Anda di halaman 1dari 17

REVIEW JURNAL SURVEILANS

“GAMBARAN PELAKSANAAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI


DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LEUWILIANG KABUPATEN
BOGOR TAHUN 2018”

Dosen Pengampu : Suryani SKM, MKM

DISUSUN OLEH :
IKM -2 (Semester 5)

Salsabila Audina (0801212184)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
TAHUN AJARAN
2023/2024
PROMOTOR Jurnal Mahasiswa Kesehatan Masyarakat
Vol. 2 No. 5, Oktober 2019

GAMBARAN PELAKSANAAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI


DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR
TAHUN 2018

Putri Sholihat Akbar1), Siti Khodijah Parinduri2), Rachma Hidana3)

1)
Departemen Ilmu Kesehatan, Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Ibn Khaldun
Email : putriakbar97@gmail.com
2)
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ibn Khaldun Bogor
Email: siti.parinduri@uika-bogor.ac.id
3)
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ibn Khaldun Bogor
Email: rachma.hidana@uika-bogor.ac.id

Abstrak
Rumah sakit merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di sebagian wilayah. Pelaksanaan surveilans
epidemiologi merupakan salah satu upaya untuk mengatasi masalah penyakit menular maupun
penyakit tidak menular, mengurangi kesakitan, mencegah kematian, penyembuhan penderita dan
mencegah terjadinya peningkatan penyakit. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan
pelaksanaan surveilans epidemiologi di RSUD Leuwiliang Tahun 2018. Jenis penetian ini adalah
penelitian kualitatif. Informan dalam penelitian ini adalah petugas yang melaporkan data surveilans
dengan jumlah informan 4 orang. Rancangan analisa menggunakan triangulasi data, triangulasi
sumber dan triangulasi metode. Hasil penelitian komponen masukan masih belum memadai dan
cukup untuk mendukung kegiatan surveilans, tenaga surveilans yang masih memegang tugas
rangkap, belum adanya buku pedoman. Komponen proses masih terdapat kendala terutama dalam
proses pelaporan surveilans, laporan yang tidak lengkap sebanyak 75% dan ketepatan laporan yang
tepat hanya 25% di tahun 2018. Komponen keluaran mengumpulkan menggunakan sofcopy.

Kata kunci: Gambaran, Pelaksanaan, Surveilans Epidemiologi

Pendahuluan
Menurut Badan Kesehatan Dunia kematian akibat Penyakit Tidak Menular
(WHO) dalam Kepmenkes RI No.1116 tahun (PTM) diperkirakan akan terus meningkat di
2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan seluruh dunia, peningkatan terbesar akan
Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan terjadi di negara-negara menengah dan miskin.
menyebutkan bahwa surveilans adalah proses Lebih dari dua pertiga 70% dari populasi
pengumpulan, pengolahan, analisis, global akan meninggal akibat penyakit tidak
interpretasi data secara sistematik dan terus menular seperti kanker, penyakit jantung,
menerus serta melakukan penyebaran stroke dan diabetes. Dalam jumlah total, pada
informasi kepada unit yang membutuhkan tahun 2030 diprediksi akan ada 52 juta jiwa
sebagai pertimbangan dalam pengambilan kematian per tahun karena penyakit tidak
keputusan atau kebijakan (Mahfudhoh, 2015). menular, naik 9 juta jiwa dari 38 juta jiwa pada
Menurut Badan Kesehatan Dunia WHO, saat ini. Di sisi lain, kematian akibat penyakit

410
http://ejournal.uika-bogor.ac.id/index.php/PROMOTOR
menular seperti malaria, TBC atau penyakit memberikan dukungan upaya program dalam
infeksi lainnya akan menurun, dari 18 juta jiwa daerah kerja Kabupaten/Kota, Propinsi dan
saat ini menjadi 16,5 juta jiwa pada tahun Nasional, dukungan kerjasama antar program
2030. dan sektor serta kerjasama antara
Derajat kesehatan masyarakat dapat Kabupaten/Kota, Propinsi, Nasional dan
dilihat dari berbagai indikator, yang meliputi internasional.
indikator angka harapan hidup, angka Pada Tahun 2015 di Kabupaten Bogor
kematian, angka kesakitan, dan status gizi telah terjadi 14 kali KLB, yang terdiri dari 4
masyarakat sehingga banyak program- KLB yang menyerang 14 desa tersebar di 13
program kesehatan yang dilakukan pemerintah kecamatan. Seluruh kejadian KLB ditangani
terutama pada penduduk, seperti program Safe dalam waktu < 24 jam, dengan demikian
Motherhood Initiative, program Kesehatan Ibu cakupan desa / kelurahan mengalami KLB
dan Anak (KIA), program Maternal and yang dilakukan penyelidikan epidemiologi <
Neonatal Tetanus Elimination (MNTE), dan 24 jam 100%, sesuai dengan target SPM 2015
program Pemberantasan Penyakit Menular dan sebesar 100%. (Kab Bogor, 2016).
Penyakit Tidak Menular (Depkes RI, 2010). Surveilans epidemiologi adalah kegiatan
Penyakit menular masih merupakan analisis secara sistematis dan terus menerus
masalah utama kesehatan masyarakat terhadap penyakit atau masalah-masalah
Indonesia, disamping mulai meningkatnya kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi
masalah penyakit tidak menular. Penyakit terjadinya peningkatan dan penularan
menular tidak mengenal batas-batas daerah penyakit atau masalah-masalah kesehatan
administratif, sehingga pemberantasan tersebut, agar dapat melakukan tindakan
penyakit menular memerlukan kerjasama antar penanggulangan secara efektif dan efisien
daerah, misalnya antar propinsi, melalui proses pengumpulan data, pengolahan
kabupaten/kota bahkan antar negara. Beberapa dan penyebaran informasi epidemiologi
penyakit menular yang menjadi masalah utama kepada penyelenggara program kesehatan
di Indonesia adalah diare, malaria, demam (Imari, 2011).
berdarah dengue, influensa, tifus abdominalis, Surveilans epidemiologi dalam
penyakit saluran pencernaan dan penyakit penyelenggaraannya memiliki banyak
lainnya. Beberapa penyakit tidak menular yang indikator kerja, sehingga membutuhkan
menunjukkan kecenderungan peningkatan banyak kegiatan perekaman, pengumpulan,
adalah penyakit jantung koroner, hipertensi pengolahan, dan analisis data yang diperoleh
naik dari 25,8% jadi 34,1%, kanker 1,4% jadi dari berbagai unit sumber data. Banyaknya
1,8%, diabetes mellitus naik dari 6,9% jadi kegiatan perekaman, pengumpulan,
8,5%, kecelakaan dan sebagainya (Kemenkes, pengolahan data Surveilans epidemiologi
2003). adalah kegiatan analisis secara sistematis dan
Di Jawa Barat Selama tahun 2016 telah terus menerus terhadap penyakit atau masalah-
terjadi KLB sebanyak 634 kali dan 630 masalah kesehatan dan kondisi yang
(99,37%) kasus KLB dapat ditanggulangan mempengaruhi terjadinya peningkatan dan
kurang dari 24 jam, tersebar di 24 penularan penyakit atau masalah-masalah
Kabupaten/Kota. Untuk melakukan upaya kesehatan tersebut, agar dapat melakukan
pemberantasan penyakit menular, tindakan penanggulangan secara efektif dan
penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) efisien melalui proses pengumpulan data,
penyakit dan keracunan, serta penanggulangan pengolahan dan penyebaran informasi
penyakit tidak menular diperlukan suatu epidemiologi kepada penyelenggara program
sistem surveilans penyakit yang mampu kesehatan. akan memberikan beban kerja dan

411
menganggu upaya meningkatkan kinerja dilakukan terdapat permasalahan sistem
surveilans. informasi rumah sakit umum daerah
Kelengkapan laporan, merupakan leuwiliang kabupaten bogor yaitu kelengkapan
metode pengukuran kinerja yang paling laporan surveilans yang ditargetkan pada tahun
sederhana, dan jika dirumuskan dengan tepat, 2018 sebanyak 12 laporan surveilans, namun
dapat memberi dukungan pengukuran kinerja yang terealisasi hanya 25% laporan surveilans,
surveilans yang tepat, dan dapat memberi sehingga adanya ketidaklengkapan dalam
manfaat untuk mengidentifikasi adanya tahun 2018 sebanyak 75% laporan surveilans.
permasalah kinerja surveilans lebih fokus dan Ketidaklengkapan tersebut disebabkan belum
tepat waktu. Rumusan kelengkapan laporan adanya petugas khusus untuk mengelola data
yang baik adalah kelengkapan laporan unit surveilans, Belum optimalnya sistem
sumber data awal (unit pelayanan), tetapi pada pelaporan KDRS, Belum tersedianya aplikasi
penyelenggaraan sistem surveilans nasional untuk mempermudah pencarian laporan
dan provinsi lebih sering berdasarkan pada surveilans, SOP tetang laporan surveilans
kelengkapan laporan unit pengumpul data belum berjalan dengan baik. Kurangnya
(Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Dinas edukasi epidemiologi dalam penyelenggaran
Kesehatan Provinsi). surveilans epidemiologi.
Studi pendahuluan awal yang telah

Metode
Penelitian kualitatif merupakan metode sistem yaitu masukan, proses dan keluaran.
penelitian yang digunakan untuk Penelitian dilaksanakan di RSUD
mendapatkan data, menganalisa serta Leuwiliang Kabupaten Bogor Tahun 2018.
mendapat pemahaman yang lebih jelas dan Yang menjadi informan dalam penelitian ini
mendalam terhadap situasi yang sedang adalah berjumlah 4 orang yang terdiri dari
diteliti (Sugiono, 2014). Penelitian ini kepala bagian program dan lapoan 1 orang,
menggunakan metode kualitatif dengan jenis kepala ruangan rawat inap 1 orang,
rancangan penelitian Rapid Assessment assembling 1 orang dan 1 orang pegawai
Procedure (RAP) yaitu penelitian yang program dan laporan. Peneliti mengambil data
dilakukan dalam kurun waktu yang singkat dengan cara wawancara mendalam, observasi
(Scrimshaw, 1997). Penelitian ini bertujuan dan telaah data kepada informan. Untuk
untuk mengetahui gambaran pelaksanaan menjaga Validitas data maka dilakukan
surveilans epidemiologi. Kemudian dari triangulasi, pada penelitian ini menggunakan
gambaran yang telah diperoleh tersebut triangulasi sumber, triangulasi data dan
dianalisis menggunakan metode pendekatan triangulasi metode.

412
Hasil
1. Gambaran karakteristik Informan bidang kompetensinya. Jika untuk standar
selama penelitian kriteria seharusnya sarjana epidemiologi.
karakteristik informan pelaksanaan Hal ini dapat dilihat pada kutipan hasil
surveilans di Rumah Sakit Umum Daerah wawancara berikut:
Leuwiliang tahun 2019 terdapat informan, jabatan, “mmm, sebetulnya sih, belum. Ya
tugas, pendidikan terakhir, usia, dan lama kerja. tadi. Hmmm (batuk) bahwa mmm,
Dengan ini diharapkan mendapatkan informasi
pendidikan harus sesuai dengan
yang beragam dan sesuai tentang sejauh mana
kompetensinya aaa dengan (kring
pelaksanaan surveilans epidemiologi di Rumah
Sakit Umum Daerah Leuwiliag Kabupaten Bogor.
krring kring, suara telpon)
kegiatannya.” informan 4
Tabel 1. Karakteristik responden sebelum intervensi “kalau untuk kriteria, aaaa ada
standarnya sih S1 Kesehatan
Masyarakat S.K.M disitu ada
golongan tersendiri yaitu surveilans
epi lah epid, namun disini tidak ada.”
Informan 2

Sumber data diolah

Pada informan penelitian tidak ada


petugas surveilans epidemiologi karena itu
informan yang terpilih adalah petugas yang
terlibat dalam pelaporan surveilans
epidemiologi yaitu kelapa ruangan rawat inap, Sumber: Inspektorat Jenderal Depkes RI, 2003
assembling, dan staf program dan pelaporan.
Berdasarkan hasil dari observasi
2. Gambaran Masukan (sumber daya peneliti tidak menemukan bahwa di
manusia dan sarana) RSUD Leuwiliang tidak terdapat tenaga
A. Sumbar Daya Manusia (SDM) epidemiologi ahi dan tenaga
Untuk mempermudah kegiatan surveilans epidemiologi terampil.
tentunya harus ada petugas dengan B. Sarana
pendidikan yang sesuai dengan Menurut Kepmenkes No 1116 Tahun
bidangnya. Namun berdasarkan hasil dari 2003 untuk dapat berjalannya kegiatan
wawancara kepada kepala rekam medis, surveilans epidemiologi ini diperlukan
staf prolap dan kabag prolap bahwa di sarana penunjang agar kegiatan bisa
RSUD Leuwiliang belum adanya petugas berjalan dengan baik. Sarana prasarana
khusus dengan pendidikan yang sesuai di yang dibutuhkan rumah sakit adalah 1

413
paket computer, 1 paket alat komunikasi awalnya bisaa perawat ya, bidan”
(telepon, faksimili, SSB dan Informan 1
telekomunikasi lainnya), 1 paket Pengumpulan data surveilans memiliki
kepustakaan, 1 paket pedoman jadwal untuk dikirimkan ke assembbling,
pelaksanaan surveilans epidemiologi dan berdasarkan hasil dari wawancara terhadap
program aplikasi komputer, 1 paket kepala ruangan memiliki keterlambatan
formulir, 1 paket peralatan pelaksanaan seperti mengumppulkan harusnya tanggal 1
surveilans epidemiologi, 1 roda dua. atau 2, dari ruangan di kirimkan ke
Bedasarkan hasil dari wawancara terhadap assembling tanggal 3. Karena laporan
kepala ruangan rawat inap sarana yang tersebut baru selesai tanggal 30. berikut
tersedia adalah telpon, dan lembar- lembar adalah kutipan hasil wawancara:
pencatatan. Berikut adalah kutipan hasil “Cuma mah ada beberapa
wawancara: keterlambatan misalnya harus
“telpon gitu? Oh, kalau penunjang mengumpulkan tanggal 1 tanggal 2,
sarana prasarana ada, kalau telpon kadang lebih kita tanggal 3 karena
ada, pencatatan ada, tapi kalau yang laporannya kan selesai tanggal
lain-lain tadi di sebutkan kalau di 30.”informan 1
ruangan sini ruangan saya ga ada. Assembling adalah suatu proses
Tapi kalau telpon, lembar-lembar penyambungan atau penggabungan dua atau
pencatatan itu ada” informan 1 lebih komponen secara mekanik menjadi
3. Proses Pencatatan dan Pelaporan sebuah unit. Sehingga data yang datang dari
Proses pencatatan dan pelaporan adalah ruangan di gabungkan sesuai dengan sub
salah satu kegiatan yang dilakukan oleh penyakit seperti DBD, AFP, Campak,
Rumah Sakit Umum Daerah Leuwiliang untuk Hepatitis B, Diptheri, Pertusis, Tetanus,
melaporkan sejauh mana kasus yang terjadi, filariasis, tuberculosis, diare, tifoid,
sehingga bisa mengetahui suatu wabah atau kecacingan dan penyakit perut lainnya,
penyakit tertentu di wilayah setempat kusta,frambusia, HIV/AIDS,Hepatitis, PMS,
khususnya di wilayah Leuwiliang Kabupaten pneumonia untuk di input ke excel
Bogor. Adapun alur pencatatan dan pelaporan selanjutnya di berikan ke bagian program dan
itu sendiri berawal dari ruang rawat inap lalu pelaporan berupa softcopy dan hardcopy.
ke assembling selanjutnya ke program dan Adapun mekanisme petugas assembling
pelaporan. untuk menginput data kasus. Bedasarkan
Adapun petugas yang melakukan hasil dari wawancara kepada kepala rekam
pencatatan dan pelaporan di bagian ruang medis, pertama mengambil dari sensus harian
rawat inap. Berdasarkan hasil dari wawancara lalu di input lagi ke form yang diberikan dari
terhadap kepala ruang rawat inap bahwa dinas setelah selesai mengisi form. Lalu
pencatatan bisa berawal dari perawat, bidan, meminta tanda tangan ibu direktur setelah
atau dokter sekalipun dan selanjutnya di baru pihak rumah sakit mengirimkan data
kirimkan ke bagian RM (assembling). Berikut kasus ke dinas melalui prolap berupa
kutipan wawancara: softcopy dan hardcopy. Berikut hasil kutipan
“kalau…misalnya yang, yang wawancara :
pencatatan berawal dari petugas, nah “yang pertama itu kita ngambil dari
petugas itu bisa perawat, bidan,,, yang namanya sensus, sensus harian
atau dokter sekalipun. Tapi nanti di dari ruang rawat inap. Kita
kumpulkan data-datanya ada di kumpulkan kita input lagi ke form….
rekam medik. Jadi pencatatan Surveilans yang di kasih dari dinas.

414
Setelah selesai kita minta tanda tau pokoknya tanggal 8 itu semua
tangan budir baru di kirimkan ke laporan tuh harus di aku gitu.”
dinas biasanya berupa hardcopy dan informan 3
softcopy melalui prolap” informan 2 Dalam setiap bulannya petugas
Pengumpulan data surveilans memiliki surveilans harus mengirimkan data kasus ke
jadwal untuk di kirimkan ke prolap, prolap berupa softcopy dan hardcopy.
berdasarkan hasil dari wawancara kepada Namun berdasarkan hasil wawancara
kepala rekam medis bahwa pengumpulan data kepada staf prolap bahwa assembling selalu
surveilans dikirim setiap akhir bulan. memberikan softcopy dan yang ada di
Terkecuali ada situasi KLB itu dikirimkan di bagian prolap hanya ada 3 laporan
hari itu juga. Berikut kutipan wawancara: surveilans berbentuk hardcopy. Berikut
“setiap akhir bulan biasanya, heem, kutipan hasil wawancara:
kecuali ada situasi kaya kemarin “kalau untuk hard sebenernya si….
kejadian KLB tentang Demam Cuma ada 3 aja ya, karena dari
Berdarah itu bisa sehari. Hari itu assembling selalu ngasihnya
misalnya”informan 2 softcopy. Ada di bulan januari
Dalam setiap bulannya petugas maret sama mei ya, yang kemarin
surveilans harus mengirimkan data kasus ke kamu liat itu.”informan 3
prolap dalam bentuk softcopy dan hardcopy, Berdasarkan hasil dari observasi
namun berdasarkan hasil dari wawancara peneliti berhasil menemukan 3 laporan
kepada kepala rekam medis selalu bulanan dalam bentuk hardcopy sebanyak 3
mengirimkan data berupa softcopy ke prolap buah laporan, yaitu ada di bulan januari,
namun tidak untuk hardcopy. Berikut hasil maret dan mei. Dengan jumlah laporan
kutipan wawancara : yang ada dibagi 12 bulan, setara dengan
“kalau untuk softcopy selalu 25%.
mengirimkan ke prolap ya. kalau Sedangkan untuk ketepatan laporan
hard itu ga tau ya, karena ga ada yang sudah di tetapkan oleh rumah sakit
petugas khususnya juga” informan 2 yaitu tanggal 5 sudah masuk ke bagian
Program dan pelaporan merupakan prolap namun, yang tepat mengumpulkan
indikator kegiatan yang menjadi tolak ukur dan pada waktunya hanya pada bulan januari,
mengevaluasi capaian kinerja yang telah maret dan mei selain itu telat dan tidak
tersusun secara sistematis dalam mendukung mengunpulkan dalam bentuk hardcopy.
tugas pokok bagian pelaporan. Sedangkan 4. Gambaran Hasil Pelaksanaan
data-data terkait kasus penyakit yang ada di Setelah dari pelaksanaan adalah hasil
rumah sakit dikumpulkan kepada bagian bagaimana laporan itu di kirimkan ke Dinas
prolap untuk di kirimkan ke dinas, berapa dan hasil yang diharapkan sesuai dengan
wabah penyakit tertinggi dan KLB pada saat Kepmenkes yaitu dengan adanya profil
ini. surveilais epidemiologi 1 kali dalam satu
Berdasarkan hasil dari wawancara tahun. Sesuai SOP pelaporan pengelolaan data
terhadap staf prolap bahwa dalam kegiatan akhir berupa softcopy dan hardcopy.
program dan pelaporan memiliki jadwal Berdasarkan hasil dari wawancara
untuk dikirimkan ke dinas yaitu awal bulan terhadap staf prolap bahwa mengirimkan
setap tanggal 8 itu semua laporan sudah ada laporan ke Dinkes kabupaten Bogor itu berupa
di bagian prolap. Berikut kutipan sofcopy. berikut hasil wawancara :
wawancara: “softcopy berupa excel gitu, Tapi
“awal bulan, ibaratnya aku gamau untuk mengantisipasi itu X makannya

415
mengadakan yang surat pengantar itu “ga ada engga, belum ada itu.
sekalian X laporkan dengan Karena memang belum ada petugas
pelaporannya bahwa X akan khususnya jadi belum berjalan
mengirimkan aaa, pelaporan ini ke semestinya” informan 2
email ini ke dinas ini gitu berupa “SPO ga ada” informan 3
softcopynya gitu” informan 3 “di rumah sakit belum ada tentang
Dari hasil wawancara terhadap kelapa surveilans, karena Surveilans Aktif
rekam medis, staf prolap dan kabag prolap Rumah Sakit itu.” informan 4
bahwa data-data yang di kirimkan ke dinkes 5. Penerbitan Buletin
berupa data bulanan, tahunan, harian. Buletin kajian adalah media cetak
Tergantung dari penyakitnya itu sendiri. berupa selebaran atau majalah, berisi warta
Didalam data tersebut ada 29 data kasus singkat atau pertanyaan tertulis diterbitkan
diantaranya DBD, gizi buruk, campak, secara periodik oleh suatu organisasi atau
kematian bayi dll. Dan semua penyakit KLB lembaga untuk kelompok profesi tertenntu
karena hari itu pasien masuk besoknya harus yang mengangkat suatu perkembangan topik
sudah masuk dinas. Berikut kutipan atau aspek.
wawancara: Untuk terselenggaranya program
“semua penyakit KLB karena saat itu buletin publish tidak terlepas dari
dateng besoknya itu harus udah pengetahuan petugas. Dari hasil wawancara
masuk dinas, dari penyakit- terhadap staf prolap dan kabag prolap bahwa
penyakitnya itu ada berapa gittu ya” di RSUD Leuwiliang buletin informasi
informan 3 “kaya tadi gizi buruk, publish berbentuk web, medsos, hardcopy
DBD, campak, kematian bayi, itu untuk memberikan edukasi kepada
yang 29 tadi” informan 4 masyarakat tentang penyakit, sedangkan
“bulanan ada, tahunanpun ada bulletin yang berbentuk buku hanya
harianpun ada. Tergantung mengeluarkan sekali dalam setahun. Berikut
penyakitnya dan tergantung hasil dari wawancara :
permintaan dari dinas.” informan 2 “kegiatan yang sifatnya
Berdasarkan dari hasil wawancara memberikan edukasi kepada
terhadap kepala ruang rawat inap, kepala masyarakat ya tentang penyakit,
rekam medis, staf prolap dan kabag prolap tentang apapun itu untuk kesehatan
bahwa di RSUD belum ada SOP tentang di buletin. Oh ada ini baru nih nah
surveilans hal ini di karenakan belum ada itupun sama dari buletin cuma kalau
petugas khusus jadi belum berjalan dengan berbentuk seperti begini (sambil
semestinya. Berikut kutipan wawancara: memegang buku buletin) ini setahun
“harusnya ada, tapi ga ada sih” sekali kita buatkan. Karena
informan 1 keterbatasan dana gitu” Informan 4

416
Pembahasan
1. Gambaran Masukan (sumber daya B. Sarana
manusia dan sarana) Menurut kepmenkes no 1116 tahun
A. Sumber Daya Manusia 2003 untuk dapat berjalannya kegiatan
Kondisi tenaga pelaksana surveilans di surveilans epidemiologi ini diperlukan sarana
Rumah Sakit Umum Daerah Leuwiliag dapat penunjang agar kegiatan bisa berjalan dengan
dilihat dari jumlah tenaga, latar belakang baik.
pendidikan dan pelatihan yang pernah diikuti. Bedasarkan hasil dari wawancara dan
Jika dilihat dari jumlah tenaga yang ada di observasi bahwa sarana yang sudah ada sesuai
RSUD Leuwiliang belum ada petugas khusus kepmenkes yaitu alat komunikasi dengan 5
untuk petugas surveilans karena kekurangan telpon, 2 buah faksimili, program aplikasi
tenaga dan tidak ada tenaga S1 Kesmas computer, dan 1 paket formulir. Dan alat
epidemiologi. Dalam Keputusan Menteri penunjang lainnya digunakan untuk
Kesehatan Republik Indonesia No 1116 tahun kepentingan rumah sakit sedangkan untuk
2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan buku pedoman belum ada. Penelitian ini juga
Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan, dilakukan oleh Arwanti, Desi dkk. Tahun
disebutkan bahwa kebutuhan tenaga pelaksana 2016 Jenis penelitian kualitatif dengan
surveilans rumah sakit minimal 1 orang tenaga pendekatan studi kasus yang berjudul
epidemiologi ahli dan 1 orang tenaga “Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi Di
epidemiologi terampil. Sedangkan hasil Puskesmas Se- Kota Kendari Tahun 2016”
penelitian menunjukan bahwa tenaga Analisis dan interpretasi data dilakukan
surveilans epidemiologi di Rumah Sakit berdasarkan variabel epidemiologi (orang,
Umum Daerah Leuwiliang terdiri dari kepala waktu dan tempat) yang dilakukan secara
ruang rawat inap, kepala rekam medis, staf manual. Penyebarluasan data belum efektif
prolap artinya tenaga surveilans epidemiologi karena pelaksanaannya belum sepenuhnya
belum memenuhi kriteria kepmenkes dengan memanfaatkan teknologi yang ada dan tidak
latar belakang pendidikan S1 kesmas rutin dilakukan setiap bulan. Namun,
epidemiologi. Karena dengan latar belakang ketersedian tenaga kerja, pelatihan dalam
pendidikan S1 kesmas epidemiologi maka mendukung keterampilan petugas surveilans,
pelaksanaan surveilans epidemiologi di RSUD serta sarana dan prasana yang terdapat di
Leuwiliang akan berjalan dengan baik. setiap Puskesmas belum berjalan efektif
Penelitian ini juga pernah dilakukan oleh sehingga menghambat pelaksanaan
Pratiwi, Dwi Intan. Tahun 2008 jenis surveilans.
penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif dengan 2. Komponen Proses
judul “Gambaran Pelaksanaan Kebijakan A. Kelengkapan Laporan
Surveilans Epidemiologi Integrasi Flu Burung Menurut kepmenkes no 1116 tahun 2003
di DKI Jakarta Tahun 2008. Kebijakan bahwa kelengkapan unit pelapor sebesar 80%
surveilans integrasi flu burung di DKI Jakarta atau lebih. Namun berdsarkan hasil dari
belum dapat optimal akibat kelemahan sumber observasi peneliti hanya menemukan 3 laporan
daya yang dimiliki serta proses kasus surveilans yaitu bulan Januari, Maret dan
pelaksanaannya. Hal ini disebabkan karena Mei yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah
adanya faktor prakondisi, seperti sosialisasi, Leuwiliang sehingga jika dihitung kelengkapan
koordinasi, dan sumber daya, yang laporan surveilans yang baru berjalan yaitu 3
menyebabkan pelaksanaan kebijakan tersebut laporan ÷ 12 bulan × 100% = 25%. Jadi artinya
belum berjalan optimal di DKI Jakarta. Rumah Sakit Umum Daerah Leuwiliang belum

417
memenuhi syarat yang sudah di tetapkan oleh Di Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo
kepmenkes. Sebagai Upaya Penanggulangan Kusta”.
Penelitian ini juga pernah dilakukan oleh Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
Mahfudhoh, Binti. Tahun 2013 Penelitian ini banyak kelemahan dan hambatan dalam
menggunakan metode deskriptif dengan pelaksanaan surveilans kusta di Dinas
rancangan cross sectional dengan judul Kesehatan Kabupaten Situbondo. Hambatan
“Komponen Sistem Surveilans Demam tersebut diantaranya adalah data yang
Berdarah Dengue (DBD) di Dinas Kesehatan dikumpulkan kurang lengkap dan
Kota Kediri” Hasil penelitian menunjukkan pelaporannya tidak tepat waktu, analisis dan
bahwa komponen pengumpulan data interpretasi data belum lengkap, belum
surveilans DBD bersifat rutin dan tidak rutin, adanya penerbitan buletin triwulanan, belum
tenaga dan sarana surveilans memadai, metode adanya pemeriksaan laboratorium kusta,
pengumpulan data secara aktif dan pasif. tenaga pengumpul data personilnya kurang
Frekuensi pengumpulan data setiap bulan, lengkap, masih adanya stigma di masyarakat
tribulan dan insidental. Ketepatan waktu tidak Alternatif solusi yang dapat diberikan antara
dapat dihitung, kelengkapan data 47,9% dan lain mengadakan pelatihan, melakukan
formulir mencukupi. Kompilasi data pelatihan petugas laboratorium di PRM,
berdasarkan orang, waktu, tempat dan mengadakan advokasi untuk mendapat
endemisitas wilayah. Analisis data dukungan politis untuk menerbitkan buletin
berdasarkan data kesakitan, kematian dan epidemiologi, mengoptimalkan SDM,
stratifi kasi daerah. Interpretasi data meliputi mengadakan sosialisasi tentang penyakit
analisis perbandingan, cakupan dan kusta pada masyarakat.
kecenderungan. Informasi epidemiologi C. Penerbitan Buletin Kajian
berupa informasi umum DBD. Diseminasi Menurut kepmenkes no 1116 tahun
informasi berupa laporan DBD ke Dinas 2003 bahwa setiap rumah sakit menerbitkan
Kesehatan Provinsi Jawa Timur dan umpan buletin kajian epidemiologi sebesar 4 kali
balik ke puskesmas. atau lebih dalam setahun, di Rumah Sakit
B. Ketepatan Laporan Umum Daerah Leuwiliang terdapat 1 kali
Menurut kepmenkes no 1116 tahun 2003 penerbitan bulletin dalam bentuk buku dan 3
bahwa ketepatan unit pelapor sebesar 80% atau bulan sekali dalam bentuk web karena
lebih. Namun berdasarkan hasil dari observasi keterbatasan dana yang ada. Dengan adanya
peneliti melihat bahwa yang sudah berjalan bulletin kajian dimana media tersebut dapat
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan menyampaikan pesan kepada lebih orang
hanya di bulan Januari, Maret dan Mei. dalam waktu yang singkat. Bulletin adalah
Sehingga adanya keterlambatan pelaporan data terbitan berkala yang dengan jangka waktu
surveilans atau setara dengan 25% laporan tertentu sesuai dengan kebutuhan dan terbitan
yang mengumpulkan tepat pada waktunya, berkala ini adalah salah satu media informasi
dengan perhitungan waktu 3 laporan yang yang efektif.
tepat ÷ 12 keseluruhan lapora yang harus ada 3. Komponen Keluaran
× 100% = 25%. Rumah Sakit Umum Daerah Luaran utama dari suatu kegiatan
Leuwiliang belum sesuai dengan syarat yang surveilans adalah data dan informasi tentang
sudah ditentukan oleh kepmenkes. gambaran masalah surveilans. Data dan
Penelitian ini juga dilakukan oleh informasi tersebut akan digunakan sebagai
Rahman, Firman Suryadi dan Hargono, Afief. perumusan laporan di bidang surveilans.
Tahun 2012 penelitian ini bersifat deskriptif Dalam kegiatan surveilans yang dilaksanakan
yang berjudul “Komponen Surveilans Kusta oleh rumah sakit, data dan informasi survailans

418
yang dihasilkan dilaporkan ke Dinas belum maksimalnya pencatatan dan pelaporan
Kesehatan Kabupaten. berdasarkan dari rawat jalan yang berjalan selama ini sehingga
wawancara dan observasi kepada staf prolap menyebabkan kurangnya validitas dan
mengatakan bahwa keluaran yang dikirimkan reliabilitas laporan yang dihasilkan. Masih
berupa softcopy. Yang seharusnya jika dilihat terdapat beberapa kendala pada sistem
sesuai dengan SPO yang ada di rumah sakit pencatatan dan pelaporan yang menyebabkan
mengumpulkan laporan berupa hardcopy dan pencatatan register yang kurang lengkap
softcopy. sehingga belum dapat memberikan keluaran
Penelitian ini juga pernah dilakukan oleh yang berkualitas. Pengembangan pencatatan
Oktaviani, Amelia. Tahun 2010 dengan judul dan pelaporan tersebut dapat menghasilkan
“Pengembangan Sistem Pencatatan dan informasi berupa laporan rutin baik bulanan
Pelaporan Rekam Medik Rawat Jalan RSUD atau tahunan sesuai dengan standar yang telah
Cibinong” berdasarkan hasil penelitian ini di tetapkan.

Kesimpulan
1. Komponen masukan yang terdiri dari surveilans, ketepatan laporan surveilans.
sumber daya manusia (SDM) dan sarana. Masih terdapat kendala terutama dalam
Di RSUD Leuwiliang masih belum proses pelaporan surveilans, laporan
memadai dan cukup untuk mendukung yang tidak lengkap sebanyak 75% dan
kegiatan surveilans, yang seharusnya di ketepatan laporan yang tepat hanya 25%
rumah sakit mempunyai tenaga di tahun 2018.
surveilans menurut kepmenkes harus 3. Komponen keluaran yang dihasilkan dari
mempunyai 1 tenaga epidemiologi ahli pelaksanaan kegiatan surveilans terdapat
dan 1 tenaga epidemiologi terampil, 29 kasus penyakit yang dilaporkan ke
belum adanya buku pedoman terkait Dinkes kabupaten Bogor. Pada
pelaksanaan surveilans dan belum pelaksanaannya masih terdapat
adanya SOP (standar operasional hambatan dalam pengumpulan data
prosedur) kasus yang masih mengumpulkan dalam
2. Komponen proses surveilans yang bentuk softcopy. yang seharusnya
meliputi kegiatan pencatatan, pelaporan mengumpulkan laporan dalam bentuk
surveilans, kelengkapan laporan softcopy dan hardcopy.

419
Daftar Pustaka
[1]. Arwanti, Desi dkk. (2016) Pelaksanaan Januari 2019)
Surveilans Epidemiologi Di Puskesmas Se- [8]. Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Kota Kendari Tahun 2016. (2003). Pedoman Penyelenggaraan Sistem
https://media.neliti.com/media/publicati Surveilans Epidemiologi Penyakit
ons/183356-ID-pelaksanaan-surveilans- Menular dan Penyakit Tidak Menular.
epidemiologi-di-p.pdf (Dikutip Pada 1 https://id.scribd.com/doc/197458293/K
Januari 2019) MK-No-1479-Ttg-Pedoman-
[2]. Dinkes Kab Bogor. (2016). Profil Kesehatan Peneyelenggaraan-Sistem-Surveilans-
Kabupaten Epidemiologi-Penyakit-Menular-Dan-
Bogor.https://www.google.com/search?safe Penyakit-Tidak-Menular-Terpadu (Dikutip
=strict&ei=W0CdXPmiAZniz7sPqc26iAs& Pada 15 Januari 2019 jam 22.55 WIB)
q=Dinkes+kab+bogor+2016+jumlah+kasus [9]. Hapnasari, Anindya Putri. (2018)
+KLB&oq=Dinkes+kab+bogor+2016+juml Pengetahuan Petugas Surveilans Tentang
ah+kasus+KLB&gs_l=psy- Identifikasi Healthcare - Associated
ab.3...485337.507164..507748...2.0..6.648. Infections Di Surabaya
12024.57j25j7j4j0j1......0....1..gws- https://www.researchgate.net/publication/3
wiz.....6..0i71j35i39j0i67j0i131j0j35i39i70i 27341053_Knowledge_of_Surveillance_Off
255j0i10j0i30j0i22i30j33i22i29i30j33i160j icers_on_Identification_of_Healthcare-
33i21.fB9FZQyweBY (Dikutip Pada 22 associated_Infections_in_Surabaya/fulltext/
Januari 2019 jam 20.30 WIB) 5b893abe4585151fd13e2501/327341053_K
[3]. Denas, Symond. (2013). Penentuan Prioritas nowledge_of_Surveillance_Officers_on_Id
Masalah Kesehatan dan Prioritas Jenis entification_of_Healthcare-
Intervensi Kegiatan Dalam Pelayanan associated_Infections_in_Surabaya.pdf?
Kesehatan Disuatu Wilayah. Jurnal origin=publication_detail (Dikutip pada 4
Kesehatan Masyarakat. Volume 7 Nomor 2 Januari 2019)
http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/j [10]. Noor, Nur Nasry. (2008). Epidemiologi
kma/article/view/115. (Dikutip Pada 15 Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta
Desember 2018 jam 19.45 WIB) [11]. Notoatmodjo, Soekidjo. (2011). Kesehatan
[4]. Depkes RI. (2010). Profil Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Edisi Revisi.
Kesehatan Indonesia 2009. Jakarta : Rineka Cipta
http://www.depkes.go.id/resources/dow [12]. Oktaviani, Amelia. (2010). Pengembangan
nload/pusdatin/profil-kesehatan- Sistem Pencatatan dan Pelaporan Rekam
indonesia/profil-kesehatan-indonesia- Medik Rawat Jalan RSUD Cibinong.
2009.pdf (Dikutip Pada 22 Januari 2019 jam Universitas Indonesia
15.00 WIB) [13]. Pratiwi, Dwi Intan. (2008). Gambaran
[5]. Kesehatan Masyarakat. (2015). Surveilans Pelaksanaan Kebijakan Surveilans
AFP Rumah Sakit. http://www.indonesian- Epidemiologi Integrasi Flu Burung (Avian
publichealth.com/surveilans-afp-rumah- Influenza) di DKI Jakarta. Universitas
sakit/ (Dikutip Pada 6 Februari 2019 jam Indonesia
22.34 WIB) [14]. Permenkes. (2014). Tentang
[6]. Marthha, dkk. (2016). Metodologi Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan.
Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT Raja file:///C:/Users/Putri%20Sholihat%20Ak
Grafindo Persada bar/Downloads/PERMENKES_45_2014_P
[7]. Mahfudhoh, Binti. (2013). Komponen enyelenggaraan_Surveilans_Kesehatan%20
Sistem Surveilans Demam Berdarah Dengue (1).pdf (Dikutip Pada 15 Januari 2019 jam
(DBD) Di Dinas Kesehatan Kota Kediri 22.45 WIB)
https://media.neliti.com/media/publicati [15]. Pusat Nasional. (2003). Kebijakan
ons/75998-ID-none.pdf (Dikutip Pada 5 tentang pedoman penyelenggaraan sistem

420
surveilans epidemiologi kesehatan. [18]. Riskesdas. (2018). Badan Penelitian dan
https://www.kebijakanaidsindonesia.net/ Pengembangan Kesehatan telah
id/dokumenkebijakan/download/17- menyelesaikan Riset Kesehatan Dasar.
peraturan-pusat-national-regulation/528- https://www.litbang.kemkes.go.id/ (Dikutip
kepmenkes-ri-no-1116-tahun-2003- Pada 27 Januari 2019 jam 12.40 WIB)
tentang-pedoman-penyelenggaraan- sistem- [19]. Riskesdas. (2018). Potret Sehat Indonesia.
surveilans-epidemiologi- kesehatan http://www.depkes.go.id/article/view/18
(Dikutip Pada 28 Desember 2018 jam 20.30 110200003/potret-sehat-indonesia-dari-
WIB) riskesdas-2018.html (Dikutip Pada 27
[16]. Phd, Prof. Wiku Adisasmito. (2014). Sistem Januari 2019 jam 14.02 WIB)
Kesehatan. Edisi Kedua. Jakarta : PT Raja [20]. RSUD Leuwiliang (2017) Profil RSUD
Grafindo Persada Leuwiliang Kabupaten Bogor
[17]. Rahman, Firman Suryadi dan Hargono, [21]. Sugiyono. (2016). Metode Penelitian
afief. (2012). Komponen Surveilans Kusta Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Di Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo Alfabeta
Sebagai Upaya Penanggulangan Kusta. [22]. Sugiyono. (2017). Metode Penelitian
http://journal.unair.ac.id/download- Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
fullpapers-jbeb703f02f95full.pdf (Dikutip Alfabeta
pada 3 Februari 2019)

421
JURNAL 1

GAMBARAN PELAKSANAAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI


DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR
TAHUN 2018

A. Pengamatan
Penyakit menular masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat Indonesia,
disamping mulai meningkatnya masalah penyakit tidak menular. Penyakit menular tidak
mengenal batas-batas daerah administratif, sehingga pemberantasan penyakit menular
memerlukan kerjasama antardaerah, misalnya antar propinsi, kabupaten/kota bahkan antar
negara. Bebera papenyakit menular yang menjadi masalah utamadi Indonesia adalah diare,
malaria, demam berdarah dengue, influensa, tifus abdominalis, penyakit saluran
pencernaan dan penyakit lainnya. Beberapa penyakit tidak menular yang menunjukkan
kecenderungan peningkatan adalah penyakit jantung koroner, hipertensi naik dari 25,8%
jadi 34,1%, kanker 1,4% jadi 1,8%, diabetes mellitus naik dari 6,9% jadi 8,5%, kecelakaan
dan sebagainya (Kemenkes,2003). Di Jawa Barat Selama tahun 2016 telah terjadi KLB
sebanyak 634 kali dan 630 (99,37%) kasus KLB dapat ditanggulangan kurang dari 24
jam, tersebar di 24 Kabupaten/Kota. Pada Tahun 2015 di Kabupaten Bogor telah terjadi
14 kali KLB, yang terdiri dari 4 KLB yang menyerang 14 desa tersebar di 13 kecamatan.
Seluruh kejadian KLB ditangani dalam waktu < 24 jam, dengan demikian cakupan desa /
kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi < 24 jam 100%,
sesuai dengan target SPM 2015 sebesar 100%. (Kab Bogor, 2016).
B. Pengumpulan Data
Penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mendapatkan
data, menganalisa serta mendapat pemahaman yang lebih jelas dan mendalam terhadap
situasi yang sedang diteliti (Sugiono, 2014). Penelitian inimenggunakan metode kualitatif
dengan jenis rancangan penelitian Rapid Assessment Procedure (RAP) yaitu penelitian
yang dilakukan dalam kurun waktu yang singkat (Scrimshaw, 1997). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan surveilans epidemiologi. Kemudian
dari gambaran yang telah diperoleh tersebut dianalisis menggunakan metode pendekatan
sistem yaitu masukan, proses dan keluaran.
C. Pengelolaan Data
Analisis Data disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.

D. Analisis Data
Penelitian dilaksanakan di RSUD Leuwiliang Kabupaten Bogor Tahun 2018.Yang
menjadi informan dalam penelitian ini adalah berjumlah 4 orang yang terdiri dari kepala
bagian program dan lapoan 1 orang, kepala ruangan rawat inap 1 orang, assembling 1
orang dan 1 orang pegawai program dan laporan. Peneliti mengambil datadengan cara
wawancara mendalam, observasi dan telaah data kepada informan. Untuk menjaga
Validitas data maka dilakukan triangulasi, pada penelitian ini menggunakan triangulasi
sumber, triangulasi data dan triangulasi metode.

E. Intervensi Data
1. Gambaran karakteristik Informan selama penelitian
Karakteristik informan pelaksanaan surveilans di Rumah Sakit Umum Daerah
Leuwiliang tahun 2019 terdapat informan, jabatan, tugas, pendidikan terakhir, usia, dan
lama kerja. Dengan ini diharapkan mendapatkan informasi yang beragam dan sesuai
tentang sejauh mana pelaksanaan surveilans epidemiologi di Rumah Sakit Umum Daerah
Leuwiliag Kabupaten Bogor.

Tabel 1. Karakteristik responden sebelum intervensi


Pada informan penelitian tidak ada petugas surveilans epidemiologi karena itu
informan yang terpilih adalah petugas yang terlibat dalam pelaporan surveilans
epidemiologi yaitu kelapa ruangan rawat inap,assembling, dan staf program dan pelaporan.
2. Gambaran Masukan (sumber dayamanusia dan sarana)
A. Sumbar Daya Manusia(SDM)

Untuk mempermudah kegiatan surveilans tentunya harus ada petugas dengan


pendidikan yang sesuai dengan bidangnya. Namun berdasarkan hasil dari wawancara
kepada kepala rekam medis, staf prolap dan kabag prolap bahwa di RSUD Leuwiliang
belum adanya petugas khusus dengan pendidikan yang sesuai di bidang
kompetensinya. Jika untuk standarkriteria seharusnya sarjana epidemiologi

Sumber: Inspektorat Jenderal Depkes RI, 2003

Berdasarkan hasil dari observasi peneliti tidak menemukan bahwa di RSUD Leuwiliang
tidak terdapat tenagaepidemiologi ahi dan tenagaepidemiologi terampil.
B. Sarana
Menurut Kepmenkes No 1116 Tahun 2003 untuk dapat berjalannya kegiatan
surveilans epidemiologi ini diperlukan sarana penunjang agar kegiatan bisa berjalan
dengan baik. Sarana prasaranayang dibutuhkan rumah sakit adalah 1

F. Desiminasi Data

Desiminasi data pada penelitian ini agar pengembangan pencatatan dan pelaporan
tersebut dapat menghasilkan informasi berupa laporan rutin baik bulanan atau tahunan
sesuai dengan standar yang telahdi tetapkan.
G. Feedback
Hasil feedback dari berbagai pihak, baik itu feedback positif ataupun negatif,
sehingga para peneliti dapat mengetahui bagaimana respon masyarakat mengenai
Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi . Sistem surveilans harus dirancang secara
keberlanjutan dan terintegrasi untuk menghadapi permasalahan kesehatan masyarakat
di Indonesia dan global kedepannya.

Anda mungkin juga menyukai