Anda di halaman 1dari 70

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Balita adalah individu atau sekelompok individu yang berasal dari

suatu penduduk yang berada dalam rentan usia tertentu. Usia balita dapat

dikelompokkan menjadi tiga golongan. Kelompok yang pertama yaitu

kelompok golongan usia bayi (0-2 tahun), golongan batita (2-3 tahun), dan

golongan pra sekolah (>3-5 tahun). Adapun menurut WHO, kelompok

balita adalah 0-60 bulan (Adriani, Bambang, 2014).

Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017

AKABA 32 per 1.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Balita telah

mencapai Target Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs) 2030 yaitu

sebesar 25/1.000 kelahiran hidup (KEMENKES, 2018).

Menurut Persagi (1992) dalam buku Gizi Seimbang dalam

KesehatanReproduksi (Balanced Nutrition in Reproductive Health),

berdasarkan karakteristiknya, balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu anak lebih dari satu tahun sampai tiga tahun yang

dikenal dengan“batita” dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai lima

tahun yangdikenal dengan usia “prasekolah” (Irianto, 2014).

ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah penyakit yang sering

menimpa pada anak-anak, terutama anak-anak dengan rentan usia 1-4

tahun. Kejadian ISPA pada anak-anak di Indonesia menempati urutan ke

1
2

dua setelah kejadian diare. Keluarga memiliki peranan yang sangat

penting dalam upaya pencegahan penyakit ISPA. Upaya pencegahan

yang dilakukan oleh keluarga dapat melalui tugas pelaksanaan kesehatan

keluarga yang seharusnya dilakukan oleh keluarga dengan baik. Dengan

semakin mampunya keluarga dalam melakukan tugas kesehatan keluarga

maka tingkat ISPA yang terjadi dalam keluarga semakin ringan.

Kasus ISPA terbanyak terjadi di India (43 juta), China (21 juta)

dan pakistan (10 juta) serta Bangladesh, Indonesia dan Nigeria masing-

masing 6 juta kasus. Dari semua kasus ISPA yang terjadi di masyarakat, 7-

13% merupakan kasus berat dan memerlukan perawatan di rumah sakit.

batuk-pilek pada Balita di Indonesia diperkirakan 2-3 kali per tahun.

Berdasarkan data yang dirilis oleh Direktorat Jenderal Pengendalian

Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditejn P2PL) Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia di tahun 2017, Infeksi Saluran Pernapasan

Akut ISPA merupakan penyebab 15% dari kematian balita yang

diperkirakan berjumlah 922.000. Sementara di Indonesia pada tahun 2017

terjadi peningkatan sebanyak 63,45% dari jumlah kematian balita 0,16%

lebih tinggi dibandingkan tahun 2014 yang hanya 0.08%. Angka kejadian

balita terkena ISPA di provinsi Jawa Tengah berjumlah 3,6%

(KEMENKES, 2017).

Menurut catatan rekam medis menunjukan bahwa dalam satu tahun

balita yang menderita ISPA pada tahun 2017 mencapai (angka 900 orang.

Dengan ISPA menempati urutan kedua pada 10 penyakit terbanyak 4,5


3

di berbagai daerah, kasus ISPA banyak terjadi pada anak-anak karena

berbagai faktor risiko yang dapat menjadi Pemicu ISPA yaitu adanya

infeksi virus, seperti parainfluenza. Pengendalian ISPA di Indonesia

dimulai pada tahun 1984 bersamaan dengan dimulainya pengendalian

ISPA di tingkat global oleh( WHO).

Pengobatan (ISPA) di masyarakat ada beberapa macam cara

pengobatannya, seperti menggunakan obat-obatan yang dibeli toko tanpa

resep dokter, (swamedikasi), menggunakan bahan tradisional di

lingkungan sekitar atau meminta pertolongan pada dukun, kalo belum

berhasil baru masyarakat pergi ketempat pelayanan kesehatan medis.

Tanaman kayu putih memiliki kandungan eucalyptolatau cineole

dalam kayu putih bermanfaat meredakan batuk, hidung tersumbat, dan

sakit kepala dengan mengurangi peradangan serta lendir. Bahkan

kandungan cineoledalam kaytu putih terbukti bermanfaat untuk terapi

pasien penyakit paru obstruktif kronik. (Hockenberry, M., Wilson, 2015)

Melakukan pemijatan pada punggung merupakan salah satu cara

untuk memperlancar jalan nafas saat Balita terkena batuk pilek selain itu

pijat bermanfaat untuk mengurangi kadar bilirubin, memperkuat hubungan

antara orang tua dan anak dan melancarkan pencernaan pada balita.

(Windasari , 2018)

Tinggi kematian balita di Indonesia mencapai 28.158 jiwa pada 2020.

dari jumlah itu, sebanyak 20.266 balita (71,97%) meninggal dalam rentang
4

Usia 12 bln -2 thn. Sebanyak 5.386 balita (19,13. Kematian balita paling

banyak karena pneumonia, yakni 14,5% (KEMENKES, 2021). Ada pula

kematian balita akibat diare sebesar 9,8%, kelainan kongenital lainnya

0,5%, penyakit syaraf 0,9%, dan faktor lainnya 73,9%. Sementara, 42,83%

kematian balita dalam rentang usia 12-59 bulan karena infeksi virus.

B. Rumusan masalah

Rumusan masalah dalam penulisan ini yaitu “Bagaimana melakukan

asuhan kebidanan pada Balita ISPA dengan menerapkan Terapi uap air

daun kayu putih?

C. Tujuan umum

Melaksanakan asuhan kebidanan pada Balita yang mengalami ISPA

dengan masalah ke tidakefektifan jalan napas pada balita.

D. Tujuan khusus

Proposal Laporan Tugas Akhir ini mempunyai tujuan khusus yaitu

1. Mampu memahami konsep dasar tentang penyakit ISPA pada

balita dan mampu memahami konsep dasar askep tentang ISPA

pada balita.

2. Melakukan pengkajian kebidanan pada anak yang mengalami

ISPA dengan masalah ke tidakefektifan Jalan Nafas.

3. Menentukan diagnosa kebidanan pada yang mengalami ISPA

dengan masalah ke tidakefektifan jalan napas.


5

4. Penulis melakukan intervensi pengkajian Asuhan Kebidanan

balitaisakit dengan Fokus Intervensi Pemberian Uap Daun Kayu

Putih dengan masalah ke tidakefektifan jalan nafas.

5. Penulis melakukan implementasi Tindakan terhadap pengkajian

Asuhan Kebidanan Balita dengan Fokus Intervensi Pemberian Uap

Daun Kayu Putih dengan masalah ke tidakefektifan jalan nafas.

6. Penulis melakukan evaluasi pengkajian Asuhan Kebidanan Balita

dengan Fokus Intervensi Pemberian Uap Daun Kayu Putih dengan

masalah ketidak efektifan jalan nafas.

7. Penulis melakukan dokumentasi Asuhan Kebidanan Balita dengan

Fokus Intervensi Pemberian Uap Daun Kayu Putih dengan masalah

ketidak efektifan jalan nafas.

E. Manfaat Penulisan

1. Bagi Institusi Pendidikan Proposal Tugas Akhir ini diharapkan dapat

menambah wacana kepustakaan dan referensi tentang pemberian uap

air daun kayu putih pada Balita ISPA dan sebagai bahan bacaan

diperpustakaan Universitas An Nuur.

2. Bagi Bidan dan tenaga kesehatan Proposal Tugas Akhir ini diharapkan

dapat meningkatkan peran serta Bidan dan tenaga kesehatan dalam

pemberian asuhan kebidanan pada Balita ISPA khususnya dalam

menerapkan tindakan pemberianuap air daun kayu putih untuk

memperlancar jalan nafas pada Balita ISPA.


6

3. Bagi Penulis Meningkatkan kemampuan penulis dalam melakukan

analisa pengaruh pemberianuap air daun kayu putih pada Balita ISPA.

4. Manfaat bagi Masyarakat

Dapat mengetahui tentang pengertian dan hal yang menyebabkan

terjadinya ISPA yang dapat dilihat dari keluhan yang dirasakan balita

mulai dari keluhan yang pertama kali dirasakan balita.dan dapat

meningkatkan penanggulangan dan pengobatan terhadap ISPA.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan Proposal Laporan Tugas Akhir ini, penulis menggunakan

sistematika penulisan sebagai berikut :

1. BAB I PENDAHULUAN yang berisi tentang latar belakang, perumusan

masalah, tujuan penulisan, manfaat dan sistematika penulisan.

2. BAB II KONSEP TEORI yang berisi tentang penjelasan teori, konsep

pengkajian dan metodelogi yang digunakan dalam pengumpulan dan

penilitian.

3.BABIII TINJAUAN KASUS yang berisi tentang kasus dan

penatalaksanaan yang dilakukan penulis pada klien yang meliputi tujuh

Langkah varney yaitu pengkajian, interpretasi data,

diagnose potensial, antisipasi, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

4. BAB IV PEMBAHASAN yang berisi tentang kesenjangan antara

tinjauan teori dan tinjauan kasus yang terjadi dilapangan. Sehingga


7

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. TINJAUAN TEORI

1. Balita

Balita adalah individu atau sekelompok individu dari suatu

penduduk yang berada dalam rentan usia tertentu. Usia balita dapat

dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu golongan usia bayi (0-

2 tahun), golongan batita (2-3 tahun), dan golongan prasekolah

(>3-5 tahun). Adapun menurut WHO, kelompok balita adalah 0-60

bulan (Adriani, M. Bambang, 2014).

2. Sistem Respirasi

Sistem respirasi adalah sistem yang memiliki fungsi utama

untuk melakukan respirasi dimana respirasi merupakan proses

mengumpulkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida.

Fungsi utama sistem respirasi adalah untuk memastikan bahwa

tubuh mengekstrak oksigen dalam jumlah yang cukup untuk

metabolisme sel dan melepaskan karbondioksida (Peate, I. Nair,

2017). Sistem respirasi terbagi menjadi sistem pernafasan atas

dan sistem pernafasan bawah. Sistem pernafasan atas terdiri dari

hidung, faring dan 12 laring. Sedangkan sistem pernafasan bawah

terdiri dari trakea, bronkus dan paru-paru (Peate and Nair, 2011)
8

Gambar 2.1 Anatomi Sistem Respirasi ( Fillancano, 2013)

3. Oragan pernafasan

a. Hidung

Masuknya udara bermula dari hidung. Hidung merupakan

organ pertama dalam sistem respirasi yang terdiri dari bagian

eksternal (terlihat) dan bagian internal. Di hidung bagian

eksternal terdapat rangka penunjang berupa tulang dan hyaline

kartilago yang terbungkus oleh otot dan kulit. Struktur interior

dari bagian eksternal hidung memiliki tiga fungsi :

1) menghangatkan, melembabkan, dan menyaring udara yang

masuk

2) mendeteksi stimulasi olfaktori (indra pembau)

3) modifikasi getaran suara yang melalui bilik resonansi yang

besar dan bergema. Rongga hidung sebagai bagian internal

digambarkan sebagai ruang yang besar pada anterior

tengkorak (inferior pada tulang hidung; superior pada


9

rongga mulut); ron gga hidung dibatasi dengan otot dan

membrane mukosa

b. Faring

4) Faring, atau tenggorokan, adalah saluran berbentuk corong

dengan panjang 13 cm. Dinding faring disusun oleh otot

rangka dan dibatasi oleh membrane mukosa. Otot rangka

yang terelaksasi membuat faring dalam posisi tetap

sedangkan apabila otot rangka kontraksi maka sedang

terjadi proses menelan. Fungsi faring adalah sebagai saluran

untuk udara dan makanan, menyediakan ruang resonansi

untuk suara saat berbicara, dan 13 tempat bagi tonsil

(berperan pada reaksi imun terhadap benda asing)

(Derrickson, B. H., Tortora, 2013).

c. Laring

Laring tersusun atas 9 bagian jaringan kartilago, 3

bagian tunggal dan 3 bagian berpasangan. 3 bagian yang

berpasangan adalah kartilago arytenoid, cuneiform, dan

corniculate. Arytenoid adalah bagian yang paling signifikan

dimana jaringan ini mempengaruhi pergerakan membrane

mukosa (lipatan vokal sebenarnya) untuk menghasilkan suara.

3 bagian lain yang merupakan bagian tunggal adalah tiroid,

epiglotis, dan cricoid. Tiroid dan cricoidkeduanya berfungsi

melindungi pita suara. Epiglotis melindungi saluran udara dan


10

mengalihkan makanan dan minuman agar melewati esofagus

(Peate, I. Nair, 2017).

d. Trakea

Trakea atau batang tenggorokan merupakan saluran tubuler

yang dilewati udara dari laring menuju paru-paru. Trakea juga

dilapisi oleh epitel kolumnar bersilia sehingga dapat menjebak

zat selain udara yang masuk lalu akan didorong keatas

melewati esofagus untuk ditelan atau dikeluarkan lewat dahak.

Trakea dan bronkus juga memiliki reseptor iritan yang

menstimulasi batuk, memaksa partikel besar yang masuk

kembali keatas (Peate, I. Nair, 2017).

e. Bronkus

Setelah laring, trakea terbagi menjadi dua cabang utama,

bronkus kanan dan kiri, yang mana cabang-cabang ini

memasuki paru kanan dan kiri pula. Didalam masing-masing

paru, bronkus terus bercabang dan semakin sempit, pendek,

dan semakin banyak jumlah cabangnya, seperti percabangan

pada pohon. Cabang terkecil dikenal dengan sebutan

bronchiole (Sherwood, 2014).

f. Paru

Paru-paru dibagi menjadi bagian-bagian yang disebut

lobus. Terdapat tiga lobus di paru sebelah kanana dan dua

lobus di paru sebelah kiri. Diantara kedua paru terdapat ruang


11

yang bernama cardiac notchyang merupakan tempat bagi

jantung. Masing-masing paru dibungkus oleh dua membran

pelindung tipis yang disebut parietal dan visceral pleura.

Parietal pleura membatasi dinding toraks sedangkan visceral

pleura membatasi paru itu 15 sendiri. Diantara kedua pleura

terdapat lapisan tipis cairan pelumas. Cairan ini mengurangi

gesekan antar kedua pleura sehingga kedua lapisan dapat

bersinggungan satu sama lain saat bernafas. Cairan ini juga

membantu pleura isceral dan parietal melekat satu sama lain,

seperti halnya dua kaca yang melekat saat basah (Peate, I. Nair,

2017).

Cabang-cabang bronkus terus terbagi hingga bagian terkecil

yaitu bronchiole. Bronchiole pada akhirnya akan mengarah

pada bronchiole terminal. Di bagian akhir bronchiole terminal

terdapat sekumpulan alveolus, kantung udara kecil tempat

dimana terjadi pertukaran gas (Sherwood, 2014).

Dinding alveoli terdiri dari dua tipe sel epitel alveolar. Sel

tipe I merupakan sel epitel skuamosa biasa yang membentuk

sebagian besar dari lapisan dinding alveolar. Sel alveolar tipe II

jumlahnya lebih sedikit dan ditemukan berada diantara sel

alveolar tipe I. sel alveolar tipe I adalah tempat utama

pertukaran gas. Sel alveolar tipe II mengelilingi sel epitel

dengan permukaan bebas yang mengandung mikrofili yang 16


12

mensekresi cairan alveolar. Cairan alveolar ini mengandung

surfaktan sehingga dapat menjaga permukaan antar sel tetap

lembab dan menurunkan tekanan pada cairan alveolar.

Surfaktan merupakan campuran kompleks fosfolipid dan

lipoprotein. Pertukaran oksigen dan karbondioksida antara

ruang udara dan darah terjadi secara difusi melewati dinding

alveolar dan kapiler, dimana keduanya membentuk membran

respiratori (Derrickson, B. H., Tortora, 2013).

Respirasi mencakup dua proses yang berbeda namun tetap

berhubungan yaitu respirasi seluler dan respirasi eksternal.

Respirasi seluler mengacu pada proses metabolism intraseluler

yang terjadi di mitokondria. Respirasi eksternal adalah

serangkaian proses yang terjadi saat pertukaran oksigen dan

karbondioksida antara lingkungan eksternal dan sel-sel tubuh

(Sherwood, 2014).

4. Proses pernafasan

Proses pernafasan manusia yaitu udara masuk lewat hidung

dan mulut, kemudian melewati proses penyaringan pratikel

kecil oleh rambut hidun, lalu menuju ketrakea atau batang

tenggorokan. Udara masuk ke paru-paru melewati saluran

pernafasan yang disebut denganan bronkus, kemudian

berujung di aveolus. Ada 2 jenis proses pernafasan manusia

yaitu:
13

a) Fase Inspirasi yaitu otot diafragma berkontraksi

(mendatar), tulang rusuk terangkat, rongga dada

membesar, tekanan paru-paru mengecil, dan udara

masuk.

b) Fase Ekspirasi yaitu otot diafragma berelaksai

(melengkung), tulang rusuk turun, rongga dada

menegecil, tekanan paru-paru membesar,udara

keluar.

5. Ganguan respirasi

Berbagai gangguan sistem respirasi yang sering terjadi

diantaranya;

1) Flu

Flu disebabkan oleh virus influenza yang menginfeksi

hidung, tenggorokan, dan paru-paru. Virus penyebab

gangguan respirasi ini dapat menyebar melalui udara,

benda yang telah terkontaminasi, maupun kontak fisik

dengan penderita flu.

2) Faringtis

Faringitis adalah peradangan pada tenggorokan atau

faring. Keluhan ini disebabkan oleh infeksi bakteri

maupun virus.
14

3) Laringtis

laringitis, yaitu peradangan yang terjadi pada laring

atau pita suara. Keluhan ini umumnya disebabkan

oleh penggunaan laring yang berlebihan, iritasi, atau

infeksi.

4) Asma

Asma merupakan gangguan respirasi yang ditandai

dengan peradangan pada saluran pernapasan. Keluhan

ini membuat saluran napas mengalami penyempitan.

Penyebabnya bisa karena alergi, paparan asap, polusi,

hingga udara dingin.

5) Bronkitis

Bronkitis terjadi ketika saluran yang membawa udara

ke paru-paru atau bronkus mengalami peradangan.

Akibatnya, gangguan respirasi ini menyebabkan

penderitanya batuk berdahak. Bronkitis dapat terjadi

akut atau kronis.

6) Emfisma

Emfisema adalah penyakit kronis atau jangka panjang

akibat kerusakan pada alveolus, yaitu kantong udara

kecil pada paru-paru. Gangguan respirasi ini lebih

sering dialami oleh perokok aktif.


15

7) Penoumia

Pneumonia adalah gangguan respirasi pada paru-paru

yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau

jamur. Pneumonia juga bisa disebabkan oleh virus

SARS-CoV-2 yang menyebabkan COVID-19.

8) Kangker paru-paru

Kanker paru-paru merupakan salah satu jenis kanker

paling berbahaya dengan angka kematian yang tinggi.

Baik perokok aktif maupun pasif berisiko tinggi

terkena kanker paru-paru.

6. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan)

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut

yang menyerang salah satu bagian dari saluran pernafasan,

mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran

bawah) termasuk jaringan seperti sinus, rongga telinga, dan

pleura. ISPA merupakan saluran pernafasan yang

berlangsung selama 14 hari. Infeksi banyak sering di jumpai

pada balita dan anak-anak mulai dari ISPA ringan sampai

berat. ISPA yang berat jika masuk kedalam jaringan paru-

paru akan menyebabkan Peneumonia. Peneumonia

merupakan penyakit infeksi yang dapat menyebabkan

kematian pada balita (Jalil,2018).


16

7. Klasifikasi

a.Infeksi saluran pernafasan akut atas

Infeksi saluran pernafasan akut atau merupakan infeksi

yang menyerang saluran pernafasan bagian atas (faring).

Terdapat beberapa gejala yang ditemukan pada infeksi ini

yaitu demam, batuk, sakit tenggorokan, bengkak di wajah,

Nyeri teling, ottorhea, danmastoiditis (Parthasarathy, 2013).

Beberapa penyakit yang merupakan contoh infeksi saluran

pernafasan akut atas yaitu sinusitis, fangitis, dan otitis

media akut (Ziady and Small, 2016).

b. Infeksi saluran penafasan bawah

Infeksi saluran pernafasan akut bawah merupakan infeksi

yang menyerang saluran pernafasan bagian bawah.

Seseorang yang terkena infeksi pada saluran pernafasan

bawah biasanya akan ditemukan gejala takipnea, retraksi

dada, dan pernafasan wheezing (Parthasarathy (ed),

etal,2013). Beberapa penyakit yang merupakan contoh

infeksi saluran pernafasan akut bawah yaitu bronchiolitis,

bronchitis akut, dan pneumonia (Zuriyah, 2015).

8. Etiologi

Etiologi ISPA terdiri dari agen infeksius dan agen non-

infeksius. Agen infeksius yang paling umum dapat

menyebabkaninfeksi saluran pernafasan akut adalah virus,


17

sepertirespiratorysyncytialvirus (RSV), Parainfluenza dan

Human metapneumoviruses. Agen infeksius selain virus juga

dapat menyebabkan ISPA, staphylococcus, haemophilus

influenza, Chlamydia trachomatis, mycoplasma, dan

pneumococcus (Hockenberry, M., Wilson, 2015).

Misnadiarly (2019) menyebutkan bahwa selain agen

infeksius, agen noninfeksius juga dapat menyebabkan ISPA

sepertiinhalasi zat-zat asing seperti racun atau bahan kimia,

asap rokok, debu, dan gas. Proses patogenesis terkait dengan

tiga faktor utama, yaitu keadaan imunitas inang, jenis

mikroorganisme yang menyerang pasien, dan bernagai faktor

yang berinteraksi satu sama lain (Anjani, A. S., Dahlan, S., &

Mayasari, 2019).

Infeksi patogenmudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel

epitel mukosanya telah rusak akibat infeksi yang

terdahulu.ISPA melibatkan invasi langsung ke dalam mukosa

yang melapisi saluran pernafasan. Inokulasi atau masuknya

bakteri atau virus terjadi ketika tangan seseorang kontak

dengan patogen, kemudian orang tersebut memegang hidung

atau mulut, atau ketika seseorang secara langsung menghirup

droplet dari batuk penderita ISPA. Setelah terjadinya

inokulasi, virus dan bakteri akan melewati beberapa

pertahanan tubuh, seperti pertahanan fisik danmekanikal,


18

humoral, pertahanan imunitas. Pertahanan fisik dan

mekanikal seperti rambut halus yang melapisi hidung

sehingga dapat menangkap dan menyaring patogen, lapisan

mukosa banyak terdapat pada saluran pernafasan atas

sehingga dapat mencegah masuknya bakteri yang potensial,

sudut yang dihasilkan dari persimpangan antara hidung dan

faring menyebabkan partikel-partikel besar akan jatuh ke

belakang tenggorokan, sel-sel bersilia pada saluran

pernafasan bawah menangkap dan membawa patogen

kembali ke faring dan dari situ patogen tersebut akan dibawa

ke lambung.Inflamatory cytokines dari sel host memediasi

respon imun untuk menyerang patogen. Flora normal

nasofaring seperti spesies staphilokokus dan sterptokokus

membantu pertahanan melawan patogen yang potensial.

Pasien dengan fungsi imun dan humoral yang kurang optimal

meningkatkan risiko tertular ISPA, dan mereka berada dalam

risiko tinggi untuk penyakit yang lebih lama dan berat.

menangkap dan membawa patogen kembali ke faring dan

dari situ patogen tersebut akan dibawa ke lambung.

Inflamatory cytokines dari sel host memediasi respon imun

untuk menyerang patogen. Flora normal nasofaring seperti

spesies staphilokokus dan sterptokokus membantu pertahanan

melawan patogen yang potensial. pasien dengan fungsi imun


19

dan humoral yang kurang optimal meningkatkan risiko

tertular ISPA, dan mereka berada dalam risiko tinggi untuk

penyakit yang lebih lama dan berat Penyebaran virus dari

manusia ke manusiasering terjadi pada ISPA.

Infeksi awal pada nasofaring mungkin menyerang beberapa

struktur saluran nafas dan menyebabkan sinusitis, otitis

media, epiglottitis, laringitis, trakeobronkitis, 21 dan

pneumonia.

inflamasi yang menyerang pada level epiglotis dan laring

dapat membahayakan jalannya udara terutama pada balita.

9. Patofisiologi

Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan

dunia luar sehingga untuk mengatasinya dibutuhkan suatu

sistem pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan saluran

pernafasan tehadap infeksi maupun partikel dan gas yang ada

di udara amat tergantung pada tiga unsur alami yang selalu

terdapat pada orang sehat yaitu keutuhan epitel mukosa dan

gerak mukosilia, makrofag alveoli, dan antibodi. Infeksi

bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel

mukosanya telah rusak akibat infeksi yang terdahulu. Selain

hal itu,hal-hal yang dapat mengganggu keutuhan lapisan

mukosa dan gerak silia adalah asap rokok dan gas SO2

(polutan utama dalam pencemaran udara), sindroma imotil,


20

pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25 % atau lebih).

Makrofag banyak terdapat di alveoli dan akan dimobilisasi ke

tempat lain bila terjadi infeksi.(Amalia Nurin, 2014)

10. Manifestasi klinis

Saluran Pernafasan merupakan bagian tubuh yang seringkali

terjangkit infeksi oleh berbagai jenis mikroorganisme. Tanda

dan gejala dari infeksi yang terjadi pada sluran pernafasan

tergantung pada fungsi saluran pernafasan yang terjangkit

infeksi, keparahan proses infeksi, dan usia seseorang serta

status kesehatan secara umum (Porth, 2017).

Darmanto (2019) menyebutkan tanda dan gejala ISPA

sesuai dengan anatomi saluran pernafasan yang terserang

yaitu: Gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas. Gejala

yang sering timbul yaitu pengeluaran cairan (discharge) nasal

yang berlebihan, bersin, obstruksi nasal, mata berair,

konjungtivitis ringan, sakit tenggorokan yang ringan sampai

berat, rasa kering pada bagian posterior palatum mole dan

uvula, sakit kepala, malaise, lesu, batuk seringkali terjadi, dan

terkadang timbul demam.

Gejala yang timbul biasanya didahului oleh gejala infeksi

saluran pernafasan bagian atas seperti hidung buntu, pilek,

dan sakit tenggorokan. Batuk yang bervariasi dari ringan

sampai berat, biasanya dimualai dengan batuk yang tidak


21

produktif. Setelah beberapa hari akan terdapat produksi

sputum yang banyak; dapat bersifat mucus tetapi dapat juga

mukopurulen. Pada pemeriksaan fisik, biasanya akan

ditemukan suara wheezing atau ronkhi yang dapat terdengar

jika produksi sputum meningkat. Dan juga tanda dan gejala

lainnya dapat berupa batuk, kesulitan bernafas, sakit

tenggorokan, pilek, demam dan sakit kepala. Sebagian besar

dari gejala saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti

batuk, kesulitan bernapas, sakit tenggorokan, pilek, demam

dan sakit kepala tidak memerlukan pengobatan dengan

antibiotic (F, 2016).

11. Komplikasi ISPA

Komplikasi merupakan akibat dari invasi bakteri sinus

paranasal dan bagian –bagian lain saluran pernafasan.

Limfonodi servikalis dapat juga menjadi terlibat dan kadang -

kadang bernanah, Mastoiditis, selulitis peritonsiler, sinusitis,

atau selulitis periorbital dapat terjadi. Komplikasi yang paling

sering adalah otitis media, yang ditemukan pada bayi –bayi

kecil sampai sebanyak 25 persennya. Kebanyakan, infeksi

virus saluran pernafasan atas juga melibatkan saluran

pernafasan bawah, dan pada banyak kasus, fungsi paru

menurun walaupun gejala saluran pernafasan bawah tidak

mencolok atau tidak ada (Behrman, 2015).


22

12. Penatalaksanaan

Menurut WHO, (2017) penatalaksanaan ISPA sedang

meliputi : Mastoiditis, selulitis peritonsiler, sinusitis, atau

selulitis periorbital dapat terjadi. Komplikasi yang paling

sering adalah otitis media, yang ditemukan pada bayi –bayi

kecil sampai sebanyak 25 persennya. Kebanyakan, infeksi

virus saluran pernafasan atas juga melibatkan saluran

pernafasan bawah, dan pada banyak kasus, fungsi paru

menurun walaupun gejala saluran pernafasan bawah tidak

mencolok atau tidak ada (Behrman, 2015).

Penatalaksanaan ISPA sedang meliputi :

1. Suportif Meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang

adekuat, pemberian multivitamin

2. Antibiotic

a) Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab Utama

ditujukan pada pneumonia, influenza dan aureus Pneumonia

rawat jalan yaitu kotrimoksasol 1mg, amoksisillin 3 x ½

sendok teh, amplisillin (500mg) 3 tab puyer/x bungkus / 3x

sehari/8 jam, penisillin prokain 1 mg.

b) Pneumonia berat yaitu Benzil penicillin 1 mg, gentamisin

(100 mg) 3 tab puyer/x bungkus/3x bungkus/3x sehari/8jam

Antibiotik baru lain yaitu sefalosforin 3 x ½ sendok teh,

quinolon 5 mg,dll.
23

c) Beri obat penurun panas seperti paracetamol 500 mg,

asetaminofen 3 x ½ sendok teh. Jika dalam 2 hari anak yang

diberikan antibiotik tetap sama ganti antibiotik atau rujuk dan

jika anak membaik teruskan antibiotik sampai 3 hari

(KEMENKES, 2018).

d) Terapi daun kayu putih

Daun kayu putih adalah tumbuhan (Melaleuca leucadendra)

dengan kandungan terbesarnya adalah eucalyptol (cineole). Hasil

penelitian tentang khasiat cineole menjelaskan bahwa cineole

memberikan efek mukolitik (mengencerkan dahak), bronchodilating

(melegakan pernafasan), anti inflamasi dan menurunkan rata-rata

eksaserbasi kasus paru obstruktif kronis dengan baik seperti pada

kasus pasien dengan asma dan rhinosinusitis. Selain itu efek

penggunaan eucalyptus untuk terapi bronkhitis akut terukur dengan

baik setelah penggunaan terapi selama empat hari.(Hockenberry, M.,

Wilson, 2015)

eucalyptus dapat dimanfaatkan sebagai obat herbal diantaranya

untuk mengurangi sesak nafas karena flu atau asma dengan cara

mengoleskan pada dada, mengobati sinus dengan cara menghirup uap

air hangat yang telahditeteskan minyak eucalyptus serta melegakan

hidung tersumbat dengan cara menghirup aroma minyak eucalyptus.

Kandungan utama dari tanaman tersebut memiliki khasiat sebagai


24

pengencer dahak, melegakan saluran pernapasan, anti inflamasi dan

penekan batuk.manfaat Daun kayu putih:

a. Meredakan masalah pernapasan

Minyak kayu putih dapat meredakan masalah pernapasan, seperti

batuk, pilek, sakit tenggorokan, asma, bronkitis, dan sinusitis.

Menghirup uap minyak kayu putih juga dapat meringankan pilek

dan hidung tersumbat. Hal ini disebabkan oleh kandungan

antibakteri dalam minyak kayu putih dapat menghilangkan bakteri

pada saluran pernapasan. Selain dengan cara dihirup, mengoleskan

minyak kayu putih ke bagian dada dan tenggorokan juga mampu

meredakan gejala batuk dan pilek. Karena manfaatnya ini, minyak

kayu putih pun dapat kita temukan dalam tablet hisap untuk

meredakan batuk dan juga dalam inhaler.

b. Menghilangkan nyeri pada persendian

Minyak kayu putih dapat membantu meringankan nyeri

pada persendian. Bahkan, beberapa krim atau salep yang berfungsi

untuk meringankan rasa sakit akibat osteoartritis dan rematoid

artritis mengandung minyak kayu putih. Uap minyak kayu putih

merupakan analgesik dan antiinflamasi.

Pemakaian minyak kayu putih direkomendasikan untuk

Anda yang menderita rematik, sakit pinggang, terkilir, otot kaku,

pegal-pegal, dan nyeri saraf. Mengoleskan minyak kayu putih

pada daerah sendi atau otot yang terasa nyeri dan memijatnya
25

dengan lembut dapat membantu meringankan tekanan dan nyeri

pada sendi dan otot tersebut. Hal ini karena minyak kayu putih

memiliki efek relaksasi pada sistem saraf dan otot. Minyak kayu

putih dapat meningkatkan aliran darah pada area yang terasa nyeri

sehingga dapat mengurangi peradangan.

c. Bahan dan Cara pemeberian terapu uap daun kayu putih

1. Bahan

a. Daun kayu putih

b. Air untuk merebus daun kayu putih

c. Baskom

d. Kain

2. Cara pemberian

a) Rebus daun kayu putih hingga mendidih dengan takaran 1

ons daun kayu putih dan air 600ml

b) Tuang rebusan daun kayu putih kedalam botol

c) Masukan 5 tetes rebusan daun kayu putih kedalam baskom

yang berisi air hangat

d) Tempelkan handuk di bagian belakang kepala anak

agar uap air bisa mengarah ke wajah.

e) Perlahan-lahan arahkan wajah anak ke baskom dengan

jarak 20 cm
26

f) Lakukan pemijatan pada anak sambil mengirup uap yang

keluar, lakukan pemijatan pada punggung anak dengan

memposisikan ke 2 ibu jari di punggung, kemudian pijat

area leher ke punggung memakai ke dua ibu jari dengan

gerakan kebawah,lakukan pemijatan dengan posisi duduk.

g) Lakukan terapi uap daun kayu putih 2x sehari dalam

waktu 5 menit.

B. Manejemen kebidanan

Manajemen kebidanan adalah suatu pendekatan proses pemecahan

masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran

dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam

rangkaian atau tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang

terfokuskan pada pasien. (Varney, 2007) proses manajemen kebidanan

terdiri dari 7 langkah yang berurutan, yaitu :

1. Pengkajian

Pengajian merupakan langkah menungmpulkan sumua data yang

akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi

klien secara menyeluruh. Bidan dapat melakukan pengkajian secara

efektif,

maka harus menggunakan format pengkajian yang terstandar agar

pernyataan yang diajukan lebih terarah dan relevan. Pengkajian data

dibagi menjadi :
27

a) Data subjektif

1) Biodata pasien

a) Balita

Hal yang perlu ditanyakan adalah nama lengkap dan

jelas, tujuan dari nama lengkap ini agar dapat mengenali

dan memanggil pasien supaya tidak keliru dalam

memberikan penanganan.

b) Umur

Pada umur ini ditulis dalam tahun agar mengetahui usia

pasien dan untuk mengetahui tingkat resikonya.

c) Suku/bangsa

Hal ini menjadi acuan terhadap pengaruh adat istiadat

dan kebiasaan sehari-hari.

d) Alamat

Hal ini digunakan untuk mengetahui tempat tinggal

pasien dimana agar mempermudah saat kunjungan

rumah pasien, dan untuk menjaga kemungkinan pasien

memiliki nama yang sama.

2) Keluhan utama

Masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan ISPA

misalnyasesak nafas, batuk, pilek, dan demam.

3) Riwayat Prenatal
28

a) Gangguan selama kehamilan

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan

adanya gangguan pada kehamilan.

b) Upaya mengurangi

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan

adanya riwayat penyakit dan cara menguranginya.

c) Tempat dan Usia Kehamilan

Data ini diperlukan untuk mengetahui tempat persalinan,

dan usia kehamilan saat persalinan.

4) Riwayat Natal

Tempat Persalinan : untuk mengetahui tempat bersalin.

Penolong : Penolong saat Persalinan

Cara Persalinan: Normal/ SC

Kondisi Saat lahir : Normal atau Prematur

BB : Berat badan bayi baru lahir

PB : Panjang badan bayi baru lahir`

5) Riwayat Imunisasi

Jenis Imunisasi yang diterima sesuai umur

6) Pola Kebutuhan Sehari-Hari

a) Nutrisi

Kebutuhan kalori pada balita diperlukan 1600 kkal.

Mengambarkan tentang pola makan dan minum,

frekuensi, banyaknya, jenis makan makanan. Dan karena


29

adanya mual dan muntah yang disebabkan karena

lambung yang meradang. (Varney, 2007)

b) Eliminasi

Mengambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan yang

berada pada tempat yang berasap mengakibatkan susah

nafas.

c) Istirahat

Pola istirahat yang dianjurkan adalah tidur malam 7-8

jam perhari, untuk tidur siang kurang lebih 1 jam

perhari, karena pada anak-anak dengan diare disertai

demam. (Varney, 2007)

d) Aktifitas

Pada pola aktifitas ini mengambarkan keseharian. Pada

tahapan ini yang dikaji apakah aktifitas pasien berpengaruh

terhadap kesehatan yang dialaminya.

e) Personal hygiene

Pada personal hygiene ini perlu dikaji untuk mengetahui

apakah pasien selalu menjaga kebersihan dirinya

terutama gangguan integitas kulit.

7) Riwayat Kesehatan

Riwayat Kesehatan yang yang dialami pasien atau

pernah mengalami diare sebelumnya.


30

8) Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayat Kesehatan yang lalu, saat ini dan sekarang yang

dialami.

b) Data objektif

Data objektif dapat diperoleh melalui pemeriksaan fisik sesuai

dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, dan

pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara

inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi. Pemeriksaan fisik meliputi :

1) Vital Sign

Vital sign ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui keadaan

pasien terkait dengan kondisi yang sedang dialami oleh pasien,

seperti

a) Suhu tubuh

Dalam keadaan normal suhu badan berkisar 36,5C - 37,5C

pada balita dikatakan normal bila kenaikannya tidak

melebihi 0,5C dan dibawah 38C.

b) Nadi

Nadi berkisar antara 60-80 x/m . Denyut nadi siatas 100

x/m pada balita mengindikasikan adanya suatu infeksi.

c) Pernafasan

Pernafasan pada balita normalnya 22-30x/m


31

2) Status present (Varney, 2007)

Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan dari kepala hingga

kaki (head to toe).

a) Rambut

Penyebaran rata, bersih, dan rontok

b) Kepala

bentuk kepala simentris/asimetris

c) Muka

Keadaan muka pucat atau tidak, adakah kelainan, adakah

oedema atau tidak.

d) Mata

kondisi pasien biasanya mata Simetris , pucat, konjungtiva

merah muda.

Meliputi pemeriksaan : conjungtiva,sklera,dan oedema

e) Mulut dan gigi

Bibir lembab atau kering, lidah kotor atau bersih, gigi ada

karies atau tidak, gusi epulsi atau tidak, caries atau tridak

f) Hidung

Bentuk hidung simetris atau asimetris, fungsi hidung

g) Telinga

Pendengaran baik atau tidak, serumen ada atau tidak

h) Leher

Pembesaran kelenjar tyroid atau tidak


32

i) Axsilla

Pembesaran kelenjar limfe atau tidak

j) Dada

Bentuk simetris atau asimetris, bunyi normal atau tidak, ada

nyari tekan atau tidak

k) Punggung dan pinggang

Bentuk tulang belakang, nyeri tekan atau tidak

l) Abdoment

Dilihat dari turgor kulit.

m) Genetalia

Dilihat bersih, ada kelainan atau tidak.

n) Anus

Dilihat ada kelainan atau tidak.

o) Ekstermitas atas dan bawah

Oedema atau tidak, gerak aktif atau tidak, varises atau tidak

3) Data penunjang

Data penunjang ini dilakukan guna mendukung dan membantu

menegakan diagnose untuk kasus diare pada balita

2. Interpretasi data

Langkah ini dilakukan untuk mengidentifikasi data yang tepat

terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan pasien berdasarkan

interpretasi data yang benar diatas. Data yang sudah dikumpulkan di


33

interpretasikan sampai menemukan masalah dan diagnosa kebidanan

yang spesifik (Varney, 2007).

1) Diagnose kebidanan

Diagnose kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan oleh bidan

dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar

nomenklatur (tata cara) diagnose kebidanan, yaitu :

a. Diakui dan telah disahkan oleh profesi.

b. Berhubungan langsung dengan praktisi kebidanan.

c. Memiliki ciri khas kebidanan.

d. Didukung oleh clinical jugement dalam praktik kebidanan.

e. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen

kebidanan.

Diagnose dapat berkaitan dengan para,abortus, anak hidup umur

dan keadaan nifas. Kemudian ditegakkan dengan data dasar

subjektif dan objektif.

2) Masalah

Masalah dirumuskan bila bidan menemukan kesenjangan yang

terjadi pada respon balita yang terkena ISPA. Masalah ini terjadi

belum termasuk dalam rumusan diagnosis yang ada, tetapi

masalah tersebut membutuhkan penanganan bidan, maka masalah

dirumuskan setelah diagnose. Permasalahan yang muncul

merupakan pernyataan dari pasien, ditunjang dengan data dasar

baik subjektif maupun objektif.


34

3) Kebutuhan

Pada kebutuhan ini dilakukan apabila saat pengkajian dan telah

menemukan permasalahan yang terjadi serta membutuhkan

penanganan yang tepat dan dilaksanankan dalam sebuah rencana

asuhan kebidanan terhadap pasien.

3. Diagnosis/ masalah potensial

Langkah ini merupakan langkah antisipasi, sehingga dalam melakukan

asuhan kebidanan, bidan dituntut untuk mengantisipasi permasalahan

yang akan timbul dari kondisi yang ada.

4. Kebutuhan tindakan segera

Setelah merumuskan tindakan yang akan dilakukan untuk

mengantisipasi diagnose/masalah potensial pada langkah sebelumnya,

bidan juga harus merumuskan tindakan emergensi yang harus

dirumuskan untuk menyelamatkan balita, secara mandiri kolabrasi dan

rujukan berdasarkan kondisi pasien.

5. Rencana asuhan kebidanan

Langkah ini ditentukan dari hasil kajian sebelumnya. Jika ada

konfirmasi/data yang tidak lengkap bias dilengkapi. Merupakan

kelanjutan dari penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnose yang

telah diidentifikasi dan diantisipasi yang sifatnya segera atau rutin.

Rencana asuhan didibuat berdasarkan pertimbangan yang tepat, baik


35

dari pengetahua, teori yang up to date, dan divalidasikan dengan

kebutuhan pasien. Penyusunan rencana

asuhan sebaiknya melibatkan pasien, sebelum pelaksanaan rencana

asuhan, sebaiknya dilakukan kesepakatan antara bidan dan pasien ke

dalam informant consent.

6. Implementasi

Pelaksanaan dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau bersamaan

dengan klien atau anggota tim kesehatan. Bila tindakan kesehatan

dilakukan oleh dokter atau tim kesehatan lain, bidan tetap memegang

tanggungjawab untuk mengarahkan keseimbangan asuhan selanjutnya.

Kaji ulang apakah semua rencana asuhan telah dilaksanakan.

7. Evaluasi

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan kebidanan

yang telah diberikan. Evaluasi didasarkan pada harapan pasien yang

diidentifikasi saat merencanakan asuhan kebidanan. Untuk mengetahui

keberhasilan asuhan, bidan mempunyai pertimbangan tertentu antara

lain : asuhan kebidanan, efektifitas tindakan untuk mengatasi masalah,

hasil asuhan kebidanan.

C. Metodelogi

Dalam penulisan proposal Laporan Tugas Akhir ini peneliti menggunakan

Asuhan Kebidanan Komperhemsif untuk mengumpulkan data dengan cara

sebagai berikut :
36

1. Jenis, rancangan penelitian atau pendekatan

Menurut (Gillham, 2010) pada Metodologi Tugas Akhir ini penulis

menggunakan metodologi kualitatif yang merupakan salah satu metode

penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk memaparkan

(mendeskripsikan) peristiwa yang dilakukan secara sistematis dan

lebih menekankan pada factual dari pada menyimpulkan jenis Proposal

Laporan Tugas Akhir yang digunakan yaitu penelitian deskriptif

dengan menggunakan studi kasus dengan studi penelitian

menggunakan Asuhan Tujuh Langkah Varney yang mencakup dari

pengkajian, interpretasi data, diagnose masalah potensial, aantisipasi,

intervensi, implementasi dan evaluasi.

2. Subjek penelitian

Subjek penelitian menurut (Arikunto, 2019) memberi batasan subjek

penelitian sebagai benda, hal atau orang tempat data untuk veriabel

penelitian melekat, dan yang dipermasalahkan. Subjek Proposal

Laporan Tugas Akhir ini dilakukan pada pasien Balita sakit ISPA

dengan intervensi pemberian uap daun kayu putih.

3. Waktu dan tempat

Waktu dan tempat penelitian adalah serangkaian gambaran umum

yang menjelaskan lokasi teknik pengumpulan data dalam sebuah

penelitian. Rencana pengambilan responden pada Laporan Tugas

Akhir ini di Puskesmas Toroh 1.


37

4. .Fokus studi

Menurut (Arikunto, 2019) fokus studi penelitian biasannya identic

dengan variable penelitian atau yang menjadi factor perhatian. Laporan

Tugas Akhir ini berfokus pada Balita yang berusia 3 thn dengan

intervensi pemberian uap daun kayu putih, dengan batuk pilek disertai

dengan demam 1 hari

5. Instrument pengumpulan data

Menurut sulistyaningsih tahun 2012, instrument pengumpulan data

adalah alat yang digunakan mengkur fenomena alam maupun social

yang diamati (variable penelitian). Instumen yang akan digunakan

dalam penelitian Proposal Tugas Akhir ini adalah format pengajian

Varney, lembar observasi untuk penyembuhan ISPA dengan diberikan

terapi uap daun kayu putih rebus air dan daun kayu putih selama 5 mnt

kemudian masukan air kedalam baskom Lakukan pemijatan pada anak

sambil mengirup uap yang keluar selama 5 mnt, lakukan pemijatan

pada punggung anak secara lembut dan perlahan, sambil memijat,

pastikan agar kepala anak tidak terlalu dekat dengan uap agar ia tidak

kepanasan, jaga tangan anak agar tidak menyentuh air panas

pemberian terapi uap 2x1 hari.

6. Metode pengambilan data

Metode pengambilan data menggunakan data primer. Data primer

merupakan data utama yang diperoleh secara langsung dari sumber data.

Sedangkan sumber data primer itu sendiri diperoleh dari memberikan


38

pertanyaan – pertanyaan yang nanti akan ditanyakan oleh bidan secara

langsung mengenai keadaan yang saat ini dirasakan atau yang sering

disebut anamnesa.

Dalam Proposal Laporan Tugas Akhir ini peneliti melakukan

pemberian terapi uap daun kayu putih sebelum dilakukan intervensi

peneliti terlebih dahulu melakukan Anamnesa. Setelah dilakukan

intervensi selama 1minggu dengan frekuensi 3 kali dalam seminggu

peneliti melakukan Anamnesa kembali untuk mengetahui keberhasilan

penelitian tentang uap daun kayu putih.

7. Etika penelitian

Etika penelitian merupakan hal yang wajib dilakukan oleh peneliti

untuk melindungi hak-hak responden yang menjadi bagian penelitian.

Pada Proposal Laporan Tugas Akhir ini penulis menggunakan 3 jenis

etika penelitian untuk menejemen hak-hak reponden, yaitu

a. Informed consent

Pada informed consent ini merupkan sebuah persetujuan responden

untuk ikut serta dalam penelitian. Mulai dari lembar persetujuan

yang bertujuan agar responden mengetahui maksut tujuan dari

peneliti dan jika responden manolak untuk ikut serta

dalampenelitian maka peneliti tidak memaksa dan menghormati

hak-haknya sebagai reponden.


39

b. Anonymity

Pada anonymity ini merupakan bentuk dari upaya peneliti untuk

menjaga kerahasiaan responden secara lengkap mulai dari nama

lengkap, nomer CM (nomor rekam medis), alamat responden, dan

sebagainya. Tetapi peneliti akan menggantikan dengan inisial dari

responden sebagai identitas responden.

c. Confidentiality

Pada confidentiality ini merupakan bentuk dari menjaga

kerahasiaan informasi yang telah peneliti terima, dan dilakukan

dengan cara menyimpan dalam bentuk file dan diberi password

selain itu, data yang bersifat laporan askeb akan disimpan dalam

bentuk dokumen oleh peneliti.


40

BAB III

STUDI KASUS

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA AN.O

UMUR 3 TAHUN 9 BULAN DENGAN GANGGUAN SISTEM

RESPIRASI ISPA DI PUSKESMAS TOROH I

Tanggal pengkajian : 26 September 2022

Tempat : Desa Depok, Kec.Toroh

Nama mahasiswa : Vera Vrewulan Dari

NIM : 2019031411

1) PENGKAJIAN

b) SUBJEKTIF

1. Identitas pasien dan penanggung jawab

Nama : An. O

Umur : 3 Tahun 9 Bulan

Anak ke : Kedua

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku : Jawa

Alamat : Dsn. Dongko Ds. Depok RT 04/02

Nama : Tn. E

40
41

Umur : 34 Tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Swasta

Suku : Jawa

Alamat : Dsn. Dongko Ds. Depok RT 04/02

2. Keluhan utama

Ibu mengatakan anaknya mengalami batuk pilek disertai demam

sejak 1 hari yang lalu

3. Riwayat Prenatal

a. Riwayat kesehatan yang lalu

Ibu mengatakan sebelumnya anaknya sudah pernah

mengalami batuk pilek dan ini merupakan batuk pilek

untuk ke sekian kalinya.

b. Riwayat kesehatan keluarga

Ibu mengatakan didalam keluarganya tidak ada yang

menderita penyakit menular (HIV, TBC, Hepatitis),

penyakit menurun (diabetes, hipertensi), dan berat (jantung,

asma).

c. Riwayat penyakit sekarang

Ibu mengatakan anaknya sedang mengalami batuk pilek

disertai demam sejak 1 hari yang lalu.


42
42

4. Riwayat Kehamilan

Pemeriksaan ANC sebanyak 5 kali di Puskesmas Toroh 1

a. Trisemester I sebanyak 2 kali dengan keluhan mual muntah

b. Trisemester II sebanyak 1 kali dengan tidak ada keluhan

c. Trisemester III sebanyak 2 kali dengan tidak ada keluhan

5. Riwayat Persalinan

Usia kehamilan : 39 mgg

Jenis Tunggal/ Kembar : Tunggal

Tempat bersalin : Puskesmas Toroh 1

Lama Persalinan Kala 1 : 9 jam

Lama Persalinan Kala II : 20 Menit

Letak Janin : Membujur

Jenis Persalinan : Spontan

Komplikasi : Tidak ada

Penolong : Bidan

PB/BB/JK : 49cm/3800gr/Perempuan

Keadaan : Sehat

Menetek Pertama kali : Saat IMD

Resusitasi : Tidak ada

Obat-Obatan yg diberikan : Vit K


43
43

6. Riwayat Pemenuhan / Kebutuhan Dasar Anak

a. Nutrisi / Cairan

Sebelum sakit : ibu mengatakan anaknya, diberi makan nasi,

lauk, pauk dan sayuran 1 porsi habis.

Saat sakit : ibu mengatakan anaknya diberi makan nasi, lauk,

pauk dan sayuran 1 porsi masih tersisa.

b. Personal Hygne

Ibu mengatakan anaknya dimandikan 2 kali sehari pada pagi

dan sore hari serta keramas setiap sore hari, selalu

mengganti pakaian setiap selesai mandi.

c. Eliminasi

Sebelum sakit : ibu mengatakan anaknya BAB 1-2

kali/hari dengan konsistensi lembek warna kuning, dan BAK

3-4 kali/hari warna kuning dan berbau pesing.

Saat Sakit : ibu mengatakan anaknya BAB 2-3 kali/hari

dengan konsistensi lembek warna kuning, dan BAK 2-3

kali/hari warna kuning berbau Pesing.

d. Istirahat

Ibu mengatakan anaknya tidur malam 10 jam dan tidur siang

6 jam.
44
44

7. Riwayat Imunisasi Dasar

8. Riwayat Alergi

Ibu mengatakan anaknya tidak mempunyai alergi terhadap

makanan, debu dan obat-obatan.

9. Riwayat Pertumbuhan Dan Perkembangan

Ibu mengatakan anaknya belum bisa memakai celana sendiri

masih butuh bantuan orang tua dan sudah bisa

mebedakan warna dan huruf.

c) OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Berat Badan : 13 kg

Tinggi Badan : 93 Cm
45

45

x
Nadi : 92
menit

x
Respirasi : 28
menit

Suhu : 37.50C

2. Status Present

Kepala : Normal, Simetris, Mesochepal, kulit

kepala bersih

Rambut : Bersih, warna hitam, tipis dan halus.

Muka : Simetris, Tidak ada kelainan

Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, skelera

putih, tidak ikterik

Telinga : Simetris, tidak ada serumen

Hidung : Simetris, tampak lendir dan secret

Mulut dan Gigi : Mukosa bibir lembab, tidak stomatitis, tidak

ada caries dentis, bibir tidak sumbing.

Leher : Tidak ada pembesaran, peradangan dan

pembengkakan.

Dada : Simetris, tidak ada retraksi dada

Abdomen : Simetris, tidak ada benjolan

Genetalia : Bersih, tidak ada kelainan

Ekstermitas Atas : Simetris, jari lengkap, tidak ada kelainan


Ekstermitas Bawah : Simetris, jari lengkap, tidak odem, tidak ada varises,

tidak ada kelainan


46

46

2) INTERPRETASI DATA

Diagnosa Kebidanan :

An. O umur 3 tahun 9 bulan dengan gangguan respirasi ispa

DS : - Ibu mengatakanan anaknya bernama An. O

1) Ibu mengatakan anaknya berumur 3 tahun 9 bulan.

2) Ibu mengatakan anaknya lahir dengan berat badan 3800gr

3) Ibu mengatakan anaknya setelah minum es mengalami batuk

pilek tidak disertai demam.

DO : Keadaan umum : Baik

x
N : 92
menit

x
RR : 28
menit

S : 37,50C

BB Sekarang : 13 kg

TB : 93 cm

Masalah : Ibu mengatakan cemas dengan keadaan

anaknya dikarenakan mengalami batuk pilek

disertai demam sejak 1 hari yang lalu.

Kebutuhan :Memberi terapi komplementer dengan

memberikan terapi uap daun kayu putih untuk

mengatasi batuk pilek.


47

3) IDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL 47

Potensial gangguan sistem respirasi ISPA

4) ANTISIPASI KEBUTUHAN SEGERA

a. Perawatan anak dengan gangguan sistem respirasi ISPA”

b. Melakukan terapi komplomenter pemberian terapi uap daun

kayu putih.

5) RENCANA ASUHAN

Tgl 27 September 2022/ Jam 08.00 WIB

1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan.

2. Beritahu ibu inform consent untuk pemberian terapi uap daun kayu

putih.

3. Lakukan metode pemberian Terapi Uap Daun Kayu Putih untuk

memperlancar pernafasan.

4. Beritahu ibu akan dilakukan kunjungan rumah selama 3 hari

peneliti datang kerumah setiap jam 08.00 WIB.

5. Lakukan pendokumentasian hasil kegiatan.

6) IMPLEMENTASI

Tgl 27 September 2022 / Jam 08.00 WIB

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa anaknya dalam keadaan

normal

x x
N: 92 , RR : 28 , S: 37,50C, BB 13 kg, TB 93 cm.
menit menit
48

2. Memberitahu ibu inform consent untuk pemberian terapi uap daun

kayu putih.
48
3. Melakukan metode pemberian terapi uap daun kayu putih untuk

mengurangi gangguan sistem respirasi ISPA, dengan cara :

8. Diberikan selama 3 hari dalam 1 Minggu dengan dosis rebusan

daun kayu putih 2 tutup botol aqua.

9. Dicampurkan dengan air hangat yang direbus selama 3 menit

diberikan selama 3 kali dalam sehari pada jam 08.00, 13.00,

dan 19.00.

4. Memberitahu ibu akan dilakukan kunjungan rumah selama 3 hari

dengan jam kunjungan 08.00 peneliti akan mengunjungi rumah

pasien, untuk jam 13.00 dan 19.00 akan dilakukan pemantauan

untuk pemberian terapi uap daun kayu putih kepada anak melalui

via whatsap maupun telepon.

5. Melakukan pendokumentasian hasil kegiatan.

7) EVALUASI

Tgl 27 September 2022/ Jam 08.00 WIB.

1. Ibu sudah mengetahui hasil pemerikasaan.

2. Ibu bersedia untuk mengisi dan menyetujui inform consent untuk

pemberian terapi uap daun kayu putih.

3. Telah dilakukan metode pemberian Terapi Uap Daun Kayu Putih

sesuai dosis yang dianjurkan.


49

4. Ibu bersedia akan dilakukan kunjungan rumah selama 3 hari dalam

1 Minggu dan pemantauan via whatsap maupun telepon.

5. Telah dilakukan pendokumentasian hasil kegiatan.


49
50

PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN PADA AN.O

UMUR 3 TAHUN 9 BULANDENGAN GANGGUAN SISTEM

RESPIRASI ISPA DI PUSKESMAS TOROH 1

Nama Mahasiswa : Vera Vrewulan Dari

NIM : 20190314011

Tanggal/Jam : 27 September 2022 / 08.00 WIB

Table 2.1

Tgl/Jam S O A P
Selasa, 27 Ibu mengatakan KU: baik An.O 1. Memeriksa keadaan
September anaknya Kesadaran: umur anak
2022/08.00 mengalami composmentis 3 x
N : 92
x menit
Wib batuk, pilek Tahun
N : 92
menit
disertai demam 9 x
x RR : 28
sejak 1 hari yang RR : 28 Bulan menit
menit
lalu. denga S : 370C
S : 37,50C
dengan nafsu n BB : 13 Kg
BB : 13 Kg
makan : batuk
TB : 93 Cm.
Ibu mengatakan TB : 93 Cm. pilek
anak disert Mata : Normal
Mata : Normal
nya diberi ai Air mata : ada
Air mata : ada
makan nasi, dema
Mulut dan lidah : Basah
lauk, sayuran Mulut dan lidah m. 50
masih tersisa Rasa haus : Normal
: Basah
Turgor Kulit : kembali
Rasa haus :
Eliminasi :
cepat
Ibu mengatakan Normal
anaknya BAB 1- Turgor Kulit : Hasil: Ibu sudah

2 X/hari dengan mengetahui hasil


konsistensi
51

lembek, berbau kembali cepat pemeriksaan anaknya.


khas.
2. inform consent
untuk pemberian
terapi uap daun kayu
08.05 putih.
Wib 3. Melakukan metode
pemberian terapi uap
10.00
daun kayu putih,
Wib
untuk mengurangi
gangguan sistem
respirasi ISPA.
dengan cara:
Diberikan selama 3
hari dalam 1 Minggu
dengan dosis
rebusan daun kayu
putih 2 tutup botol
aqua.Dicampurkan
dengan air hangat
yang direbus selama
3 menit diberikan
selama 3 kali dalam
sehari pada jam
08.00, 13.00, dan
19.00.
51

Tanggal/Jam : 28 September 2022/08:00 WIB


Table 2.2
52

Tgl/Jam S O A P
Rabu, 28 Ibu KU: baik An.O e) Memeriksa
September mengatakan Kesadaran: umur 3 keadaan anak
2022/08:00 anaknya composmentis tahun 9 x
N : 92 RR : 24
x menit
WIB mengalami bulan
N : 92
menit x
batuk, pilek dengan S : 37,50C BB : 13
x menit
disertai RR : 24 batuk
menit Kg TB : 93 Cm. Mata :
demam sejak pilek
S : 37,50C Normal Air mata : ada
1 hari yang disertai
BB : 13 Kg Mulut dan lidah : Basah
lalu. demam
TB : 93 Cm. Rasa haus : Normal
Mata : Normal Turgor Kulit : kembali
Air mata : ada cepat
Mulut dan lidah : 3. Melakukan metode
Basah pemberian terapi uap
Rasa haus : daun kayu putih, untuk
Normal mengurangi gangguan
Turgor Kulit : sistem respirasi ISPA.
kembali cepat dengan cara: Diberikan
07.05
selama 3 hari dalam 1
Minggu dengan dosis
rebusan daun kayu putih
2 tutup botol
aqua.Dicampurkan
dengan air hangat yang
direbus selama 3 menit
diberikan selama
52 3 kali
dalam sehari pada jam
08.00, 13.00, dan 19.00.

Tanggal/Jam : 29 September 2022/08:00 WIB


53

Table 2.3

Tgl/Jam S O A P
Kamis, 29 Ibu KU: baik An.O G. Memeriksa
September mengatakan Kesadaran: umur 3 keadaan anak
2022/08:00 anaknya composmentis tahun 9 x
N : 92
x menit
WIB masih bulan
N : 92
menit
mengalami dengan x
x RR : 24
batuk pilek batuk menit
RR : 24
menit
disertai pilek S : 36,20C
S : 36,20C
demam. disertai BB : 13 Kg
BB : 13 Kg
demam
TB : 93 Cm.
TB : 93 Cm.
Mata : Normal
Mata : Normal
Air mata : ada
Air mata : ada
Mulut dan lidah : Basah
Mulut dan lidah
Rasa haus : Normal
: Basah
Turgor Kulit : kembali
Rasa haus :
cepat
Normal
Hasil: Ibu sudah
Turgor Kulit :
mengetahui hasil
kembali cepat
pemeriksaan anaknya.
54

a. Memeriksa53 ke
efektifan gangguan
08.05 sistem respirasi
Wib hasil : Respirasi
normal tidak ada
ada lendir

a. Melakukan metode

pemberian terapi

uap daun kayu


08.10
putih, untuk
Wib
mengurangi

gangguan sistem

respirasi ISPA.

dengan cara:

Diberikan selama 3

hari dalam 1

Minggu dengan

dosis rebusan daun

kayu putih 2 tutup

botol

aqua.Dicampurkan

dengan air hangat

yang direbus

selama 3 menit
55

diberikan54selama 3

kali dalam sehari

pada jam 08.00,

13.00, dan 19.00.


56

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada BAB ini akan membahas kesenjangan antara teori dan hasil tinjauan kasus
pada pelaksanaan manajemen asuhan kebidanan pada By. A dengan pemberian
pijat bayi untuk meningkatkan berat badan pada tanggal 17 April 2022 sampai
dengan 17 Mei 2022. Pembahasan ini dimaksud agar dapat diambil suatu
kesimpulan dan pemecahan masalah dalam kesenjangan-kesenjangan yang terjadi
sehingga dapat digunakan sebagai tindak lanjut dalam penerapan asuhan
kebidanan, pengkajian pada kasus dilakukan 3 kali seminggu selama 1 bulan.
Tindakan yang dilakukan yaitu pemberian pijat bayi untuk meningkatkan berat
badan pada bayi umur 2 bulan yaitu 3 kali seminggu selama 1 bulan. Penulis akan
menjelaskan kesenjangan berdasarkan pendekatan manajemen asuhan kebidanan 7
langkah varney dengan uraian sebagai berikut:
Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan informasi yang
akurat. Langkah-langkah tersebut antara lain adalah pengumpulan data dasar dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien yang diperlukan untuk
melengkapi evaluasi pasien dalam proses asuhan kebidanan pada bayi dengan
pijat bayi. Tahap ini mencakup data subjektif yang terdiri dari identitas pasien,
keluarga, keluhan utama, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan persalinan nifas
yang lalu, pola kebutuhan sehari-hari, riwayat imunisasi dasar, riwayat
pertumbuhan dan perkembangan sedangkan data objektif terdiri dari pemeriksaan
fisik dan status present.
Pengkajian I dilakukan pada tanggal 17 April 2022 di desa Kuripan. Hasil
pengkajian didapatkan dari data subjektif By.A, Umur 2 bulan, anak kedua
berjenis kelamin perempuan, Agama Kristen. Orang tuanya Bernama Tn.R
berumur 32 Th Pendidikan SMP, Pekerjaan swasta, Suku jawa, Alamat
Plendungan 5/2 Kuripan, dengan keluhan utama ibu mengatakan merasakan takut
jika berat badan bayi tidak sesuai dengan pertumbuhan bayi lainnya. Riwayat
Kesehatan Sekarang Ibu mengatakan bayinya tidak sedang menderita penyakit

55
57

menular (HIV, TBC, Hepatitis), penyakit menurun (Diabetes dan Hipertensi), dan
berat (Jantung dan Asma).
Hasil pengkajian I data subjektif usia bayi yaitu 2 bulan. (Rosidi and Purnamasari
2021) mengatakan bahwa rentang umur yang aman untuk dilakukan pijat bayi
adalah dimulai usia lebih dari 28 hari karena dapat membantu mempercepat
kenaikan berat badan bayi. Para ahli berpendapat, pemijatan bayi yang dapat
dilakukan sedini mungkin setelah bayi dilahirkan, lebih cepat mengawali
pemijatan, bayi akan mendapat keuntungan yang lebih besar. Apalagi pemijatan
sejak kelahiran sampai bayi berusia 6 sampai 7 bulan. Penelitian yang dilakukan
oleh (Astuti 2020) tentang Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Peningkatan Berat
Badan Bayi Umur 0-6 Bulan Di Klinik Bersalin Kasih Bunda Medan Tahun 2021,
didapatkan hasil ada hubungan antara pijat bayi dengan kenaikan berat badan
bayi. Bayi yang di berikan pijatan cenderung memiliki kenaikan berat badan yang
signifikan dari pada bayi yang tidak diberikan pijatan.
Keluhan Utama ibu mengatakan merasakan takut jika berat badan bayi tidak
sesuai dengan pertumbuhan bayi karena bayi mempunyai riwayat BBLR. Menurut
Hidayat (2008) dalam (Sugiharti 2018), Kenaikan berat badan bayi pada usia 1
sampai 3 bulan sebesar 800 gram setiap bulannya. Sedangkan usia 4 – 6 bulan
kenaikan berat badan bayi sekitar 500 gram setiap bulannya. Pada penelitian yang
dilakukan oleh (Karim, Utomo, and Yuliati 2021) membuktikan bahwa pijat bayi
berpengaruh terhadap kenaikan berat badan bayi dengan riwayat BBLR sebesar
20% - 47% lebih banyak dibandingkan bayi yang tidak diberikan pijat bayi.
Pola kebutuhan sehari-hari ibu mengatakan bayinya hanya diberikan ASI saja
sebagai pemenuhan nutrisi. Pola personal hygiene ibu mengatakan bayinya
dimandikan 2 kali sehari pada pagi dan sore hari serta keramas setiap sore hari,
mengganti pakaian dan popok setiap sekesai mandi. Pola eliminasi ibu
mengatakan bayinya BAB sebanyak 1 kali sehari dengan konsistensi lembek
berwarna coklat kekuningan dan BAK sebanyak 6 kali sehari berwarna kuning
jernih dengan bau amoniak. Pola Istirahat ibu mengatakan bayinya lebih banyak
tidur malam 10 jam dan siang 6 jam dan dibangunkan setiap 2 jam untuk
diberikan ASI. Riwayat imunisasi dasar ibu mengatakan bayinya sudah
58

mendapatkan imunisasi Hb 0 pada 6 jam setelah lahir, sudah mendapatkan


imunisasi BCG dan Polio 1 pada usia 1 bulan dan pada usia 2 bulan bayinya
sudah mendapatkan imunisasi DPT-HB-Hib dan Polio 2. Riwayat alergi ibu
mengatakan bayinya tidak mempunyai alergi terhadap makanan, debu dan obat –
obatan. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan ibu mengatakan bayinya sudah
bisa mengangkat kepala ketika tengkurap, tersenyum spontan dan bersuara satu
huruf.
Data objektif yang diperoleh dari pengkajian I yaitu KU bayi baik, TTV FJ : 120
x/menit, RR : 30 x/menit, Suhu : 36,6℃, berat badan 4015 gram. Status Present
kepala normal, simetris, mesochepal,. Rambut bersih, rambut hitam, tipis dan
halus. Mata simetris, sklera tidak ikterik,pupil mata bereaksi dengan baik. Telinga
simetris, tidak ada serumen, tidak ada benjolan. Hidung simetris, tidak ada polip,
tidak ada secret. Mulut bersih, bibir tidak sumbing, reflek isap baik. Leher tidak
ada pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe. Dada simetris, tidak ada
retraksi dada, tidak ada benjolan. Abdomen simetris, tidak ada benjolan, tali pusat
sudah terlepas. Genetalia simetris, labia mayora menutupi labia minora.
Ekstermitas atas dan bawah simetris, jari – jari lengkap, tidak ada kelainan.
Pengkajian II, III sampai XII dilakukan pada tanggal 19 April 2022 sampai 17
Mei 2022. Didapatkan data subjektif dan objektif dalam batas normal. Data
subjektif ibu mengatakan bayinya menyusui semakin kuat. Data objektif
didapatkan hasil data KU bayi baik, TTV FJ : 120 x/menit, S: 36,6℃, RR: 32
x/menit terjadi kenaikan berat badan. Menurut (Susila 2019) Peningkatan berat
badan bayi merupakan perbandingan secara langsung dapat dilihat dari hasil
penimbangan sebelumnya dibandingkan dengan penimbangan anak terkini yang
menunjukan peningkatan berat badan bayi yang signifikan. Berat badan
merupakan hasil peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada
tubuh, antara lain tulang, otot, lemak, cairan tubuh, dll. Pijat bayi yaitu dapat
menaikan berat badan bayi dengan pijat dapat menimbulkan efek biokimia dan
fisik yang positif. Karena, bayi mendapatkan pijatan pada bagian abdomen
dimana pemijatan ini dapat memperlancar proses pencernaan bayi. Pijat bayi
menyebabkan peningkatan aktivitas nervus vagus dan akan merangsang hormon
59

pencernaan antara lain insulin dan gastrin. Insulin memegang peranan penting
pada metabolisme, menyebabkan kenaikan metabolisme karbohidrat,
penyimpanan glikogen, sintesa asam lemak, asam amino, sintesa protein. Jadi,
insulin merupakan suatu hormonanabolic penting peningkatan insulin dan gastrin
dapat merangsang fungsi pencernaan sehingga penyerapan terhadap sari makanan
menjadi lebih baik, penyerapan makanan yang lebih baik akan menyebabkan bayi
cepat lapar (Susila 2019).
Intrepretasi Data
Pada tinjauan teori dalam intrepretasi data mengidentifikasi terhadap diagnosa,
masalah dan kebutuhan pasien pada bayi berdasarkan interpretasi yang benar atas
data-data yang telah dikumpulkan (Harefa et al. 2017). Ibu merasa takut akan
kenaikan berat badan anaknya. Kebutuhan ibu dan bayinya adalah memberi
penjelasan tentang manfaat pijat bayi serta membuat rencana untuk dilakukan
pijat bayi.
Interpretasi data pengkajian I diperoleh diagnosa kebidanan By.A umur 2 bulan
dengan pijat bayi. Pada kasus By.A dengan pijat bayi untuk meningkatkan berat
badan. Kenaikan berat badan anak pada tahun pertama kehidupan apabila anak
mendapat gizi yang baik yaitu dari bayi lahir sampai 6 bulan pertama
pertambahan berat badan setiap minggu 140-200 gram. Berat badan bayi akan
meningkat pada akhir 6 bulan pertama. Sedangkan pada umur 6-12 bulan
pertambahan berat badan berkisar antara 85-400 gram. Berat badan akan
meningkat sebesar 3 kali berat badan lahir pada akhir tahun pertama. Berat badan
merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan
pada bayi baru lahir (neonatus). Pada masa bayi-balita, berat badan dapat
dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun gizi kecuali terdapat
kelainan klinis seperti dehidrasi, asites, adema dan adanya tumor. Di samping itu
pula berat badan dapat dipergunakan sebagai dasar perhitungan dosis obat dan
makanan (Sugiharti 2018).
Interpretasi data pengkajian II, III sampai XII dilakukan pada tanggal 19 April
2022 sampai 17 Mei 2022.. Interpretasi data yang sudah dikumpulkan diperoleh
diagnosa kebidanan By.A dengan pijat bayi. Pengkajian II pada kasus By.A sudah
60

terjadi peningkatan berat badan setelah dilakukan pemijatan. Pijat bayi merupakan
salah satu stimulus dari luar yang bermanfaat untuk meningkatkan berat badan
bayi, dan juga berperan bagi pertumbuhan fisik dan perkembangan emosional
anak (Luh et al. 2021).
Bayi yang dipijat mengalami peningkatan kadar enzim penyerapan dan insulin
sehingga penyerapan terhadap sari makanan pun menjadi lebih baik. Alhasil bayi
menjadi cepat lapar dan karena itu lebihsering menyusu sehingga meningkatkan
produksi ASI. Pemijatan juga meningkatkan mekanisme penyerapan makanan
oleh nervus vagus sehingga nafsu makan bayi jugaakan meningkat yang dapat
secara langsung meningkatkan berat badan bayi (Astuti 2020).
Berdasarkan kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa tindakan pemberian terapi
pijat bayi dapat membantu kenaikan berat badan bayi. Menurut (Harahap 2019),
Salah satu bentuk stimulasi yang selama ini dilakukan masyarakat adalah dengan
pijat bayi. Pijat merupakan salah satu metode pengobatan tertua di dunia. Pijat
meliputi seni perawatan kesehatan dan pengobatan yang mampu melemaskan
sendi yang terlalu kaku dan menyatukan organ tubuh dengan gosokan yang kuat.
Saat ini, teknik pijat telah banyak digunakan untuk kesehatan dan peningkatan
berat badan pada bayi.
Diagnosa potensial
Langkah ini dilakukan untuk mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa
potensial berdasarkan masalah atau diagnosa yang muncul. Pada langkah ini
memerlukan antisipasi kemungkinan terjadinya masalah potensial maka perlu
diamati dan dipersiapkan apabila hal tersebut benar terjadi sehingga dapat
melakukan asuhan yang tepat dan aman. Diagnosa potensial pada pengakajian I
didapatkan tidak ada diagnose potensial yang terjadi pada kasus By.A sedangkan
Diagnosa potensial pada pengkajian II, III, sampai XII pada kasus diatas juga
tidak didapatkan dignosa potensial yang mungkin terjaadi karena semua
pemeriksaan dalam batas normal.
61

Antisipasi
Antisipasi pada pengkajian I yaitu konsultasi dan berkolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain berdasarkan kondisi yang dialami oleh pasien (Watson, 2012).
Pengkajian I tidak dilakukan tindakan antisipasi karena diagnosa potensial pada
kasus diatas tidak terjadi. Antisipasi pada pengkajian II , III, sampai XII pada
kasus ini tidak dilakukan tindakan antisipasi karena semua pemeriksaan dalam
batas normal.
Perencanaan
Perencanaan disusun berdasarkan diagnosa, masalah dan kebutuhan. Potter &
Perry (2013) mengatakan perencanaan untuk kasus ini yaitu pemberian pijat bayi
sebagai terapi non farmakologis Perencanaan asuhan kebidanan non-farmakologis
pada bayi yaitu anjukan untuk bayi diberikan pijat bayi untuk membatu
peningkatan berat badan bayi dan ibu tetap memberikan ASI saja sebagai
pemenuhan nutrisi bagi bayi serta ibu mengoptimalkan asupan nutrisi dan istirahat
agar produksi ASI dapat dioptimalkan Perencanaa pada kasus By.A peneliti
menambahkan beberapa perencanaan seperti beritahu hasil pemeriksaan bayi,
memberitahu ibu tentang penkes pijat bayi, memberitahu ibu informed consent,
Hal tersebut dilakukan sesuai dengan asuhan kebidanan kehamilan Varney (2007).
Perencanaan pengkajian I tanggal 17 April 2022 jam 09.00 WIB pada kasus By.A
umur 2 bulan dengan pijat bayi rencana tindakan yang dilakukan yaitu : beritahu
ibu hasil pemeriksaan bayinya, berikan penkes pijat bayi, beritahu ibu informed
consent untuk dilakukan pijat bayi, lakukan pemijatan untuk meningkatkan berat
badan, beritahu ibu untuk tetap menyusui bayinya, beritahu ibu akan dilakukan
kunjungan rumah setiap 3 x seminggu selama 1 bulan dan lakukan
pendokumentasian hasil kegiatan.
Perencanaan pengkajian II tanggal 19 April 2022 jam 09.00 WIB pada kasus
By.A umur 2 bulan dengan pijat bayi rencana tindakan yang dilakukan yaitu :
beritahu ibu hasil pemeriksaan bayinya, lakukan pijat bayi di damping oleh bidan
sesuai teknik pemijatan yang di mulai dari kaki, telapak kaki, dada dan perut,
tangan serta muka, beritahu ibu Teknik cara menyusui yang benar dan lakukan
pendokumentasian hasil kegiatan.
62

Pengkajian III tanggal 22 April 2022 jam 09.00 WIB pada kasus By.A umur 2
bulan dengan pijat bayi rencana tindakan yang dilakukan yaitu : beritahu ibu hasil
pemeriksaan bayinya, lakukan pijat bayi di damping oleh bidan sesuai teknik
pemijatan yang di mulai dari kaki, telapak kaki, dada dan perut, tangan serta
muka, beritahu ibu untuk menjaga asupan nutrisi dan istirahat untuk
memperlancar produksi ASI dan lakukan pendokumentasian hasil kegiatan.
Pengkajian IV tanggal 24 April 2022 jam 09.00 WIB pada kasus By.A umur 2
bulan dengan pijat bayi rencana tindakan yang dilakukan yaitu : beritahu ibu hasil
pemeriksaan bayinya, lakukan pijat bayi di damping oleh bidan sesuai teknik
pemijatan yang di mulai dari kaki, telapak kaki, dada dan perut, tangan serta
muka, beritahu ibu untuk menjaga personal hygiene bayi agar bayi tidak mudah
sakit dan lakukan pendokumentasian hasil kegiatan
Pengkajian V tanggal 26 April 2022 jam 09.00 WIB pada kasus By.A umur 2
bulan dengan pijat bayi rencana tindakan yang dilakukan yaitu : beritahu ibu hasil
pemeriksaan bayinya, lakukan pijat bayi di damping oleh bidan sesuai teknik
pemijatan yang di mulai dari kaki, telapak kaki, dada dan perut, tangan serta
muka, beritahu ibu untuk tetap memberikan bayi ASI saja tanpa tambahan
makanan lainnya dan lakukan pendokumentasian hasil kegiatan
Pengkajian VI tanggal 29 April 2022 jam 09.00 WIB pada kasus By.A umur 2
bulan dengan pijat bayi rencana tindakan yang dilakukan yaitu : beritahu ibu hasil
pemeriksaan bayinya, lakukan pijat bayi di damping oleh bidan sesuai teknik
pemijatan yang di mulai dari kaki, telapak kaki, dada dan perut, tangan serta
muka, beritahu ibu untuk mengonsumsi sayuran berwarna hijau, telur, ikan, susu
kedelai dan kacang – kacangan untuk memperbanyak produksi ASI dan lakukan
pendokumentasian hasil kegiatan
Pengkajian VII tanggal 05 Mei 2022 jam 09.00 WIB pada kasus By.A umur 2
bulan dengan pijat bayi rencana tindakan yang dilakukan yaitu : beritahu ibu hasil
pemeriksaan bayinya, lakukan pijat bayi di damping oleh bidan sesuai teknik
pemijatan yang di mulai dari kaki, telapak kaki, dada dan perut, tangan serta
muka, beritahu ibu untuk menyusui bayi setiap bayi menginginkan.dan lakukan
pendokumentasian hasil kegiatan
63

Pengkajian VIII tanggal 07 Mei 2022 jam 09.00 WIB pada kasus By.A umur 2
bulan dengan pijat bayi rencana tindakan yang dilakukan yaitu : beritahu ibu hasil
pemeriksaan bayinya, lakukan pijat bayi di damping oleh bidan sesuai teknik
pemijatan yang di mulai dari kaki, telapak kaki, dada dan perut, tangan serta
muka, beritahu ibu untuk menjaga asupan nutrisi dan instiraht untuk
memperlancar produksi ASI dan lakukan pendokumentasian hasil kegiatan
Pengkajian IX tanggal 10 Mei 2022 jam 09.00 WIB pada kasus By.A umur 2
bulan dengan pijat bayi rencana tindakan yang dilakukan yaitu : beritahu ibu hasil
pemeriksaan bayinya, lakukan pijat bayi di damping oleh bidan sesuai teknik
pemijatan yang di mulai dari kaki, telapak kaki, dada dan perut, tangan serta
muka, beritahu ibu untuk menjaga personal hygiene bayi agar bayi tidak mudah
sakit dan lakukan pendokumentasian hasil kegiatan
Pengkajian X tanggal 12 Mei 2022 jam 09.00 WIB pada kasus By.A umur 2 bulan
dengan pijat bayi rencana tindakan yang dilakukan yaitu : beritahu ibu hasil
pemeriksaan bayinya, lakukan pijat bayi di damping oleh bidan sesuai teknik
pemijatan yang di mulai dari kaki, telapak kaki, dada dan perut, tangan serta
muka, beritahu ibu untuk tetap memberikan bayi ASI saja tanpa tambahan
makanan lainnya dan lakukan pendokumentasian hasil kegiatan
Pengkajian XI tanggal 14 Mei 2022 jam 09.00 WIB pada kasus By.A umur 2
bulan dengan pijat bayi rencana tindakan yang dilakukan yaitu : beritahu ibu hasil
pemeriksaan bayinya, lakukan pijat bayi di damping oleh bidan sesuai teknik
pemijatan yang di mulai dari kaki, telapak kaki, dada dan perut, tangan serta
muka, beritahu ibu untuk menjaga asupan nutrisi dan instiraht untuk
memperlancar produksi ASI dan lakukan pendokumentasian hasil kegiatan
Pengkajian XII tanggal 17 Mei 2022 jam 09.00 WIB pada kasus By.A umur 2
bulan dengan pijat bayi rencana tindakan yang dilakukan yaitu : beritahu ibu hasil
pemeriksaan bayinya, lakukan pijat bayi di dampingi oleh bidan sesuai teknik
pemijatan yang di mulai dari kaki, telapak kaki, dada dan perut, tangan serta
muka, beritahu ibu untuk menyusui bayi setiap bayi menginginkan dan lakukan
pendokumentasian hasil kegiatan
64

Implementasi
Implementasi pada pengkajian I tanggal 17 April 2022 jam 09.10 WIB telah
sesuai dengan perencanaan asuhan dan peneliti menambahkankan beberapa
asuhan sesuai dengan asuhan kebidanan kehamilan Varney (2007) yang
dilakukan pada tanggal 17 April 2022 jam 09.10 WIB. Tindakan sebagai berikut:
memberitahu ibu hasil pemeriksaan bayinya, memberikan penkes pijat bayi, pijat
bayi atau sering disebut stimulus touch, merupakan sentuhan komunikasi yang
nyaman antara ibu dan bayi. Sentuhan merupakan ekspresi dari kasih sayang
orang tua terhadap anaknya. Dengan sentuhan tersebut, orang tua dan anak akan
sama – sama merasa nyaman, karena hubungan kedekatan secara emosional
(Cahyaningrum and Sulistyorini 2020).
Salah satu manfaat pijat bayi yaitu dapat menaikan berat badan bayi dengan pijat
dapat menimbulkan efek biokimia dan fisik yang positif. Karena, bayi
mendapatkan pijatan pada bagian abdomen dimana pemijatan ini dapat
memperlancar proses pencernaan bayi. Pijat bayi menyebabkan peningkatan
aktivitas nervus vagus dan akan merangsang hormon pencernaan antara lain
insulin dan gastrin. Insulin memegang peranan penting pada metabolisme,
menyebabkan kenaikan metabolisme karbohidrat, penyimpanan glikogen, sintesa
asam lemak, asam amino, sintesa protein. Jadi, insulin merupakan suatu
hormonanabolic penting peningkatan insulin dan gastrin dapat merangsang fungsi
pencernaan sehingga penyerapan terhadap sari makanan menjadi lebih baik,
penyerapan makanan yang lebih baik akan menyebabkan bayi cepat lapar (Susila
2019).
Memberitahu ibu informed consent untuk dilakukan pijat bayi, melakukan
pemijatan untuk meningkatkan berat badan. Pada informed consent ini merupakan
sebuah perasetujuan responden untuk ikut serta dalam penelitian. Mulai dari
lembar persetujuan yang bertujuan agar responden mengetahui mkasud tujuan dari
penelitian dan jika responden menolak untuk ikut serta dalam penelitian maka
peneliti tidak memaksa dan menghormati hak - haknya sebagai responden.
65

Memberitahu ibu untuk tetap menyusui bayinya, memberitahu ibu akan dilakukan
kunjungan rumah setiap 3 x seminggu selama 1 bulan dan melakukan
pendokumentasian hasil kegiatan.
Penatalaksanaan ke II tanggal 19 April 2022 jam 09.10 WIB pada kasus By.A
umur 2 bulan dengan pijat bayi rencana tindakan yang dilakukan yaitu :
memberitahu ibu hasil pemeriksaan bayinya, melakukan pijat bayi di damping
oleh bidan sesuai teknik pemijatan yang di mulai dari kaki, telapak kaki, dada dan
perut, tangan serta muka, memberitahu ibu teknik cara menyusui yang benar dan
melakukan pendokumentasian hasil kegiatan.
Penatalaksanaan ke III tanggal 22 April 2022 jam 09.10 WIB pada kasus By.A
umur 2 bulan dengan pijat bayi rencana tindakan yang dilakukan yaitu :
memberitahu ibu hasil pemeriksaan bayinya, melakukan pijat bayi di damping
oleh bidan sesuai teknik pemijatan yang di mulai dari kaki, telapak kaki, dada dan
perut, tangan serta muka, memberitahu ibu untuk menjaga asupan nutrisi dan
istirahat untuk memperlancar produksi ASI dan melakukan pendokumentasian
hasil kegiatan.
Penatalaksanaan ke IV tanggal 24 April 2022 jam 09.10 WIB pada kasus By.A
umur 2 bulan dengan pijat bayi rencana tindakan yang dilakukan yaitu :
memberitahu ibu hasil pemeriksaan bayinya, melakukan pijat bayi di damping
oleh bidan sesuai teknik pemijatan yang di mulai dari kaki, telapak kaki, dada dan
perut, tangan serta muka, memberitahu ibu untuk menjaga personal hygiene bayi
agar bayi tidak mudah sakit dan melakukan pendokumentasian hasil kegiatan
Penatalaksanaan ke V tanggal 26 April 2022 jam 09.10 WIB pada kasus By.A
umur 2 bulan dengan pijat bayi rencana tindakan yang dilakukan yaitu :
memberitahu ibu hasil pemeriksaan bayinya, melakukan pijat bayi di damping
oleh bidan sesuai teknik pemijatan yang di mulai dari kaki, telapak kaki, dada dan
perut, tangan serta muka, memberitahu ibu untuk tetap memberikan bayi ASI saja
tanpa tambahan makanan lainnya dan melakukan pendokumentasian hasil
kegiatan
Penatalaksanaan ke VI tanggal 29 April 2022 jam 09.10 WIB pada kasus By.A
umur 2 bulan dengan pijat bayi rencana tindakan yang dilakukan yaitu :
66

memberitahu ibu hasil pemeriksaan bayinya, melakukan pijat bayi di damping


oleh bidan sesuai teknik pemijatan yang di mulai dari kaki, telapak kaki, dada dan
perut, tangan serta muka, memberitahu ibu untuk mengonsumsi sayuran berwarna
hijau, telur, ikan, susu kedelai dan kacang – kacangan untuk memperbanyak
produksi ASI dan melakukan pendokumentasian hasil kegiatan
Penatalaksanaan ke VII tanggal 05 Mei 2022 jam 09.10 WIB pada kasus By.A
umur 2 bulan dengan pijat bayi rencana tindakan yang dilakukan yaitu :
memberitahu ibu hasil pemeriksaan bayinya, melakukan pijat bayi di damping
oleh bidan sesuai teknik pemijatan yang di mulai dari kaki, telapak kaki, dada dan
perut, tangan serta muka, memberitahu ibu untuk menyusui bayi setiap bayi
menginginkan.dan melakukan pendokumentasian hasil kegiatan
Penatalaksanaan ke VIII tanggal 07 Mei 2022 jam 09.10 WIB pada kasus By.A
umur 2 bulan dengan pijat bayi rencana tindakan yang dilakukan yaitu :
memberitahu ibu hasil pemeriksaan bayinya, melakukan pijat bayi di damping
oleh bidan sesuai teknik pemijatan yang di mulai dari kaki, telapak kaki, dada dan
perut, tangan serta muka, memberitahu ibu untuk menjaga asupan nutrisi dan
instirahat untuk memperlancar produksi ASI dan lakukan pendokumentasian hasil
kegiatan
Penatalaksanaan ke IX tanggal 10 Mei 2022 jam 09.10 WIB pada kasus By.A
umur 2 bulan dengan pijat bayi rencana tindakan yang dilakukan yaitu :
memberitahu ibu hasil pemeriksaan bayinya, melakukan pijat bayi di damping
oleh bidan sesuai teknik pemijatan yang di mulai dari kaki, telapak kaki, dada dan
perut, tangan serta muka, memberitahu ibu untuk menjaga personal hygiene bayi
agar bayi tidak mudah sakit dan melakukan pendokumentasian hasil kegiatan
Penatalaksanaan ke X tanggal 12 Mei 2022 jam 09.10 WIB pada kasus By.A
umur 2 bulan dengan pijat bayi rencana tindakan yang dilakukan yaitu :
memberitahu ibu hasil pemeriksaan bayinya, melakukan pijat bayi di damping
oleh bidan sesuai teknik pemijatan yang di mulai dari kaki, telapak kaki, dada dan
perut, tangan serta muka, memberitahu ibu untuk tetap memberikan bayi ASI saja
tanpa tambahan makanan lainnya dan melakukan pendokumentasian hasil
kegiatan
67

Penatalaksanaan ke XI 14 Mei 2022 jam 09.10 WIB pada kasus By.A umur 2
bulan dengan pijat bayi rencana tindakan yang dilakukan yaitu : memberitahu ibu
hasil pemeriksaan bayinya, melakukan pijat bayi di damping oleh bidan sesuai
teknik pemijatan yang di mulai dari kaki, telapak kaki, dada dan perut, tangan
serta muka, memberitahu ibu untuk menjaga asupan nutrisi dan instiraht untuk
memperlancar produksi ASI dan melakukan pendokumentasian hasil kegiatan
Penatalaksanaan ke XII tanggal 17 Mei 2022 jam 09.10 WIB pada kasus By.A
umur 2 bulan dengan pijat bayi rencana tindakan yang dilakukan yaitu :
memberitahu ibu hasil pemeriksaan bayinya, melakukan pijat bayi di damping
oleh bidan sesuai teknik pemijatan yang di mulai dari kaki, telapak kaki, dada dan
perut, tangan serta muka, memberitahu ibu untuk menyusui bayi setiap bayi
menginginkan dan melakukan pendokumentasian hasil kegiatan
Evaluasi
Evaluasi dalam melaksanakan pengkajian I didapatkan hasil keadaan umum bayi
baik, FJ : 120 x/menit, respirasi 30 x/menit, suhu 36,6℃, ibu sudah mengerti dan
mengetahui pijat bayi serta menyetujui informend consent. Hal tersebut sesuai
dengan penelitian Penelitian yang dilakukan oleh (Sirait 2021) tentang Pengaruh
Pijat Bayi Terhadap Peningkatan Berat Badan Bayi Umur 0-6 Bulan Di Klinik
Bersalin Kasih Bunda Medan Tahun 2021.
Evaluasi pengkajian II, III sampai XII terdapat beberapa perencaan yang
dihilangkan maupun ditambahkan, hal tersebut dilakukan karena pada pengkajian
II, III sampai XII di fokuskan untuk memberikan asuhan dalam pemberian pijat
bayi untuk meningkatkan berat badan, dan pada pengkajian II, III sampai XII
tidak ditemukan masalah. Hasil dari evaluasi pengkajian II, III sampai XII pada
asuhan kebidanan By.A umur 2 bulandengan pijat bayi untuk meningkatkan
berat badan sebanyak 3 kali dalam seminggu selama 1 bulan, evaluasi yang
diperoleh adalah keadaan umum bayi baik,FJ : 120 x/menit, respirasi 32 x/menit,
suhu 36,5℃, terjadi peningkatan berat badan sebanyak 850 gram dari berat badan
semula. Hasil dari kajian ini sejalan dengan teori yang mengatakan kenaikan berat
badan anak pada tahun pertama kehidupan apabila anak mendapat gizi yang baik
yaitu dari bayi lahir sampai 6 bulan pertama pertambahan berat badan setiap
68

minggu 140-200 gram. Berat badan bayi akan meningkat pada akhir 6 bulan
pertama. Sedangkan pada umur 6-12 bulan pertambahan berat badan berkisar
antara 85-400 gram. (Sugiharti 2018)
69

DAFTAR PUSTAKA

W. H. O. (2017). Global Youth Tobacco Survey: Indonesia. WHOSEARO.

Adriani, M. Bambang, W. (2014). Gizi dan Kesehatan Balita (Peranan Mikro


Zinc Pada Pertumbuhan Balita). Kencana.

Anjani, A. S., Dahlan, S., & Mayasari, S. (2019). Hubungan Tingkat Pendidikan
dan Tingkat penghasilan Orang Tua Terhadap Aspirasi. Jurnal Bimbingan
Konseling Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan.

Arikunto, S. (2019). Prosedur Penelitian. Rineka Cipta.

Behrman, R. . (2015). Nelson Ilmu Kesehatan Anak Ed.15th. EGC.

Darmanto, D. (2009). Respirologi (Respiratory Medicine). Buku Kedokteran.

Derrickson, B. H., Tortora, G. J. (2013). Principle of anatoomy and physiology,


14 edition. Wiley.

F, R. (2016). Hubungan Lingkungan dalam Rumah Terhadap ISPA pada baliata di


Kelurahan Ciputat Kota Tanggerang selatan. Kesehatan.

Fillacano, R. (2013). ‘Hubungan lingkungan dalam rumah terhadap ispa pada


balita di Kelurahan Ciputat Kota Tangerang Selatan’. Kesehatan.

Fuad. (2008). Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). EGC.

Gillham, B. (2010). Case study research methods. Continuum International


Publishing.

Hockenberry, M., Wilson, D. (2015). Wong’s nursing care of infants and


children. Elsevier.

Irianto, K. (2014). Gizi Seimbang dalam Kesehatan Reproduksi (Balanced


Nutrition in Reproductive Health). ALFABETA.

68
70

KEMENKES, R. (2017). Data dan Informasi Kesehatan Profil Kesehatan


Indonesia 2016. Kemenkes.

KEMENKES, R. (2018). Ini Penyebab Stunting Pada Anak. Kemenkes RI.


http://www.depkes.go.id/article/view/18052800006/ini-penyebabstunting -
pada-anak.html

KEMENKES, R. (2021). Laporan Kinerja Kementrian Kesehatan Tahun 2020.


Kemenkes.

Misnadiarly. (2009). Mengenal Penyakit Organ Cerna : Gastritis (Dyspepsia atau


Maag). Pustaka Populer OBDA.

Parthasarathy. (2013). Textbook of Pediatric Infectious Diseases. Jaypee Brothers


Medical Publishers.

Peate, I. Nair, M. (2017). Fundamentals Of Anatomy and Physiology For Nursing


and Healthcare Students.

Persagi. (1992). Penuntun Diet Anak. PT Gramedia Pustaka Utama.

Sherwood, L. (2010). Human Physiology From Cells to Systems. Yolanda Cossio.

Varney, H. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. EGC.

Zuriyah. (2015). Gambaran Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga Pada Kejadian


ISPA Balita di Pukesmas Bungal Kabupaten Gresik. UIN Syarif
Hidayatullah.

Anda mungkin juga menyukai