyampaian materi tentang HIV/AIDS kepada para siswa-

siswi, misalnya dengan menggunakan alat peraga saat mengajar,

tentang kasus HIV/AIDS yang terjadi pada remaja yang akibat

ditimbulakan, serta memasang gambar, poster, ataupun

pamphlet HIV/AIDS dilingkungan sekolah.

b. Diperlukan upaya penyebaran informasi mengenai HIV dan

AIDS oleh sekolah yang didukung institusi pemerintah baik

melalui media cetak maupun elektronik.

3. Bagi Masyarakat
112

Secara khusus, dibutuhkan peran serta orang tua, keluarga,

lingkungan dan tenaga kesehatan. Peran tenaga kesehatan

diharapkan dapat memberikan penyuluhan-penyuluhan mengenai

HIV/AIDS dikalangan remaja.

4. Penelitian Selanjutnya

Bagi pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian serupa agar

dapat meniliti faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku

pencegahan HIV/AIDS.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. 2007. Psikologi Sosial Edisi Revisi, Cetakan Kedua, Jakarta. Rineka

Cipta

Ahmadi, A. Social Revisi,Cetakan Kedua, Psikologi Jakarta. Rineka. 2013.

Anita, 2014. Penyebaran Dan Usaha Pencegahan Aids. Dalam: Nasution, R.H.,

Anwar, C.,

AIDS dalam belenggu stigma.diambil dari Jakarta: FKUL Jakarta:intema

publishing. Keperawatan Human BNN.2011

Nasution, D.P., Ed. Aids Kita Bisa Kena Kita Bisa Cegah. Medan : Penerbit

Monora, 35-41.

Arifin, Nurul. 2014 Hentikan Stikma Terhadap Aids. Jakarta. Binekha Ika

Blackmore, S; 2013. Consciousness: An Introduction. Oxford: Oxford University

Press.

Brooks, Geo.F., butel, janet S., dan morse. Stephen A., 2010. AIDS dan lentivirus

Chalmers,D (2012). The conscious mind: in search of a fubdamental theory. New

York: pxford university press.

Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan pengembangan Kesehatan

kementrian kesehatan RI. Depkes RP. 2013

Depertemen kesehatan republic Indonesia. 2008. Statistic kasus HIV/AIDS di

Indonesia.
Depertemen Kesehatan Republik Indonesia, 2012. Statistic Kasus HIV/AIDS di

Indonesia..

Depertemen Kesehatan Republik Indonesia, 2013. Statistic Kasus HIV/AIDS di

Indonesia..

Depertemen Kesehatan Republik Indonesia: statistik Kasus HIV/AIDS di

Indonesia ; 2014

Edisi I. Jakarta: salemba Medika Keperawatan; pedoman skripsi.tesis dan


instrument penelitian.
Firdaus j. Kunoli, SKM.M.Kes; Epidemiologi penyakit menular; 2013
Friedman, Marilyn M. (2014). Buku Ajar keperawatan keluarga; Riset. Teori dan

praktek. Jakarta: EGC

Gayle, H.D. and G.L,. Hill. Global impact if human immunodeficiency vvirus and

AIDS. Cllinical Epidemiology.2014.14 (2): 327-335.

Jurnal lmia Keluarga Berencana dan kesehatanReproduksi II (2): Universitas

sumatera Utara.2015

Kamus Besar Bahasa Indonesia,2014. Edisi Ketiga, Pusat Bahasa Depertemen

Pendidikan Nasional. Balai Pustaka, Jakarta.

Kementrian Kesehatan RI,2010. Rencana Strategi Kementrian Kesehatan

JAKARTA Timur. 2010-2014. Jakarta.

Kementrian Pendidikan dan kebudayaan, 2014, Portal Resmi. www. Gov. my

diakes 20 september 2016.


Kementrian Kesehatan RI.Renccana Strategis Kementrian Kesehatan: Jakarta

Timur. 2010-2014.jakarta

Kupang.sekertaris KPA kota kupang,steven Manave. NTT TERKINI.COM,2018.

Perwandari, Atik. Konsep Kebidanan sejarah dan profesionalisme:

EGC:Jakarta..2014

Psikologi Sosial Edisi Revisi, Cetakan Kedua, Jakarta. Rineka Cipta. Ahmadi, A.

2011.

POS-KUPANG.COM/LAUS MARKUS GOTI drg. Retnowati Kadis Kesehatan

Kota Kupang di ruang kerjanya, 2019. 

UNAIDS Global Report: Geneva: Joint United Nations programme: UNAIDS

report on the global AIDS epidemic 2013.

Notoadmojo , S. 2014. Pendidikan dan periilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka

Cipta

Nana Noviana, S.ST,M.Kes; Konsep HIV/AIDS,Seksualitas dan kesehatan

Reproduksi; jakarta:TIM. 2016

Nursalam & Kurniawati, N.D; Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi

HIV/AIDS; 2014 Jakarta Salemba Medika.

Nursalam & Kurnawati, N.D; Asuhan Keperawatan pada pasien Terinfeksi

HIV/AIDS; 2007; Jakarta Salemba Medikka.

Riset Kesehatan Dasar.Jakarta:Badan penelitian dan pengembangan Kesehatan

kementrian kesehatan RI. Depkes RI.2013


UNAIDS Global Report: Geneva: Joint United Nations programme: UNAIDS

report on the global AIDS epidemic 2014


LAMPIRAN
LEMBAR PENGANTAR KUESIONER PENELITIAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

JURUSAN D4 KEBIDANAN

PROGRAN STUDI SERJANA TERAPAN KEBIDANAN

TAHUN 2020

Salam Sajatera..

Saya Efi Yulinda Famani Mahasiswi STIKIM dengan nomor induk (NPM)
07180100110, bermaksud melakukan penelitian yang berjudul “HUBUNGAN
ANTARA PERAN GURU, DUKUNGAN ORANG TUA DAN PERSEPSI
DIRI TERHADAP TINDAKAN PENCEGAHAN HIV PADA SMA
BERINGIN KUPANG NTT”

Dengan maksud di atas, peneliti berharap Saudara/i untuk bersedia


menjadi responden dalam penelitian ini. Saya selaku peneliti akan menjammin
kerahasian data yang saudara/i berikan dan saya tidak akan menyalagunakan data-
data tersebut.

Atas kerja sama dan bantuannya saya mengucapkan banyak limpah terima kasih.
Hormat Saya,

Efi Yulinda Famani


KUESIONER PENELITIAN

“HUBUNGAN ANTARA PERAN GURU, DUKUNGAN ORANG TUA DAN


PERSEPSI DIRI TERHADAP TINDAKAN PENCEGAHAN HIV DI

“SMA BERINGIN KUPANG NTT”

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU


JURUSAN D4 KEBIDANAN
PROGRAN STUDI SERJANA TERAPAN KEBIDANAN
TAHUN 2020

A. INDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :…………………………..
2. Asal Sekolah :……………../Kelas……..
3. Jenis Kelamin :L/P
4. Hari/ Tanggal :…………………………..
1. Tabel Pertanyaan Tindakan Pencegahan HIV

Petunjuk Pengisian Kuesioner :


a. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti sebelum memilih jawaban dan
berikanlah jawaban sesuai dengan alternatif yang anda pilih.
b. Kami mohon setiap pertanyaan dijawab dengan jujur dan apa adanya serta
tidak ada yang terlewatkan.
c. Jawaban yang anda berikan tetap dirahasiakan dan tidak akan digunakan
diluar kepentingan.
d. Beri tanda cheklist (√) pada kolom yang disediakan untuk jawaban yang
dipilih.

N Pertanyaan Jawaban
o Responden
Ya Tidak
Hubungan seksual
1. Apakah Usia anda adalah usia yang paling rawan
terkena HIV?
2. Menurut anda, apakah satu-satunya cara tertular HIV
adalah dengan berhubungan sex?
3. Menurut anda, apakah pemakian kondom sangat
penting?
4. Usia remaja adalah usia yang sangat rentan untuk
tertularnya HIV.
5. Dapatkah saya terkena HIV melalui kontak atau
aktivitas sosial biasa seperti berjabat tangan,
berciuman, berbagi gunting kuku, kolam renang,
dudukan toilet, dan bersin?
Trasfusi
6. Menurut anda, menggunakan pelumas saat
berhubungan seksual dapat mencegah penularan HIV?
7. Apakah dengan donor darah bisah tertular HIV?
8. Apakah, dengan menggunakan narkoba suntik dapat
menular HIV?
9. Dengan adanya bersin dapat menyebabkan tertularnya
virus HIV.
10. Dapatkah saya terkena HIV dari jarum pada kursi
bioskop?
2. Tabel Pertanyaan Variabel Peran Guru
Petunjuk Pengisian Kuesioner :
a. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti sebelum memilih jawaban dan
berikanlah jawaban sesuai dengan alternatif yang anda pilih.
b. Kami mohon setiap pertanyaan dijawab dengan jujur dan apa adanya serta
tidak ada yang terlewatkan.
c. Jawaban yang anda berikan tetap dirahasiakan dan tidak akan digunakan
diluar kepentingan.
d. Beri tanda cheklist (√) pada kolom yang disediakan untuk jawaban yang
dipilih.
Keterangan:
S : Selalu KK : Kadang-Kadang TP
: Tidak Pernah
SR : Sering HTP : Hampir tidak pernah
No Pernyataan Jawaban Responden
S SR KK TP HTP
Motivator.
1. Guru saya sangat berperan penting untuk menyampaikan
informasi tentang penyakit HIV.
2. Guru saya menyarankan saya untuk mengikuti seminar.
3. Guru saya melibatkan saya dalam setiap kegiatan
pencegahan HIV.
4. Guru saya mengingatkan untuk Hindari menyentuh darah
dan cairan tubuh orang lain.
5. Guru saya mengarakan saya untuk Bergabung dengan
kelompok belajar.
Pengajar

6. Guru saya memberikan fasilitas untuk bekerja sama.


7. Guru saya memberikan kesempatan kepada saya untuk
bertanya tentang materi pelajaran pencegahan HIV
8. Seberapa sering anda mendengarkan penjelasan
pencegahan HIV?
9. Guru harus menanamkan cara berpikir positif kepada
remaja dalam menyelesaikan masalah.
10. Guru mengajar menggunakan Bahasa yang sederhana
dan mampu di mengerti oleh muridnya.
3. Tabel Pertanyaan Variabel Dukungan Orang Tua

No Pernyataan Jawaban Responden

S SR KK TP HTP
Dukungan interpersional

1. Orangtua saya mendukung saya untuk


untuk selalu aktif dalam norma agama.
2. Orangtua Saya menyarankan saya untuk
mendengarkan informasi yang cukup
tentang pencegahan penyaki HIV.
3. Informasi yang diberikan orangtua sesuai
dengan usia saya.
4. Orang tua saya berperan penting untuk
menjaga saya.
5. Orangtua saya cukup memberi informasi
tentang cara mencegah HIV.
Dukungan penilaian

6. Orangtua saya, mempercayai saya sebagai


remaja untuk dapat pmenghindari penyakit
HIV.

7. Orangtua saya mengawasi lingkungan


teman bermain saya.
8. Orangtua saya, telah memberikan waktu
yang cukup untuk melakukan diskusi
tentang penularan HIV.
9. Orang tua saya Bicarakan remaja
tentang pengaruh teman sebaya dan
lingkungan sekitar.
10. Orang tua saya menjelaskan Perbaiki
kesalahpahaman utnuk tidak lagi takut.
4. Tabel Petanyaan Variabel Persepsi diri

No Pernyataan Jawaban Responden


S SR KK TP HTP

Kepribadian

1. Saya selalu bergaul dengan orang yang lebih dewasa.

2. Saya lebih sering menunjukan perilaku yang


menyenangkan saya lebih banyak tertawa dari
tersenyum dari pada berwajah muram
3. Saya selalu mengikuti ajaran agama.

4. Di saat Saya olaraga bisa menyebabkan tertular HIV.

Motivas
i
5. Pertama kali saya melihat pembelajaran ini,saya
percaya bahwa pembelajaran ini sangat bagus bagi
saya.
Fasilitas kesehatan bisah membantu untuk
melakukan pencegahan HIV.
6. Jelas bagi saya bagaimana hubungan materi
pembelajaran pencegahan HIV ini dengan apa yang
telah saya ketahui.
7. Saya memahami tentang pencegahan HIV dengan
motivasi diri saya sendiri.
8. Saya selalu mau belajar mengenai pencegahan HIV.
9. Bergaul dengan teman-teman sebaya untuk saling
memotivasi.
LAMPIRAN OUTPUT SPSS

Frequencies

Notes

Output Created

Comments

Input Data

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working
137
Data File

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are


treated as missing.

Cases Used Statistics are based on all cases with


valid data.

Syntax FREQUENCIES
VARIABLES=HIV Guru Ortu
Persepsi
/ORDER=ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:00.000

Elapsed Time 00:00:00.004


Statistics

Tindakan
Pencegahan Dukungan
HIV Peran Guru Orangtua Persepsi Diri

N Valid 137 137 137 137

Missing 0 0 0 0

Frequency Table

Tindakan Pencegahan HIV

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Melakukan 63 46.0 46.0 46.0

Melakukan 74 54.0 54.0 100.0

Total 137 100.0 100.0

Peran Guru

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Mendukung 54 39.4 39.4 39.4

Mendukung 83 60.6 60.6 100.0

Total 137 100.0 100.0


Dukungan Orangtua

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Mendukung 52 38.0 38.0 38.0

Mendukung 85 62.0 62.0 100.0

Total 137 100.0 100.0

Persepsi Diri

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Mendukung 59 43.1 43.1 43.1

Mendukung 78 56.9 56.9 100.0

Total 137 100.0 100.0


Crosstabs

Notes

Output Created

Comments

Input Data

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working
137
Data File

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are


treated as missing.

Cases Used Statistics for each table are based on


all the cases with valid data in the
specified range(s) for all variables in
each table.

Syntax CROSSTABS
/TABLES=Guru Ortu Persepsi BY
HIV
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ RISK
/CELLS=COUNT EXPECTED
ROW
/COUNT ROUND CELL.

Resources Processor Time 00:00:00.000


Elapsed Time 00:00:00.037

Dimensions Requested 2

Cells Available 174762

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Peran Guru * Tindakan


137 100.0% 0 .0% 137 100.0%
Pencegahan HIV

Dukungan Orangtua *
137 100.0% 0 .0% 137 100.0%
Tindakan Pencegahan HIV

Persepsi Diri * Tindakan


137 100.0% 0 .0% 137 100.0%
Pencegahan HIV

Peran Guru * Tindakan Pencegahan HIV

Crosstab

Tindakan Pencegahan HIV

Tidak
Melakukan Melakukan Total

Peran Guru Tidak Mendukung Count 41 13 54

Expected Count 24.8 29.2 54.0


% within Peran Guru 75.9% 24.1% 100.0%

Mendukung Count 22 61 83

Expected Count 38.2 44.8 83.0

% within Peran Guru 26.5% 73.5% 100.0%

Total Count 63 74 137

Expected Count 63.0 74.0 137.0

% within Peran Guru 46.0% 54.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 32.168a 1 .000

Continuity Correctionb 30.209 1 .000

Likelihood Ratio 33.434 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear
31.933 1 .000
Association

N of Valid Casesb 137

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 24,83.

b. Computed only for a 2x2 table


Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Peran Guru


(Tidak Mendukung / 8.745 3.962 19.301
Mendukung)

For cohort Tindakan


Pencegahan HIV = Tidak 2.864 1.942 4.224
Melakukan

For cohort Tindakan


Pencegahan HIV = .328 .200 .535
Melakukan

N of Valid Cases 137

Dukungan Orangtua * Tindakan Pencegahan HIV

Crosstab

Tindakan Pencegahan HIV

Tidak
Melakukan Melakukan Total

Dukungan Tidak Mendukung Count 39 13 52


Orangtua
Expected Count 23.9 28.1 52.0

% within Dukungan
75.0% 25.0% 100.0%
Orangtua

Mendukung Count 24 61 85

Expected Count 39.1 45.9 85.0


% within Dukungan
28.2% 71.8% 100.0%
Orangtua

Total Count 63 74 137

Expected Count 63.0 74.0 137.0

% within Dukungan
46.0% 54.0% 100.0%
Orangtua

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 28.406a 1 .000

Continuity Correctionb 26.554 1 .000

Likelihood Ratio 29.378 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear
28.198 1 .000
Association

N of Valid Casesb 137

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23,91.

b. Computed only for a 2x2 table


Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Dukungan Orangtua


7.625 3.476 16.726
(Tidak Mendukung / Mendukung)

For cohort Tindakan Pencegahan HIV


2.656 1.828 3.859
= Tidak Melakukan

For cohort Tindakan Pencegahan HIV


.348 .214 .568
= Melakukan

N of Valid Cases 137

Persepsi Diri * Tindakan Pencegahan HIV

Crosstab

Tindakan Pencegahan HIV

Tidak
Melakukan Melakukan Total

Persepsi Diri Tidak Count 45 14 59


Mendukung
Expected Count 27.1 31.9 59.0

% within Persepsi
76.3% 23.7% 100.0%
Diri

Mendukung Count 18 60 78

Expected Count 35.9 42.1 78.0

% within Persepsi
23.1% 76.9% 100.0%
Diri
Total Count 63 74 137

Expected Count 63.0 74.0 137.0

% within Persepsi
46.0% 54.0% 100.0%
Diri

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 38.267a 1 .000

Continuity Correctionb 36.155 1 .000

Likelihood Ratio 40.110 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear
37.988 1 .000
Association

N of Valid Casesb 137

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 27,13.

b. Computed only for a 2x2 table


Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Persepsi Diri


10.714 4.823 23.803
(Tidak Mendukung / Mendukung)

For cohort Tindakan Pencegahan


3.305 2.151 5.078
HIV = Tidak Melakukan

For cohort Tindakan Pencegahan


.308 .192 .495
HIV = Melakukan

N of Valid Cases 137


DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai