DI PUSKESMAS WAAI
Disusun oleh:
Nim : B2012009
AMBON 2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat dan rahmatNya sehingga
dapat terselesaikannya Laporan Tugas Akhir yang berjudu manajemen asuhan kebidanan pada
bayi "Rian" usia 1,2 bulan dengan ispa di puskesmas waai
Angka kematian bayi (Infant Mortality Rate) merupakan salah satu indikator penting dalam
menentukan tingkat kesehatan masyarakat karena dapat menggambarkan kesehatan penduduk
secara umum. Angka ini sangat sensitif terhadap perubahan tingkat kesehatan dan kesejahteraan.
Angka kematian bayi tersebut dapat didefenisikan sebagai kematian yang terjadi antara saat
setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun (BPS Indonesia, 2014)
Angka kematian bayi dan balita Indonesia adalah tertinggi di negara ASEAN. Penyebab angka
kesakitan dan kematian anak terbanyak saat ini masih diakibatkan oleh Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA). Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang
seringkali dilaporkan sebagai 10 penyakit utama di negara berkembang. Gejala yang sering
dijumpai adalah batuk, pilek dan kesukaran bernafas. Episode atau serangan batuk pada anak,
khususnya balita dalah 6 sampai 8 kali per tahun (Maryunani, 2010).
ISPA menempati urutan pertama penyakit yang diderita oleh bayi dan balita di indonesia.
Prevelansi ISPA di indonesia 25,5% dengan morbiditas pneumonia pada bayi 2,2% dan balita
3% sedangkan mortalitas pada bayi 23,8% dan balita 15,5% (Marni, 2014)
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah suatu kelompok penyakit yang menyerang
saluran pernapasan (Maryunani, 2010). Tanda dan gejala yang ringan biasanya diawali dengan
demam, batuk, hdiung tersumbat, dan sakit tenggorokan (Puskesmas Batua, 2009).
a. Tujuan Umum
mampu mempelajari, memahami dan menerapkan asuhan kebidanan pada balita sakit
dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Dengan 7 langkah varney
b. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan pengkajian data balita sakit pada bayi M umur 1,2 bulan dengan ISPA
ringan
b. Menginterpretasikan data meliputi diagnosa kebidanan, masalah, kebutuhan pada
kasus balita sakit pada bayi M umur 1,2 bulan dengan ISPA ringan
c. Menentukan diagnosa/masalah potensial balita sakit pada bayi M umur 1,2 bulan
dengan ISPA ringan.
d. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera balita sakit pada bayi M 1,2 bulan
dengan ISPA ringan.
e. Merencanakan asuhan kebidanan balita sakit pada bayi G umur 20 bulan dengan
ISPA ringan
f. Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan anak balita sakit pada bayi M umur 1,2
bulan dengan ISPA ringan.
g. Mengevaluasi efektifitas asuhan kebidanan balita sakit pada bayi umur 1,2 bulan
dengan ISPA ringan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Teori Medis
a. Pengertian Bayi
Bayi adalah seorang makhluk hidup yang belum lama lahir (Muchtar, 2002). Menurut
Soetjiningsih (2004), bayi adalah usia 0 bulan hingga 1 tahun. Bayi adalah individu yang lemah
dan memerlukan proses adaptasi. Bayi harus dapat melakukan 4 penyesuaian agar dapat tetap
hidup yaitu penyesuaian perubahan suhu, menghisap dan menelan, bernafas dan pembuangan
kotoran. Kesulitan penyesuaian atau adaptasi akan menyebabkan bayi mengalami penurunan
berat badan, keterlambatan perkembangan bahkan bisa sampai meniggal dunia (Mansur, 2009).
Usia perkembangan bayi terbagi 2 yaitu, neonatus sejak lahir sampai usia 28 hari dan
bayi dari usia 29 hari sampai 12 bulan (WHO, 2013). Sedangkan menurut Rusli (2013) bayi
adalah anak usia 0 sampai 12 bulan. Setiap bayi mengalami tahap pertumbuhan dan
perkembangan dalam masa hidupnya.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang berkesinambungan, bersifat kontinyu
dan pertumbuhan merupakan bagian dari proses perkembangan (Wong, 2009). Pertumbuhan
yang meliputi perubahan tinggi badan, berat badan.
b. Pengertian ISPA
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dalah penyakit saluran pernapasan atas atau
bawah, menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari
penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung
pada patogen penyebabnya, faktor lingkungan, dan faktor pejamu (WHO, 2007).
ISPA (infeksi saluran pernafasan akut) adalah infeksi akut yang melibatkan organ saluran
pernapasan bagian atas dan saluran pernafasan bagian bawah (Marni, 2014). ISPA atau infeksi
saluran pernafasan akut adalah suatu kelompok penyakit yang menyerang saluran pernafasan
(Maryunani, 2010).
ISPA adalah infeksi akut yang menyerang salah satu bagian/lebih dari saluran napas mulai
hidung sampai alveoli termasuk adneksanya (sinus, rongga telinga tengah, pleura) (Kemenkes,
2011).
d. Faktor resiko terjadinya ISPA Menurut Maryunani (2010), faktor resiko terjadinya
ISPA dibagi menjadi:
1) Faktor lingkungan
Pencemaran udara dalam rumahAsap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar
untuk memasak dengan konsentrasi tinggi dapat merusak mekanisme pertahan paru
sehingga akn memudahkan timbul nya ISPA.
Ventilasi Rumah Ventilasi yaitu proses penyediaan udara atau pengerahan udara ke
atau dari ruangan baik secara alami maupun cara mekanis. c) Kepadatan hunian
rumah Kepadatan hunian dalm rumah menurut keputusan menteri kesehatan nomor
829/MENKES/SK/VII/199 tentang persyaratan kesehatan rumah, satu orang minimal
menempati luas rumah 8 m.
e. Status imunisasi
Sebagian besar kematian ISPA berasal dari jenis ISPA yang berkembang dari penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi seperti difteri, pertusis, campak, maka peningkatan cakupan
imunisasi akan berperan besar dalam upaya pemberantasan ISPA.
3) Faktor perilaku Faktor perilaku dalam pencegahan dan penaggulangan penyakit ISPA pada
bayi dan balita dalam hal ini adalah praktek penangan ISPA di keluarga baik yang dilakukan ibu
ataupun anggota keluarga lainnya
f. Manifestasi Klinis
Umumnya penyakit infeksi saluran pernapasan akut biasanya ditandai dengan keluhan dan
gejala yang ringan, namun seiring berjalannya waktu, keluhan dan gejala yang ringan tersebut
bisa menjadi berat kalau tidak segera diatasi. Oleh sebab itu, jika anak/bayi sudah menunnjukan
gejala sakit ISPA, maka harus segera diobati agar tidak menjadi berat yang bisa menyebabkan
gagal napas atau bahkan kematian. Gejala yang ringan biasanya diawali dengan demam, batuk,
hidung tersumbat dan sakit tenggorokan (Marni, 2014).
1) Identitas Pasien
a) Nama: Identitas dimulai dengan nama pasien, yang harus jelas dan lengkap: nama depan,
nama tengah (bila ada), nama keluarga, dan nama panggilan akrabnya (Matondang, 2013).
b) Umur: Perlu diketahui mengingat periode usia anak (periode neonatus, bayi, prasekolah,
balita, sekolah, akil balik) mempunyai kekhasannya sendiri dalam morbiditas dan mortalitas
(Matondang, 2013). c) Jenis Kelamin: jenis kelamin sangat diperlukan, selain untuk identitas
juga untuk penilaian data pemeriksaan klinis, misalnya nilai-nilai baku, insidens seks,
penyakit-penyakit terangkai seks (Matondang, 2013).
d) Nama orang tua: Nama ayah, ibu, atau wali pasien harus dituliskan dengan jelas agar tidak
keliru dengan orang lain, mengingat banyak sekali nama yang sama (Matondang, 2013).
e) Alamat: Kejelasan alamat keluarga ini amat diperlukan agar sewaktu-waktu dapat
dihubungi (Matondang, 2013).
f) Agama: mengambarkan pola nilai spiritual dan keyakinan orang tua pasien, yang
merupakan pedoman hidup dan menjadi pegangan dalam mengambil keputusan
(Matondang, 2013).
g) Pendidikan: dilakukan untuk mengkaji keakuratan data yang diperoleh serta dapat ditentukan
pola pendekatan dalam anamnesis. Tingkat pendidikan orang tua juga berperan dalam
pemeriksaan penunjang dan penentuan tatalaksana pasien selanjutnya (Matondang, 2013).
h) Pekerjaan: dikaji untuk mengetahui kemampuan orang tua untuk membiayai perawatan bayi
(Matondang, 2013). 2) Keluhan Utama Keluhan utama yaitu keluhan atau gejala yang
menyebabkan pasien dibawa berobat (Matondang, 2013). Pada ISPA sedang bisa berupa
batuk pilek disertai nafasa cepat, pernafasan mengorok (mendengkur), tenggorokan merah
(Puskesmas Batua, 2009).
b) Pola istirahat atau tidur Dikaji untuk mengetahui beberapa lama klien tidur di malam dan
siang hari (Suliystyowati, 2011). Pada umumnya pasien ISPA pola istirahat berkurang
karena anak sering rewel dan gelisah.
c) Pola hygiene Dikaji untuk mengetahui tingkat kebiasaan yang dilakukan dalam perawatan
kebersihan diri (Sulistyowati, 2011).
d) Pola aktivitas Dikaji untuk mengetahui pola aktivitas sehari-hari klien. (Sulistyowati,
2011). Balita dengan ISPA sedang aktivitasnya menurun, kelihatan letih (Prabu, 2009).
e) Pola eliminasi Pengkajian tentang BAB dan BAK yang meliputi kondisi, frekuensi,
warnanya (Nursalam, 2009).
b ) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik adalah data yang dapat di observasi dan di lihat oleh tenaga kesehatan
(Nursalam, 2009).
1) Keadaan Umum Pemeriksaan fisik harus selalu dimulai dengan penilaian keadaan umum
pasien yang mencakup:
(1) kesan keadaan sakit, termasuk fasies dan posisi pasien;
(2) kesadaran;
(3)kesan status gizi. Dengan penilaian keadaan umum ini akan dapat diperoleh kesan apakah
pasien dalam keadaan distres akut yang memerlukan pertolongan segera, ataukah pasien
dalam keadaan yang relatif stabil sehingga pertolongan dapat diberikan setelah dilakukan
pemeriksaan fisis yang lengkap. (Matondang, 2013). Pada pasien ISPA keadaan umum
pernafasan lemah dan gerakan kurang aktif (Maryunani, 2010).
2) Kesadaran Untuk mengetahui tingkat kesadaran balita apakah composmentis (pasien
sadar sepenuhnya dan memberi respon yang adekuat terhadap semua stimulus yang
diberikan), apatik (pasien dalm keadaan sadar, tetapi acuh tak acuh terhadap keadaan
sekitarnya, ia akan memberi respon yang adekuat bila diberikan stimulasi), somnolen (yakni
tingkat kesadaran yang lebih rendah daripada apatik, pasien tampak mengantuk, selalu ingin
tidur,ia tidak responsif terhadap stimulasi ringan, tetapi masih memberikan respon terhadap
stimulus yang agak keras, kemudian tertidur lagi), sopor (pasien tidak memberikan respon
ringan maupun sedang, tetapi masih sedikit memberi respon terhadap stimulus yang kuat,
reflek pupil terhadap cahaya masih kuat), koma (pasien tidak dapat bereaksi terhadap
stimulus apapun, refleks pupil terhadap cahaya tidak ada, ini adalah tingkat kesadaran paling
rendah), (dekirium (keadaan kesadaran yang menurun serta kacau, biasanya disertai dengan
disorientasi, iritatif dan salah persepsi terhadap rangsangan sensorik sehingga sering terjadi
halusinasi) (Matondang, 2013). Pada ISPA sedang tingkat kesadaran Composmetis
(Matondang, 2013). 3) Tanda-tanda vital meliputi
c) Suhu demam
Hipertermia (Suhu tubuh >41C) dan hiportermi bila (Suhu tubuh <35C) (Matondang,
2013). Pada kasus ISPA suhu lebih dari 39⁰C (Puskesmas Batua, 2009).
d Antropometri
Menurut Hidayat (2008), Pemeriksaan Antropometri meliputi:
a) Lingkar kepala Untuk mengetahui pertumbuhan otak (Normal 31-35,5 cm)
b) Lingkar dada Untuk mengetahui keterlambatan pertumbuhan (normal 30,5 -33 cm)
c) Panjang badan untuk menilai status perbaikan gizi (Normal 48-53 cm)
d) Karakteristik pertumbuhan fisik balita Apakah perkembangannya normal atau tidak sesuai
dengan umumnya (Maryunani,2016).
e Pemeriksaan sistematis
1) Kulit Untuk mengetahui warna, temperature, kelembaban dan turgor (Matondang, 2013).
Pada kasus ISPA
2) Kepala
Dikaji untuk makrosefali, mikrosefali serta adakah kelainan (Matondang, 2013). Pada
balita dengan ISPA sedang yang disertai mal nutrisi mempunyai rambut yang jarang,
kemerahan, seperti rambut jagung dan mudah di cabut tanpa menyebabkan rasa sakit
(WHO, 2009).
3) Leher Dikaji untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar tyroid (Matondang, 2013).
Pada kasus balita dengan ISPA tenggorokan berwarna merah (Nelson, 2007)
4) Mata Dikaji untuk mengetahui kotoran dimata, merah muda sampai pucat, sklera putih dan
kelopak mata cekung bila disertai panas (Matondang, 2013).
5) Telinga Dikaji untuk diperiksa mulai dari daun telinga apakah bentuk, besar dan posisinya
normal (Matondang, 2013). Pada balita dengan ISPA sedang telinga sakit dan
mengeluarkan nanah dari lubang telinga (Nelson, 2007).
6) Hidung Dikaji untuk menilai bentuk dan ada atau tidaknya epistaksis (Matondang, 2013).
Pada balita dengan ISPA sedang kemungkinan pernafasan berbunyi seperti mengorok
(WHO, 2009).
7) Mulut Dikaji untuk mengetahui dan menilai ada tidaknya trismus (kesukaran membuka
mulut), peradangan gusi, kelainan pada lidah, keadaan gigi (Mufdlillah, 2009).
8) Dada Pada inspeksi umum pemeriksa melihat perubahan yang terjadi secara umum,
sehingga dapat diperoleh kesan keadaan umum pasien. (Matondang, 2013)
9) Perut Dikaji untuk mengetahui kembung, turgor baik sampai dengan buruk, cubitan kulit
kembali lambat. (Matondang, 2013)
11) Ekstremitas Dikaji untuk mengetahui ada atau tidaknya oedem yang merupakan tanda
sianosis (Matondang, 2013)
g. Pemeriksaan penunjang Untuk mendukung pemeriksaan yang tak dapat diketahui dengan
pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan laboratotorium serta terapi (Nursalam, 2013). Pada
kasus ISPA sedang dilakukan pemeriksaan foto rongten: thoraks dan pemeriksaan Laboratorium
darah lengkap: hemoglobin, hematokrit, kultur tenggorok, kadar protein C reaktif, tes antibody:
tes serologi untuk IgM atau peningkatan titer IgG mernunjukan infeksi oleh mycoplasma atau
chlamdyia (Marni, 2014).
Langkah II: Interpretasi Data Identifikasi yang benar terhadap diagnosis/masalah dan
kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar data-data yang telah
dikumpulkan. (Rismalinda,2014)
a Diagnosa kebidanan Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakan bidan dalam
lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar diagnosa kebidanan (Nursalam, 2013).
a) Masalah
Masalah adalah suatu pernyataan dari masalah/klien yang nyata atau potensial dan
membutuhkan rencana dan tindakan yang menyeluruh (Sulistyawati, 2012). Pada kasus ISPA
terjadi demam, batuk, hidung tersumbat dan sakit tenggorokan (Puskesmas Batua, 2009)
b) Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal yang dapat dikenali dari keadaan dan masalah yang digunakan untuk
menangani masalah pasien (Sulistyawati, 2012). Pada kasus ISPA kebutuhan yang dibutuhkan
adalah pemberian antibiotik seperti kotrimoksasol, ampisillin, amoksisillin, gentamisin,
sefotaksim, dan eritromisin (Marni, 2014).
Langkah III: Diagnosis Potensial Mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah diidentifikasi (Rismalinda,2014).
Diagnosa potensial yang muncul pada balita dengan ISPA yaitu akan menyebabkan terjadinya
bronhkitis, pneumonia, otitis media, sinusitis, gagal napas, cardiac arres, dan syok (Marni, 2014).
Langkah IV: Antisipasi Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter untuk
dikonsultasikan/ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lainnya sesuai dengan kondisi
klien (Rismalinda,2014). Antisipasi muncul jika diganosa potensial muncul kegawatdaruratan
yang memerlukan tindakan segera. Langkah yang perlu dilaksanakan yaitu: Pemberian terapi
tergantung keadaan pasien, pemberian obat antibiotik seperti kotrimoksasol, ampisillin,
amoksisillin, gentamisin, sefotaksim dan eritromisin (Marni, 2014).
Langkah V: Perencanaan Mengidentifikasi perencanaan menyeluruh yang merupakan
kelanjutan dari manajemen terhadap diagnosis/ masalah yang telah diidentifikasi/diantisipasi
(Rismalinda, 2014). Menurut Marni (2014), rencana yang diberikan kepada balita dengan ISPA
sedang adalah sebagai berikut: a. Suport Meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang
adekuat, pemberian multivitamin
b. Antibiotik Kotrimoksasol, ampisilin, amoksisilin, gentamisin, sefotaksim dan eritromisin.
Langkah VI: Pelaksanaan Rencana asuhan yang menyeluruh dilakukan secara efisien dan
aman (Rismalinda, 2014). Pelaksanaan kolaborasi dengan dokter spesialis anak di lakukan
berhubungan dengan diganosa (tanda dan gejala, masalah pada anak dengan ISPA sedang)
(WHO, 2007).
Langkah VII: Evaluasi Melakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan sesuai dengan kebutuhan sebagaimana yang telah teridentifikasi
didalam masalah dan diagnosis (Rismalinda,2014). Hasil evaluasi yang diharapkan pada Asuhan
anak dengan ISPA: a Pernafasan dalam batas normal b Anak istirahat dan tidur yang tenang
(Marni, 2014).
BAB III
TINJAUAN KASUS
No Register : --
Tanggal Kunjungan :17/03-2022
Tanggal Pengkajian :17/03-2022
1. Identitas anak
Nama : by. Rian
Umur : 1,2 bulan
JenisKelamin : Laki-laki
Tempat tanggal lahir : 01-01-2022
Nama : Ny.eri
Umur ; 34 thn Nama suami : Tn. Martin
Umur ; 36
Agama : kristen Agama : kristen
Suku : ambon/indonesia Suku ; ambon/Indonesia
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Alamat : waai Alamat : waai
Pekerjaan ; Ibu rumah tangga Pekerjaan :Ojek
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan anaknya sejak 3 hari yang lalu batuk, berlendir pilek dan badannya terasa
panas.
5 . Penyakit
a) Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatakan anaknya sudah batuk berlendir dan pilek kurang dri 3 hari
b) riwayat penyakit yang lalu
Ibu mengatakan sebelumnya anaknya tidak sakit
c) riwayat penyakit keluarga/menurun
Ibu mengatakan dalam keluarga baik bapak maupun ibu tidak ada yang mempunyai
penyakit menurun seperti asma, jantung, ginjal, hepatitis, hipertensi, DM dan penyakit
yang menular seperti TBC
6 . Riwayat Sosial
a. Yang Mengasuh:
Ibu mengatakan mengasuh sendiri anaknya dengan suami
b. Hubungan dengan keluarga:
Ibu mengatakan hubungan anak dengan anggota keluarga
sangat baik.
c. Hubungan dengan teman sebaya:
Ibu mengatakan anaknya belum mempunyai teman yang
sebaya dengannya.
d. Lingkungan rumah: Ibu mengatakan lingkungan rumah aman, letak rumah berdekatan
dengan rumah lainnya
Pola kebiasaan Sebelum sakit Selama sakit
nutrisi Frekuensi: 6x sehari Frekuensi: 5x sehari
Jenis makanan: sufor Jenis makanan: sufor
Istirahat/tidur Frekuensi: 5-6x sehari Frekuensi: 2-4x sehari
Lamanya tidur: 3jam Lamanya tidur: 30 menit
Personal Mandi: 2x sehari Mandi: 2x sehari
Higiene Gosok Gigi: tidak Gosok Gigi: tidak
Keramas: 2x sehari Keramas: 2x sehari
Ganti pakaian: 2x sehari Ganti pakaian: 2x sehari
Aktifitas aktif aktif
eliminasi BAK BAK:
Frekuensi: 3x sehari Frekuensi: 2xsehari
Warna: kuning jernih Warna: kuning jernih
Bau: khas Bau: khas
BAB BAB
- Frekuensi: 3xsehari - Frekuensi: 2x sehari
- Warna: coklat kekuningan - Warn: coklat kekuningan
- Bau: khas feses - Bau: khas feses
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum Keadaan umum:
kesadaran : baik
Status gizi : tidak dilakukan
Nadi : 130x/menit
Pernafasan : 70x/menit
Suhu ; 36,5
2. Pemeriksaan antropometri
PB : 55 cm
BB : 4,6 kg
LILA : 12cm
LK : 36 cm
LD : 32 cm
3. Pemeriksaan sistematis
a. Muka
Simetris. : Simetris
Pucat : tidak
b. Mata
Simetris : simetris
Conjugtiva : merah muda
Sklera : putih dan bersih
c. Telinga
Simetris. : simetris
Serumen. : tidak ada
Cairan. : Tidak ada d. Hidung
Simetris : simetris
Cairan. : Cairan berwarna bening
e. Mulut : Bibir berwarna merah muda, lidah bersih
Labioskiziz : tidak ada
Labiopalatoskiziz : tidak ada
f. Dada : Simetris
g. Perut Kembung : tidak
h. Bising usus. : tidak di lakukan pemeriksaan
i.Genetalia : tidak dilakukan pemeriksaan
j. Anus. : tidak dilakukan pemeriksaan
k. Ekstremitas
1. Tangan
Simetris. : simetris
Kelengkapan jari : lengkap
Kebersihan kuku : bersih
2. Kaki
Simetris : simetris
Kelengkapan jari : lengkap
Kebersihan kuku : bersih
4. Pemeriksaan tingkatperkembangan
Perkembanganmotorik kasar ;
By. Riandapat menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan
By M dapat mengangkat tangan ke arah mulut
By M dapat menendang saat posisi telentang
Perkembangan motorik hal :
By Rian dapat menggenggam benda-benda kecil yg diberikan Diberikan ibunya
Perkembangan bahasa :
By Rian menangis sebagai tanda lapar/menginginkan sesuatu
5. Pemeriksaan penunjang
Tanggal : 15 Februari
Pukul : 10.15 WIB
a. Diagnosa kebidanan
By. M umur 1,2 bulan dengan ISPA ringan
B. Data Obyektif :
Pneumonia.
a Suhu. : 36,5 °C
b Nadi. : 130 x/menit
c. Pernapasan : 80 x/menit
d. BB/TB : 4,6 kg/55 cm
e. LK/LILA. : 36cm/ 12 cm
f. a) Telign ; Kanan dan kiri simetris bersih tidak ada serume dan tdk ada cairan yg keluar.
g. b) Hidung : Hidung simetris, terdapat cairan/lendir berwarna jernih.
h. c) Mulut. : Bibir berwarna merah muda, lidah bersih, gusi tidak bengkak.
i. d) Dada. : tampak simetris.
j. e) Masalah ;Bayi batuk berlendir dan pilek
Memberitahu pada ibu tentang penyakit anaknya, bahwa anaknya mengalami ISPA’
Hasil ;
1. Pengkajian data didapatkan balita By Rian ISPA dengan tanda dan gejala meliputi batuk
berlendir dan pilek,
2. Interpretasi data didapatkan diagnosa kebidanan pada By Rian 1,2 bulan berupa masalah yang
muncul pada By. Rian adalah batuk berlendir dan pilek, Kebutuhan yang diperlukan adalah
beritahu ibu agar memberikan ASI pada anaknya
3. Diagnosa potensial yang ditetapkan yaitu pneumonia, tetapi karena adanya penanganan yang
intensif maka diagnosa potensial tersebut tidak terjadi.
4. Upaya antisipasi yaitu pemberian terapi oleh dokter untuk obat pilek dan obat batuk.
B. Saran
1. Ibu/masyarakat
Ibu dan keluarga diharapkan dapat mengenali tanda-tanda gejala ISPA supaya keluarga dapat
mengantisipasi sehingga tidak terjadi komplikasi lebih lanjut.
2. Bagi Profesi
Diharapkan bidan untuk lebih meningkatkan pemberian penyuluhan tentang perawatan balita
sakit dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) agar balita terhindar dari masalah yang
potensial terjadi.
3. Bagi Institusi
a. Puskesmas
Diharapkan agar puskesmas untuk tetap menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan dalam
memberikan asuhan yang optimal pada balita sakit dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA) Ringan.
b. Pendidikan
Diharapkan agar lebih melengkapi/menambah referensi tentang ISPA ringan
DAFTAR PUSTAKA
Hartono, dkk. 2012. Gangguan Pernafasan Pada Anak. Yogjakarta: Nuha Medika
Hidayat, A.A.A. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk PendidikanKebidanan. Jakarta:
Salemba Medika
Marni, S. Kep., Ns, M Kes. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit Dengan Gangguan
Pernafasan.Yogyakarta: Gosyen Publisihing.
Maryunani, A. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta: TIM Bogor: In Media
Matondang, Dkk. 2013. Diagnosis Fisik Pada Anak. Edisi 5. Jakarta: CV Sagungseta
Menkes RI, 2008. Standar Profesi Bidan. Jakarta: Depkes RI.