id/2014/12/faktor-faktor-yang-berhubungan-
dengan.html
Faktor – faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian ISPA
Pada Anak Balita
Di Puskesmas Pandaan - Pasuruan Tahun 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. karena berkat rahmat dan penyertaan-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Komunitas tentang Proposal
Penelitian “Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kejadian ISPA pada anak balita Di
Puskesmas Pandaan Kabupaten Pasuruan tahun 2014”
Dalam penulisan Proposal ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi yang disajikan mengingat kemampuan yang dimiliki
penulis masihlah terbatas. Maka dari itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari semua
pihak khususnya dari dosen pembimbing untuk kesempurnaan makalah ini di masa mendatang.
Akhir kata semoga Proposal ini dapat memberikan manfaat sebagai salah satu sumber
referensi pembelajaran mata kuliah Ilmu Keperawatan Komunitas tentang Proposal Penelitian
“Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kejadian ISPA pada anak balita Di Puskesmas Pandaan
Kabupaten Pasuruan tahun 2014”. Akademi Keperawatan Diploma III Kampus Terpadu Sakinah
tahun ajaran 2014/2015.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang
sering terjadi pada anak. Episode penyakit batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan
sebesar 3-6 x pertahun.Ini berarti seorang balita rata-rata mendapat serangan batuk, pilek
sebanyak 3-6 x setahun.Sebagai kelompok penyakit, ISPA juga merupakan salah satu penyebab
utama kunjungan pasien disarana kesehatan.Sebanyak 40%-60% kunjungan berobat dipuskesmas
dan 15%-30% kunjungan berobat dibagian rawat jalan dan rawat inab rumah sakit disebabkan
oleh ISPA (DepKes.RI, 2009). Kematian akibat ISPA terutama Pneumonia di Indonesia,pada
akhir 2000 sekitar 450.000 balita usia 0-5 tahun. Diperkirakan sebanyak 150.000 bayi atau balita
meninggal tiap tahun atau 12.500 korban perbulan atau 416 kasus perhari atau 17 anak perjam
atau seorang bayi / balita tiap lima menit (Depkes.RI,2009)
Menurut hasil Riskesdes 2007, Prevalensi Nasional ISPA adalah 25,5% dengan
prevalensi tertinggi terjadi pada usia balita yaitu 35%, sedangkan terendah yaitu pada kelompok
umur 15 sampai dengan 24 tahun. Kejadian ISPA di Provinsi Jawa Timur diatas Prevalensi
Nasional yaitu sebanyak 29,08% . Perlu dicatat bahwa penyakit ISPA merupakan masalah
kesehatan tidak boleh diabaikan karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang tinggi
dengan rasio 1 antara 4 bayi.Jadi kita dapat memperkirakan episode ISPA dapat terjadi 3-6 kasus
kematian setiap tahun. Angka tersebut dibuktikan pada kunjungan pasien kepuskesmas yang
cukup tinggi untuk penyakit ISPA yaitu rata-rata lebih dari 25% terutama pada usia balita.
Penyakit ini dapat ditularkan melalui udara pernafasan yang mengandung kuman yang dihirup
orang sehat lewat saluran pernafasan. ISPA yang tidak ditangani secara lanjut apabila dianggap
sepele dapat berkembang menjadi pneumonia (khususnya menyerang anak kecil dan balita
apabila terdapat zat gizi yang kurang dan ditambah dengan keadaan lingkungan yang tidak
bersih) (Yusri, 2011).
Berdasarkan study awal yang di lakukan peneliti di Puskesmas Pandaan sebanyak 992
balita, terdapat 146 anak yang berumur 0-5 tahun yang menderita ISPA (data Puskesmas Pandaan
tahun 2013).
Berdasarkan Latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kejadian ISPA pada anak balita Di Puskesmas Pandaan
Kabupaten Pasuruan tahun 2014”.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ISPA
2.1.1 Pengertian ISPA
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan (hidung,
pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas dan
akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan. Infeksi saluran nafas
adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan nafas dalam menghadapi organisme asing
(Benny, 2010).
Menurut Prabu (2009) ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut,
istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI).
Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai
dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti
sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi
pada anak, karena sistem pertahanan tubuh anak masih rendah. Kejadian psenyakit batuk pilek
pada balita di Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali per tahun, yang berarti seorang balita rata-
rata mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun. Istilah ISPA meliputi tiga
unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut, dimana pengertiannya sebagai berikut:
a. Infeksi
Adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak
sehingga menimbulkan gejala penyakit.
b. Saluran pernafasan
Adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus,
rongga telinga tengah dan pleura.
c. Infeksi Akut
Adalah Infeksi yang langsung sampai dengan 14 hari. batas 14 hari diambil untuk menunjukkan
proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini
dapat berlangsung lebih dari 14 hari.
ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Akan tetapi secara
klinis ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran
pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah infeksi saluran
pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari, pada organ pernapasan berupa hidung sampai
gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan
selaput paru. Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk
pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotic (Misnadiarly, 2008).
2.2.2.7 Perilaku
Perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh
pengetahuan, sikap kepercayaan, tradisi, dan sebagian dari orang tua tau
masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu ketersediaan fasilitas kesehatan,sikap dan perilaku
para petugas kesehatan juga dapat memperkuat terbentuknya perilaku (Soekidjo Notoatmodjo,
2003:165).
Perilaku sehat adalah pengetahuan, sikap, tindakan, proaktif untuk
memelihara dan mencegah risiko terjadinya penyakit (Depkes RI, 2003:3). Becker (1979) dalam
Notoatmodjo (2007:137) menyatakan bahwa perilaku kesehatan yaitu hal-hal yang berkaitan
dengan kegiatan/tindakan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya,
termasuk tindakan-tindakan untuk mencegah penyakit, memilih makanan, sanitasi dan
sebagainya.
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Dependen
Independen
BAB IV
METODE PENELITIAN
Keterangan:
P = Angka persentase
Fx = frekwensi yang dicari persentase n = Jumlah seluruh responden
4.7.2 Analisa Bivariat
Analisa ini digunakan untuk menganalisis hipotesis, yang diolah dengan computer
menggunakan rumus SPSS versi 16, untuk menentukan hubungan antara variable independen
dengan variable dependen melalui uji Chi-Square Tes (X2). Untuk melihat kemaknaan (CI) 0,05%
(Arikunto, 2006), dengan ketentuan bila nilai p< 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang
menunjukan adanya hubungan antara variable terikat dengan variable bebas.
Untuk menentukan nilai p-value Chi-Square Tes (X2) table, menurut Hastono (2001)
memiliki ketentuan sebagai berikut:
1) Bila Chi-Square Tes (X2) table terdiri dari table 2x2 dijumpai nilai ekspantasi (E) <5, maka p
value yang digunakan adalah nilai yang terdapat pada nilai Fisher Exact Test.
2) Bila Chi-Square Tes (X2) table terdiri dari table 2x2 tidak dijumpai nilai ekspantasi (E) <5 maka
p value yang digunakan adalah nilai yang terdapat pada nilai Continuity Correction.
3) Bila Chi-Square Tes (X2) table terdiri lebih dari table 2x2, contohnya table 3x2, 3x3 dan
sebagainya, maka p value yang digunakan adalah nilai yang terdapat pada nilai Pearson Chi-
Square.
4.8 PENYAJIAN DATA
Data yang diperoleh dari wawancara dengan menggunakan kuesioner disajikan dalam
bentuk tabel dan narasi.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2002. Pedoman Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut untuk
Penanggulangan Pneumonia pada Balita: Jakarta: Depkes RI.
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur. 2007. Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat untuk
Puskesmas. Jakarta: Dinas Propinsi Jawa Timur.
Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak Balita, Dewasa, dan Usia
Lanjut. Jakarta: Pustaka Obor Populer Mughni Isfahami Rahmadiar. 2012.
Nana S dan Tinah. 2011. Hubungan Pendidikan Ibu Dan Status Ekonomi Keluarga Dengan Kejadian
Ispa Pada Balita. Jurnal Kebidanan, Vol. IV, No. 01, Juni 2012. (Online)
http://journal.akbideub.ac.id/index.php/ jkeb/article/ view/49/48 Diakses 5 September 2012
Nasution, Kholisah, dkk. 2009. Infeksi Saluran Napas Akut pada Balita di Daerah Urban Jakarta. Jurnal
Sari Pediatri, Vol. 11, No. 4, Desember 2009. (Online)
http://www.idai.or.id/saripediatri/pdfile/11-4-1.pdf Diakses 30 September 2012 Notoatmodjo,
Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Cetakan Pertama. Jakarta:Rineka Cipta
Sukmawati dan Sri Dara. 2010. Hubungan Status Gizi, Berat Badan Lahir (BBL),Imunisasi dengan
Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Tunikamaseang Kabupaten Maros .Media Gizi Pangan, Vol. X, Edisi 2, Juli – Desember 2010
(Online)http://jurnal mediagizipangan.files.wordpress.com/2012/04/3-hubungan-status-gizi-berat-
badan-lahir-bbl-imunisasi-dengankejadian-infeksi-saluran-pernapasan-akut-ispa-pada-balita-di-
wilayah-kerjapuskesmas-tunikamaseang-kabupaten-maros.pdf Diakses 5 September 2012
Suripto. 2003. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Pneumonia pada Anak Balita di
Kabupaten Pekalongan. Tesis: Universitas Diponegoro, Semarang
http://rahmakesling.blogspot.co.id/2014/03/infeksi-saluran-pernafasan-akut-ispa.html
a. Pengertian ISPA
Menurut Ditjen PP&PL (2012) ISPA adalah infeksi akut yang menyerang salah satu
bagian/lebih dari saluran napas mulai hidung sampai alveoli termasuk adneksanya (sinus,
rongga telinga tengah, pleura). Penyakit saluran pernafasan merupakan sumber penting pada
status kesehatan yang buruk dan mortalitas di kalangan anak kecil.
b. Epidemiologi
Penyakit ISPA sering terjadi pada anak-anak. Episode penyakit batuk pilek pada balita di
Indonesia diperkirakan terjadi 3-6 kali pertahun, artinya setiap balita rata-rata mendapatkan
serangan batuk dan pilek sebanyak 3-6 kali setahun. Di negara berkembang, penyakit
pneumonia merupakan 25% penyumbang kematian pada anak terutama pada bayi berusia
kurang dari dua bulan (Widoyono, 2008).
c. Penyebab penyakit ISPA
Penyebab penyakit ISPA terdiri lebih dari 300 jenis kuman, baik berupa bakteri, virus,
maupun riketsia. Pada negara berkembang, penyebab pneumonia pada balita adalah bakteri,
yakni Streptococcus pneumoniae dan haemophylus influenzae (Maryunani, 2010). Menurut
Widoyono (2008) penyakit ISPA dapat juga berasal dari bakteri (Diplococcus pneumoniae,
Pneumococcus, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus, dan lain-lain), virus
(influenza, adenovirus, sitomegalovirus), jamur (Aspergillus sp., Candida albicans,
Histoplasma, dan lain-lain).
d. Cara penularan penyakit ISPA
Penularan penyakit ISPA terjadi melalui udara, bibit penyakit masuk ke tubuh melalui
pernafasan, oleh karena itu ISPA termasuk dalam salah satu penyakit golongan air borne
disease. Penularan melalui udara yang dimaksudkan adalah cara penularan yang terjadi tanpa
kontak dengan penderita maupun dengan benda yang terkontaminasi. Sebagian besar
penularan melalui udara dapat menular juga melalui kontak langsung, namun dengan menghirup
udara yang telah terkontaminasi oleh bibit penyakit menjadikan risiko penularan penyakit.
Manusia merupakan reservoir utama dan diperkirakan seluruh umat manusia memiliki bakteri
penyebab ISPA pada saluran pernafasannya. Oleh sebab itu, dalam keadaan daya tahan
menurun, penyakit ini bisa berkembang dengan baik pada anak-anak maupun orang tua
(Achmadi, 2012).
Sumber :
Ditjen PP&PL. 2012. Modul Tatalaksana Standar Pneumonia. Jakarta.
Ditjen PP&PL. 2012. Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Jakarta.
Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media.
Proverawati, Atikah, Eni Rahmawati. 2012. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Yogyakarta: Nuha
Medika.
Riyadi, Sujono & Sukarmin. 2009. Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu.