Anda di halaman 1dari 54

1

A. JUDUL PENELITIAN

Efektifitas Sekolah Orang Tua Hebat Terhadap Pengetahuan Ibu Yang

Memiliki Anak Stunting tentang perawatan stunting Di kecamatan

Sumberjambe

1.1 Lokasi

Penelitian ini akan dilaksanakan di wilayah Desa Sumberjambe kabupaten

jember Secara administratif wilayah ini terdiri dari 9 Desa, Sampai dengan

akhir tahun 2023 jumlah penduduk Kecamatan Sumberjambe mencapai

59.623 jiwa ,Desa Sumberjambe : 6.481 jiwa Desa Rowosari : 4.905 jiwa

Desa Gunung malang : 7.994 jiwa Desa Cumedak : 6.714 jiwa Desa

Randuagung : 6.714 jiwa Desa Sumberpakem : 5.229 jiwa Desa Plerean :

6.657 jiwa Desa Pringgodani : 6.390 jiwa Desa Jambearum : 8.038 jiwa

Gbr peta sumberjambe 1.1

1
2

1.2 Persetujuan Etik

Penelitian ini merupakan penelitian multi center, karena dilakukan

pengamatan pada dua lokasi yaitu desa locus stunting, desa sumberpakem

yang sudah dilakukan program sekolah orang tua hebat dan desa plerean

desa yang belum dilakukan program sekolah orang tua hebat.

B. IDENTIFIKASI

2.1 Curriculum vitae peneliti

Nama Devi febri indriyanti

Tempat tanggal lahir situbondo , 08 februari 1984

Alamat sumberdanti 1/1 sukowono

Pekerjaan Perawat di RSD Kalisat Jember (2007

Sekarang)

Pendidikan D3 Keperawatan krikilan (2003-2006)

2
3

E-mail Devif7550@gmail.com

No. Telepon 081388001352

Status Saat Ini Mahasiswa Universitas dr Soebandi

Pekerjaan Perawat

Pendidikan D3 Keperawatan

2.1.2 CV Peneliti Anggota

1. Nama : Emi Eliya Astutik

Perguruan Tinggi : Universitas Dr Soebandi Jember

Proggram Studi : Profesi Ners

Jenis Kelamin : Perempuan

Jabatan Fungsional :Asisten Ahli Fungsional

Pendidikan Tertinggi : S2

Status Ikatan Kerja : Dosen Tetap

Status Aktif : Aktif

Riwayat Pendidikan

Perguruan Tinggi Gelar Tgl Ijasah

Akademik

2.M. Stikes Surya Mitra Husada S. Kep 2009 Elyas Arif

Stikes Surya Mitra Husada Ners 2010


3
4

Budiman, S. Kep., Ns., M.Kep

Universitas dr. Soebandi,


Faculty of Health,
Jl.dr.Soebandi No 99 Patrang, Jember, East Java
Indonesia
Phone: +6283847487772
Email: elyasarifbudiman@uds.ac.id
Sinta Id: 6759823
Scopus Id: 58162244700
Orcid: 0000-0002-0736-7513
Google Scholar: Xd-2svEAAAAJ

Education:
2012-2016 : Bachelor Of Nursing, Universitas dr. Soebandi,
Jember, East Java, Indonesia

2018-2020 : Master Of Nursing, Universitas Airlangga,


Surabaya, East Java, Indonesia

4
5

C.PROTOKOL PENELITIAN

3.1 Ringkasan

Fenomena yang terjadi pada tahap tumbuh kembang anak adalah masalah

stunting berdampak pada gangguan perkembangan otak yang akan

mempengaruhi kemampuan dan prestasi mereka selain itu anak yang

menderita stunting akan memiliki riwayat kesehatan buruk karena daya

tahan tubuh yang buruk. bagian dari upaya yang dilakukan untuk

mengurangi angka Stunting dengan memberikan pengetahuan kepada ibu

untuk mengajarkan bagaimana cara mengatasi permasalahan Stunting

serta untuk menunjang keberhasilan penurunan angka stunting yaitu

dengan pendidikan karakter cara pola asah, asuh, asih anak sehingga

asupan nutrisi bisa terpenuhi karena kokohnya pendirian dari seorang ibu

untuk tidak mengabaikan hal hal yang selama ini mereka anggap remeh,

berkembangnya fisik, mental, karakter anak dimulai dari pengetahuan ibu

yang berkembang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas

sekolah orang tua hebat (SHOT) terhadap pengetahuan ibu tentang

perawatan anak stunting didesa sumberjambe. Desain penelitian yang

digunakan adalah Quasi experiment one group pretest posttest design.

tingkat pengetahuan Variabel independen dari penelitian ini adalah

orientasi dengan media lembar balik, sedangkan variabel dependennya

adalah tingkat pengetahuan klien dimana peneliti menggunakan instrument

berupa kesioner untuk mengukur tingkat pengetahuan klien. Analisa

statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Wilcoxon match pairs

5
6

test.Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai anak

stunting dengan menggunakan total sampling yaitu ibu yang memiliki

anak stunting berjumlah 80 orang.

3.2. latar belakang

Jember berada di urutan angka Stunting terbanyak dan tertinggi di

propinsi Jawa Timur yang terletak di desa Sumberjambe, Stunting

merupakan indikator kekurangan gizi kronis akibat ketidak cukupan

asupan makanan dalam waktu yang lama, kualitas pangan yang buruk,

meningkatnya morbiditas serta terjadinya peningkatan tinggi badan yang

tidak sesuai dengan umurnya (TB/U) (Ernawati, Rosmalina and

Permanasari, 2021)

Pihak Kementrian Kesehatan menegaskan bahwa Stunting

merupakan ancaman utama terhadap kualitas masyarakat Indonesia. Bukan

hanya mengganggu pertumbuhan fisik, anak-anak juga mengalami

gangguan perkembangan otak yang akan mempengaruhi kemampuan dan

prestasi mereka. Selain itu, anak yang menderita Stunting akan memiliki

riwayat kesehatan buruk karena daya tahan tubuh yang juga buruk.

Stunting juga bisa menurun ke generasi berikutnya bila tidak ditangani

dengan serius. (Kemkes, 2023)

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO (2021), mengatakan angka

kejadian stunting di dunia mencapai 22 % atau sebanyak 149,2 juta pada

tahun 2022. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) Tahun 2022

6
7

prevalensi anak Indonesia di bawah usia lima tahun yang mengalami

stunting (pendek) yaitu 30,8 persen atau sekitar 7 juta balita (Kemenkes

RI, 2022). Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian

Kesehatan menunjukkan, prevalensi balita stunting di Jawa Timur

mencapai 19,2% pada 2022. Provinsi ini menduduki peringkat ke-25

dengan prevalensi balita stunting tertinggi di Indonesia Kabupaten Jember

merupakan wilayah dengan prevalensi balita stunting tertinggi di Jawa

Timur pada 2022, yakni mencapai 34,9%. Prevalensi Stunting Tahun 2022

Kabupaten Jember 7,37% sedangkan SSGI 34,90, Prevalensi stunting

tahun 2023 desa sumber jambe 558/13,61 merupakan angka tertinggi

jumlah balita stunting/ prevalensi diantara desa lokus stunting yang

lainnya di pemerintah kabupaten jember.(Kemkes RI.2022)

Minimnya pengetahuan orang tua dalam praktik pengasuhan anak

dan pemberian makanan yang tidak memadai turut menyebabkan

tingginya angka prevalensi stunting sehingga perlu aktif memberikan

pendidikan kepada orang tua melalui giat SOTH kurangnya pengetahuan

orang tua akan mengalami kegagalan mencapai potensi pertumbuhan,

menyebabkan malnutrisi kronis dan penyakit berulang selama masa kanak-

kanak. Hal ini dapat membatasi kapasitas fisik dan kognitif anak secara

permanen dan menyebabkan kerusakan yang lama.(Tiya, 2021)

Upaya terobosan untuk dapat meningkatkan kemampuan orangtua

dalam mengasuh anak dibentuknya Sekolah Orang Tua Hebat oleh

BKKBN Kegiatan terdiri dari Penyampaian Materi Pembelajaran,

7
8

Pemeriksaan Kesehatan, Praktek Keterampilan, Senam, Permainan dan

lain-lain .dengan adanya kelas SOTH akan memberikan dampak positif

bagi orang tua dalam pemberian nutrisi anak Melalui pembelajaran yang

enjoi and fun, orang tua sebagai pendidikan pertama bagi anak dan

menjadi percontohan baik sikap maupun perilaku, dengan kelas SOTH

harapannya akan memberikan dampak positif bagi orang tua dalam

percepatan pertumbuhan anak yang mengalami stunting. Sehingga peneliti

mencoba untuk mengetahui apakah efektif pengetahuan yang diberikan

melalui SOTH terhadap pertumbuhan anak yang mengalami stunting.

(Nindya, 2023)

D. ISU ETIK PENELITIAN

Masalah etika penilitian yang harus di perhatikan antara lain sebagai berikut,

menurut (Notoatmodjo, 2018):

1. Informed Consent

Informed consent merupakan persetujuan antara peneliti dengan responden

peneliti,dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent

tersebut akan di berikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan

lembar persetujuan untuj menjadi responden, Adapun tujuan dari informed

consent adalah agar mengerti maksud dan tujuan penelitian serta

mengetahui dampaknya. Jika responden bersedia, maka calon

resppondenakan menghormati hak responden. Beberapa informasi harus

ada dalam informed consent yaitu: partisipasi responden tujuan di lakukan

8
9

tindakan, jenis data yang di butuhkan, komotmen, prosedur pelaksanaan ,

potensial masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang

mudah di hubungi.

2. Anonymity ( tanpa nama )

Memberikan jaminan dalam penggunaan subjek, dengan caratidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada

lembarpengumpulan data atau hasil penelitian yang akan di sajikan.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi ataupun

masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah di kumpulkan di

jamin kerahasiaannya.

E. KAJIAN PUSTAKA

5.1 Konsep Stunting

5.1.1 Pengertian Stunting

Stunting adalah keadaan kegagalan dalam pertumbuhan yang

dialami anak balita. Hal tersebut terjadi akibat kekurangan energi kronis

sehingga anak terlalu pendek jika dibandingkan dengan anak seusianya.

Masalah gizi kronis digambarkan dengan adanya balita pendek yang

dipengaruhi dari keadaan ibu, masa janin, berat badan dan penyakit yang

9
10

pernah diderita saat balita. Masalah gizi lain tidak hanya berkaitan dengan

masalah kesehatan, tapi juga dipengaruhi keadaan tidak langsung yang

mempengaruhi kesehatan (Kemenkes RI, 2016: 1).

Berdasarkan (PMK, 2020), kategori status gizi balita antara lain sebagai berikut:

10
11

1. Berada di bawah garis merah

Bila grafik pertumbuhan anak berada di bawah garis merah, tandanya si Kecil

mengalami kurang gizi sedang hingga berat. Jika anak berada di zona ini,

konsultasi ke dokter anak untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut.

Biasanya dokter akan bertanya seputar kebiasaan makan dan mengubah jadwal

makan si Kecil. Agar lebih jelas, orangtua bisa konsultasi pada dokter anak

subspesialis metabolik yang fokus terhadap kasus gizi kurang, gizi buruk,

obesitas, dan kasus kelainan metabolik.

2. Terletak di area warna kuning (di atas garis merah)

Jika grafik pertumbuhan anak di KMS berada di area warna kuning, hal ini

menunjukkan si Kecil mengalami kurang gizi ringan. tidak perlu panik,

orangtua hanya perlu membuat evaluasi pemberian makan pada si Kecil. Untuk

lebih jelasnya, bisa konsultasikan ke dokter.

3. Berada di warna hijau muda di atas garis kuning

Bila grafik pertumbuhan terletak di warna hijau muda di atas garis kuning, si

Kecil memiliki berat badan cukup atau status gizi baik dan dikatakan normal.

11
12

Meski begitu, berat badan anak tetap perlu ditimbang dan diberikan makanan

sesuai kebutuhan gizi anak agar perkembangannya tetap sesuai dengan

umurnya.

4. Di atas warna hijau tua

Grafik KMS di atas warna hijau tua menunjukkan anak memiliki berat badan

yang lebih di atas normal Perlu diingat bahwa anak yang kelebihan berat badan

mudah terkena berbagai penyakit, seperti obesitas atau serangan jantung. Di

samping itu, orangtua juga perlu melihat perkembangan dan perubahan posisi

titik pada grafik di setiap bulan. Apakah naik atau turun, semakin menanjak,

atau malah menurun karena hal tersebut memiliki arti berbeda.Titik grafik

lebih tinggi dibandingkan sebelumnya: berat badan anak naik.Titik grafik

sejajar dengan bulan sebelumnya: berat badan sama dengan bulan lalu.Titik

terputus-putus: kurang rutin menimbang anak.Titik grafik lebih rendah dari

bulan sebelumnya: berat badan anak turun. Berat badan turun sering terjadi

terutama bila anak mulai memasuki usia 6 bulan, ketika gigi sudah mulai

tumbuh. Ketika sedang tumbuh gigi, anak akan mengalami demam ringan dan

nafsu makan akan sedikit menurun. Jika anak tidak mengalami sakit, tetapi

berat badannya tetap berkurang, ibu harus segera membawanya ke dokter. Di

dalam KMS, istilah naik atau tidak naik berat badan anak dilambangkan

dengan huruf N dan T. N yaitu untuk berat badan naik dan T untuk berat badan

tidak naik. Berat badan naik (N) artinya grafik berat badan mengikuti garis

pertumbuhan atau kenaikan berat badan sama dengan kenaikan berat badan

minimal (KBM) atau lebih. Berat badan tidak naik (T) artinya grafik berat

12
13

badan mendatar atau menurun memotong garis pertumbuhan di bawahnya atau

kenaikan berat badan kurang dari KBM.

5.2 Faktor Penyebab Stunting

Stunting disebabkan oleh banyak faktor. Penyebab stunting

dikategorikan menjadi 2 yaitu penyebab langsung dan penyebab tidak

langsung. Penyebab langsung terjadinya stunting yaitu :

a. Asupan Makanan

Risiko stunting dapat diperkecil dengan pemenuhan zat gizi

adekuat baik gizi makro dan mikro. Komponen penting dalam

makanan balita adalah pemberian MP-ASI dengan kualitas dan

kuantitas yang baik karena sumber makanan zat gizi makro dan zat

mikro memiliki peranan penting dalam pertumbuhan linier anak.

Pemberian makanan pada anak dengan tinggi protein, vitamin A,

kalsium dan zink dapat mempengaruhi tinggi badan anak. Pola

pertumbuhan normal anak dapat dicapai jika melakukan pemberian

asupan makan yang adekuat. Peningkatan risiko stunting dapat

terjadi jika diberikan MP-ASI berupa pemberian susu formula yang

terlalu dini dan frekuensi pemberian makan yang kurang (Mitra,

2015: 256).

b. Penyakit infeksi

13
14

Pemenuhan kebutuhan gizi memiliki dampak pada kondisi

kesehatan begitu pula sebaliknya. Status kesehatan seseorang

terutama akibat penyakit infeksi berdampak pada status gizi.

Penyakit infeksi yang dialami seseorang menyebabkan turunnya

nafsu makan sehingga asupan makan menjadi kurang sedangkan

tubuh membutuhkan asupan makan yang banyak untuk

meningkatkan suhu tubuh dan proses destruksi jaringan

(Sulistyoningsih, 2011: 6). Penelitian di Malawi menemukan durasi

terjadinya diare berhubungan dengan kejadian stunting. Diare

menyebabkan gangguan pertumbuhan disebabkan terjadinya

gangguan absorpsi nutrien setelah dan saat diare (Setiawan et al.,

2018: 281).

c. BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah)

Bayi dengan berat lahir rendah adalah bayi yang dilahirkan dengan

berat badan kurang dari 2500 gram. Ibu merupakan kelompok

masyarakat yang paling menderita terhadap kesehatan akibat krisis

ekonomi. Kualitas bayi yang dilahirkan dan anak yang dibesarkan

dipengaruhi oleh status kesehatan ibu. Bayi dengan berat lahir

rendah menjadi salah satu dari dampak dari ibu hamil yang

menderita kurang energi kronis dan mempunyai status gizi kurang.

BBLR memiliki kaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan

balita, selain itu juga memiliki dampak pada perkembangan dan

pertumbuhan anak di masa mendatang dan berpengaruh pada

14
15

turunnya IQ anak (Irianto, 2014: 368). Hasil dari penelitian Rahayu

et al. (2015) menunjukkan anak baduta dengan riwayat BBLR

berpeluang mengalami stunting 5,6 kali lebih besar dibandingkan

baduta dengan berat badan normal.

d. Genetik

Faktor genetik merupakan faktor dasar dalam mencapai tumbuh

kembang anak dibandingkan faktor lain. Faktor genetik meliputi

jenis kelamin, suku bangsa dan faktor bawaan. Faktor ini

ditentukan dengan intensitas dan kecepatan dalam pembelahan sel

telur, tingkat sensitivitas jaringan pada umur pubertas, rangsangan

dan pertumbuhan tulang. Faktor genetik antara lain faktor bawaan,

patologis, jenis kelamin, obstretic dan suku bangsa. Jika genetik

dapat berinteraksi dengan lingkungan yang baik maka akan

menghasilkan pertumbuhan yang optimal (Supariasa et al., 2012:

28). Orang tua pendek disebabkan karena membawa gen bersifat

pendek yang berasal dari kromosom. Hal ini memungkinkan akan

menurunkan pendek pada anak.

Faktor tidak langsung yang dapat mempengaruhi terjadinya stunting

diantaranya sebagai berikut:

a. Karakteristik Responden

1) Tingkat Pendidikan Ibu

15
16

Pendidikan ayah tidak berpengaruh langsung dengan

asupan makanan anak, namun pendidikan berpengaruh

langsung dengan asupan gizi dan cara pengasuhan anak.

Tingkat pendidikan ibu berpengaruh pada derajat

kesehatan. Seorang ibu memiliki banyak peran dalam

pembentukan kebiasaan makan anak. Pendidikan ibu

memiliki hubungan dengan kejadian stunting. Ibu yang

memiliki pendidikan rendah berisiko mempunyai anak

stunting sebesar 2,22 kali dibandingkan ibu dengan

pendidikan tinggi (Hizni et al., 2016: 135).

2) Pengetahuan Ibu

Pengetahuan dapat diperoleh dari pendidikan formal.

Seorang ibu yang memiliki pengetahuan gizi baik akan

mampu untuk menyajikan makanan yang baik untuk

dikonsumsi anggota keluarganya. Semakin baik

pengetahuan seseorang akan semakin memperhitungkan

jumlah dan jenis makanan yang akan dikonsumsi (Dahlia,

2014: 3). Menurut Pormes et al. (2014:5) pengetahuan

orang tua berhubungan dengan kejadian stunting. Ibu

dengan pengetahuan kurang memiliki peluang untuk

memiliki anak stunting sebesar 1,8 kali dibandingkan ibu

dengan pengetahuan baik.

16
17

3) Status Pekerjaan Ibu

Menurut penelitian Irvania et al. (2015:72) status pekerjaan

ibu tidak memiliki hubungan dengan kejadian stunting. Ibu

yang bekerja tidak akan bisa memberikan perhatian secara

penuh terhadap anaknya yang disebabkan beban kerja yang

dialami menyebabkan perhatian ibu berkurang dalam segala

hal mulai dari mengasuh dan mendidik anak terutama

dalam menyiapkan makan untuk anaknya.

4) Pendapatan Keluarga

Pendapatan keluarga yang tinggi akan mempermudah

keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Pendapatan rendah dapat mempengaruhi kuantitas dan

kualitas makanan yang dikonsumsi keluarga. Menurut

Anindita (2012: 619) tingkat pendapatan keluarga memiliki

hubungan dengan kejadian stunting. Jika keluarga yang

berasal dari pendapatan rendah dapat mengolah makanan

bergizi meski dengan bahan yang murah dan sederhana,

maka pertumbuhan anak menjadi baik. Keluarga yang

memiliki pendapatan rendah berisiko mengalami stunting

sebesar 2,3 kali dibandingkan keluarga yang memiliki

pendapatan cukup (Illahi, 2017: 9).

5) Pola Asuh

17
18

Cara pengasuhan memiliki hubungan erat dengan

pertumbuhan dan perkembangan pada balita. Ibu memiliki

peran penting dalam perawatan dan pengasuhan anak,

karena anak lebih banyak berinteraksi dengan ibu

dibandingkan dengan ayah. Pengetahuan ibu mengenai

kesehatan dan asupan gizi sebelum melahirkan, saat

melahirkan dan setelah melahirkan termasuk praktik

pengasuhan yang kurang baik. Beberapa fakta

menunjukkan 60% dari anak usia 0-6 bulan tidak

memperoleh ASI eksklusif dan 2 dari 3 anak usia 0-24

bulan tidak menerima makanan pendamping air susu ibu

(MP-ASI) yang diberikan pada anak usia diatas 6 bulan.

MP-ASI juga dapat mencukupi kebutuhan tubuh bayi yang

tidak hanya bersumber dari ASI, serta dapat membentuk

daya tubuh dan sistem imunitas anak yang kuat (Tim

Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, 2017:

7). Balita dengan pola asuh kurang berpeluang 14,5 kali

mengalami stunting dibandingkan balita yang memiliki

pola asuh baik (Nabusa et al., 2013: 27)

6) Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan meliputi upaya pencegahan,

peningkatan dan pengobatan baik pelayanan kesehatan

konvensional maupun tradisional, alternatif dan

18
19

komplementer melalui pelatihan dan pendidikan yang

mengutamakan kualitas, keamanan dan manfaat. Pelayanan

kesehatan terdiri dari pelayanan kesehatan primer, sekunder

dan tersier (Rachmat, 2017: 117-118). Peningkatan mutu

pelayanan kesehatan dan pemerataan pelayanan kesehatan

yang ada di masyarakat sudah dilakukan dengan berbagai

cara seperti dengan menempatan pelayanan kesehatan dasar

berada pada sektor pelayanan dasar. Pelayanan dasar dapat

dilaksanakan di posyandu, puskesmas pembantu,

puskesmas induk, serta unit lainnya. Pelayanan kesehatan

dilaksanakan agar pelayanan prima dapat diciptakan.

Cakupan pelayanan kesehatan diperluas dengan melakukan

pemerataan pelayanan kesehatan untuk semua aspek

masyarakat. Upaya pemerataan pelayanan kesehatan

dilakukan dengan penyebaran fasilitas balai kesehatan,

bidan, perawat, puskesmas keliling dan pos kesehatan desa

(Hidayat, 2008: 3).

7) Sanitasi

Sanitasi lingkungan mempunyai peran penting terhadap

kesehatan dan tumbuh kembang anak. Kebersihan

perorangan ataupun kebersihan lingkungan mempunyai

peranan penting pada penimbulan penyakit. Anak yang

sering sakit dapat diakibatkan karena kebersihan yang

19
20

kurang seperti diare, hepatitis, kecacingan, tifoid, demam

bedarah, malaria dan sebagainya. Tumbuh kembang anak

yang sering sakit akan terganggu (Soetjiningsih & Ranuh,

2014: 65).

5. 3 Dampak Stunting

Stunting menjadi indikator kunci dari kegagalan suatu

pertumbuhan. Stunting memiliki dampak pada tingkat kecerdasan, rentan

terhadap penyakit, menurunkan produktivitas dan menghambat

pertumbuhan ekonomi. Menurut WHO (2010) anak stunting akan

mengalami pertumbuhan terlambat, perkembangan mental terlambat,

menurunnya prestasi sekolah dan kapasitas intelektual. Wanita yang

pendek akan berisiko mengalami komplikasi kehamilan yang disebabkan

karena pelvis yang lebih kecil. Dampak lain berisiko akan melahirkan anak

dengan berat badan bayi lahir rendah (BBLR). Anak BBLR akan

cenderung lebih kecil saat tumbuh dewasa (Susanti & Citerawati, 2018:

5.4. Konsep Pengetahuan

5.1.4. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah suatu hasil dari penginderaan melalui panca indera

manusia yaitu pengelihatan, pedengaran, penciuman, rasa dan raba. Hasil

dari pengindraan khususnya indera mata dan indera telinga yang sebagian

besar mempengaruhi perhatian dan persepsi pada sebuah objek

(Notoadmojo, 2012).

20
21

Pengetahuan merupakan sesuatu yang berkaitan dengan proses

pembelajaran. Proses belajar tersebut dipengaruhi oleh faktor internal,

seperti dukungan dan faktor ekternal berupa sarana informasi dan keadaan

sosial budaya. Pengetahuan adalah informasi yang diketahui dan disadari

oleh seseorang (Notoadmojo, 2012).

5.1.5 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan seseorang dapat dipengeruhi oleh beberapa fakor yaitu

(Mubarak, 2011):

1. Pendidikan

Pendidikan merupakan sebuah proses perubahan sikap dan perilaku dari

individu/ kelompok yang merupakan sebuah usaha untuk mendewasakan

manusia melalui pengajaran dan pelatihan (Budiman & Riyanto, 2013).

2. Perkerjaan

Perkerjaan adalah suatu aktivitas yang dilakukan sehari- hari. Perkejaan

memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas manusia, perkerjaan

dapat memotivasi seseorang untuk memperoleh informasi dan melakukan

tindakan untuk mengindari masalah kesehatan (Notoadmojo, 2012).

3. Umur

21
22

Bertambahnya usia akan semakin berkembang pula pola pikir seseorang

sehingga informasi pengetahuan yang diperoleh dapat diterima dan

dipahami dengan baik (Mubarak, 2011).

4. Minat

Keinginan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal yang disukai

sehingga seseorang akan memperoleh pengetahuan yang lebih dalam dari

yang diminatinya (Mubarak, 2011).

5. Pengalaman

Pengalaman seseorang dapat diperoleh dari pengalaman pribadi maupun

pengalaman orang lain yang dapat membuat seseorang dapat mengetahui

cara menyelesaikan permasalahan dari pengalaman sebelumnya yang telah

dialami sehingga pengalaman tersebut dapat dijadikan sebagai

pengetahuan (Budiman & Riyanto, 2013).

6. Kebudayaan lingkungan sekitar

Adat dan budaya dapat berpengaruh terhadap terbentuknya sikap

seseorang. Bila kebudayaan lingkungan sekitar baik maka pengetahuan

juga akan baik begitu pula sebaliknya jika kebudayaan lingkungan buruk

maka pengetahuannya juga kurang baik (Mubarak, 2011).

7. Informasi

22
23

Informasi dapat diperoleh seseorang dari pendidikan formal maupun

informal. Informasi dapat diperoleh melalui media masa seperti televisi,

radio, koran, majalah, poster, baliho, dll. Informasi berperan terhadap

pembentukan opini dan kepercayaan seseorang yang menerimannya

(Notoadmojo, 2012).

5.1.6 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan ataupun kognitif ialah domain yang sangat berarti dalam

membentuk aksi seseorang (overt behavior). Tingkat pengetahuan di dalam

domain kognitif memiliki 6 tingkatan yaitu : Tahu (know), memahami

(comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis),

evaluasi (evaluation) (Notoatmodjo 2018)

a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai recall atau memanggil memori yang telah

ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan

yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu disisni

merupakan tingkatan yang paling rendah. Kata kerja yang digunakan untuk

mengukur orang yang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu dapat

menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehention) Memahami suatu objek bukan hanya sekedar

tahu terhadap objek tersebut, dan juga tidak sekedar menyebutkan, tetapi orang

tersebut dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang

23
24

diketahuinya. Orang yang telah memahami objek dan materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menarik kesimpulan, meramalkan terhadap

suatu objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami

objek yang dimaksud dapat menggunakan ataupun mengaplikasikan prinsip

yang diketahui tersebut pada situasi atau kondisi yang lain. Aplikasi juga

diartikan aplikasi atau penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip, rencana

program dalam situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis) Analisis adalah kemampuan seseorang dalam menjabarkan

atau memisahkan, lalu kemudian mencari hubungan antara

komponenkomponen dalam suatu objek atau masalah yang diketahui. Indikasi

bahwa pengetahuan seseorang telah sampai pada tingkatan ini adalah jika

orang tersebut dapat membedakan, memisahkan, mengelompokkan, membuat

bagan (diagram) terhadap pengetahuan objek tersebut.

e. Sintesis (Synthesis) Sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam

merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen

pengetahuan yang sudah dimilikinya. Dengan kata lain suatu kemampuan

untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang sudah ada sebelumnya.

f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian berdasarkan

suatukriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku

dimasyarakat.

24
25

6.4 Pengukuran Pengetahuan

Menurut (Arikunto 2018), pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan di

ukur dari subjek atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin diukur dan

disesuaikan dengan tingkatannya, adapun jenis pertanyaan yang dapat

digunakan untuk pengukuran pengetahuan secar umum di bagi menjadi 2

jenis yaitu:

a. Pertanyaan subjektif

Penggunaan pertanyaan subjektif dengan jenis pernyataan esay digunkan

dengan penilaian yang melibatkan faktor subjektif dari penilai, sehingga

hasil nilai akan berbeda dari setiap penilai dari waktuke waktu

b. Pertanyaan objektif

Jenis pertanyaan objektif seperti pilihan ganda (multiple choise), betul alah

dan pertanyaan menjodohkan dapat di nilai secara pas oleh penilai.

5.5 SEKOLAH ORANG TUA HEBAT

5.5.1 Devinisi

Sekolah Orang Tua Hebat, atau biasa disebut dengan SOTH, adalah sekolah

pengasuhan yang digagas oleh Badan Kependudukan Keluarga Berencana

Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Timur. Sekolah ini merupakan terobosan

untuk dapat meningkatkan kemampuan orangtua dalam mengasuh anak,

terutama anak BALITA. Posisi PKK pada kegiatan ini adalah sebagai

25
26

Pendamping. Kegiatan ini terdiri dari Penyampaian Materi Pembelajaran,

Pemeriksaan Kesehatan, Praktek Keterampilan, Senam, Permainan dan lain

lain.materi penting yang didapatkan peserta SOTH. Antara lain:

1 tentang Perencanaan Hidup Berkeluarga;

2 Memahami Konsep Diri yang Positif dan Konsep Pengasuhan

3.Peran Orangtua dan Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan

4. Menjaga Kesehatan Anak Usia Dini;

5. Pemenuhan Gizi Anak Usia Dini;

6. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat;

7.Stimulasi Gerakan Kasar dan Gerakan Halus

8.; Komunikasi Aktif, Komunikasi Pasif dan Kecerdasan;

9.Menolong Diri Sendiri Dan Tingkah Laku Sosial;

10.Pengenalan Kesehatan Reproduksi pada Anak Usia Dini;

11. Perlindungan dan Partisipasi Anak,

12.Menjaga Anak dari Pengaruh Media,

13.hingga pembentukan Karakter Anak pada Usia Dini,”

5.6 kerangka teori

26
27

BALITA

Faktor Penyebab Langsung


stunting Penerapan (SHOTH)
• Asupan Makanan

• Penyakit Infeksi

• BBLR

• Genetik

• Asupan Makanan

• Penyakit Infeksi

Pengetahuan

• BBLR

• Genetik

Gambar 5.6 Kerangka Teori

5.7 Kerangka Konsep

27
28

BALITA

Kejadian stunting

Pengetahuan Ibu Pengetahuan ibu Penerapan (SHOTH)


Sebelum Dilakukan sesudah dilakukan
Penerapan SHOT
penerapan SHOT

Angka Stunting Menurun

Keterangan
= Diukur

= Tidak diukur

Gambar 5.7 Kerangka Konsep

F. KONDISI LAPANGAN

28
29

6.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah desa sumberjambe Kabupaten

Jember dengan penelitian pengetahuan ibu yang memiliki anak stunting

sebelum dan sesudah lpenerapan sekolah orang tua hebat

6.2 Fasilitas

Dalam penelitian ini menggunakan fasilitas yang tersedia BKB (bina

keluarga balita)di desa tersebut jumlah peserta 100 0rang yang mempunyai

anak stunting yang berada didusun tersebut

6.3 Demografis

Desa sumberjambe terletak di kabupaten jember dengan batas-batas

wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Bondowoso

Sebelah Timur :Gunung raung

Sebelah Selatan : Kecamatan Ledokombo

Sebelah Barat : Kecamatan Sukowono

Jumlah penduduk desa sumberjambe Tahun 2023 berdasarkan proyeksi

penduduk sasaran program kesehatan yang dikeluarkan oleh Dinas

Kesehatan Propinsi Jawa Timur sebesar: 6.481 jiwa

29
30

Gambar peta 6.3

G. DESAIN PENELITIAN

7.1 Tujuan Penelitian

7.1.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan sekolah

orang tua hebat terhadap pengetahuan ibu yang memiliki anak stunting didesa

Sumberjambe

7.1.2 Tujuan Khusus

Tujuan Khusus penelitian ini adalah untuk :

a. Mengidentifikasi pengetahuan ibu yang memiliki anak stunting didesa sumberjambe

sebelum dan sesudah dilakukan penerapan sekolah orang tua hebat

30
31

b. Mengidentifikasi pengetahuan ibu yang memiliki anak stunting didesa sumberjambe

setelah dilakukan penerapan sekolah orang tua hebat

c. Menganalisa perbedaan sebelum dan sesudah dilakukan penerapan sekolah orang tua

hebat terhadap pengetahuan ibu yang memiliki anak stunting didesa sumberjambe

7.2 Hipotesis

Hipotesis adalah penegasan tentang hubungan antara kedua variabel yang seharusnya

dapat menjawab pertanyaan dalam penelitian. Setiap hipotesis terdiri dari suatu unit atau

bagian dari permasalahan (Nursalam, 2017). Dalam penelitian ini Hipotesis yang di dapat

adalah Ha diterima yang artinya terdapat pengaruh penerapan sekolah orang tua hebat

terhadap pengetahuan ibu yang memiliki anak stunting didesa sumberjambe

7.3 Pertanyaan Penelitian

Apakah terdapat pengaruh penerapan sekolah orang tua hebat terhadap pengetahuan ibu

yang memiliki anak stunting didesa Sumberjambe

7.4 Asumsi dan Variabel Penelitian

Variabel adalah karakteristik yang diamati dan digunakan sebagai suatu fasilitas an dan

atau manipulasi suatu penelitian (Nursalam, 2017). Variabel dalam penelitian ini adalah:

7.4.1 Variabel Independent dalam penelitian ini adalah penerapan sekolah orang tua

hebat

7.4.2 Variabel Dependen dalam penelian ini adalah adalah pengetahuan ibu yang

memiliki anak stunting penerapan sekolah orang tua hebat

31
32

7.5 Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Skala Hasil Alat


Operasional Data Ukur
pengetahuan ibu Pengetahuan Kuesioner Ordinal Baik jika
yang memiliki anak merupakan Baik jika nilai yang
stunting sebelum hasil dari tahu nilai yang di dapat ≥
dilakukan penerapan yang di dapat dari di dapat 76-100%
SHOT proses ≥ 76-100 - Cukup
pembelajaran dan % jika nilai
pengalaman - Cukup yang di
ayah atau ibu jika nilai dapat 60–
dalam pencegahan yang di 75 %
stunting sebelum dapat 60 - Buruk
dilakukan – 75 % jika nilai
penerapan SHOT - Buruk yang di
jika nilai dapat ≤60
yang di %
dapat ≤
60 %
pengetahuan ibu Pengetahuan Modul Ordinal Baik jika
yang memiliki anak merupakan kuesiorner nilai yang
stunting sesudah hasil dari tahu di dapat
dilakukan penerapan yang di dapat dari ≥ 76-100
SHOT proses %
pembelajaran dan - Cukup
pengalaman jika nilai
ayah atau ibu yang di
dalam pencegahan dapat 60
stunting sesudah – 75 %
dilakukan - Buruk
penerapan SHOT jika nilai
yang di
dapat ≤
60 %

7.6 Desain Penelitian

Jenis penelitian dalam proposal ini adalah kuantitatif dengan rancangan

desain penelitian korelasional menggunakan pendekatan cross sectional.

Desain penelitian cross sectional merupakan jenis penelitian yang

32
33

menekankan waktu observasi/pengukuran data variable independent dan

variable dependen secara bersamaan dalam satu waktu atau hanya satu kali

pada satu saat (Nursalam, 2015). Setiap subjek penelitian hanya dilakukan

satu kali observasi (Notoatmodjo, 2018). Dalam penelitian ini mencari

pengaruh penerapan sekolah orang tua hebat terhadap pengetahuan ibu yang

memiliki anak stunting didesa sumberjambe

7.6. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross

sectional. Penelitian cross sectional merupakan penelitian yang menyelidiki

korelasi antara paparan atau faktor resiko dan akibat atau efek. Penelitian

dengan cara pengambilan data variabel independent dan variabel dependent di

amati dalam waktu yang bersamaan jadi tidak di perlukan adanya tindak

lanjut ( Syapitri et al, 2021). Penelitian ini akan melakukan penelitian tentang

pengaruh penerapan sekolah orang tua hebat terhadap pengetahuan ibu yang

memiliki anak stunting didesa Sumberjambe

7.6.1. Populasi

Populasi dalam suatu penelitian merupakan subyek (manusia) yang

memenuhi kriteria penelitian yang telah ditetapkan (Nursalam, 2015).

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak stunting di

desa sumberjambe sebanyak 100 rang

33
34

7.7 Metode

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini melalui wawancara

(mengisi kuesioner) dan pengkajian

H. SAMPLING

8.1 Subjek Penelitian

8.1.1 Populasi

Populasi adalah area generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek

dengan jumlah dan karakteristik tertentu yang telah ditentukan oleh

peneliti untuk penelitian dan dari sana peneliti menarik kesimpulan hasil

penelitian (Sugiyono, 2016). Setiap subjek yang memenuhi kriteria yang

telah ditentukan merupakan populasi (Nursalam, 2017). Populasi dalam

penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak stunting di desa sumberjambe

sebanyak 100 rang

7.6.2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah dari responden yaitu orang yang

merespon atau menjawab pertanyaan peneliti baik pertanyaan tertulis

maupun lisan. Sumber data merupakan Subjek dari mana asal data

penelitian itu diperoleh (WirwatnaSujarweni, 2018). Pada penelitian ini

sumber berasal dari data primer dan data sekunder.

1. Sumber data primer

34
35

Sumber data primer merupakan sumber data pertama yang di peroleh

oleh individu atau peorangan seperti hasil wawancara atau hasil

pengisian kuesioner yang biasanya di lakukan oleh peneliti. Sumber

data primer dalam penelitian ini berasal dari kuesioner yang di berikan

kepada responden

2. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data penelitian yang di

peroleh peneliti melalui media perantara. Sumber data sekunder pada

penelitian ini berasal dari pengkajian pasien.

7.6.3. Teknik Pengumpulan Data

Langkah- langkah dalam penyusunan proposal sebagai berikut.

1) Mengajukan topik dan judul penelitian yang diambil

2) Menyusun proposal penelitian

3) Berkonsultasi dengan dosen pembimbing

4) Melakukan studi pendahuluan

5) Mengurus perizinan proposal

- Berdasarkan prosedur administratif sebagai berikut:

a. Proses perijinan awal di mulai setelah proposal ini di nyatakan

lolos etik untuk mendapatkan ijin penelitian dari program studi Ilmu

35
36

Keperawatan. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas dr Soebandi

Jember.

b. Setelah diterbitkan surat ijin /permohonan penelitian dari program

studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas D.r

Soebandi Jember surat di tembuskan kepada Bakesbangpol Jember.

c. Setelah mendapatkan ijin/rekomendasi penelitian dari

Bakesbangpol Kabupaten Jember maka rekomendasi tersebut di

teruskan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jember.

d. Setelah mendapatkan ijin dari Dinas BKKBN Jember surat di

teruskan kepada petugas sekretariat BKKBN Daerah sumberjambe

e. Setelah surat ijin penelitian keluar dari pihak Dinas BKKBN

Jember peneliti melakukan pengumpulan data penelitian. Pada

pelaksanaan, calon respoden di berikan penjelasan tentang informasi

dan penelitian yang akan dilakukan, jika responden tidak bersedia,

maka tidak akan di paksakan

6). Pengumpulan Data

Prosedur teknis pada penelitian ini merupakan teknik pengambilan data primer

pada responden penelitian dengan prosedur sebagai berikut :

a. Peneliti memberikan seluruh kuesioner tersebut pada responden

36
37

b. Responden dipandu untuk mengisi data umum terlebih dahulu

c. Selanjutnya setelah data umum selesai diisi responden dipersilahkan

melanjutkan untuk menjawab semua pertanyaan yang tersedia

d. Responden dipersilahkan untuk mengisi kuesioner tersebut sesuai dengan

petunjuk pengisian, yaitu dengan memberikan tanda centang

e. Setelah seluruh responden mengisi, maka peneliti melakukan pemeriksaan

ulang terhadap isian pada kuesioner yang tidak lengkap, maka peneliti

meminta kembali untuk mengisi dan memberikan jawaban ulang

f. Peneliti mengakhiri penelitian dan memberikan salam penutup

g. Waktu pengisian kuesioner penelitian adalah 15 – 20 menit

7) Pengolahan data, computer ( editing, coding, processing, dan learning )

8) Analisa data

9) Hasil

7.6.4. Istrumen Pengumpulan Data

Instrumen pegumpulan data merupakan alat yang di gunakan dalam

pengumpulan data ketika melakukan suatu penelitian (Notoatmodjo,

2018). Instrumen yang di gunakan dalam penelitian ini terdiri dari

kuesioner untuk menilai pengaruh penerapan sekolah orang tua hebat

terhadap pengetahuan ibu yang memiliki anak stunting

37
38

7.6.1. Kuesioner Data Demografi

Kuesioner data demografi di gunakan untuk mengetahui karakteristik

respponden penelitian meliputi: umur, jenis kelamin, pendidikan,

pekerjaan

8.1.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang merupakan sumber informasi

dalam penelitian (Sugiyono, 2016). Syarat sampel adalah mewakili

populasi dan sampel harus mencukupi (Nursalam, 2017). Penentuan

jumlah sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus slovin.

Rumus slovin yang digunakan adalah sebagai berikut :

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁ⅇ2

Keterangan :

n : Ukuran sampel

N : Populasi

e : Presentase kelonggaran ketelitian (kesalahan pengambilan sampel yang

masih bisa ditolerir)

Dalam rumus Slovin ada ketentuan sebagai berikut :

Nilai e = 0,1 (10%) untuk populasi dalam jumlah besar

Nilai e = 0,2 (20%) untuk populasi dalam jumlah kecil

38
39

Jadi range sampel yang bisa diambil dari metode Slovin adalah antara 10-

20% dari keseluruhan populasi. Prosentase kelonggaran yang digunakan

dalam penelitian ini adalah 10%.

N
2
1+ Ne

877
N= ( 0 ,1 ) ,2
1+ 877

N= 877
1+877(0.1)2
877
N = 1+ 8 ,77
877
N=
9 ,77
N= 89,7
Disesuaikan Oleh Peneliti Sample Dibulatkan Menjadi 100

jadi pada penelitian ini sampel yang diambil adalah 100 sampel. Teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Cluster

sampling. Cluster sampling digunakan untuk menentukan sampel bila

obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas (Sugiyono, 2019).

39
40

Pengambilan sampel adalah dengan ibu yang mempunyai anak stunting

didaerah desa sumberjambe - Jember yang dilakukan secara acak di bina

keluaga balita (BKB) Pada desa tersebut adalah sebagai berikut :

8.2 Kriteria Partisipan

8.2.1 Kriteria Inklusi

1) Sampel Ibu Balita yang memiliki anak stunting

2) Bersedia menjadi responden

3)Ibu Bisa Menulis Dan Membaca

8.2.2 Kriteria Eksklusi

1) Ibu Balita dengan buta huruf

2) ibu tidak bersedia menjadi responden

3) ibu yang tidak memiliki balita

8.3 Sampling Kelompok Rentan

I. INTERVENSI

9.1 Deskripsi Intervensi

Relevan karena penelitian ini melakukan intervensi melakukan berbagai

kegiatan dan edukasi kepada ibu yang memiliki anak stunting berupa

intervensi dari Penyampaian Materi Pembelajaran, Pemeriksaan

Kesehatan, Praktek Keterampilan, Senam, Permainan dan diukur sebelum

40
41

diberikan intervensi kemudian kedua ukur kembali sesudah dilakukan

inervensi.

J. MONITORING PENELITIAN

10.1 Monitoring Penelitian

Pengambilan data dilakukan pada saat ibu sebelum mendapatkan materi

pembelajaran penerapan SOTH kemudian setelah beberapa minggu

pemberian intervensi diukur kembali pengetahuan ibu setelah mengikuti

pembelajaran penerapan SHOT.

K. PENGHENTIAN PENELITIAN

11.1 Penghentian Penelitian

Penelitian ini akan dihentikan apabila penelitian ini sudah selesai atau

responden menolak untuk dilakukan penelitian dan responden

mengundurkan diri dan apabila kriteria sudah tercapai.

11.2 Alasan

Penghentian penelitian ini akan dilakukan apabila responden tidak berkenan

melanjutkan atau secara tiba tiba responden mengundurkan diri dan apabila

sampel memenuhi kriteria

41
42

L. ADVERSE EVENT & KOMPLIKASI

12.1 Metode Pencatatan dan Pelaporan

Penelitian ini merupakan intervensi pencatatan jawaban responden

menggunakan kuesiorner yang nantinya akan diolah dan dianalisis .responden

berhak menolak/menghentikan pengumpulan data jika ada hal yang tidak di

inginkan dalam penelitian

12.2 Resiko

Tidak ada resiko dalam penelitian ini, tetapi peneliti tetap menyediakan

fasilitas kesehatan bagi responden yang membutuhkan.

M. PENANGANAN KOMPLIKASI

13.1 Penanganan

Tidak ada penanganan serius dalam penelitian ini, tetapi peneliti tetap

menyediakan fasilitas kesehatan bagi responden yang membutuhkan.

Peneliti hanya akan menanyakan beberapa pertanyaan yang tercantum

dalam kuesiorner penelitian

N. MANFAAT

14.1 Manfaat Penelitian

14.1.1 Manfaat Teoritis

42
43

Menambah referensi kepustakaan khususnya tentang pemberian

pengetahuan pada orangtua yang memiliki anak stunting

14.1.2 Manfaat Praktis

1) Manfaat Bagi Pasien

Meningkatkan pengetahuan ibu tentang penerapan sekolah orang tua

hebat terhadap anak stunting didesa Sumberjambe

2) Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya

Menambah referensi lebih lanjut dengan topik yang berhubungan dengan

judul pengaruh penerapan sekolah orang tua hebat terhadap pengetahuan

ibu yang memiliki anak stunting didesa Sumberjambe

14.1.3 Manfaat Aplikatif

Orang tua balita atau responden dapat menjadikan hasil penelitian ini

sebagai acuan peningkatan pengetahuan ibu yang memiliki anak stunting

didesa sumberjambe

O. JAMINAN KEBERLANJUTAN

15.1 Keberlanjutan

Hasil dari penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh orang tua balita sebagai

tambahan pengetahuan dan wawasan dari penerapan sekolah orang tua

hebat (SHOT)

43
44

15.2 Modalitas

Peneliti memberikan sebuah makanan bergizi bagi responden dan balitanya

yang bersedia ikut dalam penelitian ini.

15.3 Pihak yang Mendapatkan Keberlangsungan Pengobatan

Pihak-pihak yang akan mendapatkan manfaat dari penelitian ini adalah

masyarakat wilayah sumberjambe dan responden yang telah ikut

berpartisipasi dalam penelitian ini.

15.4 Lama Waktu

Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian adalah sampai proses penelitian

ini selesai

P. INFORMED CONSENT

16.1 Cara Memperoleh Informed Consent

Peneliti sebelum melakukan penelitian akan memberikan penjelasan

mengenai prosedur, tujuan, manfaat dan resiko kepada subjek penelitian.

Karena subjek penelitian merupakan ibu maka pengisian informed consent

dilakukan oleh ibu.

16.2 Perencanaan Monitoring Kesehatan Ibu dan Anak

Dalam penelitian ini tidak melibatkan ibu yang sedang sakit

Q. WALI

44
45

17.1 Wali/Orang Tua

Dalam penelitian ini, Wali/Orang tua lah yang akan menerima informed

consent, karena Wali/Orang tua merupakan responden dari penelitian ini.

R. BUJUKAN

18.1 Deskripsi Bujukan

Sebagai tanda terima kasih peneliti kepada responden, maka peneliti akan

memberikan souvenir berupa makanan senilai Rp25.00 responden.

18.2 Rencana dan Prosedur

Sebelum penelitian dimulai, peneliti melakukan studi pendahuluan dengan

cara menginformasikan rencana penelitian kepada pihak desa Dimana

peneliti meminta ijin untuk menyampaikan kepada responden tentang

penelitian yang akan dilakukan dan juga manfaat yang akan diterima oleh

responden dari penelitian ini.

18.3 Perencanaan Menginformasikan Hasil Penelitian

Hasil akhir dari penelitian ini akan diinformasikan kepada responden dan

pihak desa dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahamisehingga

informasi penelitan dapat dibagikan dan diterima.

S. PENJAGAAN KERAHASIAAN

19.1 Proses Rekrutmen Subjek

45
46

Dalam proses perekrutan subjek/ responden, pertama-pertama peneliti

melakukan sebuah study pendahuluan untuk menentukan jumlah

responden yang akan diteliti. Kemudian peneliti memberikan sebuah

informed consent kepada Wali/Orang tua, yang berisi tentang maksud dan

tujuan penelitian. Dimana dalam informed consent tersebut, peneliti akan

menjaga privasi dan menjamin kerahasiaan data responden.

19.2 Proteksi Kerahasiaan Data

Langkah-langkah yang dilakukan peneliti untuk menjaga kerahasian data

responden yaitu dengan cara menjamin tidak akan menyebarluaskan data

responden ke orang lain dan hanya peneliti yang mengetahuinya. Semua

informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiannya.

19.3 Informasi Koding

Memberikan kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri dari

beberapa katagori sehingga memudahkan melihat arti suatu kode dari

suatu variabel.

19.4 Penggunaan Data Personal/Material Biologis

Relevan, karena dalam data penelitian ini digunakan sesuai dengan tujuan

dan manfaat Penelitian

T. RENCANA ANALISIS

20.1 Analisis Statistik

46
47

Suatu data tidak akan memiliki makna jika tidak dianalisis. Menganalisis

data tidak hanya menginterpretasikan data yang sudah diolah. Hasil dari

data yang analisis diharapkan dapat mengetahui hasil suatu penelitian

(Notoatmodjo, 2012: 180). Analisis data pada penelitian ini, yaitu:

a. Analisis Univariat

Analisis Univariat adalah suatu analisis yang dilakukan terhadap variabel.

Tujuan dilakukan analisis univariat untuk mengetahui konsep yang akan

diukur sehingga dapat dianalisis lebih lanjut (Rachmat, 2016: 246).

Analisis univariat pada penelitian ini adalah ). Analisa univariat dapat

dihitung dengan menggunakan rumus berikut.

. Analisa univariat dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut.

P= x 100%
N

Keterangan:
P= presentase
kategori

F=frekuensi
kategori

N=jumlah
responden

47
48

Pada kuesioner untuk setiap item pertanyaan yang dijawab responden


dijumlahkan kemudian dibagi dengan jumlah sampel dan dikali 100%,
hasilnya berupa persentase. Hasil yang didapatkan dimasukkan dalam
tabel frekuensi.

Pada kuesioner untuk setiap item pertanyaan yang dijawab responden

dijumlahkan kemudian dibagi dengan jumlah sampel dan dikali 100%,

hasilnya berupa persentase. Hasil yang didapatkan dimasukkan dalam

tabel frekuensi.

b. Analisis Bivariat

Tujuan analisis bivariat adalah untuk memastikan apakah variabel yang

diteliti mempunyai pengaruh atau tidak. Pada penelitian ini tehnik analisa

data menggunakan Rank Spearman. Dasar pemilihan uji analisis Rank

Spearman karena tujuan dari penelitian ini untuk mencari hubungan antar

variabel dan menggunakan skala ordinal (Nursalam, 2017). Setelah itu

memberi interpretasi terhadap nilai signifikansi (𝜌), dimana asumsi

statistik sebagai dasar untuk penerimaan hipotesis yaitu jika nilai

signifikansi (𝜌 ) ≤ 0,05 maka Ha diterima Ho ditolak yang berarti terdapat

hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent yang

diteliti

U. MONITOR KEAMANAN

21.1 Rencana Monitoring Keamanan Obat/Intervensi

48
49

Tidak relevan karena penelitian ini bukan penelitian intervensi dan tidak

memberikan obat apapun kepada responden.

V. KONFLIK KEPENTINGAN

22.1 Regulasi Konflik

Peneliti akan melaporkan sesuai dengan data yang didapat untuk

mencegah terjadinya konflik dan menjaga rahasia dari responden. Apabila

terjadi konflik maka peneliti akan melaporkan atau memberitahukan

kepada komite etik Universitas dr. Soebandi.

W. MANFAAT SOSIAL

23.1 Manfaat Sosial

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan setting sumber daya kecil

dan peneliti akan memfasilitasi jika terjadi hal atau konsekuensi terkait hal

yang diteliti.

23.2 Protokol Penelitian (Dokumen)

Penelitian ini melibatkan ibu di wilayah desa sumber jambe terkait

pengaruh penerapan sekolah orang tua hebat terhadap pengetahuan ibu

yang memiliki anak stunting didesa sumberjambe

Penanggung jawab lokasi peneliti serahkan kepala desa yang telah

diberikan informasi mengenai tujuan dan manfaat penelitian.

49
50

X. HAK ATAS DATA

24.1 Hak Publikasi Hasil Riset

Hasil dari penelitian ini, peneliti berhak untuk mempublikasikannya.

Sehingga penelitian ini dapat bermanfaat sebagai referensi bagi peneliti

lainnya.

Y. PUBLIKASI

25.1 Rencana Publikasi

Jika dari penelitian ini menghasilkan riset yang negative dan tidak

bermanfaat bagi pihak yang terlibat dalam penelitian ini, maka peneliti tidak

akan mempublikasikannya.

Z. PENDANAAN

26.1 Pendanaan

Pendanaan dalam penelitian ini menggunakan dana pribadi peneliti tanpa

melibatkan sponsor.

AA. KOMITMEN ETIK

27.1 Pernyataan Peneliti

Dalam penelitian ini peneliti mengacu kepada pedoman yang dikeluarkan

oleh Universitas dr. Soebandi dan akan mematuhi prinsip- prinsip yang

tertuang didalamnya.

50
51

27.2 Riwayat Usulan Review Protokol Etik

Peneliti belum pernah melakukan uji etik sebelumnya.

27.3 Pernyataan Tidak Ada Pemalsuan Data

Penelitian ini dijamin keaslian datanya dan apabila terdapat bukti adanya

pemalsuan data akan ditangani sesuai peraturan/ ketentuan yang berlaku.

51
52

DAFTAR PUSTAKA

Adriani, M. &. (2016). Pengantar Gizi Masyarakat. Pengantar Gizi Masyarakat,

104.

Alhamda, S., & Sriani, Y. (2015). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta:

Deepublish.

Anindita, P. (2012). Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu, Pendapatan Keluarga,

Kecukupan Protein dan Zinc dengan Stunting pada Balita Usia 6-35 Bulan

di Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat,,

617-626.

Dahlia, S. (2014). Pengaruh Pendekatan Positive Deviance terhadap Peningkatan

Status Gizi Balita. Jurnal Media Gizi Masyarakat Indonesia, 1-5.

Damayanti, R. A., Muniroh, L., & Farapti. (2016). Perbedaan Tingkat Kecukupan

Zat Gizi dan Riwayat Pemberian Asi Ekslusif Pada BAlita Stunting dan

NonStunting. Media Gizi Indonesia, 61- 69.

Departemen Kesehatan RI. (2020). Penilaian Status Gizi Anak Berdasarkan

Standar Antropometri. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Departemen Kesehatan. (2007). Profil Kesehatan Indonesia. (pp. 11-12). Jakarta:

Departemen Kesehatan.

Hizni, A. J. (2016). Hizni, A., Julia, M., & Gamayanti, I.L., 2016. Status Stunted

dan Hubungannya dengan Perkembangan Anak BaStatus Stunted dan

52
53

Hubungannya dengan Perkembangan Anak Balita di Wilayah Pesisir

Pantai Utara Kecamatan Lemahwungkuk Kota Cirebon. Jurnal Gizi Klinik

Indonesia, 131-137.

Irianto, K. (2014). Gizi Seimbang dalam Kesehatan Reproduksi. Bandung:

Alfabeta.

Mitra. (2015). Permasalahan Anak Pendek (Stunting) dan Intervensi untuk

Mencegah terjadinya Stunting (Suatu Kajian Kepustaan). Jurnal Kesehatan

Komunitas, 254-261.

Priyono, D. I., Sulistiyani, & dan Ratnawati, L. (2015). Determinan Kejadian

Stunting pada Anak Balita Usia 12- 36 Bulan di Wilayah Krja Puskesmas

Randuagung Kabupaten Lumajang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 349-

355.

Puskesmas Jelbuk. (2023). Laporan Bulanan e-PPBGM. Jember: Dinas Kesehatan

Kabupaten Jember.

Rachmad, H. (2017). Penguatan Upaya Kesehatan Masyarakat dan Pemberdayaan

Masyarakat Bidang Kesehatan di Indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press.

Septikasari, M. (2018). Status Gizi Anak dan Faktor yang Mempengaruhi.

Yogyakarta:: UNY Press.

Setiawan, E. M. (2018). Faktor-Faktor yang Berhubungn dengan Kejadian

Stunting pada Anak Usia 24-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas

53
54

Andalas Kecamatan Padang Timur Kota Padang Tahun 2018. Jurnal

Kesehatan Andalas, 275-284.

Supariasa, I. B. (2012). Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC .

Susanti, N. &. (2018). NCP Komunitas. Malang: Wineka Media.

Widyaningsih, N. K. (2018). Jurnal Gizi Indonesia. Keragaman Pangan, Pola

Asuh Makan dan Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-59 Bulan, 22- 29.

Yuliarti, N. (2010). Keajaiban ASI Makanan Terbaik untuk Kesehatan,

Kecerdasan, dan Kelincahan Si Kecil. Yogyakarta: Andi Offset.

54

Anda mungkin juga menyukai