Anda di halaman 1dari 10

PENDAHULUAN

Selama ini pengertian konsep surveilans epidemiologi sering di pahami


hanya sebagai kegiatan pengumpulan dana dan penanggulangan KLB, pengertian
seperti itu menyembunyikan makna analisis dan penyebaran informasi
epidemiologi sebagai bagian yang sangat penting dari proses kegiatan surveilans
epidemiologi.
Menurut WHO, surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan,
analisis, dan interpretasi data secara sistematik dan terus menerus serta
penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil
tindakan. Oleh karena itu perlu di kembangkan suatu definisi surveilans
epidemiologi yang lebih mengedepankan analisis atau kajian epidemiologi serta
pemanfaatan informasi epidemiologi, tanpa melupakan pentingnya kegiatan
pengumpulan dan pengolahan data.
Berdasarkan KepMenkes Nomor: 1116/ MENKES/SK/VIII/2003,
Surveilans Epidemiologi adalah kegiatan analisis yang sistematik dan terus-
menerus terhadap penyakit dan atau tersebut, agar dapat melakukan tindakan
penanggulangan secara efektif dan efisiensi melalui proses pengumpulan data,
pengolahan data, analisis dan interpretasi data secara sistematik dan terus menerus
serta penyebarluasan informasi kepada penyelenggara program kesehatan.
Dalam sistem ini yang dimaksud dengan surveilans epidemiologi adalah
kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau
masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya
peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut,
agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui
proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi
kepada penyelenggara program kesehatan.
Sistem surveilans epidemiologi merupakan tatanan prosedur
penyelenggaraan surveilans epidemiologi yang terintegrasi antara unit-unit
penyelenggara surveilans dengan laboratorium, sumber-sumber data, pusat
penelitian, pusat kajian dan penyelenggara program kesehatan, meliputi tata

1
hubungan surveilans epidemiologi antar wilayah kabupaten/kota, Propinsi dan
Pusat.
Masalah kesehatan dapat disebabkan oleh berbagai sebab, oleh karena itu
secara operasional masalah-masalah kesehatan tidak dapat diselesaikan oleh
sektor kesehatan sendiri, diperlukan tatalaksana terintegrasi dan komprehensif
dengan kerjasama yang harmonis antar sektor dan antar program, sehingga perlu
dikembangkan subsistem surveilans epidemiologi kesehatan yang terdiri dari
Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular, Surveilans Epidemiologi Penyakit
Tidak Menular, Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan, dan Surveilans
Epidemiologi Kesehatan Matra .
Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai cara surveilans epidemiologi
penyakit tuberkulosis paru dan malaria di Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Utara.

2
ISI

KEADAAN UMUM
Letak Geografis Dan Jumlah Penduduk

Provinsi Sulawesi Utara dengan ibu kota Manado terletak antara 0°15’ –
5°34’ Lintang Utara dan antara 123°07’ – 127°10’ Bujur Timur, yang berbatasan
dengan Laut Sulawesi, Republik Philipina dan Laut Pasifik disebelah utara serta
Laut Maluku di sebelah timur. Batas sebelah selatan dan barat masing-masing
adalah Teluk Tomini dan Provinsi Gorontalo.
Luas wilayah Sulawesi Utara tercatat 14.499,08 km2 dengan jumlah
penduduk 2.265.973 jiwa, laki-laki 1.157559 jiwa dan perempuan 1.108.378 jiwa
dengan kepadatan penduduk rata-rata 156 orang/km2 (sensus penduduk 2010).

Jumlah Kabupaten/Kota Kecamatan, Desa/Kelurahan, Dusun dan


Lingkungan

Provinsi Sulawesi Utara terdiri dari 11 kabupaten yaitu Kabupaten


Kepulauan Sangihe, Kepulauan Talaud, Kepulauan Sitaro, Minahasa, Minahasa
Utara, Minahasa Selatan, Minahasa Tenggara, Bolaang Mongondow Selatan,
Bolaang Mongondow Selatan, Bolaang Mongondow Timur dan 4 kota yaitu: Kota
Manado, Bitung, Tomohon, Kotamobagu. Jumlah kecamatan ada 150 dan 1717
desa/kelurahan.

PENCAPAIAN PEMBANGUNAN KESEHATAN

Untuk menggambarkan derajat kesehatan masyarakat di Sulawesi Utara,


maka digunakan angka-angka Umur Harapan Hidup, mortalitas dan morbiditas
serta status gizi masyarakat.
Surveilans Epidemiologi
Berdasarkan KepMenkes Nomor: 1116/ MENKES/SK/VIII/2003,
Surveilans Epidemiologi adalah kegiatan analisis yang sistematik dan terus-
menerus terhadap penyakit dan atau masalah kesehatan dengan kondisi yang
mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit/ masalah
kesehatantersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif

3
dan efisiensi melalui proses pengumpulan data, pengolahan data, analisis dan
interpretasi data secara sistematik dan terus menerus serta penyebarluasan
informasi kepada penyelenggara program kesehatan.
Strategi pelaksanaan surveilans penyakit menular yaitu pemantauan
populasi rentan (berisiko), pemantauan kasus penyakit melalui Pemantauan
Wilayah Setempat (PWS) dan Respon terhadap ancaman KLB. Strategi ini
merupakan bentuk penguatan surveilans guna melaksanakan respon cepat dan
tepat terhadap penanggulangan penyakit menular suatu penyakit dan atau masalah
kesehatan lainnya. Kegiatan surveilans yang dilaksanakan dalam berbagai bentuk,
perlu dievaluasi dan dimonitor pelaksanaannya baik di tingkat Kab/Kota maupun
Provinsi bahkan Nasional secara berkala. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui
pencapaian indikator surveilans dan kinerja para pengelola surveilans serta
mengetahui hambatan dan masalah dari pelaksanaan program surveilans guna
mencari solusi dan membuat komitmen bersama dalam kesinambungan kegiatan.
Berdasarkan aktifitas pengumpulan data dalam kegiatan surveilans dikenal
adanya Surveilans aktif dan surveilans pasif. Surveilans aktif adalah proses
pengumpulan data yang dilakukan petugas surveilans ke sumber data (misal
Rumah Sakit dan Klinik) baik harian, mingguan, bulanan, triwulan dan tahunan.
Tujuan Surveilans aktif tersebut adalah untuk memonitor secara langsung
jumlah kejadian penyakit di sumber data, yang akan diolah dan dianalisis serta
diinterpretasi guna mengetahui trend dan distribusi serta determinan suatu
penyakit. Hasil analisis suatu penyakit akan merekomendasikan upaya/saran
tindak lanjut untuk pencegahan dan penanggulangan penyakit tersebut. Apabila
kondisi tersebut berjalan secara maksimal, maka pemantauan terhadap angka
kesakitan penyakit menular akan berjalan dengan baik pula.
Kegiatan rutin unit surveilans :
a) Melaksanakan kegiatan surveilans
 Pengumpulan data
 Pengolahan dan penyajian
 Analisis dan interpretasi
 Penyebarluasan informasi dan rekomendasi
b) Penanggulangan KLB :

4
 SKD KLB
 Penyelidikan dan penanggulangan KLB
c) Pengembangan sistem surveilans termasuk pengembangan jaringan informasi.
d) Koordinasi kegiatan surveilans : lintas program dan lintas sektoral
Surveilans beralasan untuk dilakukan jika dilatari kondisi :
1. Beban penyakit (burden of disease) tinggi, sehingga merupakan masalah
penting kesehatan masyarakat.
2. Terdapat tindakan kesehatan masyarakat yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah tersebut.
3. Data relevan mudah diperoleh.
Tuberkulosis paru
Pelaksanaan surveilans epidemiologi penyakit TB paru sama dengan
penyakit menular lainnya yaitu dengan mengumpulkan data dari tiap Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota seProvinsi Sulut. Dalam pelaksanaannya Dinas
Kesehatan Sulut tidak bisa langsung turun ke lapangan untuk melakukan
surveilans epidemiologi di tiap Puskesmas kecuali lewat Dinas Kabupaten/Kota
atau hanya dengan bekerjasama dengan Dinas Kabupaten/Kota. Dalam hal ini tiap
Puskesmas atau Rumah Sakit bertanggungjawab dalam hal pelaporan data
penyakit secara langsung kepada Dinas kabupaten/Kota, sementara Dinas
kabupaten/Kota bertanggung jawab kepada Dinas Propinsi.
Secara global, Tuberkolosis atau TB masih menjadi masalah kesehatan
yang serius, sedangkan secara nasional beban TB masih sangat tinggi; data
Riskesdas 2007 menunjukan sekitar 7,5 % angka kematian Indonesia disebabkan
oleh penyakit yang mematikan ini. Dari data tersebut juga didapatkan prevalensi
TB paru DI Provinsi Sulawesi Utara cenderung meningkat sesuai bertambahnya
umur dan prevalensi tertinggi pada usia lebih dari 65 tahun. Prevalensi TB paru
20% lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan perempuan, tiga kali lebih tinggi di
pedesaan dibandingkan perkotaan dan empat kali lebih tinggi pada pendidikan
rendah dibandingkan pendidikan tinggi.
Target pengendalian TB mencakup:
1. Tercapainya penemuan pasien baru TB menular (Basil Tahan Asam positif /
BTA positif setidaknya sebanyak 70 % dari perkiraan. Angka Penemuan Kasus

5
(Case Detectian Rate) =CDR) adalah persentase jumlah pasien baru BTA positif
yang ditemukan dan diobati dibandingkan dengan jumlah pasien baru BTA positif
yang diperkirakan dalam suatu wilayah.
2. Menyembukan 85% dari semua pasien tersebut dan mempertahankanya. Angka
kesembuhan menunjukkan persentase pasien baru TB paru BTA positif yang
menyelesaikan pengobatan (baik yang sembu maupun pengobatan lengkap)
diantara pasien baru TB paru BTAS positif yang tercatat. Penyakit TB Paru bukan
hanya membawa kerugian terhadap sektor kesehatan dan sosial, tetapi juga
terhadap sector ekonomi, karena 75% penderita TB adalah mereka yang berusia
produktif secara ekonomi (15-54 tahun) dan pada kelompok ekonomi lemah serta
yang berpendidikan rendah.
TB Paru menyebabkan sumberdaya manusia ekonomis berkurang, tingkat
produktifitas ekonomi menurun, pendapatan berkurang dan pada akhirnya
berdampak terhadap ekonomi secara luas. Tahun 2008, Angka penemuan kasus
Baru TB Paru di Sulawesi Utara (CDR) secara umum memperlihatkan hasil yang
baik kecuali di beberapa Kabupaten/Kota masih rendah/belum memenuhi target
nasional >70 %.
Berdasarkan CDR maka akan tentukan perkiraan suspek di mana Adapun
angka penemuan penderita TB Paru berdasarkan CDR Kab/Kota Propinsi tahun
2009 dan tahun 2010 Sulut dapat dilihat pada lampiran. Seperti yang dilihat pada
lampiran maka data angka penemuan penderita berdasarkan perhitungan CDR
(Case Detection Rate) untuk Sulut digunakan standar 210/100.000 penduduk.
Kemudian dari perkiraan suspek akan dibandingkan dengan angka penemuan di
lapangan berdasarkan data yang masuk dari setiap kabupaten/kota bekerjasama
dengan Puskesmas, Puskesmas Sentinel, RS, RS Sentinel. Dari data tersebut akan
ditentukan angka CDR yang turut menentukan kualitas survei ataupun pelaporan
dari tiap kabupaten/kota. Sebagai contoh kabupaten Sangihe dengan jumlah
penduduk 131.192 jiwa. Maka perkiraan penderita BTA(+) = 210/100.000
131.192 dan hasilnya didapatkan 275,5. Maka perkiraan suspek penderita TB
untuk 1 tahun adalah 275,510 = 2755. Dari angka tersebut akan dibandingkan
dengan jumlah penderitan yang didapatkan/dilaporkan di lapangan.

6
Malaria
Pelaksanaan surveilans epidemiologi penyakit malaria sama dengan TB
paru dan penyakit menular lainnya yaitu dengan mengumpulkan data dari tiap
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota seProvinsi Sulut. Dalam pelaksanaannya Dinas
Kesehatan Sulut tidak bisa langsung turun ke lapangan untuk melakukan
surveilans epidemiologi di tiap Puskesmas kecuali lewat Dinas Kabupaten/Kota
atau hanya dengan bekerjasama dengan Dinas Kabupaten/Kota. Dalam hal ini tiap
Puskesmas atau Rumah Sakit bertanggungjawab dalam hal pelaporan data
penyakit secara langsung kepada Dinas kabupaten/Kota, sementara Dinas
kabupaten/Kota bertanggung jawab kepada Dinas Propinsi. Adapun data akan
dilaporkan tiap bulan. Kurangnya kualitas pelaporan dari tiap puskesmas menjadi
masalah karena akan mempengaruhi data surveilans epiemiologi tiap
Kabupaten/Kota sehingga akan mempengaruhi pula program pemberantasan dan
penanggulangan untuk setiap penyakit.
Melalui data yang masuk setiap bulannya akan dilakukan analisi data
untuk selanjutnya dijadikan sumber untuk program penanggulangan malairia.
Setiap tahunnya data setiap bulannya akan dikumpulkan dan dibandingkan dengan
data tahun sebelumnya yang kemudian akan dijadikan bahan evaluasi dari
program penanggulangan tahun berjalan dan dijadikan dasar untuk program
penanggulangan tahun selanjutnya. Perlunya data dimasukkan setiap bulan adalh
sebagai program Sistem Kewaspadaan Dini terhadap KLB.
Pengendalian penyakit Malaria telah menjadi prioritas penanggulangan
masalah kesehatan masyarakat di dunia, termasuk Indonesia lebih khusus Provinsi
Sulawesi Utara. Hampir disetiap bagian dunia, tidak terkecuali Indonesia yang
merupakan salah satu negara yang beresiko malaria, penyakit malaria muncul
sebagai Kejadian Luar Biasa.
Upaya pemberantasan penyakit malaria dilakukan melalui strategi yang
menekankan empat aspek, yaitu :
1. Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat.
2. Pengendalian vektor yang selektif.
3. Pengendalian Kejadian Luar Biasa.
4. Sistem Surveilans yang efektif.

7
Untuk surveillans
Strategi tersebut dijabarkan dalam program -program berikut :
1. Pencegahan dan perlindungan kelompok masyarakat beresiko tertular malaria
melaui kegiatan kelambunisasi dengan kelambu berinsektisida yang tahan lama
(long lasting nets) untuk pencegahan. Tahun 2003-2008 telah dibagikan kelambu
berinsektisida didaerah berpotensi/endemis malaria
2. Integrasi dan peningkatan penemuan kasus malaria (active case detection) dan
pengendalian malaria.
3. Penggunaan rapid diagnostic tests untuk mempermudah diagnosis
4. Pengobatan profilaksis dan penggunaan obat malaria kombinasi derivat
artemesinin.
5. Peningkatan jangkauan penemuan, pengobatan dan perawatan malaria yang
berkualitas di daerah terpencil :
a. Pembentukan revitalisasi Pos Malaria Desa (Posmaldes)
b. Pelatihan dan pemberdayaan kader Posmaldes yang aktif
c. Pendirian pos malaria desa di wilayah yang sulit dijangkau tenaga kesehatan.
d. Penggunaan pokesdes pada Desa Siaga
6. Memenuhi kebutuhan obat.
Target dan tujuan pemberantasan penyakit malaria adalah eliminasi
penyakit ini yang dilakukan secara bertahap dimana untuk wilayah Sulawesi
ditargetkan tereliminasi di tahun 2020. Selain itu, ditetapkan pula tujuan-tujuan
khusus pemberantasan penyakit malaria sebagai berikut:
1. Penurunan 50% jumlah desa dengan kasus malaria lebih dari 5 per 1.000
penduduk pada tahun 2010.
2. Seluruh kabupaten / kota mampu melaksanakan pemeriksaan atas sedian darah
malaria dan memberikan pengobatan secara tepat dan terjangkau pada tahun 2010.
3. Seluruh wilayah Indonesia telah melaksanakan intensifikasi dan integrasi dalam
pengendalian malaria pada tahun 2020.

8
PENUTUP

Menurut WHO, surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan,


analisis, dan interpretasi data secara sistematik dan terus menerus serta
penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil
tindakan.
Berdasarkan KepMenkes Nomor: 1116/ MENKES/SK/VIII/2003,
Surveilans Epidemiologi adalah kegiatan analisis yang sistematik dan terus-
menerus terhadap penyakit dan atau tersebut, agar dapat melakukan tindakan
penanggulangan secara efektif dan efisiensi melalui proses pengumpulan data,
pengolahan data, analisis dan interpretasi data secara sistematik dan terus menerus
serta penyebarluasan informasi kepada penyelenggara program kesehatan.
Oleh karena itu diperlukan kerjasama yang baik dan disiplin antara Dinas
Propinsi dan Dinas Kabupaten Kota dan jajaran di bawahnya seperti Puskesmas
dalam hal pelaporan data angka kejadian suatu penyakit terutama penyakit
menular seperti TB paru dan malaria.
Pelaksanaan surveilans epidemiologi penyakit TB paru dan maaria sama
dengan penyakit menular lainnya yaitu dengan mengumpulkan data dari tiap
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota seProvinsi Sulut. Dalam pelaksanaannya Dinas
Kesehatan Sulut tidak bisa langsung turun ke lapangan untuk melakukan
surveilans epidemiologi di tiap Puskesmas kecuali lewat Dinas Kabupaten/Kota
atau hanya dengan bekerjasama dengan Dinas Kabupaten/Kota. Dalam hal ini tiap
Puskesmas atau Rumah Sakit bertanggungjawab dalam hal pelaporan data
penyakit secara langsung kepada Dinas kabupaten/Kota, sementara Dinas
kabupaten/Kota bertanggung jawab kepada Dinas Propinsi. Jadi petugas
surveilans epidemiologi dari Dinas Propinsi dapat melakukan survei langsung
lewat Dinas Kabupaten/Kota, sehingga dituntut kerjasama yang efektif di antara
keduanya.

9
DAFTAR PUSTAKA
1. Balai Data, Surveilans dan SIK Dinas Kesehatan Sulawesi Utara.
Profil Kesehatan Sulut tahun 2008. [updated 2009 December 16 ;
cited 2010 November 8]. Available from http://www.dinkes-
sulut.com/?baca=menu&id=4&submenu=7
2. Subdirektorat Surveilans Epidemilogi. [updated 2008; cited 2010
November 10]. Available from
http://www.surveilans.org/about_us.php?tpl=id
3. MPKPK UNAIR. Surveilans epidemiologi. [ updated 2008
October 11 ; cited 2010 November 10]. Available from
http://mpkpk2008.blogspot.com/2009/01/surveilans.html
4. Balai Data, Surveilans dan SIK Dinas Kesehatan Sulawesi Utara.
Buletin Epidemiologi UPT Dinas Kesehatan. [updated 2010 Mei
10; cited 2010 November 11]

10

Anda mungkin juga menyukai