Anda di halaman 1dari 22

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI "Rian"

USIA 1,2 BULAN DENGAN ISPA RINGAN

DI PUSKESMAS WAAI

Laporan Praktik Klinik Kebidanan 1

Disusun oleh:

Nama :Lisa Serly Sakeus

Nim : B2012009

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PASAPUA

AMBON 2022/2023
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat dan rahmatNya sehingga
dapat terselesaikannya Laporan Tugas Akhir yang berjudu manajemen asuhan kebidanan pada
bayi "Rian" usia 1,2 bulan dengan ispa di puskesmas waai

Angka kematian bayi (Infant Mortality Rate) merupakan salah satu indikator penting dalam
menentukan tingkat kesehatan masyarakat karena dapat menggambarkan kesehatan penduduk
secara umum. Angka ini sangat sensitif terhadap perubahan tingkat kesehatan dan kesejahteraan.
Angka kematian bayi tersebut dapat didefenisikan sebagai kematian yang terjadi antara saat
setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun (BPS Indonesia, 2014)

Angka kematian bayi dan balita Indonesia adalah tertinggi di negara ASEAN. Penyebab angka
kesakitan dan kematian anak terbanyak saat ini masih diakibatkan oleh Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA). Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang
seringkali dilaporkan sebagai 10 penyakit utama di negara berkembang. Gejala yang sering
dijumpai adalah batuk, pilek dan kesukaran bernafas. Episode atau serangan batuk pada anak,
khususnya balita dalah 6 sampai 8 kali per tahun (Maryunani, 2010).

ISPA menempati urutan pertama penyakit yang diderita oleh bayi dan balita di indonesia.
Prevelansi ISPA di indonesia 25,5% dengan morbiditas pneumonia pada bayi 2,2% dan balita
3% sedangkan mortalitas pada bayi 23,8% dan balita 15,5% (Marni, 2014)

ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah suatu kelompok penyakit yang menyerang
saluran pernapasan (Maryunani, 2010). Tanda dan gejala yang ringan biasanya diawali dengan
demam, batuk, hdiung tersumbat, dan sakit tenggorokan (Puskesmas Batua, 2009).
a. Tujuan Umum
mampu mempelajari, memahami dan menerapkan asuhan kebidanan pada balita sakit
dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Dengan 7 langkah varney

b. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan pengkajian data balita sakit pada bayi M umur 1,2 bulan dengan ISPA
ringan
b. Menginterpretasikan data meliputi diagnosa kebidanan, masalah, kebutuhan pada
kasus balita sakit pada bayi M umur 1,2 bulan dengan ISPA ringan
c. Menentukan diagnosa/masalah potensial balita sakit pada bayi M umur 1,2 bulan
dengan ISPA ringan.
d. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera balita sakit pada bayi M 1,2 bulan
dengan ISPA ringan.
e. Merencanakan asuhan kebidanan balita sakit pada bayi G umur 20 bulan dengan
ISPA ringan
f. Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan anak balita sakit pada bayi M umur 1,2
bulan dengan ISPA ringan.
g. Mengevaluasi efektifitas asuhan kebidanan balita sakit pada bayi umur 1,2 bulan
dengan ISPA ringan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Teori Medis
a. Pengertian Bayi
Bayi adalah seorang makhluk hidup yang belum lama lahir (Muchtar, 2002). Menurut
Soetjiningsih (2004), bayi adalah usia 0 bulan hingga 1 tahun. Bayi adalah individu yang lemah
dan memerlukan proses adaptasi. Bayi harus dapat melakukan 4 penyesuaian agar dapat tetap
hidup yaitu penyesuaian perubahan suhu, menghisap dan menelan, bernafas dan pembuangan
kotoran. Kesulitan penyesuaian atau adaptasi akan menyebabkan bayi mengalami penurunan
berat badan, keterlambatan perkembangan bahkan bisa sampai meniggal dunia (Mansur, 2009).
Usia perkembangan bayi terbagi 2 yaitu, neonatus sejak lahir sampai usia 28 hari dan
bayi dari usia 29 hari sampai 12 bulan (WHO, 2013). Sedangkan menurut Rusli (2013) bayi
adalah anak usia 0 sampai 12 bulan. Setiap bayi mengalami tahap pertumbuhan dan
perkembangan dalam masa hidupnya.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang berkesinambungan, bersifat kontinyu
dan pertumbuhan merupakan bagian dari proses perkembangan (Wong, 2009). Pertumbuhan
yang meliputi perubahan tinggi badan, berat badan.

b. Pengertian ISPA
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dalah penyakit saluran pernapasan atas atau
bawah, menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari
penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung
pada patogen penyebabnya, faktor lingkungan, dan faktor pejamu (WHO, 2007).
ISPA (infeksi saluran pernafasan akut) adalah infeksi akut yang melibatkan organ saluran
pernapasan bagian atas dan saluran pernafasan bagian bawah (Marni, 2014). ISPA atau infeksi
saluran pernafasan akut adalah suatu kelompok penyakit yang menyerang saluran pernafasan
(Maryunani, 2010).
ISPA adalah infeksi akut yang menyerang salah satu bagian/lebih dari saluran napas mulai
hidung sampai alveoli termasuk adneksanya (sinus, rongga telinga tengah, pleura) (Kemenkes,
2011).

c. Gejala dan tanda ISPA


Tanda dan gejala penyakit infeksi saluran pernafasan dapat berupa batuk, kesulitan
bernafas, sakit tenggorokan, pilek, demam, dan sakit kepala tidak memerlukan pengobatan
dengan antibiotik. Namun sebagian anak yang menderita radang paru (pneumonia), bila infeksi
ini tidak segera diobati dengan antibiotik maka akan menyebabkan kematian.15 Gejala-gejala
ISPA antara lain:
1. Gejala ISPA Ringan Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan
gejala-gejala sebagai berikut: Batuk, sesak yaitu anak bersuara parau pada waktu
mengeluarkan suara (misalnya pada waktu bicara atau menangis), pilek adalah
mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung, panas atau demam dengan suhu tubuh lebih
dari 37⁰C atau jika dahi anak diraba dengan punggung tangan terasa panas.
2. Gejala ISPA Sedang. Tanda dan gejala ISPA sedang meliputi tanda dan gejala pada ISPA
ringan ditambah satu atau lebih tanda dan gejala seperti pernafasan yang lebih cepat
(lebih dari 50 kali per menit), wheezing (nafas menciut-ciut), dan panas 390C atau lebih.
Tanda dan gejala lainnya antara lain sakit telinga, keluarnya cairan dari telinga yang
belum lebih dari dua minggu, sakit campak.
3. Gejala ISPA Berat
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat gejala sebagai berikut: bibir atau kulit
membiru, lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernapas,
anak tidak sadar atau kesadarannya menurun, pernapasan berbunyi mengorok dan anak
tampak gelisah, pernapasan berbunyi menciut dan anak tampak gelisah, nadi cepat lebih
dari 60 kali/menit atau tidak teraba, tenggorokan berwarna merah.

d. Faktor resiko terjadinya ISPA Menurut Maryunani (2010), faktor resiko terjadinya
ISPA dibagi menjadi:
1) Faktor lingkungan
 Pencemaran udara dalam rumahAsap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar
untuk memasak dengan konsentrasi tinggi dapat merusak mekanisme pertahan paru
sehingga akn memudahkan timbul nya ISPA.
 Ventilasi Rumah Ventilasi yaitu proses penyediaan udara atau pengerahan udara ke
atau dari ruangan baik secara alami maupun cara mekanis. c) Kepadatan hunian
rumah Kepadatan hunian dalm rumah menurut keputusan menteri kesehatan nomor
829/MENKES/SK/VII/199 tentang persyaratan kesehatan rumah, satu orang minimal
menempati luas rumah 8 m.

2) Faktor individu anak


 Umur anak Sejumlah studi yang besar menunjukan bahwa insiden penyakit
pernafasan oleh virus melonjak pada bayi dan usia dini anak-anak dan tetap menurun
terhadap usia.
 Berat badan lahir Berat badan lahir menentukan pertumbuhan dan perkembangan
fisik dan mental pada masa balita.
 Status gizi Masukan zat-zat gizi yang diperoleh pada tahap perumbuhan dan
perkembangan anak dipengaruhi oleh: umur, keadaan fisik, kosndisi kesehatannya,
Kesehatan fisiologis pencernaanya, tersedianya makanan dan aktivitas dari sel anak
itu sendiri.
 Vitamin A Balita yang mendapat vitamin A lebih dari 6 bulan sebelum sakit maupun
yang tidak pernah mendapatkanya adalah sebagai resiko terjadinya suatu penyakit
sebesar 96,6% pada kelompok kasus dan 93,5% pada kelompok kontrol.

e. Status imunisasi
Sebagian besar kematian ISPA berasal dari jenis ISPA yang berkembang dari penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi seperti difteri, pertusis, campak, maka peningkatan cakupan
imunisasi akan berperan besar dalam upaya pemberantasan ISPA.

3) Faktor perilaku Faktor perilaku dalam pencegahan dan penaggulangan penyakit ISPA pada
bayi dan balita dalam hal ini adalah praktek penangan ISPA di keluarga baik yang dilakukan ibu
ataupun anggota keluarga lainnya
f. Manifestasi Klinis
Umumnya penyakit infeksi saluran pernapasan akut biasanya ditandai dengan keluhan dan
gejala yang ringan, namun seiring berjalannya waktu, keluhan dan gejala yang ringan tersebut
bisa menjadi berat kalau tidak segera diatasi. Oleh sebab itu, jika anak/bayi sudah menunnjukan
gejala sakit ISPA, maka harus segera diobati agar tidak menjadi berat yang bisa menyebabkan
gagal napas atau bahkan kematian. Gejala yang ringan biasanya diawali dengan demam, batuk,
hidung tersumbat dan sakit tenggorokan (Marni, 2014).

B. Teori Asuhan Kebidanan


1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis sistematis. Oleh karena
itu manajemen kebidanan merupakan alur fikir bagi seseorang bidan dalam memberikan
arah/kerangka dalam menangani kasus yang menjadi tanggung jawabnya (Nursalam, 2008).
Sedangkan menurut Rismalinda (2014), Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan
masalah dengan pengorganisasian, pemikiran dan tindakan-tindakan yang logis dan
menguntungkan baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan

2. Proses Asuhan Kebidanan


Langkah 1 : Pengumpulan Data Dasar Mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien (Rismalinda,2014)
a. Anamnesa
Anamnesa adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara (Matondang, 2013).

1) Identitas Pasien
a) Nama: Identitas dimulai dengan nama pasien, yang harus jelas dan lengkap: nama depan,
nama tengah (bila ada), nama keluarga, dan nama panggilan akrabnya (Matondang, 2013).
b) Umur: Perlu diketahui mengingat periode usia anak (periode neonatus, bayi, prasekolah,
balita, sekolah, akil balik) mempunyai kekhasannya sendiri dalam morbiditas dan mortalitas
(Matondang, 2013). c) Jenis Kelamin: jenis kelamin sangat diperlukan, selain untuk identitas
juga untuk penilaian data pemeriksaan klinis, misalnya nilai-nilai baku, insidens seks,
penyakit-penyakit terangkai seks (Matondang, 2013).
d) Nama orang tua: Nama ayah, ibu, atau wali pasien harus dituliskan dengan jelas agar tidak
keliru dengan orang lain, mengingat banyak sekali nama yang sama (Matondang, 2013).
e) Alamat: Kejelasan alamat keluarga ini amat diperlukan agar sewaktu-waktu dapat
dihubungi (Matondang, 2013).
f) Agama: mengambarkan pola nilai spiritual dan keyakinan orang tua pasien, yang
merupakan pedoman hidup dan menjadi pegangan dalam mengambil keputusan
(Matondang, 2013).
g) Pendidikan: dilakukan untuk mengkaji keakuratan data yang diperoleh serta dapat ditentukan
pola pendekatan dalam anamnesis. Tingkat pendidikan orang tua juga berperan dalam
pemeriksaan penunjang dan penentuan tatalaksana pasien selanjutnya (Matondang, 2013).
h) Pekerjaan: dikaji untuk mengetahui kemampuan orang tua untuk membiayai perawatan bayi
(Matondang, 2013). 2) Keluhan Utama Keluhan utama yaitu keluhan atau gejala yang
menyebabkan pasien dibawa berobat (Matondang, 2013). Pada ISPA sedang bisa berupa
batuk pilek disertai nafasa cepat, pernafasan mengorok (mendengkur), tenggorokan merah
(Puskesmas Batua, 2009).

3. Riwayat Kesehatan yang lalu


a) Riwayat Imunisasi Status imunisasi pasien, baik imunisasi dasar maupun imunisasi
ulangan (boster) harus secara rutin ditanyakan, khususnya imunisasi BCG, DPT, Polio,
Campak, dan Hepatitis-B. Hal-hal tersebut, di samping diperlukan untuk mengetahui
status perlindungan pediatrik yang diperoleh, mungkin dapat membantu diagnosis pada
beberapa keadaan tertentu (Matondang, 2013).
b) Riwayat kesehatan keluarga
Terdapatnya perkawinan dengan keluarga dekat antara ayah dan ibu, terdapatnya
penyakit tertentu pada keluarga (stigmata alergi, penyakit kardiovaskular, diabetes
melitus, atau penyakit keganasan, epilepsi dan lain-lain) perlu ditanyakan, sebab mungkin
berhubungan dengan masalah kesehatan yang dihadapi sekarang (Matondang, 2013).
c) Riwayat penyakit yang lalu
Dikaji untuk mengetahui riwayat penyakit yang lalu seperti penyakit batuk, pilek dan
demam (Matondang, 2013).
d) Riwayat penyakit sekarang Dikaji untuk mengetahui apakah anak mengalami demam
(Nursalam, 2007).

4) Pola kebiasaan sehari-hari


a) Nafsu Makan
Dikaji untuk memperoleh keterangan tentang makanan yang dikonsumsi oleh anak.
(Matondang, 2013). pada kasus balita dengan ISPA sedang pola makan berkurang pola
makan dan minum yang harus diberikan adalah makanan yang mudah dicerna dan
tidak merangsang (tidak pedas), usahakan makan sedikit tapi sering, pola minumnya 8-9
gelas atau sekitar 1,5 liter/hari (Hidayat, 2008).

b) Pola istirahat atau tidur Dikaji untuk mengetahui beberapa lama klien tidur di malam dan
siang hari (Suliystyowati, 2011). Pada umumnya pasien ISPA pola istirahat berkurang
karena anak sering rewel dan gelisah.
c) Pola hygiene Dikaji untuk mengetahui tingkat kebiasaan yang dilakukan dalam perawatan
kebersihan diri (Sulistyowati, 2011).
d) Pola aktivitas Dikaji untuk mengetahui pola aktivitas sehari-hari klien. (Sulistyowati,
2011). Balita dengan ISPA sedang aktivitasnya menurun, kelihatan letih (Prabu, 2009).
e) Pola eliminasi Pengkajian tentang BAB dan BAK yang meliputi kondisi, frekuensi,
warnanya (Nursalam, 2009).

b ) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik adalah data yang dapat di observasi dan di lihat oleh tenaga kesehatan
(Nursalam, 2009).
1) Keadaan Umum Pemeriksaan fisik harus selalu dimulai dengan penilaian keadaan umum
pasien yang mencakup:
(1) kesan keadaan sakit, termasuk fasies dan posisi pasien;
(2) kesadaran;
(3)kesan status gizi. Dengan penilaian keadaan umum ini akan dapat diperoleh kesan apakah
pasien dalam keadaan distres akut yang memerlukan pertolongan segera, ataukah pasien
dalam keadaan yang relatif stabil sehingga pertolongan dapat diberikan setelah dilakukan
pemeriksaan fisis yang lengkap. (Matondang, 2013). Pada pasien ISPA keadaan umum
pernafasan lemah dan gerakan kurang aktif (Maryunani, 2010).
2) Kesadaran Untuk mengetahui tingkat kesadaran balita apakah composmentis (pasien
sadar sepenuhnya dan memberi respon yang adekuat terhadap semua stimulus yang
diberikan), apatik (pasien dalm keadaan sadar, tetapi acuh tak acuh terhadap keadaan
sekitarnya, ia akan memberi respon yang adekuat bila diberikan stimulasi), somnolen (yakni
tingkat kesadaran yang lebih rendah daripada apatik, pasien tampak mengantuk, selalu ingin
tidur,ia tidak responsif terhadap stimulasi ringan, tetapi masih memberikan respon terhadap
stimulus yang agak keras, kemudian tertidur lagi), sopor (pasien tidak memberikan respon
ringan maupun sedang, tetapi masih sedikit memberi respon terhadap stimulus yang kuat,
reflek pupil terhadap cahaya masih kuat), koma (pasien tidak dapat bereaksi terhadap
stimulus apapun, refleks pupil terhadap cahaya tidak ada, ini adalah tingkat kesadaran paling
rendah), (dekirium (keadaan kesadaran yang menurun serta kacau, biasanya disertai dengan
disorientasi, iritatif dan salah persepsi terhadap rangsangan sensorik sehingga sering terjadi
halusinasi) (Matondang, 2013). Pada ISPA sedang tingkat kesadaran Composmetis
(Matondang, 2013). 3) Tanda-tanda vital meliputi

a) Denyut nadi Frekuensi nadi, normal: 60-100 kali/menit


b) Pernafasan Frekuensi pernafasan, normal (16-24 kali/menit) (Astuti, 2012). Pada kasus
ISPA sesuai umur frekuensi nafas 40 kali per menit atau lebih pada anak usia 1-5 tahun,
50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang 1 tahun, dan 60 kali
per menit atau lebih pada anak kurang dari 2 bulan (Maryunani, 2010).

c) Suhu demam
Hipertermia (Suhu tubuh >41C) dan hiportermi bila (Suhu tubuh <35C) (Matondang,
2013). Pada kasus ISPA suhu lebih dari 39⁰C (Puskesmas Batua, 2009).

d Antropometri
Menurut Hidayat (2008), Pemeriksaan Antropometri meliputi:
a) Lingkar kepala Untuk mengetahui pertumbuhan otak (Normal 31-35,5 cm)
b) Lingkar dada Untuk mengetahui keterlambatan pertumbuhan (normal 30,5 -33 cm)
c) Panjang badan untuk menilai status perbaikan gizi (Normal 48-53 cm)
d) Karakteristik pertumbuhan fisik balita Apakah perkembangannya normal atau tidak sesuai
dengan umumnya (Maryunani,2016).

e Pemeriksaan sistematis
1) Kulit Untuk mengetahui warna, temperature, kelembaban dan turgor (Matondang, 2013).
Pada kasus ISPA
2) Kepala
Dikaji untuk makrosefali, mikrosefali serta adakah kelainan (Matondang, 2013). Pada
balita dengan ISPA sedang yang disertai mal nutrisi mempunyai rambut yang jarang,
kemerahan, seperti rambut jagung dan mudah di cabut tanpa menyebabkan rasa sakit
(WHO, 2009).
3) Leher Dikaji untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar tyroid (Matondang, 2013).
Pada kasus balita dengan ISPA tenggorokan berwarna merah (Nelson, 2007)
4) Mata Dikaji untuk mengetahui kotoran dimata, merah muda sampai pucat, sklera putih dan
kelopak mata cekung bila disertai panas (Matondang, 2013).
5) Telinga Dikaji untuk diperiksa mulai dari daun telinga apakah bentuk, besar dan posisinya
normal (Matondang, 2013). Pada balita dengan ISPA sedang telinga sakit dan
mengeluarkan nanah dari lubang telinga (Nelson, 2007).
6) Hidung Dikaji untuk menilai bentuk dan ada atau tidaknya epistaksis (Matondang, 2013).
Pada balita dengan ISPA sedang kemungkinan pernafasan berbunyi seperti mengorok
(WHO, 2009).
7) Mulut Dikaji untuk mengetahui dan menilai ada tidaknya trismus (kesukaran membuka
mulut), peradangan gusi, kelainan pada lidah, keadaan gigi (Mufdlillah, 2009).
8) Dada Pada inspeksi umum pemeriksa melihat perubahan yang terjadi secara umum,
sehingga dapat diperoleh kesan keadaan umum pasien. (Matondang, 2013)
9) Perut Dikaji untuk mengetahui kembung, turgor baik sampai dengan buruk, cubitan kulit
kembali lambat. (Matondang, 2013)
11) Ekstremitas Dikaji untuk mengetahui ada atau tidaknya oedem yang merupakan tanda
sianosis (Matondang, 2013)

f. Pemeriksaan tingkat perkembangan balita


1) Motorik kasar
a. Gerakan motorik kasar
1. Mulai mengangkat kepala sambil posisi tengkurap dalam waktu sebentar. Beberapa
mungkin bisa menggerakkan kepala ke samping.
2. Mencoba menggerakkan kepala dari satu sisi ke sisi lain atau melawan gravitasi.
3. Menggerakkan anggota tubuh secara spasmodis saat berbaring telentang.
4. Mulai mengangkat tangan ke arah mata dan mulut.
5. Menendang kaki saat posisi telentang atau tengkurap.

b. Gerakan motorik halus


1. Respons memegang secara singkat atau sudah mampu menggenggam mainan yang
disodorkan ke tangannya. Namun, bisa terjatuh tanpa disengaja.
2. Mampu melacak objek bergerak dengan gerakan lambat.
3. Memiliki respons visual pada objek yang ada di tangannya.
4. Perkembangan bahasa
Mengenali berbagai suara, Menangis sebagai bentuk komunikasi untuk segala kebutuhan
Perbedaan suara tangis untuk kebutuhan atau keluhan tertentu, terkejut ketika mendengar
suara keras

g. Pemeriksaan penunjang Untuk mendukung pemeriksaan yang tak dapat diketahui dengan
pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan laboratotorium serta terapi (Nursalam, 2013). Pada
kasus ISPA sedang dilakukan pemeriksaan foto rongten: thoraks dan pemeriksaan Laboratorium
darah lengkap: hemoglobin, hematokrit, kultur tenggorok, kadar protein C reaktif, tes antibody:
tes serologi untuk IgM atau peningkatan titer IgG mernunjukan infeksi oleh mycoplasma atau
chlamdyia (Marni, 2014).

Langkah II: Interpretasi Data Identifikasi yang benar terhadap diagnosis/masalah dan
kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar data-data yang telah
dikumpulkan. (Rismalinda,2014)

a Diagnosa kebidanan Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakan bidan dalam
lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar diagnosa kebidanan (Nursalam, 2013).

Anak Rian Umur 1,2 bulan dengan ISPA Data subyektif


1) Ibu mengatakan umur bayi 1,2 bulan
2) Ibu mengatakan balitanya berjenis kelamin laki-laki
3) Ibu mengatakan balitanya batuk berlendir dan pilek

Menurut Rismalinda (2014), data obyektif meliputi:


1) Keadaan umum: baik
2) Kesadaran: Composmetis
3) Pernafasan 80x/menit
4) Suhu 36,5⁰C

a) Masalah
Masalah adalah suatu pernyataan dari masalah/klien yang nyata atau potensial dan
membutuhkan rencana dan tindakan yang menyeluruh (Sulistyawati, 2012). Pada kasus ISPA
terjadi demam, batuk, hidung tersumbat dan sakit tenggorokan (Puskesmas Batua, 2009)

b) Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal yang dapat dikenali dari keadaan dan masalah yang digunakan untuk
menangani masalah pasien (Sulistyawati, 2012). Pada kasus ISPA kebutuhan yang dibutuhkan
adalah pemberian antibiotik seperti kotrimoksasol, ampisillin, amoksisillin, gentamisin,
sefotaksim, dan eritromisin (Marni, 2014).
Langkah III: Diagnosis Potensial Mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah diidentifikasi (Rismalinda,2014).
Diagnosa potensial yang muncul pada balita dengan ISPA yaitu akan menyebabkan terjadinya
bronhkitis, pneumonia, otitis media, sinusitis, gagal napas, cardiac arres, dan syok (Marni, 2014).

Langkah IV: Antisipasi Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter untuk
dikonsultasikan/ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lainnya sesuai dengan kondisi
klien (Rismalinda,2014). Antisipasi muncul jika diganosa potensial muncul kegawatdaruratan
yang memerlukan tindakan segera. Langkah yang perlu dilaksanakan yaitu: Pemberian terapi
tergantung keadaan pasien, pemberian obat antibiotik seperti kotrimoksasol, ampisillin,
amoksisillin, gentamisin, sefotaksim dan eritromisin (Marni, 2014).
Langkah V: Perencanaan Mengidentifikasi perencanaan menyeluruh yang merupakan
kelanjutan dari manajemen terhadap diagnosis/ masalah yang telah diidentifikasi/diantisipasi
(Rismalinda, 2014). Menurut Marni (2014), rencana yang diberikan kepada balita dengan ISPA
sedang adalah sebagai berikut: a. Suport Meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang
adekuat, pemberian multivitamin
b. Antibiotik Kotrimoksasol, ampisilin, amoksisilin, gentamisin, sefotaksim dan eritromisin.

Langkah VI: Pelaksanaan Rencana asuhan yang menyeluruh dilakukan secara efisien dan
aman (Rismalinda, 2014). Pelaksanaan kolaborasi dengan dokter spesialis anak di lakukan
berhubungan dengan diganosa (tanda dan gejala, masalah pada anak dengan ISPA sedang)
(WHO, 2007).

Langkah VII: Evaluasi Melakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan sesuai dengan kebutuhan sebagaimana yang telah teridentifikasi
didalam masalah dan diagnosis (Rismalinda,2014). Hasil evaluasi yang diharapkan pada Asuhan
anak dengan ISPA: a Pernafasan dalam batas normal b Anak istirahat dan tidur yang tenang
(Marni, 2014).
BAB III
TINJAUAN KASUS

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI "Rian" USIA 1,2 BULAN


DENGAN ISPA DI PUSKESMAS WAAi

No Register : --
Tanggal Kunjungan :17/03-2022
Tanggal Pengkajian :17/03-2022

A. LANGKAH I IDENTIFIKASI DATA DASAR


Data Subyektif (Anamnesa)

1. Identitas anak
Nama : by. Rian
Umur : 1,2 bulan
JenisKelamin : Laki-laki
Tempat tanggal lahir : 01-01-2022

1 . Identitas/biodata Nama pasien/klien

Nama : Ny.eri
Umur ; 34 thn Nama suami : Tn. Martin
Umur ; 36
Agama : kristen Agama : kristen
Suku : ambon/indonesia Suku ; ambon/Indonesia
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Alamat : waai Alamat : waai
Pekerjaan ; Ibu rumah tangga Pekerjaan :Ojek

2. Keluhan utama
Ibu mengatakan anaknya sejak 3 hari yang lalu batuk, berlendir pilek dan badannya terasa
panas.

3. Riwayat kesehatan anak


1) Pemberian Nutrisi ASI tidak diberikan
PASI : susu formula
MP-ASI : belum diberikan
2) Alergi : tidak ada
4. Imunisasi

Imunisasi tgl tgl tgl


BCG 17/03-2022
Hepatitis --- -- --
DPT ---
Polio ---
Campak --

5 . Penyakit
a) Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatakan anaknya sudah batuk berlendir dan pilek kurang dri 3 hari
b) riwayat penyakit yang lalu
Ibu mengatakan sebelumnya anaknya tidak sakit
c) riwayat penyakit keluarga/menurun
Ibu mengatakan dalam keluarga baik bapak maupun ibu tidak ada yang mempunyai
penyakit menurun seperti asma, jantung, ginjal, hepatitis, hipertensi, DM dan penyakit
yang menular seperti TBC

6 . Riwayat Sosial
a. Yang Mengasuh:
Ibu mengatakan mengasuh sendiri anaknya dengan suami
b. Hubungan dengan keluarga:
Ibu mengatakan hubungan anak dengan anggota keluarga
sangat baik.
c. Hubungan dengan teman sebaya:
Ibu mengatakan anaknya belum mempunyai teman yang
sebaya dengannya.
d. Lingkungan rumah: Ibu mengatakan lingkungan rumah aman, letak rumah berdekatan
dengan rumah lainnya
Pola kebiasaan Sebelum sakit Selama sakit
nutrisi Frekuensi: 6x sehari Frekuensi: 5x sehari
Jenis makanan: sufor Jenis makanan: sufor
Istirahat/tidur Frekuensi: 5-6x sehari Frekuensi: 2-4x sehari
Lamanya tidur: 3jam Lamanya tidur: 30 menit
Personal Mandi: 2x sehari Mandi: 2x sehari
Higiene Gosok Gigi: tidak Gosok Gigi: tidak
Keramas: 2x sehari Keramas: 2x sehari
Ganti pakaian: 2x sehari Ganti pakaian: 2x sehari
Aktifitas aktif aktif
eliminasi BAK BAK:
Frekuensi: 3x sehari Frekuensi: 2xsehari
Warna: kuning jernih Warna: kuning jernih
Bau: khas Bau: khas
BAB BAB
- Frekuensi: 3xsehari - Frekuensi: 2x sehari
- Warna: coklat kekuningan - Warn: coklat kekuningan
- Bau: khas feses - Bau: khas feses

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum Keadaan umum:

kesadaran : baik
Status gizi : tidak dilakukan
Nadi : 130x/menit
Pernafasan : 70x/menit
Suhu ; 36,5

2. Pemeriksaan antropometri
PB : 55 cm
BB : 4,6 kg
LILA : 12cm
LK : 36 cm
LD : 32 cm
3. Pemeriksaan sistematis
a. Muka
Simetris. : Simetris
Pucat : tidak
b. Mata
Simetris : simetris
Conjugtiva : merah muda
Sklera : putih dan bersih
c. Telinga
Simetris. : simetris
Serumen. : tidak ada
Cairan. : Tidak ada d. Hidung
Simetris : simetris
Cairan. : Cairan berwarna bening
e. Mulut : Bibir berwarna merah muda, lidah bersih
Labioskiziz : tidak ada
Labiopalatoskiziz : tidak ada
f. Dada : Simetris
g. Perut Kembung : tidak
h. Bising usus. : tidak di lakukan pemeriksaan
i.Genetalia : tidak dilakukan pemeriksaan
j. Anus. : tidak dilakukan pemeriksaan
k. Ekstremitas

1. Tangan
Simetris. : simetris
Kelengkapan jari : lengkap
Kebersihan kuku : bersih
2. Kaki
Simetris : simetris
Kelengkapan jari : lengkap
Kebersihan kuku : bersih

4. Pemeriksaan tingkatperkembangan
Perkembanganmotorik kasar ;
By. Riandapat menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan
By M dapat mengangkat tangan ke arah mulut
By M dapat menendang saat posisi telentang
Perkembangan motorik hal :
By Rian dapat menggenggam benda-benda kecil yg diberikan Diberikan ibunya
Perkembangan bahasa :
By Rian menangis sebagai tanda lapar/menginginkan sesuatu
5. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan Lab : tidak dilakukan

Langkah II. Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual

Tanggal : 15 Februari
Pukul : 10.15 WIB

a. Diagnosa kebidanan
By. M umur 1,2 bulan dengan ISPA ringan

b. Data dasar (data subyektif) :


1) Anak lahir tanggal 01 januari 2022
2) Ibu mengatakan anaknya berumur 1,2 bulan
3) Ibu mengatakan anaknya batuk berlendir dan pilek sejak satu 3 hari yang lalu

B. Data Obyektif :

1) Keadaan umum. : baik


2) Kesadaran. : composmentis
3) TTV
Suhu. : 36,5 °C
Nadi. : 130 x/menit
Pernapasan : 80 x/menit
BB/TB : 4,6 kg/55 cm
LK/LILA. : 36cm/ 12 cm
a) Telinga. : Kanan dan kiri simetris, bersih tidak ada serumen dan tidak
ada cairan yang keluar.
b) Hidung : Hidung simetris, terdapat cairan/lendir berwarna jernih.
c) Mulut. : Bibir berwarna merah muda, lidah bersih, gusi tidak
bengkak.
d) Dada. : tampak simetris.
e) Masalah ;Bayi batuk berlendir dan pilek
Langkah III. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial

Pneumonia.

Langkah IV. Tindakan segera/Kolaborasi


Kolaborasi dengan dokter umum untuk memberikan terapi obat pilek dan obat pereda batuk.

1) Chlorpheniramine (CTM) 2 tablet 4 mg


2) Vit. C 2 tablet 25 mg
4) Glyceryl Guaiacolate (GG) 2 tablet 100 mg
Dibentuk puyer 10 bungkus, diminum 3 x 1/hari

Langkah V. Intervensi (RencanaTindakan) Rasional ;

1. Lakukan pemeriksaan TTV ;

a Suhu. : 36,5 °C
b Nadi. : 130 x/menit
c. Pernapasan : 80 x/menit
d. BB/TB : 4,6 kg/55 cm
e. LK/LILA. : 36cm/ 12 cm
f. a) Telign ; Kanan dan kiri simetris bersih tidak ada serume dan tdk ada cairan yg keluar.
g. b) Hidung : Hidung simetris, terdapat cairan/lendir berwarna jernih.
h. c) Mulut. : Bibir berwarna merah muda, lidah bersih, gusi tidak bengkak.
i. d) Dada. : tampak simetris.
j. e) Masalah ;Bayi batuk berlendir dan pilek

2. Menganjurkan ibu agar


a. Anak tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu
tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam.
b. Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk
mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang
lebih parah.
c.Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang
berventilasi cukup dan tidak berasap.
d. Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka
dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan.

3. Kemudian melihat/memeriksa apakah anak tampak letargis/tidak sadar?


4. Menanyakan kepada ibu mengenai masalah anaknya, bagan MTBS tidak
digunakan bagi anak sehat yang dibawa untuk imunisasi atau bagi anak
dengan
keracunan, kecelakaan atau luka bakar. Tentukan apakah merupakan kunjungan pertama
atau kunjungan ulang.

5 Memeriksa tanda bahaya umum pada anak seperti ;


a. Apakah anak bisa minum/menyusu?
b. Apakah anak selalu memuntahkan semuanya?
c. Apakah anak menderita kejang ?

6. Penilaian dan klasifikasi batuk seperti ;


a. Apakah anak menderita batuk atau sukar bernafas?
b. Apakah anak demam?
c. Memeriksa status gizi
d. Memeriksa anemia
e. Memeriksa status imunisasi
f. Memeriksa pemberian vitamin A
g. Menilai masalah/keluhan-keluhan lain

7. Berdasarkan hasil penilaian tersebut, akan mengklasifikasi keluhan/penyakit anak,


setelah itu menentukan jenis tindakan/pengobatan yang telah ditetapkan dalam
penilaian/klasifikasi.

8. Kemudian memberikan konseling kepada Ibu balita tentang:


a. Cara pemberian obat oral di rumah
b. Cara mengobati infeksi lokal di rumah
c. Ajuran pemberian ASI dan makanan selama anak sakit maupun dalam keadaan sehat
d. Menasehati/ Memberitahukan ibu kapan harus kembali untuk kenjungan ulang/
kontrol kondisi kesehatan anak pada pemeriksaan lebih lanjut.
Langkah VI. Implementasi

Memberitahu pada ibu tentang penyakit anaknya, bahwa anaknya mengalami ISPA’
Hasil ;

1. Menganjurkan pada ibu untuk membersihkan hidung jika anak pilek


2. Menganjurkan pada ibu untuk tetap Memberikan ASI pada anak demi menjaga ketahanan
tubuh anak
3. Menganjurkan ibu untuk mengonsumsi makanan bergizi berupa Daging-daging dan sayur-
sayuran, juga buah-buahan untuk memproduksi ASI
4. Menganjurkan ibu agar memprhatikan waktu istirahatnya anak
5. Menganjurkan ibu agar sering mengontrol kondisi kesehatan anak di doker
6. Menganjurkan ibu agar memperhatikan waktu/jam minum obat/Vitamin yg bila mana di
berikan sama dokter.
7. Menganjurkan ibu agar dapat memberitahukan keluarga yang lain/ Anggota keluarga agar
dapat memperhatikan kebersihan perorangan sebagai langkah dasar pencegahan
(misalnya, ketika batuk, kebersihan tangan, dan ventilasi kamar sehingga adanya sirkulasi
udarah yang masuk dan dapat membantu proses penyembuhan anak..
8. Memberitahukan kepada ibu untuk menjaga personal hygiene anak.

. Langkah VII Evaluasi

Tanggal : 15 Februari 2022


Pukul : 10.15 WIT

1. Ibu sudah mengerti tentang penyakit anaknya


2. Ibu bersedia untuk membersihkan hidung anaknya jika pilek
3. Ibu bersedia untuk memberikan ASI pada anaknya
4. Ibu bersedia untuk mengonsumsi makan bergizi berupa buah dan sayur untuk memproduksi
5. Ibu dan keluarga bersediah memperhatikan kebersihan anak
7. Ibu bersedia membawa anak untuk kontol kesehatan setiap minggu
8. Ibu bersediah memperhatikan semua hal yang memyangkut kesehatan dan tumbuh kebangnya
anak dlm masa proses terapi penyembuhan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan asuhan yang diberikan pada anak dengan ISPA ringan


dengan menerapkan manajemen kebidanan tujuh langkah Varney dapat
diambil kesimpulan:

1. Pengkajian data didapatkan balita By Rian ISPA dengan tanda dan gejala meliputi batuk
berlendir dan pilek,
2. Interpretasi data didapatkan diagnosa kebidanan pada By Rian 1,2 bulan berupa masalah yang
muncul pada By. Rian adalah batuk berlendir dan pilek, Kebutuhan yang diperlukan adalah
beritahu ibu agar memberikan ASI pada anaknya
3. Diagnosa potensial yang ditetapkan yaitu pneumonia, tetapi karena adanya penanganan yang
intensif maka diagnosa potensial tersebut tidak terjadi.
4. Upaya antisipasi yaitu pemberian terapi oleh dokter untuk obat pilek dan obat batuk.

B. Saran

1. Ibu/masyarakat
Ibu dan keluarga diharapkan dapat mengenali tanda-tanda gejala ISPA supaya keluarga dapat
mengantisipasi sehingga tidak terjadi komplikasi lebih lanjut.

2. Bagi Profesi
Diharapkan bidan untuk lebih meningkatkan pemberian penyuluhan tentang perawatan balita
sakit dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) agar balita terhindar dari masalah yang
potensial terjadi.

3. Bagi Institusi
a. Puskesmas
Diharapkan agar puskesmas untuk tetap menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan dalam
memberikan asuhan yang optimal pada balita sakit dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA) Ringan.

b. Pendidikan
Diharapkan agar lebih melengkapi/menambah referensi tentang ISPA ringan
DAFTAR PUSTAKA

Hartono, dkk. 2012. Gangguan Pernafasan Pada Anak. Yogjakarta: Nuha Medika
Hidayat, A.A.A. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk PendidikanKebidanan. Jakarta:
Salemba Medika
Marni, S. Kep., Ns, M Kes. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit Dengan Gangguan
Pernafasan.Yogyakarta: Gosyen Publisihing.
Maryunani, A. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta: TIM Bogor: In Media
Matondang, Dkk. 2013. Diagnosis Fisik Pada Anak. Edisi 5. Jakarta: CV Sagungseta
Menkes RI, 2008. Standar Profesi Bidan. Jakarta: Depkes RI.

Anda mungkin juga menyukai