Anda di halaman 1dari 7

Tuberkulosis

Patomekanisme:

Inhalasi droplet nuclei yang berjumlah sedikit akan segera difagosit dan dicerna oleh system
imun non spesifik (makrrofag). Namun jika jumlah Kuman TB yang terdeposit melebihi
kemampuan makrofag untuk memfagosit dan mencerna, kuman TB akan bertahan dan
berkembang biak secara intraselular di dalam makrofag hingga menyebabkan pneumonia
tuberculosis yang telokalisasi. Kuman yang berkembang biak di dalam makrofag ini akan keluar
saat makrofag mati. Respon imun akan merespon dengan membentuk barrier di sekitar area yang
terinfeksi dan membentuk granuloma. Jika respon imun tidak dapat mengontrol infeeksi, maka
barrier ini akan di tembus oleh M TB dan akan tersebar ke jaringan dan organ melalui system
limfatik dan pembuluh darah.

Definisi Kasus

1. Terduga TB : Gejala TB atau Tanda TB


Gejala Utama: batuk berdahak ≥ 2 minggu
Gejala tambahan: batuk darah, sesak napas, lemas, penurunan nafsu makan, penurunan
berat badan, malaise, berkeringat malam hari, demam subfebris lebih dari satu bulan,
nyeri dada
2. Kasus TB
a. Pasien TB terkonfirmasi bakteriologi
1) BTA Positif
Interpretasi dengan skala IUATLD

Negatif Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapangan pandang


Tulis Jumlah Basil Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapangan pandang
+ (1+) Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapangan pandang
++ (2+) Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapangan pandang
+++ (3+) Ditemukan > 10 BTA dalam 1 lapangan pandang

2) Biakan MTB positif (Gold Standard)


- Media padat (Lownstein- Jensen)
- Media Cair (Mycobacteria Growth Indicator Tube / MGIT)
3) TCM TB Positif : 1 kali pemeriksaan dahak. Untuk meengidentifikasi MTB dan
sekaligus uji kepekaan obat dengan mendeteksi materi genetic, digunakan GeneXpert
MTB / Rif (uji kepekaan rifampisin)
4) Pasien TB ekstraparu dari uji jaringan yang terkena

b. Pasien TB terdiagnosis secara klinis


- Pasien TB BTA negative dengan foto toraks mendukung TB
Radiologi lesi TB aktif:
 Bercak berawan/ nodular di segmen apical dan posterior lobus atas paru dan
segmen superior lobus bawah
 Kavitas terutama lebih dari satu dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau
nodular
 Bercak milier
 Efussi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)

Radiologi lesi TB inaktif:

 Fibrosis
 Kalsifikasi
 Schwarte atau penebalan pleura

Radiologi destroyed lung


 Atelektasis, multikavitas, fibrosis parenkim paru

- Pasien TB BTA negative dengan tidak ada perbaikan klinis setelah diberikan
antibiotic non OAT, dan punya faktor resiko TB
- TB ekstraparu yang terdiagnosis secara klinis maupun laboratorium dan histopatologi
tanpa konfirmasi bakteriologi
- TB anak terdiagnosis dengan sistim skoring

c. Berdasarkan Lokasi:
- TB paru: TB milier. Pasien yang menderita TB paru dan ekstraparu bersamaan
diklasifikasikan sebagai TB paru
- TB ekstraparu

d. Berdasarkan Riwayat pengobatan


- Kasus Baru: Belum mendapat OAT atau konsumsi OAT < 28 hari
- Kasus yang pernah diobati:
1) Kasus kambuh: Pernah dinyatakan sembuh / pengobatan lengkap dan saat ini
didiagnosis kembali TB
2) Kasus pengobatan gagal: Pernah diobati TB dan dinyatakan gagal pengobatan
3) Kasus putus obat: Terputus peengobatannya selama minimal 2 bulan berturut-
turut
4) Lain-lain: kasus yang pernah diobati TB namun hasil akhir pengobatan
sebelumnya tidak diketahui

e. Klasifikasi hasil uji kepekaan obat


- TB sensitive Obat (TB- SO)
- TB resisten Obat ( TB-RO)
1) Monoresisten: resisten salah satu jenis OAT lini pertama
2) Resisten Rifampisim (TB RR)
3) Poliresisten: Resisten > 1 OAT lini pertama, namun tidak isoniazid (H) dan Rifamipisin (R)
bersamaan
4) Multi drug Resisten (TB -MDR): resisten terhadap isoniazid (H) dan Rifamipisin (R)
bersamaan, dengan atau tanpa diikuti resisten terhadap OAT lini pertama lainnya.
5) Pre Extensively drug Resistent (TB Pre-XDR) : memenuhi kriteria TB MDR dan resisten
terhadap minimal satu florokuinolon
6) Extensively drug resistant (TB XDR): TB MDR yang juga resisten salah satu OAT golongan
florokuinolon dan minimal salah satu dari OAT grup A (levofloksasin, moksifloksasin,
bedakuilin atau linezolid)

f. Berdasarkan status HIV


- TB dengan HIV Positif
- TB dengan HIV negative
- TB dengan HIV tidak diketahui

Catatan:

- Interferon Gamma Realease Assays (IGRAs) : Tidak digunakan untuk mendiagnosis


TB aktif, tetapi hanya digunakan untuk diagnosis TB laten.

TERAPI

1. Pemberian 4 macam obat untuk mencegah resistensi obat


- Regimen pengobatan TB -SO: 2 RHZE/ 4 RH
2. Diberikan dosis yang tepat
3. OAT ditelan secara teratur dan diawasi oleh pengawas menelan obat (PMO)
4. Diberikan dalam waktu yang cukup.
- Fase awal/ Intensif ( 2 bulan): Untuk menurunkan secara cepat jumlah kuman TB
yang terdapat dalam tubuh dan meminimalkan risiko penularan. Jika diminum secara
teratur dengan dosis tepat, risiko penularan sudah berkurang setelah 2 minggu
pertama tahap pengobatan.
- Fase lanjutan ( 4-6 bulan) : untuk membunuh sisa kuman M. TB yang tidak mati pada
tahap awal sehingga dapat mencegah kekambuhan.

Catatan:

- Meningitis TB: terapi 9-12 bulan, etambutol sebaiknya digantikan streptomisin


- TB tulang belakang: 9-12 bulan
- Kortikosteroid diberikan pada meningitis TB, TB milier berat, pericarditis TB
- Limfadenitis TB: terapi 6-12 bulan
Efek samping Obat

Isoniazid a. Gangguan saraf tepi (kesemutan, rasa terbakar, nyeri otot)


Terapi: piridoksin 100 mg-200 mg/ hari atau vit. B kompleks 3 minggu
b. Hepatitis imbas obat
Rifampisin a. Sindrom flu
b. sindrom dispepsisa
c. Hepatitis imbas obat dan ikterik : stop Obat sementara
d. Purpura, anemia hemolitik, syok, gagal ginjal: jangan berikan lagi
meskipun gejala menghilang
e. Sindrom respirasi: sesak napas
f.warna urin kemerahan, air seni, air mata, air liur, keringat (karna proses
metabolism dan tidak berbahaya.
Pirazinamid a. hepatitis Imbas obat
b. Nyeri sendi, serangan arthritis gout (penurunan ekskresi dan penimbunan
asam urat)
Etambutol a.Gangguan penglihatan: penuruunan penglihatan, buta warna merah dan
hijau. Gangguan penglihatan akan kembali normal dalam beberapa minggu
setelah obat dihentikan
Streptomisin a.Gangguan saraf kedelapan: gangguan pendengaran dan keseimbangan. Bila
reaksi mengganggu dosis dapat dikurangi 0.25 gram
b. Tuli : stop streptomisin
c. Pusing (vertigo dan nystagmus): stop
- Kulit kemerahan dengan atau tanpa gatal : hentikan OAT. Apabila kulit kemerahan
sudah sembuh atau berkurang makan dapat dicoba satu persatu, dimuai dari OAT
yang jarang timbulkan reaksi alergi.
Jika pada proses reintroduksi ditemukan obat yang menyebabkan alergi, maka obat
tersebut harus diheentikan
- Kulit gatal tanpa kemerahan : antihistamin
- Gangguan penglihatan: hentikan etambutol
- Mual dan nyeri perut, tidak ada nafsu makan: Berikan obat bersamaan dengan makan
ringan atau sebelum tidur dan minum obat dengan air sedikit demi sedikit.

Use the "Insert Citation" button to add citations to this document.

Anda mungkin juga menyukai