TUBERKULOSIS
TUBERKULOSIS
(TB PARU) Etiologi : M. Tuberculosis
Gejala Klinis :
- Batuk berdahak > 2 minggu, hemoptisis, sesak
nafas, nyeri dada.
- Demam, penurunan berat badan, penurunan
nafsu makan, berkeringat di malam hari, atau
ada gejala TB ekstra paru.
PEMERIKSAAN
▹ Pemfis: suara nafas bronkhial, ronkhi basah
kasar di apex, amforik.
▹ Pemeriksaan BTA (bakteri tahan asam atau Acid
Fast Bacill (AFB)) SPS (sewaktu-pagi-sewaktu),
dengan pengecatan Ziehl Nelsen.
▹ Kultur: Metode Lowenstein-Jensen
▹ Radiologi: Foto thoraks PA, top lordotic.
Aktif : Kavitas, efusi, infiltrat.
Inaktif : Fibrosis, kalsifikasi dan schwarte
Rontgen Thoraks: tampak kavitas atau
infiltrat
TIPE KASUS
▹ Kasus Baru : Penderita belum pernah mendapat OAT
atau pernah mendapat OAT kurang dari satu bulan.
▹ Kasus Kambuh (relaps) : Pernah mendapat
pengobatan TB lengkap dan dinyatakan sembuh
kemudian berobat kembali dengan hasil pemeriksaan
BTA positif.
▹ Kasus Setelah Putus Berobat (Default) : Telah
mendapat pengobatan minimal satu bulan namun putus
obat selama dua bulan lebih dengan BTA positif.
TIPE KASUS ▹ Kasus Gagal (Failure) : Penderita BTA positif yang
masih positif atau kembali menjadi positif pada akhir
bulan ke 5.
▹ Kasus Pindah : Penderita yang sedang mendapat
pengobatan OAT namun pindah ke kabupaten / kota
lain.
▹ Kronik : Penderita dengan hasil pemeriksaan BTA
positif setelah selesai pengobatan kategori 2 dengan
pengawasan yang baik.
▹ Bekas TB : Tidak ada tanda TB, BTA negatif, hanya
ada fibrosis pada rontgen thoraks.
PENGOBATAN Kategori 1 (2RHZE / 4H3R3) :
- Kasus baru BTA positif,
- BTA negatif, rontgen thoraks positif,
- TB ekstra paru,
Kategori 2 (2RHZES/ RHZE/ 5H3R3E3) :
- Pasien kambuh,
- Pasien gagal,
- Pasien dengan pengobatan setelah putus obat.
KLASIFIKASI REGIMEN
KASUS GAGAL
KASUS DEFALT
Poli Resistan • Resistan terhadap lebih dari salah satu jenis OAT lini pertama SELAIN isoniazid (H) dan Rifampisin ®
secara bersamaan
(TB PR)
Multi drug resistan • Resistan terhadap Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan.
(TB MDR)
Extensive drug resistan • TB MDR yang sekaligus juga resistan terhadap salah satu OAT golongan fluoroquinolon dan minimal
salah satu dari OAT lini kedua jenis suntikan ( Kanamisin, Kapreomisin dan Amikasin)
(TB XDR)
Resistan Rifampisin • Resistan terhadap rifampisin dengan atau tanpa resistensi terhadap OAT lain yang terdeteksi
menggunakan metode genotip (tes cepat) atau metode fenotip (konvensional)
(TB RR)
OBAT EFEK SAMPING
“
Laki-laki 50 tahun, keluhan batuk 1 bulan, 6 bulan yang lalu pernah
terkena penyakit paru dan mendapat pengobatan dan telah
dinyatakan sembuh. Dilakukan pemeriksaan fiisk didapatkan ronkhi
+/-, BTA +/+/-. Diagnosis ?
a.TB rebound
b.TB relapse
c.TB after default
d.TB kronik
e.TB baru
“
Laki- laki 19 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak, batuk
sudah 2 bulan, BB turun, afebris. Pasien mengaku pernah diberi obat
untuk 6 bulan, tetapi pasien menjalani pengobatan sampai 3 minggu
saja karena merasa sudah sembuh. Pengobatan yang tepat ?
a.2RHZE/4R3H3
b.2RHZES/RHZE/5HRE
c.4RHZE/2HR
d.2HRZE/4HR
e.2HRZ/4HR
“
Seorang ibu membawa anaknya yang masih berusia satu tahun ke
dokter, karena berat badan anaknya tidak kunjung naik. Ibu pasien
takut anaknya tertular sakit TB yang dideritanya. Saat ini ibu sedang
mengkonsumsi OAT sejak 2 minggu yang lalu, dan sempat dikatakan
BTA (+). Hasil tes mantoux pada anak ini sebesar 15 mm. Apa yang
sebaiknya Anda sarankan untuk anak tersebut?
A.Berikan antibiotik lini pertama dulu selama satu minggu
B.Berikan profilaksis berupa isoniazid 5-10 mg/kg/hr selama 6 bulan
C.Langsung berikan OAT
D.Tidak usah diberikan terapi
E.Segera berikan imunisasi BCG
2
ASMA
ASMA Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran
napas yang melibatkan banyak sel dan elemennya.
Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan
hiperesponsif jalan napas yang menimbulkan gejala
episodik berulang.
Gejala klinis :
▹ Riwayat atopik / riwayat keluarga asma/alergi, ada
pemicu, reversibel.
▹ Sesak nafas episodik, batuk berdahak yang
memburuk pada malam hari, mengi.
▹ Tanda patognomonis: Sesak nafas, mengi,
digunakannya otot bantu nafas.
DIAGNOSIS Spirometri :
• Obstruksi jalan napas diketahui dari nilai rasio VEP1/ KVP
< 75% atau VEP1 < 80% nilai prediksi.
• Reversibiliti, yaitu perbaikan VEP1 ≥ 15% secara spontan,
atau setelah terapi.
• Menilai derajat berat asma.
Arus Puncak Ekspirasi (APE) :
• Reversibiliti, yaitu perbaikan nilai APE ≥ 15% setelah
terapi.
PPOK
DEFINISI ▹ PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh
hambatan aliran udara di saluran nafas yang bersifat
progresif non-reversibel atau reversibel parsial. Terdiri
dari bronkitis kronik dan atau emfisema.
▹ Bronkitis kronik: batuk kronik berdahak minimal 3
bulan dalam setahun sekurang-kurangnya 2 tahun
berturut-turut tanpa disebabkan penyakit lain.
▹ Emfisema: kelainan anatomis berupa pelebaran rongga
udara distal bronkhiolus terminal, disertai kerusakan
dinding alveoli.
Konsep Patogenesis PPOK
Pemeriksaan ▹ Pursed lip breathing (mulut ▹ Pink puffer (kurus, kulit
Fisik setengah terkatup mencucu) kemerahan, pernafasan pursed
▹ Barrel chest (diameter lip) , khas pada emfisema
antero-posteriol dan ▹ Blue bloater (gemuk, sianosis,
transversal sebanding) edema tungkai, RBH di basal
▹ Penggunaan otot bantu paru), khas pada bronkhitis
nafas kronik
▹ Pelebaran sela iga ▹ Fremitus melemah, perkusi
hipersonor, ekspirasi
▹ Bisa terjadi gagal jantung memanjang, ronkhi, wheezing,
kanan (JVP meningkat, suara jantung menjauh
edema tungkai)
▹ Eksaserbasi: sesak bertambah,
produksi sputum meningkat,
perubahan warna sputum
Pemeriksaan
Penunjang ▹ Spirometri : FEV1 < 80
▹ Uji Bronkodilator <20%
▹ Rontgen thoraks:
a. Emfisema: hiperinflasi, hiperlusen, sela iga
melebar, ruang retrosternal melebar,
diafragma mendatar, jantung menggantung
(pendulum)
b. Bronkhitis kronik: corakan bronkovaskuler
meningkat
BRONKITIS KRONIK EMFISEMA
Klasifikasi
▹ Derajat I / ringan: gejala tidak sering, VEP
>80%
▹ Derajat II / sedang: sesak saat aktifitas, VEP
<80%
▹ Derajat III / berat : sesak lebih berat,
eksaserbasi sering, penurunan kualitas
hidup, VEP <50%
▹ Derajat IV / sangat berat: gejala gagal nafas
dan ketergantungan oksigen, VEP <50%
Pengobatan
PNEUMONIA
PNEUMONIA ▹ Infeksi pada parenkim ▹ Klasifikasi :
paru yang umumnya
disebabkan oleh a. Pneumonia komuniti
Streptococcus Pneumonia. b. Pneumonia nosokomial
▹ Trias: c. Pneumonia aspirasi
I. Demam tinggi 39-40ͦ c d. Pneumonia pada
II. Sesak nafas disertai penderita
pernapasan cuping immunokompromais
hidung, atau gejala
sianosis lain (retraksi iga)
III. Batuk dengan dahak
purulen.
▹ Pemeriksaan Fisik :
PNEUMONIA
Bagian sakit tertinggal saat
bernafas,fremitus mengeras,
perkusi redup, auskultasi ▹ Pemeriksaan Penunjang :
terdengar suara bronkovesikuler
Rontgen thoraks:
sampai bronkhial, ronkhi basah
halus hingga ronkhi basar kasar konsolidasi/ infiltrat dengan
air bronkhogram, biasanya
lobaris.
Pada bronkopneumonia
tampak infiltrat bilateral.
Lab: Leukositosis (AL >
10.000)
PNEUMONIA
LOBAR PNEUMONIA BRONKOPNEUMONIA
PNEUMONIA
COMMUNITY ACQUIRED HOSPITAL ACQUIRED
PNEUMONIA PNEUMONIA
▹ Didapat dari masyarakat ▹ Didapat setelah rawat
▹ Pilihan antibiotik: Beta inap 48 jam di RS.
laktam, Makrolide ▹ Pilihan antibiotik: Beta
laktam IV,
Fluorokuinolon IV.
Penumonia
VENTILATOR HEALTHCARE
ASSOCIATED ASSOCIATED
PNEUMONIA (VAP) PNEUMONIA (HCAP)
o Pneumonia yang o Tinggap di panti atau
terjadi lebih dari 48 fasilitas rawat jangka
jam setelah panjang
pemasangan intubasi o Pasien HD
endotrakeal o Medapat kemoterapi
atau perawatan luka
dalam 30 hari dari
sebelum awitan
pneumonia.
Clinical Factor Points
C CONFUSION 1
U BLOOD UREA NITROGEN > OR = 1
20MG/DL
R RR > OR = 30 BREATHS/MIN 1
65 AGE > OR = 65 1
KRITERIA
PNEUMONIA
KRITERIA MAYOR
BERAT • Membutuhkan ventilasi mekanik
• Infiltrat berambah >50%
• Membutuhkan vasopresor>4jam ( Septik Syok)
• Kreatinin serum >2 mg/dl atau peningkatan>2mg/dl pada penderita
riwayat penyakit ginjal
• Gagal ginjal yang membutuhkan dialisis
KRITERIA MINOR
• Frekuensi napas >30/menit
• PaO2/Fio2 kurang dari 250mmHg
• Foto toraks paru menunjukan kelainan bilateral
• Foto toraks paru melobatkan >2lobus
• Tekanan Sistolik <90 mmHg
• Tekanan diastolik <70 mmHg
1 DARI 2 GEJALA MAYOR
TERTENTU (BOLD MERAH)
INDIKASI ICU: ATAU
2 DARI 3 GEJALA MINOR
TERTENTU (BOLD MERAH)
PENATALAKSANAAN CAP
Seorang laki-laki 40 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan batuk
dengan dahak berwarna kecokelatan sejak 3 hari yang lalu. Pasien juga
mengeluh demam dan dahak berbau saat pagi hari. Pasien memilki
riwayat TB dan telah menjalani pengobatan selama 6 bulan dan
dinyatakan sembuh. Daripemeriksaan fisik TD 110/70, nadi 100x/menit,
RR 20x/menit, Rhonki (+), Wheezing (+). Hasil foto Thorax PA
menunjukkan gambaran seperti sarang lebah pada paracardial paru
kanan dan kiri. Apakah diagnosis pasien tersebut?
a. Bronchiectasis
b. Bronkitis
c. TB Kambuh
d. Pneumonia
e. Emfisema
5
BRONKIEKTASIS
BRONKIEKTASIS ▹ Etiologi : Paling sering infeksi, aspirasi, penyakit
jaringan ikat, dll
▹ Gejala klinis :
a. Batuk berdahak hampir setiap hari selama lebih dari
satu bulan, bisa terdapat hemoptisis bila terjadi
infeksi, sesak nafas, nyeri dada, wheezing, demam,
penurunan berat badan
b. Khas sputum berwarna seperti karat atau sputum 3
lapis.
c. Gambaran Rontgen thoraks tampak Honeycomb
Appearance
▹ Pengobatan:
Bronkodilator, mukolitik,
kortikosteroid inhalasi,
antibiotik
6
BRONKIOLITIS
BRONKIOLITIS
▹ Etiologi : Respiratory sinctial virus
▹ Sering pada anak < 2 Tahun
▹ Terdapat gejala Asma + Pneumonia
▹ Gejala:
• Demam tidak terlalu tinggi
• Tetapi sesak nafas yang hebat (dijumpai nafas cepat,
retraksi dada, wheezing)
• Batuk, gelisah, tidak mau makan.
▹ Pemeriksaan foto: diafragma datar, gambaran hiperaerasi,
dan infiltrat perihiler dan patchy atelektasis.
Berbagai
gambaran foto
▹ Efusi pleura : sudut costofrenikus tumpul, meniscus sign/
thoraks
Ellis sign.
▹ Pneumothoraks : hiperlusen avaskuler, pleural colaps line.
▹ Abses paru : air fluid level dalam kavitas.
▹ Hidropneumothoraks : air fluid level.
▹ Atelektasis : trakea tertarik ke paru sakit
▹ Tumor paru : konsolidasi homogen, destruksi iga.
▹ Metastasis : coin lession.
Pembacaan AGDA