Anda di halaman 1dari 79

TUBERKULOSIS PARU

dr. Sri Handayani Rahayu, Sp. P


Kuliah Umum PPDS Paru Unlam-09/01/2022
PENDAHULUAN
 Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi
Mycobacterium tuberculosis complex
 M. tuberculosis complex terdiri dari delapan spesies yaitu: M. tuberculosis, M.
bovis, M. Caprae, M. africanum, M. microti, M. canneti, M. pinnipedii, M.
bovis BCG type
 Tidak semua orang yang terpajan dengan patogen TB akan berkembang
menjadi penyakit TB
Sifat-sifat kuman Mycobacterium
tuberculosis (M. tb)
• Berbentuk batang dengan panjang 1-10 mikron, lebar 0.2-0.6
micron
• Bersifat tahan asam, berbentuk batang merah dengan
pewarnaan ZN.
• Tahan terhadap suhu rendah (4 s.d -70oC)
• Sangat peka terhadap panas, sinar matahari dan sinar UV.
• Di dahak pada suhu 30-37oC akan mati dalam waktu lebih
kurang 1 minggu
• Kuman dapat bersifat dorman
3
Sumber Penularan TB
• Pasien TB  1x batuk mengeluarkan 3000 percikan dahak (droplet nuclei) yang
mengandung kuman 0-3500 M. tb ; 1x bersin sekitar 4500-1 juta M. tb terhirup oleh
orang lain
• BTA negatif hasil kultur positif 26% menularkan, jika hasil kultur negatif tapi rontgen
positif dapat menularkan 17%
• Faktor risiko :
• Frekuensi kontak langsung
• Lama kontak
• Kontak dengan pasien yang belum terdiagnosis dan belum diobati
• Ventilasi yang tidak memadai
4
• Status bakteriologis sumber penular
DEFINISI & KLASIFIKASI

 Terduga TB adalah seseorang dengan gejala atau tanda TB.


 Kasus TB definitif yaitu pasien TB dengan ditemukan Mycobacterium
tuberculosis kompleks yang diidentifikasi dari spesimen klinik (jaringan,
cairan tubuh, usap tenggorok dll) dan kultur. ATAU
 Seorang pasien yang setelah dilakukan pemeriksaan penunjang untuk TB
sehingga didiagnosis TB oleh dokter maupun petugas kesehatan dan
diobati dengan paduan dan lama pengobatan yang lengkap.
Definisi & Klasifikasi Lanjutan…

 Klasifkasi Berasarkan Hasil Bakteriologis:


 Pasien TB terkonfirmasi bakteriologis (BTA, Biakan, TCM)
 Pasien TB terdiagnosis secara klinis (CXR, atb non OAT tidak membaik,
histopatologis, skoring).
 Klasifkasi Berdasarkan Lokasi Infeksi:
 Tuberkulosis paru.
 Tuberkulosis ekstra paru.
 Klasifkasi Berdasarkan Riwayat pengobatan:
 Kasus baru TB
 Kasus yang pernah diobati TB: kambuh, gagal, putus obat, lain-lain.
Definisi & Klasifikasi Lanjutan…

 Klasifikasi Berdasarkan Hasil Uji Kepekaan Obat:


 TB Sensitif Obat
 TB Resisten Obat: monoresisten, RR, Poliresisten, MDR, Pre-XDR, XDR

 Klasifikasi Berdasarkan Status HIV:


 TB dengan HIV positif
 TB dengan HIV negatif
 TB dengan status HIV tidak diketahui
DIAGNOSIS

1. Gejala Klinis
√ Utama: batuk berdahak ≥ 2 minggu
√ Tambahan: batuk darah, sesak, lemas, nafsu makan <, BB <, malaise,
keringat malam, subfebris > 1 bulan, nyeri dada.
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan Bakteriologis
4. Pemeriksaan Radiologi
5. Pmeriksaan Penunjang lain
Diagnosis Lanjutan…

Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB aktif adalah:


• Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas
paru dan segmen superior lobus bawah.
• Kavitas, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan
atau nodular.
• Bayangan bercak milier.
• Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang).
Diagnosis Lanjutan…

Gambaran radiologi yang dicurigai lesi TB inaktif:


• Fibrotik
• Kalsifikasi
• Schwarte atau penebalan pleura

Gambaran radiologi luluh paru (destroyed lung): atelektasis, multikavitas,


dan fibrosis parenkim paru.
PENGOBATAN TB
• Meliputi tahap awal yang diberikan setiap hari selama 2 bulan,
tujuannya untuk secara efektif menurunkan jumlah kuman yang
ada dalam tubuh pasien dan meminimalisir risiko penularan, serta
meminimalisir pengaruh dari sebagian kecil kuman yang mungkin
sudah resisten sejak sebelum pengobatan.
• Tahap lanjutan bertujuan membunuh sisa kuman yang masih ada
dalam tubuh sehingga mencegah kekambuhan

11
Pengobatan Lanjutan…

 Prinsip pengobatan TB yang adekuat meliputi:


1. Pengobatan meliputi minimal empat macam obat untuk mencegah
terjadinya resistensi terhadap OAT.
2. OAT diberikan dalam dosis yang tepat.
3. OAT ditelan secara teratur dan diawasi oleh pengawas menelan obat
(PMO) hingga masa pengobatan selesai.
4. OAT harus diberikan dalam jangka waktu yang cukup, meliputi tahap
awal/ fase intensif dan tahap lanjutan.
Dasar Bakteriologis Untuk Terapi Tuberkulosis
(TB) Termasuk Pada Kasus Resisten Obat

Terapi TB
mempertimbangkan
faktor bakteriologis

Kombinasi  Lama  mencegah


mencegah resistensi kekambuhan

13
1. Perlunya Kombinasi Obat Untuk Mencegah Kekebalan

Fase dominasi
Fase Awal: eliminasi populasi kuman
Terapi TB dengan 1 yang resisten
kuman >>,
obat
perbaikan klinis ‘Fall and Rise
Phenomenon’

14
2. Pengobatan Membutuhkan Waktu Yang Lama

Tergantung pada kondisi metabolik dari populasi bakteri


Pada pasien tuberkulosis ada beberapa populasi bakteri, yaitu:
1.Bakteri yang berkembang biak dengan cepat → Isoniazid (H)
- Medium optimum:Extraselular, PH 6.5-7, oksigenasi yang optimum (dinding kapitas)
- Jumlah bakteri besar (107-109) → kemungkinan terjadi mutasi spontan besar

2. Bakteri yang berkembang biak dengan lambat → Pirazinamid (Z)


- Lokasi intramakrofag. pH asam. Populasi 103-105
-Kemampuan obat untuk menghilangkan populasi kuman ini  kemampuan sterilisasi
diukur dengan jumlah kambuh yang terjadi.

3. Pertumbuhan bakteri yang intermintent → Rifampicin (R)


-Kondisi yang tidak menguntungkanmemasuki fase dormant dengan sesekali beraktivitas
metabolik singkat. Terdapat pada kaseosa yang padat. Extraselular
-- Populasi 103-105.

4. Bakteri pada kondisi laten : tidak peka terhadap obat


- Reaktivasi dan kekambuhan 15
Pengobatan Lama lanjutan…

Tabel 3. Aktivitas Obat Anti Tuberkulosis

16
Management of Drug-Resistant Tuberculosis, 2013
Pengobatan Lanjutan…
OBAT-OBAT YANG DIPAKAI

17
Pengobatan Lanjutan…

 Tuberkulosis paru dan ekstraparu diobati dengan regimen pengobatan yang


sama dan lama pengobatan berbeda yaitu:
• Meningitis TB, lama pengobatan 9 – 12 bulan karena berisiko kecacatan
dan mortalitas. Etambutol sebaiknya digantikan dengan Streptomisin.
• TB tulang belakang, lama pengobatan 9 – 12 bulan.
• Kortikosteroid diberikan pada meningitis TB, TB milier berat, dan
perikarditis TB.
• Limfadenitis TB lama pengobatan 6 bulan dan dapat diperpanjang hingga
12 bulan.

18
Pengobatan Lanjutan…
Pengobatan Lanjutan…
Pengobatan Lanjutan…
Pengobatan Lanjutan…
Cutaneus Reaction
Desensitisasi: single step daily dose escalation & multi-step daily dose
Reintroduksi: escalation
Pengobatan Lanjutan…
DILI
Reintroduksi menurut ATS:
1. Pemberian obat sebaiknya dimulai dengan
Rifampisin dengan atau tanpa etambutol.
2. Setelah 3-7 hari dan dibuktikan tidak
Regimen alternatif:
terdapat peningkatan SGPT, maka Isoniazid
- 9RHE
dapat diberikan. - 2RHSE/6RH
3. Jika pada proses reintroduksi terdapat - 6-9RZE
peningkatan SGPT, maka obat terakhir yang - 2SHE/10HE
direintroduksi merupakan penyebab - 18-24SEQ
hepatitis imbas obat dan harus dihentikan.
4. Pada pasien dengan riwayat hepatitis imbas
obat yang berat dan dapat menoleransi
Rifampisin dan Isoniazid, Pirazinamid tidak
perlu dicoba untuk direintroduksi.
Pengobatan Lanjutan…
Hasil Pengobatan TB

25
Pengobatan Lanjutan…

Pasien TB yang telah dinyatakan


sembuh sebaiknya tetap dievaluasi
pada bulan ke-3, ke-6, dan ke-12
setelah pengobatan selesai
TB PADA KONDISI KHUSUS

TB Milier

• Ks : Dexametason iv 0.3-0.4 mg/kg/hari tap 4 minggu, lanjut 4 mg dosis oral selama 4


minggu

Pleuritis Eksudatif TB

• Evaksuasi seoptimal mungkin


• Ks

DM

• 6-9 bulan lamanya

TB pada gangguan ginjal

• Dosis RH, tetap; ZE diberikan interval (Z: 25 mg/kg; E: 15 mg/kg)


KOMPLIKASI

1. Batuk darah
2. Pneumotoraks
3. Gagal napas
4. Gagal jantung
PERTANYAAN?
MIKOSIS PARU

dr. Sri Handayani Rahayu, Sp. P


Kuliah Umum PPDS Paru Unlam-05/01/2022
PENDAHULUAN

 Mikosis paru adalah gangguan paru (termasuk saluaran napas) yang


disebabkan oleh infeksi, kolonisasi jamur, maupun reaksi hipersensitif
terhadap jamur.
 Frekuensi makin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah pasien
dengan gangguan sistem imun maupun terdapatnya faktor risiko .
 Tingkat kematian bisa mencapai ≥ 50%.
 Mikosis paru yang paling sering dilaporkan adalah aspergilosis, pneumonia
pneumonitis , kriptokokosis, histoplasmosis, dan kandidosis.
 Diagnosis masih dianggap sulit, sehingga penatalaksanaan sering terlambat.
Pendahuluan Lanjutan…

Infeksi Jamur

Superfisial
Subkutan
(Pityriasis
(mycetoma,
versicolor, Sistemik
chlormycosis,
Superficial
sporotricosis)
candidosis)

Patogen
Oportunistik
(Histoplasmosis,
(Kandidiasis paru,
Koksidioidornikosis,
Aspergillosis paru,
Parakoksidioidomik
Kriptokokosis, PCP)
osis, Blastomikosis)
Pendahuluan Lanjutan…

Morfologi Jamur

Yeast
- Uniseluler oval/ lonjong, Mould/ kapang
3-15 µ Dimorfik
- Multiseluler
- Membelah diri - 2 bentuk: yeast dan
membentuk tunas/ budding - benang-benang hifa / mould
cell filament  miselium (suatu
anyaman) - Histoplasmosis
- koloni: smooth,krem, capsulatum, coccidiodides
cembung, bau spt ragi - Aspergilus, penicellium, immitis, Blastomyces
rhizopus, mikrosporum, dermatidis
- Candida sp, candida trichophyton
albicans, Cryptococcus
neoformmans
PATOGENESIS
FAKTOR RISIKO

 Imunokompromis: HIV/ AIDS, transplantasi, penyakit kronik sistemik


 Kolonisasi jamur
 Terpasang alat medis invasif
 Penggunaan jangka panjang antibiotik berspektrum luas
 Kortikosteroid sistemik
 Obat sitostatika
 Perawatan di ruang intensif
DIAGNOSIS

1. Anamnesis faktor risiko dan penyakit dasar


√ tidak ada keluhan khas
√ demam, batuk, sesak, dll + faktor risiko/ kondisi tertentu
2. Pemeriksaan fisik dan penunjang
√ tidak khas
√ radiologis : infiltrat intersisial, konsolidasi, nodul multiple, kavitas, efusi
pleura; Aspergiloma: fungus ball di dalam kavitas
√ lab: eosinophil ↗
Diagnosis Lanjutan…

3. Pemeriksaan mikologi
√ Mikroskopis  isolasi  identifikasi
√ 3 pendekatan:
1. Mikroskopis (Giemsa, GMS, imunofluorescens)
2. Biakan/ kultur
3. Serologi : uji Ag serum/ lcs (Cryptococcus), uji Ag urin
(histoplasmosis), Uji Ag Galaktomanan BAL (aspergillosis)
4. Kriteria diagnosis
KRITERIA DIAGNOSIS

1. Proven

Faktor Penjamu Gambaran Klinis Mikologis

2. Probable
Gambaran Klinis
(1 kriteria mayor/ 2 Mikologis
Faktor Penjamu
minor) (1 kriteria)

3. Possible Gambaran Klinis


Faktor Penjamu (1 kriteria mayor/ 2 Mikologis
(1 kriteria) minor) (tanpa/ negatif)
Diagnosis Lanjutan…

Neutropenia (<500/mm3, Mayor: Pemeriksaan langsung:


Faktor Penjamu

Gambaran Klinis

Mikologi
10 hari) 1 dari 3: - Elemen jamur kapang
Transplantasi CT Scan: lesi padat ± dari spesimen
Ks jangka panjang halo sign, air-crescent - Pertumbuhan jamur
(prednisone 0.3 sign atau kavitas kapang dalam medium
mg/kg/hari, > 3 minggu) Minor: biakan
Terapi imunosupresan - Gejala infeksi saluran Tidak langsung
sel-T (dalam 90 hari napas bawah - Aspergilosis: ag
terakhir) galaktomanan terdeteksi
- Fisik : pleural rub
Imunodefisiensi primer - Penyakit jamur invasive
berat - Infiltrat baru
selain kriptokokosis &
Paru kronik zigomikosis : β-D-glucan
dalam serum
TATA LAKSANA

 Terapi Medikamentosa
 Terapi profilaksis, empiris, pre-emptive, definitif
 Polien, Flusitosin, Azol, Ekinokandin

 Pembedahan
Tata Laksana Lanjutan…
OBAT ANTI JAMUR (OAJ)
1. Polien
 Amfoterisin-B (AmB), Nistatin, Natamisin
 Merusak membran sel jamur dengan berikatan dengan ergosterol
2. Flusitosin
- Mengganggu sintesa asam nukleat
3. Azol
 Imidazol (klotrimazol, mikonazol, ketokonazol); triazol (flukonazol, itrakonazol,
vorikonazol, posakonazol).
 Mengganggu sintesa ergosterol
4. Ekinokandin
- Mikafungin, Anidulafungin
- Menghambat sintesa enzim 1,2-β-D dan 1,6- β-D-glucan synthase
OAJ Lanjutan…

 Lama pemberian OAJ tergantung jenis jamur dan OAJ yang diberikan
 Evaluasi:
 Respon obat
 Sukses : respon komplit, respon parsial
 Gagal : respon menetap, progresif, kematian
 Efek toksisitas
ASPERGILLOSIS

 Aspergillus sp hidup dalam tanah, terutama di sampah sayuran yang membusuk dan
sporanya berukuran kecil mudah berhamburan di udara sehingga mudah terhirup.
 Koloni di bronkus, kavitas paska TB
Aspergillosis Lanjutan…

Jenis Aspergillosis Gejala Klinis Radiologis


1. Kolonisasi sederhana Pasien COPD
2. Reaksi hipersensitifitas
a. Allergic Bronchial Asthma Pasien Atopi
(ABA)
b. Allergic Bronchopulmonary Genetik asma/ CF, rx atopi Infiltrat  menetap
Aspergillosis (ABPA) Gejala: wheezing episodic, lemas, Bronkiektasis: tramlines atau
 Peningkatan IgE & IgG sumer, batuk, sputum coklat finger in gloves
 Degranulasi se mast, pelepasan kental, nyeri dada Kavitas, emfisema lokal, kontraksi
mediator, dan peradangan lokal Progresif: BE + hemoptoe lobus atas & honeycomb fibrosis
berulang, clubbing finger
c. Extrinsic Allergic Alveolitis Non atopic Diffusse alveolar-interstitial
Gejala: batuk, sesak, demam, infiltrates
lemah, myalgia 4-8 jam setelah
terpapar
Aspergillosis Lanjutan…

Jenis Aspergillosis Gejala Klinis Radiologis


d. Nonchocentric Granulomatosis lemah, batuk, sumer, sesak, nyeri Lesi fokal terutama lobus atas
dada, batuk darah

e. Aspergilloma/ myetoma/fungus Batuk darah Massa bulat solid didalam kavitas 3-


ball 5 cm, sebagian dikelilingi oleh
gambaran radioluscent crescent
(Monod’s sign), pergerakan fungus
ball pada posisi dekubitus

f. Invasif Pulmonary Aspergillosis Pada imunokompromis berat, HRCT: halo sign


demam, batuk non produktif,
pleuritic pain, pneumonia progresif
dalam 1-2 hari
Aspergillosis Lanjutan…
KANDIDIASIS PARU
Kandidiasis Lanjutan…
Kandidiasis Lanjutan…
HISTOPLASMOSIS PARU
Histoplasmosis Lanjutan…
Histoplasmosis Lanjutan…
Histoplasmosis Lanjutan…
KRIPTOKOKUS PARU
Kriptokokus Lanjutan…
Kriptokokus Lanjutan…
PERTANYAAN?
INFEKSI PARASIT PADA PARU

dr. Sri Handayani Rahayu, Sp. P


Kuliah Umum PPDS Paru Unlam-05/01/2022
PENDAHULUAN
 Parasit adalah organisme yang hidup dalam organisme lainnya (host)
 Ada dua kelompok: protozoa (sel tunggal) dan helmint multiseluler, dimana protozoa seringkali
hidup dalam intrasel manusia, sedangan helmint diekstraseluler (kecuali Trichinella yang hidup
di sel otot)
 Umumnya terjadi di negara berkembang terutama di negara tropik dan subtropik dengan
sanitasi kurang.
 Penularan melalui ingesti fekal-oral atau fekal-tanah-oral, vektor, serangga, atau melalui
penetrasi kulit.
 Beberapa parasit menjadikan paru sebagai organ target final.
 Parasit bermigrasi melalui paru ke sistem organ lain (co/ Strongylodes ascaris), atau paru
sebagai tempat infeksi sekunder (amebiasis, toxoplasmosis).
 Manifestasi paru bisa primer sebagai respon inflamasi mediator sitokin sistemik (malaria berat)
atau sebagai respon hipersensitivitas terhadap antigen parasit (seperti tropical pulmonary
eosinophilia pada infeksi filaria)
PENYAKIT PARASIT PADA PARU

Parasit cacing yang


menyebabkan penyakit paru
pada manusia terdiri dari tiga
kelas, yaitu:
- Nematodes (ascariasis,
strongyloidiasis,
dirofilariasis, visceral larva
migrans /toxocariasis)
- Cestodes (cystic
echinococcosis)
- Trematodes
(schistosomiasis,
paragonimiasis).
AMUBIASIS

 Etiologi : Entamoeba histolytica


 Gejala Klinis :
 Extraintestinal (abses liver, pleuropulmonari) : demam, nyeri perut
kanan atas, nyeri dada dan batuk
 Diagnosis :
 Hemidiafragma letak tinggi, hepatomegali, efusi pleura pada basal paru
 Trophozoit aktif di dalam sputum atau pleura berisi nanah
 Tinja: kista atau trophozoit
 PCR, kultur, tes Serologis (IHA, Elisa, IFAT)
 Terapi : Metronidazol, Diloxanide furoate, lactoferin dan lactoferricins
Amubiasis Lanjutan…

 Pasien wanita usia 61 tahun dengan abses liver amoba dan efusi pleura
kanan. A.Foto thorax menunjukkan obliterasi sudut costoprenicus kanan
dan elevasi hemidiafragma kanan. B. CT scan kontras (5-10 mm) pada
level porta hepatis kanan menggambarkan lesi multiloculated pada lobus
kanan. FNAB menggambarkan abses amuba.
Amubiasis Lanjutan…

 Histologi Entamoeba histolyca. A. Alveolar terisi oleh ameba (panah)


dengan pewarnaan hematocyn, perbesaran 300x. B. Trophozoite dan
debris nekrotik. C. Gambaran gros yang menunjukkan lesi kavitas ireguler
MALARIA

 Etiologi : Plasmodium vivax, P. falciparum, P. malaria dan, P. ovale


 Gejala Klinis :
 Batuk berat, ALO non-kardiogenik, ARDS
 Diagnosis :
 Mikroskopis hapusan darah tebal dan tipis.
 PCR
 Terapi : quinine dihydrochloride, quinidine glukonat dan injeksi derivat
artemisinin.
Malaria Lanjutan…

 Plasmodium falcifarum. A. Banana shaped gametocyte di smear darah tepi. Bentuk ini
hanya bisa tampak hanya dengan falcifarum malaria. B. pembuluh darah otak mengalami
obstruksi oleh parasit sel darah merah dengan edema yang mengelilinginya. C. Acute
pulmonary edema akibat oklusi venul pulmonalis. D. Penumpukan pigmen malaria
TOXOPLASMOSIS

 Etiologi : Toxoplasmosis gondii


 Gejala Klinis :
 flue-like syndrome, pembesaran kelenjar getah bening atau mialgia.
 Pneumonia toxoplasma dapat bermanifestasi sebagai radang paru
interstisial / kerusakan alveolar diffuse atau nekrosis pada pneumonia.
 Diagnosis :
 deteksi protozoa dalam jaringan tubuh.
 PCR
 Terapi : kombinasi pyrimethamine dan sulfadiazin.
Toxo Lanjutan…

 Toxoplasma gondii pada otak dan paru pada pasien AIDS A. CT scan otak menunjukkan
abses toxoplasma sebagai penyangatan. B. Foto thorax sebagai infiltrat alveolar difus dan
adenopati hilar. C. Biopsi menunjukkan bentuk toxoplasma (pewarnaan hematosin 7
eosin). D. Smear dari biopsi otak menunjukkan tropozoit intraseluler
ASCARIASIS
 Etiologi : Ascaris lumbricoides
 Gejala Klinis :
 Gejala pernafasan larva migrasi ke paru berupa hipereaktifitas dan
bronkospasme saluran nafas.
 batuk ringan ke Loffler's syndrome (peradangan paru-paru dan
berhubungan dengan eosinophilia darah dan paru)
 gejala umum malaise, kehilangan nafsu makan, demam yang
berlangsung selama dua atau tiga hari, sakit kepala dan mialgia.
 Diagnosis :
 ditemukan larva di sputum atau telur di feses.
 Terapi : selflimiting, Mebendazole dan Albendazole
Ascariasis Lanjutan…

 Ascariasis pada laki-laki usia 35 tahun dengan migratory infiltrat. A. Foto thorax menunjukkan
opasitas ground glass yang meningkat di lobus bawah dan tengah kanan. B. HRCT menunjukkan
gambaran ground glass yang sesuai dengan gambar A. Gambaran radiologis tampak setelah 1
minggu gejala. Larva dan telur A. lumbricoides yang ditemukan di BAL dan di smear feses
ditemukan pada fase akut. C.Ascariasis Barium di usus kecil menegaskan dua bentuk cacing ascaris
ECHINOCOCCOSIS (HYDATID DISEASE)

 Etiologi : Echinococcus granulosus


 Gejala Klinis :
 50% asimtomatik
 Batuk, demam, sulit bernapas, nyeri dada, hemoptoe
 Diagnosis :
 CXR: masa berbentuk speris atau oval, tepi tegas, yang dikelilingi oleh
paru normal
 CT scan: multiple kista yang berdensitas homogen, air crescent sign,
classic watery-lily sign.
 Terapi : pembedahan, albendazole, mebendazole
Echinococcosis Lanjutan…

 Multiple Hydatid Cysts pada paru. A. Tampak kista besar pada daerah
tengah kanan. yang menunjukkan ‘water-lily sign” B.Foto thorax
menunjukkan kista besar di paru-paru kanan bawah. C. HRCT
menunjukkan hipodens (meniscus sign). D. Histologi
PARAGONIMIASIS
 Etiologi : Paragonimus westermani.
 Gejala Klinis :
 panas, nyeri dada, gejala respiratori berupa batuk kronik, nyeri pleura
dan hemoptoe.
 Diagnosis :
 CXR: pneumothorax atau hydropneumothorax, konsolidasi, udara dan
opasitas linear yang bisa meluas ke pleura.
 CT scan menunjukkan cairan berisi larva yang dikelilingi konsolidasi
udara; kadang atelektasis perifer, Opasitas linear akibat migrasi cacing
muda, kista berdinding tipis (worm cyst) berupa konsolidasi yang
menyerupai masa, nodul atau bronkiektasis.
 Terapi : pembedahan, albendazole, mebendazole, atau praziquantel
Paragonimiasis Lanjutan…

 Laki-laki 35 tahun dengan Pulmonary paragonimiasis. A. Foto thorax


menunjukkan area opasitas alveolar yang meningkat terutama di paru
sebelah kiri. B. HRCT menggambarkan konsolidasi bilateral dan area
groung glass diikuti dengan pneumothorax kiri. Telur P. westermani
ditemukan di BAL
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai