THE ESSENTIALS
Pengendalian, Penemuan &
Pengobatan Tuberkulosis (TB DOTs)
Menentukan diagnosis
Diagnosis TB:
nesis, pemeriksaan klinis, pemeriksaan laboratorium & pemeriksaan penunjang la
Clinical symptoms
Respiratory symptoms
Cough >2 weeks, bloody cough, shortness of breath, chest
pain.
Systemic symptoms:
Fever
Body weight, night sweating
Physical examination : lacking in specificity
Orang dengan faktor risiko: kontak erat pasien TB, tinggal di daerah padat penduduk,
wilayah kumuh, daerah pengungsian, & orang yang bekerja dengan bahan kimia yang
berrisiko menimbulkan paparan infeksi paru.
✓Dahak mikroskopis langsung berupa dahak Sewaktu-Pagi (SP)
✓Tes Cepat Molekuler (TCM) TB (metode Xpert MTB/RIF); tidak untuk
Pemeriksaa
n evaluasi hasil pengobatan
Bakteriolog ✓WHO recommendations for use of rapid molecular testing as the initial microbiologic
i test in specified patients are now included (ISTC std 3)
✓WHO recommendations for use of rapid molecular testing for diagnosis of tuberculosis
among persons who are suspected of having the disease but have negative sputum
✓Biakan Lowenstein-Jensen & media cair (Mycobacteria Growth Indicator Tube)
smear microscopy are presented (ISTC std 3)
untuk identifikasi M.tb.
Pasien baru, tdk ada riwayat Tx TB, tdk Pasien dg riwayat Tx TB, kontak erat
ada kontak erat TB RO, HIV(-)/ status pasien TB RO, pasien TB HIV (+)
HIV tdk diketahui
Pasien dengan pemeriksaan alat tes cepat molekuler menunjukkan hasil Mtb Resistan
Rifampisin tetapi bukan berasal dari kriteria terduga TB RO harus dilakukan
pemeriksaan ulang dengan alat tes cepat molekuler sebelum mulai pengobatan standar
TB MDR. Jika terdapat perbedaan hasil, maka hasil pemeriksaan TCM yang terakhir
yang menjadi acuan tindakan selanjutnya.
BTA: SS
2 spesimen
atau SP
(ISTC std 6)
PENGOBATAN TB
Tujuan Pengobatan TB:
Pasien kambuh.
Ethambutol
(E)
Bakteriostatik 15(15-20 30(25-35) Gangguan penglihatan, buta warna, neuritis perifer
(3 tab) 5)
2RHZE+S/RHZE
55-70 Kg (150/75/400/27
OAT Lini Kedua
• Levofloksasin (Lfx)
A Florokuinolon • Moksifloksasin(Mfx
• Gatifloksasin (Gfx)
• Kanamisin (Km)
B OAT injeksi lini 2 • Amikasin(Am)
• Kapreomisin (Cm)
• Pirazinamid (Z)
D1 OAT Lini 1 • Etambutol (E)
• Isoniazid (H) dosis tinggi
• Bedaquiline (Bdq)
D2 OAT Baru • Delamanid (Dlm)
D • Pretonamid (PA-824)
• Asam paraaminosalisilat (PAS)
• Imipenem silastatin (Ipm)
D3 OAT Tambahan • Meropenem (Mpm)
• Amoksilin clavulanat (Amx-Clav)
• Thioasetazon (T)
Kategori Diagnostik Fase Intensif Fase Lanjutan
✓ TB tulang/ sendi
✓ TB millier 2HRZE 10HR
✓ TB Meningitis
Meninggal Meninggal oleh sebab apapun sebelum mulai atau sedang terapi
Lesi umumnya sembuh total namun dapat saja kuman tetap hidup dalam lesi
tersebut (dormant) dan suatu saat dapat aktif kembali tergantung dari daya tahun
tubuh manusia.
Penyebaran melalui aliran darah atau getah bening dapat terjadi sebelum
Strategi penemuan pasien TB dapat dilakukan secara pasif,
intensif, aktif, dan masif.
3) Kelompok angka ketiga terdiri dari 3 4 angka, misalnya 0117, yang merupakan
nomor urut sediaan. Nomor urut sediaan dimulai dengan nomor 001 setiap awal tahun.
4) Huruf A dan atau B atau C, A menunjukan dahak sewaktu pertama, B untuk dahak
pagi. dan C untuk dahak sewaktu kedua.
Contoh nomor identitas sediaan :
02/01500/0117 A, 02/01500/0117 B. dan 02/15/117 C.
e. Kode huruf pada sediaan dahak adalah sebagai berikut:
1) Diagnosis : A, B, C
2) Follow up
• Tahap awal : D, E
• Bulan kelima : F, G
• AP : H, I
• Bulan ke 3 : JK
Hasil dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
‘MTB terdeteksi’
Xpert MTB/RIF jugaapabila terdapat
mendeteksi duapada
mutasi probegen
memberikan
rpoB yang nilai Ct dalam batas
menyebabkan validterhadap rifampisin
resistensi
dan delta Ct min (selisih/perbedaan Ct terkecil antar pasangan probe) < 2.0
probe yang paling awal muncul dengan paling akhir muncul) ≤ 4.0
o Nilai Ct pada probe yang paling awal muncul > (nilai Ct valid maksimal – delta Ct
‘Tidak terdeteksi MTB’ apabila hanya terdapat satu atau tidak terdapat probe yang
positif.
untuk menentukan keberhasilan atau pemantauan pengobatan.
TB. Pemeriksaan tersebut harus dilakukan sejalan dengan pemeriksaan biakan MTB untuk menghindari risiko hasil negatif palsu dan untuk mendapatkan isolat M
h mikroorganisme dalam spesimen. Hasil sangat dipengaruhi oleh cara pengumpulan, pengolahan, dan penyimpanan
Pengobatan TB pada
keadaan khusus
Aminoglikosida karena dapat menimbulkan ototoksik pada bayi ( permanent ototoxic) &
dapat menembus barier placenta.
Rifampisin berinteraksi dengan kontrasepsi hormonal (pil KB, suntikan KB, susuk KB)
sehingga dapat menurunkan efektifitas kontrasepsi tersebut.
Pemberian OAT pada pasien TB dengan hepatitis akut dan atau klinis ikterik, ditunda
sampai hepatitis akutnya mengalami penyembuhan.
Pada pasien dengan kecurigaan mempunyai penyakit hati kronis, pemeriksaan fungsi
hati harus dilakukan sebelum memulai pengobatan.
Apabila hasil pemeriksaan fungsi hati >3 x normal sebelum memulai pengobatan,
paduan OAT berikut ini dapat dipertimbangkan:
g/kg BB.
osis yang digunakan: 15 mg/kgBB, 2 atau 3 x /minggu dengan maksimum dosis 1 gr untuk setia
membahayakan jiwa seperti:
TB dengan gangguan kesadaran dan dampak neurologis
dengan atau tanpa meningitis
ra dengan gangguan pernafasan berat atau efusi pericardial
dengan obstruksi saluran nafas bagian atas.
itivitas berat terhadap OAT.
neResponseInflammatorySyndrome)
anya pemberian kortikosteroid tergantung dari berat dan ringannya keluhan serta respon klinis.
(per oral):
kg BB, sekali sehari pada pagi hari
– 60 mg, sekali sehari pada pagi hari