SKRIPSI
ANDI PURNIAWAN
1511020054
LUTFI LATIFANIM. 1
311020079
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2019
ii
Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
iii
Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
iv
Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
v
Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang kasih dan sayangnya Maha
luas tidak terbatas ruang dan waktu yang di manapun, kapanpun dan kepada
siapapun kasih-Nya tetap tercurah. Atas limpahan rahmah dan hidayah – Nya lah
dan bimbingan dari berbagai pihak skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh
Purwokerto.
2. Drs. H. Ikhsan Mujahid, M.S1 selaku dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.
3. Ns. Sri Suparti, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan S1
memberikan dukungan baik moral maupun materi dan do’a yang selalu
vi
Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
6. Semua sahabat seperjuangan yang selalu bersama-sama dalam keadaan apapun
baik senang maupun sedih dan saling mendukung dalam proses pembelajaran di
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini jauh dari sempurna, penulis
Latar Belakang: Usia anak merupakan usia yang sangat rawan terhadap penularan
penyakit Tuberkulosis. Angka penularan dan bahaya penularan yang tinggi terdapat
pada golongan umur 0-6 tahun dan golongan umur 7-14 tahun. Tetapi faktor risiko
yang berperan penting dalam penularan penyakit TB adalah faktor anak diantaranya
riwayat kontak dengan penderita TB, Status gizi dan status imunisasi.
Tujuan: Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi TB anak usia 0-14 tahun di
Kabupaten Banyumas.
Metode Penelitian: Metode penelitian penelitian observasional dengan desain kasus
kontrol (case control). Sampel penelitian ini adalah anak 0-14 tahun yang tidak
terkena TB dengan teknik purposive sampling. Analisa data menggunakan uji chi
Square.
Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukan bahwa status imunisasi anak pada
kelompok kasus yang paling dominan adalah anak yang tidak diimunisasi (81%)
sedangkan kelompok kontrol status imunisasi yang paling dominan yaitu anak yang
mendapatkan imunisasi (57,1%), pada status gizi anak pada kelompok kasus yang
paling dominan adalah anak dengan status gizi berisiko (71,4%), sedangkan pada
kelompok kontrol yang paling dominan anak dengan status gizi tidak berisiko (66,7),
pada status kontak TB pada kelompok kasus yang paling dominan adalah anak yang
memiliki status kontak (57,1%), sedangkan kelompok kontrol yang paling dominan
adalah anak yang tidak memiliki status kontak (85,7%).
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara status imunisasi (0,002 (p value < 0,05)
dengan odd ratio sebesar 8,500), status gizi (0,002 (p value < 0,05) dengan odd ratio
sebesar 8,000) dan status kontak (0,004 (p value < 0,05) dengan odd ratio sebesar
8,000) dengan kejadian TB pada anak usia 0-14 tahun di Kabupaten Banyumas
Kata Kunci : Status imunisasi, Status Gizi, Status Kontak dan TB pada anak 0-14
tahun
1
Mahasiswa Prodi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto
2
Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto
ABSTRACT
viii
Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Background: Childhood period is the most vulnerable age to Tuberculosis
transmission. High rates of transmission and danger of transmission are found in the
0-6 years age group and 7-14 years age group. Risk factors that played an important
role in the transmission of TB in children included contact history with TB patients,
nutritional status and immunization status. Objective: To determine the factors that
affect TB in children aged 0-14 years in Banyumas Regency. Research Method: This
research was an observational research method with a case-control design. The
sample of this study was children 0-14 years who were not exposed to TB with a
purposive sampling technique and those who were exposed to TB with total
sampling. Chi-square test was used for data analysis. Research Results: The results
showed that the immunization status of children in the most dominant case group
were children who had not immunized (81%), while the most dominant immunization
status control group were children who received immunizations (57.1%). The
nutritional status of children in the most dominant case group was children with
nutritional status at risk (71.4%), whereas in the control group the most dominant
children with nutritional status were not at risk 66.7%). TB contact status in the most
dominant case group was children who had contact status (57.1%), while the most
dominant control group was children who did not have contact status (85.7%)
Conclusion: There was a correlation between immunization status (p = 0.002),
nutritional status (p = 0.002) and contact status (p = 0.004) with the occurrence of TB
in children aged 0-14 years in Banyumas Regency.
Keywords: immunization status, Nutritional status, Contact Status and TB in
children aged 0-14 years.
1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Purwokerto
2
Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto
DAFTAR ISI
ix
Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
HALAMAN PERNYATAAN..........................................................................................v
KATA PENGANTAR.....................................................................................................vi
ABSTRAK .................................................................................................................vii
ABSTRAC ................................................................................................................viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................x
DAFTAR TABEL..........................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang ................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................4
C. Tujuan Penelitian.............................................................................................4
D. Manfaat Penelitian...........................................................................................5
E. Keaslian Penelitian..........................................................................................6
DAFTAR TABEL
xi
Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
DAFTAR GAMBAR
xii
Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 6 : Dokumentasi
xiii
Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka prevalensi TB paru di Dunia pada tahun 2014 sebesar 647/ 100.000
penduduk meningkat dari 272/100.000 penduduk pada tahun 2013, demikian juga
dengan angka kematian akibat TB pada tahun 2014 sebesar 41/100.000 penduduk,
Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun 2017
(data per 17 Mei 2018). Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus baru TBC tahun
2017 pada laki-laki 1,4 kali lebih besar dibandingkan pada perempuan. Bahkan
berumur 15 tahun ke atas dan prevalensi TBC TA positif sebesar257 per 100.000
TBC dan durasi paparan TBC lebih lama dibandingkan kelompok umur di
bawahnya (Menkes,2018)
Secara nasional dari estimasi kasus TBC pada tahun 2017 sebanyak
ada missing case sebesar 64,6% atau (659,435%), sementara data penemuan
1
Faktor-Faktor Yang…, Andi Purniawan 1511020054, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
2
penderita TB di Jawa Tengah tahun 2018, dari perkiraan kasus sebanyak 103.840
penderita, yang terlaporkan baru 44,33% (48.751 penderita), sehingga masih ada
55.089 pasien yang belum ditemukan / dilaporkan (Dinas Kesehatan provinsi Jawa
Tengah, 2018)
penyakit TB pada anak (0-14 tahun) pada tahun 2015,2016,2017 tercatat, 25% ;
33% dan 41%. Berdasarkan data tersebut jumlah TB pada anak dari tahun ke tahun
meningkat dan terdapat tiga besar puskesmas yang memiliki kasus TB anak (0-14
tuberculosis yang dapat menyerang pada berbagai organ tubuh mulai dari paru dan
organ di luar paru seperti kulit, tulang, persendian, selaput otak, usus serta ginjal
Angka penularan dan bahaya penularan yang tinggi terdapat pada golongan umur
0-6 tahun dan golongan umur 7-14 tahun. Namun Tuberkulosis pada anak biasanya
jarang diteliti dan cenderung diabaikan, padahal infeksi Tuberkulosis pada anak
apabila tidak terdeteksi lebih dini dan tidak diobati dengan baik dapat
anak, kuman Tuberkulosis terutama menyerang paru-paru 76% dan kelenjar limfe
14%, sisanya kuman tersebut dapat menyerang organ-organ lainnya seperti otak,
Anak, dengan TBC secara umum dikenal dengan istilah “flek paru-paru”.
maupun TBC pada kasus khusus, misalnya pada anak dengan infeksi HIV
(Anonima, 2011). Selain itu, pemeriksaan TBC yang memerlukan sampel dahak
dari sang anak masih sulit diterapkan karena anak kecil sulit mengeluarkan dahak.
anak, faktor orang tua, dan faktor lingkungan. Sumber penularan penyakit TB
adalah penderita TB dengan BTA (+). Apabila penderita TB batuk, berbicara, atau
bersin dapat menularkan kepada orang lain. Tetapi faktor risiko yang berperan
adalah orang dewasa yang sudah menderita tuberkulosis aktif (tuberkulosis positif)
sedangkan anak- anak masih sangat rentan tertular tuberkulosis dari orang dewasa
karena daya tahan dan kekebalan tubuh anak yang lemah, status gizi karena
Kondisi fisik sangat berpengaruh karena bila anak tersebut sakit akan mudah
sekali rentan terkena penyakit dan status imunisasi BCG, karena imunisasi BCG
2009).
Dimensi penularan TB paru secara umum pada anak adalah sebagai dampak
dari kontak orang TB paru dewasa lebih besar aatau bukan sebagai sebab
( menularkan ke populasi). Hal ini terjadi karena pada anak kondisi penyakit lebih
kultur dan uji molecular. Apabila penyakit ini tidak terdeteksi dan tidak terobati,
anak akan beresiko tinggi untuk mengalami kematian. (Acosta et al, 2014).
Dari hasil data survei yang didapatkan jumlah penderita TB pada anak (0-14
Banyumas”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui status imunisasi BCG pada anak usia 0-14 tahun di Kabupaten
Banyumas
b. Mengetahui status gizi pada anak usia 0-14 tahun di Kabupaten Banyumas
c. Mengetahui status kontak penderita TB anak usia 0-14 tahun di Kabupaten
Banyumas
d. Mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian TB pada anak usia 0-14
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
tentang TB pada anak sehingga dapat melakukan pencegahan agar anak tidak
tertular penyakit TB dan sebagai bahan acuan atau pertimbangan bagi peneliti
lain.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi salah satu acuan serta rujukan
b. Bagi Pasien
c. Bagi Peneliti
E. Keaslian Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tuberkulosis Anak
1. Definisi Tuberkulosis
terpenting dan paling sering dijumpai. Bakteri ini merupakan bakteri basil
tubuh mu\lai dari paru dan organ di luar paru seperti kulit, tulang,
persendian, selaput otak, usus serta ginjal yang sering disebut dengan
positif, bakteri asam lemak, bakteri tersebut sering menyerang pada paru-
paru, meskipun juga dapat ke beberapa organ tubuh lainya (Rahajoe, 2008).
mycobacterium yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama diparu atau
organ lain yang mempuyai tekanan partial oksigen tinggi dan dapat
b. Etiologi
Robet Koch pada tahun 1882. Basil tuberculosis dapat hidup dan tetap
virulen beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi dalam cairan mati
dalam suhu 600C dalam 15-20 menit. Fraksi protein basil tuberkulosis
tahan asam dan merupakan faktor terjadinya fibrosis dan terbentuknya sel
tuberculosis yaitu tipe human dan tipe bovin. Basil tipe bovin berada dalam
susu sapi yang menderita mastitis tuberkulosis usus. Basil tipe human bisa
berada di bercak ludah (droplet) di udara yang berasal dari penderita TBC
terbuka dan orang yang rentan terinfeksi TBC ini bila menghirup bercak ini.
Perjalanan TBC setelah terinfeksi melalui udara. Bakteri juga dapat masuk
1) Demam
2) Malaise
3) Anoreksia
8) Bunyi napas hilang dan ronkhi kasar, pekak pada saat perkusi
9) Demam persisten
penyakit ini mulai secara perlahan – lahan. kadang – kadang TB paru juga
ditemukan pada anak tanpa gejala atau keluhan. Gejala TB paru pada dibagi
a) Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dengan
penaganan gizi.
malam.
c) TBC Otak dan syaraf: meningitis dengan gelala iritabel, kaku, muntah
paur (Stork, 2009). Tanda klinis dari TBC adalah terdapatnya keluhan
purulen, nyeri dada, demam dan berkeringat di malam hari, berat badan
d. Patofisiologi
paru (lobus atas). Basil juga menyebar melalui sistem limfe dan aliran darah
ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang dan korteks serebri) dan area lain dari
kekebalan tubuh pada masa awal infeksi membentuk sebuah massa jaringan
baru yang disebut granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup
dari massa tersebut disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri atas makrofag
dan bakteri yang menjadi nekrotik yang selanjutnya membentuk materi yang
berbentuk seperti keju (necrotizing caseosa). Hal ini akan menjadi klasifikasi
nonaktif.
imun tidak adekuat maka penyakit akan menjadi lebih parah. Penyakit yang
kian parah dapat timbul akibat infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya
tidak aktif kembali menjadi aktif, Pada kasus ini, ghon tubercle mengalami
Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini berjalan
terus dan basil terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Makrofag
e. Cara Penularan
focus primer berada di paru dengan kelenjar getah bening membengkak serta
jaringan paru mudah terinfeksi kuman tuberculosis. Selain itu dapat melali
mulut saat minum susu yang mengandung kuman mycobacterium bovis dan
kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam.
tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran
dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak
tuberkulosis paru adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantarannya gizi
f. Diagnosis
tuberkulosis organ yang lain. Hal ini dikarenakan penyebaran melalui udara
kompleks pimer dan disusul infeksi. Hal ini sangat sering terjadi tetapi gejala
malaria, ISPA)
d) Pembesaran kelenjar limfe tanpa disertai nyeri
e) Batuk lebih dari 30 hari dan nyeri dada
f) Diare persisten yang tidak kunjung sembuh.
3) Uji tuberculin
Tuberculin test positif (indurasi lebih dari 10 mm), meragukan
bila indurasi 5-9 mm, negative bila kurang dari 5 mm. Uji tuberculin
(indurasi lebih dari 5 mm) dalam 3-7 hari curigai terkena infeksi
tuberkulosis.
5) Foto rontgen paru
Sebagian foto tidak menunjukkan gambaran yang khas untuk
tuberkulosis.
6) Pemeriksaan patologi anatomi
Pada pemeriksaan ini dilakukan biopsi kelenjar, kulit, jaringan
dijumpai pada anak jika dosis dan cara pemberiannya benar. Efek
keluhan ini biasa muncul pada fase intensif (awal). Panduan OAT di
kategori anak dalam bentuk OAT kombipak. Paket kombipak terdiri dari
obat lepas yang dikemas dalam satu paket yaitu Isoniazid, Rifampisin,
Batuk - ≥ 3 minggu - -
Pembengkakan - Ada - -
tulang atau pembengkakan
sendi
Foto thoraks Normal atau Gambaran - -
kelainan sugestif
tidak Tuberkulosis
jelas
g. Pengobatan
untuk daya tahan tubuh dan istirahat.14 Hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian obat tuberkulosis pada anak yaitu pemberian obat tahap intensif
atau lanjutan diberikan setiap hari, dosis obat disesuaikan dengan berat
Untuk terapi tuberkulosis terdiri dari dua fase yaitu fase intensif (awal)
dengan panduan 3-5 OAT selama 2 bulan awal dan fase lanjutan dengan
pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk
secara tepat biasannya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun
BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan sedangkan untuk fase lanjutan pasien
mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka waktu yang lebih
Efek samping OAT jarang dijumpai pada anak jika dosis dan cara
dengan gejala ikterik, keluhan ini biasa muncul pada fase intensif (awal).
Tabel 2.2
OAT (Obat Anti Tuberkulosis)
Obat Sediaan Dosis mg/g Dosis Efek samping
BB sediaan
gangguan visus,
gangguan warna,
gangguan saluran
cerna
Streptomisin Vial 1g 15-30 1g Ototoksisitas,
(S) Nefrotoksisitas
Sumber : Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak
drop out dibuat dalam bentuk FCD (Fixed Dose Combination) untuk 2 bulan
Tabel 2.3
Dosis FDC untuk Tuberkulosis Anak
BB (kg) 2 bulan RHZ (75/50/150) 4 bulan RH (75/50)
5-9 1 tablet 1 tablet
10-19 2 tablet 2 tablet
20-33 4 tablet 4 tablet
Sumber : Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak
Tabel 2.4
Dosis OAT Kombipak pada anak
Jenis Obat BB < 10 kg BB 10-20kg BB 20-32 kg
Isoniazid 50 mg 100 mg 200 mg
Rifampisin 75 mg 150 mg 300 mg
Piranizamid 150 mg 300 mg 600 mg
Sumber : Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak
OAT pada anak diberikan setiap hari baik pada fase intensif (awal) maupun
fase lanjutan, dosis obat harus disesuaikan dengan berat badan anak.
bulan cukup adekuat. Setelah pemberian obat 6 bulan, lakukan evaluasi baik
h. Pencegahan
sedangkan anak dengan gizi baik dapat meningkatkan daya tahan tubuh
i. Pemeriksaan Penunjang
pasientuberkulosis adalah:
1) Sputum Culture
4) Chest X-ray
6) Needle biopsi of lung tissue: positif untuk granuloma TB, adanya sel- sel
7) Elektrolit
8) Bronkografi
j. Patogenesis
sebagian besar fokus primer tuberkulosis terdapat dalam paru. Selain melelui
udara penularan dapat per oral misalnya minum susu yang mengandung basil
kontak langsung misalnya melalui luka atau lecet di kulit (Hassan dan
Alatas, 2009), dan kontak tidak langsung melalui alat penderita (Hull, 2008).
Masuknya kuman tuberkulosis dalam tubuh tidak selalu menimbulkan
basil tuberkulosis serta daya tahan tubuh dan Infeksi primer dapat terjadi
dalam paru yaitu 95%. Tuberkulosis primer cenderung sembuh sendiri, tetapi
BCG adalah vaksin hidup yang dibuat dari M. bovis yang dibiak
berulang selama 1-3 tahun, sehingga didapatkan kuman yang tidak virulen
diulang sebagai booster, demikian juga bila tidak terbentuk parut. Tidak ada
2008)
setelah usia 1 bulan lebih baik. Tuberkel yang terbentuk oleh TB primer akan
terlindungi oleh respons imun tubuh yang didapat dari imunisasi tersebut,
(Windy, 2008)
atau TB miliar. Efek proteksi atau efektivitas BCG bervariasi dari 0-80% dari
disebabkan oleh banyak faktor, antara lain sebagai berikut : Bias metodologi,
a. Strain dan dosis vaksin, yaitu perbedaaan jenis vaksin, perbedaan cara
faktor pejamu (status imun dan nutrisi), paparan, dan lain-lain. (Nastini,2008)
2. Status Gizi
a. Pengertian
1) Faktor eksternal
a) Pendapatan
yang akan dimakan oleh anak tersebut dan ikut pula dalam
b) Pengetahuan
c) Pekerjaan
2) Faktor internal
a) Usia
anaknya.
b) Kondisi fisik
pertumbuhan.
c) Infeksi
berat badan dan tinggi badan secara teratur, cara menilai status gizi
pada anak dibawah umur lima tahun (balita) dapat dilakukan secara
menurut umur, tinggi badan menurut umur dan berat badan menurut
tinggi badan.
indeks BB/U digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi.
dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi
indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini (sekarang) selain
Tabel 2.5
Indeks Status gizi
Indeks Status Gizi Ambang Batas
Sumber : WHO-NCHS
d. Riwayat kontak
anak- anak masih sangat rentan tertular tuberkulosis dari orang dewasa
e. Faktor toksik
benda asing yang masuk dalam paru tidak langsung bisa dikenali atau
dilawan oleh tubuh selain itu juga dapat menjadi salah satu penyebab
anak mudah terkena tuberkulosis, anak selain dari asupan gizi juga
f. Kondisi rumah
yang buruk atau tidak layak untuk dihuni akan mempermudah terkena
penyakit tuberkulosis.
g. Kepadatan hunian
udara akan semakin mudah dan cepat, apalagi jika dalam satu rumah
Menurut WHO tahun 2006 faktor risiko utama kejadian TB pada anak
penularan serta kondisi malnutrisi yang buruk. Anak yang terinfeksi kuman
durasi dan kedekatan paparan kasus menular dan penularan dari sumber
TB BTA+ adalah 65%, pasien TB BTA- dengan kultur positif adalah 26%,
sedangkan pasien TB dengan hasil kultur negatif dan foto torax positif
C. Kerangka Teori
TUBERCULOSIS
STATUS TB ANAK
D. Kerangka Konsep
Status Kontak
E. Hipotesis
Telah mlalui pembuktia maka hipotesis dapat benar atau salah, bisa diterima
adalah :
2. Ada hubungan status gizi dengan kejadian tuberculosis pada anak yang
3. Ada hubungan status kontak dengan kejadian tuberculosis pada anak yang
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional dengan
desain kasus kontrol (case control). Studi kasus kontrol dilakukan dengan
kontrol (anak yang tidak menderita TB), kemudian secara retrospektif diteliti
faktor-faktor resiko yang mungkin dapat menerangkan apakah kasus dan kontrol
dapat terkena paparan (factor penelitian); (status imunisasi BCG, status gizi dan
status kontak) atau tidak. Sumber data penelitian menggunakan data sekunder
dari rekam medis dan wawancara dengan kuisioner. Penelitian ini bertujuan
Banyumas.
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari 2019 sampai dengan bulan
Mei 2019.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di tiga puskesmas yang memiliki kasus TB anak (0-
tertentu yang akan diteliti. Dalam penelitian ini terdapat dua populasi yaitu :
a. Populasi kasus adalah adalah semua penderita TB paru pada anak (0-14
tahun 2019.
b. Populasi kontrol adalah seluruh anak 0-14 tahun yang tidak terkena TB
Kebasen.
2. Sampel
a. Sampel kasus
Pemilihan sampel pada kelompok kasus digunakan total sampling
sama dengan jumlah sampel kasus sebanyak 21 responden yaitu anak usia
penderita TB.
1. Kriteria kasus
a. Kriteria Inklusi :
b. Kriteria Eksklusi :
2. Kriteria kontrol
a. Kriteria Inklusi
- Orang tua anak yang berdomisili dekat dengan anak yang memiliki
riwayat TB
E. Variabel Penelitian
antecedent. Dalam penelitian ini variable bebas yaitu status imunisasi BCG,
bebas. Dalam penelitian ini variabel terikat adalah kejadian TB anak terjadi
F. Definisi Operasional
(Nursalam, 2008). Pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari jenis data,
penelitian yaitu melalui lembar kuesioner. Data primer dalam penelitian ini
jumlah pasien TB paru pada anak (0-14 tahun) dan status imunisasi anak.
2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner
berikut:
responden
mengisi kuesioner agar dapat menjelaskan jika ada pertanyaan yang kurang
pengecekan.
1. Pengolahan Data
Metode pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan perhitungan
statistik dengan cara pengolahan dan analisis data dilakukan dengan cara
4) Variabel Status TB
c. Entry Data
Entry data dalam penelitian ini adalah memasukkan hasil jawaban
penghitungan.
d. Tabulating
Tabulating adalah pembuatan tabel untuk analisis univariat dan
a. Analisis Univariat
masing variabel, baik variable bebas maupun variabel terikat. Teknik analisa
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dapat dilakukan dengan dua tahap. Tahap I yaitu uji chi
terikat. Odds Ratio (OR) adalah ukuran asosiasi paparan (faktor risiko)
penyakit pada kelompok yang tidak berisiko (tidak terpapar faktor risiko).
Odds Ratio. Faktor resiko yang dimaksud adalah mencari apakah satu variabel
populasi biasanya tidak diketahui dengan pasti, oleh karena itu resiko
relatifnya hanya dianggap sebagai perkiraan resiko relatif atau disebut odds
Status TB
Faktor Resiko Ya Tidak
YA A B
TIDAK C D
Total N1 (a+c) N2 (b+d)
dengan lebih dari dua kategori terdapat dua cara untuk mengetahui hubungan
dan OR antara variabel bebas dengan variabel terikat. Cara pertama adalah
dengan analisis Chi-Square pada menu Crosstab, cara kedua adalah dengan
I. Etika Penelitian
sebagai berikut :
1. Prinsip – prinsip etika penelitian
a. Prinsip manfaat
Dengan berprinsip pada aspek manfaat, maka segala bentuk
dalam etik.
b. Prinsip menghormati manusia
Manusia memiliki hak dan mahluk yang mulia yang harus dihormati,
karena manusia memiliki hak dalam menentukan pilihan antara mau dan
manusia. Prinsip keadilan dalam penelitian ini adalah peneliti tidak akan
maksud dan tujuan dari penelitian agar responden mengerti maksud dan
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang
dilakukan entry data, dan hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil penelitian. Pada penelitian ini peneliti tidak akan
subjek yaitu :
1) Kepentingan individu subjek harus diberi prioritas dibandingkan
dengan komunitas.
2) Setiap subjek dalam penelitian klinis harus mendapatkan pengobatan
BAB IV
A. HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 2019 sampai 2019 dengan jumlah
dengan desain kasus kontrol (case control). Teknik pengambilan sampel dengan
total sampling. Analisis data secara univariat dan bivariat. Dari penelitian
dan tidak dilakukan imunisasi sebesar 81% lebih besar daripada responden
yang terkena Tb dan diberikan imunisasi sebesar 19% lebih kecil daripada
besar daripada responden yang tidak terkena Tb dan berstatus gizi berisiko
sebesar 23,8%. Responden yang terkena Tb dan dan status gizi tidak berisiko
sebesar 28,6% lebih kecil daripada responden yang tidak terkena Tb dan status
lebih besar daripada responden yang tidak terkena Tb dan memiliki status
kontak sebesar 14,3%. Responden yang terkena Tb dan tidak memiliki status
kontak sebesar 42,9% lebih kecil daripada responden yang tidak terkena Tb
antara status imunisasi dengan kejadian TB pada anak usia 0-14 tahun dengan
diimunisasi.
3. Hubungan status gizi dengan kejadian TB pada anak usia 0-14 tahun di
Kabupaten Banyumas
Tabel 4.3 Hubungan status gizi dengan kejadian TB pada anak usia 0-14 tahun
di Kabupaten Banyumas
Kejadian TB OR
Status gizi Terkena (kasus) Tidak terkena (kontrol) P value (95%
CI)
f % f %
Beresiko 15 71,4 5 23,8 8,000
Tidak beresiko 6 28,6 16 76,2 0,002 (2,012-
Total 21 100 21 100 31,803)
antara status gizi dengan kejadian TB pada anak usia 0-14 tahun dengan nilai
berisiko berpeluang 8,5 kali untuk terkenan TB daripada anak yang status
status kontak dengan kejadian TB pada anak usia 0-14 tahun dengan nilai 0,004
berpeluang 8 kali untuk terkenan TB daripada anak yang tidak memiliki status
kontak
B. Pembahasan
Banyumas
Imunisasi BCG merupakan vaksin hidup yang dibuat dari M. bovis
yang dibiak berulang selama 1-3 tahun, sehingga didapatkan kuman yang
menunjukan bahwa status imunisasi anak pada kelompok kasus yang paling
terbentuk oleh TB primer akan terlindungi oleh respons imun tubuh yang
hubungan dengan p value 0,011. Penelitian lain yang tidak sejalan dilakukan
kelompok kasus yang paling dominan adalah anak dengan status gizi
kekurangan kalori, protein, dan zat gizi (gizi buruk) yang dapat
signifikan antara status gizi dengan kegagalan konversi (nilai ρ 0,001 < α
(0,05)) dengan nilai OR sebesar 3,5, artinya pasien dengan status gizi kurus
memiliki risiko terjadinya kegagalan konversi sebesar 3,5 kali lebih besar
yang paling dominan adalah anak yang memiliki status kontak (57,1%),
sedangkan kelompok kontrol yang paling dominan adalah anak yang tidak
(microbaterium tuberculosis).
Faktor toksik yang dapat mempengaruhi yaitu asap rokok karena asap
rokok dapat menurunkan respon terhadap antigen sehingga benda asing yang
masuk dalam paru tidak langsung bisa dikenali atau dilawan oleh tubuh
selain itu juga dapat menjadi salah satu penyebab anak mudah terkena
tuberkulosis, anak selain dari asupan gizi juga memerlukan lingkungan yang
anak usia 0-14 tahun dengan nilai 0,002 (p value < 0,05) dengan odd ratio
sebesar 8,5. Sehingga dapat disimpulkan bahwa anak yang tidak diberikan
imunisasi beresiko 8,5 kali lipat terkenan TB dibandinkan dengan anak yang
tidak dapat dijadikan tolak ukur responden tidak dapat terserang oleh
pada imunitas atau daya tahan tubuh yang dimilikinya. Daya tahan tubuh
pada orang dewasa lebih bagus dibandingkan dengan orang lanjut usia.
Kerentanan terhadap penyakit TB Paru dapat disebabkan oleh
melalui udara sehingga focus primer berada di paru dengan kelenjar getah
tuberculosis. Selain itu dapat melali mulut saat minum susu yang
kulit. Penyakit yang kian parah dapat timbul akibat infeksi ulang atau bakteri
yang sebelumnya tidak aktif kembali menjadi aktif, Pada kasus ini, ghon
(Widagdo, 2011).
Efek proteksi atau efektivitas BCG bervariasi dari 0-80% dari
disebabkan oleh banyak faktor, antara lain strain dan dosis vaksin, yaitu
(Nastini,2008).
5. Hubungan status gizi dengan kejadian TB pada anak usia 0-14 tahun di
Kabupaten Banyumas
Anak yang mendapatkan makanan cukup baik juga dapat terkena
demam atau diare akhirnya menderita kurang gizi sebaliknya jika anak
tersebut mendapatkan makanan yang tidak baik akan mudah sekali terserang
infeksi akibat daya tahan tubuh yang melemah akibatnya anak tersebut
kurang nafsu makan dan akhirnya menderita kurang gizi. Berdasarkan hasil
kejadian TB pada anak usia 0-14 tahun dengan nilai 0,002 (p value < 0,05)
dengan odd ratio sebesar 8. Sehingga dapat disimpulkan bahwa anak yang
dalam kepatuhan tuberkulosis paru anak salah satunya yaitu status gizi anak.
dan output zat gizi yang berasal dari pangan yang dikonsumsi. Banyak
pekerjaan, budaya (faktor eksternal), usia, kondisi fisik dan infeksi (faktor
gizi, dan keadaan gizi yang buruk dapat mempermudah terkenanya penyakit
dilakukan oleh Tri (2012) tentang hubungan antara status gizi dengan
kejadian penyakit tuberkulosis paru bakteri tahan asam positif pada klien
tuberculosis. Hasil dari penelitian ini didapatkan di mana nilai sig < (0,021
< 0,05) sehingga Ho ditolak yang artinya terdapat hubungan yang signifikan
antara status gizi dengan kejadian tuberkulosis paru dan didapatkan nilai
variabel tersebut memiliki hubungan yang cukup erat karena besar koefisien
tersebut lebih dari 0,5. Kesimpulan : Ada hubungan antara status gizi dengan
tertular dari anggota keluarga dewasa. Adanya kontak dengan BTA+ yang
paparan kasus menular dan penularan dari sumber kasus penyakit TB aktif
kultur positif adalah 26%, sedangkan pasien TB dengan hasil kultur negatif
hubungan antara status kontak dengan kejadian TB pada anak usia 0-14
tahun dengan nilai 0,004 (p value < 0,05) dengan odd ratio sebesar 8,841.
beresiko 8,000 kali lipat terkenan TB dibandingkan dengan anak yang tidak
dengan BTA (+). Apabila penderita TB batuk, berbicara, atau bersin dapat
menularkan kepada orang lain. Tetapi faktor risiko yang berperan penting
masih sangat rentan tertular tuberkulosis dari orang dewasa karena daya
tahan dan kekebalan tubuh anak yang lemah, status gizi karena Kondisi fisik
sangat berpengaruh karena bila anak tersebut sakit akan mudah sekali rentan
2009).
Dimensi penularan TB paru secara umum pada anak adalah sebagai
dampak dari kontak orang TB paru dewasa lebih besar aatau bukan sebagai
sebab (menularkan ke populasi). Hal ini terjadi karena pada anak kondisi
pemeriksaan sputum, kultur dan uji molecular. Apabila penyakit ini tidak
terdeteksi dan tidak terobati, anak akan beresiko tinggi untuk mengalami
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Namira W &
Hari Kusnanto (2017) dengan judul Tuberculosis paru pada anak di Salatiga:
memenuhi syarat dua kali lebih besar daripada anak yang tidak sakit.
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kasus kontrol dimana variabel bebas
dilakukan pada saat ini. sehingga dimungkinkan keadaan faktor pada masa lalu
responden.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan
dengan status gizi berisiko, sedangkan pada kelompok kontrol yang paling
0-14 tahun.
5. Terdapat hubungan antara status gizi dengan kejadian TB pada anak usia 0-14
tahun.
6. Terdapat hubungan antara status kontak dengan kejadian TB pada anak usia 0-
14 tahun.
B. SARAN
1. Bagi Responden
mengikuti instruksi yang diberikan oleh tim medis terkait program terapi yang
diberikan.
2. Bagi Puskesmas
dengan TB Paru.
internal (usia, kondisi fisik, dan infeksi) dan faktor eksternal (pendapatan,
DAFTAR PUSTAKA
Acosta JT, Silva R, Sa R, Cardoso MJ, Nienhaus A. Serial testing with interferon
gamma release assay in Portuguse health workers. International Archives of
Occupational Environmental Health. 2014. 84 (4): 461- 9.
Chika A.H. (2013). Gambaran status gizi pasien tuberculosis anak di RSUP Dr.
Djamil Padang. Jurnal kesehatan Andalas. Vol 5. No 1
Dinkes Jateng. (2018). Profil Kesehatan Jawa Tengah 2014. Semarang: Dinkes
Jateng
Halim. (2015). Faktor resiko kejadian tb pada anak usia 1-5 tahun di kabupaten
kebumen. Jurnal tuberculosis anak. Vol 17. No 2. Hal 26-39
Hasan R, Alatas H. (2009). Buku kuliah 2 ilmu kesehatan anak. Cetakan 9. Jakarta:
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Hidayat, A. (2007). Riset keperawatan dan teknik penulisan ilmiah. Jakarta : salemba
medika
Hull, david dan Derek. I Johnston. (2008). Bayi baru lahir. Dalam yusna, daulika dan
huriawati hartono (editor). Dasar-dasar plediatri. Jakarta : EGC
Kemenkes RI. (2018). Profil Kesehatan Indonesia 2018. Jakarta: Kemenkes RI.
Namira,W dan Hari kusnanti. (2017). Tuberculosis paru pada anak di salatiga :
pengaruh kondisi rumah dan pendapatan keluarga. Jurnal balita kedokteran
masyarakat. Vol 34. No 3. Hal 121-126
Nastini N Rahajoe. (2008). Buku ajar Respirologi anak. Jakarta : Ikatan Dokter Anak
Indonesia
Rahajoe,N. (2008). Buku ajar respirologi anak. Edisi pertama. Jakarta: Badan
penerbit IDAI
Sjamsuhidajat, wim de jong. (2005). Buku ajar ilmu bedah. Edisi III. Jakarta : EGC
Wong D.L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 6. Alih bahasa: Andry
Hartono. Jakarta: EGC
LAMPIRAN
Nama :
Umur :
Alamat :
Setelah mendapatkan keterangan secukupnya dan menyadari manfaat penelitian yang akan
dilakukan. Menyatakan ketersediaan dan persetujuan saya untuk menjadi responden dalam
penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi TB Anak Usia 0-14 Tahun”.
Demikian lembar persetujuan ini saya isi dengan dengan sebenar-benarnya agar dapat
Purwokerto,...................... 2019
Responden
(......................................)
SURAT PERNYATAAN
Kepada Yth.
Di Tempat
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini Mahasiswa S1 Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto:
NIM : 1511020054
Purwokerto,.................2019
Peneliti
Andi Purniawan
DOKUMENTASI
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TB ANAK (0-14 TAHUN) DI KABUPATEN BANYUMAS
Nama : Kasus
Umur : Kontrol
Alamat :
A. Status imunisasi BCG
1. Apakah anak ibu di imunisasi BCG
Ya :
Tidak :
2. Apakah ibu yakin bahwa imunisasi BCG dapat mencegah penyakit TBC
Ya :
Tidak :
3. Berapa usia anak saat di imunisasi BCG………
4. Berapa kali imunisasi BCG diberikan ……….
B. Status Gizi
1. Berat badan anak saat ini …………… kg
2. Tinggi badan anak…………cm
3. Berat badan anak saat di diagnosa TBC………kg
4. Umur anak saat di diagnose TBC………th
5. Apakah terjadi penurunan berat badan lebih dari 3kg dalam sebulan
Ya :
Tidak :
C. Status Kontak
1. Apakah di dalam keluarga terdapat yang menderita TBC
Ada :
Tidak :
2. Apakah di dalam keluarga terdapat penderita batuk-batuk lebih dari 2 minggu
Ada : Sudah diobati ? Ya :
Tidak : Tidak :
3. Apakah terdapat tetangga yang menderita TBC.
Ada :
Tidak :
4. Apakah anak ibu sering digendong atau berhubungan dengan anggota keluarga atau
Terkena
Tidak
25 7 Diimunisasi 2 Tidak beresiko 2 Tidak Ada 2 Terkena 2
Tidak
26 6 Diimunisasi 2 Tidak beresiko 2 Tidak Ada 2 Terkena 2
Tidak
27 6 Diimunisasi 2 Tidak beresiko 2 Tidak Ada 2 Terkena 2
Tidak
28 7 Diimunisasi 2 Tidak beresiko 2 Ada 1 Terkena 2
Tidak
29 7 Diimunisasi 2 Tidak beresiko 2 Tidak Ada 2 Terkena 2
Tidak
30 6 Tidak imunisasi 1 Beresiko 1 Tidak Ada 2 Terkena 2
Tidak
31 5 Diimunisasi 2 Tidak beresiko 2 Tidak Ada 2 Terkena 2
Tidak
32 6 Diimunisasi 2 Beresiko 1 Ada 1 Terkena 2
Tidak
33 6 Tidak imunisasi 1 Tidak beresiko 2 Tidak Ada 2 Terkena 2
Tidak
34 7 Diimunisasi 2 Beresiko 1 Tidak Ada 2 Terkena 2
Tidak
35 6 Diimunisasi 2 Tidak beresiko 2 Tidak Ada 2 Terkena 2
Tidak
36 5 Diimunisasi 2 Tidak beresiko 2 Ada 1 Terkena 2
Tidak
37 6 Diimunisasi 2 Tidak beresiko 2 Tidak Ada 2 Terkena 2
Tidak
38 6 Diimunisasi 2 Tidak beresiko 2 Tidak Ada 2 Terkena 2
Tidak
39 9 Tidak imunisasi 1 Tidak beresiko 2 Tidak Ada 2 Terkena 2
Tidak
40 8 Tidak imunisasi 1 Tidak beresiko 2 Tidak Ada 2 Terkena 2
Tidak
41 5 Tidak imunisasi 1 Tidak beresiko 2 Tidak Ada 2 Terkena 2
Tidak
42 6 Tidak imunisasi 1 Beresiko 1 Tidak Ada 2 Terkena 2
Frequencies
Statistics
imunisasi status_gizi status_kontak TB
N Valid 42 42 42 42
Missing 0 0 0 0
Frequency Table
imunisasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak diimunisasi 24 57.1 57.1 57.1
di imunisasi 18 42.9 42.9 100.0
Total 42 100.0 100.0
status_gizi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid beresiko 20 47.6 47.6 47.6
tidak beresiko 22 52.4 52.4 100.0
Total 42 100.0 100.0
status_kontak
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ada 15 35.7 35.7 35.7
tidak ada 27 64.3 64.3 100.0
Total 42 100.0 100.0
TB
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid terkena 21 50.0 50.0 50.0
tidak terkena 21 50.0 50.0 100.0
Total 42 100.0 100.0
Crosstabs
imunisasi * TB Crosstabulation
TB
terkena tidak terkena Total
imunisasi tidak diimunisasi Count 17 7 24
% within TB 81.0% 33.3% 57.1%
di imunisasi Count 4 14 18
% within TB 19.0% 66.7% 42.9%
Total Count 21 21 42
% within TB 100.0% 100.0% 100.0%
hi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 9.722a 1 .002
Continuity Correctionb 7.875 1 .005
Likelihood Ratio 10.180 1 .001
Fisher's Exact Test .004 .002
Linear-by-Linear
9.491 1 .002
Association
N of Valid Casesb 42
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for imunisasi
(tidak diimunisasi / di 8.500 2.060 35.080
imunisasi)
For cohort TB = terkena 3.188 1.294 7.852
For cohort TB = tidak terkena .375 .192 .733
N of Valid Cases 42
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
status_gizi * TB 42 100.0% 0 .0% 42 100.0%
status_gizi * TB Crosstabulation
TB
terkena tidak terkena Total
status_gizi beresiko Count 15 5 20
% within TB 71.4% 23.8% 47.6%
tidak beresiko Count 6 16 22
% within TB 28.6% 76.2% 52.4%
Total Count 21 21 42
% within TB 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 9.545a 1 .002
Continuity Correctionb 7.732 1 .005
Likelihood Ratio 9.949 1 .002
Fisher's Exact Test .005 .002
Linear-by-Linear Association 9.318 1 .002
N of Valid Casesb 42
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for status_gizi
8.000 2.012 31.803
(beresiko / tidak beresiko)
For cohort TB = terkena 2.750 1.328 5.694
For cohort TB = tidak terkena .344 .154 .766
N of Valid Cases 42
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
status_kontak * TB 42 100.0% 0 .0% 42 100.0%
status_kontak * TB Crosstabulation
TB
terkena tidak terkena Total
status_kontak ada Count 12 3 15
% within TB 57.1% 14.3% 35.7%
tidak ada Count 9 18 27
% within TB 42.9% 85.7% 64.3%
Total Count 21 21 42
% within TB 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 8.400a 1 .004
Continuity Correctionb 6.637 1 .010
Likelihood Ratio 8.841 1 .003
Fisher's Exact Test .009 .004
Linear-by-Linear
8.200 1 .004
Association
N of Valid Casesb 42
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for status_kontak
8.000 1.790 35.744
(ada / tidak ada)
For cohort TB = terkena 2.400 1.330 4.331
For cohort TB = tidak terkena .300 .105 .854
N of Valid Cases 42