Anda di halaman 1dari 99

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TB

ANAK USIA 0-14 TAHUN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Sebagai Mencapai Derajat Sarjana

ANDI PURNIAWAN
1511020054
LUTFI LATIFANIM. 1

311020079
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2019
ii
Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
iii
Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
iv
Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
v
Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang kasih dan sayangnya Maha

luas tidak terbatas ruang dan waktu yang di manapun, kapanpun dan kepada

siapapun kasih-Nya tetap tercurah. Atas limpahan rahmah dan hidayah – Nya lah

peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan Judul “Faktor-faktor yang

mempengaruhi TB anak usia 0-14 Tahun”.

Dalam penyusunan Skripsi ini penulis mengalami banyak kendala

dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, namun berkat usaha

dan bimbingan dari berbagai pihak skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh

karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang setulusnya kepada:

1. Dr. Anjar Nugroho, M.Si., M.H.I selaku rektor Universitas Muhammadiyah

Purwokerto.
2. Drs. H. Ikhsan Mujahid, M.S1 selaku dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Purwokerto.
3. Ns. Sri Suparti, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan S1

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.


4. Ragil Setiyabudi, S.KM.,M.Kes (Epid) Selaku pembimbing skripsi di Fakultas

Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.


5. Kedua Orang tua saya, Ayah dan Ibu serta kakak yang tidak pernah lelah

memberikan dukungan baik moral maupun materi dan do’a yang selalu

dipanjatkan kepada Allah SWT demi kelancaran penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini.

vi
Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
6. Semua sahabat seperjuangan yang selalu bersama-sama dalam keadaan apapun

baik senang maupun sedih dan saling mendukung dalam proses pembelajaran di

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.


7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


Semoga segala kebaikan yang diberikan mendapat balasan dari Allah SWT.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini jauh dari sempurna, penulis

berharap hasilnya dapat memberikan informasi bagi pembacanya.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TB ANAK USIA 0-14 TAHUN


DI KABUPATEN BANYUMAS
1
Andi Purniawan. 2Ragil Setiyabudi
Program Studi Keperawatan S1 Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Email : Andipurniawan700@gmail.com
vii
Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
ABSTRAK

Latar Belakang: Usia anak merupakan usia yang sangat rawan terhadap penularan
penyakit Tuberkulosis. Angka penularan dan bahaya penularan yang tinggi terdapat
pada golongan umur 0-6 tahun dan golongan umur 7-14 tahun. Tetapi faktor risiko
yang berperan penting dalam penularan penyakit TB adalah faktor anak diantaranya
riwayat kontak dengan penderita TB, Status gizi dan status imunisasi.
Tujuan: Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi TB anak usia 0-14 tahun di
Kabupaten Banyumas.
Metode Penelitian: Metode penelitian penelitian observasional dengan desain kasus
kontrol (case control). Sampel penelitian ini adalah anak 0-14 tahun yang tidak
terkena TB dengan teknik purposive sampling. Analisa data menggunakan uji chi
Square.
Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukan bahwa status imunisasi anak pada
kelompok kasus yang paling dominan adalah anak yang tidak diimunisasi (81%)
sedangkan kelompok kontrol status imunisasi yang paling dominan yaitu anak yang
mendapatkan imunisasi (57,1%), pada status gizi anak pada kelompok kasus yang
paling dominan adalah anak dengan status gizi berisiko (71,4%), sedangkan pada
kelompok kontrol yang paling dominan anak dengan status gizi tidak berisiko (66,7),
pada status kontak TB pada kelompok kasus yang paling dominan adalah anak yang
memiliki status kontak (57,1%), sedangkan kelompok kontrol yang paling dominan
adalah anak yang tidak memiliki status kontak (85,7%).
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara status imunisasi (0,002 (p value < 0,05)
dengan odd ratio sebesar 8,500), status gizi (0,002 (p value < 0,05) dengan odd ratio
sebesar 8,000) dan status kontak (0,004 (p value < 0,05) dengan odd ratio sebesar
8,000) dengan kejadian TB pada anak usia 0-14 tahun di Kabupaten Banyumas
Kata Kunci : Status imunisasi, Status Gizi, Status Kontak dan TB pada anak 0-14
tahun
1
Mahasiswa Prodi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto
2
Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto

THE FACTORS AFFECTING TUBERCULOSIS IN CHILDREN AGED 0-14


YEARS IN BANYUMAS REGENCY
1
Andi Purniawan. 2Ragil Setiyabudi
Program Studi Keperawatan S1 Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Email : Andipurniawan700@gmail.com

ABSTRACT

viii
Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Background: Childhood period is the most vulnerable age to Tuberculosis
transmission. High rates of transmission and danger of transmission are found in the
0-6 years age group and 7-14 years age group. Risk factors that played an important
role in the transmission of TB in children included contact history with TB patients,
nutritional status and immunization status. Objective: To determine the factors that
affect TB in children aged 0-14 years in Banyumas Regency. Research Method: This
research was an observational research method with a case-control design. The
sample of this study was children 0-14 years who were not exposed to TB with a
purposive sampling technique and those who were exposed to TB with total
sampling. Chi-square test was used for data analysis. Research Results: The results
showed that the immunization status of children in the most dominant case group
were children who had not immunized (81%), while the most dominant immunization
status control group were children who received immunizations (57.1%). The
nutritional status of children in the most dominant case group was children with
nutritional status at risk (71.4%), whereas in the control group the most dominant
children with nutritional status were not at risk 66.7%). TB contact status in the most
dominant case group was children who had contact status (57.1%), while the most
dominant control group was children who did not have contact status (85.7%)
Conclusion: There was a correlation between immunization status (p = 0.002),
nutritional status (p = 0.002) and contact status (p = 0.004) with the occurrence of TB
in children aged 0-14 years in Banyumas Regency.
Keywords: immunization status, Nutritional status, Contact Status and TB in
children aged 0-14 years.

1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Purwokerto
2
Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ....................................................................................................i


HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................................iii
SURAT PERNYATAAAN..............................................................................................iv

ix
Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
HALAMAN PERNYATAAN..........................................................................................v
KATA PENGANTAR.....................................................................................................vi
ABSTRAK .................................................................................................................vii
ABSTRAC ................................................................................................................viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................x
DAFTAR TABEL..........................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang ................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................4
C. Tujuan Penelitian.............................................................................................4
D. Manfaat Penelitian...........................................................................................5
E. Keaslian Penelitian..........................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tuberkulosis Anak...........................................................................................8
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi tuberculosis............................................24
C. Kerangka teori...............................................................................................33
D. Kerangka konsep...........................................................................................34
E. Hipotesis........................................................................................................34

BAB III METODE PENELITIAN


A. Metode penelitian..........................................................................................35
B. Waktu dan tempat penelitian.........................................................................35
C. Populasi dan Sampel......................................................................................36
D. Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi............................................................37
E. Variabel Penelitian.........................................................................................37
F. Definisi Operasional......................................................................................38
G. Pengumpulan Data.........................................................................................39
H. Pengolahan dan Analisa Data........................................................................41
I. Etika Penelitian..............................................................................................45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian..............................................................................................49
B. Pembahasan ..................................................................................................52
C. Keterbatasan Penelitian.................................................................................60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
x
Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
A. Kesimpulan ...................................................................................................61
B. Saran .............................................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Tabel keaslian penelitian.............................................................................6


Tabel 2.1 : Sistem skor diagnosis tuberculosis anak...................................................18
Tabel 2.2 : OAT (Obat Anti Tuberkulosis)..................................................................20
Tabel 2.3 : Dosis FDC untuk tuberculosis anak.........................................................21
Tabel 2.4 : Dosis OAT kombipak pada anak..............................................................21
Tabel 2.5 : Tabel status gizi........................................................................................30
Tabel 3.1 : Definisi Operasional.................................................................................38
Tabel 3.2 : Odds Ratio (OR).......................................................................................44
Tabel 4.1 : Distribusi Status Imunisasi BCG..............................................................49
Tabel 4.2 : Hubungan Status Imunisasi dengan Kejadian TB....................................50
Tabel 4.3 : Hubungan Status Gizi dengan Kejadian TB.............................................51
Tabel 4.3 : Hubungan Status Kontak dengan Kejadian TB........................................51

xi
Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Kerangka Teori.....................................................................................33


Gambar 2.2 : Kerangka ..............................................................................................34

xii
Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Permohonan menjadi Responden

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan menjadi Responden

Lampiran 3 : Surat ijin pra survey

Lampiran 4 : Surat Ijin Penelitian

Lampiran 5 : Surat Ijin Selesai Penelitian

Lampiran 6 : Dokumentasi

Lampiran 7 : Lembar Kuisioner

Lampiran 8 : Output SPSS

Lampiran 9 : Lembar Konsultasi

Lampiran 10 : Surat Terjemahan Judul Skripsi

xiii
Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka prevalensi TB paru di Dunia pada tahun 2014 sebesar 647/ 100.000

penduduk meningkat dari 272/100.000 penduduk pada tahun 2013, demikian juga

dengan angka kematian akibat TB pada tahun 2014 sebesar 41/100.000 penduduk,

meningkat daru 25/100.000 penduduk pada tahun 2013. (WHO, 2015)

Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun 2017

(data per 17 Mei 2018). Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus baru TBC tahun

2017 pada laki-laki 1,4 kali lebih besar dibandingkan pada perempuan. Bahkan

berdasarkan Survei, Prevalensi Tuberkulosis pada laki-laki 3 kali lebih tinggi

dibandingkan pada perempuan. Begitu juga yang terjadi di negara-negara lain.

Berdasarkan Survei Prevalensi Tuberkulosis tahun 2013-2014, prevalensi TBC

dengan konfirmasi bakteriologis di Indonesia sebesar 759 per 100.000 penduduk

berumur 15 tahun ke atas dan prevalensi TBC TA positif sebesar257 per 100.000

penduduk berumur 15 tahun ke atas. Berdasarkan survey Riskesdas 2013, semakin

bertambah usia, prevalensinya semakin tinggi. Kemungkinan terjadi reaktivasi

TBC dan durasi paparan TBC lebih lama dibandingkan kelompok umur di

bawahnya (Menkes,2018)

Secara nasional dari estimasi kasus TBC pada tahun 2017 sebanyak

1.020.000 penderita, baru 35,4% (360.564 penderita) yang terlaporkan, sehingga

ada missing case sebesar 64,6% atau (659,435%), sementara data penemuan
1
Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan 1511020054, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
2

penderita TB di Jawa Tengah tahun 2018, dari perkiraan kasus sebanyak 103.840

penderita, yang terlaporkan baru 44,33% (48.751 penderita), sehingga masih ada

55.089 pasien yang belum ditemukan / dilaporkan (Dinas Kesehatan provinsi Jawa

Tengah, 2018)

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas Jumlah penderita

penyakit TB pada anak (0-14 tahun) pada tahun 2015,2016,2017 tercatat, 25% ;

33% dan 41%. Berdasarkan data tersebut jumlah TB pada anak dari tahun ke tahun

meningkat dan terdapat tiga besar puskesmas yang memiliki kasus TB anak (0-14

tahun) yaitu Puskesmas Gumelar (24,19%), Puskesmas Kebasen (18,31%), dan

Puskesmas Jatilawang ( 17,41%). (DKK Banyumas,2017)

Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium

tuberculosis yang dapat menyerang pada berbagai organ tubuh mulai dari paru dan

organ di luar paru seperti kulit, tulang, persendian, selaput otak, usus serta ginjal

yang sering disebut dengan ekstrapulmonal TBC (Chandra,2012). Usia anak

merupakan usia yang sangat rawan terhadap penularan penyakit Tuberkulosis.

Angka penularan dan bahaya penularan yang tinggi terdapat pada golongan umur

0-6 tahun dan golongan umur 7-14 tahun. Namun Tuberkulosis pada anak biasanya

jarang diteliti dan cenderung diabaikan, padahal infeksi Tuberkulosis pada anak

apabila tidak terdeteksi lebih dini dan tidak diobati dengan baik dapat

menyebabkan penderitaan berkepanjangan bahkan menimbulkan kematian. Pada

anak, kuman Tuberkulosis terutama menyerang paru-paru 76% dan kelenjar limfe

14%, sisanya kuman tersebut dapat menyerang organ-organ lainnya seperti otak,

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


3

tulang, ginjal, hati dan usus. (Antono, 2002)

Anak, dengan TBC secara umum dikenal dengan istilah “flek paru-paru”.

Tuberkulosis pada anak juga mempunyai permasalahan khusus yang berbeda

dengan orang dewasa, baik dalam aspek diagnosis, pengobatan, pencegahan,

maupun TBC pada kasus khusus, misalnya pada anak dengan infeksi HIV

(Anonima, 2011). Selain itu, pemeriksaan TBC yang memerlukan sampel dahak

dari sang anak masih sulit diterapkan karena anak kecil sulit mengeluarkan dahak.

Akibatnya, kesulitan dan keraguan dalam aspek diagnosis ini seringkali

menimbulkan terjadinya over diagnosis dan over treatment dalam penanganan

TBC anak (Anonim, 2011).

Faktor-faktor (penyebab) terjadinya TB pada anak, diantaranya adalah factor

anak, faktor orang tua, dan faktor lingkungan. Sumber penularan penyakit TB

adalah penderita TB dengan BTA (+). Apabila penderita TB batuk, berbicara, atau

bersin dapat menularkan kepada orang lain. Tetapi faktor risiko yang berperan

penting dalam penularan penyakit TB adalah faktor anak diantaranya riwayat

kontak dengan penderita TB dewasa karena Sumber penularan tuberkulosis anak

adalah orang dewasa yang sudah menderita tuberkulosis aktif (tuberkulosis positif)

sedangkan anak- anak masih sangat rentan tertular tuberkulosis dari orang dewasa

karena daya tahan dan kekebalan tubuh anak yang lemah, status gizi karena

Kondisi fisik sangat berpengaruh karena bila anak tersebut sakit akan mudah

sekali rentan terkena penyakit dan status imunisasi BCG, karena imunisasi BCG

mengurangi risiko TB berat seperti meningitis TB atau TB miliar (Achmadi,

2009).

Dimensi penularan TB paru secara umum pada anak adalah sebagai dampak

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


4

dari kontak orang TB paru dewasa lebih besar aatau bukan sebagai sebab

( menularkan ke populasi). Hal ini terjadi karena pada anak kondisi penyakit lebih

sering paucibacillary, sangat sulit di deteksi baik dengan pemeriksaan sputum,

kultur dan uji molecular. Apabila penyakit ini tidak terdeteksi dan tidak terobati,

anak akan beresiko tinggi untuk mengalami kematian. (Acosta et al, 2014).

Dari hasil data survei yang didapatkan jumlah penderita TB pada anak (0-14

tahun) pada tahun 2018 di Puskesmas Jatilawang terdapat 3 penderita, Puskesmas

Kebasen 11 penderita,dan Puskesmas Gumelar 3 penderita. Berdasarkan latar

belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengambil judul penelitian tentang

“faktor-faktor yang mempengaruhi TB anak usia 0-14 tahun di kabupaten

Banyumas”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat

dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut “Apa saja faktor-faktor yang

berhubungan dengan TB anak usia 0-14 tahun di Kabupaten Banyumas?”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan

dengan TB anak usia 0-14 tahun di Kabupaten Banyumas

2. Tujuan Khusus

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


5

a. Mengetahui status imunisasi BCG pada anak usia 0-14 tahun di Kabupaten

Banyumas
b. Mengetahui status gizi pada anak usia 0-14 tahun di Kabupaten Banyumas
c. Mengetahui status kontak penderita TB anak usia 0-14 tahun di Kabupaten

Banyumas
d. Mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian TB pada anak usia 0-14

tahun di Kabupaten Banyumas


e. Mengetahui hubungan status imunisasi BCG dengan kejadian TB pada anak

usia 0-14 tahun di Kabupaten Banyumas


f. Mengetahui hubungan status kontak dengan kejadian TB pada anak usia 0-14

tahun di Kabupaten Banyumas.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi masyarakat

tentang TB pada anak sehingga dapat melakukan pencegahan agar anak tidak

tertular penyakit TB dan sebagai bahan acuan atau pertimbangan bagi peneliti

lain.

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


6

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi salah satu acuan serta rujukan

dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan keperawatan

komunitas terkait dengan pengendalian TB paru di Indonesia

b. Bagi Pasien

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumber informasi bagi pasien

terkait pentingnya pencegahan agar tidak tertular penyakit TB

c. Bagi Peneliti

Sebagai pengembangan kemampuan peneliti dalam mengaplikasikan ilmu

yang telah didapat dibangku kuliah dan menambah wawasan ilmu

pengetahuan bagi peneliti dalam hal penelitian ilmiah.

E. Keaslian Penelitian

No Nama Judul Metode Penelitian Hasil


Penelitian
1. Namira W Tuberculosis Penelitian ini merupakan Hasil penelitian
& Hari paru pada anak penelitian observasi menunjukan kepadatan
Kusnanto di Salatiga: analitik dengan desain kamar memengaruhi
(2017) pengaruh penelitian case control. kasus tuberkulosis
kondisi rumah Pene- litian paru anak. Probabilitas
dan pendapatan dilakukan di Kota Salatiga anak yang sakit, tidur di
keluarga dengan mengambil kamar dengan
semua data TB paru pada kepadatan tidak
anak yang tercatat di Balai memenuhi syarat dua kali
Kesehatan Paru lebih besar
(BKPM) Kota Salatiga dan daripada anak yang tidak
Rumah Sakit sakit. Penelitian
Umum Daerah (RSUD) Kota sebelumnya tidak
Salatiga pada tahun 2015 – menemukan hubungan
2016. Penelitian ini kepadatan kamar

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


7

No Nama Judul Metode Penelitian Hasil


Penelitian
dimulai pada tanggal 16 dengan kasus tuberkulosis
September 2016 – paru anak (5,9).
16 April 2017. Populasi
dalam penelitian ini
adalah semua anak usia ≤
15 tahun yang bertempat
tinggal di Kota
Salatiga pada tahun 2015 –
2016.
2. Chika Gambaran Jenis penelitian ini adalah Hasil penelitian di
Aulia Status Gizi deskriptif untuk melihat Instalasi Rekam Medik
Husna Pasien gambaran status gizi pada RSUP Dr. M. Djamil
(2013) Tuberkulosis pasien TB anak dengan Padang dengan
Anak di RSUP mengambil data rekam mengumpulkan data
Dr. M. Djamil medik dari pasien TB anak sekunder berupa data
Padang yang terdaftar di RSUP Dr. pasien tuberkulosis anak
M. Djamil Padang tahun di RSUP Dr. M. Djamil
2013. Padang periode Januari
2013 – Desember
2013.Berdasarkan data
yang diperoleh,
didapatkan 187 anak yang
menderita tuberkulosis
dengan distribusi lebih
banyak di poliklinik anak
daripada di Instalasi
Rawat Inap anak RSUP
Dr. M. Djamil Padang.
3. Halim Faktor risiko Penelitian ini merupakan Hasil penelitian dapat
(2015) kejadian Tb penelitian observasional disimpulkan bahwa
Paru Pada Anak dengan rancangan kasus kelembaban rumah
Usia 0 – 14 kontrol dilakukan di (OR=5,55), kelembaban
Tahun di Kabupaten Kebumen kamar (OR=6,45),
kabupaten Provinsi Jawa Tengah pada pencahayaan rumah
kebumen bulan Mei sampai dengan (OR=6,53), pencahayaan
Juli 2011. Populasi dalam kamar (OR=5,10),
penelitian ini adalah anak ventilasi kamar
usia 0-14 tahun tinggal di (OR=2,12), jenis lantai
wilayah Kabupaten (OR=3,61), bahan bakar
Kebumen. untuk memasak
(OR=4,25), Riwayat
kontak (OR=9,14), dan
PM 10 (OR=11,9) yang
tidak memenuhi syarat
merupakan faktor risiko
kejadian TB Paru anak di
Kabupaten Kebumen..

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tuberkulosis Anak

1. Definisi Tuberkulosis

Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang

disebabkan oleh bakteri Mikrobakterium tuberkulosa. Penyebab penyakit ini

adalah bakteri kompleks Mikrobakterium tuberkulosis. Mycrobacteria

termasuk dalam famili mycobacteriaceae dan termasuk dalam ordo

Actinomycetales. Kompleks Mikrobakterium tuberkulosis meliputi M.

tuberkulosis, M. bovis, M. africanum, M. microti, dan M. canettii. Dari

beberapa kompleks tersebut, M. tuberkulosis merupakan jenis yang

terpenting dan paling sering dijumpai. Bakteri ini merupakan bakteri basil

yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya.

Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru (90%) dibandingkan

bagian lain tubuh manusia (Masrin, 2008).


Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang

disebabkan oleh kuman mycrobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman

tuberculosis menyerang paru tetapi juga dapat menyerang organ tubuh

lainnya (Depkes, 2008). Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan

oleh mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang pada berbagai organ

tubuh mu\lai dari paru dan organ di luar paru seperti kulit, tulang,

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


9

persendian, selaput otak, usus serta ginjal yang sering disebut dengan

ekstrapulmonal TBC (Chandra, 2012).


TBC adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri aerob gram

positif, bakteri asam lemak, bakteri tersebut sering menyerang pada paru-

paru, meskipun juga dapat ke beberapa organ tubuh lainya (Rahajoe, 2008).

TBC adalah infeksi saluran nafas bawah yang disebabkan oleh

mycobacterium yang biasanya ditularkan melalui percikan (droplet) dari

orang ke orang, dan mengkolonasi bronkheolus dan alveolus.


Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa TBC adalah

penyakit infeksi saluran pernafasan bawah yang disebabkan oleh

mycobacterium yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama diparu atau

organ lain yang mempuyai tekanan partial oksigen tinggi dan dapat

ditularkan melalui droplet dari orang ke orang dan mengkolonasi

bronkheolus dan alveolus.

b. Etiologi

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh

mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis ditemukan oleh

Robet Koch pada tahun 1882. Basil tuberculosis dapat hidup dan tetap

virulen beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi dalam cairan mati

dalam suhu 600C dalam 15-20 menit. Fraksi protein basil tuberkulosis

menyebabkan nekrosis jaringan, sedangkan lemaknya menyebabkan sifat

tahan asam dan merupakan faktor terjadinya fibrosis dan terbentuknya sel

epiteloid dan tuberkel (FKUI, 2005).

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


10

Basil ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan

sinar matahari dan sinar ultraviolet. Ada dua macam mikobakterium

tuberculosis yaitu tipe human dan tipe bovin. Basil tipe bovin berada dalam

susu sapi yang menderita mastitis tuberkulosis usus. Basil tipe human bisa

berada di bercak ludah (droplet) di udara yang berasal dari penderita TBC

terbuka dan orang yang rentan terinfeksi TBC ini bila menghirup bercak ini.

Perjalanan TBC setelah terinfeksi melalui udara. Bakteri juga dapat masuk

ke sistem pencernaan manusia melalui benda/bahan makanan yang

terkontaminasi oleh bakteri. Sehingga dapat menimbulkan asam lambung

meningkat dan dapat menjadikan infeksi lambung (Sjamsuhidajat, 2005).

c. Tanda dan Gejala

Menurut Wong (2008) tanda dan gejala tuberkulosis adalah:

1) Demam

2) Malaise

3) Anoreksia

4) Penurunan berat badan

5) Batuk ada atau tidak (berkembang secara perlahan selama berminggu-

minggu sampai berbulan – bulan)

6) Peningkatan frekuensi pernapasan

7) Ekspansi buruk pada tempat yang sakit

8) Bunyi napas hilang dan ronkhi kasar, pekak pada saat perkusi

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


11

9) Demam persisten

10) Manifestasi gejala yang umum: pucat, anemia, kelemahan, dan

penurunan berat badan

Pada awalnya TB paru primer sukar diketahui secara klinis karena

penyakit ini mulai secara perlahan – lahan. kadang – kadang TB paru juga

ditemukan pada anak tanpa gejala atau keluhan. Gejala TB paru pada dibagi

menjadi dua yaitu:

1) Gejala umum / non spesifik, berupa:

a) Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dengan

penaganan gizi.

b) Anoreksia dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik.

c) Demam lama / berulang tanpa sebab jelas, dapat disertai keringat

malam.

d) Pembesaran kelenjar limpfe superfisial multipel dan tidak nyeri.

e) Batuk lebih dari 30 hari.

f) Diare persiten, tidak sembuh dengan pengobatan diare (Stork, 2009).

2) Gejala spesifik sesuai dengan organ yang terkena, yaitu:

a) TBC kulit / skofuloderma.

b) TBC tulang dan sendi.

c) TBC Otak dan syaraf: meningitis dengan gelala iritabel, kaku, muntah

dan kesadaran menurun.

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


12

d) TBC Mata: conjungtivitis, tuberkel khoroid.

e) TBC Organ Lainya.

TBC juga dapat menunjukan gejala seperti bronkopneumonia,

sehingga dengan pengobatan broncopneumonia tidak menunjukan

perbaikan, sehingga harus dipikirkan juga kemungkinan menderita TB

paur (Stork, 2009). Tanda klinis dari TBC adalah terdapatnya keluhan

berupa: Batuk berdahak (lebih dari 3 minggu), sputum mukoid atau

purulen, nyeri dada, demam dan berkeringat di malam hari, berat badan

menurun, anoreksia, malaise, ronki basah di apeks paru (Stork, 2009).

d. Patofisiologi

Menurut Somantri (2008), infeksi diawali karena seseorang menghirup

basil mycobacterium tuberculosis. Bakteri menyebar melalui jalan napas

menuju alveoli lalu berkembang biak dan terlihat bertumpuk. Perkembangan

mycobacterium tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke area lain dari

paru (lobus atas). Basil juga menyebar melalui sistem limfe dan aliran darah

ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang dan korteks serebri) dan area lain dari

paru (lobus atas). Selanjutnya sistem kekebalan tubuh memberikan respons

dengan melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil dan makrofag melakukan aksi

fagositosis (menelan bakteri), sementara limfosit spesifik-tuberkulosis

menghancurkan (melisiskan) basil dan jaringan normal.

Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah

terpapar bakteri. Interaksi antara mycobacterium tuberculosis dan sistem

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


13

kekebalan tubuh pada masa awal infeksi membentuk sebuah massa jaringan

baru yang disebut granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup

dan mati yang dikelilingi oleh makrofag seperti dinding. Granuloma

selanjutnya berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah

dari massa tersebut disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri atas makrofag

dan bakteri yang menjadi nekrotik yang selanjutnya membentuk materi yang

berbentuk seperti keju (necrotizing caseosa). Hal ini akan menjadi klasifikasi

dan akhirnya membentuk jaringan kolagen, kemudian bakteri menjadi

nonaktif.

Menurut Widagdo (2011), setelah infeksi awal jika respons system

imun tidak adekuat maka penyakit akan menjadi lebih parah. Penyakit yang

kian parah dapat timbul akibat infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya

tidak aktif kembali menjadi aktif, Pada kasus ini, ghon tubercle mengalami

ulserasi sehingga menghasilkan necrotizing caseosa di dalam bronkus.

Tuberkel yang ulserasi selanjutnya menjadi sembuh dan membentuk jaringan

parut. Paru-paru yang terinfeksi kemudian meradang, mengakibatkan

timbulnya bronkopneumonia, membentuk tuberkel, dan seterusnya.

Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini berjalan

terus dan basil terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Makrofag

yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu

membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit

(membutuhkan 10-20 hari). Daerah yang mengalami nekrosis dan jaringan

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


14

granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblas akan memberikan

respons berbeda kemudian pada akhirnya membentuk suatu kapsul yang

dikelilingi oleh tuberkel.

e. Cara Penularan

Penularan tuberculosis anak sebagian besar melalui udara sehingga

focus primer berada di paru dengan kelenjar getah bening membengkak serta

jaringan paru mudah terinfeksi kuman tuberculosis. Selain itu dapat melali

mulut saat minum susu yang mengandung kuman mycobacterium bovis dan

melalui luka atau lecet di kulit.

Sumber penularan adalah penderita TB paru bakteri tahan asam (BTA)

positif, pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke

udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung

kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam.

Orang dapat terinfeksi jika droplet tersebut terhirup kedalam saluran

pernafasan, kuman TB paru tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian

tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran

nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. Daya

penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang

dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan

dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak

menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB paru ditentukan oleh

konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


15

Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi penderita

tuberkulosis paru adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantarannya gizi

buruk atau HIV/AIDS (Hassan dan Alatas, 2009).

f. Diagnosis

Banyak orang yang menderita tuberkulosis paru dibanding dengan

tuberkulosis organ yang lain. Hal ini dikarenakan penyebaran melalui udara

yang dihirup mengandung kuman tuberkulosis yang berkembang menjadi

kompleks pimer dan disusul infeksi. Hal ini sangat sering terjadi tetapi gejala

pada umunya tidak khas.3 Satu-satunya bukti dengan menggunakan uji

tuberculin cara Mantoux dengan ditemukannya basil tuberkulosis.

Mayoritas diagnosis tuberkulosis anak didasarkan pada gambaran

klinis, gambaran radiologis dan uji tuberculin. Anak dicurigai menderita

tuberkulosis apabila terdapat keadaan atau gejala sebagai berikut :

1) Anak dicurigai menderita tuberkulosis bila :


a) Kontak erat dengan penderita tuberkulosis BTA positif
b) Ada reaksi kemerahan setelah suntik BCG dalam 3-7 hari
c) Terdapat gejala umum tuberkulosis.
2) Gejala umum yang dicurigai anak menderita tuberkulosis :
a) Berat badan turun 3 bulan secara berturut-turut tanpa sebab yang

jelas dan tidak naik dalam 1 bulan walaupun sudah dengan

penanganan gizi yang baik


b) Nafsu makan tidak ada (anoreksia)
c) Demam lama atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus,

malaria, ISPA)
d) Pembesaran kelenjar limfe tanpa disertai nyeri
e) Batuk lebih dari 30 hari dan nyeri dada
f) Diare persisten yang tidak kunjung sembuh.
3) Uji tuberculin
Tuberculin test positif (indurasi lebih dari 10 mm), meragukan

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


16

bila indurasi 5-9 mm, negative bila kurang dari 5 mm. Uji tuberculin

positif menunjukkan adanya infeksi tuberkulosis dan mungkin

tuberkulosis aktif pada anak.


4) Reaksi cepat BCG
Setelah mendapatkan penyuntikan BCG ada reaksi cepat

(indurasi lebih dari 5 mm) dalam 3-7 hari curigai terkena infeksi

tuberkulosis.
5) Foto rontgen paru
Sebagian foto tidak menunjukkan gambaran yang khas untuk

tuberkulosis.
6) Pemeriksaan patologi anatomi
Pada pemeriksaan ini dilakukan biopsi kelenjar, kulit, jaringan

lain yang dicurigai terkena infeksi tuberkulosis, biasannya ditemukan

tuberkel dan basil tahan asam.


7) Pemeriksaan mikrobiologi
Pemeriksaan langsung BTA secara mikroskopis dari dahak.
8) Pengobatan OAT (Obat Anti Tuberkulosis)
Dilakukan evaluasi tiap bulan, bila dalam 2 bulan terdapat

perbaikan klinis akan menunjang diagnosis tuberkulosis. Obat Anti

Tuberkulosin (OAT) yang biasa digunakan yaitu Isoniazid, Rifampisin,

Piranizamid, Etambutol dan Streptomisin. Efek samping OAT jarang

dijumpai pada anak jika dosis dan cara pemberiannya benar. Efek

samping yang biasa muncul yaitu hepatotoksisitas dengan gejala ikterik,

keluhan ini biasa muncul pada fase intensif (awal). Panduan OAT di

Indonesia dibagi menjadi :


a) Kategori 1 : 2 (HRZE)/4 (HR)3
b) Kategori 2 : 2 (HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
Dari kedua kategori ini disediakan panduan obat sisipan (HRZE)
c) Kategori anak : 2HRZ/4HR.

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


17

Panduan OAT kategori 1 dan kategori 2 disediakan dalam bentuk

paket berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT) sedangkan untuk

kategori anak dalam bentuk OAT kombipak. Paket kombipak terdiri dari

obat lepas yang dikemas dalam satu paket yaitu Isoniazid, Rifampisin,

Piranizamid dan Etambutol.


Diagnosis TB anak sulit sehingga sering terjadi misdiagnosis

baik overdiagnosis maupun underdiagnosis. Pada anak batuk bukan

merupakan gejala utama. Pengambilan dahak pada anak biasanya

sulit,maka diagnosis tuberkulosis anak perlu kriteria lain dengan

menggunakan sistim skor.


Tabel 2.1
Sistim skor diagnosis tuberkulosis anak
Parameter 0 1 2 3
Kontak TB Tidak jelas - Laporan BTA (+)
keluarga
(BTA(-) atau
tidak jelas )
Uji Tuberkulin Negatif - - Positif
(≥10mm/≥5mm
pada keadaan
imunosupresi)
Berat badan - BB/TB < 90% Klinis gizi -
(status gizi) atau BB/U < buruk
80% ( BB/TB <
70% atau
BB/U
< 60%)

Demam tanpa - ≥ 2 minggu - -


sebab yang jelas

Batuk - ≥ 3 minggu - -

Pembesaran - ≥ 1 cm, jumlah - -


kelenjar colli, >

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


18

aksila, inguinal 1, tidak nyeri

Pembengkakan - Ada - -
tulang atau pembengkakan
sendi
Foto thoraks Normal atau Gambaran - -
kelainan sugestif
tidak Tuberkulosis
jelas

Sumber : Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak

g. Pengobatan

Pengobatan secara umum dilakukan dengan meningkatkan gizi anak

untuk daya tahan tubuh dan istirahat.14 Hal yang perlu diperhatikan dalam

pemberian obat tuberkulosis pada anak yaitu pemberian obat tahap intensif

atau lanjutan diberikan setiap hari, dosis obat disesuaikan dengan berat

badan anak, pengobatan tidak boleh terputus dijalan.

Untuk terapi tuberkulosis terdiri dari dua fase yaitu fase intensif (awal)

dengan panduan 3-5 OAT selama 2 bulan awal dan fase lanjutan dengan

panduan 2 OAT (INH-Rifampisin) hingga 6-12 bulan. Fase intensif (awal)

pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk

mencegah terjadinya resistensi obat, bila pengobatan fase intensif diberikan

secara tepat biasannya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun

waktu 2 minggu, sebagian besar pasien tuberkulosis BTA positif menjadi

BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan sedangkan untuk fase lanjutan pasien

mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka waktu yang lebih

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


19

lama, tahap ini penting untuk membunuh kuman persister sehingga

mencegah terjadinya kekambuhan.

Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang biasa digunakan yaitu Isoniazid,

Rifampisin, Piranizamid, Etambutol dan Streptomisin. Terapi OAT untuk

tuberkulosis paru yaitu INH, Rifampisisn, Pirazinamid selama 2 bulan fase

intensif dilanjutkan INH dan Rifampisin hingga 6 bulan terapi (2HRZ-4HR).

Efek samping OAT jarang dijumpai pada anak jika dosis dan cara

pemberiannya benar. Efek samping yang biasa muncul yaitu hepatotoksisitas

dengan gejala ikterik, keluhan ini biasa muncul pada fase intensif (awal).

Tabel 2.2
OAT (Obat Anti Tuberkulosis)
Obat Sediaan Dosis mg/g Dosis Efek samping
BB sediaan

Isoniazid Tablet 100 dan 5-15 300 mg Peningkatan


(INH) 300 mg; sirup transminase,
10mg/ml hepatitis, neuritis
perifer,
hipersensitivitas
Rifampisin Kapsul/tablet 10-15 600 mg Urin/sekresi
(R) 150,300,450,600 warna kuning,
mg; sirup mual-muntah,
20mg/ml hepatitis
Piranizamid Tablet 500 mg 25-35 2g Hepatotoksisitas,
(Z) Hipersensitivitas
Etambutol (E) Tablet 500 mg 15-20 2,5 g Neuritis optika
(reversible),

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


20

gangguan visus,
gangguan warna,
gangguan saluran
cerna
Streptomisin Vial 1g 15-30 1g Ototoksisitas,
(S) Nefrotoksisitas
Sumber : Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak

Cara pengobatan INH diberikan selama 6 bulan, Rifampisin selama 6

bulan, Piranizamid selama 2 bulan pertama. Pada kasus-kasus berat dapat

ditambahkan Etambutol selama 2 bulan pertama.Untuk mengurangi angka

drop out dibuat dalam bentuk FCD (Fixed Dose Combination) untuk 2 bulan

pertama digunakan FDC yang berisi Rifampisin/ Isoniazid/ Piranizamid

dengan dosis 75 mg/ 50mg/ 150 mg sedangkan untuk 4 bulan berikutnya

digunakan FDC yang berisi Rifampisin/Isoniazid dengan dosis 75 mg/50mg.

Tabel 2.3
Dosis FDC untuk Tuberkulosis Anak
BB (kg) 2 bulan RHZ (75/50/150) 4 bulan RH (75/50)
5-9 1 tablet 1 tablet
10-19 2 tablet 2 tablet
20-33 4 tablet 4 tablet
Sumber : Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak

Tabel 2.4
Dosis OAT Kombipak pada anak
Jenis Obat BB < 10 kg BB 10-20kg BB 20-32 kg
Isoniazid 50 mg 100 mg 200 mg
Rifampisin 75 mg 150 mg 300 mg
Piranizamid 150 mg 300 mg 600 mg
Sumber : Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


21

Untuk kategori anak (2RHZ/4RH) , prinsip dasar pengobatan

tuberkulosis minimal 3 macam obat dan diberikan dalam waktu 6 bulan.

OAT pada anak diberikan setiap hari baik pada fase intensif (awal) maupun

fase lanjutan, dosis obat harus disesuaikan dengan berat badan anak.

Pada sebagian besar kasus tuberkulosis anak pengobatan selama 6

bulan cukup adekuat. Setelah pemberian obat 6 bulan, lakukan evaluasi baik

klinis maupun pemeriksaan penunjang. Evaluasi klinis pada tuberkulosis

anak merupakan parameter terbaik untuk menilai keberhasilan pengobatan.

Biladijumpai perbaikian klinis yang nyata walaupun gambaran radiologik

tidak menunjukkan perubahan yang berarti maka OAT dihentikan.

h. Pencegahan

Pencegahan tuberkulosis anak dapat dilakukan dengan Imunisasi BCG

(dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi tuberkulosis,

perbaikan lingkungan (dicari sumber penularannya), makanan bergizi (bila

anak dengan gizi kurang akan mudah terinfeksi kuman tuberkulosis,

sedangkan anak dengan gizi baik dapat meningkatkan daya tahan tubuh

sehingga anak tersebut tidak mudah terinfeksi kuman tuberkulosis),

kemoprofilaksis (kemoprofilaksis primer untuk anak yang belum pernah

terinfeksi tuberkulosis dengan tujuan untuk mencegah anak dengan kontak

tuberkulosis dan uji tuberculin negatif sedangkan kemoprofilaksis sekunder

untuk anak yang sudah terinfeksi kuman tuberculosis.

Pencegahan terhadap penyakit TB Paru dapat dilakukan dengan cara

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


22

1) Perhatikan pergantian udara dalam rumah atau tempat kerja.

2) Usahakan agar sinar matahari masuk dalam ruangan.

3) Tutup Mulut saat batuk.

4) Jangan meludah sembarang tempat.

5) Imunisasi BCG saat bayi

i. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Somantri (2008), pemeriksaan penunjang pada

pasientuberkulosis adalah:

1) Sputum Culture

2) Ziehl neelsen: Positif untuk BTA

3) Skin test (PPD, mantoux, tine, and vollmer, patch)

4) Chest X-ray

5) Histologi atau kultur jaringan: positif untuk mycobacterium tuberculosis

6) Needle biopsi of lung tissue: positif untuk granuloma TB, adanya sel- sel

besar yang mengindikasikan nekrosis

7) Elektrolit

8) Bronkografi

9) Test fungsi paru-paru dan pemeriksaan darah

j. Patogenesis

Penularan mycobacterium tuberkulosis biasanya melalui udara, hingga

sebagian besar fokus primer tuberkulosis terdapat dalam paru. Selain melelui

udara penularan dapat per oral misalnya minum susu yang mengandung basil

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


23

tuberkulosis, biasanya mycrobacterium bovis. Dapat juga terjadi dengan

kontak langsung misalnya melalui luka atau lecet di kulit (Hassan dan

Alatas, 2009), dan kontak tidak langsung melalui alat penderita (Hull, 2008).
Masuknya kuman tuberkulosis dalam tubuh tidak selalu menimbulkan

penyakit. Terjadinya penyakit dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya

basil tuberkulosis serta daya tahan tubuh dan Infeksi primer dapat terjadi

dalam paru yaitu 95%. Tuberkulosis primer cenderung sembuh sendiri, tetapi

sebagian akan menyebar lebih lanjut dan akan menyebabkan komplikasi.

Komplikasi tuberkulosis primer terjadi dalam 12 bulan setelah terjadinya

penyakit. Penyebaran hematogen dan meningitis dapat terjadi setelah 4 bulan

(Hassan dan Alatas, 2009)

B. Faktor yang mempengaruhi tuberculosis

1. Status Imunisasi BCG

BCG adalah vaksin hidup yang dibuat dari M. bovis yang dibiak

berulang selama 1-3 tahun, sehingga didapatkan kuman yang tidak virulen

tetapi masih mempunyai imunogenitas. BCG sebaiknya diberikan di regio

lengan kanan-atas pada daerah insersio M. deltoideus kanan, sehingga bila

terjadi limfadenitis BCG akan lebihmudah terdeteksi. Vaksinasi tidak perlu

diulang sebagai booster, demikian juga bila tidak terbentuk parut. Tidak ada

bukti bahwa vaksinasi ulangan BCG memberikan proteksi tambahan. (Windy,

2008)

Satgas Imunisasi IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia)

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


24

merekomendasikan pemberian BCG pada bayi ≤ 2 bulan. Pemberian BCG

setelah usia 1 bulan lebih baik. Tuberkel yang terbentuk oleh TB primer akan

terlindungi oleh respons imun tubuh yang didapat dari imunisasi tersebut,

sehingga akan menyebabkan infeksi menjadi tenang dan mencegah terjadinya

penyebaran. Imunitas timbul 6 - 8 minggu setelah pemberian BCG. Imunitas

yang terjadi tidaklah lengkap sehingga masih mungkin terjadi superinfeksi

meskipun biasanya tidak progresif dan menimbulkan komplikasi yang berat.

(Windy, 2008)

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa imunisasi BCG tidak

mencegah infeksi TB tetapi mengurangi risiko TB berat seperti meningitis TB

atau TB miliar. Efek proteksi atau efektivitas BCG bervariasi dari 0-80% dari

berbagai populasi dari berbagai dunia.Temuan yang berbeda-beda dari

berbagai penelitian mengenai efektivitas BCG dari berbagai negara

disebabkan oleh banyak faktor, antara lain sebagai berikut : Bias metodologi,

yaitu perbedaan desain dan pelaksanaan studi.

a. Strain dan dosis vaksin, yaitu perbedaaan jenis vaksin, perbedaan cara

penyuntikan, dan bentuk vaksin.

b. Perbedaan jadwal pemberian imunisasi.

c. Tinggi/rendahnya prevalensi bakteri lingkungan (M. atipik).

d. Virulensi strain kuman TB.

Faktor lain : reinfeksi eksogen vs infeksi endogen, faktor genetik,

faktor pejamu (status imun dan nutrisi), paparan, dan lain-lain. (Nastini,2008)

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


25

2. Status Gizi

a. Pengertian

Status gizi adalah suatu kondisi atau keadaan tubuh sebagai

akibat dari makanan yang dikonsumsi, penyerapan dan penggunaan

zat-zat gizi dalam makanan oleh tubuh.

b. Faktor yang mempengaruhi status gizi

Masalah gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor

eksternal maupun faktor internal. Adapun faktor-faktornya antara lain :

1) Faktor eksternal

a) Pendapatan

Tingkat penghasilan sangat ikut berpengaruh dalam

factor status gizi karena ikut menentukan jenis makanan apa

yang akan dimakan oleh anak tersebut dan ikut pula dalam

pengaruh perbaikan kesehatan dan kondisi keluarga.

b) Pengetahuan

Tingkat pengetahuan ikut berpengaruh karena dengan

mempunyai pengetahuan gizi yang baik maka

dapatmenentukan jenis dan jumlah makanan yang akan

dikonsumsi, kandungan makanan, cara pengolahan makanan

dan kebersihan makanannya.

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


26

c) Pekerjaan

Ibu yang bekerja biasanya tidak lagi memberikan

perhatian yang penuh kepada anak-anaknya akibatnya anaknya

jatuh sakit dan makanan yang diberikan tidak semestinya.

2) Faktor internal

a) Usia

Usia sangat berpengaruh dalam kemampuan atau

pengalaman orangtua terhadap pemberian nutrisi kepada

anaknya.

b) Kondisi fisik

Kondisi fisik sangat berpengaruh karena bila anak

tersebut sakit akan mudah sekali rentan terkena penyakit, dalam

masa ini kebutuhan zat gizi sangat dibutuhkan untuk masa

pertumbuhan.

c) Infeksi

Anak yang mendapatkan makanan cukup baik juga

dapat terkena demam atau diare akhirnya menderita kurang gizi

sebaliknya jika anak tersebut mendapatkan makanan yang tidak

baik akan mudah sekali terserang infeksi akibat daya tahan

tubuh yang melemah akibatnya anak tersebut kurang nafsu

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


27

makan dan akhirnya menderita kurang gizi.

c. Penilaian status gizi

Untuk mengetahui pertumbuhan anak maka dilakukan pengukuran

berat badan dan tinggi badan secara teratur, cara menilai status gizi

pada anak dibawah umur lima tahun (balita) dapat dilakukan secara

langsung dan tidak langsung.Penilaian status gizi secara langsung

terdiri dari empat penilaian yaitu penilaian antropometri, penilaian

klinis, penilaian biokimia dan penilaian biofisik, sedangkan penilaian

secara tidak langsung meliputi survey konsumsi makanan, statistika

vital dan faktor ekologi.

Penilaian antropometri merupakan ukuran tubuh manusia, ditinjau

dari sudut pandang gizi antropometri gizi berhubungan dengan ukuran

dimensi tubuh, komposisi tubuh berbagai tingkat umur dan gizi.

Penilaian antropometri paling sering dilakukan karena mudah,

prosedurnya sederhana, dapat dilakukan berulang untuk mengetahui

perubahan pertimbuhan tertentu pada anak balita.

Indeks yang digunakan dalam antropometri adalah berat badan

menurut umur, tinggi badan menurut umur dan berat badan menurut

tinggi badan.

Berat Badan menurut Umur (BB/U), berat badan merupakan salah

satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh, massa tubuh

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


28

itu sangat sensitif terhadap perubahan yang mendadak, misalnya

karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau

jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan merupakan parameter

yang sangat labil. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan

baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi

terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur.

Sebaliknya dalam keadaan abnormal terdapat 2 kemungkinan

perkembangan berat badan yaitu berkembang cepat atau lebih lambat

dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka

indeks BB/U digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi.

Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), tinggi badan merupakan

antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal.

Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan

pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat

badan, relatif kurang sensitive terhadap masalah kekurangan gizi

dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi

badan akan nampak dalam waktu yangrelatif lama. Berdasarkan

karakteristik diatas indeks TB/U menggambarkan status gizi masa

lampau dan erat kaitannya dengan status sosial ekonomi.

Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB), berat badan

memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam keadaan

normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


29

tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan

indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini (sekarang) selain

itu juga merupakan indeks yang independen terhadap umur.

Tabel 2.5
Indeks Status gizi
Indeks Status Gizi Ambang Batas

BB/U Gizi Lebih >+ 2SD


Gizi Baik >- 2SD sampai + 2SD
Gizi Kurang <- 2SD sampai - 3SD
Gizi Buruk <- 3SD

TB/U Normal ≥ 2SD


Pendek <- 2SD

BB/TB Gemuk >± 2SD


Normal - 2SD sampai + 2SD
Kurus <- 2SD sampai - 3SD
Kurus sekali <- 3SD

Sumber : WHO-NCHS

d. Riwayat kontak

Sumber penularan tuberkulosis anak adalah orang dewasa yang

sudah menderita tuberkulosis aktif (tuberkulosis positif) sedangkan

anak- anak masih sangat rentan tertular tuberkulosis dari orang dewasa

karena daya tahan dan kekebalan tubuh anak yang lemah.

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


30

e. Faktor toksik

Faktor toksik yang dapat mempengaruhi yaitu asap rokok

karena asap rokok dapat menurunkan respon terhadap antigen sehingga

benda asing yang masuk dalam paru tidak langsung bisa dikenali atau

dilawan oleh tubuh selain itu juga dapat menjadi salah satu penyebab

anak mudah terkena tuberkulosis, anak selain dari asupan gizi juga

memerlukan lingkungan yang bebas rokok sehingga dapat menurunkan

jumlah tuberkulosis anak.

f. Kondisi rumah

Kondisi rumah ikut berpengaruh karena pada kondisi rumah

yang buruk atau tidak layak untuk dihuni akan mempermudah terkena

penyakit tuberkulosis.

g. Kepadatan hunian

Merupakan proses penularan penyakit karena jika semakin

padat maka perpindahan penyakit (khusus penyakit menular) melalui

udara akan semakin mudah dan cepat, apalagi jika dalam satu rumah

terdapat anggota keluarga yang terkena tuberculosis.

3. Status kontak penderita TB paru

Menurut WHO tahun 2006 faktor risiko utama kejadian TB pada anak

terjadi akibat kontak serumah dengan TB dewasa yang menjadi sumber

penularan serta kondisi malnutrisi yang buruk. Anak yang terinfeksi kuman

TB sebagian besar tertular dari anggota keluarga dewasa. Adanya kontak

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


31

dengan BTA+ yang sumber penularannya tergantung pada probabilitas,

durasi dan kedekatan paparan kasus menular dan penularan dari sumber

kasus penyakit TB aktif orang dewasa. Pasien TB dengan

BTA+memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar daripada

pasien TB dengan BTA-. Pasien TB dengan BTA- masih memiliki

kemungkinan untuk menularkan penyakit TB.7 Tingkat penularan pasien

TB BTA+ adalah 65%, pasien TB BTA- dengan kultur positif adalah 26%,

sedangkan pasien TB dengan hasil kultur negatif dan foto torax positif

adalah 17%. (WHO,2006).

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


32

C. Kerangka Teori

Langsung : Tidak Langsung  Strain


 Perbedaan
 Riwayat Kontak  Jenis kelamin jadwal
 Faktor Toksik pemberian
 Status Imunisasi
imunisasi
 Kondisi Rumah  Tinggi /
rendahnya
 Kepadatan hunian prevalensi
bakteri
 Status Gizi
lingkungan
 Virulensi strain
kuman TB

TUBERCULOSIS

. Pengobatan Faktor Faktor


internal : eksternal :
 Usia  Pendapatan
 Kondisi  Pengetahuan
 Jenis fisik  Pekerjaan
 Efek Samping  Infeksi
 Penilaian
status gizi

STATUS TB ANAK

Gb 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Modifikasi Haq et al (2010) ; Heriyani (2012) ; Karim et al (2012) ;


Kuswantoro (2002) ; Nguyen et al (2009) ; Rahmawati,dkk (2009) ; Soborg
et al (2011) ; Wiharsini (2013)

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


33

D. Kerangka Konsep

Status Imunisasi BCG

Status Gizi Status TB Anak Usia 0-14 Tahun

Status Kontak

E. Hipotesis

Hipotesis dalam suatu penelitian berarti jawaban sementara penelitian,

dalil sementara yangkebenarannya aka dibuktikan dalam penelitian tersebut.

Telah mlalui pembuktia maka hipotesis dapat benar atau salah, bisa diterima

atau ditolak. (Notoatmodjo, 2010). Adapun hipotesis dalam penelitian ini

adalah :

1. Ada hubungan status imunisasi BCG dengan kejadian tuberculosis pada

anak yang berumur 0-14 tahun di Kabupaten Banyumas

2. Ada hubungan status gizi dengan kejadian tuberculosis pada anak yang

berumur 0-14 tahun di Kabupaten Banyumas

3. Ada hubungan status kontak dengan kejadian tuberculosis pada anak yang

berumur 0-14 tahun di Kabupaten Banyumas

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional dengan

desain kasus kontrol (case control). Studi kasus kontrol dilakukan dengan

mengindentifikasi kelompok kasus (anak yang menderita TB) dan kelompok

kontrol (anak yang tidak menderita TB), kemudian secara retrospektif diteliti

faktor-faktor resiko yang mungkin dapat menerangkan apakah kasus dan kontrol

dapat terkena paparan (factor penelitian); (status imunisasi BCG, status gizi dan

status kontak) atau tidak. Sumber data penelitian menggunakan data sekunder

dari rekam medis dan wawancara dengan kuisioner. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui faktor-faktor TB pada anak (0-14 tahun) di Kabupaten

Banyumas.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari 2019 sampai dengan bulan

Mei 2019.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di tiga puskesmas yang memiliki kasus TB anak (0-

14 tahun) terbesar yaitu Puskesmas Gumelar, Puskesmas Kebasen, dan

Puskesmas Jatilawang di Kabupaten Banyumas.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


35

Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik

tertentu yang akan diteliti. Dalam penelitian ini terdapat dua populasi yaitu :
a. Populasi kasus adalah adalah semua penderita TB paru pada anak (0-14

tahun) di puskesmas Kabupaten Banyumas yaitu Puskesmas Gumelar,

Puskesmas Kebasen, dan Puskesmas Jatilawang sejumlah 21 kasus pada

tahun 2019.
b. Populasi kontrol adalah seluruh anak 0-14 tahun yang tidak terkena TB

sejumlah 21 anak di Wilayah kerja Puskesmas Gumelar, Jatilawang

Kebasen.
2. Sampel
a. Sampel kasus
Pemilihan sampel pada kelompok kasus digunakan total sampling

yang berarti keseluruhan populasi menjadi sampel penelitian. Kelompok

kasus berjumlah 21 kasus TB paru pada anak (0-14 tahun).


b. Sampel kontrol
Besarnya sampel pada kelompok kontrol penelitian ditentukan secara

purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel secara sengaja yaitu

peneliti menentukan sendiri sampel yang diambil karena ada

pertimbangan tertentu.. Jumlah sampel kontrol pada penelitian ini yaitu

sama dengan jumlah sampel kasus sebanyak 21 responden yaitu anak usia

0-14 tahun yang tidak menderita TB paru dan merupakan tetangga

penderita TB.

D. Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi

1. Kriteria kasus

a. Kriteria Inklusi :

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


36

- Pasien TB anak umur 0-14 tahun yang berkunjung di Puskesmas

Gumelar, Puskesmas Kebasen dan Puskesmas Jatilawang di Kabupaten

Banyumas dan terdiagnosa TB paru.

b. Kriteria Eksklusi :

- Data pasien anak dengan TB paru berumur > 14 tahun

2. Kriteria kontrol

a. Kriteria Inklusi

- Orang tua anak yang berdomisili dekat dengan anak yang memiliki
riwayat TB

E. Variabel Penelitian

Adapun variabel yang terlibat dalam penelitian ini adalah variabel

independent dan variabel dependent.


1. Variabel bebas (independent)
Variabel ini sering disebut variabel stimulus, input, predictor, dan

antecedent. Dalam penelitian ini variable bebas yaitu status imunisasi BCG,

status gizi dan status kontak pasien TB anak.


2. Variabel terikat (dependent)
Variabel dependent sering disebut sebagai variabel tergantung, yaitu

variabel yang memberikan reaksi/respon jika dihubungakan dengan variabel

bebas. Dalam penelitian ini variabel terikat adalah kejadian TB anak terjadi

dan tidak terjadi (kasus dan kontrol).

F. Definisi Operasional

Definisi operasional dibuat untuk memudahkan pengumpulan data dan

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


37

menghindarkan perbedaan interpretasi serta membatasi ruang lingkup variabel

(Saryono, 2013). Dalam penelitian ini, definisi operasionalnya adalah

Tebel 3.1 Definisi Operasional


No Variabel Definisi Operasional Hasil Ukur Skala
1. Status Kepastian anak tersebut di 1. Diimunisasi Nominal
Imunisasi imunisasi atau tidak
BCG berdasarkan Record dari 2. Tidak
tempat pelayanan Diimunisasi
kesehatan bisa berupa
kartu KIA atau bertanya
kepada orang tua anak
tersebut
2. Status Gizi Gambaran keadaan gizi 1. Beresiko Nominal
anak yang teridentifikasi
dari (BB dan TB) yang ( <- 2SD
sampai - 3SD
berpengaruh terhadap
dan <- 3SD)
kondisi kesehatan
2. Tidak
Beresiko
( >± 2SD dan
- 2SD sampai
+ 2SD)
3. Status Keberadaan penderita TB 1. Ada Nominal
Kontak serumah dengan anak
(subyek penderita) 2. Tidak ada

4. Status TB Diagnosa TB anak 0-14 Kasus (terkena Nominal


tahun yang berada di TB)
wilayah puskesmas
Kontrol (tidak
gumelar, puskesmas
terkena TB)
kebasen dan puskesmas
jatilawang
G. Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


38

proses pengumpulan karakteristik yang diperlukan dalam suatu penelitian

(Nursalam, 2008). Pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari jenis data,

teknik pengumpulan data dan cara pengumpulan data.


1. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder.
a. Data primer
Data primer dalam penelitian ini diperoleh secara langsung saat

penelitian yaitu melalui lembar kuesioner. Data primer dalam penelitian ini

adalah status gizi, status imunisasi BCG dan status kontak.


b. Data sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari dokumen yaitu data

jumlah pasien TB paru pada anak (0-14 tahun) dan status imunisasi anak.
2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner

yaitu dengan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan suatu

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab

(Sugiyono, 2009). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai

berikut:

a. Mengurus surat pengantar dari Universitas Muhammdiyah Purwokerto.

b. Mengurus izin kepada Kepala Puskesmas.

c. Setelah mendapat izin dari Puskesmas, peneliti melakukan kordinasi

dengan bagian keperawatan untuk mempersiapkan pelaksanaan penelitian.

d. Peneliti menjelaskan latar belakang, tujuan dan manfaat penelitian kepada

responden

e. Memberikan informed consent sebagai bukti bahwa mau untuk dijadikan

responden, dibantu oleh asisten peneliti.

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


39

f. Responden yang bersedia menjadi responden diberikan lembar kuesioner

berupa kartu yang harus dibawa saat melakukan kunjungan ulang

g. Peneliti memberikan kuesioner. Peneliti mendampingi responden dalam

mengisi kuesioner agar dapat menjelaskan jika ada pertanyaan yang kurang

jelas. Kuesioner yang telah terisi langsung dikembalikan kepada peneliti

untuk dicek kelengkapan dari jawaban

h. Setelah kuesioner diisi semua, dikembalikan ke peneliti untuk dilakukan

pengecekan.

H. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data
Metode pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan perhitungan

statistik dengan cara pengolahan dan analisis data dilakukan dengan cara

sebagai berikut (Notoatmodjo, 2010) :


a. Editing
Editing adalah memeriksa kembali kebenaran data yang telah

dikumpulkan berupa hasil dari pembagian kuesioner. Peneliti melakukan

pemeriksaan ulang kuesioner di tempat pengumpulan data, meneliti

kembali jawaban yang ada serta kelengkapan pengisian data kuesioner

yang diisi oleh responden, bila terjadi kekurangan atau ketidaksesuian

dapat segera dilengkapi atau disesuaikan, kemudian menghitung jumlah

kuesioner dan melakukan koreksi.


b. Coding

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


40

Coding adalah memberikan kode pada semua hasil jawaban

kuesioner yang sudah terkumpul (Arikunto, 2010). Koding dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Variabel Status Imunisasi BCG

a) Tidak diimunisasi dengan kode 1

b) Imunisasi dengan kode 2

2) Variabel Status Gizi BCG

a) Status gizi berisiko dengan kode 1

b) Status gizi tidak berisiko dengan kode 2

3) Variabel Status Kontak BCG

a) Memiliki dengan kode 1

b) Tidak memiliki dengan kode 2

4) Variabel Status TB

a) Terkena dengan kode 1

b) Tidak terkena dengan kode 2

c. Entry Data
Entry data dalam penelitian ini adalah memasukkan hasil jawaban

kuesioner responden ke dalam tabel untuk kemudian dilakukan

penghitungan.
d. Tabulating
Tabulating adalah pembuatan tabel untuk analisis univariat dan

bivariat. Untuk tabulasi silang atau crosstab penulis meletakan variabel

bebas pada baris dan variabel terikat pada kolom.


2. Analisis Data

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


41

Langkah terakhir dari suatu penelitian adalah melakukan analisa data.

Analisis data dilakukan secara bertahap dan dilakukan melalui proses

komputerisasi (Notoatmodjo, 2010). Analisis dalam penelitian ini meliputi :

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan frekuensi masing-

masing variabel, baik variable bebas maupun variabel terikat. Teknik analisa

data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan perhitungan

statistik sederhana yaitu persentase atau proporsi.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel

yang diduga memiliki hubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo 2010).

Analisis bivariat dapat dilakukan dengan dua tahap. Tahap I yaitu uji chi

square untuk mengetahui hubungan antara masing-masing variabel bebas

dan variabel terikat. Dasar penentu adanya hubungan penelitian

berdasarkan pada signifikan (nilai p) yaitu:

1. Jika nilai p > 0,05 maka tidak terdapat hubungan.

2. Jika nilai p ≤ 0,05 maka terdapat hubungan.

Analisis selanjutnya adalah mengetahui terjadinya besar risiko variabel

terikat. Odds Ratio (OR) adalah ukuran asosiasi paparan (faktor risiko)

dengan kejadian penyakit; dihitung dari angka kejadian penyakit pada

kelompok berisiko (terpapar faktor risiko) dibanding angka kejadian

penyakit pada kelompok yang tidak berisiko (tidak terpapar faktor risiko).

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


42

Analisis untuk mencari faktor resiko antar variabel menggunakan

Odds Ratio. Faktor resiko yang dimaksud adalah mencari apakah satu variabel

(X) merupakan faktor resiko untuk terjadinya variabel tertentu (Y).


Menurut Riwidikdo, H (2012), proporsi kasus dan kontrol terhadap

populasi biasanya tidak diketahui dengan pasti, oleh karena itu resiko

relatifnya hanya dianggap sebagai perkiraan resiko relatif atau disebut odds

ratio. Dari tabel 2x2, sebagai berikut :

Tabel 3.2 Odds ratio (OR)

Status TB
Faktor Resiko Ya Tidak
YA A B
TIDAK C D
Total N1 (a+c) N2 (b+d)

Maka formulasi odds ratio adalah :

OR harus selalu disertai nilai interval kepercayaan (confidence interval)

yang dikehendaki, misalnya interval kepercayaan 95%. Interpretasi hasil OR

adalah sebagai berikut.

1) OR > 1, artinya mempertinggi (merupakan faktor) resiko; Confident

Interval (CI) > 1;


2) OR = 1, artinya tidak terdapat asosiasi/hubungan;
3) OR < 1, artinya mengurangi resiko; Confident Interval (CI) < 1
Menentukan Odds Ratio (OR) untuk variabel bebas dengan skala kategorik

dengan lebih dari dua kategori terdapat dua cara untuk mengetahui hubungan

dan OR antara variabel bebas dengan variabel terikat. Cara pertama adalah

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


43

dengan analisis Chi-Square pada menu Crosstab, cara kedua adalah dengan

regresi logistik (Dahlan, 2011).

I. Etika Penelitian

Menurut Hidayat (2007), dalam melaksanakan penelitian harus

memperhatikan prinsip – prinsip etika penelitian dan masalah etika penelitian

sebagai berikut :
1. Prinsip – prinsip etika penelitian
a. Prinsip manfaat
Dengan berprinsip pada aspek manfaat, maka segala bentuk

penelitian yang dilakukan memiliki harapan dapat dimanfaatkan untuk

kepentingan manusia. Prinsip ini dapat ditegakkan dengan membebaskan,

tidak memberikan atau menimbulkan kekerasan pada manusia, tidak

menjadikan manusia untuk dieksploitasi. Penelitian yang dihasilkan dapat

memberikan manfaat dan mempertimbangkan antar aspek risiko dengan

aspek manfaat, bila penelitian yang dilakukan dapat mengalami dilema

dalam etik.
b. Prinsip menghormati manusia
Manusia memiliki hak dan mahluk yang mulia yang harus dihormati,

karena manusia memiliki hak dalam menentukan pilihan antara mau dan

tidak mau untuk diikutsertakan menjadi subjek penelitian. Prinsip

menghormati manusia dalam penelitian ini adalah peneliti tidak akan

melakukan pemaksaan kepada calon responden apabila menolak untuk

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


44

dijadikan responden penelitian ini.


c. Prinsip keadilan
Prinsip ini dilakukan untuk menjujung tinggi keadilan manusia

dengan menghargai hak atau memberikan pengobatan secara adil, hak

menjaga privasi manusia, dan tidak berpihak dalam perlakuan terhadap

manusia. Prinsip keadilan dalam penelitian ini adalah peneliti tidak akan

membeda-bedakan perlakuan yang diberikan antara responden yang satu

dengan yang lainnnya.


2. Masalah Etika Penelitian
a. Informed consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan

informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan

penelitian. Jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani

lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus

menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang harus ada dalam

informed consent tersebut antara lain: partisipasi pasien, tujuan

dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur

pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan dan

informasi yang mudah dihubungi. Peneliti memberikan penjelasan tentang

maksud dan tujuan dari penelitian agar responden mengerti maksud dan

tujuan peneliti, mengetahui dampaknya. Setelah responden mengerti dan

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


45

menyetujui maka selanjutnya peneliti memberikan lembar persetujuan

kepada responden untuk ditandatangai sebagai bukti persetujuan.


b. Anonimity (tanpa nama)
Masalah ini merupakan masalah etika yang memberikan jaminan

dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang

akan disajikan. Peneliti tidak mencantumkan nama respoden dan hanya

menggunakan inisial saja.


c. Confidentiality (kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan

oleh peneliti dengan cara peneliti membakar kuesioner yang telah

dilakukan entry data, dan hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil penelitian. Pada penelitian ini peneliti tidak akan

menginformasikan data-data yang telah diperoleh dan akan menjamin

kerahasiaan data-data responden.


d. Ethical clearance
Merupakan ijin etika. Ethical clearance adalah pernyataan, bahwa

rencana kegiatan penelitian yang tergambar dalam protocol, telah

dilakukan kajian dan telah memenuhi kaidah etik sehingga layak

dilaksanakan. Seluruh penelitian atau riset yang menggunakan manusia

sebagai subyek penelitian harus mendapatkan Ethical clearance, baik

penelitian yang melakukan pengambilan specimen atau yang tidak

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


46

melakukan pengambilan specimen.


e. Standard etik penelitian kesehatan
Deklarasi Helsinki memuat prinsip etika, dimana kepentingan subyek harus

diatas kepentingan lain, berarti harus diperhatikan. Terdapat dua pernyataan

yang merupakan kunci suatu penelitian yang menggunakan manusiasebagai

subjek yaitu :
1) Kepentingan individu subjek harus diberi prioritas dibandingkan

dengan komunitas.
2) Setiap subjek dalam penelitian klinis harus mendapatkan pengobatan

terbaik yang ada.

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


47

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 2019 sampai 2019 dengan jumlah

sampel sebanyak 42 responden. Penelitian ini menggunakan desain observasional

dengan desain kasus kontrol (case control). Teknik pengambilan sampel dengan

total sampling. Analisis data secara univariat dan bivariat. Dari penelitian

tersebut didapatkan hasil sebagai berikut :


1. Status imunisasi BCG pada anak usia 0-14 tahun di Kabupaten
Banyumas
Tabel 4.1 Distribusi Status imunisasi BCG pada anak usia 0-14 tahun di
Kabupaten Banyumas.
Variabel Kasus Kontrol
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Status Imunisasi
Tidak diimunisasi 17 81 7 33,3
Imunisasi 4 19 14 66,7
Status Gizi
Beresiko 15 71,4 5 23,8
Tidak beresiko 6 28,6 16 76,2
Status Kontak
Ada 12 57,1 3 14,3
Tidak ada 9 42,9 18 85,7
Total 21 100 21 100

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa responden yang terkena Tb

dan tidak dilakukan imunisasi sebesar 81% lebih besar daripada responden

yang tidak terkena TB dengan tidak diimunisasi sebesar 33,3%. Responden

yang terkena Tb dan diberikan imunisasi sebesar 19% lebih kecil daripada

responden yang tidak terkena Tb dengan tidak diberikan imunisasi.

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


48

Responden yang terkena Tb berstatus gizi berisiko sebesar 71,4% lebih

besar daripada responden yang tidak terkena Tb dan berstatus gizi berisiko

sebesar 23,8%. Responden yang terkena Tb dan dan status gizi tidak berisiko

sebesar 28,6% lebih kecil daripada responden yang tidak terkena Tb dan status

gizinya tidak beresiko sebesar 76,2%.


Responden yang terkena Tb yang memiliki status kontak sebesar 57,1%

lebih besar daripada responden yang tidak terkena Tb dan memiliki status

kontak sebesar 14,3%. Responden yang terkena Tb dan tidak memiliki status

kontak sebesar 42,9% lebih kecil daripada responden yang tidak terkena Tb

dan tidak memiliki status kontak dengan penderita TB.


2. Hubungan status imunisasi dengan kejadian TB pada anak usia 0-14
tahun di Kabupaten Banyumas
Tabel 4.2 Hubungan status imunisasi dengan kejadian TB pada anak usia 0-14
tahun di Kabupaten Banyumas
Kejadian TB
Terkena (kasus) Tidak terkena p OR
Imunisasi (95% CI)
(kontrol) value
f % f %
Tidak diberikan 17 81 7 33,3 8,500
Diberikan 4 19 14 66,7 0,002 (2,060-
Total 21 100 21 100 35,080)

Berdasarkan hasil analisis tabel 4.2 didapatkan bahwa terdapat hubungan

antara status imunisasi dengan kejadian TB pada anak usia 0-14 tahun dengan

nilai 0,002 (p value < 0,05).


Odd Ratio sebesar 8,5 menunjukan bahwa anak yang tidak diberikan

imunisasi berpeluang 8,5 kali untuk terkenan TB daripada anak yang

diimunisasi.
3. Hubungan status gizi dengan kejadian TB pada anak usia 0-14 tahun di
Kabupaten Banyumas

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


49

Tabel 4.3 Hubungan status gizi dengan kejadian TB pada anak usia 0-14 tahun
di Kabupaten Banyumas
Kejadian TB OR
Status gizi Terkena (kasus) Tidak terkena (kontrol) P value (95%
CI)
f % f %
Beresiko 15 71,4 5 23,8 8,000
Tidak beresiko 6 28,6 16 76,2 0,002 (2,012-
Total 21 100 21 100 31,803)

Berdasarkan hasil analisis tabel 4.3 didapatkan bahwa terdapat hubungan

antara status gizi dengan kejadian TB pada anak usia 0-14 tahun dengan nilai

0,002 (p value < 0,05)


Odd Ratio sebesar 8 menunjukan bahwa anak yang memiliki status gizi

berisiko berpeluang 8,5 kali untuk terkenan TB daripada anak yang status

gizinya tidak berisiko


4. Hubungan status kontak dengan kejadian TB pada anak usia 0-14 tahun
di Kabupaten Banyumas
Tabel 4.4 Hubungan status kontak dengan kejadian TB pada anak usia 0-14
tahun di Kabupaten Banyumas
Kejadian TB OR
Status kontak Terkena (kasus) Tidak terkena (kontrol) pvalue (95%
CI)
f % f %
Ada 12 57,1 3 14,3 8,000
Tidak ada 9 42,9 18 85,7 0,004 (1,790-
Total 21 100 21 100 35,744)

Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa terdapat hubungan antara

status kontak dengan kejadian TB pada anak usia 0-14 tahun dengan nilai 0,004

(p value < 0,05)


Odd Ratio sebesar 8 menunjukan bahwa anak yang memiliki status kontak

berpeluang 8 kali untuk terkenan TB daripada anak yang tidak memiliki status

kontak

B. Pembahasan

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


50

1. Status imunisasi BCG pada anak usia 0-14 tahun di Kabupaten

Banyumas
Imunisasi BCG merupakan vaksin hidup yang dibuat dari M. bovis

yang dibiak berulang selama 1-3 tahun, sehingga didapatkan kuman yang

tidak virulen tetapi masih mempunyai imunogenitas. Hasil penelitian

menunjukan bahwa status imunisasi anak pada kelompok kasus yang paling

dominan adalah anak yang tidak diimunisasi sedangkan kelompok kontrol

status imunisasi yang paling dominan yaitu anak yang mendapatkan

imunisasi. BCG sebaiknya diberikan diregio lengan kanan-atas pada daerah

insersio M. deltoideus kanan, sehingga bila terjadi limfadenitis BCG akan

lebih mudah terdeteksi (Windy, 2008).


Pemberian BCG setelah usia 1 bulan lebih baik. Tuberkel yang

terbentuk oleh TB primer akan terlindungi oleh respons imun tubuh yang

didapat dari imunisasi tersebut, sehingga akan menyebabkan infeksi menjadi

tenang dan mencegah terjadinya penyebaran. Imunitas timbul 6 - 8 minggu

setelah pemberian BCG. Imunitas yang terjadi tidaklah lengkap sehingga

masih mungkin terjadi superinfeksi meskipun biasanya tidak progresif dan

menimbulkan komplikasi yang berat. (Windy, 2008).


Hal ini sejalan dilakukan oleh Rachim (2014) tentang hubungan

pemberian imunisasi BCG dengan kejadian tuberculosis pada anak di

Puskesmas Pandian Kabupaten Sumenep. Hasil analisis menunjukan ada

hubungan dengan p value 0,011. Penelitian lain yang tidak sejalan dilakukan

oleh Siringoringo (2017) tentang hubungan antara pemberian imunisasi BCG

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


51

dengan kejadian Tuberculosis Paru pada anak balita. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pemberian pemberian

imunisasi BCG dengan kejadian Tuberculosis Paru pada anak balita.


2. Status gizi pada anak usia 0-14 tahun di Kabupaten Banyumas.
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa status gizi anak pada

kelompok kasus yang paling dominan adalah anak dengan status gizi

berisiko (71,4%), sedangkan pada kelompok kontrol yang paling dominan

anak dengan status gizi tidak berisiko (66,7%).


Malnutrisi dan berkurangnya daya tahan tubuh dapat meningkatkan

keparahan penyakit dan meningkatkan kematian. Penurunan daya tahan

tubuh dapat dipengaruhi oleh terinfeksi Human Immunodeficiency

Virus/AcquiredImmunodeficiency Virus (HIV/AIDS) dan malnutrsi apabila

kekurangan kalori, protein, dan zat gizi (gizi buruk) yang dapat

meningkatkan risiko terinfeksi TB paru (Dirjen P2PL Kemenkes Republik

Indonesia, 2011; Nainggolan, 2013).


Status gizi buruk akan menyebabkan kekebalan tubuh yang menurun

sehingga memudahkan terinfeksi tuberkulosis paru. Peningkatan dan

perbaikan status gizi merupakan faktor penentu keberhasilan penyebuhan

pasien tuberkulosis paru. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Amaliah (2012) hasil menunjukkan hubungan yang

signifikan antara status gizi dengan kegagalan konversi (nilai ρ 0,001 < α

(0,05)) dengan nilai OR sebesar 3,5, artinya pasien dengan status gizi kurus

memiliki risiko terjadinya kegagalan konversi sebesar 3,5 kali lebih besar

dibanding pasien dengan status gizi normal.

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


52

3. Status kontak pada anak usia 0-14 tahun di Kabupaten Banyumas.


Hasil penelitian terlihat bahwa status kontak TB pada kelompok kasus

yang paling dominan adalah anak yang memiliki status kontak (57,1%),

sedangkan kelompok kontrol yang paling dominan adalah anak yang tidak

memiliki status kontak (85,7%). Kelompok kasus sebagian besar yang

mengalami TB dikarenakan ada faktor kontak dari dengan faktor toksik

(microbaterium tuberculosis).
Faktor toksik yang dapat mempengaruhi yaitu asap rokok karena asap

rokok dapat menurunkan respon terhadap antigen sehingga benda asing yang

masuk dalam paru tidak langsung bisa dikenali atau dilawan oleh tubuh

selain itu juga dapat menjadi salah satu penyebab anak mudah terkena

tuberkulosis, anak selain dari asupan gizi juga memerlukan lingkungan yang

bebas rokok sehingga dapat menurunkan jumlah tuberkulosis anak.


4. Hubungan status imunisasi dengan kejadian TB pada anak usia 0-14

tahun di Kabupaten Banyumas


Hasil analisis didapatkan bahwa berdasarkan hasil analisis didapatkan

bahwa terdapat hubungan antara status imunisasi dengan kejadian TB pada

anak usia 0-14 tahun dengan nilai 0,002 (p value < 0,05) dengan odd ratio

sebesar 8,5. Sehingga dapat disimpulkan bahwa anak yang tidak diberikan

imunisasi beresiko 8,5 kali lipat terkenan TB dibandinkan dengan anak yang

diimunisasi. Peneliti berasumsi bahwa status imunisasi BCG pada pasien

tidak dapat dijadikan tolak ukur responden tidak dapat terserang oleh

penyakit TB paru. Kerentanan seseorang untuk terkena penyakit bergantung

pada imunitas atau daya tahan tubuh yang dimilikinya. Daya tahan tubuh

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


53

pada orang dewasa lebih bagus dibandingkan dengan orang lanjut usia.
Kerentanan terhadap penyakit TB Paru dapat disebabkan oleh

Penularan tuberculosis pada anak. Penularan pada anak sebagian besar

melalui udara sehingga focus primer berada di paru dengan kelenjar getah

bening membengkak serta jaringan paru mudah terinfeksi kuman

tuberculosis. Selain itu dapat melali mulut saat minum susu yang

mengandung kuman mycobacterium bovis dan melalui luka atau lecet di

kulit. Penyakit yang kian parah dapat timbul akibat infeksi ulang atau bakteri

yang sebelumnya tidak aktif kembali menjadi aktif, Pada kasus ini, ghon

tubercle mengalami ulserasi sehingga menghasilkan necrotizing caseosa di

dalam bronkus. Tuberkel yang ulserasi selanjutnya menjadi sembuh dan

membentuk jaringan parut. Paru-paru yang terinfeksi kemudian meradang,

mengakibatkan timbulnya bronkopneumonia, membentuk tuberkel, dan

seterusnya. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya

(Widagdo, 2011).
Efek proteksi atau efektivitas BCG bervariasi dari 0-80% dari

berbagai populasi dari berbagai dunia. Temuan yang berbeda-beda dari

berbagai penelitian mengenai efektivitas BCG dari berbagai negara

disebabkan oleh banyak faktor, antara lain strain dan dosis vaksin, yaitu

perbedaaan jenis vaksin, perbedaan cara penyuntikan, dan bentuk vaksin

(Nastini,2008).
5. Hubungan status gizi dengan kejadian TB pada anak usia 0-14 tahun di

Kabupaten Banyumas
Anak yang mendapatkan makanan cukup baik juga dapat terkena

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


54

demam atau diare akhirnya menderita kurang gizi sebaliknya jika anak

tersebut mendapatkan makanan yang tidak baik akan mudah sekali terserang

infeksi akibat daya tahan tubuh yang melemah akibatnya anak tersebut

kurang nafsu makan dan akhirnya menderita kurang gizi. Berdasarkan hasil

analisis didapatkan bahwa terdapat hubungan antara status gizi dengan

kejadian TB pada anak usia 0-14 tahun dengan nilai 0,002 (p value < 0,05)

dengan odd ratio sebesar 8. Sehingga dapat disimpulkan bahwa anak yang

memiliki status gizi kurang (beresiko) beresiko 8 kali lipat terkenan TB

dibandingkan dengan anak yang status gizi tidak beresiko.


Menurut Nainggolan & Nauli (2013) faktor pasien yang perlu dikaji

dalam kepatuhan tuberkulosis paru anak salah satunya yaitu status gizi anak.

Status gizi adalah gambaran kesehatan sebagai refleksi dari konsumsi

pangan dan penggunaannya oleh tubuh akibat keseimbangan antara intake

dan output zat gizi yang berasal dari pangan yang dikonsumsi. Banyak

faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi seperti pendapatan, pendidikan,

pekerjaan, budaya (faktor eksternal), usia, kondisi fisik dan infeksi (faktor

internal). Penyakit infeksi seperti tuberkulosis dapat memperburuk keadaan

gizi, dan keadaan gizi yang buruk dapat mempermudah terkenanya penyakit

infeksi. Keadaan mal nutrisi akan mempengaruhi daya tahan tubuh

seseorang sehingga rentan terhadap kuman tuberkulosis.


Hasil penelitian yang dilakukan tidak sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Tri (2012) tentang hubungan antara status gizi dengan

kejadian penyakit tuberkulosis paru bakteri tahan asam positif pada klien

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


55

tuberculosis. Hasil dari penelitian ini didapatkan di mana nilai sig < (0,021

< 0,05) sehingga Ho ditolak yang artinya terdapat hubungan yang signifikan

antara status gizi dengan kejadian tuberkulosis paru dan didapatkan nilai

koefisien kontingensi sebesar 0,528 yang artinya dapat dinyatakan kedua

variabel tersebut memiliki hubungan yang cukup erat karena besar koefisien

tersebut lebih dari 0,5. Kesimpulan : Ada hubungan antara status gizi dengan

kejadian penyakit tuberkulosis paru BTA (+) positif.


6. Hubungan status kontak dengan kejadian TB pada anak usia 0-14

tahun di Kabupaten Banyumas


Faktor risiko utama kejadian TB pada anak terjadi akibat kontak

serumah dengan TB dewasa yang menjadi sumber penularan serta kondisi

malnutrisi yang buruk. Anak yang terinfeksi kuman TB sebagian besar

tertular dari anggota keluarga dewasa. Adanya kontak dengan BTA+ yang

sumber penularannya tergantung pada probabilitas, durasi dan kedekatan

paparan kasus menular dan penularan dari sumber kasus penyakit TB aktif

orang dewasa. Pasien TB dengan BTA+memberikan kemungkinan risiko

penularan lebih besar daripada pasien TB dengan BTA-. Pasien TB dengan

BTA- masih memiliki kemungkinan untuk menularkan penyakit TB.7

Tingkat penularan pasien TB BTA+ adalah 65%, pasien TB BTA- dengan

kultur positif adalah 26%, sedangkan pasien TB dengan hasil kultur negatif

dan foto torax positif adalah 17%


Hal ini sejalan dengan hasil analisis didapatkan bahwa terdapat

hubungan antara status kontak dengan kejadian TB pada anak usia 0-14

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


56

tahun dengan nilai 0,004 (p value < 0,05) dengan odd ratio sebesar 8,841.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa anak yang memiliki status kontak

beresiko 8,000 kali lipat terkenan TB dibandingkan dengan anak yang tidak

memiliki status kontak. Sumber penularan penyakit TB adalah penderita TB

dengan BTA (+). Apabila penderita TB batuk, berbicara, atau bersin dapat

menularkan kepada orang lain. Tetapi faktor risiko yang berperan penting

dalam penularan penyakit TB adalah faktor anak diantaranya riwayat kontak

dengan penderita TB dewasa.


Sumber penularan tuberkulosis anak adalah orang dewasa yang sudah

menderita tuberkulosis aktif (tuberkulosis positif) sedangkan anak-anak

masih sangat rentan tertular tuberkulosis dari orang dewasa karena daya

tahan dan kekebalan tubuh anak yang lemah, status gizi karena Kondisi fisik

sangat berpengaruh karena bila anak tersebut sakit akan mudah sekali rentan

terkena penyakit dan status imunisasi BCG, karena imunisasi BCG

mengurangi risiko TB berat seperti meningitis TB atau TB miliar (Achmadi,

2009).
Dimensi penularan TB paru secara umum pada anak adalah sebagai

dampak dari kontak orang TB paru dewasa lebih besar aatau bukan sebagai

sebab (menularkan ke populasi). Hal ini terjadi karena pada anak kondisi

penyakit lebih sering paucibacillary, sangat sulit di deteksi baik dengan

pemeriksaan sputum, kultur dan uji molecular. Apabila penyakit ini tidak

terdeteksi dan tidak terobati, anak akan beresiko tinggi untuk mengalami

kematian. (Acosta et al, 2014).

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


57

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Namira W &

Hari Kusnanto (2017) dengan judul Tuberculosis paru pada anak di Salatiga:

pengaruh kondisi rumah dan pendapatan keluarga Hasil penelitian

menunjukan kepadatan kamar memengaruhi kasus tuberkulosis paru anak.

Probabilitas anak yang sakit, tidur di kamar dengan kepadatan tidak

memenuhi syarat dua kali lebih besar daripada anak yang tidak sakit.

C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kasus kontrol dimana variabel bebas

diindentifikasi berdasarkan keadaan masa lalunya. Dimana identifikasinya

dilakukan pada saat ini. sehingga dimungkinkan keadaan faktor pada masa lalu

tersebut tidak menggambarkan hal yang sebenarnya. Tergantung dari faktor

responden.

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


58

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan

dapat disimpulkan sebagai berikut:


1. Status imunisasi anak pada kelompok kasus yang paling dominan adalah anak

yang tidak diimunisasi, sedangkan kelompok kontrol status imunisasi yang

paling dominan yaitu anak yang mendapatkan imunisasi.


2. Status gizi anak pada kelompok kasus yang paling dominan adalah anak

dengan status gizi berisiko, sedangkan pada kelompok kontrol yang paling

dominan anak dengan status gizi tidak berisiko.


3. Status kontak TB pada kelompok kasus yang paling dominan adalah anak yang

memiliki status kontak, sedangkan kelompok kontrol yang paling dominan

adalah anak yang tidak memiliki status kontak.


4. Terdapat hubungan antara status imunisasi dengan kejadian TB pada anak usia

0-14 tahun.
5. Terdapat hubungan antara status gizi dengan kejadian TB pada anak usia 0-14

tahun.

6. Terdapat hubungan antara status kontak dengan kejadian TB pada anak usia 0-

14 tahun.

B. SARAN

1. Bagi Responden

Keluarga dan Pasien denga TB paru sebaiknya memperhatikan pentingnya

pengobatan yang harus dijalani oleh penderita TB Paru dan bersedia

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


59

mengikuti instruksi yang diberikan oleh tim medis terkait program terapi yang

diberikan.

2. Bagi Puskesmas

Diharapkan hasil penelitian dapat dijadikan dasar dalam pemberian promosi

kesehatan pada keluarga yang memiliki anak dengan TB Paru sehingga

perawatan dan pengobatan yang sedang dijalani sesuai dengan yang

diharapkan serta dapat meningkatkan motivasi kesembuhan pada pasien

dengan TB Paru.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti faktor-faktor lain yang

mempengaruhi kesembuhan pada pasien dengan TB Paru seperti faktor

internal (usia, kondisi fisik, dan infeksi) dan faktor eksternal (pendapatan,

pengetahuan, dan pekerjaan). Peneliti selanjutnya diharapkan tidak hanya

menganalisis secara bivariat tetapi diteliti secara multivariat.

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


60

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi,U.F. (2009). Manajemen penyakit berbasis wilayah. Jurnal Kesehatan


Masyarakat Nasional. Vol 3. No 4

Acosta JT, Silva R, Sa R, Cardoso MJ, Nienhaus A. Serial testing with interferon
gamma release assay in Portuguse health workers. International Archives of
Occupational Environmental Health. 2014. 84 (4): 461- 9.

Anonym. (2011). Memahami berbagai macam penyakit. Dialih bahasakan oleh


paramita. Jakarta : PT indeks.

Antono,S.K. (2002). Gambaran radiologic tuberculosis pada bayi dan anak.


Bandung : bagian ilmu kesehatan anaj FK UNPAD

Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik. Jakarta: Rhineka


Cipta

Chandra. B. (2012). Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas. Jakarta: EGC

Chika A.H. (2013). Gambaran status gizi pasien tuberculosis anak di RSUP Dr.
Djamil Padang. Jurnal kesehatan Andalas. Vol 5. No 1

Dahlan, M. (2011). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Salemba

Depkes RI. (2008). Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta:


Cetakan Pertama. Depkes RI.

Dinkes Jateng. (2018). Profil Kesehatan Jawa Tengah 2014. Semarang: Dinkes
Jateng

Dinkes Banyumas. (2017). Profil kesehatan kabupaten banyumas tahun 2017.


Banyumas : Dinkes banyumas

FKUI. (2005). Buku kuliah ilmu kesehatan anak. Jakarta: FKUI

Halim. (2015). Faktor resiko kejadian tb pada anak usia 1-5 tahun di kabupaten
kebumen. Jurnal tuberculosis anak. Vol 17. No 2. Hal 26-39

Hasan R, Alatas H. (2009). Buku kuliah 2 ilmu kesehatan anak. Cetakan 9. Jakarta:
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


61

Hidayat, A. (2007). Riset keperawatan dan teknik penulisan ilmiah. Jakarta : salemba
medika

Hull, david dan Derek. I Johnston. (2008). Bayi baru lahir. Dalam yusna, daulika dan
huriawati hartono (editor). Dasar-dasar plediatri. Jakarta : EGC

Kemenkes RI. (2018). Profil Kesehatan Indonesia 2018. Jakarta: Kemenkes RI.

Masrin. (2008). Tuberkulosis paru. Jurnal Universitas Muhamadiyah Semarang.

Namira,W dan Hari kusnanti. (2017). Tuberculosis paru pada anak di salatiga :
pengaruh kondisi rumah dan pendapatan keluarga. Jurnal balita kedokteran
masyarakat. Vol 34. No 3. Hal 121-126

Nastini N Rahajoe. (2008). Buku ajar Respirologi anak. Jakarta : Ikatan Dokter Anak
Indonesia

Nursalam. (2008). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Keperawatan.


Jakarta: Salemba Medika

Notoatmodjo, S. (2010). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Rahajoe,N. (2008). Buku ajar respirologi anak. Edisi pertama. Jakarta: Badan
penerbit IDAI

Riwidikdo, H. (2012). Statistik Kesehatan.Yogyakarta : Nuha Madika

Saryono. (2013). Metodologi Penelitian kualitatif dan kuantitatif dalam bidang


kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika

Sjamsuhidajat, wim de jong. (2005). Buku ajar ilmu bedah. Edisi III. Jakarta : EGC

Soemantri, I. (2008). Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada


Pasien dengan Gang/guan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

Stork,S. Stoessel, and schuboe, A. (2008) . Optimizing human-machine interaction in


manual assembly, Robot and human interactive communication, the 17 th
IEEE International symposium. Prosiding: Pp. 113-118

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan


R&D). Bandung: Alfabeta.

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


62

WHO. (2015). Global Tuberculosis Report 2015. Http:www.who.int/tb/publication/


global_report.

World Health Organization (WHO). Guidance for National Tuberculosis


Programmes on The Management of Tuberculosis in Children. Vol. 371. 2006.

Widagdo. (2011). Strategi Nasional Pengendalian TBC. etd.repository.ugm.ac.id


Tanggal diakses: 30 April 2016

Windy, R. (2009). Factor-faktor yang berhubungan dengan kejadian tuberculosis anak


di kecamatan Ngamprah kabupaten Bandung barat. Fakultas keperawatan
Universitas Padjajaran : Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat.

Wong D.L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 6. Alih bahasa: Andry
Hartono. Jakarta: EGC

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


63

LAMPIRAN

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


64

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Umur :

Alamat :

Setelah mendapatkan keterangan secukupnya dan menyadari manfaat penelitian yang akan

dilakukan. Menyatakan ketersediaan dan persetujuan saya untuk menjadi responden dalam

penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi TB Anak Usia 0-14 Tahun”.

Demikian lembar persetujuan ini saya isi dengan dengan sebenar-benarnya agar dapat

digunakan sebagaimana mestinya.

Purwokerto,...................... 2019

Responden

(......................................)

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


65

SURAT PERNYATAAN

Kepada Yth.

Calon Responden Penelitian

Di Tempat

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini Mahasiswa S1 Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto:

Nama : Andi Purniawan

NIM : 1511020054

Akan melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi TB


Anak Usia 0-14 Tahun” penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan
skripsi di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Purwokerto. Untuk itu peneliti mohon untuk meluangkan waktu untuk
menjadi responden dalam penelitian ini. Partisipasi saudara bersifat sukarela, namun jika
saudara bersedia mohon untuk menandatangani pernyataan persetujuan menjadi
responden. Identitas pribadi saudara akan dirahasiakan dan hanya untuk keperluan
penelitian ini. Atas perhatian yang diberikan, saya ucapkan terimakasih.

Purwokerto,.................2019

Peneliti

Andi Purniawan

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


66

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


67

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


68

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


69

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


70

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


71

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


72

DOKUMENTASI

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


73

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


74

KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TB ANAK (0-14 TAHUN) DI KABUPATEN BANYUMAS

Nama : Kasus
Umur : Kontrol
Alamat :
A. Status imunisasi BCG
1. Apakah anak ibu di imunisasi BCG
Ya :
Tidak :
2. Apakah ibu yakin bahwa imunisasi BCG dapat mencegah penyakit TBC
Ya :
Tidak :
3. Berapa usia anak saat di imunisasi BCG………
4. Berapa kali imunisasi BCG diberikan ……….
B. Status Gizi
1. Berat badan anak saat ini …………… kg
2. Tinggi badan anak…………cm
3. Berat badan anak saat di diagnosa TBC………kg
4. Umur anak saat di diagnose TBC………th
5. Apakah terjadi penurunan berat badan lebih dari 3kg dalam sebulan
Ya :
Tidak :
C. Status Kontak
1. Apakah di dalam keluarga terdapat yang menderita TBC
Ada :
Tidak :
2. Apakah di dalam keluarga terdapat penderita batuk-batuk lebih dari 2 minggu
Ada : Sudah diobati ? Ya :
Tidak : Tidak :
3. Apakah terdapat tetangga yang menderita TBC.
Ada :
Tidak :
4. Apakah anak ibu sering digendong atau berhubungan dengan anggota keluarga atau

tetangga yang menderita TBC.


Ya :
Tidak :

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


75

Master Tabel Penelitian


Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi TB Anak Usia 0-14 Tahum
Status Status
No Nama Umur Imunisasi Kode Status Gizi Kode Kontak Kode Status TB Kode
1 9 Tidak imunisasi 1 Beresiko 1 Tidak Ada 2 Terkena 1
2 6 Tidak imunisasi 1 Beresiko 1 Ada 1 Terkena 1
3 4 Tidak imunisasi 1 Beresiko 1 Tidak Ada 2 Terkena 1
4 8 Tidak imunisasi 1 Beresiko 1 Ada 1 Terkena 1
5 6 Tidak imunisasi 1 Beresiko 1 Tidak Ada 2 Terkena 1
6 6 Tidak imunisasi 1 Beresiko 1 Ada 1 Terkena 1
7 6 Tidak imunisasi 1 Beresiko 1 Tidak Ada 2 Terkena 1
8 6 Tidak imunisasi 1 Tidak beresiko 2 Ada 1 Terkena 1
9 8 Tidak imunisasi 1 Beresiko 1 Ada 1 Terkena 1
10 5 Tidak imunisasi 1 Tidak beresiko 2 Tidak Ada 2 Terkena 1
11 6 Tidak imunisasi 1 Beresiko 1 Ada 1 Terkena 1
12 7 Tidak imunisasi 1 Beresiko 1 Ada 1 Terkena 1
13 9 Diimunisasi 2 Beresiko 1 Tidak Ada 2 Terkena 1
14 8 Tidak imunisasi 1 Tidak beresiko 2 Ada 1 Terkena 1
15 6 Diimunisasi 2 Beresiko 1 Tidak Ada 2 Terkena 1
16 4 Tidak imunisasi 1 Beresiko 1 Ada 1 Terkena 1
17 4 Tidak imunisasi 1 Tidak beresiko 2 Tidak Ada 2 Terkena 1
18 6 Tidak imunisasi 1 Tidak beresiko 2 Ada 1 Terkena 1
19 7 Diimunisasi 2 Beresiko 1 Tidak Ada 2 Terkena 1
20 6 Tidak imunisasi 1 Beresiko 1 Ada 1 Terkena 1
21 6 Diimunisasi 2 Tidak beresiko 2 Ada 1 Terkena 1
Tidak
22 6 Diimunisasi 2 Tidak beresiko 2 Tidak Ada 2 Terkena 2
Tidak
23 4 Diimunisasi 2 Beresiko 1 Tidak Ada 2 Terkena 2
24 4 Tidak imunisasi 1 Tidak beresiko 2 Tidak Ada 2 Tidak 2

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


76

Terkena
Tidak
25 7 Diimunisasi 2 Tidak beresiko 2 Tidak Ada 2 Terkena 2
Tidak
26 6 Diimunisasi 2 Tidak beresiko 2 Tidak Ada 2 Terkena 2
Tidak
27 6 Diimunisasi 2 Tidak beresiko 2 Tidak Ada 2 Terkena 2
Tidak
28 7 Diimunisasi 2 Tidak beresiko 2 Ada 1 Terkena 2
Tidak
29 7 Diimunisasi 2 Tidak beresiko 2 Tidak Ada 2 Terkena 2
Tidak
30 6 Tidak imunisasi 1 Beresiko 1 Tidak Ada 2 Terkena 2
Tidak
31 5 Diimunisasi 2 Tidak beresiko 2 Tidak Ada 2 Terkena 2
Tidak
32 6 Diimunisasi 2 Beresiko 1 Ada 1 Terkena 2
Tidak
33 6 Tidak imunisasi 1 Tidak beresiko 2 Tidak Ada 2 Terkena 2
Tidak
34 7 Diimunisasi 2 Beresiko 1 Tidak Ada 2 Terkena 2
Tidak
35 6 Diimunisasi 2 Tidak beresiko 2 Tidak Ada 2 Terkena 2
Tidak
36 5 Diimunisasi 2 Tidak beresiko 2 Ada 1 Terkena 2
Tidak
37 6 Diimunisasi 2 Tidak beresiko 2 Tidak Ada 2 Terkena 2
Tidak
38 6 Diimunisasi 2 Tidak beresiko 2 Tidak Ada 2 Terkena 2
Tidak
39 9 Tidak imunisasi 1 Tidak beresiko 2 Tidak Ada 2 Terkena 2
Tidak
40 8 Tidak imunisasi 1 Tidak beresiko 2 Tidak Ada 2 Terkena 2
Tidak
41 5 Tidak imunisasi 1 Tidak beresiko 2 Tidak Ada 2 Terkena 2
Tidak
42 6 Tidak imunisasi 1 Beresiko 1 Tidak Ada 2 Terkena 2

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


77

Frequencies
Statistics
imunisasi status_gizi status_kontak TB
N Valid 42 42 42 42
Missing 0 0 0 0

Frequency Table

imunisasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak diimunisasi 24 57.1 57.1 57.1
di imunisasi 18 42.9 42.9 100.0
Total 42 100.0 100.0

status_gizi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid beresiko 20 47.6 47.6 47.6
tidak beresiko 22 52.4 52.4 100.0
Total 42 100.0 100.0

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


78

status_kontak
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ada 15 35.7 35.7 35.7
tidak ada 27 64.3 64.3 100.0
Total 42 100.0 100.0

TB
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid terkena 21 50.0 50.0 50.0
tidak terkena 21 50.0 50.0 100.0
Total 42 100.0 100.0

Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
imunisasi * TB 42 100.0% 0 .0% 42 100.0%

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


79

imunisasi * TB Crosstabulation
TB
terkena tidak terkena Total
imunisasi tidak diimunisasi Count 17 7 24
% within TB 81.0% 33.3% 57.1%
di imunisasi Count 4 14 18
% within TB 19.0% 66.7% 42.9%
Total Count 21 21 42
% within TB 100.0% 100.0% 100.0%

hi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 9.722a 1 .002
Continuity Correctionb 7.875 1 .005
Likelihood Ratio 10.180 1 .001
Fisher's Exact Test .004 .002
Linear-by-Linear
9.491 1 .002
Association
N of Valid Casesb 42
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.00.
b. Computed only for a 2x2 table

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


80

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for imunisasi
(tidak diimunisasi / di 8.500 2.060 35.080
imunisasi)
For cohort TB = terkena 3.188 1.294 7.852
For cohort TB = tidak terkena .375 .192 .733
N of Valid Cases 42

Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
status_gizi * TB 42 100.0% 0 .0% 42 100.0%

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


81

status_gizi * TB Crosstabulation
TB
terkena tidak terkena Total
status_gizi beresiko Count 15 5 20
% within TB 71.4% 23.8% 47.6%
tidak beresiko Count 6 16 22
% within TB 28.6% 76.2% 52.4%
Total Count 21 21 42
% within TB 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 9.545a 1 .002
Continuity Correctionb 7.732 1 .005
Likelihood Ratio 9.949 1 .002
Fisher's Exact Test .005 .002
Linear-by-Linear Association 9.318 1 .002
N of Valid Casesb 42
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.00.
b. Computed only for a 2x2 table

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


82

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for status_gizi
8.000 2.012 31.803
(beresiko / tidak beresiko)
For cohort TB = terkena 2.750 1.328 5.694
For cohort TB = tidak terkena .344 .154 .766
N of Valid Cases 42

Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
status_kontak * TB 42 100.0% 0 .0% 42 100.0%

status_kontak * TB Crosstabulation
TB
terkena tidak terkena Total
status_kontak ada Count 12 3 15
% within TB 57.1% 14.3% 35.7%
tidak ada Count 9 18 27
% within TB 42.9% 85.7% 64.3%
Total Count 21 21 42
% within TB 100.0% 100.0% 100.0%

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


83

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 8.400a 1 .004
Continuity Correctionb 6.637 1 .010
Likelihood Ratio 8.841 1 .003
Fisher's Exact Test .009 .004
Linear-by-Linear
8.200 1 .004
Association
N of Valid Casesb 42
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.50.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for status_kontak
8.000 1.790 35.744
(ada / tidak ada)
For cohort TB = terkena 2.400 1.330 4.331
For cohort TB = tidak terkena .300 .105 .854
N of Valid Cases 42

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


84

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


85

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


86

Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Anda mungkin juga menyukai