PENDAHULUAN
Salah satu penyakit infeksi pada anak adalah ISPA. Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat
menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau
infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen
penyebabnya, faktor lingkungan, dan faktor pejamu (WHO, 2007). Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang menyerang salah satu bagian/lebih dari
saluran napas mulai hidung sampai alveoli termasuk sinus, rongga telinga tengah, pleura
(Kemenkes RI, 2011).
Kegiatan penelitian yang kami amati ini dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 29
Oktober 2022 sedangkan lokasi penelitian dilakukan di bagian pesisir Belawan tepatnya di
Belawan Pulau Sicanang, Provinsi Sumatera Utara.
Berdasarkan hasil penelitian kami ada tujuh orang responden, masing masing
responden memiliki jawaban yang berbeda. Dari hasil keseluruhan data yang kami amati di
desa belawan pulau sicanang kebanyakan penyakit infeksi balita yang telah di diagnosis dan
sudah muncul gejala seperti ISPA 5 balita, Diare 1 balita, Campak 2 balita dan 1 balita yang
sudah muncul gejala TB Paru. Hasil ini diperoleh berdasarkan pengamatan yang telah kami
lakukan dan berdasarkan keterangan yang telah di berikan oleh responden.
Proses Terjadinya Infeksi Saluran pernafasan di mulai dari hidung sampai bronkhus
dilapisi oleh membran mukosa bersilia, udara yang masuk melalui rongga hidung disaring,
dihangatkan dan dilembutkan. Partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut yang
terdapat dalam hidung, sedangkan partikel debu yang halus akan terjerat dalam membran
mukosa. Gerakan silia mendorong membran mukosa ke posterior ke rongga hidung dan ke
arah superior menuju faring. Secara umum efek pencemaran udara terhadap pernafasan dapat
menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan dapat berhenti
sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan akibat iritasi oleh bahan pencemar.
Produksi lendir akan meningkat sehingga menyebabkan penyempitan saluran pernafasan dan
makrofage di saluran pernafasan. Akibat dari dua hal tersebut akan menyebabkan kesulitan
bernafas sehingga benda asing tertarik dan bakteri tidak dapat dikeluarkan dari saluran
pernafasan, hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan.
Kemudian balita yang ada di kecamatan belawan sicanang secara rutin datang ke
posyandu untuk melakukan imunisasi, namun pada saat covid 19 ada sebagian balita yang
tidak melakukan pemeriksaan ke posyandu di karenakan adanya kecemasan akan terlular
covid 19. Balita di kecamatan belawan sicanang juga jarang memakan makanan yang
bersumber dari protein hewani seperti daging dikarenakan faktor ekonomi dan ada juga
beberapa balita yang menyukai daging.
PENUTUP
Khasanah, U., & Sari, G. K. (2016). Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang diare
dengan perilaku pencegahan diare pada balita. Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu, 7(2), 149-
160.
Oktavia, S., Mutahar, R., & Destriatania, S. (2016). Analisis Faktor Risiko Kejadian TB Paru
di Wilayah Kerja Puskesmas Kertapati Palembang. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 7(2).
Sari, R. W., Wanto, A., & Windarto, A. P. (2018). Implementasi Rapidminer Dengan Metode
KMeans (Study Kasus: Imunisasi Campak Pada Balita Berdasarkan Provinsi). KOMIK
(Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komputer), 2(1).
Dongky, P., & Kadrianti, K. (2016). Faktor risiko lingkungan fisik rumah dengan kejadian
ISPA balita di kelurahan Takatidung Polewali Mandar. Unnes journal of public health, 5(4),
324-329.