risk individuals
C
ZEN AHMAD
Internal Medicine Department, Pulmonology Division
Dr. Mohammad Hoesin Hospital, Palembang/Medical Faculty of Sriwijaya University
2023
Epidemiologi TBC
https://www.who.int/multi-media/details/global-tuberculosis-report-2022-infographic
Defenisi ILTB
Ncube P, Bagheri B et all. Evidence, Challenges, and Knowledge Gaps Regarding Latent Tuberculosis in Animals. Microorganisms 2022, 10, 1845.
Perjalanan infeksi TB
Kontak erat dengan Pasien TB
Identifikasi
target populasi
ODHA, Bukan TBC
kontak atau
aktif
lainnya
Skrining
Pemeriksaan
gejala.
CXR; TCM
ILTB
TST, IGRA
TPT
WHO. Latent TB Infection: Updated and consolidated guidelines for programmatic management.
Geneva: World Health Organization; 2018.
Kasus indeks dan investigasi kontak
• Kasus Indeks
Pasien TBC terkonfirmasi bakteriologis (TB sensitive/TB RO).
• Investigasi Kontak (IK)
Pelacakan terhadap yang kontak erat dengan kasus indeks.
Identifikasi kontak erat, Periksa terinfeksi/sakit TBC kah, Obati
(OAT,TPT).
• IK secara aktif
• IK secara pasif (contact invitation)
Kelompok risiko tinggi menjadi TBC aktif
1. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
2. Kontak serumah dengan Pasien TBC paru terkonfirmasi
bakteriologis
3. Kelompok risiko lainnya dengan HIV negatif
• Pasien immunokompromais lain (keganasan, hemodialisis, terapi
kortikosteroid jangka panjang, transplantasi organ, dan lain lain)
• Warga binaan pemasyarakatan, petugas kesehatan, sekolah
berasrama, barak militer, pengguna narkoba suntik.
SE Dirjen P2P No HK.02.02/III.1/936/2021. Perubahan alur diagnosis dan pengobatan tuberkulosis di Indonesia
Alur pemberian TPT pada kontak serumah
• Lakukan skrining gejala TBC.
Jika ada gejala, tegakkan diagnosis dengan TCM
• Foto toraks dilakukan jika ada fasilitas, jika tidak ada
gunakan alur foto toraks tidak tersedia.
• Diagnosis dan tindak lanjut berdasarkan klinis.
Rekomendasi: Pemantauan dan terapi non spesifik;
TBC klinis dan diberikan OAT atau bukan TBC untuk
diperiksa TST/IGRA.
• Pemberian TPT jika tidak ada kontraindikasi.
Hepatitis (akut/kronis), neuropati perifer (padaINH),
konsumsi alkohol biasa atau berat. Rifapentin belum
direkomendasi pada kehamilan dan menyusui.
• Pada kontak serumah <5 tahun tidak perlu dilakukan
pemeriksaan TST/IGRA untuk membuktikan ada
tidaknya infeksi
• Paduan TPT yang diberikan untuk kontak serumah
tergantung pada tipe kasus indeksnya (SO/RO).
SE Dirjen P2P No HK.02.02/III.1/936/2021. Perubahan alur diagnosis dan pengobatan tuberkulosis di Indonesia
Alur pemberian TPT pada kelompok resiko lain
• Kel. risiko lain adalah kelompok HIV negatif.
• Jika Kelompok ini punya gejala TBC, periksa TCM.
• Foto toraks dilakukan jika ada fasilitas, jika tidak ada
maka gunakan alur foto toraks tidak tersedia.
• Diagnosis dan tindak lanjut didasarkan pertimba-
ngan klinis. Rekomendasi dapat pemantauan
dengan pemberian terapi non spesifik; TBC klinis dan
diberikan OAT atau dikatakan Bukan TBC untuk
diperiksa TST/IGRA.
• Pemberian TPT jika tidak ada kontraindikasi.
▪ hepatitis akut atau kronis
▪ Neuropati perifer (jika menggunakan isoniazid)
▪ Konsumsi alkohol biasa atau berat.
▪ Kehamilan/menyusui (pada Rifapentin}.
• Paduan TPT sama dengan kelompok lain
SE Dirjen P2P No HK.02.02/III.1/936/2021. Perubahan alur diagnosis dan pengobatan tuberkulosis di Indonesia
Paduan TPT
Paduan 6H* 3HR* 3HP* 4R 1HP
Interval Harian Harian Mingguan Harian Harian
Lama 6 Bulan 3 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 1 bulan
* Program di Indonesia
Tabel Pemberian Dosis 3HP
Paduan TPT untuk RO
• FQ (moksifloksasin, levofloksasin) dengan atau tanpa obat lain
(etambutol, etionamid), lama 6 bulan
Warna merah sesuai juknis (paduan yang diutamakan), namun warna hitam dapat juga digunakan tergantung stok TPT
Pertimbangan Pada Kondisi Khusus
• Klinis
▪ Setiapbulan
▪ Evaluasi munculnya gejala
Batuk, demam, berat badan turun, keringat malam, malaise,
pembesaran KGB
ESO: Efek tidak diinginkan yang timbul pada dosis normal obat
Efek samping obat dan tatalaksana
Obat Efek Samping Tatalaksana
R, P Perubahan warna cairan Konseling: Perubahan warna cairan tubuh adalah hal normal
tubuh seperti urin, karena hasil ekskresi dari pengobatan dan tidak berbahaya
keringat atau air mata Pada saat awal pemberian TPT, lakukan KIE mengenai hal ini
Hipersensitivitas Stop obat
(hipotensi, pingsan, Supportif
takikardi, anafilaksis atau
bronkospasme) Rujuk untuk pemeriksaan/tatalaksana lanjut yang dibutuhkan
Bronkodilator/Steroid
Lfx Perubahan warna cairan Konseling: Perubahan warna cairan tubuh adalah hal normal
tubuh seperti urin, karena hasil ekskresi dari pengobatan dan tidak berbahaya
keringat atau air mata
Hipersensitivitas Stop obat
Supportif
Rujuk untuk pemeriksaan/tatalaksana lanjut yang dibutuhkan
Bronkodilator/Steroid
Tatalaksana TPT (dosis)
Regi Durasi Langkah selanjutnya Saran
men tertunda
3HR ≤ 2 minggu Lanjutkan TPT, tambah jumlah dosis (hari) yang terlewat Menyampaikan
6H dari total durasi terapi. alasan TPT tertunda.
Jangan ubah jadwal. Tunda kunjungan terakhir sesuai Memberikan nasihat
tambahan jumlah hari dosis terlewat (misal: 3HR, lewat 3 kepada pasien dan
hari, lanjutkan 3 bulan + 3 hari dari tanggal mulai). pendamping
> 2 minggu TPT berhenti setelah >80% dosis tentang pentingnya
Lanjut dan selesaikan OAT sesuai rencana awal TPT dan kepatuhan
selesai pengobatan.
TPT berhenti <80% dosis
Lanjut dan selesaikan OAT sesuai waktu tambahan Peninjauan/Persetu-
(durasi pengobatan + 33% waktu tambahan. juan dengan Pasien
Jika tidak dapat menyelesaikan minimal 80% total dosis dan pendamping
yang diharapkan setelah diberi perpanjangan waktu, tentang cara terba-
pertimbangkan memulai TPT kembali secara lengkap ik meningkatkan
kepatuhan.
Mulai TPT 80% dosis Selesai TPT Tambahan 33% waktu
Tatalaksana TPT (dosis)
Regi Durasi Langkah selanjutnya Saran
men tertunda
3 HP lewat 1 dosis Lewat ≤ 2 hari, jadwal obat dilanjutkan sesuai rencana Menyampaikan
jadwal semula (Terus minum obat sesuai dosis tersisa mengikuti alasan TPT tertunda.
mingguan jadwal yang sama).
Memberikan nasihat
Lewat >2 hari, ambil dosis yang lewat dan ubah jadwal kepada pasien dan
mingguan menjadi hari tersebut. Teruskan sampai pendamping
selesai, untuk menghindari 2 dosis mingguan yang tentang pentingnya
diambil <4 hari. TPT dan kepatuhan
Lewat >1 Lewat 1-3 dosis mingguan, lanjutkan sampai semua 12 selesai pengobatan.
dosis jadwal dosis, sehingga memperlama durasi terapi (maksimum
Peninjauan/Persetu-
mingguan 16 minggu).
juan dengan Pasien
Lewat≥ 4 dosis mingguan, ulangi kembali TPT lengkap. dan pendamping
tentang cara terba-
Jika kepatuhan terhadap rutinitas mingguan tidak
ik meningkatkan
memungkinkan, pertimbangkan menghentikan 3HP dan
kepatuhan
menawarkan rejimen alternatif (harian)
Kepatuhan minum obat
Jadwal minum obat awal Ubah hari minum obat
Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk Teknis Penanganan Infeksi Laten Tuberkulosis (ILTB). Jakarta, 2020.
Hasil akhir pengobatan
Selesai Penerima TPT yang selesai ≥ 90% durasi pengobatan (3 HP)
pengobatan Penerima TPT yang selesai ≥ 80% durasi pengobatan (regimen lain)
Putus berobat Penerima TPT tidak minum obat ≥ 1 bulan berturut turut
Gagal Penerima TPT menjadi sakit TBC
pengobatan
Meninggal Penerima TPT meninggal sebelum selesai TPT oleh sebab apapun
Tidak dievaluasi Penerima TPT tidak diketahui hasil akhir terapinya, oleh karena ber-
henti datang atau pindah ke fasyankes lain dimana hasil akhirnya
tidak diketahui
Terimakasih
Thank You Thank You
ありがとう
ございまし
た