BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit saluran pernapasan merupakan salah satu penyebab kesakitan dan
kematian yang sering menyerang anak-anak. Salah satu penyakit saluran
pernapasan pada anak adalah pneumonia. Pneumonia ialah suatu proses inflamasi
pada alveoli paru-paru yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti
Streptococcus pneumoniae (paling sering), kemudian Streptococcus aureus,
Haemophyllus influenzae, Escherichia coli dan Pneumocystis jiroveci. (Widagdo,
2012).
Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit
yang sering terjadi pada anak. Sebanyak 40%-60% kunjungan berobat di
Puskesmas dan 15%-30% kunjungan berobat di bagian rawat jalan dan rawat inap
rumah sakit disebabkan oleh ISPA. Salah satu penyakit ISPA yang menjadi target
program pengendalian ISPA adalah pneumonia (Setyati, 2014).
Tujuan Millennium Development Goals (MDGs) ke-4 yakni mengurangi
angka kematian anak, mampu terwujud hanya dengan melalui upaya-upaya
intensif yang memfokuskan pada faktor-faktor utama kematian pada anak, yaitu:
masalah neonatal, defisiensi gizi, malaria, diare dan pneumonia (WHO, 2010).
Menurut World Health Organization (WHO) (2016) kasus kematian balita
akibat pneumonia yakni 920.136 pada tahun 2015 (WHO, 2016). Berdasarkan
data United Nations Children’s Fund (UNICEF) pneumonia merupakan penyebab
kematian penyakit menular anak di bawah usia 5 tahun yang menewaskan 2.500
anak tiap harinya (UNICEF, 2017).
Menurut Ditjen P2P,Kemenkes RI (2017) Jumlah kasus Pneumonia pada
balita menurut Provinsi dan kelompok umur tahun 2016 target penemuan
pneumonia balita berjumlah 870.893 jiwa, pneumonia menurut umur < 1 tahun
160.908 jiwa dan umur 1-4 tahun 326.011 jiwa, sedangkan pneumonia berat
menurut umur < 1 tahun berjumlah 8.275 jiwa dan umur 1-4 tahun berjumlah
2
8.544 jiwa kemudian pneumonia ringan menurut umur < 1 tahun 169.183 jiwa dan
umur 1-4 tahun 334.55 jiwa. Jumlah keseluruhan kasus pneumonia balita menurut
provinsi dan kelompok umur adalah 503.738 jiwa 57.84 %.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 pneumonia
masih menjadi penyebab kematian pada bayi baru lahir. Data dari Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) menunjukan prevalensi pneumonia naik dari 1,6% pada 2013
menjadi 2% dari populasi balita yang ada di indonesia pada 2018 .
Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Riau (2015), persentase penemuan dan
penanganan penderita pneumonia pada balita tahun 2011-2015, menyatakan pada
tahun 2011 cakupan penemuan dan penanganan penderita pneumonia mencapai
13,7 %, pada tahun 2012 mencapai 15,9% dan cakupan penemuan kasus
pnemunia 2013 berjumlah 17,5 % kemudian pada tahun 2014 mengalami
penurunan dengan jumlah persentase nya 13,7 %, tetapi pada tahun 2015 kembali
mengalami kenaikan mencapai 14,3 %. Sedangkan menurut Ditjen, Kemenkes RI
(2017), menyatakan jumlah kasus pneumonia pada balita menurut provinsi dan
kelompok umur tahun 2016, provinsi Riau target penemuan pneumonia balita
berjumlah 21.132 jiwa, kemudian menurut umur kejadian pneumonia < 1 tahun
berjumlah 3.238 jiwa dan umur 1-4 tahun 7.864 jiwa. Sedangkan Pneumonia
beratberdasarkan umur < 1 tahun 80 dan umur 1-4 tahun 68 jiwa dan persentase
nya adalah 53,24 %.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru (2017), penemuan
kasus pneumonia balita di puskesmas kabupaten kota Pekanbaru. Penemuan kasus
pneumonia balita di Puskesmas Harapan Raya kecamatan bukit Raya jumlah
balita 308 jiwa balita menderita pneumonia dari data tersebut yang berhasil di
temukan dan diobati sebesar 210 jiwa , sedangkan jumlah keseluruhan balita yang
ada di puskesmas Harapan Raya adalah 11.630 jiwa
Berdasarkan data Puskesmas Harapan Raya tahun 2018 terdapat jumlah
perkiraan pneumonia balita berjumlah 308 jiwa dan kemudian realisasi penemuan
penderita pneumonia berjumlah 58 orang penderita.
Penelitian yang dilakukan oleh Sugihartono (2012) menunjukkan bahwa
faktor risiko pneumonia yang dominan pada balita di wilayah kerja Puskesmas
3
Sidorejo Kota Pagar Alam yakni riwayat pemberian ASI, kondisi fisik lantai
rumah dan kebiasaan anggota keluarga merokok (Sugihartono, 2012:86).
Penelitian serupa dilakukan oleh Kusumawati, (2015) yang menyimpulkan
bahwa faktor risiko lingkungan fisik dan perilaku anggota keluarga yang
berhubungan dengan kejadian pneumonia balita di wilayah kerja Puskesmas
Magelang Selatan Kota Magelang yakni tingkat kepadatan hunian, intensitas
pencahayaan alamiah dalam rumah, tingkat kelembaban rumah dan kebiasaan
membuka jendela pada pagi dan siang hari (Kusumawati, 2015)
Dari hasil observasi awal dan wawancara dengan 8 orang ibu yang anak
nya menderita pneumonia di Puskesmas Harapan Raya Kecamatan Bukit Raya
Kota Pekanbaru diketahui bahwa, pengetahuan sebagian responden tentang
pencegahan pneumonia tersebut masih rendah yang terlihat pada perilaku ibu
yang masih menolak untuk pemeriksaan rutin berkala. Tidak hanya itu, peran
tenaga kesehatan dalam menangani masalah pneumonia masih rendah hal ini
dapat dilihat dari sedikitnya sumber informasi kesehatan yang diperoleh oleh ibu
dan mengakibatkan sikap ibu terhadap pencegahan pneumonia itu masih rendah.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu terhadap
pencegahan pneumonia pada anak usia 1-4 tahun di Puskesmas Harapan Raya
Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru tahun 2018”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas didapatkan bahwa pneumonia
merupakan salah satu penyebab kematian anak dibawah usia lima tahun (balita) di
dunia, selain itu penatalaksana kasus pneumonia balita Provinsi Riau tidak
mengalami peningkatan, tetapi tetap berada jauh di bawah target Nasional,
padahal pencegahan penyakit ini menjai fokus kegiatan program pemberantasan
penyakit infeksi saluran pernafasan akut. Hal ini di karenakan masih rendahnya
efektivitas penggalakan pencegahan pneumonia. Tingginya angka kejadian
pneumonia pada anak balita disebabkan karena beberapa faktor antara lain
rendahnya pengetahuan ibu, keadaan lingkungan tempat tinggal dan peran tenaga
4
C. Pertanyaan Penelitian
1. Apakah ada hubungan pengetahuan ibu terhadap pencegahan pneumonia pada
anak usia 1-4 tahun di PuskesmasHarapan RayaKecamatan Bukit Raya Kota
Pekanbaru Tahun 2018 ?
2. Apakah ada hubungan sikap ibu terhadap pencegahan pneumonia pada anak
usia 1-4 tahun di Puskesmas Harapan Raya Kecamatan Bukit Raya Kota
Pekanbaru Tahun 2018 ?
3. Apakah ada hubungan keadaan lingkungan terhadap pencegahan pneumonia
pada anak usia 1-4 tahun di Puskesmas Harapan Raya Kecamatan Bukit Raya
Kota Pekanbaru Tahun 2018 ?
4. Apakah ada hubungan peran tenaga kesehatan terhadap pencegahan
pneumonia pada anak usia 1-4 tahun di Puskesmas Harapan Raya Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2018 ?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Perilaku Ibu Terhadap Pencegahan Pneumonia Pada
Anak Usia 1-4 Tahun Di Puskesmas Harapan Raya Kecamatan Bukit Raya
Kota Pekanbaru Tahun 2108.
2. Tujuan khusus
a. Diketahuinya distribusi frekuensi pengetahuan ibu, sikap ibu, keadaan
lingkungan dan peran tenaga kesehatan terhadap pencegahan pneumonia
pada anak usia 1-4 tahun di Puskesmas Harapan Raya Kecamatan Bukit
Raya Kota Pekanbaru tahun 2018.
5
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Puskesmas Harapan Raya
Agar dapat dijadikan bahan masukan dan tambahan informasi mengenai
pneumonia dan dapat membantu dalam menanggulangi dan mencegah
pneumonia pada bayi dan balita.
2. Bagi Peneliti
Sebagai menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan dalam penelitian
ilmiah terutama yang mencakup hubungan dengan perilaku.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAN
A. Konsep Dasar
1. Pneumonia
Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paru
(alveoli) yang disebabkan terutama oleh bakteri dan merupakan penyakit
saluran pernapasan akut yang sering menyebabkan kematian (UNICEF,
WHO, 2009; Kemenkes, 2010). Penyebab pneumonia adalah infeksi bakteri,
virus maupun jamur. Pneumonia mengakibatkan jaringan paru mengalami
peradangan. Pada kasus pneumonia, alveoli terisi nanah dan cairan
menyebabkan kesulitan penyerapan oksigen sehingga terjadi kesulitan
bernafas (Rudan, 2008).
Anak dengan pneumonia menyebabkan kemampuan paru
mengembang berkurang sehingga tubuh bereaksi dengan bernapas cepat agar
tidak terjadi hipoksia. Apabila pneumonia bertambah parah, paru akan
menjadi kaku dan timbul tarikan dinding bawah ke dalam (Ni Nyoman,
2013). Anak dengan pneumonia dapat meninggal karena hipoksia dan sepsis.
Akibatnya kemampuan paru untuk menyerap oksigen menjadi berkurang.
Kekurangan oksigen membuat sel-sel tidak bisa bekerja (UNICEF, WHO,
2006).
2. Klasifikasi Pneumonia
Program Pengendalian Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA
dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan bukan pneumonia. Pneumonia dibagi
atas derajat beratnya yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat
(Kemenkes, 2012). Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis,
dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan
pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini
ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman
7
3. Epidemiologi Pneomonia
Epidemologi pneumonia dapat terjadi di semua negara tetapi data
untuk perbandingan sangat sedikit, terutama di negara berkembang.
Pneumonia adalah penyakit umum di semua bagian dunia dan penyebab
utama kematian pada masa neonatus. WHO memperkirakan bahwa 1 dari 5
kematian bayi baru lahir disebabkan pneumonia. Lebih dari dua juta anak
balita meninggal setiap tahun di seluruh dunia (E-jurnal, 2013).
WHO juga memperkirakan bahwa sampai dengan 2 juta kematian
yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae dapat di cegah
dengan vaksin, dan lebih dari 90% dari kematian ini terjadi di negara-negara
berkembang. Kematian akibat pneumonia umumnya menurun dengan usia
sampai dewasa akhir (News Medical, 2011).
8
4. Etiologi Pneumonia
1. Disebabkan Virus
Virus yang sering ditemukan berasal dari virus influenza, adalah A,B,C,
virus rispiratori syncytial. Virus influenza C biasanya menimbulkan
gejala yang ringan tetapi, influenza A dan B merupakan virus penting
bagi pneumonia.
2. Disebabkan Bakteri
Bakteri penyebab pneumonia pada anak adalah Bran Hamella,
Catarhalis, bateri pneumonia, bakteri pertusis.
6. Penyebab Pneumonia
Pneumonia disebabkan oleh virus pathogen yang masuk ke dalam
tubuh melalui aspirasi, inhalasi atau penyebaran sirkulasi. Pneumonia
terutama disebabkan oleh bakteri. Pneumonia inhalasi disebarkan melalui
batuk dan bersin. Agen penyebarannya biasanya adalah virus. Pneumonia bisa
disebabkan oleh penyebaran hematogenous dalam diri pasien yang dapat
mengidap septisemia.
Selain itu, pneumonia juga isebabkan oleh lebih dari 300 jenis kuman,
baik berupa bakteri, virus maupun rickettsia. Penyebab pneumonia pada
balita dinegara berkembang adalah bakteri, yaitu Streptococcus pneumoniae
dan haemophylus influenza (Suryo Joko, 2010).
8. Penatalaksanaan Pneumonia
Ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisis yang
sesuai dengan gejala dan tanda yang diuraikan sebelumnya, disertai
pemeriksaan penunjang. Diagnosis etiologi dibuat berdasarkan pemeriksaan
mikrobiologi dan atau serologi (Mansjoer, dkk, 2008).
Berdasarkan pedoman diagnosis dan tatalaksana pneumonia yang
diajukan oleh WHO di dalam buku Mansjoer, dkk (2008), pneumonia
dibedakan atas :
a) Pneumonia sangat berat : harus dirawat di rumah sakit/puskesmas,
penatalaksanaannya diserahkan atau tergantung kebijakan rumah
sakit/puskesmas setempat.
b) Pneumonia berat : bila ada retraksi, tanpa sianosis, dan masih sanggup
minum, harus dirawat di RS dan diberi antibiotik.
c) Pneumonia : bila tidak ada retraksi tapi napas cepat :
1. > 60x/menit pada bayi < 2 bulan
2. > 50x/menit pada anak 2 bulan – 1 tahun
3. > 40x/menit pada anak 1 – 5 tahun
b) Bukan pneumonia : hanya batuk tanpa tanda dan gejala seperti di atas,
tidak perlu dirawat, tidak perlu antibiotik.
11
C. Konsep Perilaku
Skinner dalam Notoatmodjo (2007), seorang ahli psikologi, merumuskan
bahwa perilaku merupakan respon atau rekasi seseorang terhadap stimulus
(rangsangan dari luar). Perilaku manusia pada hakekatnya adalah tindakan atau
aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas
antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, penulis,
membaca, dan sebagainya, baik yang dapat diamati langsung maupun yang dapat
diamati oleh pihak luar. Menurut Notoatmodjo (2007), membedakan tiap wilayah,
ranah, atau domain perilaku, menjadi kognitif (cognitive), afektif (affective), dan
psikomotorik (psychomotor), maka dikembangkan tida domain perilaku sebagai
berikut :
1. Faktor Yang berhubungan Dengan Pencegahan Pneumonia
a) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil “tahu“, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indra manusia, yaitu indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo (2012).
Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan (knowledge) adalah
hasil tahu dari manusia, yang sejedar menjawab”what” misalnya apa air,
apa manusia, apa alam dan sebagainya. Pengetahuan pada dasarnya
terdiri dari sejumlah fakta dan kategori yang memungkinkan seseorang
untuk dapat memeahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan
merupakan pemberian bukti oleh seseorang melalui proses pengingatan
atau pengenalan atau fenomena yang diperoleh sebelumnya. Menurut
Notoatmodjo, (2012) pengetahuan mempunyai enam tingkatan
diantaranya sebagai berikut :
1. Tahu (Know)
13
b) Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau objek. Sikap secara sederhana yakni merupakan suatu
sindrom atau kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek,
sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala
kejiwaan yang lain. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2003). Sikap
mempunyai tiga tingkatan diantaranya adalah :
1. Menerima (receiving)
Menerima artinya bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diterima (objek).
2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap,
karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan ugas yang diberikan, lepas pekerjaan ibu benar atau
salah adalah berarti orang menerima ide tersebut.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan
orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat
tiga.
4. Bertanggung jawab ( responsible)
15
c) Keadaan Lingkungan
1. Faktor keadaan Lingkungan
a) Pencemaran Udara Dalam Rumah
Kualitas udara dalam rumah Polusi udara yang berasal
dari pembakaran di dapur dan di dalam rumah mempunyai peran
pada risiko kematian balita di beberapa negara berkembang.
Diperkirakan 1,6 juta kematian berhubungan dengan polusi
udara dari dapur. Hasil penelitian Dherani, dkk (2008)
menyimpulkan bahwa dengan menurunkan polusi pembakaran
dari dapur akan menurunkan morbiditas dan mortalitas
pneumonia. Hasil penelitian juga menunjukkan anak yang
tinggal di rumah yang dapurnya menggunakan listrik atau gas
cenderung lebih jarang sakit ISPA dibandingkan dengan anak
yang tinggal dalam rumah yang memasak dengan menggunakan
minyak tanah atau kayu. Selain asap bakaran dapur, polusi asap
rokok juga berperan sebagai faktor risiko. Anak dari ibu yang
merokok mempunyai kecenderungan lebih sering sakit ISPA
16
c) Ekonomi
Faktor ekonomi menfasilitasi tindakan seseorang dalam upaya
pemeliharaan kesehatan. Kondisi ekonomi yang cukup,
memungkinkan seseorang untuk melakukan perawatan kesehatannya
dengan lebih memadai (Notoatmodjo, 2007).
D. Kerangka Teori
Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2012) mengatakan bahwa
salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan adalah faktor perilaku. Di
jelaskan ada tiga faktor - faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku sebagai
berikut :
1. Faktor Predisposisi (Presdiposing Factors) Adalah faktor-faktor yang
mempermudah atau memperdisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara
lain pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai-niali, tradisi dan sebagainya.
2. Faktor pemungkin (Enabling Factors) adalah faktor-faktor yang
memungkinkan atau yang memfasilitasikan perilaku dan tindakan, misalnya
keadaan lingkungan fisik, sarana dan prasarana seperti rumah sakit,
puskesmas, posyandu, SPAL dan tempat pembuangan sampah.
3. Faktor penguat (Reinforcing Factors) adalah faktor-faktor yang mendorong
atau memperkuat terjadinya perilaku, misalnya adanya tokoh agama, tokoh
masyarakat, peraturan dan undang-undang.
27
Faktor Predisposisi
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Keyakinan
4. Nilai-nilai
5. Motivasi
Faktor Pemungkin
1. Lingkungan Fisik Perilaku
2. Sarana dan prasarana
Faktor Penguat
1. Sikap dan perilaku
petugas
kesehatan/petugas lain,
tokoh masyarakat, Tokoh
agama dan lain-lainnya
Gambar 1
Kerangka Teori
E. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu hubungan antara konsep satu terhadap
konsep lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo 2012).
Variabel bebas pada penelitian ini adalah pengetahuan ibu, sikap ibu,
keadaan dan peran tenaga kesehatan terhadap pencegahan pneumonia, sedangkan
variabel terikatnya adalah pencegahan pneumonia. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat dari gambar dibawah ini :
28
1. Pengetahuan
2. Sikap Perilaku Pencegahan
3. Keadaan lingkungan Pneumonia
4. Peran tenaga kesehatan
Gambar 2
Kerangka Konsep
F. Hipotesis
1. Ada hubungan antara pengetahuan ibu terhadap pencegahan pneumonia pada
anak usia 1-4 tahun di Puskesmas Harapan Raya Kecamatan Bukit Raya Kota
Pekanbaru Tahun 2018.
2. Ada hubungan antara sikap ibu terhadap pencegahan pneumonia pada anak
usia 1-4 tahun di Puskesmas Harapan Raya Kecamatan Bukit Raya Kota
Pekanbaru Tahun 2018.
3. Ada hubungan antara keadaan lingkungan terhadap pencegahan pneumonia
pada anak usia 1-4 tahun di Puskesmas Harapan Raya Kecamatan Bukit Raya
Kota Pekanbaru Tahun 2018.
4. Ada hubungan antara peran tenaga kesehatan terhadap pencegahan
pneumonia pada anak usia 1-4 tahun di Puskesmas Harapan Raya Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2018.
5. Ada hubungan antara pengetahuan ibu terhadap pencegahan pneumonia pada
anak usia 1-4 tahun di Puskesmas Harapan Raya Kecamatan Bukit Raya Kota
Pekanbaru Tahun 2018.
29
G. Penelitian Sejenis
Beberapa penelitian yang relevan dalam penelitian ini, dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 1
Keteranagan Penelitaian Andri Widayat Lina Sri
sekarang (2014) MarlinaWati
(2015)
Topik Penelitian Faktor-faktor yang Faktor-faktor yang Faktor-faktor yang
berhubungan berhubungan dengan mempengaruhi
dengan perilaku ibu pneumonia pada penemuan kasus
terhadap balita pneumonia balita
pencegahan
pneumonia pada
anak usia 1-4 tahun
BAB III
METODE PENELITIAN
Kota Pekanbaru tahun 2018 dan memenuhi kriteria responden sebagai berikut
:
a) Kriteria Inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
populasi target san yang akan diteliti. Pada penelitian ini kriteria inklusi
adalah :
1) Bersedia menjadi responden
2) Bersedia menjadi responden
3) Ibu yang memiliki anak usia 1-4 tahun yang bertempat tinggal di
wilayah kerja Puskesmas Harapan Raya Kecamatan Bukit Raya Kota
Pekanbaru
b) Kriteria Eklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang
memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab. Pada
penelitian ini kriteria ekslusi adalah :
1). Ibu yang memiliki anak usia 1-4 tahun pada saat penelitian tidak
berada ditempat selama 2 kali melakukan penelitian.
D. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan adalah totality sampling merupakan
pengambilan sampel yang mewakli dari seluruh populasi atau total sampling
merupakan metode pengambilan sampel dengan cara mengambil seluruh jumlah
populasi. Jadi sampel yang saya ambil adalah sebanyak 58 penderita.
Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan pada penderita yang
datang berobat ke Puskesmas Harapan Raya Kecamatan Bukit Raya Kota
Pekanbaru. Cara memilih sampel yang sesuai dengan krateria penelitian dengan
jumlah sampelnya sebanyak 58 responden yang menderita pneumonia adalah
dengan cara mewawancara langsung dengan instrumen yang telah ditentukan oleh
peneliti. Jika jumlah sample belum memenuhi maka peneliti melakukan
kunjungan dari rumah ke rumah (Door To Door) agar jumlah sample bias
mencapai sebanyak 58 orang.
32
Tabel 2
Defenisi Operasional
No Variabel Definisi Alat Cara Ukur Skala Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur
1 Perilaku Merupakan suatu Kuesioner Wawancara Ordinal 0. Buruk jika
pencegahan kegiatan atau skor ≥ 60%
pnumonia aktifitas ibu terhadap 1. Baik jika
pencegahan skor< 60%
pneumonia
H. Pengolahan Data
Setelah data terkumpul selanjutnya akan dilakukan pengolahan data
dengan tahap sebagai berikut :
1. Editing (Pemeriksaan)
Editing adalah upaya memeriksa kembali kebenaran data yang di peroleh atau
dikumpulkan.
2. Coding (Pengodean)
Merupakan kegiatan pemberi an kode terhadap data yang telah diperoleh,
setiap pertanyaan kuesioner jawaban ya diberi kode 1 dan tidak diberi kode 0.
3. Entry Data (Memasukan Data)
Setelah data dikumpulkan kemudian data dimasukan untuk selanjutnya diolah
ke dalam analisa data univariat.
34
4. Cleaning (Merapikan)
Data yang sudah di cek lagi kelengkapannya, data yang ternyata tidak
lengkap, maka sampel dianggap gugur dan di ambil sampel yang baru.
5. Processing Data (Pengolahan)
Data yang telah di proses kemudian dikelompok kan kedalam variabel yang
sesuai menggunakan sistem komputerisasi.
I. Analisa Data
Analisa data menggunakan sistem komputerisasi, data akan di analisa
dengan cara :
1. Analisa Univariat
Adalah suatu analisa terhadap setiap variabel dari hasil penelitian yang
bertujuan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi dan proporsi dari
berbagai variabel yang diteliti. Adapun variabel yang diteliti pada penelitian
ini adalah tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan penderita kasus baru
penyakit pneumonia.
2. Analisa Bivariat
Analisa Bivariat dilakukan untuk menganalisa hubungan variabel independen
dan variababel dependen. Dimana untuk mengetahui hubungan antara dua
variabel, dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square dengan
ɑ 0,05, Convidence Interval atau CI 95% dengan ketentuan hubungan
bermakna secara statistik apabila nilai p ¿ 0,05 dan tidak bermakna bila nilai
p ¿ 0,05.
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Gambaran Umum Puskesmas Harapan Raya
a. Geografis
Puskesmas Harapan Raya adalah salah satu dari 21 Puskesmas
yang ada di Kota Pekanbaru, terletak di Kecamatan Bukit Raya, dengan
luas wilayah 22.907 Km2yang berbatasan dengan:
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sail
2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan BukitRaya
3) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Marpoyan damai
4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Kampar
Wilayah kerja Puskesmas Harapan Raya mempunyai tiga
kelurahn yang terdiri dari :
1) Kelurahan Tangkerang Selatan : 2.307 Km2
2) Kelurahan Simpang Tiga : 5.350 Km2
3) Kelurahan Air Dingin : 8.300 Km2
b. Kependudukan
Jumlah penduduk di wilayah Puskesmas Harapan Raya 2018
adalah 62.629 jiwa dengaan distribusi pada setiap kelurahannya yaitu :
1) Kelurahan Tangkerang Selatan : 19.956 jiwa
2) Kelurahan Simpang Tiga : 14.224 jiwa
3) Kelurahan Air Dingin : 28.449 jiwa
c. Sarana Kesehatan dan Tenaga Kesehatan
Tabel 3
Sarana Kesehatan di Wilayah kerja Puskesmas Harapan Raya
3. Puskesmas Keliling 1
4. Posyandu 31
5. PUSTU 2
6. Bidan Swasta 24
7. Praktek Dokter 4
8. Praktek Dokter Gigi 8
9. Apotik 30
10. Toko Obat 6
11. Rumah sakit Swasta 1
Total 109
Sumber : profil Puskesmas Harapan Raya
Adapun ketenagaan yang dimiliki oleh Puskesmas Harapan Raya adalah dapat
dilihat ditabel berikut ini :
Tabel 4
Tenaga Kesehatan Puskesmas Harapan Raya Tahun 2018
No Jabatan Jumlah
1. Dokter Umum 5
2. Dokter gigi 3
3. Sarjana Kesehatan Masyarakat 5
4. Bidan (DI) 1
5. Bidan (DIII) 6
6. Bidan (DIV) 2
7. SPK 2
8. Perawat (DIII) 3
9. Perawat S1 7
10. Perawat Gigi (DIII) 2
11. Analis (DIII) 2
12. Petugas Sanitasi (S1) 2
13. Pelaksana Gizi (S1) 2
14. Apoteker 1
15. Asisten Apoteker 3
16. Pekarya 1
17. Sekuriti 1
18. sopir 1
Total 49
Sumber : profil Puskesmas Harapan Raya
37
Tabel 6
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Di Wilayah
38
3. Analisa Univariat
a. Variabel Bebas
1). Pengetahuan
Tabel 8
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan di
Wilayah Kerja Puskesmas Harapan Raya Kecamatan Bukit Raya
Kota Pekanbar Tahun 2018
b. Variabel Terikat
1). Perilaku Pencegahan Pneumonia
Hasil penelitian tentang distribusi freksuensi responden
berdasarkan perilaku pencegahan pneumonia di Wilayah Kerja
Puskesmas Harapan Raya Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru
Tahun 2018 dilihat pada tabel 12 berikut :
Tabel 12
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku
Pencegahan Pneumonia di Wilayah Kerja Puskesmas Harapan
Raya Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2018
4. Analisa Bivariat
a. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Pencegahan Pneumonia
Hasil penelitian hubungan pengetahuan dengan perilaku
pencegahan pneumonia di Wilayah Kerja Puskesmas Harapan Raya
Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru pada Tahun 2018 dapat dilihat
pada tabel 13 berikut :
42
Tabel 13
Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Pencegahan Pneumonia di
Wilayah Kerja Puskesmas Harapan Raya Kecamatan Bukit Raya
Kota Pekanbaru Tahun 2018
0,041 (1,234-15,107)
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2018 dapat dilihat pada tabel 14
berikut :
Tabel 14
Hubungan Sikap dengan Perilaku Pencegahan Pneumonia
di Wilayah Kerja Puskesmas Harapan Raya Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2018
0,946 (0,365-4,570)
Tabel 15
Hubungan Keadaan Lingkungan dengan Perilaku Pencegahan
Pneumonia di Wilayah Kerja Puskesmas Harapan Raya Kecamatan
Bukit Raya Kota PekanbaruTahun 2018
1,000 (0,280-3,067)
BAB V
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
1. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Perilaku Pencegahan Pneumonia
Pada Anak 1-4 Tahun Di Puskesmas Harapan Raya Kecamatan Bukit
Raya Kota Pekanbaru Tahun 2018.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa dari 41
responden yang berpengetahuan rendah, diantaranya 34 (82,9%) yang buruk
melakukan perilaku pencegahan pneumonia, sedangkan 17 responden yang
berpengetahuan tinggi diantaranya 9 (52,9%) responden yang baik melakukan
perilaku pencegahan pneumonia. Hasil uji stastistik di peroleh p = 0,041 (p
value> 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara
pengetahuan dengan perilaku pencegahan pneumonia. Dengan nilai Prevalen
Odds Ratio (POR) = 4,317 (CI 95% 1,234-15,107) yang artinya responden
yang berpengetahuan tinggi mempunyai risiko 4,4 kali beresiko baik
melakukan perilaku pencegahan pneumonia dibandingkan dengan ibu yang
berpengetahuan rendah.
Menurut teori Notoatmodjo (2012), pengetahuan (knowledge) adalah
hasil tahu dari manusia, yang sejedar menjawab”what” misalnya apa air, apa
manusia, apa alam dan sebagainya. Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari
sejumlah fakta dan kategori yang memungkinkan seseorang untuk dapat
memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan merupakan pemberian
bukti oleh seseorang melalui proses pengingatan atau pengenalan atau
fenomena yang diperoleh sebelumnya. Menurut Notoatmodjo, (2012)
pengetahuan mempunyai enam tingkatan diantaranya sebagai berikut :Tahu
48
risiko kejadian pneumonia pada balita. Ibu balita yang mengetahui tentang
pneumonia dan bisa mengenal secara dini tanda bahaya pneumonia akan
segera melakukan tindakan pencarian pengobatan.
Menurut peneliti pengetahuan yang baik paa ibu mempunyai
hubungan terhadap pencegahan pneumonia oleh ibu di dalam keluarga. Ibu
yang memiliki pengetahuan yang baik beleum tentu berperilaku baik dalam
pencegahan pneumonia. Sebaliknya tidak menutup kemungkinan, bahwa ibu
yang memiliki pengetahuan yang buruk dapat berperilaku baik, yang tanpa
mereka sadari sebagai kebiasaan yang dilakukan ibu dalam pencegahan
pneumonia, tetapi mereka tidak mengetahuinya. Tingkat pengetahuan ibu
yang tinggi dapat dipengaruhin oleh beberapa hal diantaranya tingkat
pendidikan responden yang rata-rata SMA juga berpengaruh dalam responden
menganalisa dan memahami informasi yang mereka dapatkan.
rumah 8m2 ditempati oleh satu orang dewasa dan dapur yang ukuran minimal
1,4m2 dan memiliki cerobong asap tersendiri.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sunaina
2010 yang menyatakan, bahwa kondisi fisik rumah mempengaruhi keaktifitan
keluarga dalam program pencegahan pneumonia. Demikian juga dengan hasil
penelitian ulang dilakukan oleh Dirman 2006 membuktikan bahwa kondisi
fisik rumah berpengaruh terhadap pencegahan ISPA terutama pneumonia
pada keluarga.
Menurut peneliti Suryani 2018, Faktor risiko yang terbukti
berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita adalah luas ventilasi OR
adjusted 5,99, artinya balita yang balita yang tinggal di rumah dengan luas
ventilasi kurang dari 10 % luas lantai, berisiko menderita pneumonia sebesar
5,99 kali lebih besar dibandingkan dengan balita yang tinggal di rumah
dengan luas ventilasi10 % dari luas lantai.
Menurut peneliti maka mengendalikan pneumonia, bagi responden
yang memiliki kondisi fisik rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan
terhadap pencegahan pneumonia, sebaiknya dapat melakukan hal yang lebih
bermanfaat agar dapat membantu mengendalikan timbulnya pneumonia pada
anggota keluarga. Kondisi fisik rumah sangat berpengaruh dalam pencegahan
pneumonia, sesuai dengan teori Lawreen Green tentang ketersediaan sarana,
rumah yang menjadi sarana perkembangan dan pencegahan pneumonia.
Dengan demikian hal ini sangat harus diperhatikan, keadaan rumah yang
memenuhi syarat kesehatan akan lebih memudahkan terjadi pencegahan
pneumonia. Kondisi fisik rumah dapat dilihat dari besar ventilasi 10% dari
luas lantai, kepadatan penghuni dengan luas rumah 8m2 ditempati oleh satu
orang dewasa dan dapur yang memiliki cerobong asap khusus serta dapur
yang ukuran minimal 1,4m2.
53
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada BAB sebelumnya
yang paling dominan dengan perilaku Pencegahan pneumonia dapat diambil
kesimpulanterdapat hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan
pneumonia pada anak usia 1-4 tahun dengan P value = 0,041 dan POR = 4,317,
dan kemudian tidak terdapat hubungan antara sikap ,keadaan lingkungan dan
peran tenaga kesehatan dengan perilaku pencegahan pneumonia pada anak usia 1-
4 tahun.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut ada beberapa saran yang dapat
disampaikan peneliti antara lain :
1. Bagi Puskesmas Harapan Raya
a. Meningkatkan pendidikan kesehatan dan kunjungan rumah di wilayah
kerja Puskesmas Harapan Raya
Untuk lebih meningkatkan sikap masyarakat tentang pencegahan
pneumonia sebaiknya petugas kesehatan di Puskesmas Harapan Raya
memberikan pendidikan kesehatan terutama pencegahan pneumonia dan
melakukan kunjungan rumah pada masyarakat yang terdeteksi penyakit
pneumonia sehingga masyarakat lebih termotivasi untuk melakukan
tindakan pencegahan pneumonia.
b. Membentuk kelompok bimbingan tentang penyakit pneumonia
55